Upload
hoanghuong
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN I
STRUKTUR BENIH
Pendahuluan
Latar Belakang :
Benih terdiri atas tiga komponen, yaitu kulit benih, embrio dan cadangan
makanan. Kulit benih,yang merupakan lapisan terluar benih, dapat terdiri atas testa atau
testa dan lapisan lain. Testa adalah lapisan yang berasal dari integumen, misalnya pada
benih kedelai, kacang tanah dll.Pada kariopsis (misalnya padi dan jagung) testa bersatu
dengan perikarp.Kulit benih sangat bervariasi dalam warna, tekstur serta ada atau
tidaknya struktur tambahan seperti sayap, karunkula dll.
Embrio adalah struktur yang terbentuk dari fertilisasi (bersatunya antara sel telur
dan sperma).Struktur utama embrio (poros embrio) terdiri atas radikula (bakal akar),
plumula (bakal daun) dan hipokotil (bakal batang).Pada benih dikotil, umumnya embrio
mempunyai kotiledon.
Cadangan makanan dalam benih sangat penting untuk proses perkecambahan.
Pada monokotil (misalnya familia Gramineae)cadangan makanan dalam benih berupa
endosperma yang terbentuk dari bersatunya sperma dan inti polar, disebut sebagai benih
endospermik.Pada benih demikian endosperma merupakan bagian terbesar dari struktur
benih.Pada dikotil (misalnya familia Leguminosae dan Cucurbitaceae)umumnya benih
tidak mengandung endosperma (benih non-endospermik), dan cadangan makanan untuk
perkecambahannyaadalah kotiledon, yang merupakan bagian dari embrio, dan kotiledon
merupakan bagian terbesar dari struktur benih.Akan tetapi ada juga dikotil yang
mempunyai endosperma (misalnya familia Euphorbiaceae).Pada benih demikian
endosperma yang merupakan bagian terbesar struktur benih berfungsi sebagai cadangan
makanan untuk perkecambahan, bukan kotiledon yang merupakan jaringan tipis.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
Tujuan :
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari variasi struktur benih tanaman beberapa
familia.
Bahan dan Metode :
Benih dari beberapa familia tanaman: Gramineae (jagung, padi), Leguminosae (kacang
tanah, kedele, kacang merah, lamtoro), Solanaceae (tomat, cabe, terong), Eophorbiacea
(jarak kepyar, jarak pagar, karet) dan lainnya yang tersedia.
1. Benih yang kering dilembabkan dahulu selama 24 jam supaya lunak,
mempermudah diiris atau dikupas
2. Iris benih dengan arah vertikal sehingga seluruh bagian internal dapat diamati
3. Amati warna, tekstur kulit benih serta adanya struktur tambahan
4. Gambar benih utuk dan struktur internalnya, beri keterangan masing masing
bagian benih
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN II
Penetapan Kadar Air Benih
Pendahuluan
Latar Belakang
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada
kegiatan pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih. Kadar air benih
sangat menentukan ketepatan saat panen, tingkat kerusakan mekanis saat pengolahan,
kemampuan benih mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan sehingga
pengukuran kadar air benih harus dilakukan dalam pengujian mutu benih (termasuk uji
rutin).
Ada dua metode pengukuran kadar air yang dapat dilakukan, yaitu metode
langsung dan metode tak langsung. Pada metode langsung kadar air benih dihitung secara
langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dari dalam benih. Sedangkan
secara tidak langsung kadar air dapat diukur tanpa mengeluarkan air dalam benih, tetapi
dengan memanfaatkan hambatan listrik dalam benih yang kemudiaan dikorelasikan
dengan kadar air.
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan hasil penetapan kadar air benih
menggunakan metoda langsung dengan oven suhu tinggi (1300C) dan suhu 105
oC.
Bahan dan Metode
Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan adalah dua lot benih padi. Alat yang digunakan adalah oven,
timbangan, cawan porselen, grinder, desikator, serta moisture tester (Steinlite)
Metode penetapan kadar air dengan oven
1. Ambil benih padi untuk masing-masing lot 5 g, kemudian dihancurkan dengan
menggunakan grinder selama 1 menit.
2. Timbang cawan dan tutup (M1), kemudian masukkan benih yang sudah
dihancurkan ke dalam cawan dan timbang kembali (M2).
3. Masukan cawan tersebut kedalam oven 130-1350C, waktu sesuai komoditas
dengan kondisi cawan terbuka.
4. Setelah satu jam tutup dan cawan kemudian dikeluarkan dari oven, kemudian
dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit hingga dingin.
5. Timbang benih, cawan dan tutup yang telah di oven tadi (M3).
6. Hitunglah kadar air benih dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
(M2 – M3)
KA= -------------- X 100%
(M2-M1)
Keterangan :
KA = Kadar air benih
M1 = Berat cawan + tutup kosong
M2 = Berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan
M3 = Berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan
7. Lakukan pengukuran kadar air benih masing-masing lot sebanyak 3 ulangan.
8. Lakukan dengan langkah yang sama untuk penetapan kadar air, namun suhu yang
digunakan adalah 105oC selama minimal 17 jam
9. Bandingkan hasil penetapan kadar air dengan menggunakan kedua suhu tersebut
Tabel 1. Penentuan kadar air benih padi dengan metode oven
Benih Ulangan 1 Ulangan 2
Suhu
105oC
Suhu
135oC
Suhu
105oC
Suhu
135oC
Padi
Catatan.: Laporan dibuat oleh masing-masing mahasiswa
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN III
Efisiensi Alat Pembersih dan Pemilah Benih
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembersihan benih sangat penting karena benih yang kotor tidak baik bila
disimpan lama, secara tidak langsung akan mempengaruhi viabilitas benih karena
tersumbatnya ruang antara benih yang akan menimbulkan panas dan kelembaban tinggi
sehingga menjadi tempat bersarangnya cendawan maupun hama.
Proses pembersihan benih bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran fisik
maupun biji-bijian lain yang mencampuri suatu kelompok benih. Kotoran fisik antara lain
yaitu pecahan-pecahan biji, benih-benih yang berukuran kurang sempurna (keriput,
inferior, membatu akibat kurang masak atau terserang penyakit), pecahan-pecahan batu
maupun ranting-ranting yang terbawa pada waktu proses pemanenan.
Dalam proses pembersihan dapat terjadi kerusakan fisik atau kurang sempurna
proses pembersihannya sehingga diperoleh hasil yang tidak bersih 100%. Prinsip kerja
dari alat pembersih ini adalah, memisahkan benih berdasarkan perbedaan ukuran/bentuk
dan berat benih .
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi alat pembersih benih model clipper.
Bahan dan Metode
Benih yang di gunakan sebanyak tiga macam yang berbeda untuk masing-masing
ditimbang 100 g.campur dengan kotoran fisik yang berupa daun kering sebanyak 10 g,
biji lain sebanyak 20 g dan kotoran batu kerikil sebanyak 20 g aduk menggunakan alat
pengaduk IPB 72-3 benih di bersihkan dengan alat clipper.
Pisahkan dengan alat tersebut sehingga kembali menjadi komponen masing-masing
seperti sebelum di campur dan gambar alat tersebut secara skematis.
Laporan Percobaan
Clipper ; pintu pemisah komponen ada…………………..buah.
Masing-masing untuk memisahkan sebagai berikut =
Pintu 1 =
Pintu 2 =
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
Pintu 3 =
Pintu 4 =
Pintu 5 =
Pintu 6 =
Terdapat 3 set campuran benih yang masing-masing terdiri dari
Set 1 = a)….…;b)…….;c)……..;d)…………
Set 2 = a)….…;b)…….;c)……..;d)…………
Set 3 = a)….…;b)…….;c)……..;d)…………
Dengan screen ukuran……(atas) dan ukuran…….(bawah) maka =
Set no. 1 akan mampu dipisahkan di masing-masing pintu berikut =
Pintu 1 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 2 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 3 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 4 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 5 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 6 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Kotoran fisik jatuh masing-masing =
Daun kering di pintu…….,……..,……,……
Batu kerikil di pintu……..,………,…….,……
Dengan screen ukuran…….(atas) dan ukuran…….(bawah) maka =
Set no. 2 akan mampu dipisahkan di masing-masing pintu berikut =
Pintu 1 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 2 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 3 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 4 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 5 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 6 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Kotoran fisik jatuh masing-masing =
Daun kering di pintu…….,……..,……,……
Batu kerikil di pintu……..,………,…….,……
Dengan screen ukuran…….(atas) dan ukuran…….(bawah) maka =
Set no. 3 akan mampu dipisahkan di masing-masing pintu berikut =
Pintu 1 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 2 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 3 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 4 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 5 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Pintu 6 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..%
Kotoran fisik jatuh masing-masing =
Daun kering di pintu…….,……..,……,……
Batu kerikil di pintu……..,………,…….,……
Catatan.: Laporan dibuat oleh masing-masing mahasiswa
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN IV
Pengaruh Bentuk Benih terhadap Efisiensi Pemilahan
dengan Spiral Separator
Pendahuluan
Latar Belakang
Pemilahan benih dilakukan untuk mendapatkan mutu fisik benih yang seragam
bentuk maupun ukurannya. Proses pembersihan dan pemilahan dapat dilakukan sekaligus
dengan mesin tertentu. Namun beberapa mesin hanya dapat digunakan untuk pemilahan
saja.
Spiral separator merupakan alat pemilah benih yang prinsip kerjanya berdasarkan
kemampuan menggelinding benih pada alat tersebut. Perbedaan bentuk benih akan
mempengaruhi kecepatan menggelinding, sehingga benih-benih tersebut dapat dipilah.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bentuk benih terhadap
efisiensi pemilahan
Bahan dan Metode
Buat campuran benih dengan komposisi sbb:
1. 300 g kedelai dan 10 g jagung
2. 300 g kedelai dan 10 g kacang hijau
Buat campuran dengan komposisi tersebut untuk tiga ulangan.Selanjutnya masukkan
campuran benih tersebut ke dalam alat spiral separator. Amati efisiensi pemilahan dan
berikan pembahasannya.
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Campuran benih ulangan Benih yang tidak terpisah Efisiensi pemilahan
Kedelai + jagung
Rata-rata
1
2
3
Kedelai +
kc.hijau
Rata-rata
1
2
3
Catatan.: Laporan dibuat oleh masing-masing mahasiswa
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN V
Uji Kemurnian Benih Padi
Pendahuluan
Latar belakang
Kemurnian benih merupakan mutu genetik yang merupakan tolok ukur pengujian
rutin untuk pengisian label sertifikasi benih. Tingkat kemurnian benih sangat
menentukan keseragaman pertumbuhan tanaman di lapang dan kualitas produk pertanian
yang dihasilkan.
Benih murni adalah benih murni yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau secara
dominan ditemukan dalam contoh benih termasuk semua benih varietas tanaman dan
kultivar dari spesies tersebut, seperti:
1. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut, dan benih
sedikit rusak.
2. Benih terserang penyakit atau benih yang mulai berkecambah, tetapi benih
tersebut masih bisa dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika sudah berubah dalam
bentuk terlihat sebagai cendawan sclerotia, smut balls atau nematoda galls maka
termasuk sebagai kotoran benih.
3. Pecahan benih dengan ukuran lebih besar dari setengah ukuran benih aslinya.
Untuk caryopsis (Poaceae/Graminae: jagung, padi): bagian dari caryopsis yang
berukuran lebih besar dari setengah ukuran aslinya. Untuk Fabaceae (Leguminosae)
yang terkelupas seluruh benihnya termasuk kriteria kotoran benih. Pada Leguminosae
jika kotiledon terpisah termasuk kotoran benih.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
Benih tanaman lain (other seeds)
Benih tanaman lain adalah unit benih tanaman spesies lain yang terbawa selain benih
murni. Penentuan benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti penentuan
benih murni.
Kotoran benih (inert matter)
Kotoran benih meliputi benih dan semua bahan-bahan lain dan struktur yang bukan
bagian dari benih, seperti tersebut di bawah ini:
a. Benih dan bagian benih:
Untuk Fabaceae (Leguminosae) dengan kulit benih yang sudah terkelupas semua
(tanpa kulit benih) atau kotiledon terpisah.
Bagian dari unit benih yang pecah atau rusak dan berukuran kurang dari setengah
ukuran aslinya.
Benih rusak tanpa lembaga/kotiledon (rusak berat).
Gabah hampa.
Sekam, cangkang benih, kulit benih dan lain-lain.
b. Bahan-bahan lain dan struktur yang bukan merupakan bagian dari benih seperti
tanah, pasir, batu, batang jerami, daun, tangkai bunga, galls, sklerotia, smut balls,
lemma, palea dan fungi.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan persentase komposisi (berdasarkan berat)
contoh yang diuji dan mengidentifikasi berbagai spesies benih dan kotoran benih dalam
contoh benih.
Analisis kemurnian dilakukan pada contoh kerja yang diambil dari contoh kirim.
Pengambilan contoh kerja untuk analisis kemurnian dilakukan dengan cara pengurangan
contoh kirim dengan menggunakan alat pembagi mekanik atau cara paruhan.
Pengambilan contoh kerja untuk padi sebagai berikut.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
700 g Contoh kerja analisis kemurnian benih padi: a + b + d = 71,2 g
350 g 350 g
175 g 175 g
87,5 g 87,5 g
(a) 43.8 g 43,8 g
(b) 21,9 g 21,9 g
(c) 10,9 g 10,9 g
(d) 5,5 g 5,5 g
Lakukan analisis kemurnian dengan memisahkan contoh kerja dalam komponen
benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih dengan cara sebagai berikut:
a. Contoh kerja ditebarkan di meja kerja
b. Setiap benih diidentifikasi satu per satu secara visual berdasarkan
penampakan morfologi (bentuk, ukuran, warna, kilap, tekstur luar).
c. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih dipisahkan dari benih murni.
Setiap komponen ditimbang dalam satuan gram dengan tingkat ketelitian sama
dengan contoh kerja.
Perhitungan dan Penulisan Hasil
1. Berat ketiga komponen (benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih)
dijumlahkan dan kemudian dibandingkan dengan berat contoh kerja awal. Jika
terdapat kehilangan berat >5% berat awal contoh kerja, maka harus dilakukan
analisis ulang.
2. Masing-masing komponen dihitung persentasenya dalam satu desimal.
3. Persentase ketiga komponen dijumlah, dengan total harus 100,0%. Jika jumlah
persentase tidak 100,0% (99,9% atau 100,1%) maka dilakukan penambahan atau
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
pengurangan 0,1% pada persentase tertinggi (biasanya pada fraksi benih murni).
Apabila lebih dari 0,1% maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kesalahan.
4. Rumus perhitungan persentase:
BM
BM = ---------------------- x 100% BM: benih murni
(BM + BTL + KB)
BTL
BTL = ---------------------- x 100% BTL: benih tanaman lain
(BM + BTL + KB)
KB
KB = ---------------------- x 100% KB: kotoran benih
(BM + BTL + KB)
Faktor kehilangan yang diperbolehkan maksimal 5%, dihitung dengan rumus:
CK – (BM + BTL + KB)
------------------------------ x 100% ≤ 5% CK: contoh kerja
CK
Semua penimbangan dinyatakan dalam satuan gram.
5. Penulisan/ pelaporan hasil
Hasil analisis kemurnian ditulis dalam persentase dengan satu desimal. Jumlah
persentase berat dari semua komponen harus 100,0%. Nama ilmiah benih murni dan
benih tanaman lain serta macam kotoran benih harus dilaporkan.
PERCOBAAN VI
Metode Pematahan Dormansi Benih
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
Pendahuluan
Latar Belakang
Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah
walaupun ditanam dalam kondisi yang optimum.Salah satu keuntungan sifat dormansi
pada benih yaitu untuk melestarikan spesies tersebut. Namun dormansi dapat menjadi
masalah karena saat konsumen benih akan menanam benih yang masih dorman tidak
tumbuh dengan seragam, selain itu juga mengacaukan interpretasi dalam pengujian benih.
Beberapa jenis benih tidak dapat berkecambah karena adanya hambatan dari kulit
benih yang impermeabel terhadap air dan gas, kulit benih yang tebal dan keras. Sebagian
jenis benih yang lain tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat
berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Kasus tersebut disebut
after-fipening.
Beberapa metode pematahan dormansi telah dikembangkan berdasarkan kasus
penyebab dormansi benihnya, karena metode yang efektif untuk suatu kasus belum tentu
efektif untuk kasus dormansi lainnya.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat pada
kasus dormansi fisik.
Metode
Benih albisia diberi perlakuan : kontrol (P0); perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam
(P1), perendaman air (P2). dan Skarifikasi fisik dengan pengguntingan di bagian yang
berlawanan dengan poros embrio (P3).
Tabel 3. Pengamatan daya berkecambah benih albisia
Ulangan
Perlakuan
Kontrol Skarifikasi Rendam KNO3
0.2 %
Rendam air
1
2
3
4
Tabel 4. Pengamatan potensi tumbuh maksimum benih albisia
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
Ulangan Perlakuan
Kontrol Skarifikasi KNO3 0.2 %
1
2
3
4
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN VII
Pengujian Daya Berkecambah Benih
Pendahuluan
Latar Belakang
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih.Berbagai macam
metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih.Pengujian
daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial
benih.Daya berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan
benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang
optimum.
Sesuai dengan tujuan pengujian yaitu untuk mendeteksi viabilitas benih dalam kondisi
optimum, kondisi pengujian daya berkecambah benih dibuat serba optimum dan standar.
Media untuk menumbuhkan benih digunakan : kertas merang dan pasir, kertas saring atau
kertas koran bila benih dikecambahkan dalam alat pengecambah benih. Media pasir,
serbuk gergaji atau arang sekam digunakan bila benih ditumbuhkan diruang persemaian
(lath house). Ukuran media kertas atau boks plastik yang digunakan harus standar untuk
menanam sejumlah benih tertentu , pelembaban media harus optimum karena media
terlalu kering atau terlalu basah akan menyebabkan kondisi menjadi tidak optimum.
Metode penanaman benih dalam uji daya berkecambah yang menggunakan media kertas:
benih ditanam diatas media kertas (UDK), diantara media kertas (UAK), diantara media
kertas kemudian digulung (UKD) , bila dilapisi plastik dibagian luarnya adalah UKDdp.
Ciri lain dan khas dari pengujian daya berkecambah benih adalah pengamatan terhadap
benih yang tumbuh normal dilakukan dua kali. Pengamatan pertama biasa disebut
hitungan pertama, dilakukan pada hari ketiga setelah tanam untuk benih jagung, kedelai;
kacang tanah; benih padi pada hari kelima dan untuk benih cabe, tomat dan terong pada 7
hari setelah benih ditanam.Pengamatan pertama ditujukan untuk optimalisasi media,
benih yang telah tumbuh menjadi kecambah normal dihitung, dicatat jumlahnya, setelah
itu dikeluarkan dari media.Benih yang busuk, bercendawan juga disingkirkan.Bila media
kering ditambah kelembabannya.Benih yang belum berkecambah atau kecambah belum
tumbuh normal dibiarkan dalam media tanam hingga akhir pengujian.
Pengamatan kedua atau hitungan kedua semua kecambah normal, kecambah abnormal,
benih mati dan benih segar tidak tumbuh diamati. Penentuan daya berkecambah benih
adalah jumlah kecambah normal hitungan satu dan dua dibagi jumlah benih yang diuji
dikali 100%.
Kriteria kecambah normal yang digunakan bagi bermacam jenis tanaman juga harus
standar. Untuk tanaman dikotil bagian kecambah yang harus diperhatikan ialah :
perakaran yang terdiri akar primer dan sekunder, hipokotil yaitu calon batang yang
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
terletak di bawah kotiledon, kedua kotiledon, epikotil dan plumula. Untuk kecambah
monokotil bagian yang diperhatikan : akar seminal primer dan sekunder, mesokotil,
koleoptil, dan plumula.
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum Pengujian Daya Berkecambah Benih mahasiswa dapat
melakukan beberapa metode uji daya berkecambah benih serta dapat mendeteksi
viabilitas potensial suatu lot benih dengan tolok ukur daya berkecambah benih
Bahan dan Metode
Bahan dan Alat
Benih yang digunakan : jagung, caisin, bawang, terong, kangkung dan timun
Media yang digunakan : kertas merang segi empat panjang berukuran 20X30 cm, kertas
merang bentuk bulat diameter 10 cm, media pasir
Alat yang digunakan : alat pengecambah benih tipe : IPB 72-1; IPB 73-2A/B, IPB 73-2A.
Alat pengepres kertas merang IPB 75-1.
Metode Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UDK (Uji Diatas Kertas)
Cawan petri diameter 10 cm dilapisi tiga lembar media kertas merang bentuk bulat
Diatas kertas merang ditetesi air hingga merata. Cawan dimiringkan sehingga air
yang berlebih terkumpul di bagian bawah. Air berlebih dibuang.
Benih yang ditanam dengan metode UDK ialah benih yang berukuran kecil : caisin,
bawang, cabe.
Jumlah benih yang ditanam satu cawan petri 25 butir.
Cawan petri ditutup, diletakkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A.
Setelah benih mulai berkecambah, tutup cawan dibuka.
Pengamatan terhadap jumlah kecambah nornal dilakukan pada :
Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung dalam
Plastik) :
Kertas merang segi empat panjang berukuran 20X30 cm direndan dalam air.
Setelah lembab diangkat dan diriskan airnya menggunakan alat pengepres kertas
merang IPB 75-1
Benih ditanam diatas 3 media kertas merang yang dibawahnya dilapisi plastik,
untuk media ukuran 20X30 ditanam 25 butir benih ukuran sedang-besar (jagung,
timun dan kangkung). Setelah benih ditanam, ditutup dengan 3 lembar media
lembab, kemudian digulung.
Gulungan kertas merang diletakan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
Pengamatan dilakukan pada hari ke 3 dan ke 5 setelah tanam
Pengujian UKDdp untuk padi digunakan media kertas merang ukuran 20X30 cm
dilipat jadi dua sejajar panjangnya. Diatas media ditanam 25 butir benih padi,
media setengahnya ditutupkan, kemudian media digulung. Alat pengecambah
benih yang digunakan Tipe IPB 73-2A/B.
Tabel 5. Pengamatan Daya Berkecambah Benih
Komoditi Ulangan ∑ Kecambah
Normal
∑ Kecambah
Abnormal
∑ Benih
Mati
% Daya
Berkecambah
Kacang
panjang
1
2
3
Padi 1
2
3
Kangkung 1
2
3
Caisin 1
2
3
Bawang 1
2
3
Cabe 1
2
3
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN VIII
Uji Vigor Benih dengan NaCl
Pendahuluan
Latar Belakang
Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal
dalam kondisi subobtimum. Beberapa kondisi suboptimum di lapang misalnya ; kondisi
kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah berpenyakit, dsb. Benih yang mampu
mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi.
Pengujian ketahanan benih terhadap kekeringan dapat dilakukan secara simulasi di
Laboratorium menggunakan larutan NaCl. Pada konsentrasi tinggi larutan ini tidak hanya
memberikan cekaman akibat tekanan osmotiknya sehingga benih mengalami hambatan
dalam proses imbibisi, tetapi juga memberikan cekaman terhadap kondisi salin. Pada
kondisi tersebut hanya benih vigor yang mampu tumbuh dengan baik.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari uji vigor kekuatan tumbuh benih terhadap
kekeringan (VKTkekeringan
).
Bahan dan Metode
Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan adalah dua lot benih kacang panjang yang berbeda vigornya,
kertas merang, plastik, label, larutan NaCl 1% dan aquades.
Alat yang dibutuhkan adalah alat pengecambah benih IPB 72-1, gelas ukur, beaker glass,
pengaduk gelas, timbangan serta alat penunjang yang lain. Metode
Metode
Prosedur pelaksanaan
1. Tanam masing-masing lot benih kacang panjang sebanyak 50 butir pada substrat
kertas merang yang sudah dilembabkan dengan larutan NaCl 1%. Untuk kontrol
substrat perkecambahan dilembabkan dengan aquades. Lakukan sebanyak 4
ulangan untuk masing-masing perlakuan pada kedua lot benih.
2. Simpan pada alat pengecambah benih IPB 72-1.
3. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam terhadap kecambah normal,
abnormal dan mati (isikan pada Tabel ). Bandingkan bagaimana pertumbuhan
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
kecambah pada kedua substrat (kontrol dan perlakuan NaCl) pada kedua lot
benih.
4. Bahas dan buat kesimpulannya.
Tabel 6. Hasil pengamatan uji vigor dengan media yang dilembabkan larutan NaCl
Lot Perlakuan Ulangan Kecambah
Normal
Kecambah
abnormal
mati
Tinggi Kontrol 1
2
3
4
Rata-rata
NaCl 1
2
3
4
Rata-rata
Rendah Kontrol 1
2
3
4
Rata-rata
NaCl 1
2
3
4
Rata-rata
Catatan.: Laporan oleh masing-masing mahasiswa
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN IX
Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium
Pendahuluan
Latar Belakang
Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih atau uji cepat viabilitas. Disebut uji
biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung
di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena
indiksi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah,
melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk
pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang
indikasinya berupa kecambah.
Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium klorida
yang larut dalam air untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator
diimbibisi oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim
dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk endapan formazan yang
berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi, sehingga warnanya
tetap.Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih
mengindikasikan benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih yang segera
akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau
matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji
tetrazolium sebagai uji vigor bila dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih
dapat dikembangkan ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah : penyiapan benih yang
akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban benih untuk aktivasi enzim dan
pelunakan jeringan benih, pembukaan jaringan benih untuk pewarnaan ( penusukan,
pemotongan, pengupasan testa, pengeluaran embrio), penyiapan larutan tetrazolium, suhu
dan lama perendaman, penilaian benih viabel dan benih non viabel.
Bahan dan Metode
1. Benih jagung masing-masing 50 butir dilembabkan selama 1 malam.
2. Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium ke dalam
benih. Rendam benih tersebut dengan larutan Tetrazolium secukupnya sampai
benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa dipakai
suhu 400C selama 1 jam
3. Evaluasi/Pengamatan
Setelah proses pewarnaan biji harus segera diamati :
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
Tuang larutan tetrazolium dengan menggunakan saringan teh, cuci benih
dengan air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium).
Rendam dalam air bersih.
Amati benih satu per satu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan
gambar 1 – 10. Gambar dan hitung persentase benih viabel.
Apabila perlu gunakan mikroskop stereo
Gambar 1. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih /biji jagung yang hidup dan
yang mati
Kriteria dalam interpretasi hasil uji tetrazolium pada biji jagung.Bagian gambar yang
berwarna hitam menunjukkan adanya pewarnaan merah dari jaringan yang hidup; bagian
yang berwarna putih adalah bagian yang tidak berwarna yang berarti jaringannya mati.
No.1 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Seluruh embrio berwarna merah cemerlang
No.2-4 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna
No.5-6 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna;dan bagian yang tidak kritis dari radikula
(calon akar) juga tidak berwarna
No.7-8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Bagian di mana tempat akar seminal berasal (pada struktur biji) tidak ada pewarnaan
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
No.9 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Plumula tidak terjadi pewarnaan (kadar jaringannya mati)
No.10 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Bagian tengah dari skutelum dan bagian dari tempat pertumbuhan akar seminal tidak
berwarna
No.11 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Plumula dan radikula tidak berwarna
No.12 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Bagian bawah skutelum dan radikula sampai ke bagian tempat tumbuh akar seminal tidak
berwarna
No.13 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Skutelum seluruhnya tidak berwarna
No.14 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Skutelum dan radikula tidak berwarna
No.15 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Pewarnaan embrio merah muda yang sangat redup
No.16 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Seluruh embrio tidak berwarna
Gambar 2. Benih/biji dan struktur bibit jagung
Keterangan:
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
A. Penampang luar kariopsis
a. Pericap
b. Embrio
c. Endosperm
B. Penampang membujur dari luar
a. Skutelum
b. Koleoptil
c. Plumula
C. Bibit
a. Akar seminal
b. Radikula
c. Koleoriza
Hasil Pengamatan Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium
Tabel 7. Hasil pengamatan uji tetrazolium dan Uji Daya Berkecambah
Jumlah
benih
Ulangan Lot Viable
(%)
Komentar
5 1 TZ
DB
5 2 TZ
DB
5 3 TZ
DB
5 4 TZ
DB
Rata-rata
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
PERCOBAAN X
Penentuan Bobot Kering Kecambah Normal
Pendahuluan
Latar belakang Pengujian viabilitas benih melalui pendekatan fisiologis dilakukan dengan
mengamati gejala pertumbuhan benih tersebut. Tolok ukur yang digunakan untuk
pengujian tersebut misalnya daya berkecambah benih yaitu penentuan persentase
kecambah normal dari benih yang diuji.
Viabilitas benih juga dapat dinilai berdasarkan kemampuannya dalam
pembentukan biomas kecambah yang diukur berdasarkan bobot kering kecambah. Lot
benih yang viabilitasnya lebih tinggi akan mampu menghasilkan bobot kering kecambah
lebih besar.
Pengukuran bobot kering kecambah merupakan tolok ukur yang lebih kuantitatif dan
obyektif.
Praktikum ini bertujuan untuk menguji viabilitas benih dengan tolok ukur bobot
kering kecambah dari 2 lot benih kedelai.
Bahan dan Metode
1. Tanam benih kacang panjang dengan metoda UKDdp, 20 butir setiap gulung dan
dikecambahkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1
2. Hitung daya berkecambah benih pada hari ke-5
3. Setelah pengamatan daya berkecambah, lakukan pengukuran bobot kering
kecambah normal dengan cara sebagai berikut :
4. Buang kotiledon dengan hati-hati
5. Masukkan kecambah yang sudah dibuang kotiledonnya ke dalam kantong
kecambah. Kantong ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal
(Ko)
6. Masukkan kantong berisi kecambah dalam keadaan terbuka ke dalam oven suhu
60oC selama 3 x 24 jam
7. Selanjutnya masukkan kantong dalam desikator, tunggu sampai dingin dan
ditimbang (K1)
8. Bobot kering kecambah = K1 – Ko
Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel berikut
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Semester Genap Tahun 2015/2016
Tabel 3. Hasil pengamatan daya berkecambah dan bobot kering kecambah
Lot Benih Ulangan Daya
berkecambah
(%)
Bobot kering
kecambah
Normal(g)
Bobot
kering/kecambah
Viabilitas
tinggi
1
2
3
Rata-rata
Viabilitas
rendah
1
2
3
Rata-rata