Upload
others
View
7
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI KOMUNITAS
BACKPACKER JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
SUCI AMELIA
NIM. 11150251000041
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
ABSTRAK
SUCI AMELIA (NIM: 11150251000041). Perilaku Pencarian Informasi
Komunitas Backpacker Jakarta.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian
informasi traveler dalam berwisata pada komunitas Backpacker Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis adalah
hasil observasi lapangan, hasil wawancara dengan informan serta telaah literatur.
Dalam penelitian ini, pertanyaan mengacu pada model perilaku pencarian
informasi wisatawan oleh Gursoy. Pertanyaan diajukan kepada tiga traveler
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan untuk mewakili traveler yang ada pada
komunitas Backpacker Jakarta. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa
pengalaman dan karakteristik individu sangat berkontribusi terhadap perilaku
pencarian informasi traveler dalam membuat keputusan perjalanan. Jadi, perilaku
pencarian informasi komunitas Backpacker Jakarta telah memenuhi model
Gursoy, yang meliputi: kunjungan sebelumnya, keterlibatan, pembelajaran,
pengetahuan sebelumnya, biaya pencarian informasi dan pencarian informasi.
Dalam penelitian ini terdapat temuan yang menarik dalam konteks Indonesia
terkait perilaku pencarian informasi seorang traveler yaitu adanya karakteristik
traveler yang phobia terhadap hujan sehingga dalam setiap perjalanan wisatanya
ia sesuaikan dengan informasi musim dan cuaca. Selain itu promosi tiket murah
dapat menjadi faktor utama munculnya motivasi untuk melakukan perjalanan
wisata. Kemudian yang terakhir yaitu pencarian informasi yang dinamis dan
berkelanjutan. Dalam hal ini terjadi ketika perjalanan sedang berlangsung maupun
sudah selesai, traveler masih memungkinkan untuk melakukan pencarian
informasi. Sehingga perilaku pencarian informasi dalam berwisata pada traveler
di komunitas Backpacker Jakarta mencakup tiga pendekatan yaitu, pendekatan
psikologis, ekonomi dan karakeristik perjalanan wisata.
Kata Kunci: Perilaku Pencarian Informasi, Traveler, Backpacker Jakarta
ABSTRACT
SUCI AMELIA (NIM: 11150251000041). Information Seeking Behavior of
Backpacker Jakarta Community
The main purpose of this research is to find out the information seeking behavior
of travelers to traveling in the Backpacker Jakarta community. The research
method used is descriptive qualitative. Data analyzed were the result of field
observations, interviews with informants and literature review. In this research,
the question refers to the Gursoy tourist information seeking behavior model.
Questions were asked to three travelers in the Backpacker Jakarta community.
The result of this research are: the experiences and charachteristics of individuals
greatly contributed to the traveler‘s information search behavior in making travel
decisions. So, the information seeking behavior of Backpacker Jakarta community
has fulfilled the Gursoy model, which includes: previous visits, involvement,
learning, prior knowledge, cost of information search, and information search. In
this research, there are interesting findings in the Indonesian context related to the
information seeking behavior of travelers, namely the caharacteristics of a traveler
with a rain phobia so that in each trip he adjusts to the season and weather.
Besides, cheap ticket promotions can be a major factor in the emergence of
traveling motivation. Then the last is the search for information that is dynamic
and ongoing. In this case when during the trip or has finished, the traveler is still
possible to find information. So information seeking behavior to traveling on a
traveler in the Backpacker Jakarta community includes three approaches:
psychological, economic, and characteristics of travel.
Keyword: Information Seeking Behavior, Travelers, Backpacker Jakarta
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
Ta‘ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Sholallahu ‗Alaihi wa
Sallam beserta keluarga, sahabat, pengikut dan siapapun yang senantiasa merujuk
sikap maupun keilmuan kepada beliau. Adapun judul skripsi ini adalah ―Perilaku
Pencarian Informasi Komunitas Backpacker Jakarta‖. Penyusunan skripsi ini
dilakukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada
Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu dan ilmunya. Oleh
karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., MA, selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Saiful Umam, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Maryam, S.Ag., S.S., M.Hum, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakan.
4. Bapak Amir Fadhilah, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan.
5. Bapak Nuryudi, MLIS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan waktu, tenaga, serta pemikirannya untuk membimbing peneliti
sejak awal perkuliahan.
6. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga serta pemikirannya dalam membimbing dan
menuntun peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian ini.
ii
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mencurahkan ilmunya begitu banyak untuk masa depan peneliti.
8. Keluarga tercinta Mama Lasmini, Papa Anton, Bapak Mulyono yang telah
memberikan dukungan moril dan materil. Kepada Kak Shinta, Abang Ari
dan Adik Putra serta keponakan tersayang Wilona. Untaian do‘a, nasehat,
perhatian dan semangat yang selalu diberikan sebagai dorongan untuk
peneliti menyelesaikan skripsi ini.
9. Kawan-kawan JIPERS khususnya JIP B 2015 yang telah banyak
memberikan warna pada proses pembelajaran selama kurang lebih empat
tahun ini.
10. Sahabat ABUBA tersayang, terima kasih atas kebersamaan, kenyamanan,
kekeluargaan, motivasi, perhatian, dukungan dan doa yang luar biasa demi
terselesainya skripsi ini.
11. Sahabat Bhinneka Tunggal Baca tersayang, terima kasih atas kebersamaan,
hiburan, ilmu dan project-nya selama ini serta dukungan dan doa baik untuk
terselesainya skripsi ini.
12. Sahabat tersayang Nabilah Sumayyah dan Rahmat Fakih Yogatama yang
selalu setia menemani dalam proses pengerjaan, selalu menghibur,
memberikan perhatian, motivasi serta doa yang tulus. Kepada M. Gradhi
Pamungkas dan Slamet Nungkiarta atas bantuan, perhatian, dukungan dan
doa untuk terselesainya skripsi ini.
13. Sahabat Saudara Kesatuan, terima kasih atas kebersamaannya sejak awal
masuk kuliah hingga masa-masa akhir perkuliahan peneliti. Terima kasih
atas dukungan dan doa baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
14. Sahabat HARMONI 42 khususnya Alfinda Rahmadanty dan Wandhira Ayu
yang telah menemani kebosanan peneliti atas kejenuhan skripsi. Terima
kasih atas dukungan dan doanya sehingga skripsi ini selesai.
15. Sahabat sejak lama Medelia Syafila, Fitri Rohmayanti, Husnul Chotimah,
M. Irham Fauzan, Laras Arianti atas bantuan, nasehat, motivasi, dukungan
dan doa baik untuk peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iii
16. Kawan-kawan Backpacker Jakarta yang telah menghiasi kejenuhan peneliti
dengan beragam trip yang luar biasa. Dan khususnya Edi M. Yamin, Yusuf,
M. Idris Rodja, Dodi Susanto dan Shinta Natalia yang telah berkenan
membantu peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi di lapangan.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, peneliti hanya bisa memanjatkan
doa kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti
dapat dijadikan ladang ibadah dan dibalas belipat ganda oleh Allah SWT. Akhir
kata peneliti berharap semoga tulisan ini sedikit banyak dapat bermanfaat untuk
penelitian selanjutnya, menambah wawasan bagi para pembacanya, serta
memberikan manfaat khususnya untuk perkembangan keilmuan dalam bidang
ilmu perpustakaan dan informasi di masa sekarang hingga yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 28 November 2019
Suci Amelia
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 4
D. Definisi Istilah ................................................................................. 5
E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN LITERATUR ................................................................... 8
A. Informasi.......................................................................................... 8
1. Definisi Informasi ..................................................................... 8
2. Tipe dan Jenis informasi ........................................................... 9
3. Sumber Informasi ..................................................................... 10
4. Kegunaan Informasi ................................................................. 12
B. Informasi Pariwisata ........................................................................ 12
1. Definisi Pariwisata ................................................................... 12
2. Jenis dan Macam Pariwisata ..................................................... 13
3. Jenis dan Macam Wisatawan ................................................... 14
C. Perilaku Pencarian Informasi .......................................................... 17
1. Definisi Perilaku Pencarian Informasi ..................................... 16
2. Perilaku Pencarian Informasi Wisatawan ................................. 19
3. Model Perilaku Pencarian Informasi ........................................ 20
4. Model Perilaku Pencarian Informasi Wisatawan ..................... 22
a. Previous Visits ..................................................................... 22
b. Involvement .......................................................................... 23
c. Learning ............................................................................... 24
d. Prior Knowledge .................................................................. 24
e. Cost of Information Search .................................................. 26
f. Information Search .............................................................. 26
5. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pencarian informasi
................................................................................................... 27
D. Peta Literatur ................................................................................... 29
E. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 33
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...................................................... 33
B. Sumber Data .................................................................................... 34
C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................... 34
v
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 36
F. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 37
G. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 39
A. Backpacker Jakarta .......................................................................... 39
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 39
C. Pembahasan ..................................................................................... 75
D. Implikasi .......................................................................................... 83
E. Kekhasan Penelitian ........................................................................ 85
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 88
A. Kesimpulan ...................................................................................... 88
B. Saran ................................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Perilaku Pencarian Informasi .................................................. 28
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Perilaku Pencarian Informasi Komunitas Backpacker Jakarta .............. 69
Tabel 4.2. Sumber Informasi ................................................................................... 73
Tabel 4.3. Penggunaan Informasi untuk Membuat Keputusan ............................... 73
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Peta Literatur ......................................................................................... 29
Bagan 4.1. Proses Pencarian Informasi Komunitas Backpacker Jakarta ................ 72
Bagan 4.2. Perilaku Pencarian Informasi Komunitas Backpacker Jakarta ............. 76
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Observasi ............................................................................... 95
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ......................................................................... 99
Lampiran 3. Transkrip Wawancara ......................................................................... 101
Lampiran 4. Reduksi Data....................................................................................... 119
Lampiran 5. Surat Tugas Pembimbing.................................................................... 128
Lampiran 6. Berita Acara Proposal ......................................................................... 129
Lampiran 7. Surat Penguji Skripsi .......................................................................... 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang memiliki peran dan fungsinya masing-masing dalam
hidup. Dalam memainkan peran tersebut tentu seseorang akan menghadapi
masalah yang harus diselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang ada diperlukan suatu upaya untuk membuat hidupnya berhasil
sebagaimana peran dan fungsinya. Sehingga keefektifan seseorang dalam
melaksanakan peran dan fungsinya tergantung dari upayanya dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah untuk membentuk keputusan
yang diperlukan dalam hidupnya. Salah satu upaya yang dilakukan dalam
rangka menyelesaikan masalah dan membuat keputusan adalah pencarian
informasi.
Pada kegiatan pencarian informasi sebagian besar upaya seseorang
semakin berkembang ketika mencari informasi. Informasi tidak lagi dicari
hanya ketika berhubungan dengan tujuan pekerjaan, penelitian, sekolah
ataupun hal-hal formal lainnya. Sebagaimana yang dikatakan Savolainen,
pencarian informasi memiliki definisi yang luas yang mengacu pada
konsep perolehan berbagai elemen informasi (baik kognitif maupun
ekspresif) yang digunakan seseorang untuk mengarahkan diri mereka
dalam kehidupan sehari-hari atau untuk memecahkan masalah yang tidak
berterkaitan atas tugas pekerjaan.1
Pencarian informasi mengenai kehidupan sehari-hari dalam dunia ilmu
perpustakaan dan informasi terus berkembang. Sebagaimana yang
dikatakan Carey, bahwa peneliti dalam bidang ilmu perpustakaan dan
1 Reijo Savolainen, ―Everyday Life Information Seeking: Approaching Information
Seeking in the Context of ‗Way of Life,‘‖ Library & Information Science Research 17, no. 3
(June 1995): h. 266-267, https://doi.org/10.1016/0740-8188(95)90048-9.
2
informasi telah mengembangkan pembelajaran dan pembahasan mengenai
pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari sejak 20 tahun terakhir.2
Hal ini diperkuat dengan beberapa contoh penelitian dalam dunia ilmu
perpustakaan dan informasi yang membahas mengenai perilaku pencarian
informasi kehidupan sehari-hari yang tak sepenuhnya terkait atas
pekerjaan, seperti contoh penelitian perilaku pencarian informasi
kesehatan bagi lansia oleh Dan Wu3, kemudian perilaku pencarian
informasi terkait fase respon pasca peringatan bencana oleh Ryan4, dan
perilaku pencarian informasi pada wanita pedesaan oleh Mooko5.
Kemunculan-kemunculan penelitian semacam itu dalam jumlah yang
signifikan menunjukkan bahwa pencarian informasi yang tidak berkaitan
dengan pendidikan atau pekerjaan secara langsung merupakan kegiatan
yang banyak dilakukan seseorang dalam kehidupannya.
Maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perilaku
pencarian informasi seorang traveler (pelancong) dalam berwisata. Sebab
terlepas dari apa itu pekerjaan mereka (jika bekerja), pelajaran (jika
bersekolah) maupun urusan penelitian (jika ilmuan atau peneliti),
seseorang dapat menjalani peran sebagai seorang traveler diwaktu tertentu.
Untuk memenuhi hasratnya dalam berwisata tentu traveler akan
mengumpulkan informasi terkait rencana perjalanan wisatanya dengan
upaya melakukan pencarian informasi. Pencarian informasi tersebut akan
dilakukan dengan berbagai macam cara untuk mendapatkan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga menghasilkan suatu pola perilaku
pencarian informasi. Perilaku pencarian informasi ini lah yang akan
2 R Carey, ―Gaining Access to Everyday Life Information Seeking,‖ Library &
Information Science Research 23, no. 4 (2001): 319, https://doi.org/10.1016/S0740-
8188(01)00092-5. 3 Dan Wu and Yizhe Li, ―Online Health Information Seeking Behaviors among
Chinese Elderly,‖ Library & Information Science Research 38, no. 3 (July 2016): 272–79,
https://doi.org/10.1016/j.lisr.2016.08.011. 4 Barbara Ryan, ―A Model to Explain Information Seeking Behaviour by
Individuals in the Response Phase of a Disaster,‖ Library & Information Science Research
40, no. 2 (April 2018): 73–85, https://doi.org/10.1016/j.lisr.2018.05.001. 5 Neo Patricia Mooko, ―The Information Behaviors of Rural Women in Botswana,‖
Library & Information Science Research 27, no. 1 (December 2005): 115–27,
https://doi.org/10.1016/j.lisr.2004.09.012.
3
menjadi topik penelitian disini menggunakan subjek penelitian yaitu
traveler pada komunitas Bacpacker Jakarta.
Komunitas Backpacker Jakarta merupakan salah satu komunitas
traveler yang cukup besar di Jakarta dengan jumlah anggota tercatat pada
tahun 2019 sebanyak ± 4.000 anggota. Komunitas yang sudah berdiri sejak
6 tahun ini memiliki kegiatan utama yaitu traveling. Mereka melakukan
perjalanan ke berbagai tujuan wisata di Indonesia maupun luar negeri, baik
wisata alam, budaya maupun city tour. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti terhadap komunitas Backpacker Jakarta, komunitas
ini memiliki gaya perjalanan backpacker dengan pembiayaan perjalanan
secara sharecost sehingga sangat low budget. Selain itu adanya keunikan
tersendiri dari komunitas Backpacker Jakarta yaitu anggota juga dapat
mengajukan rencana perjalanan yang mana perjalanan wisata tidak hanya
ditentukan oleh founder saja seperti sebagian besar komunitas traveling
lainnya di Jakarta. Kemudian komunitas ini memiliki kontribusi nyata
dalam perkembangan Tourism 4.0, hal ini terlihat dari perilaku traveler
selaku konsumen ketika search and share secara digital.6 Sebab salah satu
faktor pendukung transformasi pariwisata menuju Tourism 4.0 dipengaruhi
oleh faktor perubahan perilaku wisatawan dalam personalisasi
pengalaman perjalanan wisata dengan search and share secara digital yang
mana wisatawan juga sebagai salah satu Sumber Daya Manusia yang
menjadi bagian dari soft acpect dari terwujudnya Tourism 4.0.7
Hal ini lah yang membuat peneliti ingin mengetahui lebih jauh
komunitas tersebut mengenai perilaku pencarian informasi traveler di
kalangan komunitas Backpacker Jakarta. Oleh karenannya peneliti tertarik
mengkajinya dengan melakukan sebuah penelitian dengan judul “Perilaku
Pencarian Informasi Komunitas Backpacker Jakarta”.
6 Suci Amelia, ―Catatan Observasi Lapangan,‖ Pengamatan Lapangan (Sekretariat
Backpacker Jakarta, April 8, 2019). 7 Arief Yahya, ―CEO Message #62 Tourism 4.0 adalah Millennial Tourism,‖
Website Government, Berita (blog), February 27, 2019,
http://www.kemenpar.go.id/post/ceo-message-62-tourism-40-adalah-millennial-tourism.
4
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang meluas dan agar penulisan ini lebih
fokus dan terarah maka peneliti membatasi masalah penulisan ini pada
perilaku pencarian informasi untuk berwisata pada komunitas Backpacker
Jakarta.
Adapun masalah yang dapat dikaji dalam penulisan ini yaitu bagaimana
perilaku pencarian informasi untuk berwisata pada komunitas Backpacker
Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai perilaku pencarian informasi ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana perilaku pencarian informasi untuk
berwisata pada komunitas Backpacker Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini memberikan kontribusi antara lain:
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu
perpustakaan dan informasi khususnya dalam bidang perilaku
pencarian informasi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap
dunia praktisi khususnya pariwisata mengenai perilaku pencarian
informasi untuk berwisata.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengatahuan
pembaca dan memberikan gambaran menganai perilaku pencarian
informasi komunitas Backpacker Jakarta.
d. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi atau rujukan
untuk melakukan penelitian yang serupa atau sejenis.
5
D. Definisi Istilah
1. Informasi adalah catatan sebuah peristiwa yang terjadi, baik berupa
fakta, data, pengetahuan, maupun segala gejala yang terjadi dalam
masyarakat yang tercatat dan telah diolah maupun dianalisis sehingga
dapat bermanfaat untuk beragam perubahan dalam kehidupan melalui
penyebarannya.
2. Pencarian informasi merupakan kegiatan pengumpulan informasi yang
dimulai dengan mencari, memilih, menyeleksi, menetapkan informasi
dan sampai informasi digunakan untuk kebutuhannya.
3. Perilaku pencarian informasi adalah sikap seseorang dalam mencari
informasi yang dibutuhkan, dimulai dengan mencari, memilih,
menyeleksi, menetapkan informasi dan sampai informasi digunakan
untuk kebutuhannya bahkan hingga dibagikan kepada orang lain.
4. Backpacker adalah seseorang yang melakukan perjalanan secara
mandiri tanpa agen travel dengan biaya yang sangat murah.
5. Backpacking adalah perjalanan ke suatu tempat tanpa membawa
barang-barang yang memberatkan (hanya perlengkapan yang dianggap
perlu)
6. Traveler adalah seseorang yang melakukan aktivitas melancong.
dengan biaya seminim mungkin dengan gaya perjalanan backpacking.
7. Traveling merupakan aktivitas melancong; berpindah dalam satu
tempat ketempat lainnya dengan berbagai alasan, seperti liburan,
pekerjaan dan sebagainya dengan biaya seminim mungkin dengan gaya
perjalanan backpacker.
8. Kunjungan sebelumnya merupakan kegiatan kunjungan wisata
sebelumnya yang memberikan representasi kognitif internal sehingga
memengaruhi pengetahuan traveler tentang tujuan wisata
9. Keterlibatan merupakan partisipasi yang berkelanjutan, terus menerus
berubah karena dipengaruhi oleh keadaan motivasi, gairah, minat atau
kesenangan yang ditimbulkan oleh stimulus individu.
6
10. Pembelajaran merupakan proses dimana pengalaman berwisata
menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku
traveler dalam menentukan tujuan dan daya tarik wisatanya.
11. Pengetahuan sebelumnya merupakan latar belakang yang dimiliki
traveler untuk melihat keakraban traveler terhadap tujuan wisatanya
dan mengukur keahliannya dalam pencarian informasi, interaksi
dengan produk wisata, pilihan dan pengambilan keputusan.
12. Keakraban merupakan hubungan traveler terhadap tujuan wisata yang
mana memiliki dampak yang signifikan pada niat perjalanan di masa
depan dan dalam proses keputusan pemilihan perjalanan wisata.
13. Keahlian adalah kemampuan mencari informasi, interaksi dengan
produk wisata, pengambilan keputusan baik terdiri dari struktur
kognitif (percaya pada produk wisata tertentu) maupun proses kognitif
(keputusan bertindak berdasarkan keyakinan) yang diperlukan untuk
berhasil menjalankan perjalanan wisata sesuai keinginan.
14. Biaya pencarian informasi adalah total biaya yang terkait dengan
pemanfaatan suatu strategi pencarian informasi berdasarkan waktu
yang dihabiskan, biaya yang dikeluarkan dan upaya yang diperlukan.
15. Itinerary adalah dokumen rencana dan rute perjalanan.
16. Basepart merupakan daerah utama traveler yang memuat beberapa
lokasi atau destinasi wisata yang akan dikunjungi.
17. Destinasi wisata adalah tempat atau lokasi wisata yang dijadikan
sebagai tujuan untuk melakukan perjalaan wisata (yang akan
dikunjungi).
18. Ombrophobia merupakan sebuah phobia atau perasaan takut yang
berlebihan terhadap hujan, petir atau karena kehujanan.
7
E. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran dalam penyusunan laporan ini agar sesuai dengan
tema yang diambil, maka penyusunannya didasarkan pada bab demi bab
dimana setiap bab saling berhubungan sesuai dengan pokok permasalahan
yang dibahas. Sistematika penulisan ini dibagi ke dalam lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini memuat tentang penguraian latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, waktu dan
tempat pelaksanaan serta sistematika penulisan penelitian ini.
BAB II Tinjauan Literatur
Pada bab ini diuraikan mengenai penjelasan teori-teori yang
berkaitan dengan masalah yang hendak dijabarkan yang mana menjadi
sebuah pondasi dalam penelitian ini. Yaitu dari segi definisi informasi,
perilaku pencarian informasi serta sejumlah teori yang terkait dengan
perilaku pencarian informasi traveler serta penelitian terdahulu yang
relevan.
BAB III Metode Penelitian
Pada bab ini peneliti membahas mengenai metode penelitian yang
digunakan, pendekatan penelitian, informan penelitian, teknik
pengumpulan data dan analisis data serta waktu dan tempat penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini peneliti menguraikan pembahasan topik masalah
sesuai dengan aspek yang peneliti bahas yaitu mengenai bagaimana
perilaku pencarian informasi traveler di kalangan komunitas
Backpacker Jakarta.
BAB V Penutup
Pada bab ini peneliti memberikan kesimpulan dari penyajian hasil
penelitian yang merupakan intisari dari hasil kegiatan penelitian yang
telah dilaksanakan, dan dari kesimpulan tersebut peneliti akan
memberikan saran-saran yang membangun bagi pihak-pihak yang
terkait dalam penelitian ini.
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Informasi
1. Definisi Informasi
Kata informasi muncul antara tahun 1372 dan 1386.8 Fenomena
sebutan informasi memiliki makna kata yang terus berkembang dan
berbeda-beda dari berbagai sudut pandang. Sebelumnya manusia
sebenarnya telah mengenal informasi melalui penyebaran pesan
kepada orang lain dengan berbagai media. Informasi pun mulai
disebarkan dengan burung merpati pada tahun 1851 oleh Paul Julius
Reuter.9 Hingga pada masa modern seperti ini informasi menjadi
berkembang penyebarannya melalui berbagai kecanggihan teknologi
sepeti televisi, radio, maupun internet.
Konsep informasi digunakan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan banyak definisi. Informasi dapat diartikan secara sempit
dan luas. Dalam pengertian sempit, informasi dapat diartikan:
penerangan, pemberitahuan, keterangan, kabar, berita dan pesan.
Dalam pengertian luas, informasi dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan.10
Berikut beberapa istilah dari para pakar mengenai informasi:
Menurut McFadden, dkk dalam Abdul Kadir, mendefinisikan
informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga
meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data
tersebut.11
8 Jorge Reina Schement, ed., Between Communication and Information, Information
and Behavior 4 (New Brunswick: Transaction Publ, 1993). h. 177 9 Steven Waldman, The Information Needs of Communities: The Changing Media
Landscape in a Broadband Age (Durham, NC: Carolina Academic Press, 2011). h. 8 10
Sutarno N. S, Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan
Masyarakat Informasi, Cet. 2 (Jakarta: Panta Rei, 2005). h. 65 11
Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi (Yogyakarta: Andi, 2003). h. 31
9
Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart, informasi
adalah data yang telah dikelola dan diproses untuk memberikan arti
dan memperbaiki proses pengambilan keputusan.12
Menurut Ching-chih dan Peter Hernon dalam Laloo, informasi
adalah sebuah pengetahuan, ide-ide, fakta data dan imajinasi kerja
seseorang yang dikomunikasikan secara formal maupun informal dan
dalam berbagai bentuk.13
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi
merupakan catatan sebuah peristiwa yang terjadi, baik berupa fakta,
data, pengetahuan, maupun segala gejala yang terjadi dalam
masyarakat yang tercatat dan telah diolah maupun dianalisis sehingga
dapat bermanfaat untuk beragam perubahan dalam kehidupan
melalui penyebarannya.
2. Tipe dan Jenis informasi
Menurut Brenda Dervin dalam O. Case, terdapat tiga tipe informasi
berdasarkan filsafat Karl Popper yaitu:14
a. Objektif, merupakan informasi eksternal yang digambarkan
berdasarkan realita yang ada. Berarti informasi itu harus sesuai fakta,
tidak dibuat-buat dan apa adanya.
b. Subjektif, merupakan informasi internal yang dapat mewakili gambar
atau peta kognitif secara nyata dan terstruktur sehingga orang dapat
memahami peristiwa tersebut dan dapat disebarluaskan. Disini
informasi harus dapat mewakili seluruh kejadian.
c. Sense-making, yaitu informasi yang masuk akal yang mencerminkan
prosedur dan perilaku yang memungkinkan kita untuk ―bergerak‖
antara informasi internal dan eksternal untuk memahami dunia, dan
sumber informasi biasanya bertindak berdasarkan pemahaman yang
12
Romney Marshall B. and Steinbart Paul John, Sistem Informasi Akuntansi:
Accounting Information Systems, 13 (Prentice-Hall, 2014). h. 13 13
Bikika Tariang Laloo, Information Needs, Information Seeking Behaviour and
Users (New Delhi: Ess Ess Publications, 2002). h. 2 14
Donald Owen Case and Lisa M. Given, Looking for Information: A Survey of
Research on Information Seeking, Needs, and Behavior, Fourth edition, Studies in
Information (Bingley, UK: Emerald, 2016). h. 59
10
benar akan kejadian tersebut. Sedangkan berdasarkan jenisnya,
informasi dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni informasi lisan dan
terekam. Informasi lisan merupakan informasi yang belum ditransfer
dalam bentuk rekaman dan masih berupa informasi tacit. Sedangkan
informasi terekam adalah informasi yang sudah direkam atau sudah
berupa explicit.
Terdapat pembagian lagi dalam informasi terekam, yaitu ilmiah
dan tidak ilmiah. Informasi ilmiah adalah rekaman informasi yang
dirancang secara khusus atau yang bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan ilmiah dan penelitian untuk pengambangan dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Informasi tidak ilmiah adalah informasi yang biasa banyak tersedia
dimana-mana seperti informasi yang termuat dalam surat kabar, dari
seseorang, maupun media yang mana dapat diakses dengan mudah
oleh semua kalangan.
3. Sumber Informasi
Informasi tidak dapat lepas dari sumber-sumbernya. Sumber
informasi adalah masukan yang diperoleh dari berbagai sumber
seperti kegiatan-kegiatan operasional, gagasan atau pendapat
masyarakat, data yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan penelitian,
data ilmiah berupa teori, dalil, hipotesa ilmu pengetahuan,
pengalaman, dan penemuan baru.15
Sumber informasi yang beranekaragam bentuk atau wadahnya,
perlu diatur dan ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan
ketika sewaktu-waktu dibutuhkan.
15
Soeatminah, Perpustakaan, kepustakawanan dan pustakawan. (Yogyakarta:
Kanisius, 1992). h. 45
11
Sumber informasi terbagi menjadi tiga jenis, sumber informasi
primer, sekunder dan tersier:16
a. Sumber primer
Sumber primer merupakan karangan asli yang ditulis secara
lengkap, meliputi:
a) Monograf, merupakan buku teks yang dapat merupakan karya
pengarang tunggal, ganda, editor, terjemahan, saduran dan karya
bersama antara seniman dan penulis naskah. Monograf dapat berseri,
berjilid, dengan objek bahasan yang sama.
b) Artikel majalah, dapat berupa hasil penelitian yang terkadang
dilengkapi dengan abstrak/intisari yang dibuat oleh pengarangnya.
c) Hasil penlitian, merupakan hasil penemuan baru yang didasarkan
pada suatu hipotesis yang dikaji kebenarannya. Suatu hasil
penelitian dapat merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya.
d) Laporan langsung atau reportase
e) Skripsi, tesis, disertasi, merupakan karya tulis yang dibuat untuk
mempertanggung jawabkan penyelesaian studi.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder merupakan segala jenis ringkasan sumber
primer, dan merupakan alat bantu untuk menemukan sumber primer.
Contoh sumber sekunder sebagai berikut: Ensiklopedia, kamus,
bibliografi, kumpulan indeks, kumpulan abstrak, sumber biografi,
katalog perpustakaan, dan lain-lain.
c. Sumber tersier
Sumber tersier adalah ringkasan dari sumber sekunder, yaitu:
a). Indeks abstrak
Kumpulan abstrak yang diterbitkan dalam bentuk apapun yang
biasanya dilengkapi dengan indeks pengarang dan indeks subjek.
b). Bibliografi dari bibliografi.
16
Soeatminah. Perpustakaan, kepustakawanan dan pustakawan. (Yogyakarta:
Kanisius, 1992). h. 45
12
4. Kegunaan Informasi
Informasi tentunya sangat berguna untuk kehidupan manusia
dengan banyaknya manfaat yang akan berdampak dalam kehidupan
sosial masyarakat. Pada umumnya manusia akan memerlukan banyak
informasi untuk digunakan dalam setiap aktifitasnya. Adapun
kegunaan informasi yaitu:17
1. Informasi sebagai sebuah proses: ketika seseorang memperolah
informasi maka apa yang dia ketahui akan mengalami perubahan.
2. Informasi sebagai pengetahuan: informasi berguna sebagai
komunikasi pengetahuan dari beberapa fakta, subjek dan kejadian
yang diinformasikan dalam sebuah berita.
3. Informasi sebagai benda: informasi dapat berubah menjadi benda
apabila informasi tersebut diubah kedalam bentuk data dan dokumen.
B. Informasi Pariwisata
1. Definisi Pariwisata
Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari memiliki artian ―banyak‖
atau ―berkeliling‖, sedangkan wisata memiliki artian ―pergi‖ atau
―bepergian‖. Sehingga, kata pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang
dilakukan berkali-kali, ke berbagai tempat, yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan kata ―tour‖, sedangkan untuk pengertian jamak, kata
―Kepariwisataan‖ dapat digunakan kata ―tourism‖.18
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa
pariwisata adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan
rekreasi; pelancongan; turisme.19
Sedangkan berdasarkan UU No.10/2009
tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan
17
Bikika Tariang Laloo, Information Needs, Information Seeking Behaviour and
Users (New Delhi: Ess Ess Publications, 2002). h. 6-7 18
Oka A Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwiwsata (Bandung: Angkasa, 1996). h. 112 19
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, ―Pariwisata,‖ in Kamus Besar
Bahasa Indonesia, V (Jakarta: Kemendikbud, 2016),
https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Pariwisata.
13
yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah.20
Dalam kesimpulannya pariwisata adalah fenomena (gejala) yang
ditimbulkan oleh perjalanan dan perpindahan manusia di luar dari tempat
tinggal aslinya.21
Jadi, kegiatan pariwisata memiliki motif untuk mengisi
waktu luang, bersenang-senang, bersantai, studi, kegiatan Agama, dan
mungkin untuk kegiatan olahraga yang mana dapat memberi keuntungan
bagi pelakunya baik secara fisik maupun psikis baik sementara maupun
dalam jangka waktu lama.
2. Jenis dan Macam Pariwisata
Ada empat dimensi pariwisata, yaitu : There are four major dimension
to tourism – attraction, facilities, transportation and hospitality. Terlihat
ada empat dimensi pariwisata yang terdiri dari: Pertama, atraksi yang
menjadi faktor pendorong wisatawan untuk pergi mengunjungi suatu
destinasi. Kedua, fasilitas yang merupakan jasa pelayanan terhadap para
wisatawan, ketiga transportasi dan keempat, infrastruktur yang memadai
yang menjadi pendukung penyelenggaraan pariwisata.22
Menurut jenisnya, pariwisata antara lain :23
a. Wisata bahari/ maritim, merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh
sarana dan prasarana maritim untuk berenang, memancing, menyelam,
dan olahraga air lainnya.
b. Wisata etnik, merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan
kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.
c. Wisata cagar alam, merupakan wisata dengan kegemaraan alam tujuan
menikmati keindahan alam, kesegaran hawa di pegunungan, keajaiban
20
Kementerian Pariwisata, ―Undang-Undang Republik Indonesia,‖ Pub. L. No. 10,
Kepariwisataan (2009). 21
Soebagyo, ―Strategi Pengembangan Pariwisata Di Indonesia,‖ Jurnal Liquidity 1,
no. 2 (2012): h. 154. 22
Robert Christie Mill, Tourism: The International Business, Prentice-Hall
International Editions (London: Prentice-Hall Internat, 1990). h. 22 23
Syah Ali Baginda, ―Strategi Pengembangan Fasilitas Guna Meningkatkan Daya
Tarik Minat Wisatawan Di Darajat Pass (Waterpark) Kecamatan Pasirwangi Kabupaten
Garut‖ (Universitas Pendidikan Indonesia, 2016), 11,
http://repository.upi.edu/id/eprint/21523.
14
hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan
yang jarang terdapat ditempat-tempat pada umumnya.
d. Wisata buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang
memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dilegalkan
oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro
perjalanan.
e. Wisata argo, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan
perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang
pembibitan dimana wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan
peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di
sekitarnya.
f. Wisata sosial-budaya yang tediri dari peninggalan sejarah purbakala,
monumen, dan tempat-tempat bersejarah dan museum serta fasilitas
budaya lainnya.
3. Jenis dan Macam Wisatawan
Tipologi wisatawan dapat terbagi berdasarkan pendekatan interaksi.
Cohen mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat familiar
wisatawan terhadap daerah yang akan dikunjungi serta tingkat
pengorganisasian dari perjalanan wisatanya menjadi empat yaitu seperti:24
a. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama
sekali belum diketahuinya, dan bepergian dalam jumlah kecil.
b. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan
mengatur perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan
wisata yang sudah umum melainkan mencari hal yang tidak umum.
Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar
lokal dan tingkat interaksi dengan masyarakat lokal yang tinggi.
c. Individual mass tourists, yaitu wisatawan yang menyerahkan
pengetahuan perjalanannya kepada agen perjalanan, dan
mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah terkenal.
24
I Ketut Suwena, I Gst Ngr Widyatmaja, and Made Jiwa Atmaja, Pengetahuan
dasar ilmu pariwisata (Denpasar: Udayana University Press, 2010). h. 40
15
d. Organized mass tourists, yaitu wisatawan yang hanya mau
mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan
fasilitas seperti yang dapat ditemuinya ditempat tinggalnya, dengan
perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata.
Di samping jenis wisatawan yang disebutkan di atas, ada juga
beberapa jenis wisatawan berdasarkan permintaan, yaitu:25
a. Wisatawan keluarga merupakan wisatawan yang melakukan
perjalanan pada waktu liburan sehingga mereka benar-benar ingin
menikmati liburannya itu di suatu tempat yang mereka inginkan.
b. Hedonistic yaitu wisatawan yang menginginkan kebebasan.
c. Backpacker adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan
membawa barang dan anggaran terbatas. Perjalanan mereka
bertujuan untuk melakukan petualangan dan merasakan kegembiraan,
dan memiliki jadwal perjalanan yang fleksibel.
d. Visiting friendsand relatives adalah jenis wisatawan yang
mempunyai tujuan tertentu, yaitu mengunjungi teman dan
kerabatnya.
e. Excursionist adalah wisatawan yang mengunjungi suatu tempat
dalam waktu yang kurang dari 24 jam.
f. Wisatawan edukasional adalah wisatawan yang melakukan
perjalanan dengan tujuan pendidikan, misalnya untuk belajar maupun
studi banding di suatu sekolah atau universitas.
g. Wisatawan religius adalah wisatawan yang melakukan perjalanan
suci ke tempat-tempat yang berhubungan dengan agama, misalnya
kegiatan naik haji, tirta yatra, dan lain sebagainya.
h. Snowbird adalah wisatawan dari negara yang bermusim dingin yang
melakukan perjalanan ke daerah-daerah tropis.
i. Ethnic Minority adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke
suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan kebiasaan sehari-hari
yang unik.
25
I Ketut Suwena, I Gst Ngr Widyatmaja, and Made Jiwa Atmaja, Pengetahuan
dasar ilmu pariwisata (Denpasar: Udayana University Press, 2010). h. 42
16
j. Wisatawan disabilitas adalah wisatawan yang mempunyai
ketidaksempurnaan fisik. Wisatawan jenis ini memerlukan
pengelolaan yang baik dari travel agent untuk tetap dapat menikmati
wisatanya di daerah yang dituju.
k. Social tourist adalah jenis wisatawan yang melakukan perjalanan
bukan untuk berlibur, melainkan mencari sponsor (aksi sosial) di suatu
tempat.
l. Wisatawan atraksi adalah wisatawan jenis ini biasanya berkunjung ke
tempat-tempat atraksi wisata yang sudah terkenal. Wisatawan ini
juga senang berwisata kuliner di daerah yang dikunjunginya dan
membeli beberapa cenderamata khas daerah.
C. Perilaku Pencarian Informasi
1. Definisi Perilaku Pencarian Informasi
Perilaku adalah setiap tindakan yang digunakan sebagai alat atau
cara agar dapat mencapai suatu tujuan, sehingga kebutuhan terpenuhi
atau suatu kehendak terpuaskan.26
Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan orang untuk
berperilaku dalam sebuah cara yang khusus terhadap sebuah objek.
Komponen perilaku terdiri dari motivasi, cara berpikir, cara
bertindak, dan cara berinteraksi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
UNESCO,
“Behaviour can be defined as the way in which an individual
behaves or acts. Behaviour should be viewed in reference to
a phenomenon, an object or person. Behaviour, therefore, is
the way an individual acts towards people, society or objects.
It can be either bad or good.”27
26
Ahmad Syawqi, ―Perilaku Pencarian Informasi Guru Besar UIN Antasari
Banjarmasin,‖ TIK ILMEU : Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi 1, no. 1 (June 21,
2017): 23, https://doi.org/10.29240/tik.v1i1.207. 27
Wilma Guez and John Allen, ―Guidance and Counselling for School-Age Girls in
Africa,‖ Module 4. Behaviour Modification (Regional Training Seminar on Guidance and
Conselling Models, France: UNESCO, 2002), 9,
www.unesco.org/education/mebam/module_4.pdf.
17
Hal tersebut menjelaskan bagaimana perilaku manusia
dipengaruhi oleh motif dan sikapnya atas suatu fenomena atau gejala
sosial. Sehingga perilaku seseorang akan berbeda satu sama lainnya
ketika berhadapan dengan objek atau peristiwa tertentu.
Sedangkan pencarian informasi terkait erat dengan konsep
kebutuhan. Dimana seseorang melakukan upaya konstruktif untuk
mengatasi kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
informasi yang dibutuhkan untuk permasalahan yang dihadapinya.
Sebagaimana yang dikatakan Case ―…conscious effort to acquire
information in response to a need or gap in your knowledge.”28
Sehingga pencarian informasi dapat menjadi sebuah proses
pemecahan masalah yang dilakukan dengan beberapa tahapan. Seperti
yang dikatakan oleh Marchionini dalan Salampure29
,
“Information seeking includes recognizing and interpreting
of problem; establishing plan of search and evaluating
research.”
Hal ini juga dapat terjadi ketika seseorang mengenali celah dalam
pengetahuannya yang dapat memotivasi orang tersebut untuk
mendapatkan informasi baru.
Dengan begitu muncul istilah perilaku pencarian informasi.
Studi perilaku pencarian informasi melibatkan bertanya apa yang dia
lakukan tentang kebutuhannya? bagaimana dia memilih sumber
informasi? Bagaimana dia melakukan pencarian informasi? faktor
apa yang kemungkinan memengaruhi perilakunya?
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Salampure,
“…While information seeking behaviour involves asking
what does he do about his need? How does he select
information sources? How does he carry out a search for
information? what factors are likely affect his behaviour?
28
Donald Owen Case, Looking for Information: A Survey of Research on
Information Seeking, Needs, and Behavior, Library and Information Science (San Diego,
Calif: Academic Press, 2002), h. 5. 29
Veena Kamble Salampure, Information Seeking Behaviour: Research in Library
and Information Science (Jaipur: Raj Pub. House, 2011), 18. h. 18
18
Information seeking behaviour is a broad concept, it involves
attitudes and character traits of individual as well as
environmental determinants, it includes all activities
comprising, finding, accessing.”30
Sehingga perilaku mencari informasi adalah konsep yang luas,
melibatkan sikap dan sifat-sifat individu serta faktor-faktor penentu
lingkungan, termasuk semua kegiatan yang terdiri dari, mencari,
memahami, menemukan, mengakses maupun menggunakan
informasi. Studi ini menggambarkan perilaku manusia yang umum
dan esensial dalam memahami, mencari, dan menggunakan
informasi.
Perilaku pencarian informasi juga dapat dikatakan sebagai
sebuah kegiatan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi, seseorang akan selalu berperilaku mencari informasi untuk
memenuhi kebutuhannya.31
Sedangkan menurut Kumar dalam Salampure, perilaku pencarian
informasi adalah pola kompleks dari tindakan dan interaksi yang
dilakukan orang, ketika mencari informasi dalam bentuk apa pun
dan tujuan apa pun.32
Berbeda lagi menurut Wilson, perilaku pencarian informasi
merupakan perilaku di tingkat mikro, yaitu berupa perilaku mencari
yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem
informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan
sistem, baik di tingkat interaksi dengan komputer maupun di tingkat
intelektual dan mental.33
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
pencarian informasi merupakan sikap atau tindakan seseorang
30
Veena Kamble Salampure, Information Seeking Behaviour: Research in Library
and Information Science (Jaipur: Raj Pub. House, 2011). h. 20 31
Herlina, Sri Suriana, and Misroni, ―Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa
Program Doktoral Universitas Islam Negeri Raden Fatah Dalam Menyusun Disertasi,‖
Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Raden Fatah XIV, no. 2 (2015): 187,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/455/. 32
Salampure, Information Seeking Behaviour. h. 20 33
T. D. Wilson, ―Human Information Behavior,‖ Informing Science: The
International Journal of an Emerging Transdiscipline 3 (2000): 49,
https://doi.org/10.28945/576.
19
ketika berinteraksi dengan sistem informasi yang dapat berupa
interaksi dengan komputer maupun dengan tingkat intelektual dan
mental dalam mencari informasi yang dibutuhkannya, dimulai
dengan mencari, memilih, menyeleksi, menetapkan informasi dan
kemudian sampai informasi digunakan untuk kebutuhannya serta
bahkan hingga dibagikan kepada orang lain.
2. Perilaku Pencarian Informasi Wisatawan
Menurut Moutinho dalam Charles, pencarian informasi sebagai
kebutuhan yang diungkapkan untuk berkonsultasi dengan berbagai
sumber sebelum membuat keputusan. Definisi tersebut
mengidentifikasi tiga faktor utama yang ditekankan dalam literatur
pencarian informasi pariwisata: motif, determinan dan sumber. Motif
utama individu untuk melakukan pencarian informasi dalam
perencanaan perjalananya adalah untuk meningkatkan kualitas trip.34
Secara potensial, wisatawan memiliki kebutuhan akan informasi
tentang peluang apa yang tersedia, dimana mereka dapat ditemukan,
dan berapa biayanya.35
Informasi baik dari sumber internal maupun
eksternal diperlukan untuk memilih tujuan dan untuk membuat
keputusan di tempat seperti mode perjalanan, atraksi, aktivitas lokasi
dan penginapan.
Setiap kali wisatawan menyadari bahwa mereka perlu mengambil
keputusan, pencarian informasi kemungkinan akan terjadi, dan hampir
selalu pada awalnya terjadi secara internal seperti ketika pengalaman
dan pengetahuan sebelumnya digunakan sebagai dasar untuk
merencanakan kunjungan berulang.36
Sumber informasi yang dapat digunakan yaitu sumber informasi
internal maupun eksternal. Sumber-sumber internal mencakup
34
Charles R. Goeldner and J. R. Brent Ritchie, Tourism: Principles, Practices,
Philosophies, Eleventh ed (Hoboken, N.J: John Wiley, 2009). h. 248 35
Karl Raitz and Meftah Dakhil, ―A Note About Information Sources for Preferred
Recreational Environments,‖ Journal of Travel Research 27, no. 4 (April 1989): 45,
https://doi.org/10.1177/004728758902700409. 36
Dogan Gursoy and Ken W. McCleary, ―An Integrative Model Of Tourists‘
Information Search Behavior,‖ Annals of Tourism Research 31, no. 2 (April 2004): 355,
https://doi.org/10.1016/j.annals.2003.12.004.
20
pengalaman pribadi, baik dengan tujuan spesifik atau dengan tujuan
yang serupa, dan pengetahuan yang dikumpulkan melalui pencarian
yang berkelanjutan. Ketika pencarian internal menyediakan informasi
yang cukup untuk membuat keputusan perjalanan, pencarian eksternal
jelas tidak diperlukan. Namun, jika pencarian internal terbukti tidak
mencukupi, wisatawan cenderung juga menggunakan sumber
eksternal.37
Adapun variabel faktor perilaku pencarian informasi perjalanan
yang disarankan adalah tipe akomodasi yang digunakan, partisipasi
aktivitas, tujuan ganda atau tunggal, lama tinggal, pola pengeluaran,
tujuan perjalanan, moda transportasi, pengaturan perjalanan, jarak
perjalanan, pesta perjalanan dan musim perjalanan. Hal ini menjadi
penting dan banyak digunakan dalam studi perilaku wisatawan.38
3. Model Perilaku Pencarian Informasi
Menurut Johnson dalam Case, model teoritis pencarian informasi
harus mengatasi tiga masalah utama. Pertama, model harus
memberikan dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi perubahan
perilaku pencarian informasi. Kedua, model harus memberikan
panduan untuk merancang strategi yang efektif untuk meningkatkan
pencarian informasi. Ketiga, model harus secara eksplisit
mengkonseptualisasikan perilaku pencarian informasi,
mengembangkan deskripsi yang kaya tentang itu. Akhirnya, model
harus menjawab pertanyaan "mengapa", mereka harus secara eksplisit
mengatasi kekuatan yang mendorong jenis pencarian informasi
tertentu.39
37
Dogan Gursoy and Ken W. McCleary, ―An Integrative Model Of Tourists‘
Information Search Behavior,‖ Annals of Tourism Research 31, no. 2 (April 2004): 358,
https://doi.org/10.1016/j.annals.2003.12.004. 38
Philip L. Pearce, Mao-Ying Wu, and Tingzhen Chen, ―The Spectacular and the
Mundane: Chinese Tourists‘ Online Representations of an Iconic Landscape Journey,‖
Journal of Destination Marketing & Management 4, no. 1 (March 2015): 28,
https://doi.org/10.1016/j.jdmm.2014.11.001. 39
Donald Owen Case, ed., Looking for Information: A Survey of Research on
Information Seeking, Needs and Behavior, 3 ed, Library and Information Science (Bingley:
Emerald, 2012). h. 154
21
Tujuan dari penelitian perilaku pencarian informasi adalah untuk
membangun model perilaku informasi yang menunjukkan
bagaimana berbagai faktor atau variabel mempengaruhi pencarian
informasi.40
Mereka semua bertujuan untuk menggambarkan dan
menjelaskan keadaan yang memprediksi tindakan oleh individu untuk
menemukan informasi dari beberapa jenis.
Untuk mempelajari perilaku pencarian informasi, beberapa model
telah dikembangkan, seperti:
1. Model Kuhithau yang mencakup 6 tahapan yang mana lebih
memfokuskan pada proses.
2. Model Ellis dengan 8 tahapan yang fokus menggambarkan pada
proses kegiatan.
3. Model Wilson yang mana model ini dikembangkan dari waktu ke
waktu dengan usulannya bahwa perilaku informasi mencakup
semua aspek perilaku informasi manusia. Yang mana model
Wilson pertama yaitu Wilson 1981 yang memfokuskan pada
kebutuhan informasi pengguna dan jenis hambatan yang mungkin
dihadapi dalam mencari informasi, tetapi kurang spesifik pada
cara pengguna dalam mencari informasi. Kemudian ada Wilson
1996 yang memiliki 12 komponen yang mana dalam model ini
individu berinteraksi dengan sistem informasi.
4. Model Dervin yang berfokus pada menggambarkan bagaimana
pencari informasi menginterpretasikan penggunaan informasi
untuk keputusan terkait informasi. Model ini mengemukakan
situasi kesenjangan dan hasil berada pada suatu tempat/waktu
dalam bentuk segitiga.
5. Model Big Six Skills Model yang mana menggambarkan tahapan
pencarian informasi yang diawali dengan identifikasi kebutuhan,
40
Sanna Talja, Heidi Keso, and Tarja Pietiläinen, ―The Production of ‗Context‘ in
Information Seeking Research: A Metatheoretical View,‖ Information Processing &
Management 35, no. 6 (November 1999): 753, https://doi.org/10.1016/S0306-
4573(99)00024-2.
22
strategi pencarian informasi, sumber yang digunakan hingga pada
sintesis dan evaluasi.
Masing-masing dari model tersebut memiliki keunikan dan
spesifikasi yang berbeda-beda sehingga untuk melakukan studi
perilaku pencarian informasi tentunya diperlukan identifikasi
penyesuaian model yang akan digunakan.
4. Model Perilaku Pencarian Informasi Wisatawan
Perilaku pencarian informasi pada wisatawan memilliki model
tersendiri yaitu Model Gursoy. Model ini memfokuskan pada
identifikasi latar belakang hal-hal yang memicu seseorang untuk
berperilaku hingga akhirnya bertindak menjadi sebuah perilaku
dalam mencari informasi. Hal ini diyakini bahwa kebutuan akan
informasi tidak dapat langsung membentuk perilaku pencarian
informasi tanpa adanya pemicu terlebih dahulu dari pemahaman
personal atas persoalan apa yang diperlukan.
Wisatawan sebagai kelompok yang membutuhkan informasi,
mereka memiliki perilaku pencarian informasi yang unik. Seperti yang
dikatakan oleh Gursoy, wisatawan menggunakan pencarian internal
dan eksternal. Pencarian internal yaitu menggunakan pengalaman
dan pengetahuan diri sendiri. Sedangkan pencarian eksternal yaitu
menggunakan keahliannya dalam pencarian berbagai sumber
informasi di luar dirinya. Gursoy membagi model perilaku pencarian
informasi wisatawan ke dalam beberapa kategori:41
a. Kunjungan Sebelumnya
Dalam perkembangan teori kognitif dijelaskan bagaimana
kunjungan sebelumnya ke suatu tujuan dapat memengaruhi perilaku
pencarian informasi, preferensi, dan perilaku pada pilihan wisata.
Kunjungan sebelumnya cenderung memengaruhi keterlibatan dengan
destinasi wisata dan aktivitasnya untuk memengaruhi pengetahuan
41
Haemoon Oh, Handbook of Hospitality Marketing Management, 1. ed, Elsevier
Handbooks of Hospitality Management Series (Amsterdam: Butterworth-Heinemann, 2008).
h. 269
23
awal tujuan traveler, perilaku pencarian informasi, dan proses
pengambilan keputusan. Seorang traveler pun lebih mungkin terlibat
dengan destinasi tersebut dibandingkan dengan seorang musafir yang
lebih sedikit pengalaman dan lebih sedikit atau bahkan tidak memiliki
kunjungan wisata sebelumnya.
Kunjungan sebelumnya juga berkorelasi erat dengan pengetahuan
sebelumnya yaitu keakraban dan keahlian. Kunjungan sebelumnya
hanya merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat
pengetahuan tentang suatu tujuan. Kunjungan sebelumnya juga akan
memengaruhi pemanfaatan memori karena, pada tingkat tertentu,
mereka cenderung untuk menentukan informasi internal yang tersedia
untuk individu ketika membuat pilihan tujuan.
b. Keterlibatan
Keterlibatan disini mengacu pada keterlibatan seseorang pada
suatu aktivitas atau produk wisata yang berkelanjutan, terus menerus
berubah karena dipengaruhi oleh keadaan , motivasi, gairah, minat atau
kesenangan yang ditimbulkan oleh stimulus. Hal ini adalah komitmen
berkelanjutan dari pihak seorang individu sehubungan dengan pikiran,
perasaan, dan perilaku tanggapan untuk berpergian. Keterlibatan yang
bertahan lama adalah keterlibatan dasar yang merupakan keadaan
standar yang mencerminkan jumlah minat, gairah atau keterikatan
emosional yang dimiliki seseorang dengan perjalanan wisata.
Skala keterlibatan terbagi dalam empat dimensi, yaitu minat
pribadi, yang mengacu pada minat pribadi seseorang dalam kriteria
destinasi dan makna atau kepentingan pribadi bagi individu; nilai
kesenangan, mengacu pada kemampuan destiasi untuk memberikan
kesenangan atau kenikmatan; nilai pertanda, mengacu pada sejauh
mana destinasi dapat mengekspresikan diri orang tersebut; dan risiko,
mengacu pada persepsi pentignnya konsekuensi pada kemungkinan
potensi negatif terkait dengan pilihan destinasi yang buruk.
Berdasarkan empat dimensi tersebut, keterlibatan terbagi menjadi
keterlibatan situasional dan respon. Keterlibatan situasional merupakan
24
keterlibatan yang dipengaruhi oleh situasi yaitu risiko. Sedangkan
keterlibatan respon merupakan keterlibatan seseorang terhadap
pengalaman sebelumnya yang menghasilkan sebuah respon seperti
minat, kesenangan dan ekspresi diri.
c. Pembelajaran
Belajar disini dapat didefinisikan sebagai proses dimana
pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, atau
perilaku. Studi menunjukkan bahwa pembelajaran traveler memiliki
dua dimensi: pembelajaran disengaja dan pembelajaran insidental.
Pembelajaran yang disengaja cenderung meningkatkan keahlian dan
keakraban traveler, sementara pembelajaran yang tidak disengaja
cenderung meningkatkan keakraban traveler saja.
Jika seorang traveler memperoleh informasi melalui pembelajaran
yang disengaja, ia cenderung lebih memperhatikan informasi yang
masuk dan memproses informasi secara menyeluruh, oleh karena itu,
menambah pengetahuan dan keahlian objektifnya. Di sisi lain, seorang
traveler yang belajar melalui pembelajaran insidental tidak mungkin
memproses informasi secara menyeluruh. Namun, karena traveler
berpikir bahwa ia memiliki beberapa informasi tentang tujuan dan daya
tariknya, pembelajaran insidental cenderung meningkatkan
pengetahuan subjektif dan keakrabannya dengan tujuan dan daya
tariknya.
d. Pengetahuan Sebelumnya
Dalam hal ini pengetahuan sebelumnya menjadi faktor penting
dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan traveler terhadap produk
wisata diukur sebagai variabel kontinu yang mencerminkan
pengetahuan langsung dan tidak langsung mereka terhadap produk
wisata. Para peneliti menyarankan bahwa keakraban mewakili tahap
awal pengetahuan sebelumnya sementara keahlian mewakili tahap
selanjutnya.
25
a) Keakraban merupakan keakraban traveler terhadap suatu
tujuan wisata yang mana memiliki dampak yang signifikan
pada niat perjalanan di masa depan dan dalam proses
keputusan pembelian produk wisata. Studi menunjukkan
bahwa keakraban pada produk wisata dan keakrabakn pada
informasinya memiliki dampak langsung pada perilaku
pencarian informasi traveler.
Dalam produk wisata baik yang akrab ataupun tidak
dikenal, pertama-tama traveler akan cenderung mencari
informasi dari ingatan mereka untuk membantu membimbing
mereka dalam mengambil keputusan. Ketika adanya
peningkatan keakraban terhadap tujuan, traveler cenderung
menganggap bahwa mereka memiliki informasi yang cukup
dalam memorinya sehingga mereka dapat meminimalkan
upaya pencarian eksternal dan memaksimalkan ketergantungan
mereka pada pencarian internal.
Sehingga para peneliti sepakat bahwa jika para traveler
sangat memahami tujuan, mereka mungkin tidak perlu
mengumpulkan informasi tambahan dari sumber eksternal
karena mereka cenderung membuat keputusan berdasarkan
keakraban dengan tujuan dan informasi.
b) Keahlian merupakan keahlian dalam pencarian informasi
interaksi dengan produk wisata, pilihan dan pengambilan
keputusan dengan memasukkan struktur kognitif (percaya pada
produk wisata tertentu) dan proses kognitif (keputusan
bertindak berdasarkan keyakinan) yang diperlukan untuk
berhasil menjalankan perjalanan wisata sesuai keinginan.
Setidaknya ada lima aspek keahlian yang berbeda yang
dapat ditingkatkan seiring dengan meningkatnya keragaman
produk wisata. Aspek-aspek ini yaitu otomatisitas, keahlian
dalam memanfaatkan ingatan, keahlian dalam membangun
26
struktur kognitif, keahlian dalam analisis, dan keahlian dalam
elaborasi.
e. Biaya pencarian informasi
Dalam teori, pencarian informasi terbagi menjadi tiga dimensi,
yaitu uang, waktu, dan upaya. Masing-masing dimensi mewakili
perspektif biaya yang berbeda, biaya keuangan mewakili jumlah uang
yang dihabiskan untuk memperoleh informasi yang diperlukan; waktu
yang dihabiskan mengacu pada jumlah waktu yang dihabiskan
(investasikan) dalam pencarian infromasi; dan upaya mengacu pada
jumlah upaya kognitif yang diperlukan untuk memproses informasi
agar dapat hasil yang diharapkan. Upaya termasuk proses kognitif
seperti evaluasi, integrasi, dan upaya yang ditujukan untuk
pengambilan informasi yang tersedia.
f. Pencarian Informasi
Pencarian informasi merupakan kegiatan pengumpulan informasi
yang dimulai dengan mencari, memilih, menyeleksi, menetapkan
informasi dan sampai informasi digunakan untuk kebutuhannya.
Dalam pencarian informasi ini terbagi menjadi dua, yaitu pencarian
informasi internal dan eksternal.
Konstruk pencarian informasi internal mewakili pengambilan
pengetahuan dari ingatan. Dengah kata lain, mereka melakukan
pencarian dengan mencoba mengambil informasi dari ingatan mereka
mengenai destinasi dan keputusan perjalanan. Biasanya kepercayaan
diri merasa cukup tahu tentang suatu destinasi dapat memengaruhi
pemanfaatan sumber informasi internal.
Konstruksi pencarian informasi eksternal terlihat dari motivasi
memperoleh informasi dari lingkungan. Ketika pencarian informai
internal kurang memadai, para traveler cenderung untuk memutuskan
mengumpulkan informasi tambahan dari sumber eksternal.
27
5. Faktor-faktor yang memengaruhi Perilaku Pencarian Informasi
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seseorang dalam
melakukan pencarian informasi. Menurut Wilson ada beberapa faktor
yang sangat memengaruhi terwujudnya perilaku pencarian informasi
seseorang, yaitu:42
a. Kondisi psikologi seseorang, kondisi ini berkaitan dengan perasaan
atau suasana hati seseorang, dari perasaan atau suasana hati tersebut
akan mencerminkan perilaku pencarian informasi yang berbeda.
b. Demografis, kondisi ini berkaitan dengan sosial-budaya dari seseorang
sebagai bagian dari masyarakat. Status sosial pun dapat
mempengaruhi perilaku pencarian informasi seseorang.
c. Peran seseorang di masyarakat, peran ini berhubungan dengan
interpersonal seseorang di lingkungannya. Peran mereka akan
mempengaruhi sikap dan perilaku dalam mencari informasi.
d. Lingkungan, lingkungan terdekat maupun lingkup yang lebih luas
dapat mempengaruhi perilaku pencarian informasi seseorang.
e. Karakteristik sumber informasi, karakter media atau sumber informasi
yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi dapat
mempengaruhi perilaku pencarian informasi.
Kelima faktor diatas, menurut Wilson akan sangat memengaruhi
bagaimana akhirnya seseorang menunjukkan kebutuhan informasi dalam bentuk
perilaku pencarian informasi.
42
Donald Owen Case, Looking for Information: A Survey of Research on
Information Seeking, Needs, and Behavior, Library and Information Science (San Diego,
Calif: Academic Press, 2002). h. 113
28
Gambar 2. 1 Model Perilaku Pencarian Informasi
29
E. Peta Literatur
Informasi
(Schement, 1993; Waldman,
2011; Sutarno, 2005; Abdul
Kadir, 2003; Marshall dan
Steinbart, 2014; Laloo, 2002;
Donald Owen dan Lisa M.
Given, 2016; Soeatminah, 1992)
Perilaku Pencarian Informasi
(Owen Case, 2012; Veena
Kamble, 2011; Herlina, Sri
Suriana, dan Misroni, 2015;
Wilson, T, 2000; Dogan Gursoy,
2004; Philip, 2015; Owen Case,
2002; Tajla, Sanna, Heidi Keso,
Tarja, 1999; )
Informasi Wisatawan
(Oka A Yoeti, 1996;
Kementerian Pariwisata, 2009;
Soebagyo, 2012; Christie Mill,
1990; Suwena, I Ketut, I Gst
dan Made, 2010.)
Perilaku Pencarian
Informasi Wisatawan (Gursoy, 2001; Haemoon Oh,
2008)
Fokus Penelitian
Perilaku Pencarian
Informasi Komunitas
Backpakcer Jakarta
Bagan 2. 1 Peta Literatur
30
F. Penelitian Terdahulu
Dalam penelusuran, peneliti menemukan beberapa penulisan
terdahulu yang terkait dengan tema penelitian yang akan peneliti lakukan.
Penelitian tersebut adalah:
Penelitian terdahulu yang pertama yaitu penelitian oleh Nur Aisyah
Rahayu Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret, tahun 2014 dengan judul ―Perilaku
Konsumen dalam New Media (Studi Kasus Perilaku Traveler dalam
Pencarian Informasi untuk Berwisata Melalui Internet di Kalangan
Komunitas Backpacker Solo)‖. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kebiasaan yang dilakukan traveler komunitas Backpacker
Solo dalam mencari informasi perjalanan wisata (traveling) melalui
internet. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa bahwa new media
memiliki peran sebagai media pendukung, media persuasif, media
informasi, media pembanding dan media penggerak bagi traveler dalam
mencari informasi. Skripsi ini memiliki kesamaan tema dan metode
peneitian yang dilakukan peneliti, yaitu perilaku pencarian informasi dan
metode penulisan yang digunakan adalah kualitatif. Untuk perbedaannya
yang terdapat pada skripsi Nur Aisyah Rahayu yaitu lebih memfokuskan
pada perilaku pencarian informasi melalui internet dan penelitian
dilakukan pada traveler di kalangan komunitas Backpacker Solo.
Sedangkan peneliti melakukan penelitian tidak menitik beratkan pada
pencarian informasi melalui internet dan penelitian dilakukan pada
traveler di kalangan komunitas Backpacker Jakarta.
31
Penelitian terdahulu kedua yaitu penelitian oleh Fadia Sunaki,
Rukiyah, Lydia Christiani, Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Diponegoro, jurnal Ilmu Perpustakaan vol. 4 no. 2
tahun 2015 dengan judul ―Kebutuhan dan Perilaku Pencarian
Informasi Wisatawan di Tourist Information Center Pemuda
Semarang‖. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan jenis
informasi yang dibutuhkan wisatawan dan perilaku pencarian informasi
wisatawan di Tourist Information Center Pemuda Semarang. Hasil
penelitian ini menjelaskan bahwa wisatawan pada Tourist Information
Center Pemuda Semarang memiliki kesamaan dengan model Gursoy.
Penelitian ini memiliki kesamaan tema dan metode peneitian yang
dilakukan peneliti, yaitu perilaku pencarian informasi dan metode
penulisan yang digunakan adalah kualitatif. Untuk perbedaannya yang
terdapat pada penelitian ini yaitu penelitian ini dilakukan pada wisatawan
di Tourist Information Center Pemuda Semarang. Sedangkan peneliti
melakukan penelitian pada komunitas Backpacker Jakarta.
Penelitian terdahulu ketiga yaitu penelitian oleh Zephaniah Kambele,
Guoxin Li & Zongqing Zhou dalam Journal of Travel & Tourism
Marketing, vol. 32 no. 1-2, tahun 2015 dengan judul ―Travelers’
Information-Seeking Behaviors‖. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan perilaku pencarian informasi wisatawan antara
wisatawan Amerika dan Cina. Penelitian ini menghasilkan perbedaan yang
signifikan dalam hal bagaimana kedua kelompok mencari informasi
perjalanan serta perilaku perjalanan masing-masing. Wisatawan Amerika
sangat bergantung pada internet sementara orang Cina lebih suka
rekomendasi dari mulut ke mulut. Penelitian ini memiliki kesamaan tema
dan metode peneitian yang dilakukan peneliti, yaitu perilaku pencarian
informasi dan metode penulisan yang digunakan adalah kualitatif. Untuk
perbedaannya yang terdapat pada penelitian ini yaitu penelitian ini
dilakukan pada wisatawan Amerika dan Cina secara komparasi.
32
Penelitian terdahulu keempat yaitu penelitian oleh Dale Fodness &
Brian Murray dalam Journal of Travel Research, Vol. 37tahun 1999 yang
berjudul ―A Model of Tourist Information Search Behavior‖. Penelitian
ini bertujuan untuk memahami strategi perilaku pencarian informasi
wisatawan melalui data survei dengan sampel besar para pelancong.
Penelitian ini menghasilkan penemuan bahwa pelancong menggunakan
berbagai jenis dan jumlah informasi sumber untuk menanggapi
kontingensi internal dan eksternal diperencanaan liburan. Penelitian ini
memiliki kesamaan tema yaitu perilaku pencarian informasi. Untuk
perbedaannya yang terdapat pada penelitian ini yaitu penelitian ini
dilakukan pada wisatawan dengan sampel besar para pelancong. Dan
metode yang dilakukan pun kuantitatif.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif ini ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.
Penelitian ini akan mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi
yang bersifat interaktif dan fleksibel dengan tujuan memahami makna
―(meaning)‖ yang berada di balik fakta-fakta.43
Nantinya pendekatan ini akan
menghasilkan data berupa ucapan atau tulisan dari perilaku seseorang yang
diamati dengan analisis mendalam mengenai objek yang diteliti.
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer ialah semua data informasi yang secara langsung
didapatkan dari sumbernya atau orang yang terkait langsung dengan suatu
gejala atau peristiwa tertentu tanpa perantara. Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil tiga orang informan yang dijadikan sebagai data primer
melalui wawancara. Ketiga orang informan tersebut merupakan para
traveler di komunitas Backpacker Jakarta yang dianggap peneliti dapat
mewakili traveler di komunitas ini dengan pemilihan berdasarkan kriteria
tertentu. Penelitipun melakukan observasi sebagai bentuk pengamatan
langsung di lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan terkait topik
penelitian.
43
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005). h. 59
34
2. Data Skunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur yang
berhubungan dengan penelitian. Data sekunder merupakan data yang
diambil secara tidak langsung dari sumbernya atau diperoleh dari sumber
yang sudah ada. Dalam penelitian ini sumber sekunder berasal dari buku-
buku, literatur, karya tulis, dokumentasi dan lain sebagainya yang dapat
mendukung dan memperkuat penelitian ini.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Indikator Penelitian
Adapun indikator penelitian ini adalah:
a. Kunjungan sebelumnya
b. Keterlibatan
c. Pembelajaran
d. Biaya pencarian informasi
e. Keakraban
f. Keahlian
g. Pencarian informasi
2. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang memberikan informasi yang terkait
dengan pembahasan penelitian kepada peneliti. Pemilihan informan dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang mana
informan ditentukan secara sengaja atas dasar kriteria atau pertimbangan
tertentu. Dalam penelitian ini, pemilihan informan berdasarkan kriteria
berikut:
a. Traveler yang telah aktif bergabung minimal satu tahun.
b. Traveler yang memiliki pengalaman perjalanan wisata lebih dari dua
puluh kali sejak bergabung.
c. Traveler yang pernah menjadi ketua pelaksana perjalanan wisata
dalam komunitas ini minimal tiga kali.
35
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Dalam hal ini peneliti melihat perilaku pencarian informasi dan
aktivitas dari traveler dalam mencari informasi terkait perjalanan
wisatanya. Sebelum melakukan penelitian maupun saat melakukan
penelitian, peneliti melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian dan
pada subjek penelitian. Peneliti akan berpartisipasi langsung dalam
perencanaan perjalanan dan beberapa perjalanan wisata untuk melihat
langsung bagaimana kejadian di lapangan. Observasi ini menjadi salah
satu cara mendapatkan data-data yang sesuai dan akurat dengan topik yang
diteliti.
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan tiga informan
yang peneliti anggap dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan peneliti
dalam menyelesaikan topik penelitian ini. Alat yang digunakan ketika
wawancara yaitu voice recorder dan alat tulis. Data hasil wawancara yang
berbentuk rekaman akan diubah dalam bentuk tulisan. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui perilaku pencarian informasi traveler di
kalangan komunitas Backpacker Jakarta.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan yaitu catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan difikirkan dalam rangka pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif.44
Dalam hal ini peneliti membuat catatan lapangan
atas apa yang dilihat dan dialami di lokasi saat melakukan observasi.
4. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data melalui dokumen-
dokumen yang berasal langsung dari hasil pencarian ketika membuat
rencana perjalanan serta foto-foto terkait kegiatan dari komunitas ini
yang peneliti ambil ketika terjun langsung menjadi partisipan dalam
beberapa perjalanan wisata komunitas ini.
44
Lexy J Meleong, Metologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004). h. 209
36
5. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini merupakan sumber informasi yang bersumber dari
buku, kamus, jurnal, majalah, artikel, thesis, skripsi baik dalam bentuk
tercetak maupun elektronik. Informasi yang digunakan yaitu kajian
kepustakaan yang terkait dengan tema penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya peneliti melakukan analisa data
menggunakan reduksi data, penyajian data yang berakhir dengan penarikan
kesimpulan. Berikut ini penjelasannya:
1. Reduksi data
Setelah wawancara selesai, peneliti akan membuat transkrip wawancara
apa adanya berdasarkan dari jawaban informan. Proses analisis data
dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil
wawancara. Pada tahap ini peneliti melakukan pemilihan mengenai
relevansi antara data yang didapat dengan tujuan penelitian. Data-data
yang peneliti peroleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi pustaka
tidak semuanya akan digunakan. Akan tetapi data tersebut difilter yang
relevan dengan tema penelitian. Kemudian peneliti akan membuat
rangkuman inti dari jawaban informan dengan bentuk pengkodean data.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, peneliti akan melakukan penyajian data. Data ini
akan disajikan dalam bentuk teks bersifat deskriptif. Peneliti akan
menerangkan atau menceritakan hasil penelitian dengan bentuk penjabaran
kata-kata. Penyajian data dilakukan secara sistematis dengan
mengembangkan hasil yang telah diperoleh. Sehingga dapat terlihat
gambaran keseluruhan data untuk diambil kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Data yang telah terkumpul dan terangkum yang disajikan dalam bentuk
narasi nantinya akan ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dirumuskan dan memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait.
37
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di komunitas Backpacker Jakarta. Waktu
penelitian sendiri adalah sebagai berikut:
No.No. Kegiatan Bulan
4 5 6 7 8 9 10
1. Identifikasi Masalah dan Tujuan
Penelitian
2. Studi Literatur
3. Studi Lapangan
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
6. Analisis dan Kesimpulan
7. Penulisan Laporan Akhir
38
G. Keterbatasan Penelitian
Batasan penelitian ini berasal dari: 1) batasan yang ditetapkan pada
analisis objek, 2) informan yang dipilih, dan 3) menjelaskan hanya
berdasarkan model perilaku pencarian informasi yang dikhususkan untuk
traveler. Hal tersebut akan dibahas sebagai berikut:
1. Batasan analisis objek
Salah satu batasan dari penelitian ini adalah fokusnya hanya ditujukan
pada perilaku pencarian informasi untuk berwisata saja. Ini berarti bahwa
hanya perilaku pencarian informasi untuk berwisata yang dibahas. Jika
penelitian diperluas untuk mencakup traveler yang mencari informasi
untuk tujuan lain selain berwisata mungkin akan ada berbagai tingkat
pengaruh keakraban dan keahlian dalam pemanfaatan strategi pencarian
informasi.
2. Informan yang dipilih
Penelitian ini hanya menggunakan traveler dengan kriteria tertentu
seperti: Traveler yang telah aktif bergabung minimal satu tahun, Traveler
yang memiliki pengalaman perjalanan wisata lebih dari dua puluh kali
sejak bergabung, dan Traveler yang pernah menjadi ketua pelaksana
perjalanan wisata pada komunitas ini minimal tiga kali. Kemudian
penelitian ini hanya menggunakan tiga informan. Jika penelitian dilakukan
pada informan lain tanpa memperhatiakan kriteria tersebut dan dengan
jumlah yang lebih banyak, akan ada kemungkinan pola perilaku pencarian
informasinya akan berbeda.
3. Penggunaan model perilaku pencarian informasi
Penelitian ini menggunakan teori perilaku pencarian informasi dunia
pariwisata yang memang dikhususkan untuk traveler. Jika penelitian ini
menggunakan teori perilaku pencarian informasi pada umumnya dalam
dunia ilmu perpustakaan dan informasi, akan ada kemungkinan
menghasilkan penjabaran pola perilaku pencarian informasi yang berbeda.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Backpacker Jakarta
Komunitas Backpacker Jakarta adalah sebuah komunitas traveling yang
didirikan pada 5 April 2013 dan berpusat di Jakarta. Sekretariat komunitas ini
berada di Cawang, Jakarta Timur. Komunitas Backpacker Jakarta atau biasa
disingkat dengan BPJ merupakan salah satu komunitas traveler yang cukup
besar di Jakarta dengan jumlah anggota tercatat pada tahun 2019 sebanyak ±
4.000 anggota. Anggota dalam komunitas ini terbagi menjadi anggota RT
(himpunan anggota yang terbagi-bagi berdasarkan grup whatsapp) dan
anggota Klub (himpunan kegiatan sesuai dengan kesukaan tertentu) ataupun
anggota dapat masuk ke dalam keduanya. Komunitas ini memiliki kegiatan
utama yaitu traveling dengan melakukan perjalanan ke berbagai tujuan wisata
di Indonesia maupun luar negeri, baik wisata alam, budaya maupun city tour.
Komunitas ini melakukan traveling dengan menggunakan sistem
pembiayaan sharecost. Artinya semua biaya akan ditanggung oleh peserta
yang ikut sehingga sangat low budget. Komunitas ini selalu mengutamakan
transparansi disetiap kegiatan, jadi setiap perjalanan wisata selalu ada rincian
laporan pemasukan dan pengeluaran serta dana yang tersisa untuk diinfokan
disemua grup BPJ. Kegiatan yang diadakan dalam komunitas ini selain
perjalanan wisata adapula kegiatan klub olahraga, bakti sosial, atau hanya
sekadar jumpa muka.
B. Hasil Penelitian
Pada bagian ini peneliti menguraikan interpretasi dari hasil temuan
penelitian. Interpretasi didasarkan pada tinjauan literatur. Selain dari
wawancara dengan informan, hasil penelitian ini juga didukung oleh data
primer dan sekunder lain yang terkumpul ketika penelitian dilaksanakan.
Bagian-bagian dari sub bab ini merupakan jawaban dari anak pertanyaan
penelitian yang menjadikan sebuah jawaban pertanyaan penelitian.
40
1. Kunjungan Sebelumnya
Kunjungan wisata sebelumnya seorang traveler dapat memberikan
representasi kognitif internal sehingga memengaruhi pengetahuan traveler
tentang tujuan wisata. Kunjungan sebelumnya ke suatu tujuan dapat
memengaruhi perilaku pencarian informasi berdasarkan preferensi dan
perilaku pada pilihan wisata. Berdasarkan hasil penelitian terdapat lima aspek
yang menjadi preferensi traveler dalam membuat keputusan perjalanan
berikutnya (mendatang) yaitu: Target/prioritas, ikatan emosional,
rekomendasi teman, karakter destinasi wisata dan tiket promo.
a. Target/Prioritas
Bagi seorang traveler, kegiatan traveling kini tidak lagi menjadi sebuah
pelarian akan kepenatan rutinitas, namun kini menjadi sesuatu yang bisa jadi
sebuah pekerjaan, kebutuhan ataupun impian seseorang. Seorang traveler
sendiri memiliki target untuk menjajaki tempat-tempat baru yang belum
pernah dikunjungi. Sebagaimana yang dikatakan salah satu informan,
“Jadi aku pribadi punya target-target yang mau aku capai
untuk kunjungi dan ketika kita sudah bisa dapetin itu ada
kepuasan tersendiri sih.”45
Dengan begitu dalam memutuskan destinasi wisata yang akan dikunjungi
mereka akan memilih destinasi-destinasi yang sesuai dengan target yang ingin
mereka capai terlebih dahulu. Sebab, ketika kunjungan destinasi impiannya
terpenuhi maka mereka akan memiliki kepuasan tersendiri dalam dirinya.
b. Ikatan Emosional
Emosional dalam hal ini merupakan sebuah luapan perasaan seorang
traveler ketika berada dalam situasi tertentu. Ketika traveler ingin mengulang
destinasi wisata, itu disebabkan oleh keterikatan emosional traveler dengan
destinasi tersebut, sehingga muncul keinginan untuk berkunjung lagi atas
sebab rindu. Sebagaimana yang dikatakan salah satu informan,
45
SN, Hasil Wawancara Pribadi, m4a (Taman Fatahillah Kota Tua, Jakarta, 2019).
41
“Kalau rindu sih sebenernya, apalagi gunung, ya mungkin
karena itu tempat memiliki kesan yang baik yang membuat
saya ingin kesana lagi.”46
Dalam mempertimbangkan keputusan memilih destinasi wisata dapat
dipengaruhi oleh pengalaman dalam memori internal seseorang. Memori
disini lebih menjelaskan mengenai kesan dari pengalaman yang membekas
pada traveler. Kesan tersebut dapat berupa pengalaman yang baik atau buruk.
Ketika pengalaman baik membekas tentu akan memengaruhi keinginan
seorang traveler untuk berkunjung ke destinasi itu lagi. Tetapi ketika
pengalaman buruklah yang melekat maka akan memungkinkan seorang
traveler untuk mengurungkan niatnya berkunjung ke destinasi yang sama
seperti sebelumnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa ikatan emosional seseorang
memengaruhi perubahan keputusan dalam menentukan destinasi wisata
selanjutnya.
Selain itu, destinasi wisata yang bermakna unikpun dapat membuat
penikmatnya memiliki perasaan unik sebagai bentuk luapan emosinya.
Sebagaimana yang dikatakan salah satu informan,
―Tempat yang bikin speechless, tempat yang bikin aku gak
mau melakukan apa-apa kecuali nikmatin.”47
Jadi dapat dikatakan bahwa keterikatan emosional dapat dibangun
sebagaimana kesan yang tertinggal dari destinasi tersebut.
c. Kesadaran Spiritual
Dalam waktu tertentu traveler merasa bahwa berwisata ke alam
dikarenakan ingin menyatu dengan alam. Sebagaimana yang dikatakan oleh
salah satu informan,
“…karena itu sebuah keindahan ya jadi ngerasa kayak jadi
lebih deket sama penciptanya.”48
46
MIR, Hasil Wawancara Pribadi, m4a (Coffee Nap Slipi, 2019). 47
SN, Wawancara Informan SN. 48
SN.
42
Dari kedekatan dengan alam membuat mereka merasa lebih bersyukur dan
dekat kepada sang Pencipta melalui keindahan-keindahan yang tak
tertandingi yang mereka nikmati.
2. Keterlibatan
Keterlibatan disini mengacu pada keterlibatan seorang traveler pada suatu
aktivitas atau produk wisata yang berkelanjutan, terus menerus berubah
karena dipengaruhi oleh keadaan motivasi, gairah, minat atau kesenangan
yang ditimbulkan oleh stimulus.
Keterlibatan terbagi menjadi dua yaitu keterlibatan situsional dan
keterlibtan respons. Keterlibatan situasional adalah tingkat keterlibatan yang
dibangkitkan oleh situasi tertentu yang dipengaruhi oleh atribut produk
wisata, seperti biaya ongkos, kesamaan antara alternatif tujuan, serta
situasional seperti teman seperjalanan atau lama perjalanan.
Sedangkan keterlibatan respon adalah konsekuensi dari kondisi batin
yang terlibat sehingga merujuk pada perilaku karena keterlibatan mereka
terhadap tujuan sebelumnya. Sehingga keterlibatan perjalanan mencerminkan
relevansi yang dirasakan dari perjalanan individu sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian, keterlibatan traveler disini terbagi menjadi
empat aspek, yaitu tiga aspek menunjukkan bentuk keterlibatan respon, dan
satu aspek menunjukkan keterlibatan situasional. Tiga aspek keterlibatan
respon yaitu, minat perjalanan, ekspresi personal dan nilai kesenangan. Hal
ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Minat Perjalanan
Berdasarkan hasil penelitian, yang menjadi minat perjalanan dalam
berwisata pada komunitas Backpacker Jakarta terbagi menjadi empat yaitu:
Wisata alam, kenyamanan lingkungan, destinasi baru dan kesadaran spiritual.
1) Wisata Alam
Ada beberapa prinsip yang mendasari minat berwisata, salah satunya yaitu
berinteraksi dengan alam. Alam menjadi elemen penting pada banyak
traveler yang lebih memilih untuk melakukan perjalanan wisata ke tempat-
43
tempat dengan nuansa alami dibandingkan dengan tipe perjalanan city tour.
Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Kalau untuk nge-trip saya lebih ke penikmat alam. Suatu
destinasi yang memiliki daya tarik alam yang menawan.”49
“Yang pasti yang belum pernah saya kunjungi, menarik,
alamnya bagus…”50
Hal ini bisa didasari atas penekanan aspek penghayatan terhadap asrinya
alam, lingkungan dan budaya. Pesona keindahan lanskap alam mampu
menjadi faktor yang sangat memengaruhi traveler untuk berkunjung.
2) Kenyamanan Lingkungan
Selain keindahan alam yang masih asri, lingkungan yang nyaman juga
menjadi daya tarik tersendiri bagi para traveler. Sebab kenyamanan
merupakan penilaian responsif seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.
Kenyamanan disini berkenaan dengan kondisi lingkungan dan pengaruh dari
luar seperti keamanan, kebersihan, kebisingan dan juga keramaian.
Sebagaimana yang dikatakan salah satu informan,
“saya suka dan kalau bisa yang gak terlalu ramai. Lebih
suka ke alam, kalau ke lokasi-lokasi yang ke daerah kota-
kota itu pasti rame banget, saya kurang suka.”51
3) Destinasi Baru
Destinasi baru disini dimaksudkan pada tujuan wisata yang belum pernah
dikunjungi. Sebagian besar traveler akan tertarik dengan destinasi baru.
Sebagaimana yang dikatakan salah satu informan, “Yang pasti yang belum
pernah saya kunjungi, menarik…”52
Selain untuk memenuhi rasa penasarannya akan destinasi yang belum
pernah didatangi, destinasi yang baru akan membuat traveler memiliki
kesempatan untuk mencoba pengalaman baru.
49
MIR, Wawancara Informan MIR. 50
DS, Hasil Wawancara Pribadi, m4a (Café C&C Food and Coffee, 2019). 51
DS. Wawancara Informan DS. 52
DS.
44
4) Rekomendasi Teman atau Kerabat
Pada umumnya lingkungan sangat berpengaruh dalam pertimbangan
keputusan destinasi wisata. Sebab, lingkungan secara signifikan memiliki
peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Dalam lingkungan sosial
para traveler akan saling berinteraksi, saling mengenal, dan bisa melakukan
sesuatu bersama. Sebagaimana yang dikatakan salah satu informan, “…kalau
ada temen yang ajak, dan yang pasti dengan orang berbeda…”53
Pada poin ini lingkungan yang dimaksud ialah pada teman atau kerabat,
dimana mereka dapat merekomendasikan suatu tempat atau berkompromi
untuk melakukan perjalanan bersama. Hal tersebut terlihat ketika banyak
seorang teman yang menganjurkan suatu destinasi wisata karena dinilai
destinasi tersebut layak untuk dicoba. Selain itu terjadi ketika mereka akan
melakukan perjalanan bersama, sehingga perlu adanya kesepakatan dalam
pemilihan destinasi wisata.
5) Promo Tiket
Tiket promo menjadi keunikan tersendiri bagi traveler, dimana motivasi
atau keinginan muncul secara spontan ketika adanya informasi mengenai tiket
promo (murah). Sebagaimana yang dikatakan salah satu informan,
“Pertimbangan lain juga karena misal ada tiket murah di
aplikasi atau tiket promo-promo gitu, nah jadi timbul deh
pengen kesana lah meski dadakan dan gak kepikiran mau
kesana sebelumnya.”54
Sehingga hal ini menjadi faktor bahwa dalam memilih tujuan wisata
tidak harus sepenuhnya berdasarkan karakteristik destinasi wisatanya, tetapi
faktor situasi lingkungan seperti adanya promosi tiket juga memiliki pengaruh
dalam menentukan destinasi wisata.
53
DS. Wawancara Informan DS. 54
DS.
45
b. Ekspresi Personal
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat tiga poin yang mengekspresikan
traveler pada komunitas Backpacker Jakarta, yaitu: Penikmat alam,
petualangan dan Ombrophobia.
1) Penikmat Alam
Dalam mengekspresikan dirinya melalui traveling, traveler lebih
menyukai menjadi penikmat alam. Berada di alam membuat mereka menjadi
lebih tenang dan tentram. Alam diyakini dapat menjadi tempat terbaik untuk
refreshing karena faktor asri dengan udaranya yang segar dan keindahannya
yang menawan. Sebagaimana yang dikatakan informan,
“Nah itu tadi lebih ke destinasi yang alamnya bisa nikmati”55
“Ya itu tadi, seperti ke alam-alam gitu ke tempat yang bisa
buat menenangkan diri sekaligus refreshing.”56
2) Petualang
Traveling juga menjadi salah satu tujuan untuk memenuhi minat
bertualang yang tinggi. Tak dipungkiri dari petualangan membuat mereka
mempelajari banyak hal-hal baru. Dengan beragam kegiatan outdoor,
perjalanan menantang, berisiko, diluar dugaan,semua itu akan mewarnai hari-
hari dalam kehidupan. Sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan
membentuk jati diri seseorang melalui cara mereka bersikap dan mengambil
keputusan. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Selain itu juga saya suka aktivitas outdoor dan hal-hal yang
menantang gitu seperti outbound, rafting, pointball, nge-
camp.”57
“Yang lebih ke adventure gitu kali ya, tentang hal-hal baru,
yang menantang dan gak monoton.”58
55
MIR, Wawancara Informan MIR. 56
DS, Wawancara Informan DS. 57
MIR. 58
SN, Wawancara Informan SN.
46
3) Ombrophobia
Dalam melakukan perjalana wisata setiap orang memiliki sesuatu yang
menandai identitasnya dalam mengekspresikan dirinya, baik identitas fisik,
kesukaan, kelebihan maupun kekurangannya. Sehingga dari identitas tersebut
mereka akan menyesuaikan keadaan pribadi dengan situasi ketika akan
melakukan perjalanan wisata. Terdapat hal unik pada traveler yang memiliki
phobia terhadap hujan. Sehingga dalam berwisata, ia akan menyesuaikan
siklus musim dengan keadaan pribadi. Hal ini sebagaimana yang dikatakan
oleh salah satu informan,
“Dan yang jelas ke berbagai destinasi tidak disaat musim
hujan. Karena saya gak kuat air hujan, semacam phobia.”59
Ketika mulai musim penghujan, maka ia tidak akan melakukan perjalanan
dan lebih memilih banyak menghabiskan waktu dirumah. Hal ini menjadi tanda
bahwa ia akan melakukan perjalanan hanya ketika musim kemarau. Meski di
musim kemarau hujanpun tak bisa diprediksi, maka disetiap perjalanannya ia tetap
memperhatikan persiapan matang apabila hujan turun disaat perjalanannya sedang
berlangsung dimusim kemarau.
c. Nilai Kesenangan
Traveler yang memiliki keinginan atau target mengunjungi tempat tertentu
atau mencapai sesuatu, akan merasa puas ketika mereka telah
mendapatkannya. Hal ini dibutktikan ketika traveler melakukan suatu
perjalanan berdasarkan passion, hobi, maupun style pribadi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesenangan yang
dirasakan dalam perjalanan wisata komunitas Backpacker Jakarta terbagi
menjadi lima aspek, yaitu: keindahan alam, tradisi dan budaya, tema satu visi,
eksistensi, dan pengembangan karakter diri.
59
DS. Wawancara Informan DS.
47
1) Keindahan Alam
Keindahan alam memiliki makna tersendiri bagi traveler penikmat alam.
Keindahan alam dapat memberikan kesenangan dan kepuasan pada seseorang
yang menikmatinya. Bagi traveler yang senang dengan kegiatan outdoor, ini
menjadi hal baik untuk menyalurkan hobinya. Selain mengekspresikan hobi
di alam, mereka dapat menuangkan hobi sekaligus pekerjaan dalam satu
waktu, yaitu menikmati alam sekaligus mendapatkan objek fotografi yang
indah. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Mungkin memang kalau soal keindahan alamnya tentu
punya makna. Jadi kesenangannya kalo alam lebih ke hobby
sih ya, jadi pribadi saya karena hobby dan diawali dengan
hobby jadi ya memang suka menikmati alam”60
“Keindahan-keindahan alam yang menakjubkan yang selalu
saya harapkan karena itu membuat saya merasa puas
apalagi dapet bonus objek foto yang bagus.”61
2) Tradisi dan Budaya
Dalam perjalanan wisata, mempelajari berbagai budaya dan kearifan lokal
menjadi daya tarik mengesankan yang memberikan efek kesenangan pada
para traveler. Dengan budaya setempat yang kental, serta kearifan lokalnya
yang unik menjadi hal yang menarik untuk dipelajari ketika berkunjung ke
tempat-tempat tertentu. Selain memperkaya pengetahuan mengenai tradisi
dan budaya, traveler akan mendapat pelajaran berharga mengenai pesan
moral dari suatu kebudayaan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh salah
satu informan,
“…budayanya kental sekali, saya biasanya lebih banyak
dapet makna kehidupan disetiap destinasi wisata, entah itu
local wisdom-nya, kehidupan sehari-harinya,
perekonomiannya bagaimana, dan segala hal yang memang
masyarakat sana alami.”62
60
MIR, Wawancara Informan MIR. 61
DS, Wawancara Informan DS. 62
DS.
48
3) Teman Satu Visi
Perjalanan menjadi menyenangkan dan lebih bermakna ketika bersama
teman-teman yang satu visi. Sebagaimana yang dikatakan salah satu
informan,
“Ketika temen-temen trip barengnya itu satu tujuan, satu
kesukaan, satu visi. Kalau satu kesukaan dari awal kita udah
sama-sama suka dan kita tahu priporitas perjalanan itu
apa...”63
Ketika perjalanan dibangun bersama kawan yang satu visi tentu akan
menciptakan keharmonisan dalam perjalanan. Masing-masing individu yang
tergabung didalamnya tentu tahu akan prioritas perjalanannya, sehingga
dalam mengambil keputusan dalam perjalanan akan menghasilkan satu
pandangan yang sejalan. Hal ini sangat memudahkan ketika berwisata dan
akan membangun suasana hati yang baik satu sama lain.
4) Eksistensi
Kegiatan traveling kini sudah semakin eksis dengan adanya kemajuan
teknologi seperti media sosial. Dengan berkembangnya teknologi khususnya
media sosial membuat traveler cenderung ingin dikenal dan dilihat banyak
orang. Hal ini ditandai dengan banyaknya foto-foto traveling di linimasa
media sosial, contohnya instagram. Hal ini memengaruhi ketertarikan pada
perjalanan wisata yang memiliki karakteristik instagramable yang dalam hal
ini merupakan lokasi wisata yang akan akan menghasilkan gambar yang
layak untuk dikirim di akun instagram pribadi seseorang guna memenuhi
konten media sosial pribadi. Sebagaimana yang dikatakan salah satu
informan,
“kesenangan yang diharapkan adalah suatu destinasi yang
instagramable, karena jujur saja sekarang ini kalau trip
kemana-kemana juga pasti cari yang instagramable dan
nanti buat mengisi story atau nambah-nambah feed di
isntagram.”64
63
SN, Wawancara Informan SN. 64
MIR, Wawancara Informan MIR.
49
5) Pengembangan Karakter diri
Dalam memanfaatkan hobi traveling, seorang traveler mampu
membangun koneksi dengan siapapun orang yang ditemui di berbagai tempat.
Dengan terjalinnya hubungan tersebut akan menciptakan sosialisasi yang baik
antar individu dan menciptakan pengalaman pribadi yang lebih luas.
Pengalaman itu akan sangat bermakna dan menjadi kesan tersendiri ketika itu
dijadikan pelajaran hidup yang mana akan membentuk karakter pribadi
seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Selain itu setiap perjalanan juga akan banyak mengajarkan
kita baik itu melatih kepribadian, teamwork, peduli teman.
Karena disitu kita juga bakal ditempa ego kita, dan disitu
akan kelihatan bagaimana kepribadian kita. Pokoknya
banyak makna, banyak kesan dan pelajaran.”65
“Yang pasti punya cerita sendiri, pengalaman yang bisa
dibawa pulang, dan dapet temen baru. Dan jadi lebih
merasa banyak-banyak bersyukur, menghargai hidup dan
pinter-pinter bersosialisasi dengan orang baru.”66
Setiap perjalanan memiliki makna kehidupan yang akan membangun
karakter diri seseorang dalam menjalani kehidupan. Dari terbiasa melakukan
perjalanan, menemui rintangan, bersama orang-orang dengan watak berbeda,
traveler dituntut untuk mampu bekerjasama dalam tim. Dengan begitu akan
membangun karakter peribadi seseorang menjadi lebih peduli terhadap
sekitar. Hal ini dapat mengembangkan karakter diri seseorang ketika berada
dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.
d. Risiko
Risiko bukanlah sebab atau akibat dari keterlibatan melainkan bagian dari
aspek keterlibatan. Perilaku traveler melibatkan risiko dalam artian bahwa
tindakan apa pun dari seorang traveler dalam memilih tentu akan
menghasilkan konsekuensi yang tidak pasti. Dengan demikian, traveler
65
MIR. Wawancara Informan MIR. 66
DS, Wawancara Informan DS.
50
cenderung mengembangkan cara mengurangi risiko dengan mencari
informasi yang cukup mengenai tujuan wisata untuk bertindak dengan
yakin dalam situasi tak terduga. Pengalaman risiko dalam perjalanan wisata
sebelumnya juga dapat membantu meminimalisir risiko untuk perjalanan
mendatang. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh informan,
“Tahu keperluan apa yang kiranya memang wajib untuk
digunakan disana agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.”67
“Yang pasti sebelum traveling kita harus bener-bener nge-
cek dulu kayak semacam googling terkait destinasi yang
ingin dikungjungi baik itu biaya hidup, akomodasi, dan
segala hal itu wajib banget.”68
“Pastinya persiapan apapun itu. Informasi juga yang didapet
sebanyak mugkin dari berbagai sumber.”69
Dalam meminimalisir risiko, traveler disini cenderung menggunakan
informasi untuk membentuk tindakan mereka dalam situasi tak terduga.
Seperti halnya risiko finansial, untuk menghindari kemungkinan kekurangan
budget, atau estimasi yang terlampau jauh dari perkiraan, tentunya traveler
sangat membutuhkan informasi yang cukup untuk semua itu.Seperti halnya
kejadian transportasi tidak sampai sesuai tujuan, perlunya perbaikan atau
penggantian sesuatu di perjalanan atau kesalahan dalam memilih destinasi
wisata yang tidak sesuai dengan kemampuan keuangan pribadi. Hal tersebut
akan menyebabkan kerugian atas kesalahan dalam alokasi keuangan yang
telah dikeluarkan. Sehingga traveler kehilangan uangnya karena salah
memilih produk wisata dalam perjalanannya.
Selain itu adapula risiko fisik, risiko ini berkaitan dengan risiko kesehatan
dan keamanan yang mengacu pada kemungkinan kerusakan fisik. Tentu ada
kekhawatiran seseorang terhadap kondisi fisiknya akibat pemilihan destinasi
wisata yang salah atau tidak sesuai dengan kemampuan diri. Sehingga
biasanya traveler akan sangat mempersiapkan kebutuhan yang memang wajib
67
MIR, Wawancara Informan MIR. 68
DS, Wawancara Informan DS. 69
SN, Wawancara Informan SN.
51
digunakan menyesuaikan dengan destinasi wisata yang akan dikunjungi. Tak
hanya itu, menghindari pemilihan destinasi wisata yang sekiranya dirasa tidak
mampu untuk dijangkaupun menjadi bahan pertimbangan. Hal tersebut
tentunya dibutuhkan informasi yang cukup mengenai karakteristik tujuan
yang akan dikunjungi guna meminimalisir terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan.
Selanjutnya ada risiko fungsional, risiko ini bisa terjadi ketika destinasi
yang dipilih mungkin tidak memberikan daya tarik sebagaimana yang
dipromosikan atau yang tersebar di berbagai sumber informasi. Ini terkait
dengan kualitas tujuan wisata yang dipilih oleh traveler. Risiko ini menjadi
kerugian ketika produk wisata tidak berkerja sebagaimana yang diharapkan.
Dan yang terakhir yaitu risiko psikologis, yang mana risiko ini berkaitan
dengan dampak risiko fungsional yang tidak bekerja sebagaimanayang
dharapkan, sehingga traveler akan mengalami ketidaknyamanan psikologis
dengan munculnya rasa kecewa. Sebagai contoh ketika traveler mengetahui
informasi mengenai tujuan wisata yang indah, namun ketika mereka
mengunjungi langsung ternyata tidak seindah sebagaimana yang diharapkan
dari informasi sebelum berkunjung.
3. Pembelajaran
Belajar disini dapat didefinisikan sebagai proses dimana pengalaman
menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku. Studi
menunjukkan bahwa pembelajaran traveler memiliki dua dimensi:
pembelajaran disengaja dan pembelajaran insidental.
a. Pembelajaran Intentional (disengaja)
Pembelajaran yang disengaja terjadi ketika belajar adalah tujuan utama
selama pemrosesan informasi. Traveler dapat melakukan pembelajaran
disengaja ketika mereka benar-benar merasamemiliki tujuan atas informasi
yang di pelajarinya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan informasi saat ingin
melakukan perjalanan. Pembelajaran disengaja disini traveler memiliki
maksud untuk membuat catatan dari diskusi bersama teman, kerabat maupun
52
orang lain atau dari berbagai sumber untuk memprediksikan keputusan
pilihan rencana perjalanan wisata. Dengan pengalaman yang secara eksplisit
melibatkan pembelajaran yang disengaja, traveler cenderung memproses
informasi secara rinci dan lebih terstruktur. Oleh karena itu mereka akan
mengenal lebih dalam tujuan wisata yang menjadi pilihan. Sebagaimana yang
dikatakan oleh informan,
“Lebih ke informasi yang generalnya sih yang perlu
diketahui kayak destinasinya menariknya apa. Jarak dari
destinasi satu ke destinasi lainnya kejauhan ga untuk
mempermudah perpindahan lokasi dalam itinerary. Nanti
kalau udah kepikiran mau kemananya ya tinggal cari tahu
estimasi waktunya, akomodasi dan transportasi apa yang
harus digunakan, perkiraan budget untuk logistic. transport
dan akomodasi.” 70
“Biasanya cari tau lokasi yang mau dijadiin tempat wisata,
destinasinya apa, departure time, travel route-nya,
akomodasi, dan tranportasi.” 71
“Udah pasti rute, terus budget, dan keadaan atau
karakteristik dari lokasi wisata tersebut.” 72
Dalam hal ini informasi yang dibutuhkan dan sengaja untuk dipelajari
yaitu informasi mengenai karakteristik perjalanan yang meliputi, karakteristik
tujuan destinasi wisata, akomodasi, transportasi, rute perjalanan, estimasi
waktu hingga estimasi budget yang diperlukan.
Kunjungan sebelumnya dari perjalanan wisata dapat memberikan
pelajaran kepada traveler mengenai informasi mendetail terkait destinasi
wisata yang akan dikunjungi. Hal ini ditandai dengan adanya pengalaman
pribadi yang membentuk kecenderungan traveler untuk memanfaatkan
memori internal tatkala membuat rancangan perjalanan berikutnya. Dengan
demikian, secara tidak langsung akan memunculkan representasi kognitif
dalam wujud gambaran kegiatan pada destinasi wisata yang akan dikunjungi
selanjutnya. Misalnya, mereka yang pernah ke destinasi wisata tertentu
70
MIR, Wawancara Informan MIR. 71
DS, Wawancara Informan DS. 72
SN, Wawancara Informan SN.
53
beberapa kali cenderung memiliki lebih banyak ingatan untuk
menggambarkan sebuah perjalanan lebih detail dibandingkan dengan mereka
yang belum pernah ke berbagai destinasi wisata.
Representasi kognitif tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman
sebelumnya yang cukup menyenangkan ataupun yang kurang menyenangkan.
Ketika pengalaman sebelumnya cukup menyenangkan tentu akan menjadi
acuan untuk perjalanan berikutnya. Namun, apabila pengalaman sebelumnya
kurang menyenangkan maka akan terbentuk dorongan pribadi untuk lebih
detail lagi dalam membuat rencana perjalanan wisata mendatang. Sehingga,
traveler akan lebih memahami bagaimana spesifikasi yang dibutuhkan dalam
melakukan sebuah perjalanan. Dengan pembelajaran disengaja ini
memberikan efek positif pada rancangan itinerary yang lebih matang dan
meminimalisir risiko yang terjadi saat perjalanan wisata berlangsung.
Sebagaimana yang dipaparkan oleh informan,
“… gimana info sesungguhnya kita bisa kesana baik
transportasinya, biaya yang dihabiskan, akomodasinya.
Prediksi waktu untuk menuju destiasi dan perpindahan
destinasi satu ke destinasi lain, keuangan, transport juga
akan semakin matang dengan kita sering ke berbagai tempat
dan sering terbiasa kemana-mana.”73
“Jadi bisa memperkirakan untuk trip kita selanjutnya
mengenai biaya hidup disana, transportasinya bagaimana,
gambaran perjalananya akan seperti apa.”74
b. Pembelajaran Insidental (tidak disengaja)
Di sisi lain pembelajaran insidental merupakan pembelajaran yang terjadi
ketika pembelajaran tidak memiliki tujuan dalam pemrosesan. Misalnya
informasi diperoleh dan disimpan dalam memori saat kita melihat atau
mengalami suatu kejadian. Hal tersebut terjadi ketika traveler melakukan
perjalanan wisata, maka ia akan memiliki kesempatan berada dalam
lingkungan baru dan pengalaman baru. Dengan begitu akan berpotensi
memperkaya mereka dalam hubungan pertemanan dan pengalaman. Sehingga
73
MIR, Wawancara Informan MIR. 74
DS, Wawancara Informan DS.
54
mereka menemui sisi positif dan kelebihan yang dapat diambil, seperti
memperoleh banyak pengetahuan baru melalui pembelajaran insidental.
Pembelajaran insidental disini bisa saja terjadi ketika traveler melihat
paparan informasi di media sosial atau sumber informasi lain, ataupun secara
tidak sadar sedang mengalami atau melihat langsung suatu kejadian. Dalam
hal ini traveler tidak mungkin memproses informasi yang masuk secara
terperinci melainkan hanya identifkasi objek secara spontan atas apa yang
dilihat maupun dialami.Pembelajaran insidental ini biasanya terjadi ketika
perjalanan sedang berlangsung atau ketika sudah selesai.
Dari pembelajaran insidental ini dapat memberikan efek positif bagi
individu pribadi, yaitu:
1) Memperkaya Pengetahuan Sosial Budaya mengenai Tempat yang
pernah Dikunjungi
Seorang traveler dalam menjelajah destinasi wisata tentunya akan
menemukan beragam keunikan dari segi sosial maupun budaya dari
daerah-daerah yang dikunjungi. Dari hal tersebut tanpa sadar mereka
akan membaur dengan kebiasaan lingkungan yang ada. Perpaduan antara
kunjungan wisata dengan lingkungan setempat akan melekat dan menjadi
sebuah pengetahuan bagi traveler itu sendiri terhadap tempat yang
dikunjungi. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Banyak. Kayak adat dan budaya lokalnya, atau hal-hal
yang dilarang di daerah sana, bagaimana masyarakatnya,
kita jadi lebih tahu.”75
“Yang pasti jadi tahu daerah baru, budaya baru dan
kebiasaannya bagaimana.”76
Hal ini menjadikan para traveler yang sering berkunjung ke berbagai
destinasi wisata merasa kaya akan pengetahuan sosial dan budaya
tertentu berdasarkan tempat yang pernah mereka kunjungi. Bentuk
pengetahuan yang dirasakan oleh traveler dalam pengalaman perjalanan
75
MIR, Wawancara Informan MIR. 76
DS, Wawancara Informan DS.
55
sebelumnya yaitu pengetahuan mengenai tradisi dan budaya tertentu,
maupun perihal larangan dalam suatu daerah, serta kearifan lokal daerah
setempat.
2) Menyesuaikan Diri dengan Baik
Penyesuaian diri menjadi hal yang unik bagi seorang traveler dalam
melakukan setiap perjalanan, sebab selama melakukan perjalanan mereka
akan membutuhkan informasi yang sangat kompleks. Informasi disini
tidak hanya mengenai seputar destinasi yang akan dikunjungi, melainkan
lebih mendalami lagi mengenai karakter masyarakat lokal yang harus
disesuaikan dengan kepribadian diri. Dengan demikian seseorang
traveler dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara seimbang, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Sebagaimana yang
dikatakan oleh informan,
“Dan karena sering, jadi terbiasa ketika ke tempat baru
bagaimana bersosialisasi dengan orang baru, terbiasa
dengan daerah baru, kebiasaan dan adat baru yang mau gak
mau kita harus ikutin ketika kita ada di tempat itu.”77
“Lebih mengenal tempat tujuannya dulu, karena kita ga bisa
sampain ya tepat yang satu dengan yang lainnya.”78
Oleh karena itu penyesuaian diri disini menjadi tahapan berbeda
karena traveler akan memiliki banyak kemungkinan berurusan dengan
lingkungan asing, bahasa asing, orang-orang asing, bahkan mungkin
akses sumber informasi yang terbatas. Kerena sudah terbiasa melakukan
perjalanan wisata,traveler menjadi terbiasa berupaya merespon situasi
baru sedemikian rupa sehingga mampu mencapai keharmonisan pada diri
sendiri dan lingkungannya.Sehingga pengalaman sebelumnya mampu
membuat para traveler mampu menyesuaikan diri baik kondisi fisik,
mental, dan emosional yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan agar
dapat survive dan membaur dengan situasi baru yang tidak mungkin
dihindari ketika perjalanan wisata berlangsung.
77
DS, Wawancara Informan DS. 78
SN, Wawancara Informan SN.
56
3) Mengumpulkan Fakta untuk Dijadikan Bahan Rujukan dari
Informasi Internal
Berdasarkan pengalaman perjalanan sebelumnya, traveler cenderung
memiliki ingatan akan perjalanan yang telah mereka lalui ke tujuan-
tujuan sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki
pengetahuan yang mana hal tersebut dijadikan pengumpulan fakta-fakta
terkait suatu destinasi wisata yang pernah dikunjungi. Sehingga mereka
akan mengetahui keakuratan informasi yang sudah mereka cari di
perjalanan sebelumnya berdasarkan fakta yang pernah dialami.
Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Karena kan kita udah ngalamin dan merasakan pasti kita
udah tahu dong suatu tempat itu gimana.”79
“…setidaknya dengan pelajaran yang bisa diambil dari
suatu tempat yang pernah dikunjungi tuh ya jadi lebih real
aja ketahuan dan kebenarannya tentang informasi yang
sudah saya cari tahu sebelumnya.”80
Berdasarkan pengalaman tersebut, traveler akan melakukan
perjalanan berikutnya menggunakan gambaran perjalanan yang pernah
mereka lalui apabila memiliki karakteristik yang sama. Namun tidak
menutup kemungkinan pula dengan karakteristik berbeda, sebab dengan
adanya fakta-fakta sebelumnya akan terbentuk konsep baru untuk
membangun sebuah rencana perjalanan baru. Misalnya, traveler dapat
menggunakan fakta-fakta di perjalanan sebelumnya untuk menuju ke
base part yang sama tersebut meski tujuan destinasinya berbeda.
79
MIR, Wawancara Informan MIR. 80
DS, Wawancara Informan DS.
57
4) Mengubah Pola Pikir
Pengalaman perjalanan juga memiliki pengaruh dalam perubahan
mindset (pola pikir) seseorang. Ketika seorang traveler sering melakukan
perjalanan wisata maka mereka tentu terbiasa dengan beragam situasi
yang sering kali tidak terduga diluar perencanaan. Sebagaimana yang
dikatakan oleh informan,
“Lebih ke mindset sih kalau menurut ku. Banyak hal yang
mindset awal kayak gini setelah disana mengalami banyak
hal, jadi mikiroh gini ya aku gak boleh gini. Yang diambil
pengalamannya ya lebih merubah mindset sih jadi lebih
terbuka, berpikir positif dalam segala hal, terima
konsekuensi.”81
Dari kebiasaan tersebut mewujudkan karakter traveler dalam
mengahadapi tantangan, dan lebih kepada pembelajaran diri untuk selalu
berpikir posistif dalam beragam situasi, berani mencoba dan siap terima
resiko, konsisten serta memiliki komitmen diri ketika mencoba
memutuskan untuk memulai suatu perjalanan wisata.
5) Mengevaluasi
Pengalaman sebuah perjalanan wisata dapat menjadi bahan evaluasi
untuk merencanakan keputusan pada perjalanan wisata berikutnya.
Dalam hal ini traveler akan cenderung belajar dari kesalahan pada
perjalanan wisata sebelumnya untuk membuat perencanaan yang lebih
baik lagi untuk perjalanan wisata mendatang. Hal ini ditandai dengan
sikap traveler yang tidak akan melakukan hal yang sama pada
pengalaman sebelumnya apabila dirasa kurang memuaskan. Selain itu
mereka akan membuat persiapan lebih matang lagi dengan
mengumpulkan informasi yang lebih detail. Sehingga, perjalanan
mendatang mampu menjadi lebih baik lagi dan menciptakan pencapaian
yang sesuai dengan keinginan. Sebagaimana yang dikatakan oleh
informan,
81
SN, Wawancara Informan SN.
58
“Belajar lagi tentang informasi ketika akan pergi ternyata
informasinya ga bener-bener sesuai, dan itu dijadiin
pelajaran untuk trip-trip berikutnya. Ketika akan melakukan
trip lagi pasti belajar dari pengalaman trip-trip sebelumnya
untuk tidak melakukan hal yang sama.”82
“Biasanya sih yang persiapan-persiapan itu loh. Oh ternyata
Aku kurang nih dibagian ini. Berarti kalau mau jalan oh apa
nih yang harus Aku tambah lagi informasinya.”83
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran yang disengaja
mengarah pada tingkat keakraban dan keahlian terhadap rencana
perjalanan wisata yang lebih tinggi melalui informasi yang lebih
terstruktur dan daya ingat yang baik. Sedangkan pembelajaran insidental
hanya memengaruhi keterlibatan traveler terhadap informasi ataupun
tujuan wisata.
4. Pengetahuan Sebelumnya
Pengetahuan sebelumnya yang dimiliki traveler untuk melihat keakraban
traveler terhadap tujuan wisatanya dan mengukur keahliannya dalam
pencarian informasi, interaksi dengan produk wisata, dan pengambilan
keputusan pada pilihan wisata. Maka pengetahuan sebelumnya memiliki dua
faktor pendukung yaitu keakraban dan keahlian.
a. Keakraban
Keakraban disini sebagai pengetahuan subjektif traveler atau persepsi
mereka tentang seberapa banyak mereka tahu mengenai karakteristik berbagai
pilihan tujuan wisata. Pada dasarnya itu mewakili pengetahuan subjektif dan
tahap awal pembelajaran.Traveler akan akrab dan cenderung mendapatkan
pengetahuan melalui kebiasaan daripengalaman sebelumnya.
Berdasarkan jawaban traveler, keakraban disini dapat terbagi menjadi dua
yaitu keakraban terhadap tujuan wisata dan keakraban terhadap informasi.
Keakraban terhadap tujuan wisata, keakraban ini cenderung dipengaruhi
oleh pengalaman perjalanan sebelumnya. Dari pengalaman sebelumnya akan
memunculkan persepsi terhadap kualitas layanan wisata, kepribadian, ataupun
82
MIR, Wawancara Informan MIR. 83
SN. Wawancara Informan SN.
59
kepuasan, sehingga akan menentukan sikap dan niat traveler untuk
melakukan perjalanan ke tujuan itu. Dalam memilih tujuan wisata yang akrab
atau asing, pada tahap pertama mereka akan mencari kenangan dan
pengalaman sebelumnya terhadap informasi yang lazim untuk memandu
keputusan mereka. Sebab, keakraban traveler dengan tujuan perjalanannya
akan membawa mereka ke perolehan informasi langsung yang tersedia dari
ingatan mereka. Karena itu pengalaman dan kenangan traveler
dapatmembantu dalam proses seleksi tujuan wisata. Sebagaimana yang
dikatakan oleh salah satu informan,
“Sejauh saya pernah mengalami dan pernah kesana, saya
merasa sudah cukup. Karena saya sudah berpengalaman.”84
“Biasanya kalau saya sudah sering kesana paling ngga
minimal 2 kali, itu berarti saya sudah hapal bagaimana dan
tidak perlu lagi cari-cari informasi.”85
“kalau udah pernah kesana dan mau kesana lagi tapi dengan
ajakan teman yang memang hanya asal mau main aja jadi
merasa lebih fleksibel.”86
Selain itu, adapula keakraban terhadap informasi. Keakraban informasi
disini sangat berkaitan erat dengan keakraban tujuan wisata. Kekaraban
terhadap informasi menjadi penting ketika traveler berada pada tujuan wisata
yang asing. Ketika traveler merasa akrab dengan berbagai penggunaan
informasi maka akan dengan mudah membantu mereka dalam
mengidentifikasi tujuan wisata yang asing tersebut. Mereka akan secara
spontan akrab dengan informasi yang terkait dengan tujuan wisata.
Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Kalau dari temen tentu karena saya percaya ya karena
sudah ngalamin langsung apalagi temen kenal jadi bisa
dipercaya. Kemudian untuk internet karena sumbernya
banyak, tinggal pinter-pinter aja pilih yang berkualitas dan
menurut saya bener ketika kompare.”87
84
DS, Wawancara Informan DS. 85
MIR, Wawancara Informan MIR. 86
SN, Wawancara Informan SN. 87
MIR.
60
“kenapa paling pertama komunitas atau temen ya karena
bisa lebih dipercaya karena tatap langsung, sering ketemu,
sering trip bareng, jadi ya percaya. Kemudian kenapa web
resmi yak arena pasti infornya lebih akurat. Dan blog travel
blogger juga bisa saja akurat karena merka pernah
mengalami.”88
Hal ini dikarenakan adanya dorongan dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya yang membawa mereka kepada tahap keakraban dengan
informasi melalui proses pencarian yang sedang berlangsung seperti ingatan
pribadi, membaca blog, website,brosur, majalah, atau dari sosial media,
internet maupun berbicara dengan teman atau kerabat. Sebagaimana pula
dengan yang dikatakan oleh informan lainnya,
Jadi, keakraban terhadap tujuan wisata memiliki dampak langsung pada
pemanfaatan informasi. Traveler dengan berbagai tingkat keakraban akan
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kepercayaan diri dalam
memanfaatkan informasi yang didapat. Sehingga keakraban dengan tujuan
wisata maupun sumber informasi cenderung memengaruhi perilaku pencarian
informasi dan pengambilan keputusan.
b. Keahlian
Dalam keahlian, keakraban menjadi tahap pembelajaran awal dari
informasi. Keahlian dalam hal ini menyangkut pada proses kognitif traveler
dalam melakukan pencarian informasi. Dalam membuat keputusan perjalanan
wisata, traveler akan menggunakan kemampuan kognitifnya untuk
pengambilan keputusan.
Traveler yang tinggi tingkat keakrabannya lebih memungkinkan untuk
mengumpulkan informasi eksternal karena mereka tahu jenis apa yang
mereka butuhkan dan di mana mendapatkannya. Oleh karena itu,
meningkatkan keahlian membuat traveler lebih efektif dan efisien dalam
pencarian eksternal, dan sebagai hasilnya akan mengurangi biaya pencarian
eksternal dari segi waktu. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
88
DS. Wawancara Informan DS.
61
“Biasanya saya menggabungkannya dengan saran dan info-
info dari temen ambil yang akomodasi dan transportasi
paling murah dulu, terus liat juga update waktu terakir
mereka kesananya kapan atau ambil informasi yang memang
sesuai dengan keinginan kita ingin transit dimana atau ingin
naik transportasinya apa. Sudah lama sekali atau belum
terlalu lama. Terus denger-denger pengalaman mereka.”89
“Dimix terus ambil yang terbaik menurut saya, terus
makesure lagi dengan saya bisa searching lagi, nyari lagi
dang a akan satu sumber. Dan ambil yang paling logis dan
tepat menurut saya.”90
“biasaya aku selalu melebihkan dari apa yang aku baca,
atau misalkan dari berbagai informasi yang ada aku ambil
tengahnya, atau aku ambil yang paling lama. Kalau untuk
informasi harga aku pasti ambil tahun terakhir dan yang
paling update. Dan akalau untuk cerita aku paling hanya
ambil yang sesuai kebutuhan dan lebih lengkap.”91
Berdasarkan jawaban traveler, mereka memiliki keahlian dalam
memanfaatkan memori. Sebagaimana mungkin hal utama dalam pencarian
informasi mereka akan menggunakan informasi internal pada memorinya.
Kemudian mereka akan membangun struktur kognitif untuk
mengintegrasikan antara informasi internalnya dengan informasi eksternal
yang didapat. Setelah itu mereka akan memfilter dan menganalisis untuk
menentukan informasi mana yang akan digunakan untuk menentukan
keputusan rencana perjalanan wisata.
5. Biaya Pencarian Informasi
Biaya pencarian informasi disini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu biaya
keuangan, waktu yang dihabiskan, dan upaya kognitif yang diperlukan.
Dari ketiga jenis ini memiliki perspektif biaya yang berbeda, biaya
keuangan mewakili jumlah uang yang dihabiskan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan. Dalam hal pencarian infomasi, sebagian besar
traveler ini hanya menghabiskan uang mereka untuk membeli kuota
89
MIR, Wawancara Informan MIR. 90
DS, Wawancara Informan DS. 91
SN, Wawancara Informan SN.
62
internet. Sebab sebagian besar informasi yang mereka gunakan yaitu
menggunakan internet. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Kalau ditanya berapa sih ya susah juga, nggak nentu.
Nggak banyak-banyak banget sih kalau uang paling ya cuma
yang buat beli kuota kalau carinya diinternet, kalau sama
temen ya paling jajanin buat nongkrong.” 92
“jumlah pastinya gak fix ya. Kalau soal uang paling kuota
interet untuk googling dang a mahal-mahal banget karena
emang udah biasa bulanan paketan.”93
“gak pakai uang, semua pakai internet buat beli kuota doang
paling.”94
Selain itu keuangan yang mereka habiskan dalam pencarian informasi
yaitu ketika mencari informasi melalui teman, dari teman mereka hanya
mengeluarkan uang untuk biaya transportasi menuju lokasi pertemuan atau
untuk membayar makanan bersama teman. Dan hal inipun tidak selalu
mengeluarkan uang, karena terkadang adanya momen yang membuat
mereka memiliki waktu untukbertemu.
Kemudian waktu yang dihabiskan, ini mengacu pada jumlah waktu
yang dihabiskan (investasikan) dalam pencarian informasi. Secara umum
waktu yang mereka habiskan dalam melakukan pencarian informasi relatif
tidak memakan waktu lama. Sebab pengalaman mereka dalam mencari
informasi terkait perjalanan wisata dapat memengaruhi kecepatan
penemuan informasi. Sehingga penggunaan waktu dalam mencari
informasi tidak membutuhkan banyak waktu yang harus disisihkan.
Biasanya traveler cenderung mencari informasi tersebut hanya diwaktu
senggang. Terkecuali jika mendekati deadline perjalanan seperti
merencanakan perjalanan wisata yang mendadak. Ini akan memerlukan
waktu sesegera mungkin yang disediakan khusus untuk menyelesaikan
itinerary.
92
MIR, Wawancara Informan MIR. 93
DS, Wawancara Informan DS. 94
SN, Wawancara Informan SN.
63
“Tergantung sumbernya, kalau temen sendiri sih ya bisa
cepet banget karena kan sambil nongkrong ngobrol-ngobrol
gitu jadi dapet. Kalau internet ya gak perlu lama-lama sih
saat itu juga kalau mau langsung cari langsung dapet karena
sekarang kan sudah terbantu dengan teknologi.”95
“Waktu ya biasanya malam hari di waktu senggang saya aja
kalau santai sambil main hape.” “fleksibel sih kalau soal itu
tergantung deadline perjalanan aja, kalau udah mau mepet
ya bisa cepet, tapi kalau plannya masih lama ya santai.”96
Dan yang terakhir yaitu upaya kognitif, ini mengacu pada kemampuan
traveler dalam mengembangakan kemampuan rasionalnya. Upaya kognitif
disini diperlukan untuk memproses informasi guna mendapatkan hasil
yang diharapkan. Upaya ini termasuk mencari informasi yang akan
membantu traveler untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan
perjalanan wisatanya. Dalam upaya kognitif ini akan dijelaskan lebih detail
pada poin berikutnya.
6. Pencarian Informasi
Pencarian informasi merupakan kegiatan pengumpulan informasi yang
dimulai dengan mencari, memilih, menyeleksi, menetapkan informasi dan
sampai informasi digunakan untuk kebutuhannya. Dalam pencarian
informasi ini terbagi menjadi dua, yaitu pencarian informasi internal dan
eksternal.
a. Informasi Internal
Konstruksi dalam pencarian informasi internal mewakili pengambilan
pengetahuan dari ingatan. Dengah kata lain, traveler melakukan pencarian
dengan mencoba mengambil informasi dari ingatan mereka mengenai
tujuan wisata sebelumnya dan keputusan perjalanan. Dalam hal ini
kepercayaan diri traveler membuat mereka merasa cukup tahu tentang
suatu tujuan dan dapat memengaruhi pemanfaatan sumber informasi. Pada
pencarian informasi internal traveler cenderung akan menggunakan
pengetahuan dari ingatannya, catatan dan dokumentasi pribadi untuk
95
MIR. Wawancara Informan MIR. 96
DS, Wawancara Informan DS.
64
mendukung memenuhi kebutuhan informasinya. Dan apabila informasi
internalnya dirasa sudah cukup maka mereka tidak memerlukan lagi
informasi eksternal.
“Biasanya kalau saya sudah sering kesana paling ngga
minimal 2 kali, itu berarti saya sudah hapal bagaimana dan
tidak perlu lagi cari-cari informasi.”97
“Sejauh saya pernah mengalami dan pernah kesana, saya
merasa sudah cukup. Karena saya sudah berpengalaman.
Selagi tempat-tempat yang pernah saya kunjungi saya hanya
butuh mengembalikan ingatan saya terkait perjalanan itu dan
melihat-lihat dokumentasi pribadi.”98
b. Informasi Eksternal
Konstruk pencarian informasi eksternal terlihat dari motivasi
memperoleh informasi dari lingkungan sekitar. Ketika pencarian informai
internal dirasa kurang memadai, maka traveler cenderung untuk
mengumpulkan informasi tambahan dari sumber eksternal. Sebagaimana
yang dikatakan oleh informan,
“Biasanya dengan berbincang dengan kawan dan nanya-
nanya buat mengingatkan kembali perjalanan itu. Lihat-lihat
dari internet atau website-website gitu. Sosial media juga sih
banyak banget.”99
“Yang pasti dari komunitas yang pertama, karena banyak
juga temen-temen yang memang traveler. Dan kedua lebih ke
googling coba-coba cari tahu sendiri entah liat web resmi
destinasi atau liat-liat punya web travel blogger, social
media dan youtube juga, lebih sering youtube.”100
“Kalau kurang cukup ya biasanya googling ya kalau
sekarang atau kalau tau nih temen-temen yang sudah pernah
kesana siapa ya Tanya-tanya aja sama mereka bagaimana
pengalamannya. Kalau sudah menentukan tujuannya ya coba
97
MIR, Wawancara Informan MIR. 98
DS, Wawancara Informan DS. 99
MIR. 100
DS.
65
cari tahu kondisi transportasi disana, dan maps wisata yang
sudah ada denah-denah wisata.”101
Berdasarkan jawaban informan, sumber eksternal traveler biasanya
didapatkan dari teman atau kerabat yang mana telah lebih dulu memiliki
pengalaman ke suatu tujaun, kemudian ada penggunaan internet, sosial
media, buku foto ataupun sumber khusus destinasi (seperti brosur tujuan
seperti Taman Nasional, atau brosur lokasi wisata) yang dapat menunjang
kebutuhan traveler dari informasi eksternal.
Kemudian langkah dalam mencari informasi komunitas ini melalui
beberapa step, yang pertama yaitu menentukan tujuan wisata. Pada
tahapan ini dorongan para traveler untuk melakukan perjalanan dapat
terjadi atas dorongan pengalaman kunjungan sebelumnya, atau atas dasar
melihat timeline di sosial media sehingga tertarik. Sebagaimana yang
dikatakan oleh salah satu informan,
“Awalnya ada rencana dulu mau kemana biasanya karena
ajakan teman atau karena habis lihat-lihat sosmed terus
tertarik. Kalau destinasinya pernah dikunjungi ya inget
kembali pengalaman pribadi.”102
Kemudian pada pencarian awal mereka akan mencari tahu mengenai
tujuan wisata tersebut. Ketika mencari tahu mengenai tujuan wisata
tersebut dapat dengan mengingat kembali pengalaman sendiri apabila
tujuan wisata tersebut memang sudah pernah. Sebagaimana yang
dikatakan oleh informan,
“Pertama, tahu dulu mau ke daerah mana. Kemudian pake
pengetahuan sendiri kalo emang udah pernah.”103
“Tentuin tempat yang mau dituju itu pasti. Kalo udah pernah
kesana saya biasanya pure pakai pengalaman sendiri, jadi
tinggal prepare peralatan dan bisa langsung berangkat.”104
101
SN, Wawancara Informan SN. 102
SN. 103
MIR, Wawancara Informan MIR. 104
DS, Wawancara Informan DS.
66
“Kalau destinasinya pernah dikunjungi ya inget kembali
pengalaman pribadi. Kalau udah tau semua gimana terus
sadar gimana seharusnya untuk perjalanan berikutnya.”105
Apabila informasi pribadi masih dirasa kurang atau ketika tujuan wisata
tersebut belum diketakui sebelumnya, mereka akan melakukan pencarian
informasi dari berbagai sumber lain seperti teman/kerabat, media sosial,
website dan lain sebagainya. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan,
“Tapi kalau belum ya pakai informasi dari temen yang udah
pernah dan bisa juga tambahan dari internet.”106
“Tapi beda ceritanya kalau belum pernah, biasanya saya
cari tahu dulu sih di internet tempat itu gimana, ada apa aja,
terus baru konfirmasi ke temen yang pernah kesana sambil
nanya-nanya pengalaman dia gimana. Sumber utama
biasanya dari internet, tapi yang lebih berpengaruh si
pengalaman temen atau pengalaman sendiri. “107
“Kalau tujuan wisatanya belum pernah sama sekali ya
langsung aja mulai cari tahu informasi terupdate megenai
tujuan wisata itu, kalau bisa ya informasi selengkap-
lengkapnya dari bagaimana sampai kesana, disana apa aja
yang kita butuhin, sampai untuk pulangnya entah dari
internet, temen sendiri atau sosial media.”108
Ketika pencarian awal sudah, kemudian mereka akan melakukan
pencarian yang lebih mendalam lagi untuk persiapan membuat itinerary.
Sehingga pada tahapan ini mereka akan merinci secara detail setiap
perjalanan ke berbagai destinasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah
satu informan,
“Setelah itu kita melakukan pencarian lebih dalam lagi,
mulai dari jarak ke destinasi itu berapa lama, kira-kira
disana cukupnya berapa hari, butuh transportasi apa dan
bagaimana, cari-cari penginapan yang pas. Setelah itu baru
deh cari informasi soal perkiraan keuangan yang akan
dihabiskan disana untuk semuanya. Nah dari itu semua baru
105
SN. Wawancara Informan SN. 106
MIR, Wawancara Informan MIR. 107
DS, Wawancara Informan DS. 108
SN.
67
deh saya mulai bikin catatan perjalanan sekaligus itinerary
secara lengkap.”109
“Baru deh tentuin fix nya mau kemana aja, dan langsung
cari info mengenai kendaraan yang mau dinaikin, budgetnya
berapa, mau tidur dimana, berapa lama disana sampai
rencana perjalanan jadi dan detail semua dan juga penting
untuk buat plan B.”110
Ketika informasi sudah terkumpul mereka akan memilah informasi
sesuai dengan apa yang mereka butuhkan terkait rencana perjalanan
tersebut. Kemudian melakukan konfirmasi atas informasi yang didapat dan
membuat rencana perjalanan fix. Sebagaimana yang dikatakan oleh
informan,
“Kemudain survey harga biasanya ke aplikasi transportasi
gitu, atau kalau bus datang langsung ke pul busnya. Setelah
udah tahu fix harga baru pesen.”111
“Kalau informasinya udah kumpul baru dipilih-pilih mana
yang relevan sama yang kita butuhin. Setelah itu baru deh
eksekusi buat planning fix, buat itinerary, budgeting, list
pilihan transport, akomodasi, logistik, dan mau berapa lama
disana.”112
Ketika seluruh informasi yang dibutuhkan dirasa sudah cukup,
selanjutnya mereka hanya menunggu waktu terlaksananya perjalanan
wisata tersebut. Namun disaat perjalanan wisata berlangsungpun mereka
masih memerlukan informasi. Hal ini dijelaskan sebagaimana yang
dikatakan oleh informan,
“Biasanya saat perjalanan kita juga masih suka cari-cari
informasi karena terkadang kan rencana bisa berubah
dikarenakan faktor situasi, misalnya kayak info cuaca kalau
langsung dengan alam, rute perjalanan, lihat maps kalau
lagi perlu, transportasi yang digunakan bisa berubah ketika
disana, hal-hal semacam itu bisa berubah dan kita cari tahu
lagi mungkin karena faktor kondisi kesehatan kita, kelalaian
109
MIR. Wawancara Informan MIR. 110
DS. Wawancara Informan DS. 111
MIR. 112
SN, Wawancara Informan SN.
68
pribadi dalam komitmen waktu, atau mungkin faktor alam
dan yang lain sebagainya.”113
Namun ternyata pencarian informasi mereka tidak berhenti
hanya sampai disitu, mereka masih memungkinkan untuk
melakukan pencarian informasi ketika perjalanan wisata telah
selesai. Hal ini diperjelas sesuai bagaimana yang dikatakan
oleh informan,
“Dan yang terakhir kadang kalau trip udah selesai aja kita
masih butuh informasi sih, biarpun cuma sekedar cari tahu
apa yang tadi tidak kita temui ditempat itu padahal sebelum
berangkat kita udah cari tahu ada apa aja. Atau cuma
mencari ide untuk next trip.”114
Dan tahapan yang terakhir yaitu mereka membagikan pengalaman
perjalanan wisatanya melalui berbagai media. Hal ini bertujuan agar
informasi tersebut dapat bermanfaat dan digunakan kembali untuk
perjalanan berikutnya pada orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh
informan,
“Setelah itu kalau saya biasanya suka sharing perjalanan di
blog atau sosmed biar siapa tahu ada yang butuh bisa lihat
juga. Atau kalau ngobrol-ngobrol sama temen ada yang
nanya”115
“Jadi kondisional kalau disana terjadi sesuatu bisa gunain
plan alternatif atau buat plan baru sesuai situasi dan kondisi
dan yang pasti kita perlu informasi lagi.”116
“Terus kalo trip udah selesai aku suka banget bagikan
experience trip aku di sosmed gitu biar lebih manfaat.”117
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini, perilaku pencarian
informasi traveler pada komunitas Backpacker Jakarta dapat terbentuk atas
dorongan dari faktor-faktor latar belakang individunya. Sehingga penelitian
113
MIR. Wawancara Informan MIR. 114
MIR. 115
MIR. 116
DS, Wawancara Informan DS. 117
SN, Wawancara Informan SN.
69
ini dapat dikatakan telah memenuhi model perilaku pencarian informasi
Gursoy.
Berdasarkan hasil penelitian berikut perilaku pencarian informasi traveler
pada komunitas Backpacker Jakarta sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Perilaku Pencarian Informasi Komunitas Backpacker Jakarta
Perilaku Pencarian Informasi traveler pada
Komunitas Backpacker Jakarta
1. Kunjungan
Sebelumnya
Target/Prioritas
Ikatan Emosional
Kesadaran Spiritual
2. Keterlibatan Minat Perjalanan
- Wisata Alam
- Kenyamanan Lingkungan
- Destinasi Baru
- Rekomendasi Teman
- Tiket Promo
Ekspresi Personal
- Penikmat Alam
- Petualang
- Ombrophobia
Nilai Kesenangan
- Keindahan Alam
- Tradisi dan Budaya
- Teman Satu Visi
- Eksistensi
- Pengembangan Karakter Diri
Risiko (risiko finansial, fisik, fungsional,
dan psikologis)
3. Pembelajaran Pembelajaran Intentional
Pembelajaran Insidental
- Memperkaya pengetahuan social
budaya mengenai tempat yang pernah
dikunjungi
- Menyesuaikan diri dengan baik
- Mengumpulkan fakta untuk dijadikan
bahan rujukan dari informasi internal
- Mengubah pola pikir
- Mengevaluasi
70
4. Pengetahuan
Sebelumnya
Keakraban
Keahlian
5. Biaya
Pencarian
Informasi
Uang
Waktu
Upaya
6. Pencarian
Informasi
Sebelum Perjalanan
- Menentukan daerah tujuan wisata
- Identifikasi destinasi pada tujuan wisata
- Pencarian informasi mendalam terkait
perjalanan pada tujuan tersebut
- Konfirmasi Informasi
- Buat Itinerarty
Perjalanan Berlangsung
- Informasi planning alternatif
- Informasi cuaca
- Informasi rute ataupun navigasi darat
- Informasi transportasi
- Informasi jam operasional
Setelah Perjalanan
- Informasi destinasi yang baru saja
dikunjungi
- Informasi ide untuk perjalanan selanjutnya
7. Berbagi
Informasi
Media Sosial
Blog
Obrolan
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa perilaku pencarian informasi
traveler pada komunitas Backpacker Jakarta menunjukkan bahwa traveler ini
telah memenuhi model perilaku pencarian informasi. namun terdapat hal
yang unik pada komunitas ini yaitu perilaku pencarian informasi yang
dinamis dan berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan dari dilakukannya pencarian
informasi ketika sebelum perjalanan berlangsung, perjalanan berlangsung,
dan setelah perjalanan selesai. Kemudian dilanjutkan dengan adanya berbagi
informasi yang dilakukan melalui media sosial, blog pribadi maupun obrolan
dengan teman. Hal ini menunjukkan bahwa pencarian informasi pada
traveler di komunitas Backpacker Jakarta berkelanjutan sehingga informasi
yang sebelumnya telah diperoleh oleh mereka, kemudian mereka gunakan,
lalu dibagikan lagi kepada orang lain.
71
Berdasarkan hasil tersebut dapat dijabarkan bahwa pola perilaku
pencarian informasi pada komunitas Backpacker Jakarta meghasilkan proses
pencarian informasi sebagaimana yang dapat terlihat pada Bagan 4.1. pada
bagan tersebut menjelaskan bagaimana proses pencarian informasi secara
rinci yang diawali dengan memahami dan mengidentifikasi ketertarikan pada
tujuan wisata yang akan dikunjungi, kemudian proses pencarian informasi
yang dilakukan hingga pada membagikan informasi.
72
Bagan 4. 1 Proses Pencarian Informasi Komunitas Backpacker Jakarta
Interest Identification
(previous visits, involvement, etc)
Information Search
(internal, eksternal)
Selection
Collection
Verifying
Evaluation of alternatives
(consider alternative destinations)
Purchase decision
(take the trip)
Post purchase evaluation
(destination has been visited, ideas
for next trip, etc)
Information Sharing
Use of information
(purchase decision)
Post trip
During trip
Pretrip
73
Tabel 4. 2 Sumber Informasi
Sumber Informasi yang Digunakan
Pengalaman (ingatan pribadi)
Dokumentasi Pribadi
Teman dan Kerabat
Informasi yang diberikan oleh traveler lain di internet
Informasi di media sosial
Situs web resmi
Travel guidebook (denah destinasi wisata, maps, rute
navigasi darat, dan sumber informasi khusus dari
destinasi)
Tabel 4.3 menjelaskan mengenai sumber informasi yang digunakan
oleh traveler pada komunitas Backpacker Jakarta, yaitu informasi pribadi,
teman atau kerabat, internet, social media, maupun sumber informasi khsusu
dari destinasi wisata.
Tabel 4. 3 Penggunaan Informasi untuk Membuat Keputusan
Before the trip – sebelum memilih destinasi
Diawal pencarian, untuk memiliki ide harus pergi kemana. (dipengruhi oleh list
priortitas pribadi, tertarik dengan postingan teman di sosial media, tiket promo,
ajakan atau rekomendasi teman)
Untuk mempersempit opsi tujuan wisata
Untuk mengkonfirmasi tujuan yang dipilih
Before the trip – setelah memilih destinasi
Mencari informasi mengenai ide dan opsi akomodasi
Mencari informasi mengenai ide dan opsi transportasi yang digunakan
Internal
Eksternal
74
Mencari informasi mengenai ide dan opsi tentang tempat wisata dan kegiatan
yang dilakukan
Mencari informasi mengenai budget
During the trip
Mencari informasi untuk planning alternatif
Mencari informasi mengenai ide dan opsi tentang tempat wisata dan kegiatan
yang dilakukan
Mencari informasi mengenai jam operasional destinasi
Mencari informasi mengenai ide dan opsi tentang makanan
Menemukan informasi tentang rute, cuaca atau tempat-tempat khusus
After the trip
Mencari informasi destinasi yang baru saja dikunjungi
Mencari informasi ide untuk perjalanan selanjutnya
Membagikan pengalaman
Pada tebel 4.2 menjelaskan bagaimana ketika traveler telah
menemukan sumber informasi yang akan digunakan maka informasi yang
akan dicari apa saja untuk digunakan dalam membuat keputusan
perjalanan.
75
C. Pembahasan
Bagan 4.1 menjelaskan bagaimana alur perilaku pencarian informasi pada
traveler komunitas Backpacker Jakarta. Hal itu menunjukkan bahwa model
perilaku pencarian informasi oleh Gursoy telah dipenuhi. Namun terdapat
temuan lain diluar dari model yang dipaparkan oleh Gursoy, ternyata
komunitas ini memiliki perilaku lain yaitu adanya penggunaan informasi,
kemudian evaluasi informasi yang mana menjadi pencarian berlanjut dari
pencarian sebelumnya, dan yang terakhir yaitu membagikan informasi atas
pengalamannya.
Selain itu jika dikaitkan dengan teori lain, model perilaku pada komunitas
ini juga dapat menggambarkan beberapa variabel yang terdapat pada model
Wilson 1996.118
Pada model tersebut terlihat adanya intervensi individu atau
dalam penelitian ini seorang traveler. Dalam hal ini terlihat bahwa latar
belakang pribadi traveler dapat membentuk pola perilaku pencarian
informasi. Kemudian ada perhatian pasif, yang mana dalam penelitian ini
dapat dilihat pada kunjungan sebelumnya dan keterlibatan. Dari tahapan
tersebut terlihat bahwa kunjungan sebelumnya dan keterlibatan individu
sebenarnya memiliki perhatian pasif pada pencarian informasi. Dan
selanjutnya ada pencarian pasif yang mana diambil dari pencarian informasi
secara pasif melalui pengetahuan awal traveler berdasarkan keakraban dan
keahlian mereka. Sehingga mendorong pencarian informasi atau dalam model
Wilson sebagai pencarian aktif. Lalu setelah itu ada tahapan pencarian
berlanjut yang mana dalam penelitian ini terlihat dari bagaimana traveler
mengevaluasi dan melakukan pencarian informasi lagi ketika perjalanan
wisata berlangsung maupun saat perjalanan wisata selesai hingga pada tahap
akhir informasi tersebut dibagikan kembali atas berdasarkan pengalaman
pribadi.
118
T.D. Wilson, ―Models in Information Behaviour Research,‖ Journal of Documentation 55,
no. 3 (August 1999): 249–70, https://doi.org/10.1108/EUM0000000007145.
76
Bagan 4. 2 Perilaku Pencarian Informasi Komunitas Backpacker Jakarta
Money
Time
Cognitive Effort
Internal
External
Familiarity
Expertise
Prior Knowledge Information
Search
Use
Information
Cost of Information
Search
Previsious Visits
Involvement
Learning
Information
Sharing
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
East
West
North
Pencarian Berlanjut
Evaluation of
alternatives
Perhatian Pasif Pencarian Pasif Pencarian Aktif
Intervensi
Traveler
77
Hasil penelitian telah peneliti paparkan pada poin sebelumnya. Agar
hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai hasil temuan, maka pada
poin sebelumnya peneliti menguraikan dengan berpedoman pada teori-
teori yang relevan yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.
Sesuai dengan fokus penelitian ―Perilaku Pencarian Informasi
Backpacker Jakarta‖, yang dijabarkan menjadi 6 subfokus berdasarkan
teori Gursoy yaitu: 1) Kunjungan Sebelumnya 2) Keterlibatan 3)
Pembelajaran 4) Pengetahuan Sebelumya 5) Biaya Pencarian Informasi 6)
Pencarian Informasi.
1. Kunjungan sebelumnya
Temuan peneliti pada kunjungan sebelumnya dalam perilaku
pencarian informasi membentuk preferensi traveler dalam membuat
keputusan perjalanan berikutnya. Preferensi tersebut menujukkan
kontribusi traveler yang mengarah pada pertimbangan membuat
keputusan perjalanan berdasarkan pada niat dan kepuasan perjalanan
sebelumnya. Hal ini didukung oleh Alegre dan Cladera119
dalam
penelitiannya yang berjudul Analysing The Effect Of Satisfaction And
Previous Visits On Tourist Intentions To Returnyang menjabarkan
bahwa kunjungan sebelumnya memiliki efek positif pada niat untuk
kembali berdasarkan kepuasan.
Dan ini didukung pula oleh Perera dan Vlosky120
dalam
penelitiannya yang berjudul How Previous Visits Shape Trip Quality,
Perceived Value, Satisfaction, and Future Behavioral Intentions: The
Case of Forest-Based Ecotourism in Sri Lanka yang menjabarkan
bahwa kualitas perjalanan pada kunjugan wisata sebelumnya menjadi
penentu paling penting dari niat traveler untuk perjalanan wisata
mendatang.
119
Joaquín Alegre and Magdalena Cladera, ―Analysing the Effect of Satisfaction and
Previous Visits on Tourist Intentions to Return,‖ European Journal of Marketing 43, no. 5/6 (May
29, 2009): 670–85, https://doi.org/10.1108/03090560910946990. 120
Department of Forestry and Environmental Science, University of Sri
Jayewardenepura, Sri Lanka et al., ―How Previous Visits Shape Trip Quality, Perceived Value,
Satisfaction, and Future Behavioral Intentions: The Case of Forest-Based Ecotourism in Sri
Lanka,‖ International Journal of Sport Management, Recreation & Tourism 11 (June 30, 2013):
1–24, https://doi.org/10.5199/ijsmart-1791-874X-11a.
78
2. Keterlibatan
Temuan peneliti pada keterlibatan terbagi menjadi empat aspek
yaitu minat perjalanan, ekspresi personal, nilai kesenangan dan risiko.
Keempat aspek ini mendukung keterlibatan traveler dalam
menentukan keputusan perjalanannya. Berdasarkan penelitian ini,
minat perjalanan, ekspresi personal dan nilai kesenangan memiliki
kaitan yang cukup erat dalam menentukan pilihan tujuan wisata untuk
memenuhi nilai dan tujuan penting pribadi. Dalam hal ini ketiganya
menunjukkan adanya kontribusi pada nilai-nilai atau konsep diri yang
tertanam dan mendorong penilaian traveler dalam menentukan pilihan
perjalanan wisata.
Hal ini didukung oleh penelitian Huei Lee, Packer, dan Scott
yang berjudul Travel Lifestyle Preferences and Destination Activity
Choices of Slow Food Members and Non-members121
, yang
menunjukkan hasil penelitian bahwa terlepas dari motivasi untuk
melakukan sebuah perjalanan ke tujuan wisata, ternyata preferensi
gaya hidup memengaruhi pilihan tujuan perjalanan.
Hal ini juga didukung oleh penelitian Prebensen dkk122
yang
berjudul Motivation and Involvement as Atecedents of the Perceived
Value of the Destination Experience yang menunjukkan bahwa
motivasi dan keterlibatan berkaitan dengan nilai pengalaman
perjalanan dan motivasi traveler memengaruhi level keterlibatan
mereka dalam pengalaman destinasi wisata. Sehingga pengalaman
perjalanan sebelumnya berfungsi menjadi kekuatan nilai-nilai yang
relevan dengan kesenangan perjalanan individuyang membentuk
ekspresi diri.
121
Kuan-Huei Lee, Jan Packer, and Noel Scott, ―Travel Lifestyle Preferences and
Destination Activity Choices of Slow Food Members and Non-Members,‖ Tourism Management
46 (February 2015): 1–10, https://doi.org/10.1016/j.tourman.2014.05.008. 122
Nina K. Prebensen et al., ―Motivation and Involvement as Antecedents of the
Perceived Value of the Destination Experience,‖ Journal of Travel Research 52, no. 2 (March
2013): 253–64, https://doi.org/10.1177/0047287512461181.
79
Pada poin risiko penelitian ini menghasilkan adanya risiko finansial,
fisik, fungsional, dan psikologis. Hal ini didukung oleh penelitian
Roehl dan Fesemaier123
yang berjudul Risk Perceptions and Pleasure
Travel: An Exploratory Analysis yang menunjukkan bahwa adanya
komponen risiko traveler yang terbagi kedalam 7 risiko yaitu risiko
peralatan, keuangan, fisik, psikologis, kepuasan, sosial dan waktu. Hal
ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini memiliki aspek risiko
yang lebih ringkas namun memiliki pemaknaan yang tidak jauh
berbeda.
3. Pembelajaran
Temuan peneliti dalam pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu
pembelajaran insidental dan pembelajaran disengaja. Pembelajaran
insidental secara tidak sadar memberikan pengalaman sosial yang
mana dapat membentuk traveler untuk terbiasa menyesuaikan diri dan
merubah pola pikir dengan beragam situasi di lingkungan baru.
Dengan begitu akan membangun akses ke informasi sosial kepada
penduduk setempat sehingga dapat memengaruhi model pilihan
perjalanan. Hal ini didukung oleh Sunitiyoso dkk124
dalam
penelitiannya yang berjudul Dynamic Modelling of Travellers’ Social
Interactions and Social Learning yang menyatakan bahwa interaksi
sosial dan pembelajaran sosial dari pengalaman memengaruhi perilaku
traveler yang mana hal tersebut akan memengaruhi pilihan perjalanan.
Kemudian untuk temuan penelitian pada pembelajaran
disengaja yaitu terkait dengan segala atribut wisata yang berkaitan
dengan karakteristik perjalanan seperti karakteristik tujuan destinasi
wisata, akomodasi, transportasi, rute perjalanan, estimasi waktu
hingga estimasi budget yang diperlukan. Hal ini didukung oleh
123
Wesley S. Roehl and Daniel R. Fesenmaier, ―Risk Perceptions and Pleasure
Travel: An Exploratory Analysis,‖ Journal of Travel Research 30, no. 4 (April 1992): 17–26,
https://doi.org/10.1177/004728759203000403. 124
Yos Sunitiyoso, Erel Avineri, and Kiron Chatterjee, ―Dynamic Modelling of
Travellers‘ Social Interactions and Social Learning,‖ Journal of Transport Geography 31 (July
2013): 258–66, https://doi.org/10.1016/j.jtrangeo.2013.05.012.
80
Avineri dan Prashker125
dalam penelitiannya yang berjudul Sensitivity
to Travel Time Variability: Travelers’ Learning Perspective yang
mengemukakan bahwa semakin banyak lokasi wisata yang sering
dikunjungi akan semakin tinggi pula varian pengetahuan mengenai
waktu perjalanan wisata sehingga akan meminimalisir kemungkinan
estimasi waktu berbeda.
4. Pengetahuan Sebelumnya
Temuan peneliti dalam pengetahuan sebelumnya memberikan
petunjuk bahwa pengetahuan sebelumnya memiliki dua poin penting
yaitu keakraban dan keahlian. Keakraban terbagi menjadi dua sub
yang mendukung keakraban yaitu keakraban terhadap tujuan wisata
dan keakraban terhadap informasi.
Tingkat keakraban terhadap tujuan wisata dan informasi
memengaruhi perilaku pencarian informasi traveler. Dalam hal ini
traveler dalam memilih tujuan wisata baik yang akrab maupun asing
mereka akan cenderung menggunakan pengetahuan dari pengalaman
sebelumnya (informasi internal) terlebih dahulu sebagai informasi
untuk memandu keputusan yang akan dibuat. Hal ini menunjukkan
bahwa apabila traveler tidak akrab (tidak memiliki pengetahuan
sebelumnya) dengan tujuan ataupun informasinya maka akan
cenderung untuk menggunakan informasi eksternal lebih banyak.
Penelitian ini didukung oleh Gursoy dalam penelitiannya yang
berjudul Prior Product Knowledge and Its Influence on the Traveler’s
Information Search Behavior126
dan judul Travelers’ Prior Knowledge
and its Impact on their Information Search Behavior127
yang
mengatakan bahwa traveler yang sudah terbiasa melakukan perjalanan
wisata atau familiar dengan tujuan wisata cenderung lebih banyak
125
Erel Avineri and Joseph N. Prashker, ―Sensitivity to Travel Time Variability:
Travelers‘ Learning Perspective,‖ Transportation Research Part C: Emerging Technologies 13,
no. 2 (April 2005): 157–83, https://doi.org/10.1016/j.trc.2005.04.006. 126
Dogan Gursoy, ―Prior Product Knowledge and Its Influence on the Traveler‘s
Information Search Behavior,‖ Journal of Hospitality & Leisure Marketing 10, no. 3–4 (January
28, 2003): 113–31, https://doi.org/10.1300/J150v10n03_07. 127
Dogan Gursoy and Ken W. McCleary, ―Travelers‘ Prior Knowledge and Its
Impact on Their Information Search Behavior,‖ Journal of Hospitality & Tourism Research 28,
no. 1 (February 2004): 66–94, https://doi.org/10.1177/1096348003261218.
81
menggunakan informasi internalnya, sedangkan traveler yang jarang
melakukan perjalanan wisata lebih banyak menggunakan informasi
eksternal.
Penelitian ini didukung juga oleh Lee128
dalam penelitiannya
yang berjudul Exploring Familiarity and Destination Choice in
International Tourism yang menghasilkan bahwa adanya hubungan
antara keakraban pengalaman wisata dengan pilihan tujuan wisata
yang akan ditentukan.
Kemudian untuk tingkat keahlian, keakraban menjadi tahap
awal dari informasi. Hasil temuan disini traveler yang tingkat
keakrabannya tinggiakan lebih percaya diri dalam mengumpulkan
informasi karena mereka merasa sudah berpengalaman sehingga tahu
jenis apa yang mereka butuhkan dan dimana mendapatkannya.
Penelitian ini didukung oleh Hyde129
dalam penelitiannya
berjudul Expertise, Experience and Self-confidence in Consumers’
Travel Information Search yang menghasilkan bahwa pengalaman
sebelumnya dapat membentuk kepercayaan diri traveler sehingga
secara signifikan akan memengaruhi keahlian terhadap tujuan wisata
yang berhubungan dengan pencarian informasi perjalanan.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya ketergantungan pada
pengetahuan sebelumnya cukup tinggi bagi traveler dalam
menentukan pilihan perjalanannya dengan pencarian informasi.
5. Biaya Pencarian Informasi
Penemuan pada biaya pencarian informasi disini terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu biaya keuangan, waktu yang dihabiskan, dan
upaya kognitif yang diperlukan. Dari ketiga jenis ini memiliki
perspektif biaya yang berbeda, biaya keuangan mewakili jumlah uang
yang dihabiskan untuk memperoleh informasi, dalam hal ini biaya
128
Geunhee Lee and Iis P. Tussyadiah, ―Exploring Familiarity and Destination
Choice in International Tourism,‖ Asia Pacific Journal of Tourism Research 17, no. 2 (April
2012): 133–45, https://doi.org/10.1080/10941665.2011.616906. 129
Karin Teichmann, ―Expertise, Experience and Self‐confidence in Consumers‘
Travel Information Search,‖ ed. Kenneth Hyde, International Journal of Culture, Tourism and
Hospitality Research 5, no. 2 (June 7, 2011): 184–94,
https://doi.org/10.1108/17506181111139591.
82
keuangan tidak telalu banyak dikeluarkan. Kemudian waktu yang
dihabiskan, ini mengacu pada jumlah waktu yang dihabiskan untuk
mencari infromasi yaitu hanya ketika diwaktu senggang, dan yang
terakhir yaitu upaya kognitif, ini mengacu pada kemampuan traveler
dalam mengembangkan kemampuan rasionalnya atas informasi yang
didapatkan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Gursoy130
yang berjudul An
Integrative Model Of Tourists’ Information Search Behavior yang
menjabarkan bahwa terdapat 3 dimensi pada biaya pencarian
informasi yang mana masing-masing dimensi mewakili perspektif
biaya yang berbeda, biaya keuangan mewakili jumlah uang yang
dihabiskan untuk memperoleh informasi yang diperlukan; waktu yang
dihabiskan mengacu pada jumlah waktu yang dihabiskan
(investasikan) dalam pencarian infromasi; upaya kognitif mengacu
pada jumlah upaya kognitif yang diperlukan untuk memproses
informasi agar dapat hasil yang diharapkan.
6. Pencarian Informasi
Temuan dari penelitian ini yaitu pencarian informasi terbagi
menjadi dua yaitu informasi internal dan informasi eksternal.
Informasi internal berdasarkan informasi yang berasal dari ingatan
traveler. hal ini sesuai dengan penelitian yang berjudul Gursoy131
yang berjudul An Integrative Model Of Tourists’ Information Search
Behavior yang menjelaskan bahwa pencarian informasi internal
diambil dari ingatan traveler mengenai destinasi wisata yang pernah
dikunjungi sebelumnya.
Pencarian informasi eksternal yaitu informasi yang diperoleh dari
lingkungan sekitar seperti teman atau kerabat, sosial media, buku foto
ataupun sumber khusus destinasi. Hal ini didukung dengan penelitian
130
Dogan Gursoy and Ken W. McCleary, ―An Integrative Model Of Tourists‘
Information Search Behavior,‖ Annals of Tourism Research 31, no. 2 (April 2004): 353–73,
https://doi.org/10.1016/j.annals.2003.12.004. 131
Gursoy and McCleary.
83
Zainal, Harun dan Lily132
yang berjudul Examining the mediating
effect of attitude towards electronic word of mouth (eWOM) on the
relation between the trust in eWOM source intention to follow eWOM
among Malaysian travelers yang menjabarkan bahwa pencarian
eksternal dapat berupa informasi dari mulut yang secara elektronik
baik itu melalui travel bloger, website dan semacamnya yang
menunjukkan adanya kepercayaan terhadap elecronic word of mouth
(eWOM).
D. Implikasi
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini memiliki implikasi
terhadap dunia ilmu perpustakaan dan informasi, yaitu:
Penelitian ini menjelaskan bagaimana pentingnya membahas
penelitian mengenai perilaku pencarian informasi, sehingga sebagai
seorang pustakawan kita dapat terbiasa mengenali bagaimana perilaku
seseorang ketika akan mencari informasi khususnya di perpustakaan yang
kita naungi. Sebab untuk dapat mengoptimalkan pelayanan terhadap
pemustaka dalam mencari informasi dan sebagai salah satu upaya promosi
perpustakaan, pustakawan dapat mencontoh bagaimana model perilaku
pencarian informasi model Gursoy. Yang mana perpustakaan sebagai
penyedia informasi harus mampu memberikan pelayanan prima sehingga
pemustaka memiliki pengalaman baik ketika mencari informasi. Salah satu
contoh yang dapat dilakukan dengan membantu pemustaka bagaimana
memperoleh informasi dari database online agar pemustaka dapat mandiri
dalam mencari informasi selanjutnya. Sehingga ketika pemustaka
membutuhkan informasi lagi, mereka tidak akan enggan untuk berkunjung
ke perpustakaan lagi. Dan pemustaka akan mengandalkan ingatannya
mengenai pembelajaran sederhana yang diberikan oleh pustakawan dalam
mencari informasi di database online, sehingga pemustaka akan lebih
132
Nur Thara Atikah Zainal, Amran Harun, and Jaratin Lily, ―Examining the Mediating
Effect of Attitude towards Electronic Words-of Mouth (EWOM) on the Relation between the Trust
in EWOM Source and Intention to Follow EWOM among Malaysian Travellers,‖ Asia Pacific
Management Review 22, no. 1 (March 2017): 35–44, https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2016.10.004.
84
familiar dengan sumber-sumber informasi yang ada di perpustakaan. Dan
berawal dari familiar dengan informasi yang ada, pemustaka akan
memiliki keahlian dalam mencari informasi secara mandiri. Sehingga
pencarian informasi pemustaka akan menjadi lebih efektif dan efisien.
Dengan begitu perpustakaan dapat dikatakan berhasil menjalankan salah
satu perannya sebagai media penghubung antara pemustaka dengan
sumber informasi.
Kemudian penelitian ini dapat memberikan implikasi pada
penelitian selanjutnya, agar penelitian perilaku pencarian informasi bidang
ilmu perpustakaan dan informasi dapat mencoba mengimplementasikan
model ini pada pembahasan perilaku pencarian informasi di perpustakaan
dengan model yang berbeda dari biasanya. Yang mana pada model ini
lebih tertuju pada perhatian komponen penting dalam sebuah perilaku,
yaitu sisi psikologis individu yang menjadi pendorong utama terbentuknya
pola perilaku.
Dan yang terakhir yaitu jika dilihat berdasarkan hasil penelitian ini
yang menunjukkan minimnya penggunaan informasi destinasi wisata di
perpustakaan yang disebabkan karena masih minimnya perpustakaan
umum di Indonesia yang menggarap perpustakaan dengan memerhatikan
segmentasi pemustaka untuk kebutuhan non-akademik khususnya untuk
wisatawan. Sehingga dengan begitu dapat memberikan kesadaran pada
perpustakaan-perpustakaan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
pemustaka berbagai lapisan khususnya traveler. Sebab perpustakaan
memiliki potensi untuk menjadi tempat wisata dan bagian dari tujuan
budaya oleh wisatawan. Sehingga perpustakaan umum juga dapat
berpartisipasi dalam mewujudkan pengembangan pariwisata budaya baik
secara praktis maupun teoritis. Sehingga perpustakaan sebagai pelopor
yang mengatur dan menawarkan informasi setidaknya muncul sebagai
wadah yang membantu memenuhi kebutuhan mengenai informasi kegiatan
pariwisata juga.
85
E. Kekhasan Penelitian
Penelitian ini memiliki kekhasan dimana penelitian perilaku
pencarian informasi ini menggunakan model Gursoy yang belum pernah
digunakan di lingkungan peneliti program studi ilmu perpustakaan
khususnya di UIN Syarif Hdayatullah. Sehingga semoga dengan adanya
sesuatu yang baru ini dapat meningkatkan perkembangan pada
pembelajaran dan pembahasan perilaku pencarian informasi.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa temuan
menarik dalam konteks Indonesia terkait perilaku pencarian informasi
seorang traveler, yaitu adanya karakteristik traveler yang phobia
terhadap hujan sehingga dalam setiap perjalanan wisatanya ia sesuaikan
dengan informasi musim dan cuaca. Hal ini menunjukkan bahwa pribadi
seseorang sangat berpengaruh untuk mendorong terbentuknya pola
perilaku seseorang dalam memilih, mencari hingga memutuskan rencana
perjalanan dalam berwisata.
Kemudian tiket promo menjadi keunikan tersendiri bagi traveler,
dimana motivasi atau keinginan muncul secara spontan ketika adanya
informasi mengenai tiket promo (murah). Sehingga hal ini dapat menjadi
faktor utama dalam memilih tujuan wisata. Sehingga dapat dikatakan
bahwa faktor ekonomi memiliki kontribusi dalam menentukan destinasi
wisata.
Dan yang terakhir yaitu pencarian informasinya yang dinamis dan
berkelanjutan. Dalam hal ini pencarian informasi tidak hanya dilakukan
ketika memiliki rencana perjalanan atau membuat rencana perjalanan,
tetapi ketika perjalanan berlangsung maupun sudah selesai traveler masih
memungkinkan untuk melakukan pencarian informasi.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengalaman dan karakteristik individu sangat berkontribusi terhadap perilaku
pencarian informasi traveler. Hal ini dapat terlihat dari adanya
kecenderungan pengalaman kunjungan sebelumnya yang secara signifikan
membentuk preferensi traveler ketika akan membuat keputusan akan
perjalanan wisatanya. Dari preferensi itu akan terlihat karakteristik traveler
dalam berwisata. Dengan begitu kunjungan sebelumnya membentuk
keterlibatan dan pembelajaran traveler terhadap tujuan wisata. Sehingga dua
hal itu secara spontan membentuk keakraban dan keahlian traveler untuk
membangun keprcayaan diri mereka dalam memutuskan pemanfaatan sumber
informasi untuk keputusan rencana perjalanan wisata. Jadi perilaku pencarian
informasi pada komunitas Backpacker Jakarta telah memenuhi model Gursoy
yang meliputi: kunjungan sebelumnya, keterlibatan, pembelajaran,
pengetahuan sebelumnya, biaya pencarian informasi dan pencarian
informasi.
Kemudian dalam penelitian ini terdapat temuan berbeda dalam konteks
Indonesia terkait perilaku pencarian informasi seorang traveler yaitu adanya
karakteristik traveler yang phobia terhadap hujan sehingga dalam setiap
perjalanan wisatanya ia sesuaikan dengan musim. Selain itu promosi tiket
murah dapat menjadi faktor utama munculnya motivasi untuk melakukan
perjalanan wisata. Kemudian yang terakhir yaitu pencarian informasi traveler
yang dinamis dan berkelanjutan. Dalam hal ini terjadi ketika pencarian
informasi tidak hanya dilakukan saat membuat rencana perjalanan, tetapi
ketika perjalanan berlangsung maupun sudah selesai traveler masih
memungkinkan untuk melakukan pencarian informasi. Sehingga perilaku
pencarian informasi dalam berwisata pada traveler di komunitas Backpacker
Jakarta mencakup tiga pendekatan yaitu, pendekatan psikologis, ekonomi dan
karakeristik perjalanan wisata.
87
Selain itu pola perilaku pencarian informasi komunitas Backpacket
Jakarta tidak hanya berhenti setelah digunakan, tetapi berlanjut dengan
penyebaran informasi yang mana informasi atas dasar pengalaman tersebut
dibagikan kepada orang lain. Hal ini menjawab latar belakang masalah yang
diamati sebelumnya mengenai kontribusi komunitas ini pada Tourism 4.0,
bahwa benar komunitas Backpacker Jakarta memiliki kontribusi terhadap
Tourism 4.0.
B. Saran
Berikut beberapa hal yang menjadi masukan peneliti terkait penelitian ini:
1. Dalam memanfaatkan sumber informasi, traveler sebaiknya tidak
sepenuhnya mengandalkan kepercayaan diri dan pengetahuan internal,
sebab tidak ada salahnya menambah informasi dari eksternal. Selain untuk
memperbanyak informasi, hal ini dapat mengkonfirmasi informasi internal
traveler menyangkut kemutakhiran informasi. Sehingga berguna untuk
meminimalisir kesalahan atau perubahan informasi yang disebabkan oleh
rentang waktu yang berbeda.
2. Untuk penelitian perilaku pencarian informasi selanjutnya dalam bidang
ilmu perpustakaan dapat menggunakan model perilaku pencarian informasi
Gursoy. Sebab selama ini bidang ilmu perpustakaan dalam membahas
perilaku pencarian informasi sebagian besar menggunakan teori umum
dengan model perilaku pencarian informasi yang memfokuskan pada
proses pencarian informasi. Sehingga tidak ada salahnya apabila penelitian-
penelitian berikutnya menggunakan model perilaku pencarian informasi
yang baru dengan model perilaku pencarian informasi yang memiliki
perhatian pada komponen penting dalam sebuah perilaku, yaitu sisi
psikologis individu yang mendorong seseorang berperilaku.
3. Perpustakaan sebagai penyedia informasi alangkah baiknya mampu
menjangkau pemustaka dari berbagai elemen kebutuhan, termasuk
kebutuhan non-akademik mengenai destinasi wisata untuk seorang
wisatawan. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan travel literature
untuk memenuhi kebutuhan informasi traveler terkait perjalanan wisatanya
88
yang bertujuan untuk mempermudah perjalanan para traveler ketika berada
di daerah tertentu, memperkenalkan destinasi wisata di suatu daerah dengan
adanya direktori objek wisata daerah tersebut atau menjadi wadah
informasi budaya secara teoritis untuk diperkenalkan kepada wisatawan
yang datang.
4. Perpustakaan dapat menyediakan informasi secara digital yang bekerja
sama dengan para travel bloggers ataupun pengelola website resmi objek
wisata untuk menghasilkan sebuah konten digital yang didalamnya terdapat
informasi rinci mengenai suatu perjalanan wisata yang pernah atau belum
dikenal. Mengingat konten internet lebih mudah dicari karena bersifat
online sehingga tidak terbatas ruang dan waktu, maka wisatawan dapat
berkesempatan mengeksplorasi lebih banyak informasi dari perpustakaan.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi, 2003.
Alegre, Joaquín, and Magdalena Cladera. ―Analysing the Effect of Satisfaction
and Previous Visits on Tourist Intentions to Return.‖ European Journal of
Marketing 43, no. 5/6 (May 29, 2009): 670–85.
https://doi.org/10.1108/03090560910946990.
Arief Yahya. ―CEO Message #62 Tourism 4.0 adalah Millennial Tourism.‖
Website Government. Berita (blog), February 27, 2019.
http://www.kemenpar.go.id/post/ceo-message-62-tourism-40-adalah-
millennial-tourism.
Avineri, Erel, and Joseph N. Prashker. ―Sensitivity to Travel Time Variability:
Travelers‘ Learning Perspective.‖ Transportation Research Part C:
Emerging Technologies 13, no. 2 (April 2005): 157–83.
https://doi.org/10.1016/j.trc.2005.04.006.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. ―Pariwisata.‖ In Kamus Besar
Bahasa Indonesia. V. Jakarta: Kemendikbud, 2016.
https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Pariwisata.
Baginda, Syah Ali. ―Strategi Pengembangan Fasilitas Guna Meningkatkan Daya
Tarik Minat Wisatawan Di Darajat Pass (Waterpark) Kecamatan
Pasirwangi Kabupaten Garut.‖ Universitas Pendidikan Indonesia, 2016.
http://repository.upi.edu/id/eprint/21523.
Carey, R. ―Gaining Access to Everyday Life Information Seeking.‖ Library &
Information Science Research 23, no. 4 (2001): 319–34.
https://doi.org/10.1016/S0740-8188(01)00092-5.
Case, Donald Owen. Looking for Information: A Survey of Research on
Information Seeking, Needs, and Behavior. Library and Information
Science. San Diego, Calif: Academic Press, 2002.
———, ed. Looking for Information: A Survey of Research on Information
Seeking, Needs and Behavior. 3 ed. Library and Information Science.
Bingley: Emerald, 2012.
Case, Donald Owen, and Lisa M. Given. Looking for Information: A Survey of
Research on Information Seeking, Needs, and Behavior. Fourth edition.
Studies in Information. Bingley, UK: Emerald, 2016.
90
D. Wilson, T. ―Human Information Behavior.‖ Informing Science: The
International Journal of an Emerging Transdiscipline 3 (2000): 049–056.
https://doi.org/10.28945/576.
Department of Forestry and Environmental Science, University of Sri
Jayewardenepura, Sri Lanka, Priyan Perera, Richard Vlosky, and Forest
Products Development Center, School of Renewable Natural Resources,
Louisiana State University Agricultural Center, Baton Rouge, LA, USA.
―How Previous Visits Shape Trip Quality, Perceived Value, Satisfaction,
and Future Behavioral Intentions: The Case of Forest-Based Ecotourism in
Sri Lanka.‖ International Journal of Sport Management, Recreation &
Tourism 11 (June 30, 2013): 1–24. https://doi.org/10.5199/ijsmart-1791-
874X-11a.
DS. Hasil Wawancara Pribadi. M4a. Café C&C Food and Coffee, 2019.
Goeldner, Charles R., and J. R. Brent Ritchie. Tourism: Principles, Practices,
Philosophies. Eleventh ed. Hoboken, N.J: John Wiley, 2009.
Gursoy, Dogan. ―Prior Product Knowledge and Its Influence on the Traveler‘s
Information Search Behavior.‖ Journal of Hospitality & Leisure
Marketing 10, no. 3–4 (January 28, 2003): 113–31.
https://doi.org/10.1300/J150v10n03_07.
Gursoy, Dogan, and Ken W. McCleary. ―An Integrative Model of Tourists‘
Information Search Behavior.‖ Annals of Tourism Research 31, no. 2
(April 2004): 353–73. https://doi.org/10.1016/j.annals.2003.12.004.
———. ―Travelers‘ Prior Knowledge and Its Impact on Their Information Search
Behavior.‖ Journal of Hospitality & Tourism Research 28, no. 1 (February
2004): 66–94. https://doi.org/10.1177/1096348003261218.
Herlina, Sri Suriana, and Misroni. ―Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa
Program Doktoral Universitas Islam Negeri Raden Fatah Dalam
Menyusun Disertasi.‖ Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Raden Fatah
XIV, no. 2 (2015): 186–219.
Kementerian Pariwisata. Undang-undang Republik Indonesia, Pub. L. No. 10,
Kepariwisataan (2009).
Laloo, Bikika Tariang. Information Needs, Information Seeking Behaviour and
Users. New Delhi: Ess Ess Publications, 2002.
Lee, Geunhee, and Iis P. Tussyadiah. ―Exploring Familiarity and Destination
Choice in International Tourism.‖ Asia Pacific Journal of Tourism
Research 17, no. 2 (April 2012): 133–45.
https://doi.org/10.1080/10941665.2011.616906.
91
Lee, Kuan-Huei, Jan Packer, and Noel Scott. ―Travel Lifestyle Preferences and
Destination Activity Choices of Slow Food Members and Non-Members.‖
Tourism Management 46 (February 2015): 1–10.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2014.05.008.
Marshall B., Romney, and Steinbart Paul John. Sistem Informasi Akuntansi:
Accounting Information Systems. 13. Prentice-Hall, 2014.
Meleong, Lexy J. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Mill, Robert Christie. Tourism: The International Business. Prentice-Hall
International Editions. London: Prentice-Hall Internat, 1990.
MIR. Hasil Wawancara Pribadi. M4a. Coffee Nap Slipi, 2019.
Mooko, Neo Patricia. ―The Information Behaviors of Rural Women in Botswana.‖
Library & Information Science Research 27, no. 1 (December 2005): 115–
27. https://doi.org/10.1016/j.lisr.2004.09.012.
Oh, Haemoon. Handbook of Hospitality Marketing Management. 1. ed. Elsevier
Handbooks of Hospitality Management Series. Amsterdam: Butterworth-
Heinemann, 2008.
Pearce, Philip L., Mao-Ying Wu, and Tingzhen Chen. ―The Spectacular and the
Mundane: Chinese Tourists‘ Online Representations of an Iconic
Landscape Journey.‖ Journal of Destination Marketing & Management 4,
no. 1 (March 2015): 24–35. https://doi.org/10.1016/j.jdmm.2014.11.001.
Prebensen, Nina K., Eunju Woo, Joseph S. Chen, and Muzaffer Uysal.
―Motivation and Involvement as Antecedents of the Perceived Value of
the Destination Experience.‖ Journal of Travel Research 52, no. 2 (March
2013): 253–64. https://doi.org/10.1177/0047287512461181.
Raitz, Karl, and Meftah Dakhil. ―A Note About Information Sources for Preferred
Recreational Environments.‖ Journal of Travel Research 27, no. 4 (April
1989): 45–49. https://doi.org/10.1177/004728758902700409.
Roehl, Wesley S., and Daniel R. Fesenmaier. ―Risk Perceptions and Pleasure
Travel: An Exploratory Analysis.‖ Journal of Travel Research 30, no. 4
(April 1992): 17–26. https://doi.org/10.1177/004728759203000403.
Ryan, Barbara. ―A Model to Explain Information Seeking Behaviour by
Individuals in the Response Phase of a Disaster.‖ Library & Information
Science Research 40, no. 2 (April 2018): 73–85.
https://doi.org/10.1016/j.lisr.2018.05.001.
92
Salampure, Veena Kamble. Information Seeking Behaviour: Research in Library
and Information Science. Jaipur: Raj Pub. House, 2011.
Savolainen, Reijo. ―Everyday Life Information Seeking: Approaching Information
Seeking in the Context of ‗Way of Life.‘‖ Library & Information Science
Research 17, no. 3 (June 1995): 259–94. https://doi.org/10.1016/0740-
8188(95)90048-9.
Schement, Jorge Reina, ed. Between Communication and Information.
Information and Behavior 4. New Brunswick: Transaction Publ, 1993.
SN. Hasil Wawancara Pribadi. M4a. Taman Fatahillah Kota Tua, Jakarta, 2019.
Soeatminah. Perpustakaan, kepustakawanan dan pustakawan. Yogyakarta:
Kanisius, 1992.
Soebagyo. ―Strategi Pengembangan Pariwisata Di Indonesia.‖ Jurnal Liquidity 1,
no. 2 (2012): 153–58. https://doi.org/DOI:1032546/1q-V1i2.145.
Suci Amelia. ―Catatan Observasi Lapangan.‖ Pengamatan Lapangan. Sekretariat
Backpacker Jakarta, April 8, 2019.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.
Sunitiyoso, Yos, Erel Avineri, and Kiron Chatterjee. ―Dynamic Modelling of
Travellers‘ Social Interactions and Social Learning.‖ Journal of Transport
Geography 31 (July 2013): 258–66.
https://doi.org/10.1016/j.jtrangeo.2013.05.012.
Sutarno N. S. Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan
Masyarakat Informasi. Cet. 2. Jakarta: Panta Rei, 2005.
Suwena, I Ketut, I Gst Ngr Widyatmaja, and Made Jiwa Atmaja. Pengetahuan
dasar ilmu pariwisata. Denpasar: Udayana University Press, 2010.
Syawqi, Ahmad. ―Perilaku Pencarian Informasi Guru Besar UIN Antasari
Banjarmasin.‖ TIK ILMEU : Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi 1,
no. 1 (June 21, 2017): 19. https://doi.org/10.29240/tik.v1i1.207.
Teichmann, Karin. ―Expertise, Experience and Self‐confidence in Consumers‘
Travel Information Search.‖ Edited by Kenneth Hyde. International
Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research 5, no. 2 (June 7,
2011): 184–94. https://doi.org/10.1108/17506181111139591.
Waldman, Steven. The Information Needs of Communities: The Changing Media
Landscape in a Broadband Age. Durham, NC: Carolina Academic Press,
2011.
93
Wilma Guez, and John Allen. ―Guidance and Counselling for School-Age Girls in
Africa,‖ 1–69. Module 4. Behaviour Modification. France: UNESCO,
2002. www.unesco.org/education/mebam/module_4.pdf.
Wilson, T.D. ―Models in Information Behaviour Research.‖ Journal of
Documentation 55, no. 3 (August 1999): 249–70.
https://doi.org/10.1108/EUM0000000007145.
Wu, Dan, and Yizhe Li. ―Online Health Information Seeking Behaviors among
Chinese Elderly.‖ Library & Information Science Research 38, no. 3 (July
2016): 272–79. https://doi.org/10.1016/j.lisr.2016.08.011.
Yoeti, Oka A. Pengantar Ilmu Pariwiwsata. Bandung: Angkasa, 1996.
Zainal, Nur Thara Atikah, Amran Harun, and Jaratin Lily. ―Examining the
Mediating Effect of Attitude towards Electronic Words-of Mouth
(EWOM) on the Relation between the Trust in EWOM Source and
Intention to Follow EWOM among Malaysian Travellers.‖ Asia Pacific
Management Review 22, no. 1 (March 2017): 35–44.
https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2016.10.004.
94
LAMPIRAN
95
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Observasi
Tanggal Lokasi
Pengamata
n
Hal yang diamati Hasil Pengamatan
8 April 2019 Dirumah
(Menggunakan
Media Sosial)
Pengamatan awal
terhadap traveler
BPJ
Dalam pengamatan ini,
peneliti ingin mengetahui
bagaimana perilaku para
traveler . pada pengamatan
ini menunjukkan bahwa
komunitas traveling ini
memiliki gaya backpacker
dengan pembiayaan
perjalanan kelompok secara
sharecost (patungan)
sehingga sangat low budget.
Selain itu adanya keunikan
tersendiri dari komunitas
Backpacker Jakarta yaitu
anggota dapat mengajukan
trip dengan sharecost yang
mana trip tidak hanya
ditentukan oleh founder saja
seperti sebagian besar
komunitas traveling lainnya
di Jakarta. Kemudian
komunitas ini memiliki
kontribusi nyata dalam
perkembangan Tourism 4.0,
hal ini terlihat dari perilaku
traveler selaku konsumen
ketika search and share
secara digital.
9 April
2019
Sekretariat
Backpacker
Jakarta
Perilaku anggota
BPJ
Peneliti memerhatikan
perilaku para traveler yang
sedang berbincang atau
berdiskusi terkait trip yang
akan berlangsung. Hal ini
menghasilkan catatan
bahwa informasi dari
teman memang sangat
akrab bagi mereka
dibandingkan harus
mencari informasi dari
sumber lain. Hal ini
terlihat dari bagaimana
mereka lebih sering
96
berbincang persoalan
pengalaman dan informasi
perjalanan ketika waktu
mendatang ingin
melakukan perjalanan ke
suatu tempat.
21-23 Juni
2019
Trip BPJ
(Sekretariat BPJ -
Gn. Andong)
Perilaku
Pencarian
Informasi (before
and during tour)
Peneliti memerhatikan
persiapan mereka ketika
akan berangkat trip dan
saat trip berlangsung. Hal
ini menghasilkan catatan
bahwa sebelum berangkat
trip, mereka benar-benar
membuat persiapan
matang dari informasi
yang didapat melalui
teman-temannya yang
pernah kesana. Persiapan
disini selain persoalan
informasi bagaimana
karakteristik perjalanan
tujuan wisata tetapi juga
persiapan pada barang
bawaan yang sangat
diperlukan, maupun
kondisi fisik setiap
anggota untuk
meminimalisir risiko
dalam perjalanan.
Dan catatan ketika trip
sedang berlangsung yaitu
traveler tetap
menggunakan
pengetahuan mengenai
navigasi darat untuk
menyusuri gunung hingga
mencapai puncak.
27 Juli
2019
Kegiatan Kopdar
(Lapangan
banteng)
Perencanaan
perjalanan dan
pemaparan
konsep trip
Dalam pengamatan ini,
peneliti memerhatikan
sikap traveler dalam
membuat perencanaan trip
dimana dalam hal ini
terdapat pemaparan
konsep perjalanan dan
penjabaran informasi
mengenai trip-trip yang
akan dijalankan pada
waktu mendatang.
97
Sehingga menghasilkan
sebuah catatan bahwa
pengamatan ketiga ini
mengkonfirmasi
pengamatan pertama (9
April 2019) mengenai
informasi yang lebih akrab
digunakan yaitu teman.
Dan dalam pemaparan
konsep perjalanan
direncanakan sangat
matang dengan informasi
yang mencukupi kemudian
mereka memulai untuk
membuat itinerary dan
rancangan budget.
28 Juli
2019
Persiapan Pra
Ultah
(Sekretariat BPJ)
Perilaku
Pencarian
Informasi (before
tour)
Dalam pengamatan ini
peneliti memerhatikan
persiapan untuk acara
besar komunitas ini yaitu
Anniversary yang ke -6.
Dari pengamatan ini
menghasilkan catatan
bahwa pengamatan ini
dapat mengkonfirmasi
pengamatan sebelumnya
(27 Juli 2019) mengenai
pemaparan konsep
perjalanan direncanakan
secara matang dengan
informasi yang mencukupi
, kemudian mereka
memulai untuk membuat
itinerary dan rancangan
budget. Selain itu terdapat
hal berbeda yang peneliti
amati yaitu untuk trip
besar ini perencanaan
perjalanan dilakukan dari
jauh-jauh hari. Hal ini
dilakukan untuk
kematangan acara dan
mendukung banyaknya
sponsor yang tergabung
dalam perayaan ini untuk
menekan budget.
7-8
September
Ultah BPJ
(Pulau Seribu)
Pencarian
informasi (during
Dalam pengamatan ini
peneliti memerhatikan
98
2019 tour) traveler ketika berada
dalam situasi dalam
perjalanan. Dimana
pengamatan ini
menghasilkan catatan
bahwa dalam hal-hal kecil
di perjalanan mereka
memerlukan informasi
seperti jadwal
keberangkatan dan
keterlambatan berapa
lama. Selain itu mereka
memerhatikan prediksi
cuaca demi kelancaran
acara tersebut. Hal-hal
tersebut menunjukkan
bahwa ketika perjalanan
berlangsungpun traveler
masih membutuhkan
informasi.
10
September
2019
Pasca Ultah BPJ
(Sekretariat BPJ)
Evaluasi
perjalanan
wisatadan
pengamatan after
tour
Dalam pengamatan ini
peneliti ingin mencari tahu
apakah informasi masih
dibutuhkan ketika
perjalanan wisata telah
selesai. Berdasarkan hasil
pengamatan ini
menghasilkan catatan
bahwa informasi masih
ada kemungkinan
dibutuhkan ketika
perjalanan wisata seorang
traveler telah berlangsung.
Hal ini dibuktikan ketika
pengamatan peneliti dalam
memerhatikan seorang
traveleryang sibuk
bertanya-tanya kepada
temannya yang
menunjukkan foto di sudut
lokasi tujuan wisata yang
telah dilakukan. Yang
mana seorang teman yang
bertanya tidak mengetahui
bahwa ada sudut menarik
untuk background foto di
tempat tersebut.
99
Lampiran 2. Pedoman Wawancara
PV (Previous Visits)
1. Hal apa yang Anda dapatkan dari pengalaman perjalanan wisata yang
pernah Anda kunjungi?
2. Bagaimana pengalaman perjalanan wisata akan memengaruhi pengetahuan
awal Anda untuk tujuan perjalanan berikutnya?
3. Bagaimana Anda memandang tujuan wisata mendatang ketika sudah
memiliki pengalaman perjalanan sebelumnya?
4. Bagaimana pengalaman wisata sebelumnya memengaruhi pencarian
informasi Anda terkait tujuan perjalanan?
I (Involvement)
1. Bagaimana karakteristik perjalanan wisata yang Anda minati?
2. Bagaimana karakteristik perjalanan wisata yang mengekspresikan diri
Anda?
3. Bagaimana suatu destinasi dirasa memiliki makna bagi Anda pribadi?
4. Nilai kesenangan yang seperti apa yang Anda harapkan dari sebuah
perjalanan wisata?
5. Bagaimana Anda meminimalisir risiko terburuk dalam suatu perjalanan?
L (Learning)
1. Pembelajaran yang seperti apa yang biasa Anda temukan secara tidak
disengaja ketika melakukan perjalanan?
2. Apa yang ingin Anda ketahui terkait perjalanan wisata yang akan
dilaksanakan?
PN (Prior Knowledge)
a. F (Familiarity)
1. Sumber informasi apa yang akrab Anda gunakan?
2. Dimana Anda biasa menemukan informasi untuk perjalanan wisata?
3. Mengapa menggunakan informasi tersebut?
4. Bagaimana pengalaman perjalanan sebelumnya membuat anda familiar
terhadap informasi wisata maupun tujuan wisata?
b. E (Expertise)
1. Bagaimana Anda melakukan pencarian informasi perjalanan wisata?
2. Bagaimana Anda mengendalikan kemungkinan berbagai situasi terjadi?
3. Apa strategi yang digunakan oleh Anda dalam memudahkan perjalanan
100
wisata?
4. Apa yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan suatu destinasi?
5. Upaya apa yang Anda gunakan untuk memilah informasi?
6. Bagaimana Anda memanfaatkan informasi tersebut?
CIS (Cost of Information Search)
1. Sumber informasi yang seperti apa yang membutuhkan uang? Dan berapa?
2. Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk memperoleh informasi?
3. Bagaimana Anda merelasikan beberapa informasi yang Anda temukan dari
berbagai sumber?
4. Bagaimana jika terdapat informasi yang kontradiktif dari sumber yang
didapatkan?
IS (Information Search)
1. Bagaimana Anda memproses informasi dari ingatan atas pengalaman Anda?
2. Bagaimana informasi internal dirasa sudah cukup utnuk memenuhi
kebutuhan informasi Anda akan suatu perjalanan wisata?
3. Bagaimana jika perjalanan yang akan Anda lakukan belum pernah Anda
kunjungi sebelumnya?
4. Apa langkah yang digunakan dalam mencari informasi terkait perjalanan
Anda?
101
Lampiran 3. Transkrip Wawancara
Informan 1
Inisial : M I R (Acceptor)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 23 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal : 11 September 2019
Waktu wawancara : 20.00 – 22.00
Tempat : Coffee Nap Slipi
Kode
P: Peneliti
I: Informan
Previous Visit
P : Hal apa yang Anda dapatkan dari pengalaman perjalanan wisata yang
pernah Anda kunjungi?
I : Banyak. Kayak adat dan budaya lokalnya, atau hal-hal yang dilarang
didaerah sana, bagaimana masyarakatnya, kita jadi lebih tahu. Terus juga
gimana akses sesungguhnya kita bisa kesana baik transportasinya, biaya
yang dihabiskan, akomodasinya. Prediksi waktu untuk menuju destiasi dan
perpindahan destinasi satu ke destinasi lain, keuangan, transport juga akan
semakin matang dengan kita sering ke berbagai tempat dan sering terbiasa
dengan kemana-mana. Belajar lagi tentang informasi ketika akan pergi
ternyata informasinya ga bener-bener sesuai, dan itu dijadiin pelajaran
untuk trip-trip berikutnya. Pokoknya informasi tuh sangat penting banget
kalau belum mulai jalan. Dan harus bener-bener akurat dan kalaupun
melenceng yang sedikit lah jangan sampai jauh banget dari prediksi awal.
Ketika akan melakukan trip lagi pasti belajar dari pengalaman trip-trip
sebelumnya untuk tidak melakukan hal yang sama.
P : Bagaimana pengalaman perjalanan wisata akan memengaruhi
pengetahuan awal Anda untuk tujuan perjalanan berikutnya?
I : Karena kan kita udah ngalamin dan merasakan pasti kita udah tahu dong
suatu tempat itu gimana. Ya meski sebenernya gak sepenuhnya setiap
tempat akan sama kalau kita melakukan perjalanan yang kedua kalinya
kesana, atau perjalanan yang lokasinya gak terlalu jauh dari yang pernah
kita datengin. mungkin aja ada yang beda kayak semacam soal keuangan
lah tergantung untuk transportasi bagaimana periode waktunya, selebihnya
sih ya gak akan beda jauh. Atau mungkin yang berbeda frekuensi orang
yang berkunjungnya mungkin jadi lebih bertambah.
P : Bagaimana Anda memandang tujuan wisata mendatang ketika sudah
memiliki pengalaman perjalanan sebelumnya?
I : Biasanya jadi inget tempat-tempat yang udah pernah didatangi. Dan mau
datang lagi kalau rindu sih sebenernya, apalagi gunung, atau bisa juga
karena rekomendasi temen. Karena saya yakin setiap perjalanan meskipun
tempatnya sama belum tentu punya cerita yang sama, pengalaman yang
102
sama. Untuk pertimbangan lainnya ya mungkin karena itu tempat memiliki
kesan yang baik yang membuat saya ingin kesana lagi.
P : Bagaimana pengalaman perjalanan wisata akan mempengaruhi anda
dalam membuat keputusan untuk tujuan perjalanan berikutnya?
I : Biasanya berpengaruhnya gini, misalkan saya ke gunung ini dan yang
pernah saya kesana melalui jalur A dan itu dikatakan jalur yang terjal tapi
paling cepat, kemudian ketika saya akan ke gunung itu lagi tetapi karena
pengalaman sebelumnya jalur tersebut benar-benar sulit, maka
diperjalanan berikutnya saya memutuskan untuk mencoba jalur yang
landai saja meski waktunya akan lebih lama. Atau misalkan saya naik
transportasi ini untuk sampai ke suatu tujuan, dan itu memang mudah dan
lebih cepat dan karena tidak ribet harus transit lagi naik transport yang
berbeda, tetapi rupanya lebih mahal, nah besok-besok kalau saya kesana
lagi saya maunya pakai transport lain gapapa, bahkan sampai coba nebeng-
nebeng seperi teman saya, asalkan lebih murah.
Involvement
P : Bagaimana karakteristik perjalanan wisata yang Anda minati?
I : Kalau untuk nge-trip saya lebih ke penikmat alam. Suatu destinasi yang
memiliki daya tarik alam yang menawan. Jadi saya pribadi lebih suka ke
gunung.
P : Bagaimana karakteristik perjalanan wisata yang mengekspresikan diri
Anda?
I : Nah itu tadi lebih ke destinasi yang alamnya bisa nikmati. Selain itu juga
saya suka aktivitas outdoor dan hal-hal yang menantang gitu seperti
outbound, rafting, pointball, nge-camp. Dan city tour sih pernah, tapi
jarang banget.
P : Bagaimana suatu destinasi dirasa memiliki makna bagi Anda pribadi?
I : Soal makna suatu destinasi lebih pada bagaimana pengalaman dan cerita
dalam perjalanannya sih. Mungkin memang kalau soal keindahan alamnya
tentu punya makna. Tapi kembali lagi ke perjalanan, bahwasannya setiap
perjalanan memiliki cerita yang berbeda, dan sebenarnya itu yang saya cari
dan saya sukai. Selain itu setiap perjalanan juga akan banyak mengajarkan
kita baik itu melatih kepribadian, teamwork, peduli teman. Karena disitu
kita juga bakal ditempa ego kita, dan disitu akan kelihatan bagaimana
kepribadian kita. Pokoknya banyak makna, banyak kesan dan pelajaran.
P : Nilai kesenangan yang seperti apa yang Anda harapkan dari sebuah
perjalanan wisata?
I : Bicara soal kesenangan tentunya semua orang akan senang jika pergi
jalan-jalan. Jadi kesenangannya kalo alam lebih ke hobby sih ya, jadi
pribadi saya karena hobby dan diawali dengan hobby jadi ya memang suka
menikmati alam. Dan berbeda lagi kalau tripnya seperti city tour, tentu
kesenangan yang diharapkan adalah suatu destinasi yang instagramable,
karena jujur saja sekarang ini kalau trip kemana-kemana juga pasti cari
yang instagramable dan nanti buat mengisi story atau nambah-nambah
feed di isntagram. Jadi tergantung bagaimana kondisi dan pilihan destinasi
si kalo soal kesenangannya.
103
P : Bagaimana Anda meminimalisir resiko buruk dalam suatu perjalanan
(trip)?
I : Nah ini, ketika kita akan melakukan trip pasti tidak hanya asal mau nge-
trip terus berangkat. Tapi kita juga harus tahu bagaimana tidak minim ilmu
, minim pengetahuan. Contohnya kalau ke alam, pastinya banyak banget
larangan, selain itu juga kita harus tahu keperluan apa yang kiranya
memang wajib untuk digunakan disana agar tidak terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan. Kita juga kalau meu nge-trip harus tahu berangkat naik
apa, berapa lama perjanan, dan sebagainya. Untuk apa? Tentunya untuk
meminimalisir segala resiko entah kekurangan budget, transportasi tidak
sampai di tempat yang dituju atau estimasi waktu lewat jauh. Jadi hal
utama yang diperlukan untuk meminimalisir resiko tentunya ya
pengetahuan dulu. Setidaknya sebelum kesana juga sudah ada gambaran.
Learning
P : Pembelajaran yang seperti apa yang biasa Anda temukan secara tidak
disengaja ketika melakukan perjalanan?
I : Nah seperti sebelumnya, sebenernya pelajaran yang tidak disengaja itu ya
ketika kita udah disana terus dapet pengalaman-pengalaman yang belum
pernah kita ketahui sebelumnya. Kayak lokasi wisata yang sebelumnya
udah kita kunjungi dan kita jadi dapet pelajaran gak disengaja tentang
lokasi tersebut, kulturya gimana, larangan yang isu-isu yang tidak boleh
bener gak sih. Dan pokoknya segala hal yang sebenernya real disana
gimana, termasuk seperti transport, jarak dan lain sebagainya yang kita
lalui sendiri dan rasain sendiri langsung dan tidak lagi pakai prediksi dari
nyari-nyari informasi kesana-kemari. Apalagi di gunung, saya pernah tidak
sengaja lewat jalur beda dan ternayat itu jalan pintas dan lebih deket. Jadi
kayak tidak sengaja tau gitu, dan dapetnya tuh ketika saat trip berlangsung.
P : Apa yang ingin Anda ketahui terkait perjalanan wisata yang akan
dilaksanakan?
I : Lebih ke informasi yang generalnya sih yang perlu diketahui kayak
destinasi menariknya apa. Estimasi waktu , jarak dari destinasi satu ke
destinasi lainnya kejauhan ga untuk mempermudah perpindahan lokasi
dalam itinerary. Nanti kalau udah kepikiran mau kemananya ya tinggal
cari tahu estimasi waktunya, akomodasi dan transportasi apa yang harus
digunakan, perkiraan budget untuk logistic, transport dan akomodasi.
Cuaca apalagi kalau destinasinya yang ngena ke alam itu perlu banget kita
tahu dan punya perkiraan waktu yang tepat untuk nentuin tanggal jalan.
Familiarity
P : Informasi apa yang akrab Anda gunakan?
I : Dari kawan kawan, lihat-lihat dari internet atau website-website gitu.
Sosial media juga sih banyak banget.
P : Dimana biasanya anda menemukan informasi tersebut?
I : Biasanya dari temen ke temen . Kalo dari temen-temen gak ada atau
dirasa kurang ya Dari internet dan sosmed. Kalau dari internet biasanya
liat travel blogger tapi kalau destinasinya resmi dan punya web sendiri
yang biasanya liat web situs resminya sih kayak gunung kan biasanya
104
situsnya resmi tu. Kalau tercetak untuk sebelum berangkat jarang banget
ya, Karena menurut saya kadang tercetak kurang update informasinya,
Kalau internet kan banyak bisa ketahuan travel bloggernya habis kesana
belum lama. Paling kalau tercetak ya kayak brosur gitu sih kalau sudah
disana. Atau kalau ke gunung nih ya biasanya dapat lembar peta untuk kita
menuju kesana buat baca navigasi darat gitu.
P : Mengapa anda lebih tertarik dengan informasi dari media tersebut?
I : Kalau dari temen tentu karena saya percaya ya karena sudah ngalamin
langsung apalagi temen kenal jadi bisa dipercaya. Kemudian untuk internet
karena sumbernya banyak, tinggal pinter-pinter aja pilih yang berkualitas
dan menurut saya bener ketika kompare.
P : Bagaimana pengalaman perjalanan sebelumnya membuat anda familiar
terhadap informasi wisata maupun tujuan wisata?
I : Karena kan sering ngalamin, sering jalan-jalan. Jadi sudah terbiasa aja
tahu harus cari informasi dimana atau ke siapa? Dan selebihnya juga
banyak temen-temen yang suka jalan-jalan juga, jadi lebih familiar aja
dengan cerita-cerita habis dari destinasi mana kapan dan cerita gimana
perjalanannya.
Expertise
P : Bagaimana anda melakukan pencarian informasi perjalanan wisata?
I : Pertama harus tahu dulu mau kemana, biasanya saya lihat-lihat dulu
destinasi yang unik dan membuat saya tertarik untuk kesana. Kemudian
setelah saya mempertimbangkan lokasi mana yang akan saya kunjungi
saya mulai cari tahu lebih dalam di kota tersebut ada wisata apa saja yang
menarik. Kalau udah tahu ya tinggal cari tahu karakteristik perjalananya
gimana, apa yang diperluin, bagaimana hal-hal dilarangnya, pelajari kultur
sana terlebih dahulu. Apabila gunung, biasanya saya cari tahu
ketinggiannya berapa, treknya bagaimana dan ada jalur via apa saja.
Setelah tahu semua tentang info destinasi yang mau dikungjungi, mulai
deh cari tahu transportasi apa yang bisa digunakan untuk sampai kesana,
akomodasinya bagaimana, akan memakan waktu berapa lama, jarak antara
destinasi satu ke yang lainnya kejauhan tidak, logistik dirancang kalau
untuk ke gunung, sampai harga tiket transport, HTM, simaksi.
P : Bagaimana anda mengendalikan kemungkinan berbagai situasi terjadi?
I : Ya biasanya sebelum jalan kita sudah pikirkan kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi. Jadi dalam setiap perjalanan tidak hanya
buat satu perencanaan, tapi ada plan B dan plan C juga. Jadi tatkala kita
menemukan situasi yang ternyata tidak sesuai dengan harapan ya kita bisa
buat situasi itu menjadi lebih baik lagi dengan plan kita yang lain.
P : Apa strategi yang digunakan oleh Anda dalam memudahkan perjalanan
wisata?
I : Sebenernya yang paling penting si komitmen temen jalannya. Karena
dengan kita saling komitmen soal disiplin waktu, manajemen
perjalanannya, budget kebersamaan apabila ada sesuatu yang diluar
dugaan, pasti semua akan menjadi berjalan dengan mudah. Makanya saya
setiap kali mau melakukan perjalanan bareng temen pasti diawal selalu
bilang mohon kerjasamanya ya. Jadi biar sesuai dengan slogan kita, susah
105
senang bersama. Selain itu yang paling penting pokoknya informasi,
informasi itu sangat penting sebelum kita mulai jalan. Minimal banget kita
tahu hal-hal wajib seperti akomodasi trasportasi dan budget yang dibutuhin
supaya disana juga tidak sengsara.
P : Apa yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan suatu
destinasi tujuan?
I : Rekomendasi temen, destinasinya menarik dan bagus pemandangannya
lihat info-info di medsos, atau mungkin kuliner disana enak-enak, murah.
Kalau gunung lihat ketingginnya dan treknya gimana, terus view yang
didapet gimana.
P : Upaya apa yang Anda gunakan untuk memilah informasi?
I : Kalau informasi yang didapet itu sesuai dengan yang kita butuhkan, dan
soal dapat dipercayanya ya kita verifikasi dulu tidak hanya dari satu
sumber, verifikasinya biasanya dari temen sih yang pernah kesana itu lebih
bikin yakin.
P : Bagaimana anda memanfaatkan informasi tersebut?
I : Pakai informasi yang sesuai dengan apa yang mau dicari. Kemudian
dipakai untuk jadi bahan pertimbangan keputusan dalam menentukan
lokasi destinasi wisata yang mau didatengin, dan jadi bahan untuk
merumuskan rencana perjalanan bikin itinerary sampai budgeting gitu.
Cost of Information Search
P : Sumber informasi yang seperti apa yang membutuhkan uang? Dan
berapa?
I : Biasanya hanya untuk kuota saja kalau intenet dan kalau untuk jajanin
temen sih ya gak harus juga. Kalau ditanya berapa sih ya susah juga,
nggan nentu. Nggak banyak-banyak banget sih kalau uang paling ya cuma
yang buat beli kuota kalau carinya diinternet, kalau sama temen ya paling
jajanin buat nongkrong.
P : Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan?
I : Kalau untuk memproses informasinya sih ya nggak lama-lama banget
selagi sudah dapet dari sumber-sumber ya ambil yang lebih percaya
kemana dan yang kalau bisa masih terbaru. Tergantung sumbernya, kalau
temen sendiri sih ya bisa cepet banget karena kan sambil nongkrong
ngobrol-ngobrol gitu jadi dapet. Kalau internet ya gak perlu lama-lama sih
saat itu juga kalau mau langsung cari langsung dapet karena sekarang kan
sudah terbantu dengan teknologi. Dan kalau sampai ke membuat rencana
perjalannnya lengkap sih ya tegantung mood. Kalau lagi mood ya
langsung kelarin tapi kalau nggak ya nanti-nanti aja.
P : Bagaimana anda merelasikan beberapa informasi yang anda temukan dari
berbagai sumber?
I : Biasanya saya menggabungkannya dengan saran dan info-info dari temen
ambil yang akomodasi dan transportasi paling murah dulu, terus liat juga
update waktu terakir mereka kesananya kapan atau ambil informasi yang
memang sesuai dengan keinginan kita ingin transit dimana atau ingin naik
tarnportasinya apa. Sudah lama sekali atau belum terlalu lama. Terus
denger-denger pengalaman mereka.
106
P : Bagaimana jika terdapat informasi yang kontradiktif dari sumber yang
didapatkan?
I : Sejauh ini paling ya tidak jauh beda, pasti kebanyakan miripnya.
Kalaupun suatu saat ada sampai begitu ya paling saya coba melihat lagi
dan mempercayai sumber-sumber yang kebanyakan memiliki kesamaan,
jadi tidak memakai sumber yang terlihat berbeda sekali apalagi jika
waktunya perjalannya sudah terlalu lama soalnya bisa-bisa sudah tidak
relevan lagi.
Interal Search P : Bagaimana anda memproses informasi dari ingatan atas pengalaman
Anda?
I : Biasanya saya catat sih. Jadi biasanya ketika saya melakukan perjalanan
ke suatu tempat kan sebelum jalan saya cari tahu dulu tentang informasi
yang saya butuhkan kemudian dicatat sampai buat itinerary juga.
Kemudian setelah saya melakukan perjalanan disana itu juga dicatat. Dan
biasanya ketika belum berlangsung dengan ketika berlangsu gitu ada
sedikit perbedaan, dan biasanya paling sering sih soal budget karena setiap
waktu kan berbeda ya perekonomian semakian naik. selain dicatat
biasanya saya buat dokumentasi sederhana yang kadang menentukan
waktu atau cerita sedikit dimedsos. Jadi kalau sewaktu-waktu sedang
menggali ingatan atas perjalanan yang pernah saya alami ya liat catatan,
coba inget-inget dan liat-liat dokumentasi.
P : Bagaimana informasi internal dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan
informasi Anda akan suatu perjalanan wisata?
I :Biasanya kalau saya sudah sering kesana paling ngga minimal 2 kali, itu
berarti saya sudah hapal bagaimana dan tidak perlu lagi cari-cari informasi
langsung berangkat aja, pesan tiket, dan buat itinerary perjalanan aja dan
soal budget juga paling ditambah-tambah dikit dengan pengalaman yang
sebelumnya. Dan Apabila baru sekali biasanya kembali lagi ke saya coba
inget-inget dan liat catatan atau dokumentasi juga. Kalau dirasa semua
udah sreg dan cukup yaudah jalan.
P : Bagaimana jika perjalanan yang akan Anda lakukan belum pernah anda
kunjungi sebelumnya?
I : Nah kalau ini penting banget nih untuk cari tahu informasinya dulu.
Biasanya kalau sudah menentukan destinasi yang membuat saya penasaran
saya langsung mulai tanya-tanya kawan satu komunitas yang sudah pernah
kesana, kemudian untuk menambah pengetahuan saya cari di internet. Dari
sosial media juga. Kemudian disaring itu informasi dari berbagai sumber
yang saya dapet. Biasanya saya nyaringnya ya ambil lebih utama yang
saya percaya informasi dari kawan. Kemudian apabila yang di internet
biasanya saya pilih yang waktunya tidak terlalu lama dengan waktu yang
saya akan laksanakan, sehingga tidak terjadi gap yang cukup jauh dari
prediksi dengan realnya nanti. Biasanya gitu aja sih. Selebihnya kan kalau
soal estimasi waktu itu relatif tergantung bagaimana jalur yang dilewati
ataupun kendaraannya juga kan. Dan itu kembali pada pilihan. Dan untuk
info harga tiket biasanya survei langsung harga-harga tiket seperti kereta
atau bus.
107
P : Apa langkah yang digunakan dalam mencari informasi terkait perjalanan
Anda?
I : Pertama, tahu dulu mau ke daerah mana. Kemudian pake pengetahuan
sendiri kalo emang udah pernah. Tapi kalau belum ya pakai informasi dari
temen yang udah pernah dan bisa juga tambahan dari internet. Dari
pencarian pertama kita bakalan tahu dan buat list di daerah itu tujuan
wisatanya mau kemana-kemana aja nih. Setelah itu kita melakukan
pencarian lebih dalam lagi, mulai dari jarak ke destinasi itu berapa lama,
kira-kira disana cukupnya berapa hari, butuh transportasi apa dan
bagaimana, cari-cari penginapan yang pas. Setelah itu baru deh cari
informasi soal perkiraan keuangan yang akan dihabiskan disana untuk
semuanya. Nah dari itu semua baru deh saya mulai bikin catatan
perjalanan sekaligus itinerary secara lengkap. Kemudain survey harga
biasanya ke aplikasi transportasi gitu, atau kalau bus datang langsung ke
pul busnya. Setelah udah tahu fix harga baru pesen. Terus logistik kalau
tripnya gunung ya mulai beli-beli. Terus siapin peralatan yang dibutuhkan.
Setelah itu ya tinggal eksekusi deh jalan. Biasanya saat perjalanan kita
juga masih suka cari-cari informasi karena terkadang kan rencana bisa
berubah dikarenakan faktor situasi, misalnya kayak info cuaca kalau
langsung dengan alam, rute perjalanan, lihat maps kalau lagi perlu,
transportasi yang digunakan bisa berubah ketika disana, hal-hal semacam
itu bisa berubah dan kita cari tahu lagi mungkin karena faktor kondisi
kesehatan kita, kelalaian pribadi dalam komitmen waktu, atau mungkin
faktor alam dan yang lain sebagainya. Dan yang terakhir kadang kalau trip
udah selesai aja kita masih butuh informasi sih, biarpun cuma sekedar cari
tahu apa yang tadi tidak kita temui ditempat itu padahal sebelum berangkat
kita udah cari tahu ada apa aja. Atau cuma mencari ide untuk next trip.
Setelah itu kalau saya biasanya suka sharing perjalanan di blog atau
sosmed biar siapa tahu ada yang butuh bisa lihat juga. Atau kalau ngobrol-
ngobrol sama temen ada yang nanya.
108
Informan 2
Inisial : D S (Admin)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 33 Tahun
Pekerjaan : Photografer
Tanggal : 12 September 2019
Waktu wawancara : 19.30 – 22.00
Tempat : Café C&C Food and Coffee
Kode
P: Peneliti
I: Informan
Previous Visit
P : Hal apa yang Anda dapatkan dari pengalaman perjalanan wisata yang
pernah Anda kunjungi?
I : Yang pasti jadi tahu daerah baru, budaya baru dan kebiasaannya
bagaimana. Dan karena sering, jadi terbiasa ketika ke tempat baru
bagaimana bersosialisasi dengan orang baru, terbiasa dengan daerah baru,
terbiasa dengan daerah baru, kebiasaan dan adat baru yang mau gak mau
kita harus ikutin ketika kita ada di tempat itu. Yang secara gak langsung
kita jadi lebih paham kehidupan mereka. Dan setidaknya dengan pelajaran
yang bisa diambil dari suatu tempat yang pernah dikunjungi tuh ya jadi
lebih real aja ketahuan dan kebenarannya tentang informasi yang sudah
saya cari tahu sebelumny. Biasanya jadi lebih tahu oh gini ternyata dan
pasti ada beberapa perbedaan dengan informasi yang telah kita cari dan
biasanya tidak jauh dari soal keuanagn sih.
P : Bagaimana pengalaman perjalanan wisata akan mempengaruhi
penngetahuan awal Anda untuk tujuan perjalanan berikutnya?
I : Biasanya jadi bisa perkiraan misalnya soal harga tiket kalau wilayah ke
jawa bus atau kereta berapa, kalau pesawat berapa. Dan transportasi disana
apa saja dan budget berapa untuk naik treansportasi disana atau booking
nya. Terus misalkan kalau makanan daerah-daerah jawa murah tapi
berbeda lagi kalau wisata daerah yang di Indonesia bagian timur. Jadi bisa
memperkirakan untuk trip kita selanjutnya mengenai biaya hidup disana,
transportnya bagaimana, gambaran perjalannya akan seperti apa.
P : Bagaimana Anda memandang tujuan wisata mendatang ketika sudah
memiliki pengalaman perjalanan sebelumnya?
I : Biasanya suka nilai sama gak nih tipe tripnya sama yang pernah saya
kunjungi. Kalau sama, ya bisa inget-inget pengalaman. Apalagi kalau tiba-
tiba pengen ketempat itu lagi sih atau kalau ada temen yang ajak, dan yang
pasti dengan orang berbeda, karena saya ingin mendapat pengalaman
berbeda dengan orang berbeda meski tempatnya sama.
P : Bagaimana pengalaman wisata sebelumnya memengaruhi pencarian
informasi Anda terkait tujuan perjalanan?
I : Tergantung pengalaman wilayah lokasinya kalau kiranya sama ya bisa
jadi bahan referensi sedikit-sedikit, tapi kalau beda ya gak ngaruh apa-apa
si. Atau tipe perjalanan diliat juga, kalau digunung misalnya kan kita bisa
109
tahu capeknya gimana, peralatan apa aja, track dan kondisi medannya utk
trip gunung gimana, tapi kita suka nah bisa jd bahan rferensi kalau mau ke
gunung lagi.
Involvement
P : Bagaimana karakteristik perjalanan wisata yang Anda minati?
I : Yang pasti yang belum pernah saya kunjungi, menarik, alamnya bagus,
saya suka dan kalau bisa yang gak terlalu ramai. Lebih suka ke alam, kalau
ke lokasi-lokasi yang ke daerah kota-kota itu pasti rame banget, saya
kurang suka.
P : Karakteristik perjalanan wisata seperti apa yang mengekspresikan diri
Anda?
I : Masih sama, seperti ke alam-alam gitu ke tempat yang bisa buat
menenangkan diri sekaligus refreshing. Lokasi-lokasi wisata yang indah
alamnya yang saya suka. Dan yang jelas ke berbagai destinasi tidak disaat
musim hujan. Karena saya gak kuat air hujan. Jujur setiap musim hujan
lebih baik saya tidak ngetrip, dirumah saja. Saya bener tidak kuat dengan
air hujan, phobia, tapi saya kuat dengan dinginnya gunung, asalkan tidak
hujan.
P : Bagaimana suatu destinasi dirasa memiliki mankna bagi Anda pribadi?
I : Yang pasti setiap perjalanan punya makna dan kesan tersendiri dan selalu
berbeda-beda. Kalau saya karena lebih sering ke alam atau pelosok-
pelosok negeri yang memang masih asri dan budayanya kental sekali, saya
biasanya lebih banyak dapet makna kehidupan disetiap destinasi wisata,
entah itu local wisdom-nya, kehidupan sehari-harinya, perekonomiannya
bagaimana, dan segala hal yang memang masyarakat sana alami. Dan jadi
lebih merasa banyak-banyak bersyukur, menghargai hidup dan pandai
bersosialisasi dengan orang baru.
P : Nilai kesenangan yang seperti apa yang Anda harapkan dari sebuah
perjalanan wisata?
I : Yang pasti punya cerita sendiri, pengalaman yang bisa dibawa pulang,
dan dapet temen baru. Keindahan-keindahan alam yang menakjubkan
yang selalu saya harapkan karena itu membuat saya merasa puas apalagi
dapet bonus objek foto yang bagus. Apalagi timur Indonesia, itu luar biasa
sekali indahnya. Karena biasanya dengan travelling kemana-mana, saya
pribadi selain senang-senang dan refreshing, tapi saya motret juga.
P : Bagaimana Anda meminimalisir resiko buruk dalam suatu perjalanan
(trip)?
I : Yang pasti sebelum travelling kita harus bener-bener ngecek dulu kayak
semacam googling terkait destinasi yang ingin dikungjungi baik itu biaya
hidup, akomodasi, dan segala hal itu wajib banget. Kalau itu dulu ngga
ada, ya kita gak akan bisa kemana-kemana.
Learning
P : Pembelajaran yang seperti apa yang biasa Anda temukan secara tidak
disengaja ketika melakukan perjalanan?
I : Kalau yang secara tidak disengaja biasanya kayak kalo lagi mencari
informasi mengenai trakingnya eh ternyata saya bisa dapet lebih dari itu.
110
Bisa dapet banyak info tidak hanya track aja tapi sampai satu paket
semuanya selama perjlanan. Atau ketika lagi cari destinasi yang saya mau
kunjungi ternyata saya dapat rekomendasi tempat yang bagus lainnya dari
website. Dan bisa juga informasinya tuh ga sengaja didapet kalau saya
udah samapai disana, sharing dan ngobrol-ngobrol gitu dengan masyarakat
local, dan secara ga sengaja dapet informasi destinasi baru unik yang gak
saya dapetin ketika sebelum berangkat bahkan tidak ada rencana di master
plan gue dan ketika masih cukup waktu dan uang ya biasanya memutuskan
untuk kesana karena tertarik dengan cerita dari penduduk sekitar. Gitu sih
biasanya
P : Apa yang ingin Anda ketahui terkait perjalanan wisata yang akan
dilaksanakan?
I : Biasanya sih cari tau lokasi yang mau dijadiin tempat wisata,
destinasinya apa, cerita adat disana bagaimana atau mitos-mitos yang bikin
penasarannya, cari-cari tiket transportasi untuk sampai kesana, dan
transportasinya bisa dijangkau nggak pakai transportasi umum, departure
time, travel route-nya, akan stay dimana cari tahu temen ada rumah
singgah gak biasanya kan dari temen-temen buat neken cost, bagaaimana
hidup disana dan seberapa besar biaya hidupnya, estimasi mau berapa
lama disana. Pokoknya biasanya setiap perjalanan saya biasanya berusaha
cari yang murah dan neken cost, tapi dapet nikmatnya juga.
Familiarity
P : Sumber informasi apa yang akrab Anda gunakan?
I : yang pasti dari koomunitas yang pertama, karena banyak juga temen-
temen yang memang traveler. Dan kedua lebih ke googling coba-voba cari
tahu sendiri entah liat web resmi destinasi atau liat-liat punya web travel
blogger, social media dan youtube juga, lebih sering youtube sih karena
selain ngasih informasi terkait perjalananya bagaimana, trackingnya
gimana, waktu tempuhnya, budgetnya, dan segala hal yang diperlukan
ketika kesana, dari youtube kita juga sudah bisa lihat dan tahu bagaimana
destinasinya real secara visual.
P : Dimana biasanya anda menemukan informasi untuk perjalanan wisata?
I : seperti yang tadi saya bilang semuanya kebanyakan melalui internet,
social media, atau ketemu sama temen langsung. Kalau penggunaan buku
atau majalah gitu saya gak pernah. Kalaupun pakai yan tercetak itu paling
kalau sudah sampai sana lokasi wisatanya kadang ka nada yang
membagikan traverl guide and brochure atau majalahnya tentang destinasi
itu, resortnya atau segala macam bahkan sampai denah lokasi wisata gitu.
P : Mengapa menggunakan informasi tersebut?
I : kenapa paling pertama komunitas atau temen ya karena bisa lebih
dipercaya karena tatap langsung, sering ketemu, sering trip bareng, jadi ya
percaya. Kemudian kenapa web resmi yak arena pasti infornya lebih
akurat. Dan blog travel blogger juga bisa saja kurat karena merka pernah
mengalami meski mungkin nanti ada yang beda sedikit. Tapi pengguaan
web lebih jarang dibanidng lihat video dokumentasi di youtub karena di
youtube destinasinya lebih real kelihatannya. Karena saya pernah ketipu
dengan potingan travel blogger di instagram dan itu bagus sekali tapi
111
ternyata ketika saya kesana itu sama sekali jauh dari ekspektasi. Jadi
sekarang leih sering liat yang youtube sih lebih real daripada baca dan liat-
liat foto aja enath di sosmed atau website selain itu juga kalu youtube itu
lebih asik bagi orang-orang yang kurang tertarik membaca.
P : Bagaimana pengalaman perjalanan sebelumnya membuat anda familiar
terhadap informasi wisata maupun tujuan wisata?
I : Kalau yang udah pernah kesana ya udah pasti familiar karena pernah
ngalamin sendiri. Kalaupun tujuan berikutnya belum pernah ya setidaknya
udah biasa buat cari-cari infonya kayak gimana, bikin rencana
perjalanannya gimana.
Expertise
P : Bagaimana anda melakukan pencarian informasi perjalanan wisata?
I : Pertama saya planning dulu mau kemana, terus tentuin dulu destinasi
yang berdekatan apa aja terus susun waktunya dekatnya kemana-kemana
kayak buat itinerary kasar berdasarkan pencarian sendiri maupun dari
internet. Lalu Tanya temen-temen di grup komunitas yang sudah pernah,
sharing mengenai informasi itu. Baru seleksi tu informasi dari mana aja,
baru bikin rencana perjalanan yang beneran. kapan, penentuan tanggal
yang pas. Dan biasanya saya kalau googling, waktu perjalanan orang yang
kita temuin tuh gak jauh dengan waktu kita mau jalan, biar update.
P : Bagaimana anda mengendalikan kemungkinan berbagai situasi terjadi?
I : Biasanya kan setiap perencanaan punya plan kalau situasinya
kemungkinan buruk atau tidak sesuai ya ambil alternative perencanaan
yang lainnya. Tapi sebenernya sih kalau kemungkinan-kemungkinan
situasi gitu seringnya gak jauh dari persoalan uang. Atau kayak kondisi
fisik yang tiba-tiba, atau ada kecelakaan yang bagaimana. Ya
mengendalikannya ya kembali ke perencanaan yang sudah kita buat
dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga. Harus siap
plan lain juga. Biasanya pengendalian kembali ke situasi yang bagaimana
dulu yang dialami, baru saat itu kita bertindak.
P : Apa strategi yang digunakan oleh Anda dalam memudahkan perjalanan
wisata?
I : informasi lah. Udah pasti karena kita punya pengetahuan dan informasi
sebelumnya pasti akan emmudahkan dalam perjalanannya.
P : Apa yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan suatu
destinasi?
I : Salah satu pertimbangannya ya karena belum pernah kesana. Selain itu
ada cerita yang seru-seru dan menarik yang bikin penasaran maknaya
pengen kesana jadi lebih alasannya karena penasaran dan pengen coba sih.
Penasaran juga karena ada katanya indah atau ngeliat di foto social media
indah. Meski pernah juga rasa penasaran akan keindahan belum tentu
bener ternyata. Pertimbnagan lain juga karena missal ada tiket murah di
aplikasi tiket ada promo-promo gitu, nah jadi timbul deh pengen kesana
lah meski dadakan dang a kepoikiran mau kesana sebelumnya. Atau kalu
emang sebelumnya udah ada niat mau jalan tapi udah tau mau kemana
112
tiba-tiba ada tiket promo ke derah lain ya bisa juga langsung ganti plan
destinasi.
P : Upaya apa yang Anda gunakan untuk memilah informasi?
I : Ambil informasi dari web-web resmi. Kalaupun blog traveler gitu, gw
biasanya ambil yang terbaru sih yang gak jomplang jauh banget waktunya
sama peberangkatan gue. Dan ambil perjalanan yang terbaikdari
infromasi-informasi yang didapet.
P : Bagaimana Anda memanfaatkan informasi tersebut?
I : catet lah garis besar informasinya buat jadi bahan pertimbangan saya
dalam memilih suatu destinasi, tarnsportasi yang dinaikin apa, mau bawa
uang minimal berapa, makan apa disana, disana mau ke berapa destinasi
yang dikunjungi, mau tidur dimana, jadi intinya untu jadi bahan pembuat
keputusan itu.
Cost of Information Search P : Sumber informasi yang seperti apa yang membutuhkan uang? Dan
berapa?
I : Kalau yang pakai internet aja sih biasanya untuk beli kuota. Karena
sejauh ini pakai informasi yang elektronik jadi untuk uang tidak terlalu
butuh banyak. Jumlah pastinya gak fix ya, uang paling kuota internet
untuk googling dan nggaa mahal-mahal banget karena emang udah biasa
bulanan paketan.
P : Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan?
I : Waktu ya biasanya malam hari di waktu senggang saya aja kalau santai
sambil main hape. Atau chat temen-temen di grup-grup traveling.
Fleksibel sih kalau soal itu tergantung deadline perjalanan aja, kalau udah
mau mepet ya bisa cepet, tapi kalau plannya masih lama ya santai. Tapi
biasanya kalau ada tiket promo tiba-tiba ya harus segera bikin plan juga.
P : bagaimana anda merelasikan beberapa informasi yang anda temukan dari
berbagai sumber?
I : Di mix terus ambil yang terbaik menurut saya, terus makesure lagi
dengan saya bisa searching lagi, nyari lagi dang a akan satu sumber. Dan
ambil yang paling logis dan tepat menurut saya.
P : Bagaimana jika terdapat informasi yang kontradiktif dari sumber yang
didapatkan?
I : hampir gak ada lah yang terlalu jauh tuh ga ada, biasanya hamoir sama
sih makesurenya ga pernah jauh beda
Internal Search
P : Bagaimana Anda memproses informasi dari ingatan atas pengalaman
anda?
I : Biasanya saya mencoba ingat-ingat kemudian saya buat catatan kecil dan
gambaran bagaimana perjalanan saya sebulmya. Da saya juga lihat ke
galeri saya biasanya, itu lebih mudah karena kebanyakan setiap perjalanan
saya di dokumentasikan. Dan itu akan mempermudah saya menmproses
informasi dari pengalaman.
113
P : Bagaimana informasi internal dirasa sudah cukup utnuk memenuhi
kebutuhan informasi Anda akan suatu perjalanan wisata?
I : Sejauh saya pernah mengalami dan pernah kesana, saya merasa sudah
cukup. Karena saya sudah berpengalaman.
P : Bagaimana jika perjalanan yang akan Anda lakukan belum pernah anda
kunjungi sebelumnya?
I : Cari informasinya dulu sebleum kesana. pastinya saya akan Tanya
teman-teman yang pernah kesana. Selain itu saya cari tahu dari internet
dan sosial media. Dan pokonya saya akan perbanyak informasi terlebih
dahulu sebelum mulai kesana.
P : Apa langkah yang digunakan dalam mencari informasi terkait perjalanan
Anda?
I : Tentuin tempat yang mau dituju itu pasti. Kalo udah pernah kesana saya
biasanya pure pakai pengalaman sendiri, jadi tinggal prepare peralatan dan
bisa langsung berangkat. Tapi beda ceritanya kalau belum pernah,
biasanya saya cari tahu dulu sih di internet tempat itu gimana, ada apa aja,
terus baru konfirmasi ke temen yang pernah kesana sambil nanya-nanya
pengalaman dia gimana. Sumber utama biasanya dari internet, tapi yang
lebih berpengaruh si pengalaman temen atau pengalaman sendiri. Baru deh
tentuin fix nya mau kemana aja, dan langsung cari info mengenai
kendaraan yang mau dinaikin, budgetnya berapa, mau tidur dimana, berapa
lama disana sampai rencana perjalanan jadi dan detail semua dan juga
penting untuk buat plan B. Jadi kondisional kalau disana terjadi sesuatu
bisa gunain plan alternatif atau buat plan baru sesuai situasi dan kondisi
dan yang pasti kita perlu informasi lagi.
114
Informan 3
Nama : S N (Sekretaris/Admin)
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 26 Tahun
Pekerjaan : Counselor IT
Tanggal : 19 September 2019
Waktu wawancara : 20.20 – 22.00
Tempat : Taman Fatahillah Kota Tua, Jakarta
Kode
P: Peneliti
I: Informan
Previous Visit
P : Hal apa yang Anda pelajari dari pengalaman perjalanan wisata yang
pernah Anda kunjungi?
I : Lebih ke mindset sih kalau menurut ku. Banyak hal yang mindset awal
kayak gini setelah disana mengalami banyak hal, jadi mikir oh gini ya aku
gak boleh gini. Yang diambil pengalamannya ya lebih merubah mindset
sih jadi lebih terbuka, berpikir positif dalam segala hal, terima
konsekuensi.
P : Bagaimana pengalaman perjalanan wisata akan mempengaruhi
penngetahuan awal Anda untuk tujuan perjalanan berikutnya?
I : Biasanya sih yang persiapan-persiapan itu loh. Oh ternyata Aku kurang
nih dibagian ini. Berarti kalau mau jalan oh apa nih yang harus Aku
tambah lagi informasinya. Lebih banyak mengenal tempat tersebut dulu
gitu, dan pelajarannya gitu sih pengalamannya. Pengalaman dari yangs
ebelumnya berati kedepannya adalah gue harus lebih menegnal lagi nih
tempat tersebut bagaimana.
P : Bagaimana Anda memandang tujuan wisata mendatang ketika sudah
memiliki pengalaman perjalanan sebelumnya?
I : Coba tujuan wisata berikutnya yang sekiranya bisa ngerasain hal yang
sama seperti feel yang didapet lebih berasa dan ketika kesana tuh kita
bener-bener merasa speechless. Tempat yang bikin speechless, tempat
yang bikin aku gak mau melakukan apa-apa kecuali nikmatin.
P : Bagaimana pengalaman wisata sebelumnya memengaruhi pencarian
informasi Anda terkait tujuan perjalanan?
I : Biasanya yang mempengaruhi ya belajar kesalahan-kesalahan yang
terjadi di trip sebelumnya. Dan bisa juga karena ada prioritas atau target-
target tempat yang akan atau ingin dikunjungi, dan bagaimana karakter
daerah wisata yang ingin dikunjungi itu yang kita suka.
Involvement
P : Bagaimana karakteristik perjalanan wisata yang Anda minati?
I : Nature. Apapun yang berhubungan sama alam, karena itu sebuah
keindahan ya jadi ngerasa kayak jadi lebih deket sama penciptanya.
115
P : Karakteristik perjalanan wisata seperti apa yang mengekspresikan diri
Anda?
I : Yang lebih ke adventure gitu kali ya, tentang hal-hal baru, yang
menantang dan gak monoton. Suka dengan sebuah perjalanan yang gak
sesuai rencana dan gak disangka-sangka.
P : Bagaimana suatu destinasi dirasa memiliki mankna bagi Anda pribadi?
I : Ketika temen-temen trip barengnya itu satu tujuan, satu kesukaan, satu
visi. Kalau satu kesukaan dari awal kita udah sama-sama suka dan kita
tahu priporitas perjalanan itu apa yang sama-sama mau didapet pasti
ngejalaninnya sama-sama enak, dan apabila mengambil keputusan ketika
terjadi sesuatu juga pasti akan sama-sama dewasa. Jadi lebih ke teman-
temen trip yang satu visi.
P : Nilai kesenangan yang seperti apa yang Anda harapkan dari sebuah
perjalanan wisata?
I : Nilai kesenangannya yak karena kepuasan sih bisa menacapai target yang
aku mau kunjungi. Jadi aku pribadi punya target-target yang mau aku
capai untuk kunjungi dan ketika kita sudah bisa dapetin itu ada kepuasan
tersendiri sih. Karena sekarang traveling itu bukan lagi menjadi sesuatu
yang kalau orang mumet dengan suatu pekerjaan itu larinya ke traveling,
tapi kalau sekarang traveling itu bisa jadi sebuah rutinitas, impian ataupun
pekerjaan juga, jadi kalau aku punya impian kemana-kemana dan tercapai
ya jadi merasa puas.
P : Bagaimana Anda meminimalisir resiko buruk dalam suatu perjalanan
(trip)?
I : Pastinya persiapan apapun itu. Informasi juga yang didapet sebanyak
mugkin dari berbagai sumber, apalagi sekarang akses informasi udah
gampang banget, jadi lebih ke persiapan dan kalau bisa punya kenalan
channel sama penduduk sananya dulu jadi setidaknya gak zonk ya. Kalau
gak bisa ya ketika disana membaur dengan penduduk sana yang lebih tahu
tentang kondisi disana, jadi bisa tahu harus seperti apa disana setidaknya
untuk memeinimalisir resiko kesalahan.
Learning
P : Pembelajaran yang seperti apa yang biasa Anda temukan secara tidak
disengaja ketika melakukan perjalanan?
I : Biasanya kalau kayak begitu ketika sudah disana ketika trip sedang
berlangsung atau ketika sudah pulang. Karena pengalaman saya ketika
pulang dari trip saya pernah malah baru tahu informasi sesuatu yang
bahaya, mistis atau rawan atau daerah yang ternyata semenyeramkan itu ya
baru saja habis saya kunjungi. Keunikannya kalau yang tidak disengaja sih
lebih ya justru malah bikin nambah seru perjalann aja, ya meskipun itu
buruk atau baik ya merasa amaze aja jadi puya cerita tersendiri. Sedangkan
untuk informasi yang disengaja sih uniknya lebih ke ini yakin nih akan ke
tempat yang kayak gini, jadi lebih ke take it or left it.
P : Apa yang ingin Anda ketahui terkait perjalanan wisata yang akan
dilaksanakan?
I : Udah pasti rute, terus budget,dan keadaan atau karakteristik dari lokasi
wisata tersebut.
116
Familiarity
P : Sumber informasi apa yang akrab Anda gunakan?
I : Informasi dari internet, instagram atau temen-temen aja sih biasnaya.
P : Dimana Anda biasa menemukan informasi untuk perjalanan wisata?
I : intenet itu jelas, kemudian instagram, lalu googling biasanya kalau
googling dari travel blogger atau website resmi pariwisata tersebut. Tapi
aku brosur juga pernah kayak dari taman nasional gitu kan baisanya suka
dapet brosurnya untuk dibaca-baca juga. Atau baca-baca di majalah atau
buku- pariwisata di pesawat gitu sih paling. Dan kebetulan aku suka
dengan fotografi jadi untuk nambah informasi kadang suka lihat-lihat hasil
fotografer yang emang dari buku kan terkadang ada informasinya juga
lokasinya dimana.
P : Mengapa menggunakan informasi tersebut?
I : karena kalau instagram itu kan ya ketika kita atau kayak video itu lebih
terlihat real. Kalau instagram tuh ya karena kan kita follow orang dan
ketika orang tersebut habis dari suatu lokasi wisata dan kita suka dan
karakteristik wisatanya juga kita seneng kan kita bisa menggunakan fitur
saved di indtagram untuk waktu kedepannya ketika kita akan berkunujung
kesana. Lebih ke sering saved-saved in lokasi wisata yang bikin tertarik
untuk dijadikan target kesana sih. Dan juga dari isntagram kan banyak hal-
hal baru nih lebih update soal informasi wisaatanya bisa dari feed atau
story yang bisa live pun saat itu ketahuan. Dan itu lebih enak sih
kelihaatan. Semakin banyak orang yang kita follow memposting hal-hal
yang kita suka, makan akan semakin memacu keinginan kita. Sedangkan
youtube blog pun kita harus cari dulu mau apa, tetapi berbeda ketika
seperti di indtagram atau facebook, kita follow orang yang kita sukai maka
di beranda setiap harinya akan muncul hal-hal baru yangkita sukai dan kita
jadi tahu juga menegnai destinasi yang dishare.
P : Bagaimana pengalaman perjalanan sebelumnya membuat anda familiar
terhadap informasi wisata maupun tujuan wisata?
I : Tentu karena pengalaman itu. Kita punya pengalaman yang buat kita jadi
lebih familiar dengan hal-hal itu yang terkait dengan wisata, jadi mungkin
akan lebih mudah untuk cari tahunya berdasarkan pengalaman.
Expertise
P : Bagaimana anda melakuka pencarian informasi perjalanan wisata?
I : yang pertama aku akan tentukan base part dari daerah tersebut atau
semacam buat list destinasinya biasanya kalau lokasi bagaimana prioritas
tujuan aku, kemdian aku buat rute dari maps, seperti menentukan lokasi
terdekat dari masing-masing tempat dan bagaimana agar efisien jadi dihari
itu jalan dari sedtinasi satu ke yang satunya tidak menyilang jauh, setelah
maps selesai au akan bikini tin, lalu menghitung budget. Jadi intinya
tentuin dulu prioritas tujuan, kemudian mapping, baru penentuan budget.
Dari mapping itulah kita gali informasi setelah kita sdh bisa buat itin baru
lah buat budget. Dan informasi cuaca juga penting atau musim tertentu,
kita harus tahu base nya di bulan apa nih yang sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan kita mau kesana yang dicari apa.
117
P : Bagaimana anda mengendalikan kemungkinan berbagai situasi terjadi?
I : Mengendalikannya biasanya let it flow aja sih ketika itu tidak bisa
dipaksakan yasudah. Jadi lebih ke nikmatin aja sh setiap momen yang kita
dapet ketika melakukan perjalanan. Harus bisa komit dalam diri apapun
situasi harus bisa nikmatin dan gak negeluh.
P : Apa strategi yang digunakan oleh Anda dalam memudahkan perjaanan
wisata?
I : Memudahkan ya bisa punya kenalan orang sana atau channel orang sana
tau info-info disana agar segalanya dipermudah. Selain tiu sebenrnya yang
paling berpengaruh teman perjalanan sih, ketika teman perjalannya satu
visi , cocok, maka segalanya aka nmenjadi mudah dan tidak cakep hati
maupun batin.
P : Apa yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan suatu
destinasi tujuan?
I : simpelnya kalau ada ajakan temen dan siapa yang ngajak dan mau quality
time, padahal aku udh males ke sana karena keseringan lebih ke
membangun silaturahim . kalau dari aku pribadi lebih ke mnyesuaikan
dengan prioritas, keadaan pribadi dan budget. Dan dalam memilih tempat
juga karakter tempat atau perjalnannyaa sesuai dengan kesukaan aku.
Selain itu pernah juga karena postingan influencer di instagram, dan pas
banget karakter perjalannya memang kesukaan aku maka aku tertarik
untuk kesana dan itu dijadikan destinasi perjalanan berikutnya biasanya di
saved dulu pake fitu di istagram.
P : Upaya apa yang Anda gunakan untuk memilah informasi?
I : ya seperti tadi setelah informasi terkumpul ya mulai deh cari informasi
yang paling banyak persamaannya. Dan setelah itu biasanya juga kroscek
lagi. Tanya temen atau cari-cari sendiri lagi.
P : Bagaimana anda memanfaatkan informasi tersebut?
I : Memanfaatkannya ya balik lagi sih harus tau duulu prioritasnya yang
mana, yang mana yang mau divapaui, kalau sudah ketemu baru deh
dimanfaatkan. Kemudain utnuk memfilternya ya tambil gambara garis
besar.dan kembali lagii pada prioritas dan kebutuhan kita. Misalkan ketika
baca blog influencer lokasi penginapannya bagus sekali tetapi kita merasa
tidak buthb itu hanya untuk asal tidur saa ya informasi itu tentu tidak akan
saya ambil. Jadi saya akan memanfaatkan informasi yang memang hampir
sama dengan prioritas dan kebutuhan saya.
Cost of Information Search
P : Sumber informasi yang seperti apa yang membutuhkan uang? Dan
berapa?
I : Semua pakai internet buat beli kuota doang paling uangnya.
P : Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk memperoleh informasi?
I : bisa seharian. Dan itu emmang sudah diwaktuin untuk meluangkan waktu
khusus untuk itu aja seharian.
P : bagaimana anda merelasikan beberapa informasi yang anda temukan dari
berbagai sumber?
I : biasaya aku selalu melebihkan dari apa yang aku baca, atau misalkan dari
berbagai informasi yang ada aku ambil tengahnya, atau aku ambil yang
118
paling lama. Kalauuntuk informasi harga aku pasti ambil tahun terakhir
dan yang paling update. Dan akalau untuk cerita aku paling hanya ambil
yang sesuai kebutuhan dan lebih lengkap.
P : Bagaimana jika terdapat informasi yang kontradiktif dari sumber yang
didapatkan?
I : ya seperti proses filter tadi, karena kalau beda banget aku gak akan
mungkin hanya ambil 2 informasi. Pasti aku cari lagi yang banyak setelah
itu aku ambil informasi yang paing banyak persamaannya.
Internal Search
P : Bagaimana anda memproses informasi dari ingatan atas pengalaman
anda?
I : Kalau aku pribadi ingetin mulai dari intin dari awal tuh ngapain sampai
pulang ngapain, dibuat catatannya. Jadi mulai mendetailkan perjalanan
dari itinnya untuk diinget. Kemudian dicatat lagi dalam bentuk itin baru.
P : Bagaimana informasi internal dirasa sudah cukup utnuk memenuhi
kebutuhan informasi Anda akan suatu perjalanan wisata?
I : Kalau merasa cukup sih biasanya kalau udah pernah kesana dan mau
kesana lagi tapi dengan ajakan teman yang memang hanya asal mau main
aja jadi merasa lebih fleksibel. Tapi bebreda ketika aku bawa orang, aku
akan menggali informasi lebih, udah pasti aku cari informasi lagi dan
persiapin dengan baik. cukup menurut aku ketika sudah tau rute, itu yang
paling penting sih. Karena ketika kita sudah tahu rute, bisa baca maps
wisata itu sudah cukup. Sedangkan soal budget kan karena udah pernah
jadi kita sudah bisa perkiraan, seengganya dilebihkan.
P : Bagaimana jika perjalanan yang akan Anda lakukan belum pernah Anda
kunjungi sebelumnya?
I : kalau kurang cukup ya biasanya googling ya kalau sekarang atau kalau
tau nih temen-temen yang sudah pernah kesana siapa ya Tanya-tanya aja
sama mereka bagaimana pengalamannya, ya coba cari tahu kondisi
transportasi disana, dan maps wisata yang sudah ada denah-denah wisata.
P : Apa langkah yang digunakan dalam mencari informasi terkait perjalanan
Anda?
I : Awalnya ada rencana dulu mau kemana biasanya karena ajakan teman
atau karena habis lihat-lihat sosmed terus tertarik. Kalau destinasinya
pernah dikunjungi ya inget kembali pengalaman pribadi. Kalau udah tau
semua gimana terus sadar gimana seharusnya untuk perjalanan berikutnya.
Kalau tujuan wisatanya belum pernah sama sekali ya langsung aja mulai
cari tahu informasi terupdate megenai tujuan wisata itu, kalau bisa ya
informasi selengkap-lengkapnya dari bagaimana sampai kesana, disana
apa aja yang kita butuhin, sampai untuk pulangnya entah dari internet,
temen sendiri atau sosial media. Kalau informasinya udah kumpul baru
dipilih-pilih mana yang relevan sama yang kita butuhin. Setelah itu baru
deh eksekusi buat planning fix, buat itinerary, budgeting, list pilihan
transport, akomodasi, logistik, dan mau berapa lama disana. Terus kalo trip
udah selesai aku suka banget bagikan experience trip aku di sosmed gitu
biar lebih manfaat.
119
Lampiran 4. Reduksi Data
No. Kategori Sub Kategori Pemadatan Fakta Kutipan Informan
1. Kunjungan
Sebelumnya
(Previous
Visits)
Preferensi dalam
membuat keputusan
perjalanan
berikutnya
a) Target/Prioritas ―Karena sekarang traveling itu bukan lagi
menjadi sesuatu yang kalau orang mumet
dengan suatu pekerjaan itu larinya ke traveling,
tapi kalau sekarang traveling itu bisa jadi
sebuah rutinitas, impian ataupun pekerjaan
juga, jadi kalau aku punya impian kemana-
kemana dan tercapai ya jadi merasa puas.‖
(SN)
―Jadi aku pribadi punya target-target yang mau
aku capai untuk kunjungi dan ketika kita sudah
bisa dapetin itu ada kepuasan tersendiri sih.‖
(SN)
―Nilai kesenangannya yak karena kepuasan sih
bisa menacapai target yang aku mau kunjungi.‖
(SN)
b) Ikatan Emosional ―Kalau rindu sih sebenernya, apalagi gunung,
atau bisa juga karena rekomendasi temen.‖
(MIR)
―…ya mungkin karena itu tempat memiliki
kesan yang baik yang membuat saya ingin
kesana lagi.‖ (MIR)
―Tempat yang bikin speechless, tempat yang
bikin aku gak mau melakukan apa-apa kecuali
nikmatin.‖ (SN)
c) Kesadaran Spiritual ―…karena itu sebuah keindahan ya jadi ngerasa
kayak jadi lebih deket sama penciptanya.‖ (SN)
1. Keterlibatan
(Involvement)
A. Minat
Perjalanan
(Travel
Interest)
d) Wisata Alam ―Kalau untuk nge-trip saya lebih ke penikmat
alam. Suatu destinasi yang memiliki daya tarik
alam yang menawan. Jadi saya pribadi lebih
suka ke gunung.‖ (MIR)
―Yang pasti yang belum pernah saya kunjungi,
menarik, alamnya bagus…‖ (DS)
―Nature. Apapun yang berhubungan sama
alam…‖ (SN)
e) Kenyamanan
Lingkungan
―saya suka dan kalau bisa yang gak terlalu
ramai. Lebih suka ke alam, kalau ke lokasi-
lokasi yang ke daerah kota-kota itu pasti rame
banget, saya kurang suka.‖ (DS)
f) Destinasi Baru ―Yang pasti yang belum pernah saya kunjungi,
menarik…‖ (DS)
g) Rekomendasi Teman ―…kalau ada temen yang ajak, dan yang pasti
dengan orang berbeda…‖ (DS)
h) Promo Tiket ―Pertimbangan lain juga karena misal ada tiket
120
murah di aplikasi atau tiket promo-promo gitu,
nah jadi timbul deh pengen kesana lah meski
dadakan dan gak kepikiran mau kesana
sebelumnya.‖(DS)
B. Ekspresi
Personal
a) Penikmat Alam ―Nah itu tadi lebih ke destinasi yang alamnya
bisa nikmati‖ (MIR)
―Ya itu tadi, seperti ke alam-alam gitu ke
tempat yang bisa buat menenangkan diri
sekaligus refreshing.” (DS)
b) Petualangan ―Selain itu juga saya suka aktivitas outdoor dan
hal-hal yang menantang gitu seperti outbound,
rafting, pointball, nge-camp.‖ (MIR)
―Yang lebih ke adventure gitu kali ya, tentang
hal-hal baru, yang menantang dan gak
monoton.‖ (SN)
c) Ombrophobia ―Dan yang jelas ke berbagai destinasi tidak
disaat musim hujan. Karena saya gak kuat air
hujan, semacam phobia.‖ (DS)
C. Nilai
Kesenangan
a) Keindahan Alam ―Mungkin memang kalau soal keindahan
alamnya tentu punya makna. Jadi
kesenangannya kalo alam lebih ke hobby sih
ya, jadi pribadi saya karena hobby dan diawali
dengan hobby jadi ya memang suka menikmati
alam‖ (MIR)
―Keindahan-keindahan alam yang
menakjubkan yang selalu saya harapkan karena
itu membuat saya merasa puas apalagi dapet
bonus objek foto yang bagus. (DS)
b) Tradisi dan Budaya ―…budayanya kental sekali, saya biasanya
lebih banyak dapet makna kehidupan disetiap
destinasi wisata, entah itu local wisdom-nya,
kehidupan sehari-harinya, perekonomiannya
bagaimana, dan segala hal yang memang
masyarakat sana alami.‖ (DS)
c) Teman Satu Visi ―Ketika temen-temen trip barengnya itu satu
tujuan, satu kesukaan, satu visi. Kalau satu
kesukaan dari awal kita udah sama-sama suka
dan kita tahu priporitas perjalanan itu apa...‖
(SN)
d) Eksistensi ―kesenangan yang diharapkan adalah suatu
destinasi yang instagramable, karena jujur saja
sekarang ini kalau trip kemana-kemana juga
pasti cari yang instagramable dan nanti buat
mengisi story atau nambah-nambah feed di
isntagram.‖ (MIR)
121
e) Pengembangan
Karakter Diri
―Selain itu setiap perjalanan juga akan banyak
mengajarkan kita baik itu melatih kepribadian,
teamwork, peduli teman. Karena disitu kita
juga bakal ditempa ego kita, dan disitu akan
kelihatan bagaimana kepribadian kita.
Pokoknya banyak makna, banyak kesan dan
pelajaran.‖
(MIR)
―Yang pasti punya cerita sendiri, pengalaman
yang bisa dibawa pulang, dan dapet temen
baru.‖ (DS)
―Dan jadi lebih merasa banyak-banyak
bersyukur, menghargai hidup dan pinter-pinter
bersosialisasi dengan orang baru.‖ (DS)
D. Risiko a) Finansial
b) Fisik
c) Fungsional
d) Psikologis
―Jadi hal utama yang diperlukan untuk
meminimalisir risiko tentunya ya pengetahuan
dulu. Setidaknya sebelum kesana juga sudah
ada gambaran perjalanan.‖
―tahu keperluan apa yang kiranya memang
wajib untuk digunakan disana agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan.‖ (MIR)
―Yang pasti sebelum traveling kita harus
bener-bener nge-cek dulu kayak semacam
googling terkait destinasi yang ingin
dikungjungi baik itu biaya hidup, akomodasi,
dan segala hal itu wajib banget.‖ (DS)
“Pastinya persiapan apapun itu. Informasi juga
yang didapet sebanyak mugkin dari berbagai
sumber.‖ (SN)
―Nilai kesenangannya yak karena kepuasan sih
bisa menacapai target yang aku mau kunjungi.‖
(SN)
2. Pembelajaran
(Learning)
A. Pembelajar
an
Insidental
―Apalagi di gunung, saya pernah tidak sengaja
lewat jalur beda dan ternayat itu jalan pintas
dan lebih deket. Jadi kayak tidak sengaja tau
gitu, dan dapetnya tuh ketika saat trip
berlangsung.‖ (MIR)
―Dan bisa juga informasinya tuh ga sengaja
didapet kalau saya udah samapai disana,
sharing dan ngobrol-ngobrol gitu dengan
masyarakat local, dan secara ga sengaja dapet
informasi destinasi baru unik yang gak saya
dapetin ketika sebelum berangkat bahkan tidak
ada rencana di master plan saya.‖ (DS)
―Biasanya kalau kayak begitu ketika sudah
disana ketika trip sedang berlangsung atau
122
ketika sudah pulang. Karena pengalaman saya
ketika pulang dari trip saya pernah malah baru
tahu informasi sesuatu yang bahaya, mistis atau
rawan atau daerah yang ternyata
semenyeramkan itu ya baru saja habis saya
kunjungi.‖ (SN)
Memperkaya
Pengetahuan Sosial
Budaya Mengenai Tempat
yang Dikunjungi
―Banyak. Kayak adat dan budaya lokalnya,
atau hal-hal yang dilarang di daerah sana,
bagaimana masyarakatnya, kita jadi lebih
tahu.‖ (MIR)
―Yang pasti jadi tahu daerah baru, budaya baru
dan kebiasaannya bagaimana.‖ (DS)
Menyesuaikan diri dengan
baik
―Dan karena sering, jadi terbiasa ketika ke
tempat baru bagaimana bersosialisasi dengan
orang baru, terbiasa dengan daerah baru,
kebiasaan dan adat baru yang mau gak mau
kita harus ikutin ketika kita ada di tempat itu.‖
(DS)
―Lebih mengenal tempat tujuannya dulu,
karena kita ga bisa sampain ya tepat yang satu
dengan yang lainnya.‖ (SN)
Mengumpulkan Fakta
untuk dijadikan bahan
rujukan informasi inernal
―Karena kan kita udah ngalamin dan
merasakan pasti kita udah tahu dong suatu
tempat itu gimana.‖ (MIR)
―…setidaknya dengan pelajaran yang bisa
diambil dari suatu tempat yang pernah
dikunjungi tuh ya jadi lebih realaja ketahuan
dan kebenarannya tentang informasi yang
sudah saya cari tahu sebelumnya.‖ (DS)
Mengubah pola pikir ―Lebih ke mindset sih kalau menurut ku.
Banyak hal yang mindset awal kayak gini
setelah disana mengalami banyak hal, jadi
mikiroh gini ya aku gak boleh gini. Yang
diambil pengalamannya ya lebih merubah
mindset sih jadi lebih terbuka, berpikir positif
dalam segala hal, terima konsekuensi.‖ (SN)
Mengevaluasi ―Belajar lagi tentang informasi ketika akan
pergi ternyata informasinya ga bener-bener
sesuai, dan itu dijadiin pelajaran untuk trip-trip
berikutnya. Ketika akan melakukan trip lagi
pasti belajar dari pengalaman trip-trip
sebelumnya untuk tidak melakukan hal yang
sama.‖ (MIR)
―Biasanya sih yang persiapan-persiapan itu loh.
Oh ternyata Aku kurang nih dibagian ini.
123
Berarti kalau mau jalan oh apa nih yang harus
Aku tambah lagi informasinya.‖ (SN)
B. Pembelajar
an
Disengaja
a) Karakteristik Tujuan
b) Karakteristik
Perjalanan
―Lebih ke informasi yang generalnya sih yang
perlu diketahui kayak destinasinya menariknya
apa. Jarak dari destinasi satu ke destinasi
lainnya kejauhan ga untuk mempermudah
perpindahan lokasi dalam itinerary. Nanti kalau
udah kepikiran mau kemananya ya tinggal cari
tahu estimasi waktunya, akomodasi dan
transportasi apa yang harus digunakan,
perkiraan budget untuk logistic. transport dan
akomodasi.‖ (MIR)
―Biasanya cari tau lokasi yang mau dijadiin
tempat wisata, destinasinya apa, departure
time, travel route-nya, akomodasi, dan
tranportasi.‖ (DS)
―Udah pasti rute, terus budget, dan keadaan
atau karakteristik dari lokasi wisata tersebut.‖
(SN)
c) Merancang Itinerary
Lebih Matang
―… gimana info sesungguhnya kita bisa kesana
baik transportasinya, biaya yang dihabiskan,
akomodasinya. Prediksi waktu untuk menuju
destiasi dan perpindahan destinasi satu ke
destinasi lain, keuangan, transport juga akan
semakin matang dengan kita sering ke berbagai
tempat dan sering terbiasa kemana-mana.‖
(MIR)
―Jadi bisa memperkirakan untuk trip kita
selanjutnya mengenai biaya hidup disana,
transportasinya bagaimana, gambaran
perjalananya akan seperti apa.‖ (DS)
3. Pengetahuan
Sebelumnya
(Prior
Knowledge)
A. Familiarity a) Keakraban terhadap
Tujuan Wisata
―Biasanya kalau saya sudah sering kesana
paling ngga minimal 2 kali, itu berarti saya
sudah hapal bagaimana dan tidak perlu lagi
cari-cari informasi.‖ (MIR)
―Sejauh saya pernah mengalami dan pernah
kesana, saya merasa sudah cukup. Karena saya
sudah berpengalaman.‖ (DS)
―kalau udah pernah kesana dan mau kesana lagi
tapi dengan ajakan teman yang memang hanya
asal mau main aja jadi merasa lebih fleksibel.‖
(SN)
b) Keakraban terhadap
Informasi
―Kalau dari temen tentu karena saya percaya ya
karena sudah ngalamin langsung apalagi temen
kenal jadi bisa dipercaya. Kemudian untuk
124
internet karena sumbernya banyak, tinggal
pinter-pinter aja pilih yang berkualitas dan
menurut saya bener ketika kompare.‖ (MIR)
―kenapa paling pertama komunitas atau temen
ya karena bisa lebih dipercaya karena tatap
langsung, sering ketemu, sering trip bareng,
jadi ya percaya. Kemudian kenapa web resmi
yak arena pasti infornya lebih akurat. Dan blog
travel blogger juga bisa saja akurat karena
merka pernah mengalami.‖ (DS)
B. Expertise a) Struktur Kognitif
b) Proses Kognitif
c) Pengambilan
Keputusan
―Biasanya saya menggabungkannya dengan
saran dan info-info dari temen ambil yang
akomodasi dan transportasi paling murah dulu,
terus liat juga update waktu terakir mereka
kesananya kapan atau ambil informasi yang
memang sesuai dengan keinginan kita ingin
transit dimana atau ingin naik transportasinya
apa. Sudah lama sekali atau belum terlalu lama.
Terus denger-denger pengalaman mereka.‖
(MIR)
―Dimix terus ambil yang terbaik menurut saya,
terus makesure lagi dengan saya bisa searching
lagi, nyari lagi dang a akan satu sumber. Dan
ambil yang paling logis dan tepat menurut
saya.‖ (DS)
―biasaya aku selalu melebihkan dari apa yang
aku baca, atau misalkan dari berbagai informasi
yang ada aku ambil tengahnya, atau aku ambil
yang paling lama. Kalau untuk informasi harga
aku pasti ambil tahun terakhir dan yang paling
update. Dan akalau untuk cerita aku paling
hanya ambil yang sesuai kebutuhan dan lebih
lengkap.‖ (SN)
4. Biaya
Pencarian
Informasi
(Cost of
Information
Search)
a) Biaya
b) Waktu
c) Upaya Kognitif
―Kalau ditanya berapa sih ya susah juga, nggak
nentu. Nggak banyak-banyak banget sih kalau
uang paling ya cuma yang buat beli kuota kalau
carinya diinternet, kalau sama temen ya paling
jajanin buat nongkrong.‖
―Tergantung sumbernya, kalau temen sendiri
sih ya bisa cepet banget karena kan sambil
nongkrong ngobrol-ngobrol gitu jadi dapet.
Kalau internet ya gak perlu lama-lama sih saat
itu juga kalau mau langsung cari langsung
dapet karena sekarang kan sudah terbantu
dengan teknologi.‖ (MIR)
―jumlah pastinya gak fix ya. Kalau soal uang
125
paling kuota interet untuk googling dang a
mahal-mahal banget karena emang udah biasa
bulanan paketan.‖
―Waktu ya biasanya malam hari di waktu
senggang saya aja kalau santai sambil main
hape.‖
―fleksibel sih kalau soal itu tergantung deadline
perjalanan aja, kalau udah mau mepet ya bisa
cepet, tapi kalau plannya masih lama ya
santai.‖ (DS)
―gak pakai uang, semua pakai internet buat beli
kuota doang paling.‖ (SN)
5. Pencarian
Informasi
(Information
Search)
A. Informasi
Internal
a) Pengetahuan dari
Ingatan
b) Dokumentasi Pribadi
c) Catatan Pribadi
―Biasanya kalau saya sudah sering kesana
paling ngga minimal 2 kali, itu berarti saya
sudah hapal bagaimana dan tidak perlu lagi
cari-cari informasi.‖ (MIR)
―Sejauh saya pernah mengalami dan pernah
kesana, saya merasa sudah cukup. Karena saya
sudah berpengalaman.‖
―Selagi tempat-tempat yang pernah saya
kunjungi saya hanya butuh mengembalikan
ingatan saya terkait perjalanan itu dan melihat-
lihat dokumentasi pribadi.‖ (DS)
B. Informasi
Eksternal
a) Teman atau Kerabat
b) Internet
c) Sosial Media
d) Sumber Khusus
Destinasi
e) Buku Foto
―Biasanya dengan berbincang dengan kawan
dan nanya-nanya buat mengingatkan kembali
perjalanan itu.‖
―Dari kawan kawan, lihat-lihat dari internet
atau website-website gitu. Sosial media juga
sih banyak banget.‖ (MIR)
―Akan tanya teman-teman yang pernah kesana.
Selain itu saya cari tahu dari internet dan sosial
media.‖
―Yang pasti dari komunitas yang pertama,
karena banyak juga temen-temen yang memang
traveler. Dan kedua lebih ke googling coba-
coba cari tahu sendiri entah liat web resmi
destinasi atau liat-liat punya web travel
blogger, social media dan youtube juga, lebih
sering youtube.‖(DS)
―Kalau kurang cukup ya biasanya googling ya
kalau sekarang atau kalau tau nih temen-temen
yang sudah pernah kesana siapa ya Tanya-
tanya aja sama mereka bagaimana
pengalamannya.‖
―Kalau sudah menentukan tujuannya ya coba
cari tahu kondisi transportasi disana, dan
126
maps wisata yang sudah ada denah-denah
wisata.‖ (SN)
C. Langkah
Mencari
Informasi
―Pertama, tahu dulu mau ke daerah mana.
Kemudian pake pengetahuan sendiri kalo
emang udah pernah. Tapi kalau belum ya pakai
informasi dari temen yang udah pernah dan
bisa juga tambahan dari internet. Dari
pencarian pertama kita bakalan tahu dan buat
list di daerah itu tujuan wisatanya mau
kemana-kemana aja nih. Setelah itu kita
melakukan pencarian lebih dalam lagi, mulai
dari jarak ke destinasi itu berapa lama, kira-kira
disana cukupnya berapa hari, butuh transportasi
apa dan bagaimana, cari-cari penginapan yang
pas. Setelah itu baru deh cari informasi soal
perkiraan keuangan yang akan dihabiskan
disana untuk semuanya. Nah dari itu semua
baru deh saya mulai bikin catatan perjalanan
sekaligus itinerary secara lengkap. Kemudain
survey harga biasanya ke aplikasi transportasi
gitu, atau kalau bus datang langsung ke pul
busnya. Setelah udah tahu fix harga baru pesen.
Terus logistik kalau tripnya gunung ya mulai
beli-beli. Terus siapin peralatan yang
dibutuhkan. Setelah itu ya tinggal eksekusi deh
jalan. Biasanya saat perjalanan kita juga masih
suka cari-cari informasi karena terkadang kan
rencana bisa berubah dikarenakan faktor
situasi, misalnya kayak info cuaca kalau
langsung dengan alam, rute perjalanan, lihat
maps kalau lagi perlu, transportasi yang
digunakan bisa berubah ketika disana, hal-hal
semacam itu bisa berubah dan kita cari tahu
lagi mungkin karena faktor kondisi kesehatan
kita, kelalaian pribadi dalam komitmen waktu,
atau mungkin faktor alam dan yang lain
sebagainya. Dan yang terakhir kadang kalau
trip udah selesai aja kita masih butuh informasi
sih, biarpun cuma sekedar cari tahu apa yang
tadi tidak kita temui ditempat itu padahal
sebelum berangkat kita udah cari tahu ada apa
aja. Atau cuma mencari ide untuk next trip.
Setelah itu kalau saya biasanya suka sharing
perjalanan di blog atau sosmed biar siapa tahu
ada yang butuh bisa lihat juga. Atau kalau
ngobrol-ngobrol sama temen ada yang nanya.‖
127
(MIR)
―Tentuin tempat yang mau dituju itu pasti.
Kalo udah pernah kesana saya biasanya pure
pakai pengalaman sendiri, jadi tinggal prepare
peralatan dan bisa langsung berangkat. Tapi
beda ceritanya kalau belum pernah, biasanya
saya cari tahu dulu sih di internet tempat itu
gimana, ada apa aja, terus baru konfirmasi ke
temen yang pernah kesana sambil nanya-nanya
pengalaman dia gimana. Sumber utama
biasanya dari internet, tapi yang lebih
berpengaruh si pengalaman temen atau
pengalaman sendiri. Baru deh tentuin fix nya
mau kemana aja, dan langsung cari info
mengenai kendaraan yang mau dinaikin,
budgetnya berapa, mau tidur dimana, berapa
lama disana sampai rencana perjalanan jadi dan
detail semua dan juga penting untuk buat plan
B. Jadi kondisional kalau disana terjadi sesuatu
bisa gunain plan alternatif atau buat plan baru
sesuai situasi dan kondisi dan yang pasti kita
perlu informasi lagi.‖ (DS)
―Awalnya ada rencana dulu mau kemana
biasanya karena ajakan teman atau karena
habis lihat-lihat sosmed terus tertarik. Kalau
destinasinya pernah dikunjungi ya inget
kembali pengalaman pribadi. Kalau udah tau
semua gimana terus sadar gimana seharusnya
untuk perjalanan berikutnya. Kalau tujuan
wisatanya belum pernah sama sekali ya
langsung aja mulai cari tahu informasi
terupdate megenai tujuan wisata itu, kalau bisa
ya informasi selengkap-lengkapnya dari
bagaimana sampai kesana, disana apa aja yang
kita butuhin, sampai untuk pulangnya entah
dari internet, temen sendiri atau sosial media.
Kalau informasinya udah kumpul baru dipilih-
pilih mana yang relevan sama yang kita
butuhin. Setelah itu baru deh eksekusi buat
planning fix, buat itinerary, budgeting, list
pilihan transport, akomodasi, logistik, dan mau
berapa lama disana. Terus kalo trip udah
selesai aku suka banget bagikan experience trip
aku di sosmed gitu biar lebih manfaat.‖ (SN)
128
Lampiran 5. Surat Tugas Pembimbing
129
Lampiran 6. Berita Acara Proposal
130
Lampiran 7. Surat Penguji Skripsi
131
BIODATA PENULIS
SUCI AMELIA. Lahir di Bandung, 9 Januari
1998, anak kedua dari empat bersaudara.
Ayahanda Aprianton dan Ibunda Lasmini
bertempat tinggal di Duren Sawit, Jakarta Timur,
DKI Jakarta. Pendidikan yang pernah ditempuh
penulis antara lain: SDN Duren Sawit 03 Pagi
hingga kelas 5 (2003-2008) dan pindah sekolah
di SD Karang Kemiri 02 (2008-2009). Kemudian
melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Budaya (2009-2012). Dan
melanjutkan sekolah menengah atas di MA Al-Wathoniyah 1 (2012-2015).
Pada tahun 2015 penulis melanjutkan SI di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Program Studi Ilmu
Perpustakaan. Kemudian penulis menyelesaikan kuliahnya dengan menulis
skripsi berjudul ―Perilaku Pencarian Informasi Komunitas Backpacker
Jakarta‖. Penulis pernah menjalani Praktek Kerja Lapangan di Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(PDII-LIPI) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kalibaru Kec. Pakuhaji,
Tangerang, Banten. Selain itu penulis pernah menjalani magang di
Perpustakaan Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah (2016),
Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (2017), Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah (2017-2018). Dan
penulis pernah melakukan projek perpustakaan di Perpustakaan Koleksi
Nurcholis Madjid (2017), dan melakukan projek arsip di Record Centre
Fakultas Adab dan Humaniora (2019).
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146