Upload
buinhu
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERBEDAAN STRESS KERJA MAHASISWA PROGRAM PROFESI
KEDOKTERAN GIGI MAGANG DENGAN NON-MAGANG
DI TEMPAT PRAKTEK DOKTER GIGI
Identifikasi yang dilakukan saat praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar
Kadek Suardani
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.070
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2014
ii
PERBEDAAN STRESS KERJA MAHASISWA PROGRAM PROFESI
KEDOKTERAN GIGI MAGANG DENGAN NON-MAGANG
DI TEMPAT PRAKTEK DOKTER GIGI
Identifikasi yang dilakukan saat praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh :
Kadek Suardani
NPM :10.8.03.81.41.1.5.070
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
I Putu Indra Prihanjana,drg.,M.Kes I Nyoman Panji Triadnya P., drg.,M.Kes
NPK.828 207372 NIK. 826 594 196
iii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara
pembuatan skripsi dengan judul : “Perbedaan Stress Kerja Mahasiswa Program
Profesi Kedokteran Gigi Magang dengan Non-magang di Tempat Praktek Dokter
Gigi”. Identifikasi yang dilakukan saat Praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar yang telah
dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 14
Februari 2014.
Atas nama Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Denpasar, 14 Februari 2014
Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ketua,
I PutuIndraPrihanjana, drg.,M.Kes
NPK. 828 207372
Anggota : Tanda tangan
1. I Nyoman Panji Triadnya P., drg.,M.Kes. 1. ………………
NIK. 826 594 196
2. YudhaRahina, drg., M.Kes, Sert. KGI 2. ………………
NPK.826 693 189
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg.,M.Kes, FISID
NIP. 19590512 198903 2001
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Perbedaan Stress Kerja Mahasiswa Program Profesi Kedokteran
Gigi Magang dan Non-magang di tempat Praktek Dokter Gigi. Identifikasi yang
dilakukan saat praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu, kemampuan, dan
pengetahuan yang dimiliki penulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Terselesaikannya skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. I Putu Indra Prihanjana, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing I atas
segala bantuan beliau dalam mengarahkan, membimbing dan memberi
petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
2. I Nyoman Panji Triadnya P., drg., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bantuan dalam mengarahkan, membimbing dan
memberi petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
v
3. Yudha Rahina, drg., M.Kes., Sert. KGI. Selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan masukan, dalam mengarahkan, membimbing dan
member petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan .
4. Responden yaitu mahsiswa program profesi kedokteran gigi yang magang
dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi keluarga pada masa
praktikum di klinik UNMAS Denpasar.
5. Seluruh keluarga besar terutama I Made Dadi dan Ni Wayan Gani selaku
orang tua, yang telah memberikan restu, doa dan dukungan kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat Gede Karianto, Messy, Prami, Awan, Dek ari, Etika,
Karima, Opiek, Dwita, Indah dan semua teman angkatan Cranter 2010
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu, memberi dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Denpasar, Februari 2014
Penulis
vi
Perbedaan stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi
magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi
Identifikasi yang dilakukan saat praktikum di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Mahasaraswati (RSGM UNMAS) Denpasar
Abstrak
Mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dan non-
magang di tempat praktek dokter gigi masing-masing memiliki tingkat beban
kerja yang berbeda-beda. Dimana beban kerja merupakan faktor pemicu stress
kerja. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan stress kerja antara mahasiswa program profesi kedokteran
gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi saat
praktikum di rumah sakit gigi dan mulut Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai hubungan
mahasiswa program profesi kedoketeran gigi yang magang dan non-magang
terhadap stress kerja, agar dapat melakukan pencegahan stress kerja secara dini.
Peneliti menggunakan rancangan cross sectional terhadap 30 orang mahasiswa
magang dan 30 orang mahasiswa non-magang. Analisis data menggunakan uji
Independent T-Test, dengan hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan
tingkat stress kerja yang signifikan antara mahasiswa magang dengan mahasiswa
non-magang. Pada mahasiswa magang 66.7% yang mengalami stress kerja
kategori sedang dan 33.3% stress kerja dengan kategori ringan dan mahasiswa
non-magang 30% yang mengalami stress kerja kategori sedang dan 70% stress
kerja dengan kategori ringan. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan stress
kerja antara mahsiswa program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-
magang di tempat praktek dokter gigi saat praktikum di rumah sakit gigi dan
mulut Universitas Mahasaraswati Denpasar. Saran penelitian ini adalah tingkat
stress kerja yang sedang perlu diminimalkan dan tingkat stress kerja yang ringan
agar dipertahankan dengan melakukan manajemen stress kerja.
Kata kunci : Beban kerja, Magang, Stress kerja.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN DEKAN ... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1 Stress Kerja .................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Stress ............................................................. 5
2.1.2 Pengertian Stress Kerja.................................................... 7
2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stress Kerja .............................. 9
2.1.4 Tahapan Stress Kerja ....................................................... 16
2.1.5 Dampak Stress Kerja ....................................................... 18
2.1.6 Strategi Manajemen Stress Kerja .................................... 19
2.2 Beban Kerja .................................................................................... 24
2.2.1 Pengertian Beban Kerja ................................................... 24
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja............ 25
2.3 Hubungan Beban Kerja denga Stress Kerja ................................... 26
viii
2.4 Kerangka Konseptual ..................................................................... 27
BAB III HIPOTESIS ...................................................................................... 30
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 32
4.1 Rancangan Peenelitian ................................................................... 32
4.2 Identifikasi Variabel ....................................................................... 32
4.3 Definisi Operasional ....................................................................... 32
4.4 Populasi dan Sampel ...................................................................... 33
4.5 Instrumen Penelitian ....................................................................... 34
4.6 Alat Penilitian ................................................................................. 39
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 39
4.8 Jalan Penelitian ............................................................................... 39
4.9 Analisis Data .................................................................................. 40
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 42
5.1 Deskripsi Responden ...................................................................... 42
5.2 Analisis Data .................................................................................. 43
5.2.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 43
5.2.1 Uji Independent T-Test .................................................... 44
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 46
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 49
7.1 Simpulan ......................................................................................... 49
7.2 Saran ............................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 50
LAMPIRAN ..................................................................................................... 54
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas ......................................................................... 37
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 38
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 41
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 42
Tabel 5.2 Kategori Stress Kerja Mahasiswa Program Profesi
Kedokteran Gigi yang Magang ..................................................... 43
Tabel 5.3 Kategori Stress Kerja Mahasiswa Program Profesi
Kedokteran Gigi yang Non-magang ............................................. 44
Tabel 5.4 Hasil Uji Independent T-Test ........................................................ 45
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Program pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas
Mahasaraswati Denpasar adalah pendidikan akademik profesi yang terdiri dari
dua program berkesinambungan yaitu Program Pendidikan Sarjana (Sarjana
Kedokteran Gigi / SKG) dan Program Pendidikan Profesi (Dokter Gigi / drg).
Program Pendidikan Profesi Dokter Gigi adalah pendidikan yang bersifat
akademik professional baru boleh di tempuh setelah mahasiswa lulus Sarjana
Kedokteran Gigi. Program ini berbentuk pengalaman belajar klinik (kepanitraan
klinik) yang dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP).
Mahasiswa belajar sekaligus bekerja di bawah arahan dan bimbingan dosen atau
dokter gigi senior rumah sakit pendidikan bersangkutan.
Mahasiswa kedokteran gigi UNMAS Denpasar yang menempuh Program
Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi ada yang magang dan ada yang non-magang.
Mahasiswa program profesi yang magang di tempat praktek dokter gigi, selain
menuntut ilmu secara formal, mahasiswa memang harus memiliki salah satu
bentuk persiapan karir seperti dengan berlatih bekerja (magang) atau bekerja
sambilan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia magang secara umum
merupakan calon pegawai yang belum diangkat secara tetap dan belum menerima
gaji atau upah karena dianggap masih dalam tahap belajar. Bunyi pasal 8 tentang
pemagang dalam Peraturan Perusahaan 2013-2014 yaitu peserta magang (trainee)
diberi kesempatan oleh perusahaan untuk melakukan praktek kerja dengan jangka
waktu tertentu dengan mengindahkan peraturan dan perundangan yang berlaku.
2
Pengertian magang secara khusus pada mahasiswa adalah suatu bentuk rangkaian
kegiatan di luar perkuliahan untuk melengkapi proses belajar yang di dapat di
bangku kuliah dalam upaya menciptakan pengalaman bekerja bagi mahasiswa.
Menurut Johnson dkk (2002 cit. Patriana 2007) menunjukkan bahwa bekerja
magang pada remaja akan meningkatkan self-esteem dan perasaan efficacy,
membantu dalam bidang akademik dan kemampuan kerja, meningkatkan
keterlibatan dalam masyarakat, meningkatkan kesehatan mental, dan mengurangi
permasalahan perilaku. Jadi magang yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa
program profesi kedokteran gigi ini adalah suatu bentuk pengalaman kerja
mahasiswa yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tambahan di luar
perkuliahan dan untuk melatih keterampilan, sehingga karena alasan inilah,
beberapa mahasiswa program profesi memilih untuk magang di tempat prkatek
dokter gigi.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa dengan magang akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap mahasiswa program profesi
kedokteran gigi di Universitas Mahasaraswati Denpasar. Tetapi fakta baru
menunjukan bahwa kebanyakan dari mahasiswa yang magang tersebut memilih
untuk berhentin magang dengan alasan lelah, sulit membagi waktu dan ingin
fokus di klinik. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat sebelumnya, bahwa magang
memberikan pengaruh positif. Fakta tersebut menunjukan bahwa magang dapat
memberikan pengaruh negatif, mungkin hal ini terjadi karena mahasiswa yang
berhenti magang tersebut merasakan beban pekerjaanya terlalu banyak sehingga
mereka mengalami stress dan memilih untuk berhenti. Tetapi jika di lihat dari
manfaat dan tujuan magang, seharusnya mahasiswa yang tidak magang yang
3
memiliki stress, karena dari sisi pengalaman, kemampuan dan keterampilan dalam
bekerja mahasiswa magang lebih unggul.
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik
untuk meneliti tentang perbedaan stress kerja antara mahasiswa program profesi
kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi
saat praktikum di RSGM UNMAS Denpasar.
1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian
yaitu: Apakah ada perbedaan stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran
gigi magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi saat praktikum di
RSGM UNMAS Denpasar ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk mengetahui perbedaan stress
kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi magang dengan non-magang di
tempat praktek dokter gigi saat praktikum di RSGM UNMAS Denpasar.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pembaca adalah:
1. Dapat memberikan informasi kepada peneliti dan mahasiswa kedokteran
gigi UNMAS Denpasar mengenai hubungan mahasiswa program profesi
kedoketeran gigi magang dan non-magang terhadap stress kerja, agar
dapat melakukan pencegahan stress kerja secara dini.
4
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dimana hasil ini dapat digunakan
sebagai informasi bagi pembaca kajian ilmu pengetahuan terutama yang
berkaitan tentang stress kerja.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stress Kerja
2.1.1 Pengertian Stress
Dikalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan
kesamaan persepsi tentang batasan stress. Setiap aktivitas normal akan
menghasilkan stres, dan stres tak dapat dihindari. Stres dapat ditoleransi hanya
dalam waktu yang terbatas. Tidak pernah ada dua orang yang identik, maka stres
yang sama akan berpengaruh secara berbeda terhadap masing-masing individu,
serta berat ringannya juga sangat bervariasi (Harrianto 2005 cit. Airmayanti
2009).
Istilah „stres‟ sudah sejak lama kita gunakan dalam pembicaraan sehari-
hari. Stres adalah suatu keadaan tidak nyaman pada seseorang karena adanya
perubahan dalam diri atau lingkungan yang menuntut adanya penyesuaian.
Seseorang dituntut untuk menyesuaikan diri karena keadaan stres membebani
sumber daya orang tersebut dan mengganggu kesejahteraannya. Stres merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena
kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari perubahan yang terjadi di
lingkungan maupun diri sendiri. Karenanya, setiap orang pasti pernah mengalami
stress. stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungan sehingga stress akan mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang (Handoko 2008 cit. Anitawidanti 2010).
6
Menurut Yusianto (2008) stres sebagai suatu keadaan tegang secara
biopsikososial karena aktivitas yang berlebih. Stres merupakan suatu kondisi yang
negatif, suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik ataupun mental
atau mengarah ke prilaku yang tidak wajar. Stres akan mempengaruhi emosi,
proses berfikir dan kondisi seseorang.
Menurut Hermita (2011) stress tidak selamanya bersifat negatif. Stress
dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa
yang berbahaya dan mengancam. Stres sangat mungkin dialami atau tidak oleh
seseorang tergantung pada karakteristik orang yang bersangkutan menanggapi
kondisi tersebut.
Dalam menentukan apakah stresor itu dapat berakibat positif atau negatif
dibutuhkan penilaian kognitif terhadap individu. Penilaian kognitif tersebut sangat
berpengaruh terhadap respon yang akan muncul. Penilaian kognitif bersifat
individual differences, maksudnya adalah berbeda pada masing-masing individu
dan perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian kognitif bisa
mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu
cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang stresful.
Sehingga respon terhadap stresor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi
individu (Widyasari 2005 cit. Airmayanti 2009).
Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian
individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon emosional.
Para psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Stres bisa
mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya tergantung kepada para penderita.
Stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang
7
mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon
peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa
yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan
sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada
respon yang diberikan oleh individu (Fieldman 1989 cit. Fauziah dan Widury
2007).
2.1.2 Pengertian Stress Kerja
Menurut Gibson (1987 cit. Hermita 2011) dalam kaitannya dengan bidang
pekerjaan, secara spesifik menjelaskan bahwa stress kerja dikonseptualisasikan
dari beberapa titik pandang, yaitu :
a. Stres sebagai stimulus
Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang
menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres
sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan
tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai
konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon
individu.
b. Stres sebagai tanggapan (respon)
Stres sebagai tanggapan (respon) merupakan tanggapan fisiologis
atau psikologis seseorang terhadap lingkungan penekan (stressor), di mana
penekan adalah kejadian eksteren atau situasi yang secara potensial
mengganggu.
8
c. Stres sebagai stimulus-respon
Stres sebagai pendekatan stimulus-respon merupakan konsekuensi
dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres
dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stress
merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan
kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.
Gaffar (2012) juga berpendapat yang sama bahwa stres kerja
dikonseptualisasi dari titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai
respon dan stres sebagai stimulus-respon. Pendekatan ini memandang stres
sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon
individu. Stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang
dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi
dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan
tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap
individu dalam menghadapinya dapat berbeda.
Banyak yang berpendapat bahwa stress sebagai keadaan yang negatif atau
keadaan yang buruk. Tetapi stres tidak selamanya harus buruk, walaupun stres
lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga memiliki nilai positif. Stres
yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungan, akibatnya pada karyawan berkembang berbagai macam gejala stres
yang dapat mengganggu kinerja mereka. Stres akan bernilai positif jika karyawan
yang bersangkutan terpacu untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya dengan
memperbaiki kinerjanya (Robbins 1996 cit. Noviandari 2007).
9
Stress kerja timbul karena adanya perasaan tertekan yang dirasakan
karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja terbagi dua yaitu stres kerja
negatif dan stres kerja positif. Stres negatif biasa disebut Distress dan seringkali
menghasilkan perilaku karyawan yang disfungsional seperti sering melakukan
kesalahan, moral yang rendah, bersikap masa bodoh dan absen tanpa keterangan.
Di sisi lain, stress positif atau biasa disebut Eustress menciptakan tantangan dan
perasaan untuk selalu berprestasi serta berperan sebagai faktor motivator yang
kritis bagi banyak karyawan (Ventera 2001 cit. Noviandari 2007).
2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Stress Kerja
Menurut Hurrell dkk (1988 cit. Munandar 2001) bahwa faktor-faktor di
pekerjaan yang dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan atas lima kategori
besar, yaitu :
a. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
Faktor intrinsik dalam pekerjaan meliputi :
1) Beban kerja
Dengan melakukan aktivitas pekerjaan, tubuh akan menerima
beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain, bahwa setiap pekerjaan
merupakan beban bagi pekerjanya. Beban tersebut dapat berupa beban
kerja fisik dan mental.
2) Shift kerja (kerja gilir)
Penggunaan teknologi modern menuntut peningkatan aktifitas
manusia sepanjang waktu sehingga dituntut adanya pembagian kerja
dalam shift selama 24 jam. Akan tetapi perubahan irama biologi tubuh
manusia tidak sama dengan tuntutan lingkungan kerja dengan shift,
10
karena manusia menggunakan waktunya di malam hari untuk istirahat
atau tidur sehingga manusia harus beradaptasi dengan perubahan shift
kerja. Efek shift kerja yang tidak teratur adalah menurunnya kesehatan
pekerja karena ketidaksesuaian dan ketidakseimbangan penempatan
jam kerja dengan pola sosial, fisiologi (perubahan irama sirkardian
tubuh) dan psikologi individu.
3) Jam kerja
Menurut standar yang ada, rata-rata jam kerja adalah 8 jam per
hari. Sehingga penambahan jam kerja diluar standar dapat
meningkatkan usaha adaptasi pekerja, yang kemudian dapat
meningkatkan ekskresi katokholamin yaitu hormon adrenalin dan non-
adrenalin. Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu
sering, apalagi tanpa kontrol jumlah jam kerja yang berlebihan ternyata
tidak hanya mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kerja, juga
seringkali meningkatkan kuantitas absen dengan alasan sakit atau
kecelakaan kerja.
4) Rutinitas
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan gerakan
anggota badan yang berulang-ulang secara monoton, yang kadang-
kadang pula disertai posisi kerja yang sulit atau sambil membawa
beban atau menahan beban seringkali sangat memberatkan individu
pekerja.
11
5) Kompleksitas pekerjaan
Semakin kompleks suatu pekerjaan, maka pekerja dituntut untuk
bekerja semakin lama dan memiliki keahlian yang memadai. Selain itu,
pekerjaan yang kompleks memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan
rumit, sehingga apabila banyak pekerja yang tidak mampu
menyelesaikan hal tersebut maka para pekerja akan mengalami frustasi
dan stres.
6) Pembebanan tuntutan pekerjaan yang berat dengan keterampilan yang
tidak memadai
Apabila seseorang mengerjakan sesuatu yang belum menjadi
keahliannya, maka orang tersebut akan berpotensi terkena stres, karena
pekerjaan akan selalu menuntut dan membebani pekerja. Sehingga
pikirannya tidak pernah tenang dan selalu merasa dibayangi oleh
pekerjaannya tersebut.
7) Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan
Seseorang yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
pekerjaannya akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Namun, pekerja yang kurang memiliki rasa
tanggung jawab terhadap pekerjaannya akan selalu menunda
pekerjaannya. Sehingga pekerjaan tidak pernah selesai tepat waktu,
yang pada akhirnya dapat menimbulkan stres.
b. Peranan dalam Organisasi
Sumber utama stres kerja lainnya adalah yang berhubungan dengan
peranan seseorang di tempat kerja. Para peneliti di bidang ini bersepakat
12
untuk memfokuskan pada peranan yang mempunyai dua makna (role
ambiguity) dan peranan yang mempunyai dua makna yang saling
bertentangan (role conflict).
1) Role Ambiguity
Hal ini terjadi ketika seseorang mempunyai informasi yang tidak
selaras tentang peranan pekerjaannya, dimana terdapat kekurang-
jelasan tentang tujuan yang akan dihasilkan dari suatu pekerjaan yang
dipengaruhi oleh peraturan, tentang ruang lingkup dan tanggung jawab
dari suatu pekerjaan dan tentang harapan rekan-rekan kerja dari
peranan kerjanya. Kahn et al (1964 cit. Munandar 2001) menyatakan
bahwa seseorang yang mengalami role ambiguity yang berlebihan
akan mengalami kepuasan kerja yang rendah, meningkatnya
ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan, kepercayaan
terhadap diri sendiri yang semakin rendah dan kesia-siaan yang
bertambah besar. Indikator stres kerja yang berhubungan dengan role
ambiguity adalah mengalami keadaan yang tertekan, ketidakpuasan
pada kehidupannya, ketidakpuasan pada pekerjaan, rendahnya
motivasi kerja, keinginan untuk meninggalkan pekerjaan dan rasa
menghargai diri sendiri yang semakin rendah.
2) Role Conflict
Hal ini terjadi ketika seseorang berada dalam situasi peranan kerja
tertentu yang berlawanan dengan tuntutan pekerjaan / menghadapi
masalah oleh keharusan melaksanakan suatu pekerjaan yang
sebenarnya tidak ingin dilakukan oleh orang tersebut. Sebagian besar
13
frekuensi manifestasi dari role conflict adalah ketika seseorang
dihadapkan pada dua kelompok orang yang menginginkan perbedaan
perilaku atau mengharapkan bahwa pekerjaan seharusnya
menghasilkan fungsi yang berbeda-beda. Kahn et al (1964 cit.
Munandar 2001) mengatakan bahwa seseorang yang mengalami role
conflict yang berlebihan akan mengalami kepuasan kerja yang rendah,
meningkatnya ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan.
c. Pengembangan Karir
Banyak orang menganggap bahwa karir sama dengan kemajuan
dalam suatu organisasi. Pengembangan karir merupakan gabungan dari
kebutuhan pelatihan di masa akan datang dan perencanaan sumber daya
manusia. Dari sudut pandang pegawai, pengembangan karir memberikan
gambaran mengenai jalur-jalur karir di masa akan datang di dalam
organisasi dan menandakan kepentingan jangka panjang dari organisasi
terhadap para pegawainya. Pengembangan karir memacu kepada aktivitas
pekerjaan yang terus-menerus, kelebihan jam kerja ketika melakukan
berbagai pekerjaan dan berbagai macam pelatihan yang diberikan. Hal ini
menyebabkan dalam usaha pencapaian karir akan menimbulkan stress.
d. Hubungan Interpersonal dalam Pekerjaan
Menurut Selye (1956 cit. Munandar 2001) bahwa hidup dengan
orang lain merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang penuh stres.
Hubungan kerja yang tidak baik atau adanya konflik antaranggota
terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf
14
pemberian support yang rendah dan minat yang rendah dalam pemecahan
masalah dalam organisasi.
e. Struktur dan Iklim Organisasi
Bagaimana para tenaga kerja mempersepsikan kebudayaan,
kebiasan dan iklim dari organisasi adalah penting dalam memahami
sumber-sumber stres potensial sebagai hasil dari beradanya mereka dalam
organisasi : kepuasan dan ketidakpuasan kerja berkaitan dengan penilaian
dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stres yang dikenali dalam
kategori ini terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau
berperan serta dan pada support social. Penelitian menunjukkan bahwa
kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan
berhubungan dengan suasana hati dan perilaku yang negatif seperti terlalu
sedikit / tidak ada partisipasi (terlibat) dalam proses pengambilan
keputusan, tidak mempunyai rasa memiliki, kurang efektifnya konsultasi
dan komunikasi, pembatasan tingkah laku dan politik di kantor.
Menurut Cooper (1983 cit. Prihatini 2007) sumber stress kerja terdiri dari
faktor-faktor sebagai berikut :
a. Lingkungan kerja : kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan
pekeja mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan produktivitas
kerja.
b. Overload (beban kerja berlebih) : dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan
kualitatif. Beban kerja yang berlebih kuantitatif bila target kerja melebihi
kemampuan pekerja yang bersangkutan akibatnya mudal lelah dan berada
15
dalam ketegangan tinggi. Beban kerja berlebih secara kualitatif bila
pekerjaan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
c. Deprivational stress : yaitu pekerjaan yang tidak menantang atau tidak
menarik lagi bagi pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti
kebosanan, ketidakpuasan dan lain sebagainya.
d. Pekerjaan beresiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi
keselamatan.
Abraham dan Shanley (1997 cit. Dewe 1989) menyatakan bahwa beberapa
analisa dihasilkan lima sumber stress pada perawat sesuai dengan tingkat
kepentingannya :
a. Beban kerja yang berlebih misalnya merawat terlalu banyak pasien,
mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, dan
merasa tidak mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan teman
sekerja.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lainnya, misalnya mengalami
konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai
sumbangsi yang dilakukan dan gagal membentuk im kerja denga staf.
c. Kesulitan dalam merawat pasien yang kritis, misalnya menjalankan
peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan
bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan atau perawatan pasien, misalnya bekerja
dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan social dan emosional
pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa
16
tidak pasti sejauhmana harus memberikan informasi pada pasien atau
keluarga dan merawat pasien yang sulit diajak kerjasama.
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia, pasien
nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama dirawat.
2.1.4 Tahapan Stress Kerja
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Baru dirasakan bilamana
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik
di rumah, tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya.
Menurut hasil penelitian Amberg (1979 cit. Hawari 2001) bahwa tahapan
stress terbagi menjadi sebagai berikut :
a. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut : semangat
bekerja besar, berlebihan (over acting), penglihatan “tajam” tidak
sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya; namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out)
disertai rasa gugup yang berlebihan dan merasa senang dengan
pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
b. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”
mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena
cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu
17
untuk beristirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh
seseorang yang berada pada stres tahap II yaitu : merasa letih sewaktu
bangun pagi, yang seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah
makan siang, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, detakan
jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan
tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.
c. Stres tahap III
Stres tahap III akan menunjukkkan keluhan-keluhan yaitu :
gangguan lambung dan usus semakin nyata ; misalnya keluhan “maag”
(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare), ketegangan otot-otot
semakin terasa, perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional
semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk
mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan
sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/dini hari
dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia) dan koordinasi tubuh
terganggu (badan serasa mau pingsan).
d. Stres tahap IV
Gejala stres tahap IV, yaitu : aktivitas pekerjaan yang semula
menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa
lebih sulit, yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate),
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan
pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali
menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan, daya
18
konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul perasaan ketakutan dan
kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
e. Stres tahap V
Stres tahap V ditandai dengan hal-hal berikut : kelelahan fisik dan
mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion),
ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan
dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-
intestinal disorder) dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang
semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
f. Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami
serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Gambaran stres
tahap VI ini adalah sebagai berikut : debaran jantung teramat keras, susah
bernafas (sesak), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat
bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan dan pingsan atau
kolaps (collapse).
2.1.5 Dampak Stress Kerja
Menurut Lubis (2006 cit. Prihatini 2007) stress kerja dapat mengakibatkan
hal-hal sebagai berikut :
a. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stress seperti penyakit jantung koroner,
hipertensi, tukak lambung, asma, dan gangguan menstruasi.
b. Kecelakaan kerja terutama pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi,
dan bekerja bergiliran.
c. Absensi kerja
19
d. Lesu atau malas untuk bekerja, pegawai kehilangan motivasi bekerja.
e. Gangguan jiwa mulai dari gangguan ringan sampai ketidakmampuan yang
berat. Gangguan jiwa yang ringan misalnya mudah gugup, tegang, marah-
marah, apatis dan kurang konsentrasi. Gangguan yang lebih jelas lagi
dapat berupa depresi dang cemas.
Menurut Cox (1976 cit. Airmayanti 2009) ada lima efek stress
mempengaruhi prilaku dan kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Efek subyektif seperti cemas, apatis, jenuh, depresi, kelelahan, frustasi,
mudah tersinggung, nervous (gugup), dan rendahnya keseimbangan diri.
b. Efek perilaku seperti penyalahgunaan obat, nafsu makan hilang atau
berlebihan, merokok dan minum- minuman keras.
c. Efek kognitif seperti tidak dapat mengambil keputusan, sulit konsentrasi,
sering lupa dan mudah tersinggung.
d. Efek fisiologis seperti peningkatan tekanan darah dan kadar glukosa darah,
denyut jantung meningkat, mulut terasa kering, berkeringat, pupil melebar
dan sukar bernafas.
e. Efek organisasional seperti absenteisme, hubungan interpersonal yang
buruk, penurunan produktifitas kerja, tingginya angka kecelakaan dan
keterlambatan kerja, ketidakpuasan kerja, antagonisme pekerjaan dan iklim
perusahaan yang buruk.
2.1.6 Strategi Manajemen Stress Kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampak yang negatif. Manajemen stres lebih dari pada sekedar
20
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dan apa yang harus
dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering
melampiaskan dengan cara bekerja keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara
efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari
stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Secara umum strategi
manajemen stres kerja dapat dikelompokkan menjadi strategi penanganan
individual, organisasional dan dukungan sosial (Munandar 2001) :
a. Strategi Penanganan individual
Yaitu strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual.
Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1) Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif.
Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan
ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih
dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat sejenak
namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika
menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka
air dingin atau berwudhu bagi orang Islam, dan sebagainya.
2) Melakukan relaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan meditasi ini
bisa dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja.
Dengan melakukan relaksasi, karyawan dapat membangkitkan
perasaan rileks dan nyaman. Dengan demikian karyawan yang
melakukan relaksasi diharapkan dapat mentransfer kemampuan dalam
membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka
21
mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan
adalah dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan
pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan
doa. Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara meditasi yang bisa
dilakukan adalah dengan menutup atau memejamkan mata,
menghilangkan pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan
mengucapkan doa.
3) Melakukan diet dan fitness. Beberapa cara yang bisa ditmpuh adalah
mengurangi masukan atau konsumsi makanan mengandung lemak,
memperbanyak konsumsi makanan yang bervitamin seperti buah-
buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari
secara rutin, tennis, bulutangkis, dan sebagaianya.
b. Strategi Penanganan Organisasional
Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau
mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau
mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui
organisasi dapat dilakukan dengan:
1) Menciptakan iklim organisasional yang mendukung. Banyak
organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik
yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iklim impersonal. Ini
dapat membawa pada stres kerja yang sungguh-sungguh. Sebuah
strategi pengaturan mungkin membuat struktur tebih terdesentralisasi
dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan aliran
komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin
22
menciptakan Iklim yang lebih mendukung bagi pekerja, memberikan
mereka lebih banyak control terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin
mencegah atau mengurangi stress kerja mereka.
2) Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik
dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab,
pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian, peningkatan, dan
pertumbuhan) atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat
seperti variasi skill, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan
timbal balik mungkin membawa pada pernyataan motivasional atau
pengalaman berani, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil.
c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.
Konflik peran dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih awal sebagai
sebuah penekan individual utama. Ini mengacu pada manajemen untuk
mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional sehingga
penyebab stress ini dapat dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing
pekerjaan mempunyai ekspektansi yang jelas dan penting atau sebuah
pengertian yang ambigi dari apa yang dia kerjakan.
d. Strategi Dukungan Sosial
Untuk mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial
terutama orang yang terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin
atau orang lain. Agar diperoleh dukungan maksimal, dibutuhkan
komunikasi yang baik pada semua pihak, sehingga dukungan sosial dapat
diperoleh.
23
Ada empat pendekatan terhadap stres kerja menurut pendapat Davis dan
Newstrom (cit. Munandar 2001), yaitu :
a. Pendekatan Dukungan Sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan
kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya : bermain game, dan
bercanda.
b. Pendekatan melalui meditasi
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi
kealam pikiran, mengondorkan kerja otot, dan menenangkan emosi.
Meditasi ini dapat dilakukan selama dua periode waktu yang masing-
masing 15-20 menit. Meditasi bisa dilakukan di ruangan khusus.
Karyawan yang beragama islam bisa melakukannya setelah Dzuhur
melalui dzikir dan doa kepada Allah SWT.
c. Pendekatan Biofeed Back
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan
dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan dapat
menghilangkan stres yang dialaminya.
d. Pendekatan kesehatan pribadi
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres.
Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontiyu memeriksa
kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara
teratur.
24
2.2 Beban Kerja
2.2.1 Pengertian Beban Kerja
Menurut Manuaba (2000 cit. Prihatini 2007) tubuh manusia dirancang
untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan
merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana
orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja
adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang
ergonomic setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang
baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan
manusia menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban
mental. Beban kerja fisik dapat berupa berat dan banyaknya pekerjaan. Sedangkan
beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat kemampuan yang dimiliki.
Lebih lanjut menurut Munandar (2001) beban kerja adalah keadaan
dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu
tertentu. Beban kerja berlebih merupakan pembangkit stres. Beban kerja
dibedakan menjadi beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualititif. Beban kerja
kuantitatif yaitu beban kerja yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang
diberikan harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Sedangkan beban kerja
kualitatif yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau
tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja. Beban kerja
kuantitatif dan kualitatif yang berlebih dapat menimbulkan kebutuhan untuk
bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber
tambahan dari stress.
25
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Manuaba (2000 cit. Prihatini 2007) menyatakan bahwa beban kerja
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor eksternal
1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti banyaknya tugas
yang harus dikerjakan, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja,
kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental
seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan
atau pendidikan yang diperoleh dan tanggung jawab pekerjaan.
2) Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis. Ketiga
aspek ini disebut wring stresor.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat
dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat
ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.
Faktor internal meliputi faktor somatic (Jenis kelamin, umur, ukuran
tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi,
kepercayaan. keinginan dan kepuasan).
26
2.3 Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja
Menurut Anugrah (2009) beban kerja berlebih secara fisik maupun mental
seperti harus melakukan aktivitas yang berlebih merupakan kemungkinan sumber
stres pekerjaan. Berat atau ringannya beban kerja yang diterima seorang tenaga
kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja
tanpa mengalami kelelahan. Dimana semakin berat beban kerja sehingga
melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja
bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja.
Dalam bidang kesehatan beban kerja akan menjadi sumber stress bagi
perawat bila beban kerja tidak sebanding dengan kemampuan fisik. Karena setiap
perawat mempunyai kemampuan kerja yang normal menyelesaikan tugas yang
dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman dan
waktu yang dimiliki. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada hubungan
yang signifikan antara beban kerja dengan stress kerja perawat. Stress kerja yang
timbul akibat beban pekerjaan berbeda-beda tergantung ruangan perawatan dan
kondisi pasien yang dirawat (Prihatini 2007).
27
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini meliputi :
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak titeliti
: Pembagi
: Faktor yang mempengaruhi
Gambar 2.1 Gambaran hubungan mahasiswa program profesi kedokteran gigi
yang magang dengan non-magang terhadap stress kerja.
Mahasiswa Kedokteran
Gigi
Program Pendidikan Profesi
Magang
Beban kerja :
- di RSGM UNMAS
- di tempat praktek dokter
gigi
Stres Kerja
Program Pendidikan Sarjana
Non-magang
Beban kerja di RSGM UNMAS
Stres Kerja
28
Sesuai dengan definisi mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005 cit. Patriana 2007), bahwa mahasiswa merupakan individu yang
belajar di perguruan tinggi. Sedangkan Program Pendidikan Profesi Dokter Gigi
adalah pendidikan yang bersifat akademik professional yang baru boleh ditempuh
setelah lulus sarjana. Program ini berbentuk pengalaman belajar klinik
(kepaniteraan klinik) yang dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
(RSGMP) dan pengalaman belajar lapangan, khususnya pelayanan medik di
rumah sakit pendidikan. Jadi mahasiswa program pendidikan profesi kedokteran
gigi adalah mahasiswa sarjana kedokteran gigi (skg) yang belajar di klinik atau
RSGM untuk memperoleh gelar dokter gigi. Tujuan Pendidikan Program Studi
Profesi Dokter Gigi adalah mampu mengidentifikasi, menganalisis dan
memecahkan masalah kesehatan gigi dan mulut dan meningkatkan usia harapan
hidup.
Mahasiswa kedokteran gigi UNMAS Denpasar yang menempuh Program
Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi ada yang magang dan ada yang non-magang.
Mahasiswa program profesi kedokteran gigi di UNMAS Denpasar tersebut
magang di tempat praktek dokter gigi. Magang yang diartikan sebagai
pengalaman kerja. Dalam BPKB Jaya Giri (1990) Program magang adalah suatu
kegiatan pembinaan yang dikelola secara terpusat dan merupakan suatu program
nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seorang tenaga akademik
dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yang dikoordinasikan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan. Magang adalah proses belajar dimana seseorang memperoleh
pengalaman dan menguasai keterampilan dengan jalan melibatkan diri dalam
29
proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam
pekerjaan ini. Mahasiswa program profesi kedokteran gigi melakukan magang di
tempat praktek dokter gigi dengan tujuan untuk menambah pengetahuan diluar
perkuliahan, sebagai pengalaman kerja dan melatih keterampilan. Mahasiswa
yang magang memiliki beban kerja yaitu beban kerja di RSGM UNMAS dan
beban kerja di tempat praktek dokter gigi. Adanya beban dalam bekerja sehingga
memungkinkan timbul stress kerja.
Mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang non-magang merupakan
mahasiswa yang tidak melakukan magang di tempat praktek dokter gigi. Beban
kerja yang dimiliki oleh mahasiswa non-magang yaitu beban kerja di RSGM
UNMAS. Beban yang dialami dapat memungkinkan timbulnya stress dalam kerja.
30
BAB III
HIPOTESIS
Menurut Soewondo (1993 cit. Airmayanti 2009) stres kerja merupakan
keadaan yang dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Stress kerja
merupakan suatu kondisi dimana satu atau beberapa faktor di tempat kerja
berinteraksi dengan pekerja sedemikian rupa sehingga mengganggu keseimbangan
fisiologik dan psikologik. Salah satu faktor penyebab stress tersebut adalah beban
kerja yang terlalu berat.
Beban kerja timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak
diberikan untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Selain itu, beban kerja akan
timbul jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau tidak
menggunakan keterampilan dan potensi untuk bekerja. Disamping itu beban kerja
yang terlalu banyak atau berlebih dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja
selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari
stress (Anonymous 2008).
Mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS Denpasar pada saat
di klinik, mereka dituntut untuk mampu mendiagnosa secara tepat suatu penyakit,
mengindikasikan perawatannya, melakukan tindakan perawatan secara tepat,
mengisi kartu status, mencatat perkembangan pasien dan mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan. Adanya hal tersebut, sehingga beberapa dari mahasiswa sarjana
kedokteran gigi UNMAS Denpasar yang pada saat menempuh Program
Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi magang di tempat praktek dokter gigi
keluarga. Magang yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan
tambahan diluar perkuliahan, pengalaman kerja, melatih keterampilan dan
31
bermanfaat untuk masa depannya. Di tempat praktek dokter gigi, mahasiswa yang
bertindak sebagai pemagang biasanya bertugas mempersiapkan alat-alat untuk
praktek, ikut serta menangani pasien, mendampingi pasien selama perawatan,
mencuci alat, dan membersihkan ruangan praktek. Adanya aktivitas pekerjaan
yang berlebih ini, kemungkinan ini dapat menjadi beban kerja bagi mahasiswa
tesebut. Beban kerja dapat dialami oleh mahasiswa yang magang dikarenakan
aktivitas yang berlebih sehingga dapat menimbulkan kelelahan. Hal ini dapat
menimbulkan beban secara fisik, karena harus mengerjakan dan menyelesaikan
pekerjaan, selain beban fisik juga dapat menimbulkan beban mental karena
dibutuhkan kesiapan untuk menghadapi pasien dengan penyakitnya, melakukan
tindakan perawatan secara langsung sehingga harus menghadapi resiko penularan
penyakit dari pasien, dan menghadapi keluhan-keluhan pasien.
Beban kerja berlebih secara fisik maupun mental merupakan kemungkinan
sumber stress pekerjaan. Banyak atau sedikitnya beban kerja yang diterima dapat
digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja tanpa
mengalami kelelahan. Semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas
kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas pekerjaan (Tarwaka et al. 2004
cit. Airmayanti 2009).
Mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang memiliki
aktivitas lebih banyak dibandingkan non-magang, karena adanya aktivitas
pekerjaan yang bertambah dimana selain mengikuti perkuliahan mereka juga
harus bekerja di tempat magang sehingga beban kerja yang timbul juga lebih
besar. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diajukan suatu hipotesis bahwa
tingkat stress kerja yang dimiliki mahasiswa magang lebih tinggi dibandingkan
mahasiswa non-magang.
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
rancangan penelitian epidemiologik analitik dengan pendekatan cross sectional.
Rancangan cross sectional digunakan pada penelitian ini karena data efek, faktor
efek dan resiko stress kerja diukur pada saat yang bersamaan.
4.2 Identifikasi Variabel
Ada dua macam variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
4.2.1 Variabel Pengaruh : Magang dan Non-magang di tempat
praktek dokter gigi
4.2.2 Variabel Terpengaruh : Stress kerja pada mahasiswa program
profesi kedokteran gigi
4.3 Definisi Operasional
Definisi operasional dari tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut :
4.3.1 Magang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa program
profesi kedokteran gigi UNMAS yang bekerja di tempat praktek dokter
gigi dimana magang yang dilakukan minimal 3 bulan.
4.3.2 Non-magang adalah mahasiswa program profesi kedokteran gigi
UNMAS yang hanya belajar di klinik atau RSGM dan tidak bekerja di
tempat praktek dokter gigi.
33
4.3.3 Stres kerja adalah suatu gejala-gejala yang timbul yang terdiri dari tiga
aspek yaitu gejala psikologis seperti ada perasaan tegang saat
melakukan tindakan perawatan pada pasien, kehilangan daya
konsentrasi, bingung, panik, dan takut, gejala fisik seperti pusing,
jantung terasa berdebar-debar dan otot punggung terasa kaku setelah
melakukan tindakan perawatan, gejala prilaku seperti menghindari
pekerjaan atau tugas klinik, keinginan minum-minuman keras,
kehilangan nafsu makan dan meningkatnya absensi di klinik, yang
dialami oleh mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang di
tempat praktek dokter gigi keluarga.
4.3.4 Mahasiswa program pendidikan profesi kedokteran gigi adalah
mahasiswa yang belajar di klinik atau RSGM untuk memperoleh gelar
dokter gigi.
4.4 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa program profesi kedokteran
gigi di klinik UNMAS Denpasar. Besar sampel yang digunakan pada penelitian
ini sebanyak 60 orang yaitu 30 mahasiswa yang magang dan 30 yang non-
magang. Digunakan sampel sebanyak 60 orang karena dalam penelitian ini
terdapat dua kategori kelompok yaitu magang dan non-magang. Pada masing-
masing kelompok jumlah sampel sebanyak 30 orang, jumlah ini merupakan
jumlah minimal dalam satu kategori kelompok pada suatu penelitian. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive
sampling disebut juga judgment sampling. Digunakan tehnik purposive sampling
karena pengambilan atau pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan
34
kriteria-kriteria yaitu mempunyai status gizi baik, tidak sedang sakit dan tidak
sedang hamil.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tentang stress kerja
pada mahasiswa program profesi kedokteran gigi pada masa praktikum di RSGM
UNMAS Denpasar. Proses pembuatan instrument penelitian ini terdiri dari
beberapa tahapan yaitu :
a. Membuat item-item pernyataan kuesioner berdasarkan teori Beehr dan
Newman (1978 cit. Prihatini 2007), yang membagi gejala stress kerja
menjadi tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan gejala prilaku.
(a) gejala psikologis terdiri dari ; kecemasan, ketegangan, bingung, marah,
komunikasi tidak efektif, depresi, lelah mental, kehilangan daya
konsentrasi, kehilangan semangat hidup dan menurunnya rasa percaya diri.
(b) Gejala fisik seperti meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah,
gangguan gastrointestinal misalnya gangguan lambung, kematian, mudah
lelah secara fisik, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, kepala
pusing, migrain, ketegangan otot dan gangguan tidur. (c) Gejala prilaku
seperti menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas, meningkatnya
penggunaan minuman keras dan mabuk, meningkatnya frekuensi absensi,
prilaku makan yang tidak normal, kehilangan nafsu makan dan penurunan
drastis berat badan, kecenderungan prilaku berisiko tinggi misalnya
ngebut-ngebutan, berjudi dan kecendrungan untuk bunuh diri. Pernyataan
stress kerja pada penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu pernyataan
berupa stress positif dan pernyataan berupa stress negatif. Peneliti
35
membuat 20 item pernyataan stress kerja tediri dari 6 item tentang gejala
psikologis, 9 item tentang gejala fisik dan 5 item tentang gejala prilaku.
b. Pembuatan alat ukur stress kerja dengan cara menyusun item-item
kuesioner dengan 4 alternatif jawaban berdasarkan skala likert yaitu tidak
pernah, pernah, kadang-kadang dan selalu. Pemberian skor pada masing-
masing alternatif jawaban pada pernyataan berupa stress positif berbeda
dengan pernyataan berupa stress negatif. Untuk pernyataan yang berupa
stress positif, skor untuk alternative jawabannya yaitu : tidak pernah (skor
4), pernah (skor 3), kadang-kadang (skor 2) dan selalu (skor 1). Dan untuk
pernyataan yang berupa stress negatif, skor untuk alternative jawabannya
yaitu : tidak pernah (skor 1), pernah (skor 2), kadang-kadang (skor 3) dan
selalu (skor 4).
c. Kemudian selanjutnya dilakukan uji coba kuesioner pada responden.
Jumlah responden untuk try out atau uji coba adalah 15 orang mahasiswa
program profesi kedokteran gigi UNMAS Denpasar. Tujuan uji coba
untuk meyakinkan peneliti bahwa pernyataan-pernyataaan mengenai stress
kerja dapat di mengerti oleh responden.
d. Setelah kuesioner diuji cobakan pada 15 responden, data hasil uji coba
tersebut dibuat dalam bentuk data Microsoft office excel.
e. Kemudian dilakukan uji validitas dengan tujuan untuk mengetahui
kuesioner yang dipergunakan mampu untuk mengukur tingkat stress kerja
mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS Denpasar. Uji
validitas dengan menggunakan tehnik Pearson Correlation dengan
ketentuan :
36
1. Jika hasil pada kolom total pearson Correlation terdapat * maka
variabel tersebut valid dengan tariff signifikan 5%.
2. Jika hasil pada kolom total pearson Correlation terdapat ** maka
variabel tersebut valid dengan tariff signifikan 1%.
Untuk hasil lengkap dari uji validasi dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
37
Tabel 4.1 Hasil uji validitas
No Pernyataan
Hasil
Pearson
Correlation
Sig. Keterangan
1
Saya merasa tegang ketika
saya akan melakukan
tindakan perawatan terhadap
pasien
0.631 0.012 Valid
2
Saya merasa kehilangan daya
konsentrasi ketika mendengar
banyak instruksi dokter gigi 0.706 0.003 Valid
3
Saya dapat menenangkan diri
walaupun menghadapi pasien
yang sedang merintih atau
mengeluh kesakitan
0.586 0.022 Valid
4
Saya merasa bingung
menghadapi pasien yang
mengerang kesakitan 0.573 0.026 Valid
5
Saya merasa panik dan
bingung saat disuruh
mengambil alat dan bahan
untuk perawatan pasien
0.864 0.000 Valid
6
Saya merasa takut ketika saya
melakukan kesalahan dalam
memberikan perawatan
kepada pasien
0.533 0.041 Valid
7
Saya dapat tidur nyenyak
meskipun banyak pekerjaan
yang sudah saya lakukan 0.733 0.002 Valid
8
Saya merasakan otot
punggung saya kaku saat atau
setelah melakukan tindakan
perawatan pada pasien
0.646 0.009 Valid
9
Saya merasa keringatan saat
memberikan tindakan
perawatan kepada pasien 0.570 0.027 Valid
10
Saya merasakan pusing atau
sakit kepala saat atau selesai
bekerja 0.887 0.000 Valid
11
Ketika akan melakukan
tindakan perawatan pada
pasien, saya merasa jantung
saya berdebar-debar
0.659 0.008 Valid
12 Saya merasakan pegal-pegal
saat atau selesai bekerja 0.709 0.003 Valid
13
Jantung saya terasa berdebar-
debar ketika mendengar
pasien tiba-tiba menjerit 0.789 0.000 Valid
14 Saya merasakan sesak nafas
saat atau selesai bekerja 0.907 0.000 Valid
15
Setelah selesai bekerja
diklinik, saya merasa lelah
secara fisik 0.608 0.016 Valid
16
Meskipun banyak aktivitas
yang saya kerjakan, saya
tidak ingin meminum-
minuman keras
0.522 0.046 Valid
17
Meskipun banyak aktivitas
yang saya kerjakan, saya
makan seperti biasa
0.492 0.062 Tidak
Valid
18
Jika saya merasa lelah, saya
memilih untuk tidak hadir di
klinik
0.623 0.013 Valid
19
Saya sering menunda-nunda
tugas kuliah jika saya merasa
kesulitan
0.744 0.001 Valid
20
Saya tidak selera makan
ketika banyak pekerjaan yang
harus saya kerjakan
0.701 0.004 Valid
37
38
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 19 item kuesioner yang valid
dan hanya 1 item yang tidak valid. Maka hanya 19 item yang dapat
digunakan sebagai alat ukur stress kerja.
f. Item-item kuesioner yang telah valid, lalu dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Uji realibilitas merupakan uji
kehandalan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh sebuah alat
ukur stress kerja dapat diandalkan atau dipercaya. Pengujian realibilitas
terhadap seluruh item / pernyataan stress kerja yang dipergunakan dalam
penelitian ini akan menggunakan formula cronbach alpha (koefisien alpha
cronbach), dimana secara umum yang dianggap reliabel apabila hasil
koefisien alpha cronbach > 0.6 (Ghozali 2006 cit. Fadhilah 2010). Hasil
lengkap uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas
Variabel Cronbach alpha Keterangan
Stress kerja 0.936 Reliabel
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha
dari variabel yang diujikan nilainya di atas 0.6 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel dalam penelitian ini lolos dalam uji reliabilitas dan
dinyatakan reliabel.
g. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka kuesioner siap untuk
digunakan sebagai alat ukur stress kerja pada mahasiswa program profesi
kedokteran gigi.
38
39
4.6 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulpen dan papan alas
tulis.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu diadakannya penelitian sebagai berikut :
4.6.1 Lokasi : Universitas Mahasaraswati Denpasar
4.6.2 Waktu : 15 November 2013 s.d. 29 Desember 2013
4.8 Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu :
a. Pelaksanaan penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap :
1) Peneliti memperkenalkan diri, serta mengajukan tujuan dilakukannya
penelitian kepada mahasiswa program profesi.
2) Peneliti meminta kesediaan mahasiswa program profesi FKG UNMAS
Denpasar untuk menjadi sampel.
3) Meminta kesediaan sampel untuk mengisi lembar persetujuan.
4) Kuesioner dibagikan kepada setiap sampel.
5) Peneliti menginstruksikan tatacara pengisian kuesioner kepada sampel
b. Pemeriksaan data
Setelah semua hasil kuesioner terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan
terhadap tiap pernyataan stress kerja pada masing-masing kuesioner dan
melihat apakah semua pernyataan telah diisi.
40
4.9 Analisis Data
Menurut Polit dan Hungler (2006 cit. Purwati 2012) analisis data adalah
sebuah metode yang dipakai untuk mengubah informasi menjadi memiliki arti dan
dapat dimengerti. Data pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk
meringkas data stress kerja kedalam beberapa kategori stress. Pemilihan uji
analisa data berdasarkan jenis data dan uji normalitasnya. Data stress kerja adalah
data jenis kuantitatif tipe interval. Hasil kuesioner dilakukan uji normalitas
dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Jika data berdistribusi
normal maka menggunakan metode parametrik dan jika data yang ada tidak
berdistribusi normal, maka menggunakan metode non-parametrik. Hasil data
kuesioner stress kerja pada penelitian ini menunjukan bahwa data berdistribusi
normal sehingga digunakan uji analitik parametrik. Ada 2 jenis kelompok sampel
pada penelitian ini yaitu kelompok magang dengan kelompok non-magang yang
merupakan dua jenis sampel yang tidak berhubungan (Two Independent Sampels),
sehingga menggunakan uji statistik parametrik jenis Independent T-Test. Adapun
proses analisis data sebagai berikut :
a. Hasil kuesioner di buat dalam bentuk data Microsoft office excel. Ada 2
data yaitu data kelompok magang dan data kelompok non-magang.
b. Peneliti membagi stress kedalam tiga kategori, dengan cara melihat jumlah
skor terkecil = 19 dan jumlah skor terbesar = 76. Kategori stress terdiri
dari ringan 19 – 38, sedang 39 – 57 dan berat 58 – 76. Data ini
dimaksudkan untuk memberi gambaran bagaimana tingkat stress kerja
mahasiswa program profesi kedokteran gigi UNMAS.
41
c. Kedua data pada Microsoft office excel tersebut dilakukan analisis
deskriptif.
d. Jumlah skor item setiap sampel pada 19 item kuesioner dilakukan uji
normalitas dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada
alpha sebesar 5%. Jika nilai signifikansi dari pengujian Kolmogorov-
Smirnov lebih besar dari 0.05 berarti data berdistribusi normal.
Tabel 4.3 Hasil uji normalitas
Non-Magang Magang
Mean 35.6667 39.8667
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.903 0.550
Berdasarkan uji statistik normalitas pada tabel 4.3 menunjukkan p-
value kategori Non-magang 0.903 lebih besar dari 0.05, maka data
terdistrubusi normal dan pada kategori Magang p-value 0.550 lebih besar
dari 0.05, ini menunjukan bahwa data terdistrubusi normal.
e. Kemudian kedua data pada Microsoft office excel tersebut dilakukan uji
Independent T-Test untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat
stress kerja antara mahasiswa magang dengan mahasiswa non-magang.
Data dianalisa dengan menggunakan program SPSS.
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa program profesi
kedokteran gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar yang di bagi menjadi dua
kelompok sampel yaitu mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang
di tempat praktek dokter gigi dan mahasiswa program profesi kedokteran gigi
yang tidak magang di tempat praktek dokter gigi. Jumlah responden yang
digunakan sebagai sampel penelitian sebanyak 60 mahasiswa, dimana 30
mahasiswa yang magang dan 30 mahasiswa non-magang. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, dimana dalam teknik ini
hanya mahasiswa-mahasiswa yang sesuai dengan pertimbangan dan syarat khusus
saja (mahasiswa program profesi kedokteran gigi) yang bisa dijadikan sampel.
Dengan data karakteristik sampel sebagai berikut :
Tabel 5.1 Karakreristik sampel berdasarkan jenis kelamin
Kelompok Jenis Kelamin Persentase (%) Total (%)
Magang L 13 43
100 P 17 57
Non-magang L 14 47
100 P 16 53
Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa pada kelompok magang sampel terbanyak
adalah sampel dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 17 orang sedangkan
sampel dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 13 orang. Dan pada kelompok
43
non-magang sampel terbanyak adalah dengan jenis kelamin perempuan berjumlah
16 orang sedangkan sampel dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 14 orang.
5.2 Analisis Data stress kerja antara mahasiswa magang dengan mahasiswa
non-magang
5.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan
atau menggambarkan hasil data stress kerja berupa jumlah sampel yang
mengalami stress dan tingkat stress yang dialami pada masing-masing
kelompok sampel. Kategori stress kerja pada kelompok magang dan non-
magang yang lebih spesifik dapat dilihat pada table 5.2 dan tabel 5.3.
Table 5.2 Kategori stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi
yang magang
No Stress Kerja Jumlah Persen
1 Ringan 9 30.0
2 Sedang 21 70.0
3 Berat 0 0.0
Jumlah 30 100.0
Dari tabel di atas didapatkan data bahwa 30% mahasiswa magang
yang mengalami stress kerja kategori ringan dan 70% stress kerja dengan
kategori sedang.
44
Table 5.3 Kategori stress kerja mahasiswa program profesi kedokteran gigi
yang non-magang
No Stress Kerja Jumlah Persen
1 Ringan 24 80.0
2 Sedang 6 20.0
3 Berat 0 0.0
Jumlah 30 100.0
Dari tabel di atas didapatkan data bahwa 20% mahasiswa Non-
magang yang mengalami stress kerja kategori ringan dan 80% stress kerja
dengan kategori sedang. Dari hasil uji diatas menunjukan bahwa ada
perbedaan tingkat stress kerja antara mahasiswa program profesi
kedokteran gigi yang magang dengan yang non-magang.
5.2.2 Uji Independent T-Test
Untuk mengetahui perbedaan tingkat stress kerja antara mahasiswa
magang dengan mahasiswa non-magang maka dilakukan uji Independent
T-Test . Hipotesis pada penelitian ini yaitu :
a. Ho = Tingkat stress kerja pada kelompok magang dan non-magang
tidak berbeda secara signifikan.
b. Hi = Tingkat stress kerja pada kelompok magang dan non-magang
berbeda secara signifikan.
Dasar pengambilan keputusan untuk menguji perbedaan tingkat
stress kerja antara kelompok magang dengan kelompok non-magang pada
uji Independent T-Test adalah :
a. Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterima.
b. Jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.
45
Hasil uji, dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut :
Tabel 5.4 Uji Independent T-Test
Kelompok N Mean Sig. (2-tailed)
Magang 30 39.8667 0.004
Non-magang 30 35.6667 0.004
Berdasarkan hasil pada tabel 5.3 untuk stress kerja pada kelompok
magang mempunyai stress rata-rata 39.8667, yang diatas rata-rata stress
kerja kelompok non-magang, yaitu 35.6667. Hasil penelitian menunjukan
bahwa nilai probabilitas pada kelompok magang dengan kelompok non-
magang didapatkan hasil sebesar 0.004 yang berarti bahwa probabilitas
lebih kecil dari 0.05 (ρ < 0.05). Hasil pengujian ini menunjukan Ho
ditolak, artinya ada perbedaan tingkat stress kerja yang signifikan antara
kelompok magang dengan kelompok non-magang.
46
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa program
profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek
dokter gigi pada masa praktikum di RSGM UNMAS Denpasar, hasil analisis
deskriptif menunjukan bahwa kelompok magang dan non-magang hanya
mengalami stress kerja dengan kategori ringan dan sedang. Pada kedua kelompok
tersebut tidak ada yang mengalami stress kerja dengan kategori berat, hal ini
dikarenakan mereka hanya mengalami beberapa gejala dan tidak selalu
mengalami gejala stress kerja tersebut.
Pada hasil uji independent sampel t-test pada kedua kelompok tersebut
menunjukan ada perbedaan tingkat stress kerja yang signifikan antara kelompok
magang dengan kelompok non-magang. Stress yang di alami memberikan dampak
pada diri seperti tegang, bingung, panik, takut, keringatan, otot punggung pegal-
pegal, jantung berdebar-debar dan dampak pada pekerjaan seperti : absensi di
klinik meningkat, sering menunda-nunda tugas atau pekerjaaan dan beberapa
mahasiswa yang magang memilih berhenti magang dengan alasan lelah dan tidak
bisa membagi waktu. Dapat disimpulkan bahwa stress kerja yang timbul pada
kelompok magang dengan non-magang adalah stress yang berdampak negatif.
Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa tingkat stress kerja yang lebih
tinggi terdapat pada kelompok magang, berdasarkan pengamatan peneliti,
mahasiswa yang magang dan non-magang sama-sama memiliki beban kerja.
Dimana beban kerja merupakan faktor pemicu stress kerja. Pada mahasiswa yang
magang tingkat beban
47
kerjanya lebih besar dibandingkan mahasiswa yang non-magang. Karena pada
mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang ditempat prakatek
dokter gigi memiliki dua bentuk beban kerja yaitu beban kerja di klinik UNMAS
dan beban kerja di tempat praktek dokter gigi. Mahasiswa program profesi
kedokteran gigi yang tidak magang ditempat prkatek dokter gigi hanya memiliki
beban kerja di klinik UNMAS Denpasar.
Mahasiswa yang magang memiliki aktivitas yang lebih padat dan beban
kerja yang lebih besar dibandingkan mahsiswa yang non-magang. Dimana selain
melaksanakan aktivitas perkuliahan, mahasiswa yang magang juga harus
melakukan pekerjaan-pekerjaan di tempat magang. Adanya beban kerja yang
lebih besar pada mahasiswa magang, sehingga memungkinkan mahasiswa yang
magang mengalami stress yang lebih tinggi saat bekerja dibandingkan mahasiswa
non-magang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anugrah (2009)
bahwa semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan
menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dimana beban kerja berlebih secara
fisik maupun mental seperti harus melakukan aktivitas yang berlebih merupakan
kemungkinan sumber stres pekerjaan. Lebih lanjut menurut Munandar (2001)
beban kerja merupakan pemicu stress, baik beban kerja yang timbul sebagai
akibat dari tugas-tugas yang diberikan harus diselesaikan dalam waktu tertentu,
atau beban yang timbul karena orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu
tugas atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja,
maupun beban kerja yang berlebih, hal ini dapat menimbulkan kebutuhan untuk
bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber
tambahan dari stress.
48
Dari hasil analisa yang telah dijelaskan maka didapatkan hasil peneilitian
bahwa terdapat perbedaan tingkat stress kerja antara mahsiswa program profesi
kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi
keluarga pada masa praktikum di klinik UNMAS Denpasar.
49
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan tingkat stress kerja antara mahsiswa program profesi
kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat praktek dokter gigi
pada masa praktikum di RSGM UNMAS Denpasar.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rekomendasi solusi yang
dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Tingkat stress kerja yang sedang perlu diminimalkan dan tingkat stress
kerja yang ringan agar dipertahankan dengan melakukan manajemen
stress kerja.
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut faktor-faktor penyebab
mahasiswa program profesi kedokteran gigi yang magang mengalami
stress kerja seperti dari lingkungan atau rekan kerja di tempat magang.
50
DAFTAR PUSTAKA
Anitawidanti, H. 2010, Februari 2, Analisis Hubungan Antara Stres Kerja dengan
Kepuasan Kerja Karyawan Berdasarkan Gender Studi pada PT Transindo
Surya Sarana [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available:
http://eprints.undip.ac.id/22995/1/SKRIPSI_STRES_KERJA_VS_KEPUAS
AN_KERJA.pdf [9 maret 2013]
Alzahem AM, HT van der Molen, Alaijan AH, Achmidt HG, Zamakhshary MH.
Stres Amongst Dental Students: A Systematic Review. European Journal of
Dental Education 2011; 15: 8-18.
Anggraeni D, Tjahajawati S, Wihardja R. Saliva Secretion Difference Before and
After Rinsing With Baking Soda on Menopause Women. Padjadjaran
Journal of Dentistry 2007; 18(1): 28-33.
Airmayanti, D. 2009, Juni 10, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja
pada Pekerja Bagian Produksi PT. ISM Bogasari Flour Mills TBK Tanjung
Priok Jakarta Utara Tahun 2009 [Homepage of perpus.fkik.uinjkt.ac.id],
[Online].
Available:http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/DIAH%20AIRMAYAN
TI.pdf [9maret 2013]
Anitawidanti, H. 2010, Juni 2, Analisis Hubungan antara Stres Kerja dengan
Kepuasan Kerja Karyawan Berdasarkan Gender [Homepage of
eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/22995/1
/SKRIPSI_STRES_KERJA_VS_KEPUASAN_KERJA.pdf [9maret 2013]
Anugrah, Dewi. 2009, September 12, Tinjauan Persepsi Bahaya Psikososial
Karyawan Departemen Operational PT Repex Pondok Pinang Jakarta
Selatan tahun 2009 [Homepage of lontar.ui.ac.id], [Online]. Available:
http://lontar. ui.ac.id/file?file=digital/125452-S-5756-Tinjauan+persepsi-
HA.pdf
[9maret 2013]
BPKB Jaya Giri Lembang 1990, Mei 4, Magang Suatu Kegiatan Belajar PLS
[Homepage of jurnal.upi.edu], [Online]. Available: http://jurnal.upi.edu
/file/Hodijah.pdf [9maret 2013]
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
2013, Mei 27, Pelaksanaan Program Magang Tahun 2013 [Homepage of
luk.staff.ugm.ac.id], [Online]. Available:
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/magang /2013/PedomanDosma2013v1.pdf
[9maret 2013]
Fausiah, F. dan Widury, J. 2007, Psikologi Abnormal, UI Press, Jakarta.
51
Fadhilah, M. F. 2010, Desember 15. Analisis Pengaruh Stress Kerja Terhadap
Kpuasan Kerja Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderating
[Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://eprints.undip.
ac.id/23053/1/Analisis_Pengaruh_Stress_Kerja_Terhadap_Kepuasan_Kerja
_Dengan_Dukungan_Sosial_Sebagai_Variabel_Mo.pdf [9 Juni 2013].
Gunarya, A. 2008, „Manajemen Stress‟, TOT Basic Study Skills Angk V&VI,
Makassar, 7-18 Januari.
Gaffar, 2012, Desember 7, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
pada PT. BANK Mandiri (Persero) TBK Kantor Wilayah X Makassar
[Homepage of repository.unhas.ac.id], [Online]. Available:
http://repository.unhas.ac.id/
bitstream/handle/123456789/1531/SKRIPSI%20LENGKAP%20-FEB-
MANAJEMEN-%20HULAIFAH%20GAFFAR.pdf?sequence=1
[9 Juni 2013].
Hawari, D. 2001, Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Hermita, 2011, April 18, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada
PT. Semen Tonasa (Persero) Pangkep [Homepage of
repository.unhas.ac.id], [Online]. Available:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/ 123456789 /430/buat%
20PDF,,,,,.pdf?sequence=1 [15 Juni 2013].
Ilmi, B. 2003, November 21, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja dan
Identifikasi Manajemen Stress yang Digunakan Perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD Ulin Banjarmasin [Homepage of repository.usu.ac.id],
[Online]. Available: http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/17854
/2/Reference. pdf [15 Juni 2013].
Munandar, A. S. 2001, Psikologi Industri dan Organisasi, UI Press, Jakarta.
Manuaba, A. 2000, Ergonomi, Kesehatan Keselamatan Kerja, Dalam
Wygnyosoebroto.S. & Wiranto, S.E. Eds. Proceeing Seminar Nasional
Ergonomi PT. Guna Widya, Surabaya.
Margiati, L. 1999, Februari 1, Stres Kerja: Penyebab dan Alternatif
Pemecahannya [Homepage of journal.unair.ac.id], [Online]. Available:
http://journal. unair.ac. id/filerPDF/08-Lulus.pdf [9 Juni 2013].
Muharomi, E. 2010, Maret 5, Stres Kerja Ditinjau dari Persepsi Terhadap Beban
Kerja pada Guru yang Mengajar Mata Pelajaran Ujian Nasional Tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Yogyakarta [Homepage of
digilib.uin-suka.ac.id], [Online]. Available: http://digilib.uin-
suka.ac.id/4296/ 1/BAB% 20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf [23
Agustus 2013].
52
Noviandari, R.R. 2007, April 19, Analisis Perbedaan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT. Pos Indonesia Persero Jakarta Timur
130000) [Homepage of www.academia.edu], [Online]. Available:
http://www.
academia.edu/3203921/Analisis_pengaruh_stres_kerja_terhadap_kinerja_
karyawan_Studi_kasus_PT._Pos_Indonesia_Persero_Jakarta_Timur_
13000_ [24 Agustus 2013].
Nugrahani, S. 2008, Januari 20, Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Stres
Kerja pada Pekerja Bagian Operasional PT. Gunze Indonesia [Homepage
of lontar.ui.ac.id], [Online]. Available: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital
/122799-S-5368-Faktor-faktor-Pendahuluan.pdf [24 Agustus 2013].
Notoatmodjo, S. 2007, Februari 9, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
[Homepage of repository.ui.ac.id], [Online]. Available:
http://repository.ui.ac.id/dokumen /lihat/5848.pdf [9 Juni 2013].
Prihatini, L.D. 2007, Maret 12, Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stress
Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inao RSUD Sidikalang [Homepage of
repository.usu.ac.id], [Online]. Available: http://repository.usu.ac.id/handle
/123456789/6899 [9 Juni 2013].
Polimpung, J.A.F. 2012, Pengaruh Stres, Depresi dan Kecemasan Terhadap
Volume Saliva pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Patriana, P. 2007, September 27, Hubungan Antara Kemandirian Dengan
Motivasi Bekerja Sebagai Pengajar Les Privat pada Mahasiswa di
Semarang [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available:
http://eprints.undip. ac.id/10349/1 /SKRIPSI_PRADNYA_PATRIANA.pdf
[24 Agustus 2013].
Samosir, Z.Z. dan Syahfitri, I. 2008, Maret 29, Faktor Penyebab Stres Kerja
Pustakawan dalam Perpustakaan di Universitas Sumatra Utara [Homepage
of repository.usu.ac.id], [Online]. Available:
http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/16088/3/pus-des2008-
%20(7).pdf [27 Agustus 2013].
Septianto, D. 2010, Desember 3, Pengaruh Lingkukan Kerja Dengan Stress Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online].
Available:
http://eprints.undip.ac.id/26382/1/Jurnal_Skripsi_Dwi_Septianto.pdf [15
Juli 2013].
Setiawan, N. 2005, Teknik Sampling, Diklat Metodelogi Penelitian Sosial,
Universitas Padjadjaran, Parung Bogor.
53
Widodo, P. dan Pratiwi, A. 2008, „Hubungan Beban Kerja dengan Waktu
Tanggap Perawat Gawat Darurat Menurut Persepsi Pasien di Instalasi
Gawat Darurat RSU Pandan Arang Boyowali‟, Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1, no. 3, hlm. 125-130.
Yusianto, R. 2008, Maret 10, Analisis Pengaruh Stres Kerja terhadap Prestasi
Kerja Staf Pengajar (Studi Kasus Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian
Nuswantoro Semarang) [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online].
Available: http://journal.uii.ac.id/index.php/Teknoin/article/view/2110 [28
Agustus 2013].
54
LAMPIRAN
55
Lampiran 1
KUESIONER STRESS KERJA MAHASISWA PROGRAM PROFESI
KEDOKTERAN GIGI PADA MASA PRAKTIKUM
Identitas Responden
Nama :
NPM :
Magang / Non-magang
Tujuan kuesioner
Untuk mengetahui perbedaan tingkat stress kerja antara mahasiswa
program profesi kedokteran gigi yang magang dengan non-magang di tempat
praktek dokter gigi pada masa praktikum di RSGM UNMAS Denpasar.
Petunjuk Pengisian
a. Berilah tandai √ (cawang pada lembaran jawaban yang anda pilih).
b. Apabila anda selesai, periksalah kembali jawaban anda, jangan sampai ada
yang terlewati dan kerahasian jawaban anda tetap kami jaga.
Petunjuk untuk mengerjakan kuesioner
Ada dua jenis pernyataan stress kerja pada kuesioner ini yaitu :
1. Pernyataan positif, dengan skor pada alternatif jawaban :
a. Jika anda tidak pernah merasakan, berarti anda memilih tidak pernah
dengan skor 4.
b. Jika anda pernah atau sekali merasakan, berarti anda memilih Pernah
dengan skor 3.
c. Jika anda tidak setiap saat merasakannya, berarti anda memilih
Kadang-kadang dengan skor 2.
56
d. Jika anda setiap saat atau selalu merasakan, berarti anda memilih
Selalu dengan skor 1.
2. Pernyataan negatif, dengan skor pada alternatif jawaban :
a. Jika anda tidak pernah merasakan, berarti anda memilih Tidak Pernah
dengan skor 1.
b. Jika anda pernah atau sekali merasakan, berarti anda memilih Pernah
dengan skor 2.
c. Jika anda tidak setiap saat merasakannya, berarti anda memilih
Kadang-kadang dengan skor 3.
d. Jika anda setiap saat atau selalu merasakan, berarti anda memilih
Selalu dengan skor 4.
57
Gejala PrilakuV
No PERNYATAAN Tidak
Pernah Pernah
Kadang-
kadang Selalu
1 Saya merasa tegang ketika saya
akan melakukan tindakan
perawatan terhadap pasien
2 Saya merasa kehilangan daya
konsentrasi ketika mendengar
banyak instruksi dokter gigi
3 Saya dapat menenangkan diri
walaupun menghadapi pasien
yang sedang merintih atau
mengeluh kesakitan
4 Saya merasa bingung
menghadapi pasien yang
mengerang kesakitan
5 Saya merasa panik dan bingung
saat disuruh mengambil alat dan
bahan untuk perawatan pasien
6 Saya merasa takut ketika saya
melakukan kesalahan dalam
memberikan perawatan kepada
pasien
58
Gejala Fisik
No PERNYATAAN Tidak
Pernah Pernah
Kadang-
kadang Selalu
1 Saya dapat tidur nyenyak meskipun
banyak pekerjaan yang sudah saya
lakukan
2 Saya merasakan otot punggung saya
kaku saat atau setelah melakukan
tindakan perawatan pada pasien
3 Saya merasa keringatan saat
memberikan tindakan perawatan
kepada pasien
4 Saya merasakan pusing atau sakit
kepala saat atau selesai bekerja
5 Ketika akan melakukan tindakan
perawatan pada pasien, saya merasa
jantung saya berdebar-debar
6 Saya merasakan pegal-pegal saat
atau selesai bekerja
7 Jantung saya terasa berdebar-debar
ketika mendengar pasien tiba-tiba
menjerit
8 Saya merasakan sesak nafas saat atau
selesai bekerja
9 Setelah selesai bekerja diklinik, saya
merasa lelah secara fisik
59
Gejala Prilaku
No PERNYATAAN Tidak
Pernah Pernah
Kadang-
kadang Selalu
1 Meskipun banyak aktivitas yang saya
kerjakan, saya tidak ingin meminum
minuman keras
2 Jika saya merasa lelah, saya memilih
untuk tidak hadir di klinik
3 Saya sering menunda-nunda tugas
kuliah jika saya merasa kesulitan
4 Saya tidak selera makan ketika
banyak pekerjaan yang harus saya
kerjakan
60
Lampiran 2
DOKUMENTASI
Klinik FKG UNMAS Denpasar
Alat dan instrument penelitian
61
Peneliti memperkenalkan diri, serta menginformasikan tujuan dilakukannya
penelitian kepada responden
Responden sedang mengisi kuesioner
62
Lampiran 3
Correlations
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 Total
p1 Pearson Correlation 1 .436 .000 .288 .403 .288 .242 .565* .231 .556
* .951
** .597
* .554
* .628
* .472 -.047 .245 .369 .254 .595
* .631
*
Sig. (2-tailed) .104 1.000 .297 .136 .299 .385 .028 .408 .031 .000 .019 .032 .012 .075 .869 .379 .175 .361 .019 .012
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p2 Pearson Correlation .436 1 .112 .360 .703** .405 .369 .621
* .396 .616
* .405 .608
* .635
* .464 .433 .285 .204 .317 .635
* .528
* .706
**
Sig. (2-tailed) .104 .692 .187 .003 .134 .176 .013 .144 .015 .134 .016 .011 .081 .107 .304 .466 .249 .011 .043 .003
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p3 Pearson Correlation .000 .112 1 .403 .393 .227 .826** .231 .443 .393 .113 .227 .355 .623
* .194 .637
* .456 .473 .591
* .197 .586
*
Sig. (2-tailed) 1.000 .692 .137 .147 .417 .000 .407 .098 .147 .688 .417 .194 .013 .489 .011 .087 .075 .020 .482 .022
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p4 Pearson Correlation .288 .360 .403 1 .451 .544* .207 .207 .550
* .324 .300 .349 .263 .401 .555
* .388 .319 .415 .500 .099 .573
*
Sig. (2-tailed) .297 .187 .137 .092 .036 .459 .459 .034 .239 .277 .202 .344 .138 .032 .153 .247 .124 .058 .727 .026
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p5 Pearson Correlation .403 .703** .393 .451 1 .458 .530
* .485 .480 .830
** .458 .671
** .626
* .702
** .508 .492 .413 .459 .676
** .794
** .864
**
Sig. (2-tailed) .136 .003 .147 .092 .086 .042 .067 .070 .000 .086 .006 .012 .004 .053 .062 .126 .085 .006 .000 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p6 Pearson Correlation .288 .405 .227 .544* .458 1 .274 .560
* .500 .404 .178 .404 .379 .452 .673
** .091 -.021 -.093 .265 .309 .533
*
Sig. (2-tailed) .299 .134 .417 .036 .086 .322 .030 .058 .135 .525 .135 .164 .091 .006 .746 .942 .742 .341 .262 .041
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p7 Pearson Correlation .242 .369 .826** .207 .530
* .274 1 .319 .358 .660
** .274 .349 .599
* .789
** .213 .727
** .490 .443 .573
* .476 .733
**
Sig. (2-tailed) .385 .176 .000 .459 .042 .322 .247 .191 .007 .322 .202 .018 .000 .446 .002 .064 .098 .026 .073 .002
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p8 Pearson Correlation .565* .621
* .231 .207 .485 .560
* .319 1 .456 .485 .560
* .664
** .584
* .577
* .508 -.098 .000 .256 .511 .425 .646
**
Sig. (2-tailed) .028 .013 .407 .459 .067 .030 .247 .088 .067 .030 .007 .022 .024 .053 .728 1.000 .358 .052 .115 .009
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p9 Pearson Correlation .231 .396 .443 .550* .480 .500 .358 .456 1 .294 .232 .259 .214 .343 .534
* .307 .243 .158 .484 .403 .570
*
Sig. (2-tailed) .408 .144 .098 .034 .070 .058 .191 .088 .287 .405 .352 .443 .210 .040 .266 .384 .573 .067 .137 .027
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p10 Pearson Correlation .556* .616
* .393 .324 .830
** .404 .660
** .485 .294 1 .582
* .636
* .831
** .849
** .584
* .467 .395 .626
* .564
* .701
** .887
**
Sig. (2-tailed) .031 .015 .147 .239 .000 .135 .007 .067 .287 .023 .011 .000 .000 .022 .079 .145 .012 .028 .004 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
63
p11 Pearson Correlation .951** .405 .113 .300 .458 .178 .274 .560
* .232 .582
* 1 .610
* .593
* .640
* .497 .019 .290 .443 .265 .576
* .659
**
Sig. (2-tailed) .000 .134 .688 .277 .086 .525 .322 .030 .405 .023 .016 .020 .010 .059 .946 .295 .098 .341 .025 .008
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p12 Pearson Correlation .597* .608
* .227 .349 .671
** .404 .349 .664
** .259 .636
* .610
* 1 .443 .583
* .585
* .005 .124 .379 .522
* .612
* .709
**
Sig. (2-tailed) .019 .016 .417 .202 .006 .135 .202 .007 .352 .011 .016 .098 .022 .022 .986 .659 .164 .046 .015 .003
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p13 Pearson Correlation .554* .635
* .355 .263 .626
* .379 .599
* .584
* .214 .831
** .593
* .443 1 .825
** .428 .336 .475 .530
* .455 .471 .789
**
Sig. (2-tailed) .032 .011 .194 .344 .012 .164 .018 .022 .443 .000 .020 .098 .000 .112 .220 .073 .042 .088 .076 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p14 Pearson Correlation .628* .464 .623
* .401 .702
** .452 .789
** .577
* .343 .849
** .640
* .583
* .825
** 1 .402 .476 .531
* .648
** .648
** .620
* .907
**
Sig. (2-tailed) .012 .081 .013 .138 .004 .091 .000 .024 .210 .000 .010 .022 .000 .137 .073 .042 .009 .009 .014 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p15 Pearson Correlation .472 .433 .194 .555* .508 .673
** .213 .508 .534
* .584
* .497 .585
* .428 .402 1 .021 -.088 .153 .214 .406 .608
*
Sig. (2-tailed) .075 .107 .489 .032 .053 .006 .446 .053 .040 .022 .059 .022 .112 .137 .942 .754 .587 .444 .133 .016
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p16 Pearson Correlation -.047 .285 .637* .388 .492 .091 .727
** -.098 .307 .467 .019 .005 .336 .476 .021 1 .523
* .442 .492 .221 .522
*
Sig. (2-tailed) .869 .304 .011 .153 .062 .746 .002 .728 .266 .079 .946 .986 .220 .073 .942 .045 .099 .062 .428 .046
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p17 Pearson Correlation .245 .204 .456 .319 .413 -.021 .490 .000 .243 .395 .290 .124 .475 .531* -.088 .523
* 1 .497 .281 .233 .492
Sig. (2-tailed) .379 .466 .087 .247 .126 .942 .064 1.000 .384 .145 .295 .659 .073 .042 .754 .045 .060 .311 .403 .062
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p18 Pearson Correlation .369 .317 .473 .415 .459 -.093 .443 .256 .158 .626* .443 .379 .530
* .648
** .153 .442 .497 1 .701
** .211 .623
*
Sig. (2-tailed) .175 .249 .075 .124 .085 .742 .098 .358 .573 .012 .098 .164 .042 .009 .587 .099 .060 .004 .451 .013
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p19 Pearson Correlation .254 .635* .591
* .500 .676
** .265 .573
* .511 .484 .564
* .265 .522
* .455 .648
** .214 .492 .281 .701
** 1 .459 .744
**
Sig. (2-tailed) .361 .011 .020 .058 .006 .341 .026 .052 .067 .028 .341 .046 .088 .009 .444 .062 .311 .004 .085 .001
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p20 Pearson Correlation .595* .528
* .197 .099 .794
** .309 .476 .425 .403 .701
** .576
* .612
* .471 .620
* .406 .221 .233 .211 .459 1 .701
**
Sig. (2-tailed) .019 .043 .482 .727 .000 .262 .073 .115 .137 .004 .025 .015 .076 .014 .133 .428 .403 .451 .085 .004
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Total Pearson Correlation .631* .706
** .586
* .573
* .864
** .533
* .733
** .646
** .570
* .887
** .659
** .709
** .789
** .907
** .608
* .522
* .492 .623
* .744
** .701
** 1
Sig. (2-tailed) .012 .003 .022 .026 .000 .041 .002 .009 .027 .000 .008 .003 .000 .000 .016 .046 .062 .013 .001 .004
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
64
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 15 100.0
Excludeda 0 .0
Total 15 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.936 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 38.67 123.952 .588 .933
p2 38.87 121.552 .667 .932
p3 38.87 124.981 .541 .934
p4 38.60 125.829 .530 .934
p5 38.93 116.352 .840 .928
p6 38.73 125.067 .479 .935
p7 39.33 119.952 .693 .931
p8 38.53 123.124 .602 .933
p9 38.73 126.638 .531 .934
p10 39.13 115.838 .867 .928
p11 38.73 122.638 .615 .933
p12 38.33 121.667 .670 .932
p13 39.13 120.695 .761 .930
p14 39.27 116.352 .892 .928
p15 38.20 121.886 .550 .934
p16 39.00 121.714 .442 .938
p17 39.27 125.924 .435 .936
p18 38.93 123.781 .578 .934
p19 38.60 121.543 .711 .931
p20 38.60 119.971 .655 .932
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
40.87 134.695 11.606 20
65
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Magang Non_Magang
N 30 30
Normal Parametersa,,b
Mean 39.8667 35.6667
Std. Deviation 6.31765 4.54353
Most Extreme Differences Absolute .145 .104
Positive .099 .104
Negative -.145 -.090
Kolmogorov-Smirnov Z .797 .568
Asymp. Sig. (2-tailed) .550 .903
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Frequencies
Statistics
Magang Non_Magang
N Valid 30 30
Missing 0 0
Frequency Table
Magang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ringan 9 30.0 30.0 30.0
Sedang 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Non_Magang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ringan 24 80.0 80.0 80.0
Sedang 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
66
T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Stress Non Magang 30 35.6667 4.54353 .82953
Magang 30 39.8667 6.31765 1.15344
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Stress Equal
variances
assumed
2.537 .117 -2.956 58 .004 -4.20000 1.42075 -7.04395 -1.35605
Equal
variances not
assumed
-2.956 52.667 .005 -4.20000 1.42075 -7.05009 -1.34991