Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERBEDAAN LEARNING STYLE DAN HASIL BELAJAR PADA
MAHASISWA ETNIS JAWA DAN TIONGHOA
SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi pada
Universitas Negeri Semarang
oleh
AFAF
1511411159
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2016
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul “Perbedaan
Learning Style dan Hasil Belajar Pada Mahasiswa Etnis Jawa dan Tionghoa” ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 12 Mei 2016
AFAF
1511411159
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Perbedaan Learning Style dan Hasil Belajar Pada
Mahasiswa Etnis Jawa dan Tionghoa” telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji
Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada hari Selasa,
tanggal 17 Mei 2016.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi, M.S
NIP. 19630121198703001 NIP. 195701251985031001
Penguji I Penguji II
Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi, M.A Luthfi Fathan Dahriyanto, S.Psi, M.A
NIP.195811251986012001 NIP. 197912032005011002
Pembimbing/ Penguji III
Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si
NIP. 19630121198703001
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
MOTTO
Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati
untuk kesabaran (QS. Al-‘Asr: 2 – 3).
Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku dengan sebab (pujian) yang mereka ucapkan,
dan ampunilah aku dari (perbuatan dosa) yang tidak mereka ketahui (dan jadikanlah)
aku lebih baik dari apa yang mereka sangka (HR. Bukhari).
PERUNTUKAN
Penulis peruntukan karya ini bagi:
A half of my heart, Wildan Makky
Luahan bakti tertulus: Mama Lubena Attamimi,
Abi Awod Maretan, serta
Beloved brother: Ammar Maretan, Arsalan
Maretan, Atif Maretan
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan anugerah-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Learning Style dan
Hasil Belajar Pada Mahasiswa Etnis Jawa dan Tionghoa”. Bantuan, motivasi,
dukungan, dan doa dari berbagai pihak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada:
1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang
2. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi, M.Si, Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membimbing penulis untuk
belajar selama ini sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah
mengarahkan penulis selama menempuh masa studi
3. Dr. Drs. Edy Purwanto, M. Si sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar dan
telaten telah berkenan mencurahkan perhatian selama proses penyelesaian skripsi.
4. Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi, M.A, sebagai penguji I yang telah memberikan
masukan dan penilaian terhadap skripsi penulis.
5. Luthfi Fathan Dahriyanto, S.Psi, M.A, sebagai penhuji II yang juga telah
memberikan saran dan penilaian kepada penulis terkait skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf di Jurusan Psikologi yang telah berkenan
membagikan ilmu dan pengalaman kepada penulis.
vi
7. Segenap rekan-rekan mahasiswa yang telah bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.
8. Teman-teman Psikologi angkatan 2011, khususnya Cintya danastri S.Psi,
Cahyaning Gita S.Psi , Oki Candra S.Psi, Elysa Feri S.Psi, Aldila Dyas S.Psi, Tiar
Farhan S.Psi, Annisa Mukti, Noviana Aufa dan yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu, yang bersama-sama dengan penulis menempuh studi dalam suka dan
duka.
9. Suami, mama, abi, kakak, dan adik yang telah memberikan segenap doa,
perhatian, dan dukungan yang tiada lelahnya kepada penulis.
10. Teman-teman kos “Wisma Srikandi” khususnya Shabrina Isti, Tiya Kumala, Tuti
Awaliah, Immatulfathina yang memberikan tempat singgah dan dukungan untuk
penulis.
11. Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Jazakumullaah khairan katsiiran.
Penulis berharap skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi untuk perkembangan
ilmu, khususnya psikologi.
Semarang, Mei 2016
Penulis
vii
ABSTRAK
Afaf. 2016. Perbedaan Learning Style dan Hasil Belajar Pada Mahasiswa Etnis Jawa dan Tionghoa. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang, Pembimbing Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si.
Kata Kunci: Learning Style, Hasil Belajar, Etnis
Hasil belajar tidak dapat hanya dicapai oleh salah satu golongan individu saja,
melainkan oleh semua individu. Hal tersebut memiliki pengertian bahwa semua
individu memiliki kemampuan yang relatif sama untuk mencapai keberhasilan.
Stereotype masyarakat mengatakan bahwa mahasiswa Etnis Tionghoa mempunyai
hasil belajar lebih unggul dibandingkan mahasiswa Jawa. Tinggi rendahnya hasil
belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kondisi kesehatan, intelegensi,
bakat, minat, motivasi, serta cara belajar. Sedangkan faktor eksternal mencakup
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan learning style dan etnis terhadap hasil belajar mahasiswa Jawa
dan Tionghoa
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Jawa sebanyak 37 orang dan mahasiswa Tionghoa
sebanyak 37 orang yang memenuhi kriteria menjadi populasi penelitian. Teknik
sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Data penelitian diambil dengan
menggunakan angket Learning Style yang terdiri dari 35 aitem, Hasil Belajar
diperoleh dari skor Indeks Prestasi Kumulatif tiap responden, dan Etnis
diklasifikasikan dari identitas yang responden tuliskan dan yang terpilih sebagai
subjek. Angket Learning Style mempunyai koefisien validitas item antara 0,315
sampai dengan 0,656 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,865.
Hasil analisis data dengan teknik Two Ways Anava menunjukkan (1) tidak ada
perbedaan hasil belajar ditinjau dari etnis yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi
0,232 > 0,05, (2) tidak ada perbedaan hasil belajar ditinjau dari learning style yang
ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,083 > 0,05.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN .............................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
MOTTO DAN PERUNTUKKAN ................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK..…… ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI.. ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 11
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 11
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 11
1.4.1. Manfaat Teoretis ................................................................................ 11
1.4.2. Manfaat Praktis .................................................................................. 12
2. LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar ...................................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Belajar .............................................................................. 13
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar .................................................................... 17
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .............................. 19
2.2 Learning Style .................................................................................... 21
ix
2.2.1 Pengertian Learning Style .................................................................. 21
2.2.2 Karakteristik Learning Style .............................................................. 23
2.2.3 Penerapan Pengajaran Berbasis Modalitas ........................................ 28
2.3 Etnis .................................................................................................. 30
2.3.1 Etnis Jawa .......................................................................................... 30
2.3.2 Etnis Tionghoa ................................................................................... 33
2.4 Perbedaan Learning Style dan Hasil belajar pada Mahasiswa Etnis
Jawa dan Tionghoa ............................................................................ 36
2.5 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................ 38
2.6 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 39
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 41
3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 41
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 42
3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 42
3.3.2 Definisi Operasional .......................................................................... 43
3.3.3 Hubungan Antar Variabel .................................................................. 44
3.4 Populasi dan Sampel .......................................................................... 45
3.4.1 Populasi ............................................................................................. 45
3.4.2 Sampel ............................................................................................... 45
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 46
3.5.1 Skala Learning Style .......................................................................... 48
3.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................................. 49
3.6.1 Validitas ............................................................................................. 50
3.6.2 Reliabilitas ......................................................................................... 50
3.7 Uji Coba ............................................................................................. 51
3.7.1 Persiapan Uji Coba Instrumen ........................................................... 51
3.7.2 Pelaksanaan Uji Coba ........................................................................ 54
x
3.7.3 Uji Coba Kualitatif ............................................................................ 54
3.7.4 Uji Coba Kuantitatif .......................................................................... 56
3.7.5 Hasil Uji Validitas ............................................................................. 56
3.7.6 Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................... 58
3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................ 58
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Penelitian ........................................................................... 60
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian .............................................................. 60
4.2 Pelaksanaan penelitian ....................................................................... 60
4.2.1 Pengumpulan Data ............................................................................. 60
4.2.2 Pelaksanaan Skoring .......................................................................... 61
4.3 Hasil Penelitian .................................................................................. 62
4.3.1 Analisis Deskriptif ............................................................................. 62
4.3.2 Gambaran Hasil Belajar Mahasiswa .................................................. 63
4.3.2.1 Gambaran Umum Hasil Belajar Mahasiswa (Jawa dan Tionghoa) . 63
4.3.2.2 Gambaran Hasil Belajar pada Mahasiswa Etnis jawa ..................... 64
4.3.2.3 Gambaran Hasil Belajar pada Mahasiswa Etnis Tionghoa ............. 65
4.3.3 Gambaran Umum Learning Style pada Mahasiswa .......................... 67
4.3.3.1 Gambaran Learning Style Visual pada Mahasiswa (Jawa dan
Tionghoa)............................................................................................ 67
4.3.3.2 Gambaran Learning Style Auditori pada Mahasiswa (Jawa dan
Tionghoa)............................................................................................ 69
4.3.3.3 Gambaran Learning Style Kinestetik pada Mahasiswa (Jawa dan
Tionghoa) ........................................................................................... 71
4.3.4 Gambaran Umum Learning Style pada Mahasiswa Jawa ................. 73
4.3.4.1 Gambaran Learning Style Visual pada Mahasiswa Etnis Jawa ....... 73
4.3.4.2 Gambaran Learning Style Auditori pada Mahasiswa Etnis Jawa .... 75
4.3.4.3 Gambaran Learning Style Kinestetik pada Mahasiswa Etnis Jawa 77
xi
4.3.5 Gambaran Umum Learning Style pada Mahasiswa Tionghoa .......... 79
4.3.5.1 Gambaran Learning Style Visual pada Mahasiswa Tionghoa .......... 80
4.3.5.2 Gambaran Learning Style Auditori pada Mahasiswa Tionghoa ....... 82
4.3.5.3 Gambaran Learning Style Kinestetik pada Mahasiswa Tionghoa .... 84
4.4 Metode Analisis Data ........................................................................ 87
4.4.1 Uji Normalitas Data ........................................................................... 87
4.4.2 Uji Homogenitas ................................................................................ 88
4.4.3 Uji Hipotesis ...................................................................................... 89
4.5 Pembahasan ....................................................................................... 91
4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Learning Style dan Hasil belajar
pada Mahasiswa Jawa dan Tionghoa ................................................. 91
4.5.1.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Learning Style pada Mahasiswa ... 91
4.5.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Hasil Belajar pada Mahasiswa ..... 94
4.5.1.3 Pembahasan Analisis Inferensial Learning Style dan Hasil Belajar
pada Mahasiswa Etnis Jawa dan Tionghoa ...................................... 95
4.6 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 97
5. PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................ 99
5.2 Saran .................................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 101
LAMPIRAN ................................................................................................... 105
i
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Ucapan Individu pada Tiap Modalitas ................................................... 23
3.1 Blueprint Angket Learning Style ............................................................ 44
3.2 Item Instrumen Sebelum dan Sesudah Uji Kualitatif ............................ 50
3.3 Hasil Uji Coba Angket Learning Style .................................................. 51
3.4 Sebaran Baru Aitem Angket Learning Style ......................................... 52
3.5 Interpretasi Reliabilitas .......................................................................... 53
3.6 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik .............. 54
4.1 Penggolongan Kriteria Analisis ............................................................. 62
4.2 Gambaran Umum Hasil Belajar Mahasiswa .......................................... 63
4.3 Gambaran Hasil Belajar Mahasiswa Jawa ............................................. 64
4.4 Gambaran Hasil Belajar Mahasiswa Tionghoa ..................................... 65
4.5 Tabel Ringkasan Deskriptif Hasil Belajar ............................................. 65
4.6 Statistik Deskriptif Learning Style Visual Mahasiswa (Jawa dan
Tionghoa) .............................................................................................. 67
4.7 Gambaran Learning Style Visual Mahasiswa (Jawa dan Tionghoa) ..... 68
4.8 Statistik Deskriptif Learning Style Auditori Mahasiswa (Jawa dan
Tionghoa) .............................................................................................. 69
4.9 Gambaran Learning Style Auditori Mahasiswa (Jawa dan Tionghoa) .. 70
4.10 Statistik Deskriptif Learning Style Kinestetik Mahasiswa (Jawa dan
Tionghoa) .............................................................................................. 71
4.11 Gambaran Learning Style Kinestetik Mahasiswa (Jawa dan Tionghoa) 72
4.12 Statistik Deskriptif Learning Style Visual Mahasiswa Jawa ................. 74
4.13 Gambaran Learning Style Visual Mahasiswa Jawa ............................... 75
4.14 Statistik Deskriptif Learning Style Auditori Mahasiswa Jawa .............. 76
4.15 Gambaran Learning Style Auditori Mahasiswa Jawa ............................ 77
4.16 Statistik Deskriptif Learning Style Kinestetik Mahasiswa Jawa ........... 78
ii
4.17 Gambaran Learning Style Kinestetik Mahasiswa Jawa ......................... 79
4.18 Statistik Deskriptif Learning Style Visual Mahasiswa Tionghoa .......... 80
4.19 Gambaran Learning Style Visual Mahasiswa Tionghoa ....................... 81
4.20 Statistik Deskriptif Learning Style Auditori Mahasiswa Tionghoa ....... 82
4.21 Gambaran Learning Style Auditori Mahasiswa Tionghoa .................... 83
4.22 Statistik Deskriptif Learning Style Kinestetik Mahasiswa Tionghoa .... 84
4.23 Gambaran Learning Style Kinestetik Mahasiswa Tionghoa ................. 85
4.24 Ringkasan Deskriptif Learning Style pada Mahasiswa ......................... 86
4.25 Kategori Learning Style per Responden ................................................ 86
4.26 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 88
4.27 Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 89
4.28 Hasil Analisis Varian ............................................................................. 90
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...................................................................... 34
3.1 Interaksi Antar Variabel ........................................................................ 41
4.1 Gambaran Umum Hasil Belajar Mahasiswa (Jawa dan Tionghoa) ....... 64
4.2 Gambaran Hasil Belajar Mahasiswa Jawa ............................................. 65
4.3 Gambaran Umum Hasil Belajar Mahasiswa Tionghoa ......................... 66
4.4 Diagram Ringkasan Deskriptif Hasil Belajar Mahasiswa ..................... 66
4.5 Gambaran Umum Learning Style Visual pada Mahasiswa Jawa dan
Tionghoa ................................................................................................ 68
4.6 Gambaran Umum Learning Style Auditori pada Mahasiswa Jawa dan
Tionghoa ................................................................................................ 71
4.7 Gambaran Umum Learning Style kinestetik pada mahasiswa Jawa dan
Tionghoa ................................................................................................ 73
4.8 Gambaran Learning Style Visual pada Mahasiswa Etnis Jawa ............ 75
4.9 Gambaran Learning Style Auditori pada Mahasiswa Etnis Jawa ......... 77
4.10 Gambaran Learning Style Kinestetik pada Mahasiswa Etnis Jawa ....... 79
4.11 Gambaran Learning Style Visual pada Mahasiswa Etnis Tionghoa ..... 81
4.12 Gambaran Learning Style Auditori pada Mahasiswa Etnis Tionghoa .. 83
4.13 Gambaran Learning Style Kinestetik pada Mahasiswa Etnis Tionghoa 85
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Uji Coba .................................................................................... 106
2. Tabulasi Instrumen Uji Coba ..................................................................... 114
3. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 124
4. Instrument Penelitian ................................................................................. 128
5. Tabulasi Instrumen Penelitian .................................................................... 137
6. Tabulasi Instrumen Penelitian (tiap Kategori Learning Style) .................. 141
7. Hasil Uji Asumsi ....................................................................................... 154
8. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................... 156
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu di dunia pasti mempunyai potensi dan potensi tersebut
bisa berkembang dengan beragam cara dan dimana saja, salah satunya di
universitas. Universitas merupakan sebuah sarana pendidikan yang disediakan
untuk mahasiswa dalam rangka menggali dan mengoptimalkan potensinya.
Untuk memperbaiki keadaan masyarakat dan membangun dunia dapat
dilakukan melalui pendidikan.
Persoalan dalam dunia pendidikan merupakan bahasan yang
kompleks, karena lingkup pendidikan mencakup elemen-elemen dibawahnya
seperti dosen sebagai pendidik. Dosen bertugas untuk menciptakan suasana
belajar yang senantiasa menumbuhkan semangat dan keterampilan yang akan
berdampak pada pencapaian siswa. Masalahnya, pengemasan dalam
pembelajaran sering dengan cara lama, yaitu teacher centered sedangkan
mahasiswa bertugas untuk menerima dan menghafal informasi.
Menurut Abbas (2011:1) siswa belajar baik dengan melihat nilai dan
pentingnya informasi yang ditunjukkan dalam kelas. Jika siswa tidak tertarik
dengan materi yang disampaikan, mereka tidak akan “belajar”. Maka penting
halnya untuk menggunakan kombinasi metode mengajar dan membuat
lingkungan kelas terangsang dan interaktif sebaik mungkin.
3
3
Maka dari itu, tidak mengherankan apabila telah menyebar luas sikap
negatif terhadap kegiatan belajar di sekolah, khususnya kegiatan belajar
secara tradisional, terutama di antara orang-orang yang memiliki masalah
kesulitan belajar dan kesulitan dengan pendidikan formal. Gaya belajar
mereka yang khusus dan pribadi serta preferensi-preferensi mereka tidak
dikenali dan tidak dipenuhi, dan itulah sebabnya belajar mereka rasakan
sebagai hal yang tidak bermanfaat.
Kini, para ahli di bidang pendidikan mulai mengembangkan teori
mengenai gaya belajar (learning style) berbasis pada modalitas belajar sebagai
cara untuk menyajikan bahwa belajar adalah hal yang mudah dan
menyenangkan. James dan Gardner (dalam Slater., et al, 2007: 336)
mendefinisikan learning style sebagai cara dan kondisi dimana seorang pelajar
efektif dan efisien dalam memahami, memproses, menyimpan, dan mengingat
kembali apa yang sudah mereka pelajari.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat seseorang
menjadi lebih pandai tetapi dengan mengenal gaya belajar seseorang akan
dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif (Tanta, 2010: 9). Berarti
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Hasil
belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika
4
4
proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar
yang baik.
Beberapa penelitian mengenai gaya belajar diantaranya dilakukan
oleh Tanta (2010: 20) yang mencoba menghubungan gaya belajar dengan
hasil belajar. Hasilnya, gaya belajar mahasiswa mencakup visual, auditori, dan
kinestetik secara signifikan berpengaruh terhadap hasil belajar. Peneliti dalam
dunia pendidikan menduga bahwa setiap manusia mempunyai gaya belajar
yang berbeda dan jika metode penyampaian informasi untuk mereka dapat
diterima oleh setiap gaya belajar maka mereka dapat belajar lebih baik (Shah
et al 2011: 1).
Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah
pertama adalah dengan mengenali modalitas sebagai modalitas visual,
auditorial, atau kinestetik seperti yang diusulkan de Porter dan Hernacki
(2013: 112). Walaupun masing-masing dari manusia belajar dengan
menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang
lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya.
Namun gaya belajar tidak dapat langsung dideteksi oleh dosen, karena
untuk melihat gaya belajar mahasiswa tidak bisa dilakukan hanya dengan
melihat pembelajaran ketika di kelas saja, butuh keuletan dan kedisiplinan
untuk mengetahuinya. Hal-hal di atas merupakan tantangan untuk dosen
5
5
sebagai salah satu elemen dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan
keterampilan dan kinerjanya sebagai pendidik.
Mc Carthy, 1982; Felder, Silverman, 1988; Coffield et al., 2004
(dalam Abbas, 2012: 109) menegaskan bahwa terdapat tiga hal vital dalam
gaya belajar. Pertama, gaya belajar seseorang secara alamiah berbeda-beda
satu dengan lainnya. Kedua, dengan diketahuinya hal tersebut, memberikan
kesempatan untuk mengajar dengan berbagai metode. Ketiga, kemampuan
mengelola banyak hal dalam pendidikan dan komunikasi berlaku jika dapat
mengenali kelompoknya. Tentu saja, sulit untuk mengetahui setiap hal;
bagaimanapun juga menyadari tentang gaya belajar siswa, kualitas psikologis,
perbedaan motivasi akan membantu dalam mengatur pelajaran dan
menyesuaikan dengan kondisi sewajarnya.
Honigsfeld (dalam Slater., et al, 2007: 336) menyebutkan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap gaya belajar antara lain jenis kelamin, usia,
pencapaian akademik, pemrosesan otak, kebudayaan, dan berpikir kreatif.
Sejalan dengan pernyataan Honigsfeld, Philbin (dalam Tanta, 2010: 8)
mengatakan bahwa cara belajar peserta didik yang beraneka ragam tersebut
yang disebut gaya belajar dipengaruhi oleh pengalaman, jenis kelamin, dan
etnis.
Mengajar dengan menampung setiap gaya belajar secara keseluruhan
dapat memperbaiki hasil belajar, meningkatan motivasi dan ketepatan serta
6
6
memungkinkan sikap yang positif ke arah pemahaman bahasa. Tujuan
menggunakan gaya belajar adalah mencari cara terbaik untuk dua hal yaitu
siswa belajar dengan efektif dan guru mengajar dengan efisien (Abbas. 2012:
111).
Coffield., et al, (2004) menjelaskan bahwa salah satu masalah penting
dalam belajar mengajar adalah setiap individu memegang tanggung jawab
masing-masing. Setiap individu harus mengetahui learning style mereka
sendiri dan apa karakteristik dari gaya itu dan dengan demikian mereka harus
berperilaku sesuai dengan gaya tersebut. Dengan cara ini, individu dapat
memperoleh perubahan dan memperkaya informasi tanpa memerlukan
bantuan orang lain. Ketika pelajar memegang tanggung jawab dalam
pelajarannya sendiri, mereka dapat menghubungkan makna dalam proses
pembelajaran.
Apabila seseorang dipaksa untuk belajar dengan cara lain, akan timbul
rasa tidak nyaman sehingga pembelajaran akan sulit dicerna. Apabila orang
dibiarkan belajar dan bekerja dengan gaya mereka sendiri, dan menemukan
lingkungan yang sesuai dengan kegiatan-kegiatan mereka, tidak ada batasan
untuk pencapaian manusia, dan mereka benar-benar mampu melakukannya
dengan tingkat stress yang jauh lebih kecil dan kegembiraan yang jauh lebih
besar (Prashnig, 2007:76).
7
7
Keberhasilan dalam pembelajaran tidak hanya ditentukan dari faktor
model pembelajaran yang dibawakan dosen saja, tetapi dipengaruhi oleh
faktor internal mahasiswa. Sebab kemampuan seseorang untuk memahami
dan menyerap pelajaran yang disampaikan sudah pasti berbeda tingkatannya
antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu, mereka harus menempuh cara
yang berbeda untuk memahami sebuah pelajaran yang sama
Dalyono (2001: 32) mengungkapkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu: Faktor internal dan faktor
eksternal, faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri siswa
seperti kondisi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara
belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
diri siswa seperti keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Nurmiyaningsih dkk (2012: 3) menjelaskan keberhasilan dalam
pembelajaran tidak hanya ditentukan dari faktor model pembelajaran yang
dibawakan oleh guru saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal yang
berasal dari dalam diri siswa seperti motivasi dan cara belajar yang tentunya
setiap siswa memiliki keunikan tersendiri. Oleh karena itu, siswa seringkali
harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau
pelajaran yang sama.
Sejalan dengan pernyataan Ariffin et al (2013 : 1) bahwa bagaimana
variasi gaya belajar dapat mempengaruhi prestasi siswa dengan mengetahui
8
8
preferensi belajar siswa, instruksi pembelajaran dapat dipahami dan metode
yang digunakan dapat diterima oleh preferensi gaya belajar siswa, hal tersebut
dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa.
Abbas ( 2011: 1) menyatakan selama siswa menggunakan seluruh
inderanya untuk mengambil informasi, mereka terlihat memiliki preferensi
bagaimana mereka belajar dengan baik. Dalam penelitian ini, guru dapat
menggabungkan gaya belajar dalam kurikulum jadi siswa dapat sukses dalam
kelasnya.
Prestasi tidak dapat hanya dicapai oleh salah satu golongan individu
saja, melainkan oleh semua individu. Hal tersebut memiliki pengertian bahwa
semua individu memiliki kemampuan yang relatif sama untuk mencapai
keberhasilan. Hal ini memiliki pengertian bahwa semua individu memiliki
kemampuan yang relatif sama untuk mencapai keberhasilan. Pada
kenyataannya, terdapat golongan individu yang tampak lebih sering mencapai
prestasi dan keberhasilan daripada golongan individu lainnya. Khususnya
dalam hal ini, terdapat kecenderungan etnis Tionghoa Indonesia yang lebih
banyak mencapai prestasi dan keberhasilan dibandingkan dengan warga non-
Tionghoa secara luas, atau khususnya warga Jawa. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya prestasi yang lebih banyak dicapai oleh murid-murid
berlatarbelakang keturunan Tionghoa antara lain sebagai berikut:
9
9
1. Tim Olimpiade Matematika Indonesia meraih medali perak, dan dua
perunggu serta dua penghargaan honorable mention pada
International Mathematics Olympiad (IMO 2008) yang berlangsung di
Madrid dari tanggal 10-22 Juli 2008 dari SMAK Kolose St. Yusuf
Malang. Dikatakannya dengan prestasi yang diraih pelajar Indonesia
pada IMO 2008 ini ranking Indonesia di tingkat Olimpiade
Matematika keseluruhan naik, dari posisi ranking 52 menjadi ranking
ke-36 dunia
2. Dua Tim Indonesia meraih empat medali emas, tiga perak dan dua
perunggu pada International Olympiad Astronomy and Astrophysics
(IOAA) ke-2 yang berlangsung 19-27 Agustus 2008 . Medali Tim
Indonesia A sebagai tim inti dipersembahkan oleh Lorenz VG da Silva
dan Adi Suwardi, sedangkan perak dan perunggu dipersembahkan
oleh Esther Brigitha dan Eky Valentian Febrianto..
3. Dari kompetisi penelitian sains tingkat internasional, pelajar Indonesia
berhasil membawa pulang sedikitnya tujuh medali emas. Di ajang
lomba penelitian dan presentasi tingkat dunia atau International
Conference of Young Scientists (ICYS) 2009 di Polandia 24-28 April,
pelajar Indonesia mengharumkan nama Indonesia dengan meraih enam
emas, satu perak, dan tiga perunggu.Perolehan dua medali emas
didapat dari bidang fisika oleh Guinandra Lutfan Jatikusumo (SMA
10
10
Taruna Nusantara) dengan penelitian berjudul "Menghilangkan Asap
dan Debu dari Tank Perang", serta Idelia Chandra (SMA St.Laurensia)
yang meneliti perbedaan suara secara fisika dalam Gamelan Bali.
Medali emas lainnya dari bidang komputer dipersembahkan Nugra
Akbari (SMA Global Mandiri) dengan mempresentasikan penelitian
soal batik yang dapat didesain lewat fractal. Selanjutnya, tiga medali
emas didapat dari bidang ekologi dipersembahkan J. Karli (SMA Cita
Hati) yang mempresentasikan soal durian yang ternyata dapat
membunuh nyamuk, Gabriella Alicia Kosasih (SMA St Laurensia)
soal bakteri yang dapat memutus rantai molekul oli sehingga mudah
dihancurkan tanah, dan Fernanda Novelia (SMA Petra 3) soal cara
mengontrol hama dengan cara efektif.
Uraian di atas telah merupakan berbagai prestasi akademis yang diraih
oleh siswa keturunan Tionghoa, akan tetapi prestasi siswa Jawa juga tidak
kalah jumlahnya di masa dewasa ini. Prestasi siswa warga Jawa dapat terlihat
dari kisah tentang seorang putri tukang becak bernama Raeni yang memiliki
IPK kuliah yang nyaris sempurna di Universitas Negeri Semarang
Pemaparan di atas menggambarkan fenomena pencapaian prestasi
akademis siswa keturunan Tionghoa dan siswa Jawa di skala nasional. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan siswa keturunan Tionghoa yang
mampu mencapai prestasi akademis yang lebih banyak daripada siswa Jawa.
11
11
Tracey., et al (2012: 774) melakukan sebuah penelitian serupa yang
berjudul “Different Cultures and Learning Styles Matter in a Canadian
University with Middle-East students”, hasil akhir dari penelitian adalah
bahwa orientasi siswa terhadap pendidikan mencerminkan perbedaan budaya
dalam latar belakang pendidikan, harapan belajar saat ini, dan tujuan karir.
Para siswa mencatat pengaruh yang kuat pada pengajar terhadap gaya belajar
dan motivasi mereka.
Untuk melihat fenomena yang ada, peneliti melakukan studi
pendahuluan dengan melakukan wawancara secara acak kepada 6 mahasiswa
yang terdiri dari 3 mahasiswa keturunan Tionghoa dan 3 mahasiswa
keturunan Jawa.
Hasil dari studi pendahuluan menunjukkan bahwa 3 mahasiswa
keturunan Jawa dengan inisiaal A,K,R memiliki Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) 3,37 ; 3,20 ; 3,23 hasil tersebut masuk dalam kategori cukup baik
karena seluruh hasil IPK menunjukkan angka diatas 3,00. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan peneliti kepada ketiga mahasiswa tersebut
dinyatakan bahwa, ketiganya mengakui mahasiswa beretnis Tionghoa
ditempat mereka cenderung pintar. Dan hal tersebut disetujui oleh orang-
orang sekitar mereka dan juga dalam lingkungan kampus. Perilaku dosen
sebagai pengajar juga banyak terlihat memberikan “mandat” pada mahasiswa
keturunan Tionghoa dalam proses pembelajaran karena dianggap pintar.
12
12
Dan hasil dari studi pendahuluan pada 3 mahasiswa keturunan
Tionghoa dengan inisial E,Y,Y memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
3,72 ; 3,59 ; 3,30 menunjukkan hasil yang baik karena seluruh hasil IPK
menunjukkan diatas 3,00 bahkan dua diantaranya cumlaude.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih dalam “perbedaan learning style dan hasil belajar pada
mahasiswaetnis Jawa dan Tionghoa. Untuk lokasi penelitian, peneliti memilih
di salah satu universitas di Jawa Tengah yang sebagian besar mahasiswanya
berlatar belakang keturunan Tionghoa dan Jawa. Oleh karena itu penelitian ini
berjudul Perbedaan Learning Style dan Hasil Belajar pada Mahasiswa
Etnis Jawa dan Tionghoa.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
a. Adakah perbedaan Hasil Belajar mahasiswa ditinjau dari etnis
(Jawa dan Tionghoa) ?
b. Adakah perbedaan Hasil Belajar mahasiswa ditinjau dari Learning
Style?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui adanya perbedaan Hasil Belajar mahasiswa
ditinjau dari etnis ( Jawa dan Tionghoa).
13
13
b. Untuk Mengetahui adanya perbedaan Hasil Belajar mahasiswa
ditinjau dari Learning Style.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan
konsep di dunia pendidikan. Penelitian learning style dewasa ini
berkembang cukup pesat, terutama untuk mengkaji fenomena-
fenomena dalam perspektif Psikologi Pendidikan dan Psikologi
Perkembangan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pendidik
untuk dapat menguasai setiap karakteristik siswa sehingga dapat
meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Untuk mencari jawaban apakah yang sebenarnya dimaksud tentang belajar,
kemungkinan besar jawaban atas pertanyaan tersebut akan mendapatkan jawaban
yang bermacam-macam, demikian pula di kalangan para ahli. Berikut adalah
definisi menurut para ahli (dalam Walgito, 2010:184) :
1. Skinner, mendefinisikan belajar “learning is a process of progressive
behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa
belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresivitas,
adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan
sebelumnya.
2. Mcgeoch, mendefinisikan mengenai belajar “learning is a change in
performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa
perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari
latihan (practice). Pengertian latihan mengandung arti bahwa adanya usaha
dari individu yang belajar.
15
15
3. Morgan, dkk, mendefinisikan mengenai belajar ”learning can be defined
as any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of
practice or experience”. Maksud dari definisi ini adalah bahwa perubahan
perilaku atau performance itu relatif permanen. Di samping itu juga
dikemukakan bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena
latihan atau karena pengalaman.
Dari pengertian-pengertian mengenai belajar di atas dapat dikemukakan
beberapa hal mengenai belajar sebagai berikut (Walgito, 2010:185):
1. Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan
perilaku. Perilaku dalam arti yang luas dapar overt behavior atau innert
behavior. Karena itu perubahan tersebut dapat dalam segi kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
2. Perubahan perilaku itu dapat aktual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat
bersifat potensial, yang tidak menampak pada saat itu, tetapi akan nampak
pada lain situasi.
3. Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatif permanen, yang
berarti perubahan itu akan bertahan dalam waktu yang relatif lama. Tetapi
perubahan itu tidak akan menetap terus menerus, sehingga pada suatu waktu
hal tersebut dapat berubah lagi sebagai akibat belajar.
4. Perubahan perilaku baik yang aktual maupun yang potensial yang merupakan
hasil belajar, merupakan perubahan yang melalui pengalaman atau latihan.
16
16
Ini berarti bahwa perubahan itu bukan terjadi karena faktor kematangan yang
ada pada diri individu, bukan karena faktor kelelahan dan juga bukan faktor
temporer individu seperti keadaan sakit serta pengaruh obat-obatan.
Diperlukan perhatian mengenai faktor-faktor yang ada di dalam proses
belajar. Ada beberapa faktor yang memengaruhi proses belajar (Walgito, 2010:
142), antara lain:
1. Faktor anak atau individu, merupakan faktor yang penting. Anak jadi belajar
atau tidak sangat tergantung kepada anak itu sendiri. Walaupun mungkin
faktor-faktor yang lain telah memenuhi persyaratan, tetapi jika individu
tersebut tidak mempunyai kemauan untuk belajar maka proses belajar out
tidak terjadi. Dalam proses belajar, faktor fisik dan psikis harus tetap dijaga
agar tetap dalam kondisi yang sebaik-baiknya.
a. Faktor fisik. Untuk menjaga kondisi fisik tetap baik maka segala aktivitas
yang berhubungan dengan fisik harus dilakukan dengan teratu, misalnya
makan dan tidur. Orang harus menyadari bahwa kemampuan itu terbatas.
b. Faktor psikis. Dala hal ini, individu harus mempunyai kesiapan mental
(mental set) untuk menghadapi tugas. Kesiapan mental ini dapat
memengaruhi beberapa hal belikut ini:
a) Motif, merupakan hal yang penting dalam manusia bertindak. Dengan
motif yang kuat, individu akan berusaha untuk menghadapi tugas yang
17
17
telah ditentukan. Motif ini akan cukup kuar apabila individu
mempunyai kesadaran makn adan tujuan dari apa yang dilakukannya.
b) Minat, apabila anak memiliki minat maka akan mendorong anak untuk
berbuat sesuai dengan minatnya. Minat ini akan memperbesar motif
yang ada pada individu.
c) Konsentrasi dan perhatian, seluruh perhatian harus dicurahkan kepada
apa yang dipelajari.
d) Natural curiousity, keinginan untuk mengetahui secara alami. Apabila
setiap anak memiliki hal ini berarti anak memiliki dorongan atau motif
untuk mengetahui apa hakikat dari apa yang dipelajari.
e) Balance personality, apabila individu memiliki pribadi yang seimbang
maka individu akan dapat menyesuaikan diri dengan situasi di
sekitarnya dengan baik.
f) Self confidence, kepercayaan kepada diri sendiri bahwa dirinya juga
mempunyai kemampuan untuk mencapai prestasi.
g) Self discipline
h) Intelegensi, faktor ini turut menentukan cara apa yang diambil di
dalam menghadapi materi yang harus dipelajari.
i) Ingatan, tujuan belajar adalah agar apa yang dipelajari itu tetap tinggal
dalam ingatan. Makin sering apa yang dipelajari itu ditimbulkan di
18
18
atas ambang kesadaran maka akan semakin baiklah materi out tetap
tinggal dalam ingatan.
2. Faktor lingkungan, faktor ini turut memegang peranan yang penting dan
termasuk peralatan yang digunakan. Faktor lingkungan berhubungan dengan:
a. Tempat
b. Alat-alat untuk belajar. Semakin lengkap alat yang digunakan maka akan
semakin mudah untuk belajar sebaik-baiknya.
c. Suasana, hendaknya menciptakan suasana belajar yang baik karena hal itu
akan memberikan motivasi yang baik dalam proses belajar dan pengaruh
yang baik pula terhadap prestasi belajar anak.
d. Waktu,belajar harus teratur sesuai yang telah direncanakan
e. Pergaulan, hendaknya mengarahkan anak untuk bergaul dengan anak yang
rajin belajar karena hal ini dapat berpengaruh terhadap motif anak untuk
belajar.
3. Faktor bahan yang dipelajari. Bahan yang dipelajari akan menentukan
metode belajar apa yang akan ditempuh. Jadi, teknik atau metode belajar
ditentukan pula oleh materi yang dipelajari.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab
dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu
19
19
mengarahkan diri sendiri (self-directing) dan mandiri (independent) (Rifai, Ahmad,
2012; 122).
Hasil belajar diperoleh setelah seseorang melakukan kegiatan belajar
mengajar yang dimaksudkan untuk mengukur sampai dimana kepahaman atas ilmu
yang telah dipelajari. Dengan adanya hasil belajar maka dapat diketahui sampai
dimana pemahaman dan apa yang akan dilakukan berikutnya agar kegiatan belajar
mengajar itu menjadi berkesinambungan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
dapat menilai hasil belajar siswa, salah satunya adalah tes. Tes adalah cara penilaian
yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat
tertentu dan kondisi yang memungkinkan (Khosiyah, 2012: 67).
Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan
kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta
proses pembelajaran itu sendiri.
Mahasiswa adalah sesorang yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi.
Sebagai seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab mereka
tinggal menyempurnakan pembelajarannya hingga menjadi manusia terpelajar yang
paripurna.
20
20
Dalam jurnal Safitri (2013) menyatakan dalam perkuliahan mahasiswa
dituntut untuk berkompetisi dalam memperoleh prestasi akademik, yang dalam ini
sebagai tolak ukurnya adalah indeks prestasi. Semakin baik penguasaan akademik
mahasiswa maka prestasi yang diperoleh pun akan lebih baik. Pencapaian prestasi
akademik mahasiswa dipengaruhi baik faktor dari dalam diri mahasiswa (faktor
internal) maupun faktor dari luar diri mahasiswa (faktor eksternal).
Bentuk penghargaan dari proses belajar yang sudah ditempuh mahasiswa
adalah perolehan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing
lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari
penilaian hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar
peserta didik dalam hal penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajarinya sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukan
hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat
dipisahkan dari pengertian belajar.
Prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses belajar yang sudah dijalani
merupakan bentuk penghargaan yang diperoleh mahasiswa sesuai perjuangan dan
usahanya. Untuk memperoleh prestasi belajar bukanlah suatu hal yang mudah karena
memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus
dihadapi.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya proses belajar seorang individu juga dipengaruhi oleh
banyak faktor baik itu faktor yang berasal dari dalam (internal), maupun faktor
21
21
yang berasal dari luar (eksternal). Prestasi atau hasil belajar siswa pada hakekatnya
merupakan interaksi dari beberapa faktor Dalyono (2001: 32) mengemukakan,
yaitu:
1. Faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri siswa seperti
kondisi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara
belajar
2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar
Pendapat serupa juga dipaparkan oleh Slameto (2010: 55) yang menyatakan
bahwa sekurang-kurangnya terdapat tujuh faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam menyelesaikan studi seseorang yaitu intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan
1. Intelegensi, Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat.
2. Perhatian, Untuk dapat menjamin keberhasilan dalam belajar seorang peserta
didik maka mahasiswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya agar tidak menimbulkan kebosanan.
22
22
3. Minat, minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.
4. Bakat, bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu, dalam
kaitannya dengan mahasiswa maka bakat merupakan kemampuan untuk
belajar. Sebenarnya sangat penting untuk mengetahui bakat peserta didik dan
menempatkan mahasiswa belajar di perguruan tinggi sesuai dengan bakatnya.
5. Motif, motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam
proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong mahasiswa
agar dapat belajar dengan baik atau memiliki motif untuk berpikir dan
memusatkan perhatian dalam kegiatan yang berhubungan dengan belajar.
6. Kematangan, kematangan belum berarti mahasiswa dapat melaksanakan
kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan
pelajaran. Dengan kata lain mahasiswa yang sudah matang (siap) belum dapat
melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.
7. Kesiapan, kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika
mahasiswa dalam menempuh pendidikan sudah memiliki kesiapan, maka
hasilnya akan lebih baik.
2.2 Learning Style
2.2.1 Pengertian Learning Style
Learning Style merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam
pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Bobbi de Porter dan
23
23
Mike Hernacki mengatakan bahwa ketika seseorang menyadari bagaimana dirinya
dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, maka seseorang itu dapat
menjadikan belajar dan berkomunikasi menjadi lebih mudah dengan gayanya
sendiri.
Seorang pelopor di bidang learning style Rita Dunn (dalam de Porter dan
Hernacki, 2012:110) telah menemukan banyak faktor yang memengaruhi cara
belajar orang. Faktor-faktor ini mencakup faktor fisik, emosional, sosiologis, dan
lingkungan. Misalnya saja, sebagian orang dapat belajar dengan baik dengan
pencahayaan yang terang, sedangkan sebagian yang lain dengan pencahayaan yang
suram. Kemudian ada orang yang dapat belajar dengan baik apabila berkelompok,
sedang yang lain memilih akan keberadaan figur otoriter seperti orang tua atau
guru, yang lain lagi merasa bahwa belajar sendiri yang paling efektif. Sebagian
orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedangkan yang lain tidak dapat
berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Adapun seseorang yang memerlukan
lingkungan kerja yang teratur dan rapi, sedangkan yang lain lebih suka menggelar
segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat.
Pada awal pengalaman belajar, langkah pertama yaitu dengan mengenali
modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, dan kinestetik (V-A-K).
gambaran dari istilah-istilah ini adalah orang dengan learning style visual belajar
melalui apa yang mereka lihat, orang dengan learning style auditorial belajar
melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar ketika mereka
24
24
bergerak, bekerja, dan menyentuh. Walaupun seseorang belajar dengan
mengggunakan ketiga modalitas tersebut pada tahapan tertentu, namun kebanyakan
orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.
Jika seseorang tidak dapat melihat, mendengar, atau merasakan tekstur,
bentuk, dan temperatur atau berat, berarti orang itu tidak mempunyai learning style
(de Porter dan Hernacki, 2013:114). Banyak orang yang belajar menggunakan
banyak gaya, namun biasanya lebih menyukai satu gaya dari banyak gaya yang ada.
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka lebih condong pada satu gaya, hal itu
terjadi karena tidak ada yang mengatakan pada mereka bahwa mereka berbeda
dengan orang lain.
Salat satu cara sederhana mengetahui modalitas yang condong pada diri kita
adalah dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk dalam pembicaraan, cara lain
adalah dengan memperhatikan perilaku diri ketika menghadiri seminar atau lainnya.
Apakah banyak menyerap informasi dari membaca makalah yang disediakan atau
mendengarkan presentasi dari penyajinya ? Orang-orang dengan learning style
auditorial lebih suka mendengarkan materi bahkan terkadang kehilangan urutannya
jika mereka mencoba mencatat materi selama presentasi berlangsung. Orang-orang
dengan learning style visual lebih suka membaca makalah dan memperhatikan
ilustrasi yang dipaparkan oleh penyaji. Orang-orang dengan learning style visual
membuat catatan dengan sangat baik. Sedangkan pelajar kinestetik lebih baik dalam
aktifitas bergerak dan interaksi kelompok.
25
25
2.2.2 Karakteristik Learning Style
Banyak ciri-ciri perilaku yang merupakan petunjuk kecenderungan belajar
seseorang. Ciri-ciri berikut ini dapat membantu dalam menyesuaikan dengan
modalitas belajar yang terbaik (de Porter dan Hernacki, 2013:116).
1. Orang dengan learning style visual. Modalitas ini mengakses citra visual,
yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan antar ruang, gambaran mental
(mental imagery), dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seseorang yang
memiliki kecenderungan menggunakan modalitas ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Rapi dan teratur
b. Berbicara dengan cepat
c. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
d. Teliti terhadap detail
e. Mementingkan penampilan,baik dalam hal pakaian maupun presentasi
f. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka
g. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar
h. Mengingat dengan asosiasi visual
i. Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan
j. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis,
dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya
26
26
k. Pembaca cepat dan tekun
l. Lebih suka membaca daripada dibacakan
m. Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau
proyek
n. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat
o. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
p. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak
q. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato
r. Lebih suka seni daripada musik
s. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata-kata
t. Terkadang kehilangan konsentrasi ketika ingin memperhatikan.
2. Orang dengan learning style auditorial. Modalitas ini mengakses segala jenis
kata dan bunyi, yang diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog
internal, dan suara menonjol dalam modalitas ini. Seseorang yang memiliki
kecenderung menggunakan modalitas ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
b. Mudah terganggu oleh keributan
c. Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
27
27
d. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
e. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara
f. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
g. Berbicara dalam irama yang terpola
h. Biasanya pembicara yang fasih
i. Lebih suka musik daripada seni
j. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang di lihat
k. Suka bebricara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
l. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
m. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
n. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
3. Orang dengan learning style kinestetik. Modalitas ini mengakses segala jenis
gerak dan emosi, yang diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi,
irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini.
Seseorang yang memiliki kecenderung menggunakan modalitas ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berbicara dengan perlahan
b. Menanggapi perhatian fisik
c. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
28
28
d. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
e. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
f. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
g. Belajar melalui memanipulasi dan praktik
h. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
i. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
j. Banyak menggunakan isyarat tubuh
k. Tidak dapat duduk dian untuk waktu yang lama
l. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika memang pernah berada di
tempat tersebut
m. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
n. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada bidang mereka dan
mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
o. Kemungkinan tulisannya jelek
p. Ingin melakukan segala sesuatu
q. Menyukai permainan yang menyibukkan
Ketika berbicara dengan seseorang, berbicaralah dengan kecepatan yang
sama dengan orang yang berbicara dengan kita. Menyesuaikan modalitas
diri dengan modalitas orang lain merupakan cara yang baik untuk
menciptakan keakraban dan suasana saling pengertian. de Porter dan
29
29
Hernacki (2013: 122) menjabarkan daftar ucapan-ucapan yang biasa dipakai
oleh orang dengan modalitas tertentu:
Tabel 2.1 Ucapan Individu pada Tiap Modalitas
Visual Auditorial KinestetikTampak bagi saya Mendengar dengan
saksama
Rajin
Pandangan menyeluruh Menyeru Mempersingkat hingga
Melihat sekilas Jelas bagai bunyi bel Berpikir serius
Nyata, pasti, tidak
diragukan
Diungkapkan dengan
jelas
Menyebar kemana-mana
Pandangan yang kabur Dijelaskan secara
terperinci
Bisa merasakan
Tepat, pas mempunyai
ruang lingkup tentang
sesuatu
Pendengar yang baik Bagai disambar halilintar
Gagasan yang samar Dengarkan baik-baik Berhubungan/ kontak
Dalam cahaya Menangkap alur
Secara pribadi Mendengar suara-suara Bertahanlah!
Dalam pandangamiripn Pesan yang tersembunyi Tahanlah!
Citra diri Percakapan
membosankan jelas dan
tegas
Pemarah
Mata hati Terus terang Berterus terang
Indah bagai lukisan Mengoceh seperti burung Mengatur
Melihat Mengingatkan akan
sesuatu
Sangat rapi
Pandangan sempit Mengatakan yang
sejujurnya
Menyimpangkan pikiran
saya
Pamer Mendengarkan/tidak
mendengarkan
Mulai dari awal
Visi lurus Tak mendengar tentang
sesuatu
Pendiam
Menyuarakan pendapat
selalu dalam batas
pendengaran
Berahasia, tidak jujur,
curang
Berahasia
2.2.3 Penerapan pengajaran Berbasis Modalitas
30
30
Menurut Handy (2006:4) terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
merangsang ketiga modalitas tersebut yaitu
1. Visual
a. Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna.
b. Menggantungkan grafik di dinding sekeliling ruang kelas yang berisi
tentang informasi penting dalam materi.
c. Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi yang diterimanya
dengan menggunakan peta pikiran, diagram, tulisan berwarna.
d. Membagikan frase-frase atau garis besar setiap materi pelajaran yang
disampaikan dengan memberikan ruang yang kosong untuk menambahkan
catatan.
e. Memberikan kode warna untuk tiap-tiap materi yang hendak
disampaikan.
f. Menggunakan bahasa yang dapat menciptakan visualisasi pada diri anak.
Misalnya: bayangkanlah bola dunia yang sedang berputar mengelilingi
matahari (jika kita sedang mempelajari tentang revolusi bumi), dan
sebaginya.
2. Auditorial
a. Menggunakan variasi vokal (ritme, volume suara, intonasi) yang
digunakan pada saat menyampaikan materi pelajaran.
31
31
b. Menggunakan pengulangan dengan cara meminta siswa mengulang
kembali konsep-konsep kunci yang telah dipelajari.
c. Mengembangkan dan mendorong setiap siswa untuk membuat ‘jembatan
keledai’ untuk menghapal konsep kunci. Misalnya: warna pelangi adalah
mejikuhibiniu (merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu).
d. Menggunakan musik sebagai aba-aba untuk memulai suatu kegiatan
(misal musik barok untuk mulai menfokuskan perhatian).
e. Mendorong siswa terutama untuk pelajar audiotorial untuk merekam
informasi-informasi penting untuk kemudian didengarkan ulang karena
pelajar audiotorial tidak terlalu senang mencatat.
f. Mengijinkan siswa untuk berbicara secara perlahan pada saat sedang
mempelajari konsep yang harus dipahaminya.
3. Kinestetik
a. Menggunakan alat bantu pada saat mengajar untuk menimbulkan rasa
ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci.
b. Menggunakan simulasi konsep agar setiap siswa dapat mengalaminya
sendiri.
c. Mencoba berbicara dengan siswa secara pribadi setiap hari, misalkan: “ibu
senang kamu sudah terlibat aktif di kelas hari ini”.
32
32
d. Memperagakan setiap konsep yang diajarkan dan memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk mencoba mempelajarinya langkah demi
langkah.
e. Melakukan lakon pendek dapat membantu siswa untuk memahami materi
yang dipelajarinya. Setiap siswa didorong untuk membuat lakon pendek
tentang materi yang dipelajari. Misalnya: pada pelajaran biologi yang
mempelajari tentang rantai makanan, bagi siswa ke dalam beberapa
kelompok yang berbeda jumlah anggotanya, jelaskan bahwa yang lebih
banyak adalah yang jadi mangsa sedangkan yang lebih kecil menjadi
pemangsa kelompok yang lebih besar
2.3 Etnis
2.3.1 Etnis Jawa
Daerah asal etnis Jawa adalah Pulau Jawa, yaitu suatu pulau yang
panjangnya lebih dari 1.200 km, dan lebarnya 500 km bila diukur dari ujung-
ujungnya yang terjauh. Letaknya di tepi sebelah selatan Kepulaun Indonesia,
kurang lebih tujuh derajat di sebelah selatan garis khatulistiwa. Pulau ini hanya
merupakan tujuh persen dari seluruh daratan Kepulauan Indonesia.
Orang Jawa hanya mendiami bagian tengah dan timur dari seluruh Pula
Jawa, sebelah baratnya (yang hampir seluruhnya merupakan Dataran Tinggi
Priangan), seperti yang diketahui, adalah daerah Sunda. Batas dari daerah Jawa dan
Sunda sulit ditentukan secara tepat, tetapi garis batas itu dapat digambarkan sekitar
33
33
Sungai Citandui dan Sungai Cijulang di sebelah selatan, dan Kota Indramayu di
sebelah utara (Koentjaraningrat, 1994: 3).
Pandangan dan sifat hidup orang Jawa pada dasarnya terbentuk dari alam
pikiran Jawa tradisional, kepercayaan Hindu (filsafah India) dan ajaran tasawuf
Islam. Pandangan hidup tersebut tertuang dalam karya-karya pujangga Keraton
Surakarta, berbentuk prosa dan puisi Jawa (Herusatoto, 2003: 71).
Menurut Jong (dalam Endraswara, 2006: 43) mengemukakan bahwa unsur
sentral kebudayaan Jawa adalah sikap rila, nrima, dan sabar. Sikap semacam ini
tak lain merupakan wawasan mental atau batin. Hal ini akan mendasari segala gerak
dan langkah orang Jawa dalam segala hal. Rila disebut juga eklas, yaitu kesediaan
menyerahkan segala milik, kemampuan, dan hasil karya kepada Tuhan. Nrima
berarti merasa puas dengan nasib dan kewajiban yang telah ada, tidak
memberontak, tetapi mengucapkan terimakasih. Sabar, menunjukkan ketiadaan
hasrat, ketiadaan ketaksabaran, dan ketiadaan nafsu yang bergolak.
Sikap hidup Jawa yang demikian merupakan sikap mental orang Jawa.
Implementasi sikap hidup ini, sering disertai dengan ngelmu rasa yang disebut
pasrah dan sumeleh. Dalam Serat Sasangka Djati, ditegaskan bahwa sikap hidup
semacam itu lazimnya ditandai dengan adanya watak: eling (sadar), percaya, mituhu
(setia), rila, nrima (tidak memaksa diri), temen, sabar (tahan cobaan), berbudi
luhur, mawas diri, satri pinandhita (tidak tergiur semat, derajat, kramat, dan
hormat) dan sepi ing pamrih, rukun.
34
34
Eling atau sadar yaitu selalu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tunggal.
Sedangkan percaya atau pracaya ialah percaya terhadap Sukma Sejati atau Utusan-
Nya, yang disebut Guru Sejati. Dengan percaya terhadap utusannya berarti pula
percaya terhadap jiwa pribadinya sendiri serta kepada Allah. Lalu yang dimaksud
mituhu ialah setia dan selalu melaksanakan segala perintah-Nya yang disampaikan
melalui utusannya.
Rila itu keikhlasan hati sewaktu menyerahkan segala miliknya,
kekuasaannya, seluruh miliknya dan hasil karyanya kepada Tuhan, dengan tulus
ikhlas, dengan mengingat semua itu ada pada kekuasaan-Nya, oleh karena itu harus
tidak ada satupun yang membekan di hatinya. Orang yang semacam itu tidak
sepatutnya mengaharapkan hasil dari apa yang telah diperbuatnya.
Narimo banyak sekali pengaruhnya terhadap kedamaian dan ketentraman
hati. Orang yang narimo tidak loba dan ngangsa. Narimo berarti tidak menginkan
milik orang lain, serta tidak iri hari dengan kebahagiaan yang dimiliki oleh orang
lain. Orang yang narimo bisa dikatakan orang yang bersyukur kepada Tuhan.
Temen berarti menepati janji atau ucapannya sendiri. Baik janji yang
diucapkan atau yang tidak diucapkan. Orang yang tidak menepati kata hatinya
berarti menipu dirinya sendiri. Sedangkan kata hati yang telah diucapkan namun
tidak ditepati, itu sama dengan dusta yang disaksikan oleh orang lain.
Sabar merupakan tingkah laku terbaik, yang harus dimiliki oleh setiap
orang. Semua agama menjelaskan bahwa Tuhan mengasihi orang yang bersifat
35
35
sabar. Sabar itu berarti momot, kuat terhadap segala cobaan, tetapi bukan berarti
putus asa.
Selanjutnya berbudi luhur, yang dimaksud berbudi luhur ialah manusia
selalu berusaha untuk menjalankan hidupnya dengan segala tabiat dan sifat-sifat
yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Mulia, seperti kasih sayang terhadap sesama,
suci, adil, dan tidak membeda-bedakan pangkat dan derajat seseorang, semua
dianggap keluarga sendiri (Herusatoto, 2003: 73).
2.3.2 Etnis Tionghoa
Tionghoa (dialek Hokkien) yang berarti Bangsa Tengah, dalam Bahasa
Mandarin ejaan Pinyin, kata ini dibaca "zhonghua") merupakan sebutan lain untuk
orang-orang dari suku atau ras Tiongkok di Indonesia. Kata ini dalam bahasa
Indonesia sering dipakai untuk menggantikan kata "Cina" yang kini memiliki
konotasi negatif karena sering digunakan dalam nada merendahkan.
Para Imigran Tionghoa yang tersebar ke Indonesia mulai abad ke 16
(sampai kira-kira pertengahan abad ke 19), asal dari suku bangsa Hokkien. Orang
Hokiien dan keturunannya yang telah berasimilasi sebagai keseluruhan paling
banyak terdapat di Indonesia Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur dan pantai barat
Sumatra. Imigran Tionghoa lain adalah Teo- Chiu yang berasal dari pantai selatan
Cina. Orang Teo-Chiu dan Hakka disukai sebagai kuli perkebunan dan
pertambangan di Sumatra Timur, Bangka, dan Biliton. Serupa dengan orang Hakka,
orang Kanton terkenal di Asia Tenggara sebagai kuli pertambangan. Mereka
36
36
berimigrasi sekitar abad ke 19 ke Indonesia, sebagian besar tertarik oleh tambang-
tambang timah di pulau Bangka. Di Indonesia mereka terkenal sebagai ahli dalam
pertukangan, pemilik toko besi, dan industri kecil (Vasanty dalam Koentjaraningrat,
2007: 353).
Pandangan orang Indonesia terhadap orang Tionghoa di Indonesia pada
umumnya terbagi menjadi dua golongan, yaitu Tionghoa Peranakan dan Tionghoa
Totok. Tionghoa Peranakan dimaksudkan adalah orang Tionghoa yang lahir di
Indonesia dan hasil perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan orang
Indonesia. Orang Tionghoa peranakan dalam banyak unsur kehidupannya telah
banyak menyerupai orang Jawa, yang telah lupa akan bahasa asalnya dan bahkan
ciri-ciri fisiknya telah menyerupai orang Indonesia. Sedangkan Tionghoa Totok
adalah orang Tionghoa yang lahir di negeri Cina dan belum bisa berbahasa
Indonesia, tetapi bisa berbicara bahasa Hokkien asli. Orang Tionghoa Totok juga
masih erat dalam menjalankan hidupnya dengan budaya-budaya orang asli
Tionghoa (Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007: 354)
Di Indonesia sendiri, tionghoa peranakan banyak terkumpul di pulau Jawa
dan Tionghoa Totok umumnya berada diluar pulau Jawa. Secara hukum kedua
kelompok etnis ini dapat dipecah menjadi warga negara Indonesia dan warga asing.
Dalam hal agama, mereka memeluk agam Budha, Konguchu, Kristen atau Islam
dan sebagian mempraktekkan ajaran agama sebagai agama tradisional.
37
37
Ciri-ciri yang paling menentukan dari sikap masyarakat Tionghoa terhadap
dunia sekitarnya adalah sikap dan komitmen total mereka terhadap kehidupan, jika
perlu dengan komitmen ekstra untuk membuat hidup mereka jauh lebih baik dari
yang sudah ada. Seburuk-buruknya, mereka akan berharap dapat menciptakan
keadaan di mana anak-anak atau keturunannya dapat memiliki hal-hal baik yang
tidak mereka miliki. Jika diibaratkan, kalau melihat kue di langit, segera mulai
memperhitungkan bagaimana menurunkannya ke meja makan
Orang Tionghoa selalu memikirkan bahwa disetiap tindakan harus ada
sebuah tujuan yang akan dicapai. Mulai lahir, kehidupan seorang Tionghoa
diarahkan pada tujuan maha penting. Tujuan mempunyai anak salah satunya
memastikan bahwa diteruskannya identitas diri seorang Tionghoa.
Dalam dunia Tiongkok sebuah tindakan adalah fungsional. Dimana manusia
bertindak dan benar-benar memainkan peranannya. Permainan peranan ini sudah
dimulai saat manusia masih dalam usia yang sangat dini. Tidak heran jika anak-
anak Tionghoa secara keseluruhan kentara sekali penurutnya. Mereka menjalankan
peranan yang ditentukan orang tuanya dan lingkungannya. Mereka dilatih sejak
bayi untuk dapat menahan diri dan tidak merajuk, lalu membiarkan dirinya
ditaklukkan oleh perawatan ibunya.
Tumbuh menjadi dewasa, kepribadian seorang Tinghoa dilengkapi secara
sempurna untuk peranan-peranan seumur hidup yang akan dimainkannya. Mereka
harus dapat belajar keras dan mendapatkan kualifikasi yang baik, menghornati
38
38
atasan, menikah di usia yang tepat, mempunyai jumlah anak yang sesuai,
melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial, serta puas dengan
nasib masing-masing.
2.4 Perbedaan Learning Style dan Hasil Belajar pada Mahasiswa Etnis
Jawa dan Tionghoa
Teori mengenai learning style dipelopori oleh Rita Dunn (dalam de Porter
dan Hernacki, 2012:110) yang telah menemukan banyak faktor yang memengaruhi
cara belajar orang. Faktor-faktor ini mencakup faktor fisik, emosional, sosiologis,
dan lingkungan. Misalnya saja, sebagian orang dapat belajar dengan baik dengan
pencahayaan yang terang, sedangkan sebagian yang lain dengan pencahayaan yang
suram. Kemudian ada orang yang dapat belajar dengan baik apabila berkelompok,
sedang yang lain memilih akan keberadaan figur otoriter seperti orang tua atau
guru, yang lain lagi merasa bahwa belajar sendiri yang paling efektif. Sebagian
orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedangkan yang lain tidak dapat
berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Adapun seseorang yang memerlukan
lingkungan kerja yang teratur dan rapi, sedangkan yang lain lebih suka menggelar
segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat
Pada awal pengalaman belajar, langkah pertama yaitu dengan mengenali
modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, dan kinestetik (V-A-K).
gambaran dari istilah-istilah ini adalah orang dengan learning style visual belajar
melalui apa yang mereka lihat, orang dengan learning style auditorial belajar
39
39
melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar ketika mereka
bergerak, bekerja, dan menyentuh. Walaupun seseorang belajar dengan
mengggunakan ketiga modalitas tersebut pada tahapan tertentu, namun kebanyakan
orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.
Menurut Cofield (dalam Pourhossen: 2011) salah satu hal penting dalam
belajar adalah individu mengambil tanggung jawab dalam pembelajarannya.
Individu harus mengetahui apa karakteristik dari gaya belajar mereka. Dengan
begitu mereka dapat meningkatkan pemahamannya dalam pembelajaran dan
menjadi lebih puas terhadap lingkungannya.
Beberapa penelitian mengenai gaya belajar diantaranya dilakukan oleh
Tanta (2010: 20) yang mencoba menghubungan gaya belajar dengan hasil belajar.
Hasilnya, gaya belajar mahasiswa mencakup visual, auditori, dan kinestetik secara
signifikan berpengaruh terhadap hasil belajar. Peneliti dalam dunia pendidikan
menduga bahwa setiap manusia mempunyai gaya belajar yang berbeda dan jika
metode penyampaian informasi untuk mereka dapat diterima oleh setiap gaya
belajar maka mereka dapat belajar lebih baik (Shah et al 2011: 1).
Dalyono (2001: 32) mengungkapkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu: Faktor internal dan faktor eksternal,
faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri siswa seperti kondisi
kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara belajar, sedangkan
40
40
faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Honigsfeld (dalam Slater., et al, 2007: 336) menyebutkan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap gaya belajar antara lain jenis kelamin, usia, pencapaian
akademik, pemrosesan otak, kebudayaan, dan berpikir kreatif. Sejalan dengan
pernyataan Honigsfeld, Philbin (dalam Tanta, 2010: 8) mengatakan bahwa cara
belajar peserta didik yang beraneka ragam tersebut yang disebut gaya belajar
dipengaruhi oleh pengalaman, jenis kelamin, dan etnis.
Tracey., et al (2012: 774) melakukan sebuah penelitian serupa yang berjudul
“Different Cultures and Learning Styles Matter in a Canadian University with
Middle-East students”, hasil akhir dari penelitian adalah bahwa orientasi siswa
terhadap pendidikan mencerminkan perbedaan budaya dalam latar belakang
pendidikan, harapan belajar saat ini, dan tujuan karir.
2.5 Kerangka Bepikir Penelitian
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
MAHASISWA
Jawa Tionghoa
Hasil Belajar (Y)
Learning Style (X)
Jenis- jenis menurut Bobbi de
Porter dan Mike Hernacki
1. Visual
Perbedaan Learning Style (X1) dan Etnis (X2)
terhadap Hasil Belajar
(Y) pada mahasiswa
Jawa dan Tionghoa.
41
41
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa beretnis Jawa dan Tionghoa
karena peneliti melihat adanya stereotype sebagian masyarakat yang mengatakan
bahwa etnis Tionghoa memiliki prestasi atau hasil belajar yang lebih unggul
dibanding mahasiswa Jawa. Prestasi atau hasil belajar siswa pada hakekatnya
merupakan interaksi dari beberapa faktor Dalyono (2001: 32) mengemukakan,
yaitu: faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri siswa seperti
kondisi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara belajar.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa
seperti keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Cara belajar merujuk dengan bagaimana seseorang belajar sesuai dengan
learning style masing-masing. Gambaran dari istilah learning style adalah orang
dengan learning style visual belajar melalui apa yang mereka lihat, orang dengan
learning style auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar
kinestetik belajar ketika mereka bergerak, bekerja, dan menyentuh.
42
42
Dengan begitu judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Learning Style
dan Etnis terhadap Hasil Belajar pada Mahasiswa Jawa dan Tionghoa”
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan hasil belajar pada mahasiswa ditinjau dari etnisnya (Jawa
dan Tionghoa)
2. Ada perbedaan hasil belajar pada mahasiswa ditinjau dari learning style
102
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Bahwa tidak adanya perbedaan hasil belajar pada mahasiswa Jawa dan
Tionghoa
2. Tidak adanya perbedaan hasil belajar pada mahasiswa dengan learning style
visual, auditori, maupun kinestetik.
3. Berdasarkan hasil analisis deskriptif ditemukan bahwa hasil belajar pada
mahasiswa Tionghoa dan Jawa berada pada kategori sangat memuaskan.
4. Berdasarkan hasil analisis deskriptif ditemukan bahwa learning style visual
berada dalam kategori tinggi pada mahasiswa Jawa, sedangkan learning style
auditori berada dalam kategori tinggi pada mahasiswa Tionghoa.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, analisis data, dan kesimpulan, maka
peneliti mengajukan saran-saran, sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa
Untuk mahasiswa hendaknya memahami karakteristik learning style masing-
masing karena dengan memahami karakteristik learning style mahasiswa dapat
103
103
menyesuaikan dengan metode mengajar dosen yang kemudian dapat meningkatkan
hasil belajar
2. Bagi Dosen
Sebagai pendidik dosen diharapkan lebih luwes dan fleksibel dalam
menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran karena sejatinya mahasiswa
denga berbagai latar belakang memiliki kecenderungan yang berbeda-beda.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Lebih rinci dalam menemukan fenomena yang ada di masyarakat dan mencari
faktor lain yang dapat mengungkap hasil belajar seperti motivasi berprestasi, jenis
kelamin, kreativitas dll.
104
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT Rineka Cipta
Ayu, Wanadya. 2013. Peran Etnisitas, Dukungan Dan Status Sosial Orangtuam
Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Siswa Keturunan Tionghoa Dan
Siswa Jawa. Tesis. Universitas Gajah Mada
Azwar, Saifudin. 2010. Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bahri Djamarah Syaiful, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Dalyono, Muhammad. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Roskakarya
DePorter Bobbi, Mike Hernacki. 2013. Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman dan menyenangkan. Bandung: PT Mizan Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2006. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala
Fatchurrohman, Rudi. 2011. Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan
Belajar, Pelaksanaan Prakerin, dan Pencapaian Kompetisi Mata Pelajaran
Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI. Jurnal:ISSN 1412-565X
Handayani, Rita. 2010. Hubungan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
Geografi Siswa Kelas X Dan Xi Ips Sma N 1 Minggir Sleman Tahun
Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Herusatoto, Budiono. 2003. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita
Graha Widya.
Khosiyah. 2012.. Pengaruh Strategi Pembelajaran dengan Learning style terhadap
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam SD Inti No. 060873 Medan. Jurnal Tabularasa PPS Unimed: vol. 9 No. 1
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Lemke-Westcott, Tracey dkk. 2012. Different Cultures and Learning Styles Matter in
a Canadian University with Middle Eastern students. Literacy Information and Computer Education Journal (LICEJ): Volume 1, Issue 1
105
105
Nurmiyaningsih, Ambar dkk. Pengaruh Learning style Dan Motivasi Berprestasi
Siswa Terhadap Hasil Belajar Materi Lingkungan Hidup Siswa Kelas Xi
Ips Sma Al-Islam I Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal. Universitas Negeri Surakarta
Pertiwi. 2015. Perbedaan Tingkat Prestasi Belajar ditinjau dari kecenderungan Gaya
BelajarSiswa Sekolah Dasar. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta
Pourhossein, Abbas Gilakjani. 2011. Paper Title: The Effect of Visual, Auditory, and
kinaesthetic Learning Styles on Language Teaching. Journal of International Conference on Social Science and Humanity: IPEDR vol.5
. 2012. Visual, Auditory, Kinaesthetic Learning Styles and Their Impacts
on English Language Teaching. Journal of Studies in Education: Vol. 2
No. 1
Prashing, Barbara. 2007. The power of Learning Style:Memacu Anak Melejitkan Prestasi dengan Mengenali Gaya Belejarnya. Bandung: PT Mizan
Pustaka
Prof. Dr. Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta
Purwanto, Edy. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang: CV. Swadaya
Manunggal
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Slater, Jill dkk. 2007. Does Gender Influence Learning Style Preference of First-year
Medical Students. Journal of Advan in Physiol Edu:31: 336-342,2007
Slavin. Robert. 2009. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks
Susanto, Handy. 2006. Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur: No.6/ Th. V
Tanta, 2010. Pengaruh Learning style terhadap Hasil belajar Mahasiswa pada Mata
Kuliah Biologi Umum Program Studi Pendidikan Biologi Universitas
Cenderawasih. Jurnal: Volume 1, Nomor 1
106
106
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI OFFSET
2010. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta:
ANDI OFFSET