Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN DI
DESA ERETAN WETAN, KECAMATAN KANDANGHAUR,
KABUPATEN INDRAMAYU
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Dine Ayu Ertanti
NIM. 1110015000063
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMGBING
PERAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM UPAYA PENGEMBANGAN
ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA ERETAN WETAN,
KECAMATAN KANDANGHAUR, KABUPATEN INDRAMAYU
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
Dine Ayu Ertanti
NIM: r110015000063
Pembimbing I
alqAnnisa Windarti. M.Sc
NrP. 19820802201101 2 00s
JURUSAN PBNDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
Pembimbing II
8 201101 1 006
LBMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG
Skripsi berjudul Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengemtrangan
Organisasi Sosial Keagamaan Di Desa Eretan-Wetan Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu disusun oleh DINE AYU ERTANTI Nomor induk mahasiswa
1110015000063, diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN syarif
hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal
24 marct20l5 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang pendidikan IPS.
Jakarta 24Maret20l5
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Progam Studi)Dr. Iwan Purwanto. M.PdNIP: 1 9730 424 20080 I 101 2
Sekretaris (Sekretaris jurusan/Prodi)Drs. H. Syaripulloh. M.SiNIP: 19670909 200701 I 003
Penguji IDrs. H. Syarioulloh. M.SiNIP: 19670909 200701 1 003
Penguji IISodikin. M.Si
-.t\. -----tt
\
--"-t J \
A2-O4-2O/S =--- €-
Mengetahui:Tarbivah dan K
IIIP: 195 1 007
SURAT PERIYYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Alamat
Dine Ayu Ertanti
I 10015000063
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Jln KUD Misayamina blok pang-pang 1, no: 6a Eretan-Wetan,
Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
MEI\'YATAKAN DENGAI\ SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya
Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan Di Desa Eretan-Wetan, KecamatanKandanghaur, Kabupaten Indramayuadalah benar hasil karya sendiri dibawah
bimbingandosen:
Nama Pembimbing Dosen I : Annisa Windarti, M.Sc
NIP :198208A2201101 2005
Nama Pembimbing Dosen II : Mochammad Noviadi Nugroho, M.pd
NIP :19761118 201101 1 006
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima
segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri.
Jakarta 2 Februari 2015
ill
iv
ABSTRAK
DINE AYU ERTANTI. NIM. 1110015000063. Peran Masyarakat Nelayan
Dalam Upaya Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan Di Desa Eretan-
Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaen Indramayu. Skripsi. Jakarta:
Progam Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat
nelayan dalam upaya pengembangan Pondok Zakat Al-ikhlas di Desa Eretan-Wetan,
Indramayu.
Populasi penelitian ini adalah masyarakat nelayan di Desa Eretan-Wetan,
kemudian peneliti juga mewawancarai pengurus Pondok Zakat, pengurus KUD
Misaya Mina dan terakhir tokoh agama. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah sampel jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan),
wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Pemeriksaan dan pengecekan data
dalam menguji credibility dan transferability. Penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi pendalaman observasi, teknik
wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.
Hasil menunjukan bahwa terdapat peranan masyarakat nelayan dalam upaya
pengembangan organisasi sosial keagamaan Pondok Zakat Al-ikhlas, peranan yang
dilakukan berupa sumbangan uang dan tenaga. Namun, peranan dalam bentuk uang
lebih sering dilakukan daripada peranan dalam bentuk tenaga. Meskipun peranan
dalam bentuk tenaga masih terbilang rendah, namun sumbangan yang mereka berikan
dalam bentuk uang kepada Pondok Zakat sangatlah besar.
Kata kunci: Peran, Masyarakat Nelayan, Pondok Zakat
v
ABSTRACT
DINE AYU ERTANTI. NIM. 1110015000063. The Role of Fisherman Society in
Development of Religious Social Organization in Eretan-Wetan Village,
Kandanghaur, Indramayu. Thesis. Jakarta: Education of Social Sciences,
Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif
Hidayatullah. 2015.
The purpose of this research is to find out how are the roles of fishermen
society in the effort of development of Pondok Zakat al-Ikhlas in the Eretan-Wetan
village, Indramayu.
This research is using the fishermen society in Eretan-Wetan village as a
population. The researcher is also having interview with the managers of Pondok
Zakat, Misaya Mina (the Organizer of KUD), and religious figures. The research is
using descriptive method with qualitative approach as its research method. The
researcher is using the saturated sample of the sampling technique in its research.
Also. Observations, interviews, documentations, and field notes are also used to
collect all necessary data. The data examination and checking are used to verify the
credibility and transferability of the research. This research is using the triangulation
technique method, by adjusting the depth study of observation, interview techniques,
documentations and field notes.
The results indicate that there is the role of fishermen society in the
development of religious social organization Pondok Zakat Al-Ikhlas, such as
donations of money and personnel. However, the donation of money is more often
given than the donation of personnel. Even so, their contributions are quite
enormous.
Key Words: Role, Fishermen society, Pondok Zakat
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji serta syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan rasululloh
SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat
iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan
pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah secara maksimal mencurahkan
segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah melakukan
penelitian terkait dengan Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan
Sosial Keagamaan Di Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten
Indramayu.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Anissa Windarti, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
5. M. Noviadi Nugroho, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada jurusan Pendidikan
vii
Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
7. Kepada Lembaga Organisasi Pondok Zakat Al-ikhlas yang telah bersedia
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ungkapan terimakasih yang teristimewa penulis haturkan kepada bapa dan ibu
tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, materi dan doa yang
tiada hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
dan penyusunan skripsi dengan baik.
9. Ungkapan terimakasih juga penulis haturkan kepada kaka dan adik tersayang
Amaliyah Ertanti dan Muhammad Iqbal Az-zuhri yang telah memberikan
semangat, nasehat serta doa terbaik dalam setiap doanya.
10. Agus Prasetyo Bayu Aji yang tak pernah letih dalam menyemangati dan
memberikan doa terbaiknya, menampung segala keluh kesah penulis yang
dibalasnya dengan segala dukungan, kesabaran dan kasih sayang.
11. Sahabat inanta tercinta, khususnya Rizqa Afifah, Entim Fatimah, dan Maria Ulfah
terimakasih atas empat tahun yang begitu berwarna, segala canda, doa dan
semangat yang diberikan telah menjadi bagian teristimewa penulis dalam
menjalankan proses penyusunan skripsi ini.
12. Maya Rizky yulianti, Rima Setiawati, Usniyah dan Lita jamalia yang selalu
menemani penulis dalam setiap warna-warni perkuliyahan, memberikan segenap
perhatian dan semangat kepada penulis.
13. Terimakasih juga kepada Ardi Muhammad Arsyad yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan proses penyusunan skripsi dan Putri Anastasya Wulandari
yang telah membantu penulis dalam menyusun revisian Abstract
14. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS khususnya SOS-ANTRO yang telah
berjuang bersama dalam susah dan senangnya masa-masa perkuliyahan,
mengajarkan segala kasih dan rasa pertemanan sehingga penulis dapat bertahan
dan melewati setiap proses dalam perkuliyahan.
viii
15. HMJ Pendidikan IPS yang telah memberikan pelajaran penting pada hidup
penulis tentang kepemimpinan, kekeluargaan, kebersamaan dan pengalaman yang
tidak akan terlupakan bagi penulis.
16. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat
berarti bagi penulis.
Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo’a semoga allah SWT
memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-
Nya, Amin.
Harapan penulis, semoga penyusunan skripsi ini akan dapat membantu
mahasiswa dalam penyusunan skripsi disemester akhir dan menjadi acuan pula bagi
adik-adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.
Wassalamualaikum wr.wb
Jakara, 24 maret 2015
Penulis
Dine Ayu Ertanti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ...................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ........................................................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................................................... iv
ABSTRACT ...................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................... 1
B. Identifikasi .......................................................................................................................5
C. Batasan Masalah ..............................................................................................................5
D. Rumusan Masalah ...........................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian ...........................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Status dan Peran ...............................................................................................................7
1. Status ..........................................................................................................................7
2. Peran ..........................................................................................................................8
B. Pengertian Masyarakat ...................................................................................................11
C. Masyarakat Nelayan .......................................................................................................14
x
D. Kondisi Kehidupan Masyarakat Nelayan Saat ini .........................................................17
E. Pengertian Pengembangan dan Pengembangan Organisasi ...........................................18
F. Pengertian Organisasi ....................................................................................................20
G. Organisasi Keagamaan ...................................................................................................22
H. Pedesaan .........................................................................................................................24
1. Desa ..........................................................................................................................24
2. Masyarakat Pedesaan ...............................................................................................26
3. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan ..................................................................26
I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat ......................................................28
J. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................................................29
K. Kerangka Berfikir ..........................................................................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................................32
1. Tempat Penelitian ....................................................................................................32
2. Waktu Penelitian ......................................................................................................32
B. Metode dan Desain Penelitian ........................................................................................34
C. Populas dan Sampel ................................................................................................................ 34
D. Prosedur Pengumpulan Data ..........................................................................................35
E. Instrumen Penelitian ............................................................................................................... 36
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................37
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...........................................................................40
H. Uji Keabsahan Data ................................................................................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Eretan-Wetan ...........................................................................45
1. Sejarah Desa Eretan-Wetan ............................................................................................ 45
2. Kondisi Geografis dan Keadaan Alam .......................................................................... 46
3. Jumlah Penduduk .....................................................................................................49
4. Budaya dan Karakteristik Masyarakat Eretan-Wetan ..............................................51
B. Sejarah Pondok Zakat Al-ikhlas ....................................................................................53
1. Sejarah Pondok Zakat Al-ikhlas ..............................................................................53
xi
2. Visi dan Misi ............................................................................................................58
3. Divisi Pondok Zakat ................................................................................................60
4. Progam Kerja ...........................................................................................................64
5. Pola Kerja dan Distribusi Pondok Zakat ..................................................................65
C. Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Eretan Saat ini ...................................................66
D. Peran Masyarakat Nelayan Dalam Pengembangan Organisasi Pondok Zakat Al-ikhlas
.........................................................................................................................................69
E. Pengaruh Pondok Zakat Terhadap Masyarakat Nelayan ................................................74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................................79
B. Saran ..............................................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Penelitian Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya
Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan ................................................................ 37
Table 4.1 Jumlah Penduduk Masyarakat Eretan-Wetan ............................................ 49
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Kompleksitas Status dan Peran Individu Dalam Masyarakat .... 9
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................. 32
Gambar 3.2 Skema Metode Triangulasi ................................................................... 44
Gambar 3.3 Skema Sumber Triangulasi ................................................................... 44
Gambar 4.1 Alur Peran Masyarakat Nelayan ........................................................... 74
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ......................................................................... 84
Lampiran 2 Instrumen Wawancara ........................................................................ 87
Lampiran 3 Pedoman Observasi ............................................................................ 89
Lampiran 4 Hasil Wawancara ............................................................................... 90
Lampiran 5 Hasil Observasi ................................................................................ 102
Lampiran 6 Dokumentasi .................................................................................... 103
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Lembar Uji Referensi
Lampiran 9 Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 17.508
dengan keseluruhan wilayah Indonesia seluas kurang lebih 5 juta km. 62%
dari wilayah Indonesia merupakan wilayah perairan dengan sumber daya alam
yang begitu melimpah.1 Selain itu, ada juga yang menjelaskan bahwa
Indonesia merupakan negara maritime dengan luas lautan mencapai 5,8 juta
km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan perairan ZEE
Indonesia. Indonesia juga memiliki 17.504 buah pulau dengan panjang garis
pantai 104.000 km.2 Sumber daya di wilayah pesisir, di antaranya ikan,
terumbu karang, dan rumput laut. Ikan di dalam batas teritorial diperkirakan
mencapai 5,6 juta ton per tahun. Kondisi tersebut merupakan potensi strategis
bagi negara yang maju dan kuat dari sektor kelautan.3
Dalam hal ini, orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam
oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air biasannya di sebut
dengan Nelayan,4 mereka tinggal di daerah pedesaan yang berdekatan dengan
pesisir pantai. Menurut Robert Redfield “pedesaan merupakan peasant
society, yaitu suatu tipe masyarakat yang hidup dari pertanian, yang terikat
lahir dan batin kepada tanah yang mereka duduki, tetapi juga sebaliknya
merasakan diri sebagai bagian dari satu kesatuan kebudayaan atau suatu
1 Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan
Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Skripsi pada pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, jakarta, 2007, h.1, tidak dipublikasikan 2 Keaneka ragaman hayati. http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/9822/KEANEKARAGAMAN-
HAYATI-LAUT-INDONESIA-TERBESAR-DI-DUNIA/?category_id. Di akses 12 januari pukul
06.15 3 Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, loc. cit.
4 Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 35
2
tradisi yang lebih besar”.5 Penduduknya menganggap kehidupan
masyarakatnya sendiri hanya bagian bawah dari tradisi yang lebih luas,
sedangkan bagian lainnya mereka anggap sebagai suatu masyarakat yang
lebih maju yaitu masyarakat kota. Sementara menurut firth “seorang
penduduk desa apakah ia petani, nelayan, pengrajin ataupun merangkap
ketiga-tigannya akan di sebut peasan”.6
Warga pedesaan biasannya mempunyai hubungan yang erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan masyarakat pedesaan lainnya.
Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.7
Ciri-ciri yang menonjol dari masyarakat pedesaan adalah:8
1. Warga memiliki hubungan yang lebih erat
2. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan
3. Golongan orang tua memegang peranan penting
4. Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat
bersifat informal
5. Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan
6. Kehidupan keagamaan lebih kental
Desa Eretan Wetan adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah
pesisir pantura, pada zaman dahulu Desa ini bernama Wanakerta yang berarti
alas atau hutan yang ramai. Tidak dapat dilacak kapan persisnya perubahan
dari nama Wanakerta ini menjadi Eretan. Nama eretan sendiri berasal dari
kata eret, aktifitas menarik rakit atau getek dengan tambang yang saat itu
merupakan media transportasi satu satunya yang menghubungkan dua desa.
Letak eretan secara geografis dari arah utara berbatasan langsung dengan laut
5 Ibid., h. 3 6 Ibid., h. 4
7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.
136 8 Ibid., h. 143
3
jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai,9 oleh karenanya
secara alamiah mayoritas penduduk eretan terdorong menjadi masyarakat
nelayan dan menggantungkan hidupnya dari hasil laut, baik sebagai nelayan
tangkap, pengusaha/bakul ikan, buruh pengelola atau jasa lainnya.
Nelayan pada umumnya tidak pernah mempunyai gambaran yang pasti
mengenai pendapatan yang akan diperolehnya. Suatu saat pendapatannya
besar, tetapi di waktu lainnya bisa tidak ada hasil. Dengan demikian sumber
pendapatan nelayan serba tidak pasti, dan penuh resiko. Karena kerasnya
kehidupan, mereka berjuang di tengah laut mencari nafkah untuk keluarganya.
Akan tetapi mereka terkadang lalai dengan kewajibannya sebagai manusia,
yaitu beribadah kepada Allah.10
Desa Eretan-wetan ini walaupun
penduduknya sebagian besar adalah nelayan tetapi desa ini pada umumnya
berbeda dengan desa-desa nelayan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari adannya
beberapa lembaga sosial agama yang berdiri di Desa Eretan-wetan,
diantaranya adalah POKJA PSA, yaitu kelompok kerja yang bergerak di
bidang sosial agama di bawah naungan KUD Misaya Mina Eretan, yang
menyisihkan dana dari nelayan dan bakul untuk keperluan sosial agama di
desa eretan. Kedua, pondok zakat Al-ikhlas adalah lembaga sosial keagamaan
niribala yang bernaung di bawah yayasan Al-Ikhlas Eretan Wetan. Dan yang
ketiga adalah pondok Bina Yatama Al-ikhlas, yaitu pondok yang menaungi
anak-anak yatim yang ada di desa Eretan Wetan.
Pada dasarnya pelayanan yang di berikan pondok zakat al-khlas
eretan-wetan bersifat kemanusiaan, yang di latar belakangi oleh nilai-nilai
keagamaan bagi setiap umat islam yang beriman untuk saling menolong
terhadap sesama bagi mereka yang membutuhkan. Hal ini juga tercantum
dalam firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2 :
9 Tim penyusun, Telaah Historis Pondok zakat Al-Ikhlas Eretan. (Eretan: Al-ikhlas Press,
2009), h. 1 10 Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, op. cit., h. 4
4
yang artinya :
“Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan
saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Al Maidah :2)”
Kondisi pondok zakat sekarang ini pun masih berjalan dengan baik,
bahkan seiring dengan perkembangan waktu pondok zakat Eretan ini semakin
lebih baik. Kemajuan pondok zakat Eretan ini pastinnya tidak luput dari peran
masyarakat setempat yang turut dalam membangun pondok zakat ini. Pada
umumnya walaupun sebagian besar masyarakat Eretan berprofesi sebagai
nelayan tetapi mereka masih memegang erat rasa solidaritas dan nilai-nilai
keagamaan, sehingga dasar inilah yang membuat pondok zakat Eretan masih
berjalan sampai sekarang ini. Selain peran masyarakat, peran pengelola
Pondok zakat pun dinilai penting dalam kemajuan pondok zakat itu sendiri,
karena mereka terus memberikan pelayanan-pelayanan terhadap masyarakat
Eretan yang kurang mampu dengan baik, yang akhirnya masih terus di
percaya oleh masyarakat setempat.
Melihat kondisi yang telah dipaparkan diatas, peneliti akan
memperdalam pengetahuan tentang hubungan masyarakat nelayan dengan
organisasi keagamaan di Desa Eretan-Wetan, maka penulis tertarik untuk
membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan bentuk sebuah skripsi yang
berjudul, “Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan
Organisasi Sosial Keagamaan di Desa Eretan-Wetan Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu”.
5
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada
penelitian masyarakat nelayan ini adalah :
1. Masih rendahnya kegiatan agama pada masyarakat nelayan di eretan
wetan dikarenakan beberapa sebab yang mempengaruhinya.
2. Kurangnya sifat sosial dikalangan masyarakat nelayan eretan terhadap
lingkungan sekitar di karenakan kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh
para nelayan.
3. Kurangnya peran masyarakat nelayan terhadap lembaga keagamaan di
Desa Eretan Wetan.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti akan membatasi masalah
sosial keagamaan pada satu lembaga keagamaan saja yaitu pada organisasi
pondok zakat yang berada di bawah naungan Yayasan Al-Ikhlas.
D. Rumusan masalah
Dari batasan masalah di atas, maka penulis memfokuskan
penelitiannya terhadap peran masyarakat nelayan pada pengembangan
lembaga Pondok zakat. Dengan demikian, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimana Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya
Pengembangan Sosial Keagamaan Pada Organisasi Pondok Zakat Al-Ikhlas”
E. Tujuan Penelitian
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada
masyarakat Desa Eretan dan masyarakat umum mengenai peran masyarakat
nelayan dalam mengembangkan organisasi sosial Pondok zakat Al-ikhlas.
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang peran masyarakat nelayan dalam upaya
pengembangan sosial keagamaan pada organisasi Pondok zakat Al-ikhlas ini
diharapkan memiliki manfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang kehidupan
masyarakat nelayan di desa Eretan-wetan khususnya tentang peran
dalam pengembangan sosial keagamaan
b. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi penulis
Karya tulis ilmiah ini akan menjadi rujukan bagi penulis untuk
mengetahui segala hal yang berhubungan dengan masyarakat nelayan.
b. Manfaat bagi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Sebagai referensi tambahan tentang perang masyarakat nelayan terhadap
pengembangan sosial keagamaan sehingga nantinya bisa dijadikan
sebagai rujukan untuk diadakannya penelitian yang lebih mendalam
tentang hal ini.
c. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan gambaran mengenai peran masyarakat nelayan dalam
upaya pengembangan organisasi sosial keagamaan di Desa Eretan
Wetan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Status dan Peran
1. Status
Kedudukan dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok sosial. Menurut Soerjono Soekanto “kedudukan
sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya”. 11
selain itu
Wikipedia menjelaskan bahwa “status sosial adalah tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-
kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi”.12
Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu
pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai
beberapa kedudukan dikarenakan seseorang biasannya ikut serta dalam
berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukan tempatnya
sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.13
Contoh:
kedudukan fulan sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari
kedudukannya sebagai karyawan, pengusaha, ketua rukun tetangga, suami
nyonya fulanah, ayah dari anak-anak, dan seterusnya.
Hubungan antara individu dengan Kedudukan dapat diibaratkan
sebagai hubungan pengemudi motor dengan tempat atau kedudukan si
pengemudi dengan mesin motor tersebut. Tempat mengemudi dengan
segala alat untuk menjalankan serta mengendalikan motor. Pengemudinya
11 Soekanto, op. cit., h. 210 12
Status social, http://id.wikipedia.org/wiki/Status_sosial. Diakses pada 12 januari 2014
pukul 10.55 13 Soekanto. loc. cit.
8
dapat diganti degan orang lain, yang mungkin akan dapat menjalankannya
secara lebih baik, atau bahkan secara leih buruk.
Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga
macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.
a. Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai degan
sendirinya tanpa memerhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir.contohnya, anak dari keluarga
bangsawan dengan sendirinya memperoleh status bangsawannya.
b. Achieved status merupaka status yang diperoleh seorang individu
melalui usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas
dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan individu
dalam mencapai tujuannya. Jenis status ini bersifat terbuka bagi siapa
saja. Contohnya setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi
persyaratan tertentu, seperti lulusan fakultas hukum, memiliki
pengalaman kerja dalam bidang hukum, dan lulus ujian sebagai hakim.
c. Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian
pihak lain. Assigned status berkaitan erat dengan achieved status.
Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih
tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena
orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh assigned status adalah
gelar pahlawan revolusi, siswa teladan, dan peraih kalpataru.14
2. Peran
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena
yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan
tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.15
Contoh, status kepala
sekolah SMA XII, dengan status tersebut, seseorang diharapkan berperan
memimpin sekolahnya. Peran ini tidak akan melekat pada seseorang jika
ia tidak memiliki status kepala sekolah SMA XII. Demikian sebaliknya,
dengan status kepala sekolah SMA XII, seseorang memiliki peran untuk
14 Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: esis, 2012),
h. 66 15
Soekanto, op.cit., h. 212-213
9
memimpin sekolah tersebut. Setiap orang mempunyai macam-macam
peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus
berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh
masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur
perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas
tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang
bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku
orang-orang sekelompoknya. Peranan diatur oleh norma-norma yang
berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki
bila berjalan dengan seorang wanita, harus di sebelah luar.
Gambar 2.1. Contoh Kompleksitas Status dan Peran Individu Dalam Masyarakat
Sumber: Kun Maryati dan Juju Suryawati Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X
10
Dari bagan tersebut terlihan bahwa sebagai anggota keluarga,
kelompok, masyarakat, dan Negara, seorang individu selalu dihadapkan
dengan berbgai hubungan. Hubungan-hubungan ini melahirkan hak dan
kewajiban tertentu bagi individu tersebut.16
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam
masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu
pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,
penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki
suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan
mungkin mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut.
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Perlu pula disinggung perihal fasilitas-fasilitas bagi peranan individu
(role-facilitis). Masyarakat biasannya memberikan fasilitas-fasilitas pada
individu untuk menjalankan peranan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan
merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-
peluang untuk pelaksanaan peranan. Setiap peranan bertujuan agar antara
individu yang melaksanakan peranan tadi dengan orang-orang
disekitarnya yang tersangkut, atau ada hubungannya dengan peranan
16
Maryati dan Suryawati. op. cit., h.68
11
tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang
diterima dan ditaati kedua belah pihak.17
B. Pengertian Masyarakat
Dalam bahasa inggris di pakai society yang berasal dari kata latin
socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab
syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”.18
Drs. JBAF Mayor Polak menyebut “masyarakat adalah wadah segenap
antar hubungan social terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta
kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik
atau sub kelompok”.19
Kemudian pendapat dari Prof. M.M. Djojodiguno
tentang “masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan
dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia”.20
Dari kedua
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah hubungan
antara individu satu dengan individu yang lain yang terdiri atas kelompok-
kelompok dan hidup bersama.
Jelasnya masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama
ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka
miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka,
sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri
kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak,
antara ibu dan ayah, antara kake dan cucu, antara sesama kaum laki-laki atau
sesama kaum wanita, atau antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam
suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia,
yang disebut masayrakat.21
Selain itu juga ada yang mejelaskan bahwa masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling
17 Ibid., h.212-214 18 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.115 19 Ahmadi, abu, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),h.96 20 Ibid., h.96 21 Ibid., h.97
12
“berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai peranan agar
warganya dapat saling berinteraksi. Negara modern misalnya, merupakan
kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan
para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang
tinggi. Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu
kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya, bila hanya adannya
suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu
kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi. Suatu suku bangsa,
misalnya saja suku bangsa bali, mempunyai potensi untuk berinteraksi, yaitu
bahasa bali. Namun adannya potensi itu saja tidak akan menyebabkan bahwa
semua orang bali tanpa alasan mengembangkan aktivitas yang menyebabkan
suatu interaksi secara intensif di antara semua orang bali tadi.
Hendaknya diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang
bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat
harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Sekumpulan orang yang
mengerumuni seorang tukang tukang penjual jamu di pinggir jalan tidak dapat
di katakan sebagai suatu masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga
berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunnyai satu ikatan lain kecuali
ikatan berupa perhatian terhadap penjual jamu tadi. Demikian juga
sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan sepak bola, dan
sebenarnya semua kupulan manusia penonton apapun juga, tidak di sebut
masyarakat. Sebaliknya, untuk sekumpulan manusia itu kita pakai istilah
kerumunan.
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu
masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor
kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Lagipula, pola itu harus bersifat
mantap dan kontinu; dengan perkataan lain, pola khusus itu harus sudah
menjadi adat istiadat yang khas.
13
Selain ikatan adat-istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan dan
kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain,
yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan
khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.
Dari uraian di atas, maka definisi masyarakat secara khusus dapat
dirumuskan sebagai berikut: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu,
dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Definisi itu menyerupai suatu definisi yang diajukan oleh J.L Gillin
dan J.P. Giliin dalam buku mereka cultural sociology, yang merumuskan
bahwa masyarakat atau society adalah “…the largest grouping in which
common customs, tradition, attitudes and feelings of unity are operative”.
Unsur grouping dalam definisi di atas menyerupai unsur “kesatuan hidup”
dalam definisi kita, unsur common customs dan traditions adalah unsur “adat-
istiadat” dan “kontinuitas” dalam definisi kita, serta unsur common attitudes
and feelings of unity sama dengan unsur “identitas bersama”.22
Pengertian masyarakat (society) jelas berbeda dengan pengertian
masyarakat setempat (community) atau komunitas. Pengertian masyarakat
(society) sifatnya lebih umum dan luas, sedangkan pengertian masyarakat
setempat (community) lebih terbatas dan juga dibatasi oleh areal kawasannya,
serta jumlah warganya. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya, lebih erat
pada masyarakat setempat (community) daripada masyarakat (society), dan
persatuannya juga lebih erat.
Menurut Soerjono Soekanto, Istilah community dapat diterjemahkan
sebagai “masyarakat setempat”, istilah mana menunjuk pada warga-warga
sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa.
Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar
atau kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa
kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang
22
Koentjaraningrat, op. cit., h.115-119
14
utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya
mereka menjalin hubungan sosial.
Dengan mengambil pokok-pokok uraian di atas, dapat dikatakan
bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu di mana faktor
utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara
anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk di luar batas
wilayahnya. Setiap community sentiment memiliki unsur:
1. Seperasaan
2. Sepenanggungan
3. Saling memerlukan
Unsur seperasaan muncul karena anggota komunitas memosisikan
dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka
menganggap dirinya sebagai “kami” ketimbang dengan “saya”. Umpamanya
“tujuan kami”, “kelompok kami” atau “perasaan kami”.
Unsur sepenanggungan muncul karena setiap anggota masyarakat
setempat sadar akan peranannya dalam kelompok. Setiap anggota
menjalankan peranannya sesuai dengan posisi kedudukannya masing-masing.
Unsur saling memerlukan muncul karena setiap anggota dari
komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya.
Ada saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologisnya.23
C. Masyarakat Nelayan (fishing communities)
Terdapat beberapa pengertian nelayan diantarannya adalah:
1. Menurut Ensiklopedia Indonesia yang di terbitkan oleh Ichtiar-Hoeve, di
jakarta tahun 1989. Pengertian nelayan ialah: “orang yang secara aktif
23 Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2007, hal 83-86
15
melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti para
penebar dan penarik jarring), maupun tidak langsung (seperti juru mudi
perahu layar, nakoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak
kapal ikan), sebagai mata pencaharian.”
2. Sedangkan menurut buku pedoman teknik pembangunan perumahan
nelayan, yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum, direktorat
jendral cipta karya, direktorat perumahan, pengertian nelayan ialah: “orang
yang mata pencahariannya sebagai penangkap ikan (laut, sungai, danau),
sebagai pengolahan industry ikan seperti membuat petis, krupuk, dan lain-
lain.
3. Menurut buku penyusunan kamus pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa, kamus besar bahasa Indonesia, yang diterbitkan oleh balai pustaka
di jakarta, tahun 1989, pengertian nelayan ialah: “orang yang mata
pencaharian utamannya dari usaha menangkap ikan (di laut).24
4. Dalam buku ketentuan kerja pengumpulan dan penyajian data statistik,
nelayan di definisikan sebagai orang yang secara aktif melakukan
pekerjaan dalam oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air.Hal
ini berarti orang yang membuat jaring, istri, anak serta orang tua nelayan
yang tidak aktif dalam oprasi penangkapan ikan tidak di masukkan dalam
katagori nelayan.
Dari keempat definisi ke atas bahwasannya banyak dari mereka yang
mendefinisan nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan
dalam oprasi penangkapan ikan. Dengan demikian orang yang hanya
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring atau mengangkut alat-alat
perlengkapan ke dalam perahu/kapal tidak dikatagorikan sebagai nelayan.
Sedangkan ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap
24
Endah candra, Permukiman Nelayan, Skripsi pada Pascasarjana Universitas Indonesia,
jakarta, h. 4-5, tidak dipiblikasikan
16
ikan dikatagorikan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak aktif secara
langsung melakukan penangkapan ikan.
Menurut Alfredo Sfeir Younis dalam pollnac, sektor penangkapan
ikan dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama, sektor perikanan berskala besar,
pada umumnya diorganisasikan dengan cara serupa perusahaan agro industry
dinegara-negara maju dan lebih padat modal, memberikan pendapatan lebih
tinggi serta kebanyakan untuk ikan kaleng dan ikan beku serta untuk pasaran
ekspor. Kedua, sektor perikanan berskala kecil, umumnya terletak di daerah
pedesaan dan pesisir dengan cirri khas bertumpang tindih dengan kegiatan
lain seperti perternakan, pertanian dan budi daya ikan. Umumnya tidak
menggunakan mesin dan ikan yang dihasilkan umumnya untuk konsumsi
masyarakat setempat.
Pola hidup nelayan sedikit banyak diliputi oleh ketidakpastian
penghasilan, karena aktivitas penangkapan ikan sangat tergantung pada alam.
Disamping sifat usahannya pun dianggap sebagai milik bersama. Kedua hal
ini yang sering mewarnai ketidakpastian penghasilan mereka, disisi lain factor
musim pun sangat berpengaruh.25
Selain itu, citra mengenai nelayan di Indonesia umumnya
mengisahkan hal yang sama, yaitu tentang kemiskinan, struktur sosial-budaya
yang masih tradisional, struktur nelayan produsen yang kurang
menguntungkan, hambatan dari KUD Mina, kurang berperannya TPI (tempat
pelelangan ikan), atau juga pola manajemennya yang masih sederhana.26
Berdasarkan pengalamannya nelayan membagi musim menjadi empat
musim, yaitu: pertama, diawali musim kapat, yakni antara bulan September-
November dimana angin bertiup dari arah barat dan Timur Laut dan laut
bergelombang. Kedua, musim keenam, dimana angin bertiup dari arah barat,
gelombang besar diiringi hujan dan keruhnya air laut, musim ini berlangsung
25 Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, op.cit., h. 35-38 26
Herman hidayat, Masyarakat Indonesia, jilid XIII Nomer 2, (Jakarta: Lipi, 1986), h. 229
17
antara bulan desember sampai februari. Ketiga, musim kowulo, antara bulan
maret sampai mei, dimana laut tenang, angin bertiup pagi hari dari tenggara
dan siang hari dari Timur Laut. Keempat, musim petaruh antara bulan juni
sampai Agustus, dengan kondisi angin sama dengan musim sebelumnya,
tetapi laut bergelombang kecil. Musim yang di anggap sebagai “Musim
Paceklik” adalah pada saat Musim barat (musim keenam) antara bulan
Desember sampai Februari. Pada musim ini hampir semua nelayan tidak
melakukan operasi penangkapan ikan dikarenakan laut bergelombang besar
disertai hujan dan keruhnya air laut.27
D. Kondisi Kehidupan Masyarakat Nelayan Saat ini
Dari definisi masyarakat nelayan yang kita bahas sebelumnya,
bahwasannya dalam arti umum masyarakat nelayan adalah masyarakat yang
mata pencahariannya menangkap ikan dan hasil-hasil laut lainnya, dengan
menggunakan laut sebagai wadah/tempatnya. Kemudian, dilihat dari
prilakunnya dilapangan, masyarakat nelayan dapat dibedakan menjadi:
a. Masyarakat nelayan tradisional
Kelompok nelayan ini merupakan mayoritas dari jumlah penduduk
yang hidup di daerah pesisir pulau-pulau terpencil, yang jumlahnya lebih
dari 40 juta. Sehari hari mereka melaut hanya sekedar mencari makan bagi
keluargannya. Siklus kehidupan para nelayan tradisional ini berlangsung
turun temurun. Dibeberapa daerah (dipantai selatan, dan utara jawa, riau,
Sumatra timur, dan utara, Maluku, dan irian jaya)
27
Syamsir salam dan amir fadhilah. loc. cit., h. 35-38
18
b. Masyarakat nelayan modern
Biasa disebut nelayan mesin, nelayan berdasi atau nelayan kaya.
Gologan atau kelompok ini merupakan minoritas, tinggal di kota-kota
besar dan pusat kota, mendapatkan hasil penangkapan yang sangat besar
di laut dengan sarana armada kapal ikannya yang besar dan berteknologi
canggih.
Mereka memiliki modal yang cukup untuk membeli beberapa kapal
ikan, dengan tenaga kerja direkrut dari para nelayan tradisional. Sebagian
besar para nelayan modern menjalin kerjasama dengan pihak asing.28
E. Pengertian Pengembangan dan Pengembangan Organisasi
Pengembangan Organisasi/PO (Organizational Development/OD)
pada prinsipnya merupakan suatu proses di mana pengetahuan, konsep-
konsep, dan praktek-praktek yang berkaitan dengan (perilaku) organisasi
digunakan secara efektif untuk membantu organisasi dalam mencapai
tujuannya. Proses ini juga termasuk bagaimana meningkatkan kualitas kinerja
organisasi dan sekaligus meningkatkan produktivitas organisasi.
Pengembangan organisasi pada dasarnya berbeda dengan berbagai
upaya perubahan organisasi yang dilakukan secara terencana, seperti upaya
perubahan dengan melakukan pembelian peralatan baru, atau merancang
ulang sebuah desain, ataupun menyusun ulang suatu kurikulum sekolah, atau
suatu departemen pada suatu fakultas. Hal ini karena fokus kajian PO itu
terletak pada peningkatan kemampuan organisasi untuk dapat mengetahui dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi organisasi itu sendiri.
28 Soebandi slamet, Pemberdayaan Kehidupan Nelayan Guna Meningkatkan Pariwisata Dan
Kesejahteraan Masyarakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional. skripsi Tanhana Dharmma
Mangrva, 2002, h.12-14, tidak dipublikasikan
19
Dengan demikian, pengembangan organisasi pada kenyataannya
berorientasi pada peningkatan atau kemajuan (kinerja) sistem; di mana
organisasi sebagai suatu sistem dengan bagian-bagian yang terdapat di
dalamnya, dapat mempengaruhi atau memberi dampak (positif) dalam
interaksinya dengan lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu lingkungan di luar
organisasi.29
Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl dalam buku mereka yang
berjudul organizational behavior and personnel psychology mengemukakan
13 ciri umum pengembangan organisasi sebagai berikut.
1. Pegembangan organisasi mengandung suatu sistem organisasi total.
Seperti yang ditunjukan oleh beckhard, hal ini tidak perlu berarti bahwa
keseluruhan organisasi harus terlibat. Akan tetapi, pengembangan
organisasi dapat dimulai dalam setiap subsistemnya yang secara relative
bebas untuk menentukan rencana dan masa depannya sendiri (missal suatu
pabrik yang otonom).
2. Pengembangan organisasi memandang organisasi dari sudut ancangan
atau pendekatan sistem. Organisasi dipandang sebagai serangkaian bagian
komponen utuh yang saling berhubungan. Orang yang melaksanakan
praktik menyadari bahwa apabila satu bagian dari sistem total dengan cara
apapun berubah, hal ini akan mempunya banyak pengaruh terhdap bagian-
bagian dari sistem yang lain.
3. Pengembangan organisasi dibantu oleh manajemen puncak. Manajemen
puncak harus menunjukan tanggung jawab dan kesadaran akan usaha
pengembangan organisasi yang nyata.
4. Sering digunakan pelayanan seorang perantara perubahan pihak ketiga.
Perantara mungkin seorang anggota organisasi, akan tetapi harus bersifat
ekstern terhadap subsistem organisasi khusus yang memprakarsai usaha
pengembangan organisasi.
5. Pengembangan organisasi merupakan suatu usaha terencana.
6. Pengembangan organisasi dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
dan kesehatan organisasi.
7. Pengembangan organisasi menggunakan pengetahuan ilmu perilaku.
Campur tangan pengembangan organisasi didasarkan atas pengetahuan
dan tekhnologi yang diperoleh dari berbagai ilmu perilaku:
kepemimpinan, komunikasi, motivasi, penentuan tujuan, ilmu
pengetahuan, hubungan antar kelompok, perilaku kelompok kecil,
29
Oetojo, Boedhi, Pengembangan Organisasi, (http://www.ut.ac.id)
20
manajemen pertentangan, sikap, struktur organisasi, dan hubungan antar
pribadi.
8. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses jangka panjang. Sering
memerlukan beberapa tahun untuk mengdakan suatu perubahan organisasi
yang berarti dan abadi.
9. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang terus menerus,
tanpa berhenti.
10. Pengembangan organisasi terutama memusatkan pada pengubahan sikap,
prilaku dan hasil kerja kelompok atau tim organisasi ketimbang pada
individu.
11. Pengembangan organisasi terutama bertumpu pada pengalaman seperti
bertentangan dengan pengetahuan didatik. Meskipun pengembangan
organisasi dapat mengandung pemberian pengetahuan berdasarkan fakta-
fakta melalui kuliah atau ceramah dan diskusi kelompok, pengembangan
organisasi banyak bertumpu pada anggota-anggota organisasi yang benar-
benar mengalami, mengadakan percobaan dengan, dan mencerminkan
bentuk-bentuk perilaku yang baru.
12. Pengembangan organisasi menggunakan suatu model campur tangan riset
tindakan. Aspek-aspek kunci model mengandung pengumpulan data riset
tentang suatu sistem yang terus menerus oleh perantara perubahan,
melakukan diagnosis pendahuluan, mengumpanbalikkan dan
membicarakan data ini dengan kelompok klien, perencanaan tindakan
bersama oleh perantara dank lien, tindakan dan diagnosis ulangan.
13. Pengambangan organisasi menekankan pentingnya penentuan tujuan dan
kegiatan perencanaan. Salah satu ciri penting dari progam pengembangan
organisasi adalah mengajari individu-individu dan kelompok-kelompok
bagaimana menentukan tujuan-tujuan yang dapat diukur dan realistis, dan
bagaimana pengubah tujuan-tujuan ini menjadi tindakan.30
F. Pengertian Organisasi
Masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari organisasi-
organisasi. Kita dilahirkan di dalam organisasi, dididik melalui organisasi dan
hampir semua dari kita melewati masa hidup dengan bekerja untuk
kepentingan organisasi. Kita juga memanfaatkan sebagian besar waktu yang
senggang untuk kegiatan membeli, bermain maupun berdoa di dalam
organisasi. Selain itu sebagian besar umat manusia akan meninggal di dalam
30 Moekijat, Pengembangan Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, ), h.1995
21
organisasi dan apabila saatnya tiba untuk dimakamkan, maka organisasi yang
terbesar yaitu Negara mau tidak mau harus memberikan ijin resmi.
Masyarakat modern dewasa ini lebih mengutamakan rasionalitas
efektivitas dan efesiensi sebagai nilai-nilai moral yang tinggi.31
Inti dari teori
modernisasi ini adalah usaha pembangunan institusional (perekayasaan
struktur sosial melalui pembentukan institusi-institusi baru) dan pembangunan
mentalitas manusia (perekayasaan cultural).32
Peradaban modern pada
hakekatnya sangat bergantung pada organisasi-organisasi sebagai bentuk
pengelompokan sosial yang paling rasional dan efisien. Dengan cara
mengkoordinasikan sejumlah besar tindakan manusia. Organisasi mampu
menciptakan suatu alat sosial yang ampuh dan dapat diandalkan. Organisasi
tersebut menggabungkan sumber daya tenaga manusia yang dimilikinnya
dengan sumber daya lainnya, yakni dengan menjalin para pemimpin,
kelompok tenaga ahli pekerja mesin maupun bahan mentah menjadi satu.
Pada saat yang sama organisasi juga secara terus menerus mengkaji sejauh
mana ia telah berfungsi serta selalu berusaha menyesuaikan diri sebagaimana
yang diharapkan agar dapat mencapai tujuan. Sebagaimana yang akan kita
lihat kemudian, semua menyebabkan organisasi dapat melayani serta
memenuhi berbagai kebutuhan suatu masyarakat maupun warganya secara
lebih efisien.
Bertambah luasnya ruanglingkup dan meningkatnya rasionalitas
organisasi jelas tidak terbentuk tanpa suatu pengorbanan sosial atau manusia.
Di antara sekian banyak sarana utama yang digunakan oleh organisasi untuk
mencapai tujuannya, sumber daya tenaga manusia adalah yang paling sering
digunakan.
31
Amita Etzioni, Organisasi-organisasi Modern, (jakarta: UI Press, 1985 ), h. 1-4 32
Amri marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, (jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), h. 43
22
Dari uraian diatas, maka definisi organisasi adalah unit sosial (atau
pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali
dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Dalam organisasi tersebut mencakup antara lain korporasi, pasukan angkatan
bersenjata, sekolah, rumah sakit, dan penjara; sedangkan suku bangsa, kelas,
kelompok etnis, kelompok persahabatan dan keluarga tidak masuk kedalam
organisasi. Pada umumnya organisasi ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adannya pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan dan tanggung jawab
komunikasi yang merupakan bentuk-bentuk pembagian yang tidak
dipolakan begitu saja atau disusun menurut cara-cara tradisional,
melainkan sengaja direncanakan untuk dapat lebih meningkatkan usaha
mewujudkan tujuan tertentu
2. Adannya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi
pengendalian usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi
mencapai tujuannya
3. Penggantian tenaga, dalam hal ini tenaga yang dianggap tidak bekerja
sebagaimana diharapkan, dapat diganti oleh tenaga yang lain.33
G. Organisasi Keagamaan
Agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama
dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Agama menurut pendekatan antropologis adalah hubungan
mekanisme pengorganisasian.
Organisasi keagamaan adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam lingkup suatu
agama tertentu. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia
33
Amitai Etzioni. loc. cit.
23
membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
tidak dapat mereka capai sendiri.
Konsep organisasi keagamaan yang dipakai adalah adalah suatu
pendekatan, kegiatan, atau sistem kehidupan yang irrasional. Organisasi
keagamaan yang khusus mengurus upacara dan hubungan dengan Tuhan yang
dinamakan tarekat (jalan menuju kebenaran). Kelompok masyarakat yang
religius atau agama secara teologis yang telah menjadi antropologis itu,
mengembangkan segenap sistem budayanya dari ajaran ajaran tuhan atau
wahyunya yang diungkap dalam kitab suci. Roland Robertson, membuat suatu
model yang menggambarkan hubungan antara tingkat homogenitas dan
heteroginitas agama yang dianut suatu masyarakat dikaitkan dengan
organisasi keagamaan, ke dalam empat tipe:
1. Pada masyarakat yang memiliki heteroginitas dalam agama, ada dua tipe:
yaitu agama secara organisasi terpisah dari kehidupan ekonomi, politik,
dan pendidikan; dan agama yang tidak begitu terorganisir.
2. Pada masyarakat yang memiliki homogenitas agama, juga ada dua tipe:
yaitu agama teroganisir dengan baik, dan agama diakui secara resmi
sebagai agama negara; dan tidak terorganisir seperti pada masyarakat
primitif.
Usaha Organisasi:
1. Di bidang agama, melaksanakan dakawah islamiyah dan meningkatkan
rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas.
3. Di bidang Sosial Budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
24
4. Di bidang Ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menik-mati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya
ekonomi rakyat. 34
H. Pedesaan
1. Desa
Secara umum, desa selalu dipandang sebagai daerah yang masih
belum maju, belum modern, atau berbagai pencitraan lainnya yang
menunjukan keterbelakangan. Demikian pula masyarakatnya. Dalam
pergaulan dan percakapan sehari-hari seringkali kita dengar ungkapan-
ungkapan yang bernada merendahkan orang desa. Sikap atau pandangan
semacam ini dapat menciptakan presepsi dalam diri kita bahwa masyarakat
desa kurang berharga untuk menjadi objek studi. Sebaliknya dari kesan dan
pandangan semacam itu, desa dan masyarakatnya sangat penting artinya bagi
kehidupan manusia. Siapa yang tidak mengakui bahwa orang desalah yang
menghasilkan pangan bagi kita semua.35
Memang pada umumnya, pengertian desa sering dikaitkan dengan
pertanian, terlepas dari jenis dan tingkat kemajuan sistem pertaniannya.
Diantara pakar sosiologi pedesaan, cukup banyak pula yang menyetujui
pengertian semacam itu, Namun pada intinnya mereka berpendapat bahwa
desa adalah lingkungan yang wargannya memiliki hubungan yang akrab dan
informal.
Agar lebih jelas dan lengkap, seorang pakar sosiologi pedesaan dari
Amerika Serikat, Paul H. Landis dalam bukunnya rular life in process. Di
antara sekian ahli Sosiologi Pedesaan, P. H. Landis ini memilki definisi yang
lebih lengkap. Ia mengemukakan tiga definisi mengenai desa, tergantung pada
tujuan analisisnya. Untuk tujuan analisis statistic, desa adalah suatu
34
Ilham Nugraha, Agama dan Organisasi Agama, 2012, (http://hanz-one.blogspot.com) 35
Rahardjo, sosiologi pedesaan, (jakarta, universitas terbuka, 2001 ), h.2.1
25
lingkungan yang peduduknya kurang dari 2.500 orang. Untuk tujuan analisi
social-psikologis, desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya memiliki
hubungan yang saling akrab dan serba informal satu sama lain. Sedangkan
untuk tujuan analisis ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan
yang penduduknya hidup dari pertanian.
Selain dari definisi-definisi di atas, terdapat pendefinisian lainnya
yang bias dijadikan pegangan. Definisi ini dikemukakan oleh
Koentjaraningrat. Secara garis besarnya, dia membedakan dua komunitas,
yakni komunitas besar (kota, Negara bagian, Negara, dan lainnya), Dan
komunitas kecil (desa, rukun tetangga, dan lainnya). Batasannya mengenai
desa adalah: “komunitsa kecil yang menetap tetap di suatu tempat”.
Komunitas disamping menunjukan ikatan sosio-emosional di antara
angotanya, juga menunjukan adanya ikatan antara anggota tersebut dengan
suatu daerah tertentu. Maka, definisi koentjaraningrat tersebut dapat
mencakup desa pertanian maupun non-pertanian (misalnya desa nelayan).36
Sedangkan menurut Paul H. Landis : desa adalah dengan ciri-cirinya
sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan
jiwa.
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
2. Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga /anggota
36
Ibid., h.3.3-3.5
26
masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana ia
hidup dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban
setiap waktu demi masyarakatya atau anggota-anggota masyarakat, karena
beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai
dan menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap
keselamatan dan kebahagiaan bersama didalam masyarakat.
Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai
berikut:
a. Didalam masyarakat pedesaan diantara wargannya mempunyai hubungan
yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan lainnya diluar batas wilayahnya.
b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan sambilan yang biasannya sebagai pengisi waktu
luang
d. Masyarakat tersebut homogeny, seperti dalam hal mata pencaharian,
agama, adat-istiadat dan sebagainya.
3. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat
Indonesia lebid dari 80% tingal di pedesaan dengan mata pencaharian
yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasannya
dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai
masyarakat tantang damai, harmonis yaitu msyarakat yang adem ayem,
sehingga oleh orang kita dianggap sebagai tempat untuk melepas lelah
dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekudutan pikir.
Maka tidak jarang orang kota melepas segala kelelahan dan
kekusutuan pikiran dengan pergi ke luar kota, karena merupakan tempat
27
yang adem ayem dan penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan
masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat pedesaan
itu, oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gameinschaft
(paguyuban). Jadi keguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan
orang-orang kota menilai masyarakat desa itu tenang, harmonis, rukun,
dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.
Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesan kita ini mengenal
bermacam-macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau
paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam
masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial. Dalam
hal ini kita sering jumpai gejala-gejala yang sering diistilahkan dengan:
1. Konflik (Pertengkaran)
Pada kenyataannya masyarakat pedesaan penuh dengan masalah dan
ketegangan. Karena setiap hari mereka hidup berdekatan dengan
tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menimbulkan pemicu
yang paling banyak penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa peledakan
dari ketegangan.
2. Kontroversi (Pertentangan)
Pertentangan bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep
kebudayaan (adat istiadat), psikologi atau dalam hubungan guna-guna
(black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah
kontroversi dari sudut kebiasaan masyarakat.
3. Kompetisi (Pertandingan)
Sesuai kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia biasa yang
memiliki sifat bersaing. Wujud persaingan bisa positif jika tujuannya
untuk meningkatkan prestasi atau menciptakan produk atau output
(hasil). Dan bisa berwujud hal negatif jika bersingan hanya berhenti
pada sikap iri dan kegiatan yang tidak bermanfaat yang dapat
28
menimbulkan fitnah sehingga dapat menciptakan ketegangan pada
masyarakat.
I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat
Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap masyarakat, ada tiga
aspek yang perlu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian.
Ketiga aspek itu merupakan fenomena sosial yang kompleks dan terpadu yang
pengaruhnya dapat diamati pada prilaku manusia. Berkaitan dengan hal ini,
Nottingham menjelaskan secara umum tentang hubungan agama dengan
masyarakat. Golongan-golongan masyarakat itu antara lain :
1. Golongan petani. Pada umumnya, golongan petani termasuk masyarakat
yang terbelakang. Lokasinya berada di aerah terisolasi, sistem
masyarakatnya masih sederhana, lembaga-lembaga sosialnya pun belum
banyak berkembang. Disamping alasan-alasan tersebut, unsur-unsur
ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan, sangat erat dengan
kehidupan petani. Mata pencaharian utamanya bergantung pada alam yang
tidak bisa dipercepat, diperlambat, atau diperhitungkan secara cermat
sesuai dengan keinginan petani. Faktor cuaca, faktor pertumbuhan
tanaman, faktor binatang, baik sebagai alat pembantu maupun sebagai
hama, faktor subur tidaknya tanah, dan sebagainya merupakan faktor-
faktor yang berada diluar jangkauan petani. Oleh sebab itu, mereka
mencari kekuatan dan kemampuan diluar dirinya yang dipandang mampu
dan dapat mengatasi semua persoalan yang telah atau akan menimpa
dirinya. Maka, diadakanlah upacara-upacara atau ritus-ritus yang dianggap
sebagai tolak bala atau menghormati dewa. Menyediakan sesajen bagi
Dewi Sri, yang dipercaya sebagai pelindung sawah dan lading, pada waktu
akan panen menjadi keharusan bagi mereka, agar hasil panenya berlimpah.
Dengan pengamatan selintas, pengaruh agama terhadap golongan petani
cukup besar. Jiwa keagamaan mereka relatif lebih besar karena
kedekatannya dengan alam.
2. Golongan nelayan. Karakter pekerja golongan nelayan hamper sama
dengan karakter golongan petani. Mata pencahariannya bergantung pada
keramahan alam. Jika musimnya sedang bagus, tidak ada badai, boleh jadi
hasil tangkapan ikannya melimpah. Biasannya pada waktu-waktu tertentu
ada semacam upacara untuk menghormati penguasa laut yang pada
masyarakat Indonesia dikenal sebagai Nyi Roro Kidul. Menurut konsep
Nottingham, baik golongan petani atau golongan nelayan termasuk tipe
masyarakat terbelakang, yang nilai-nilai sakral sangat memasuki sistem
29
nilai masyarakatnya. Maka dalam penyampaian ajaran agama kepada
mereka, hendaklah dengan cara yang sederhana dan memakai contoh-
contoh yang biasa diambil dari lingkungan alamnya.
3. Golongan pengrajin dan pedagang kecil. Golongan pengrajin dan
pedagang kecil hidup dalam situasi yang berbeda dengan golongan petani.
Kehidupan golongan ini tidak terlalu berkutat dengan situasi alam dan
tidak terlalu bergantung pada hukum alam. Hidup mereka didasarkan atas
landasan ekonomi yang memerlukan perhitungan rasional. Mereka tidak
menyandarkan diri pada keramahan alam yang tidak bisa dipastikan, tetapi
lebih mempercayai perencanaan yang teliti dan pengarahan yang pasti.37
J. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Pada skripsi yang berjudul Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani,
Nelayan, dan Buruh dalam Pembangunan (studi tentang partisipasi
masyarakat petani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum
di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Propinsi Banten)
yang di tulis oleh Dindin Abidin, menurutnya tingkat partisipasi ketiga
kelompok masyarakat tersebut secara umum dalam katagori sedang, hal
ini terlihat dari olahan data secara statistik dimana angka menunjukan
64,7% berada pada katagori sedang, pada katagori tinggi hanya 11,7%
dan 23,7% berada pada katagori rendah.38
Dari skripsi ini terlihat bahwa
persamaannya adalah sama-sama membicarakan mengenai partisipasi
atau peran yang dilakukan khususnya oleh masyarakat nelayan.
Perbedaanya adalah skripsi ini membahas mengenai peran masyaraka
tani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum, sedangkan
skripsi saya membahas tentang peran masyarakat nelayan dalam
mengembangkan organisasi keagamaan.
37 Kahmad Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006) h. 131-133 38
Dindin Abidin, Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani, Nelayan, dan Buruh dalam
Pembangunan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2003, h.vi, tidak dipublikasikan
30
2. Pada skripsi yang berjudul Peran Lembaga Keagamaan Dalam
Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Pada Yayasan Pusat
Kesejahteraan Sosial YPKS-PGI yang di tulis oleh Anglyane E.
Pinontoan, menurutnya peran lembaga sosial keagamaan dalam
penanggulangan kemiskinan sangat penting sehingga eksistensinnya perlu
dipertahankan. Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat dalam
memberikan dukungan dan bantuan kepada organisasi sosial tersebut.
Umumnya mereka yang berpartisipasi dan terlibat di dalamnya adalah
orang-orang Kristen yang merasa terpanggil dalam pelayanan, baik
mereka para pengurus, direktur maupun staf lembaga YPKS. Partisipasi
dikalangan mereka muncul karena adannya persaan solider, untuk
membantu anggota masyarakat yang tidak mampu (miskin) yang
dilatarbelakangi oleh nilai-nilai luhur keagamaan untuk mengasihi sesame
manusia.39
Persamaan pada skripsi ini adalah sama-sama membahas
mengenai lembaga keagamaan. Perbedaanya adalah lembaga keagamaan
yang di ambil pada pembahasan saya adalah lembaga keagamaan islam,
sedangkan pada skripsi ini adalah lembaga keagamaan Kristen.
3. Pada skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat
Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu yang di tulis oleh
Nuraini, menurutnya kehidupan masyarakat nelayan Mouroami
mempunyai pengaruh agama yang kuat bagi kehidupan mereka. Bagi
nelayan mouroami yang mengatakan agama mempunyai pengaruh itu
dikarenakan mereka mempunyai dasar keagamaan yang kuat pada masa
kecil hingga sekarang, baik itu mereka peroleh dari keluarga, lingkungan
sekolah atau dari teman-temannya, bagi mereka agama sangat berperan
39
Anglyane E.Pinontoan, Peran Lembaga Sosial Keagamaan dalam Penanggulangan
Kemiskinan Studi Kasus Pada Yayasan Pusat Kesejahteraan Sosial YPKS-PGI. Skripsi Universitas
Indonesia , Depok, 1992, h.vii
31
dalam memotivasi diri untuk berusaha tetap berperilaku baik.40
Pada
persamaan skripsi ini yaitu sama-sama melibatkan unsur keagamaan.
Perbedaanya, skripsi ini lebih mendalami pembahasan mengenai
agamanya sedangkan pada pembahasan saya agama hanya ditulis secara
garis besarnya saja.
K. Kerangka Berfikir
Pada umumnya banyak yang berfikir bahwa masyarakat nelayan
adalah masyarakat yang mengesampingkan nilai-nilai keagamaan, tetapi pada
masyarakat eretan wetan yang sebagian besarnya berprofesi sebagai nelayan,
di desannya mereka memiliki berbagai organisasi keagamaan seperti pondok
zakat. Dari pengamatan tersebut pastinya ada keterlibatan antara masyarakat
nelayan dengan organisasi pondok zakat, sehingga peneliti berkeinginan
untuk melihat bagaimanakah peran masyarakat nelayan dalam pengembangan
organisasi pondok zakat di desannya. Hasilnya, diharapkan penelitian ini
dapat memberikan informasi bahwa tidak semua masyarakat nelayan
mengesampingkan nilai-nilai keagamaannya.
40
Nuraini, Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau Tidung
Kepulauan Seribu. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2007, h. 61
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Sumber : https://www.google.com/maps/vt/data
Gambar 3.1
Tempat penelitian ini akan dilakukan di Desa Eretan-Wetan,
Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Adapun alasan peneliti
dalam memilih Desa Eretan Wetan sebagai tempat peneliatian berkenaan
dengan letak geografis desa yang secara geografis dari arah utara
berbatasan langsung dengan laut jawa dan berbentuk memanjang
sepanjang bibir pantai.
2. Waktu penelitian
penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap, dimulai dari
tahap perencanaan, persiapan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan
33
pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti dari penelitian ini dan
berakhir pada laporan penelitian. Agar penelitian ini dapat berjalan sesuai
dengan target yang telah direncanakan, maka peneliti membuat time
schedule sebagai berikut:
No Kegiatan BULAN
AGUS OKT NOV DES JAN FEB MAR
1 Penyusunan
2 Observasi
3
Menentukan
dan
menyusun
instrument
penelitian
4 Pengumpulan
data
5
Analisis data
dan
pengolahan
data
6 Penyusunan
laporan
7 Bimbingan
akhir skripsi
8 Siding skripsi
34
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya metode penelitian
pendidikan “Penelitian kualitatif dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
asumsi bahwa fenomena ilmu pengetahuan harus difahami dari prespektif
fenomena tersebut bukan dari prespektif peneliti.”41
Oleh karena itu penelitian
dilakukan secara alami dan dengan konteks langsung menggunakan subjek
yang menghasilkan fenomena ilmu pengetahuan. Peneliti memfokuskan
masalahnya terhadap penemuan yang ada di lapangan, sedangkan teori akan
dibangun berdasarkan temuan yang data di lapangan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut sugiyono dalam bukunya yang berjudul metodologi
penelitian dijelaskan bahwa “Populasi adalah wilayah kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. 42
tidak semua populasi adalah orang,
populasi juga bisa berupa obyek dan benda-benda alam yang lain. Selain itu
menurut sugiyono “populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristk/ sifat yang
dimiliki subyek atau obyek itu”.43
Adapaun populasi yang diteliti oleh peneliti
adalah masyarakat nelayan yang tinggal di Desa Eretan-Wetan.
Sugiyono menambahkan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”44
Kemudian selain
sugiyono, Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah
41
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 3 42 Sugiyono h.117 43
Ibid h.117 44
Ibid h.118
35
sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi”.45
Dari ke dua pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dalam
penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah purposive
sampling dimana sampel ini mengambil sumber data yang sesuai dengan
ahlinya. Misalnya pada penelitian ini peneliti akan meneliti tentang peran
masyarakat nelayan dalam mengembangkan organisasi pondok zakat,
sehingga sumber datannya adalah orang yang bekerja sebagai nelayan atau
tidak lain adalah masyarakat nelayan dan anggota Pondok zakat. Selain itu
purposive sampling adalah sampel yang paling cocok digunakan untuk
penelitian kualitatif.
Pada penelitian ini, populasi masyarakat nelayan di Desa Eretan-
Wetan berjumlah 2.034 jiwa kemudian sampel masyarakat nelayan yang kita
ambil sebanyak 2 orang dan anggota pondok zakat yang berjumlah 11 anggota
kemudian sampel yang kita ambil sebanyak 3 orang.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer
dan
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber data utama. Data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.46
Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.
Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer
antara
45
Pengertian sampel, http://konawe-online.blogspot.com/2012/07/definisi-populasi-dan-
sampel-menurut.html diakses pada 9 januari 2015 jam 7.25 46
Pengolahan dan analisis data hasil penelitian, http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_8.pdf. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 19.44
36
lain observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Selain itu, pengertian
data primer menurut Umi Narimawati dalam bukunya Metodologi Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif bahwa “Data primer ialah data yang berasal dari
sumber asli atau pertama”.47
Maksud dari sumber asli atau pertama adalah
data yang hanya bisa di dapat dari narasumber atau responden yaitu orang
yang kita jadikan objek penelitian sebagai sarana untuk mendapatkan
informasi. Selain data primer peneliti juga menggunakan data skunder,
menurut sugiono“sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data”.48
Data sekunder ini
merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-
buku dab literatur.
E. Instrument penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.49
Dapat
dijelaskan bahwa Instrumen penelitian berguna sebagai alat bantu dalam
menggunakan metode pengumpulan data yang merupakan sarana yang dapat
diwujudkan dalam benda, misalnya angket, perangkat tes, pedoman
wawancara, pedoman observasi, skala dan sebaginya.
47 Objek dan metode penelitian, http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/449/jbptunikompp-gdl-
megimaulan-22401-4-babiii.pdf. Di akses pada 10 januari, pukul 14.30 48
Ibid 49
Instrument penelitian, https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/teknik-
pengumpulan-data-dan-instrumen-penelitian. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 14.20
37
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara Penelitian Peran Masyarakat Nelayan Dalam
Upaya Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan
No Indikator Sub Indikator No Butir Soal Jumlah
1 Pengetahuan Mengetahui seputar
Pondok zakat
4 4
2 Karakteristik kegiatan seputar
pekerjaan nelayan
3 3
3 Kebudayaan Nadranan 1 1
Jumlah 8
Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan metode
wawancara terbuka. Wawancara ini adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis, wawancara ini hanya berupa garis-garis besar permasalahannya
saja.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pertama dalam pengumpulan data peneliti melakukan studi
kepustakaan/studi dokumentasi, selain itu peneliti juga mengumpulkan data
melalui hasil dari pengamatan (observasi) dan hasil wawancara.
1. Studi pustaka/ Studi Dokumentasi
“Studi kepustakaan merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian. Pada waktu mengidentifikasi masalah, diperlukan studi
kepustakaan berkenaan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu serta
dokumen-dokumen berkenaan dengan informasi tentang pendidikan”.50
50
Sukmadinata op. cit., h.277
38
Studi pustaka ini digunakan untuk bahan masukan dari penelitian
yang telah peneliti lakukan, studi pustaka ini tentunya berkenaan dengan
masyarakat nelayan dan data-data pondok zakat.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumplan data ini mendasarkan diri
pada laporan tentang diri sendiri atau self –report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi
mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut.
a. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya
c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan
menggunakan telepon. Dalam melakukan wawancara, selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka
pengumpulan data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar.51
51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 194-195
39
Pada tahap wawancara ini peneliti akan memakai jenis wawancara
tidak terstruktur dimana wawancara ini adalah wawancara yang bebas,
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datannya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.52
Pada teknik wawancara ini, paling utama peneliti akan
mewawancarai masyarakat nelayan dan pengurus organisasi Pondok zakat
Al-ikhlas. Karena masyarakat nelayan dan pengurus organisasi Pondok
zakat merupaka informan penting bagi peneliti agar terkumpulnya data-
data dan informasi yang akurat.
3. Pengamatan (observasi)
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi pada obyek-obyek
alam lain. 53
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat”
dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.54
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
52 Ibid., h.197 53 Ibid., h.203 54 Pengertian observasi, http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-
observasi.html. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 19.10
40
biologi dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan”.55
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian yang dilakukan peneliti berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan
non participant observation. Pada pengamatan ini peneliti akan
menggunakan pengamatan nonpartisipan observasi tidak terstruktur dimana
peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen,
kemudian pengamatan yang dilakukan tidak menggunakan instrumen yang
telah baku.
4. Catatan Lapangan
Selain dokumentasi berupa rekaman suara dan gambar, peneliti juga
dapat mencatat temuannya. Catatan lapangan merupakan sumber data yang
penting dan berharga. Penelitian lapangan merupakan salah satu metode
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan
pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan
tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan biasa dilakukan untuk
memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks. 56
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
setelah semua data yang kita perlukan terkumpul, maka langkah
selanjutnya dalam penelitian adalah mengelolah data. Data tersebut akan
55 Sugiyono. loc. cit. 56
Catatan lapangan, http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_lapangan, diaksess pada 29
januari 2014 pukul 09:38
41
ditelaah dan dianalisis menjadi suatu laporan. Menelaah dan menganalisis
data biasannya lebih di kenal dengan istilah analisis data. Analisis data adalah
tahapan berlangsungnya proses penentuan pengukuhan pendapatan dalam
sebuah penelitian. Analisa data adalah proses penyusunan data agar dapat
ditafsirkan. S.Nasution menjelaskan bahwa menyusun data berarti
menggolongkannya kedalam pola, tema atau kategori sehingga dengan
demikian tidak akan terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi data artinya
memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari
hubungan antara berbagai konsep yang mencerminkan pandangan atau
perspektif peneliti, dan bukan kebenaran. Kebenaran hasil penelitian masih
harus dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain.
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk analisis deskriptif dalam pendekatan kuantitatif. Teknik ini
digunakan untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan pengawasan
kredit dalam upaya mengurangi resiko kredit macet di Bank Tabungan
Pensiunan Nasional.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini antara lain :
1. Data Reduction (Mereduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya dan
membuang data yang tidak diperlukan dalam penelitian. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan.
2. Data Display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart, matriks
dan sejenisnya agar mudah dipahami.
3. Conclusion Drawing atau Verification
42
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman adalah
conclusion drawing dan verifikation (penarikan kesimpulan dan
verifikasi). Sejak semula peneliti berusaha mencari makna data atau
kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan. Untuk itu perlu dicari pola,
tema, hubungan, persamaan, hal yang sering timbul, dan sebagainya. Hal
ini dapat dilakukan dengan verifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi dapat dilakukan dengan mencari data baru yang berkaitan
dengan analisis pelaksanaan pengawasan kredit dalam upaya mengurangi
resiko kredit macet di Bank Tabungan Pensiunan Nasional.
H. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data digunakan untuk melihat ketepatan antara data
yang terjadi pada lapangan dengan hasil yang di tulis oleh peneliti. Dalam
penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Uji keabsahan data
pada penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (realibilitas) confirmability
(obyektifitas)
1. Uji credibility dan transferability
Creadibility dan transferability atau validitas desain menunjukan
tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan
kenyataan.57
Oleh karena itu dalam pembuatan laporan harus memberikan
uraian yang rinci dan jelas, sistematis dan dapat dipercaya.
2. Uji dependability (realibilitas)
Dependability disebut realibilitas. Suatu penelitian yang reliable
adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian
57
Tim penyusun,Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. (Jakarta: 2008), h. 72
43
tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruh proses penelitian.58
3. Uji confirmability (obyektifitas)
Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji
obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian
telahdisepakati banyak orang.59
Menguji konfirmabiliti sama halnya
dengan menguji hasil penelitian, bila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian jangan sampai proses
tidak ada, tetapi terdapat hasil penelitiannya.
Menggunakan metode Triangulasi juga diperlukan dalam uji
keabsahan data agar fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik.
Metode triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua metode triangulasi,
yakni pertama triangulasi sumber, dilakukan untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Kedua triangulasi teknik,
dilakukan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda, Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. 60
Pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data ini menunjukan bahwa
konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain
penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.
58
Sugiyono, op. cit., h.377 59
Ibid., h. 377 60 Ibid., h. 373
44
Gambar 3.2 Skema Metode Triangulasi
Gambar 3.3 Skema Sumber Triangulasi
OBSERVASI WAWANCARA
DOKUMENTASI
DESA ERETAN-WETAN MASYARAKAT
NELAYAN DAN
PONDOK ZAKAT
MASYARAKAT
NELAYAN DAN
KEGIATAN PONDOK
ZAKAT
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Eretan-Wetan
1. Sejarah Desa Eretan-Wetan
Desa Eretan Wetan adalah salah satu desa yang terletak di
wilayah pesisir pantura, dulu desa ini bernama Wanakerta yang berarti
alas atau hutan yang ramai. Tidak dapat di lacak kapan persisnya
perubahan dari nama Wanakerta ini menjadi Eretan, namun dari
presentasi bapak Murcita sesepuh masyarakat Eretan dalam diskusi
“Bedah problema dan Solusi Desa Eretan” di Jakarta, tanggal 26-27
Mei 2005. Dalam catatan singkatnya dinyatakan bahwa saat itu
Wanakerta sudah memiliki kuwu/ kepala desa. Pertama kuwu Basman
yang memerintah selama dua tahun dari tahun 1920-1922, kemudian
di lanjutkan oleh penerusnya Kuwu Embat-embat selama kurang dari
satu tahun (1922 awal-1922 akhir). Setelah kuwu Embat-embat ini
nama Eretan baru muncul, jadi perkiraan nama Eretan muncul antara
tahun 1922 sampai tahun 1923. Bersamaan saat bangsa ini melakukan
pergolakan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan asing.
Nama Eretan sendiri berasal dari kata eret, aktifitas menarik
rakit atau getek dengan tambang yang saat itu merupakan media
transportasi satu-satunya yang menghubungkan dua desa, Wanakerta
(Eretan Wetan sekarang) dengan desa Kerta jaya (Eretan Kulon
sekarang) dan Kertawinangun (hasil pemekaran dari Eretan kulon).
Sejak adanya media transportasi yang dieret atau ditarik ini nama Eretan
46
menjadi terkenal sementara nama Wanakerta menjadi hilang sampai
saat ini. Maka nama Wanakerta berubah menjadi nama Eretan61
2. Kondisi Geografis dan Keadaan Alam
Letak Eretan Secara geografis dari arah utara berbatasan
langsung dengan laut jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir
pantai, oleh karenanya secara alamiah mayoritas penduduk Eretan
terdorong menjadi masyarakat nelayan dan menggantungkan hidupnya
dari hasil laut, baik sebagai nelayan tangkap, pengusaha / bakul ikan,
buruh pengolah atau jasa lainnya. Kalau di total di sektor ini profesi
penduduk Eretan mencapai angka kurang-lebih 80% dari total jumlah
penduduk Eretan.
Secara geografis Eretan juga berada pada posisi yang strategis,
yaitu berada di jalur transportasi utama jalan Negara Cirebon-Jakarta.
Hal ini tentunya secara ekonomis sangat menguntungkan Eretan,
karena ramai dan potensialnya dan juga menjadikan Eretan sebagai
salah satu daerah tujuan transit, baik dari arah laut melalui
pelabuhannya atau melalui jalur darat dengan restoran, rumah-rumah
makan, maupun tempat wisata yang membentang sepanjang desa
Eretan.
Letak Eretan yang strategis ini membuat interaksi masyarakat
Eretan dengan dunia luar berjalan secara masif dan dialektis, hal ini
terjadi dari dulu hingga sekarang, yang tentunya hal tersebut dapat
dipastikan akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
Eretan, terutama yang berkaitan dengan kemudahan dan penguatan
akses yang ditawarkan, baik dari segi perdagangan maupun informasi
di samping juga membawa ancaman dan dampak negative lainnya.
61 Tim penyusun, loc.cit.
47
Potensi ini membuat Eretan bertahan sebagai salah satu daerah sentra
produksi ikan terbesar di Indramayu-Jawa barat dengan pasokan hasil
laut sebesar 30 % dari kebutuhan masyarakat Indramayu-Jawa Barat.
Keberadaan Eretan sebagai daerah transit yang strategis baik
melalu jalur darat ataupun melalui jalur laut adalah sesuatu yang
otentik, salah satu buktinya adalah saat kedatangan pertama kali
pasukan tentara Jepang ke Indonesia (Baca : Jawa) dalam perang dunia
II melawan sekutu adalah melalui pantai Eretan di samping melalui
Kragan-Demak Jawa Tengah dan Teluk Banten, informasi ini penulis
ketahui dari sebuah catatan pada Museum Sri Baduga Bandung. Saat
itu kalau kita kaitkan dengan periodesasi pemerintahan di Eretan,
maka kedatangan pasukan tentara Jepang ini terjadi saat Eretan di
pimpin oleh Kuwu Sunadi yang memerintah dari tahun 1942 sampai
1950 atau kuwu yang ke enam terhitung sejak masih bernama desa
Wanakerta.
Dalam catatan sejarah perjuangan bangsa disebutkan, bahwa
pasukan tentara Jepang mendarat di pantai Eretan, Kragan dan Teluk
Banten pada tanggal 1 Maret 1942 M. setelah sebelumnya mendarat
dan menguasai wilayah tarakan Kalimantan Timur pada tanggal 11
Januari 1942, kemudian menduduki wilayah palembang pada tanggal
16 Februari 1942, sehingga terbukalah pulau Jawa bagi tentara Jepang.
Setelah itu terjadilah pertempuran antara Jepang dan pemerintah
colonial Belanda di Jawa. Tanpa diduga, pasukan Belanda tidak dapat
menghadapi keperkasaan tentara Jepang. Akibatnya belanda menyerah
tanpa syarat pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati Subang, satu desa
yang letaknya tidak begitu jauh dari Eretan, berjarak kisaran 70 Km.
Dalam diskusi dengan Bapak Murcita, Beliau menjelaskan
bahwa saat perjuangan kemerdekaan banyak putra pribumi Eretan yang
48
ikut terjun sebagai pejuang perintis kemerdekaan. Saat itu banyak
pemuda Eretan yang tergabung dalam GPPI (Gerakan Pemuda Islam
Indonesia), gerakan dari para santri ini dipimpin oleh ABDUL
WAHID dan WAIL (Alm), dengan anggota Saripin,Basuki, Muklas,
Ilyas, dan Raswad, yang semuanya telah meninggal dunia (Allahu
yarham), kecuali Raswad masih hidup, beliau sekarang lebih dikenal
dengan nama H. Mustakim (Blok Condong). Markas GPPI saat itu
bertempat di rumah yang sekarang ditempati Wawat atau Anhar Zorqi.
Adapun yang aktif dalam pergerakan sosial dan politik di ormas NU
adalah Kyiai Abdul Halim, Kyiai Sarwin, dan Ustad Muin Rais.
Sementara yang berjuang melalui wadah Masyumi tercatat nama Kyiai
Karjum dan Kyiai Tama.
Sebagian pemuda Eretan yang lain aktif dalam gerakan GP
Ansor di bawah kepemimpinan Jayadi. sementara di kalangan pemuda
nasionalis Eretan banyak yang terlibat dalam gerakan Pembela Rakyat
Indonesia (PELOPOR). Gerakan ini bermarkas di rumah Ibu Turinah
(Alm), sekarang menjadi tanah kosong di samping rumah Bapak
Murcita. Pimpinan gerakan ini adalah MUTHOLIB dengan anggota
Limin palak, Leman kamintra, Tadi bin Arsa, Tarsiman bin Dar,
Raswad bin Sungeb, dan Kaslam.
Salah satu peristiwa heroik yang di kenang masyarakat Eretan
sampai saat ini adalah saat Raswad dan tiga orang kawannya mengawal
MA. Sentot dengan perahu dari Eretan ke Ujung Ori (Indramayu)
berhasil dengan selamat sampai tujuan dalam pengejaran Belanda.
Padahal saat itu Sentot adalah target utama penjajah Belanda di wilayah
utara Jawa Barat. Tiga teman yang mendampingi Raswad saat itu adalah
Carmita (Alm), Kembar (Alm), dan Jana (Alm). Pada saat itu semangat
49
perjuangan ditunjukkan seluruh bangsa Indonesia, tidak terkecuali
rakyat dan para pemuda Eretan.62
3. Jumlah Penduduk
Luas wilayah Eretan 179,800 ha. Sementara seluas 49,266 ha
adalah wilayah pemukiman penduduk, sisanya berupa persawahan,
lahan tambak, ladang garam, lahan kuburan, dll. Hasil sensus tahun
2004, menyatakan Eretan memiliki jumlah penduduk 11.710 jiwa
dengan komposisi 5928 jiwa adalah laki-laki, sedang sebanyak 5728
jiwa adalah kaum perempuan, data ini menjadikan Eretan salah satu
desa dengan jumlah penduduk terbesar dan pemukiman padat di
wilayah kecamatan Kandanghaur.
Table 4.1
Jumlah Penduduk Masyarakat Eretan-Wetan
No Jumlah Penduduk Menurut
1 Jenis kelamin Laki-laki 5.502 jiwa
Perempuan 5.728 jiwa
Jumlah 11.230 jiwa
2 Kewarganegaraan WNI 11.230 jiwa
WNA -
3 Agama
Islam 11.063 jiwa
Kristen 167 jiwa
Hindu -
Budha -
4 Mata Pencaharian
PNS 52 jiwa
ABRI 6 jiwa
Swasta 746 jiwa
62
Casmin, eretan untukmu kami berkarya, (Eretan: Pondok zakat Eretan, 2014), h. 2-4
50
Pedagang 1.084 jiwa
Tani 46 jiwa
Pertukangan 65 jiwa
Buruh 709 jiwa
Pensiunan 23 jiwa
Nelayan 2.034 jiwa
Pemulung 3 jiwa
Jasa 27 jiwa
5 Usia
Kelompok pendidikan
00-03 tahun 170 jiwa
04-06 tahun 90 jiwa
07-12 tahun 1.320 jiwa
13-15 tahun 586 jiwa
16-18 tahun 633 jiwa
19- keatas 208 jiwa
Kelompok tenaga kerja
10-14 tahun 74 jiwa
15-19 tahun 1,522 jiwa
20-26 tahun 2,244 jiwa
27-40 tahun 1,119 jiwa
41-56 tahun 974 jiwa
57- keatas 405 jiwa
6 Tingkat Pendidikan
Pendidikan umum
TK 479 jiwa
SD 3.491 jiwa
SMP/SLTP 3.069 jiwa
SMA/SLTA 2.579 jiwa
51
Akademi/D1-D3 171 jiwa
Sarjana (S1-S3) 37 jiwa
Pendidikan khusus
Pondok pesantren 115 jiwa
Madrasah 2.937 jiwa
SLB 3 jiwa
Kursus/keterampil
an
34 jiwa
Sumber : Data Monografi Desa Eretan Wetan
4. Budaya dan Karakteristik Masyarakat Eretan-Wetan
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu, kecil
atau besar yang terikat oleh satuan adat, ritus, atau hukum khas, dan
hidup bersama. Setiap masyarakat mempunyai ciri khas dan
pandangan hidupnya. Mereka melangkah berdasarkan kesadaran
tentang hal tersebut. Inilah yang melahirkan watak dan
kepribadiannya yang khas. Eretan sebagai kampung nelayan tentunya
sama seperti daerah lain yang yang ada di nusantara, yakni
mememiliki ciri khas dan pandangan hidupnya yang bisa
diidentifikasi atau dibedakan dengan daerah lainnya.
a. Nadranan
Eretan merupakan satu di antara tiga daerah sentra produksi
ikan terbesar di Kabupaten Indramayu selain Dadap Kecamatan
Juntinyuat dan Karangsong Kecamatan Indramayu, Eretan juga
dikenal sebagai kampung nelayan yang memiliki tradisi dan
budaya masyarakat yang unik sebagai bagian masyarakat pesisir
pantura. Salah satu budaya yang tetap lestari dan masih mendapat
52
apresiasi positif dari masyarakat adalah pesta laut atau yang
dikenal dengan istilah nadran.
Nadran adalah satu tradisi budaya yang tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat pesisir, secara harfiah
kata nadran terambil dari bahasa Arab dari akar kata Nadara yang
berarti Kaul, janji atau nadar. Masyarakat pesisir, dan Eretan
khususnya memahami nadran sebagai manivestasi rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rizki-Nya
yang berlimpah dari laut sehingga perlu adanya pegejawantahan
atau simbolisasi rasa syukur. Biasanya perayaan nadran dilakukan
dengan melakukan larung umbi rampe ke tengah-tengah laut yang
selanjutnya diperebutkan oleh para nelayan sebagai simbolisasi
berebut rizki Allah dari laut.
b. Simbatan
Banyak masyarakat luar Eretan yang memahami bahwa
karakter masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang
temperamen, keras, lagi suka tawuran. Padahal sebenarnya
masyarakat pesisir memiliki budaya dan tradisi kerja sama dan
semangat gotong royong yang kuat, hal ini bisa kita dapati dalam
banyak tradisi dan istilah-istilah masyarakat (nelayan) yang
menggambarkan adanya kebutuhan dan jalinan kerja sama antara
yang satu dengan yang lain, pola kerja sama ini sudah demikian
melembaga dalam hampir setiap pekerjaan yang sifatnya massal,
seperti menangkap ikan, menarik perahu, resepsi, atau saat
menyelengarakan acara adat dan keagamaan, istilah yang paling
populer untuk pola gotong royong ini di masyarakat Eretan
dikenal dengan istilah Simbatan.
Istilah ini berasal dari kata simbat/sambat yang secara
sederhana dapat diartikan meminta (memberi) bantuan.Tradisi ini
53
juga banyak berkembang pada masyarakat sederhana yang
bersikap komunal (kesukuan) atau masyarakat pedesaan. Tradisi
gotong royong ini dalam masyarakat sunda dikenal dengan istilah
sambat sinambat, biasanya dilakukan ketika akan megerjakan
sawah, membangun rumah, menyelenggarakan perhelatan seperti
pesta perkawinan atau sunatan, sementara di masyarakat Bali
istilah ini dikenal dengan Subak. Dan masih banyak lagi budaya-
budaya serta tradisi khas masyarakat pesisir pantura baik pada
bidang seni musik seperti tarlingan atau seni teater seperti
sandiwara dsb.63
B. Sejarah Pondok zakat Al-ikhlas
1. Sejarah Pondok zakat Al-ikhlas
Usaha untuk mendirikan lembaga amil zakat sudah lama dilakukan,
baik perorangan atau melalui lembaga keagamaan seperti masjid, maupun
yang formal atau semi formal yang difasilitasi oleh pemerintah atau MUI
(Majelis Ulama Indonesia) desa, namun demikian hasilnya belum banyak
terlihat. Kegigihan untuk menangani zakat di kalangan muslim Eretan dapat
dimaklumi, karena menunaikan zakat adalah kewajiban setiap muslim,
bahkan zakat merupakan salah satu sendi atau rukun Islam yang ketiga
setelah syahadat dan sholat.
Seorang muslim harus merasakan manis atau pahitnya sesuatu yang
terjadi di dalam masyarakat, bukan bersikap acuh dan tak peduli. Banyak di
jelaskan dalam banyak ayat dan hadis yang menekankan keterikatan iman
dengan rasa senasib dan sepenanggungan, satu di antaranya adalah surat al-
hasyr ayat 9. yang artinya “Mereka mengutamakan orang lain atas diri
mereka sendiri sekalipun mereka membutuhkan (atas apa yang mereka
63
Casmin, op. cit., h. 4-5
54
berikan itu)”. Pendidikan kejiwaan untuk merasakan senasib dan
sepenanggungan di antara masyarakat dapat menciptakan hubungan yang
serasi di antara mereka, yang salah satu cerminannya adalah kesediaannya
mengulurkan tangan sebelum diminta oleh yang membutuhkan, atau
kesediaan berkorban demi kepentingan orang banyak.
Setiap pribadi muslim bertanggung jawab untuk menyucikan jiwa
dan harta dirinya, kemudian keluarganya. Dengan memberikan perhatian
(minimal) terhadap pendidikan anak-anak, istri dan keluarga, baik dari segi
jasmani maupun rohani, bila memungkinkan dengan menyantuni orang yang
membutuhkan, yang tentunya tanggung jawab tersebut mengandung
konsekwensi biaya dan pendanaan.
Seorang muslim berkewajiban pula menciptakan rasa aman
menghadapi masa depan diri dan keluarganya. Firman Allah:
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar” (QS. Al-Nisa : 9)
Dari keluarga, kewajiban beralih kepada seluruh anggota masyarakat,
sehingga dikenal adanya kewajiban timbal balik antara pribadi dan
masyarakat, serta masyarakat terhadap pribadi. Kewajiban tersebut-
sebagaimana halnya setiap kewajiban-melahirkan hak-hak tertentu yang
sifatnya adalah keserasian dan keseimbangan di antara keduanya.
Islam sebagai agama yang bersifat paripurna, di dalamnya
mengajarkan ajaran keseimbangan dan jalan moderasi bagi umat manusia.
55
Islam tidak hanya mengajarkan kesalehan individu tetapi islam juga
menuntut kita untuk saleh secara sosial. Banyak dijelaskan dalam al-qur’an
maupun sunnah nabi tentang kewajiban-kewajiban sosial kita terhadap
sesama, bahkan kita dianggap belum beriman selagi kita belum peduli
dengan sesama kita dan mencintai mereka seperti mencintai diri kita sendiri,
terlebih pada mereka yang hidup dalam kekurangan. Dalam bahasa yang
lebih tegas, al-qur’an mengecap pendusta agama bagi mereka yang tidak
mau menyantuni fakir-miskin yang kekurangan juga tidak mau tahu soal
keberadaan anak-anak yatim (Q.S Al-Maun 1-3).
Dalam pelacakan penulis, informasi tertulis tentang lembaga
(organisasi) atau badan zakat di Eretan sangat minim, kalau tidak dikatakan
tidak ada sama sekali. Untuk menelusuri informasi tentang keberadaan
lembaga amil zakat yang pernah ada di desa Eretan dan usaha-usaha yang
pernah dilakukan, penulis berusaha menelusurinya dari pelaku sejarah dan
nara sumber yang tahu keberadaannya, sehingga kemungkinan informasi dan
tulisan saya tentang masalah ini terbatas sampai masa dari nara sumber atau
pelaku sejarah yang masih hidup saat buku ini ditulis.
Dalam diskusi penulis dengan salah satu nara sumber yang juga
pelaku sejarah, Ustadz Sufyan Tsauri, BA (Ketua DKM Al-Ikhlas periode
1983-2004). Beliau mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Kuwu
Safrudin Yuafi (Alm) (1988-1997), pemerintah desa saat itu memfasilitasi
para ulama dan umara dalam satu tim melakukan studi banding tentang tata
cara pengelolaan zakat ke Desa Putuk Rejo kecamatan Gondang Legi kota
Malang Jawa Timur, yang dari kabar/isunya desa ini dapat membangun
rumah sakit dari dana zakat yang berasal dari penduduknya.
Karena tidak ada koordinasi sebelumnya dengan pemerintah desa
Putuk Rejo saat itu, Tim yang terdiri dari Safrudin Yuafi (Alm), Suyatno
(Alm), Sopyan Tsauri dan Ta’ardjo ini tidak bisa bertemu dengan pihak
pemdes Putuk Rejo, karena hari ahad/libur.
56
Program ini dilanjutkan pada masa pemerintahan Kuwu Nano
Suwarno (1998-2008) melakukan studi banding dengan tujuan desa yang
sama. Saat itu tim terdiri dari Bapak Patoni Kaharudin (Alm) sebagai ketua,
dengan anggota Nano Suwarno, Sopyan Tsauri, Saefudin Zuhri, dan
Sumarso. Dari studi banding yang kedua ini didapat informasi kalau desa
Putuk Rejo yang berada di Propinsi Jawa Timur ini berpenduduk 6000 jiwa,
sebagaian besar dari penduduknya adalah suku Madura, dengan mata
pencaharian sebagai petani. Di desa Putuk Rejo ini ada lembaga musyawarah
yang melibatkan aparat pemerintah desa, tokoh agama dan masyarakat yang
bernama MUAD (Musyawarah Ulama dan Aparat Desa) yang merumuskan
kebijakan-kebijakan pengelolaan zakat.
Musyawarah yang melibatkan pihak pemdes, ulama dan tokoh
masyarakat ini diadakan satu bulan sekali. Dari musyawarah/ rapat ini dapat
dirumuskan kebijakan dalam pengelolaan dan pengalokasian zakat untuk
masyarakat. Informasi yang didapat dari studi banding ini bahwa dari
seluruh dana yang masuk, 25% untuk alokasi pendidikan masyarakat,
sementara yang 70% untuk pembangunan fisik dan santunan sosial bagi
fakir-miskin, sisanya yang 5% untuk bagian amilin.
Hasil dari studi banding ke desa putuk rejo ini, karena beberapa
alasan belum dapat diterapkan di desa Eretan, hal ini dikarenakan karakter
dan SDM masyarakatnya yang berbeda. Badan Zakat resmi bentukan
pemerintah desa pun dalam setiap periodenya selalu ada, tercatat dalam
investigasi penulis dua kepengurusan Badan Amil Zakat, Infaq, dan
Shodaqah (BAZIS) desa Eretan yang terakhir adalah BAZIS desa Eretan
periode 1999-2004 dengan ketua H. Suharto, kemudian dilanjutkan periode
setelahnya (2004-2008) dengan ketua Dasuki Dinussalam. Pada prakteknya
Bazis desa saat itu hanya mengelola zakat fitrah saat hari raya idul fitri,
sementara zakat mal belum tergarap secara maksimal sehingga
keberadaannya sebagai lembaga pengelola dana zakat, infaq, dan shodaqah
57
kurang efektif. Setelah berdirinya Pondok zakat Al-Ikhlas pada tahun 2006,
BAZIS desa akhirnya meleburkan diri di dalamnya.
Usaha yang juga cukup penting dari perjuangan masyarakat Eretan
untuk merintis dan mendirikan lembaga zakat adalah saat komisi bidang
keagamaan yang diwakili Bapak Mustaram Shiddiq dengan makalah yang
ditulis Sumarso dalam pleno persiapan sebelum diskusi dalam Forum
Komunikasi Keluarga Eretan di PPSDP Jakarta pada tanggal 24 Mei 2005 di
masjid Al-Furqon merumuskan dan mempresentasikan salah satu skala
prioritas komisi keagamaan adalah mendirikan lembaga amil zakat di
samping pengadaan perpustakaan untuk masjid dan musholla dalam rangka
pemberdayaan dan peningkatan kualitas masyarakat Eretan.
Rumusan ini pada akhirnya juga dikukuhkan dalam pleno Bedah
Problema dan Solusi desa Eretan di Jakarta pada tanggal 26-27 Mei 2005,
dan akhirnya ditetapkan menjadi agenda di komisi keagamaan FKKE
(Forum Komunikasi Keluarga Eretan).
Permasalahan kemiskinan adalah sesuatu yang pelik dan kompleks,
bahkan sering terjadi kemiskinan menimbulkan efek domino, seperti tindak
criminal/kejahatan, kekerasan, prostitusi, juga kebodohan dan
keterbelakangan. Permasalahan ini terjadi dan dialami dalam setiap sejarah
manusia. Eretan sebagai komunitas masyarakat yang heterogen pun pernah
mengalaminya, Peristiwa tindak anarkhis itu terjadi di tengah-tengah
masyarakat Eretan yang mayoritas penduduknya berada di bawah garis
kemiskinan utamanya sebagai nelayan kecil. Pada pertengahan Ramadhan
1426 H / Oktober 2005 tepatnya pada hari jum’at, karena merasa kecewa
dengan pemerintah desa yang dianggap tidak adil dan merata dalam
distribusi dana BLT, masyarakat miskin marah dengan merusak balai desa
Eretan dan fasilitas desa lainnya. Hal ini menimbulkan keprihatinan semua
pihak, dengan difasilitasi oleh DKM Al-Ikhlas bekerja sama dengan FKKE
Jabodetabek diadakan acara Halal bihalal pasca lebaran idul fitri 1426 H,
58
yang salah satu sesinya adalah pembentukan lembaga pemberdayaan
masyarakat lemah.
Dalam acara Halal Bihalal yang dimoderatori Masnun Sarnawi, SAg
dengan notulen dan coordinator seksi acara, Casmin AR. saat itu banyak
saran dan usulan yang disampaikan mengenai kesetujuan dan pentingnya
membentuk lembaga pemberdayaan ekonomi lemah dengan memanfaatkan
dana zakat yang ada. Tercatat yang menyampaikan usul dan harapannya saat
itu perwakilan dari FKKE Jabodetabek, Drs. H. Marita Triono, MM (Auditor
Depkeu), Dra. H. Yati Setiati (Dosen UNJ Jakarta). Adapun dari masyarakat
Eretan domisili, Drs. H. Tosin Kaharyanto, MPd (Kepsek SMPN Patrol), H.
Mansur Idris (DPRD Kab. Indramayu), Acih Sumiarsih, dll.
Acara halal bihalal yang difasilitasi oleh DKM Al-Ikhlas ini
membuat kesepakatan untuk membentuk tim yang akan menindak lanjuti
sampai terwujudnya lembaga zakat yang diharapkan. Dalam forum itu juga
H. Marita selaku ketua umum FKKE Jabodetabek menawarkan studi
banding ke Rumah Zakat Indonesia (RZI) di Bandung. Dalam sejarah
masyarakat Eretan lembaga amil zakat yang dideklarasikan setelah
pertemuan-pertemuan tersebut kemudian dikenal dengan nama Pondok zakat
Al-Ikhlas Eretan.64
2. Visi dan misi
Pondok zakat Al-Ikhlas menerapkan system pembagian yang
seimbang dan sama rata dari delapan ashnaf yang ada sehingga setiap
ashnaf mendapat bagian 12,5%. Landasan yuridis kebijakan dan
kesepakatan ini berpijak pada dalil-dalil yang sharih baik dalam al-
qur’an maupun sunnah Nabi juga qaul ulama. Mayoritas ulama
syafi’iyah yang jadi rujukan umat Islam Indonesia, menggunakan konsep
64 Tim penyusun, op. cit., h. 9-12
59
pembagian yang sama ini, kecuali dalam situasi khusus atau tertentu
dapat ditasharufkan (disalurkan) untuk ashnaf-ashnaf tertentu saja.
Pada Rapat Kerja (RAKER) Pondok zakat Al-Ikhlas II, tanggal
28 Juni 2009 di Rumah Makan Asy-Syafiq Eretan Kulon, Majelis
Pelaksana Pondok zakat Al-Ikhlas mengusung Tema : “Dengan zakat
kita tingkatkan kualitas umat”. Dalam Raker Pondok zakat Al-Ikhlas II
ini, Majelis Pelaksana juga berusaha merumuskan Visi, Misi, dan strategi
lembaga.
Karena keterbatasan waktu saat itu, visi dan misi Pondok zakat
Al-Ikhlas secara redaksionalnya belum dapat dirumuskan secara valid
sehingga upaya selanjutnya dilakukan oleh Tim Adhoc yang pada
akhirnya menemukan rumusan redaksional visi Pondok zakat Al-Ikhlas
sebagai “Lembaga amil zakat yang unggul, amanah, serta menjadi motor
penggerak upaya pemberdayaan sosio-ekonomi umat”. Sementara misi
yang diusung dan diproyeksikan sebagai penjabaran dari visi Pondok
zakat Al-Ikhlas adalah :
a. Menjadi Lembaga amil zakat profesional berbasis kesalehan social
b. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga tentang zakat
c. Meningkatkan peran sosio-ekonomi zakat bagi kemaslahatan umat
d. Membina dan Melaksanakan dakwah masyarakat
Dari visi, misi, ini kemudian di tuangkan dalam program kerja
Pondok zakat Al-Ikhlas masa khidmat 2009-2011 yang tanggung jawab
tekhnisnya diampu dan didistribusikan pada empat divisi yang ada.65
65
Casmin. op. cit., h. 13
60
3. Divisi Pondok zakat
Dalam oprasionalnya ketiga aspek pemberdayaan dan santunan
sosial tersebut di formulasikan dalam empat divisi. Empat divisi tersebut
adalah:
a. Divisi Operasional Kelembagaan
Divisi operasional kelembagaan adalah bagian rumah tangga
pondok zakat Al-ikhlas, divisi ini menangani seluruh kebutuhan rumah
tangga organisasi. Baik berupa pengadaan alat-alat kantor, kesekretariatan
sampai pada intensif atau bisyaroh amil. Dalam operasional kelembagaan
mengelola 12,5% dari dana yang masuk, bagian dari ashnaf amil, yang
alokasi pengeluarannya untuk kebutuhan intern organisasi
Pondok zakat Al-ikhlas menerapkan system pembagian yang
seimbang dan sama rata dari delapan ashnaf yang ada sehingga setiap
ashnaf mendapat bagia 12,5%. Landasan yuridis kebijakan dan
kesepakatan ini berpijak pada dalil-dalil yang sharih baik dalam al-quran
maupun sunnah nabi juga qaul ulama. Mayoritas ulama syafi’iyah yang
jadi rujuka umat islam Indonesia, menggunakan konsep pembagian yang
sama ini, kecuali dalam situasi khusus atau tertentu dapat ditasharufkan
(disalurkan) untuk ashnaf-ashnaf tertentu saja.
b. Divisi Kesejahteraan Umum
Divisi ini berperan sebagai badan urusan logistic (BULOG) pondok
zakat Al-ikhlas, karena urusan logistic dan progam-progam santunan sosial
untuk fakir-miskin yang sifatnya konsumtif menjadi garapan divisi ini.
Divisi ini mengelola 37,5 % dari zakat yang ada. pos alokasinnya diambil
dari tiga ashnaf masarif zakat (person atau lembaga yang menjadi sasaran
penerimaan zakat).
61
Divisi ini mengagendakan santunan sosial untuk fakir miskin secara
periodic atau berkala, setelah sebelumnya melakukan pendataan dan
inventarisasi nama-nama fakir miskin yang ada di desa Eretan Wetan
bekerja sama dengan membangun jaringan data dengan masjid atau
mushola se-desa Eretan.66
c. Divisi Pengembangan Sosial dan Keagamaan
Divisi pengembangan Sosial keagamaan adalah divisi ketiga
dalam struktur Majelis pelaksana Pondok zakat al-Ikhlas. Divisi ini
menjadi ujung tombak keberadaan Pondok zakat Al-Ikhlas di tengah-
tengah masyarakat Eretan, karena program-program sosial dan
keagamaan terdistribusikan melalui divisi ini.
Divisi Pengembangan Sosial Keagamaan (DPSK), mengelola
37,5 % dari dana yang ada, alokasi dari tiga masarif zakat, yakni;
Mualaf, Ibnu sabil, dan Fi sabilillah. Penanggung jawab divisi ini
adalah H. Iyon Supriyono dan Drs. Tatang Suwatno. Di antara program
kerja yang telah dilaksanakan sesuai rumusan hasil Raker II untuk
divisi pengembangan Sosial keagamaan adalah :
1) Pemberian Bisyaroh untuk guru ngaji dan imam rawatib secara
periodik atau berkala
2) Subsidi untuk guru MI dan DTA se-Desa Eretan Eretan
3) Bea siswa Miskin untuk siswa-siswi DTA Eretan wetan, masing-
masing DTA mendapat bantuan bea siswa sebanyak 10 anak
dalam setiap bulannya.
4) Dana pralaya atau penyediaan kain kafan, tikar dan kebutuhan
mayit lainnya untuk keluarga miskin yang sedang mengalami
musibah kematian salah satu sanak keluarganya.
66
Tim penyusun. op. cit., h. 14-15
62
5) Bantuan paket sembako paceklik untuk fakir-miskin se-desa
Eretan Wetan. Program ini biasanya dibagikan saat cuaca sedang
memasuki masa-masa dengan curah hujan tinggi (Januari-
Pebruari), sehingga mengkibatkan masyarakat nelayan Eretan
tidak bisa berlayar ke laut mencari nafkah, program ini
digulirkan untuk sedikit membantu masyarakat miskin mengatasi
masa-masa paceklik mereka.
6) Layanan kesehatan masyarakat.
Untuk program layanan kesehatan ini pada bulan April 2011
Pondok zakat Al-Ikhlas membangun komunikasi dan kerja sama
dengan panitia lokal Jalinan kasih cirebon mengadakan operasi
hernia, katarak, dan bibir sumbing gratis, program yang baru
dilaksanakan pada tahun 2011 ini mendapat perhatian dan
apresiasi yang luas dari masyarakat Eretan. Program ini diikuti
46 masyarakat penderita hernia dan katarak, setelah dilakukan
kajian dan pemeriksaan oleh dokter ahli, yang dinyatakan layak
operasi hanya 12 orang. Bantuan yang diberikan secara gratis
oleh Pondok zakat Al-Ikhlas adalah meliputi penyediaan
kendaraan untuk transportasi Eretan-Cirebon sekaligus
akomodasi dan konsumsinya sebanyak 3 kali pemeriksaan
sampai pelaksanaan operasi katarak dan hernia.
7) Pengadaan Ambulans murah.
Program layanan ambulans ini sudah dilaksanakan sejak tahun
2007 dan atas bantuan dari masyarakat Eretan dan pengurus
FKKE pada tahun 2011 tepatnya di rumah Keluarga Drs H. Eddi
Budiono, MM di Depok, Pengurus Pondok zakat Al-Ikhlas di
dampingi Ketua Yayasan Al-Ikhlas, Drs. H. Marita Triono, MM
membahas dan melakukan peremajaan dan penggantian
63
ambulans dari minibus menjadi sedan AVP. Program ini Dalam
praksisnya karena masih terkendala dengan dana, layanan
gratisnya baru untuk tujuan RSUD Sentot Patrol dan RSUD
Bhayangkara Losarang, sementara untuk wilayah yang lebih jauh
dari kedua RSUD itu ditarik biaya sesuai jaraknya sebagai infaq
pengganti bensin.
d. Divisi Pemberdayaan Ekonomi
Divisi pemberdayaan Ekonomi adalah divisi keempat
dalam struktur majelis pelaksana Pondok zakat al-Ikhlas, Divisi ini
pada kepengurusan pondok zakat jilid II dipegang oleh Samani,
SPd I dkk.
Sesuai keputusan Rapat Kerja Pondok zakat II pada
tanggal 28 Juni 2009, divisi ini sebagaimana putusan Raker I
memproyeksikan untuk pengadaan koperasi simpan pinjam atau
pendirian unit-unit usaha dalam rangka pendampingan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat lemah. Ide dasar dari rencana
atau proyeksi ke tujuan ini adalah bahwa idealnya dana zakat yang
disalurkan kepada masarif zakat yang delapan ashnaf tersebut tidak
semuanya bersifat konsumtif atau sekali habis, tetapi sebagian atau
kalau bisa lebih banyak lagi prosentasenya disalurkan untuk
program-program yang bersifat produktif. Program yang melatih
fakir-miskin menjadi mandiri dan tidak bergantung pada uluran
tangan atau bantuan orang lain, Sehingga hasil akhirnya bagaimana
menjadikan mustahiq zakat menjadi muzakki, begitu seterusnya.
Program dan agenda yang besar ini setelah di diskusikan
dan dimusyawarahkan dengan keluarga besar Al-Ikhlas akhirnya
disepakati untuk memilih lembaga pemberdayaan masyarakat
64
ekonomi lemah dalam bentuk Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Al-
Ikhlas yang dalam operasionalnya bersifat mandiri di bawah
Yayasan Al-Ikhlas Eretan. Adapun dalam operasionalisasi dan
pendanaan awalnya, Pondok zakat Al-Ikhlas melakukan support
penuh dengan menyerahkan dana alokasi divisi ini yang
diendapkan sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 sebesar 70 Juta
rupiah kepada BMT Al-Ikhlas. Dimulai dari dana stimulan inilah,
BMT Al-Ikhlas mulai berkiprah sejak tahun 2011 melakukan
pendampingan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lemah
yang ada di desa Eretan wetan.67
4. Progam kerja
Dalam setiap organisasi pasti memiliki progam kerja, begitu juga
dengan Pondok zakat. Progam-progam Kerja diantarannya adalah:
a. Ketua
1) Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap proses jalannya
pelaksanaan pondok zakat al-ikhlas
2) Merencanakan pengembangan, pengumpulan dan pendayagunaan
dana pondok zakat Al-ikhlas
3) Melakukan koordinasi kedalam dan keluar Pondok zakat Al-ikhlas
b. Sekertaris
1) Pengadaan sarana administrasi dan kesekertariatan Pondok zakat
Al-ikhlas
2) Melakukan sosialisasi mengenai keberadaan Pondok zakat Al-
ikhlas
3) Membuat logo atau identitas serta jadwal kerja pengurus Pondok
zakat Al-ikhlas
67
Casmin, op.cit., h. 14-15
65
c. Bendahara
1) Melakukan usaha penggalian dana yang halal dan tidak mengikat
2) Menghimpun dan mengelola dana yang masuk maupun yang
keluar pada Pondok zakat Al-ikhlas
d. Divisi operasional kelembagaan
1) Mengelola anggaran operasional kelembagaan
2) Pengadaan kotak amal Pondok zakat Al-ikhlas
e. Divisi kesejahteraan umum
1) Validasi data mustahik zakat
2) Distribusi bantuan langsung baik berupa uang maupun paket
bantuan kepada mustahik
f. Divisi pengembangan sosial keagamaan
1) Inventarisasi musholla, madrasah (lembaga keagamaan/sosial)
yang butuh bantuan fisik
2) Pemberian tunjangan ustadz/ustadzah
3) Pemberian santunan orang sakit dan kaum dhu’afa
4) Pemberian santunan kepada pralaya dari kaum dhua’fa
5) Pemberian bantuan paket sekolah untuk anak-anak yang kurang
mampu
6) Pengadaan khitanan dan penikahan missal
g. Divisi pemberdayaan ekonomi
1) Menghimpun dan mengelola dana 12,5% bagian riqob
Memberikan pinjaman modal bagi usaha kecil.68
5. Pola Kerja dan Distribusi Pondok zakat
Salah satu ciri khas penanganan zakat di Desa Eretan-Wetan
adalah dilakukan secara terkordinir, sehingga dapat dipastikan apa yang
68
Tim penyusun. op. cit., h. 21
66
diterima dan seberapa besar atau banyaknya jumlah beras atau uang
kepada mustahik sedesa Eretan adalah sama rata, pola ini kita namai pola
distribusi silang yang merupakan karya rintisan pertama dilingkungan
wilayah kabupaten Indramayu. Pola ini menempatkan Pondok zakat,
melanjutkan rintisan yang sudah dijalankan di masjid al-ikhlas sebagai
sentral informasi dan pelaksanaan zakat baik fitral maupun maal dengan
mengkordinir dan mendata pendapatan beras (fitrah) dari masing-masing
musholla kemudian mengkalkulasi dan membaginya secara sama rata
kepada masing-masing mustahik sedesa eretan, dengan mensubsidi
musholla yang kurang dan menarik bagian musholla yang berlebih.
Dalam menjalankan tugas pengelolaan dan pendistribusian zakat
pengurus pondok zakat Al-ikhlas membangun jalinan kerja sama dengan
masjid dan musholla sedesa Eretan wetan baik berkenaan dengan data
mustahik atau saat pendistribusiannya.69
C. Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Eretan Saat ini
Masyarakat di Kabupaten Indramayu umumnya mendiami wilayah
pesisir pantai utara pulau jawa, tepatnya jawa barat. Beberapa kecamatan yang
wilayahnya memanjang menyisir pantai Indramayu dimulai dari kecamatan
Anjatan, Kandanghaur, Sindang, Indramayu dan Juntinyuat.70
Penelitian ini
difokuskan pada Desa Eretan-Wetan kecamatan Kandanghaur kabupaten
Indramayu.
Secara geografis letak Desa Eretan berbatasan langsung dengan laut
jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai, sehinga menurut pak
casmin salah seorang informan yang berperan sebagai sekretaris di lembaga
pondok zakat Eretan-Wetan Menurutnya, bahwa hal inilah yang menjadi
69
Casmin. op. cit., h. 17 70
Budiaman, “Strategi Adaptasi Masyarakat Nelaya Dalam Menghadapi Masa Lanjut Usia”.
Skripsi Universitas Indonesia. Depok, 2002, h.21
67
alasan mengapa masyarakat Eretan banyak yang berprofesi sebagai nelayan.
Menurut data yang ada bahwa tercatat 80% masyarakat Eretan-Wetan
berprofesi sebagai nelayan
Masyarakat nelayan di desa Eretan-Wetan pada umumya sama dengan
nelayan-nelayan di daerah lainnya, namun masyarakat nelayan di desa Eretan-
Wetan menurut peneliti dapat digolongkan menjadi dua golongan, pertama
golongan masyarakat nelayan yang memiliki kapal besar dan masyarakat
nelayan yang memiliki kapal kecil. Masyarakat nelayan yang memiliki kapal
besar biasanya memiliki modal yang banyak sehingga kapal yang mereka
gunakan dapat menampung anak buah kapal dan hasil tangkapan dalam
jumlah yang banyak. Selain itu, masa berlayar kapal besar lebih lama dan
lebih jauh dibandingkan dengan kapal-kapal kecil. Sedangkan masyarakat
nelayan yang memiliki kapal kecil sebaliknya, yaitu memiliki modal yang
kecil serta jumlah anak buah kapal dan hasil tangkapan yang relatif sedikit.
Kegiatan menangkap ikan ke laut pada umumnya di lakukan oleh
kaum laki-laki, baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih bujangan.
Kegiatan tersebut tidak memandang usia, melainkan kondisi fisiklah yang
menentukan. Biasannya penduduk laki-laki yang sudah berusia 15 tahun boleh
ikut menangkap ikan ke laut.71
Mereka lebih memilih berangkat untuk menangkap ikan pada sore
hari, karena pada waktu ini di anggap sebagai waktu yang efektif dan
strategis. Dari kedua anggota kelompok nelayan tersebut, mereka memiliki
waktu lama yang berbeda dalam proses penangkapan ikan. Pada umumnya
kelompok yang memiliki kapal kecil hanya mencari ikan paling lamannya 2-6
hari dan yang besar bisa mencapai 10 hari sampai berbulan-bulan. Dan untuk
menangkap cumi dan sontong biasannya dilakukan oleh kelompok yang
71
Budhisantoso, dkk., Kehidupan Masyarakat Nelayan(Kabupaten Banyuwangi, Propinsi
Jawa Timur), (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991), h. 38
68
memiliki kapal besar, karena dalam pencariannya mereka bisa menghabiskan
waktu sekitar satu bulan lamannya.
Menurut pengungkapan dari para informan kondisi masyarakat
nelayan saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan masyarakat nelayan
terdahulu dikarenakan banyaknya faktor-faktor pendorong. Beberapa faktor
pendorongnya adalah seperti biaya sekolah yang sekarang lebih terjangkau
sehingga anak-anak nelayan bisa mengenyam pendidikan jauh lebih mudah
dibandingkan dengan dulu, kemudian pemikiran atau wawasan para nelayan
sekarang ini jauh lebih baik dan adanya tokoh-tokoh agama yang akhirnya
banyak membawa pengaruh besar seperti diantarannya mendirikan organisasi-
organisasi keagamaan. Peningkatan-peningkatan masyarakat nelayan saat ini
dapat dilihat dari segi ekonomi maupun dari segi agama.
Dari segi ekonomi dapat dilihat dari banyaknya jumlah anak-anak
nelayan yang mengenyam pendidikan dari mulai sekolah dasar bahkan ada
yang sampai jenjang perguruan tinggi, selain itu dari kondisi rumah yang jauh
lebih baik di bandingkan dengan rumah masyarakat nelayan yang dulu, jika
sebagian besar masyarakat nelayan yang dulu tinggal di rumah gubuk yang
beralaskan tanah, sekarang masyarakat nelayan saat ini banyak yang memiliki
rumah dengan bangunan yang terbuat dari batu bata dan beralaskan keramik.
Selain itu, dari segi agama berkaitan dengan pengaruh agama terhadap
golongan masyarakat yang telah dijabarkan pada bab dua, bahwasanya
keagamaan masyarakat nelayan menurut Nottingham termasuk tipe
masyarakat terbelakang dan keagamaan mereka lebih besar karena
kedekatannya dengan alam. Menurut para informan, masyarakat nelayan
eretan memang melaksanakan ritual-ritual atau upacara-upacara yang diyakini
dapat menolak bala atau menghormati penguasa laut yang biasa dikenal
sebagai Nyi Roro Kidul. Upacara-upacara semacam ini di eretan biasa dikenal
dengan sebutan nadranan. Nandranan ini dilakuan karena kehidupan
masyarakat nelayan berada dalam ketidakpastian, pendapat mereka
69
bergantung pada keramahan alam. Namun dengan seiringnya waktu,
masyarakat nelayan saat ini jauh lebih mengenal agama dibandingkan
masyarakat nelayan terdahulu, hal ini bisa dilihat dari anak-anak mereka yang
sekarang ini lebih rajin mengaji di mushola setiap ba’da magrib sampai isya,
serta pengungkapan masyarakat nelayan yang sekaligus menjadi informan
dalam penelitian ini mereka mengungkapkan bahwa budaya pesta laut atau
biasa disebut sebagai nadranan yang biasanya dilakukan setiap dua tahun
sekali dengan memberikan suguhan berupa kepala kerbau yang dihanyutkan
ke laut dengan menggunakan kapal-kapalan yang dibuat oleh para nelayan
sekarang-sekarang ini mulai malas di lakukan walaupun memang pada
kenyataanya entah sekarang ini masih akan dilakukan atau dihapuskan.
Dikarenakan peran dari tokoh agama dalam upaya medakwahkan ajaran
agama yang mulai direspon oleh masyarakat nelayan sehingga para informan
nelayan penelitian ini mengungkapkan bahwa nadranan memang tidak
seharusnya diadakan karena sekarang ini mereka lebih memahami agama
dibandingkan sebelunya, sehinga mereka berpendapat bahwa acara ini
sebenarnya tahayul (musyrik) menurut ajaran islam, selain itu juga mereka
berpendapat bahwa acara nadranan cenderung lebih bersifat hedonisme atau
duniawi dan mengambur hamburkan uang saja.
D. Peran Masyarakat Nelayan Dalam Pengembangan Organisasi Pondok
zakat Al-ikhlas
Peningkatan dalam segi agama pada masyarakat nelayan di Desa
Eretan-Wetan tidak lepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Hal ini dapat
terlihat dari adanya beberapa lembaga-lembaga keagamaan yang sudah
berdiri, salah satunya adalah Lembaga Pondok zakat yang berdiri dari tahun
2006 sampai sekarang, yang mana Pondok zakat ini mengelola atau menerima
zakat dan sumbangan dari masyarakat Eretan-Wetan termasuk didalamnya
terdapat masyarakat nelayan. Awal berdirinya pondok zakat di Desa Eretan
70
sampai sekaran ini tentunya mengalami peningkatan kualitas, baik dari segi
fisik sepeti bangunan, peralatan dll atau maupun dari segi kinerja yang
akhirnya menghasilkan dana sumbangan yang semakin tahun semakin
meningkat.
“ memang pondok zakat setiap tahunnya semakin meningkat.
(Iyon Supriyono, ketua Pondok zakat)”72
Peningkatan kualitas dari Pondok zakat yang semakin tahun semakin
meningkat pastinya tidak lepas dari peranan masyarakat sekitar atau peranan
dari masyarakat nelayan Eretan yang memang 80% sebagian besar
penduduknya bekerja sebagai nelayan. Peranan dalam setiap masyarakat
memang sangat diperlukan agar setiap masyarakat dapat berinteraksi satu
sama lain. Begitu pula dengan masyarakat nelayan Eretan, mereka melakukan
peranan agar dapat menyesuaikan prilaku sendiri dengan prilaku orang-orang
sekelompoknya. Selain itu, dalam buku sosiologi yang di tulis oleh soerjono
soekanto membahas bahwa posisi seseorang dalam masyarakat merupakan
unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat.
Lembaga-lembaga atau organisasi masyarakat seperti Pondok zakat yang ada
di Eretan merupakan fasilitas-fasilitas yang di berikan oleh masyarakat untuk
masyarakat dalam menjalankan peranan, karena lembaga-lembaga
kemasyarakatan seperti pondok zakat merupakan bagian yang menyediakan
peluang banyak kepada msayarakat untuk melaksanakan perananya.
Peranan yang dilakukan masyarakat nelayan terhadap lembaga Pondok
zakat tentunya peranan yang positif dimana peranan ini berupa zakat dan infak
dengan cara menyumbangkan sedikit hartanya untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat Desa Eretan-Wetan.
Peranan yang dilakukan masyarakat nelayan eretan kepada Pondok
zakat memang tidak bisa terbilang sedikit, hal ini di ungkapkan langsung oleh
72
Iyon Supriyono, Ketua Pondok Zakat, Wawancara Pribadi Pada Tanggal 29/03/2015, Eretan-Wetan
Indramayu
71
seorang informan dalam penelitian ini pak Casmin selaku sekertaris dari
Pondok zakat.
“Yah secara umum memang sangat besar sangat dominan
karena memang mayoritas masyarakat eretan adalah nelayan ada yang
secara pribadi, ada yang terlembaga kan dalam lembaga lembaga yang
menaungi masyarakat nelayan secara khusus contoh KUD, nah KUD
ini termasuk besar perananya dalam membesarkan pondok zakat
dengan masyarakat lainnya yang memang kalo harus di itung atau di
bedah satu-satu memang mayoritas adalah masyarakat nelayan, baik
nelayan tangkap ataupun mereka pengusaha yang sudah ada di darat
yang mendapatkan banyak rezeki dari hasil ikan ini, hasil nelayan ini
secara umum gambarannya seperti ini.”73
Kemudian hal ini juga dibenarkan oleh pak Iyon Supriyono selaku
ketua dari Pondok zakat.
“ ya peran masyarakat nelayan memang banyak melakukan
kontribusi, khususnya nelayan yang besar memang perananya
sebagian besar jakat dan sumbangannya masuk”74
Seperti penjelasan di atas, peranan yang dilakukan masyarakat nelayan
Eretan dalam mengembangkan pondok zakat memang tidak bisa terbilang
sedikit. Peranan yang dilakukan diantarannya adalah:
1. Menyumbang dalam bentuk uang
Banyak yang berpendapat bahwasannya masyarakat nelayan
umumnya berada pada garis kemiskinan namun bagi para nelayan yang
memiliki kehidupan ekonomi di atas garis rata-rata mereka cukup
memiliki antusias yang tinggi dalam menyumbangkan sebagian kecil
hartannya untuk membantu dalam kelancaran program kerja yang telah
dibuat oleh Pondok zakat.
Menyumbang dalam bentuk uang memang banyak dilakukan oleh
masyarakat nelayan karena selain praktis, menyumbang dalam bentuk
73 Casmin, Sekretaris Pondok Zakat, Wawancara Pribadi Pada Tanggal 29/03/2015, Eretan-Wetan
Indramayu 74
Iyon Supriyono, Ketua Pondok Zakat, Wawancara Pribadi Pada Tanggal 29/03/2015, Eretan-Wetan
Indramayu
72
uang juga diyakini banyak berpengaruh besar dalam membantu kelancaran
kinerja Pondok zakat, karena memang sebagian besar kinerja yang
dilakukan pondok zakat adalah membantu fakir miskin, orang yang
membutuhkan dan kegiatan sosial. Salah satu kegiatan sosial yang ada di
Desa Eretan Wetan adalah dengan cara mengadakan aksi sosial bencana
banjir berupa pengadaan dapur umum pada awal tahun 2014 lalu.
Proses yang dilakukan dalam menyumbangkan uang ke Pondok
zakat sangatlah praktis artinya masyarakat nelayan tidak harus pergi ke
kantor Pondok zakatnya langsung karena para anggota yang tergabung
dalam Pondok zakat memiliki tempa tinggal yang menyebar, dari lima
blok yang ada di Desa Eretan Wetan yaitu blok pang-pang I rukun warga
1, blok pang-pang II rukun warga 2 , blok condong rukun warga 3, blok
prempu I rukun warga 4 , dan blok prempu II rukun warga 5 hampir
memiliki salah satu anggota dari pondok zakat, misalnya seperti di blok
prempu terdapat pak casmin selaku sekertaris dari Pondok zakat kemudian
di blok condong terdapat pak iyon selaku ketua dari pondok zakat, dan
blok-blok lainnya sehingga memudahkan para nelayan dalam
memberikan sumbangan setiap bulannya.
2. Menyumbang dalam bentuk tenaga
Peranan yang dilakukan masyarakat nelayan dalam bentuk tenaga
memang tidak bisa dikatakan besar, karena Memang pada dasarnya
masyarakat nelayan Eretan lebih banyak menyumbangkan uangnya
kepada pondok zakat ketimbang menyumbang dalam bentuk tenaga hal ini
dikarenakan waktu yag dimiliki masyarakat nelayan lebih banyak
dihabiskan untuk pekerjaanya di laut dibandingkan waktu yang dihabiskan
untuk di darat. Namun walaupun demikian, tetap saja masyarakat nelayan
Eretan setidaknya pernah ikut serta berperan dalam menyumbangkan
tenagannya di pondok zakat. Menyumbang dalam bentuk tenaga biasanya
dilakukan dari kalangan masyarakat nelayan manapun baik yang berada
73
diatas ataupun yang berada di bawah garis kemiskinan, karena
menyumbang dalam bentuk tenaga ini sifatnya gotong royong sesuai
dengan budaya dan karakteristik masyarakat Eretan-Wetan yaitu
simbatan.
Sumbangan ini biasannya dilakukan setahun sekali yaitu ketika
bulan ramadhan dimana pondok zakat melaksanakan salah satu progam
kerjannya yaitu mengelola zakat, baik zakat fitrah, zakat maal ataupun
infak. Para nelayan Eretan biasannya membantu dalam mendata fakir
miskin yang ada di bloknya atau di sekitar lingkungannya, misalnya
masyarakat nelayan yang berada di blok karang baru yang masih bagian
dari blok pang-pang I atau masyarakat biasanya lebih banyak
menyebutnya dengan sebutan blok muara, Mereka mendata fakir miskin
yang berada di sekitar blok nya atau lingkungannya, dan begitu juga
masyarakat nelayan di blok-blok lainnya. selain itu mereka juga
membantu dalam mengkordinir zakat yang ada dilingkungan sekitarnya
serta menyerahkan hasil zakatnya kepondok zakat jika berlebih atau
mengambil zakat yang ada dipondok zakat ketika hasil zakat yang mereka
dapatkan tidak memenuhi jumlah data fakir miskin yang ada di
lingkungan mereka.
memang pada umumnya di blok muara ini mayoritas
masyarakatnya bekerja sebagai nelayan sehingga mushola-mushola yang
berada di blok muara ini diurus dan dikelola oleh masyarakat nelayannya
sendiri. Selain itu, alasan mengapa blok muara mayoritas penduduknya
adalah nelayan karena di blok muara ini daerahnya lebih dekat dengan laut
ketimbang blok-blok lainnya, sehingga masyarakat yang tingal di blok
muara ini lebih cenderung memilih pekerjaan sebagai nelayan. Menurut
peneliti keterbiasaan masyarakat menyebutkan blok karang baru sebagai
blok muara ini selain karena daerahnya yang berdekatan dengan laut
penamaan blok muara ini juga di ambil karena kata laut dalam bahasa
74
Eretannya atau dalam bahasa jawannya adalah muara sehingga terciptalah
penamaan blok muara.
Gambar 4.1 Alur Peran Masyarakat Nelayan
E. Pengaruh Pondok zakat Terhadap Masyarakat Nelayan
Setiap lembaga yang berdiri pasti memiliki peranan dan pengaruhnya
terhadap lingkungan sekitar, baik pengaruh yang dirasakan dalam jumlah
besar maupun kecil atau baik pengaruh yang positif maupun negatif. Pondok
zakat yang berdiri di Desa Eretan sejak tahun 2006 pastinnya memiliki
pengaruh terhadap masyarakat sekitarnya. Menurut para informan penelitian
ini pengaruh-pengaruh yang dirasakan antara lain adalah:
1. Pengaruh dalam bidang Agama
Di dalam divisi yang ada di Pondok zakat terdapat divisi yang
menangani tentang sosial dan keagama yaitu divisi pengembangan sosial
keagamaan. Seperti yang talah di jelaskan dalam penjelasan tiap divisinya,
divisi sosial keagamaan ini menjadi ujung tombak keberadaan Pondok
zakat Al-ikhlas karena progam-progam keagamaan di distribusikan
melalui divisi ini. Progam-progam tersebut diantarannya adalah santunan
untuk guru-guru ngaji, imam rawatib, guru-guru Madrasa Diniyah
Peran Masyarakat
Nelayan
TenagaUang
Pondok Zakat Pondok Zakat
Masyarakat
75
Awaliyah (MDA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang ada di Desa Eretan-
Wetan secara periodic atau berkala, selain itu divisi ini juga memberikan
tunjangan sarana/fasilitas ibadah yang membutuhkan.
Dari penjelasan diatas, dalam menangani atau memperbaiki agama
masyaraka Eretan atau khusunya masyarakat nelayan pondok zakat
memang tidak terjun langsung dalam mengajarkan atau terjun langsung
dalam menceramahi masyarakat yang biasanya dilakukan tiap satu minggu
sekali di mushola-mushola tertentu. Dalam hal ini pondok zakat hanya
memberikan dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan dari beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh tiap mushola, contohnya pada mushola
Nurul Iman yang berada di blok pang-pang I para anggota musholanya
melakukan kegiatan rutin yaitu setiap harinnya kecuali hari minggu malam
senin setiap ba’da solat magrib sampai isya dilakukan untuk mengaji
anak-anak yang dipandu oleh beberapa guru ngaji laki-laki dan
perempuan, kemudian juga setiap satu minggu sekali tepatnya pada hari
minggu malam senin, mushola ini mendatangkan penceramah dari Desa
Eretan maupun lain Desa Eretan untuk ceramah di mushola Nurul Iman.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengayomi
dan membimbing masyarakat Eretan Wetan baik dari generasi tua mapun
muda agar lebih mengenal dan memahami agama dengan baik lagi.
Kegiatan-kegiatan yang telah dipaparkan diatas memang tidak
dilakukan pondok zakat secara langsung, menurut peneliti hal ini bisa
dikarenakan jumlah anggota pondok zakat yang minim dan juga karena
dalam setiap kegiatan pastinya terdapat orang yang lebih professional dan
menguasai hal-hal tersebut sehingga Pondok zakat hanya membantu
prosesnya saja. Namun dari hasil penelitian ini menurut peneliti upaya
pondok zakat dalam membantu kelancaran proses kegiatan-kegiatan
tersebut memiliki peranan yang cukup besar, karena dengan adanya
bantuan dari pondok zakat berupa santunan untuk pengajar-pengajar dan
76
penceramah setiap tahunnya dapat meningkatkan semangat serta motivasi
dalam menjalankan kegiatan, selain itu santunan ini juga guna
memberikan penghargaan kepada para pengajar dan penceramah Desa atas
jerih payah yang mereka berikan dalam satu tahunnya. karena memang
tidak sedikit guru-guru ngaji atau penceramah di desa-desa kurang
mendapatkan perhatian dari wargannya, sehingga peranan pondok zakat
ini berpengaruh positif pada kegiatan tersebut. Kemudian selain dari itu
kegiatan pondok zakat juga secara tidak langsung telah mengajarkan salah
satu ajaran agama Islam tentang kewajiban masyarakat sebagai mahluk
sosial yaitu kebersamaan dan saling berbagi.
2. Pengaruh dalam bidang sosial
Seperti yang telah di jelaskan bahwasannya divisi pengembangan
sosial keagamaan Dalam bidang sosial menjadi ujung tombak keberadaan
Pondok zakat. Sehinga selain berpengaruh dalam bidang agama
keberadaan Pondok zakat juga memiliki pengaruh sosial bagi masyarakat
di Desa Eretan khusunya masyarakat nelayan yang menurut informan
Pondok zakat jumlah masyarakat miskinnya masih tergolong banyak.
Pengaruh pengaruh tersebut salah satunya diperoleh dari kegiatan-kegiatan
Pondok zakat yang di progamkan oleh divisi pengembangan sosial
keagamaan yaitu dengan adanya pengadaan mobil ambulan murah bagi
keluarga miskin, pebagian sembako ketika musim paceklik, kesehatan
masyarakat dan dana pralaya atau penyediaan kain kafan.
Selain dari progam-progam yang diberikan oleh divisi
pengembangan sosial keagamaan, divisi pemberdayaan ekonomipun ikut
serta dalam memberikan progam yang berpengaruh bagi masyarakat Desa
Eretan Wetan Progam tersebut adalah progam pengadaan Baitul Mal Wa
Tamwil atau yang biasa disebut juga dengan progam BMT. Progam BMT
ini diadakan sekaligus membekukan divisi pemberdayaan ekonomi
77
sehingga anggota yang termasuk dalam divisi pemberdayaan ekonomi
konsen terhadap BMT. Progam BMT ini diadakan untuk membantu
masyarakat Desa Eretan Wetan dalam mengembangkan usahannya, selain
itu BMT juga di adakan agar masyarakat Eretan yang membutuhkan
bantuan dalam bentuk uang tidak terjerat oleh pinjaman rentenir yang
dimana rentenir ini menerapkan sistem melipat gandakan sekian persen
dari hutang yang kita pinjam setiap harinnya.
Pola kerja yang dilakukan BMT yaitu dengan cara memberikan
pinjaman atau modal kepada masyarakat Desa Eretan yang membutuhkan,
jumlahnya di sesuaikan oleh usaha atau kebutuhan apa yang mereka
perlukan kemudian pembayaran bisa dilakukan dengan cara menyicil atau
tunai. Tetapi dari setiap pembayaran yang dilakukan akan dikenakan infak
yang tidak ditentukan jumlahnya. Namun progam BMT yang dijalankan
oleh Pondok zakat ini tidak berjalan sesuai harapan dimana banyak
ditemukan kendala-kendala seperti sulitnya masyarakat eretan dalam
membayarkan hutangnya sehingga Pondok zakat mengalami kerugian
besar seperti yang diungkapkan oleh ketua Pondok zakat.
“pemberdayaan ekonomi kan sekarang dibekukan dulu,
karena memang sudah dialokasikan sebesar 70 juta dibentuk untuk
pemodalan awal BMT, kebetulan ya kurang maksimal lah karena
tingkat kemacetannya sekitar50% lebihlah hampir 60% karena
memang ketika dana itu kita tarik itu hanya dari 70% tarolah di
potong dana administrasi apalah sekitar 5 juta itu hanya kembali
sekitar 28 juta aja.”75
Dari progam-progam sosial pondok zakat yang telah dijabarkan
diatas, pastinya terdapat pengaruh-pengaruh yang dirasakan oleh
masyarakat Desa Eretan. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa di analisa dari
75
Iyon Supriyono, Ketua Pondok Zakat, Wawancara Pribadi Pada Tanggal 29/03/2015, Eretan-Wetan
Indramayu
78
keadaan masyarakat Desa Eretan yang kurang mampu menjadi lebih
terbantu dengan adanya progam yang dilakukan oleh Pondok zakat.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan penelitian yang peneliti lakukan bahwasannya
masyarakat nelayan memiliki peranan dalam mengembangkan organisasi
sosial Pondok zakat. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Eretan Wetan
bekerja sebagai nelayan sehingga Peningkatan kualitas dari Pondok zakat
yang semakin tahun semakin meningkat pastinya tidak lepas dari peranan
masyarakat sekitar atau peranan dari masyarakat nelayan eretan yang memang
80% sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Peranan dalam
setiap masyarakat memang sangat diperlukan agar setiap masyarakat dapat
berinteraksi satu sama lain. Begitu pula dengan masyarakat nelayan Eretan,
mereka melakukan peranan agar dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan
perilaku orang-orang sekelompoknya. Peranan-peranan yang dilakukan
masyarakat nelayan antara lain adalah peranan menyumbang dalam bentuk
uang dan peranan menyumbang dalam bentuk tenaga.
Menyumbang dalam bentuk uang memang banyak dilakukan oleh
masyarakat nelayan karena selain praktis, menyumbang dalam bentuk uang
juga diyakini banyak berpengaruh besar dalam membantu kelancaran kinerja
Pondok zakat, karena memang sebagian besar kinerja yang dilakukan pondok
zakat adalah membantu fakir miskin, orang yang membutuhkan dan kegiatan
sosial yang ada di Desa Eretan Wetan. Selain menyumbang dalam bentuk
uang, menyumbang dalam bentuk tenaga juga dilakukan oleh masyarakat
nelayan Eretan, menyumbang dalam bentuk tenaga ini sifatnya gotong
royong. Sumbangan ini biasannya dilakukan setahun sekali yaitu ketika bulan
ramadhan dimana pondok zakat melaksanakan salah satu progam kerjannya
yaitu mengelola zakat, baik zakat fitrah, zakat maal ataupun infak. Para nelayan
80
Eretan biasannya membantu dalam mendata fakir miskin yang ada di blok nya
atau di sekitar lingkungannya.
B. Saran
Bagi masyarakat nelayan yang ada di Desa Eretan-Wetan agar lebih
meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan Pondok zakat Eretan.
Serta diharapkan dapat memelihara dan mempergunakan sarana dan prasarana
yang telah diberikan oleh Pondok zakat dengan baik dan turut serta dalam
membantu kelancaran progam-progam yang telah di adakan oleh Pondok
zakat, contohnya Progam BMT.
Saran dan masukan juga ditujukan untuk Pondok zakat. Untuk Pondok
zakat diharapkan mampu mempertahankan progam-progam yang telah ada,
selain itu diharapkan untuk kedepannya kinerja anggota Pondok zakat lebih
baik dan lebih maksimal, sehingga tidak terjadi lagi kerugian seperti kerugian
yang dialami akibat kurang maksimalnya kinerja ketika menjalankan progam
BMT.
Untuk pemerintah diharapkan dapat membantu dalam memfasilitasi
kebutuhan Pondok zakat sehingga organisasi Pondok zakat ini dapat
menjalankan progamnya sesuai dengan visi dan misi.
Saran diajukan juga untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
diharapkan dapat menambah banyak referensi tentang masyarakat pesisir
pantai, sehingga dapat membantu penelitian-penelitian selanjutnya yang
membahas tentang masyarakat pesisir pantai.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan aspek
lain dari penelitian ini, misalnya peneliti melakukan penelitiannya terkait
dengan kehidupan masyarakat nelayan, atau meneliti tentang pengaruh
lembaga-lembaga keagamaan bagi masyarakat sekitar. Sehingga hal ini dapat
menambah pengetahuan serta referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Dindin, Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani, Nelayan, dan Buruh
dalam Pembangunan. Skripsi pada pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, jakarta, 2003
Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003
Budhisantoso, Kehidupan Masyarakat Nelayan di Muncar (Kabupaten
Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur), Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1991
Budiaman, Strategi Adaptasi Masyarakat Nelaya Dalam Menghadapi Masa Lanjut
Usia. Skripsi Universitas Indonesia. Depok, 2002, h.21
Casmin, “Eretan Kami Berkarya”, Eretan: Pondok Zakat, 2014
Catatan lapangan, http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_lapangan, diaksess pada
29 januari 2014 pukul 09:38
E.Pinontoan Anglyane, “Peran Lembaga Sosial Keagamaan dalam
Penanggulangan Kemiskinan”. Skripsi pada pasca sarjana Universitas
Indonesia 1992
Endah, Candra, “Pemukiman Nelayan”, Skripsi TEKNIK-UI
Etzioni, Amita. Organisasi-Organisasi Modern. Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press), 1985
Hari, Susanto, “ Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Indonesia”, Masyarakat
Indonesia, Jakarta, agustus 1986
Hidayat, Herman, Masyarakat Indonesia, jilid XII Nomer 2, Jakarta: Lipi, 1986,
h. 229
Instrument penelitian,
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/teknik-pengumpulan-
data-dan-instrumen-penelitian. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 14.20
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006
Keaneka ragaman hayati.
http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/9822/KEANEKARAGAMAN-HAYATI-
82
LAUT-INDONESIA-TERBESAR-DI-DUNIA/?category_id. Di akses 12
januari pukul 06.15
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta,2009
M. Elly , dan Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2007
Maryati, kun dan suryawati, juju. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: esis,
2012), h. 66
Marzali, Amri. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana
Pranada Media Group, 2005
Moekijat, Pengembangan Organisasi. Bandung: PT Rosdakarya Bandung, 1995
Nugraha Ilham, Agama dan Organisasi Agama, www.hanz-one.blogspot.com, 7
Januari 2014.
Nuraini, “Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau
Tidung Kepulauan Seribu”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007
Objek dan metode penelitian,
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/449/jbptunikompp-gdl-megimaulan-
22401-4-babiii.pdf. Di akses pada 10 januari, pukul 14.30
Oetojo, Boedhi, Pengembangan Organisasi, http://www.ut.ac.id, 18 November
2014
Pengertian observasi, http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-
observasi.html. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 19.10
Pengertian sampel, http://konawe-online.blogspot.com/2012/07/definisi-populasi-
dan-sampel-menurut.html diakses pada 9 januari 2015 jam 7.25
Pengolahan dan analisis data hasil penelitian, http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_8.pdf. Diakses pada 12
januari 2014 pukul 19.44
Rahardjo, Sosiologi Pedesaan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2001) h. 2.1
Salam, syamsir, dan fadhilah, amir. Sosiologi pedesaan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008
83
Soebandi, slamet, “Pemberdayaan Kehidupan Nelayan Guna Meningkatkan
Pariwisata dan Kesejahteraan Masyarakat Dalam Rangka Pembangunan
Nasional” jurnal Tanhana Dharmma Mangrva 2002
Soekanto, soerjono. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2012
Status social, http://id.wikipedia.org/wiki/Status_sosial. Diakses pada 12 januari
2014 pukul 10.55
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2013
Sukmadinata, Syaodih Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:
Uin Press, 2008
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Sekolah Pascasarjana
Uhamka, Jakarta
Tim penyusun, Telaah Histori Pondok Zakat Al-ikhlas Eretan. Eretan: Al-ikhlas
Press, 2009
84
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Assalamu’alaikum Wr.Wb…
Selamat pagi/siang/sore/malam. Saya Dine Ayu Ertanti, mahasiswa
Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang sedang melakukan penelitian skripsi tentang “Peran Masyarakat Nelayan
Dalam Upaya Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan Di Desa Eretan Wetan,
Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu”.
Adapun variabel atau dimensi yang akan diamati, yaitu: 1). Peran Masyarakat
Nelayan Dalam Pengembangan Pondok Zakat Ai-ikhlas. Bapak/ibu akan saya
wawancarai sesuai dengan kualifikasi tujuan penelitian dan kemampuan yang
bapak/ibu miliki untuk menjawab.
Untuk keperluan tersebut, dengan segala hormat saya memohon kesediaan
bapak/ibu sebagai: _____________ nelayan, pemegang kepentingan di Desa Eretan-
Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu untuk saya wawancarai.
Data Responden
Nama Responden Terpilih :
Jenis Kelamin Responden :
Nomor Telepon :
A. Kepada Masyarakat Nelayan
1. Bagaimana kegiatan nelayan setiap harinnya?
2. Menurut bapak karakteristik masyarakat nelayan yang dulu dan sekarang itu
seperti apa?
3. Apakah bapak mengetahui keberadaan pondok zakat?
85
4. Apa yang bapak ketahui?
5. Adakah peranan bapak terhadap Pengembangan Pondok Zakat?
6. Selain dari peranan tersebut adakah peranan lainnya? Seperti ikut serta dalam
kepanitiaan?
7. Menurut bapak adakah pengaruh adanya pondok zakat bagi masyarakat
nelayan atau pengaruh pondok zakat terhadap bapak pribadi? Baik secara
ekonomi maupun agama?
8. Apakah bapak Mengetahui alasan pudarnya perayaan nadranan di desa
Eretan-wetan ini?
B. Kepada Anggota Pondok Zakat
1. Dalam mengenal pondok zakat, bisakah bapak ceritakan sedikit mengenai
berdirinya pondok zakat?
2. Bagaimana kinerja pondok zakat setiap Perdivisi?
3. 80% Masyarakat Eretan-wetan bekerja sebagai nelayan, adakah peranan
masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan pondok zakat?
4. Selain peranan yang telah disebutkan adakah peranan lainnya yang dilakukan
masyarakat nelayan?
5. Menurut bapak adakah pengaruh Pondok Zakat terhadap masyarakat Eretan-
Wetan khususnya masyarakat nelayan?
C. Kepada Anggota KUD Misaya Mina
1. Apakah bapak mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat nelayan
sekarang dan dahulu ketika belum adanya organisasi keagamaan di Eretan-
Wetan?
2. Apakah bapak mengetahui bagaimana peranan masyarakat nelayan terhadap
pengembangan Pondok Zakat Al-ikhlas?
86
3. KUD adalah koprasi unit desa yang juga menaungi masyarakat nelayan,
adakah peranan KUD dalam pengembangan Pondok Zakat?
4. Apakah bapak Mengetahui alasan pudarnya perayaan nadranan di desa
Eretan-wetan ini?
D. Kepada Tokoh Agama
1. Bagaimana karakteristik masyarakat nelayan sebelum dan sesudah adanya
Pondok Zakat?
2. Menurut bapak adakah peranan masyarakat nelayan dalam mengembangkan
Pondok Zakat Al-ikhlas?
3. Menurut bapak adakah pengaruh Pondok Zakat terhadap masyarakat Eretan
Wetan khususnya masyarakat nelayan?
4. Apakah bapak Mengetahui alasan pudarnya perayaan nadranan di desa
Eretan-wetan ini?
PENUTUP
Demikianlah wawancara yang saya lakukan. Terimakasih atas kesediaanya,
saya mohon maaf apabila dalam wawancara terdapat kesalahan dan kekhilafan. Atas
kesediaanya saya ucapkan terimakasih banyak.
Selamat pagi/siang/sore/malam.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
87
Lampiran 2
INSTRUMEN WAWANCARA
A. Masyarakat Nelayan di Desa Eretan-Wetan
Petunjuk pengisian
1. Tulislah identitas terlebih dahulu pada kolom yang telah disediakan.
2. Bacalah setiap pertanyaan yang ada dengan seksama dan hubungkan dengan
aktivitas keseharian anda sebelum menentukan jawaban.
Identitas responden
Nama : ……………………………………………….
Jenis Kelamin : ……………………………………………….
No. Telepon : ……………………………………………….
WAWANCARA PERAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM
UPAYA PENGEMBANGAN ORGANISASI SOSIAL
KEAGAMAAN DI DESA ERETAN WETAN, KECAMATAN
KANDANGHAUR, KABUPATEN INDRAMAYU
1. Bagaimana kegiatan nelayan setiap harinnya?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
88
2. Menurut bapak karakteristik masyarakat nelayan yang dulu dan sekarang itu
seperti apa?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………
3. Apakah bapak mengetahui keberadaan pondok zakat?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
4. Apa yang bapak ketahui?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………...
5. Adakah peranan bapak terhadap Pengembangan Pondok Zakat?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
6. Selain dari peranan tersebut adakah peranan lainnya? Seperti ikut serta dalam
kepanitiaan?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..
7. Menurut bapak adakah pengaruh adanya pondok zakat bagi masyarakat
nelayan atau pengaruh pondok zakat terhadap bapak pribadi? Baik secara
ekonomi maupun agama?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
89
Lampiran 3
PEDOMAN OBSERVASI
Mulailah segala kegiatan dengan mengucapkan basmalah. Identifikasi dan
pahami variabel penelitian yang diteliti, adapun variabel penelitian yang akan diteliti
adalah peran masyarakat belayan dalam upaya pengembangan organisasi sosial.
Dalam observasi, semua indra peneliti harus menjadi alat penelitian yang peka
dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Variabel atau dimensi yang akan
diamati yaitu:
1. Peran masyarakat nelayan dalam pengembangan Pondok Zakat
Amatilah secara mendalam dan seksama tentang peran masyarakat nelayan
dalam pengembangan Pondok Zakat!
Identifikasi peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan
pondok zakat
2. Keadaan kegiatan pondok zakat di Desa Eretan-Wetan
Mengamati kegiatan Pondok Zakat di Desa Eretan-Wetan
Mengamati lingkungan sekitar lingkungan Pondok Zakat
Melihat sarana dan prasarana di desa Eretan-Wetan
Setelah selesai melakukan pengamatan, kroscek kembali data pengamatan
yang telah dilakukan dan catat secara jelas. Akhiri dengan berfikir positif dan
hamdalah.
90
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA
1. Masyarakat Nelayan Eretan-Wetan
A. Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : H. Tadi
Tempat Wawancara : Rumah
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. Telepon : -
Tanggal Wawancara : 18 November 2014
Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan nelayan setiap harinya?
Jawab :
Ya kegiatannya berlayar, dateng berlayar lagi stok modal lagi berlayar
lagi. Tapi nelayan sekarang sedang kesusahan gara-gara BBM naik jadi ini
masih belum berlayar lagi.
2. Menurut bapak karakteristik masyarakat nelayan yang dulu dan sekarang
itu seperti apa?
Jawab :
ya sekarang mah insya allah udah bagus udah ngerti semua, di blok muara
di prempu juga, udah gitu kan ada mushola juga di laut di deket eretan
kulon, nelayan-nelayan pada jama’ah disana. Pengetahuan juga bagusan
sekarang. Dulu sekitar sini banyak yang mabok, banyak yang berantem
masyarakat nelayan sekitar sini tapi sekarang mah udah gak ada.
Alhamdulillah orang nelayan sekarang mah sudah suka sodaqoh walaupun
sedikit-sedikit.
91
3. Apakah bapak mengetahui keberadaan Pondok Zakat?
Jawab:
ya taulah, semuanya juga tau ada Pondok Zakat Cuma ya ada yang
menjalankan ada yang tidak
4. Apa yang bapak ketahui?
Jawab:
ya taulah pokonya mah, zakat, sumbangan sama yang lainya.
5. Adakah peranan bapak terhadap Pengembangan Pondok Zakat?
Jawab:
ya paling sumbangan uang, zakat juga atau kalo ada bangunan bangunan
apa yang mau di buat kita sumbang. Sekarang masyarakat udah pada
ngerti.
6. Selain dari peranan tersebut adakah peranan lainnya? Seperti ikut serta
dalam kepanitiaan?
Jawab:
ya kalo bapak pribadi si paling nyumbang sama zakat aja
7. Menurut bapak adakah pengaruh adanya pondok zakat bagi masyarakat
nelayan atau pengaruh pondok zakat terhadap bapak pribadi? Baik secara
ekonomi maupun agama?
Jawab:
ya kalo orang yang mengerti mah pasti ada pengaruhnya, kaya pengaruh
agama ya ada karena katanya kan kalo orang menyumbang pasti akan
dikasih sama allah berlipat ganda.
8. Apakah bapak Mengetahui alasan pudarnya perayaan nadranan di desa
Eretan-wetan ini?
Jawab :
ya bapak kan dulu jadi nelayan kurcus atau nelayan asli, ngerti sama
agama ngerti sama solat tapi ya kaya gitu tuh sugesti karna katanya kalo
92
gak nadranan bakal gimana gimana di laut bakal tersesat. Nah sekarang
setelah lebih banyak mendalami agama, banyak dengerin ceramah ya kaya
kayanya di hati agak gak sreg buat melakukan itu.
B. Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Asmanto
Tempat Wawancara : Rumah
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. Telepon : -
Tanggal Wawancara : 19 November 2014
Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan nelayan setiap harinya?
Jawab :
Gak tentu si setiap harinya, kadang berlayar kadang dirumah.
2. Menurut bapak karakteristik masyarakat nelayan yang dulu dan sekarang
itu seperti apa?
Jawab :
ya masalah ekonomi sekarang dari pada dulu mah Alhamdulillah, terus
kamu juga kan tau sekarang mushola Nurul Iman juga maju tapi ya
namanya juga nelayan kalo lagi libur ya melaksanakan solat kalo sedang
berlayar ya gak tau. Terus ya alhamdulillah kalo nelayan sekarang tuh
lebih bagus dari pada yang dulu, masa masa panceklik sekarang tuh
Alhamdulillah sudah dapat ditasi oleh nelayan.
3. Apakah bapak mengetahui keberadaan Pondok Zakat?
Jawab:
sebenernya tau semua ada pondok zakat tuh, ya kadang kadang namanya
juga manusia kadang ada yang ini kadang ada yang itu.
4. Apa yang bapak ketahui?
Jawab:
93
ya sampe pergantian pergantian ketua juga tau.
5. Adakah peranan bapak terhadap Pengembangan Pondok Zakat?
Jawab:
ya walaupun sedikit sediki juga bapak mah Alhamdulillah masih
nyumbang
6. Selain dari peranan tersebut adakah peranan lainnya? Seperti ikut serta
dalam kepanitiaan?
Jawab:
Ya karna bapak bukan panitia jadi ya enggak
7. Menurut bapak adakah pengaruh adanya pondok zakat bagi masyarakat
nelayan atau pengaruh pondok zakat terhadap bapak pribadi? Baik secara
ekonomi maupun agama?
Jawab:
ya ada, kan sumbangan-sumbangan dari orang-orang pasti dikeluarkan,
lagian ya kadang masyarakatnya juga menyalah gunakan, seperti Progam
BMT yang dipinjemin uang buat modal tapi pas kembalinya macet-macet.
8. Apakah bapak Mengetahui alasan pudarnya perayaan nadranan di desa
Eretan-wetan ini?
Jawab :
Karna sekarang banyak orang yang pinter jelasnya si gitu, jadi sekarang
kan musyrik, kan nadranan diadain 2 tahun sekali tapi gak tau ini mau di
adain lagi apa mau dihilangkan.
2. Kepada Anggota Pondok Zakat
A. Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : H. Iyon Supriyono
Jabatan : Ketua Pondok Zakat
Tempat Wawancara : Rumah
Jenis Kelamin : Laki-Laki
94
No. Telepon :081320591908
Tanggal Wawancara : 18 November 2014
Pertanyaan
1. Dalam mengenal pondok zakat, bisakah bapak ceritakan sedikit mengenai
berdirinya pondok zakat?
Jawab :
Singkatnya berawal dari kasus BLT pemberian pemerintah yang kurang
merata sehingga beberapa dari masyarakat Eretan-Wetan ini berembuk
dan menghasilkan Pondok Zakat ini.
2. Bagaimana kinerja pondok zakat setiap Perdivisi?
Jawab :
ya memang kinerja kita kondisional, ya kaya sembako itu yang ngurusin
divisi keagamaan, nah itu memang subsidinya tidak langsung, kan tidak
dalam bentuk tunai, kalo misalkan dalam bentuk tunai ada lagi di
kesejahteraan umat setiap kali lebaran, terus yang lainnya dalam bentuk
progam seperti kain kafan dan ambulan gratis, kalo yang pemberdayaan
ekonomi itu kan kita lagi bekukan menjadi BMT.
3. 80% Masyarakat Eretan-wetan bekerja sebagai nelayan, adakah peranan
masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan pondok zakat?
Jawab :
peranan masyarakat nelayan khusunya nelayan besarkan memang zakat
dan sumbangannya masuk dan kita kelola kedalam empat divisi.
4. Selain peranan yang telah disebutkan adakah peranan lainnya yang
dilakukan masyarakat nelayan?
Jawab : ya selain sumbangan dan zakat yang masuk peranan yang lain
tidak begitu menonjol sih tapi memang ada karena kita kan bekerja sama
dengan mushola-mushola di Eretan yang dimana pengurus mushola-
mushola tersebut ada masyarakat nelayannya.
95
5. Menurut bapak adakah pengaruh Pondok Zakat terhadap masyarakat
Eretan-Wetan khususnya masyarakat nelayan?
Jawab: ya pastinya ada tapi memang pengaruhnya tidak dalam bentuk
yang nyata, ya contohnya aja pada musim panceklik pada saat nelayan
sedang susah untuk berlayar kita beri sumbangan berupa sembako dll.
B. Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Casmin
Jabatan : Sekretaris
Tempat Wawancara : Masjid Ai-ikhlas
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. Telepon : 085224300377
Tanggal Wawancara : 15 November 2014
Pertanyaan
1. Dalam mengenal pondok zakat, bisakah bapak ceritakan sedikit mengenai
berdirinya pondok zakat?
Jawab :
Jadi sejarah pondok zakat itu memang tidak bisa lepas dengan kondisi dan
keadaan masyarakat eretan sendiri yang mana masyarakat eretan ini
mayoritas adalah nelayan, momentum berdirinya pondok zakat itu
awalnya adalah karena waktu awal-awal pemerintah SBY sebagai
kompensasi dari kenaikan bbm kemudian membuat progam BLT bantuan
langsung untuk masyarakat yang dilkukan secara tunai dan waktu itu
mungkin belum tersosialisasi dengan baik akhirnya ada sebagian
masyarakat yang merasa kecewa karena mereka tidak menjadi peserta atau
tidak medapatkan BLT itu, hingga akhirnya sebagian dari mereka marah
dan merusak fasilitas yang ada di desa, nah itu semua membuat
keprihatinan yang sangat mendalam sehingga akhirya para founder
fatherlah katakan seperti itu orang-orang yang ada di Al-ikhlas kemudian
96
melakukan rempuk desa yang salah satu agendanya adalah melakukan
pemberdayaan masyarakat miskin yang kemudian dari pertemuan itu
dikremas dalam konsep acara halal bihalal pada akhirnya kemudian sampe
pada upaya mendirikan lembaga yang lebih permanen maka pondok
zakatlah akhir dari proses itu.
2. Bagaimana kinerja pondok zakat setiap Perdivisi?
Jawab :
Kita terdapat 4 divisi, pertama divisi lembaga ini hanya mengelola 1 astaf
berarti hanya 2,5% sementara untuk fakir miskin ghorin kita kumpulkan
dalam divisi kesejahteraan umum ini langsung yang kita distribusikan
sebanyak 37,5% dari seluruh pemasukan ini kita berikan kepada
masyarakat miskin yang umumnya adalah nelayan yang ada di desa eretan
baik itu dalam progam BLT sifatnya langsung, nah ada juga yang sifatnya
berprogam, nah yang sifatnya berprogam ini adanya di divisi sosial
keagamaan sama juga 37,5% karena terdiri dari 3 astaf fisabilillah ibnu
sabil dan mualaf. Jadi kalo diperincikan ya 1 persen untuk amil yang ada
dalam divisi kelembagaan operasional lembaga kemudian 37,5 persen
untuk fakir miskin ghorim yang biasanya dalam bentuk BLT
3. 80% Masyarakat Eretan-wetan bekerja sebagai nelayan, adakah peranan
masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan pondok zakat?
Jawab :
Yah secara umum memang sangat besar sangat dominan karena memang
mayoritas masyarakat eretan adalah nelayan ada yang secara pribadi
sebagai warga desa eretan ada yang terlembaga kan dalam lembaga
lembaga yang menaungi masyarakat nelayan secara khusus contoh KUD,
nah KUD ini juga besar perananya dalam membesarkan pondok zakat
dengan masyarakat lainnya yang memang kalo harus di itung atau di
bedah satu-satu memang mayoritas adalah masyarakat nelayan, baik
nelayan tangkap ataupun mereka pengusaha yang sudah ada di darat yang
97
mendapatkan banyak rezeki dari hasil ikan ini hasil nelayan ini secara
umum gambarannya seperti ini.
4. Selain peranan yang telah disebutkan adakah peranan lainnya yang
dilakukan masyarakat nelayan?
Jawab :
Dalam membangun jaringan data kita berkordinasi dengan pengurus
musola, nah pengurus musola ini memang beragam profesi beragam
kemampuannya tapi ya juga banyak dari mereka yang memang lebih
nelayan yang sekaligus juga adalah pengurus musola, nah disanalah
mereka membantu kita baik dalam pendataan mustahiq-mustahiq yang ada
didaerah sekitar mereka maupun ketika pendistribusiannya sehingga kita
terbantu dalam proses itu.
5. Menurut bapak adakah pengaruh Pondok Zakat terhadap masyarakat
Eretan-Wetan khususnya masyarakat nelayan?
Karna memang sifatnya masih banyak yang komsumtif sehingga secara
faktual memang Pondok Zakat belum bisa mewujudkan satu hal yang
besar, tapi kalo dalam membangun masyarakat akan pentingnya
kebersamaan akan pentingnya kita saling berbagi maka Alhamdulillah
Pondok Zakat sudah memberikan pencerahan akan hal itu.
C. Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Ahmad Sekhu
Jabatan : Divisi Oprasional dan Kelembagaan
Tempat Wawancara : Rumah
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. Telepon : -
Tanggal Wawancara : 18 November 2014
Pertanyaan
98
1. Dalam mengenal pondok zakat, bisakah bapak ceritakan sedikit mengenai
berdirinya pondok zakat?
Jawab :
awalnya memang karna BLT yang kurang merata, sehingga terfikirkan
oleh masyarakat Eretan yang mengerti kurang lebih seperti itu untuk
segera membentuk lembaga pemberdayaan ekonomi lemah dengan
memanfaatkan dana zakat yang ada.
2. Bagaimana kinerja pondok zakat setiap Perdivisi?
Jawab :
ya setiap sumbangan dan zakat masyarakat Eretan setiap tahunya
dimasukan kedalam 4 bidang itu, ke divisi oprasional, divisi keagamaan,
divisi sosial dan divisi perekonomian.
3. 80% Masyarakat Eretan-wetan bekerja sebagai nelayan, adakah peranan
masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan pondok zakat?
Jawab :
Biasanya peranan masyarakat nelayan itu berupa sumbangan dan zakat.
4. Selain peranan yang telah disebutkan adakah peranan lainnya yang
dilakukan masyarakat nelayan?
Jawab :
Ya paling peranan lainnya seperti bantu-bantu kita aja kalo misalkan ada
progam, biasanya ketika bulan ramadhan seperti bantu-bantu berupa
mendata fakir miskin yang ada di lingkungannya.
5. Menurut bapak adakah pengaruh Pondok Zakat terhadap masyarakat
Eretan-Wetan khususnya masyarakat nelayan?
Jawab :
Iya ada, karna masalah yang terjadi di Eretan ini khususnya dibidang
ekonomi walaupun belum bisa terpecahkan tapi setidaknya kita dapat
meringankan beban tersebut. Tapi kalo dalam bidang prestasi khusus
masih belum ada mungkin itu butuh waktu yang lama.
99
3. Kepada Anggota KUD Misaya Mina
A. Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Mohammad Nur
Tempat Wawancara : Rumah
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. Telepon : 082127450127
Tanggal Wawancara : 17 November 2014
Pertanyaan
1. Apakah bapak mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat nelayan
sekarang dan dahulu ketika belum adanya organisasi keagamaan di
Eretan-Wetan?
Jawab :
Masyarakat yang dulu sama masyarakat yang sekarang si udah beda ya,
masyarakat yang sekarang mah udah pada ngerti, anak-anaknya juga udah
pada disekolahin bahkan banyak yang ke pesantren. Kalo yang dulu mah
masih pada jauh sama agama.
2. Apakah bapak mengetahui bagaimana peranan masyarakat nelayan
terhadap pengembangan Pondok Zakat Al-ikhlas?
Jawab :
ya kan setiap bulan ramadhan kan biasanya banyak kan yang ngasih
sumbangan sama zakatnya ke pondok zakat, disinikan memang mayoritas
masyarakatnya nelayan, walaupun juragan juga dia tetep termasuk ke
dalam masyarakat nelayan, walaupun di blok muara yang memang
mayoritas nelayan juga adalah yang ngasih mah.
3. KUD adalah koprasi unit desa yang juga menaungi masyarakat nelayan,
adakah peranan KUD dalam pengembangan Pondok Zakat?
100
Jawab :
Iya kan Pengurus, pengawas dan karyawan gaji setiap bulannya di potong
2,5% untuk Pondok Zakat.
4. Apakah bapak Mengetahui alasan pudarnya perayaan nadranan di desa
Eretan-wetan ini?
Jawab :
Ya tadi karna sekarang banyak masyarakat nelayan yang ngerti makanya
nadranan tuh sekarang sudah malas dilakukan.
4. Kepada Tokoh Agama
A. Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Saifudin Zuhri
Tempat Wawancara : Rumah
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. Telepon : 085224223301
Tanggal Wawancara : 18 November
Pertanyaan
1. Bagaimana karakteristik masyarakat nelayan sebelum dan sesudah adanya
Pondok Zakat?
Jawab:
Masyarakat nelayan dulu masih bersifat hinduisme seperti adanya sesajen
laut dan tidak diperbolehkannya membaca bismillah ketika memasuki
laut, kalau masyarakat nelayan sekarangkan sudah tidak seperti itu.
2. Menurut bapak adakkah peranan masyarakat nelayan dalam
mengembangkan Pondok Zakat Al-ikhlas?
Jawab:
101
Ya sumbangan dan zakat yang di kelola sama Pondok Zakat kan bersifat
umum jadi masyarakat nelayan juga sumbangan dan zakatnya masuk
kesitu.
3. Menurut bapak adakah pengaruh Pondok Zakat terhadap masyarakat
Eretan Wetan khususnya masyarakat nelayan?
Jawab :
Ya banyaklah, salah satunya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
eretan-wetan.
4. Apakah bapak Mengetahui alasan pudarnya perayaan nadranan di desa
Eretan-wetan ini?
Jawab:
Pengetahuan keagamaan di desa eretan wetan sudah tinggi, sehingga hal-
hal seperti itu sudah di anggap musyrik.
102
Lampiran 5
HASIL OBSERVASI
Beberapa variabel dan sub variabel atau dimensi yang akan diamati, yaitu:
1) Peran masyarakat nelayan dalam pembangunan Pondok Zakat
Hasil pengamatan secara mendalam dan seksama tentang peran masyarakat
nelayan dalam pengembangan Pondok Zakat.
a. Identifikasi peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan
pondok zakat.
Hasil :
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwasanya terdapat peranan
dari masyarakat nelayan dalam mengembangkan Pondok Zakat Al-ikhlas.
Peranan yang dilakukan melalui sumbangan dalam bentuk uang yang
langsung diberikan oleh Pondok Zakat dan juga sumbangan dalam bentuk
tenaga yang biasa dilakukan dalam bentuk gotong royong.
2) Keadaan kegiatan pondok zakat di Desa Eretan-Wetan
a. Mengamati kegiatan Pondok Zakat di Desa Eretan-Wetan
Hasil :
Kegiatan Pondok Zakat secara umum berjalan dengan baik. Kegiatan-
kegiatan tersebut berupa santunan kepada fakir miskin, progam panceklik,
santunan kepada guru ngaji, ustad penceramah mingguan dan guru-guru
madrasah. Selain itu juga terdapat penyewaan mobil abulan gratis untuk
masyarakat eretan yang kurang mampu, penyewaan kain kafan dan masih
banyak lagi.
b. Mengamati lingkungan sekitar lingkungan Pondok Zakat
Pondok Zakat berada dibawah naungan Al-ikhlas sehingga tepat di depan
kantor Pondok Zakat terdapat Masjid Al-ikhlas dan dibelakan Pondok
Zakat terdapat MI Al-ikhlas. Selain itu kantor Pondok Zakat tidak jauh
103
dengan jalanan besar pantura sehingga memudahkan akses bagi siapa saja
yang ingin berkunjung ke kantor Pondok Zakat. Namun kantor Pondok
Zakat terbilang kecil, sehingga dengan banyaknya peralatan yang ada
dikantor menyebabkan kantor Pondok Zakat begitu sempit.
c. Melihat sarana dan prasarana di desa Eretan-Wetan
Hasil :
Pondok Zakat memiliki sarana dan prasarana yang sangat memadai, mulai
dari perlengkapan sampai peralatan. Selain itu, sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Pondok Zakat juga sangat terawat dengan baik.
104
Lampiran 6
DOKUMENTASI
Tempat Pelelangan Ikan
105
Koprasi Unit Desa
106
Wawancara Masyarakat Nelayan
Wawancara Ketua Pondok Zakat
107
Wawancara Sekretaris Pondok Zakat
Ambulan Pondok Zakat
KEMENTERIAN AGAMA
dry5 urN JAKARTAf,frdy1k i FITK'3::*.:."y -i Jl. lt. H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 02
Hal 111
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01 /F. 1/KM.01 .3 1........12014Lamp. : Outline/ProposalHal : Permohonan Izin Penelitian
I(epada Yth.
I(etua Pondok Zakat Al-IkhlasdiTempat
A s s alamu' alaikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama
NIM
Jurusan
Semester
.Ir"rdul Skripsi
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akadernik3. Mahasiswa yang bersangkutan
Jal<arta, 15 November 2014
Dine Ayu Ertanti
l 1 10015000063
Pendidikan IPS
IX (Sembilan)
Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya PengembanganOrganisasi Sosial Keagamaan di Desa Eretan-WetanKecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Was s al amu' al aikum wr.w h.
PONDOK ZAKAT A[,"[K[TIASERETAN WETAN . KANDA}.IGHAUR . INDRAIVIAYI]
Sekretariat : Komplek Masjid Al-Ikhlas Eretan wetan Telp. (0234) 505928
Nama
Dinas/Instansi/Universitas
Alamat
Tujuan/Survey/Riset
Judul
Ketua Pondok Z*atAl-Ikhlas Eretan Wet4n dengan ini menerangkan bahwa:
Tempat
Dine Ayu Ertanti
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
Jl. Ir. H. Jqarlda No.95 Ciputat
Penelitian dan Pengumpulan Data untuk Penyusunan Skripsi
Peraa Masyar.akat Nelayan dalam Upaya pengembangan
Sosial Keagamaan di Desa Eretan Wetan.
Kecamatan Kandanghaur, Kab-upaten Indrq,tuayu Jawa Barat
Pondok ZakatAl-Ikhlas
Benar nama tersebut di atas telah malakukan penelitian di Pondok Zakat Al-Ikhlas
Eretan Wetan.
Demikian surat keterangan penelitian ini kami buat dgngan sebenar-ben4tnya agar
yang berkepentingan mengetahui dan dijadikan bahan lebih lanjut.
Eretaa Wetar_r, l8 November 2014
Majelis Pelaksana Pondok Zakat Al-Ikhlas
Prrffi&Ififlt
Nama
NIM
Jurusan
JudulSkripsi
Dine Ayu Ertanti
r l 1001s000063
PendidikanllmupengetahuanSosial
PERAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN DI
DESA ERETAN-WETAN, KECAMATAN KANDANGHAUR.
KABUPATEN INDRAMAYU.
BAB I
No RelerensiParaf
Pernbimbing I
Paraf
Pembimbing II
Nuraini,KehidupanSosialKeagamaanMasyarakatNelayanMo
uroami di PulauTidungKepulauanSeribu.
S kripsipadapascasarj ana UIN S yarifH idayatul lah
Jakarta, jakarta, 2007 , h.l
2
Keanekaragamanhayati.
htto : //kko. so. id/index.php/arsip/c/98 2 2/KEANEKA
.4RAGAMAN-HAYATI-LAUT. TNDONE S IA-
TERBESAR-DI-DUNIA/?category-id. Di akses l2
januaripukul 06. I 5
3
Nuraini,
KehidupanSosialKeagamaanMasyarakatNelayanMouroami di PulauTidungKepulauanSeribu.
Skripsipadapasc as arj ana U IN Syari fH idayatullah
Jakarta, jakarla, 2007 , h.l
1 --''l----I
ffi)
-^l---/"
gg'01 rqnd tl0z uBnuB[ 71 epudsesrylc
'letcos
SruE]S
ZI
----!---/-i0lz'q Qrcz 'epes:ed opugsrc ele6 :eue1e1)
rnlrrnEto4 tuDtls rSolotsog'o1uu>1aog ouofteogII
11 Surqurrqrue6
JBred
1 Surqurqrua;
JsredrsueJeJeuoN
II gVB
-'n/-
v'q' Loo(,'ege1u['ege4e1qullrue.{epr H}pu,(S NIn Buu ft Bsecse depudlsdlJ){S
'nqlreSuBnEInde)AunprJnelnd rp rueorno61ue.(u y a 511u1u:e,( s el4lueeureBea;tr1e lso gue dnplqe)
'tuturn51
OI
I'rl (6002'sse.rg SBITHI-IV :uelalE)'uDplgsDltpll- lv i Dl DZ lo p Lto d s t-t o I s ! H q D Dl aJ'unsn {uad uu1
6
{'---T?--"''*;q krcZ 'epesradopugerg u[e6 :Bue{Bf)
',ro7 troZ ua 4 rt 1 ortg tB o1otsog'o1ue4eo gouoftao g8
t y Ll k I OZ'epes.le4opugu:g u fuy :eueIuf)' -t t4 uo8 tra 4n1 nng rB o 1o tso5'oluuleogouo[:eog
L
bt'rl (8002'uge4e1 qe1p1u,,(epr1gue,(g g1n
9 u€rlrleuedudeqrlra'I :epe1e1)' uDosapadtSolorsog
'qsllqpuC rrruv uup TUBIBS rsue.(g
*---1'-t'E'r{ (8002'use1u1 qelln1efeprg}lruf S NIO
ueltrlouadu8equrel :egu1e1)' uoosapa4tSoptsos
'qullqpeC rrruv uup tuBI€S rrsruu{S
s
W-zg t'q ( S00 Z'uyu>1e1 qBIInrE.,(BprHJIre,(S NInuurlrleuade8equel :BUBIB1)' uoosapa4tSolotsos
'qullqpec Jrruv u?p ruelps rrsrue,{3
n
14---*/'ursauopul selrsJelruneuu ft esecse6upudrsdrrlg
'uef ele5luuuDlnrruad (uJpuecqupugi(,
I
-'==1/
98
-t8'rl (t002 'druD elpahi epuuardeuecue; :eye1e1)
' t n s n g n,(n p t t g u D p I D t s o S t t ut I J'rperle 5'fl1 f llg
EZ
b*-V_---6l I-SI I'rl (6002'e1dr3e1eurg :eyulel;
' tE o 7o do.r ltrVrt tu 1J-rn 1 uo7 ua 4'le t?utuu-le llueo;ZZ
_---r4-/--L6'qGOOZ 'e1dr3e4eurX
Jd :eUBIuf)'tosoqlotsostllulJ'nqe'rpuurqyI(,
1+W----z--96'tl (€002'e1dr3u1aurX
Id :eue{ef)'tnsoglntsostuulJ'nqu'rpeuqyOZ
b---^14--'96'tI (t002'utdr3eleurX
Jd :BUe{Bf)'.tosoqlotsosnuty'nqe'rpuuqy6I
ryS I I'rl (6002 'u1dr3e1eur5 :upulel)
' tB o 1o do.r 1ttynruyto 7u o7ua 4'le t8utuuJe llueo)8I
-€VIZ-ZIZ'q'(ZIOZ 'srse :eselet) 'X sele) VIAIft1 IS
lnlunrSolorsog'r1e,ru.(rng n[n1 uuprle,{lu1,X un;1LI
THb---//Bg'q'(ZIOZ 'srse :uge1u1) 'y sule; VN^/NS
{ruunrSol or s o g' r1e rrref.rn g n fn1 u€prte.fu eIAI un)9I
w;-€;IZ-ZIZ'qQ,rcZ 'epus:e4 opugerg efeg :ege1e1)
' nt 7 unB ua tr tu D tl S rB o 1 o t s o g'o1ue1ao g ouo l:eo gSI
--"1/'99'Ll,'ftl1(, 'srse :eyelut) 'X sele) vhl6il lS
IruunG ol ors o g' r1e,u.ef-rn S n fnl uuprle,ft ery un;1VI
---t/0lZ'q QyOZ 'epusre4 opuUBlD eieg :ege>1e1)
'tnlun*ua4 ryDnS l3olorsog 'olueleos ouofteos
TI
?-'-*t--"'
tl'q ( sg6l '.ssord I{l :uuB{el)
' ut a p o1,ag t s D s t LrDB J o - I s D s t u D&-t O, ruorzlEulruyZC
*\ G00z
'dnorg ulpehi EpuueJdeuecue) :eue{el), Drsauoplq
t t D tut8 tt D q ut a d u D p t 3 o I o d o.r 1 tty ; rlezrerrruruv
Ig
W--+Z-
tl'q ( 9g6l 'sserd In :euB{el)
' ut ap o14 t sD s t uD8.to- r so s t uo?t g,ruorzlgellury0t
h--^d/( 'u,{relepsogefurua1
Jd : Sunpue g)' t s o s t u oZ.t g u o 3 u o q ruaB u a 4,le [qao4
OZ
---€(pr ce' 1n',tr,tt.^a// : dllq)
' rsostuoB"tg un7uoqutaBuad' rypao g,o[o1e66Z
n ru'Ll' zooz'e,trSuelAleuruueqcBuEqueJrsdrDls
'leuorsuN ueunSuEqued
e4SuuguelBCte>lpru{seIAIuuero}qu leso)
uu(I Blesr,rlJudue
ItB{SurueI^BunDuuFB Iolrlue dnprqeyuue,(u preqrue 6
'leruelsrpuuqeog
8Z
+h8t-gt'q (SOOZ'€uu{sf qeyynle.{uprlgrru,(g 11yn
uerlrlouede8eqrual :eue>Ief)' uoosapa4rsolotsos
'qellqped rrruv uup ruBIeS lsue.(g
L7
6ZZ'q (qSOt 'rdr1 :esu1e1) ,Treuro51
11ry plll f ' n t s a u o p u J 1 o :pu o [s o 1,,g,]ef uprq uBuLraH
9Z
14rlW8€-98'I{ '(8002 'upu1u1 tlsllnls.{uprH Jrr€FS
NIn uerlrleue4 e8equo-I :euele[) ,uonsapa4
tSo1otsog 'qellqpeJ rnuv uep tu?leS rrsuefg
9Z
4,t?g-7'q'eue4et
----n--"-t I I'q (e t oz 'leqeJIV
: Sunpue g)' unlrp ryua duD u tpua dap o1a 14' ouo(r?ng6E
118urqurrqua6
Jerud
l Surqrurque6
JBrudrsuereJeuoN
III gvg
__--€
I 9' Ll' LOOZ'euu1e ['ege1e1
qe1 lnlef upr pguu.( g 5gg eue frese csu dupedlsdlrls
'nquesuenslnda;lSunprlnelnd rp rruuorn
o14ue,(eya5pe>1ere,(sul4lueeuuBeeylersoguudnprqey
'rurernlq
8g
--€
ll^'rt'266I '1odeg
' urseuopul selrsJolrulleue [resucsedepedrsdrrr15
'ueurlsruelluuB
uu lnSSueuedruu I?puuurueBue;Eyerso g eBequeluere4
'ueoluour4'Eeuefpuy
LT
I^'q'€002'ege>1e['epe>1u1
qe1 1n1e,(epr lguef g g1n euu l:esecsedepedlsdlq S
'ueun8uequed tuelepqrunguep
'ue,(e1e51'rue1e41e1e:e,(sel4irsedrsrued
1e13ur1 'ulplq11u1pq6l
9E
*--/fS'€-€'t'q (tOOZ'e1nqre1
sellsJelrun'uguleQ'unosapad tSolotsos'olp-reqea9t
---'-{-t--IZ'q0002 'u4nqre1
sulrsJelrun'egu1e [)' un o s a p a d rB o 1 o t s o s'o fp"ruqeabt
--{-(uroc'lods8olq'auo-zuuLll I :dqq)' Z I OZ
'eure8y rsesrue8rguep uueEy'equ-r8n1queq11cc
0t'rlIqnd'Fenuuf 0L epedses{e rC JPdTInEq-rJ6tZZ
@'uurlrleuadapoteruuup>1e lqg
9n
-'y/-/
OE''I
ynlnd'genuuf 91 upedsesle rg 3T-dTqeq-t-mrZZ
@'uurlrlsue depoleuruuple lq6
SV TI:
y;'61 lqnd rl0Z lrenuetTl epedseslulq Jp
vv O'8 htrBg/N\DICICNAd NVIIIIANSd/SECIOW
'uerlryauedlrseq elup srsrleueuepueqelo8ue4
O OOZ'e,ft elepsogu feueA
;4 :Sunpue g)' uutlp lp ua duDqry a ua d ap op lU
'uleurpuuqngqrpoe,(g euu51
EN
9(,' L utel
gl0Z rrenuei6 epedses>lBrpFulq' lrunuaur- IeorrrBsZV
-uep-rselnooo-rsruuep/ L0 I zl 0z /IuJoc'lodstsolq'eulIuo
:SmAmryfdllq' leduu sue rse8ue 4
w8I I'q Gtoz 'leqeJIV
: Sunpuu g)' u Dl t p t p u a d u D u q a u a d a p o 7 a yg' ouo(t8ngw
tl I'q (e I0Z'leqe3lY
: Sunpue g)' u Dlt p ry uad u D u t I a ua d apol a 1tg' ouot{r8ng
0,
------aZ'-"ut Dl sJ s Dl t s.ta N ufi uDt1,tn8 ax uDpq Dfi q.tD
I t 1 LLt
I J s D 1 I
t t 4 D I t s d t fil S
Lt D s t I
t ru a d u D ru o p a d ( urtsn,( ued
IUII
99
------//'gE:60 1n1nd rl0Z rrpnuut67 upudsse$lerp
'ueBuedelueluie3
n9
---'V-/t0z'q (€t0z 'BleqeJIV
:Sunpuu g)' u Dl t p t p u a d u D ! I p u a d a po7a.;lg,ouof r8n g
ES
aZ"'OI'6I
1ru1nd rl 0a upnuut 7 1 upedses{elq lrutqlSETrdsilG
'tse,uesqouergeBua6
Z9
lH,^lW---€€02'q (€t0z 'BleqeJIV
: Sunpue g )' u Dl r p t p u a d u D t t t p tt a d a p o 1 a yg, ouo,fi?ngIS
th*----rlz'L6I'qGtOe 'eloqeJIV
: Sunpuu g )' u DI t p t p Lt a d u D t I q a Lt a d a p o 1 a 14, ouo fir8ng09
7W---t--/
s6r-v6r'q (E I 0z'eleqeJ1y
:Sunpue g)' u nt1 t p r p u a 4 LtD u q a u a d a p o 7 a yg, ouo(r?ng6'
L LZ' Ll (qOOZ'etuelupsoge leueg
14 :Sunpuu A)' untlplp ua d uD u t p u a dap o p l{'eluurpeurlngqrpoe,( g uuelq
8n
gZ'tI In{nd VIOZ \renuet 71 epedses{elq
'uurlrleued luerurulsul
LT
SI
-tl'tl (6002 'ssar4 selWU-lV :uelerg) 'uDprgsDllpll
-lV 1ot1n7 lopuodst.totslHqDDpJ'unsndued urrl
e I'q (tl0Z'uelerE w:4.ez lopuod:uelerg)'n.itoytaq ilunl nutlntunuDlala'urursu3
Zl-6 GOOZ'sser4 seppll-lV :uelerg)'uDpqsDrulJ
- lv t Dl DZ lo p uo d s t.t ol s t H tl D Dl aJ'unsn (ued ur1
g-n'qGrcZ 'uelerE wlez Iopuod:uelarg)' oltn1taq tLuD[ ttuDltttunuDp.ta'unuse3
n- Z' y G I OT,'uulerg NleZ {opuod
:uelerg)' n,Lr o :1t a q iluD I n ruI t U u tl Lt D 1 a -t a'ururse3
I'rI (6002'sse-r4 selWII-lV :uelerg)'uwa"tgsDltplJ
-lV tDtDZ lopuodst.tolslHqDDpJ'unsnfued ur1
rsueJaJeu
ELT'q,Grc(, 'UIEqSJIV
: Sunpue g)' tt o :1 t p t p u a 4 u D t I ry au a da p o 7 a q' ouo(t8ng
LLt'qGtOZ 'BraqBJIV
: Sunpue g)' u n y p ry u a 4 u D t 1 t p ua d a p o 1a q' ouo(tflng
LLt'qGrcZ '.eteqeJlv
:Sunpue g)' u ny r p r p u a 4 u D u q a u a d a p o 7 a q' ouo Kr?ng
(,1'q
( SOO Z :eue1e1)' D t-t DI D f q o 1 1 n 1 o {o p t 11[r t n t g uE a 1tr
IOI IOZ900 z r0r r0z 2080286t 'drN
W
wl Surqrurque4 113urqurqrue6
tl0z raquresecl I '?uB{Bf
------w' -
8 E'q ( I 66 I'uue,(upnqa)uppue{rprpue4uerueyede g:uye>1u1), (t ttru t1 o,urryr s ut do"r 4, tB u
o,tttt iu n g ua I n dnq ny.1 u n I o 7 a 1g I o:7 n to I s rrytg u o drry ! q a X'4>1p 'osoluesF{png
69
----{//'
lZ' Ll,' Z0OZ'1odeq'ursouopul
setrsrelrui.1lsdlr{S . ersglnfuuluse4rdep
eq8ue141ue 1uqe,(e 1e grelere.(seyrtr rseldepyf elerl S..
'uuurerpng
89
(&?----Y/2--'
111'q G I0T, .uulerg le11ez {opuod
: uularg)' o {-r o:p a q t ru Dl n w4 t t I u tl u o p t a .unuse 3
L9
t_ t\tl
--'--Z'/lz'q GO1Z'sse;4 SBITHI-lV :uularg) .uDptESDlq2J
-lV lo1o7 lopuodst.totslHqDDpJ .unsnfuad ur199 \y,I
,r
--{-''g I-tl'r{ (VtOZ.uelerg w11ezlopuod
:uelerg)' n{to:paq uanl nwlntuttuDIala,unuse3s9