Upload
truongdat
View
246
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGGUNAAN BAHAN PENGIKAT Na-CMC DAN HPMC
TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN UJI HEDONIK SEDIAAN
PASTA GIGI ENZIM PAPAIN PEPAYA (Carica papaya L.)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh :
EKA OKTYO SANDI
M3509025
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul
“PERBEDAAN PENGGUNAAN BAHAN PENGIKAT Na CMC DAN HPMC
TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN UJI HEDONIK SEDIAAN PASTA
GIGI ENZIM PAPAIN PEPAYA (Carica papaya L.)” adalah hasil penelitian
saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.
Surakarta, 28 Agustus 2012
Eka Oktyo Sandi
M3509025
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGGUNAAN BAHAN PENGIKAT Na-CMC DAN HPMC
TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN UJI HEDONIK SEDIAAN
PASTA GIGI ENZIM PAPAIN PEPAYA (Carica papaya L.)
EKA OKTYO SANDI
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
INTI SARI
Enzim papain yang terdapat di pepaya dapat dimanfaatkan untuk memecah
ikatan-ikatan protein yang menempel pada gigi penyebab plak dan karang gigi.
Na-CMC dan HPMC merupakan bahan pengikat yang dapat digunakan pada
formulasi sediaan pasta gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui enzim
papain dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan pasta gigi dan perbedaan
penggunaan Na-CMC dan HPMC sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik,
kimia dan uji hedonik pasta gigi ekstrak enzim papain.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium untuk
memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan ekstrak enzim
papain pepaya (Carica papaya L), dan pembuatan pasta gigi dengan dua formula
menggunakan bahan pengikat yaitu Na-CMC (FI) dan HPMC (FII). Kedua
formula dilakukan pengujian yang meliputi pengujian organoleptis (fisik),
homogenitas (fisik), pH (kimia), viskositas (fisik), dan uji hedonik. Data yang
diperoleh akan dianalisis menggunakan pendekatan teoritis dan menggunakan
statistik uji t independent dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan pasta gigi ekstrak papain
telah memenuhi parameter standar dan penggunaan Na-CMC dan HPMC sebagai
bahan pengikat berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik terutama viskositasnya
namun tidak pada sifat kimia (pH). Hasil uji hedonik menunjukkan formula II
lebih disukai dari segi tampilan warna dan kekentalan.
Kata kunci : pasta gigi, papain, Na-CMC, HPMC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DIFFERENT OF USAGE Na-CMC AND HPMC AS BINDING AGENT
ABOUT PHYSICAL PROPERTIES, CHEMICAL AND HEDONIK TEST
OF EXTRACT PAPAYA (Carica papaya L.) PAPAIN ENZIM
TOOTHPASTE
EKA OKTYO SANDI
Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Papain enzyme contained in papaya can usage for break proteins binding
stick cause plaque and tartar on teeth. Na-CMC and HPMC as bindinng agent
have used in formulation of toothpaste. This study aimed to determine papain
enzyme can be formulated in toothpaste and different of usage Na-CMC and
HPMC as binding agent about physical properties, chemical and hedonik test of
extract papaya papain enzyme toothpaste.
This study used experimental laboratory method to get result. The reseach
was done manufacture of papaya papain extract (Carica papaya L.), and
toothpaste with two formulas use Na-CMC (FI) and HPMC (FII) as binding agent.
Two formulas do physical properties test of toothpaste such as organoleptic test
(physical), homogenity test (physical), pH test (chemical), viscosity test
(physical), dan hedonik test. The result analyzed with teoritic approach and t
independent statistic test with 95% confidence level.
The result showed that papain enzyme toothpaste that is formed in
accordanced with the parameter standard and Na-CMC and HPMC as binding
agent to give significant effect about physical properties, especially viscosity but
not at chemical (pH). Based on hedonik test of toothpaste formula II can be
conclude usage HPMC as binding agent most preferred in terms of color and
viscosity.
Keywords : toothpaste, papain, Na-CMC, HPMC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S. Ar
Raad : 11)
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Al
Insyirah : 5-6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk :
Ibu, Bapak tercinta dan adik tersayang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “PERBEDAAN PENGGUNAAN
BAHAN PENGIKAT Na-CMC DAN HPMC TERHADAP SIFAT FISIK,
KIMIA DAN UJI HEDONIK SEDIAAN PASTA GIGI ENZIM PAPAIN
PEPAYA (Carica papaya L.)” dengan baik.
Penyusunan laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa
adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril
maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dan bapak atas dukungannya, ,ateri, semangat, motivasi, do’a yang tiada
henti selama ini serta cinta dan kasih sayang yang telah diberikan kepada
penulis.
2. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Fea Prihapsara S. Farm., Apt, selaku pembimbing akademik dan pembimbing
tugas akhir atas segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam
memberikan arahan, pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya.
5. Bapak Hadi, selaku pemilik kebun pepaya atas keikhlasannya telah
memberikan bahan baku untuk proses penelitian ini.
6. Segenap dosen pengajar dan staff jurusan D3 Farmasi yang telah banyak
memberikan ilmu dan pelajaran berharga.
7. Paramita Ryan, Sufia, Syaiful, Deni Yudha, Deni Septi, A’al, Adi, Duta dan
Titis yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama proses penelitian.
8. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi, atas kerjasamanya selama masa-masa
kuliah.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan
pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis
berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya
Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, 28 Agustus 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..…....
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………..………..
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................
INTISARI ...........................................................................................................
ABSTRACT .........................................................................................................
HALAMAN MOTTO ........................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................
KATA PENGANTAR ………………………………………….…………..…
DAFTAR ISI ………………………………………………….…………….....
DAFTAR GAMBAR …………………………………………...……………..
DAFTAR TABEL ....…………………………………………...…………..…
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..…
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………….....................………..
B. Perumusan Masalah .............................................................................
C. Tujuan Penelitian……………………………….…...................……..
D. Manfaat Penelitian ……………………………..……….....................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.....................................………………..…..………..
1. Pepaya (Carica papaya L.).........……………………..……….......
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xiii
xiv
xv
xvi
1
2
3
3
4
4
10
….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Sistematika Pepaya....................................................................
b. Nama Lain Pepaya....................................................................
c. Morfologi Pepaya......................................................................
d. Kandungan Kimia Pepaya..........................................................
e. Khasiat Pepaya..........................................................................
f. Enzim Papain............................................................................
g. Metode Ekstraksi.......................................................................
2. Pasta.............................…...........…………………….…..………..
3. Monografi Bahan.............................................................................
B. Kerangka Pemikiran …........................………………….…………....
C. Hipotesis ......................................................................……..………..
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kategori penelitian dan rancangan penelitian.......………..…………
B. Tempat Waktu Penelitian.....................................................................
C. Alat dan Bahan ………………..................………………….………..
1. Alat yang digunakan .......................................................................
2. Bahan yang digunakan ....................................................................
D. Prosedur Penelitian ...........................…………………….………….
1. Pengumpulan Bahan .......................................................................
2. Determinasi ..........……………………….………......................…
3. Pembuatan Ekstrak ............................…………..………………...
4. Pengujian Ekstrak.............................................................................
5. Rancangan Formula.........................................................................
4
4
5
5
5
6
7
8
13
20
21
22
22
23
23
23
23
23
23
24
24
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Pembuatan Pasta Gigi......................................................................
7. Pengujian Pasta Gigi........................................................................
a. Pengujian Homogenitas.............................................................
b. Pengujian Viskositas.................................................................
c. Pengujian Organoleptis.............................................................
d. Pengujian pH.............................................................................
e. Penilaian Kesukaan...................................................................
8. Analisis Hasil...................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman...........................................................................
B. Pembuatan Ekstrak Papain Pepaya.................................................
C. P
engamatan dan Pengujian Ekstrak......................................................
D. P
embuatan dan Pengujian Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Papain Pepaya
1. Pengamatan Organoleptis.................................................................
2. Pengujian Homogenitas ……………..............................................
3. Pengujian pH……………………………………….......................
4. Pengujian Viskositas.......................................................................
5. Pengujian Hedonik..........................................................................
BAB V. KESIMPULAN ...................................................................................
A. Kesimpulan .............................………………………..………….......
B. Saran ........................................…………..….…….............................
25
25
25
26
26
26
26
27
28
28
30
31
32
34
34
36
38
43
43
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Pepaya................................................................................
Gambar 2. Struktur Hidroksipropil Metilselulosa……...............…….................
Gambar 3. Struktur Natrium Karboksimetilselulosa.........................................
Gambar 4. Struktur Gliserol.................................................................
Gambar 5. Struktur Sorbitol...............................................................................
Gambar 6. Struktur Sakarin.................................................................................
Gambar 7. Struktur Metil Paraben......................................................................
Gambar 8. Struktur Natrium Laurylsulfat..........................................................
Gambar 9. Kerangka Pemikiran.........................................................................
Gambar 10. Gambar Tepung Enzim Papain.......................................................
Gambar 11. Hasil Pengujian Ekstrak..................................................................
47
24
24
25
25
25
26
26
26
26
28
28
30
31
32
33
34
36
38
42
42
4
14
16
17
17
18
18
19
20
54
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel I. Persyaratan standar mutu pasta gigi menurut SNI 12-3524-1995............
Tabel II . Rancangan Formula Sediaan Pasta Gigi Enzim Papain Pepaya..........
Tabel III. Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Papain Pepaya....................
Tabel IV. Hasil Pengamatan Organoleptis ...................................................
Tabel V. Hasil Pengujian Homogenitas........ ..............................................
Tabel VI. Hasil Pengujian pH....................................................................
Tabel VII. Hasil Pengujian Viskositas........................................................
9
24
30
33
34
35
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Pepaya.........................................
Lampiran 2. Hasil Sediaan Pasta Gigi Enzim Papain Pepaya..........................
Lampiran 3. Diagram Alir Cara Kerja...............................................................
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Enzim Papain Pepaya........................
Lampiran 5. Hasil Pengujian Ekstrak Papain Pepaya.....................................
Lampiran 6. Form Uji Kesukaan (Hedonik)....................................................
Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik....................................................
Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Uji Hedonik...............................................
Lampiran 9. Daftar Harga t Tabel..............................................................
48
49
50
54
55
56
57
68
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR SINGKATAN
cm = centimeter
FI = Formula I
FII = Formula II
HPMC = Hidroksi Propil Metil Selulosa
g = gram
Na-CMC = Natrium Karboksi Metil Selulosa
mg = miligram
ml = mililiter
Lab. = laboratorium
cps = centipoise
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penderita gigi berlubang di Indonesia jumlahnya tidak sedikit. Gigi
berlubang dapat disebabkan oleh karies pada gigi. Karies pada gigi ini timbul
akibat adanya plak pada gigi yang merupakan lapisan lunak yang terbentuk dari
campuran sisa-sisa makanan serta bakteri yang diperantarai oleh saliva yang
melekat pada permukaan gigi (Wilkinson et al., 1982). Lapisan lembut ini akan
membentuk suatu matriks pada gigi sehingga bakteri dapat melekat. Jika plak
tidak dibersihkan, maka lama-kelamaan mikroorganisme yang berkontak pada
permukaan gigi akan menyebabkan karang gigi dan menimbulkan karies pada
gigi (Cracken et al.,1982).
Untuk menjaga kesehatan dan mencegah kerusakan pada gigi maka
diperlukan suatu pasta gigi yang dapat melindungi gigi dari plak. Saat ini pasta
gigi yang ada di pasaran umumnya menggunakan fluoride yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya karies gigi. Berdasarkan hasil penelitian telah dibuktikan
bahwa fluoride merupakan zat yang dapat menimbulkan berbagai efek samping,
yaitu dapat menimbulkan tulang rapuh (osteoporosis), dan dapat menyebabkan
kerusakan saraf (Anonim, 2010). Penggunaan pasta gigi enzim dapat dijadikan
solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Berdasarkan penelitian terdahulu,
pasta gigi enzim bromelain kasar 5% dari nanas mempunyai efek proteolitik
sehingga dapat berfungsi sebagai antiplak pada gigi (Harmely et al., 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Salah satu enzim proteolitik selain enzim bromelain adalah enzim papain
yang dihasilkan oleh pepaya. Kelebihan enzim papain dibandingkan proteolitik
yang lain adalah lebih tahan terhadap suhu proses, mempunyai kisaran pH yang
luas dan lebih murni dibandingkan bromelin (Sudarminto et al., 2008).
Penggunaan enzim papain dalam sediaan pasta gigi belum pernah dilakukan
sebelumnya sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut.
Terdapat komponen penting pada formulasi sediaan pasta gigi yaitu bahan
pengikat yang berfungsi mempertahankan bentuk sediaan semi solid sehingga
terjaga kestabilannya. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai bahan
pengikat seperti selulosa sintetik yaitu hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan
natrium karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kedua bahan tersebut adalah bahan
pengikat yang sering dipakai karena bersifat non toksik, dapat menyediakan
stabilitas yang baik dalam suhu ruang dan waktu yang lama serta dalam rentang
pH yang luas.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian mengenai
perbedaan penggunaan Na-CMC dan HPMC sebagai bahan pengikat terhadap
sifat fisik, kimia dan uji hedonik sediaan pasta gigi dari enzim papain pepaya
(Carica papaya L.)
B. Perumusan Masalah
Menurut latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian
ini adalah :
1. Apakah ekstrak papain pepaya (Carica papaya L.) dapat dibuat sediaan
pasta gigi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Bagaimana perbedaan penggunaan Na-CMC dan HPMC sebagai bahan
pengikat terhadap sifat fisik, kimia dan uji hedonik sediaan pasta gigi dari
enzim papain pepaya (Carica papaya L.)?
C. Tujuan Penelitian
Menurut rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dapat tidaknya ekstrak papain pepaya (Carica papaya
L.) dapat dibuat sediaan pasta gigi.
2. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan Na-CMC dan HPMC sebagai
bahan pengikat terhadap sifat fisik, kimia dan uji hedonik sediaan pasta
gigi papain pepaya (Carica papaya L.)
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat antara lain:
1. Menambah dan meningkatkan perspektif peneliti khususnya yang
berkaitan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatan tanaman
pepaya.
2. Diperoleh informasi tentang sifat fisik dan kimia sediaan pasta gigi papain
pepaya dengan bahan pengikat Na-CMC dan HPMC.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan pasta gigi
papain pepaya (Carica papaya L.) yang dapat menjadi alternatif pengganti
penggunaan pasta gigi yang mengandung flouride.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pepaya
a. Sistematika pepaya
Divisio : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Caricalis
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Caricae
Spesies : Carica papaya L.
Gambar tanaman pepaya dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1. Tanaman Pepaya (Carica papaya L)
b. Nama lain pepaya
Setiap daerah mempunyai sebutan nama sendiri untuk tanaman pepaya
(Carica papaya L.) diantaranya gedang (Sunda), betik, kates, gandul (Jawa),
kabaelo, peute, partek (Sumatra), Bua medung, pisang malaka (Kalimantan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kapalay, papaya, pepaya, kaliki (Sulawesi), sampain, asawa, menam,
siberiani, tapaya (Irian).
c. Morfologi pepaya
Tumbuhan dengan habitat: pada tanah lembab yang subur dan tidak
tergenang air, dapat ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m
diatas permukaan laut. Batang: bulat berongga, tangkai di bagian atas kadang
dapat bercabang. Daun: berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan,
tangkainya bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm. Helaian daun bulat
telur dengan diameter 25-75 cm, berbagi menjari, ujung runcing, pangkal
warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda,
tulang daun menonjol di permukaan bawah. Bunga: berkumpul dalam tandan,
mahkota berbentuk terompet, warnanya putih kekuningan. Buah: buah buni
yang bisa bermacam-macam bentuk, warna, ataupun rasa daging buahnya.
Biji: berwarna hitam (Dalimartha dan Hembing, 1994).
d. Kandungan kimia pepaya
Daun: enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo-karpaina, glikosid,
karposid, saponin, sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Buah: β-karotena,
pektin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayotimin papain, serta fitokinase.
Biji: glukoside kakirin dan karpain. Getah: papain, kemokapain, lisosim,
lipase, glutamin, dan siklotransferase (Dalimarta dan Hembing,1994).
e. Khasiat pepaya
Secara umum daun pepaya telah lama dikenal untuk obat sakit malaria,
menambah nafsu makan, dan memperbaiki pencernaan. Selain itu, akar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bijinya dimanfaatkan untuk obat cacing. Ibu-ibu yang sedang hamil muda
tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi biji dan buah pepaya muda karena bisa
mengakibatkan keguguran (Gunawan, 1999).
f. Enzim papain
Papain adalah suatu zat (enzim) yang dapat diperoleh dari getah tanaman
pepaya dan buah pepaya muda. Getah pepaya tersebut terdapat hampir di
semua bagian tanaman pepaya, kecuali bagian akar dan biji. Kandungan
papain paling banyak terdapat dalam buah pepaya yang masih muda. Getah
pepaya (papain) cukup banyak mengandung enzim yang bersifat proteolitik
(Warisno, 2003). Getah pepaya mengandung sebanyak 10% papain, 45%
kimopapain dan lisozim sebesar 20% (Winarno, 1995).
Adapun sifat enzim proteolitik adalah senang menyerang bahan-bahan
protein dalam makanan. Bila enzim ini dicampurkan dalam makanan maka
protein makanan akan terpecah-pecah menjadi peptida, yang selanjutnya akan
terpecah-pecah lagi menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana yang
disebut asam amino (Warisno, 2003).
Berdasarkan klasifikasi The International Union of Biochemistry, papain
termasuk enzim hidrolase yang mengkatalisis reaksi hidrolisis suatu substrat
dengan pertolongan molekul air. Aktivitas katalisis papain dilakukan melalui
hidrolisis yang berlangsung pada sisi-sisi aktif papain. Pemisahan gugus-
gugus amida yang terdapat di dalam protein tersebut berlangsung melalui
pemutusan ikatan peptida (Budiman, 2003). Enzim ini mempunyai aktivitas
katalitik sebagai proteinase dan sanggup menghidrolisis peptida. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sifat-sifat kimia dari lokasi aktif, papain termasuk protease sulfhidril, karena
bagian aktif papain adalah gugus –SH (Reed, 1975).
Aktivitas enzim papain cukup spesifik karena papain hanya dapat
mengkatalisis proses hidrolisis dengan baik pada kondisi pH serta suhu dalam
kisaran waktu tertentu. Suhu optimal papain sendiri adalah 50-60 °C.
Kelebihan papain dibandingkan proteolitik yang lain adalah lebih tahan
terhadap suhu proses, mempunyai kisaran pH yang luas dan lebih murni
dibandingkan bromelin dan ficin. Selain itu, papain menurut De Man (1997)
juga tidak mengandung karbohidrat seperti pada bromelin dan ficin sehingga
mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah karena lebih murni
dibandingkan enzim lain (Sudarminto et al., 2008).
g. Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut yang mulai terjadi pada lapisan antar
muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim, 2000). Metode
penyarian yang digunakan tergantung dari wujud dan kandungan zat dari
bahan tumbuhan yang diekstraksi dan serta jenis senyawa yang diisolasi
(Voight, 1994).
Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan.
Atas dasar sifatnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi:
1) Ekstrak encer (extractum tenue)
Memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang.
2) Ekstrak kental (extractum spissum)
Dalam keadaan dingin liat dan tidak dapat dihitung. Kandungan
airnya mencapai 30%.
3) Ekstrak kering (extractum siccum)
Memiliki konsistensi kering dan dapat digosokkan. Kandungan
airnya tidak lebih dari 5%.
4) Ekstrak cair (extractum liquidum)
Dalam hal ini dapat diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat
sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua
bagian (kadang-kadang satu bagian) ekstrak cair (Voight, 1994).
2. Pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Pasta biasa dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau
dengan bahan dasar yang tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago
atau sabun yang digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit (Anonim,
1979). Pasta gigi adalah suatu pasta yang pemanfaatannya menggunakan sikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
gigi dengan tujuan untuk membersihkan permukaan gigi (dentifrice). Untuk
membersihkan gigi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bentuk
sediaan seperti serbuk gigi, pasta gigi, cairan atau bentuk padat. Bentuk sediaan
yang sering digunakan adalah bentuk pasta dan serbuk.
Pasta gigi lebih disenangi dibandingkan dengan bentuk sediaan serbuk,
sebab lebih mudah pemakaiannya dan lebih mudah menyebar di atas sikat gigi.
Pasta gigi juga tergolong sediaan yang mudah diukur jumlahnya sehingga
penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan karena
penyimpanannya dalam tube dan konsentrasinya lebih menarik.
Persyaratan pasta gigi yang memenuhi standar mutu menurut SNI 12-3524-
1995) dapat dilihat pada Tabel I berikut:
Tabel I. Persyaratan standar mutu pasta gigi menurut SNI 12-3524-1995
No Jenis uji Satuan Syarat
1 pH - 4,5-10,5
2 Cemaran logam
a. Pb
b. Hg
c. As
ppm
ppm
ppm
Maksimal 5,0
Maksimal 0,02
Maksimal 2,0
3 Cemaran mikroba
a. Angka lempeng total
b. E. Coli
-
-
< 105
negatif
4 Zat pengawet - Sesuai dengan yang diijinkan DepKes
5 Zat warna - Sesuai dengan yang diijinkan DepKes
6 Organoleptik
a. Keadaan
b. Benda asing
-
-
Harus lembut, serba sama (homogen),
tidak terlihat adanya gelembung udara,
gumpalan dan partikel terpisah
Tidak tampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bahan-bahan pasta gigi:
a. Bahan abrasive (pembersih gigi).
Biasanya berupa bahan padat berwarna putih yang berfungsi
menghilangkan kotoran bekas karang-karang yang menempel pada
permukaan gigi. Berbagai bahan abrasive sebaiknya dipilih bahan yang
mempunyai daya pembersih maksimal tapi tidak boleh merusak email gigi,
tidak toksik dan tidak campur dengan bahan-bahan penyusun pasta gigi. Daya
pembersih bahan abrasive ini tergantung pada ukuran partikel. Pada
umumnya apabila ukuran partikel besar dalam jumlah banyak akan
mempunyai daya pembersih yang besar. Contoh bahan abrasive: kalsium
karbonat, dikalsium fosfat, trikalsium fosfat, dan kalsium sulfat (Balsam dan
Sagarin, 1972).
b. Bahan pengikat (binder).
Bahan ini digunakan dalam sediaan pasta gigi untuk mencegah
memisahnya fase padat dan fase cair terutama dalam penyimpanan dalam
waktu yang lama. Binder umumnya koloid hidrofil yang mengembang atau
mengabsorbsi air dan membentuk fase cair yang kental. Binder merupakan
bahan pemisah antara fase padat dan fase cair dengan cara bertindak sebagai
protektif dan meningkatkan kekentalan. Contoh binder yang dapat digunakan
diantaranya amilum, tragakan, gummi arabikum, karboksimetilselulosa,
bentonit dan veegum. Pada umumnya konsentrasi binder dalam sediaan pasta
gigi adalah 0,5 – 2,0 % (Balsam dan Sagarin, 1972).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Humectant.
Pada pembuatan sebuah pasta gigi, biasanya bahan abrasive dicampur
dengan fase padat yang mengandung humectant. Bahan ini digunakan dalam
pasta gigi agar pasta tetap lembab apabila terjadi penguapan air sehingga
mencegah pasta menjadi keras. Bahan yang digunakan sebagai humectant
adalah gliserin, sorbitol dan propilenglikol (Balsam dan Sagarin, 1972).
d. Surfaktan.
Bahan ini digunakan dalam pasta gigi sebagai pembersih (detergen) yang
mengeluarkan buih. Surfaktan yang sering digunakan yaitu natrium lauryl
sulfat yang cocok digunakan sebagai detergen dalam sediaan pasta gigi sebab
reaksinya netral, dapat berbuih baik dalam cairan maupun alkalis, tidak
membentuk endapan atau air sadah maupun saliva. Sebagai detergen
sebaiknya memiliki sifat-sifat stabil, dapat bercampur dengan bahan-bahan
penyusun pasta gigi yang lain dan mengenai rasa juga perlu diperhatikan
(Balsam dan Sagarin, 1972).
e. Flavouring agent.
Bahan ini digunakan dalam pasta gigi agar dapat memberi bau dan rasa
yang enak di rongga mulut. Pada umumnya konsentrasi flavouring agent
yang digunakan adalah 0,5-2,0 %. Sebagai flavouring agent sebaiknya dipilih
bahan yang tidak menimbulkan efek yang merugikan pada membran mukosa
di dalam mukosa mulut. Minyak atsiri yang banyak digunakan sebagai
flavouring agent dalam pasta gigi antara lain minyak cengkeh, minyak anisi
dan minyak permen. Bahan penolong lain juga dapat ditambahkan seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bahan pemanis agar pasta mempunyai rasa yang enak (manis) seperti sakarin,
bahan pewarna carmin cosin agar pasta lebih menarik (Balsam dan Sagarin,
1972).
f. Bahan pengawet.
Berfungsi untuk menjaga struktur fisik, kimiawi dan biologi pasta gigi. Bahan
ini haruslah tidak bersifat toksik. Bahan pengawet yang digunakan yaitu
sodium benzoate, metil paraben.
Pasta gigi yang baik harus memenuhi sifat-sifat yaitu bila digunakan dengan
sikat gigi harus dapat membersihkan atau menghilangkan partikel asing, plak,
sisa makanan, dan mempunyai daya pembersih yang baik, tidak toksik, memberi
rasa enak di mulut serta mudah dihilangkan dari mulut setelah pemakaian,
mempunyai konsistensi yang cocok sehingga mudah dikeluarkan dari wadah
(Michael dan Ash, 1977).
Persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh sediaan pasta gigi adalah harus
cukup lunak agar mudah dikeluarkan dari wadah, dapat menyebar di atas sikat
gigi, tidak boleh kering atau keras, dan tidak boleh mengadakan interaksi dengan
bahan lain (Jellineck, 1970). Persyaratan umum basis atau bahan pembantu yaitu
harus memiliki stabilitas yang memuaskan dan dapat tersatukan dengan bahan
pembantu lainnya dan juga dengan bahan obat yang digunakan sebagai terapi
(Voigt, 1994).
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan basis pasta
yaitu laju pelepasan bahan obat dari basis yang diinginkan, jangka waktu obat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang stabil dalam pasta, dan pengaruh obat bila ada, terhadap kekentalan atau
hal lainnya dari dasar pasta (Ansel, 1989).
3. Monografi Bahan
a. HPMC (Hydroksipropil Methylcellulosum)
Hidroksipropilmetilselulosa adalah suatu propilenglikol eter dari
metilselulosa yang mengandung bagian O-metil dan O-(2-hidroksipropil)
selulosa. HPMC terdapat dalam beberapa tipe yang bervariasi dalam
viskositas dan tingkat substitusi (Parfitt, 1999). HPMC secara luas digunakan
sebagai suatu eksipien di dalam suatu formulasi pada sediaan topikal dan oral.
Dibandingkan dengan metil selulosa, HPMC menghasilkan cairan yang lebih
jernih. HPMC juga digunakan sebagai zat pengemulsi, agen pensuspensi dan
agen penstabil di dalam sediaan salep, gel dan pasta. HPMC digunakan
sebagai bahan pembentuk gel pada konsentrasi 2-10% (Swarbrick and
Boylan, 2007).
Sifat merekat dari HPMC cenderung menjadi lebih kental dan merekat.
Peningkatan konsentrasi juga menghasilkan sediaan yang lebih kental dan
merekat. HPMC yaitu dapat larut dalam air dingin, membentuk satu larutan
koloid yang merekat, pada kenyataannya tidak dapat larut dalam kloroform
etanol (95%) dan eter, tetapi dapat larut dalam campuran etanol dan
dichloromethane, campuran metanol dan dichloromethane, dan campuran
dari alkohol dan air. Titik kestabilan larutan gel yaitu pada suhu 50-90 °C,
dan dipengaruhi konsentrasi serta nilai material. Larutan HPMC stabil pada
pH 3-11. Sediaan HPMC menyediakan stabilitas kekentalan yang baik disuhu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ruang walau disimpan dalam waktu yang panjang. HPMC secara umum
diakui sebagai bahan tidak beracun dan non iritasi, walaupun konsumsi oral
berlebih dapat menimbulkan laksatif (Rowe et al., 2006). Rumus struktur
dari HPMC dapat diamati pada Gambar 2 berikut:
O
OO
HOR
H
H
OR
HH2C
OR
H
HOR
H
H
OR
H2C
OR
H
O
R = -CH2CH(CH3)OH, -CH3
n-2 2
Gambar 2. Struktur Hidroksipropil Metilselulosa (Parfitt, 1999)
b. Na-CMC (Natrium Carboxymethylcellulosum)
Natrium karboksimetilselulosa adalah garam natrium polikarboksimetil
eter yang larut pada air dan stabil pada pH 5-10. Jadi larutan ini memiliki pH
netral. Natrium karboksimetilselulosa adalah garam natrium karboksimetil
eter selulosa mengandung 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan, berupa serbuk atau butiran putih atau putih kuning
gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,dan higroskopis (Anonim,
1995).
Turunan selulosa termasuk golongan polimer semi sintetik. Turunan
selulosa yang banyak digunakan sebagai bahan pembentuk gel misalnya
karboksimetil selulosa, hidroksipropil selulosa dan metil selulosa. Perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
metil selulosa dengan natrium karboksimetil selulosa yaitu dapat larut dalam
air dingin maupun air panas. Larutan berairnya stabil terhadap suhu dan
dalam waktu yang lebih lama dapat ditempatkan pada suhu 100°C tanpa
terkoagulasi (Voigt, 1994).
Na-CMC larut dalam air dan campurin air-gliserin. Gel dengan medium
air stabil pada pH 2-10, tetapi rentan terhadap pertumbuhan mikroba.
Kelarutan dari Na-CMC mudah mendispersi dalam air membentuk koloidal,
tidak larut dalam etanol (95%) p, dalam eter p, dan dalam pelarut organik
yang lain (Anonim, 1979).
Fungsi dari Na-CMC adalah sebagai coating agent, penstabil, gelling
agent, suspending agent, desintegran pada tablet dan kapsul bahan pengisi
pada tablet, meningkatkan kekentalan, dan water absorbing agent. Aplikasi
pada formulasi farmasetikal dan teknologi, pada sediaan oral dan topikal,
biasanya Na-CMC digunakan untuk suspending atau peningkat kekentalan
(viskositas) sediaan. Konsentrasi yang tinggi sekitar 3-6% digunakan untuk
membentuk gel yang digunakan sebagai dasar untuk aplikasi pembuatan
pasta. (Rowe et al., 2003)
Natrium karboksimetilselulosa stabil walaupun bahannya higroskopis.
Dibawah kondisi basa yang tinggi, Na-CMC mampu menyerap air secara
besar kuantitasnya. Air mudah didispersi pada semua suhu, pada bentuk yang
murni, pada solut koloid. Peningkatan konsentrasi akan menghasilkan
peningkatan kekentalan larutan, sedangkan memperpanjang pemanasan pada
temperatur yang tinggi akan dapat mempermanen penurunan kekentalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kekentalan solut menurun dengan cepat di atas pH 10. Umumnya, solut
menunjukkan kekentalan maksimal dan stabil pada pH 7 – 8 (Anonim, 2011).
Rumus struktur dari Na-CMC dapat diamati pada Gambar 3 berikut:
Gambar 3. Struktur Natrium Karboksimetilselulosa (Anonim, 2011)
c. Gliserol.
Mempunyai rumus molekul CH2OH-CHOH-CH2OH. Pemerian yaitu
cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa
hangat, higroskopik. Kelarutan yaitu dapat campur dengan air dan etanol
(95%) p, praktis tidak larut dalam kloroform p, dalam eter p, dan dalam
minyak lemak. Khasiat sebagai zat tambahan (Anonim, 1979). Berfungsi
sebagai pelembab, mencegah penguapan pada plastisizer, pelarut, pemanis
dan pengisotonis. Di bidang farmasi gliserin digunakan dalam formulasi
untuk sediaan oral, mata, topikal dan parenteral. Gliserin pada sediaan topikal
dan kosmetik digunakan sebagai humektan. Rumus struktur dari gliserol
dapat diamati pada Gambar 4 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. Struktur Gliserol (Price, 2005)
d. Sorbitol 70 %.
Pemerian berupa cairan jernih, tidak berwarna, cairan seperti sirup dapat
dicampur dengan air, gliserol 85% dan dengan propilenglikol serta dapat larut
alkohol. Memiliki titik lebur 110°-112° C dan berfungsi sebagai pemanis
(Anonim, 2011). Rumus struktur dari sorbitol 70% dapat diamati pada
Gambar 5 berikut:
Gambar 5. Struktur Sorbitol (Anonim, 2011)
e. Sakarin
Mengandung tidak kurang dari 98,0 % C7H4NaO3S, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Pemerian yaitu serbuk hablur, putih, tidak berbau
atau agak aromatik dan sangat manis. Kelarutan yaitu larut dalam 1,5 bagian
air dan dalam 50 bagian etanol (95%) p. Khasiat sebagai zat tambahan
(Anonim, 1979). Rumus struktur dari sakarin dapat diamati pada Gambar 6
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 6. Struktur Sakarin (Fatma, 2011)
f. Metil paraben
Mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101% C8H8O3.
Pemeriannya yaitu serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan yaitu
larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dan dalam 3,5
bagian etanol 95% p. Berkhasiat sebagai zat pengawet (Anonim, 1979).
Rumus struktur dari metil paraben dapat diamati pada Gambar 7 berikut:
Gambar 7. Struktur Metil Paraben (Aeni, 2010)
g. Natrium laurylsulfat
Pemerian yaitu bongkahan hablur, putih. Kelarutan yaitu larut dalam air
(Anonim, 1979). Surfaktan merupakan agen pembasah yang menurunkan
tegangan permukaan cairan, menjadi lebih mudah menyebar dari tetesan ke
permukaan, sehingga menurunkan tegangan antar muka antara ke dua cairan.
Surfaktan seperti natrium lauril sulfat digunakan sebagai deterjen dibidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu sebuah pembersih yang efektif (Anonim, 2007). Rumus struktur dari
natrium laurylsulfat dapat diamati pada Gambar 8 berikut:
Gambar 8. Struktur Natrium Laurylsulfat (Anonim, 2007)
h. Oleum menthae piperitae
Minyak permen adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan
uap pucuk bunga Menthae piperitae L. yang segar. Kadar mentol bebas
(C10H20O) pada minyak permen adalah tidak kurang dari 45,0%. Kadar ester
dihitung sebagai metil asetat (C12H22O2) tidak kurang dari 4,0% dan tidak
lebih dari 9,0%. Minyak permen berupa cairan tidak berwarna, kuning pucat
atau kuning kehijauan, bau aromatik, rasa pedas dan hangat kemudiaan
dingin. Minyak ini digunakan sebagai zat tambahan dan karminativum
(Anonim, 1979).
i. Kalsium karbonat
Kalsium karbonat berupa serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan yaitu praktis tidak larut dalam air hangat, sangat sukar larut dalam
air yang mengandung karbondioksida (Anonim, 1979). Dalam formulasi
pasta gigi kalsium karbonat dipakai sebagai pembersih (cleansing) dan
pengkilap (polishing material). Kalsium karbonat dapat mengembalikan
discoloration gigi dan melepaskan sisa makanan yang menempel pada gigi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 9. Kerangka Pemikiran
Enzim papain pepaya yang berfungsi
sebagai proteolitik
Sediaan pasta gigi
Terdapat bahan penting dalam formulasi yaitu bahan pengikat yang berfungsi
mencegah terjadinya pemisahan fase padat dan cair dalam penyimpanan
Na-CMC dengan sifat stabil pada
pH antara 5-10, higroskopis, dapat
larut dalam air dingin atau panas.
HPMC dengan sifat stabil pada pH antara 3-
11, sedikit higroskopis, larut dalam air dingin
(melarut lambat) dan dapat menghasilkan
larutan pengental (gel) yang jernih
Merupakan turunan selulosa namun apabila digunakan pada
formulasi kemungkinan akan memberikan pengaruh atau
perbedaan pada pasta gigi yang dihasilkan
Pengujian meliputi sifat fisik
(organoleptis, homogenitas, dan
viskositas), sifat kimia (pH), dan
hedonik (tampilan warna, kekentalan
dan jumlah busa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hipotesis
Dari tinjauan pustaka di atas dapat diambil suatu hipotesis:
3. Ekstrak enzim papain pepaya (Carica papaya L.) diduga dapat
diformulasikan dalam sediaan pasta gigi.
4. Penggunaan Na-CMC dan HPMC sebagai bahan pengikat diduga terdapat
perbedaan signifikan terhadap sifat fisik, kimia dan uji hedonik sediaan
pasta gigi papain pepaya (Carica papaya L.).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kategori dan rancangan penelitian
Kategori dan rancangan penelitian yang digunakan adalah kategori
penelitian eksperimental laboratorium dan dalam penelitian ini digunakan 3
macam variabel yaitu :
1. Variabel bebas: bahan pengikat pada pembuatan pasta gigi ekstrak
enzim papain pepaya, yaitu pada formula I digunakan Na CMC dan
pada formula II digunakan HPMC.
2. Variabel tergantung: sifat sediaan pasta gigi ekstrak enzim papain
pepaya (Carica papaya L.) yang meliputi pengujian organoleptis
(fisik), pengujian homogenitas (fisik), pengujian viskositas (fisik),
pengujian pH (kimia) dan penilaian kesukaan (tampilan warna,
kekentalan dan jumlah busa).
3. Variabel terkendali: jumlah bahan yang digunakan, alat yang
digunakan, cara pembuatan sediaan pasta gigi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di 2 tempat yaitu di Laboratorium
Farmasetika Dasar Farmasi Unversitas Sebelas Maret, dan Laboratorium
Teknologi Farmasi Universitas Setia Budi. Waktu pelaksanaan penelitian dari
Mei 2012 - Juli 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pisau stainless steel,
lemari pendingin, termometer (YENACO), oven, corong, kertas saring
wheatman, Viskotester (E Rion), pH meter (EUTECH), gelas obyek, mortir dan
stamper, waterbath, alat-alat gelas (PYREX) dan alat-alat pendukung lainnya.
2. Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah getah pepaya.
Pada pengujian ekstrak digunakan susu murni. Bahan untuk sediaan pasta antara
lain kalsium karbonat (CV. Agung Jaya), HPMC (CV. Agung Jaya), gliserol
sorbitol 70%, Na-CMC, sakarin, metilparaben, natrium lauryl sulfat, dan oleum
menthae piperathe yang diperoleh dari laboratorium farmasetika UNS, serta
aquades (Lab. Biologi).
D. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan bahan
Bahan utama yaitu getah pepaya yang didapatkan dari pepaya dengan jenis
bangkok. Pengambilan dilakukan dengan cara menyadap dengan pisau pada
bagian buah yang masih tergantung pada pohonnya.
2. Determinasi.
Bahan yang didapatkan dilakukan determinasi untuk memastikan bahwa
tanaman yang digunakan adalah benar-benar pepaya (Carica papaya L.).
determinasi dilakukan di Universitas Setia Budi, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pembuatan ekstrak
Getah pepaya ditambah dengan etanol 95% sebanyak 4x dari jumlah
getah. Kemudian diendapkan secara spontan pada suhu rendah. Setelah timbul
endapan dilakukan pemisahan. Selanjutnya endapan dilakukan pengeringan pada
suhu 55° C pada oven selama 5 jam.
4. Pengujian ekstrak
Dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak ke dalam air hingga diperoleh
larutan. Dalam tabung reaksi, 5 ml susu sapi dipanaskan pada suhu 37° C.
Kemudian ditambahkan 1 ml larutan. Dilakukan pengamatan, apabila timbul
endapan menandakan ekstrak mengandung enzim proteolitik yaitu enzim papain.
5. Rancangan formula pasta gigi ekstrak enzim papain pepaya
Rancangan formula mengacu pada penelitian Harmely, et al., (2010)
dengan formula sebagai berikut:
Tabel II. Rancangan Formula Sediaan Pasta Gigi Enzim Papain Pepaya
Bahan Formula I (g) Formula II (g)
Papain papaya 2,5 2,5
Kalsium karbonat 20 20
Gliserol 9 9
Sorbitol 70% 5 5
Na-CMC 0,5 -
HPMC - 0,5
Sakarin 0,1 0,1
Metil paraben 0,05 0,05
Natrium lauryl sulfat 0,5 0,5
Oleum minthae piperathe 0,15 0,15
Aqua ad ad 50 ad 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Pembuatan pasta gigi
a. Memanaskan air sejumlah 15x jumlah bahan pengikat di atas waterbath.
Selanjutnya air yang telah panas dipindah ke dalam mortir.
b. Melakukan pembuatan bahan pengikat pasta gigi (massa 1) dengan cara:
1) Bahan pengikat untuk formula I yaitu Na-CMC dikembangkan dengan
cara ditabur di atas air panas, didiamkan selama 15 menit, kemudian
diaduk hingga homogen.
2) Bahan pengikat untuk formula II yaitu HPMC dikembangkan dengan
cara ditambahkan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk, hingga
membentuk massa gel, selanjutnya diaduk homogen.
c. Kalsium karbonat dan papain digerus ditambah gliserol diaduk homogen,
ditambahkan larutan sorbitol 70 % dan diaduk homogen (massa 2).
d. Massa 1 ditambahkan ke massa 2 diaduk sampai homogen (massa 3).
e. Sakarin dan natrium benzoat dilarutkan dalam sisa air, diaduk hingga
homogen, dimasukkan ke dalam massa 3 dan di gerus hingga homogen.
f. Natrium lauryl sulfat ditambahkan ke dalam massa 3, diaduk homogen
sampai terbentuk massa pasta.
g. Oleum menthae piperitae dimasukkan terakhir, diaduk sampai homogen.
7. Pengujian sediaan
a. Pengujian homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan 0,1 gram sediaan
pada kaca transparan. Sediaan yang baik akan menunjukkan susunan yang
homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pengujian viskositas
Uji viskositas sediaan pasta dilakukan dengan menggunakan alat
viskometer Cup and Bob Viskometer VT-04 E Rion.. Rotor dipasang pada
viskotester dengan menguncinya berlawanan arah dengan jarum jam. Mangkuk
diisi sampel pasta yang diuji, setelah ditempatkan rotor tepat di tengah-tengah
mangkuk yang berisi pasta, kemudian alat dihidupkan. Rotor mulai berputar dan
jarum penunjuk nilai viskositas secara otomatis akan bergerak menuju ke kanan
dan kemudian setelah stabil dapat diamati hasil viskositasnya.
c. Pengujian organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan terhadap perubahan-perubahan
konsistensi, warna dan bau pasta selama proses penyimpanan.
d. Pengujian pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, dengan cara
melarutkan sediaan pasta (1 gram) dengan aquades (10 mL), dicampur hingga
homogen. Kemudian bagian katoda pH meter dicelupkan dalam larutan pasta
dan selanjutnya dilihat nilai pH yang terukur pada layar hingga diperoleh angka
yang stabil (Sensel, 1977).
e. Penilaian kesukaan
Penilaian dilakukan dengan cara mengisi kuisioner yang telah disediakan
dengan menggunakan tiga parameter yaitu penilaian tampilan warna, tingkat
kekentalan dan jumlah busa yang dihasilkan. Penilaian ini dilakukan oleh 20
responden secara acak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Cara analisa
Data diperoleh dari hasil pengamatan sifat fisik sediaan pasta gigi yang
meliputi pengujian homogenitas, pengamatan organoleptis, pengukuran pH,
pengukuran viskositas, dan penilaian kesukaan. Analisa data yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan secara teoritis
Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap parameter
dari Farmakope Indonesia dan pustaka lain.
b. Pendekatan statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik menggunakan program
SPSS 16 menggunakan uji Saphiro-Wilk, jika data terdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan uji Independent Sample t Test dengan taraf kepercayaan
95% dan jika data tidak terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji
Mann-Whitney.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya ekstrak
papain pepaya (Carica papaya L.) dibuat dalam sediaan pasta gigi dan
perbedaan penggunaan dari Na-CMC dan HPMC sebagai bahan pengikat
terhadap sifat fisik, kimia dan uji hedonik sediaan pasta gigi ekstrak papain
pepaya (Carica papaya L.).
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu
penelitian dengan menggunakan bahan alam. Determinasi ini bertujuan untuk
mengetahui kebenaran tanaman yang akan digunakan dalam penelitian,
sehingga kesalahan saat pengumpulan bahan dapat dihindari. Hasil determinasi
yang telah dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematika Tumbuhan
Universitas Setia Budi, berdasarkan acuan dari buku Flora untuk Sekolah di
Indonesia karangan Dr.C.G.G.J Van Steenis menyatakan bunga, daun, batang
dan buah yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar – benar tanaman
pepaya (Carica papaya L.). Hasil determinasi tanaman pepaya (Carica papaya
L.) dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Pembuatan Ekstrak Papain Pepaya (Carica papaya L.)
Getah yang digunakan sebagai bahan baku berasal dari pepaya jenis
pepaya bangkok yang diambil dari Bulur, Polokarto, Sukoharjo. Pepaya yang
dipilih adalah jenis bangkok karena lebih mudah didapat, selain itu
pengambilan getah juga tidak terlalu sulit karena pohon pepaya jenis bangkok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak terlalu tinggi. Pengambilan getah dilakukan pada pepaya yang masih
berumur muda dengan cara menyadap dengan pisau pada bagian buah dari
pepaya yang masih dalam keadaan tergantung pada pohon. Proses ini harus
dilakukan dengan hati-hati karena apabila penyadapan dilakukan secara
berlebihan maka dapat menimbulkan bekas luka yang akan tampak jelas pada
pepaya tersebut. Pengambilan getah dilakukan saat pagi hari antara jam 05.30 –
07.45 WIB. Menurut Anonim (2006) hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi
kelembapan lingkungan tetap tinggi. Apabila kelembapan lingkungan relatif
tinggi maka kecepatan alir getah akan tinggi. Hal ini disebabkan getah akan
naik dari batang menuju ke bagian buah dan dalam keadaan ini getah yang
terdapat dalam bagian buah berjumlah maksimal sehingga apabila getah di
ambil maka getah dapat mengalir dengan cepat. Getah yang diperoleh yaitu
sebesar 245 ml dengan berat 248,62 g.
Getah yang telah diperoleh kemudian dilakukan proses ekstraksi dengan
menambahkan etanol 95% sebanyak 4x dari jumlah volume getah yaitu
sejumlah 980 ml. Penggunaan volume etanol yang lebih banyak ini ditujukan
agar mengikat molekul air yang terdapat dalam getah. Karena jumlah molekul
etanol lebih banyak dari pada molekul air pada getah, maka kekuatan solvasi
etanol terhadap air semakin besar sedangkan kekuatan solvasi air terhadap
papain semakin berkurang dan mengakibatkan papain dapat mengendap.
Setelah penambahan etanol, larutan diendapkan pada suhu rendah yaitu pada
lemari es selama 1 hari. Pengendapan spontan pada suhu rendah akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menghasilkan kemurnian tinggi pada produk papain karena endapan akan
segera terbentuk dengan cepat (Oktaviani, 2007).
Proses selanjutnya yaitu dilakukan penyaringan dari endapan yang
dihasilkan dengan kertas saring dan endapan yang diperoleh kemudian
dikeringkan pada oven dengan suhu 55°C selama 5 jam. Suhu optimal papain
adalah 50-60 °C. Papain relatif tahan terhadap suhu, bila dibandingkan dengan
enzim proteolitik lainnya seperti bromelin dan fisin (Winarno, 1995).
Pengeringan menggunakan oven memiliki keuntungan yaitu suhu pengeringan
dapat terjaga dan hasil ekstrak yang diperoleh berwarna lebih cerah dan
menghasilkan bau ekstrak yang tidak terlalu menyengat dibandingkan
pengeringan pada sinar matahari. Dari proses ekstraksi ini diperoleh rendemen
sebesar 11,89% ( ) dari 248,62 g getah pepaya (lihat Lampiran 4).
C. Pengamatan dan Pengujian Ekstrak
Dari proses ekstraksi yang dilakukan, didapatkan ekstrak kering berupa
tepung papain. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara organoleptis dan uji
kandungan enzim papain yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Pengamatan
organoleptis meliputi warna, bau, dan pH dapat dilihat pada Tabel III berikut:
Tabel III. Hasil pengamatan organoleptis ekstrak papain pepaya
Pengamatan Hasil
pH 6,0
Bau Khas getah
Warna Putih sedikit kekuningan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengujian kandungan enzim papain dilakukan dengan memanfaatkan
sifatnya yaitu sebagai proteolitik. Sebanyak 0,25 gram ekstrak dilarutkan ke
dalam 10 ml air. Kemudian diteteskan ke dalam susu murni yang telah
dipanaskan hingga suhu 37 °C karena rata-rata enzim akan bekerja optimal
pada suhu tersebut dan suhu ini merupakan suhu yang sesuai dengan keadaan
mulut. Hasil menunjukkan terjadi pemecahan ikatan protein oleh larutan
ekstrak yang ditandai dengan adanya koagulasi dan timbulnya endapan. Hal ini
menunjukkan dalam ekstrak terdapat enzim yang bersifat proteolitik yaitu
enzim papain. Papain termasuk enzim hidrolase yang mengkatalisis reaksi
hidrolisis suatu substrat dengan pertolongan molekul air. Aktivitas katalisis
papain dilakukan melalui hidrolisis yang berlangsung pada sisi-sisi aktif
papain. Pemisahan gugus-gugus amida yang terdapat di dalam protein tersebut
berlangsung melalui pemutusan ikatan peptida (Budiman, 2003).
D. Pembuatan dan Pengujian Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Papain
Pepaya (Carica papaya L.).
Pasta gigi ekstrak papain pepaya (Carica papaya L.) dibuat dalam 2
formulasi dengan variasi bahan pengikat yaitu formula I menggunakan
Natrium Karboksimetilselulosa (Na-CMC) dan formula II menggunakan
Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC). Na-CMC dikembangkan dengan cara
ditabur diatas air dan didiamkan, sedangkan HPMC dikembangkan dengan cara
ditaburkan pada air sambil diaduk terus menurus hingga larut sepenuhnya dan
membentuk larutan gel. Penambahan gliserin dan sorbitol 70% digunakan
sebagai pelembab agar pasta yang dihasilkan memiliki tampilan luar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
halus. Natrium benzoat dicampurkan dengan dilarutkan terlebih dahulu dengan
air karena bahan ini dapat larut baik dalam air. Natrium lauryl sulfat
ditambahkan terakhir sebelum oleum menthae dengan cara sedikit-sedikit
sambil diaduk pelan. Hal ini dilakukan karena apabila pencampuran dilakukan
dengan terlalu menekan maka dapat membuat pasta menjadi berbusa sehingga
tidak memenuhi syarat organoleptis dari pasta gigi.
Kedua formula tersebut dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui
pengaruh bahan pengikat yang digunakan terhadap sifat fisik, kimia dan uji
hedonik dari sediaan pasta gigi yang dihasilkan.
1. Pengamatan organoleptis
Pengamatan organoleptis pasta gigi bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan secara organoleptis selama penyimpanan dari minggu ke
minggu. Pengamatan organoleptis meliputi warna, bau dan bentuk yang dapat
diamati secara visual dengan panca indera. Pengamatan organoleptis dilakukan
pada minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, dan minggu ke-4
selama proses penyimpanan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari kedua pasta terdapat
perbedaan warna yaitu untuk formula I berwarna putih kekuningan sedangkan
untuk formula II berwarna lebih putih. Perbedaan ini dipengaruhi bahan
pengikat yang digunakan. Bahan pengikat HPMC memiliki warna dasar putih
dan dapat menghasilkan larutan gel yang lebih jernih sedangkan Na-CMC
memiliki warna dasar putih agak kekuningan. Pada pasta gigi juga tidak
terdapat partikel asing sehingga sesuai dengan syarat mutu pasta gigi menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SNI 12-3524-1995. Pengamatan juga menunjukkan selama penyimpanan tidak
terjadi perubahan pada warna, bau, adanya partikel asing dan bentuk secara
visual sehingga dapat dinyatakan bahwa pasta formula I dan formula II stabil
secara organoleptis dalam penyimpanan selama 4 minggu.
Hasil pengamatan organoleptis pasta gigi enzim papain pepaya pada
kedua formula dari minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, dan
minggu ke-4 dapat dilihat pada Tabel IV berikut:
Tabel IV. Hasil pengamatan organoleptis
Pengamatan
Pasta Gigi
(minggu)
Formulasi Pasta Gigi
F1 F2
Partikel
asing
Bau Warna Bentuk
visual
Partikel
asing
Bau Warna Bentuk
visual
0 - KM + SP - KM ++ SP
1 - KM + SP - KM ++ SP
2 - KM + SP - KM ++ SP
3 - KM + SP - KM ++ SP
4 - KM + SP - KM ++ SP Keterangan: F1 : Formula 1( Na-CMC) KM : Khas menthae piperitea
F2 : Formula 2 (HPMC) ++ : Putih
+ : Putih Agak Kekuningan
SP : Sediaan Pasta
- : Tidak Ada
2. Pengujian homogenitas
Pengujian homogenitas pasta gigi bertujuan untuk mengetahui homogen
tidaknya pasta yang dihasilkan. Homogenitas adalah faktor penting yang
menyatakan tolok ukur kualitas sediaan pasta gigi karena zat aktif yang
digunakan berupa ekstrak yang harus terdistribusi merata dalam sediaan pasta
gigi enzim papain pepaya agar dapat memberikan efek yang maksimal.
Homogenitas mencerminkan tidak terbentuknya partikel-partikel yang
memisah atau fase dispers terdistribusi secara merata pada fase pendispers.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil pengujian homogenitas pasta gigi enzim papain pepaya pada kedua
formula dari minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, dan
minggu ke-4 dapat dilihat pada Tabel V berikut:
Tabel V. Hasil pengujian homogenitas
Formulasi Pengamatan Pasta Gigi (minngu ke-)
0 1 2 3 4
F1 - - - - - F2 - - - - -
Keterangan : F1 : formulasi 1 (Na-CMC) (-) : homogen, tidak ada perubahan
F2 : formulasi 2 (HPMC) (+) : tidak homogen, ada perubahan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada formula I dan formula II kondisi
pasta gigi adalah homogen dan tidak mengalami perubahan selama
penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak papain dapat terdistribusi
merata dalam pasta gigi sehingga pasta gigi dapat bekerja secara maksimal.
3. Pengujian pH
Pengujian pH pasta gigi bertujuan untuk mengetahui nilai keasaman
pasta gigi dan mengetahui sesuai tidaknya pH pasta gigi enzim papain pepaya
dengan standar yang telah ditentukan. pH sediaan pasta gigi papain pepaya
diusahakan sama dengan pH fisiologis mulut yaitu sebesar 7,0 dan apabila
terdapat perbedaan, pH harus aman digunakan. Berdasarkan SNI 12-3524-1995
telah ditentukan bahwa syarat pasta gigi harus memiliki pH antara 4,5-10,5.
Hasil pengamatan pH pasta gigi enzim papain pepaya pada kedua
formula dari minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, dan
minggu ke-4 dapat dilihat pada Tabel VI berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel VI. Hasil pengujian pH
Formulasi Pengamatan Pasta Gigi (minggu ke-)
0 1 2 3 4
F1 7,82±0,25 7,86±0,43 8,01±0,94 8,05±0,87 8,09±0,98
F2 7,91±0,26 8,01±0,90 8,04±0,55 8,12±0,87 8,14±0,52
Keterangan : F1 : formulasi 1 (Na-CMC)
F2 : formulasi 2 (HPMC)
Dari tabel VI dapat diamati bahwa pH kedua formula telah memenuhi standar
pH sediaan pasta gigi yaitu 4,5-10,5 dan tidak jauh dari pH netral dari
pengamatan dari minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, dan
minggu ke-4. Harga pH yang mendekati basa ini diakibatkan oleh adanya
pengaruh dari bahan lain yang ada dalam pasta gigi yaitu kalsium karbonat
yang memiliki sifat basa dan memiliki persentasi jumlah paling banyak dalam
formulasi. Dari kedua formula tersebut dapat diamati bahwa formula II
memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibanding dengan formula I.
Berdasarkan uji statistik menggunakan program SPSS 16 dengan uji
normalitas Saphiro-wilk menunjukkan bahwa pada formula I didapatkan nilai
signifikasi sebesar 0,490 sedangkan pada formula II didapatkan nilai signifikasi
sebesar 0,363 sehingga dapat dinyatakan data dari kedua formula terdistribusi
normal dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05. Pengujian dilanjutkan pada
homogenitas dengan melihat nilai dari Levene's Test for Equality of Variances
dan didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,270 sehingga dapat dinyatakan data
telah homogen dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05. Pengujian dilanjutkan
dengan uji Independent sample T test dengan taraf kepercayaan 95% dan
didapatkan nilai t hitung sebesar -0,775 sehingga dapat dinyatakan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua formula tersebut dengan nilai t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hitung lebih dari t tabel dengan df= 4 yaitu 2,132 (lihat Lampiran 9).
Berdasarkan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan signifikan terhadap penggunaan Na-CMC dan HPMC sebagai bahan
pengikat dalam sediaan pasta gigi enzim papain pepaya.
4. Pengujian viskositas
Pengujian viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan yang
dimiliki oleh pasta gigi enzim papain pepaya yang dihasilkan. Viskositas
merupakan parameter yang menyatakan besarnya kekuatan suatu cairan untuk
mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Martin et al,
1993). Dalam pembuatan pasta gigi viskositas perlu diperhatikan karena pasta
gigi merupakan sediaan semi padat yang memiliki konsentrasi zat padat yang
tinggi. Bila pasta gigi memiliki viskositas yang rendah maka pasta gigi akan
sangat lunak sehingga mengakibatkan pasta gigi tenggelam dalam bulu sikat
gigi dan menetes dari sikat gigi namun bila pasta gigi memiliki viskositas yang
terlalu tinggi maka pasta gigi akan sulit keluar dari dalam tube dan kurang
dapat terdispersi baik dalam mulut.
Hasil pengamatan viskositas pasta gigi enzim papain pepaya pada kedua
formula dari minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, dan
minggu ke-4 dapat dilihat pada Tabel VII berikut:
Tabel VII. Hasil pengujian viskositas
Formula Pengamatan Pasta Gigi (minggu ke-)
0 (cps) 1 (cps) 2 (cps) 3 (cps) 4 (cps)
F1 49000±1000 51333±1527 53000±1000 54000±1000 54333±1527
F2 37000±1000 38000±1000 39000±0 40000±1000 41000±1000
Keterangan : F1 : formulasi 1 (Na-CMC)
F2 : formulasi 2 (HPMC)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel VII dapat diamati bahwa pasta gigi formula I memiliki nilai
viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan formula II namun kedua
formula tersebut sama-sama mengalami kenaikan dalam 4 minggu
penyimpanan. Hal ini dimungkinkan karena bahan pengikat semakin besar
mengikat air dalam waktu penyimpanan. Pasta adalah sediaan yang sebagian
besar penyusunnya zat padat sehingga ketika bahan pengikat semakin banyak
mengikat air maka akan terjadi pemisahan ikatan antara zat padat dengan air
dan membuat zat padat lama-lama menjadi semakin keras. Nilai viskositas
yang tinggi pada formula I akan berdampak pada konsistensi pasta gigi yang
dihasilkan sehingga pada formula I pasta gigi mempunyai konsistensi yang
lebih kenyal dan padat sedangkan formula II memiliki konsistensi yang lebih
lunak karena memiliki viskositas yang tidak terlalu tinggi.
Berdasarkan uji statistik menggunakan program SPSS 16 dengan uji
normalitas Saphiro-wilk, pada formula I didapatkan nilai signifikasi sebesar
0,637 sedangkan pada formula II didapatkan nilai signifikasi sebesar 1,000
sehingga dapat dinyatakan data dari kedua formula terdistribusi normal dengan
nilai signifikasi lebih dari 0,05. Pengujian dilanjutkan pada homogenitas
dengan melihat nilai dari Levene's Test for Equality of Variances dan
didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,442 sehingga dapat dinyatakan data telah
homogen dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05. Pengujian dilanjutkan dengan
uji Independent sample T test dengan taraf kepercayaan 95% dan didapatkan
nilai t hitung sebesar 12,649 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan
yang signifikan dari kedua formula tersebut dengan nilai t hitung lebih dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nilai t tabel dengan df= 4 yaitu 2,132 (lihat Lampiran 9). Berdasarkan
pengolahan data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan
terhadap penggunaan Na-CMC dan HPMC sebagai bahan pengikat dalam
sediaan pasta gigi enzim papain pepaya.
5. Penilaian kesukaan (Uji Hedonik)
Penilaian kesukaan bertujuan untuk mengetahui penerimaan responden
terhadap produk pasta gigi enzim papain yang dihasilkan. Uji hedonik
merupakan salah satu uji penerimaan yang dilakukan dengan meminta
responden untuk mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
ketidaksukaannya terhadap produk yang dihasilkan.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tiga parameter yaitu
penilaian tampilan warna, kekentalan dan jumlah busa. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan yaitu accidental sampling. Teknik ini memiliki
keuntungan yaitu lebih praktis dan cepat dalam memperoleh data.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisioner dengan 5 skala yaitu
sangat tidak suka (1), tidak suka (2), netral (3), suka (4), dan sangat suka (5).
Jumlah responden yang digunakan untuk uji hedonik ini sebanyak 20 orang
(Nugroho, 1995).
a) Penilaian tampilan warna
Penilaian kesukaan terhadap tampilan warna sediaan pasta gigi enzim
papain pepaya dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung pada kedua formula pasta gigi yang dihasilkan. Tingkat kesukaan
yang tinggi mewakili tampilan warna yang paling disukai oleh responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tingkat penilaian responden terhadap kesukaan tampilan warna pasta
gigi enzim papain pepaya yang tinggi adalah pada formula II yaitu pasta gigi
enzim papain pepaya dengan bahan pengikat HPMC. Rata-rata nilai respon
dari 20 responden terhadap tampilan warna pasta gigi enzim papain pepaya
adalah 2,70 (antara tidak suka dan netral) untuk formula I dan 3,95 (antara
netral dan suka) untuk formula II.
Berdasarkan uji statistik menggunakan program SPSS 16 dengan uji
normalitas Saphiro-wilk. Pada formula I didapatkan nilai signifikasi sebesar
0,000 sedangkan pada formula II didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,000
menunjukkan bahwa data pada kedua formula tidak terdistribusi normal
dengan nilai signifikasi kurang dari 0,05 sehingga pengujian dilanjutkan
dengan uji non parametrik Mann-Whitney. Hasil pengujian diperoleh nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 (lihat Lampiran 8)
sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atau
dengan kata lain penggunaan bahan pengikat memberikan pengaruh yang
nyata pada kesukaan responden terhadap tampilan dari pasta gigi yang
dihasilkan. Formula II adalah formula yang lebih banyak dipilih karena
menghasilkan pasta gigi yang memiliki tampilan warna lebih putih
dibandingkan dengan pasta gigi yang dihasilkan formula I.
b) Penilaian kekentalan
Penilaian kesukaan terhadap kekentalan sediaan pasta gigi enzim papain
pepaya dilakukan dengan cara menyentuh langsung kedua formula pasta gigi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan tangan. Tingkat kesukaan yang tinggi mewakili kekentalan yang
paling disukai oleh responden.
Tingkat penilaian responden terhadap kesukaan kekentalan pasta gigi
enzim papain pepaya yang tinggi adalah pada formula II yaitu pasta gigi
enzim papain pepaya dengan bahan pengikat HPMC. Rata-rata nilai respon
dari 20 responden terhadap tampilan warna pasta gigi enzim papain pepaya
adalah 2,60 (antara tidak suka hingga netral) untuk formula I dan 3,45 (antara
netral hingga suka) untuk formula II.
Berdasarkan uji statistik menggunakan program SPSS 16 dengan uji
normalitas Saphiro-wilk. Pada formula I didapatkan nilai signifikasi sebesar
0,005 sedangkan pada formula II didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,010
menunjukkan bahwa data pada kedua formula tidak terdistribusi normal
dengan nilai signifikasi kurang dari 0,05 sehingga pengujian dilanjutkan
dengan uji non parametrik Mann-Whitney. Hasil pengujian diperoleh nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 yaitu 0,004 (lihat Lampiran 8)
sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atau
dengan kata lain penggunaan bahan pengikat memberikan pengaruh yang
nyata pada kesukaan responden terhadap kekentalan dari pasta gigi yang
dihasilkan. Formula II adalah formula yang lebih banyak dipilih karena
menghasilkan pasta gigi yang tidak terlalu kental atau dapat dikatakan
memiliki viskositas yang tidak terlalu tinggi sehingga konsistensinya lebih
lunak dan tekstur yang dihasilkan juga lebih halus. Hal ini akan lebih
memudahkan dalam pengeluaran pasta gigi dari wadah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Jumlah busa
Penilaian kesukaan terhadap jumlah busa yang dihasilkan sediaan pasta
gigi enzim papain pepaya dilakukan dengan menggosokkan pasta gigi dari
kedua formula ke tangan dan dilakukan penilaian terhadap banyaknya jumlah
busa yang dihasilkan. Tingkat kesukaan yang tinggi mewakili jumlah busa
kecepatan timbulnya busa dan kelembutan pasta gigi yang paling disukai oleh
responden.
Tingkat penilaian responden terhadap kesukaan jumlah busa dan
kelembutan yang dihasilkan pasta gigi enzim papain pepaya yang tinggi
adalah pada formula II yaitu pasta gigi enzim papain pepaya dengan bahan
pengikat HPMC. Rata-rata nilai respon dari 20 responden terhadap jumlah
busa, kecepatan timbulnya busa dan kelembutan pasta gigi enzim papain
pepaya adalah 2,75 (antara tidak suka hingga netral) untuk formula I dan
3,45 (antara netral hingga suka) untuk formula II.
Berdasarkan uji statistik menggunakan program SPSS 16 dengan uji
normalitas Saphiro-wilk. Pada formula I didapatkan nilai signifikasi sebesar
0,000 sedangkan pada formula II didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,002
menunjukkan bahwa data pada kedua formula tidak terdistribusi normal
dengan nilai signifikasi kurang dari 0,05. Sehingga pengujian dilanjutkan
dengan uji non parametrik Mann-Whitney. Hasil pengujian diperoleh nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,071 (lihat Lampiran 8)
sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
atau dengan kata lain penggunaan bahan pengikat tidak memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengaruh yang nyata pada kesukaan responden terhadap jumlah busa,
kecepatan timbul busa dan kelembutan pasta gigi yang dihasilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ekstrak enzim papain pepaya (Carica papaya L.) dapat diformulasikan dalam
sediaan pasta gigi.
2. Berdasarkan penelitian, terdapat perbedaan signifikan terhadap penggunaan
bahan pengikat Na-CMC dan HPMC terhadap sifat fisik yaitu viskositas dan
organoleptis (tampilan warna) namun tidak memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap sifat kimia yaitu pH serta diperoleh Formula II pasta gigi
ekstrak enzim papain pepaya dengan bahan pengikat HPMC sebagai formula
yang lebih disukai dalam hal tampilan warna dan kekentalan.
B. Saran
Penulis menyarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang variasi
konsentrasi dan bahan pengikat turunan selulosa lain untuk mendapatkan sediaan
pasta gigi enzim papain pepaya (Carica papaya L.) yang berkualitas baik