39
PERBEDAAN REGULASI EMOSI PADA ATLET BELADIRI TAEKWONDO PRIA DAN WANITA DI SALATIGA Oleh Melinda Inesia Ritavip 802009014 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

PERBEDAAN REGULASI EMOSI PADA ATLET BELADIRI TAEKWONDO

PRIA DAN WANITA DI SALATIGA

Oleh

Melinda Inesia Ritavip

802009014

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan
Page 3: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan
Page 4: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan
Page 5: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan
Page 6: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan
Page 7: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

Abstrak

Perbedaan jenis kelamin dalam mengekspresikan emosi dihubungkan dengan

perbedaan dalam tujuan laki-laki dan perempuan mengontrol emosinya. Perempuan

lebih mengekspresikan emosi untuk menjaga hubungan interpersonal serta membuat

mereka tampak lemah dan tidak berdaya. Sedangkan laki-laki menunjukan sifat

maskulinnya, yang tampak tegar dan kuat Tamres (2002). Peneliti mengambil populasi

90 keseluruhan Atlet yang ada di kota Salatiga berdasarkan data yang didapat dari

wisma Atlet Salatiga. Sampel yang digunakan pada penelitian ini semua populasi yaitu

90 orang.

Kata kunci :Regulasi Emosi, Jenis Kelamin, Prestasi Atlet

Page 8: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

Abstract

Gender differences in expressing emotions associated with the differences in the

objectives of men and women in control of his emotions. Women are more emoting to

maintain interpersonal relationships as well as make them look weak and helpless.

While men showed the nature of the maskulinnya, who looked rigid and strong Tamres

(2002). Researchers took population 90 overall Athletes in Salatiga City based on data

obtained from the guesthouse Athletes Salatiga. The sample used in this study

population, i.e. all 90 people.

Key words: regulation of Emotions, sex, the achievements of Athletes

Page 9: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

1

PENDAHULUAN

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang

dapat mendorong, mengembangkan, serta membina potensi jasmaniah dan rohaniah

seseorang. Olahraga juga dapat memunculkan tingkah laku yang tidak dapat dipisahkan

dari aspek-aspek psikis yang mendasarinya. Pada cabang-cabang olahraga tertentu

aspek psikis tidak terlalu dominan, namun pada cabang olahraga lain aspek psikis cukup

atau bahkan sangat berperan (Purwanto, 2006).

Peranan aspek psikis dalam olahraga Taekwondo sangat penting. Taekwondo

adalah salah satu bela diri yang berasal dari Korea yang saat ini sudah banyak berdiri di

berbagai negara. Bela diri ini menggunakan teknik tendangan dan pukulan. Taekwondo

adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan

filsafat. Taekwondo yang cenderung sebagai olahraga fisik secara psikis sangat

berperan dalam proses pelatihan maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Berkaitan

dengan psikis ada dua hal yang diberikan saat belajar Taekwondo, yaitu moral dan

mental. Masalah moral dan mental merupakan modal utama seseorang hidup

bermasyarakat dan semua itu diajarkan dalam Taekwondo (Tirtawirya, 2005). Atlet

yang mempunyai kondisi fisik yang bagus dan prima belum tentu menghasilkan prestasi

yang gemilang kalau tidak didukung oleh mental yang baik (Gunarsa, 1996).

Pengendalian emosi ketika bermain atau bertanding acapkali menjadi faktor penentu

dalam mencapai kemenangan. Tidak mampu menguasai emosi merupakan suatu

pelanggaran dalam sebuah pertandingan yang dapat menyebabkan seorang atlet di

diskualifikasi (Gunarsa, 1996).

Di dalam karakter latihan Taekwondo secara tradisional mengajarkan kepada

seseorang untuk lebih sadar diri dan secara aktif mengevaluasi pertumbuhan diri serta

Page 10: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

2

peningkatan pikiran dan tindakan (Richman & Rehberg, 1986). Kepercayaan diri yang

berkaitan dengan fisik dalam beladiri adalah penting, karena tidak hanya untuk

mendorong indera perasa seseorang dalam melakukan berbagai latihan fisik, dan

kepercayaan diri ini dapat diwujudkan dalam meningkatkan kekuatan fisik (Guthrie,

1995), dan mengurangi perasaan-perasaan mudah terluka oleh serangan fisik (Madden,

1990). Dalam sebuah studi yang didalamnya terdapat murid-murid sekolah laki-laki dan

perempuan yang terdaftar dalam kelas-kelas karate, teknik pertahanan diri yang

diajarkan di kelas ini dapat mengurangi perasaan yang mudah tersakiti dari serangan

fisik baik untuk laki-laki dan perempuan ketika mendapatkan serangan fisik,(Madden,

1990).

Ketika dihadapkan dengan tantangan yang menyangkut kemampuan fisik yang

baru (seperti tendangan samping), murid-murid Taekwondo belajar untuk menghadapi,

mengatasi kegelisahan dan ketakutan; kemampuan dalam menghadapi beberapa

tantangan adalah pengendalian diri yang dapat dikatakan sebuah alat inti yang diajarkan

melalui seni beladiri (Weiser, Kutz, Kutz, & Weiser, 1995). Mereka menemukan bahwa

Taekwondo menghasilkan kemajuan yang berpengaruh, termasuk pengendalian emosi

yang lebih besar dalam merespon sebuah tantangan dan perilaku prososial yang lebih

besar di dalam ruang kelas dan lingkungan sekolah (Weiser, Kutz, Kutz, & Weiser,

1995).

Menyadari bahwa fenomena yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai

atlet tekwondo emosi-emosi negatif yang dialaminya sebagai akibat dari berbagai

tekanan yang dialaminya, maka perbedaan individu yang akan dibahas disini adalah pria

dan wanita.

Page 11: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

3

Hal ini regulasi sangat penting untuk diteliti karena bahwa emosi timbul dari

penlilaian kognitif individu terhadap sebuah situasi yang dinilai mempengaruhi

kesejahteraan personal individu. Oleh karena itu, sebuah situasi yang sama atau mirip

dapat menimbulkan emosi-emosi yang berbeda bagi tiap individu, tergantun dari

penialain kognitif masing-maing individu.

Menurut Middendrop (dalam Umar, 2012) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi regulasi emosisalah satunya adalah jenis kelamin. Beberapa penelitian

menemukan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda dalam mengekspresikan emosi

baik verbal maupun ekspresi wajah sesuai dengan jenis kelamin. Perempuan

menunjukkan sifat kelembutannya dengan mengekspresikan emosi sedih, takut, cemas,

dan menghindari mengekspresikan emosi marah dan bangga yang menunjukan sifat

maskulin atau menunjukkan sifat laki-laki. Perbedaan jenis kelamin dalam

mengekspresikan emosi dihubungkan dengan perbedaan dalam tujuan laki-laki dan

perempuan mengontrol emosinya. Perempuan lebih mengekspresikan emosi untuk

menjaga hubungan interpersonal serta membuat mereka tampak lemah dan tidak

berdaya. Sedangkan laki-laki menunjukan sifat maskulinnya, yang tampak tegar dan

kuat.

Hasil penelitian yang dilakukan Miftakhul (2012) terhadap 51 orang atlet lari

100 meter perorangan yang mengikuti POMNAS XII tahun 2011 menunjukkan aspek

psikologis yang berupa regulasi emosi memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap

pencapaian prestasi atlet. Melalui proses kognitif, atlet meregulasi stimulasi emosi yang

diterima dan memilih strategi yang tepat untuk melakukan tugas geraknya secara

efektif. Efektivitas gerak yang dilakukan akan meningkatkan efisiensi waktu dalam

kompetisi.

Page 12: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

4

Temuan lain juga memperlihatkan kepercayaan diri, konsentrasi, dan goal

setting turut mempengaruhi capaian prestasi seorang atlet. Atlet yang memiliki

kepercayaan diri akan lebih berkonsentrasi terhadap tugas gerak yang harus dilakukan.

“Atlet yang memiliki regulasi emosi tinggi akan lebih konsentrasi terhadap tugas

gerak yang harus dilakukan sehingga mempercepat waktu tempuh yang diraih. Begitu

pula atlet yang menetapkan goal setting dalam dirinya akan terdorong untuk presisten

dalam berlatih untuk meraih prestasi, kata wanita kelahiran Kediri, 17 Januari 1972.

Emosi memegang peranan penting pada seseorang dalam mempersiapkan

anggapan melalui tingkah laku seseorang. Emosi yang ada dalam individu sangat

menentukan bagaimana individu tersebut merespon dan memaknai perilaku. Fungsi

emosi yang utama adalah untuk mengkoordinir sistem tanggap, sehingga seseorang

dapat mengendalikan dan meregulasi emosi tersebut (Levenson dalam Gross, 2007).

Menurut Gross (dalam Manz, 2007), respon emosional dapat menuntun individu ke arah

yang salah, pada saat emosi tampaknya tidak sesuai dengan situasi tertentu. Individu

sering mencoba untuk mengatur respon emosional agar emosi tersebut dapat lebih

bermanfaat untuk mencapai tujuan, sehingga diperlukan suatu strategi yang dapat

diterapkan untuk menghadapi situasi emosional berupa regulasi emosi yang dapat

mengurangi pengalaman emosi negatif maupun respon-respon sikap yang tidak tepat

fungsi.

Kemampuan penguasaan emosi disebut dengan regulasi emosi. Regulasi emosi

adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan. Individu yang memiliki

kemampuan regulasi emosi positif dapat mengendalikan dirinya apabila sedang kesal

dan dapat mengatasi rasa cemas, sedih, atau marah sehingga mempercepat dalam

pemecahan suatu masalah. Pengekspresian emosi, baik negatif ataupun positif,

Page 13: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

5

merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dilakukan dengan tepat (Shaffer,

2005).

Menurut Fischer (dalam Coon, 2005), wanita lebih dapat melakukan regulasi

terhadap emosi marah dan bangga, sedangkan laki-laki pada emosi takut, sedih dan

cemas. Laki-laki lebih mengekspresikan marah dan bangga untuk mempertahankan dan

menentukan dominasi. Benner dan Salovey (1997) mengatakan bahwa wanita lebih

sering berusaha mencari dukungan sosial untuk menghadapi stres, sedangkan pria lebih

memilih melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi stres. Wanita lebih sering

menggunakan emotion focused regulation yang melibatkan komponen kognitif dan

emosi dari pada pria.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Garnefski (dalam Umar, 2012),

terungkap bahwa perempuan dan laki-laki memiliki regulasi emosiyang berbeda.

Selanjutnya, menurut Garnefski (2001) terdapat beberapa macam strategi-strategi untuk

meregulasi emosi, yaitu menyalahkan diri sendiri (self blame), menyalahkan orang lain

(blaming others), menerima (acceptance), tidak fokus pada rencana (refocus on

planning). Tidak fokus pada rencana (Refocusing on planning) merupakan meniru

strategi (copying strategy) yang memiliki hubungan positif dengan pengukuran harga

diri (self esteem) dan optimisme yang memiliki hubungan negatif dengan pengukuran

kecemasan.

Dalam penelitian Nolen-Hoeksema & Aldao (2011), didapatkan hasil bahwa

tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal regulasi emosi. Penelitian

di atas didukung oleh pendapat Tamres (2002), bahwa pria dan wanita memiliki

kemampuan yang sama untuk merasakan semua emosi, mulai dari cinta,duka, hingga

kemarahan. Kebanyakan pria lebih reaktif secara psikis terhadap konflik dibandingkan

Page 14: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

6

wanita, namun kedua jenis kelamin terkadang memiliki perbedaan persepsi dan atribusi

yang menghasilkan emosi dan intensitas manusia. Begitu juga dalam taekwondo baik

pada pria dan wanita masing-masing memiliki tingkat regulasi emosi, yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dalam taekwondo terdapat perbedaan

regulasi emosi baik pada pria maupun wanita.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas terjadi perbedaan pendapat bahwa

ada perbedaan regulasi emosi antara pria-wanita dan tidak ada perbedaan regulasi emosi

antara pria dan wanita. Maka peneliti merasa sangat perlu untuk melakukan penelitian

ini juga dikarenakan perbedaan hasil penelitian tersebut dan sangat sedikit penelitian

mengenai bidang terkait. Untuk mengontrol variabel-variabel terkait agar tidak

menambah indikator dalam penelitian ini diperlukan rumusan masalah yang jelas

mengenai regulasi emosi yang berhubungan dengan perbedaan jenis kelamin.

Berdasarkan hal-hal yang dipaparan di atas, maka rumusan penelitian ini adalah

adakah perbedaan regulasi emosi berdasarkan jenis kelamin pada atlet beladiri

taekwondo pria dan wanita di Salatiga? Adapun tujuan penelitian ini yaitu: untuk

mengetahui adakahperbedaan regulasi emosi berdasarkan jenis kelamin terhadap

prestasiatlet beladiri taekwondo pria dan wanita di Salatiga.

Hipotesis

Hipotesi dalam Penelitian ini adalah :

Ha : Terdapat perbedaan regulasi emosi pada atlet beladiri taekwondo pria dan wanita

di Salatiga

H0 : Tidak terdapat perbedaan regulasi emosi pada atlet beladiri taekwondo pria dan

wanita di Salatiga.

Page 15: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

7

Rumusan masalah

Berdasarkan dari latar belakang serta fenomena yang ada, maka masalah pada

penelitian ini dapat dirumuskan “adakah perbedaan regulasi emosi berdasarkan jenis

kelamin pada atlet beladiri taekwondo pria dan wanita di Salatiga?”

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan regulasi

emosi berdasarkan jenis kelamin terhadap prestasi atlet beladiri taekwondo pria dan

wanita di Salatiga.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berarti bagi

perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis dan psikologi olahraga

dengan cara memberi tambahan data empiris yang sudah teruji secara ilmiah dan

merangsang kepada penelitian selanjutnya untuk mengadakan penelitian pada bidang

psikologi olahraga dan psikologi.

1.1.Manfaat Praktis

Bagi pelatih, pengetahuan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi

yang berkaitan dengan perbedaan regulasi emosi antara atlet laki-laki dan

perempuan sehingga dapat digunakan dalam sebagai acuan dalam memberikan

pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan.

Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan atlet untuk

mengontrol emosi pada saat mengikuti latihan maupun kejuaraan. Dengan

menggunakan latihan meditasi.

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perbedaan regulasi

emosi berdasarkan jenis kelamin pada atlet beladiri taekwondo pria dan wanita.

Page 16: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

8

Regulasi Emosi

1. Definisi Regulasi Emosi

Regulasi emosi yang dimaksud lebih kepada kemampuan individu dalam

mengatur dan mengekspresikan emosi dan perasaan tersebut dalam kehidupan sehari-

hari. Regulasi emosi diri ini lebih pada pencapaian keseimbangan emosional yang

dilakukan oleh seseorang baik melalui sikap dan perilakunya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi ialah

suatu proses intrinsik dan ekstrinsik yang dapat mengontrol serta menyesuaikan emosi

yang muncul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang

meliputi kemampuan mengatur perasaan, reaksi fisiologis, cara berpikir seseorang, dan

respon emosi (ekspresi wajah, tingkah laku dan nada suara) serta dapat dengan cepat

menenangkan diri setelah kehilangan control atas emosi yang dirasakan.

2. Rangkaian Proses Regulasi Emosi

Gross (dalam Strongman, 2003) membuat daftar lima rangkaian proses, regulasi

emosi yaitu :

1. Pemilihan situasi.

Mereka dapat mendekati atau menghindari orang, tempat atau objek. Proses

regulasi emosi ini melibatkan mengambil tindakan yang memperbesar atau

memperkecil kemungkinan bahwa mereka akan sampai pada sebuah situasi

yang mereka perkirakan akan memunculkan emosi yang diharapkan (atau

tidak diharapkan).

Page 17: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

9

2. Perubahan situasi.

Situasi-situasi yang berpotensi membangkitkan emosi. Upaya untuk

memodifikasi situasi secara langsung untuk mengubah dampak

emosionalnya merupakan salah satu bentuk regulasi emosi yang kuat.

3. Penyebaran perhatian.

Termasuk di sini, contohnya, bingung atau gangguan, konsentrasi dan/atau

perenungan. Attentional deployment adalah salah satu proses regulasi emosi

yang pertama muncul di dalam perkembangan dan tampaknya digunakan

sejak masa bayi sampai masa dewasa, terutama ketika tidak mungkin

mengubah atau memodifikasi situasi mereka. Bukan hanya bayi dan anak-

anak kecil yang secara spontan mengalihkan pandangannya dari kejadian

aversif (dan mengarahkannya pada hal-hal yang menyenangkan), tetapi

proses atensional mereka juga dapat dipandu oleh orang lain dengan maksud

mengelolanya. Di dalam contoh yang diberikan sebelumnya, regulasi emosi

melibatkan fasilitasi perubahan perhatian pada anak dengan membuat si anak

memfokuskan perhatiannya pada apa yang diinginkannya sebagai hadiah

ulang tahun.

Attentional deployment dapat dianggap sebagai versi internal dari seleksi

situasi. Dua strategi atensional yang utama adalah distraksi dan konsentrasi.

Distraksimemfokuskan perhatian pada aspek-aspek yang berbeda dari situasi

yang dihadapi, atau memindahkan perhatian dari situasi itu ke situasi lain,

misalnya ketika seorang bayi mengalihkan pandangannya dari stimulus yang

membangkitkan emosi untuk mengurangi stimulasi. Distraksi juga bisa

Page 18: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

10

melibatkan mengubah fokus internal, misalnya ketika individu

membangkitkan pikiran atau ingatan yang tidak konsisten dengan keadaan

emosional yang tidak diharapkan atau ketika seorang aktor sengaja

mengingat tentang sebuah insiden emosional agar dapat menggambarkan

sebuah emosi dengan meyakinkan. Jadi, (attentional deployment)bisa

memiliki banyak bentuk, termasuk pengalihan perhatian secara fisik

(misalnya menutup mata atau telinga), pengubahan arah perhatian secara

internal (misalnya melalui distraksi atau konsentrasi), dan merespon

pengalihan arah perhatian oleh orang lain.

4. Perubahan kognitif.

Perubahan penilaian yang dibuat dan termasuk di sini adalah pertahanan

psikis dan pembuatan pembandingan sosial dengan yang ada di bawahnya

(keadaannya lebih buruk daripada saya). Pada umumnya, hal ini merupakan

transformasi kognisi untuk mengubah pengaruh kuat emosi dari situasi.

Perubahan kognitif mengacu pada mengubah cara kami menilai situasi kami

terlibat di dalamnya untuk mengubah signifikansi emosionalnya, dengan

mengubah bagaimana kami memikirkan tentang situasinya atau tentang

kapasitas kami untuk menangani tuntutan-tuntutannya.

5. Perubahan respon.

Ini terjadi pada bagian akhir, termasuk di sini penggunaan obat, alkohol,

latihan, terapi, makan atau penekanan (Strongman, 2003). Modulasi respon

mengacu pada mempengaruhi respon fisiologis, pengalaman, atau perilaku

selangsung mungkin. Upaya untuk meregulasi aspek-aspek fisiologis dan

Page 19: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

11

pengalaman emosi adalah hal yang lazim dilakukan. Obat mungkin

digunakan untuk mentarget respon-respon fisiologis seperti ketegangan otot

(anxiolytics) atau hiperaktivitas (sistem-syaraf) simpatik (beta blockers).

Olahraga dan relaksasi juga dapat digunakan untuk mengurangi aspek-aspek

fisiologis dan pengalaman emosi negatif, dan, alkohol, rokok, obat, dan

bahkan makanan, juga dapat dipakai untuk memodifikasi pengalaman emosi.

Menurut Garnefski (2001) terdapat beberapa strategi untuk meregulasi emosi,

yaitu :

1. Menyalahkan diri sendiri (Self blame) disini adalah mengacu kepada pola

pikir menyalahkan diri sendiri. Beberapa penelitian menemukan bahwa

self blame berhubungan dengan depresi dan pengukuran kesehatan

lainnya.

2. Menyalahkan orang lain (Blaming others) adalah mengacu pada pola

pikir menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpa dirinya.

3. Menerima (Acceptance) adalah mengacu pada pola pikir menerima dan

pasrah atas kejadian yang menimpa dirinya. (Acceptance) merupakan

strategi (coping) yang memiliki hubungan yang positif dengan

pengukuran keoptimisan dan hraga diri (self esteem) dan memiliki

hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan.

Penelitian terbaru mengklasifikasikan perbedaan strategi yang

digunakan individu untuk meningkatkan (mood)negatif dengan

menggunakan salah satu dari (coognitive)atau (behavioral)dan salah satu

dari strategi (diverson)atau (engagement)menurut Parinskon dan Toterdel

Page 20: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

12

(dalam Atkinson & Hilgard’s, 2003). Berikut adalah tabel klasifikasi

strategi regulasi mood:

Tabel 2.1 Klasifikasi strategi regulasi mood

Klasifikasi Kognitif Kepribadian

1. Diverson

a. Disengagement

Menghindari berfikir

tentang permasalahan

Menghindari situasi

yang bermasalah

b. Distraction

Berfikir tentang sesuatu

yang menyenangkan

atau sangat menarik

Melakukan sesuatu yang

menyenangkan

2. Engagement

a. Affect-directed

Penilaian kembali

(reapraise)

Melepaskan perasaan,

mencari kenyamanan

b. Situation-directed

Berfikir bagaimana cara

untuk menyelesaikan

permasalahan

Mengambil tindakan

untuk menyelesaikan

permasalahan

Bentuk lazim lain dari modifikasi respon melibatkan regulasi perilaku yang

mengekspresikan emosi (Gross, & John, 2003). Banyak studi menunjukkan bahwa

menginisiasi perilaku ekspresif-emosi sedikit meningkatkan perasaan tentang emosi itu.

Menariknya, mengurangi perilaku ekspresif-emosi tampaknya mempunyai efek

menurunkan pengalaman emosi positif tetapi tidak menurunkan pengalaman emosi

negatif dan benar-benar meningkatkan aktivasi (sistem syaraf) simpatik (Gross, 1998).

Page 21: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

13

3. Faktor-Faktor Regulasi Emosi

Faktor-Faktor yang mempengaruhi regulasi emosi menurut Salovey dan Sluyter

(dalam Kartika, 2004) antara lain :

1. Hubungan Antara Orang tua danAnak

Hubungan antara mahasiswa dengan orangtua sangat penting pada masa

perkembangan dewasa awal. Mahasiswa menginginkan pengertian yang bersifat

simpatis, telinga yang peka, dan orangtua yang dapat merasakan anak-anaknya

memiliki sesuatu yang berharga untuk dibicarakan (Rice, 1999). Menurut Rice,

(affect)yang berhubungan dengan emosi atau perasaan yang ada di antara anggota

keluarga bisa bersifat positif ataupun negatif. (Affect) yang positif antara anggota

keluarga menunjuk pada hubungan yang digolongkan pada emosi seperti

kehangatan, kasih sayang, cinta, dan sensitivitas (Felson & Zielinski dalam Rice,

1999).

Dengan adanya kebutuhan (affect) tersebut maka Banerju (1997) mengemukakan

bahwa orangtua memiliki pengaruh dalam kehidupan emosi anak-anaknya.

2. Umur dan Jenis Kelamin

Salovey dan Sluyter (1997) menyimpulkan bahwa anak perempuan lebih banyak

mencari dukungan dan perlindungan dari orang lain untuk meregulasi emosi negatif

mereka sedangkan anak laki-laki menggunakan latihan fisik untuk meregulasi

emosi negatif mereka.

Page 22: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

14

3. Hubungan Interpersonal

Salovey dan Sluyter (1997) juga mengemukakan bahwa hubungan interpersonal

dan individual juga mempengaruhi regulasi emosi. Keduanya berhubungan dan

saling mempengaruhi, sehingga emosi meningkat bila individu yang ingin

mencapai suatu tujuan berinteraksi dengan lingkungan dan individu lainnya.

Biasanya emosi positif meningkat bila individu mencapai tujuannya dan emosi

negatif meningkat bila individu kesulitan dalam mencapai tujuannya. Faktor-faktor

lainnya menurut Salovey dan Sluyter (1997) adalah permainan yang mereka

mainkan, program televisi yang mereka tonton, dan teman bermain mereka dapat

mempengaruhi perkembangan regulasi mereka.

Dari pernyataan di atas regulasi emosi pada pria dan wanita dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya : Hubungan Antara Orang tua dan Anak, Umur dan

Jenis Kelamin dan Hubungan Interpersonal

4. Aspek-Aspek Regulasi Emosi

Aspek-aspek kemampuan regulasi emosi menurut Thompson (dalam Gross, 2005)

terdiri dari :

1. Emotions Monitoring (Memonitor Emosi).

Memonitor emosi adalah kemampuan individu untuk menyadari dan memahami

keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri seperti: perasaan, pikiran, dan

latar belakang dari tindakan. Aspek ini merupakan dasar dari seluruh aspek lain.

Aspek ini merupakan dasar dari seluruh aspek lain. Memonitor emosi

membantu individu terhubung dengan emosi-emosi, pikiran-pikiran, dan

Page 23: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

15

keterhubungan ini membuat individu mampu menamakan setiap emosi yang

muncul.

2. Emotions evaluating (Mengevaluasi Emosi).

Mengevaluasi emosi yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan

menyeimbangkan emosi-emosi yang dialami. Kemampuan mengelola emosi-

emosi khususnya emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam,

dan benci akan membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh secara

mendalam. Hal ini mengakibatkan individu tidak mampu lagi berfikir rasional.

Sebagai contoh ketika individu mengalami perasaan kecewa dan benci,

kemudian mampu menerima perasaan tersebut apa adanya, tidak berusaha

menolak, dan berusaha menyeimbangkan emosi tersebut secara konstruktif.

3. Emotion modification (Modifikasi Emosi)

Modifikasi emosi yaitu kemampuan individu untuk mengubah emosi

sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika inidividu

berada dalam keadaan putus asa, cemas, dan marah. Kemampuan ini membuat

individu mampu menumbuhkan optimisme dalam hidup. Kemampuan ini

membuat individu mampu bertahan dalam masalah yang membebani, mampu

terus berjuang.

Selain aspek-aspek regulasi emosi menurut Thomson (dalam Gross, 2005), terdapat

pula aspek-aspek regulasi emosi menurut Gross (2007) ada empat aspek yang

digunakan untuk menentukan kemampuan regulasi emosi seseorang yaitu :

a. Strategies to emotion regulation (strategi)

Strategies to emotion regulation (strategies ialah keyakinan individu untuk

dapat mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan untuk menemukan suatu

Page 24: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

16

cara yang dapat mengurangi emosi negative dan dapat dengan cepat

menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi yang berlebihan.

b. Engaging in goal directed behavior (tujuan)

Engaging in goal directed behavior (goals) ialah kemampuan individu untuk

tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya sehingga dapat tetap

berpikir dan melakukan sesuatu dengan baik.

c. Control emotional responses (dorongan)

Control emotional responses (impulse) ialah kemampuan individu untuk dapat

mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan

(respon fisiologis, tingkah laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan

merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.

d. Acceptance of emotional response (penerimaan)

Acceptance of emotional response (acceptance) ialah kemampuan individu

untuk menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negative dan tidak

merasa malu merasakan emosi tersebut.

Regulasi emosi dapat ditumbuhkan dengan adanya pembelajaran regulasi diri.

Pembelajaran regulasi diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran,

perasaan, dan prilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan

akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik,

belajar perkalian, dan mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan

sosioemosional (mengontrol kemarahan dan belajar akrab dengan teman sebaya).

Karakteristik dari pembelajaran regulasi diri menurut Winne (Santrock, 2010) adalah

pembelajaran bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi, menyadari

keadaan emosi diri sendiri dan memiliki strategi untuk mengelola emosi, secara

Page 25: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

17

periodik memonitor kemajuan ke arah tujuan, menyesuaikan atau memperbaiki strategi

berdasarkan kemajuan yang dibuat oleh anak, dan mengevaluasi halangan yang

mungkin muncul serta melakukan adaptasi yang diperlukan.

Atlet

Hakikat dari kata atlet juga banyak diungkapkan oleh para ahli. Menurut Wibowo

(2002) atlet adalah subjek atau seseorang yang berprofesi atau menekuni suatu cabang

olahraga tertentu dan berprestasi pada cabang olahraga tersebut, sedangkan menurut

Salim (1991) atlet adalah olahragawan, terutama dalam bidang yang memerlukan

kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan. Selain itu menurut Monty P.Satiadarma (2002),

atlet adalah individu yang memiliki keunikan tersendiri, yang memiliki bakat tersendiri,

pola perilaku dan kepribadian tersendiri, serta latar belakang yang mempengaruhi

spesifik dalam dirinya. Yang dimaksud dari atlet dalam penelitian ini adalah

subjek/seseorang yang berprofesi atau menekuni suatu cabang olahraga anggar dan

memiliki prestasi di cabang tersebut.

Menurut Peraturan Organisasi Aeromodelling Indonesia (2010), atlet adalah

olahragawan baik laki-laki maupun perempuan yang melatih kemampuan secarakhusus

untuk bersaing dalam pertandingan yang melibatkan kemampuan fisik, kecepatan atau

daya tahan.

Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian atlet (atlet)

adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan ataupertandingan (kekuatan,

ketangkasan, dan kecepatan). Berdasarkan definisi di atas bahwa altlet adalah seseorang

laki-laki maupun perempuan yang melatih kemampuan secara khusus dan mengikuti

perlombaan atau pertandingan yang melibatkan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).

Page 26: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

18

Taekwondo

Taekwondo adalah lebih dari sekedar aktifitas psikis. Filosofi Taekwondo berakar

pada semangat umum dari pelatihan seni beladiri dan budaya dari orang Korea, yang

keduanya sangat menarik pada konfusianisme dan filosofi Taoisme Katie & Bill (2013).

Tendangan yang dilakukan mencakup tendangan melompat, berputar, skip dan

menjatuhkan, seringkali dalam bentuk kombinasi beberapa tendangan. Latihan

taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan

dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan).

Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak hanya mengajarkan aspek fisik

semata, seperti keahlian dalam bertarung, tetapi juga menekankan pengajaran aspek

disiplin mental. Dengan demikian, taekwondo akan membentuk sikap mental yang kuat

dan etika yang baik bagi orang yang secara sungguh-sungguh mempelajarinya.

Taekwondo mengandung aspek filosofi yang mendalam sehingga dalam mempelajari

Taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga secara menyeluruh akan ditumbuhkan dan

dikembangkan

Page 27: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

19

METODE

Partisipan

Subjek penelitian adalah Atlet taekwondo. Peneliti mengambil populasi 90

keseluruhan Atlet yang ada di kota Salatiga berdasarkan data yang didapat dari wisma

Atlet Salatiga.

Teknik sampling yang dugunakan dalam penelitian ini adalah teknik insidental.

Insidental adalah teknik penentuan sampel yang kebetulan dijumpai peneliti saat

melakukan penelitian (Winarsunu, 2009).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala

(a)Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) yang dikemukakan oleh Gross dan John

(2003), dan telah peneliti terjemahkan sendiri dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Kuesioner ini terdiri dari 10 item, dengan menggunakan 7 skala dari “Sangat setuju” sampai

“sangat tidak setuju”.

Selain menggunakan skala regulasi emosi ERQ dari Gross & Jhon (2003),

peneliti juga menggunakan skala regulasi emosi dari Salvatore Catanzaro dan Jack

Mearns (1990) yaitu (b)Negative Mood Regulation (NMR). NMR yang terdiri dari lima

aspek yaitu (1) menyeleksi situasi, (2) modifikasi situasi, (3) mengarahkan perhatian,

(4) perubahan kognitif, dan (5) modifikasi respon. Skala NMR (Negative Mood

Regulation) adalah alat ukur untuk mengetahui keyakinan mengenai kemampuan

seseorang untuk menghentikan atau mengurangi negatif mood. Skala NMR ini terdiri

dari 30 item. Skala ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang orang-orang yang

tampaknya dapat mengatasi suasana hati yang negatif, seperti orang-orang yang

memiliki bakat membantu dirinya untuk merasa lebih baik ketika mereka mengalami

Page 28: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

20

salah satu dari mood negatif, misalnya seperti hari-hari yang tidak menyenangkan.

Untuk menjawabnya partisipan menggunakan pedoman : 1= sangat tidak setuju, 2 =

agak tidak setuju, 3 = setuju dan tidak setuju sama, 4 = agak setuju, 5 = sangat setuju.

Semakin setuju responden terhadap pernyataan yang favorable semakin tinggi skor.

Sebaliknya, semakin setuju responden terhadap pernyataan yang unfavorable, semakin

rendah skornya. Dari kelima aspek, masing-masing aspek akan memiliki skor tinggi dan

rendah sesuai respon yang diberikan oleh subjek penelitian.

Teknik Analisa Data

Prosedur penelitian diawali dengan melakukan uji ahli terhadap skala, selain itu

skala juga di uji cobakan kepada lima Atlet untuk mengetahui bahasa yang digunakan

sudah mudah dipahami atau belum. Kemudian dilakukan try out skala yang terdiri dari

40 item kepada 90 Atlet Salatiga. Melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan

menggunakan SPSS (15.0) for windows dengan Cronbach Alpha. Berdasarkan uji

validitas, didapatkan item yang valid. Metode analisis data yang digunakan yaitu teknik

korelasi teknik uji t sampel bebas (Independent-Samples t-test). Pengujian t-test

Independent Sample pada teknik parametrik atau Mann Whitney U Test pada teknik

nonparametrik dipilih karena dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti beda rata-rata

dari kedua sampel.

HASIL

Sebelum skala penelitian digunakan, dilakukan terlebih dahulu uji coba untuk

mengetahui indeks daya beda aitem-aitem dari masing-masing skala dan reliabilitas

kedua skala tersebut.Tujuan uji coba ini pertama adalah untuk mengetahui apakah

kalimat dalam aitem mudah dipahami oleh subjek seperti yang diharapkan oleh peneliti.

Tujuan kedua, uji coba merupakan cara praktis untuk memperoleh data jawaban dari

Page 29: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

21

subjek penelitian yang akan digunakan untuk penskalaan atau evaluasi kualitas aitem

secara statistik (Azwar, 2010).

Uji daya beda diketahui melalui perhitungan koefisien reliabilitas alat ukur

melalui formula Alpha Cronbach yang dihitung dengan bantuan program komputer

Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi 16.00

Uji Asumsi

Berdasarkan uji homogenitas hasil perhitungan uji f dengan SPSS ditemukan bahwa

ternyata data tersebut homogen, nilai hitung uji f lebih besar dari nilai f tabel. Probilitas

hasil perhitungan lebih dari 0,05 yaitu nilai signifikan pada uji f tersebut adalah 0,507.

Tabel Hasil Uji F

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std.

Error

Differe

nce

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

I

P

Equal variances

assumed

.44

6

.507 1.04

2

58 .302 .711 .683 -.655 2.078

Equal variances

not assumed

1.11

8

27.

380

.273 .711 .636 -.593 2.015

Berdasarkan hasil pengolahan data uji normalitas menunjukan hasil signifikan

untuk perempuan 0.200 dan laki-laki 0.07 pada uji dengan kolmogrov-smirnov.

Signifikan tersebut lebih besar dari pada 0.05 yang artinya data-data tersebut

berdistribusi normal. (perempuan 0.200 > 0.05, laki-laki 0.07 > 0.05). Dengan demikian

Page 30: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

22

dapat disimpulkan bahwa terdapat homogen dan normalitas perbedaan antara regulasi

emosi dengan pria dan wanita. Berikut adalah table hasil uji normalitas:

Tests of Normality

Jenis

kelamin

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

regulasi perempuan .086 45 .200* .970 45 .284

laki-laki .211 15 .070 .910 15 .135

Skala ERQ ( Emotion Regulation Questionnaire )

Skala ERQ terdiri dari 10 item, dengan menggunakan 7 skala dari “Sangat setuju”

sampai “sangat tidak setuju”. Hasil dari kuesioner regulasi emosi akan menunjukkan

kecenderungan regulasi emosi yang manakah yang paling menonjol dari responden.

Gross dan John (2003) melaporkan nilai reliabilitas koefisien Alpha Cronbach 0,79

untuk reappraisal dan 0.73 untuk suppression, dan kehandalan tes-tes ulang di tiga bulan

adalah 0.69.

Berdasarkan hasil uji coba kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini

dari 10 item skala 1, item yang tidak valid terdapat 2 item, instrument skala 1 setelah

dihitung reliabilitas dengan SPSS diperoleh alpha cronbach’s 0.812 artinya lebih besar

dari 0.05 dan menunjukan instrument tersebut reliabel untuk digunakan penelitian.

Skala NMR ( Negatif Mood Regulation )

Skala NMR terdiri dari 30 item, dengan menggunakan 5 skala dari “Sangat tidak

setuju” sampai “Sangat setuju”. Dapat diketahui nilai Alpha Cronbach untuk skala

NMR sebesar 0,899, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian telah

reliabel karena nilai lebih dari 0,6.

Page 31: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

23

Berdasarkan hasil uji coba kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini

dari 30 item skala 2, item yang tidak valid terdapat 4 item, instrument skala 2 setelah

dihitung reliabilitas dengan SPSS diperoleh alpha cronbach’s 0.672 artinya lebih besar

dari 0.05 dan menunjukan instrument tersebut reliable untuk digunakan penelitian.

Selanjutnya untuk item pernyataan kuesioner yang tidak valid dibuang dan tidak dipakai

untuk perhitungan analisis dalam penelitian ini.

Hasil analisis data dari uji t-test Independent Sample diperoleh hasil hitung

1,402. Probilitas lebih dari 0,05 (0,302 > 0,05) sehingga hipotesis ditolak bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan regulasi emosi terhadap prestasi pada atlet taekwondo

wanita dan pria di Salatiga.

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std.

Error

Differe

nce

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

I

P

Equal variances

assumed

.44

6

.507 1.04

2

58 .302 .711 .683 -.655 2.078

Equal variances

not assumed

1.11

8

27.

380

.273 .711 .636 -.593 2.015

Page 32: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

24

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada

perbedaan regulasi emosi yang signifikan antara atlet pria dan wanita dengan nilai

probobilitas signifikan 0,302, artinya nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,302 >α=

0,05). Berdasarkan perhitungan tersebut maka hipotesis ditolak tidak ada perbedaan

signifikan regulasi emosi pada atlet taekwondo pria dan wanita di Salatiga. Atlet pria

dan wanita memiliki regulasi emosi yang sama, sama-sama dapat mengatasi rasa cemas,

sedih atau marah sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik. Pria daan wanita

sama-sama mampu mengontrol emosi yang dialami, tetapi dari segi rata-rata pria

memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan wanita dalam mengontrol emosinya.

Menurut Fischer (dalam Coon, 2005), wanita lebih dapat melakukan regulasi

terhadap emosi marah dan bangga, sedangkan laki-laki pada emosi takut, sedih dan

cemas. Laki-laki lebih mengekspresikan marah dan bangga untuk mempertahankan dan

menentukan dominasi. Benner dan Salovey (1997) mengatakan bahwa wanita lebih

sering berusaha mencari dukungan sosial untuk menghadapi stres, sedangkan pria lebih

memilih melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi stres. Wanita lebih sering

menggunakan emotion focused regulation yang melibatkan komponen kognitif dan

emosi dari pada pria.

Dalam penelitian Nolen-Hoeksema & Aldao (2011), didapatkan hasil bahwa

tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal regulasi emosi. Penelitian di atas

didukung oleh pendapat Tamres (2002), bahwa pria dan wanita memiliki kemampuan

yang sama untuk merasakan semua emosi, mulai dari cinta,duka, hingga kemarahan.

Kebanyakan pria lebih reaktif secara psikis terhadap konflik dibandingkan wanita,

Page 33: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

25

namun kedua jenis kelamin terkadang memiliki perbedaan persepsi dan atribusi yang

menghasilkan emosi dan intensitas manusia.

Peran jenis kelamin menurut Papalia, Olds, & Feldman (dalam Verdi, 2008)

adalah tingkah laku, minat, sikap, kemampuan, dan sifat yang dalam kebudayaan

tertentu dianggap sesuai dengan jenis kelamin seseorang. Dalam masyarakat, wanita

mendapat peran yang bersifat ekspresif, yaitu peran yang berhubungan dengan

pembentukan dan pemeliharaan hubungan dengan orang lain. Menurut Gershung (dalam

Verdi’s, 2008), wanita dianggap memiliki sifat-sifat feminin, yang sebagian di

antaranya adalah inkompeten, submisif, tergantung, dan ragu-ragu/malu-malu.

Selain beberapa faktor diatas, yang membedakan regulasi mood negatif antara

pria dan wanita adalah aspek-aspek regulasi mood yang menurut Gross (dalam

Speilberger, 2004) dapat mempengaruhi regulasi mood negatif. Aspek-aspek tersebut

yaitu: menyeleksi situasi, modifikasi situasi, mengarahkan perhatian, perubahan

kognitif, dan modifikasi respon. Jika atlet dapat melakukan aspek dalam menyeleksi

situasi, modifikasi situasi, mengarahkan perhatian, perubahan kognitif, dan modifikasi

respon dalam menghadapi setiap mood negatif dihadapi, maka mood negatif yang sering

terjadi akan dapat terselesaikan. Walaupun ada perbedaan sifat maupun mood negatif

pada atlet pria dan wanita perbedaan regulasi mood negatif antara pria dan wanita

tidaklah terpaut begitu jauh, terlihat dari hasil analisa data (mean) bahwa pria dan

wanita masih sama-sama berada di angka sembilan. Tidak semua atlet pria dan wanita

memiliki regulasi mood negatif yang kurang baik, dimana terdapat beberapa atlet pria

dan wanita yang dapat melakukan aspek-aspek diatas secara baik, sehingga atlet mampu

melakukan regulasi mood negatif yang baik pula.

Page 34: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

26

Konsep ini menjawab bahwa atlet pria dan wanita dapat mengontrol emosi

sehingga dapat mengontrol diri saat sedang mengikuti latihan taekwondo maupun

sedang bertanding, sehingga atlet dapat mendapatkan prestasi yang baik.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarakan hasil penelitian di atas maka dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan regulasi emosi yang signifikan antara atlet pria

dan wanita terhadap prestasi taekwondo. Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki

regulasi emosi yang sama dalam penelitian ini. Dan tidak semua atlet pria dan wanita

memiliki regulasi mood negatif yang kurang baik, dimana terdapat beberapa atlet pria dan

wanita yang dapat melakukan aspek-aspek diatas secara baik, sehingga atlet mampu

melakukan regulasi mood negatif yang baik pula.

Saran yang diberikan peneliti bagi pelatih dalam membina para atlet juga

melihat kondisi emosinya sehinga pelatih selain melatih fisik juga memberi arahan

dalam mengontrol emosi, dan menggunakan pelatihan meditasi agar atlet dapat

meregulasi emosi dengan baik. Bagi atlet Taekwondo, meningkatkan kemampuan

dalam mengontrol tingkat emosi agar tingkat prestasi stabil bahkan bisa meningkat dari

hari ke hari. Bagi peneliti lain, selain hasil penelitian ini dapat mengetahui perbedaan

regulasi emosi berdasarkan jenis kelamin pada atlet beladiri taekwondo pria dan wanita,

peneliti lain juga dapat meneliti regulasi emosi tidak hanya berdasarkan jenis kelamin

saja, masih terdapat faktor dan aspek-aspek lain yang dapat di teliti.

Page 35: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

27

Page 36: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

28

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, H. (2011). Regulasi emosi remaja putri yang kecanduan pornografi. Skripsi.

Salatiga: Fakultas Psikologi UKSW.

Amelia, J. (2011). Hubungan self-regularion dengan prestasi belajar pada mahasiswa

fakultas psikologi universitas kristen satya wacana salatiga. Sripsi. Salatiga:

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Azwar, S. (2010). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basuki Wibowo. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Benner, E., & Salovey, P. (1997). Emotion regulation during childhood :

Developmental, interpersonal, and individual considerations. Dalam P. Salovey

& D. J. Skufter (eds). Emotional development and emotional intelligence,

(pp.170-183). New York : Basic Book Division of Harper Collins Publisher Inc.

Catanzaro, S.J., & Mearns, J. (1990). This study on the development of the Generalized

Expectancies for Negative Mood Regulation (NMR) Scale. Journal of

Personality Assesment. Retrieved September 15, 2012 from

http://psych.fullerton.edu/jmearns/reseach.html.

Christiany & Prawasti, Y.C. (2006). Hubungan antara strategi regulasi emosi dan aspek-

aspek kesiapan memaafkan. Temu Ilmiah Psikologi-Psychology Expo2006.

Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Coon, D., (2005). Essentials of Psychology. Australia: Thomson Wadsworth.

Elaine, S., (ed), Speaking of Jenis kelamin, New York & London: Routledge, 1989, (3).

Garnefski, N., Kraaij, V., & Spinhoven, Ph. (2001). Negative Life events, cognitive emotion regulation and emotional problems. Personality and Individual

Differences, 30, 1311–1327.

Gross, J. J. (1998). Antecedent- and response-focused emotion regulation: Divergent

consequences for experience, expression, and physiology. Journal of Personality

and Social Psychology, 74, 224–237.

Gross, J. J., & John, O. P. (2003). Individual differences in two emotion regulation

processes: Implications for affect, relationships, and well-being. Journal of

Personality and Social Psychology, 85 (2), 348-362.

Gross, J. J (2005). The cognitive control of emotion. Journal of Trends in cognitive

sciences, 9 (5), 242-249.

Gross, J. J. (Ed.). (2007). Handbook of emotion regulation. New York: Guilford.

Page 37: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

29

Gunarsa, S.D., Setiadarma, M.P., & Soekasah, M.H.R. (1996). Psikologi olahraga:

teori dan praktek. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Guthrie, S. R. (1995). Liberating the amazon: feminism and the martial arts. Women

and Therapy, 16, 107–119.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan-edisikelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jannah, M. (2012). Regulasi emosi terbukti pengaruhi pencapaian prestasi olahraga.

Retreived Januari 30, 2015, from http://ugm.ac.id/id/berita/4309-

regulasi.emosi.terbukti.pengaruhi.pencapaian.prestasi.olahraga

Kartika, Y. Nisfiannoor, M. (2004). Hubungan antara regulasi emosi dan penerimaan

kelompok teman sebaya pada remaja. Jurnal Psikologi, 2(2).

Khiornia, I. (2003). Regulasi emosi negatif pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin.

Jurnal Online Psikologi, 1(2).

Levenson, R.W. (1999). The intrapersonal functions of emotion. Cognition and

Emotion, 13, 481-504.

Madden, M. E. (1990). Attributions of control and vulnerability at the beginning and

end of a karate course. Perceptual and Motor Skills, 70, 787-794.

Manz, C. C. (2007). Emotional discipline, 5 langkah menata emosi untuk merasa lebih

baik setiap hari. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

McClelland, DC. (1987). Human Motivation. New York : Cambrige University Press.

Monty, P. (2002). Dasar-Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Balai Pustaka.

Moon Jong, Hong. (2013). Seoul world tae kwon do leaders forum. Ebook. From

http://www.kukkiwon.or.kr/upload/pr/news/2013_forum_material2.pdf

Nolen-Hoeksema S, & Aldao A. (2011). Gender and age differences in emotion

regulation strategies and their relationship to depressive symptoms. Personal.

Individ. Differ.51:704–8.

Papalia, D.E & Olds, S.W. (1995). Human development. New York : McGraw-Hill

Companies, Inc.

Purwanto, S. (2006). Pentingnya pelaksanaan administrasi pembelajaran pendidikan

jasmani di smu. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 5, 1, April 2006.

Pottle, K., & Pottle, B. (2013). Taekwondo: A practical guide to the world’s most

popular matrial art. Ebook. From

http://download.audible.com/product_related_docs/BK_ACX0_012504.pdf

Page 38: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

30

Ramandhani, A.V. (2008). Perbedaan regulasi emosi ditinjau dari jenis kelamin. Jurnal

Online Psikologi, 20, 1.

Rice, P. F, (1999). The adolescent: Development, relationship, and culture, (9th edition),

Needham Heights, Allyn and Bacon, MA.

Richman, C. L. & Rehberg, H. (1986). The development of self-esteem through the

martial arts. International Journal of Sport Psychology, 17, 234-239.

Richards, J. M., & James J. Gross. (2000). Emotion Regulation and Memory : The

Cognitive Costs of Keeping One's Cool. Journal of Personality and Social

Psychology. 79, 3.

Salovey, P. & Sluyter, D. J. (eds.). (1997). Emotional development and emotional

intelligence: educational implications. New York: Basic Books.

Santrock, J.W. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Speilberger, C. (2004). Enyclopedia of applied psychology. USA : Elsevier Academic

Press.

Strongman, K.T. (2003). The psychology of emotion: from everyday life to the theory.

New Zealand: Department of Psychology University of Canterbury

Christchurch.

Susan Nolen-Hoeksema (2012). Emotion Regulation and Psychopathology. The Role of

Jeniskelamin Department of Psychology, Yale University, New Haven,

Connecticut 06520

Tamres, L.K., Janicki, D., & Helgeson V.S. (2002). Sex differences in coping behavior:

a meta-analytic review and an examination of relative coping. Personal. Soc.

Psychol. Rev.6 :2–30

Tirtawirya, D. (2005). Perkembangan dan peranan taekwondo dalam pembinaan

manusia Indonesia. Jurnal Olahraga Prestasi, 1(2), 195-211. ISSN 0216-4493.

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogjakarta.

Umar, N.M. (2012). Regulasi emosi pada remaja panti asuhan muhajirin balikpapan

timur. Skripsi. Malang: Program Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah.

Verdi’s, J. (2008). Regulasi emosi. Retreived Mei 1, 2013, from http://vj20i2008-

regulasi-emosi.html.

Weiser, M., Kutz, I., Kutz, S. J., & Weiser, D. (1995). Psychotherapeutic aspects of the

martial arts. American Journal of Psychotherapy, 49 (1), 118-127.

Widyaiswaranne. (2012), Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Kecemasan

Menghadapi Persiapan Perkawinan Pada Wanita Dewasa Awal. Skripsi.

Salatiga: Fakultas Psikologi UKSW.

Page 39: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Atlet Beladiri Taekwondo ......pelatihan untuk membedakan regulasi emosi antara laki-laki dan perempuan. Bagi atlit Taekwondo, hasil penelitian ini diharapkan

31

Wikipedia. (2000). Taekwondo. Retreived Agustus 0, 2013, from

http://id.wikipedia.org/wiki/Taekwondo.

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang :

UMM Press.

Yunyun. (2011). Emotion regulation. Retreived Oktober 6, 2012, from

http://blogs.unpad.ac.id/yuyun71/2011/06/27/emotion-regulation/.