Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUPATI KOTABARU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG
IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KOTABARU,
Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam sekaligus
sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya yang harus selalu dijaga kualitasnya dan dilindungi dari pencemaran;
b. bahwa perlindungan dan pelestarian air atau
sumber air dari kerusakan atau gangguan yang
disebabkan tindakan manusia wajib dicegah dan ditanggulangi oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian terhadap aktivitas pembuangan air
limbah ke air atau sumber air;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 40 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin
Pembuangan Limbah Cair Ke Air Atau Sumber Air;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang- Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Nomor 1820);
-2-
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2013);
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonsia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5188);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
-3-
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3910);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4593);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4858);
- 4 -
19. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5285);
23. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 156);
24. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Batu bara;
25. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Pemotongan Hewan;
26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi;
28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air;
29. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 04 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Industri Minyak Goreng;
- 5 -
30. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat
Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup;
31. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi;
32. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administrasi di Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 32);
34. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 Nomor 2 Seri E Nomor 1, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2);
35. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05 Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil
di Lingkungan Pemerintah Dati II Kotabaru
(Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Dati II Kotabaru Tahun 1991 Nomor 02);
36. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19
Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang
Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru (Lembaran Daerah Kabupaten
Kotabaru Tahun 2007 Nomor 19);
37. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 06 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2013 Nomor
06, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05);
38. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 22
Tahun 2014 tentang Izin Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dan Pembuangan Air Limbah
(Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun
2014 Nomor 22, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 14);
- 6 -
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU
dan
BUPATI KOTABARU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN PEMBUANGAN
AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Kotabaru.
4. Dinas/Badan adalah Dinas/Badan yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang lingkungan
hidup.
5. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang
tidak berbadan hukum.
6. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di
bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil.
7. Air limbah adalah adalah air yang berasal dari usaha
dan atau kegiatan berwujud cair.
8. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas
dan dibawah permukaan, termasuk dalam
pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.
9. Zat Radioaktif adalah zat yang mengandung inti
yang tidak stabil yang memancarkan partikel dari inti atom dan bersifat berbahaya jika tidak ditangani
sesuai dengan prosedur demikian dengan Limbah
radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi
atau aktivitas yang melebihi batas yang diijinkan
(Clearance level) yang ditetapkan oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir.
- 7 -
10. Baku mutu air limbah usaha dan atau kegiatan adalah ukuran batas atau kadar maksimum unsur
pencemar dan dan/atau jumlah unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah
yang akan dibuang atau dilepas ke air atau sumber air dari usaha dan atau kegiatan.
11. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
selanjutnya disebut PPNS Daerah adalah Pegawai Negeri pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi
wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
Peraturan Daerah.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air dimaksudkan untuk melakukan pengendalian
terhadap pencemaran dari setiap kegiatan yang
melakukan pembuangan air limbah yang telah melalui proses pengolahan ke air atau sumber air.
(2) Izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air
bertujuan agar air limbah yang dibuang ke air atau sumber air tidak mencemari air atau sumber air
tersebut sehingga tetap dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia serta untuk melindungi kelestarian hidup flora,
fauna dan mikroorganisme yang terdapat di dalam
sumber-sumber air.
BAB III
PEMBUANGAN AIR LIMBAH
Pasal 3
Setiap orang atau kegiatan yang akan membuang air
limbah ke air atau sumber air wajib memiliki izin tertulis
dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB IV
PERSYARATAN
Pasal 4
Pemohon izin adalah setiap orang atau kegiatan yang
telah melakukan pengkajian dan memenuhi kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Izin Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dan
Pembuangan Limbah Cair.
- 8 -
Pasal 5
Persyaratan yang wajib dilengkapi untuk pengajuan
permohonan izin pembuangan air limbah ke air atau
sumber air meliputi :
a. persyaratan administrasi :
1. mengisi formulir permohonan.
2. melampirkan copy :
a) identitas Kependudukan Pemilik Usaha dan Atau Kegiatan;
b) bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan;
c) dokumen AMDAL /UKL/UPL yang telah mencantumkan rencana pembuangan air
limbah ke air atau sumber air;
d) izin lingkungan atau surat kelayakan lingkungan;
e) surat izin lokasi;
f) surat izin gangguan;
g) izin Mendirikan Bangunan (IMB).
3. untuk Badan Usaha melampirkan copy :
a) Dokumen Akta Pendirian Badan Usaha;
b) Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
c) Surat Izin Tempat Usaha (SITU);
d) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
4. untuk Badan Usaha yang bergerak pada bidang pertambangan melampirkan copy dokumen
perizinan bidang pertambangan.
b. persyaratan teknis untuk pembuangan limbah cair ke air atau sumber air, meliputi :
1. gambar pemetaan dan keterangan lokasi,
meliputi :
a) lokasi pengolahan limbah cair;
b) lokasi pembuangan;
c) lokasi sumber air terdekat;
d) lokasi air atau sumber air kontrol.
2. deskripsi pelaksanaan pengolahan, meliputi :
a) teknologi pengolahan limbah cair yang
digunakan dan dilengkapi design konstruksi instalasi pengolahan limbah cair;
- 9 -
b) metode yang digunakan dalam pengolahan limbah cair untuk pencapaian mutu yang
dipersyaratkan dapat dibuang ke air atau
sumber air;
c) metode teknik penanganan untuk pembuangan hasil pengolahan limbah cair ke
air atau sumber air;
d) volume limbah cair yang diolah atau besaran presentase dari total air limbah yang
dihasilkan;
e) baku mutu air limbah usaha dan atau kegiatan yang akan diolah;
f) teknik penanggulangan pencemaran air dalam
keadaan darurat dan atau keadaan yang tidak terduga lainnya;
g) lokasi, teknik/metode, jenis parameter yang
dipantau terhadap media lingkungan;
h) hasil kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air.
Pasal 6
(1) Pengajuan permohonan dinyatakan diterima apabila
pemohon telah memenuhi semua ketentuan
persyaratan dan diberikan bukti penerimaan oleh Dinas/Badan yang ditunjuk.
(2) Pengajuan permohonan izin yang telah memenuhi
kelengkapan persyaratan oleh Dinas/Badan yang ditunjuk wajib segera disampaikan kepada Bupati.
Pasal 7
Proses perizinan dilaksanakan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak diberikannya bukti
penerimaan pengajuan permohonan oleh Kepala
Dinas/Badan yang ditunjuk.
BAB V EVALUASI PENGAJUAN PERMOHONAN IZIN
Pasal 8
(1) Setiap permohonan izin wajib dilakukan evaluasi.
(2) Evaluasi dilakukan oleh Dinas/Badan dengan
lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi
bidang pengendalian dampak lingkungan berdasarkan penugasan oleh Bupati.
- 10 -
(3) Teknis dan Prosedur pelaksanaan evaluasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(4) Berdasarkan hasil evaluasi Dinas/Badan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
menyusun rekomendasi untuk disampaikan kepada Bupati.
BAB VI
PENERBITAN ATAU PENOLAKAN PEMBERIAN IZIN
Pasal 9
Penerbitan atau penolakan pemberian izin oleh Bupati
berdasarkan hasil evaluasi dan rekomendasi dari
Dinas/Badan yang bertanggungjawab melaksanakan evaluasi.
Pasal 10
(1) Sebelum diterbitkan izin, pemohon izin wajib menandatangani pernyataan.
(2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat klausul tentang :
a. bersedia mematuhi kewajiban yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan;
b. bersedia melakukan pembayaran ganti rugi dan
pemulihan kualitas air atau sumber air yang
tercemar akibat limbah cair yang dihasilkan dari usaha dan atau kegiatannya.
Pasal 11
(1) Penerbitan izin oleh Bupati untuk pembuangan air limbah yang mengandung radioaktif mengacu pada
rekomendasi tertulis dari lembaga pemerintah yang
bertanggungjawab di bidang tenaga atom.
(2) Pengolahan dan penanganan limbah cair yang
mengandung radioaktif mengacu pada Peraturan
Perundang-Undangan.
BAB VII
MASA BERLAKU IZIN DAN REGISTRASI ULANG
Pasal 12
(1) Izin berlaku selama 5 (lima) tahun.
(2) Setiap 1 (satu) tahun wajib dilakukan registrasi ulang.
- 11 -
BAB VIII PENARIKAN IZIN
Pasal 13
(1) Izin dinyatakan tidak berlaku, apabila pemegang izin
melakukan :
a. pengalihan kepemilikan usahanya kepada pihak
lain;
b. pemindahan tempat/lokasi usaha; dan/atau
c. perubahan kegiatan atau bentuk usaha.
(2) Terhadap tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib mengajukan izin baru.
BAB IX KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN
Pasal 14
(1) Setiap pemegang izin wajib untuk :
a. menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
b. melakukan pengolahan air limbah;
c. memenuhi mutu dan kuantitas air limbah yang
telah ditetapkan untuk boleh dibuang ke air atau sumber air;
d. memenuhi pembuangan air limbah sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan;
e. melakukan pemantauan mutu dan debit air
limbah;
f. pemeriksaan rutin pada sarana dan prasarana
peralatan pengolahan air limbah dan instalasi pembuangan air limbah;
g. melakukan swapantau;
h. melaksanakan penanggulangan keadaan darurat apabila terjadi pencemaran hingga pemulihan
kondisi lingkungan dan ekolingkungan secara
sistemik;
i. memberikan informasi yang benar dan akurat
kepada pejabat pemerintah yang melakukan
peninjauan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimuat dalam perizinan yang diberikan kepada
pemohon.
- 12 -
Pasal 15
(1) Setiap pemegang izin wajib memberikan laporan
hasil swapantau secara tertulis kepada Bupati
melalui Dinas/Badan yang lingkup
tanggungjawabnya meliputi bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.
(2) Laporan wajib ditembuskan kepada Gubernur dan
Menteri.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam
setiap 3 (tiga) bulan.
(4) Bentuk dan tata cara pelaporan diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 16
(1) Penghentian usaha atau kegiatan disebabkan karena
hal apapun tidak menghapus kewajiban untuk
menyelesaikan pengolahan air limbah yang akan dibuang ke air atau sumber air memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan.
(2) Limbah padat hasil produksi dari pengolahan limbah cair diselesaikan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan
jenis dan karakteristik limbah.
BAB X
LARANGAN
Pasal 17
(1) Setiap pemegang izin dilarang melakukan
pembuangan air hasil pengolahan limbah cair secara
sekaligus dalam satu saat atau pelepasan dadakan.
(2) Setiap pemegang izin dilarang melakukan
pengenceran air limbah dalam upaya penataan batas
kadar yang dipersyaratkan.
Pasal 18
Setiap pemegang izin dilarang tanpa persetujuan dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan :
a. perubahan metode pengolahan dan atau perubahan
teknis penanganan limbah cair.
b. perubahan titik penataan karena adanya
penambahan sarana pengolahan (perubahan
treatment air limbah dibagian instalasi pembuangan air limbah/IPAL).
- 13 -
c. perubahan proses produksi atau teknologi proses
produksi pada kegiatan usaha yang bersifat
potensial mempengaruhi kualitas dan atau kuantitas
air limbah yang dihasilkan.
BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 19
Bupati atau pejabat yang ditunjuk melakukan
pembinaan ketaatan penanggungjawab usaha dan atau kegiatan dalam melaksanakan pengolahan limbah cair
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 20
(1) Untuk melaksanakan pengawasan Bupati
mengangkat Pejabatnya sebagai Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup Daerah.
(2) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap
ketaatan pelaku usaha dalam melakukan pengolahan limbah cair dan pembuangan air dari
hasil pengolahan limbah cair ke air atau sumber air
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
berwenang :
a. melakukan pemantauan yang meliputi pengamatan, pemotretan, perekaman audio
visual, dan pengukuran;
b. meminta keterangan kepada masyarakat yang
berkepentingan, karyawan yang bersangkutan, konsultan, kontraktor, dan perangkat
pemerintahan setempat;
c. membuat salinan dari dokumen dan atau membuat catatan yang diperlukan, antaran lain
dokumen perizinan, dokumen AMDAL, UKL, UPL,
data hasil swapantau, dokumen surat keputusan organisasi perusahaan;
d. memasuki tempat tertentu;
e. mengambil contoh dari air limbah yang dihasilkan, air limbah yang dibuang, bahan
baku, dan bahan penolong;
f. memeriksa peralatan yang digunakan dalam proses produksi, utilitas, dan instalasi
pengolahan limbah;
- 14 -
g. memeriksa instalasi, dan atau alat transportasi;
h. serta meminta keterangan dari pihak yang
bertanggungjawab atas usaha dan atau kegiatan.
(4) Kewenangan membuat catatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf c meliputi pembuatan denah, sketsa, gambar, peta, dan atau
deskripsi yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
pengawasan.
Pasal 21
Pejabat pengawas dalam melaksanakan tugasnya wajib memperlihatkan surat tugas dan atau tanda pengenal.
BAB XII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 22
(1) Setiap orang yang menduga atau mengetahui terjadinya pencemaran air, wajib melaporkan kepada
Pejabat yang berwenang.
(2) Pejabat yang berwenang yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
mencatat :
a. tanggal pelaporan;
b. waktu dan tempat;
c. peristiwa yang terjadi;
d. sumber penyebab;
e. perkiraan dampak.
(3) Pejabat yang berwenang yang menerima laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal diterimanya laporan, wajib
meneruskannya kepada Bupati.
(4) Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib segera melakukan verifikasi untuk mengetahui
tentang kebenaran terjadinya pelanggaran terhadap
pengelolaan kualitas air dan atau terjadinya pencemaran air.
(5) Apabila hasil verifikasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4) menunjukkan telah terjadinya pelanggaran, maka Bupati wajib memerintahkan
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk
menanggulangi pelanggaran dan atau pencemaran air serta dampaknya.
- 15 -
Pasal 23
Dalam hal penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
tidak melakukan tindakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g Bupati dapat
melaksanakan atau menugaskan pihak ketiga untuk melaksanakannya atas beban biaya penanggung jawab
usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan.
Pasal 24
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan atau
pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan penanggulangan pencemaran air dan pemulihan
kualitas air, wajib menyampaikan laporannya kepada
Bupati.
BAB XIII
SANKSI
Bagian Kesatu
Sanksi Administratif
Pasal 25
(1) Setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan
yang melanggar ketentuan Pasal 14, Pasal 15, Pasal
16, Pasal 17 dan Pasal 18 Bupati berwenang menjatuhkan sanksi administrasi.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat berupa :
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin;
d. pencabutan izin.
(3) Penjatuhan sanksi ditentukan sesuai dengan berat
dan ringannya pelanggaran yang dilakukan.
(4) Izin dapat dicabut secara langsung dalam hal diketahui dikemudian hari pemohon telah
menyampaikan data yang tidak benar sebagai
pemenuhan syarat permohonan pengajuan izin.
- 16 -
Bagian Kedua Paksaan Pemerintahan Atau Uang Paksa
Pasal 26
Setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g atas kondisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Bupati berwenang menerapkan paksaan pemerintahan atau
uang paksa.
Bagian Ketiga
Ganti Kerugian
Pasal 27
(1) Setiap pemegang izin yang melakukan perbuatan
melanggar hukum berupa pencemaran dan atau
perusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian
pada orang lain atau lingkungan hidup, wajib membayar ganti kerugian dan atau melakukan
tindakan tertentu.
(2) Selain pembebanan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa
atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut
BAB XIV PENYIDIKAN
Pasal 28
(1) Selain oleh Pejabat Penyidik Umum, Penyidikan atas
tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh PPNS di lingkungan Pemerintah
Daerah yang pengangkatannya sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan.
(2) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
sekaligus merupakan Pejabat Pengawas Lingkungan
Daerah yang diangkat oleh Bupati.
(3) Dalam melakukan tugas penyidikan, PPNS
sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang adanya tindak pidana pelanggaran;
b. melakukan tindakan pertama pada kejadian dan
melakukan pemeriksaan saat itu ditempat;
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan
memeriksa Tanda Pengenal diri tersangka;
- 17 -
d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. memanggil seseorang untuk didengar dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
f. mendatangkan orang ahli yang dipergunakan
dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
g. mengadakan penghentian penyidikan setelah
mendapat petunjuk dari Penyidik bahwa tidak terdapat Bukti atau Peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak Pidana dan selanjutnya
melalui Penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka dan
keluarganya.
BAB XV
SANKSI PIDANA
Pasal 29
Setiap pelanggaran hukum yang mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan hidup dipidana
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Perundang-Undangan
lainnya.
BAB XVI
KETENTUAN KHUSUS
Bagian Kesatu Dokumen Administrasi Persyaratan Mengajukan Izin
Pasal 30
(1) Untuk usaha kecil dan menengah yang membuang
air limbah dalam jumlah kecil dan karakteristik air limbah mempunyai potensi pencemaran air rendah
persyaratan perizinan dapat disederhanakan
termasuk pemberian bantuan dari Dinas/Badan dalam pengkajian dan bentuk penanganan air
limbah.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Limbah Domestik dan Limbah Fasilitas Sarana
Pelayanan Kesehatan
Pasal 31
(1) Pemerintah Daerah melakukan upaya pengelolaan
dan atau pembinaan pengelolaan air limbah rumah
tangga.
- 18 –
(2) Upaya pengelolaan air limbah rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan
membangun sarana dan prasarana pengelolaan
limbah rumah tangga terpadu.
(3) Pembangunan sarana dan prasarana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan melalui
kerja sama dengan pihak ketiga sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 32
(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan
pengelolaan limbah fasilitas sarana pelayanan
kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai pembinaan limbah fasilitas
sarana pelayanan kesehatan diatur dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 33
(1) Dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, terhadap limbah rumah tangga
berupa tinja/urine, air sabun atau deterjen
pembersih wajib dialirkan kedalam septik tank.
(2) Ketentuan septik tank sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengacu pada Peraturan Daerah tentang
Bangunan Gedung.
Bagian Ketiga
Penentuan Baku Mutu Air Limbah
Pasal 34
(1) Bupati menentukan baku mutu air limbah yang
diizinkan untuk dapat dibuang ke media lingkungan
berupa air atau sumber air dalam wilayah daerah.
(2) Dalam hal belum dapat ditentukan oleh Bupati
maka nilai baku mutu air limbah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu pada nilai baku mutu ditingkat provinsi atau skala nasional.
BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
Setiap izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air yang telah diberikan sebelum berlakunya peraturan
daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan
habis masa berlakunya sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Daerah ini.
- 19 -
Pasal 36
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :
a. semua ketentuan peraturan pelaksanaan didaerah
yang mengatur tentang pembuangan air limbah ke air
atau sumber air yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan
belum diganti berdasarkan peraturan daerah ini;
b. peraturan daerah yang telah ada mengatur tentang pembuangan air limbah ke air atau sumber air
dinyatakan tidak berlaku.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Kotabaru.
Ditetapkan di Kotabaru
pada tanggal 18 November 2014
BUPATI KOTABARU,
ttd
H. IRHAMI RIDJANI
Diundangkan di Kotabaru
pada tanggal 18 November 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,
ttd
H. SURIANSYAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
TAHUN 2014 NOMOR 23
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU, PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN : (173 /2014)
- 1 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG
IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE AIR ATAU SUMBER AIR
I. UMUM
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat
bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air
yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan atau
pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi
alamiahnya.
Pelestarian kualitas air dilakukan pada sumber air yang terdapat di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air
di luar hutan lindung dilakukan dengan upaya pengendalian
pencemaran air, yaitu upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air.
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga
akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia
serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan
menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan
menurunkan kekayaan sumber daya alam (natural resources depletion).
Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting
maka harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat. Hal ini berarti bahwa penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan
memperhitungkan kepentingan generasi masa kini dan masa depan.
Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan
dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap
berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan yang
berkelanjutan.
- 2 -
Kabupaten Kotabaru saat ini masih kekurangan sumber air untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, seiring hal tersebut
pertambahan jumlah penduduk semakin meningkat dan usaha
industri dari skala kecil hingga besar bertumbuhan. Sumber-sumber
air dalam wilayah akan terancam begitupun dengan kegiatan eksploitasi pertambangan yang menghasilkan limbah cair sangat besar
akan mengganggu lingkungan. Pembuangan limbah cair ke air atau
sumber air selama ini masih belum diatur secara khusus sehingga akan melemahkan posisi Pemerintah Daerah dalam upaya
pengendalian lingkungan dan penegakan hukum. Dalam rangka
menguatkan upaya pengedalian lingkungan diperlukan adanya peraturan daerah tentang izin pembuangan limbah cair ke air atau
sumber air.
II. Pasal Demi Pasal
Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2 Cukup jelas
Pasal 3 Cukup jelas
Pasal 4 Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1) Formulir permohonan perizinan didalamnya memuat informasi
tentang:
a) Identitas pemohon izin. b) Ruang lingkup air limbah yang akan dimohonkan izin.
c) Sumber dan karakteristik air limbah.
d) Sistem pengelolaan air limbah untuk memenuhi kualitas air limbah yang akan dibuang.
e) Debit, volume dan kualitas air limbah.
f) Lokasi titik penaatan dan pembuangan air limbah. g) Jenis dan kapasitas produksi bulanan senyatanya.
h) Jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan.
i) Hasil pemantauan kualitas sumber air. j) Sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
Hasil kajian sekurang-kurangnya memuat pengaruh terhadap
pembudidayaan ikan, hewan dan tanaman, pengaruh terhadap kualitas tanah dan air tanah; dan pengaruh terhadap kesehatan
masyarakat.
- 3 -
Ayat (2) Dimaksudkan untuk mempermudah pelayanan publik perizinan
dan menciptakan good governance, terhadap pemenuhan
persyaratan pengajuan permohonan izin pemanfaatan air limbah
ke air atau sumber air pada dasarnya merupakan kelanjutan dari izin pengkajian dimana persyaratan administrasi dan teknis
telah diajukan, dengan demikian tidak diperlukan lagi adanya
pengulangan pemenuhan persyaratan yang tidak semestinya, selain itu akan lebih efisien dan menghindari penumpukan
dokumen yang sama atau dapat terjadi pemprakarsa melakukan
perubahan dokumen untuk tujuan tertentu.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Dimaksudkan ketentuan teknis ini diatur dengan Peraturan Bupati sesuai dengan kedudukannya, dimana pengaturan ini
sekurang-kurangnya memuat pengaturan tentang teknis,
meliputi : a. Pengecekan ulang dokumen yang diajukan;
b. Kewajiban pemprakarsa melakukan presentasi tertulis dan
lapangan; c. Verifikasi teknis untuk mengetahui kelayakan teknis dari
permohonan izin;
d. Evaluasi terhadap muatan teknis laporan hasil pengkajian dan ketepatan teknis analisis dan teknis evaluasi data;
e. Evaluasi terhadap kesesuaian muatan laporan hasil
pengkajian dengan persyaratan dalam persetujuan pengkajian yang meliputi media yang harus dipantau,
parameter yang harus dipantau dan metode analisis;
f. Pengecekan kelapangan untuk membuktikan kesesuaian
dengan laporan hasil, kondisi titik pemantauan; g. Pengambilan sampel serta pengujiannya pada laboratorium
untuk mencari indikasi ada tidak pencemaran terjadi;
h. Penyusunan rekomendasi kepada Bupati.
- 4 -
Ayat (4) Evaluasi dimaksudkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Evaluasi Administrasi
Evaluasi persyaratan administrasi bertujuan untuk
memastikan persyaratan administrasi perizinan lengkap. Selain kelengkapan formulir, dokumen perizinan terkait dan
dokumen Amdal, UKL-UPL atau dokumen lingkungan lain
yang dipersamakan dengan dokumen dimaksud, juga harus dipastikan bahwa permohonan izin sudah melampirkan
kajian pembuangan air limbah. Evaluasi hanya bersifat
mencek ada atau tidak adanya persyaratan administrasi, subtansi teknis belum dibahas dalam tahap ini. Hasil akhir
berupa pernyataan lengkap atau tidak lengkap dari petugas
evaluator. Jika lengkap tahap selanjutnya dilakukan evaluasi teknis, jika tidak lengkap, dikembalikan kepada penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan untuk dilengkapi.
b. Evaluasi Teknis Tahapan di dalam evaluasi teknis suatu permohonan izin
meliputi:
1) Pertemuan Teknis Pertemuan yang diselenggarakan untuk melakukan
pembahasan atau evaluasi teknis suatu permohonan izin.
Di dalam pertemuan ini instansi penanggungjawab di bidang perizinan dapat mengundang penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan presentasi
permohonan izinnya, serta beberapa pihak terkait seperti: a) Instansi teknis terkait.
Dalam pelaksanaan evaluasi teknis, instansi
penanggung jawab izin wajib berkoordinasi dengan
instansi teknis yang terkait, seperti dinas perindustrian, dinas pariwisata, dinas kesehatan
dan/atau dinas lingkup pertanian, tergantung jenis
kegiatan yang mengajukan permohonan izin. b) Masyarakat.
Apabila terdapat hal-hal penting yang berkaitan
dengan masyarakat, maka instansi penanggung jawab harus mampu menampung aspirasi masyarakat
tersebut, misalnya dengan mengundang perwakilan
anggota masyarakat dalam proses pembahasan. c) Pakar yang relevan.
Pakar yang relevan dengan teknologi dan proses
usaha dan/atau kegiatan terkait juga dapat dihadirkan untuk memberikan pertimbangan teknis
dalam penetapan izin. Di dalam pertemuan ini
biasanya diawali dengan presentasi dari pihak
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang mengajukan permohonan izin tentang hal-hal yang
telah dituangkan di dalam formulir permohonan izin
maupun dokumen kajian teknis sebagai prasyarat permohonan izin.
- 5 -
Hal-hal penting yang menjadi acuan tim evaluasi teknis izin dalam mengevaluasi perizinan adalah :
a) Informasi daya tampung dan/atau alokasi beban
pencemaran air yang ditetapkan dalam program
pengendalian pencemaran air. Di dalam melakukan evaluasi teknis, instansi penanggungjawab perizinan
maupun pihak yang dilibatkan di dalam evaluasi teknis
memperhatikan besaran daya tampung beban pencemaran air yang telah ditetapkan untuk sumber air
penerima buangan air limbah. Besaran daya tampung
beban pencemaran air ini akan menjadi dasar penentuan:
(1) Dapat disetujui atau tidaknya suatu permohonan izin
lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air.
(2) Besaran angka beban air limbah yang diizinkan
untuk dibuang ke sumber air tersebut dan
dituangkan ke dalam dokumen izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber
air yang akan ditetapkan bagi pemohon yang
bersangkutan. Penjelasan lebih lanjut hal ini telah disajikan didalam lampiran sebelumnya tentang
pedoman penerapan daya tampung beban
pencemaran air dalam perizinan. b) Kemajuan teknologi untuk mengupayakan pollution
prevention, minimalisasi air limbah, efisiensi energi dan
sumberdaya yang dilakukan oleh usaha dan/atau
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui sejauhmana
upaya pengendalian pencemaran air, minimalisasi air
limbah dan efisiensi energi dan sumberdaya dapat diterapkan di dalam suatu usaha dan/atau kegiatan
pemohon izin. Hal tersebut akan menjadi dasar evaluasi
teknis terhadap: (1) Kemampuan usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan memenuhi besaran beban pencemar
yang diperbolehkan dibuang ke sumber air penerima buangan air limbah.
(2) Kemampuan usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan melakukan minimalisasi dampak
lingkungan yang ditimbulkan. (3) Kemampuan usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan melakukan efisiensi energi dan
sumberdaya. Ketiga faktor tersebut juga akan mempengaruhi persetujuan permohonan izin
lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air
limbah ke sumber air yang bersangkutan.
- 6 -
c) Pendapat masyarakat. Pendapat masyarakat yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya akan menjadi bahan masukan di dalam
evaluasi teknis persetujuan suatu permohonan izin
lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air. Pendapat masyarakat ini pada
umumnya terkait dengan informasi tentang kebiasaan-
kebiasaan pembuangan air limbah yang dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dan
diketahui oleh masyarakat, seperti:
(1) Apabila ada pembuangan air limbah dalam debit yang berbeda dari yang disebutkan oleh penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan pada suatu waktu tertentu.
(2) Apabila ada pembuangan air limbah dalam kondisi secara visual berbeda dengan kondisi yang
disebutkan oleh penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan pada suatu waktu tertentu.
(3) Informasi lain yang terkait dengan teknis pembuangan air limbah yang dapat menjadi bahan
pertimbangan penetapan persetujuan suatu
permohonan izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air.
d) Masukan dari instansi teknis yang terkait.
Masukan dari instansi teknis terkait ini pada umumnya menyangkut kapasitas kinerja dari jenis perusahaan
tertentu yang mengajukan permohonan izin lingkungan
yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air. Apabila di dalam pertemuan tersebut ada
beberapa hal yang perlu diklarifikasi atau diverifikasi di
lapangan untuk memastikan kebenaran informasi
dan/atau memperjelas persoalan-persoalan yang dibahas, maka keputusan kunjungan lapangan harus
ditetapkan pada pertemuan ini.
Kesimpulan rapat presentasi permohonan izin, maupun temuan dan kesimpulan kunjungan lapangan harus
dicatat dalam Berita Acara yang ditandatangani minimal
petugas yang memproses perizinan dan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang
mengajukan permohonan izin. Berita acara yang
dihasilkan selama proses perizinan harus didokumentasikan dan dijadikan referensi dalam izin
yang dikeluarkan.
2) Klarifikasi/Verifikasi Lapangan:
Sebagaimana diuraian pada penjelasan sebelumnya,
kegiatan ini dimaksudkan untuk:
a) mencocokkan hal-hal yang dituangkan di dalam dokumen permohonan izin dengan kondisi di
lapangan;
- 7 -
b) mengetahui lebih jelas tentang hal-hal yang di dalam dokumen permohonan izin maupun di dalam
presentasi pada saat pertemuan evaluasi perizinan
dinilai belum jelas. Untuk itu, catatan-catatan dalam
pertemuan teknis sebelumnya menjadi penting karena akan menjadi acuan tentang hal-hal yang perlu
dicocokkan dan diperjelas statusnya di lapangan. Hasil
klarifikasi/verifikasi lapangan ini akan menentukan kelayakan suatu permohonan izin untuk mendapat
persetujuan atau tidak.
3) Pelengkapan data/informasi. Apabila selama proses evaluasi teknis baik di dalam
pertemuan teknis dan/atau verifikasi/klarifikasi
lapangan masih terdapat informasi yang belum lengkap maka penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
sebagai pemohon izin diminta dan wajib menyediakan
data yang diperlukan dalam batas waktu yang disepakati
dalam berita acara. Di dalam evaluasi teknis ini, tidak ada pembatasan jumlah pertemuan teknis dan/atau
kunjungan lapangan karena hal ini sangat tergantung
kepada kompleksitas persoalan yang dihadapi. Namun demikian, setiap tahap pembahasan harus mempunyai
batasan waktu yang jelas sehingga memberikan
kepastian kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan maupun instansi pemberi izin. Hasil akhir dari
kegiatan evaluasi teknis dituangkan ke dalam suatu
dokumen resmi yang memuat rekomendasi terhadap persetujuan suatu permohonan izin lingkungan yang
berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air
dan disampaikan oleh instansi yang bertanggungjawab
dalam pemrosesan izin kepada bupati.
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
- 8 -
Pasal 13 Ayat (1)
Izin dinyatakan tidak berlaku merupakan satu tindakan
pemerintahan dalam bentuk menarik kembali apa yang sudah
diberikan. Hal ini sesuai dengan asas Contrarius Actus yang berarti bahwa setiap keputusan hanya bisa dinyatakan batal
apabila ditarik kembali oleh si pembuat keputusan.
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 14 Ayat (1)
Huruf a
Setiap pemegang izin wajib melaksanakan pengolahan limbah cair sesuai dengan metode dan teknis penanganan
yang telah disetujui pada saat mengajukan permohonan izin.
Huruf b
Pemegang izin dalam melakukan pembuangan limbah cair ke air atau sumber air wajib memenuhi mutu dan kuantitas air
hasil pengolahan limbah cair untuk mencapai nilai yang
diperkenankan untuk dilakukan pembuangan ke air atau sumber air.
Huruf c
Cukup jelas Huruf d
Pemegang izin wajib memantau debit limbah cair yang
dihasilkan dan debit pengolahan limbah cair untuk tidak melebihi kapasitas penampungan sehingga tidak terjadi
pecahnya bak penampungan atau over kapasitas dan atau
melubernya air limbah yang dapat mengakibatkan rembesan
dan pencemaran. Huruf e
Prasarana dan sarana pengolahan limbah wajib dipelihara,
dan apabila terdapat komponen yang tidak bekerja dengan baik wajib segera diperbaiki atau komponen yang tidak layak
wajib untuk dilakukan pergantian.
Huruf f Cukup jelas
Huruf g
Penanganan darurat dimaksudkan untuk menghindari meluasnya area tercemar dan menahan aliran limbah dari
limpahan atau kebocoran bak penampungan limbah cair.
Setelah penanganan darurat dilakukan penanggungjawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan penanganan
secara sistemik untuk pemulihan fungsi lingkungan dan
ekolingkungan.
Huruf h Pemegang izin wajib memberikan informasi yang benar dan
akurat kepada pejabat berwenang mengenai pelaksanaan
pengelolaan limbah cair dan pengolahan limbah cair serta penanganan pembuangannya ke air atau sumber air.
- 9 -
Pasal 15 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Selatan dan Menteri adalah Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Diatur dengan peraturan Bupati dimaksudkan agar dibuatkan
format khusus bentuk dan materi pelaporan, sehingga memudahkan kepada setiap pemegang izin.
Pasal 16 Ayat (1)
Dimaksudkan dari “tidak menghapus” kewajiban adalah
tanggungjawab itu melekat bukan berdasarkan batas waktu
perizinan, karena banyaknya usaha yang ketika batas waktu perizinan telah berakhir terhadap air limbah yang telah ada
tidak lagi dilakukan pengolahan. Hal ini merupakan suatu
pelanggaran apabila dilakukan pembuangan secara langsung untuk menyatakan bahwa air limbah sudah tidak ada.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
- 10 -
Pasal 22 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Peringatan tertulis pertama dengan jangka waktu 6 (enam)
bulan setelah itu diberikan peringatan tertulis kedua dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari setelah itu dapat dilakukan
penghentian sementara kegiatan sekaligus pembekuan izin dan
selama 1 (satu) bulan dan apabila dalam kondisi tertentu memang diperlukan pencabutan maka harus segera dilakukan
dengan memperhatikan pada asas tujuan hukum
(doelmatigheid) dimana pencabutan itu dilakukan atas dasar
suatu penegakan hukum karena terpenuhinya unsur bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pencabutan izin tersebut sekurang-kurangnya dipengaruhi
beberapa hal berikut :
a. Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang disebut di dalam dokumen izin tidak memenuhi BMAL dan persyaratan
teknis yang diwajibkan dalam dokumen izin walupun sudah
berkali-kali dikenakan teguran maupun sanksi lainnya. b. Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan melakukan
perubahan total terhadap jenis usaha dan/atau kegiatannya.
c. Usaha dan/atau kegiatan yang telah tutup atau tidak melakukan kegiatannya.
Pencabutan izin dalam kondisi tersebut di atas dilakukan oleh
pemberi izin dalam hal ini bupati atau pejabat yang ditunjuk
menerbitkan izin segera setelah ketiga kondisi tersebut diidentifikasi atau ditemukan pada saat pengawasan dan
menjadi tindaklanjut hasil pengawasan tersebut. Pencabutan
juga dapat dilakukan berdasarkan pemberitahuan kepada pemegang izin untuk kondisi pada angka 2) dan 3) paling lambat
1 (satu) bulan sebelum kegiatan kondisi tersebut direalisasikan.
- 11 -
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 26
Paksaan pemerintah dapat dalam bentuk :
a. penghentian sementara kegiatan produksi; b. pemindahan sarana produksi;
c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d. pembongkaran; e. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi
menimbulkan pelanggaran;
f. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran
dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
Pasal 27 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 28 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 32
Limbah fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik kesehatan, RSUD, RS swasta.
- 12 -
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 15