137
PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

  • Upload
    lephuc

  • View
    244

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR

DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Oleh: GIN GIN GINANJAR

A34201029

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

RINGKASAN

GIN GIN GINANJAR. Perancangan Lanskap Agrowisata Ikan Hias Air Tawar Di Balai Pengembangan Benih Ikan Ciherang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang-Cianjur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perikanan di Jawa Barat. BPBI Ciherang dikembangkan sebagai pusat pengembangan berbagai benih ikan hias air tawar. Studi ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa BPBI Ciherang merupakan pusat pengembangan pembenihan ikan hias air tawar di Jawa Barat, namun kondisi tapaknya potensial untuk dikembangkan menjadi suatu obyek agrowisata. Dengan adanya penambahan fungsi pada tapak akan menyebabkan terjadinya konflik antar kedua fungsi tersebut yang akan menyebabkan terjadinya penyimpangan fungsi utama BPBI Ciherang dan menurunkan kemampuan tapak untuk mendukung keberlanjutan fungsi utama tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan dan perancangan yang dapat mengakomodasi dua fungsi yang berbeda tersebut dan menjadikannya suatu kesatuan fungsi tapak yang sinergi. Studi perencanaan dan perancangan dilakukan di BPBI Ciherang, jalan raya Cipanas KM 12, kampung Ciherang, Desa Ciputri RT 01 RW 02, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Luas tapak adalah 22.685 m2, terletak di sebelah utara Kota Cianjur, dengan jarak tempuh 13 km dari ibu kota kabupaten tersebut. Kegiatan pengambilan data studi ini dimulai pada bulan Februari 2005 sampai dengan Juni 2005 dan dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan laporan. Perencanaan dan perancangan dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif dengan mengacu pada proses perencanaan dan perancangan Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas. Tahapan-tahapannya meliputi Persiapan, Inventarisasi, Analisis dan Sintesis, Perencanaan dan Perancangan. Kondisi lahan cukup putensial dengan luas 22.685 m2 dan lokasi yang strategis serta mudah dijangkau oleh semua kendaraan. Luasan lahan yang belum dimanfaatkan berupa lahan terbuka adalah 9800 m2 (43,2%), tetapi luasan tersebut menyebar, tidak pada satu area. Elevasi tapak adalah 953-968 mdpl dengan topografi yang bervariasi. Sumberair yang digunakan berasal dari saluran irigasi non-teknis dari sungai citarum dan air tanah dari sumur artesisi. Air tersebut didistribusikan secara paralel. Kondisi iklim pada tapak cukup nyaman, dengan nilai THI rata-rata tiap bulan (Temperature Humidity Indeks) 20.18 (<27). Keragaman jenis vegetasi pada tapak rendah dan tidak tertata. Persebarannya paling banyak di area pagar pembatas berupa pagar BRC. Kebutuhan listrik dipasok dari PLN dan sudah terdapat jaringan telekomunikasi pada tapak. Penduduk disekitar tapak berjumlah 62 orang dan bermukim di luar pagar tapak. Jumlah kunjungan tiap tahun tidak terlalu banyak dengan tujuan kunjungan dinas, studi/penelitian, observasi dan studi banding, wisata, transaksi jual beli ikan hias, dan lainnya.

Konsep dasar pengembangan BPBI Ciherang adalah pusat pengembangan benih ikan hias air tawar yang mendukung kegiatan wisata sehingga dapat menjadi obyek agrowisata berbasis perikanan air tawar. Dengan konsep tersebut diharapkan BPBI Ciherang menjadi suatu tapak yang mampu mengakomodir kebutuhan ruang untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar dan pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada

Page 3: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

tapak tersebut. Dalam konsep dasar tersebut dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, pendidikan, dan ekonomi.

Konsep pengembangan BPBI Ciherang dilakukan berdasarkan kondisi sumberdaya wisata (resources based tourism). Sumberdaya wisata ini secara garis besar terdiri dari potensi alam dan potensi budidaya perikanan. Sumberdaya wisata ini selanjutnya dikelola menjadi suplai wisata (tourism supply) dengan cara pengembangan aktivitas wisata dan menyusun waktu kunjungan optimal. Pengembangan konsep untuk penataan lanskap BPBI Ciherang diwujudkan melalui rencana pengembangan ruang, sirkulasi, tata hijau, dan fasilitas. Dalam rencana ruang dikembangkan ruang budidaya yang terbagi menjadi ruang budidaya intensif dan non-intensif, ruang wisata yang terdiri dari ruang wisata penerimaan dan pelayanan, dan ruang penyangga. Rencana sirkulasi dikembangkan menjadi sirkulasi pejalan kendaraan dan pejalan kaki. Dalam rencana tata hijau dikembangkan konsep tata hijau estetis, pengarah, peneduh, dan konservasi. Fasilitas yang mendukung kegiatan agrowisata yang sudah ada dalam tapak dan dilakukan perbaikan dan dirancang ulang antara lain; tempat parkir, aula pertemuan, tempat penginapan/asrama, guest house, musholla, gedung bursa ikan hias (showroom), dan kolam pemancingan. Dalam rancangan ulang beberapa fasilitas dilakukan perluasan bangunan dan fasilitas untuk menambah kapasitas. Perluasan dilakukan pada area parkir dari 489 m2 menjadi 620 m2; aula pertemuan dari 270 m2 menjadi 330 m2; tempat penginapan/asrama dari 200 m2 menjadi 358 m2; dan guest house dari 180 m2 menjadi 443 m2. Fasilitas yang merupakan tambahan antara lain: gerbang masuk dengan volume 40,7 m3; kantor pengelola dan pusat informasi berupa bangunan satu tingkat yang memiliki balkon dek dan plaza dengan luas keseluruhan 241 m2; restoran/tempat makan yang memiliki dek kayu dan plaza dengan luas 342,5 m2; viewing deck dengan luas 110 m2; shelter dengan volume tiap unit 6.76 m3, tempat sampah dengan volume 0,15 m3; tempat pembuangan sampah sementara dan pembuatan kompos dengal luas 36,75 m2; fasilitas penerangan berupa lampu bollard dan lampu pedestrian dengan volume masing-masing 0,45 m3 dan 0;013 m3. Fasilitas lainnya adalah papan informasi (signage wall) dengan volume 1,7 m3 dan pagar pembatas dengan luas 175 m2.

Perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata dilakukan untuk mendapatkan manfaat dan fungsi lebih dari tapak, selain sebagai pusat pengembangan benih ikan hias. Hal tersebut tercapai dengan mengelola sumberdaya tapak menjadi suplai wisata (tourism supply). Hasil studi ini merupakan alternatif pengembangan tapak sebagai obyek agrowisata dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dan perikanan yang ada serta menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungannya. Studi perancangan ulang lanskap BPBI Ciherang ini hanya dilakukan sampai tahapan desain konsep (concept design) yang memberikan gambaran rencana pengembangan yang peruntukannya adalah untuk menarik klien dan investor sehingga dapat dilanjutkan dengan tahap design development, production documentation, dan budgeting apabila desain konsep tersebut dapat direalisasikan nantinya.

Page 4: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR

DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Petanian Bogor

Oleh:

Gin gin Ginanjar A34201029

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 5: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

Judul : PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS

AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG, KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Nama : GIN GIN GINANJAR

NRP : A34201029

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. NIP. 131 430 805

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus : ............................

Page 6: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

RIWAYAT HIDUP

Gin gin Ginanjar dilahirkan di Garut pada tanggal 28 Februari 1983

sebagai putra kelima dari lima bersaudara pasangan Undang Suhendar dan Euis

Rohanah (Alm).

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Wanamekar Garut dan lulus

tahun 1995. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN

1 Wanaraja Garut, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1

Tarogong Garut dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan Studio Pro

Arsitektur Lanskap, organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Arsitektur

Lanskap (HIMASKAP) tahun 2004-2005, asisten Mata Kuliah Konstruksi

Bangunan Taman (AGR 364) tahun 2004-2005 , dan menjadi asisten dalam

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan agrowisata dan ekowisata.

Page 7: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga studi penulis dapat terselesaikan dengan skripsi yang

berjudul ‘Perancangan Lanskap Agrowisata Ikan Hias Air Tawar di Balai

Pengembangan Benih Ikan Ciherang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat’.

Skripsi tersebut disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB.

Keberhasilan studi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, dan

pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi.

2. Ir. Indung Siti Fatimah, Msi sebagai dosen pembimbing akademik.

3. Dr. Ir. Andi Gunawan MSc dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS sebagai dosen

penguji.

4. Kasie Aplikasi Kelompok Ikan Mas dan Hias BPBI Ciherang, Ir. Deden

Daelami AS, MM.

5. Staf dan pegawai BPBI Ciherang.

6. Semua dosen, staf administrasi dan pegawai Departemen Arsitektur Lanskap

IPB.

7. Rekan-rekan mahasiswa dan alumni angkatan 35, 36, 37, 38, 39, 40, dan 41

Departemen Arsitektur Lanskap.

8. Kedua orang tua, ayahanda, almarhumah Ibunda, dan kakak-kakak atas

dukungan moril maupun materil.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis

menyelesaikan studi.

Semoga hasil studi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dan

membutuhkannya.

Bogor, Mei 2008

Penulis

Page 8: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2. Tujuan Studi ............................................................................................. 2 1.3. Kegunaan Studi ........................................................................................ 2 1.4. Kerangka Pikir Studi ................................................................................. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4 2.1. Lanskap .................................................................................................... 4

2.1.1. Pengertian Lanskap dan Tapak ...................................................... 4 2.1.2. Perencanaan Lanskap .................................................................... 5 2.1.3. Perancangan Lanskap .................................................................... 7

2.2. Rekreasi ................................................................................................... 9 2.2.1. Pengertian Rekreasi ....................................................................... 9 2.2.2. Perencanaan Kawasan Rekreasi .................................................... 9

2.3. Wisata ...................................................................................................... 10 2.3.1. Pengertian Wisata ........................................................................... 10 2.3.2. Produk Wisata ................................................................................. 11 2.3.3. Permintaan dan Penawaran Wisata ............................................... 11

2.4. Agrowisata ................................................................................................ 14 2.4.1. Pengertian dan Manfaat Agrowisata ............................................... 14 2.4.2. Lanskap Agrowisata ....................................................................... 15 2.4.3. Ruang Lingkup Agrowisata ............................................................. 15 2.4.4. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata .............................. 16 2.4.5. Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata .............................. 17

2.5. Ikan Hias Air Tawar .................................................................................. 17 2.5.1. Pembenihan Ikan Hias Air tawar .................................................... 17 2.5.2. Perencanaan Pembangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar .... 18 2.5.3. Pengaturan Tata Letak ................................................................... 19 2.5.4. Fasilitas Bangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar .................... 20

III. METODOLOGI ........................................................................................... 21

3.1. Tempat dan Waktu ................................................................................... 21 3.2. Batasan Studi ........................................................................................... 21 3.3. Proses Perencanaan dan Perancangan Tapak ........................................ 21

3.3.1. Persiapan ........................................................................................ 21 3.3.2. Konsep Dasar ................................................................................. 24 3.3.3. Pengumpulan Data ......................................................................... 24 3.3.4. Analisis ............................................................................................ 26 3.3.5. Sintesis ........................................................................................... 27 3.3.6. Pengembangan Konsep ................................................................. 27 3.3.7. Perencanaan ................................................................................... 27 3.3.8. Perancangan ................................................................................... 27

Page 9: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 28 4.1. Kondisi Umum .......................................................................................... 28

4.1.1. Sejarah Perkembangan BPBI Ciherang ......................................... 28 4.1.2. Organisasi BPBI Ciherang .............................................................. 29 4.1.3. Jenis Produksi BPBI Ciherang ........................................................ 30 4.1.4. Fasilitas Produksi BPBI Ciherang ................................................... 30 4.1.5. Sumberdaya Manusia ..................................................................... 31 4.1.6. Sumber Dana .................................................................................. 31

4.2. Analisis ..................................................................................................... 31 4.2.1. Aspek Biofisik ................................................................................. 31

4.2.1.1. Luas, Letak dan Aksesibilitas ................................................. 32 4.2.1.2. Tata Guna Lahan ................................................................... 36 4.2.1.3. Tanah ..................................................................................... 40 4.2.1.4. Topografi ................................................................................ 41 4.2.1.5. Hidrologi dan Hidrografi .......................................................... 43 4.2.1.6. Iklim dan Kenyamanan ........................................................... 48 4.2.1.7. Vegetasi ................................................................................. 51 4.2.1.8. Kualitas Visual dan Akustik .................................................... 54 4.2.1.9. Utilitas ..................................................................................... 56

4.2.2. Aspek Sosial ................................................................................... 58 4.2.2.1. Kependudukan ....................................................................... 58 4.2.2.2. Pola Pemukiman .................................................................... 59 4.2.2.3. Pengunjung ............................................................................ 59

4.3. Sintesis .................................................................................................... 60 4.4. Konsep Perencanaan Pengembangan BPBI Ciherang ........................... 63

4.4.1. Konsep Dasar ................................................................................. 63 4.4.2. Pengembangan Konsep ................................................................. 65

4.4.2.1. Suplai Wisata ......................................................................... 65 4.4.2.2. Pengembangan Aktifitas ........................................................ 66 4.4.2.3. Waktu Kunjungan ................................................................... 68 4.4.2.4. Penataan Lanskap ................................................................. 70

4.4.2.4.1. Rencana Ruang ............................................................. 70 4.4.2.4.2. Rencana Sirkulasi .......................................................... 71 4.4.2.4.3. Rencana Tata Hijau ....................................................... 75 4.4.2.4.4. Rencana Fasilitas .......................................................... 79

4.5. Perancangan ............................................................................................ 86 V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 105 5.1. Simpulan ................................................................................................... 105 5.2. Saran ........................................................................................................ 106 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107 LAMPIRAN ..................................................................................................... 110

Page 10: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

DAFTAR TABEL No Halaman 1. Kesesuaian kualitas air beberapa jenis ikan hias ..................................... 18

2. Jenis, satuan, bentuk, kegunaan dan sumber data .................................. 24

3. Objek wisata disekitar BPBI Ciherang ...................................................... 34

4. Jenis penggunaan lahan di BPBI Ciherang .............................................. 37

5. Kualitas air permukaan BPBI Ciherang .................................................... 44

6. Kualitas air tanah BPBI Ciherang ............................................................. 46

7. Kondisi Iklim Kecamatan Pacet tahun 2000-2004 .................................... 48

8. Nilai THI Kecamatan Pacet ....................................................................... 51

9. Jenis, jumlah dan fungsi vegetasi di BPBI Ciherang ................................ 53

10. Kunjungan tamu ke BPBI Ciherang tahun 2005 ....................................... 60

11. Hasil analisis dan sintesis ......................................................................... 60

12. Jenis dan bentuk aktivitas berdasarkan potensi BPBI Ciherang .............. 67

13. Waktu dan motivasi kunjungan berdasarkan bentuk aktivitas yang dikembangkan di BPBI Ciherang .............................................................. 69

14. Alternatif tanaman yang digunakan untuk perencanaan pengembangan BPBI Ciherang ................................................................ 77

15. Fasilitas dan utilitas yang direncanakan ................................................... 85

Page 11: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Kerangka pikir penelitian ........................................................................... 3

2. Peta orientasi lokasi studi ......................................................................... 22

3. Bagan proses perencanaan dan perancangan pada level tapak .............. 23

4. Struktur organisasi BPBI Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat ............... 29

5. Struktur organisasi BPBI Ciherang ........................................................... 30

6. Situasi dan batas tapak ............................................................................. 33

7. Pagar BRC pada tapak ............................................................................. 34

8. Orbitasi tapak ............................................................................................ 35

9. Aksesibilitas tapak .................................................................................... 36

10. Tata guna lahan ........................................................................................ 38

11. Ruang pengamatan pada Indoor hatchery ............................................... 39

12. Topografi dan kemiringan ......................................................................... 42

13. Saluran irigasi non teknis sebagai sumber air yang digunakan di BPBI Ciherang ...................................................................................... 44

14. Tempat penampungan dan penyimpanan air ............................................ 45

15. Sistem distribusi air permukaan dan sumur artesis ................................... 47

16. Penggunaan tanaman peneduh untuk mereduksi radiasi matahari .......... 49

17. Pengaruh vegetasi pada iklim mikro ......................................................... 50

18. Karakteristik dan penyebaran vegetasi ..................................................... 52

19. Vista pada tapak berupa kolam dengan latar belakang lahan Pertanian dan bukit .................................................................................. 54

20. Kualitas visual di luar dan di dalam tapak.................................................. 55

21. Sampah yang dibuang di belakang hatchery ............................................ 57

22. Sistem pembuangan limbah cair dari rumah tangga ................................ 57

23. Pemukiman penduduk di sekitar BPBI Ciherang ...................................... 59

24. Diagram konsep perencanaan ruang ...................................................... 71

25. Penampang tipikal jalan kelas IV ............................................................. 72

26. Diagram konsep hubungan jalur sirkulasi dengan ruang yang direncanakan ......................................................................... 73

27. Rencana ruang dan sirkulasi .................................................................... 74

28. Rencana tata hijau .................................................................................... 76

29. Rencana fasilitas dan utilitas .................................................................... 81

Page 12: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

vii

30. Rancangan tapak (Site plan) .................................................................... 87

31. Potongan 1 ............................................................................................... 88

32. Potongan 2 ............................................................................................... 89

33. Ilustrasi dan detil gerbang pertama .......................................................... 90

34. Ilustrasi dan detil gerbang kedua .............................................................. 91

35. Ilustrasi komplek bangunan kantor pengelola dan pusat informasi, aula, dan asrama/penginapan .................................................................. 93

36. Ilustrasi area musholla .............................................................................. 95

37. Ilustrasi guest house dan area parkir ........................................................ 96

38. Ilustrasi showroom .................................................................................... 97

39. Ilustrasi restoran dengan viewing deck dan akses sekunder .................... 99

40. Ilustrasi shelter .......................................................................................... 101

41. Ilustrasi fasilitas penerangan .................................................................... 102

42. Ilustrasi signage wall.................................................................................. 103

43. Ilustrasi tempat sampah............................................................................. 104

Page 13: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Inventarisasi induk ikan BPBI Ciherang tahun 2005 ................................. 110

2. Sarana dan prasarana BPBI Ciherang ..................................................... 110

3. Daftar nominatif pegawai BPBI Ciherang tahun 2006 .............................. 111

4. Daftar kriteria kualitas air .......................................................................... 112

5. Planting plan .............................................................................................. 115

6. Perbesaran 1 planting plan ........................................................................ 116

7. Perbesaran 2 planting plan ........................................................................ 117

8. Perbesaran 3 planting plan ........................................................................ 118

9. Detil shelter ............................................................................................... 119

10. Detil lampu pedestrian .............................................................................. 120

11. Detil lampu bollard .................................................................................... 121

12. Detil signage wall ..................................................................................... 122

13. Detil tempat sampah ................................................................................. 123

Page 14: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang-Cianjur merupakan

salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perikanan di Jawa Barat. BPBI

Ciherang dikembangkan sebagai pusat pengembangan berbagai benih ikan hias

air tawar, hal tersebut merupakan potensi yang besar dalam pengembangan

teknologi pembenihan ikan hias air tawar dan sebagai pusat pelayanan bagi

masyarakat petani ikan hias air tawar. Di sekitar BPBI Ciherang berkembang

pula kegiatan budidaya ikan hias air tawar yang diusahakan oleh petani

setempat, selain di sekitar BPBI Ciherang ikan hias, khususnya ikan Koi banyak

diusahakan oleh petani setempat, juga di Jawa Barat maupun di Indonesia

secara umum usaha di bidang ikan hias ini semakin marak dan berkembang.

Oleh karena itu, keberadaan BPBI Ciherang semakin terasa penting untuk bisa

mengembangkan teknologi di bidang perikanan, maupun memberi pembinaan

bagi petani ikan khususnya petani ikan hias.

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang memiliki sumber air

yang cukup memadai yang berasal dari air permukaan dan air tanah

(menggunakan sistem sumur) untuk memenuhi kebutuhan pembenihan dan

konsumsi. Letak BPBI Ciherang strategis dan aksesibilitas yang tinggi, mudah

dijangkau dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. BPBI

Ciherang terletak di pinggir jalan raya dan berada dalam jalur wisata Bogor-

Puncak-Cianjur atau yang lebih dikenal dengan jalur wisata BoPunJur. Lokasi

BPBI Ciherang berdekatan dengan balai-balai penelitian lainnya, seperti Balai

Penelitian Tanaman Hias dan Balai Penelitian Hortikultur. Di sekitar BPBI juga

terdapat berbagai obyek wisata seperti, Taman Nasional Gede Pangrango,

Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, Kota Bunga, Kebun Teh Gedeh

dan lain-lain.

Tapak berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek agrowisata yang

cukup menarik bagi masyarakat atau para peminat dan pecinta ikan hias. BPBI

Ciherang memiliki potensi atraksi koleksi ikan hias air tawar yang beragam,

sarana akomodasi, serta pemandangan alam di luar tapak disekeliling BPBI

Ciherang sangat impresif jika dilihat dari dalam tapak. Kondisi ini sangat

mendukung jika BPBI Ciherang dikembangkan sebagai salah satu tujuan

Page 15: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

2

kunjungan agrowisata di bidang perikanan. Oleh karena itu diperlukan

perencanaan dan perancangan BPBI Ciherang sebagai obyek tujuan agrowisata.

1.2. Tujuan Studi

Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji dan mengevaluasi bentuk,

struktur, fungsi dan estetika lanskap BPBI Ciherang untuk menghasilkan produk

perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat pengembangan benih ikan

hias dan obyek agrowisata.

1.3. Kegunaan Studi

Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Dinas Perikanan

Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dalam

merencanakan dan merancang pengembangan lanskap BPBI Ciherang sebagai

obyek agrowisata.

1.4. Kerangka Pikir Studi

Studi ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa BPBI Ciherang merupakan

pusat pengembangan pembenihan ikan hias air tawar di Jawa Barat, namun

kondisi tapaknya sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu obyek

wisata. Dengan adanya penambahan fungsi pada tapak akan menyebabkan

terjadinya konflik antar kedua fungsi tersebut yang akan menyebabkan terjadinya

penyimpangan fungsi utama BPBI Ciherang dan menurunkan kemampuan tapak

untuk mendukung keberlanjutan fungsi utama tersebut. Oleh karena itu

diperlukan suatu perencanaan dan perancangan yang dapat mengakomodasi

dua fungsi yang berbeda tersebut dan menjadikannya suatu kesatuan fungsi

tapak yang sinergi.

Perencanaan dan perancangan dilakukan dengan mengoptimalkan

komponen-komponen yang mempengaruhi kedua fungsi tersebut. Komponen-

komponen tersebut kemudian diterjemahkan dalam ruang dan pola sirkulasi

berdasarkan aktivitas wisata yang akan dikembangkan. Berdasarkan ruang dan

pola sirkulasi yang terbentuk serta penyediaan fasilitas wisata dilakukan

perencanaan dan perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat

pengembangan benih ikan hias dan agrowisata.

Page 16: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

3

Agrowisata

Potensi pusat pengembangan benih ikan hias air tawar

Kondisi air (fisik, kimia dan biologis)

Pemeliharaan Ikan Hias

BPBI Ciherang

UPTD Perikanan

Evaluasi potensi tapak

Perancangan Lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat pengembangan benih ikan hias air tawar dan obyek agrowisata

• Gambar Rancangan Tapak (Site Plan) • Gambar Rencana Penanaman (Planting Plan) • Gambar Detil Tapak (Site Detail) dan Potongan • Gambar Ilustrasi dan Perspektif

Atraksi Wisata

• Kegiatan budidaya ikan hias air tawar

• Koleksi ikan hias air tawar • Kegiatan pertanian

hortikultura sekitar tapak • Pemandangan sekitar

tapak

Sistem Transportasi

• Aksesibilitas mudah • Dapat dilalui berbagai jenis

kendaraan pribadi maupun umum

Informasi

• Gerbang penanda dan identitas kawasan

Pelayanan

• Sarana penginapan (guest house)

• Gedung bursa ikan hias air tawar (showroom)

Sistem penyediaan dan distribusi air

Sarana Pembenihan Ikan Hi

Gambar 1 Kerangka pikir studi

Page 17: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanskap

2.1.1. Pengertian Lanskap dan Tapak

Simonds (1983) mendefinisikan lanskap sebagai suatu bentang alam

dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia,

karakter tersebut menyatu secara harmoni dan alami untuk memperkuat karakter

lanskapnya. Menurut Rachman (1994) lanskap adalah wajah atau karakter lahan

atau bagian dari muka bumi dengan segala sifat dan kehidupan yang ada di

dalamnya baik yang bersifat alami maupun buatan, manusia beserta makhluk

hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan

sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan.

Tapak (site), secara fisik, merupakan bagian dari suatu lanskap atau

lanskap itu sendiri, berbentuk alami atau buatan, statis atau dinamis, dengan

ukuran serta karakter yang beragam. Secara teknis, tapak didefinisikan sebagai

suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan

direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu. Tapak

merupakan suatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dan dipengaruhi

keberadaan serta kelestariannya oleh berbagai elemen pembentuk lanskap

(tanah, air, vegetasi, iklim, ekonomi, politik dan budaya manusia yang

mendiaminya. Setiap tapak juga memiliki bentuk fisik (forms, features, forces)

dengan karakter tertentu (statis, dinamis, ramah, gagah, meluas dan lainnya)

yang mempengaruhi tujuan, pembentukan, dan penataannya (Nurisjah, 2004).

Lebih lanjut Nurisjah (2004) menyatakan bahwa untuk mengolah dan

membentuk suatu tapak menjadi peruntukan terbaiknya diperlukan berbagai data

dan informasi penunjang. Dalam bidang arsitektur lanskap data dan informasi

tersebut dapat berbentuk data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut dapat

merupakan informasi yang dikumpulkan atau diukur langsung di lapangan atau

disebut dengan data primer, tetapi dapat juga merupakan informasi yang

dikumpulkan melalui studi pustaka atau berbagai bahan yang telah tersedia

sebelumnya atau disebut data sekunder.

Page 18: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

5

2.1.2. Perencanaan Lanskap

Perencanaan lanskap adalah suatu proses sintesis yang kreatif tanpa

akhir dan dapat ditambah, juga merupakan proses yang rasional dan evolusi

yang teratur. Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang saling

berhubungan dan berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa

sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, maka akan

mempengaruhi bagian lainnya (Simonds, 1983). Knudson (1980), menyatakan

bahwa perencanaan lanskap kemampuan untuk mengumpulkan dan

menginterpretasikan data, memproyeksikan data, memproyeksikan ke masa

depan, mengidentifikasi masalah dan memberikan pendekatan yang beralasan

untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan tapak (lanskap) merupakan suatu kompromi antara

penyesuaian tapak dan adaptasi program terhadap kondisi tapaknya, hubungan

timbal balik antara tapak dengan program menghasilkan suatu tata guna lahan

(Laurie, 1986). Lebih lanjut Laurie menjelaskan bahwa perencanaan tapak

adalah suatu proses dimana persyaratan pada program dilengkapi, ditempatkan

dan dihubungkan satu sama lain dengan menghindari kerusakan pada tapak,

diikuti imajinasi serta kepekaan dalam analisis tapak. Dalam perencanaan terjadi

proses pemahaman dan pengaturan ruang, sirkulasi, sarana dan prasarana,

nilai-nilai keindahan, air dan perlindungan tanah serta keadaan di atasnya pada

suatu tapak. Rencana ini akan memperhatikan dimana program secara spesifik

dapat ditampung dalam tapak dan bagaiman proyek tersebut dihubungkan

dengan lingkungan sekitarnya.

Proses perencanaan merupakan suatu proses yang dinamis, saling

terkait dan saling menunjang (Gold, 1980). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa proses

perencanaan merupakan suatu tahapan sistematis untuk menentukan kondisi

awal tapak, kondisi yang diinginkan pada tapak dan cara atau model terbaik

untuk mencapai kondisi yang diinginkan pada tapak tersebut. Adapun proses

perencanaan dan perancangan yang dikemukakan Gold (1980), terdiri dari enam

tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan

perancangan.

Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan, program dan informasi

lain tentang berbagai keinginan pemilik dan pemakai (Gold, 1980). Pada awal

proses perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan dan

menjawab berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia dan

Page 19: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

6

mengakomodasikan berbagai kepentingan ke dalam produk (lahan) yang

direncanakan, seperti untuk mengkreasi dan merencanakan secara fisik berbagai

bentuk pelayanan, fasilitas dan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya

tersedia lainnya serta nilai-nilai budaya manusia. Pada tahapan perencanaan

selalu terdapat kemungkinan adanya perubahan yang diakibatkan oleh

penyesuaian kepentingan dan beberapa hal yang tidak dapat dihindari. Selama

dapat menunjang tujuan yang direncanakan, perubahan-perubahan tersebut

dapat ditoleransi atau diakomodasikan (Nurisjah dan Pramukanto, 1993).

Inventarisasi merupakan proses pengumpulan data keadaan awal dari

tapak. Dilakukan dengan survei lapang, wawancara, pengamatan, perekaman,

studi pustaka dan sebagainya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1993), data

yang dikumpulkan dalam inventarisasi meliputi: (a) data fisik, terdiri dari: data

iklim, fisiografi, topografi, hidrologi, kemiringan, biota, kualitas visual dan tata

ruang, (b) data sosial, terdiri dari: kebudayaan, kependudukan, perilaku dan

kebiasaan pengguna lanskap, (c) data ekonomi, menyangkut tentang berbagai

ketersediaan biaya untuk pelaksanaan dan pemeliharaan.

Analisis merupakan suatu tahapan untuk mengidentifikasi potensi,

masalah dan kemungkinan pengembangan lain dari tapak sebagai alternatif

berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi tapak (Rachman,

1994). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1993), analisis dilakukan terhadap

berbagai aspek dan faktor yang berperan terhadap keindahan dan kelestarian

rencana pada tapak/lahan tersebut sehingga dapat diketahui masalah,

hambatan, potensi dan berbagai tingkat kerawanan atau kerapuhan tapak. Penentuan suatu potensi bila sesuai dengan tujuan dan atau mengganggu tapak

dan daerah sekitarnya. Secara kualitatif deskriptif, elemen pembentuk lanskap

dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu masing-masing yang termasuk ke

dalam kelompok potensi, kendala, amenity, danger signal. Secara kuantitatif,

dihitung daya dukung dari sumber daya yang akan dikembangkan untuk tujuan

dan fungsi yang direncanakan atau diinginkan. Untuk pengembangan suatu

tapak/lahan sebaiknya diperhatikan ambang batas daya dukungnya agar tidak

terjadi degradasi sumber daya sehingga kelestarian dan keindahan alamnya

dapat tetap terjaga. Hasil dari proses analisis disajikan dalam bentuk

kemungkinan atau alternatif pengembangan tapak/lanskap, baik dalam skala

lanskap total maupun hanya bagian dari tapak yang direncanakan.

Page 20: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

7

Sintesis merupakan suatu tahap menentukan alternatif pemecahan

masalah dan pemanfaatan potensi dengan menggunakan beberapa cara yang

disesuaikan dengan tujuan perencanaan (Rachman, 1994). Pada tahap ini, hasil

dari tahap analisis dikristalisasi dan dikembangkan sebagai input untuk

menentukan konsep pengembangan yang mengacu pada tujuan dan fungsi yang

ditetapkan. Nurisjah dan Pramukanto (1993) menyatakan bahwa hasil dari tahap

sintesis adalah altenatif-alternatif perencanaan, dimana alternatif tersebut

merupakan alternatif terpilih yang berupa modifikasi dan kombinasi dari beberapa

alternatif pra-perencanaan. Alternatif yang terpilih ini harus memenuhi syarat

dasar yaitu memungkinkan untuk dilaksanakan dan dipelihara berdasarkan

aspek fisik, sosial, ekonomi, maupun teknik.

Konsep menurut Rachman (1994) merupakan tahap mencari dan

menetapkan cara terbaik untuk pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi. Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi akan diperoleh

alternatif-alternatif pembagian ruang/zonasi Nurisjah dan Pramukanto (1993) menyatakan bahwa hasil perencanaan

lanskap dapat disajikan dalam bentuk gambar pra-perencanaan terdiri dari

gambar situasi tapak awal (denah, perspektif atau ilustrasi lainnya) dan gambar

atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis (detil dan menyeluruh, perwilayahan,

block plan), sedangkan gambar perencanaan lanskap yaitu : rencana lanskap

utama (master landscape plan), rencana tata letak (site plan), rencana tata hijau

(planting plan), rencana teknis konstruksi (construction plan) dan rencana teknis

lainnya.

2.1.3. Perancangan Lanskap

Perancangan lanskap merupakan pengembangan lebih detail dari

perencanaan lanskap. Perancangan adalah ilmu dan seni pengorganisasian

ruang dan massa dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non

alami serta kegiatan yang ada didalamnya agar tercipta suatu karya tata ruang

yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetik memiliki keindahan

sehingga diperoleh kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk

lainnya yang hidup di dalamnya (Rachman, 1994). Simonds (1983) menyatakan

bahwa suatu kegiatan perancangan lebih ditujukan pada pengelolaan dan

penataan volume dan ruang. Menurut Laurie (1986) bahwa wujud dan bentuk

Page 21: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

8

perancangan lanskap timbul dari hasil rumusan yang jelas terhadap potensi dan

kendala tapak serta masalah perancangan yang ada, sedangkan sumber

bentuk yang paling penting adalah raut atau wajah tapak itu sendiri, seperti

dipertegas oleh garis batas tepian tapak dan topografi. Adapun sumber bentuk

kedua berasal dari suatu perkiraan mengenai fungsi atau kegunaan yang akan

dibentuk.

Suatu perancangan lanskap yang baik harus sesuai dengan prinsip

disain, yaitu keterpaduan elemen-elemen penyusun tapak dan terdapatnya sifat

unity, harmony, interest, simplicity, emphasis, balance, scale dan sequence

antar elemen-elemen tersebut, baik elemen awal (existing) dan atau elemen

rancangan. Unity adalah sifat kesatuan antar elemen-elemen penyusun tapak.

Harmony adalah keserasian antar elemen-elemen penyusun tapak dan

keserasian antara elemen-elemen penyusun tapak dengan lingkungan

sekitarnnya. Interest merupakan suatu rasa ketertarikan, rasa ingin tahu, rasa

penasaran dari calon pengguna/pengunjung yang bersifat mengundang

ditimbulkan oleh tapak. Emphasis adalah penekanan atau kontras yang dibuat

pada salah satu elemen, titik, dan atau ruang dalam tapak. Balance adalah

keseimbangangan antar elemen sehingga berimplikasi pada stabilitas dan

keamanan tapak. Scale adalah perbandingan relatif yang proporsional antara

tinggi, panjang, lebar, luas, massa dan volume dari masing-masing elemen

lanskap. Sequence adalah keteraturan arah, kecepatan dan model dari

pergerakan pengunjung (Reid, 1993). Hakim (2002) menyatakan bahwa perancangan suatu tapak dapat

menyangkut perancangan detil lanskap yang merupakan usaha seleksi dan

ketepatan penggunaan komponen/material, material/bahan, tanaman dan

kombinasi pemecahan detil berbagai elemen. Hal tersebut merupakan

pemecahan spesifik dan berkualitas dari program ruang dan area dari sebuah

rencana rinci tapak. Laurie (1986) menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan

dalam pemilihan material adalah kebutuhan dan ketersediaan, penampilan,

ketahanan terhadap cuaca, kebersihan keamanan, pantulan dan pemantulan

cahaya, drainase, jenis pelayanan, keadaan tanah, kemudahan pemeliharaan,

kenyamanan, proporsi antar bagian dengan lingkungan serta biaya yang

dikeluarkan (Cochrane, 1979).

Page 22: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

9

2.2. Rekreasi

Dalam suatu obyek wisata, selain menikmati berbagai atraksi yang

ditawarkan di obyek tersebut juga disediakan berbagai kegiatan yang akan

dilakukan oleh wisatawan. Salah satu kegiatan utama yang dilakukan dalam

suatu obyek wisata ini adalah kegiatan rekreasi. Pada awal perkembangannya,

kegiatan wisata ini selalu identik dengan kegiatan rekreasi, tetapi dalam

perkembangan selanjutnya kegiatan rekreasi bukan lagi merupakan hal utama

dan satu-satunya tetapi berkembang berbagai kegiatan lainnya seperti edukasi,

kultural, historikal atau nostalgia bahkan berbelanja, dan lain-lainnya.

2.2.1. Pengertian Rekreasi

Rekreasi merupakan penggunaan waktu luang untuk suatu hal yang

menyenangkan dan dapat mengembangkan kemampuan seseorang untuk

sesuatu yang baru dan lebih memuaskan. Aktivitas rekreasi dapat berbentuk

rekreasi fisik berupa aktivitas yang berhubungan dengan fisik dan rekreasi psikis

yang melibatkan pikiran, perasaan dan kenyamanan (Nurisjah 2004). Laurie

(1986) membedakan rekreasi menurut kegiatannya menjadi rekreasi aktif dan

pasif. Rekreasi aktif membutuhkan banyak energi untuk melakukan kegiatannya,

sedangkan rekreasi pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk

menghilangkan keletihan fisik setelah bekerja keras sehingga rekreasi ini hanya

memerlukan energi sedikit.

2.2.2. Perencanaan Kawasan Rekreasi

Menurut Gold (1980) merencanakan suatu lanskap untuk kawasan

rekreasi merupakan suatu proses yang menghubungkan antara sumberdaya

rekreasi dengan kebutuhan manusia untuk berekreasi tanpa mengakibatkan

kerusakan. Tujuan perencanaan kawasan rekreasi adalah untuk memaksimalkan

kesejahteraan manusia dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik, sehat,

menyenangkan dan menarik. Pendekatan yang dapat digunakan dalam

merencanakan kawasan rekreasi adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan sumberdaya

Sumberdaya fisik akan menentukan bentuk dan kemungkinan aktivitas

rekreasi, baik jenis maupun jumlahnya. Pertimbangan terhadap penawaran

dan unsur-unsurnya lebih diutamakan daripada permintaan, dengan kata lain

penawaran membatasi permintaan atau membatasi penggunaan oleh

Page 23: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

10

manusia atau membatasi daya dukung sumberdayanya sehingga

kepentingan sosial diminimalkan.

2. Pendekatan aktivitas

Pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi berdasarkan

aktivitas pengguna, baik itu aktivitas rekreasi yang ada pada masa lampau

maupun saat ini. Perhatian lebih ditekankan pada permintaan atau faktor

sosial lebih diutamakan daripada faktor alam. Tujuannya adalah agar

kepuasaan pengguna dapat tercapai dan terpenuhi.

3. Pendekatan ekonomi

Sumberdaya ekonomi digunakan untuk menentukan jumlah, jenis dan lokasi

yang potensial untuk rekreasi. Dalam hal ini faktor ekonomi lebih diutamakan

daripada faktor alam maupun sosial, sehingga permintaan untuk aktivitas

dikendalikan oleh harga.

4. Pendekatan tingkah laku

Bentuk rekreasi ditentukan berdasarkan kebiasaan atau tingkah laku

manusia dalam mempergunakan waktu singgahnya. Pusat perhatian dalam

pendekatan ini adalah rekreasi sebagai pengalaman, alasan berapresiasi,

bentuk aktivitas yang diinginkan dan dampaknya terhadap seseorang.

Dalam pendekatan ini aspek permintaan menjadi pertimbangan utama.

2.3. Wisata

Wisata merupakan suatu sistem dengan komponen yang saling berkaitan

satu sama lain, baik yang datangnya dari sisi permintaan (demand) ataupun sisi

penawaran (supply). Sebagai sebuah sistem wisata dapat berjalan dengan baik

jika bagian-bagian dari sistem tersebut berfungsi secara efisien dan sinergis

antara bagian yang satu dengan yang lainnya.

2.3.1. Pengertian Wisata

Wisata (tour, travel, jalan-jalan) didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan

seseorang atau sekelompok orang untuk sementara (temporal) dalam jangka

waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat mereka tinggal dan tempat rutinitas

bekerja, untuk tujuan kesenangan (pleasure) (Gunn, 1997). Dalam melakukan

perjalanan wisata banyak ragam motivasi untuk melakukan perjalanan (seperti

untuk kesenangan, kekuasaan, pengalaman spiritual, komersil); daerah tujuan

dan jangka waktu berwisatanya. Selama tinggal di daerah wisata, wisatawan

Page 24: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

11

akan dan dapat melakukan berbagai kegiatan dan untuk mengakomodasi hal ini

maka disediakan berbagai fasilitas pendukung kenyamanan wisatawan ini.

Menurut Nurisjah (2004) wisata merupakan rangkaian kegiatan yang

terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan/atau per-

singgahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat

tujuan di!uar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai

keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap.

Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah

tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi pengunjung, diantaranya adalah

sebagai berikut: 1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta

yang dalam istilah wisata disebut dengan natural amenities seperti iklim, bentuk

tanah dan pemandangan, hutan, flora dan fauna serta pusat-pusat kesehatan

yang termasuk dalam kelompok ini, 2) Hasil ciptaan manusia antara lain benda-

benda yang memiliki nilai sejarah, keagaman dan kebudayaan, 3) Tata cara

hidup masyarakat setempat. Merencanakan suatu kawasan wisata merupakan

upaya untuk menata dan memanfaatkan sumberdaya wisata untuk mendukung

kegiatan wisata yang akan dikembangkan dan meminimalkan kerusakannya.

2.3.2. Produk Wisata

Produk wisata adalah satu paket atau kemasan yang terdiri dari

komponen barang-barang berwujud dan tidak berwujud yang dapat digunakan

untuk beraktivitas di daerah tujuan wisata dan paket ini akan dilihat atau

disaksikan oleh wisatawan sebagai suatu pengalaman yang dapat dibeli dengan

harga tertentu (Yoeti, 2003). Produk wisata merupakan susunan produk yang

terdiri dari kombinasi atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan. Produk

ini merupakan bahan baku bagi perencana dan penyelenggara perjalanan wisata

untuk menyusun paket wisata yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan

kepada calon wisatawan. Terdapat lima komponen utama dalam total produk

wisata yaitu daya tarik daerah tujuan wisata, fasilitas dan pelayanan,

aksesibilitas, image dan persepsi daerah tujuan wisata serta harga atau biaya

untuk perjalanan wisata.

2.3.3. Permintaan dan Penawaran Wisata

Secara umum wisata dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran,

karenanya dalam perencanaan wisata perlu diketahui aspek-aspek apa saja

Page 25: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

12

yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. Sisi permintaan atau pasar

wisata adalah orang-orang yang yang berminat dan memiliki kemampuan untuk

berwisata. Sedangkan sisi penawaran dapat didefinisikan sebagai program dan

pengembangan fisik di daerah tujuan wisata untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan wisatawan (Gunn, 1997). Lebih lanjut Gunn menyatakan bahwa

terdapat lima komponen yang membentuk sisi penawaran yaitu : atraksi,

pelayanan, transportasi, informasi dan promosi.

Atraksi merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik suatu daerah

untuk dikunjungi, termasuk obyek dan aktivitas yang ada di dalamnya. Atraksi

wisata diartikan sebagai segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan,

yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan serta dinikmati wisatawan di

suatu kawasan wisata. Sedangkan obyek wisata didefinisikan sebagai suatu

keadaan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta

sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan

(Nurisjah, 2004). Berdasarkan Yoeti (1997), atraksi wisata merupakan sesuatu

yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan (shows) yang

khusus diselenggarakan untuk para wisatawan, sedangkan obyek wisata adalah

segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar. Dalam

atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu,

sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Obyek

dan segala atraksi wisata yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama,

mengapa seseorang datang berkunjung ke suatu tempat dan keasliannya harus

dipertahankan, sehingga wisatawan hanya dapat melihat dan menyaksikan

obyek serta atraksi wisata hanya di tempat tersebut. Obyek wisata khususnya

agrowisata tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang

luas seperti areal perkebunan, namun juga skala kecil yang karena keunikannya

dapat menjadi obyek wisata yang menarik.

Fasilitas dan pelayanan wisata merupakan semua sarana dan

prasarana yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang

berkunjung atau tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata yang

dikunjunginya. Keberadaannya sangat penting sebagai pendukung kegiatan

wisata di suatu obyek wisata, sehingga penempatannya haruslah di tempat

strategis yang memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses

fasilitas pelayanan tersebut (Yoeti, 2003). Ketersediaan fasilitas serta

kemudahan untuk mengakses fasilitas tersebut merupakan salah satu yang

Page 26: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

13

mendorong wisatawan berkunjung ke suatu obyek wisata. Obyek wisata

sebaiknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi

kebutuhan sarana dan prasarananya. Fasilitas pelayanan tersebut di tempatkan

pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga fungsional dan dapat diakses,

digunakan dan dimanfaatkan secara maksimal (Tirtawinata dan Fachruddin,

1996). Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa

penyediaan fasilitas untuk dapat dilakukan dengan dua pendekatan.

Pendekatan pertama dengan memanfaatkan semua obyek, baik

prasarana, sarana dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik

dan melakukan perbaikan bila diperlukan. Pendekatan kedua yaitu

membangun prasarana, sarana dan fasilitas yang masih dianggap kurang

(Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). Aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata merupakan pembentuk produk

industri wisata (Yoeti, 1997). Di dalam pengembangan Suatu obyek wisata,

berbagai model perjalanan bagi pergerakan manusia sepanjang perjalanan

sangat penting untuk dipertimbangkan untuk mengurangi berbagai perselisihan

yang mungkin terjadi (Gunn, 1997). Aksesibilitas merupakan unsur-unsur

kemudahan yang tersedia atau disediakan bagi wisatawan saat berkunjung,

berupa bentuk alternatif pergerakan manusia menuju obyek wisata. Transportasi

merupakan komponen yang sangat penting di dalam sistem kepariwisataan

berupa sarana atau alat yang digunakan dalam model pergerakan.

Informasi berfungsi untuk membantu pengunjung untuk memahami dan

menikmati atraksi yang ditawarkan. Informasi perlu disediakan agar wisatawan

dapat mengetahui segala sesuatu mengenai daerah wisata yang dikunjunginya

(Yoeti, 2003). Informasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui

leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media dalam bentuk iklan atau

media audiovisual serta penyediaan informasi pada tempat publik seperti hotel,

restoran, bandara dan lainnya. Kerjasama antara obyek wisata dengan biro

perjalanan, perhotelan dan jasa angkutan sangat berperan dalam

pengembangan obyek wisata (Deptan, 2003).

Menurut Yoeti (2003), promosi perlu dilakukan agar mencapai sasaran

seperti makin banyaknya wisatawan yang datang dan lebih banyak

membelanjakan uangnya. Salah satu metode promosi yang dinilai efektif dalam

mempromosikan obyek wisata khususnya agrowisata adalah metode tasting,

yaitu memberi kesempatan kepada calon wisatawan untuk datang dan

Page 27: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

14

menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan

berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini

akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya

(Deptan, 2003).

2.4. Agrowisata

Agrowisata merupakan suatu kegiatan wisata yang terintegrasi dengan

keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai

teknologi pertanian maupun komoditi pertanian. Dalam setiap kegiatannya

wisatawan diajak untuk menikmati dan mengapresiasi kegiatan pertanian dan

kekhasan serta keindahan sumberdaya alam ataupun binaan sehingga dapat

meningkatkan daya apresiasi dan kesadaran untuk mencintai dan

melestarikannya.

2.4.1. Pengertian dan Manfaat Agrowisata

Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan

wisata yang di lakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti

persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil

panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wistawan dapat

membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut

melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Lebih lanjut

Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan bahwa agrowisata merupakan

suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi).

Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang

berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan

nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaaan.

Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menyatakan bahwa agrowisata dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan konservasi lingkungan.

2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam.

3. Memberikan nilai rekreasi.

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Mendapatkan keuntungan ekonomi.

Page 28: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

15

2.4.2. Lanskap Agrowisata

Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang

menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas

penunjang produksi pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Pemandangan

pertanian tersebut berupa sawah, perkebunan, palawija, taman bunga,

tanaman koleksi, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan.

Pemandangan yang biasa terlihat pada lanskap pertanian pada umumnya

terdiri dari : tanaman hias, tanaman hortikultur, hutan, bangunan pertanian,

rumah kaca, kandang ternak dan kolam budidaya ikan.

2.4.3. Ruang Lingkup Agrowisata

Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan

potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang

sebagai berikut :

1. Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa

tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat

ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada,

keindahan pemandangan didalamnya dan kesegaran udara yang

memberikan rasa nyaman.

2. Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman

keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan swasta

nasional maupun asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan

obyek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi (pembibitan), produksi,

dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran).

3. Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan

meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur yakni bunga, buah

sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen,

pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya

dapat dijadikan obyek agrowisata.

4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan

budi daya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan

sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan

serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.

Page 29: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

16

5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain

pola beternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan

ternak.

2.4.4. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus

dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu: (1) sesuai dengan

rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, (2) dibuat

secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, (3) mempertimbangkan tata

lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitarnya, (4) selaras dengan

sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang

ada, (5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

Dalam mengidentifikasi suatu wilayah pertanian sebagai wilayah

kegiatan agrowisata perlu pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut

meliputi kemudahan aksesibilitas, karakter alam, sentra produksi pertanian, dan

adanya kegiatan agroindustri. Perpaduan antara kekayaan komoditas dengan

bentuk keindahan alam dan budaya masyarakat merupakan kekayaan obyek

wisata yang amat bernilai. Agar lebih banyak menarik wisatawan, obyek wisata

perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi,

promosi dan penerangan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).

Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa

terdapat tiga alternatif model agrowisata yang dapat diterapkan adalah sebagai

berikut :

1. Alternatif pertama. Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata

dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional

berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif ini dapat ditemui di

daerah terpencil dan jauh dari lalu lintas ekonomi luar.

2. Alternatif kedua. Memilih salah satu tempat yang dipandang strategis dari

segi geografis pariwisata, tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama

sekali. Pada daerah ini akan dibuat agrowisata buatan.

3. Alternatif ketiga. Memilih daerah yang masyarakatnya memperlihatkan

unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan bertani,

beternak, berdagang dan sebagainya serta tidak jauh dari lalu lintas wisata

yang cukup padat.

Page 30: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

17

2.4.5. Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata

Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat mengklasifikasikan faktor

sarana pendukung agrowisata kedalam dua jenis, yaitu sarana umum dan

sarana khusus.

1. Sarana umum, terbagi kedalam tiga bagian, yaitu sarana pokok, sarana

pelengkap dan sarana penunjang. (a) Sarana pokok, meliputi: sarana

transportasi, sarana akomodasi, sarana restoran dan tempat makan

lainnya, sarana travel biro (biro perjalanan umum), souvenir shop

(perusahaan penjual cinderamata). (b) Sarana pelengkap, meliputi: fasilitas

olahraga dan fasilitas permainan. (c) Sarana pendukung, meliputi: fasilitas

hiburan dan lainnya.

2. Sarana khusus, diantaranya meliputi laboratorium, tempat penelitian,

literatur pendukung, tenaga peneliti pada obyek yang dimaksud dan lain-

lain.

Faktor prasarana dalam agrowisata secara umum dibagi ke dalam dua

golongan, yaitu :

1. Prasarana perekonomian, meliputi prasarana transportasi, prasarana

komunikasi, prasarana perbankan dan prasarana utilitas.

2. Prasarana sosial, meliputi prasarana pendidikan kepariwisataan, prasarana

kesehatan, prasarana keamanan dan pusat informasi pariwisata.

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) sarana dan fasilitas yang

dibutuhkan untuk suatu agrowisata antara lain: jalan menuju lokasi, pintu

gerbang, tempat parkir, pusat informasi, sign board (papan informasi), jalan

(sirkulasi) dalam kawasan agrowisata, shelter, toilet, tempat ibadah, dan tempat

sampah

2.5. Ikan Hias Air Tawar

2.5.1. Pembenihan Ikan Hias Air Tawar

Pembenihan ikan hias air tawar dapat dikelompokan ke dalam dua

kelompok, yaitu pembenihan ikan hias beranak dan pembenihan ikan hias

bertelur (Daelami, 2001). Setiap jenis ikan hias pada dasarnya memerlukan

kebutuhan dan kriteria/persyaratan khusus yang berbeda-beda untuk lingkungan

tumbuhnya sehingga diperlukan sarana dan fasilitas yang berbeda pula untuk

tiap jenis ikan hias tersebut. Menurut Lesmana (2002) faktor yang mempengaruhi

Page 31: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

18

kualitas ikan hias terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi

jenis dan sifat ikan/faktor genetik, jenis kelamin dan umur. Faktor luar terdiri dari

lingkungan tempat tumbuh dan pemeliharaan, pakan dan kondisi kesehatan

ikan. Dalam kegiatan pembenihan ikan hias air tawar faktor utama yang harus

diperhatikan adalah kondisi media hidup ikan tersebut Hal ini menyangkut

kualitas air (fisik, kimia dan biologis), sistem pengairan/distribusi dan sumber air.

Kegiatan pembenihan ikan hias memiliki tingkat toleransi yang rendah dan

sensitifitas yang tinggi terhadap kualitas air. Kesesuaian kualitas air berbeda

untuk beberapa jenis ikan hias seperti dijelaskan dalam Tabel 1 berikut :

Tabel 1 Kesesuaian kualitas air beberapa jenis ikan hias

No. Keasaman (pH) Kesadahan (dH) Jenis Ikan

1. 6,0 – 6,5 3 – 5 Tetra, barbus sumatera, arwana, maanvis, diskus

2. 6,5 – 7,0 5 – 10 Black ghost, danio, maskoki, koi, redfin, barbus sumatera, cupang, botia, diskus, sepat, catfish.

3. 7,0 – 7,5 7 – 12 Danio, bala shark, siklid afrika, koi, rainbow, arwana, ikan beranak (platty, molly, guppy), catfish.

4. 7,5 – 8,0 10 – 15 Siklid afrika, ikan beranak (platty, molly, guppy, rainbow, palmas, aligator)

Sumber : Lesmana, 2002.

Kegiatan pembenihan ikan hias air tawar pada dasarnya terdiri dari empat

kegiatan, yaitu pemijahan (pengawinan induk), perawatan telur, pendederan

(pemeliharaan/pembesaran) dan pemanenan. Proses pemijahan meliputi

kegiatan persiapan sarana pemijahan, pemilihan induk, pemijahan induk dan

pemeliharaan induk. Setelah melewati proses pemijahan maka selanjutnya

adalah kegiatan perawatan telur. Setelah telur-telur menetas maka dilakukan

pendederan yang dilakukan bertahap pada tiap tingkatan umur yang berbeda

disesuaikan dengan jenis dan sifat ikan hias yang bersangkutan. Tahap akhir

dalam kegiatan pembenihan ikan hias adalah dilakukan pemanenan untuk skala

usaha pembenihan. Untuk setiap tahapan dalam kegiatan pembenihan ikan hias

memerlukan sarana dan fasilitas tersendiri yang berbeda pula.

2.5.2. Perencanaan Pembangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar

Daelami (2001) menyatakan bahwa perencanaan pembangunan lokasi

pembenihan ikan hias sebaiknya berdasarkan data aktual dan obyektif yang

diperoleh sewaktu survei kemudian dipadukan dengan perkembangan teknologi

sehingga bisa disusun rencana yang lebih rasional. Perencanaan pembangunan

Page 32: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

19

pembenihan mencakup rencana gambar, rencana anggaran biaya (RAB),

rencana kerja bangunan. Rencana gambar merupakan peta situasi yang

memberikan gambaran tata letak bangunan yang menunjukan letak perkolaman

atau bak secara keseluruhan.

Dari segi estetikanya, situasi lingkungan harus dibuat nyaman dan betah

untuk pekerja. Lebih jauh lagi, lokasi pembenihan ikan hias berpotensi untuk

dikembangkan menjadi obyek agrowisata yang cukup menarik bagi masyarakat

atau para peminat dan pecinta ikan hias. Oleh karena itu tata letak kolam/bak,

bentuk bangunan dan penempatannya, serta lingkungan di dalamnya sebaiknya

dirancang dengan memadukan antara teknologi dan unsur-unsur estetis

(Daelami, 2001).

2.5.3. Pengaturan Tata Letak

Menurut Daelami (2001) pengaturan tata letak harus mengacu pada

prinsip-prinsip teknis melalui perhitungan ekonomis. Letak kolam atau bak

sebaiknya tidak berjauhan dan diatur sedemikian rupa secara berurut menurut

fungsinya masing-masing Untuk kolam/bak induk biasanya diletakan di bagian

paling depan atau terdekat dengan sumber air utama. Jika memungkinkan,

sebaiknya didirikan rumah jaga untuk mengawasi keadaan induk beserta

perawatannya. Pengairan untuk bak induk diambil dari bak penampungan air

yang berada di hulu atau langsung dari saluran utama. Di belakang bak induk

adalah bak pemijahan dan bak penetasan yang dibuat berdampingan,

pengairannya berasal dari bak penampungan air setelah melalui bak

pengendapan/bak filter. Bak pemijahan maupun bak penetasan memerlukan

suasana tenang sehingga letaknya harus berada jauh dari gangguan suara lalu

lalang orang dan aktivitas lainnya yang dapat mengganggu karena proses

pemijahan dapat terhenti atau gagal akibat situasi yang ramai atau bising

disekitarnya. Bak-bak/kolam pendederan/pembesaran dibangun menempati

areal sesudah bak pemijahan dan penetasan. Jumlah serta ukurannya

tergantung pada skala usaha atau ketersediaan lahan. Namun sebagian lahan

disisakan untuk membangun bak seleksi dan bak penampungan, ukurannya lebih

kecil dari bak-bak lainnya agar ikan yang ditempatkan di dalamnya mudah dilihat

dan ditangkap.

Page 33: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

20

2.5.4. Fasilitas Bangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar

Dalam usaha tani pembenihan ikan juga tercakup bangunan yang dibuat

di atas tanah seperti sumur saluran air, pagar, gudang untuk menyimpan bahan,

rumah tempat tinggal petani beserta keluarganya dan rumah para pekerja. Paling

sedikit ada 5 macam bak yang diperlukan dalam suatu usaha pembenihan ikan

hias, yaitu bak induk, bak pemijahan, bak penetasan, bak pendederan dan bak

seleksi atau bak penampungan. Persentase luas dari masing-masing bak sesuai

dengan fungsinya adalah bak induk (2,70%), bak pemijahan (0,60–1,20%), bak

penetasan (0,82-7,42%), bak pendederan (60,0%), bak seleksi/penampungan

(27,20%). Pembagian persentase lahan ini dapat diubah sesuai dengan kondisi

lahan dan kebutuhannya. Luas untuk setiap bak 2-6 m2 dengan tinggi pematang

0,250 m. Bentuk bak yang ideal adalah empat persegi panjang karena sirkulasi

air total dalam bak berjalan relatif cepat dan air masuk yang masih segar dapat

terbagi rata ke seluruh bagian bak. Agar mudah dikeringkan, dasar bak dibuat

landai mulai dari depan pemasukan air ke arah lubang pengeluaran. Jika di

sekitar lokasi terdapat sumber air yang cukup besar debitnya, pengairan ke

dalam komplek budidaya hendaknya menggunakan sistem paralel sehingga

setiap bak mendapat air baru, dengan demikian diharapkan produksi setiap bak

akan sama dan penyebaran hama dan penyakit dapat dikurangi (Daelami, 2001).

Page 34: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Studi dilakukan di BPBI Ciherang, jalan raya Cipanas KM 12, Desa Ciputri

RT 01 RW 02, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, dengan luas lahan 22.685 m2. Lokasi studi ini terletak di sebelah Utara Kota Cianjur, dengan jarak tempuh

13 km dari ibu kota kabupaten tersebut (Gambar 2). Kegiatan pengambilan data

studi ini dimulai pada bulan Februari 2005 sampai dengan Juni 2005 dan

dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan laporan.

3.2. Batasan Studi

Studi ini dibatasi sampai tahap perancangan tapak, meliputi pengaturan

tata ruang, sirkulasi dan pergerakan, tata hijau, fasilitas dan utilitas. Hasil atau

produk berbentuk rancangan tertulis dan gambar rancangan tapak disertai

dengan gambar rancangan detil dari elemen-elemen dan bagian-bagian tertentu

yang merupakan pusat aktifitas dan pengembangan fasilitas pada tapak.

3.3. Proses Perencanaan dan Perancangan Tapak

Perencanaan dan perancangan dalam studi ini dilakukan dengan

menggunakan metode survei deskriptif dengan mengacu pada proses

perencanaan dan perancangan Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya

dan aktifitas. Proses Studi perencanaan dan perancangan dilakukan dengan

tahapan-tahapan yang meliputi Persiapan, Inventarisasi, Analisis dan Sintesis,

Perencanaan dan Perancangan. Tiap tahapan kegiatan dalam proses

perencanaan dan perancangan yang dilakukan menghasilkan produk sendiri

yang mendukung satu sama lain (Gambar 3).

3.3.1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah kegiatan

persiapan administrasi, berupa pembuatan usulan dan perijinan studi;

penentuan arah, tujuan dan kegiatan; identifikasi data yang diperlukan dan

metoda pengumpulan data, serta peninjauan terhadap kebijakan pengembangan

BPBI Ciherang dan kajian awal rona lingkungan terhadap kebijakan

pembangunan terkait, baik untuk lingkup daerah (kabupaten) itu sendiri hingga

Page 35: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

22

Kecamatan Pacet

Kabupaten Cianjur

Gambar 2 Peta orientasi lokasi studi

Page 36: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

23

Persiapan

Perumusan masalah dan tujuan

Pengumpulan Data

Survai lapang Studi pustaka Wawancara

Konsep Dasar

Perencanaan

Pembuatan detil perencanaan

Rencana Tata Ruang, Rencana Sirkulasi, Rencana Tata Hijau,

Rencana Aktifitas Wisata, Rencana Fasilitas dan Utilitas

Sintesis

Alternatif-alternatif solusi untuk potensi dan kendala pada

tapak

Analisis

Deskriptif dan Spasial Peta-peta Analisis

Data Tabular Deskripsi Data

Perancangan

Pembuatan detil rancangan

• Gambar Rancangan Tapak (Site Plan)

• Gambar Rencana Penanaman (Planting Plan)

• Gambar Detil Konstruksi dan Bangunan Taman

• Gambar Potongan dan Ilustrasi perspektif

Pengembangan Konsep

1. Data Biofisik • Letak, luas dan aksebilitas • Tata guna Lahan • Tanah • Topografi • Hidrologi dan hidrografi • Iklim • Vegetasi • Kualitas visual dan akustik • Utilitas

2. Data Sosial • Kependudukan • Pola pemukiman • Pengunjung

Gambar 3 Bagan proses perencanaan dan perancangan pada level tapak

(Gold, 1980 dengan penyesuaian)

Page 37: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

24

tingkat kecamatan yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap arah

pengembangan tapak yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Cianjur.

3.3.2. Konsep Dasar

Konsep awal ditetapkan sebagai dasar untuk pengembangan tapak.

Konsep tersebut nantinya akan menjadi pengarah dalam tahap-tahap

perencanaan dan perancangan tapak selanjutnya. Konsep dasar ini akan

dikembangkan setelah dilakukan adanya solusi dari analisis data yang telah

terkumpul sebelumnya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Data dan informasi yang dikumpulkan mengacu pada konsep serta tujuan

yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan

pengamatan langsung di tapak dan di sekitar tapak yang di anggap berpengaruh

pada tapak, pengambilan foto, studi pustaka yang berkaitan dengan persyaratan

dan faktor-faktor sensitif pada kegiatan budidaya dan perbenihan ikan hias air

tawar, dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui persepsi dan

preferensi responden, baik pengguna tapak, pengelola maupun penduduk

sekitar. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui peraturan dan persyaratan

untuk keberlangsungan kegiatan budidaya dan perbenihan ikan. Pada metode

wawancara ini responden dipilih dengan menggunakan metode pengambilan

sampel dengan tujuan tertentu (purposive sampling).

Tabel 2 Jenis, satuan, bentuk, kegunaan dan sumber data

Kelompok dan Jenis Satuan Bentuk Kegunaan Sumber

A. Data Biofisik 1. Luas, letak dan

aksesibilitas a. Luas b. Letak c. Aksesibilitas

Meter2

Koordinat -

Spasial Kuantitatif Deskriptif

Orientasi tapak; Deliniasi tapak; Analisis transportasi; Acuan desain

Data primer (observasi lapang) dan sekunder (pengelola BPBI Ciherang; Kantor Pertanahan Kab. Cianjur)

2. Tata guna lahan a. Areal perkolaman b. Areal bangunan c. Areal belum

dimanfaatkan

Meter2

Meter2

Meter2

Spasial Spasial Spasial

Acuan desain, Klasifikasi penggunaan lahan

Data primer (observasi lapang)

Page 38: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

25

(Lanjutan Tabel 2)

Kelompok dan Jenis Satuan Bentuk Kegunaan Sumber

A. Data Biofisik 3. Tanah

a. Jenis tanah -

Deskriptif

Mengetahui sifat fisik dan kimia tanah; analisis kemampuan lahan; Acuan untuk perlakuan konservasi

Data sekunder (pengelola BPBI Ciherang, laporan studi)

4. Topografi a. Kontur dan

kemiringan tapak

Spasial

Mengetahui tingkat kemiringan lahan; Mengetahui area yang rawan atau berbahaya; Menentukan area yang memerlukan perlakuan konservasi tanah dan air; Acuan desain

Data primer (observasi lapang) dan sekunder (laporan studi)

5. Hidrologi dan hidrografi a. Kualitas air tanah dan

air permukaan • Suhu • pH • BOD • Logam terlarut

b. Debit air c. Distribusi air

OC - mg/Liter - liter/detik -

Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Spasial Spasial

Menentukan perlakuan (treatment) untuk kegiatan budidaya, rumah tangga dan konsumsi; Acuan desain

Data sekunder (pengelola BPBI Ciherang, laporan studi)

6. Iklim a. Suhu b. Kelembaban (RH) c. Curah hujan (CH) d. Penyinaran

OC % mm/bulan %

Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif

Menghitung Indeks Kenyamanan/ THI (Temperature Humidity Indeks)

Data sekunder (Balitbiogen Kab. Cianjur, laporan studi)

7. Vegetasi a. Jenis b. Jumlah c. Letak

- - -

Kuantitatif Kuantitatif Spasial

Mengetahui jenis dan pola penyebaran vegetasi; Menentukan penggunaan jenis tanaman untuk pengembangan; Acuan desain

Data primer (observasi lapang)

Page 39: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

26

(Lanjutan Tabel 2)

Kelompok dan Jenis Satuan Bentuk Kegunaan Sumber

A. Data Biofisik 8. Kualitas visual dan

akustik a. Good View dan Bad

View b. Suara dan bunyi alam

yang ada di tapak

- -

Deskriptif Deskriptif

Menentukan letak dan arah (orientasi) area untuk pusat rekreasi; Acuan desain

Data primer (observasi lapang

9. Utilitas a. Jaringan listrik dan

telekomunikasi b. Sistem pengelolaan

sampah dan limbah

- -

Deskriptif Deskriptif

Mengetahui sistem jaringan utilitas sistem pengelolaan sampah dan limbah sebagai Pembanding dengan sistem yang ideal; Acuan desain

Data primer (observasi lapang) dan sekunder (laporan studi)

B. Data Sosial 1. Kependudukan

a. Jumlah Orang

Kuantitatif

Mengetahui SDM sekitar tapak

Data sekunder (Kantor Kel. Ciputri)

2. Pola Pemukiman a. Letak pemukiman

terhadap tapak

-

Spasial

Mengetahui dan menentukan kebijakan pengembangan terhadap pemukiman yang berpengaruh ke tapak; Acuan desain

Data primer (observasi lapang)

3. Pengunjung a. Kelompok pengunjung b. Jumlah pengunjung c. Kegiatan pengunjung

- Orang -

Deskriptif Kuantitatif Deskriptif

Mengetahui actual demnd dan potential demand.

Data primer (observasi lapang, wawancara) dan sekunder (pengelola BPBI Ciherang)

3.3.4. Analisis

Data dan informasi tentang biofisik dan sosial tapak yang telah

dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala. Hasil klasifikasi data

ke dalam potensi dan kendala tersebut dianalisis secara deskriptif dan spasial

sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel analisis dan deskripsi data.

Page 40: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

27

3.3.5. Sintesis

Sintesis berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah yang diperoleh

setelah dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan

serta pengembangan pada konsep dasar. Peta-peta analisis yang dihasilkan

sebelumnya disuperposisikan untuk menghasilkan solusi ruang terhadap potensi

dan permasalahan pada tapak berupa suatu model block plan atau rencana

ruang.

3.3.6. Pengembangan Konsep

Konsep dasar dikembangkan mengacu kepada analisis dan sintesis data

yang telah dilakukan. Pengembangan konsep inilah yang nantinya akan menjadi

pertimbangan dalam perencanaan tapak. Hal ini bertujuan untuk lebih

meminimalkan konflik antara konsep yang akan diterapkan untuk pengembangan

tapak dengan kondisi tapak. Dalam tahapan ini konsep dikembangkan dalam

bentuk ruang dan jalur sirkulasi serta diformulasikan program dan aktivitas wisata

yang akan dikembangkan berkaitan dengan kriteria untuk aktifitas, interaksi dan

kesesuaian unit lahan.

3.3.7. Perencanaan

Dalam tahapan perencanaan dibuat rencana tata ruang, rencana

sirkulasi, rencana tata hijau, rencana aktifitas wisata, serta rencana fasilitas dan

utilitas wisata.

3.3.8. Perancangan

Perancangan merupakan tahapan lanjutan dari perencanaan yang lebih

detil. Dari tahapan ini dihasilkan gambar-gambar detil terdiri dari gambar

rancangan tapak (site plan), gambar rancangan penanaman (planting plan),

gambar detil konstruksi dan bangunan taman, gambar tampak dan potongan

pada bagian-bagian tertentu, gambar perspektif bagian-bagian tertentu dan

keseluruhan tapak.

Page 41: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum

4.1.1. Sejarah Perkembangan BPBI Ciherang

Keberadaan BPBI di Jawa Barat sudah di kenal sejak tahun 1961. Pada

awalnya BPBI bernama BBI dan dalam perkembangan selanjutnya di kenal

dengan nama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). BBI berlandaskan kepada

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 14 tahun 1983

tanggal 6 Oktober 1983 tentang Susunan dan Tata kerja dinas Perikanan Daerah

Tingkat I Jawa Barat.

Pelaksanaan operasional BBI berpedoman pada Surat Keputusan dirjen

Perikanan Nomor IK-010/04-369/83 K tentang Pola Pembinaan BBI. Pada

dasarnya kebijakan pengadaaan benih secara nasional bertumpu pada usaha

pembenihan rakyat, sedangkan pemerintah berkewajiban menciptakan iklim

optimal untuk pengembangannya. Dalam rangka pembinaan inilah pemerintah

membangun BBI.

Dalam perkembangannya Balai Benih Ikan (BBI) mengalami perubahan

menjadi Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) seiring dengan perubahan

Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) di lingkungan Pemerintah Daerah

Provinsi Jawa Barat, khususnya untuk lembaga perangkat daerah termasuk

Dinas Perikanan beserta UPTD yang secara teknis administrasi berada langsung

di bawahnya. Perubahan STOK yang menyangkut perubahan nama UPTD BBI

menjadi BPBI berdasarkan atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 55

tahun 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas UPTD di lingkungan

Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan keputusan tersebut BPBI

menjadi sebuah lembaga baru setingkat eselon III.a yang memiliki fungsi dalam

pengembangan budidaya ikan air tawar, serta merupakan bentuk penyatuan dari

3 (tiga) BPBI, yaitu BPBI Sentral Wanayasa, BPBI Singaparna dan BPBI

Ciherang, dimana BPBI Wanayasa menjadi koordinator yang memiliki koordinasi

langsung dengan Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat (Gambar 4).

Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing,

BPBI Wanayasa berperan sebagai pemegang komando bagi kedua sub-unit

kerja atau instalasi. Dengan wewenang yang ada pada BPBI Wanayasa, terbagi

peran untuk masing-masing BPBI, yaitu BPBI Singaparna sebagai unit

Page 42: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

29

pengembangan ikan gurame (Osphronemus gouramy) dan BPBI Ciherang

sebagai unit pengembangan ikan hias air tawar terutama ikan Koi, Koki dan ikan

Komet sebagai komoditas unggulan.

Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat

BPBI Wanayasa

Tata Usaha Wanayasa

BPBI Ciherang

Kabupaten Cianjur

BPBI Singaparna

Kotamadya Tasikmalaya

Gambar 4 Struktur organisasi BPBI Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat

Setiap BPBI memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing sesuai

dengan aplikasi teknis yang dijalankan. Adapun tugas pokok BPBI Ciherang

adalah

1. Melaksanakan Penerapan teknologi pembenihan Ikan Mas dan Hias.

2. Menyusun, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi hasil aplikasi

teknologi pembenihan ikan.

3. Melaksanakan pemantuan dan pengendalian hama dan penyakit di areal

pembenihan dan perairan umum.

4. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

5. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan

Sedangkan fungsi BPBI Ciherang adalah :

1. Pengumpulan, pengolahan, analisis, data aplikasi teknologi pembenihan

ikan mas dan ikan hias serta jenis ikan lainnya.

2. Penyusunan, penyajian dan penyebarluasan informasi hasil aplikasi

teknologi pembenihan ikan.

4.1.2. Organisasi BPBI Ciherang

BPBI Ciherang dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang secara struktural

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. Untuk

menjalankan tugasnya, Kepala BPBI Ciherang dibantu oleh beberapa seksi yaitu

Page 43: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

30

seksi produksi, seksi distribusi, tata usaha, dan pegawai. Struktur organisasi

pada BPBI Ciherang adalah struktur organisasi fungsional dan berperan sebagai

pedoman dalam jalannya organisasi. Struktur organisasi pada BPBI Ciherang

dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini

Kasie Aplikasi Kelompok Ikan Mas

dan Hias BPBI Ciherang

Tata Usaha dan Administrasi

Gambar 5 Struktur organisasi BPBI Ciherang

4.1.3. Jenis Produksi BPBI Ciherang

Jenis Komoditas yang diproduksi oleh BPBI Ciherang berupa ikan hias

dan ikan konsumsi. Tetapi dalam kegiatan produksinya lebih ditekankan pada

kepada berbagai jenis ikan hias. Jenis ikan hias yang diproduksi oleh BPBI yaitu

ikan koi, komet, barbir, ar-ar, koki, coridoras, molly, koral dan plati (lampiran 1).

Berbagai jenis ikan hias tersebut ditampung dalam tempat terpisah. Untuk ikan

koi, komet, ar-ar, dan barbir ditampung dalam kolam dan dipisahkan antara ikan

jantan dan betina. Untuk ikan koki dan coridoras ditampung dalam bak

pemeliharaan di dalam hatcheri dan penempatan ikan koki dipisahkan antara

ikan jantan dan betina sedangkan ikan coridoras disatukan antara ikan jantan

dan betina. Ikan plati ditampung dalam kolam dan dipisahkan menurut jenisnya.

4.1.4. Fasilitas Produksi BPBI Ciherang

Fasilitas Produksi yang dimilki BPBI Ciherang antara lain kolam tanah

sebanyak 16 buah yang ukurannya bervariasi untuk pemeliharaan induk ikan

konsumsi, kolam tembok sebanyak 103 buah untuk pemeliharaan ikan hias serta

pemijahannya. Sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan produksi yang

Seksi Produksi Ikan Hias Seksi Distribusi

Pegawai Pegawai

Page 44: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

31

dimilki oleh BPBI Ciherang dalam menjalankan kegiatannya dapat dilihat dalam

tabel pada lampiran 2.

4.1.5. Sumberdaya Manusia

Jumlah tenaga kerja yang ada di BPBI Ciherang seluruhnya berjumlah 14

orang yang terbagi ke dalam 6 orang tenaga organik (PNS) dan delapan orang

tenaga kontrak kerja (TKK). Daftar nominatif pegawai BPBI Ciherang dapat

dilihat dalam tabel pada lampiran 3.

4.1.6. Sumber Dana

BPBI Ciherang memperoleh dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan

Anggaran Rutin. APBN dan APBD digunakan untuk pembangunan fisik dan dana

operasional sedangkan Anggaran Rutin digunakan untuk kegiatan eksploitasi

dan pemeliharaan. Dana operasional atau eksploitasi dikeluarkan dalam bentuk

pengadaan atau pembelian sarana produksi benih, seperti pakan, pupuk, kapur

pertanian, obat-obatan dan peralatan/perlengkapan perikanan. Dana

pembangunan fisik dan pemeliharaan digunakan untuk perbaikan/rehabilitasi

atau pembangunan sarana dan prasarana fisik bangunan serta pemeliharaan

taman.

4.2. Analisis

Data dan informasi tentang biofisik dan sosial tapak yang telah

dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala untuk pengembangan

tapak. Hasil klasifikasi data ke dalam potensi dan kendala tersebut dianalisis

secara deskriptif dan spasial sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel

analisis dan deskripsi data.

4.2.1. Aspek Biofisik

Data aspek biofisik tapak yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi: 1)

luas, letak, dan aksesibilitas; 2) tata guna lahan; 3) tanah; 4) topografi; 5)

hidrologi dan hidrografi; 6) Iklim dan kenyamanan; 7) vegetasi; 8) kualitas visual

dan akustik; dan 9) Utilitas.

Page 45: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

32

4.2.1.1. Luas, Letak dan Aksesibilitas

Luas lahan BPBI Ciherang adalah 22.685 m2. Secara administratif BPBI

Ciherang terletak di Kampung Ciherang, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet,

Kabupaten Cianjur. Letak geografis BPBI Ciherang berada pada 06o46’13,94”-

06o46’23,09” LS dan 106o03’48,46”-106o03’54,22” BT dengan elevasi 953-968

mdpl. Berdasarkan sertifikat akta tanah yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Cianjur tahun 2000, BPBI Ciherang dibangun di atas tanah negara

dan sebagian besar dibatasi oleh lahan pertanian dengan status tanah negara.

Berikut adalah batas-batas tapak BPBI Ciherang

Sebelah Utara : Saluran drainase/selokan, lahan pertanian sayuran

dan sawah (tanah penduduk)

Sebelah Selatan : Jalan raya Cipanas (jalan negara) , saluran

drainase/selokan, rumah penduduk (tanah negara),

lahan pertanian sayuran (tanah negara).

Sebelah Timur : Saluran drainase/selokan, lahan pertanian sayuran

dan sawah (tanah negara), dan pemukiman

penduduk (tanah negara)

Sebelah Barat : Saluran drainase/selokan, rumah penduduk (tanah

milik), lahan pertanian sayuran.

Gambaran situasi lokasi, batas tapak dan status kepemilikan lahan BPBI

Ciherang dan lahan disekitarnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Area lahan BPBI Ciherang secara keseluruhan telah memiliki batas yang

jelas, yaitu dengan adanya pagar BRC dengan fondasi beton disekelilingnya

(Gambar 7). Hampir seluruh pagar pembatas BRC kurang terawat dan ditumbuhi

tanaman merambat yang tumbuh liar. Hal ini mengganggu keindahan pandangan

dan dapat menyebabkan korosi pada besi BRC sehingga perlu mendapat

perlakuan pemeliharaan. Disamping itu perlu dilakukan rancangan penataan

vegetasi yang teratur disekitar pagar untuk menghilangkan kesan kaku dan

keras. Untuk menjaga tanah di sekitar aliran sungai kecil di sebeleh luar pagar

agar tidak erosi dan mengganggu konstruksi fondasi pagar BRC maka perlu

dilakukan tindakan konservasi dengan metode vegetatif berupa penanaman

tanaman penutup rumput dan tanaman penguat teras; metode mekanik berupa

pembuatan dinding penahan (retainning wall). BPBI Ciherang letaknya strategis,

Page 46: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

33

Gam

bar 6

Situ

asi d

an b

atas

tapa

k

Page 47: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

34

Gambar 7 Pagar BRC pada masuk pagar BRC (Kiri); Pagar BRC dilihat dari luar(Tengah); Pagar BRC dilihat dari dalam (Kanan tapak. Pintu).

lokasinya berdekatan dengan balai- balai penelitian lainnya, seperti Balai

Penelitian Tanaman Hias dan Balai Penelitian Hortikultur di desa Sarongge.

Disekitar BPBI Ciherang juga terdapat berbagai obyek wisata pada kawasan

wisata cibodas meliputi Kebun Raya Cibodas, Wisata alam Pegunungan Gede

Pangrango, Mandalawangi, Mandalakitri serta obyek wisata budaya Istana

Presiden Cipanas. Berdasarkan Bappeda 2004, penyebaran serapan wisatawan

di Kabupaten Cianjur didominasi oleh obyek wisata yang terdapat di kawasan

wisata Cibodas yang terdiri dari Kebun Raya Cibodas, Wanawisata

Mandalawangi, Bumi Perkemahan Mandalakitri dan Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango. Tabel 3 menunjukan beberapa obyek wisata pada kawasan

wisata Cibodas. Disamping itu di Kecamatan Pacet juga terdapat obyek wisata

baru yaitu obyek wisata agropolitan yang lokasi bersebelahan dengan kawasan

wisata Cibodas. Untuk obyek wisata lain seperti Taman Bunga Nusantara

terdapat di Kecamatan Sukaresmi dan obyek wisata Perkebunan Teh Gedeh

terdapat di Kecamatan Cugenang. Orbitasi tapak terhadap obyek wisata lain di

Kecamatan Pacet dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 3 Obyek wisata disekitar BPBI Ciherang

No Nama Obyek Wisata Potensi Wisata

1. Kebun Raya Cibodas Kebun Wisata, Penelitian, Play Ground dan Hutan Wisata. 2. Taman Nasional GGP (Gunung Gede Pangrango) Hutan Lindung, Pendakian, Petualangan dan Penelitian. 3. Mandalawangi Wisata Danau, Camping, Hutan wisata dan Play Ground. 4. Mandalakitri Camping Ground. 5. Istana Presiden Cipanas Wisata Budaya 6. Obyek Wisata Agropolitan Wisata Agro 7. Kota Bunga Kebun Wisata dan Perumahan

Sumber: Bappeda, 2004

Page 48: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

35

Gam

bar 8

Orb

itasi

tapa

k

Page 49: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

36

BPBI Ciherang yang akan dikembangkan sebagai obyek wisata dapat

mendukung pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Cianjur dan dapat

menjadi alternatif tujuan bagi wisatawan yang datang atau melalui kabupaten ini.

Kedekatan lokasi kawasan agrowisata dengan obyek wisata yang telah

berkembang dan telah dikenal masyarakat secara luas menjadi potensi bagi

BPBI Ciherang untuk dikembangkan. Kerjasama untuk menciptakan paket wisata

dapat menjadi upaya dalam pengembangan BPBI Ciherang.

Jalan raya Cipanas merupakan satu-satunya jalur untuk mencapai lokasi

tapak, jalan tersebut merupakan jalan arteri primer yang yang merupakan salah

satu jalur yang menghubungkan ibukota negara, Jakarta dengan ibukota Provinsi

Jawa Barat, Bandung. Lokasi tapak berjarak 3 Km dari ibukota Kecamatan

Pacet, 13 Km dari ibukota Kabupaten Cianjur, 86 Km dari ibukota Provinsi Jawa

Barat dan 106 Km dari ibukota negara. BPBI Ciherang hanya memiliki satu jalan

masuk, yaitu melalui jalan masuk utama (Gambar 9). Lebar jalan masuk adalah

3-4 meter dan merupakan jalan kelas lokal dengan kondisi permukaan yang telah

beraspal. BPBI Ciherang dapat diakses menggunakan kendaraan bermotor, baik

pribadi maupun umum. Beberapa angkutan umum yang melewati lokasi tapak

antara lain angkutan umum jurusan Bogor-Cianjur, Cipanas-Cianjur, Cipanas-

Puncak dan bis yang melewati jalur puncak.

Gambar 9 Aksesibilitas tapak. Akses dari arah Bogor (Kiri); Jalan masuk utama BPBI Ciherang (Tengah); Akses dari arah Bandung (Kanan)

4.2.1.2. Tata Guna Lahan

Luas tapak secara keseluruhan adalah 22.685 m2. Sebagian besar

penggunaan lahan berupa areal perkolaman dan areal bangunan. Areal

perkolaman di bagi menjadi kolam induk, pemijahan, pendederan, pembesaran,

penampungan, pakan alami, pengendapan, bak seleksi, bak filter dan bak

tandon. Areal bangunan digunakan untuk bangunan kantor, ruang kelas/makan

dan dapur, asrama, gedung serbaguna, guest house, rumah dinas/jaga,

musholla, gudang, gedung bursa ikan hias, bak dan instalasi air bersih, garasi

Page 50: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

37

dan indoor hatchery. Jenis penggunaan lahan lain pada tapak adalah jalan,

tempat parkir, taman dan lahan tanpa pemanfaatan. Jenis penggunaan lahan di

BPBI Ciherang dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan pola penggunaan lahan

pada tapak dapat dilihat pada Gambar 10.

Tabel 4 Jenis penggunaan lahan di BPBI Ciherang

Luasan Jenis Penggunaan Lahan

m2 Persentase (%)

1. Areal perkolaman a. Kolam induk 2.500 11 b. Kolam pemijahan 400 1,8 c. Kolam pendederan 4.200 18,5 d. Kolam pembesaran 2.000 8,8 e. Kolam penampungan 100 0,5 f. Kolam pakan alami 50 0,2 g. Kolam Pengendapan 245 1,1 h. Bak seleksi 50 0,2 i. Bak filter 28 0,1 j. Bak tandon 104 0,5

Sub total 9.677 42,7 2. Areal bangunan

a. Kantor 50 0,2 b. Kelas/Ruang makan dan dapur 250 1,1 c. Asrama 200 0,9 d. Gedung serbaguna 270 1,2 e. Guest house 180 0,8 f. Rumah dinas/rumah jaga 300 1,3 g. Musholla 30 0,1 h. Gudang 25 0,1 i. Gedung bursa ikan hias (Showroom) 250 1,1 j. Bak dan instalasi air bersih 23 0,1 k. Garasi 25 0,1

l. Indoor hatchery 358 1,6 Sub total 1.961 8,6 3. Penggunaan lain

a. Jalan 557 2,5 b. Tempat parkir 486 2,1 c. Taman 204 0,9 d. Lahan tanpa pemanfaatan 9.800 43,2

Sub total 11.047 48,7 Total 22.685 100

Page 51: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

38

Gam

bar 1

0 T

ata

guna

laha

n

Page 52: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

39

Total luasan areal perkolaman yaitu 9677 m2 (42,66%). Kolam tersebar

dan sebagian besar merupakan kolam pendederan (4200 m2), kolam induk (2500

m2) dan kolam pembesaran (2000 m2). Hampir semua kolam pada tapak

merupakan kolam yang memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap gangguan

manusia, sehingga dapat dijadikan sebagai atraksi wisata pada tapak, kecuali

kolam pemijahan.

Pola peyebaran kolam di BPBI Ciherang tidak teratur dan kurang tertata,

mulai dari bentuk kolam, letak kolam, saluran distribusi air berupa selokan dan

pipa-pipa saluran distribusi air. Ketidakteraturan ini memerlukan rancangan ulang

dengan memperhatikan fungsi/peruntukan kolam, topografi, ketersediaan lahan

serta keberlangsungan kegiatan budidaya dan pemeliharaan ikan.

Areal bangunan pada tapak memiliki luasan paling sedikit, yaitu 1961 m2

(8,64%). Bangunan pada areal ini terpusat di tengah tapak dan berada di sekitar

kolam. Pada areal ini di bangun bangunan yang merupakan penunjang bagi

kegiatan budidaya dan pengembangan teknologi pembenihan ikan hias,

disamping bangunan komersil seperti guest house. Pembangunan bangunan

baru dan rehabilitasi beberapa bangunan lama dilakukan pada rentang tahun

2004-2005, diantaranya rehabilitasi indoor hatchery dan pembangunan gedung

bursa ikan hias (showroom) yang berfungsi sebagai ruang pameran dan kegiatan

lain yang bersifat umum. Indoor hatchery BPBI Ciherang yang telah direhabilitasi

memiliki ruang pengamatan (Gambar 11) sehingga pemanfaatanya untuk atraksi

wisata masih dapat dipertimbangkan.

Gambar 11 Ruang pengamatan pada Indoor Hatchery

Kondisi fisik bangunan lama hampir semua dalam keadaan kurang baik

tetapi masih layak untuk digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan rehabilitasi

Page 53: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

40

terhadap bangunan-bangunan lama, terutama untuk menyesuaikannya dengan

bangunan baru yang arsitekturnya cenderung berbeda.

Dari tabel jenis penggunaan lahan dapat dilihat bahwa masih banyak

lahan tanpa pemanfaatan seluas 9800 m2 (43,2%), tetapi luasan tersebut

menyebar dan tidak berada dalam satu bidang. Lahan yang tidak dimanfaatkan

tersebut sebagian besar ditutupi oleh rumput dan tanaman pisang, baik itu yang

ditanam maupun yang tumbuh secara alami. Lahan ini dapat dimanfaatkan untuk

membangun fasilitas wisata ataupun sarana lain yang akan dikembangkan untuk

kegiatan budidaya benih ikan hias.

4.2.1.3. Tanah

Jenis tanah secara umum adalah podsolik merah kuning. Tanah ini

termasuk dalam ordo Ultisols, subordo Udults, kumpulan (great soil groups)

Kandiudults dan subgroups Andic kandiudults. Tanah ini memiliki rejim

kelembaban udik yang mempunyai KB < 35% dan KTK 16 me/100 gram liat

dalam ≤ 50% horison argilik dan kandik pada kedalaman 50 sampai 100 cm.

Fraksi halus pada tanah ini memiliki BD ≤ 1,0 gram/cm3 dengan Al + ½ Besi

(dalam almunium oksalat) > 1,0% dengan total ketebalan 18 cm pada kedalaman

< 75 cm dari permukaan tanah, yang merupakan kedalaman efektif (Abdullah,

1999).

Warna merah dan kuning pada tanah podsolik ini disebabkan oleh besi

yang dioksidasi dan dihidrasikan, sehingga tanah ini memiliki kadar logam besi

(Fe) yang tinggi (Soepardi, 1979). Lebih lanjut Soepardi (1979) menyatakan

bahwa jenis tanah ini telah mengalami latosolisasi, yaitu suatu proses khas dari

tanah daerah panas. Tanah podsolik lebih miskin unsur hara serta lebih masam

daripada latosol.

Dari segi kimia tanah ini merupakan tanah miskin dan bereaksi masam,

dengan kata lain tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Seskuioksida

yang terdapat dalam tanah ini memiliki kemampuan mengikat P (Fosfor) tinggi

sehingga apabila jenis tanah ini digunakan untuk kegiatan pertanian diperlukan

pemupukan lengkap dan cara perbaikan dan pengawetan (konservasi) tanah

lainnya. Dari segi fisika struktur tanah ini tidak begitu mantap dan memiliki

porositas tinggi oleh karena itu tanah jenis ini memiliki erosivitas tinggi sehingga

akan berbahaya jika berada dalam keadaan terbuka, tanpa naungan ataupun

penutup tanah (Soepardi, 1979). Oleh karena itu diperlukan sistem penutupan

tanah baik berupa softscape ataupun perkerasan yang aman dan nyaman serta

Page 54: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

41

penyediaan saluran drainase yang baik. Pengembangan perkerasan dapat

digunakan untuk memperkecil air yang terinfiltrasi tanah dengan mengalirkannya

ke luar atau ke daerah resapan. Beberapa bahan yang memiliki kemampuan

tersebut antara lain beton, aspal, kerikil dengan epoxy, dan beton pracetak.

Porositas dan erosivitas yang tinggi pada tanah podsolik merah kuning

menyebabkan terjadinya kebocoran dan kerusakan pada struktur dan konstruksi

bangunan dalam tanah, terutama pada pematang kolam dan pondasi bangunan.

Untuk membangun struktur pada jenis tanah ini diperlukan pemadatan tanah

yang baik dan pembuatan pondasi dengan kedalaman yang cukup, berada pada

horison yang mantap.

Jenis tanah podsolik merah kuning tergolong ke dalam klasifikasi

kemampuan lahan klas II dengan faktor pembatas kemiringan lahan (bervariasi

pada tapak), erosi bertaraf sedang, kedalaman tanah atau kedalaman efektif

yang kurang ideal (< 75 cm), dan struktur tanah yang kurang baik (porositas dan

erosivitas tinggi). Faktor pembatas klas II dalam klasifikasi kemempuan lahan

mempengaruhi terhadap pemilihan jenis tanaman yang dibudidayakan dan

memerlukan tindakan konservasi tanah yang bertaraf sedang (Abdullah, 1999).

4.2.1.4. Topografi

BPBI Ciherang terletak pada elevasi 953-968 mdpl dengan arah

kemiringan ke tenggara. Hal ini berkaitan dengan sistem pendistribusian air

permukaan untuk kolam-kolam yang tersebar mengarah ke arah yang sama.

Kondisi topografi pada tapak beragam dengan kemiringan lahan yang cukup

bervariasi. Kemiringan lahan dibagi berdasarkan klasifikasi USDA untuk

kesesuaian lahan kegiatan rekreasi, yaitu 0 ≤8%; >8 ≤15%; dan >15%. Gambar

12 memperlihatkan topografi dan klasifikasi kemiringan lahan BPBI Ciherang.

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa lahan yang datar berada di sekitar

areal bangunan, sedangkan lahan dengan kemiringan curam paling banyak

berada di sekitar areal perkolaman dan di bagian paling barat tapak yang

merupakan titik terendah.

Bentukan topografi dan ketinggian yang bervariasi dapat menjadi potensi

estetika secara visual dan menghilangkan kesan monoton pada tapak, karena

lahan yang berlereng memiliki kesan yang dinamis (Simonds, 1983). Oleh karena

Page 55: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

42

Gam

bar 1

2 T

opog

rafi

dan

kem

iring

an

Page 56: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

43

itu pada tempat-tempat tertentu pada daerah datar di kelerengan tersebut perlu

dibangun ruang dengan fasilitas untuk menikmati pemandangan sekitar.

Karakteristik muka tanah akan menentukan kesesuaian area pemanfaat

an atau fungsi tertentu dan segi enjineringnya. Pada area dengan kemiringan

tertentu akan memerlukan detil konstruksi yang tertentu pula. Menurut Hakim

(2002) kemiringan lahan 0-4% diklasifikasikan sebagai daerah datar dan sesuai

untuk aktivitas padat, kemiringan lahan 4-10% sesuai untuk aktivitas sedang dan

ringan, kemiringan lahan >10% sesuai untuk penempatan titik pandang.

Kelas kemiringan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kenyamanan dan keamanan pengguna, patahan yang terdapat disekitar

pematang kolam merupakan area yang membahayakan. Kemiringan serupa juga

terdapat pada tapak sebelah timur guest house dan hatchery berupa lereng yang

cukup curam. Sebelah barat area sekitar musholla terdapat patahan, tetapi pada

tahun 2006 telah dibangun retainig wall. Teknik konservasi tanah dapat dilakukan

untuk mengurangi tingkat bahaya dan kerusakan tanah pada area tersebut. Akar

tanaman dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan

terhadap pukulan air hujan. Penggunaan retaining wall dapat dilakukan untuk

area di sekitar pematang kolam yang berupa patahan dengan kemiringan >45%

untuk memperkuat pematang dan menahan erosi.

Untuk lahan dengan kemiringan >15% yang merupakan jalur penghubung

atau sirkulasi diperlukan tangga dan ramp. Penggunaan standar ketinggian anak

tangga dan kemiringan ramp menjadi pertimbangan agar sudut kemiringan tidak

terlalu curam dan nyaman untuk digunakan (Hakim, 2002).

4.2.1.5. Hidrologi dan Hidrografi

Sumber air BPBI Ciherang berasal dari air permukaan berupa saluran

irigasi non teknis yang berasal dari sungai citarum (Gambar 13) dan air tanah

berupa sumur artesis. Air yang berasal dari saluran irigasi digunakan untuk

mengairi kolam-kolam ikan. Sebelum didistribusikan air yang berasal dari saluran

irigasi diendapkan dalam kolam endapan untuk mengendapkan sedimen yang

dibawa air. Dari kolam pengendapan air kemudian dialirkan ke kolam filter untuk

menyaring partikel-partikel yang tidak dapat diendapkan, setelah itu air

ditampung terlebih dahulu dalam bak/kolam tandon sebelum didistribusikan

secara paralel ke kolam-kolam budidaya dan pemeliharaan ikan. Saluran irigari

non teknis yang digunakan untuk mengairi kolam-kolam BPBI Ciherang

dimanfaatkan berbaur dengan mansyarakat, khususnya untuk mengairi

Page 57: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

44

perkebunan sayuran yang ada hampir disekeliling tapak, oleh karena air

permukaan telah banyak tercemar oleh bahan-bahan kimia yang berasal dari

pupuk dan pestisida yang digunakan oleh kegiatan pertanian. Kualitas air

permukaan di inlet yang digunakan BPBI Ciherang dapat dilihat pada Tabel 5

berikut.

Tabel 5 Kualitas air permukaan BPBI Ciherang

No Parameter Kisaran Hasil Pemeriksaan Satuan

1. pH 6,49 – 7,48 2. Suhu 20,00 – 26,00 OC 3. CO2 4,59 – 23,93 mg/l 4. DO 4,50 – 8,50 mg/l 5. Alkalinitas 134,00 – 169,00 mg/l CaCO36. Kesadahan 186,80 – 198,80 mg/l CaCO37. NH3 0,03 – 0,01 mg/l 8. NO2 0,07 – 0,04 mg/l

Sumber : Laporan evaluasi kegiatan BPBI Ciherang Cianjur, 2005

Berdasarkan perbandingan dengan tabel daftar kriteria kualitas air

menurut Peraturan Pemerintah RI No.20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian

Pencemaran Air (lampiran 4), air permukaan termasuk ke dalam golongan B. Hal

ini berarti air pemukaan dapat digunakan sebagai air baku air minum dan layak

digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan.

Rata-rata debit air permukaan yang masuk dan dimanfaatkan untuk

mengairi areal perkolaman adalah 20-25 liter/detik (kontinyuitas tidak stabil).

Dengan sistem distribusi air paralel yang digunakan, jumlah ini cukup memadai

untuk mengairi sekitar 119 kolam dan 2 indoor hatchery.

Gambar 13 Saluran irigasi non teknis sebagai sumber air yang digunakan di

BPBI Ciherang

Page 58: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

45

Pada tapak terdapat dua sumur artesis, terletak di sebelah timur dekat

guest house dan di sebelah barat dekat musholla. Sumur artesis yang

berdekatan dengan guest house memiliki kedalaman 1 meter dan hanya

digunakan untuk kepentingan guest house saja. Sumur artesis yang letaknya

dekat musholla berada pada ketinggian sekitar 960 mdpl dan memiliki

kedalaman 1,25 meter. Kedalaman artesis yang tidak terlalu dalam dengan jenis

tanah yang porous banyak menimbulkan kerusakan struktur dan konstruksi yang

ada, baik kolam maupun bangunan.

Air dari sumur artesis ini digunakan untuk mengairi areal perkolaman,

terutama kolam induk, pendederan dan pembesaran. Disamping itu air artesis ini

juga didistribusikan ke areal bangunan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

Sama halnya dengan air permukaan, air dari sumur artesis didistribusikan secara

paralel baik untuk areal perkolaman maupun bangunan. Air tanah yang

dipompa/disedot diteruskan ke bak (tangki) penampungan dengan kapasitas

1000 liter yang kemudian disalurkan masing-masing ke filter 1 dan 2 untuk

disaring. Filter yang digunakan adalah filter tipe 1235. Filter 1 mengalirkan air ke

bak penampungan 1 dan filter 2 ke bak penampungan 2. Bak penampungan

merupakan suatu bangunan tertutup dengan 2 bak terpisah di dalamnya. Bak

penampungan 1 menyalurkan air langsung untuk areal perkolaman dengan

menggunakan pipa, sedangkan bak penampungan 2 menyalurkan air ke bak

penampungan 3 yang merupakan bak penampungan yang letaknya paling tinggi

dengan mesin penyedot menggunakan pipa. Gambar 14 menunjukan bak

(tangki) penampungan air dari sumur artesis, filter dan bak penampungan air.

Gambar 14 Termpat penampungan dan penyaringan air. Tempat penyimpanan torn penampungan dan filter tipe 1235 untuk air artesis(Kiri); Bak penampungan air yang berasal dari filter (Kanan)

Air yang didistribusikan untuk areal perkolaman yang letaknya lebih

rendah langsung didistribusikan menggunakan pipa penyalur dari bak

Page 59: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

46

penampungan 1, sedangkan air untuk areal bangunan dan perkolaman yang

letaknya lebih tinggi disalurkan ke bak penampungan 3 yang letaknya lebih tinggi

menggunakan mesin penyedot melalui bak penampungan 2. Air yang telah

ditampung dan diendapkan dalam bak penampungan 3 kemudian didistribusikan

ke bangunan penginapan, rumah dinas, aula, indoor hatchery, dan kolam dengan

menggunakan pipa (plumbing). Sistem distribusi air permukaan dan sumur

artesis dapat dilihat pada Gambar 15.

Air tanah biasanya memiliki kandungan besi yang tinggi. Jika air tanah

mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenisasi, ion ferri (Fe3+)

pada ferri hidroksida [Fe(OH)3] yang banyak terdapat pada air tanah teroksidasi

menjadi ion ferro (Fe2+) dan segera mengalami presipitasi (pengendapan) serta

membentuk warna kemerahan pada air (Effendi, 1999). Sebelum digunakan

untuk berbagai peruntukannya, sebaiknya air tanah yang baru disedot didiamkan

beberapa saat (bak penampungan) untuk menurunkan kadar karbondioksida

(CO2), mengendapkan besi (Fe), dan menaikan kadar oksigen terlarutnya.

Kualitas air tanah BPBI Ciherang pada bak penampungan, setelah melalui filtrasi

dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Kualitas air tanah BPBI Ciherang

Kisaran Hasil Pemeriksaan Bak Penampungan No Parameter I II III

Satuan

1. Suhu 21,20 – 21,80 20,40 – 22,20 21,20 – 22,00 2. pH 7,99 – 8,05 7,95 – 8,40 8,09 – 8,40 OC 3. DO 5,37 – 4,6 2,42 – 3,56 2,50 – 3,56 mg/l 4. NH3 0,50 0,50 0,50 mg/l

Sumber : Laporan evaluasi kegiatan BPBI Ciherang Cianjur, 2005

Berdasarkan perbandingan dengan daftar kriteria kualitas air menurut

Peraturan Pemerintah RI No.20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran

Air (lampiran 4), air tanah termasuk ke dalam golongan B sehingga air tanah

layak digunakan untuk konsumsi. Meskipun kandungan besi (Fe) pada air tanah

biasanya cukup tinggi, perlakuan yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas

air tanah berupa filtrasi dan pengendapan dalam bak penampungan telah cukup

untuk meningkatkan kualitas air agar layak dan aman digunakan untuk konsumsi.

Page 60: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

47

Gam

bar 1

5 S

iste

m d

istri

busi

air

perm

ukaa

n da

n su

mur

arte

sis

Page 61: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

48

4.2.1.6. Iklim dan Kenyamanan

Berdasarkan data iklim yang tercatat pada stasiun iklim Pacet yang diukur

pada 6044’LS dan 1070BT pada ketinggian 1150 mdpl dan diukur pada rentang

tahun 2000-2004. Suhu rata-rata lingkungan adalah 20,80C, dengan kisaran

20,01-21,50C. Suhu tertinggi terjadi pada bulan September, sedangkan terendah

pada bulan Agustus. Curah hujan rata-rata 272,97 mm/bulan dengan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Mei dan curah hujan tertendah terjadi pada bulan

Agustus. Kelembaban rata-rata pada kawasan 84,95% dengan penyinaran rata-

rata pada tapak adalah 43,88% dengan kisaran 11,67-72,38%. Kondisi iklim rata-

rata di Kecamatan Pacet pada rentang waktu tahun 2000-2004 terdapat pada

Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Kondisi Iklim Kecamatan Pacet tahun 2000-2004

Suhu (oC) Bulan

Min Maks Rata-rata RH (%) CH

(mm/bln) Penyinaran

(%)

Januari 17.50 24.54 20.72 88.72 367.78 19.46Februari 17.80 23.64 20.06 89.60 323.64 11.67Maret 17.86 24.56 20.78 87.82 327.74 27.32April 17.80 25.62 21.28 86.18 421.32 42.76Mei 17.54 25.26 21.30 84.74 247.04 52.24Juni 16.66 25.14 20.50 83.26 277.76 57.39Juli 15.94 25.14 20.01 83.36 100.08 61.74Agustus 15.62 25.34 20.24 80.58 66.02 62.78September 16.60 26.12 20.86 82.22 153.86 72.38Oktober 17.20 26.06 21.30 80.86 234.52 57.05November 17.88 24.88 21.50 85.78 510.74 31.67Desember 17.46 25.08 21.08 86.24 245.10 30.20

Sumber: Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik ( Balitbiogen ), Cianjur

Curah hujan yang cukup tinggi merupakan suatu potensi bagi

pengembangan suatu taman dalam hal meningkatkan kemungkinan tanaman

untuk dapat bertahan dan berkembang dengan baik, terutama apabila ditunjang

dengan faktor biofisik lain yang menunjang seperti intensitas penyinaran cahaya

matahari, kandungan mineral tersedia, fisiologi tanah dan kondisi tanaman.

Namun, curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya pengikisan lapisan

tanah teratas yang cukup intensif, hal tersebut berhubungan dengan sifat tanah

podsolik merah kuning yang cukup peka terhadap pencucian permukaan dan

kemiringan lahan yang banyak terdapat di daerah sekitar pematang kolam.

Selama musim penghujan dengan intensitas dan curah hujan yang tinggi yaitu

antara bulan September sampai Mei atau pada kondisi cuaca buruk yang disertai

Page 62: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

49

kabut seringkali terjadi fluktuasi suhu yang ekstrim, suhu lingkungan turun drastis

sampai 14oC, Kondisi seperti ini seringkali mengganggu proses pemijahan dan

bahkan membahayakan larva-larva ikan yang sedang dipelihara.

Suhu udara rata-rata dan suhu maksimum berada di dalam zona

kenyaman (human biocomfort), hal ini sangat menguntungkan untuk

pengembangan tapak sebagai obyek wisata. Meski demikian pada tapak masih

banyak terdapat area yang tidak ternaungi, terutama oleh vegetasi peneduh

sehingga akan terjadi intensitas penyinaran penuh pada area tersebut yang akan

mengakibatkan tingginya tingkat penerimaan energi oleh tubuh yang selanjutnya

mempengaruhi pertimbangan users dalam menggunakan tapak. Dalam hal ini

vegetasi dapat berperan sebagai media penyerap panas dan sinar matahari pada

tapak (Gambar 16). Adanya pepohonan dan peneduh dapat menciptakan iklim

mikro yang lebih sejuk dan nyaman bagi pengunjung melalui penurunan

temperatur. Pepohonan lebih cenderung meningkatkan kelembaban, sehingga

kelembaban udara di tapak perlu diperhatikan untuk mengetahui tipe pohon yang

akan ditanam (Gambar 17).

Menurut Brooks (1988) pohon jenis decidous dengan tajuk yang rindang

mereduksi radiasi matahari sampai 96%, berbeda jika tajuk pohon tersebut tidak

berdaun yang hanya mereduksi radiasi matahari sebesar 49%, Sedangkan

pohon jenis coniferus melalukan 8% radiasi matahari. Disamping vegetasi

diperlukan juga struktur peneduh yang dilletakkan di dalam tapak untuk

mengantisipasi intensitas penyinaran dan curah hujan yang tergolong tinggi dan

dijadikan juga sebagai fasilitas rekreasi . Penggunaan peneduh, baik pohon

ataupun struktur perlu memperhatikan letak dan orientasi kolam karena kolam-

kolam ikan memerlukan penyinaran penuh.

Gambar 16 Penggunaan tanaman peneduh untuk mereduksi radiasi matahari

(Brooks, 1988)

Dominasi warna hijau tanaman juga akan membantu menambah

kesejukan, karena warna hijau termasuk dalam kelompok warna sejuk. Warna

Page 63: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

50

hijau yang dihadirkan oleh dedaunan banyak mengandung klorofil dan di pagi

hari akan memberikan kesegaran pada mata.

Warna-warna panas seperti merah sebaiknya tidak digunakan secara

berlebihan untuk menghindari peningkatan suhu udara. Untuk perkerasan

(paving) warna-warna panas ini di siang hari akan menyilaukan pandangan mata

dan memantulkan hawa panas. Oleh sebab itu pemilihan warna yang mendekati

warna alami (natural) untuk perkerasan sangat cocok, karena bermanfaat baik

secara biologis maupun psikis bagi para pengunjung dan penduduk sekitar.

Secara umum pemilihan warna untuk perkerasan (paving) dan bangunan yang

telah dibangun sudah memenuhi kriteria di atas.

Gambar 17 Pengaruh vegetasi pada iklim mikro (Brooks, 1988)

Adanya elemen air berupa kolam-kolam ikan dapat meningkatkan

kelembaban udara dan penggunaan tanaman dapat menyebarkan kelembaban

melalui transpirasi dan membantu menurunkan dan menstabilkan suhu udara.

Kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi manusia adalah sekitar 40-75%

(Laurie, 1986). Peningkatan kelembaban udara di daerah tropis dapat

menyebabkan berkurangnya kenyamanan bagi manusia (Brooks, 1988). Namun

pada dasarnya manusia dapat bertoleransi dan beradaptasi terhadap

kelembaban yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang tinggi.

Kondisi iklim pada tapak masih berada dalam kondisi yang nyaman untuk

rata-rata tiap bulannya. Nilai kenyamanan tersebut dapat dilihat dari Tabel 8 yang

memperlihatkan nilai THI (Temperature Humidity Indeks) berdasarkan nilai suhu

minimum dan maksimum serta nilai kelembaban pada tapak tiap bulannya.

Menurut Laurie (1986) kisaran suhu yang nyaman untuk manusia adalah apabila

nilai indeks kenyamanan (THI) kurang dari 27.

Page 64: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

51

Tabel 8 Nilai THI Kecamatan Pacet

Bulan Suhu RH (%) THI Januari 20.72 88.72 20.25 Februari 20.06 89.60 19.64 Maret 20.78 87.82 20.27 April 21.28 86.18 20.69 Mei 21.30 84.74 20.65 Juni 20.50 83.26 19.81 Juli 20.01 83.36 19.34 Agustus 20.24 80.58 19.45 September 20.86 82.22 20.12 Oktober 21.30 80.86 20.48 November 21.50 85.78 20.89 Desember 21.08 86.24 20.50 Rata-rata 20.80 84.95 20.18

Berdasarkan nilai THI di atas dapat dilihat bahwa kondisi iklim di

Kecamatan Pacet adalah nyaman untuk semua bulan. Tetapi meskipun demikian

kondisi iklim tersebut tidak tersebar merata dan berfluktuasi di setiap daerahnya.

4.2.1.7. Vegetasi

Vegetasi di BPBI Ciherang didominasi oleh rumput gajah (Axonopus

compressus), semak belukar dan tanaman pisang (Musa sp.) yang tumbuh

secara liar. Pada tapak hanya terdapat beberapa pohon peneduh yang letaknya

di sekitar area terbangun, dan satu pohon di area kolam yaitu lengkeng

(Nephellium longanum) hal ini dikarenakan kolam-kolam ikan memerlukan

penyinaran penuh. Dalam tapak terdapat sebuah taman yang sudah tertata dan

terletak didepan guest house. Kombinasi tanaman pada taman tersebut terdiri

dari beberapa jenis antara lain: palem raja (Roystonia regia), palem hijau

(Oncosperma horridum), cemara (Cupressus sp), draisena hijau (Dracaena

sanderiana), kembang kertas (Bougainvillea spectabilis), balancing

(Dieffenbachia sp), bunga lili (Lilium longifiolium), adam hawa (Rhoeo discolor),

pangkas kuning (Duranta repens), dan rumput gajah (Axonopus compressus).

Pada tapak juga terdapat pohon dengan fungsi estetis dan pengarah, yaitu

cemara norflok (Araucaria heterophylla) yang terletak di depan hatchery lama

dan cemara lilin (Cupressus sempervirens) yang terletak di bahu jalan masuk

sebelah kanan, di depan bangunan showroom. Gambar 18 menampilkan hasil

pengamatan lapang dan analisis terhadap kondisi vegetasi pada tapak.

Page 65: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

52

Gam

bar 1

8 K

arak

teris

tik d

an p

enye

bara

n ve

geta

si

Page 66: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

53

Karakteristik vegetasi pada tapak berupa jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh

dan ditanam di BPBI Ciherang dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Jenis, jumlah dan fungsi vegetasi di BPBI Ciherang

No Spesies Nama Lokal Kegunaan

1. Nephellium longanum Lengkeng Tanaman buah 2. Roystonea regia Palem raja Tanaman estetis, pengarah 3. Oncosperma horridum Palem hijau Tanaman estetis 4. Araucaria heterophylla Cemara norflok Tanaman estetis, pengarah 5. Cupressus sempervirens Cemara lilin Tanaman estetis, pengarah 6. Cupressus equisetifolia Cemara angin Tanaman estetis 7. Mangifera indica Mangga Tanaman buah 8. Syzygium aromaticum Cengkeh Tanaman buah 9. Carica papaya Pepaya Tanaman buah

10. Psidium guajava Jambu Tanaman buah 11. Ficus benjamina Beringin Tanaman estetis 12. Dracaena fragans Hanjuang hijau Tanaman estetis 13. Dracaena deramensis Draisena hijau putih Tanaman estetis 14. Musa sp. Pisang Tanaman buah 15. Bougainvillea spectabilis Bunga kertas Tanaman estetis, pengarah 16. Rhapis excelsa Palm wregu Tanaman estetis 17. Mussaenda erythrophylla Nusa indah Tanaman estetis 18. Cycas revoluta Cycas Tanaman estetis 19. Nolina recurvata Nolina Tanaman estetis 20. Lilium longifiolium Lili Tanaman estetis 21. Anthurium crystallinum Kuping gajah Tanaman estetis 22. Schefflera variegate Wali songo Tanaman estetis 23. Duranta repens Pangkas kuning Tanaman estetis, pengarah 24. Agave agustifolia Agave Tanaman estetis 25. Dieffenbachia sp. Balancing Tanaman estetis 26. Alpinia galanga Lengkuas Tanaman obat 27. Calathea makoyana Calatea Tanaman estetis 28. Canna indica Bunga tasbih Tanaman estetis 29. Heliconia spp. Pisang hias Tanaman estetis 30. Begonia spp. Begonia Tanaman estetis 31. Mirabilis jalapa Bunga pukul empat Tanaman estetis 32. Lantana camara Lantana Tanaman estetis 33. Caladium hortulanum Keladi Tanaman estetis 34. Sechium edule Labu siam Tanaman sayur 35. Eclipta prostrate Urang aring Penutup tanah 36. Axonopus compressus Rumput gajah Penutup tanah

Vegetasi merupakan elemen yang penting dalam suatu tapak, terutama

kaitannya dengan kenyamanan pengguna tapak. Secara keseluruhan jenis dan

Page 67: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

54

jumlah vegetasi yang tumbuh dan ditanam pada tapak memiliki keanekaragaman

yang rendah dan tidak ditata dengan baik sehingga memerlukan penataan

vegetasi untuk pengembangan tapak sebagai obyek wisata dengan mengacu

pada fungsi dan ruang yang akan dikembangkan.

4.2.1.8. Kualitas Visual dan Akustik

Areal lahan BPBI Ciherang bentuknya memanjang dari arah barat laut ke

arah tenggara mengikuti topografi yang semakin rendah. Dari tapak pandangan

lepas tanpa adanya halangan ke luar sekeliling tapak yang hampir semuanya

merupakan lahan pertanian. Searah jarum jam dari arah barat laut sampai ke

arah barat daya dapat dilihat pemandangan lahan pertanian. Adanya bukit dan

lahan pertanian di arah timur laut yang menjadi latar belakang area perkolaman

merupakan vista pada tapak (Gambar 19). Di dalam tapak sendiri hampir seluruh

area perkolaman dapat dilihat dari berbagai sisi, terutama di area dengan elevasi

yang lebih tinggi. Kolam-kolam pada area perkolaman memantulkan bayangan

langit dan pohon-pohon tinggi yang berada di sekitar kolam menciptakan

pemandangan yang menarik untuk dinikmati. Adanya ikan hias di dalam kolam-

kolam yang dapat dilihat dari luar menambah keindahan area perkolaman jika

diamati dari dekat. Pemandangan di dalam dan di luar tersebut dapat menjadi

daya tarik bagi pengunjung. Letak beberapa lokasi pada tapak dengan kualitas

visual yang baik (good view) dan buruk (bad view) dapat dilihat pada Gambar 20.

Potensi visual tersebut dengan bentukan topografi dan ketinggian

bervariasi pada tapak merupakan potensi estetika secara visual yang dapat

dikembangkan menjadi suatu atraksi. Oleh karena itu pada tempat-tempat

tertentu pada daerah datar perlu dibangun ruang dengan fasilitas untuk

menikmati pemandangan sekitar.

Gambar 19 Vista pada tapak berupa kolam dengan latar belakang lahan

pertanian dan bukit

Page 68: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

55

Gam

bar 2

0 K

ualit

as v

isua

l di l

uar d

an d

i dal

am ta

pak

Page 69: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

56

Suara desiran angin, gemerisik daun yang bergesekan dan gemercik air

memberikan nuansa alam yang nyaman pada tapak. Potensi tersebut dapat

menjadi atraksi pendukung sehingga perlu dibentuk dan dikembangkan dengan

menyediakan ruang dan fasilitas bagi pengunjung untuk menikmatinya. Utilitas

4.2.1.9. Utilitas

Kebutuhan konsumsi listrik BPBI Ciherang diperoleh dari supply listrik

PLN dengan jaringan dan distribusi terbuka menggunakan tiang listrik sebagai

jalur utama. Jaringan kabel yang mendistribusikan listrik ke fasilitas dan

bangunan-bangunan tidak teratur dan mengganggu pandangan. Keberadaanya

perlu penataan dan jika memungkinkan mengubah sistem jaringan kabel atau

listrik tersebut menjadi sistem jaringan tertutup, berada di bawah permukaan

tanah. Demikian juga hal tersebut terjadi pada jaringan telepon dan instalasinya.

Sarana penerangan hanya terletak pada jalan utama, bangunan dan

fasilitas penunjang budidaya, sehingga areal perkolaman hampir gelap pada

malam hari secara keseluruhan. Dari segi keamanan, keberadaan sarana

penerangan sangat diperlukan, mengingat bahwa tapak merupakan tempat

pengembangan benih ikan dan pemeliharaannya yang sangat rawan oleh

pencurian. Disamping itu dengan dikembangkannya tapak sebagai suatu obyek

wisata, maka kebutuhan penerangan sangat penting untuk melayani penggunaan

tapak pada malam hari. Dari segi estetis, perancangan tata letak, jenis

pencahayaan dan bentuk arsitektur sarana penerangan yang dikombinasikan

dengan struktur bangunan, areal perkolaman, topografi dan pemandangan di

sekitar dapat menjadi suatu atraksi tersendiri pada tapak yang dapat menjadi

daya tarik penggunjung. Perancangan sarana penerangan tersebut meliputi

jaringan listrik dan memperhatikan utilitas lain serta sistem jaringan distribusi air.

Pengelolaan sampah dan limbah lainnya, baik dari kegiatan budidaya

ikan, ataupun rumah tangga belum memiliki sistem pengelolaan yang baik, hal ini

dapat dilihat dengan belum adanya tempat pembuangan sampah sementara

(TPS) untuk menampung sampah-sampah yang terkumpul sebelum dibawa ke

Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah yang dihasilkan dibuang pada

tempat yang tersembunyi dibelakang bangunan, misalnya di belakang guest

house dan hatchery yang berada di sebelah timurnya (Gambar 20). Sampah

Page 70: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

57

menjadi permasalahan penting yang berdampak buruk dan mengganggu

terhadap sanitasi lingkungan serta estetika tapak secara visual. Dengan

demikian diperlukan suatu sistem pengelolaan sampah dan limbah yang

terintegrasi dengan kegiatan budidaya, pemeliharaan lingkungan dan rumah

tangga.Limbah cair dari kegiatan rumah tangga telah memiliki septictank dan

saluran pembuangan yang berakhir di sungai kecil yang berada di sekitar tapak,

meski demikian sistem tersebut sangat pendek sehingga ramah lingkungan.

Sistem pembuangan limbah cair yang baik dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 21 Sampah yang dibuang di belakang hatchery

Gambar 22 Sistem pembuangan limbah cair dari rumah tangga (Chiara, 1997)

Page 71: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

58

Adanya fungsi rekreasi yang akan dikembangkan pada tapak

memerlukan adanya sarana dan utilitas pengelolaan sampah tambahan dengan

penyediaan TPS. Penentuan lokasi tempat peletakan TPS pada tapak

didasarkan pada tingkat intensitas aktivitas, sehingga penentuan jumlahnya

disesuaikan dengan intensitas pengguna di tiap ruangnya. Peletakan TPS harus

mudah dilihat dan dijangkau pengguna seperti di tepi jalur sirkulasi, dekat shelter

dan bangku taman, di pusat pelayanan, dan di pusat aktivitas pengunjung.

4.2.2. Aspek Sosial

Data aspek sosial tapak yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi: 1)

kependudukan; 2) pola pemukiman; dan 3) pengunjung.

4.2.2.1. Kependudukan

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang termasuk dalam

wilayah Kabupaten Cianjur yang memiliki jumlah penduduk 2.041.131 jiwa

dengan kepadatan penduduk 685,53 jiwa/Km dan tingkat pertumbuhan

penduduk 1,57 % per tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur terbagi atas

1.119.274 orang laki-laki dan 1.004.480 orang perempuan (Bapeda, 2004).

Dalam ruang lingkup administratif yang lebih kecil BPBI Ciherang

termasuk ke dalam wilayah desa Ciputri. Jumlah penduduk desa Ciputri pada

tahun 2003 adalah 8.471 jiwa (Monografi Desa Ciputri, 2003). Mayoritas

penduduknya beragama islam dan bermatapencaharian sebagai petani dan

wiraswasta. Penduduk yang tinggal di sekitar tapak merupakan bagian dari

warga RT 01/RW 02, Desa Ciputri. Penduduk yang bermukim dekat dengan

tapak berjumlah 62 orang yang tebagi ke dalam 14 keluarga, sedangkan warga

RT 01/RW 02 lainnya tersebar dan kebanyakan tinggal di seberang jalan raya

Cipanas. Seluruh penduduk yang berada di sekitar tapak beragama islam dan

sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan 4 orang bekerja sebagai

tenaga kontrak tidak tetap di BPBI Ciherang. Adanya penduduk yang bermukim

disekitar tapak merupakan keuntungan, karena nantinya tenaga kerja untuk

pemeliharaan lingkungan/tapak akan mudah diperoleh. Tetapi dengan

dikembangkannya tapak sebagai obyek wisata secara tidak langsung akan

membatasi aksesibilitas penduduk sekitar terhadap tapak, sehingga nantinya

perlu direncanakan akses dan jalur sirkulasi bagi penduduk sekitar, khususnya

yang bekerja di BPBI Ciherang.

Page 72: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

59

4.2.2.2. Pola Pemukiman Penduduk Sekitar

Pemukiman di sekitar tapak berada di sebelah timur laut tapak (Gambar

22). Pola pemukimannya tidak teratur dan hampir semua rumah menghadap ke

arah tapak. Sejauh ini keberadaanya tidak mengganggu secara fisik terhadap

kegiatan budidaya yang berlangsung di BPBI Ciherang meski dibeberapa lokasi

tidak terdapat pagar pembatas. Untuk rencana pengembangan tapak sebagai

obyek wisata nantinya, keberadaaan pemukiman tersebut perlu mendapatkan

penataan atau dengan menyamarkan keberadaannya dengan pembuatan pagar

semi masif atau screen.

Gambar 23 Pemukiman penduduk di sekitar BPBI Ciherang. Kondisi pemukiman penduduk sekitar (Kiri); Kurangnya pagar pembatas antara pemukiman dengan BPBI Ciherang (Kanan)

4.2.2.3. Pengunjung

Selama tahun 2005 pengunjung yang tercatat datang ke BPBI Ciherang

cukup bervariasi dengan tujuan berbeda-beda yakni sebanyak 590 orang.

Pengunjung yang datang ke BPBI Ciherang sebagian besar dalam rangka

kegiatan dinas, studi dan penelitian. Jumlah kunjungan tiap tahunnya tidak begitu

banyak. Diharapkan dengan adanya fungsi tambahan tapak sebagai obyek

wisata dapat meningkatkan jumlah pengunjung dengan tujuan bervariasi. Lebih

rinci mengenai karakterisrik dan motivasi kunjungan ke BPBI Ciherang dapat

dilihat dalam Tabel 10.

Keragaman kegiatan wisata/rekreasi merupakan hal yang penting untuk

menghidupkan kawasan sebagai obyek agrowisata agar tetap dikunjungi secara

berkesinambungan. Oleh karena itu perlu adanya penyusunan rancangan

program dan kegiatan yang terpadu di BPBI Ciherang untuk meningkatkan minat

pengunjung, khususnya wisatawan. Program tersebut berkaitan dengan kegiatan

budidaya, misalnya pemanenan; kegiatan terpadu dengan dinas pusat dan

cabang lainnya, misalnya kegiatan pelatihan, pameran, lokakarya dan seminar;

Page 73: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

60

ataupun kegiatan lainnya yang bersifat teknis budidaya untuk masyarakat petani

di sekitar BPBI Ciherang.

Tabel 10 Kunjungan tamu ke BPBI Ciherang tahun 2005

No. Kelompok Pengunjung Jumlah (orang) Tujuan

1. Dinas 220 • Pembinaan • Observasi • Informasi Teknis • Studi banding

2. Mahasiswa/Pelajar 120 • Magang • PKL • Kunjungan • Penelitian

3. Aparat Pemerintahan 100 • Survey • Informasi teknis • Koordinasi • Studi banding • Supervisi • Rapat

4. Lain-lain 150 • Kunjungan • Transaksi benih ikan

Sumber: Evaluasi kegiatan 2005 BPBI Ciherang.

4.3. Sintesis

Hasil analisis elemen tapak, berupa data biofisik dan sosial diklasifikasikan

ke dalam potensi dan kendala untuk memperoleh alternatif-alternatif solusi untuk

mengoptimalkan potensi yang ada dan untuk mengatasi masalah yang menjadi

kendala dalam pengembangan BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata. Hasil

analisis dan sintesis data dapat dilihat dalam Tabel 11 berikut.

Tabel 11 Hasil analisis dan sintesis

Analisis Data

Potensi Kendala Sintesis

A. Data Biofisik

1. Letak, Luas dan aksesiblitas

• Merupakan pusat pengembangan teknis pembenihan ikan hias air tawar yang cukup luas dengan bentang alam pertanian dan pegunungan yang menarik disekelilingnya

• Luasannya masih dapat dikembangkan karena lahan disekelilingnya merupakan tanah negara

• Letaknya strategis, terletak di jalan raya Cipanas yang merupakan jalur Bopunjur dan merupakan

• Letaknya berada pada tikungan dan masuk ke dalam sehingga keberadaannya agak sedikit tertutupi dan tidak begitu menonjol

• Pengembangan potensi tapak menjadi obyek agrowisata, sebagai alternatif tujuan wisata

• Perlu adanya pelebaran jalan masuk dan pintu gerbang yang menarik. Diperlukan juga papan informasi penanda dan penunjuk obyek

Page 74: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

61

(Lanjutan Tabel 11) Analisis

Data Potensi Kendala

Sintesis

salah satu jalur yang menghubungkan Ibu Kota Negara, Jakarta dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Bandung. Jalur ini dapat dilalui semua jenis kendaraan, baik pribadi maupun umum sehingga mudah dicapai

2. Tata guna lahan • Sebagian besar pemanfaatan lahan berupa areal perkolaman dan areal bangunan yang merupakan penunjang view atau panorama di sekeliling tapak

• Masih banyak luasan lahan yang belum dimanfaatkan.

• Lahan yang belum dimanfaatkan letaknya menyebar dengan luasan yang tidak terlalu besar

• Pola peyebaran kolam tidak teratur dan kurang tertata

• Mengoptimalkan tata guna lahan yang telah ada pada tapak sebagai rangkaian view atau panorama yang menarik dalam obyek agrowisata

• Penataan ruang dengan menyesuaikan fungsi, kebutuhan, dan ketersediaan lahan

• Meletakan pusat-pusat aktivitas (node) atau fasilitas yang menyebar, sesuai ketersediaan lahan

• Penataan kembali kolam, termasuk sirkulasi dan distribusi airnya dengan memperhatikan fungsi/ peruntukan kolam, topografi, ketersediaan lahan serta keberlangsungan kegiatan budidaya dan pemeliharaan ikan

3. Tanah • Jenis tanah podsolik merah kuning/ Andic kandiudults (soil taxonomy) pada kemiringan datar sampai sedang cukup stabil dan dapat dikembangkan sebagai daerah wisata

• Kedalaman efektif yang kurang ideal (<75 cm)

• Tingkat kesuburan yang rendah

• Memiliki kadar logam besi (Fe) yang cukup tinggi

• Struktur tanah tidak begitu mantap

• Porositas dan erosivitas tinggi

• Untuk penanaman tanaman perlu dilakukan pemupukan lengkap

• Perlu adanya perbaikan dan pengawetan (konservasi) tanah untuk tanah dalam keadaan terbuka, tanpa naungan ataupun penutup tanah

• Untuk pembangunan struktur dan konstruksi dilakukan pemadatan tanah yang baik dan pembuatan pondasi dengan kedalaman yang cukup

• Perlu adanya sistem penutupan tanah baik berupa softscape ataupun perkerasan yang aman dan nyaman serta penyediaan saluran drainase yang baik

4. Topografi • Bentukan topografi dan elevasi yang bervariasi dan memiliki area dengan elevasi yang lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya merupakan potensi estetika secara visual

• Terdapat dengan kemiringan curam daerah erosi ringan pada tapak

• Teknik konservasi tanah (retainig wall) dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat bahaya dan kerusakan tanah pada area patahan atau lahan dengan kemiringan curam untuk menahan erosi

• Pembuatan tangga dan

Page 75: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

62

(Lanjutan Tabel 11) Analisis

Data Potensi Kendala

Sintesis

ramp untuk area yang merupakan jalur sirkulasi dengan kemiringan >15%

• Perlu dibangun ruang dengan fasilitas untuk menikmati pemandangan sekitar

5. Hidrologi dan hidrografi

• Sumber air cukup dan memadai untuk memenuhi kebutuhan budidaya maupun konsumsi

• Sistem distribusi air sudah cukup baikuntuk kefiatan budidaya dan konsumsi

• Kualitas air permukaan dan tanah termasuk dalam golongan B

• Kadar besi (Fe) cukup tinggi.

• Air permukaan telah banyak tercemar oleh bahan-bahan kimia yang berasal dari pupuk dan pestisida yang digunakan oleh kegiatan pertanian

• Adanya perlakuan filtrasi (purify) air tanah sehingga kualitas air layak dan aman dikonsumsi

• Adanya perlakuan penyaringan air permukaan yang melalui bak/kolam pengendapan air bak/kolam filter bak/kolam tandon sebelum didistribusikan ke kolam-kolam

6. Iklim • Kondisi iklim pada tapak berada dalam kondisi yang nyaman (THI <27) sangat menguntungkan untuk pengembangan tapak sebagai obyek wisata

• Fluktuasi suhu ekstrim sampai 14OC mengganggu proses pemijahan dan bahkan membahayakan larva-larva ikan

• Intensitas penyinaran dan curah hujan yang tergolong tinggi

• Masih banyak terdapat area yang tidak ternaungi sehingga mendapat penyinaran penuh

• Tidak banyak terdapat vegetasi peneduh

• Penggunaan peneduh, baik pohon ataupun struktur sebagai fasilitas naungan dari hujan dan penyinaran yang tinggi dengan memperhatikan letak dan orientasi kolam karena kolam-kolam ikan memerlukan penyinaran penuh

• Penggunaan sistem penutupan lahan (perkerasan, vegetatif) dan sistem drainase yang baik

• Perlu adanya pemanas (pengontrol suhu) untuk kolam pemijahan dan larva-larva ikan

7. Vegetasi • Tidak terdapat vegetasi yang khusus dan dilindungi sehingga dapat dilakukan penggantian atau menghilangkan vegetasi pada tapak

• Keanekaragaman vegetasi rendah

• Vegetasi menyebar dan tidak tertata

• Penataan vegetasi untuk pengembangan tapak sebagai obyek wisata dengan mengacu pada fungsi dan ruang yang akan dikembangkan

8. Kualitas visual dan akustik

• Bentangan alam berupa hamparan lahan pertanian dengan latar belakang bukit ditambah dengan areal perkolaman dengan ikan hias memantulkan bayangan lingkungan dan langit merupakan potensi merupakan potensi estetika secara visual yang dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi

• Suara desiran angin, gemerisik daun yang bergesekan dan gemercik air memberikan nuansa alam yang nyaman pada tapak

• Tidak adanya fasilitas untuk menikmati pemandangan sekitar

• Perlu dibangun ruang dengan fasilitas untuk menikmati pemandangan sekitar

Page 76: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

63

(Lanjutan Tabel 11) Analisis

Data Potensi Kendala

Sintesis

9. Utilitas • Kebutuhan listrik dipenuhi oleh pasokan dari PLN, dapat dilakukan penambahan daya

• Terdapat jaringan telekomunikasi

• Kurangnya sarana penerangan di areal perkolaman

• Jaringan kabel (listrik dan telpon) yang kurang tertata mengganggu pandangan

• Tidak memiliki sistem pengelolaan sampah dan limbah yang baik

• Membangun/ menambah sarana penerangan

• Menata sistem jaringan kabel (listrik dan telpon)

• Mengembangkan sistem pengelolaan sampah dan limbah terpadu untuk kegiatan budidaya dan konsumsi

B. Data Sosial

1. Kependudukan • Adanya penduduk disekitar tapak merupakan potensi untuk tenaga kerja pemeliharaan lingkungan/tapak

• Pengembangan tapak sebagai obyek agrowisata akan membatasi akses penduduk terhadap tapak

• Perlu direncanakan akses dan jalur sirkulasi bagi penduduk sekitar

2. Pola Pemukiman • Pemukiman berada di luar tapak

• Pola pemukimannya tidak teratur

• Dibeberapa lokasi tidak terdapat pagar pembatas

• Penataan pemukiman sekitar

• Menutupi atau menyamarkan keberadaan pemukiman

3. Pengunjung • Adanya kunjungan rutin dari dinas

• Tapak sering dijadikan tempat magang dan penelitian

• Tapak merupakan tempat pelatihan teknis budidaya ikan hias air tawar

• Tapak merupakan tempat kegiatan transaksi jual-beli ikan hias air tawar

• Guest house sering disewa dan dimanfaatkan wisatawan

• Jumlah kunjungan tidak terlalu banyak tiap tahunnya

• Kurangnya fasilitas yang mendukung kegiatan pengunjung baik kegiatan dinas, budidaya, magang/ penelitian ataupun nantinya kegiatan rekreasi

• Kondisi sarana dan prasarana yang ada kurang baik

• Penyusunan rancangan program dan kegiatan yang terpadu di BPBI Ciherang untuk meningkatkan minat pengunjung, khususnya wisatawan

• Rehabilitasi sarana dan prasarana yang telah ada

• Membangun fasilitas pendukung kegiatan rekreasi

4.4. Konsep Perencanaan Pengembangan BPBI Ciherang

4.4.1. Konsep Dasar

Konsep dasar pengembangan BPBI Ciherang adalah pusat

pengembangan benih ikan hias air tawar yang mendukung kegiatan wisata

sehingga dapat menjadi obyek agrowisata berbasis perikanan air tawar. Dengan

konsep tersebut diharapkan BPBI Ciherang menjadi suatu tapak yang mampu

mengakomodir kebutuhan ruang untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar dan

pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada

tapak tersebut.

Pengelolaan maupun pengembangan BPBI Ciherang sebagai obyek

wisata harus mampu memberikan manfaat bagi BPBI Ciherang sendiri ataupun

Page 77: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

64

pengunjung tanpa mengorbankan kepentingan ekologis. Oleh karena itu dalam

konsep pengembangan BPBI Ciherang dikembangkan beberapa fungsi, yaitu

fungsi budidaya, wisata, pendidikan, dan ekonomi.

Fungsi Budidaya, merupakan fungsi awal BPBI Ciherang sebagai

tempat pengembangan benih ikan hias air tawar. Fungsi ini dikembangkan untuk

meningkatkan produksi dan keragaman jenis koleksi ikan hias air tawar yang

merupakan salah satu atraksi wisata. Tiap tahunnya BPBI Ciherang mempunyai

target produksi, diharapkan dengan fungsi ini dapat terjadi peningkatan produksi.

Hal ini dapat dicapai dengan perbaikan dan rehabilitasi sarana dan prasarana,

penerapan teknologi terkini dan modern untuk kegiatan budidaya dan

peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Fungsi Wisata, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisata yang

dituangkan dalam perencanaan ruang, sirkulasi, dan aktivitas wisata dengan

fasilitas penunjangnya. Fungsi ini bersifat komersil yang berorientasi pada

keuntungan ekonomi dan lebih ditekankan pada pemenuhan kepuasan

pengunjung dengan kegiatan pelayanan.

Fungsi Pendidikan, berkaitan dengan pengembangan teknologi

pembenihan ikan, terutama ikan hias air tawar. Pengembangan teknologi

tersebut dapat berupa pengenalan pengunjung/pengguna terhadap kegiatan

perikanan, khususnya perikanan ikan hias air tawar, baik itu pengenalan jenis,

kegiatan budidaya yang bersifat teknis dan teoritis mulai dari pembenihan sampai

kegiatan pemanenan dan penanganan pasca panen. Tapak yang dikelilingi lahan

pertanian, khususnya pertanian hortikultur merupakan potensi yang dapat

dikembangkan untuk kegiatan rekreasi yang bersifat edukatif di luar tapak, di

lahan pertanian tersebut. Fungsi ini dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang

bersifat edukatif seperti pelatihan, seminar, pameran, dan outbond di areal

pertanian setempat.

Fungsi Ekonomi, merupakan fungsi yang merupakan tujuan dari fungsi-

fungsi lain yang dikembangkan. Dari fungsi-fungsi lainnya yang dikembangkan

diharapkan menghasilkan keuntungan ekonomi sehingga kegiatan budidaya dan

aktivitas wisata dapat berkesinambungan dan berkembang. Disamping menjadi

pusat pembenihan dan rekreasi BPBI Ciherang juga dikembangkan sebagai

tempat transaksi penjualan ikan hias air tawar yang dapat mendatangkan

keuntungan. Hal ini tentunya harus disertai dengan peningkatan produksi. Dari

kegiatan rekreasi tentu saja akan mendatangkan keuntungan yang datangnya

Page 78: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

65

dari pengunjung, sedangkan dari kegiatan yang bersifat edukatif keuntungan

merupakan prioritas kedua setelah tujuan kegiatan tersebut tercapai.

4.4.2. Pengembangan Konsep

Mempertimbangkan berbagai kondisi dan potensi yang telah dipaparkan

pada sub bab sebelumnya, konsep pengembangan BPBI Ciherang dilakukan

berdasarkan kondisi sumberdaya wisata (resources based tourism). Sumberdaya

wisata ini secara garis besar terdiri dari potensi alam dan potensi budidaya

perikanan. Sumberdaya wisata ini selanjutnya dikelola menjadi suplai wisata

(tourism supply) dengan cara pengembangan aktivitas wisata dan menyusun

waktu kunjungan optimal.

4.4.2.1. Suplai Wisata

Wisata merupakan sebuah sistem yang dapat berjalan dengan baik jika

bagian-bagian dari sistem tersebut berfungsi secara efisien dan

berkesinambungan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Untuk itu,

dalam pengembangan wisata pada umumnya perlu memperhatikan fungsi

suplai. Suplai wisata mencakup seluruh pengembangan fisik dan program yang

disediakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pengunjung. Secara garis

besar, suplai wisata mencakup aspek atraksi, fasilitas dan pelayanan,

transportasi, informasi dan promosi (Gunn, 1997).

Atraksi wisata utama BPBI Ciherang yang dikembangkan adalah koleksi

ikan hias air tawar, atraksi ini dikemas dalam bentuk wisata yang bersifat

interpretatif. Atraksi lain yang mendukung atraksi utama adalah pemandangan di

dalam dan di luar tapak, pengembangan kolam untuk budidaya ikan konsumsi

(ikan mas), serta kegiatan pertanian hortikultur disekitar tapak. Atraksi

pendukung yang dikembangkan tersebut bersifat rekreatif dan edukatif. Untuk menikmati atraksi-atraksi tersebut dikembangkan fasilitas

penunjang. Fasilitas tersebut terkait dengan aspek jenis/fungsi, jumlah, lokasi

(peletakan yang tidak mengganggu kegiatan budidaya dan visual), kualitas yang

memenuhi standar universal dan disain yang peka terhadap kondisi alam.

Dengan rancangan yang unik dan peletakan yang tepat tidak menutup

kemungkinan bahwa fasilitas yang dikembangkan menjadi suatu atraksi

tersendiri.

BPBI Ciherang berada di lokasi yang strategis dengan aksesibilitas yang

tinggi sehingga untuk mencapainya sangat mudah dengan berbagai jenis alat

Page 79: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

66

transportasi, baik kendaraan pribadi ataupun umum. Hal yang perlu mendapat

perhatian adalah fasilitas untuk parkir kendaraan. Hal ini berkaitan dengan

kapasitas, daya tampung dan jenis kendaraan.

Dengan berkembangnya tapak sebagai obyek agrowisata, perlu adanya

informasi yang memberitahukan keberadaan BPBI Ciherang, baik sebelum tiba di

lokasi maupun ketika berada di dalam lokasi. Beragamnya karakter pengunjung

sasaran yang memiliki latar belakang dan pengalaman berwisata yang berbeda-

beda perlu diantisipasi dengan penyediaan informasi yang lengkap, jelas dan

mudah diperoleh, agar mereka memiliki gambaran yang lebih jelas tentang

wisata dan kegiatan lainnya yang ditawarkan di BPBI Ciherang sebelum mereka

melakukan kunjungan. Untuk tujuan tersebut, maka pengelola dapat

menyebarluaskan informasi melalui berbagai media komunikasi dan bekerja

sama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan kegiatan perikanan dan

kepariwisataan. Kegiatan tersebut sekaligus merupakan promosi BPBI Ciherang

sebagai obyek agrowisata. Dengan adanya promosi diharapkan dapat menarik

pengunjung untuk mengunjungi BPBI Ciherang. Beberapa usaha yang dapat

dilakukan untuk kepentingan tersebut, yaitu: mengikuti berbagai pameran, baik

yang berkaitan dengan perikanan ataupun wisata dan publikasi melalui media

massa (televisi, radio, internet, leaflet, dsb).

4.4.2.2. Pengembangan Aktivitas

Pengembangan aktivitas rekreasi merupakan teknik untuk mendukung

terbentuknya apresiasi terhadap ikan hias air tawar dan pertanian secara luas.

Keragaman aktivitas rekreasi merupakan hal utama untuk dalam menghidupkan

kawasan sebagai obyek agrowisata agar tetap dikunjungi secara

berkesinambungan. Pengembangan aktivitas rekreasi didasarkan pada potensi

sumberdaya yang dimiliki BPBI Ciherang, yaitu potensi sumberdaya alam berupa

pemandangan dan lahan pertanian disekitar tapak serta potensi budidaya

perikanan berupa keanekaragaman koleksi jenis ikan hias air tawar, areal

perkolaman dengan tata letak dan sistem distribusi air, dan teknik budidaya ikan

hias. Disamping aktivitas rekreasi, aktivitas lainnya yang berhubungan dengan

BPBI Ciherang sebagai UPTD Perikanan Provinsi Jawa Barat tetap diakomodasi

dan dikembangkan, baik secara terpisah ataupun menjadi suatu rangkaian

dengan aktivitas rekreasi.

Aktivitas yang dikembangkan di BPBI Ciherang dibedakan menjadi dua

jenis aktivitas rekreasi, yaitu aktivitas rekreasi aktif dan pasif. Aktivitas rekreasi

Page 80: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

67

aktif membutuhkan banyak energi untuk melakukan kegiatannya, sedangkan

rekreasi pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk

menghilangkan keletihan fisik setelah bekerja keras sehingga rekreasi ini hanya

memerlukan energi sedikit (Laurie,1986).

Dalam konsep pengembangan aktivitas aktif dilakukan pengembangan

budidaya ikan konsumsi sehingga pengunjung bisa memancing dan mengolah

hasil pancingan. Hal ini didukung oleh tersedianya lahan berupa kolam dan

program dari dinas perikanan yang menunjuk BPBI Ciherang untuk

membudidayakan ikan mas. Dari segi fungsi pendidikan aktivitas rekreasi aktif

melibatkan pengunjung secara langsung dalam aktivitas budidaya ikan hias, dari

mulai pemijahan sampai penanganan pasca panen ataupun kegiatan pertanian

disekitar tapak. Pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan ikan

hias dan pertanian sekitar tapak diperoleh melalui melalui komunikasi interaktif

dengan pengelola ataupun petani langsung. Aktivitas pasif yang direncanakan

merupakan aktivitas yang lebih bersifat rekreatif. Nilai pendidikan diperoleh

pengunjung melalui pengamatan dan pemahaman yang dilakukannya sendiri.

Berikut adalah Tabel 12 yang menunjukan jenis dan bentuk akrifitas yang

dikembangkan berdasarkan potensi BPBI Ciherang.

Tabel 12 Jenis dan bentuk aktivitas berdasarkan potensi BPBI Ciherang

No Potensi Tapak Jenis Aktivitas Bentuk Aktivitas Aktif • Berjalan-jalan menjelajahi areal

pertanian (Outbond) • Mengikuti kegiatan pertanian di

sekitar tapak

1. Sumberdaya Alam

Pasif • Istirahat • Duduk-duduk • Photo hunting • Membeli hasil pertanian setempat

Aktif • Studi (penelitian, magang/PKL, pelatihan)

• Kunjungan dinas (observasi, survey, koordinasi, rapat, studi banding, supervisi, seminar, pelatihan, pembinaan teknis, dsb)

• Memancing ikan konsumsi • Mengolah hasil pancingan

(Barbeque) • Pameran dan eksebisi hasil

perikanan, terutama ikan hias. Baik tingkat daerah ataupun nasional.

• Kompetisi ikan hias, baik tingkat daerah ataupun nasional.

2. Budidaya Perikanan

Pasif • Mengamati ikan hias (Fish watching)

Page 81: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

68

(Lanjutan Tabel 12)

No Potensi Tapak Jenis Aktivitas Bentuk Aktivitas • Memberi makan ikan (Fish feeding) • Photo hunting • Membeli ikan hias

Pengembangan guest house dan asrama untuk kegiatan wisata dapat

mendukung pengembangan BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata. Dengan

perbaikan, rehabilitasi dan penyesuaian kapasitas, fasilitas tersebut diharapkan

dapat mengakomodir aktivitas pada malam hari yang mengharuskan pengunjung

untuk menginap ataupun pengunjung yang sengaja ingin bermalam di BPBI

Ciherang.

4.4.2.3. Waktu Kunjungan

Pengaturan waktu kunjungan yang terencana dengan baik selain

mempermudah pengelolaan sumber daya wisata dan pengunjung, juga dapat

meningkatkan kepuasan pengunjung. Dari aspek budidaya, pengaturan waktu

kunjungan bertujuan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan budidaya, agar

kegiatan kunjungan, khususnya wisata tidak mengganggu proses pembenihan.

Berkunjung ke tapak pada saat yang tepat, sesuai dengan dengan

motivasi pengunjung dan mendapatkan atraksi yang diharapkan, maka

pengunjung diharapkan mendapatkan pengalaman berwisata yang

menyenangkan dan berkesan sebagai indikator tercapainya kepuasan

pengunjung.

Pengaturan waktu kunjungan mempertimbangkan beberapa faktor yang

berkaitan dengan karakteristik pengunjung, kegiatan budidaya, dan aktivitas

pertanian sekitar tapak. Berdasarkan karakteristik pengunjung yang menjadi

sasaran wisata BPBI Ciherang, waktu kunjungan dipengaruhi usia dan motivasi

kunjungan. Usia secara garis besar dibedakan atas pengunjung usia sekolah

yang cenderung mengisi kegiatan rekreatif pada musim liburan sekolah, dan

dewasa yang cenderung berkunjung pada akhir pekan atau pada hari raya.

Motivasi pengunjung secara garis besar terbagi atas kunjungan yang bersifat

rekreatif, edukatif, minat khusus, dan kepentingan dinas. Usia dan motivasi

pengunjung nantinya akan menentukan pengaturan waktu dan lamanya

kunjungan.

Page 82: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

69

Tabel 13 Waktu dan motivasi kunjungan berdasarkan bentuk aktivitas yang dikembangkan di BPBI Ciherang.

No Bentuk Aktivitas Waktu Kunjungan Motivasi Kengunjung 1. Berjalan-jalan

menjelajahi areal pertanian (Outbond)

• Setiap saat • Akhir pekan • Sesuai dengan musim

tanam atau panen

• Rekreatif • Edukatif

2. Mengikuti kegiatan pertanian di sekitar tapak

• Setiap saat • Akhir pekan • Sesuai dengan musim

tanam atau panen

• Rekreatif • Edukatif

3. Istirahat • Setiap saat • Akhir pekan

• Rekreatif

4. Duduk-duduk • Setiap saat • Akhir pekan

• Rekreatif

5. Photo hunting • Setiap saat • Akhir pekan • Sesuai dengan jadwal

kegiatan lainnya

• Rekreatif • Edukatif • Minat khusus

6. Membeli hasil pertanian setempat

• Setiap saat • Akhir pekan • Sesuai dengan musim

panen

• Minat khusus

7. Studi • Sesuai dengan jadwal studi • Edukatif

8. Kunjungan dinas • Sesuai dengan jadwal Kegiatan dinas

• Kunjungan dinas

9. Memancing dan mengolah hasil pancingan (Barbeque)konsumsi

• Setiap saat • Akhir pekan

• Rekreatif

10. Pameran dan eksebisi hasil perikanan

• Sesuai dengan jadwal kegiatan pameran*

• Minat khusus • Edukatif

11. Kompetisi ikan hias • Sesuai dengan jadwal kegiatan kompetisi*

• Minat khusus

12. Mengamati ikan hias (Fish watching)

• Setiap saat • Akhir pekan • Di luar waktu rawan untuk

kunjungan**

• Rekreatif • Edukatif • Minat khusus

13. Memberi makan ikan (Fish feeding)

• Setiap saat • Akhir pekan • Di luar waktu rawan untuk

kunjungan**

• Rekreatif

14. Membeli ikan hias • Setiap saat • Akhir pekan • Sesuai dengan musim

panen

• Minat khusus

Keterangan : * Jadwal ditentukan pengelola dan dinas ** Waktu rawan kunjungan merupakan kebijakan pengelola untuk keberlangsungan

kegiatan budidaya, misalnya waktu pemijahan

Page 83: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

70

4.4.2.4. Penataan Lanskap

Pengembangan konsep untuk penataan lanskap BPBI Ciherang

diwujudkan melalui rencana pengembangan ruang, sirkulasi, tata hijau, dan

fasilitas. Tujuannya adalah untuk mengakomodir semua fungsi yang

dikembangkan pada tapak.

4.4.2.4.1. Rencana Ruang

Perencanaan ruang ditujukan untuk menunjang kegiatan budidaya dan

wisata pada tapak. Pembagian ruang direncanakan berdasarkan tujuan

pengembangan tapak tersebut sehingga terbentuk ruang budidaya dan ruang

wisata.

Ruang Budidaya, terdiri atas Ruang Budidaya Intensif dan Ruang Budidaya

Non intensif. Ruang budidaya intensif merupakan ruang kegiatan pembenihan

ikan hias yang intensif dan sangat sensitif terhadap terhadap gangguan. Ruang

ini menampung kegiatan pemijahan, perawatan telur, dan pembesaran anakan

sampai siap untuk dilepaskan di kolam. Kegiatan ini biasanya dilakukan di dalam

hatchery. Hatchery di BPBI Ciherang merupakan indoor hatchery sehingga

kegiatan budidaya intensif dapat berlangsung tanpa gangguan dari luar. Adanya

ruang pengamatan di dalam indoor hatchery memungkinkan pengunjung untuk

dapat mengamati kegiatan pemijahan dan perawatan telur, ataupun mengamati

koleksi ikan hias yang terdapat di dalam indoor hatchery. Ruang budidaya non

intensif merupakan ruang kegiatan pembenihan yang tidak intensif. Ruang ini

meliputi kegiatan pemeliharaan dan pembesaran ikan hias yang biasanya

dilakukan dikolam ikan diluar ruangan. Ruang budidaya non intensif dapat

digunakan untuk kegiatan wisata karena tingkat toleransinya tinggi terhadap

gangguan.

Ruang Wisata, merupakan ruang yang direncanakan untuk

meangakomodasi aktivitas rekreasi dan kebutuhan pengguna. Ruang ini terdiri

dari ruang penerimaan dan ruang pelayanan. Ruang Penerimaan merupakan

ruang yang berfungsi sebagai tempat penerimaan dan regristrasi pengunjung.

Terletak di bagian paling depan tapak yang terdiri dari jalan menuju gerbang

sampai gerbang. Ruang pelayanan merupakan ruang yang berfungsi sebagai

pusat kegiatan yang sifatnya melayani semua kebutuhan pengunjung, baik

berupa barang maupun jasa. Ruang ini tersebar di dalam tapak menyesuaikan

Page 84: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

71

dengan ketersediaan peruntukan lahan. Meskipun aktivitas rekreasi yang

dikembangkan ada yang berada di luar tapak tetapi ruang dan fasilitas

pendukungnya tetap berada di dalam tapak. Hal ini merupakan teknik

pengelolaan pengunjung dengan pengendalian dan pembatasan.

Ruang Penyangga, ruang ini ditujukan untuk melindungi ruang budidaya

dan ruang wisata dari aktivitas negatif masyarakat dan aktivitas berlebih

pengunjung. Fungsi lainnya adalah sebagai ruang konservasi tanah dan air

terutama di area-area yang rawan dan berbahaya seperti lahan dengan

kemiringan yang curam di sekitar pematang kolam. Dalam tapak ruang ini dapat

berupa tanaman, pagar pembatas, dan retaining wall. Berikut adalah diagram

konsep perancanaan ruang yang menggambarkan hubungan antar ruang-ruang

yang direncanakan.

Gambar 24 Diagram konsep perencanaan ruang

4.4.2.4.2. Rencana Sirkulasi

Perencanaan sirkulasi bertujuan untuk mengatur penyebaran dan

pergerakan pengunjung. Pola sirkulasi yang direncanakan dalam tapak berfungsi

Ruang Budidaya

Ruang Wisata

Keterangan

Ruang Budidaya Intensif Ruang Wisata Penerimaan

Ruang Budidaya Non Intensif Ruang Wisata Pelayanan

Ruang Penyangga

Page 85: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

72

sebagai penghubung antar ruang yang direncanakan pada tapak atau dalam

ruang itu sendiri secara fungsional. Pola yang diterapkan untuk sikulasi adalah

pola memutar (loop). Penggunaan pola tersebut bertujuan agar pengunjung

dapat mengunjungi dan menikmati semua obyek atau atraksi yang

dikembangkan pada tapak.

Bentuk jalur sirkulasi yang direncanakan dibagi menjadi dua tipe jalur

sirkulasi, yaitu jalur sikulasi kendaraan dan pejalan kaki.

Jalur sirkulasi kendaraan dimulai dari akses utama memasuki tapak

yang terhubung langsung dari jalan raya dan berakhir di area parkir yang cukup

luas, yaitu 486 m2, terletak di sekitar guest house.

Jalan eksisting pada jalur ini merupakan jalan beraspal kelas IV yang

dapat dilalui kendaraan bemotor dengan beban maksimum 2 ton (Gambar 26).

Kondisi jalan masuk masih bagus dengan lebar jalan bervariasi antara 3-4 m.

Dengan lebar tersebut jalan ini tidak cukup untuk dilalui dua jalur kendaraan

sehingga perlu adanya pelebaran jalan dengan lebar jalan ideal untuk dua jalur

kendaraan yaitu 5-6 m. Disamping pelebaran jalan dilakukan penambahan pola

garis pada aspal yang mengikuti garis-garis arsitektur bangunan untuk

memperindah jalur sirkulasi kendaraan. Penambahan elemen pencahayaan juga

dilakukan untuk menerangi jalan dan mempertegas pola-pola yang dibentuk pada

jalan.

KanstinLapisan tanah yang dipadatkanLapisan batu susun Ø 5/7 t.10-15cmLapisan batu 3/4 - 2/3 t.2-3cm

0.00 2%2%

Lapisan batu split 1/2 t.2-3cm

Bahu jalan

Batu pengunci10/15 cm

Lapisan aspal panas / prime coat

Bahu jalan

3-4 m

Gambar 25 Penampang tipikal jalan kelas IV

Jalur pejalan kaki, direncanakan sebagai jalur yang menghubungkan

antar ruang dan di dalam ruang pada tapak. Jalur ini diperuntukan hanya untuk

pejalan kaki dan lebih berfungsi untuk mengatur penyebaran pengunjung.

Sebagai jalur yang menghubungkan antar ruang dan di dalam ruang pada tapak,

jalur ini direncanakan sebagai sebuah jalur perkerasan dengan lebar minimum

0,8 m dan kemiringan maksimum permukaannya 3%. Berdasarkan kondisi tapak

yang memiliki potensi pemandangan yang menarik, pada titik tertentu pada jalur

Page 86: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

73

ini di sekitar kolam di bangun shelter sebagai tempat istirahat (rest area) dan

menikmati pemendangan.

Untuk lahan dengan kemiringan >15% yang merupakan jalur sirkulasi

dibangun tangga dan ramp. Penggunaan standar ketinggian anak tangga dan

kemiringan ramp menjadi pertimbangan agar sudut kemiringan tidak terlalu

curam dan nyaman untuk digunakan (Hakim, 2002).

Berikut adalah gambaran tentang hubungan antar jalur sirkulasi dan

dengan ruang yang direncanakan.

Gambar 26 Diagram konsep hubungan jalur sirkulasi dengan ruang yang

direncanakan

Diagram konsep ruang dan sirkulasi yang telah disusun kemudian

diaplikasikan terhadap tapak untuk menghasilkan gambar rencana ruang dan

sirkulasi tapak. Penerapan konsep ruang dan sirkulasi pada tapak dapat dilihat

pada Gambar 27. Lahan yang berada di sebelah utara lebih diutamakan untuk

kegiatan budidaya, sedangkan lahan di sebelah selatan untuk pengembangan

Ruang Budidaya

Ruang Wisata

Keterangan

Ruang Budidaya Intensif Ruang Penyangga

Ruang Budidaya Non Intensif Sirkulasi Kendaraan

Ruang Wisata Penerimaan Sirkulasi Pejalan Kaki

Ruang Wisata Pelayanan

Page 87: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

74

Gam

bar 2

7 R

enca

na ru

ang

dan

sirk

ulas

i

Page 88: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

75

kegiatan wisata. Kolam-kolam pemeliharaan dan pembesaran ikan yang berada

di ruang wisata pelayanan dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas atau atraksi

wisata, oleh karena itu jenis dan umur ikan yang dipelihara di kolam-kolam

tersebut adalah yang memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan. Pada jalur

sirkulasi pejalan kaki terdapat beberapa akses sekunder yang menghubungkan

tapak dengan lingkungan di luarnya.

4.4.2.4.3. Rencana Tata Hijau

Perencanaan tata hijau untuk pengembangan BPBI Ciherang merupakan

penunjang penghijauan dan keindahan lingkungan. Konsep perencanaan tata

hijau dibagi menjadi tata hijau estetis, pengarah, peneduh, dan konservasi

(Gambar 28). Tata hijau estetis, merupakan jenis-jenis tanaman yang berfungsi untuk

memciptakan suasana indah/esetis pada tapak. Nilai keindahan tersebut dapat

diperoleh dari keunikan tanaman, baik bagian maupun secara keseluruhan

tanaman.

Tata hijau pengarah, berfungsi mengarahkan pergerakan pengguna,

baik kendaraan maupun manusia. Fungsi lain dari tata hijau pengarah adalah

kontrol visual, yaitu sebagai penghalang (screen), pagar (buffer), pembatas

(border), dan pembingkai (enframe).

Tata hijau peneduh, merupakan tata hijau yang berfungsi utama sebagai

ameliorasi iklim. Jenis yang digunakan adalah tanaman yang dapat memberikan

perlindungan terhadap radiasi matahari, memberikan kenyamanan dengan

menurunkan temperatur udara dan mengatur kelembaban, serta

menahan/memecah angin (wind breaker).

Tata hijau konservasi, meliputi tanaman untuk konservasi tanah dan air.

Tata hijau konservasi berfungsi untuk menjaga persediaan air (hidrologis) dan

mencegah terjadinya erosi (orologis).

Perencanaan tata hijau mencakup fungsi tanaman dan peletakkan

tanaman. Pemilihan jenis tanaman yang dilakukan didasarkan pada fungsi

tanaman (sesuai dengan rencana tata hijau) dan peletakkan tanaman (sesuai

dengan fungsi tanaman). Selain itu pemilihan jenis tanaman juga lebih

mengutamakan tanaman yang mudah dalam pemeliharaan serta tidak banyak

menggugurkan daunnya. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya tenaga kerja

untuk pemeliharaan lingkungan dan daun yang digugurkan tanaman dapat

mengotori kolam ikan. Alternatif tanaman yang digunakan untuk perencanaan

Page 89: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

76

Gam

bar 2

8 R

enca

na ta

ta h

ijau

Page 90: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

77

pengembangan BPBI Ciherang dapat dilihat pada Tabel 14. Pada tabel tersebut

dapat dilihat beberapa tanaman yang terdiri dari pohon, semak, penutup tanah,

rumput, dan tanaman merambat. Tanaman-tanaman tersebut merupakan

alternatif pilihan dapat digunakan/ditanam dalam tapak dengan pertimbangan

yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 14 Alternatif tanaman yang digunakan untuk perencanaan pengembangan BPBI Ciherang

Fungsi

No. Nama Lokal

Est

etis

Peng

arah

Pene

duh Nama Latin

Kon

serv

asi

A. Pohon 1. Cemara norflok Araucaria heterophylla • • 2. Bambu jepang Arundinaria pumila • • 3. Bambu pagar Bambusa multiplex • • 4. Bambu kuning Bambusa vulgaris • • 5. Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea • • • 6. Bunga kupu-kupu tanpa polong Bauhinia blakeana • • • 7. Kaliandra Calliandra sp. • 8. Pohon sikat botol Callistemoncifrinus • 9. Kasia golden Cassia biflora • •

10. Dadap merah Erythina cristagalli • • 11. Dadap kuning Erythina variegata • • 12. Biola cantik Ficus lyrata • • • 13. Podokarpus Podocarpus sp. • • •

B. Palem 1. Palem ekor tupai Caryota mitis • • 2. Palem ekor ikan Caryota urens • • 3. Palem kuning Chysalidocarpus lutescens • 4. Kelapa gading Cocos nucifera capitata • • 5. Pakis haji Cycas rumphii • 6. Palem merah Cyrtostachys lakka • 7. Palem sadeng Livistona rotundifolia • 8. Palem botol Mascarena lagenicaulis • • 9. Palem hijau Oncosperma horridium • •

10. Kurma hias Phoenix canariensis • 11. Palem wregu Rhapis exelsa • 12. Palem raja Roystonia regia • 13. Palem sabal Sabal spp. • • 14. Palem putri Veitchia merilli • •

C. Perdu 1. Kenanga Cananga odorata • • 2. Kemboja Plumeria rubra • 3. Bunga trompet Tabebuia sp. • •

D. Semak 1. Bogenvil Bougainvillea spectabillis • • 2. Taiwan beauty Cuphea spp. • • 3. Sikas Cycas revoluta • 4. Dracena Dracaena spp. • 5. Pohon pangkas Duranta repens • • •

Page 91: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

78

(Lanjutan Tabel 14) Fungsi

No. Nama Lokal

Est

etis

Peng

arah

Pene

duh Nama Latin

Kon

serv

asi

6. Terang bulan Duranta variegata • • • 7. Euphorbia Euphorbia lactea • • 8. Pisang hias Heliconia spp. • 9. Soka Ixora sp. • • •

10. Lantana Lantana camara • • • 11. Kemuning Murayya paniculata • • 12. Kaki laba-laba Osmoxylum lineare • • • 13. Patah tulang Padilantus pringlei • 14. Cendrawasih Phyllanthus niruri • • 15. Azalea Rhododendron sp. • • •

E. Herba 1. Suplir Adiantum capillusveneris • • 2. Nanas hias Bromelia spp. • 3. Agave Agave agustifolia • 4. Agave hijau Agave sisalana • 5. Sri rejeki Aglaonema sp. • • 6. Talas besar Alocasia macrorrhiza • 7. Asparagus Asparagus sp. • 8. Paku sarang burung Aspelium nidus • 9. Begonia Begonia spp. •

10. Calatea Calathea spp. • • 11. Lili paris Chloropyitum cosmosum • • • 12. Bakung harum Crinum sp. • • 13. Cyperus darat Cyperus alternifolius • 14. Balancing Diffenbachia sp. • • 15. Talas-talasan Homalomena sulcata • • • 16. Pacar air Impatiens balsomia • 17. Lili kuning Hemerocallis aurantica • • • 18. Bakung hias Hymenocallis caribaeae • • 19. Maranta Maranta leuconeura • 20. Paku jejer Nephrolepis exaltata • • 21. Pandan wangi Pandanus amarylifolia • 22. Pandan variegata Pandanus pygmaeus • • 23. Petunia Petunia hybrida • 24. Pilodendron daun besar Philodendron selloum • 25. Pilodendron daun kecil Phillodendron xanadu • 26. Sutra bombay Portulaca grandiflora • • 27. Anggrek tanah Spathoglotis plicata • 28. Lidah mertua Sanseviera trfasciata • 29. Walisongo Schefflera arboricola • • 30. Spatipilum Spathiphyllum wallisii • 31. Zamia Zamia sp. •

F. Rumput-rumputan 1. Krokot Alternanthera ficoides • • 2. Kucai jepang Carex marrowii • • • 3. Lili Lilium longifiolium • • • 4. Adam hawa Rhoeo discolor • • 5. Ruelia Ruelia malacosperma • 6. Rumput gondrong Scirpus grossus • • 7. Ophiopogon Ophiopogon jaburan • 8. Serunai rambat Widelia biflora • •

Page 92: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

79

(Lanjutan Tabel 14) Fungsi

No. Nama Lokal

Est

etis

Peng

arah

Pene

duh Nama Latin

Kon

serv

asi

9. Rumput belang Zebrina pendula • • 10. Cuban zephyr lily Zypheranthus rosea •

G. Rumput 1. Rumput paetan Axonopus compressus • • 2. Rumput paetan mini Axonopus compressus • • 3. Rumput kawat Cynodon dactylon • • 4. Rumput manila Zoysia matrella • •

H. Tanaman Merambat 1. Alamanda Allamanda cathartica • • 2. Janggut musa Callisia repens • 3. Mandevila. Mandevilla sp. • • 4. Monstera Monstera sp. • 5. Pasiflora Passiflora foetida • • 6. Pilodendron kuning Phillodendron scandens • 7. Dolar-dolaran Ficus repens • 8. Sirih belanda Scindapsus aureus • 9. Tunbergia Thunbergia grandiflora •

4.4.2.4.4. Rencana Fasilitas dan Utilitas

Perencanaan fasilitas dilakukan mengacu pada ruang dan

pengembangan aktivitas yang telah direncanakan sebelumnya. Sarana fasilitas

di tapak sangat potensial dalam mendukung berbagai aktivitas karena dapat

memberikan kemudahan dan kenyamanan selama berada di tapak.

Pengembangan fasilitas diikuti dengan pengembangan utilitas sebagai

pendukungnya.

Penempatan fasilitas mempertimbangakan kondisi tapak agar tidak

merusak keindahan alam dan lingkungan serta tidak menggangu kegiatan

budidaya yang berlangsung. Skala, ukuran dan jenis infrastruktur haruslah sesuai

dengan potensi wisata yang dimiliki kawasan. Rancangan fasilitas sedapat

mungkin mempertimbangkan aspek keberlanjutan (kekuatan dan daya tahan)

dan kemudahan dalam pemeliharaan.

Fasilitas wisata yang akan dikembangkan di BPBI Ciherang antara lain

gerbang masuk, tempat parkir, kantor pengelola dan pusat informasi, tempat

penginapan/asrama, guest house, aula, tempat ibadah (musholla), tempat makan

(restoran), gedung bursa ikan hias (showroom), viewing deck, kolam

pemancingan, shelter, tempat sampah, tempat pembuangan sampah sementara

dan pembuatan kompos, penerangan, papan informasi (signboard), dan pagar

pembatas. Pengembangan fasilitas tersebut dapat berupa perbaikan/rehabilitasi,

Page 93: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

80

penambahan ataupun pengadaan. Mengingat terbatasnya ketersediaan lahan,

maka dalam penerapannya fasilitas-fasilitas tersebut ada yang memanfaatkan

satu lokasi/bangunan antara lain kantor pengelola dan pusat informasi terletak

dalam satu komplek bangunan penginapan (asrama) dan aula. Rencana fasilitas

dapat dilihat pada Gambar 29.

Gerbang masuk, merupakan fasilitas pengadaan yang diletakan di

bagian paling depan ruang penerimaan dan berfungsi sebagai akses masuk dan

keluar tapak utama bagi pengguna. Gerbang masuk merupakan bangunan

permanen yang menunjukan identitas tapak sebagai pusat pengembangan benih

ikan hias dan obyek agrowisata. Terdapat dua gerbang masuk pada akses

utama.

Gerbang masuk pertama berada paling depan dan terletak di pinggir jalan

raya, gerbang ini bersifat terbuka (open accses) dan berfungsi sebagai identitas

BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata. Sifatnya yang terbuka karena pada

jalan ini terdapat jalur sirkulasi penduduk yang berada di sisi luar tembok pagar

tapak sehingga jalur/jalan ini mengakomodasi sirkulasi penduduk sekitar.

Gerbang masuk kedua bersifat tertutup sehingga dilengkapi dengan pintu masuk.

Gerbang ini ditujukan untuk pengunjung tapak. Sifatnya yang tertutup bertujuan

untuk memudahkan dalam pengelolaan pengunjung dan aktivitasnya, baik yang

berhubungan dengan kegiatan budidaya ataupun wisata. Gerbang ini dibangun

menyatu dengan tembok pagar tapak. Kedua gerbang tersebut dirancang

dengan bentuk disain minimalis, sederhana yang menarik (unik) dan dilengkapi

dengan pencahayaan.

Tempat parkir, memanfaatkan area yang sudah ada pada tapak yang

letaknya berada di ruang penerimaan. Pengembangannya berupa perbaikan

permukaan dan struktur untuk menahan beban yang lebih besar. Area parkir

tambahan dikembangkan di lahan yang telah diperlebar di dekat pintu masuk.

Area parkir ini merupakan area tambahan yang digunakan jika tempat parkir di

dalam penuh.

Kantor pengelola dan pusat informasi. Kantor pengelola merupakan

pusat pengelolaan wisata dan budidaya yang berada ruang wisata pelayanan.

Kantor pengelola berfungsi sebagai tempat registrasi pengunjung ataupun

pengelolaan kegiatan yang akan dilangsungkan di tapak, baik itu kegiatan wisata

ataupun budidaya. Demikian halnya dengan pusat informasi, fasilitas ini berada

Page 94: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

81

Gam

bar 2

9 R

enca

na fa

silit

as d

an u

tilita

s

Page 95: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

82

satu gedung dengan kantor pengelola. Pusat informasi merupakan tempat satu

gedung dengan kantor pengelola. Pusat informasi merupakan tempat dimana

para pengunjung dapat memperoleh informasi lengkap mengenai BPBI Ciherang,

baik yang berkaitan dengan budidaya ataupun wisatanya. Informasi yang

disajikan berupa leaflet, buku, foto dan peta orientasi kawasan. Selain itu pada

pusat informasi, pengunjung bisa mendapatkan berbagai informasi mengenai

jadwal kegiatan, paket wisata, tata tertib dalam berkunjung, dan rujukan obyek

agrowisata lain di sekitar tapak. Oleh karena itu pusat informasi juga merupakan

sarana promosi agrowisata.

Tempat penginapan dan aula, memanfaatkan bagunan yang telah ada.

Dengan perbaikan dan penambahan kapasitas diharapkan bangunan tempat

penginapan (guest house) dapat mengakomodasi pengunjung yang ingin

menginap. Pengembangan bangunan tersebut lebih banyak dilakukan secara

vertikal (bangunan bertingkat) karena keterbatasan lahan. Asrama, gedung

serbaguna, dan ruang makan yang ada pada tapak difungsikan sebagai fasilitas

pelayanan berupa tempat penginapan dan aula yang menjadi satu kesatuan.

Sama halnya dengan guest house, pengembangan untuk bangunan tersebut

lebih diarahkan ke arah vertikal (bangunan bertingkat).

Tempat ibadah (musholla). Tersedianya fasilitas ibadah seperti

musholla merupakan sarana dalam pemenuhan kebutuhan pengunjung untuk

beribadah. Mushollah terletak pada ruang wisata pelayanan dekat dengan jalan

utama, hal ini bertujuan untuk mempermudah pengunjung untuk mengaksesnya.

Pengembangannya memanfaatkan bangunan yang telah ada dengan perbaikan

dan rehabilitasi. Dilakukan perubahan rancangan dengan disain yang lebih

menarik, tetapi mudah dalam pemeliharaannya.

Tempat makan (restoran). Fasilitas ini terletak di ruang wisata

pelayanan dan dibangun pada lokasi rumah dinas. Selain sebagai tempat makan

tempat ini juga dapat digunakan untuk mengolah ikan hasil pancingan

(barbeque), serta menyediakan berbagai cendaramata dan suvenir. Keberadaan

rumah dinas akan dihilangkan pada ruang wisata pelayanan dan dipindahkan ke

ruang budidaya non intensif. Tempat makan nantinya akan di padukan dengan

fasilitas dek. Selain dilokasi tersebut tempat makan juga dapat memanfaatkan

gedung bursa ikan hias (showroom).

Gedung bursa ikan hias (showroom), merupakan fasilitas yang telah

ada. Gedung ini berfungsi untuk menyelenggarakan kegiatan wisata dan

perikanan, seperti pameran, pelatihan, dan kompetisi. Bentuk bangunan gedung

Page 96: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

83

ini tidak mengoptimalkan pandangan ke arah vista, yaitu pemandangan lahan

pertanian dengan latar belakang bukit, sehingga pengembangannya berupa

perubahan/penambahan struktur pada gedung berupa timber dek terbuka

dengan tangga yang menhubungkan gedung dengan pematang sebelah barat.

Viewing deck. Fasilitas ini berupa dek kayu dengan penyangga beton.

Dek dibangun di ruang wisata pelayanan. Dek berfungsi sebagai fasilitas untuk

menikmati pemandangan dan sebagai tempat berkumpul (gathering point) untuk

aktivitas wisata ke lahan pertanian di luar tapak. Dek tersebut dibangun di

belakang rumah dinas yang nantinya akan difungsikan sebagai tempat makan

dan kios suvenir. Selain di lokasi tersebut viewing deck juga dibangun di sebelah

barat kolam yang direncanakan untuk pemancingan

Kolam pemancingan, merupakan pengembangan dari kolam

pemeliharaan/pembesaran yang paling luas dan berada disebelah tenggara.

Kolam ini nantinya akan memelihara ikan mas untuk konsumsi. Untuk menunjang

kegiatan memancing di sekitar kolam di bangun fasilitas untuk memancing

berupa dek, bangku, atau shelter.

Shelter, merupakan tempat beristirahat dengan peneduh untuk

digunakan pengunjung. Peletakannya berada di ruang wisata pelayanan di

pinggir kolam, terutama di sekitar kolam yang direncanakan untuk pemancingan.

Tujuannya adalah untuk memberikan tempat untuk berkumpul bagi pengunjung

selain menjadi alternatif tempat beristirahat bagi pengunjung yang telah

melakukakan aktivitas di dalam maupun di luar tapak sambil mengamati berbagai

jenis ikan hias yang ada di dalam kolam.

Tempat sampah. Penyediaan tempat sampah pada tapak adalah untuk

menampung sampah dari kegiatan wisata. Tempat sampah diletakkan pada area

dengan intesitas penggunaan yang tinggi dan merupakan pusat aktivitas. Tempat

sampah dirancang dengan bentuk yang menarik, mudah digunakan, dan mudah

dalam pengelolaannya.

Tempat penimbunan sampah sementara (TPSS) dan tempat pembuatan kompos. TPSS merupakan tempat pembuangan sampah pada

tapak sebelum di angkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di TPSS

dilakukan penampungan, pemilahan, dan pemisahan sampah organik dan

anorganik. Sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan dipilah dan dipisahkan

untuk didaur ulang, sedangkan sampah organik dapat digunakan untuk bahan

pupuk kompos. Tempat pengomposan sendiri terletak satu area dengan TPSS,

tujuannya adalah untuk memudahkan pengelolaan. Hasil dari pengomposan,

Page 97: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

84

berupa pupuk kompos dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemeliharaan

tanaman dan pengelolaan tanah pada tapak. Agar air yang berasal dari sampah

yang berada di TPSS tidak mencemari lingkungan (tanah dan sungai) untuk

penampungan sampah dicor dengan beton yang tidak melalukan air. Selain itu

direncanakan juga sistem drainase yang baik, yang tidak membuang limbah (air)

ke lingkungan, misalnya penggunaan sumur resapan. Sistem pengelolaan

sampah tersebut merupakan suatu upaya untuk mendapatkan nilai ekonomis dari

sampah disamping untuk kepentingan ekologis.

Fasilitas penerangan/pencahayaan. Penerangan pada tapak (outdoor

lighting) selain dari pencahayaan yang berasal dari bangunan sangat diperlukan,

terutama untuk penggunaan tapak di malam hari. Fasilitas ini memberikan

keamanan dari pergerakan pengguna tapak, baik pejalan kaki maupun

kendaraan disamping untuk keamanan tapak itu sendiri. Pada siang hari

bentukan tiang dan lampu tersebut dapat menjadi ornamen yang memperindah

tapak.

Konsep pencahayaan yang direncanakan pada tapak adalah

spreadlighting dan pathlighting. Fasilitas penerangan/pencahayaan yang

menyebar bertujuan untuk menerangi area sekitar fasilitas. Bentukan fasilitas

yang direncanakan untuk konsep spreadlighting pada tapak adalah lampu

taman. Bentuk lampu bollard direncanakan untuk menerangi jalur sirkulasi dan

diharapkan dapat mendukung konsep pathlighting yang direncanakan.

Penempatan fasilitas pencahayaan lebih banyak berada di sepanjang

jalur sirkulasi, terutama untuk pejalan dengan jarak yang disesuaikan. Selain itu

juga ditempatkan di area dengan aktivitas yang padat, terutama di malam hari.

Pencahayaan juga diletakan di sepanjang jalur sirkulasi primer yang merupakan

jalan masuk utama tapak untuk menerangi dan mengarahkan kendaraan. Hal

tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa pencahayaan yang berasal dari

bangunan, baik yang direncanakan ataupun yang sudah ada sudah cukup

mendukung penerangan eksterior.

Papan informasi (signboard). Papan informasi (signboard) merupakan

fasilitas yang berisi tentang segala informasi yang berkaitan dengan kegiatan

wisata dan budidaya pada tapak. Informasi tersebut berupa pengetahuan

mengenai atraksi yang dikembangkan di tapak, dapat mengenai koleksi jenis

ikan hias, teknik budidaya, sejarah BPBI Ciherang, dsb. Sign board juga

berisikan tentang informasi mengenai tata tertib dalam berkunjung.

Peletakkannya menyebar, terutama di tempat-tempat yang memuat nilai edukatif.

Page 98: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

85

Selain itu signboard juga berfungsi sebagai identitas yang menerangkan area

dan bangunan/fasilitas (signage wall). Signboard didesain dengan bentuk yang

sederhana dan bahan material yang kuat agar tidak mudah rusak dan mudah

dalam pemeliharaannya.

Pagar pembatas. Pagar pembatas dibuat dari bahan masif berupa beton

dengan tinggi 1 -1,5 m. Hal ini bertujuan pemandangan dari tapak ke luar dan

dari luar ke tapak masih dapat terlihat, tetapi tapak memiliki batas dan akses

yang jelas. Pagar ini dipasang mengelilingi tapak, kecuali pada gerbang masuk

kedua dan akses sekunder yang dibangun pintu masuk. Pada jalan yang berada

di luar gerbang kedua tidak dibangun pagar karena jalan tersebut bersifat

terbuka.

Hampir semua falisitas yang merupakan fasilitas perbaikan/rehabilitasi

mendapatkan perluasan area dan bangunan. Jumlah, luas/volume fasilitas yang

direncanakan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 15 berikut

Tabel 15 Fasilitas dan utilitas yang direncanakan

Fasilitas Jumlah unit

Luas/ volume

unit

Luas/ volume

total Keterangan

1. Gerbang masuk • Pertama • Kedua

1 1

38,23 m3

2,5 m3

38,23 m3

2,5 m3

Fasilitas pengadaan

2. Tempat parkir • Di dalam • Di luar

1 1

620 m2

67 m2

620 m2

67 m2

Fasilitas perbaikan

3. Kantor pengelola dan pusat informasi • Bagunan • Plaza • Balkon dek

1 1 1

144 m2

62 m2

35 m2

144 m2

62 m2

35 m2

Fasilitas pengadaan

4. Aula 1 330 m2 330 m2 Fasilitas perbaikan 5. Tempat penginapan/asrama 1 358 m2 358 m2 Fasilitas perbaikan 6. Guest house

• Bangunan • Dek

1 1

443 m2

46 m2

443 m2

46 m2

Fasilitas perbaikan

7. Tempat ibadah (musholla) 1 82 m2 82 m2 Fasilitas perbaikan 8. Tempat makan (restoran)

• Bangunan • Plaza • Dek

1 1 1

193 m2

31.5 m2

118 m2

193 m2

31.5 m2

118 m2

Fasilitas pengadaan

9. Gedung bursa ikan hias (showroom)

• Bangunan • Dek

1 1

250 m2

103 m2

250 m2

103 m2

Fasilitas perbaikan

10. Viewing deck 1 110 m2 110 m2 Fasilitas pengadaan 11. Kolam pemancingan 1 1524 m2 1524 m2 Fasilitas perbaikan 12. Shelter 12 6,76 m2 81,12 m2 Fasilitas pengadaan

Page 99: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

86

(Lanjutan Tabel 15)

Fasilitas Jumlah unit

Luas/ volume

unit

Luas/ volume

total Keterangan

13. Tempat sampah 17 0,15 m3 2,55 m3 Fasilitas pengadaan 14. Tempat pembuangan

sampah sementara dan pembuatan kompos

1 36,75 m2

36,75 m2

Fasilitas pengadaan

15. Fasilitas penerangan • Lampu bollard • Lampu pedestrian

84 24

0,45 m3

0,013 m3

37,8 m3

0,312 m3

Fasilitas pengadaan

16. Papan informasi (signboard),

1 1,7 m3

1,7 m3

Fasilitas pengadaan

17. Pagar pembatas - 175 m2 175 m2 Fasilitas pengadaan

4.5. Perancangan

Dalam tahapan perancangan dihasilkan gambar rancangan tapak (site plan)

yang merupakan hasil penyesuaian dan penyempurnaan yang lebih detil dari

overlay (superimpose) gambar-gambar rencana sebelumnya. Rancangan tapak

(site plan) dapat dilihat Gambar 30. Gambar potongan rancangan tapak dapat

dilihat pada Gambar 31 dan 32.

Pengunjung yang datang ke BPBI Ciherang pertama kali akan menjumpai

gerbang pertama yang merupakan identitas dan penanda area dengan dinding

penanda (signage wall) di sebelah kanan yang mencantumkan tulisan selamat

datang di obyek agrowisata BPBI Ciherang. Selanjutnya pengunjung diarahkan

menuju gerbang kedua yang merupakan gerbang pintu masuk (entrance gate)

BPBI Ciherang. Gerbang kedua ini menyatu dengan tembok pagar dikedua

sisinya. Bagian luar tembok pagar ditanami Bambusa multiplex sebagai screen

yang memperhalus kesan keras dari tembok pagar dan untuk konservasi

bantaran sungai kecil disebelahnya. Ilustrasi gerbang pertama dan kedua dapat

dilihat pada Gambar 33 dan Gambar 34.

Setelah melewati gerbang kedua, terlihat jalan utama selebar 5,2 m dengan

pola bergaris di atasnya selebar 0,3 m yang terbuat dari cat putih dengan jarak

antar garis yang bervariasi 4-9 m. Pola garis ini menandakan bahwa pengunjung

telah memasuki tapak BPBI Ciherang. Sebelah kanan jalan ditanami dengan

Livistona rotindufolia dengan Pandanus pygmaeus dan Axonopus compressus

‘Dwarf’ dibagian bawahnya sebagai pengarah dan aksen pada jalan utama

tersebut.

Di dalam tapak sebelah kiri terdapat kantor pengelola dan pusat informasi

Page 100: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

87

Gam

bar 3

0 R

anca

ngan

tapa

k (S

ite p

lan)

Page 101: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

88

Gam

bar 3

1 P

oton

gan

1

Page 102: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

89

Gam

bar 3

2 P

oton

gan

2

Page 103: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

90

Gambar 33 Ilustrasi dan detil gerbang pertama

Page 104: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

91

Gambar 34 Ilustrasi dan detil gerbang kedua

Page 105: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

92

yang bangunannya menyatu dengan penginapan/asrama dan aula. Luas bangu

an kantor pengelola dan pusat informasi adalah 144 m2, sedangkan aula dan

asrama/penginapan masing-masing 230 m2 dan 358 m2.

Di depan kantor pengelola dan pusat informasi tersebut terdapat taman

kecil (pocket garden) yang letaknya lebih rendah dengan luas 33 m2. Taman ini

lebih diarahkan sebagai pembatas dan pengarah. Tanaman yang digunakan

dalam taman ini antara lain Draecena laureri, Pandanus pygmaeus,

Spathiphyllum sp., Axonopus compressus ‘Dwarf’. Untuk pembingkai dan

pengarah pada tangga masuk di kedua sisi tangga tersebut ditanami Zamia sp

dan Phoenix robellini.

Komplek bangunan kantor pengelola dan pusat informasi,

penginapan/asrama, dan aula yang dirancang merupakan bangunan konsep

rancangan. Ilustrasi eksterior komplek bagunan kantor pengelola dan pusat

informasi, penginapan, serta aula dapat dilihat pada Gambar 35. Pada bangunan

kantor pengelola dan pusat informasi merupakan bangunan dua lantai. Pada

lantai kedua terdapat dinding penanda fasilitas tersebut (signage wall) dan

balkon berupa dek kayu dengan luas 35 m2 yang dapat digunakan oleh

pengunjung. Disamping dek tersebut terdapat roof garden dengan luas 66 m2.

Roof garden tersebut menggunakan sistem penanaman dalam pot, tanaman

dalam pot disusun dengan pola gaya taman rennaisance. Tanaman yang

digunakan untuk membentuk pola adalah Asparogus densiflorus, sedangkan

untuk mengisi ruang di luar pola digunakan tanaman Alternathera ficoides.

Eksterior komplek bangunan ini dirancang memiliki koridor disebelah

bangunan yang menghadap kolam. Koridor tersebut yang dinaungi pergola

dengan tinggi 2,8 m yang disangga oleh balok beton/tembok dengan finishing

permukaan batu alam. diatas pergola letakan screen yang terbuat dari bahan

fiber yang tidak terlalu transparan sebagai peneduh selasar bangunan. Pada

balok penyangga pergola dipasang besi sebagai media untuk merambat

tanaman Mandeville sp. yang ditanam dalam bak tanaman yang dibangun

dikedua sisi balok beton. Dalam bak tanaman tersebut juga ditanami Alternathera

ficoides. Panjang bak tanaman dibuat mengikuti pilar-pilar penyangga pergola

sedangkan lebar dan tingginya adalah 0,15 m dan 0,7 m. Lahan yang masih

cukup luas disebelah kiri bangunan kantor pengelola dibangun plaza dengan

luas 62 m2 . Pada plaza ini terdapat taman yang berada dipinggir dekat dengan

tembok pagar pembatas. Plaza ini dapat dimanfaatkan oleh pengunjung ataupun

Page 106: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

93

Gambar 35 Ilustrasi komplek bagunan kantor pengelola dan pusat informasi, aula dan

asrama/penginapan

Page 107: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

94

pengelola. Tembok pagar . Tembok pagar pembatas tersebut dibuat dengan

tinggi 1,5 m dan ditumbuhi tanaman merambat Ficus repens untuk

menghilangkan kesan keras dan kaku pada tembok pagar. Pada taman juga

ditanami Livistona rotundifolia sebagai aksen dan peneduh. Disekitar Livistona

rotundifolia ditanam Spathiphyllum sp., Philodendron xanadu, Philodendron

selloum, Ophiopogon sp., dan Axonopus compressus ‘Dwarf’.

Sebelah kanan jalan setelah memasuki gerbang kedua terdapat musholla

untuk sarana beribadah. Bangunan musholla dirancang ulang dengan ilustrasi

dan detil eksterior seperti pada Gambar 36. Luas bangunan musholla setelah

perbaikan adalah 82 m2. Di depan dan sebelah kanan musholla dibuat lima bak

tanaman yang masing-masing berukuran 1 m x 1 m x 0,45 m dan ditanami

Tabebuia sp. Dengan tinggi tersebut bak tanaman dapat juga digunakan sebagai

tempat duduk. Detil bak tanaman dapat dilihat pada lampiran. Area di sekitar

musholla dibuat dengan perkerasan beton yang ditambahkan pola bergaris yang

mengikuti garis bangunan selebar 0,4 m dengan jarak garis 3 m. Area tersebut

dibuat lebih luas, yaitu 181,5 m2 karena area ini ditujukan untuk area berkumpul

(gathering area).

Di ujung jalan masuk terdapat area parkir dan guest house eksisting. Area

parkir dihiasi dengan pola garis diatasnya selebar 0,3 m dengan jarak antar garis

5 m. Pola garis ini melanjutkan pola garis yang melintang pada jalan masuk

sebelumnya ditambah dengan pola bergaris yang mengikuti garis bangunan

guest house selebar 0,6 m denga jarak antar garis 5 m. Sebagai peneduh area

parkir ditanam Felicium decipiens. dan Livistona rotundifolia yang melanjutkan

jajaran tanaman yang ada sebelumnya pada jalan masuk. Sebelah barat laut di

depan hatchery dibangun tembok pagar setinggi 1,5 m sebagai pembatas

komplek kolam pembenihan ikan yang merupakan ruang budidaya.

Pada guest house dilakukan modifikasi/perbaikan pada bagian depan

(entrance) dan ada penambahan bangunan dengan viewing deck pada bagian

sebelah utara (sebelah kiri bangunan guest house). Penambahan bangunan

tersebut bertujuan untuk menambah kapasitas pengunjung, sedangkan viewing

deck ditujukan untuk observasi area budidaya/perkolaman. Bangunan guest

house lebih ditujukan untuk kepentingan/kunjungan dinas dan studi. Selain itu

juga diperbaiki/ditambahkan bak tanaman disebelah kiri dan kanan bangunan

dan ditanami dengan Spathiphyllum sp. serta Philodendron selloum sebagai

ulangan dari tanaman yang di komplek kantor pengelola.

Luas bangunan guest house setelah perbaikan dan penambahan bangunan

Page 108: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

95

Gambar 36 Ilustrasi area musholla

Page 109: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

96

adalah 489 m2. Area parkir diperluas menjadi 620 m2. Dengan ukuran ruang

parkir normal menurut Brooks 1988, yaitu 2,75 m x 5,5 m dan setelah dikurangi

jalan masuk, area parkir ini dapat menampung sekitar 35-36 mobil. Ilustrasi guest

house dengan area parkir dapat dilihat pada Gambar 37.

Antara kantor pengelola dan guest house, sebelah kanan jalan masuk

terdapat bangunan showroom (gedung bursa ikan hias) dengan konstruksi yang

mengapung di atas kolam. Bangunan tersebut dirancang ulang pada bagian

depan (entrance) dan adanya penambahan dek kayu dibelakangnya dengan

tangga yang tersambung ke pedestrian area musholla. Konsep rancangan ulang

bangunan showroom memungkinkan pengunjung dapat mengakses bangunan

dari dua arah, depan dan belakang. Bagian depan (entrance) diubah dengan

naungan dak beton dengan tinggi 2,8 m dan bentuknya mengikuti tangga

dibawahnya. Dak tersebut disangga oleh lima pilar dikedua sisinya dan

ketinggiannya dibuat mengikuti tangga. Pada pilar tersebut juga dilengkapi

dengan lampu untuk menerangi tangga di bawahya.. Bentukan dak beton dan

pilar dengan finishing batu alam tersebut merupakan pengulangan konsep

rancangan pada bangunan kantor pengelola dan pusat informasi.

Dek kayu tambahan dibelakang bangunan merupakan selasar tambahan

pada bangunan yang berfungsi sebagai viewing deck dan untuk mengatur

penyebaran pengunjung pada saat diadakan acara-acara tertentu pada

bangunan tersebut. Ilustrasi rancangan ulang bangunan showroom dapat dilihat

pada Gambar 38.

Dari dek yang berada di belakang bangunan showroom, disebelah kiri

terlihat bangunan restoran yang letaknya lebih rendah dan berada disamping

indoor hatchery dibelakang guest house. Sama seperti bangunan lainnya yang

rancang ulang, bangunan masih dalam bentuk konsep rancangan. Ilustrasi

rancangan ulang bangunan showroom dapat dilihat pada Gambar 39.

Bentuk dan gaya arsitektur bangunan restoran masih mengikuti konsep

rancangan pada bangunan lainnya, seperti penggunaan dak beton yang

dikombinasikan dengan atap genteng dan adanya pilar-pilar penyannga dengan

finishing batu alam dan lampu yang menempel pada pilar tersebut. Elemen

tambahan pada bangunan ini adalah water feature wall, yaitu dinding tembus

pandang berupa kaca dengan ketebalan 0,5 cm. Kaca tersebut dialiri air dari atas

dan mengalir ke atas permukaan kaca dan ditampung pada kolam air yang

berada di bawahnya. Dinding kaca tersebut diletakan untuk memberikan kesan

Page 110: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

97

Gambar 37 Ilustrasi guest house dan area parkir

Page 111: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

98

Gambar 38 Ilustrasi showroom

Page 112: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

99

Gambar 39 Ilustrasi restoran dengan viewing deck dan akses sekunder

Page 113: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

100

terbuka sekaligus privasi. Aliran air pada kaca ditujukan untuk estetika dan

menimbulkan suara gemericik air.

Bangunan tersebut dapat diakses melalui pintu depan yang terletak

disamping indoor hatcery dan melalui pintu belakang. Bagian belakang bangunan

tersebut terdapat plaza yang menyatu dengan bangunan. Setelah plaza terdapat

dek kayu yang difungsikan untuk tempat makan dan viewing deck. Untuk kondisi

tertentu dapat digunakan sunbrella sebagai peneduh pada dek kayu tersebut.

Pada dek kayu tersebut terdapat tangga turun yang mengarah ke akses

sekunder ke luar tapak. Akses tersebut berupa gerbang masuk dengan lebar 1,6

m dengan dua daun pintu dari kayu masing-masing selebar 0,8 m. Akses

tersebut dapat digunakan untuk kegiatan di luar tapak seperti outbound dan

sebagainya. Untuk kegiatan tertentu baik di luar ataupun di dalam tapak dek kayu

yang dijelaskan sebelumnya dapat dijadikan sebagai tempat berkumpul

(gathering area) dan meeting point.

Pada perancangan lanskap BPBI Ciherang banyak dirancang fasilitas untuk

menikmati pemandangan di dalam dan di luar tapak, sesuai dengan potensi

tapak. Dalam menunjang fasilitas utama dan aktivitas pengunjung dirancang juga

fasilitas penunjang berupa shelter, lampu pedestrian, lampu bollard, dan tempat

sampah. Ilustrasi fasilitas penunjang tersebut dapat dilihat gambar 40, 41, 42,

dan 43. Fasilitas tersebut dirancang dengan mengikuti bentukan-bentukan pada

bangunan yang dirancang sebelumnya. Hal ini ditujuakan agar ada unsur

kesatuan (unity) dalam rancangan, baik berupa elemen ataupun lanskap secara

keseluruhan. Selain itu kemudahan dan intensitas pemeliharaan yang rendah

(low maintenance) menjadi pertimbangan dalam rancangan fasilitas dan utilitas

tersebut, disamping aspek fungsional dan estetis. Dalam studi perancangan

ulang lanskap BPBI Ciherang ini tidak dilakukan tahap pengembangan desain

(design development) sehingga tidak menghasilkan produk berupa dokumen

kerja.

Page 114: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

101

Gambar 40 Ilustrasi Shelter

Page 115: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

102

Gambar 41 Ilustrasi fasilitas penerangan

Page 116: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

103

Gambar 42 Ilustrasi signage wall

Page 117: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

104

Gambar 43 Ilustrasi tempat sampah

Page 118: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang-Cianjur merupakan

pusat pengembangan berbagai benih ikan hias air tawar, hal tersebut merupakan

potensi yang besar dalam pengembangan teknologi pembenihan ikan hias air

tawar dan sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat petani ikan hias air tawar.

Potensi dalam bidang budidaya ikan hias air tawar dan sumberdaya alam yang

dimiliki BPBI Ciherang sangat mendukung untuk dijadikan sebagai objek

agrowisata di bidang perikanan.

Perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata ikan hias

air tawar dilakukan untuk mendapatkan manfaat dan fungsi lebih dari tapak,

selain sebagai pusat pengembangan benih ikan hias. Hal tersebut dilakukan

dengan mengatur dan menata ruang yang tersedia dalam tapak. Kegiatan

perencanaan merumuskan konsep dasar dan pengembanganya. Dalam konsep

dasar dirumuskan fungsi tapak, yang terdiri dari fungsi budidaya, wisata,

pendidikan, dan ekonomi. Dari keempat fungsi tersebut dilanjutkan dengan

konsep pengembangan BPBI Ciherang yang berdasarkan kondisi sumberdaya

wisata (resources based tourism). Sumberdaya wisata yang dimiliki tapak

kemudian dikelola menjadi suplai wisata (tourism supply) dengan cara

pengembangan aktifitas dan menyusun waktu kunjungan. Untuk menata lanskap

BPBI Ciherang secara fisik kegiatan perencanaan dilanjutkan dengan pembagian

ruang pada tapak yang menghasilkan tiga ruang utama, yaitu ruang budidaya,

ruang wisata, dan ruang penyangga. Selanjutnya adalah perencanaan sirkulasi

dan fasilitas. Rencana sirkulasi membagi jalur sirkulasi pada tapak menjadi jalur

sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Dalam kegiatan perancangan dirancang

penampakan pada ruang, sirkulasi dan fasilitas, dengan ukuran yang lebih detil.

Kegiatan perancangan lebih banyak dilakukan pada rancangan bentuk dan

suasana area tiap fasilitas, baik yang bersifat perbaikan maupun pengadaan. Hal

ini dilakukan karena keterbatasan lahan yang ada pada tapak. Hasil studi ini

merupakan alternatif pengembangan tapak sebagai objek agrowisata dengan

mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dan perikanan yang ada serta

menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungannya.

Page 119: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

106

5.2. Saran

Studi perancangan lanskap BPBI Ciherang ini hanya dilakukan sampai

tahapan desain konsep (concept design) yang memberikan gambaran rencana

pengembangan yang peruntukannya adalah untuk menarik klien dan investor

sehingga dapat dilanjutkan dengan tahap design development, production

documentation, dan budgeting apabila desain konsep tersebut dapat

direalisasikan nantinya.

Page 120: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah TS. 1999. Survai Tanah dan Taksonomi Tanah Terapan Bagi Pengguna Non-Pedologist. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arifin, HS. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada Kawasan Cagar Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor.

________. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Di dalam: Rapat Kerja Nasional Wisata Agro 2001; Bogor, 11-13 Okt 2001.

________. 2004. Pengembangan Agrowisata di Daerah Penyangga Kawasan Lindung. Di dalam: Bimbingan Teknis Pengembangan Wilayah Daerah Penyangga Kawasan Lindung; Bogor, 27 September – 1 Oktober 2004.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2004. Rencana PJM Pembangunan dan Pemeliharaan Jalur Jalan Pendukung Pariwisata Kawasan Puncak. Kabupaten Cianjur.

BPBI Ciherang. 2005. Evaluasi Kegiatan 2005 dan Rencana Kerja 2006 balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Instalasi Ciherang-Cianjur . Dinas Perikanan Provinsi Jawa barat. Cianjur. 47 hal.

Brooks, RG. 1988. Site Planning “Environment, Process, and Development”. Prentice Hall Career and Technology. Englewood Cliffs, New Jersey. p: 97-118.

Chiara, DJ, LE. Koppelman. 1997. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Erlangga. Jakarta.

Cochrane, T. 1979. Hard Surfaces. In: Weddle AE, editor. Landscape Techniques. New York: Van Nostrand Reinhold Inc. p: 97-118.

Daelami, DAS. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. hal 8-25.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. http://database.deptan. go.id/agrowisata. [27 Mar 2005]

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York: Mc Graw Hill Book. 332p.

Gunn, CA. 1997. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. Taylor and Francis. Taylor and Francis. Washington.

Page 121: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

Hakim, R. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara. 242 hal.

Kicklighter, CE. and RJ. Braid. 1979. Architechture “Resedential drawing and design”. The Goodheart-Willcox Company,Inc. South Holland, Illinois. 490p.

Knudson, DM. 1980. Outdoor Recreation. Mac Millan Publ. Co. New York. 568p.

Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan). Intermedia. Bandung.133 hal.

Lesmana, DS. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya. Jakarta. hal 1-32.

Nurisjah, S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Buletin Taman dan Lanskap Indonesia 2001; 4(2): 20-23.

_________.2004. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program studi Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 55 hal (tidak dipublikasikan).

Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1993. Perencanaan Lanskap. Program studi Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 55 hal (tidak dipublikasikan)

Purdy I. 1979. Outdoor Fittings and Furniture. Di Dalam: Weddle AE, editor. Landscape Techniques. New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc. hal 97-118.

Rachman, Z. 1994. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Bogor: Makalah dalam Festival Tanaman VI-Himagron. 20p.

Reid, GW. 1993. From Concept to Form in Landscape Design. New York: Van Nostrand Reinhold. 162p.

Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual of Site Planning and Design. New York: McGraw Hill Book Co. 900p.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. 591 Hal.

Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. United State Department of Agriculture.

Tim Penyusun. 2001. Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Penerbit IPB. Bogor:142 hal.

Tirtawinata, MR dan L. Fachruddin. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 122: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

Yoeti, OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita. Jakarta.

_________. 2003. Tours and Travel Marketting. Pradya Paramita. Jakarta.

Page 123: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

LAMPIRAN

Page 124: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

110

Lampiran 1 Inventarisasi induk ikan BPBI Ciherang tahun 2005

Jenis Kelamin No. Jenis Ikan Jantan Betina

Jumlah

1. Koi 10 10 20 2. Koki 20 20 40 3. Komet 100 150 350 4. Black Molly 250 500 750 5. Barbir 300 500 800 6. Cendrawasih 75 100 175 7. Corycodas 10 20 30 8. Valivera 50 100 150 9. Guppy 50 50 100

10. Koral 250 250 500 11. Bicolor 50 50 100 12. Ar – Ar - - - 13. Nila 200 600 800 14. Grass Carp - - - 15. Mola 30 25 55

Lampiran 2 Sarana dan Prasarana BPBI Ciherang

No Sarana Prasarana Jumlah Kondisi Keterangan

1. Luas Total 22.685 m2 a. Areal perkolaman

b. Areal bangunan c. Jalan, taman, dan halaman d. Lain-lain

8.800 m2

1.700 m2

8.000 m2

4.185 m2

Baik Baik/Kurang

Baik Baik/Kurang

- - - -

2. Perkolaman a. Kolam induk

b. Kolam pemijahan c. Kolam pendederan d. Kolam pembesaran e. Kolam penampungan f. Kolam pakan alami g. Bak seleksi h. Bak filter/tandon i. Indoor hatchery

2.500 m2

400 m2

4.200 m2

2.000 m2

100 m2

50 m2

50 m2

2/3 unit 2 unit

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

- - - - - - - - -

3. Bangunan/Gedung a. Kantor

b. R. Kelas/R. Makan dan Dapur c. Asrama d. Gedung serbaguna e. Guest house f. Rumah dinas/ Rumah jaga g. Mushalla h. Gudang i. Gedung bursa ikan hias j. Bak dan instalasi air bersih k. Garasi

50 m2

250 m2

200 m2

270 m2

180 m2

300 m2

30 m2

25 m2

250 m2

1 unit 25 m2

Baik Kurang baik Kurang baik Kurang baik Baik Kurang baik Baik Kurang baik Baik Baik Kurang baik

- Kap. 40 orang Kap. 24 orang

- Kap. 20 orang

- - -

Dana APBD 2005 Dana APBN 2005

-

Page 125: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

111

Lampiran 3 Daftar nominatif pegawai BPBI Ciherang tahun 2006

No Nama Pegawai Jabatan Pangkat (Golongan) Pendidikan1. Ir. Deden Daelami AS, MM

NIP. 080 049 933 Kasubag

TU Penata (III/c) S2

2. Adang hidayat NIP. 480 094 626 Pelaksana Penata muda (III/a) SLTA

3. Kostaman NIP. 080 117 649 Pelaksana Pengatur (II/c) STPP

4. Yoyo NIP. 480 115 529 Pelaksana Pengatur (II/c) SPMA

5. Sarbini NIP. 480 087 609 Pelaksan Pengatur muda (II/a) SD

6. R. Nurgana, S.Pi Staf TKK S1 7. Pipit Puspita S, A.Md Staf TKK D3 8. Dede Sobari Staf TKK STM 9. Taopik Rahman Staf TKK SPMA

10. Ayi Saprudin Staf TKK SLTA 11. Alimudin Staf TKK SD 12. Caca Staf TKK SD 13. Hasanudin Staf TKK SD

Page 126: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

112

Lampiran 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air.

1. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN A

(Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu)

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

FISIKA 1 Bau - - Tak berbau 2 Jumlah zat padat

terlarut (TDS) mg/l 1000

3 Kekeruhan NTU 5 4 Rasa - - Tak berasa 5 Suhu 0C Suhu udara 6 Warna Skala TCU 15 KIMIA a. Kimia Anorganik 1 Air raksa mg/l 0,001 2 Aluminium mg/l 0,2 3 Arsen mg/l 0,05 4 Barium mg/l 1,0 5 Besi mg/l 0,3 6 Fluorida mg/l 0,5 7 Kadmium mg/l 0,005 8 Kesadahan mg/l CaCO3 500 9 Klorida mg/l 250 10 Kromium, valensi 6 mg/l 0,05 11 Mangan mg/l 0,1 12 Natrium mg/l 200 13 Nitrat, sebagai N mg/l 10 14 Nitrit, sebagai N mg/l 1,0 15 Perak mg/l 0,05 16 pH - 6,5-8,5 17 Selenium mg/l 0,01 18 Seng mg/l 5 19 Sianida mg/l 0,1 20 Sulfat mg/l 400 21 Sulfida sebagai H2S mg/l 0,005 22 Tembaga mg/l 1,0 23 Timbal mg/l 0,05 b. Kimia Organik 1 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,0007 2 Benzona mg/l 0,01 3 Benzo (a) Pyrene mg/l 0,00001 4 Chlordane(total isomer) mg/l 0,0003 5 Chlordane mg/l 0,03 6 2,4-D mg/l 0,10 7 DDT mg/l 0,03 8 Deterjen mg/l 0,5 9 1,2-Dichloroethane mg/l 0,01 10 1,1-Dichloroethane mg/l 0,0003

Page 127: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

113

(Lanjutan lampiran 4) 2. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN B

(Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum)

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

FISIKA 1 Suhu 0C Suhu air Normal ±3 0C 2 Zat padat terlarut

(TDS) mg/l 1000

KIMIA a. Kimia Anorganik 1 Air raksa mg/l 0,001 2 Ammoniak bebas mg/l 0,5 3 Arsen mg/l 0,05 4 Barium mg/l 1 5 Besi mg/l 5 6 Fluorida mg/l 1,5 7 Kadmium mg/l 0,018 8 Klorida mg/l 600 9 Kromium, valensi 6 mg/l 0,05 10 Mangan mg/l 0,5 11 Nitrat, sebagai N mg/l 10 12 Nitrit, sebagai N mg/l 1 13 Oksigen terlarut (DO) mg/l - 14 pH mg/l 5-9 Air permukaan ≥ 6 15 Selenium mg/l 0,01 16 Seng mg/l 5 17 Sianida mg/l 0,1 18 Sulfat mg/l 400 19 Sulfida sebagai H2S mg/l 0,1 20 Tembaga mg/l 1 21 Timbal mg/l 0,1 b. Kimia Organik 1 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,017 2 Chlordane mg/l 0,003 3 DDT mg/l 0,042

Page 128: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

114

(Lanjutan lampiran 4) 3. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN C

(Air yang dapat digunkan untuk keperluan perikanan dan peternakan)

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

KIMIA a. Kimia Anorganik 1 Air raksa mg/l 0,002 2 Ammoniak bebas mg/l 0,02 3 Arsen mg/l 1 4 Fluorida mg/l 1,5 5 Kadmium mg/l 0,01 6 Klorin bebas mg/l 0,003 7 Kromium, valensi 6 mg/l 0,05 8 Nitrit, sebagai N mg/l 0,06 9 Oksigen terlarut (DO) mg/l - Disyaratkan ≥3 10 pH - 6-9 11 Selenium mg/l 0,05 12 Seng mg/l 0,02 13 Sianida mg/l 0,02 14 Sulfida sebagai H2S mg/l 0,002 15 Tembaga mg/l 0,02 16 Timbal mg/l 0,03 b. Kimia Organik 1 BHC mg/l 0,21 2 DDT mg/l 0,002 3 Endrin mg/l 0,004 4 Fenol mg/l 0,001 5 Minyak dan Lemak mg/l 1 6 Organofosfat dan

karbamat mg/l 0,1

7 Senyawa aktif biru metilen (surfaktan)

mg/l 0,2

RADIOAKTIFITAS 1 Aktifitas Alfa (Gross

Alpha Activity) Bq/l 0,1

2 Aktifitas Beta (Gross Beta Activity)

Bq/l 1,0

Keterangan :

Bq = Bequerel

Page 129: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

115

Lam

pira

n 5

Pla

ntin

g P

lan

Page 130: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

116

Lam

pira

n 6

Per

besa

ran

1 P

lant

ing

Pla

n

Page 131: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

117

Lam

pira

n 7

Per

besa

ran

2 P

lant

ing

Pla

n

Page 132: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

118

Lam

pira

n 8

Per

besa

ran

3 P

lant

ing

Pla

n

Page 133: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

119

Lampiran 9 Detil shelter

Page 134: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

120

Lampiran 10 Detil lampu pedestrian

Page 135: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

121

Lampiran 11 Detil lampu bollard

Page 136: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

122

Lampiran 12 Detil signage wall

Page 137: PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1901/A08ggg.pdf · 20.18 (

123

Lampiran 13 Detil tempat sampah