200
PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Disusun Oleh: ADI SUYUDI NIM: 1113044000086 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018/1439 H

PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI

BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Disusun Oleh:

ADI SUYUDI

NIM: 1113044000086

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018/1439 H

Page 2: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 3: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 4: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 5: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

v

ABSTRAK

ADI SUYUDI NIM: 1113044000086. PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN HISAB

DAN RUKYAT DI INDONESIA. Program Studi Hukum Keluarga Isalam,

Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran Observatorium Bosscha

Institut Teknologi Banduung dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia

melalui andil yang diberikan serta cara yang ditempuh dalam memberikan andil

terhadap pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis

penelitian deksriptif analisis yaitu berupa dekskripsi serta analisis terhadap data

informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan. Teknik

penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2017.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah, pertama, Observatorium

Bosscha memiliki peran dan sumbangsih dalam perkembangan hisab rukyat.

Observatorium Bosscha dalam perkembangan ilmu hisab, telah memberikan

pengetahuan tentang dasar-dasar astronomi modern terhadap perkembangan ilmu

hisab di Indonesia. Dasar astronomi yang telah diberikan berkaitan dengan

perhitungan astronomi berkaitan dengan pelaksanaan ibadah seperti arah kiblat,

waktu salat dan awal bulan kamariah. Kehadiran Observatorium Bosscha dalam

pengembangan ilmu hisab memperkaya pengetahuan tentang perhitungan

astronomi yang menjadi acuan dalam metode hisab haqiqi kontemporer

khususnya, dikarenakan perhitungan astronomi yang dikembangkan oleh

Observatorium Bosscha di dalamnya terdapat pembaharuan yang terus menerus

dilakukan. Kedua, Observatorium Bosscha juga berperan dalam perkembangan

rukyat di Indonesia dengan memberikan edukasi tentang cara merukyat secara

profesional didasari oleh ilmu astronomi, juga pelaksanaan rukyat dengan

Page 6: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

vi

menggunakan teleskop untuk memverifikasi objek penelitian (hilal) itu sendiri.

Diskusi dan dialog pun dilakukan guna menyampaikan pengetahuan rukyat dalam

segi astronomi kepada berbagai elemen di dalam berbagai kesempatan termasuk

dalam musyawarah kerja yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama terlebih

terhadap para perukyat yang melaksanakan rukyat tiap tahunnya. Semua ini

dilakukan guna menghindari kekeliruan dan kesalahan dalam merukyat nantinya,

sehingga meminimalisir kesalahan dalam pelaksanaan rukyat itu sendiri karena

hal tersebut berkaitan dengan pelaksanaan ibadah yang hendak dilaksanakan oleh

umat Islam. Cara yang ditempuh Observatorium Bosscha dalam memberikan

andil terhadap pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia melalui kelembagaan

dengan memberikan kontribusi berupa andil dalam bentuk kegiatan pendidikan,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kontribusi Observatorium Bosscha

ini dilakukan dengan kerja sama bersama Kementerian Agama, secara mandiri

melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan para astronom yang

masih aktif di Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung dan melalui

perorangan alumni Jurusan Astronomi dan Observatorium Bosscha yang

berkiprah dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia. Para alumni

tersebut sangat memiliki pengaruh yang nyata terhadap perkembangan hisab dan

rukyat di Indonesia.

Kata kunci : Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung,

Peran, Hisab, Rukyat, Astronomi

Pembimbing : Drs. H. Wahyu Widiana, MA

Daftar Pustaka : 1933-2017

Page 7: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

vii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم هللا الر

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala yang telah melimpahkan

rahmat, nikmat, taufik, hidayah dan 'inayah-Nya, terucap dengan tulus dan ikhlas

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin tiada henti. Sesungguhnya hanya dangan

penolongan-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Salawat seiring salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada insan pilihan

Tuhan Nabi akhir zaman Muhammad SAW, baserta para keluarga, sahabat dan

umamatnya. Amin.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh

dari kesempumaan. Namun demikiah skripsi ini basil usaha dan upaya yang

maksimal dari penulis. Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis

didalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan waktu. Namun patut disyukuri

karena banyak pengalaman yang didapat dalam penulisan skripsi ini. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tersusun bukan semata-mata hasil usaha

sandiri, akan tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari semua pihak. Oleh karena

itu penulis secara khusus ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin jahar, M.A., Salaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Dr. Abdul Halim, MA, dan Indra Rahmatullah, MH selaku Ketua

Program Studi dan Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Ahmad Mukri Aji, MA selaku dosen Penasihat Akademik

penulis haturkan terima kasih, semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan kepada beliau.

4. Bapak Drs. H. Wahyu Widiana. MA selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran. Tanpa lelah membimbing Penulis

serta memberikan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

viii

Suatu kebanggaan bagi penulis mendapatkan bimbingan dalam penyusunan

skripsi ini dari beliau, semoga Allah SWT yang akan membalas apa yang

telah bapak berikan;

5. Bapak Sirril Wafa, MA yang telah mengajarkan penulis dalam mata kuliah

Ilmu Falak I, Bapak Adi Damanhuri, M.Si yang telah mengajarkan penulis

dalam mata kuliah Praktikum Hisab dan Rukyat juga memberikan saran dan

masukan terhadap skripsi ini;

6. Ibu Dr. Hj. Maskufa. MA selaku penguji skripsi yang juga telah

memberikan kesempatan kepada penulis dalam mendiskusikan tahapan awal

penelitian yang penulis lakukan, dan Ibu Hj. Rosdiana. MA selaku penguji

skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi guna

menyempurnakan skripsi ini;

7. Seluruh dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu dan

Akhlaq yang tidak ternilai harganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta;

8. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta;

9. Bapak Dr. Mahasena Putra selaku Kepala Observatorium Bosscha yang

telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Observatorium Bosscha,

kepada Ibu Ely Sulistialie selaku pustakawati Observatorium Bosscha yang

telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang

dibutuhkan;

10. Bapak Dr. Moedji Raharto selaku astronom Institut Teknologi Bandung dan

anggota Tim Hisab dan Rukyat yang telah memberikan waktu dan tenaga

untuk memberikan data, informasi, dan arahan kepada penulis dalam

melakukan penelitian, semoga Allah SWT membalas apa yang telah beliau

berikan;

11. Ibu Windi Alzahra, S.Pt, M.Si, M.Agr (Dosen Institut Pertanian Bogor), dan

suami, serta sahabat Lou Ayy Al-Zamakhsyari, yang juga sedang

Page 9: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

ix

melakukan penelitian di Lembang dan telah memperkenankan penulis untuk

tinggal di home stay selama penulis melakukan penelitian. Semoga Allah

SWT membalas semua kebaikan Ibu dan Bapak.

12. Kepada keluarga tercinta, umi, bapak, nenek, kedua kakak, dan para sanak

saudara yang telah banyak membantu dan memberikan support kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terlebih kepada umi tercinta, satu

langkah kecil ini penulis persembahkan untuk beliau karena proses

penyusunan skripsi ini beriringan dengan penanganan penyakit yang beliau

derita. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan, kesabaran dan

keberkahan umur kepada beliau selalu;

13. Sahabat-sahabat seperjuangan, teman-teman Mahasiswa/i Hukum Keluarga

Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Jakarta angkatan 2013, yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, semoga kesuksesan dan keberkahan selalu

menyertai kita semua;

14. Seseorang yang selalu setia menjadi teman dalam suka maupun duka,

motivator yang hebat, dan pengoreksi serta pemberi arahan yang terbaik.

Semoga selalu dalam naungan Allah SWT;

15. Serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan

balasan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dan juga, semoga apa yang telah kalian berikan

menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi

penulis dan umunya bagi pembaca. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki skripsi ini.

Ciputat, 10 Desember 2017

Penulis

Page 10: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifiksi Masalah .................................................................... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 8

1. Pembatasan Masalah ..................................................... 8

2. Perumusan Masalah ....................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

1. Tujuan Penelitian ........................................................... 8

2. Manfaat Penelitian ......................................................... 9

E. Metode Penelitian ...................................................................... 9

1. Pendekatan Penelitian .................................................. 10

2. Jenis Penelitian ............................................................ 10

3. Sumber Data ................................................................ 11

4. Metode Pengolahan Data ............................................. 11

5. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 12

6. Metode Analisis ........................................................... 12

7. Teknik Penulisan ......................................................... 12

F. Review Studi Terdahulu .......................................................... 12

Page 11: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

xi

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERAN, HISAB RUKYAT

DAN PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH DI

INDONESIA ................................................................................. 15

A. Tinjauan Umum Tentang Peran .............................................. 15

B. Tinjauan Umum Tentang Hisab dan Rukyat ........................... 17

1. Pengertian Hisab dan Rukyat ............................................. 17

2. Dasar Hukum Hisab dan Rukyat ........................................ 21

3. Perkembangan Hisab dan Rukyat ....................................... 23

BAB III PROFIL OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT

TEKNOLOGI BANDUNG DAN KEGITANNYA YANG

BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN HISAB DAN

RUKYAT DI INDONESIA.........................................................34

A. Profil Observatorium Bosscha ................................................. 34

1. Latar Belakang Pendirian Observatorium Bosscha ..... 34

2. Sejarah Pendirian Observatorium Bosscha................37

3. Tugas Pokok dan Fungsi Adanya Observatorium

Bosscha.....................................................................40

B. Kegiatan Observatorium Bosscha Berkaitan

Dengan Pengembangan Hisab Rukyat di Indonesia..............43

BAB VI ANALISIS PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA

INSTITIUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

PENGEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT DI

INDONESIA.................................................................................50

Page 12: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

xii

A. Peran Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Dalam Pengembangan Hisab Dan Rukyat Di Indonesia ......... 50

B. Cara Yang Ditempuh Observatorium Bosscha Institut

Teknologi Bandung Dalam Memberikan

Andil Terhadap Pengembangan Hisab Dan

Rukyat Di Indonesia..............................................................62

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 72

A. Kesimpulan .............................................................................. 72

B. Saran-Saran ............................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perihal pelaksaan ibadah yang disyariatkan kepada umat Islam di seluruh

dunia di dalamnya terdapat ketentuan waktu dan tata cara pelaksanaan yang

melibatkan benda benda langit serta posisinya. Dari astromekanika (pergerakan

dan posisi benda-benda langit) tersebut lahirlah ketentuan mengenai awal waktu

salat, arah kiblat, penentuan awal bulan kamariah, dan gerhana yang menjadi

pedoman umat Islam dalam melakukan perintah-perintah ibadah seperti salat,

puasa dan haji.

Secara khusus mengenai ilmu yang mempelajari hal tersebut (posisi benda

langit) disebut dengan ilmu falak yang pada turunannya terdapat hisab dan rukyat

yang meskipun dalam konteksnya lebih digunakan dalam permasalahan awal

bulan kamariah.1Tujuan utama mempelajari ilmu falak adalah untuk dapat

mengetahui peredaran benda langit yang sebenarnya untuk dijadikan dasar dan

pedoman bagi umat Islam dalam melakukan ibadah.2 Yakni menentukan awal dan

akhir waktu salat, arah kiblat, awal bulan kamariah dan terjadinya gerhana.

Studi ilmu falak memberikan kompetensi tentang pengetahuan dasar alam

semesta, bola bumi dan bola langit, pengetahuan dasar trigonometri, hisab awal

waktu salat, hisab arah kiblat, hisab awal bulan kamariah dan perbandingan tarikh.

Harapan bagi yang mempelajarinya akan dapat menjelaskan konsep tentang dasar-

dasar astronomi yang berkaitan dengan penentuan waktu ibadah, menjelaskan

peranan ilmu falak dalam penentuan waktu salat, melakukan perhitungan waktu

salat dengan benar, menyusun jadwal waktu salat dan imsakiyah, menghitung

sekaligus mengukur arah kiblat, menghitung sekaligus memprediksi kapan waktu-

waktu ibadah seperti awal dan akhir puasa tiba, membuat Kalender Masehi atau

1 Muhammad Hadi Bashori, Bagimu Rukyatmu Bagiku Hisabku, (Jakarta, Pustaka Al-

Kautsar, 2016), h. 4.

2 Sriyatin Shadiq,”Ilmu Falak I” dalam Maskufa, Ilmu Falak. (Jakarta: Gaung Persada

Press) cet 1, h. 22.

Page 14: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

2

Hijriah, mengkritisi arah kiblat di tempat ibadah sepert masjid dan musala dan

diasumsikan tidak sesuai dengan teori-teori ilmu falak, dan menumbuhkan sikap

toleran bila dari hasil hisab akan terjadi perbedaan dalam berhari raya.3

Jika diamati secara spesifik memang terdapat perbedaan yang signifikan

antara ilmu falak dengan astronomi, dari sisi ruang lingkup bahasanya, astronomi

mengkaji seluruh benda-benda langit baik matahari, planet, satelit, bintang,

gelaksi, nabula dan lainnya. Sedangkan ilmu falak ruang lingkup pembahasannya

hanya terbatas pada matahari, bumi, dan bulan. Itupun hanya posisinya saja

sebagai akibat dari pergerakannya.4

Astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan benda langit dan alam semesta

yang dikembangkan berbasis pada pengamatan, perhitungan dalam astronomi

berdasar hukum alam yang rumusannya berdasar pada data pengamatan dan

pemahaman tentang hukum alam yang mengatur gerak bulan dan matahari diuji

melalui pengamatan astronomi. Seperti perhitungan visibilitas hilal dengan istilah

imkan rukyat berarti mempunyai kemungkinan dapat dilihat.5

Adapun penentuan awal bulan baru Kalender Hijriah merupakan suatu

persoalan yang sangat penting dalam agama Islam, yaitu dalam menentukan

kapan mulai dan berakhirnya ibadah puasa Ramadan dan dilanjutkan dengan

pelaksanaan salat Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal bulan kamariah. Namun dalam

kenyataannya masih sering kita dihadapi dua pilihan dalam memulai atau

mengakhiri ibadah puasa Ramadan. Seringkali terjadi dalam satu kota yang sama

masyarakat merayakan Idul Fitri dalam hari yang berbeda.6Masalah penentuan

awal bulan hijriah melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan secara

3 Maskufa, Ilmu Falak. (Jakarta: Gaung Persada Press) cet 1, h. 22.

4 Muhammad Hadi Bashori, Bagimu Rukyatmu Bagiku Hisabku, h. 5.

5 Moedji Raharto, “Astronomi Islam Dalam Perspektif Perkembangan Astronomi Modern”

(Bandung: makalah disampaikan dalam Pendidikan dan Pelatihan Hisab-Rukyat Negara-Negara

MABIMS, 2000), h. 21, t.d.

6 Djoni N. Dawanas dan Purwanto, “Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan Ramadan dan

Syawal” dalam Darsa Sukartadiredja dan Imam Rosjidi, Proceedings Seminar Ilmu Falak.

(Jakarta: B.P. Planetarium dan Observatorium Jakarta Pemerintah DKI Jakarta, 1994), h. 73. t.d.

Page 15: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

3

komplek. Misalnya dalam penentuan hari Idul Fitri, sering melibatkan aspek fiqih

(hukum Islam), sosial politik serta aspek ilmiah.7

Karena keterkaitannya dengan ibadah puasa , kegiatan ekonomi, sosial dan

politik dan bahkan dapat mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan keamanan

masyarakat. Oleh karena itu para ahli hukum Islam menentukan norma-norma

yang mengatur tata cara penentuan awal Ramadan dan Syawal tersebut. Ahli

hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang berwenang

melakukannya, prosedur dan mekanismenya. Negara-negara Islam serta negara-

negara yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, termasuk

negara Republik Indonesia memedomani norma-norma hukum Islam tersebut.8

Sementara itu di Indonesia berkembang bermacam-macam aliran dalam

penentuan awal bulan Qomariyah.9 Dalam tindakan etis praktis, NU (Nahdlatul

Ulama) dan Muhammadiyah mengakui eksistensi hisab dan rukyat. Khususnya

dalam menetapkan awal bulan Ramadan dan Syawal, NU mendasarkan pada

rukyat sedangkan Muhammadiyah mendasarkan pada hisab. Dengan arti, bagi NU

hisab hanya sebagai “pembantu” pelaksanaan rukyatul hilal sedangkan bagi

Muhammadiyah hisab berfungsi sebagai “penentu” awal bulan Qomariyah.

Dengan kata lain NU cenderung pada penampakan hilal dan Muhammadiyah

lebih cenderung pada eksistensi hilal.10

Pemerintah tetap berusaha agar kelompok yang berpegang pada rukyat

maupun hisab berjalan bersama-sama dan seharusnya saling menunjang. Upaya

itu tidak mudah mengingat jumlah penduduk yang besar dan wilayah negara yang

luas. Sesungguhnya sangat ideal dalam kondisi seperti itu mengharapkan seluruh

7 Purwanto dan Djoni N. Dawanas ,”Peran Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriyah” dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 102.

8 Taufiq, “Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadan dan Syawal” dalam, Selayang

Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 121.

9Taufiq, “Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadan dan Syawal” dalam, Selayang

Pandang Hisab Rukyat, h. 125

10 Susiknan Azhari, “Penggunaan Sistem Hisab dan Rukyat di Indonesia (Studi tentang

Interaksi NU dan Muhammadiyah.” (Disertasi S-3 Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2006), h. 116.

Page 16: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

4

umat Islam di Indonesia dapat memulai dan mengakhiri puasa Ramadan,

demikian pula merayakan Idul Adha pada hari-hari yang sama.11

Untuk menjaga kesatuan dan ukhuwah Islamiyah, maka pemerintah (dalam

hal ini Departemen Agama12

) selalu berusaha untuk mempertemukan paham para

ahli hisab dan rukyat dengan masyarakat Indonesia terutama di kalangan ulama-

ulamanya dengan mengadakan musyawarah-musyawarah, konfrensi-konfrensi

untuk membicarakan hal-hal yang mungkin dianggap menimbulkan pertentangan

di dalam menentukan hari-hari besar umat Islam, terutama penentuan awal

Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha kalau dapat, disatukan. Kalau memang

ternyata tak dapat berhasil (dipersatukan), diusahakan untuk menetralisir, jangan

sampai menimbulkan pertentangan-pertentangan di masyarakat yang lebih

meluas.13

Setelah mengadakan musyawarah sebanyak dua kali guna menyikapi

perbedaan penentuan Ramadan dan Zulhijah pada 12 Oktober 1971 dan 20

Januari 1972, di dalam musyawarah terdapat desakan kepada Menteri Agama

untuk mengadakan Lembaga Hisab dan Rukyat. Pada tanggal 16 Agustus 1972

dikeluarkanlah Surat Keputusan Menteri Agama No. 76 tahun 1972 tentang

Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama.14

Susunan personalia

Badan Hisab dan Rukyat itu diperluas dengan anggota tersebar oleh Keputusan

Direktur Jenderal Bimas Islam tanggal 28 Juni 1973 no. D.J/96/P/1973, meliputi

cendikiawan dan alim ulama dari lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi

dan organisasi kemasyarakatan serta pondok-pondok pesantren dari seluruh

Indonesia.15

11

Darsa Sukartadiredja, “Perhitungan Kalender Qomariyah dan Penentuan Awal Bulan”

(Jakarta: makalah ini disampaikan dalam Seminar Ru’yah dan Hisab Menurut Tinjauan Astronomi

dan Fuqoha diselenggarakan oleh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia), h. 5, t.d.

12 Diubah menjadi Kementerian Agama RI pada era kepresidenan Susilo Bambang

Yudhoyono tahun 2009-20014.

13 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan

Peradilan Agama, 2007), h. 73-74.

14 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, h. 74-76.

15 Abdur Rachim, “Sistem Hisab Departemen Agama” (Jakarta: makalah disampaikan

dalam Musyawarah Kerja Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Hisab Ru’yah, 1999), h. 2. t.d.

Page 17: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

5

Dari kedua susunan personalia anggota Badan Hisab dan Rukyat (tetap dan

tersebar) yang tercantum di atas dapat dilihat berbagai unsur keanggotaan yang

terdiri dari lembaga dan instansi yang tidak hanya berasal dari ranah keagamaan

(Departemen Agama, IAIN, ahli hisab dan rukyat, tokoh-tokoh perwakilan ormas

Islam, Pengadilan Agama dan lainnya), walaupun tugas dari Badan Hisab dan

Rukyat itu sendiri berkaitan dengan masalah ibadah, yaitu pemberian advis atau

nasihat dan saran dalam hal penentuan permulaan tanggal bulan kamariah kepada

Menteri Agama.16

Selain unsur tersebut terdapat para ahli dalam berbagai bidang

tertentu yang juga turut menjadi anggota Badan Hisab dan Rukyat, antara lain

berasal dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika (sekarang Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika), Planetarium, Angkatan Laut, dan Observatorium

Bosscha Institut Teknologi Bandung. Hingga berubah nama menjadi Tim Hisab

dan Rukyat pada tahun 201317

dan sampai saat ini, berbagai unsur tersebut tetap

ada selain peniadaan unsur dari Angkatan Laut serta penambahan unsur dan

lembaga seperti Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional),

sekarang menjadi BIG (Badan Informasi Geospasial).18

Penulis sendiri ingin mengedepankan hadirnya unsur dan lembaga

astronomi di dalam perkembangan hisab dan rukyat, dilihat dari sejarah berdirinya

Badan Hisab dan Rukyat dan eksistensinya sampai saat ini. Dapat dilihat adanya

perwakilan dari Planetarium Jakarta (Drs. Santoso Nitisastro, Drs Darsa

Sukartadiredja dan Drs. H. Cecep Nurwendaya, M. Pd) , Observatorium Bosscha

Institut Teknologi Bandung (Prof. Bambang Hidayat dan Dr. Moedji Raharto),

dan LAPAN (Prof. Thomas Djamaluddin). Jika dicermati lebih dalam

bahwasanya dari semua perwakilan unsur astronomi yang ada memiliki satu

benang merah, yaitu latar belakang pendidikan yang sama, semua individu

16

Departemen Agama RI, Laporan Kegiatan Musyawarah Badan Hisab dan Ru’yah

Departemen Agama (Jakarta: Direktorat Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam, 1974), h. 17.

17 Keputusan Menteri Agama No. 43 Tahun 2013.

18 Keputusan Menteri Agama No. 178 Tahun 2014.

Page 18: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

6

tersebut berasal dari Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung dan

Oservatorium19

Bosscha Institut Teknologi Bandung (lembaga riset).

Perkembangan pendidikan astronomi di Indonesia sangat erat kaitannya

dengan keberadaan Observatorium Bosscha yang pembangunannya menghabiskan

waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928.20

Setelah

penyerahan Observatorium Bosscha oleh NISV (Nederlandsch-Indische

Sterrekundige Vereeniging) atau Perhimpunan Astronom Hindia Belanda kepada

Pemerintah Indonesia pada tahun 1951, pada tahun itu juga merupakan tahun yang

bersejarah karena pada tahun tersebut pendidikan astronomi secara resmi berdiri

dengan dikukuhkannya Prof. Dr. Gale Bruno van Albada sebagai Guru Besar

Astronomi.21

Delapan tahun kemudian (1959) Observatorium Bosscha dikelola

oleh Institut Teknologi Bandung dan dijadikan lembaga penelitian dan pendidikan

untuk bidang astronomi di Indonesia. Saat ini Observatorium Bosscha berada di

bawah pengelolaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Teknologi Bandung.22

Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai

Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Oleh karena itu, keberadaan

Observatorium Bosscha dilindungi UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar

Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium

Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.23

Dalam hal ini penulis ingin mengkaji mengenai peranan Observatorium

Bosscha yang merupakan lembaga riset yang secara konsisten berupaya

mempopulerkan Astronomi serta menjembatani antara dunia sains Astronomi

dengan masyarakat umum, di luar naungan Kementerian Agama.. Adapun alasan

19

Menurut KBBI, observatorium merupakan gedung yang dilengkapi alat-alat (teleskop,

teropong bintang, dsb) untuk keperluan pengamatan dan penelitian ilmiah tentang bintang dan

sebagainya.

20 Sejarah Observatorium Bosscha, bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-bosscha/sejarah-

observatorium-bosscha

21Mengenal Seluk Beluk Program Studi Astronomi ITB,

www.itb.ac.id/news/read/5479/home/mengenal-seluk-beluk-program-studi-astronomi-itb

22 Ridwan Hutagalung, ed., Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, (t.t.: Badan

Pelestarian Pustaka Indonesia, 2014), h. 40.

23 Tentang Bosscha,bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-bosscha

Page 19: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

7

mengapa Observatorium Bosscha yang menjadi objek penelitian bukan Jurusan

Atronomi Institut Teknologi Bandung itu sendiri karena sebagai lembaga riset,

Observatoium Bosscha berdiri lebih dahulu dibanding Jurusan Astronomi tersebut

dan merupakan alasan terbentuknya pendidikan astronomi di Indoneisa sehingga

menjadi lambang dari astronomi Indonesia. Oleh karena itu penulis hendak

merealisasikannya dalam tulisan berbentuk skripsi, dengan judul “PERAN

OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

DALAM PENGEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT DI INDONESIA”

B. Identifikasi Masalah

Berawal dari Surat Keputusan Menteri Agama No. 76 tahun 1972 tentang

Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama hingga saat ini

berubah nama menjadi Tim Hisab dan Rukyat dengan tujuan sebagai wadah dari

berbagai macam unsur, lembaga, dan instansi dalam menyikapi perbedaan tentang

penetapan awal bulan kamariah.

Di antara berbagai unsur dan elemen dari anggota Tim Hisab Rukyat yang

dibentuk oleh Menteri Agama tersebut terdapat perwakilan Observatorium

Bosscha ITB yang notabene merupakan lembaga riset di bawah naungan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA

ITB).

Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung sudah sejak lama

terlibat dalam penentuan waktu-waktu ibadah tersebut terhitung dari terbentuknya

Badan Hisab dan Rukyat ditahun 1972 tersebut hingga saat ini. Di sini kita akan

melihat lebih jauh peranan dari Observatorium Bosscha tersebut di dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia sebagai lembaga riset yang bukan di

bawah naungan Kementerian Agama, tetapi memiliki andil dan sumbangsih yang

nyata di dalam praktek hisab dan rukyat di Indonesia.

Maka dari itu, dalam penelitian ini akan lebih menekankan kepada tugas

pokok dan fungsi Observatorium Bosscha, dan apa saja yang menjadi sumbangsih

Observatorium Bosscha dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia entah

itu berupa data-data ataupun hal lain yang berhubungan dengan itu

Page 20: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

8

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan menjadi terarah dan terfokus maka penulis membatasi

permasalahan yang ada para peran Observatorium Bosscha dalam pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia. Hisab dan rukyat dalam hal ini berkaitan dengan

penentuan awal bulan kamariah dikarenakan sifatnya yang krusial karena di

dalamnya terdapat aspek sosial dan politik, ekonomi dan aspek ilmiah. Adapun

peran Observatorium Bosscha itu sendiri berkaitan dengan kegiatannya dalam

mendukung tugas Kementerian Agama terkait hisab dan rukyat.

2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan pembatasan masalah yang ada, penulis merinci dan

merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan menjadi inti dari

pembahasan pada penelitian yang akan dilakukan. Perumusan masalah yang ada

antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimana tugas pokok dan fungsi Observatorium Bosscha dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia?

b. Apa peran Observatorium Bosscha dalam pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia?

c. Bagaimana cara Observatorium Bosscha berperan dalam pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Peneliti bermaksud untuk meneliti peran dari Observatorium Bosscha yang

merupakan lembaga riset yang berada di bawah naungan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB) di dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia yang merupakan tugas pokok dari

Kementerian Agama. Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai terkait

rumusan masalah yang sudah ada sebelumnya yaitu:

a. Untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi Observatorium Bosscha dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia

Page 21: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

9

b. Untuk mengetahui andil Observatorium Bosscha dalam pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia

c. Untuk mengetahui cara Observatorium Bosscha berperan dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis khususnya, manfaat penelitian menambah wawasan dan

pengetahuan tentang peranan Observatorium Bosscha dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia dan pengetahuan tentang

penentuan awal bulan Qomariyah yang dilakukan oleh pemerintah.

b. Bagi mahasiswa pada umumnya, manfaat penelitian agar mampu

menambah khazanah pengetahuan yang didapat melalui penulisan ini dan

bagi mahasiswa Fakultas Syariah yang mempelajari Ilmu Falak

khususnya, agar dapat mengetahui dan memahami peranan dari

Observatorium Bosscha dalam pengembangan hisab dan rukyat di

Indonesia.

c. Bagi masyarakat, manfaat penelitian agar menghasilkan informasi yang

berguna bahwa dalam menentukan waktu-waktu ibadah, khususnya

penentuan awal bulan kamariah, Kementerian Agama telah berkordinasi

dengan instansi dan lembaga-lembaga terkait seperti dengan

Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung.

E. Metode Penelitian

Penelitian berhubungan dengan usaha untuk mengetahui sesuatu. Selain itu,

penelitian berhubungan dengan usaha mencari jawaban atas suatu atau berbagai

permasalahan. Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus menerus, maka

ilmu akan terus berkembang dan membantu persepsi serta kemampuan berfikir

yang logis.24

Dalam rangka memperoleh data, maka penulis berpegang kepada pedoman

penelitian yang disebut dengan metode penelitian. Yang dimaksud dengan metode

24

Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, hal,

2.

Page 22: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

10

penelitian adalah cara meluluskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara

seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan

untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis pada penyusunan

laporan.25

Suatu metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat

memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

Metode adalah pedoman cara seorang ilmuan mempelajari dan memahami

langkah-langkah yang dihadapi.26

Adapun metode yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan

yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah suatu pendekatan yang

didasarkan pada suatu ketentuan hukum dan fenomena atau kejadian yang terjadi

di lapangan.27

Sosiologis disini menggunakan teori struktural fungsional yaitu teori

yang menyatakan bahwa setiap komponen dalam masyarakat (Observatorium

Bosscha, krena selain manusia, kelompok, tapi juga lembaga) mempunyai fungsi

dan peran.28

Hal tersebut dikaitkan dengan ketentuan hukum tertulis yang

menjelaskan tentang fungsi Observatorium Bosscha yakni Surat Keputusan

Menteri Agama No. 76 tahun 1972.

2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desktiptif

kualitatif yang bertujuan mengetahui keadaan objek yang akan diteliti. Dilakukan

dengan metode kualitatif, karena penelitian ini tidak melakukan pemahaman

dengan cara pengukuran secara statistik, melainkan pemaparan pihak responden

yang jelas dan rinci. Bersifat deskriptif yakni penelitian yang menggambarkan

25

Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Pustaka,

1997), hal, 1.

26 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1986), hal, 6.

27 Soerjono Soekanto, Peneitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:Raja

Grafindo, 2001), h.26

28 http:// mrlungs.wordpress.com/pendekatan-sosiologis

Page 23: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

11

data informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di

lapangan.29

Deskriptif adalah metode yang menggunakan pencarian fakta dengan

intrepetasi yang tepat, sedangkan analisis adalah menguraikan sesuatu dengan

cermat dan terarah.30

3. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan

mengadakan tinjauan langsung pada objek yang diteliti. Dalam hal ini data primer

diperoleh dari wawancara mendalam (indept interview) terhadap pihak

Observaterium Bosscha ITB. Penulis juga mengambil data dari dokumentasi yang

ada di Observatorium Bosscha. Kemudian menguraikan data tersebut dan

dianalisa dengan cara menghubungkan dengan masalah yang diteliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam pembahasan ini adalah literature

kepustakaan tentang permasalahan diatas, dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan masalah yang diajukan, baik buku, jurnal, artikel dari surat kabar dan

media elektronik. Studi pustaka dimaksudkan dapat menjadi dasar penyusunan

penelitian, kerangka pemikiran, atau teori maupun proses penelitian hasil

lapangan.

4. Metode Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Metode Library Research (pengumpulan data melalui studi kepustakaan).

Yaitu suatu metode pengumpulan data dari berbagai macam literatur

yang relevan dengan pokok masalah yang dijadikan sumber penelitian

ini.

29

Suharsimi Ari Kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1993), cet ke-2,

hal. 309

30 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hal. 63

Page 24: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

12

b. Metode Field Research (penelitian lapangan), yaitu menggunakan

penelitian dengan cara langsung datang ke lokasi yang memiliki

hubungan dengan penelitian ini, yaitu Observatorium Bosscha ITB.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Mengadakan pengamatan secara sistematis dan mencatat segala acara dan

kegiatan yang terdapat di dalam objek penelitian yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

b. Interview

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pihak

yang bersangkutan, yaitu Observatorium Bosscha ITB.

c. Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengambil informasi dari arsip-

arsip yang berasal dari Observatorium Bosscha ITB, yang kesemuanya

berhubungan erat dengan persoalan yang akan dibahas.

6. Metode Analisis

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber, baik primer maupun sekunder. Setelah dipelajari dan

ditelaah, maka langkah penulis berikutkan adalah mereduksi data, dengan jalan

merangkum masalah yang penulis teliti. Dalam menganalisis data, penulis

menggunakan pendekan deskriptif analisis. Dianalisa secara kualitatif dan dicari

pemecahannnya, kemudian disimpulkan dan digunakan untuk menjawab

pertanyaan yang ada.

7. Teknik penulisan

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan proposal Skripsi ini

adalah Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

F. Review Study Terdahulu

1. Hiton Bazawi (104044101398), Mahasiswa Peradilan Agama, tahun 2009.

Dengan judul ”Peran Pemerintah Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah

Page 25: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

13

( Tinjauan Kaidah Fiqhiyyah). Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu

menggambarkan peranan pemerintah juga tanggapan Ormas Islam dalam

menetapkan awal bulan Qomariyah yang ditinjau dari sudut kaidah

Fiqhiyyah. Sedangkan jenis data penelitian yang dilakukan lebih bersifat

kualitatif. Penelitian ini lebih melihat kepada kaedah-kaedah fiqhiyyah.

Dalam skripsi ini, penulisnya menginginkan dengan kaedah-kaedah fiqhiyyah

hendaknya umat Islam mampu bersatu dalam hal ibadah mahdhah di bawah

peran pemerintah. Perbedaan dengan penelitian yang akan saya bahas yaitu

terletak pada objek penelitian, dimana yang dijadikan objek penelitian disini

lebih spesifik kepada Observatorium Bosscha dan peranannya dalam wacana

hisab dan rukyat di Indonesia.

2. Bayu Baskoro Febianto (1206254826), Mahasiswa Program Studi Ilmu

Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, tahun

2016. Dengan judul “Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di

Lembang, Bandung: dari Penelitian Hingga Pendidikan 1920-1959”. Skripsi

ini fokus membahas tentang dinamika Observatorium Bosscha (Bosscha

sterrenwacht) dalam fungsinya sebagai tempat penelitian hingga pendidikan

astronomi di Indonesia. Skripsi ini diteliti menggunakan metode sejarah.

Perbedaan dengan penelitian yang saya bahas yaitu skripsi ini diteliti dalam

aspek sejarah tentang penelitian dan pendidikan yang dilakukan oleh

Observatorium Bosscha, adapun penelitian saya membahas tentang

keterkaitan Observatorium Bosscha serta perannya dalam perkembangan

Hisab dan Rukyat di Indonesia.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, yang sistematika penyusunannya

sebagai berikut:

Bab pertama,terdiri dari pendahuluan yang menguraikan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, dan sisitematika

penulisan.

Page 26: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

14

Bab kedua, terdiri dari tinjauan umum hisab dan rukyat, pengertian hisab

dan rukyat, dasar hukum hisab dan rukyat, dan perkembangan hisab dan rukyat di

Indonesia.

Bab ketiga, terdiri dari profil dan uraian tentang Observatorium Bosscha

ITB, sejarah pendirian, latar belakang pendirian, fungsi dan tujuan, instrumen

yang terdapat di Observatorium Bosscha, kegiatan Observatorium Bosscha yang

berkaitan dengan pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia.

Bab keempat, terdiri dari analisa peran Observatorium Bosscha di dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia dan sejauh mana andil sumbangsih

yang diberikan oleh Observatorium Bosscha di dalam penetapan awal bulan

kamariah di Indonesia, bagaimana hubungan astronomi murni dan astronomi

terapan atau Ilmu Falak.

Bab kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari

penulis mengenai hal-hal yang terkait dengan peran Observatorium Bosscha di

dalam pengembangan hisab dan rukyat diIndonesia.

Page 27: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

15

Page 28: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERAN, HISAB RUKYAT DAN

PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Tentang Peran

Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat.1 Istilah peran diambil dari dunia teater. Dalam

teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam

posisinya sebagai tokoh itu ia berperilaku tertentu.2

Setelah mendapatkan akhiran –an (peranan) memiliki arti yang berbeda, di

antaranya sebagai berikut:

1. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan

2. Peranan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh individu atau suatu lembaga

3. Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

peristiwa.

Teori peran biasa disebut juga dengan Role Theory. Peranan (role)

merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu

peranan.3 Peranan lebih menekankan kepada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai

suatu proses.4 Peran merupakan sesuatu yang diharapkan lingkungan untuk

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang karena kedudukannya akan

dapat memberi pengaruh pada lingkungan tersebut.

Menurut Komarudin, peranan adalah:

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam

manajemen

2. Pola penilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status

1 WJS. Poerdwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1985), h.33

2 Bruce J Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 25

3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),

h. 268

4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.269

Page 29: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

16

3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok pranata

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada

padanya

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.5

Selanjutnya, peran juga memiliki fungsi. Fungsi peran adalah sebagai

berikut:

1. Memberi arah pada proses sosialisasi

2. Pewarisan tradisi, kepercayaan, norma-norma dan pengetahuan

3. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat

4. Menghidupkan sistem pengendali atau kontrol sehingga dapat melestarikan

kehidupan masyarakat.6

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu

dalam masyarakat penting karena hal-hal sebagai berikut:

1. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat

hendak dipertahankan kelangsungannya.

2. Peranan-peranan seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh

masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannnya. Mereka harus telah

terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.

3. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu

melaksanakan peranannnya sebagaimana diharapkan masyarakat, karena

mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan kepentingan pribadinya

yang terlalu banyak.

4. Apabila semua orang sanggup dan mempu melaksanakan peranannya, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-

peluang tersebut.7

5 Komaruddin, Ensiklopedia Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 768

6 J. Dwi Narwoko , Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:

Kencana Media Group, 2006), h. 159

7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 289-290

Page 30: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

17

Berdasarkan pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:

1. Peranan yang diharapkan (excpected roles): cara ideal dalam pelaksanaan

peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan

yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak

dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. Pernan jenis

ini antara lain peranan hakim, peranan protokoler diplomatik dll.

2. Peranan yang disesuaikan (Actual Roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya

peranan itu dijalankan. Peranan ini dilaksanakan lebih luwes, dapat disesaikan

dengan situasi dan kondisi tersebut. Peranan yang disesuaikan mugkin tidak

cocok dengan situasi setempat tetapi kekurangan yang muncul dianggap

wajar oleh masyarakat.8

Sementara itu berdasarkan cara memperolehnya, peranan bisa dibedakan

menjadi:

1. Peranan bawaan (Ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara

otomatis bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, bupati

dan sebagainya, dan

2. Peranan pilihan (Achive roles), yaitun peranan yang diperoleh atas dasar

keputusan sendiri, misalnya seseorang yang memutuskan sendiri untuk

memilih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Airlangga dan menjadi mahasiswa program studi sosiologi. 9

B. Tinjauan Umum Tentang Hisab dan Rukyat

1. Pengertian Hisab dan Rukyat

Jika kita lihat di kamus-kamus, Ilmu Hisab yang dalam bahasa Inggrisnya

disebut “Arithmatic”, adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang

seluk beluk perhitungan, “Hisab” itu sendiri berarti hitung.

Ilmu Falak dan Ilmu Faraidl di kalangan umat Islam, dikenal pula dengan

sebutan ilmu hisab, sebab kegiatan yang paling menonjol pada kedua ilmu

8 J.Dwi Narwoko, Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, h. 160

9 J. Dwi Narwoko, Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, h. 161

Page 31: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

18

tersebut yang dipelajari dan dipergunakan oleh umat Islam dalam praktek ibadah

adalah melakukan “perhitungan-perhitungan”.

Namun di Indonesia, umumnya orang hanya mengenal bahwa Ilmu Falaklah

yang dimaksud dengan istilah Ilmu Hisab. Dalam tulisan ini pun Ilmu Hisab yang

dimaksudkan penulis adalah Ilmu Hisab sebagai Ilmu Falak yang biasa digunakan

umat Islam dalam praktek ibadah.10

Ilmu Hisab disebut Ilmu Falak dan miqat, dan menurut ilmuwan Yunani

disebut sebagai astronomi. Disebut ilmu hisab karena menggunakan metode

perhitungan. Dan disebut ilmu falak karena terkait dengan objek yang jadi sasaran

yakni falak (lingkaran langit-madar al nujumatau lintasan edar benda-benda

langit).11

Secara harfiah, hisab berarti perhitungan, dalam Al-Qur’an kata hisab

banyak digunakan untuk menjelaskan hari perhitungan (yaumul hisab) dimana

Allah akan memperhitungkan dan menimbang semua amal dan dosa manusia

dengan adil. Kata hisab muncul dalam Al-Qur’an sebanyak 37 kali yang

semuanya berarti perhitungan dan tidak ambiguitas arti.12

Hisab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti hitungan;

perhitungan; perkiraan. Menurut Maskufa dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Falak,Hisab secara istilah adalah perhitungan benda-benda langit untuk

mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan. Maka apabila hisab

ini dikhususkan penggunaannya pada hisab waktu, maka yang dimaksudkan

adalah menentukan kedudukan matahari sehingga dapat diketahui kedudukan

matahari pada bola langit di saat- saat tertentu.13

Benda langit yang dipergunakan oleh umat Islam untuk kepentingan hisab

adalah matahari, bulan, dan bumi. Itupun hanya terbatas pada status posisinya saja

10

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI 2007), h. 22.

11Zubair Umar al-Jailany, “al-Khulashah al-Wafiyah”, bandingkan juga Loewis Ma’luf,

“al-Munjid” dalam Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007) h. 25.

12Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat, (Jakarta: PT Amythas Publicita,

2007), h. 120.

13Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: GP Press, 2009), h. 90.

Page 32: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

19

sebagai akibat dari pergerakan benda-benda langit yang disebut astromekanika.

Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu hisab menggunakan perhitungan yang

mempunyai tingkat akurasi lebih tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan, ilmu

tersebut adalah ilmu ukur segitiga bola (sperical trigonometry).14

Perkembangan-

perkembangan tersebut hanya cenderung mengarahkan semakin tingginya akurasi

atau kecermatan produk perhitungan ilmu hisab.15

Rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra’a, yara, ra’yan, wa ru’yatan

yang bermakna melihat, mengerti, menyangka, menduga dan mengira.16

Pendapat

lain mengatakanar-rokyun yang berakar dari kata ro’a sebetulnya dapat berarti

melihat secara visual, namun dapat juga berarti melihat dengan bukan cara

visualseperti: melihat dengan: logika, pengetahuandan kognitif.17

Arti rukyat yang

paling umum adalah “melihat dengan mata kepala”18

Perbedaan pendapat di antara ulama fiqih tentang pengertian rukyat hilal

mengakibatkan awal bulan tidak selalu sama, khususnya bulan ramadan, syawal,

dan zulhijah. Sebagian mengartikan rukyat hilal secara harfiah melalui

pengamatan langsung (rukyat bi aini) dan sebagian lainnnya mengartikan sebagai

hisab (rukyat bi ma’na hisab). Hal ini mengakibatkan perbedaan yang tajam di

antara kedua kelompok ulama fiqih tersebut.19

Adapun Rukyat menurut istilah adalah melihat hilal pada saat matahari

terbenam tanggal 29 bulan Qomariyah. Kalau hilal berhasil dirukyat maka sejak

matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak terlihat maka

malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan

digenapkan (diistikmalkan) menjadi 30 hari.20

14

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, 2007, h. 22.

15Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab

Nahdlatul Ulama, (Jakarta: Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006), h. 5.

16 Maskufa, Ilmu Falak, h. 149.

17 Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat, h. 85.

18 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Sains dan Teknologi, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2005), h. 41.

19 Hendro Setyanto, Membaca Langit, (Jakarta: al-Ghuraba, 2008), hal. 10.

20 Maskufa, Ilmu Falak, h.149.

Page 33: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

20

Dalam literatur fiqih, kata rukyat seringkali dipadukan dengan kata hilal

sehingga menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat hilal (bulan baru). Rukyat

hilal ini berkaitan erat dengan masalah ibadah terutama ibadah puasa.21

Aktivitas

rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah

ijtimak (pada waktu ini, posisi bulan berada di ufuk barat dan bulan terbenam

sesaat setelah matahari terbenam). Apabila hilal terlihat, maka pada petang

(magrib) waktu setempat telah memasuki tanggal 1 bulan kamariah.22

Berhasil tidaknya rukyatul hilal tergantung pada kondisi ufuk sebelah barat

tempat peninjau, tergantung kepada posisi hilal itu sendiri dan kejelian mata si

peninjau. Dari pengalaman yang sering dilakukan biasanya orang dapat menaksir

terlihat atau tidaknya hilal bulan baru tersebut. Inipun tidaklah menjadi jaminan.

Sebab demikian tipisnya bentuk hilal serta rupanya yang mirip awan yang

menjadi latar belakangnya. Hilal sangat sulit untuk bisa diobservasi oleh orang-

orang yang penglihatannya kurang tajam. Namun demikian pengamatan hilal yang

dilakukan umat Islam di Indonesia sering berhasil, sekalipun menurut astronomi

umum, hilal pada posisi seperti itu kemungkinannya kecil untuk dapat dirukyat.23

Kesimpulan dari kedua pengertian yang telah dijelaskan di atas bahwa

Hisab merupakan sebuah pengetahuan tentang perhitungan benda-benda langit

seperti bulan dan matahari serta peredaran bumi terhadap benda-benda langit guna

mengetahui dan menentukan posisi serta waktu keberadaan benda-benda langit

tersebut yang semua berkaitan dengan penentuan awal bulan kamariah,sedangkan

Rukyat merupakan metode utnuk melihat keberadaan hilal secara langsung yang

dilakukan saat matahari terbenam pada tiap tanggal 29 bulan kamariah, dimana

jika hilal terlihat pada saat itu berarti sudah memasuki bulan baru, dan jika tidak

maka hari pada bulan itu digenapkan menjadi 30 hari.

21

Abdul Aziz Dahlan ed, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994),

jilid 4, h. 117.

22 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta: Pranamedia Group, 2015), h. 38-39.

23Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, 2007, h. 23.

Page 34: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

21

Keduanya ( Hisab dan Rukyat) merupakan metode untuk menentukan awal

bulan kamariah yang pada prinsip dan pengaplikasiannya keduanya saling

melengkapi satu sama lain, hal ini dikarenakan ketika metode Hisab yang telah

dilakukan memberikan hasil berupa posisi dan waktu keberadaan benda-benda

lagit pada saat ijtimak ataupun tenggelamnya matahari, tetapi tidak menjamin

hilal yang telah diketahui posisi dan waktunya tersebut dapat terlihat atau

mustahil terlihat kecuali dengan menggunakan metode pengamatan atau melihat

langsung hilal ( Rukyat) pada saat tenggelamnya matahari di tanggal 29 bulan

kamariah.

2. Dasar Hukum Hisab dan Rukyat

Dasar hukum dari hisab dalam Al-Qur’an tertera padasurat Yunus: 5 yang

berbunyi:

ره منازل لت علمواعددالسني والساب )يو س: نىوالذى جعل الشمس ضيآءوالقمرن وراوقد(۵

Artinya: “Dia-lah Tuhan yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan

bercahaya gemilang dan menjangkakan perjalanannya dalam beberapa

manzilah, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perkiraan bulan

serta bilangan hari”. (Yunus: 5).

Dalam surat Ar Rahman ayat 5, Allah SWT berfirman:

(۵ )اإلسراء: الشمش والقمر بسبان والنجم والشجر يسجدان Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-

tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya”. (Ar Rahman: 5)

Terdapat pula dalam surat Al-Isra yang berbunyi:

ن م ل ض اف و غ ت ب ت ل ة ر ص ب م ار ه الن ة اي ا ء ن ل ع ج و ل ي الل ة اي ا ء ن و ح م ف ي ت اي ء ار ه الن و ل ي االل ن ل ع خ و (۲۱)اإلسراء: ل ي ص ف ت اه ن ل ص ف ء ي ش ل ك و اب س ال و ي ن االس د د اع و م ل ع ت و م ك ب ر

Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami

hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu

mencari karunia dari Tuhanmu dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun

dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas”.

(Al-Isra: 12)

Page 35: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

22

ال س ن ر ب خ أ ال ق اب ه ش ن اب ن ع ل ي ق ع ن ع ث ي الل ن ث د ح ال ق ي ك ب ىب ي ا ي ن ث د ح و ي ل ع ى الل ل ص الل ل و س ر ت ع س ال ا ق م ه ن ع الل ي ض ر ر م ع ن أ ر م ع ن ب الل د ب ع ن ب و وال ر د اق ف م ك ي ل ع م غ ن إ وا ف ر ط أف ف وه م ت ي أ ا ر ذ إ او و م و ص ف ه و م ت ي أ ا ر ذ إ ل و ق ي م ل س و

()رواىالبخاري

Artinya:”Bercerita kepada kami Yahya bin Bukair, ia berkata menceritakan

kepadaku Al-Laits dari Uqail bin Ibn Syihab berkata Salim bin Abdullah bin

Umar telah memberitakan kepadaku bahwa Umar ra. Menyampaikan bahwa

Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda bila kamu melihat hilal maka

berpuasalah, dan bila kamu melihat hilal maka berbukalah. Bila hilal itu

tertututp awan maka kira-kirakanlah ia” (Diriwayatkan oleh Bukhari)

Adapun dasar hukum dari rukyat dapat ditemui pada Al Qur’an surat Al

Baqarah ayat 189 yang berbunyi:

ن م ت و ي ب اال و ت أ ت ن أ ب البر س ي ل و ج ال و اس لن ل ت ي اق و م ي ى ل ق ة ل ى ال ن ع ك ن و ل أ س ي ن و ح ل ف ت م ك ل ع ل االل و ق ات ا و اب و ب أ ن م ت و ي ب ال و ت آو ي ق ات ن م ب ال ن ك ل ا و ى ر و ه ظ

( ۲۸۱)القرة: Artinya: “Mereka bertanya tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu

adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji, dan bukanlah

kebaktian memasuki rumah dari-rumah dari belakangnya, akan tetapi

kebaktian itu ialah kebaktian orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke

rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar

kamu beruntung (Al Baqarah: 189)

Selain dari ayat di atas terdapat pula hadits yang dijadikan sebagai dasar

hukum dari Rukyat itu sendiri, diantaranya:

ه و م ت ي أ ار ذ إ : ال ق ف ل ل ال م ل س و و ي ل ع الل ل و س ر ر ك : ذ ال ق و ن ع الل ي ض ر ة ر ي ر ى ب أ ن ع 24ي ث ل ث وادر ع ف م ك ي ل ع ي م غ أ ن إ ف ،او ر ط اف ف ه و م ت ي أ ار ذ إ ، و او م و ص ف

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah

menyebutkan tentang hilal (bulan sabit), lalu beliau bersabda, “Jika kalian

melihat hilal (bulan sabit), maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya

24

Al-Imam Ibn al-Husen Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi, Al-

Jami’ al-Musamma Sahih Muslim, juz II (Semarang: Toba Putera, tt), h. 124

Page 36: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

23

kembali, maka berbukalah. Namun jika hilal terhalang mendung, maka

genapkanlah hitungan (bulan) Sya’ban hingga tiga puluh hari”.(HR. Muslim

2/124)

ال ق ف م ل س و و ي ل ع الل ل ص ب الن ل إ بر ر ع أ اء ج : ال ق باس ع ن اب ن ع ة م ر ك ع ن ع و ن أ د ه ش ت ا ال ق ،م ع ن ال ق ؟الل ل إ و ل ا آل ن أ د ه ش ات ال ق ،ان ض م ر ن ع ي ،ل ل ال ت ي أ ر

رواه ا )ر د ا غ و م و ص ي ل ف اس الن ف ن ذ أ ل ل ا ب : ي ال ، ق م ع ن ال ق ؟الل ل و س ر د م م 25(بوداودا

Artinya: “Dan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata: Ada seorang

Baduwi datang ke tempat Nabi SAW., lalu mengatakan: sungguh aku

melihat bulan “ Ramadhan”, kemudian Nabi bertanya: Apakah engkau

percaya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah? Ia menjawab: Ya. Lalu Nabi

bertanya lagi: Apakah engkau juga percaya, bahwa sesungguhnya

Muhammad utusan Allah? Ia menjawab: Ya. Lalu Nabi menyuruh Bilal:

“Hai Bilal, beritahukanlah kepada manusia, supaya mereka besok berpuasa”

(HR Abu Daud)26

3. Perkembangan Hisab dan Rukyat

Secara historis, rukyat lebih dulu ada dan berkembang dibandingkan dengan

hisab. Rukyat adalah satu-satunya cara dalam menentukan awal bulan Qomariyah

sejak masa sebelum Islam.27

Pada masa Rasululah SAW, beliau sendirilah yang menjadi pemimpin

agama sekaligus negara bagi semua umat Islam. Sehingga ketika ada suatu

permasalahan yang muncul, beliaulah satu-satunya tempat meminta pendapat atau

fatwa. Dan tidak ada satupun yang berani berbeda dengan fatwa yang dikeluarkan

oleh Rasul.

Dalam hal penetapan awal bulan Qomariyah, apabila ada sahabat yang

mengaku melihat hilal dan berani disumpah maka Rasul memutuskan bahwa hari

25

An-Nawawi, Raudatutthalibin, (Beirut: Dar al-fikr, tt), h. 285

26Mu’ammal, Imron AM, dan Umar Fanany, Terjemah Nailul Authar Jilid 3, (Surabaya:

Bina Ilmu h. 1248-1249

27 Maskufa, Ilmu Falak, h.155

Page 37: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

24

itu telah masuk bulan Ramadhan atau Syawal. Dan semua sahabat

mengikutinya.28

Rasulullah SAW bersabda:

ال : ق ال ق و أ م ل س و و ي ل ع و ى الل ل ص بر الن ال : ق ال ق و ن ع و الل ي ض ر ة ر ي ر ى ب أ ن ع و ، م ك ي ل ع ب غ ن إ ف و ت ي ؤ ر ا ل و ر ط اف و و ت ي ؤ ر ال و م و ص م ل س و و ي ل ع و ى الل ل ص م اس ق ال و ب أ ي ث ل ث ان ب ع ش ة د ا ع و ل م ك أ ف

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Nabi SAW bersabda, (atau

Abu Hurairah RA mengatakan bahwa, Abu Qosim bersabda.)

“Berpuasalah” ketika kamu melihatnya (bulan sabit), dan berbukalah ketika

kamu melihatnya (bulan sabit). Jika bulan itu tertutup, maka

sempurnakanlah hitungan bulan Syaban 30 hari.”29

Berdasarkan hadits di atas maka cara untuk mengetahui pergantian bulan

adalah dengan rukyatul hilal (pengamatan terhadap hilal). Apabila hilal berhasil

yakni hilal dapat dilihat maka malam itu dan keesokan harinya sudah masuk bulan

baru atau tanggal satu bulan berikutnya. Akan tetapi, bila hilal tidak dapat dilihat

ini menunjukkan bahwa rukyat tidak berhasil maka malam itu dan keesokan

harinya adalah masih termasuk bulan yang berjalan yakni terhitung hari ke 30.

Atau dikenal dengan sebutan istikmal.

Sebagai implementasi dari hadits itu para sahabat berusaha melihat hilal

sesaat setelah matahari terbenam pada Jum’at malam Sabtu tanggal 29 Sya’ban

tahun ke 2 Hijriyah. Akan tetapi, rukyatnya tidak berhasil. Berita ini kemudian

disampaikan kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi menetapkan bahwa bulan

Sya’ban tahun itu berumur 30 hari. Selanjutnya, pada hari ahad petang tanggal 29

Ramadhan tahun itu pula para sahabat berusaha untuk melihat hilal dan mereka

berhasil. Berita keberhasilan itu disampaikan kepada Nabi SAW. Nabi kemudian

memerintahkan kepada para sahabatnya untuk mengakhiri puasa pada malam itu

juga. Maka, pada tahun itu Nabi SAW dan para sahabatnya berpuasa selama 29

hari.

28

Susiknan Azhari, Hisab & Rukyat (Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah

Perbedaan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 133

29 Al-Imam Ibn al-Husen Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi, Al-

Jami’ al-Musamma Sahih Muslim, juz II (Semarang: Toba Putera, tt), h. 124

Page 38: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

25

Nabi mensyariatkan penentuan bulan baru dengan rukyatul hilal karena cara

inilah yang dianggap paling sesuai, paling mudah dan tidak menyulitkan serta

sudah familiar bagi umat Islam pada saat itu. Sebab, sebelum Nabi datang ke

Madinah, mereka sudah terbiasa melihat fase-fase perubahan bulan.30

Ahmad Muhammad Syakir dalam risalahnya Awailu asy Syuhur al

Arabiyyah mengungkapkan alasan atas ketergantungan umat Islam pada rukyat

adalah dikarenakan mereka pada saat itu masih tidak pandai baca tulis (ummi) dan

belum mengusai ilmu hisab (perhitungan).31

Khalifah Abu Ja’far al-Mansur (754 M-755 M) adalah orang yang pertama

kali memperhatikan ilmu hisab. Dia memerintahkan kepada Muhammad al-Fazari

untuk menerjemahkan kitab Sindihind, sebuah kitab ilmu falak metode Hindu,

yang pada awalnya dikenalkan oleh seorang cendikiawan Hindu yang bernama

Manka. Selain itu Abu Yahya bin Bathriq juga menerjemahkan kitab ilmu falak

yang berbahasa Yunani yaitu Quadripartitum karangan Ptolomeus seorang ahli

falak Yunani yang hidup pada abad pertengahan ke dua. Demikian juga Umar

ibnu Farukhan yang menerjemahkan beberapa kitab tentang hisab dari bahasa

Persia. Pada masa Khalifah Al-Makmun (815 M-833 M) Muhammad bin Musa al-

Khawarizmi berhasil membuat table gerak benda-benda langit berdasar pada

metode yang terdapat pada kitab Sindihind. Dua abad kemudian table itu

diperbaiki oleh Abu Qasim Maslamah al-Majridi.

Khalifah Al-Manshur juga memberi ruang ilmiah yang luas kepada para

astrolog-astronom waktu itu. Bahkan, dalam berbagai perjalanan yang

dilakukannya ia menurut sertakan beberapa astrolog-astronom.32

Sementara itu dikalangan Syi’i penetapan awal bulan berdasarkan

perhitungan astronomis terhadap bulan baru telah dilaksanakan pada masa

pemerintahan Fathimiyah oleh jenderal Jauhar setelah selesai mendirikan kota

30

Maskufa, Ilmu Falak, h.158-159

31Yusuf al Qardlawi, Taisirul Fiqhi (Fiqhushiyam), terj. Nabilah Lubis, Fiqh Puasa,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 48

32 Arwin Juli Rakhmadi Butar Butar, Khazanah Astronomi Islam Abad Pertengahan,

(Purwokerto: UM Purwekerto Press, 2016), h. 169.

Page 39: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

26

Kairo pada tahun 359 H/969 M. Pada waktu itu carra seperti ini dianggap bid’ah

atau inovasi yang menyesatkan oleh kalangan Sunni.33

Seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, pemikiran tentang

hisab rukyat pun turut berkembang. Rukyat yang dahulu hanya memakai mata

telanjang, kini ada yang mengembangkannya dengan menggunakan teleskop.34

Hisab yang dahulu diabaikan dalam penentuan awal bulan Ramadhan

maupun Syawal kini ada golongan yang memakainya sebagai pedoman penentuan

awal bulan Qomariyah, dengan parameter wujudul hilal atau yang sering disebut

hisab wujudul hilal.35

Hisab dan rukyat di Indonesia sudah ada sejak zaman berkuasanya kerajaan-

kerajaan Islam di Indonesia, umat Islam sudah mulai menggunakan penanggalan

Islam, yaitu penanggalan Hijriyah. Mereka memperguanakan sebagai penanggalan

yang resmi. Setelah adanya penjajahan Belanda di Indonesia maka oleh

Pemerintah Belanda penanggalan Masehi digunakan dalam kegiatan-kegiatan

Administrasi Pemerintahan dan dijadikan sebagai tanggal resmi. Akan tetapi umat

Islam tetap mempergunakan tarikh atau penanggalan Hijriyah, terutama di daerah-

daerah kerajaan Islam. Pemerintah penjajah membiarkan saja pemakaian

penanggalan itu dan pengaturannya diserahkan kepada para peguasa kerajaan-

kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada, terutama pengaturan terhadap hari-hari

yang ada hubungannya dengan peribadatan seperti tanggal 1 Ramadhan, 1

Syawal, dan 10 Dzulhijjah.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, secara berangsur-angsur mulailah

diadakan perubahan. Setelah terbentuknya Departemen Agama pada tanggal 3

Januari 1946, maka diserahkanlah tugas-tugas pengaturan hari libur, termasuk

juga tentang pengaturan tanggal 1 Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah kepada

Departemen Agama. Wewenang ini tercantum dalam Penetapan Pemerintah tahun

33

Maskufa, Ilmu Falak, h.160-161

34 Susiknan Azhari, Hisab & Rukyat (Wacana untuk Membangun Kebersamaan di

Tengah Perbedaan), h. 117

35 Syamsul Anwar & kawan-kawan, Hisab Bulan Qomariyah (Tinjauan Syar’i tentang

Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah), (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012),

h. 27

Page 40: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

27

1946 No. 2/Um. 7 Um.9/Um, dan dipertegas dengan Keputusan Presiden No. 25

tahun 1967 No. 148/1968 dan 10 tahun 1971. Pengaturan hari-hari libur termasuk

tanggal 1 Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha itu berlaku untuk seluruh Indonesia.

Namun demikian perbedaan masih belum dapat dihindari sama sekali karena

adanya dua pendapat yang mendasarkan tanggal satu bulan Qomariyah masing-

masing dengan hisab, dan dengan rukyat.36

Jika menjabarkan tentang sejarah hisab dan rukyat di Indonesia maka

tidaklah terlepas dari sejarah Badan Hisab dan Rukyat yang sekarang ini telah

berganti nama menjadi Tim Hisab dan Rukyat.

Untuk menjaga persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, maka pemerintah (dalam

hal ini Departemen Agama) selalu berusaha untuk mempertemukan paham para

ahli hisab dan rukyat dalam masyarakat Indonesia terutama di kalangan ulama-

ulamanya dengan mengadakan musyawarah-musyawarah, konfrensi-konfrensi

untuk membicarakan hal-hal yang mungkin dianggap menimbulkan pertentangan

di dalam menentukan hari-hari besar Islam, terutama penentuan awal Ramadhan,

Idul Fitri dan Idul Adha, kalau dapat, disatukan. Kalau ternyata tak dapat berhasil

diusahakan untuk menetralisir, jangan sampai menimbulkan pertentangan-

pertentangan di kalangan masyarakat lebih meluas. Musyawarah itu dilakukan

tiap tahun. Pada tanggal 12 Oktober 1971 diadakan musyawarah dimana pada

waktu itu terjadi perbedaan pendapat mengenai jatuhnya tanggal 1 Ramadhan

1391 Hijriyah. Dalam musyawarah ini dapat dinetralisir adanya perbedaan-

perbedaan dan ternyata dapat meniadakan ketegangan-ketegangan di kalangan

masyarakat. Dan yang lebih penting lagi ialah musyawarah mendesak kepada

Menteri Agama untuk mengadakan Lembaga Hisab dan Rukyat.

Musyawarah pada tahun berikutnya diadakan pada 20 Januari 1972, dalam

menghadapi 1 Dzulhijjah 1972/1391 yang juga terdapat perbedaan. Musyawarah

ini pun dapat meredakan suasana pertentangan dan selanjutnya para peserta

36

Laporan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama yang dibacakan oleh Drs. Jabir

Mansur, Sekretaris Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama. Dalam Laporan Kegiatan

Musyawarah Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI dan Musyawarah antar Negara

MABIMS di Jakarta tahun 1974, oleh Direktorat Peradilan Agama, Ditjen Bimas Islam

Departemen Agama RI

Page 41: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

28

mengulangi desakannya supaya direalisasikan dengan cepat adanya Lembaga

Hisab dan Rukyat. Musyawarah yang diikuti oleh, ormas-ormas Islam, Pusroh

ABRI, Lembaga Meteorologi dan Geofisika, Planetarium, I.A.I.N, dan dari

Departemen Agama.

Untuk merealisasi terbentuknya Lembaga Hisab dan Rukyat Departemen

Agama tersebut maka ditunjuklah tim perumus yang terdiri dari 5 orang yaitu:

a. A. Wasit Aulawi, MA, dari Departemen Agama

b. H. ZA. Noeh, dari Departemen Agama

c. H. Sa’adoeddin Djambek, dari Departemen Agama

d. Drs. Susanto, dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika

e. Drs. Santoso, dari Planetarium

Urusan selanjutnya ditangani oleh Direktorat Peradilan Agama. Pada

tanggal 2 April 1972, oleh Direktur Peradilan Agama disampaikan kepada Bapak

Menteri Agama daftar-daftar nama-nama Anggota baik anggota tetap maupun

yang anggota tersebar. Dan pada tanggal 16 Agustus 1972 dikeluarkanlah SK

Menteri Agama No. 76 tahun 1972 tentang pembentukan Badan Hisab dan Rukyat

Departemen Agama.37

Pada tanggal 23 September 1972, para anggota tetap Badan Hisab dan

Rukyat Kementerian Agama dilantik oleh Menteri Agama. Dalam pidato

pengarahannya beliau mengatakan bahwa:

Badan Hisab dan Rukyat ini diadakan dengan alasan bahwa:

a. Masalah Hisab dan Rukyat awal tiap bulan Qomariyah merupakan masalah

penting yang menentukan hari-hari besar umat Islam;

b. Hari-hari besar itu erat sekali hubungannya dengan peribadatan umat Islam,

hari libur, hari kerja, lalu-lintas keuangan dan kegiatan ekonomi di negeri kita

ini. Juga erat hubungannya dengan pergaulan hidup kita, baik antar umat

Islam sendiri, maupun antara umat Islam dengan saudara-saudara sebangsa

dan setanah air.

37

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, h. 73-75.

Page 42: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

29

c. Persatuan umat Islam dalam melaksanakan peribadatan perlu diusahakan,

karena ternyata perbedaan pendapat yang menimbulkan pertentangan itu

melumpuhkan umat Islam dalam partisipasinya untuk membangun bangsa

dan negara.38

a. Penentuan Awal Bulan Qomariyah

Penentuan awal Ramadhan dan Syawal mendapat perhatian khusus dari

kalangan masyarakat Islam, sejak masa Rasulullah SAW hingga kini, karena

keterkaitannya dengan ibadah puasa, kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Bahkan

ia dapat mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan keamanan masyarakat. Oleh

karena itu ahli hukum Islam menentukan norma-norma yang mengatur tata cara

penentuan awal Ramadhan dan Syawal tersebut serta menentukan lembaga-

lembaga mana yang berwenang melakukakannya, prosedur dan mekanismenya.

Negara-negara Islam serta negara yang sebagian besar penduduknya menganut

agama Islam, termasuk Indonesia memedomani norma-norma hukum Islam

tersebut.

Sementara itu Al Qur’an memberikan peran serta isyarat bahwa peredaran

bulan, bintang, dan matahari dapat dijadikan pedoman untuk menentukan awal

bulan Qomariyah. Kemudian para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam

menerapkan serta menjabarkan pesan-pesan Al Qur’an dan hadits tersebut.

Sebagian ulama berpendapat bahwa untuk menentukan awal Ramadhan dan

Syawal itu cukup hanya dengan hisab, seiring dengan kemujuan sains dan

teknologi dikalangan masyarakat Islam pada masanya. Sedang yang lain

berpendapat bahwa untuk menentukan awal Ramadhan dan Syawal berdasarkan

rukyat yang didukung hisab dan hisab yang didukung rukyat.

Situasi tersebut di atas terdapat di dalam masyarakat Islam Indonesia. Oleh

karena itu Departemen Agama sejak berdirinya, mengatur prosedur serta

mekanisme penentuan awal bulan Ramadhan serta Syawal dan bulan-bulan

Qomariyah lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin ketentraman, keamanan

38

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, h. 77-78

Page 43: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

30

dan ketertiban masyarakta dalam negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945.39

Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua golongan besar menganut sistem

yang berbeda dalam menentukan masuknya tanggal satu bulan Qomariyah, yaitu

yang satu dengan caraRukyah dan yang satu dengan cara hisab. Terutama dengan

tujuan mencegah timbulnya kegelisahan dikalangan masyarakat, Menteri Agama

dalam menentukan tanggal 1 Ramadhan dan Syawal senantiasa

mempertimbangkan pendapat kedua golongan tersebut.40

Dalam rangka memberikan jalan tengah(problem solving) dalam

permasalahan awal bulan Qamariyah di Indonesia, yang sampai sekarang ini

masih terjadi perdebatan antar ormas Islam yang belum diketahui kapan

berakhirnya, pemerintah memberikan sebuah tawaran metode penetapan awal

bulan yang disebut dengan Imkân Al-Rukyah. Secara harfiah, Imkân Al-Rukyah

berarti kemungkinan hilâl terlihat. Sedangkan dalam bahasa Inggris

biasanyadiistilahkan dengan visibilitas hilal.Selain memperhitungkan wujudnya

hilal di atasufuk, pelaku hisab juga memperhitungkan faktor-faktorlain yang

memungkinkan terlihatnya hilal.

Faktor yang menentukan terlihatnya hilal bukan hanya keberadaanya di atas

ufuk, melainkan ketinggian dan posisinya yang cukup jauh dari arah matahari.

Kriteria itu didasarkan pada hasil rukyat jangka panjang yang dihitung secara

hisab, sehingga dua pendapat hisab dan rukyat dapat terakomodasi. Kriteria itu

digunakan untuk menghindari rukyat yang meragukan dan digunakan untuk

penentuan awal bulan berdasarkan hisab. Dengan demikian diharapkan hasil hisab

dan rukyat akan selalu seragam.41

39

Taufik, Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal – Selayang pandang

Hisab dan Rukyat, (Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 121-122

40Sa’adoeddin Djambek dalam papernya yang berjudul “Penetapan Tanggal Satu Bulan

Qomariyah di Indinesia”, disampaikan pada Musyawaran Badan Hisab dan Rukyat Departemen

Agama RI, (Jakarta, 1 juli 1974)

41Thomas Djamaludin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat, (Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional: 2001), h. 11

Page 44: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

31

Kriteria Imkân al-Rukyah, merupakan kriteria dalam penentuan awal bulan

Qomariyah, yang posisinya menjembatani antara kriteria Rukyah al-Hilâl dan

kriteria Wujud al-Hilâl. Kriteria ini banyak dipergunakan oleh pemerintah-

pemerintah di ASEAN dalam menentukan awal bulan Qomariyah. Kemudian

muncul dalam penanggalan hijriyah standard empat negara ASEAN, kriteria ini

ditetapkan berdasarkan musyawarah Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam,

Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Menurut musyawarah tersebut, awal bulan terjadi jika: Pertama, Pada saat

matahari terbenam, ketinggian (altitude) hilal di atas cakrawala minimum 2°, dan

sudut elongasi (jarak lengkung) hilal dan Matahari minimum 3°. Ketinggian 2° ini

merupakan kriteria yang dibuat berdasarkan pengalamanan rukyatul hilal di

Indonesia selama puluhan tahun, walau pun secara internasional sangat diragukan

posisi 2° hilal bisa dilihat karena masih terlalu rendah. Kedua, Pada saat matahari

terbenam, usia hilal lebih 8 jam dihitung sejak ijtimak, sehingga cahaya hilal telah

mencapai standar hilal kemungkinan bisa dilihat.42

Sebelum diadakanya sidang itsbât awal bulan Qamariyah, terlebih dahulu

pemerintah melakukan kegiatan rukyah al-hilâl (pengamatan bulan). Adapun

secara teknis, pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan oleh Kementerian Agama

daerah yang dijadikan tempat untuk pelaksanaan rukyat al-hilâl. Secara garis

besar, di antara beberapa persiapan yang dilakukan oleh Kementerian Agama

daerah sebagaimana di bawah ini: (1) Kementerian Agama pusat,

menginstruksikan kepada Kementerian Agama kabupaten (untuk daerah yang

akan dijadikan tempat pelaksanaan rukyat) untuk berkoordinasi antara Badan

Hisab Dan Rukyat dan Pengadilan Agama setempat tentang persiapan kegiatan

rukyat awal bulan hijriyah. (Biasanya untuk awal bulan Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah); (2) Kepala Kantor Kementerian Agama daerah setempat selaku

koordinator acara kegiatan rukyat berkirim surat kepada Ketua Pengadilan Agama

setempat agar menunjuk seorang Hakim dan Panitera sidang untuk melakukan

sidang isbat kesaksian rukyat bila hilal berhasil dirukyat oleh orang perukyat. (3)

42

Thomas Djamaludin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat, h. 11

Page 45: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

32

Setelah itu, Kepala Kantor Kementerian Agama daerah tersebut mengirimkan

surat kepada beberapa ormas Islam dan para perukyat agar hadir pada acara rukyat

yang telah ditetapkan. (4) Pada hari pelaksanaan rukyat, dilaksanakan pada jam

yang telah disepakati. Bila hilal berhasil dirukyat oleh perukyat, perukyat melapor

kepada Koordinator/Kepala Kantor Kementrian Agama setempat. Kemudian,

Kementrian Agama memohon kepada Hakim Pengadilan Agama agar segera

diadakan persidangan untuk memeriksa dan menetapkan kesaksian hilal. (5) Hasil

rukyat, baik hilal yang berhasil dilihat, maupun tidak, dilaporkan kepada

Kementerian Agama RI/BHR Pusat sebagai bahan pertimbangan Menteri Agama

RI dalam menetapkan awal Bulan yang bersangkutan.43

Setelah hasil dilaporkan kepada Kementerian Agama RI (pusat) dari

beberapa lokasi-lokasi pelaksanaan rukyat di seluruh Indonesia. Maka setelah itu,

Kementerian Agama mengadakan sidang itsbât. Hadir dalam sidang tersebut

beberapa perwakilan ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah,

Persis dan lain sebagainya. Begitu juga dari tim Badan Hisab dan Rukyat (BHR)

di antaranya, Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Badan Koordinasi Survei

dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal sekarang menjadi BIG atau Badan

Informasi Geospasial) dan perorangan yang ahli.

Sebelum rapat sidang penetapan awal bulan terlebih dahulu dilakukan

pemaparan tentang prakiraan cuaca dan hal ihwal tentang hilal oleh tim ahli

seperti dari Planetarium, Observatorium Bosscha ITB, BMKG, dan LAPAN.

Pemaparan ini dilakukan sebelum waktu slata maghrib tiba. Adapun setelah salat

maghrib tiba, sidang secara resmi dibuka oleh Menteri Agama dengan terlebih

dahulu mendengarkan laporan hasil hisab dan rukyat. Menteri Agama

mempersilahkan kepada para peserta untuk memberi masukan mengenai hasil

hisab dan rukyat tersebut. Setelah dianggap cukup, Menteri Agama menawarkan

hasil tersebut untuk dimintakan kesepakatan kepada peserta sidang. Hasil suara

mayoritas dari peserta sidang kemudian diambil sebagai pertimbangan. Menteri

43

Ahmad Sanusi, Tata Laksana Kegiatan Rukyat Hilal Awal Bulan Hijriyah Di

Pob Palabuhanratu, http://www.pa-cibadak.go.id/artikel

Page 46: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

33

Agama selanjutnya menetapkan dengan pertimbangan suara mayoritas tersebut.

Sehingga menjadi sebuah ketetapan hasil dari sidang istbat pemerintah dalam

penetapan awal bulan Kamariah.

Page 47: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

35

35

BAB III

PROFIL OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI

BANDUNG DAN KEGITANNYA YANG BERKAITAN DENGAN

PERKEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT DI INDONESIA

A. Profil Observatorium Bosscha

1. Latar Belakang Pendirian Observatorium Bosscha

Astronom-astronom Leiden dapat mengadakan ekspedisi pengamatan

dengan dibiayai oleh Kementerian Dalam Negeri Belanda. Astronom Utrecht,

J.A.C. Oudemans, berlayar ke Hindia untuk pemetaan wilayah dan penentuan

koordinat astronomi wilayah Hindia. Hasil-hasil pengamatan dan penelitian di

tempat yang jauh hingga ke negeri koloni, selain menguntungkan pihak Belanda

untuk pemetaan wilayah dan penempatan lokasi penanaman komoditas, juga

mengungkapkan kekayaan pengamatan langit yang belum banyak ditemukan,

khususnya di wilayah belahan Langit Selatan.

Melihat potensi kekayaan observasi di wilayah Langit Selatan, pada akhir

abad ke-19, astronom-astronom di negara-negara Eropa dan Amerika mulai

mengalihkan minatnya ke fasilitas observatorium di wilayah belahan Langit

Selatan. Ketertarikan tersebut didorong oleh dua faktor.

Pertama, hasil-hasil observasi kala itu mulai menyadari dan menerima

dengan luasnya struktur bintang dan galaksi. Untuk mengukur ukuran alam

semesta yang teramati, seluruh area bintang yang dapat teramati di wilayah Langit

Utara harus ditunjang dengan pengukuran yang dilakukan di wilayah Langit

Selatan. Pada akhirnya perebutan observatorium-observatorium di wilayah selatan

pun terjadi, mengikuti kegiatan-kegiatan imperialis sebelumnya. Prancis

mendanai sebuah observatorium di Madagaskar, para staf Jerman terkait dengan

lembaga astronomi di Samoa dan Argentina. Donor swasta pegiat astronomi di

Amerika Serikat menguasai Amerika Selatan. Belanda satu-satunya diantara

negara-negara kolonial yang tidak memiliki observatorium dan pengamatan di

Page 48: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

36

wilayah Langit Selatan,1 khususnya di negara-negara koloni, untuk menunjang

kegiatan penelitian di negeri Belanda.

Kedua, kebangkitan ilmu astronomi dan astrofisika secara teoritikal

menciptakan pembagian kerja; para peneliti dan pengamat. Peneliti yang berkutat

dengan hal-hal yang bersifat teoritis membutuhkan data yang lebih dari yang bisa

mereka dapatkan di observatorium masing-masing, terutama dengan bantuan

beberapa data yang bisa didapatkan oleh pengamat di wilayah yang tidak dapat

dijangkau pengamatan di negara masing-masing, khususnya data-data di wilayah

Langit Selatan.

Ide pembangunan observatorium di Hindia Belanda dikemukakan oleh

insinyur-astronom kelahiran Madiun, Joan George Erardus Gijsbertus Voute. Pada

tahun 1919, Voute diterima bekerja oleh Willem van Bemmelen, Kepala Direktur

Koninklijk Meteorologische en Magnetische Observatorium(KMMO) di

Weltevreden, Batavia, untuk melakukan pengamatan dengan teleskop yang

dimiliki oleh institut tersebut. Pada awal tahun 1920, Voute mulai berpikir untuk

mendirikan sebuah observatorium yang terpisah dari KMMO. Voute merasa

pengamatan di observatorium di Weltervreden ini kurang baik dan meminta saran

kepada Kepala Observatorium Leiden, H.G. van Sande Bakhuyzen dan Willem de

Sitter, untuk mendirikan observatorium sendiri di Hindia Belanda yang dalam

banyangannya terikat dengan Observatorium Leiden Belanda. Pembangunan

sebuah observatorium baru di wilayah koloni Belanda di selatan akan mengangkat

kebanggaan negara (Belanda), sebab negara-negara lain telah memiliki atau

mempunyai jaringan dengan observatorium-observatorium di wiliayah selatan.

Selama bekerja di Hindia Belanda, Voute mulai menjalin pertemanan

dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, pengusaha teh Priangan yang dermawan

dan tertarik dengan pengembangan ilmu pengetahuan di negeri koloni Hindia

Belanda. Pertemanan yang disertai kesamaan dan ketertarikan dengan astronomi

1 Lewis Pyenson, “Empire of Reason: Exact Sciences in Indonesia” dalam Bayu Baskoro

Febianto, Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di Lembang, Bandung: dari Penelitian

Hingga Pendidikan 1920-1959, (Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya, Universitas Indonesia, 2016) h. 16.

Page 49: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

37

semakin mendukung cita-citanya untuk mendirikan sebuah observatorium baru di

Hindia Belanda bersama dengan temannya tersebut.2Hal tersebutlah yang menjadi

latar belakang berdirinya Observatorium Bosscha.

2. Sejarah Pendirian Observatorium Bosscha

Ketika negara-negara di Eropa masih menangkap para pemikir dan ilmuan

yang bertentangan dengan ajaran gereja, Belanda justru menampung ilmuan

seperti Galileo Galilei yang di negara asalnya Italia dihujat karena pandanganya

tentang teori heliosentris untuk mengajar di Leiden. Selain Galileo Belanda

menjadi tempat tingga filsuf besar seperti Renee Descartes dan Spinoza di abad

yang sama.3 Selain itu penguasaan astronomi dalam bidang navigasi pelayaran

juga digunakan Belanda untuk dapat ekspansi ke wilayah-wilayah yang belum

banyak terjamah di belahan dunia untuk pencarian sumber daya alam, demi

menopang perekonomian negeri kecil tersebut.

Barulah pada tahun 1920 terbentuk sebuah perkumpulan bernama

Nederlandsch Indische Sterrenkundige Vereenigning (NISV) atau Perhimpunan

Astronomi Hindia Belanda. NISV menghimpun semua ilmuan, akademisi, dan

pegiat astronomi di Hindia Belanda. NISV kemudian menjadi dewan kurator yang

mengelola observatorium baru di Hindia Belanda, serta jadi penyalur donasi dan

sumbangan untuk pembangunan dan pengoperasian observatorium yang

kemudian dinamakan sebagai Observatorium Bosscha.

NISV diinisiasi oleh K.AR. Bosscha dan rapat perdananya dilakukan di

Hotel Homman pada tanggal 12 September 1920. Hasil rapat pertama

memutuskan sebuah rencana besar, yaitu merealisasikan gagasan pembangunan

observatorium baru yang terbesar di Hindia Belanda.4 Komite dari NISV

kemudian mengajukan statuta organisasi yang kemudian disetujui oleh Peraturan

Pemerintah No.5 tertanggal 17 November 1920. Tujuan dari NISV sendiri

2 Lewis Pyenson, “Empire of Reason: Exact Sciences in Indonesia” dalam Bayu Baskoro

Febianto, Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di Lembang, Bandung: dari Penelitian

Hingga Pendidikan 1920-1959, h. 19

3 Carl Sagan, Kosmos, (Yayasan Obor Indonesia, 1997), h. 174. t.t.

4 Ridwan Hutagalung (editor), Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, (Penerbit

BPPI, 2014), hal, 37

Page 50: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

38

sebagaimana tertulis pada Artikel 3 dalam statutanya, adalah untuk membangun

dan memelihara observatorium di Hindia Belanda dan mempromosikan Ilmu

Pengetahuan astronomi di Hindia Belanda. Untuk memenuhi kebutuhannya

tersebut, NISV juga menjadi wadah untuk mempersiapkan dan menampung dana-

dana yang masuk dari para donatur untuk pembangunan observatorium tersebut.5

Pembangunan observatorium di Lembang pun mulai dikerjakan. Bangunan

teropong dengan bentuk atap berbentuk kubah putih dibangun sejak tahun 1922.

Perancangnya adalah arsitek kenamaan Prof. C.P. Wolf Schoemaker dan fondasi

bangunannya dibangun oleh kontraktor De Hollandsch Beton-Maatschappij di

bawah pengawasan Biro Bangunan Staaatspoor (SS). Bangunan kubah putih ini

kelak akan menjadi tempat dipasangnya teleskop double refrector berukuran besar

yang diberikan oleh Bosscha.

Setelah sebagian bangunan observatorium sudah rampung, observatorium

kemudian dibuka oleh Gubernur Jenderal D. Fock pada kunjungan resminya

tanggal 1 Juni 1923. Gubernur Jenderal mengadakan kunjungan resmi bersama

sekretaris, ajudan, residen, komandan angkatan darat, walikota dan beberapa

profesor Technische HoogeschoolBandoeng serta pegiat astronomi amatir.

Rombongan Gubernur Jenderal diterima oleh K.A.R. Bosscha, Prof. J. Klopp

selaku sekretaris NISV, serta Dr. Ir. J. Voute yang ditunjuk sebagai direktur

observatorium. Sejak saat itu observatorium baru ini bisa beroperasi untuk

mengadakan pengamatan langit, meskipun baru beberapa teleskop saja yang

sudah terpasang dan teleskop besar double refrektor belum dapat dipasang.

Pada tanggal 7 Juni 1928 K.A.R. Bosscha menyerahkan teleskop besar

double refractor kepada NISV, disaksikan pula oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr.

A.C.D. de Graeff. Gubernur Jenderal de Graeff juga mengumumkan bahwa

K.A.R. Bosscha diangkat sebagai Commandeur Orde van Oranje Nassau atas

sumbangsih dan kedermawanannya di bidang agrikultur, industri, dan ilmu

5 J. Voute, „Bosscha Sterrenwacht: Introduction‟, Annalen van der Bosscha Sterrenwacht te

Lembang (Java) Volume 1, Juni 1933, hal. 7

Page 51: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

39

pengetahuan.6 Tetapi beberapa bulan setelah teleskop double refractor dipasang di

observatorium, K.A.R. Bosscha meninggal dunia karena penyakit tetanus yang

dideritanya setelah jatuh dari kuda.

Setelah peristiwa pengakuan kemerdekaan Belanda kepada Indonesia di

akhir tahun 1949, seluruh aset milik Belanda dialihkan kepada Pemerintah

Indonesia, tidak terkecuali Observatorium Bosscha. Observatorium Bosscha

kemudian diserahkan dari NISV kepada Pemerintah Indonesia. Penyerahan

tersebut dilakukan pada 18 Oktober 1951 dengan diwakili oleh Prof. Ir. H.

Vlugter selaku Ketua NISV dan Mr. Wongsonegoro, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Indonesia, sebagai perwakilan dari Pemerintah Indonesia.7

Upacara penyerahan dihadiri oleh Prof. Mr. Dr. Supomo selaku Rektor

Universitas Indonesia yang dimana pasca penyerahan kedaulatan 1949,

Universiteit van Indonesie yang sebelumnya adalah universitas milik Belanda

kemudian diambil alih oleh Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia pada 2

Februari 1950 dan diganti namanya menjadi Universiteit Indonesia. Universiteit

Indonesia dalam perkembangannya kemudian dikenal sebagai Universitas

Indonesia.8

Pada tahun 1959, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1959,

ditetapkan bahwa Universitas Indonesia di Bandung menjadi Institut Teknologi

Bandung. Pasal 3 Peraturan Pemerintah itu menetapkan bahwa Institut Teknologi

Bandung merupakan gabungan dari Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan

Ilmu Alam Universitas Indonesia di Bandung yang dipisahkan dari Universitas

Indonesia, serta terdiri dari Departemen Ilmu Teknik, Departemen Ilmu Pasti dan

Alam, dan Departemen Ilmu Kimia dan Ilmu Hayat.9 Bagian Astronomi termasuk

ke dalam Departemen Ilmu Pasti dan Alam ITB bersama dengan Bagian

6 “Een Verdiende Onderscheiding”, Nieuwe Rotterdamsche Courant, 11 Juni 1928, dalam

Bayu Baskoro Febianto, Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di Lembang, Bandung:

dari Penelitian Hingga Pendidikan 1920-1959, (Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2016) h. 16.

7 „Overdracht van Sterrenwacht‟ Aid de Preangerbode, Rabu 17 Oktober 1951

8 S. Somadikarta, Tri Wahyuning, M. Irsyam dan Boen S. Oemarjati, Tahun Emas

Universitas Indonesia: Jilid 1 dari Balai Universitas, Penerbit Universitas Indonesia, 2000, hal. 52

9Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1959 tentang Pendirian Institut Teknologi Bandung

Page 52: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

40

Matematika, Bagian Fisika, Bagian Fisika Teknik, dan Bagian Fisika

Meteorologi/ Geofisika. Observatorium Bosscha menjadi pusat kegiatan, baik

kegiatan belajar – mengajar dan administrasi, Bagian Astronomi yang kemudian

bertransformasi menjadi Departemen Astronomi ITB.10

Dari penjelasan tersebut, dapat di garisbawahi salah satu fungsi

Observatorium Bosscha yaitu adalah sebagai sarana penunjang atau pusat

kegiatan belajar mengajar dari Departemen Astronomi ITB dan departemen

lainnya yang berhubungan dengan itu, sebelum akhirnya Observatorium Bosscha

berperan dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Observatorium Bosscha

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 155 Tahun 2000 Tentang

Penetapan Institut Teknologi Bandung Sebagai Badan Hukum Milik Negara, pada

ayat 6 pasal 44 Bab X menempatkan Observatorium Bosscha sebagai Perangkat

Penunjang Akademik Institut Teknologi Bandung. Pada ayat 1, 2, dan 3 pasal 44

tersebut dijelaskan apa itu Perangkat Penunjang Akademik dan Satuan Akademik.

Adapun Perangkat Penunjang Akademik merupakan bagian dari Satuan

Akademik yang dimiliki oleh Institut Teknologi Bandung. Satuan Akademik

adalah satu-satunya lembaga dalam institut yang menyelenggarakan kegiatan

akademik yang terdiri dari kegaitan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat, Satuan akademik merupakan wahana yang menciptakan

peluang bagi setiap insan untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang

berbudaya dan cerdas, mengembangkan pengetahuan baru, dan inovasi yang

bernilai tinggi.11

Observatorium Bosscha menjadi sarana penunjang pendidikan bagi

mahasiswa Departemen Astronomi dan Departemen lainnya di Institut Teknologi

Bandung untuk memperkenalkan suatu model profesi astronom dan institusi

astronomi. Selain itu Observatorium Bosscha juga menjadi sarana pengajaran

10

S. Somadikarta, Tri Wahyuning, M. Irsyam dan Boen S. Oemarjati, Tahun Emas

Universitas Indonesia: Jilid 1 dari Balai Universitas, Penerbit Universitas Indonesia, 2000, hal.

104

11 Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi

Bandung Sebagai Badan Hukum Milik Negara.

Page 53: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

41

Astronomi dan ilmu yang berhubungan dengannya, bagi mahasiswa dan dengan

beberapa lembaga pendidikan lainnya di luar ITB. Lingkup kegiatan kerjasama

lintas institusi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan merupakan peran serta

Observatorium Bosscha untuk menumbuh kembangkan institusi dan masyarakat

ilmiah di Indonesia.

Observatorium Bosscha yang juga sebagai pusat penelitian dan

pengembangan keilmuan Astronomi di Indonesia sangat beralasan mengingat

adanya fasilitas penunjang atau instrumen berupa teleskop optik, kepustakaan dan

informasi perkembangan Astronomi dan space science dari berbagai

observatorium di dunia. Hadirnya staff yang berdedikasi menghidupi kegiatan

penelitian Astronomi di Observatorium Bosscha dapat berkesinambungan.

Keberadaan Observatorium Bosscha dengan kinerja, upaya berkesinambungan

dan aktif secara historis yang panjang juga merupakan bagian dari kemudahan

dalam mengakses informasi yang mutakhir dan kemudahan pergaulan dalam

dunia Internasional seperti keanggotaan dalam IAU (International Astronomical

Union).

Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Observatorium Bosscha

membuka kunjungan terbatas. Dikarenakan banyaknya permintaan kunjungan dari

masyarakat dan padatnya kegiatan yang dilakukan di Observatorium Bosscha.

Terdapat kegiatan pemberdayaan masyarakat, kegiatan kunjungan biasa untuk

melayani pengunjung awam dan Bosscha menyediakan penerangan mengenai

ilmu astronomi secara global yang penjelasannya dibantu dengan slide show dan

alat-alat peraga agar mudah ditangkap. Dengan begitu, pengunjung bisa mendapat

gambaran mengenai gugusan bintang, rasi bintang, tata surya, hingga galaksi di

jagat raya dan pergerakan-pergerakan annggota tata surya serta bintang-bintang

secara sederhana dan pengunjung diajak mengenal astronomi secara langsung

dengan menggunakan teropong. Selain kegiatan kunjungan biasa, terdapat pula

Malam Umum. Undangan tamu-tamu penting, Kolokium yang diselenggarakan

untuk mengkomunikasikan dan menghimpun hasil penelitian. Hasil dari

pertemuan tersebut melengkapi koleksi perpustakaan, seperti halnya skripsi hasil

penelitian dari mahasiswa selain astronomi yang melaksanakan penelitian di

Page 54: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

42

Observatorium Bosscha. Selain itu terdapat pelatihan astronomi yang diantaranya

pelatihan Hisab Rukyat yang diselenggarakan bersama Kementerian Agama,

Persiapan Olimpiade Astronomi Nasional dan Internasional untuk siswa SMP dan

SMA bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan. Referensi dan bahan pustaka

sangat menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. Terdapat pula kegiatan

Astrocamp yang dilaksanakan pada saat liburan membangkitkan minat siswa

untuk mencari informasi lebih jauh tentang astronomi.12

Selanjutnya dapat disimpukan bahwa fungsi Observatorium Bosscha

diantaranya adalah perangkat penunjang akademik Institut Teknologi Bandung,

sebagai pusat penelitian dan pengembangan keilmuan astronomi di Indonesia,

sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam bidang astronomi (melalui

bprogram berupa kegiatan-kegiatan) dengan melakukan kerjasama dengan

beberapa instansi.

4. Instrumen Yang Ada di Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha memiliki instrumen berupa teleskop. Beberapa

teleskop digunakan untuk mendukung kegiatan riset dan pendidikan astronomi.

Tidak hanya teleskop optik namun Observatorium Bosscha juga mengembangkan

teleskop radio. Instrumen – instrumen ini dikelompokkan menjadi instrumen yang

masih aktif beroperasi dan instrumen yang saat ini dalam proses perbaikan (non

aktif).13

Teleskop-teleskop yang dimiliki Observatorium Bosscha ada yang dipasang

permanen untuk berbagai tujuan penelitian, seperti Teleskop Zeiss, Bosscha

Robotic Telescope Experiment 2 (BRTX2), Bosscha Robotic Telescope (BRT),

Teleskop GAO-ITB-RTS, Teleskop Surya, Teleskop Radio 2.3 m, Teleskop

Radio 6 m (HIDROGEN), telesko-teleskop tersebut masih aktif dan dapat

digunakan sampai saat ini. Selain beberapa teleskop yang aktif, terdapat juga

beberapa teleskop yang dalam kondisi rusak atau dalam perbaikan (non aktif).

12

Siti Larissa Sarasvati Effendi, “Potensi Pengembangan Eko-Edu Wisata di Kawasan

Observatorium Bosscha” (Tugas Akhir Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan

Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, 2012) h. 51-52.

13 bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen.

Page 55: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

43

Khusus untuk teleskop Bamberg, teleskop ini masih bisa digunakan untuk

keperluan edukasi seperti astrofotografi planet serta pengamatan malam pada

kunjungan publik di Malam Umum.14

Teleskop-teleskop tersebut antara lain,

Teleskop Schmidt Bima Sakti, Teleskop Bamberg, Teleskop Goto 45 cm dan

Teleskop Radio Jove.

Ada pula teleskop portable, yaitu Teleskop Hilal dan Teleskop TPOAyang

digunakan dalam berbagai kegiatan pengamatan, antara lain adalah pengamatan

hilal, pelatihan mahasiswa (laboratorium astronomi), pelatihan olimpiade, dan

lainnya. Teleskop hilal sendiri yaitu teleskop kecil yang biasa digunakan untuk

pengiriman tim pengamat ke beberapa daerah di Indonesia untuk mengamati hilal

1 Ramadhan dan 1 Syawal setiap tahunnya. Teleskop tersebut adalah refraktor

William Optics dengan diameter 6 cm dilengkapi dengan mounting Vixen Sphinx

dan sebuah detektor sederhana berupa kamera dijita Canon Powershot. Dilengkapi

dengan TV Tuner ke sebuah laptop atau desktop, maka sistem ini siap

mengirimkan data berupa video tayang-langsung.Terdapat 6 teleskop seperti ini di

Observatorium Bosscha dan siap membantu pemerintah untuk melakukan

pengamatan hilal pada tanggal-tanggal penting keagamaan tersebut.15

Jadi, fungsi Observatorium Bosscha selain yang telah disebutkan dalam

penjelasan sebelumnya, inventaris-inventarisnya menjadi penunjang untuk

melakukan riset dalam bidang astronomi yang memang hanya ada di

Observatorium Bosscha. Sebab itulah Observatorium Bosscha menjadi pusat

kegiatan astronomi di Indonesia.

B. Kegiatan Observatorium Bosscha Berkaitan Dengan Pengembangan Hisab

Rukyat di Indonesia

Kegiatan yang dilakukan oleh Observatorium Bosscha berkaitan dengan

pengembangan Hisab dan Rukyat di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga,

yaitu: Pertama kegiatan yang diselenggarakan oleh Observatorium Bosscha yang

bertempat di Observatorium Bosschaatau tempat lain. Kedua, kegiatan individu

14

bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen/non-aktif.

15bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen/aktif/teleskop-portable.

Page 56: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

44

(staf astronomi atau Kepala Observatorium Bosscha dan alumni jurusan astronomi

FMIPA ITB) sebagai peserta atau pemateri dalam undangan pertemuan, pelatihan,

pendidikan, seminar, temu kerja, dan evaluasi mewakili Observatoium Bosscha

dalam pengembangan Hisab dan Rukyat di Indonesia. Ketiga, yaitu berperan aktif

dalam membuat tulisan, artikel, makalah, dan skripsi yang dilakukan oleh

mahasiswa astronomi ITB, staf maupun Kepala Observatorium Bosscha berkaitan

dengan pengembangan Hisab dan Rukyat di Indonesia.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Observatorium Bosscha yang

bertempat di Observatorium Bosscha itu sendiri berkaitan dengan pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia, antara lain:

1. Pengamatan yang dilakukan di Observatorium Bosscha dan beberapa tempat

di Indonesia terkait dengan posisi hilal dan gerhana. Kegiatan ini

dilaksanakan dalam membantu Kementerian Agama dalam menetapkan awal

bulan Kamariah, menyampaikan hasil pengamatan, perhitungan, dan

penelitian melalui staf perwakilan astronomi ITB di sidang isbat.

2. Pendidikan dan Pelatihan Hisab dan Rukyat Negara-Negara MABIMS Tahun

2000, yang bertempat di Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

bekerja sama dengan Departemen Agama, diadakan selama 26 hari terhitung

dari tanggal 10 Juli 2000 –5 Agustus 2000.

Dalam pelatihan ini terdapat 44 makalah yang disajikan oleh 29 pemateri, 8

orang diantaranya merupakan perwakilan dari Observatorium Bosscha yang

menyajikan materi tentang astronomi modern diantaranya yaitu,kamera CCD,

orbit benda-benda langit, the moon sighting, umbran dan penumbra, gerhana,

asmosfer, sistem koordinat astronomi, penggunaan astronomical almanac,

fotografi astronomi, dan penurunan dan pengembangan rumus astronomi

bola. Pelatihan ini lebih banyak memberikan kemampuan teknis astronomi

dan hisab rukyat disamping permasalahan-permasalahan dan kebijakan-

kebijakan di negara peserta pelatihan (Brunei Darussalam, Indonesia,

Malaysia, dan Singapura)

3. Seminar dan Workshop Nasional: Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan

dan Kalender Matahari di Indonesia, Senin 13 Oktober 2003 M/ 17-18

Page 57: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

45

Sya‟ban 1424 H, bertempat di Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa

Barat.

Pada seminar ini terdapat 8 sesi. Sesi pertama yaitu pembukaan, sesi kedua

membahas tentang aspek umum astronomi dan kebijakan Pemerintah tentang

kalender di Indonesia, sesi ketiga membahas tentang kalender matahari,

bulan, bulan-matahari, sesi keempat membahas tentang rotasi bumi, waktu

standar, dan garis batas pergantian hilal, sesi kelima membahas tentang hisab

menurut kitab klasik hingga astronomi modern, sesi keenam membahas

tentang kebijakan ormas Islam dam sistem penanggalan Hijriyah, sesi ketujuh

membahas tentang prospek penyatuan kalender hijriyah, dan diakhiri oleh

workshop pada sesi kedelapan.

4. Seminar Sehari Aspek Teoritis dan Observasi Astronomi Visibilitas Hilal,

Sabtu 27 Mei 2006, bertempat di Observatoium Bosscha, Lembang, Jawa

Barat.

Pada seminar ini membahas tentang “Aspek Terestrial Pada Penentuan Posisi

Hilal”, disampaikan oleh Suryadi Siregar yang merupakan anggota Kelompok

Keahlian (KK) Astronomi FMIPA, ITB, yang kedua yaitu “Siklus Metonik &

Implikasinya Pada Parameter Visibilitas Hilal”, disampaikan oleh Dr. Moedji

Raharto, pembahasan ketiga yaitu “Tinjauan Astronomis Data Kesaksian

Hilal di Indonesia dan Prospek Kriterian Hisab Rukyat di Indonesia”,

disampaikan oleh Dr. Thomas Djamaluddin.

5. Seminar Nasional Hilal (Mencari Kriteria Visibilitas Hilal dan Penyatuan

Kalender Islam Dalam Perspektif Sains dan Syara), diselenggarakan oleh

Kelompok Keilmuan Atronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung, 19 Desember 2009 M/ 2

Muharram 1431 H, bertempat di Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa

Barat.

Pada seminar ini terdapat 5 sesi. Sesi pertama yaitu presentasi “Studi

Visibilitas Hilal dalam Periode 10 Tahun Hijriyah Pertama sebagai Kriteria

Baru untuk Penetapan Awal Bulan-bulan Islam Hijriyah” oleh Suwandojo

Siddiq, “Faktor Penting dalam Penentuan Kriteria Hisab Rukyat”, oleh

Page 58: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

46

Thomas Djamaluddin, “Purnama: Parameter Baru Penentuan Awal Bulan

Qomariyah”, oleh Agus Purwanto, sesi kedua yaitu presentasi “Takwin

Hijriyah Menurut Kitab Nur al-Anwar: Sistem Penanggalan Islam

Berdasarkan Hisab Hakiki bi at-Tahqiqi”, oleh Jayusman, “Kalender Islam:

Sebuah Kebutuhan dan Harapan”, oleh Moedji Raharto, “Kalender Umm Al-

Qurra dengan Kriteria Baru Sebagai Sistem Penanggalan Islam Universal:

Sebuah Studi atas Pemikiran Zakki Al-Mustafa, sesi ketiga yaitu presentasi

“Sistem Informasi Hisab-Rukyat”, oleh Taufiq Hidayat, “Peran Serta BMKG

dalam Kegiatan Hisab dan Rukyat di Indonesia”, oleh Muhammad Husni,

“Observasi Hilal 2007-2009 dan Implikasinya untuk Kriteria Visibilitas di

Indonesia”, oleh M. Ma‟rufin Sudibyo, sesi keempat yaitu presentasi

“Prosedur Sederhana Pengolahan Citra untuk Pengamatan Hilal”, oleh Dhani

Herdiwijaya, “Garis Batas Bulan Baru yang Dinamis beserta

Konsekuensinya”, oleh Cecep Nurwendaya, “Mobile Observatory: Sarana

Hisab Multi Fungsi”, oleh Hendro Setyanto, adapun sesi terakhir yaitu sesi

kelima berisi presentasi “Seputar Awal Ramadhan, Awal Syawal, dan Idul

Adha, oleh A. Nuradnan Pramudita, “Menelusuri Pemikiran Muhammad

Shawkat Odeh” oleh Muh. Nashirudin, “Visibilitas Hilal Metonik” oleh

Moedji Raharto.16

Kegiatan individu (staf astronomi atau Kepala Observatorium Bosscha)

sebagai peserta atau pemateri dalam undangan pertemuan, pelatihan, pendidikan,

seminar, temu kerja, dan evaluasi mewakili Observatoium Bosscha dalam

pengembangan Hisab dan Rukyat di Indonesia, antara lain:

1. Pemateri dalam pertemuan peningkatan pelayanan Hisab dan Rukyat pada 27

Oktober 1999, di Wisma Guna Pengadilan Tinggi Agama, Baleendah,

Bandung. Adapun materi yang disampikan yaitu, “Perpaduan Astronomi,

Hisab, dan Rukyat (Kesinambungan dalam Memahami Fenomena Visibilitas

Hilal dan Kalender Islam), disampaikan oleh Dr. Moedji Raharto.

16

Data dan dokumentasi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Page 59: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

47

2. Pemateri dalam Seminar Dua Hari tentang: Rukyah dan Hisab menurut

Tinjauan Astronomi dan Fuqoha, yang diadakan oleh Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia, pada 27-28 November 1999. Adapun materi yang

disampikan, “Sistem Penanggalan Syamsiya/ Masehi”, disampaikan oleh Dr.

Moedji Raharto.

3. Penasihat dan peserta dalam program kalender Islam internasional

(International Islamic Calender Progrsmme) yang digagas oleh Prof.

Muhammad Ilyas (Malaysia) pada tahun 1985-2000.

4. Peserta dalam Pertemuan bersama MUI, ormas Islam, pakar astronomi, dan

Badan Hisab dan Rukyat dengan Departemen Agama tentang Kriteria

Penentuan Awal Bulan Qomariyah, pada tanggal 28-29 November 2002,

bertempat di Operation Room Departemen Agama, Jakarta.

5. Peserta dalam Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat tahun 2004, diadakan oleh

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

pada 22 April 2004, bertempat di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

6. Pemateri dalam Temu Kerja Evaluasi Hisab dan Rukyat tahun anggaran 2005

(Musyawarah Kerja 2005), pada tanggal 16-17 mei 2005, diadakan oleh

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

bertempat di Wisma Haji, jl. Jaksa, Jakarta. Adapun materi yang disampikan,

“ Ijtimak dan Tinggi Bulan Pada Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2015”,

dan “Membangun Pengembangan, Pendidikan, dan Pelatihan Hisab Rukyat di

Masa Datang”, disampaikan oleh Dr. Moedji Raharto.

7. Peserta dalam Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat tahun 2006, diadakan oleh

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

pada tanggal 1-3 Juni 2006, bertempat di Hotel Ria Diani, Cibogo, Bogor,

Jawa Barat.

8. Pemateri dalam Musyawarah Nasional Penyatuan Kalender Hijriyah yang

diadakan oleh Direktorat Urusan Agama Islam Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, pada 19 Desember

2005, bertempat di Wisma Haji Departemen Agama, Jakarta. Adapun materi

Page 60: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

48

yang disampaikan, “Penyatuan Kalender Hijriyah dalam Pandangan

Astranomi”, oleh Dr. Moedji Raharto.

9. Pemateri dalam Seminar Nasional Hisab dan Rukyat Badan Litbang Agama

dan Diklat Keagamaan Departemen Agama, pada 20-22 Mei 2003, bertempat

di Jakarta. Adapun materi yang disampaikan, “Teknologi Optik Sebagai

Pembantu Penetapan Awal Bulan Hijriyah”, oleh Dr. Moedji Raharto.

10. Peserta dalam Sidang Badan Hisab dan Rukyat dan Musyawarah Nasional

Hisab dan Rukyat yang diadakan oleh Ditjen Bimas Islam Kementerian

Agama, pada 18-19 Juni 2012, bertempat di Hotel Milenium, Jakarta.

11. Pemateri pada Acara Muzakarah Tentang Hisab dan Rukyat dalam Penentuan

Awal Bulan Ramadhan dan Syawal 1434 H, yang diadakan oleh Majelis

Muzakarah Masjid Agung Al-Azhar, pada 8 Juni 2013, bertempat di

Universitas Al-Azhar, Jakarta. Adapun materi yang disampaikan, “Hisab dan

Rukyat Menuju Unifikasi Sistem Penanggalan Hijriyah di Indonesia”, oleh

Dr. Moedji Raharto.

12. Pemateri dalam Temu Kerja Evalusi Hisab Rukyat tahun anggaran 2013 yang

diadakan oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah,

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama, pada

19-21 Juni 2013, bertempat di Batam Center, Pulau Batam. Adapun materi

yang disampaikan, “Ijtimak dan Tinggi Bulan Pada Saat Matahari Terbenam

di Pelabuhan Ratu tahun 2015 Menggunakan ASCRIPT”, oleh Dr. Moedji

Raharto dan Novi Sopwan.

13. Pemateri pada Acara Muzakarah Tentang Hisab dan Rukyat dalam Penentuan

Awal Bulan Ramadhan dan Syawal 1434 H, yang diadakan oleh Majelis

Muzakarah Masjid Agung Al-Azhar, pada 3 Juni 2014, bertempat di

Universitas Al-Azhar, Jakarta. Adapun Materi yang disampaikan, “Awal

Ramadhan dan Awal Syawal 1435 H”, oleh Dr. Moedji Raharto.17

17

Data dan dokumentasi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Page 61: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

49

Peran aktif dalam membuat tulisan, artikel, makalah, dan skripsi yang

dilakukan oleh staf maupun Kepala Observatorium Bosscha berkaitan dengan

pengembangan Hisab dan Rukyat di indonesia. Antara lain:

1. Memuat tulisan atau artikel yang berkaitan dengan perkembangan Hisab dan

Rukyat di Indonesia dalam kurun waktu 1990-sekarang dengan jumlah

puluhan artikel yang dimuat di beberapa surat kabar daerah maupun nasional.

Adapun staf astronomi dan Kepala Observatorium Bosscha yang telah

memuat karyanya di berbagai surat kabar tersebut antara lain: Moedji Raharto

sebanyak 34 tulisan (1994-2002), Thomas Djamaluddin sebanyak 20 tulisan

(1995-1999), M. Ridho Eisy sebanyak 4 tulisan (1990-1994), F. Lukman

sebanyak 2 tulisan (1997), Tito Irawan sebanyak 10 tulisan (1997), J.A.

Utama sebanyak satu buah tulisan (2000) dan Hendro Setyanto sebanyak satu

buah tilisan (1999). Adapun surat kabar yang memuat tulisan para astronomi

Observatorium Bosscha antara lain, Republika, Kompas, Pos Kota, Pikiran

Rakyat, Merdeka, Media Indonesia, Bandung Pos, Pelita, dan lainnya. Para

astronom di atas ini masih aktif dalam menulis berbagai hal yang berkaitan

dengan hisab dan rukyat di Indonesia sampai saat.

2. Menghasilkan beberapa makalah yang berkaitan dengan perkembangan Hisab

dan Rukyat di Indonesia, seperti, “Awal Bulan Hijriyah dalam Perspektif

Hisan dan Rukyat”, “Catatan Visibilitas Hilal Awal Ramadan”, “Penjelasan

Astronomi Atas Ayat Pergantian Malam dan Siang”. “Era Digitalisasi Ilmu

Falak”. Serta penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Mahasiswa

Jurusan Astronomi Institiut Teknologi Bandung bernama Purwanto yang

berjudul “Visibilitas Hilal Sebagai Acuan Penyusunan Kalender Islam”,

tahun 1992.18

Seiring berkembangnya astronomi di Indonesia, berkembang pula fungsi

Observatorium Bosscha yang dibuktikan oleh berbagai kegiatan yang telah

disebutkan di atas, dalam hal ini khususnya dalam pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia.

18

Data dan dokumentasi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Page 62: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

50

BAB IV

ANALISIS PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITIUT

TEKNOLOGI BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN HISAB

DAN RUKYAT DI INDONESIA

A. Peran Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung Dalam

Pengembangan Hisab Dan Rukyat Di Indonesia

Masalah penentuan awal bulan kamariah melibatkan beberapa aspek yang

saling berkaitan secara komplek. Astronomi berperan sebagai alat bantu dalam

penentuan awal bulan kamariah dari sisi ilmiah, sehingga dengan keterlibatan

astronomi diharapkan perbedaan umat Islam dalam penentuan hari raya maupun

penyusunan kalender Islam pada umumnya dapat dipersatukan. Aspek ilmiah

dalam penentuan awal bulan berkaitan dengan astronomi, bidang keilmuan yang

selama ini ditekuni di Institiut Teknologi Bandung. Meskipun bukan Ulama,

namun Observatorium Bosscha dan Jurusan Astronomi sering kali menerima

pertanyaan tentang awal Ramadan atau Syawal menurut Astronomi.1

Dalam khazanah ilmu hisab dikenal beberapa metode untuk menentukan

ijtimak (konjungsi) dan posisi hilal dan awal serta akhir Ramadan. Merujuk pada

hasil Seminar Sehari Hisab Rukyah pada April 1992,2

sistem hisab

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Metode Hisab Haqiqi Taqribi. Metode ini menggunakan data bulan dan

matahari berdasarkan data dan tabel Ulugh Bek. Dengan proses perhitungan

yang sederhana. Hisab ini dilakukan hanya dengan cara penambahan,

pengurangan perkalian, dan pembagian tanpa menggunakan ilmu ukur

segitiga bola (sperical trigonometry).3 Motede ini sangat sederhana, tanpa

mempergunakan bantuan ilmu ukur segitiga bola dan hanya merupakan

perkiraan saja. Cara ini tidak memperhatikan deklinasi bulan dan matahari,

1 Purwanto dan Djoni N. Dawanas ,”Peran Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriyah” dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 102-104.

2 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007) h. 27.

3 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h.7.

Page 63: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

51

asensiorekta, posisi observer dan lainnya.4 Meskipun metode serta algoritma

(urutan logika berpikir) perhitungan waktu ijtimak tersebut sudah benar,

tetapi koreksi-koreksinya terlalu disederhanakan, maka hasilnya kurang

akurat.5

Itulah sebabnya metode ini disebut dengan Hisab Taqribi

(perhitungan perkiraan). Ahmad Izzudin dalam bukunya Fiqih Hisab Rukyat

mengutip dari Sriyatin Shadiq dalam bukunya yang berjudul Perkembangan

Hisab Rukyah dan Penetapan Awal Bulan Kamariah menyebutkan yang

termasuk kelompok metode Hisab Haqiqi Taqribi antara lain, Sullam al-

Nayyirain oleh Muhammad Manshur al-Batawi, Tadzkirat al-Ikhwan oleh

Abu Hamdan al-Semarang, Fath al-raufi al-Mannan oleh Abu Hamdan

Abdul Jalil bin Abdul Hamid al-Qudsy, al-Qawa’id al-Falakiyyah oleh Abdul

Fatah al-Sayid Ashshuhy al-Falaky, al-Syamsu wa al-Qamar oleh Ust. Anwar

Katsir al-Malangi, Jadawil al-Falakiyyah oleh Qusyairi al-Pasuruani, Risalah

Falakiyyah oleh Ramly Hasan al-Gresiky dan Risalah Hisabiyyah oleh KH.

Hasan Basri al-Gresiky.6

2. Metode Hisab Haqiqi Tahqiqi. Metode ini dicangkok dari kitab al-Mathla’ al-

Said Rushd al-Jadid (merupakan kitab yang dipakai oleh pakar ilmu falak

yang sangat terkenal, yakni KH. Turaichan yang berasal dari Kudus Jawa

Tengah dan terkenal dengan karya monumentalnya “Kalender Menara

Kudus”).7 Kitab tersebut berakar dari sistem astronomi serta matematika

modern yang asal muasalnya dari sitem hisab astronom-astronom muslim

tempo dulu dan telah dikembangkan oleh astronom-astronom modern (Barat)

berdasarkan penelitian baru. Inti dari sistem ini adalah menghitung atau

menentukan posisi matahari, bulan dan titik simpul orbit bulan dengan orbit

matahari dalam sistem koordinat ekliptika, yang artinya sistem ini

4

Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, (Bandung: Jurusan

Astronomi ITB dan Himpunan Astronomi Indonesia, 1995) h. 35, t.d.

5 Taufiq, “Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia” dalam, Selayang Pandang Hisab

Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 19.

6Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 28

7.Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 29.

Page 64: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

52

mempergunakan tabel-tabel yang sudah dikoreksi dan perhitungan yang

relatif lebih rumit daripada metode hisab haqiqi taqribi serta memakai ilmu

ukur segitiga bola.8

Dikarenakan cara yang ditempuh dalam metode ini

demikian teliti, maka perhitungan ini dikenal dengan istilah hisab tahqiqi

(perhitungan pasti atau akurat).9 Adapun yang termasuk metode perhitungan

ini (hisab haqiqi tahqiqi) antara lain, al-Mathla al-Said fi hisab al-Kawakib

ala Rushd al-Jadid oleh Syekh Husain Zaid al-Misra, al-Manahij al-

Hamidiyah oleh Syekh Abdul Hamid Mursyi Ghaisul Falaky al-Syafi’i,

Muntaha Nataij al-Aqwal oleh Muhammad Hasan Asyari al-Pasuruani, al-

Khulashah al-Wafiyah oleh Zubaer Umar Jailany Salatiga, Badiat al-Mitsal

oleh Muhammad Ma’shum bi Ali Al-Jombangy, Hisab Haqiqi oleh Kyai

Wardan Dipaningrat al-Yogyakarta, Nur al-Anwari oleh KH. Noor Ahmad

SS Jepara, Ittifaqu al-Dzati al-Bain oleh Muhammad Zubaer Abdul Salam

Gresik.10

3. Metode Hisab Haqiqi Kontemporer. Metode ini menggunakan hasil

penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan.

Metodenya sama dengan metode hisab haqiqi tahqiqi hanya saja sistem

koreksinya lebih teliti dan kompleks sesuai dengan kemajuan sains dan

teknologi. Rumus-rumusnya lebih disederhanakan sehingga untuk

menghitungnya dapat digunakan kalkulator atau personal komputer. Koreksi

bulan dilakukan hingga seratus kali. Namun untuk menghitungnya tidak

terlalu sulit sebab dapat dilakukan dengan kalkulator dan komputer. Hisab

Kontemporer dalam perhitungan menggunakan kalkulator dan komputer,

rumus-rumus untuk mencari posisi matahari dan bulan dapat diprogram,

sehingga hasil perhitungan dapat diperoleh dengan cepat dan lebih teliti.11

Termasuk dalam metode perhitungan ini antara lain, New Comb oleh Bidran

8 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 8-9.

9 Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 35, t.d.

10 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 29.

11Taufiq, “Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia” dalam, Selayang Pandang Hisab

Rukyat,h. 21-22.

Page 65: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

53

Hadi Yogyakarta, Almanak Nautika yang dikeluarkan oleh TNI AL Dinas

Hidro Oseanografi Jakarta dan diterbitkan setiap tahun oleh Her Majesty’s

Nautical Almanac Office, Royal Greenwich Observatory, Cambridge,

London, The Astronomical Almanac yang diterbitkan setiap tahun kerja sama

Nautical Almanac Office, United Stated Naval Observatory, Wahington

dengan Majestys’s Nautical Almanac Office, Royal Greenwich Observatory,

Cambridge, London, Astronomical Tables of Sun, Moon and Planets oleh

Jean Meeus Belgia, Islamic Calendar oleh Muhammad Ilyas Malaysia,

Ephemeris Hisab dan Rukyah oleh Badan Hisab Rukyah Departemen

Agama.12

Almanak astronomi adalah tabel, buku, atau perangkat lunak

komputer yang menyajikan informasi tentang waktu kejadian fenomena

astronomis seperti terbit dan terbenamnya bulan dan matahari, fase bulan,

posisi matahari, bulan dan planet-planet, gerhana atau okultasi benda-benda

langit, serta waktu bintang (sideral time).13

Dalam pelaksanaan hisab awal

bulan dengan sistem ephemeris di dalamnya terdapat dua jenis data yang

digunakan, yaitu data yang berkaitan dengan matahari dan data yang

berkaitan dengan bulan.14

Berbeda dengan sistem hisab taqribi (hisab haqiqi tahqiqi dan hisab haqiqi

kontemporer) dalam proses perhitungannya menggunakan rumus-rumus sperical

trigonometry (ilmu ukur segitiga bola) dan koreksi-koreksi yang lebih banyak dari

hisab taqribi. Sistem hisab ini juga telah memperhatikan posisi observer, data

deklinasi, sudut waktu atau asensiorekta dari bulan dan matahari. Hisab tahqiqi ini

juga hidup dan berkembang di beberapa Pesantren, IAIN, Observatorium Bosscha

ITB, Planetarium, Badan Meteorologi dan Geofisika dan lainnya.15

Dalam aspek hisab, usaha usaha yang dilakukan Departemen Agama

(sekarang Kementerian Agama) pada masa lalu untuk menyediakan data waktu-

12

Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 29.

13 Thomas Djmaluddin, “Peran Penting Almanak Astronomi di Masyarakat”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 77, t.d.

14 A. Jamil, Ilmu Falak. Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Penerbit Amzah, 2009) h. 133.

15 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan

Peradilan Agama, 2007), h. 99.

Page 66: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

54

waktu ibadah dengan menggunakan sumber-sumber yang berkembang di

masyarakat yang pada umumnya menggunakan data lama yang tertulis dalam

bahasa arab. Jika di kantor-kantor tidak ada petugas yang dapat melakukannya,

maka pimpinan kantor meminta bantuan ulama-ulama untuk menyediakan data

tersebut untuk disebarkan ke mayarakat, atau bahkan Departemen Agama tidak

ikut campur jika memang sudah ada ulama yang ahli dan diikuti oleh masyarakat.

Keadaan seperti ini berlangsung bertahun-tahun dan hampir tidak ada kontak

dengan lembaga astronomi atau instansi terkait lainnya.16

Seperti dijelaskan oleh Moedji Raharto keterlibatan astronomi dan Lembaga

Astronomi seperti Observatorium Bosscha memberikan andil dan sumbangsih

dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia. Moedji mengatakan:

“...Obsevatorium Bosscha sebagai lembaga keilmuan mungkin lebih

banyak mempelajari gerak dan posisi bintang dan benda-benda langit yang

sangat abstrak bagi pengguna. Jadi kalau dilihat sistem perhitungan yang

digunakan Kementerian Agama maupun IAIN sangat tampak

kekurangannya, sisi sains (aspek astronomi) belum tampak sama sekali.

Seperti pada sebuah kasus ketika bulannya sudah terbenam tetapi ada yang

mengaku melihat hilal dan itupun disahkan. Untuk mengatasi kekurangan

tersebut, Kementerian Agama menghimpun berbagai lembaga dan instansi

terkait dengan pengembangan hisab dan rukyat...”17

Kondisi tersebut didukung oleh munculnya H. Saadoe’ddin Djambek

menjelang tahun 1970, ahli pendidikan yang menaruh perhatian besar terhadap

dunia astronomi, terutama menganai hal-hal yang berkaitan dengan penentuan

waktu-waktu ibadah. Sejak kemunculan beliau, mulai diadakan kontak dengan

lembaga astronomi dan instansi terkait lainnya, seperti Astronomi ITB,

Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, Badan Meteorologi dan

Geofisika, dan Dinas Oseanografi TNI AL. Pemasyarakatan data dan cara hitung

yang bersumber pada kaidah astronomi modern mulai gencar dilakukan. Dasar-

16

Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 36, t.d.

17 Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 10 September 2017.

Page 67: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

55

dasar astronomi terutama mengenai gerak bulan, bumi, dan matahari merupakan

materi pokok dalam pemasyarakatan astronomi tersebut.18

Rubu’ Mujayyab digunakan sebagai alat pemecah persoalan segitiga bola

langit dan fungsi geneometric. Meskipun pada prinsipnya Rubu’ Mujayyab itu

merupakan alat yang dapat memecahkan fungsi geneometris, namun hasilnya

kurang halus dan masih kasar. Logaritma dan rumus-rumus trigonometri sebagai

alat yang mengantarkan dalam menyelesaikan perhitungan kedudukan benda-

benda langit, hasil yang diperoleh lebih halus dan lebih mendekati kepada

kebenaran. Sistem dan perhitungan ini dipergunakan dalam memperhitungkan

awal-awal bulan kamariah oleh Badan Hisab dan Rukyat dengan maksud untuk

mendapatkan perbandingan hasil hisab dari berbagai macam aliran. Akan tetapi

yang jadi pegangan pokok ialah dengan menggunakan Sperical Trigonometry

(ilmu ukur segitiga bola) sebagai alat pemecah dalam menentukan kedudukan

benda-benda langit.19

Berkenaan dengan pengembangan ilmu hisab serta persoalan sistem

matematik yaitu dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu ukur segitiga bola

(sperical trigonometry) yang sudah tidak diragukan lagi kebenarannya20

dan

dikembangkan oleh Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung, Moedji

Raharto menjelaskan:

“...sebagai lembaga yang bertugas dalam pendidikan astronomi, di

dalamnya terdapat hisab dan rukyat. Hisab dan rukyat jika diperhatikan

hanya mempelajari garak dan posisi benda langit serta kaitannya dengan

aktifitas ibadah, pemahaman dan pengertian akan sains harus ditanamkan

lebih awal, karena posisi benda langit dan gerak benda langit tidaklah

simpel dan sederhana. Karena sains diperlukan guna memverifikasi jika

ada kekeliruan. Perhitungan benda-benda langit seperti untuk menghitung

posisi bulan misalnya, dalam metode Jean Meeus terdapat 100 koreksi

yang utama dan penting agar perhitungan tidak meleset terlalu jauh, sifat-

sifat seperti itu yang dikembangkan oleh Observatorium Bosscha.Hal

lainnya seperti memahami tata koordinat, astronomi bola dalam

menentukan arah kiblat, dan sebagainya. Ilmu dasarnya adalah astronomi

18

Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 36, t.d.

19 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, h. 94-95.

20 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat h. 163.

Page 68: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

56

bola, karena astronomi bola itu sendiri bisa dipergunakan untuk berbagai

macam keperluan tidak hanya untuk menentukan posisi bulan dan

matahari (penentuan awal bulan kamariah) atau juga arah kiblat, tetapi

juga untuk menghitung hal-hal yang lebih presisi lagi seperti, mempelajari

gerak bintang dan benda langit lainnya.Dalam lain hal segitiga bola

digunakan dalam ilmu penerbangan untuk mencari rute terpendek dan juga

dalam menghitung luas bidang untuk persenjataan militer seperti rudal

tempur, dan lainnya. Itu semua memiliki formula yang sama yaitu segitiga

bola dan dikembangkan di sini (Observatorium Bosscha).21

Perlu dipahami

disini kehadiran Observatorium Bosscha dalam pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia untuk memberikan dan mengenalkan aspek astronomi

modern. Kenapa diperlukan aspek astronomi modern? Karena di dalam

astronomi modern selalu terdapat update (pembaruan) terhadap data

astronomi yang akan digunakan...”22

Kementerian Agama terus berusaha mengembangkan hisab dan rukyat

dengan melakukan kegitan antara lain menghimpun dan mengevaluasi data hisab

yang berkembang di Indonesia. Musyawarah evaluasi kegiatan hisab rukyat

diselenggarakan untuk menyediakan data bagi pelaksanaan hisab rukyat tahun-

tahun berikutnya. Musyawarah ini diikuti oleh unsur Departemen Agama, Badan

Meteorologi, Planetarium, Observatorium Bosscha ITB, dan ahli secara

perorangan. Salah satu sumber data adalah rujukan Almanak Nautika dengan

dibantu sistem perhitungan segitiga bola.23

Mengenai buku data yang berisi data dan kaidah astronomi modern, selama

ini Kementerian Agama memperoleh Almanak Nautika secara rutin setiap tahun

dari Dinas Oseanografi TNI AL. Data gerhana atau data lainnya secara insidental

diperoleh dari Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, Badan

Meteorologi dan Geofisika atau instansi lainnya. Data tersebut sangat berguna dan

disebarkan ke masyarakat peminat. Adapun Almanak Nautika, diterima oleh

Kementerian Agama pada akhir tahun, sehingga dirasa terlambat untuk digunakan

21

Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 10 September 2017.

22 Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 22 Mei 2017.

23 Ditbinbapera Islam , “Hisab dan Rukyat Permasalahannya di Indonesia”, dalam ,

Selayang Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan

Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 10..

Page 69: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

57

dalam penyusunan edaran-edaran pelaksanaan hisab rukyat dan penyusunan

kalender. Untuk mengantisipasi masalah ini, Kementerian Agama menerbitkan

buku data yang disusun berdasarkan program atau formula dari buku-buku

astronomi seperti Astronomical For Calculator (Jean Meeus) dan Practical

Astronomy (Smaart). Buku data tersebut diberi nama Ephemeris Hisab dan Rukyat

yang memuat data bulan dan matahari, diterbitkan setiap tahun untuk kepentingan

kegiatan hisab rukyat di seluruh Indonesia.24

Apa yang dilakukan oleh Observatorium Bosscha dengan memberikan andil

dan sumbangsih dengan bentuk pengetahuan dasar astronomi dalam

pengembangan hisab sejalan dengan kegiatan pemasyarakatan astronomi yang

dilakukan oleh Kementerian Agama sejak awal mula menjalin kontak dengan

lembaga astronomi (Observatorium Bosscha dan Planetarium Jakarta) atau instansi

lainnya terkait dengan hisab rukyat (Badan Meteorologi dan Geofisika dan Dinas

Hedro Oseanografi TNI AL) pada saat itu dan hingga kini. Adapun kegiatan-

kegiatan yang mulai dilakukan saat itu antara lain: mengisi mata pelajaran Ilmu

Falak pada Fakultas Syariah IAIN dengan materi yang diambil dari astronomi

modern, mengadakan pelatihan Ilmu Falak terhadap dosen-dosen dan tokoh-tokoh

pesantren, mengadakan koordinasi dengan lembaga astronomi, instansi terkait dan

para tokoh ulama mengenai penyediaan data dan pengembangan Ilmu Falak, yang

kemudian berhasil dilakukan pembentukan Badan Hisab Rukyat yang anggotanya

terdiri dari unsur-unsur tersebut, mengusahakan penyediaan alat-alat, menerbitkan

buku-buku hisab rukyat yang berisi data dan kaidah astronomi modern, dan

menyebarluaskan data dan informasi baru kepada tokoh-tokoh masyarakat dan

instansi jajaran Departemen Agama, terutama kepada Pengadilan Agama sebagai

lembaga yang diberi tugas untuk menangani masalah hisab dan rukyat.25

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwasanya Observatorium Bosscha

memiliki peran dan sumbangsih dalam perkembangan hisab rukyat. Seperti yang

24

Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 37, t.d.

25 Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 36.

Page 70: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

58

telah dijelaskan dalam BAB II mengenai teori peran, dijelaskan bahwa apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka dia menjalankan suatu peranan.26

Peranan lebih menekankan kepada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.27

Observatorium Bosscha dalam

perkembangan ilmu hisab, telah memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar

astronomi modern terhadap perkembangan ilmu hisab di Indonesia. Dasar

astronomi yang telah diberikan berkaitan dengan perhitungan astronomi berkaitan

dengan pelaksanaan ibadah seperti arah kiblat dan awal bulan kamariah dan di sini

penulis lebih menitik beratkan pada penentuan awal bulan kamariah. Kehadiran

Observatorium Bosscha dalam pengembangan ilmu hisab memperkaya

pengetahuan tentang perhitungan astronomi yang menjadi acuan dalam metode

hisab haqiqi kontemporer khususnya, dikarenakan perhitungan astronomi yang

dikembangkan oleh Observatorium Bosscha di dalamnya terdapat pembaharuan

yang terus menerus dilakukan.

Dalam hal rukyat, posisinya dalam fikih Islam sangatlah kuat. Mengawali

dan mengakhiri puasa Ramadan haruslah dengan rukyat (melihat hilal) atau

dengan istikmal (menyempurnakan hitungan bulan 30 hari). Walaupun menurut

hisab, hilal sudah wujud namun tidak terlihat, maka belum wajib melaksanakan

puasa.28

Rukyat yang merupakan istilah agama dapat juga diartikan sebagai

observasi dalam pengertian astronomi.29

Observatorium Bosscha yang berada di bawah naungan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung merupakan

tempat observasi yang digunakan oleh mahasiswa Jurusan Astronomi untuk

pembelajaran astronomi yang merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang

dikembangkan atas dasar pengamatan (observasi), oleh karenanya astronomi

26

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 268

27 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.269

28 KH.Ma’ruf Amin,”Rukyah Untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadan Menurut

Pandangan Syariah dan Iptek” dalam, Rukyah Dengan Teknologi (Upaya Mencari Kesamaan

Pandangan Tentang Penentuan Awal Ramadan dan Syawal. (Jakarta; Gema Insani Press, 1994), h.

70.

29Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, h. 193.

Page 71: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

59

disebut sebagai observational science. Sebagai ilmu yang berlandaskan observasi

semuanya tidak bisa lepas dari pengamatan karena tanpa pengamatan, astronomi

tidak bisa berkembang seperti saat ini. Observasi memang menduduki tempat

yang penting dalam astronomi, meskipun teori yang berbasis pemodelan atau

perhitungan (hisab) tidak kalah penting.30

Observatorium Bosscha sebagai sebuah observatorium yang secara

terminologis adalah sebentuk bangunan tempat dimana dilakukan pengamatan

benda-benda langit yang mana pengamatan tersebut tercatat. Observatorium juga

sangat identik dengan instrumen–instrumen yang beragam disamping lokasi

tempat keberadaannya yang strategis.31

Adapun terkait dengan pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia, Observatorium Bosscha memiliki andil dalam

pengamatan hilal atau rukyat dalam penentuan awal bulan kamariah. Moedji

Raharto mengatakan:

“...dalam segi rukyat, kita juga selalu memberikan edukasi dan mengajari

para perukyat dari berbagai elemen dalam melakukan rukyat secara

profesional berdasarkan astronomi, termasuk penggunaan teleskop.

Meskipun sebelumnya sempat mendapat protes keras dari seorang ulama

bahwa penggunaan teleskop tidak diperlukan dalam merukyat, saya

mengatakan bahwa teleskop digunakan untuk memverifikasi.32

Ketika hilal,

objek itu ada dan bisa terlihat oleh mata, maka teleskop dapat merekam

dan melihatnya (hilal) juga. Jika hilal itu merupakan suatu objek yang

sangat penting dalam menentukan waktu ibadah, kenapa tidak dilakukan

verifikasi terhadapnya (penampakan hilal)? Karena sebelumnya banyak

terdapat indikator kekeliruan di dalam rukyat, seperti ada yang mengaku

melihat hilal padahal yang dilihat bukan hilal. Dalam satu kesempatan,

KH. Ma’ruf Amin bahkan sempat berkata kepada saya untuk

menyampaikan apa yang memang harus saya sampaikan berkaitan dengan

melihat hilal dengan teleskop. Observatorium Bosscha bersama

Planetarium Jakarta yang diketuai Bapak. Darsa Sukartadiredja mencoba

menyelesaikan problema-problema tersebut dengan cara mengedukasi dan

memberikan pengetahuan dengan diskusi dan dialog kepada para perukyat.

Bahwa hilal merupakan bagian dari fase-fase bulan, sejak zaman Nabi

Muhammad SAW sampai sekarang. Jadi yang ingin ditekankan bukan

30

Hendro Setyanto, Membaca Langit, (Jakarta: al-Ghuraba, 2008), h. 16.

31 Arwin Juli Rakhmadi Butar Butar, Khazanah Astronomi Islam Abad Pertengahan,

(Purwokerto: UM Purwekerto Press, 2016), h. 408.

32 Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 22 Mei 2017.

Page 72: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

60

hanya tinggi hilal yang 2 derajat atau diatasnya, tetapi posisi relatif

terhadap matahari, beda tinggi, beda azimuth, dan lainnya.Salah kalau kita

terus melakukan kekeliruan dalam melihat hilal, meskipun pada ujungnya

kita menyepakati bahwa tidak boleh terus menerus ada perdebatan terkait

hisab dan rukyat...”33

Observatorium Bosscha memiliki andil dalam pengamatan hilal dalam

penentuan awal bulan kamariah. Pengamatan hilal dilakukan di Observatorium

Bosscha dan berbagai tempat di Indonesia. Hasil pengamatan tersebut diberikan

kepada perwakilan Observatorium Bosscha yang menjadi Tim Hisab dan Rukyat

yang turut hadir dalam sidang isbat yang diadakan oleh Kementerian Agama,

untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan awal bulan kamariah yang akan

ditetapkan pada sidang isbat tersebut. Sebenarnya pengamatan terhadap bulan

baru sudah dimulai sejak sekitar tahun 1976, mahasiswa astronomi sudah mulai

belajar mengamati dengan menggunakan teleskop. Pada tahun 1979,

Observatorium Bosscha melakukan kerjasama dengan Jepang dan sepulangnya

dari sana pada tahun 1982 mulai melakukan pengamatan bulan dengan unitron,

binokuler, dan kamera tele. Observatorium Bosscha melakukan kerjasama dengan

Belanda dalam rentang tahun 1984-1986 dan melakukan kerjasama dengan

Kementerian Agama dan IICP (International Islamic Calender Programme)

terkait pengamatan hilal mulai tahun 1986. Kerjasama yang dilakukan tersebut

pun karena dilatar belakangi oleh pengamatan hilal yang kontroversial sehingga

Kementerian Agama meminta perwakilan dari Observatorium Bosscha untuk

dimintai penjelasan di dalam musyawarah kerja yang dilaksanakan oleh Badan

Hisab dan Rukyat. Adapun selanjutnya pada tahun 1992, tim MABIMS34

melakukan simulasi rukyat yang bertempat di Observatorium Bosscha.

Pengamatan hilal pun rutin dilakukan hingga saat ini seiring hadirnya

Observatorium Bosscha dalam usaha memberikan edukasi, pendapat, dan

pandangan astronomi terkait problematika penentuan awal bulan kamariah,

33

Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 10 September 2017.

34 MABIMS adalah kerjasama antara Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam,

Indonesia,Malaysia, dan Singapura yang dimulai sejak tahun 1989.

Page 73: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

61

meskipun pada rentan tahun 1986 sampai sekitar 1990an tidak setiap tahunnya

dilakukan pengamatan kecuali ditahun-tahun yang memungkinnya terjadinya

perbedaan yang signifikan dalam penetapan awal bulan kamariah di berbagai

kalangan.

Teknologi rukyat digunakan terutama untuk mengatasi jauh dan tampak

kecilnya hilal serta cahayanya yang lemah.35

Cahaya hilal masih paling kuat

dibandingkan dengan cahaya bintang-bintang bahkan dibandingkan dengan

planet-planet tata surya kita. Namun demikian, terutama untuk pandangan mata

secara langsung, cahaya ini masih sangat lemah, sehingga menyulitkan

pelaksanaan rukyat secara konvensional dengan menggunakan mata secara

langsung.36

Tidak heran jika pengamatan dalam astronomi mendapat tempat dan

perhatian yang besar dari kalangan astronom. Disamping pengamatan (rukyat),

perkembangan astronomi juga didukung oleh pemodelan (hisab) hasil

pengamatan. Pemodelan sangat berguna untuk merencanakan pengamatan yang

berkesinambungan. Ilmu Falak sebagai bagian dari astronomi tentunya

mempunyai karakter yang serupa. Pengamatan (rukyat) dan pemodelan (hisab)

harus dapat berjalan seiring. Mempertentangkan keduanya hanya akan

menghambat perkembangan Ilmu Falak itu sendiri. 37

Selain berperan dalam perkembangan ilmu hisab di Indonesia dengan

memberikan dasar-dasar astronomi lewat perhitungan astronomi yang berkaitan

dengan pelaksanaan ibadah umat Islam di Indonesia, Observatorium Bosscha juga

berperan dalam perkembangan rukyat di Indonesia dengan memberikan edukasi

tentang merukyat secara profesional didasari oleh ilmu astronomi, juga

pelaksanaan rukyat dengan menggunakan teleskop untuk memverifikasi objek

penelitian (hilal) itu sendiri. Diskusi dan dialog pun dilakukan guna

35

S. Farid Ruskanda,”Teknologi Untuk Pelaksanaan Rukyat: dalam, Selayang Pandang

Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 83.

36 S. Farid Ruskanda,”Teknologi Untuk Pelaksanaan Rukyat: dalam, Selayang Pandang

Hisab Rukyat h. 81.

37 Hendro Setyanto, Membaca Langit, hal. 32.

Page 74: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

62

menyampaikan pengetahuan rukyat dalam segi astronomi kepada berbagai elemen

di dalam berbagai kesempatan termasuk dalam musyawarah kerja yang

dilaksanakan oleh Kementerian Agama terlebih terhadap para perukyat yang

melaksanakan rukyat tiap tahunnya. Semua dilakukan guna menghindari

kekeliruan dan kesalahan dalam merukyat nantinya, sehingga meminimalisir

kesalahan dalam pelaksanaan rukyat itu sendiri karena hal tersebut berkaitan

dengan pelaksanaan ibadah yang hendak dilaksanakan oleh umat Islam khususnya

di Indonesia.

Andil yang telah diberikan Observatorium Bosscha berkaitan dengan

penentuan pelaksanaan ibadah yang merupakan kewenangan Kementerian Agama

sebagai ulil amri sesuai dengan apa yang telah dikembangkan oleh Observatorium

Bosscha itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pengembangan segitiga bola.

Karena pelaksanaan ibadah tersebut sesungguhnya memiliki formula yang sama

yaitu ilmu ukur segitiga bola dan pelaksanaan rukyat atau observasi.

Observatorium Bosscha mengembangkan ilmu tersebut (ilmu ukur segitiga bola

dan teknik observasi) karena kedua duanya bola memiliki banyak manfaat untuk

kebutuhan ibadah umat Islam. Jadi sudah sepantasnya Observatorium Bosscha

memberikan andil dan sumbangsih dalam perkembangan ilmu hisab dan rukyat di

Indonesia.

B. Cara Yang Ditempuh Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Dalam Memberikan Andil Terhadap Pengembangan Hisab Dan Rukyat Di

Indonesia

Observatorium Bosscha Institiut Teknologi Bandung merupakan satuan

penunjang akademik yang berada di dalam satuan akademik Institut Teknologi

Bandung. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang penetapan

Institiut Teknologi Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara pada pasal 44

tertera bahwa satuan akademik adalah satu-satunya lembaga dalam institut yang

Page 75: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

63

menyelenggarakan kegiatan akademik yang terdiri dari pendidikan, penelitan dan

pengabdian kepada masyarakat.38

Berkaitan dengan peran Observatorium Bosscha Institiut Teknologi

Bandung dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia dapat dilihat

bahwasanya Observatorium Bosscha memiliki andil dan sumbangsih melalui

kegitannya sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Pemeritah Nomor 155 Tahun

2000 dalam pasal 44 ayat 1 yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Jika dikaitkan dengan teori peran, Obsevatorium Bosscha ini

menganut jenis peranan yang diharapkan (excpected roles). Peranan yang

diharapkan maksudnya cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian

masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan

secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan

seperti yang ditentukan.

Lebih jauh sebelum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah pada tahun 2000

tersebut, Observatorium Bosscha telah berperan aktif dalam pengembangan hisab

dan rukyat di Indonesia beriringan dengan dibentuknya Badan Hisab dan Rukyat

(BHR) yang sekarang berubah nama menjadi Tim Hisab dan Rukyat, dengan

dijadikannya Prof. Bambang Hidayat sebagai bagian dari anggota tersebar Badan

Hisab dan Rukyat pada tahun 1973.39

Kala itu Prof. Bambang Hidayat menjabat

sebagai Kepala Observatorium Bosscha.

Perkembangan hisab dan rukyat pada perjalanannya tidaklah mudah

khususnya terkait dengan penentuan awal bulan kamariah karena di dalam

penentuan awal bulan kamariah inilah banyak timbul perbedaan-perbedaan yang

tajam di masyarakat. Meskipun perihal waktu salat, arah kiblat dan waktu gerhana

di dalamnya juga terdapat perbedaan namun perbedaan yang ada di masyarakat

tidak lebih besar yang ditimbulkan dari penentuan awal bulan kamariah itu.

Kementerian Agama sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap penentuan

38

Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institiut Teknologi

Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara.

39 Keputusan Direktur Jenderal Bimas Islam tanggal 28 Juni 1973 no. D.J/96/P/1973

tentang Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat Tersebar Departemen Agama.

Page 76: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

64

awal bulan kamariah. Badan atau tim hisab dan rukyat yang dibentuk, pada awal

perjalanannya memiliki beberapa kekurangan seperti pada sistem perhitungan

yang digunakan. Sehingga masih terdapat suatu kejadian dimana bulan sudah

terbenam tetapi ada yang mengaku melihat (hilal) dan disahkan. Fenomena

tersebut menimbulkan keresahan tersendiri bagi Observatorium Bosscha dan para

astronom yang memang menguasai masalah ini. Moedji Raharto mengatakan:

“...Inilah yang membuat prihatin, meskipun awalnya sempat bingung

bagaimana Observatorium Bosscha dan para Astronom untuk memulai

untuk memberikan kontribusi. Sebagai pihak yang tahu dan mengerti maka

wajib memberi tahu jika terdapat kesalahan dan kekeliruan yang krusial

agar tidak ada beban dan tanggung jawab moril...”40

Observatorium Bosscha kemudian memberikan kontribusi berupa andil

melalui kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Adapun andil Observatorium Bosscha dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, 1.

Kerja sama dengan Kementerian Agama, 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan

yang diadakan secara mandiri oleh Observatoium Bosscha, 3. kegiatan individu

para astronom Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung. Kegiatan

tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Observatorium Bosscha memberikan andil memalui kerja sama yang

dilakukan dengan Kementerian Agama untuk melaksanakan pendidikan dan

pelatihan hisab dan rukyat negara-negara MABIMS. Pendidikan dan

pelatihan tersebut bertempat di Observatorium Bosscha, sebagai satu-satunya

Observatorium dan lembaga pendidikan astronomi yang cakupannya tidak

hanya Indonesia, melainkan Asia Tenggara. Jadi sudah sepantasnya

Observatorium Bosscha menjadi wadah untuk pengembangan astronomi di

kawasan Asia Tenggara, khususnya pengembangan hisab dan rukyat dalam

bentuk kerjasama Menteri Agama negara-negara yang memiliki mayoritas

penduduk muslim (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

40

Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 10 September 2017.

Page 77: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

65

2. Selain kerja sama yang dilakukan dengan Kementerian Agama,

Observatorium Bosscha juga melakukan kegiatan pengembangan hisab dan

rukyat secara mandiri. Kegiatan tersebut yaitu, Seminar dan Workshop

Nasional: Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan Kalender Matahari di

Indonesia, seminar tentang visibilitas hilal, serta seminar tentang penyatuan

kalender Islam. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan di Observatorium

Bosscha, Lembang, Jawa Barat.

3. Kegiatan pengembangan hisab dan rukyat yang dilakukan Observatorium

Bosscha juga dilakukan secara perorangan individu astronom. Keikut sertaan

perwakilan Observatorium Bosscha yang merupakan anggota Badan atau Tim

Hisab dan Rukyat dalam musyawarah kerja, temu kerja, dan evaluasi kerja

yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama. Hadirnya perwakilan dari

Observatorium Bosscha itu sendiri sebagai sebuah pendekatan astronomi

yang perlahan dilakukan oleh Observatorium Bosscha guna meminimalisir

dan meniadakan kesalahan terhadap pengamatan hilal yang sesungguhnya

juga merupakan ranah astronomi, serta memberikan edukasi dan penjelasan

terkait hisab dan rukyat dalam perspektif astronomi murni.

Selain ketiga cara diatas, secara instansi dan kelembagaan Observatorium

Bosscha bersama dengan Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung

melakukan kegiatan pendidikan dan penelitian formal sesuai dengan yang tertera

dalam ayat 2 pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 155, sebagai wahana yang

menciptakan peluang bagi setiap insan untuk mengembangkan diri menjadi

manusia yang berbudaya dan cerdas, mengembangkan pengetahuan baru, dan

inovasi yang bernilai tinggi.41

Kegiatan pendidikan yang dilakukan semenjak

dibentuknya Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1951

telah menghasilkan lulusan atau alumni yang berkiprah dan berdedikasi di

berbagai bidang. Terkait dengan hisab dan rukyat, Observatorium Bosscha beserta

Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung telah menghasilkan beberapa

alumni yang sangat berpengaruh dalam pengembangan hisab dan rukyat, ini

41

Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institiut Teknologi

Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara.

Page 78: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

66

merupakan salah satu cara Observatroium Bosscha berperan dalam

pengembangan hisab dan rukyat melalui perorangan para alumninya. Adapun

para alumni yang berkiprah dalam perkembangan hisab dan rukyat di Indonesia

antara lain sebagai berikut42

:

1. Prof. Bambang Hidayat, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1952 dan lulus pada tahun

1961. Prof. Bambang Hidayat merupakan Direktur Observatorium Bosscha

dalam rentan waktu tahun 1968-1999, yang menjadikannya sebagai Direktur

Observatorium Bosscha dengan masa jabatan terlama yaitu 31 tahun. Prof.

Bambang Hidayat juga merupakan anggota tersebar Badan Hisab dan Rukyat

yang didirikan pada tahun 1972 mewakili Institut Teknologi Bandung.

2. Drs. Santoso Nitisastro, merupakan pejabat sementara Kepala atau Direktur

Observatorium Bosscha pada tahun 1958-1959 bersama Prof. Dr. O. P. Hok.

Pada tahun 1968-1976, Drs. Santoso Nitisastro ditunjuk menjadi Kepala

Planetarium Jakarta setelah pembangunannya rampung pada tahun 1968.

Pada tahun 1972 menjadi tim perumus dalam pembentukan Badan Hisab dan

Rukyat sekaligus menjadi anggota di dalamnya. Sejak saat itu Planetarium

Jakarta terus aktif dalam melakukan pengembangan hisab dan rukyat bersama

Kementerian Agama.

3. Drs. Darsa Sukartadiredja, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1965 dan lulus pada tahun

1973. Pada tahun 1976-2001 Drs. Darsa Sukartadiredja ditunjuk menjadi

Kepala Planetarium Jakarta menggantikan Drs. Santoso Nitisastro yang juga

menjadikannya Kepala Planetarium Jakarta dengan rentan waktu terlama

yaitu 25 tahun. Pada tahun 1980,Drs. Darsa Sukartadiredja menjadi anggota

personalia Badan Hisab dan Rukyat berdasarkan Keputusan Menteri Agama

No. 38 Tahun 1980 tentang perubahan dan tambahan personalia Badan Hisab

42

Urutan nama para alumni berdasarkan daftar mahasiswa astronomi yang tertera dalam,

Ridwan Hutagalung (editor), Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, Penerbit BPPI,

2014, h. 106-107. Dengan sedikit kekurangan kelengkapan nama-nama mahasiswa antara tahun

1960-1974 dan pengecualian terhadap Saadoe’ddin Djambek yang melangsungkan kuliah singkat

(short course) dalam rentang tahun 1954-1955.

Page 79: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

67

dan Rukyat. Drs. Darsa Sukartadiredja juga aktif dalam berbagai kegiatan

pendidikan dan pelatihan hisab dan rukyat dan banyak menghasilkan berbagai

tulisan dan artikel terkait pengembangan hisab dan rukyat.

4. Djoni N. Dawanas, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1969 dan lulus pada tahun

1975. Meskipun tidak termasuk sebagai anggota personalia Badan Hisab dan

Rukyat, Djoni N. Dawanas cukup memiliki peran dalam pengembangan

Hisab dan Rukyat di Indonesia dengan aktif dalam berbagai kegiatan

pendidikan dan pelatihan tentang hisab dan rukyat dan dengan Purwanto juga

menghasilkan beberapa tulisan berkaitan dengan hisab dan rukyat antara lain:

Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan Ramadan dan Syawal, Peran

Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan Hijriyah dan Pergeseran Titik

Hamal: Fenomena Pengubah Tabel Hisab.

5. Dr. H. Moedji Raharto, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1974 dan lulus pada tahun

1980. Pada tahun 1986 bekerjasama dengan Kementerian Agama terkait hisab

dan rukyat dan menjadi anggota Badan atau Tim Hisab dan Rukyat sampai

saat ini. Dari sekian banyak alumni Jurusan Astronomi dan Observatorium

Bosscha, Dr. Moedji Raharto merupakan alumni yang paling berperan dan

masih berkecimpung di dalam pengembangan hisab dan rukyat hingga saat

ini, itu semua didasari dari perhatiannya terhadap Ilmu Falak dan hisab rukyat

yang membuat pengalaman dan karyanya dalam bidang ini tidak perlu

diragukan lagi.

6. Drs. H. Cecep Nurwendaya, M. Pd, merupakan mahasiswa yang belajar di

Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1977. Sejak tahun

2003 menjadi anggota Badan Hisab dan Rukyat Kementerian Agama

perwakilan dari instansi Planetarium Jakarta. Mulai tahun 2004 sampai

sekarang aktif dan selalu menjadi narasumber dengan memberikan penjelasan

di hadapan para peserta sidang isbat awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.

Drs. H. Cecep Nurwendaya, M. Pd juga pernah menjadi narasumber di

berbagai kegiatan hisab dan rukyat di Pusdiklat, Diklat, Seminar, Workshop,

Page 80: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

68

Orientasi, Pelatihan, Masjid, Pesantren, dan lain-lain. Selain itu juga

melaksanakan penelitian rutin hisab dan pelaksanaan rukyat terprogram

Planetarium Jakarta pertahun antara 4 sampai 6 kali setiap tahunnya di

berbagai tempat rukyat di Indonesia seperti, Pantai Anyer, Pelabuhan Ratu

dan Kepulauan Seribu.43

7. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, merupakan mahasiswa yang belajar di

Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1981. Saat ini

menjadi Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

sejak tahun 2014 sampai sekarang. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin juga

merupakan anggota dari Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama yang

dalam peranannya terhadap hisab dan rukyat aktif di dalam pelatihan dan

pendidikan sebagai narasumber, serta dalam penulisan artikel terkait hisab

dan rukyat sejak masih menjabat sebagai staf Observatorium Bosscha sejak

tahun 1995. Berbagai karya tulisannya menjadi referensi bagi perkembangan

hisab dan rukyat dalam segi astronomi.

8. Agus Purwanto, D.Sc, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung dan lulus pada tahun 1992. Meskipun

menempuh pendidikan di Jurusan Astronomi, Purwanto menyelesaikan

studinya dengan membuat Tugas Akhir yang berjudul “Visibilitas Hilal

Sebagai Acuan Penyusunan Kalender Islam”. Sejak saat itu Purwanto mulai

aktif dalam pengembangan hisab dan rukyat, adapun karyanya yaitu, Aspek

Ilmiah Internasional Kalender Islam, Penyeragaman Kalender Islam Sebuah

Harapan, Bulan Depan, Matahari Tepatdi Atas Ka’bah. Bersama Djoni N.

Dawanas, Purwanto menulis, Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan

Ramadan dan Syawal, Peran Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriyah dan Pergeseran Titik Hamal: Fenomena Pengubah Tabel Hisab.

9. Hendro Setyanto, M.Si, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1993 dan lulus pada tahun

2000. Pada tahun 1997 mendirikan sebuah Forum Kajian Ilmu Falak dengan

43

Cecep Nurwendaya, Alumni Astronomi ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat

Kementerian Agama, Interview Pribadivia media sosial, 10 Oktober 2017.

Page 81: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

69

nama “Zenith” bersama teman-temannya Jurusan Astronomi.44

Saat ini

Hendro Setyanto, M. Si menjadi anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Adapun salah satu

karyanya yaitu sebuah buku yang berjudul “Membaca Langit” yang isinya

merupakan kompilasi tulisan yang telah diterbitkan di media massa mengenai

permasalahan dalam sistem penanggalan Hijriyah.

10. Adi Damanhuri, M.Si, menempuh pendidikan strata duanya di Jurusan

Astronomi Institiut Teknologi Bandung pada tahun 2013 dan selesai pada

tahun 2015, Adi Damanhuri saat ini aktif di berbagai kegiatan pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain,

menjadi staf pengajar mata kuliah Ilmu Falak dan Praktikum Hisab dan

Rukyat, membuat aplikasi interface kamera CCD untuk pengamatan hilal,

dan melakukan penelitian kecerahan langit dengan SQM untuk koreksi awal

waktu subuh.45

11. Saadoe’ddin Djambek, seorang tokoh yang disebut sebagai pembaharu

pemikiran hisab (mujaddid al hisab), pola pikirnya banyak dipengaruhi oleh

kalangan astronom diantaranya adalah Prof. Dr. Gale Bruno van Albada yang

merupakan Kepala Observatorium Bossscha periode 1949-1958, serta dosen-

dosennya yang lain ketika kuliah di Institut Teknologi Bandung.46

Itu semua

karena rasa ketidak puasan Saadoe’ddin Djambek dalam menelaah dan

mengkaji buku-buku Ilmu Falak dengan sistem perhitungan lama yang

keakuratannya perlu diuji lagi. Oleh karena itu pada tahun 1954-1955

44

Hendro Setyanto, Alumni Astronomi ITB, pendiri Imah Noong Lembang Bandung dan

Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama, Interview Pribadivia media sosial, 16

Oktober 2017.

45 Adi Damanhuri, Alumni Astronomi ITB, Interview Pribadivia media sosial, 21

November 2017.

46 Susuiknan Azhari,”Saadoe’ddin Djambek: Profil Pembaharu Pemikiran Hisab di

Indonesia”, dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam

dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 44.

Page 82: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

70

Saadoe’ddin mencoba memperdalam pengetahuannya di Fakultas Ilmu Pasti

Alam dan Astronomi Institut Teknologi Bandung.47

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa Observatorium Bosscha telah

melakukan berbagai cara dalam memberikan peran terhadap pengembangan hisab

dan rukyat di Indonesia melalui berbagai kegiatannya. Apa yang telah dilakukan

Observatorium Bosscha itu sendiri di dalam pengembangan hisab dan rukyat

melalui berbagai kegiatannya sudah sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai

satuan penunjang akademik yang di dalamnya terdapat kegiatan pendidikan dan

penelitan terkait hisab dan rukyat. Lebih dari itu, kegiatan pendidikan dan

penelitian yang telah dilakukan jika dilihat dari dampak dan pengaruhnya

merupakan kegiatan yang ditujukan sebagai pengabdian kepada masyarakat

mengingat perihal hisab dan rukyat ini berkenaan dengan kebutuhan masyarakat

muslim yang ada di Indonesia. Dari berbagai cara yang telah dilakukan berkaitan

dengan perkembangan hisab dan rukyat memiliki porsi yang sama antara hisab

dan rukyat itu sendiri, karen hisab dan rukyat merupakan suatu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan begitupun dalam astronomi dimana perhitungan astronomi

dan observasi merupakan inti dalam perkembangan ilmu astronomi.

Memperhatikan andil Observatoium Bosscha Institut Teknologi Bandung

dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia yang sudah dilakukan sejak

1973 sampai sekarang, penulis melihat bahwa hasil dan pengaruh andil tersebut

sangat besar dan dapat dikatakan berhasil. Hal ini terlihat dari beberapa indikator,

antara lain sebagai berikut:

1. Sistem hisab yang berbasis segitiga bola semakin banyak digunakan di

lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti di pesantren, Perguruan Tinggi

Islam, dan lainnya.

2. Adanya penerbitan sumber data hisab yang didasarkan kepada data hisab

kontemporer seperti buku ephemeris hisab rukyat yang kini diterbitkan oleh

Kementerian Agama dan Mahkamah Agung.

47

Susuiknan Azhari,”Saadoe’ddin Djambek: Profil Pembaharu Pemikiran Hisab di

Indonesia”, dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat, h. 41.

Page 83: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

71

3. Pelaksanaan rukyat kini sudah banyak dilakukan dengan menggunakan

teleskop dan hasilnya berupa gambar hilal langsung saat itu juga dikirimkan

ke para peserta dan panitia sidang isbat yang dilaksanakan oleh Kementerian

Agama.

4. Sejak tahun 2008 di IAIN Walisongo Semarang dibuka Program Studi

Khusus Astronomi Islam S1,48

S2, dan S3 dalam rangka melahirkan ahli

astronomi Islam yang profesional dapat memadukan khazanah Islam dan

sains modern.49

5. Sejak 1966 sampai 2007 telah dilakukan penelitian berkaitan astronomi Islam

adalah sebanyak 107 mahasiswa (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta) dengan berbagai tema. Hal ini menggambarkan

perkembangan studi astronomi Islam yang telah banyak dilakukan sebelum

berdirinya Program Studi Ilmu Falak S1, S2, dan S3. Setelah berdirinya

program-program tersebut, hasil riset sangat beragam dan menyentuh

problem baru yang belum dikaji sebelumnya.50

Kini semakin banyak

mahasiswa tingkat S2 dan S3 yang menyusun tesis dan disertasinya di bidang

hisab dan rukyat.

48

Pada tahun ini masih berupa konsentrasi di bawah Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah,

baru setelah tahun 2012 menjadi Program Studi Ilmu Falak.

49 Susiknan Azhari, Studi Astronomi Islam Menelusuri Karya dan Peristiwa, (Yogyakarta:

Pintu Publishing, 2017), h. 24.

50 Susiknan Azhari, Studi Astronomi Islam Menelusuri Karya dan Peristiwa,h. 28.

Page 84: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis paparkan yang

bersumber baik dari teori-teori maupun dari data-data yang penulis

dapatkan, serta analisis yang penulis lakukan, maka penulis memberi

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tugas pokok dan fungsi Observatorium Bosscha adalah sebagai

perangkat penunjang akademik Institut Teknologi Bandung

(khususnya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam),

sebagai pusat penelitian dan pengembangan keilmuan astronomi di

Indonesia, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam

bidang astronomi (melalui bprogram berupa kegiatan-kegiatan)

dengan melakukan kerjasama dengan beberapa instansi.

2. Bahwa selain fungsi diatas, Observatorium Bosscha memiliki peran

dan sumbangsih dalam perkembangan hisab yang signifikan di

Indonesia. Observatorium Bosscha dalam perkembangan ilmu hisab,

telah memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar astronomi

modern terhadap perkembangan ilmu hisab di Indonesia. Dasar

astronomi yang telah diberikan berkaitan dengan perhitungan

astronomi berkaitan dengan pelaksanaan ibadah seperti arah kiblat,

waktu salat dan awal bulan kamariah. Kehadiran Observatorium

Bosscha dalam pengembangan ilmu hisab memperkaya pengetahuan

tentang perhitungan astronomi yang menjadi acuan dalam metode

hisab haqiqi kontemporer khususnya, dikarenakan perhitungan

astronomi yang dikembangkan oleh Observatorium Bosscha di

dalamnya terdapat pembaharuan yang terus menerus dilakukan.

3. Observatorium Bosscha juga berperan dalam perkembangan rukyat

di Indonesia dengan memberikan edukasi tentang cara merukyat

Page 85: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

73

secara profesional didasari oleh ilmu astronomi, juga pelaksanaan

rukyat dengan menggunakan teleskop untuk memverifikasi objek

penelitian (hilal) itu sendiri. Diskusi dan dialog pun dilakukan guna

menyampaikan pengetahuan rukyat dalam segi astronomi kepada

berbagai elemen di dalam berbagai kesempatan termasuk dalam

temu kerja yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama terlebih

terhadap para perukyat yang melaksanakan rukyat tiap tahunnya.

Semua ini dilakukan guna menghindari kekeliruan dan kesalahan

dalam merukyat nantinya, sehingga meminimalisir kesalahan dalam

pelaksanaan rukyat itu sendiri karena hal tersebut berkaitan dengan

pelaksanaan ibadah yang hendak dilaksanakan oleh umat Islam.

4. Cara yang ditempuh Observatorium Bosscha dalam memberikan

andil terhadap pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia, adalah:

a. melalui kelembagaan dengan memberikan kontribusi berupa andil

dalam bentuk kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat. Kontribusi Observatorium Bosscha ini

dilakukan dengan kerja sama bersama Kementerian Agama,

secara mandiri melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan, dan

melalui kegiatan para astronom yang masih aktif di

Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung:

b. melalui perorangan alumni Jurusan Astronomi dan Observatorium

Bosscha yang berkiprah dalam pengembangan hisab dan rukyat di

Indonesia. Para alumni tersebut sangat memiliki pengaruh yang

nyata terhadap pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia.

B. Saran-Saran

Berdasarkan pemaparan skripsi ini maka penulis memberikan

beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,

diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Kementerian Agama sebagai lembaga yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan hisab dan rukyat di Indonesia, untuk terus

Page 86: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

74

meningkatkan kerja sama terhadap lembaga-lembaga lain yang

berkaitan dengan hisab dan rukyat, khususnya lembaga astronomi

seperti Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung.

2. Bagi Observatorium Bosscha dan Jurusan Astronomi Institut

Teknologi Bandung, untuk terus melakukan kaderisasi dan

regenerasi terhadap astronom-astronom yang berkecimpung dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia dan meningkatkan

peran Observatorium Bosscha terhadap pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia sebagai sarana pemasyarakatan astronomi di

Indonesia.

3. Bagi semua pihak yang berperan dalam pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia, untuk menjadikan astronomi sebagai salah satu

solusi dalam menanggapi perbedaan dan gesekan terkait pelaksanaan

ibadah seperti penentuan awal bulan kamariah, awal waktu salat, dan

arah kiblat, sebagaimana yang dikembangkan oleh Observatorium

Bosscha Institut Teknologi Bandung.

Page 87: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

75

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia

Sumber Data dari Buku dan Makalah

Al-Imam Ibn al-Husen Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim Al-Qusyairi An-

Naisaburi, Al-Jami’ al-Musamma Sahih Muslim, juz II Semarang: Toba Putera

Al Qardlawi, Yusuf. (2000) Taisirul Fiqhi (Fiqhushiyam). Penerjemah Nabilah

Lubis, Fiqh Puasa, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Amin, Ma‟ruf. (1994) ”Rukyah Untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadan

Menurut Pandangan Syariah dan Iptek,” dalam Rukyah Dengan Teknologi

(Upaya Mencari Kesamaan Pandangan Tentang Penentuan Awal

Ramadan dan Syawal. Jakarta; Gema Insani Press

An-Nawawi, Raudatutthalibin, Beirut: Dar al-fikr

Azhari, Susiknan. (2006) “Penggunaan Sistem Hisab dan Rukyat di Indonesia

(Studi tentang Interaksi NU dan Muhammadiyah.” Disertasi S-3 Program

Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

--------------.(2007) Hisab & Rukyat (Wacana untuk Membangun Kebersamaan di

Tengah Perbedaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

--------------.”Saadoe‟ddin Djambek (2004): Profil Pembaharu Pemikiran Hisab di

Indonesia,” dalam Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat

Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan

Peradilan Agama

--------------.(2017) Studi Astronomi Islam Menelusuri Karya dan Peristiwa.

Yogyakarta: Pintu Publishing

Anwar, Syamsul & kawan-kawan.(2016) Hisab Bulan Qomariyah (Tinjauan

Syar’i tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah).

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah

Bashori, Muhammad Hadi (2016). Bagimu Rukyatmu Bagiku Hisabku. Jakarta,

Pustaka Al-Kautsar

Butar Butar, Arwin Juli Rakhmadi. (2016) Khazanah Astronomi Islam Abad

Pertengahan. Purwokerto: UM Purwekerto Press

Page 88: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

76

Dahlan, Abdul Aziz. (1994) Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve

Data dan dokumentasi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Dawanas, Djoni N dan Purwanto.(1994) “Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan

Ramadan dan Syawal,” dalam Darsa Sukartadiredja dan Imam Rosjidi,

e.d., Proceedings Seminar Ilmu Falak. Jakarta: B.P. Planetarium dan

Observatorium Jakarta Pemerintah DKI Jakarta

Departemen Agama RI. (1974), Laporan Kegiatan Musyawarah Badan Hisab dan

Ru‟yah Departemen Agama. Jakarta: Direktorat Peradilan Agama Ditjen

Bimas Islam

Djambek, Sa‟adoeddin. “Penetapan Tanggal Satu Bulan Qomariyah di Indinesia.”

Jakarta: paper disampaikan pada Musyawaran Badan Hisab dan Rukyat

Departemen Agama RI, 1 Juli 1974.

Djamaludin, Thomas. (2001). Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat.

Jakarta: LembagaPenerbangan dan Antariksa Nasional

--------------.(1995) “Peran Penting Almanak Astronomi di Masyarakat,” dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari

Astronomi. Jurusan Astronomi ITB dan Himpunan Astronomi Indonesia.

Ditbinbapera Islam. (2004) “Hisab dan Rukyat Permasalahannya di Indonesia,”

dalam Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat Jenderal

Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan

Agama

Dwi Narwoko J, Bagong Suryanto, (2006) Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan, Jakarta: Kencana Media Group

Effendi, Siti Larissa Sarasvati. (2012) “Potensi Pengembangan Eko-Edu Wisata di

Kawasan Observatorium Bosscha.” Tugas Akhir Sekolah Arsitektur

Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

Hutagalung, Ridwan. (2014), Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha.

Badan Pelestarian Pustaka Indonesia

Imron AM, Mu‟ammal dan Umar Fanany. Terjemah Nailul Authar Jilid 3.

Surabaya: Bina Ilmu.

Izzudin, Ahmad. (2007), Fiqih Hisab Rukyat. Jakarta: Penerbit Erlangga

Jamil, A. (2009). Ilmu Falak. Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Amzah

Page 89: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

73

77

J Cohen, Bruce. (1992). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta

Komaruddin, ( 1994). Ensiklopedia Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara

Kunto, Suharsimi Ari (1993). Manajemen Penelitian. Jakarta, PT. Rineka Cipta

Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (2006). Pedoman Rukyat dan

Hisab Nahdlatul Ulama. Jakarta: Lajnah Falakiyah Pengurus Besar

Nahdlatul Ulama

Mahkamah Agung RI. (2007) Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat

Jenderal Badan Peradilan Agama

Mansur, Jabir. (1974). Dalam Laporan Kegiatan Musyawarah Badan Hisab dan

Rukyat Departemen Agama RI dan Musyawarah antar Negara MABIMS.

Jakarta: Direktorat Peradilan Agama, Ditjen Bimas Islam Departemen

Agama RI

Marpaung, Watni. (2015). Pengantar Ilmu Falak. Jakarta: Pranamedia Group

Maskufa. (2009). Ilmu Falak. Jakarta: Gaung Persada Press. Cet. I

Moeloeng, Lexi J. (2001) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja

Rosda Karya

Narboko, Cholid dan Abu Achmadi. (1997) Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Pustaka

Nazir, Muhammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Overdracht van Sterrenwacht „ Aid de Preangerbode. Rabu 17 Oktober 1951.

Poerdwadarminta, WJS. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka

Purwanto dan Djoni N. Dawanas. (2004). “Peran Astronomi Dalam Penentuan

Awal Bulan Hijriyah,” dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta:

Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama

Pyenson, Lewis. (2016) “Empire of Reason: Exact Sciences in Indonesia,” dalam

Bayu Baskoro Febianto. Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht)

di Lembang, Bandung: dari Penelitian Hingga Pendidikan 1920-1959.

Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Universitas Indonesia

Page 90: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

78

Rachim, Abdur. (1999) “Sistem Hisab Departemen Agama.” Jakarta: makalah

disampaikan dalam Musyawarah Kerja Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

Hisab Ru‟yah

Raharto, Moedji. (2000) Astronomi Islam Dalam Perspektif Perkembangan

Astronomi Modern. Bandung: makalah disampaikan dalam Pendidikan dan

Pelatihan Hisab-Rukyat Negara-Negara MABIMS

Ruskanda, Farid S. (2004) ”Teknologi Untuk Pelaksanaan Rukyat,” dalam

Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam

dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama

--------------.(2005) 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Sains dan Teknologi.

Jakarta: Gema Insani Press

Sagan, Carl. (1997) Kosmos. Yayasan Obor Indonesia

Saksono,Tono. (2007) Mengkompromikan Hisab dan Rukyat. Jakarta: PT

Amythas Publicita

Setyanto, Hendro. (2008). Membaca Langit. Jakarta: al-Ghuraba

Soekanto, Soerjono, (2001), Peneitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta:Raja Grafindo

Soekanto, Soerjono. (1986). Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia Press

Soerjono Soekanto, (1999). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Somadikarta, S, Tri Wahyuning, dkk. (2000), Tahun Emas Universitas

Indonesia: Jilid 1 dari Balai Universitas. Penerbit Universitas Indonesia

Sukartadiredja, Darsa. “Perhitungan Kalender Qomariyah dan Penentuan Awal

Bulan.” Jakarta: makalah ini disampaikan dalam Seminar Ru‟yah dan

Hisab Menurut Tinjauan Astronomi dan Fuqoha diselenggarakan oleh

Dewan Da‟wah Islamiyah Indonesia.

Taufik. (2004), Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal –

Selayang pandang Hisab dan Rukyat. Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama

Page 91: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

79

--------------.(2004) “Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia,” dalam Selayang

Pandang Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama

Voute, J. „Bosscha Sterrenwacht: Introduction,‟ Annalen van der Bosscha

Sterrenwacht te Lembang (Java). Volume 1, Juni 1933.

Widiana, Wahyu. (1995). “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya,”

dalam B. Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari

Astronomi. Bandung: Jurusan Astronomi ITB dan Himpunan Astronomi

Indonesia

Sumber Data dari Internet bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-

instrumen. bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen/non-aktif.

bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen/aktif/teleskop-portable.

http:// mrlungs.wordpress.com/pendekatan-sosiologis

Mengenal Seluk Beluk Program Studi Astronomi ITB,

www.itb.ac.id/news/read/5479/home/mengenal-seluk-beluk-program-

studi-astronomi-itb

Sejarah Observatorium Bosscha, bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-

bosscha/sejarah-observatorium-bosscha

Sanusi, Ahmad. Tata Laksana Kegiatan Rukyat Hilal Awal Bulan Hijriyah Di

Pob Palabuhanratu. http://www.pa-cibadak.go.id/artikel

Tentang Bosscha,bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-bosscha

Sumber Data Peraturan Perundang-Undangan

Keputusan Menteri Agama No. 43 Tahun 2013.

Keputusan Menteri Agama No. 178 Tahun 2014.

Keputusan Direktur Jenderal Bimas Islam tanggal 28 Juni 1973 no. D.J/96/P/1973

tentang Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat Tersebar Departemen

Agama.

Page 92: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

80

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1959 tentang Pendirian Institut Teknologi

Bandung

Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut

Teknologi Bandung Sebagai Badan Hukum Milik Negara.

Sumber Data dari Wawancara

Interview Pribadi via media sosial dengan Adi Damanhuri. M.Si. Alumni

Astronomi ITB, 21 November 2017.

Interview Pribadi via media sosial denganCecep Nurwendaya. M.Pd. Alumni

Astronomi ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama,

10 Oktober 2017.

Interview Pribadi via media sosial dengan Hendro Setyanto. Alumni Astronomi

ITB. Pendiri Imah Noong Lembang Bandung dan Anggota Tim Hisab dan

Rukyat Kementerian Agama, 16 Oktober 2017.

Interview Pribadidengan Moedji Raharto. Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab

dan Rukyat Kementerian Agama. Lembang, 10 September 2017.

Page 93: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 94: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 95: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 96: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

DAFTAR MAKALAH YANG DISAMPAIKAN DALAM DIKLAT HISAB TUKYAT

NEGARA MABIMS 10 JULI-5 AGUSTUS 2000

NO. JUDUL PENULIS JUMLAH

HALAMAN

1. Camera CCD: Mata Elektronik

Astronomi Pengamatan

CCD dalam Astronomi

Detektor Astronomi Optik: Dari

Mata Hingga Sensor Elektrronik

Pengantar Proses Citra dalam

Astronomi

Characterization of CCD

Camera System at Bosscha

Observatory

Dr. Hakim L. Malasan

(Obseervatorium Bosscha)

51

2. Menghitung Awal Bulan Qomariyah

Menurut Sistem Khulashah Wafiyah

Drs. H. Taufik SH.MH

(Badan Hisab Rukyat Depag RI)

6

3. Pengaruh Regresi Garis Nodal Bidang

Orbit Bulan-Bidang Eliptikal Di Bidang

Ekliptika Terhadap Visibilitas Hilal

Susilo Edy, S.SI

(Observatorium Bosscha)

56

4. The Moon Sighing Dr. Dhani Hendrawijaya

(Jurusan Astronomi)

7

5. Panjang dan Lebar Umbra dan

Penumbra

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

17

6. Kalkulasi Gerhana Ferry M. Simatupang, S.SI

(Jurusan Astronomi)

10

7. Fenomena Atmosfer Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

10

8. Sistem Koordinat di Bola Langit Dr. T. Djamaludin (LAPAN) 51

9. Sistem Koordinat Astronomi Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

49

10. Penentuan Kedudukan Hilal di Negara

Brunei Darussalam

Hj. Md. Lazim bin Hj. Matali

Hj. Sahrin bin Hj. Kadih

Hj. Mahadi bin Hj. Mohd Tahir

Hj. Juhaili bin Hj. Lamat

(utusan Neg. Brunei

Darussalaam)

16

11. Baitul Hilal dan Arah Kiblat di

Malaysia

Ust. Ahmad Safuan bin Md.

Nayan

Ust. Zulkifli bin Othman

(Utusan Malaysia)

9

12. Permasalahan Penentuan Awal Bulan

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

Drs. H. Muslim Munawar SH

(Utusan Pengadilan Agama

Cirebon)

11

13. Akar Perbedaan Hari Raya di

Indonesia

Drs. Syiratin Shodiq

(Utusan Pengadilan Agama

10

Page 97: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

Surabaya)

14. Peran Hakim Pengadilan Agama dalam

Penentuan Awal Bulan

Drs. Ahmad Fathoni, SH

(Utusan Pengadilan agama

Cibinong)

5

15. Penentuan Awal Bulan Qamariyah

Menurut Fuqaha

(Drs. M. Ma’muri A.S

(Utusan Institut Keislaman

Hasim Asy’ari Jombang)

8

16. Peran Hisab Rukyat dalam penentuan

Awal Bulan Qamariyah

Drs. Endang Sutisna

(Utusan Staf Pengajar Pesantren

PERSIS Bandung)

6

17. Rencana Pengamatan Astrofotografi

dengan Lensa Tele Gerhana Bulan

Total 16 Juli 2000

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

57

18. Under A Tropical Sky: A History of

Astronomy in Indonesia

Prof. Dr. Bambang Hidayat

(Observatorium Bosscha)

16

19. Algoritma Penentuan Terbit-Tenggelam

Matahari dan Bulan dengan

Astronomical Almanac

Hendro Setyanto,S.SI

(Observatorium Bosscha)

13

20. Hisab Awal Bulan Hijriah

menggunakan Astronomical Almanac

Hendro Setyanto, S.Si

(Observatorium Bosscha)

9

21. Sistem Koordinat Ekuator dan Sistem

Koordinat Ekliptika

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

17

22. Praktek Ibadah Puasa Rasulullah

Menurut ilmu Astronomi

Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag

(Utusan UII Yogyakarta)

8

23. Perbandingan Hasil Perhitungan Ijtimak

sistem Meeus, Newcomb, dan Al-

Sulam Al-Nayyiran

Drs. Chairul Anam

(Utusan Al-Irsyad al-Islamiyah)

4

24. Rubu’ Mujayyab Drs. Muhyiddin

(Utusan PW Lajnah Falakiyah

Nahdatul Ulama Yogyakarta)

10

Page 98: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

DAFTAR MAKALAH YANG DISAMPAIKAN DALAM DIKLAT HISAB RUKYAT

NEGARA MABIMS 10 JULI-5 AGUSTUS 2000

NO. JUDUL PENULIS JUMLAH

HALAMAN

1. Kebijakan Pemerintah Indonesia

Dalam Menyikapi Permasalahan

Hisab Rukyat Di Tingkat

Nasional Dan Internasional

Ppenetapan Tanggal 1 Syawal

1414 Hijriyah Beberapa

Kemungkinan

Beberapa Faktor Yang

Menyebabkan Ditolaknya

Laporan Rukyat

Kemungkinan Perbedaan

Penetapan 1 Syawal 1414 H

Drs, Wahyu Widiana, MA 59

2. Multimedia CD-Rom: Astronomi Untuk

Khalayak

Baju Indrajaja, S.SI (jurusan

Astronomi)

8

3. Ramadhan 1421 H Dalam Dinamika

Klender Hijriyah Dan Masehi

Dr. M. Muslih Husein

(STAIN Pekalongan)

12

4. Fenomena Perbedaan Idul Fitri Masa

Orde Baru Sebuah Survei Historis

Susiknan Azhari

(Utusan pim. Pus.

Muhamadiyyah Jogjakarta)

18

5. Upaya Penyederhanaan Rumus JD

(Julian Date)

Drs. H. Selamet Hambali

(Utusan PP. Lajnah Falakiyah

Nahdatul Ulama)

7

6. Presesi dan Nutasi Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

24

7. Sekilas tentang Hisab dan Rukyat Dr. T Djamaludin

(LAPAN)

33

8. Detektor Astronomi Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

27

9. Hisab Awal Bulan Qamariyah dan

Gerhana Matahari (menurut sistem

Newcomb)

Drs. H. Abdul Rachim 35

10. Metode Hisab Sullam Al-Nayyirain Drs. H. Taufik, SH.MH

(Bdn HR Dep. Agama RI)

7

11. Fotografi Astronomi Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

23

12. Lebar Sabit Hilal Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

15

13. Hubungan Lebar Sabit Hilal Dengan

Posisi Bulan Dan Matahari

Dr. Moedji Raharto 8

14. Hisab Awal Bulan Ramadhan 1421 H

Menurut Sistem Epheremis Dan Sistem

Drs. Syarif Usman

(Utusan Pengadilan Agama

9

Page 99: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

Sullamun Nayirain Markaz Indramayu Indramayu)

15. Konstanta, Segitiga Datar Dan Rumus

Trigonometri

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

16

16. Penurunan Dan Pengembangan Rumus

Astronomi Bola

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

31

17. Penggunaan Rumus Astronomi Bola

Penentuan Arah Kiblat

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

4

18. Astronomi Islam Dalam Persfektif

Perkembangan Astronomi Modern

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

42

19. Indo-Malay Astronomy Prof. Dr. Bambang Hidayat

(Observatorium Bosscha)

20

20. Fenomena Gerhana Dalam Astronomi

Dan Gerhana Bulan Total 16 Juli 2000

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

24

Page 100: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 101: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI

BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Disusun Oleh:

ADI SUYUDI

NIM: 1113044000086

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018/1439 H

Page 102: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 103: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 104: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 105: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

v

ABSTRAK

ADI SUYUDI NIM: 1113044000086. PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN HISAB

DAN RUKYAT DI INDONESIA. Program Studi Hukum Keluarga Isalam,

Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran Observatorium Bosscha

Institut Teknologi Banduung dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia

melalui andil yang diberikan serta cara yang ditempuh dalam memberikan andil

terhadap pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis

penelitian deksriptif analisis yaitu berupa dekskripsi serta analisis terhadap data

informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan. Teknik

penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2017.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah, pertama, Observatorium

Bosscha memiliki peran dan sumbangsih dalam perkembangan hisab rukyat.

Observatorium Bosscha dalam perkembangan ilmu hisab, telah memberikan

pengetahuan tentang dasar-dasar astronomi modern terhadap perkembangan ilmu

hisab di Indonesia. Dasar astronomi yang telah diberikan berkaitan dengan

perhitungan astronomi berkaitan dengan pelaksanaan ibadah seperti arah kiblat,

waktu salat dan awal bulan kamariah. Kehadiran Observatorium Bosscha dalam

pengembangan ilmu hisab memperkaya pengetahuan tentang perhitungan

astronomi yang menjadi acuan dalam metode hisab haqiqi kontemporer

khususnya, dikarenakan perhitungan astronomi yang dikembangkan oleh

Observatorium Bosscha di dalamnya terdapat pembaharuan yang terus menerus

dilakukan. Kedua, Observatorium Bosscha juga berperan dalam perkembangan

rukyat di Indonesia dengan memberikan edukasi tentang cara merukyat secara

profesional didasari oleh ilmu astronomi, juga pelaksanaan rukyat dengan

Page 106: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

vi

menggunakan teleskop untuk memverifikasi objek penelitian (hilal) itu sendiri.

Diskusi dan dialog pun dilakukan guna menyampaikan pengetahuan rukyat dalam

segi astronomi kepada berbagai elemen di dalam berbagai kesempatan termasuk

dalam musyawarah kerja yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama terlebih

terhadap para perukyat yang melaksanakan rukyat tiap tahunnya. Semua ini

dilakukan guna menghindari kekeliruan dan kesalahan dalam merukyat nantinya,

sehingga meminimalisir kesalahan dalam pelaksanaan rukyat itu sendiri karena

hal tersebut berkaitan dengan pelaksanaan ibadah yang hendak dilaksanakan oleh

umat Islam. Cara yang ditempuh Observatorium Bosscha dalam memberikan

andil terhadap pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia melalui kelembagaan

dengan memberikan kontribusi berupa andil dalam bentuk kegiatan pendidikan,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kontribusi Observatorium Bosscha

ini dilakukan dengan kerja sama bersama Kementerian Agama, secara mandiri

melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan para astronom yang

masih aktif di Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung dan melalui

perorangan alumni Jurusan Astronomi dan Observatorium Bosscha yang

berkiprah dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia. Para alumni

tersebut sangat memiliki pengaruh yang nyata terhadap perkembangan hisab dan

rukyat di Indonesia.

Kata kunci : Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung,

Peran, Hisab, Rukyat, Astronomi

Pembimbing : Drs. H. Wahyu Widiana, MA

Daftar Pustaka : 1933-2017

Page 107: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

vii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم هللا الر

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala yang telah melimpahkan

rahmat, nikmat, taufik, hidayah dan 'inayah-Nya, terucap dengan tulus dan ikhlas

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin tiada henti. Sesungguhnya hanya dangan

penolongan-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Salawat seiring salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada insan pilihan

Tuhan Nabi akhir zaman Muhammad SAW, baserta para keluarga, sahabat dan

umamatnya. Amin.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh

dari kesempumaan. Namun demikiah skripsi ini basil usaha dan upaya yang

maksimal dari penulis. Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis

didalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan waktu. Namun patut disyukuri

karena banyak pengalaman yang didapat dalam penulisan skripsi ini. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tersusun bukan semata-mata hasil usaha

sandiri, akan tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari semua pihak. Oleh karena

itu penulis secara khusus ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin jahar, M.A., Salaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Dr. Abdul Halim, MA, dan Indra Rahmatullah, MH selaku Ketua

Program Studi dan Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Ahmad Mukri Aji, MA selaku dosen Penasihat Akademik

penulis haturkan terima kasih, semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan kepada beliau.

4. Bapak Drs. H. Wahyu Widiana. MA selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran. Tanpa lelah membimbing Penulis

serta memberikan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 108: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

viii

Suatu kebanggaan bagi penulis mendapatkan bimbingan dalam penyusunan

skripsi ini dari beliau, semoga Allah SWT yang akan membalas apa yang

telah bapak berikan;

5. Bapak Sirril Wafa, MA yang telah mengajarkan penulis dalam mata kuliah

Ilmu Falak I, Bapak Adi Damanhuri, M.Si yang telah mengajarkan penulis

dalam mata kuliah Praktikum Hisab dan Rukyat juga memberikan saran dan

masukan terhadap skripsi ini;

6. Ibu Dr. Hj. Maskufa. MA selaku penguji skripsi yang juga telah

memberikan kesempatan kepada penulis dalam mendiskusikan tahapan awal

penelitian yang penulis lakukan, dan Ibu Hj. Rosdiana. MA selaku penguji

skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi guna

menyempurnakan skripsi ini;

7. Seluruh dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu dan

Akhlaq yang tidak ternilai harganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta;

8. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta;

9. Bapak Dr. Mahasena Putra selaku Kepala Observatorium Bosscha yang

telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Observatorium Bosscha,

kepada Ibu Ely Sulistialie selaku pustakawati Observatorium Bosscha yang

telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang

dibutuhkan;

10. Bapak Dr. Moedji Raharto selaku astronom Institut Teknologi Bandung dan

anggota Tim Hisab dan Rukyat yang telah memberikan waktu dan tenaga

untuk memberikan data, informasi, dan arahan kepada penulis dalam

melakukan penelitian, semoga Allah SWT membalas apa yang telah beliau

berikan;

11. Ibu Windi Alzahra, S.Pt, M.Si, M.Agr (Dosen Institut Pertanian Bogor), dan

suami, serta sahabat Lou Ayy Al-Zamakhsyari, yang juga sedang

Page 109: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

ix

melakukan penelitian di Lembang dan telah memperkenankan penulis untuk

tinggal di home stay selama penulis melakukan penelitian. Semoga Allah

SWT membalas semua kebaikan Ibu dan Bapak.

12. Kepada keluarga tercinta, umi, bapak, nenek, kedua kakak, dan para sanak

saudara yang telah banyak membantu dan memberikan support kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terlebih kepada umi tercinta, satu

langkah kecil ini penulis persembahkan untuk beliau karena proses

penyusunan skripsi ini beriringan dengan penanganan penyakit yang beliau

derita. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan, kesabaran dan

keberkahan umur kepada beliau selalu;

13. Sahabat-sahabat seperjuangan, teman-teman Mahasiswa/i Hukum Keluarga

Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Jakarta angkatan 2013, yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, semoga kesuksesan dan keberkahan selalu

menyertai kita semua;

14. Seseorang yang selalu setia menjadi teman dalam suka maupun duka,

motivator yang hebat, dan pengoreksi serta pemberi arahan yang terbaik.

Semoga selalu dalam naungan Allah SWT;

15. Serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan

balasan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dan juga, semoga apa yang telah kalian berikan

menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi

penulis dan umunya bagi pembaca. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki skripsi ini.

Ciputat, 10 Desember 2017

Penulis

Page 110: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifiksi Masalah .................................................................... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 8

1. Pembatasan Masalah ..................................................... 8

2. Perumusan Masalah ....................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

1. Tujuan Penelitian ........................................................... 8

2. Manfaat Penelitian ......................................................... 9

E. Metode Penelitian ...................................................................... 9

1. Pendekatan Penelitian .................................................. 10

2. Jenis Penelitian ............................................................ 10

3. Sumber Data ................................................................ 11

4. Metode Pengolahan Data ............................................. 11

5. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 12

6. Metode Analisis ........................................................... 12

7. Teknik Penulisan ......................................................... 12

F. Review Studi Terdahulu .......................................................... 12

Page 111: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

xi

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERAN, HISAB RUKYAT

DAN PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH DI

INDONESIA ................................................................................. 15

A. Tinjauan Umum Tentang Peran .............................................. 15

B. Tinjauan Umum Tentang Hisab dan Rukyat ........................... 17

1. Pengertian Hisab dan Rukyat ............................................. 17

2. Dasar Hukum Hisab dan Rukyat ........................................ 21

3. Perkembangan Hisab dan Rukyat ....................................... 23

BAB III PROFIL OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT

TEKNOLOGI BANDUNG DAN KEGITANNYA YANG

BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN HISAB DAN

RUKYAT DI INDONESIA.........................................................34

A. Profil Observatorium Bosscha ................................................. 34

1. Latar Belakang Pendirian Observatorium Bosscha ..... 34

2. Sejarah Pendirian Observatorium Bosscha................37

3. Tugas Pokok dan Fungsi Adanya Observatorium

Bosscha.....................................................................40

B. Kegiatan Observatorium Bosscha Berkaitan

Dengan Pengembangan Hisab Rukyat di Indonesia..............43

BAB VI ANALISIS PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA

INSTITIUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

PENGEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT DI

INDONESIA.................................................................................50

Page 112: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

xii

A. Peran Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Dalam Pengembangan Hisab Dan Rukyat Di Indonesia ......... 50

B. Cara Yang Ditempuh Observatorium Bosscha Institut

Teknologi Bandung Dalam Memberikan

Andil Terhadap Pengembangan Hisab Dan

Rukyat Di Indonesia..............................................................62

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 72

A. Kesimpulan .............................................................................. 72

B. Saran-Saran ............................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 113: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perihal pelaksaan ibadah yang disyariatkan kepada umat Islam di seluruh

dunia di dalamnya terdapat ketentuan waktu dan tata cara pelaksanaan yang

melibatkan benda benda langit serta posisinya. Dari astromekanika (pergerakan

dan posisi benda-benda langit) tersebut lahirlah ketentuan mengenai awal waktu

salat, arah kiblat, penentuan awal bulan kamariah, dan gerhana yang menjadi

pedoman umat Islam dalam melakukan perintah-perintah ibadah seperti salat,

puasa dan haji.

Secara khusus mengenai ilmu yang mempelajari hal tersebut (posisi benda

langit) disebut dengan ilmu falak yang pada turunannya terdapat hisab dan rukyat

yang meskipun dalam konteksnya lebih digunakan dalam permasalahan awal

bulan kamariah.1Tujuan utama mempelajari ilmu falak adalah untuk dapat

mengetahui peredaran benda langit yang sebenarnya untuk dijadikan dasar dan

pedoman bagi umat Islam dalam melakukan ibadah.2 Yakni menentukan awal dan

akhir waktu salat, arah kiblat, awal bulan kamariah dan terjadinya gerhana.

Studi ilmu falak memberikan kompetensi tentang pengetahuan dasar alam

semesta, bola bumi dan bola langit, pengetahuan dasar trigonometri, hisab awal

waktu salat, hisab arah kiblat, hisab awal bulan kamariah dan perbandingan tarikh.

Harapan bagi yang mempelajarinya akan dapat menjelaskan konsep tentang dasar-

dasar astronomi yang berkaitan dengan penentuan waktu ibadah, menjelaskan

peranan ilmu falak dalam penentuan waktu salat, melakukan perhitungan waktu

salat dengan benar, menyusun jadwal waktu salat dan imsakiyah, menghitung

sekaligus mengukur arah kiblat, menghitung sekaligus memprediksi kapan waktu-

waktu ibadah seperti awal dan akhir puasa tiba, membuat Kalender Masehi atau

1 Muhammad Hadi Bashori, Bagimu Rukyatmu Bagiku Hisabku, (Jakarta, Pustaka Al-

Kautsar, 2016), h. 4.

2 Sriyatin Shadiq,”Ilmu Falak I” dalam Maskufa, Ilmu Falak. (Jakarta: Gaung Persada

Press) cet 1, h. 22.

Page 114: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

2

Hijriah, mengkritisi arah kiblat di tempat ibadah sepert masjid dan musala dan

diasumsikan tidak sesuai dengan teori-teori ilmu falak, dan menumbuhkan sikap

toleran bila dari hasil hisab akan terjadi perbedaan dalam berhari raya.3

Jika diamati secara spesifik memang terdapat perbedaan yang signifikan

antara ilmu falak dengan astronomi, dari sisi ruang lingkup bahasanya, astronomi

mengkaji seluruh benda-benda langit baik matahari, planet, satelit, bintang,

gelaksi, nabula dan lainnya. Sedangkan ilmu falak ruang lingkup pembahasannya

hanya terbatas pada matahari, bumi, dan bulan. Itupun hanya posisinya saja

sebagai akibat dari pergerakannya.4

Astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan benda langit dan alam semesta

yang dikembangkan berbasis pada pengamatan, perhitungan dalam astronomi

berdasar hukum alam yang rumusannya berdasar pada data pengamatan dan

pemahaman tentang hukum alam yang mengatur gerak bulan dan matahari diuji

melalui pengamatan astronomi. Seperti perhitungan visibilitas hilal dengan istilah

imkan rukyat berarti mempunyai kemungkinan dapat dilihat.5

Adapun penentuan awal bulan baru Kalender Hijriah merupakan suatu

persoalan yang sangat penting dalam agama Islam, yaitu dalam menentukan

kapan mulai dan berakhirnya ibadah puasa Ramadan dan dilanjutkan dengan

pelaksanaan salat Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal bulan kamariah. Namun dalam

kenyataannya masih sering kita dihadapi dua pilihan dalam memulai atau

mengakhiri ibadah puasa Ramadan. Seringkali terjadi dalam satu kota yang sama

masyarakat merayakan Idul Fitri dalam hari yang berbeda.6Masalah penentuan

awal bulan hijriah melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan secara

3 Maskufa, Ilmu Falak. (Jakarta: Gaung Persada Press) cet 1, h. 22.

4 Muhammad Hadi Bashori, Bagimu Rukyatmu Bagiku Hisabku, h. 5.

5 Moedji Raharto, “Astronomi Islam Dalam Perspektif Perkembangan Astronomi Modern”

(Bandung: makalah disampaikan dalam Pendidikan dan Pelatihan Hisab-Rukyat Negara-Negara

MABIMS, 2000), h. 21, t.d.

6 Djoni N. Dawanas dan Purwanto, “Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan Ramadan dan

Syawal” dalam Darsa Sukartadiredja dan Imam Rosjidi, Proceedings Seminar Ilmu Falak.

(Jakarta: B.P. Planetarium dan Observatorium Jakarta Pemerintah DKI Jakarta, 1994), h. 73. t.d.

Page 115: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

3

komplek. Misalnya dalam penentuan hari Idul Fitri, sering melibatkan aspek fiqih

(hukum Islam), sosial politik serta aspek ilmiah.7

Karena keterkaitannya dengan ibadah puasa , kegiatan ekonomi, sosial dan

politik dan bahkan dapat mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan keamanan

masyarakat. Oleh karena itu para ahli hukum Islam menentukan norma-norma

yang mengatur tata cara penentuan awal Ramadan dan Syawal tersebut. Ahli

hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang berwenang

melakukannya, prosedur dan mekanismenya. Negara-negara Islam serta negara-

negara yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, termasuk

negara Republik Indonesia memedomani norma-norma hukum Islam tersebut.8

Sementara itu di Indonesia berkembang bermacam-macam aliran dalam

penentuan awal bulan Qomariyah.9 Dalam tindakan etis praktis, NU (Nahdlatul

Ulama) dan Muhammadiyah mengakui eksistensi hisab dan rukyat. Khususnya

dalam menetapkan awal bulan Ramadan dan Syawal, NU mendasarkan pada

rukyat sedangkan Muhammadiyah mendasarkan pada hisab. Dengan arti, bagi NU

hisab hanya sebagai “pembantu” pelaksanaan rukyatul hilal sedangkan bagi

Muhammadiyah hisab berfungsi sebagai “penentu” awal bulan Qomariyah.

Dengan kata lain NU cenderung pada penampakan hilal dan Muhammadiyah

lebih cenderung pada eksistensi hilal.10

Pemerintah tetap berusaha agar kelompok yang berpegang pada rukyat

maupun hisab berjalan bersama-sama dan seharusnya saling menunjang. Upaya

itu tidak mudah mengingat jumlah penduduk yang besar dan wilayah negara yang

luas. Sesungguhnya sangat ideal dalam kondisi seperti itu mengharapkan seluruh

7 Purwanto dan Djoni N. Dawanas ,”Peran Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriyah” dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 102.

8 Taufiq, “Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadan dan Syawal” dalam, Selayang

Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 121.

9Taufiq, “Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadan dan Syawal” dalam, Selayang

Pandang Hisab Rukyat, h. 125

10 Susiknan Azhari, “Penggunaan Sistem Hisab dan Rukyat di Indonesia (Studi tentang

Interaksi NU dan Muhammadiyah.” (Disertasi S-3 Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2006), h. 116.

Page 116: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

4

umat Islam di Indonesia dapat memulai dan mengakhiri puasa Ramadan,

demikian pula merayakan Idul Adha pada hari-hari yang sama.11

Untuk menjaga kesatuan dan ukhuwah Islamiyah, maka pemerintah (dalam

hal ini Departemen Agama12

) selalu berusaha untuk mempertemukan paham para

ahli hisab dan rukyat dengan masyarakat Indonesia terutama di kalangan ulama-

ulamanya dengan mengadakan musyawarah-musyawarah, konfrensi-konfrensi

untuk membicarakan hal-hal yang mungkin dianggap menimbulkan pertentangan

di dalam menentukan hari-hari besar umat Islam, terutama penentuan awal

Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha kalau dapat, disatukan. Kalau memang

ternyata tak dapat berhasil (dipersatukan), diusahakan untuk menetralisir, jangan

sampai menimbulkan pertentangan-pertentangan di masyarakat yang lebih

meluas.13

Setelah mengadakan musyawarah sebanyak dua kali guna menyikapi

perbedaan penentuan Ramadan dan Zulhijah pada 12 Oktober 1971 dan 20

Januari 1972, di dalam musyawarah terdapat desakan kepada Menteri Agama

untuk mengadakan Lembaga Hisab dan Rukyat. Pada tanggal 16 Agustus 1972

dikeluarkanlah Surat Keputusan Menteri Agama No. 76 tahun 1972 tentang

Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama.14

Susunan personalia

Badan Hisab dan Rukyat itu diperluas dengan anggota tersebar oleh Keputusan

Direktur Jenderal Bimas Islam tanggal 28 Juni 1973 no. D.J/96/P/1973, meliputi

cendikiawan dan alim ulama dari lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi

dan organisasi kemasyarakatan serta pondok-pondok pesantren dari seluruh

Indonesia.15

11

Darsa Sukartadiredja, “Perhitungan Kalender Qomariyah dan Penentuan Awal Bulan”

(Jakarta: makalah ini disampaikan dalam Seminar Ru’yah dan Hisab Menurut Tinjauan Astronomi

dan Fuqoha diselenggarakan oleh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia), h. 5, t.d.

12 Diubah menjadi Kementerian Agama RI pada era kepresidenan Susilo Bambang

Yudhoyono tahun 2009-20014.

13 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan

Peradilan Agama, 2007), h. 73-74.

14 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, h. 74-76.

15 Abdur Rachim, “Sistem Hisab Departemen Agama” (Jakarta: makalah disampaikan

dalam Musyawarah Kerja Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Hisab Ru’yah, 1999), h. 2. t.d.

Page 117: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

5

Dari kedua susunan personalia anggota Badan Hisab dan Rukyat (tetap dan

tersebar) yang tercantum di atas dapat dilihat berbagai unsur keanggotaan yang

terdiri dari lembaga dan instansi yang tidak hanya berasal dari ranah keagamaan

(Departemen Agama, IAIN, ahli hisab dan rukyat, tokoh-tokoh perwakilan ormas

Islam, Pengadilan Agama dan lainnya), walaupun tugas dari Badan Hisab dan

Rukyat itu sendiri berkaitan dengan masalah ibadah, yaitu pemberian advis atau

nasihat dan saran dalam hal penentuan permulaan tanggal bulan kamariah kepada

Menteri Agama.16

Selain unsur tersebut terdapat para ahli dalam berbagai bidang

tertentu yang juga turut menjadi anggota Badan Hisab dan Rukyat, antara lain

berasal dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika (sekarang Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika), Planetarium, Angkatan Laut, dan Observatorium

Bosscha Institut Teknologi Bandung. Hingga berubah nama menjadi Tim Hisab

dan Rukyat pada tahun 201317

dan sampai saat ini, berbagai unsur tersebut tetap

ada selain peniadaan unsur dari Angkatan Laut serta penambahan unsur dan

lembaga seperti Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional),

sekarang menjadi BIG (Badan Informasi Geospasial).18

Penulis sendiri ingin mengedepankan hadirnya unsur dan lembaga

astronomi di dalam perkembangan hisab dan rukyat, dilihat dari sejarah berdirinya

Badan Hisab dan Rukyat dan eksistensinya sampai saat ini. Dapat dilihat adanya

perwakilan dari Planetarium Jakarta (Drs. Santoso Nitisastro, Drs Darsa

Sukartadiredja dan Drs. H. Cecep Nurwendaya, M. Pd) , Observatorium Bosscha

Institut Teknologi Bandung (Prof. Bambang Hidayat dan Dr. Moedji Raharto),

dan LAPAN (Prof. Thomas Djamaluddin). Jika dicermati lebih dalam

bahwasanya dari semua perwakilan unsur astronomi yang ada memiliki satu

benang merah, yaitu latar belakang pendidikan yang sama, semua individu

16

Departemen Agama RI, Laporan Kegiatan Musyawarah Badan Hisab dan Ru’yah

Departemen Agama (Jakarta: Direktorat Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam, 1974), h. 17.

17 Keputusan Menteri Agama No. 43 Tahun 2013.

18 Keputusan Menteri Agama No. 178 Tahun 2014.

Page 118: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

6

tersebut berasal dari Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung dan

Oservatorium19

Bosscha Institut Teknologi Bandung (lembaga riset).

Perkembangan pendidikan astronomi di Indonesia sangat erat kaitannya

dengan keberadaan Observatorium Bosscha yang pembangunannya menghabiskan

waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928.20

Setelah

penyerahan Observatorium Bosscha oleh NISV (Nederlandsch-Indische

Sterrekundige Vereeniging) atau Perhimpunan Astronom Hindia Belanda kepada

Pemerintah Indonesia pada tahun 1951, pada tahun itu juga merupakan tahun yang

bersejarah karena pada tahun tersebut pendidikan astronomi secara resmi berdiri

dengan dikukuhkannya Prof. Dr. Gale Bruno van Albada sebagai Guru Besar

Astronomi.21

Delapan tahun kemudian (1959) Observatorium Bosscha dikelola

oleh Institut Teknologi Bandung dan dijadikan lembaga penelitian dan pendidikan

untuk bidang astronomi di Indonesia. Saat ini Observatorium Bosscha berada di

bawah pengelolaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Teknologi Bandung.22

Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai

Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Oleh karena itu, keberadaan

Observatorium Bosscha dilindungi UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar

Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium

Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.23

Dalam hal ini penulis ingin mengkaji mengenai peranan Observatorium

Bosscha yang merupakan lembaga riset yang secara konsisten berupaya

mempopulerkan Astronomi serta menjembatani antara dunia sains Astronomi

dengan masyarakat umum, di luar naungan Kementerian Agama.. Adapun alasan

19

Menurut KBBI, observatorium merupakan gedung yang dilengkapi alat-alat (teleskop,

teropong bintang, dsb) untuk keperluan pengamatan dan penelitian ilmiah tentang bintang dan

sebagainya.

20 Sejarah Observatorium Bosscha, bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-bosscha/sejarah-

observatorium-bosscha

21Mengenal Seluk Beluk Program Studi Astronomi ITB,

www.itb.ac.id/news/read/5479/home/mengenal-seluk-beluk-program-studi-astronomi-itb

22 Ridwan Hutagalung, ed., Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, (t.t.: Badan

Pelestarian Pustaka Indonesia, 2014), h. 40.

23 Tentang Bosscha,bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-bosscha

Page 119: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

7

mengapa Observatorium Bosscha yang menjadi objek penelitian bukan Jurusan

Atronomi Institut Teknologi Bandung itu sendiri karena sebagai lembaga riset,

Observatoium Bosscha berdiri lebih dahulu dibanding Jurusan Astronomi tersebut

dan merupakan alasan terbentuknya pendidikan astronomi di Indoneisa sehingga

menjadi lambang dari astronomi Indonesia. Oleh karena itu penulis hendak

merealisasikannya dalam tulisan berbentuk skripsi, dengan judul “PERAN

OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

DALAM PENGEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT DI INDONESIA”

B. Identifikasi Masalah

Berawal dari Surat Keputusan Menteri Agama No. 76 tahun 1972 tentang

Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama hingga saat ini

berubah nama menjadi Tim Hisab dan Rukyat dengan tujuan sebagai wadah dari

berbagai macam unsur, lembaga, dan instansi dalam menyikapi perbedaan tentang

penetapan awal bulan kamariah.

Di antara berbagai unsur dan elemen dari anggota Tim Hisab Rukyat yang

dibentuk oleh Menteri Agama tersebut terdapat perwakilan Observatorium

Bosscha ITB yang notabene merupakan lembaga riset di bawah naungan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA

ITB).

Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung sudah sejak lama

terlibat dalam penentuan waktu-waktu ibadah tersebut terhitung dari terbentuknya

Badan Hisab dan Rukyat ditahun 1972 tersebut hingga saat ini. Di sini kita akan

melihat lebih jauh peranan dari Observatorium Bosscha tersebut di dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia sebagai lembaga riset yang bukan di

bawah naungan Kementerian Agama, tetapi memiliki andil dan sumbangsih yang

nyata di dalam praktek hisab dan rukyat di Indonesia.

Maka dari itu, dalam penelitian ini akan lebih menekankan kepada tugas

pokok dan fungsi Observatorium Bosscha, dan apa saja yang menjadi sumbangsih

Observatorium Bosscha dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia entah

itu berupa data-data ataupun hal lain yang berhubungan dengan itu

Page 120: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

8

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan menjadi terarah dan terfokus maka penulis membatasi

permasalahan yang ada para peran Observatorium Bosscha dalam pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia. Hisab dan rukyat dalam hal ini berkaitan dengan

penentuan awal bulan kamariah dikarenakan sifatnya yang krusial karena di

dalamnya terdapat aspek sosial dan politik, ekonomi dan aspek ilmiah. Adapun

peran Observatorium Bosscha itu sendiri berkaitan dengan kegiatannya dalam

mendukung tugas Kementerian Agama terkait hisab dan rukyat.

2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan pembatasan masalah yang ada, penulis merinci dan

merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan menjadi inti dari

pembahasan pada penelitian yang akan dilakukan. Perumusan masalah yang ada

antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimana tugas pokok dan fungsi Observatorium Bosscha dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia?

b. Apa peran Observatorium Bosscha dalam pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia?

c. Bagaimana cara Observatorium Bosscha berperan dalam pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Peneliti bermaksud untuk meneliti peran dari Observatorium Bosscha yang

merupakan lembaga riset yang berada di bawah naungan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB) di dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia yang merupakan tugas pokok dari

Kementerian Agama. Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai terkait

rumusan masalah yang sudah ada sebelumnya yaitu:

a. Untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi Observatorium Bosscha dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia

Page 121: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

9

b. Untuk mengetahui andil Observatorium Bosscha dalam pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia

c. Untuk mengetahui cara Observatorium Bosscha berperan dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis khususnya, manfaat penelitian menambah wawasan dan

pengetahuan tentang peranan Observatorium Bosscha dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia dan pengetahuan tentang

penentuan awal bulan Qomariyah yang dilakukan oleh pemerintah.

b. Bagi mahasiswa pada umumnya, manfaat penelitian agar mampu

menambah khazanah pengetahuan yang didapat melalui penulisan ini dan

bagi mahasiswa Fakultas Syariah yang mempelajari Ilmu Falak

khususnya, agar dapat mengetahui dan memahami peranan dari

Observatorium Bosscha dalam pengembangan hisab dan rukyat di

Indonesia.

c. Bagi masyarakat, manfaat penelitian agar menghasilkan informasi yang

berguna bahwa dalam menentukan waktu-waktu ibadah, khususnya

penentuan awal bulan kamariah, Kementerian Agama telah berkordinasi

dengan instansi dan lembaga-lembaga terkait seperti dengan

Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung.

E. Metode Penelitian

Penelitian berhubungan dengan usaha untuk mengetahui sesuatu. Selain itu,

penelitian berhubungan dengan usaha mencari jawaban atas suatu atau berbagai

permasalahan. Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus menerus, maka

ilmu akan terus berkembang dan membantu persepsi serta kemampuan berfikir

yang logis.24

Dalam rangka memperoleh data, maka penulis berpegang kepada pedoman

penelitian yang disebut dengan metode penelitian. Yang dimaksud dengan metode

24

Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, hal,

2.

Page 122: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

10

penelitian adalah cara meluluskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara

seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan

untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis pada penyusunan

laporan.25

Suatu metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat

memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

Metode adalah pedoman cara seorang ilmuan mempelajari dan memahami

langkah-langkah yang dihadapi.26

Adapun metode yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan

yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah suatu pendekatan yang

didasarkan pada suatu ketentuan hukum dan fenomena atau kejadian yang terjadi

di lapangan.27

Sosiologis disini menggunakan teori struktural fungsional yaitu teori

yang menyatakan bahwa setiap komponen dalam masyarakat (Observatorium

Bosscha, krena selain manusia, kelompok, tapi juga lembaga) mempunyai fungsi

dan peran.28

Hal tersebut dikaitkan dengan ketentuan hukum tertulis yang

menjelaskan tentang fungsi Observatorium Bosscha yakni Surat Keputusan

Menteri Agama No. 76 tahun 1972.

2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desktiptif

kualitatif yang bertujuan mengetahui keadaan objek yang akan diteliti. Dilakukan

dengan metode kualitatif, karena penelitian ini tidak melakukan pemahaman

dengan cara pengukuran secara statistik, melainkan pemaparan pihak responden

yang jelas dan rinci. Bersifat deskriptif yakni penelitian yang menggambarkan

25

Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Pustaka,

1997), hal, 1.

26 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1986), hal, 6.

27 Soerjono Soekanto, Peneitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:Raja

Grafindo, 2001), h.26

28 http:// mrlungs.wordpress.com/pendekatan-sosiologis

Page 123: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

11

data informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di

lapangan.29

Deskriptif adalah metode yang menggunakan pencarian fakta dengan

intrepetasi yang tepat, sedangkan analisis adalah menguraikan sesuatu dengan

cermat dan terarah.30

3. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan

mengadakan tinjauan langsung pada objek yang diteliti. Dalam hal ini data primer

diperoleh dari wawancara mendalam (indept interview) terhadap pihak

Observaterium Bosscha ITB. Penulis juga mengambil data dari dokumentasi yang

ada di Observatorium Bosscha. Kemudian menguraikan data tersebut dan

dianalisa dengan cara menghubungkan dengan masalah yang diteliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam pembahasan ini adalah literature

kepustakaan tentang permasalahan diatas, dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan masalah yang diajukan, baik buku, jurnal, artikel dari surat kabar dan

media elektronik. Studi pustaka dimaksudkan dapat menjadi dasar penyusunan

penelitian, kerangka pemikiran, atau teori maupun proses penelitian hasil

lapangan.

4. Metode Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Metode Library Research (pengumpulan data melalui studi kepustakaan).

Yaitu suatu metode pengumpulan data dari berbagai macam literatur

yang relevan dengan pokok masalah yang dijadikan sumber penelitian

ini.

29

Suharsimi Ari Kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1993), cet ke-2,

hal. 309

30 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hal. 63

Page 124: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

12

b. Metode Field Research (penelitian lapangan), yaitu menggunakan

penelitian dengan cara langsung datang ke lokasi yang memiliki

hubungan dengan penelitian ini, yaitu Observatorium Bosscha ITB.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Mengadakan pengamatan secara sistematis dan mencatat segala acara dan

kegiatan yang terdapat di dalam objek penelitian yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

b. Interview

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pihak

yang bersangkutan, yaitu Observatorium Bosscha ITB.

c. Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengambil informasi dari arsip-

arsip yang berasal dari Observatorium Bosscha ITB, yang kesemuanya

berhubungan erat dengan persoalan yang akan dibahas.

6. Metode Analisis

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber, baik primer maupun sekunder. Setelah dipelajari dan

ditelaah, maka langkah penulis berikutkan adalah mereduksi data, dengan jalan

merangkum masalah yang penulis teliti. Dalam menganalisis data, penulis

menggunakan pendekan deskriptif analisis. Dianalisa secara kualitatif dan dicari

pemecahannnya, kemudian disimpulkan dan digunakan untuk menjawab

pertanyaan yang ada.

7. Teknik penulisan

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan proposal Skripsi ini

adalah Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

F. Review Study Terdahulu

1. Hiton Bazawi (104044101398), Mahasiswa Peradilan Agama, tahun 2009.

Dengan judul ”Peran Pemerintah Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah

Page 125: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

13

( Tinjauan Kaidah Fiqhiyyah). Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu

menggambarkan peranan pemerintah juga tanggapan Ormas Islam dalam

menetapkan awal bulan Qomariyah yang ditinjau dari sudut kaidah

Fiqhiyyah. Sedangkan jenis data penelitian yang dilakukan lebih bersifat

kualitatif. Penelitian ini lebih melihat kepada kaedah-kaedah fiqhiyyah.

Dalam skripsi ini, penulisnya menginginkan dengan kaedah-kaedah fiqhiyyah

hendaknya umat Islam mampu bersatu dalam hal ibadah mahdhah di bawah

peran pemerintah. Perbedaan dengan penelitian yang akan saya bahas yaitu

terletak pada objek penelitian, dimana yang dijadikan objek penelitian disini

lebih spesifik kepada Observatorium Bosscha dan peranannya dalam wacana

hisab dan rukyat di Indonesia.

2. Bayu Baskoro Febianto (1206254826), Mahasiswa Program Studi Ilmu

Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, tahun

2016. Dengan judul “Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di

Lembang, Bandung: dari Penelitian Hingga Pendidikan 1920-1959”. Skripsi

ini fokus membahas tentang dinamika Observatorium Bosscha (Bosscha

sterrenwacht) dalam fungsinya sebagai tempat penelitian hingga pendidikan

astronomi di Indonesia. Skripsi ini diteliti menggunakan metode sejarah.

Perbedaan dengan penelitian yang saya bahas yaitu skripsi ini diteliti dalam

aspek sejarah tentang penelitian dan pendidikan yang dilakukan oleh

Observatorium Bosscha, adapun penelitian saya membahas tentang

keterkaitan Observatorium Bosscha serta perannya dalam perkembangan

Hisab dan Rukyat di Indonesia.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, yang sistematika penyusunannya

sebagai berikut:

Bab pertama,terdiri dari pendahuluan yang menguraikan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, dan sisitematika

penulisan.

Page 126: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

14

Bab kedua, terdiri dari tinjauan umum hisab dan rukyat, pengertian hisab

dan rukyat, dasar hukum hisab dan rukyat, dan perkembangan hisab dan rukyat di

Indonesia.

Bab ketiga, terdiri dari profil dan uraian tentang Observatorium Bosscha

ITB, sejarah pendirian, latar belakang pendirian, fungsi dan tujuan, instrumen

yang terdapat di Observatorium Bosscha, kegiatan Observatorium Bosscha yang

berkaitan dengan pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia.

Bab keempat, terdiri dari analisa peran Observatorium Bosscha di dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia dan sejauh mana andil sumbangsih

yang diberikan oleh Observatorium Bosscha di dalam penetapan awal bulan

kamariah di Indonesia, bagaimana hubungan astronomi murni dan astronomi

terapan atau Ilmu Falak.

Bab kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari

penulis mengenai hal-hal yang terkait dengan peran Observatorium Bosscha di

dalam pengembangan hisab dan rukyat diIndonesia.

Page 127: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

15

Page 128: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERAN, HISAB RUKYAT DAN

PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Tentang Peran

Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat.1 Istilah peran diambil dari dunia teater. Dalam

teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam

posisinya sebagai tokoh itu ia berperilaku tertentu.2

Setelah mendapatkan akhiran –an (peranan) memiliki arti yang berbeda, di

antaranya sebagai berikut:

1. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan

2. Peranan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh individu atau suatu lembaga

3. Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

peristiwa.

Teori peran biasa disebut juga dengan Role Theory. Peranan (role)

merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu

peranan.3 Peranan lebih menekankan kepada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai

suatu proses.4 Peran merupakan sesuatu yang diharapkan lingkungan untuk

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang karena kedudukannya akan

dapat memberi pengaruh pada lingkungan tersebut.

Menurut Komarudin, peranan adalah:

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam

manajemen

2. Pola penilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status

1 WJS. Poerdwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1985), h.33

2 Bruce J Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 25

3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),

h. 268

4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.269

Page 129: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

16

3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok pranata

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada

padanya

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.5

Selanjutnya, peran juga memiliki fungsi. Fungsi peran adalah sebagai

berikut:

1. Memberi arah pada proses sosialisasi

2. Pewarisan tradisi, kepercayaan, norma-norma dan pengetahuan

3. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat

4. Menghidupkan sistem pengendali atau kontrol sehingga dapat melestarikan

kehidupan masyarakat.6

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu

dalam masyarakat penting karena hal-hal sebagai berikut:

1. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat

hendak dipertahankan kelangsungannya.

2. Peranan-peranan seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh

masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannnya. Mereka harus telah

terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.

3. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu

melaksanakan peranannnya sebagaimana diharapkan masyarakat, karena

mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan kepentingan pribadinya

yang terlalu banyak.

4. Apabila semua orang sanggup dan mempu melaksanakan peranannya, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-

peluang tersebut.7

5 Komaruddin, Ensiklopedia Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 768

6 J. Dwi Narwoko , Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:

Kencana Media Group, 2006), h. 159

7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 289-290

Page 130: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

17

Berdasarkan pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:

1. Peranan yang diharapkan (excpected roles): cara ideal dalam pelaksanaan

peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan

yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak

dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. Pernan jenis

ini antara lain peranan hakim, peranan protokoler diplomatik dll.

2. Peranan yang disesuaikan (Actual Roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya

peranan itu dijalankan. Peranan ini dilaksanakan lebih luwes, dapat disesaikan

dengan situasi dan kondisi tersebut. Peranan yang disesuaikan mugkin tidak

cocok dengan situasi setempat tetapi kekurangan yang muncul dianggap

wajar oleh masyarakat.8

Sementara itu berdasarkan cara memperolehnya, peranan bisa dibedakan

menjadi:

1. Peranan bawaan (Ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara

otomatis bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, bupati

dan sebagainya, dan

2. Peranan pilihan (Achive roles), yaitun peranan yang diperoleh atas dasar

keputusan sendiri, misalnya seseorang yang memutuskan sendiri untuk

memilih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Airlangga dan menjadi mahasiswa program studi sosiologi. 9

B. Tinjauan Umum Tentang Hisab dan Rukyat

1. Pengertian Hisab dan Rukyat

Jika kita lihat di kamus-kamus, Ilmu Hisab yang dalam bahasa Inggrisnya

disebut “Arithmatic”, adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang

seluk beluk perhitungan, “Hisab” itu sendiri berarti hitung.

Ilmu Falak dan Ilmu Faraidl di kalangan umat Islam, dikenal pula dengan

sebutan ilmu hisab, sebab kegiatan yang paling menonjol pada kedua ilmu

8 J.Dwi Narwoko, Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, h. 160

9 J. Dwi Narwoko, Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, h. 161

Page 131: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

18

tersebut yang dipelajari dan dipergunakan oleh umat Islam dalam praktek ibadah

adalah melakukan “perhitungan-perhitungan”.

Namun di Indonesia, umumnya orang hanya mengenal bahwa Ilmu Falaklah

yang dimaksud dengan istilah Ilmu Hisab. Dalam tulisan ini pun Ilmu Hisab yang

dimaksudkan penulis adalah Ilmu Hisab sebagai Ilmu Falak yang biasa digunakan

umat Islam dalam praktek ibadah.10

Ilmu Hisab disebut Ilmu Falak dan miqat, dan menurut ilmuwan Yunani

disebut sebagai astronomi. Disebut ilmu hisab karena menggunakan metode

perhitungan. Dan disebut ilmu falak karena terkait dengan objek yang jadi sasaran

yakni falak (lingkaran langit-madar al nujumatau lintasan edar benda-benda

langit).11

Secara harfiah, hisab berarti perhitungan, dalam Al-Qur’an kata hisab

banyak digunakan untuk menjelaskan hari perhitungan (yaumul hisab) dimana

Allah akan memperhitungkan dan menimbang semua amal dan dosa manusia

dengan adil. Kata hisab muncul dalam Al-Qur’an sebanyak 37 kali yang

semuanya berarti perhitungan dan tidak ambiguitas arti.12

Hisab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti hitungan;

perhitungan; perkiraan. Menurut Maskufa dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Falak,Hisab secara istilah adalah perhitungan benda-benda langit untuk

mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan. Maka apabila hisab

ini dikhususkan penggunaannya pada hisab waktu, maka yang dimaksudkan

adalah menentukan kedudukan matahari sehingga dapat diketahui kedudukan

matahari pada bola langit di saat- saat tertentu.13

Benda langit yang dipergunakan oleh umat Islam untuk kepentingan hisab

adalah matahari, bulan, dan bumi. Itupun hanya terbatas pada status posisinya saja

10

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI 2007), h. 22.

11Zubair Umar al-Jailany, “al-Khulashah al-Wafiyah”, bandingkan juga Loewis Ma’luf,

“al-Munjid” dalam Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007) h. 25.

12Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat, (Jakarta: PT Amythas Publicita,

2007), h. 120.

13Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: GP Press, 2009), h. 90.

Page 132: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

19

sebagai akibat dari pergerakan benda-benda langit yang disebut astromekanika.

Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu hisab menggunakan perhitungan yang

mempunyai tingkat akurasi lebih tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan, ilmu

tersebut adalah ilmu ukur segitiga bola (sperical trigonometry).14

Perkembangan-

perkembangan tersebut hanya cenderung mengarahkan semakin tingginya akurasi

atau kecermatan produk perhitungan ilmu hisab.15

Rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra’a, yara, ra’yan, wa ru’yatan

yang bermakna melihat, mengerti, menyangka, menduga dan mengira.16

Pendapat

lain mengatakanar-rokyun yang berakar dari kata ro’a sebetulnya dapat berarti

melihat secara visual, namun dapat juga berarti melihat dengan bukan cara

visualseperti: melihat dengan: logika, pengetahuandan kognitif.17

Arti rukyat yang

paling umum adalah “melihat dengan mata kepala”18

Perbedaan pendapat di antara ulama fiqih tentang pengertian rukyat hilal

mengakibatkan awal bulan tidak selalu sama, khususnya bulan ramadan, syawal,

dan zulhijah. Sebagian mengartikan rukyat hilal secara harfiah melalui

pengamatan langsung (rukyat bi aini) dan sebagian lainnnya mengartikan sebagai

hisab (rukyat bi ma’na hisab). Hal ini mengakibatkan perbedaan yang tajam di

antara kedua kelompok ulama fiqih tersebut.19

Adapun Rukyat menurut istilah adalah melihat hilal pada saat matahari

terbenam tanggal 29 bulan Qomariyah. Kalau hilal berhasil dirukyat maka sejak

matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak terlihat maka

malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan

digenapkan (diistikmalkan) menjadi 30 hari.20

14

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, 2007, h. 22.

15Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab

Nahdlatul Ulama, (Jakarta: Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006), h. 5.

16 Maskufa, Ilmu Falak, h. 149.

17 Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab dan Rukyat, h. 85.

18 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Sains dan Teknologi, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2005), h. 41.

19 Hendro Setyanto, Membaca Langit, (Jakarta: al-Ghuraba, 2008), hal. 10.

20 Maskufa, Ilmu Falak, h.149.

Page 133: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

20

Dalam literatur fiqih, kata rukyat seringkali dipadukan dengan kata hilal

sehingga menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat hilal (bulan baru). Rukyat

hilal ini berkaitan erat dengan masalah ibadah terutama ibadah puasa.21

Aktivitas

rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah

ijtimak (pada waktu ini, posisi bulan berada di ufuk barat dan bulan terbenam

sesaat setelah matahari terbenam). Apabila hilal terlihat, maka pada petang

(magrib) waktu setempat telah memasuki tanggal 1 bulan kamariah.22

Berhasil tidaknya rukyatul hilal tergantung pada kondisi ufuk sebelah barat

tempat peninjau, tergantung kepada posisi hilal itu sendiri dan kejelian mata si

peninjau. Dari pengalaman yang sering dilakukan biasanya orang dapat menaksir

terlihat atau tidaknya hilal bulan baru tersebut. Inipun tidaklah menjadi jaminan.

Sebab demikian tipisnya bentuk hilal serta rupanya yang mirip awan yang

menjadi latar belakangnya. Hilal sangat sulit untuk bisa diobservasi oleh orang-

orang yang penglihatannya kurang tajam. Namun demikian pengamatan hilal yang

dilakukan umat Islam di Indonesia sering berhasil, sekalipun menurut astronomi

umum, hilal pada posisi seperti itu kemungkinannya kecil untuk dapat dirukyat.23

Kesimpulan dari kedua pengertian yang telah dijelaskan di atas bahwa

Hisab merupakan sebuah pengetahuan tentang perhitungan benda-benda langit

seperti bulan dan matahari serta peredaran bumi terhadap benda-benda langit guna

mengetahui dan menentukan posisi serta waktu keberadaan benda-benda langit

tersebut yang semua berkaitan dengan penentuan awal bulan kamariah,sedangkan

Rukyat merupakan metode utnuk melihat keberadaan hilal secara langsung yang

dilakukan saat matahari terbenam pada tiap tanggal 29 bulan kamariah, dimana

jika hilal terlihat pada saat itu berarti sudah memasuki bulan baru, dan jika tidak

maka hari pada bulan itu digenapkan menjadi 30 hari.

21

Abdul Aziz Dahlan ed, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994),

jilid 4, h. 117.

22 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta: Pranamedia Group, 2015), h. 38-39.

23Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, 2007, h. 23.

Page 134: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

21

Keduanya ( Hisab dan Rukyat) merupakan metode untuk menentukan awal

bulan kamariah yang pada prinsip dan pengaplikasiannya keduanya saling

melengkapi satu sama lain, hal ini dikarenakan ketika metode Hisab yang telah

dilakukan memberikan hasil berupa posisi dan waktu keberadaan benda-benda

lagit pada saat ijtimak ataupun tenggelamnya matahari, tetapi tidak menjamin

hilal yang telah diketahui posisi dan waktunya tersebut dapat terlihat atau

mustahil terlihat kecuali dengan menggunakan metode pengamatan atau melihat

langsung hilal ( Rukyat) pada saat tenggelamnya matahari di tanggal 29 bulan

kamariah.

2. Dasar Hukum Hisab dan Rukyat

Dasar hukum dari hisab dalam Al-Qur’an tertera padasurat Yunus: 5 yang

berbunyi:

ره منازل لت علمواعددالسني والساب )يو س: نىوالذى جعل الشمس ضيآءوالقمرن وراوقد(۵

Artinya: “Dia-lah Tuhan yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan

bercahaya gemilang dan menjangkakan perjalanannya dalam beberapa

manzilah, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perkiraan bulan

serta bilangan hari”. (Yunus: 5).

Dalam surat Ar Rahman ayat 5, Allah SWT berfirman:

(۵ )اإلسراء: الشمش والقمر بسبان والنجم والشجر يسجدان Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-

tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya”. (Ar Rahman: 5)

Terdapat pula dalam surat Al-Isra yang berbunyi:

ن م ل ض اف و غ ت ب ت ل ة ر ص ب م ار ه الن ة اي ا ء ن ل ع ج و ل ي الل ة اي ا ء ن و ح م ف ي ت اي ء ار ه الن و ل ي االل ن ل ع خ و (۲۱)اإلسراء: ل ي ص ف ت اه ن ل ص ف ء ي ش ل ك و اب س ال و ي ن االس د د اع و م ل ع ت و م ك ب ر

Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami

hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu

mencari karunia dari Tuhanmu dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun

dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas”.

(Al-Isra: 12)

Page 135: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

22

ال س ن ر ب خ أ ال ق اب ه ش ن اب ن ع ل ي ق ع ن ع ث ي الل ن ث د ح ال ق ي ك ب ىب ي ا ي ن ث د ح و ي ل ع ى الل ل ص الل ل و س ر ت ع س ال ا ق م ه ن ع الل ي ض ر ر م ع ن أ ر م ع ن ب الل د ب ع ن ب و وال ر د اق ف م ك ي ل ع م غ ن إ وا ف ر ط أف ف وه م ت ي أ ا ر ذ إ او و م و ص ف ه و م ت ي أ ا ر ذ إ ل و ق ي م ل س و

()رواىالبخاري

Artinya:”Bercerita kepada kami Yahya bin Bukair, ia berkata menceritakan

kepadaku Al-Laits dari Uqail bin Ibn Syihab berkata Salim bin Abdullah bin

Umar telah memberitakan kepadaku bahwa Umar ra. Menyampaikan bahwa

Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda bila kamu melihat hilal maka

berpuasalah, dan bila kamu melihat hilal maka berbukalah. Bila hilal itu

tertututp awan maka kira-kirakanlah ia” (Diriwayatkan oleh Bukhari)

Adapun dasar hukum dari rukyat dapat ditemui pada Al Qur’an surat Al

Baqarah ayat 189 yang berbunyi:

ن م ت و ي ب اال و ت أ ت ن أ ب البر س ي ل و ج ال و اس لن ل ت ي اق و م ي ى ل ق ة ل ى ال ن ع ك ن و ل أ س ي ن و ح ل ف ت م ك ل ع ل االل و ق ات ا و اب و ب أ ن م ت و ي ب ال و ت آو ي ق ات ن م ب ال ن ك ل ا و ى ر و ه ظ

( ۲۸۱)القرة: Artinya: “Mereka bertanya tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu

adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji, dan bukanlah

kebaktian memasuki rumah dari-rumah dari belakangnya, akan tetapi

kebaktian itu ialah kebaktian orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke

rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar

kamu beruntung (Al Baqarah: 189)

Selain dari ayat di atas terdapat pula hadits yang dijadikan sebagai dasar

hukum dari Rukyat itu sendiri, diantaranya:

ه و م ت ي أ ار ذ إ : ال ق ف ل ل ال م ل س و و ي ل ع الل ل و س ر ر ك : ذ ال ق و ن ع الل ي ض ر ة ر ي ر ى ب أ ن ع 24ي ث ل ث وادر ع ف م ك ي ل ع ي م غ أ ن إ ف ،او ر ط اف ف ه و م ت ي أ ار ذ إ ، و او م و ص ف

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah

menyebutkan tentang hilal (bulan sabit), lalu beliau bersabda, “Jika kalian

melihat hilal (bulan sabit), maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya

24

Al-Imam Ibn al-Husen Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi, Al-

Jami’ al-Musamma Sahih Muslim, juz II (Semarang: Toba Putera, tt), h. 124

Page 136: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

23

kembali, maka berbukalah. Namun jika hilal terhalang mendung, maka

genapkanlah hitungan (bulan) Sya’ban hingga tiga puluh hari”.(HR. Muslim

2/124)

ال ق ف م ل س و و ي ل ع الل ل ص ب الن ل إ بر ر ع أ اء ج : ال ق باس ع ن اب ن ع ة م ر ك ع ن ع و ن أ د ه ش ت ا ال ق ،م ع ن ال ق ؟الل ل إ و ل ا آل ن أ د ه ش ات ال ق ،ان ض م ر ن ع ي ،ل ل ال ت ي أ ر

رواه ا )ر د ا غ و م و ص ي ل ف اس الن ف ن ذ أ ل ل ا ب : ي ال ، ق م ع ن ال ق ؟الل ل و س ر د م م 25(بوداودا

Artinya: “Dan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata: Ada seorang

Baduwi datang ke tempat Nabi SAW., lalu mengatakan: sungguh aku

melihat bulan “ Ramadhan”, kemudian Nabi bertanya: Apakah engkau

percaya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah? Ia menjawab: Ya. Lalu Nabi

bertanya lagi: Apakah engkau juga percaya, bahwa sesungguhnya

Muhammad utusan Allah? Ia menjawab: Ya. Lalu Nabi menyuruh Bilal:

“Hai Bilal, beritahukanlah kepada manusia, supaya mereka besok berpuasa”

(HR Abu Daud)26

3. Perkembangan Hisab dan Rukyat

Secara historis, rukyat lebih dulu ada dan berkembang dibandingkan dengan

hisab. Rukyat adalah satu-satunya cara dalam menentukan awal bulan Qomariyah

sejak masa sebelum Islam.27

Pada masa Rasululah SAW, beliau sendirilah yang menjadi pemimpin

agama sekaligus negara bagi semua umat Islam. Sehingga ketika ada suatu

permasalahan yang muncul, beliaulah satu-satunya tempat meminta pendapat atau

fatwa. Dan tidak ada satupun yang berani berbeda dengan fatwa yang dikeluarkan

oleh Rasul.

Dalam hal penetapan awal bulan Qomariyah, apabila ada sahabat yang

mengaku melihat hilal dan berani disumpah maka Rasul memutuskan bahwa hari

25

An-Nawawi, Raudatutthalibin, (Beirut: Dar al-fikr, tt), h. 285

26Mu’ammal, Imron AM, dan Umar Fanany, Terjemah Nailul Authar Jilid 3, (Surabaya:

Bina Ilmu h. 1248-1249

27 Maskufa, Ilmu Falak, h.155

Page 137: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

24

itu telah masuk bulan Ramadhan atau Syawal. Dan semua sahabat

mengikutinya.28

Rasulullah SAW bersabda:

ال : ق ال ق و أ م ل س و و ي ل ع و ى الل ل ص بر الن ال : ق ال ق و ن ع و الل ي ض ر ة ر ي ر ى ب أ ن ع و ، م ك ي ل ع ب غ ن إ ف و ت ي ؤ ر ا ل و ر ط اف و و ت ي ؤ ر ال و م و ص م ل س و و ي ل ع و ى الل ل ص م اس ق ال و ب أ ي ث ل ث ان ب ع ش ة د ا ع و ل م ك أ ف

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Nabi SAW bersabda, (atau

Abu Hurairah RA mengatakan bahwa, Abu Qosim bersabda.)

“Berpuasalah” ketika kamu melihatnya (bulan sabit), dan berbukalah ketika

kamu melihatnya (bulan sabit). Jika bulan itu tertutup, maka

sempurnakanlah hitungan bulan Syaban 30 hari.”29

Berdasarkan hadits di atas maka cara untuk mengetahui pergantian bulan

adalah dengan rukyatul hilal (pengamatan terhadap hilal). Apabila hilal berhasil

yakni hilal dapat dilihat maka malam itu dan keesokan harinya sudah masuk bulan

baru atau tanggal satu bulan berikutnya. Akan tetapi, bila hilal tidak dapat dilihat

ini menunjukkan bahwa rukyat tidak berhasil maka malam itu dan keesokan

harinya adalah masih termasuk bulan yang berjalan yakni terhitung hari ke 30.

Atau dikenal dengan sebutan istikmal.

Sebagai implementasi dari hadits itu para sahabat berusaha melihat hilal

sesaat setelah matahari terbenam pada Jum’at malam Sabtu tanggal 29 Sya’ban

tahun ke 2 Hijriyah. Akan tetapi, rukyatnya tidak berhasil. Berita ini kemudian

disampaikan kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi menetapkan bahwa bulan

Sya’ban tahun itu berumur 30 hari. Selanjutnya, pada hari ahad petang tanggal 29

Ramadhan tahun itu pula para sahabat berusaha untuk melihat hilal dan mereka

berhasil. Berita keberhasilan itu disampaikan kepada Nabi SAW. Nabi kemudian

memerintahkan kepada para sahabatnya untuk mengakhiri puasa pada malam itu

juga. Maka, pada tahun itu Nabi SAW dan para sahabatnya berpuasa selama 29

hari.

28

Susiknan Azhari, Hisab & Rukyat (Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah

Perbedaan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 133

29 Al-Imam Ibn al-Husen Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi, Al-

Jami’ al-Musamma Sahih Muslim, juz II (Semarang: Toba Putera, tt), h. 124

Page 138: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

25

Nabi mensyariatkan penentuan bulan baru dengan rukyatul hilal karena cara

inilah yang dianggap paling sesuai, paling mudah dan tidak menyulitkan serta

sudah familiar bagi umat Islam pada saat itu. Sebab, sebelum Nabi datang ke

Madinah, mereka sudah terbiasa melihat fase-fase perubahan bulan.30

Ahmad Muhammad Syakir dalam risalahnya Awailu asy Syuhur al

Arabiyyah mengungkapkan alasan atas ketergantungan umat Islam pada rukyat

adalah dikarenakan mereka pada saat itu masih tidak pandai baca tulis (ummi) dan

belum mengusai ilmu hisab (perhitungan).31

Khalifah Abu Ja’far al-Mansur (754 M-755 M) adalah orang yang pertama

kali memperhatikan ilmu hisab. Dia memerintahkan kepada Muhammad al-Fazari

untuk menerjemahkan kitab Sindihind, sebuah kitab ilmu falak metode Hindu,

yang pada awalnya dikenalkan oleh seorang cendikiawan Hindu yang bernama

Manka. Selain itu Abu Yahya bin Bathriq juga menerjemahkan kitab ilmu falak

yang berbahasa Yunani yaitu Quadripartitum karangan Ptolomeus seorang ahli

falak Yunani yang hidup pada abad pertengahan ke dua. Demikian juga Umar

ibnu Farukhan yang menerjemahkan beberapa kitab tentang hisab dari bahasa

Persia. Pada masa Khalifah Al-Makmun (815 M-833 M) Muhammad bin Musa al-

Khawarizmi berhasil membuat table gerak benda-benda langit berdasar pada

metode yang terdapat pada kitab Sindihind. Dua abad kemudian table itu

diperbaiki oleh Abu Qasim Maslamah al-Majridi.

Khalifah Al-Manshur juga memberi ruang ilmiah yang luas kepada para

astrolog-astronom waktu itu. Bahkan, dalam berbagai perjalanan yang

dilakukannya ia menurut sertakan beberapa astrolog-astronom.32

Sementara itu dikalangan Syi’i penetapan awal bulan berdasarkan

perhitungan astronomis terhadap bulan baru telah dilaksanakan pada masa

pemerintahan Fathimiyah oleh jenderal Jauhar setelah selesai mendirikan kota

30

Maskufa, Ilmu Falak, h.158-159

31Yusuf al Qardlawi, Taisirul Fiqhi (Fiqhushiyam), terj. Nabilah Lubis, Fiqh Puasa,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 48

32 Arwin Juli Rakhmadi Butar Butar, Khazanah Astronomi Islam Abad Pertengahan,

(Purwokerto: UM Purwekerto Press, 2016), h. 169.

Page 139: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

26

Kairo pada tahun 359 H/969 M. Pada waktu itu carra seperti ini dianggap bid’ah

atau inovasi yang menyesatkan oleh kalangan Sunni.33

Seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, pemikiran tentang

hisab rukyat pun turut berkembang. Rukyat yang dahulu hanya memakai mata

telanjang, kini ada yang mengembangkannya dengan menggunakan teleskop.34

Hisab yang dahulu diabaikan dalam penentuan awal bulan Ramadhan

maupun Syawal kini ada golongan yang memakainya sebagai pedoman penentuan

awal bulan Qomariyah, dengan parameter wujudul hilal atau yang sering disebut

hisab wujudul hilal.35

Hisab dan rukyat di Indonesia sudah ada sejak zaman berkuasanya kerajaan-

kerajaan Islam di Indonesia, umat Islam sudah mulai menggunakan penanggalan

Islam, yaitu penanggalan Hijriyah. Mereka memperguanakan sebagai penanggalan

yang resmi. Setelah adanya penjajahan Belanda di Indonesia maka oleh

Pemerintah Belanda penanggalan Masehi digunakan dalam kegiatan-kegiatan

Administrasi Pemerintahan dan dijadikan sebagai tanggal resmi. Akan tetapi umat

Islam tetap mempergunakan tarikh atau penanggalan Hijriyah, terutama di daerah-

daerah kerajaan Islam. Pemerintah penjajah membiarkan saja pemakaian

penanggalan itu dan pengaturannya diserahkan kepada para peguasa kerajaan-

kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada, terutama pengaturan terhadap hari-hari

yang ada hubungannya dengan peribadatan seperti tanggal 1 Ramadhan, 1

Syawal, dan 10 Dzulhijjah.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, secara berangsur-angsur mulailah

diadakan perubahan. Setelah terbentuknya Departemen Agama pada tanggal 3

Januari 1946, maka diserahkanlah tugas-tugas pengaturan hari libur, termasuk

juga tentang pengaturan tanggal 1 Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah kepada

Departemen Agama. Wewenang ini tercantum dalam Penetapan Pemerintah tahun

33

Maskufa, Ilmu Falak, h.160-161

34 Susiknan Azhari, Hisab & Rukyat (Wacana untuk Membangun Kebersamaan di

Tengah Perbedaan), h. 117

35 Syamsul Anwar & kawan-kawan, Hisab Bulan Qomariyah (Tinjauan Syar’i tentang

Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah), (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012),

h. 27

Page 140: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

27

1946 No. 2/Um. 7 Um.9/Um, dan dipertegas dengan Keputusan Presiden No. 25

tahun 1967 No. 148/1968 dan 10 tahun 1971. Pengaturan hari-hari libur termasuk

tanggal 1 Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha itu berlaku untuk seluruh Indonesia.

Namun demikian perbedaan masih belum dapat dihindari sama sekali karena

adanya dua pendapat yang mendasarkan tanggal satu bulan Qomariyah masing-

masing dengan hisab, dan dengan rukyat.36

Jika menjabarkan tentang sejarah hisab dan rukyat di Indonesia maka

tidaklah terlepas dari sejarah Badan Hisab dan Rukyat yang sekarang ini telah

berganti nama menjadi Tim Hisab dan Rukyat.

Untuk menjaga persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, maka pemerintah (dalam

hal ini Departemen Agama) selalu berusaha untuk mempertemukan paham para

ahli hisab dan rukyat dalam masyarakat Indonesia terutama di kalangan ulama-

ulamanya dengan mengadakan musyawarah-musyawarah, konfrensi-konfrensi

untuk membicarakan hal-hal yang mungkin dianggap menimbulkan pertentangan

di dalam menentukan hari-hari besar Islam, terutama penentuan awal Ramadhan,

Idul Fitri dan Idul Adha, kalau dapat, disatukan. Kalau ternyata tak dapat berhasil

diusahakan untuk menetralisir, jangan sampai menimbulkan pertentangan-

pertentangan di kalangan masyarakat lebih meluas. Musyawarah itu dilakukan

tiap tahun. Pada tanggal 12 Oktober 1971 diadakan musyawarah dimana pada

waktu itu terjadi perbedaan pendapat mengenai jatuhnya tanggal 1 Ramadhan

1391 Hijriyah. Dalam musyawarah ini dapat dinetralisir adanya perbedaan-

perbedaan dan ternyata dapat meniadakan ketegangan-ketegangan di kalangan

masyarakat. Dan yang lebih penting lagi ialah musyawarah mendesak kepada

Menteri Agama untuk mengadakan Lembaga Hisab dan Rukyat.

Musyawarah pada tahun berikutnya diadakan pada 20 Januari 1972, dalam

menghadapi 1 Dzulhijjah 1972/1391 yang juga terdapat perbedaan. Musyawarah

ini pun dapat meredakan suasana pertentangan dan selanjutnya para peserta

36

Laporan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama yang dibacakan oleh Drs. Jabir

Mansur, Sekretaris Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama. Dalam Laporan Kegiatan

Musyawarah Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI dan Musyawarah antar Negara

MABIMS di Jakarta tahun 1974, oleh Direktorat Peradilan Agama, Ditjen Bimas Islam

Departemen Agama RI

Page 141: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

28

mengulangi desakannya supaya direalisasikan dengan cepat adanya Lembaga

Hisab dan Rukyat. Musyawarah yang diikuti oleh, ormas-ormas Islam, Pusroh

ABRI, Lembaga Meteorologi dan Geofisika, Planetarium, I.A.I.N, dan dari

Departemen Agama.

Untuk merealisasi terbentuknya Lembaga Hisab dan Rukyat Departemen

Agama tersebut maka ditunjuklah tim perumus yang terdiri dari 5 orang yaitu:

a. A. Wasit Aulawi, MA, dari Departemen Agama

b. H. ZA. Noeh, dari Departemen Agama

c. H. Sa’adoeddin Djambek, dari Departemen Agama

d. Drs. Susanto, dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika

e. Drs. Santoso, dari Planetarium

Urusan selanjutnya ditangani oleh Direktorat Peradilan Agama. Pada

tanggal 2 April 1972, oleh Direktur Peradilan Agama disampaikan kepada Bapak

Menteri Agama daftar-daftar nama-nama Anggota baik anggota tetap maupun

yang anggota tersebar. Dan pada tanggal 16 Agustus 1972 dikeluarkanlah SK

Menteri Agama No. 76 tahun 1972 tentang pembentukan Badan Hisab dan Rukyat

Departemen Agama.37

Pada tanggal 23 September 1972, para anggota tetap Badan Hisab dan

Rukyat Kementerian Agama dilantik oleh Menteri Agama. Dalam pidato

pengarahannya beliau mengatakan bahwa:

Badan Hisab dan Rukyat ini diadakan dengan alasan bahwa:

a. Masalah Hisab dan Rukyat awal tiap bulan Qomariyah merupakan masalah

penting yang menentukan hari-hari besar umat Islam;

b. Hari-hari besar itu erat sekali hubungannya dengan peribadatan umat Islam,

hari libur, hari kerja, lalu-lintas keuangan dan kegiatan ekonomi di negeri kita

ini. Juga erat hubungannya dengan pergaulan hidup kita, baik antar umat

Islam sendiri, maupun antara umat Islam dengan saudara-saudara sebangsa

dan setanah air.

37

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, h. 73-75.

Page 142: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

29

c. Persatuan umat Islam dalam melaksanakan peribadatan perlu diusahakan,

karena ternyata perbedaan pendapat yang menimbulkan pertentangan itu

melumpuhkan umat Islam dalam partisipasinya untuk membangun bangsa

dan negara.38

a. Penentuan Awal Bulan Qomariyah

Penentuan awal Ramadhan dan Syawal mendapat perhatian khusus dari

kalangan masyarakat Islam, sejak masa Rasulullah SAW hingga kini, karena

keterkaitannya dengan ibadah puasa, kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Bahkan

ia dapat mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan keamanan masyarakat. Oleh

karena itu ahli hukum Islam menentukan norma-norma yang mengatur tata cara

penentuan awal Ramadhan dan Syawal tersebut serta menentukan lembaga-

lembaga mana yang berwenang melakukakannya, prosedur dan mekanismenya.

Negara-negara Islam serta negara yang sebagian besar penduduknya menganut

agama Islam, termasuk Indonesia memedomani norma-norma hukum Islam

tersebut.

Sementara itu Al Qur’an memberikan peran serta isyarat bahwa peredaran

bulan, bintang, dan matahari dapat dijadikan pedoman untuk menentukan awal

bulan Qomariyah. Kemudian para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam

menerapkan serta menjabarkan pesan-pesan Al Qur’an dan hadits tersebut.

Sebagian ulama berpendapat bahwa untuk menentukan awal Ramadhan dan

Syawal itu cukup hanya dengan hisab, seiring dengan kemujuan sains dan

teknologi dikalangan masyarakat Islam pada masanya. Sedang yang lain

berpendapat bahwa untuk menentukan awal Ramadhan dan Syawal berdasarkan

rukyat yang didukung hisab dan hisab yang didukung rukyat.

Situasi tersebut di atas terdapat di dalam masyarakat Islam Indonesia. Oleh

karena itu Departemen Agama sejak berdirinya, mengatur prosedur serta

mekanisme penentuan awal bulan Ramadhan serta Syawal dan bulan-bulan

Qomariyah lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin ketentraman, keamanan

38

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab

Rukyat, h. 77-78

Page 143: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

30

dan ketertiban masyarakta dalam negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945.39

Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua golongan besar menganut sistem

yang berbeda dalam menentukan masuknya tanggal satu bulan Qomariyah, yaitu

yang satu dengan caraRukyah dan yang satu dengan cara hisab. Terutama dengan

tujuan mencegah timbulnya kegelisahan dikalangan masyarakat, Menteri Agama

dalam menentukan tanggal 1 Ramadhan dan Syawal senantiasa

mempertimbangkan pendapat kedua golongan tersebut.40

Dalam rangka memberikan jalan tengah(problem solving) dalam

permasalahan awal bulan Qamariyah di Indonesia, yang sampai sekarang ini

masih terjadi perdebatan antar ormas Islam yang belum diketahui kapan

berakhirnya, pemerintah memberikan sebuah tawaran metode penetapan awal

bulan yang disebut dengan Imkân Al-Rukyah. Secara harfiah, Imkân Al-Rukyah

berarti kemungkinan hilâl terlihat. Sedangkan dalam bahasa Inggris

biasanyadiistilahkan dengan visibilitas hilal.Selain memperhitungkan wujudnya

hilal di atasufuk, pelaku hisab juga memperhitungkan faktor-faktorlain yang

memungkinkan terlihatnya hilal.

Faktor yang menentukan terlihatnya hilal bukan hanya keberadaanya di atas

ufuk, melainkan ketinggian dan posisinya yang cukup jauh dari arah matahari.

Kriteria itu didasarkan pada hasil rukyat jangka panjang yang dihitung secara

hisab, sehingga dua pendapat hisab dan rukyat dapat terakomodasi. Kriteria itu

digunakan untuk menghindari rukyat yang meragukan dan digunakan untuk

penentuan awal bulan berdasarkan hisab. Dengan demikian diharapkan hasil hisab

dan rukyat akan selalu seragam.41

39

Taufik, Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal – Selayang pandang

Hisab dan Rukyat, (Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 121-122

40Sa’adoeddin Djambek dalam papernya yang berjudul “Penetapan Tanggal Satu Bulan

Qomariyah di Indinesia”, disampaikan pada Musyawaran Badan Hisab dan Rukyat Departemen

Agama RI, (Jakarta, 1 juli 1974)

41Thomas Djamaludin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat, (Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional: 2001), h. 11

Page 144: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

31

Kriteria Imkân al-Rukyah, merupakan kriteria dalam penentuan awal bulan

Qomariyah, yang posisinya menjembatani antara kriteria Rukyah al-Hilâl dan

kriteria Wujud al-Hilâl. Kriteria ini banyak dipergunakan oleh pemerintah-

pemerintah di ASEAN dalam menentukan awal bulan Qomariyah. Kemudian

muncul dalam penanggalan hijriyah standard empat negara ASEAN, kriteria ini

ditetapkan berdasarkan musyawarah Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam,

Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Menurut musyawarah tersebut, awal bulan terjadi jika: Pertama, Pada saat

matahari terbenam, ketinggian (altitude) hilal di atas cakrawala minimum 2°, dan

sudut elongasi (jarak lengkung) hilal dan Matahari minimum 3°. Ketinggian 2° ini

merupakan kriteria yang dibuat berdasarkan pengalamanan rukyatul hilal di

Indonesia selama puluhan tahun, walau pun secara internasional sangat diragukan

posisi 2° hilal bisa dilihat karena masih terlalu rendah. Kedua, Pada saat matahari

terbenam, usia hilal lebih 8 jam dihitung sejak ijtimak, sehingga cahaya hilal telah

mencapai standar hilal kemungkinan bisa dilihat.42

Sebelum diadakanya sidang itsbât awal bulan Qamariyah, terlebih dahulu

pemerintah melakukan kegiatan rukyah al-hilâl (pengamatan bulan). Adapun

secara teknis, pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan oleh Kementerian Agama

daerah yang dijadikan tempat untuk pelaksanaan rukyat al-hilâl. Secara garis

besar, di antara beberapa persiapan yang dilakukan oleh Kementerian Agama

daerah sebagaimana di bawah ini: (1) Kementerian Agama pusat,

menginstruksikan kepada Kementerian Agama kabupaten (untuk daerah yang

akan dijadikan tempat pelaksanaan rukyat) untuk berkoordinasi antara Badan

Hisab Dan Rukyat dan Pengadilan Agama setempat tentang persiapan kegiatan

rukyat awal bulan hijriyah. (Biasanya untuk awal bulan Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah); (2) Kepala Kantor Kementerian Agama daerah setempat selaku

koordinator acara kegiatan rukyat berkirim surat kepada Ketua Pengadilan Agama

setempat agar menunjuk seorang Hakim dan Panitera sidang untuk melakukan

sidang isbat kesaksian rukyat bila hilal berhasil dirukyat oleh orang perukyat. (3)

42

Thomas Djamaludin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat, h. 11

Page 145: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

32

Setelah itu, Kepala Kantor Kementerian Agama daerah tersebut mengirimkan

surat kepada beberapa ormas Islam dan para perukyat agar hadir pada acara rukyat

yang telah ditetapkan. (4) Pada hari pelaksanaan rukyat, dilaksanakan pada jam

yang telah disepakati. Bila hilal berhasil dirukyat oleh perukyat, perukyat melapor

kepada Koordinator/Kepala Kantor Kementrian Agama setempat. Kemudian,

Kementrian Agama memohon kepada Hakim Pengadilan Agama agar segera

diadakan persidangan untuk memeriksa dan menetapkan kesaksian hilal. (5) Hasil

rukyat, baik hilal yang berhasil dilihat, maupun tidak, dilaporkan kepada

Kementerian Agama RI/BHR Pusat sebagai bahan pertimbangan Menteri Agama

RI dalam menetapkan awal Bulan yang bersangkutan.43

Setelah hasil dilaporkan kepada Kementerian Agama RI (pusat) dari

beberapa lokasi-lokasi pelaksanaan rukyat di seluruh Indonesia. Maka setelah itu,

Kementerian Agama mengadakan sidang itsbât. Hadir dalam sidang tersebut

beberapa perwakilan ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah,

Persis dan lain sebagainya. Begitu juga dari tim Badan Hisab dan Rukyat (BHR)

di antaranya, Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Badan Koordinasi Survei

dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal sekarang menjadi BIG atau Badan

Informasi Geospasial) dan perorangan yang ahli.

Sebelum rapat sidang penetapan awal bulan terlebih dahulu dilakukan

pemaparan tentang prakiraan cuaca dan hal ihwal tentang hilal oleh tim ahli

seperti dari Planetarium, Observatorium Bosscha ITB, BMKG, dan LAPAN.

Pemaparan ini dilakukan sebelum waktu slata maghrib tiba. Adapun setelah salat

maghrib tiba, sidang secara resmi dibuka oleh Menteri Agama dengan terlebih

dahulu mendengarkan laporan hasil hisab dan rukyat. Menteri Agama

mempersilahkan kepada para peserta untuk memberi masukan mengenai hasil

hisab dan rukyat tersebut. Setelah dianggap cukup, Menteri Agama menawarkan

hasil tersebut untuk dimintakan kesepakatan kepada peserta sidang. Hasil suara

mayoritas dari peserta sidang kemudian diambil sebagai pertimbangan. Menteri

43

Ahmad Sanusi, Tata Laksana Kegiatan Rukyat Hilal Awal Bulan Hijriyah Di

Pob Palabuhanratu, http://www.pa-cibadak.go.id/artikel

Page 146: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

33

Agama selanjutnya menetapkan dengan pertimbangan suara mayoritas tersebut.

Sehingga menjadi sebuah ketetapan hasil dari sidang istbat pemerintah dalam

penetapan awal bulan Kamariah.

Page 147: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

35

35

BAB III

PROFIL OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI

BANDUNG DAN KEGITANNYA YANG BERKAITAN DENGAN

PERKEMBANGAN HISAB DAN RUKYAT DI INDONESIA

A. Profil Observatorium Bosscha

1. Latar Belakang Pendirian Observatorium Bosscha

Astronom-astronom Leiden dapat mengadakan ekspedisi pengamatan

dengan dibiayai oleh Kementerian Dalam Negeri Belanda. Astronom Utrecht,

J.A.C. Oudemans, berlayar ke Hindia untuk pemetaan wilayah dan penentuan

koordinat astronomi wilayah Hindia. Hasil-hasil pengamatan dan penelitian di

tempat yang jauh hingga ke negeri koloni, selain menguntungkan pihak Belanda

untuk pemetaan wilayah dan penempatan lokasi penanaman komoditas, juga

mengungkapkan kekayaan pengamatan langit yang belum banyak ditemukan,

khususnya di wilayah belahan Langit Selatan.

Melihat potensi kekayaan observasi di wilayah Langit Selatan, pada akhir

abad ke-19, astronom-astronom di negara-negara Eropa dan Amerika mulai

mengalihkan minatnya ke fasilitas observatorium di wilayah belahan Langit

Selatan. Ketertarikan tersebut didorong oleh dua faktor.

Pertama, hasil-hasil observasi kala itu mulai menyadari dan menerima

dengan luasnya struktur bintang dan galaksi. Untuk mengukur ukuran alam

semesta yang teramati, seluruh area bintang yang dapat teramati di wilayah Langit

Utara harus ditunjang dengan pengukuran yang dilakukan di wilayah Langit

Selatan. Pada akhirnya perebutan observatorium-observatorium di wilayah selatan

pun terjadi, mengikuti kegiatan-kegiatan imperialis sebelumnya. Prancis

mendanai sebuah observatorium di Madagaskar, para staf Jerman terkait dengan

lembaga astronomi di Samoa dan Argentina. Donor swasta pegiat astronomi di

Amerika Serikat menguasai Amerika Selatan. Belanda satu-satunya diantara

negara-negara kolonial yang tidak memiliki observatorium dan pengamatan di

Page 148: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

36

wilayah Langit Selatan,1 khususnya di negara-negara koloni, untuk menunjang

kegiatan penelitian di negeri Belanda.

Kedua, kebangkitan ilmu astronomi dan astrofisika secara teoritikal

menciptakan pembagian kerja; para peneliti dan pengamat. Peneliti yang berkutat

dengan hal-hal yang bersifat teoritis membutuhkan data yang lebih dari yang bisa

mereka dapatkan di observatorium masing-masing, terutama dengan bantuan

beberapa data yang bisa didapatkan oleh pengamat di wilayah yang tidak dapat

dijangkau pengamatan di negara masing-masing, khususnya data-data di wilayah

Langit Selatan.

Ide pembangunan observatorium di Hindia Belanda dikemukakan oleh

insinyur-astronom kelahiran Madiun, Joan George Erardus Gijsbertus Voute. Pada

tahun 1919, Voute diterima bekerja oleh Willem van Bemmelen, Kepala Direktur

Koninklijk Meteorologische en Magnetische Observatorium(KMMO) di

Weltevreden, Batavia, untuk melakukan pengamatan dengan teleskop yang

dimiliki oleh institut tersebut. Pada awal tahun 1920, Voute mulai berpikir untuk

mendirikan sebuah observatorium yang terpisah dari KMMO. Voute merasa

pengamatan di observatorium di Weltervreden ini kurang baik dan meminta saran

kepada Kepala Observatorium Leiden, H.G. van Sande Bakhuyzen dan Willem de

Sitter, untuk mendirikan observatorium sendiri di Hindia Belanda yang dalam

banyangannya terikat dengan Observatorium Leiden Belanda. Pembangunan

sebuah observatorium baru di wilayah koloni Belanda di selatan akan mengangkat

kebanggaan negara (Belanda), sebab negara-negara lain telah memiliki atau

mempunyai jaringan dengan observatorium-observatorium di wiliayah selatan.

Selama bekerja di Hindia Belanda, Voute mulai menjalin pertemanan

dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, pengusaha teh Priangan yang dermawan

dan tertarik dengan pengembangan ilmu pengetahuan di negeri koloni Hindia

Belanda. Pertemanan yang disertai kesamaan dan ketertarikan dengan astronomi

1 Lewis Pyenson, “Empire of Reason: Exact Sciences in Indonesia” dalam Bayu Baskoro

Febianto, Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di Lembang, Bandung: dari Penelitian

Hingga Pendidikan 1920-1959, (Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya, Universitas Indonesia, 2016) h. 16.

Page 149: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

37

semakin mendukung cita-citanya untuk mendirikan sebuah observatorium baru di

Hindia Belanda bersama dengan temannya tersebut.2Hal tersebutlah yang menjadi

latar belakang berdirinya Observatorium Bosscha.

2. Sejarah Pendirian Observatorium Bosscha

Ketika negara-negara di Eropa masih menangkap para pemikir dan ilmuan

yang bertentangan dengan ajaran gereja, Belanda justru menampung ilmuan

seperti Galileo Galilei yang di negara asalnya Italia dihujat karena pandanganya

tentang teori heliosentris untuk mengajar di Leiden. Selain Galileo Belanda

menjadi tempat tingga filsuf besar seperti Renee Descartes dan Spinoza di abad

yang sama.3 Selain itu penguasaan astronomi dalam bidang navigasi pelayaran

juga digunakan Belanda untuk dapat ekspansi ke wilayah-wilayah yang belum

banyak terjamah di belahan dunia untuk pencarian sumber daya alam, demi

menopang perekonomian negeri kecil tersebut.

Barulah pada tahun 1920 terbentuk sebuah perkumpulan bernama

Nederlandsch Indische Sterrenkundige Vereenigning (NISV) atau Perhimpunan

Astronomi Hindia Belanda. NISV menghimpun semua ilmuan, akademisi, dan

pegiat astronomi di Hindia Belanda. NISV kemudian menjadi dewan kurator yang

mengelola observatorium baru di Hindia Belanda, serta jadi penyalur donasi dan

sumbangan untuk pembangunan dan pengoperasian observatorium yang

kemudian dinamakan sebagai Observatorium Bosscha.

NISV diinisiasi oleh K.AR. Bosscha dan rapat perdananya dilakukan di

Hotel Homman pada tanggal 12 September 1920. Hasil rapat pertama

memutuskan sebuah rencana besar, yaitu merealisasikan gagasan pembangunan

observatorium baru yang terbesar di Hindia Belanda.4 Komite dari NISV

kemudian mengajukan statuta organisasi yang kemudian disetujui oleh Peraturan

Pemerintah No.5 tertanggal 17 November 1920. Tujuan dari NISV sendiri

2 Lewis Pyenson, “Empire of Reason: Exact Sciences in Indonesia” dalam Bayu Baskoro

Febianto, Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di Lembang, Bandung: dari Penelitian

Hingga Pendidikan 1920-1959, h. 19

3 Carl Sagan, Kosmos, (Yayasan Obor Indonesia, 1997), h. 174. t.t.

4 Ridwan Hutagalung (editor), Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, (Penerbit

BPPI, 2014), hal, 37

Page 150: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

38

sebagaimana tertulis pada Artikel 3 dalam statutanya, adalah untuk membangun

dan memelihara observatorium di Hindia Belanda dan mempromosikan Ilmu

Pengetahuan astronomi di Hindia Belanda. Untuk memenuhi kebutuhannya

tersebut, NISV juga menjadi wadah untuk mempersiapkan dan menampung dana-

dana yang masuk dari para donatur untuk pembangunan observatorium tersebut.5

Pembangunan observatorium di Lembang pun mulai dikerjakan. Bangunan

teropong dengan bentuk atap berbentuk kubah putih dibangun sejak tahun 1922.

Perancangnya adalah arsitek kenamaan Prof. C.P. Wolf Schoemaker dan fondasi

bangunannya dibangun oleh kontraktor De Hollandsch Beton-Maatschappij di

bawah pengawasan Biro Bangunan Staaatspoor (SS). Bangunan kubah putih ini

kelak akan menjadi tempat dipasangnya teleskop double refrector berukuran besar

yang diberikan oleh Bosscha.

Setelah sebagian bangunan observatorium sudah rampung, observatorium

kemudian dibuka oleh Gubernur Jenderal D. Fock pada kunjungan resminya

tanggal 1 Juni 1923. Gubernur Jenderal mengadakan kunjungan resmi bersama

sekretaris, ajudan, residen, komandan angkatan darat, walikota dan beberapa

profesor Technische HoogeschoolBandoeng serta pegiat astronomi amatir.

Rombongan Gubernur Jenderal diterima oleh K.A.R. Bosscha, Prof. J. Klopp

selaku sekretaris NISV, serta Dr. Ir. J. Voute yang ditunjuk sebagai direktur

observatorium. Sejak saat itu observatorium baru ini bisa beroperasi untuk

mengadakan pengamatan langit, meskipun baru beberapa teleskop saja yang

sudah terpasang dan teleskop besar double refrektor belum dapat dipasang.

Pada tanggal 7 Juni 1928 K.A.R. Bosscha menyerahkan teleskop besar

double refractor kepada NISV, disaksikan pula oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr.

A.C.D. de Graeff. Gubernur Jenderal de Graeff juga mengumumkan bahwa

K.A.R. Bosscha diangkat sebagai Commandeur Orde van Oranje Nassau atas

sumbangsih dan kedermawanannya di bidang agrikultur, industri, dan ilmu

5 J. Voute, „Bosscha Sterrenwacht: Introduction‟, Annalen van der Bosscha Sterrenwacht te

Lembang (Java) Volume 1, Juni 1933, hal. 7

Page 151: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

39

pengetahuan.6 Tetapi beberapa bulan setelah teleskop double refractor dipasang di

observatorium, K.A.R. Bosscha meninggal dunia karena penyakit tetanus yang

dideritanya setelah jatuh dari kuda.

Setelah peristiwa pengakuan kemerdekaan Belanda kepada Indonesia di

akhir tahun 1949, seluruh aset milik Belanda dialihkan kepada Pemerintah

Indonesia, tidak terkecuali Observatorium Bosscha. Observatorium Bosscha

kemudian diserahkan dari NISV kepada Pemerintah Indonesia. Penyerahan

tersebut dilakukan pada 18 Oktober 1951 dengan diwakili oleh Prof. Ir. H.

Vlugter selaku Ketua NISV dan Mr. Wongsonegoro, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Indonesia, sebagai perwakilan dari Pemerintah Indonesia.7

Upacara penyerahan dihadiri oleh Prof. Mr. Dr. Supomo selaku Rektor

Universitas Indonesia yang dimana pasca penyerahan kedaulatan 1949,

Universiteit van Indonesie yang sebelumnya adalah universitas milik Belanda

kemudian diambil alih oleh Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia pada 2

Februari 1950 dan diganti namanya menjadi Universiteit Indonesia. Universiteit

Indonesia dalam perkembangannya kemudian dikenal sebagai Universitas

Indonesia.8

Pada tahun 1959, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1959,

ditetapkan bahwa Universitas Indonesia di Bandung menjadi Institut Teknologi

Bandung. Pasal 3 Peraturan Pemerintah itu menetapkan bahwa Institut Teknologi

Bandung merupakan gabungan dari Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan

Ilmu Alam Universitas Indonesia di Bandung yang dipisahkan dari Universitas

Indonesia, serta terdiri dari Departemen Ilmu Teknik, Departemen Ilmu Pasti dan

Alam, dan Departemen Ilmu Kimia dan Ilmu Hayat.9 Bagian Astronomi termasuk

ke dalam Departemen Ilmu Pasti dan Alam ITB bersama dengan Bagian

6 “Een Verdiende Onderscheiding”, Nieuwe Rotterdamsche Courant, 11 Juni 1928, dalam

Bayu Baskoro Febianto, Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di Lembang, Bandung:

dari Penelitian Hingga Pendidikan 1920-1959, (Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2016) h. 16.

7 „Overdracht van Sterrenwacht‟ Aid de Preangerbode, Rabu 17 Oktober 1951

8 S. Somadikarta, Tri Wahyuning, M. Irsyam dan Boen S. Oemarjati, Tahun Emas

Universitas Indonesia: Jilid 1 dari Balai Universitas, Penerbit Universitas Indonesia, 2000, hal. 52

9Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1959 tentang Pendirian Institut Teknologi Bandung

Page 152: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

40

Matematika, Bagian Fisika, Bagian Fisika Teknik, dan Bagian Fisika

Meteorologi/ Geofisika. Observatorium Bosscha menjadi pusat kegiatan, baik

kegiatan belajar – mengajar dan administrasi, Bagian Astronomi yang kemudian

bertransformasi menjadi Departemen Astronomi ITB.10

Dari penjelasan tersebut, dapat di garisbawahi salah satu fungsi

Observatorium Bosscha yaitu adalah sebagai sarana penunjang atau pusat

kegiatan belajar mengajar dari Departemen Astronomi ITB dan departemen

lainnya yang berhubungan dengan itu, sebelum akhirnya Observatorium Bosscha

berperan dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Observatorium Bosscha

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 155 Tahun 2000 Tentang

Penetapan Institut Teknologi Bandung Sebagai Badan Hukum Milik Negara, pada

ayat 6 pasal 44 Bab X menempatkan Observatorium Bosscha sebagai Perangkat

Penunjang Akademik Institut Teknologi Bandung. Pada ayat 1, 2, dan 3 pasal 44

tersebut dijelaskan apa itu Perangkat Penunjang Akademik dan Satuan Akademik.

Adapun Perangkat Penunjang Akademik merupakan bagian dari Satuan

Akademik yang dimiliki oleh Institut Teknologi Bandung. Satuan Akademik

adalah satu-satunya lembaga dalam institut yang menyelenggarakan kegiatan

akademik yang terdiri dari kegaitan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat, Satuan akademik merupakan wahana yang menciptakan

peluang bagi setiap insan untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang

berbudaya dan cerdas, mengembangkan pengetahuan baru, dan inovasi yang

bernilai tinggi.11

Observatorium Bosscha menjadi sarana penunjang pendidikan bagi

mahasiswa Departemen Astronomi dan Departemen lainnya di Institut Teknologi

Bandung untuk memperkenalkan suatu model profesi astronom dan institusi

astronomi. Selain itu Observatorium Bosscha juga menjadi sarana pengajaran

10

S. Somadikarta, Tri Wahyuning, M. Irsyam dan Boen S. Oemarjati, Tahun Emas

Universitas Indonesia: Jilid 1 dari Balai Universitas, Penerbit Universitas Indonesia, 2000, hal.

104

11 Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi

Bandung Sebagai Badan Hukum Milik Negara.

Page 153: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

41

Astronomi dan ilmu yang berhubungan dengannya, bagi mahasiswa dan dengan

beberapa lembaga pendidikan lainnya di luar ITB. Lingkup kegiatan kerjasama

lintas institusi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan merupakan peran serta

Observatorium Bosscha untuk menumbuh kembangkan institusi dan masyarakat

ilmiah di Indonesia.

Observatorium Bosscha yang juga sebagai pusat penelitian dan

pengembangan keilmuan Astronomi di Indonesia sangat beralasan mengingat

adanya fasilitas penunjang atau instrumen berupa teleskop optik, kepustakaan dan

informasi perkembangan Astronomi dan space science dari berbagai

observatorium di dunia. Hadirnya staff yang berdedikasi menghidupi kegiatan

penelitian Astronomi di Observatorium Bosscha dapat berkesinambungan.

Keberadaan Observatorium Bosscha dengan kinerja, upaya berkesinambungan

dan aktif secara historis yang panjang juga merupakan bagian dari kemudahan

dalam mengakses informasi yang mutakhir dan kemudahan pergaulan dalam

dunia Internasional seperti keanggotaan dalam IAU (International Astronomical

Union).

Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Observatorium Bosscha

membuka kunjungan terbatas. Dikarenakan banyaknya permintaan kunjungan dari

masyarakat dan padatnya kegiatan yang dilakukan di Observatorium Bosscha.

Terdapat kegiatan pemberdayaan masyarakat, kegiatan kunjungan biasa untuk

melayani pengunjung awam dan Bosscha menyediakan penerangan mengenai

ilmu astronomi secara global yang penjelasannya dibantu dengan slide show dan

alat-alat peraga agar mudah ditangkap. Dengan begitu, pengunjung bisa mendapat

gambaran mengenai gugusan bintang, rasi bintang, tata surya, hingga galaksi di

jagat raya dan pergerakan-pergerakan annggota tata surya serta bintang-bintang

secara sederhana dan pengunjung diajak mengenal astronomi secara langsung

dengan menggunakan teropong. Selain kegiatan kunjungan biasa, terdapat pula

Malam Umum. Undangan tamu-tamu penting, Kolokium yang diselenggarakan

untuk mengkomunikasikan dan menghimpun hasil penelitian. Hasil dari

pertemuan tersebut melengkapi koleksi perpustakaan, seperti halnya skripsi hasil

penelitian dari mahasiswa selain astronomi yang melaksanakan penelitian di

Page 154: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

42

Observatorium Bosscha. Selain itu terdapat pelatihan astronomi yang diantaranya

pelatihan Hisab Rukyat yang diselenggarakan bersama Kementerian Agama,

Persiapan Olimpiade Astronomi Nasional dan Internasional untuk siswa SMP dan

SMA bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan. Referensi dan bahan pustaka

sangat menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. Terdapat pula kegiatan

Astrocamp yang dilaksanakan pada saat liburan membangkitkan minat siswa

untuk mencari informasi lebih jauh tentang astronomi.12

Selanjutnya dapat disimpukan bahwa fungsi Observatorium Bosscha

diantaranya adalah perangkat penunjang akademik Institut Teknologi Bandung,

sebagai pusat penelitian dan pengembangan keilmuan astronomi di Indonesia,

sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam bidang astronomi (melalui

bprogram berupa kegiatan-kegiatan) dengan melakukan kerjasama dengan

beberapa instansi.

4. Instrumen Yang Ada di Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha memiliki instrumen berupa teleskop. Beberapa

teleskop digunakan untuk mendukung kegiatan riset dan pendidikan astronomi.

Tidak hanya teleskop optik namun Observatorium Bosscha juga mengembangkan

teleskop radio. Instrumen – instrumen ini dikelompokkan menjadi instrumen yang

masih aktif beroperasi dan instrumen yang saat ini dalam proses perbaikan (non

aktif).13

Teleskop-teleskop yang dimiliki Observatorium Bosscha ada yang dipasang

permanen untuk berbagai tujuan penelitian, seperti Teleskop Zeiss, Bosscha

Robotic Telescope Experiment 2 (BRTX2), Bosscha Robotic Telescope (BRT),

Teleskop GAO-ITB-RTS, Teleskop Surya, Teleskop Radio 2.3 m, Teleskop

Radio 6 m (HIDROGEN), telesko-teleskop tersebut masih aktif dan dapat

digunakan sampai saat ini. Selain beberapa teleskop yang aktif, terdapat juga

beberapa teleskop yang dalam kondisi rusak atau dalam perbaikan (non aktif).

12

Siti Larissa Sarasvati Effendi, “Potensi Pengembangan Eko-Edu Wisata di Kawasan

Observatorium Bosscha” (Tugas Akhir Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan

Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, 2012) h. 51-52.

13 bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen.

Page 155: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

43

Khusus untuk teleskop Bamberg, teleskop ini masih bisa digunakan untuk

keperluan edukasi seperti astrofotografi planet serta pengamatan malam pada

kunjungan publik di Malam Umum.14

Teleskop-teleskop tersebut antara lain,

Teleskop Schmidt Bima Sakti, Teleskop Bamberg, Teleskop Goto 45 cm dan

Teleskop Radio Jove.

Ada pula teleskop portable, yaitu Teleskop Hilal dan Teleskop TPOAyang

digunakan dalam berbagai kegiatan pengamatan, antara lain adalah pengamatan

hilal, pelatihan mahasiswa (laboratorium astronomi), pelatihan olimpiade, dan

lainnya. Teleskop hilal sendiri yaitu teleskop kecil yang biasa digunakan untuk

pengiriman tim pengamat ke beberapa daerah di Indonesia untuk mengamati hilal

1 Ramadhan dan 1 Syawal setiap tahunnya. Teleskop tersebut adalah refraktor

William Optics dengan diameter 6 cm dilengkapi dengan mounting Vixen Sphinx

dan sebuah detektor sederhana berupa kamera dijita Canon Powershot. Dilengkapi

dengan TV Tuner ke sebuah laptop atau desktop, maka sistem ini siap

mengirimkan data berupa video tayang-langsung.Terdapat 6 teleskop seperti ini di

Observatorium Bosscha dan siap membantu pemerintah untuk melakukan

pengamatan hilal pada tanggal-tanggal penting keagamaan tersebut.15

Jadi, fungsi Observatorium Bosscha selain yang telah disebutkan dalam

penjelasan sebelumnya, inventaris-inventarisnya menjadi penunjang untuk

melakukan riset dalam bidang astronomi yang memang hanya ada di

Observatorium Bosscha. Sebab itulah Observatorium Bosscha menjadi pusat

kegiatan astronomi di Indonesia.

B. Kegiatan Observatorium Bosscha Berkaitan Dengan Pengembangan Hisab

Rukyat di Indonesia

Kegiatan yang dilakukan oleh Observatorium Bosscha berkaitan dengan

pengembangan Hisab dan Rukyat di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga,

yaitu: Pertama kegiatan yang diselenggarakan oleh Observatorium Bosscha yang

bertempat di Observatorium Bosschaatau tempat lain. Kedua, kegiatan individu

14

bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen/non-aktif.

15bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen/aktif/teleskop-portable.

Page 156: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

44

(staf astronomi atau Kepala Observatorium Bosscha dan alumni jurusan astronomi

FMIPA ITB) sebagai peserta atau pemateri dalam undangan pertemuan, pelatihan,

pendidikan, seminar, temu kerja, dan evaluasi mewakili Observatoium Bosscha

dalam pengembangan Hisab dan Rukyat di Indonesia. Ketiga, yaitu berperan aktif

dalam membuat tulisan, artikel, makalah, dan skripsi yang dilakukan oleh

mahasiswa astronomi ITB, staf maupun Kepala Observatorium Bosscha berkaitan

dengan pengembangan Hisab dan Rukyat di Indonesia.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Observatorium Bosscha yang

bertempat di Observatorium Bosscha itu sendiri berkaitan dengan pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia, antara lain:

1. Pengamatan yang dilakukan di Observatorium Bosscha dan beberapa tempat

di Indonesia terkait dengan posisi hilal dan gerhana. Kegiatan ini

dilaksanakan dalam membantu Kementerian Agama dalam menetapkan awal

bulan Kamariah, menyampaikan hasil pengamatan, perhitungan, dan

penelitian melalui staf perwakilan astronomi ITB di sidang isbat.

2. Pendidikan dan Pelatihan Hisab dan Rukyat Negara-Negara MABIMS Tahun

2000, yang bertempat di Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

bekerja sama dengan Departemen Agama, diadakan selama 26 hari terhitung

dari tanggal 10 Juli 2000 –5 Agustus 2000.

Dalam pelatihan ini terdapat 44 makalah yang disajikan oleh 29 pemateri, 8

orang diantaranya merupakan perwakilan dari Observatorium Bosscha yang

menyajikan materi tentang astronomi modern diantaranya yaitu,kamera CCD,

orbit benda-benda langit, the moon sighting, umbran dan penumbra, gerhana,

asmosfer, sistem koordinat astronomi, penggunaan astronomical almanac,

fotografi astronomi, dan penurunan dan pengembangan rumus astronomi

bola. Pelatihan ini lebih banyak memberikan kemampuan teknis astronomi

dan hisab rukyat disamping permasalahan-permasalahan dan kebijakan-

kebijakan di negara peserta pelatihan (Brunei Darussalam, Indonesia,

Malaysia, dan Singapura)

3. Seminar dan Workshop Nasional: Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan

dan Kalender Matahari di Indonesia, Senin 13 Oktober 2003 M/ 17-18

Page 157: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

45

Sya‟ban 1424 H, bertempat di Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa

Barat.

Pada seminar ini terdapat 8 sesi. Sesi pertama yaitu pembukaan, sesi kedua

membahas tentang aspek umum astronomi dan kebijakan Pemerintah tentang

kalender di Indonesia, sesi ketiga membahas tentang kalender matahari,

bulan, bulan-matahari, sesi keempat membahas tentang rotasi bumi, waktu

standar, dan garis batas pergantian hilal, sesi kelima membahas tentang hisab

menurut kitab klasik hingga astronomi modern, sesi keenam membahas

tentang kebijakan ormas Islam dam sistem penanggalan Hijriyah, sesi ketujuh

membahas tentang prospek penyatuan kalender hijriyah, dan diakhiri oleh

workshop pada sesi kedelapan.

4. Seminar Sehari Aspek Teoritis dan Observasi Astronomi Visibilitas Hilal,

Sabtu 27 Mei 2006, bertempat di Observatoium Bosscha, Lembang, Jawa

Barat.

Pada seminar ini membahas tentang “Aspek Terestrial Pada Penentuan Posisi

Hilal”, disampaikan oleh Suryadi Siregar yang merupakan anggota Kelompok

Keahlian (KK) Astronomi FMIPA, ITB, yang kedua yaitu “Siklus Metonik &

Implikasinya Pada Parameter Visibilitas Hilal”, disampaikan oleh Dr. Moedji

Raharto, pembahasan ketiga yaitu “Tinjauan Astronomis Data Kesaksian

Hilal di Indonesia dan Prospek Kriterian Hisab Rukyat di Indonesia”,

disampaikan oleh Dr. Thomas Djamaluddin.

5. Seminar Nasional Hilal (Mencari Kriteria Visibilitas Hilal dan Penyatuan

Kalender Islam Dalam Perspektif Sains dan Syara), diselenggarakan oleh

Kelompok Keilmuan Atronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung, 19 Desember 2009 M/ 2

Muharram 1431 H, bertempat di Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa

Barat.

Pada seminar ini terdapat 5 sesi. Sesi pertama yaitu presentasi “Studi

Visibilitas Hilal dalam Periode 10 Tahun Hijriyah Pertama sebagai Kriteria

Baru untuk Penetapan Awal Bulan-bulan Islam Hijriyah” oleh Suwandojo

Siddiq, “Faktor Penting dalam Penentuan Kriteria Hisab Rukyat”, oleh

Page 158: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

46

Thomas Djamaluddin, “Purnama: Parameter Baru Penentuan Awal Bulan

Qomariyah”, oleh Agus Purwanto, sesi kedua yaitu presentasi “Takwin

Hijriyah Menurut Kitab Nur al-Anwar: Sistem Penanggalan Islam

Berdasarkan Hisab Hakiki bi at-Tahqiqi”, oleh Jayusman, “Kalender Islam:

Sebuah Kebutuhan dan Harapan”, oleh Moedji Raharto, “Kalender Umm Al-

Qurra dengan Kriteria Baru Sebagai Sistem Penanggalan Islam Universal:

Sebuah Studi atas Pemikiran Zakki Al-Mustafa, sesi ketiga yaitu presentasi

“Sistem Informasi Hisab-Rukyat”, oleh Taufiq Hidayat, “Peran Serta BMKG

dalam Kegiatan Hisab dan Rukyat di Indonesia”, oleh Muhammad Husni,

“Observasi Hilal 2007-2009 dan Implikasinya untuk Kriteria Visibilitas di

Indonesia”, oleh M. Ma‟rufin Sudibyo, sesi keempat yaitu presentasi

“Prosedur Sederhana Pengolahan Citra untuk Pengamatan Hilal”, oleh Dhani

Herdiwijaya, “Garis Batas Bulan Baru yang Dinamis beserta

Konsekuensinya”, oleh Cecep Nurwendaya, “Mobile Observatory: Sarana

Hisab Multi Fungsi”, oleh Hendro Setyanto, adapun sesi terakhir yaitu sesi

kelima berisi presentasi “Seputar Awal Ramadhan, Awal Syawal, dan Idul

Adha, oleh A. Nuradnan Pramudita, “Menelusuri Pemikiran Muhammad

Shawkat Odeh” oleh Muh. Nashirudin, “Visibilitas Hilal Metonik” oleh

Moedji Raharto.16

Kegiatan individu (staf astronomi atau Kepala Observatorium Bosscha)

sebagai peserta atau pemateri dalam undangan pertemuan, pelatihan, pendidikan,

seminar, temu kerja, dan evaluasi mewakili Observatoium Bosscha dalam

pengembangan Hisab dan Rukyat di Indonesia, antara lain:

1. Pemateri dalam pertemuan peningkatan pelayanan Hisab dan Rukyat pada 27

Oktober 1999, di Wisma Guna Pengadilan Tinggi Agama, Baleendah,

Bandung. Adapun materi yang disampikan yaitu, “Perpaduan Astronomi,

Hisab, dan Rukyat (Kesinambungan dalam Memahami Fenomena Visibilitas

Hilal dan Kalender Islam), disampaikan oleh Dr. Moedji Raharto.

16

Data dan dokumentasi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Page 159: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

47

2. Pemateri dalam Seminar Dua Hari tentang: Rukyah dan Hisab menurut

Tinjauan Astronomi dan Fuqoha, yang diadakan oleh Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia, pada 27-28 November 1999. Adapun materi yang

disampikan, “Sistem Penanggalan Syamsiya/ Masehi”, disampaikan oleh Dr.

Moedji Raharto.

3. Penasihat dan peserta dalam program kalender Islam internasional

(International Islamic Calender Progrsmme) yang digagas oleh Prof.

Muhammad Ilyas (Malaysia) pada tahun 1985-2000.

4. Peserta dalam Pertemuan bersama MUI, ormas Islam, pakar astronomi, dan

Badan Hisab dan Rukyat dengan Departemen Agama tentang Kriteria

Penentuan Awal Bulan Qomariyah, pada tanggal 28-29 November 2002,

bertempat di Operation Room Departemen Agama, Jakarta.

5. Peserta dalam Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat tahun 2004, diadakan oleh

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

pada 22 April 2004, bertempat di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

6. Pemateri dalam Temu Kerja Evaluasi Hisab dan Rukyat tahun anggaran 2005

(Musyawarah Kerja 2005), pada tanggal 16-17 mei 2005, diadakan oleh

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

bertempat di Wisma Haji, jl. Jaksa, Jakarta. Adapun materi yang disampikan,

“ Ijtimak dan Tinggi Bulan Pada Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2015”,

dan “Membangun Pengembangan, Pendidikan, dan Pelatihan Hisab Rukyat di

Masa Datang”, disampaikan oleh Dr. Moedji Raharto.

7. Peserta dalam Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat tahun 2006, diadakan oleh

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

pada tanggal 1-3 Juni 2006, bertempat di Hotel Ria Diani, Cibogo, Bogor,

Jawa Barat.

8. Pemateri dalam Musyawarah Nasional Penyatuan Kalender Hijriyah yang

diadakan oleh Direktorat Urusan Agama Islam Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, pada 19 Desember

2005, bertempat di Wisma Haji Departemen Agama, Jakarta. Adapun materi

Page 160: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

48

yang disampaikan, “Penyatuan Kalender Hijriyah dalam Pandangan

Astranomi”, oleh Dr. Moedji Raharto.

9. Pemateri dalam Seminar Nasional Hisab dan Rukyat Badan Litbang Agama

dan Diklat Keagamaan Departemen Agama, pada 20-22 Mei 2003, bertempat

di Jakarta. Adapun materi yang disampaikan, “Teknologi Optik Sebagai

Pembantu Penetapan Awal Bulan Hijriyah”, oleh Dr. Moedji Raharto.

10. Peserta dalam Sidang Badan Hisab dan Rukyat dan Musyawarah Nasional

Hisab dan Rukyat yang diadakan oleh Ditjen Bimas Islam Kementerian

Agama, pada 18-19 Juni 2012, bertempat di Hotel Milenium, Jakarta.

11. Pemateri pada Acara Muzakarah Tentang Hisab dan Rukyat dalam Penentuan

Awal Bulan Ramadhan dan Syawal 1434 H, yang diadakan oleh Majelis

Muzakarah Masjid Agung Al-Azhar, pada 8 Juni 2013, bertempat di

Universitas Al-Azhar, Jakarta. Adapun materi yang disampaikan, “Hisab dan

Rukyat Menuju Unifikasi Sistem Penanggalan Hijriyah di Indonesia”, oleh

Dr. Moedji Raharto.

12. Pemateri dalam Temu Kerja Evalusi Hisab Rukyat tahun anggaran 2013 yang

diadakan oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah,

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama, pada

19-21 Juni 2013, bertempat di Batam Center, Pulau Batam. Adapun materi

yang disampaikan, “Ijtimak dan Tinggi Bulan Pada Saat Matahari Terbenam

di Pelabuhan Ratu tahun 2015 Menggunakan ASCRIPT”, oleh Dr. Moedji

Raharto dan Novi Sopwan.

13. Pemateri pada Acara Muzakarah Tentang Hisab dan Rukyat dalam Penentuan

Awal Bulan Ramadhan dan Syawal 1434 H, yang diadakan oleh Majelis

Muzakarah Masjid Agung Al-Azhar, pada 3 Juni 2014, bertempat di

Universitas Al-Azhar, Jakarta. Adapun Materi yang disampaikan, “Awal

Ramadhan dan Awal Syawal 1435 H”, oleh Dr. Moedji Raharto.17

17

Data dan dokumentasi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Page 161: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

49

Peran aktif dalam membuat tulisan, artikel, makalah, dan skripsi yang

dilakukan oleh staf maupun Kepala Observatorium Bosscha berkaitan dengan

pengembangan Hisab dan Rukyat di indonesia. Antara lain:

1. Memuat tulisan atau artikel yang berkaitan dengan perkembangan Hisab dan

Rukyat di Indonesia dalam kurun waktu 1990-sekarang dengan jumlah

puluhan artikel yang dimuat di beberapa surat kabar daerah maupun nasional.

Adapun staf astronomi dan Kepala Observatorium Bosscha yang telah

memuat karyanya di berbagai surat kabar tersebut antara lain: Moedji Raharto

sebanyak 34 tulisan (1994-2002), Thomas Djamaluddin sebanyak 20 tulisan

(1995-1999), M. Ridho Eisy sebanyak 4 tulisan (1990-1994), F. Lukman

sebanyak 2 tulisan (1997), Tito Irawan sebanyak 10 tulisan (1997), J.A.

Utama sebanyak satu buah tulisan (2000) dan Hendro Setyanto sebanyak satu

buah tilisan (1999). Adapun surat kabar yang memuat tulisan para astronomi

Observatorium Bosscha antara lain, Republika, Kompas, Pos Kota, Pikiran

Rakyat, Merdeka, Media Indonesia, Bandung Pos, Pelita, dan lainnya. Para

astronom di atas ini masih aktif dalam menulis berbagai hal yang berkaitan

dengan hisab dan rukyat di Indonesia sampai saat.

2. Menghasilkan beberapa makalah yang berkaitan dengan perkembangan Hisab

dan Rukyat di Indonesia, seperti, “Awal Bulan Hijriyah dalam Perspektif

Hisan dan Rukyat”, “Catatan Visibilitas Hilal Awal Ramadan”, “Penjelasan

Astronomi Atas Ayat Pergantian Malam dan Siang”. “Era Digitalisasi Ilmu

Falak”. Serta penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Mahasiswa

Jurusan Astronomi Institiut Teknologi Bandung bernama Purwanto yang

berjudul “Visibilitas Hilal Sebagai Acuan Penyusunan Kalender Islam”,

tahun 1992.18

Seiring berkembangnya astronomi di Indonesia, berkembang pula fungsi

Observatorium Bosscha yang dibuktikan oleh berbagai kegiatan yang telah

disebutkan di atas, dalam hal ini khususnya dalam pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia.

18

Data dan dokumentasi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Page 162: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

50

BAB IV

ANALISIS PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITIUT

TEKNOLOGI BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN HISAB

DAN RUKYAT DI INDONESIA

A. Peran Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung Dalam

Pengembangan Hisab Dan Rukyat Di Indonesia

Masalah penentuan awal bulan kamariah melibatkan beberapa aspek yang

saling berkaitan secara komplek. Astronomi berperan sebagai alat bantu dalam

penentuan awal bulan kamariah dari sisi ilmiah, sehingga dengan keterlibatan

astronomi diharapkan perbedaan umat Islam dalam penentuan hari raya maupun

penyusunan kalender Islam pada umumnya dapat dipersatukan. Aspek ilmiah

dalam penentuan awal bulan berkaitan dengan astronomi, bidang keilmuan yang

selama ini ditekuni di Institiut Teknologi Bandung. Meskipun bukan Ulama,

namun Observatorium Bosscha dan Jurusan Astronomi sering kali menerima

pertanyaan tentang awal Ramadan atau Syawal menurut Astronomi.1

Dalam khazanah ilmu hisab dikenal beberapa metode untuk menentukan

ijtimak (konjungsi) dan posisi hilal dan awal serta akhir Ramadan. Merujuk pada

hasil Seminar Sehari Hisab Rukyah pada April 1992,2

sistem hisab

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Metode Hisab Haqiqi Taqribi. Metode ini menggunakan data bulan dan

matahari berdasarkan data dan tabel Ulugh Bek. Dengan proses perhitungan

yang sederhana. Hisab ini dilakukan hanya dengan cara penambahan,

pengurangan perkalian, dan pembagian tanpa menggunakan ilmu ukur

segitiga bola (sperical trigonometry).3 Motede ini sangat sederhana, tanpa

mempergunakan bantuan ilmu ukur segitiga bola dan hanya merupakan

perkiraan saja. Cara ini tidak memperhatikan deklinasi bulan dan matahari,

1 Purwanto dan Djoni N. Dawanas ,”Peran Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriyah” dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 102-104.

2 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007) h. 27.

3 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h.7.

Page 163: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

51

asensiorekta, posisi observer dan lainnya.4 Meskipun metode serta algoritma

(urutan logika berpikir) perhitungan waktu ijtimak tersebut sudah benar,

tetapi koreksi-koreksinya terlalu disederhanakan, maka hasilnya kurang

akurat.5

Itulah sebabnya metode ini disebut dengan Hisab Taqribi

(perhitungan perkiraan). Ahmad Izzudin dalam bukunya Fiqih Hisab Rukyat

mengutip dari Sriyatin Shadiq dalam bukunya yang berjudul Perkembangan

Hisab Rukyah dan Penetapan Awal Bulan Kamariah menyebutkan yang

termasuk kelompok metode Hisab Haqiqi Taqribi antara lain, Sullam al-

Nayyirain oleh Muhammad Manshur al-Batawi, Tadzkirat al-Ikhwan oleh

Abu Hamdan al-Semarang, Fath al-raufi al-Mannan oleh Abu Hamdan

Abdul Jalil bin Abdul Hamid al-Qudsy, al-Qawa’id al-Falakiyyah oleh Abdul

Fatah al-Sayid Ashshuhy al-Falaky, al-Syamsu wa al-Qamar oleh Ust. Anwar

Katsir al-Malangi, Jadawil al-Falakiyyah oleh Qusyairi al-Pasuruani, Risalah

Falakiyyah oleh Ramly Hasan al-Gresiky dan Risalah Hisabiyyah oleh KH.

Hasan Basri al-Gresiky.6

2. Metode Hisab Haqiqi Tahqiqi. Metode ini dicangkok dari kitab al-Mathla’ al-

Said Rushd al-Jadid (merupakan kitab yang dipakai oleh pakar ilmu falak

yang sangat terkenal, yakni KH. Turaichan yang berasal dari Kudus Jawa

Tengah dan terkenal dengan karya monumentalnya “Kalender Menara

Kudus”).7 Kitab tersebut berakar dari sistem astronomi serta matematika

modern yang asal muasalnya dari sitem hisab astronom-astronom muslim

tempo dulu dan telah dikembangkan oleh astronom-astronom modern (Barat)

berdasarkan penelitian baru. Inti dari sistem ini adalah menghitung atau

menentukan posisi matahari, bulan dan titik simpul orbit bulan dengan orbit

matahari dalam sistem koordinat ekliptika, yang artinya sistem ini

4

Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, (Bandung: Jurusan

Astronomi ITB dan Himpunan Astronomi Indonesia, 1995) h. 35, t.d.

5 Taufiq, “Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia” dalam, Selayang Pandang Hisab

Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 19.

6Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 28

7.Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 29.

Page 164: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

52

mempergunakan tabel-tabel yang sudah dikoreksi dan perhitungan yang

relatif lebih rumit daripada metode hisab haqiqi taqribi serta memakai ilmu

ukur segitiga bola.8

Dikarenakan cara yang ditempuh dalam metode ini

demikian teliti, maka perhitungan ini dikenal dengan istilah hisab tahqiqi

(perhitungan pasti atau akurat).9 Adapun yang termasuk metode perhitungan

ini (hisab haqiqi tahqiqi) antara lain, al-Mathla al-Said fi hisab al-Kawakib

ala Rushd al-Jadid oleh Syekh Husain Zaid al-Misra, al-Manahij al-

Hamidiyah oleh Syekh Abdul Hamid Mursyi Ghaisul Falaky al-Syafi’i,

Muntaha Nataij al-Aqwal oleh Muhammad Hasan Asyari al-Pasuruani, al-

Khulashah al-Wafiyah oleh Zubaer Umar Jailany Salatiga, Badiat al-Mitsal

oleh Muhammad Ma’shum bi Ali Al-Jombangy, Hisab Haqiqi oleh Kyai

Wardan Dipaningrat al-Yogyakarta, Nur al-Anwari oleh KH. Noor Ahmad

SS Jepara, Ittifaqu al-Dzati al-Bain oleh Muhammad Zubaer Abdul Salam

Gresik.10

3. Metode Hisab Haqiqi Kontemporer. Metode ini menggunakan hasil

penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan.

Metodenya sama dengan metode hisab haqiqi tahqiqi hanya saja sistem

koreksinya lebih teliti dan kompleks sesuai dengan kemajuan sains dan

teknologi. Rumus-rumusnya lebih disederhanakan sehingga untuk

menghitungnya dapat digunakan kalkulator atau personal komputer. Koreksi

bulan dilakukan hingga seratus kali. Namun untuk menghitungnya tidak

terlalu sulit sebab dapat dilakukan dengan kalkulator dan komputer. Hisab

Kontemporer dalam perhitungan menggunakan kalkulator dan komputer,

rumus-rumus untuk mencari posisi matahari dan bulan dapat diprogram,

sehingga hasil perhitungan dapat diperoleh dengan cepat dan lebih teliti.11

Termasuk dalam metode perhitungan ini antara lain, New Comb oleh Bidran

8 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 8-9.

9 Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 35, t.d.

10 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 29.

11Taufiq, “Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia” dalam, Selayang Pandang Hisab

Rukyat,h. 21-22.

Page 165: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

53

Hadi Yogyakarta, Almanak Nautika yang dikeluarkan oleh TNI AL Dinas

Hidro Oseanografi Jakarta dan diterbitkan setiap tahun oleh Her Majesty’s

Nautical Almanac Office, Royal Greenwich Observatory, Cambridge,

London, The Astronomical Almanac yang diterbitkan setiap tahun kerja sama

Nautical Almanac Office, United Stated Naval Observatory, Wahington

dengan Majestys’s Nautical Almanac Office, Royal Greenwich Observatory,

Cambridge, London, Astronomical Tables of Sun, Moon and Planets oleh

Jean Meeus Belgia, Islamic Calendar oleh Muhammad Ilyas Malaysia,

Ephemeris Hisab dan Rukyah oleh Badan Hisab Rukyah Departemen

Agama.12

Almanak astronomi adalah tabel, buku, atau perangkat lunak

komputer yang menyajikan informasi tentang waktu kejadian fenomena

astronomis seperti terbit dan terbenamnya bulan dan matahari, fase bulan,

posisi matahari, bulan dan planet-planet, gerhana atau okultasi benda-benda

langit, serta waktu bintang (sideral time).13

Dalam pelaksanaan hisab awal

bulan dengan sistem ephemeris di dalamnya terdapat dua jenis data yang

digunakan, yaitu data yang berkaitan dengan matahari dan data yang

berkaitan dengan bulan.14

Berbeda dengan sistem hisab taqribi (hisab haqiqi tahqiqi dan hisab haqiqi

kontemporer) dalam proses perhitungannya menggunakan rumus-rumus sperical

trigonometry (ilmu ukur segitiga bola) dan koreksi-koreksi yang lebih banyak dari

hisab taqribi. Sistem hisab ini juga telah memperhatikan posisi observer, data

deklinasi, sudut waktu atau asensiorekta dari bulan dan matahari. Hisab tahqiqi ini

juga hidup dan berkembang di beberapa Pesantren, IAIN, Observatorium Bosscha

ITB, Planetarium, Badan Meteorologi dan Geofisika dan lainnya.15

Dalam aspek hisab, usaha usaha yang dilakukan Departemen Agama

(sekarang Kementerian Agama) pada masa lalu untuk menyediakan data waktu-

12

Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, h. 29.

13 Thomas Djmaluddin, “Peran Penting Almanak Astronomi di Masyarakat”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 77, t.d.

14 A. Jamil, Ilmu Falak. Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Penerbit Amzah, 2009) h. 133.

15 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan

Peradilan Agama, 2007), h. 99.

Page 166: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

54

waktu ibadah dengan menggunakan sumber-sumber yang berkembang di

masyarakat yang pada umumnya menggunakan data lama yang tertulis dalam

bahasa arab. Jika di kantor-kantor tidak ada petugas yang dapat melakukannya,

maka pimpinan kantor meminta bantuan ulama-ulama untuk menyediakan data

tersebut untuk disebarkan ke mayarakat, atau bahkan Departemen Agama tidak

ikut campur jika memang sudah ada ulama yang ahli dan diikuti oleh masyarakat.

Keadaan seperti ini berlangsung bertahun-tahun dan hampir tidak ada kontak

dengan lembaga astronomi atau instansi terkait lainnya.16

Seperti dijelaskan oleh Moedji Raharto keterlibatan astronomi dan Lembaga

Astronomi seperti Observatorium Bosscha memberikan andil dan sumbangsih

dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia. Moedji mengatakan:

“...Obsevatorium Bosscha sebagai lembaga keilmuan mungkin lebih

banyak mempelajari gerak dan posisi bintang dan benda-benda langit yang

sangat abstrak bagi pengguna. Jadi kalau dilihat sistem perhitungan yang

digunakan Kementerian Agama maupun IAIN sangat tampak

kekurangannya, sisi sains (aspek astronomi) belum tampak sama sekali.

Seperti pada sebuah kasus ketika bulannya sudah terbenam tetapi ada yang

mengaku melihat hilal dan itupun disahkan. Untuk mengatasi kekurangan

tersebut, Kementerian Agama menghimpun berbagai lembaga dan instansi

terkait dengan pengembangan hisab dan rukyat...”17

Kondisi tersebut didukung oleh munculnya H. Saadoe’ddin Djambek

menjelang tahun 1970, ahli pendidikan yang menaruh perhatian besar terhadap

dunia astronomi, terutama menganai hal-hal yang berkaitan dengan penentuan

waktu-waktu ibadah. Sejak kemunculan beliau, mulai diadakan kontak dengan

lembaga astronomi dan instansi terkait lainnya, seperti Astronomi ITB,

Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, Badan Meteorologi dan

Geofisika, dan Dinas Oseanografi TNI AL. Pemasyarakatan data dan cara hitung

yang bersumber pada kaidah astronomi modern mulai gencar dilakukan. Dasar-

16

Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 36, t.d.

17 Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 10 September 2017.

Page 167: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

55

dasar astronomi terutama mengenai gerak bulan, bumi, dan matahari merupakan

materi pokok dalam pemasyarakatan astronomi tersebut.18

Rubu’ Mujayyab digunakan sebagai alat pemecah persoalan segitiga bola

langit dan fungsi geneometric. Meskipun pada prinsipnya Rubu’ Mujayyab itu

merupakan alat yang dapat memecahkan fungsi geneometris, namun hasilnya

kurang halus dan masih kasar. Logaritma dan rumus-rumus trigonometri sebagai

alat yang mengantarkan dalam menyelesaikan perhitungan kedudukan benda-

benda langit, hasil yang diperoleh lebih halus dan lebih mendekati kepada

kebenaran. Sistem dan perhitungan ini dipergunakan dalam memperhitungkan

awal-awal bulan kamariah oleh Badan Hisab dan Rukyat dengan maksud untuk

mendapatkan perbandingan hasil hisab dari berbagai macam aliran. Akan tetapi

yang jadi pegangan pokok ialah dengan menggunakan Sperical Trigonometry

(ilmu ukur segitiga bola) sebagai alat pemecah dalam menentukan kedudukan

benda-benda langit.19

Berkenaan dengan pengembangan ilmu hisab serta persoalan sistem

matematik yaitu dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu ukur segitiga bola

(sperical trigonometry) yang sudah tidak diragukan lagi kebenarannya20

dan

dikembangkan oleh Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung, Moedji

Raharto menjelaskan:

“...sebagai lembaga yang bertugas dalam pendidikan astronomi, di

dalamnya terdapat hisab dan rukyat. Hisab dan rukyat jika diperhatikan

hanya mempelajari garak dan posisi benda langit serta kaitannya dengan

aktifitas ibadah, pemahaman dan pengertian akan sains harus ditanamkan

lebih awal, karena posisi benda langit dan gerak benda langit tidaklah

simpel dan sederhana. Karena sains diperlukan guna memverifikasi jika

ada kekeliruan. Perhitungan benda-benda langit seperti untuk menghitung

posisi bulan misalnya, dalam metode Jean Meeus terdapat 100 koreksi

yang utama dan penting agar perhitungan tidak meleset terlalu jauh, sifat-

sifat seperti itu yang dikembangkan oleh Observatorium Bosscha.Hal

lainnya seperti memahami tata koordinat, astronomi bola dalam

menentukan arah kiblat, dan sebagainya. Ilmu dasarnya adalah astronomi

18

Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 36, t.d.

19 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, h. 94-95.

20 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat h. 163.

Page 168: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

56

bola, karena astronomi bola itu sendiri bisa dipergunakan untuk berbagai

macam keperluan tidak hanya untuk menentukan posisi bulan dan

matahari (penentuan awal bulan kamariah) atau juga arah kiblat, tetapi

juga untuk menghitung hal-hal yang lebih presisi lagi seperti, mempelajari

gerak bintang dan benda langit lainnya.Dalam lain hal segitiga bola

digunakan dalam ilmu penerbangan untuk mencari rute terpendek dan juga

dalam menghitung luas bidang untuk persenjataan militer seperti rudal

tempur, dan lainnya. Itu semua memiliki formula yang sama yaitu segitiga

bola dan dikembangkan di sini (Observatorium Bosscha).21

Perlu dipahami

disini kehadiran Observatorium Bosscha dalam pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia untuk memberikan dan mengenalkan aspek astronomi

modern. Kenapa diperlukan aspek astronomi modern? Karena di dalam

astronomi modern selalu terdapat update (pembaruan) terhadap data

astronomi yang akan digunakan...”22

Kementerian Agama terus berusaha mengembangkan hisab dan rukyat

dengan melakukan kegitan antara lain menghimpun dan mengevaluasi data hisab

yang berkembang di Indonesia. Musyawarah evaluasi kegiatan hisab rukyat

diselenggarakan untuk menyediakan data bagi pelaksanaan hisab rukyat tahun-

tahun berikutnya. Musyawarah ini diikuti oleh unsur Departemen Agama, Badan

Meteorologi, Planetarium, Observatorium Bosscha ITB, dan ahli secara

perorangan. Salah satu sumber data adalah rujukan Almanak Nautika dengan

dibantu sistem perhitungan segitiga bola.23

Mengenai buku data yang berisi data dan kaidah astronomi modern, selama

ini Kementerian Agama memperoleh Almanak Nautika secara rutin setiap tahun

dari Dinas Oseanografi TNI AL. Data gerhana atau data lainnya secara insidental

diperoleh dari Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, Badan

Meteorologi dan Geofisika atau instansi lainnya. Data tersebut sangat berguna dan

disebarkan ke masyarakat peminat. Adapun Almanak Nautika, diterima oleh

Kementerian Agama pada akhir tahun, sehingga dirasa terlambat untuk digunakan

21

Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 10 September 2017.

22 Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 22 Mei 2017.

23 Ditbinbapera Islam , “Hisab dan Rukyat Permasalahannya di Indonesia”, dalam ,

Selayang Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan

Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 10..

Page 169: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

57

dalam penyusunan edaran-edaran pelaksanaan hisab rukyat dan penyusunan

kalender. Untuk mengantisipasi masalah ini, Kementerian Agama menerbitkan

buku data yang disusun berdasarkan program atau formula dari buku-buku

astronomi seperti Astronomical For Calculator (Jean Meeus) dan Practical

Astronomy (Smaart). Buku data tersebut diberi nama Ephemeris Hisab dan Rukyat

yang memuat data bulan dan matahari, diterbitkan setiap tahun untuk kepentingan

kegiatan hisab rukyat di seluruh Indonesia.24

Apa yang dilakukan oleh Observatorium Bosscha dengan memberikan andil

dan sumbangsih dengan bentuk pengetahuan dasar astronomi dalam

pengembangan hisab sejalan dengan kegiatan pemasyarakatan astronomi yang

dilakukan oleh Kementerian Agama sejak awal mula menjalin kontak dengan

lembaga astronomi (Observatorium Bosscha dan Planetarium Jakarta) atau instansi

lainnya terkait dengan hisab rukyat (Badan Meteorologi dan Geofisika dan Dinas

Hedro Oseanografi TNI AL) pada saat itu dan hingga kini. Adapun kegiatan-

kegiatan yang mulai dilakukan saat itu antara lain: mengisi mata pelajaran Ilmu

Falak pada Fakultas Syariah IAIN dengan materi yang diambil dari astronomi

modern, mengadakan pelatihan Ilmu Falak terhadap dosen-dosen dan tokoh-tokoh

pesantren, mengadakan koordinasi dengan lembaga astronomi, instansi terkait dan

para tokoh ulama mengenai penyediaan data dan pengembangan Ilmu Falak, yang

kemudian berhasil dilakukan pembentukan Badan Hisab Rukyat yang anggotanya

terdiri dari unsur-unsur tersebut, mengusahakan penyediaan alat-alat, menerbitkan

buku-buku hisab rukyat yang berisi data dan kaidah astronomi modern, dan

menyebarluaskan data dan informasi baru kepada tokoh-tokoh masyarakat dan

instansi jajaran Departemen Agama, terutama kepada Pengadilan Agama sebagai

lembaga yang diberi tugas untuk menangani masalah hisab dan rukyat.25

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwasanya Observatorium Bosscha

memiliki peran dan sumbangsih dalam perkembangan hisab rukyat. Seperti yang

24

Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 37, t.d.

25 Wahyu Widiana, “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya”, dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, h. 36.

Page 170: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

58

telah dijelaskan dalam BAB II mengenai teori peran, dijelaskan bahwa apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka dia menjalankan suatu peranan.26

Peranan lebih menekankan kepada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.27

Observatorium Bosscha dalam

perkembangan ilmu hisab, telah memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar

astronomi modern terhadap perkembangan ilmu hisab di Indonesia. Dasar

astronomi yang telah diberikan berkaitan dengan perhitungan astronomi berkaitan

dengan pelaksanaan ibadah seperti arah kiblat dan awal bulan kamariah dan di sini

penulis lebih menitik beratkan pada penentuan awal bulan kamariah. Kehadiran

Observatorium Bosscha dalam pengembangan ilmu hisab memperkaya

pengetahuan tentang perhitungan astronomi yang menjadi acuan dalam metode

hisab haqiqi kontemporer khususnya, dikarenakan perhitungan astronomi yang

dikembangkan oleh Observatorium Bosscha di dalamnya terdapat pembaharuan

yang terus menerus dilakukan.

Dalam hal rukyat, posisinya dalam fikih Islam sangatlah kuat. Mengawali

dan mengakhiri puasa Ramadan haruslah dengan rukyat (melihat hilal) atau

dengan istikmal (menyempurnakan hitungan bulan 30 hari). Walaupun menurut

hisab, hilal sudah wujud namun tidak terlihat, maka belum wajib melaksanakan

puasa.28

Rukyat yang merupakan istilah agama dapat juga diartikan sebagai

observasi dalam pengertian astronomi.29

Observatorium Bosscha yang berada di bawah naungan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung merupakan

tempat observasi yang digunakan oleh mahasiswa Jurusan Astronomi untuk

pembelajaran astronomi yang merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang

dikembangkan atas dasar pengamatan (observasi), oleh karenanya astronomi

26

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 268

27 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.269

28 KH.Ma’ruf Amin,”Rukyah Untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadan Menurut

Pandangan Syariah dan Iptek” dalam, Rukyah Dengan Teknologi (Upaya Mencari Kesamaan

Pandangan Tentang Penentuan Awal Ramadan dan Syawal. (Jakarta; Gema Insani Press, 1994), h.

70.

29Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, h. 193.

Page 171: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

59

disebut sebagai observational science. Sebagai ilmu yang berlandaskan observasi

semuanya tidak bisa lepas dari pengamatan karena tanpa pengamatan, astronomi

tidak bisa berkembang seperti saat ini. Observasi memang menduduki tempat

yang penting dalam astronomi, meskipun teori yang berbasis pemodelan atau

perhitungan (hisab) tidak kalah penting.30

Observatorium Bosscha sebagai sebuah observatorium yang secara

terminologis adalah sebentuk bangunan tempat dimana dilakukan pengamatan

benda-benda langit yang mana pengamatan tersebut tercatat. Observatorium juga

sangat identik dengan instrumen–instrumen yang beragam disamping lokasi

tempat keberadaannya yang strategis.31

Adapun terkait dengan pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia, Observatorium Bosscha memiliki andil dalam

pengamatan hilal atau rukyat dalam penentuan awal bulan kamariah. Moedji

Raharto mengatakan:

“...dalam segi rukyat, kita juga selalu memberikan edukasi dan mengajari

para perukyat dari berbagai elemen dalam melakukan rukyat secara

profesional berdasarkan astronomi, termasuk penggunaan teleskop.

Meskipun sebelumnya sempat mendapat protes keras dari seorang ulama

bahwa penggunaan teleskop tidak diperlukan dalam merukyat, saya

mengatakan bahwa teleskop digunakan untuk memverifikasi.32

Ketika hilal,

objek itu ada dan bisa terlihat oleh mata, maka teleskop dapat merekam

dan melihatnya (hilal) juga. Jika hilal itu merupakan suatu objek yang

sangat penting dalam menentukan waktu ibadah, kenapa tidak dilakukan

verifikasi terhadapnya (penampakan hilal)? Karena sebelumnya banyak

terdapat indikator kekeliruan di dalam rukyat, seperti ada yang mengaku

melihat hilal padahal yang dilihat bukan hilal. Dalam satu kesempatan,

KH. Ma’ruf Amin bahkan sempat berkata kepada saya untuk

menyampaikan apa yang memang harus saya sampaikan berkaitan dengan

melihat hilal dengan teleskop. Observatorium Bosscha bersama

Planetarium Jakarta yang diketuai Bapak. Darsa Sukartadiredja mencoba

menyelesaikan problema-problema tersebut dengan cara mengedukasi dan

memberikan pengetahuan dengan diskusi dan dialog kepada para perukyat.

Bahwa hilal merupakan bagian dari fase-fase bulan, sejak zaman Nabi

Muhammad SAW sampai sekarang. Jadi yang ingin ditekankan bukan

30

Hendro Setyanto, Membaca Langit, (Jakarta: al-Ghuraba, 2008), h. 16.

31 Arwin Juli Rakhmadi Butar Butar, Khazanah Astronomi Islam Abad Pertengahan,

(Purwokerto: UM Purwekerto Press, 2016), h. 408.

32 Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 22 Mei 2017.

Page 172: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

60

hanya tinggi hilal yang 2 derajat atau diatasnya, tetapi posisi relatif

terhadap matahari, beda tinggi, beda azimuth, dan lainnya.Salah kalau kita

terus melakukan kekeliruan dalam melihat hilal, meskipun pada ujungnya

kita menyepakati bahwa tidak boleh terus menerus ada perdebatan terkait

hisab dan rukyat...”33

Observatorium Bosscha memiliki andil dalam pengamatan hilal dalam

penentuan awal bulan kamariah. Pengamatan hilal dilakukan di Observatorium

Bosscha dan berbagai tempat di Indonesia. Hasil pengamatan tersebut diberikan

kepada perwakilan Observatorium Bosscha yang menjadi Tim Hisab dan Rukyat

yang turut hadir dalam sidang isbat yang diadakan oleh Kementerian Agama,

untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan awal bulan kamariah yang akan

ditetapkan pada sidang isbat tersebut. Sebenarnya pengamatan terhadap bulan

baru sudah dimulai sejak sekitar tahun 1976, mahasiswa astronomi sudah mulai

belajar mengamati dengan menggunakan teleskop. Pada tahun 1979,

Observatorium Bosscha melakukan kerjasama dengan Jepang dan sepulangnya

dari sana pada tahun 1982 mulai melakukan pengamatan bulan dengan unitron,

binokuler, dan kamera tele. Observatorium Bosscha melakukan kerjasama dengan

Belanda dalam rentang tahun 1984-1986 dan melakukan kerjasama dengan

Kementerian Agama dan IICP (International Islamic Calender Programme)

terkait pengamatan hilal mulai tahun 1986. Kerjasama yang dilakukan tersebut

pun karena dilatar belakangi oleh pengamatan hilal yang kontroversial sehingga

Kementerian Agama meminta perwakilan dari Observatorium Bosscha untuk

dimintai penjelasan di dalam musyawarah kerja yang dilaksanakan oleh Badan

Hisab dan Rukyat. Adapun selanjutnya pada tahun 1992, tim MABIMS34

melakukan simulasi rukyat yang bertempat di Observatorium Bosscha.

Pengamatan hilal pun rutin dilakukan hingga saat ini seiring hadirnya

Observatorium Bosscha dalam usaha memberikan edukasi, pendapat, dan

pandangan astronomi terkait problematika penentuan awal bulan kamariah,

33

Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 10 September 2017.

34 MABIMS adalah kerjasama antara Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam,

Indonesia,Malaysia, dan Singapura yang dimulai sejak tahun 1989.

Page 173: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

61

meskipun pada rentan tahun 1986 sampai sekitar 1990an tidak setiap tahunnya

dilakukan pengamatan kecuali ditahun-tahun yang memungkinnya terjadinya

perbedaan yang signifikan dalam penetapan awal bulan kamariah di berbagai

kalangan.

Teknologi rukyat digunakan terutama untuk mengatasi jauh dan tampak

kecilnya hilal serta cahayanya yang lemah.35

Cahaya hilal masih paling kuat

dibandingkan dengan cahaya bintang-bintang bahkan dibandingkan dengan

planet-planet tata surya kita. Namun demikian, terutama untuk pandangan mata

secara langsung, cahaya ini masih sangat lemah, sehingga menyulitkan

pelaksanaan rukyat secara konvensional dengan menggunakan mata secara

langsung.36

Tidak heran jika pengamatan dalam astronomi mendapat tempat dan

perhatian yang besar dari kalangan astronom. Disamping pengamatan (rukyat),

perkembangan astronomi juga didukung oleh pemodelan (hisab) hasil

pengamatan. Pemodelan sangat berguna untuk merencanakan pengamatan yang

berkesinambungan. Ilmu Falak sebagai bagian dari astronomi tentunya

mempunyai karakter yang serupa. Pengamatan (rukyat) dan pemodelan (hisab)

harus dapat berjalan seiring. Mempertentangkan keduanya hanya akan

menghambat perkembangan Ilmu Falak itu sendiri. 37

Selain berperan dalam perkembangan ilmu hisab di Indonesia dengan

memberikan dasar-dasar astronomi lewat perhitungan astronomi yang berkaitan

dengan pelaksanaan ibadah umat Islam di Indonesia, Observatorium Bosscha juga

berperan dalam perkembangan rukyat di Indonesia dengan memberikan edukasi

tentang merukyat secara profesional didasari oleh ilmu astronomi, juga

pelaksanaan rukyat dengan menggunakan teleskop untuk memverifikasi objek

penelitian (hilal) itu sendiri. Diskusi dan dialog pun dilakukan guna

35

S. Farid Ruskanda,”Teknologi Untuk Pelaksanaan Rukyat: dalam, Selayang Pandang

Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 83.

36 S. Farid Ruskanda,”Teknologi Untuk Pelaksanaan Rukyat: dalam, Selayang Pandang

Hisab Rukyat h. 81.

37 Hendro Setyanto, Membaca Langit, hal. 32.

Page 174: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

62

menyampaikan pengetahuan rukyat dalam segi astronomi kepada berbagai elemen

di dalam berbagai kesempatan termasuk dalam musyawarah kerja yang

dilaksanakan oleh Kementerian Agama terlebih terhadap para perukyat yang

melaksanakan rukyat tiap tahunnya. Semua dilakukan guna menghindari

kekeliruan dan kesalahan dalam merukyat nantinya, sehingga meminimalisir

kesalahan dalam pelaksanaan rukyat itu sendiri karena hal tersebut berkaitan

dengan pelaksanaan ibadah yang hendak dilaksanakan oleh umat Islam khususnya

di Indonesia.

Andil yang telah diberikan Observatorium Bosscha berkaitan dengan

penentuan pelaksanaan ibadah yang merupakan kewenangan Kementerian Agama

sebagai ulil amri sesuai dengan apa yang telah dikembangkan oleh Observatorium

Bosscha itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pengembangan segitiga bola.

Karena pelaksanaan ibadah tersebut sesungguhnya memiliki formula yang sama

yaitu ilmu ukur segitiga bola dan pelaksanaan rukyat atau observasi.

Observatorium Bosscha mengembangkan ilmu tersebut (ilmu ukur segitiga bola

dan teknik observasi) karena kedua duanya bola memiliki banyak manfaat untuk

kebutuhan ibadah umat Islam. Jadi sudah sepantasnya Observatorium Bosscha

memberikan andil dan sumbangsih dalam perkembangan ilmu hisab dan rukyat di

Indonesia.

B. Cara Yang Ditempuh Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Dalam Memberikan Andil Terhadap Pengembangan Hisab Dan Rukyat Di

Indonesia

Observatorium Bosscha Institiut Teknologi Bandung merupakan satuan

penunjang akademik yang berada di dalam satuan akademik Institut Teknologi

Bandung. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang penetapan

Institiut Teknologi Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara pada pasal 44

tertera bahwa satuan akademik adalah satu-satunya lembaga dalam institut yang

Page 175: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

63

menyelenggarakan kegiatan akademik yang terdiri dari pendidikan, penelitan dan

pengabdian kepada masyarakat.38

Berkaitan dengan peran Observatorium Bosscha Institiut Teknologi

Bandung dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia dapat dilihat

bahwasanya Observatorium Bosscha memiliki andil dan sumbangsih melalui

kegitannya sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Pemeritah Nomor 155 Tahun

2000 dalam pasal 44 ayat 1 yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Jika dikaitkan dengan teori peran, Obsevatorium Bosscha ini

menganut jenis peranan yang diharapkan (excpected roles). Peranan yang

diharapkan maksudnya cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian

masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan

secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan

seperti yang ditentukan.

Lebih jauh sebelum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah pada tahun 2000

tersebut, Observatorium Bosscha telah berperan aktif dalam pengembangan hisab

dan rukyat di Indonesia beriringan dengan dibentuknya Badan Hisab dan Rukyat

(BHR) yang sekarang berubah nama menjadi Tim Hisab dan Rukyat, dengan

dijadikannya Prof. Bambang Hidayat sebagai bagian dari anggota tersebar Badan

Hisab dan Rukyat pada tahun 1973.39

Kala itu Prof. Bambang Hidayat menjabat

sebagai Kepala Observatorium Bosscha.

Perkembangan hisab dan rukyat pada perjalanannya tidaklah mudah

khususnya terkait dengan penentuan awal bulan kamariah karena di dalam

penentuan awal bulan kamariah inilah banyak timbul perbedaan-perbedaan yang

tajam di masyarakat. Meskipun perihal waktu salat, arah kiblat dan waktu gerhana

di dalamnya juga terdapat perbedaan namun perbedaan yang ada di masyarakat

tidak lebih besar yang ditimbulkan dari penentuan awal bulan kamariah itu.

Kementerian Agama sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap penentuan

38

Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institiut Teknologi

Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara.

39 Keputusan Direktur Jenderal Bimas Islam tanggal 28 Juni 1973 no. D.J/96/P/1973

tentang Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat Tersebar Departemen Agama.

Page 176: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

64

awal bulan kamariah. Badan atau tim hisab dan rukyat yang dibentuk, pada awal

perjalanannya memiliki beberapa kekurangan seperti pada sistem perhitungan

yang digunakan. Sehingga masih terdapat suatu kejadian dimana bulan sudah

terbenam tetapi ada yang mengaku melihat (hilal) dan disahkan. Fenomena

tersebut menimbulkan keresahan tersendiri bagi Observatorium Bosscha dan para

astronom yang memang menguasai masalah ini. Moedji Raharto mengatakan:

“...Inilah yang membuat prihatin, meskipun awalnya sempat bingung

bagaimana Observatorium Bosscha dan para Astronom untuk memulai

untuk memberikan kontribusi. Sebagai pihak yang tahu dan mengerti maka

wajib memberi tahu jika terdapat kesalahan dan kekeliruan yang krusial

agar tidak ada beban dan tanggung jawab moril...”40

Observatorium Bosscha kemudian memberikan kontribusi berupa andil

melalui kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Adapun andil Observatorium Bosscha dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, 1.

Kerja sama dengan Kementerian Agama, 2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan

yang diadakan secara mandiri oleh Observatoium Bosscha, 3. kegiatan individu

para astronom Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung. Kegiatan

tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Observatorium Bosscha memberikan andil memalui kerja sama yang

dilakukan dengan Kementerian Agama untuk melaksanakan pendidikan dan

pelatihan hisab dan rukyat negara-negara MABIMS. Pendidikan dan

pelatihan tersebut bertempat di Observatorium Bosscha, sebagai satu-satunya

Observatorium dan lembaga pendidikan astronomi yang cakupannya tidak

hanya Indonesia, melainkan Asia Tenggara. Jadi sudah sepantasnya

Observatorium Bosscha menjadi wadah untuk pengembangan astronomi di

kawasan Asia Tenggara, khususnya pengembangan hisab dan rukyat dalam

bentuk kerjasama Menteri Agama negara-negara yang memiliki mayoritas

penduduk muslim (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

40

Moedji Raharto, Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama, Interview Pribadi, Lembang, 10 September 2017.

Page 177: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

65

2. Selain kerja sama yang dilakukan dengan Kementerian Agama,

Observatorium Bosscha juga melakukan kegiatan pengembangan hisab dan

rukyat secara mandiri. Kegiatan tersebut yaitu, Seminar dan Workshop

Nasional: Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan Kalender Matahari di

Indonesia, seminar tentang visibilitas hilal, serta seminar tentang penyatuan

kalender Islam. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan di Observatorium

Bosscha, Lembang, Jawa Barat.

3. Kegiatan pengembangan hisab dan rukyat yang dilakukan Observatorium

Bosscha juga dilakukan secara perorangan individu astronom. Keikut sertaan

perwakilan Observatorium Bosscha yang merupakan anggota Badan atau Tim

Hisab dan Rukyat dalam musyawarah kerja, temu kerja, dan evaluasi kerja

yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama. Hadirnya perwakilan dari

Observatorium Bosscha itu sendiri sebagai sebuah pendekatan astronomi

yang perlahan dilakukan oleh Observatorium Bosscha guna meminimalisir

dan meniadakan kesalahan terhadap pengamatan hilal yang sesungguhnya

juga merupakan ranah astronomi, serta memberikan edukasi dan penjelasan

terkait hisab dan rukyat dalam perspektif astronomi murni.

Selain ketiga cara diatas, secara instansi dan kelembagaan Observatorium

Bosscha bersama dengan Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung

melakukan kegiatan pendidikan dan penelitian formal sesuai dengan yang tertera

dalam ayat 2 pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 155, sebagai wahana yang

menciptakan peluang bagi setiap insan untuk mengembangkan diri menjadi

manusia yang berbudaya dan cerdas, mengembangkan pengetahuan baru, dan

inovasi yang bernilai tinggi.41

Kegiatan pendidikan yang dilakukan semenjak

dibentuknya Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1951

telah menghasilkan lulusan atau alumni yang berkiprah dan berdedikasi di

berbagai bidang. Terkait dengan hisab dan rukyat, Observatorium Bosscha beserta

Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung telah menghasilkan beberapa

alumni yang sangat berpengaruh dalam pengembangan hisab dan rukyat, ini

41

Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institiut Teknologi

Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara.

Page 178: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

66

merupakan salah satu cara Observatroium Bosscha berperan dalam

pengembangan hisab dan rukyat melalui perorangan para alumninya. Adapun

para alumni yang berkiprah dalam perkembangan hisab dan rukyat di Indonesia

antara lain sebagai berikut42

:

1. Prof. Bambang Hidayat, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1952 dan lulus pada tahun

1961. Prof. Bambang Hidayat merupakan Direktur Observatorium Bosscha

dalam rentan waktu tahun 1968-1999, yang menjadikannya sebagai Direktur

Observatorium Bosscha dengan masa jabatan terlama yaitu 31 tahun. Prof.

Bambang Hidayat juga merupakan anggota tersebar Badan Hisab dan Rukyat

yang didirikan pada tahun 1972 mewakili Institut Teknologi Bandung.

2. Drs. Santoso Nitisastro, merupakan pejabat sementara Kepala atau Direktur

Observatorium Bosscha pada tahun 1958-1959 bersama Prof. Dr. O. P. Hok.

Pada tahun 1968-1976, Drs. Santoso Nitisastro ditunjuk menjadi Kepala

Planetarium Jakarta setelah pembangunannya rampung pada tahun 1968.

Pada tahun 1972 menjadi tim perumus dalam pembentukan Badan Hisab dan

Rukyat sekaligus menjadi anggota di dalamnya. Sejak saat itu Planetarium

Jakarta terus aktif dalam melakukan pengembangan hisab dan rukyat bersama

Kementerian Agama.

3. Drs. Darsa Sukartadiredja, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1965 dan lulus pada tahun

1973. Pada tahun 1976-2001 Drs. Darsa Sukartadiredja ditunjuk menjadi

Kepala Planetarium Jakarta menggantikan Drs. Santoso Nitisastro yang juga

menjadikannya Kepala Planetarium Jakarta dengan rentan waktu terlama

yaitu 25 tahun. Pada tahun 1980,Drs. Darsa Sukartadiredja menjadi anggota

personalia Badan Hisab dan Rukyat berdasarkan Keputusan Menteri Agama

No. 38 Tahun 1980 tentang perubahan dan tambahan personalia Badan Hisab

42

Urutan nama para alumni berdasarkan daftar mahasiswa astronomi yang tertera dalam,

Ridwan Hutagalung (editor), Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, Penerbit BPPI,

2014, h. 106-107. Dengan sedikit kekurangan kelengkapan nama-nama mahasiswa antara tahun

1960-1974 dan pengecualian terhadap Saadoe’ddin Djambek yang melangsungkan kuliah singkat

(short course) dalam rentang tahun 1954-1955.

Page 179: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

67

dan Rukyat. Drs. Darsa Sukartadiredja juga aktif dalam berbagai kegiatan

pendidikan dan pelatihan hisab dan rukyat dan banyak menghasilkan berbagai

tulisan dan artikel terkait pengembangan hisab dan rukyat.

4. Djoni N. Dawanas, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1969 dan lulus pada tahun

1975. Meskipun tidak termasuk sebagai anggota personalia Badan Hisab dan

Rukyat, Djoni N. Dawanas cukup memiliki peran dalam pengembangan

Hisab dan Rukyat di Indonesia dengan aktif dalam berbagai kegiatan

pendidikan dan pelatihan tentang hisab dan rukyat dan dengan Purwanto juga

menghasilkan beberapa tulisan berkaitan dengan hisab dan rukyat antara lain:

Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan Ramadan dan Syawal, Peran

Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan Hijriyah dan Pergeseran Titik

Hamal: Fenomena Pengubah Tabel Hisab.

5. Dr. H. Moedji Raharto, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1974 dan lulus pada tahun

1980. Pada tahun 1986 bekerjasama dengan Kementerian Agama terkait hisab

dan rukyat dan menjadi anggota Badan atau Tim Hisab dan Rukyat sampai

saat ini. Dari sekian banyak alumni Jurusan Astronomi dan Observatorium

Bosscha, Dr. Moedji Raharto merupakan alumni yang paling berperan dan

masih berkecimpung di dalam pengembangan hisab dan rukyat hingga saat

ini, itu semua didasari dari perhatiannya terhadap Ilmu Falak dan hisab rukyat

yang membuat pengalaman dan karyanya dalam bidang ini tidak perlu

diragukan lagi.

6. Drs. H. Cecep Nurwendaya, M. Pd, merupakan mahasiswa yang belajar di

Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1977. Sejak tahun

2003 menjadi anggota Badan Hisab dan Rukyat Kementerian Agama

perwakilan dari instansi Planetarium Jakarta. Mulai tahun 2004 sampai

sekarang aktif dan selalu menjadi narasumber dengan memberikan penjelasan

di hadapan para peserta sidang isbat awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.

Drs. H. Cecep Nurwendaya, M. Pd juga pernah menjadi narasumber di

berbagai kegiatan hisab dan rukyat di Pusdiklat, Diklat, Seminar, Workshop,

Page 180: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

68

Orientasi, Pelatihan, Masjid, Pesantren, dan lain-lain. Selain itu juga

melaksanakan penelitian rutin hisab dan pelaksanaan rukyat terprogram

Planetarium Jakarta pertahun antara 4 sampai 6 kali setiap tahunnya di

berbagai tempat rukyat di Indonesia seperti, Pantai Anyer, Pelabuhan Ratu

dan Kepulauan Seribu.43

7. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, merupakan mahasiswa yang belajar di

Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1981. Saat ini

menjadi Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

sejak tahun 2014 sampai sekarang. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin juga

merupakan anggota dari Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama yang

dalam peranannya terhadap hisab dan rukyat aktif di dalam pelatihan dan

pendidikan sebagai narasumber, serta dalam penulisan artikel terkait hisab

dan rukyat sejak masih menjabat sebagai staf Observatorium Bosscha sejak

tahun 1995. Berbagai karya tulisannya menjadi referensi bagi perkembangan

hisab dan rukyat dalam segi astronomi.

8. Agus Purwanto, D.Sc, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung dan lulus pada tahun 1992. Meskipun

menempuh pendidikan di Jurusan Astronomi, Purwanto menyelesaikan

studinya dengan membuat Tugas Akhir yang berjudul “Visibilitas Hilal

Sebagai Acuan Penyusunan Kalender Islam”. Sejak saat itu Purwanto mulai

aktif dalam pengembangan hisab dan rukyat, adapun karyanya yaitu, Aspek

Ilmiah Internasional Kalender Islam, Penyeragaman Kalender Islam Sebuah

Harapan, Bulan Depan, Matahari Tepatdi Atas Ka’bah. Bersama Djoni N.

Dawanas, Purwanto menulis, Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan

Ramadan dan Syawal, Peran Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriyah dan Pergeseran Titik Hamal: Fenomena Pengubah Tabel Hisab.

9. Hendro Setyanto, M.Si, merupakan mahasiswa yang belajar di Jurusan

Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1993 dan lulus pada tahun

2000. Pada tahun 1997 mendirikan sebuah Forum Kajian Ilmu Falak dengan

43

Cecep Nurwendaya, Alumni Astronomi ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat

Kementerian Agama, Interview Pribadivia media sosial, 10 Oktober 2017.

Page 181: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

69

nama “Zenith” bersama teman-temannya Jurusan Astronomi.44

Saat ini

Hendro Setyanto, M. Si menjadi anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian

Agama mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Adapun salah satu

karyanya yaitu sebuah buku yang berjudul “Membaca Langit” yang isinya

merupakan kompilasi tulisan yang telah diterbitkan di media massa mengenai

permasalahan dalam sistem penanggalan Hijriyah.

10. Adi Damanhuri, M.Si, menempuh pendidikan strata duanya di Jurusan

Astronomi Institiut Teknologi Bandung pada tahun 2013 dan selesai pada

tahun 2015, Adi Damanhuri saat ini aktif di berbagai kegiatan pengembangan

hisab dan rukyat di Indonesia. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain,

menjadi staf pengajar mata kuliah Ilmu Falak dan Praktikum Hisab dan

Rukyat, membuat aplikasi interface kamera CCD untuk pengamatan hilal,

dan melakukan penelitian kecerahan langit dengan SQM untuk koreksi awal

waktu subuh.45

11. Saadoe’ddin Djambek, seorang tokoh yang disebut sebagai pembaharu

pemikiran hisab (mujaddid al hisab), pola pikirnya banyak dipengaruhi oleh

kalangan astronom diantaranya adalah Prof. Dr. Gale Bruno van Albada yang

merupakan Kepala Observatorium Bossscha periode 1949-1958, serta dosen-

dosennya yang lain ketika kuliah di Institut Teknologi Bandung.46

Itu semua

karena rasa ketidak puasan Saadoe’ddin Djambek dalam menelaah dan

mengkaji buku-buku Ilmu Falak dengan sistem perhitungan lama yang

keakuratannya perlu diuji lagi. Oleh karena itu pada tahun 1954-1955

44

Hendro Setyanto, Alumni Astronomi ITB, pendiri Imah Noong Lembang Bandung dan

Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama, Interview Pribadivia media sosial, 16

Oktober 2017.

45 Adi Damanhuri, Alumni Astronomi ITB, Interview Pribadivia media sosial, 21

November 2017.

46 Susuiknan Azhari,”Saadoe’ddin Djambek: Profil Pembaharu Pemikiran Hisab di

Indonesia”, dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam

dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2004), h. 44.

Page 182: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

70

Saadoe’ddin mencoba memperdalam pengetahuannya di Fakultas Ilmu Pasti

Alam dan Astronomi Institut Teknologi Bandung.47

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa Observatorium Bosscha telah

melakukan berbagai cara dalam memberikan peran terhadap pengembangan hisab

dan rukyat di Indonesia melalui berbagai kegiatannya. Apa yang telah dilakukan

Observatorium Bosscha itu sendiri di dalam pengembangan hisab dan rukyat

melalui berbagai kegiatannya sudah sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai

satuan penunjang akademik yang di dalamnya terdapat kegiatan pendidikan dan

penelitan terkait hisab dan rukyat. Lebih dari itu, kegiatan pendidikan dan

penelitian yang telah dilakukan jika dilihat dari dampak dan pengaruhnya

merupakan kegiatan yang ditujukan sebagai pengabdian kepada masyarakat

mengingat perihal hisab dan rukyat ini berkenaan dengan kebutuhan masyarakat

muslim yang ada di Indonesia. Dari berbagai cara yang telah dilakukan berkaitan

dengan perkembangan hisab dan rukyat memiliki porsi yang sama antara hisab

dan rukyat itu sendiri, karen hisab dan rukyat merupakan suatu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan begitupun dalam astronomi dimana perhitungan astronomi

dan observasi merupakan inti dalam perkembangan ilmu astronomi.

Memperhatikan andil Observatoium Bosscha Institut Teknologi Bandung

dalam pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia yang sudah dilakukan sejak

1973 sampai sekarang, penulis melihat bahwa hasil dan pengaruh andil tersebut

sangat besar dan dapat dikatakan berhasil. Hal ini terlihat dari beberapa indikator,

antara lain sebagai berikut:

1. Sistem hisab yang berbasis segitiga bola semakin banyak digunakan di

lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti di pesantren, Perguruan Tinggi

Islam, dan lainnya.

2. Adanya penerbitan sumber data hisab yang didasarkan kepada data hisab

kontemporer seperti buku ephemeris hisab rukyat yang kini diterbitkan oleh

Kementerian Agama dan Mahkamah Agung.

47

Susuiknan Azhari,”Saadoe’ddin Djambek: Profil Pembaharu Pemikiran Hisab di

Indonesia”, dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat, h. 41.

Page 183: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

71

3. Pelaksanaan rukyat kini sudah banyak dilakukan dengan menggunakan

teleskop dan hasilnya berupa gambar hilal langsung saat itu juga dikirimkan

ke para peserta dan panitia sidang isbat yang dilaksanakan oleh Kementerian

Agama.

4. Sejak tahun 2008 di IAIN Walisongo Semarang dibuka Program Studi

Khusus Astronomi Islam S1,48

S2, dan S3 dalam rangka melahirkan ahli

astronomi Islam yang profesional dapat memadukan khazanah Islam dan

sains modern.49

5. Sejak 1966 sampai 2007 telah dilakukan penelitian berkaitan astronomi Islam

adalah sebanyak 107 mahasiswa (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta) dengan berbagai tema. Hal ini menggambarkan

perkembangan studi astronomi Islam yang telah banyak dilakukan sebelum

berdirinya Program Studi Ilmu Falak S1, S2, dan S3. Setelah berdirinya

program-program tersebut, hasil riset sangat beragam dan menyentuh

problem baru yang belum dikaji sebelumnya.50

Kini semakin banyak

mahasiswa tingkat S2 dan S3 yang menyusun tesis dan disertasinya di bidang

hisab dan rukyat.

48

Pada tahun ini masih berupa konsentrasi di bawah Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah,

baru setelah tahun 2012 menjadi Program Studi Ilmu Falak.

49 Susiknan Azhari, Studi Astronomi Islam Menelusuri Karya dan Peristiwa, (Yogyakarta:

Pintu Publishing, 2017), h. 24.

50 Susiknan Azhari, Studi Astronomi Islam Menelusuri Karya dan Peristiwa,h. 28.

Page 184: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis paparkan yang

bersumber baik dari teori-teori maupun dari data-data yang penulis

dapatkan, serta analisis yang penulis lakukan, maka penulis memberi

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tugas pokok dan fungsi Observatorium Bosscha adalah sebagai

perangkat penunjang akademik Institut Teknologi Bandung

(khususnya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam),

sebagai pusat penelitian dan pengembangan keilmuan astronomi di

Indonesia, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam

bidang astronomi (melalui bprogram berupa kegiatan-kegiatan)

dengan melakukan kerjasama dengan beberapa instansi.

2. Bahwa selain fungsi diatas, Observatorium Bosscha memiliki peran

dan sumbangsih dalam perkembangan hisab yang signifikan di

Indonesia. Observatorium Bosscha dalam perkembangan ilmu hisab,

telah memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar astronomi

modern terhadap perkembangan ilmu hisab di Indonesia. Dasar

astronomi yang telah diberikan berkaitan dengan perhitungan

astronomi berkaitan dengan pelaksanaan ibadah seperti arah kiblat,

waktu salat dan awal bulan kamariah. Kehadiran Observatorium

Bosscha dalam pengembangan ilmu hisab memperkaya pengetahuan

tentang perhitungan astronomi yang menjadi acuan dalam metode

hisab haqiqi kontemporer khususnya, dikarenakan perhitungan

astronomi yang dikembangkan oleh Observatorium Bosscha di

dalamnya terdapat pembaharuan yang terus menerus dilakukan.

3. Observatorium Bosscha juga berperan dalam perkembangan rukyat

di Indonesia dengan memberikan edukasi tentang cara merukyat

Page 185: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

73

secara profesional didasari oleh ilmu astronomi, juga pelaksanaan

rukyat dengan menggunakan teleskop untuk memverifikasi objek

penelitian (hilal) itu sendiri. Diskusi dan dialog pun dilakukan guna

menyampaikan pengetahuan rukyat dalam segi astronomi kepada

berbagai elemen di dalam berbagai kesempatan termasuk dalam

temu kerja yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama terlebih

terhadap para perukyat yang melaksanakan rukyat tiap tahunnya.

Semua ini dilakukan guna menghindari kekeliruan dan kesalahan

dalam merukyat nantinya, sehingga meminimalisir kesalahan dalam

pelaksanaan rukyat itu sendiri karena hal tersebut berkaitan dengan

pelaksanaan ibadah yang hendak dilaksanakan oleh umat Islam.

4. Cara yang ditempuh Observatorium Bosscha dalam memberikan

andil terhadap pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia, adalah:

a. melalui kelembagaan dengan memberikan kontribusi berupa andil

dalam bentuk kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat. Kontribusi Observatorium Bosscha ini

dilakukan dengan kerja sama bersama Kementerian Agama,

secara mandiri melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan, dan

melalui kegiatan para astronom yang masih aktif di

Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung:

b. melalui perorangan alumni Jurusan Astronomi dan Observatorium

Bosscha yang berkiprah dalam pengembangan hisab dan rukyat di

Indonesia. Para alumni tersebut sangat memiliki pengaruh yang

nyata terhadap pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia.

B. Saran-Saran

Berdasarkan pemaparan skripsi ini maka penulis memberikan

beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,

diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Kementerian Agama sebagai lembaga yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan hisab dan rukyat di Indonesia, untuk terus

Page 186: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

74

meningkatkan kerja sama terhadap lembaga-lembaga lain yang

berkaitan dengan hisab dan rukyat, khususnya lembaga astronomi

seperti Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung.

2. Bagi Observatorium Bosscha dan Jurusan Astronomi Institut

Teknologi Bandung, untuk terus melakukan kaderisasi dan

regenerasi terhadap astronom-astronom yang berkecimpung dalam

pengembangan hisab dan rukyat di Indonesia dan meningkatkan

peran Observatorium Bosscha terhadap pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia sebagai sarana pemasyarakatan astronomi di

Indonesia.

3. Bagi semua pihak yang berperan dalam pengembangan hisab dan

rukyat di Indonesia, untuk menjadikan astronomi sebagai salah satu

solusi dalam menanggapi perbedaan dan gesekan terkait pelaksanaan

ibadah seperti penentuan awal bulan kamariah, awal waktu salat, dan

arah kiblat, sebagaimana yang dikembangkan oleh Observatorium

Bosscha Institut Teknologi Bandung.

Page 187: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

71

71

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia

Sumber Data dari Buku dan Makalah

Al-Imam Ibn al-Husen Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim Al-Qusyairi An-

Naisaburi, Al-Jami’ al-Musamma Sahih Muslim, juz II Semarang: Toba Putera

Al Qardlawi, Yusuf. (2000) Taisirul Fiqhi (Fiqhushiyam). Penerjemah Nabilah

Lubis, Fiqh Puasa, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Amin, Ma‟ruf. (1994) ”Rukyah Untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadan

Menurut Pandangan Syariah dan Iptek,” dalam Rukyah Dengan Teknologi

(Upaya Mencari Kesamaan Pandangan Tentang Penentuan Awal

Ramadan dan Syawal. Jakarta; Gema Insani Press

An-Nawawi, Raudatutthalibin, Beirut: Dar al-fikr

Azhari, Susiknan. (2006) “Penggunaan Sistem Hisab dan Rukyat di Indonesia

(Studi tentang Interaksi NU dan Muhammadiyah.” Disertasi S-3 Program

Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

--------------.(2007) Hisab & Rukyat (Wacana untuk Membangun Kebersamaan di

Tengah Perbedaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

--------------.”Saadoe‟ddin Djambek (2004): Profil Pembaharu Pemikiran Hisab di

Indonesia,” dalam Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat

Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan

Peradilan Agama

--------------.(2017) Studi Astronomi Islam Menelusuri Karya dan Peristiwa.

Yogyakarta: Pintu Publishing

Anwar, Syamsul & kawan-kawan.(2016) Hisab Bulan Qomariyah (Tinjauan

Syar’i tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah).

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah

Bashori, Muhammad Hadi (2016). Bagimu Rukyatmu Bagiku Hisabku. Jakarta,

Pustaka Al-Kautsar

Butar Butar, Arwin Juli Rakhmadi. (2016) Khazanah Astronomi Islam Abad

Pertengahan. Purwokerto: UM Purwekerto Press

Page 188: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

72

72

Dahlan, Abdul Aziz. (1994) Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve

Data dan dokumentasi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

Dawanas, Djoni N dan Purwanto.(1994) “Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan

Ramadan dan Syawal,” dalam Darsa Sukartadiredja dan Imam Rosjidi,

e.d., Proceedings Seminar Ilmu Falak. Jakarta: B.P. Planetarium dan

Observatorium Jakarta Pemerintah DKI Jakarta

Departemen Agama RI. (1974), Laporan Kegiatan Musyawarah Badan Hisab dan

Ru‟yah Departemen Agama. Jakarta: Direktorat Peradilan Agama Ditjen

Bimas Islam

Djambek, Sa‟adoeddin. “Penetapan Tanggal Satu Bulan Qomariyah di Indinesia.”

Jakarta: paper disampaikan pada Musyawaran Badan Hisab dan Rukyat

Departemen Agama RI, 1 Juli 1974.

Djamaludin, Thomas. (2001). Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat.

Jakarta: LembagaPenerbangan dan Antariksa Nasional

--------------.(1995) “Peran Penting Almanak Astronomi di Masyarakat,” dalam B.

Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari

Astronomi. Jurusan Astronomi ITB dan Himpunan Astronomi Indonesia.

Ditbinbapera Islam. (2004) “Hisab dan Rukyat Permasalahannya di Indonesia,”

dalam Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat Jenderal

Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan

Agama

Dwi Narwoko J, Bagong Suryanto, (2006) Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan, Jakarta: Kencana Media Group

Effendi, Siti Larissa Sarasvati. (2012) “Potensi Pengembangan Eko-Edu Wisata di

Kawasan Observatorium Bosscha.” Tugas Akhir Sekolah Arsitektur

Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

Hutagalung, Ridwan. (2014), Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha.

Badan Pelestarian Pustaka Indonesia

Imron AM, Mu‟ammal dan Umar Fanany. Terjemah Nailul Authar Jilid 3.

Surabaya: Bina Ilmu.

Izzudin, Ahmad. (2007), Fiqih Hisab Rukyat. Jakarta: Penerbit Erlangga

Jamil, A. (2009). Ilmu Falak. Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Amzah

Page 189: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

73

73

J Cohen, Bruce. (1992). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta

Komaruddin, ( 1994). Ensiklopedia Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara

Kunto, Suharsimi Ari (1993). Manajemen Penelitian. Jakarta, PT. Rineka Cipta

Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (2006). Pedoman Rukyat dan

Hisab Nahdlatul Ulama. Jakarta: Lajnah Falakiyah Pengurus Besar

Nahdlatul Ulama

Mahkamah Agung RI. (2007) Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat

Jenderal Badan Peradilan Agama

Mansur, Jabir. (1974). Dalam Laporan Kegiatan Musyawarah Badan Hisab dan

Rukyat Departemen Agama RI dan Musyawarah antar Negara MABIMS.

Jakarta: Direktorat Peradilan Agama, Ditjen Bimas Islam Departemen

Agama RI

Marpaung, Watni. (2015). Pengantar Ilmu Falak. Jakarta: Pranamedia Group

Maskufa. (2009). Ilmu Falak. Jakarta: Gaung Persada Press. Cet. I

Moeloeng, Lexi J. (2001) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja

Rosda Karya

Narboko, Cholid dan Abu Achmadi. (1997) Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Pustaka

Nazir, Muhammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Overdracht van Sterrenwacht „ Aid de Preangerbode. Rabu 17 Oktober 1951.

Poerdwadarminta, WJS. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka

Purwanto dan Djoni N. Dawanas. (2004). “Peran Astronomi Dalam Penentuan

Awal Bulan Hijriyah,” dalam, Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta:

Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama

Pyenson, Lewis. (2016) “Empire of Reason: Exact Sciences in Indonesia,” dalam

Bayu Baskoro Febianto. Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht)

di Lembang, Bandung: dari Penelitian Hingga Pendidikan 1920-1959.

Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Universitas Indonesia

Page 190: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

74

74

Rachim, Abdur. (1999) “Sistem Hisab Departemen Agama.” Jakarta: makalah

disampaikan dalam Musyawarah Kerja Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

Hisab Ru‟yah

Raharto, Moedji. (2000) Astronomi Islam Dalam Perspektif Perkembangan

Astronomi Modern. Bandung: makalah disampaikan dalam Pendidikan dan

Pelatihan Hisab-Rukyat Negara-Negara MABIMS

Ruskanda, Farid S. (2004) ”Teknologi Untuk Pelaksanaan Rukyat,” dalam

Selayang Pandang Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam

dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama

--------------.(2005) 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Sains dan Teknologi.

Jakarta: Gema Insani Press

Sagan, Carl. (1997) Kosmos. Yayasan Obor Indonesia

Saksono,Tono. (2007) Mengkompromikan Hisab dan Rukyat. Jakarta: PT

Amythas Publicita

Setyanto, Hendro. (2008). Membaca Langit. Jakarta: al-Ghuraba

Soekanto, Soerjono, (2001), Peneitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta:Raja Grafindo

Soekanto, Soerjono. (1986). Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia Press

Soerjono Soekanto, (1999). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Somadikarta, S, Tri Wahyuning, dkk. (2000), Tahun Emas Universitas

Indonesia: Jilid 1 dari Balai Universitas. Penerbit Universitas Indonesia

Sukartadiredja, Darsa. “Perhitungan Kalender Qomariyah dan Penentuan Awal

Bulan.” Jakarta: makalah ini disampaikan dalam Seminar Ru‟yah dan

Hisab Menurut Tinjauan Astronomi dan Fuqoha diselenggarakan oleh

Dewan Da‟wah Islamiyah Indonesia.

Taufik. (2004), Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal –

Selayang pandang Hisab dan Rukyat. Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama

Page 191: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

75

75

--------------.(2004) “Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia,” dalam Selayang

Pandang Hisab Rukyat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama

Voute, J. „Bosscha Sterrenwacht: Introduction,‟ Annalen van der Bosscha

Sterrenwacht te Lembang (Java). Volume 1, Juni 1933.

Widiana, Wahyu. (1995). “Pemasyarakatan Astronomi dan Permasalahannya,”

dalam B. Dermawan, Hakim L. Malasan, dkk, Prosidings Seminar Sehari

Astronomi. Bandung: Jurusan Astronomi ITB dan Himpunan Astronomi

Indonesia

Sumber Data dari Internet

bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen.

bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen/non-aktif.

bosscha.itb.ac.id/id/index.php/teleskop-dan-instrumen/aktif/teleskop-portable.

http:// mrlungs.wordpress.com/pendekatan-sosiologis

Mengenal Seluk Beluk Program Studi Astronomi ITB,

www.itb.ac.id/news/read/5479/home/mengenal-seluk-beluk-program-

studi-astronomi-itb

Sejarah Observatorium Bosscha, bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-

bosscha/sejarah-observatorium-bosscha

Sanusi, Ahmad. Tata Laksana Kegiatan Rukyat Hilal Awal Bulan Hijriyah Di

Pob Palabuhanratu. http://www.pa-cibadak.go.id/artikel

Tentang Bosscha,bosscha.itb.ac.id/id/index.php/tentang-bosscha

Sumber Data Peraturan Perundang-Undangan

Keputusan Menteri Agama No. 43 Tahun 2013.

Keputusan Menteri Agama No. 178 Tahun 2014.

Keputusan Direktur Jenderal Bimas Islam tanggal 28 Juni 1973 no. D.J/96/P/1973

tentang Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat Tersebar Departemen

Agama.

Page 192: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

76

76

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1959 tentang Pendirian Institut Teknologi

Bandung

Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut

Teknologi Bandung Sebagai Badan Hukum Milik Negara.

Sumber Data dari Wawancara

Interview Pribadi via media sosial dengan Adi Damanhuri. M.Si. Alumni

Astronomi ITB, 21 November 2017.

Interview Pribadi via media sosial denganCecep Nurwendaya. M.Pd. Alumni

Astronomi ITB dan Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama,

10 Oktober 2017.

Interview Pribadi via media sosial dengan Hendro Setyanto. Alumni Astronomi

ITB. Pendiri Imah Noong Lembang Bandung dan Anggota Tim Hisab dan

Rukyat Kementerian Agama, 16 Oktober 2017.

Interview Pribadidengan Moedji Raharto. Astronom ITB dan Anggota Tim Hisab

dan Rukyat Kementerian Agama. Lembang, 10 September 2017.

Page 193: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 194: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 195: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM
Page 196: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

DAFTAR MAKALAH YANG DISAMPAIKAN DALAM DIKLAT HISAB TUKYAT

NEGARA MABIMS 10 JULI-5 AGUSTUS 2000

NO. JUDUL PENULIS JUMLAH

HALAMAN

1. Camera CCD: Mata Elektronik

Astronomi Pengamatan

CCD dalam Astronomi

Detektor Astronomi Optik: Dari

Mata Hingga Sensor Elektrronik

Pengantar Proses Citra dalam

Astronomi

Characterization of CCD

Camera System at Bosscha

Observatory

Dr. Hakim L. Malasan

(Obseervatorium Bosscha)

51

2. Menghitung Awal Bulan Qomariyah

Menurut Sistem Khulashah Wafiyah

Drs. H. Taufik SH.MH

(Badan Hisab Rukyat Depag RI)

6

3. Pengaruh Regresi Garis Nodal Bidang

Orbit Bulan-Bidang Eliptikal Di Bidang

Ekliptika Terhadap Visibilitas Hilal

Susilo Edy, S.SI

(Observatorium Bosscha)

56

4. The Moon Sighing Dr. Dhani Hendrawijaya

(Jurusan Astronomi)

7

5. Panjang dan Lebar Umbra dan

Penumbra

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

17

6. Kalkulasi Gerhana Ferry M. Simatupang, S.SI

(Jurusan Astronomi)

10

7. Fenomena Atmosfer Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

10

8. Sistem Koordinat di Bola Langit Dr. T. Djamaludin (LAPAN) 51

9. Sistem Koordinat Astronomi Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

49

10. Penentuan Kedudukan Hilal di Negara

Brunei Darussalam

Hj. Md. Lazim bin Hj. Matali

Hj. Sahrin bin Hj. Kadih

Hj. Mahadi bin Hj. Mohd Tahir

Hj. Juhaili bin Hj. Lamat

(utusan Neg. Brunei

Darussalaam)

16

11. Baitul Hilal dan Arah Kiblat di

Malaysia

Ust. Ahmad Safuan bin Md.

Nayan

Ust. Zulkifli bin Othman

(Utusan Malaysia)

9

12. Permasalahan Penentuan Awal Bulan

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

Drs. H. Muslim Munawar SH

(Utusan Pengadilan Agama

Cirebon)

11

13. Akar Perbedaan Hari Raya di

Indonesia

Drs. Syiratin Shodiq

(Utusan Pengadilan Agama

10

Page 197: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

Surabaya)

14. Peran Hakim Pengadilan Agama dalam

Penentuan Awal Bulan

Drs. Ahmad Fathoni, SH

(Utusan Pengadilan agama

Cibinong)

5

15. Penentuan Awal Bulan Qamariyah

Menurut Fuqaha

(Drs. M. Ma’muri A.S

(Utusan Institut Keislaman

Hasim Asy’ari Jombang)

8

16. Peran Hisab Rukyat dalam penentuan

Awal Bulan Qamariyah

Drs. Endang Sutisna

(Utusan Staf Pengajar Pesantren

PERSIS Bandung)

6

17. Rencana Pengamatan Astrofotografi

dengan Lensa Tele Gerhana Bulan

Total 16 Juli 2000

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

57

18. Under A Tropical Sky: A History of

Astronomy in Indonesia

Prof. Dr. Bambang Hidayat

(Observatorium Bosscha)

16

19. Algoritma Penentuan Terbit-Tenggelam

Matahari dan Bulan dengan

Astronomical Almanac

Hendro Setyanto,S.SI

(Observatorium Bosscha)

13

20. Hisab Awal Bulan Hijriah

menggunakan Astronomical Almanac

Hendro Setyanto, S.Si

(Observatorium Bosscha)

9

21. Sistem Koordinat Ekuator dan Sistem

Koordinat Ekliptika

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

17

22. Praktek Ibadah Puasa Rasulullah

Menurut ilmu Astronomi

Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag

(Utusan UII Yogyakarta)

8

23. Perbandingan Hasil Perhitungan Ijtimak

sistem Meeus, Newcomb, dan Al-

Sulam Al-Nayyiran

Drs. Chairul Anam

(Utusan Al-Irsyad al-Islamiyah)

4

24. Rubu’ Mujayyab Drs. Muhyiddin

(Utusan PW Lajnah Falakiyah

Nahdatul Ulama Yogyakarta)

10

Page 198: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

DAFTAR MAKALAH YANG DISAMPAIKAN DALAM DIKLAT HISAB RUKYAT

NEGARA MABIMS 10 JULI-5 AGUSTUS 2000

NO. JUDUL PENULIS JUMLAH

HALAMAN

1. Kebijakan Pemerintah Indonesia

Dalam Menyikapi Permasalahan

Hisab Rukyat Di Tingkat

Nasional Dan Internasional

Ppenetapan Tanggal 1 Syawal

1414 Hijriyah Beberapa

Kemungkinan

Beberapa Faktor Yang

Menyebabkan Ditolaknya

Laporan Rukyat

Kemungkinan Perbedaan

Penetapan 1 Syawal 1414 H

Drs, Wahyu Widiana, MA 59

2. Multimedia CD-Rom: Astronomi Untuk

Khalayak

Baju Indrajaja, S.SI (jurusan

Astronomi)

8

3. Ramadhan 1421 H Dalam Dinamika

Klender Hijriyah Dan Masehi

Dr. M. Muslih Husein

(STAIN Pekalongan)

12

4. Fenomena Perbedaan Idul Fitri Masa

Orde Baru Sebuah Survei Historis

Susiknan Azhari

(Utusan pim. Pus.

Muhamadiyyah Jogjakarta)

18

5. Upaya Penyederhanaan Rumus JD

(Julian Date)

Drs. H. Selamet Hambali

(Utusan PP. Lajnah Falakiyah

Nahdatul Ulama)

7

6. Presesi dan Nutasi Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

24

7. Sekilas tentang Hisab dan Rukyat Dr. T Djamaludin

(LAPAN)

33

8. Detektor Astronomi Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

27

9. Hisab Awal Bulan Qamariyah dan

Gerhana Matahari (menurut sistem

Newcomb)

Drs. H. Abdul Rachim 35

10. Metode Hisab Sullam Al-Nayyirain Drs. H. Taufik, SH.MH

(Bdn HR Dep. Agama RI)

7

11. Fotografi Astronomi Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

23

12. Lebar Sabit Hilal Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

15

13. Hubungan Lebar Sabit Hilal Dengan

Posisi Bulan Dan Matahari

Dr. Moedji Raharto 8

14. Hisab Awal Bulan Ramadhan 1421 H

Menurut Sistem Epheremis Dan Sistem

Drs. Syarif Usman

(Utusan Pengadilan Agama

9

Page 199: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM

Sullamun Nayirain Markaz Indramayu Indramayu)

15. Konstanta, Segitiga Datar Dan Rumus

Trigonometri

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

16

16. Penurunan Dan Pengembangan Rumus

Astronomi Bola

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

31

17. Penggunaan Rumus Astronomi Bola

Penentuan Arah Kiblat

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

4

18. Astronomi Islam Dalam Persfektif

Perkembangan Astronomi Modern

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

42

19. Indo-Malay Astronomy Prof. Dr. Bambang Hidayat

(Observatorium Bosscha)

20

20. Fenomena Gerhana Dalam Astronomi

Dan Gerhana Bulan Total 16 Juli 2000

Dr. Moedji Raharto

(Observatorium Bosscha)

24

Page 200: PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41786/1/ADI... · PERAN OBSERVATORIUM BOSSCHA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DALAM