Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium nobile Linn.
MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun oleh:
Roswita Septevania Nida
NIM: 141434025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium nobile Linn.
MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun oleh:
Roswita Septevania Nida
NIM: 141434025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium nobile Linn.
MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA
DISUSUN OLEH:
Roswita Septevania Nida
NIM : 141434025
Telah diterima oleh
Pembimbing,
Ig. Yulius Kristio Budiasmoro., S.Si., M.Si. Tanggal 10/Desember/2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ Aku tahu bahwa segalah sesuatu yang dilakukan Allah
akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat
ditambahkan dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat
demikian, supaya manusia takut akan Dia”
Penghotbah 3:14
Kupersembahkan untuk:
Romo Jhosep Padang Pr. selaku ayahku yang tercinta,
Keluarga besarku, Mama, Bapak, Kakak dan Adikku
Teman-teman Seangkatan P.BIO 14,
Teman-teman Kost Gratia Plena,
serta semua orang yang pernah datang
dan pergi dalam perjalananku,
teman-teman, sahabat, dan ALMAMATERKU
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,19 Desember 2018
Penulis
Roswita Septevania Nida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Roswita Septevania Nida
Nim : 141434025
Demi kepentingan pengembangan ilmu penegetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium Nobile Linn.
MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA
Dengan demikian saya memberikan kepada kepala perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolahya, dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikaskannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu izin dari saya mampu memberikan royalty, kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Yogyakrta
Pada tanggal : 19 Desember 2018
Yang menyatakan,
Roswita Septevania Nida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium Nobile Linn.
MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA
Roswita Septevania Nida
Universitas Sanata Dharma
141434025
ABSTRAK
Penggunaan media kultur in vitro anggrek berhubungan dengan komposisi
unsur hara makro, mikro, dan vitamin untuk memenuhi nutrisi pertumbuhan
plantlet anggrek. Penelitian ini menggunakan media dasar subkultur Murashige and
Skoog dengan penambahan ekstrak buah pisang ambon dan ekstrak buah nangka.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang
ambon dan ekstrak buah nangka terhadap pertumbuhan planlet anggrek
Dendrobium nobile Linn.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan, yaitu:
perlakuan media A dengan penambahan ekstrak buah pisang ambon, media B
dengan penambahan ekstak buah nangka, dan media C tanpa penambahan ekstrak
buah. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot plantlet, pertambahan
tinggi, dan persentase hidup plantlet. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
uji Anova satu faktor untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang
ambon dan ekstrak buah nangka.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak buah pisang ambon
dan ekstrak buah nangka pada media subkultur dapat meningkatkan pertambahan
bobot plantlet pengaruh secara signifikan (P=0,019). Pertambahan tinggi plantlet
tidak berpengaruh secara signifikan (P=0,105). Persentase hidup paling tinggi
terdapat pada media kontrol sebesar 37%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa penggunaan ekstrak buah pisang ambon dan ekstrak buah nangka pada
media subkultur memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan plantlet anggrek
Dendrobium nobile Linn.
Kata kunci : Kultur Anggrek Dendrobium, Ekstrak buah, Media Subkultur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
COMPARISON OF THE GROWTH ORCHID OF Dendrobium nobile Linn.
USING SUBCULTURE MEDIA WITH ADDITION OF AMBON BANANA
EXTRACT AND JACKFRUIT EXTRACT
Roswita Septevania Nida
Universitas Sanata Dharma
141434025
ABSTRACT
The use of in vitro orchid culture media is related to macro nutrien
elements, micro, and vitamin compositionS to fulfill growth nutritions of
orchid plantlets. This study used the media of Murashige and Skoog
subculture base with the addition of Ambon banana extract and Jackfruit fruit
extract. The purpose of this study was know the effect of ambon banana
extract and jackfruit extract on the growth of Dendrobium nobile Linn. orchid
plantlets.
The study was carried out at Tissue Culture Laboratory, Faculity
Pharmacy, University Sanata Dharma. This study uses three treatments.
Frist, the treatment of media A with the addition of ambon banana fruit
extract. Second, the treatment of media B with the addition of jackfruit
extracts. And third the treatment of media C without the addition of fruit
extract. The observed parameters were plantlet weight gain, height increase,
and percentage of plantlet life. The data obtained ware analyzed using the
one-factor Anova test to determine the effect of the addition of Ambon banana
extract and jackfruit extract.
The results showed that Ambon banana extract and jackfruit extract
on subculture media could increase plantlet weight gain influence
singnificantly (P = 0.019). The increase in plantlet height did not significant
influence (P = 0.105). The highest percentage of life in the control media ay
37%. The results showed that putting ambon banana extract and jackfruit
extract on subculture media has an effect on the growth of Dendrobium nobile
Linn. orchid plantlets.
Keywords: Dendrobium Orchid Culture, Fruit Extract, Subculture Media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “PERBANDINGAN
PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium Nobile Linn. MENGGUNAKAN
MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH
PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa selama proses penyususan skripsi ini banyak
ditemukan kendala dan kesulitan, namun berkat doa, bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak, kendala dan kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segalah berkat dan penyertaan Roh Kudusnya
bagi penulisan skripsi ini hingga dapat berjalan dengan sangat baik.
2. Universitas Sanata Dharma sebagai lembaga intitusi yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk menimbah ilmu dan berekspresi di
Pendidikan Biologi.
3. Bapak Ignatius Yulius Kristio Budiasmoro S.Si., M.Si., selaku dosen
pembimbing yang selalu sabar dan tulus dalam membimbing, memberikan
saran, arahan, dan solusi atas berbagai permasalahan dan kesulian yang
dihadapi oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi atas bantuan masukan, dan arahan bagi penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
5. Ibu Retno Herrani Setyati M.Biotech., selaku wakil Ketua Program studi
Pendidikan Biologi dan Dosen yang juga turut memberikan arahan, saran,
dan semagat kepada penulis saat mengalami kesulitan.
6. Ibu Dra. Maslicha Asy’ari M.Pd., Ibu Puspita Ratna susilawati, M.Sc., Ibu
Ika Yuli Listyarini M.Pd., Ibu Lucia Wiwid Wijayantu M.Si., Ibu Lusia
Diana Handoyo M.Si., Romo Dr. Ir.Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ., dan
Bapak Sulistyono S.Si., M.Si., selalu Dosen pengajar di Pendidikan Biologi
yang selalu memberikan saran dan pengalaman bagi penulis.
7. Ibu Yoanni Maria Lauda Feroniasanti M.Si., selaku Kepala Laboratorium
Pendidikan Biologi yang sudah mengijinkan penulis untuk menggunakan
Laboratorium Pendidikan Biologi sebagai tempat Pra-Penelitian.
8. Bapak Agus Handoyo selaku laboran Laboratorium Pendidikan Biologi
yang selalu membantu dan memberikan arahan dalam menggunakan alat-
alat laboratorium.
9. Ibu Damiana Sapta Candrasari S.Si., M.Sc Selaku Kepala Laboratorium
Farmasi yang sudah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di
Laboratorium Kultur in vitro.
10. Bapak Wagiran laboran LFF dan Pak Sigit selaku laboran Laboratorium
Kultur in vitro yang sudah mempercayakan penulis untuk bekerja mandiri.
11. Teman-teman kost Gratia Plena dan Ibu panji selaku rekan dan wali orang
tua penulis selama di Yogyakarta, yang memberikan doa, dukungan,
memperhatikan, membantu, memberikan semangat, dan saran bagi penulis
hingga akhir penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
12. Go-jek Online yang senantiasa mengantar penulis saat bimbingan skripsi di
Pusat Study Lingkungan.
13. Teman-teman K2KAMSY dan Para Romo Seminari Anging Mammiri dan
Para Frater-frater KAMS yang selalu mendoakan, hiburan, memotivasi dan
memberi dorongan bagi penulis agar selalu semangat dalam mengerjakan
skripsi ini.
14. Teman-teman yang sudah membentu dalam penyusunan skripsi ini, serta
semua pihak yang turut campur tangan dalam membantu dari awal hingga
akhir penulisan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi
ini. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Apabila terdapat hal-hal yang
kurang berkenan selama pelaksanaan hingga akhir penulisan skripsi ini, penulis
memohon maaf. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
dan pembaca.
Yogyakarta,19 Desember 2018
Penulis,
Roswita Septevania Nida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......... vi
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ................................................................. vi
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xvii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
A.Anggrek Dendrobium................................................................................... 6
B. Morfologi dan sistematika Anggrek Dendrobium ....................................... 7
C. Kultur in vitro Anggrek .............................................................................. 11
D.Kultur in vitro ............................................................................................. 13
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pertumbuhan Kultur ... 14
1). Eksplant .................................................................................................... 15
a. Ukuran Eksplant ..................................................................................... 15
b. Umur Eksplant ........................................................................................ 15
c. Sumber eksplant ..................................................................................... 16
2). Media ........................................................................................................ 16
3). Lingkungan ............................................................................................... 21
a. Cahaya .................................................................................................... 21
b. Suhu ........................................................................................................ 21
d. Kelembaban ............................................................................................ 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
e. Wadah atau botol kultur ......................................................................... 24
F. Faktor Pertumbuhan Planlet dalam kultur in vitro ..................................... 24
1. Karakteristik Plantlet .................................................................................. 24
a) Daun ....................................................................................................... 25
b) Akar ........................................................................................................ 25
c) Jaringan angkut ....................................................................................... 25
d) Kemampuan bersimbiosis ...................................................................... 26
2. Faktor lingkungan ...................................................................................... 26
G.Zat Pengatur Tumbuh (Fitohormon) .......................................................... 27
1. Hormon Auksin .......................................................................................... 28
2. Hormon Sitokinin ....................................................................................... 28
F. Ekstrak Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) .................................... 30
G.Ekstrak Buah Pisang Ambon (Musa acuminata Linn.) ............................. 31
H.Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 33
I. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 34
J. Hipotesa...................................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38
A.Jenis Penelitian ........................................................................................... 38
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 38
1. Variabel bebas ............................................................................................ 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Variabel terikat ........................................................................................... 38
3. Variabel kontrol ......................................................................................... 39
C. Batasan Penelitian ...................................................................................... 39
D.Waktu dan Tempat ..................................................................................... 40
E. Alat Dan Bahan .......................................................................................... 40
1. Alat ............................................................................................................. 40
2. Bahan.......................................................................................................... 40
F. Cara Kerja .................................................................................................. 41
1. Pemilihan Plantlet ...................................................................................... 41
2. Sterilisasi .................................................................................................... 41
3. Pembuatan Ekstrak buah ............................................................................ 42
4. Pembuatan Media ....................................................................................... 42
5. Perlakuaan Plantlet ..................................................................................... 43
6. Subkultur (overplanting) Plantlet ............................................................... 43
7. Pengamatan Plantlet ................................................................................... 44
G.Metode Analisis Data ................................................................................. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 47
A.Hasil Penelitian .......................................................................................... 47
1. Hasil Analisis Pertambahan Bobot Anggrek ............................................. 47
B. Pembahasan ................................................................................................ 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Pertambahan Bobot Plantlet ................................................................... 62
2. Tinggi Plantlet ........................................................................................ 68
3. Persentase Hidup Plantlet ....................................................................... 69
C. Kendala dan Keterbatasan dalam Penelitian .............................................. 70
BAB V IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN ............................. 71
BAB VI KESIMPULAN ...................................................................................... 73
A.Kesimpulan ................................................................................................ 73
B. Saran ........................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 74
LAMPIRAN .......................................................................................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Struktur bunga anggrek Dendrobium ................................................. 9
Gambar 2. 2 Keseimbangan Auksin dan Sitokinin dalam Proses Morfogenesis
(Wattimena et al., 1992) .................................................................. 29
Gambar 2. 3 Kerangka Konseptual ....................................................................... 37
Gambar 4. 1 Diagram Presentase Anggrek Dendrobium ...................................... 55
Gambar 4. 2 Plantlet Pada Media A (Media MS penambahan ekstrak buah Pisang
Ambon ............................................................................................. 57
Gambar 4. 3 Plantlet Pada Media B (Media MS Penambahan ekstrak Buah
Nangka) ............................................................................................ 58
Gambar 4. 4 Plantlet Anggrek pada media A dan media B (Media A sebelah kiri
dan Media B sebelah kana) .............................................................. 59
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Rata-rata Bobot Plantlet Anggrek Dendrobium ................................. 47
Grafik 4. 2 Rata-rata Pertambahan Tinggi Plantlet Anggrek Dendrobium ........... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tebel 2. 1 Kandungan Hara Pisang Ambon dan Nangka dalam jumlah 100g ...... 31
Tabel 4.1. 1 Rata-rata Selisih Bobot Anggrek Dendrobium ................................. 48
Tabel 4.1. 2 Hasil Uji Homogeneity of Variasi dari setiap Perlakuan .................. 49
Tabel 4.1. 3 Hasil Uji ANOVA dari setiap Perlakuan Bobot Plantlet .................. 49
Tabel 4.1. 4 Hasil Uji Lanjutan Post Hoc Test dari setiap Perlakuan Bobot Plantlet
............................................................................................................................... 49
Tabel 4.1. 5 Rata-rata Pertambahan Bobot Anggrek Dendrobium ....................... 51
Tabel 4.2. 1 Pertambahan Tinggi Plantlet Anggrek Dendrobium ......................... 51
Tabel 4.2. 2 Hasil Uji Homogeneity of Variasi dari setiap Perlakuan .................. 53
Tabel 4.2. 3 Hasil Uji ANOVA dari setiap Perlakuan Tinggi Plantlet ................. 53
Tabel 4.3. 1 Temperatur Minimum yang dibutuhkan untuk Tumbuh Tanaman
Anggrek ........................................................................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pengambilan Data ................................................................ 79
Lampiran 2. Documentasi Penelitian .................................................................... 84
Lampiran 3. Komposisi Media Murashige and skoog .......................................... 86
Lampiran 4.Silabus ............................................................................................... 88
Lampiran 5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ...................................... 93
Lampiran 6.Lembar Kerja Siswa (LKS) ............................................................. 104
Lampiran 7. Lembar Instrumen Penilaian Kognitif ............................................ 110
Lampiran 8. Lembar Penilaian Psikomotorik/Sikap ........................................... 117
Lampiran 9. Lembar Instrumen Penilaian Afektif .............................................. 120
Lampiran 10. Format Laporan Tertulis ............................................................... 122
Lampiran 11. Instrumen Penilaian Presentasi ..................................................... 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman anggrek spesies yang sangat besar.
Diperkirakan 5.000 spesies anggrek tersebar di hutan-hutan Indonesia. Keadaan ini
merupakan potensi yang sangat berharga bagi pengembangan anggrek di Indonesia,
terutama berkaitan dengan sumber daya genetik anggrek yang sangat diperlukan
untuk menghasilkan anggrek-anggrek silangan yang baik dan unggul (Sandra,
2004). Tanaman anggrek termasuk komoditas yang mudah diusahakan. Namun,
bila bibit yang diusahakan tidak dalam kondisi yang prima, maka tidak dapat
berbunga seperti yang diharapkan. Anggrek Dendrobium mampu memenuhi
tuntutan konsumen bunga yang seleranya selalu berubah dari waktu ke waktu. Hal
ini dapat dilihat dari jenis anggrek yang ada di pasar yang memiliki bentuk dan
warna bunga yang bervariasi, serta hadirnya varietas-varietas baru dengan
penampilan yang makin cantik dan menarik (Widiastoety, 2010).
Yolanda (2018), mengatakan bahwa satu polibag anggrek dijual antara Rp.
100 ribu–Rp. 180 ribu, tergantung jumlah bunga dan ukurannya. Menurut Dirjen
Hortikultura kementrian Pertanian dalam (Yolanda, 2018) Bisnis bunga saat ini
makin berkembang di Indonesia, baik permintaan pasar lokal juga tinggi dan
membawa keuntungan. Bunga nusantara yang tidak kalah menarik dan bernilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
ekonomis adalah bunga anggrek. Produksi anggrek sekitar 20 juta tangkai per
tahunya.
Kultur in vitro tanaman merupakan teknik budidaya yang banyak ditekuni
oleh para ilmuwan dan peneliti, khususnya di bidang pertanian. Mengingat lahan
pertanian di Indonesia semakin berkurang setiap tahunnya, karena berubahnya
penggunaan fungsi lahan. Permintaan konsumen pada kesediaan bunga anggrek
yang dijadikan sebagai tanaman hias, merupakan usaha menengah masyarakat yang
perlu ditingkatkan. Bisnis bibit anggrek dapat meningkatkan perekomonian
masyarakat dari tanaman hias ke bunga anggrek secara khusus sangat
menguntungkan. Anggrek hasil persilangan memiliki keanekaragaman sifat yang
besar, yang memberi peluang untuk memilih turunan yang terbaik untuk kemudian
diperbanyak secara massal dengan teknik kultur in vitro (Martin et al. 2005; dalam
Widiastoety, 2010).
Teknik kultur in vitro digunakan untuk mendapatkan bibit anggrek
dalam jumlah yang besar dan waktu yang relatif cepat. Secara alami anggrek sering
sulit mengalami perkecambahan, karena faktor lingkungan yang kurang
mendukung. Oleh karena itu, pelaksanaan teknik pembibitan secara kultur in vitro
mampu memberikan keuntungan, baik dari segi penghematan ruang, waktu, tenaga,
maupun uang. Teknik in vitro secara komersial telah banyak menghasilkan tanaman
dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Anggrek merupakan salah satu
jenis tanaman yang telah banyak diperbanyak dengan teknik kultur in vitro. Media
yang umum digunakan dalam kultur in vitro anggrek diantaranya adalah media
Vacint and Went (VW), Media Knudson C (KC), dan media Murashige and Skoog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(MS). Media kultur in vitro anggrek dapat disederhanakan dengan menggunakan
bahan-bahan yang lebih murah dan mudah didapat misalnya pupuk daun dan
senyawa organik kompleks, seperti air kelapa, ekstrak pisang, ekstrak tauge, ekstrak
tomat, dan ekstrak ragi (Hendaryono, 2000).
Media yang digunakan dalam kultur in vitro anggrek mengandung unsur
hara makro, mikro, vitamin, dan zat pengatur tumbuh (ZPT) atau Fitohormon.
Afriani (2006), berpendapat bahwa penggunaan senyawa organik diketahui dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman yang diperbanyak melalui teknik kultur in
vitro. Air kelapa dan pisang merupakan contoh bahan organik yang di tambahkan
dalam media. Kandungan berbagai zat dalam air kelapa dapat memacu pembelahan
sel, sedangkan kandungan nutrisi dan vitamin yang terdapat dalam pisang dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang ambon dan
esktak buah nangka terhadap pertumbuhan plantlet anggrek Dendrobium
nobile Linn. pada media subkultur Murashige and Skoog
2. Penambahan ekstrak buah pisang ambon dan ekstrak buah nangka
mempengaruhi pertambahan bobot, tinggi, dan persentase hidup plantlet
anggrek Dendrobium nobile Linn. pada media subkultur Murashige and
Skoog.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang ambon dan
ekstrak buah nangka terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium
nobile Linn. pada media subkultur Murashige and Skoog.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang ambon dan
ekstrak buah nangka terhadap pertambahan bobot, tinggi, dan persentase
hidup planlet anggrek Dendrobium nobile Linn pada media subkultur
Murashige and Skoog.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian yang saya lakukan yaitu:
- Bagi Peneliti
1. Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan teknik
di bidang kultur in vitro
2. Sebagai sarana meneliti spesies-spesies anggrek yang ada di
Indonesia.
- Bagi Dunia Pendidikan
1. Sebagai sarana media belajar bagi peserta didik tingkat SMA
XII, Bab Bioteknologi, Sub-Bab Bioteknologi Modern (Kultur
in vitro), terkhususnya pada saat praktikum.
2. Sebagai sarana kegiatan salah satu mata pelajaran yang dapat
menarik minat belajar peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Sebagai sarana guru mengembangkan ide-ide dan modifikasi
belajar yang menarik bagi peserta didik.
- Bagi Masyarakat
1. Menciptakan peluang bisnis tanaman hias dengan
memanfaatkan teknik kultur in vitro dalam skala rumah tangga
dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mudah
didapat.
2. Menciptakan alternatif komposisi media subkultur dari bahan-
bahan organik dari ekstrak buah sebagai bahan tambahan media
kultur anggrek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggrek Dendrobium
Anggrek berbeda dengan tanaman berbunga pada umumnya karena
memiliki embrio yang sangat kecil, berdiameter ±0,1 mm. Biji anggrek tidak
mempunyai endosperm, karena tidak terjadi penyerbukan ganda secara
sempurna. Sehingga nukleusnya tidak berkembang (Arditti, 1992). Keadaan
ini menyebabkan biji anggrek sulit berkecambah secara alami.
Perkecambahan terjadi jika ada jamur mikoriza yang menginfeksi biji
anggrek sehingga dapat mensuplai kebutuhan bahan-bahan organik untuk
pertumbuhannya. Saat berkecambah embrio membentuk protocorm, suatu
struktur seperti corm yang berwarna hijau dan mampu melakukan
fotosintesis. Kemudian tunas dan akar baru terbentuk jika kandungan
senyawa-senyawa organik dalam protocrom tercukupi (Wattimena et al.,
1992).
Bunga anggrek memiliki kelebihan dibandingkan bunga-bunga yang
lain, yaitu sebagai berikut:
1. Mempunyai keragaman atau variasi bunga, baik bentuk, ukuran, dan
warna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Mempunyai masa berbunga yang cukup lama. Sekitar 1-3 bulan.
walaupun bebrapa jenis anggrek ada yang berbunga dalam satu hari.
3. Banyak digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti pernikahan, parcel,
rangkaian bunga, bunga potong, bunga anggrek dalam pot, dan anggrek
koleksi.
4. Mempunyai jaringan pemasaran yang cukup luas dan beragam, baik di
pasar nasional maupun pasar internasional.
Anggrek termasuk ke dalam familia Orchidaceae, suatu family besar
yang memiliki 17.000 sampai 25.000 spesies (Kurzweil dan Kocyan, 2002).
Dendrobium merupakan anggota familia Orchidaceae, Subfamilia
Epidendroideae, Tribe (suku bangsa/rumpun) Dendrobieae, Subtribe
Dendrobiinae. Dendrobium merupakan genus besar yang terdiri dari sekitar
900 spesies (Mc. Donald et al., 1998). Sampai sekarang telah banyak
dilakukan persilangan pada tanaman anggrek. Tanaman anggrek memiliki
kemampuan untuk disilangkan antar spesies maupun antar genera. Keadaan
ini sangat bermanfaat dalam usaha mendapatkan variasi warna, bentuk dan
ukuran bunga untuk memenuhi kebutuhan permintaan konsumen.
B. Morfologi dan sistematika Anggrek Dendrobium
Sebagian besar anggrek epifit memiliki batang yang berbentuk bulb,
oleh karena itu batang anggrek disebut pseudobulb (batang semu).
Berdasarkan jumlah ruas (internode), batang semu anggrek dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu yang mempunyai banyak ruas (tipe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
homoblastik) dan yang hanya mempunyai satu ruas (tipe heteroblastik) (Hew
dan Yong, 2004).
Daun anggrek sangat beragam dilihat dari bentuk, ukuran, dan
ketebalannya. Kebanyakan anggrek mempunyai bentuk daun yang mirip
dengan daun tanaman monokotil lainnya, yaitu memanjang dengan tulang
daun sejajar dan tepi daun yang rata. Ketebalan daun anggrek digolongkan
menjadi dua yaitu tebal berdaging dan tipis. Daun yang tebal dijumpai pada
jenis anggrek Dendrobium (Yusnita, 2010).
Bentuk akar jenis anggrek sangat dipengaruhi oleh habitatnya. Akar
anggrek epifit merupakan akar udara atau akar nafas yang menggantung
bebas atau menempel pada tempat anggrek menempel. Akar anggrek
umumnya lunak dan mudah patah. Ujungnya meruncing, licin, dan sedikit
lengket. Akar anggrek mempunyai lapisan velamen yang bersifat berongga
(spongy) dan pada bagian bawahnya terdapat lapisan yang mengandung
klorofil. Pada anggrek simpodial, akar keluar dari dasar pseudobulb atau
sepanjang rhizoma (Hew dan Yong, 2004).
Bunga anggrek mempunyai bentuk, susunan, warna, dan corak yang
sangat beragam. Pada bagian karangan bunga terdiri dari poros malai bunga
(axis) dan kuntum-kuntum bunga. Dalam satu malai atau tandan bunga
terdapat 1-40 kuntum bunga tergantung jenisnya. Ukuran kuntum bunga
sangat bervariasi dari 2-3 cm hingga 10-15 cm. Kebanyakan bunga anggrek
merupakan bunga sempurna, yaitu mempunyai organ reproduksi jantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(androecium) dan organ reproduksi betina (gynoecium). Petal atau mahkota
bunga berjumlah tiga buah, dua diantaranya terletak berselang-seling dengan
kelopak bunga, sedangkan yang terbawah mengalami modifikasi menjadi
labellum. Sepal atau kelopak bunga juga berjumlah tiga buah, yang teratas
disebut dengan sepal dorsal, dan dua lainnya di bagian samping disebut sepal
lateral. Di bagian tengah bunga terdapat bunga (column atau gynostemium)
yang merupakan organ reproduksi jantan dan betina (Yusnita, 2010).
Gambar 2. 1 Struktur bunga anggrek Dendrobium
Keterangan gambar: Morfologi Bunga Anggrek (a). Bunga (b). Sepal dorsal (c).
Sepal lateral (d). Petal (e). Bibir bunga (f). Daun pelindung bunga (g). Colum
(sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51199/Chapter%
20II.pdf;jsessionid=8C94D5E8B50B888FBE5754D606A928CF?sequence=4)
Buah dari anggrek Dendrobium berwarna kuning bila telah masak,
memiliki bentuk bulat dengan tiga rusuk sejati. Biji-biji dalam polong
terkumpul di tiga rusuk sejati yang berjumlah 1.300-4.000.000 biji dalam satu
polong (Pierik, 1987). Bentuk polong buah anggrek dan waktu yang
diperlukan sejak pembuahan hingga buah masak bervariasi tergantung genus
atau spesies. Kebanyakan buah Dendrobium memerlukan waktu 3-3,5 bulan
hingga masak (Yusnita, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Menurut Hew dan Yong (2004), setelah terjadi pembuahan maka
ovarium akan membesar dan akan membentuk polong. Pada polong buah
anggrek terdapat biji yang jumlahnya sangat banyak dan ukurannya sangat
kecil. Pierik (1987), menyatakan bahwa biji anggrek berukuran sangat kecil
dengan panjang 1-2 mm dan lebar 0,5-1 mm sehingga sering disebut Dust
seed. Biji anggrek terdiri dari testa yang tebal (kulit biji) yang membungkus
embrio, embrio sendiri hanya terdiri dari 100 sel. Testa merupakan jaringan
mati yang berisi udara 96 %. Menurut Koch dan Schultz 1975; Arditti 1992,
bobot biji anggrek Dendrobium/polong bisa lebih dari 500 mg/polong. Biji
anggrek relatif sulit untuk berkecambah karena di dalamnya tidak terdapat
endosperm. Di bagian distal embrio terdapat titik tumbuh potensial.
Sistem klasifikasi anggrek Dendrobium menurut (Dressler dan
Dodson 2000; dalam Widiastoety 2010) dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah
ini.
Tabel 2. 1 Klasifikasi ilmiah Anggrek Denrobium nobile Linn.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Subfamili : Epidendroideae
Rumpun : Epidendreae
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Subrumpun : Dendrobiinae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium nobile Linn.
Gambar 2. 2 Anggrek botol Dendrobium nobile Linn. (Dokumentasi pribadi)
C. Kultur in vitro Anggrek
Anggrek merupakan salah satu tanaman yang telah dikembangkan
secara teknik kultur in vitro untuk tujuan komersial. Permintaan terhadap
anggrek yang semakin meningkat menuntut adanya penyediaan bibit dalam
jumlah banyak pada waktu relatif singkat. Sebelum adanya teknik kultur in
vitro, anggrek yang diperdagangkan jumlahnya sedikit sehingga harganya
menjadi mahal. Hal ini disebabkan oleh masih sulitnya perbanyakan tanaman
tanaman anggrek. Secara alami biji anggrek tidak dapat tumbuh akibat tidak
memiliki endosprem. Biji anggrek dapat berkecambah jika bersimbiosis
dengan jamur mikoriza yang mampu mencukupi kebutuhan hara (Arditti,
1992). Perbanyakan melalui bagian tanaman secara vegetatif menghadapi
kendala dalam hal jumlah bahan tanaman yang tersedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Kultur jaringan pada anggrek pertama kali dilakukan oleh Knudson,
seorang Profesor di Cornell University pada tahun 1922 (Mc. Donald et al,
1998). Knudson mempublikasikan hasil penelitiannya tentang penanaman biji
anggrek dalam media tanam yang mengandung unsur hara pada lingkungan
yang aseptic. Tanaman anggrek secara in vitro dengan menggunakan potongan
bagian tanaman Phaius yang telah dewasa pertaman kali berhasil dilakukan
oleh John watknis pada tahun 1940.
Teknik kultur in vitro anggrek semakin berkembang seiring dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai penelitian dilakukan
untuk menemukan media yang paling tepat bagi pertumbuhan setiap jenis
anggrek. Media MS merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk
berbagai jenis tanaman hortikultura (Conger, 1981). Banyak penelitian yang
dilakukan untuk melakukan modifikasi media dalam rangka menghasilkan
pertumbuhan tanman yang lebih baik, di antaranya dengan penambahan bahan
organic. Penambahan air kelapa 150 ml/L ke dalam media Knudson C dapat
memperbaiki pertumbuhan plantlet anggrek Dendrobium (Harjadi dan
Pamenang, 1984). Penambahan air kelapa sampai 300 ml/L mengaktifkan
penurunan pertumbuhan pada plantlet anggrek Dendrobium (Widiastoety dan
syafril, 1993). Menurut Hendaryono (2000), penambahan pisang ambon masak
yang telah di haluskan sebanyak 150-200 g dalam media VW dapat membuat
pertumbuhan plb anggrek menjadi lebih aktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
D. Kultur in vitro
Kultur in vitro adalah istilah umum yang ditunjukan pada budi daya
secara in vitro (menumbuhkan bagian tanaman di dalam botol) terhadap
berbagai bagian tanaman yang meliputi batang, daun, akar, bunga, kalus, sel,
protoplasma, dan embrio. Bagian-bagaian tersebut yang diistilahkan sebagai
eksplant, diisolasi dari kondisi in vivo dan kultur pada medium buatan yang
steril sehingga dapat beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman
lengkap (Street, 1973; dalam Katuuk, 1989). Hartmann et al (1990)
menggunakan istilah terkait yang lebih spesifik lagi, yaitu mikropropagasi
terhadap pemanfaatan kultur jarigan dalam upaya perbanyakan tanaman.
Dimulai dari pengkulturan bagian tanaman kecil (plantlet) secara aseptik di
dalam tabung kultur atau wadah lain yang serupa.
Menurut Sandra (2004), menggunakan teknik kultur in vitro
sederhana memperoleh suatu hasil yang sangat mengagumkan. Peluang bisnis
yang sangat positif yang bisa diperoleh dengan melakukan teknik kultur in
vitro sederhana sebagai berikut:
a. Dengan teknik kultur meristem dapat menghasilkan anggrek bebas
virus dan penyakit. Teknik ini digunakan umtuk memperbanyak
anggrek spesies yang telah terserang hama penyakit, temaksud virus.
b. Dengan teknik kultur anter dapat dihasilkan anggrek dengan genetik
haploid (1n) sehingga bentuknya lebih kecil dibandingkan dengan
anggrek diploid (2n). Dengan demikian, dapat mengghasilkan anggrek
mini. Disamping itu, teknik kultur anter berpeluang memunculkan sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
resesif yang mempunyai sifat unggul yang pada kondisi normal tidak
akan muncul karna tertutup sifat yang dominan.
c. Dengan teknik klon dihasilkan anggrek dalam jumlah banyak dan
seragam. Sebagai penganggrek telah mampu melakukan teknik ini.
Pada dasarnya semua bagaian anggrek yang masih hidup dapat
dikulturkan dan diklonkan.
d. Dengan teknik mutasi, dapat memperoleh anggrek mutasi yang
harganya relatif mahal. Secra alami, peluang mutasi hanya dapat terjadi
1 berbanding 100.000.000. Namun, dengan kultur in vitro mutasi bisa
diatur sesuai keinginan.
e. Dengan teknik pertumbuhan minimal dalam kultur jaringan, kita bisa
mengoleksi berbagai jenis anggrek tanpa harus memiliki lahan yang
luas dan perawatan yang intensif. Teknik ini dapat diterapkan untuk
mengoleksi anggrek spesies asli indonesia atau anggrek spesies luar
negeri yang masih mempunyai keaslian genetik dan sangat penting bagi
pemulihan anggrek. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mrngoleksi
anggrek komersial unggulan dengan nilai yang tinggi.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pertumbuhan Kultur
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kultur in vitro, selain faktor sterilisasi keberhasilan kultur in vitro ada 3 faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam melakukan kegiatan,
yaitu: 1). Eksplant, 2). Media, dan 3). Lingkungan (Katuuk, 1984).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1). Eksplant
Eksplant adalah bagian kecil jaringan atau organ yang
dikeluarkan/dipisahkan dari tanaman induk kemudian dikulturkan. Berhasil
tidaknnya pengkulturan Eksplant tergantung pada faktor yang dimiliki oleh
Eksplant itu sendiri. Menurut Hughes (1981), faktor-faktor itu meliputi:
ukuran eksplant, umur eksplant, dan sumber eksplant
a. Ukuran Eksplant: Ukuran eksplant sangat menentukan proses
pengkulturan. Ukuran eksplant yang terlalu besar, maka makin besar pula
kemungkinan mendapatkan jaringan yang rusak akibat kontaminasi
(Seabrook, 1980). Biasanya eksplant yang terlalu kecil, mempunyai daya
tahan kurang. Ukuran eksplant yang paling baik berkisar antara 0,5
sampai 1.0 cm, namun ukuran ini dapat bervariasi, tergantung pada
material tanaman yang dipakai serta jenis tanaman.
b. Umur Eksplant: Umur eksplant sangat berpengaruh serta tipe dan daya
morfogenesis. Jaringan yang paling banyak memiliki bagian
meristematik ialah bagian tanaman yang masih muda, serta belum
banyak berdiferensiasi. Pada bagian tunas dan daerah nodus batang, dan
ketiak daun memiliki jaringan muda. Pada tanaman berkayu, jaringan
embrio dan tanaman muda atau seedling, serta tunas, ternyata
mempunyai kapasitas beregenerasi yang sangat tinggi. Sel dan jaringan
yang masih muda dinamakan juvenile akan tetap muda dalam
pengkulturan sehingga daya daya regenerasi masih ada, dibandingkan
dengan sel-sel tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Sumber eksplant: Sumber eksplant yang dimaksud ialah tanaman induk
dari mana eksplant diperoleh. Tanaman yang dijadikan sebagai sumber
eksplant haruslah tanaman yang sehat, dan bertumbuh baik.
2). Media
Media mempunyai dua fungsi utama yaitu: memasok (suplai)
nutrisi, dan mengarahkan pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh..
Dalam media kultur in vitro kelengkapan unsur sangat dibutuhkan, hal ini
sangat berpengaruh dengan keseimbangan antara garam-garam organik,
garan anorganik, serta zat pengatur pertumbuhan didalam media. Selain
itu, pertumbuhan plantlet serta jumlah pembentukan tunas dapat
dipengaruhi juga oleh keadaan fisik media. Keadaan fisik media dapat
berbentuk: padat, cair atau stationary cair.
Media padat adalah media yang dipadatkan dengan maksud agar
plantlet tidak mudah berpindah tempat. Memadatkan media dapat
menggunakan Agar dikenal juga gelrite. Agar adalah bahan yang banyak
digunakan untuk media padat. Media padat memiliki keuntungan dan
kekurangan, ada pun kelebihan penggunaan media padat, yaitu:
a).Perkembangan akar serta tunas plantlet mudah untuk diamati. Hal ini
terutama bagi plantlet yang berukuran sangat kecil, b).Tidak semua bagian
plantlet yang tertanam dalam medium, sehingga aerasi yang berkenan
dengan sirkulasi udara bagi plantlet masih ada, dan tidak memerlukan
aerasi tambahan, c). Apabila terjadi kontaminasi, maka plantlet yang tidak
terkontaminasi masih dapat diselamatkan, dengan jalan memindahkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
botol kultur yang baru. Kekurangan media padat antara lain: a). Hanya
sebagian permukaan plantlet yang mengalami aerasi yang baik, b). Kontak
antar medium dan plantlet (sel-sel), masih terbatas yaitu hanya pada bagian
yang kena medium. Akibatnya perkembangan terjadi tidak seimbang
(George and Sherrington, 1984; dalam Kattuk, 1989).
a. Nutrisi
Nutrisi atau unsur-unsur dibutuhkan oleh jaringan tanaman dikelompokan
menjadi dua, yaitu: Unsur hara makro dan mikro.
a) Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar,
jenis-jenis yang termaksud unsur makro adalah:
- Nitrogen (N). Nitrogen berpengaruh dalam menaikan daya tumbuh
tanaman. Unsur ini sangat penting dalam proses pembentukan
klorofil, terpenoid, asam inti, beberapa hormon tumbuhan serta asam
amino. Bila tanaman kekurangan nitrogen, tanaman akan terlihat
warna kekuningan pada daun, sedangkan bila terlalu banyak
menyebabkan perkembangan vegetatif akan lebih besar dari pada
perkembangan buah (Lailiya, 2016). Sumber nitrogen padaa media
kultur berasal dari amonium (NH4+) dan yang paling penting nitrat
(NO3-). Jumlah amonium yang digunakan berkisar 2-8 mM
sedangkan nitrat sekitar 25-40 mM.
- Fosfor (P), Menurut Sutejo (2002) fosfor berperan pada tanaman
antaranya merangsang pertumbuhan akar tanaman muda ataupun
mempercepat pertumbuhan akar semai, merangsang pembentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
bagian-bagaian tubuh tanaman saat pembiakan generatif,
memperkuat tanaman dewasa. Dalam jaringan meristematik
merupakan daerah yang cepat pertumbuhan biasanya banyak
terdapat fosfor. Terlalu banyak fosfor dalam media dapat
menghambat pertumbuhan Plantlet. Hal ini disebabkan oleh adanya
persaingan penyerapan unsur lainya seperti seng (Zn), besi (Fe), dan
tembaga (Cu). Sumber fosfor dalam media diberkan dalam bentuk
natrium hidrofosfat (NaH2PO4.H2O) atau kalium Hidrofosfat
(KH2PO4).
- Potasium (K). Potasium adalah unsur yang berguna untuk
pembelahan sel, sintesa karbohidrat dan protein, pembuatan klorofil
serta untuk mereduksi nitrat. Potasium terdapat pada sel-sel muda
tanaman, juga berperan dalam mengatur pemeliharaan dari masa
vegetatif ke masa generatif sehinga bunga dan bakal buah tidak
gugur (Rahman, 2014). Potasium harus diberikan dalam media
dengan konsetrasi 20 mM. Bentuk ikatan potasium yang banyak
digunakan dalam media kultur yakni KNO3 dan KH2PO4 (Gamborg,
1986; dalam Kattuk, 1989).
- Magnesium (Mg). Magnesium adalah elemen utama dalam molekol
klorofil. Selain magnesium bekerja sebagai aktivator enzim. Dalam
media kultur sering diberikan dalam bentuk MgSo4.7H2O.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
- Belarang (S). Belerang terdapat dalam beberapa molekul protein,
berguna untuk perkembangan akar. Belerang diberikan kedalam
media dalam bentuk Mg SO4.7H2O atau {Ca(No3)2.4H2O}.
b) Unsur mikro: unsur mikro merupakan unsur yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit tetapi harus tersedia. Kegunaan unsur mikro yang
diperlukan bagi tumbuhan untuk dapat bertahan hidup dan
mendukung pertumbuhan akan dijabarkan sebagai berikut ini:
- Besi (Fe). Besi berperan dalam sintesis klorofil. Dalam media kultur
zat besi terlebih dahulu dicampur dengan EDTA (Asam etilen
diamin tetraasetik). Zat besi tidak boleh dicampurkan secara
langsung ke dalam media di karenakan sifat besi yang tidak mudah
larut sehigga dapat menimbulkan endapan.
- Mangan (Mn). Pada tumbuhan yang tumbuh di tanah, kekurangan
mangan dapat menyebabkan klorotik (tanaman berwarna pucat) dan
sering menunjukan bintik-bintik hitam yang tidak lain adalah
kematian setempat. Dalam media kultur in vitro, unsur ini berguna
untuk membentuk membran kloroplas, mangan diberikan dalam
bentuk MgSO4 (Janick, 1972; dalam Kattuk, 1989).
- Boron (B). Unsur boron berperan dalam perombakan gula.
kekurangan boron dapat mengakibatkan terganggunya sintesa
sitokinin. Bila kebanyakan boron dapat mengakibatkan tanaman
mati, boron diberikan dalam bentuk H3BO3 (Kattuk, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
- Seng (zn). Seng merupakan unsur penting dalam pembentukan
protoplasma. Tanaman yang berkecukupan seng mampu
memproduksi IAA endengenous.
- Kobalt (Co). Kegunaan kobalt dalam kultur in vitro adalah untuk
pembentukan asam inti dan juga untuk mengikat unsur nitrogen.
- Tembaga (Cu). Berperan penting dalam proses konverensi energi.
- Molibdenum (Mo). Zat ini berguna dalam proses pengikatan
nitrogen dari atsmosfer menjadi nitrat dengan bentuan bakteri
pengikat N. Selain itu juga berguna dalam proses pembentukan
klorofil. Bila diberikan secara berlebihan dapat merusak jaringan
tanaman. dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil akan sangat
efektif. Kelebihan Mo akan menjadi racun bagi tanaman (Sutejo,
2002).
c) Vitamin
Pemberian vitamin dalam media kultur merupakan suatu
keharusan lantaran tanaman yang dikulturkan tersebut belum
mampu untuk membuat vitaminnya sendiri. Adapun jenis vitamin
yang sering diberikan:
- Thiamin HCL di mana berfungsi sebagai koenzim yang
membantu daur asam organik dalam proses respirasi;
- Nicotiamida yaitu suatu koenzim yang menjadi aktif dalam
reaksi cahaya;
- Myi-Inositol adalah alkohol gula;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
- Asam panthenik adalah suatu jenis vitamin B yang bekerja aktif
sebagai koenzim dan berfungsi dalam metabolisme zat lemak;
- Pyridoxine (vitamin B6) adalah koenzim yang membantu reaksi
kimia dalam proses metabolisme;
- Choline sebagai terpenoid yang ada dalam vitamin B
- Riboflavin dimana dikenal dengan vitamin B2.
3). Lingkungan
Kultur in vivo memiliki faktor lingkungan utama yang harus
dipenuhi ialah lahan, suhu, pH, serta kelembaban. Sangat berbeda dalam
kultur in vitro bagian lahan akan digantikan dengan media tanam, sehingga
yang akan dibahas ialah faktor-faktor lingkungan yang meliputi: cahaya,
suhu, pH, kelembaban, dan wadah atau botol kultur.
a. Cahaya: Bagi tanamn in vitro cahaya berperan dalam pertumbuahan
dan perkembangan yang disebut fotomorfogenesis. Pertumbuhan sel
kultur in vitro yang teratur pada dasarnya tidak dihambat oleh cahaya.
Malah sebaliknya pembelahan sel mula-mula pada plantlet, serta
pertumbuhan jaringan kalus, banyak dibatasi/dihambat oleh persoalan
cahaya. Ada tiga pokok yang berpengaruh dalam cahaya ialah:
Kandungan fisik cahaya, sumber cahaya, serta persyaratan cahaya
dalam kultur in vitro.
b. Suhu: Pada umumnya kultur in vitro memerlukan suhu sebesar 25-
300C. Namun, pertumbuhan optimum hal ini akan berbeda-beda pada
setiap spesies, serta jenis eksperimen. Ada juga yang menyukai suhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tertentu dan ada pula yang memiliki variasi suhu. Suhu rendah sangat
berpengaruh pada perkembangan embrio.
c. pH: Keasaman serta kebasahan media juga merupakan faktor
lingkungan plantlet yang sangat menentukan. Keadaaan ini ditandai
dengan pH, yaitu logaritma dari konsentrasi ion H, ditulis pH =
-log[H+]. pH ditulis dengan unit 1-14, selanjutnya golongan pH dibagi
dua, yaitu 1.) larutan bersifat asam pH 1-7; 2.) larutan bersifat basa,
pH 7-14, dan 3) bersifat netral berada di pH-7 (Janick, 1972; dalam
Kattuk, 1989).
Walaupun pH media akan berubah selama proses
pengkulturan, pH harus diatur lebih dahulu sebelum diinokulasi.
Manfaat pH dalam media adalah untuk menjaga kestabilan membran
sel, mengatur garam-garam agar tetap dalam bentuk terlarut,
membantu penyerapan zat hara, mengatur sifat gel agar (George dan
sherringthon, 1984).
Kultur akan berubah menjadi asam diakibatkan adanya
pembentukan asam-asam organik, atau penambahan ion amonium
dari sumber nitrogen. Sebaliknya media kultur akan berubah menjadi
basa bila ion nitrat dari Na atau K, telah digunakan oleh sel, atau ion
amonium dilepaskan dalam media, atau reduksi nitrat (Martin, 1980).
Keasaman medium adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kultur in vitro tanaman. Pada
umumnya, keasaman medium ditetapkan antara 5,6-5,8. Medium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang terlalu asam (pH 7,0) dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan Plantlet (Pierik et al,
1997). Hal itu mungkin disebabkan oleh tidak tersedianya sejumlah
unsur hara pada kisaran pH tertentu. Pada pH tinggi, unsur-unsur
seperti besi, seng, mangan, tembaga, dan boron mengalami
presipitasi sebagai hidroksida sehingga tidak tersedia bagi jaringan
yang dikulturkan. Sedangkan pada pH rendah, unsur-unsur seperti
kalium, magnesium, belerang, fosfor, dan molibdenum menjadi
tidak tersedia. Selain mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur hara,
pH mempengaruhi pula proses pemadatan medium. Menurut Taji et
al., 1997; dalam Zulkarnian, 2009, medium akan menjadi terlalu
keras apabila pH >6,0, sedangkan pH
24
e. Wadah atau botol kultur: Ukuran botol kultur sangat mempengaruhi
pertumbuhan kultur in vitro. Wadah kultur jarinagn sangat cocok
bila diadakan dalam botol kultur berukuran kecil. Namun setelah
pertumbuhan berlangsung, plantlet akan dipindahkan ke botol kultur
yang lebih besar.
Eksplant berukuran kecil, dapat dikulturkan dalam botol
yang memiliki diameter 1,5 cm, kemudian untuk melihat
pertumbuhan akar maka diameter tabung kultur digani 2,5 cm.
Kultur pucuk akan membutuhkan tabung kultur berukuran 2,5 cm x
10 cm. Selanjutnaya akan diganti dengan tabung berukuran 6 cm x
15 cm, hingga perkembanggan selanjutnya akan dipakai botol
erlemayer berukuran 50-125 ml.
Wadah kultur tidak tergantung pada botol kultur buatan
pabrik. Banyak macam wadah yang bisa dijadikan tempat kultur
antara lain, botol-botol bekas obat-obatan atau bekas minuman atau
makan. Wadah berbahan gelas adalah yang paling baik, karena
mudah untuk dicuci dan digunakan kembali. Botol kultur berbahan
plastik hanya bisa digunakan sekali pakai saja, dan akan sulit untuk
disterilkan kembali.
F. Faktor Pertumbuhan Planlet dalam kultur in vitro
1. Karakteristik Plantlet
Plantlet merupakan tanaman baru atau lengkap yang telah
mempunyai akar, batang dan daun (tanaman mini hasil perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kalus). Eksplan ialah bagian dari tanaman yang digunakan dalam
perbanyakan tanaman dengan metode kultur jaringan (kultur in vitro) adalah
pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm,
ovari muda, anther, embrio, dll.
Menurut Zulkarnian (2009), beberapa karakteristik khas tanaman
hasil perbanyakan kultur in vitro diuraikan bagai berikut:
a) Daun: Plantlet memiliki daun-daun yang tipis, lunak, tidak aktif
berfotosintesis, dan lebih sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat
menerima cahaya secara efisien dan rongga udara mesofil yang lebih
besar dibandingkan tanaman normal. Stomata tidak berfungsi dengan
sempurna dan tidak menutup sehingga meyebabkan cekaman air pada
beberapa jam pertama aklimatisasi. Perkembangan lapisan lilin
(kutikula) yang kurang berkembang sehingga tingginya kelembaban di
wadah kultur (90-100%) hal ini mengakibatkan tanaman kehilangan air
dalam jumlah yang cukup besar melalui evaporasi kutikula pada saat
tanaman di pindahkan ke tanah karena kelembaban udara dan kondisi
in vivo jauh lebih rendah dari pada kondisi in vitro.
b) Akar: sistem perakaran pada plantlet yang berasal dari kultur in vitro
cenderung mudah rusak dan tidak berfungsi dengan sempurna. Hal ini
dikarenakan akar yang terbentuk sedikit atau tidak ada sama sekali.
c) Jaringan angkut: sistem pembuluh angkut antar pucuk dan akar sering
tidak terhubung denagn sempurna sehingga menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
berkurangnya transportasi air dan unsur hara, dalam keadaan in vitro
plantlet bersifat heterotrof.
d) Kemampuan bersimbiosis: plantlet dari tanaman yang pada kondisi
pertumbuhan normal bersimbiosos dengan bakteri atau mikoriza yang
memiliki kemampuan bersimbiosis yang sangat terbatas pada saat
dipindahkan dari lingkungan in vitro ke lingkungan in vivo.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan kultur in vitro merupakan hasil interaksi antara
bahan tanaman, wadah kultur, dan lingkungan eksternal ruang kultur,
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap suatu sistem in vitro. Secara
teoritis, semua variabel di dalam setiap wadah kultur pada ruang kultur yang
sama adalah seragam. Sebagai konsekuensinya, hal yang sama terjadi pula
di wadah-wadah kultur pada ruang kultur yang lain. Agar pertumbuhan
kultur seragam maka keseragaman faktor lingkungan harus diupayakan,
tidak hanya di dalam ruang kultur, tetapi juga di dalam semua wadah kultur
dengan cara menggunakan wadah yang seragam (Zulkarnain, 2009).
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengaruhi regenerasi
tanaman menurut Gunawan, 1995; dalam Zulkarnian, 2009, meliputi:
a) Temperatur;
b) Penyinaran: panjang penyinaran, intensitas penyinaran, dan kualitas
sinar; serta
c) Ukuran wadah kultur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
G. Zat Pengatur Tumbuh (Fitohormon)
Hormon pada tumbuhan dapat didefinisikan dalam berbagai istilah,
hormon pada tumbuhan atau zat pengatur tumbuhan tanaman (fitohormon).
Zainal (1983), Mengemukakan zat pengatur tumbuhan pada tanaman (plant
regulator) adalah senyawa organik yang bukan unsur hara (nutrient), yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit), dan
mengubah proses fisiologi tumbuhan. Zat Pengatur Tumbuh (Plant Growth
Regulator) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah
(
28
1. Hormon Auksin
Dewi et al. (2008) menyebutkan bahwa fungsi auksin antara lain
mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan
percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan
geotropisme. Auksin terbagi menjadi beberapa jenis antara lain: Indole Acetic
Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA), Naphtalene Acetic Acid (NAA), dan
2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4-D).
Di alam IAA diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif di dalam
tumbuhan (endogenous) yang diproduksi dalam jaringan meristematik yang
aktif seperti contonya tunas, sedangkan IBA dan NAA merupakan auksin
sintetis (Hoesen et al., 2000). Berbagai jenis auksin dapat diaplikasikan
bersama-sama atau dikombinasikan dengan golongan sitokinin dan
giberelin.
2. Hormon Sitokinin
Sedangkan sitokinin, ialah zat pengatur tumbuhan selain dari auksin.
Sitokinin dialam berfungsi sebagai: mengatur pertumbuhan melalui
pembelahan sel, membantu mengawasi perkecambahan biji, mempengaruhi
pembentukan selaput abscisic pada tangkai daun dan buah, mengatur trasport
auksin, membantu griberilin untuk aktif dengan jalan menghalangi
pembentukan abscisic, dan menunda senescens (penuaan), dengan cara
menghambat jalan penguraian klorofil, protein, dan asam inti yang ada dalam
daun (Jeanett, 1989; dalam Zein, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Dalam kultur in vitro sitokinin berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan serta mikrofogenesis. Sama seperti auksin, sitokinin juga ada
yang bersifat alami dan sintetik. Sitokinin lebih banyak diproduksi di akar
tanaman, itulah sebabnya adakala sitokinin tidak perlu ditambahkan ked alam
media jika yang dikulturkan ialah akar. Sebaliknya, jika yang dikulturkan
adalah bagian pucuk, di mana produksi sitokinin sangat sedikit, dan materi
tanaman tidak terlalu banyak memproduksi sitikonin, maka perlu adanya
penambahan sitokinin. Sekarang ini sudah ditemukan sitokinin buatan yang
mempunyai sifat sama dengan sitokin alamiah. Zat-zat itu meliputi: BAP (N6-
banzyl Amino Purine), atau BA (Benzly Adenin), dan Kitenin (N6-
Furfurylamino Prine) (Jeanett, 1989; dalam Zein, 2016). Zat pengatur
tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur.
Selain auksisn dan sitokinin, giberilin dan senyawa lain juga dapat
ditambahkan didalam media kultur in vitro (Gunawan, 1992; dalam
Arimarsetiowati dan Ardiyani, 2012).
Gambar 2. 3 Keseimbangan Auksin dan Sitokinin dalam Proses Morfogenesis
(Sumber: Wattimena et al., 1992)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
F. Ekstrak Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Pohon nangka termaksud suku Moraceae, nama ilmiahnya adalah
Artocarpus heterophyllus. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan buah Jackfruit.
Buah nangka, yang merupakan buah majemuk dari bunga majemuk, memiliki
buah dengan rasa yang manis. Nangka tumbuh baik di iklim tropis. Tanaman ini
sangat menyukai dengan curah hujan lebih dari 1500 mm pertahun di mana
musim kering tidak terlalu keras. Nangka kurang toleran dengan kondisi dingin,
kekeringan dan penggenangan. Ekstrak buah nangka memilik kandungan unsur
hara makro, mikro, dan vitamin yang dapat mendukung untuk pertumbuhan
tanaman. Unsur hara makro pada ekstrak buah nangka ialah nitrogen, posfor,
kalium, belerag, dan mangnesium. Menurut Sarief (1985), bahwa proses
pembelahan sel akan berjalan cepat seiring dengan ketersediaan nitrogen yang
cukup. Nitrogen mempunyai peranan penting untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan batang yang akan memacu
pertumbuhan tinggi tanaman.
Daging buah nangka umumnya tebal dan berwarna kuning, kuning
pucat, kuning kemerah-merahan atau jingga dan beraroma harum berasal dari
kandungan senyawa etil butirat, berair, dan berasa manis. Kandungan vitamin
dalam ektrak buah nagka, seperti thiamine, riboflavin, nicotiamida, pyrdoxine,
dapat meningkatkan laju koenzim yang membantu reaksi proses metabolisme
pada pertumbuhan tanaman (Rusdiana, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
G. Ekstrak Buah Pisang Ambon (Musa acuminata Linn.)
Pisang merupakan salah satu jenis komponen organic yang sering
ditambahkan dalam kultur in vitro tanaman. Bagian yang dapat ditambahkan
dalam kultur in vitro tanaman. Bagian yang dapat dimakan dari buah pisang ialah
sebesar 57%. Air merupakan kandungan terbesar dari buah pisang karena
memiliki proporsi sebesar 97%.
Ekstrak pisang, yang ditambahkan dalam media berfungsi sebagai
sumber asam amino, peptide, vitamin dan zat pengatur tumbuh. Asam amino
yang terkandung dalam ekstrak tanaman merupakan bentuk organik yang lebih
mudah diserap dari pada asam amino anorganik (George dan Sherrington, 1948).
Menurut Macdonald (2002), asam amino dapat membantu diferensiasi jaringan
serta digunakan dalam sintesis protein. Sedangkan vitamin berperan penting
pada pertumbuhan tanaman khususnya jaringan yang sedang aktif tumbuh.
Beberapa vitamin berperan sebagai co-faktor enzim, yaitu senyawa yang harus
tersedia agar enzim dapat aktif bekerja.
Kandungan makro, mikro, dan vitamin yang terdapat pada buah pisang
ambon dan buah nangka dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. 2 Kandungan Hara Pisang Ambon dan Nangka dalam jumlah 100g
Kandungan Pisang Ambon (a) Nangka (b)
Air (g) 0,757 g 70,00 g
Protein (g) 0,11 g 1,70 g
Karbohidrat (g) 0,222g 23 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lemak (g) 0,2 g 0,64g
Abu (g) - -
Gula (mg) 0,008 mg 19,08 mg
Serat (mg) - 1,5 mg
N (mg) - 2 mg
Ca (mg) 7 mg 24 mg
Fe (mg) 0,67 mg 0,23 mg
Mg (mg) 36 mg 29 mg
P (mg) 27 mg 19 mg
K (mg) 460 mg 448 mg
Cu (mg) - -
Cl (mg) - -
S (mg) 34 mg 21 mg
Zn (mg) - 0,13 mg
Mn (mg) - 0,02 mg
B (mg) - -
Mo (mg) - -
Ascorbic (mg) Acid 10 mg 0,045 mg
Thiamine (mg) 0,04 mg 0,105 mg
Riboflavin (mg) 0,07 mg 0,055 mg
Niacin (mg) - 0,92 mg
Pantothenic acid
(mg)
0,26 mg 0,235 mg
Pyridoxine (mg) 0,51 mg 0,329 mg
Biotin (mg) - -
Nicotin acid (mg) - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Vit A (mg) 0,04 g 0,33 g
Vit C (mg) 100,85 g 5 µg
Vit D (mg) - -
Vit E (mg) - 0,34 mg
Glycine (mg) - -
Auksin (IAA) (mg) Sedang -
Sumber: a) Robinson and Sauco, 2010; Garvita and Handini, 2011
b) Dr. Duke’s Pytoochemical and Ethnobotanical
H. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa Penelitian yang relevan dalam penelitian, baik metode
maupun bahan yang digunakan mengacu pada penelitian-penelitian yang
sebelumnya pernah dilakukan. Penelitian ini memodifikasi penelitian yang
sudah ada sebelumnya, yaitu:
1. Vitri dan Handayani (2011) penelitian berjudul “Pengaruh Penambahan
Berbagai Kadar Pisang Dan Ubi Jalar Pada Pertumbuhan Kultur Tiga Jenis
Phalaenopsis”. Penelitian yang dilakukan, Pada P. fuscata, media KC 1
dengan penambahan 150 ml/l air kelapa muda, 25 g/L pisang ambon lumut
dan 15 g/L ubi jalar mampu memacu multiplikasi tunas dan daun. Media
KC 2 dengan penambahan 150 ml/L air kelapa muda, 50 g/L pisang ambon
lumut dan 20 g/K ubi jalar mampu meningkatkan inisiasi akar. Kemampuan
tumbuh benih anggrek ini akan lebih baik jika dilakukan subkultur ke media
yang sama pada saat penelitian dilakukan.
2. Ira Djajanegara, (2010) dengan judul penelitian “Pemanfaatan Limbah Buah
Pisang dan Air Kelapa sebagai Bahan Media Kultur in vitro Anggrek Bulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(Phalaenopsis amabilis) Tipe 229. Perlakuan yang digunakan meliputi
penggunaan Pisang mas, Pisang raja, pisang ambon, dan pisang kepok
sebanyak 100g/L dan air kelapa dengan berbagai konsentrasi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pemberian 100g/L bubur pisang ambon dan
150 g/L air kelapa memberikan pengaruh nyata terhadap pembentukan arar,
tunas, jumlah daun, dan tinggi pertumbuhan batang planlet.
3. Garuda, Dkk., (2015) penelitian berjudul “Pengaruh Berbagai Senyawa
Organik Kompleks Terhadap Planlet Anggrek Dendrobium”. Dari
penelitian tersebut didapatkan pemberian ekstrak melon sebanyak 100g/L
memberikan pertumbuhan vegetatif paling baik terhadap jumlah akar, daun,
panjang akar dan berat segar dan pemberian ekstrak jambu biji 100g/L
memperlihatkan hasil terbaik terhadap pertambahan tinggi dan tunas planlet
anggrek dendrobium pada mediua VW.
4. Gravita dan Elizabet, (2011) penelitian berjudul “Pengaruh Penambahan
Berbagai Kadar Pisang Dan Ubi Jalar Pada Pertumbuhan Kultur Tiga Jenis
Phalaenopsis”. Dari penelitiaan ini pemberian 25g/L pisang ambon lumut
dan 15g/L ubi jalar mampu merangsang multipikasi tunas dan daun serta
pemberian 50g/L pisang ambon lumut dan 20g/L ubi jalar mampu
meningkatkan inisiasi akar pada Phalaenopsis. fuscata pada media KC.
I. Kerangka Berpikir
Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang menarik minat
pencinta anggrek atau pengoleksi tanaman hias. Tanaman anggrek memiliki
banyak jenis bunga yang berwarna warni dan memiliki bentuk yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dengan anggrek lainnya, baik dalam segi warna, ukuran, bentuk, dan
keunikan tiap-tiap bunga anggrek. Kendala perbanyakan secara generatif
yang sangat lama dan keadaan faktor lingkungan yang kerap kali mempersulit
tanaman anggrek untuk sampai pada masa pembungaan dan mendapatkan
calon tumbuhan baru. Hal ini juga diperkuat indukan tanaman anggrek sangat
sulit diperoleh untuk mendapatkan anakan yang memiliki sifat sama seperti
indukannya.
Anggrek diminati oleh beberapa kalangan, namun karena sulit
mendapatkan bibit anakan, dipengaruhi faktor lingkungan sangat
berpengaruh dalam mendapatkan bibit yang sehat untuk diperbanyak,
mendapatkan bibit yang sehat dan memiliki kemiripan dengan indukan jarang
terjadi atau sulit didapatkan. Menggunakan teknik kultur in vitro kita dapat
mendapatkan klon anakan yang sama dengan indukan, yang sehat dan
beragam variasi, serta tahan terhadap penyakit dan lingkungan.
Metode yang telah berkembang tentang kultur in vitro tanaman
secara vegetatif dapat memberikan keuntungan yaitu diperoleh anakan yang
sama dengan induknya (identik) dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu
yang singkat. Tanaman anggrek menjadi salah satu tanaman yang sering
dilakukan kultur in vitro, mulai dari kultur biji, kultur pollen dan anther,
kultur sel, meristem dan protoplasma. Kultur bagian vegetatif tanaman
anggrek (Axillary, Keki, dan Apical).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sistem kultur in vitro berpegang pada kesterilan wadah (botol) serta
nutrisi yang diperoleh dari media yang pas, dan paling tepat bagi
pertumbuhan plantlet anggrek. Berdasarkan media tanam anggrek yang
biasanya digunakan yaitu, Media MS, Media VW, dan Media Kncdson.
Beberapa media ini kerap di modifikasi dengan menambahkan unsur organik
yang berasal sari buah, kecambah, maupun ekstrak lain bahkan ada pula yang
menambahkan pupuk organik (Hyponex).
Penggunaan media dalam kultur in vitro tanaman merupakan syarat
utama, hal ini dikarenakan tumbuhan menyerap unsur-unsur makro dan mikro
yang terkandung di dalam media. Sama halnya tanaman mengambil makanan
langsung dari dalam tanah. Hanya perbedaannya media tanah, berganti
dengan media agar yang telah mengandung unsur-unsur yang telah diperkaya
dan dapat merangsang pertumbuhan eksplan atau plantlet.
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan media Murashige and
Skoog yang dalam proses pembuatan media tanam di berikan penambahan
ekstrak yang berasal dari buah yaitu buah pisang ambon dan buah nangka.
Setelah itu, akan dilakukan dengan cara kerja aseptis baik dalam penggunaan
alat dan tempat dan pembuatan media. Parameter yang diamati adalah
parameter pertambahan bobot (massa berat tanaman), pertambahan tinggi
tanaman, dan presentase hidup tanaman anggrek selama
37
Gambar 2. 4 Kerangka Konseptual
J. Hipotesa
1. Pengaruh penambahan ekstrak buah pisang ambon dan ekstrak buah
nangka mempengaruhi pertumbuhan plantlet anggrek Dendrobium
nobile Linn. pada medium Murashige and Skoog.
2. Pengaruh pemberian ekstrak buah nangka dan dan ekstrak buah pisang
ambon terhadap pertambahan bobot, pertambahan tinggi, dan persentase
hidup planlet anggrek Dendrobium nobile Linn. pada medium
Murashige and Skoog.
Anggrek
Kultur in vitro Media MS
Ekstrak pisang ambon Ekstrak nangka
Pengaruh pada
Pertumbuhan
1. Pertambahan Bobot 2. Pertambahan Tinggi 3. Persentase Hidup Plantlet
Peminat
Anggrek
Kendala Budidaya
Anggrek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian ekperimen.
Percobaan perbanyakan anggrek Dendrobium menggunakan rancangan
acak lengkap tiga perlakuan, yaitu ekstrak buah pisang ambon, ekstrak buah
nangka dan kontrol. Terdapat 3 kombinasi perlakuan dengan 13 ulangan.
Setiap ulangan terdiri dari satu botol Kultur sehingga terdapat 33 botol
Kultur. Setiap botol Kultur terdiri dari satu buah Plantlet anggrek
dendrobium. Pada percobaan ini memakai zat pengatur tumbuh
Napthaleneacetic Acid (NAA), dan 6-benzyl Amino Purine (BAP).
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media MS dengan
penambahan ekstrak buah pisang ambon dan penambahan ekstrak
buah nangka
2. Variabel terikat
Variabel terikat penelitian ini adalah pertambahan berat plantlet,
pertambahan tinggi plantlet, dan persentase hidup plantlet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah suhu ruangan inkubasi.
Suhu ruangan air conditions (AC) 180C, Umur plantlet ±5 bulan
sebelum di subkulturkan, Tinggi berkisar 2-3 cm, intensitas cahaya
lampu Cooldaylight 453 Lux.
C. Batasan Penelitian
a. Bobot plantlet awal adalah hasil pengurangan dari bobot media +
Plantlet dengan botol media pada saat subkultur (Overplanting)
b. Bobot plantlet akhir adalah bobot plantlet yang ditimbang pada saat
pengamatan terakhir
c. Pertumbuhan bobot plantlet adalah bobot plantlet akhir dikurangi
dengan bobot plantlet awal
d. Persentase plantlet ialah plantlet yang mati atau layu dikurangi
jumlah pengulangan Plantlet akhir dikali 100%
e. Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan perbandingan (1:1)
sebanyak 1 PPM
f. Pertumbuhan tinggi tanaman diukur dan diamati dari luar botol
kultur
g. Penelitian yang digunakan tidak menggunakan kontrol positif,
hanya menggunakan kontrol negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
D. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada 16 Agustus 2018 - 12 Oktober 2018.
Pembuatan media dan pengamatan dilakukan Di Laboratorium Kultur
Jaringan Farmasi, Fakultas Farmasi kampus III Universitas Sanata Dharma
E. Alat Dan Bahan
1. Alat:
Botol Kultur Anggrek, Petridish, Gelas baker 1000 ml, Erlenmeyer 500
ml, Pipet Volume 10 ml dan Pompa pipet, Pinset, Tangkai Scalpel, Mata
Pisau Scalpel, Autoklaf, Lampu Coolday light 12 watt, Hot plate and
Magnetic stirrer, Pengukur pH, Kaca Arloji, Kertas saringan, Sendok
pengaduk, Hand sprayer, Neraca analitik, Batang Pengaduk, Gelas
Ukur Plastik 1000 ml, Kertas payung, Kertas label, Laminar air
flowcabinet (LAFC), Lampu ultra violet (UV), dan Alat-alat Pengukur.
2. Bahan:
Bahan plantlet botol anggrek Dendrobium nobile Linn yang diambil dari
pusat penjualan tanaman hias anggrek.
a. Bahan non-organik: Medium Murashige and Skoog Basal medium
with Vitamin, Agar, Gula, Larutan HCL 1 N, Larutan NaOH 1 N,
Napthaleneacetic Acid (NAA), dan 6-benzyl Amino Purine (BAP)
b. Bahan Organik : Buah nangka dan buah pisang ambon
c. Disinfektan : Larutan Ca-hipoklorit, Detergen, Alkohol 70%-96%,
dan Aquades steril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
F. Cara Kerja
1. Pemilihan Plantlet
Plantlet anggrek Dendrobium nobile Linn yang diambil dari pusat
penjualan tanaman hias anggrek botol dengan tinggi ±2-3 cm dan tanpa
akar.
2. Sterilisasi
a. Alat
Alat-alat dissecting-set (Scalpel dan pinset) dan glass ware
(cawan petri yang berisi kertas saring, baker glass, botol kultur dan
erlenmeyer yang berisi aquades) yang digunakan, setelah dicuci
dengan detergen lalu bilas dengan air bersih, kemudian dibilas
kembali dengan larutan Ca-hipoklorit dan dikeringkan. Kemudian
dibungkus dengan kertas payung sedangkan botol kultur yang
digunakan dibilas dahulu dengan alkohol 96% sebelum diautoklaf.
Sterilisasi alat-alat tersebut didalam autoklaf dengan suhu 121oC
selama 15 menit.
b. Ruangan
Dinding-dinding ruangan LAFC dan rak inkubasi disterilkan
dengan menggunakan alkohol 70%. Selanjutnya lampu UV baik
yang ada di ruangan maupun UV LAFC dinyalakan selama 1 jam
sebelum digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3. Pembuatan Ekstrak buah
Sebanyak 100 g buah dihancurkan. Penghancuran dilakukan
dengan menggunakan blender yang di isi dengan air steril. Ekstrak
buah disaring di wadah terpisah dan ekstrak buah disimpan di
erlenmeyer sebelum digunakan, pembuatan ektrak buah dilakukan satu
hari sebelum digunakan.
4. Pembuatan Media
Medium Murashige and Skoog Basal medium with Vitamin
ditimbang sebanyak 4,43 g/L, dilarutkan dalam 1 liter air steril. Media
dibagi menjadi dua bagian sambil ditambahkan ekstrak buah 200 ml/l.
Ditambahkan BAP dan NAA 1 ml/L. Sebanyak 30 g/L gula
ditambahkan ke dalam media. Kemudian tambahkan bahan pemadat
(agar) sebanyak 7 g/l kemudian tambahkan aquades steril sampai tanda
1000 ml, lalu masak sampai mendidih dan dituang ke dalam botol-botol
steril. Sebelum dituang derajat keasaman diukur pH antara 5.6 – 5.8.
Jika terlalu alkali tambahkan HCL 1N, tetapi jika terlalu asam
tambahkan NaOH 1N. Tiap-tiap media dimasukan ke dalam botol
kultur steril sebanyak ±30-40 ml/botol, kemudian ditutup dengan
penutup botol. Auotoklaf selama ±20 menit, pada suhu 1210C tekanan
17.5 psi. Sebelum digunakan, media tersebut disimpan selama satu
minggu untuk melihat kesterilan media sebelum dilakukan penanaman,
media disimpan di dalam incubator steril dengan suhu 250C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
5. Perlakuaan Plantlet
Kelompok media dibagai menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Kelompok Media A : Media MS dengan penambahan ekstrak buah
pisang ambon 200 ml/L,
b) Kelompok Media B : Media MS dengan penambahan ekstrak buah
Nangka 200 ml/L,
c) Media Kontrol : Media MS tanpa penambahan ekstrak buah.
6. Subkultur (overplanting) Plantlet
Subkultur (overplanting) dilakukan sebagai berikut, semua
perlengkapan yang akan dipakai yaitu, scalpel, Pinset, mata pisau
scalpel, alat-alat gelas, lampu spiritus, botol media (ditimbang dahulu
untuk mengetahui bobot botol + media), botol berisi plantlet yang telah
tumbuh (Anggrek botol), dan erlenmeyer aquades steril dan alkohol
70% dimasukan dalam LAFC (dahulu disemprot dengan alkohol
sebelum dimasukan ke dalam LAFC. Overplanting dimulai dengan
menyiapkan dan memasukan alat-alat yang diperlukan di dalam LAFC.
Selanjutnya plantlet akan diambil dengan pinset dan diletakkan diatas
cawan petri sebanyak 20 tanaman, plantlet dikeluarkan dengan cara
menjepit bagian di antara akar dan daun, kemudian ditarik dengan
diusahasan agar akar keluar lebih dahulu, pisahkan plantlet yang masih
berhimpitan dengan plantlet yang lain dilakukan secara metode aseptis.
Potongan plantlet ditanam didalam media steril yang telah di letakan di
lemari inkubasi steril selama 1 minggu sebelumnya, untuk melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
media yang aman dan tidak terkontaminasi jamur. Sebelumnya
timbang medium sebelum digunakan untuk overplanting. Media yang
digunakan terbagi dalam 3 kelompok, tananam plantlet ke dalam botol
yang berisi medium baru satu per satu, sehingga jumlahnya dalam botol
1 plantlet per botol. Setelah dilakukan pemindahan plantlet, masing-
masing botol diberi label dan tanggal overplanting, lalu ditimbang
kembali. Hasil penimbangan botol media yang berisi plantlet dikurangi
dengan hasil pertimbangan botol medium sebelum penanaman akan
mendapat botol plantlet awal.
Inkubasi masing-masing plantlet yang telah dipindahkan pada
rak Inkubasi 40 cm, pada suhu ruangan 180C dan pencahayaan lampu
TL”Cool day Light” 12 W. Plantlet didiamkan selama 3 minggu tanpa
dilakukan subkultur berikutnya, sambil terus diamati pertumbuhan
pada plantlet.
7. Pengamatan Plantlet
Pengamatan dilakukan setiap hari sekali setelah dilakukan
penanaman dalam media kultur. Masing-masing kelompok dilakuakan
pegamatan, pengamatan plantlet meliputi: Tinggi plantlet (diukur dari
dasar media hingga ujung plantlet), bobot pertumbuhan planlet dan
Jumlah planlet yang hidup. Pengamatan dan pengukuran dilakukan dari
luar botol, sedangkan plantlet masih tetap berada didalam botol kultur.
Pengambilan data dilakukan setiap minggu sampai 3-4 MST (minggu
setelah tanam).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
G. Metode Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti pola Rancangan
Kelompok Lengkap (RKL). Data yang diperoleh dalam penelitian ini
dianalisis menggunakan Test ANOVA (Analysis of Variance) satu arah
dengan pengukuran variabilitas antar kelompok. Uji Anova untuk One
factor between Subject Design atau ANOVA satu arah digunakan untuk
mengetes perbedaan di antara dua atau lebih kelo