25
1 Perancangan Media Pembelajaran Animasi 2 Dimensi Memanfaatkan Teknik Sprite untuk Anak Autis Kelas 5 SDLB Negeri 1 Salatiga Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknilogi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Desain Peneliti : Irwan Nur Rochman 692012049 Michael Bezaleel Wenas,S.Kom.,M.Cs. Martin Setyawan, S.T., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Agustus 2017

Perancangan Media Pembelajaran Animasi 2 Dimensi ... · Animasi 2 dimensi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar st. atis untuk mendapatkan sebuah ilusi

  • Upload
    others

  • View
    75

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    Perancangan Media Pembelajaran Animasi 2 Dimensi

    Memanfaatkan Teknik Sprite untuk Anak Autis Kelas 5

    SDLB Negeri 1 Salatiga

    Artikel Ilmiah

    Diajukan Kepada

    Fakultas Teknilogi Informasi

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Desain

    Peneliti :

    Irwan Nur Rochman – 692012049

    Michael Bezaleel Wenas,S.Kom.,M.Cs.

    Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

    Program Studi Desain Komunikasi Visual

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    Agustus 2017

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

    1. Pendahuluan

    Setiap individu memiliki karakteristik serta kemampuan yang beragam, sehingga

    diperlukan pengajaran dan pelatihan yang berbeda pada masing-masing individu.

    Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki hambatan pada fisik, emosi,

    maupun mental, serta anak-anak yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi

    maupun kemampuan tertentu. Autis merupakan gangguan yang dialami oleh seorang

    anak yang dapat diketahui sebelum anak berusia tiga tahun. Autis ditandai dengan

    terganggunya tiga aspek dasar yakni kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan

    perilaku. Anak-anak dengan autisme biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain.

    Berdasarkan penelitian dari Universitas Missouri, memiliki hewan peliharaan dapat

    meningkatkan interaksi sosial pada anak autis [1]. Penelitian membuktikan bahwa

    melihat ikan-ikan di akuarium bisa menjadi terapi positif untuk menenangkan pikiran

    yang geliasah. Anak-anak dengan autisme sangat rentan mengalami ledakan

    emosional. Terapi melihat akuarium bisa menjadi salah satu pilihan yang membuat

    emosi lebih stabil [2].

    Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Salatiga adalah sebuah lembaga pendidikan formal

    yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebagai lembaga

    pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan

    pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik dengan

    harapan bisa mewujudkan anak berkebutuhan khusus di Indonesia tumbuh dan

    berkembang menjadi generasi yang berkarakter, produktif, dan kreatif. Komunikasi

    bukan hanya sekedar bicara, tetapi juga mengandung unsur bicara dan bahasa [3].

    Bicara dan bahasa bagi anak-anak autis pada umumnya terhambat, sehingga

    mengalami kesulitan memahami komunikasi verbal. Masalah komunikasi dan

    berinteraksi sosial yang dialami anak-anak autis ini bisa diatasi dengan menggunakan

    pendekatan visual seperti animasi, salah satunya adalah animasi 2 dimensi. Dengan

    demikian diperlukan media pembelajaran yang bisa menginspirasi para siswa

    berkebutuhan khusus dalam proses belajar di Sekolah Dasar Luar Biasa.

    Pada umumnya penggunaan media pembelajaran animasi pada Sekolah Dasar

    Luar Biasa belum digunakan. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami

    pelajaran yang disampaikan oleh para guru di sekolah. Untuk meningkatkan

    kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan, sangat dibutuhkan

    media pembelajaran baru yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh para siswa

    autis. Berdasarkan latar belakang tersebut maka pemakaian media pembelajaran

    animasi dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Luar Biasa kepada siswa

    autis sangat dibutuhkan dengan tujuan supaya dapat membangkitkan keinginan dan

    minat yang baru bagi siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

    belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa autis

    sehingga dapat meningkatkan pemahaman dalam belajar siswa autis.

    Animasi 2 dimensi tersebut adalah proses merekam dan memainkan kembali

    serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan [4]. Animasi

    sprite (Sprite Animation) adalah suatu obyek yang diletakkan dan dianimasikan pada

  • 7

    bagian latar belakang diam. Sprite adalah bagian dari animasi yang bergerak secara

    mandiri, seperti misalnya: burung terbang, ikan berenang, palnet yang berotasi, dan

    bola yang memantul. Animasi sprite berbeda dengan animasi frame, Ilustrasi urutan

    masing-masing frame, hanya dapat memperbaiki dari layar yang mengandung sprite.

    Pada animasi sprite tidak dapat memperbaiki bagian yang ditampilkan layar untuk

    masing-masing bingkai, seperti pada animasi frame [5]. Media pembelajaran

    menggunakan animasi 2 dimensi teknik sprite ini dapat di gunakan untuk proses

    belajar mengajar, karena animasi ini merupakan alat komunikasi total yang dapat

    mendorong anak untuk belajar dengan menggunakan berbagai cara yang berguna bagi

    anak, seperti: gerakan tangan, berbicara, berjalan, isyarat lain, yang akan siswa

    tirukan dari animasi yang mereka lihat. Setiap karakter dan aset dalam video animasi

    dapat menghibur dan sangat menarik untuk proses belajar bagi siswa autis di SDLB

    N 1 Salatiga karena tampilan visualnya terlihat nyata, teknik sprite yang digunakan

    pada animasi ini sangat detail sehingga pada pergerakan setiap aset dan juga karakter

    bisa dilihat sangat nyata dan menarik.

    Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan maka akan dirancang video

    animasi 2 dimensi untuk mengenalkan hewan peliharaan ikan, agar siswa dapat

    mengenal berbagai macam jenis ikan berdasarkan habitatnya dan lebih tertarik untuk

    memelihara ikan dirumah sebagai media terapi. Perancangan media pembelajaran

    animasi menggunakan teknik animasi sprite (Sprite Animation) untuk anak autis kelas

    5 yang sedang belajar pada jenjang Sekolah Dasar untuk meningkatkan pemahaman

    pada siswa autis. Penggunaan animasi sprite 2 dimensi menjadi salah satu media

    pembelajaran yang tepat bagi anak-anak autis, karena animasi sprite (Sprite

    Animation) merupakan animasi yang dapat memberikan informasi menarik dan

    mudah dimengerti bagi siswa autis kelas 5 Sekolah Dasar Luar Biasa.

    2. Tinjauan Pustaka

    Hasil penelitian lain sebagai referensi untuk penulisan skripsi ini. Referensi yang

    digunakan yaitu skripsi yang berjudul “Jurnal pengaruh penggunaan media

    Pembelajaran video animasi terhadap kemampuan gerakan Sholat anak autis Mata

    Pelajaran Pendidikan Agama Islam materi gerakan sholat diSDLB Bhakti Wiyata

    Surabaya” yang disusun oleh Aris Wahyudi tahun 2014 jurusan Pendidikan Luar

    Biasa Jenjang Strata 1 Universitas Negeri Surabaya [6]. Perancangan media interaktif

    ini memiliki konsep yang sama yaitu perancangan video animasi 2 dimensi.

    Perancangan sistemnya terdapat perbedaan yaitu pada materi yang dibahas.

    Penelitian lain yang menggunakan media visual untuk meningkatkan kemampuan

    berbicara anak autis yakni penelitian yang dilakukan oleh Nurlinda Tara Tantinia,

    dengan judul “Pengaruh Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

    Terhadap Kemampuan Berbicara Bagi Anak Autis Kelas VII di Sekolah Khusus

    Autis Bina Anggita Yogyakarta”. Penggunaan media gambar seri berpengaruh

    terhadap kemampuan berbicara anak autis [7]. Perbedaan dengan penelitian yang

    dilaksanakan adalah metode penelitian serta media yang digunakan. Metode

  • 8

    penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian

    yang dilakukan sebelumnya adalah Single Subject Research (SSR) untuk menguji

    pengaruh media visual gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak

    autis. Penggunaan media visual dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak

    autis, sehingga peneliti menggunakan media visual disertai auditori untuk

    meningkatkan kemampuan berbicara anak autis. Penelitian terdahulu menggunakan

    media visual yakni gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak

    autis, sedangkan penelitian yang dilakukan memanfaatkan visual serta auditori untuk

    meningkatkan kemampuan berbicara anak autis.

    Dengan melakukan analisa untuk memberikan perbandingan antara media

    interaktif yang telah ada dengan media pembelajaran yang baru, sehingga akan

    menghasilkan media pembelajaran yang dapat menambah minat siswa dalam belajar

    dengan menambahkan fitur animasi sprite 2 dimensi dalam metode pembelajaran

    yang baru. Keunggulan dari animasi ini dibanding dengan penelitian sebelumnya

    adalah pada teknik yang digunakan yaitu dengan teknik sprite. Teknik sprite sendiri

    belum banyak digunakan karena pada pergerakan setiap konten secara mandiri atau

    digerakkan satu per satu anatara konten satu dengan konten yang lain. Selain pada

    teknik yang digunakan, keunggulan juga di tampilkan pada modelling animasi di buat

    lebih detail dan juga terlihat lebih nyata dan menarik.

    Istilah Autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri “Isme” yang

    berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri.

    Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut

    komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum

    anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.

    Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan

    20% dari penyandang autis mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-

    bidang tertentu [8]. Akhir-akhir ini kasus autis banyak merebak tidak saja di negara-

    negara maju seperti Inggris, Australia, Jerman, dan Amerika, tetapi juga di negara

    berkembang seperti Indonesia. Jumlah autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus

    per 10.000 anak atau 0,15-0,20%, jika angka kelahiran di Indonesia enam juta per

    tahun, maka jumlah penyandang autis di Indonesia, bertambah 0,15% atau 6.900 anak

    per tahun, jumlah anak laki-laki tiga sampai empat kali lebih besar daripada anak

    perempuan [9].

    Model pembelajaran diartikan sebagai sutau prosedur yang sistematis dalam

    mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model

    pembelajaran dapat juga bermakna cara yang digunakan guru untuk membelajarkan

    anak supaya tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan tercapai. Didalam model

    pembelajaran terkandung pendekatan, strategi, metode dan teknik yang digunakan

    untuk membelajarkan siswa. Model pembelajaran yang baik adalah model

    pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa (kemampuan, kebutuhan dan

    hambatan, dan lain sebagainya).

  • 9

    Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah :

    1. Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

    2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

    3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

    dengan berhasil.

    4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak autis, memilih model

    pembelajaran itu harus menjadi pemikiran yang benar-benar sesuai dengan kondisi

    siswa. Ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar seorang guru untuk

    menentukan model pembelajaran untuk anak autis diantaranya adalah hambatan

    utama yang dialami oleh siswa dan pemahaman tentang gaya belajar anak [10].

    Anak autis memiliki hambatan dalam interaksi dan komunikasi sosial, tapi

    memiliki kekuatan dalam kemampuan visualnya dan belajar hafalan, oleh karena itu

    ketika mengajar anak autis, yang penting guru harus memahami kekuatan yang

    dimiliki oleh anak. Seseorang akan belajar lebih baik apabila seorang guru memiliki

    keteraturan, konsisten, dan positif [11].

    Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu

    yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

    kemampuan atau ketrampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya

    proses belajar [12]. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian

    sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan

    pembelajaran/pelatihan. Berikut ini merupakan pengertian media pembelajaran dari

    berbagai sumber :

    a. Menurut Briggs, 1977 : Media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video, dan sebagainya.

    b. Menurut NEA, 1969: Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk tekhnologi perangkat kerasnya [13].

    Animasi 2 dimensi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali

    serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan. Animasi

    sprite (Sprite Animation) pada animasi sprite, gambar digerakkan dengan latar

    belakang yang diam. Sprite adalah bagian dari animasi yang bergerak secara mandiri,

    seperti misalnya: burung terbang, planet yang berotasi, bola memantul, ataupun logo

    yang berputar [14].

    Media Pembelajaran animasi seperti media-media lain mempunyai peranan yang

    tersendiri dalam bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas

    pengajaran dan pembelajaran. Berikut merupakan beberapa kepentingan atau

    kelebihan animasi apabila digunakan dalam bidang pendidikan:

    1. Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan

    dinamik. Ini dapat membuat hubungan atau kaitan mengenai suatu konsep atau

    proses yang kompleks lebih mudah untuk dipetakan ke dalam pikiran pelajar dan

    seterusnya membantu dalam proses pemahaman.

    2. Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu

    menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang

  • 10

    lain. Pelajar juga mampu memberi ingatan yang lebih lama kepada media yang

    bersifat dinamik dibanding media yang bersifat statik.

    3. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran

    secara maya. Ini utamanya untuk keadaan dimana perkiraan sebenarnya sukar atau

    tidak dapat disediakan, membahayakan ataupun mungkin melibatkan biaya yang

    tinggi.

    4. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan.

    Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang

    pemikiran pelajar yang lebih berkesan. Semuanya akan membantu dalam proses

    mengurangkan beban kognitif pelajar dalam menerima sesuatu materi pelajaran

    atau pesan yang ingin disampaikan oleh para pendidik.

    5. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi

    mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi.

    Adapun kelemahan dari media animasi ialah membutuhkan peralatan yang khusus.

    Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-waktu

    terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di dalamnya sulit untuk ditambahkan.

    Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan secara tepat,

    tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi

    yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Selama ini animasi

    digunakan dalam media pembelajaran untuk dua alasan. Pertama, untuk menarik

    perhatian siswa dan memperkuat motivasi. Animasi jenis ini biasanya berupa tulisan

    atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya akan

    menarik perhatian siswa. Animasi ini biasanya tidak ada hubungan dengan materi

    yang akan diberikan kepada murid. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk

    memberikan pemahaman kepada murid atas materi yang akan diberikan [15].

    3. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode deskriptif kualitatif.

    Metode pendekatan kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai kondisi

    lapangan dengan pengambilan data, metode pendekatan kualitatif merupakan metode

    studi menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan

    alamiahnya dalam bentuk wawancara [16].

    Sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian ini linear strategy atau

    strategi garis lurus yang menetapkan urutan logis pada tahapan yang sederhana dan

    relatif mudah dipahami komponennya [17]. Tahapan tersebut dapat dilihat pada

    Gambar 1.

    Gambar 1 Bagan Strategi Linier

    Tahap 1 : Identifikasi Masalah

    Tahap 3 : Perancangan

    Media Pembelajaran

    Tahap 4 : Pengujian

    Tahap 2 : Pengumpulan Data

  • 11

    Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah

    dimana objek dalam suatu jalinan tertentu dapat kenali sebagai suatu masalah [18].

    Berdasarkan observasi dan wawancara kepad pihak sekolah bahwa Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri 1 Salatiga adalah salah satu lembaga pendidikan yang

    melayani pendidikan untuk anak autis di wilayah salatiga dan sekitarnya. Media cetak

    buku merupakan media pembelajaran utama kepada para siswa autis di lembaga

    pendidikan SDLB Negeri 1 Salatiga. Dalam hal ini pemanfaatan media pembelajaran

    animasi bagi siswa berkebutuhan khusus pada siswa kelas 5 sangat diperlukan, karena

    pembelajaran yang diterapkan melalui media cetak kurang memberikan visualisasi

    yang nyata bagi siswa autis kelas 5. Pada tahap pembelajaran siswa kelas 5

    pencapaian materi harus sudah maksimal dan siswa harus sudah bisa memahami

    materi pembelajaran dengan baik. Dengan demikian media belajar bagi siswa

    berkebutuhan khusus kelas 5 juga membutuhkan media pembelajaran baru dimana

    salah satu materi dalam buku paket kelas 5 akan dirancang menjadi sebuah video

    animasi 2 dimensi yang akan memperjelas dari setiap materi yang ada dalam buku

    supaya lebih efektif dan mudah dimengerti oleh siswa autis kelas 5. Sehingga siswa

    dengan mudah dapat meniru dan mengingat dari apa yang dilihat dan didengar.

    Berdasarkan dengan identifikasi masalah yang didapat maka dilakukan

    pengumpulan data dengan 2 cara yaitu pengumpulan data primer dan sekunder.

    Dimana hasil pengumpulan data digunakan untuk perancangan dan produksi film.

    1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung kepada pihak-pihak terkait:

    Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah SDLB Negeri 1 Salatiga yaitu Bapak Muhlisun, M.Pd. mengenai Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga

    pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

    Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan untuk

    mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta

    didik dengan harapan bisa mewujudkan anak berkebutuhan khusus di Indonesia

    tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang berkarakter, produktif, dan kreatif.

    Dengan demikian diperlukan media pembelajaran yang bisa menginspirasi para siswa

    berkebutuhan khusus dalam proses belajar di Sekolah Dasar Luar Biasa. Dengan

    demikian masalah komunikasi dan berinteraksi sosial yang dialami anak-anak autis

    ini bisa diatasi dengan menggunakan pendekatan visual seperti animasi, salah satunya

    adalah animasi 2 dimensi.

    2. Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk mendukung pengumpulan data primer dengan cara mencari data melalui website maupun buku. Dari

    pengumpulan data didapat hasil bahwa media pembelajaran animasi 2 dimensi

    perlu diperkenalkan kepada siswa autis untuk lebih meningkatkan kualitas

    pendidikan dengan metode baru agar pembelajaran yang berlangsung di

    sekolahan lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa autis SDLB Negeri

    1 Salatiga.

  • 12

    Proses perancangan yang dilakukan dalam video animasi 2 dimensi terdiri dari tiga

    tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Proses perancangan dapat

    dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2 Bagan Perancangan Video Animasi 2 dimensi

    Sesuai dengan pembahasan, penelitian ini menggunakan media pembelajaran

    video animasi 2 dimensi yang menggunakan teknik animasi sprite (Sprite Animation)

    untuk anak autis kelas 5 yang sedang belajar pada jenjang Sekolah Dasar untuk

    meningkatkan pemahaman pada siswa autis. Penggunaan animasi sprite 2 dimensi

    menjadi salah satu media pembelajaran yang tepat bagi anak-anak autis, karena

    animasi sprite (Sprite Animation) merupakan animasi sederhana yang dapat

    memberikan informasi menarik dan mudah dimengerti bagi siswa autis kelas 5

    Sekolah Dasar Luar Biasa.

    Langkah selanjutnya setelah melakukan pengumpulan data adalah perancangan

    media pembelajaran animasi. Langkah awal dalam pembuatan media pembelajaran

    animasi adalah membuat ide cerita dan konsep. Ide cerita media pembelajaran

    animasi 2 dimensi ini dibuat berdasarkan pengumpulan data tentang materi

    pembelajaran siswa autis kelas 5 dan persetujuan dari pihak sekolah dengan

    melakukan konsultasi tentang materi yang akan dibahas sebagai media pembelajaran,

    dengan pengumpulan data dari berbagai sumber untuk menyesuaikan kebutuhan

    pembelajaran maka ide cerita diambil dari buku paket siswa autis kelas 5 SDLB

    Negeri 1 Salatiga kurikulum 2013 dengan tema Hewan Peliharaan dan inti cerita

    dibuat sesuai dengan alur cerita buku yang diambil dari sub tema ikan yaitu tentang

    mengenal hewan peliharaan ikan, berisikan tentang mengenal ciri-ciri ikan,

    lingkungan hidup ikan, makanan ikan, dan perkembangbiakan ikan.

    Pra Produksi

    Pasca Produksi

    Produksi

    Treatment

    Storyboard

    Texturing

    Editing

    Dubbing

    Evaluasi

    Hasil

    Ya

    Tidak

    Revisi

    Ide dan Konsep

    Layout

    Model Sheets

    Mixing

    Rendering

    Modelling

    Animation

  • 13

    Konsep yang dimaksud adalah media pembelajaran animasi 2 dimensi tentang

    ikan. Konsep media pembelajaran animasi 2 dimensi ini adalah menggunakan

    animasi 2 dimensi dengan teknik animasi sprite agar audience tertarik sehingga

    mengetahui dan mengerti informasi yang disampaikan bahwa pengenalan ikan sangat

    penting bagi siswa autis. Perancangan media animasi ini dengan gambar ilustrasi

    serta audio yang dikemas menggunakan teknin sprite animation. Sehingga dalam

    hasil perancangan video animasi tersebut terdapat dua elemen multimedia yang

    digabung menjadi satu video. Dalam perancangan media animasi ini akan

    menggunakan talent untuk menyampaikan informasi. Tujuan menggunakan talent

    untuk menyampaikan informasi dalam media animasi ini agar informasi-informasi

    yang dimaksud dapat di pahami oleh audience dan tersampaikan dengan baik.

    Setelah menentukan ide dan konsep yaitu membuat treatment disusun berdasarkan

    ilustrasi gambar yang ada pada buku paket siswa SDLB dan berdasarkan rumusan ide

    yang diuraikan secara deskriptif tentang bagaimana rangkaian film animasi ini.

    Scene 1 : Judul

    (full shot) keluar judul dengan background bermacam-macam jenis ikan

    berenang

    Scene 2 : Memperkenalkan berbagai macam jenis ikan

    (Medium long shot) interaksi karakter dengan memperkenalkan jenis-jenis

    ikan yang ada di air berdasarkan habitatnya (air asin, air tawar, air payau)

    Scene 3 : Memperkenalkan ciri-ciri ikan

    (medium long shot) interaksi karakter dengan memberikan ilustrasi gambar

    tentang ciri-ciri umum ikan (badan, sirip, insang)

    Scene 4 : Mengenalkan makanan ikan

    (full shot) interaksi karakter dengan mengenalkan berbagai macam

    makanan ikan sesuai dengan tempat tinggal ikan

    Scene 5 : Peralatan memelihara ikan

    (medium shot) mengenalkan peralatan yang dipakai untuk memelihara ikan

    Scene 6 : Perkembang biakan ikan

    (full shot) memperlihatkan cara perkembangbiakan ikan (bertelur, telur,

    menetas)

    Scene 7 : ikan yang dapat di konsumsi

    (medium shot) jenis ikan yang dapat di konsumsi dan mudah didapatkan di

    pasar

    Scene 8 : penutup

    (full shot) kesimpulan

    Setelah merancang treatment dilanjutkan pembuatan storyboard karena dapat

    membantu untuk menyelesaikan pengembangan alur cerita, dan merupakan tahap

    penting dari proses animasi. Hal ini terdiri dari gambar dalam bentuk komik strip, dan

    digunakan untuk membantu memvisualisasikan animasi dan untuk

    mengkomunikasikan ide-ide jelas. Rincian adegan dan perubahan dalam animasi,

  • 14

    sering disertai dengan catatan teks yang menjelaskan hal-hal yang terjadi di dalam

    adegan itu sendiri, seperti gerakan kamera. Tidak hanya dapat memberikan gambaran

    perancangan alur, tetapi storyboard juga memberikan pengingat visual dari rencana

    semula, sesuatu yang dapat disebut kembali ke seluruh produksi. Storyboard dari

    video animasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3 Storyboard

    Setelah menentukan storyboard lanjut pada pembuatan narasi yaitu sebagai acuan

    dalam proses dubbing, narasi sendiri merupakan alur cerita yang di buat secara detail

    berdasarkan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh karakter pada tokoh

    animasi. Narasi di susun berdasarkan scene pada setiap animasi yang akan dibuat.

  • 15

    Scene 1 : Selamat pagi teman-teman / di pertemuan kita kali ini / kita akan belajar

    dan mengenal tentang hewan peliharaan ikan//

    Scene 2 : Kita sering melihat ikan /

    Jenis ikan bermacam-macam / Ada ikan air tawar yang bisa kita temukan di

    sungai / ada ikan air asin yang bisa kita temukan di laut / ada ikan air

    payau yang bisa kita temukan di muara sungai / dan Ada juga ikan hias

    yang biasa kita pelihara dalam aquarium//

    - Berikut beberapa Jenis ikan air tawar / ada ikan mas / Ikan Nila / Ikan mujahir / dan juga Ikan gurame//

    - Berikut beberapa Jenis ikan air asin / ada Ikan marlin / Ikan baronang / Ikan tenggiri / dan juga Ikan hiu//

    - Berikut beberapa Jenis ikan air payau / ada ikan kakap / Ikan patin / Ikan bawal / dan juga Ikan bandeng//

    - Berikut beberapa Jenis ikan hias / ada ikan cupang / Ikan koki / Ikan louhan / dan juga Ikan arwana//

    Scene 3 : Mari kita perhatikan ikan /

    Mari kita mengenal ciri-ciri ikan /

    Ciri-ciri ikan / ikan memiliki badan / ikan memiliki sirip dan ekor untuk

    berenang / dan ikan juga memiliki insang yang digunakan untuk bernafas//

    Scene 4 : Ikan juga butuh makan / setiap ikan memiliki makanan yang berbeda-beda /

    Ada ikan yang memakan jenis ikan kecil dan tumbuh-tumbuhan air / ada

    ikan yang memakan cacing / dan ada juga ikan yang memakan jenis pellet//

    Scene 5 : Selain makanan/ memelihara ikan juga butuh peralatan seperti /

    Satu / Masker untuk melindungi kita dari bau amis ikan /

    Dua / Jaring untuk menangkap ikan /

    Tiga / Sarung tangan agar tangan kita tidak licin saat memegang ikan /

    Empat / Ember untuk menampung ikan biar tetap berada di air//

    Scene 6 : Ikan juga berkembang biak atau bertelur /

    Ketika induk akan bertelur maka induk akan mencari tempat untuk bertelur

    / induk akan meletakkan telur ikan di dedaunan atau di terumbu karang /

    sampai telur akan menetas dan anak ikan akan menjadi ikan dewasa//

    Scene 7 : Ikan juga dapat dikonsumsi atau di makan /

    Berikut beberapa jenis ikan yang dapat di konsumsi atau kita makan sehari-

    hari / ada Ikan gurame / Ikan bandeng / Ikan bawal / Ikan nila / Ikan

    mujahir / dan masih banyak lagi jenis ikan yang bisa kita konsumsi atau

    kita makan//

    Scene 8 : Kesimpulannya / manfaat memelihara ikan dalam aquarium dapat

    menurunkan stres dan dapat sebagai penyegar mata / dan mengkonsumsi

    ikan dapat meningkatkan kecerdasan otak kita // Mari memelihara ikan dan

    mengkonsumsi ikan//

  • 16

    Setelah pembuatan narasi yaitu perancangan layout adalah proses awal produksi,

    karena mengandung informasi visual yang berupa sketsa atau gambaran yang lebih

    detail tentang scene pada setiap animasi yang akan dibuat. Layout sangat diutamakan

    untuk background, dan digambar secara hitam putih juga lebih cenderung

    menggambarkan rancangan secara detail agar mempercepat proses animasi. perancangan layout dari video animasi ini dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4 Layout

    Setelah membuat perancangan layout tahapan selanjutnya adalah pembuatan

    model sheets yaitu pembuatan karakter dengan keterampilan menggambar manual

    dengan tangan, alasan pemilihan karakter cewek pada animasi ini bertujuan untuk

    menarik perhatian karena karakter tersebut sebagai objek yang menyampaikan materi.

    Proses pembuat karakter berupa sketsa diatas kertas, lalu di scan dan impor kedalam

    komputer. Dengan sedikit penyuntingan sketsa, atau dapat juga menggambar ulang

    sketsa agar terlihat lebih rapi, dan nantinya dibutuhkan untuk rigging. model sheets

    dari video animasi ini dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5 Model Sheets

  • 17

    Tahap selanjutnya adalah tahap produksi, tahap produksi meliputi 4 proses yaitu

    modeling, texturing, animation, dan rendering, pada tahap modeling yang dilakukan

    adalah proses menggambar sketsa karakter maupun menggambar material yang

    dibutuhkan dengan mengikuti konsep seperti pada treatment yang di gambar secara

    manual. Setiap sketsa gambar dibuat secara detail untuk menghasilkan gambar yang

    baik dan agar lebih mudah ketika dilanjutkan pada proses modelling digital yaitu

    proses menggambar ulang pada software digital. Pada tahap texturing atau proses

    pewarnaan material di sesuaikan dengan warna dari reverensi foto agar hasil

    pewarnaan terlihat nyata dan lebih menarik. Pemilihan warna yang dominan cerah

    akan memberikan kesan ceria dan lebih memperjelas material yang ada pada animasi.

    Proses pembuatan sketsa sampai proses pewarnaan dapat dilihat pada Gambar 6 dan

    Gambar 7.

    Gambar 6 Proses Pembuatan Sketsa Sampai Proses Pewarnaan Ikan

    Gambar 7 Proses Pembuatan Sketsa Sampai Proses Pewarnaan Background

    Tahap selanjutnya adalah tahap animation dan rendering, pada tahap ini yang

    dilakukan adalah proses menggerakkan gambar karakter maupun gambar background

    dengan teknik animasi sprite/sprite animation. Setiap gambar digerakkan dan disusun

    pada sebuah frame dengan menggunakan motion tween sehingga akan menghasilkan

  • 18

    gambar yang seolah-olah bergerak atau hidup. Proses animation ini juga disusun

    sesuai alur cerita atau sesuai treatment. Setelah proses animation selesai, maka setiap

    scene animation akan di render dan diproses pada tahap selanjutnya. Proses

    animation sampai proses rendering dapat dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 8 Proses Animation dan Rendering

    Pasca produksi adalah proses terakhir dari ketiga tahapan dalam pembuatan

    sebuah film. Pasca produksi meliputi tiga proses, yaitu proses editing, dubbing dan

    mixing.

    Editing merupakan proses menata gambar sesuai dengan skenario dan urutan shot

    yang telah ditentukan. Dari semua hasil produksi animasi yang dilakukan disusun

    sesuai kebutuhan media pembelajarannya. Setelah didapat bagian animasi yang sesuai

    maka disusun pada timeline software editing video sesuai urutan scene yang telah

    ditentukan. Dalam proses ini dilakukan penambahan efek-efek seperti efek transisi,

    dan efek-efek lainnya sesuai dengan kebutuhan seperti yang terlihat pada Gambar 9.

    Gambar 9 Proses Editing

    Setelah editing selesai maka dilakukan proses dubbing yaitu proses merekam

    suara dari seseorang untuk memperjelas dialog karakter pada video pembelajaran

    animasi agar lebih mudah di pahami oleh siswa. Proses dubbing disesuaikan dengan

    alur cerita yang sudah di buat dalam bentuk narasi.

  • 19

    Setelah dubing selesai maka dilakukan proses mixing yaitu penggabungan dan

    penyelarasan antara visual dan audio agar menjadi kesatuan yang utuh, pemilihan

    audio sebagai musik latar di sesuaikan dengan kondisi animasi yang di buat,

    penambahan audio pendukung seperti efek suara air mengalir menjadikan animasi

    terlihat lebih hidup. Dalam tahap ini pengaturan audio antara audio wawancara dan

    musik latar diatur agar tidak saling mengganggu.

    Setelah mixing selesai maka dilakukan proses rendering video animasi yang

    sudah menjadi satu kesatuan menjadi format video avi agar mudah diputar dalam

    media pemutar video.

    4. Hasil dan Pembahasan

    Video pembelajaran animasi 2 dimensi ini berisikan informasi kepada siswa autis

    kelas 5 SDLB Negeri 1 salatiga mengenai hewan peliharaan ikan, mengenal jenis-

    jenis ikan berdasarkan habitatnya, mengenal ciri-ciri umum ikan, dan juga cara

    berkembang biak ikan. Scene 1 yang ada dalam video animasi ini sebagai judul

    materi pemelajaran yang dibahas, yang di bawakan oleh tokoh karakter yang diambil

    dari jenis shot, full shot. Scene 1 dapat dilihat pada Gambar 10.

    Gambar 10 Judul dan Pembukaan

    Scene 2 yang menunjukkan habitat ikan dan beberapa jenis ikan berdasarkan

    habitatnya, agar siswa dapat memehami jenis ikan berdasarkan habitatnya dan

    mengetahui beberapa jenis ikan berdasarkan habitatnya. Jenis shot pada scene ini

    adalah medium long shot, dan medium shot untuk menyesuaikan background dengan

    karakter tokoh. Scene 2 dapat dilihat pada Gambar 11.

    Gambar 11 Habitat Ikan dan Beberapa Jenis Ikan

  • 20

    Scene 3 menjelaskan tentang ciri-ciri umum pada ikan, untuk memberikan

    pengetahuan umum tentang ciri ikan kepada siswa. Jenis shot yang digunakan adalah

    medium shot agar siswa dapat melihat secara jelas dari ciri-ciri ikan tersebut.

    Penjelasan dari ciri-ciri ikan tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.

    Gambar 12 Ciri-ciri Ikan Secara Umum

    Scene 4 memberikan ilustrasi gambar tentang jenis makanan ikan yang berbeda-

    beda. Dalam scene ini jenis shot yang digunakan adalah long shot untuk karakter, dan

    close up untuk animasi ikan agar terlihat lebih jelas tentang makanan ikan. Scene 4

    dapat dilihat pada Gambar 13.

    Gambar 13 Jenis Makanan Ikan

    Scene 5 menjelaskan tentang peralatan untuk memelihara ikan. Scene ini jenis

    shot yang digunakan adalah medium close up yang dapat menunjukkan dengan jelas

    jenis peralatan untuk memelihara ikan yang dapat dilihat pada Gambar 14.

    .

    Gambar 14 Peralatan Memelihara Ikan

  • 21

    Scene 6 menjelaskan tentang cara ikan berkembang biak / beranak pada scene ini

    jenis shot yang digunakan adalah medium long shot untuk menunjukkan cara ikan

    berkembang biak dari induk bertelur sampai telur menetas. Scene 6 dapat dilihat

    pada Gambar 15.

    Gambar 15 Cara Ikan Berkembang Biak atau Beranak

    Scene 7 menjelaskan tentang beberapa jenis ikan yang dapat di konsumsi sehari-

    hari. Jenis shot dalam scene yang digunakan adalah medium long shot untuk

    menampilkan beberapa jenis ikan yang dapat dikonsumsi. Scene 7 dapat dilihat pada

    Gambar 16.

    Gambar 16 Beberapa Jenis Ikan Yang Dapat Dikonsumsi Sehari-hari

    Scene 8 yang berisi tentang kesimpulan dari materi yang disampaikan dan juga

    pesan kepada siswa agar mengkonsumsi ikan dan memelihara ikan. Jenis shot yang

    digunakan adalah long shot agar setiap informasi makna tersampaikan dengan jelas.

    Scene 8 dapat dilihat pada Gambar 17.

    Gambar 17 Kesimpulan

  • 22

    Pada hasil akhir video pembelajaran animasi 2 dimensi tentang hewan peliharaan

    ikan ini akan di berikan kepada pihak sekolah SDLB Negeri 1 salatiga sebagai media

    pembelajaran baru dalam bentuk Compact Disc agar setiap siswa yang berada di

    jenjang kelas 5 SDLB Negeri 1 salatiga bisa mendapatkan pelajaran baru melalui

    media pembelajaran animasi 2 dimensi tersebut. Media perancangan dalam bentuk

    Compact Disc dapat dilihat pada Gambar 18.

    Gambar 18 Implementasi Media CD.

    Media pembelajaran animasi 2 dimensi ini telah diujikan kepada pihak sekolah

    SDLB Negeri 1 salatiga. Pengujian pertama dilakukan dengan melakukan wawancara

    kepada Bapak Muhlisun, M.Pd., kepala sekolah SDLB Negeri 1 salatiga dan juga

    Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd., staf pengajar siswa autis kelas 5 SDLB Negeri 1

    salatiga untuk mengetahui validitas konten serta kesesuaian media pembelajaran

    dengan kebutuhan pihak sekolah dalam memberikan materi yang tepat kepada siswa

    autis kelas 5 di SDLB Negeri 1 salatiga. Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd., menilai

    bahwa desain media pembelajaran yang dihasilkan telah sesuai dengan ketentuan

    yang diharapkan seperti materi yang disampaikan, warna, layout, dan berbagai bentuk

    obyek yang ada. Dilihat dari sisi materi Bapak Muhlisun, M.Pd., menilai bahwa

    dalam media pembelajaran tersebut telah sesuai dengan materi yang dibutuhkan siswa

    karena sesuai dengan materi yang ada pada buku paket siswa. Media pembelajaran

    tersebut juga dinilai dapat menjadi media pembelajaran yang bisa menginspirasi

    siswa agar lebih tertarik untuk belajar. Pihak sekolah berharap bahwa media

    pembelajaran ini dapat mengangkat semua materi supaya menjadi media

    pembelajaran pendukung selain materi pada buku paket bagi siswa autis kelas 5

    SDLB Negeri 1 salatiga.

  • 23

    Pengujian kedua dilakukan kepada Bapak Fani Cahya Putra director dan animator

    “Kamtis Babies The Series” dan praktisi animasi di Euforia Audio Visual. Penguji

    diberikan kesempatan untuk melihat dan menilai media pembelajaran animasi yang

    ada untuk menilai kekurangan dan kelebihan media pembelajaran animasi dari segi

    desain karakter dan juga pergerakan animasi. Melalui wawancara tersebut didapatkan

    hasil bahwa video animasi tersebut sudah baik dan menarik dari segi konten, karakter,

    dan gambarnya detail, tone color nya kurang cerah untuk sebuah video yang

    targetnya anak-anak dan perlu lebih banyak variasi background environment nya.

    Gerakan ikannya sudah bagus, gerakan manusianya sudah bagus, perlu detail ekspresi

    mata biar lebih menarik. Music illustration kualitasnya cukup, volumenya terlalu

    keras, overlapping sama voice over. Sound effect perlu ditambahkan foley untuk

    mendukung gerakan animasinya. Voice over artikulasi jelas, hanya saja kualitasnya

    perlu ditingkatkan, ada di beberapa kalimat yang suaranya "peak" jadi agak pecah.

    5. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa perancangan media

    pembelajaran animasi 2 dimensi dapat menyampaikan materi pembelajaran tentang

    hewan peliharaan ikan kepada siswa autis kelas 5 SDLB Negeri 1 salatiga. Bagi pihak

    sekolah SDLB menilai bahwa media pembelajaran animasi dapat dijadikan media

    pendukung dalam proses penyampaian materi terhadap siswa berkebutuhan khusus

    karena masalah komunikasi dan interaksi sosial yang dialami anak-anak autis ini bisa

    diatasi dengan menggunakan pendekatan visual seperti animasi, salah satunya adalah

    animasi 2 dimensi. Dengan demikian media pembelajaran 2 dimensi tersebut bisa

    menginspirasi para siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajar di Sekolah Dasar

    Luar Biasa. Sedangkan unsur-unsur animasi dalam video pembelajaran animasi 2

    dimensi ini sudah baik dan menarik sehingga diharapkan video animasi 2 dimensi ini

    dapat menjadi media pendukung untuk memperjelas materi pembelajaran bagi siswa

    mengenai materi pembelajaran yang ada di SDLB Negeri 1 salatiga.

  • 24

    Daftar Pustaka

    [1] Frieda Mangunsong. (2014). Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan

    Khusus. Jakarta: LPSP3 UI.

    [2] Esti Utami dan Firsta Nodia. 2015. Manfaat Ikan Hias Bagi Penderita

    'Gangguan'Jiwa.http://www.suara.com/health/2015/10/16/205700/manfaat-

    ikan-hias-bagi-penderita-gangguan-jiwa, 13 juni 2017.

    [3] Muhlisun. Slamet Wibowo. 2016. Hewan Peliharaan. Direktorat

    [4] Djalle, Zainudin G. Et al, 2007. Animation movie Using Edisi Revisi.

    Bandung : Informatika

    [5] Munir. 2012. Multimedia konsep dan aplikasi dalam pendidikan. Bandung:

    Alfabeta

    [6] Wahyudi, Aris. 2014. Jurnal pengaruh penggunaan Media Pembelajaran video

    animasi terhadap kemampuan gerakan Sholat anak Autis Mata Pelajaran Pendidikan

    Agama Islam materi gerakan Sholat di SDLB Bhakti Wiyata Surabaya. Surabaya :

    Universitas Negeri Surabaya

    [7] Tantinia, Nurlinda T. 2015 . Pengaruh Media Gambar Seri dalam

    Pembelajaran Bahasa Indonesia Terhadap Kemampuan Berbicara Bagi Anak

    Autis Kelas VII di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta.

    Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta

    [8] Yuwono, Joko. 2012. Memahami Anak Autistik. Bandung: Alfabeta

    [9] Soenardi T. Makanan Sehat Anak Autis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

    2002.

    [10] Munadi, Yudi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press Group.

    [11] Iskandar, Adriana S. 2008. Paduan Praktis Mendidik Anak Autis. Jakarta:

    Dian Rakyat.

    [12] Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.

    Jakarta: Refrensi.

    [13] Anonim. 2013. Pengertian Media Pembelajaran.

    htt://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/, Diakses pada

    tahun 2013.

    [14] Munir. 2012. Multimedia konsep dan aplikasi dalam pendidikan. Bandung:

    Alfabeta

    [15] Harun dan Zaidatun. 2004. Teknologi Multimedia dalam Pendidikan.

    http://www.ctl.utm.my/publications/manuals/mm/elemenMM.pdf, 13 juni

    2004.

    [16] Noval. 2015. Metode Penelitian Kualitatif dan Kualitatif,

    http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02metode-penelititan-kualitatif-

    dan.html. Diakses 23 Juni 2016.

    [17] Sarwono, Jonathan dan Harry Lubis. 2007. Metode Riset untuk Desain

    Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.

    http://www.suara.com/health/2015/10/16/205700/manfaat-ikan-hias-bagi-penderita-gangguan-jiwahttp://www.suara.com/health/2015/10/16/205700/manfaat-ikan-hias-bagi-penderita-gangguan-jiwahttp://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/http://www.ctl.utm.my/publications/manuals/mm/elemenMM.pdf,%20%2013

  • 25

    [18] Husaini Usman dan Purnomo, 2008. Metodologi Penelitian Sosial.

    http://www.informasiahli.com/2015/07/pengertian-identifikasi-masalah-

    dalam-penelitian.html. Diakses tanggal 24 Juni 2016.