Upload
nandy-hermawan
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
1/14
1
TUGAS BACA JURNAL
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 Januari 2014
Penyaji : Nandy Hermawan
Pembimbing : dr. Fitriyanti, Sp.KK
Peranan Diet pada Akne : Sebuah Penelitian Deskriptif
Nadia F. Saleh, Shahira A. Rahman, Ola M. Abu Zeid, Ruba A. Sabra,
dan Shaimaa B. Abd El Aziz
Latar Belakang
Banyak bukti yang tersedia saat ini menunjukkan bagaimana makanan tertentu
dan bahan dari makanan secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi proliferasi keratinosit folikuler, diferensiasi, inflamasi, dan
keseimbangan hormon steroid, serta menyebabkan perkembangan akne. Berbagai
jenis makanan telah di umumkan memiliki hubungan dengan terjadinya akne,termasuk susu dan produk olahannya, cokelat, dan sebagainya.
Tujuan
Untuk menilai hubungan asupan makanan pada pasien akne dengan berat-
ringannya akne
Pasien dan Metode Penelitian
Sebuah lembar frekuensi makanan yang berisi 32 jenis makanan dibagikan kepada
100 pasien akne. Para pasien ditanya jenis makanan apa yang dikonsumsi danseberapa sering mereka mengkonsumsi serta ukuran porsi spesifik makanan ini
secara rata-rata. Ukuran porsi yang biasa digunakan untuk setiap makanan telah
ditentukan. Korelasi antara asupan makanan terbanyak dari jenis makanan
tersebut dikaitkan dengan derajat jerawat yang terbentuk.
Hasil
Terdapat korelasi positif yang signifikan secara statistik antara frekuensi konsumsi
kacang, cokelat, permen, dan teh merah dengan lesi akne yang berat dan telah
dibuktikan. Terdapat korelasi negatif yang signifikan secara statistik antara
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
2/14
2
frekuensi konsumsi sayuran segar dengan beratnya akne yang terdeteksi pada
pasien kami.
Kesimpulan
Beberapa makanan mungkin dapat mengakibatkan munculnya akne pada pasien
akne. Konsumsi kacang, permen cokelat, dan teh merah mungkin memiliki
hubungan dengan bentuk akne yang berat, sebaliknya, konsumsi sayuran segar
memiliki hubungan dengan bentuk akne yang lebih ringan.
Kata Kunci
Akne, diet, profil lipid.
Pendahuluan
Acne merupakan sebuah penyakit pada unit pilosebasea kulit, dan penyakit
tersebut dinilai sebagai penyakit yang paling banyak mengenai segala usia dan
kelompok etnis [1]. Selama 30-40 tahun yang lalu, muncul sebuah konsensus
umum diantara komunitas dermatologist bahwa diet tidak memiliki peran dalam
etiologi akne [2]. Namun, laporan terbaru menginvestigasi pengaruh diet pada
akne yang hasilnya masih diperdebatkan, dengan beberapa indikasi bahwa diettinggi karbohidrat dan lemak memperberat akne [3], dan publikasi lain
menyebutkan bahwa beberapa jenis makanan memiliki hubungan dengan akne,
termasuk susu dan produk olahan susu lainnya, cokelat, sereal, roti, kacang, telur,
dan daging babi [4]. Walaupun hasil dari serangkaian kasus secara tidak konsisten
mendorong beberapa faktor diet, namun konsensus terkini diantara dermatologist
menyarankan bahwa pasien akne menghindari makanan yang mereka percaya
mempengaruhi atau memperberat kondisi akne [2].
Sebuah bukti besar yang tersedia saat ini menunjukkan bagaimana beberapa
makanan dan bahan makanan secara langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi proliferasi keratinosit folikuler dan diferensiasi, inflamasi, serta
keseimbangan hormon steroid, dan mengakibatkan sintesis sebum. Disregulasi
dari ketiga mekanisme fisiologis dasar secara terus menerus disertai keterlibatan
propionibacterium acnesdiketahui berperan sebagai penyebab akne [5].
Makanan dengan indeks glikemik/beban glikemik (GL) yang tinggi cenderung
meningkatkan level glukosa darah, kemudian menyebabkan hiperinsulinemia,
dimana perubahan respon endokrin yang terjadi mendorong tidak berjalannya
regulasi perkembangan jaringan dan memicu sintesis androgen, dimana akhirnya
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
3/14
3
berdampak pada perkembangan akne termasuk mediator seperti andogen, insulin
like growth factor-1 (IGF-1), insulin like growth factor binding protein-3, dan
jaras jaringan retinoid [4]. IGF-1 terdapat dalam kebanyakan susu [6], meminum
susu juga menstimulasi produksi IGF-1 endogen [7]. Perkembangan
hiperinsulinemia dan resistensi insulin mempengaruhi timbulnya kelaianan pada
konsentrasi serum asam lemak bebas nonesterifikasi [8], menyebabkan ekspresi
yang berlebihan pada reseptor faktor pertumbuhan epidermal [9], dimana jika
keratinosit distimulasi, akan terjadi peningkatan proliferasi keratinosit dan
penurunan apoptosis keratinosit, yang kemudian berkontribusi pada pathogenesis
akne [10].
Susu juga berisi progesteron yang berasal dari plasenta dan prekusor
dihydrotestosterone (DHT) lain, termasuk 5-pregnanedione dan 5-
androstanedione. Senyawa tersebut hanya beberapa langkah enzimatik yang jauh
dari DHT (yang diterima sebagai aknegen utama), dan enzim-enzim yang
dibutuhkan untuk memperentarai perubahan yang terlihat pada unit pilosebaseus
manusia [11]. Kemudian, beberapa senyawa tersebut telah melalui reduksi-5 .
pada glandula mamae sapi yang lebih lanjut tidak memerlukan reduksi-5 [12].
Peningkatan reduksi testosteron mungkin merupakan hasil dari asupan makanan
melaui sebuah reaktivasi yang jarang dari pada mekanisme absorbtif. Peningkatan
glukosa darah berikut peningkatan insulin dan IGF-1 mengakibatkan peningkatan
testosterone darah dan menurunkan kadar binding globulin hormone seks,hasilnya terlihat pada unit pilosebaseus dengan testosterone yang lebih banyak
[13].
Hubungan antara konsumsi susu dengan akne lebih kuat pada susu skim.
Spekulasi ini terjadi karena proses pembuatan susu skim mungkin relatif
mengubah bioavalabilitas dari molekul bioaktif atau interaksinya dengan binding
protein. Lebih lanjut, beberapa susu berisi lebih banyak estrogen dari pada susu
skim, dan estrogen cendrung mengurangi akne. Hal ini memungkinkan perubahan
keseimbangan komponen hormonal pada susu skim dapat menyebabkan lebih
banyak pembentukan komedo [14]. Iodine yang terdapat pada susu juga berperan
pada perkembangan akne. Seperti yang telah dipublikasikan bahwa asupan iodine
dapat menyebabkan eksaserbasi akne [15], dan beberapa penelitian
memperlihatkan tingkat iodine yang signifikan pada susu di Negara-negara yang
berbeda termasuk Amerika Serikat, Inggris, Denmark, Norwegia dan Italia [16].
Diet juga diketahui sebagai modulator respon imflamasi sistemik. Satu dari faktor
diet yang paling penting dalam mempengaruhi inflamasi adalah asupan omega-6
relatif (-6) dan omega-3 (-3) asam lemak tidak jenuh [17]. Penelitian
epidemiologi menunjukan bahwa komunitas yang mengkonsumsi diet tinggi asam
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
4/14
4
lemak -3 seperti ikan dan makanan laut, memiliki rata-rata kejadian akne yang
rendah [18]. Asupan asam lemak -3 telah sering digunakan untuk menekan
interleukin 1 (IL-1) [19], IL-1, TNF-, IL-6, dan IL-8 pada monosit darah
perifer [20]. Penekanan pada IL-1 dengan diet -3 asam lemak tidak jenuh
secara positif dapat mempengaruhi diferensiasi korneosit dengan cara mencegah
atau menekan hiperkornifikasi dan membersihkannya selama pembentukan
mikrokomedogenesis. Selanjutnya, diet asam lemak -3 juga diketahui dapat
menghambat sintesis prostaglandin eikosanoid E2proinflamasi dan leukotrien B4
[21].
PASIEN DAN METODE PENELITIAN
100 pasien dengan akne vulgaris yang terdaftar sebagai pasien rawat jalan pada
Klinik Dermatologi di Rumah Sakit Universitas Kairo diikutsertakankan dalam
penelitian ini. Penelitian berlangsung selama 6 bulan dari bulan Februari 2009
hingga berakhir pada bulan Juli 2009. Penelitian termasuk:
1. Perkembangan dari kuisioner oleh ahli diet, yang mana mencakupbeberapa area:
a) Wawancara personal dan informasi sosialb) Informasi medis termasuk menstruasi yang tidak teratur,
hirsutisme, onset dan lamanya akne, obat yang dikonsumsi, dan
riwayat akne dalam keluarga
c) Kebiasaan diet utama, termasuk pertanyaan untuk medeteksimakan utama, makanan yang teratur di konsumsi dan yang tidak
teratur dikonsumsi, makanan antara menu utama, makan dirumah
atau tidak dan metode memasak makanan yang paling sering
digunakan.
d) Lembran frekuensi makanan berisi 32 jenis makanan dibagikankepada seluruh pasien. Partisipan ditanyakan apakah jenismakanan yang dikonsumsi dan berapa sering mereka
menkonsumsi dengan ukuran porsi yang telah ditentukan tiap rata-
rata makanan tersebut. Ukuran porsi yang paling sering digunakan
spesifik untuk tiap makanan (contoh: potongan, irisan, sendok
disert, sesendok penuh, segelas air) [22].
Untuk mengukur berapa sering perhari, minggu, dan bulan, kami secara
umum menggunakan konsumsi untuk setiap jenis, kami menggunakan
istilah sering (1-4 kali perhari), sedang (2-4 kali perminggu), sedikit (
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
5/14
5
sekali seminggu,1-3 kali perbulan) dan tidak menkonsumsi (
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
6/14
6
Empat puluh empat persen partisipan didiagnosis terkena akne sedang, sedangkan
akne berat dilaporkan sebanyak 17% pasien, dan akne ringan pada 29% pasien.
Data klinis yang diteliti pada pasien akne terlihat pada tabel 2.
Lesi akne yang berat cenderung terjadi pada durasi yang lebih lama (P=0,006),
tetapi tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara derajat akne pada
pasien yang diteliti dengan jenis kelamin (P=0,130), tempat tinggal (P=0,895),
status pernikahan (P=0,923), rata-rata umur (P=0,999), atau berat badan (P=0,244)
yang ditemukan.
Pasien wanita dengan hirsutisme menunjukkan derajat akne yang lebih berat
dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita hirsutisme (P=0,006)
(gambar.1), tetapi tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antaraderajat akne pada pasien yang diteliti dengan adanya menstruasi tidak teratur yang
terdeteksi (P=0,825).
Kebiasaan Makan
Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik yang ditemukan antara berat
ringannya akne dengan kebiasaan konsumsi makanan pada pasien yang diteliti
termasuk apakah pasien makan 3x sehari atau tidak (P=0,454), makan diantarawaktu makan (P=0,394), lebih memilih masakan rebus (P=213), makan goreng
(P=0,898), makan panggang (P=0,312), makan pedas (P=0,743), atau makanan
asin (P=0,454)
Profil Lipid
Hanya 87 pasien dari 100 pasien pada penelitian ini yang menyelesaikan
pemeriksaan profil lipidnya. Hasilnya terlihat pada tabel 3. Tidak ada hubungan
yang signifikan secara statistik yang ditemukan, dalam hal ini rata-rata kadar lipid
serum dengan berat ringannya akne, termasuk kolesterol serum (P=0,781),
trigliserida (P=0,630), HDL (P=0,432) atau LDL (0,103).
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
7/14
7
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
8/14
8
Hubungan Antara Derajat Akne Dengan Jenis Makanan Yang Dikonsumsi
Susu dan produk olahannya
Tidak ada hubungan signifikan yang terdeteksi antara berat ringannya lesi akne
pada pasien yang diteliti dengan konsumsi susu dan produk olahannya ketika
menghitung mereka secara bersama-sama sebagai satu jenis atau ketika kami
meneliti tiap produk olahan susu, apakah susu full cream, susu skim, susu bubuk;
susu full cream putih, keju skim putih, jenis keju lain, yoghurt, es krim, atau krim.
Lemak dan minyak
Tidak ada hubungan signifikan yang terdeteksi antara berat ringannya lesi akne
pada pasien yang diteliti dengan lemak dan minyak yang mereka konsumsi.
Buah-buahan dan sayur-sayuran
Terdapat korelasi negatif secara signifikan antara frekuensi mengkonsumsi
sayuran segar dengan berat ringannya lesi akne yang terdeteksi. (r= -0,219, P=
0,028) (gambar.2)
Kacang-kacangan
Terdapat korelasi positif secara signifikan antara frekuensi konsumsi kacang
dengan berat ringannya lesi akne yang terdeteksi (r= 0,265, P= 0,008) (gambar.3)
Permen cokelat
Terdapat korelasi positif secara signifikan antara frekuensi konsumsi permen
cokelat dengan berat ringannya lesi akne yang terdeteksi (r= 0,236, P= 0,018)
(gambar.4)
Asinan/acar
Tidak ada korelasi antara frekuensi konsumsi asinan dengan berat ringannya akneyang ditemukan.
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
9/14
9
DISKUSI
Diet secara langsung kemungkinan besar berdampak sebagai faktor lingkungan
utama dalam perkembangan akne. Konfirmasi hipotesis diet-akne memerlukan
banyaknya intervensi diet yang terkontrol dengan baik serta meneliti beberapa
faktor nutrisi [13]. Analisis dari kuisioner frekuensi makanan pada penelitian ini
menghubungkan makanan tertentu dengan timbulnya akne pada beberapa pasien
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
10/14
10
akne. Peningkatan konsumsi kacang, permen cokelat, dan teh merah berhubungan
dengan berat ringannya akne yang terbentuk, sedangkan konsumsi sayuran segar
sepertinya berhubungan dengan bentuk akne yang lebih ringan.
Konsumsi permen cokelat berhubungan dengan derajat akne yang lebih berat pada
penelitian kami. Meskipun konsumsi cokelat telah lama dituding sebagai faktor
penyebab penting dalam eksaserbasi akne, semua penelitian yang dilakukan oleh
Fulton dkk [23], Cordain [13], Adebamowo dkk [24], Adebamowo dkk [25],
menunjukkan tidak ada hubungan antara akne dengan konsumsi cokelat batangan.
Namun, permen cokelat yang mungkin berisi bahan lain yang dimasukkan
kedalam biji cokelat padat seperti biji cokelat, mentega, gula (biasanya sukrosa),
susu padat tanpa lemak, lemak susu, emulsifikasi (biasanya lechitin), dan pemberi
aroma (biasanya vanilla). Oleh karena itu, beberapa bahan tambahan pada permen
cokelat, baik secara terpisah atau pada kombinasi antara satu dengan lainnya tidak
dapat dikesampingkan pada etiologi akne [13].
Korelasi positif antara frekuensi konsumsi kacang-kacangan dengan berat
ringannya lesi akne pada pasien kami dapat dikaitkan satu sama lain dengan
kandungan garam atau nilai kalori yang tinggi pada kacang. Namun, temuan
tersebut berbeda dengan apa yang ditemukan oleh Anderson [26], yang melihat
pasien akne yang melaporkan bahwa kacang meyebabkan eksaserbasi akne
mereka, terlihat tidak ada perbedaan pada berat ringannya akne ketika merekadiberi makanan kacang dalam 1 minggu.
Kami menguji konsumsi garam, diwakili oleh asinan, untuk mendemonstrasikan
peranannya sebagai salah satu jenis makanan penting dalam pathogenesis akne,
dan ditemukan tidak ada korelasi antara frekuensi mengkonsumsi asinan dengan
berat ringannya akne pada pasien kami.
Kafein yang terdapat pada teh dapat dijadikan sebagai alasan dibalik asosiasi
positif antara konsumsi teh pada pasien kami dengan berat ringannya akne yang
terbentuk. Namun, tidak ada korelasi signifikan yang ditemukan sehubungandengan jenis minuman lain yang mengandung kafein, seperti kopi instan dan kopi
Turki dengan berat ringannya akne pada penelitian kami. Namun perlu dicatat
bahwa minuman tersebut hanya dikonsumsi oleh sekelompok kecil pasien.
Walaupun saat ini susu dianggap sebagai makanan yang paling terlibat dalam
eksaserbasi pada lesi akne, kami tidak menemukan hubungan yang signifikan
antara berat ringannnya lesi akne pada pasien ketika kami menghitungnya secara
bersama-sama sebagai satu jenis atau ketika kami meneliti tiap jenis susu dan
produk olahan susu secara tersendiri. Temuan tersebut berbeda dengan temuan
Robinson [3], Adebamowo dkk [24], dan Adebamowo dkk [25], yang
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
11/14
11
mengumumkan adanya asosiasi positif antara konsumsi susu, khususnya susu
skim dengan berat ringannya akne. Perbedaan antara temuan kami dengan temuan
pada penelitian lainnya dapat disebabkan oleh fakta bahwa susu tidak rutin
dikonsumsi oleh pasien kami seperti 42% pasien yang jarang atau tidak
mengkonsumsi susu full cream sama sekali, serta susu skim dan keju skim tidak
umum di konsumsi di Mesir (hanya 7% pasien kami yang mengkonsumsi susu
skim, dan hanya 5% yang mengkonsumsi keju skim).
Hubungan antara konsumsi sayuran segar dengan akne, seperti yang diketahui
belum pernah di teliti sebelumnya pada literatur. Korelasi negatif yang signifikan
antara frekuensi konsumsi sayuran segar pada pasien kami dengan berat ringannya
akne terlihat dengan banyaknya konsumsi sayuran segar mengurangi beratnya lesi
akne. Oleh karena itu, terlihat bahwa sayuran segar mungkin memiliki peranan
protektif dalam melawan timbulnya akne. Hal ini mungkin berkaitan dengan
adanya antioksidan pada sayuran segar atau rendahnya nilai kalori pada sayuran,
namun disisi lain, tidak ada hubungan signifikan yang ditemukan antara frekuensi
konsumsi sayuran atau buah segar yang dimasak dengan berat ringannya akne.
Makanan dengan beban gukosa (GL) yang tinggi diketahui meningkatkan kadar
glukosa darah yang kemudian diikuti hiperinsulinemia, yang mana mempengaruhi
respon endokrin dengan memicu tidak berjalannya regulasi pertumbuhan jaringan
dan meningkatkan sintesis androgen, yang akhirnya berdampak padaperkembangan akne [4]. Namun, kami tidak menemukan korelasi antara berat
ringannya akne pada pasien kami dengan frekuensi mengkonsumsi jenis
karbohidrat yang berbeda-beda seperti sereal, kacang, pemanis dan gula.
Penelitian ini sesuai dengan temuan oleh Kaymak dkk [27], namun berbeda
dengan temuan Smith dkk [28], yang menemukan bahwa penghitungan total dan
jumlah akne yang meradang berkurang setelah mengkonsumsi percobaan diet
rendah beban glukoasa (GL), dibandingkan dengan percobaan pada diet
konvensional dengan beban glikemik yang tinggi. Lebih lanjut profil hormonal
menjadi meningkat pada kelompok diet dengan beban glukosa (GL) yang rendah,
seperti yang telah diukur, terjadi penurunan yang signifikan pada
dehydroepiendresterone sulfat dan indeks androgen bebas.
Pada penghitungan bersama pada pasien dengan resistensi insulin dan obesitas,
diharapkan angka kejadian akne mungkin lebih sering pada individu dengan
obesitas. Namun, tidak ada hubungan signifikan yang ditemukan dalam hal ini
rata-rata berat badan pada pasien kami dengan derajat akne meraka (P= 0,244),
dan hal ini sesuai dengan penelitian Kaymak dkk [27] dan Adebamawo dkk [24],
dan Adebamowo dkk [25], yang melaporkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara derajat akne pada pasien dengan menggunakan BMI sebagai pengukur
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
12/14
12
deposit lemak tubuh. Lebih lanjut, tidak ada hubungan yang signifikan antara
normal atau tidaknya profil lipid pada pasien dengan berat ringannya akne
menunjukkan bahwa kadar lipid serum tidak berhubungan dengan perkembangan
lesi akne.
Lebih lanjut, perbedaan kebiasaan makan yang di praktekkan pada pasien kami
seperti makan pada jam makan atau melewati jam makan, makan sebelum jam
makan, dan metode yang paling sering digunakan untuk memasak makan, apakah
direbus, digoreng, dibakar, pedas, maupun asin tidak berhubungan dengan derajat
akne mereka. Hal ini berbanding terbalik dengan anggapan bahwa makanan yang
digoreng dengan bahan yang tinggi lemak dan makanan yang asin menyebabkan
eksaserbasi lesi akne [2].
Untuk mendukung hubungan antara ketidakseimbangan hormonal dengan
perkembangan akne, pasien wanita pada penelitian kami yang mengeluh
menderita hirsutisme memiliki bentuk akne yang lebih berat dibandingkan dengan
mereka yang tidak menderita hirsutisme. DHT telah terbukti memperantarai
penyakit kulit yang bergantung pada androgen seperti akne, hirsutisme, dan
alopesia androgenetik [29].
KESIMPULAN
Pada kesimpulan kita dapat memperkirakan bahwa beberapa makanan dapat
berdampak timbulnya akne pada pasien akne tertentu, beberapa makanan, jika
dihilangkan dari diet pada pasien tersebut, dapat mempengaruhi hasil akhir pada
penatalaksanaan akne.
Pada penelitian ini kami mendemostrasikan bahwa peningkatan konsumsi kacang,
permen cokelat, dan teh memiliki hubungan dengan bentuk akne yang lebih berat,
sedangkan konsumsi sayuran segar terlihat memiliki hubungan dengan bentuk
akne yang lebih ringan.
Tidak ada konflik kepentingan dalam publikasi penelitian ini
REFERENSI
1. Zouboulis ChC, Fimmel S, Ortmann J, Turnbull JR, Boschnakow A. Sebaceousglands. In: Hoath SB, Maibach HI, editors. Neonatal skin: structure and function.
2nd ed. New York: Marcel Dekker; 2003. p. 59.
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
13/14
13
2. Thiboutot DM, Strauss JS. Diet and acne revisited. Arch Dermatol 2002;138:15911592.
3. Robinson HM. The acne problem. South Med J 1949; 42:1050.4. Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton SB, Brand Miller J. Acne
vulgaris: a disease of Western civilization. Arch Dermatol 2002; 138:15841590.
5. Burkhart CN, Gottwald L. Assessment of etiologic agents in acne pathogenesis.SKINmed 2003; 2:222228.
6. Zhao X, McBride BW, Trouten Radford LM, Golfman L, Burton JH.Somatotropin and insulin-like growth factor-I concentrations in plasma andmilk
after daily or sustained-release exogenous somatotropin administrations. Domest
Anim Endocrinol 1994; 11:209216.
7. Adebamowo CA, Spiegelman D, Berkey CS, Danby FW, Rockett HH, ColditzGA, et al. Milk consumption and acne in adolescent girls. Dermatol Online J2006; 12:1.
8. Boden G, Shulman GI. Free fatty acids in obesity and type 2 diabetes: definingtheir role in the development of insulin resistance and beta-cell dysfunction. Eur J
Clin Invest 2002; 32:1423.
9. Vacaresse N, Lajoie Mazenc I, Auge N, Suc I, Frisach MF, Salvayre R, et al.Activation of epithelial growth factor receptor pathway by unsaturated fatty
acids. Circ Res 1999; 85:892899.
10.Seiwert TY, Cohen E. The emerging role of EGFR and VEGF inhibition in thetreatment of head and neck squamous cell carcinoma. Angiogenesis Oncol 2005;
1:710.
11.Chen W, Thiboutot D, Zouboulis CC. Cutaneous androgen metabolism: basicresearch and clinical perspectives. J Invest Dermatol 2002; 119:9921007.
12.Leyden J, Bergfeld W, Drake L, Dunlap F, Goldman MP, Gottlieb AB, et al. Asystemic type I 5 alpha-reductase inhibitor is ineffective in the treatment of acne
vulgaris. J Am Acad Dermatol 2004; 50:443447.
13.Cordain L. Implications for the role of diet in acne. Semin Cutan Med Surg 2005;24:8491.
14.Wolford ST, Argoudelis CJ. Measurement of estrogens in cows milk, humanmilk and dairy products. J Dairy Sci 1979; 62:14581463.
15.Hitch JM. Acneform eruptions induced by drugs and chemicals. JAMA 1967;200:879880.
16.Girelli ME, Coin P, Mian C, Nacamulli D, Zambonin L, Piccolo M, et al. Milkrepresents an important source of iodine in schoolchildren of the Veneto region
(Italy). J Endocrinol Invest 2004; 27:709713.
17.Simopoulos AP. Omega-3 fatty acids in inflammation and autoimmune diseases.J Am Coll Nutr 2002; 21:495505.
18.Logan AC. Omega-3 fatty acids and acne. Arch Dermatol 2003; 139: 941942.19.Mayer K, Meyer S, Reinholz Muhly M, Maus U, Merfels M, Lohmeyer J, et al.
Short-time infusion of fish oil-based lipid emulsions, approved for parenteral
nutrition, reduces monocyte proinflammatory cytokine generation and adhesive
interaction with endothelium in humans. J Immunol 2003; 171:48374843.
7/22/2019 Peranan Diet Pada Akne
14/14
14
20.Trebble T, Arden NK, Stroud MA, Wootton SA, Burdge GC, Miles EA, et al.Inhibition of tumour necrosis factor-alpha and interleukin 6 production by
mononuclear cells following dietary fish-oil supplementation in healthy men andresponse to antioxidant co-supplementation. Br J Nutr 2003; 90:405412.
21.James MJ, Gibson RA, Cleland LG. Dietary polyunsaturated fatty acids andinflammatory mediator production. Am J Clin Nutr 2000; 71:343S348S.
22.Pennington JAT. Food values of portions commonly used. 18th ed. Philadelphia:Lippincott; 2004.
23.Fulton JE, Plewig G, Kligman AM. Effect of chocolate on acne vulgaris. JAMA1969; 210:2071.
24.Adebamowo CA, Spiegelman D, Danby FW, Frazier AL, Willett WC, HolmesMD. High school dietary dairy intake and teenage acne. J Am Acad Dermatol
2005; 52:207214.25.Adebamowo CA, Spiegelman D, Berkey CS, Danby FW, Rockett HH, Colditz
GA, et al. Milk consumption and acne in teenaged boys. J Am Acad Dermatol
2008; 58:787793.
26.Anderson PC. Foods as the cause of acne. Am Fam Physician 1971; 3:102103.27.Kaymak Y, Adisen E, Ilter N, Bideci A, Gurler D, Celik B. Dietary glycemic
index and glucose, insulin, insulin-like growth factor-I, insulin-like growth factor
binding protein 3, and leptin levels in patients with acne. J Am Acad Dermatol
2007; 57:819823.
28.Smith RN, Mann NJ, Braue A, Ma kela inen H, Varigos GA. A low-glycemicload diet improves symptoms in acne vulgaris patients: a randomized
controlled trial. Am J Clin Nutr 2007; 86:107115.
29.Thiboutot DM, Knaggs H, Gilliland K, Hagari S. Activity of type 1 5alphareductase is greater in the follicular infrainfundibulum compared with the
epidermis. Br J Dermatol 1997; 136:166171.