Upload
truongdat
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SECARA INTERVAL DAN
KONTINYU TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA SISWA
PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
Arsilia Indrianasari
X4607013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SECARA INTERVAL DAN
KONTINYU TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA SISWA
PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
Arsilia Indrianasari
X4607013
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Arsilia Indrianasari. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SECARA INTERVAL DAN KONTINYU TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012.Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui perbedaan
pengaruh metode latihan secara interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest
pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo
tahun 2011/2012. 2) Mengetahui latihan yang pengaruhnya lebih baik antara latihan
chest pass dengan passing interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass
pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun
2011/2012.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian
adalah siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo
tahun 2011/2012. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linier
berganda menggunakan uji t. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
ordinal pairing. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 siswa. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran tes passing bola
basket pada tembok oleh Allyn & Bacon.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan: 1) Ada perbedaan pengaruh
yang signifikan antara metode latihan interval dan kontinyu terhadap kemampuan
chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2
Sukoharjo tahun 2011/2012, (t hitung = 2,854 > t tabel = 2,145). 2) Metode latihan
interval memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan latihan chest pass dengan
metode kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.
Peningkatan kemampuan chest pass kelompok I (kelompok yang mendapat metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
latihan interval) = 25,242% > kelompok II (kelompok yang mendapat latihan
kontinyu) = 16,585%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Arsilia Indrianasari. EFFECT OF DIFFERENT METHODS INTERVALS AND CONTINUE EXERCISE ABILITY TO CHEST PASS ON STUDENT SON EXTRACURRICULAR BASKETBALL LESSONS IN SMA 2 SUKOHARJO AT YEAR 2011/2012.Skripsi. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education in March Eleven University of Surakarta, January 2012.
The purpose of this study are as follows: 1) Determine the influence of
differences in training methods intervals chest pass and chest pass continue on the
ability of the students' extracurricular participant's son's basketball SMA Negeri 2
Sukoharjo year 2011/2012. 2) Knowing which exercises its influence more good
between workouts chest pass with passing intervals to continue and pass on the chest
capacity by boys high school basketball extracurricular participants Negeri 2
Sukoharjo year 2011/2012.
This research uses experimental research. The population in the study participants
was the son of extracurricular student high school basketball State 2 Sukoharjo year
2011/2012. Data analysis technique used is the multiple linear regression using t test
The sampling technique used is ordinal pairing. The number of samples in this study
were 30 students. Data collection techniques used are test and measurement bounce
the ball to the wall in a game of basketball from Allyn & Bacon.
Based on the results of the analysis can be concluded: 1) There is a
significant difference in between the methods of interval training on the ability to
continue and pass on the chest by boys high school basketball extracurricular
participants Negeri 2 Sukoharjo year 2011/2012, (= 2.854 t count> t table = 2.145) .
2) The method has the effect of interval training is better than exercise to the method
of chest capabilities continue to pass on student extracurricular participants men's
basketball SMA Lesson 2 Sukoharjo Year 2011/2012. Increased ability chest pass in
group I (the group that received training methods interval) = 25.242%> group II (the
group that received training continue) = 16.585%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
Orang yang bijak adalah yang belajar dari kesalahannya sendiri. Orang
yang lebih bijak adalah yang belajar dari kesalahan orang lain.”
(Al Imam Al Mawardi)
Hidup adalah perjuangan yang tak pernah habis. Pergunakanlah
hidupmu dengan sebaik-baiknya jangan bermalas-malasan, karena
nantinya akan dipertanggungjawabkan
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, anugerah serta kasih
sayang yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Kedua orangtuaku yang menjadi motivator dan selalu memberiku restu.
Arcitania Nindasari, Nanda dan Huda Ifa Adik-adikku tersayang yang
selalu menghadirkan keceriaan dan pemacu semangatku untuk
memberikan yang terbaik.
Teman-teman “PENJAS 07 dan sahabat- sahabatku yang sudah aku
anggap sebagai saudara, rela membantu aku selama ini berkat kalian juga
lah aku bersemangat menyelesaikan skripsi.
Kepala Sekolah, beserta Seluruh Guru, Karyawan, Murid SMA Negeri 2
Sukoharjo yang telah banyak membantu dan memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret, Almamater tercinta Kampus
tempatku menuntut ilmu Olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama
pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang, telah memberikan izin
penulisan skripsi;
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
yang telah memberikan persetujuan skripsi;
3. Waluyo S.Pd, M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
4. Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes., selaku Pembimbing I dan Drs. Budhi
Satyawan, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan dengan lancar;
5. Drs. Agus Mukholid, M.Pd., Pembimbing akademik, yang telah memberikan
bimbingan, arahan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan FKIP UNS;
6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;
7. Drs. Bambang Surtono, Dipl.Ed., kepala sekolah SMA Negeri 2 Sukoharjo
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian;
8. Drs. Anang S dan Darminto, S.Pd., selaku guru mata pelajaran penjasorkes
SMA N 2 SKH, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
9. Siswa Putra Peserta Ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo
yang menjadi objek penelitian saya yang telah berkenan membantu selama
penelitian;
10. Rekan-rekan “PENJAS 2007 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
yang membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
Segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
para pembaca.
Surakarta, Januari 2012
AI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i
PENGAJUAN ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ............................................................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar belakang masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6
1. Bola Basket ............................................................................... 6
a. Permainan Bola Basket ........................................................ 6
b. Teknik Dasar Bola Basket ................................................... 7
2. Teknik Passing dalam Permainan Bola Basket ...................... 8
3. Teknik Chest Pass .................................................................... 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
Halaman
a. Pengertian Teknik Chest Pass ............................................. 9
b. Manfaat Teknik Chest Pass ................................................. 10
c. Tahap- Tahap Pelaksanaan Teknik Chest Pass .................. 11
4. Hakikat Latihan ........................................................................ 12
a. Latihan ................................................................................. 12
b. Prinsip-Prinsip Latihan ........................................................ 13
c. Komponen- Komponen Latihan .......................................... 20
d. Prinsip-prinsip Pengembangan Latihan ............................... 20
5. Sistem Energi Dalam Latihan ................................................... 21
6. Latihan Chest Pass dengan Metode Interval ............................ 23
a. Definisi Latihan Interval ...................................................... 23
b. Manfaat Latihan Interval ..................................................... 24
c. Pelaksanaan Latihan Chest Pass Secara Interval ................ 26
7. Latihan Chest Pass dengan Metode Kontinyu ......................... 26
a. Definisi Latihan Kontinyu ................................................... 26
b. Kelebihan dan kelemahan Latihan secara Kontinyu............ 26
c. Pelaksanaan Latihan Chest Pass Secara Kontinyu ............. 28
8. Latihan Chest Pass Dengan Metode Interval dan Kontinyu ..... 28
B. Kerangka Berfikir .......................................................................... 29
C. Perumusan Hipotesis ..................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 32
1. Tempat Penelitian .................................................................... 32
2. Waktu Penelitian ..................................................................... 32
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 32
1. Populasi .................................................................................... 32
2. Sampel ...................................................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Halaman
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 32
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 33
E. Rancangan Penelitian .................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 34
1. Mencari Reliabilitas .................................................................. 34
2. Prasyarat Analisis ..................................................................... 34
3. Pengujian Hipotesis .................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 38
A. Deskripsi Data ............................................................................... 38
B. Uji Reliabilitas ............................................................................. 39
C. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 39
1. Uji Normalitas ......................................................................... 39
2. Uji Homogenitas ...................................................................... 40
D. Hasil Analisis Data ....................................................................... 40
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan ............................... 40
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan ................................ 41
E. Pembahasan dan Pengujian Hipotesis .......................................... 44
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 47
A. Simpulan ...................................................................................... 47
B. Implikasi ....................................................................................... 47
C. Saran ............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 49
LAMPIRAN .................................................................................................. 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rangkaian Kesatuan Energi .................................................................... 21
Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Analisis Tes Kemampuan Chest Pass Kelompok
I dan Kelompok II. ................................................................................. 37
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data .................................................... 38
Tabel 4. Tabel Range Kategori Reliabilitas .......................................................... 39
Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Data ............................................................. 39
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ............................................... 40
Tabel 7. Rangkuman Hasil Perbedaan Tes Awal pada K1 dan K2 ....................... 41
Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes ..................................................... 41
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada
Kelompok II ............................................................................................ 42
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara KI dan K2 ........... 42
Tabel 11. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan
Kemampuan Chest Pass dalam Persen K I dan K II. ............................. 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Sikap telapak tangan dan Cara Memegang .......................................... 11
Gambar 2. Teknik Chest pass ................................................................................ 12
Gambar 3. Latihan Chest Pass ............................................................................... 28
Gambar 4. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Chest Pass
antara Kelompok Metode Interval dan Metode Kontinyu ................... 38
Gambar 5. Histogram Persentase Peningkatan Kemampuan Chest Pass antara
Kelompok Latihan dengan Metode Interval dan Kelompok Latihan
dengan Metode Kontinyu. .................................................................... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Pretest Ketrampilan Chest Pass ............................................ 52
Lampiran 2. Data Post test Ketrampilan Chest Pass ......................................... 54
Lampiran 3. Pemasangan subyek penelitian berdasarkan hasil tes awal
kemampuan chest pass ................................................................... 56
Lampiran 4. Uji reliabilitas dengan anava .......................................................... 57
Lampiran 5. Uji normalitas data dengan metode lilliefors .................................. 60
Lampiran 6. Uji homogenitas.............................................................................. 62
Lampiran 7. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir
kemampuan chest pass .................................................................. 64
Lampiran 8. Uji perbedaan .................................................................................. 67
Lampiran 9. Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes
awal dan tes akhir kemampuan chest pass ..................................... 71
Lampiran 10. Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan hasil tes akhir
kemampuan Chest Pass ................................................................. 73
Lampiran 11. Menghitung nilai peningkatan kemampuan kemampuan chest
pass ................................................................................................. 75
Lampiran 12. Rekapitulasi hasil ........................................................................... 76
Lampiran 13. Petunjuk pelaksanaan tes dan pengukuran chest pass bola
basket .............................................................................................. 78
Lampiran 14. Program latihan chest pass dengan metode latihan interval .......... 81
Lampiran 15. Program latihan chest pass dengan metode latihan kontinyu ........ 83
Lampiran 16. Data Hasil try out ............................................................................ 85
Lampiran 17. Dokumentasi pelaksanaan penelitian ........................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sejalan dengan perkembangan permainan bola basket yang makin
populer di tanah air, banyak klub-klub bola basket bermunculan dan turnamen-
turnamen yang di laksanakan baik antar klub maupun sekolah mulai dari tingkat
SMP hingga perguruan tinggi. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa pemerintah,
masyarakat dan swasta makin meningkat demi kemajuan dan peningkatan
pencapaian prestasi permainan bola basket.
Perkembangan tersebut didasari juga karena setiap sekolah baik SMP
maupun SMA melakukan pembinaan olahraga bola basket dengan diadakannya
kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola basket untuk siswanya. Dan salah satu
yang melakukan pembinaan secara teratur dan terprogram adalah SMA Negeri 2
Sukoharjo.
SMA Negeri 2 Sukoharjo bisa dikatakan merupakan salah satu sekolah
favorit yang ada di kabupaten Sukoharjo. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, SMA
Negeri 2 Sukoharjo salah satunya juga mengadakan ekstrakurikuler bola basket
dimana ini merupakan suatu wadah bagi siswa-siswa yang berminat dan memiliki
bakat dalam bidang olahraga basket. Tapi, pengalaman saya dulu pernah PPL di
SMA negeri 2 Sukoharjo dan melihat proses ekstrakurikuler yang sempat tidak
berjalan karena kurangnya perhatian dari pihak sekolah.
Pada perjalanannya sekarang, SMA Negeri 2 Sukoharjo dalam cabang
olahraga bola basket sering mengikuti kejuaraan-kejuaraan bola basket di tingkat
SMA. Hal ini di tandai dengan hasil-hasil yang dicapai SMA Negeri 2 Sukoharjo
dalam kejuaraan-kejuaraan bola basket tingkat kabupaten antar SMA. Akan tetapi
menurut pandangan pembina/pelatih SMA Negeri 2 Sukoharjo bahwa kelemahan
terbesar yang dihadapi SMA Negeri 2 Sukoharjo adalah kemampuan passing
terutama passing dada ( chest pass ) yang kurang. Jarang sekali di dapat pemain
basket di SMA Negeri 2 Sukoharjo yang memiliki kemampuan chest pass diatas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
rata-rata. Masih banyak pemain yang memiliki kemampuan chest pass di bawah
rata-rata. Selama ini juga belum di lakukan penelitian secara khusus terhadap
kemampuan chest pass yang dimiliki oleh setiap pemain. Ada beberapa faktor
penyebab dari lemahnya kualitas tersebut adalah terbatasnya kemampuan
pembina/pelatih dan sumber-sumber yang telah digunakan untuk mendukung
proses latihan. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya prestasi permainan bola
basket.
Ditinjau dari pelaksaanya yang kurang perhatian dari pihak sekolah. Dari
adanya tuntutan prestasi yang tinggi, diperlukan cara latihan yang
berkesinambungan dan terprogram agar dapat mencapai penguasaan keterampilan
dan kemampuan teknik dasar bola basket yang sempurna. Prestasi yang tinggi
membutuhkan pembinaan dan pelatihan yang afektif dan efisien, yang
menekankan pada cara melatih keterampilan dasar permainan bola basket. Dengan
menguasai keterampilan dasar bermain bola basket, maka setiap pemain akan
dapat menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan yang berubah-ubah. Pelatih
Sebagai pengajar selalu dihadapkan masalah keterbatasan kualitas pelatih yang
kurang memadai sehingga mereka kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya
secara kompeten.
Kualitas penguasaan keterampilan dasar bermain bola basket tidak lepas
dari unsur – unsur kemampuan fisik, teknik, dan kematangan juara yang akan
menentukan tingkat permainan suatu regu bola basket. Makin baik tingkat
keterampilan teknik pemain dalam memainkan dam menguasai bola, makin
cepat dan cermat kerjasama yang dicapai. Oleh karena itu dalam permainan bola
basket pertama-tama yang harus dikuasai adalah macam- macam keterampilan
teknik dasar. Salah satu di antara keterampilan dasar tersebut adalah teknik operan
(passing) yang terdiri dari empat macam, yaitu : chest pass, bounce pass,
overhead pass, dan underhead pass.
Untuk tercapainya suatu prestasi, diperlukan proses yang relatif lama,
yaitu dengan melakukan latihan secara terprogram dan berkesinambungan serta
dibutuhkan metode latihan yang paling baik memberikan peningkatan
kemampuan chest pass. Metode latihan yang dapat di gunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
meningkatkan power otot lengan dalam mendukung kemampuan chest pass bola
basket adalah dengan metode latihan chest pass secara interval dan kontinyu.
Metode latihan interval adalah latihan yang dilaksanakan dengan
pengawasan yang cermat terhadap lamanya suatu latihan dan waktu
istirahat.waktu istirahat diukur sedemikian rupa sehingga rangsangan baru dapat
diterapkan, sedangkan pengaruh latihan-latihan terdahulu tetap ada. Metode ini
mempunyai sifat-sifat khas sebagai berikut : (1) Penetapan yang jelas tentang
beban latihan, (2) Penentuan yang jelas tentang intensitas latihan, (3) Waktu
istirahat yang bermacam-macam tetapi ditetapkan secara tepat dan “tak lengkap”,
(4) Jumlah ulangan ditetapkan dengan tepat.
Metode latihan kontinyu adalah latihan yang mempunyai sifat latihan
dengan intensitas sedang dan konstan, latihan yang relatif lama ( dibandingkan
dengan metode lain). Metode ini dianjurkan untuk peningkatan perlawanan
terhadap kelelahan. Metode ini menimbulkan kondisi-kondisi untuk peningkatan
kerja organisme yang lebih ekonomis.
Kemampuan chest pass yang belum baik disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya kegiatan ekstrakurikuler yang pelaksaannya dahulu kurang di
dukung dari pihak sekolah. Selain permasalahan tersebut dari kegiatan
ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo, pelatih tidak merencanakan
program latihan yang tepat. Siswa hanya diinstruksikan berulang-ulang
melakukan chest pass secara monoton, tanpa memperhitungkan metode latihan
yang tepat. Seharusnya dalam pemberian latihan keterampilan harus
diperhitungkan secara tepat dalam memberikan metode latihan, agar keterampilan
chest pass dapat dikuasai dengan baik.
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dilakukan
penelitian dengan judul “ Perbedaan Pengaruh Metode Latihan secara
Interval dan Kontinyu terhadap Kemampuan Chest Pass pada Siswa Putra
Peserta Ekstrakurikuler Bola Basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2011/2012 “
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas mengarah
pada pemikiran akan adanya berbagai masalah maka peneliti dapat mencari
identifikasi masalah yang terjadi antara lain:
1. Kurangnya perhatian dari pihak sekolah terhadap kegiatan ekstrakurikuler
bola basket di SMA Negeri 2 Sukoharjo .
2. Siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo pada
kejuaraan antar pelajar se-eks karisidenan Surakarta belum optimal
prestasinya.
3. Siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo
belum memperoleh kemampuan chest pass yang maksimal diantaranya
melalui metode latihan yang variatif, sistematis dan terprogram.
4. Belum adanya penggunaan metode latihan chest pass dengan metode latihan
interval dan kontinyu terhadap keterampilan chest pass pada siswa putra
peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012.
C. Pembatasan Masalah
Dari banyaknya masalah yang muncul, perlu adanya pembatasan
masalah untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian , masalah
penelitian ini akan di batasi sebagai berikut :
1. Penerapan metode latihan interval dan kontinyu pada kemampuan chest pass.
2. Kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket
SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dibahas diatas, maka beberapa masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh antara metode latihan interval dan kontinyu
terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola
basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan interval dan
kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas,penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh metode latihan chest pass interval dan kontinyu terhadap
kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket
SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012?
2. Latihan yang pengaruhnya lebih baik antara latihan chest pass dengan metode
interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012?
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Supaya dapat dijadikan pedoman dan masukan bagi pembina, pelatih dalam
meningkatkan kemampuan chest pass.
2. Dari hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai pilihan metode melatih chest
pass, untuk meningkatkan pembinaan dan pelatihan lebih maksimal agar
mencapai prestasi yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Bola Basket
a. Permainan Bola Basket
Permainan bola basket merupakan permainan beregu yang dimainkan
oleh dua regu baik putra ataupun putri yang masing-masing regu terdiri dari lima
orang pemain. Dimainkan di lapangan berbentuk segi panjang dengan ukuran
tertentu yang bertujuan memasukkan bola kearah keranjang lawan dan menahan
lawan agar tidak memasukkan bola. Kemenangan suatu regu ditentukan oleh
banyaknya bola yang dimasukkan kedalam keranjang lawan.
Teknik suatu cabang olahraga selalu berkembang sesuai dengan tujuan
dan peraturan olahraga semakin lama makin tinggi tuntutan persyaratannya.
Teknik dikatakan baik apabila diterapkan dalam praktek dapat memberikan hasil
yang baik terhadap pencapaian prestasi maksimal. Dalam olahraga teknik
merupakan kemampuan dasar yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi.
Penguasaan teknik dasar dalam suatu cabang olahraga merupakan salah
satu unsur yang menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu
pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental.
Kesempurnaan teknik dasar tersebut sangat penting, karena akan menentukan
gerak keseluruhan. Kesempurnaan teknik dalam permainan bola basket dapat
dicapai melalui latihan teknik yang dimulai dari teknik dasar ke teknik tinggi yang
akhirnya harus menuju kepada gerakan-gerakan otomatis.
Dengan penguasaan teknik dasar bermain bola basket, maka setiap
pemain akan dapat menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan yang berubah-
ubah. Kualitas penguasaan teknik dasar bermain bola basket tidak lepas dari
unsur-unsur fisik dan taktik yang akan menentukan tingkat permainan suatu regu
bola basket. Makin baik tingkat keterampilan teknik pemain dalam memainkan
dan menguasai bola, makin cepat dan cermat kerjasama yang dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Permainan bola basket pertama-tama yang harus dikuasai adalah macam-
macam teknik dasar dalam bermain. Melihat kenyataan ini, maka seorang pelatih
bola basket dituntut untuk memahami dasar-dasar teknik dan taktik dalam
permainan bola basket serta membimbing pemain agar dapat memacu
perkembangan keterampilan teknik dasar dengan benar sesuai program latihan
yang pada akhirnya merupakan gerakan-gerakan yang otomatis, sehingga tujuan
dari latihan dapat tercapai.
b. Teknik Dasar Bola Basket
Bola basket merupakan olahraga permainan yang menuntut skill yang
tinggi. Pelaksanaan permainannya selalu berubah-ubah yang menuntut
keterampilan memainkan macam-macam teknik dasar yang ada didalamnya.
Sebagai dasar agar mampu bermainan bola basket adalah menguasai teknik dasar
bola basket.
Teknik dasar permainan bola basket merupakan faktor yang fundamental
dan harus dikuasai oleh setiap pemain. Penampilan seorang pemain atau tim
dikatakan baik jika para pemainnya menguasai teknik dasar dengan baik pula. A.
Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno, Imam Sodikun (1992: 223):
Teknik dasar bola basket terdiri atas : (1) Melempar dan menangkap (passing dan catching), (2) Menggiring (dribbling), (3) Menembak (shooting), (4) Pivot atau olah kaki, (5) Merayah (rebound)”. Menurut Soebagio Hartoko (1993: 22-25) teknik dasar permainan bola basket terdiri dari atas : (1) Operan (Passing), (2) Menangkap (Catching), (3) Menembak (Shooting), (4) Menggiring (Dribble), (5) Olah kaki (Footwork), (6) Pivot, (7) Jumping (Melompat/ meloncat), (8) Gerak tipu (Fakes and feints).
Pada dasarnya pendapat yang dikemukakan dua ahli tersebut secara garis
besar mengelompokkan teknik dasar bola basket terdiri atas dua macam yaitu
teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknik dasar tersebut
merupakan komponen-komponen dalam permainan bola basket yang saling
berkaitan terhadap keterampilan bermain bola basket. Dengan menguasai teknik
dasar bermain bola basket, maka akan membantu penampilannya baik secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
individu maupun secara kolektif, sehingga mempunyai peluang untuk
memenangkan pertandingan.
Dari keempat teknik operan itu, umpan dada dengan menggunakan dua
tangan mungkin merupakan umpan yang paling sering digunakan dalam
pertandingan bola basket. John Oliver (2007: 36) menjelaskan bahwa, “ ini adalah
umpan yang yang bisa diandalkan dan dilakukan untuk memindahkan bola dari
seorang pemain kerekan satu timnya, biasanya di bagian daerah parimeter”.
Umpan pantul dengan menggunakan dua tangan bisa digunakan untuk
mengumpankan bola secara berdaya guna ke seorang rekan tim ketika umpan
kamu harus menghindari seoramg pemain bertahan atau ketika umpan dada
langsung bisa mudah dipotong.
2. Teknik Passing dalam Permainan Bola Basket
Bola basket merupakan permainan yang komplek gerakannya, maka
untuk dapat memainkan bola dengan baik perlu melakukan teknik teknik dengan
baik pula. Untuk mendapatkan gerakan yang efektif dan efisien, perlu di dasarkan
pada penguasaan teknik dasar yang baik. Salah satu teknik dasar yang hendaknya
dikuasai oleh setiap pemain adalah melempar dan menangkap bola.
Istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola dan menangkap
berarti menerima bola. Oleh karena itu kegiatan ini dapat berlangsung silih
berganti, maka selalu dilakukan bersama, yang biasa disebut dengan operan.
Apabila seorang pemain memegang bola, maka ia harus bersiap untuk mendriblle
dan melempar bola, sedang jika ia dalam posisi tidak memegang bola, maka ia
harus bersiap untuk menerima atau menangkap bola. Operan ini merupakan
teknik dasar yang pertama, sebab dengan cara inilah pemain dapat mendekati ring
( basket ) dan seterusnya melakukan tembakan ( shooting ). Hall Wissel (2000:71)
menjelaskan ”dua alasan pentingnya operan dan penangkapan bola bahwa,
Pertama mempunyai kesempatan mengolah bola sehingga terbuka kesempatan
melakukan tembakan. Kedua menjaga bola tetap berada dipihak sendiri, itu berarti
selama permaianan dapat dikendalikan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dengan demikian agar regu dapat bermain dengan baik dan mencetak
angka sehingga memenangkan pertandingan, maka mereka dituntut untuk dapat
melakukan unsur gerak operan ( passing ) yang benar, oleh karena itu penguasaan
teknik operan harus didahulukan dengan cara melatih gerak dasar tersebut secara
sistematis, kontinyu, dan terukur .
Untuk dapat melakukan operan dengan baik dalam berbagai situasi, harus
menguasai bermacam-macam teknik dasar mengoper bola dengan baik. Nuril
Ahmadi (2007: 13-17) menjelaskan bahwa :
Untuk dapat melakukan operan dengan baik pada berbagai situasi harus menguasai bermacam-macam teknik dasar melempar dan menangkap bola dengan baik pula. Oleh karena itu perlu diketahui bermacam-macam teknik melempar ( passing ) dengan baik yaitu : operan bola setinggi dada ( chest pass ), operan bola dari atas kepala ( overhead pass ), operan pantulan (bounce pass ), operan lengkung samping ( kaitan ).
3. Teknik Chest Pass
a. Pengertian Teknik Chest Pass
Dalam permainan bola basket, teknik melempar atau mengoper bola
sering dilakukan menggunakan dua tangan. Melempar dengan dua tangan ini baik
dipakai pada lemparan jarak pendek. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa operan
banyak jenisnya, yaitu operan dada dengan dua tangan (the two handed chest
pass), operan dari atas kepala (the over head pass), operan pantulan (bounce
pass), operan samping (side pass).
Disamping jenis operan tersebut di atas, masih ada bermacam-macam
operan lain yang pada hakekatnya hanyalah variasi teknik operan dalam
permainan bola basket. Nuril Ahmadi (2007: 13 ) menjelaskan bahwa : ”Chest
Pass adalah Operan bola dengan dua tangan dari depan dada merupakan operan
yang sering dilakukan dalam suatu pertandingan bola basket. Operan ini berguba
untuk jarak pendek. Jarak lemparan adalah 5 sampai 7 meter.” Jadi operan
setinggi dada atau chest pass adalah salah satu teknik operan yang paling banyak
digunakan atau sering digunakan dalam permainan bola basket. Operan ini sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bermanfaat untuk operan jarak pendek dengan perhitungan demi ketepatan dan
kecermatan, bila teman yang menerima bola tidak di jaga dengan ketat.
Operan setinggi dada atau chest pass dalam permainan bola basket
sangat dominan untuk menyerang dengan cepat dan tepat, walaupun tidak
meninggalkan teknik operan yang lain. Untuk operan ini terutama dilakukan pada
waktu fast break (serangan kilat), karena dengan operan dada yang baik dapat
dilakukan kerjasam tim dengan baik pula.
b. Manfaat Teknik Chest Pass
Suatu tim bola basket yang mampu mengontrol bola dengan operan dan
tangkapan yang baik akan mempunyai kesempatan luas untuk mencetak angka.
Mengetahui kapan dan di mana harus mengoper bola tidak hanya memberikan
kesempatan untuk mencetak angka, tetapi juga mencegah kehilangan bola.
Sehingga operan yang taktis, tepat waktunya dan akurat akan
menciptakan peluang untuk mencetak angka bagi salah satu tim. Agar bola berada
dalam jangkauan tembakan, bola harus dipindahkan dengan operan (passing).
Perpindahan bola menyebabkan lawan tidak sempat bertahan atau memperkuat
penjagaan. Adapun kegunaan khusus operan, menurut Hall Wissel (2000: 71)
sebagai berikut :
1) Mengalihkan bola dari daerah padat pemain ( contoh : setelah reboundatau ketika dijaga ketat ).
2) Menggerakkan bola dengan cepat pada fast break.3) Membangun permainan ofensif.4) Mengoper ke rekan yang sedang terbuka ( tanpa permainan dari lawan )
untuk penembakan,serta 5) Mengoper dan memotong untuk melakukan tembakan sendiri.
Mengingat pentingnya chest pass atau operan setinggi dada, maka latihan
operan setinggi dada perlu diberi porsi latihan lebih banyak dari teknik operan
yang lain. Sehingga setiap pemain akan memiliki keterampilan teknik operan yang
cepat, tepat sehingga sangat mendukung tim untuk mencetak angka dalam usaha
memenangkan setiap pertandingan guna mencapai prestasi yang optimal dalam
permainan bola basket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Tahap- Tahap Pelaksanaan Teknik Chest Pass
Sebelum melakukan teknik operan, perlu dijelaskan terlebih dahulu
teknik/cara memegang bola yang baik, sehingga teknik operan dapat dilakukan
dengan baik pula. ”Teknik memegang bola adalah dengan membuka jari-jari
kedua tangan dan bola berada diantara kedua telapak tangan. Semua telapak
tangan dan jari-jari bagian dalam mengenai dan menahan bola sehingga mudah
lepas ” (A. Sarumpet dkk, 1992: 224). Setelah bola dipegang dengan baik,
kemudian menentukan bola akan dilanjutkan dengan melempar, menggiring atau
menembak.
Gambar 1 : Sikap telapak tangan dan Cara Memegang ( A.Sarumpet, dkk 1992 : 224 )
Adapun teknik chest pass atau operan setinggi dada dijelaskan sebagai
berikut :
1) Bola dipegang sesuai teknik memegang bola basket.
2) Sikut dibengkokkan kesamping sehingga bola dekat dengan dada.
3) Sikap kaki dapat dilakukan sejajar atau kuda-kuda dengan jarak selebar bahu.
4) Lutut ditekuk badan condong kedepan dan jaga keseimbangan.
5) Bola didorong kedepan dengan kedua tangan sambil meluruskan lengan dan
diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan sehingga telapak tangan
menghadap keluar.
6) Bagi yang baru belajar, gerakan pelurusan dapat dibantu dengan
melangkahkan salah satu kaki kedepan.
7) Arah operan setinggi dada, atau antara pinggang dan bahu penerima.
8) Bersamaan dengan gerak pelepasan bola, berat badan dipindahkan kedepan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 2 : Teknik Chest pass (A.Sarumpaet, dkk 1992: 224)
Sedangkan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh setiap
pemain bola basket pada saat melakukan chest pass adalah sebagai berikut :
1) Sikap berdiri yang kaku dan badan membongkok.
2) Posisi memegang bola hanya pada jari-jari yang seharusnya telapak tangan
dan jari-jari.
3) Tidak melangkahkan kaki setelah bola lepas. Hal ini perlu untuk memberikan
dorongan kaki sehingga jalannya bola lebih cepat dan terarah ke sasaran.
Variasi dari operan ini adalah : operan atas kepala dan operan pantulan, yang
kedua teknik tersebut dilakukan dengan dua tangan
4. Hakikat Latihan
a. Latihan
Definisi latihan menurut Harsono ( 1998: 2 ) adalah, ” Proses yang
sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari
kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”. Sedangkan
Mulyono B (2001:1) berpendapat bahwa : ”Latihan adalah proses kerja yang
dilakukan secara sistematis kontinyu, dimana beban dan intensitas latihan makin
hari makin bertambah, yang akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh
terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental
secara bersama-sama”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dari berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan, bahwa latihan adalah
sutu proses kerja yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dengan
peningkatan beban latihan yang diberikan secara bertahap guna mencapai tujuan
yang diharapkan.
b. Prinsip-Prinsip Latihan
Latihan akan bermanfaat maka harus mengikuti prinsip-prinsip latihan.
Secara, umum prinsip latihan yang harus diperhatikan menurut Bompa & Haff
(2009:31-55) adalah (a) Perkembangan Multilateral, (b) Versus Spesialisasi, (c)
Individualisas. Secara rinci, prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Perkembangan Multilateral Versus Spesialisasi (Multilateral
Development Versus Specialization).
Perkembangan keseluruhan atlet melibatkan keseimbangan antara
peningkatan multilateral dan latihan khusus. Secara umum, perkembangan
awal atlet harus fokus pada peningkatan multilateral, yang menargetkan
peningkatan fisik atlet secara keseluruhan. Sebagai atlet menjadi lebih maju
dengan proporsi latihan khusus, yang berfokus terutama pada keterampilan
yang dibutuhkan dalam olahraga yang ditargetkan secara meningkat. Secara
efektif dalam rangka untuk mengembangkan atlet, pelatih harus memahami
pentingnya masing-masing dua tahap latihan dan bagaimana perubahan fokus
latihan sebagai perkembangan atlet.
a) Peningkatan multilateral
Dukungan untuk konsep peningkatan multilateral ditemukan di
sebagian besar wilayah pendidikan dan aktivitas manusia. Dalam atletik,
peningkatan multilateral, atau perkembangan fisik secara keseluruhan,
adalah sebuah keharusan. Penggunaan rencana peningkatan multilateral
sangat penting selama tahap awal perkembangan atlet. Peningkatan
multilateral selama tahun-tahun formatif atlet meletakkan dasar untuk
periode selanjutnya dari latihan ketika spesialisasi menjadi fokus yang
lebih besar dari rencana latihan. Jika benar dilaksanakan, fase latihan
multilateral yang akan memungkinkan atlet untuk mengembangkan dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
fisiologis dan psikologis yang dibutuhkan untuk memaksimalkan kinerja
kemudian dalam karirnya.
b) Spesialisasi
Spesialisasi adalah proses yang kompleks non unilateral yang
didasarkan pada peningkatan multilateral. Sebagai seorang atlet
berlangsung dari pemula untuk atlet dewasa yang telah menguasai
olahraga itu, total volume dan intensitas latihan semakin meningkat,
seperti halnya tingkat spesialisasi. Beberapa penulis menunjukkan bahwa
adaptasi latihan terbaik terjadi sebagai respon terhadap latihan khusus
untuk kegiatan olahraga dan latihan yang target yang diberikan
kemampuan biomotor hanya setelah sebuah yayasan multilateral telah
dikembangkan. Yang pertama mengacu pada latihan yang paralel atau
meniru gerakan olahraga, sedangkan yang kedua mengacu pada latihan
yang mengembangkan kekuatan, kecepatan, dan daya tahan. Rasio antara
kedua kelompok olahraga bervariasi untuk setiap jenis olahraga,
tergantung pada karakteristiknya. Dalam lari jarak jauh, misalnya, sekitar
90% dari volume latihan terdiri dari latihan olahraga yang spesifik. Dalam
olahraga lain, seperti melompat tinggi, latihan ini hanya mewakili 40%;
latihan yang mengembangkan kekuatan kaki dan kekuatan melompat
membuat sisanya. Ketika bekerja dengan atlet maju, pelatih harus
mendedikasikan hanya 60% sampai 80% dari total waktu latihan latihan
olahraga-spesifik dan harus mendedikasikan sisa latihan untuk
perkembangan kemampuan biomotor.
2) Individualisasi (Individualization)
Individualisasi adalah salah satu persyaratan utama dari latihan
kontemporer. Individualisasi mensyaratkan bahwa pelatih menganggap
kemampuan atlet, potensi, dan karakteristik belajar dan tuntutan dari olahraga
atlet, terlepas dari tingkat kinerja. Setiap atlet memiliki atribut fisiologis dan
psikologis yang perlu dipertimbangkan ketika mengembangkan rencana
latihan. Terlalu sering, pelatih mengambil pendekatan ilmiah untuk latihan
oleh harfiah mengikuti program latihan atlet sukses atau program olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dengan mengabaikan lengkap untuk pengalaman latihan atlet, kemampuan,
dan fisiologis olahraga. Lebih buruk lagi, beberapa pelatih mengambil
program dari atlet elit dan menerapkannya pada atlet junior yang belum
mengembangkan keaksaraan fisik, dasar fisiologis, atau keterampilan
psikologis yang dibutuhkan untuk melaksanakan jenis program. Atlet muda
tidak fisiologis atau psikologis mampu mentolerir program yang dibuat untuk
kemajuan atlet. Pelatih perlu memahami kebutuhan atlet dan mengembangkan
rencana latihan yang memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini dapat dicapai
dengan mengikuti beberapa panduan:
a) Rencana Menurut Tingkat Toleransi
Rencana latihan harus didasarkan pada analisis yang komprehensif
dari parameter atlet fisiologis dan psikologis, yang akan memberikan
wawasan pelatih dalam kapasitas kerja atlet. Kapasitas latihan individu
dapat ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
(1) Usia Biologi dan Kronologis
Usia biologis atlet dianggap menjadi indikator yang lebih
akurat potensi kinerja fisik individu dari pada usia kronologisnya.
Salah satu indikator terbaik dari usia biologis adalah kematangan
seksual, karena itu menandakan peningkatan tingkat sirkulasi
testosteron. Atlet yang secara fisik lebih matang, seperti ditunjukkan
oleh usia biologis yang lebih tinggi, tampaknya lebih kuat, lebih cepat,
dan lebih baik di olahraga tim dari rekan-rekan mereka yang
menunjukkan usia biologis yang lebih rendah, bahkan ketika usia
kronologis adalah sama. Pada umumnya anak memiliki ketahanan
yang lebih besar untuk kelelahan, yang dapat menjelaskan mengapa
mereka merespon lebih baik untuk volume yang lebih tinggi dari
latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(2) Usia Latihan
Usia latihan didefinisikan sebagai jumlah tahun seseorang
telah mempersiapkan untuk kegiatan olahraga, dan itu jauh berbeda
dari usia biologis atau kronologis. Atlet dengan usia latihan yang
tinggi telah mengembangkan basis latihan substansial dan
kemungkinan besar akan dapat berpartisipasi dalam rencana latihan
khusus, terutama jika latihan awal mereka multilateral. Seorang atlet
yang memiliki usia kronologis yang tinggi dalam hubungannya
dengan usia latihan yang rendah mungkin membutuhkan lebih
multilateral dan keterampilan akuisisi latihan, karena ia tidak memiliki
basis latihan untuk memungkinkan derajat tinggi spesialisasi dalam
olahraga itu.
(3) Riwayat Latihan
Sejarah latihan atlet mempengaruhi kapasitas kerjanya.
Seorang atlet yang telah di bawah-mengambil latihan multilateral
substansial lebih mungkin telah mengembangkan tingkat kebugaran
yang diperlukan untuk mentolerir beban latihan yang tinggi
dibandingkan dengan atlet yang kurang terlatih.
(4) Status Kesehatan
Seorang atlet yang sakit atau terluka akan memiliki kapasitas
kerja berkurang dan sering tidak akan mampu mentolerir beban
latihan ditentukan. Jenis penyakit atau tingkat cedera dan dasar
fisiologis konvergen untuk menentukan beban latihan yang atlet dapat
ditolerir. Pelatih harus memantau status kesehatan atlet untuk
menentukan beban latihan yang tepat.
(5) Stress dan Tingkat Pemulihan
Kemampuan untuk mentolerir beban latihan sering
berhubungan dengan semua stressor pertemuan atlet. Stres secara
keseluruhan dianggap aditif, dan faktor-faktor yang menempatkan
permintaan yang tinggi pada atlet dapat mengubah kemampuannya
untuk mentolerir beban latihan. Misalnya, keterlibatan berat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sekolah, bekerja, atau kegiatan-kegiatan keluarga dapat
mempengaruhi kemampuan atlet untuk mentolerir beban latihan.
Perjalanan ke dan dari tempat kerja, sekolah, atau latihan lebih lanjut
dapat berkontribusi terhadap tingkat stres. Pelatih harus
mempertimbangkan faktor-faktor ini dan mengatur beban latihan yang
sesuai. Misalnya, selama masa stress tinggi, seperti ujian akademik,
pengurangan beban latihan dapat dibenarkan.
b) Beban Latihan Perorangan
Kemampuan untuk beradaptasi dengan beban latihan tergantung
pada kapasitas individu. Sebagaimana diuraikan dalam bagian
sebelumnya, banyak faktor yang berkontribusi pada respon individual
untuk beban latihan latihan dan progresi: sejarah latihan atlet, status
kesehatan, stres kehidupan, usia kronologis, usia biologis, dan usia latihan.
Cukup meniru rencana latihan atlet elit tidak akan menghasilkan tingkat
kinerja yang tinggi. Sebaliknya, pelatih harus mengatasi kebutuhan atlet
dan kapasitas dengan mengembangkan program individual, yang
membutuhkan pengamatan rinci kemampuan atlet teknis dan taktis,
karakteristik fisik, kekuatan, dan kelemahan. Sebagaimana dibahas dalam
bagian tentang model latihan di bab berikutnya, pengujian periodik dari
rencana latihan atlet akan memungkinkan untuk lebih spesifik dan
individual untuk dikembangkan.
c) Perhitungan Perbedaan Gender
Perbedaan gender sangat berperan penting dalam kinerja dan
latihan adaptasi individual. Anak laki-laki dan perempuan praremaja yang
sangat mirip dalam tinggi, berat, ketebalan, lebar tulang, dan ketebalan
lipatan kulit. Setelah masa pubertas, anak laki-laki dan perempuan mulai
memiliki perbedaan perkembangan substansial dalam atribut fisik. Setelah
pubertas anak perempuan cenderung memiliki tingkat lemak tubuh yang
lebih tinggi, jumlah lemak bebas yang lebih rendah, dan total massa tubuh
lebih ringan. Dari perspektif kinerja jelas bahwa pria dan wanita berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dalam massa otot dan kekuatan, power dan kapasitas anaerobik, dan
kapasitas aerobik maksimal dan kinerja.
d) Penggabungan Variasi Latihan
Variasi adalah salah satu komponen kunci yang dibutuhkan untuk
menginduksi adaptasi dalam menanggapi latihan. Kinerja dan
keterampilan meningkat dengan cepat ketika tugas-tugas baru dilakukan
pertama, namun tingkat perolehan keterampilan dengan pengulangan
lambat dari rencana latihan yang sama atau paradigma beban dari waktu ke
waktu. Stone dan rekan-rekan menyarankan bahwa kurangnya variasi
latihan dapat mengakibatkan apa yang disebut overtraining program yang
monoton. Kondisi ini terjadi jika stimulus latihan yang sama
diperkenalkan secara teratur untuk jangka waktu yang lama akhirnya
mengakibatkan pengurangan atau dataran tinggi kinerja, yang dapat
didefinisikan sebagai sebuah bentuk overtraining.
Periodisasi latihan dapat menimbulkan kebosanan dalam latihan
dan akhirnya mendorong adaptasi fisiologis yang lebih besar. Zatsiorsky
menyarankan bahwa periodisasi adalah tindakan menyeimbangkan antara
variasi latihan dan stabilitas (monoton atau pengulangan) latihan. Dengan
demikian variasi latihan sangat penting ketika mempertimbangkan
periodisasi. Latihan adaptasi yang optimal terjadi dalam respon terhadap
variasi sistematis dalam beban latihan dan konten. Jika variasi memadai
disediakan dan program ini monoton, kinerja tidak akan optimal. Hal ini
terjadi ketika sistem saraf tidak kelebihan beban cukup untuk merangsang
adaptasi fisiologis.
Variasi dapat dimasukkan ke dalam rencana latihan di berbagai
tingkatan. Sebagai contoh, variasi pada tingkat microcycle dapat
ditambahkan dengan mengubah volume latihan, intensitas, frekuensi, dan
pemilihan olahraga. Stone dan rekan-rekan menyarankan menginduksi
variasi dalam latihan melalui pengenalan, yaitu, masuknya periodik latihan
khusus. Rencana ini menyebabkan adaptasi lebih besar karena tugas-tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang dihapus dari rencana latihan sebelum adaptasi lengkap dicapai dan
diganti dengan kemampuan biomotor yang sama.
e) Perkembangan Model Latihan (Development of the Training Model)
Perkembangan model latihan adalah sebuah proses jangka panjang
yang dalam fluks terus-menerus, karena model latihan akan berkembang
dalam hubungannya dengan perkembangan atlet. Perkembangan model
merupakan proses padat karya yang bergantung pada model sebelumnya,
evaluasi atlet saat ini, dan dasar ilmiah yang kuat. Meskipun proses ini
memakan waktu, waktu yang dihabiskan dengan baik karena baik model
latihan, semakin besar kemungkinan atlet adalah untuk mencapai tingkat
kinerja yang tinggi.
Perkembangan model latihan dimulai dengan analisis rinci tentang
literatur ilmiah tentang olahraga. Memahami (misalnya, bio energetika)
fisiologis, morfologi, anatomi, biomotor, dan karakteristik psikologis
terkait dengan olahraga dengan dasar untuk tahap kedua mengembangkan
model latihan. Tahap kedua membutuhkan perkembangan program
pengujian yang ditargetkan yang dapat digunakan untuk menganalisis
kondisi latihan atlet. Misalnya, literatur ilmiah tentang melempar
menunjukkan bahwa kekuatan maksimal dan daya ledak yang
berhubungan dengan tingkat kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, tes
fisiologis harus dikembangkan dan dilaksanakan untuk mengevaluasi
kekuatan yang menghasilkan kapasitas atlet (puncak kekuatan yang
menghasilkan kapasitas, laju peningkatan kekuatan, kekuatan maksimal)
dan kekuatan daya ledak (peak power assessments, power snatch 1RM,
power clean 1RM). Keterampilan taktis dan teknis atlet juga harus
dievaluasi untuk menggambarkan kelemahan yang harus ditangani oleh
model latihan. Pengujian harus dikembangkan yang mengevaluasi atlet
untuk daerah defisit fisik atau risiko cedera (misalnya, rentang gerak,
ketidakseimbangan otot). Daerah lain yang dapat dievaluasi meliputi sifat-
sifat psikologis (misalnya, suasana hati), status tidur (misalnya, kualitas
tidur), dan praktek gizi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
f) Progresi Pembebanan (Load Progression)
Perbaikan kinerja adalah akibat langsung dari jumlah dan kualitas
aktivitas atlet selama latihan. Dari pemula untuk atlet elit, beban kerja
latihan harus meningkat secara bertahap dan bervariasi secara berkala
sesuai dengan kapasitas masing-masing fisiologis atlet, kemampuan
psikologis, dan toleransi bekerja.
c. Komponen- Komponen Latihan
Setiap olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat
anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan ketrampilan. Efisiensi dari suatu
kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan
jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serat frekuensi
penampilan (densitas).
Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga
yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menuntukan tujuan latihan
secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai
tujuan penampilanya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak
menentukan ketrampilan yang tinggi termasuk bola basket, maka kompleksitas
merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi Suhendro (1999: 17)
komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu latihan
meliputi: “(1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3) density atau kekerapan
latihan dan (4) kompleksitas latihan”.
d. Prinsip-prinsip Pengembangan Latihan
Kemampuan teknik seorang pemain dapat dikembangkan melalui
latihan yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan mempertimbangkan
prinsip-prinsip latihan. Tujuan latihan teknik adalah agar gerakan yang dilakukan
bisa mencapai tingkat otomatisasi sesuai dengan yang dikehendaki dalam suatu
cabang olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dalam hal ini Sudjarwo (1993: 27) menyatakan: “pada hakekatnya
pengembangan teknik merupakan bagian dari usaha meningkatkan keterampilan
menuju gerakan yang cermat efisien dan efektif”. Pendapat tersebut menunjukan,
suatu teknik dikatakan sudah mencapai tingkat otomatisasi apabila gerakan-
gerakan yang dilakukan tanpa berfikir lagi dan hasilnya lebih cermat, efisien dan
efektif.
Upaya mengembangkan dan melatih teknik dalam cabang olahraga
tertentu harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut
Harsono (1998: 102-112) “prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam latihan
olahraga yaitu (1) prinsip beban lebih, (2) prinsip pengembangan menyeluruh, (3)
prinsip spesialisasi, (4) prinsip individual”.
5. Sistem Energi Dalam Latihan
Menurut Fox (1984), yang dikutip Furqon, Kunta, Icuk (2002: 100)
bahwa “agar program latihan mempunyai pengaruh yang bermanfaat, maka
program tersebut harus disusun untuk mengembangkan kemampuan
fisiologis tertentu yang diperlukan untuk kinerja keterampilan olahraga”.
Salah satu kemampuan fisiologis yang perlu dikembangkan adalah
penyediaan energi untuk aktifitas otot. Berdasarkan waktu penampilan atau
pelaksanaan olahraga dapat dibedakan menjadi bidang rangkaian kesatuan
energi. Lihat tabel berikut:
Tabel 1. Rangkaian Kesatuan Energi
Bidang Waktu Penampilan Sistem Energi Utama
yang Terlibat
Contoh Jenis Aktivitas
1
2
3
4
Kurang dari 30 detik
30 detik - 1,5 menit
1,5 - 3 menit
Lebih dari 3 menit
ATP-PC
ATP-PC dan Lactic Acid
Lactic Acid dan Oksigen
Oksigen
Lari 100 meter, tolak peluru,
teknik passing bola basket.
Lari cepat 200-400 meter,
renang 100 meter.
Lari 800 m, (periode 2 menit).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sistem energi pada interval dan kontinyu berasal dari:
a. Anaerobik:
1) Tenaga yang dihasilkan tanpa memerlukan oksigen.
2) Dihasilkan asam laktat.
3) Berlangsung pendek kurang lebih 2 menit.
4) Makin banyak serabut otot putih pada otot motorik semakin tinggi
kekuatan dan kecepatan otot tersebut.
5) Cadangan glikogen otot, C phosphat glukosa otot merupakan modal
utama.
Sistem energi:
1) ATP----ADP + P + energi bebas
2) Creathin Phosphat + ADP ---- Creathin + ATP
3) Glukosa & asam lemak bebas + P + ADP + Oksigen
b. Aerobik :
1) Tenaga yang dihasilkan memerlukan oksigen.
2) Berlangsung lama sesuai dengan kemampuan mengambil oksigen.
3) Glikogen dan asam lemak bebas yang berasal dari makanan merupakan
modal utama.
4) Menghasilkan asam laktat
5) Sistem energi: glukose & asam lemak bebas + P + ADP + Oksigen.
Dalam latihan interval yang berperan adalah anaerobik dan aerobik
pada menit pertama selanjutnya akan mengecil sedang aktivitas diselingi
dengan istirahat tertentu selama lebih 2-3 menit, maka arobik yang akan
lebih berperan sedangkan anaerobik berperan kecil.
Dalam latihan kontinyu yang berperan adalah aerobik pada menit
pertama selanjutnya akan mengecil sedang aktivitas terus menerus
melakukan tanpa istirahat selama 2-3 menit, maka aerobik yang akan lebih
berperan sedangkam anaerobik berperan kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
6. Latihan Chest Pass dengan Metode Interval
a. Definisi Latihan Interval
Pengaturan giliran praktik dalam latihan merupakan salah satu faktor
penting untuk meningkatkan penguasaan gerakan keterampilan. Dengan
pengaturan giliran praktik yang baik memungkinkan atlet dapat meningkatkan
keterampilan yang telah di milikinya menjadi baik.
Pada dasarnya latihan secara interval merupakan cara latihan yang
pelaksaannya dilakukan secara berselang- seling antara waktu latihan dan waktu
istirahat. Harsono (1998: 156) menyatakan bahwa, ” interval training adalah suatu
sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa
istirahat”. Menurut Sudjarwo (1993: 22), ” Latihan secara interval merupakan
serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu”.
Berdasarkan batasan latihan secara interval dapat disimpulkan bahwa,
latihan interval merupakan cara latihan dimana dalam pelaksanaannya dilakukan
secara berselang-seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Dalam latihan
secara interval ini masa istirahat sama pentingnya dengan waktu latihan. Andi
Suhendro (1999:3.58) menyatakan bahwa, ”penggunaan waktu istirahat secara
memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan waktu istirahat
secara memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian
bagian penting di dalam proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang
cukup”.
Periode istirahat merupakan faktor penting dan harus diperhitungkan
dalam latihan secara interval. Waktu istirahat diantara waktu latihan bertujuan
untuk recovery atau pemulihan. Salah satu hal yang harus diperhatikan pada
waktu memberikan istirahat yaitu dapat mengatur rangsangan terhadap sistem-
sistem yang menghasilkan gerakan ketrampilan dengan cukup, jangan istirahat
yang diberikan sampai pada pengembalian kondisi yang total. Hal ini
mengakibatkan keterampilan yang dipelajari akan lebih lama untuk dikuasai.
Sudjarwo (1992:284) menyatakan bahwa, ”Waktu istirahat yang diberikan tidak
perlu menunggu sampai mencapai kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap sistem-sistem yang
menghasilkan gerakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak kurang atau tidak
berlebihan”.
b. Manfaat Latihan Interval
Metode Latihan secara interval adalah cara latihan yang dalam
pelaksanaannya dilakukan secara berselang- seling antara waktu latihan dan waktu
istirahat. Dengan perhitungan waktu latihan dan waktu istirahat yang seimbang,
maka latihan secara interval memiliki beberapa keuntungan baik bagi atlet
maupun pelatih. Menurut Foss & Kateyian (1998: 285).
Ada dua keuntungan utama dalam menggunakan program latihan interval yaitu: 1)Program latihan interval dapat membuat para coach atau pelatih untuk lebih mengkhususkan program latihan yang lebih teliti bagi setiap atlet, yang khusus pada system energy predominan untuk olahraga yang diberikan dan dilaksakan pada tingkat tegangan fisiologis yang mengoptimalkan keberrhasilan dalm penampilan, 2) Program latihan interval bisa sama hari ke hari (sehingga atlet bisa mengamati kemajuannya) fleksibel pelaksaannya.
Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat
member kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara ulangannya.
Pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja atau latihan dengan intensitas
tinggi selama latihan. Menurut Suharno HP. (1985: 11), “manfaat adanya
pemulihan antara lain (1) Menghindari terjadi overtraining, (2) Memberikan
kesempatan organism atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya”.
Sistem interval memberikan periode pemulihan diantar ulangannya.
Pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja atau latihan dengan intensitas
tinggi selama latihan.
Dengan adanya interval isirahat memiliki bebrapa manfaat atau
keuntungan. Menurut Suharno HP (1985: 11) manfaat adanya pemulihan antara
lain : ”(1) menghindari terjadinya over training, (2) memberikan kesempatan
organisme atlet untuk beradaptasi organisme atlet untuk beradaptasi terhadap
beban latihan sebelumnya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Berdasarkan karakteristik latihan interval tersebut dapat diidentifikasi
kelemahannya. Kelemahan latihan interval diantaranya : seringnya waktu istirahat
sehingga kondisi fisik akan menurun yaitu kondisi fisik yang sudah terbentuk
akan berkurang lagi dalam istirahat. Oleh karena itu waktu istirahat yang
diberikan hendaknya diperhitungkan dengan baik, sehingga kondisi yang telah
dicapai tidak mudah menurun dan setelah istirahat tubuh siap kembali untuk
melakukan aktifitas selanjutnya.
Ditinjau dari pelaksanaan latihan menggiring bola secara interval di
atas, latihan ini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Latihan
menggiring bola secara interval memiliki kelebihan antara lain:
(1) Teknik chest pass dapat dilakukan dengan baik, kesalahan teknik dapat
diketahui sejak dini dan dapat segera dibetulkan sehingga penguasaan
teknik chest pass menjadi lebih baik.
(2) Kondisi fisik pemain akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan,
sehingga terhindar dari terjadinya overtraining.
(3) Siswa selalu mendapat waktu istirahat yang cukup.
(4) Kondisi siswa akan lebih siap untuk melakukan sesion latihan berikutnya
Disamping kelebihan di atas, latihan chest pass secara interval juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan menggiring bola secara
interval antara lain:
(1) Anak akan menjadi bosan atau jenuh saat menunggu gilirannya
(2) Anak yang aktif adalah anak yang sedang mendapat giliran, sedangkan
yang lainnya hanya menjadi penonton.
(3) Seringnya waktu istirahat mengakibatkan penguasaan teknik gerakan
menjadi agar berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan
berkurang lagi dalam istirahat.
(4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik,
sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Pelaksanaan Latihan Chest Pass Secara Interval
Berdasarkan pelaksanaannya di atas menunjukkan bahwa, waktu
istirahat diperoleh, setelah anak melakukan Chest Pass 3 kali dalam satu
kesempatan kemudian istirahat menunggu giliran dilanjutkan kelompok
berikutnya, pemain mempunyai kesempatan untuk beristirahat.
7. Latihan Chest Pass dengan Metode Kontinyu
a. Definisi Latihan Kontinyu
Latihan chest pass dengan metode latihan kontinyu yaitu latihan yang
dilakukan secara terus-menerus tanpa tanpa diselinhgi waktu istirahat selama
aesion latihan berlangsung. Berkaitan dengan latihan practice adalah kegiatan
latihan yang dilakukan dalam satu rangkaian dengan satu rangkaian dengan selang
waktu istirahat yang amat kecil diantara kegiatan mencoba.
Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 142) menyatakan ”Metode
latihan terus menerus dianjurkan untuk peningkatan daya tahan keseluruhan dan
peningkatan perlawanan terhadap kelelahan. Metode ini menimbulkan kondisi-
kondisi untuk peningkatan kerja organisme yang lebih ekonomis.”
Berdasarkan pengertian latihan secara kontinyu tersebut dapat
disimpulkan bahwa, latihan kontinyu merupakan bentuk latihan yang
pelaksanaannya dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi waktu istirahat
diantara waktu latihan. Di dalam pelaksanaan latihan secara kontinyu dibutuhkan
waktu yang cukup lama.
b. Manfaat Latihan secara Kontinyu
Latihan secara kontinyu yang dilakukan secara teratur dapat
meningkatkan kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi
sebagai akibat adanya rangsangan cukup berat yang diberikan terhadap sistem
aerobik didalam tubuh. Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 142)
menyatakan , ”metode terus menerus selain meningkatkan self control atlet pada
waktu melakukan usaha-usaha atau latihan dan kemampuannya untuk merangsang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kelompok-kelompok otot yang memegang peranan didalam pelaksanaan cabang
olahraga.”
Pendapat tersebut menunjukan bahwa latihan secara kontinyu pada
prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan. Disamping itu
juga dengan latihan secara terus menerus akan meningkatkan self control pada
waktu melakukan latihan dan akan merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan
dalam cabang olahraga tertentu untuk membantu mencapai prestasi yang lebih
baik.
Berdasarakan karakteristik latihan secara kontinyu dapat diidentifikasi
menimbulkan over training, tubuh yang lelah akan mempengaruhi penampilan
sehingga penampilan kurang optimal.
Ditinjau dari pelaksanaan latihan chest pass secara kontinyu di atas,
latihan ini memiliki beberapa kelebihan antara lain :
(1) Penguasaan terhadap chest pass akan menjadi lebih cepat tercapai, karena
latihan secara terus menerus memungkinkan pembentukan pola gerakan yang
lebih cepat.
(2) Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung
penampilannya dalam bermain bola basket.
Selain memiliki kelebihan tersebut di atas, latihan menggiring bola
secara kontinyu juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya
(1) Penguasaan teknik chest pass sulit tercapai, sebab gerakan yang dilakukan
secara terus menerus akan menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh
terhadap kesempurnaan gerakan.
(2) Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dilakukan karena tidak ada
waktu istirahat.
(3) Akan sering terjadi kesalahan teknik chest pass karena terlalu lelah.
(4) Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat
menimbulkan cidera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c. Pelaksanaan Latihan Chest Pass Secara Kontinyu
Pelaksanaan latihan chest pass dengan metode kontinyu yaitu siswa
diintruksikan melakukan chest pass pada di tembok secara berulang-ulang dan
terus-menerus. Siswa tidak diberi kesempatan untuk istirahat sampai batas waktu
yang ditentukan habis.
8. Latihan Chest Pass Dengan Metode Interval dan Kontinyu
Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan latihan yang optimal
adalah situasi berinteraksi denagn guru maupun beban latihan, Situasi ini dapat
dioptimalkan dengan menggunakan metode latihan yang tepat. Menurut Winarno
Surachmad (1982: 23-24) bahwa :
Metode adalah cara yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan. Metode mengajar adalah cara yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam yang didasari oleh pengertian yang mendalam dari pihak guru, akan memperbesar minat belajar murid-murid, sehingga mempertinggi hasil belajar.
Dengan proses latihan yang berjalan lancar serta didukung oleh metode
yang tepat serta diharapkan tujuan latihan dapat dicapai secara normal. Pada
latihan chest pass, otot yang bekerja adalah otot bahu dan lengan triceps.
Untuk melatih power otot lengan dan bahu digunakan latihan chest pass yang
dijelaskan oleh James C. Radcliffe dan Robert C Farentinos (1990: 67) sebagai
berikut :
Gambar 3 : Latihan Chest Pass (James C. Radcliffe dan Robert C Farentinos, 1990: 67)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas diajukan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
1) Perbedaan Latihan Chest Pass secara Interval dan Kontinyu
Latihan secara interval merupakan bentuk latihan yang
mempertimbangkan pentingnya waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan
latihan secara kontinyu adalah bentuk latihan yang menekankan pentingnya
pengulangan gerakan dengan frekwensi sebanyak-banyaknya tanpa
memperhitungkan waktu istirahat. Berdasarkan hal tersebut sudah jelas bahwa
kedua bentuk metode latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok,
sehingga hal ini akan mempunyai pengaruh berbeda pula terhadap penungkatan
kemampuan chest pass.
Selain hal tersebut, latihan chest pass secara interval dan kontinyu
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Latihan chest pass secara interval
memiliki kelebihan antara lain : teknik chest pass dapat dilakukan dengan baik,
kesalahan teknik chest pass dapat diketahui dan bila terjadi kesalahan dapat segera
dibetulkan, kondisi fisik pemain akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan,
sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya overtraining, setiap anak
mendapat waktu istirahat yang sama. Kelemahan latihan chest pass secara interval
antara lain : anak akan menjadi bosan atau jenuh saat menunggu gilirannya, anak
yang aktif adalah anak yang sedang mendapat giliran sedangkan yang lainnya
hanya menjadi penonton, seringnya waktu istirahat mengakibatkan penguasaan
teknik gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk
akan berkurang lagi dalam istirahat, latihan ini prioritasnya hanya untuk
peningkatan penguasaan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan,
dimungkinkan pengulangan gerakan relatif sedikit.
Kelebihan latihan chest pass secara kontinyu antara lain : pengulangan
gerakan dapat dilakukan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya, penguasaan
terhadap pola gerakan menggiring bola akan lebih cepat tercapai, memungkinkan
pembentukan pola gerakan yang cepat, dapat meningkatkan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sekaligus meningkatkan daya tahan fisik, Kelemahan latihan chest pass secara
kontinyu antara lain : penguasaan teknik chest pass sulit tercapai dengan baik,
sebab gerakan yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan kelelahan,
hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan. Pengontrolan dan
perbaikan teknik sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat, dimungkinkan
akan sering terjadi kesalahan teknik chest pass.
Berdasarkan perbedaan penekanan dari latihan chest pass secara interval
dan kontinyu serta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki dari masing-masing
bentuk latihan di atas, hal ini akan menimbulkan pengaruh yang berbeda.
2) Pengaruh yang lebih baik antara latihan interval dan kontinyu
terhadap peningkatan kemampuan chest pass
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan dari kedua bentuk latihan di atas
menunjukan bahwa, latihan chest pass secara interval memiliki pengaruh yang
lebih baik terhadap peningkatan kemampuan chest pass.Waktu istirahat dalam
pelaksaan latihan sangat penting terhadap pemulihan kondisi siswa, apalagi untuk
pemula. Kondisi yang telah pulih sangat mendukung untuk aktivitas latihan
selanjutnya, sehinnga memungkinkan penampilan yang selalu stabil. Selain itu
juga, waktu isyirahat yang diberikan disela-sela latihan akan terhindar dari
overtraining, ada kesempatan beradaptasi dengan latihan yang diberikan dan
memungkinkan pelaksaan latihan lebih terarah dan perkembangan kemajuan dapat
diamati lebih cermat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan interval dan kontinyu terhadap
kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket
SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Latihan chest pass dengan metode interval lebih baik pengaruhnya dari pada
latihan chest pass dengan metode kontinyu terhadap kemampuan chest pass
pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan basket SMA Negeri 2 Sukoharjo
Jl. Raya Sala – Kartasura, Mendungan, Pabelan Kartasura Kode Pos 57162.
2. Waktu Penelitian
Peneltian ini dilakukan selama 6 minggu dengan 3 kali pertemuan dalam
seminggu, dimulai dari awal bulan september sampai dengan bulan Oktober
2011.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola
basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012.
2. Sampel
Yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa putra peserta
ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo, yaitu sejumlah 30 siswa,
sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
C. Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu
variabel terikat yaitu :
1. Variabel independent (manipulatif/bebas), terdiri dari :
- Metode latihan chest pass interval.
- Metode latihan chest pass kontinyu.
2. Variabel dependent (terikat) dalam penelitian ini adalah keterampilan chest
pass dalam permainan bola basket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, sifat variabel dapat diukur secara langsung yaitu berupa tes
keterampilan chest pass. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh
melalui tes dan pengukuran. Untuk Mengukur chest pass bola basket dengan tes
chest pass bola basket Allyn & Bacon (1998 : 237-238) Petunjuk Pelaksanaan
test terlampir.
E. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah “Pretest-Post test design”.
Gambar rancangan penelitian sebagai berikut:
K1 X1 Y2
P S Y1 OP
K2 X2 Y2
Keterangan:
P = Populasi
S = Subjek penelitian
Y1 = Tes awal hasil keterampilan chest pass.
K1 = Kelompok 1
K2 = Kelompok 2
OP = Ordinal Pairing
X1 = Latihan chest pass interval.
X2 = Latihan chest pass kontinyu.
Y2 = Tes akhir keterampilan chest pass.
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada hasil tes awal
keterampilan chest pass. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang
memiliki keterampilan setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1(K1) dan
kelompok 2 (K2). Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan, maka disebabkan
oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian kelompok dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
ini dengan cara ordinal pairing. Adapun pembagian kelompok secara ordinal
pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut:
Kelompok 1 Kelompok 2
1 2
4 3
5 6
8 7
dst.
F. Teknik Analisis Data
1. Mencari Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes diketahui melalui uji reliabilitas. Uji
reliabilitas penelitian ini menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B. (2001:
42) dengan rumus sebagai berikut :
MSA – MSW
R = MSA
Keterangan : R = Koefisien reliabilitas MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai
berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
ini berasal dari populasi yang normal atau tidak normal. Adapun langkah-langkah
uji normalitas metode Lilliefors menurut Sudjana (2005: 466) sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1) Pengamatan x1, x2, .., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ., zn dengan
menggunakan rumus zi = {xi – x}/ SD, masing-masing merupakan rata-
rata dan simpangan baku sampel.
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . ., zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka :
z1, z2, . . ., zn yang zi
S(zi) = n
4) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tesebut.
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui homogenitas dari sampel, pada penelitian ini
menggunakan uji homogenitas dengan metode Barlet, dimana untuk langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 261) :
1) Membuat tabel perhitugan yang terdri dari kolom-kolom kelompok
sampel:
dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2
2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.
Rumusnya : SD2 =
B = Log Sdi2 (n-1)
3) Menghitung X2
Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1 (2)
Dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya (X2 hitung) kemudian dibandingkan dengan (X2 tabel), pada taraf
signifikansi = 0,05 dan dk (n-1)
4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.
Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung >
X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Perbedaan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan
dari Sutrisno Hadi (1998: 457) sebagai berikut :
[Md] t =
d 2
N (N-1)
Keterangan :
t = Nilai uji perbedaan
Md = Mean perbedaan dari pasangan
d 2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan
N = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
D Md = N Keterangan :
D = Perbedaan masing-masing subjek
N = Jumlah pasangan
b. Penghitungan Perbedaan Persentase Peningkatan
Untuk menghitung presentase kemampuan chest pass antara perlakuan
dengan metode latihan chest pass interval dan kontinyu menggunakan rumus
sebagai berikut :
Mean different Persentase peningkatan = X 100%
Mean pretest
Mean different = mean posttest - mean pretest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes
awal dan tes akhir pada kemampuan Chest Pass pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berikut disajikan dekripsi data, uji prasyarat analisis, hasil analisis data dan
pengujian hipotesis.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan Chest Pass yang
dilakukan pada kelompok I (K1) dan kelompok II (K2) disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Analisis Tes Kemampuan Chest Pass Kelompok I dan Kelompok II.
Kelompok Tes N Mean SD Kelompok I
(Kelompok metode latihan interval)
Awal 15 41,2 6,014 Akhir 15 51,6 3,562
Peningkatan 10,4 Kelompok II
(Kelompok metode latihan kontinyu)
Awal 15 41 5,745 Akhir 15 47,8 4,779
Peningkatan 6,8
Kelompok perlakuan dengan metode interval memberikan pengaruh
terhadap kemampuan chest pass yang berbeda. Jika antara kelompok siswa yang
mendapat latihan metode interval dan metode latihan kontinyu dibandingkan,
maka dapat diketahui bahwa kelompok latihan dengan metode interval memiliki
kemampuan chest pass sebesar 3,6 lebih tinggi dari pada kelompok dengan
metode kontinyu. Gambaran nilai rata-rata kemampuan chest pass antara
kelompok I (K1) dan kelompok II (K2) dapat dibuat histogram perbandingan
nilai-nilai sebagai berikut:
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 4 . Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan ChestPass antara Kelompok Metode Interval dan Metode kontinyu
B. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes kemampuan menggiring
bola, dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitastes awal dan tes akhir
kemampuan menggiring bola yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Hasil Tes Reliabilitas Kategori Tes Awal 0.958 Tinggi Sekali Tes Akhir 0,782 Cukup
Dari tabel di atas diketahui bahwa, nilai reliabilitas hasil tes awal adalah
sebesar 0,958, dimana termasuk dalam kategori tinggi sekali. Adapun nilai
reliabilitas hasil tes akhir adalah sebesar 0,782, dimana juga termasuk dalam
kategori cukup. Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut,
menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter, yang dikutip
Mulyono B (2001: 22) yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 4. Tabel Range Kategori Reliabilitas Kategori Reliabilitas
Tinggi Sekali 0,90 – 1,00 Tinggi 0,80 – 0,89 Cukup 0,60 – 0,79 Kurang 0,40 – 0,69
Tidak Signifikan 0,00 – 0,39
C. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian
persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan yaitu
dengan uji normalitas dan homogenitas.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya.
Uji normalitas data penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Data KelompokPerlakuan
N M SD L hitung
L tabel Kesimpulan
KI 15 41,2 6,014 0,178 0,220 Berdistribusi NormalKII 15 41 5,745 0,167 0,220 Berdistribusi Normal
Dari hasil normalitas yang dilakukan pada kelompok I (K1) diperoleh
nilai Lo = 0,178. Dimana hasil tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan
pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data K1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil normalitas yang
dilakukan pada Kelompok II (K2) diperoleh nilai Lo = 0,167. Dimana hasil
tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5%
yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data K2 juga
termasuk berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians
dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan
varians , maka apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka
perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji
homogenitas data antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) sebagai
berikut:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok N SD2 Fhitung F tabel 5%
K1 15 33,76 1,096 2,48
K2 15 30,8
Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung =
1,096. Sedangkan dengan db = 14 lawan 14 , angka Ft = 2,48. Ternyata nilai
Fhitung= lebih kecil dari Ft. Karena Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa K1 dan K2 memiliki varians yang
homogen. Dengan demikian apabila nantinya antara K1 dan K2 terdapat
perbedaan, perbedaan tersebut benar-benar karena adanya perbedaan rata-rata
nilai yang diperoleh.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian
diuji perbedaannya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui
perbedaan pada kedua kelompok tersebut, selama diberi perlakuan berangkat
dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara K1 dan K2
sebelum diberi adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 7. Rangkuman Hasil Perbedaan Tes Awal pada K1 dan K2 Kelompok N M Md t hitung t tabel 5%
K1 15 41,2 0,2 0,611 2,145
K2 15 41
Dari uji t yang di lakukan dapat disimpulkan bahwa nilai t yang
diperoleh sebesar 0,611, sedangkan db = N – 1 = 15 – 1 = 14 dan taraf
signifikasi 5%, angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel t adalah
2,145. Ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Dengan
demikian hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat berbedaaan
yang signifikan antara hasil tes awal kemampuan chest pass pada kelompok 1
dan kelompok 2. Sehingga apabila setelah diberi perlakuan terdapat
perbedaan, maka perbedaan tersebut benar-benar dikarenakan adanya
perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan.
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Dalam penelitian ini subyek diberi perlakuan selama 6 minggu dengan
frekuensi 3 kali setiap minggu. Dalam hal ini K1 diberi latihan chest pass
dengan metode interval dan K2 diberi latihan dengan metode kontinyu ,
kemudian dilakukan tes akhir. Dari hasil tes akhir pada masing-masing
kelompok tersebut kemudian dilakukan uji perbedaan, yang hasilnya adalah
sebagai berikut:
a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 (Interval)
yaitu:
Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil TesTes N M Md t hitung t tabel 5%
Awal 15 41,2 10,4 7,172 2,145
Akhir 15 51,6
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 7,172, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t table dengan taraf kepercayaan
5% yaitu 2,145. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pada kelompok I. Dengan demikian setelah mendapat latihan dengan metode
interval, terjadi peningkatan kemampuan chest pass pada kelompok I secara
signifikan.
b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok II
(kontinyu )
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok II
Tes N M Md t hitung t tabel 5%
Awal 15 41 6,13 6,142 2,145
Akhir 15 47,8
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 6,142, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,145. Dengan
demikian hipotesis nol ditolak,yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akjir pada kelompok I. Dengan
demikian setelah mendapat latihan metode kontinyu, terjadi peningkatan
kemampuan chest pass pada kelompok II secara signifikan.
c. Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara Pada Kelompok I dan
Kelompok II yaitu:
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara KI dan K2 Kelompok N M Md t hitung t tabel 5%
K I 15 51,6 3,8 2,854 2,145
K II 15 47,8
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 2,854, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,145. Dengan
demikian hipotesis nol ditolak,yang berarti bahwa setelah diberi perlakuan
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada K I dan K II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d. Perbedaan Persentase Peningkatan
Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki persentase
peningkatan yang lebih baik, diadakan perhitungan perbedaan persentase
peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan
kemampuan chest pass dalam persen pada K I dan KII adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Chest Pass dalam Persen K I dan K II.
Kelompok N Mean Pretest
MeanPosttest
Md Persentase Peningkatan
K I 15 41,2 51,6 10,4 25,242 K II 15 41 47,8 6,8 16,585
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa K I memiliki peningkatan
kemampuan chest pass sebesar 25,242%. Sedangkan K II memiliki
kemampuan chest pass sebesar 16,585%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa KI memiliki persentase peningkatan kemampuan chest pass lebih besar
daripada K II. Gambaran persentase peningkatan kemampuan chest pass
antara kelompok latihan dengan metode interval dan matihan dengan metode
kontinyu dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
Gambar 5. Histogram Persentase Peningkatan Kemampuan Chest Pass antara Kelompok Latihan dengan Metode Interval dan Kelompok Latihan dengan Metode kontinyu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
E. Pembahasan dan Pengujian Hipotesis
Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan,
diperoleh nilai t antara tes awal pada kelompok I dan kelompok II = 0,611,
sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti
hipotesis nol diterima. Dengan demikian kelompok I dan kelompok II sebelum
diberi perlakuan dalam keadaan seimbang. Antara kelompok I dan kelompok II
berangkat dari titik tolak kemampuan chest pass yang sama. Yang berarti apabila
setelah diberi latihan terdapat perbedaan, hal itu karena adanya perbedaan latihan
yang diberikan.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok I = 7,172. Sedangkan t
tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok I. Yang berarti
kelompok I memiliki peningkatan kemampuan chest pass yang disebabkan oleh
metode latihan yang diberikan, yaitu metode latihan interval. Latihan chest pass
dengan metode latihan interval, yaitu cara latihan yang dalam pelaksanaaannya
dilakukan secara berselang antara waktu latihan dan waktu istirahat. Dengan
perhitungan waktu latihan dan waktu istirahat yang seimbang, maka latihan secara
interval memiliki beberapa keuntungan baik bagi atlet maupun pelatih. Namun,
latihan interval yang dilakukan secara sistematis dapat memberikan pembebanan
yang cukup berat terhadap sistem aerobik. Sistem interval memberikan periode
pemulihan diantar ulangannya. Pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja
atau latihan dengan intensitas tinggi selama latihan.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok II = 6,142. Sedangkan
t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis
nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok II. Yang berarti
kelompok II memiliki peningkatan kemampuan chest pass yang disebabkan oleh
metode pelatihan yang diberikan, yaitu metode latihan kontinyu. Latihan secara
kontinyu yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan kapasitas total paru-
paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
berat yang diberikan terhadap sistem aerobik didalam tubuh. Latihan secara
kontinyu pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan.
Disamping itu juga dengan latihan secara terus menerus akan meningkatkan self
control pada waktu melakukan latihan dan akan merangsang kemampuan otot
yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk membantu mencapai
prestasi yang lebih baik. Dengan hal tersebut, maka dapat meningkatkan
kemampuan chest pass.
Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada
kelompok I dan kelompok II, diperoleh nilai t sebesar 2,854 sedangkan t tabel =
2,145. Ternyata t yang diperoleh lebih besar > t tabel, yang berarti hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan
selama 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada
kelompok I dan kelompok II. Karena sebelum diberi perlakuan kedua kelompok
berangkat dari titik tolak yang sama, maka perbedaan tersebut adalah karena
perbedaan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
Pengaruh suatu metode itu bersifat khusus, sehingga perbedaan
karakteristik latihan dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh latihan chest
pass dengan metode interval dan metode kontinyu terhadap kemampuan chest
pass, dapat diterima.
Kelompok I yang diberikan latihan bermin bola basket dengan metode
interval memiliki nilai persentase peningkatan kemampuan chest pass sebesar
25,242%. Sedangkan pada kelompok II yang diberikan latihan bermain bola
dengan metode kontinyu memiliki peningkatan kemampuan chest pass sebesar
16,585%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok I memiliki
persentase peningkatan kemampuan chest pass yang lebih besar dari kelompok II.
Latihan dengan metode interval ternyata dapat memberikan rangsangan yang
lebih efektif untuk mengoreksi teknik chest pass yang benar sehingga
memberikan rangsangan untuk pembentukan teknik chest pass yang lebih baik
pada siswa. Pelaksanaan latihan chest pass dengan metode latihan interval, yaitu
latihan yang dalam pelaksanaaannya dilakukan secara berselang antara waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
latihan dan waktu istirahat. Dengan perhitungan waktu latihan dan waktu istirahat
yang seimbang, maka latihan secara interval memiliki beberapa keuntungan baik
bagi siswa. Untuk itu peneliti menggunakan metode latihan interval untuk
mempersiapkan siswa dengan latihan yang pelaksanaannya tidak dilakukan secara
terus menerus jadi waktu latihan dan istirahat seimbang sehingga pelatih dan
siswa dapat mengatur latihan secara fleksibel dan waktu istirahat dapat dijadikan
untuk bersosialisasi dan mengamati kemajuan. Latihan dengan metode interval
juga memiliki banyak manfaat yaitu menghindari terjadinya over training,
memberikan kesempatan organisme siswa untuk beradaptasi organisme siswa
untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya, sehingga siswa tidak
dipaksa untuk latihan terus menerus yang membuat siswa bosan dan membuat
kemampuaannya menjadi turun. Dengan demikian latihan dengan metode latihan
interval yang dilakukan secara sistematis dan dilakukan berulang-ulang akan
mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan chest
pass dalam permainan bola basket. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
bahwa metode latihan interval memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap
kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA
Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
pada bab sebelumnya maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan interval
dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012, (t hitung
= 2,854 > t tabel = 2,145).
2. Metode latihan interval memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada
dengan metode kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra
peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2011/2012. Peningkatan kemampuan chest pass kelompok I (kelompok yang
mendapat metode latihan interval) = 25,242% > kelompok II (kelompok yang
mendapat latihan kontinyu) = 16,585%.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa baik metode latihan
interval maupun metode latihan kontinyu. Kedua-duanya dapat meningkatkan
kemampuan chest pass. Namun besarnya peningkatan dari masing-masing bentuk
metode dalam latihan tersebut berbeda, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik
metode latihan yang diberikan. Tiap jenis metode latihan memiliki tipe kerja yang
berbeda, perbedaan tipe kerja berpengaruh terhadap hasil latihan.
Implikasi yang diberikan bahwa kemampuan chest pass dalam
permainan bola basket dapat meningkat melalui metode latihan yang diberikan,
baik menggunakan metode latihan interval maupun dengan metode latihan
kontinyu. Dalam memberikan metode latihan bermain bola basket khususnya
chest pass, Pembina harus memilih suatu bentuk metode latihan yang sesuai
dengan strategi latihan teknik dasar yang bertujuan agar siswa dapat menampilkan
chest pass dengan teknik yang benar. Dalam penelitian ini ternyata metode latihan
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
secara interval lebih sesuai untuk mengembangkan kemampuan chest pass yang
lebih baik. Hal tersebut dapat menjadi dasar pemikiran bagi para pembina
ekstrakurikuler bola basket tentang metode yang tepat untuk mengembangkan
penguasaan teknik chest pass yang baik dalam permainan bola basket.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada para pengajar dan pembina olahraga khususnya di
SMA Negeri 2 Sukoharjo, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam memilih jenis metode latihan, khususnya untuk mengembangkan
kemampuan chest pass yang baik, hendaknya pembina memilih metode
latihan yang dilakukan secara berselang antara waktu istirahat dan latihan
sehingga siswa tidak mengalami kebosanan pada latihan yang terus menerus
dilakukan. Latihan harus fleksibel tetapi teratur agar teknik chest passnya
menjadi benar dan lebih baik.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan bermain bola basket,
khususnya untuk menunjang kemampuan chest pass perlu diperbanyak dengan
metode latihan secara interval dengan latihan secara fleksibel dan sistematis
akan meningkatkan kapasitas aerobik pada waktu melakukan latihan dan dapat
lebih mengkhususkan program latihan yang lebih teliti bagi setiap siswa.