Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ISSN: 1978-1520
Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri
186
Peranan Serangga Pengunjung pada Tanaman Salak Pondoh (Salacca zalacca)
Navi Wahyuni Widyayanti1, Tutut Indah Sulistiyowati
2
1Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Nusantara PGRI Kediri
2Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Nusantara PGRI Kediri
Jl. K.H Achmad Dahlan No.76 Kediri
email: [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan studi pendahuluan mengenai peran serangga pengunjung pada tanaman salak.
Tanaman Salak Pondoh (Salacca zalacca) merupakan tanaman diesis dimana bunga jantan dan
betina terdapat pada tanaman yang berbeda. Serbuk sari tanaman salak pondoh bersifat
lengket dan bunga mulai beraroma wangi pada pukul 14.30 WIB. Aroma bunga dapat menarik
kunjungan beraneka serangga. Serangga mengunjungi tanaman salak demi memperoleh
makanan, habitat, ataupun tempat persembunyian. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keanekaragaman jenis serangga pengunjung tanaman salak dan peranannya.
Pengamatan dilakukan selama 570 menit di kebun milik warga di Desa Wonoasri. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode VES (Visual Encounter
Survey). Dari penelitian ini ditemukan sebanyak 5 spesies serangga dari Ordo Hemiptera (1),
Diptera (2), Hymenoptera (1) dan Coleoptera (1). Serangga yang berpotensi sebagai hama
yaitu pada Ordo Hemiptera (Leptocorisa acuta), Diptera (Agromyza phaseoli, Musca
domestica) dan Coleoptera (Epilachna spp). Serangga yang berpotensi sebagai pollinator yaitu
pada Ordo Hemiptera (Famili Vespidae). Sedangkan serangga sebagai vektor penyakit yaitu
pada Ordo Diptera (Musca domestica).
Kata kunci—peranan, serangga, Salacca zalacca
PENDAHULUAN
Tanaman salak (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) diduga berasal dari Pulau Jawa dan sudah
dibudidayakan sejak ratusan tahun silam. Pada masa penjajahan, tanaman ini dibawa ke pulau-
pulau lain dan akhirnya tersebar luas sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Thailand [1]. S.
zalacca umumnya berumah dua (diesis) karena perbungaan jantan dan perbungaan betina
terdapat pada tanaman berbeda sehingga tanaman salak yang memiliki perbungaan jantan saja
tidak pernah menghasilkan buah. Tanaman salak memerlukan curah hujan rata-rata 200-400 mm
per bulan. Tanaman ini tidak menyukai penyinaran penuh, intensitas sinar yang dibutuhkan
berkisar 50-70%, sehingga perlu tumbuhan penaung. Salak basah dengan pH sekitar 6,5, berupa
tanah pasir atau lempung yang kaya bahan organik, dapat menyimpan air dan tidak tergenang,
karena sistem perakarannya dangkal [2]. Temperatur optimal 20-30oC, apabila kurang dari 20
oC
perbungaan akan lambat, bila terlalu tinggi akan menyebabkan buah dan biji membusuk [2].
Jenis tanaman salak yang populer dikalangan petani saat ini dan banyak dibudidayakan
masyarakat adalah jenis salak pondoh. Penyebaran jenis tanaman ini sudah meluas meliputi
daerah-daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur dan luar Jawa.
Hubungan interaksi antara tanaman dan serangga mempunyai dua efek yaitu
menguntungkan dan, merugikan.. Efek interaksi yang menguntungkan bagi tanaman adalah
serangga mampu membantu penyerbukan dan penyebaran biji [3]. Serangga yang berperan
dalam penyerbukan disebut pollinator. Serangga pollinator tertarik pada suatu bunga
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain morfologi bunga (ukuran, warna, sifat bunga),
kandungan nektar, dan waktu, Sedangkan efek yang merugikan adalah serangga menjadi hama
IJCCS ISSN: 1978-1520
Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri
187
dan vektor penyakit bagi tanaman. Serangga pengunjung juga berpotensi membuat kerugian
bagi tanaman yaitu sebagai hama yang akan memakan bagian bagian tubuh tanaman dan atau
juga sebagai vektor penyakit. Kunjungan serangga sebagai hama dan vector penyakit seperti
yang terjadi pada tanaman pisang yang dikunjungi oleh ngengat R. solanacearum yang
membawa bakteri Ralstonia solanacearum sebagai vector penyakit darah bakteri pada pisang.
Kutu putih, (Planococcus minor dan Ferrisia) sebagai vektor virus virgate Piper Yellow Mottle
Virus (PYMV) dan Aphis gossypii, serangga vektor Cucumo Mottle Virus (CMV). Kedua virus
ini yang menyebabkan kerdil pada tanaman lada. Kedua jenis kutu putih diketahui sebagai
serangga yang polifag dan vektor yang sangat efisien (Rodiah 2009). Sedangkan pada tanaman
sengon (Albizia falcataria L. Fosberg) yang dikunjungi oleh Lepidoptera dari Famili
Heliozelidae mengandung spora cendawan Uromycladium tepperianum penyebab penyakit
karat puru. Serangga yang berperan sebagai hama merupakan kendala terbesar bagi petani
karena dapat menurunkan produktivitas pertanian [4]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan mengidentifikasi jenis-jenis serangga yang menunjungi tananaman salak pondoh kemudian
mendiskripsikan peranan serangga tersebut terhadap tanaman pondoh.
METODE PENELITIAN
Studi pendahuluan ini dilaksanakan pada bulan Juli di kebun milik warga di Desa
Wonoasri. Pengamatan dilakukan selama 570 menit secara bertahap. Terdapat 105 pohon salak,
pada bunga jantan memiliki 5 tandan dan betina memiliki 2 tandan bunga. Pengamatan
dilakukan pada seluruh bagian tanaman kecuali pada bagian akar. Serangga yang teramati
ditangkap menggunakan insect net, kemudian dimasukan pada botol koleksi. Identifikasi
serangga dilakukan hingga tahap spesies di Laboratorium Zoologi Universitas Nusantara PGRI
Kediri menggunakan beberapa kunci determinasi: Mengenal kerabat kepik [5], Pengembangan
pengendalian hama terpadu [6] dan Serangga [7].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak lima spesies serangga dari empat Ordo telah diidentifikasi. Dari ketiga Ordo
tersebut, Ordo Diptera paling banyak ditemukan (Gambar 1). Ordo diptera memiliki ciri khusus:
mempunyai 2 sayap (di = dua, ptera = sayap) yang terdapat pada mesothorax dan terdapat juga
sayap yang rudimenter berfungsi sebagai alat keseimbangan (haltera). Metamorfosis lengkap :
telur–larva–pupa–dewasa.
Agromyza phaseoli memiliki ciri-ciri yaitu memiliki bentuk yang ramping dan tungkai
yang panjang. Serangga jenis ini merupakan hama bagi tumbuhan. Musca domestica ditemukan
pada bagian daun tumbuhan salak. Spesies ini memiliki ciri-ciri yaitu tubuh terbagi menjadi tiga
bagian yaitu bagian kepala dengan sepasang antena, thoraks dan abdomen. Kepala M. domestica
relatif besar dengan dua mata majemuk yang bertemu di garis tengah untuk lalat jantan, sedang
lalat betina dua mata majemuk terpisahkan oleh ruang muka. Tipe mulut lalat adalah sponging,
disesuaikan dengan jenis makanannya yang berupa cairan. Bagian mulut lalat digunakan sebagai
alat penghisap makanan yang disebut dengan labium. Pada ujung labium terdapat labella yang
menghubungkan antara labium dengan rongga tubuh (haemocoele) [9].
Musca domestica mempunyai metamorfosis lengkap (complete metamorfosis
olometabolous) mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Spesies ini bertindak sebagai vektor
penyakit, artinya lalat ini bersifat pembawa/memindahkan penyakit dari satu tempat ke tempat
lain. Disamping itu juga dapat menyebabkan myiasis atau memperparah keadaan luka pada
jaringan akibat infestasi lalat [8]. Selain sebagai vector penyakit, spesies ini juga berperan
sebagai hama pada tanaman.
ISSN: 1978-1520
Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri
188
Gambar 1. Persentase ordo serangga pengunjung S. zalaca
Ditemukan satu spesies dari ordo Hemiptera. Ordo ini memiliki ciri khusus memiliki dua
pasang sayap yakni sayap depan dan belakang. Sayap depan lebih tebal dibandingkan sayap
belakang, Sayap belakang sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Tipe alat mulut pencucuk
pengisap menyerang pada bulir padi dan berbagai rumput gulma. Pada studi pendahuluan ini,
spesies yang ditemukan adalah Leptocorisa acuta. Leptocorisa acuta banyak ditemukan pada
bagian daun tumbuhan salak. Spesies ini memiliki cirri-ciri kepala sedikit lebar dan hamper
sama dengan protonum. Tubuh panjang dan menyempit. Cirri khas serangga ini adalah memiliki
bau yang busuk. Muara-muara kelenjar bau adalah lubang bulat telur yang lebar terletak antara
kokse tengah dan belakang. Serangga ini masuk ke dalam kelompok hama yang merugikan
tumbuhan [9].
Ordo coleoptera memiliki bentuk tubuh oval yang mendekati bulat, kepala tersembunyi di
bawah ronotum. Epilachna sp ditemukan sangat banyak pada bagian daun tumbuhan salak.
Spesies ini memiliki metamorfosa sempurna yang terdiri dari telur, larva, pupa, dan imago
berupa kumbang. Dapat hidup pada ketinggian rendah sampai tinggi (0-1100 m dpl) [10]. Larva
dan imago Epilachna sp memiliki tempat hidup dan makanan yang sama, keduanya
menyebabkan rusaknya daun sehingga tinggal mesofilnya dengan pola yang khas dan bahkan
tinggal tulang daun saja [11].
Ordo Hymenoptera ditemukan satu spesies dari famili vespidae. Famili ini memiliki
abdomen berhubungan dengan thoraks dengan sebuah ptiolus yang ramping. Sungut terdiri dari
13 ruas atau kurang. Sayap melipat longitudinal pada waktu istirahat. Dominan berwarna hitam
dan bagian muka dan abdomen dengan warna kuning. Pada famili ini berperan sebagai
pollinator. Dalam studi pendahuluan ini juga ditemukan laba-laba. Dimana laba-laba berperan
sebagai predator. Dengan demikian dapat diketahui bahwa di Kebun salak milik warga terdapat
rantai makanan yang kompleks.
SIMPULAN
Dari studi pendahulu dapat disimpulkan bahwa pada tanaman salak terdapat beragam jenis
serangga yang menguntungkan dan merugikan. Serangga yang bersifat menguntungkan sebagai
pollinator pada Ordo Hymenoptera, Famili Vespidae. Sedangkan yang bersifat sebagai hama
bagi tumbuhan yaitu pada Ordo Hemiptera (Leptocorisa acuta), Diptera (Agromyza phaseoli,
Musca domestica) dan Coleoptera (Epilachna spp). Selain terdapat serangga jenis hama,
terdapat serangga yang berperan sebagai vektor penyakit (Musca domestica). Di kebun milik
warga Wonoasri terdapat laba-laba dimana mempunyai peran sebagai predator. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat rantai makanan yang kompleks.
IJCCS ISSN: 1978-1520
Prosiding Semnas Hayati IVUniversitas Nusantara PGRI Kediri
189
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nazaruddin dan Kristiawati. 1997. Varietas Salak. Jakarta: Penebar Swadaya.
[2] Santoso, H.B. 1990. Salak Pondoh. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
[3] Garibaldi, L.A., Calvalheiro, L.G., Leonhardt, S.D., Aizen, M.A., Blaauw, B.R., Isaacs, R.,
Kuhlmann, M., Kleijn, D., Klein, A.M., Kremen C., Morandin, L., Scheper, J., and
Winfree, R. 2014. From Research to Action: Enhancing Crop Yield Through Wild
Pollinators. Frontiers in Ecology and Environment12(8): 439-447.
[4] Khodijah., Herlinda S., Irsan C., Pujiastuti Y dan Thalib R. 2012. Artropoda predator
penghuni ekosistem persawahan lebak dan pasang surut Sumatera Selatan. Jurnal Lahan
Suboptimal.1(1):57-63.
[5] Pudjiastuti, L., E, 2005, Mengenal Kerabat Kepik, LIPI.
[6] Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu, 1991, Kanisius Yogyakarta.
[7] Siwi, S., S, 1991, Kunci Determinasi Serangga, Kanisius, Yogyakarta.
[8] Hastutiek, P., dan Fitri, L., E, Potensi Musca domestica Linn. sebagai Vektor Beberapa
Penyakit, Jurnal Kedokteran Brawijaya, No 3, Vol Xxiii, Hal 125-137.
[9] Rizkie, L., Herlinda, S., dan Suparman, 2015, Serangga Hama dan Arthropoda Predator
yang Terdapat pada Padi Lebak di Desa Pelabuhan Dalam Kecamatan Pemuluatan Provinsi
Sumatera Selatan, Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal,Palembang, 8-9 Oktober
2015.
[10] Nakano, S., et al, 2001, Survivorship and Fertility Scedules of A Non-Pest Phytophagus
Lady Beetle, Epilachna Phyto (Coleoptera: Coccinellidae) Under Laboratory Condition,
Tropic, no 3, vol 10, hal 369-377.
[11] Abbas, I., Iet al, I Population Parameters and Life Table Of An Epilachna beetle
(Coleoptera: Coccinellidae) Feeding on Bitter Cucumber in Sumatera. Researches on
Population Ecology, no 2, vol 27, hal 313-324.007.