102
i PERBANDINGAN AKUNTANSI ASET BIOLOJIK SEBAGAI PERSEDIAAN MENURUT IAS 41 DAN PSAK 14 Oleh: CITRA ANGGITA WARDANTI NIM: 232010201 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

  • Upload
    vankien

  • View
    243

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

i

PERBANDINGAN AKUNTANSI ASET BIOLOJIK

SEBAGAI PERSEDIAAN MENURUT

IAS 41 DAN PSAK 14

Oleh:

CITRA ANGGITA WARDANTI

NIM: 232010201

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 2: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition
Page 3: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition
Page 4: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

ii

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jalan Diponegoro 52-60

Telp: (0298) 321212, 311881

Telex 22364 uksw

Salatiga 50711 – Indonesia

Fax. (0298) – 21433

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Citra Anggita Wardanti

NIM : 232010201

Program Studi : AKUNTANSI

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi

Judul : Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan

menurut IAS 41 dan PSAK 14

Pembimbing : Supatmi, SE., M.Ak., Akt

Tanggal Diuji : 24 Januari 2014

adalah benar hasil karya saya.

Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain

yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau

symbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan

pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan

orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai

peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 8 Januari 2014

Yang memberi pernyataan,

CITRA ANGGITA WARDANTI

Page 5: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

iii

PERBANDINGAN AKUNTANSI ASET BIOLOJIK

SEBAGAI PERSEDIAAN MENURUT

IAS 41 DAN PSAK 14

Oleh:

CITRA ANGGITA WARDANTI

NIM: 232010201

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

Disetujui oleh:

Supatmi, SE., M.Ak., Akt

Pembimbing

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 6: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya tulis skripsi ini kepada :

Ibuku tercinta Nurwanti

Ayahku tercinta Wardi

Adikku tersayang Yusuf Nur Arifin

Seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung

Orang terkasih yang sangat berperan dalam perjalanan hidupku

Sahabatku Timotius Agung dan Garry Christ yang telah

memberikan pengalaman belajar luar biasa

Teman-teman yang senantiasa membantu, memberikan semangat,

& mendoakan

Page 7: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

v

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(QS. Al-Baqarah: 286)

The difference between a successful person and others is not a lack of strength, not a lack

of knowledge, but rather a lack of will.

(Vince Lombardi)

You become what you believe.

(Oprah Winfrey)

Page 8: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

vi

ABSTRACT

Indonesia has been under full adoption of international accounting standards named

IFRS (International Financial Accounting Standards). One standard of IFRS is IAS

41 which deals with agricultural activity, until research is done has not been adopted

by the IAI (Indonesian Institute of Accountants). Indonesia is an agricultural country

and many companies in Indonesia are engaged in agriculture. The purpose of this

research is to compare the accounting treatment of biological assets as inventory

based on IAS 41: Agriculture with PSAK 14 on Inventory includes definition of

biological assets, recognition, measurement and disclosure. The data obtained by the

study of literature and case studies on a cattle farm. The results of this study indicate

that biological assets as inventories (Consumable Biological Assets) is more

appropiate to put in the scope of IAS 41 compared with PSAK 14, so the Indonesian

accounting regulators should adopt these standards. However, if IAS 41 are not

adopted, PSAK 14 have been able to organize the biological assets as inventories

with addition of an explanation on the definition, recogniton, measurement, and

disclosure on inventory.

Keywords: Consumable Biological Assets, IAS 41, PSAK 14

Page 9: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

vii

SARIPATI

Indonesia telah berada dalam tahap adopsi penuh standar akuntansi internasional

IFRS (International Financial Accounting Standard). Salah satu standar IFRS adalah

IAS 41 yang membahas tentang aktivitas agrikultur, sampai penelitian ini dilakukan

belum diadopsi oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Indonesia merupakan negara

agraris dan banyak perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang agrikultur.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbandingan perlakuan akuntansi aset

biolojik sebagai persediaan berdasarkan IAS 41: Agriculture dengan PSAK 14

tentang Persediaan meliputi definisi aset biolojik, pengakuan, pengukuran, dan

pengungkapannya. Data diperoleh dengan cara studi literatur serta studi kasus di

suatu peternakan sapi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa aset biolojik

sebagai persediaan (Consumeable Biological Asset) lebih baik diatur oleh IAS 41

dibandingkan PSAK 14, sehingga sebaiknya regulator akuntansi Indonesia

mengadopsi standar tersebut. Namun apabila standar tersebut tidak diadopsi, PSAK

14 tentang Persediaan sudah mampu mengatur aset biolojik sebagai persediaan

dengan penambahan penjelasan pada definisi, pengakuan dan pengukuran, serta

pengungkapan persediaan.

Kata kunci: Persediaan, Aset Biolojik, IAS 41, PSAK 14

Page 10: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

viii

KATA PENGANTAR

Akuntansi merupakan alat yang bisa digunakan suatu perusahaan untuk

melaporkan seluruh aktivitasnya. Adanya standar pelaporan akuntansi internasional

yaitu IFRS mengakibatkan Laporan Keuangan semua perusahaan bisa dibandingkan

dengan perusahaan lainnya yang bertujuan untuk menarik investor. Pengadopsian

standar tersebut pasti tidak mudah bagi semua negara dikarenakan masing-masing

negara memiliki budaya yang berbeda-beda.

Indonesia pun masih dalam tahap konvergensi standar IFRS dan salah satu

standar yang belum diadopsi yaitu IAS 41 tentang aktivitas agrikultur. Padahal

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam. Begitu juga

negara yang menjadikan aktivitas agrikultur sebagai ujung tombak

perekonomiaannya tentunya perlu untuk mengadopsi IAS 41. Penelitian ini

bertujuan untuk membandingkan perlakuan akuntansi sebagai persediaan menurut

IAS 41 sebagai standar akuntansi keuangan internasional dan PSAK 14 sebagai

standar akuntansi keuangan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan

pertimbangan regulator akuntansi untuk mengadopsi IAS 41 dan memberikan

manfaat oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Tiada orang yang memiliki kesempurnaan. Penulis pun menyadari bahwa di

dalam penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu

penulis akan selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun dari

pembaca.

Salatiga, Januari 2014

Penulis

Page 11: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT karena senantiasa

melimpahkan rahmatNya untuk memberikan motivasi, ide, inspirasi, dan

bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan menurut IAS 41 dan

PSAK 14” ini dengan baik.

Terima kasih yang tulus kepada Ayahku Wardi, Ibuku Nurwanti, Adikku

Yusuf Nur Arifin yang selalu mendukung, memotivasi, dan memberikan kekuatan.

Terima kasih kepada Bapak Hari Sunarto, SE., MBA. PhD selaku Dekan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Bapak Usil Sis

Sucahyo, SE., MBA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Ibu Supatmi, SE., M.Ak., Akt selaku

pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

masukan, bimbingan dan saran maupun kritik yang bermanfaat bagi penulis. Ibu

Yeterina Widi Nugrahanti, SE., M.Acc, Akt selaku wali studi yang membimbing

selama menempuh studi.

Terima kasih Seluruh staf pengajar FEB-UKSW yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi. Seluruh staf TU FEB-

UKSW yang telah membantu penulis dalam pengurusan administrasi. Untuk dosen-

dosen pembimbing lomba akuntansi Mbak Ery, Ko Paskah, Ko Ari, Mbak Gustin,

Mbak Pat, Mas Yus yang telah mendukung penulis dalam persiapan mengikuti

perlombaan.

Page 12: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

x

Terima kasih Bapak Drs. Agna Sulis Krave, M.Sc, Ph.D yang telah

memberikan informasi berharga tentang peternakan miliknya “Neo Farming” untuk

mendukung penulisan skripsi ini.

Sahabat luar biasa Timotius Agung, Garry Christ, Susanah yang memberikan

pengalaman berharga mengikuti perlombaan akuntansi.

Terima kasih untuk kebersamaannya dan dukungannya sahabat baik dan

senasib seperjuangan seangkatan, Noveni Christi, Dimas Cimol, Kenneth Abhimata,

Yonathan Kusuma, Marcellinus, Kristaka, Diana Novita, Joko, Armarion, Venza,

Momod, Adi Tunggul, Karina, Luluk, Wahyu, Rara, Munk.

Terima kasih teman-teman Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis

periode 2012-2013, Wika, Shidqi, Arron, Tori, Navika, Titin, Gita, Bara, Lio,

Yulius, Yudha, Ronald yang memberikan pengalaman organisasi yang

menyenangkan. Terima kasih kepada teman-teman Korps Asisten Fakultas

Ekonomika dan Bisnis.

Terima kasih banyak untuk Orang terkasih yang mencurahkan dukungannya,

waktunya, tenaganya tanpa henti.

Semua teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu tetap semangat

dan terima kasih atas bantuannya selama kuliah, kepanitian, dan kegiatan di fakultas

maupun universitas. Untuk semua sahabat, saudara, dan teman semoga Allah SWT

senantiasa selalu melimpahkan karunia serta rahmatNya kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Salatiga, Januari 2014

Penulis

Page 13: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................. ii

Halaman Persetujuan ........................................................................................ iii

Halaman Persembahan . ................................................................................... iv

Halaman Motto ................................................................................................ v

Abstract . .......................................................................................................... vi

Saripati . ........................................................................................................... vii

Kata Pengantar . ............................................................................................... viii

Ucapan Terima Kasih . ..................................................................................... ix

Daftar Isi .......................................................................................................... xi

Daftar Tabel . ................................................................................................... xiii

Daftar Gambar . ................................................................................................ xiv

Daftar Lampiran . ............................................................................................. xv

1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

2. METODE PENELITIAN ......................................................................... 6

Teknik Analisis ....................................................................................... 7

Sistematika Penulisan ............................................................................. 8

3. ASET BIOLOJIK ...................................................................................... 8

4. INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) 41:

AGRICULTURE ASSETS ....................................................................... 16

Consumable Biological Assets (CBA) .................................................... 20

Page 14: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

xii

5. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DI INDONESIA

TERKAIT PERSEDIAAN ASET BIOLOJIK ....................................... 22

6. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 34

Tujuan, Skopa, dan Definisi (Objectives, Scope, and Definition) .......... 50

Pengakuan dan Pengukuran (Recognition and Measurement) ............... 52

Pengungkapan (Disclosure) .................................................................... 72

7. KESIMPULAN .......................................................................................... 74

Saran ....................................................................................................... 76

Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 77

Daftar Pustaka .................................................................................................... 79

Lampiran-lampiran ........................................................................................... 82

Page 15: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Aset Biolojik, Produk Agrikultur, dan Hasil Pengolahan setelah Panen .. 3

Tabel 2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan

menurut IAS 41 dan PSAK 14 .................................................................. 28

Tabel 3 Perbedaan Perlakuan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan menurut

IAS 41 dan PSAK 14 ................................................................................ 33

.....

Page 16: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengukuran Persediaan Aset Biolojik .................................................. 59

Page 17: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara....................................................... 76

Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup.................................................................... 78

Page 18: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

1

1. PENDAHULUAN

Konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standard) di Indonesia

pada tahun 2012 menyebabkan perusahaan go public di Indonesia seharusnya

mengadopsi standar akuntansi keuangan internasional tersebut. Salah satunya adalah

IAS (International Accounting Standard) 41 tentang Agriculture yang merupakan

salah satu standar yang paling kontroversial mulai periode akuntansi 1 Januari 2003

(Bhakir, 2010). IFRS bertujuan agar laporan keuangan tahunan perusahaan

menghasilkan informasi handal bagi penggunanya yaitu informasi dimana: (1) Dapat

diperbandingkan selama periode yang disajikan dan memiliki transparansi untuk

penggunanya, (2) Menghasilkan titik pertama yang memadai untuk akuntansi

berbasis IFRS, (3) Mengandung manfaat yang lebih banyak untuk pengguna dengan

biaya yang lebih rendah (Gamayuni, 2009). Ini merupakan alasan beberapa pihak

yang setuju dengan pengadopsian penuh IFRS di Indonesia, termasuk standar IAS 41.

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki berbagai sumber

daya alam dengan lahan agrikultur mencapai 31.000.000 hektar (Departemen

Pertanian, 2011). Berdasarkan data statistik tahun 2001 sebanyak 45% penduduk

Indonesia bermata pencaharian sebagai petani atau bekerja di bidang agrikultur.

Pertanian Indonesia menghasilkan berbagai komoditi ekspor seperti padi, jagung,

kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Selain itu Indonesia juga dikenal

dengan hasil pekebunannya, seperti kelapa sawit, karet, tembakau, dan kapas. Usaha

agrikultur yang banyak dilakukan investor di Indonesia adalah usaha perkebunan,

Page 19: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

2

dengan banyaknya perusahaan perkebunan yang berada di Indonesia. Luas lahan

perkebunan pun menurut Badan Pusat Statistik (2012) mengalami peningkatan dari

tahun 2009 – 2011.

Sebagian besar perusahaan di Indonesia bergerak di bidang pertanian maupun

perkebunan, sehingga sebagian besar asetnya merupakan aset biolojik. Aset biolojik

adalah aset yang unik, karena mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah

aset biolojik menghasilkan output. Dalam praktiknya, karena karakteristiknya yang

unik, perusahaan yang bergerak di bidang agrikultur mempunyai kemungkinan untuk

menyampaikan informasi yang lebih bias dan manipulatif karena menggunakan fair

value dalam pengukuran asetnya, sebab terdapat banyak penilaian subjektif,

dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di bidang lain yang asetnya memiliki

historical cost (Elad dan Herbohn, 2011).

Aset biolojik dapat menghasilkan aset baru yang terwujud dalam agricultural

produce atau berupa tambahan aset biolojik dalam kelas yang sama. Karena

mengalami transformasi biolojik maka diperlukan pengukuran yang dapat

menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kontribusinya dalam

menghasilkan aliran keuntungan ekonomis bagi perusahaan.

Menurut IAS 41, aset biolojik dibedakan menjadi dua, yaitu diperlakukan

sebagai aset tetap, sebagai misal, sapi perah yang diambil susunya, maka sapi perah

ini dikategorikan sebagai aset tetap. Kedua, aset biolojik bisa dianggap sebagai

Page 20: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

3

persediaan apabila dengan menggunakan contoh diatas, sapi tersebut yang

diperjualbelikan adalah dagingnya, jadi sapi pedaging tersebut bisa dianggap sebagai

persediaan aset biolojik.

Di bawah ini merupakan contoh dari aset biolojik sebagai persediaan, hasil

agrikultur, dan produk setelah pengolahan, menurut IAS 41 paragraf 4 (2009):

Tabel 1

Aset Biolojik, Produk Agrikultur, dan Hasil Pengolahan setelah Panen

Aset Biolojik Produk Agrikultur Hasil Pengolahan setelah

Panen

Domba Daging Domba Sosis

Pohon di Perkebunan Kayu yang ditebang Kayu Gelondongan, Mebel

Tanaman Tebu Tebu yang dipanen Gula

Sapi Pedaging Daging Sapi Sosis Sapi

Babi Daging Babi Sosis, Daging Ham Kering

Tanaman Teh Daun Teh Teh Kering

Ayam Pedaging Daging Sosis Ayam, Nugget

Sumber: IAS 41

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aset biolojik merupakan aset yang bisa

bertumbuh dan berkembang seperti makhluk hidup. Seperti yang dijelaskan pada

paragraf 6 IAS 41, yang membedakan aset biolojik dengan aset lainnya adalah

kemampuan untuk berubah melalui transformasi biolojik, manajemen yang

menfasilitasi perubahan ini, serta pengukuran untuk perubahan biolojik secara

kualitas dan kuantitasnya.

Page 21: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

4

Di Indonesia, perlakuan akuntansi aset biolojik sebagai aset tetap tertuang dalam

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) 16 dan perlakuan akuntansi aset

biolojik sebagai persediaan telah diakomodir oleh PSAK 14. Khususnya untuk aset

biolojik sebagai persediaan yang ada di PSAK 14 di Indonesia, akan ditelusur lebih

lanjut apakah PSAK 14 sudah mengakomodir persediaan untuk aset biolojik. Lain

halnya dengan pedoman internasional, IAS 41, yang dikhususkan untuk aset biolojik,

baik aset biolojik sebagai aset tetap maupun sebagai persediaan. Di dalam IAS 41

telah mengakomodir perlakuan akuntansi aset biolojik baik sebagai aset tetap ataupun

persediaan, akan tetapi jika diterapkan di Indonesia, apakah IAS 41 ini akan

melengkapi ataukah akan berseberangan dengan PSAK 14, masih menjadi

perdebatan.

IAS 41 sebenarnya merupakan ganjalan bagi Indonesia, Malaysia, dan India

dalam mengadopsi penuh IFRS (www.iaiglobal.or.id, 2013). Saat ini standar IAS 41

sedang ditelaah ulang oleh IASB sebab ada beberapa peraturan yang sulit

diaplikasikan oleh industri perkebunan. Malaysia bersikeras bahwa revisi IAS 41:

Agriculture yang sedang digodok oleh IASB sangat sulit diaplikasikan di industri

perkebunan. Pihak kontra mengatakan bahwa penerapan yang sulit dilakukan adalah

penggunaan fair value untuk mengukur aset biolojik yang belum dipanen. Misalkan

untuk kelapa sawit, dalam 2000 hektar kebun kelapa sawit bisa memiliki umur pohon

yang berbeda-beda dan jenis genetik pohonnya juga berbeda, sehingga sulit untuk

melakukan pengukuran aset secara keseluruhan.

Page 22: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

5

Pada penelitian sebelumnya oleh Klaas (2013) yang membandingkan perlakuan

akuntansi aset biolojik menurut IAS 41 dan PSAK 16 tentang Aset Tetap diketahui

bahwa aset biolojik sebagai aset atau Bearer Biological Asset (BBA) lebih cocok

apabila dinaungi IAS 16 Property, Plant, Equipment yang telah diadopsi dalam

PSAK 16 tentang Aset Tetap di Indonesia. Sedangkan IAS 41 lebih relevan

diterapkan untuk kelompok aset biolojik sebagai persediaan atau Consumable

Biological Asset (CBA). Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui lebih khusus perlakuan persediaan aset biolojik menurut IAS 41, sebagai

standar akuntansi keuangan internasional, dan PSAK 14, sebagai standar yang

digunakan di Indonesia. Selain hal itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui

perbandingan antara perlakuan persediaan aset biolojik berdasarkan IAS 41 dengan

PSAK 14 tentang Persediaan meliputi definisi aset biolojik, pengakuan, pengukuran,

dan pengungkapannya. Selanjutnya melalui penelitian ini bisa diketahui apakah

standar akuntansi keuangan internasional IAS 41 tentang Agriculture layak untuk

diadopsi oleh DSAK-IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan

Indonesia) ke dalam standar akuntansi keuangan PSAK 14 tentang persediaan di

Indonesia. Namun apabila DSAK-IAI tidak mengadopsi IAS 41 maka akan diusulkan

hal-hal yang perlu ditambahkan pada PSAK 14 tentang Persediaan supaya bisa

mengakomodir perlakuan akuntansi untuk aset biolojik sebagai persediaan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,

antara lain kepada DSAK selaku penyusun standar akuntansi di Indonesia, sebagai

Page 23: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

6

bahan masukan bagi DSAK apakah perlu menerapkan IAS 41 dalam PSAK di

Indonesia. Selanjutnya bagi perusahaan agrikultur di Indonesia, penelitian diharapkan

bisa menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian persediaan aset biolojik di masa

yang akan datang apabila DSAK menerapkan IAS 41 di Indonesia. Sementara bagi

bidang akademik, melalui hasil penelitian ini nantinya akan memperkaya kajian

literatur mengenai persediaan aset biolojik.

2. METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data-data sehubungan dengan penelitian ini, maka penelitian

ini menggunakan metode studi literatur atau penelitian kepustakaan (library

research). Studi literatur adalah dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap

karya publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus

bagi peneliti (Sekaran, 2006: 82). Penelitian ini menggunakan studi literatur dengan

cara memahami dengan baik teori yang menyangkut pokok permasalahan yang

diteliti dengan cara mengkaji dan menelaah standar akuntansi keuangan internasional

yaitu IAS 41: Agriculture, standar di Indonesia yaitu PSAK 14 tentang Persediaan,

jurnal penelitian terkait isu IAS 41, buku-buku akuntansi seperti buku Intermediate

Accounting (Kieso et al. 2011) serta artikel-artikel yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian yang berasal dari website Ikatan Akuntan Indonesia

(www.iaiglobal.or.id).

Page 24: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

7

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder, yaitu data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen atau artikel-artikel yang berkaitan dengan

penulisan berupa laporan keuangan serta catatan-catatan mengenai pengakuan dan

pengukuran aset biolojik. Data yang dimaksud berasal dari International Accounting

Standard yang berlaku internasional, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang

berlaku di Indonesia, jurnal penelitian, serta data dari diskusi-diskusi di website

Ikatan Akuntan Indonesia (www.iaiglobal.or.id). Penelitian ini juga melakukan studi

kasus pada suatu peternakan sapi bernama “Neo Farming” yang terletak di Getasan,

Kabupaten Semarang sebagai gambaran praktik perlakuan akuntansi untuk aset

biolojik. Data yang didapat merupakan data primer yang diperoleh langsung melalui

wawancara kepada pemilik. Wawancara tersebut meliputi aspek pengakuan dan

pengukuran aset biolojik sebagai persediaan yaitu sapi.

Teknik Analisis

Untuk menjawab rumusan masalah, maka metode analisis yang digunakan adalah

metode analisis deskriptif kualitatif. Dengan metode analisis deskriptif kualitatif, data

yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan,

menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh dari berbagai artikel ilmiah

untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang proses perlakuan

akuntansi persediaan aset biolojik berdasarkan IAS 41 dan PSAK 14. Langkah

analisisnya yaitu mengkomparasikan definisi, proses pengakuan, pengukuran, serta

pengungkapan persediaan aset biolojik berdasarkan IAS 41 dan PSAK 14.

Page 25: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

8

Selanjutnya akan dilakukan analisis perlakuan akuntansi menurut IAS 41 pada suatu

contoh soal tentang persediaan aset biolojik. Kemudian dilakukan penjabaran praktik

akuntansi aset biolojik sebagai persediaan di peternakan sapi “Neo Farming” di

Getasan, Kabupaten Semarang.

Sistematika Penulisan

Di bagian pertama penelitian ini akan dijelaskan mengenai fenomena tentang

IAS 41 pada IFRS, pengadopsian IAS 41 di Indonesia, serta belum adanya standar

khusus di Indonesia untuk aset biolojik sebagai persediaan. Kemudian bagian kedua

dijabarkan juga untuk metode penulisan, teknik penulisan, dan sistematika penulisan

dalam penelitian ini.

Di bagian ketiga terdapat penjabaran aset biolojik secara keseluruhan. Di bagian

keempat akan membahas perlakuan persediaan aset biolojik menurut IAS 41. Pada

bagian kelima akan dijelaskan perlakuan persediaan aset biolojik menurut PSAK 14

di Indonesia. Selanjutnya di bagian keenam terdapat analisis dan pembahasan

perlakuan akuntansi menurut IAS 41 dan PSAK 14. Sebagai penutup di bagian

ketujuh berisi kesimpulan dan hambatan penelitian.

3. ASET BIOLOJIK

Definisi aset dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan paragraf 49 (2009) yang berlaku di Indonesia disebutkan bahwa, aset

Page 26: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

9

adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa

lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh

perusahaan. IASB mendefinisikan aset dalam Framework for the Preparation and

Presentation of Financial Statements paragraf 49, adalah an asset is a resource

controlled by the entity as a result of past event and from which future economic

benefits are expected to flow to an entity.

Aset dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, seperti aset berwujud

dan tidak berwujud, aset tetap dan tidak tetap. Secara umum klasifikasi aset pada

neraca dikelompokkan menjadi aset lancar (current assets) dan aset tidak lancar

(noncurrent assets) (IAS 1, par. 60, 2011).

Pada IAS 1 paragraf 66 (2011) aset lancar (current assets) merupakan aset yang

berupa kas dan aset lainnya yang dapat diharapkan akan dapat dikonversi menjadi

kas, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi, tergantung

mana yang paling lama. Aset yang termasuk aset lancar seperti kas, persediaan,

investasi jangka pendek, piutang, beban dibayar di muka, dan lain sebagainya.

Sedangkan aset tidak lancar (noncurrent assets) merupakan aset yang tidak mudah

untuk dikonversi menjadi kas atau tidak diharapkan untuk dapat menjadi kas dalam

jangka waktu satu tahun atau satu siklus produksi (IAS 1: 66). Aset yang termasuk

aset tidak lancar seperti investasi jangka panjang, aset tetap, aset tak berwujud

(intangible assets) dan aset lain-lain.

Page 27: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

10

Aset biolojik merupakan jenis aset berupa hewan dan tumbuhan hidup, seperti

yang didefinisikan dalam IAS 41: “Biological asset is a living animal or plant”,

dengan kata lain aset biolojik adalah tanaman pertanian atau hewan ternak yang

dimiliki oleh perusahaan yang diperoleh dari kegiatan masa lalu. Karakteristik khusus

yang membedakan aset biolojik dengan aset lainnya yaitu bahwa aset biolojik

mengalami transformasi biolojik. Tranformasi biolojik merupakan proses

pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang disebabkan perubahan

kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan menghasilkan aset baru dalam

bentuk produk agrikultur atau aset biolojik tambahan pada jenis yang sama.

Dalam IAS 41 paragraf 5 (2009) tansformasi biolojik dijelaskan sebagai berikut

Biological transformation comprises the processes or growth, degeneration,

production, and procreation that cause qualitative or quantitative changes in a

biological asset. Berdasarkan jangka waktu transformasi biolojiknya, aset biolojik

dapat dikelompokkan menjadi dua jenis (Sedláček, 2010), yaitu:

a. Aset biolojik jangka pendek (short term biological assets). Aset biolojik yang

memiliki masa manfaat/masa transformasi biolojik kurang dari atau sampai 1

(satu) tahun.

b. Aset biolojik jangka panjang (long term biological assets). Aset biolojik yang

memiliki masa manfaat/masa tranformasi biolojik lebih dari 1 (satu) tahun.

Page 28: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

11

Berdasarkan jenis aset biolojik tersebut, Sedláček (2010) menjelaskan aset

biolojik dalam laporan keuangan diklasifikasikan ke dalam aset lancar (current

assets) ataupun aset tidak lancar (noncurrent assets) tergantung dari masa

transformasi biolojik yang dimiliki oleh aset biolojik atau jangka waktu yang

diperlukan dari aset biolojik untuk siap dijual. Aset biolojik yang mempunyai masa

transformasi atau siap untuk dijual dalam waktu kurang dari atau sampai 1 (satu)

tahun, maka aset biolojik tersebut diklasifikasikan ke dalam aset lancar, biasanya

digolongkan ke dalam perkiraan persediaan atau aset lancar lainnya. Sedangkan, aset

biolojik yang mempunyai masa transformasi biolojik lebih dari 1 (satu) tahun

diklasifikasikan ke dalam aset tidak lancar, biasanya digolongkan ke dalam perkiraan

aset lain.

Makna pengakuan (recognition) pada Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan (par. 82, 2009) merupakan proses pembentukan suatu

pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan

laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata

maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba

rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan

laba rugi. Kelalaian untuk mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui

pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau

materi penjelasan.

Page 29: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

12

Pos yang memenuhi definisi suatu aset harus diakui jika (Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 83, 2009):

a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos

tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan

b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya

di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya

yang dapat diukur secara andal (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan, par. 89, 2009). Sebaliknya, seperti tertuang dalam Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (par. 90, 2009), aset tidak diakui

dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang

tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah periode akuntansi berjalan.

Sebagai alternatif transaksi semacam ini menimbulkan pengakuan beban dalam

laporan laba rugi. Implikasi dari transaksi tersebut bahwa tingkat kepastian dari

manfaat-manfaat yang diterima perusahaan setelah periode akuntansi berjalan tidak

mencukupi untuk membenarkan pengakuan aset.

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi serta

proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu (Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 99, 2009). Sejumlah dasar

Page 30: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

13

pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda

dalam laporan keuangan. Maka berbagai dasar pengukuran tersebut yang tertuang

dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (par. 100,

2009) adalah sebagai berikut:

a. Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang

dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan

untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat

sebesar jumlah yang diterima sebagai penukaran dari kewajiban (obligation),

atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas

(atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi

kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.

b. Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang

seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.

Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak

didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk

menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value). Aset dinyatakan

dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan

menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban

dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang

Page 31: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

14

tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi

kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

d. Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih

di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan

dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban

dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan

ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan

kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

e. Nilai wajar (fair value). Nilai aset dan kewajiban yang dapat berubah sesuai

kewajarannya pada pasar saat transaksi dilakukan atau neraca disiapkan.

Laporan keuangan harus mengungkapkan: (a) Kebijakan akuntansi yang

digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai; (b)

Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang

sesuai bagi perusahaan; (c) Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai

realisasi bersih (d) Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang

diakui sebagai penghasilan selama periode sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28;

(e) Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang

diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28; dan (f) Nilai tercatat persediaan

yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

Page 32: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

15

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam

laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif

pokok seperti yang dinyatakan dalam PSAK dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan (par. 24, 2009) yaitu: dapat dipahami, relevan,

keandalan, dan dapat diperbandingkan.

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna (Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 25, 2009).

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan

pengguna dalam proses pengambilan keputusan (Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan, par. 26, 2009).

3. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pengguna sebagai penyajian

yang tulus atau jujur (faithful representation) dan yang seharusnya atau yang secara

wajar diharapkan dapat disajikan (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan, par. 31, 2009).

Page 33: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

16

4. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar

periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.

Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan

untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara

relatif (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 39,

2009).

4. INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) 41:

AGRICULTURE ASSETS

IAS 41 adalah salah satu bagian standar IFRS yang mulai diberlakukan IASB

pada tanggal 1 Januari 2003. IAS 41 mengatur perlakuan akuntansi dari pengakuan,

pengukuran dan pengungkapan aset biolojik dan produk hasil agrikuktur pada saat

panen yang masih berkaitan dengan kegiatan agrikultur.

Standar sebelum IAS 41 tidak ada yang mengatur secara spesifik bagaimana

perlakuan akuntansi untuk aset biolojik. Sebagai contoh persediaan yang diatur oleh

IAS 2 tidak mengatur tentang produsen untuk hewan ternak yang dijual, hasil hutan,

serta aktivitas berkaitan dengan agrikultur. Kemudian IAS 16 tentang Property, Plant

and Equipment dan IAS 40 Investment Property tidak mengatur untuk aset biolojik

yang mengalami pertumbuhan seperti pohon. IAS 18 yaitu Revenue tidak terdapat

Page 34: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

17

cara untuk mengakui pendapatan akibat dari pertumbuhan aset biolojik, misalnya sapi

dari kecil lalu menjadi besar dan menghasilkan susu.

Menurut paragraf 1 IAS 41, standar ini hanya mencakup pada tiga aktivitas

pertanian yaitu aset biolojik (biological assets), produk agrikultur pada saat

pemanenan (agricultural produce at the point of harvest), serta hibah pemerintah

(government grants) untuk kegiatan agrikultur. Sedangkan tanah untuk kegiatan

pertanian tidak tercakup dalam IAS 41, tetapi menggunakan IAS 16 Property, Plant

and Equipment and IAS 40 Investment Property, begitu juga dengan aset tak

berwujud yang terkait kegiatan pertanian merupakan cakupan dari IAS 38 Intangible

Assets.

IAS 41 di paragraf 5 mendefinisikan aset biolojik (biological asset) merupakan

tanaman dan hewan hidup. Sedangkan aktivitas agrikultur (agricultural activity)

adalah aktivitas manajemen suatu entitas untuk mengolah dari transformasi biolojik

dan panen aset biolojik sampai bisa dijual atau konversi aset biolojik ke produk

agrikultur atau menjadi aset biolojik bernilai tambah. Produk agrikultur (agricultural

produce) adalah produk hasil panen dari aset biolojik. Tranformasi biolojik

(biological transformation) diartikan sebagai proses perubahan dari aset biolojik

sampai bisa dipanen, yaitu proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi

yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif aset biolojik. Setelah

mengalami transformasi biolojik, aset biolojik akan menghasilkan produk agrikultur

Page 35: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

18

yang terpisah dari aset biolojik sebagai bagian dari proses hidupnya yang dinamakan

panen (harvest).

Terdapat berbagai macam aset biolojik, akan tetapi tidak semua aset tersebut bisa

diakui sebagai aset biolojik. Berdasarkan IAS 41 paragraf 10, suatu entitas bisa

mengakui aset biolojik dan produk agrikultur apabila telah memenuhi syarat-syarat

berikut:

a) Entitas mengendalikan aset tersebut yang disebabkan oleh kejadian di masa

lalu;

b) Dimungkinkan adanya manfaat ekonomi di masa depan yang berhubungan

aset akan ada aliran kas ke entitas tersebut;

c) Nilai wajar (fair value) atau harga perolehan (cost) dari aset bisa diukur secara

handal.

Pada poin (a) disebutkan bahwa boleh ada pengakuan bila entitas mempunyai

control untuk aset biolojik. Pada aktivitas agrikultur, control bisa ditunjukkan dengan

bukti tertentu, misalnya surat kepemilikan untuk sapi, merk dagang, atau bukti lain

yang menunjukkan saat sapi dibeli, lahir, atau berhenti menyusu pada induknya (IAS

41: 11). Sedangkan untuk poin (b) yaitu manfaat ekonomi di masa depan, biasanya

diperkirakan dengan mengukur atribut-atribut fisik yang penting dari aset biolojik.

Pengukuran aset biolojik sebaiknya diukur pada pengakuan pertama serta pada setiap

akhir periode, dengan menggunakan fair value dikurangi biaya penjualan, kecuali

Page 36: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

19

untuk kasus tertentu yang dijelaskan di paragraf 30 dimana fair value tidak bisa

diukur dengan handal. Jika nilai wajar tidak bisa diukur dengan handal maka

pengukuran produk agrikultur yang dipanen dari aset biolojik, diukur dengan cost

(biaya perolehan) dikurangi biaya penjualan waktu panen (point of harvest), seperti

pengukuran persediaan pada IAS 2 Inventories.

Menurut paragraf 17 IAS 41, nilai wajar dari aset biolojik dan produk agrikultur

diukur pada keadaan active market. Pasar aktif (active market) adalah pasar dimana

terdapat kondisi berikut (IAS 41: 8):

(a) Jenis barang yang diperdagangkan di pasar bersifat homogen (homogeneous);

(b) Pembeli dan penjual yang berminat bisa ditemukan kapan saja;

(c) Harga tersedia untuk umum.

Apabila active market tidak ada, maka entitas menggunakan salah satu cara di

bawah ini untuk menentukan nilai wajar (IAS 41: 18):

(a) Harga terbaru transaksi pasar, asalkan tidak ada perubahan signifikan

keadaan ekonomi antara tanggal transaksi dan periode akhir pelaporan;

(b) Harga pasar untuk aset sejenis dengan penyesuaian bila ada perbedaan;

(c) Pembandingan dengan sektor sejenis, misalnya nilai sapi dinyatakan dengan

harga per kilogram daging dan nilai perkebunan buah dinyatakan dalam

hektar.

Page 37: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

20

Nilai wajar juga bisa diukur dengan harga perolehan (cost) aset biolojik ketika

hanya sedikit transformasi biolojik yang terjadi sejak awal dan imbas dari nilai

transformasi biolojik tidak material.

Keuntungan (gain) atau kerugian (loss) yang terjadi pada pengakuan awal aset

biolojik adalah selisih dari nilai wajar dan biaya penjualan atau dari perubahan nilai

wajar dikurangi biaya penjualan. Keuntungan atau kerugian ini harus diakui pada saat

periode terjadinya (IAS 41: 26) begitu juga untuk produk agrikultur (IAS 41: 28).

IAS 41 juga mengatur tentang hibah pemerintah (government grant) yang

berhubungan dengan aset biolojik di paragraf 31. Hibah pemerintah digolongkan

menjadi dua yaitu tanpa syarat dan bersyarat. Jika hibah tanpa syarat, diukur dengan

nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan diakui sebagai keuntungan atau kerugian

hanya jika hibah pemerintah dapat diterima dan dicatat sebagai piutang. Jika hibah

tersebut bersyarat, pengukuran dengan nilai wajar dikurangi biaya penjualan

termasuk saat pemerintah meminta entitas tidak melakukan aktivitas tertentu, entitas

mengakui hibah pemerintah sebagai keuntungan atau kerugian hanya jika kondisi

yang disyaratkan bisa terpenuhi.

Consumable Biological Assets (CBA)

IAS 41 paragraf 44 mendefinisikan Consumable Biological Assets (CBA) adalah

aset biolojik yang akan dipanen sebagai agrikultur produk atau dijual sebagai aset

biolojik. Misalkan peternakan penghasil daging, hasil ternak untuk dijual, ikan di

Page 38: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

21

peternakan, dan tanaman kayu yang langsung diambil manfaatnya. Sedangkan Bearer

Biological Assets (BBA) selain dari Consumable Biological Assets, bukan merupakan

produk agrikulturnya tetapi cenderung kepada self-regenerating. Sebagai contoh sapi

perah yang menghasilkan susu, ayam petelur yang telurnya dijual, dan tanaman

anggur yang diambil anggurnya.

Kadangkala Bearer Biological Assets bisa menjadi Consumable Biological

Assets. Contoh kasusnya, Pak Topan memiliki perusahaan yang memproduksi susu

bubuk. Dia mempunyai sapi perah yang menghasilkan susu yang nantinya akan

diproses menjadi susu bubuk. Sapi perah tersebut awalnya merupakan Bearer

Biological Assets karena dia bersifat seperti aset perusahaan tersebut. Suatu hari susu

bubuk produksi Pak Topan ternyata telah terkontaminasi, penjualan susu menurun

karena kepercayaan masyarakat berkurang. Kemudian Pak Topan berniat menjual

beberapa sapi perahnya untuk menutup kerugian. Pada saat sapi perah ini akan dijual,

sapi dianggap seperti persediaan berarti termasuk dalam Consumable Biological

Assets.

Selain pengklasifikasian di atas, IAS 41 menyarankan entitas untuk

mengklasifikan aset biolojik dibagi menjadi mature biological assets atau tanaman

yang sudah menghasilkan (Consumable Biological Assets) dan immature biological

assets yaitu tanaman yang belum menghasilkan (Bearer Biological Assets). Tujuan

pengklasifikasian ini untuk membantu entitas menilai berapa lama aliran kas di masa

mendatang.

Page 39: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

22

5. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DI INDONESIA TERKAIT

PERSEDIAAN ASET BIOLOJIK

PSAK 14 revisi 2008 mulai diterapkan untuk laporan keuangan pada tanggal 1

Januari 2009. PSAK 14 mengadopsi seluruh peraturan dalam IAS 2 (2003)

Inventories yang tertuang dalam Ruang Lingkup PSAK 14 Revisi 2008, akan tetapi

ada pengecualian untuk beberapa paragraf berikut:

1. IAS 2 paragraf 2(c) yang kemudian menjadi ED PSAK 14 paragraf 2(c)

karena IAS 41: Agriculture belum diadopsi.

2. IAS 2 paragraf 3(a) dihilangkan karena IAS 41: Agriculture belum diadopsi.

3. IAS 2 paragraf 4 dihilangkan karena IAS 41: Agriculture belum diadopsi.

4. IAS 2 paragraf 20 dihilangkan karena IAS 41: Agriculture belum diadopsi.

5. IAS 2 paragraf 40 yang menjadi ED PSAK 14 paragraf 39 mengenai tanggal

efektif.

6. IAS 2 paragraf 42 dihilangkan karena SIC-1: Consistency—Different Cost

Formulas for Inventories belum diadopsi.

Dari penjelasan pengecualian di atas ada keterangan bahwa IAS 41 belum

diadopsi jadi dapat diketahui bahwa PSAK 14 belum mengatur adanya aset biolojik

sebagai persediaan secara khusus.

Selain hal di atas, ruang lingkup dari Prinsip Standar Akuntansi Keuangan 14

(revisi 2008) yang menjadi pengecualian adalah:

Page 40: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

23

(a) Pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk

kontrak jasa yang terkait langsung (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak

Konstruksi);

(b) Persediaan yang terkait dengan real estat (lihat PSAK 44: Akuntansi

Aktivitas Perkembangan Real Estat);

(c) Instrumen keuangan (lihat PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan

Pengungkapan dan PSAK Instrumen Keuangan: Pengakuan dan

Pengukuran);

(d) Aset biolojik terkait dengan aktivitas agrikultur dan produk agrikultur

pada saat panen;

(e) Aset biolojik terkait dengan hasil hutan (lihat PSAK 32: Akuntansi

Kehutanan); dan

(f) Hasil tambang umum dan hasil tambang minyak dan gas bumi (lihat PSAK

33: Akuntansi Pertambangan Umum dan PSAK 29: Akuntansi Minyak dan

Gas Bumi).

Pada poin d telah dijelaskan bahwa persediaan aset biolojik belum diatur di

PSAK 14, jadi bisa dikatakan bahwa di dalam IAS 41 belum dijelaskan secara

spesifik bagaimana perlakuan aset biolojik sebagai persediaan.

Berdasarkan PSAK 14 paragraf 5 (2008), Persediaan adalah aset:

(a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;

Page 41: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

24

(b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

(c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses

produksi atau pemberian jasa.

PSAK 14 mengharuskan pengukuran persediaan harus berdasarkan biaya atau

nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable

value). Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha

normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan

untuk melaksanakan penjualan. Biaya persediaan harus meliputi semua biaya

pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada

dalam kondisi dan lokasi saat ini. Menurut PSAK 14 paragraf 9 (2008) biaya

persediaan ini meliputi:

1. Biaya Pembelian

Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya

(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas

pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara

langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa.

Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam

menentukan biaya pembelian.

2. Biaya Konversi

Page 42: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

25

Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan

unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga

alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam

mengonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah

biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan

volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan

bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik.

Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang

berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan

volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak

langsung.

4. Biaya Lain-Lain

Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya

tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap

untuk dijual atau dipakai. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan

untuk membebankan biaya overhead non produksi atau biaya perancangan

produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya persediaan.

5. Biaya Persediaan Pemberian Jasa

Biaya persediaan perusahaan jasa terutama meliputi upah dan biaya personalia

lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk tenaga

penyelia, dan overhead yang diatribusikan. Upah dan biaya lainnya yang

Page 43: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

26

menyangkut personalia penjualan serta administrasi umum tidak termasuk

sebagai biaya persediaan, tapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya.

Biaya persediaan mungkin tidak bisa diukur apabila barang rusak, seluruh atau

sebagian barang telah usang atau bila harga penjualan menurun, estimasi biaya

penyelesaian atau estimasi biaya penjualan meningkat, maka dari itu digunakan

penilaian dengan Nilai Realisasi Bersih (NRV).

Estimasi nilai realisasi bersih didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia

pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat

direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung

terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa

tersebut menegaskan (confirm) kondisi yang ada pada akhir periode (PSAK 14, par.

28, 2008). Estimasi nilai realisasi bersih juga mempertimbangkan tujuan pengadaan

persediaan yang bersangkutan (PSAK 14, par. 29, 2008).

Teknik pengukuran biaya persediaan (PSAK 14, par. 19, 2008), seperti metode

biaya standar atau metode eceran (retail method), demi kemudahan, dapat digunakan

bila hasilnya mendekati biaya historis. Biaya standar memperhitungkan tingkat

normal penggunaan bahan dan perlengkapan, upah, efisiensi dan pemanfaatan

kapasitas. Metode eceran sering kali digunakan dalam perdagangan eceran untuk

menilai persediaan sejumlah besar barang yang berubah dengan cepat, dan memiliki

margin yang tidak jauh berbeda sehingga tidak praktis kalau digunakan metode

Page 44: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

27

penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual

persediaan dengan persentase marjin bruto yang sesuai (PSAK 14, par. 20, 2008).

Metode penghitungan biaya persediaan ada dua yaitu metode masuk pertama

keluar pertama (MPKP) dan rata-rata tertimbang (PSAK 14, par. 23, 2008). Rumus

MPKP (First in First Out) mengasumsikan item persediaan yang pertama dibeli akan

dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal dalam persediaan

akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata

tertimbang (Weighted Average Method), biaya setiap item ditentukan berdasarkan

biaya rata-rata tertimbang dari item yang serupa pada awal periode dan biaya item

yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode (PSAK 14, par. 25,

2008).

Jika barang dalam persediaan dijual, berdasarkan PSAK paragraf 32 (2008),

maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode

diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di

bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus

diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut.

Setelah adanya pengakuan dan pengukuran persediaan, laporan keuangan untuk

penyajian persediaan menurut PSAK 14 harus mengungkapkan (PSAK 14, par. 34,

2008):

Page 45: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

28

(1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk

rumus biaya yang dipakai;

(2) Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi

yang sesuai bagi perusahaan;

(3) Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih;

(4) Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai

penghasilan selama periode sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28;

(5) Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang

diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28; dan

(6) Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi secara umum untuk aset

biolojik sebagai persediaan, di bawah ini terdapat tabel sederhana untuk

membandingkan IAS 41 dan PSAK 14:

Tabel 2

Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan menurut

IAS 41 dan PSAK 14

No. Komponen IAS 41 PSAK 14

1 Definisi Pada IAS 41, aset biolojik

sebagai persediaan disebut

Consumable Biological

Assets (CBA) yaitu aset

biolojik yang akan dipanen

sebagai agrikultur produk

atau dijual sebagai aset

biolojik (IAS 41: 44).

Misalkan peternakan

penghasil daging, hasil

ternak untuk dijual, ikan di

Persediaan adalah aset

(PSAK 14, par. 5):

(a) tersedia untuk dijual

dalam kegiatan usaha

biasa;

(b) dalam proses produksi

untuk penjualan

tersebut; atau

(c) dalam bentuk bahan

atau perlengkapan

untuk digunakan dalam

Page 46: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

29

No. Komponen IAS 41 PSAK 14

peternakan, dan tanaman

kayu yang langsung diambil

manfaatnya .

proses produksi atau

pemberian jasa.

2 Pengakuan Syarat pengakuan aset

biolojik berdasarkan IAS 41

paragraf 10:

(a) Entitas mengendalikan

aset tersebut yang

disebabkan oleh

kejadian di masa lalu;

(b) Dimungkinkan adanya

manfaat ekonomi di

masa depan yang

berhubungan aset akan

ada aliran kas ke entitas

tersebut;

(c) Nilai wajar (fair value)

atau harga perolehan

(cost) dari aset bisa

diukur secara handal.

Persediaan merupakan

bagian dari aset, aset diakui

apabila (Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan, par. 89,

2009):

(a) Kemungkinan besar

entitas akan

memperoleh manfaat

ekonomik masa depan

dari aset tersebut; dan

(b) Biaya perolehan aset

dapat diukur secara

andal.

3 Pengukuran Menurut paragraf 17 IAS 41,

nilai wajar dari aset biolojik

dan produk agrikultur diukur

pada keadaan active market.

Pasar aktif (active market)

adalah pasar dimana terdapat

kondisi berikut (IAS 41: 8):

(a) Jenis barang yang

diperdagangkan di pasar

bersifat homogen

(homogeneous);

(b) Pembeli dan penjual

yang berminat bisa

ditemukan kapan saja;

(c) Harga tersedia untuk

umum.

Apabila active market tidak

ada, maka entitas

menggunakan salah satu cara

di bawah ini untuk

menentukan nilai wajar (IAS

41: 18):

(a) Harga terbaru transaksi

pasar, asalkan tidak ada

perubahan signifikan

Persediaan harus diukur

berdasarkan biaya atau nilai

realisasi neto, mana yang

lebih rendah (PSAK 14: 8).

20. Biaya persediaan harus

meliputi semua biaya

pembelian, biaya konversi,

dan biaya lain yang timbul

sampai persediaan berada

dalam kondisi dan lokasi

saat ini.

28. Biaya persediaan

ditentukan dengan

mengurangi nilai jual

persediaan dengan

persentase marjin bruto

yang sesuai. Persentase

tersebut digunakan dengan

memerhatikan persediaan

yang telah diturunkan

nilainya di bawah harga

jual normal. Persentasi rata-

rata sering digunakan untuk

Page 47: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

30

No. Komponen IAS 41 PSAK 14

keadaan ekonomi antara

tanggal transaksi dan

periode akhir pelaporan;

(b) Harga pasar untuk aset

sejenis dengan

penyesuaian bila ada

perbedaan;

(c) Pembandingan dengan

sektor sejenis, misalnya

nilai sapi dinyatakan

dengan harga per

kilogram daging dan

nilai perkebunan buah

dinyatakan dalam hektar.

Nilai wajar juga bisa diukur

dengan harga perolehan

(cost) aset biolojik ketika

hanya sedikit transformasi

biolojik yang terjadi sejak

awal dan imbas dari nilai

transformasi biolojik tidak

material.

Pengukuran aset biolojik

sebaiknya diukur pada

pengakuan pertama serta

pada setiap akhir periode,

dengan menggunakan fair

value dikurangi biaya

penjualan. Apabila fair

value tidak bisa diukur

dengan handal maka

pengukuran produk

agrikultur yang dipanen dari

aset biolojik entitas, diukur

dengan cost dikurangi

biaya penjualan waktu

panen (point of harvest), seperti pengukuran

persediaan pada IAS 2

Inventories.

setiap departemen eceran.

Estimasi nilai realisasi

neto didasarkan pada bukti

paling andal yang tersedia

pada saat estimasi

dilakukan terhadap jumlah

persediaan yang diharapkan

dapat direalisasi. Estimasi

ini memertimbangkan

fluktuasi harga atau biaya

yang langsung terkait

dengan peristiwa yang

terjadi setelah akhir periode

sepanjang peristiwa

tersebut menegaskan

kondisi yang ada pada akhir

periode.

4 Gain atau Loss Keuntungan (gain) atau

kerugian (loss) yang terjadi

pada pengakuan awal aset

biolojik adalah selisih dari

Pengakuan sebagai Beban

32. Jika persediaan dijual,

maka nilai tercatat

persediaan tersebut harus

Page 48: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

31

No. Komponen IAS 41 PSAK 14

nilai wajar dan biaya

penjualan atau dari

perubahan nilai wajar

dikurangi biaya penjualan.

Keuntungan atau kerugian

ini harus diakui pada saat

periode terjadinya (IAS 41:

26) begitu juga untuk produk

agrikultur (IAS 41: 28).

diakui sebagai beban pada

periode diakuinya

pendapatan atas penjualan

tersebut.

Setiap penurunan nilai

persediaan di bawah biaya

menjadi nilai realisasi neto

dan seluruh kerugian

persediaan harus diakui

sebagai beban pada periode

terjadinya penurunan atau

kerugian tersebut. Setiap

pemulihan kembali

penurunan nilai persediaan

karena peningkatan kembali

nilai realisasi neto, harus

diakui sebagai pengurangan

terhadap jumlah beban

persediaan pada periode

terjadinya pemulihan

tersebut.

5 Hibah Pemerintah

yang Berhubungan

dengan Aset Biolojik

Jika hibah tanpa syarat,

diukur dengan nilai wajarnya

dikurangi biaya penjualan

diakui sebagai keuntungan

atau kerugian hanya jika

hibah pemerintah dapat

diterima dan dicatat sebagai

piutang (IAS 41: 34).

Jika hibah tersebut bersyarat,

pengukuran dengan nilai

wajar dikurangi biaya

penjualan termasuk saat

pemerintah meminta entitas

tidak melakukan aktivitas

tertentu, entitas mengakui

hibah pemerintah sebagai

keuntungan atau kerugian

hanya jika kondisi yang

disyaratkan bisa terpenuhi

(IAS 41: 35).

Tidak diatur.

6 Pengungkapan (IAS 41: 49) An entity shall

disclose:

(a) the existence and

Laporan keuangan harus

mengungkapkan (PSAK 14:

34):

Page 49: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

32

No. Komponen IAS 41 PSAK 14

carrying amounts of

biological assets whose title

is restricted, and the

carrying amounts of

biological assets pledged as

security for liabilities;

(b) the amount of

commitments for the

development or acquisition

of biological assets; and

(c) financial risk

management strategies

related to agricultural

activity.

(IAS 41: 50) An entity shall

present a reconciliation of

changes in the carrying

amount of biological assets

between the beginning and

the end of the current

period. The reconciliation

shall include:

(a) the gain or loss arising

from changes in fair value

less costs to sell;

(b) increases due to

purchases;

(c) decreases attributable to

sales and biological assets

classified as held for sale (or

included in a disposal group

that is classified as held for

sale) in accordance with

IFRS 5;

(d) decreases due to harvest;

(e) increases resulting from

business combinations;

(f) net exchange differences

arising on the translation of

financial statements into a

different

presentation currency, and

on the translation of a

foreign operation into the

presentation

(a) kebijakan akuntansi

yang digunakan dalam

pengukuran persediaan,

termasuk rumus biaya yang

digunakan;

(b) total jumlah tercatat

persediaan dan jumlah nilai

tercatat menurut klasifikasi

yang sesuai bagi entitas;

(c) jumlah tercatat

persediaan yang dicatat

dengan nilai wajar

dikurangi biaya untuk

menjual;

(d) jumlah persediaan yang

diakui sebagai beban

selama periode berjalan;

(e) jumlah setiap penurunan

nilai yang diakui sebagai

pengurang jumlah

persediaan yang diakui

sebagai beban dalam

periode berjalan

sebagaimana dijelaskan

pada paragraf 32;

(f) jumlah dari setiap

pemulihan dari setiap

penurunan nilai yang diakui

sebagai pengurang jumlah

persediaan yang diakui

sebagai beban dalam

periode berjalan

sebagaimana dijelaskan

pada paragraf 32;

(g) kondisi atau peristiwa

penyebab terjadinya

pemulihan nilai persediaan

yang diturunkan

sebagaimana

dijelaskan pada paragraf

32; dan

(h) nilai tercatat persediaan

yang diperuntukkan sebagai

jaminan kewajiban.

Page 50: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

33

No. Komponen IAS 41 PSAK 14

currency of the reporting

entity; and

(g) other changes.

Sumber: IAS 41dan PSAK 14

Page 51: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

34

6. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Di dalam bagian keempat dan kelima telah dijabarkan perlakuan aset biolojik sebagai persediaan menurut IAS 41

dan PSAK 14. Sebelum analisis dan pembahasan pada bagian keenam ini, maka akan disajikan terlebih dahulu

perbandingan secara umum perlakuan akuntansi aset biolojik sebagai persediaan menurut IAS 41 dan PSAK 14 pada tabel

berikut ini:

Tabel 3

Perbedaan Perlakuan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan menurut IAS 41 dan PSAK 14

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN

Objective:

The objective of this Standard is to

prescribe the accounting treatment and

disclosures related to agricultural

activity.

TUJUAN

01. Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur

perlakuan akuntansi untuk persediaan.

Permasalahan pokok dalam akuntansi

persediaan adalah penentuan jumlah biaya

yang diakui sebagai aset dan perlakuan

akuntansi selanjutnya atas aset tersebut

sampai pendapatan terkait diakui.

Pernyataan ini menyediakan panduan

dalam menentukan biaya dan pengakuan

selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap

penurunan menjadi nilai realisasi neto.

Tujuan dari IAS 41 adalah berfokus pada

perlakuan akuntansi dan pengungkapan

aset biolojik yang berkaitan dengan

aktivitas agrikultur saja. Lain halnya

dengan PSAK 14 yang mengatur

persediaan secara keseluruhan, cenderung

persediaan benda mati.

Page 52: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

35

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN

Pernyataan ini juga memberikan panduan

rumus biaya yang digunakan untuk

menentukan biaya persediaan.

Scope:

1 This Standard shall be applied to

account for the following when they relate

to agricultural activity:

(a) biological assets;

(b) agricultural produce at the point of

harvest; and

(c) government grants covered by

paragraphs 34–35.

RUANG LINGKUP

02. Pernyataan ini diterapkan untuk semua

persediaan, kecuali:

(a) pekerjaan dalam proses yang timbul

dalam kontrak konstruksi, termasuk

kontrak jasa yang terkait langsung (lihat

PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi);

(b) persediaan yang terkait dengan real

estat (lihat PSAK 44: Akuntansi Aktivitas

Perkembangan Real Estat);

(c) instrumen keuangan (lihat PSAK 50:

Instrumen Keuangan: Penyajian dan

Pengungkapan dan PSAK Instrumen

Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);

(d) aset biolojik terkait dengan aktivitas

agrikultur dan produk agrikultur pada saat

panen;

(e) aset biolojik terkait dengan hasil hutan

(lihat PSAK 32: Akuntansi Kehutanan);

dan

(f) hasil tambang umum dan hasil tambang

minyak dan gas bumi (lihat PSAK 33:

Akuntansi Pertambangan Umum dan

PSAK 29: Akuntansi Minyak dan Gas

Bumi).

IAS 41 diterapkan untuk segala hal yang

berhubungan dengan aktivitas agrikultur

yaitu aset biolojik, produk agrikultur saat

pemanenan, serta hibah pemerintah yang

berkaitan dengan aset biolojik.

PSAK 14 (2008) tentang Persediaan

mengadopsi seluruh peraturan dalam IAS

2 (2003): Inventories, tetapi untuk

beberapa paragraf yang tentang aktivitas

agrikultur dihilangkan, karena IAI belum

mengadopsi IAS 41: Agriculture. Maka

dari itu PSAK 14 ini lebih cenderung

mengatur untuk persediaan benda mati,

sebab aset biolojik memang dikecualikan.

Definition:

5 The following terms are used in this

Standard with the meanings specified:

DEFINISI

Persediaan adalah aset: (par. 5)

(a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan

IAS 41 mendefinisikan aset biolojik

sebagai hewan atau tumbuhan hidup yang

mengalami transformasi biolojik dan

Page 53: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

36

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN

Agricultural activity is the management by

an entity of the biological transformation

and harvest of biological assets for sale or

for conversion into agricultural produce

or into additional biological assets.

Agricultural produce is the harvested

product of the entity’s biological assets.

A biological asset is a living animal or

plant.

Biological transformation comprises the

processes of growth, degeneration,

production, and procreation that cause

qualitative or quantitative changes in a

biological asset.

usaha biasa;

(b) dalam proses produksi untuk penjualan

tersebut; atau

(c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan

untuk digunakan dalam proses produksi

atau pemberian jasa.

terdapat aktivitas biolojik di dalamnya.

Sedangkan PSAK 14 mendefinisikan

persediaan merupakan aset tersedia untuk

dijual, dalam proses produksi untuk

penjualan tersebut, dan dalam bentuk

bahan atau perlengkapan. Pada kedua

definisi ini mempunyai persamaan bahwa

persediaan nantinya untuk dijual, tetapi

pada PSAK 14 persediaan merupakan

proses produksi secara manual, berbeda

dengan IAS 41 proses terjadinya

persediaan karena bertumbuh karena

proses alami. Sehingga pada PSAK 14

bisa ditambahkan penjelasan untuk

proses produksi yang alami pada aset

biolojik sebagai persediaan.

Recognition and Measurement:

10 An entity shall recognise a biological

asset or agricultural produce when, and

only when:

(a) the entity controls the asset as a result

of past events;

(b) it is probable that future economic

benefits associated with the asset will flow

to the entity; and

(c) the fair value or cost of the asset can

be measured reliably.

12 A biological asset shall be measured

on initial recognition and at the end of

PENGAKUAN DAN

PENGUKURAN

Persediaan merupakan bagian dari aset,

aset diakui apabila (Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan, par. 89, 2009):

(a) Kemungkinan besar entitas akan

memperoleh manfaat ekonomik

masa depan dari aset tersebut; dan

(b) Biaya perolehan aset dapat diukur

secara andal.

Perbedaan pengakuan kedua standar ini

adalah di IAS 41 diakui apabila fair

value aset biolojik bisa diukur dengan

handal, di PSAK 14 persediaan diakui

jika biaya perolehannya terukur secara

handal. Pengungkapan keduanya

memiliki persamaan bahwa apabila

nilai persediaan bisa diukur dengan

handal.

Nilai aset biolojik sebagai persediaan

menurut IAS 41 diukur dari nilai

wajarnya dikurangi biaya penjualan.

Page 54: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

37

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN each reporting period at its fair value less

costs to sell, except for the case described

in paragraph 30 where the fair value

cannot be measured reliably.

13. Agricultural produce harvested from

an entity’s biological assets shall be

measured at its fair value less costs to sell

at the point of harvest. Such measurement

is the cost at that date when applying IAS

2 Inventories or another applicable

Standard.

8. Fair value is the amount for which an

asset could be exchanged, or a liability

settled, between knowledgeable, willing

parties in an arm’s length transaction.

5. Costs to sell are the incremental costs

directly attributable to the disposal of an

asset, excluding finance costs and income

taxes.

08. Persediaan harus diukur

berdasarkan biaya atau nilai realisasi

neto, mana yang lebih rendah.

Biaya Persediaan 09. Biaya persediaan harus meliputi

semua biaya pembelian, biaya konversi,

dan biaya lain yang timbul sampai

persediaan berada dalam kondisi dan

lokasi saat ini.

Biaya Pembelian

10. Biaya pembelian persediaan

meliputi harga beli, bea impor, pajak

lainnya (kecuali yang kemudian dapat

ditagih kembali oleh entitas kepada

otoritas pajak), biaya pengangkutan,

biaya penanganan, dan biaya lainnya

yang secara langsung dapat

diatribusikan pada perolehan barang

jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang,

rabat dan hal lain yang serupa

dikurangkan dalam menentukan biaya

pembelian.

Biaya Konversi

11. Biaya konversi persediaan meliputi

biaya yang secara langsung terkait

dengan unit yang diproduksi, misalnya

biaya tenaga kerja langsung. Termasuk

juga alokasi sistematis overhead

Berbeda dengan IAS 41, menurut

PSAK 14 persediaan diukur

berdasarkan nilai mana yang lebih

rendah antara Biaya Persediaan atau

Nilai Realisasi Neto. Biaya persediaan

meliputi biaya pembelian, biaya

konversi, biaya lain yang timbul

sampai persediaan berada dalam

kondisi dan lokasi saat ini, dan biaya

persediaan pemberi jasa. Padahal

menurut Kieso et al. (2011) nilai

realiasi neto ini didapatkan dari nilai

wajar (fair value) dikurangi biaya

untuk menjual (cost to sell). Jadi untuk

pengukuran persediaan pada PSAK 14

sebenarnya sama dengan pengukuran

aset biolojik sebagai persediaan

menurut IAS 41.

Page 55: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

38

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN produksi tetap dan variabel yang timbul

dalam mengonversi bahan menjadi

barang jadi. Overhead produksi tetap

adalah biaya produksi tidak langsung

yang relatif konstan, tanpa

memerhatikan volume produksi yang

dihasilkan, seperti penyusutan dan

pemeliharaan bangunan dan peralatan

pabrik, dan biaya manajemen dan

administrasi pabrik. Overhead produksi

variabel adalah biaya produksi tidak

langsung yang berubah secara

langsung, atau hampir secara langsung,

mengikuti perubahan volume produksi,

seperti bahan tidak langsung dan biaya

tenaga kerja tidak langsung.

Biaya-biaya Lain

14. Biaya-biaya lain hanya dibebankan

sebagai biaya persediaan sepanjang

biaya tersebut timbul agar persediaan

berada dalam kondisi dan lokasi saat

ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu

diperkenankan untuk memasukkan

overhead nonproduksi atau biaya

perancangan produk untuk pelanggan

tertentu sebagai biaya persediaan.

15. Contoh biaya-biaya yang

dikeluarkan dari biaya persediaan dan

Page 56: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

39

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN diakui sebagai beban dalam periode

terjadinya adalah:

(a) jumlah pemborosan bahan,

tenaga kerja, atau biaya produksi

lainnya yang tidak normal;

(b) biaya penyimpanan, kecuali biaya

tersebut diperlukan dalam proses

produksi sebelum dilanjutkan pada

tahap produksi berikutnya;

(c) biaya administrasi dan umum yang

tidak memberikan kontribusi untuk

membuat persediaan berada dalam

kondisi dan lokasi saat ini; dan

(d) biaya penjualan.

Biaya Persediaan Pemberi Jasa

18. Sepanjang pemberi jasa memiliki

persediaan, mereka mengukur

persediaan tersebut pada biaya

produksinya. Biaya

persediaan tersebut terutama meliputi

biaya tenaga kerja dan biaya personalia

lainnya yang secara langsung

menangani pemberian jasa, termasuk

personalia penyelia, dan overhead yang

dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja

dan biaya lainnya yang terkait dengan

personalia penjualan dan administrasi

umum tidak termasuk sebagai biaya

Page 57: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

40

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN

persediaan tetapi diakui sebagai beban

pada periode terjadinya. Biaya

persediaan pemberi jasa tidak termasuk

marjin laba atau overhead yang tidak

dapat diatribusikan yang sering

merupakan faktor pembebanan harga

oleh pemberi jasa.

Nilai Realisasi Neto

26. Biaya persediaan mungkin tidak

akan diperoleh kembali jika persediaan

rusak, seluruh atau sebagian persediaan

telah usang, atau harga jualnya telah

menurun. Biaya persediaan juga tidak

akan diperoleh kembali jika estimasi

biaya penyelesaian atau estimasi biaya

untuk membuat penjualan telah

meningkat. Praktek penurunan nilai

persediaan di bawah biaya menjadi nilai

realisasi neto konsisten dengan

pandangan bahwa aset seharusnya tidak

dinyatakan melebihi perkiraan jumlah

yang dapat direalisasi dari penjualan

atau penggunaannya.

27. Nilai persediaan biasanya

diturunkan ke nilai realisasi neto secara

terpisah untuk setiap item dalam

persediaan.

Page 58: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

41

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN

28. Estimasi nilai realisasi neto

didasarkan pada bukti paling andal

yang tersedia pada saat estimasi

dilakukan terhadap jumlah persediaan

yang diharapkan dapat direalisasi.

29. Estimasi nilai realisasi neto juga

mempertimbangkan tujuan pengadaan

persediaan yang dimiliki.

30. Bahan dan perlengkapan lain yang

dimiliki untuk digunakan dalam

memroduksi persediaan tidak diturun

nilainya di bawah biaya jika produk

jadi yang dihasilkan diharapkan dapat

dijual sebesar atau di atas biayanya.

31. Pengujian yang baru dilakukan atas

nilai realisasi neto pada setiap periode

berikutnya.

Disclosure:

40. An entity shall disclose the aggregate

gain or loss arising during the current

period on initial recognition of biological

assets and agricultural produce and from

the change in fair value less costs to sell

of biological assets.

41. An entity shall provide a description

of each group of biological assets.

42. The disclosure required by paragraph

41 may take the form of a narrative or

quantified description.

PENGUNGKAPAN

34. Laporan keuangan harus

mengungkapkan:

(a) kebijakan akuntansi yang digunakan

dalam pengukuran persediaan,

termasuk rumus biaya yang digunakan;

(b) total jumlah tercatat persediaan dan

jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi

yang sesuai bagi entitas;

(c) jumlah tercatat persediaan yang

dicatat dengan nilai wajar dikurangi

IAS 41 lebih mengkhususkan pada

pengungkapan aset biolojik sebagai

benda hidup sehingga laporan yang

dihasilkan sesuai untuk perusahaan

agrikultur baik untuk istilah-istilahnya

serta cara mengakui dan mengukur aset

biolojik sebagai persediaan.

Pada PSAK 14 memperlakukan

persediaan sebagai benda mati, jadi

pengungkapannya tidak relevan dengan

Page 59: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

42

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN 43. An entity is encouraged to provide a

quantified description of each group of

biological assets, distinguishing between

consumable and bearer biological assets

or between mature and immature

biological assets, as appropriate. For

example, an entity may disclose the

carrying amounts of consumable

biological assets and bearer biological

assets by group. An entity may further

divide those carrying amounts between

mature and immature assets. These

distinctions provide information that may

be helpful in assessing the timing of future

cash flows. An entity discloses the basis

for making any such distinctions.

44 Consumable biological assets are

those that are to be harvested as

agricultural produce or sold as biological

assets. Examples of consumable

biological assets are livestock intended

for the production of meat, livestock

held for sale, fish in farms, crops such as

maize and wheat, and trees being grown

for lumber. Bearer biological assets are

those other than consumable biological

assets; for example, livestock from which

milk is produced, grape vines, fruit trees,

and trees from which firewood is

harvested while the tree remains. Bearer

biological assets are not agricultural

biaya untuk menjual; (d) jumlah persediaan yang diakui

sebagai beban selama periode berjalan;

(e) jumlah setiap penurunan nilai yang

diakui sebagai pengurang jumlah

persediaan yang diakui sebagai beban

dalam periode berjalan sebagaimana

dijelaskan pada paragraf 32;

(f) jumlah dari setiap pemulihan dari

setiap penurunan nilai yang diakui

sebagai pengurang jumlah persediaan

yang diakui sebagai beban dalam

periode berjalan sebagaimana

dijelaskan pada paragraf 32;

(g) kondisi atau peristiwa penyebab

terjadinya pemulihan nilai persediaan

yang diturunkan sebagaimana

dijelaskan pada paragraf 32; dan

(h) nilai tercatat persediaan yang

diperuntukkan sebagai jaminan

kewajiban.

persediaan aset biolojik, sebagai

contoh pengungkapan penurunan nilai

persediaan padahal aset biolojik tidak

ada penurunan nilai. Akan tetapi

sebenarnya pada pengungkapan

persediaan di PSAK 14 sudah terdapat

adanya penurunan nilai yang artinya

terjadi pergerakan nilai persediaan,

sama seperti pergerakan nilai aset

biolojik sebagai persediaan pada IAS

41, sehingga PSAK 14 bisa

menambahkan pengungkapan untuk

pertumbuhan secara alami aset biolojik

sebagai persediaan. Baik pada PSAK

14 dan IAS 41 juga sama-sama

mengungkapkan nilai persediaan yang

diukur dengan menggunakan nilai

wajar dikurangi biaya untuk menjual.

Page 60: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

43

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN produce but, rather, are self-regenerating.

45 Biological assets may be classified

either as mature biological assets or

immature biological assets. Mature

biological assets are those that have

attained harvestable specifications (for

consumable biological assets) or are able

to sustain regular harvests (for bearer

biological assets).

46 If not disclosed elsewhere in

information published with the financial

statements, an entity shall describe:

(a) the nature of its activities involving

each group of biological assets; and

(b) non-financial measures or estimates of

the physical quantities of:

(i) each group of the entity’s biological

assets at the end of the period; and

(ii) output of agricultural produce

during the period.

47 An entity shall disclose the methods

and significant assumptions applied in

determining the fair value of each group

of agricultural produce at the point of

harvest and each group of biological

assets.

48 An entity shall disclose the fair value

less costs to sell of agricultural produce

harvested during the period, determined

at the point of harvest.

49. An entity shall disclose:

Page 61: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

44

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN (a) the existence and carrying amounts of

biological assets whose title is restricted,

and the carrying amounts of biological

assets pledged as security for liabilities;

(b) the amount of commitments for the

development or acquisition of biological

assets; and

(c) financial risk management strategies

related to agricultural activity.

50. An entity shall present a reconciliation

of changes in the carrying amount of

biological assets between the beginning

and the end of the current period. The

reconciliation shall include:

(a) the gain or loss arising from changes

in fair value less costs to sell;

(b) increases due to purchases;

(c) decreases attributable to sales and

biological assets classified as held for

sale (or included in a disposal group that

is classified as held for sale) in

accordance with IFRS 5;

(d) decreases due to harvest;

(e) increases resulting from business

combinations;

(f) net exchange differences arising on the

translation of financial statements into a

different presentation currency, and on

the translation of a foreign operation into

the presentation currency of the reporting

entity; and

Page 62: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

45

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN (g) other changes.

51 The fair value less costs to sell of a

biological asset can change due to both

physical changes and price changes in the

market. Separate disclosure of physical

and price changes is useful in appraising

current period performance and future

prospects, particularly when there is a

production cycle of more than one year.

In such cases, an entity is encouraged to

disclose, by group or otherwise, the

amount of change in fair value less costs

to sell included in profit or loss due to

physical changes and due to price

changes. This information is generally

less useful when the production cycle is

less than one year (for example, when

raising chickens or growing cereal crops).

52 Biological transformation results in a

number of types of physical change—

growth, degeneration, production, and

procreation, each of which is observable

and measurable. Each of those physical

changes has a direct relationship to future

economic benefits. A change in fair value

of a biological asset due to harvesting is

also a physical change.

53 Agricultural activity is often exposed to

climatic, disease and other natural risks.

Page 63: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

46

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN If an event occurs that gives rise to a

material item of income or expense, the

nature and amount of that item are

disclosed in accordance with IAS 1

Presentation of Financial Statements.

Examples of such an event include an

outbreak of a virulent disease, a flood, a

severe drought or frost, and a plague of

insects.

Additional disclosures for biological

assets where fair value cannot be

measured reliably.

54. If an entity measures biological assets

at their cost less any accumulated

depreciation and any accumulated

impairment losses (see paragraph 30) at

the end of the period, the entity shall

disclose for such biological assets:

(a) a description of the biological assets;

(b) an explanation of why fair value

cannot be measured reliably;

(c) if possible, the range of estimates

within which fair value is highly likely to

lie;

(d) the depreciation method used;

(e) the useful lives or the depreciation

rates used; and

(f) the gross carrying amount and the

accumulated depreciation (aggregated

with accumulated impairment losses) at

the beginning and end of the period.

Page 64: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

47

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN 55 If, during the current period, an entity

measures biological assets at their cost

less any accumulated depreciation and

any accumulated impairment losses (see

paragraph 30), an entity shall disclose

any gain or loss recognised on disposal of

such biological assets and the

reconciliation required by paragraph 50

shall disclose amounts related to such

biological assets separately. In addition,

the reconciliation shall include the

following amounts included in profit or

loss related to those biological

assets:

(a) impairment losses;

(b) reversals of impairment losses; and

(c) depreciation.

56 If the fair value of biological assets

previously measured at their cost less any

accumulated depreciation and any

accumulated impairment losses becomes

reliably measurable during the current

period, an entity shall disclose for those

biological assets:

(a) a description of the biological assets;

(b) an explanation of why fair value has

become reliably measurable; and

(c) the effect of the change.

Page 65: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

48

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN Gain atau Loss

26 A gain or loss arising on initial

recognition of a biological asset at fair

value less costs to sell and from a change

in fair value less costs to sell of a

biological asset shall be included in profit

or loss for the period in which it arises.

27 A loss may arise on initial recognition

of a biological asset, because costs to sell

are deducted in determining fair value

less costs to sell of a biological asset. A

gain may arise on initial recognition of a

biological asset, such as when a calf is

born.

28 A gain or loss arising on initial

recognition of agricultural produce at fair

value less costs to sell shall be included in

profit or loss for the period in which it

arises.

29 A gain or loss may arise on initial

recognition of agricultural produce as a

result of harvesting.

Pengakuan sebagai Beban

32. Jika persediaan dijual, maka nilai

tercatat persediaan tersebut harus diakui

sebagai beban pada periode diakuinya

pendapatan atas penjualan tersebut.

Setiap penurunan nilai persediaan di

bawah biaya menjadi nilai realisasi neto

dan seluruh kerugian persediaan harus

diakui sebagai beban pada periode

terjadinya penurunan atau kerugian

tersebut. Setiap pemulihan kembali

penurunan nilai persediaan karena

peningkatan kembali nilai realisasi

neto, harus diakui sebagai pengurangan

terhadap jumlah beban persediaan pada

periode terjadinya pemulihan tersebut.

Baik di dalam IAS 41 dan PSAK 14

mengakui adanya keuntungan atau

kerugian di periode terjadinya.IAS 41

mengakui adanya kerugian atau

keuntungan yaitu merupakan selisih

dari nilai wajar dan biaya penjualan

aset biolojik.

Sedangkan pada PSAK 14 tidak

dijelaskan secara mendalam bagaimana

kerugian atau keuntungan penjualan

persediaan. PSAK 14 hanya

menjelaskan apabila ada kerugian,

maka kerugian persediaan tersebut

diakui sebagai beban.

Government Grant:

34 An unconditional government grant

related to a biological asset measured at

its fair value less costs to sell shall be

recognised in profit or loss when, and

only when, the government grant becomes

receivable.

35 If a government grant related to a

Hibah Pemerintah Yang Berhubungan

Dengan Aset Biolojik

Tidak diatur.

IAS 41 mengakui hibah dari

pemerintah yang berhubungan dengan

aset biolojik sebagai piutang,

sedangkan pada PSAK 14 tidak

mengatur secara khusus adanya hibah

pemerintah berupa persediaan.

Page 66: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

49

IAS 41 PSAK 14 PERBEDAAN biological asset measured at its fair value

less costs to sell is conditional, including

when a government grant requires an

entity not to engage in specified

agricultural activity, an entity shall

recognise the government grant in profit

or loss when, and only when, the

conditions attaching to the government

grant are met.

Jika hibah tanpa syarat, diukur dengan

nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan

diakui sebagai keuntungan atau kerugian

hanya jika hibah pemerintah dapat

diterima dan dicatat sebagai piutang (IAS

41: 34).

Jika hibah tersebut bersyarat, pengukuran

dengan nilai wajar dikurangi biaya

penjualan termasuk saat pemerintah

meminta entitas tidak melakukan aktivitas

tertentu, entitas mengakui hibah

pemerintah sebagai keuntungan atau

kerugian hanya jika kondisi yang

disyaratkan bisa terpenuhi (IAS 41: 35).

Sumber: IAS 41 dan PSAK 14

Page 67: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

50

Tujuan, Skopa, dan Definisi (Objectives, Scope, and Definition)

Pada tabel di atas diketahui bahwa standar IAS 41 bertujuan untuk menjelaskan

bagaimana perlakuan akuntansi dan pengungkapan yang berhubungan dengan

aktivitas agrikultur. Aktivitas agrikultur yaitu pengelolaan suatu entitas atas

transformasi biolojik dan pemanenan aset biolojik untuk dijual atau dikonversi

menjadi produk agrikultur atau aset biolojik tambahan.

IAS 41 mencakup perlakuan akuntansi untuk seluruh kegiatan yang berhubungan

dengan aktivitas agrikultur yaitu aset biolojik, produk agrikultur pada waktu panen,

dan hibah dari pemerintah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada bagian ketiga,

aset biolojik terdiri dari dua macam yaitu Bearer Biological Assets (BBA) dan

Consumable Biological Assets (CBA), akan tetapi standar IAS 41 menerapkan

perlakuan yang sama pada keduanya. Padahal BBA adalah aset biolojik yang akan

dipertahankan untuk aliran ekonomi di masa mendatang, cenderung seperti aset tetap,

sedangkan CBA adalah aset biolojik yang akan dipanen sebagai agrikultur produk

atau dijual yaitu memiliki sifat mirip seperti persediaan. Oleh karena itu perlakuan

akuntansi keduanya seharusnya berbeda karena memiliki tujuan penggunaan yang

berbeda. Jadi dua sifat aset biolojik yang berbeda tetapi memiliki perlakuan

akuntansinya sama pada IAS 41.

PSAK 14 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan.

Perlakuan akuntansi tersebut yaitu menentukan jumlah biaya yang diakui sebagai aset

Page 68: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

51

dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait aset

tersebut diakui. Standar ini juga menyediakan panduan dalam menentuan biaya dan

pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan yang menjadi nilai

realisasi neto serta memberikan panduan rumus biaya untuk menentukan besarnya

biaya persediaan. Pada PSAK 14 tidak menyinggung sama sekali aktivitas agrikultur,

sedangkan pada tujuan IAS 41 dikhususkan untuk segala hal yang berhubungan

dengan aktivitas agrikultur.

Persediaan yang dimaksud PSAK 14 adalah aset tersedia untuk dijual dalam

kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau dalam

bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau

pemberian jasa. Jadi persediaan ini ditujukan untuk diperjualbelikan, bukan untuk

dipertahankan untuk aliran ekonomi perusahaan di masa mendatang. Berdasarkan

definisi persediaan menurut PSAK 14 mirip dengan definisi CBA pada IAS 41 yang

sama-sama untuk diperjualbelikan. Kemudian pada definisi persediaan di PSAK 14

sebaiknya ditambahkan untuk aset biolojik sebagai persediaan yang mengalami

proses produksi secara alami yaitu proses yang disebut dengan transformasi biolojik.

Dilihat dari definisinya yang hampir sama, aset biolojik sebagai persediaan dinilai

relevan mengacu pada PSAK 14, dengan penambahan informasi yang telah

disebutkan sebelumnya.

PSAK 14 diterapkan untuk semua persediaan, kecuali untuk hal tertentu, salah

satunya yang berkaitan dengan IAS 41 yaitu poin d PSAK 14 “aset biolojik terkait

Page 69: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

52

dengan aktivitas agrikultur dan produk agrikultur pada saat panen”. Terlihat bahwa

PSAK 14 memang belum mengadopsi IAS 41 karena aset biolojik dikecualikan dari

ruang lingkup PSAK 14. Begitu juga dengan PSAK di Indonesia yang lainnya belum

ada yang mengakomodir aset biolojik. Standar yang sedikit menyinggung tentang

tanaman hidup adalah PSAK 32 tentang Kehutanan akan tetapi tidak mengatur

tentang aset biolojik. Bertolak belakang dengan IAS 41 yang membahas tentang aset

biolojik, PSAK 14 lebih mengarah sebagai persediaan bukan aset biolojik. Sehingga

agar kedua standar ini bisa saling melengkapi, sebaiknya IAS 41 ikut diadopsi pada

PSAK 14 supaya perlakuan akuntansi aset biolojik sebagai persediaan bisa

disinkronisasi ke dalam standar PSAK 14 di Indonesia.

Pengakuan dan Pengukuran (Recognition and Measurement)

Pengakuan aset biolojik sebagai persediaan menurut IAS 41 dan PSAK 14

memiliki persamaan yaitu ketika kemungkinan besar entitas akan memperoleh

manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut. Artinya, tanaman atau hewan hidup

sebagai aset biolojik berpotensial mendatangkan aliran kas masuk atau ekuivalen kas

kepada perusahaan (Godfrey et al. 2010). Godfrey et al. melanjutkan bahwa aliran kas

tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung mendatangkan profit bagi

perusahaan. Sejalan dengan Anthony et al. (2007) bahwa sumber daya yang

menghasilkan manfaat ekonomik di masa depan berupa, (1) Kas atau setara kas, (2)

Barang yang diharapkan akan dijual dan kas penerimaan kasnya, dan (3) Item

tersebut diharapkan untuk digunakan di aktivitas masa depan akan menghasilkan

Page 70: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

53

aliran kas masuk. CBA merupakan aset biolojik yang nantinya akan dijual sebagai

persediaan sehingga tentu akan menghasilkan aliran ekonomik di masa mendatang

apabila persediaan tersebut telah dijual. Sebagai contoh, sapi apabila sudah cukup

umur maka akan dijual, dan penjual mendapatkan uang sebagai manfaat ekonomi

bagi entitas tersebut.

Perbedaan pertama pengakuan antara IAS 41 dan PSAK 14 adalah perusahaan

memiliki kendali atas aset. Penguasaan atas suatu aset berarti entitas mampu untuk

mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik

dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaaat tersebut (Suwardjono, 2006).

Begitu juga menurut Anthony et al. (2007) penguasaan atas suatu aset tidak sama

dengan konsep kepemilikan secara legal. Sebagai misal aktivitas menangkap ikan di

lautan bukanlah sebuah aktivitas agrikultur sebab sumber daya di laut tidak ada yang

mengelola, akan tetapi ikan hasil tangkapan bisa dikategorikan sebagai persediaan

namun tidak bisa dianggap sebagai persediaan aset biolojik (PricewaterhouseCoopers,

2009). Lain halnya apabila entitas mengelola sendiri peternakan ikan dari benih ikan

sampai ikan bisa dipanen, di dalamnya terdapat proses pertumbuhan biolojik ikan,

aset ikan pun juga dikuasai oleh entitas tersebut. Dari sisi pengakuan sebenarnya

tidak ada perbedaan yang mencolok karena PSAK merupakan adopsi dari IAS, maka

pada dasarnya untuk mengakui sebuah aset tentulah tidak jauh berbeda.

Metode pengukuran menurut IAS 41 dan PSAK 14 memiliki perbedaan yang

signifikan. Pengukuran aset biolojik menurut IAS 41 pada pengukuran pertama serta

Page 71: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

54

pada setiap akhir periode, menggunakan fair value dikurangi biaya penjualan. IAS 41

mengasumsikan bahwa metode fair value ini selalu bisa diukur dengan handal.

Apabila fair value tidak bisa diukur dengan handal maka pengukuran harga perolehan

(cost) dikurangi dengan akumulasi depresiasi dan kerugian akibat penurunan nilai.

Perhitungan harga perolehan, akumulasi depresiasi, dan kerugian penurunan nilai

berdasarkan aturan IAS 2 Inventories, IAS 16 Property, Plant and Equipment and

IAS 36 Impairment of Assets yang diadopsi di Indonesia menjadi PSAK 14

Persediaan, PSAK 16 Aset Tetap, PSAK 48 Penurunan Nilai Aset (IAS 41, par. 33,

2011).

Standar IAS 41 mengharuskan bahwa aset biolojik diukur untuk masing-masing

tanggal neraca dengan menggunakan fair value. Menurut Wiley (2007) penilaian

utama untuk fair value adalah market value (nilai pasar). Selain itu aset biolojik bisa

diukur dengan “farm gate” yaitu nilai aset tersebut saat di lokasi. Apabila tidak

terdapat “farm gate”, pengukuran fair value menggunakan Net Market Value yaitu

harga pasaran dikurangi biaya transaksi dan biaya transportasi. Jika tidak ada Net

Market Value maka pakai harga pasar terakhir (last market), harga pasar aset sejenis,

perbandingan sektor sejenis, net present value dari aliran kas masa depan dikurangi

tingkat kelas risiko, net realizable value, atau historical cost untuk aset dengan

transformasi biolojik sedikit. Kenaikan nilai karena perubahan harga lain dan

pertumbuhan aset, akan diakui sebagai pendapatan sekarang (current income),

dimana biaya produksinya akan cocok dengan pendapatan tersebut sehingga

Page 72: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

55

menghasilkan hasil bersih dari periode operasi. Jadi pada saat pengakuan pertama fair

value menggunakan harga masukan (entry price) sedangkan pada waktu dijual, fair

value mengunakan harga keluaran (exit price).

Menurut AASB 13 par. 9, 2011 definisi dari fair value adalah harga yang akan

diterima saat penjualan sebuah aset atau dibayar saat melunasi liabilitas dalam

transaksi normal antara pihak di pasar pada tanggal pengukuran. Berdasarkan AASB

par. 24, 2007 fair value diukur pada saat kondisi pasar sekarang, contohnya exit price,

tanpa memperhatikan apakah harga tersebut diobservasi secara langsung atau

diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya. Definisi Fair Value menurut

AASB ini sama dengan IFRS 13 tentang Fair Value Measurement, mulai efektif

berlaku tanggal 1 Januari 2013, yaitu the price that would be received to sell an asset or

paid to transfer a liability (exit price) in an orderly transaction (not a forced sale) between

market participants (market-based view) at the measurement date (current price).

Sedangkan menurut IAS 41, par. 8, 2009 definisi fair value adalah the amount for

which an asset could be exchanged, or a liability settled, between knowledgeable, willing

parties in an arm’s length transaction.

Definisi lama fair value memiliki kelemahan (ECCB, 2012) yaitu kata

“exchanged” tidak spesifik antara entitas yang ingin membeli atau menjual aset, kata

“settled” tidak jelas arti dari membayar atau melunasi ini karena tidak mengarah ke

kreditor, kata “knowledgeable” tidak jelas apakah market-based atau bukan, dan kata

“willing parties” tidak menjelaskan secara eksplisit dimana tempat pertukaran aset

Page 73: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

56

atau pelunasan liabilitas. Sehingga definisi fair value menurut IAS 41 kurang pas

bagi penilaian aset biolojik, tetapi dengan adanya peraturan baru yang sama-sama

dikeluarkan oleh IASB yaitu IAS 13 diharapkan bisa saling melengkapi dengan IAS

41.

Menurut PSAK 14 metode pengukuran untuk persediaan adalah membandingkan

antara biaya untuk menghasilkan persediaan dan nilai realisasi neto. Biaya persediaan

meliputi biaya pembelian persediaan, biaya konversi, biaya lain yang timbul sampai

persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini, dan biaya persediaan pemberi

jasa. Contoh pada perusahaan dagang, biaya pembelian yaitu semua biaya yang

dikeluarkan pembeliaan persediaan barang entitas tersebut seperti harga beli ditambah

dengan biaya pengiriman. Kemudian Biaya Konversi meliputi biaya yang secara

langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya Biaya Tenaga Kerja Langsung, serta

termasuk Biaya Overhead (PSAK 14, par. 11, 2008). Biaya persediaan cenderung untuk

persediaan yang mengalami proses produksi oleh perusahaan. Padahal CBA tumbuh

dan berkembang tidak hanya tergantung oleh perawatan yang diberikan. Sebenarnya

biaya persediaan bisa diterapkan pada CBA, akan tetapi biaya persediaan tidak

mencakup perubahan biolojik tanaman dan hewan hidup sehingga saat pengakuan

CBA nilai nya akan dibawah harga riilnya.

Metode kedua untuk menilai persediaan menurut PSAK 14 adalah nilai realisasi

neto. Nilai realisasi neto yaitu estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa

dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk

Page 74: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

57

membuat penjualan (PSAK 14, par. 5, 2008). Konsep realisasi neto lebih

diperuntukkan untuk persediaan benda mati yang bisa mengalami kerusakan,

keusangan, harga jual menurun dan bila biaya persediaannya melebihi harga jual

yang dapat terealisasi. Sedangkan CBA yang mengalami proses transformasi biolojik

cenderung bertumbuh dan berkembang apabila akan dijual. Praktek penurunan nilai

persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto konsisten dengan pandangan

bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi perkiraan jumlah yang dapat

direalisasi dari penjualan atau penggunaannya (PSAK 14, par. 26, 2008). CBA

merupakan aset biolojik untuk dijual, maka dari itu nilainya tergantung pada harga

pengakuan di pasar, bukan menurut penilaian entitas itu sendiri.

Di dalam PSAK 14 paragraf 5 (2008) menjelaskan definisi nilai wajar adalah

jumlah di mana suatu aset dipertukarkan, atau kewajiban diselesaikan, antara pihak

yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar. Sedangkan

nilai realisasi neto mengacu kepada jumlah neto yang entitas berharap untuk

direalisasi dari penjualan persediaan dalam kegiatan usaha biasa. Nilai wajar

mencerminkan suatu jumlah di mana persediaan yang sama dapat dipertukarkan

antara pembeli dan penjual yang berpengetahuan dan berkeinginan di pasar. Nilai

realisasi neto adalah nilai khusus entitas sedangkan nilai wajar tidak tergantung pada

nilai khusus entitas. Nilai realisasi neto untuk persediaan bisa tidak sama dengan nilai

wajar dikurangi biaya untuk menjual. Definisi nilai wajar pada PSAK 14 sejalan

dengan nilai wajar yang diungkapkan oleh IAS 41, nilai wajar dipandang tidak sama

Page 75: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

58

dengan nilai realisasi neto. Nilai realisasi neto ditentukan oleh internal perusahaan,

sedangkan nilai wajar berasal dari eksternal perusahaan. Jika CBA dianggap akan

dijual keluar entitas, sebenarnya yang berhak menentukan harga adalah pembeli yang

berasal dari luar perusahaan, sehingga CBA lebih relevan jika diukur pada nilai

wajarnya.

Di sisi lain menurut Kieso et al. (2011) persediaan untuk aset biolojik diukur

dengan menggunakan net realizable value. Perlakuan akuntansi untuk aset tersebut

adalah aset biolojik diukur pada saat pengakuan pertama dan di akhir masing-masing

periode pada fair value dikurangi cost to sell atau disebut dengan net realizable value.

Perusahaan mencatat gain atau loss karena perubahan net realizable value. Gain

mungkin muncul saat pertama kali pengakuan aset biolojik, seperti saat sapi yang

melahirkan. Gain dan loss ini muncul akibat produk agrikultur dipanen. Losses

mungkin muncul saat pengakuan pertama kali ketika cost to sell yang lebih tinggi

dibandingkan fair value nya. Sehingga sebenarnya nilai wajar merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari nilai realisasi neto. Jadi pengukuran persediaan pada

PSAK 14 juga bisa digunakan untuk mengukur aset biolojik sebagai persediaan yaitu

dengan menggunakan nilai realisasi neto.

Menurut Godfrey et al. 2010 terdapat tiga metode pengukuran akuntansi yaitu

historical cost accounting, current cost accounting, exit price accounting. Pertama,

metode historical cost yaitu sistem tradisional akuntansi berdasarkan double entry

bookkeeping (pembukuan ganda) dan pelaporan transaksi menggunakan harga riil

Page 76: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

59

yang dibayar oleh entitas saat memperoleh sesuatu (Godfrey et al. 2010). Pengakuan

keuntungan dan kerugian dicatat apabila sudah benar-benar direalisasikan. Metode

pengukuran historical cost tidak mengakui perubahan suatu aset, sampai aset tersebut

dijual atau dihapus. Meskipun historical cost memiliki bukti transaksi yang handal,

CBA ditujukan untuk dijual sehingga kurang relevan jika menggunakan historical

cost. Selain itu aset biolojik juga akan mengalami transformasi biolojik dari waktu ke

waktu sehingga pasti akan mengalami perubahan. Misalnya seekor anak sapi dibeli

dengan harga Rp 5.000.000, setelah beberapa tahun kemudian sapi tersebut tumbuh

dua kali lebih besar, berat badannya pun bertambah, sehingga pasti harganya akan

naik, jadi tidak pas apabila dinilai dengan harga belinya Rp 5.000.000, walaupun

ditambah dengan biaya pemeliharaannya.

Metode pengukuran kedua adalah current cost accounting yaitu sistem akuntansi

di mana aset dinyatakan sebesar harga beli pasar saat ini dan pengakuan laba

ditentukan oleh alokasi berdasarkan biaya saat ini (Godfrey et al. 2010). Pengukuran

current cost menggunakan harga sekarang yang mau dibeli oleh entitas untuk suatu

aset. Menurut Suwardjono (2006) current cost merupakan jumlah rupiah harga

pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh suatu entitas untuk

mendapatkan aset yang sama kondisi dan jenisnya atau pengganti yang setara.

Current cost lebih menekankan harga masukan untuk aset, bukan harga ketika aset

biolojik sebagai persediaan dikeluarkan atau dijual. Sama halnya dengan pendapat

Whittington (1994), current cost adalah nilai terendah antara harga pengganti

Page 77: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

60

(replacement cost) atau biaya pemulihan (recoverable amount). Harga pengganti

diartikan sebagai pengganti terendah yang mungkin menggunakan setara aset

modern, sedangkan biaya pemulihan adalah biaya tertinggi nilai penghapusan bersih

atau nilai sekarang (present value). Berdasarkan definisi tersebut CBA sebenarnya

bisa diukur dengan current cost, sebab apabila memiliki kondisi dan jenis yang sama,

CBA bisa dibandingkan dengan mudah, tetapi yang menjadi masalah apabila tidak

diketemukan CBA yang sejenis sehingga tidak bisa diukur berapa nilainya.

Exit Price Accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga

jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan

(Godfrey et al. 2010). Pengukuran dengan exit price menggambarkan realitas dari

nilai sebuah aset biolojik ketika dijual. Pada akhir periode juga diakui apabila ada

penambahan nilai aset tersebut. Dengan adanya informasi yang relevan dan handal

hasil dari pengukuran exit price maka pengalokasian biaya dan pengukuran CBA bisa

dinilai lebih objektif (Godfrey et al. 2010). Dari ketiga metode tersebut, yang paling

cocok untuk mengukur aset biolojik sebagai persediaan adalah exit price, karena aset

biolojik sebagai persediaan merupakan aset untuk dijual, jadi merupakan harga saat

penjualan.

Dari berbagai penjelasan di atas metode pengukuran untuk aset biolojik sebagai

persediaan dapat digambarkan oleh gambar berikut ini:

Page 78: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

61

Gambar 1

Pengukuran Persediaan Aset Biolojik

Di negara lainnya yang sudah mengadopsi IAS 41 yaitu adalah Australia.

Australia mulai mengadopsi IAS 41 pada Juli 2004. IAS 41 diadopsi oleh Australia

dalam Australian Accounting Standards Board (AASB) 141. Pengukuran fair value

diasumsikan bisa diukur dengan handal untuk sebagian besar aset biolojik. Jika fair

value tidak bisa ditentukan, maka aset biolojik diukur dengan biaya perolehan (cost)

dikurangi akumulasi depresiasi dan atau akumulasi penurunan nilai menurut AASB

102 Inventories, AASB 116 Property, Plant and Equipment dan AASB 136

Impairment of Assets. Hongkong mengadopsi IAS 41 pada Hongkong Accounting

Standard 41 Agriculture. Di Hongkong, pengakuan (recognition) aset biolojik sama

dengan pengakuan aset biolojik menurut IAS 41. Aset biolojik pada pengukuran awal

dan di akhir periode pelaporan diukur dari fair value dikurangi biaya untuk menjual

(cost to sell), kecuali bila fair value tidak bisa diukur dengan handal. Lain halnya di

Republik Ceko pada penelitian Sedláček (2010) untuk menilai aset biolojik

menggunakan historical cost (cost model). Pada awal pembelian, aset biolojik dinilai

dengan harga belinya ditambah dengan biaya yang timbul terkait pembelian. Pada

Historical Cost

Fair Value

Exit Price

Current Cost Measurement of

Inventory

Net Realizable Value

Page 79: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

62

akhir periode aset biolojik diukur dengan biaya-biaya yang timbul untuk merawat aset

biolojik tersebut.

Selanjutnya di bawah ini disajikan contoh kasus yang berhubungan dengan

pengukuran aset biolojik sebagai persediaan:

Sebuah perusahaan PT Citra memiliki 500 peternakan dan memiliki persediaan

320.000 ekor sapi dan 125.000 anak sapi. Pada tanggal 31 Oktober 20X4, ternak

adalah:

320,000 sapi (3 tahun), semua dibeli pada 1 November 20X3

82.500 anak sapi, rata-rata usia 1,5 tahun, dibeli pada tanggal 1 April 20X4

42.500 anak sapi, usia rata-rata 2 tahun, dibeli pada tanggal 1 November 20X3

Tidak ada hewan lahir atau dijual pada tahun tersebut. Harga wajar per unit

dikurangi dengan estimasi biaya point-of-sale adalah:

Hewan yang berumur 1 tahun pada tanggal 31 Oktober 20X4 : Rp 3.200.000

Hewan yang berumur 2 tahun pada tanggal 31 Oktober 20X4 : Rp 4.500.000

Hewan yang berumur 1,5 tahun pada tanggal 31 Oktober 20X4 : Rp 3.600.000

Hewan yang berumur 3 tahun pada tanggal 31 Oktober 20X4 : Rp 5.000.000

Hewan yang berumur 1 tahun di 1 November 20X3 dan 1 April 20X4 : Rp

3.000.000

Hewan yang berumur 2 tahun di 1 November 20X3: Rp 4.000.000

Page 80: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

63

Biaya persediaan meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan yang berkaitan dengan

sapi, termasuk harga beli, biaya angkut pembelian sapi, biaya perawatan, serta biaya

administrasi dan umum yang dibebankan kepada sapi adalah:

Hewan yang berumur 3 tahun bernilai Rp 4.750.000

Hewan yang berumur 1,5 tahun bernilai Rp 2.500.000

Hewan yang berumur 2 tahun bernilai Rp 3.750.000

Setelah dilakukan penilaian, nilai realisasi bersih pada tanggal pelaporan adalah

sebagai berikut:

Hewan yang berumur 3 tahun bernilai Rp 4.600.000

Hewan yang berumur 1,5 tahun bernilai Rp 2.100.000

Hewan yang berumur 2 tahun bernilai Rp 3.600.000

Perusahaan ini memiliki permasalahan selama setahun belakangan ini yaitu

daging yang dijual ke pelanggan terkontaminasi. Akibatnya, konsumsi daging

mengalami penurunan. Pemerintah memutuskan untuk mengkompensasi petani akibat

adanya potensi kerugian pendapatan dari penjualan daging. Hal ini diumumkan oleh

pemerintah pada tanggal 1 September 20X4. PT Citra menerima surat resmi pada

tanggal 4 Oktober 20X4, pemerintah menyatakan akan mengkompensasi sebesar Rp

750.000.000.000 dan akan dibayar pada tanggal 2 Januari 20X5. Perusahaan

memperkirakan bahwa diskon pendapatan arus kas masa depan dari ternak di wilayah

yang terkena kontaminasi sebesar Rp 300.000.000.000. Perusahaan tidak dapat

mengukur nilai wajar sapi di wilayah ini karena adanya kontaminasi. Terdapat 85.000

Page 81: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

64

sapi dan 35.000 anak sapi di wilayah tersebut. Semua hewan tersebut dibeli pada

tanggal 1 November 20X3. Sebuah perusahaan saingan, PT Anggi, telah menawarkan

PT Citra Rp 400.000.000.000 untuk hewan-hewan setelah biaya point- of-sale dan

selanjutnya menawarkan Rp 750.000.000.000 untuk harga peternakan di wilayah

tersebut. Akan tetapi untuk sekarang ini PT Citra tidak berniat untuk menjual

peternakan. Perusahaan telah menerapkan IAS 41 sejak 1 November 20X3. (Sumber:

IAF 14 Universitas Indonesia, 2013)

Berdasarkan informasi tersebut maka perlakuan akuntansi aset biolojik sapi

tersebut menurut IAS 41 adalah:

1. Bantuan pemerintah (Government Grant) sebesar Rp 750.000.000.000 akan

dicatat sebagai sebagai Piutang/Receivable (IAS 41, par.34, 2009).

2. A biological asset shall be measured on initial recognition and at the end of

each reporting period at its fair value less costs to sell, except for the case

described in paragraph 30 where the fair value cannot be measured reliably

(IAS 41, par.12, 2009).

Pada pengakuan pertama dan saat akhir pelaporan, pengukuran menggunakan

nilai wajar dikurangi estimasi biaya point-of-sale:

320,000 sapi x Rp 5.000.000 = Rp 1.600.000.000.000

82,500 anak sapi x Rp 3.000.000 = Rp 247.500.000.000

42,500 anak sapi x Rp 4.000.000 = Rp 170.000.000.000

Page 82: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

65

Total Rp 2.017.500.000.000

3. Setelah terkontaminasi, sapi akan dijual, tapi tidak bisa menemukan pasar

aktif akibat kontaminasi, maka pengukuran fair value sesuai dengan peraturan

IAS 41, par. 18, 2009 sebagai berikut:

If an active market does not exist, an entity uses one or more of the following,

when available, in determining fair value:

a. the most recent market transaction price, provided that there has not been a

significant change in economic circumstances between the date of that

transaction and the end of the reporting period;

b. market prices for similar assets with adjustment to reflect differences; and

c. sector benchmarks such as the value of an orchard expressed per export tray,

bushel, or hectare, and the value of cattle expressed per kilogram of meat.

Menurut kondisi di atas karena PT Anggi menawarkan kepada PT Citra

Rp 400.000.000.000 setelah biaya point-of-sale untuk hewan yang sudah

terkontaminasi, jadi nilai wajar menggunakan nilai tersebut. Tetapi apabila

nilai tersebut tidak tersedia karena PT Anggi tidak melakukan penawaran,

maka PT Citra mengakui sebesar Rp 300.000.000.000 yaitu estimated future

discounted cash flow income, sesuai dengan aturan berikut:

In some circumstances, market-determined prices or values may not be

available for a biological asset in its present condition. In these circumstances, an

entity uses the present value of expected net cash flows from the asset discounted at

a current market-determined rate in determining fair value (IAS 41, par. 20, 2009).

Page 83: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

66

Implikasi pada Laporan Keuangan

Neraca

Consumable Biological Assets nilainya akan berkurang karena ada

penjualan sapi yang telah terkontaminasi. Misalnya pada saat awal pengakuan

nilai sapi secara keseluruhan adalah Rp 2.017.500.000.000 kemudian

dikurangi dengan sapi yang telah terjual yaitu pada nilai bukunya 85,000 sapi

x Rp 5.000.000 dan 35,000 anak sapi x Rp 4.000.000, total Rp

565.000.000.000, jadi sisanya. Rp 1.452.500.000.000 (Rp 2.017.500.000.000 -

Rp 565.000.000.000) tercatat di Neraca.

Laporan Laba Rugi

Adanya kerugian perubahan harga sapi karena terkontaminasi harus diakui

pada periode ini juga.

Nilai buku:

85,000 sapi x Rp 5.000.000 = Rp 425.000.000.000

35,000 anak sapi x Rp 4.000.000 = Rp 140.000.000.000

Total Rp 565.000.000.000

Fair value Rp (400.000.000.000)

Kerugian Rp 165.000.000.000

Page 84: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

67

Kerugian tersebut akan ditambahkan pada Laporan Laba Rugi perusahaan.

Pengungkapan

Menambahkan informasi perubahan fair value saat penjualan sapi (aset

biolojik) akibat terkontaminasi.

Sedangkan informasi di atas jika berdasarkan PSAK 14 maka perlakuan

akuntansi aset biolojik sapi tersebut adalah:

1. Bantuan pemerintah sebesar Rp 750.000.000.000 tidak diatur dalam PSAK

14, jadi pengakuan pendapatan ini mengacu pada PSAK 23 tentang

Pendapatan (PSAK 14, par. 7, 2008).

2. Berdasarkan pada pernyataan PSAK 14 paragraf 8 (2008) bahwa persediaan

harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih

rendah maka aset biolojik tersebut diukur dengan biaya persediaan yaitu:

320,000 sapi x Rp 4.750.000 = Rp 1.520.000.000.000

82,500 anak sapi x Rp 2.500.000 = Rp 206.250.000.000

42,500 anak sapi x Rp 3.750.000 = Rp 159.375.000.000

Total Rp 1.885.625.000.000

Nilai persediaan di atas akan dicatat pada neraca perusahaan. Akan tetapi pada

saat tanggal pelaporan ternyata sapi tersebut memiliki nilai realisasi neto lebih

rendah daripada biaya persediaan, perhitungan nilai realisasi neto sebagai

berikut:

Page 85: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

68

320,000 sapi x Rp 4.600.000 = Rp 1.472.000.000.000

82,500 anak sapi x Rp 2.100.000 = Rp 173.250.000.000

42,500 anak sapi x Rp 3.600.000 = Rp 153.000.000.000

Total Rp 1.798.250.000.000

Nilai realisasi neto lebih rendah dari nilai biaya persediaan jadi nilai

persediaan yang seharusnya dilaporkan di Neraca adalah sebesar nilai realisasi

neto, sehingga perusahaan pada akhir periode akuntansi perlu menyesuaikan

nilai persediaan sesuai dengan nilai realisasi neto persediaan aset biolojik

tersebut. Jika nilai realisasi neto lebih tinggi maka tidak ada penyesuaian atas

nilai Persediaan.

3. Akibat dari kontaminasi, biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh

kembali jika persediaan rusak, seluruh atau sebagian persediaan telah usang,

atau harga jualnya telah menurun (PSAK 14, par. 26, 2008). Oleh karena itu

perusahaan mengestimasi nilai realisasi neto untuk semua persediaan sapi

sebesar Rp 1.798.250.000.000 di bawah nilai biaya persediaannya. Padahal

sapi yang terkontaminasi 85.000 sapi dan 35.000 anak sapi memiliki nilai

realisasi neto yang diestimasi perusahaan adalah Rp 517.000.000.000 (85.000

sapi x Rp 4.600.000 ditambah 35.000 anak sapi x Rp 3.600.000).

Kemudian PT Anggi menawarkan kepada PT Citra Rp 400.000.000.000

setelah biaya point-of-sale untuk hewan yang sudah terkontaminasi, jadi nilai

ini merupakan nilai wajar untuk hewan yang sudah terkontaminasi. Nilai ini

lebih rendah daripadi nilai realisasi neto yang diestimasikan oleh perusahaan,

Page 86: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

69

sehingga terdapat kerugian untuk persediaan hewan yang sudah

terkontaminasi ini.

Implikasi pada Laporan Keuangan

Neraca

Aset biolojik sebagai persediaan pada awalnya dicatat dengan nilai biaya

persediaannya, ternyata pada akhir periode akuntansi nilai realisasi netonya

lebih rendah daripada biaya persediaanya, maka di Neraca nilai persediaan

aset biolojik akan disesuaikan menurut nilai realisasi neto yang lebih rendah

yaitu dari Rp 1.885.625.000.000 menjadi Rp 1.798.250.000.000. Selanjutnya

nilai persediaan akan berkurang karena ada penjualan sapi yang telah

terkontaminasi. Persediaan memiliki nilai realisasi neto sebesar Rp

1.798.250.000.000 kemudian dikurangi dengan sapi yang telah terjual yaitu

pada nilai realisasi neto sebesar 85,000 sapi x Rp 4.600.000 and 35,000 anak

sapi x Rp 3.600.000, total Rp 517.000.000.000 jadi sisanya. Rp

1.281.250.000.000 (1.798.250.000.000 - Rp 517.000.000.000) tercatat di

Neraca.

Laporan Laba Rugi

Selisih antara biaya persediaan dengan nilai realisasi neto dicatat sebagai

kerugian akibat revaluasi persediaan di Laporan Laba Rugi yaitu sebesar Rp

87.375.000.000 (Rp 1.885.625.000.000 dikurangi Rp 1.798.250.000.000).

Page 87: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

70

Adanya kerugian perubahan harga sapi karena terkontaminasi harus diakui

pada periode ini juga, yaitu sebesar:

Nilai realisasi bersih:

85,000 sapi x Rp 4.600.000 = Rp 391.000.000.000

35,000 anak sapi x Rp 3.600.000 = Rp 126.000.000.000

Total Rp 517.000.000.000

Fair value Rp (400.000.000.000)

Kerugian Rp 117.000.000.000

Kerugian tersebut akan ditambahkan pada Laporan Laba Rugi perusahaan.

Pengungkapan

Menambahkan informasi tentang jumlah setiap penurunan nilai yang

diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam

periode berjalan (PSAK 14, par. 34, 2008) untuk kasus ini adalah

pengungkapan tambahan karena kontaminasi.

Pada contoh di atas telah dijelaskan bagaimana mensimulasikan peraturan IAS

41 apabila diterapkan untuk persediaan aset biolojik sekaligus perlakuan

akuntansinya ketika terkena wabah penyakit. Kemudian dalam kenyataannya pada

peternakan sapi “Neo Farming”, pengukuran aset biolojik, yaitu sapi, mirip dengan

Page 88: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

71

standar IAS 41. Pada saat menentukan harga perolehan, peternak menggunakan harga

yang ada di pasar, serta mempertimbangkan kualitas sapi, perkiraan biaya

operasional, perkiraan harga jual, dan keuntungan pada waktu penjualan. Biaya

operasional meliputi biaya angkut, biaya perawatan sapi, biaya pangan, serta biaya

administrasi dan umum.

Pada saat pelaporan di neraca, baik sapi perah yang merupakan BBA dan sapi

pedaging yaitu CBA dijadikan dalam satu akun persediaan sapi, karena diasumsikan

sapi perah bisa suatu saat dijual dan sapi yang diambil dagingnya juga bisa diperah

susunya. Peternakan ini mengembangbiakkan sapinya sendiri, sehingga pada saat sapi

betina melahirkan, anak sapi diukur dengan memperhitungkan biaya untuk proses

kelahiran, seperti biaya dokter, obat-obatan, dan bonus pegawai. Setelah sapi

pedaging dibesarkan sapi kemudian dijual, harga jualnya diukur berdasarkan harga

pasar. Harga pasar diterima peternak apabila minimum berada pada harga perolehan

ditambah biaya operasional serta keuntungan yang diinginkan. Dalam penentuan

harga pasar ini peternak tidak menemui kendala yang berarti karena berpatokan juga

dengan harga daging yang berada di pasaran. Sebagai misal harga daging di pasaran

Rp 100.000/kg, harga sapi 45% x Rp 100.000/kg = Rp 45.000/kg, karena 55%

diasumsikan merupakan bagian tubuh sapi selain daging.

Harga jual sapi juga bisa mengalami penurunan yang mengakibatkan peternak

rugi. Penurunan tidak disebabkan oleh isu penyakit pada hewan melainkan keadaan

fisik sapi itu sendiri yaitu sapi kakinya cacat akibat terjatuh sehingga risiko

Page 89: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

72

kematiannya meningkat. Hal ini diantisipasi penjual dengan langsung segera

menjualnya. Harga jualnya tentu lebih kecil dengan sapi normal, yaitu hanya bisa

dijual dengan harga 30% dari harga perolehan sapi tersebut. Kemudian apabila sapi

terinfeksi oleh penyakit maka sapi tersebut akan dimusnahkan sehingga akan

mengurangi persediaan sapi di Neraca dan diakui sebagai kerugian.

Di tahun belakangan banyak sapi impor yang masuk ke Indonesia. Sapi impor ini

digunakan pada industri pengolahan daging sapi, sedangkan menurut peternak, sapi

lokal belum mampu menembus industri. Sehingga sapi impor bisa merusak harga sapi

lokal, dikarenakan supply (penawaran) lebih banyak daripada demand (permintaan)

mengakibatkan harga sapi jadi turun.

Pengungkapan (Disclosure)

Pengungkapan menurut kedua standar ini tidak jauh berbeda. Keduanya memiliki

kemiripan dalam pengungkapan kemungkinan karena IAS 41 Agriculture dan PSAK

14 Persediaan (hasil adopsi IAS 2 Inventories) dikeluarkan oleh International

Accounting Standard Board (IASB). IAS 41 mencakup semua hal yang perlu

diungkapkan mengenai aset biolojik sebagai persediaan. CBA juga dijelaskan secara

rinci bagaimana cara pengungkapannya dan bagaimana pengklasifikasiannya. Secara

umum, kedua standar mewajibkan entitas untuk mengungkapkan tentang penjelasan

dari aset yang dimiliki entitas, kebijakan akuntansi yang digunakan, perubahan

berkaitan dengan aset yang dimiliki, risiko untuk aset, dan cara yang dihadapi untuk

menyelesaikan risiko tersebut.

Page 90: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

73

Perbedaaan pengungkapan kedua standar ini ialah pada metode pengukuran yang

berbeda. IAS 41 lebih menekankan pengungkapan dalam pengukuran menggunakan

nilai wajar, sedangkan pada PSAK 14 lebih cenderung untuk mengungkapkan biaya-

biaya yang terkait dengan persediaan. Tetapi antara IAS 41 dan PSAK 14 sama-sama

mengharuskan untuk mengungkapkan jumlah tercatat persediaan dengan nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual. Keduanya juga mewajibkan pengungkapan jika ada

penurunan nilai dari aset. Oleh karena itu PSAK 14 mampu mengakomodir

pengungkapan aset biolojik sebagai persediaan karena adanya persamaan tersebut,

juga pada PSAK 14 perlu ditambahkan pengungkapan untuk nilai akibat

pertumbuhan alami aset biolojik sebagai persediaan, tidak hanya penurunan nilainya

saja.

Beberapa perusahaan di China, sudah mengungkapkan (disclose) Consumable

Biological Asset (CBA) di dalam akun persediaan (Tang et al. 2013). Penelitian ini

memiliki objek dari laporan keuangan semi-annual tahun 2012 dari 45 perusahaan

agrikultur yang terdaftar (listed). Dari 45 perusahaan tersebut, 28 perusahaan

mengungkapkan CBA pada akun persediaan dan hanya 1 perusahaan

mengungkapkannya pada akun non current asset.

Penelitian Tang et al. (2013) tersebut juga memaparkan kendala yang dihadapi

perusahaan dalam mengungkapkan informasi berkaitan dengan aset biolojik yaitu

ketidakjelasan pengungkapan kegiatan pertanian tertentu, sebagian besar informasi

rahasia dari aset biolojik dan produk pertanian tidak terdaftar, informasi aset biolojik

Page 91: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

74

diungkapkan tidak memadai, informasi mengenai aset biolojik perusahaan yang tidak

bisa diperbandingkan, dorongan dari risiko bisnis pertanian tidak memadai, dan

kurangnya pengungkapan kebijakan akuntansi dan estimasi akuntansi tentang aset

biolojik. Penemuan selanjutnya masalah tersebut disebabkan karena akuntansi yang

belum memadai, tingginya biaya keterbukaan informasi, kebutuhan untuk

mempertahankan atau menaikkan harga saham, dan pengawasan pasar yang tidak

memadai. Sehingga Tang et al. menyarankan untuk menambah persyaratan

pengungkapan dalam standar akuntansi atas aset biolojik, memperkuat pengawasan

pasar surat berharga, memberikan wewenang penuh terhadap fungsi regulasi dari

audit sosial, meningkatkan tata kelola internal perusahaan yang terdaftar.

7. KESIMPULAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih khusus perlakuan

persediaan aset biolojik menurut IAS 41 tentang Agriculture, sebagai standar

akuntansi keuangan internasional, dan PSAK 14 tentang persediaan, sebagai standar

akuntansi keuangan yang digunakan di Indonesia dengan cara membandingkan

perlakuan persediaan aset biolojik berdasarkan IAS 41 dengan PSAK 14 meliputi 1)

Tujuan, skopa dan definisi, 2) Pengakuan dan pengukuran, serta 3) Pengungkapan.

Tujuan, skopa, dan definisi dari IAS 41 lebih dikhususkan untuk aset biolojik,

baik BBA maupun CBA. Di dalam IAS 41 juga terdapat definisi penting untuk

Page 92: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

75

istilah-istilah aktivitas agrikultur yang lebih lengkap daripada PSAK 14. Dalam hal

pengakuan, antara IAS 41 dan PSAK 14 tidak ada perbedaan yang signifikan karena

PSAK 14 merupakan hasil adopsi standar buatan IASB (International Accounting

Standar Board).

Perbedaan yang signifikan terdapat pada pengukuran aset biolojik sebagai

persediaan. IAS 41 mengukur CBA dengan menggunakan fair value. Sedangkan

PSAK 14 menggunakan metode biaya dan nilai realisasi bersih. Akan tetapi

sebenarnya nilai realisasi bersih didapatkan dari nilai wajar dikurangi dengan biaya

untuk menjual. Pengukuran CBA di lapangan juga diukur dengan nilai wajar untuk

menentukan harga jualnya. Dari segi pengungkapan, kedua standar ini tidaklah jauh

berbeda, karena IAS 41 dikhususkan untuk aktivitas agrikultur maka dari itu panduan

pengungkapan untuk aset biolojik sebagai persediaan lebih lengkap jika dibandingkan

PSAK 14.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka PSAK 14 sudah mencakup CBA (aset

biolojik sebagai persediaan) dengan penambahan beberapa informasi pada definisi,

pengakuan dan pengukuran, serta pengungkapan persediaan menurut PSAK 14.

Informasi tersebut adalah pada definisi persediaan ditambahkan untuk proses

produksi secara alami oleh aset biolojik sebagai persediaan. Selanjutnya pada

pengakuan dan pengukuran ditambahkan bahwa nilai realisasi neto sama dengan nilai

wajar dikurangi biaya untuk menjual seperti pada pengukuran CBA di IAS 41.

Pengungkapan di PSAK 14 tentang persediaan juga ditambahkan pengungkapan

Page 93: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

76

untuk pertumbuhan alami aset biolojik sebagai persediaan yaitu transformasi

biolojiknya.

Saran

Penelitian ditujukan untuk memberikan pertimbangan kepada pihak penyusun

standar akuntansi internasional IASB (International Accounting Standard Board)

secara umum, secara khusus untuk regulator akuntansi di Indonesia yaitu DSAK

(Dewan Standar Akuntansi Keuangan). Bagi IASB sebaiknya membedakan perlakuan

akuntansi antara BBA dan CBA baik dari segi pengukuran dan pengungkapannya.

Standar IAS 41 ini lebih baik hanya diterapkan untuk CBA saja, sebab perlakuan

akuntansinya mayoritas diperuntukkan untuk CBA.

Bagi DSAK sebaiknya mengadopsi IAS 41 untuk membuat standar akuntansi

bagi CBA karena standar IAS 41 cukup relevan jika diterapkan untuk CBAPerlakuan

aset biolojik yang dimasukkan sebagai persediaan di lapangan juga sudah

menggunakan pengukuran yang mirip dengan peraturan pengukuran di IAS 41.

Sehingga tidaklah sulit bagi perusahaan yang memiliki CBA apabila menerapkan

standar IAS 41. Istilah-istilah dan pengungkapannya saja yang mungkin perlu

disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Apabila DSAK tidak mengadopsi penuh

IAS 41 tentang Agriculture, sebenarnya PSAK 14 tentang Persediaan sudah

mengakomodir perlakuan akuntansi bagi CBA dengan beberapa tambahan penjelasan

baik di definisi, pengakuan dan pengukuran, serta pengungkapannya, seperti yang

telah dijelaskan pada kesimpulan di atas.

Page 94: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

77

Keterbatasan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagian besar dengan

mengumpulkan informasi secara konseptual saja untuk menjawab masalah yang ada,

baik dari standar akuntansi keuangan dan penelitian terdahulu. Peneliti juga hanya

mengambil objek satu perusahaan dan perusahaan ini belum berbadan usaha serta

tidak go public, sehingga penelitian ini belum bisa mewakili perlakuan akuntansi

perusahaan di Indonesia dan bagaimana permasalahan aktual yang terjadi secara

global. Selain itu peneliti berfokus pada perlakuan akuntansi aset biolojik sebagai

persediaan yang dijual dan dibeli di dalam negeri, tidak membahas perlakuan

akuntansi apabila aset biolojik sebagai persediaan diekspor maupun diimpor.

Acuan penelitian sebelumnya mayoritas berasal dari luar Indonesia yang

negaranya sudah menerapkan IAS 41. Penelitian tentang aset biolojik sebagai

persediaan di Indonesia belum banyak dilakukan, kemungkinan karena Indonesia

memang belum mengadopsi IAS 41. Keadaan negara lain yang sudah menerapkan

IAS 41 pun juga berbeda dengan negara Indonesia dari segi iklim maupun aset

biolojik yang diukur, jadi tidak bisa dijadikan tolak ukur secara mutlak. Pada

penelitian selanjutnya sebaiknya lebih banyak beracuan pada penelitian yang sudah

dilakukan di Indonesia sehingga bisa memberikan masukan yang lebih relevan untuk

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Selanjutnya penelitian mendatang

sebaiknya lebih memfokuskan kepada praktik akuntansi aset biolojik di suatu

perusahaan sehingga bisa diketahui pencatatan akuntansi yang tepat untuk aset

Page 95: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

78

biolojik. Selain itu sebaiknya juga dilakukan pembahasan perlakuan akuntansi aset

biolojik di perusahaan yang melakukan ekspor dan impor aset biolojik karena akan

mempengaruhi pengukuran nilai wajar pada aset biolojik.

Page 96: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

79

DAFTAR PUSTAKA

AASB 141 Agriculture, ACT AIFRS Policy Summary AASB 141.

Anthony, Robert N., David F. Hawkins, Kenneth A. Merchant, 2007, Accounting:

Text & Cases Twelfth Edition, McGraw-Hill.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian

Indonesia. Kementerian Pertanian-Republik Indonesia.www.litbang.deptan.go.id.

2 April 2013.

Badan Pusat Statistik, 2012, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Berita Resmi Statistik

No. 13/02/Th. XV.

Bhakir, Mohamed Iskandar Thurrun, 2010, “Applying IAS 41 in Malaysia”,

Accountants Today March, hal. 32.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2009, Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan, DSAK- IAI, Jakarta.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2008, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

14 tentang Persediaan, DSAK- IAI, Jakarta.

ECCB, “Fair Value Measurement for Assets”, Joint World Bank and IFRS

Foundation „Train The Trainers‟, workshop hosted by the 30 April to 4 May

2012.

Elad, Charles, Kathleen Herbohn, 2011, “Implementing Fair Value Accounting In

The Agricultural Sector”, The Institute of Chartered Accountants of Scotland,

Edinburgh.

Gamayuni, Rindu Rika, 2009, “Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan

Indonesia Menuju International Financial Reporting Standards”, Jurnal

Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14 No. 2 Juli 2009.

Page 97: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

80

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes, 2010,

Accounting Theory 7th Editon, John Wiley & Sons Australia, Ltd.

Hongkong Accounting Standard 41 Agriculture, HKAS 41 Revised June 2010.

Indonesia Accounting Fair 14, 2012, Universitas Indonesia, Indonesia.

International Accounting Standard Committe, 2009, International Accounting

Standart 41: Agriculture Assets, IASCF.

Kieso, Donald E., Jerry J.Weygandt, Terry D. Warfield Ph. D, 2011, Intermediate

Accounting Vol. 1, John Wiley & Sons, United Stated of America.

Klaas, Ferry Sayosky, 2013, Komparasi Akuntansi untuk Aset Biolojik menurut IAS

41 dan PSAK 16. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

Pricewaterhousecoopers (PWC). 2009. A Practical Guide to Accounting for

Agricultural Assets.

Sedláček, Jaroslav, 2010, “The Methods of Valuation in Agricultural Accounting”,

Agric. Econ. – Czech, 56, hal. 59–66, Czech Republic: Masaryk University.

Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi 4, Salemba Empat,

Jakarta.

Suwardjono, 2006, Teori Akuntansi dan Perekayasaan Laporan Keuangan, BPFE

Yogyakarta.

Tang, Qing-wan, Peng Gao, Gang Fu, 2013, “Research on Information Disclosure of

Biological Assets of Agricultural Listed Company in China”, Interdisciplinary

Journal of Contemporary Research in Business, Institute of Interdisciplinary

Business Research March 2013 Vol. 4, No. 11.

Page 98: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

81

Whittington, Geoffrey, 1994, “Current Cost Accounting: Its Role in Regulated

Utilities”, Fiscal Studies vol. 15, no. 4, pp. 88-101.

www.iaiglobal.or.id, 2013. Laporan dari London - Malaysia: Revisi IAS 41 Susah

Diaplikasikan. http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=574.

Tanggal akses 15 Oktober 2013.

Page 99: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

82

LAMPIRAN 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

IDENTITAS PERUSAHAAN

1. Nama Perusahaan 2. Tahun berdiri:

3. Alamat – Jalan 4. Telp:

5. Desa/Kelurahan 6. RT/RW:

7. Kecamatan

8. Pemilik Perusahaan 9. 10. Usia: 11. Pendid:

12. Pimpinan Perusahaan 13. 14. Usia:

15. Pendid:

16. Hubungan Pemilik-

Pemimpin Perusahaan

1. Sama 2. Suami/istri 3. Ortu/anak

4. Kel dekat 5. Kel jauh 6. Orang lain

17. Produk Utama

18. Produk Lain 1. 2.

3. 4.

19. Jangkauan Pasar 1. Dalam Negeri:

2. Luar Negeri: Negara ….……………..

Pengakuan dan Pengukuran

1. Sapi diambil susunya atau dagingnya?

2. Peternakan ini mengembangbiakkan sendiri atau beli langsung jual?

3. Pelaporan keuangannya sudah pembukuan atau masih pencatatan?

4. Sapi dicatat sebagai apa di laporan keuangan?

5. Sistem perdagangannya bagaimana? Memakai modal sendiri semua yaitu profitnya

untuk diri sendiri, atau bagi hasil dengan petani sapi?

6. Beli cara menentukan harga beli (harga perolehan) bagaimana?

Page 100: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

83

7. Ternak sendiri, saat menentukan harga waktu pertama kali lahir menurut apa?

8. Waktu dijual, cara menentukan harga jual bagaimana? Apakah berdasarkan harga

sapi, harga daging di pasaran? Atau berdasarkan harga beli ditambah biaya yang

sudah dikeluarkan selama perawatan dari beli atau lahir sapi tersebut?

9. Waktu ada wabah penyakit, apakah pernah sapi terkena serangan penyakit tersebut?

Kalau terkena apakah tetap dijual atau dibunuh atau bagaimana? Tentu harganya di

pasaran akan turun.

Dijual, pengukuran harga berdasarkan apa? Tetap harga beli ditambah biaya atau

harga yang mau dibeli oleh pasar?

Dibunuh, pengakuan kerugian bagaimana?

Perlakuan yang lainnya?

Bagaimana menentukan nilai dari sapi tersebut apabila terkena penyakit?

10. Waktu ada isu penyakit saja bagaimana dampak dari harga sapi? Apakah harga

langsung menurun? Tapi apabila menurun, apakah harga jual tersebut tetap lebih

tinggi dari harga beli ditambah biaya yang dikeluarkan?

11. Kendala apa yang dialami saat mengukur atau menentukan nilai/harga sapi?

12. Apakah pernah menerima bantuan dana dari pemerintah? Diakui sebagai apa?

13. Apakah sapi tersebut harganya setiap tahun bertambah, menurun, atau cenderung

stabil? (perubahan harga)

14. Kalau misalnya harga beli ditambah biaya yang dikeluarkan lebih besar dari harga

jual, bagaimana? Atau pasti harga jual di pasar lebih besar dari harga beli ditambah

biaya yang dikeluarkan?

15. Harga daging sapi di pasar akhir-akhir ini cenderung mengalami kenaikan terus-

menerus, karena apa? Dampak dari peternakan lokal? Apakah karena harga belinya

ditambah biayanya juga naik? Permintaan banyak tapi supply nya sedikit? Sapi susah

untuk dikembangbiakkan?

16. Di era globalisasi, ada produk sapi impor yang harga nya lebih murah dari produk

lokal, bagaimana cara mensiasati supaya produk lokal tidak kalah bersaing?

Harganya diturunkan?

Page 101: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

84

LAMPIRAN 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Citra Anggita Wardanti

Alamat : Jl. Janoko 1, Ngemplak, Dukuh, Salatiga 50722.

Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 31 Agustus 1992

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

No. telepon : 085728784602

Email : [email protected] / [email protected]

Latar Belakang Pendidikan :

1. SD Negeri Mangunsari 5 Salatiga (1998 - 2004)

2. SMP Negeri 1 Salatiga (2004 – 2007)

3. SMA Negeri 1 Salatiga (2007 - 2010)

4. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Progdi Akuntansi, Universitas Kristen Satya

Wacana, Salatiga (2010-2014)

Pengalaman Organisasi :

1. Panitia (Sie. Sekretariat) “E-GOAL” Makrab Fakultas Ekonomika dan Bisnis

UKSW (2011).

2. Panitia (Sie. Wali) Social Evening “LEGEND” Fakultas Ekonomika dan

Bisnis UKSW (2012).

3. Fungsionaris Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW (2012-

2013).

Workshop & Seminar :

1. Sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 tentang Otoritas Jasa Keuangan, 23

April 2012.

Page 102: Perbandingan Akuntansi Aset Biolojik sebagai Persediaan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7657/3/T1_232010201_Full... · Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : ... with addition

85

2. Seminar Nasional “Peran Akuntansi dalam Perekonomian Global dan

Borderless Economy”, 4-5 April 2012.

3. Seminar Nasional “Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis SAK 2010 dan

SAK ETAP”, 5-6 April 2011.

4. Seminar Nasional Kewirausahaan “Inspire, Instruct, Improve: Other Side of

Business”, 7 Maret 2012.

5. Seminar Nasional “Green Accounting, Wujud Kepedulian Akuntan dalam

Pembangunan Indonesia yang Berkelanjutan”, 24 November 2012.

Pengalaman Bekerja :

1. Asisten Dosen Pengantar Statistika Fakultas Ekonomika dan Bisnis (Semester

Gasal 2012-2013).

2. Asisten Dosen Akuntansi Keuangan Menengah 2 dan Akuntansi Keuangan

Lanjutan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (Semester Genap 2012-2013).

3. Asisten Dosen Lab. Akuntansi Biaya Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(Semester Antara 2012-2013).

Prestasi :

1. Juara III Lomba Akuntansi Beregu tingkat Nasional di Universitas Sebelas

Maret Surakarta tahun 2012.

2. Juara II Lomba Akuntansi Beregu tingkat Nasional di Universitas Sebelas

Maret Surakarta tahun 2013.

.