Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)
PONDOK DADAP DUSUN SENDANG BIRU DESA TAMBAK REJO KECAMATAN SUMBER MANJING WETAN
KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
LAPORAN SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh : KHOIRULLI UMMAH
NIM. 135080401111009
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
ii
PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)
PONDOK DADAP DUSUN SENDANG BIRU DESA TAMBAK REJO KECAMATAN SUMBER MANJING WETAN
KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
Di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Oleh : KHOIRULLI UMMAH
NIM. 135080401111009
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
iii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN SKRIPSI
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih:
1. Kepada Allah SWT, yang selalu memberikan berkah yang tidak ternilai
dan selalu memberikan kekuatan kepada peneliti dalam menghadapi
segala kesulitan selama proses pengerjaan laporan.
2. Kepada Ibu dan Bapak (alm.) , kakak dan adik yang selalu saya hormati
dan cintai atas doa motivasi dan segala dukungan moril maupun spiritual.
Khusus Bapak yang belum sempat melihat putri tunggalnya
menggunakan toga.
3. Kepada Bapak Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP selaku Dosen Pembimbing
I yang telah bersedia memberikan waktu untuk membimbing penyusunan
laporan Skripsi sehingga dapat terselesaikan.
4. Kepada Bapak Zainal Abidin, S.Pi., MBA,MP selaku Dosen Pembimbing II
yang telah bersedia memberikan waktu untuk membimbing penyusunan
laporan Skripsi sehingga dapat terselesaikan.
5. Bapak Dr. Ir . Agus Tjahjono, MS selaku Dosen Penguji I dan Ibu Wahyu
Handayani, S.Pi, MBA,MP selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia
menguji, memberikan masukan, bimbingan, kritik dan saran untuk lebih
baiknya laporan ini.
6. Kepada teman-teman TOYDI yang selalu membantu dan memberikan
support.
7. Teman-teman SOSEK 2013 yang juga sama-sama berjuang untuk
menyelesaikan studi
Malang, September 2017
Penulis
iv
RINGKASAN
KHOIRULLI UMMAH.Skripsi Tentang Peranan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di TPI Pondokdadao Dusun Sendangbiru Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Jawa Timur (dibawah Bimbingan Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP dan Zainal Abidin S.Pi, MBA, MP). ══════════════════════════════════════════════════ Pemerintah berperan penting dalam mengupayakan pengembangan sektor perikanan. Salah satunya yaitu menyediakan fasilitas penunjang yang memberikan kemudahan dalam melakukan usaha perikanan. Kemudahan-kemudahan yang dimakud yaitu kemudahan dalam mendapatkan sarana produksi, mendaratkan hasil tangkapan dan menjamin pemasaran sehingga proses produksi sampai pemasaran berlangsung dengan lancar. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan sektor perikanan khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Salah satu tempat pelelangan ikan yang ada di Kabupaten Malang Jawa Timur adalah Tempat pelelangan ikan (TPI) Pondok Dadap di Dusun Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Lokasi TPI saat ini telah menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), yaitu PPP Pondok Dadap dan merupakan daerah penghasil ikan laut terbesar di Jawa Timur. Komoditas ikan yang terdapat di perairan Kabupaten Malang (Samudera Hindia) yaitu jenis ikan pelagis besar seperti ikan tuna, cakalang, tongkol dan lain-lain. Dan ikan yang menjadi komoditas unggulan yaitu ikan tuna.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil dan kegiatan perikanan yang ada di TPI Pondok Dadap, mendeskripsikan dan menganalisis peranan TPI dalam pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan, menganalisis kelebihan dan kekurangan pemasaran ikan melalui TPI maupun diluar TPI, menganalisis pendapatan nelayan yang memasarkan ikan melalui TPI dan diluar TPI. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017.
Penelitian menggunakan jenis kualitatif yaitu dengan metode studi kasus, dan Kuantitatif. Metode pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dan Disporpotionet Sampling. Dan sampel yang di jadikan informan sebanyak 45 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data deskriptif kualitatif dan analisis pendapatan nelayan.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondok Dadap dibangun pada tahun 1987. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemasaran. Pelaksanaan pelelangan ikan di awali saat kapal bersandar kemudian dilakukan bongkar hasil tangkapan dan diangkut oleh juru angkut, lalu ditimbang berat ikan kemudian diletakkan di lantai lelang untuk dilelang. Setelah didapatkan pemenangnya dilakukan pencatatan nota dan selanjutnya dilakukan pembayaran di kasir.
Peran TPI terhadap pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan meliputi proses kegiatan lelang dan kegiatan administrasi. Proses pelelangan dilaksanakan secara lelang terbuka dengan sistem penawaran meningkat. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Malang no. 1 Tahun 2009 adalah tentang penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI dalam wilayah kab. Malang, dan untuk pelayanan penyelenggara pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan ditetapkan jasa lelang diputuskan menjadi 3% yaitu 1,5% dari penjual dan 1,5 dari pembeli. Proses pelelangan sampai dengan
v
proses administrasi berjalan dengan baik namun terdapat beberapa bakul yang kurang tertib.
Banyak kelebihan dan manfaat yang dirasakan untuk nelayan dan bakul yang mengikuti pemasaran secara lelang di TPI. Pihak TPI memberikan kemudahan dalam kegiatan pelelangan maupun kegiatan administrasi pelelangan. Namun, ada beberapa dari nelayan dan bakul yang memilih menjual ikan hasil tangkapannya diluar TPI karena hasil tangkapannya sedikit.
Harga jual ikan yang diterima nelayan di TPI lebih tinggi dibandingkan dengan yang diluar TPI. Pendaptan yang diterima nelayan selama melaut dengan mengkalikan antara jumlah hasil tangkapan dengan harga ikan perkilogram, dikurangi tarif retribusi dan biaya operasional. Pendpatan bersih yang diterima nelayan dibagikan kepada pemilik kapal, nahkoda dan para ABK yang ikut melaut dengan persentase yang telah ditentukan sebelumnya. Alat tangkap yang digunakan nelayan yang memasarkan ikan hasil tangkapan ke TPI maupun di luar TPI yaitu pancing tonda/ pancing ulur.
Saran untuk pihak penyelenggara pelelangan ikan di TPI Pondok Dadap hendaknya meningkatkan kinerja dengan melakukan penyediaan fasilitas dalam kondisi yang baik secara rutin, serta peningkatan aktivitas dengan pelaksanaan lelang yang teratur. Dan pihak TPI harus lebih tegas dalam menegakkan aturan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS
Bersama ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi dengan judul
“Peranan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dalam Pemasaran Ikan Hasil
Tangkapan Nelayan Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondok Dadap Dusun
Sendang Biru Desa Tambak Rejo Kecamatan Sumber Manjing Wetan Kabupaten
Malang, Jawa Timur” adalah benar – benar merupakan suatu karya ilmiah yang
saya buat sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak ada karya yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini hasil menjiplak
(plagiasi), maka saya selaku penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, September 2017
Penulis,
Khoirulli Ummah
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT dan junjungan
kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW, karena berkat rahmat serta hidayah-
Nya penulis diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Peranan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terhadap pemasaran
ikan hasil tangkapan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondok
Dadap Dusun Sendang Biru Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing
Wetan Kabupaten Malang, Jawa Timur”
Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam tulisan ini, oleh
karena itu diharapkan saran dan kritik membangun penulis demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, September 2017
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN SKRIPSI ................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... iii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4 1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6 2.1 Pemasaran ............................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Pemasaran .................................................................... 6 2.1.2 Fungsi Pemasaran .......................................................................... 7
2.2 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) .................................................................. 7 2.3 Retribusi ................................................................................................. 10 2.4 Hubungan Nelayan dengan Pengambak ................................................ 11 2.5 Pendapatan Nelayan .............................................................................. 12 2.6 Kemiskinan ............................................................................................. 13 2.7 Kebijakan Pemerintah ............................................................................ 15 2.8 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 16 2.9 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 19
METODE PENELITIAN...................................................................................... 21 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 21 3.2 Jenis Penelitian ...................................................................................... 21 3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 22 3.4 Populasi dan Sampel.............................................................................. 23
3.4.1 Populasi ........................................................................................ 23 3.4.2 Sampel, Metode Penentuan Jumlah dan Metode Pengambilan
Sampel .......................................................................................... 23 3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 24
3.5.1 Observasi ...................................................................................... 24 3.5.2 Wawancara ................................................................................... 25 3.5.3 Dokumentasi ................................................................................. 25 3.5.4 Triangulasi .................................................................................... 26
3.6 Metode Analisis Data.............................................................................. 26
ix
3.6.1 Analisis Deskriptif kualitatif ............................................................ 26 3.6.2 Analisis Pendapatan Nelayan ........................................................ 28
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................................... 30 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 30
4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi Desa .............................. 30 4.1.2 Keadaan Penduduk ....................................................................... 31
4.2 Keadaan Umum Perikanan Sendang Biru .............................................. 33 4.2.1 Nelayan ......................................................................................... 33 4.2.2 Armada Penangkapan ................................................................... 34 4.2.3 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap..................................................... 35 4.2.4 Jenis dan Jumlah Produksi Ikan .................................................... 36 4.2.5 Jenis dan Jumlah Pengolahan Ikan ............................................... 36
4.3 Gambaran Umum Kegiatan Tempat Pelelangan Ikan Pondok Dadap .... 37
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 39 4.1 Profil dan Kegiatan Perikanan TPI Pondok Dadap ................................. 39
5.1.1 Visi dan Misi TPI Pondok Dadap ................................................... 40 5.1.2 Fasilitas Pokok dan Fasilitas Penunjang ....................................... 40 5.1.3 Kegiatan Perikanan di TPI Pondokdadap ...................................... 43 5.1.3 Struktur Organisasi ........................................................................ 45
5.2 Peranan TPI dalam Pelaksanaan Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan ..... 47 5.2.1 Proses Pelelangan Ikan di TPI Pondokdadap ............................... 47 5.2.2 Retribusi Pelelangan ..................................................................... 52
5.3 Kelebihan dan Kekurangan Memasarkan Ikan melalui TPI dan diluar TPI ........................................................................................................55 5.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Pemasaran Ikan melalui TPI .............. 55 5.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pemasaran diluar TPI ........................ 57
5.4 Harga Jual dan Pendapatan Nelayan yang Memasarkan Hasil Tangkapan Melalui TPI dan diluar TPI ...................................................................... 59 5.4.1 Harga Jual Ikan melalui TPI dan diluar TPI .................................... 59 5.4.2 Pendapatan Nelayan yang Memasarkan Hasil Tangkapan Melalui
TPI ................................................................................................ 60 5.4.3 Pendapatan Nelayan yang Memasarkan Ikan diLuar TPI .............. 64
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 69 6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 69 6.2 Saran ..................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71 LAMPIRAN ........................................................................................................ 73
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penentuan Sampel Responden.................................................................... 24 Tabel 2.Analisis Data Deskriptif Kualitatif .................................................................. 27 Tabel 3. Analisis Pendapatan Nelayan Selama Satu Bulan .................................... 29 Tabel 6. Jumlah Penduduk Tambakrejo ..................................................................... 31 Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Tambakrejo ................................................. 31 Tabel 8. Jenis etnis penduduk Tambakrejo ............................................................... 32 Tabel 9. Tingkat Pendidikan Penduduk Tambakrejo. ............................................... 32 Tabel 10 Jumlah Armada Penangkapan yang ada di Sendang Biru ..................... 35 Tabel 11. Jumlah dan jenis alat tangkap yang beroperasi di TPI Pondok Dadap 35 Tabel 12 Jenis Ikan Tangkapan Nelayan ................................................................... 36 Tabel 13. Jenis dan Jumlah Pengolahan Ikan disekitar TPI ................................... 37 Tabel 14. Fasilitas Pokok .............................................................................................. 41 Tabel 15. Fasilitas Penunjang ...................................................................................... 42 Tabel 16. Status dan Tugas Karyawan TPI ............................................................... 46 Tabel 17. Perbandingan Perpu nomor 1 tahun 2009 dengan fakta di Lapang ..... 53 Tabel 18 kelebihan dan kekurangan pemasaran ikan melalui TPI......................... 55 Tabel 19 Kelebihan dan Kekurangan Pemasaran Ikan diluar TPI ......................... 57 Tabel 20 Jenis Ikan dan Harga Jual Melalui TPI dan diluar TPI ............................. 59 Tabel 21. Modal Tetap Penangkapan Ikan ................................................................ 61 Tabel 22. Komponen Biaya Tetap untuk penangkapan ........................................... 61 Tabel 23. Biaya variabel penangkapan ...................................................................... 62 Tabel 24. Total Penerimaan dari penangkapan selama satu bulan ....................... 62 Tabel 25. Modal Tetap ................................................................................................... 65 Tabel 26. Komponen Biaya Tetap ............................................................................... 65 Tabel 27. biaya Variabel ............................................................................................... 66 Tabel 28. Total Penangkapan selama satu bulan ..................................................... 66 Tabel 29. Perbandingan Pendapatan Nelayan yang Memasarkan Ikan di TPI
dan diluar TPI................................................................................................ 68
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 20 Gambar 2 Metode Triangulasi dalam Sugiyono (2014). .......................................... 26 Gambar 5. Struktur Organisasi TPI ............................................................................. 45 Gambar 6. Alur proses Pelelangan ............................................................................. 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus saudara mereka Syuaib. Ia
berkata “Hai kaumku, sembahkanlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain
Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku
melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku
khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat):. Dan “Hai
kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan” (QS.Hud ayat 84-85).
Provinsi Jawa Timur memiliki kawasan laut hampir empat kali luas
daratannya dengan garis pantai kurang lebih 2.916 km. Batas Provinsi Jawa
Timur yakni Perairan Laut Jawa dan Selat Karimata di sebelah utara, Selat Bali di
sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan dan Provinsi Jawa Tengan
sebelah barat. Sumberdaya ikan yang melimpah dilaut dan budidaya ikan didarat
seharusnya dapat menopang ketahanan pangan masyarakat. (DKP, 2013).
Pemerintah berperan penting dalam mengupayakan pengembangan
sektor perikanan. Salah satunya yaitu menyediakan fasilitas penunjang yang
memberikan kemudahan dalam melakukan usaha perikanan. Kemudahan-
kemudahan yang dimakud yaitu kemudahan dalam mendapatkan sarana
produksi, mendaratkan hasil tangkapan dan menjamin pemasaran sehingga
proses produksi sampai pemasaran berlangsung dengan lancar. Salah satu
sarana yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan sektor
perikanan khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah tersedianya Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) (Laka, 2003).
2
Salah satu tempat pelelangan ikan yang ada di Kabupaten Malang Jawa
Timur adalah Tempat pelelangan ikan (TPI) Pondok Dadap di Dusun Sendang
Biru Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Lokasi TPI saat ini telah menjadi
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), yaitu PPP Pondok Dadap dan merupakan
daerah penghasil ikan laut terbesar di Jawa Timur. Komoditas ikan yang terdapat
di perairan Kabupaten Malang (Samudera Hindia) yaitu jenis ikan pelagis besar
seperti ikan tuna, cakalang, tongkol dan lain-lain. Dan ikan yang menjadi
komoditas unggulan yaitu ikan tuna.
Menurut Triatmodjo (2010) dalam Prasetyo (2012), Indonesia sebagai
negara maritim mempunyai wilayah laut seluas lebih dari 3,5 juta km2, yang
merupakan dua kali lus wilayah daratan. Perairan yang sangat luas yang
mempunyai potensi sumberdaya ikan yang besar. Untuk menggali potensi
tersebut diperlukan pelabuhan sebagai tempat berlabuh kapal, pendaratan ikan,
memperlancar operasi penangkapan, pemasaran dan pembinaan nelayan.
Dalam suatu agribisnis, terjaminnya pemasaran dari produk yang
dihasilkan merupakan salah satu kunci yang sangat berperan dalam menjamin
kesuksesan dan kesinambungan usaha. Jika pasar tidak dapat menyerap produk
yang dihasilkan maka proses perputaran roda produksi akan terganggu sehingga
mengakibatkan kegiatan usaha tersebut tersendat (Fauzi, 2008). Begitu pula
dalam usaha perikanan tangkap, apabila perikanan tangkap ingin semakin
berkembang maka distribusi dan pemasaran hasil tangkapannya juga harus
terjamin.
Pelabuhan perikanan khususnya TPI Pondok Dadap harus bisa
memfasilitasi para pelaku bisnis seperti nelayan dan pedagang untuk melakukan
aktivitas distribusi dan pemasaran hasil tangkapan sehingga bisnis hasil
perikanan tangkap dapat terus berjalan, karena selain tempat mendaratkan hasil
3
tangkapan pelabuhan perikanan juga mempunyai fungsi memfasilitasi kegiatan
pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan.
Kegiatan pelelangan di TPI Pondok Dadap dibawah naungan KUD Mina
Jaya. KUD Mina Jaya merupakan koperasi yang dibentuk untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, yang salah satu tugas utamanya adalah
menyelenggarakan kegiatan pelelangan ikan di TPI Pondok Dadap. Sedangkan
sebagai penanggung jawabnya ialah Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Malang. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) memegang peranan penting dalam suatu
pelabuhan perikanan yaitu sebagai pendukung aktivitas nelayan untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut, penanganan dan pengolahan ikan
dan pemasaran bagi ikan hasil tangkapannya serta sebagai tempat untuk
melakukan pengawasan kapal ikan. Tetapi terdapat permasalahan yang ada di
TPI Pondok Dadap yang berhubungan dengan pemasaran hasil tangkapan ikan,
dimana di sekitar TPI atau di luar TPI masih ada yang memasarkan ikan hasil
tangkapannya di luar TPI atau tidak melalui lelang.
Mengingat pentingnya peranan TPI dalam pemasaran dengan kondisi
sekitar TPI yang saat ini masih ada yang melakukan transaksi diluar TPI, maka
diperlukan penelitian tentang penanan tempat pelelangan ikan (TPI) dalam
pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan dan statsu keberlanjutannya di TPI
Pondok Dadap Dusun Sendang Biru Desa Tambakrejo Kabupaten Malang, Jawa
Timur.
4
1.2 Rumusan Masalah
Pentingnya peranan TPI disadari oleh pemerintah Kabupaten Malang,
dibuktikan salah satunya dengan pembangunan TPI pada Pelabuhan Perikanan
Pantai Pondok Dadap Sendang Biru. Merupakan salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan. Tetapi apakah harapan pemerintah
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan dapat terlaksana dengan baik
atau tidak. Oleh karena itu, perlu di adakan suatu kajian tentang Peranan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) dalam pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Pondok Dadap Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa
Timur.
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana profil dan kegiatan perikanan yang ada di TPI Pondok
Dadap?
2. Bagaiman peranan TPI dalam melaksanakan pemasaran ikan hasil
tangkapan nelayan?
3. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan pemasaran ikan melalui TPI
dan diluar TPI?
4. Bagaimana pendapatan nelayan yang memasarkan ikan di TPI dan
diluar TPI?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui profil dan kegiatan perikanan yang ada di TPI Pondok
Dadap.
5
2. Mendeskripsikan dan menganalisis peranan TPI dalam pemasaran
ikan hasil tangkapan.
3. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pemasaran ikan melalui TPI
dan diluar TPI.
4. Menganalisis pendapatan nelayan yang memasarkan ikan melalui
TPI dan diluar TPI.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah
1. Peneliti dan lembaga akademis
Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan keterampilan serta
sebagai pedoman untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai
kegiatan pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan di TPI Pondok Dadap.
2. Pemerintah
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam menentukan strategi
pengembangan pengelolaan TPI Pondok Dadap di Kabupaten Malang.
3. Lembaga-lembaga pemasaran
Membantu nelayan, pedagang, pengelola TPI, serta lembaga jasa dan
penunjang dalam memasarkan ikan di TPI Pondok Dadap sehingga dapat
meningkatkan nilai jual ikan hasil tangkapan nelayan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu
dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
Konsep inti pemasaran yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk, nilai,
biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dn hubungan; pasar pemasaran serta
pemasar (Kotler, 1995).
Selanjutnya, Kasmir dan Jakfar (2003) dalam Mimit (2011) berpendapat
bahwa pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang
tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pasar tanpa pemasaran
tidak akan ada artinya, demikian pula pemasaran tanpa pasar juga tidak berarti.
Setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan
pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan pasar.
Menurut Anindita (2004), Pemasaran dikatakan produktif karena
menciptakan keguanaan (utility), yaitu proses untuk menciptakan barang dan
jasa lebih berguna. Kegunaan adalah bukan kualitas dari barang. Kegunaan
adalah kekuatan untuk memuaskan keinginan (the want satisfying power) dari
satu objek atau jasa.
Pemasaran menjadi bagian dari proses pertukaran dan melibatkan
perpindahan secara fisik atas hasil usaha pemasaran sebagai produsen ke
konsumen. Fungsi pemasaran merupakan kegiatan utama yang khusus
dilaksanakan untuk menyelesaikan proses pemasaran.
7
2.1.2 Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran pada
prinsipnya terdapat tiga tipe (Deliyanti, 2010), yaitu fungsi pertukaran (exchange
function) bahwa dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari
produsen baik dengan menukar uang dengan produk maupun pertukaran
produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali;
fungsi penyediaan fisik (physical function) bahwa distribusi fisik suatu produk
dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan produk. Produk
diangkut dari produsen mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak
cara, baik melalui air, darat, udara, dan sebagainya. Penyimpanan produk
mengedepankan upaya menjaga pasokan produk agar tidak kekurangan saat
dibutuhkan; dan fungsi penunjang (facilitating function) bahwa dalam
menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat
dilakukan melalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas
pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara antara lain
penggunaan resiko, pembiayaan, pencarian informasi serta standardisasi dan
penggolongan (klasifikasi) produk.
Fungsi pemasaran yang dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan Pondok
Dadap yaitu fungsi pertukaran. Dimana dalam penjualan (Selling) aktivitas yang
dilakukan calon pembeli ikan yang ditawarkan dengan harapan dapat
menguntungkan. Sedangkan pembelian (Buying) aktivitas yang dilakukan
mencari dan mengumpulkan barang-barang yang dibutuhkan konsumen.
2.2 Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Jika ditinjau dari manajemen operasi, maka TPI merupakan tempat
penjual jasa pelayanan antara lain sebagai tempat pelelangan, tempat perbaikan
jaring, tempat perbaikan mesin dan lain sebagainya. Disamping itu TPI
8
merupakan tempat berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau
pembeli dalam rangka mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan ingin
menjual hasil tangkapan ikannya dengan harga sebaik mungkin, sedangkan
pembeli ingin membeli dengan harga serendah mungkin. Untuk mempertemukan
penawaran dan permintaan itu, diselelenggarakan pelelangan ikan agar tercapai
harga yang sesuai, sehingga masing-masing pihak tidak merasa dirugikan
(Hidayatullah, 2013).
Menurut Kesteven (1973) dalam Setiawan (2011), menyebutkan bahwa
dalam sistem perikanan terdapat prasarana yaitu pelabuhan. Pelabuhan
perikanan beserta fasilitasnya merupakan indikator penting dalam keberhasilan
usaha penangkapan ikan. Kondisi dermaga, kolam pelabuhan, TPI, suplai air
tawar, depot BBM, kios perbekalan, bengkel alat dan docking merupakan fasilitas
penentu kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut.
Peranan tempat pelelangan ikan dalam Permen Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia yang berlaku tertuang dalam UU No 31 tahun 2004,
disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk membangun dan membina
prasarana perikanan (pelabuhan perikanan dan saluran irigasi tambak).
Pemerintah dalam hal ini berperan untuk menyediakan prasarana pendukung
aktivitas usaha nelayan khususnya nelayan tangkap. Salah satu sarana
pendukung adalah penyedia Tempat Pelelangan Ikan.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Malang No 1 tahun 2009,
disebutkan bahwa penanggung jawab penyelenggaraan pelelangan ikan di
tempat pelelangan ikan adalah Bupati atau Pejabat yang ditunjuk bahwa dalam
rangka melindungi para nelayan dari persaingan yang tidak sehat dalam menjual
hasil tangkapan, sehingga pendapatan/taraf hidup semakin meningkat maka
perlu adanya penyelenggaraan pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan
9
Peran TPI Pondok dadap diharapkan dapat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat khususnya nelayan, karena dengan adanya
TPI harga ikan dapat stabil dan tanpa adanya kecurangan dari pihak TPI atau
bakul. Karena tujuan didirikannya TPI adalah sebagai institusi perantara yang
berperan untuk mendapatkan pembeli potensial sebanyak mungkin guna menjual
hasil tangkapan nelayan dengan harga tinggi, tanpa merugikan pedagang
pengepul. Selain itu didirikannya TPI dimaksudkan pula agar nelayan
mendapatkan harga pembayaran secara tunai atas harga yang wajar, disamping
sebagai pendapatan daerah.
Pelelangan ikan diselenggarakan oleh penyelenggara lelang secara
terbuka diantara penjual dan pembeli yang dilakukan di tempat yang telah
ditentukan oleh pemerintah dan di harapkan akan dapat menguntungkan kedua
belah pihak, baik nelayan maupun tengkulak. Lembaga pelelangan merupakan
lembaga yang membantu nelayan dalam memasarkan ikan hasil tangkapannya
melalui pelelangan, disamping sebagai tempat pemungutan retribusi, hasil
tangkapannya melalui pelelangan, disamping sebagai tempat pemungutan
retribusi, hasil tangkapan sekaligus sebagai pengendali harga (Yustiarani, 2006).
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Malang No 1 tahun 2009,
disebutkan bahwa Pelelangan Ikan adalah kegiatan melelang ikan di tempat
pelelangan ikan mulai dari penerimaan, penimbangan, pelelangan sampai
dengan pembayaran.
Dalam mekanisme lelang, dilakukan penawaran harga ikan secara
terbuka kepada para pembeli mulai dari harga standar pasar pada hari itu. Pada
saat penawar masih lebih dari satu orang, akan terus dilakukan peningkatan
harga sehingga penawar tinggal satu orang, dan penawar tertinggi itulah yang
keluar sebagai pemenang lelang atau pembeli ikan. Setelah memenangkan
lelang, pembeli tersebut harus segera menyetorkan uang pembelian ikan kepada
10
penyelenggara pelelangan ikan. Melalui mekanisme tersebut harga penjualan
ikan relatif cukup tinggi dan keamanan uang hasil penjualan ikannya terjamin.
Pelelangan ikan dilaksanakan setiap hari (Yustiarani, 2008).
Dalam mekanisme lelang di TPI Pondok Dadap, dilakukan penawaran
harga ikan secara terbuka kepada para calon pembeli dengan lelang murni,
penawaran sesuai dengan harga standar pasar. Penentuan pemenang lelang
yaitu penawar terakhir dengan penawaran tertinggi yang berhak mendapatkan
ikan yang dilelang, kemudian pemenang lelang mendapatkan karcis lelang dari
juru tulis yang kemudian harus segera menyetorkan uang pembelian ikan serta
karcis lelang kepada kasir.
2.3 Retribusi
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Malang no 1 tahun 2009, bahwa
Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan Daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau Badan. Retribusi Penyelenggaraan Pelelangan Ikan di TPI
digolongkan dalam jenis Retribusi Jasa Usaha
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Malang No 1 tahun 2009
mengenai besarnya tarif retribusi disebutkan bahwa Besarnya tarif retribusi untuk
jasa atas pelayanan Penyelenggara Pelelangan Ikan di Tempat Pelelangan Ikan
ditetapkan sebesar 3% (tiga persen) dari harga transaksi penjualan ikan melalui
lelang pada saat itu, dengan ketentuan: (a) sebesar 1,5 % (satu setengah
persen) dipungut dari nelayan/penjual; (b) sebesar 1,5 % (satu setengah persen)
dipungut dari pedagang/bakul/pembeli ikan.
Dalam upaya peningkatan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan
nelayan, serta untuk menciptakan harga yang layak bagi konsumen sekaligus
11
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka semua haisl penangkapan
ikan di laut perlu dijual secara lelang di tempat pelelangan ikan (TPI).
Pelaksanaan pelelangan ikan dapat menciptakan kepastian pasar dan harga ikan
yang layak bagi nelayan maupun konsumen, pada akhirnya akan meningkatkan
tarf hidup dan kesejahteraan nelayan. Fungsi retribusi pelelangan ikan secara
langsung adalah sebagai pemasukan pendapatan bagi kas daerah dan
pendapatan bagi pihak yang berperan sebagai penyelenggara pelelangan ikan
dan secara tidak langsung adalah untuk mensejahterakan para nelayan, karena
pada saat nelayan melaksanakan pelelangan ikan, mereka membayar retribusi
dan retribusi itulah yang nantinya akan kembali lagi ke mereka dalam bentuk
bantuan sosial.
2.4 Hubungan Nelayan dengan Pengambak
Secara umum nelayan diartikan sebagai orang yang mata
pencahariannya menangkap ikan dilaut, sedangkan tengkulak adalah orang yang
membeli ikan hasil tangkapan yang diperoleh nelayan. Selain sebagai orang
yang membeli hasil tangkapan nelayan, tengkulak juga berfungsi sebagai
pemberi bantuan jaminan uang kepada nelayan, baik untuk modal dalam
kegiatan kenelayanan maupun untuk kehidupan sehari-hari (Imron, 2000).
Terdapat hubungan yang erat dan hubungan yang saling menguntungkan
antara nelayan dengan tengkulak, dimana terjadi jalinan utang-piutang antara
tengkulak dengan nelayan. Para nelayan diberikan bantuan modal untuk melaut
dan biasanya hutang perbekalan melaut. Itu biasanya dibayarkan oleh nelayan
dalam bentuk hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan dan pihak tengkulak
mendapatkan keuntungan dari harga beli yang lebih rendah dari nelayan yang
diberikan pinjaman modal. Pada musim paceklik dipastikan utang nelayan tidak
12
akan dikembalikan karena pada musim tersebut hampir semua nelayan tidak
melaut (Kusnadi, 2004).
Hubungan antara nelayan dengan tengkulak tidak selamanya merugikan
nelayan, namun ada juga yang terbentuk mutualisme yaitu saling
menguntungkan kedua belah pihak. Dimana seorang tengkulak melakukan
kesepakatan dengan nelayan, tengkulak memberikan modal kepada nelayan
akan melaut dengan syarat ikan hasil tangkapan harus dijual kepadanya, dimana
80% hasil tangkapan untuk tengkulak, 20% untuk nelayan dan nelayan juga tidak
merasa terpaksa menjual ikan hasil tangkapannya (Mubyarto, 1995).
Peranan tengkulak akan tetap berpengaruh bagi nelayan, sepanjang
kehadiran TPI/KUD tidak memberikan kemudahan dan keringanan usaha
nelayan. Lembaga-lembaga pemerintah juga tidak memiliki tingkat kreativitas
yang tinggi sebagaimana ditemukan pada tengkulak (Kusnadi, 2004).
2.5 Pendapatan Nelayan
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam
operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya. Orang yang hanya
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau
perlengkapan ke dalam kapal atau perahu tidak termasuk dalam kategori
nelayan (Yustiarani, 2008).
Berdasarkan sumber pendapatannya, nelayan dapat dibagi menjadi 4
yaitu (Hidayataullah, 2013) :
1. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang
pendapatannya seluruhnya berasal dari perikanan.
2. Nelayan sambilan utama, yakni nelayan yang sebagian besar
pendapatannya berasal dari perikanan.
13
3. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil
pendapatannya berasal dari perikanan.
4. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu
saja aktif sebagai nelayan.
Faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah
tangga nelayan adalah produksi melaut, curahan waktu kerja produktif dan biaya
produksi atau biaya operasional melaut. Faktor yang berpengaruh terhadap
kenaikan produksi melaut adalah aset kapal, jenis dan alat tangkap, mutu SDM ,
harga ikan, daerah penangkapan ikan dan pengembangan usaha pasca panen
dalam rumah tangga. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap penurunan
produksi hasil penangkapan ikan adalah bahan bakar minyak (BBM). Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap biaya melaut adalah aset kapal, alat tangkap,
mutu hasil dan mutu SDM.
2.6 Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut (Soekanto, 2006). Sedangkan menurut Depsos, kemiskinan
merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan
(poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan
adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat
membayar kebutuhan makanan setara 2.100 kilo per kalori per orang per hari
dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,
pendidikan dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,
kesehatan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (Suharto, 2005).
14
Menurut Kusnadi (2003), kemiskinan nelayan disebabkan dua kategori
yang saling melengkapi dan saling berinteraksi. Kategori pertama adalah internal
yang berkaitan dengan kondisi internal sumber daya dan aktivitas kerja mereka.
Kategori ini mencakup beberapa masalah, diantaranya 1). Keterbatasan kualitas
SDM nelayan, 2). Keterbatasan kemampuan modal usaha dan tekhnologi
penangkapan, 3). Hubungan kerja (pemilik perahu-nelayan buruh) dalam
organisasi penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh,
4). Kesulitan melakukan usaha diversifikasi usaha penangkapan, 5)
ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, 6). Gaya hidup yang
dianggap boros dan kurang berorientasi ke masa depan.
Kategori kedua adalah kategori eksternal yang mencakup masalah: 1).
Kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi produktivitas untuk
menunjang ekonomi nasional dan parsial, 2). Sistem pemaaran hasil perikanan
yang lebih menguntungkan pedagang perantara, 3). Kerusakan ekosistem pesisir
laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktik penangkapan dengan bahan
kimia, perusakan terumbu karang dan konservasi hutan bakau di kawasan
pesisir, 4). Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, 5).
Penegakan hukum yang lemah terhadap perusakan lingkungan, 6). Terbatasnya
teknologi pengolahan hasil tangkapan pascapanen, 7). Terbatasnya peluang
kerja di sektor non perikanan yang tersedia di desa-desa nelayan.
Kemiskinan nelayan merupakan masalah serius yang harus menjadi
perhatian dan tanggung jawab semua pihak. Nelayan yang hidup didesa-desa
pesisir yang perairannya sudah dalam kondisi tangkap lebih (overfishing) akan
menghadapi tekanan-tekanan sosial ekonomi yang lebih berat dari pada nelayan
yang hidup di desa-desa pesisir yang kondisi sumberdaya perikanannya masih
potensial. Aspek-aspek lingkungan, keragaman potensi sumberdaya ekonomi
lokal, peluang pasar, kualitas sumberdaya manusia dan sebgainya akan
15
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas kemiskinan nelayan. Akibatnya,
penanganan kemiskinan nelayan juga bukan merupakan masalah yang
sederhana(Kusnadi, 2003).
2.7 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh
seorang pelaku atau kelompok politik, dalam memilih tujuan dan cara untuk
memilih tujuan itu. Dan pihak yang membuat kebijakan itu mempunyai
kekuasaan untuk melaksanakannya (Budiarjo, 2008). Kebijakan adalah sebuah
ketetapan yang berlaku, dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang baik
dari yang membuat atau yang melaksanakan kebijakan tersebut.
Kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan secara nasional
diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan
ekonomi melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sekaligus
memelihara daya dukungnya, beberapa kebijakan ditujukan untuk pembangunan
usaha perikanan tangkap (1) memperkuat dan mengembangkan usaha
perikanan tangkap nasional secara efisien, lestari dan berbasis kerakyatan, (2)
mengembangkan dan memeprkokoh penanganan industripengolahan dan
pemasaran hasil (DKP, 2013).
Salah satu kebijakan pemerintah untuk membantu nelayan dalam
pemasaran ikan hasil tangkapannya yaitu dengan adanya Tempat Pelelangan
Ikan (TPI). Sarana pemasaran ini dibangun untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat, mengatur cara jual beli ikan yang bertujuan dapat menguntukngkan
bagi kedua belah pihak yaitu bagi nelayan adalah jaminan menjual ikan dengan
waktu yang tepat dan harga yang wajar serta menerima pembayaran tunai
sehingga tingkat pendapatan bisa terjamin. Sedangkan bagi tengkulak yaitu
16
adanya jaminan memperoleh ikan dalam keadaan baik, segar dan harga yang
wajar.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian Ari Sutami (2014), yang berjudul “Peran TPI Terhadap Proses
Penjualan Ikan Bagi Nelayan dan Bakul Ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Glondonggede Desa Glondonggede Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban
Propinsi Jawa Timur” Peran TPI terhadap pelaksanaan jual beli ikan bagi nelayan
dan bakul ikan meliputi proses kegiatan lelang dan kegiatan administrasi. Dalam
proses pelelangan nelayan (penjual) dipungut retribusi sebesar 4% dimana 1,5%
untuk tabungan nelayan dan 2,5% untuk retribusi nelayan dari proses pelelangan
sedangkan bakul (konsumen) dupungut retribusi 2,5%. Dari peran TPI terhadap
jual beli hasil tangkapan ikan dalam melayani nelayan dan bakul di TPI
Glondonggede dikatakan kurang berjlan, diantaranya karena fasilitas yang ada di
TPI Glondonggede masih belum operasional secara maksimal. Selain itu,
kemudahan yang diberikan pihak TPI Glondonggede dalam melayani nelayan
dan bakul didalam proses pelelangan seperti simpan pinjam untuk nelayan dan
hutang untuk bakul dan penetapan retribusi secara adil berdasarkan Peraturan
Daerah no. 8 Tahun 2011 BAB VI Pasal 9 tentang Penetapan Retribui
Pelelangan.
Menurut Hendrik (2013), TPI Tanjung Beringin belum bisa melaksanakan
lelang secara murni, karena berbagai keterbatasan termasuk belum adanya juru
lelang, sehingga TPI disini hanya berfungsi sebagai pasar grosir ikan.
Responden dalam penelitian ini adalah pengelola TPI, nelayan yang menjual
ikan di TPI, nelyan yang tidak menjual ikan di TPI, pedagang pengumpul di TPI
dan tauke yang tidak menjual ikan di TPI. Jumlah nelayan yang dijadikan
responden sebanyak 15 orang di TPI dan 15 orang di luar TPI. Dari hasil
17
penelitian didapat bahwa TPI hanya berperan sebesar 33,8% dalam pemasaran
hasil perikanan yang berasal dari Kecamatan Tanjung Beringin. Ditinjau dari segi
armada dan alat tangkap peranan TPI hanya sekitar 20%. Sedangkan dari segi
jumlah nelayan yang mendaratkan ikan di TPI hanya10,5% dari jumlah nelayan
dari Kecamatan Tanjung Beringin. Apabila dilihat peranan TPI dalam pemasaran
ikan dari Kabupaten Serdang Bedagai jumlahnya menjadi lebih kecil lagi yaitu
10,13%. Kedaan ini menunjukkan TPI Tanjung Beringin mempunyai peran relatif
kecil dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pemasaran
hasil perikanan. Kecilnya peranan TPI dalam pemasaran ikan di Kecamatan
Tanjung Beringan dan Kabupaten Serdang Bedagai disebabkan oleh berbagai
faktor. Menurut keterangan nelayan yang tidak menjual ikan melalui TPI
disebabkan karena mereka sudah terikat dengan tauke., sebagai pemiik kpal
maupun tauke sebagai penanggung biaya selama mereka ke laut. Selain itu
menruut keterangan nelayan lainnya jauhnya lokasi TPI dari tempat tinggal
menyebabkan mereka tidak mau mendaratkan ikan di TPI. Sedangkan menurut
kepala TPI terbatasnya area tempat sandaran kapal ikut mempengaruhi minat
nelayan untuk menjual ikan di TPI.
Menurut Primyastanto (2014) , tentang “Study on Entrepreneurship Spirit
and Production Factors Affecting Sail Income of Madura Strait Fishermen”
Semangat kewiraswastaan di nelayan Selat Madura, dan faktornya Yang
mempengaruhi pendapatan nelayan berlayar. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif dengan
regresi linier. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi,
(forum diskusi kelompok) FGD dan kuesioner. Penentuan sampel (responden)
adalah purposive sampling dengan 104 responden. Hasil studi ini menunjukkan
semangat kewiraswastaan nelayan diperoleh awal dengan memulai karirnya
18
sebagai perawat perahu sebanyak 9,62%, awak kapal sebanyak 15:38%, juru
mudi sebanyak 8,65%, dan pemilik kapal sebanyak 28,85%. Pengembangan
usaha di bidang tanah sebagai pedagang, pengolahan ikan adalah 23,08% agen,
dan usaha lainnya adalah 14,42%. Jumlah aset modal dan omset oleh UU No.20
Th.2008 tentang UKM termasuk dalam kategori usaha kecil dan menengah
dengan aset antara 500 juta - 10 miliar adalah 66,7%, sedangkan untuk omset
2,5 miliar - 50 miliar adalah 60%. Faktor yang secara statistik signifikan
mempengaruhi jumlah pendapatan nelayan di Mayangan adalah pendidikan,
pengalaman berlayar dan aset laut. Jika faktor tersebut meningkat akan
meningkatkan total pendapatan pengusaha Mayangan.
Menurut Takeda (2015) tentang “Collective action vs. conservation
auction: Lessons from a social experiment of a collective auction of water
conservation contracts in Japan” dalam studi ini, kemungkinan “kolektif lelang”
kontrak konservasi, dan isu-isu terkait, melalui eksperimen sosial. Kami
kemudian mengusulkan alternatif kebijakan untuk mencapai tindakan baik kolektif
dalam pengelolaan irigasi dan konservasi lingkungan air hemat biaya. Dalam
“lelang kolektif”, petani individual maupun kelompok tani diperbolehkan untuk
berpartisipasi. Komunikasi dan koordinasi antar petani dan kelompok tani
diperbolehkan. Berdasarkan survei peserta dan perbandingan dengan
pembayaran lingkungan untuk kegiatan konservasi yang sama, sebelumnya,
hasil lelang menunjukkan bahwa harga kontrak setidaknya bisa lebih efektif
biaya. Selain itu, pengelolaan irigasi kolektif tidak terkena dampak negatif karena
lelang. Kami menemukan bukti partisipasi kelompok dan koordinasi harga, yang
menghasilkan penghematan biaya transaksi lelang, antara masyarakat lokal yang
aktif dalam aksi kolektif dan pengelolaan sumber daya lokal. Sebaliknya, kami
menemukan bahwa penawaran terjadi di tingkat petani individu juga. Perbedaan
dalam pendekatan ini tergantung pada sejauh mana komitmen koordinator lelang
19
untuk proses lelang, tercermin dari evaluasi risiko tawaran gagal. Dalam kedua
kasus, koordinator lelang bisa mengelola untuk meminimalkan kemungkinan
ketidakadilan yang timbul dari lelang. Meskipun membangun lingkungan yang
kompetitif untuk mencegah kemungkinan kolusi dalam lelang tersebut adalah
menantang, studi ini memberikan bukti empiris bahwa aksi kolektif yang sudah
ada pengelolaan sumber daya lokal dapat mengurangi biaya transaksi lelang.
Memanfaatkan kemampuan masyarakat lokal untuk mengatur tindakan kolektif
dapat mengurangi biaya dan meminimalkan ketidakadilan yang mungkin timbul
dari lelang, sehingga memfasilitasi kompatibilitas antara konservasi hemat biaya
karena lelang dan konservasi sumber daya lokal dengan tindakan kolektif.
2.9 Kerangka Pemikiran
Nelayan Dusun Sendang Biru memasarkan hasil tangkapannya melalui
TPI Pondok Dadap. Tempat Pelelangan Ikan yang ada di Kabupaten Malang
sudah bisa dikatakan besar dan maju dan berada dibawah naungan UPTD.
Kemudian terjadi proses lelang untuk menentukan harga jual ikan hasil
tangkapan, harga terbentuk dari lelang murni. Para calon pembeli menawar ikan
hasil tangkapan nelayan tersebut dan penawar terakhir dengan harga tertinggilah
yang menang. Pembeli ikan yang memenangkan lelang berhak mendapatkan
hasil tangkapan tersebut dengan membayar sesuai harga yang dimenangkan
pada saat lelang dan retribusi sesuai dengan ketentuan PERDA No. 8 tahun
2011 Tentang Restribusi Hasil Pelelangan.
TPI Pondok Dadap dengan penanggung jawab langsung oleh Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Malang. TPI sebagai fungsi manajemen
yaitu yang memfasilitasi nelayan dan bakul ikan dalam proses lelang. Kurangnya
nelayan yang memanfaatkan TPI secara optimal akan mempengaruhi
pendapatan nelayan dan kesenjangan sosial masyarakat di Desa Tambakrejo.
20
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah diharapkan dapat terealisasikan dengan
baik dan kesejahteraan nelayan dapat meningkat.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran Penelitian
UPTD TPI
Peran TPI
Dinas
Kebijakan
Pemerintah
TPI
Pemasaran
Sistem Lelang
Restribusi
Analisis:
- Profil TPI Pondok Dadap
- Peranan TPI terhadap
pemasaran
- Kelebihan dan
kekurangan pemasaran
ikan melalui TPI dan
diluar TPI
- Pendapatan nelayan yang
memasarkan ikan melalui
TPI maupun diluar TPI
KUD Mina Jaya
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondok
Dadap Dusun Sendang Biru Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing
Wetan Kabupaten Malang Jawa Timur. Adapun pelaksanaannya dilaksanakan
pada bulan Mei 2017 sampai dengan selesai.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Yin
(2009), metode studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial
yang bersifat komrehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan
sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat
kontemporer.
Studi kasus digunakan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan pelelangan ikan, menjelaskan tentang seberapa
besar peran atau manfaat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) bagi nelayan dan
menjelaskan kekurangan maupun kelebihan TPI khususnya dalam kegiatan
terkait pemasaran ikan di Dusun Sendang Biru, karena bertujuan untuk mengkaji
secara mendalam permasalahan khusus, sehingga diperoleh gambaran secara
jelas dan lengkap mengenai masalah tersebut.
Menurut Azwar (2013), pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan
yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
metode statistika. Dalam metode kuantitatif dapat diketahui hubungan antar
variabel yang diteliti.
22
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data dari lapang merupakan sumber utama untuk keperluan penelitian ini,
data yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan jenisnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer (primary data) adalah sumber data yang dikumpulkan sendiri
oleh perorangan atau dari suatu organisasi langsung melalui objeknya. Data ini
diperoleh langsung dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi
(Supranto (1997) dalam Dini (2010)).
Data primer berasal dari hasil wawancara langsung ke pihak pengelola TPI,
nelayan dan pedagang secara terstruktur dengan daftar pertanyaan yang sudah
disiapkan sebelumnya dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lebih efektif
dan akurat sesuai dengan tujuan penelitian. Struktur wawancara dirancang
berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui profil dan kegiatan perikanan
TPI, menganalisis peranan TPI, kelebihan dan kekurangan pemasaran melalui
TPI dan diluar TPI, pendapatan nelayan dan status keberlanjutannya.
b. Data Sekunder
Data sekunder (secondary data) adalah sumber data yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi yaitu berupa publikasi. Data yang sudah dikumpulkan
oleh pihak/instansi lain. Misalnya suatu perusahaan yang ingin mengetahui data
penduduk, pendapatan nasional, indeks harga konsumen, ekspor dan impor
serta data statistik lainnya (Supranto (1997) dalam Dini (2010)).
Data sekunder meliputi data penunjang dari data primer, yang ditepatkan
melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber, baik publikasi yang bersifat
resmi seperti jurnal-jurnal, buku-buku, hasil penelitian maupun publikasi terbatas
arsip-arsip data lembaga atau instansi yang terkait dari Dinas Kelautan dan
Perikanan baik Provinsi Jawa Timur maupun Dinas Perikanan Kabupaten
23
Malang. Data sekunder yang diperlukan berupa kondisi geografis wilayah, data
penduduk, jumlah nelayan, struktur organisasi pengelola TPI, jumlah pelaku
usaha perikanan, data lingkungan serta deskripsi wilayah penelitian.
3.4 Populasi dan Sampel
Di dalam penelitian ini populasi dan sampel yang digunakan diantaranya
yaitu :
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri dari: obyek/subyek yang memiliki
karakteristik tertentu dan diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai informan pada
penelitian ini adalah Nelayan, Pedagang di TPI, Pengelola TPI (Karyawan dan
Juru Lelang) dan Lembaga-lembaga (UPTD dan KUD).
3.4.2 Sampel, Metode Penentuan Jumlah dan Metode Pengambilan
Sampel
Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel
itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus benar-benar representative (Sugiyono, 2014).
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan
berbagai pertimbangan (Sugiyono, 2014), Pertimbangan tertentu ini dengan
mencari responden yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti
harapkan yaitu: responden dapat menjelaskan dampak yang terjadi di lapang,
24
dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan peneliti, dan responden
mengetahui secara betul mengenai pelelangan. Responden terdiri dari nelayan,
pedagang ikan di TPI, pengelola TPI dan lembaga-lembaga. Yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penentuan Sampel Responden
No Populasi
Jumlah
Populasi
(orang)
Jumlah
Sampel
(orang)
Metode Pengambilan
Sampel
1 Nelayan (yang
mendaratkan ikan di
TPI)
366 23 Purposive sampling
2 Pedagang di TPI 59 8 Purposive sampling
3 Pengelola TPI:
- Karyawan 14 4 Purposive sampling
- Juru Lelang 2 2 Purposive sampling
4 Lembaga-lembaga:
- Unit Pelaksana
Teknis (UPT)
22 5 Purposive sampling
- Koperasi Unit
Desa (KUD)
10 3 Purposive sampling
Jumlah 472 45
Total Responden 45
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara studi dokumentasi dan triangulasi sumber data.
3.5.1 Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2014), mengemukakan
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.dua di antara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
25
Observasi dilakukan secara menyeluruh terhadap obyek-obyek yang
dianggap penting di dalam TPI maupun di luar TPI Pondok Dadap sehingga
dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain. Peneliti akan
lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi
akan diperoleh pandangan secara holistik atau menyeluruh.
3.5.2 Wawancara
Menurut Nazir (2003) dalam Wahyu (2015), wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab,
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).
Penelitian dilakukan dengan proses wawancara terstruktur untuk
mendapatkan informasi yang tepat. Wawancara merupakan salah satu cara
pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada pihak terkait. Wawancara
dilakukan kepada nelayan yang menjual ikan melalui TPI maupun di luar TPI,
bakul ikan dan pihak pengelola TPI.
3.5.3 Dokumentasi
Menurut Moloeng (2008) dalam Wahyu (2015), di dalam pencatatan
dokumen terbagi menjadi 4 macam, yaitu pengertian dan kegunaan, dokumen
pribadi, dokumen resmi dan kajian isi (content analysis). Dokumen sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal
dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji bahkan
meramalkan.
Teknik studi dokumentasi dilakukan dengan mengaitkan data yang
diperoleh dilapang serta informasi-informasi yang diperoleh dari narasumber.
Hasil penelitian akan lebih kredibel dengan dukungan adanya data yang
26
berhubungan dengan aktivitas TPI, data keadaan wilayah Dusun Sendang Biru
data data Pemerintah Kabupaten Malang tentang retribusi TPI.
3.5.4 Triangulasi
Menurut Sugiyono (2014) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik
pengumpulan data yang menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada. Peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber. Dalam penelitian ini triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi metode yang di sajikan Gambar 2.
Gambar 2 Metode Triangulasi dalam Sugiyono (2014).
3.6 Metode Analisis Data
Untuk menjawab beberapa tujuan penelitian yang telah ditetapkan
sebelumnya, maka dalam hal ini dipergunakan metode analisis sebagai berikut
3.6.1 Analisis Deskriptif kualitatif
Menurut Yin (2009), analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian,
pentabulasian atau pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjukkan
proposisi awal suatu penelitian. Setiap penelitian hendaknya dimulai dengan
strategi analisis yang umum.
Nelayan Bakul Ikan
Pengelola
TPI
27
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis data deskriptif kualitatif. Yin (2009),
menyatakan bahwa dalam proses analisis data dilangsungkan dengan proses:
(1) dari data hasil wawancara, observasi langsung dan dokumentasi yang telah
ditetapkan, dimasukkan informasi sesuai kategori pada tujuan penelitian, (2)
setelah data di pilah-pilah secara kategori maka data mulai diurutkan sesuai
urutan kronologis, (3) menjelaskan informasi yang didapat dari hasil penelitian
dilapang.
Analisis data deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Mendiskripsikan dan menganalisis profil dan kegiatan perikanan yang ada
di TPI Pondok Dadap.
2. Menganalisis peranan TPI dalam pelaksanaan pemasaran ikan hasil
tangkapan nelayan
3. Menganalisis kelebihan dan kekurangan jual beli ikan di TPI dan di luar TPI
Tabel 2.Analisis Data Deskriptif Kualitatif
Tujuan Penelitian Komponen Yang Diteliti Jenis Data
Mendiskripsikan dan
menganalisis profil dan
kegiatan perikanan
yang ada di TPI Pondok
Dadap
Profil dan peraturan
pengelolaan TPI dan sistem
pelelangan
- Sekunder
- Primer
Sarana dan prasarana TPI Primer
Menganalisis peranan
TPI dalam pelaksanaan
pemasaran ikan hasil
tangkapan nelayan
Seberapa besar peranan TPI
dalam pemasaran
Primer
Menganalisis kelebihan
dan kekurangan jual beli
ikan di TPI dan di luar
TPI
Identifikasi faktor- yang
mempengaruhi pemasaran
diluar dan di dalam TPI
Kelebihan dan kekurangan
pemasaran diluar dan di
dalam TPI
Primer
28
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara berurutan:
1. Data Reduction (Reduksi data)
Seluruh data yang diperoleh kemudian dianalisis, menggolongkan data
berdasarkan tiap permasalahan, menyingkirkan data yang tidak
diperlukan dan mengorganisasikan data yang dibutuhkan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dimaksudkan agar lebih mudah untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang di
pahami tersebut.
3. Conclusion Drawing
Alur terakhir dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan apakah
peranan TPI Pondok Dadap sudah sesuai dengan yang di intruksikan
oleh Pemerintah.
3.6.2 Analisis Pendapatan Nelayan
Untuk menganalisis pendapatan nelayan dilakukan analisis finansial.
Analisis pendapatan nelayan dilakukan perhitungan perbulan pada saat
penelitian dilakukan.
Pendapatan nelayan dapat dihitung dengan cara:
1. Total penerimaan selama melakukan penangkapan dihitung dengan
mengalikan antara jumlah hasil tangkapan dengan harga ikan.
2. Total penerimaan yang didapat tersebut, dikurangi biaya retribusi pelelangan
ikan 3 % (sesuai ketentuan yang berlaku), biaya bahan bakar,konsumsi, es
batu dan tambat labuh.
29
3. Setelah penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan biaya untuk melakukan
usaha penangkapan ikan, maka dilakukan pembagian keuntungan antara
pemilik kapal dengan ABK sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan.
4. Bagian hasil yang diterima pemilik kapal kemudian dikurangi biaya tetap
dalam usaha penangkapan ikan. Pendapatan nelayan bersih ( ) dihitung
berdasarkan selisih antara penerimaan total (total revenue/TR) dengan biaya
total (total cost/TC) dengan rumus (Mankiw, 2006):
Kriteria yang digunakan ; > 0= untung, < 0= rugi
Dimana = pendapatan bersih
TR = Total penerimaan
TC = Total Biaya
Tabel 3. Analisis Pendapatan Nelayan Selama Satu Bulan
No. Bulan Pendapatan nelayan (Rp/Bulan
Diluar TPI Di TPI
1.
30
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi Desa
Lokasi pada kegiatan penelitian ini adalah di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Pondok Dadap yang berada di perairan Sendang Biru yang berbatasan langsung
dengan Samudera Hindia dan Desa Tambakrejo yang merupakan salah satu
desa yang berada di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang
Jawa Timur. Letak geografis pada Dusun Sendang Biru yaitu 08o37’ – 08o41’
Lintang Selatan dan 112o35’ – 112o43’ Bujur Timur. Kawasan Sendang Biru
terletak pada lahan yang memiliki kondisi topografi yang bervariasi antara pantai,
daratan dan perbukitan dengan ketinggian 0-100 m diatas permukaan laut.
Batas-batas kawasan wilayah Sendang Biru, meliputi:
Sebelah Barat: berbatasan dengan Desa Sitiarjo
Sebelah Utara: berbatasan dengan Desa Kedung Banteng
Sebelah Timur: berbatasan dengan Desa Tambak Asri
Sebela Selatan: berbatasan dengan Samudera Hindia.
Secara umum wilayah daratan Sendang Biru memiliki topografi berbukit-
bukit dengan medan berlereng sedang hingga curam pada ketinggian 50-250
meter dari permukaan laut. Kemiringan lereng dikawasan tersebut cukup
bervariasi yaitu datar, landai, sedikit curam dan sangat curam. Pantai Sendang
Biru sebagian merupakan batuan kapur dan karang serta berdinding terjal,
bagian lain merupakan pantai yang sedikit landai dengan panjang relatif pendek
(50-100 meter) terdapat dibagian Timur dan Barat. Si Sendang Biru terdapat dua
macam jenis tanah yaitu aluvial kelabu yang subur dan komplek litosol,
31
mediterania dan renzina yang mengandung kapur. Secara umum tanah di
Sendang Biru merupakan lapisan kapur yang mudah tererosi dan tidak subur.
4.1.2 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Tambakrejo menurut data sensus penduduk
tahun 2017 yaitu 8.284 jiwa, terdiri dari 3.578 orang (43,2%) laki-laki dan 4.706
orang (56,8%) perempuan dengan 2.241 (27,1%) kepala keluarga dan dapat
dilihat pada Tabel 6:
Tabel 4. Jumlah Penduduk Tambakrejo No Uraian Keterangan
1 Jumlah Laki-laki 3.578
2 Jumlah Perempuan 4.706
3 Jumlah total 8.284
4 Jumlah Kepala Keluarga 2.241 KK
Sumber: Desa Tambakrejo, Kabupaten Malang 2017.
Dilihat dari mata pencaharian penduduk Desa Tambakrejo ada beberapa
macam mata pencaharian dan dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 5. Mata Pencaharian Penduduk Tambakrejo No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
1 Petani 716 394
2 Buruh Tani 205 56
3 Buruh migrant perempuan 83 -
4 Buruh migrant laki-laki - 104
5 Pegawai negri sipil 9 5
6 Pedagang keliling 8 3
7 Peternak 50 38
8 Nelayan 2.169 -
9 Montir 10 -
10 TNI 3 -
11 POLRI 3 -
12 Pensiunan TNI/POLRI/PNS 25 15
13 Pengusaha kecil dan menengah 50 67
14 Dukun kampung terlatih 5 7
15 Pengusaha besar 10 8
16 Karyawan perusahaan swasta 25 16
17 Karyawan perusahaan pemerintah 22 27
18 Sopir 58 -
19 Tukang ojek 201 -
20 Tukang cukur 3 -
21 Tukang batu/kayu 22 -
Sumber: Desa Tambakrejo, Kabupaten Malang, 2017.
32
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa
Tambakrejo yaitu berprofesi sebagai Nelayan dengan jumlah 2.169 (49,2%)
orang dan profesi kedua terbanyak yaitu Petani dengan jumlah 1.110 (16,2%)
orang.
Dilihat dari jenis etnisnya penduduk Tambakrejo memiliki beberapa
macam etnis dan dapat dilihat pada tabel 8:
Tabel 6. Jenis etnis penduduk Tambakrejo
No Etnis Laki-Laki Perempuan
1 Jawa 3.888 3.443
2 Madura 262 124
3 Bugis 431 136
Jumlah 4.581 3.704
Jumlah total 8284 orang
Sumber: Desa Tambakrejo, Kabupaten Malang, 2017.
Dari data tabel 8 sebagian besar penduduk Desa Tambakrejo merupakan
suku jawa berjumlah 7.331 orang dengan jumlah laki-laku 3.888 orang dan
perempuan 3.443 orang.
Dilihat dari pendidikannya Desa Tambakrejo memiliki beberapa macam
jenjang pendidikan dan dapat dilihat pada tabel 9:
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk Tambakrejo.
No Tingkatan Pendidikan Laki – Laki Perempuan
1 Usia 3-6 Tahun yang belum
masuk Tk
35 25
2 Usia 3-6 Tahun yan sedang TK /
Playgroup
119 125
3 Usia 7-18 Tahun yang tidak
pernah sekolah
80 55
4 Usia 7-18 Tahun yang sedang
sekolah
96 -
5 Usia 18-56 Tahun yang tidak
pernah sekolah
34 26
6 Usia 18-56 tahun pernah SD
tetapi tidak Tamat
42 38
7 Tamat SD sederajat 1.636 1.542
8 Jumlah usia 18-56 tahun yang
tidak tamat SLTP
25 15
9 Jumlah usia 18-56 tahun yang 15 16
33
No Tingkatan Pendidikan Laki – Laki Perempuan
tidak tamat SLTA
10 Tamat SMP /Sederajat 226 212
11 Tamat SMA / sederajat 98 72
12 Tamat D1 - -
13 Tamat D2 - 5
14 Tamat D3 - -
15 Tamat S1 8 7
16 Tamat S2 - -
17 Tamat S3 - -
Jumlah 2.084 1.933
Jumlah Total 4.017
Sumber: Desa Tambakrejo, Kabupaten Malang, 2017.
Bedasarkan tabel diatas diketahui bahwa sektor pendidikan di Desa
Tambakrejo harus mendapat perhatian, hal ini dapat dilihat dari data yang ada
bahwa terbanyak hanya tamatan SD Sederajat dengan jumlah laki-laki 1.636
(40,7%) orang dan perempuan 1.542 (38,4%) orang sedangkan jenjang
pendidikan tertinggi hanya sampai tamat S1 dengan jumlah laki-laki 8 (0,2%)
orang dan perempuan 7 (0,2%) orang.
4.2 Keadaan Umum Perikanan Sendang Biru
4.2.1 Nelayan
Menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dalam
BAB 1 pasal 1 menyebutkan bahwa nelayan adalah orang yang
bermatapencaharian menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
dalam BAB 1 pasal 1, nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehrai-hari yang
menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 Gross Ton (GT).
Pemerintah memilik program untuk memberdayakan nelayan kecil,
pembudidaya ikan, serta pengembangan SDM dan kelompok nelayan dalam
Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Berdasarkan Undang-
34
Undang, disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk membangun dan
membina prasarana perikanan. Hal tersebut juga dijelaskan didalam Undang-
Undang No. 7 Tahun 2016 bahwa prasarana dan pemasaran sebagai dimaksud
paling sedikit meliputi tempat pelelangan ikan, tempat penjualan hasil perikanan,
jalan distribusi dan instalasi penanganan limbah. Pemerintah pusat dan
Pemerintah daerah juga bertanggung jawab atas pemberdayaan nelayan,
pembudidaya ikan dan petambak garam.
Jumlah nelayan yang beroperasi di Desa Tambakrejo khususnya di
Pelabuhan Perikanan Pantai Sendang Biru pada tahun 2017 berjumlah 2.169
orang. Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Sendang Biru tidak semua
berasal dari Desa Tambakrejo, ada nelayan yang berasal dari Banyuwangi,
Jember, Situbondo, Surabaya, Madura dan ada juga yang berasal dari luar Pulau
yaitu berasal dari Balikpapan, Makassar atau Bugis dan lain-lain. Hal tersebut
terjadi karena banyak nelayan yang berasal dari luar kota bahka luar pulau yang
mengalami kesulitan dalam melakukan pengoperasian maupun penangkapan di
daerahnya.
4.2.2 Armada Penangkapan
Armada yang digunakan di Sendang Biru menurut Instansi Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap ada 2 jenis, yaitu perahu tanpa motor dan
perahu motor tempel. Pada perahu motor tempel biasanya para nelayan
menggunakan perahu motor dengan sekitar <10 GT.
Berikut jumlah armada yang ada di Sendang Biru Kabupaten Malang pada
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 10.
35
Tabel 8 Jumlah Armada Penangkapan yang ada di Sendang Biru
No Armada Penangkapan Jumlah
1 Purse Seine 52
2 Sekoci 450
3 Jukung 157
4 Kunting 75
5 Pendatang 250
Jumlah 984
Sumber: IPP Pondokdadap Sendang Biru, 2017.
Dari tabel 10 Armada terbanyak yang digunakan di Sendang Biru
Kabupaten Malang pada tahun 2017 yaitu armada sekoci dengan jumlah 450
(45,7%) armada. Armada sekoci di Sendang Biru biasanya memiliki ukuran
antara 10-14 GT.
4.2.3 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap
Dilihat dari jenis dan jumlah alat tangkap yang beroperasi di TPI
Pondokdadap Sendang Biru ada beberapa macam alat tangkap dan dapat dilihat
pada Tabel 11:
Tabel 9. Jumlah dan jenis alat tangkap yang beroperasi di TPI Pondok Dadap
No. Jenis alat tangkap Jumlah
1 Pancing tonda/Pancing ulur 106
2 Purse seine 9
Jumlah 115
Sumber: IPP Pondokdadap Sendang Biru, 2017.
Alat tangkap yang ada di Sendang Biru Kabupaten Malang antara lain:
purse seine, pancing tonda dan pancing ulur. Alat tangkap yang ada di Sendang
Biru Kabupaten Malang dapat dikatakan tidak terjadi perubahan perkembangan
jenis alat tangkap pancing ulur. Pada bulan Mei alat tangkap yang banyak
dioperasikan adalah alat tangkap pancing ulur dan pancing tonda dengan
armada sekoci. Sedangkan pancing tonda menggunakan armada jukung.
36
4.2.4 Jenis dan Jumlah Produksi Ikan
Jumlah ikan yang didaratkan pada Tempat Pelelangan Ikan Pondokdadap
Sendang Biru pada bulan April 2017 yaitu sebesar 267.998 kilogram. Dari
seluruh jumlah tersebut dihasilkan dari alat tangkap jenis pancing ulur yaitu ikan-
ikan besar sebagai target utama ikan Tuna jenis albacore (Thunnus alalunga),
madidihang (Thunnus albacares), setuhuk (Makaira indica) dan lain-lain dengan
bycatch yaitu lemadang (Crophynea hippurus), baby tuna dan lain-lain.
Sedangkan ikan yang dihasilkan oleh alat tangkap jenis purse seine yaitu seluruh
ikan dalam gerombolan, seperti ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan lain-
lain dengan bycatch yaitu kebanyakan baby tuna. Berikut merupakan jenis ikan
tangkapan nelayan beserta harganya yang disajikan pada tabel 12:
Tabel 10 Jenis Ikan Tangkapan Nelayan
No. Jenis Ikan Harga/Kg.
1 Tuna (keseluruhan great A,B,C) 40.000 – 50.000
2 Cakalang/BN 12.000 – 16.000
3 Baby tuna 18.000 – 20.000
4 Black marlin 30.000 – 32.000
5 Tongkol 10.000 – 11.000
6 Layang 12.000 – 14.000
7 Lamadang 20.000 – 25.000
8 Bandeng laut 15.000 – 17.000
9 Ikan sisik 3.000 – 5.000
Sumber: Data TPI Pondokdadap, 2017.
4.2.5 Jenis dan Jumlah Pengolahan Ikan
Dari ikan hasil tangkapan nelayan yang didapatkan dari TPI
Pondokdadap Sendang Biru ada yang dijual segar secara langsung. Biasanya
para pedagang menjual ikan tersebut pada pasar yang terletak disekitar
lingkungan TPI. Selain dijual secara langsung ada juga yang diolah, seperti
pengolahan jenis pemindangan, pengasinan dan pengabonan. Adapula yang
diolah menjadi olahan lain seperti petis ikan, kerupuk ikan dan stik tuna. Hal
37
tersebut dilakukan supaya ikan hasil tangkapan nelayan bisa lebih awet dan
bermanfaat sebagai bentuk makanan lain yang tentunya lebih baik.
Berikut jenis dan jumlah pengolahan ikan disekitar TPI pada tahun 2017
dapat dilihat pada tabel 13:
Tabel 11. Jenis dan Jumlah Pengolahan Ikan disekitar TPI
No. Jenis pengolahan Jumlah
1 Pemindangan 10
2 Pengasinan 5
3 Ikan segar 20
4 Pengabonan 3
Jumlah 38
Sumber: KUD Mina Jaya Sendang Biru, 2017.
4.3 Gambaran Umum Kegiatan Tempat Pelelangan Ikan Pondok Dadap
Tempat pelelangan Ikan (TPI) Pondokdadap di Dusun Sendang Biru, Desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang merupakan
sentral pemasaran hasil laut.
Sebagai sentral pemasaran hasil perikanan laut di Kabupaten Malang,
tempat pelelangan ikan (TPI) Pondokdadap mendapat pasokan ikan segar yang
dibawa langsung oleh nelayan. Diseberang Sendang Biru terdapat Pulau yaitu
Pulau Sempu, dimana Pulau Sempu ini berfungsi sebagai Break water atau yang
berfungsi untuk pelindung TPI dari gelombang besar yang datang dari Samudera
Hindia.
Letak Tempat Pelelangan Ikan Pondokdadap langsung berhadapan
dengan Samudera Hindia, sehingga sangat strategi untuk kegiatan pendaratan,
bongkar muat ikan, pelelangan dan sarana pendistribusian ikan ke lembaga
pemasaran yang lebih rendah. Kegiatan pendaratan, bongkar muat, pelelangan
dan pendistribusian ikan dilakukan setiap kali ada kapal yang mendarat.
38
Melalui Tempat Pelelangan Ikan Pondokdadap ikan hasil tangkapan
nelayan langsung dilakukan pelelangan dan kemudian disalurkan kepada
pengambek dan selanjutnya disalurkan kepada pengusaha-pengusaha untuk
dikirim keluar kota dan pabrik filet serta pengolahan ikan lainnya. Tempat
Pelelangan Ikan Pondokdadap sebagai sarana memperlancar proses kegiatan
jual beli ikan hasil tangkapan.
Penangkapan
ikan
Lelang Pengambak Pengusaha-
pengusaha
39
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil dan Kegiatan Perikanan TPI Pondok Dadap
Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP) Pondok Dadap mulai
dibangun pada tahun 1987 dan mulai dikembangkan pada tahun 2000 sampai
dengan sekarang. Sebelumnya pada tahun 1983, terdapat tiga kapal asal Puger
yang mendarat di Pantai Sendang Biru. Lokasi pantai yang terhalang oleh
semacam break water alami yang membuat perairan pantai menjadi tenang,
sehingga kegiatan pendaratan ikan menjadi lebih mudah. Semakin lama, daerah
ini semakin banyak didatangi oleh nelayan-nelayan dari berbagai daerah, seperti
Banyuwangi, Puger, dan Sulawesi.
Pada masa itu, terdapat tokoh masyarakat asal Irian memiliki ide untuk
membangun Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), kemudian tokoh tersebut
mengontak Dinas Perikanan Kabupaten Malang. Setelah itu, dibentuklah tempat
pelelangan pertama di daerah ini, yaitu PPI Pondokdadap. Pondokdadap sendiri
diambil dari 2 kata, yaitu pondok dan dadap, yaitu pondok sebagai tempat
berteduh nelayan dan dadap diambil dari nama pohon dadap.
Melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12/MEN/2004
tanggal 25 Februari 2004, PPI Pondok Dadap ditingkatkan statusnya menjadi
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondok Dadap.
Kondisi yang semakin berkembangnya teknologi penangkapan yang dapat
menghasilkan produksi ikan yang berkualitas ekspor serta jumlah armada kapal
yang semakin banyak dan bervariasi, secara tidak langsung dibutuhkan
pembangunan yang tepat guna menunjang kebutuhan nelayan, bakul, dan
pengusaha ikan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Mulai awal
tahun 2000, para nelayan daerah Sulawesi dan Kalimantan memperkenalkan
40
cara penangkapan ikan dengan menggunakan alat penentu posisi (GPS).
Teknologi ini diserap dan berkembang di PPP Pondokdadap ini dan teknologi ini
dimanfaatkan hingga saat ini.
5.1.1 Visi dan Misi TPI Pondok Dadap
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondok Dadap dikelola oleh Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Malang yang mempunyai visi dan misi
sebagai berikut:
Visi
Mewujudkan sistem usaha perikanan tangkap berbasis pelayanan prima
Misi
1. Menyediakan fasilitas dan jasa yang berorientasi kepada pertumbuhan
usaha perikanan tangkap.
2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengembangkan perikanan
tangkap.
3. Meningkatkan kesejahteraan nelayan tangkap dan masyarakat perikanan.
4. Mewujudkan dan memberdayakan usaha perikanan tangkap sebagai
sumber ekonomi.
5. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui industri perikanan yang
bertanggung jawab.
5.1.2 Fasilitas Pokok dan Fasilitas Penunjang
Fasilitas pokok merupakan fasilitas yang harus ada. Fungsi fasilitas pokok
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondokdadap adalah sebagai prasarana
pendukung aktivitas nelayan untuk melakukan kegiatan penanganan ikan dilaut,
tempat membongkar ikan hasil tangkapan dan memuat perbekalan, serta tempat
tambat labuh kapal-kapal penangkapan ikan. Adapun fasilitas pokok di TPI
Pondokdadap antara lain:
41
Tabel 12. Fasilitas Pokok No Fasilitas Fungsi Gambar
1 Gedung beratap
dengan
kemiringan lantai
tertentu
Area pusat kegiatan
dari Tempat
Pelelangan, yaitu
tempat melelang ikan
hasil tangkapan dan
menjadi tempat
pertemuan antara
penjual
(nelayan/pengambek)
dan pembeli
(pengusaha dan
konsumen).
2 Loket
pembayaran
Kasir ini digunakan
untuk pembayaran
ikan hasil tangkapan
yang telah berhasil di
lelang.
3 Dermaga Dermaga ini
digunakan berbagai
kegiatan bongkar
muat untuk
melakukan proses
pelelangan ikan hasil
tangkapan.
Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung
mempertinggi peranan pelabuhan perikanan dan tidak termasuk fasilitas dasar
atau fungsional. Adapun fasilitas penunjang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Pondokdadap antara lain:
42
Tabel 13. Fasilitas Penunjang No Fasilitas Fungsi Gambar
1 Timbagan ikan Untuk meningmbang
berat ikan
2 Kursi dan meja
kerja
Untuk kerja dalam
proses kegiatan
lelang seperti
menimbang dan
menulis nota.
3 Pengeras suara digunakan ketika
lelang, agar semua
yang ada di tempat
lelang mendengar
suara juru lelang.
4 Nota penjualan
digunakan untuk
menulis ikan hasil
lelang seperti nama
juragan, nama kapal,
jenis ikan, jumlah
berat dan harga.
Nota penjualan akan
di kurangi 1,5 % dari
jumlah ikan hasil
tangkapan untuk
biaya lelang.
5 Nota pembelian untuk menulis ikan
hasil lelang seperti
nama bakul, nama
kapal, jenis ikan,
jumlah berat dan
harga. Nota
pembeliaan akan di
kurangi 1,5% dari
ikan hasil tangkapan
yaitu untuk biaya
lelang.
43
Tabel 15. Fasilitas Penunjang lanjutan
No Fasilitas Fungsi Gambar
6 Nota lelang
untuk menulis ikan
yang berhasil di lelang
seperti nama nelayan,
nama bakul, jenis
ikan, harga ikan, dan
berat ikan.
7 Karcis Karcis atau pupil ini
digunakan untuk
menulis berat ikan
dan nama kapal
setelah proses di
timbang dan biasanya
di taruh di atas ikan
atau di atas
keranjang.
8 Buku Lelang Buku lelang ini
digunakan untuk
menulis jenis ikan,
berat ikan dan nama
kapal setelah proses
penimbangan.
9 Toilet
Toilet yang ada di TPI
Pondokdadap ini
digunakan untuk
umum dan biasanya
di ambil pungutan
biaya setelah
menggunakan toilet
umum ini sebesar Rp.
2.000,-.
5.1.3 Kegiatan Perikanan di TPI Pondokdadap
a) Kegiatan yang berkaitan dengan produksi
Tambat labuh perahu atau kapal
Bongkat muat hasil tangkapan
Penyaluran perbekalan dan awak kapal
Pemeliharaan alat tangkap
44
b) Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemasaran
Penanganan hasil tangkapan
Pelelangan ikan
Pengepakan dan pendistribusian
Kondisi fisik dari bangunan dan fasilitas yang ada di TPI Pondokdadap saat
ini cukup baik, tetapi fasilitas yang ada di TPI Pondokdadap masih belum
beroperasi secara maksimal bahkan ada yang terbengkalai karena sudah jarang
digunakan. Fasilitas untuk menunjang berbagai aktivitas belum terlaksana
dengan baik diantaranya yaitu daftar kapal melaut, pengelolaan dan pembinaan
mutu ikan, pengumpulan data statistik perikanan, pengendalian dan pengawasan
kapal ikan dan penyampaian informasi perikanan kepada nelayan.
45
5.1.3 Struktur Organisasi
Gambar 3. Struktur Organisasi TPI
46
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondokdadap diselenggarakan langsung
oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Malang melalui kepala UPTD
Kecamatan Sumbermanjing yang ditunjuk oleh kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Malang serta dibantu oleh KUD Mina Jaya. Berikut
merupakan susunan organisasi dan tugas karyawan TPI Pondokdadap disajikan
pada Tabel 16:
Tabel 14. Status dan Tugas Karyawan TPI No Status Tugas
1 Kepala Dinas
Perikanan dan
Kelautan Malang
Sebagai penanggung jawab atas penyelenggaraan
pelelangan ikan di TPI
2 Kepala UPTD
Dinas Perikanan
dan kelautan
Bertugas memimpin seluruh kegiatan di TPI serta
melaksanakan koordinasi dengan pihak lain meliputi
instansi Pemerintah maupun perorangan dan mencatat
hasil laporan bulanan kegiatan TPI Pondokdadap.
3 KUD Mina Jaya Sebagai penyelenggara pelelangan ikan, sesuai SK Bupati
Malang Nomor 337/KEP/M/II/1993.
4 Juru timbang Melakukan penimbangan dan pencatatan berat terhadap
ikan yang masuk ke TPI.
5 Juru lelang Menjadi petugas antara pembeli dan penjual ikan (nelayan
dan pengusaha).
6 Juru nota
pembelian dan
penjualan
Mengisi nota pembelian dan mencatat nama pembeli dan
mengisi nota penjualan dan nama penjual
7 Juru nota lelang Mengisi nota lelang dari hasil lelang (pemenang dan
penjual).
8 Juru buku - Mencatat jumlah ikan dan hasil retribusinya
- Meneliti kelengkapan dan kebenaran bukti-bukti
pembukuan
- Melaksanakan pembukuan sesuai prosedur dan sistem
yang telah ditetapkan
- Menyimpan data keuangan berupa laporan yang
lengkap dengan penjelasan dan lampiran yang
dibutuhkan
9 Kasir TPI Menerima, menyimpan uang serta melaksanakan
administrasi kas
Bertanggung jawab pada keuangan TPI
Menyimpan bukti-bukti mengenai kas masuk dan
keluar
Bertanggung jawab atas jumlah penerimaan dan
pengeluaran kas
Memberikan laporan saldo kas kepada KUD
47
Tabel 16. Status dan Tugas Karyawan TPI Lanjutan
No Status Tugas
10 Security TPI Menjadi petugas keamanan pada proses pelelangan ikan
di TPI
11 Petugas kebersihan Bertugas untuk membersihkan TPI setelah proses
pelelangan selesai supaya TPI selalu dalam kedaan bersih
dan siap digunakan kembali
(Sumber: KUD Mina Jaya, 2017).
TPI Pondokdadap memiliki kepengurusan secara struktural, dimana
susunan organisasi TPI memiliki hubungan yang erat. Peran TPI sebagai
pelaksana pelelangan ikan sekaligus sebagai penyelenggara pelelangan. Kepala
UPTD Dinas Perikanan dan Kelautan ditentukan oleh pihak DKP Malang,
sedangkan untuk karyawan TPI ditentukan oleh Kepala KUD sebab
kepengurusan TPI dibawah naungan KUD. Sistem kepengurusan yang telah
terbentuk ini telah berjalan sesuai dengan tugas masing-masing.
5.2 Peranan TPI dalam Pelaksanaan Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan
5.2.1 Proses Pelelangan Ikan di TPI Pondokdadap
Proses pelelangan ikan di TPI Pondokdadap secara garis besar melalui
dua tahapan yaitu kegiatan lelang dan kegiatan administrasi. Proses pelelangan
di TPI Pondokdadap dilaksanakan setiap hari (selesai kapal melaut). Mekanisme
pelaksanaan pelelangan di TPI Pondokdadap diikuti oleh nelayan dan bakul
serta pelaksanaan pelelangan diatur oleh petugas TPI. Dalam proses
pelelangan, peserta pelelangan telah ditetapkan oleh KUD Mina Jaya dan
peserta tersebut telah terdaftar di KUD. Untuk menjadi peserta pelelangan,
peserta harus mempunyai modal jaminan berupa barang senilai Rp. 20.000.000,-
yang berupa sertifikat tanah ataupun BPKB mobil dan sudah ditanda tangani
oleh Kepala Desa. Hal ini dilakukan untuk menghindari para pengusaha yang
curang dan lari dari tanggungjawabnya. Pengusaha dalam mengikuti lelang
48
diizinkan untuk membeli ikan lebih dari harga modal yang dijadikan modal pada
KUD Mina Jaya.
Kegiatan administrasi berupa pembuatan laporan aktivitas bulanan yang
disetorkan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Malang. Laporan tahunan
yang berisi pencapaian kerja yang meliputi jumlah ikan yang dilelang, punugutan
retribusi dan setoran ke Pemerintah daerah.
Alur Proses Lelang
Kegiatan pelelangan di TPI Pondokdadap dilaksanakan secara lelang
terbuka atau lelang terbuka melalui sampel dengan sistem penawaran
meningkat. Syarat untuk menjadi peserta lelang yaitu dengan memberikan foto
copy KTP, kartu keluarga (KK), pas foto dan jaminan yang telah ditentukan.
Dalam pelelangan peserta tidak boleh ada hubungan kontak dengan pemilik
kapal. Sehingga dalam proses pelelangan siapapun yang memenuhi persyaratan
dapat menjadi peserta lelang dan yang menjadi pemenang adalah para pembeli
yang membeli dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan lelang. Pada
umunya diikuti oleh nelayan dengan alat tangkap pancing. Berikut merupakan
alur proses dalam kegiatan lelang di TPI Pondokdadap yang disajikan pada
Gambar 5.
49
Gambar 4. Alur proses Pelelangan
Dari mekanisme lelang diatas dapat diuraikan seperti dibawah ini:
1. Pelelangan ikan di TPI Pondokdadap dilakukan sewaktu-waktu mulai dari
pukul 07.00 WIB – 15.00 WIB sesuai dengan waktu pendaratan kapal dan
pembongkaran ikan hasil tangkapan. Ikan hasil tangkapan di pilih dan di sortir
sesuai dengan jenis dan ukuran di atas kapal dan di tata dalam keranjang
(Fish Basket) oleh ABK sebelum di daratkan di TPI Pondokdadap.
2. Pelaksanaan pelelangan ikan di awali dengan persiapan oleh juru lelang , juru
timbang, juru tulis dan juru nota untuk mempersiapkan peralatan dan tempat
pelelang ikan. Setelah kapal di daratkan dan ikan dibongkar ikan langsung di
angkut oleh juru angkut.
3. Jasa angkut tersebut mendapatkan upah sebesar Rp 5000,-/per angkutan dan
perangkutan membutuhkan 2 juru angkut. Jadi setiap juru angkut mendapat
upah sebesar Rp 2500,-. Setelah di angkut ke tempat lelang ikan kemudian di
Kapal Sandar Bongkar hasil tangkapan
Pengangkutan ikan
Penimbangan ikan
Proses pelelangan ikan
Pencatatan nota
Pembayaran ke loket
50
timbang ke juru timbang setelah di timbang ikan diberi kertas putih
(karcis/pupil) dengan tulisan berat dan nama kapal oleh juru timbang yang
ditempelkan pada ikan.
4. Kemudian ikan di tata di lantai lelang setelah semua ikan hasil tangkapan satu
kapal masuk ke tempat pelelangan.
5. Setelah semua selesai dari proses pembongkaran dan penimbangan, ikan
diletakkan di depan umum yang disaksikan oleh pemilik ikan ( nelayan) dan
bakul-bakul (pengusaha) yang sudah perada di tempat pelelangan tersebut.
Dalam proses pelelangan, nelayan telah memberi mandat kepada pengambek
untuk mewakili proses lelang.
6. Dalam proses lelang ini, petugas juru lelang telah menetapkan harga minimal
tertentu per kilo gram. Harga minimal tersebut didapatkan dari pengambek,
penentuan harga tersebut disesuaikan dengan kondisi ramai atau tidaknya
hasil tangkapan nelayan. Misalkan pada musim ikan maka pengambek
mematok harga rendah dan sebaliknya pada musim paceklik maka
pengambek mematok harga yang tinggi. Kemudian juru lelang menetapan
harga minimal tertentu dan ditawarkan pada bakul-bakul yang berada di
tempat pelelangan sampai bakul ikan penawar harga tertinggi. Setelah harga
tertinggi terpenuhi dan tidak ada yang melebihi harga tertinggi maka ikan akan
diberikan kepada bakul yang telah menawar dengan harga tertinggi. Dan
pelelangan dilakukan secara terbuka dan untuk umum. Untuk ikan-ikan besar
seperti ikan Tuna (thunus albaceres) dan Albakor (thunnus alalunga)
biasanya dilelang kepada pelanggan tetap tetapi untuk ikan-ikan kecil seperti
ikan cakalang (katsuwonus pelamis) dan baby tuna (thunus spp) dilelang
secara umum.
7. Bagi pelelang pemula harus mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai peserta
lelang kebagian pelayanan TPI. Setelah lelang berhasil di lakukan maka juru
51
nota lelang mengisi nota lelang dan menulis nama penjual, pembeli, berat
ikan, harga ikan, dan jenis ikan yang telah di lelang dan pemilik ikan akan
mendapatkan nota. Nota lelang tersebut rangkap 4 yaitu warna putih (nota
lelang 1) yang di berikan kepada nelayan ataupun pengambek, warna merah
(nota lelang 2) yang di berikan kepada pengusaha/pembeli pemenang lelang,
warna biru (nota lelang 3) yang di berikan kepada kasir TPI untuk di jadikan
pembukuan, dan yang terakhir warna kuning (nota 4) yang diberikan kepada
Dinas Kelautan dan Perikanan. Dan setelah itu juru buku mencatat harga
berat dan jenis ikan pada buku lelang.
8. Setelah pelelangan selesai, nelayan tidak langsung menerima uang hasil
lelang tersebut. Nelayan harus menunggu sampai para pengusaha/pembeli
membayar pada kasir TPI. Di TPI Pondokdadap pembayaran biasanya dalam
bentuk sistem kredit dimana waktu pembayaran diberi waktu maksimal 5 hari.
Setelah waktu pembayaran habis selama kurun waktu 5 hari dan bakul (
pengusaha ) tidak bisa membayar maka akan di skorsing dan tidak bisa ikut
lelang selanjutnya sampai pengusaha melunasi uang hasil pelelangan
tersebut.
9. Proses pelunasan yang dilakukan oleh pembeli tersebut pertama uang hasil
pembelian ikan di bayarkan kepada kasir dengan menunjukkan nota lelang.
Kemudian oleh juru kasir, nota pembelian di berikan kepada pengusaha. Dan
juru kasir menulis nama pembeli, penjual, berat, dan jenis ikan sesuai dengan
nota lelang. Kemudian mengalikan berat ikan dengan harga per kilo gram dan
ditambah 1,5% untuk retribusi. Setelah pengusaha membayar hasil
pembeliannya, pengambek akan menunjukkan nota lelang kepada kasir dan
juru nota penjualan. Setelah itu petugas memberikan nota penjualan kepada
pengambek untuk mengambil uang pada kasir.
52
Dalam alur proses pelelangan di TPI Pondok Dadap, waktu yang
dibutuhkan nelayan mulai dari kapal sandar hingga ke proses administrasi
cukup singkat yaitu rata-rata setiap kapal membutuhkan waktu sekitar satu
jam. Sehingga kualitas ikan hasil tangkapan nelayan masih terjaga
kualitasnya.
5.2.2 Retribusi Pelelangan
Peraturan daerah tentang retribusi di berlakukan di Tempat pelelangan ikan
Pondokdadap Sendang Biru. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah
(PERDA) Kabupaten Malang no. 1 Tahun 2009 adalah tentang penyelenggaraan
pelelangan ikan di TPI dalam wilayah kab. Malang, dan untuk pelayanan
penyelenggara pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan ditetapkan jasa lelang
diputuskan menjadi 3% yaitu 1,5% dari penjual dan 1,5 dari pembeli. Pembagian
retribusi dari hasil pungutan sebanyak 3% diakumulasikan dan dijadikan menjadi
100%. Pungutan tersebut dibagi dengan beberapa hal, yaitu sebanyak 50%
untuk pemerintah daerah dan 50% untuk KUD. Berikut adalah rincian pembagian
hasil dari retribusi :
1. 50% Pendapatan Asli Daerah (PAD) 40% untuk Kabupaten Malang
10% untuk Propinsi
2. 30% Gaji Karyawan KUD
3. 2,5% Kelompok nelayan
4. 2,5% Bakul nelayan
5. 3% Keamanan TPI (meliputi koramil, polsek, Airud, dan AL)
6. 3% Dana Desa
7. 4% Dana Sosial (kecelakaan laut dll)
8. 5% Perawatan TPI
53
Dalam peraturan retribusi ini sangatlah diperlukan dan harus dengan
pengawasan yang baik. Karena ini merupakan salah satu bentuk kegiatan
manajemen dalam pelelangan ikan di Tempat pelelangan ikan Pondokdadap
Sendang Biru Kabupaten Malang.
Pelaksanaan kegiatan pelelangan di TPI Pondokdadap cukup baik. Hal
tersebut terjadi karena adanya sarana dan prasarana yang memadai dan
pembangunan TPI yangtelah terealisasi. Antusias nelayan dalam menjual ikan
melalui TPI terlihat dari banyaknya ikan yang dilelang selama tahun 2017,
disamping itu nelayan dan bakul sebagai peserta lelang cukup tertib dalam
mengikuti prosedur pelelangan yang ditetapkan. Tetapi masih ada beberapa
bakul yang menjadi peserta lelang namun tidak memenuhi persyaratan untuk
mengikuti lelang.
Berdasarkan Peraturan Bupati Malang Nomor 1 Tahun 2009 mengenai
penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI dapat dibandingkan dengan hasil fakta
di lapang,dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 15. Perbandingan Perpu nomor 1 tahun 2009 dengan fakta di Lapang No Peraturan Bupati Malang nomor
1 Tahun 2009
Fakta di Lapang
1 TPI adalah tempat penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan dengan cara pelelangan.
Peranan TPI dalam melakukan pelelangan ikan berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada.
2 Besarnya tarif retribusi untuk jasa atas pelayanan Penyelenggara Pelelangan Ikan di TPI ditetapkan sebesar 3% (tiga persen) dari harga transaksi penjualan ikan melalui lelang 1,5 % (satu setengah persen dari nelayan/penjual dan1,5 % (satu setengah persen) dari pedagang/bakul/pembeli ikan.
Ketetapan tarif restribusi sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan Perpu
3 Retribusi Pelelangan Ikan
disetorkan sebagai bagian dari
Pendapatan Asli Daerah ke Kas
Umum Daerah.
Dari retribusi yang diakumulasikan
menjadi 100% tersebut 50% untuk PAD
dan 40% untuk Kabupaten Malang dan
10% untuk Propinsi.
54
Tabel 16. Perbandingan Perpu nomor 1 tahun 2009 dengan fakta di Lapang Lanjutan No Peraturan Bupati Malang nomor
1 Tahun 2009
Fakta di Lapang
4 Penyelenggara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam
Pasal ini dapat menunjuk Koperasi
atau Badan Hukum sebagai
Pelaksana Lelang di Wilayah
Kabupaten Malang.
Sebagai penyelenggara yaitu KUD
Mina Jaya
5 Pembayaran transaksi pembelian
ikan dilakukan secara tunai dengan
jangka waktu yang disetujui oleh
Pelaksana Lelang.
Kurang sesuainya dengan perpu,
meskipun secara kredit namun waktu
pembayaran diberi waktu maksimal 5
hari. Apabila pedagang membayar ikan
lebih dari batasnya, maka pedagang
akan dikenakan sanksi.
6 Setiap nelayan yang
memanfaatkan fasilitas TPI wajib
menyerahkan hasil tangkapannya
kepada Pelaksana Pelelangan
untuk dilelang.
Sesuai dilapang, dimana setiap kapal
bersandar, ikan hasil tangkapan
nelayan langsung dilelang di TPI, dan
berat ikan yang diperoleh selalu lebih
50kg.
7 Pelelangan di bawah 50 kg dapat
dilakukan apabila ada permintaan
dari nelayan dan/atau bakul.
Sesuai dilapang, meskipun berat ikan
kurang dari 50kg, ikan akan tetap
dilelang apabila ada permintaan dari
bakul. Namun hal tersebut jarang
terjadi di TPI karena kebanyakan
nelayan yang hasil tangkapannya
sedikit sudah melakukan perjanjian
dengan bakul.
Dari Tabel 17, dapat disimpulkan bahwa kegiatan di TPI Pondokdadap
terkait peranan dalam pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan menurut
Peraturan Bupati Malang nomor 1 tahun 2009 dibandingkan dengan kenyataan
dilapang bahwa kegiatan yang ada di TPI Pondokdadap sebagian besar sudah
berjalan sebagaimana mestinya. Keadaan ini menunjukkan TPI Pondok Dadap
mempunyai peran relatif besar dalam peningktan kesejahteraan masyarakat
nelayan dan pemasaran hasil perikanan. Namun ada beberapa faktor yang
menyebabkan TPI tidak berperan sempurna. Menurut keterangan nelayan yang
tidak menjual ikan melalui TPI disebabkan karena mereka sudah terikat dengan
55
tauke, sebagai pemilik kapal maupun tauke sebagai penanggung biaya selama
mereka ke laut. Selain itu menurut keterangan nelayan lainnya sedikitinya jumlah
hasil tangkapan ikan sehingga menyebabkan mereka tidak melakukan
pelelangan di TPI. Dan menurut kepala TPI ukuran kapal ikut mempengaruhi
jumlah hasil tangkapan nelayan untuk menjual ikan di TPI, karena syarat ikan
untuk dilelang di TPI minimal dengan berat 50 kg.
5.3 Kelebihan dan Kekurangan Memasarkan Ikan melalui TPI dan diluar TPI
5.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Pemasaran Ikan melalui TPI
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan pemasaran ikan didalam TPI
disajikan pada tabel 18.
Tabel 17 kelebihan dan kekurangan pemasaran ikan melalui TPI
No Kelebihan Kekurangan
1 Syarat mengikuti lelang mudah untuk
dipenuhi.
Bayar retribusi
2 Proses pelelangan cepat
3 Banyaknya jumlah bakul
4 Proses administrasi mudah
5 Ikan selalu laku terjual
a. Kelebihan
1. Syarat mengikuti lelang mudah untuk dipenuhi.
Persyaratan untuk menjadi peserta lelang di TPI Pondokdadap mudah
untuk dipenuhi, yaitu memberikan uang jaminan, foto copy KTP, Kartu
Keluarga dan lain-lain.
2. Proses pelelangan cepat
Proses pelelangan dilakukan secara lelang terbuka, dimana peserta
lelang sebagai penawar tertinggilah yang ditetapkan sebagai
pemenang.
3. Banyaknya jumlah bakul
56
Dalam pelelangan ikan jumlah bakul yang banyak sehingga
menciptakan persaingan harga.
4. Proses administrasi mudah
Proses adminisrasi di TPI Pondokdadap sangatlah mudah dan jelas.
Dimana para peserta lelang maupun pemilik ikan yang dilelang memiliki
karcis lelang kemudian ditukarkan dengan nota pembelian ataupun
nota penjualan. Kemudian bakul membayar sejumlah uang sesuai
harga lelang dan nelayan berhak menerima uang dari hasil penjualan
ikan melalui lelang
5. Ikan selalu laku terjual
Dimana setiap ada kapal bersandar ikan hasil tangkapan nelayan harus
langsung dilelang di TPI tersebut.
b. Kekurangan
Dalam pemasaran didalam TPI peserta lelang akan dikenakan biaya
retribusi, sebab dengan nama retribusi penyelengaraan pelelangan ikan
dipungut biaya retribusi sebagai pembayaran atas pemanfaatan jasa
penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI.
Banyak kelebihan yang diperoleh nelayan maupun bakul yang mengikuti
pemasaran melalui TPI, seperti kemudahan menjadi peserta lelang maupun
kemudahan dalam proses pelelangan.
Kegiatan pemasaran ikan melalui TPI dengan proses lelang berjalan cukup
baik. Banyaknya kelebihan yang didapat dapatkan dalam pemasaran ikan di TPI
membuat banyak nelayan mau memasarkan ikannya melalui TPI. Kekurangan
pemasaran ikan melalui TPI karena adanya biaya retribusi, namun peserta tidak
keberatan dan tidak merasa beban. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak
Nuril (37 tahun) salah satu peserta lelang di TPI Pondok Dadap:
57
“sebenarnya peraturan disini mudah dan menguntungkan, tapi ya gitu mbak pasti juga harus ada yang dibayar makanya engga enaknya ya karena pajaknya. Tapi nggak terlalu masalah soalnya kan yg dibebankan nggak terlalu tinggi jadi ya tidak begitu dipermasalahkan”. 5.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pemasaran diluar TPI
Selain nelayan dan bakul yang melakukan pemasaran didalam TPI, ada
juga yang melakukannya diluar TPI atau tanpa melalui proses pelelangan,
namun hanya sedikit sekali. Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan
pemasaran ikan diluar TPI yang disajikan pada Tabel 19.
Tabel 18 Kelebihan dan Kekurangan Pemasaran Ikan diluar TPI
No Kelebihan Kekurangan
1 Ikan langsung dijual tanpa
dilelang
Tidak semua ikan yang diperoleh pasti
laku terjual
2 Tidak adanya retribusi Penentuan harga kadang bisa
sepihak.
a. Kelebihan
1. Hasil tangkapan langsung dijual ke bakul tanpa proses lelang
Hal ini memang dapat mempersingkat waktu pemasaran ikan,
mengingat ikan mudah rusak, tetapi nelayan tidak bisa melakukan
penawaran harga kepada bakul sehingga harga ikan hasil tangkapan
nelayan secara sepihak ditentukan oleh bakul
2. Tidak adanya penarikan retribusi
Dalam proses pemasaran ikan diluar TPI, ditangani sendiri oleh para
nelayan sebagai pemiliki ikan dengan bakul sebagau pembeli ikan. Jadi
tidak ada pungutan retribusi.
b. Kekurangan
3. Hasil tangkapan yang tidak pasti langsung terjual
Dalam kegiatan pemasaran ikan diluar TPI, terkadang bakul secara
semena-mena mengembalikan ikan hasil tangkapan nelayan maupun
58
membayar dengan harga murah dengan alasan ikan tidak laku
dipasaran.
4. Penentuan harga sepihak bisa merugikan nelayan
Penentuan harga ikan hasil tangkapan nelayan secara sepihak
ditentukan oleh bakul tanpa ada upaya penawaran ikan nelayan,
sehingga sangat merugikan nelayan.
Pemasaran ikan hasil tangkapan diluar TPI tanpa lelang juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kebanyakan nelayan yang menjual hasil tangkapan
diluar TPI merupakan nelayan dengan alat tangkap skala kecil dan perahu kecil
dengan hasil tangkapan sedikit. Selain itu ada nelayan yang memiliki ikan
kerjasama dengan bakul. Seperti diungkapkan sadikin (48), mengatakan bahwa:
“saya menjual ikan langsung ke pengepul, soalnya hasil tangkapan saya Cuma sedikit mbak juga campuran ikannya ya jadinya saya jual langsung ke bakul langganan”.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa banyak
kelebihan dan kemudahan yang dirasakan nelayan dan bakul yang mengikuti
lelang di TPI. Dimana nelayan dapat menjual ikan hasil tangkapannya dengan
proses cepat, mudah dan harga wajar sesuai pasaran dan nelayan dapat
menerima pembayaran dari hasil lelang secara tunai. Meskipun lebih banyak
lebeihan yang diperoleh dalam pemasaran ikan melalui TPI, namun masih ada
nelayan dan bakul memilih transaksi pemasaran ikan diluar TPI. Umumnya
mereka memiliki alasan sendiri-sendiri seperti hasil tangkapan sedikit maupun
memiliki ikatan kerjasama dengan bakul.
59
5.4 Harga Jual dan Pendapatan Nelayan yang Memasarkan Hasil
Tangkapan Melalui TPI dan diluar TPI
5.4.1 Harga Jual Ikan melalui TPI dan diluar TPI
Harga jual ikan biasanya dipengaruhi oleh musim dan permintaan,
dimana apabila musim ikan dan hasil tangkapan nelayan melimpah sedangkan
permintaan tetap, maka harga jual ikan akan turun. Sedangkan bila hasil
tangkapan nelayan sedikit dan permintaan meningkat maka harga jual ikan
tinggi. Berikut merupakan jenis dan harga ikan yang dijual melalui TPI dan diluar
TPI disajikan pada Tabel 20.
Tabel 19 Jenis Ikan dan Harga Jual Melalui TPI dan diluar TPI Uraian TPI Luar TPI
Harga/kg (Rp) Harga/kg (Rp)
Tuna (keseluruhan great) 50.000 49.000
Cakalang 16.000 16.000
Baby tuna 20.000 19.000
Black marlin 32.000 32.000
Tongkol 11.000 9.000
Layang 14.000 12.000
Lamadang 25.000 21.000
Lauro 17.000 15.000
Ikan sisik 5.000 4.000
Jumlah 190.000 177.000
Selisih 13.000
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa semua jenis tangkapan yang
didaratkan, ada yang dijual melalui TPI dan diluar TPI. Jika dibandingkan harga
jual ikan melalui TPI dan diluar TPI terdapat selisih. Rata-rata harga jual ikan
hasil tangkapan nelayan lebih tinggi bila dijual melalui TPI dengan proses lelang
daripada dijual langsung kepada bakul tanpa proses lelang. Untuk penerimaan
nelayan tergantung dari banyak sedikitnya ikan hasil tangkapan yang diperoleh.
60
5.4.2 Pendapatan Nelayan yang Memasarkan Hasil Tangkapan Melalui TPI
Alat tangkap pancing merupakan alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan Sendangbiru. Alat tangkap ini cukup banyak digunakan oleh nelayan
Sendangbiru karena hasil tangkapannya cukup besar. ABK yang dibawa melaut
rata-rata sekitar 5-8 orang untuk sekali melaut, sekali melaut waktu yang
diperlukan 10-15 hari. Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan saat sedang
melaut adalah angin kencang, ombak besar, cahaya bulan dan arus laut yang
besar. Apabila cuaca buruk nelayan tidak melaut, hal tersebut biasanya tejadi
apabila sedang musim angin barat, menurut penuturan nelayan musim barat
setiap tahunnya kurang bisa diperkirakan hanya saja biasa terjadi sekitar bulan
Oktober-April pada saat tersebut biasa disebut musim paceklik.
Pendapatan kotor nelayan rata-rata pada saat musim barat yaitu sekitar 10
ton, sedangkan pada musim timur atau musim ikan hasil tangkapan bisa
mencapai 40-60 ton atau bahkan bisa lebih. Harga ikan pada saat musim barat
yang masuk ke tempat pelelangan ikan lebih tinggi dibandingkan harga ikan
pada saat musim timur, sehingga hal tersebut mempengaruhi penerimaan
nelayan.
a) Modal Tetap
Modal secara umum dapat dibedakan atas modal aktif dan modal pasif.
Modal aktif terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Sedangkan modal pasif
terdiri dari modal sendiri dan modal asing. Modal usaha dalam pengertian
ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah
dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu barang baru (Riyanto, 1995).
Modal yang dikeluarkan pada usaha unit penangkapan ikan di Sendangbiru
yaitu sebesar Rp 100.000.000. Biaya tetap usaha unit penangkapan dengan
pancing meliputi kapal, mesin, alat tangkap pancing dan box es. Adapun rincian
komponen biaya tetap yang disajikan pada Tabel 21.
61
Tabel 20. Modal Tetap Penangkapan Ikan
No Jenis Barang Jumlah (Unit) Harga Satuan
(Rp)
Harga Total
(Rp)
1 Kapal 1 75.000.000 75.000.000
2 Mesin 2 5.000.000 10.000.000
3 Alat tangkap 1 575.000 575.000
4 Box es 4 1.218.750 4.875.000
5 Jirigen 30 40.000 1.200.000
Total 38 81.833.750 91.650.000
Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa modal tetap yang terbesar yaitu untuk
pembelian kapal sebesar Rp 75.000.000. modal tetap untuk membeli dua buah
mesin yaitu sebesar Rp 10.000.000, untuk membeli alat tangkap sebesar Rp
575.000, untuk pembelian box es sebanyak 4 unit sebesar Rp 4.875.000 dan
untuk pembelian jirigen sebanyak 30 unit sebesar Rp 1.200.000.
b) Biaya Produksi
Menurut Riyanto (1995), biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang
terjadi pada produksi jangka pendek. Biaya produksi ini dikeluarkan suatu usaha
untuk melakukan kegiatan memproduksi sehingga menghasilkan output. Biaya
tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh volume
produksi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi. Biaya produksi yang
dikeluarkan untuk penangkapan terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
Komponen biaya tetap untuk penangkapan disajikan pada Tabel 22.
Tabel 21. Komponen Biaya Tetap untuk penangkapan
No Biaya Tetap Biaya (Rp)
1 Penyusutan Kapal 30.000.000
2 Penyusutan mesin 3.000.000
3 Penyusutan alat tangkap 300.000
4 Penyusutan box es 500.000
5 Penyusutan Jirigen 15.000
Total 33.815.000
62
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa total biaya tetap untuk
penangkapan sebesar Rp 33.815.000. Komponen variabel usaha penangkapan
disajikan pada Tabel 23.
Tabel 22. Biaya variabel penangkapan
No Biaya Variabel Biaya (Rp)
1 Solar (Rp 5.150 x 1.400 liter) 7.210.000
2 Es Balok (Rp 10.000 x 150 buah ) 1.500.000
3 Galon (Rp 15.000 x 6 galon) 90.000
4 Gas ( Rp 18.000 x 6 tabung) 108.000
5 Beras (Rp 8000 x 25 Kg) 200.000
6 Sayuran 50.000
7 Perawatan 500.000
Total 9.658.000
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa biaya variabel untuk solar yaitu sebesar
Rp 7.210.000, biaya variabel untuk penggunaan es sebesar Rp 1.500.000, biaya
variabel untuk galon sebesar Rp 90.000.000, biaya variabel untuk gas yaitu
sebesar Rp 108.000, variabel yang digunakan untuk beras yaitu sebesar Rp
200.000, untuk sayuran sebesar Rp 50.000 dan untuk perawatan lain sebesar Rp
500.000.
c) Penerimaan
Menurut Munir (2010), penerimaan merupakan hasil kali total produk dengan
harga produk per satuan. Penerimaan untuk penangkapan diperoleh dari total
hasil tangkapan selama satu bulan (2x trip penangkapan) dikali dengan harga
ikan. Penerimaan yang diperoleh unit penangkapan dalam satu bulan yaitu
sebesar Rp 145.506.598. Total penerimaan dari penangkapan selama satu bulan
disajikan pada Tabel 24.
Tabel 23. Total Penerimaan dari penangkapan selama satu bulan No Deskripsi Penerimaan
1 Dalam satu bulan 2x
penangkapan
145.506.598
63
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa total produksi pada bulan Mei yaitu
nelayan melakukan operasi penangkapan sebanyak 2 kali dengan total
penerimaan dari hasil penjualan tangkapan sebesar Rp 145.506.598.
d) Pendapatan
Pendapatan yaitu pendapatan dikatakan sebagai jumlah penghasilan yang
diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung
setiap tahun atau setiap bulan Menurut Sukirno (2002). Dari hasil analisis
diperoleh nilai bawa nelayan memperoleh pendapatan sebesar Rp 22.106.457,1.
Analsisis pendapatan nelayan dilakukan perhitungan perbulan pada saat
penelitian:
Total penerimaan Rp 145.506.598
Biaya restribusi, konsumsi, bahan bakar
dan es balok
Rp 15.023.198 _
Rp 130.483.400
Pemilik kapal (6 bagian), nahkoda (3
bagian), ABK (1 bagian x jumlah ABK 5) 14 :
Rp 9.320.242,86
Pemilik Kapal 6 x 9.320.242,86 = Rp 55.921.457,1
Nahkoda 3 x 9.320.242,86 = Rp 27.960.728,6
ABK 5 x 9.320.242,86 = Rp 46.601.214,3
Hasil pemilik – biaya tetap Rp 22.106.457,1
e) RC Ratio
Menurut Soekartawi (1994), Revenue Cost Ratio dikenal sebagai
perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang bertujuan untuk
mengetahui apakah suatu usaha menghasilkan keuntungan atau belum
menghasilkan keuntungan. Dengan membandingkan total revenue dan total cost,
maka ada 3 kemungkinan yang akan terjadi, yaitu:
R/C > 1, maka usaha dikatakan menguntungkan
64
R/C = 1, maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi
R/C < 1, maka usaha dikatakan mengalami kerugian.
RC Ratio pada usaha penangkapan ikan menunjukkan nilai 3,34 yang berati
nilai RC lebih besar dari satu dapat diketahui bahwa usaha penangkapan ikan
menguntungkan, karena dengan investasi terhadap usaha ini penerimaan yang
diperoleh akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
5.4.3 Pendapatan Nelayan yang Memasarkan Ikan diLuar TPI
Alat tangkap yang banyak digunakan di perairan Sendangbiru adalah alat
tangkap pancing dengan menggunakan perahu berkapasitas 4 GT. Hasil
tangkapan nelayan ini semua dijual langsung kepada bakul. Hal ini sesuai
penuturan pak marzuki (46):
“hasil tangkapannya sedikit mbak, kalau dijual di TPI mau sebesar apa
uang yangidapat, belum dipotong biaya retribusinya kan makanya ikan langsung
saya jual ke bakul”.
Biasanya nelayan melaut dari pukul 04.00-11.30 WIB, dengan membawa
abk 2-3 orang dan membawa peralatan laut seperti: pancing, jaring 3 inch, snap
dan diesel. Jenis ikan yang sering ditangkap adalah ikan sisik, baby tuna, ikan
layang.
a) Modal Tetap
Modal secara umum dapat dibedakan atas modal aktif dan modal pasif.
Modal aktif terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan modal pasif
terdiri dari modal sendiri dan modal asing. Modal usaha dalam pengertian
ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah
dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu barang baru (Riyanto, 1995).
Modal tetap yang dikeluarkan pada usaha penangkapan Rp 22.780.000.
biaya tetap usaha penangkapan meliputi kapal, alat tangkap, mesin basket dan
jerigen. Adapun rincian komponen biaya yang disajikan pada Tabel 25
65
Tabel 24. Modal Tetap
No Jenis Barang Jumlah (Unit) Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)
1 Kapal 1 16.000.000 16.000.000
2 Mesin 1 3.500.000 3.500.000
3 Alat tangkap 3 1.000.000 3.000.000
4 Basket 4 50.000 200.000
5 Jerigen 2 40.000 80.000
Total 22.780.000
Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa modal tetap yang terbesar yaitu untuk
pembelian perahu yaitu sebesar Rp 16.000.000. modal tetap untuk membeli
mesin yaitu sebesar Rp 3.500.000, untuk pembelian alat tangkap sbesar Rp
3.000.000 , untuk membeli basket sebanyak 4 unit sebesar Rp 200.000 dan
untuk jerigen sbesar Rp 80.000.
b) Biaya Produksi
Menurut Rianto (1995), biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang terjadi
pada produksi jangka pendek. Biaya produksi ini dikeluarkan suatu usaha untuk
melakukan kegiatan memproduksi sehingga menghasilkan output. Biaya tetap
merupakan biaya besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi .
sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
besar kecilnya volume produksi.
Biaya produksi yang dikeluarkan pada penangkapan terdiri atas biaya tetap
dan biaya variabel. Komponen biaya tetap untuk penangkapan disajikan pada
Tabel 26.
Tabel 25. Komponen Biaya Tetap No Biaya Tetap Biaya(Rp)
1 Penyusutan kapal 88.889
2 Penyusutan mesin 53.333
3 Penyusutan alat tangkap 40.000
4 Penyusutan basket 8.333
5 Penyusutan jerigen 5.000
6 Perawatan 65.000
Total 260.555
66
Berdasarkan Tabel 26 dapat dilihat bahwa total biaya tetap penangkapan
yaitu sebesar Rp 260.555. komponen biaya lain yaitu biaya variabel dengan
komponen biaya solar, konsumsi dan upah ABK. Komponen biaya variabel pada
panangkapan disajikan pada Tabel 27.
Tabel 26. biaya Variabel
No Biaya Variabel Biaya (Rp)
1 Solar (Rp 5.150 x 142.406) (karena 23x trip 947.600
2 Konsumsi (Rp 5.000 x 4 nasi bungkus) 460.000
Total 1.407.600
Dari Tabel 27 dapat dilihat bahwa biaya variabel untuk solar yaitu sbesar
Rp 947.600, biaya variabel yang dikeluarkan untuk konsumsi yaitu sbesar Rp
460.000.
c) Penerimaan
Menurut Munir (2010), penerimaan merupakan hasil kali total produk dengan
harga produk per satuan. Penerimaan usaha penangkapan diperoleh total hasil
tangkapan satu bulan (23 kali trip) di kali harga ikan. Penerimaan yang diperoleh
dalam satu bulan yaitu sbesar Rp 12.650.000. Total penerimaan penangkapan
selama satu bulan disajikan pada Tabel 28.
Tabel 27. Total Penangkapan selama satu bulan No Deskripsi Harga Jual
1 Dalam satu bulan 23 kali penangkapan 12.650.000
d) Pendapatan
Pendapatan yaitu pendapatan dikatakan sebagai jumlah penghasilan yang
diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung
setiap tahun atau setiap bulan Menurut Sukirno (2002). Dari hasil analisis
diperoleh nilai bawa nelayan memperoleh pendapatan sebesar Rp 6.132.736,62.
Analsisis pendapatan nelayan dilakukan perhitungan perbulan pada saat
penelitian:
67
Total penerimaan Rp 12.650.000
Biaya konsumsi, bahan bakar Rp 1.407.600 _
Rp 11.243.400
Pemilik kapal (6 bagian), nahkoda (3
bagian), ABK (1 bagian x jumlah ABK 2) 11 :
Rp 1.022.127,27
Pemilik Kapal 6 x 1.022.127,27 = Rp 6.132.763,62
Nahkoda 3 x 1.022.127,27 = Rp 3.066.381,81
ABK 2 x 1.022.127,27 = Rp 2.044.254,54
Hasil pemilik – biaya tetap Rp 5.875.208,62
e) R/C Ratio
Menurut Soekartawi (1994), Revenue Cost Ratio dikenal sebagai
perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang bertujuan untuk
mengetahui apakah suatu usaha sudah menghasilkan keuntungan atau belum.
Dengan membandingkan total revenue dan total cost, maka ada 3 kemungkinan
yang akan terjadi, yaitu:
R/C > 1, maka usaha dikatakan menguntungkan
R/C = 1, maka usaha dikatakan tidak untung juga tidak rugi
R/C < 1, maka usaha dikatakan rugi.
RC Ratio pada usaha penangkapan ikan dengan menunjukkan nilai 7,58
yang berarti nilai RC Ratio lebih besar dari satu dapat diketahui bahwa usaha
penangkapan ikan menguntungkan, karena dengan investasi terhadap usaha ini
penerimaan yang diperoleh akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Berikut merupakan perbedaan pendapatan nelayang yang memasarkan ikan
di dalam TPI dan yang memasarkan diluar TPI.
68
Tabel 28. Perbandingan Pendapatan Nelayan yang Memasarkan Ikan di TPI dan diluar TPI.
Deskripsi Pendapatan (Rp/bulan)
Nelayan yang memasarkan di TPI * Rp 22.106.457,1
Nelayan yang memasarkan di luar TPI
**
Rp 5.872.208,62
Keterangan :
(*) Nelayan dengan hasil tangkapan >50kg dengan perahu sekitar 10 GT
(**) Nelayan dengan hasil tangkapan <50kg dengan perahu sekitar 4 GT
Dari tabel 29, dapat disimpulkan bahwa pendapatan nelayan yang
memasarkan ikan di TPI lebih besar dibandingkan dengan nelayan yang
memasarkan ikan diluar TPI. Hal tersebut karena nelayan dengan hasil
tangkapan besar yang melakukan pelelangan di TPI, sedangkan nelayan yang
memasarkan ikan diluar TPI karena jumlah hasil tangkapannya sedikit. Sehingga
hal tersebut juga mempengaruhi pendapatan nelayan.
69
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. TPI Pondokdadap Sendangbiru didirikan pada tahun 1987 yang
terletak di Dusun Sendangbiru Desa Tambakrejo Kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Jawa Timur. Kegiatan
perikanan yang ada di TPI Pondokdadap meliputi bongkar muat ikan,
penimbangan ikan, hingga kegiatan lelang sampai tahap
administrasi.
2. Peran TPI dalam pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan sudah
berjalan cukup baik mulai dari proses pelelangan hingga proses
administrasi. Hanya saja masih ada beberapa bakul yang kurang
tertib.
3. A) Kelebihan dan kekurangan memasarkan ikan di TPI antara lain:
ikan laku terjual, bakul banyak, administrasi dan syarat ikut lelang
mudah, proses lelang cepat, adapun kurangnya hanya karena ada
pajak atau biaya retribusi.
B) kelebihan dan kekurangan memasarkan ikan diluar TPI antara lain
ikan dijual langsung tanpa dilelang, tidak adanya biaya retribusi.
Namun adapula kekurangannya yaitu ikan belum tentu laku dan
biasanya harga ditentukan oleh sepihak (bakul).
4. Tingkat pendapatan nelayan yang memasarkan ikan melalui TPI lebih
tinggi dari pada tingkat pendapatan nelayan yang memasarkan ikan di
luar TPI.
70
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Malang sebagai lembaga formal
perlu meningkatkan pelayanan terkait aktivitas yang ada di TPI
Pondokdadap. Misal dalam pengadaan dan pengoptimalan
fasilitas penunjang TPI supaya nelayan merasa nyaman dan
mutu ikan hasil tangkapan dapat terjaga.
2. Pihak penyelenggara pelelangan ikan di TPI Pondokdadap
hendaknya meningkatkan kinerja dengan melakukan
penyediaan fasilitas dalam kondisi yang baik secara rutin, serta
peningkatan aktivitas dengan pelaksanaan lelang yang teratur.
Pihak TPI harus lebih tegas dalam menegakkan aturan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
71
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus, Surabaya.
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Deliyani, Emma. 2010. Strategi Pemasaran. Jakarta: Gramedia.
Hendrik. 2013. Peranan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dalam Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kec. Tanjung Beringin Kab. Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. ISSN 0126-4265
Hidayatullah. 2013. Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap Pada Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Aceh Timur.
Imron, M. 2000. “Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan” dalam jurnal masyarakat dan budaya. PBM-LIPI. Jalaludin 2002. Teknologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Rencana Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015. Jakarta: Kementerian KP.
Kotler, Philip. 1995. Manajemen Pemasaran. PT Indeks. Jakarta.
Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. LkiS. Yogyakarta.
______. 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan. Bogor: Pokja Pembaruan.
Laka, Fransiskus. 2003. Arahan Lokasi dan Strategi Pengembangan Tempat Pelelangan Ikan di Kawasan Pesisir Utara Kabupaten Sikka- Nusa Tenggara Timur.
Mankiw, N Gregori. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi 2 jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Mubyarto. 1984. Nelayan dan Kemiskinan: Studi Antropologi di Dua Desa Pantai. Rajawali, Jakarta.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3Es. Jakarta.
Munasinghe, M. 1993. Environmental Economic And Sustainable Development. The International Bank For Reconstruction And Development/THE WORLD BANK. Wasington, D.C. 20433, U.S.A.
Nur, andi irwan., mennofatria boer., dietriech G. Bengen2., awal subandar. 2014. Analisis Performa Ekonomi Perikanan Cakalang Skala Sedang Di ZEE Samudera Hindia. Jurnal Bisnis Perikanan, 1(1): 1-16.
72
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelelangan Ikan di Tempat Pelelangan Ikan.
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Penetapan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Janah. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Primyastanto, Mimit. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari Teori Study Kelayakan Usaha Perikanan). UB Press: Malang.
Primyastanto, Mimit., Sahri Muhammad., Soemarno., Anthon Efani., Zainal
Abidin. 2014. Study on Entrepreneurship Spirit and Production Factors Affecting Sail Income of Madura Strait Fishermen. International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS Vol: 14 No: 01.
Soekanto, Soerjono. , 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Suharto, Edi.2005. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Sutami, Ari .2014. Peran TPI Terhadap Proses Penjualan Ikan Bagi Nelayan dan Bakul Ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Glondonggede Desa Glondonggede Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur. Universitas Brawijaya. Malang.
Undang-Undang Np. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Wahyu Dianto, Muhammad., Nuddin Harahab dan Ismadi. 2015. Evaluasi Kinerja Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dalam Menunjang Kesejahteraan Nelayan Di Popoh, Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulunggagung, Jawa Timur. Jurnal ECSOFiM Vol.3(1).
Yin, Robert K. 2009. Studi Kasus. Desain dan Metode.
Yustiarani, Anissa. 2008. Kajian Pendapatan Nelayan dari Usaha Penangkapan Ikan dan Bagian Retribusi Pelelangan Ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB: Bogor.