Upload
others
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Desain Komunikasi Visual Asia (JESKOVSIA)
Vol.1, No.2, Tahun 2018
ISSN: 2580-8753 (print); 2597-4300 (online)
30
Perancangan Infografis Tentang School Bullying Menggunakan
Teknik Motion Graphic
Mayriensa Widya Pangestieka 1, Elfa Olivia Verdiana 2 1,2,3 Desain Komunikasi Visual, 4Informatika
[email protected], 2 [email protected]
ABSTRAK Sekolah merupakan jenjang pendidikan yang harus dilalui sebelum meneruskan ke tingkat yang lebih tinggi.
Di lingkungan sekolah bullying terus terjadi, bahkan cenderung diwariskan dan hadir dalam berbagai bentuk
yang tidak kita sadari. Kasus kekerasan di sekolah menengah atas merupakan yang paling tinggi. Sehingga
diperlukan untuk merancang sebuah media infografis yang dapat menyampaikan pesan tentang school bullying
di tingkat SMA menggunakan teknik motion graphic. Untuk membuat sebuah media infografis dibutuhkan
pengumpulan data melalui metode studi pustaka dan wawancara. Kemudian data yang diperoleh dirangkum
dan dianalisa menjadi poin-poin penting. Tahapan perancangan infografis berupa visualisasi pembuatan objek
karakter dan background, proses editing penambahan effect dan audio hingga yang terakhir adalah tahapan
rendering. Elemen visual dan audio dikomposisikan menggunakan teknik motion graphic yang membuat
target audience lebih cepat dan mudah untuk memahami informasi yang ada dalam infografis. Kesimpulan
dari perancangan infografis ini yaitu pentingnya keahlian dalam desain grafis, keterampilan dalam menerapkan
effect dan memperbanyak referensi tentang infografis. Distribusi infografis ini diupload di channel youtube
kemudian link akan dishare di grup-grup SMA. Selain itu akan digunakan sebagai media pembelajaran oleh
guru bimbingan konseling. Berdasarkan hasil pengujian produk melalui kuesioner dapat diambil kesimpulan
bahwa responden menanggapi infografis ini dengan baik dan sangat layak untuk dipublikasikan.
Kata Kunci: Infografis, Motion Graphic, School Bullying.
ABSTRACT School is the level of education that must be passed before continuing to a higher level. In a school environment
bullying continues to occur, even it tends to be inherited and present in various forms that we do not realize.
The case of violence in high school is the highest. So it is necessary to design an infographic media that can
convey messages about school bullying at high school level using motion graphic technique. To make an
infographic media it is necessary to collect data through interview method and literature study. Then the datum
obtained are
summarized and analyzed into important points. Stages of infographic design in the form of visualization of
making object characters and background, the process of editing the addition of effects and audio until the last
stage is rendering. Visual and audio elements are composed using motion graphics techniques that make the
target audience understand the information contained in the infographics faster and easier. The conclusion of
this infographic design that is the importance of expertise in graphic design, skills in applying effects and
reproduce references about infographics. This infographic distribution is uploaded on youtube channel then the
link will be shared in high school groups. In addition it will be used as a medium of learning by counseling
teachers. Based on the results of product testing through questionnaires, it can be concluded that respondents
responded to this infographis well and very worthy to be published..
Keywords: Infographic, Motion Graphic, School Bullying.
PENDAHULUAN
Kasus school bullying menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat ke
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di sektor pendidikan. Dari 2011 sampai
Agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar
25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
31
KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah mengalahkan kasus tawuran pelajar, diskriminasi
pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (Halimah, 2015:130).
Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini tentang kekerasan
bullying di kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat
terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% terjadi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
(Wiyani, 2012:18). Bentuk school bullying yang terjadi pada siswa SMA dapat berupa
mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan menakut-nakuti, intimidasi,
mengancam, menindas, memalak, menyerang secara fisik, mendorong, menampar, atau
memukul.
Pada usia SMA anak disiapkan untuk memilih melanjutkan pendidikan atau pilihan
hidup selanjutnya. School bullying yang terjadi di tingkat SMA akan berdampak bagi
kehidupan anak di sekolah maupun di dalam masyarakat. Tindakan school bullying dapat
memberikan dampak kecemasan perlakuan tidak menyenangkan dari teman-teman dan
depresi karena mengalami penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan tugas-tugas
sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah.
Selain itu korban akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap orang
sekitar. Dampak yang paling parah adalah keinginan untuk bunuh diri.
Teknologi informasi mengalami perkembangan yang pesat, untuk menyampaikan
informasi tentang school bullying dapat melalui media infografis. Media ini dapat
menyampaikan pesan secara singkat dan jelas dengan gambar atau ilustrasi. Gambar atau
ilustrasi merupakan bahasa yang dapat menyatukan semua bahasa di seluruh dunia.
Indonesia memiliki berbagai macam bahasa, sehingga penggunaan infografis ini sangat
membantu siswa SMA memahami informasi hanya dengan menontonnya.
Teknik motion graphic membuat gambar atau ilustrasi pada infografis
dimanipulasikan seolah-olah bergerak. Dilengkapi dengan pesan suara akan membuat
penonton mengetahui informasi yang disampaikan. Selain itu dengan lebih banyak efek
animasi dan sound yang sesuai dengan tampilan effect, infografis ini akan menarik
dibandingkan dengan media konvensional seperti buku atau media lainnya. Sehingga dengan
menggunakan teknik motion graphic dapat membantu mempertajam pesan yang
disampaikan dengan kelebihan menarik indera dan minat, karena merupakan gabungan
antara padangan, suara dan gerak.
Oleh karena latar belakang tersebut penelitian ini berjudul “Perancangan Infografis
Tentang School Bullying Menggunakan Teknik Motion Graphic”. Infographic atau dalam
bahasa indonesianya “Infografis” yang merupakan kependekan untuk “grafis informasi”.
Istilah ini belakangan telah meraih popularitas berdasarkan peningkatan penggunaan grafis
dalam pemasaran online selama beberapa tahun terakhir. Sebagian orang menggunakan
istilah ini untuk mengartikan format unik yang telah digunakan secara luas untuk aplikasi
ini, yang dicirikan dengan ilustrasi, tipografi besar dan orientasi memanjang, vertikal yang
menampilkan berbagai fakta (Crooks, 2002:20).
Adapun deskripsi produk adalah berikut ini:
Tabel 1 Deskripsi Produk Jenis Produk Info grafis dalam bentuk video dua dimensi
Tema School Bullying
Judul Produk INFOGRAFIS TENTANG SCHOOL
BULLYING
Target Produksi Pelajar Sekolah Menengah Atas berusia 15-19
tahun
Media Distribusi Media online dan media offline
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
32
Infografis ini menggunakan layout yang tidak standart dan elemen elemen yang
ditampilkan tidak teratur namun desain yang dihasilkan tetap efektif. Jenis layout yang
digunakan adalah layout circus. Untuk beberapa scene seperti pada scene fakta-fakta
bullying dan dampak bullying menggunakan layout mondrian yang tata letak elemennya
mengacu pada bentuk kotak yang konseptual. Setiap elemen sejajar dan informasi yang
disampaikan terstruktur. Hal ini bertujuan untuk memudahkan target audience dalam
menangkap pesan. Dalam infografis ini memiliki storyboard yang dapat dilihat pada Tabel
3.5 :
Tabel 2 Storyboard Scene Story board Keterangan Estimasi Waktu
Scene 1
Objek bangunan
sekolah muncul
dengan animasi
posisi, lalu muncul
pohon dengan
effect pop up
disusul dengan
halaman sekolah
dan ribbon.
Kemudian muncul
transition dengan
effect circle wipe.
±00:04
Scene 2
Tipografi muncul
kemudian garis
putus-putus
dengan effect trim
path. Dari garis
tersebut muncul
siswa SMA
menggunakan
animasi posisi.
Salah satu dari
karakter berubah
warna dengan
effect scale.
±00:13
Scene 3
Tipografi muncul
dengan effect
scale lalu disusul
peta indonesia
muncul dengan
effect pop up
beserta satu
persatu ikon siswa
di atas peta.
±00:11
Scene 4
Diagram bundar
muncul dari tengah
dengan effect pop
up lalu tipografi
muncul dengan
effect posisi dan
rotasi. Untuk
bagian angka
digunakan effect
number.
±00:08
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
33
Scene Story board Keterangan Estimasi Waktu
Scene 5
Garis yang dibuat
dengan pen tool
diberi effect trim
path dan muncul
tipografi.
±00:06
Scene 6
Muncul garis dari
tengah lalu
bangunan sekolah
dan pohon dari
bawah muncul dengan
effect
posis. Satu
persatu balon
percakapan yang
berisi kepalan
tangan, tengkorak
dan kata kata
dengan effect pop
up.
±00:14
Scene 7
Garis yang dibuat
dengan pen tool
diberi effect trim
path dan muncul
tipografi.
±00:06
Scene 8
Objek karakter
korban bullying
dan objek tangan.
Objek tangan
bergerak memukul
karakter dengan
animasi posisi.
Kemudian pada
objek karakter
nampak luka-luka.
±00:06
Scene 9
Muncul objek
karakter dari arah
bawah lalu satu
persatu pop up
balon percakapan.
±00:07
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
34
Scene Story board Keterangan Estimasi Waktu
Scene 10
Muncul objek
karakter yang agak
menjauh di pojok,
kemudian muncul
kedua pelaku dan
balon percakapan
muncul di atas
kepala pelaku
dengan effect pop
up.
±00:09
Scene 11
Objek karakter
muncul dengan
effect pop up, meja
dan laptop muncul
dari bawah,
kemudian muncul
simbol facebook
dan twitter dengan
tipografi dengan
effect scale.
±00:07
Scene 12
Muncul objek
ribbon dengan
effect pop up
disusul dengan
tipografi dampak
school bullying dari
sebelah kanan
ribbon.
±00:06
Scene 13
Muncul objek
karakter laki-laki
sebagai yang
melihat bullying.
Perlahan muncul
garis dengan effect
trim path dan
tipografi.
±00:06
Scene 14
Kemudian muncul
karakter pelaku
bullying. Perlahan
muncul garis
dengan effect trim
path dan keluar
tipografi dari garis.
Penjara muncul
dengan effect
scale.
±00:09
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
35
Scene Story board Keterangan Estimasi Waktu
Scene 15
Muncul ribbon dan
tipografi. Kursi,
kertas ujian dan
karakter korban
yang luka dengan
effect pop up.
±00:11
Scene 16
Muncul tali
gantung dari atas
tengah dengan
animasi posisi, lalu
objek karakter pelaku
bergelantungan
dengan effect
rotasi.
±00:12
Scene 17
Objek lingkaran
muncul dan garis
mengitari lingkaran
tersebut dengan
effect trim path
kemudian muncul
tipografi cegah
bullying dari dirimu
dengan effect
scale.
±00:07
Scene 18
Objek lingkaran
muncul dari
sebelah kanan
dengan animasi
posisi lalu muncul
karakter korban
bullying, guru,
orang tua, dan
pihak berwajib
dengan effect blur.
±00:14
Scene 19
Muncul objek
lingkaran dan
tipografi stop dan
school bullying.
±00:06
PEMBAHASAN
Produksi
Pada pembuatan infografis tentang school bullying ini ada beberapa tahapan yang
terdiri dari visualisasi berupa proses pembuatan objek dan background. Tahapan selanjutnya
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
36
penganimasian dan penambahan sound effect. Kemudian tahap terakhir adalah tahap
rendering.
Tahapan pertama yaitu membuat new file pada adobe illustrator CC 2015. Kemudian
masuk ke dalam artboard berukuran 1280 x 720 pixel. Buat sebuah layer yang digunakan
sebagai background berwarna putih dan kunci layernya (control-2) agar layer tidak tergeser-
geser posisinya. Kemudian dilakukan proses menggambar dengan menggunakan pen tool
(P) untuk membuat garis garis pada objek karakter.
Dimulai dari bagian badan yang besar dan secara perlahan pindah ke bagian yang
kecil. Setiap membuat komponen badan, kaki, atau kepala usahakan selalu dipisah per layer
agar memudahkan dalam mengedit dan penganimasian nanti. Harus dipastikan fill kosong
dan stroke berwarna hitam. Semakin sedikit anchor points yang dibuat maka akan semakin
halus garis yang akan dibentuk. Proses menggambar objek karakter dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 1. Proses Menggambar
Setelah kerangka objek karakter terbentuk dilanjutkan dengan proses pewarnaan.
Klik komponen objek yang ingin diwarnai dan buka panel swatches (window > swatches).
Lalu pilih warna yang diinginkan. Proses pewarnaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses Pewarnaan
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
37
Proses visualisasi objek meja, laptop, balon percakapan dan background juga sama
dengan visualisasi objek karakter yaitu dengan masuk ke new file, lalu proses menggambar
menggunakan pen tool, dan terakhir proses pewarnaan. Sama dengan objek karakter setiap
komponen objek lainnya juga dipisahkan dengan layer baru agar mudah diedit kembali.
Gambar proses pembuatan kerangka objek dan background bisa dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Objek dan Background
Hasil kerangka objek dan background yang selesai di warnai dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil yang Telah Diwarnai
Setelah proses menggambar dan pewarnaan selesai komponen masing-masing objek
di tata sedemikian rupa sesuai dengan rancangan. Untuk komponen objek yang akan
dianimasikan di letakkan pada layer yang berbeda. Kemudian file disimpan dengan format
Adobe Illustrator yaitu *.ai agar bisa dimasukkan ke dalam adobe after effect dan dapat
dianimasikan. Cara menyimpannya yaitu dengan klik menu file > save atau dengan shortcut
ctrl + S. File diberi nama sesuai dengan urutan masing-masing scene kemudian klik save.
Cara menyimpan hasil visualisasi dapat dilihat pada Gambar 5.
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
38
Gambar 5. Menyimpan Hasil Visualisasi
Tahapan kedua adalah proses editing. Menganimasikan adalah langkah selanjutnya
setelah proses visualisasi. Dalam proses ini dilakukan beberapa langkah dengan
menggunakan software Adobe After Effect. Langkah-langkah tersebut adalah New
Composition > Import File(Vector) > Komposisi Animasi Grafik Visual > Tambah Effect >
Pengaturan Timeline > Komposisi Sound effect>Preview Hasil Animasi > Render per scene.
Tahapan ketiga adalah rendering akhir. Pada tahap ini dilakukan proses
penggabungan video per scene menggunakan software adobe premiere CC 2015. Langkah
pertama adalah membuat projek baru dengan cara klik file > new > project. Kemudian
mengimport semua file video, klik kanan pada window project > import > pilih file > open.
Hasil akhir infografis school bullying ini menggunakan format video .mp4, pada
bagian export setting diubah menjadi H.264. Format mp4 ringan dibandingkan dengan
format .avi. Format ini akan tetap menggunakan ukuran layar asli video yaitu 1280 x 720
pixel. Kemudian klik output name akan mengubah nama file video dan tempat penyimpanan
hasil render. Beri tanda check list pada export video dan export audio agar semua file lengkap
di render. Terakhir klik tombol export maka akan dilakukan proses rendering. Hasil
rendering berupa file video dengan format mp4. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Pasca Produksi
Distribusi infografis tentang school bullying ini dilakukan secara langsung (online) dan tidak
langsung (offline). Untuk media distribusi online digunakan youtube, sedangkan untuk
media tidak langsung infografis akan di distribusikan ke SMA Widyagama dan MA Daarul
Ukhuwwah Malang tempat diadakannya kuesioner.
a. Infografis ini di upload di channel youtube. Kemudian dilakukan share link video ke
media sosial facebook. Share Link diposting di grup-grup facebook dengan anggota
berusia 15-19 tahun dan bersekolah di tingkat sekolah menengah atas dan sederajat.
b. Untuk media offline sesuai dengan target audiens yaitu remaja usia 15-19 tahun di
tingkat sekolah menengah atas dan sederajat. Infografis ini didistribusikan ke SMA
Widyagama dan MA Daarul Ukhuwwah Malang dan akan digunakan sebagai media
pembelajaran di Bimbingan Konseling. Infografis didistribusikan dalam CD
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
39
(Compact Disc) dan dikemas menarik sehingga dapat digunakan dengan mudah dan
praktis.
Pengujian Produk
Pengujian produk infografis school bullying ini dilakukan dengan cara penyebaran
dalam bentuk kuesioner kepada 40 responden untuk diminta mengisi lembar kuesioner
dengan 9 pertanyaan. Kuesioner ini dibagikan kepada murid sekolah menengah atas dan
sederajat berumur 15-19 tahun berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Kelayakan
infografis school bullying ini tergantung pada hasil kesimpulan yang didasarkan pada
pengisian kuesioner yang dilakukan oleh 40 responden tersebut.
Pengujian yang terdapat pada lembar kuesioner akan dianalisa dengan cara
menghitung presentasi setiap jawaban responden menggunakan skala guttman. Skala
pengukuran dengan jenis ini hanya ada dua interval dan akan mendapatkan jawaban yang
tegas berupa “ya” atau “tidak”. Untuk jawaban hasil responden akan dibagi dengan jumlah
responden kemudian di kali seratus. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menganalisis
kuesioner :
Kemudian hasil kuesioner tersebut dikonversikan ke dalam bentuk kategori kelayakan. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kategori kelayakan
Presentasi nilai (Ay) Kategori
80% < Ay ≤ 100% Sangat Layak
60% < Ay ≤ 100% Layak
40% < Ay ≤ 100% Cukup Layak
20% < Ay ≤ 100% Kurang Layak
0% < Ay ≤ 100% Tidak Layak
Untuk sistem penilaian menggunakan skala pengukuran dengan tipe hanya ada dua interval,
yaitu “Ya-Tidak”. Jawaban hasil responden apabila jawab “Ya” menggunakan skor A dan
jawaban “Tidak” menggunakan skor B pada NH (Nilai Hasil).
Dari seluruh data yang diperoleh maka penilaian terakhir adalah jumlah nilai dari
presentase jawaban dibagi jumlah soal untuk mendapatkan niai akhir. Nilai akhir inilah yang
menjadi tolak ukur keberhasilan infografis ini. Berikut adalah definisi rumus yang digunakan
:
Setiap pertanyaan memiliki presentase dan memiliki rata-rata, untuk setiap
pertanyaan total jawaban “Tidak” 20% dan Total jawaban “Ya” 80 %, di ambil kesimpulan
bahwa hasil presentase tersebut responden menanggapi sangat bagus dengan nilai 80%
tentang produk ini. Sekian banyak responden maka diambil kesimpulan dari hasil testimoni
para responden yang di ambil dari laki-laki perempuan remaja, berumur 15-19 tahun. Para
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
40
responden menanggapi dengan baik, karena infografis ini menggandung informasi dan
penyampaian dengan animasi motion graphic yang jelas dan tidak jenuh jika dilihat dalam
memahami informasi tentang school bullying.
KESIMPULAN
Kasus school bullying meningkat setiap tahunnya terutama di tingkat sekolah
menengah atas. Orang menganggap bahwa school bullying adalah suatu tindakan yang
sepele dan normal dalam tahap kehidupan anak di sekolah. Infografis tentang school bullying
ini ditujukan kepada siswa di tingkat SMA dan sederajat. Perancangan infografis ini dibuat
dengan menganalisa data-data yang sudah ada lalu dibuat sebuah informasi yang singkat dan
jelas. Informasi yang disampaikan berupa pengertian, bentuk-bentuk dan dampak dari school
bullying.
Konsep yang diambil yaitu penyajian informasi berupa gambar, tipografi dan audio
dengan menggunakan karakter pelajar SMA sebagai korban, pelaku dan yang melihat school
bullying. Pada saat proses perancangan mengalami beberapa kali perubahan warna. Warna
yang digunakan mendekati realis karena target audience yang berusia remaja akhir akan
lebih mudah menangkap pesan dengan warna yang realis.
Jenis tipografi yang dipakai bersifat nonformal dan mudah dibaca. Perbedaan warna
pada tipografi memberi kesan tegas pada kata yang berwarna lebih terang. Infografis ini
dilengkapi dengan background music, sound effect dan narasi. Background music berasal
dari alat musik ukulele yang memiliki suasana berani dan memberikan kesan tidak takut
melawan school bullying. Pada scene dampak bullying digunakan background music
instrumental yang memiliki kesan kesedihan.
Objek dan background yang berbasis dua dimensi digambar langsung menggunakan
pen tool. Setiap objek dipisahkan masing-masing di layer yang berbeda. Pada proses editing
digunakan teknik motion graphic dengan effect animasi yang sederhana berupa position,
scale dan rotation. Hasil akhir perancangan infografis ini berupa video dengan format mp4.
Pada proses pencarian data untuk perancangan infografis ini ditemukan kendala.
Seperti memperoleh data dari pihak KPAI dan beberapa yayasan sosial. Oleh karena itu
referensi yang dicari hanya lewat internet dan studi pustaka. Pada proses pengerjaannya
relatif lama karena harus meringkas fakta, jenis-jenis dan dampak-dampak school bullying.
Untuk selanjutnya perolehan data dapat dilakukan dengan mendatangi secara langsung
kantor KPAI atau yayasan sosial lainnya untuk memperoleh data yang terbaru dan lebih
lengkap.
Animasi infografis ini masih sederhana dan terbatas. Diperlukan untuk menambah
keahlian dalam desain grafis dan keterampilan dalam menerapkan effect. Selain itu
disarankan untuk memperbanyak referensi tentang animasi infografis. Karena seiring
berjalannya waktu teknik animasi semakin berkembang pesat sehingga diperlukan
penyesuaian dengan teknik yang terupdate.
Proses perancangan infografis dengan tema school bullying di tingkat SMA dan
sederajat ini tentu saja belum sempurna. Perancangan infografis ini belum lengkap
memberikan latar belakang school bullying dan dampak-dampak yang dialami oleh pelaku,
korban dan yang melihat school bullying. Dikarenakan terbatasnya ruang infografis, dampak
dampak school bullying yang ditampilkan hanya beberapa yang dianggap penting. Oleh
karena itu infografis ini dapat dikembangkan lagi dengan lebih baik.
Kedepannya diharapkan infografis ini bisa dikembangkan menjadi infografis
interaktif. Infografis interaktif dapat menyampaikan pesan lebih banyak dan lengkap.
Penonton dapat berinteraksi dengan infografis karena disediakan pilihan untuk melihat
JESKOVSIA Vol.1, No.2, Tahun 2018
41
informasi yang diinginkan. Infogratis interaktif akan memikat minat siswa SMA yang
memiliki rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Halimah, Andi. Persepsi pada Bystander terhadap Intensitas Bullying pada Siswa SMP.
http://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/download/7168/ 5612. 2015.
Wiyani, Novan Ardy. Save Our Children From School Bullying. Yogjakarta. Ar-Ruzz Media.
2012.
Crooks, R. Our Sexuality. California. Thomson Wadsworth. 2002.