39
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Motor Bensin Empat Langkah Menurut Bosch (2001), motor bensin pembakaran dalam menggunakan siklus Otto. Sistem pengapian membakar campuran udara dan bahan bakar dan dalam prosesnya mengubah energi kimia pada bahan bakar menjadi energi kinetik. Hasil dari pembakaran menyebabkan piston menghasilkan gerakan bolak-balik (reciprocating) di dalam silinder, sedangkan setang piston mengubah gerakan bolak-balik pada piston menjadi gerak putar pada poros engkol yang kemudian diteruskan menuju roda gila. Kecepatan putar poros engkol disebut juga kecepatan mesin (engine speed) atau kecepatan putar mesin per menit (engine rpm). 1. Prinsip Kerja Motor Empat Langkah Prinsip kerja motor empat langkah menggunakan mekanisme katup untuk mengontrol siklus pemasukan dan pembuangan campuran udara dan bahan bakar peda mesin. Katup-katup tersebut membuka dan menutup saluran masuk dan buang pada silinder untuk menyuplai campuran udara dan bahan bakar kedalam silinder dan mengeluarkan gas sisa pembakaran keluar dari silinder.

Perbandingan Pembakaran Udara Stoikiometri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Stoikiometri

Citation preview

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Motor Bensin Empat Langkah

    Menurut Bosch (2001), motor bensin pembakaran dalam

    menggunakan siklus Otto. Sistem pengapian membakar campuran udara

    dan bahan bakar dan dalam prosesnya mengubah energi kimia pada bahan

    bakar menjadi energi kinetik.

    Hasil dari pembakaran menyebabkan piston menghasilkan gerakan

    bolak-balik (reciprocating) di dalam silinder, sedangkan setang piston

    mengubah gerakan bolak-balik pada piston menjadi gerak putar pada

    poros engkol yang kemudian diteruskan menuju roda gila. Kecepatan putar

    poros engkol disebut juga kecepatan mesin (engine speed) atau kecepatan

    putar mesin per menit (engine rpm).

    1. Prinsip Kerja Motor Empat Langkah

    Prinsip kerja motor empat langkah menggunakan mekanisme

    katup untuk mengontrol siklus pemasukan dan pembuangan campuran

    udara dan bahan bakar peda mesin. Katup-katup tersebut membuka

    dan menutup saluran masuk dan buang pada silinder untuk menyuplai

    campuran udara dan bahan bakar kedalam silinder dan mengeluarkan

    gas sisa pembakaran keluar dari silinder.

  • 9

    a. Langkah Hisap

    Diawali piston berada pada TMA (Titik Mati Atas), piston

    bergerak menuju TMB (Titik Mati Bawah) dan meningkatkan

    volume silinder, campuran udara dan bahan bakar terhisap masuk

    kedalam silinder melalui saluran masuk dimana posisi katup masuk

    terbuka sedangkan katup buang tertutup.

    Ruang bakar di dalam silinder mencapai volume maksimum

    (Vh+Vc) di TMB.

    b. Langkah Kompresi

    Katup hisap dan katup buang dalam kondisi tertutup, piston

    bergerak dari TMB menuju TMA menyebabkan volume ruang

    bakar menyempit dan mengkompresikan campuran udara dan

    bahan bakar didalamnya menyebakan temperatur dan tekanan

    didalam silinder meningkat.

    Pada TMA ruang bakar mencapai volume minimum (Vc).

    c. Langkah Kerja

    Sebelum piston mencapai TMA, busi menyulut campuran

    udara dan bahan bakar pada sudut pengapian (ignition angle) yang

    tepat. Campuran udara dan bahan bakar terbakar seluruhnya saat

    piston beberapa derajat melewati TMA.

    Katup hisap dan katup buang masih tertutup dan panas

    pembakaran meningkatkan tekanan dalam silinder mendorong

    piston bergerak menuju TMB dan menghasilkan tenaga.

  • 10

    d. Langkah Buang

    Katup buang terbuka sesaat sebelum piston mencapai TMB.

    Gas sisa pembakaran bertekanan tinggi keluar dengan sendirinya

    dari silinder melalui saluran buang (exhaust manifold), kemudian

    sisa gas buang keluar terdorong oleh piston yang bergerak dari

    TMB menuju TMA.

    Ketika piston mencapai TMA, mulai bergerak untuk siklus

    kerja berikutnya yaitu langkah hisap setiap dua kali putaran poros

    engkol atau empat kali pergerakan piston. Untuk lebih jelasnya

    lihat gambar 2.1

    Gambar 2.1 Siklus Kerja Motor Empat Langkah

    Sumber: Bosch (2001:5)

    2. Waktu pembukaan katup

    Mekanisme pembukaan katup dirancang sedemikian rupa

    sehingga poros nok (camshaft) berputar satu kali untuk menggerakkan

  • 11

    katup hisap dan katup buang setiap dua kali putaran poros engkol

    (crankshaft) (Toyota Astra Motor, 2000:3-19) .

    Waktu pembukaan katup mengatur waktu dimana katup masuk

    dan katup buang mulai membuka atau menutup berdasarkan derajat

    putaran poros engkol. Aliran gas (gas flow) dan pengaruh getaran

    kolom gas (gas-column vibration effect) digunakan untuk

    meningkatkan pengisian campuran udara dan bahan bakar pada ruang

    bakar dan mengeluarkan gas sisa pembakaran. Hal inilah yang

    menyebabkan mengapa dibutuhkan overlapping katup (Bosch,

    2001:5).

    3. Kompresi

    Perbandingan kompresi menunjukkan berapa jauh campuran

    udara dan bahan bakar yang dihisap selama langkah hisap

    dikompresikan dalam silinder selama langkah kompresi (Toyota Astra

    Motor, 2000:1-7).

    Nilainya dapat dirumuskan dengan = (Vh+Vc)/Vc dimana Vh

    menunjukkan volume ruang bakar dengan piston berada pada posisi

    TMB sedangkan Vc menunjukkan volume ruang bakar dengan piston

    berada pada posisi TMA (Bosch, 2001:6).

    Menurut Bosch (2001), rasio kompresi sangat berpengaruh

    terhadap:

    a. Torsi yang dihasilkan oleh mesin

    b. Keluaran tenaga yang dihasilkan oleh mesin

  • 12

    c. Konsumsi bahan bakar, dan

    d. Emisi gas buang sisa pembakaran

    Mesin bensin mempunyai rasio kompresi () antara 7-13

    tergantung tipe mesin dan prinsip pemasukan bahan bakarnya. Mesin

    dengan rasio kompresi antara 14-24 umumnya digunakan untuk mesin

    diesel dan tidak dapat digunakan untuk mesin bensin. Mesin bensin

    memiliki kualitas anti-knock yang sangat terbatas, dan dengan tekanan

    kompresi yang tinggi menyebabkan temperatur yang tinggi pula pada

    ruang bakar menyebabkan pembakaran yang tidak terkendali pada

    bahan bakar bensin. Hal tersebut dapat menyebabkan detonasi yang

    dapat merusak mesin.

    4. Perbandingan udara dan bahan bakar

    Perbandingan udara yang dibutuhkan untuk membakar 14,7 kg

    udara membutuhkan 1 kg bahan bakar yang kemudian disebut

    perbandingan campuran udara dan bahan bakar stoikiometri

    (stoichiometric ratio) 14,7:1 (Bosch, 2001:6).

    Faktor udara ekses (excess-air factor) mengindikasikan

    seberapa jauh perbandingan udara dan bahan bakar aktual dengan

    perbandingan udara dan bahan bakar teoritis 14,7:1. =1 menunjukkan

    bahwa mesin berjalan dengan perbandingan udara dan bahan bakar

    stoikiometri.

    Jika 1 (dibawah

  • 13

    batasan =1,6) menunjukkan mesin tersebut mengalami kelebihan

    udara (campuran miskin).

    Besarnya campuran udara dan bahan bakar dimana mesin dapat

    bekerja tanpa mengalami gangguan berada pada rentang 8:1 hingga 18,5:1,

    hal tersebut dapat dijelaskan:

    a. 8 bagian udara berdasarkan berat dikombinasikan dengan 1

    bagian bahan bakar (8:1) merupakan campuran paling kaya yang

    dapat diterima oleh mesin dan masih dapat melakukan pengapian.

    b. 18,5 bagian udara dicampur dengan 1 bagian bahan bakar (18,5:1)

    merupakan campuran paling miskin. Campuran udara dan bahan

    bakar yang terlalu kaya atau terlalu miskin menyebabkan

    pembakaran tidak normal atau mesin tidak dapat berjalan sama

    sekali (Halderman & Linder, 2006: 87). Untuk lebih jelasnya lihat

    gambar 2.2

    Gambar 2.2 Mesin tidak akan bekerja jika campuran bahan bakar

    terlalu kaya atau terlalu miskin

    Sumber: Halderman & Linder (2006:87)

  • 14

    B. Bahan Bakar dan Proses Pembakaran pada Motor Bensin 4 Langkah

    1. Bahan bakar

    Menurut Supraptono, bahan bakar adalah bahan-bahan yang

    digunakan dalam proses pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar,

    proses pembakaran tidak mungkin berlangsung. Menurut asalnya,

    bahan bakar dibagi menjadi tiga golongan, yaitu bahan bakar nabati,

    bahan bakar mineral, dan bahan bakar fosil. Sedangkan ditinjau

    menurut bentuknya, bahan bakar dibagi menjadi tiga jenis yaitu bahan

    bakar berbentuk cair, padat, dan gas.

    Setiap bahan bakar memiliki karakteristik dan nilai pembakaran

    yang berbedabeda. Karakteristik inilah yang menentukan sifatsifat

    dalam proses pembakaran, sifat yang kurang menguntungkan dapat di

    sempurnakan dengan jalan menambah bahan-bahan kimia ke dalam

    bahan bakar tersebut, dengan harapan akan mempengaruhi daya anti

    detonasi atau daya letup dari bahan bakar, inilah yang disebut dengan

    bilangan oktan (octane number). Pada bahan bakar motor bensin,

    sedangkan pada bahan bakar motor Diesel sangat di pengaruhi oleh

    bilangan setana (cetane number).

    Pada motor bensin empat langkah bahan bakar yang digunakan

    adalah bensin. Bensin berasal dari kata benzena, sebenarnya zat ini

    berasal dari gas tambang yang mempunyai sifat beracun dan

    merupakan persenyawaan dari hidrokarbon tak jenuh, artinya dapat

    bereaksi dengan mudah terhadap unsur unsur lain dan merupakan

  • 15

    komposisi isooctane dengan normal-heptana. Kualitas bensin

    dinyatakan dengan angka oktan, atau octane number (Supraptono,

    2004:13).

    Menurut Arismunandar dalam Pratama (2010:8), nilai oktan

    suatu bahan bakar merupakan bilangan yang menyatakan persen

    volume iso-oktana dalam campuran yang terdiri dari iso-oktana dan

    heptana normal yang mempunyai kecenderungan berdetonasi sama

    dengan bahan bakar tersebut.

    Bilangan oktan untuk bensin adalah sama dengan banyaknya

    persen iso-oktana dalam campuran itu. Semakin tinggi nilai oktan

    bahan bakar menunjukkan daya bakarnya semakin tinggi.

    (Supraptono, 2004:13)

    Di Indonesia bensin dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan

    bilangan oktannya, yaitu:

    a. Premium

    Premium merupakan bensin yang berwarna kekuning-

    kuningan, jika ditambahkan TEL (Tetra Ethyl Lead) sebagai

    penambah nilai oktan maka bensin tersebut mengandung timbal

    yang berbahaya bagi kesehatan. Warna kuning tersebut akibat

    adanya zat pewarna tambahan. Penggunaan premium pada

    umumnya untuk bahan bakar motor bensin. RON (Research

    Octane Number) bensin premium umumnya berada di bawah 90.

  • 16

    b. Pertamax

    Pertamax merupakan bensin tanpa timbal yang dipasarkan

    dengan warna kebiruan dan memiliki RON (Research Octane

    Number) sebesar 92 dan dianjurkan untuk motor bensin dengan

    perbandingan kompresi yang tinggi.

    c. Pertamax plus

    Pertamax plus merupakan bensin tanpa timbal yang

    dipasarkan dengan warna merah. Pertamax plus ini memiliki RON

    (Research Octane Number) sebesar 95. Angka oktan pertamax plus

    adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan premium dan

    pertamax. Dengan karakteristik tersebut sangat dianjurkan bila

    pertamax plus digunakan pada mesin dengan rasio kompresi tinggi.

    Seperti yang telah dicontohkan di atas bahwa kualitas suatu

    bensin dapat diketahui dari oktannya. Oktan suatu bahan bakar

    merupakan bilangan yang menyatakan persen volume iso-oktana

    dalam campuran yang terdiri dari iso-oktana dan heptana normal

    yang mempunyai kecenderungan berdetonasi sama dengan bahan

    bakar tersebut.

    Menurut Arismunandar dalam Pratama (2010:8), salah satu

    cara meningkatkan nilai oktan suatu bahan bakar adalah dengan

    menambahkan TEL yang mempunyai rumus kimia Pb(C2H5)4 ke

    dalam bahan bakar tersebut. Namun cara ini akan menyebabkan

  • 17

    gas buang mengandung timah hitam yang beracun dan merusak

    lingkungan.

    Saat perusahaan pengolah minyak dibawah regulasi EPA

    (Environmental Protection Agency) menghilangkan TEL dari

    bensin, mereka mengembangkan metode lain untuk menaikkan

    nilai oktan bahan bakar. Bahan tambah untuk meningkatkan nilai

    oktan bahan bakar dapat dikelompokkan menurut tiga kategori:

    a. Aromatic hydrocarbons (hidrokarbon yang mengandung

    cincin benzena), seperti xylene dan toluene.

    b. Alkohol, seperti etanol (ethyl alcohol), metanol (methyl

    alcohol), dan Tertiary Butyl Alcohol (TBA).

    c. Metallic compounds, seperti Methylcyclopentadienyl

    Manganese Tricarbonyl (MMT).

    Propana dan butana juga biasa digunakan pada bensin

    sebagai peningkat nilai oktan (Handerman & Linder, 2006:84).

    2. Proses pembakaran pada motor bensin 4 langkah

    Dalam proses pembakaran setiap macam bahan bakar selalu

    membutuhkan sejumlah udara agar bahan bakar dapat terbakar

    secara sempurna. Namun dalam kenyataanya tidak hanya proses

    pembakaran secara sempurna saja yang terjadi pada motor bensin

    empat langkah, proses pembakaran tidak sempurna juga sering

    terjadi. Berikut ini akan dijelaskan kedua proses pembakaran

    tersebut:

  • 18

    a. Pembakaran Sempurna (Normal)

    Proses pembakaran dikatakan sempurna bila campuran bahan

    bakar dan udara dapat terbakar seluruhnya pada waktu dan keadaan

    yang dikehendaki. Selain itu, pembakaran sempurna terjadi bila

    seluruh iso-oktana (C8H18) dapat bereaksi seluruhnya menjadi CO2

    dan H2O. Berikut ini adalah reaksi pembakaran sempurna:

    C8H18 + 12,5O2 + 47N2 8CO2 + 9H2O + 47N2

    2C8H18 + 25O2 + 94N2 16CO2 + 18H2O + 94N2

    (Toyota Astra Motor, 1995:3-8)

    Mekanisme pembakaran normal dalam motor bensin dapat

    dibagi menjadi empat fase seperti dijelaskan pada gambar dibawah.

    Gambar 2.3 Grafik Pembakaran Campuran Udara-Bensin dan

    Perubahan Tekanan di Dalam Silinder

    Sumber: Toyota Astra Motor, (1995:2-3)

  • 19

    1) Fase penyalaan

    Periode ini merupakan fase awal busi memercikkan bunga

    api, dimana partikel-partikel bahan bakar telah dicampur dengan

    udara masuk ke ruang bakar.

    Fase ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

    a) Temperatur dari nyala api yang dikeluarkan oleh elektroda

    busi.

    b) Sifat alami bahan bakar.

    c) Temperatur dan tekanan didalam silinder.

    d) Laju aliran campuran udara dan bahan bakar yang masuk

    ke dalam silinder.

    e) Besarnya rasio udara dan bahan bakar yang masuk ke

    dalam silinder (Heisler, 1995:169). Untuk lebih jelasnya

    perhatikan gambar dibawah.

    Gambar 2.4 Hubungan antara temperatur penyalaan dengan waktu

    reaksi pembakaran

    Sumber: Heisler (1995:170)

  • 20

    Gambar 2.5 Hubungan antara temperatur penyalaan, waktu

    penyalaan dengan rasio udara dan bahan bakar.

    Sumber: Heisler (1995:170)

    2) Fase perambatan api (pembakaran explosive)

    Pada akhir langkah pertama, campuran akan terbakar di

    beberapa tempat di dalam silinder. Nyala api busi ini akan

    merambat dengan kecepatan tinggi sehingga seolah-olah

    campuran terbakar sekaligus.

    Waktu yang dibutuhkan dalam fase perambatan api

    dipengaruhi oleh intensitas turbulensi campuran yang masuk

    kedalam ruang bakar.

    Waktu pembakaran terjadi dengan lambat ketika campuran

    udara dan bahan bakar dalam silinder stagnan atau tidak terjadi

    turbulensi. Sebaliknya, waktu pembakaran semakin cepat saat

    turbulensi campuran udara dan bahan bakar semakin meningkat,

    biasanya seiring dengan peningkatan kecepatan mesin diikuti

    dengan meningkatnya turbulensi campuran udara dan bahan

  • 21

    bakar di dalam ruang bakar. Durasi dari fase perambatan api

    selalu konstan terhadap sudut pergerakan poros engkol (Heisler

    1995:170).

    3) Fase pembakaran puncak (tekanan pembakaran

    maksimum)

    Akibat nyala api di dalam silinder, maka terjadi kenaikan

    tekanan akibat pembakaran tersebut. Tekanan pembakaran akan

    mencapai tingkat maksimum pada posisi tertentu dari piston.

    Untuk memperoleh tenaga yang tinggi dari hasil pembakaran,

    maka tekanan pembakaran diusahakan mencapai maksimum

    setelah piston berada 10 setelah TMA.

    Pada fase ini udara yang tersisa semakin sulit bereaksi

    dengan uap bahan bakar sehingga laju pembakaran menurun,

    kondisi ini disebut after burning.

    Pada saat yang sama, terjadi produksi panas akibat reaksi

    kimia proses pembakaran menghasilkan langkah kerja.

    Energi panas yang dilepaskan hilang melalui dinding

    silinder dan kepala piston, selanjutnya piston bergerak turun

    memperbesar volume ruang bakar mengakibatkan tekanan

    didalam silinder menurun dengan drastis (Heisler, 1995:170).

  • 22

    4) Fase akhir pembakaran

    Fase ini merupakan fase akhir dari proses pembakaran

    dimana tekanan di dalam ruang bakar turun karena piston

    bergerak turun dan proses pembakaran berakhir.

    b. Pembakaran Tidak Sempurna (Tidak Stoikiometri)

    Proses pembakaran tidak sempurna (tidak stoikiometri)

    terjadi bila terdapat sebagian bahan bakar yang tidak ikut terbakar

    atau pembakaran yang terjadi bila iso-oktana (C8H18) tidak dapat

    bereaksi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O melainkan menjadi CO,

    HC, dan H2O. Reaksi pembakaran tidak sempurna dapat dituliskan

    sebagai berikut:

    C8H18 + 7O2 6CO + 8H2O + 2HC

    Ada beberapa macam pembakaran tidak sempurna,

    diantaranya adalah sebagai berikut:

    1) Detonasi

    Detonasi atau knocking merupakan proses terbakarnya

    sendiri campuran bahan bakar dan udara yang berada terjauh

    dari busi, karena terdesak oleh penekanan piston maupun oleh

    perambatan nyala api pembakaran yang merambat dengan cepat

    sehingga temperaturnya dapat melampaui temperatur penyalaan

    sendiri dan akibatnya akan meledak. Detonasi yang cukup berat

    dapat menimbulkan suara gemelitik pada dinding silinder,

  • 23

    akibatnya akan mempercepat keausan silinder dan cicin piston.

    Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah.

    Gambar 2.6 Proses pembakaran normal

    Sumber: Heisler, (1995:79)

    Gambar 2.7 Proses pembakaran saat terjadi detonasi

    Sumber: Heisler, (1995:80)

    Gambar 2.8 Variasi tekanan silinder saat terjadi detonasi

    Sumber: Heisler, (1995:171)

  • 24

    Menurut Heisler (1995:174), beberapa hal yang dapat

    menyebabkan timbulnya detonasi adalah:

    (a) Perbandingan kompresi yang cukup tinggi.

    (b) Pemakaian bahan bakar bernilai oktan rendah.

    (c) Penyetelan waktu pengapian yang terlalu maju sehingga

    tekanan puncak dalam silinder terjadi sebelum TMA.

    (d) Campuran udara dan bahan bakar yang terlalu kaya

    meningkatkan temperatur pembakaran dan tekanan.

    Menyebabkan kemungkinan terjadinya detonasi semakin

    besar.

    (e) Pendinginan pada ruang bakar tidak normal diakibatkan oleh

    sistem pendinginan yang kurang baik.

    (f) Pengkabutan yang berlebihan pada ruang bakar atau kepala

    piston.

    Menurut Arismunandar dalam Pratama (2010), cara untuk

    mencegah terjadinya detonasi pada motor bensin adalah:

    (a) Mengurangi tekanan dan temperatur campuran bahan bakar

    dan udara yang masuk ke dalam silinder.

    (b) Mengurangi perbandingan kompresi.

    (c) Memperlambat saat penyalaan.

    (d) Menaikkan kecepatan putaran poros engkol untuk

    memperoleh arus turbulen pada campuran yang akan

    mempercepat rambatan nyala api.

  • 25

    (e) Memperkecil diameter piston untuk memperpendek jarak

    perambatan nyala api. Hal ini bisa ditempuh dengan

    menggunakan busi lebih dari satu.

    (f) Membuat konstruksi ruang bakar yang sedemikian rupa

    sehingga bagian yang terjauh dari busi mendapat pendinginan

    lebih baik. Hal ini dapat ditempuh dengan cara memperbesar

    perbandingan antara luas permukaan dan volume sehingga

    diperoleh ruang yang sempit.

    Menurut Heisler (1995:174), pengaruh detonasi pada

    ruang bakar dibagi menjadi tiga yaitu:

    (a) Menghilangkan lapisan batas perlindungan gas stagnan yang

    selalu tersedia pada permukaan ruang bakar menyebabkan

    lebih banyak panas yang akan disalurkan melalui dinding

    silinder, sehingga temperatur dalam ruang bakar menjadi

    lebih tinggi dan dapat memicu terjadinya pre-ignition.

    (b) Menghilangkan lapisan oli (oil-film) yang melindungi dan

    melumasi dinding silinder menyebabkan meningkatnya

    gesekan antara dinding silinder dan cincin piston.

    (c) Gelombang getaran detonasi membebani kerja piston

    menimbulkan beban getaran pada pena piston, dan small-end

    bearing setang piston. Jika berlangsung terus menerus dapat

    menghilangkan lapisan pelumas dan merusak small-end joint.

  • 26

    2) Pre-ignition

    Pre-ignition merupakan proses terbakarnya sendiri

    campuran bahan bakar dan udara sebelum terjadinya loncatan

    bunga api busi yang disebabkan oleh kelebihan panas

    (overheated) yang terdapat pada elektroda tengah dari busi,

    katup buang, kepala piston, karbon deposit (hot spot) dan gasket

    yang menonjol pada ruang bakar.

    Hasil pembakaran dan perambatan api yang dihasilkan

    oleh hot spot serupa dengan hasil pembakaran dan perambatan

    api yang dihasilkan oleh percikan bunga api busi, perbedaannya

    hanya terletak pada kecepatan reaksi pembakaran. Percikan

    bunga api busi menghasilkan waktu pengapian yang sesuai dan

    terkontrol sedangkan hot spot menghasilkan reaksi pembakaran

    yang tidak dapat diprediksi.

    Pembakaran yang lebih awal mengakibatkan waktu

    pembakaran gas dalam silinder yang lebih lama dan

    meningkatkan perpindahan panas pada dinding silinder,

    akibatnya temperatur penyalaan sendiri (self-ignition

    temperature) akan berlangsung lebih awal. Konsekuensinya

    tekanan puncak dalam silinder (dalam keadaan normal terjadi

    pada posisi antara 10-15 setelah TMA) berada pada posisi

    lebih awal sebelum TMA, hal ini mengakibatkan tekanan

    silinder dan temperatur maksimum terjadi sebelum TMA dan

  • 27

    menghasilkan tenaga yang mendorong piston berlawanan

    selama langkah kompresi.

    Pre-ignition pada mesin satu silinder akan menghasilkan

    penurunan kecepatan dan tenaga secara konstan. Sedangkan bila

    terjadi pada mesin multi silinder pada kecepatan tinggi piston

    yang mengalami pre-ignition menghasilkan tenaga negatif dan

    membebani piston pada silinder lain. Untuk lebih jelasnya lihat

    gambar 2.9.

    Gambar 2.9 Variasi tekanan silinder saat terjadi pre-ignition

    Sumber: Heisler, (1995:175)

    Jika pre-ignition terjadi bersamaan saat busi mulai

    memercikkan bunga api maka pembakaran akan terlihat seperti

    pembakaran normal. Namun, ketika mesin dimatikan (pada

    sistem pengapian konvensional) mesin akan tetap melakukan

    pembakaran sampai temperatur pada ruang bakar tidak sanggup

    lagi untuk melakukan pembakaran (Heisler, 1995:175).

  • 28

    3) Post-ignition

    Post-ignition terjadi didalam ruang bakar diakibatkan oleh

    hot spot yang mengakibatkan waktu penyalaan berlangsung

    sepanjang langkah kompresi.

    Saat mesin berada pada suhu kerja dan pengapian

    dimatikan, hot spot akan terus menyalakan campuran udara dan

    bahan bakar selama fase pembakaran puncak. Saat pengapian

    dimatikan dan throttle valve ditutup, pembakaran akan berlanjut

    setiap kali mencapai temperatur pembakaran sendiri (self-

    ignition temperature, setelah beberapa waktu temperatur puncak

    pada ruang bakar menurun drastis hingga hot spot tidak mampu

    lagi untuk membakar campuran udara dan bahan bakar dan

    mesin akan berhenti bekerja (Heisler, 1995:176).

    C. Emisi Gas Buang Motor Bensin

    Emisi gas buang merupakan zat pencemar yang dihasilkan dari

    proses pembakaran motor bensin. Zat pencemar dari hasil pembakaran

    atau uap bahan bakar bensin ini dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu CO

    (carbon monoxide), HC (hydrocarbon), dan NOx (nitrogen oxide). Tetapi

    ada pula zat pencemar yang berupa timah hitam (Pb), hal ini disebabkan

    karena bensin mengandung TEL. Bila bensin terbakar, maka akan terjadi

    reaksi dengan oksigen membentuk CO2 (carbon dioxide) dan H2O. Emisi

  • 29

    gas buang atau polutan yang paling sering diperhatikan adalah CO, HC,

    CO2 dan O2. Dua gas yang disebutkan terakhir bukan merupakan polutan

    tetapi terus diperhatikan karena menjadi indikator efisiensi pembakaran

    (Erjavec, 2000:726).

    Menurut Obert (1973:368), ada empat sumber pengeluaran polutan

    motor bakar antara lain:

    Gambar 2.10 Lokasi emisi pada motor bakar

    Sumber: Heisler, (1995:658)

    1. Pipa gas buang (knalpot) merupakan sumber emisi yang paling utama

    sekitar 65-85 persen yaitu mengeluarkan hidrocarbon (HC) yang

    terbakar maupun tidak terbakar, nitrogen oksida (NOx), karbon

    monoksida (CO) yang paling banyak dan campuran alkohol, aldehida,

    keton, penol, asam, ester, ether, epoksida, peroksida, dan oksigenat

    yang lain.

    2. Bak oli adalah sumber kedua emisi sekitar 20 persen yang

    mengeluarkan hidrokarbon yang terbakar maupun tidak yang

    dikarenakan blow-by gas.

  • 30

    3. Tangki bahan bakar sekitar 5% berasal dari bensin yang menguap

    karena cuaca panas.

    4. Karburator adalah faktor lainnya, terutama ketika mengendarai pada

    kondisi stop and go (kondisi macet) dengan cuaca panas. Kerugian

    penguapan dan bahan bakar mentah sekitar 5-10 persen.

    Berikut ini akan dijelaskan prinsip produksi masing-masing zat

    pencemar yang dihasilkan oleh motor bensin:

    1. Karbon Monoksida (CO)

    Gas CO dihasilkan oleh pembakaran yang tidak normal karena

    kekurangan oksigen pada campuran udara dan bensin. Ketika dalam

    pembakaran terdapat cukup oksigen maka akan terbentuk CO2. CO2

    bukan termasuk polutan namun digunakan oleh tumbuhan untuk

    memproduksi oksigen. CO biasanya ditemukan pada saluran

    pembuangan (exhaust), tetapi bisa juga ditemui pada crankcase. CO

    mempunyai sifat tidak berwarna dan tidak berasa, namun dalam

    konsentrasi tinggi merupakan zat yang beracun (Erjavec, 2000:726).

    Nilai konsentrasi maksimum pada tempat kerja dari CO adalah 33

    mg/m3 (Shfer & Basshuysen, 1995:6)

    Gas CO tidak akan terjadi jika pembakaran dilakukan di luar

    silinder. Jika rasio udara dan bahan bakar semakin kaya, maka jumlah

    gas CO yang dihasilkan juga semakin meningkat. Pada campuran

    stoikiometri, jumlah gas CO yang dihasilkan sangat rendah. Jika

    campuran semakin miskin, jumlah emisi CO juga semakin rendah.

  • 31

    Besarnya emisi CO merupakan indikator yang baik untuk campuran

    udara dan bahan bakar kaya (Erjavec, 2000:727)

    Menurut Toyota Astra Motor (1992:13), terdapat tiga

    kemungkinan terbentuknya gas CO, yaitu:

    a. Pada oksidasi berikutnya CO akan berubah menjadi CO2 yang

    reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

    C + 1/2O2 CO

    2CO + O2 2CO2

    Tetapi reaksi tersebut berjalan lambat dan tidak dapat merubah

    seluruh sisa CO menjadi CO2. Jadi pada campuran yang miskin

    sekalipun masih akan meghasilkan CO.

    b. Pembakaran yang tidak merata karena tidak meratanya distribusi

    bahan bakar di dalam ruang bakar.

    c. Temperatur di sekeliling silinder rendah, sehingga pada daerah

    quenching cenderung temperaturnya terlalu rendah untuk terjadi

    pembakaran. Akibatnya api tidak dapat mencapai daerah ini di

    dalam silinder. Daerah quenching merupakan daerah di dalam

    silinder di bagian bawah permukaan kepala silinder, di bawah

    permukaan katup dan di atas piston.

  • 32

    Gambar 2.11 Grafik Hubungan Lambda () Terhadap Emisi CO dengan Variasi Saat Pengapian

    Sumber: Bosch, (2003:48)

    Pada gambar 2.11 dapat dilihat bahwa pada saat campuran kaya

    emisi gas CO cenderung naik ( < 1), sedangkan pada saat campuran

    miskin emisi CO cenderung turun ( > 1) karena udara yang

    mengandung oksigen cukup untuk memenuhi reaksi dengan karbon

    sehingga membentuk CO2.

    CO jika terhirup oleh manusia akan mengikat hemoglobin dalam

    darah (240 kali lebih kuat dari pada oksigen). Akibatnya darah

    kekurangan oksigen dan dapat mengganggu saraf pusat. Pada

    konsentrasi rendah dapat menyebabkan pusing, penurunan kerja fisik

    dan mental, sedangkan pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

    kematian (Heisler, 1995:694)

    2. Hidrokarbon (HC)

    Hidrokarbon dihasilkan dari bahan bakar yang tidak terbakar

    saat proses pembakaran. Ketika nyala pembakaran menyentuh dinding

  • 33

    silinder yang bertemperatur lebih rendah maka akan meninggalkan

    molekul hidrokarbon yang tidak terbakar (Erjavec, 2000:726)

    Menurut Toyota Astra Motor (1995:2-11), bentuk gas buang HC

    dapat dibedakan atas:

    a. Bahan bakar yang tidak terbakar dan keluar sebagai gas mentah.

    b. Bahan bakar y ang terpecah karena reaksi panas sehingga berubah

    menjadi gugusan HC lain yang ikut keluar bersama gas buang.

    Menurut Toyota Astra Motor (1992:14), penyebab utama

    timbulnya HC adalah:

    a. Perbandingan udara dan bahan bakar tidak benar.

    Ketika campuran miskin sekali konsentrasi HC menjadi

    naik. Hal ini dikarenakan kurangnya bahan bakar yang menyebabkan

    rambatan api menjadi lambat. Sehingga bahan bakar sudah dibuang

    sebelum terbakar sempurna.

    b. Kompresi rendah.

    Pada saat kendaran berjalan menurun, throttle valve

    tertutup. Akibatnya hanya sedikit udara yang melalui venturi untuk

    kemudian tercampur dengan bensin masuk ke silinder. Kompresi

    menjadi rendah dan campuran menjadi kaya. Rendahnya kompresi

    dan kurangnya oksigen tersebut menimbulkan pembakaran tidak

    sempurna (missfiring), sehingga di dalam gas buang terdapat HC

    mentah.

  • 34

    c. Overlap katup.

    Overlap merupakan membukanya katup masuk dan katup

    buang secara bersama-sama selama waktu yang singkat. Overlap

    katup menyebabkan sebagian HC terbuang melalui katup buang

    sebelum terbakar.

    d. Quenching.

    Quenching merupakan turunnya temperatur nyala api

    secara tiba-tiba pada daerah quenching di dalam silinder. Turunnya

    temperatur tersebut menyebabkan sebagian bahan bakar tidak terbakar

    terutama pada daerah quenching dan bahan bakar yang tidak terbakar

    akan dikeluarkan pada saat langkah buang.

    Emisi hidrokarbon memiliki sifat berbau, mudah menguap, dan

    bereaksi lebih lanjut dengan NOx menjadi senyawa fotokimia dan

    dapat menyebabkan hujan asam. Senyawa fotokimia yang terbentuk

    dari emisi HC dapat mengakibatkan mata pedih, sakit tenggorokan,

    dan gangguan pernafasan. Hidrokarbon juga bersifat carcinogens atau

    dapat menyebabkan kanker.

    3. Nitrogen oksida (NOx)

    Nitrogen oksida dihasilkan melalui temperatur pembakaran yang

    tinggi. Saat temperatur pembakaran mencapai 1.370 C, nitrogen dan

    oksigen dalam udara bergabung sehingga menghasilkan nitrogen

    oksida. Selama udara di atmosfir masih mengandung 78% nitrogen,

  • 35

    gas tersebut tidak dapat dicegah memasuki ruang bakar (Erjavec,

    2000:727).

    Huruf x pada NOx menyatakan banyaknya atom oksigen yang

    terdapat pada gas tersebut. Terdapat berbagai macam NOx yang

    dihasilkan seperti NO, NO2, NO3, N2O, N2O3 dan sebagainya

    (Erjavec, 2000:727).

    Gas NO mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak

    berbau saat keluar dari mesin, namun ketika bersentuhan dengan

    oksiden pada atmosfir berubah menjadi NO2 yang bersifat kemerahan

    dan dapat menimbulkan hujan asam. Nilai konsentrasi maksimum

    pada tempat kerja dari NO adalah 9 mg/m3 (Shfer & Basshuysen,

    1995:6).

    4. Timah Hitam (Pb)

    Timah hitam (Pb) merupakan logam berat berbahaya yang dapat

    menyerang saraf dan mempengaruhi kinerja otak. Timah hitam dapat

    masuk kedalam tubuh manusia melalui dua cara yaitu masuk ke paru-

    paru melalui sistem pernapasan dan masuk ke lambung melalui

    makanan yang terkontaminasi timah hitam atau melalui atmosfir

    (Heisler, 1995:694)

    Timah hitam dapat ditemukan pada bensin yang mengandung

    TEL yang mempunyai rumus kimia Pb(C2H5)4 untuk meningkatkan

    nilai oktan. Ketika proses pembakaran berlangsung di ruang bakar,

    maka TEL tersebut berubah menjadi partikel halus yang berupa timah

  • 36

    hitam dan ikut keluar ketika langkah buang. Nilai konsentrasi

    maksimum pada tempat kerja dari Pb adalah 0,1 mg/m3 (Shfer &

    Basshuysen, 1995:6)

    D. Etanol

    Etanol adalah alkohol yang paling digunakan dalam kehidupan

    sehari-hari karena sifat yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai

    sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.

    Etanol sering ditulis dengan rumus C2H5OH.

    Etanol dapat digunakan sebagai campuran bensin dalam kuantitas

    yang bervariasi untuk mengurangi konsumsi BBM dan juga untuk

    mengurangi polusi udara. Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni

    ataupun sebagai campuran untuk bahan bakar bensin maupun hidrogen.

    Seperti bensin, etanol terdiri dari hidrogen dan karbon tetapi etanol

    berisi oksigen dalam struktur kimianya. Oksigen yang terdapat pada etanol

    menjadikanya sebagai bahan bakar yang lebih bersih dibandingkan dengan

    bensin premium. Etanol dapat dibuat dari proses pemasakan, fermentasi

    dan distilasi beberapa jenis tanaman seperti tebu, jagung, singkong atau

    tanaman lain yang kandungan karbohidatnya tinggi. Bahkan dalam

    beberapa penelitian ternyata etanol juga dapat dibuat dari selulosa atau

    limbah hasil pertanian (biomassa). Sehingga etanol memiliki potensi

    cukup cerah sebagai pengganti bensin (Handayani, tanpa tahun).

  • 37

    Penggunaan alkohol sebagai tambahan bahan bakar bensin

    mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

    Kelebihan

    1. Alkohol dapat menyerap kelembaban dalam tangki bahan bakar.

    2. Penambahan alkohol sebesar 10% dapat meningkatkan nilai

    oktan sebesar 3 poin.

    3. Alkohol dapat membersihkan sistem bahan bakar.

    4. Alkohol dapat mengurangi emisi CO karena mengandung unsur

    oksigen.

    Kekurangan

    1. Penggunaan alkohol dapat menyumbat saringan bahan bakar

    oleh kotoran akibat sifat membersihkan pada saluran bahan

    bakar dan pompa bahan bakar.

    2. Alkohol meningkatkan volatility bahan bakar sebersar 0,5 psi

    dapat menyebabkan masalah saat berkendara pada cuaca panas.

    3. Alkohol menurunkan nilai panas campuran udara bahan bakar

    sebesar 60.000-70.000 BTU per galon alkohol dengan 130.000

    BTU per galon bensin.

    4. Alkohol dapat menyerap air lalu terpisah dari bensin, terutama

    saat temperatur rendah. Alkohol dan air yang terpisah dan

    mengendap didasar tangki bahan bakar menyebabkan mesin

    sulit dihidupkan selama cuaca dingin. Alkohol tidak mudah

  • 38

    menguap pada temperatur rendah (Halderman & Linder,

    2006:85-86).

    E. Biopremium

    Biopremium adalah campuran antara bioetanol yang berasal dari

    bahan organik dengan bensin yang berasal dari minyak bumi, yang sering

    juga dikenal dengan sebutan biofuel. Berbeda dengan bensin dan solar

    yang berasal dari minyak bumi. Biofuel mempunyai sifat dapat

    diperbaharui, artinya bahan bakar ini dapat dibuat oleh manusia dari

    bahan-bahan yang bisa ditumbuhkan atau dikembangbiakkan.

    Pemakaian etanol murni secara langsung pada mesin bensin akan

    sulit karena diperlukan banyak modifikasi. Pada temperatur rendah etanol

    akan sulit terbakar, sehingga dengan etanol murni mesin akan sulit

    starting. Pencampuran etanol dengan bensin akan mempermudah starting

    pada temperatur rendah. Sifat etanol murni yang korosif dapat merusak

    komponen mesin seperti alumunium, karet , timah, plastik dll. Mencampur

    etanol dengan bensin akan menghasilkan gasohol atau biopremium.

    Selama ini pabrikan mobil Ford telah mengembangkan mobil

    berbahan bakar etanol mulai dari E20 sampai E85, E20 berarti 20% etanol

    dan 80% bensin. Keuntungan dari pencampuran ini adalah bahwa etanol

    cenderung akan menaikkan bilangan oktan dan mengurangi emisi CO2.

    Biopremium dengan porsi bioetanol hingga 20% bisa langsung digunakan

  • 39

    pada mesin otomotif tanpa menimbulkan masalah teknis dan sangat ramah

    lingkungan.

    Tabel 2.1 Perbandingan beberapa sifat etanol dengan bensin

    Sumber: www.afdc.doe.gov

    F. Nanas

    Nanas (Ananas comosus L.Merr) merupakan salah satu tanaman

    buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman

    ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya. Industri

    pengolahan buah nanas di Indonesia menjadi prioritas tanaman yang

    dikembangkan, karena memiliki potensi ekspor. Menurut data dari Biro

    Pusat Statistik tahun 2005, volume ekspor terbesar untuk komoditas

    holtikultura berupa nanas olahan yaitu 49,32% dari total ekspor

    holtikultura Indonesia tahun 2004 (Ristiani dkk, 2008).

  • 40

    Penyebaran tanaman nanas menjangkau setiap propinsi di Indonesia.

    Sentra produksi kulit nanas terdapat di beberapa daerah seperti Sumatera

    Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jawa Timur. Namun

    tanaman buah nanas ini ditanam luas di seluruh Indonesia. Sebagai variasi

    pemanfaatan buah nanas, selain dikonsumsi secara segar, maka kulit

    nanasnya pun dapat dimanfaatkan untuk pembuatan etanol (Ristiani dkk,

    2008).

    Tanaman nanas dapat tumbuh optimum pada kondisi lahan yang

    menjamin perkembangan perakaran yang baik. Tekstur tanah yang

    dikehendaki adalah lempung, lempung berdebu, dan lempung liat berpasir.

    Nanas dapat ditanam pada tekstur yang lebih halus atau lebih kasar, tetapi

    kurang baik jika ditanam pada tanah yang bertekstur terlalu kasar atau

    terlalu halus. Tanah yang ideal untuk pertanaman nanas adalah tanah yang

    memiliki kedalaman efektif lebih dari 50 cm. Tanaman nanas juga dapat

    tumbuh baik pada tanah gambut yang sudah matang dengan ketebalan

    gambut kurang dari 50 cm. (http://binaukm.com/2010/05/peta-komoditi-

    nanas-nanas-dalam-usaha-budidaya-nanas-nanas/, diakses 10 Februari

    2011)

    Indonesia memiliki kondisi lahan perkebunan yang sesuai dengan

    kriteria yang diharapkan untuk dijadikan lahan perkebunan nanas. Hal ini

    terbukti perkebunan nanas tersebar luas diberbagai wilayah di Indonesia.

    Beberapa daerah yang cukup dominan menghasilkan dalam buah nanas

  • 41

    adalah Jawa Barat, Lampung, Sumatera Utara, Riau, Bangka Belitung

    Sumatera Selatan dan Jawa Timur.

    Nanas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak

    dihasilkan di Indonesia. Dari data statistik, produksi nanas di Indonesia

    untuk tahun 2009 adalah sebesar 1.558.196 ton. Dengan semakin

    meningkatnya produksi nanas, maka limbah yang dihasilkan akan semakin

    meningkat pula.

    Limbah kulit nanas banyak kita jumpai di pasar pasar buah dan

    juga industri pengalengan nanas. Limbah yang dihasilkan di pasar pasar

    buah kebanyak tidak dimanfaatkan dan langsung dibuang ke tempat

    penampungan sampah. Menurut Suprapti (2001), limbah nanas berupa

    kulit, ati/ bonggol buah atau cairan buah/ gula dapat diolah menjadi

    produk lain seperti sari buah atau sirup. Menurut Kumalaningsih (1993),

    secara ekonomi kulit nanas masih bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk

    dan pakan ternak.

    G. Bioetanol dari Limbah Nanas

    Menurut Purwanto (2011), pembuatan bioetanol dari limbah nanas

    meliputi beberapa proses yaitu:

    1. Fermentasi

    Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam

    keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Proses fermentasi

    dimaksudkan untuk mengubah glukosa pada limbah nanas

  • 42

    menjadi etanol/bioetanol (alkohol) dengan menggunakan yeast.

    Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi ini, biasanya

    alkohol dengan kadar 8 sampai 10 persen volume.

    Proses fermentasi biasanya dilakukan selama beberapa

    hari dengan jumlah yeast yang optimal untuk menghasilkan

    jumlah bioetanol dengan kadar alkohol paling tinggi.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto

    (2011), proses fermentasi optimal untuk pembuatan bioetanol

    dari limbah nanas dilakukan selama tiga hari dengan jumlah

    yeast sebanyak 20 gram.

    2. Distilasi

    Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan

    bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan

    menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat

    dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian

    didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki

    titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.

    Dalam pembuatan etanol, distilasi dilakukan untuk

    memisahkan alkohol dengan air dengan memperhitungkan

    perbedaan titik didih kedua bahan tersebut yang kemudian

    diembunkan kembali. Pada dasarnya titik didih etanol adalah

    780C sedangkan air memiliki titik didih 100

    0C sehingga pada

    proses distilasi tersebut alkohol akan terlebih dahulu menguap

  • 43

    dibandingkan air dan kemudian alkohol yang menguap tersebut

    diembunkan lagi dan ditampung ditempat yang berbeda.

    Gambar 2.12 Alat destilasi

    Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi, diakses 21

    Oktober 2010

    3. Distilasi Azeotropik

    Distilasi azeotropik merujuk pada teknik-teknik yang

    digunakan untuk memecah azeotrop dalam distilasi. Dalam

    rekayasa kimia, salah satu teknik untuk memecah titik azeotrop

    adalah dengan penambahan komponen lain untuk menghasilkan

    azeotrop heterogen yang dapat mendidih pada suhu lebih

    rendah, misalnya penambahan benzena atau garam pada

    campuran air dan alkohol.

    Labu Kaca

    Termometer

    Gelas ukur

    Kompor listrik

    Kondensor liebig

    konektor

    Bioetanol Hasil Fermentasi

    Limbah Nanas

    Air Pendingin

  • 44

    Gambar 2.13 Grafik sistem azeotrop

    Sumber: http://majarimagazine.com/2007/11/proses-distilasi-

    campuran-biner/, diakses 7 Maret 2011

    Titik A pada pada kurva merupakan boiling point

    campuran pada kondisi sebelum mencapai azeotrop. Campuran

    kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem

    kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan

    dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan,

    didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop.

    Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena

    komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik

    azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated

    vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-

    putus)

    Banyak metode yang bisa digunakan untuk

    menghilangkan titik azeotrop pada campuran heterogen. Contoh

    campuran heterogen yang mengandung titik azeotrop yang

  • 45

    paling populer adalah campuran ethanol-air, campuran ini

    dengan metode distilasi biasa tidak bisa menghasilkan ethanol

    teknis (99% lebih) melainkan maksimal hanya sekitar 96,25 %.

    Hal ini terjadi karena konsentrasi yang lebih tinggi harus

    melewati terlebih dahulu titik azeotrop, dimana komposisi

    kesetimbangan cair-gas ethanol-air saling bersilangan. Beberapa

    metode yang populer digunakan adalah :

    1. Pressure Swing Distillation

    2. Extractive Distillation (Purwanto, 2011:34-36).

    Dari beberapa proses tersebut didapatkan kandungan

    bioetanol dari limbah nanas dengan spesifikasi seperti

    ditunjukkan pada tabel dibawah.

    Tabel 2.2 Perbandingan beberapa sifat bioetanol dari limbah nanas

    Parameter Satuan Hasil Analisa

    Nilai Kalori Kcal/kg 5592,28

    Kadar Etanol % 94,98

    Pour Point C -16,00

    Flash point C 30,00

    Density Kg/l 0,8261

    Viscosity cPs 5,00

    Sumber: Purwanto (2011).

  • 46

    H. Persyaratan Alat Uji Emisi Kendaraan Berbahan Bakar Bensin

    Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (dalam Warju, 2009:124),

    persyaratan alat uji emisi kendaraan berbahan bakar bensin adalah sebagai

    berikut:

    a. Alat uji harus memenuhi standar ISO 3930/OIML R-99 tentang

    standar alat uji emisi kendaraan berbahan bakar bensin.

    b. Alat uji harus mampu mengukur konsentrasi CO, CO2, HC, O2, dan

    lambda () pada putaran stasioner (idle).

    c. Pastikan alat uji emisi memiliki sertifikat kalibrasi yang masih

    berlaku.

    d. Peralatan uji harus mendapatkan perawatan rutin 6 bulan sekali.

    I. Standar Ambang Batas Emisi Kendaraan Bermotor Di Indonesia

    Sesuai dengan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 05

    Tahun 2006 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor

    lama, batas maksimum emisi gas buang berbahaya dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    Tabel 2.3 Ambang Batas Emisi Kendaraan Bermotor Tipe L

    Kategori Tahun

    Pembuatan

    Parameter Metode

    Uji CO (% Vol) HC (ppm)

    Sepeda Motor 2 Langkah < 2010 4.5 12000 Idle

    Sepeda Motor 4 Langkah < 2010 5.5 2400 Idle

    Sepeda Motor (2 Langkah

    dan 4 Langkah) 2010 4.5 2000 Idle

    Sumber: Kemen LH No. 05 Tahun 2006