23
BEHAVIOR OF PIG BREEDERS IN HANDLING THE RUBBISH AT TUA VILLAGE MARGA SUB-DISTRICT TABANAN DISTRICT BALI PROVINCE BY N.W. Tatik Inggriati, I.W. Alit Artha Wiguna 1) ,I.N. Suparta, and Gd. Suarta Animal Husbandry Faculty Udayana University Denpasar – Bali 1) Senior Extension Institute for Agriculture Assesment Technology (IAAT) of Bali Province E-mail [email protected], HP. 085237013422 ABSTRACT Pig breeding at Tua village can the environment problem, because difficulty in wasting the rubbish. The purpose of the research included : 1) to know pig breeders behavior ( knowledge, attitude, and application handling the rubbish), and 2) to know the knowledge and attitude related with application handling the rubbish. The research design was a survey using a questionnaire for data collection tool. Research was conducted at Tua village there were 30 pig breeders as respondents by purposive sampling method. Data were analyzed descriptively and the Spearman Gradual Coefficient. Results of the research: 1) Score percentage of the breeder knowledge is high category (70,45%), score percentage of the breeder attitude is negative category (46,70%), and score percentage of the breeder application is low category (50,55%); and 2) Knowledge of the breeder has an unreal relationship (p>0,10) and attitude of the breeder has a real relationship (p<0,10) to application handling the rubbish. Suggestion to government, to improve their extension about handling the pig rubbish; and to pig breeders to implement more effective. Key words: pig breeders, behavior, rubbish PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI LIMBAH DI DESA TUA KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN BALI Oleh N.W. Tatik Inggriati, I.W. Alit Artha Wiguna 1) , I.N. Suparta, dan Gd. Suarta Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Denpasar-Bali 1) Penyuluh Senior pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)-Bali E-mail [email protected], HP. 085237013422

PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

BEHAVIOR OF PIG BREEDERS IN HANDLING THE RUBBISH

AT TUA VILLAGE MARGA SUB-DISTRICT TABANAN DISTRICT BALI PROVINCE

BY

N.W. Tatik Inggriati, I.W. Alit Artha Wiguna1),I.N. Suparta, and Gd. Suarta

Animal Husbandry Faculty Udayana University Denpasar – Bali 1) Senior Extension Institute for Agriculture Assesment Technology (IAAT) of Bali Province

E-mail [email protected], HP. 085237013422

ABSTRACT

Pig breeding at Tua village can the environment problem, because difficulty in wasting the rubbish. The purpose of the research included : 1) to know pig breeders behavior ( knowledge, attitude, and application handling the rubbish), and 2) to know the knowledge and attitude related with application handling the rubbish. The research design was a survey using a questionnaire for data collection tool. Research was conducted at Tua village there were 30 pig breeders as respondents by purposive sampling method. Data were analyzed descriptively and the Spearman Gradual Coefficient. Results of the research: 1) Score percentage of the breeder knowledge is high category (70,45%), score percentage of the breeder attitude is negative category (46,70%), and score percentage of the breeder application is low category (50,55%); and 2) Knowledge of the breeder has an unreal relationship (p>0,10) and attitude of the breeder has a real relationship (p<0,10) to application handling the rubbish. Suggestion to government, to improve their extension about handling the pig rubbish; and to pig breeders to implement more effective.

Key words: pig breeders, behavior, rubbish

PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI LIMBAH

DI DESA TUA KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN BALI

Oleh

N.W. Tatik Inggriati, I.W. Alit Artha Wiguna1), I.N. Suparta, dan Gd. Suarta

Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Denpasar-Bali

1) Penyuluh Senior pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)-Bali

E-mail [email protected], HP. 085237013422

Page 2: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

ABSTRAK

Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian bertujuan untuk: 1) mengetahui perilaku peternak (tingkat pengetahuan, sikap, dan penerapan peternak dalam menangani limbah ternak babi) ; dan 2) Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tingkat penerapan penanganan limbah ternak babi. Rancangan penelitian adalah survai, menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Lokasi penelitian di Desa Tua, dengan mengambil responden secara purposive sebanyak 30 orang peternak babi. Analisis data dilakukan secara deskkriptif dan Coeffisien Corelasi Jenjang Sepearman. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Tingkat pengetahuan dalam katagori tinggi (skor 70,45%), tingkat sikap dalam kategori negative (skor 46,70%), dan tingkat penerapan penanganan limbah dalam katagori rendah (skor 50,55%); 2) Faktor pegetahuan berhubungan tidak nyata (p>0,10), sedangkan sikap berhubungan nyata (p<0,10) dengan tingkat penerapan peternak dalam menangani limbah ternak babi. Saran untuk pemerintah agar memperbaiki penyuluhan tentang cara menangani limbah babi, dan untuk peternak agar meningkatkan penerapan dalam menangani limbah babi.

Kata kunci: peternak babi, perilaku, limbah babi

PENAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya pendapatan, dari tahun

ke tahun di Indonesia, mengakibatkan meningkatnya permintaan akan bahan pangan hewani. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan dari Direktorat Budidaya Ternak (2012) bahwa, permintaan

akan bahan pangan asal hewan, baik untuk konsumsi masyarakat maupun bahan baku industri,

termasuk industri pariwisata di Bali akan terus meningkat. Permintaan yang meningkat menuntut

adanya peningkatan produksi ternak. Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan

yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daging. Peternak di pedesaan,

khususnya di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, banyak menjalankan usaha

ternak babi, dari usaha sambilan dengan jumlah babi dibawah 100 ekor, sampai dengan usaha

Page 3: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

komersial dengan jumlah babi yang dipelihara lebih dari 100 ekor, namun belum melakukan

penangan limbah dengan baik.

Peternak babi di desa Tua sampai saat ini belum menangani limbahnya dengan baik,

sehingga menimbulkan masalah seperti bau busuk dan pemandangan yang tidak baik karena

limbah babi yang dibuang sembarangan. Hal tersebut sangat menggagu masyarakat sekitar

peternakan. Peternak sebagian besar membuang limbah ke sungai, sehingga terjadi pencemaran

pada air sungai. Air sungai yang biasanya dipergunakan untuk mandi oleh masyarakat, saat ini

sudah tidak bisa dipergunakan untuk mandi lagi. Kondisi tersebut terjadi, disebabkan oleh kurang

perdulinya peternak tentang cara penanganan limbah babi secara benar. Keprdulian peternak

tentang cara penanganan limbah dapat ditingkatkan, melalui penyuluhan yang tepat dari

pemerintah. Penyuluhan yang tepat bagi peternak babi di desa Tua, adalah penyuluhan yang

memberi nilai tambah pada peternak, seperti cara pembuatan pupuk kompos dari kotoran babi,

yang dapat dijual untuk menambah penghasilan peternak. Melalui penyuluhan, akan dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan peternak, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan keperdulian dan penerapan dalam menangani limbah ternak babi.

Desa Tua yang berlokasi dekat dengan daerah wisata Jati Luwih, merupakan jalur wisata

dari Denpasar menuju Jati Luwih. Kondisi tersebut memungkinkan dikembangkannya industri

pariwisata di desa tersebut. Saat ini masyarakat desa Tua sudah mulai membuat usaha yang

mengarah ke usaha yng dapat mendukung berkembangnya industri pariwisata. Masyarakat

menginginkan desa Tua juga menjadi tujuan wisata, sehingga masyarakat setempat sudah mulai

membuat warung makan yang berbasiskan makanan lokal. Desa yang menjadi tujuan wisata yang

diidamkan oleh masyarakat, akan dapat terwujud dengan baik apabila tidak terganggu oleh kondisi

alam yang kurang baik, seperti adanya bau busuk dan limbah babi yang berserakan.

Page 4: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

Menurut Dinas Peternakan Provinsi Bali (2000) bahwa, untuk mengatasi masalah

lingkungan yang ditimbulkan oleh peternakan babi, diperlukan suatu teknologi baru (inovasi)

mengenai usaha ternak babi ramah lingkungan. Penyampaian inovasi tersebut dapat dilakukan oleh

dinas terkait, melalui proses penyuluhan. Metoda penyuluhan yang tepat akan dapat meningkatkan

perilaku peternak babi dalam menangani limbah. Sebelum melakukan penyuluhan, sangat

dibutuhkan data tentang perilaku peternak babi yang ada sebelum penyuluhan dilaksanakan.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang “Perilaku Peternak Babi

dalam Menangani Limbah di Desa Tua kecamatan Marga kabupaten Tabanan Bali”

Rumusan masalah

Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:

1) Bagaimana perilaku (tingkat pengetahuan, sikap, dan penerapan) peternak dalam menangani

limbah babi di desa Tua?

2) Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tingkat penerapan peternak dalam

menangani limbah ternak babi?

Hipotesis

Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:

1) Tingkat perilaku peternak (tingkat pengetahuan dalam katagori rendah, tingkat sikap dalam

katagori negatif, dan tingkat penerapan dalam katagori sangat rendah) dalam menangani

limbah ternak babi.

2) Pengetahuan dan sikap berhubungan dengan penerapan peternak dalam menangani limbah

babi.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah untuk:

Page 5: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

1) Mengetahui perilaku peternak (tingkat pengetahuan, sikap, dan penerapan peternak dalam

menangani limbah ternak babi).

2) Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tingkat penerapan

penanganan limbah ternak babi.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk pemerintah dapat sebagai acuan dalam menjalankan penyuluhan dengan metoda yang

tepat untuk peternak babi di desa Tua, terutama dalam hal penanganan limbah babi secara benar.

2) Untuk peternak babi dapat memberi motivasi supaya mau melakukan penanganan limbah babi

dengan baik, sehingga dapat menjaga kebersihan lingkungan dan terhindar dari gangguan bau

busuk.

3) Untuk masyarakat luas diharapkan ikut berperan dalam menangani limbah ternak babi, dengan

lebih sering mengingatkan peternak babi di Desa Tua khususnya, tentang kerugian dan bahaya

untuk kesehatan manisia, yang ditimbulkan oleh pencemaran lingkungan sebagai akibat dari

limbah babi yang tidak mendapat penanganan secara benar

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Babi

Babi merupakan ternak omnivora (pemakan segala) sehingga berkompetisi dengan

manusia terhadap makanan. Babi juga merupakan ternak yang sangat baik dalam memanfaatkan

hasil sampingan dari produk pertanian dan limbah dapur, namun ternak babi tidak mampu

mencerna serat kasar seperti halnya ternak ruminansia. Hal tersebut dapat menyebabkan babi tidak

Page 6: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

dapat berproduksi dengan baik, jika ransum hanya terdiri dari hijauan saja (Williamson dan Payne,

1993). Tujuan pemeliharaan ternak babi pada umumnya untuk memproduksi daging, kulit, dan

pupuk kompos. Keutungan yang dapat diperoleh dari peternakan babi cukup besar, karena babi

memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, sehingga perputaran modal menjadi lebih cepat.

Keberhasilan usaha ternak babi ditunjang oleh panca usaha peternakan babi meliputi: pemilihan

bibit, pemberian pakan, tatalaksana, reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, serta

pemasaran (Darmawan, 1992).

Sistem peternakan babi di Bali secara umum, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu system

peternakan komersial dan system peternakan sebagai usaha sambilan. Peternakan komersial

memiliki ciri antara lain: jumlah ternak yang dipelihara lebih dari 100 ekor, tata laksana

pemeliharaan dilakukan secara intensif, dan keuntungan menjadi tujuan utama dari usaha. Usaha

ternak babi sebagai sambilan adalah usaha ternak yang memiliki ciri: jumlah ternak yang

dipelihara kurang dari 100 ekor, dengan tatalaksana yng sederhana, pakan yang diberikan seadanya

( hanya diberikan sisa dapur), sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual sesuai keperluan.

Ternak babi di Bali digunakan sebagai sumber daging dan juga dipergunakan untuk upacara

(Mastika, 1991).

Limbah Peternakan Babi dan Pengolahannya

Limbah pternakan babi merupakan sisa buangan dari kegiatan usaha ternak babi yang dapat

berupa limbah padat dan cair seperti, feses, urine, dan sisa makanan. Volume limbah yang

dihasilkan tergantung dari jumlah babi yang dipelihara. Limbah ternak babi perlu ditanpung di

tempat penampungan sementara, misalnya dibuatkan semacam kolam dengan sistem manajemen

limbah yang praktis. Hal ini dapat dilakukan sebelum limbah digunakan untuk membuat pupuk

kompos. Menurut Rahayu (2009) bahwa, tempat penampungan harus memenuhi syarat sebagai

Page 7: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

berikut: 1) Volume penampungan harus cukup untuk limbah yang dihasilkan oleh peternak supaya

limbah tidak tercecer atau berserakan; 2) Tempat penampungan harus cukup untuk menampung

limbah dalam jangka waktu tertentu, sehingga tidak sampai kandungan hara pada limbah

berkurang; 3) Struktur penampungan harus menjamin bahwa limbah tidak mencemari air di

sekitarnya; 4) Limbah yang ditampung harus mudah diangkat untuk diproses lebih lanjut.

Usaha peternakan babi bermanfaat sebagai penyedia bahan pangan hewani, sebagai sumber

protein yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang bisa mengkonsumsinya. Direktorat

Budidaya Ternak (2012) menyatakan bahwa, usaha ternak babi yang dilakukan secara intensif dan

dalam skala besar, dapat menimbulkan masalah lingkungan. Limbah ternak babi jika tidak

ditangani dengan baik, akan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, menggagu pemandangan,

dan bisa menjadi sumber penyakit. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut

adalah dengan melakukan perencanaan yang lebih matang, sebelum memulai usaha peternakan

babi secara intensif.

Direktorat Budidaya Ternak (2012) lebih lanjut menjelaskan bahwa, perencanaan lokasi

usaha peternakan babi terutama usaha sekala besar, perlu dipersiapkan untuk jangka waktu 20-25

tahun, karena modal yag diinvestasikan sangat tinggi. Faktor fisik, ekonomis, dan sosial budaya

yang ada pada masyarakat setempat harus menjadi bahan pertimbangan sebelum memulai usaha

peternakan babi terutama yang berskala besar. Hal tersebut perlu dilakukan agar sesuai dengan

makna yang terkandung dalam peraturan yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Undang-

Undang RI No.4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup, terutama pasal 16 yaitu setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting

terhadap lingkungan, wajib dilengkapi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), yang

pelaksanaannya diatur oleh peraturan pemerintah.

Page 8: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

Limbah ternak babi dapat diolah untuk dijadilan pupuk kompos, yang bermanfat dalam

menjaga kesuburan lahan pertanian secara alami. Proses pembuatan kompos dari limbah babi

memerlukan lokasi yang tepat, sehingga tidak mencemari air tanah di sekitarnya. Kondisi dan

ambang air tanah dapat diketahui dengan melakukan pengujian dengan cara menggali satu atau

dua lubang, sehingga mempermudah memilih lokasi penampungan limbah babi tersebut

(Direktorat Budidaya Ternak, 2012).

Menurut Soemirat (2000), dalam upaya mencegah terjadinya pencemaran lingkungan,

diperlukan perhatian khusus terhadap beberapa hal seperti berikut: 1) Mencegah timbulnya erosi

dengan melakukan penghijauan di areal pemukiman; 2) Pengelolaan limbah ternak agar

ditingkatkan, guna menghindari timbulnya polusi dan gangguan lain yang berasal dari tempat

penampungan kotoran dan usaha ternak babi, seperti bau busuk, suara bising, serangga, tikus, serta

pencemaran air sungai; 3) Setiap usaha budidaya ternak babi, agar membuat tempat pengelolaan

limbah baik yang dalam bentuk padat, cair ataupun gas, yang kapasitasnya sesuai dengan limbah

yang dihasilkan dari usaha ternak tersebut; 4) Setiap usaha bididaya ternak babi agar membuat

tempat penampungan kotoran dan air kencing dengan sistem bak penampungan bertingkat; 5)

Disarankan agar disekitar lahan ditanami pohon kamboja, jarak atau kenanga untuk menyerap bau

yang tudak sedap.

Perilaku Peternak

Kast dan Rosenzweig (1995) menyatakan bahwa perilaku adalah cara bertindak yang

menunjukkan tingkah laku seseorang dan merupakan hasil kombinasi antara pengembangan

anatomis, fisiologis, dan psikologis. Gabungan atribut biologis, psikologis, dan pola perilaku

aktual menghasilkan kepribadian (character). Keperibadian merupakan kombinasi yang kompleks

Page 9: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

dari sifat dan mental, nilai-nilai, sikap, kepercayaan, selera, ambisi, minat, kebiasaan, dan ciri-ciri

yang membentuk diri seseorang yang unik (unique self).

Kast dan Rosenzweig (1995) didukung Sudrajat (2008) menyatakan bahwa, perilaku

seseorang dapat berubah karena berbagai faktor. Seseorang cenderung mengulangi perilaku yang

menguntungkan, dan mengindari perilaku yang merugikan. Proses terbentuknya pola perilaku

seseorang terjadi karena adanya faktor penyebab dan faktor penggerak.

Selanjutnya Simamora (2004) telah merangkum teori perilaku berdasarkan Teori

Sosiologis dan Teori Antropologis. Teori Sosiologis menyatakan bahwa, perilaku seseorang

dipengaruhi oleh lingkungan sosial, seperti keluarga dan kelompok-kelompok sosial di sekitarnya.

Teori Antropologis juga memandang perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya,

namun pada konteks yang lebih luas seperti kebudayaan, sub-kultur, dan kelas sosial.

Rakhmat (1995) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh situasi yang

dihadapi, sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Perilaku manusia merupakan

hasil interaksi yang menarik antara keunikan individual dan keumuman situasional. Sebelumnya

Samsudin (1987) menyatakan bahwa perubahan perilaku petani dipengaruhi oleh status sosial,

status ekonomi, psikologis, tingkat pendidikan, pola usahatani, luas pemilikan lahan, letak dan

topografi desa. Selanjutnya Pasandaran dan Hermanto (1995) menyatakan bahwa perilaku

dipengaruhi oleh aksesibelitas penggunaan informasi, ketersediaan sarana produksi, sosial budaya,

dan kelembagaan.

Sistem Penyuluhan dalam Pembangunan Pertanian

Menurut Mardikanto (1993) penyuluhan pertanian adalah proses perubahan perilaku

(pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan petani, agar mereka tahu, mau dan mampu

melaksanakan perubahan-perubahan dalam usahataninya. Tujuan penyuluhan adalah tercapainya

Page 10: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahtraan keluarga yang ingin

dicapai melalui pembangunan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan salah satu ujung

tombak pemerintah di lapangan yang dapat meningkatkan produksi pertanian secara umum dan

peternakan khususnya.

Penyuluhan pertanian berperan dalam upaya peningkatan produksi,

penghasilan/pendapatan, dan akhirnya kesejahtraan sepanjang masa. Dalam pelaksanaannya

penyuluhan pertanian diupayakan dapat mengikuti perkembangan lingkungan dan kebutuhan

petani, dengan memperhatikan dan melaksanakan unsur-unsur falsafah penyuluhan. Masalah

pokok yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga penyuluh.

Mulyono (2011) menyampaikan bahwa, berdasarkan filosofi dasar dan definisi penyuluhan

pertanian, maka tujuan penyuluhan pertanian yang ingin dicapai bagi pelaku utama dan pelaku

usaha adalah bertani lebih baik (better farming); berusahatani lebih menguntungkan (better

business); hidup lebih sejahtera (better living); masyarakat lebih baik (better community);

kelestarian lingkungan lebih terjaga (better environment). Selanjutnya Djari (2001) menyatakan

bahwa peranan dari penyuluh pertanian adalah sebagai fasilitator, motivator dan sebagai

pendukung gerak usaha petani-peternak. Peran penyuluh sebagai fasilitator dan motivator

merupakan titik sentral dalam memberikan penyuluhan kepada petani-peternak tentang pentingnya

berusaha tani dengan memperhatikan pelestarian sumber daya alam.

Pentingnya penyuluhan dalam pembangunan pertanian termasuk peternakan, juga

diungkapkan oleh Leeuwis (2006) bahwa, penyuluh bukan hanya sebagai penyebar informasi,

tetapi juga memiliki tujuan untuk membangun, membujuk atau mendorong terjadinya pendisainan

inovasi baru. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa, inovasi yang efektif khususnya dibidang

Page 11: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

pertanian dan pengelolaan sumber daya, memasukkan unsur sosial, teknis, dan proses alam yang

seimbang.

Inggriati (2014) dari hasil penelitiannya mendapatkan bahwa, sistem penyuluhan yang

efektif untuk meningkatkan perilaku peternak sapi bali perbibitan dalam menerapkan teknis dan

manajemen produksi, adalah penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh yang professional, dengan

materi penyuluhan yang inovatif. Hal tersebut juga dapat terjadi pada peternak babi, khususnya

dalam hal penanganan limbah, karena diperlukan juga penyuluh yang professional, dan dengan

materi penyuluhan yang inovatf. Materi penyuluhan yang inovatif adalah materi yang dapat

memberi nilai tambah secara ekonomi, social, dan budaya di masyarakat.

METODA PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah, explanatory research disign yang merupakan rancangan

penelitian survei yang bertujuan menjelaskan pengaruh dan hubungan antara peubah melalui

pengujian hipotesis (Singarimbun, 1989). Lokasi penelitian di Desa Tua, Kecamatan Marga,

Kabupaten Tabanan Bali. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan Mei sampai Juni

2015. Responden diambil secara purvosipe yaitu peternak babi yang berlokasi di Desa Tua, dan

pada saat penelitian berlangsung sedang memelihara babi. Jumlah responden sebanyak 30 orang

yang ditentukan secara quota sampling.

Data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari hasil

wawancara secara langsung dengan responden, dengan menggunakan kuisioner terstruktur sesuai

dengan tujuan penelitian. Untuk melengkapi data primer yang tidak terkaper, juga dilakukan

observasi langsung di lokasi peternakan. Data sekunder diambil dari monografi desa Tua, sebagai

gambaran mengenai keberadaan desa Tua.

Page 12: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

Untuk dapat dianalisis secara statistik, maka data kualitatif diubah menjadi data kuantitatip

yang disajikan dalam bentuk persen yang didasarkan atas skor maksimum ideal dengan rumus

sebagai berikut:

Keterangan: X = Perolehan Skor

SMI = Skor Maksimum Ideal

Untuk mengetahui tingkat perilaku responden (pengetahuan, sikap, dan penerapan), maka

dibuatkan suatu katagori dengan menggunakan rumus interval kelas sebagai berikut:

Interval Kelas =

Skor Nilai Tertinggi - Skor Nilai Terendah

Jumlah Kelas

= 100% - 20%

5

= 16%

Berdasarkan rumus interval kelas tersebut, maka setiap faktor yang berhubungan dengan

penerapan peternak dalam menangani limbah ternak babi, dapat disusun dalam lima katagori

(Tabel 1). Peubah penelitian terdiri dari: pengetahuan, sikap, dan penerapan.

Page 13: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

Tabel 1

Katagori Peubah Penelitian

No Peubah penelitian

Persentase pencapaian skor (%) dan Kriteria katagori

20-36 >36-52 >52-68 >68-84 >84-100

1 Pengetahuan Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

2 Sikap Sangat negatif

Negatif Ragu-ragu

Positf Sangat positif

3 Penerapan Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Untuk menjawab hipotesis no 1, data dianalisis secara deskriptif, dan untuk menjawab

hipotesis no 2, data dianalisis dengan menggunakan analisa Coeffisien Corelasi Jenjang Spearman

(Siegel, 1997), dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi

d = Selisih jenjang pasangan unsur yang diobservasi

N = Banyaknya pasangan unsur yang diobservasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak yang diamati dalam penelitian ini antara lain: umur, pendidikan

formal, pendidikan non-formal, pemilikan ternak babi, penguasaan lahan, pengalaman beternak

Page 14: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

babi, dan keikutsertaan dalam kelompok peternak. Berikut disajikan data beserta pembahasannya

untuk masing-masing unsur tersebut.

Umur. Umur peternak berkisar antara 35 – 56 tahun dengan rataan 42 tahun. Hal tersebut

menunjkkan bahwa, peternak babi di desa Tua masih tergolong produktif. Sesuai dengan Undang-

Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, yang menetapkan penduduk usia produktif adalah

antara umur 15 – 64 tahun. Perilaku peternak babi yang berumur produktif, berpotensi untuk

ditingkatkan melalui proses penyuluhan. Sejalan dengan Mardikanto (1993) yang menyatakan

bahwa penyuluhan adalah pendidikan non formal untuk mengubah perilaku petani dan

keluarganya. Perubahan perilaku petani berkaitan dengan umur, cara berpikir maupun kemampuan

fisik. Sejalan dengan Soejono (Levis,1987); Lestari, dkk (2009); dan Sari, dkk (2009) yang

menyatakan bahwa variabel umur berpengaruh terhadap cara berpikir dan kemampuan fisik dari

peternak untuk mengelola usaha ternaknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa, peternak babi

memiliki potensi untuk dibina dan didampingi dalam upanya meningkatkan kemampuannya dalam

menangani limbah babi.

Pendidikan Formal. Pendidikan formal yang pernah diikuti oleh peternak mulai dari

pendidikan Sekolah Menengh Pertama (SMP) sebanyak tiga orang (10,00%), Sekolah Menengah

Atas (SMA) sebanyak 26 orang (86,66%), dan satu orang (3,34%) berpendidikan Sarjana (S1).

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, peternak babi di Desa Tua memiliki pendidikan

yang cukup untuk bisa mengadopsi inovasi yang berkaitan dengan penanganan limbah babi.

Pendidikan formal dan kondisi fisik dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang, yang pada

akhirnya akan mempengaruhi kecepatan dalam mengadopsi suatu inovasi.

Pendidikan Non-Formal. Sebanyak 28 orang (93,33%) peternak belum pernah mendapat

pendidikan non-formal yang berkaitan dengan peternakan babi. Dua orang (6,67%) peternak

Page 15: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang pakan babi dari Dinas Peternakan Kabupaten

Tabanan. Pendidikan non-formal yang berkaitan dengan penanganan limbah babi belum pernah

didapat oleh seluruh (100,00%) peternak. Kondisi tersebut menyebabkan peternak tidak

memahami pentingnya penanganan limbah ternak babi. Berdasarkan hasil wawancara lebih

mendalam, alasan yang diberikan oleh 14 orang (46,66%) peternak adalah tidak pernah ada

penyuluhan tentang cara penanganan limbah babi; 15 orang (50;00%) peternak memberi alasan

karena sibuk sehingga tidak tahu tentang penyuluhan; dan sisanya sebanyak satu orang (3,34%)

peternak tidak memberi alasan. Tidak diperolehnya penyuluhan tentang penanganan limbah babi

oleh peternak, dapat menimbulkan rendahnya perilaku peternak dalam menangani limbah babi,

karena pada dasarnya perubahan perilaku peternak akan terjadi jika ada penyuluhan (Mardikanto,

1993 dan Molyono,2011).

Pemilikan Ternak Babi. Ternak babi yang dipelihara oleh peternak berkisar antara

sembilan sampai 144 ekor dengan rataan 27,04 ekor. Pemilikan ternak babi dibawah 100 ekor

masih tergolong dalam usaha sampingan (Mastika, 1991). Hal tersebut mengakibatkan peternak

belum mau berusaha secara maximal untuk menangani limbah babinya dengan benar. Peternak

bahkan tidak perduli dan menganggap sepele tentang masalah bau dan pemandangan yang kotor,

karena banyaknya limbah babi. Kondisi tersebut harus diubah dengan memberi penyuluhan

tentang pentingnya penanganan limbah babi secara tepat pada peternak.

Penguasaan Lahan. Luas lahan yang dikuasai oleh peternak berkisar antar dua sampai

0,55ha dengan rataan 0,11ha. Hal tersebut menunjukkan peternak babi di desa Tua termasuk

petani berlahan sempit. Kondisi tersebut juga menyebabkan peternak tidak dapat menangani

limbah babi secara makximal, karena terbentur oleh masalah keterbatasan lahan yang tersedia

untuk pengolahan limbah babi.

Page 16: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

Pengalaman Beternak Babi. Peternak memiliki pengalaman beternak babi antara 2-4

tahun sebanyak satu orang (3,33%), >4 – 6 tahun sebanyak 10 orang (33,34%), >6 – 8 tahun

sebanyak 18 orang (60,00%), dan >6 – 8 ahun sebanyak satu orang (3,33%). Berdasarkan data

tesebut dapat dikatakan sbagian besar (60,00%) peternak memiliki pengalaman anrata 6-8 tahun,

jadi sudah cukup banyak pengalaman, namun belum menangani limbah babi secara benar. Hal

tersebut membutuhkan penanganan dari pemerintah, melalui penyuluhan denga metoda yang tepat

dan memberi inovasi yang memberi nilai tambah secara ekonomi.

Keikutsertaan dalam Kelompok Peternak. Peternak yang ikut menjadi anggota

kelompok hanya satu orang (3,33%), sedangkan sisanya sebanyak 29 orang (96,67%) tidak ikut

menjadi anggota kelompok. Peternak yang tidak ikut dalam kelompok memberikan berbagai

alasan seperti: karena tidak menguntungkan sebanyak tiga orang (10,00%), dengan alasan sibuk

sebanyak 10 orang (33,33%), dengan alasan berkelompok terlalu ribet karena banyak aturan

sebanyak delapan orang (26,66%), karena beternak hanya sebagai usaha sambilan sebanyak lima

orang (16,66%), karena tidak ada kelompok sebanyak satu orang (3,33%), dan tidak menjawab

sebanyak dua orang (6,66%). Kondisi tersebut dapat menyulitkan dalam memberikan penyuluhan

pada peternak babi, karena penyuluhan dengan metode kelompok sangat efektif untuk mengubah

perilaku peternak (Inggriati, 2014).

Perilaku Peternak Babi

Perilaku peternak yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari: pengetahuan, sikap, dan

penerapan peternak dalam menangni limbah babi.

Pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan pencapaian skor pengetahuan peternak

berkisar antara 69,23% sampai 83,11%, dengan rataan 70,45% (dalam katagori tinggi) dari skor

maximum ideal 35. Peningkatan pengetahuan akan terjadi apabila proses penyuluhan tentang cara

Page 17: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

menangani limbah dilakukan secara kontinyu, disertai dengan kemampuan penyuluh yang

memadai dalam menyampaikan inovasi (penyuluh yang professional). Menurut Asngari (2001)

bahwa, apabila penyuluhan tidak dilakukan secara kontinyu, maka akan terjadi kesenjangan antara

perkembangan kebutuhan manusia dengan kemajuan teknologi. Pengetahuan yang tergolong

tinggi pada peternak, ternyata tidak diikuti oleh sikap yang positif dan penerapan yang tinggi. Hal

tersebut berarti pengetahuan yang tinggi tanpa diikuti oleh sikap yang positif, tidak akan dapat

meningkatkan penerapan suatu inovasi oleh peternak babi di desa Tua.

Sikap. Hasil penelitian menunjukkan pencapaian prosentase skor berkisar antara 37,35%

sampai 50,22%, dengan rataan skor 46,70% (kategori negatif) dari skor maximum ideal 35. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Siagian (1988) yang menyatakan bahwa, sikap adalah suatu

bentuk pernyataan evaluatif oleh seseorang terhadap suatu obyek. Didukung oleh Donnelly (1996)

yang menyatakan bahwa, sikap adalah determinan perilaku, karena berkaitan dengan persepsi,

kepribadian dan motivasi. Peternak di desa Tua perlu ditingkatkan sikapnya menjadi lebih positif

terhadap penanganan limbah babi. Hal tersebut akan biaa dicapai apabila pemerintah memberikan

perhatian, dengan mendampingi dan memberikan inovasi teknologi pengolahan limbah yang tepat,

dan mudah dilakukan, serta memberi nilai lebih secara ekonomi. Inovasi yang dapat diberikan

adalah teknologi pembuatan pupuk kompos secara sederhana, dengan tidak membutuhkan lahan

yang luas untuk melakukannya, karena peternak di desa Tua termasuk peternak berlahan sempit.

Penerapan. Hasil penelitian menunjukkan pencapaian prosentase skor berkisar antara

36,55% sampai 49,65%, dengan rataan skor 50,55% (katagori rendah) dari skor maximum ideal

35. Kondisi tersebut juga berarti bahwa, untuk meningkatkan penerapan, dibutuhkan peningkatan

pengetahuan dan sikap yang memadai mengenai teknis penanganan limbah babi. Pentingnya

pengetahuan karena dapat merupakan faktor penentu bagi peternak dalam mengambil keputusan

Page 18: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

untuk melakukan teknis penanganan limbah babi secara benar. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Rogers dan Shoemaker (1971), yang menyatakan bahwa, pengetahuan merupakan basis

dalam mengambil keputusan untuk menerima atau tidak suatu inovasi. Rendahnya penerapan

teknis penangnan limbah oleh peternak di desa Tua, disebabkan oleh peternak yang sibuk dengan

pekerjaan lain yang lebih cepat mendatangkan hasil, seperti menjadi buruh bangunan, ataupun

menjadi pedagang hasil pertanian, seperti sayuran. Berdasarkan kondisi tersebut, untuk dapat

meningkatkan penerapan teknis penanganan limbah, diperlukan inovasi teknologi yang memberi

keungan lebih besar dari pekerjaan yang telah dilakukan oleh peternak.

Hubungan antara Sikap dan Pengetahuan dengan Tingkat Penerapan. Faktor

pegetahuan berhubungan tidak nyata (p>0,10), sedangkan sikap berhubungan nyata (p<0,10)

dengan tingkat penerapan peternak dalam menangani limbah ternak babi (Tabel 2).

Tabel 2

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tingkat Penerapan

No Variabel rs thitung

1 Pengetahuan 0,17 1,25tn

2 Sikap 0,22 1,34n

Keterangan: n: nyata (p<0,10), tn: tidak nyata (p>0,10). t (p 0,10) db 28 = 1,319

Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya penyuluhan tentang penanganan limbah babi,

dengan menggunakan metoda yang tepat, agar sikap peternak dapat ditingkatkan. Sikap yang

semakin positip akan dapat meningkatkan penerapan teknis penanganan limbah babi di desa Tua.

Sikap peternak merupakan pernyataan epaluatif peternak terhadap penanganan limbah babi, sesuai

dengan Siagian (1988) yang menyatakan bahwa, sikap adalah suatu bentuk pernyataan evaluatif

oleh seseorang terhadap suatu obyek. Sikap dapat berubah menjadi lebih positif, jika peternak

menilai bahwa penanganan limbah babi akan mendatangkan hasil yang lebih tinggi. Berdasarkan

hasil penelitian ini, pemerintah hendaknya berupaya untuk mendapatkan tenologi pengolahan

Page 19: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

limbah yang dapat dilakukan secara mudah oleh peternak dan memberikan hasil yang lebih tinggi.

Pada saat ini peternak hanya membiarkan limbah babinya di lokasi dekat kandang, dan kalau sudah

menumpuk barulah dipindahkan sedikit demi sedikit ke kebun untuk difungsikan sebagai pupuk

organik atau pupuk kandang. Peternak yang lokasi kandangnya dekat sungai, bahkan membiarkan

limbahnya baik feses, urine, sisa pakan, dan bahkan babi yang sudah mati dibuang begitu saja ke

sungai.

Kondisi tersebut tidak dapat dibiarkan terjadi secara terus menerus, karena kotoran babi

yang tidak diolah sebelum dipergunakan sebagai pupuk dapat menghasilkan panas yang berlebihan

setelah berada di kebun, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian pada tanaman.

Limbah babi yang dibuang ke sungai telah menimbulkan masalah bau busuk yang menyengat dan

menggagu masyarakat yang bermukim di sekitar kandang. Memperhatikan kondisi peternak

berdasarkan pemilikan lahan yang sempit, maka tekonologi yang dapat dilakukan adalah dengan

memberi penyuluhan tentang cara pembuatan pupuk kompos dari limbah peternakan babi.

Teknologi pengomposan dapat dilakukan secara sederhana pada masing-masing peternak, dan

hasilnya dapat dijual ataupun digunakan untuk kebutuhan sendiri.

Pengetahuan yang tinggi, namun sikap yang negatif, dan penerapan yang rendah,

menunjukkan kurangnya penyuluhan dan pendampingan yang berkaitan dengan penanganan

limbah ternak babi di desa Tua. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan system

penyuluhan di Kabupaten Tabanan, khususnya di desa Tua, belum berjalan dengan baik, padahal

desa Tua memiliki potensi untuk menjadi desa tujuan wisata. Hal tersebut akan sulit tercapai

apabila lingkungan masih tercemar oleh bau busuk dari limbah babi. Banyak warung makan yang

berada di dekat kandang babi, telah merasa terganggu oleh bau busuk tersebut, sehingga

masyarakat yang berada di dekat kandang babi milik peternak, sangat mengharapkan berbagai

Page 20: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

pihak yang terkait seperti Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tabanan, aparat

Desa Tua, untuk memberi perhatian dan penanganan terhadap limbah ternak babi di Desa Tua.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Perilaku peternak yang meliputi: tingkat pengetahuan termasuk dalam katagori tinggi,

sikap dalam katagori negatif, dan penerapan dalam katagori rendah, dalam menangani

limbah babi di Desa Tua.

2) Tingkat pengetahuan berhubungan tidak nyata, sedangkan tingkat sikap berhubungan

nyata dengan tingkat penerapan peternak dalam menangani limbah babi di desa Tua.

sehigga system penyuluhan khususnya yang berkaitan dengan penanganan limbah

peternakan babi harus diperbaiki.

Saran

Berdasarkan simpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini, dapat disarankan beberapa hal

kepada pihak yang terkait dengan peternakan babi seperti berikut:

1) Kepada pemerintah pusat maupun daerah, agar memperbaiki sistem penyuluhan yang ada

saat ini. Sistem penyuluhan yang efektif dapat dilakukan oleh penyuluh yang professional,

dan dengan materi penyuluhan yang dapat memberi nilai tambah secara ekonomi, sosial

dan budaya bagi peternak babi. Materi penyuluhan yang dibutuhkan saat ini adalah

Page 21: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

teknologi tepat guna dalam menangani limbah babi di desa Tua, seperti; pembuatan pupuk

kompos dari limbah ternak babi.

2) Kepada peternak babi di desa Tua, agar mau belajar tentang cara penanganan limbah babi,

supaya tidak terjadi pencemaran lingkungan. Tempat belajar yang baik bagi peternak,

adalah dengan ikut sebagai anggota kelompok peternak, sehingga mendapat penyuluhan

secara rutin dari pemerintah. Melalui proses penyuluhan dapat diharapkan terjadi

peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peternak dalam menangani limbah babi.

3) Kepada masyarakat luas, agar ikut aktif untuk mengingatkan petrnak babi supaya

menangani limbah babi secara benar, karena dapat mencemari lingkungan yang pada

akhirnya akan mengganggu kesehatan manusia. Kesehatan manusia perlu mendapat

perhatian, karena sebagai penentu kualitas hidup generasi penerus bangsa.

4) Kepada para peneliti, hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut, agar ditemukan cara

yang tepat dalam penerapan tenologi penanganan limbah babi di desa Tua khususnya, di

derah lain yang memiliki permasalahan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Asngari, P.S. 2001. Peranan Agen Pembaharuan/ Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan (empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis . Orasi Ilmiah. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Darmawan,A.A.W. 1992. Beternak Babi. Denpasar: Dinas Peternakan Privinsi Bali

Dinas Peternakan Provinsi Bali. Laporan Tahunan. Denpasar: Dinas Peternakan Provinsi Bali

Direktorat Bududaya Ternak. 2012. Pedoman Penataan Budidaya Ternak Babi Ramah Lingkungan. Jakarta: Dirjen Peternakan.

Donnelly, G.I.,1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Bina Aksara.

Inggriati, T. N.W. Perilaku Peternak Sapi Bali Perbibitan dalam Sistem Penyuluhan di Bali (disertasi). Denpasar: Program Doktor, PS Ilmu Peternakan, Program Pascasarjana, UNUD.

Page 22: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

Kast, F.E., dan Rosenzweig, J.E. 1995. Organisasi dan Manajemen. Jilid 1, Ed. Ke-4, Cet. Ke-4.(A Hasyani Ali, Penerjemah).Jakarta: Bumi Aksara.Terjemahan dari:Organization and Manajement.

Leeuwis, C. 2006. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan, Berpikir kembali tentang Penyuluhan Pertanian. (Bernadetta Esti Sumarah, Penterjemah). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Terjemahan dari: Comunication for Rural Innovation, Rethingking Agricultural Sari, A.R., Trisakti, H., dan Suci, P.S. 2009. Karakteristik Katagori Adopter Dalam Inovasi Feed Additive herbal Untuk Ayam pedaging. Yogyakarta: Buletin Peternakan, Vol. 33. Hal 196-203.

Lestari, W., Syafril, H, dan Nahri,L. 2009. Tingkat Adopsi Inovasi Peternak Dalam peternak Ayam Broiler di Kecamatan Banyu Bang, Kabupaten Batang Hari. Jambi: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan.

Leilani, A dan Amri. J. 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten Provinsi Jawa Barat. (Journal penyuluhan)Bogor: Institut Pertanian Bogor

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Mastika I.M. 1991. Potensi Limbah Pertanian dan Industri Pertanian Serta Manfaatnya untuk Makanan Ternak. Denpasar: Fakultas Peternakan UNUD.

Mulyono. M. 2011. Membangun Penyuluhan Pertanian Profesional Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani. Perhimpunan Penyuluhan Pertanian Indonesia. Cetakan I. Jakarta: CV Poin Plus Asia.

Pasandaran, E. Hermanto, 1995. “Pengelolaan Sistem Irigasi Hemat Air dalam Rangka Mempertahankan Swasembada Beras”. Makalah dalam Lokakarya Nasional Hemat Air, Bandung 27 - 29 Juni 1995.

Rahayu, S.D.P. (2009). Pemanfaatan Kotoran Ternak Babi Sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Beserta Sosio Kultural-nya. Jakarta: Inotek 150-160.

Rakhmat, J. 1995. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remadja Karya.

Rogers and Shoemaker, F.F. 1971. Communication of Inovation. A Cross Cultural Research. London: The Free Press.

Samsudin, U. 1987. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Cet. Ke-3. Bandung: Binacipta.

Sari, A.R., Trisakti, H., dan Suci, P.S. 2009. Karakteristik Katagori Adopter Dalam Inovasi Feed Additive herbal Untuk Ayam pedaging. Yogyakarta: Buletin Peternakan, Vol. 33. Hal 196-203.

Page 23: PERILAKU PETERNAK BABI DALAM MENANGANI · PDF fileABSTRAK Usaha ternak babi di Desa Tua menimbulkan masalah lingkungan, karena kesulitan dalam membuang limbah kotoran babi. Penelitian

Siegel,S. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Zanzawi Sayuti dan Landung Simatupang, Penterjemah). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Non Parametric Statistics For The Behavioral Sciences.

Simamora, B. 2004.Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT SUN.

Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Di dalam: masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Editor. Metode Penelitian Survai: Ed. Rev. Cet. Ke-1. Jakarta: LP3ES.

Sudrajat, A. 2008.Teori-Teori Motivasi.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/02/06/teori-teori-motivasi/ (diunduh 8 Oktober 2012

Soemirat, J. (2000). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press