Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN
WISATA SPORT TOURISM DI CISAMENG DI
BANDUNG BARAT
Alwan Gunawan
Program studi arsitektur,fakultas teknik, universitas pelitabangsa
Email : [email protected]
Abstrak
ALWAN GUNAWAN. 321510085. PERANCANGAN DAN PERENCANAN KAWASAN
WISATA ARUNG JERAM DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN BASIS
SPORT TOURISM. Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki
banyak wisata alam seperti laut,sungai dan hutan, namun ada beberapa wilayah
di jawabarat yang memiliki potensi wisata alam tetapi belum di kelola dengan
baik. Salah satunya daerah Cisameng di Kabupaten Bandung Barat. disana sudah
terdapat wisata alam arung jeram tetapi tidak terkelola dengan baik seperti
sarana dan prasarana yang mendukung. Oleh karena itu penulis ingin melakukan
perancangan dan perencanaan kawasan wisata tersebut dengan basis sport
tourism. Konsep yang di buat adalah wisata sport tourism dengan berbagai
wahana wisata olah raga seperti arung jeram,paintball ,flyingfox dan sarana
lainnya, sehingga kawasan wisata Cisameng ini memiliki unity design yang
memiliki sifat sustainable, Penulis merancang swisata olah raga wahana arung
jeram yang memiliki jarak tempuh 6 Km. Paintball yang di buat dengan design
menyerupai tapak layang. Flyingfox yang memiliki tinggi bertahap dan safety
yang di utamakan sehingga pengunjung bisa mersaakan aman dan nyaman.
Dengan perencanaan yang dibuat penulis kawasan wisata Cisameng lebih
terkelola dengan baik sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung
untuk berwisata olahraga ke Cisameng, sehingga berdampak terhadap
perekonomian masyarakat setempat.
Kata kunci : Bandung Barat, Desa Cisameng, Sport Tourism, Arung Jeram, Sungai
Citarung
Abstrak
ALWAN GUNAWAN. 321510085. DESIGN AND PLANNING OF A RATING TOURISM
AREA IN WEST BANDUNG REGENCY WITH SPORT TOURISM BASIS. West Java
Province is one of the provinces that has a lot of natural tourism such as sea,
river and forest, but there are some areas in West Java that have natural tourism
potential but have not been managed properly. One of them is the Cisameng
area in West Bandung Regency. there are already natural rafting tours but they
are not managed properly such as supporting facilities and infrastructure.
Therefore, the author wants to do the design and planning of the tourist area on
the basis of sport tourism. The concept created is sport tourism tourism with
various sports tourism vehicles such as rafting, paintball, flyingfox and other
facilities, so that the Cisameng tourist area has a unity design that has a
sustainable nature. 6 km. Paintball made with a design resembling a kite tread.
Flyingfox which has a gradual height and safety is prioritized so that visitors can
feel safe and comfortable. With the planning made by the author, the Cisameng
tourist area is more well managed so that it can attract tourists to visit for sports
tours to Cisameng, so that it has an impact on the economy of the local
community.
Keywords : West Bandung, Cisameng Village, Sport Tourism, Rafting, Citarung
River
1.1 Latar Belakang
Pariwisata saat ini merupakan
bentuk nyata dari perjalanan sebuah
bisnis global yang sangat menjanjikan
karena diperkirakan akan menjadi
sektor yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pariwisata
merupakan salah satu sektor yang
menjadi sumber devisa negara.
Pariwisata dapat diharapkan menjadi
penentu dan katalisator untuk
mengembangkan pembangunan sektor
lainnya secara bertahap (Yoeti, 2013).
Salah satu daerah di Provinsi
Jawa Barat yang memiliki banyak
alternatif wisata alam adalah
Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Sejumlah wisata alam KBB
menyajikan pemandangan indah mulai
dari wisata gunung berapi,
hamparanhutan pinus, geopark (taman
bumi), hingga air terjun, dimana semua
tempatnya sangat bagus untuk
berswafoto (Haryanto, 2019). KBB
telah menjadi salah satu destinasi
favorit wisatawan ketika mengunjungi
kawasan Bandung Raya, memiliki
sederet wisata alam terbuka, mulai dari
kebun teh hingga perbukitan banyak
spot yang dapat dimanfaatkan
wisatawan untuk bersantai.
Data Disparbud KBB mencatat
jumlah kunjungan wisatawan dalam
lima tahun terakhir (2015-2019) selalu
meningkat dengan rata-rata
peningkatan sebesar 21,86% per tahun.
Pada tahun 2018 terjadi peningkatan
kunjungan wisatawan secara
signifikan, yaitu sekitar 53,74% dari
tahun sebelumnya (2017) yang hanya
mencapai angka 3.803.892 kunjungan
menjadi sebanyak 5.847.930
kunjungan. Data statistik kunjungan
wisatawan dapat dilihata pada Grafik
Grafik 1. 1 Data kunjungan wisatawan
di KBB tahun 2015-2019
Sumber: Disparbud KBB (2020)
Dilihat dari faktor acesibility,
lokasi Kampung Cisameng tidak jauh
dengan kawasan pariwisata lainnya di
Bandung Raya. Jika dari Waduk
Saguling hanya ± 20 menit wisatawan
bisa langsung mengakses ke tempat
3,26 3,56 3,80
5,85 6,88
0,00
5,00
10,00
2015 2016 2017 2018 2019
Kunjungan Wisatawan (Juta)
wisata lain yang sudah terkenal, dan
bahkan menjadi ikon destinasi wisata
Jawa Barat seperti Gunung Masigit,
Stone Garden, Kahuripan, dan Gunung
Hawu. Aksesibilitas menuju Waduk
Saguling relatif mudah, jalannya
beraspal dapat dilalui berbagai macam
kendaraan transportasi darat.
Perjalanan dari Kota Bandung hanya
membutuhkan waktu ± 1,5 jam, dan
bagi wisatawan yang naik mobil bisa
masuk tol dan keluar di gerbang tol
Padalarang. Aksesibilitas dari Waduk
Saguling menuju Kampung Cisameng
memiliki waktu tempuh ± 30 menit
dengan kondisi jalan yang belum
memadai (sempit dan rusak atau
berlubang).
Pengembangan Kampung
Cisameng sebagai destinasi wisata
arung jeram Cisameng perlu penataan
yang terencana dengan baik agar tidak
merusak kondisi alam dan juga
memberi kontribusi pada peningkatan
perekonomian masyarakat. Jika dilihat
sebagai sebuah sistem, pengembangan
kawasan pariwisata Cisameng harus
dirancang dan direncanakan secara
menyeluruh dan komprehensif serta
terintegrasi dengan melibatkan
berbagai sektor dan aspek. Hal ini
perlu dilakukan agar dalam
pengembangan kawasan pariwisata
yang mengeksploitasi keindahan alam
harus tetap menjaga kelestarian alam,
ramah lingkungan dan berpihak
kepada komunitas (masyarakat) lokal.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengkaji permasalahan
pengembangan kawasan pariwisata
dalam sebuah karya ilmiah dengan
judul “Perencanaan dan Perancangan
Kawasan wisata Cisameng dengan
Penerapan Basis sport tourism”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, peneliti
mengidentifikasi masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Potensi wisata alam Waduk Saguling
belum dikembangkan secara
maksimal.
2. Potensi wisata arung jeram Cisameng
belum dikembangkan secara maksimal
yang akan menjadi salah satu wahana
sport tourism.
3. Aksebilitas jalan menuju Kampung
Cisameng sempit dan rusak
(berlubang).
4. Warung milik warga yang
bermunculan di Kampung Cisameng
belum tertata secara rapi layaknya
sebuah kios pariwisata.
5. Fasilitas pariwisata di Kampung
Cisameng seperti tempat parkir, toilet
serta fasilitas kios dan kuliner belum
tersedia secara memadai.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah,
peneliti merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana menganalisa kebutuhan
sarana dan prasarana untuk menunjang
kegiatan pariwisata di Kampung
Cisameng?
2. Bagaimana merancang kawasan
pariwisata Cisameng agar menarik
minat para wisatawan dengan tetap
menjaga kelestarian alam?
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang,
peneliti membatasi permasalahan
penelitian pada perencanaan dan
perancangan kawasan wisata Cisameng
yang mencakup perencanaan dan
perancangan:
1. Akses jalan (acesibility) menuju
kawasan pariwisata Cisameng.
2. Fasilitas pariwisata (amenitas)
kawasan pariwisata Cisameng.
3. Pertunjukan wisata (actraction) di
kawasan pariwisata Cisameng.
1.5 Tujuan dan Manfaat
1.5.1 Tujuan
Tujuan perencanaan dan
perancangan kawasan pariwisata
Cisameng adalah membuat sebuah
kawasan pariwisata alam yang dapat
dinikmati semua kalangan masyarakat,
menjaga kelestarian alam dengan kegiatan
wisata, dan meningkatkan perekonomian
melalui pemberdayaan masyarakat sekitar
dengan menganalisa kebutuhan sarana
dan prasarana penunjang kegiatan
pariwisata. Tujuan secara spesifik dari
perencanaan dan perancangan kawasan
pariwisata Cisameng dengan basis sport
tourism adalah:
1. Merencanakan dan merancang tapak
kawasan pariwisata.
2. Merencanakan dan merancang fisik
bangunan kawasan pariwisata.
3. Merencanakan dan merancang sarana
dan prasarana kawasan pariwisata.
4. Merencanakan dan merancang utilitas
kawasan pariwisata.
5. Mengedepankan wahana yang berbasis
sport tourism
1.5.2 Manfaat
Manfaat penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini menambah
wawasan dan pengetahuan dalam
perencanaan dan perancangan kawasan
pariwisata.
2. Bagi institusi Universitas Pelita
Bangsa, penelitian ini memberi
kontribusi pada pengembangan
khasanah ilmu pengetahuan yang dapat
memperkuat telaah atau kajian lebih
komprehensif tentang perencanaan
kawasan pariwisata, menjadi sumber
informasi dan tambahan referensi bagi
almamater serta memberikan referensi
bagi mahasiswa lainnya.
3. Bagi Pemerintah KBB, penelitian ini
sebagai bahan pertimbangan dan
masukan dalam upaya
mengembangkan potensi wisata alam
di Kampung Cisameng, khususnya
wisata arung jeram.
1.6 Ruang Lingkup
1.6.1 Batasan Studi
Ruang lingkup penelitian berada
pada ranah perencanaan dan perancangan
kawasan pariwisata dengan batasan studi
dalam penelitian ini adalah perencanaan
dan perancangan kawasan pariwisata
Cisameng dengan basis sport tourism.
2.1 Perencanaan
Pengertian perencanaan telah
banyak dikemukakan para ahli, yang
saling melengkapi satu dengan lainnya.
Shrode (1974) mengemukakan
perencanaan sebagai padanan kata
planning, berarti suatu sarana untuk
mentransformasikan persepsi-persepsi
mengenai kondisi-kondisi lingkungan ke
dalam rencana yang berarti dan dapat
dilaksanakan dengan teratur (Hutama,
2017). Dusseldorp (1980) mengemukakan
definisi perencanaan sebagai proses
kegiatan sebelum tindakan sesungguhnya
dilakukan. Perencanaan dapat berupa satu
kegiatan atau bagian dari satu kegiatan
yang dilakukan secara sadar oleh manusia
(Munawwaroh. 2003).
Perencanaan adalah suatu proses
yang bersinambungan yang mencakup
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumber
daya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu di masa yang akan datang
(Conyers, 1994). Berdasarkan definisi
tersebut berarti ada 4 elemen dasar
perencanaan yaitu:
1. Merencana berarti memilih.
Perencanaan merupakan proses
memilih diantara berbagai kegiatan
yang diinginkan karena tidak semua
yang diinginkan dapat dilakukan dan
tercapai secara simultan.
2. Perencanaan merupakan alat
pengalokasian sumber daya yang
berarti bahwa perencanaan mencakup
proses pengambilan keputusan tentang
bagaimana penggunaan sumber daya
yang tersedia sebaik-baiknya.
3. Perencanaan merupakan alat untuk
mencapai tujuan.
4. Perencanaan untuk masa depan,
artinya tujuan-tujuan perencanaan
dirancang untuk dicapai pada masa
yang akan datang dan oleh karena itu
perencanaan berkaitan dengan masa
depan.
Dalam mengkaji perencanaan dapat
ditinjau dari beberepa aspek (Ratodi,
2015) sebagai berikut:
1. Berdasarkan titik pusat perencanaan,
maka perencanaan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 titik pusat
(fokus) perencanaan, yaitu:
a. Objek (object centered) adalah
perencanaan berdasarkan orientasi
sasaran perencanaan.
b. Pemegang kekuasaan (control
centered) adalah perencanaan yang
dominan dipengaruhi oleh pemegah
modal.
c. Pengambilan keputusan (decision
centered) adalah perencanaan
ditempuh melaluli jalan diskusi atau
keputusan bersama.
2. Berdasarkan orientasi perencanaan,
maka perencanaan dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Perencanaan tradisional (planner
oriented) adalah perencana sebagai
pihak yang dominan dalam
perencanaan, pemakai (user)
menyerahkan segalanya ke
perencana.
b. Perencanaan rasional (user
oriented) adalah pemakai menjadi
unsur utama dalam orientasi
perencanaan
3. Berdasarkan dimensi waktu
perencanaan, maka perencanaan
diklasifikasikan menjadi tiga jenis,
yaitu:
a. Perencanaan jangka pendek (short–
range planning) adalah jangka
waktunya sampai 1 atau 2 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah
(intermediate planning) adalah
jangka waktunya 2 - 10 tahun.
c. Perencanaan jangka panjang (long-
range planning) adalah jangka
waktunya ≥ 10 tahun.
4. Berdasarkan arah alur, maka
perencanaan dibedakan menjadi dua
tipe, yaitu:
a. Top down planning adalah
disusun secara menyeluruh
kemudian dirinci kepada tingkat
yang lebih rendah.
b. Bottom up planning adalah
disusun mulai dari bawah
kemudian dirangkum dalam
tingkat tertentu
2.2 Perancangan
Terdapat begitu banyak pengertian
perancangan yang telah dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya Asimow
memberikan definisi perancangan
Berdasarkan beberapa pengertian
perancangan menurut para ahli diatas,
dapat disimpulkan perancangan adalah
usulan pokok dan kreatif yang mengubah
sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu
yang baru, lebih baik, dan bermanfaat.
Perancangan setidaknya melibatkan
proses perencanaan, penyusunan
rancangan, dan pelaksanaan rancangan.
Keterkaitan antara perancangan dengan
perencanaan adalah:
1. perancangan sebagai tindak lanjut dari
perencanaan
2. perencanaan merupakan bagian dari
proses perancangan arsitektur
3. perencanaan dan perancangan
merupakan proses untuk membentuk
lingkungan.
2.2.1 Arsitektur Alamiah
Arsitektur alamiah merupakan basis
yang mempelajari ilmu arsitektur
bangunan menyatakan bangunan adalah
bagian dari lingkungan, sehingga
bangunan yang terwujud harus
berinteraksi dan menyatu dengan
lingkungan. Dengan demikian, basis
natural atau alamiah berkaitan erat
dengan arsitektur lingkungan. Arsitektur
lingkungan merupakan ilmu bangun
membangun yang berkaitan dengan
perencanaan tata kota, landscape
planning, urban design, interior maupun
eksterior yang memperhatikan kondisi
fisik sumber daya alam, meliputi air,
tanah, udara, iklim, cahaya, bunyi dan
kelembapan (Saraswati, 2015).
Dalam mengusung basis atau tema
arsitektur alamiah (lingkungan), ada
beberapa aspek yang mempengaruhi
(Saraswati, 2015), yaitu:
1. Material Organik
Material yang dimaksud secara ekologi
adalah material ramah lingkungan dan
mudah didapatkan. Sebenarnya tidak
larangan jika harus menggunakan
bahan-bahan modern yang ada, hanya
saja volume penggunaan yang harus
ada kesepakatan. Selain bahan
konvensional secara umum dan
moderen, bahan atau material ekologis
secara spisifikasi dapat dibedakan
sebagai berikut:
a. Pondasi, dapat menggunakan
material: batu kali, batu gunung,
kayu atau bambu sebagai pasak
bumi.
b. Dinding, dapat menggunakan bahan
bambu, batu bata, kayu, tanah liat,
bahan daur ulang dari kertas.
c. Jendela, dapat menggunakan bahan
kayu, bambu, kertas. Ssecara teknis
sebagai tirai atap dapat
menggunakan daun-daunan, bambu,
kayu, dan lainnya.
2. Sirkulasi Udara
Bangunan ekologi secara umum
memaksimalkan sirkulasi udara secara
alami dan meminimalkan penggunaan
udara buatan seprti AC, kipas angin,
exhause, dan lainnya. Jendela dan
ventelasi yang diterapkan pada
bangunan harus disesuaikan dengan
arah angin. Penerapan atap bangunan
tradisional adalah salah satu solusi
untuk memberikan kenyamanan dalam
ruang,atap yang tinggi juga membuat
udara dapat mengatur pola
sirkulasinya, Angin juga berlaku dapat
kasar terhadap lingkungan serta fisik
bangunan, sehingga perlu diadakan
antisipasi terhadap pengaruh negatif
angin seperti pembuatan
ventilasi/bukaan secara maksimal,
pemasangan tirai-tirai, penaman
pohon-pohon atau tanaman yang
sesuai dengan kondisi lingkungan.
3. Bentuk Masa Bangunan
Bentuk masa bangunan secara ekologi
adalah pengadopsian bentuk yang
ramah lingkungan seperti: bentuk
arsitektur tradisional lokal. Bentuk
masa bangunan lebih terbuka sehingga
Gambar 2. 1 Rumah adat sunda
ada keterikatan antara lingkungan dan
bangunan atau sebaliknya. Dimensi
bangunan diolah semaksimal mungkin
sehingga tidak terjadinya perbedaan
yang mencolok terhadap bangunan
penduduk lokal. Bentuk bangunan juga
disesuaikan dengan material yang
digunakan.
4. Penghijauan (Vegetasi)
Penghijauan sangat penting untuk tetap
terjaganya kualitas lingkungan yang
berkelanjutan. Penerapan bangunan di
daerah-daerah lingkungan hutan yang
terjaga dan dilindungi dapat
menimbulkan risiko yang berpotensi
terhadap kerusakan lingkungan,
sehingga perencanaan bangunan harus
melalui studi lingkungan terlebi
dahulu.
Selanjutnya basis sport tourism ini
pun tidak melepas budaya lokal secara
khusus berkaitan dengan bentuk masa
bangunan adalah mengadopsi bentuk
arsitektur tradisional lokal, dalam hal ini
arsitektur tradisional sunda. Gambaran
bentuk arsitektur tradisional Sunda dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber:Www.Google.com (2020)
Tema-tema arsitektur alamiah yang
berbasis ekologi seperti bangunan
berkelanjutan (sustainable) dan bangunan
sehat merupakan hasil partisipasi
pengguna dan identitas budaya yang
diterapkan dalam unsur-unsur arsitektur
alamiah. Unsur-unsur arsitektur alamiah
mengandung elemen-elemen khusus
seperti komponen warna, komponen
bentuk, komponen air, komponen
material dan komponen cahaya yang
menawarkan kesan natural (Bella, 2018).
Basis natural (arsitektur alamiah) selain
dari pada bentuk masa bangunan,
material, tata ruang atau nilai kearifan
lokal yang ada, juga kepedulian
masyarakat itu sendiri terhadap bangunan,
bagaimana mengartikan fungsi daripada
bangunan, bagaimana mengelolanya, dan
bagaimana merawatnya (Saraswati,
2015).
2.2.2 Wilayah Administrasi KBB
KBB (Kabupaten Bandung Barat)
merupakan bagian dari wilayah Provinsi
Jawa Barat secara definitif menjadi
Daerah Tingkat II berdasarkan UU
Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kabupaten Bandung Barat
di Provinsi Jawa barat. Secara
administratif, KBB memiliki luas
1.305,77 km2 atau 3,75% dari luas
wilayah Provinsi Jawa Barat yang terbagi
dalam 16 kecamatan dan 165 desa.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan
Gununghalu dengan luas 160,64 km2 atau
12,30% dari luas KBB, sedangkan
memiliki wilayah terkecil adalah
Kecamatan Batujajar dengan luas 32,04
km2 atau 2,45% dari luas KBB. Jumlah
desa terbanyak ada di Kecamatan
Lembang yaitu 16 desa, sedangkan paling
sedikit adalah Kecamatan Saguling
sebanyak 6 desa. Secara administrasi, luas
wilayah masing-masing kecamatan di
KBB dapat dilihat pada Tabel 3.1.
3.1 Analisis Karakteristik Pengunjung
Analisis karakteristik pengujung
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan-
kebutuhan yang diperlukan oleh
pengunjung itu sendiri. Tujuan wisatawan
berkunjung adalah untuk berlibur dan
menikmati suasana alam yang masih asri
serta melepas rasa lelah dengan rutinitas
pekerjaan yang padat. Analisis tujuan
wisata berkunjung dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Analisis tujuan wisatawan
berkunjung
No. Kegiatan Keterangan
1 Wisata Wisatawan
berkunjung
berwisata untuk
menikmati
indahnya wisata
alam arung jeram
yang memiliki
alam yang natural
2 Wisata
olahraga dan
belanja oleh-
oleh khas
Wisatawan
berkunjung
berwisata yang
melakukan wisata
olahraga dan
berbelanja oleh-
oleh khas
jawabarat
Sumber : Data primer (2021)
4.1 Analisis Pelaku dan Pola Kegiatan
Wisata
Analisis pelaku bertujuan untuk
mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh
wisatawan yang berada di kawasan
perencanaan wisata arung jeram
cisameng, adapun para pelaku kegiatan
yang ada di perencanaan dan
perancangan wisata terdiri dari:
1. Pengelola
Pengelola adalah pihak yang
bertanggung jawab atas semua kegiatan
yang berada di lingkungan kawasan
wisata. Kegiatan pengelola dapat dilihat
pada Bagan 4.1.
Sumber : Data primer (2021)
2. Karyawan
Karyawan adalah seseorang yang
melayani pengunjung, adapun yang
bertugas merawat area wisata,menjaga
kebersihan dan melindungi wisatawan
terhadap bahaya lingkungan wisata.
Kegiatan karyawan dapat dilihat pada
Bagan 4.2.
Bagan 4. 1 Kegiatan karyawan wisata
Sumber : Data primer (2021)
3. Wisatawan
Wisatawan adalah sesesorang atau
sekelompok orang yang berwisata untuk
mendapatkan kesenangan rohani dan
membuat suasana hatinya tenang dan
bahagia. Kegiatan wisatawan dapat
dilihat pada Bagan 4.3.
4.1.4 Pengelompokan Kegiatan
Bedasarkan pada pelaku kegiatan
maka area dapat di bedakan menjadi 3
bagian yaitu area service, ruang private,
ruang publik. Pengelompokan area
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 2 Pengelompokan are
a kegiatan
N
o
Pengelom
pokan
kegiatan
Kegiatan
1 Ar
ea
Ser
vic
e
1) Parkir
mobil
2) Parker
motor
3) Parker
bus
4) Pos
jaga
5) Musholl
a
6) Tempat
wudhu
7) Ruang
genset
8) Toilet
9) Gudang
2 Ru
ang
Pri
vat
e
1) Kantor
pengelo
la
2) TIC
3 Ru
ang
Pu
bli
k
1) Musholl
a
2) Gapura
3) Taman
4) Ticketin
g
5) Gazebo
6) Spor
foto
7) Kuliner
area
8) Playgro
und
9) Arum
jeram
area
10) Flying
fox area
11) Restora
n
12) Kios
cendra
mata
13) Toko
oleh-
oleh
5.1 Kebutuhan Ruang
Perhitungan kebutuhan ruang yang
digunakan diperoleh dari :
a. Pengelompokan kegiatan
b. Jumlah kunjungan dan daya tampung
lokasi wisata
c. Standar ruang dan daya tampung
Sumber: ErnstNeufert, Permenpar No 3
Tahun 2018.
Luas kebutuhan ruang dapat dilihat pada
Tabel 4.6.
Tabel 4. 3 Kebutuhan ruang
No Kebutuhan Ruang Luas (m²)
1 Parkir mobil 1800
2 Parkir motor 114
3 Parkir bus 355
4 Pos jaga 6
5 Musholla 65
6 Tempat Wudhu 10,8
7 Ruang Genset 4,43
8 Toilet 135,42
9 Kantor Pengelola 67,2
10 TIC 58,1
11 Menara Pandang 24,34
12 Gazebo 165
13 Restoran 113,9
14 Playground 219,3
15 Kios cinderamata 237
16 Dermaga 93
17 Gudang 40
Sumber: Data primer (2021)
Dari Analisis luasan kebutuhan
diatas diharapkan dapat menampung
semua pengunjung yang ada di kawasan
wisata arum jeram cisameng nyaman dan
aman.
6.1 . Analisis Bentuk Gubahan Tapak
Analisis bentuk gubahan tapak
pada kawasan wisata adalah sebagai
acuan untuk mendesain. Pada Analisis
gubahan tapak penulis mengambil
Gambar 5. 1 Gapura utama
bentuk dasar tumbuhan. Transformasi
bentuk site dapat dilihat pada Gambar
Analisis bentuk gubahan tapak pada
kawasan wisata adalah sebagai acuan
untuk mendesain. Pada Analisis gubahan
tapak penulis mengambil bentuk dasar
benda yang berada di alam seperti batu
dan tumbuh-tumbuhan, namun ada satu
icon yang diambil dari perahu arum
jeram, karaena arum jelam dalah salah
satu satu wahana andalan di kawasan
tersebut bagian yaitu bagian daun.
Gubahan tapak dapat dilihat pada Gambar
4.4.
Gapura Utama Arung jeram
Cisameng dirancang dengan basis benda
yang identik dengan wahana utama
Arung jeram Cisameng dimana bentuk
di ambil dari salah satu alat utama arung
jeram, sehingga memiliki cirikhas yang
sangat berkesan . Lebar Gerbang Utama
ini 8 meter dengan j
alur pedestrian di sisi kanan
kirinya 2 meter dan tinggi 4,8 meter.
Gapura dibuat tinggi dan lebar untuk
menampikan kesan terbuka untuk umum.
Gambaran gapura utama dapat dilihat
pada Gambar 5.2.
6.1.1 Menara Pandang
Menara pandang mengambil basis
Neo-Vernacular dari bentuk atap Julang
Ngapak. Untuk model tangga Menara
pandang dibuat melingkar mengelilingi
struktur Menara, bertujuan agar tidak
terlalu curam sehingga pengguna
nyaman. menjadi sedemikian rupa agar
lebi menarik dan dan meanara pandang
di buat tinggi sehingga bisa melihat
seluruh site plane Kawasan Arung jeram
Cisameng dan menikmati indahnya alam
yang masih asri . Gambaran menara
pandang dapat dilihat pada Gambar 5.10.
Gambar 4. 1 Bentuk dasar
Gambar 5. 2 Menara pandang
Gambar 5. 3Mushola
Gambar 5. 4 Dermaga arung jeram
Gambar 5. 5 Restaurant
Sumber : Data primer (2021)
6.1.2 Mushola
Mushola mengambil kotak dari
fasad atap kotak menyudut dan warna
coklat dari kayu yang biasa digunakan
pada bangunan rumah adat sunda.
Gambaran mushola dapat dilihat pada
Gambar 5.6.
Sumber : Data primer (2021)
6.1.3 Arung jeram
Dermaga arung jeram ini dibuat di
bibir sungai yang paling nyaman diantara
bibir sungai lainyya, dermaga ini di
bentuk kotak dan memiliki banyak anak
tangga, bertujuan agar memiliki kontur
yang tidak terlalu curam yang akan
meminimalisir terjadinya accident karena
terjatuh dan lain-lain. Gambaran dermaga
arung jeram dapat dilihat pada Gambar
5.12.
Sumber : Data primer (2021)
6.1.4 Restaurant
Restaurant memberikan pilihan
tempat istirahat bagi pengunjung untuk
menikmati hidangan. Duduk di kursi di
dalam restaurant atau di saung lesehan
dengan view sungai samping restaurant.
Gambaran Restaurant dapat dilihat pada
Gambar 5.14.
Sumber : Data primer (2021)
7.1 Kesimpulan
Sport tourism adalah salah satu tempat
wisata olah raga yang ada di wilayah
bandung barat yang mengedepankan tema
alam dan bertujuan bisa membangun
sumber daya alam, sehingga masyarakat
bisa terbantu dengan adanya sport tourism
ini sehinggan akan menjadi salah satu
sumber daya masyarakat yang akan
sangat mebantu untuk masyarakat dan
pemerintah setempat
DAFTAR PUSTAKA
Booker, P. J. 1962. Principles and
Precedents Engineering Design.
London: Institution of Engineering
Designers
Dafidoff, Paul. 1962. A Choice Theory
of Planning. Journal of The
American Institute of Planners
XXVIII, p 103-115
Damanik, Janianton dan Weber,
Helmut. (2006). Perencanaan
Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta: PUSPAR UGM dan
Andi.
Danial, E dan Warsiah N. (2009).
Metode Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung:
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI
No.20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional
Giriwijoyo, dkk. (2007). Ilmu
Faal Olahraga. Jurusan PKO.
FPOK. UPI. Ismayanti. 2010.
Pengantar Pariwisata. Jakarta:
Grasindo
Jencks, Charles. 1990. The Language of
Post Modern Architecture
Mutohir, Cholik. (1992). UU Sistem
Keolahragaan Nasional. Jakarta:
Sunda Kelapa Pustaka
Muhammad Ibrahim; 2016; Perancangan
Edukasi Olahraga Islam; Tugas
Akhir; Tidak Terbit; Jurusan
Teknik Arsitektur; Fakultas