Upload
atika-prissilia
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
1/33
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan
TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau organ lain dalam tubuh, dan
TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru.1 Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan
khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi
adalah masalah diagnosis, pengobatan, pencegahan serta TB dengan keadaan khusus.2
Akhir tahun 1990-an, World Health Organization memperkirakan bahwa sepertiga
penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dengan angka tertinggi
di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah
yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap
merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah
kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian
sekitar 140.000 orang per tahun.3
Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB anak sering kali tidak khas. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit didapatkan spesimen diagnostik
yang dapat dipercaya. Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak, sering terjadi
overdiagnosis yang diikuti overtreatment. Di lain pihak, ditemukan juga underdiagnosis dan
undertreatment. Hal tersebut terjadi karena sumber penyebaran TB umumnya adalah orang
dewasa dengan sputum basil tahan asam positif sehingga penanggulangan TB ditekankan
pada pengobatan TB dewasa. Akibatnya penanganan TB anak kurang diperhatikan.2
Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau
visceralyang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat penyakit ini
juga sering mengenai seluruh peritoneum, alat sistem gastrointestinal, mesentrium dan organ
genitalia interna.1 Penyakit ini jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan
proses tuberkulosa di tempat lain terutama dari tuberkulosa paru, namun sering ditemukan
bahwa pada waktu diagnosa ditegakkan proses tuberkulosa di paru sudah tidak kelihatan lagi.Hal ini bisaterjadi karena proses tuberkulosa di paru mungkin sudah menyembuh terlebih
1 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
2/33
dahulu sedangkan penyebaran masih berlangsung di tempat lain.2 Karena perjalanan
penyakitnya yang berlangsung secara perlahan-lahan dan sering tanpa keluhan atau gejala
yang jelas maka diagnosa sering tidak terdiagnosa atau terlambat ditegakkan.3 Tidak jarang
penyakit ini mempunyai keluhan menyerupai penyakit lain seperti sirosis hati atau neoplasma
dengan gejala asites yang tidak terlalu menonjol.2
Peritonitis TB merupakan bentuk TB anak yang jarang dijumpai yaitu sekitar 1 5%
dari kasus TB anak. Umumnya terjadi pada dewasa dengan perbandingan perempuan lebih
sering dari laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.
.
2 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
3/33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut
dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau organ lain
dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. Bila kuman TB
menyerang otak dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningitis TB. Bila
kuman TB menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal, jantung, saluran
kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebut TB milier atau TB ekstrapulmoner.1
Tuberkulosis pada anak didefinisikan sebagai tuberkulosis yang diderita oleh
anak < 15 tahun.1 Seorang anak dikatakan terpapar TB jika anak memiliki kontak
yang signifikan dengan orang dewasa atau remaja yang terinfeksi TB, pada tahap ini
test tuberkulin negatif, rontgen toraks negatif. Infeksi terjadi ketika seseorang
menghirup droplet nuclei Mycobacterium tuberculosis dan kuman tersebut menetap
secara intraseluler pada jaringan paru dan jaringan limfoid sekitarnya, pada tahap ini
rontgen toraks bisa normal atau hanya terdapat granuloma atau kalsifikasi pada
parenkim paru dan jaringan limfoidnya serta didapatkan uji tuberkulin yang positif.
Sementara itu, seseorang dikatakan sakit TB jika terdapat gejala klinis yang
mendukung serta didukung oleh gambaran kelainan rontgen toraks, pada tahap inilah
seseorang dikatakan menderita tuberkulosis.4
TB ditularkan melalui udara (melalui percikan dahak penderita TB). Ketika
penderita TB batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan kuman TB
atau basil ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB hanya dengan menghirup
sejumlah kecil kuman TB. Penderita TB dengan status TB BTA (Basil Tahan Asam)
positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap
tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB. Seseorang yang
tertular dengan kuman TB belum tentu menjadi sakit TB. Kuman TB dapat menjaditidak aktif (dormant) selama bertahun-tahun dengan membentuk suatu dinding sel
3 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
4/33
berupa lapisan lilin yang tebal. Bila sistem kekebalan tubuh seseorang menurun,
kemungkinan menjadi sakit TB menjadi lebih besar. Seseorang yang sakit TB dapat
disembuhkan dengan minum obat secara lengkap dan teratur.2
II. EPIDEMIOLOGI
Akhir tahun 1990-an, World Health Organization memperkirakan bahwa
sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M. tuberculosis,
dengan angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama TB
paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga
di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju.3
Dari Alabama, Amerika, dilaporkan bahwa selama 11 tahun (1983-1993)
didapatkan 171 kasus TB anak usia < 15 tahun. Diperkirakan jumlah kasus TB anak
per tahun adalah 5-6 % dari total kasus TB. Di Negara berkembang, TB pada anak
berusia < 15 tahun adalah 15% dari seluruh kasus TB, sedangkan di negara maju
angkanya lebih rendah yaitu 5-7%.2
Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia
adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per
tahun. Jumlah seluruh kasus TB anak dari 7 Rumah Sakit Pusat Pendidikan di
Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) adalah 1086 penyandang TB. Kelompok usia
terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi < 12 bulan didapatkan
16,5%.3
Terdapat beberapa faktor risiko yang mempermudah terjadinya infeksi TB
maupun timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi
faktor risiko infeksi dan faktor risiko progresi infeksi menjadi penyakit. Faktor risiko
terjadinya infeksi TB antara lain anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB
aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat
dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti perawatan lain),
yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif.3
Anak yang terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit. Berikut ini adalah
faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi sakit TB.
Faktor risikonya adalah usia, infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji
4 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
5/33
tuberkulin (dari negatif menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromais, diabetes mellitus, gagal ginjal kronik.2
Peritonitis TB merupakan presentasi tuberkulosis yang jarang terutama pada
anak-anak tanpa penyakit yang melemahkan lainnya seperti sirosis, diabetes dan gagal
ginjal kronis dengan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).1
Diperkirakan bahwa peritonitis TB terjadi pada 0,1% -3,5% dari semua pasien dengan
TB paru dan merupakan 4% -10% dari semua TB paru.2,3 Sebagian besar kasus terjadi
di tahun 1930 atau 1940-an dan jarang terjadi pada anak-anak. 1,4 Hal ini merupakan
hasil dari penyebaran hematogen atau penyebaran menular dari fokus pada abdomen
atau kelenjar getah bening mesenterika.4,5 Kebanyakan pasien memiliki keluhan perut
yang bersifat kronis. Karena sifat protean dari manifestasi, diagnosis seringkali
tertunda dan tingkat komplikasi serta angka kematian meningkat. Oleh karena itu,
dokter harus menyadari penyakit ini untuk diagnosis dini.
III. ETIOLOGI
Terdapat 60 lebih spesies Mycobacterium, tetapi hanya separuhnya yang
merupakan patogen terhadap manusia. Hanya terdapat 5 spesies dari Mycobacterium
yang paling umum menyebabkan infeksi, yaitu: M. Tuberculosis, M. Bovis, M.
Africanum, M. Microti dan M. Canetti. Dari kelima jenis ini M. Tuberkulosis
merupakan penyebab paling penting dari penyakit tuberkulosis pada manusia. Ada 3
varian M. Tuberkulosis yaitu varian humanus, bovinum dan avium. Yang paling
banyak ditemukan menginfeksi manusia M. Tuberkulosis varian humanus.5
M. Tuberkulosis berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul,
nonmotil, pleomorfik, dan termasuk bakteri gram positif lemah, serta memiliki ukuran
panjang 1-10 mikrometer dan lebarnya 0,2-0,6 mikrometer. M. Tuberkulosis tumbuh
optimal pada suhu 37-410C dan merupakan bakteri aerob obligat yang berkembang
biak secara optimal pada jaringan yang mengandung banyak udara seperti jaringan
paru. Dinding sel yang kaya akan lipid menjadikan basil ini resisten terhadap aksi
bakterisid dari antibodi dan komplemen. Sebagian besar dari dinding selnya terdiriatas lipid (80%), peptidoglikan, dan arabinomannan. Lipid membuat kuman tahan
5 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
6/33
terhadap asam sehingga disebut BTA dan kuman ini tahan terhadap gangguan kimia
dan fisika. Oleh karena ketahanannya terhadap asam, M. Tuberkulosis dapat
membentuk kompleks yang stabil antara asam mikolat pada dinding selnya dengan
berbagai zat pewarnaan golongan aryl methan seperti carbolfuchsin, auramine dan
rhodamin. Kuman ini dapat bertahan hidup di udara yang kering atau basah karena
kuman dalam keadaan dorman. Dan dari keadaan dorman ini kuman dapat reaktivasi
kembali.1
Gambar 1.Mycobacterium Tuberculosis
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yaitu di dalam
sitoplasma makrofag karena pada sitoplasma makrofag banyak mengandung lipid.
Kuman ini bersifat aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman ini menyenangi jaringan
yang tinggi mengandung oksigen sehingga tempat predileksi penyakit ini adalah
bagian apikal paru karena tekanan O2 pada apikal lebih tinggi dari pada tempat
lainnya.4
M. Tuberkulosis dapat tumbuh pada medium klasik yang terdiri kuning telur
dan glyserin (medium Lowenstein-Jensen). Bakteri ini tumbuh secara lambat, dengan
waktu generasi 12- 24 jam. Pengisolasian dari spesimen klinis dari media sintetik
yang solid membutuhkan waktu 3-6 minggu dan untuk uji sensitivitas terhadap obat
membutuhkan tambahan waktu 4 minggu. Sementara itu, pertumbuhan bakteri ini
dapat dideteksi dalam 1- 3 minggu dengan menggunakan medium cair yang selektif
seperti BACTEC dan uji sensitivitas terhadap obat hanya membutuhkan waktu
tambahan 3-5 hari.5
6 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
7/33
IV. PATOGENESIS
Paru merupakan port d entree lebih dari 98 % kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil (
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
8/33
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer dijaringan paru mengalami
resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami
nekrosis perkijuan dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak
sesempurna fokus primer dijaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap
selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB. 2
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi
dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di
paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi
nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui
bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas).3
Kelenjar limfe parahilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal
pada awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga
bronkus akan terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal
menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme ventil. Obstruksi
total dapat menyebabkan ateletaksis kelenjar yang mengalami inflamsi dan nekrosis
perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga
menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat
menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gangguan
pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental kolaps-
konsolidasi.6
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer atau berlanjut menyebar secara
limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen langsung, yaitu kuman
masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran
hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.3
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk
penyebaran hematogenik tersamar. Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara
sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman
TB kemudian mencapai berbagai organ diseluruh tubuh, bersarang di organ yang
mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa dan kelenjar limfe
superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang,
ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut tetap hidup, tetapi
tidak aktif, demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut
8 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
9/33
dengan fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi
TB apeks paru saat dewasa.2
Pada anak, 5 tahun pertama setelah terjadi infeksi (terutama 1 tahun pertama)
biasanya sering terjadi komplikasi TB. Menurut Wallgren, ada tiga bentuk dasar TB
paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru
kronik. Tuberkulosis paru kronik adalah TB pascaprimer sebagai akibat reaktivasi
kuman di dalam fokus yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang
terjadi pada anak tetapi sering terjadi pada remaja dan dewasa muda.6
Patogenesis peritonitis TB didahului oleh infeksi M. tuberculosis yang
menyebar secara hematogen ke organ-organ di luar paru termasuk peritoneum.
Dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh dapat mengakibatkan
terjadinya peritonitis TB. Cara lain adalah dengan penjalaran langsung dari kelenjar
mesenterika atau dari tuberkulosis usus. Pada peritoneum terjadi tuberkel dengan
massa perkijuan yang dapat membentuk satu kesatuan (konfluen). Pada
perkembangan selanjutnya dapat terjadi penggumpalan omentum di daerah
epigastrium dan melekat pada organ-organ abdomen yang pada akhirnya dapat
menyebabkan obstruksi khusus. Di lain pihak, kelenjar limfe yang terinfeksi dapat
membesar yang menyebabkan penekanan pada vena porta dengan akibat pelebaran
vena dinding abdomen dan asites.
Tuberkulosis ekstrapulmonal, yang biasanya juga merupakan manifestasi TB
pascaprimer, dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. Tuberkulosis sistem
skeletal terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, paling banyak terjadi dalam 1 tahun,
tetapi dapat juga 2-3 tahun setelah infeksi primer. Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi
5-25 tahun setelah infeksi primer.2
Peritoneum dapat dikenai oleh tuberculosis melalui beberapa cara:9
1. Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru-paru.
2. Melalui dinding usus yang terinfeksi
3. Dari kelenjar limfe mesenterium
4. Melalui tuba falopi yang terinfeksi
Pada kebanyakan kasus tuberkulosis peritoneal terjadi bukan sebagai akibat
penyebaran perkontinuitatum tapi sering karena reaktifasi proses laten yang terjadi
pada peritoneum yang diperoleh melalui penyebaran hematogen proses primer
terdahulu (infeksi laten Dorman infection)2
Seperti diketahui lesi tuberkulosa
bisa mengalami supresi dan menyembuh. Infeksi masih dalam fase laten dimana
9 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
10/33
ia bisa menetap laten selama hidup namun infeksi tadi bisa berkembang
menjadi tuberkulosa pada setiap saat. Jika organism intraseluler tadi mulai bermul
tiplikasi secara cepat.2
Patologi
Terdapat 3 bentuk peritonitis tuberkulosa2,3
1. Bentuk eksudatif
Bentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk asites yang
banyak, gejala menonjol ialah perut membesar dan berisi cairan (asites). Pada bentuk
ini perlengketan tidak banyak dijumpai. Tuberkel sering dijumpai kecil-kecil
berwarna putih kekuning-kuningan milier,nampak tersebar di peritoneum atau pada
alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum.Disamping partikel yang kecil-kecil
yang dijumpai tuberkel yang lebih besar sampai sebesar kacang tanah. Disekitar
tuberkel terdapat reaksi jaringan peritoneum berupa kongesti pembuluh darah.
Eksudat dapat terbentuk cukup banyak, menutupi tuberkel dan peritoneum sehingga
merubah dinding perut menjadi tegang, Cairan asites kadang-kadang bercampur
darahdan terlihat kemerahan sehingga mencurigakan kemungkinan adanya keganasan.
Omentum dapat terkena sehingga terjadi penebalan dan teraba seperti benjolan tumor.
2. Bentuk adhesif
Disebut juga sebagai bentuk kering atau plastik dimana cairan tidak banyak
dibentuk.Pada jenis ini lebih banyak terjadi perlengketan. Perlengketan yang luas anta
ra usus dan peritoneum sering memberikan gambaran seperti tumor, kadangkadang
terbentuk fistel. Hal inidisebabkan karena adanya perlengketan-perlengketan.
Kadang-kadang terbentuk fistel, hal ini disebabkan karena perlengketan dinding usus
dan peritoneum parietal kemudian timbul proses nekrosis. Bentuk ini sering
menimbulkan keadaan ileus obstruksi. Tuberkel-tuberkel biasanya lebih besar.
3. Bentuk campuran
10 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
11/33
Bentuk ini kadang-kadang disebut juga kista, pembengkakan kista terjadi
melalui proses eksudasi bersama-sama dengan adhesi sehingga terbentuk
cairan dalam kantong-kantong perlengketan tersebut. Beberapa penulis menganggap
bahwa pembagian ini lebih bersifat untuk melihat tingkat penyakit, dimana
pada mulanya terjadi bentuk eksudatif dan kemudian bentuk adhesive.2
Pemberian hispatologi jaringan biopsy peritoneum akan memperlihatkan
jaringan granulasi tuberkulosa yang terdiri dari sel-sel epitel dan sel datia,
langerhans, dan pengkejutan umumnya ditemukan.2,9
11 | P a g eGambar 2. Patogenesis tuberkulosis3
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
12/33
V. MANIFESTASI KLINIS
IV.1 Perjalanan Alamiah
Manifestasi klinis TB di berbagai organ muncul dengan pola yang konstan,
sehingga dari studi Wallgren dan peneliti lain dapat disusun suatu kalender terjadinya
TB di berbagai organ.3
Gambar 3. Kalender perjalanan penyakit TB primer3
12 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
13/33
Proses infeksi TB tidak langsung memberikan gejala. Uji tuberkulin biasanya
positif dalam 4-8 minggu setelah kontak awal dengan kuman TB. Pada awal
terjadinya infeksi TB, dapat dijumpai demam yang tidak tinggi dan eritema nodosum,
tetapi kelainan kulit ini berlangsung singkat sehingga jarang terdeteksi. Sakit TB
primer dapat terjadi kapan saja pada tahap ini.2
Tuberkulosis milier dapat terjadi setiap saat, tetapi biasanya berlangsung
dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB, begitu juga dengan meningitis TB.
Tuberkulosis pleura terjadi dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB. Tuberkulosis
sistem skeletal terjadi pada tahun pertama, walaupun dapat terjadi pada tahun kedua
dan ketiga. Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi lebih lama, yaitu 5-25 tahun setelah
infeksi primer. Sebagian besar manifestasi klinis sakit TB terjadi pada 5 tahun
pertama, terutama pada 1 tahun pertama, dan 90% kematian karena TB terjadi pada
tahun pertama setelah diagnosis TB.3
V. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Karena patogenesis TB sangat kompleks, manifestasi klinis TB sangat
bervariasi dan bergantung pada faktor kuman TB, penjamu serta interaksi diantara
keduanya.Faktor kuman bergantung pada jumlah kuman dan virulensinya, sedangkan
faktor penjamu bergantung pada usia dan kompetensi imun serta kerentanan penjamu
pada awal terjadinya infeksi.2
Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala selama beberapa waktu. Tanda
dan gejala pada balita dan dewasa muda cenderung lebih signifikan sedangkan pada
kelompok dengan rentang umur diantaranya menunjukkan clinically silent dissease.3
V.I. Manifestasi sistemik
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik
karena dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa
manifestasi sistemik yang dapat dialami anak yaitu:3
1. Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang dapat
disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi. Temuan demam
13 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
14/33
pada pasien TB berkisar antara 40-80% kasus.
2. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan.
3. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak
naik dengan adekuat (failure to thrive).
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel.
5. Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi pada
anak bukan merupakan gejala utama.
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
7. Malaise (letih, lesu, lemah, lelah).
V.III. Pemeriksaan penunjang
Uji tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat
antigenik yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang telah
terinfeksi TB, maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Uji
tuberkulin cara mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-23 2TU
secara intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam
setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul. Jika tidak
timbul indurasi sama sekali hasilnya dilaporkan sebagai negatif.2,5
Secara umum hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi 10 mm
dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya. Hasil positif ini sebagian besar
disebabkan oleh infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh imunisasi
BCG atau infeksi M. atipik. Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter
indurasi 10-14 cm dinyatakan uji tuberkulin positif, kemungkinan besar karena infeksi
TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh BCG-nya, tapi bila ukuran
indurasinya 15 mm sangat mungkin karena infeksi alamiah. Apabila diameter
indurasi 0-4 mm dinyatakan uji tuberkulin negatif. Diameter 5-9 cm dinyatakan
positif meragukan. Pada keadaan imunokompromais atau pada pemeriksaan foto
thorak terdapat kelainan radiologis hasil positif yang digunakan 5mm.2,5
Radiologi
14 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
15/33
Gambaran foto Rontgen toraks pada TB tidak khas, kelainan-kelainan radiologis pada
TB dapat juga dijumpai pada penyakit lain.
Secara umum, gambaran radiologis yang sugestif TB adalah:
Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat
Konsolidasi segmental/lobar
Milier
Kalsifikasi dengan infiltrat
Atelektasis
Kavitas
Efusi pleura
Tuberkuloma
Serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang ada di antaranya adalah PAP TB, mycodot,
Immuno Chromatographic Test(ICT), dan lain-lain. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada
satupun pemeriksaan serologis yang dapat membedakan antara infeksi TB dan sakit TB.5
Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan mikroskopik
apusan langsung untuk menemukan BTA, pemeriksaan biakan kuman M. Tuberkulosis dan
pemeriksaan PCR.
Pada anak pemeriksaan mikroskopik langsung sulit dilakukan karena sulit
mendapatkan sputum sehingga harus dilakukan bilas lambung. Dari hasil bilas lambung
didapatkan hanya 10 % anak yang memberikan hasil positif. Pada kultur hasil dinyatakan
15 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
16/33
positif jika terdapat minimal 10 basil per milliliter spesimen. Saat ini PCR masih digunakan
untuk keperluan penelitian dan belum digunakan untuk pemeriksaan klinis rutin.2,5
Patologi Anatomik
Pemeriksaan PA dapat menunjukkan gambaran granuloma yang ukurannya kecil,
terbentuk dari agregasi sel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Granuloma tresebut
mempunyai karakteristik perkijuan atau area nekrosis kaseosa di tengah granuloma.
Gambaran khas lainnya ditemukannya sel datia langhans.2
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah sama dengan pemeriksaan pada TB
secara umum. Untuk mengetahui adanya peritonitis TB dapat dilakukan pemeriksaan foto
polos abdomen yaitudijumpai gambaran peritonitis, massa omentum dan asites. Apabila
dijumpai asites maka diperlukan pemeriksaan analisis cairan asites yang umumnya
didapatkan peningkatan jumlah sel dengan monosit dominant. Protein dan penurunan
glukosa. Biopsi peritonium dapat dilakukan untuk mencarigambaran patologis. KulturM.
Tuberculosis dapat dilakukan dengan bahan cairan asites ataupun biopsi peritonium.
Untuk memudahkan diagnosis TB paru pada anak, IDAI merekomendasiskan
diagnosis TB anak dengan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda
klinis yang dijumpai.9,10
16 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
17/33
Catatan:
Diagnosis dengan sistem skor ditegakkan oleh dokter.
Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis.
Berat badan dinilai saat datang.
17 | P a g e
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas -
Laporan
keluarga (BTA
negatif atau
tidak jelas)
BTA(+)
Uji Tuberkulin
Negatif - - Positif ( 10 mm
atau 5 mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan /
Status Gizi
- BB/TB < 90%
atau
BB/U < 80%
Klinis gizi
buruk
atau BB/TB 2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang
jelas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan ,anoreksia
dengan failure to thrive, pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya
multiple, batuk lama lebih dari 3 minggu, diare persisten serta malaise (letih, lesu, lemah,
lelah).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah uji tuberculin, interferon, radiologi, tes
serologi, mikrobiologi dan pemeriksaan patologi anatomi. Untuk memudahkan diagnosis
dapat digunakan sistem skoring TB.
Prinsip dasar pengobatan TB minimal tiga macam obat pada fase intensif dan
dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau lebih). Obat TB utama
(first line, lini utama) saat ini adalah rifampisin (R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol
(E), dan Streptomisin (S). Rifampisin dan isoniazid merupakan obat pilihan utama dan
ditambah dengan pirazinamid, etambutol, dan streptomisin.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah Limfadenitis, meningitis, osteomielitis,
arthtritis, enteritis, peritonitis, penyebaran ke ginjal, mata, telinga tengah dan kulit dapat
terjadi.
30 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
31/33
III.2 Saran
Banyaknya jumlah anak yang terinfeksi TB menyebabkan tingginya biaya pengobatan
yang diperlukan. Oleh karena itu, pencegahan infeksi TB merupakan salah satu upaya penting
yang harus dilakukan. Pencegahan ini dilakukan dengan pengendalian berbagai faktor resiko
infeksi TB.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, diperlukan usaha penyegaran kembali
tentang TB anak, khususnya bagi dokter umum maupun dokter anak yang sering menangani
kasus TB anak.
31 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
32/33
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Price. A,Wilson. L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta: EGC, 2004.
2. Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I ,
Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV.
Jakarta: Pusat PenerbitanDepartemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006.
3. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke-3. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010.
4. Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. 2009.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Jakarta: Ikatan
Dokter anak Indonesia. 2010.
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan
Dokter anak Indonesia. 2010.
7. Jawets, Melnick & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC. Jakarta 1996.
32 | P a g e
7/28/2019 Peritonitis Tb Word07
33/33
8. Chandra P, Evelyn P. Tuberculosis. 22 Juli 2009. Available from
http:// www.en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis
9. N. Nastiti. Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. Sari pediatric Vol3 No1, juni 2001
10. Nelson LJ, Schneider E, Wells CD, and Moore M. Nelson Textbook of Pediatrics.
ChapterXVII Infection : Section III Bacterial Infection: Tuberculosis. 18th edition.
Philadelphia: W.B.Saunders Company, 2007.
11. Rahajoe, Nastiti N., dkk, Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi
PP IDAI,Juni, 2005.
12. Tierney Jr., Lawrence M, Current Medical Diagnosis and Treatment. Chapter 9 Lung :
Pulmonary Infections: Pulmonary Tuberculosis, Mc Graw Hill, 2008.
13. Anne A G, Peter J, dkk. Tuberculosis.Chapter 39. Infectious diseases of children.
Eleventh edition. Krugmans. 2004.
14. www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=716&IDEdisi=68, diunduh pada tanggal 5
mei 2012
http://www.en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosishttp://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=716&IDEdisi=68http://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=716&IDEdisi=68http://www.en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosishttp://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=716&IDEdisi=68