12

Click here to load reader

Percobaan III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Percobaan III

PERCOBAAN III

CARA PEMERIKSAAN TELUR CACING PADA TANAH

I. TUJUAN

1. Dapat mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada tanah.

2. Dapat mengamati berbagai macam telur cacing dari jenis tanah yang

berbeda.

3. Dapat mendeskripsikan organel – organel telur cacing yang

ditemukan pada tanah.

II. DASAR TEORI

Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus (cacing perut),

yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara

cacing perut terdapat sejumlah species yang ditularkan melalui tanah (soil

transmitted helminths). Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah

cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris

trichiura). Jenis-jenis cacing tersebut banyak ditemukan didaerah tropis

seperti Indonesia. Pada umumnya telur cacing bertahan pada tanah yang

lembab, tumbuh menjadi telur yang infektif dan siap untuk masuk ke

tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya (Depkes RI, 2006).

Beberapa telur cacing yang terdapat pada tanah :

1. Ascaris lumbricoides ( Cacing gelang )

Cacing jenis ini banyak ditemukan di daerah tropis dengan kelembapan

tinggi, termasuk Indonesia. Jika sudah dewasa panjangnya bisa mencapai 10-

30 cm. Biasanya hidup di usus halus. Bila dilihat secara langsung, warnanya

Page 2: Percobaan III

kuning kecokelatan dan bergaris-garis halus. Cacing ini hidup hanya dalam

tubuh manusia.

Gambar telur cacing Ascaris lumbricoides ( maksum

alrasyid, 2009).

Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina

sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian

seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing

betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau

gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor

cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur perharinya.

Cacing dewasa bentuknya silindris, dengan ujung bagian depan

meruncing. Merupakan cacing nematode terbesar yang menginfeksi

manusia. Cacing ini berwarna putih kemerah-merahan. Kepalanya

mempunyai tiga bibir pada bagian depan dan mempunyai gigi-gigi

kecil pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup dan dipanjangkan untuk

memasukkan makanan.

Telur yang dibuahi berbentuk oval melebar dengan ukuran 60-

70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu

sel tunggal. Sel ini dikelilingi oleh suatu membran (lapisan) vitelin

yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut

Page 3: Percobaan III

terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai

satu tahun. Disekitar lapisan ini ada kulit bening dan tebal yang

dikelilingi oleh lapisan albuminoid (protein dalam darah) yang

permukaannya tidak teratur. Di dalam rongga usus, telur memperoleh

warna kecoklatan dari pigmen empedu. Sedangkan telur yang tidak

dibuahi berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong dan mempunyai

ukuran 88-94 x 40-44 mikron, mempunyai dinding yang tipis,

berwarna coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna

dan isinya tidak teratur.

Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada

tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dibuahi.

Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. Bila terdapat orang lain

yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak

mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur

Ascaris. Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan

menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke

pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni

hati, jantung dan kemudian di paru-paru. Pada paru-paru, cacing akan

merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea,kemudian di

laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di

usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus

dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan

keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila

penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya (Maksum

alrasyid, 2009).

Page 4: Percobaan III

2. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus ( Cacing tambang )

Gambar telur cacing Ancylostoma duodenale (sodikin kurniawan,

2010)

Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus

bagian atas, sedangkantelurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran

manusia. Telur akan menetas menjadi larva diluar tubuh manusia, yang

kemudian masuk kembali ke tubuh korbanmenembus kulit telapak kaki

yang berjalantanpa alas kaki. Larva akan berjalan jalandi dalam tubuh

melalui peredaran darahyang akhirnya tiba di paru-paru lalu di batukan

dan di telan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruhtubuh,

anemia dan nyeri abdomen. Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing

dewasa hidup dirongga usus halusdengan giginya melekat pada mucosa

usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing

betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm,

cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnyaada

sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur

cacingakan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur

tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3

Page 5: Percobaan III

hari larva tumbuh menjadi larva Filariform yang dapatmenembus kulit dan

dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah (Surat Keputusan Menteri

Kesehatan No:424/MENKES/SK/VI/, 2006:10).

Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron,

berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat

beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron,

sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah

menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di

paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea

dan laring. Dari laring, lar va ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus

dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila lar va filariform menembus

kulit atau ikut tertelan bersama makanan Infeksi paling sering di temukan

didaerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk.

Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah Mediterenian, India, Cina

dan Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah tropis Afrika, Asia

dan Amerika ( Depkes RI, 1989 )

3. Trichuris trichiura ( cacing cambuk )

Gambar telur cacing Trichuris trichiura (sodikin kurniawan, 2010)

Page 6: Percobaan III

Stadium perkembangan dari Trichuris trichiura adalah telur dan cacing

dewasa. Telurnya berukuran 50 x 25 mikron, bentuknya khas seperti

tempayan kayu atau biji melon. Pada kedua kutub telur memiliki tonjolan

yang jernih yang dinamakan mucoid plug. Tonjolan pada kedua

kutub.kulit telur tersebut bagian luar berwarna kekuningan dan bagian

dalammya jernih. Pada stadium lanjut telur kadang tampak sudah berisi

larva cacing. Cacing dewasa berbentuk seperti cambuk, bagian antarior

merupakan 3/5 bagian tubuh berbentuk langsing seperti ujung cambuk,

sedangkann 2/5 bagian postterior lebih tebal seperti gagang cambuk.

Ukuran cacing betina relatif lebih besar dibanding cacing jantan. Cacing

jantan panjangnya berkisar antara 3 - 5 cm dengan bagian kaudal

membulat, tumpul dan melingkar ke ventral seperti koma. Pada bagian

ekor ini cacing jantan mempunyai sepasang spikula yang refraktil. Cacing

betina panjangnya antara 4 – 5 cm dengan bagian kaudal membulat,

tumpul tetepi relatif lurus. Cacing betina bertelur sebanyak 3.000 – 10.000

telur tiap hari (sodikin kuniawan, 2010).

Telur keluar bersama tinja dalam lingkungan (tanah), selanjutnya

mengalmi pematangan dalam tanah. Proses pematangan telur ini

membutuhkan waktu 3–5 minggu. Telur yang sudah matang ini bersifat

infektif. Telur yang infektif akan meninfeksi manusia melalui vektor

mekanik atau benda–benda lain yang terkontaminasi, misalnya tanah yang

terkontaminasi dengan tinja manusia yang mengandung telur atau sayuran

yang disemprot menggunakan faeces. Infeksi langsung terjadi apabila

secara kebetulan hospes menelan telur matang. Telur yang tertelan oleh

manusia akan masuk dalam usus dan menetas didalamnya. Larva keluar

melalui dinding telur dan masuk ke usus halus. Selanjutnya akan menjadi

Page 7: Percobaan III

dewasa. Setelah dewasa, cacing bagian distal usus dan selanjutnya menuju

ke daerah colon. Cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa

pertumbuhan mulai dari telur sampai cacing dewasa kurang lebih selama

30–90 hari. Cacing dewasa jantan dan betina mengadakan kopulasi,

sehingga cacing betina menjadi gravid. Pada saatnya cacing betina akan

bertelur yang akan brcampur dengan faeces dalam usus besar. Telur

cacing akan keluar bersama faeces pada saat manusia melakukan aktifitas

buang air besar  (Depkes RI, 1989).

Selanjutnya telur akan mengalami pematangan dalam waktu 6 minggu.

Pematangan ini akan berjalan dalam lingkungan yang sesuai yaitu pada

tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Parasit ini terdapat diseluruh

dunia terutama didaerah yang  beriklim panas dan lembab. Penyebaran

seiring dengan cacing Ascaris lumbricoides. Frekuensi yang tertinggi

ditemukan di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang

tinggi menyebabkan tanah menjadi lembab sehingga sangat sesuai untuk

pematangan telur cacing. Pada daerah pertanian dengan jenis tanaman

sayuran biasanya kotoran manusia dimanfaatkan untuk penyemprotan

tanaman sehingga perlu diwaspadai dalam pencucian sayuran sebelum

dikonsumsi.  Diagnosa pasti untuk infeksi Trichuris trichiura  dengan cara

menemukan telur atau cacing dewasa pada faeces yang dapat diperiksa

secara langsung maupun konsentrasi (elearning, 2010).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan :

1. Saringan kawat 1 buah

2. Tabung sentrifuse 2 buah

Page 8: Percobaan III

3. Alat pemusing

4. Mikroskop 1 buah

5. Kaca obyek 4 buah

6. Kaca penutup 4 buah

Bahan yang digunakan :

1. Tanah

- Tanah dekat kandang ayam 100 gram

- Tanah kebun 100 gram

2. Larutan hipoklorit 30 % 20 mL

3. Larutan magnesium sulfat secukupnya

4. Air secukupnya