Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA
BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19
DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS,
TEMANGGUNG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh:
Margareta Widyaningrum
NIM: 171124020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
S K R I P S I
PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA
BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19
DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG.
Oleh :
Margareta Widyaningrum
NIM : 171124020
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
Patrisius Mutiara Andalas, SJ, S.S., S.T.D. 2 Juli 2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
S K R I P S I
PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA
BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19
DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG.
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Margareta Widyaningrum
NIM : 171124020
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 22 Juli 2021.
dan dinyatakan memenuhi syarat.
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama Tanda Tangan
Ketua : Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ ………………
Sekretaris : FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd. ....……………
Anggota : 1. Patrisius Mutiara Andalas, SJ, S.S., S.T.D. ……………..
2. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si. .…………….
3. Dr. Ignatius L. Madya Utama, SJ, M.M. ………………
Yogyakarta 22 Juli 2021
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Kepada
Kedua orangtuaku, umat yang memiliki usaha mikro, dan timja PSE
Paroki St. Petrus dan Paulus Temanggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“ Pelayanan tidak pernah ideologis,
sebab kita tidak melayani ide, kita melayani orang.”
(FT. 115)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi S-1 ini berjudul “PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA BAGI USAHA MIKRO SELAMA
PANDEMI COVID-19 DI PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS,
TEMANGGUNG”. Penulis memilih judul ini berdasarkan keprihatinan terhadap
diakonia Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) bagi umat yang memiliki usaha
mikro tidak berjalan dengan baik selama pandemi Covid-19. Dari permasalahan
yang terjadi, penulis merumuskan tiga pertanyaan penelitian berikut. Sejauh mana
peran PSE dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro
selama pandemi Covid-19? Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
peran PSE dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro
selama pandemi? Apa usulan kegiatan dari ketua bidang pelayanan
kemasyarakatan, Tim Kerja PSE, dan umat yang memiliki usaha mikro dalam
meningkatkan peran PSE sebagai perwujudan diakonia bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi? Penulisan skripsi ini menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif studi kasus. Selama pandemi, umat yang memiliki
usaha mikro mengalami permasalahan ekonomi dan beberapa telah mendapatkan
perhatian dari pemerintah dan Gereja. Namun umat merasa PSE Paroki St. Petrus
dan Paulus, Temanggung tidak menanggapi kebutuhan usaha mereka karena
diakonia PSE masih berupa diakonia karitatif. Penulis juga menemukan bahwa
Tim Kerja PSE telah mengumpulkan data umat yang memiliki Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) pada awal pandemi namun hal tersebut belum ditindak
lanjuti. Faktor-faktor yang mendukung PSE mewujudkan diakonia, yaitu
ketersediaan dana dan masalah ekonomi yang dialami umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi, merupakan peluang bagi diakonia PSE. Faktor
hambatannya yaitu kesulitan Tim Kerja PSE dalam menentukan umat menurut
kriteria dari data yang diperoleh dan kurangnya personil. Umat menyarankan PSE
menyediakan bantuan modal usaha, pelatihan dan pendampingan usaha mikro agar
berkembang. Penulis mengusulkan pertemuan Ketua Lingkungan dan Timja PSE
untuk memperkenalkan PSE dan membahas penanganan masalah ekonomi umat
selama pandemi Covid-19 dengan pembentukan PSE Lingkungan.
Kata-kata kunci : PSE, Diakonia, Usaha Mikro, Masalah Ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis is entitled “THE ROLE OF SOCIO-ECONOMIC
DEVELOPMENT AS THE EMBODIMENT OF DIAKONIA FOR MICRO
BUSINESSES DURING THE COVID-19 PANDEMIC AT ST. PETER AND
PAUL’S PARISH TEMANGGUNG.” The author chose this title based on her
concerns about the Socio-Economic Development diakonia to people who have
micro-enterprises that have not been running well during the Covid-19 pandemic.
From the problems that occured, the author formulated three following research
question. To what extent has the role of The Socio-Economic Development Office
been in carrying out Diakonia for people who have micro-businesses during the
Covid-19 pandemic? What factors do support and hinder the Socio-Economic
Development Office’s role in carrying out Diakonia for people who have
micro-enterprises during the pandemic? What are the proposals for activities from
the chairperson, the Socio-Economic Development Office team, and people who
have micro-businesses in increasing socio-economic development as a form of
Diakonia for people who have micro-businesses during the pandemic? The writing
of this undergraduate thesis is based on a case study descriptive qualitatif research
method. During the pandemic, people who have micro-businesses have
experienced economic problems, and some have received attention from the
goverment and the Church. However, the people felt that St. Peter and Paul
Catholic Chruch’s Socio-Economic Development Office was not resoponding to
their business needs because it was still doing charitable services. The author also
found that the Socio-Economic Development Office had collected data of people
who had Micro and Medium Businesses at the beginning of the pandemic. Still, it
had not reached its completion. Factors that support the Socio-Economic
Development Office in implementing Diakonia, namely the availability of funds and
economic problem experienced by people who have micro-businesses during the
pandemic, are the opportunity to living Diakonia. The inhibiting factors are the
Socio-Economic Development office’s difficulty in determining the people
according to the criteria from the data obtained and the lack of personnel. People
suggested the Socio-Economic Development Office provide business capital
assistance training, and mentoring for micro-businesses to develop. The author
proposes meeting the Lingkungan Chairperson and the Socio-Economic
Development Office team to introduce the Socio-Economic Development Office
and discuss handling economic problems of people who have micro-businesses
during the Covid-19 pandemic with formation the Lingkungan Socio-Economic
Development Office.
Keywords : The Socio-Economic Development Office, Diakonia, Micro-Businesses,
Economic Problems.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN
PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI PERWUJUDAN
DIAKONIA BAGI USAHA MIKRO SELAMA PANDEMI COVID-19 DI
PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS, TEMANGGUNG.
Banyak pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis dengan sepenuh hati menghaturkan
terima kasih kepada :
1. Patrisius Mutiara Andalas, SJ, S.S., S.T.D, selaku dosen pembimbing
utama yang selalu memberikan motivasi, meluangkan waktu untuk
mendampingi penulis, dan memberi masukan penulis dalam proses
penyusunan skripsi.
2. Dr. B.A Rukiyanto, SJ, selaku ketua Program Studi Pendidikan
Keagamaan Katolik yang telah memberikan izin bagi penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si, selaku dosen penguji II dan Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memotivasi dan membantu
memilihkan dosen pembimbing bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Dr. Ignatius L. Madya Utama, SJ, M.M, selaku dosen penguji III, yang
terus menerus mendampingi penulis sampai selesainya penyusunan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ................................................................................................... iv
MOTO ...................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI...............................................................vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT .............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ..........................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xviii
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Indentifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
G. Metode Penulisan .......................................................................................... 7
H. Sistematika Penulisan ................................................................................... 8
BAB II: KERANGKA TEORI DAN KAJIAN TERKAIT ...................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
A. Kerangka Teori ........................................................................................... 11
1. Hakikat Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) ................................. 11
2. Visi Dasar dan Spiritualitas Karya Pastoral PSE ............................... 11
3. Prinsip Keterlibatan Sosial PSE ........................................................ 12
a. Martabat Manusia. ........................................................................ 13
b. Kesejahteraan Umum .................................................................... 13
c. Subsidiaritas ................................................................................. 14
d. Solidaritas .................................................................................... 14
4. Bidang-Bidang Pelayanan PSE ......................................................... 15
a. Pengumatan Spiritualitas PSE ....................................................... 15
b. Pengembangan Masyarakat .......................................................... 16
5. Diakonia (Pelayanan) ....................................................................... 18
6. Ciri-Ciri Diakonia ............................................................................ 19
a. Hakiki ........................................................................................... 19
b. Lokal ........................................................................................... 19
c. Sedunia ......................................................................................... 19
d. Pencegahan atau Preventif ............................................................ 19
e. Struktural dan Politis .................................................................... 20
f. Kemanusiaan ................................................................................. 20
g. Kesalingan .................................................................................... 20
h. Membebaskan .............................................................................. 21
7. Bentuk-Bentuk Diakonia .................................................................. 21
a. Diakonia Karitatif (Victim Care) ................................................... 22
b. Diakonia Pemberdayaan (Victim Cause) ...................................... 22
8. Tujuan Diakonia ............................................................................... 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
a. Keadilan ....................................................................................... 23
b. Perdamaian .................................................................................. 24
c. Sukacita ........................................................................................ 24
9. PSE Sebagai Perwujudan Diakonia................................................... 24
10. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ................................... 26
11. Karakteristik UMKM ....................................................................... 27
12. Masalah Ekonomi Usaha Mikro Selama Pandemi Covid 19 .............. 28
B. Kajian Terkait ........................................................................................... 29
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 31
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 31
B. Metode Penelitian ...................................................................................... 32
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 33
1. Tempat Penelitian ................................................................................... 33
2. Waktu Penelitian .................................................................................... 33
D. Pengambilan Sample .................................................................................... 34
E. Identifikasi Fokus Penelitian ......................................................................... 35
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 36
1. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 36
2. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 37
G. Keabsahan Data .......................................................................................... 40
H. Analisis Data .............................................................................................. 41
1. Analisis Sebelum di Lapangan.................................................................. 42
2. Analisis Selama di Lapangan .................................................................... 42
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 45
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Hasil Studi Dokumentasi ...................................................................... 46
2. Hasil Observasi .................................................................................... 53
3. Hasil Wawancara.................................................................................. 54
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 85
BAB V: PENUTUP .............................................................................................. 91
A. Simpulan ................................................................................................. 91
B. Saran ....................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 97
LAMPIRAN
Lampiran I : Surat Izin Penelitian .................................................................... (1)
Lampiran II : Usulan Kegiatan ......................................................................... (2)
Lampiran III : Wawancara Umat yang Memiliki Usaha Mikro .......................... (6)
Lampiran IV : Wawancara Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan
Timja PSE ............................................................................... (31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Gereja
EG : Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang
Evangelisasi di Dunia Modern, 24 November 2013.
FT : Fratelli Tutti, Ensiklik Bapa Suci Fransiskus tentang Persaudaraan
dan Persahabatan Sosial, 3 Oktober 2020.
GS : Gaudium Et Spes, Konstituti Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
KASG : Kompendium Ajaran Sosial Gereja, Ringkasan Ajaran Sosial Gereja,
Maumere, 2009.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, buku mengenai katekese Gereja Katolik,
Paus Yohanes Paulus II tahun 1992.
KKG : Kompendium Katekismus Gereja Katolik, buku ringkasan Katekismus
Gereja Katolik 1992, Jakarta, 2009.
PPKP : Pertobatan Pastoral Komunitas Paroki, Instruksi Pertobatan Pastoral
Komunitas Paroki dalam Pelayanan Misi Evangelisasi Gereja, 29 Juni
2020.
B. Singkatan-Singkatan Lain
AC : Air Conditioner
APP : Aksi Puasa Pembangunan
BLT : Bantuan Langsung Tunai
CU : Credit Union
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Covid-19 : Corona Virus Pandemic 2019
DANPAMIS : Dana Papa Miskin
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
PGPM : Pengurus Gereja dan Papa Miskin
PSBB : Pembatasan Sosial Berskala Besar
PSE : Pengembangan Sosial Ekonomi
Timja : Tim Kerja
UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 33
Tabel 2 : Kisi-Kisi Wawancara ............................................................................... 35
Tabel 3 : Instrumen Studi Dokumen ........................................................................ 38
Tabel 4 : Instrumen Observasi................................................................................. 38
Tabel 5 : Instrumen Wawancara Umat Pemilik Usaha Mikro .................................. 39
Tabel 6 : Instrumen Wawancara Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan
Timja PSE Paroki ..................................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Corona Virus Pandemic (Covid-19) merupakan wabah yang berasal
dari virus SARS-CoV-2 yang menjadi bencana besar internasional sepanjang
tahun 2020 sampai 2021. Proses penularan virus yang cenderung sangat mudah
dan cepat mengakibatkan setiap harinya selalu ada orang yang terpapar dan
jumlahnya terus bertambah bahkan sampai meninggal dunia. Hal tersebut
menimbulkan keresahan masyarakat di dunia sehingga memunculkan berbagai
kebijakan negara-negara di dunia dan di Indonesia untuk menghentikan semua
kegiatan yang melibatkan banyak orang dan memungkinkan kontak fisik. Tidak
hanya menghentikan semua kegiatan tetapi juga menutup pusat perbelanjaan,
sekolah, tempat wisata dan lain-lainnya.
Penutupan tempat dan pemberhentian berbagai macam kegiatan
memberikan dampak pada segala aspek kehidupan terutama aspek ekonomi.
Dampak pandemi pada aspek ekonomi memberikan efek yang sangat besar bagi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Amri (2020:125)
berdasarkan data dari Kementrian Koperasi, sebanyak 163.713 pelaku UMKM
terdampak pandemi terutama paling banyak pada sektor makanan dan minuman.
Dampak pandemi pada UMKM tidak hanya di sektor makanan dan minuman
tetapi juga pada sektor jasa, industri dan pertanian. Dampak yang UMKM alami
yaitu penurunan penjualan, kekurangan modal dan terhambatnya industri. Hal
tersebut juga berdampak pada perekonomian negara Indonesia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mengandalkan kontribusi UMKM dalam sumbangan investasi,
penyediaan tenaga kerja, Produk Domestik Bruto (PDB), ekspor dan lain-lainnya.
Melihat masalah ekonomi UMKM selama masa pandemi covid-19,
Gereja perlu menjadi saudara yang membangun sikap solidaritas berdasarkan
kasih bagi mereka yang terdampak sehingga mereka mampu merasakan Kerajaan
Allah yang hadir di tengah-tengah mereka. Wujud solidaritas dari Gereja
merupakan salah satu dari empat pilar kehidupan Gereja yaitu pelayanan
(diakonia). Solidaritas dalam diakonia memuat arti sikap tanpa pamrih, sikap
yang menekankan hidup bersama tanpa mencari keuntungan diri sendiri.
Gereja sebagai pekerja diakonal memiliki tujuan membantu orang lain
untuk memiliki posisi yang benar di hadapan sesama dan Tuhan Allah. Gereja
memiliki kepedulian pada seluruh aspek hidup manusia baik rohani, jasmani,
sosial dan ekonomi. Tujuan diakonia juga untuk membangun relasi dengan situasi
dan kondisi yang ada dalam masyarakat sehingga diakonia benar-benar relevan
dan kritis dengan permasalahan yang ada dalam masyarakat (Rini Susanti &
Madya Utama, 2017:1-2).
Wujud diakonia Gereja yang dapat membantu memecahkan dan
menangani masalah ekonomi UMKM melalui tim Pengembangan Sosial dan
Ekonomi (PSE) Keuskupan maupun Paroki merupakan bagian dari Bidang
Pelayanan Kemasyarakatan Dewan Pastoral. PSE memiliki tugas membantu
mengembangkan dan memberdayakan masyarakat yang mengalami masalah
ekonomi agar dapat hidup secara mandiri dan memperoleh kesejahteraan dalam
hidupnya. Melalui dana APP (Aksi Puasa Pembangunan) dan Dana Papa Miskin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(DANPAMIS), PSE berusaha untuk menunjang pembangunan dan kegiatan
UMKM berdasar asas solidaritas dan subsidiaritas (Rini Susanti & Madya Utama,
2017: 5-6).
Berdasarkan hasil survei penulis ketika akan melaksanakan Pelayanan
Karya Paroki di Temanggung pada bulan Desember 2020, banyak umat yang
membutuhkan pengembangan dan bantuan dari paroki terutama untuk usaha
mikro selama pandemi. Dari angket yang penulis sebarkan kepada umat untuk
mencari harapan dan kebutuhan umat paroki Temanggung, banyak umat yang
memberikan harapan kepada paroki untuk lebih memperhatikan umat yang
memiliki usaha mikro.
Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung merupakan paroki yang
umatnya terdiri dari masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani,
pegawai pabrik, buruh, pengusaha, pedagang dan lain-lainnya. Penerapan sosial
distancing dan sistem lockdown selama pandemi, mengakibatkan salah satu mata
pencaharian umat yaitu usaha mikro mengalami permasalahan ekonomi.
Kebanyakan usaha mikro umat yang sangat terdampak berada di sebagian wilayah
Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung.
Dari hasil survei yang penulis lakukan ke beberapa Wilayah dan
Lingkungan, banyak umat yang kehilangan pekerjaan sehingga menganggur
kemudian membuka usaha di rumah namun hasilnya tidak seberapa untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Umat yang memiliki usaha mikro juga
mengalami masalah yaitu penjualan yang menurun. Hal ini mengakibatkan umat
harus mengurangi tenaga kerja dan bahkan usahanya harus gulung tikar. Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
maupun perusahaan yang tutup mengakibatkan umat yang berjualan di kantin
sekolah maupun instansi lain menjadi berhenti berjualan. Peniadaan acara harian,
mingguan maupun tahunan seperti Car Free Day, doa Lingkungan, Perayaan
Ekaristi Mingguan maupun acara lainnya membuat pengusaha mikro baik itu
pedangan makanan, minuman, dan produk tertentu juga harus berhenti berjualan.
Dari berbagai permasalahan ekonomi usaha mikro, pihak Paroki
sampai saat ini masih belum bisa menangani permasalahan ekonomi umat karena
anggota PSE tidak bekerja selama pandemi dan yang melakukan pekerjaan PSE
adalah ketua bidang pelayanan kemasyarakatan yang mendapat bantuan dari
dewan pengurus harian. Hal tersebut mengakibatkan pelayanan PSE hanya berupa
pelayanan yang sifatnya spontan yaitu dengan membagikan sembako, Bantuan
Langsung Tunai (BLT) dan membagikan bibit lele dalam ember serta bibit sayur
kangkung (Agung Setyanto, Komunikasi Personal, 9 Februari 2021) yang
sebenarnya belum sepenuhnya menjawab dan sesuai dengan kebutuhan umat.
Munculnya masalah ekonomi yang terjadi pada usaha mikro umat
selama pandemi namun tidak ada bentuk solidaritas dan pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan umat dari Paroki, membuat penulis tertarik untuk membuat
penelitian yang berjudul PERAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
SEBAGAI PERWUJUDAN DIAKONIA BAGI USAHA MIKRO SELAMA
PANDEMI COVID-19 DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS,
TEMANGGUNG.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak permasalahan ekonomi bagi para
pemiliki usaha mikro.
2. Banyak usaha mikro yang belum mendapatkan pelayanan PSE yang
memperkembangan usaha mereka selama pandemi.
3. PSE yang tidak menjalankan tugas pelayanan dan hanya memberikan bantuan
spontan atau tidak sesuai dengan kebutuhan umat selama pandemi Covid-19.
4. Belum ada penelitian secara khusus mengenai peran PSE sebagai perwujudan
diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19.
C. Pembatasan Masalah
Penulis dalam skrispi ini, membatasi masalah sebagai berikut.
1. Penelitian terbatas pada
Peran PSE Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung sebagai perwujudan
diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19.
2. Sasaran Penelitian
Terbatas pada umat yang memiliki usaha mikro di Paroki Santo Petrus dan Paulus,
Temanggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana peran PSE sudah mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran PSE dalam
mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
3. Apa harapan dan usulan kegiatan Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan,
Timja PSE dan umat yang memiliki usaha mikro dalam meningkatkan peran PSE
sebagai perwujudan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama
pandemi?
E. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, penulis akan melakukan penelitian dengan tujuan
berikut.
1. Mendapatkan gambaran pelaksanaan diakonia oleh PSE bagi umat yang
memiliki usaha mikro selama pandemi Covid -19.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat peran PSE dalam
mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi
Covid-19.
3. Mengetahui harapan Ketua Bidang Pelayanan, Timja PSE dan umat yang
memiliki usaha mikro untuk meningkatkan peran PSE guna mewujudkan diakonia
bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi Covid-19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
F. Manfaat Penulisan
Ada tiga manfaat dari penulisan skripsi ini, yakni:
1. Manfaat bagi Umat
a. Usaha mikro milik umat yang selama ini tidak mendapat perhatian dari PSE
akhirnya mampu mendapatkan perhatian dan pelayanan dari PSE.
b. Membantu umat semakin memahami pentingnya peran PSE dalam upaya
perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19.
2. Manfaat bagi Paroki
a. Membantu Paroki untuk memberikan pelayanan terutama dalam bidang
sosial dan ekonomi secara maksimal dan sesuai kebutuhan umat.
b. Membantu Timja PSE mengetahui upaya untuk meningkatkan kerja PSE
agar benar-benar berperan penting dalam mewujudkan diakonia bagi umat
yang memiliki usaha mikro selama pandemi Covid-19.
3. Bagi Penulis
a. Membantu penulis dalam mempersiapkan diri menjadi calon katekis
maupun petugas pastoral dalam menjalankan tugas pastoral.
b. Membantu penulis lebih mengenal umat dan juga tugas-tugas pastoral
dalam Paroki.
G. Metode Penulisan
Proses penyusunan skripsi menggunakan penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu penelitian yang bersifat
induktif/kualitatif sehingga menghasilkan dan mengumpulkan data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
merupakan suatu bentuk rangkaian kata-kata serta gambar, bukan berupa angka.
Metode ini penulis gunakan untuk mencari dan mendapatkan data secara faktual
di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung. Untuk mendukung dan
melengkapi temuan data, penulis juga melakukan studi dokumen, wawancara
mendalam dan juga observasi.
H. Sistematika Penulisan
Tulisan ini mengambil judul “Peran Pengembangan Sosial Ekonomi
sebagai Perwujudan Diakonia bagi Usaha Mikro selama Pandemi Covid-19 di
Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung”. Untuk mencapai tujuan penulisan,
tulisan ini terdiri dari lima Bab yaitu sebagai berikut.
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan kerangka teori dan kajian terkait yang terdiri dari
penerapan teori tentang PSE, diakonia dan usaha mikro sebagai bagian dari
UMKM. Kajian terkait merupakan penelitian yang relevan dengan tema skripsi
ini.
Bab III merupakan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis
penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, pengambilan sample,
teknik dan instrumen pengambilan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Bab IV merupakan hasil dan pembahasan penelitian peran PSE sebagai
perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19 di Paroki St.
Petrus dan Paulus, Temanggung.
Bab V merupakan penutup yang terdiri dari simpulan keseluruhan isi
skripsi dan saran untuk meningkatkan pelaksanaan peran PSE mewujudkan
diakonia bagi usaha mikro selama pandemi covid-19 di Paroki St. Petrus dan
Paulus, Temanggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KAJIAN TERKAIT
Dalam Bab sebelumnya, penulis telah memaparkan latar belakang dari
penulisan skripsi ini. Penulis telah memaparkan alasan memilih Peran
Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) sebagai pewujudan diakonia bagi usaha
mikro berdasarkan realitas yang terjadi di Paroki St. Petrus dan Paulus,
Temanggung selama pandemi Covid-19. Dalam Bab sebelumnya, penulis telah
memaparkan identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan skipsi
ini.
Dalam Bab II ini, penulis akan melihat teori dan kajian yang berkaitan
dengan tema skripsi. Bab ini terdiri dari dua bagian. Dalam bagian pertama,
penulis menguraikan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dari berbagai sumber
pustaka meliputi hakikat PSE, visi dasar, dan spiritualitas karya pastoral PSE,
prinsip keterlibatan sosial PSE, dan bidang-bidang pelayanan PSE. Penulis
kemudian menguraikan penjelasan tentang diakonia yang menjadi dasar PSE
dalam mewujudkan karya kerasulan sosial ekonomi, ciri-ciri, bentuk, tujuan
diakonia dan PSE sebagai perwujudan diakonia. Penulis juga menguraikan
pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang meliputi
karakteristik UMKM dan permasalahan ekonomi usaha mikro selama pandemi.
Dalam bagian kedua, penulis menguraikan kajian terkait yaitu penelitian mengenai
PSE yang telah dilakukan oleh para ahli terkait dengan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
A. Kerangka Teori
1. Hakikat Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE)
Keterlibatan sosial Gereja dalam bidang sosial ekonomi di tengah dunia
dan masyarakat diwujudkan dalam karya kerasulan sosial ekonomi Gereja. Karya
kerasulan sosial ekonomi dalam hal ini berarti bahwa Gereja memberikan
perhatian penuh terhadap sesama manusia terutama untuk menanggapi kebutuhan
mendesak manusia dengan menghadirkan secara nyata kasih Allah dalam dunia.
Hal tersebut Gereja lakukan karena hidup semua manusia sangat bernilai di
hadapan Allah dan karena manusia adalah citra Allah sendiri [Komisi
Pengembangan Sosial Ekonomi KWI (Komisi PSE KWI), 1990:7].
Wujud dari kerasulan sosial ekonomi Gereja yaitu dengan pembentukan
komisi yang bergerak dalam bidang sosial ekonomi yaitu Komisi PSE. Komisi
tersebut bergerak baik dalam tingkat nasional, regional, keuskupan, paroki
maupun lingkungan. Tujuan dari pembentukan komisi PSE yaitu untuk
menanggapi kebutuhan maupun permasalahan sosial ekonomi masyarakat
setempat. PSE dalam hal ini melakukan pelayanan-pelayanan langsung dan
usaha-usaha menegakkan keadilan bagi masyarakat sesuai dengan prinsip moral
dan iman Kristiani. Pelayanan komisi PSE mengarah pada pemberdayaan dan
kemandirian masyarakat (Rini Susanti & Madya Utama, 2017: 5-6).
2. Visi Dasar dan Spiritualitas Karya Pastoral PSE
Gereja merupakan suatu persekutuan umat Allah yang dipanggil oleh
Allah untuk mewujudkan penyelamatan bagi manusia terutama demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kesejahteraan masyarakat di dunia. Hal tersebut merupakan visi dasar dari
panggilan Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan Allah. Seperti Kristus
yang mewujudkan penyelamatan di dunia, orang Kristiani juga memiliki
kewajiban dan tanggung jawab baik secara pribadi maupun bersama untuk
mengabdikan dirinya demi terwujudnya keselamatan bagi seluruh manusia di
dunia (Komisi PSE KWI, 1990:13). Visi dasar panggilan Gereja tersebut menjadi
visi dasar PSE dan juga seluruh umat untuk dapat mewujudkan keselamatan dan
kesejahteraan bagi seluruh manusia.
Spiritualitas karya pastoral PSE merupakan pemahaman dan
penghayatan PSE terhadap evangelisasi dan pembangunan sosial yang secara
mendasar melekat pada tegaknya nilai-nilai Kerajaan Allah. Seperti Kristus yang
mempersiapkan diri untuk menjalankan pengabdian demi kebaikan manusia, PSE
juga perlu mempersiapkan diri dengan pengembangan pribadi dan kemandirian
agar mampu mengabdikan diri demi kebaikan bersama. Tujuan ataupun arah
pengabdian PSE adalah demi terwujudnya solidaritas Kristiani dalam konteks
keadilan dan perdamaian (Komisi PSE KWI: 1990: 14).
3. Prinsip Keterlibatan Sosial PSE
Pelaksanaan PSE sebagai bentuk keterlibatan Gereja untuk
menerapkan hukum cinta kasih kepada Allah dan sesama di dunia dengan
menghadirkan Kerajaan Allah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
a. Martabat Manusia
Manusia secitra dengan Allah sehingga setiap manusia memiliki
kodrat dan asal mula yang sama. Karena manusia secitra dengan Allah, maka
setiap manusia harus mengakui kesamaan dasariah semua orang. Manusia
memiliki martabat yang sama sehingga tidak boleh ada diskriminasi yang terjadi
pada manusia baik itu diskriminasi hak asasi dalam bidang sosial, ekonomi,
budaya dan lain sebagainya. Dengan adanya pengakuan dan juga penghormataan
terhadap martabat manusia yang sama menjadikan kondisi hidup menjadi lebih
manusiawi dan adil (GS 29).
b. Kesejahteraan Umum
Kesejahteraan umum merupakan seluruh kondisi hidup
kemasyarakatan yang memungkinkan agar setiap pribadi maupun kelompok dapat
memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri sehingga dapat
mencapai suatu kehidupan yang sempurna. Tidak hanya memperhatikan
kebutuhan pribadi tetapi juga memperhatikan kebutuhan orang lain. Manusia
perlu menyediakan dalam hidupnya segala sesuatu untuk dapat hidup secara
manusiawi dan juga mampu memilih hak hidup pribadinya.
Dalam mengelola dunia, manusia perlu memperkembangkan dan
mendasarkannya pada kebenaran, membangun dunia dengan keadilan,
menghidupkan dunia dengan cinta kasih, harus menemukan keseimbangannya
yang semakin manusiawi dalam kebebasan. Tujuan dan impian setiap pribadi
maupun seluruh masyarakat adalah mencapai kesejahteraan umum (GS 26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
c. Subsidiaritas
Prinsip subsidiaritas merupakan prinsip yang menyatakan bahwa
komunitas yang lebih tinggi dan berkuasa tidak boleh mengambil alih tugas
maupun hak, otoritas dan martabat komunitas maupun pihak yang lebih rendah.
Namun, jika komunitas yang lebih rendah itu memerlukan bantuan, maka
komunitas yang lebih tinggi dan memiliki kuasa itu wajib untuk membantu dan
mendukung (KKGK 403).
Komunitas yang lebih rendah menjalankan bantuan secara mandiri
tanpa ketergantungan dengan komunitas yang lebih tinggi. Hal tersebut
merupakan wujud penghormatan dan penghargaan terhadap martabat manusia.
Manusia memiliki hak dan kebebasan untuk menentukan arah hidupnya sendiri
demi terwujudnya kesejahteraan pribadi maupun umum. Oleh sebab itu,
komunitas yang lebih tinggi menerapkan prinsip bantuan yang dalam bahasa latin
disebut subsidium. PSE menerapkan subsidium untuk mendukung, memajukan
dan mengembangkan komunitas yang lebih rendah (KASG 183).
d. Solidaritas
Solidaritas yang juga memiliki sebutan lain yaitu persahabatan dan
cinta kasih sosial sebagai wujud persaudaraan yang menjadi tuntutan dan
kewajiban seorang Kristiani bagi sesama umat manusia (KGK 1939). Hal tersebut
berarti bahwa kehidupan semua manusia lebih utama daripada kepemilikan harta
benda. Solidaritas bukan hanya berbicara mengenai ketersediaan pangan bagi
semua orang tetapi mengusahakan agar semua aspek kehidupan manusia mampu
memperoleh kesejahteraan. Salah satu aspek yang diperlukan manusia adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pekerjaan yang bebas, kreatif, partisipatif dan saling mendukung sehingga
manusia mampu meningkatkan martabat hidup mereka (EG 192). Wujud dari
solidaritas berarti melawan penyebab-penyebab struktural akan kemiskinan,
kesenjangan, langkanya lapangan kerja, tanah dan perumahan, serta penyangkalan
hak-hak sosial (FT 116).
4. Bidang-Bidang Pelayanan PSE
PSE bergerak dalam berbagai macam bidang pelayanan berikut.
a. Pengumatan Spiritualitas PSE
Penumbuhan spritualitas PSE merupakan kegiatan PSE Keuskupan dan
Paroki untuk menggalakkan kerja sama dengan semua unsur pimpinan umat
setempat secara terkoordinasikan. Dengan koordinasi yang baik menjadi suatu
langkah awal dalam upaya pengembangan keadilan dan peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat (Komisi PSE KWI, 1990:22).
Pengumatan Spiritualitas PSE memiliki dua nama lain yaitu animasi
dan konsientisasi. Dengan kedua hal tersebut, PSE mampu menumbuhkan
kehidupan sosial yang menerangi serta menghormati inisiatif dan
kegiatan-kegiatan bersama, lahirnya kesadaran dan sikap keterlibatan sosial dalam
cinta kasih, tumbuh dan berkembangnya solidaritas antaramanusia, serta semakin
bersemangatnya para penggerak dan aktivis sosial ekonomi kemasyarakatan
sehingga dinamika dan kreativitas dalam karya pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat semakin signifikan dan relevan (Rini Susanti & Madya Utama,
2017:5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. Pengembangan Masyarakat
Gereja dalam mewujudkan keterlibatan pembangunan masyarakat
berusaha untuk menciptakan kekuatan agar orang yang mengalami masalah
perekonomian mampu terbebas dari masalah yang mereka alami. Gereja
menyadari panggilan ini melalui PSE yang berusaha menemukan cara-cara efektif
untuk melibatkan diri dalam membebaskan orang yang mengalami masalah
ekonomi (Rini Susanti & Madya Utama, 2017: 6). Hal tersebut dapat dilakukan
dengan upaya-upaya berikut ini.
1) Pengembangan pertanian lestari
Dalam upaya untuk mengembangkan pertanian lestari, PSE berusaha
menggerakkan usaha tani yang produktif dan memberikan informasi yang luas
mengenai kegiatan usaha tani sehingga dapat meningkatkan pendapatan para
petani. PSE melalukan usaha tersebut dengan cara mengadakan pelatihan usaha
tani dengan sistem manajemen yang sesuai atau dalam artian mutu usahanya
dapat bersaing di pasaran yang tersedia (Komisi PSE KWI, 1990: 25-27).
2) Pengembangan usaha kooperatif
PSE perlu mengupayakan usaha untuk memperkembangkan usaha
kooperatif di kalangan umat dan masyarakat. PSE dapat mengusahakan suatu
kerjasama dengan berbagai pihak dan instansi untuk mengadakan pelatihan
ketrampilan maupun membantu membentuk dan mengelola usaha kooperatif.
Dengan upaya tersebut, PSE mampu berperan serta dalam meningkatkan kekuatan
sosial ekonomi masyarakat. Tidak hanya usaha kooperatif, komisi PSE juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menggerakkan kelompok usaha di bidang pengkreditan untuk menyediakan modal
usaha bagi masyarakat (Komisi PSE KWI, 1990:27-28).
3) Pengembangan wirausaha
Banyaknya pengangguran dan juga kesulitan mencari lapangan kerja
mendorong PSE untuk menggerakkan dan mendidik masyarakat ke arah
penciptaan lapangan kerja. PSE dapat melakukan hal tersebut dengan pelatihan
wirausaha, mencari peluang usaha dalam masyarakat seperti usaha kredit kecil,
mengembangkan tenaga pendamping yang terampil untuk membantu masyarakat
yang ingin memperkembangkan usaha dan pengkreditan. PSE dapat
menggerakkan kelompok masyarakat untuk bekerjasama memberikan bantuan
modal skala kecil maupun bekerjasama dengan koperasi pengkreditan dan simpan
pinjam seperti Credit Union (CU) untuk memudahkan masyarakat dalam
melakukan pinjaman modal tanpa bunga yang tinggi (Komisi PSE KWI,
1990:28).
4) Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga (ERT)
Keluarga merupakan komunitas yang banyak merasakan keprihatinan
sosial ekonomi seperti pendidikan anak, masalah keuangan rumah tangga,
membayar pajak dan lainnya. PSE dalam hal ini berusaha untuk membantu dan
memperkembangkan keluarga agar mampu memperluas pengetahuan dan
ketrampilan dalam meningkatkan kehidupam sosial ekonomi. Beberapa usaha
Komisi PSE yaitu membuat perencanaan ekonomi rumah tangga, pendidikan dan
pelatihan pembangunan rumah tangga, tabungan pendidikan dan kesehatan, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memperkembangan usaha-usaha produktif rumah tangga (Komisi PSE
KWI,1990:31-32).
5) Pengembangan Jaringan Kerja Sama
Arus globalisasi terutama relasi sosial ekonomi yang merambah ke
seluruh dunia memunculkan berbagai macam kesenjangan dalam bidang sosial
ekonomi dalam masyarakat dunia. Salah satu upaya menanggulangi persoalan ini
adalah dengan mengembangkan kerjasama dengan banyak pihak yang
berkepentingan (Rini Susanti & Madya Utama, 2017: 7).
5. Diakonia (Pelayanan)
Diakonia memiliki arti pelayanan yang berasal dari bahasa Yunani
“diakonein”, yaitu melayani. Dalam hal ini, Gereja melayani sesama yang
kekurangan dalam hidupnya khususnya orang miskin, janda, yatim piatu,
pendatang dan orang asing. Gereja mengorganisir pelayanan secara sistematis
(Murphy, 2003:718). O’Meara (dalam Madya Utama, 2011:54) memaknai
pelayanan (ministry) sebagai “the public activity of a baptized followers of Jesus
Christ flowing from the Spirit’s charism and an individual personality on behalf
of a Christian Community to witness to, serve and realize the Kingdom of God”.
Hal tersebut menggambarkan bahwa tujuan pelayanan (ministry) adalah
memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah dan mengupayakan terwujudnya
Kerajaan Allah di dunia ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
6. Ciri-Ciri Diakonia
Diakonia memiliki 8 (delapan) ciri-ciri berikut.
a. Hakiki
Diakonia bersifat hakiki terutama bagi kehidupan dan kesejahteraan
Gereja karena Allah telah memilih orang-orang Kristiani sebagai anggota Gereja
untuk menjadi pelayan bagi sesama. Seperti Kristus telah menjadi pelayan bagi
seluruh umat manusia maka manusia juga harus menjadi pelayan bagi sesamanya.
b. Lokal
Diakonia menjadi bentuk pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan
konteks Gereja setempat, itu berarti diakonia mewujud di dalam Gereja-Gereja
setempat agar bentuk pelayanan menjadi lebih nyata dan konkret. Diakonia hadir
untuk melayani masyarakat setempat. Dalam hal ini diakonia memiliki hubungan
pertukaran dalam masyarakat yang menyembuhkan dan memberi.
c. Sedunia
Gereja dalam menjalankan diakonia merasa menderita, tersisih dan
mengalami diskriminasi karena pelaksanaan sistem yang membatasi pelayanan
Gereja. Oleh sebab itu, gereja memerlukan dukungan diakonia bertaraf sedunia
yaitu bentuk dukungan solidaritas Internasional dari Gereja-Gereja di seluruh
dunia.
d. Pencegahan atau Preventif
Diakonia bukan hanya menyembuhkan dan memberi perhatian pada
kebutuhan manusia tetapi juga harus memberikan perhatian pada akar
permasalahan suatu kebutuhan manusia. Oleh karena itu, diakonia perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
melakukan pencegahan dengan melakukan analisis yang serius mengenai cara
kerja sistem-sistem yang berlaku. Dengan melakukan pencegahan atau tindakan
preventif, diakonia akan membuat peka, mendidik, dan mengarahkan masyarakat
untuk menyadari mengenai sistem maupun kekuatan yang menjauhkan manusia
dari martabatnya. Dalam hal ini, diakonia mampu menciptakan tanda-tanda
pengharapan untuk masa depan.
e. Struktural atau Politis
Diakonia tidak hanya sebagai usaha preventif, konprehensif, dan
holistik saja pada kebutuhan manusia tetapi juga memberikan perhatian pada
faktor-faktor struktural dan politis yang menjadi sumber maupun penyebab
kesengsaraan, perbudakan, dan penderitaan manusia. Oleh karena itu, Gereja
harus melangkah untuk melampaui garis-garis batas nasional untuk menunjukan
solidaritas sehingga mampu mengatasi permasalahan yang ada.
f. Kemanusiaan
Perwujudan diakonia gereja haruslah tertuju pada semua orang
tanpa membedakan suku, ras, budaya dan agama tertentu. Gereja juga mampu
menjalin kerjasama dengan pemerintah. Dari kerjasama tersebut, orang Kristen
mampu menyadari bahwa organisasi dan lembaga antar agama merupakan alat
yang menjadikan diakonia dapat berjalan dengan efektif.
g. Saling
Diakonia merupakan bentuk pelayanan yang benar jika Gereja
mengakui bahwa gambaran Allah ada pada diri orang lain dan tidak merasa
dirinya adalah seorang pemberi atau memiliki bela rasa yang lebih kuat dari pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
orang lain. Seperti Yesus yang menekankan kesetaraan dengan manusia bukan
dengan Allah, sehingga Ia menempatkan diri-Nya sebagai pelayanan yang
mengambil bagian dalam penderitaan manusia bahkan dalam kematian. Dalam hal
ini, orang Kristiani atau Gereja hendaknya juga memiliki pemikiran yang sama
seperti Yesus dalam melakukan pelayanan yaitu bahwa mereka memiliki posisi
yang sama dengan orang lain yang mereka layani.
h. Membebaskan
Gereja haruslah menempatkan masyarakat dalam kedudukan yang
sederajat dan juga mengedepankan partisipasi dari masyarakat. Dengan adanya
partisipasi dari masyarakat menjadikan diakonia Gereja dapat terwujud pada
mereka yang tertindas dalam masyarakat dengan tetap menghargai dan
menghormati kebudayaan mereka.
Gereja, lembaga maupun badan sosial dan para pekerja diakonia harus
berusaha memberikan ruang yang bebas bagi siapapun yang mereka layani
sehingga siapapun yang mereka bantu dan layani mampu melibatkan diri secara
aktif, menentukan nasibnya sendiri dan bekerjasama dalam usaha-usaha kreatif.
Dalam hal ini para pekerja diakonia haruslah menjadi subjek yang berbuat sesuatu
bersama dengan masyarakat sehingga mampu memberikan teladan mengenai
diakonia bagi masyarakat (Supit, 1988: 55-59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
7. Bentuk-Bentuk Diakonia
Fackre mengatakan ada dua bentuk diakonia, yaitu diakonia karitatif
(victim care) dan diakonia pemberdayaan (victim cause). Berikut merupakan
penjabaran kedua bentuk diakonia ini.
a. Diakonia Karitatif (Victim Care)
Diakonia karitatif merupakan pelayanan Gereja sebagai wujud
kepedulian kepada umatnya terutama KLMTD. Gereja menunjukkan kepedulian
dengan memberi bantuan kepada umat yang miskin, sangat membutuhkan dan
dalam keadaan darurat terutama bagi umat atau masyarakat yang menjadi korban
bencana alam. Bantuan yang dilakukan Gereja yaitu dengan memberikan sembako,
Bantuan Langsung Tunai (BLT), pakaian layak pakai, dan lain-lainnya. Namun
sifat pelayanan ini hanya sementara dan tidak berkelanjutan sehingga tidak
memperkembangkan umat atau masyarakat untuk bangkit dari kemiskinan dan
penderitaan mereka. Model ini merupakan model tertua dari bentuk pelayanan
Gereja, bahkan sampai saat ini Gereja masih tetap menggunakan model ini.
b. Diakonia Pemberdayaan (Victim Cause)
Gereja tidak hanya melakukan pelayanan dengan memberi makan
mereka yang kelaparan, menyembuhkan yang terluka, meringankan beban dan
penderitaan orang yang miskin saja tetapi Gereja bersama dengan orang-orang
yang dibantu juga mampu mencari akar permasalahan dan membantu untuk
mengatasi permasalahan mereka yang miskin maupun menderita baik dalam segi
ekonomi maupun sosial (Nugroho, 2015:12-13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
8. Tujuan Diakonia
Diakonia Gereja merupakan bentuk usaha dan perjuangan Gereja
untuk memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah kepada setiap manusia di
dunia. Menurut John Fuellenbach (dalam Madya Utama, 2011:54-55) Kerajaan
Allah menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia (fisik, psikologis, intelektual,
spiritual, sosio-kultural, dan politis) yang sudah mulai terjadi di dunia sekarang ini
dan akan mengalami pemenuhan pada saat kedatangan Kristus pada akhir zaman.
Panggilan Gereja adalah untuk menjadi sarana keselamatan bagi
seluruh manusia. Keselamatan merupakan keselamatan bagi manusia secara
rohani dan jasmani. Menurut Bernard Kieser seluruh usaha, perjuangan dan juga
sumbangan Gereja kepada mereka yang menderita dan miskin untuk mencapai
kesejahteraan hidup merupakan bentuk konsekuensi dari tugas Gereja sejak zaman
Leo XIII. Pada zaman itu sudah ada penegasan bahwa tujuan pendirian Gereja
yaitu untuk menghantar seluruh manusia ke dalam keselamatan kekal.
Realitas dan seluruh aspek pengalaman hidup manusia yang terjadi di
dunia saat ini dan merupakan Kerajaan Allah tersebut menyangkut tiga unsur
yaitu unsur keadilan, perdamaian dan sukacita. Berikut ini merupakan paparan
dari ketiga unsur tersebut yaitu.
a. Keadilan
Keadilan dalam hal ini berarti relasi yang memberikan kehidupan
antara diri pribadi manusia dengan Allah, dengan sesama, dengan diri sendiri dan
alam semesta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Perdamaian
Pemahaman perdamaian tidak hanya sebagai suatu suasana yang
tercipta tanpa adanya penindasan, penghisapan dari yang kuat kepada yang lemah,
tidak ada kebencian, perpecahan dan permusuhan tetapi juga suasana di mana
orang-orang berusaha dan juga memperjuangkan untuk menghancurkan alat-alat
perang sehingga tidak ada lagi peperangan yang terjadi.
c. Sukacita
Semua manusia yang mendapatkan keadilan dan kedamaian pasti
akan memperoleh sukacita dalam hidupnya. Sukacita tercipta bila ada suasana
saling menghargai dan menghormati setiap manusia sesuai dengan keunikan dan
kekhasan masing-masing. Tidak hanya menghargai dan menghormati saja tetapi
saling mendukung dan memperkembangkan satu sama lain dengan pemberian
kesempatan untuk memperkembangkan potensi agar dapat disumbangkan demi
kesejahteraan bersama ( Nugroho, 2015: 11).
9. PSE Sebagai Perwujudan Diakonia
Diakonia PSE merupakan bentuk pelayanan kepada manusia dan juga
kepada masyarakat. Selama ini, masih banyak Gereja yang melakukan pelayanan
dengan bhakti sosial seperti memberikan bantuan sembako dan bantuan langsung
tunai saja. Hal tersebut justru membentuk hubungan pelayanan Gereja sebagai
pemberi dan penerima atau hubungan orang kaya yang memberi orang miskin.
Pelayanan PSE bukan hanya melakukan sesuatu untuk orang lain
tetapi juga membantu dan memberdayakan orang lain agar bisa bangkit dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kelemahan dan keterpurukannya. Gereja sebagai murid-murid Kristus berperan
untuk menghadirkan kasih Allah dengan memajukan Kerajaan Allah dalam hidup
manusia yaitu dengan berbuat sesuatu demi keutuhan hidup manusia secara
bersama-sama (Komisi PSE KWI, 1990:9).
Krämer juga mengungkapkan bahwa kegiatan diakonia PSE tidak
hanya menunjukkan kepedulian secara spontan tetapi dengan menunjukkan
pendekatan yang relevan dengan tantangan dan permasalahan. PSE melakukan hal
tersebut dengan analisis yang tepat tentang kondisi konkret dan tantangan spesifik
yang sedang terjadi dalam kehidupan manusia. PSE melakukan analisis dengan
dialog yang mengharuskan seseorang untuk berpendapat atau bercerita sesuai
dengan keadaan dan kondisi hidup. Dalam hal tersebut, peran imam sangatlah
penting dalam memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan pengetahuan agar
umat mampu menafsirkan keadaan hidupnya dalam perspektif iman dan menjadi
manusia yang aktif dan memperkembangkan hidupnya (Krämer, 2014:99).
Berdasarkan paparan penulis mengenai diakonia, untuk lebih
memudahkan pembaca yang sebagian besar adalah kaum awam yang tidak belajar
teologi sehingga diakonia masih asing dan tidak begitu akrab bagi
mereka. Penulis kemudian menyederhanakan diakonia menjadi ‘pelayanan’
sehingga setelah penjelasan mengenai teori diakonia, penulis akan banyak
menggunakan kata ‘pelayanan’ sebagai kata ganti diakonia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
10. Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok
usaha yang perannya sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara. UMKM sangat penting karena di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia, kelompok usaha ini menyerap paling banyak
tenaga kerja sehingga menciptakan kesempatan kerja, menjadi sumber pendapatan
bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan dan
juga pembangunan ekonomi pedesaan (Tambunan, 2012:1).
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 Bab I Pasal 1 dan Bab
IV pasal 6, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia memiliki penjabaran
sebagai berikut. Usaha Mikro merupakan usaha milik perorangan dengan
kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00.
Usaha Kecil merupakan usaha yang berdiri sendiri dan milik perorangan dengan
kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 sampai paling banyak sejumlah
Rp.500.000.000,00 dan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00
sampai paling banyak Rp. 2.500.000.000,00. Usaha Menengah memiliki kekayaan
bersih sebesar Rp.500.000.000,00 sampai paling banyak Rp.10.000.000.000,00
dengan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 sampai paling
banyak Rp.50.000.000.000,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
11. Karakteristik UMKM
UMKM memiliki karakteristik yaitu pada aspek formalitas, usaha
mikro dan kecil beroprasi pada sektor informal dan tidak terdaftar secara hukum
sehingga jarang membayar pajak. Sedangkan usaha menengah beroprasi pada
sektor formal, terdaftar dan membayar pajak. Pada aspek organisasi dan
manajemen, usaha mikro dan kecil menjalankan usahanya secara pribadi dan tidak
menerapkan pembagian kerja, sedangkan usaha menengah menjalankan usahanya
dengan banyak manajer yang profesional dan menerapkan pembagian kerja.
Aspek sifat dan kesempatan kerja, usaha mikro dan beberapa usaha kecil
menggunakan tenaga kerja yang mendapat gaji dan juga menggunakan anggota
keluarga yang tidak mendapat gaji. Sedangkan usaha menengah menggunakan
tenaga kerja yang mendapat gaji dan memiliki sistem perekrutan tenaga kerja.
Orientasi pasar usaha mikro adalah pasar lokal yang sasarannya adalah
kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Usaha kecil dan menengah lebih
memiliki orientasi pasar yang lebih tinggi dari usaha mikro yaitu pada pasar
domestik dan ekspor sehingga sasarannya adalah masyarakat kelas menengah ke
atas. Profil ekonomi dan sosial pemilik usaha mikro kebanyakan tidak
berpendidikan tinggi dan motivasi usahanya adalah untuk bertahan hidup. Pemilik
usaha kecil dan menengah banyak yang berpendidikan tinggi dan memiliki
motivasi usaha untuk mendapatkan profit usaha.
Sumber bahan baku usaha mikro lebih banyak memakai bahan baku
lokal dan menggunakan modal uang pribadi. Usaha kecil dan menengah banyak
yang memakai bahan baku impor dan memiliki akses kredit formal. Hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
eksternal usaha mikro tidak memiliki hubungan bisnis dengan usaha besar dan
banyak yang tidak memiliki akses pada program-program pemerintah, sedangkan
usaha kecil dan menengah banyak yang memiliki hubungan bisnis dengan usaha
besar dan memiliki akses pada program-program pemerintah (Tambunan, 2012:7).
12. Masalah Ekonomi Usaha Mikro Selama Pandemi Covid 19
Mewabahnya pandemi covid-19 memberi dampak yang cukup parah
pada perekonomian usaha mikro yang merupakan bagian dari kegiatan manusia
dalam menunjang ekonomi global. Pandemi covid-19 mempengaruhi ekonomi
seluruh dunia termasuk Indonesia yang mengakibatkan usaha mikro yang
bergerak dalam sektor makanan, minuman dan bisnis lain yang mengandalkan
aktivitas dan mobilitas orang harus mengalami dampaknya (Tairas, 2020: 74).
Pandemi covid-19 berdampak dalam tiga saluran utama jalannya bisnis
usaha mikro yaitu mengurangi kapasitas produksi, mengacaukan rantai pasokan
terutama mengurangi produksi bahan mentah dan saluran pemasaran yang
menurun sehingga mengurangi kinerja usaha. Pandemi menjadikan banyak negara
membuat kebijakan untuk mengurangi aktivitas produksi global (Parth, 2020:2183)
sehingga banyak usaha mikro yang berhenti dan bangkrut di tengah jalan, terpaksa
mengurangi karyawan, menggunakan uang pribadi untuk menyokong modal
usahanya dan melakukan pijaman modal dengan cara berhutang.
Banyak hal yang juga menghambat usaha mikro menjadi berkembang
selama pandemi karena berbagai macam faktor. Pertama, penurunan penjualan
akibat minimnya permintaan konsumen. Kedua, kesulitan dalam memperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
modal usaha karena pejualan yang menurun. Ketiga, penerapan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) mengakibatkan distribusi produk menjadi
terhambat. Keempat yaitu ketersediaan bahan baku yang terbatas selama pandemi
karena sebagian besar usaha mikro banyak yang mengandalkan ketersediaan
bahan baku dari sektor industri lain yang selama pandemi juga mengalami
berbagai macam hambatan (Yussofa Rizal, 2021: 1555).
B. Kajian Terkait
Penelitian terkait yang relevan dengan skripsi ini adalah “Penguatan
Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan”
oleh Petrus Ans Gregorius Taek, Darsono Wisadirma dan Wawan Sobari di Paroki
St. Petrus Takuneno Keuskupan Atambua. Alasan mereka melakukan penelitian di
paroki tersebut karena masih banyak umat prasejahtera yang belum dapat keluar
dari jeratan kemiskinan meskipun sudah ada bantuan dari pemerintah dan juga
program prioritas pengentasan kemiskinan PSE paroki (Taek, Wisadirma, &
Sobari, 2019:76-77). Serupa dengan penelitian tersebut, penulis juga memiliki
keprihatinan serupa dalam skripsi. Umat di Paroki St. Petrus dan Paulus
Temanggung juga mengalami permasalahan ekonomi. Perbedaannya, subjek
penelitiannya adalah umat yang memiliki usaha mikro dan mengalami masalah
ekonomi karena terdampak pandemi Covid-19.
Dua penelitian, baik yang penulis lakukan maupun yang Petrus Ans
Gregorius Taek et al. menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian mereka
berfokus pada penguatan kelembagaan PSE dan program prioritas pengentasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kemiskinan (Taek, Wisadirma, & Sobari, 2019:79). Sementara itu, fokus penelitian
yang penulis lakukan terletak pada pelaksanaan peran PSE dalam mewujudkan
diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19. Hasil penelitian Petrus Ans
Gregorius Taek et al. memberikan gambaran kepada penulis bahwa program
prioritas kemiskinan dan kelembagaan PSE dapat terus berjalan dengan penerapan
struktur dan sistem kerja organisasi PSE yang baik sehingga program prioritas
kemiskinan juga benar-benar mampu mengentaskan umat dari kemiskinan (Taek,
Wisadirma, & Sobari, 2019:80-89).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam Bab sebelumnya, penulis telah memaparkan penjelasan tentang
kerangka teoritis dan kajikan terkait yang membahas Pengembangan Sosial
Ekonomi (PSE) menjadi wujud pelayanan bagi usaha mikro yang mengalami
masalah ekonomi selama pandemi Covid-19. Dari kerangka teori dan kajian
terkait tersebut, belum sepenuhnya menjawab rumusan masalah dari skripsi ini
sehingga perlu penelitian untuk memperoleh data yang mrmperkuat kerangka
teori dan kajian terkait.
Dalam Bab III ini penulis akan memaparkan mengenai metode
penelitian yang penulis gunakan untuk menjelaskan tentang peran PSE sebagai
perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19. Dalam pokok
pembahasan ini secara khusus penulis akan memaparkan tentang jenis penelitian,
metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, pengambilan sample, fokus
penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, dan analisis
data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian untuk memahami fenomena yang subjek
penelitiannya alami misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya
secara holistik, dan dengan cara deskriptif yaitu dalam bentuk kata-kata pada
konteks khusus yang alamiah (Moleong, 2006:6). Penelitian kualitatif bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode
dalam menelaah masalah penelitiannya. Penggunaan berbagai metode ini juga
memiliki penyebutan lain yaitu triangulasi. Tujuan dari triangulasi yaitu untuk
memperoleh data secara alami dan menyeluruh (Mulyana, 2018:7).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Penulis melakukan penelitian kualitatif ini untuk mengungkapkan
fenomena alamiah yang terjadi yaitu peran PSE dalam mewujudkan pelayanan
bagi usaha mikro dalam konteks khusus yaitu selama pandemi Covid-19 di Paroki
St. Petrus dan Paulus, Temanggung dengan cara deskriptif.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yaitu
suatu usaha penelitian untuk menemukan makna, menyelidiki proses, dan
memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai fenomena yang terjadi dari
individu maupun kelompok (Emzir, 2012:20). Fenomena yang terjadi berkaitan
dengan latar belakang, keadaan dan interaksi yang terjadi dari suatu fenomena
atau kasus tertentu. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dapat juga
meneliti satu kesatuan sistem yang meliputi program, kegiatan, peristiwa dan
sekelompok individu yang ada pada situasi tertentu (Irma Khairani & Ashari
Manurung, 2019:33).
Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk menelaah lebih dalam
mengenai fenomena yang terjadi di Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
selama pandemi Covid-19 yaitu berkaitan dengan proses pelaksanaan peran PSE
dalam usaha mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro yang mengalami
permasalahan ekonomi. Melalui data-data yang penulis peroleh dari proses
pengumpulan data yaitu meliputi data hasil studi dokumentasi, observasi
partisipatif dan wawancara mendalam dengan umat yang memiliki usaha mikro,
ketua bidang pelayanan kemasyarakatan dan timja PSE paroki, penulis berusaha
untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai pelaksanaan peran
PSE mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro yang mengalami masalah ekonomi
selama pandemi Covid-19.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung.
2. Waktu Penelitian
Berikut ini merupakan penjabaran dari pelaksanaan penelitian di Paroki Santo
Petrus dan Paulus, Temanggung, seperti terdapat dalam tabel 1.
Tabel 1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1. Persiapan
2. Observasi
3. Pengambilan
data
4. Pengolahan data
5. Penyusunan
laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
D. Pengambilan Sample
Teknik sampling dalam penelitian kualitatif merupakan teknik untuk
menjaring informasi sebanyak mungkin dari berbagai macam sumber. Teknik
sampling juga untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari
perencanaan dan teori yang muncul. Tujuan dari teknik sampling untuk
memberikan rincian khusus pada suatu konteks yang cenderung unik dan
kompleks (Moleong, 2006:224).
Teknik sampling dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability sampling dan
non probability sampling. Probability sampling merupakan teknik pengambilan
sample yang memberikan peluang yang sama kepada semua anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sample. Teknik probability sampling terdiri dari
simple random sampling, propotion stratified random sampling, disproportionate
stratified random, sampling area (claster) sampling (sampling menurut daerah).
Non Probability sampling merupakan teknik pengambilan sample yang tidak
memberi peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
sample. Teknik sample terdiri dari sampling sistematis, kuota, aksidental,
purposive, jenuh, dan snowball (Sugiyono, 2012:218).
Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sample purposive.
Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sample sumber data dengan
pertimbangan dan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang penulis tetapkan
yaitu umat yang memiliki usaha mikro dan mengalami masalah ekonomi selama
pandemi covid-19. Penulis menetapkan partisipan yaitu 2 (dua) orang umat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
wilayah Anthiokia, 1 (satu) umat dari wilayah Betlehem, 1 (satu) umat dari
wilayah Caesarea, 1 (satu) umat dari wilayah Damaskus, 1 (satu) umat dari
wilayah Filipi, 1 (satu) umat wilayah Hebron, 1 (satu) umat wilayah Midian, 1
(satu) umat wilayah Nasaret, 1 (satu) umat dari wilayah Ibrani, 1 (satu) umat
wilayah Roma. Penulis juga menentukan validasi yaitu Ketua Bidang Pelayanan
Kemasyarakatan dan dua orang Timja PSE paroki.
E. Identifikasi Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, karena terlalu luasnya masalah dalam
fenomena penelitian yang ada sehingga penulis perlu membatasi penelitian dalam
satu atau lebih variabel yang penyebutannya adalah fokus. Dengan demikian,
fokus dari penelitian penulis jabarkan sebagai berikut.
Tabel 2 : Kisi-Kisi Wawancara
No Fokus Aspek yang diungkapkan
1. Pelaksanaan peran PSE sebagai
perwujudan pelayanan bagi
umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi.
a. Masalah ekonomi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi.
b. Upaya yang sudah dilakukan umat
untuk mengatasi krisis ekonomi usaha
mikro mereka selama pandemi.
c. Pandangan perwujudan pelayanan PSE
untuk memberdayakan usaha mikro
selama pandemi.
d. Manfaat PSE sebagai bentuk
perwujudan pelayanan bagi umat yang
memiliki usaha mikro selama pandemi.
2. Faktor-faktor yang mendukung
dan menghambat peran PSE
sebagai perwujudan pelayanan
bagi umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi.
a. Faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat pelaksanaan peran PSE
sebagai perwujudan pelayanan bagi umat
yang memiliki usaha mikro selama
pandemi.
3. Harapan dan usulan ketua
bidang pelayanan, tim kerja
(timja) PSE dan umat yang
a. Harapan terhadap pelaksanaan peran
PSE sebagai perwujudan pelayanan bagi
umat yang memiliki usaha mikro selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
memiliki usaha mikro untuk
meningkatkan peran PSE
sebagai perwujudan pelayanan
bagi umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi.
pandemi.
b. Usulan kegiatan untuk meningkatkan
peran PSE sebagai perwujudan pelayanan
bagi umat yang memiliki usaha mikro
selama pandemi.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari penelitian ini berasal dari
berbagai sumber yang ada dengan menggunakan metode pengumpulan data yang
penulis lakukan secara terus menerus hingga memperoleh data yang lengkap.
Maka dari itu, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian
ini yaitu.
1) Studi Dokumen
Dokumen merupakan salah satu data primer dalam suatu penelitian.
Dokumen dapat mengungkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya
sendiri, lingkungan, dan situasi yang sedang terjadi pada suatu saat, dan
bagaimana kaitan antara definisi-definisi tersebut dalam hubungan dengan setiap
orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya (Mulyana, 2008:195). Pada
penelitian ini, penulis menggunakan dokumen sejarah, pedoman pengelolaan dana
PSE, data bantuan PSE masa pandemi Covid-19, program kerja timja PSE tahun
2021, data umat yang memiliki usaha mikro dan visi misi Paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2) Observasi Partisipatif
Backer et al (dalam Mulyana 2008:162-163) menyebutkan bahwa
seorang peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan terlibat atau sedikit
berperan serta dalam kehidupan orang yang diteliti. Kehidupan orang yang diteliti
berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari seperti apa yang mereka lakukan,
dengan siapa, dalam keadaan apa, dan menanyai mereka mengenai tindakan
mereka. Pada penelitian ini, penulis mengamati langsung kegiatan PSE dalam
mewujudkan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi.
3) Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan komunikasi dua orang, melibatkan seseorang
yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana 2008:180). Metode
wawancara yang penulis gunakan yaitu wawancara terstruktur yaitu wawancara
dengan instrumen pertanyaan wawancara yang sudah penulis siapkan. Namun jika
jawaban dari partisipan kurang representatif maka dapat dimungkinkan dengan
menggunakan metode wawancara semi terstruktur.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang penulis
gunakan dalam kegiatan mengumpulkan data agar pengumpulan data menjadi
lebih mudah dan sistematis (Arikunto, 2000:101). Instrumen pengumpulan data
tergantung dari metode penngumpulan data yang penulis gunakan. Berikut adalah
instrumen pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
a. Instrumen Dokumentasi
Instrumen dokumentasi yang akan penulis gunakan dapat dilihat dalam Tabel 3
berikut.
Tabel 3 : Instrumen Studi Dokumen
Aspek Dokumen
Perwujudan pelayanan PSE bagi umat. 1. Sejarah Paroki Santo Petrus dan
Paulus Temanggung.
2. Pedoman Pengelolaan dana PSE
3. Kegiatan PSE selama pandemi
Covid-19.
4. Program kerja PSE tahun 2021.
5. Visi dan Misi Paroki Santo Petrus
dan Paulus Temanggung.
b. Instrumen Observasi
Instrumen observasi merupakan alat yang membantu penulis dalam
mencatat hasil pengamatan. Penulis melakukan pengamatan berperan serta.
Hal-hal yang penulis observasi yaitu keadaan fisik maupun non-fisik pelaksanaan
peran PSE sebagai perwujudan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro
selama pandemi, seperti terlihat dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4 : Instrumen Observasi
Tujuan Aspek yang diamati
Untuk memperoleh informasi dan
data mengenai kondisi fisik dan non
fisik pelaksanaan peran PSE sebagai
perwujudan pelayanan bagi usaha
mikro selama pandemi Covid-19 di
Paroki Santo Petrus dan Paulus
Temanggung.
a. Proses pelaksanaan pelayanan PSE
bagi umat selama pandemi.
b. Usaha PSE untuk mewujudkan
pelayanan bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi.
c. Sosok-sosok yang berperan dalam
menggalakkan peran PSE sebagai
perwujudan pelayanan bagi usaha
mikro selama pandemi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1) Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara penulis gunakan untuk menggali informasi dari
umat yang memiliki usaha mikro, ketua bidang pelayanan dan timja PSE paroki,
seperti dapat dilihat dalam Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.
Tabel 5 : Instrumen Wawancara Umat Pemilik Usaha Mikro
a. Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha bapak/ibu? Jika ya, apa saja dampak yang dialami?
b. Upaya apakah yang dilakukan bapak/ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
c. Menurut bapak/ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi
permasalahan ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi? d. Menurut bapak/ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
e. Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
f. Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro? g. Menurut bapak/ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki
bagi para pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
h. Menurut bapak/ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha
bapak/ibu dan juga paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
i. Menurut bapak/ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat
perwujudan pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
j. Apakah harapan dan usulan kegiatan dari bapak/ibu sebagai umat yang memiliki
usaha mikro agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan
sesuai kebutuhan umat selama pandemi?
Tabel 6 : Instrumen Wawancara Ketua Bidang Pelayanan dan Timja PSE
Paroki
a. Menurut pandangan bapak/ibu permasalahan ekonomi seperti apa saja yang sedang dialami umat karena dampak pandemi?
b. Menurut bapak/ibu, umat yang paling terdampak selama pandemi adalah umat yang
bermata percaharian atau berprofesi sebagai apa?
c. Apakah umat yang memiliki UMKM terutama usaha mikro juga mengalami masalah ekonomi selama pandemi? Jika ya, apa saja permasalah ekonomi yang dialami para
pengusaha mikro?
d. Menurut bapak/ibu apakah permasalahan ekonomi yang dialami usaha mikro karena dampak pandemi merupakan tugas pemerintah untuk menanganinya? Jika ya, apa
yang sudah dilakukan pemerintah untuk menangani hal tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
e. Permasalahan ekonomi para pengusaha mikro selama pandemi apakah juga menjadi perhatian PSE? Jika ya, hal atau kegiatan apa yang akan,sedang atau sudah
dilaksanakan PSE untuk menanggapi permasalahan ekonomi para pengusaha mikro?
f. Menurut bapak/ibu pelayanan PSE selama pandemi apakah masih berupa pelayanan
secara karitatif atau pelayanan yang memberdayakan ekonomi secara berkelanjutan? g. Menurut bapak/ibu bentuk pelayanan seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan
umat, terutama yang memiliki usaha mikro selama pandemi ini?
h. Menurut bapak/ibu apa manfaat yang dapat diperoleh dari perwujudan tugas pelayanan PSE bagi umat yang memiliki usaha mikro baik bagi bapak/ibu, paroki
atau bagi umat?
i. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan perwujudan pelayaan PSE bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
j. Harapan dan usulan kegiatan dari bapak/ibu agar PSE semakin mampu
meningkatkan perannya dalam mewujudkan pelayanan bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi?
G. Keabsahan Data
Teknik pengujian keabsahan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan hal lain di luar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang penulis
peroleh dalam penelitian (Moleong, 2006:330). Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan triangulasi sumber dan metode.
Triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan informasi yang penulis peroleh dari sumber yang berbeda yaitu dari
sumber dokumentasi, observasi partisipatif dan wawancara mendalam dengan
partisipan yang berbeda. Dalam penelitian ini, penulis membandingkan data hasil
observasi pelaksanaan peran PSE sebagai perwujudan pelayanan bagi usaha mikro
selama pandemi Covid-19 dan wawancara dengan umat yang memiliki usaha
mikro, Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan Timja PSE Paroki. Penulis
membandingkan keadaan dan perspektif umat dari berbagai jenis usaha mikro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Penulis kemudian membandingkan hasil studi dokumen baik itu sejarah, pedoman
pengelolaan dana PSE, kegiatan PSE selama pandemi Covid-19, program kerja
PSE dan visi dan misi paroki dengan hasil wawancara dengan Ketua Bidang
Pelayanan Kemasyarakatan, Timja PSE dan umat yang memiliki usaha mikro
dengan .
Triangulasi metode menurut Patton, memiliki dua strategi yaitu
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian, beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama. Dengan triangulasi metode, penulis melakukan
pengecekan kembali dengan membandingkan hasil studi dokumentasi, observasi
partisipatif dan wawancara. Hasil penelitian absah jika hasil dari studi
dokumentasi, observasi dan wawancara sejalan dan tidak bertentangan (Moleong,
2006: 331).
H. Analisis Data
Menurut Bogda & Biklen, untuk melakukan analisis data, penulis
bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan
sehingga penulis dapat mengelolanya, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat penulis
pelajari, dan akhirnya penulis memutuskan untuk menceritakannya kepada orang
lain (Moeleong, 2006:248). Analisis data juga merupakan proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
uraian dasar sehingga penulis dapat menemukan tema dan merumuskan hipotesis
kerja sesuai dengan saran dari data (Moleong, 2006:280).
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Penulis telah melakukan analisis data sebelum penulis memasuki
lapangan. Analisis penulis lakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau
data sekunder, yang akan penulis gunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Namun fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penulis masuk dan selama di lapangan (Sugiyono, 2012:245). Analisis sebelum di
lapangan yang penulis lakukan adalah analisis situasi umat yang memiliki usaha
mikro dan kegiatan PSE bagi umat selama pandemi.
2. Analisis Selama di Lapangan
Analisis data penulis laksanakan pada saat pegumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada
saat wawancara, penulis sudah melakukan analisis terhadap jawaban partisipan.
Bila jawaban partisipan setelah penulis analisis kurang memuaskan, maka penulis
akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai penulis memperoleh data yang kredibel
(Sugiyono, 2012:246). Menurut Miles and Huberman, ada tiga aktivitas dalam
menganalisis data selama di lapangan yaitu sebagai berikut.
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian mencari tema dan polanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dengan demikian, data yang telah penulis reduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila penulis memerlukannya. Dalam penelitian ini,
penulis melakukan pemilihan data yang sesuai dari studi dokumentasi yaitu
sejarah, pedoman pengelolaan dana PSE, kegiatan PSE selama Covid-19, program
kerja PSE, visi misi paroki, wawancara dengan umat yang memiliki usaha mikro,
ketua bidang pelayanan kemasyarakatan, dan timja PSE paroki.
b. Penyajian Data
Setelah data penulis reduksi kemudian langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Penyajian data penulis lakukan dalam bentuk uraian singkat,
hubungan antar kategori, flowcart dan sejenisnya. Penulisan ini menggunakan
penyajian data dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2012:247-253).
c. Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan awal penulis dalam analisis data masih bersifat sementara
dan akan berubah bila penulis tidak menemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
pada tahap awal memiliki bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penulis
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang penulis
kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dapat menjawab
rumusan masalah tetapi juga tidak menjawab rumusan masalah. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah penulis melakukan penelitian
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau interaktif, hipotesis atau teori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab III, penulis telah memaparkan metode penelitian yang
penulis gunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Penulis juga menentukan tempat dan waktu penelitian. Penulis mengambil
sample sebelas perwakilan umat yang memiliki usaha mikro dari beberapa
wilayah di Parok St.Petrus dan Paulus, Temanggung serta sample validasi yaitu
ketua bidang pelayanan kemasyarakatan dan dua orang Tim Kerja (Timja) PSE.
Penulis juga menentukan fokus penelitian yang berkaitan dengan peran PSE
dalam mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro selama pandemi. Teknik dan
instrumen pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu studi dokumen,
observasi partisipatif dan wawancara. Data yang sudah terkumpul kemudian
penulis uji kebasahannya dengan triangulasi teknik dan metode kemudian
menganalisis data yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
Pada Bab IV ini, penulis akan menguraikan data hasil penelitian. Data
hasil penelitian meliputi data hasil studi dokumentasi, observasi partisipatif dan
juga wawancara. Data hasil studi dokumentasi merupakan data dari
dokumen-dokumen paroki dan juga PSE yang tersedia. Hasil observasi partisipatif
dalam penelitian ini penulis peroleh dengan memfokuskan pada bentuk pelayanan
PSE selama pandemi. Tujuan dari observasi partisipatif yaitu untuk mengenal
usaha PSE mewujudkan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro selama
pandemi Covid-19. Hasil wawancara dari penelitian ini memuat tentang pendapat
dan juga penuturan umat yang memiliki usaha mikro, ketua bidang pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kemasyarakatan dan timja PSE terhadap perwujudan pelayanan PSE
selama pandemi Covid-19 bagi para pengusaha mikro.
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini, penulis menguraikan hasil penelitian berdasarkan
data studi dokumen, observasi partisipatif dan wawancara yang penulis lakukan.
Pada bagian hasil studi dokumen, penulis menjabarkan gambaran umum situasi
pelaksanaan perwujudan pelayanan PSE bagi usaha mikro selama pandemi. Pada
bagian hasil observasi partisipatif, penulis memaparkan bentuk pelayanan PSE
bagi umat selama pandemi. Pada bagian hasil wawancara, penulis memaparkan
jawaban dari partisipan yaitu umat yang memiliki usaha mikro dengan
mengartikulasikan lagi kalimatnya agar pembaca dapat memahami tanpa
mengurangi keaslian jawaban dari partisipan.
1. Hasil Studi Dokumen
Pada bagian ini, penulis menguraikan profil paroki dalam
pelaksanaan pelayanan PSE. Pemaparan ini berdasarkan dokumentasi yang paroki
miliki. Berikut merupakan dokumentasi untuk memperoleh gambaran umum
pelaksanaan pelayanan PSE yaitu Buku 60 tahun Paroki St. Petrus dan Paulus
Temanggung, pedoman pengelolaan dana sosial Paroki St. Petrus dan Paulus
Temanggung, data bantuan PSE selama masa Covid-19, Program Kerja Timja
PSE tahun 2021, data umat yang memiliki UMKM dan Visi Misi Paroki St. Petrus
dan Paulus Temanggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Mgr. Albertus Sugiyopranoto, S.J. pada 22 Maret 1959 mulai
meresmikan, memberkati dan memberikan nama pelindung Paroki St. Petrus dan
Paulus, Temanggung. Namun sebelumnya, pada 21 Maret 1959 umat Katolik di
Temanggung sudah mulai memperlihatkan kepedulian dalam bidang sosial dan
pendidikan dengan membangun sekolah rakyat dan Sekolah Menengah Pertama
Kanisius. Pada 12 Oktober 1959, secara eksplisit paroki sudah memberikan
perhatian khusus dalam hal sosial dengan membentuk Yayasan Gereja dan Papa
Miskin serta Dewan Paroki oleh Romo A. Sandiwan Broto, Pr.
Pembentukan Yayasan Gereja dan Papa Miskin merupakan wujud
nyata kasih kegembalaan Kristus dengan keberpihakan Gereja pada mereka yang
miskin, sakit dan menderita. Yayasan Gereja dan Papa Miskin kemudian
berkembang menjadi Pengurus Gereja dan Papa Miskin (PGPM). Keuskupan
Agung Semarang dalam Pedoman Keuangan Paroki Keuskupan Agung Semarang
pada 1991 (PKP KAS 1991) pasal 19 menegaskan mengenai tugas PGPM yaitu
paroki menyediakan anggaran bagi kerasulan pelayanan kepada saudara-saudara
yang terlupakan dan menderita, minimal 10% dari anggaran paroki. Paroki
kemudian menggalakkan anggaran tersebut dengan Dana Papa Miskin
(DANPAMIS) yaitu menyisihkan 10% kolekte pertama dan amplop persembahan
bulanan. Persentase DANPAMIS naik menjadi 15% yang belaku mulai 1 Januari
2010 berdasarkan Memo Administrasi Diosesan Keuskupan Agung Semarang No.
1117/A/X/2009.
Dalam rangka mewujudkan perutusan Gereja untuk memberikan
perhatian pada kaum Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel (KLMTD),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Paroki mempunyai beberapa sumber dana yang mendukung yaitu DANPAMIS,
dana Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang merupakan 25% dari keseluruhan
dana APP yaitu kotak APP dan kolekte umum Minggu Palma yang terkumpul di
paroki setiap tahun, dana PSE yang berasal dari 60% dana APP, dan dana
kegiatan terprogram yang berasal dari 20% dana APP. PSE menggunakan dana
DANPAMIS 30% untuk dana bantuan sosial melalui himpunan paroki dari
kolekte dan sumbangan untuk bantuan sosial karitatif atau pemberdayaan lainnya.
APP merupakan kegiatan yang memiliki sifat “membangun” dan PSE
memiliki sifat “mengembangkan” sehingga APP merupakan dana yang menjadi
satu kesatuan dengan dana PSE. Prioritas kedua dana ini untuk memberikan
bantuan modal usaha kecil, kegiatan-kegiatan peningkatan ketrampilan,
peningkatan kapasitas organisasi dan sumber daya ekonomi bagi umat misalnya
pembekalan, pelatihan dan lainnya. Kegiatan terprogram timja PSE juga
menggunakan dana APP seperti pasar murah, bedah rumah, beasiswa, kesehatan
dan lainnya. Sedangkan PSE menggunakan DANPAMIS untuk membantu umat
dan masyarakat yang tergolong KLMTD dan juga untuk siapa saja yang memang
perlu mendapat bantuan sebagai wujud solidaritas Gereja guna meringankan
beban penderitaan mereka.
Berdasarkan studi dokumentasi buku 60 Tahun Paroki St. Petrus dan
Paulus, Temanggung dan Pedoman Pengelolaan Dana Sosial Paroki, penulis
melihat bahwa embrio pelayanan sosial sudah ada sebelum peresmian paroki yaitu
dengan pembangunan sekolah rakyat dan SMP Kanisius. Pelayanan dalam bidang
sosial ekonomi setelah peresmian Paroki mulai terlihat ketika pembentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Yayasan Gereja dan Papa Miskin yang kemudian berkembang menjadi PGPM.
Dalam menjalankan tugas perutusannya, PGPM paroki memiliki berbagai macam
sumber dana yaitu dana APP, DANPAMIS, PSE dan lainnya yang penyebutannya
adalah Dana Sosial Paroki.
Berdasarkan dokumentasi Pedoman Pengelolaan Dana Sosial Paroki,
ternyata dana PSE dan APP yang persentasenya lebih besar dari dana yang lain
memiliki prioritas untuk pengembangan umat dan masyarakat baik itu dalam
memberikan modal usaha, pembinaan, pelatihan dan lain sebagainya. Selain APP,
PSE juga dapat menggunakan DANPAMIS untuk memberikan pelayanan bagi
umat dan masyarakat terutama untuk pelayanan yang memperkembangkan.
Pada periode masa pandemi, paroki berusaha untuk memberikan
perhatian dan pelayanan pada umat dan masyarakat yang terdampak. Berdasarkan
data bantuan masa Covid-19, alokasi dana sosial paroki yang berasal dari dana
APP, DANPAMIS dan PSE diarahkan untuk membantu umat dan masyarakat
dengan memberikan bantuan sembako pada Juni 2020, Bantuan Langsung Tunai
(BLT) pada September 2020 dan bibit lele pada Oktober 2020.
PSE juga mengalokasikan dana sosial untuk beberapa bidang pelayanan
dalam program kerja tahunan PSE 2021 yang bertepatan dengan periode
pelayanan PSE selama masa pandemi. Terdapat tiga target pelayanan PSE selama
masa pandemi yaitu untuk beasiswa, bedah rumah dan pendampingan UMKM.
Setiap target memiliki alokasi dana masing-masing dan alokasi dana yang paling
banyak yaitu pada pelayanan beasiswa sebesar Rp. 50.000.000,00 untuk 100
orang baik dari tingkat SD, SMP dan SMA, kemudian pendampingan UMKM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sebesar Rp.30.000.00,00 untuk 100 orang, dan bedah rumah sebesar Rp.
20.000.000,00 yang masih memperoleh tambahan subsidi dari swadaya umat
sebesar Rp.20.000.000,00 untuk 2 rumah umat.
Realisasi program kerja PSE terutama program kerja pendampingan
UMKM selama masa pandemi ini terlihat dari dokumentasi data umat pemilik
UMKM yang terdampak selama pandemi pada Agustus 2020. Dari data UMKM
terhimpun jumlah UMKM keseluruhan berjumlah 101 UMKM yang memiliki
berbagai macam jenis usaha berbeda-beda.
Dari data bantuan masa Covid-19, program kerja PSE, dan data umat
pemilik UMKM, penulis melihat bahwa UMKM sudah menjadi perhatian khusus
bagi PSE selama masa pandemi Covid-19. Hal tersebut PSE lakukan agar usaha
umat dapat berkembang sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan umat.
Pendampingan bagi UMKM menjadikan umat dapat mendapatkan modal usaha
dan pengetahuan mengenai pemasaran, pengelolaan keuangan, jiwa berbisnis dan
lainnya. PSE berharap dengan pendampingan, umat yang memiliki UMKM dapat
semakin konsisten dan memiliki komitmen dalam menjalankan usahanya.
Harapan lainnya yaitu dapat tercipta praktisi UMKM atau pembisnis yang dapat
menjadi contoh dan juga mendorong UMKM lainnya agar semakin
memperkembangkan usahanya.
Adapun visi paroki yaitu “Umat Allah Santo Petrus dan Paulus
Temanggung dalam menanggapi dan menyikapi perkembangan zaman, semakin
mengikuti Tuhan Yesus Kristus dengan berbasis pada peningkatan hidup beriman
dalam keluarga di tengah-tengah masyarakat dan bangsa”. Berdasarkan visi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tersebut, menurut penulis sikap yang hendak dibangun paroki adalah peka, peduli
dan tanggap terhadap permasalahan masyarakat terutama dalam masalah ekonomi
rumah tangga keluarga Kristiani. Ketiga sikap tersebut mampu menciptakan
keluarga Kristiani yang sejahtera, memiliki martabat dan semakin beriman.
Misi paroki terdiri dari lima bagian yang terdiri dari pembinaan iman
dalam keluarga, memberdayakan KLMTD, menggalang kerjasama dengan pihak
manapun yang berkehendak baik, meningkatkan keluarga yang militan, solider
dan bersubsidiaritas, sejahtera, pewarta, aktif meneladan Yesus, membangun
relasi dengan Allah dan menjadi pewarta dan saksi di tengah masyarakat. Dari
kelima misi tersebut, penulis melihat bahwa paroki ingin mewujudkan kepedulian
sosial ekonomi bagi sesama terutama pada keluarga Kristiani.
Penulis melihat bahwa ada keterkaitan antara visi dan misi paroki
dengan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang (ARDAS KAS) 2021-2025
yaitu “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah” yang mengarahkan agar paroki
sebagai bagian dari KAS mampu mewujudkan tananan baru dalam berbagai
bidang sehingga dapat tercapai kesejahtreraan yang berkeadilan, demokrasi yang
partisipatif dan relasi sosial yang bermartabat. Cita-cita tersebut dapat terwujud
jika ada kerjasama antar anggota Gereja terutama para hirarki, kaum religius,
awam dan para pelayan Gereja.
Dari seluruh dokumentasi yang ada, penulis melihat bahwa Paroki
memiliki peluang dalam usaha untuk mewujudkan pelayanan terutama oleh PSE
sebagai bidang yang secara khusus bergerak dalam pengembangan sosial ekonomi.
Hal tersebut dapat penulis katakan karena perwujudan pelayanan sudah mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
terbentuk dari sebelum peresmian paroki dan pembentukan Yayasan Gereja dan
Papa Miskin. Dokumentasi tentang pengelolaan dana sosial paroki juga menjadi
peluang PSE untuk lebih meningkatkan lagi pelayanan bagi usaha mikro karena
pedoman menjadi tolok ukur pendanaan PSE untuk bertindak.
Pelayanan PSE selama periode masa pandemi Covid-19 sebenarnya
sudah berusaha untuk melakukan intervensi terhadap permasalahan ekonomi umat
namun usahanya masih belum sesuai dengan kebutuhan umat dan belum
memperkembangkan usaha umat. Program kerja PSE juga menjadi acuan dan
panduan bagi PSE dalam mewujudkan pelayanan bagi umat. Dengan adanya
rancangan program kerja dapat memudahkan PSE untuk menentukan arah
kegiatan pelayanan PSE untuk umat dan masyarakat selama satu tahun.
Dari hasil studi dokumentasi, penulis berpendapat bahwa PSE paroki
terutama para seksi sosial-ekonomi yang berada di lingkungan-lingkungan perlu
lebih aktif dan berani untuk bergerak demi mewujudkan pelayanan bagi umat
yang memiliki usaha mikro karena banyak peluang yang PSE miliki. Melalui visi
dan misi yang juga memiliki keterkaitan dengan ARDAS KAS, penulis melihat
bahwa PSE dapat mewujudkan pelayanan bagi sesama dan menciptakakan
kesejahteraan dalam masyarakat terutama bagi ekonomi rumah tangga
keluarga-keluarga yang memiliki usaha mikro dan mengalami permasalahan
ekonomi. Hal tersebut dapat terwujud jika PSE menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak baik itu umat, pemerintah, pihak yang berkepentingan dan
berkompeten dalam bidang sosial ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2. Hasil Observasi Partisipatif Pelaksanaan Perwujudan Pelayaan PSE
Selama Pandemi Bagi Usaha Mikro di Paroki Santo Petrus dan Paulus,
Temanggung
Berdasarkan hasil observasi partisipatif, pelayanan berbasis data kepada
umat yang memiliki UMKM sudah PSE lakukan selama pandemi namun belum
maksimal karena pengumpulan data yang belum lengkap dan kekurangan personil.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya komunikasi antara ketua lingkungan dengan
umat yang mengakibatkan tidak semua UMKM yang ada di paroki dapat terdata.
Pengumpulan data yang lemah juga karena kecenderungan UMKM yang
sebenarnya tidak terdampak tetapi ikut terlibat untuk mengisi data. Pelayanan PSE
selama pandemi juga hanya dilakukan oleh segelintir orang saja yaitu ketua
bidang pelayanan kemasyarakatan dan sebagian anggota timja PSE sehingga
mengakibatkan pelaksanaan pelayanan PSE bagi umat selalu kekurangan personil.
Wujud pelayanan PSE selama pandemi yaitu memberikan bantuan
sembako terhadap umat dan juga warga yang terdampak pandemi dan KLMTD.
Bantuan sembako bertujuan untuk mengurangi dan mengatasi beban ekonomi
umat karena dampak pandemi. Pelayanan lain PSE yaitu dengan memberikan
BLT bagi umat dan juga pemberian bibit lele dan kangkung dalam ember bagi
umat yang berkenan untuk menerimanya karena jumlahnya yang terbatas. Dengan
pemberian bibit lele dan kangkung dalam ember tersebut PSE berharap agar umat
mampu kreatif dan dapat memperkembangkannya menjadi usaha yang
menjanjikan selama pandemi. Namun kenyataannya, banyak umat yang
mendapatkan bibit lele dan kangkung tidak dapat merawatnya dengan baik dan
akhirnya bibitnya mati. Hal tersebut menggambarkan bahwa sebenarnya PSE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sudah mengusahakan pelayanan yang dapat memberkembangkan ekonomi umat
selama pandemi namun pada akhirnya tidak sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan umat.
Berdasarkan pemaparan data di atas, penulis melihat bahwa peran
PSE sebagai perwujudan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro selama
pandemi sudah memiliki gerakan dengan pelayanan berbasis data oleh PSE.
Namun pelayanan PSE selama pandemi lebih fokus pada umat selain yang
memiliki UMKM sehingga umat yang memiliki usaha mikro juga belum
mendapatkan perhatian penuh dari PSE. Berdasarkan hasil observasi penulis,
banyak umat yang belum mengenal dan mengerti arti pentingnya pelayanan PSE
bagi umat. Umat hanya mengerti bahwa yang melakukan pelayanan bagi umat
adalah paroki dan umat menganggap bahwa pelayanan tidak lebih penting dari
pada kegiatan yang sifatnya liturgis.
3. Hasil Wawancara
Pada bagian hasil wawancara, penulis memaparkan profil partisipan
penelitian. Penulis juga memaparkan data hasil wawancara dari partisipan yaitu
umat yang memiliki usaha mikro yang sebagian besar mengalami permasalahan
ekonomi pada usaha mereka baik di awal maupun selama pandemi berlangsung.
a. Profil Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari sebelas orang umat yang
memiliki usaha mikro (tiga orang laki-laki dan delapan orang perempuan) dengan
berbagai macam jenis usaha. Penulis juga mewawancarai ketua bidang pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kemasyarakatan dan dua orang anggota Timja PSE paroki untuk triangulasi data.
Penulis akan menuliskan profil partisipan dengan pengkodean. Hal tersebut
penulis lakukan guna memudahkan peenyebutan partisipan. Berikut adalah profil
partisipan.
1) Partisipan 1 (P1), berusia 53 tahun, merupakan umat wilayah Anthiokia,
seorang petani kopi, produsen dan penjual kopi.
2) Partisipan 2 (P2), berusia 55 tahun, umat wilayah Filipi, dan memilik cathering
makanan.
3) Partisipan 3 (P3), berusia 48 tahun, umat wilayah Ibrani, berdagang lauk atau
sayur matang secara online.
4) Partisipan 4 (P4), berusia 60 tahun, umat wilayah Hebron, berdagang pakaian
dan perabot rumah tangga.
5) Partisipan 5 (P5), berusia 42 tahun, umat wilayah Betlehem, pedagang tanaman
hias, khususnya tanaman anggrek.
6) Partisipan 6 (P6), berusia 35 tahun, merupakan salah satu umat di wilayah
Midian, pedagang bubur dan lauk atau sayur matang.
7) Partisipan 7 (P7), berusia 63 tahun, umat wilayah Damaskus, produsen dan
pedagang telur asin.
8) Partisipan 8 (P8), berusia 29 tahun, umat wilayah Nazaret, mengelola jasa
service Air Conditoner (AC), kulkas dan alat-alat elektronik lainnya.
9) Partisipan 9 (P9), berusia 69 tahun, umat wilayah Caesarea, produsen dan
pedagang kue pukis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
10) Partisipan 10 (P10), berusia 43 tahun, umat wilayah Roma, pedagang
sembako.
11) Partisipan 11 (P11), berusia 68 tahun, umat wilayah Anthiokia, pedagang roti
kering.
12) Partisipan 12 (P12), partisipan triangulasi, berusia 35 tahun, anggota timja
PSE.
13) Partisipan 13 (P13), partisipan triangulasi, berusia 40 tahun, anggota timja
PSE.
14) Partisipan 14 (P14), partisipan triangulasi, berusia 39 tahun, Ketua Bidang
Pelayanan Kemasyarakatan.
b. Data Hasil Wawancara Partisipan
Pada bagian ini, penulis memaparkan hasil wawancara penulis
dengan partisipan tentang pelaksanaan pelayanan PSE bagi usaha mikro selama
pandemi. Pelaksanaan wawancara berlangsung selama 2 April 2021 - 22 April
2021. Hasil wawancara ini penulis paparkan dengan kalimat yang teratur sehingga
memudahkan pembaca memahami hasil wawancara tanpa mengurangi keaslian
informasi yang penulis dapatkan dari partisipan. Berikut ini merupakan
rangkuman hasil wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1. Wawancara dengan Umat Pemilik Usaha Mikro.
a) Pelaksanaan Peran PSE sebagai Perwujudan Pelayanan bagi Umat Yang
Memiliki Usaha Mikro selama Pandemi Covid-19.
1) Masalah Ekonomi Umat yang Memiliki Usaha Mikro selama Pandemi
Covid-19.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan sebelas partisipan,
mengenai dampak pandemi terhadap usaha mikro umat, penulis memperoleh data
bahwa sebagian besar umat mengalami permasalahan ekonomi baik di awal
pandemi maupun selama pandemi berlangsung.
Menurut P1, “Efek pandemi untuk pemasaran itu turunnya sangat
drastis hampir 80%. Selain pemasaran, kita tidak bisa promosi secara offline
padahal kami selalu promosi secara offline. Selain pemasaran turun, penghasilan
juga ikut turun” (Partisipan 1, Komunikasi Personal, 04 April 2021). Bagi P2
pandemi membuat pengluaran menjadi bertambah karena permintaan pembeli
untuk memberi packaging pada produk makanan.
Dampak pandemi yang terjadi pada P1 dan P2 juga terjadi pada P3
yang mengalami permasalahan dalam hal permodalan. P4 juga mengalami
dampak selama pandemi. Biasanya ia menyuplai pakaian setiap dua minggu sekali
dan sekarang ia menyuplai dua sampai tiga bulan sekali. Penghasilannya juga
tidak menentu karena tidak setiap hari pakaiannya laku terjual. P6 juga
mengalami dampak yang serupa dengan P1-P4.
Berbeda dengan P1, P2, P3, P4 dan P6 yang mengalami dampak selama
pandemi berlangsung, P5 mengalami dampak di awal pandemi. Ketika awal
pandemi, P5 mengalami kesulitan untuk memasarkan anggrek secara online
karena terhambat pengiriman barang ke luar kota dan sistem lockdown yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
membuat masyarakat menjadi tidak tertarik untuk membeli tanaman anggrek.
Masyarakat lebih memilih untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari daripada
membeli anggrek.
Dampak selama pandemi seperti yang dialami oleh P1, P2, P3, P4 dan
P6 juga terjadi pada usaha P7 karena produk telur asin miliknya mudah busuk jika
tidak langsung terjual sehingga terkadang laba usaha P7 tidak selalu dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan terkadang modalnya juga tidak kembali.
Pemberhentian Perayaan Ekaristi pada hari Minggu di gereja secara offline juga
memberi dampak pada usaha P7 yang selalu menitipkan telur asin pada
paguyuban ibu-ibu paroki yang kerap berjualan berbagai macam makanan ketika
Perayaan Ekaristi pada hari Minggu.
Pandemi Covid-19 juga sangat berdampak pada usaha P8 yang bergerak
dalam bidang jasa. Menurut P8, “otomatis pekerjaannya berkurang karena arah
usaha saya itu ke perumahan dan instansi. Banyak instansi selama pandemi jarang
menggunakan AC. Padahal untuk service AC jika terpakai bisa tiga bulan sekali,
kalau tidak terpakai jangkanya jadi mulur. Biasanya sebulan bisa service 50
sampai 60 unit, sekarang terkadang sebulan hanya 10 sampai 11 unit” (Partisipan
8, Komunikasi Personal, 13 April 2021).
Sama halnya dengan P7, P9 juga mengalami dampak karena peniadaan
segala macam bentuk kegiatan di paroki. Sebelum pandemi, P9 selalu
mendapatkan pesanan pukis untuk snack dalam pertemuan-pertemuan di paroki.
Namun selama pandemi paroki tidak melaksanakan kegiatan dan usaha P9
menjadi macet karena tidak ada pesanan. Partisipan P9 mengungkapkan, “Dulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sebelum pandemi sehari bisa laku 100 pukis, sekarang kadang-kadang cuma 30
sampai 40 pukis tiap harinya, itu saja terkadang sehari pernah tidak laku sama
sekali” (Partisipan 9, Komunikasi Personal, 14 April 2021).
Dampak pandemi juga terjadi pada usaha P10 yang di awal pandemi
sempat mengalami ketidakstabilan ekonomi sehingga menyebabkan penghasilan
P10 tidak menentu, padahal P10 harus membiayai sekolah kedua anaknya dan
masih banyak kebutuhan sehari-hari yang mengandalkan hasil dari usaha dagang
sembakonya. Dampak serupa juga terjadi pada usaha P11 yang menjadi sepi
karena tokonya berada di dalam pasar. Pembeli lebih memilih untuk berbelanja
apa yang mereka butuhkan di luar pasar daripada harus repot masuk ke dalam
pasar.
2) Upaya Umat untuk Mengatasi Krisis Ekonomi Usaha Mikro Mereka
selama Pandemi Covid-19.
Dari hasil wawancara penulis memperoleh data bahwa meskipun
terkena dampak pandemi, umat tetap berupaya mempertahankan usaha mereka
agar tetap berjalan. Umat giat melakukan promosi secara online maupun offline
bahkan juga memiliki usaha sampingan untuk menyokong usaha serta kebutuhan
sehari-hari.
P1, P3, dan P7 melakukan upaya secara online yaitu dengan promosi
melalui media sosial seperti whatsapps, facebook dan instagram. Berbeda dengan
P5 yang justru selama pandemi ini memilih untuk tidak berjualan secara online
tetapi berjualan secara offline yaitu berjualan anggrek di pinggir jalan. Sama
seperti P5, P4 dan P8 juga berusaha memasarkan dagangan baju dan menawarkan
jasa service AC secara offline dengan cara berkeliling dari satu rumah ke rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
lainnya. P4 juga memasarkan daganganya ketika arisan, ke kantor-kantor dan ke
sekolah-sekolah.
P5, P6, P7, P8, P10 dan P11 juga memiliki usaha sampingan. Usaha
sampingan P5 selain berjualan anggrek yaitu membuat pakan burung. Usaha
sampingan P6 selain berjualan bubur dan sayur matang yaitu membuka jasa
laundry pakaian. P7 dan P10 memiliki usaha sampingan membuat makanan jika
ada pesanan. Selain membuat makanan jika ada pesanan, P10 juga membuat
ceriping setiap sore dan menjualnya selama bulan puasa. P8 juga memiliki usaha
sampingan yaitu usaha budidaya ikan koi. P11 memiliki usaha sampingan selain
berjualan roti kering di pasar yaitu berjualan bubur dan sayur matang di rumah.
P2 menambahkan bahwa selama pandemi, P2 berusaha untuk lebih
kreatif dengan membuka outlet baru, peluang baru, membuka relasi dengan orang
baru dan bahkan membuka kafe karena selama pandemi ini justru yang omsetnya
sedang naik di Temanggung adalah kafe. Selain itu, untuk mempertahankan
usahanya, P3 terkadang harus menggunakan uang pribadinya, hutang bank yang
tidak resmi atau hutang ke orang lain untuk menyuplai bahan baku jualannya.
Berbeda dengan P3, meskipun usaha P6 mengalami permasalahan ekonomi
selama pandemi, namun P6 tetap berupaya untuk mempertahankan usahanya
dengan mengurangi porsi jualan agar tetap habis setiap berjualan.
3) Pandangan Perwujudan Pelayanan PSE untuk Memberdayakan Usaha
Mikro selama Pandemi Covid-19.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang sesuai
dengan pengetahuan umat tentang PSE karena banyak umat yang tidak
mengetahui tentang PSE sehingga penulis menyebut PSE dengan kata ganti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
“paroki”. Hal tersebut menggambarkan bahwa umat belum mengenal PSE sebagai
bidang yang bergerak dalam hal pelayanan di paroki dan umat belum memandang
PSE sebagai bidang pelayanan yang penting dalam paroki.
Terkait peran pemerintah dan PSE bagi usaha mikro selama pandemi,
berdasarkan hasil wawancara, penulis memperoleh data bahwa sebagian besar
umat yang memiliki usaha mikro belum mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Menurut P1, pemerintah masih kurang tanggap terhadap permasalahan ekonomi
usaha mikro selama pandemi karena ada usaha mikro yang sudah mendapatkan
bantuan dari pemerintah tetapi ada juga usaha mikro yang belum mendapatkan
bantuan dari pemerintah. Namun bagi P1 dan P2, pemerintah sebenarnya sudah
berperan untuk usahanya yaitu memberikan bantuan UMKM berjumlah Rp.
2.400.000,00. P2 mendapatkan bantuan tersebut pada Desember 2020 dan saat ini
belum mendapatkannya lagi. P1 juga mendapatkan pelatihan-pelatihan dari
pemerintah.
Pemerintah juga sudah berperan bagi usaha P3 dengan membagikan
BLT yang awalnya berjumlah Rp. 600.000,00 setiap tiga bulan sekali kemudian
menjadi Rp. 300.000,00 setiap bulannya. Tidak hanya P3, P6, P9 dan P10 juga
mendapatkan BLT dari pemerintah sejumlah Rp. 300.000,00. Namun selama
bulan Maret dan April 2021, mereka belum mendapatkannya lagi. Berbeda
dengan partisipan lainnya, P4 mendapatkan bantuan berupa pensiunan janda
sejumlah Rp. 1.260.000,00 dari pemerintah.
P5, P7, P8 dan P11 merasakan hal berbeda yaitu tidak mendapatkan
bantuan dari pemerintah. Partisipan P5, P8 dan P11 sebenarnya sudah mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
informasi mengenai bantuan UMKM dari pemerintah namun P8 tidak
mengajukan karena ketika awal pandemi, P8 menganggap usahanya tidak
terdampak tetapi ternyata usahanya juga mengalami dampak. Berbeda dengan P8,
P11 saat ini sedang mengajukan bantuan modal usaha kepada pemerintah.
Berbeda dengan P5, P8 dan P11, P7 ternyata tidak mengetahui
informasi mengenai bantuan UMKM pemerintah. Menurut P7, “Jadi yang
namanya bantuan UMKM itu saya tidak pernah tahu karena tidak pernah ada yang
datang ke rumah untuk mendata. Justru di sini, yang tidak punya usaha saja dapat
bantuan UMKM” (Partisipan 7, Komunikasi Personal, 09 April 2021).
Berkaitan peran PSE selama pandemi bagi umat yang memiliki usaha
mikro, menurut P1 belum ada gerakan dari PSE karena syarat untuk pengajuan
pinjaman usaha yang terlalu sulit dan pinjamannya kecil. Partisipan P3
mengatakan “Kalau dari paroki saya belum pernah mendapat. Dulu pernah
mengisi blanko melalui handphone, tapi belum ada tanggapan apa-apa dari
paroki” (Partisipan 3, Komunikasi Personal, 06 April 2021). Ungkapan
pengalaman P3 selaras dengan pengalaman P7 dan P8.
Partisipan P2 merasa mendapatkan peran dari PSE karena mendapat
bantuan stimulus usaha sebesar Rp.150.000,00. Partisipan P4, P10 dan P11 juga
merasa PSE sudah memberikan bantuan namun bantuan yang PSE berikan hanya
berupa sembako dan uang tunai sejumlah Rp.150.000,00 dan Rp. 100.000,00.
Berbeda dengan P4 dan P11, P10 hanya mendapatkan bantuan berupa sembako
dari PSE ketika paskah tahun 2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Partisipan P4, P5 dan P10 pernah mendapat hibah modal usaha dari
PSE. P5 mendapat hibah modal sejumlah Rp. 3.000.000,00 dari PSE Paroki St.
Petrus dan Paulus, Temanggung dan P10 mendapat hibah modal ketika usahanya
sedang mengalami kemerosotan pada awal pandemi sejumlah Rp.1.000.000,00.
Partisipan P4 juga mendapatkan hibah modal tetapi dari PSE Paroki Santa Maria
Fatima, Magelang sejumlah Rp. 700.000,00.
Terkait pandangan umat tentang peran pemerintah selama pandemi
dalam menjawab kebutuhan usaha umat, P1 mengatakan bahwa peran pemerintah
untuk para pengusaha mikro sebenarnya belum sepenuhnya menjawab kebutuhan
usaha mikro. Hal tersebut dikatakannya karena masih banyak usaha mikro yang
belum mengetahui program pengembangan UMKM dari pemerintah selama
pandemi.
Hal berbeda justru menjadi ungkapan dari P2, P3, P6 dan P11 yang
merasa bahwa bantuan dari pemerintah sudah menjawab kebutuhan hidup dan
usaha mereka. Menurut P2, bantuan dari pemerintah sangat membantu untuk
memutar lagi roda kegiatan produksi sehingga dapat bangkit dari keterpurukan
usahanya. Bagi P3, bantuan dari pemerintah sebenarnya dapat membantu
menambah modal usahanya jika sewaktu-waktu modalnya habis.
P4 yang mendapat bantuan pensiunan janda menganggap bahwa
bantuan tersebut hanya dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari namun
tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan usahanya. Partisipan P6 juga merasa
bahwa pemberian BLT dari pemerintah membantunya membayar angsuran
bulanan namun bagi usahanya masih tidak cukup. Sama halnya dengan P11 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah menganggap bahwa bantuan
tersebut meringankan P11 untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun bagi
usahanya masih belum memenuhi.
Bagi P9 dan P10 bantuan dari pemerintah berupa BLT ternyata belum
sepenuhnya menjawab kebutuhan usaha dan kehidupan sehari-hari mereka. P9
mengungkapkan “Kalau untuk saya ya tidak cukup, bantuan tersebut hanya dapat
saya gunakan untuk menyokong saja karena kebutuhannya banyak yaitu
membayar air, listrik, pajak rumah, iuran sampah, iuran sosial, iuran ibu-ibu
wanita Katolik, dan lain-lainnya” (Partisipan 9, Komunikasi Personal, 14 April
2021). P10 yang juga mendapatkan bantuan dari pemerintah berpendapat bahwa
bantuan tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan usaha dan mencukupi
kebutuhan keluarganya yang berjumlah enam orang. Bantuan dari pemerintah
hanya cukup untuk makan saja, padahal masih ada kebutuhan lain seperti
membayar hutang, kerukunan sosial, dan lain-lainnya.
Hal berbeda dirasakan oleh P5, P7 dan P8 yang tidak mendapatkan
bantuan atau perhatian apapun dari pemerintah sehingga mereka merasa belum
tertanggapi. Menurut P7, bantuan UMKM yang tidak tepat sasaran yaitu diberikan
juga kepada masyarakat yang tidak memiliki UMKM membuat P7 berpendapat
bahwa peran pemerintah untuk UMKM belum menjawab sepenuhnya kebutuhan
para pengusaha mikro dan ada istilah “permainan” dalam pendataan.
Berkaitan dengan peran PSE bagi umat yang memiliki usaha mikro,
dari hasil wawancara, penulis memperoleh data bahwa menurut P1, P3, P5, P6, P7,
P8, P9, P11 kegiatan pelayanan PSE selama pandemi Covid-19 belum menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
kebutuhan dan juga menanggapi permasalahan ekonomi usaha mikro umat.
Menurut P1, PSE belum memiliki gerakan sehingga mengakibatkan PSE belum
menjawab kebutuhan para pengusaha mikro. Menurut P3, P6, dan P7 belum ada
kejelasan setelah pendataan UMKM dari PSE sehingga membuat P3, P6, dan P7
merasa bahwa PSE belum menjawab kebutuhan dan menangani permasalah usaha
mikro mereka. Menggaris bawahi jawaban dari P3, P6, dan P7, partisipan P8
berpendapat bahwa PSE sama sekali belum berperan untuk menanggapi
permasalahan usaha mikro.
P5 berpendapat bahwa usahanya membutuhkan modal cukup besar dan
bantuan hibah modal usaha dari PSE belum sepenuhnya menjawab kebutuhan
usahanya. Menurut P5, “Uang Rp.3.000.000,00 yang saya dapatkan dari paroki
secara hitungan itu sebenarnya tidak cukup untuk modal beli satu kotak anggrek
yang sudah mekar. Kalau saya beli yang bibit itu memerlukan proses lebih lama
lagi untuk menjual sehingga saya hanya menjual bonggol anggrek bekas, tetapi
labanya hanya sedikit yaitu lima ribu per bonggol, itupun kalau ada yang mati
satu sudah mengurangi laba sepuluh buah bonggol” (Partisipan 5, Komunikasi
Personal, 09 April 2021). Bagi P9, bantuan BLT PSE belum menjawab kebutuhan
usaha P9 yang aktif dalam kegiatan masyarakat sehingga memerlukan biaya
tambahan untuk aksi sosial, sedangkan hasil usahanya tidak cukup untuk
menambah biaya tersebut.
P2 menuturkan hal yang berbeda dengan partisipan lain. Bantuan PSE
senilai Rp.150.000,00 dinilai lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan
usahanya. P2 merupakan anggota dari Credit Union (CU) Pelita Usaha yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menurut P2 merupakan bagian dari paroki sehingga P2 cukup terbantu dengan
menjadi anggota CU selama pandemi ini. P4 merasa bantuan BLT dari PSE sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan usahanya karena P4 juga mendapatkan uang
dari pensiunan janda. Menurut P6, bantuan sembako dari PSE sudah membantu
P6 untuk mencukupi kebutuhan bahan pokok. Bantuan PSE menurut P10 sangat
membantu usahanya sehingga usahanya dapat terus berjalan.
Berkaitan dengan pelayanan wajib PSE untuk umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi, sebagian besar partisipan berpendapat bahwa
pelayanan wajib PSE yaitu mengadakan bantuan modal usaha. Menurut P3, P4,
P8, P7, P9 dan P11, PSE dapat memberikan bantuan modal usaha bagi para usaha
mikro. Partisipan P4 menambahkan bahwa untuk bantuan modal usaha
seharusnya tanpa bunga untuk mengembalikan uang modal usaha tersebut.
P1 dan P3 berpendapat bahwa PSE dapat memberikan pendampingan
UMKM serta membantu memasarkan dan menyalurkan produk para pengusaha
mikro agar produknya terbeli. Berdasarkan pendapat P2, PSE dapat menfasilitasi
para UMKM dengan membuat market place yang merangkum dan
mempertemukan para UMKM antarparoki maupun wilayah. Pelaksanaan Market
place dapat melalui pertemuan secara daring dengan whatsapp grup, facebook,
instagram dan media sosial lainnya. Menurut P2, “Intinya saya pikir, para relawan
yang bergerak dalam bidang sosial ekonomi ini bukan hanya membuat market
tetapi membangun jiwa bisnis. Kita harus memperkembangkan talenta kita bukan
hanya menjual tetapi berbisnis. Berbisnis itu besifat kelanjutan bukan hanya
sekarang saya laku tapi saya laku terus sehingga menjadi berkesinambungan. Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kita membangun network yaitu semacam kemitraan, jejaring dan seterusnya”
(Partisipan 2, Komunikasi Personal, 05 April 2021).
Berbeda dengan partisipan lain, P5 berpendapat bahwa PSE dapat
menjalin kerjasama dengan pemerintah terutama dalam bidang pertanian sehingga
mampu membentuk komunitas tani dan mendapatkan modal usaha yang dapat
disimpan pinjamkan dari komunitas tersebut. Sistem simpan pinjam juga menjadi
pedapat P10 yaitu PSE menerapkan sistem simpan pinjam secara bergilir.
Partisipan P8 yang bergerak dalam bidang jasa memiliki pendapat bahwa PSE
bisa memberikan peluang usaha lain bagi para pengusaha yang selama pandemi
usahanya mengalami permasalahan ekonomi yang sulit.
4) Manfaat PSE sebagai Bentuk Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang
Memiliki Usaha Mikro selama Pandemi Covid-19.
Berkaitan dengan manfaat yang umat dapatkan apabila PSE
mewujudkan tugas pelayanannya selama pandemi bagi usaha mikro maupun bagi
PSE, P1 mengatakan, “Mau tidak mau usaha bisa berjalan dengan baik dan
kemungkinan bisa berkembang. Kita di masyarakat bisa menjadi terang dan
garam bagi sesama.” (Partisipan 1, Komunikasi Personal, 04 April 2021).
P2 mengungkapkan bahwa para pengusaha mikro akan terbantu
dengan market place yang mampu menjadikan para pengusaha mikro menjadi
lebih akrab satu sama lain dan saling membantu satu sama lain.
Manfaat yang dapat diperoleh bagi P3, P4, P6, P8, P7, P9 dan P11 jika
PSE mampu mewujudkan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi dengan memberi bantuan modal usaha, mereka memiliki
usaha yang tetap dan lancar selama pandemi. P5 menambahkan bahwa manfaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
yang dapat diperoleh yaitu kehidupan ekonominya akan terus berjalan terutama
untuk mebiayai sekolah, makan dan kebutuhan lainnya. Manfaat lainnya, ia dapat
menciptakan lapangan kerja bagi orang lain karena usahanya berkembang.
Perwujudan pelayanan PSE juga bermanfaat untuk P8 yang
bergerak dalam bidang jasa agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,
menciptakan peluang dan lapangan kerja baru. Sistem simpan pinjam yang
bergilir berdasarkan pendapat P10 sebagai wujud pelayanan yang wajib bagi PSE
dapat bermanfaat bagi usaha P10 yaitu mampu menambah modal usaha dan
menambah ketersediaan barang dagangan yang lebih banyak konsumen cari.
Manfaat untuk PSE menurut P1 yaitu PSE dapat semakin berkembang
dalam hal pelayanan. Mereka mampu mengevaluasi dan memperhatikan
pekerjaan mereka dengan mencontoh paroki lain yang bagus dalam mengelola
UMKM. Menurut P2, manfaat yang dapat PSE peroleh yaitu PSE memiliki
solidaritas pada umat melalui Credit Union (CU) Pelita Usaha yang bergerak
dalam bidang simpan pinjam. Sistem dalam CU Pelita Usaha ini merupakan
sistem kemitraan dan solidaritas yaitu sistem yang berasal dari, oleh dan untuk
anggota. P2 adalah anggota CU Pelita Usaha, maka dapat merasakan bahwa CU
Pelita Usaha ini merupakan wujud peran pelayanan paroki terhadap para
pengusaha mikro.
Manfaat bagi PSE menurut P5 yaitu umat mampu memandang paroki
dan PSE sebagai suatu komunitas yang guyub, merangkul dan memperhatikan
umatnya. Menurut P3, manfaat bagi PSE jika memasarkan produk dari para usaha
mikro, PSE juga akan mendapatkan laba dari hasil penjualannya. P4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menambahkan jika PSE dapat memberikan bantuan modal usaha bagi umat, PSE
mampu lebih dekat dan akrab dengan umat serta mampu terus peduli dan
memperhatikan umatnya.
Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan, penulis melihat
bahwa P1-P11 banyak yang mengalami dampak permasalahan ekonomi karena
pandemi pada usaha mikro mereka. Permasalahan ekonomi yang mereka alami
tidak menjadi penghalang mereka untuk terus berjuang mempertahankan usaha
mereka. Para pengusaha mikro memiliki upaya untuk mempertahankan usahanya
baik dengan tetap berjualan maupun memiliki usaha sampingan untuk menyokong
usaha utama mereka.
Upaya umat yang memiliki usaha mikro tidak sepenuhnya bisa
tertangani dengan baik, mereka memerlukan intervensi dari pihak yang dapat
membantu menangani permasalahan ekonomi usaha mereka. Selama pandemi,
pihak pemerintah merupakan pihak yang intervesinya menjadi penting bagi para
pengusaha mikro. Sebagian besar partisipan sudah merasakan intervensi dari
pemerintah untuk menanggapi permasalahan ekonomi usaha mereka namun
intervensi dari pemerintah juga tidak dapat menangani dan menjawab kebutuhan
usaha mereka.
Gereja selama pandemi Covid-19 memiliki panggilan untuk melibatkan
diri dalam mewujudkan solidaritas bagi usaha mikro yang mengalami
permasalahan ekonomi. Intervensi Gereja merupakan perwujudan solidaritas yang
PSE lakukan bagi umat yang memiliki usaha mikro namun intervensi PSE selama
pandemi Covid-19 ternyata juga masih belum mengarah pada usaha mikro umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
selama pandemi Covid-19. Pendapat tentang tugas pelayanan wajib PSE bagi para
pengusaha mikro yang sangat dominan adalah pengadaan bantuan modal usaha
yang dapat bermanfaat bagi usaha mikro umat yang dapat berjalan dan
berkembang dengan baik selama pandemi. Manfaat tidak hanya didapatkan oleh
umat tetapi juga PSE yang dipandang umat mampu menunjukkan solidaritas pada
permasalahan ekonomi umat selama pandemi.
b) Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Peran PSE sebagai
Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang Memiliki Usaha Mikro selama
Pandemi Covid-19.
Pada bagian ini, penulis mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
faktor apa saja yang mendukung dan menghambat perwujudan pelayanan PSE
bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi Covid-19. Berdasarkan
pendapat dari P1, P8, dan P9, PSE memiliki faktor yang mendukung untuk
mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro selama pandemi yaitu pandemi yang
memberi dampak perekonomian bagi usaha mikro menjadi kesempatan dan
peluang yang sangat besar untuk PSE menunjukkan dan mewujudkan
pelayanannya bagi umat. PSE sebenarnya juga memiliki kesempatan dan ruang
untuk memberikan informasi kepada para Ketua Lingkungan mengenai kegiatan
pelayanan bagi UMKM. Menurut P4 dan P5, Ketua Lingkungan yang
mendapatkan informasi dari PSE dan tanggap terhadap umat yang membutuhkan
merupakan hal yang dapat mendukung proses perwujudan pelayanan PSE bagi
usaha mikro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Faktor lain yang mendukung PSE mewujudkan pelayanan bagi umat
yang memiliki usaha mikro selama pandemi menurut P1, P3 dan P11 adalah PSE
sebagai bidang yang bergerak dalam sosial ekonomi memiliki pengurus dengan
bagiannya masing-masing. Hal yang mendukung adalah ketersediaan dana untuk
UMKM. P6, P7 dan P10 memiliki pendapat bahwa faktor yang mendukung
adalah PSE memiliki kerjasama dengan donatur-donatur sehingga mampu
menambah ketersediaan dana untuk membantu para pelaku UMKM yang
terdampak. P2 mengungkapkan hal berbeda bahwa faktor yang mendukung
adalah kesamaan iman sehingga menjadikan PSE dapat mewujudkan
pelayanannya bagi umat.
Faktor yang menghambat PSE mewujudkan pelayanan bagi usaha
mikro selama pandemi menurut P1, P4, P5, P6, P10 dan P11 yaitu kurangnya
dana PSE untuk usaha mikro selama pandemi. P1 menambahkan “Hambatannya
karena tidak ada yang gerak, pembiaran dan kurang peka. Seksi yang menangai
usaha mikro mungkin bingung dan tidak tahu dengan apa yang harus dikerjakan
karena tidak menjalin kedekatan dengan umat yang memiliki usaha mikro.
Hambatan lain mungkin keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan”(Partisipan
1, Komunikasi Personal, 04 April 2021). P3 menambahkan bahwa PSE
sebenarnya memiliki wewenang untuk mengajukan dana untuk usaha mikro
kepada paroki. Menurut perkiraan P3, paroki mungkin masih belum berani untuk
memberikan pinjaman modal usaha dengan sistem pengembalian maupun simpan
pinjam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Komunikasi yang kurang antara PSE, umat dan Ketua Lingkungan
menurut P8 dan P9, merupakan faktor penghambat PSE dalam mewujudkan
pelayanan bagi usaha mikro selama pandemi. Selain terhambatnya komunikasi,
P7 menambahkan bahwa pandemi ini mengakibatkan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pelayanan tidak dapat dilaksanakan oleh PSE karena adanya
larangan untuk pengadaan pertemuan dan kegiatan berkumpul yang melibatkan
banyak orang.
Berbeda dengan partisipan lain, P2 memiliki pendapat bahwa yang
menjadi faktor penghambat adalah umat yang memiliki usaha. Menurut P2,
“kalau yang menghambat sebetulnya hanya pola pikir yang menghambat untuk
berkembang. Orang tidak mau berubah, mengembangkan dirinya dan sibuk
dengan dirinya sendiri akhirnya menjadi faktor penghambatnya. Saya kira bukan
PSE, tetapi si pelaku bisnis yang tidak mau keluar dari jalur
nyamannya”(partisipan 2, Komunikasi Personal, 05 April 2021).
c) Harapan dan Usulan Ketua Bidang Pelayanan, Tim Kerja (Timja) PSE
dan Umat yang Memiliki Usaha Mikro untuk Meningkatkan Peran PSE
sebagai Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang Memiliki Usaha Mikro
selama Pandemi Covid-19.
Berkaitan dengan harapan dan usulan kegiatan yang PSE dapat
lakukan agar dapat semakin meningkatkan perannya dalam mewujudkan
pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi, partisipan P1,
P3, P4, P6, dan P11 memiliki pendapat yang sama, yaitu PSE melakukan
kunjungan terhadap umat yang memiliki usaha mikro sehingga umat merasa PSE
memberi perhatian pada mereka. P1 menambahkan bahwa PSE dapat melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
suatu program dengan panduan beberapa langkah yaitu pertama dengan
mengetahui pokok persoalan usaha umat. PSE dapat mengetahui pokok persoalan
jika melakukan kunjungan pada umat yang memiliki usaha mikro kemudian
merancang hal-hal yang dapat PSE lakukan untuk memecahkan pokok persoalan
usaha umat dan kemudian merealisasikannya. P6 menambahkan bahwa kunjungan
PSE pada umat yang memiliki usaha mikro menjadikan PSE dapat
menindaklanjuti, memberi semangat dan motivasi kepada para pengusaha mikro.
Pendapat P5 juga melengkapi pendapat partisipan lainnya yaitu agar
pelayanan PSE dapat terwujud, sebelum PSE melaksanakan kunjungan, yang
harus bergerak dan aktif terlebih dahulu adalah Ketua Lingkungan. Menurut P5,
“Mungkin mulai dari lingkungan dulu, di data umat yang punya usaha mikro siapa
saja dan dari situ bisa dilihat usahanya itu jalan atau tidak. Ketua Lingkungan
kemudian dapat melapor ke PSE. Dari data itu PSE dapat mengetahui umat yang
memiliki usaha itu berapa, siapa saja, lalu usahanya seperti apa, punya masalah
apa dan upaya pengembangan usaha, misal dengan dengan kegiatan pelatihan,
pendanaan, pendampingan usaha dalam bidang pemasaran dan lainnya”
(Partisipan 5, Komunikasi Personal, 9 April 2021).
Agar PSE mampu mewujudkan tugas pelayanan, para anggotanya juga
perlu mendapatkan bekal pengetahuan sehingga dasar pelayanan PSE berasal dari
teori yang ada. Menurut P2, “PSE perlu pembekalan akan pengetahuan yang
cukup mengenai teknologi, prinsip-prinsip ekonomi dan lainnya sehingga bisa
menyatukan situasi saat ini dan mencari jawaban dari permasalahan berdasarkan
prinsip-prinsip ekonomi” (Partisipan 2, Komunikasi Personal, 5 April 2021).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Namun bekal pengetahuan saja tidak cukup, para anggota tim PSE perlu memiliki
kesadaran untuk menyisihkan dan menginfestasikan waktu untuk melayani usaha
mikro yang selama pandemi mengalami masalah ekonomi.
P5 menyarankan agar PSE paroki dapat memberikan wadah bagi usaha
mikro untuk berjualan di paroki pada hari Minggu atau dengan membuat toko
oleh-oleh di gereja yang menjual seluruh produk usaha mikro milik umat. P8
memperkuat saran P5 yaitu bahwa PSE bisa membentuk komunitas usaha mikro
yang ada di paroki sehingga dapat menjadi wadah usaha mikro untuk saling
berdialog dan membantu satu sama lain. Menurut P2, komunitas tersebut dapat
terbentuk jika para pengusaha mikro memiliki pemikiran yang luas tentang bisnis
dan kesadaran untuk memajukan bisnisnya menjadi lebih baik lagi. Imam dalam
hal ini memiliki peran untuk menumbuhkan kesadaran pada umat melalui homili
pada Perayaan Ekaristi yang membangun dan mengubah pemikiran umat untuk
bersemangat dalam mengembangkan usaha sehingga kerajaan Allah mampu umat
rasakan.
P7, P10 dan P11 memiliki harapan agar PSE dapat memberi bantuan
modal usaha. P10 memperkuat dengan mengusulkan agar PSE tidak memberikan
bantuan modal dengan cara hibah tetapi dengan peminjaman modal usaha kepada
usaha mikro baik dengan bunga maupun tidak. Hal tersebut mampu
menumbuhkan sikap tanggung jawab juga kepada para pengusaha mikro sehingga
usaha mereka benar-benar berkembang dan tidak ada penyalahgunaan bantuan.
P4 dan P9 memiliki harapan agar umat di paroki yang memiliki rezeki
lebih memiliki kesadaran untuk memberikan sebagian harta miliknya kepada umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
yang memiliki usaha mikro dan mengalami permasalahan ekonomi. Menurut P9,
“PSE dapat membuka dan membujuk sumbangan dana dari umat-umat yang
memiliki rezeki lebih untuk ikut membantu umat yang punya usaha kecil seperti
saya ini” (Partisipan 9, Komunikasi Personal, 14 April 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan P1-P11, penulis memperoleh
gambaran bahwa sebagian besar umat yang memiliki usaha mikro mempunyai
harapan dan usulan agar PSE melakukan kunjungan umat yang memiliki usaha
mikro, melakukan program dengan langkah-langkah pemberdayaan, peningkatan
pengetahuan Timja PSE dan Ketua Lingkungan, membentuk komunitas UMKM,
memberi bantuan modal usaha dengan sistem simpan pinjam, bekerjasama dengan
bebagai macam pihak dalam bidang sosial-ekonomi dan lain-lainnya.
1. Validasi Data
Pada penelitian ini, penulis melakukan validasi data dengan
menggunakan triangulasi sumber. Ada tiga sumber yang penulis pilih yaitu dua
orang anggota tim PSE yaitu P12 dan P13 dan Ketua Bidang Pelayanan
Kemasyarakatan yaitu P14 yang selama pandemi ini menjadi sosok yang sangat
berperan penting dalam menjalankan tugas-tugas tim PSE.
a) Pelaksanaan Peran PSE sebagai Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang
Memiliki Usaha Mikro selama Pandemi Covid-19.
1) Masalah Ekonomi Umat yang Memiliki Usaha Mikro selama Pandemi
Covid-19.
Terkait dengan pengetahuan Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan
dan Timja PSE mengenai permasalahan ekonomi yang dialami oleh usaha mikro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
selama pandemi, menurut P12 dan P13, permasalahan ekonomi umat berkaitan
dengan pendapatan wirausaha karena penjualan dan daya beli yang menurun
mengakibatkan pemasukan serta perputaran uang umat juga berkurang. Sistem
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selama pandemi membuat banyak umat yang
menganggur. Sedangkan menurut P14 permasalahan justru terjadi pada
masyarakat menengah ke bawah. P12 dan P13 menambahkan bahwa sebenarnya
di Temanggung dampak pandemi tidak terasa karena sebagian besar umat bermata
pencaharian sebagai petani yang usahanya berpeluang besar selama pandemi. Para
petani juga dapat mengonsumsi hasil produknya sehingga tidak kekurangan bahan
pangan selama pandemi.
P12, P13 dan P14 mengatakan bahwa umat yang memiliki UMKM
adalah umat yang paling terkena dampaknya selama pandemi karena UMKM
sangat bergantung pada konsumen selama pandemi. Menurut P12, konsumsi
masyarakat menjadi rendah sehingga pendapatan para pelaku UMKM menjadi
menurun. P13 menambahkan “Yang terdampak pandemi itu di bidang
perdagangan seperti UMKM ataupun yang butuh relasi dengan orang dan yang
sangat terlihat di bidang UMKM seperti penjual makanan, sembako dan jasapun
juga ada misalnya bidang pertukangan maupun bidang lain” (Partisipan 13,
Komunikasi Personal, 17 April 2021).
P12, P13 dan P14 mengutarakan bahwa usaha mikro merupakan mata
pencaharian yang sangat terdampak pandemi. Menurut P12, “Usaha mikro banyak
yang berjualan makanan-makanan kecil yang jarang dilirik pembeli selama
pandemi. Jadinya pendapatan mereka berkurang. Kesulitannya adalah menyerap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
produksi usaha mikro selama pandemi karena pembeli tidak membelanjakan
uangnya untuk kebutuhan yang tidak pokok” (Partisipan 12, Komunikasi Personal,
15 April 2021).
Menurut P13, usaha mikro membutuhkan relasi dengan orang lain.
Sistem pembatasan yang ada mengakibatkan pembeli, penjualan dan pendapatan
usaha mikro menjadi berkurang. Hal tersebut selaras dengan ungkapan P1-P11
mengenai permasalahan ekonomi usaha mikro mereka selama pandemi. P14
mendukung pernyataan P13 bahwa “Permasalahan ekonomi usaha mikro itu
modal yang dulu mereka miliki mereka habiskan untuk kehidupan sehari-hari
sehingga mereka kebingungan. Hal tersebut menjadikan para pengusaha mikro
memulai lagi usaha itu dari nol, kadang bukan dari nol tapi dari minus”
(Partisipan 14, Komunikasi Personal, 19 April 2021). Penuturan P14 selaras
dengan ungkapan P3, P7, dan P10 yang terkadang kekurangan modal untuk
usahanya sehingga harus mengambil uang pribadi agar usahanya tetap berjalan.
2) Upaya Pemerintah dan PSE untuk Mengatasi Krisis Ekonomi Usaha
Mikro selama Pandemi Covid-19.
Berdasarkan hasil wawancara dari pertanyaan yang penulis ajukan
terkait peran pemerintah dalam menangani permasalahan ekonomi usaha mikro
selama pandemi, menurut P12, permasalahan ekonomi usaha mikro selama
pandemi merupakan kewajiban pemerintah untuk menanganinya. Pemerintah
sangat berperan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan memulihkan
ekonomi dengan kebijakan-kebijakan.
P12 mengungkapkan, “Selama ini pemerintah sudah membuat program
pinjaman yang mempermudah usaha mikro. Kalau meminjam sekarang nanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
mengembalikannya tiga bulan kemudian. Program peminjaman modal juga sangat
membantu bagi mereka yang terdampak ekonomi terutama karyawan yang
terkena PHK sehingga mereka akan membuat usaha mikro kecil untuk
keberlanjutan ekonominya” (Partisipan 12, Komunikasi Personal, 15 April 2021).
Sama halnya dengan P12, P13 mengatakan bahwa pemerintah memiliki
tanggung jawab menangani permasalahan ekonomi usaha mikro karena yang
terdampak tidak hanya di lingkup umat Katolik saja tetapi masyarakat secara
umum. P14 memperkuat tanggapan P13 yaitu bahwa banyak umat yang sudah
mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti P2, P3, P4, P6, P9, dan P10 yang
mendapat sembako, BLT, uang modal usaha dan lainnya. P14 menambahkan
bahwa permasalahan usaha mikro tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah
tetapi juga PSE, walaupun umat tetap mendapat bantuan dari pemerintah tetapi
jika tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan usaha umat maka PSE perlu untuk
membantu.
Sehubungan dengan peran PSE bagi usaha mikro selama pandemi,
P12 mengatakan bahwa usaha mikro belum menjadi perhatian PSE karena
pekerjaan dalam bidang sosial ekonomi bukan hanya pekerjaan PSE saja tetapi
seluruh umat termasuk kontribusi dari Ketua Lingkungan dengan memberikan
data dan informasi mengenai umat yang memiliki usaha mikro. P13 mengatakan
hal berbeda dengan P12 bahwa usaha mikro justru menjadi perhatian PSE.
Menurut P13, sebenarnya program untuk UMKM sudah ada bahkan sebelum
pandemi, program tersebut mengarahkan PSE untuk membantu UMKM dalam
pengembangan ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Selama pandemi, PSE sudah melakukan pendataan umat yang memiliki
UMKM dan berusaha membantu untuk permodalannya namun sampai saat ini
masih belum terlaksana karena PSE perlu menyeleksi dan menyesuaikan dengan
anggaran yang ada. Hal ini selaras dengan ungkapan partisipan umat yang
memiliki usaha mikro bahwa sudah ada pendataan UMKM namun belum ada
kejelasan. P13 mengungkapkan bahwa anggaran berasal dari APP dan juga
kevikepan yang jumlahnya terbatas.
P14 menambahkan bahwa realisasi dari pendataan UMKM masih
terkendala personil yang kurang dan juga penentuan umat yang benar-benar perlu
untuk PSE bantu. Menurut P14, “Kami dari tim sedang mencari celah bagaimana
caranya bisa mendistribusikan bantuan tapi yang paling berat itu mengkategorikan
umat yang benar-benar terdampak karena banyak umat yang tidak terdampak
tetapi ikut mendaftar” (Partisipan 14, Komunikasi Personal, 19 April 2021).
Menurut P14, PSE selama pandemi memiliki dana sebesar
Rp.30.000.000,00 untuk 10 sampai 12 umat. Namun dana hanya dapat PSE
gunakan untuk membantu usaha mikro umat bidang pertanian sejumlah dua orang
yaitu permodalan untuk bibit pisang dan juga anggrek. Masing-masing
mendapatkan modal usaha sejumlah Rp.3.000.000,00. Hal tersebut selaras dengan
ungkapan P5 yang merupakan salah satu umat yang mendapatkan bantuan
tersebut.
Berdasarkan pernyataan dari P12-P14, penulis melihat bahwa
sebenarnya PSE sudah memiliki perhatian pada usaha mikro bahkan sebelum
pandemi. Sudah ada pendataan dan realisasi program dengan memberikan hibah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
bantuan modal kepada sebagian usaha mikro umat. Namun berdasarkan
pernyataan P12 yang tidak mengetahui bahwa PSE sudah memiliki data UMKM
memperlihatkan bahwa kurangnya komunikasi yang terjadi antaranggota PSE
sehingga hanya sebagian anggota yang mengerti dan aktif. Hal tersebut selaras
dengan pendapat P13 dan P14 bahwa PSE masih kekurangan personil untuk dapat
mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro.
3) Pandangan Perwujudan Pelayanan PSE untuk Memberdayakan Usaha
Mikro selama Pandemi Covid-19.
Mengenai pelayanan PSE selama pandemi Covid-19
apakah masih berbentuk pelayanan karitatif atau memberdayakan ekonomi
secara berkelanjutan, menurut P12, PSE masih belum sampai pada pelayanan
yang berkelanjutan. Menurut P12, “Lebih ideal itu kerjasama dengan Credit
Union (CU) karena CU memiliki pegawai yang sesuai dengan bidang usaha
mikro dan untuk nguri-nguri pengusaha mikro juga. Mereka juga punya sistem
untuk penjualannya dan ada pelatihannya” (Partisipan 12, Komunikasi Personal,
15 April 2021). PSE hanya sebagai fasilitator penyaluran dana yang berbentuk
hibah bagi umat dan umat mempertanggung jawabkan dana itu kepada CU.
Ungkapan P12 serupa dengan pernyataan P2 yang merasa terbantu dengan CU
yang P2 anggap sebagai salah satu bagian dari bentuk pelayanan paroki.
Partisipan P13 dan P14 juga mengatakan bahwa pelayanan PSE masih
berbentuk pelayanan karitatif yaitu BLT. Namun berbeda dengan P12 yang
mengatakan bahwa PSE tidak sepenuhnya mengurus dan membantu usaha mikro,
justru P13 mengatakan bahwa PSE tidak hanya memberikan dana bantuan modal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tetapi juga melakukan monitoring agar umat dapat mempertanggungjawabkan
dan memperkembangkan dana tersebut.
Berkaitan dengan bentuk pelayanan PSE yang cocok untuk umat yang
memiliki usaha mikro selama pandemi, menurut P12, PSE pertama-tama perlu
melakukan pendataan dengan format yang sesuai yaitu tidak hanya menanyakan
memiliki usaha apa dan butuh modal berapa tetapi juga mencantumkan segala
bentuk masalah ekonomi umat yang memiliki usaha.
Bentuk pelayanan lain menurut P13 yaitu membantu memberikan
modal usaha maupun kebutuhan umat yang memiliki usaha mikro kemudian
PSE melakukan pembinaan dan pendampingan dalam hal pemasaran,
manajemen keuangan, pencarian tenaga kerja dan lain sebagainya. Pernyataan
P13 ini selaras dengan pernyataan P1-P11 terkait pelayanan PSE dengan
memberikan bantuan modal dengan sistem simpan pinjam, pembentukan
komunitas UMKM, pendampingan dan membantu dalam hal pemasaran. P14
menambahkan bahwa PSE dapat membantu umat untuk membangun mental
selama pandemi agar dapat bangkit lagi dari keterpurukan selama pandemi. Hal
ini selaras dengan ungkapan P2 bahwa bentuk pelayanan PSE dapat membangun
jiwa berbisnis para pengusaha mikro.
4) Manfaat PSE sebagai Bentuk Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang
Memiliki Usaha Mikro selama Pandemi Covid-19.
Berdasarkan pernyataan P12, P13 dan P14 yang selaras dengan
pernyataan P1-11, pelayanan dari PSE untuk usaha mikro selama pandemi
memberikan manfaat bagi umat yaitu umat mampu memenuhi kebutuhan
ekonominya, usahanya menjadi lancar dan hidupnya menjadi sejahtera. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
hidup umat menjadi sejahtera maka kehidupan imannya juga akan semakin baik.
Berdasarkan pernyataan dari P13, “Jangan sampai umat tidak aktif ke gereja
karena kesulitan dalam kehidupannya. Ini yang kita ingin wujudkan untuk dapat
bermanfaat bagi umat yaitu untuk peningkatan ekonomi dan kehidupan sehingga
nanti imbasnya juga ke Gereja dan persekutuan kita lebih solid dan kuat”
(Partisipan 13, Komunikasi Personal, 17 April 2021).
. Manfaat tidak hanya bagi umat tetapi juga bagi PSE, anggota PSE
dan paroki. Berdasarkan hasil wawancara, P12 mengungkapkan jika ekonomi
umat menjadi baik maka paroki juga akan semakin guyub. Menurut P12,
“Sebetulnya PSE itu bukan cuma mensejahterakan umat, tetapi lebih guyubnya
juga, nilai-nilai gotong royongnya dan lebih ke kebersamaanya itu yang harus di-
jaga karena itu dibutuhkan untuk Gereja” (partisipan 12, Komunikasi Personal,
15 April 2021). P13 dan P14 menambahkan jika program PSE dapat terealisasi
akan menjadi suatu kebanggaan bagi paroki maupun para anggota PSE.
b) Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Peran PSE sebagai
Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang Memiliki Usaha Mikro selama
Pandemi Covid-19.
Menurut P12, faktor yang mendukung adalah ketersediaan dana PSE
karena selama pandemi PSE tidak melakukan kegiatan apapun sehingga
ketersediaan dana APP dan kevikepan belum terserap. P3 menambahkan bahwa
sebenarnya PSE memiliki dana tersendiri untuk membantu para UMKM. P13
dan P14 juga mengungkapkan bahwa Ketua Lingkungan menjadi faktor yang
mendukung PSE mampu menyalurkan pelayanan kepada umat. Pernyataan P13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dan P14 serupa dengan ungkapan P4 dan P5 bahwa yang menjadi faktor
pendukung adalah Ketua Lingkungan yang aktif mencari data umat yang
memiliki UMKM dan memberi informasi kepada Timja PSE. Menurut P13,
“Faktor yang mendukung yaitu Ketua Lingkungan yang menjadi penghubung
komunikasi PSE dengan umat. Jadi kita butuh Ketua Lingkungan yang
mendorong program PSE dengan mencari umatnya yang mempunyai UMKM
kemudian menghubungkan pada Tumja PSE. Ketua Lingkungan kemudian
menyalurkan kembali kepada umat.”(Partisipan 13, Komunikasi Personal, 17
April 2021).
Faktor yang menghambat menurut P12 yaitu tidak ada data umat yang
memiliki UMKM. Ia mengatakan hal tersebut karena tidak mengetahui bahwa
PSE sudah memiliki data UMKM. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya
komunikasi antaranggota PSE dan juga umat yang memiliki UMKM. P13
mengungkapkan bahwa PSE belum sepenuhnya bisa memotret umat yang
memiliki UMKM dan memahami tentang UMKM. P13 mengungkapkan bahwa
“Umat belum begitu familiar bahwa di paroki ada program yang ke arah UMKM
itu sehingga belum terhubung antara timja dan umat. Kebanyakan umat hanya
mengetahui program bedah rumah. Kita juga sudah sosialisasi mengenai
program PSE ke Ketua Lingkungan dan mungkin sosialisasi dari Ketua-Ketua
Lingkungan kurang”(Partisipan 13, Komunikasi Personal, 17 April 2021).
P14 memperkuat ungkapan P12 dan P13 bahwa kurangnya sosialisasi
Ketua Lingkungan kepada umat tentang program UMKM mengakibatkan PSE
tidak memperoleh data yang akurat dan konkret mengenai umat yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
UMKM di lingkungan-lingkungan. Faktor penghambat lainnya yaitu kurangnya
personil dalam timja PSE dan yang memiliki semangat bekerja hanya sebagian
anggota.
c) Harapan dan Usulan Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Timja
PSE dan Umat yang Memiliki Usaha Mikro untuk Meningkatkan Peran PSE
sebagai Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang Memiliki Usaha Mikro
selama Pandemi Covid-19.
Terkait dengan harapan dan usulan kegiatan agar PSE mampu semakin
meningkatkan perannya sebagai perwujudan pelayanan bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi, P12 berharap agar seluruh anggota timja dapat
banyak bekerja dengan terjun langsung untuk menanyakan kepada Ketua
Lingkungan terkait data UMKM. P13 menambahkan bahwa kegiatan pelayanan
tidak hanya dari timja PSE saja tetapi juga dari Ketua Lingkungan. P14
menambahkan, “Anggota timja itu mau, mau dan mau kerja melayani umat, itu
saja harapan saya untuk PSE karena kembali lagi kita di sini adalah pelayanan
yang tidak mendapat gaji sehingga memerlukan hati untuk melayani. Harapan
lainnya itu semoga tim PSE semakin solid” (Partisipan 14, Komunikasi Personal,
19 April 2021).
P12 mengusulkan kegiatan yaitu tim PSE rajin mengadakan
pertemuan yang membahas tujuan dan juga sistem untuk merealisasikan
rancangan program dan data UMKM yang sudah ada. Ungkapan P12 mengenai
sistem kerja PSE juga sama dengan usulan P1 mengenai program PSE yang perlu
memiliki sistem yang jelas dan terarah. P13 kemudian melengkapi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
menyatakan bahwa PSE perlu melakukan pertemuan dan merefleksikan mengapa
program yang selama ini PSE susun dan rancang tidak berjalan.
Berbeda dengan P12 dan P13, P14 mengusulkan PSE melakukan
kegiatan pembinaan UMKM. Pernyataan P14 ini berkaitan dengan usulan P5 dan
P8 bahwa PSE perlu mengadakan kegiatan dan pembentukan komunitas yang
menjadi wadah UMKM untuk melaksanakan kegiatan pelatihan bisnis, pembinaan
untuk pemasaran, pengelolaan keuangan dan lain sebagainya. Berdasarkan
penjelasan dari ketiga partisipan yang menjadi acuan validasi data, penulis
memperoleh informasi bahwa ada keterkaitan jawaban antara umat yang memiliki
usaha mikro dengan partisipan validasi sehingga informasi yang penulis dapatkan
valid.
4. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini, penulis memaparkan pembahasan dan
mendeskripsikan pelaksanaan peran PSE sebagai perwujudan pelayanan bagi
usaha mikro selama pandemi Covid-19. Pembahasan hasil penelitian ini akan
penulis bagi menjadi tiga bagian yaitu pelaksanaan peran PSE sebagai
perwujudan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro, faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat peran PSE sebagai perwujudan pelayanan bagi umat
yang memiliki usaha mikro, serta harapan dan usulan Ketua Bidang Pelayanan
Kemasyarakatan, Timja PSE, dan umat yang memiliki usaha mikro untuk
meningkatkan peran PSE sebagai perwujudan pelayanan bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
1) Pelaksanaan Peran PSE sebagai Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang
Memiliki Usaha Mikro selama Pandemi Covid-19.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mendapatkan informasi dari
P1-P11 yang merupakan partisipan umat yang memiliki usaha mikro bahwa
banyak umat yang mengalami dampak perekonomian dan tantangan dalam
menjalankan usaha selama pandemi seperti yang sudah penulis uraikan dalam Bab
II. Dalam menghadapi tantangan karena dampak pandemi, umat yang memiliki
usaha mikro berusaha untuk tetap mempertahankan usahanya dengan berbagai
macam upaya.
Meskipun umat sudah berupaya untuk mempertahankan usahanya,
umat juga memerlukan intervensi dari pemerintah dan PSE. Namun berdasarkan
hasil wawancara dari P1-P11, ternyata intervensi dari pemerintah dan PSE tidak
sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan usaha mikro umat. Hal tersebut
menggambarkan bahwa pelaksanaan peran PSE sebagai perwujudan pelayanan
bagi usaha mikro selama pandemi belum terlaksana dengan baik.
Selama pandemi, PSE hanya memberikan bantuan BLT dan sembako
saja bagi umat yang tergolong KLMTD. Selebihnya PSE belum berbuat banyak.
Pelayanan PSE bagi UMKM baru dilaksanakan dengan melakukan pelayanan
berbasis data dan pengumpulan datanya masih lemah. PSE selama pandemi juga
memberikan bantuan modal usaha berbentuk hibah kepada sebagian umat yang
memiliki usaha mikro. Hal tersebut memberi gambaran pada penulis bahwa fokus
pelayanan PSE selama pandemi bukan untuk usaha mikro tetapi pada KLMTD.
Penulis melihat bahwa PSE belum berani untuk menerapkan bentuk
pelayanan yang mampu memperkembangkan umat seperti ungkapan Paus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Fransiskus “Pelayanan pastoral menuntut meninggalkan sikap puas diri dengan
selalu melakukan pelayanan memakai cara yang sama”. Paus Fransiskus
mengajak setiap orang untuk “berani dan kreatif dalam tugas ini dengan
memikirkan kembali tujuan, struktur, gaya dan metode pelayanan” (EG 33)
sehingga pelayanan PSE benar-benar mampu menjawab kebutuhan umat. Pada
Bab II, penulis menuliskan bahwa PSE tidak hanya melakukan pelayanan dengan
melakukan sesuatu tetapi membantu dan memberdayakan orang lain agar bisa
bangkit dari kelemahan dan keterpurukan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
P12 dan P14 yang menginginkan PSE dapat memperkembangkan dan
memberdayakan usaha mikro umat.
Berdasarkan informasi dari P12, PSE perlu memberikan pelayanan
bagi umat yang memiliki usaha mikro bekerja sama dengan CU. Hal tersebut juga
telah penulis tulis dalam bab II, bahwa PSE perlu terlibat dalam upaya
pengembangan usaha kooperatif, pengkreditan dan wirausaha. Dalam upaya
pengembangan usaha kooperatif dan pengkreditan, PSE dapat bekerjasama
dengan berbagai pihak seperti pemerintah, perusahaan, maupun CU untuk
mengadakan pelatihan, membentuk, mengelola usaha dan simpan pinjam modal
usaha (Komisi PSE KWI, 1990:27-28).
P1-P11 banyak yang menginginkan agar PSE memberikan pelayanan
bantuan modal usaha. Namun tidak terlepas dari itu, memberikan bantuan modal
saja tidak cukup. PSE dapat melakukan pelatihan berbisnis, pengelolaan keuangan,
pemasaran dan kerjasama dengan berbagai macam pihak dan pembentukan
komunitas UMKM yang ada di paroki sehingga usaha umat itu bisa berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Namun yang paling penting dari semuanya adalah data umat yang valid sehingga
memudahkan PSE mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro.
Pelayanan wajib PSE bagi usaha mikro selama pandemi sejalan dengan
ungkapan Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti yaitu sangatlah penting PSE
memiliki kebijakan ekonomi yang proaktif terarah pada “memperkembangkan
suatu ekonomi yang menyokong keragaman produktif kreatif bisnis” dan
memungkinkan pekerjaan-pekerjaan diciptakan dan tidak dikurangi ( FT 168).
2) Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Peran PSE sebagai
Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang Memiliki Usaha Mikro selama
Pandemi Covid-19.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mendukung peran PSE
sebagai perwujudan pelayanan yaitu ketersediaan dana yang belum terserap
dengan baik selama pandemi, program kerja tahunan PSE berkaitan dengan
pendampingan UMKM, visi misi paroki yang menjadi arah dasar PSE bertindak,
kerjasama, dan komunikasi yang baik antara PSE dengan Ketua Lingkungan.
Hal-hal tersebut selalu menjadi pedoman PSE dalam mewujudkan pelayanan
sehingga hal tersebut tidak hanya mendukung selama pandemi tetapi juga
sebelum pandemi.
Pelayanan PSE yang merupakan bidang yang menjalankan karya
perutusan perlu meninggalkan sikap puas diri. Paus Fransiskus mengungkapkan,
“Saya mengajak setiap orang untuk berani dan kreatif dalam tugas ini dengan
memikirkan kembali tujuan, struktur, gaya dan metode pelayanan dalam
komunitas masing-masing” (EG 33). Ini berarti bahwa PSE perlu membarui diri
dengan keluar dari struktur-struktur lama yang membuat nyaman sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
menjadikan Gereja tertutup terhadap umat yang mengalami permasalahan
ekonomi. Paus Fransiskus menambahkan bahwa pengulangan kegiatan tanpa ada
dampak pada kehidupan konkrit manusia tetap menjadi suatu usaha yang mandul.
Jika paroki tetap mempertahankannya akan beresiko paroki menjadi berpusat pada
dirinya sendiri dan tidak berkembang (PPKP 17) .
Faktor yang menghambat berdasarkan jawaban dari P1-P11 adalah
keterbatasan dan tidak adanya dana dari PSE. Hal tersebut menggambarkan
bahwa umat belum mengenal dan mengetahui pelayanan PSE karena kurangnya
sosialisasi mengenai program PSE kepada umat. P12 juga mengungkapkan bahwa
hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menghambat PSE.
Faktor penghambat lain adalah kurangnya tenaga PSE dalam pelayanan.
Padahal timja PSE terdiri dari beberapa anggota namun yang aktif bekerja hanya
Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan sebagian anggota Timja PSE.
Berdasarkan faktor penghambat tersebut, penulis melihat bahwa pelayanan PSE
kurang menjadi prioritas utama dalam karya pastoral di paroki.
3) Harapan dan Usulan Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Timja
PSE dan Umat Yang Memiliki Usaha Mikro untuk Meningkatkan Peran
PSE sebagai Perwujudan Pelayanan bagi Umat yang Memiliki Usaha Mikro
selama Pandemi Covid-19.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data secara
keseluruhan bahwa PSE dapat meningkatkan perannya dengan kegiatan
mengunjungi umat yang memiliki usaha mikro secara langsung. Hal ini sepaham
dengan melibatkan umat dalam program dan juga kegiatan PSE sehingga sesuai
dengan kondisi dan keadaan umat. Paus Fransiskus dalam pertemuan Economy of
Francesco, Asisi, 19-21 November 2020 mengungkapkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
“Marilah kita, oleh karenanya, tidak berpikir bagi mereka, melainkan
bersama mereka. Marilah kita belajar dari mereka bagaimana
merancang suatu model ekonomi yang menguntungkan semua orang,
karena pendekatan struktural dan keputusan mereka akan ditentukan
oleh pembangunan manusia seutuhnya yang telah dengan jelas
dinyatakan oleh ajaran sosial Gereja” (KWI, 2020:23).
Paus Fransiskus ingin menegaskan bahwa dalam menentukan program
pelayanan, PSE perlu melibatkan umat. Bukan hanya memandang umat dari segi
teknis dan fungsional saja tetapi menempatkan umat sebagai rekan kerja bukan
hanya sebagai penerima bantuan sosial. Bentuk kerjasama dan dialog antara PSE
dan juga umat dalam suatu pertemuan menjadikan umat mampu menentukan
nasibnya sendiri. Dari harapan dan usulan kegiatan umat dapat menjadi acuan
PSE untuk mulai memikirkan usaha apa yang tepat untuk meningkatkan dan
merealisasikan peran PSE dalam mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro selama
pandemi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Dalam Bab IV, penulis telah menjabarkan hasil penelitiann dan
pembahasan hasil penelitian skripsi yang penulis peroleh dari hasil studi
dokumentasi, observasi partisipatif dan wawancara dengan umat yang memiliki
usaha mikro, Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan dua orang Tim Kerja
(Timja) Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki St. Petrus dan Paulus,
Temanggung.
Dalam Bab V ini, penulis akan memaparkan simpulan dan saran
berkaitan peran PSE sebagai perwujudan pelayanan bagi usaha mikro selama
pandemi Covid-19. Simpulan memuat keseluruhan isi skripsi. Bagian saran
memuat berbagai usulan yang Timja PSE dapat kembangkan dalam mewujudkan
pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro baik selama maupun setelah
pandemi.
A. Simpulan
Pandemi Covid-19 memberikan dampak permasalahan ekonomi pada
usaha mikro umat sehingga umat membutuhkan peran PSE dalam mewujudkan
pelayanan menjadi latar belakang penulisan skripsi ini. Berdasarkan pengamatan
penulis sebelum penelitian, peran PSE dalam mewujudkan pelayanan bagi umat
yang memiliki usaha mikro selama pandemi belum berjalan dengan baik. PSE
belum menerapkan bentuk pelayanan yang memperkembangkan umat sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
pelayanan yang PSE lakukan tidak sepenuhnya menjawab dan sesuai
dengan kebutuhan usaha umat.
Penulis kemudian merumuskan tiga pertanyaan penelitian untuk
mengetahui akar permasalahan sebagai berikut. Sejauh mana peran PSE dalam
mewujudkan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi
Covid-19? Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran PSE dalam
mewujudkan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
Apa usulan kegiatan dari Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Timja PSE,
dan umat yang memiliki usaha mikro dalam meningkatkan peran PSE sebagai
perwujudan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
PSE bergerak untuk memajukan kerasulan sosial ekonomi dalam
Gereja untuk menciptakan martabat yang layak bagi sesama manusia. Arah dari
kerasulan sosial ekonomi tersebut yaitu pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat maupun umat. PSE memiliki tujuan untuk mengabdikan diri demi
terwujudnya keselamatan, kesejahteraan, keadilan dan perdamaian bagi seluruh
manusia. PSE merupakan wujud pelayanan bagi umat dan masyarakat. Pelayanan
dalam hal ini bersifat hakiki, lokal, pencegahan atau preventif, struktural atau
politis, kemanusiaan, saling dan membebaskan. Pelayanan PSE memiliki dua
bentuk yaitu pelayanan karitatif dan pelayanan pemberdayaan. Tujuan dari
perwujudkan pelayanan PSE adalah keadilan, perdamaian dan sukacita.
Selama pandemi, PSE dapat mewujudkan pelayanan usaha mikro umat
yang mengalami masalah ekonomi. Usaha mikro merupakan bagian dari Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
berpengaruh dalam menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. PSE dalam
menanggapi hal tersebut perlu menjadi bentuk pelayanan Gereja yang mampu
menangani permasalahan yang terjadi pada usaha mikro selama pandemi.
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus untuk menelaah
lebih dalam mengenai fenomena yang terjadi pada proses pelaksanaan peran PSE
mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19 melalui
proses pengumpulan data meliputi data hasil studi dokumentasi, observasi
partisipatif dan wawancara mendalam dengan umat yang memiliki usaha mikro,
wawancara dengan Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan Timja PSE.
Berdasarkan data hasil studi dokumentasi, observasi partisipatif dan
wawancara mendalam, penulis memperoleh hasil penelitian bahwa selama
pandemi, umat yang memiliki usaha mikro memiliki permasalahan ekonomi
seperti yang sudah penulis uraikan dalam Bab II. Dari permasalahan ekonomi
usaha mikro, beberapa umat yang memiliki usaha mikro sudah mendapatkan
intervensi dari pemerintah dan Gereja untuk menunjang kebutuhan ekonomi
namun masih banyak juga umat yang memiliki usaha mikro belum mendapatkan
intervensi dari pemerintah dan Gereja.
Gereja memberikan intervensi pada masalah ekonomi usaha mikro
selama pandemi melalui PSE. Namun umat yang memiliki usaha mikro merasa
bahwa selama pandemi, PSE sebagai wujud pelayanan belum sepenuhnya
menanggapi kebutuhan usaha mereka. Penulis juga menemukan bahwa pada awal
pandemi, PSE sudah berusaha untuk mewujudkan pelayanan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
memperkembangkan usaha mikro umat yaitu dengan pendataan umat. Namun hal
tersebut belum terealisasi karena berbagai macam faktor yang menghambat.
Dari hasil penelitian, penulis mengetahui faktor yang mendukung dan
menghambat PSE mewujudkan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro
selama pandemi. Faktor yang mendukung yaitu sebenarnya PSE memiliki
ketersediaan dana yang cukup untuk mewujudkan pelayanan bagi usaha mikro.
Permasalahan ekonomi umat selama pandemi juga menjadi kesempatan PSE
untuk mewujudkan pelayanan. Faktor yang menghambat yaitu PSE kesulitan
untuk menentukan umat sesuai kriteria dari data UMKM yang PSE dapatkan dan
juga kekurangan personil untuk dapat merealisasikannya.
Dari berbagai macam faktor yang mendukung dan menghambat, umat
berharap dan mengusulkan agar PSE dapat memberikan bantuan modal usaha
bagi umat yang memiliki usaha mikro. PSE juga memberikan pelatihan,
pembinaan dan pendampingan usaha yang sesuai dengan kebutuhan umat,
melibatkan umat dalam prosesnya dan memberikan peluang umat yang memiliki
usaha mikro untuk dapat memperkembangkan usahanya.
B. Saran
Skripsi ini penulis tujukan kepada umat yang memiliki usaha mikro di
Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung dan selama pandemi ini mengalami
permasalahan ekonomi sehingga berpengaruh pada penghasilan usahanya. Penulis
berharap melalui skripsi ini dapat menyumbangkan jawaban atas permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
umat yang memiliki usaha mikro dan juga menjadi jembatan penghubung antara
PSE dan umat. Berkaitan dengan hal ini, penulis memberikan saran-saran berikut.
Pertama, penulis memberikan saran kepada Timja PSE Paroki dan
Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dalam usaha mewujudkan pelayanan
bagi usaha mikro agar membentuk Timja PSE Lingkungan supaya permasalahan
ekonomi yang terjadi pad tingkat lingkungan dan masyarakat setempat dapat
segera tertangani dan sesuai dengan kebutuhan umat. Penulis juga menambahkan
saran bagi Timja PSE Lingkungan agar diberi bekal pengetahuan mengenai PSE
sebagai perwujudan pelayanan dan karya kerasulan sosial-ekonomi Gereja,
program-program PSE Paroki, pengumatan spiritualitas PSE, dan
ketrampilan-ketrampilan dalam hal ekonomi.
Kedua, penulis menyarankan agar PSE Lingkungan mempersiapkan
langkah-langkah pendampingan untuk pemberdayaan ekonomi umat dan
masyarakat setempat. Langkah awal yang PSE Lingkungan perlu lakukan yaitu
melakukan assessment untuk melihat dan mencari data mengenai potensi dan
kebutuhan umat di suatu lingkungan, baik itu dalam bidang pertanian,
perdagangan, pengelolaan jasa dan lain-lainnya. PSE Lingkungan kemudian
menentukan upaya dan tindak lanjut yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan
umat sehingga pelayanan PSE untuk menghadirkan Kerajaan Allah dapat
benar-benar umat rasakan selama pandemi. Akhirnya, PSE Lingkungan perlu
melakukan pendampingan agar usaha mikro yang sudah dipilih dapat berhasil
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Ketiga, PSE Paroki perlu melakukan kerjasama dengan berbagai
macam pihak yang dapat membantu umat dan masyarakat dalam memberdayakan
ekonomi usaha mikro mereka. PSE dapat melakukan kerjasama dengan CU,
Koperasi, Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) , dan lembaga-lembaga keuangan
pemerintah daerah setempat, agar umat dan anggota masyarakatan yang memiliki
usaha mikro dapat mengakses modal yang mereka perlukan untuk
memperkembangkan usaha mereka selama pandemi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Andi. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia. JURNAL
BRAND, 2 (1), 123-130.
Arikunto, Suharsimi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada.
Fransiskus. (2013). Evangelli Gaudium : Sukacita Injil. Penerjemah : F.X.
Adisusanto, SJ & Bernadeta Harini Tri Prasasti. Jakarta : DOKPEN
KWI.
.(2020). Fratelli Tutti Saudara Sekalian : Ensiklik Paus Fransiskus
tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial. Penerjemah :
Martin Harun,OFM. Jakarta : Dokpen KWI.
.(2020). Pertobatan Pastoral Komunitas Paroki (La Conversione
pastoral della comunita parrochiale). Penerjemah : R.P. Andreas
Suparman, SCJ. Jakarta : DOKPEN KWI.
Irma Khairani, Ade & Azhari Manurung, Wan Rajib. (2019). Metodologi
Penelitian Kualitatif Case Study. Jakarta : CV Trans Info Media.
Katekismus Gereja Katolik. (1995). Penerjemah : P. Herman Embuiru, SVD.
Ende: Arnoldus.
Komisi PSE Konferensi Waligereja Indonesia. (1990a). Seri 2 PSE : Garis-Garis
Besar Pedoman PSE. Jakarta: Komisi PSE KWI.
. (1990b). Seri 3 PSE : Gereja dan Pengembangan Sosial Ekonomi :
Kerasulan Sosial Ekonomi. Jakarta: Komisi PSE KWI.
Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. (2009). Kompendium Ajaran
Sosial Gereja. (Penerjemah: Yosep Maria, Paul Budi, & Oto Gusti),
Maumere: Ledaloro.
Konferensi Waligereja Indonesia. (2009). Kompendium Katekismus Gereja
Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Gaudium et Spes (Kristus Tuhan). Penerjemah: R.
Hardawiryana. Jakarta: DOKPEN KWI.
Krämer, Klaus & Vellguth, Klaus. (Ed). (2014). Theologi and Diakonia Faith in
Action. Philippines: Claretian Publications.
Madya, Utama. I.L. (2011). Berpastoral Seluas Realitas Kehidupan dengan Penuh
Integritas. Spektrum 39(4), 53-74.
Moleong, J. Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Murphy, F.X. (2003). DIACONIA. Dalam Berard L Marthaler (Ed), New
Catholic Encyclopedia (hlm. 718-720). New York : Thomson &
Gale.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Nugroho, Andreas. (2015). CU Abdi Rahayu dan Efektivitas Diakonia Gereja
Paroki Marganingsih Kalasan. Jurnal Teologi 4, 9-23.
Parth, K. (2020). The economic cost of COVID-19 : A potential pandemi impact
on Indian economy. International Journal of Advanced Science and
Tecnology, 29 (6),2182-2192.
Rizal, Nuri Yusoffa. (2021). Pandemi Covid-19 Mengakibatkan Melemahnya
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Wilayah Kenjeran, Kota
Surabaya. Jurnal Inovasi Penulisan, 1 (8), 1553-1558.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabet.
Supit, B.A. (1989). Pemahaman Kontemporer Mengenai Diakonia. Peninjau 14
(1), 55-56.
Susanti, Bernadeta Rini & Madya, Utama. I.L. (2017). APP dan PSE Sebagai
Perwujudan Diakonia Gereja. Makalah. Disajikan dalam
Lokakarya “Pelayanan Sosial Ekonomi dalam Gereja: Dari
Tindakan Karitatif ke Pemberdayaan” yang diadakan oleh Pusat
Pastoral Yogyakarta pada 9-10 September 2017. Direvisi untuk
disajikan kepada para peserta Lokakarya Penggerak PSE Paroki
se-Dekanat Priangan, Keuskupan Bandung, pada 26-27 Mei 2018.
Taek, Petrus Ans Gregorius, Wisadirana, Darsono, & Sobari, Wawan. (2019).
Penguatan Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Sebagai Upaya
Pengentasan Kemiskinan. JISPO, 9 (2), 75-90.
Tairas, D.R. (2020). Covid-19 pandemic and MSMEs : Impact and mitigation.
Jurnal Ekonomi Indonesia, 9(1), 67-80.
Tambunan, Tulus. (2012). Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia :
Isu-Isu Penting. Jakarta: LP3S.
Turang, Petrus. 2008. Seri 9 PSE : Katekismus PSE (Pengembangan Sosial
Ekonomi). Jakarta: Komisi PSE KWI.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
4 Juli 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 93. Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran I : Surat Permohonan Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran II : Usulan Kegiatan
1. Usulan Kegiatan Pelaksanaan Peran PSE sebagai Perwujudan Diakonia
bagi Usaha Mikro Selama Pandemi Covid-19 di Paroki St. Petrus dan Paulus,
Temanggung.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, penulis memberikan usulan
kegiatan dalam rangka mewujudkan diakonia PSE yang sesuai dengan kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro di Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung.
Usulan kegiatan ini dikemas dan disusun penulis berdasarkan keprihatinan serta
informasi yang penulis dapatkan dari partisipan selama penelitian berlangsung.
Penulis berusaha untuk merumuskan usulan kegiatan ini agar dapat menjawab
kebutuhan dan harapan dari partisipan penelitian. Perencanaan usulan kegiatan
dapat dirinci sebagai berikut :
a. Rencana Kegiatan
Usulan kegiatan penulis rumuskan berdasarkan hasil data yang didapatkan
dari partisipan penelitian. Fokus dari kegiatan ini adalah mengajak Ketua-Ketua
Lingkungan untuk mengenal peran PSE Lingkungan yang dapat berkontribusi
dalam menciptakan usaha mikro yang mandiri dan dapat berkembang selama
pandemi Covid-19. Dalam kegiatan ini, penulis juga mengajak peserta untuk
melakukan aksi dengan membentuk PSE Lingkungan dan menyusun
program-program yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan umat dan
masyarakat setempat.
1) Tema
Tema yang penulis angkat dalam pertemuan ini yaitu “PSE Lingkungan
Penyelamat Usaha Mikro selama Pandemi Covid-19.” Tema ini penulis pilih
untuk mengenalkan kepada Ketua-Ketua Lingkungan bahwa PSE Lingkungan
berperan penting untuk membantu serta melayani umat dan masyarakat setempat
untuk menjalankan usaha mikro secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Penulis berusaha menindaklanjuti kegiatan dengan dibentuknya PSE
Lingkungan yang dapat membantu umat dan masyarakat setempat keluar dari
permasalahan ekonomi yang dialami sesuai dengan potensi dan kebutuhan
masing-masing.
2) Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengajak para Ketua Lingkungan memahami
peran penting PSE Lingkungan sebagai wujud diakonia bagi usaha mikro bagi
umat dan masyarakat setempat yang mengalami permasalahan ekonomi selama
pandemi. Para Ketua Lingkungan juga memahami bahwa PSE Lingkungan
merupakan wadah umat dan masyarakat untuk saling bekerjasama, berdiskusi dan
berkontribusi menciptakan usaha mikro yang mampu berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
3) Peserta
Peserta kegiatan ini adalah seluruh Ketua Lingkungan di Paroki Santo Petrus
dan Paulus, Temanggung.
4) Waktu dan Tempat
- Waktu : 5 September 2021
- Tempat : Balai Keluarga / Zoom meeting
5) Metode
Metode yang digunakan dalam pertemuan ini yaitu dengan sharing, diskusi,
pemaparan materi, refleksi dan merumuskan aksi.
6) Sarana
Sarana yang digunakan dalam pertemuan ini berupa laptop, proyektor, dan
zoom meeting (jika tidak memungkinkan pertemuan secara luring).
7) Tim Pelaksana
Pertemuan ini dipandu oleh penulis yang dibantu Timja PSE dan Ketua
Bidang Pelayanan Kemasyarakatan Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung.
8) Susunan Acara
Tabel 1 : Susunan Acara Pertemuan
Tanggal Waktu Acara
5 September 2021 10.00-10.05 P embuka, pengantar
pertemuan, dan doa.
10.05-10.15 Sesi 1 : Sharing penulis
tentang hasil penelitian.
10.15-10.40 Sesi 2 : Materi oleh Timja
PSE dan Ketua Bidang
Pelayanan
Kemasyarakatan.
10.40-11.15 Sesi 3 : Diskusi dan
sharing.
11.15-11.55 Peneguhan dan ajakan
untuk merumuskan aksi
dengan pembentukan PSE
Lingkungan dan
perencanaan
program-programnya.
11.55-12.00 Penutup dan doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
b. Lampiran Matriks Pertemuan
Tabel 2 : Matriks Pertemuan
Acara Materi Tujuan Metode Sarana Sumber Bahan
Sesi 1 Sharing penulis tentang hasil
penelitian “Peran PSE sebagai
Perwujudan Diakonia bagi Usaha
Mikro selama Pandemi Covid-19 di
Paroki St. Petrus dan Paulus,
Temanggung.
Memberikan pemahaman kepada
para Ketua Lingkungan tentang
pentingnya peran PSE terutama
PSE Lingkungan dalam
mewujudkan diakonia bagi umat
yang memiliki usaha mikro selama
pandemi.
Sharing Infografis,
laptop dan
proyektor.
-Hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis.
-Fransiskus. (2013). Evangelli
Gaudium : Sukacita Injil.
Penerjemah : F.X. Adisusanto,
SJ & Bernadeta Harini Tri
Prasasti. Jakarta : DOKPEN
KWI.
Sesi 2 Materi “PSE Lingkungan
Penyelamat Usaha Mikro selama
Pandemi Covid-19.”
Mengajak para Ketua Lingkungan
untuk memiliki semangat
pelayanan untuk membantu
memperkembangakan usaha mikro
umat dan masyarakat setempat dan
juga dapat mengenal
program-program dan spiritualitas
pelayanan yang dimiliki oleh PSE
Paroki.
Talkshow Laptop dan
proyektor
Timja PSE dan Ketua Bidang
Pelayanan Kemasyarakatan
Paroki St. Petrus dan Paulus,
Temanggung.
Sesi 3 Diskusi dan sharing Mengajak peserta untuk
menanggapi materi dengan
membuka ruang untuk diskusi,
sharing dan tanya jawab.
Laptop dan
proyektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
c. Detail Kegiatan
1) Uraian Sesi dan Kegiatan
Pada sesi I, penulis akan membagikan hasil dan pengalaman selama
penelitian untuk memberikan gambaran pada peserta terkait dengan peran PSE sebagai
perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi. Pada sesi ke II Timja PSE dan
Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan akan memaparkan materi berkaitan dengan
pengenalan PSE meliputi spiritualitas dan program-program PSE serta membangkitkan
semangat peserta untuk ikut terlibat mewujudkan diakonia yang memperkembangkan
usaha mikro. Lalu pada sesi yang ke III, penulis memberi kesempatan peserta untuk
berdiskusi, sharing dan tanya jawab mengenai materi yang telah dipaparkan.
2) Langkah-Langkah
a) Pengantar
Pada sesi yang pertama ini, penulis dan peserta secara bersama memahami
peran PSE sebagai perwujudan diakonia bagi usaha mikro selama pandemi Covid-19.
Pemahaman itu akan terungkap ketika penulis mensharingkan hasil penelitian penulis
dikaitkan dengan dokumen Evangelli Gaudium. Dengan hal tersebut, penulis memiliki
harapan peserta mampu lebih mengenal dan memahami peran penting PSE Lingkungan
dalam mewujudkan diakonia bagi para usaha mikro.
b) Sharing Hasil Penelitian
Penulis mesharingkan hasil penelitian dengan membagikan hasil penelitian
secara infografis pada peserta tentang Peran PSE sebagai perwujudan diakonia bagi usaha
mikro selama pandemi Covid -19 di Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung.
c) Penyampaian Materi
Penyampaian materi dilakukan oleh Timja PSE dan Ketua Bidang Pelayanan
Kemasyarakatan paroki yang menyampaikan materi terkait dengan pengenalan PSE,
spiritualitas PSE, program-program PSE dan lain-lainnya.
d) Tanya Jawab
Penulis memberi kesempatan peserta untuk bertanya terkait materi yang
disampaikan dan penulis maupun Timja PSE dan Ketua Bidang Pelayanan
Kemasyarakatan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
e) Peneguhan dan Tindak Lanjut
Penulis memberikan peneguhan dengan pertanyaan reflektif mengenai apa
yang akan dilakukan Ketua Lingkungan kedepan dengan adanya PSE Lingkungan untuk
dapat menjadikan usaha mikro umat dan masyarakat menjadi usaha yang mandiri dan
dapat berkembang selama pandemi. Acara kemudian di tutup dengan pembentukan PSE
Lingkungan dan rancangan program-program yang akan dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
Lampiran III : Wawancara Umat yang Memiliki Usaha Mikro
Wawancara 1
Nama : Ignatius R. Sapto Muji Santoso
Umur : 53 tahun
Jenis Usaha : Petani dan produsen kopi
Wilayah : Anthiokia
Waktu : Minggu, 4 April 2021 pukul 16:34-17:12
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha bapak? Jika ya, apa saja dampak
yang dialami?
P : Sangat berdampak sekali dan juga efek dari pandemi ini adalah pemasaran turun
sangat drastis hampir 80% untuk penjualannya. Selain pemasaran, kita tidak bisa
promosi offline padahal biasanya kami lakukan promosi offline yang lebih banyak.
Disamping pemasaran turun, penghasilan juga ikut turun.
S : Apakah upaya yang dilakukan bapak untuk menghadapi dampak tersebut?
P : Ya kita promosi kopi itu melalui medsos atau online. Pemasaran online melalui
whatsapps, facebook maupun instagram.
S : Menurut bapak apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Sebagian sudah sebagian belum. Pemerintah udah bertindak lah, tapi memang
masa-masa begini belum optimal. Bantuan bagi pengusaha itu uang yang untuk UKM
yang 2,4 juta, nah itu yang dapat. Tapi yang bantuan-bantuan lain selain masa
pandemi itu belum pernah dapat paling pelatihan-pelatihan itu. Kita ikuti
pelatihan-pelatihan dari dinas-dinas. Sebetulnya banyak pelatihan, pelatihan
pemasaran dari departemen koperasi, departemen perindustrian itu lalu pelatihan
barista pernah, kalau pelatihan banyak kok, saya sudah beberapa kali ikut pelatihan
yang dari dinas pemerintah.
S : Menurut bapak apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kalau dari paroki kelihatannya kok belum. Selama ini yang sudah terjadi itu hanya
meminta data-data saja. Kalau untuk umat yang selain punya usaha itu sudah ada
bantuan BLT dan bantuan sembako. Sudah banyak bantuan kalau untuk yang selain
pengusaha, kalau yang punya usaha belum.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Untuk itu, antara sudah dan belum. Karena banyak program pemerintah dan juga
banyak UKM yang sudah bisa ikut dan tidak bisa ikut atau yang sudah ikut maupun
yang belum ikut, itu kalau yang dari pemerintah. Kita nggak bisa mengecek satu-satu
misalnya ada webinar atau di internet itu kan ada yang bisa ikut, ada yang tidak bisa
ikut kalau untuk UKM gitu.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : Belum, keliatannya belum ada gerakanlah. Tapi kemarin itu ada yang
pinjaman-pinjaman itu tapi belum begitu jelas sekali. Kita harus mengajukan ini dan
itu tapi sebetulnya kebutuhan kita kan besar. Itu bantuan dari paroki, kevikepan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
keuskupan ada tapi syaratnya harus mengajukan untuk ini untuk itu tapi belum
terlaksana atau sudah, belum tau saya.
S : Menurut bapak, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi
para pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : Yang wajib dilakukan itu ya mencoba membantu untuk memasarkan atau membantu
untuk meyalurkan produknya supaya terbeli. Kunci utama UKM atau usaha itu kan
dari pembeli, kalau orang banyak yang beli otomatis kan produksinya berjalan dan
income masuk. Yang wajib dilakukan yaitu, modal kerja atau modal untuk usaha,
pembinaan itu atau bantuan misalnya kalau ingin menyiapkan bantuan sembako atau
apa, haa salah satunya dari UKM itu dibeli untuk sembakonya itu.
S : Menurut bapak, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha bapak dan
juga paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi?
P : Ya terus terang kita mau tidak mau usahanya bisa berjalan dengan baik dan
kemungkinan bisa berkembang. Kita di masyarakat bisa menjadi terang atau garam
bagi sesama ya to. Kami juga bisa menyalurkan berkat kami juga kepada sesama
seperti di lingkungan sini saya bisa memberikan berkat kepada tetangga. Untuk paroki
sendiri mau tidak mau, nanti akan berkembang. Mereka mampu memperhatikan
sejauh mana pekerjaan mereka.
S : Menurut bapak faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Yang mendukung, ya itu kesempatan bagi paroki untuk membantu. Harusnya paroki
menyatakan dan merealisasi gerak rencana yang dibuat oleh pihak paroki. Kan sudah
ada bidang-bidang untuk membantu usaha nah sebetulnya itu bisa jadi kesempatan
untuk bidang itu membantu umat di masa sulit ini.
Hambatannya itu karena tidak ada yang gerak, adanya pembiaran dan kurang peka
atau luweh-luweh. Apa malah hambatannya mereka bingung dengan apa yang harus
dikerjakan, mereka tidak tau, dari anggota atau seksi yang menangani UMKM ini tapi
mereka kadang nggak menanyakan atau nggak menjalin kedekatan dengan UMKM
dengan menanyakan apa yang menjadi hambatan, apa yang menjadi keluhan kan
mereka nggak mau menyelami kehidupan pengusaha mikro. Hambatan lain mungkin
keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan pengetahuan.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari bapak sebagai umat yang memiliki usaha
mikro agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai
kebutuhan umat selama pandemi?
P : Harapannya itu dari pihak paroki mengetahui pokok persoalan setelah mengetetahui
pokok persoalan terus perencanaan lalu merealisasi bantuan kepada orang-orang yang
mempunyai usaha mikro. LangkaH pertama perencanaan dulu itu bisa perencanaan
dana itu dapat dari mana dan lainnya. Yang kedua, ada rencana untuk lebih mendekati
para pengusaha agar mengetahui apa yang dibutuhkan, itu memerlukan rencana juga
(waktu, jadwal,dll) pendekatan secara individu maupun secara sosial. Setelah itu
bagaimana cara membantunya atau merelisasikannya. Sebenernya yang penting
sapaan itu mbak, baik dengan menanyakan keadaan dan kondisi usaha umat. Lalu
tanya apa yang menjadi kesulitan dan lainnya. Itu kan secara individu, sosial dan
biologi kan umat akan cerita apa yang mereka alami sebagai pengusaha,apa yang
dialami mereka baik itu kendala-kendala dan persoalannya. Kadang permasalahan itu
berasal dari pengusahanya sendiri, misalnya soal pemasaran, karena ujung tombak
siapapun yang mempunyai duit bisa membuat usaha tapi belum tentu bisa
memasarkannya, Usulannya bisa juga karena data sudah ada, mungkin bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
mengadakan pasar kecil dengan umat secara bertahap. Lalu bisa dengan membuat
grup bisa membuat data yang di share ke seluruh umat, bisa menghimbau umat-umat
itu bisa membeli hasil-hasil usaha dari umat kita sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
Wawancara 2
Nama : Antonius Ari Juli Trijono
Usia : 55 tahun
Jenis usaha : Cathering/boga
Wilayah : Filipi
Waktu : Senin, 5 April 2021 pukul 14:40-15:07
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha bapak? Jika ya, apa saja dampak
yang dialami?
P : O pasti, secara umum omset jelas turun bebas ya karena Pak Ari ini biasa nyetor ke
sekolah-sekolahan kemudian toko-toko dan warung. Kemudian permintaan untuk
pesanan juga turun drastis. Jadi memang tidak hanya saya saja tapi temen-temen
usaha mikro yang lain juga bergerak di bidang boga juga merasakan hal yang sama.
Selain di penghasilan, pengluaran sekarang semakin meningkat dengan harus
membeli hand sanitizer, masker kemudian yang tadinya tidak dengan packaging
sekarang minta di packaging, tentunya akan mengurangi income jadi pengularan
sekunder jelas meningkat.
S : Apakah upaya yang dilakukan bapak untuk menghadapi dampak tersebut?
P : Promosi harus gencar kita giatkan, kemudian membuka outlet-outlet baru, peluang
baru berupa membuka relasi dengan lebih banyak orang tidak hanya itu-itu saja. Kita
harus menjadi lebih peduli dan terbuka karena kita tidak bisa mengandalkan potensi
yang kemarin, kita harus lebih kreatif. Saya kira tidak hanya di bidang kuliner saja,
saya harus mencoba kemungkinan lain yang bisa mensuport usaha ini, mungkin saya
berpikir ingin membuka semacam usaha cafe yang memang masih berhubungan erat
dengan kuliner.
S : Menurut bapak, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Sekitar bulan Desember, saya sangat bersyukur ya karena mendapat bantuan waktu itu
sejumlah 2,4jt dan ada beberapa kali bantuan tapi sekarang sudah tidak lagi.
S : Menurut bapak, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Secara signifikan tidak atau belum ya karena memang keterbatasan pendanaan dari
lembaga ini. Tapi saya merasakan bahwa campur tangan paroki dalam hal ini untuk
membantu para UMKM khusunya usaha mikro sudah nampak dalam hal yang
sederhana yaitu dengan pemberian bantuan. Yaa stimulus lah hanya sekitar 150 ribu
bagi UKM yang usahanya bener-bener ada ya, jadi bukan sekedar hanya seperti Robin
Hood, kasih trus udah kita nggak meminta apa-apa lagi, tapi bener-bener supaya
usaha dari temen-temen usaha mikro dan UKM yang ada di paroki ini terbantu.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Secara signifikan memang belum ya, hanya membantu sedikit, tapi kalau yang sedikit
itu kalau bagi Pak Ari itu sudah sangat lumayan membantu karena dengan demikian
roda kegiatan produksi saya mulai berputar lagi. Di awal-awal kami sangat apatis
karena semuanya tutup, tapi mulai bulan-bulan Februari kita mulai merasakan
semangatnya. Jadi peran pemerintah dalam hal ini pasti ada, ada point value
istilahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : Kalau dari paroki yang saya terima kan bantuan 150ribu itu ya, memang itu jauh dari
cukup ya.
S : Menurut bapak, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi
para pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : Kalau dari paroki yang berkompeten di bidang sosial ekonomi (sosek) ya, tidak hanya
dibidang sosek tapi di bidang lain saya kira bisa memberikan atensinya kepada usaha
mikro. Pelayanan yang harus dilakukan untuk temen-temen sosek maupun para
relawan di bidang itu saya kira kita membuat market place yang sama seperti yang
dibuat oleh deperindakom, nah ini dari pemerintah. Kita coba rangkum temen-temen
usaha mikro dan UMKM yang lain yang punya kemampuan di bidang apa kemudian
sukur-sukur dari paroki itu bisa memfasilitasi dengan membuka peluang untuk
mempertemukan mereka, bisa itu kerjasama antar paroki, antara inter wilayah di
dalam paroki, mempertemukan temen-temen yang punya usaha sehingga terjadi
semacam penjualan dan jaringan bisnis, seperti itu. Intinya saya pikir, para relawan ini
bukan hanya membuat suatu market tetapi membangun jiwa bisnis ya. Kita harus
memperkembangkan talenta kita bukan hanya menjual tetapi berbisnis. Berbisnis itu
besifat kelanjutan bukan hanya sekarang saya laku tapi saya laku terus, nah jadi
berkesinambungan, jadi kita membangun network, semacam kemitraan, jejaring dan
seterusnya.
S : Menurut bapak, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha bapak dan
juga paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi?
P : Jelas kalau para relawan ini bisa menjalankan talenta yang ada di dirinya untuk
membantu orang lain itu jelas kalau para pelaku usaha mikro dan UKM pasti akan
bersyukur karena mereka sangat terbantu. Dengan temen-temen relawan yang hanya
membantu mempertemukan kita dengan temen-temen kita dari wilayah maupun
paroki lain itu saya pikir dengan keadaan ini kita lebih menjadi lebih klik dan akrab
sekalipun tidak dalam bentuk pertemuan langsung ya, tapi kita bisa memanfaatkan
teknologi baik dengan WA grup,facebook, instagran dan berbagai macam media
sosial.
Kalau bagi paroki Temanggung, paroki jadi punya kepedulian membangun
sikap-sikap solider. makanya paroki kita dulu punya yang namanya USBSP. Nah
USBSP adalah semacam usaha paroki untuk membantu para usahawan kecil atau
keluarga yang membutuhkan bantuan keuangan tapi karena USBSP ini hanya
merupakan lembaga sosial yang tidak hanya berorientasi keuntungkan ini selalu
nombok dan selalu merugi. Makanya ada beberapa temen di paroki ini kepengen
USBSP ini dikelola secara profesional. Akhirnya temen-temen itu ada juga romo dari
mana itu yang bergerak di bidang CU akhirnya memperkenalkan semacam koperasi
ini kepada temen-temen dan akhirnya mendirikan semacam kredit union yang kita
menamakan di Temanggung ini pelayanan pelita usaha. CU itu berawal dari USBSP.
Nah CU dengan 6.000 orang anggota yang notabene awalnya adalah semuanya
orang Katolik dan di situ awalnya adalah gerakan dari paroki yang diwakili oleh
orang-orang maupun voluntir yang memperkembangan lembaga keuangan ini karena
kita bergerak di bidang simpan pinjam. Tapi di sini kredit union yang kita bangun ini
bener - bener memang ada profit, ada keuntungan karena untuk menggaji karyawan
kita butuh keuntungan. Nah tapi anggota-anggota ini sangat nyaman sekali dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
sistem yang kita bangun yaitu kemitraan dan solidaritas, sistem tersebut bener-bener
dari, oleh dan untuk anggota.
Kenapa Pak Ari bisa ngomong banyak tentang CU ini karena Puji Tuhan dua
tahun ini kebetulan Pak Ari diangkat sebagai pengurus. Jadi hehe tau banyak tentang
CU yang berawal dari USBSP yang notabene ini adalah salah satu kegiatan di paroki
kita, gitu. Secara umum paroki dalam hal ini bidang sosek ini kalau kami para
anggota CU Pelita Usaha ini kami merasakan ini adalah buah dari peran paroki
terhadap temen-temen pengusaha kecil, begitu.
S : Menurut bapak faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Kalau yang mendukung jelas ya kalau di kita, kita punya dasar iman yang sama jadi
kalau yang menghambat sih sebetulnya ya hanya pola pikir saja yang menghambat
kita nggak bisa berkembang. Saya kira mindset bahwa pandemi ini adalah ujian dan
kekonyolan membuat kita sibuk dengan diri kita sih sebenernya, jadi yang
menghambat, saya kira karna orang itu tidak mau berubah, mengembangkan dirinya
dan sibuk dengan dirinya sendiri. Di luar sana kita harus semakin memanfaat
teknologi tapi sering berpikir kalau yang sudah ada di kita ini sudah oke kok sudah
nyaman,nahh inilah sebetulnya yang menghambat. Saya kira bukan para voluntir di
paroki tapi si pelaku bisnis sendiri yang tid ak mau keluar dari jalur nyamannya.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari bapak sebagai umat yang memiliki usaha
mikro agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai
kebutuhan umat selama pandemi?
P : Terutama para petugas di paroki, kita memang nggak bisa mengandalkan pada satu
dua orang atau segelintir orang tapi kita sendiri yang punya talenta harus bergerak
sendiri, yang harus dilakukan pertama mengubah mindset dulu lewat bantuan Romo
bisa memberikan masukan kepada umat bahwa pandemi ini bukan hukuman Tuhan,
dengan menggali talenta yang kita punya, karena kalau Romo ngendika umat pasti
mau dengar karena kadang umat nggak mau denger kalau awam yang ngomong.
Romo bisa menyisipkan dalam khotbah mingguan. Para voluntir ini dibekali juga
dengan pengetahuan yg cukup mengenai teknologi,prinsip-prinsip ekonomi dan
seterusnya sehingga dia bisa mengawinkan antara situasi saat ini kita mencari jawab
sebetulnya di prinsip-prinsip ekonomi apa sih yg bisa untuk menjawab situasi seperti
ini. Kan biasanya orang kan ada dasar teori kan nggak mungkin to orang melakukan
sesuatu tanpa mendasarkan pada teori yang pernah dipelajari dengan itu kan kita
seperti yang di luar sana. Kita nggak papa kok mencontek apa yang dilakukan
pemerintah jika iman kita mampu dengan dasar yang kita miliki yaitu sama-sama
agamanya itu akan lebih simple, maaf ya kalau di luar sana kita kan nggak mungkin
memperkenalkan produk babi, nahh kalau misalnya di kita ada yang punya bisnis
yang berhubungan dengan babi, itu mungkin kalau sama-sama orang Katolik kan
nggak masalah. Jadi iitinya harusnya para voluntir di paroki ini mau menyisihkan
waktu dan menginfestasikan waktunya untuk orang lain karna nanti Tuhan itu pasti
ngasih balasan kok dengan kita menyisihkan waktu Tuhan itu pasti ngasih kok dengan
berkat yang indah di belakangnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
Wawancara 3
Nama : Bekti
Umur : 48 tahun
Jenis Usaha : Dagang lauk atau sayur matang online
Wilayah : Ibrani
Waktu : Selasa, 6 April 2021 pukul 17:43-18:07
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha ibu? Jika ya, apa saja dampak yang
dialami?
P : O ya jelas mbak, kalau dulu tu lakunya banyak ya, kalau sehari tu dapet 50 ribu
sebelum pandemi sekarang tu separuhnya, kadang malah seperempatnya mungkin ya.
Dampaknya jann wah pokoke abot mbak, nek tadine itu dapet uang buat kulakan lagi
itu masih ada sisa tapi sekarang itu malah nombok hehehe. Pembeli sekarang itu
mungkin tidak punya uang to mbak, tidak seperti dulu-dulu, kalau dulu-dulu kan
seperti tetangga saya kan kerja di OBL tadinya juga beli sayur tiap hari to, sekarang
tidak, karena dia juga kerjanya sekarang satu minggu cuma 3 hari, 3 harinya di rumah
terus sekarang, jadine kadang masak sendiri njuk nggak beli, jadi berkurang to mbak
pembelinya buat saya, begitu hehehe.
Kalau dulu itu sebelum pandemi, saya dari Temanggung itu juga banyak yang beli,
kan saya ngantar to tapi sekarang tu jarang. Tadinya tu sehari ada 67 orang sekarang
tinggal 2 tok yang dari Temanggung kota itu Jampirejo sama Sayangan itu yang
masih jadi langganan. Itu yang Banyurip tak tanyain “wah sekarang tu uangnya sulit
bu” hehehe. Wong orange sok masak sendiri tapi kadang nek kepepet itu sok liat
status saya njuk beli tapi jarang sekali sekarang nek dulu tiap hari.
Kadang kalau ada yang pesen semalem lewat WA itu mau beli apa-apa gitu, nah
terus nanti kalau saya sudah belanjanya banyak ternyata yang beli kan sedikit, kan
bahan mentahnya jadi sisa mbak. Kalau sisa bahan mentahnya di jual lagi kan nggak
bisa, mosok menunya mau sama kan nggak mungkin to ya, dua hari menunya sama
mesti beda to?. Ha itu mbak jadi sisanya kan jadi nggak kepake lagi, jadi dampaknya
nggak punya uang itu yang mau beli bahan mentahnya lagi. Nanti kalau belanja ada
sisanya buat beli apa gitu to untuk yang kebutuhan rumah tangga kaya sabun mandi
kan tiap hari, itu kan ngambil dari untungnya jualan to mbak hehehe.
S : Apakah upaya yang dilakukan ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
P : Saya kan jualane lewat HP kan mbak, ya posting di facebook, Nia anake saya tu
pasang di instagram, saya kan nggak punya instagram. Buatnya promosi itu tiap hari
tidak bosan-bosannya supaya orang tu melihat terus respon njuk beli, seperti itu.
Terus kalau saya jualan terus kurang ya ngambil uang yang lainnya mbak, mungkin
saya malah utang bank plecit mbak hehehe, biar bagaimana usahanya tetep berjalan
terus, nombokinya ya dengan berbagai macam cara, mbuh utang sapa, mbuh uang apa
saya nggak tau yang penting bisa belanja lagi terus di jual lagi.
S : Menurut ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kemarin itu kan ada bantuan BLT itu lo, saya juga dapat. Jadi BLT itu awalnya saya
dapet 600 ribu itu dapet tiga bulan terus sampai bulan Januari ini sebulan dapat 300
ribu, Februari sama Maret ini saya tidak dapat, terakhir itu Januari tanggal 23 kalau
nggak salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
S : Menurut ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan ekonomi
para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kalau dari Paroki saya belum pernah mendapat. Dulu itu pernah disuruh ngisi blanko
tapi lewat HP.. Ngisinya udah dua kali, yang punya usaha to. Sudah ngisi tapi belum
ada tanggapan apa-apa dari paroki.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Kalau buat saya ya belum mbak. Ya kalau dibilang menjawab ya menjawab tapi
belum penuh ya, apalagi kalau sekarang udah nggak ada lagi. Kalau bantuan itu bisa
membantu sebenernya mbak, dinggo tombok. Kalau dapat untung uangnya sedikit,
terus kalau ada bantuan itu kan sering tak simpen mbak kalau sewaktu-waktu ngko
nek buat belanja nggak mencukupi, ha saya ngambil itu buat nomboki,gitu.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : Dulu waktu Nia SMP itu dapet bantuan sekolah mbak satu tahun, dulu tapi mbak tapi
sampai sekarang juga nggak pernah dapet lagi. Saya itu dianggap mampu paling mbak
ya mbak? hehe.
S : Menurut ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi para
pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : Kalau saya gini mbak, saya tu punya rencana udah dari dulu saya mbak beberapa
tahun yang lalu. Saya kan dulu pernah kerja ikut orang, buat usaha kering kentang
sama abon sapi dan ayam asli. Saya tu pengen usaha itu mbak, tapi modalnya begitu
besarnya untuk beli yang untuk memeres abon setelah digoreng, terus untuk bahannya
itu kan butuh biaya banyak. Kalau paroki itu ndak usah ngasih lah mbak, ngutangi
wae. Ngutangi dengan cara nyicil yang lebih murah, ora usah berbunga lah nek
ngutangi umate ki. Saya pengen mbak mengembangkan usaha itu. Nah nek misal
ngutangi yang punya usaha itu disuntik dana dengan cara utang terus nanti hasilnya
itu dipasarkan Gereja gitu lo karepe. Kalau menurut saya wajibnya gitu mbak. Jadi
yang menjualkan itu Gereja. Nanti saya nebeng di yang punya usaha siapa terus kita
setor matengnya itu, sudah dikemas nah sana yang ngasih label, karepe saya tu begitu.
Gitu mbak saya pengennya disuntik laah yang punya usaha-usaha kecil ini dari paroki
terus nanti hasilnya dipasarkan lewat paroki. Ya paroki yang bantu memasarkan tapi
juga bantu modalnya juga to mbak.
S : Menurut ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha bapak/ibu dan
juga paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi?
P : Manfaate nek buat saya, jelas saya jadi punya usaha yang tetap. Kalau abon sama
kering kan jarang yang buat apalagi abon sapi yang asli mbak, di Temanggung kan
cuma ada satu, Tin Abon itu. Kalau keuntungan buat saya itu kalau usaha itu langka
yang abon sapi di Temanggung, itu untung bagi saya kalau saya bisa membuat. Terus
pengharapannya kan lancar ya. Kalau yang menguntungkan untuk gereja kan
seumpama nanti usaha atau hasil karya saya ini diatas namakan “made in paroki” ya
nggak apa-apa to paroki entuk jeneng walaupun tidak membuat, ya nggak mbak?
Hehehe. Jadi paroki hanya memberi nama saja dan menjualkan gitu lo.
S : Menurut ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Kalau yang mendukung itu tergantung kerjanya PSE ya, tergantung dari koordinator
PSEnya mbak. Kalau PSEnya kok mantep ngeculke dana dinggo usaha mungkin kan
kalau paroki kan nganut PSE to mbak sejatine. Kalau PSE mau mengucurkan dana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
untuk usaha kecil dan untuk pendidikan kan ya ada wong saya dulu juga pengurus
PSE. Kalau tim PSE berani mengluarkan dana mungkin paroki juga nganut to?. Tapi
mungkin PSEnya yang ora mantep, atau mungkin tidak ada uang. Tapi kalau tidak ada
uang kok saya tidak percaya, soalnya sudah ada sendiri-sendiri to bagian-bagiannya,
bagian pendidikan sendiri, pembangunan sendiri, usaha sendiri kan ada
bagian-bagiannya di PSE itu. Berapa persennya itu dana apa yang masuk ke PSE itu
to,sedikit-sedikit saya tau tentang PSE mbak tapi kalau sekarang ya nggak tau hehe.
Nek menurute saya mbak, seandainya paroki mengucurkan dana walaupun itu utang,
apa paroki takut nggak disarutangi mungkin ya? Perkiraanya ya paroki takut nggak
balik uangnya itu mbak, tapi ya saya nggak tau mbak hehe.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari ibu sebagai umat yang memiliki usaha mikro
agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai kebutuhan
umat selama pandemi? P : Ya saya harapkan dari tim PSE tu ya mbok tanggap karo sing ndue usaha kecil. Paling
tidak di survey mbak kan udah ada datanya di paroki. Kan belum pernah ada
kunjungan ke pengusaha kecil-kecil itu belum pernah mbak, di sini lo, kalau di
lainnya saya nggak tau. Kan kalau saya sendiri kan punya usaha to, saya belum
pernah dikunjungi ke sini, belum pernah, padahal sudah ada datanya di sana. PSE itu
kan seharusnya sudah melihat daftarnya itu yang punya usaha kecil-kecilan itu siapa
saja terus bagaimana tim itu harus bergerak kan seharusnya sudah di pikirkan tim itu.
Seharusnya kan dari mereka tim PSE sendiri yang punya angen-angen sama
pemikiran. Dari umat dan pengusaha kecil gitu ya tetep mengharapkan, mbok
kolo-kolo di survey ya, di suntik bantuan dana yaa. Kan begitu mbak biar usahanya
tetep berjalan karena masa pandemi ini memang sulit banget pokoke berkurang 50%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Wawancara 4
Nama : YM. Endang Purwatinah
Umur : 60 tahun
Jenis Usaha : Jual pakaian dan perabot rumah tangga
Wilayah : Hebron
Waktu : Jumat, 9 April 2021 pukul 10:44-10:58
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha ibu? Jika ya, apa saja dampak yang
dialami?
P : Iya memberi dampak karena selama ini biasanya kalau kulakan itu 2 minggu sekali
terus sekarang tu dua bulan sekali atau sampai tiga bulan sekali. Pembelinya juga
menurun karena sekolah juga libur to mbak jadi untuk memenuhi target pesenan saya
dateng ke rumah-rumah pembeli tapi ya tidak semua tercukupi, karena tidak semua
dapat bertemu langsung. Ke sekolahan itu nawarin gurunya mbak, kalau dulu itu sama
orang tua murid itu terus pandemi itu kan nggak dianter anaknya, terus nggak bisa
ketemu juga, jadi ya macet total. Kalau sekarang itu untuk angsuran tiap bulan sekitar
3-4 jutaan kalau yang kemarin itu bisa 5 juta sampai 7 juta sebelum pandemi itu mbak,
banyak. Kalau untungnya itu saya kok nggak ngitung mbak, nggak bisa merinci.
Kadang sehari itu laku paling cuma 6 baju, kadang nggak laku, saya kan jualannya
kredit to mbak nggak cash.
S : Apakah upaya yang dilakukan ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
P : Saya jualan keliling dari kantor-kantor terus sambil arisan itu juga sama
sekolah-sekolahan. Jualannya sekitar daerah sini, Kedu, Temanggung sama Parakan
mbak. Dulu sebelum pandemi malah sampai Magelang mbak di toko Merak Jaya itu
ada yang ngambil juga, toko bedak-bedak itu to toko kosmetik itu pernah ngambil
juga. Sekarang udah nggak sampai sana mbak, ini aja jualan cuma sama yang
kenal-kenal aja mbak kalau yang nggak kenal ya nggak mbak, paling ya ke
tetangga-tetangga kalau nggak ya pas arisan itu sekarang.
S : Menurut ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Sudah ya kalau menurut saya, tapi saya pernah mengajukan, karena saya dapat
pensiunan janda itu dapet Rp. 1.260.000 mbak satu bulan, nah itu mungkin saya
nggak dapet bantuan mungkin ya, yang berupa uang dan berupa sembako juga nggak.
Tetangga banyak yang dapet tapi saya nggak dapet, yang dapet cuma dari gereja aja,
mungkin kriterianya udah berbeda mungkin yaa hehehe.
S : Menurut bapak/ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Saya pernah dapat bantuan sembako terus pernah dapet uang juga sebulan itu 150 ribu
tapi nggak tiap bulan. Saya juga pernah dapat uang itu 100 ribu mbak terus dapat
bantuan modal tapi dari Gereja Fatima Magelang itu 700 ribu, tidak mengembalikan
itu, jadi saya cuma di suruh daftar ke ketua lingkungan, membuat proposal, lalu
membawa KTP sama surat baptis terus ke Gereja Fatima udah langsung dapet mbak.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Ya kalau bagi usaha saya sendiri ya tak cukup-cukupkan mbak.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
P : Kalau kemarin tu sebenarnya saya sudah didata dan selalu ikut pendataan, tapi kok
nggak tau kok nggak turun ya mbak, apa mungkin ya kriterianya beda itu. Tapi kalau
bantuan ya saya trima aja mbak apa adanya soalnya di bagi orang banyak mungkin ya,
duitnya juga mungkin belum mencukupi atau bagaimana. Kalau bantuan dari paroki
ya cukup kalau buat saya mbak karena saya juga dapet dari pensiunan janda itu juga.
S : Menurut ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi para
pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : Kalau pemilik usaha mikro kayanya kok menurut saya membantu bantuan modal tapi
mengembalikan tanpa bunga gitu mbak, jadi memberi pinjaman tapi mengembalikan
tanpa bunga gitu kalau bisa.
S : Menurut ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha ibu dan juga
paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi?
P : Kalau untuk saya ya pertama itu kalau dari paroki rasanya memberkahi gitu ya mbak,
walaupun seberapa besarnya uang yang dipinjamkan dari paroki, tapi ya kayaknya
untungnya juga dapet gitu lo hehe. Terus yang kedua juga membantu kelancaran
usaha kami, karena kadang pas mau lebaran gini saya juga butuh modal mbak,
karena pesanan juga banyak kalau pas mau lebaran itu, biasanya pesanannya yang
besar-besar itu mbak misal rice cooker, meja, kursi dan kasur kalau biasanya orang
Temanggung lebaran itu maunya semuanya baru gitu. Kalau untuk paroki, bisa
berbagi mungkin ya mbak manfaatnya. Manfaat lainnya mungkin bisa lebih dekat dan
akrab sama umatnya. Terus peduli dan memperhatikan umatnya, begitu.
S : Menurut ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Mungkin yang menjadi faktor penghambatnya itu yang mau dibantu banyak jadi
uangnya mungkin tidak mencukupi gitu mbak dari paroki. Kemudian kriteria juga
berbeda seperti yang sudah saya sampaikan tadi, karena saya sudah dapat pensiunan
itu mungkin membantu yang lebih membutuhkan dulu. Kalau yang mendukung itu ya
ketua lingkungan itu harus berperan mungkin ya mbak, berperan untuk mengusulkan
dan mendata umat yang punya usaha mikro dan perlu dibantu.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari ibu sebagai umat yang memiliki usaha mikro
agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai kebutuhan
umat selama pandemi?
P : Harapan saya ya mudah-mudahan semua umat di paroki Temanggung ini banyak
rejekinya ya mbak, jadi yang untuk ngisi amplop persembahan itu bisa ditambah lagi
sehingga bisa memenuhi kebutuhan umat yang berkekurangan dan juga para
pengusaha mikro yang benar-benar membutuhkan. Kalau kegiatannya mungkin ada
tim khusus gitu mbak yang meninjau langsung ke lokasi atau survey ke rumah-rumah
umat yang mempunyai usaha mikro gitu mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Wawancara 5
Nama : Elisabeth Rina
Umur : 42 tahun
Jenis Usaha : Tanaman Hias (Anggrek)
Wilayah : Betlehem
Waktu : Jumat, 9 April 2021 pukul 13:43-14:05
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha ibu? Jika ya, apa saja dampak yang
dialami?
P : Kalau di awal pandemi itu dampaknya ya sepi mbak, saya kan jualnya online jadi mau
tidak mau yang pengiriman luar kota itu banyak orang nggak ngambil, masalahnya
kurir kan jadi terhambat, pengiriman barangnya terhambat juga. Terus kalau yang di
Temanggung, dampaknya sangat luar biasa, karena semua tempat lockdown mau
tidak mau orang kalau mau beli aja repot. Terus belum lagi masalah yang lain,
daripada buat beli tanaman anggrek mending orang memikirkan untuk makan kan?.
Selain anggrek saya juga jual pakan burung dan sampai sekarang dampaknya sangat
terasa sekali. Jadi dulu dalam satu minggu itu saya bisa ngirim seminggu sekali,
sekarang sepuluh hari sekali bahkan dua minggu sekali saya baru dapat orderan.
S : Apakah upaya yang dilakukan ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
P : Saya tetap jualan mbak, kalau selagi anggreknya masih ada banyak saya jual di
pinggir jalan utama itu biar cepet laku dan besoknya dapat barang lagi. Sambil
nunggu orderan anggrek, saya juga buat pakan burung itu mbak, dijual ke orang-orang
yang memang sudah biasa beli di saya saja.
S : Menurut ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Ya kalau menurut saya sudah banyak sih mbak, tapi semua itu tergantung dari
orangnya, kalau orangnya tau informasi dan mengikuti berita atau di beritahu orang
itu sudah banyak memperhatikan. Tapi kalau kita tidak tahu info ya kita tidak tahu
dan tidak merasa tertanggapi.
S : Menurut ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan ekonomi
para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kalau paroki, saya nggak tau untuk usaha mikro yang lainnya, tapi waktu awal
pandemi itu saya udah mengajukan tapi mungkin tidak ditanggapi karena paroki
sedang fokus dengan bantuan sembako itu dan baru ini saya dapat bantuan untuk
pengembangan usaha itu dapat uang 3 juta tanpa mengembalikan.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Kalau yang di tempat saya itu saya nggak tau tapi di usaha mikro ataupun UMKM
yang lain itu mereka udah dapet uang 2,4 juta itu, mungkin ya sudah menjawab.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : Sebetulnya untuk saya sendiri ya belum mbak, karena untuk usaha saya itu kan butuh
modal yang besar to mbak?. Uang 3 juta yang saya dapatkan dari paroki secara
itungan sebenernya itu juga nggak cukup untuk modal beli satu box anggrek yang
sudah mekar. Kalau saya beli yang bibit itu prosesnya lebih lama lagi untuk menjual.
Makanya saya cuma jual bonggol anggrek bekas itu, tapi untungnya cuma sedikit,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
cuma lima ribu per bonggol, itupun kalau ada yang mati satu sudah mengurangi
untung sepuluh sendiri.
S : Menurut ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi para
pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : Jadi paroki bisa bekerja sama dengan pemerintah terutama dalam memperkembangkan
bidang pertanian. Kalau menurut saya, paroki membuat semacam kelompok tani
kemudian dalam kelompok tani itu uang yang didapatkan dari kerjasama antara paroki
dan pemerintah itu dapat disimpan pinjamkan.
S : Menurut ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha ibu dan juga
paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi?
P : Ya banyak manfaatnya mbak, saya yang kekurangan modal untuk makan saja susah
apalagi ditambah biaya sekolah anak-anak saya jika mendapatkan bantuan dari paroki
pasti kehidupan ekonomi keluarga akan terus berjalan to mbak? Manfaat lain yang
bisa diperoleh ya saya mampu menciptakan pekerjaan bagi orang lain mbak kalau
usaha saya terus berkembang. Kalau bagi paroki sendiri, kalau kita mampu
memperkembangkan kehidupan ekonomi, otomatis kita mampu nyumbang lebih to
mbak untuk paroki. Manfaat lain yang bisa didapatkan paroki itu bisa dipandang
orang sekitar bahwa ternyata orang Katolik dan paroki itu guyub, artinya merangkul
dan memperhatikan umatnya sendiri.
S : Menurut ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Faktornya yang mendukung itu, kan paroki terbagi dalam lingkungan-lingkungan
begitu, menurut saya dengan adanya ketua lingkungan dan juga umat lainnya yang
tanggap terhadap permasalahan ekonomi umat yang lain itu dapat menjadi hal yang
mendukung sekali. Kalau yang menghambat mungkin paroki baru fokus di bidang
yang lain misal dananya difokuskan untuk membantu ini dan itu, atau mungkin
aturan-aturan dari paroki sendiri ya mbak.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari ibu sebagai umat yang memiliki usaha mikro
agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai kebutuhan
umat selama pandemi?
P : Harapan dan usulannya ya mungkin dimulai dari lingkungan dulu ya mbak, di data
umat yang punya usaha mikro itu siapa saja dan dari situ kan bisa dilihat usahanya itu
jalan atau tidak. Kemudian ketua lingkungannya bisa melaporkan ke paroki. Nah dari
data itu kan paroki bisa tahu, umatnya yang punya usaha itu berapa, siapa saja, lalu
usahanya seperti apa, punya masalah apa dan kalau mau dibuat maju ya bagaimana
caranya, misal dengan kegiatan pelatihan, pendanaan, pendampingan usaha dalam
bidang pemasaran dan lainnya. Kegiatan lainnya mungkin dengan jualan di paroki
pada hari Minggu atau ada toko oleh-oleh yang jadi satu dengan gereja dan menjual
seluruh produk UMKM milik umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
Wawancara 6
Nama : Theresia Yusdi Yuliana
Usia : 35 tahun
Jenis Usaha : Pedagang Bubur
Wilayah : Midian
Waktu : Sabtu, 10 April 2021 pukul 15:45-16:44
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha ibu? Jika ya, apa saja dampak yang
dialami?
P : iya mbak berdampak, dagangan jadi sepi karena berkurangnya pembeli sehingga
pendapatan juga menjadi berkurang. Kalau hari biasa, saya jual bubur sama sayur tok
itu dapet 150 ribu, kalau sayurnya macem-macem nggak itu-itu tok ya bisa sampai
170 ribu. Kalau pas pasaran itu saya jual sama gablok pecel sama mi itu juga bisa
sampai 250 ribu. Sebenernya penghasilan dari jual bubur untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari ya nggak cukup mbak, tak minimalis lah dicukup-cukupke untuk beli
bahan pokok seperti beras dan lainnya.
S : Apakah upaya yang dilakukan ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
P : Upayanya ya saya tetap berjualan dan mengurangi porsi atau jumlah dagangan saya
yang awalnya dulu sebelum pandemi itu buburnya bisa 1,5 sampai 2 kg itu habis,
kalau sekarang cuma 1 kg. Setelah jualan bubur, saya juga masih laundry baju juga
mbak sehingga pemasukan bisa dari bubur dan dari laundry.
S : Menurut ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kalau menurut saya ya sudah mbak dengan adanya bantuan langsung tunai (BLT) 300
ribu tiap bulannya itu, saya juga dapat tapi per Maret ini saya belum dapet. Uang
bantuan itu saya gunakan untuk ngangsur angsuran bulanan mbak.
S : Menurut ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan ekonomi
para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Selama ini menurut saya ya belum ya mbak. Kalau paroki itu saya pernah dapat
bantuan sembako itu tapi cuma sekali mbak terus dapet bantuan uang sekolah itu 50
ribu per bulan. Tapi untuk para pengusaha kecil-kecil termasuk saya kok belum, dulu
pernah sama ketua lingkungan itu di suruh ngisi data yang punya usaha kecil gitu itu
beberapa kali malah sebelum pandemi juga pernah ngisi data tapi kok tidak turun dan
nggak ada kejelasan mbak sampai sekarang.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Kalau dari pemerintah ya sangat membantu mbak untuk bayar angsuran bulanan saya,
saya nggak berani untuk mengutik-utik untuk modal usaha saya mbak.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : Ya menjawab mbak dan membantu juga. Kalau bagi saya ya membantu dalam
penyediaan bahan makanan bagi saya dan keluarga.
S : Menurut ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi para
pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
P : Ya itu mbak dengan adanya bantuan seperti menambah modal usaha mungkin ya bagi
pengusaha kecil sehingga usahanya bisa berkembang dan dapat menambah
pendapatan atau pemasukan, begitu paling mbak.
S : Menurut ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha ibu dan juga
paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi?
P : Kalau manfaate buat saya ya dapat menambah dan mengembangkan usaha agar
semakin banyak barang dagangannya. Manfaat lainnya dapat menambah pemasukan
dan mencukupi kebutuhan saya dan keluarga sehari-hari. Manfaat untuk paroki yaitu
paroki dapat menumbuhkan rasa cinta kasih, tolong menolong dan peduli terhadap
umatnya.
S : Menurut ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : faktor yang mendukung itu karena ada rasanya cinta kasih dan peduli sehinga banyak
donatur yang peduli terhadap umat yang lain. Faktor yang menghambat mungkin
saking banyaknya itu yang dibantu jadi paroki tidak bisa menjangkau semua untuk
diberi bantuan, mana yang lebih kurang dan membutuhkan banget, wong tadinya yang
bantuan sembako itu aja dipilihi to mbak?
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari bapak/ibu sebagai umat yang memiliki
usaha mikro agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai
kebutuhan umat selama pandemi?
P : Harapanne Gereja bisa meningkatkan kepedulian pada umat yang punya usaha kecil
dengan survey langsung ke para pengusaha mikro agar lebih mengerti kondisi dan
keadaan para pengusaha mikro. Dengan kunjungan atau survey langsung itu kan pihak
paroki dapat menindaklanjuti, memberi semangat dan motivasi. Kalau selama
pandemi ini saya tidak dapat bantuan dari pemerintah, saya sangat mengharapkan juga
bantuan dari paroki agar mampu membayar angsuran bulanan dan untuk tambahan
biaya kebutuhan sehari-hari, iya to mbak otomatis?.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Wawancara 7
Nama : Ignatia Suminten
Usia : 63 tahun
Jenis Usaha : Produksi Telur Asin
Wilayah : Damaskus
Waktu : Selasa, 13 April 2021 pukul 11:15-12:03
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha ibu? Jika ya, apa saja dampak yang
dialami?
P : ya jelas berdampak sekali, dulunya rame, tiap hari bikin telur asin terus sekarang jadi
sepi. Toko-toko yang saya titipi telur asin juga sepi jadi pembeli juga jadi berkurang.
Dulu pas sebelum puasa gini, ibu sudah stock bikin telur asin banyak, karena pas
bulan puasa itu banyak toko yang jual takjil minta dua hari sekali itu 50 pcs pasti
habisnya selama dua hari itu, kadang sehari itu sudah habis, paling lama tiga hari baru
habis. Kalau sekarang itu belum ada yang menghubungi saya untuk pesan telur
padahal besok sudah masuk bulan puasa. Saya juga ndak berani stock banyak karena
telur asin itu kalau terlalu lama juga banyak yang busuk dan kuningnya jadi hitam gitu,
saya sudah tidak berani jual. Kadang sering ada yang rusak atau retak gitu jadi gabisa
dijual padahal saya beli telurnya saja sudah menghabiskan modal banyak lalu untuk
dijual banyak yang rusak gitu jadi nggak balik modal atau untungnya cuma sedikit
jadi ya sebenernya ndak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gereja tidak
buka juga berdampak sekali mbak, dulu ibu-ibu paroki kan sering jualan di gereja pas
hari Minggu itu saya nitip juga kadang 100 butir gitu dan telurnya sering habis,
sekarang kan ndak bisa mbak.
S : Apakah upaya yang dilakukan ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
P : Ya saya masih bikin telurnya mbak tapi ya nggak banyak seperti dulu. Kadang kalau
pas saya buat telurnya lebih ya saya buat status di WA tak promosike lalu nanti tak
anter gitu yang beli teman-teman gereja. Tapi karena telur ya kadang-kadang tidak
menghasilkan, saya kadang juga membuatkan masakan gitu untuk rapat kantor
teman-teman gereja atau kalau ada pesanan gitu saya buat.
S : Menurut ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kalau dari pemerintah ya kalau buat saya ya ndak tau, sudah berperan apa belum ya
mbak, karena saya belum pernah dapat apa-apa. Jadi yang namanya bantuan UMKM
itu saya ndak pernah tau karena memang tidak pernah ada yang datang ke rumah gitu
untuk mendata. Malah yang di sini, yang tidak punya usaha saja dapat bantuan
UMKM itu mbak.
S : Menurut ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan ekonomi
para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Dari paroki itu ya dulu itu waktu awal-awal pandemi pernah suruh ngisi google form
itu yang punya UMKM tapi ya sampai sekarang ini belum ada tanggapan apa-apa.
Kalau menurut saya ya belum berperan mbak.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Ya belum menjawab semua mbak. Belum bisa menjawabnya ya itu karena saya
dengar ada yang tidak punya usaha itu mendapat bantuan UMKM itu, terus yang
punya usaha malah tidak mendapat. Kalau bagi yang mendapat bantuan ya sangat
menjawab dan membantu tapi kalau bagi yang tidak mendapat ya tidak menjawab dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
membantu mbak. Kalau yang tidak punya usaha saja mendapat kan berarti bantuan
yang dari pemerintah itu tidak tepat sasaran, itu berarti dalam pendataan itu mungkin
tidak betul atau mungkin ada “permainan” kan nggak tau to mbak? Hehehe. Saya juga
punya teman, usahanya udah gede, udah maju itu dia dapet bantuan entah dari mana
tapi ngambilnya di kecamatan tiap bulan padahal dia tidak minta dan daftar untuk
bantuan UMKM itu.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : belum, karena sampai sekarang ndak ada kejelasan dan jawaban mbak.
S : Menurut ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi para
pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : Pelayanannya dengan adanya bantuan modal usaha itu mbak dari paroki.
S : Menurut ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha bapak/ibu dan
juga paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi?
P : manfaatnya ya itu misalnya bisa dapat modal kan bisa menambah kulakan lagi, yang
tadinya bisa kulakan kan bisa diubengke lagi, bisa stok banyak dan masih bisa di jual
sehingga penjualan juga bisa meningkat lagi.
S : Menurut ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Yang mendukung ya kebersamaannya itu ya mbak terutama kerjasama dengan
donatur-donatur itu para pengusaha yang usahanya gede atau malah sama PNS yang
tidak terdampak sama sekali selama pandemi ini. Yang menghambat itu ya mungkin
karena paroki kesulitan cari uang untuk dana sosial itu mbak selama pandemi itu
karena kolekte, APP dan lainnya saja merosot kan mbak?. Penghambatnya ya itu juga
karena pandemi jadi tidak bisa pertemuan dan kumpul-kumpul jadi ya susah untuk
membuat kegiatan begitu.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari ibu sebagai umat yang memiliki usaha mikro
agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai kebutuhan
umat selama pandemi?
P : harapan dan usulanne ya bisa dapat bantuan modal usaha itu mbak dan paroki mau
ngasih bantuan modal gitu biar usahanya juga bisa terus berjalan dan tidak berhenti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
Wawancara 8
Nama : Yohanes Adi Budiarja
Usia : 29 tahun
Jenis Usaha : Jasa service AC,kulkas dan lainnya
Wilayah : Nazaret
Waktu :Selasa, 13 April 2021 pukul 17:05-17:18
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha bapak? Jika ya, apa saja dampak
yang dialami?
P : kalau dampak ya jelas berdampak, dampaknya ya otomatis jobnya berkurang kan
kalau jasa karena saya kan ngarahnya ke perumahan dan instansi itu rumah sakit, nah
rumah sakit itu kayanya selama pandemi keliatan paling ramai karena banyak orang
periksa keluar masuk rumah sakit tapi ternyata rumah sakit itu malah sepi selama
pandemi. Karena rumah sakit sepi kan otomatis AC dan alat lainnya kan nggak
kepakai padahal untuk service AC kalau kepakai itu tiga bulan sekali, kalau nggak
kepakai kan otomatis jangkanya jadi mulur dan nggak ada job ke sana. Biasanya
sebulan bisa service 50 sampau 60 unit, sekarang sebulan kadang cuma 10 sampai 11
unit.
S : Apakah upaya yang dilakukan bapak untuk menghadapi dampak tersebut?
P : Upayanya ya terus keliling door to door dengan langsung ke rumah-rumah gitu, tanya
ada yang perlu di service atau nggak gitu,biasanya kan orangnya yang dateng ke saya
sekarang saya yang jemput bola, gitu. Terus saya juga nyoba usaha lain kalau
pandemi masih lama, saya lagi coba usaha budidaya ikan koi karena banyak yang
kerja dari rumah terus pada bosen terus koleksi ikan hias kan menjanjikan, gitu.
S : Menurut bapak, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : kalau peran pemerintah ya belum ada kalau buat saya saat ini. Kemarin itu kan udah
ada, bantuan-bantuan itu yang BLT gitu tapi kan saya nggak ngajukan karena awalnya
saya merasa nggak dapat dampak pandemi dan ternyata kok dapat dampaknya, gitu.
S : Menurut bapaK, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Paroki kalau menurut saya sama sekali belum berperan, soalnya paroki ya mau
gimana-gimana ya susah karena semua juga di batasi.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : kalau sebagian iya, tapi kalau untuk saya belum menjawab kebutuhan. Kalau untuk
usaha yang luar jasa mungkin sudah, kalau saya belum merasakan.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : kalau untuk yang lainnya mungkin sudah, kalau untuk saya sendiri ya belum
menjawab kebutuhan usahanya saya.
S : Menurut bapak, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi
para pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : mungkin kalau membantu bidang usaha yang bukan jasa itu dengan bantuan modal ya.
Kalau saya kan jasa jadi ya kemungkinkan dikasih peluang usaha lain yang bisa
mencukupi kebutuhan ekonomi saya sehari-hari, begitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
S : Menurut bapak, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha bapak dan
juga paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi?
P : manfaatnya ya otomatis ada lapangan kerja baru dan usaha baru ya to? Terus ekonomi
saya kan naik dan pasti dampak untuk saya positif lah. Kalau untuk paroki ya pasti
membantu warga gerejanya to.
S : Menurut bapak faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : faktor yang mendukung ya itu sebenernya paroki punya kesempatan untuk
menginfokan ke lingkungan-lingkungan gitu tentang bantuan untuk usaha itu dengan
syarat-syarat tertentu. Kalau yang mengambat itu komunikasi lah pastinya apalagi
paroki Temanggung kan selama pandemi ini termasuk yang paling lambat
dibandingkan paroki lain, otomatis kan komunikasi antara umat dan paroki itu
terhambat karena pandemi itu. Hambatan lainnya itu karena tidak ada pemberitahuan
dari paroki untuk umat gitu.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari bapak sebagai umat yang memiliki usaha
mikro agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai
kebutuhan umat selama pandemi?
P : Harapan dan usulanne ya kaya bikin organisasi atau komunitas para UMKM gitu.
Dengan komunitas itu kan nanti bisa saling sharing informasi gitu, otomatis bisa
saling membantu juga kan misal dengan menawarkan peluang usaha baru atau dibantu
pemasaran dan lainnya, gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
Wawancara 9
Nama : Maria Yuanita Supriyati
Usia : 69 tahun
Jenis Usaha : Dagang Pukis
Wilayah : Caesarea
Waktu : Rabu, 14 April 2021 pukul 17:16-17:37
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha ibu? Jika ya, apa saja dampak yang
dialami?
P : ya berdampak banget mbak, karena udah nggak ada pertemuan-pertemuan itu mbak,
pertemuan rosario, APP, tugas paduan suara dan Adven itu kan pasti beli snack.
Sekarang kan tidak ada pertemuan lagi mbak. Kalau paskah sama natal itu kan gereja
pasti pasang tenda gitu to mbak mesti pesen snack, sekarang kan nggak ada tenda.
Dulu sebelum pandemi itu sehari bisa laku 100 pukis sekarang kadang cuma 30
sampai 40 pukis tiap harinya, itu aja kadang sehari pernah nggak laku sama sekali
mbak. Saya selama pandemi ini juga jadi kurus mbak, karena dagangan sepi, anak
saya juga sudah menikah tapi ya uang mereka cuma cukup untuk kebutuhan mereka
sendiri, saya kan juga harus berjuang untuk cari makan diri saya sendiri mbak. Pernah
selama pandemi ini ibu tidak punya beras mbak terus ya ibu diem aja mbak hehe,
kadang ya ada yang nyokong beras juga.
S : Apakah upaya yang dilakukan ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
P : saya tetep jualan mbak, saya pantang mundur mbak, hujan deras saja saya tetap
berjualan. Karena kan dengan tetep berjualan uang itu bisa keluar masuk mbak.
Soalnya pukis ini kalau buatnya sekarang terus dijual besuk tu bisa mbak, kalau
sekarang ini nggak laku terus saya bikin separuh yang sekarang ini saya jual dulu
terus yang baru saya jual besoknya, gitu.
S : Menurut ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : kalau dari pemerintah untuk saya ada bantuan mbak, perbulan dapat 300 ribu terus
untuk bulan ini dan bulan kemarin saya belum dapet.
S : Menurut ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan ekonomi
para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Gereja sendiri juga sudah membantu mbak, saya tiga bulan yang lalu itu dapat 100
ribu terus yang dulu 150 ribu. Ada juga peran dari ibu-ibu muda gereja itu yang
ngasih sembako ke saya.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : ya kalau buat saya ya nggak lah mbak, cuma untuk nyokong saja karena memang
kebutuhannya kan banyak mbak untuk bayar ledeng, bayar listrik,pajak rumah,iuran
sampah, iuran sosial, iuran ibu-ibu WK dan lainnya itu kan apa-apa saya yang bayar
sendiri mbak.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : kalau dari paroki, untuk saya ya belum menjawab mbak. Kan ibu juga masih aktif
dalam pergaulan bermasyarakat misal ada kesripahan dan kondangan gitu meskipun
banyak orang yang bilang kalau saya tidak usah nyumbang saja tidak apa-apa, tapi
kan saya tetap pengen nyumbang kan mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
S : Menurut ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi para
pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : ya ini usulan dari saya yang entah di terima atau tidak, ya pengennya di modali untuk
usaha gitu mbak hehe.
S : Menurut ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha ibu dan juga
paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi?
P : Kalau untuk saya ya bermanfaat sekali mbak agar usahanya saya juga tetep jalan tidak
berhenti, kan saya juga tidak punya apa-apa mbak, tidak ada pensiunan, anak saya
juga pas-pasan dan kadang malah saya yang sok nambahi untuk hidupnya anak saya
dan keluarganya. Kalau untuk paroki ya paroki mendapatkan kasih Allah itu ya mbak
menurut saya.
S : Menurut ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Kalau yang mendukung ya itu sebenarnya gereja itu punya potensi dan kesempatan
untuk membantu umat yang punya usaha mikro itu yang menghambat mungkin
karena komunikasi yang kurang antara satu dengan yang lain ya mbak antara gereja
sama perorangan itu sama ketua lingkungan dan umat.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari ibu sebagai umat yang memiliki usaha mikro
agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai kebutuhan
umat selama pandemi?
P : harapannya ya semoga paroki itu bisa mendapatkan bantuan dana dari umat-umat
yang punya rejeki lebih itu mbak agar bisa membantu umat yang punya usaha mikro
itu secara maksimal. Harapannya juga semoga paroki juga terketuk hatinya untuk
menyediakan waktu untuk membantu umat yang punya usaha mikro gitu. Usulan
kegiatannya ya itu mbak, paroki bisa membuka atau membujuk sumbangan dana dari
umat-umat yang punya rejeki lebih untuk dapat ikut membantu umat yang punya
usaha kecil seperti saya ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(27)
Wawancara 10
Nama : Dwi Cahyaningsih
Usia : 43 tahun
Jenis Usaha : Dagang Sembako
Wilayah : Roma
Waktu : Kamis, 15 April 2021 pukul 09:21-09-37
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usah ibu? Jika ya, apa saja dampak yang
dialami?
P : iya berdampak dan sangat terasa sekali danpaknya dek. Jadi sepi, biasanya satu hari
belanja sekarang nggak selalu belanja dan untungnya juga nggak ngumpul gitu. Awal
pandemi itu penghasilan warung naik turun padahal anak saya juga tahun kemarin
baru masuk SMA, butuh uang banyak. Terus anak yang kedua sekarang kelas 6 SD
terus mau masuk SMP, yaa butuh uang lagi untuk biaya sekolah anak-anak. Kalau
untuk penghasilannya tiap hari itu sok nggak mesti dek, dulu pas masih jual rokok
sama gas itu bisa dapet 200 sampai 300 ribu tapi sekarang sehari 100 ribu aja nggak
mesti dapat. Kadang kalau pas jual gorengan itu bisa dapat 50 ribu. Kadang buat
kulakan beli sembako lagi itu tombok lagi.
S : Apakah upaya yang dilakukan ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
P : ya kadang buat criping itu mbak setiap sore kalau pas bulan puasa gini. Kadang juga
ada pesenan makanan apa gitu mbak.
S : Menurut ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kalau buat saya ya sebenernya udah ya. Udah ada BLT itu, kalau yang sembako itu
nggak pernah dapet. Kalau untuk yang BLT itu bulan Maret sama April ini kok belum
dapat lagi tapi yang lainnya yang dapat bantuan BLT kok masih dapet sampai bulan
April.
S : Menurut ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan ekonomi
para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kalau dari paroki itu dapet sembako waktu paskah kemarin itu terus tahun kemarin
waktu awal pandemi warungnya mau bangkrut itu dapet uang Rp. 1.000.000. tapi
sudah dua bulan ini tidak dapat lagi.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Belum hehe, kadang ya gimana yaa dulu 600 ribu sekarang turun jadi 300 ya gimana
ya dek? Sekarang di rumah ada 6 orang, kalau di bagi 6 orang ya sebenernya kurang
tapi di cukup-cukupkan. Sebenernya bantuan itu cuma bisa buat makan padahal masih
harus bayar utang, kerukunan warga misal nyumbang kondangan dan lainnya.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : Ya udah lumayan menjawab dan membantu karena bisa muter usahanya lagi pas dulu
warungnya mau bangkrut itu jadi nggak putus di tengah jalan gitu nggak. Jadinya kita
kan mikir gimana cara muternya, gitu.
S : Menurut ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi para
pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
P : Ya nek masalah bantu ya sering dibantu ya dek tapi kan ya nggak cuma satu orang
mungkin bergiliran mungkin besok ini dapet atau nggak. Sekarang kan sistimnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
giliran tapi nggak bantuan tapi kita hutang jadi dalam jangka berapa bulan itu
dikembalike buat orang yang membutuhkan lagi jadi muter kalau kita butuh kita bisa
pinjam lagi, katanya gitu.
S : Menurut ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha bapak/ibu dan
juga paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki
usaha mikro selama pandemi?
P : Manfaatnya buat usaha saya ya banyak bisa untuk nambah modal, stok dagangan yang
lebih sering dicari orang jadi lebih banyak dan bisa untuk muter lagi nanti saya bisa
buat makanan gitu kalau ada yang pesen. Manfaat untuk paroki ya paroki seneng bisa
membantu umatnya dan paroki juga memperhatikan umatnya yang tidak mampu serta
tidak pilih kasih.
S : Menurut ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Kalau yang mendukung itu mungkin paroki punya tabungan dari donator atau kolekte
itu ya untuk membantu umatnya atau uangnya sudah dibagi gitu, mungkin. Terus
yang menghambat mungkin ya karena pandemi ini nggak ada misa jadinya kolekte
nggak lancar. Terus dulu sering ada sumbangan bantuan dari donatur itu, mungkin
karena pandemi ini paroki uangnya lagi goncang, apa lagi bangun-bangun gitu terus
di paroki kan banyak orang jadi uangnya untuk mencukupi orang-orang yang di
paroki itu dan lainnya, mungkin ya.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari ibu sebagai umat yang memiliki usaha mikro
agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai kebutuhan
umat selama pandemi?
P : Harapannya sekarang itu ya semoga paroki bisa ada kegiatan lagi, kalau ada kegiatan
gitu kan uang yang masuk ada lagi jadi untuk membantu umatnya kan jadi gampang
tapi kan kalo pas sepi paroki juga bingung membagi uangnya karena tidak ada uang
yang masuk. Harapan dan usulan lainnya ya dipinjemin modal usaha dari paroki itu
nggak papa terus kita mengembalikan, pengennya gitu. Seumpama saya pinjam 1 juta
terus tiap bulannya harus bayar berapa terus kalau ada bunganya ya berapa, kalau gitu
saya tidak apa-apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
Wawancara 11
Nama : Monica Hariyati
Usia : 68 tahun
Jenis Usaha : Dagang Roti Kering
Wilayah : Anthiokia
Waktu : Kamis, 22 April 2021 pukul 16:27-16:50
S : Apakah pandemi memberikan dampak pada usaha ibu? Jika ya, apa saja dampak yang
dialami?
P : Oya berdampak, keadannya makin sulit. Jadi sepi wong bakul-bakul pada nggak
kulakan. Sehari itu hasile tidak pasti, hanya cukup untuk makan saja, karna memang
keadaannya nggih ya di cukup-cukupke. Ini anak saya juga pada pulang ke rumah
yang dulu kerja di luar kota terus sudah tidak punya kerjaan lagi jadi saya bantu untuk
membiayai sekolah anaknya juga. Dulu pasar kan juga pernah kebakaran mbak
jadinya saya pindah di dalam pasar, nah sekarang itu yang ramai malah pasar yang di
luar dan yang di dalam itu jadi sepi.
S : Apakah upaya yang dilakukan ibu untuk menghadapi dampak tersebut?
P : selama pandemi yang jualan di pasar itu bapak, terus saya jualan di rumah sambil
momong cucu. Saya di rumah jualan bubur sama sayur mateng, ya niatnya itu biar
bisa sampai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau sekarang mau lebaran baru
ikut jualan di pasar.
S : Menurut ibu, apakah pemerintah sudah berperan untuk menanggapi permasalahan
ekonomi para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kalau kemarin itu dapat sembako empat kali. Kalau yang bantuan uang itu tidak
pernah dapat, padahal teman dan tetangga saya itu pada dapat uang 300 ribu tapi kok
saya tidak dapat. Kebanyakan teman saya yang usaha mikro seperti yang jualan buah,
bubur, kelontong di rumah itu juga sok pada dapat yang uang 2,4 juta. Ini saya sedang
mengajukan, ya semoga dapat.
S : Menurut ibu, apakah paroki sudah berperan untuk menanggapi permasalahan ekonomi
para pengusaha mikro karena dampak pandemi?
P : Kemarin itu sudah di data itu terus pengurusnya ke sini untuk mendata untuk
diusahakan bantuan itu terus akhirnya dapat bantuan sembako terus diganti uang 150
ribu. Itu bantuannya sudah lama tidak dapat lagi, ada sekitar 2 bulan belum dapat lagi.
Kalau sembako dulu per bulan dapat. Satu lingkungan itu yang dapat cuma 9 orang.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan pemerintah sudah menjawab kebutuhan para
pengusaha mikro yang mengalami dampak pandemi?
P : Ya dicukup-cukupe hehehe. Ya membantu kalau bahan-bahan pokok di rumah habis.
Kalau untuk yang usaha mikro ya sudah membantu mungkin, kalau untuk saya ya
belum merasakan karena belum mendapatkan.
S : Apakah kegiatan yang dilakukan paroki selama pandemi sudah menjawab kebutuhan
umat yang memiliki usaha mikro?
P : Kalau menurut saya ya belum karena sudah lama tidak mendapatkan to. Kalau untuk
usaha saya ya dibilang membantu ya bantu tapi ya gimana ya kebutuhannya juga
banyak, pengluaran keluarga saya tiap hari itu bisa sampai 50 ribu.
S : Menurut ibu, tugas pelayanan seperti apa yang wajib dilakukan oleh paroki bagi para
pemilik usaha mikro selama pandemi ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
P : Nek menurute ibu nggih membantu modal usaha itu untuk para pengusaha mikro biar
bisa stabil usahanya. Paroki itu punya rasa kasihan kepada umat yang punya usaha
mikro begitu to untuk memberi bantuan modal.
S : Menurut ibu, apakah manfaat yang dapat diperoleh terutama bagi usaha ibu dan juga
paroki jika paroki menjalankan tugas pelayanannya bagi umat yang memiliki usaha
mikro selama pandemi?
P : manfaatnya buat saya ya bisa untuk modal, bisa untuk kulakan, kalau pas jualan di
rumah ya bisa kulakan selain bubur sama sayur matang itu bisa kulakan gula, teh dan
lainnya itu kan bisa di jual juga. Manfaat lainnya ya bisa untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Kalau untuk paroki ya banyak, bisa untuk membantu, mengerti dan
mencukupi umatnya yang berkekurangan ya untuk umat yang punya usaha mikro itu
to.
S : Menurut ibu faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat perwujudan
pelayanan paroki bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Kalau menurut ibu yang mendukung itu paroki kan sudah ada pengurunya gitu,
sebenernya juga saya tidak tahu ya mbak karena tahunya di Gereja juga sembahyang
dan tidak begitu tahu tentang pengurusnya. Yang menghambat itu karena memang ke
Gereja juga tidak mesti sekarang padahal dulu tiap paskah sama natal itu pasti dapat
bantuan sembako dari paroki, terus selama pandemi ini kok biasa saja, tidak dapat
bantuan.
S : Apakah harapan dan usulan kegiatan dari ibu sebagai umat yang memiliki usaha mikro
agar paroki dapat meningkatkan peran dan mewujudkan pelayanan sesuai kebutuhan
umat selama pandemi?
P : Kalau menurut saya ya harapanyasemoga paroki bisa memiliki berbela rasa terhadap
umatnya dan juga diberi bantuan untuk modal usaha mikro seperti saya ini agar
usahanya bisa lancar dan bisa pulih lagi seperti dulu. Kalau usulan kegiatan saya
setuju dan sangat berterima kasih kalau dari paroki ada yang mendata dan
mengunjungi umat yang punya usaha terus memberi bantuan modal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(31)
Lampiran IV : Wawancara Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan dan Timja
PSE
Wawancara 12
Nama : Nicolas Hilmydya
Usia : 35 tahun
Bidang Pelayanan : Anggota Tim Kerja PSE Paroki
Waktu : Kamis, 15 April 2021 pukul 14:17-14:47
S : Menurut pandangan bapak permasalahan ekonomi seperti apa saja yang sedang
dialami umat karena dampak pandemi?
P : Sebenernya saya tidak terlalu mengamati ya, tapi untuk permasalahannya seperti
pendapatan wirausaha menurun terus untuk umat Katolik yang memiliki pekerjaan,
beberapa juga terdampak karena banyaknya PHK dan pengurangan karyawan di
beberapa instansi. Dari permasalahan PHK dan pengurangan karyawan itu
menyebabkan pengangguran juga. Tapi kalau di Temanggung sebenernya tidak
terlalu banyak dampaknya karena kebanyakan orang Temanggung adalah petani.
Jadi dampaknya tidak terlalu banyak. Para petani masih bisa menghasilkan pertanian,
bisa dikonsumsi sendiri dan kadang sebagian di jual.
S : Menurut bapak, umat yang paling terdampak selama pandemi adalah umat yang
bermata percaharian atau berprofesi sebagai apa?
P : Kalau menurut saya sih malah lebih banyak yang wirausaha ya, yang berprofesi
sebagai pedagang karena konsumsinya masyarakat jadi rendah selama pandemi jadi
mereka pendapatannya berkurang.
S : Apakah umat yang memiliki UMKM terutama usaha mikro juga mengalami masalah
ekonomi selama pandemi? Jika ya, apa saja permasalah ekonomi yang dialami para
pengusaha mikro?
P : Ya itu seperti yang sudah saya bilang, kalau UMKM pasti terdampak ya karena
mereka bergantung dengan pembeli. Selama pandemi ini kan pembeli itu
kebanyakan menyimpan uangnya sendiri untuk jaga-jaga dan lebih konsumtif
terhadap kebutuhan pelindung kesehatan seperti masker dan handsanitizer, jadi
mereka lebih cenderung ke arah itu konsumsinya. Untuk kebutuhan-kebutuhan yang
lebih pokok, pembeli ini kan tidak akan membelanjakan uangnya, nah kebanyakan
UMKM di sini kan seperti makanan-makanan kecil gitu kan, jadinya itu hal yang
tidak terlalu dilirik oleh pembeli juga, jadinya pendapatan mereka berkungan. Ha itu
kesulitannya adalah menyerap produksi selama pandemi UMKM itu karena pembeli
tidak membelanjakan kebutuhan atau bahan-bahan yang tidak pokok, begitu.
S : Menurut bapak apakah usaha mikro yang mengalami permasalahan ekonomi karena
dampak pandemi merupakan tugas pemerintah untuk menanganinya? Jika ya, apa
yang sudah dilakukan pemerintah untuk menangani hal tersebut?
P : Kalau tugas pemerintah ya itu kewajiban pemerintah juga untuk menanggulangi atau
menyelesaikan masalah seperti ini yaitu untuk meningkatkan daya beli masyarakat
dan untuk memulihkan ekonomi kembali. Yang harus dilakukan pemerintah ya
kebijakan sih. Selain itu kan selama ini pemerintah lebih ke membuat program
pinjaman atau program-program lainnya. Seperti waktu itu saya juga tidak hafal,
kalau untuk pinjaman lebih dipermudah lagi kan untuk usaha-usaha mikro itu. Kalau
minjam sekarang nanti mengembalikannya tiga bulan kemudian, itu kan selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
pandemi ada. Program peminjaman modal itu juga sangat membantu bagi mereka
yang terdampak ekonomi terutama karyawan yang dipecat, jadinya kan mereka akan
membuat usaha mikro kecil gitu untuk keberlanjutan ekonominya.
S : Apakah permasalahan ekonomi yang dialami para pengusaha mikro juga menjadi
perhatian bagi PSE selama pandemi? Jika ya, hal atau kegiatan apa yang akan,sedang
atau sudah dilaksanakan oleh PSE untuk menanggapi permasalahan ekonomi para
pengusaha mikro?
P : Sayangnya itu belum jadi perhatian PSE karena sosial ekonomi itu sebenernya bukan
pekerjaan PSE saja. Sebenernya sosial ekonomi itu semuanya harus terkait seperti
ketua lingkungannya harus aktif untuk memberi tahu PSE, mendata umat yang
memang terdampak dan memang membutuhkan bantuan modal atau apapun dari PSE
itu sebenernya kita butuh data itu, data umat yang memang benar-benar membutuhkan,
data umat yang memang bener-bener memiliki usaha yang harus dibantu, itu yang
harus ada di PSE
S : Menurut bapak bentuk pelayanan bagi umat yang mengalami permasalahan ekonomi
yang dilakukan PSE selama pandemi ini apakah masih berupa pelayanan secara
karitatif atau pelayanan yang memberdayakan ekonomi secara berkelanjutan?
P : Kalau di PSE itu masih belum sampai berkelanjutan. Karena kita cuma fasilitator dan
bukan yang ngopeni, kita punya pekerjaan sendiri-sendiri. Lebih ideal itu ya
kerjasama dengan koperasi seperti Credit Union (CU) karena kan CU ada pegawai
atau karyawan yang memiliki kemampuan di sana ya untuk nguri-nguri pengusaha
mikro juga kan. Mereka juga punya sistem untuk penjualannya juga ada dan mereka
juga ada pelatihannya, ha itu yang lebih ideal daripada kita PSE. PSE kan lebih ke
mengarahkan saja sebenernya, mengarahkan untuk mencari dana bagi umat aja, kalau
untuk nguri-nguri dan untuk keberlanjutan umat yang memiliki usaha mikro itu tidak
bisa sebetulnya, karena PSE punya pekerjaan sendiri, itu aja PSE cuma sampingan
gerakan di gereja aja. Jadi idelanya ketika ada umat yang punya usaha mikro terus
umat ini mau mengembangkan usahanya, lalu bikin proposal ke PSE lalu kita
bikinkan proposal dan kita carikan dana. Dana ini berbentuk hibah gitu, kalau
berbentu hibah kan seperti tidak ada pertanggung jawabannya kan? Kalau dikasihkan
ke umatnya misalkan 2-3 juta nanti tidak dikembalikan itu kan seperti tidak
mendorong mereka untuk berkembang juga. Makanya pihak ketiga yang bisa dimintai
tolong uang ini bisa dijaga. Kalau kaya CU itu, kalau ada hibah kita kasihkan ke
CU atas nama umat ini, umat ini bisa mengembalikan ke CU, nah uang ini kan bisa
berkembang dan diputarkan lagi untuk usaha mikro umat yang lain, seperti itu sih.
Selama ini yang bisa diajak kerja sama ya CU itu.
S : Menurut bapak bentuk pelayanan seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan
umat,terutama yang memiliki usaha mikro selama pandemi ini?
P : Bentuk pelayanannya ya kalau di PSE rajin untuk mengumpulkan dana untuk umat
yang memiliki usaha. Idealnya saat ini seperti itu karena dampaknya juga ke ekonomi
kan jadi mereka lebih ingin mengembangkan usahanya dan membuka usaha baru, jadi
mereka butuh modal. Jadi PSE bisa bantu dari sisi mencari dana dan menyalurkan
dana. Kemudian dengan adanya pendataan itu penting, nggak cuma ya soal cuma A
dagangnya ini, butuh dana ini, nggak cuma itu tapi rencana pengembangannya apa
lalu mereka punya pinjaman lain apa nggak dan banyak sih nggak cuma itu yang
didata. Nah hal seperti ini yang harus di susun PSE juga dan untuk membuat data
umat yang memiliki usaha mikro itu harus diberi formatnya seperti apa datanya
sehingga kita bikin input datanya itu juga bener jadi untuk ngasihnya dananya juga
bener nggak asal-asalan gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(33)
S : Menurut bapak apa manfaat yang dapat diperoleh dari perwujudan diakonia PSE bagi
umat yang memiliki usaha mikro baik bagi bapak, paroki atau bagi umat ?
P : Manfaatnya kalau untuk umat ya memulihkan ekonomi umat sehingga lebih baik
dan kebutuhannya tercukupi. Jadi ketika berdoa dan beribadah mereka juga tenang,
nggak mikir hal-hal lain. Dari segi kebutuhan ekonomi juga akan meningkatkan
iman juga. seperti itu sih tapi nggak tau ada kaitannya atau nggak tapi kalau
ekonominya baik pasti untuk hal yang lain karena kebutuhan yang utama adalah perut
kalau sudah terpenuhi ya ibadatnya tenang. Untuk paroki ya karena ekonominya
membaik ya pasti secara guyubnya kan lebih baik juga. Sebetulnya PSE itu bukan
cuma mensejahterakan umat ya tetapi lebih ke guyubnya juga, nilai-nilai gotong
royongnya dan lebih ke kebersamaanya itu yang harus di jaga karena memang itu
dibutuhkan untuk komunitas di gereja, seperti itu. Kalau bagi saya lebih ke memiliki
pengalaman untuk bersosial di kegiatan gereja dan masyarakat.
S : Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan perwujudan diakonia
PSE bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Kalau yang mendukung itu sebenernya dana juga cukup banyak sih yang dari vikep
dan APP juga, itu juga pasti belum terserap banyak karena saya yakin selama pandemi
ini karena PSE juga tidak pernah ada kegiatan selama pandemi maka dananya masih
banyak, dan itu harus terserap juga sih.
Hambatannya yang pertama itu data yang belum ada, lalu guyubnya itu kurang.
Kami anggota PSE itu masih sering ketemu untuk membicarakan program saja dan
yang semangat bekerja hanya sedikit sehingga kekurangan personil. Kemudian
kebijakan dari Romo Parokinya sendiri, kalau Romo Parokinya anteng aja dan PSE
nggak ada yang nyambukin ya diem-diem aja. Lalu PSE belum punya sistem yang
baik untuk menyikapi semua permasalahan. Sistem yang baik itu misal jika ingin
membantu kemudian menentukan layak atau nggak, uangnya harus dari mana terus
cara untuk mendapatkan dana itu seperti apa. Selama ini kan istilahnya tidak
terencana dan tidak ada strateginya, lebih ke grudak-gruduk tapi ya kadang ada sing
dadi, ada sing apik tapi kadang juga kalau nggak ada, seperti sekarang ya diem-diem
aja nggak ada pekerjaannya.
S : Harapan dan usulan kegiatan dari bapak agar PSE semakin mampu meningkatkan
perannya dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama
pandemi?
P : Harapannya ya PSE lebih banyak bekerja aja. Jadi ketemu terus kalau seumpama
nunggu kaling-kaling untuk bekerja dan ngasih data juga susah jadi lebih baik kita
langsung ke kalingnya dan ngejar kalingnya untuk memberi data. Usulannya ya
lebih sering ketemu aja untuk membahas tujuan atau programnya dari PSE itu apa.
Selama ini yang dibahas itu kan sumber dana. Padahal yang paling penting bukan
sumber dana itu tapi sumber daya yang lain juga. Kemudian cara berpikirnya dari
PSE itu seperti apa kalau pas ada data terus kalau data sudah ada sistemnya seperti
apa kalau ada umat yang kesulitan secara dana untuk usaha mikro. Lalu untuk
memberikan dana juga harus dibahas. Nah kalau hal seperti itu sudah, setelah itu kita
baru mikir soal pendanaan atau soal sumber dana gitu. Selama ini kan sporadis
banget gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
Wawancara 13
Nama : Agustinus Irwanto
Usia : 40 tahun
Bidang Pelayanan : Anggota Tim Kerja PSE
Waktu : Sabtu, 17 April 2021 pukul 11:27-11:51
S : Menurut pandangan bapak permasalahan ekonomi seperti apa saja yang sedang
dialami umat karena dampak pandemi?
R : Ya kalau pandemi kan tergantung umatnya mbak, maksudte pekerjaannya, kalau yang
pekerjaan petani kan nggak terlalu. Kalau pandemi mungkin yang usahanya dagang
dan lain-lain itu yang mungkin terdampak itu kan artinya tidak hanya umat kita tetapi
secara menyeluruh, yang jelas ada perbedaanya mbak antara pandemi dan nggak.
Kalau pandemi kan jelas menurun dari segi perdagangan kan jelas daya belinya
menurun, otomatis berpengaruh ke income umat, sehingga perputaran uang kan juga
berkurang,seperti itu. Jadi saya rasa yang paling banyak dampaknya ya di pendapatan,
kalau yang lain saya rasa nggak ada lah.
S : Menurut bapak, umat yang paling terdampak selama pandemi adalah umat yang
bermata percaharian atau berprofesi sebagai apa?
R : Kalau yang terdampak pandemi ya itu tadi saya katakan di bidang perdagangan
ataupun yang butuh relasi dengan orang lah mbak dan yang sangat terlihat kan di
bidang perdagangan itu seperti katering, sembako dan jasapun juga ada seperti
misalnya ada yang bidang pertukangan atau yang lain itu tapi kan tidak terlalu terlihat,
yang terlihat mungkin di perdagangan itu.
S : Apakah umat yang memiliki UMKM terutama usaha mikro juga mengalami masalah
ekonomi selama pandemi? Jika ya, apa saja permasalah ekonomi yang dialami para
pengusaha mikro?
R : Kalau yang usaha mikro ya pasti mengalami dampak dan punya masalah ekonomi
selama pandemi mbak. Karena kan usaha mikro juga butuh relasi dengan orang lain
dan karena sekarang ini ada pembatasan-pembatasan karena pandemi ini ya
pembeli,penjualan dan pendapatan juga berkurang, berbeda kalau kondisinya normal.
S : Menurut bapak apakah usaha mikro yang mengalami permasalahan ekonomi karena
dampak pandemi merupakan tugas pemerintah untuk menanganinya? Jika ya, apa
yang sudah dilakukan pemerintah untuk menangani hal tersebut?
R : Ya jelas, artinya pemerintah jelas bertanggung jawab mbak. Ini bukan cuma sebatas
lingkup umat kita tetapi lingkup negara dan pemerintahan, ya pasti harus bertanggung
jawab. Artinya bertanggung jawab ya pemerintah harus memberikan solusi.
S : Apakah permasalahan ekonomi yang dialami para pengusaha mikro juga menjadi
perhatian bagi PSE selama pandemi? Jika ya, hal atau kegiatan apa yang akan,sedang
atau sudah dilaksanakan oleh PSE untuk menanggapi permasalahan ekonomi para
pengusaha mikro?
R : Iya, jadi kita juga kemarin memang memberikan bantuan-bantuan kepada UMKM.
Sebenernya sebelum pandemi pun kita sudah punya program ke sana mbak untuk
membantu UMKM untuk pengembangan di bidang ekonominya. Selama pandemi ini
karena terbatas tidak boleh berkerumun dan lainnya, ya belum maksimal lah karena
kegiatan-kegiatan yang di jalankan PSE selama pandemi ini kan berkurang, jadi tidak
bisa kita melakukan kegiatan sebanyak yang sebelum pandemi. Jadi kemarin itu ada
pendataan dan yang jelas kita membantu di permodalan mbak. Kan di paroki kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(35)
punya data untuk UMKM juga to, itu umat wilayah mana dan lingkungan mana itu
kan mereka mengajukan bantuan pengembangan usaha, nah kita tampung di paroki
khususnya meskipun itu khususnya PSE tapi kita katakan di paroki lah. Tapi kan kita
juga meneliti dan mempertimbangkan lagi kalau memang usahanya bagus dan lancar
tetapi karena kurang dan butuh bantuan ya kita bantu itu sambil menyesuaikan
anggaran yang ada di PSE. Kalau anggaran itu kan khususnya dari APP mbak, jadi
dana itu kita kembalikan lagi ke umat, kan gitu. Kalau dari vikep ada anggaran,
misal kita ingin membantu umat, nah kita mengajukan proposal ke vikep dan
prosedurnya memang seperti itu. Tapi ya untuk pengajuan bantuannya terbatas tidak
sampai 10 juta terus dikasihkan ya tidak seperti itu, kalau dari kevikepan.
S : Menurut bapak bentuk pelayanan bagi umat yang mengalami permasalahan ekonomi
yang dilakukan PSE selama pandemi ini apakah masih berupa pelayanan secara
karitatif atau pelayanan yang memberdayakan ekonomi secara berkelanjutan?
R : Ha ini masih sebatas karitatif mbak, jadi belum ke arah pengembangan. Sebenernya
itu sudah menjadi angan-angan dari timja, kedepanya itu kita berikan modal terus kita
selalu monitoring perkembangan seperti apa, tapi kan belum terealisasi untuk yang
sampai kepada monitoring dan pengembangan itu.
S : Menurut bapak bentuk pelayanan seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan umat,
terutama yang memiliki usaha mikro selama pandemi ini?
R : Ya sebenernya kalau menurut saya itu ya kita memberikan bantuan permodalan tapi
tidak hanya sebatas itu, tidak kita tinggal tetapi kita selalu mendampingi. Jadi yang
akan kita jalankan kedepan ya harus sampai ke sana, jadi kebutuhan apa yang lebih
dibutuhkan UMKM tersebut kita berikan, tetapi kita juga selalu monitoring dan
dampingi. Misalnya usaha produksi makanan atau katering gitu ya kita dampingi
sampai ke pemasaran dan lain-lain, mungkin seperti itu. Kita tidak hanya sebatas di
permodalan tetapi juga di hal yang lain.
S : Menurut bapak apa manfaat yang dapat diperoleh dari perwujudan tugas pelayanan
PSE bagi umat yang memiliki usaha mikro baik bagi bapak, paroki atau bagi umat ?
R :Manfaatnya kalau untuk saya dan paroki terutama PSE ya kalau program kita
terealisasi artinya itu sebuah keberhasilan bagi PSE lah tapi bukan hanya itu, yang
paling pokok kan yang kita bantu. Artinya kita memberikan bantuan kepada umat dan
itu berhasil kan manfaatnya untuk umat sendiri, jadi kehidupan umat lebih sejahteran
dan meningkat. Kalau kehidupan umat menjadi sejahtera kan jelas itu juga akan
berdampak pada Gereja to mbak, kalau perekonomian,usaha dan kehidupannya baik
artinya kan akan menunjang pada kehidupan menggereja dan secara liturgisnya.
Artinya jangan sampai umat itu tidak aktif ke gereja karena kesulitan dalam
kehidupannya, ini yang kita ingin wujudkan untuk dapat bermanfaat bagi umat untuk
peningkatan ekonomi dan kehidupan sehingga nanti imbasnya juga ke Gereja dan
persekutuan kita lebih solid dan kuat lagi, gitu.
S : Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan perwujudan diakonia
PSE bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
R : faktor yang yang mendukung adanya ketua lingkungan menjadi penghubung
komunikasi PSE dengan umat. Jadi kita butuh ketua lingkungan atau wilayah yang
mendorong program PSE dengan memetakan atau mencari umatnya yang punya
UMKM terus menghubungkan ke PSE kemudian ketua lingkungan yang menyalurkan
kembali kepada umat. Jadi dua pihak ini saling mendukung sehingga programnya bisa
jalan.
Kemudian yang menghambat ya salah satunya pandemi ini, kita nggak bisa
bergerak leluasa seperti waktu keadaan masih normal dulu sebelum pandemi. Lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(36)
yang kedua juga mungkin UMKM itu kan kadang ada yang beberapa misalnya punya
usaha diberi bantuan modal kok tidak berkembang sehingga kita harus lebih selektif
untuk menentukan siapa yang akan kita beri bantuan, harapannya ya usahanya tahan
banting lah. Sebenernya faktor-faktor nggak terlalu signifikan lah tapi memang belum
terlalu terealisasi di kita PSE karena juga di timjanya kurang aktif dalam memotrek
UMKM itu, kita belum paham tentang UMKM di paroki. Kemudian dari umat juga
belum begitu familiar atau paham bahwa di paroki kita ada program yang ke arah
UMKM itu sehingga belum terhubung lah antara timja dan umat secara keseluruhan
sehingga hanya beberapa persen umat yang tahu tentang program UMKM dari PSE.
Kebanyakan umat itu tahunya ya yang bedah rumah itu, kan kita sudah sosialisasi ke
ketua lingkungan dan mungkin sosialisasi dari ketua-ketua lingkungan kurang ke
umatnya tentang program UMKM dari PSE itu.
S : Harapan dan usulan kegiatan dari bapak agar PSE semakin mampu meningkatkan
perannya dalam mewujudkan pelayanan bagi umat yang memiliki usaha mikro selama
pandemi?
R : Harapan dan usulan saya sebagai timja ya sebenernya yang harus banyak gerak dan
aktif ya dari timjanya mbak. Tapi kan kita juga butuh feedback dari ketua lingkungan
itu. Harapannya juga kami bisa meningkatkan kinerja kami di tim PSE itu karena ini
kan pelayanan mbak, kita tidak bisa menyalahkan umat tetapi juga harus
merefleksikan diri kita sebagai timja PSE untuk melihat lagi kenapa program UMKM
yang kami buat tidak berjalan, mungkin karena faktor dari kami tim PSEnya sendiri
atau bagaimana karena kebanyakan dari kemarin yang terealisasi hanya bedah rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(37)
Wawancara 14
Nama : D. Agung Setyanto
Umur : 39 tahun
Bidang Pelayanan : Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan
Waktu : Senin, 19 April 2021 pukul 16:45-17:10
S : Menurut pandangan bapak permasalahan ekonomi seperti apa saja yang sedang
dialami umat karena dampak pandemi?
P : Kalau ekonomi itu yang paling terdampak terutama selama pandemi itu masyarakat
yang menengah ke bawah.
S : Menurut bapak, umat yang paling terdampak selama pandemi adalah umat yang
bermata percaharian atau berprofesi sebagai apa?
P : Yang paling kita perhatikan itu mengenai UMKM mbak karena UMKM yang
usaha-usaha kecil itu sangat terdampak sekali dengan pandemi ini.
S : Apakah umat yang memiliki UMKM terutama usaha mikro juga mengalami masalah
ekonomi selama pandemi? Jika ya, apa saja permasalah ekonomi yang dialami para
pengusaha mikro?
P : Iya, permasalahan ekonomi yang dialami paling kebanyakan dari mereka itu
dana-dana yang sudah ada dulu atau modal itu mereka kehabisan modal itu karena
untuk kehidupan sehari-hari sehingga mereka kebingungan, lah untuk memulai lagi
mereka dari nol kadang bukan dari nol tapi dari minus.
S : Menurut bapak apakah usaha mikro yang mengalami permasalahan ekonomi karena
dampak pandemi merupakan tugas pemerintah untuk menanganinya? Jika ya, apa
yang sudah dilakukan pemerintah untuk menangani hal tersebut?
P : Kalau beberapa orang yang dari umat itu banyak juga yang sudah terbantu dari
pemerintah, ada yang mendapat sembako terus ada yang mendapat BLT sejumlah
Rp.600.000,00 kalikan tiga atau berapa itu terus ada bantuan listrik sejumlah Rp.
450.000,00 tidak membayar, itu juga lumayan sih membantu. Itu kan untuk umum
mbak, berhubungan dengan umat kita, kami juga tidak menanyakan apakah itu dia
sudah mendapatkan dari pemerintah atau belum intinya dari gereja kalau kita pandang
dia membutuhkan ya kita bantu, gitu.
S : Apakah permasalahan ekonomi yang dialami para pengusaha mikro juga menjadi
perhatian bagi PSE selama pandemi? Jika ya, hal atau kegiatan apa yang akan,sedang
atau sudah dilaksanakan oleh PSE untuk menanggapi permasalahan ekonomi para
pengusaha mikro?
P : Selama ini kita dibantu litbang baru mengadakan pendataan UMKM yang ada di
paroki. Kemarin juga kita membantu umat itu ada 2 orang. Yang pertama usaha bibit
pisang itu orang Kaloran namanya Pak Pur terus yang kedua itu bibit anggrek
namanya Mbak Rina orang Jampiroso. Dua orang umat itu kita bantu untuk
mengajukan ke keuskupan itu bisa turun mbak, jadi satu orang itu sekitar 3 juta. Kita
memberikan baru dua orang itu mungkin tahun ini kita akan membuat proposal lagi
untuk ke keuskupan tapi karena keuskupan ditutup maka kita ke kevipekan. Jadi kalau
dana itu kita siapkan satu tahun itu sekitar 30 juta minimal kita membantu sekitar 10
sampai 12 orang. Misalnya kita anggarkan sekitar 3 juta, lalu per orang mendapat
maksimal 3 jt. Misalnya orang itu jualan cilok dan butuhnya 500 ribu nah kita
kasihkan 500 ribu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(38)
S : Menurut bapak bentuk pelayanan bagi umat yang mengalami permasalahan ekonomi
yang dilakukan PSE selama pandemi ini apakah masih berupa pelayanan secara
karitatif atau pelayanan yang memberdayakan ekonomi secara berkelanjutan?
P : Masih karitatif karena dalam bentuk BLT. Sebenarnya kemarin kami berembuk itu
jangan BLT jadi kita akan melihat dan langsung mendata umat yang benar-benar
membutuhkan karena dulu kan kita serahkan ke kaling ya. Tapi kalau ini benar-benar
melihat mana yang terdampak dan sekarang sudah mulai normal jadi bantuan dalam
bentuk BLT itu sudah tidak sesuai lagi karena umat pasti sudah tidak membutuhkan
segitu lagi. Pemerintah juga keliatannya sudah membuka peluang seperti itu makanya
kita dari PSE harus bisa bener-bener menyeleksi dan memfasilitasi itu.
S : Menurut bapak bentuk pelayanan seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan umat,
terutama yang memiliki usaha mikro selama pandemi ini?
P : Kalau menurut saya, pelayanan yang dilakukan dengan membangun mental umat
terlebih dahulu karena mental itu sangat utama. Mental dikatakan utama karena
bagaimanapun dampak pandemi itu bukan dirasakan oleh umat di sekitar
Temanggung saja tapi di seluruh dunia. Lalu yang kedua mereka harus siap finansial
misalnya dia harus memulai usahanya itu. Kemarin juga katanya ada bantuan dari
dinas koperasi itu sekitar 1 juta berapa itu tapi tidak harus punya pinjaman di tempat
lain nah mungkin itu umat Katolik juga harus tau, biar modal yang dulu sudah habis
kalau bisa untuk memulai usaha lagi itu bisa dengan pinjaman itu. Tapi kalau
usahanya nggak pas dia bisa banting stir misal dulu dia jual pakaian sekarang jadi jual
makanan jadi usaha itu tidak harus apa yang dia geluti, banting stir juga bisa.
S : Menurut bapak apa manfaat yang dapat diperoleh dari perwujudan tugas
pelayananPSE bagi umat yang memiliki usaha mikro baik bagi bapak, paroki atau
bagi umat ?
P : Kalau misalnya terealisasi ya kami dari PSE ya merasa seneng, bisa meringankan
beban-beban mereka dan bisa membantu umat itu untuk meningkatkan taraf hidup lah
untuk mereka karena ya kalau bisa membantu ya seneng saja mbak apalagi bisa lebih,
bisa meningkat dan menjadi percontohan bagi umat yang lain dan itu jadi merasa
bangga lah ternyata umat di paroki kita itu bisa kita bantu dan merasa seneng. PSE
pun juga merasa kanggo sih dan dana danpamis itu benar-benar digunakan oleh
orang-orang yang membutuhkan tidak hanya kita simpan. Kalau untuk umat ya
mereka seneng saja sih mbak terus usaha yang dijalankan akan terus meningkat,
kesejahteraan meningkat, iman juga akan meningkat seperti kata Romo itu sing
penting saiki itu kan uripe kepenak, imane yo kepenak tapi kalau ekonomine mumet
la imane yo mesti mumet.
S : Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan perwujudan diakonia
PSE bagi umat yang memiliki usaha mikro selama pandemi?
P : Kalau yang mendukung itu tinggal umat itu mau atau tidak mengajukan ke gereja
padahal dua tahun yang lalu kita sudah mengumumkan ke lingkungan-lingkungan
bahwa program itu sudah kita berikan ke kaling, di pedoman juga sudah ada monggo
itu digunakan, nah beberapa kaling tidak mendistribusikan ke umat yang lain jadi
stuck di kaling. Kadang umatnya sendiri yang hanya mementingkan diri sendiri jadi
kadang kalingnya yang minta bantuan pribadi kalingnya sendiri, mungkin kalingnya
membutuhkan tapi yang paling kita perhatikan kan umat jadi itu yang menjadikan kita
kesulitan untuk mengkategorikan umat mana yang layak diberi bantuan.
S : Harapan dan usulan kegiatan dari bapak agar PSE semakin mampu meningkatkan
perannya dalam mewujudkan diakonia bagi umat yang memiliki usaha mikro selama
pandemi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(39)
P : Harapannya itu mau, mau dan mau kerja melayani umat, itu saja harapan saya untuk
PSE. Karena kembali lagi kita di sini adalah pelayanan tidak dibayar karena tidak
memiliki hati untuk melayani itu tidak bisa yang penting itu mau dan mau bekerja.
Kalau mampu itu belakangan karena mau itu bisa, mau belajar dan mau semuanya itu
bisa. Harapan lainnya itu semoga bisa solid, tim PSE di paroki Temanggung.
Kegiatan banyak sih mbak, saya mengusulkan adanya pendampingan UMKM dari
PSE dibantu gereja. Jadi ada dana dari PSE terus kita pendampingan dengan tiap
tahun ada perwakilan 5-10 orang itu yang dari paroki mungkin dari kevikepan 2
orang. Terus kita bantu dan kita dampingi selama sebulan sekali. Kalau terealisasi
itu bagus karena saya memberikan program kerja itu karena saya pernah mengalami
di Paroki Bongsari dan kalau di sini bisa terealisasi sangat bagus. Dalam kegiatan itu
kita juga mendatangkan narasumber untuk menumbuhkan jiwa berwirausaha dan
motivasi untuk usaha itu. Mungkin kalau yang di Temanggung ada yang berkenan
tahun depan itu bisa dicoba dan sangat bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI