Upload
albayssag-faisal-tanjung
View
276
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
17
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi ( larutan kasar ). System koloid ini mempunyai sifat-sifat
khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Keadaan koloid bukan ciri
dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair maupun gas, dapat dapat dibuat
dalam keadaan koloid.
Karena kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang
ilmu kimia berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua
jaringan hidup berdifat koloidal. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu
untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Bagian kerak bumi yang
dikatakan sebagai tanah yang bias dicangkul terdiri dari bagian-bagian yang
bersifat koloid, oleh karena itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia
kolois pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat,
keramik, plastic, tekstil, kertas, dan film foto, lem, tinta, semen, karet, kulit,
bumbu selada, mentega, kkeju dan makanan lain, pelumas, sabun, obat semprot
pertanian dan insektisida, detergen, gel dan selai, perekat dan sejumlah besar
produk lainnya.proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak,
mewarnai dan pemurnian serta pengapungan bahan galian, melibatkan adsorpsi
pada permukaan materi koloid dan karena itu berkepentingan dengan kimia
koloid.
Oleh karena itu sangat penting dilakukannya praktikum mengenai sistem
koloid ini mengingat begitu banyak kegunaannya serta begitu erat dengan hidup
dan kehidupan kita sehari-hari.
Thomas Graham banyak mempelajari tentang kecepatan difusi (gerak) partikel
materi sehingga ia dapat merumuskan hukum tentang difusi. Dengan
pengamatannya, ternyata gerakan partikel zat dalam larutan ada yang cepat dan
lambat. Umumnya yang berdifusi cepat adalah zat yang berupa kristal sehingga
disebut kristaloid, contohnya NaCl dalam air. Tetapi istilah ini tidak popular,
18
karena ada zat yang bukan kristal berdifusi lebih cepat contohnya NaCl dalam
H2SO4 yang lambat berdifusi disebabkan oleh partikelnya mempunyai daya tarik
(perekat) satu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat
yang sukar digolongkan sebagai zat padat, zat cair, atau zat gas. Zat-zat ini dalam
ilmu dinamakan koloid. Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji,
minyak rambut, bahkan udara berdebu termasuk system koloid.
Percobaan ini dilatarbelakangi oleh proses pembentukan partikel koloid,
sehingga diperlukannya percobaan ini agar lebih luas pengetahuan tentang koloid.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui beberapa sifat koloid
Mengetahui cara pembuatan koloid
Mengetahui fungsi norit pada percobaan adsorpsi
19
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan campuran kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak
homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran
koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel
koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut
medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu ( terputus-putus ), sedangkan
medium dispersi bersifat kontinu. ( Keenan, 1984 )
Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom,
ataupun ion disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip,
materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium
sinambung, sehingga dihasilkan suatu disperse ( sebaran ) koloid atau sistem
koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal.
Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi
( tersebar ) dan materi kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut zat
pendispersi atau medium pendispersi. ( Arsyad, 2001 )
Zat
terdispers
Zat
pendispersi
Nama tipe Contoh
Gas
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Busa
Busa padat
Aerosol padat
Emulsi
Emulsi padat
Krim kocok, busa bir, busa sabun.
Batu apung, karet busa.
Kabut, awan.
Mayones, susu.
Keju ( lemak mentega
20
Padat
Padat
Padat
Gas
Cair
Padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
didispersikan dalam kasein ),
mentega.
Asap, debu.
Kebanyakan cat, pati dalam air,
selai.
Banyak aliase, intan hitam, kaca
rubi.
a Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas
disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat;
jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara.
Contoh aerosol cair : kabut dan awan
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol seperti semprot rambut
( hair spray ), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk
menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong ( propelan aerosol ).
Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa
klorofluorokarbon ( CFC ) dan karbon dioksida. ( Keenan, 1984 )
b Sol
sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut
sol. Koloid jenis sol banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari maupundalam
industri.
Contoh sol : air sungai ( sol dari lempung dalam air ), sol sabun, sol detergen, sol
kanji, tinta tulis dan cat ( Keenan, 1984 )
c Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut
emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tisak saling
21
melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak
dalam air ( M / A ) atau emulsi air dalam minyak ( A / M ). Dalam hal ini,
minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
Contoh emulsi minyak dalam air ( M / A ) : santan, susu dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak ( A / M ) : mayonaise, minyak bumi dan minyak
ikan. ( Keenan, 1984 )
d Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti
halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya
sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas
kedalam zat cair yang mangandung pembuih. ( Keenan, 1984 )
e Gel
Koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair ) disebut gel. Contoh :
agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat terbentuk
dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga
terjadi koloid yang agak padat.
SIFAT – SIFAT KOLOID
1) Efek Tyndall
Pernah kita amati cahaya dihamburkan oleh partikel-partekil debu bila
seberkas cahaya matahari memasuki suatu kamar gelap, lewat pintu yang terbuka
sedikit atau lewat suatu celah. Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil
untuk dilihat, akan nampak sebagai titik-titik terang dalam suatu berkas cahaya.
Bila partikel itu memang berukuran koloid, partikel itu sendiri tidak nampak; yang
terlihat ialah cahaya yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan cahaya itu
disebut efek tyndall. Ini disebabkan oleh fakta bahwa partikel kecil
menghamburkan cahaya dalam segala arah.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi koloid dan suatu
larutan biasa, karena atom, molekul, ataupun ion yang berbeda dalam suatu
22
larutan tidak menghamburkan cahaya secara jelas dalam contoh-contoh yang
tebalnya tak seberapa. Penghamburan cahaya tyndall dapat menjelaskan betapa
buramnya dispersi koloid. Misalnya, meskipun baik minyak zaitun maupun air itu
tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat ini nampak seperti susu.
2) Gerak Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuska pada suatu dispersi koloid pada arah
yang tegak lurus pada berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan
nampak partikel-partikel koloid, bukan sebagai partikel dengan batas yang jelas,
melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan mengikuti bintik-bintik cahaya
yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel koloid yang terdispersi
ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang berliku-liku. Gerakan
acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan brown,
menurut nama seorang ahli botani Inggris, Robert Brown, yang mempelajarinya
dalam tahun 1827.
3) Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid mempunyai luas permukaan yang sangat
besar. Pada permukaan partikel terdapat gaya van der waals yang belum
terimbangi atau bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat atom-atom
( atau molekul-molekul atau ion-ion ) dari zat asing. Adhesi zat-zat asing ini pada
permukaan suatu partikel disebut adsorpsi. Zat-zat teradsorpsi terikat dengan kuat
dalam lapisan-lapisan yang biasanya tebalnya tidak lebih dari satu atau dua
molekul ( atau ion ). Banyaknya zat asing yang dapat diadsorpsi bergantung pada
luasnya permukaan yang tersingkap. Meskipun adsopsi merupakan suatu gejala
umum dari zat padat, adsorpsi ini teristimewa efisiensinya dengan materi koloid
yang disebabkan oleh besarnya luas permukaan itu. Sifat adsorpsi dari koloid ini
digunakan dalam berbagai proses, antara lain sebagai berikut.
1. Pemutihan Gula Tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah
diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga
diperoleh gula yang putih bersih.
23
1. Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif Norit didalam usus norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
1. Penjernihan Air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau
aluminium sulfat. Didalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3
yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau
zat pencemar dalam air.
4) Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. apabila muatan
koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi
atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis
atau jika elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid. Apabila arus listrik
dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan
digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan
digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di
katode.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat
( lempung ) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur
dengan elektrolit dalam air.
2. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan
menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan
negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari tawas ( aluminium
sulfat )
4. Asap atau debu dari pabrik / industri dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik.
5) Koloid Pelindung
24
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks.
Dilain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat
distabilkan dengan mmenambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung.
Koloid pelindung akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat
lagi mengelompok.
Contoh :
1. pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah
pembentukkan kristal besar es atau gula.
2. Cat dan tinta dapat bertahan karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3. Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid
pelindung.
6) Dialisis
Pemisahan ion dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput
semipermeabel disebut dialisis. Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari 10
Å dan membiarkan lewatnya molekul air dan ion-ion kecil. Selaput hewani
alamiah, kertas perkamen, selofan dan beberapa plastic sintetik merupakan bahan
selaput yang sesuai. Partikel-partikel yang melewati membran agaknya berlaku
demikian tidak sekedar berdasarkan difusi acak. Mereka teradsorpsi pada
permukaan membran dan bergerak dari letak ( site ) adsorben yang satu ke yang
lain pada waktu mereka bergerak melewati pori-pori itu. ( Oxtoby, 2001)
25
BAB 3METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan :
3.1.1 Alat – alat
Gelas ukur
Labu erlenmeyer
Tabung reaksi
Corong kaca
Pipet tetes
Rang tabung reaksi
Corong pisah
Spaktula
Alu
3.1.2 Bahan-bahan
Sirup ABC rasa jeruk
Norit
Fe(OH )3
Aquades
FeCl3
BaCl2 0,1 M
NaCl 0,1 M
Amilum
I 2
Minyak goreng
Sabun cair
Kertas saring
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembuatan koloid Fe(OH )3
Diukur 25 ml aquades
Dipanaskan hingga mendidih
26
Ditambahkan setetes demi setetes FeCl3, sambil diaduk hingga
menjadi merah coklat
Disimpan untuk percobaan selanjutnya
3.2.2 Koagulasi
Dimasukkan masing-masing 15 tetes BaCl2 0,1 M dan NaCl 0,1
M kedalam masing-masing tabung reaksi
Ditambahkan masing-masing 10 tetes koloid Fe(OH )3
Diamati
3.2.3 Dispersi
3.2.3.1 Amilum tanpa gerus
Diambil 1 sendok amilum ditambah 10 ml aquades dan disaring
3.2.3.2 Amilum dengan gerus
Diambil 1 sendok amilum ditambah 10 ml aquades dan disaring
3.2.3.3 Bandingan filtrat (a) dan (b)
Filtrat (a) dan (b) ditambah 3 tetes I 2
Diamati dan dibandingkan
3.2.4 Emulsi
Dimasukkan 10 ml minyak goreng kedalam corong pisah
Ditambah 40 ml aquades
Dikocok hingga terbentuk emulsi
Ditambah 2 ml sabun cair
Dikocok dan diamati
3.2.5 Adsorpsi
Diambil 1 sendok norit dan diletakkan dalam corong kaca yang
telah diberi kertas saring diatasnya
Dilewatkan 10 ml sirup ABC di dalam corong kaca tersebut
Dibandingkan filtrat dengan larutan awal.
27
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Pengamatan Hasil pengamatan
1 Pembuatan koloid Fe (OH )3
Diukur 25 ml aquades
Dipanaskan hingga mendidih
Ditambahkan setetes demi
setetes FeCl3, sambil diaduk
hingga menjadi merah coklat
Disimpan untuk percobaan
selanjutnya
warna larutan awal yaitu warna
kuning, setelah ditambahkan
air panas maka warna berubah
menjadi bewarna merah coklat
2 Koagulasi
Dimasukkan masing-masing
15 tetes BaCl2 0,1 M dan
NaCl 0,1 M kedalam masing-
masing tabung reaksi
Ditambahkan masing-masing
10 tetes koloid Fe(OH )3
Diamati
- warn aawal NaCl adalah
bening, setelah ditetesi larutan
koloid maka terjadi perubahan
warna menjadi coklat muda
terang.
- warna awal BaCl adalah
bening, setelah ditetesi koloid
menjadi coklat tua
3 Dispersi
a. Amilum tanpa gerus
Diambil 1 sendok
amilum ditambah 10 ml
aquades dan disaring
b. Amilum dengan gerus
Diambil 1 sendok
amilum ditambah 10 ml
aquades dan disaring
larutan yang awalnya berwarna
putih susu setelah disaring
kembali menjadi bening
dengan waktu yang lama
larutan yang awalnya berwarna
putih susu setelah disaring
kembali menjadi bening
dengan waktu yang cepat
sampel a setelah ditetesi I2
28
c. Bandingan filtrat (a) dan
(b)
Filtrat (a) dan (b)
ditambah 3 tetes I 2
Diamati dan
dibandingkan
menjadi coklat muda dan
sampel setelah ditetesi I2
menjadi coklat tua
4 Emulsi
Dimasukkan 10 ml minyak
goreng kedalam corong pisah
Ditambah 40 ml aquades
Dikocok hingga terbentuk
emulsi
Ditambah 2 ml sabun cair
Dikocok dan diamati
minyak ditambah air tidak
bersatu, setelah ditambahkan
sabun maka akan menyatu /
bercampur merata
5 adsorpsi
Diambil 1 sendok norit dan
diletakkan dalam corong kaca
yang telah diberi kertas saring
diatasnya
Dilewatkan 10 ml sirup ABC
di dalam corong kaca tersebut
Dibandingkan filtrat dengan
larutan awal.
larutan sirup yang awalnya
berwarna kuning pekat setelah
disaring melewati norit akan
berubah warna menjadi kuning
terang / bening
4.2 Reaksi
29
FeCL + 3H2O Fe(OH)3 + #HCl
BaCl2 + Fe ( OH )3 Ba(OH)3 + FeCl2
NaCl + Fe(OH) Na(OH)3 + FeCl3
Amilum + I2
- Minyak goreng
Detergen
O||
CH2– O – C – (CH2)7– CH = CH – (CH2)7– CH3
O||
CH – O – C – (CH2)7– CH = CH – (CH2)7– CH3
O||
CH2– O – C – (CH2)7– CH = CH – (CH2)7– CH3
30
31
4.3 Pembahasan
Suatu larutan koloid fase-fasenya tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan
biasa atau dengan dibiarkan mengendap, susah untuk mengambil suatu batasan
dari sistem koloid. Pengertian koloid sendiri adalah campuran dua atau lebih zat
yang salah satu fasenya tersuspensi sebagai sejumlah besar partikel yang sangat
kecil dalam fase kedua. Zat yang terdispersi dan medium penyangganya dapat
berupa kombinasi gas, cairan atau padatan.
Sistem koloid sebagai satu gejala dan bentuk fisik suatu materi. Sistem koloid
atau zat yang terpecah halusdidalam suatu medium atau pelarut disebut zat
terdispersi, sedangkan pelarutya disebut zat pendispersi atau medium pendispersi.
Ada 3 sistem koloid berdasarkan fase terdispersi atau medium pendispersi :
1. Sistem Dispersi Molekuler ( Sistem larutan / larutan sejati )
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan lebih kecil dari 1 milimikron
2. Sistem Dispersi Halus
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 sampai
dengan 100 milimikron
3. Sistem Dispersi Kasar ( Suspense )
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan lebih besar dari100
milimikron
Perbedaan antara koloid – suspensi – larutan
Jenis Suspensi Koloid Larutan
1. Ukuran Partikel
2. Penyaringan
- Biasa
- Ultra
3. Mengendap
- Dibawah pengaruh gaya
berat
- Sentrifuge
4. Diffusi
> 0,1µ
- Dapat dipisahkan
- Dapat
- Mengendap
- Mengendap
- Tak terjadi
0,1 – 1 µ
- Tak dapat
- Dapat
- Tak Mengendap
- Mengendap
- Lambat
<1mµ
- Tak dapat
- Tak dapat
- Tak Mengendap
- Cepat
32
5. Gerak Brown - Mungkin terlihat - Terlihat - Tak terlihat
(keenan,1990)
Gerak pada suatu sistem koloid satu fase tersebar didalam fase lainnya. Fase
tersebar itu disebut fase terdispersi atau fase dalam dan fase ini biasanya
merupakan bagian kecil dari sistem koloid. Fase dimana fase terdispersi tersebar
disebut medium dispersi atau fase luar dan biasanya merupakan bagian terbesar
dari koloid.
Setiap fase pada suatu koloid dapat terdiri dari fase padat, fase cair atau
gas dengan kekecualian kedua fase tidak dapat berupa gas karena dua macam gas
dapat bercampur dengan baik membentuk suatu larutan.
Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu
1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler )
menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan
melalui :
a. Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi
hidrolisis, reaksi reduksi oksidasi, atau reaksi subtitusi.
- Hidrolisis : Merupakan reaksi suatu zat dengan air
- Reaksi Redoks : Merupakan reaksi yang disertai perubahan biloks
- Reaksi Subtitusi : Merupakan reaksi penggantian, misalnya ion
b. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu
dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol
koloid.
2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel –
partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan secara
mekanik, peptisasi dan sebagainya.
a. Cara Mekanik
33
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumpang atau
penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk
dengan medium dispersi.
b. Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara ini adalah membuat koloid dari butir –
butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
( pemecahan ).
Pada percobaan koagulasi, dibuat 1 mL AgNO3, 1 mL NaCl dan 5 tetes
HNO3 pada sebuah tabung reaksi. Setelah larutan didiamkan terdapat gumpalan
dan larutan yang keruh didasar bejana.
Pada percobaan dispersi, dibuat 2 sendok kanji dengan air kemudian ditetesi I2
sebanyak 2 tetes, larutan yang awalnyaberwarna putih susu, berubah menjadi biru
keunguan.
Pada percobaan adsorpsi, sirup disaring diatas kertas saring yang berisi
norit. Fungsi penyaringan pada percobaan ini yaitu menyaring partikel – partikel
koloid agar didapat larutan hasil penyaringan yang lebih jernih. Norit adalah tablet
yang terbuat dari senyawa karbon aktif, didalam usus norit membentuk sistem
koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun. Fungsi norit adalah sebagai
absorber atau menyerap warna. Partikel norit memiliki kemampuan mengadsorpsi
partikel – partikel pada permukaannya baik partikel netral atau bermuatan karena
mempunyai permukaan yang luas. Oleh karena itu, sirup yang semula berwarna
pekat, setelah disaring menjadi lebih muda warnanya.
Pada percobaan koloid pelindung, larutan Fe(CO)3 yang awalnya berwarna
kuning, berubah warna menjadi lebih bening setelah ditambahkan 2 tetes gelatin
dan menjadi / membentuk gumpalan, tetapi setelah ditambahkan lagi 2 tetes
K3Fe(CN)6 larutan tersebut berubah menjadi biru kehitaman dan menjadi encer
atau gumpalan yang terbentuk tadi hilang. Hal ini terjadi karena K3Fe(CN)6
berfungsi sebagai koloid pelindung yaitu koloid yang dapat melindungi koloid
lain dari proses penggumpalan.
34
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid. Koloid dapat distabilkan
oleh muatannya, tetapi apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan
berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi/penggumpalan.
Dispersi adalah pembuatan koloid dengan cara pemecahan partikel – partikel
kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil yang dapat dilakukan secara
mekanik atau peptisasi.
Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan
dari zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik.
Prinsip percobaan koagulasi yaitu didasarkan atas penggumpalan koloid,
bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi,
sehingga partikelnya turun perlahan kedasar bejana yang disebut koagulasi, atau
penggumpalan. Prinsip percobaan pada koloid pelindung yaitu koloid yang dapat
melindungi koloid lain dari proses penggumpalan dalam praktikum gelatin adalah
koloid pelindung sehingga larutan tambah keruh. Prinsip percobaan dispersi yaitu
pembuatan koloid dengan cara pemecahan partikel-partikel kasar menjadi partikel
yang lebih halus atau kecil. Sehingga amilum ada yang gerus ada yang tidak.
Prinsip percobaan emulsi yaitu penggunaan emulsi tersebut, misalnya perubahan
volume, perubahan warna dan pemisahan fase terdispersi dan pendispersi dalam
jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan. Prinsip percobaan adsorbs
yaitu proses penyerapan zat atau partikel atau molekul pada permukaan dari zat
tersebut.
Fungsi regen norit adalah untuk menyerap larutan pada sirup ABC
sehingga warna larutan menjadi kuning bening. Fungsi sabun cair untuk
menyatukan air dan minyak goring. Fungsi FeCl 0,1 M untuk dapat merubah
warna menjadi coklat.
Fungsi perlakuan dipanaskan, fungsinya adalah untuk memanaskan
aquadest, digerus fungsinya adalah untuk menghaluskan suatu amilum , agar
dapat membedakan filtrat dari amilum tersebut bila dicampur dengan aquadest.
Fungsi penyaringan adalah untuk menyaring zat-zat atau larutan agar didapat hasil
yang memuaskan karena pori-pori kertas saring sangat kecil, sehingga banyak zat-
zat yang tidak terlewati pada pori-pori kertas saring.
35
Cara untuk memurnikan suatu koloid adalah dengan efek tyndall, gerak
brown, adsorpsi, elektroforesi, koagulasi dan dialisis.
Aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari : Efek tyndall :sorot lampu
pada mobil malam,
Gerak Brown : Adanya gerak brown menyebabkan partikel koloid
tidak mengendap
Elektrolisis : Pengurangan zat-zat pencemaran udara yang
dikeluarkan dari cerobong asap pabrik
Koagulasi : Contoh pengolahan karet, dialisis proses kerja ginjal
membersihkan darah pencucian darah
Faktor kesalahan yang terjadi dalam percobaan ini antara lain ketidaktepatan
dalam penimbangan senyawa-senyawa yang digunakan sehingga ada beberapa
percobaan tidak didapatkan hasil yang memuaskan.
Emulgator adalah bagian berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi adapun macam-macam emulgator, yang digunakan yaitu :
Emulgator alami : (tumbuhan, hewan, tanah mineral) diperoleh dari
alam tanpa melalui proses, contoh gom, agar-agar
Emulgator buatan : dibuat secara sintetik contohnya sabun
36
BAB 5PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sifat – sifat koloid yang kita ketahui dari percobaan ini yaitu koagulasi ialah penggumpalan partikel koloid, Adsorpsi ialah penyerapan ion atau senyawa lain pada permukaan koloid, Dispersi ialah memperkecil gumpalan zat besara dengan pengocokan, Koloid pelindung ialah koloid yang dapat melindungi koloid lain dari proses penggumpalan
Cara – cara untuk membuat koloid antara lain kondensasi dan dispersi Fungsi norit pada percobaan ini adalah sebagai absorber yaitu menyerap
warna sehingga warna larutan yang diberi norit dapat menjadi lebih jernih
5.2 Saran
Sebaiknya percobaan mengenai pembuatan koloid ini ditambah. Tidak hanya koagulai, dispersi, adsorpsi dan koloid pelindung saja, tetapi juga percobaan aerosol, sol dan lain sebagainya. Agar pengetahuan mengenai koloid bertambah.
37
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. 2001. Kamus kimia Arti. Jakarta : Gramedia
Chang, R. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Keenan, K. 1990. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1.Jakarta :
Erlangga
W. Oxhobby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga
Syukri. 1990. Kimia Dasar. Bandung : ITB