Upload
lytuyen
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH
DARUSSALAM I DESA PUCANGAN, KARTASURA,
SUKOHARJO TAHUN 1967-2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
INDRI HAPSARI
C0505032
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : INDRI HAPSARI
Nim : C0505032
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Madrasah (Sekolah
Islam ) Dalam Perubahan Sosial (Studi kasus di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I di Desa Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo Tahun 1967-2007) adalah betul-betul
karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi ( kutipan ) dan ditunjukan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
INDRI HAPSARI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
Tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
( Confusius )
Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan,
Tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi
kesalahan lagi.
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Papa dan Mama tercinta
2. Adiku tersayang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
serta salam semoga tetap tercerah kepada Nabi Muhammad Saw sekeluarga, para
sahabat, serta orang-orang yang berada dijalan-Nya.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat guna menyelesaikan
studi pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Pada
pelaksanaannya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan fasilitas,
bimbingan, maupun kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Riyadi Santoso, M. Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
kemudahan dan petunjuk.
2. Ibu Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk.
3. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan kemudahan dan petunjuk.
4. Ibu Dra. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd selaku pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Bapak M Bagus Sekar Alam SS, M.Si selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Sejarah, yang telah memberikan
bimbingan dan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis.
7. Bapak Achmad Syaibani Ilham selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Darussalam, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis
dalam penyediaan data-data yang diperlukan.
8. Ibu Nurul Hamidah, STP selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
yang telah memberikan data-data serta informasi yang diperlukan kepada
penulis.
9. Ibu Hj Djamhariah, BA selaku mantan Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I yang telah memberikan kemudahan dan informasi kepada
penulis.
10. Mbah Putri, Mbah Kakung, dan segenap keluarga besar di Gandekan yang
telah mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Keluarga besar di Cilegon yang selalu mendoakan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Om Wardi di Gandekan yang telah menjaga dan mengawasi penulis
selama menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pembaca
Surakarta,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL………………………………………………….. i
2. HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………….. ii
3. HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. iii
4. HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………… iv
5. HALAMAN MOTTO ……………………………………………….. v
6. HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….. vi
7. KATA PENGANTAR………………………………………………. vii
8. DAFTAR ISI………………………………………………………… ix
9. DAFTAR TABEL…………………………………………………… xi
10. DAFTAR ISTILAH…………………………………………………. xii
11. DAFTAR SINGKATAN……………………………………………. xiii
12. DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xiv
13. ABSTRAK ………………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian……………………………………………… 7
E. Kajian Pustaka………………………………………………….. 8
F. Metode Penelitian………………………………………………. 11
G. Sistematika.…………………………………………………….... 14
BAB II MADRASAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Madrasah……………………………………………. 15
B. Perkembangan Pendidikan Madrasah Di Indonesia……………. 17
1. Masa Penjajahan Belanda…………………………………... 18
2. Masa Penjajahan Jepang ………………………………….. 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Masa Orde Baru…………………………………………….. 26
4. Masa Orde Lama……………………………………………. 30
C. Ciri Kekhasan Lembaga PendidikanMadrasah…………………. 37
1. Sistem Pengajaran Madrasah……………………………….. 37
2. Porsi Mata Pelajaran Madrasah……………………………... 40
BAB III PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I
A. Kondisi Demografi Desa Pucangan Kartasura…………………. 42
B. Latar Belakang Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I… 43
1. Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama (MADINU)………… 43
2. Yayasan Pendidikan Islam Darussalam ……………………. 49
C. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Kartosuro
Tahun 1967-2007……………………………………………….. 52
1. Masa Perintisan (1967-1978)……………………………….. 53
2. Masa Terdaftar(1979-1988)………………………………… 57
3. Masa Kemunduran(1989-1995)…………………………….. 64
4. Masa Perkembangan(1996-2007)…………………………… 67
BAB IV PERANAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I
TERHADAP MASYARAKAT KARTASURA
1. Dalam Bidang Pendidikan…………………………………... 82
2. Dalam Bidang Agama……………………………………….. 88
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………. 96
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 97
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 1978-
1979………………………………………………………… 56
2. Tabel 2. Susunan Program Pengajaran Pada Kurikulum Sekolah Dasar
Tahun1975…………………………………………………. 62
3. Tabel 3. Data Siswa Terbanyak Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I... 64
4. Tabel 4. Jumlah Bangunan dan Ruangan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I………………………………………………. 66
5. Tabel 5. Kegiatan Ekstrakulikuler yang sudah dijalankan………….. 72
6. Tabel 6. Perkembangan Status Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I… 78
7. Tabel 7. Pendidikan Penduduk Pucangan Kartasura………………. 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISTILAH
Ahlus Sunnah Wal Jamaah :orang-orang yang berpegang teguh pada
ajaran Rasulullah SAW dan para sahabatnya
Community Based Education :Pendidikan Berbasis Masyarakat
Dar Al-Kuttab :Suatu lembaga pendidikan yang
mengajarkan tentang kitab
Ethisch Politiek :Politik etis, yaitu suatu politik balas budi
Expoitatie Politiek :Politik eksploitasi, yaitu suatu politik
dengan menjajah atau mengeksploitasi
daerah yang dijajah.
God Dients Onderwys :Perguruan Agama
Haram :Suatu perkara yang tidak boleh dilakukan
oleh umat muslim karena jika dilakukan
akan mendapat dosa dan siksa neraka
Ijma’ :Kesepakatan ulama pada masa setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW
Makruh :Suatu perkara yang dianjurkan tidak
dilakukan tetapi jika dilakukan tidak
mendapat dosa dan jika ditinggalkan
mendapat pahala dari Allah SWT
Mubah :suatu perkara yang jika dikerjakan tidak
mendapat dosa dan tidak mendapat pahala
Ordonansi :aturan konstitusional tertinggi pemerintah
Hindi Belanda
Scholl Based Management :Sekolah Berbasis Manajemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR SINGKATAN
BOS :Bantuan Operasional Sekolah
HIS :Hollandsch Inlandsche School
KBM :Kegiatan Belajar Mengajar
MAN :Madrasah Aliyah Negeri
MIN :Madrasah Ibtidaiyah Negeri
MTsN :Madrasah Tsanawiyah Negeri
SD :Sekolah Dasar
SLTP :Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA :Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir
SKB :Surat Keputusan Bersama
SKI :Sejarah Kebudayaan Islam
VOC :Vereenidge Oots Indische Compagnie
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Akta Pendirian Yayasan Pendidikan Islam
Darussalam………….....…………………………… 101
2. Lampiran 2. Piagam TERDAFTAR Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I Tahun 1978…………………………. 114
3. Lampiran 3. Piagam DIAKUI Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
Tahun 1994………………………………………… 115
4. Lampiran 4. Piagam DIAKUI Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
Tahun 1999………………………………………… 116
5. Lampiran 5. Piagam DISAMAKAN Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I Tahun 2001………………………….. 117
6. Lampiran 6. Piagam AKREDITASI B Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I Tahun 2005………………………….. 118
7. Lampiran 7. Piagam AKREDITASI B Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I Tahun 2010………………………….. 119
8. Lampiran 8. Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I…….. 120
9. Lampiran 9. Data Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I……………………………………….. 122
10. Lampiran 10. Gambar …………………………………………….. 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Indri Hapsari, C0505032, 2012, Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967-2007. Skripsi. Jurusan Ilmu
Sejarah. Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini membahas tentang Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967-2007.Masalah dan
tujuan penelitian adalah Apa yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I di Pucangan, Kartasura, bagaimanakah dinamika
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartasura tahun 1967-2007, apa
peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat Kartasura baik
dalam bidang pendidikan maupun agama.
Penelitian menggunakan metode historis dengan teknik pengumpulan data
menggunakan heuristik. Data yang diperoleh selanjutnya dikritik secara intern dan
ekstern kemudian dipadukan studi pustaka sehingga menghasilkan fakta-fakta
historis. Fakta ini dianalisa dan disusun dalam sebuah historiografi.
Adapun hasil penilitian ini menjelaskan bahwa Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I pada awal berdirinya bernama MADINU (Madrasah Dinniyah
Nahdlatul Ulama). Kemudian karena ada suatu alasan intern yang menyebabkan
MADINU berganti menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Perkembangan
selanjutnya madrasah tersebut semakin mendapatkan respon yang baik dari
masyarakat Pucangan Kartasura sehingga diperlukan suatu yayasan yang
berbadan hukum untuk mengelola madrasah tersebut. Tahun 1975 para pendiri
madrasah mendirikan yayasan pendidikan yang bernama Yayasan Pendidikan
Islam Darussalam. Perkembangan selanjutnya, tanggal 5 April 1978 Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I mendapat status Terdaftar dan sampai tahun 2005
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mendapatkan status Terakreditasi B. Dalam
perkembangannya, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sebagai lembaga
pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang
penting dalam kehidupan masyarakat, khusunya bagi masyarakat Pucangan
Kartasura dan sekitarnya. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di bidang
pendidikan yaitu mendirikan satuan pendidikan TK dan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam, di mana keberadaan satuan pendidikan tersebut dapat meningkatkan
pendidikan bagi masyarakat Pucangan Kartasura. Sedangkan dalam bidang
agama, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mengadakan TPA, MajelisTakhlim,
dan Pekan Dakwah Ramadhan. Peranan tersebut dapat meningkatkan kehidupan
beragama masyarakat Pucangan Kartasura.
Berdasarkan dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pun memberi perkembangan
kelembagaan yang dinamis sejak tahun 1967-2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
Indri Hapsari, C0505032, 2012, The Development of Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo in 1967-2007. Thesis. History
Science Department. Faculty of Letters and Fine Arts of Sebelas Maret
University.
This research discusses the development of Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I Pucangan, Kartosuro, Sukoharjo in 1967-2007. The problem and the
objective of this research are what the background of Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I Pucangan Kartosuro establishment, how the dynamics of Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan, Kartosuro during 1967-2007 and what the
contribution of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan to Kartosuro in both
education and religion sectors.
This study employed a historical research method with heuristic method as
the technique of collecting data. The data obtained was then criticized internally
and externally combined with the library study to provide the historical facts.
These facts were analyzed and organized in a historiography.
From the result of research, it could be explained that Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I was originally named MADINU (Madrasah Dinniyah Nahdlatul
Ulama). Then, because of one internal reason, MADINU was renamed into
Madrasah ibtidaiyah Darussalam I. In further development, it got better response
from the Pucangan Kartosuro people so that, a foundation with legal enterprise
was required to manage the madrasah. In 1975, the founders of madrasah found
the education foundation named Darussalam Islam Education Foundation. In the
next development, on April 5, 1978, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I obtained
Enlisted status up to 2005, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I obtained B
Accredited status. In its development, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I played
educational and religious roles that were important to the society life, particularly
to the Pucangan Kartosuro people and surrounding. The role of Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I in education sector established Kindergarten and
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam education units, in which the existence of
education could improve education for the Pucangan Kartosuro people.
Meanwhile in religion sector, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I held TPA,
Majelis Taklim and Pekan Dakwah Ramadhan. Such the roles could improve the
religious life of the Pucangan Kartosuro people.
Based on the result of discussion above, it could be concluded that the
existence of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I provided dynamic institutional
development since 1967 to 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, manusia sangat
membutuhkan pendidikan. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara ( UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ).
Bangsa Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam,
sebagian tanggung jawab pendidikan ada di tangan lembaga pendidikan Islam
yang sekaligus bagian dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan Islam
merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan
berpedoman ajaran Islam sebagai yang terkatub dalam Al Quran dan terjabar
dalam Sunnah Rasul, yang di maksud adalah dalam rangka terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.1 Pendidikan Islam sejak awal
merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan memantapkan
kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia.2
1 Hasbullah, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal 9. 2 Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hal 30.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendidikan Islam sebagai lembaga adalah di akui keberadaan pendidikan
Islam sebagai lembaga formal, non formal, dan informal. Sebagai lembaga
pendidikan formal di akui keberadaan madrasah yang setara dan sama dengan
sekolah.3 Madrasah adalah personifikasi kebutuhan umat Islam terhadap
pelestarian nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Dengan demikian, madrasah adalah
penanaman nilai-nilai agama terhadap anak didiknya, selaku generasi umat
muslim sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat.4 Bangunan personifikasi
madrasah tidaklah sederhana, sebab pendiriannya di dorong oleh semangat dan
cita-cita luhur mengejawantahkan nilai-nilai Islam dalam sebuah sistem
pendidikan.5
Latar belakang pertumbuhan madrasah di Indonesia dapat dikembalikan
pada dua situasi, pertama adanya gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, dan
kedua adanya respon pendidikan Islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia
Belanda.6 Pada masa kolonial Belanda, madrasah dibiarkan hidup sendiri tanpa
pengakuan apa-apa, pendidikan Islam dianaktirikan, di kategorikan sebagai
sekolah liar, sikap tidak peduli terhadap lembaga pendidikan Islam di ambil
karena pemerintah Belanda merasa tidak perlu dan tidak ada gunanya untuk
melakukan sesuatu, karena pendidikan Islam di anggap sebagai pendidikan moral
keagamaan yang mengutamakan rasa intuitif yang memberikan sumber semangat
perjuangan bagi rakyat.
3 Haidar Putra daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal8. 4 Nunu Ahmad An-Nahidl,dkk, Posisi Madrasah dalam Pandangan Masyarakat,
(Jakarta: Gaung Persada Perss, 2007), hal 34. 5 Ibid, hal 80. 6 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal 196
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Keadaan tersebut tidak jauh beda pada masa setelah Indonesia merdeka,
madrasah di biarkan hidup meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana sesuai
dengan kemampuan para pengasuh dan masyarakat pendukungnya.
Perkembangan madrasah terkait dengan peran Departemen Agama, pengurusan
mengenai penyelenggaraan pendidikan madrasah menjadi wewenang dan
tanggung jawab Departemen Agama.7 Setelah terbitnya Surat Keputusan Bersama
( SKB ) Tiga Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
serta Menteri Dalam Negeri pada tanggal 24 Maret 1975 yang menegaskan bahwa
kedudukan madrasah adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal lain. Dengan
demikian siswa lulusan sekolah madrasah dapat memasuki jenjang sekolah umum
yang lebih tinggi, atau bisa pindah ke sekolah formal dan begitu juga sebaliknya.
Kemudian diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ) disebutkan bahwa sekolah atau lembaga
pendidikan yang ada dibawah naungan Departemen Agama, dengan sekolah yang
dikelola Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah sama dan sederajat.
Madrasah dalam dekade terakhir abad XX merupakan lembaga
pendidikan alternatif bagi para orang tua untuk menjadi tempat penyelenggaraan
pendidikan bagi putra-putrinya.8 Dengan alasan percepatan arus informasi,
globalisasi, dan krisis multidimensional telah mempengaruhi berbagai dimensi
kehidupan dan kualitas sumber daya manusia ( SDM ), termasuk semakin
terkikisnya nilai-nilai islami pada sebagian masyarakat.
7 A. Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan
Agama, ( Jakarta : Dermaga, 1983 ), hal 21 8 Abuddin Nata, Op. Cit, hal 187
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Secara mendasar dapat di katakan bahwa, madrasah mempunyai karakter
yang sangat spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran
agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di
dalam masyarakat.9 Oleh karena itu, madrasah adalah milik masyarakat dan
menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam
kebudayaan sebagai milik masyarakat.
Kabupaten Sukoharjo keberadaan Madrasah Ibtidaiyah cukup
berkembang. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan salah satu madrasah
ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sukoharjo, madrasah tersebut berada di Desa
Pucangan, Kartasura. Madrasah yang di dirikan dan di kelola oleh Yayasan
Pendidikan Darussalam. Yayasan Pendidikan Darussalam tersebut merupakan
sebuah yayasan pendidikan yang secara kelembagaan organiasiatoris berafiliasi
kepada organisasi Nahdatul Ulama. Pada awalnya sekolah tersebut bernama
MADINU ( Madrasah Diniyah Nahdhatu’ Ulama ) yang di dirikan pada tahun
1967. Yayasan Pendidikan Darussalam pada tanggal 29 juli 1985 sudah memiliki
akte pendirian dengan no akte ; 239. Para pendiri yayasan tersebut antara lain : (1)
Ahmad Syaibani Ilham, (2) Djamhariyah, (3) Hasyim, (4) Istiqomah dan (5) M.
Sunarjo. Berawal dari melihat keadaan masyarakat di Kartosuro terutamaa di
daerah Pucangan yang mayoritas warganya hidup dalam keadaan tidak mampu
dan serba kekurangan, apalagi dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
Hal itu mendorong Bapak Ahmad Syaibani untuk mendirikan madrasah yang
sederhana seperti konsep madrasah pendidikan berbasis masyarakat (community
9 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
based education) dengan semangat keagamaan atau dakwah, yang bertujuan
mengurangi beban orang tua dalam memberikan pendidikan terhadap anak mereka
dan meningkatkan generasi muda yang lebih baik dan berakhlak mulia. Cita-cita
mendirikan madrasah berkaitan dengan ibadah untuk mencapai keridhaan Allah.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura sebagai lembaga
pendidikan dasar berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid,
orang tua murid, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam
merumuskan visinya. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura juga
di harapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi; era informasi dan globalisasi yang sangat cepat.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura ingin mewujudkan
harapan dan respon dalam visi sebagat berikut : Menjadikan madrasah yang
mampu bersaing, bertauhid dan beraqidah ahlussunah wal jama’ah untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat berdasarkan Al Qur’an, Al
Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan madrasah yang berada di
Desa Pucangan Kartasura, yang keberadaan dan aktivitasnya sebagai lembaga
pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang
penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi masyarakat desa Pucangan
Kartasura dan sekitarnya. Selain itu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga
berperan dan mampu menampilkan dirinya sebagai lembaga pendidikan Islam
yang bersahaja dan berjiwa sosial tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri dari
sejak berdiri sampai sekarang, sehingga mampu menyatu dengan kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
masyarakat Desa Pucangan Kartasura yang kehidupan ekonominya cukup
sederhana. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan dasar yang bernafaskan Islam
di Desa Pucangan, Kartosuro dapat terpenuhi dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I. Sehingga keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sangat
penting yang harus di jaga dan dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas diangkat suatu tema mengenai sejarah
perkembangan madrasah ibtidaiyah Darussalam I di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Darussalam dengan judul “Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I di Desa Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Tahun 1967-2007) “
B. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
Pucangan, Kartasura ?
2. Bagaimanakah perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan,
Kartasura tahun 1967-2007 ?
3. Bagaimanakah peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang
pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan,Kartasura?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, diharapkan mampu memberikan jawaban
permasalahan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I Pucangan, Kartasura.
2. Untuk mengetahui perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
Pucangan, Kartasura tahun 1967-2007.
3. Untuk mengetahui peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dalam bidang
pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan,Kartasura.
D. Manfaat Penelitian
Dari kajian tentang Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Kartasura, maka
penelitian ini di harapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan mampu memberikan gambaran mengenai sistem
pendidikan yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan,
Kartasura. Selain itu, mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai
keberadaan dan perkembangan Madrasah di bawah pengelolaan yayasan
pendidikan Darussalam Pucangan Kartosuro. Hasil dari penelitian
diharapkan dapat menjadi pendorong bagi penelitian-penelitian lain untuk
mengangkat tema yang berkaitan dengan perkembangan lembaga pendidikan
islam di Kartasura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat praktis
Dengan mengetahui sistem pembelajaran yang di gunakan di madrasah
tersebut sehingga dapat tetap bertahan sampai sekarang, dengan demikian di
harapkan mampu menjadi masukan kepada pihak yang membutuhkan
sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan
saat ini.
E. Kajian Pustaka
Literatur di gunakan sebagai sumber untuk di jadikan bahan rujukan yang
mampu mendukung pengangkatan tema yang di kaji.
Haidar Putra Daulay (2007), Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia, pendidikan Islam berusaha mengajarkan manusia
mencapai keseimbangan pribadi, karena pendidikan Islam merupakan pewarisan
dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran-
ajaran Islam sebagaimana tertulis dalam Alquran dan Hadits.
Buku tersebut mencoba mengungkapkan bagaimana perjalanan pendidikan
Islam di Indonesia melalui rentetan sejarah yang dialaminya. Sejarah pendidikan
Islam sama tuanya dengan masuknya agama tersebut di Indonesia. Hal tersebut di
sebabkan karena pemeluk agama baru tersebut ingin mempelajari dan mengetahui
lebih mendalam tentang ajaran-ajaran Islam, termasuk diantaranya belajar shalat,
berdoa, membaca Alquran yang menyebabkan timbulnya proses belajar, meskipun
dalam pengertian yang sederhana. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, di
mana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, mesjid dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kemudian berkembang menjadi pondok pesantren, setelah itu baru timbul sistem
madrasah yang merupakan perpaduan antara sekolah umum dan pesantren.
Buku Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam Di Indonesia (2001), yang di susun oleh H. Abuddin Nata.
Dalam buku tersebut di jelaskan sejarah pertumbuhan dan perkembangan lembaga
pendidikan islam di Indonesia, mulai dari yang amat sederhana sampai dengan
tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap. Hal tersebut dapat di maklumi,
mengingat pada saat lembaga-lembaga pendidikan Islam dikembangkan keadaan
maasyarakat Indonesia masih miskin, terbelakang, tertindas oleh penjajah, dan
sebagainya. Motivasi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam lebih
didasarkan pada motivasi dakwah, yaitu menyebarluaskan (memasyarakatkan)
ajaran Islam ke tengah-tengah masyarakat, sehingga ajaran tersebut dapat di
pahami, di hayati dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari yang pada
gilirannya akan mencegah masyarakat terjerumus ke dalam perbuatan yang keji
dan mungkar. Pertumbuhan suatu lembaga pendidikan tidaklah lahir dengan
sendirinya, tetapi melalui proses dari awal sampai akhir yang menyebar dalam
jarak waktu yang relatif panjang. Demikian pula halnya dengan madrasah, bila di
lihat pada awal pertumbuhannya di motivasi oleh keadaan dan situasi tertentu
yang mengkondisikan madrasah itu tumbuh.
Buku karya Karel A. Stenbrink, yang berjudul Pesantren Madrasah
Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern (1986), perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia, di mana sejak permulaan abad 20 telah terjadi
sebuah perubahan besar dalam pendidikan Islam di Indonesia, di samping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
lembaga tradisional seperti pesantren dan pengajian Qur’an sederhana, di dirikan
lembaga yang memakai metode modern dan sering disebut madrasah. Dalam buku
tersebut membahas problematika studi melalui pendekatan sejarah. Dualisme
pendidikan, yang mendapatkan bentuk formal dalam usaha pendidikan yang
diselenggarakan oleh dua departemen, yaitu Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan serta Departemen Agama yang muncul pada akhir abad 19. Lembaga
pendidikan yang penting setelah Indonesia merdeka adalah Pesantren, Sekolah,
dan Madrasah. Ketiga lembaga pendidikan tersebut mempunyai sistem dan
kurikulum yang berlainan, sehingga produk kelulusan yang dihasilkan
mempunyai karakter dan kualitas yang berbeda-beda. Dalam buku tersebut di
bahas mengenai munculnya sistem pendidikan dualistik yaitu pendidikan umum
dan pendidikan agama, serta perkembangan madrasah pada masa kolonial.
Mengenai sejarah dan perkembangan madrasah di Indonesia, dibahas oleh
H. Maksum ( 1999 ), Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Sejarah
pertumbuhan dan perkembangan madrasah tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan masyarakat, tegasnya semua aspek kehidupan masyarakat. Di
antara aspek yang dapat dikatakan menonjol dalam mempengaruhi perkembangan
madrasah tersebut sejak masa klasik ialah aspek politik dan pemikiran keagamaan.
Pertumbuhan madrasah di Indonesia di latarbelakangi oleh dua faktor yaitu
adanya desakan politik kolonial, dan munculnya pembaharuan pemikiran
keagamaan. Kebijakan kolonial yang menawarkan pola pendidikan yang berbeda
dengan sistem pendidikan tradisional, ternyata ikut memberi sumbangan bagi
pertumbuhan madrasah karena organisasi dan struktur pendidikan kolonial sedikit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
banyak di adopsi oleh madrasah dengan tetap menjaga karakter pendidikan
keagamaannya. Para pelaku dan pendukung gerakan pembaharuan pada umumnya
memiliki pengalaman pendidikan di Timur Tengah. Perhatian mereka di bidang
pendidikan di wujudkan dalam gerakan rasionalisasi kelembagaan pendidikan
Islam sehingga dapat menjawab tantangan dan kebutuhan jaman yang mendesak.
Hal tersebut membawa pada lahirnya pandangan progersif yang memandang
bahwa sistem pendidikan Islam tidak dapat lagi bertumpu pada sistem pendidikan
tradisional yang terfokus pada pelajaran agama dan hafalan. Bentuk nyata dari
pandangan ini adalah pendirian dan perkembangan madrasah.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode historis. Menurut Louis Gottschalk,
metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari
pengalaman masa lampau. Metode yang digunakan dalam penelitian sejarah
terbagi menjadi empat tahap yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu :
heuristik, kritik sumber, interpretasi dan histiriografi.10
Tahap pertama adalah Heuristik yaitu suatu proses pengumpulan sumber-
sumber sejarah
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini antara lain
a. Studi Dokumen
Studi dokumen mempunyai arti metodelogis yang penting karena dokoumen
menyimpan sejumlah fakta dan data sejarah serta diharapkan mampu
10 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto. (Jakarta:
UI Press, 1986), hal. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menjawab pertanyaan dari rumusan masalah. Dokumen yang digunakan adalah
dokumen-dokumen yang tersimpan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang
terletak di Desa Pucangan Kartasura. Dokumen berupa arsip atau catatan
penting dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, yaitu susunan pengurus, tata
tertib madrasah Darussalam I, laporan realisasi program kerja tahunan, akte
pendirian Yayasan Pendidikan Islam Darussalam.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka dalam suatu penelitian di jadikan sumber penelitian yang
tentunya berhubungan dengan tema yang di kaji. Sumber pustaka dapat berupa
buku, artikel dan media lainnya. Dengan studi pustaka ini diharapakan mampu
menambah pemahaman teori dan konsep yang diperlukan dalam penelitian.
Studi pustaka di lakukan di Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan FSSR
UNS, Perpustakaan STAIN Kartasura.
c. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara memperoleh informasi secara lisan dari
informan yang memenuhi kriteria sesuai dengan objek penelitian. Dalam hal
ini penulis melakukan wawancara dengan informan yang tahu dan paham
mengenai Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, seperti : Ahmad Syaibani Ilham
(pendiri madrasah,mantan kepala madrasah), Djamhariyah (mantan kepala
madrasah)
Tahap kedua adalah Verifikasi atau kritik sumber yang bertujuan mencari
keaslian data-data yang di peroleh melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik
ekstern berguna untuk mencari keaslian sumber yang di pakai. Sedangkan kritik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
intern bertujuan untuk menguji kredibilitas suatu sumber dokumen. Tahap ketiga
yaitu intepretasi,menafsirkan keterangan yang saling berhubungan dengan fakta
yang di peroleh, dan kemudian merangkainya. Dalam penyusunan studi, di
gunakan dua teknik analisis yaitu teknik analisis sejarah kritis dan teknik analisis
deskriptif naratif. Teknik analisis sejarah kritis adalah proses pengumpulan data
kemudian menyeleksi dan mengkritiknya agar mendapat autensitas dan
kredibilitas dari data tersebut. Sedangkan teknik analisis deskriptif naratif adalah
menguji secara kritis sumber peninggalan atau dokumentasi masa lampau dan
kemudian menyusunnya secara kronologis sehingga menghasilkan suatu karya
sejarah.
Tahap keempat adalah historiografi, yang merupakan proses akhir dari
metode historis dalam bentuk penulisan sejarah. Dalam penulisan sejarah perlu
diperhatikan sifat diakronik dan sinkroniknya. Jadi selain memanjang dalam
waktu juga melebar dalam ruang. Dalam studi ini historiografi dilakukan dalam
bentuk penulisan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi di maksudkan untuk memberikan gambaran
tentang kerangka isi skripsi. Penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I adalah
Pendahuluan, sementara Bab II, III, IV adalah uruaian dari rumusan masalah. Bab
V merupakan bagian peutup.
Bab I merupakan bagian pendahuluan dijelaskan tentang Latar Belakang
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian
Pustaka, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Bab II berisi tentang madrasah sebagai lembaga pendidikan formal
berbasis agama Islam yang meliputi pengertian madrasah, perkembangan lembaga
pendidikan madrasah di Indonesia, Ciri Kekhasan Lembaga Pendidikan
Madrasah.
Bab III berisi tentang perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
yang memuat mengenai Yayasan Pendidikan Darussalam, latar belakang
berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, serta perkembangan Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I.
Bab IV berisi tentang peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap
masyarakat Pucangan, Kartasura, yakni mengenai peran Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I dalam bidang pendidikan dan agama terhadap masyarakat Pucangan
Kartasura.
Bab V adalah Kesimpulan yang berisi tentang kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah di lakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
MADRASAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Madrasah
Seperti yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah dan keputusan
Menteri Agama serta Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang
madrasah, yaitu bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan agama Islam
yang di dalam kurikulum memuat materi pelajaran agama dan pelajaran
umum, mata pelajaran agama pada madrasah lebih banyak di banding dengan
mata pelajaran agama disekolah umum.1
Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1946 dan
Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1950, madrasah mengandung
makna:
1. Tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat
pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok
pengajarannya.
2. Pondok dan pesantren yang memberi pendidikan setingkat dengan
madrasah.
Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri Tahun 1975,
Bab I Pasal I, menyebutkan: Yang di maksud dengan madrasah dalam
1 Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia(Jakarta;Grasindo, 2001),hal 195.
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Keputusan Bersama ini ialah: Lembaga Pendidikan yang menjadikan mata
pelajaran agama Islam sebagai dasar yang diberikan sekurang-kurangnya
30%, di samping mata pelajaran umum.2
Filosofi pendirian madrasah, yaitu untuk mendidik anak agar
mengetahui ajaran agama dan dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Tujuan pendidikan madrasah lebih menekankan kepada dimensi moral
dan spiritual. Orientasi pendidikan yang dikembangkan lebih ditujukan untuk
mencapai keridhaan Tuhan, yang pada gilirannya akan mendatangkan
kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat keduniawiaan.3
Madrasah sebagai lembaga pendidikan kedudukannya semakin kuat
dalam sistem pendidikan nasional dengan adanya Undang-Undang No.2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), yang memberikan
penegasan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama
Islam.
Keberadaan madrasah telah memperkaya khasanah lembaga
pendidikan di lingkungan masyarkat Islam, karena pada masa sebelumnya
masyarakat Islam hanya mengenal pendidikan tradisional yang
diselenggarakan di masjid-masjid dan dar al-khuttab.4 Madrasah berkembang
2 Haidar Putra Daulay, Op. Cit, hal 101. 3 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,
2001), hal. 30. 4 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
untuk menyelenggarakan pendidikan keagamaan tingkat lanjut, yaitu
melayani mereka yamg masih ingin meningkatkan ilmu sesudah sekian lama
belajar di masjid-masjid dan dar al-khuttab. Dengan demikian, pertumbuhan
madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dan alamiah dari
dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat Islam itu sendiri.5
B. Perkembangan Pendidikan Madrasah di Indonesia
Keberadaan lembaga pendidikan Islam di Indonesia erat hubungannya
dengan masuknya agama Islam di Indonesia. Orang-orang yang telah masuk
agama Islam ingin mengetaui dan mempelajari lebih lanjut tentang ajaran-
ajaran Islam, ingin pandai dalam melakukan shalat, berdoa, membaca Al-
Quran.
Dari sini mulailah tumbuh pendidikan agama Islam,dan pelajaran
agama Islam teersebut diberikan di rumah-rumah, surau, langgar, masjid-
masjid.6 Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam tumbuh dan
berkembang jauh sebelum Indonesia merdeka. Madrasah telah mengalami
perkembangannya seirama dengan perkembangan bangsa Indonesia sejak
masa sebelum kemerdekaan, masa kemerdekaan, sampai sekarang.
Tumbuh dan berkembangannya madrasah di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan tumbuh dan berkembangannya ide-ide pembaharuan
5 Ibid. 6 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal 190
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pemikiran di kalangan umat Islam. Permulaan abad XX timbul beberapa
perubahan pemikiran bagi umat Islam Indonesia dengan masuknya ide-ide
pembaharuan.7
1. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, madrasah memulai proses
pertumbuhannya atas dasar semangat pembaharuan di kalangan umat Islam.
Latar belakang kelahiran madrasah itu bertumpu pada dua faktor penting,
pertama, pendidikan Islam tradisional di anggap kurang sistematis dan kurang
memberikan kemampuan pragmatis yang memadai. Kedua, laju
perkembangan sekolah-sekolah ala Belanda di kalangan masyarakat
cenderung meluas dan membawakan watak sekularisme sehingga harus
diimbangi dengan sistem pendidikan Islam yang memiliki model dan
organisasi yang lebih teratur dan terencana.8 Sikap tidak peduli terhadap
lembaga pendidikan Islam di ambil karena pemerintah Belanda merasa tidak
perlu dan tidak ada gunanya untuk melakukan sesuatu, karena pendidikan
Islam di anggap sebagai pendidikan moral keagamaan yang mengagungkan
rasa intuitif yang memberikan sumber semangat perjuangan bagi rakyat.9
Perkembangan selanjutnya setelah pemerintahan di serahkan kepada
Pemerintah Hindia Belanda oleh VOC, kebijakan pendidikan zaman
7 Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan madrasah
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hal 63. 8 Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal
114. 9 Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pemerintahan Hindia Belanda adalah: Dikeluarkan Keputusan Raja Belanda
Nomor 95 Tahun 1848 yang memberi wewenang kepada Gubernur Jenderal
untuk mendirikan Sekolah Dasar bagi bumi putera guna di didik calon
pegawai negeri.
Keluar Keputusan Raja Nomor 25 Tahun 1892 Tentang di
berlakukannya reorganisasi Kebijakan pendidikan dasar, yaitu:
1. Sekolah Dasar kelas satu untuk anak-anak, para pemuda dan
orang-orang terhormat bumi putera.
2. Sekolah Dasar kelas dua untuk anak-anak pribumi pada umumnya.
3. Sekolah Dasar kelas satu kemudian dikembangkan untuk anak-
anak orang Belanda dan anak bangsawan dengan dibentuk HIS (
Hollandsch Inlandsche School).
Setelah tahun 1901 datang ethische politiek dalam koloniale
politiek sebagai pengganti expoitatie politiek, maka sekolah-sekolah yang
diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda terbagi-bagi kepada
beberapa bagian,seperti: sekolah untuk keturunan Eropa, Bumi Putera
golongan bangsawan, dan Bumi Putera golongan rakyat biasa (umum).
Pembagian sekolah tersebut mengakibatkan pula kepada status sosial yang
sekaligus menentukan golongan mana yang boleh duduk dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pemerintahan. Selanjutnya Pemerintah Belanda tidak pernah memperhatikan
perguruan agama (Gods dienst onderwys).
Perguruan agama di biarkan hidup sendiri tanpa pengakuan apa-
apa, pendidikan Islam dianaktirikan, di kategorikan sebagai sekolah liar, di
curigai dan di kekang dalam bentuk guru ordonantie yang merugikan
masyarakat. Guru ordonantie atau Ordonansi Guru dikeluarkan pada tahun
1905 yang mewajibkan setiap guru agama untuk meminta dan memperoleh
ijin terlebih dahulu dari pemerintah Hindia Belanda sebelum melaksanakan
tugasnya sebagai guru.10
Ordonansi tersebut dimaksudkan sebagai media
pengontrol bagi pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi sepak terjang
para pengajar, latar belakang penerbitan ordonansi guru ini bersifat politis
guna menekan pendidikan Islam sehingga tidak menjadi faktor pemicu
perlawanan rakyat terhadap penjajah. Selain Ordonansi Guru, pemerintah
Hindia Belanda juga memberlakukan Ordonansi Sekolah Liar. Ketentuan ini
mengatur bahwa penyelenggaraan pendidikan harus terlebih dahulu
mendapatkan izin dari pemerintah. Laporan-laporan mengenai kurikulum dan
keadaan sekolah harus di berikan secara berkala. Ketidaklengkapan laporan
sering di jadikan alasan untuk menutup kegiatan pendidikan di kalangan
masyarakat tertentu. Karena kebiasaan lembaga pendidikan Islam yang masih
belum tertata, Ordonansi itu sendirinya menjadi faktor penghambat
10 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES. 1984) , hal 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Ketika akan mengembangkan pendidikan bagi masyarakat bumi
putera, di perkirakan oleh beberapa ahli Belanda sendiri bahwa pemerintah
Hindia Belanda akan memanfaatkan tradisi pendidikan rakyat yang sudah
berkembang, yakni pendidikan Islam. Secara teknis usulan itu sulit di penuhi
karena tradisi pendidikan Islam waktu itu di pandang memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang dianggap jelek, baik dari sudut kelembagaan, kurikulum,
maupun metode pengajarannya. Kebiasaan jelek itu terutama adalah metode
membaca teks Arab yang hanya di hafal tanpa pengertian. Demikian pula
para sarjana lainnya sependapat bahwa tradisi di daktis pendidikan pribumi
begitu jeleknya, sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai titik tolak untuk
mengembangkan suatu sistem pendidikan umum.11
Pemerintah Hindia Belanda memilih persekolahan sebagaimana
yang sudah dikembangkan jauh sebelumnya, khususnya dalam rangka
missionaries. Dengan demikian, jika pada masa-masa awal penjajahan,
sekolah merupakan pendidikan yang eksklusif bagi kelompok-kelompok
terpilih menurut ukuran Pemerintah Hindia Belanda, maka mulai awal abad
20 atas perintah Gubernur Jenderal Van Heutsz sistem pendidikan itu mulai
diselenggarakan bagi masyarakat yang lebih luas dalam bentuk sekolah-
sekolah desa.12
Mulai tahap tersebut, rakyat yang sebelumnya hanya memiliki
pilihan untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan tradisional, mulai
11 Karel Steenbrink, Pesantern Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern,
(Jakarta:LP3ES, 1986), hal 3. 12
Maksum , Op. Cit, hal 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah pemerintah Hindia
Belanda. Sebagai konsekwensi didirikanya sekoalah di banyak tempat,
lembaga-lembaga tradisional termasuk pesantren, surau, masjid mendapat
saingan yang lebih langsung.
Kenyataan di lapangan, Sekolah Desa tidak hanya menawarkan biaya
yang murah serta mata pelajaran yang lebih praktis, tetapi juga menjanjikan
pekerjaan yang cukup bervariasi meskipun masih pada level rendahan.13
Dengan mendirikan sekolah-sekolah desa, pemerintah Hindia Belanda
berupaya untuk menandingi dan menekan lembaga pendidikan Islam
tradisional. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah Hindia Belanda
terhadap pendidikan Islam yang bersifat menekan.
Perkembangan sekolah yang semakin merakyat dalam batas yang
cukup jauh telah merangsang kalangan Islam untuk memberikan respon.
Dalam hal ini mereka memikirkan bahwa diskriminasi untuk mendapatkan
kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya masih sangat
tampak dalam politik dan kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Kebanyakan
rakyat Indonesia bagaimana pun masih akan tetap bodoh karena tingkat
pendidikan yang diperkenankan bagi mereka hanya terbatas pada sekolah
rendah. Dari sudut ini, pendidikan Islam memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan kecerdasan mereka atas prinsip persamaan sebagaimana yang
menjadi asas ajaran Islam. Namun disisi lain pendidikan Islam sudah saatnya
13 Ibid, hal 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
untuk menawarkan pola pendidikan yang lebih maju, baik dalam
kelembagaan, struktur materi, maupun metodologinya, sehingga dapat
mengimbangi sekolah-sekolah ala Belanda. Usaha untuk mendirikan lembaga
pendidikan Islam yang sebanding dengan sekolah ala Belanda dilakukan oleh
para ulama yang memiliki pengalaman pendidikan di Timur Tengah serta
organisasi-organisasi Islam. Dalam pemikiran mereka perlu ditempuh cara
kombinasi yaitu mata pelajaran keagamaan tetap diadakan tetapi ditambah
dengan mata-mata pelajaran umum seperti membaca, menulis, berhitung,
bahasa, ilmu pengetahuan alam, dan keterampilan-keterampilan administrasi
dan organisasi.
Metode pengajarannya pun di rekayasa sedemikian rupa sehingga lebih
efekitf sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Usaha untuk
mendirikan lembaga pendidikan Islam yang sebanding dengan sekolah ala
Belanda dalam perkembangannya menjadi agenda bagi hampir semua
organisasi dan gerakan Islam di Indonesia, seperti Muhammadiyah, Nahdatul
Ulama, Persatuan Umat Islam, Persatuan Islam, al-Irsyad, al-Washliyah,
Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan organisasi Islam lainnya memiliki bagian
atau seksi khusus dalam rangka pendirian madrasah-madrasah di berbagai
daerah. Dengan corak masing-masing yang berbeda, madrasah-madrasah itu
menandai satu perkembangan pendidikan Islam yang tidak lagi terbatas pada
pengajaran ilmu-ilmu agama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Madrasah-madrasah dalam organisasi-organisasi Islam itu di jadikan
wahana pencetakan kader-kader yang mendukung masing-masing organisai,
tetapi perkembangannya cukup memberi warna pada corak keberagamaan,
wawasan ilmu pengetahuan, dan keterampilan umat Islam Indonesia yang
lebih progersif. Dengan mendirikan madrasah, umat Islam agaknya telah
memberikan respon yang cukup tepat terhadap kebijakan pendidikan
Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pendidikan Islam di satu sisi tidak
terlalu tertinggal, dan di sisi lain tetap mempertahankan ciri-ciri
keislamannya secara kuat.14
Dengan banyaknya madrasah yang didirikan
oleh perorangan maupun orgainsasi Islam, menunjukan sistem pendidikan
madrasah pada masa kolonial Belanda sudah dikenal dihampir seluruh
wilayah Indonesia, baik tingkat rendah maupun tingkat menengah, hanya saja
madrasah-madrasah tersebut belum memiliki keseragamaan kurikulum,
karena selalu diawasi dengan ketat oleh pemerintah Hindia Belanda. Sampai
akhir masa kolonial Belanda pada tahun 1941, jumlah madrasah di Indonesia
secara keseluruhan adalah 1.871. 15
2. Masa Penjajahan Jepang
Kebijakan yang kurang menguntungkan terhadap pendidikan Islam
masih berlanjut pada masa penjajahan Jepang, meskipun terdapat beberapa
modifikasi. Walaupun di akui lebih memberikan kebebasan daripada
14 Ibid, hal 97 15 Zamakhsyari Dhoefir, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:LP3ES. 1984)
, hal 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
penjajahan Belanda, tetapi kebijakan dasar pemerintah penjajah Jepang
berorientasi pada penguatan kekuasaannya di Indonesia. Pemerintah Jepang
memegang kendali yang sangat ketat dalam program-program pendidikan di
Indonesia, walaupun dalam kenyataanya menghadapi kendala kurangnya
tenaga pengajar yang memenuhi kriteria. Untuk memutus hubungan dengan
pemerintah Hindia Belanda, pemerintah Jepang menghapuskan sekolah-
sekolah berbahasa Belanda.
Pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan yang menawarkan
bantuan dana kepada sekolah dan madrasah. Berbeda dengan pemerintah
Hindia Belanda, pemerintah Jepang membiarkan dibukanya kembali
madrasah-madrasah yang pernah di tutup pada masa pemerintahan
sebelumnya. Hal tersebut di lakukan karena kenyataan bahwa pengawasan
pemerintah jepang sendiri tidak dapat menjangkau madrasah dan pesantren
yang sebagian besar berlokasi di desa-desa terpencil. Namun demikian,
pemerintah jepang tetap mewaspadai bahwa madrasah-madrasah itu memiliki
potensi perlawanan yang membahayakan bagi penduduk Jepang di Indonesia.
Untuk mengamankan kepentingannya, pemerintah jepang lebih banyak
mengangkat kalangan priyayi dalam jabatan-jabatan di Kantor Urusan Agama.
Pejabat-pejabat seperti itu tentu saja lebih dapat bekerja sama dengan
pemerintah Jepang karena mereka tidak memiliki perhatian yang serius
terhadap pentingnya gerakan pendidikan Islam di Indonesia. Kantor ini
bertugas antara lain mengorganisasikan pertemuan dan pembinaan guru-guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
agama. Meskipun dengan alasan pembinaan kecakapan, tetapi usaha itu pada
dasarnya bertujuan agar pelaksanaan pendidikan Islam baik madrasah maupun
pesantren tetap dalam kontrol pemerintah.
Masa penjajahan Jepang pengembangan madrasah Awaliyah di
galakan secara luas. Majelis Islam Tinggi menjadi penggagas sekaligus
penggerak utama untuk berdirinya madrasah Awaliyah yang di peruntukan
bagi anak-anak berusia minimal 7 tahun. Program pendidikan pada madrasah-
madrasah Awaliyah itu lebih ditekankan pada pembinaan keagamaan dan
diselenggarakan pada sore hari. Hal ini di maksudkan untuk memberikan
keseimbangan bagi anak-anak pada umumnya mengikuti sekolah-sekolah
rakyat pada pagi hari. Perkembangan madrasah-madrasah itu ikut mewarnai
pola pengorganisasian pendidikan agama yang lebh sistematis.16
Pendidikan pada masa penjajahan Jepang di laksanakan atas dasar
landasan idiil yang disebut Hakko I Chiu (delapan benang dalam satu atap)
yang pada intinya pembentukan suatu lingkungan yang didominasi oleh
Jepag, yang meliputi bagian-bagian besar dunia. Cita-cita tersebut mengajak
bangsa Indonesia bekerja sama dengan bangsa Jepang dalam rangka mencapai
lingkungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya.17
3. Masa Orde Lama
16
Maksum , Op. Cit, hal 119 17
Wardjiman , Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan di Indonesia,(Jakarta:
Depdikbud,1996), hal 37.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Masa awal kemerdekaan, tidak dengan sendirinya madrasah di
masukan ke dalam sistem pendidikan nasional. Madrasah memang terus
hidup, tetapi tidak memperoleh bantuan sepenuhnya dari pemerintah.
Madrasah dan dunia pendidikan Islam pada umumnya di biarkan hidup
meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan apa adanya.
Perkembangan madrasah pada masa awal kemerdekaan terkait dengan
peran Departemen Agama yang mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. Lembaga
inilah yang secara intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di
Indonesia. Orientasi usaha Departemen Agama dalam bidang pendidikan
Islam bertumpu pada aspirasi ummat Islam agar pendidikan agama diajarkan
disekolah-sekolah, disamping pada pengembangan madrasah itu sendiri.
Secara lebih spesifik, usaha ini ditangani oleh satu bagian khusus yang
mengurusi masalah pendidikan agama. Dalam salah satu dokumen disebutkan
bahwa tugas bagian pendidikan di lingkungan Departemen Agama itu
meliputi : (1) Memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir,(2)
Memberi pengetahuan umum di madrasah, dan (3) Mengadakan Pendidikan
Guru Agama(PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN).18
Dalam melakukan pembinaan dan pengembangan madrasah,
Departemen Agama pada mulanya belum mengadakan penyeragaman
kurikulum dan tingkatan madrasah yang ada. Pengaturan madrasah
sepenuhnya diserahkan pada lembaga atau organisasi penyelenggaranya,
18Maksum , Op. Cit, hal 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sehingga ada madrasah yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama
saja, ada yang memberikan pelajaran umum sebanyak 30%,40%,50%,sampai
60%.19
Kemudian dengan lahirnya Undang-Undang No.4 Tahun 1950 tentang
Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajarandi Sekolah dalam Pasal 10 Ayat
(2)disebutkan bahwa:”Belajar disekolah agama yang telah mendapatkan
pengakuan Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.
Departemen Agama dibawah pimpinan K.H.Moh Ilyas (1953-1959)
mengambil langkah kebijaksanaan yang sangat strategis, yaitu dengan
mengadakan pembaharuan dalam system pendidikan dimadrasah dengan
memperkenalkan Madrasah Wajib Belajar (MWB) 8 tahun. Tujuan dari MWB
ini diarahkan pada pembangunan jiwa bangsa, yaitu untuk kemajuan di bidang
ekonomi, industri dan transmigrasi dengan kurikulum yang menyelaraskan
tiga perkembangan, yaitu perkembangan otak, perkembangan hati, dan
keprigelan tangan/keterampilan. Lama pelajaran MWB 8 tahun dengan
pertimbangan bahwa pada umur 6 tahun anak sudah berhak sekolah dan pada
umur 15 tahun sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku anak
telah diizinkan untuk mencari nafkah.20
Berdirinya MWB dimaksudkan sebagai usaha awal untuk memberikan
bantuan dan pembinaan madrasah dalam rangka penyeragaman materi
kurikulum dan sistem penyelenggaraannya dengan madrasah Ibtidaiyah yang
19 Abdul Ghofir dan Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah (Solo:Ramadhani, 1993)
hal,13 20 Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
diselenggarakan oleh masyarakat. Namun, pada perkembangannya
penyelenggaraan MWB ternyata tidak dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. MWB dianggap kurang representative sebagai lembaga
pendidikan Islam karena pelajaran agama hanya mencapai 25% dari seluruh
mata pelajaran.
Adapun materi dan sistem penyelenggaraan MWB di atur sebagai
berikut :
1. Penentuan pelajaran agama menjadi hak dan kewajiban
organisasi/lembaga penyelenggara madrasah, sehingga
organisasi/lembaga penyelenggara madrasah mempunyai
kebebasan untuk isi atau materi dan metode serta sistem
pendidikannya, termasuk pelajaran agama yang diajarkan
2. Departemen Agama hanya berkewajiban memberikan petunjuk
umum dalam pengaturan penyelenggaraan pendidikan dan
pelajaran agama sebagai berikut :
a. Murid-murid harus mengkhatamkan bacaan Al-Quran dengan
baik selama belajar.
b. Mengajarkan membaca dan menulis huruf Arab, yang dimulai
dengan kelas III
c. Pelajaran bahasa Arab diberikan sejak kelas V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
d. Di samping ibadah puasa, murid-murid dibiasakan
mengerjakan berbagai ibadah sosial, seperti membersihkan
halaman, masjid, pengumpulan derma, dan lain-lain.
MWB juga menghadapi kendala yang berpengaruh terhadap
kelangsungan madrasah model MWB, seperti keterbatasan dana, peralatan
dan guru-guru yang dipersiapkan, serta kekurangan tanggapan masyarakat dan
penyelenggara. Hal lain yang menjadi ganjalan bagi penyelenggaraan MWB
adalah kesulitan yang dialami oleh penyelenggara madrasah dalam
menerapkan ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pendidikan dan pelajaran
agama yang disyaratkan.
Salah satu capaian yang menonjol dari pembinaan madrasah pada
masa Orde Lama adalah pengembangan yang intensif terhadap madrasah
keguruan, baik dalam bentuk Pendidikan Guru Agama maupun Sekolah Guru
Hakim Agama. Adapun dalam pengembangan madrasah pada umumnya,
variasi kurikulum antar berbagai perkumpulan masih Nampak meskipun
sudah mulai diarahkan pada perjenjangan yang sesuai dengan perjenjangan
sekolah. Meskipun brlum maksimal, tetapi perkembangan madrasah pada
masa kemerdekaan memberikan sumbangan yang cukup penting bagi
perkembangan madrasah pada masa berikutnya.
4. Masa Orde Baru
Secara umum diakui bahwa kebijakan pemerintah Orde Baru
mengenai pendidikan agama, termasuk madrasah bersifat positif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
konstruktif. Pemerintah Orde Baru memandang bahwa lembaga madrasah ini
harus dikembangkan dalam rangka pemerataan kesempatan dan peningkatan
mutu pendidikan. Kebijakan seperti ini lebih kuat tercermin dalam komitmen
Orde Baru untuk menyelenggarakan pendidikan agama sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional.21
Pada masa awal pemerintahan Orde Baru, kebijakan dalam beberapa
hal mengenai madrasah bersifat melanjutkan dan memperkuat kebijakan Orde
Lama. Pada tahap ini madrasah belum dipandang sebagai bagian dari system
pendidikan secara nasional, tetapi merupakan lembaga pendidikan otonom
dibawah pengawasan Menteri Agama. Hal ini disebabkan karena kenyataan
bahwa sistem pendidikan madrasah lebih didominasi oleh muatan-muatan
agama, menggunakan kurikulum yang belum terstandar, memiliki sruktur
yang tidak seragam, dan memberlakukan managemen yang kurang dapat
dikontrol oleh pemerintah.
Menghadapi kenyataan ini, maka langkah pertama dalam
pembaharuan pendidikan madrasah adalah melakukan formalisasi dan
srukturisasi madrasah. Formalisasi ditempuh dengan menegerikan sejumlah
madrasah dengan kriteria tertentu yang diatur oleh pemerintah, disamping
mendirikan madrasah-madrasah yang baru. Kemudian dikembangkan adanya
penegerian madrasah yang diawali berdasarkan Surat Menteri Agama No.80
21
Maksum , Op. Cit, hal 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tahun 1967, yaitu dengan menegerikan Madrasah Tsanawiyah Sabilul
Muttaqin, Magetan Madiun dan Madrasah Aliyah Al-Islam Surakarta.
Penegerian madrasah ini di maksudkan sebagai percontohan bagi
madrasah swasta sedangkan pembinaan madrasah swasta pada waktu itu
diklasifikasikan menjadi status terdaftar dan disamakan. Pada status terdaftar
madrasah dapat mengikuti ujian persamaan madrasah negeri dan pada status
dipersamakan madrasah mempunyai hak yang sama dengan madrasah
negeri.22
Madrasah swasta harus diberikan peluang yang seluas-luasnya,
khususnya dalam rangka demokratisasi di bidang pendidikan. Demokrasi
pendidikan harus diberikan makna untuk mengurangi campur tangan
pemerintah secara sentarlistik yang menggiring madrasah menjadi satu model
dan sama dengan madrasah negeri.
Kewenangan pemerintah harus hanya pada sebatas pemberian
pengakuan (lisensi) dengan menggunakan acuan basic competency pada setiap
tingkatan. Madrasah melalui dorongan dan bantuan pemerintah diharapkan
mampu mendesain program-program pendidikan yang dibutukan masyarakat,
yaitu tenaga yang memiliki keterampilan khusus yang bersifat marketable dan
dibutuhkan untuk mengembangkan wilayahnya masing-masing termasuk
tenaga professional dibidang agama (Pembimbing agama, juru penerang
agama, guru agama, dan sebagainya).
22
Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Madrasah swasta hidup, berkembang dan didukung oleh masyarakat
yang social ekonominya rendah, sarana prasarana madrasah sangat sederhana,
perlengkapan seadanya, kemampuan manajemen rendah, dan tenaga guru
kebanyakan dilatarbelakangi oleh semangat ibadah yang sangat tidak selektif
terhadap persyaratan yang diperlukan. Keadaan demikian mengakibatkan
madrasah sulit berkembang dan tidak mampu bersaing dengan sekolah yang
lainnya. Sedangkan strukturisasi madrasah dilakukan dengan mengatur
perjenjangan dan perumusan kurikulum yang cenderung sama dengan
perjenjangan dan kurikulum sekolah-sekolah dibawah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Adapun sistem penyelenggaraan perjenjangan
dan kurikulum pengetahuan agama dan umum pada madrasah-madrasah
negeri, disamakan dengan sekolah-sekolah umum di bawah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, dengan perjenjangan sebagai berikut;
1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), madrasah tingkat dasar yang
setingkat dengan Sekolah Dasar Negeri, dengan lama belajar 6
tahun.
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), dengan lama belajar 3
tahun, setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN), madrasah tingkat atas dengan
lama belajar 3 tahun, yang setingkat dengan Sekolah Menengah
Atas.23
Tahap berikutnya, antara akhir 70-an sampai akhir 80-an, pemerintah
Orde Baru mulai memikirkan kemungkinan mengintegrasikan madrasah ke
dalam Sistem Pendidikan Nasional. Usaha menuju ke arah itu agaknya tidak
sederhana karena secara konstitusional pendidikan nasional masih diatur oleh
UU No.4 Tahun 1950 jo. No.12 Tahun 1954 yang mengabaikan pendidikan
madrasah. Apa yang bisa dilakukan pemerintah pada tahap ini adalah
memperkuat struktur madrasah baik dalam jenjang maupun kurikulumnya
sehingga lulusan memperoleh pengakuan yang sama dengan lulusan sekolah
dan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sekolah-
sekolah yang dikelola Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Untuk tujuan ini di keluarkan kebijakan berupa Keputusan Bersama
Tiga Menteri pada tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan pada
madrasah.24
Melalui Surat Keputusan Bersama tersebut, madrasah diharapkan
memperoleh posisi yang sama dengan sekolah-sekolah umum dalam sistem
23
Departemen Agama RI, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ( Jakarta; Proyek
Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN,1986), hal 81 24
Maksum , Op. Cit, hal 132.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pendidikan nasional, sekaligus lulusan madrasah dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sekolah umum. Seperti tertera dalam
Bab II Pasal 2 SKB Tiga Menteri yang dituliskan sebagai berikut ;
1. Ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah
sekolah umum yang setingkat.
2. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat
atas.
3. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang
setingkat.25
Bila direnungkan lebih mendalam lagi, maka pada hakikatnya
madrasah SKB Tiga Menteri itu tiada lain adalah Sekolah Umum Plus. Pada
tingkat Sekolah Dasar yaitu Ibtidaiyah , sama dengan SD Plus, di tingkat
SLTP, yaitu Tsanawiyah sama dengan SMP Plus dan tingkat SLTA, yaitu
madrasah Aliyah sama dengan SMA Plus. Plus disini adalah mata pelajaran
agama dan bahasa Arab yang tidak mungkin diperoleh apabila memasuki
sekolah umum.
SKB Tiga Menteri tersebut merupakan pengakuan yang nyata terhadap
eksistensi madrasah. Dengan SKB tersebut, madrasah memperoleh
definisinya yang semakin jelas sebagai lembaga pendidikan yang setara
25 Haidar Putra daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), ha104.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dengan sekolah umum, sekalipun pengelolanya berada pada Departemen
Agama. Dalam hal ini, madrasah tidak lagi dipandang sebagai lembaga
pendidikan keagamaan, tetapi merupakan lembaga pendidikan yang
menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang
sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelajaran umum.
Pada tahap awal setelah SKB Tiga Menyeri, Departemen Agama
mengeluarkan kurikulum baru tahun 1976 yang memuat pedoman dan aturan
penyelenggaraan pendidikan dan pengetahuan pada madrasah, sesuai dengan
aturan yang berlaku pada sekolah-sekolah umum, serta dilengkapi dengan
penjelasan berbagai kegiatan dan metode penyampaian program untuk setiap
bidang studi agama maupun bidang studi umum.26
Kurikulum 1976 tersebut disempurnakan melalui kurikulum 1984,
dengan keluarnya Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dengan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.45 Tahun 1984 dan UU No.
9299/U/1984, tentang Pengaturan Pembakuan Kurikilum Sekolah Umum dan
Kurikulum Madrasah. Surat Keputusan Bersama tersebut merupakan tindak
lanjut dari SKB Tiga Menteri tahun 1975. Tujuannya tidak hanya
menyamakan madrasah dengan sekolah umum dalam perjenjangan dan mutu
pengetahuan umum antara madrasah dan sekolah umum, tetapi juga
26 Departemen Agama, Op.Cit hal. 82.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
diupayakan penyeragaman dan pembakuan dalam struktur program dan
kurikulum.27
Memasuki dekade 90-an, kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai
madrasah ditujukan secara penuh untuk membangun satu sistem pendidikan
nasional yang utuh. Dengan satu sistem yang utuh dimaksudkan bahwa
pendidikan nasional tidak hanya bergantung pada pendidikan jalur sekolah
tetapi juga memanfaatkan jalur luar sekolah. Untuk tujuan ini, pemerintah
Orde Baru melakukan langkah konkrit berupa penyusunan Undang-Undang
No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan sekaligus
menggantikan UU No.4 Tahun 1950 jo No.12 Tahun 1954. Dalam kontek ini,
penegasan definitife tentang madrasah di berikan melalui keputusan-
keputusan yang lebih operasional dan dimasukan dalam kategori pendidikan
sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui upaya ini
dapat di katakan bahwa madrasah berkembang secara terpadu dalam sistem
pendidikan nasional.28
Kedudukan madrasah semakin kuat dalam sistem pendidikan nasional
setelah dikeluarkannya UU No.2 Tahun 1989. Dengan di berlakukannya UU
tersebut, madrasah dikategorikan sebagai pendidikan umum yang berciri khas
agama Islam. Dalam Peraturan Pemerintah Nomer 28 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar, pasal 4 ayat (3) di sebutkan bahwa Sekolah Dasar dan
27
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam,( Jakarta ; Logos Wacana Ilmu,2001) , hal.99. 28 Maksum , Op. Cit, hal 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang berciri khas agama Islam yang di
selenggarakan oleh Departemen Agama masing-masing disebut Madrasah
Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah.29
Dengan berlakunya UUSPN ahun
1989 tersebut, semakin memperkuat posisi kesejajaran madrasah dengan
sekolah umum dalam segala aspeknya, yang sebelumnya telah di atur dalam
SKB Tiga Menteri tahun 1975.
C. Ciri Kekhasan Lembaga Pendidikan Madrasah
Sejak lahirnya sistem madrasah di Indonesia telah memiliki ciri khas
yang membedakannya dari pesantren dan sekolah umum, yaitu upaya untuk
mengkonvergensikan antara mata pelajaran umum dengan mata pelajaran
agama. Ciri tersebut dapat terlihat dalam 2 faktor antara lain:
1. Sistem Pengajaran Madrasah
Sebelum kita mengenal madrasah sebagai lembaga pendidikan, kita
telah mengenal pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam. Adapun metode
yang dipergunakan dalam pendidikan pesantren adalah wetonan, sorogan,
hafalan. Wetonan adalah metode di mana para santri mengikuti pelajaran
dengan duduk disekelilinh kiai yang menerangkan pelajaran. Sistem ini sama
dengan halaqah di lembaga pendidikan surau (Minangkabau). Sorogan ialah
suatu metode di mana santri menghadap kiai seorang demi seorang dengan
29 Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pelaksanaannya, (Jakarta; Sinar Grafika, 1993), cet ke-4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
membawa kitab yang akan dipelajarinya. Sedangkan hafalan ialah metode di
mana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya.
Jenjang pendidikan dalam pesantren di lihat pada kitab yang di pelajari,
kenaikan tingkat seorang santri di tandai dengan tamat dan bergantinya kitab
yang di pelajari.
Pertengahan abad 19 pemerintah kolonial Belanda mulai
memperkenalkan sekolah-sekolah modern sesuai dengan sistem persekolahan
yang berkembang di dunia barat, sehingga mempengaruhi sistem pendidikan
yang berkembang di Indonesia, termasuk pesantren berkembang menjadi
pendidikan madrasah. Sistem pengajaran dari sorongan serta sistem halaqah
bergeser kearah sistem madrasah dalam bentuk klasikal dengan unit-unit
kelas.30
Perpaduan antara sistem pondok pesantren dengan sistem yang berlaku
pada sekolah modern, merupakan sistem pendidikan dan pengajaran yang di
pergunakan di madrasah. Proses perpaduan tersebut berlangsung secara
berangsur-angsur mulai dan mengikuti sistem klasikal. Sistem pengajian kitab
yang selama ini dilakukan, di ganti dengan bidang-bidang pelajaran tertentu,
walaupun masih menggunakan kitab-kitab yang lama. Sementara itu kenaikan
tingkat di tentukan oleh penguasan terhadap sejumlah bidang pelajaran.
30 Abdul Ghofir dan Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah, (Solo : Ramadhani,
1993), hal 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kegiatan belajar mengajar di madrasah dilaksakanan dengan sistem
klasikal, di mana sekelompok siswa dengan kemampuan rata-rata hampir
sama dengan usia yang hampir sama, menerima pelajaran dari seorang guru
mata pelajaran tertentu, supaya ada diskusi dalam waktu dan tempat yang
sama. Kemudian kegiatan belajar mengajar pada dasarnya mengembangkan
kemampuan penyesuaian sosial siswa secara utuh. Dalam rangka
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi
atau memasuki lapangan pekerjaan. Selanjutnya, Mengingat kekhasan setiap
mata pelajaran, maka cara penyajian pelajaran atau metode mengajar
hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang seperti kepustakaan, alat
peraga, lingkungan alam, sosial dan budaya dan nara sumber.
Dengan keluarnya Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) tahun 1989, berdampak cukup besar terhadap perubahan
sistem pendidikan madrasah. Disamakannya madrasah dengan sekolah umum
dengan menerapkan kurikulum yang 100% sama antara kurikulum madrasah
dengan sekolah umum, artinya mengubah keseluruhan subsistem pendidikan
madrasah tersebut. Karena itu renovasi terhadap keseluruhan subsistem
pendidikan madrasah harus dilakukan, tidak hanya terbatas pada perangkat
kurikulumnya saja, melainkan juga sebagai konsekuensi adalah gurunya,
fasilitas madrasahnya, manajemennya, dan sebagainya.31
31 Abdul Rachman Shaleh, Op. Cit, hal 37.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Porsi mata pelajaran agama
Madrasah apabila di lihat dari segi historisnya telah mengalami
perubahan-perubahan. Pada tahap awal, madrasah semata-mata mengajarkan
mata pelajaran agama, kemudian sesuai dengan tuntutan zaman, madrasah
memasukan mata pelajaran umum. Perkembangan selanjutnya dengan
keluarnya SKB Tiga Menteri tahun 1975 mata pelajaran umum lebih dominan
dengan sekitar 70%. Walaupun demikian kedudukan mata pelajaran agama
memegang peranan yang penting dan mata pelajaran agama di kelompokan
sebagai program inti.
Perbedaan madrasah dengan sekolah umum adalah kurikulum agama
yang lebih banyak di banding dengan pelajaran agama di sekolah umum.
Pada sekolah umum pelajaran agama 2 jam, sedangkan di madrasah pelajaran
agama menjadi 4 sampai 7 jam untuk Madrasah Ibtidaiyah dan 10 jam untuk
Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.32
Kurikulum Madrasah
Ibtidaiyah, terdiri dari 15 mata pelajaran dengan jumlah pelajaran untuk kelas
I dan II 31 jam per minggu, kelas III 40 jam, kelas IV, V, dan VI , masing-
masing 42 jam. 15 Mata Pelajaran tersebut, 5 mata pelajaran mengajarkan
bidang studi agama, yaitu Qur’an-Hadits, akidah-akhlak, fiqh, sejarah Islam
32 Husni Rahim. Op. Cit, hal 134.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dan bahasa Arab dengan jumlah prosentase adalah : Kelas I dan II=19,3%,
Kelas III, IV, V dan VI =30%.33
Kurikulum pendidikan dasar yang berciri khas agama Islam, di
samping wajib memuat mata pelajaran umum, juga wajib memuat bahan
kajian sebagai ciri khas agama Islam, yang tertuang dalam mata pelajaran
agama dengan uraian sebagai berikut: Qur’an-Hadits, Aqidah-Akhlak, Figih,
Sejarah- Kebudayaan Islam, Bahasa Arab yang diselenggarakan dalam iklim
yang menunjang pembentukan kepribadian muslim.34
Sedangkan Pengetahuan
Umum yang di ajarkan di madrasah adalah :
a. Membaca dan menulis (huruf latin) bahasa Indonesia.
b. Berhitung.
c. Ilmu Bumi.
d. Sejarah Indonesia dan dunia
e. Olahraga dan Kesehatan35
Selain mata pelajaran agama dan bahasa Arab serta yang di sebutkan
di atas, juga di ajarkan berbagai keterampilan sebagai bekal para lulusannya
yang terjun ke masyarakat.
33
Haidar Putra daulay. Op. Cit, hal 100. 34 Maksum , Op. Cit, hal 156. 35
Muwardi Sutedjo, dkk. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Dirjend Binbaga
Islam dan Universitas Terbuka. 1992), hal 42.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I
A. Kondisi Demografi Desa Pucangan Kartasura
Kecamatan Kartasura merupakan bagian wilayah administrasi
Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebelah Barat Laut. Secara geografis
Kecamatan Kartasura terletak antara 11o
37’ 40’’- 11o 39’ 04” Bujur Timur
dan 07o 37’ 30”- 07
o 38’ 04” Lintang Selatan ( Sumber : Bappeda Kecamatan
Kartosuro Sukoharjo)
Desa Pucangan adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan
Kartasura. Adapun batas-batas Desa Pucangan adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Wirogunan, Desa Kartosuro.
Sebelah Selatan : Desa Ngemplak, Desa Ngabeyan.
Sebelah Barat : Desa Kertonatan.
Sebelah Timur : Desa Ngadirejo, Desa Singopuran.
Luas Desa Pucangan adalah 228 ha, di mana sebagian besar tanah
tersebut adalah sawah. Sehingga mayoritas penduduk Desa Pucangan adalah
petani bahkan di Desa Pucangan sebagian menjadi buruh tani, selain itu mata
pencaharian penduduk Desa Pucangan adalah Pedagang, PNS, Pensiunan,
Karyawan Swasta, dan Wiraswasta.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Keadaan perekonomian Desa Pucangan dapat di lihat dari mata
pencaharian masyarakat di sana, di mana mayoritas masyarakat Desa
Pucangan sebagai petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian
tersebut, dengan penghasilan yang pas-pasan. Sehingga dapat dikatakan
keadaan ekonomi Desa Pucangan adalah menengah ke bawah. Keadaan
tersebut mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat Desa Pucangan,
kebutuhan masyarakat akan pendidikan sangat penting, meskipun mayoritas
kondisi masyarakat yang kurang mampu. Karena biaya pendidikan yang
mahal akan menjauhkan masyarakat Desa Pucangan untuk memperoleh
kualitas pendidikan yang baik.
B. Latar Belakang Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
1. Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama ( MADINU )
Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama di dirikan pada tahun 1967,
namun pada awal berdirinya MADINU belum menjadi madrasah yang formal
karena belum berbadan hukum, belum memiliki kelas dan masih sangat
sederhana sekali. Nama Nahdlatul Ulama di belakang menunjukan bahwa
para pendiri madrasah tersebut adalah warga Nahdlatul Ulama. Pada awalnya
Syaibani Ilham salah satu pendiri madrasah melihat keadaan masyarakat di
sekitarnya yaitu di daerah Pucangan,Kartosuro di mana masyarakat sangat
terbelakang sekali baik dalam bidang pendidikan maupun agama, karena
pada waktu itu kondisi masyarakat di sana hanya berorientasi pada
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
bagaimana cara memenuhi kebutuhan sehai-hari, dan mayoritas penduduknya
adalah seorang petani.
Kehidupan masyarakat pada waktu itu kurang mempedulikan
pendidikan bagi anak-anaknya, karena orang tua yang memiliki anak hanya
di haruskan membantu orang tuanya di sawah dari pada harus menuntut ilmu
di sekolah. Keadaan seperti itu bukan tanpa alasan, karena keberadaan
sekolah maupun madrasah di sana pada waktu itu masih sangat terbatas, dan
pengetahuan orang tua akan arti pendidikan bagi anak-anaknya masih kurang.
Selain jumlah sekolah atau madrasah yang masih terbatas, para orang tua
masih beranggapan bahwa pendidikan itu mahal, dan pendidikan hanya untuk
orang-orang yang mampu. Bahkan tidak terpikir dalam hidup mereka untuk
memasukan anak-anak mereka ke sekolah atau madrasah. Padahal setiap
orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik, atau
setiap orang bercita-cita mempunyai anak yang saleh yang senantiasa
membawa harum nama orang tuanya, karena anak yang baik merupakan
kebanggaan orang tua. Anak yang saleh senantiasa mendoakan orang
tuanyamerupakan amal baik bagi orang tua yang akan mengalir terus
menerus pahalanya walaupun orang tua itu sudah meninggal dunia.
Keadaan tersebut sangat memprihatinkan sekali bagi kemajuan
masyarakat di sana, di mana generasi yang akan datang tidak memperoleh
pendidikan dengan baik, termasuk pendidikan agama. Manusia lahir tidak
mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dianugerahi Allah SWT pancaindera,
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki
keterampilan dan mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan dan
belajar terlebih dahulu.
Melihat keadaan masyarakat yang demikian, terketuk hati Syaibani
Ilham untuk berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan masyarakat, hal
tersebut juga di rasakan oleh para pendiri madrasah yang lain. Para pendiri
tersebut antara lain : Djamhariyah, Hasyim, Istiqomah, dan Sunaryo. Mereka
merasakan kurangnya kebutuhan masyarakat Pucangan terhadap pendidikan
dasar yang bernafaskan Islam. Pendiri Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama
adalah sekolompok orang yang sering mengadakan pengajian rutin di Desa
Pucangan, dan mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama, yaitu
pesantren. Sehingga mempermudah menyamakan visi dan misi untuk
mendirikan madrasah atau sekolah dasar yang bernafaskan Islam.
Dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan
memegang peran yang sangat penting dan harus merupakan suatu proses
yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia
itu sendiri. Dengan proses semacam itu suatu bangsa atau negara dapat
mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian pada
generasi mudanya, sehingga mereka betul-betul siap menyonsong kehidupan.
Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi
kesenjangan antara realitas dan idealitas.1
Pada awalnya Syaibani mengumpulkan anak-anak di sekitar rumahnya
untuk belajar menulis dan membaca. Kegiatan ini di lakukan di rumah beliau
dengan keadaan yang sederhana, di mana dengan menggelar tikar di teras
rumah, anak-anak tersebut di ajarkan pelajaran menulis dan membaca. Dalam
menjalankan kegiatan tersebut, beliau di bantu para pendiri lain yang
memiliki pandangan yang sama dengan beliau, yaitu memiliki niat lilahi
ta’ala memperbaiki keadaan masyarakat yang terbelakang tanpa
mengharapkan imbalan, dan bersama-sama berjuang dijalan Allah Swt.
Kegiatan belajar tidak hanya menulis dan membaca saja, melainkan
juga di ajarkan pelajaran agama, termasuk di ajarkan doa, shalat, fiqih, akhlaq
dan baca tulis Al-Quran. Karena dengan pelajaran agama menumbuhkan
kesadaran moral dan dapat menjadi bekal yang baik bagi anak-anak di
kehidupan mereka yang akan datang. Sesungguhnya pertumbuhan kesadaran
moral pada anak menyebabkan anak mendapat pencerahan baru sehingga
menambah perhatiannya terhadap nasihat-nasihat agama, dan kitab suci
baginya tidak lagi merupakan kumpulan undang-undang, yang dengan itu
1 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan Aksi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Allah menghukum dan mengatur dunia guna menunjukan kita kepada
kebaikan. 2
Setelah dapat di terima masyarakat di Desa Pucangan dengan baik,
jumlah murid di madrasah tersebut juga meningkat, maka mulai di buat kelas
sesuai dengan kelompok umur yang sama. Kegiatan belajar tidak lagi di
lakukan di teras rumah , melainkan syaebani telah mewakafkan tanah
pribadinya untuk di jadikan madrasah.
Pada awal tahun 1970, Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama di ganti
dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, karena pendiri madrasah
tersebut tidak setuju apabila Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama terkait
dengan Partai NU (Nahdhatul Ulama), meskipun ajaran-ajaran Organisasi
Nahdhatul Ulama sebagai kiblat pelajaran agama yang di ajarkan, termasuk
aqidah Organisasi Nahdhatul Ulama, yaitu Ahli sunnah wal jama’ah
berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas juga menjadi pedoman
dari madrasah tersebut. Karena pengaruh besar Organisasi Nahdhatul Ulama
terhadap Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama dikhawatirkan dapat terkait
dalam Partai Politik NU.
Pemilihan nama Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, karena dekat
dengan sebuah masjid yang bernama Masjid Darussalam, jadi memudahkan
masyarakat untuk mengingat nama madrasah tersebut. Dalam bahasa Arab,
2 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal 129.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Darussalam memiliki arti yaitu kampung yang selamat, karena dengan nama
itu di harapkan dapat menyelamatkan masyarakat Desa pucangan melalui
pendidikan, yaitu dengan berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I.
Agama Islam memperlakukan manusia sebagai kesatuan yang utuh,
terdapat persambungan yang jelas antara sisi keduniaan dan sisi keakhiratan.
Manusia telah membawa fungsi Ketuhanan sebagai khalifah Allah di bumi
dengan tugas kesejahteraan dan kemakmuran kehidupan manusia sendiri.
Dalam melaksanakan tugas yang demikian, manusia di ciptakan dalam
bentuk yang sebaik-baiknya kejadian yang di lengkapi kewenangan untuk
mengambil inisiatif dalam mengubah kehidupan yang lebih baik. Ilmu
pengetahuan dapat di peroleh melalui proses pendidikan, pengertian
pendidikan secara umum yang kemudian di hubungkan dengan Islam sebagai
suatu sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang
secara implisit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimiliki.
Pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan individu
berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang di wahyukan Allah Swt kepada
Muhammad Saw, di mana membentuk individu agar dapat mencapai derajat
yang tinggi sehingga mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka
bumi dan mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam kontek
sosial masyarakat, maka pribadi yang bertaqwa ini menjadi rahmatan
lil’alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan
Islam.
Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipal di letakan pada dasar-
dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasar
pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama
tentu saja adalah al-Quran dan Sunnah. Al-Quran misalnya memberikan
prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal
manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta
memelihara kebutuhan sosial. Dasar pendidikan selanjutnya adalah nilai-nilai
sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Al-
Quran dan Sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan
kemudharatan bagi manusia.
Pada tahun 1970 MADINU (Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama)
yang di dirikan pada tahun 1967. Kemudian berubah nama menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I, karena pada awal berdirinya MADINU belum
berbadan hukum, dan tidak bernaung pada yayasan pendidikan yang resmi,
untuk memperkuat kedudukan madrasah perlu di bangun sebuah yayasan
pendidikan resmi yang akan menaungi segala kegiatan belajar-mengajar di
madrasah. Pada tahun 1972 para pendiri madrasah tersebut mendirikan
sebuah yayasan pendidikan Islam yang bernama Yayasan Pendidikan Islam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Darussalam dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan madrasah
ibtidaiyah Darussalam.
2. Yayasan Pendidikan Islam Darussalam
Masa awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam belum
memiliki sebuah yayasan pendidikan, dan untuk menformalkan madrasah
harus memiliki yayasan pendidikan yang berbadan hukum. Pada tanggal 29
Juli 1985 yayasan pendidikan tersebut telah memiliki Akte pendirian dengan
nomer Akte: 239. Yayasan pendidikan itu sendiri bernama Yayasan
Pendidikan Islam Darussalam yang berazaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Maksud dan tujuan Yayasan Pendidikan Islam Darussalam
adalah :
a. Turut serta secara aktif dan kreatif membantu usaha-usaha
Pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan
manusia seutuhnya dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional
untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Seribu Sembilanratus
empat puluh lima, khususnya melalui bidang-bidang pendidika,
sosial, dan keagamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang bertaqwa
terhadap Allah Yang Maha Esa, yang berkepribadian muslim
Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.3
Untuk mencapai maksud dan tujuannya, yayasan dapat bekerja sama
dengan badan-badan resmi maupun swasta, baik didalam maupun diluar
negeri yang mempunyai maksud yang sama atau hampir sama dengan maksud
dan tujuan dari yayasan, dan untuk mencapai maksud dan tujuannya, Yayasan
menjalankan kegiatan-kegiatannya dalam bidang :
a. Berusaha mendirikan dan atau menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran dari Taman kanak-kanak sampai dengan Perguruan
Tinggi
b. Berusaha mendirikan dan atau menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran Pondok Pesantren. .
c. Berusaha mendirikan atau menyelenggarakan Asrama Yatim
Piatu.
d. Berusaha mendirikan rumah-rumah sakit, poliklinik-poliklinik
dan rumah-rumah kesehatan lainnya.
e. Berusaha menerbitkan buku-buku dan atau diktat-diktat
pelajaran.
f. Mengadakan kegiatan/ usaha-usaha sosial lainnya yang dianggap
perlu untuk mencapai maksud dan tujuan dari Yayasan.4
3 Pasal 4 Anggaran Dasar Yayasan Pendidikan Islam Darussalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Yayasan Pendidikan Darussalam merupakan sebuah yayasan
pendidikan yang secara kelembagaan organisatoris berafiliasi kepada
organisasi Nahdatul Ulama. Sehingga memiliki karakter cukup kuat, yaitu
bercorak nahdiyyin. Sementara itu mayoritas masyarakat di sekitar yayasan
adalah masyarakat nahdiyyin. Dengan demikian yayasan ini memiliki peluang
yang cukup besar untuk dapat berkembang. Yayasan Pendidikan Darussalam
di harapkan mampu mengakomodasi kebutuhan pendidikan masyarakat secara
umum, terutama kebutuhan pendidikan Islam, karena harapan dan kebutuhan
masyarakat terhadap pendidikan sangat besar sebab kedepan masyarakat akan
menghadapi persaingan yang sangat ketat dan penuh tantangan.
Untuk pertama kalinya, susunan pengurus Yayasan Pendidikan Islam
Darussalam adalah :
Penasehat I : Muhamad Thoyib Salim
Penasehat II : Muhamad Thohari
Ketua Umum : Achmad Syaibani Ilham
Ketua I : Drs Mustajab
Ketua II : Mahmudan BA
Sekretaris I : Muhamad Sunardjo
Sekretaris II : Subardjo
Bendahara I : Nyonya Mahmudan BA
4 Pasal 5 Anggaran Dasar Yayasan Pendidikan Islam Darussalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Bendahara II : Istiqomah
Sejak awal berdiri sampai sekarang pimpinan dari yayasan tersebut
masih di pegang oleh Achmad Syaibani Ilham, di mana beliau pernah
menjabat sebagai Kepala Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo. Berdirinya Yayasan Pendidikan Islam Darussalam di mulai
dengan pergantian nama Madrasah Diniyah Nahdatul Ulama (MADINU)
menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Yayasan di kelola secara gotong
royong dan kekeluargaan. Manajemen yayasan di jalankan sesuai dengan
kemampuan pengurus. Biaya operasional madrasah selain dari uang SPP juga
dari iuran pengurus dan sumbangan atau donatur dari masyarakat.
C. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Kartasura tahun 1967-
2007
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan lembaga pendidikan
Islam yang memiliki karakter cukup kuat, yaitu bercorak nahdhiyyin,
sementara itu mayoritas masyarakat disekitar madrasah adalah nahdhiyyin.
Hal ini juga didukung dengan keberadaan organisasi Anshor yang bernaung
dibawah Nahdhatul Ulama, dan adanya beberapa orang yang menjadi
pengurus di beberapa organisasi keagamaan NU. Dengan demikian MI
Darussalam I seharusnya memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat
lebih maju dan berkembang.
Sumber Daya Manusia yang di miliki Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I terutama para guru dan karyawan mayoritas perempuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
sementara itu laki-laki hanya terdiri atas satu guru yang sekaligus wakil
kepala sekolah. Dengan demikian penyelenggaraan pembelajaran di madrasah
tersebut secara dominan di kuasai oleh para kaum perempuan. Hal ini cukup
menarik, karena pada umumnya kaum perempuan memiliki beberapa
keterbatasan terutama dalam hal waktu baik dirumah maupun di madrasah,
tenaga dan kecepatan beraktivitas. Meskipun demikian tidak dapat di pungkiri
bahwa kaum perempuan juga memiliki beberapa kelebihan terutama jika di
kaitkan dengan kesabaran dalam mendidik anak-anak, kasih sayang pada
anak-anak, dan lebih dekat dengan anak-anak.
Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di kelompokan
dalam beberapa periode antara lain :
1. Masa Perintisan (1967-1978)
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, seperti yang telah di uraikan di
atas, pada tahun 1970 berubah nama yang sebelumnya bernama MADINU
(Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama) yang didirikan pada tahun 1967.
Kemudian pada tahun 1970 berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I. pada periode tersebut merupakan tahap perjuangan pengurus
yayasan untuk memformalkan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. karena
pada awal berdirinya MADINU belum berbadan hukum, dan tidak bernaung
pada yayasan pendidikan yang resmi. Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama
di daftarkan ke Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo pada tahun 1968,
namun waktu itu Madrasah masih berdiri sendiri dan tidak bernaung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
suatu yayasan pendidikan yang resmi. Syaibani mengikutkan Madrasah
Dinniyah Nahdhatul Ulama di bawah Ma’Arif. Ma’Arif adalah sebuah
yayasan pendidikan yang bernaung di bawah Organisasi Nahdhatul Ulama,
Karena pada waktu itu beliau adalah salah seorang pengurus Nahdhatul
Ulama di Kartosuro. Meskipun belum memiliki yayasan pendidikan yang
resmi, namun keberadaan Madrasah Dinniyah Nahdhatul Ulama dapat dterima
oleh masyarakat Desa Pucangan, ini terbukti pada perkembangan tahun 1969
yayasan pendidikan yang belum memeliki akte pendirian tersebut telah
memiliki 4 Madrasah Ibtidaiyah dan 6 TK, sehingga Departemen Agama
Kabupaten Sukoharjo memberikan bantuan guru agama.
Secara umum, tujuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
Pucangan Kartasura adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan umum pendidikan
dasar tersebut, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Pucangan Kartasura
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Dapat mengamalkan ajaran agama sebagai proses pembelajaran
dan kegiatan pembiasaan.
2. Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam aktifitas keagamaan
dan UASBN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui
layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler
serta pembiasaan diri yang baik.
4. Meningkatkan prestasi akademik peserta didik sehingga mampu
menembus dan beraing di SMP Negri mencapai lebih 90%.
5. Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang seni dan olahraga
lewat kejuaraan dan kompetisi.
6. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan ajaran Islam di masyarakat,
supaya menjadi masyarakat muslim yang beraqidah Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah.
Namun demikian, tujuan dari pendidikan di madrasah ini tidak terlepas
dari tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Madrasah
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dan mempunyai
ciri khas agama Islam, secara sinergis mempunyai peran dalam usaha
pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan sosok yang memiliki
tanggung jawab sebagai pengabdi pendidikan terhadap kelangsungan hidup
bangsa dan Negara. Guru menjadi barometer bagi tercapainya kualitas
pendidikan yang diharapkan. Berhasilnya pendidikan salah satunya tergantung
pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dikarenakan proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar
ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.
Tabel 1
Data guru
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I Tahun 1978
No Nama Jabatan Tanggal Lahir Ijazah Mengampu Mata
Pelajaran
1 Djamhariyah Kamad 17-08-1950 F.T.UII Agama V&VI
2 Istiqomah Guru 13-01-1944 M.A.N Kelas I&II
3 Ahyani Guru 17-04-1947 P.G.A.A Kelas IV
4 Sugiyanto Guru 10-10-1956 P.G.A.A Kelas III
5 Istiyah
Walinem
Guru 28-01-1957 S.M.P Kelas V&VI
Sumber : Arsip Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
Melihat tabel di atas dapat di katakan jumlah guru di Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I masih kurang, hal ini di karenakan guru yang di
butuhkan harus mempunyai niat yang besar untuk mengabdikan hidupnya
untuk pendidikan dan berjuang bersama di jalan Allah SWT untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bersedia tidak di gaji dan menginfaqkan
sedikit hartanya untuk kelangsungan madrasah tersebut. Oleh sebab itu tidak
banyak guru yang mau mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, namun
hal yang menarik adalah guru yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Darussalam I hanyalah mereka yang ikhlas berjuang dan mengabdikan
hidupnya hanya untuk mendapat ridho Nya. Hal tersebut sesuai dengan salah
satu misi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu Menyelenggarakan
pendidikan yang berfaham ahlussunah wal jama’ah.
2. Masa Terdaftar (1979-1988)
Pada periode tersebut Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memperoleh
status terdaftar pada tanggal 5 April 1978, dengan nomor piagam Madrasah
Lk/3.c/650/Pgm/MI/1978. Dengan di perolehnya status terdaftar tersebut,
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di beri hak menurut hukum untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran serta di perbolehkan untuk
mengikuti ujian persamaan madrasah negeri.
Pemberian status kepada madrasah swasta di maksudkan untuk lebih
membantu pengembangan dan kemajuan madrasah-madrasah swasta, yang
lazim disebut akreditasi. Ketentuan tentang akreditasi madrasah ini tertuang
dalam keputusan Menteri No.310/1989 tentang status madrasah swasta di
lingkungan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama.5
Yayasan Pendidikan Darussalam kemudian mendapatkan akte notaris
pada tanggal 29 Juli 1985 dengan nomor akte : 239. Para pendiri yayasan
tersebut antara lain: (1) Ahmad Syaibani Ilham, (2) Djamhariyah. (3) Hasyim,
5 A. Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Modernitas. (Bandung;Mizan. 1998) hal 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(4) Istiqomah, dan (5) M. Sunarjo. Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I secara geografis berada di pusat Yayasan, sehingga peranan
Yayasan sangat penting bagi perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I, di samping itu yayasan juga sangat besar pengaruhnya terhadap madrasah.
Kurikulum madrasah masih mempertahankan agama sebagai mata
pelajaran pokok, walaupun dengan prosentase yang berbeda. Pada waktu
pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama mulai
mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem pendidikan
madrasah melalui Kementeriam Agama, merasa perlu menetukan kriteria
madrasah. Kriteria yang di tetapkan oleh Kementerian Agama untuk
madrasah-madrasah yang berada dalam wewenangnya adalah harus
memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit 6
jam seminggu.6
Kurikulum yang di terapkan di Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I
sesuai dengan kurikulum yang di tetapkan Kementerian Agama Kabupaten
Sukoharjo. Adapun mata pelajaran yang menjadi ciri khas dari Madarasah
Ibtidaiyah Darussalam I adalah mata pelajaran agama yang meliputi sebagai
berikut :
1. Al Qur’an dan Hadits
6 Muwardi Sutedjo, dkk, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Dirjen. Binbaga
Islam dan Universitas Terbuka, 1992), hal 42.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Mata pelajaran Qur’an-Hadits dimaksudkan untuk memberikan bekal
kepada siswa untuk memahami ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits Nabi sebagai
sumber utama ajaran agama Islam. Baha kajian mata pelajaran ini mencakup
pengetahuan tentang ulumul Qur’an, ilmu hadits dan ayat-ayat serta hadits
pilihan. Pembelajaran Al Qur’an dan Hadits bertujuan untuk memberikan
kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis dan
membiasakan dan menggemari Al Qur’an dan Hadits serta menanamkan
pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat Al Qur’an dan
Hadits untuk mendorong, membina dan membimbing akhlak dan perilaku
peserta didik agar berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan ayat-
ayat Al Qur’an dan Hadits. Al Qur’an dan Hadits adalah pegangan utama
umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian dalam
penyelenggaraan madrasah perlu di masukan pelajaran mengenai Al Qur’an
dan Hadits hal tersebut juga di terapkan di Madarasah Ibtidaiyah Darussalam
I.
2. Aqidah-Akhlak
Mata pelajaran aqidah-akhlak di maksudkan untuk memberikan
pengetahuan pemahaman, dan penghayatan tentang keimanan dan nilai-nilai
akhlak yang merupakan dasar utama dalam pembentukan kepribadian muslim,
dengan mengarahkan siswa menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
aqidah dan akhlak menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik
yang di wujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta
didik tentang aqidah dan akhlak Islam. Sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya
kepada Allah Swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam menentukan nilai siswa Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I,
memperhatikan kelakuan siswa selama masa studi sebagai salah satu bidang
pertimbangan. Pelajaran Aqidah-Akhlak mengajarkan kepada siswa
Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I supaya memiliki budi pekerti yang luhur
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga,
maupun masyarakat.
3. Fiqih
Mata pelajaran fiqih dimaksudkan untuk memberikan bekal
pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam dalam aspek hukum,
baik yang berupa ajaran ibadah maupun mu’amalah. Hukum yang terkandung
dalam ibadah shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat,
rukun-rukun, kewajiban-kewajiban atau sunnah-sunnahnya. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
hukum yang terkandung dalam mu’amalah seperti seseorang ingin
mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau
makruh ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada.
Mata pelajaran fiqih pada madrasah ibtidaiyah berfungsi untuk
menanamkan nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah
Swt , sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Membiasakan pengamalan terhadap hukum Islam pada peserta didik dengan
ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlakudi madrasah
dan lingkungan masyarakat. Membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung
jawab sosial di madrasah dan masyarakat. Meneguhkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah Swt serta menanamkan akhlak peserta didik.
4. Tarikh (Sejarah Kebudayaan Islam)
Mata pelajaran Tarikh (Sejarah Kebudayaan Islam ) dimaksudkan
untuk memberikan bekal kemampuan kepada siswa untuk memahami diri
sebagai muslim, serta menumbuhkan kesadaran dan gairah Islamiah. Mata
pelajaran tarikh bertujuan memberikan pelajaran tentang sejarah Islam dan
kebudayaan , menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk
berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada, membekali
peserta didik untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh
teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Bahan kajian mata pelajaran Tarikh ( Sejarah Kebudayaan Islam)
mencakup sirah Nabi dan perkembangan Islam pada masa-masa sesudahnya,
serta perkembangan peradaban dan budaya umat Islam sejak masa Nabi
sampai sekarang.
5. Bahasa Arab
Mata pelajaran Bahasa Arab di maksudkan untuk memberikan bekal
pengetahuan dan kemampuan menggunakan Bahasa Arab baik untuk
memahami ajaran Islamdari sumber utamanya maupun untuk bekal dasar bagi
pengembangan lebih lanjut di jenjang pendidikan tinggi.Mata pelajaran
Bahasa Arab berisi keterampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis
dalam bahasa Arab yang diajarkan secara terpadu.
Sejak awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussala I, baru pertama
kali menggunakan kurikulum yang di keluarkan Departemen Agama, karena
pada waktu pertama berdiri hanya memiliki 4 kelas dan baru pada tahun 1976
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memiliki 6 kelas dan melaksakan
kurikulum 1975 sebagai kurikulum yang pertama dilaksakan di madrasah ini.
Tabel 2
Susunan Program Pengajaran pada Kurikulum Sekolah Dasar
Tahun 1975
No Bidang Studi Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
I II III IV V VI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Agama
a. Bahasa Arab
b. Siroh
c. Fiqih
d. Aqidah-Akhlak
e. Al Qur’an
Pendidika Moral Pancasila
Bahasa Indonesia
Ilmu Pengetahuan Sosial
Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam
Olahraga dan Kesehatan
Kesenian
Keterampilan Khusus
2
2
2
2
2
2
8
-
6
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
8
-
6
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
8
2
6
3
3
3
4
2
2
2
2
2
2
8
2
6
4
4
4
4
2
2
2
2
2
2
8
2
6
4
4
4
4
2
2
2
2
2
2
8
2
6
4
4
4
4
Sumber : Perkembangan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1945-1989, Ditjen Dikdasmen,Depdikbud, 1992
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Kurikulum Sekolah Dasar Tahun 1975 menekankan pada tujuan agar
pendidikan lebih efisien dan efektif , sebagai penyempurnaan kurikulum
1968. Tujuan pendidikan kurikulum 1975 adalah membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila, manusia yang sehat jasmani dan rohani,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitas
dan tanggung jawab.
Perkembangan madrasah tidak lepas dari program pemberdayaan
madrasah, yang berupaya untuk membangun kesadaran bersama masyarakat
dilingkungan madrasah agar lebih berdaya dalam meningkatkan kualitas
dirinya. Kondisi ini juga berlaku pada Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
dalam periode ini, agar di masa-masa yang akan datang memiliki kualitas
yang lebih baik dan berkembang lebih maju, mampu bersaing minimal di
wilayah Kartasura dan disekitarnya, sehingga pada akhirnya madrasah ini
tidak mati, bahkan akan terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Secara tidak langsung ada suatu persaingan antara sekolah dasar negeri
dengan madrasah ibtidaiyah termasuk dalam persaingan jumlah siswa.
Sekolah atau madrasah dengan citra dan kualitas yang baik dengan mudah
memperoleh jumlah siswa yang banyak. Jumlah siswa terbanyak terjadi pada
tahun 1978,1979, dan 1987 dengan data sebagai berikut :
Tabel 3
Data Siswa Terbanyak Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tahun Kelas Jumlah
I II III IV V VI
1978 37 29 25 24 21 16 152
1979 26 33 25 26 21 21 152
1987 14 22 16 19 15 25 111
Sumber : Arsip Rekap Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
3. Masa Kemunduran (1989-1995)
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sejak pertama di dirikan pada tahun
1967 yang berlokasi di dukuh Gerjen desa Pucangan, kecamatan Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah, dengan luas tanah 1.099 m dan
status tanah wakaf. Untuk pertama kalinya mendapatkan Status diakui dengan
SK no MK.33/5.a/PP. 004/246/1994 pada tanggal 12 Februari 1994.
Pada periode tersebut perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I banyak mengalami permasalahan, terutama pada pengelolaan madrasah,
pengelolaan madrasah dilakukan apa adanya, tidak menggunakan prinsip-
prinsip manajemen yang baik. Hal ini di sebabkan pembagian peran dalam
pengelolaan madrasah tidak jelas, bahkan terkesan ada dominasi dari Yayasan
Pendidikan Darussalam. Hal ini bukan berarti yayasan mengambil semua
pekerjaan madrasah. Bahkan pihak yayasan seperti menyerahkan hidup mati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
madrasah pada guru dan kepala madrasah. Hal ini justru menjadi
permasalahan bagi guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, karena para guru
seakan-akan menanggung beban sendirian dan tidak ada yang membantu.
Padahal seharusnya keberadaan Yayasan sangat penting bagi perkembangan
madrasah, karena pengaruh yayasan sangat besar terhadap madrasah, namun
pengaruh yang sangat besar tersebut lebih bersifat pada penentuan kebijakan
madrasah, tetapi dalam memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi
madrasah sangat rendah.
Pengelolaan madrasah yang di lakukan apa adanya dan tidak
menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang baik juga berdampak pada
strategi marketing yang disiapkan untuk mempromosikan madrasah. KBM
yang masih konvesional sebagai konsekwensi dari kurangnya wawasan guru
maupun pengelola madrasah tentang KBM yang lebih inovatif dan kreatif,
fenomena tersebut di tunjukan dengan cara melaksanakan proses
pembelajaran yang umumnya masih menggunakan cara tradisional.
Permasalahan yang sedang di hadapi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I semakin berat, karena adanya pola pikir masyarakat bahwa siswa yang
bersekolah di sekolah swasta tidak dapat melanjutkan ke sekolah negeri.
Berbagai propaganda negatif dari pesaing tentang Madrasah Ibtidiyah
Darussalam I misalnya lulusan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I tidak bisa
bekerja di kantoran, tidak bisa masuk SMP negeri, hanya bisa berdoa saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Kondisi sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sudah
memiliki beberapa ruangan kelas dan faslitas lain.
Tabel 4
Jumlah Bangunan Dan Ruangan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I
No Ruang atau Bangunan Jumlah Keterangan
Baik Kurang
1 Ruang Kelas 6 4 2
2 Ruang Kantor 1 1 -
3 Perpustakaan 1 1 -
4 Ruang UKS 1 - 1
5 Gudang 1 - 1
6 Dapur 1 - 1
7 Kamar Mandi 2 - 2
Sumber : Arsip Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
Bangunan gedung Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I secara umum
kondisinya masih cukup baik, meskipun ada di beberapa bagian tampak rusak.
Untuk kebutuhan pembelajaran, secara umum ruangan tersedia masih
mencukupi. Apalagi di tambah dengan keberadaan masjid yang berdampingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
madrasah. Dengan demikian proses pembelajaran tertentu seperti ibadah yang
dilaksanakan di masjid.
Meskipun demikian, jika di lihat dari keberadaan sarana pembelajaran
atau media pembelajaran yang di miliki, dapat di katakan masih tergolong
kurang. Hal ini setidaknya dapat di tunjukan dengan belum adanya ruang
khusus untuk laboratorium atau ruang media pembelajaran. Kondisi kelas juga
masih menggunakan model kelas tradisional, dengan penataan meja dan kursi
siswa berjajar menghadap papan tulis, selalu statis dan tidak ada ruang
representatif untuk pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa.
4. Masa Perkembangan (1996-2007)
Pengelolaan madrasah yang cenderung di lakukan apa adanya, dan
ketidak jelasan pembagian peran antara pengelola madrasah dengan yayasan
tidak membuat madrasah ini menjadi mati, namun harus mulai berbenah diri
agar tetap menjaga eksistensi dan mewujudkan madrasah unggulan masa
depan.
Program pemberdayaan madrasah di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan citra madrasah dan
memiliki berapa karakteristik dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I.
Karakteristik perubahan yang di harapkan adalah sebagai berikut :
1. Semakin meningkatnya keterkenalan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I sebagai madrasah unggulan sehingga mencapai
wilayah yang lebih luas dari sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2. Semakin meningkatnya daya tarik madrasah sehingga jumlah siswa
semakin meningkat.
Adapun beberapa perubahan mendasar yang di harapkan dari program
pemberdayaan madrasah tersebut antara lain :
1. Partisipasi masyarakat meningkat dalam meningkatkan kualitas
madrasah.
2. Penggunaan sistem menejemen modern dalam marketing,
keuangan, dan pengembangan madrasah kearah yang lebih maju.
3. Wawasan dan penggunaan KBM yang lebih modern dan inofatif.
Dengan ciri-ciri keterampilan guru dalam melakukan
pengembangan strategi pembelajaran meningkat dan
terbentuknya tradisi belajar siswa disekolah yang semakin aktif
dan kondusif.
4. Meningkatnya keterampilan guru dan staf dalam menggunakan
teknologi computer.
5. Meningkatnya kegiatan ekstrakulikuler dengan kualitas yang bisa
diandalkan.
Untuk mewujudkan kondisi madrasah sebagaimana yang di harapkan,
maka di lakukan strategi sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman manejemen modern dan menerapkan
dalam membangun citra madrasah yang unggul.
2. Melakukan strategi marketing yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
3. Meningkatkan ketrampilan guru dalam mengembangkan strategi
pembelajaran dan memanfaatkan media pembelajaran.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan ekstrakulikuler.
Sebagai tindak lanjut dari program pemberdayaan madrasah,
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menjalin kerja sama dengan STAIN
Surakarta yang berlokasi tidak jauh dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I,
kerja sama dalam peningkatan mutu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
berbasis masyarakat. Tujuan program ini adalah terwujudnya Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I yang mandiri dan berkualitas berdasarkan konsep
school based management (SBM). Ukuran-ukuran yang dijadikan dasar
terwujudnya cita-cita yang dimaksud adalah siswa yang berkualitas, guru
yang professional, manajemen berbasis madrasah yang terlaksana secara
optimal, partisipasi masyarakat yang optimal,kegiatan belajar mengajar dan
kurikulum yang terlaksana berdasarkan kompetensidengan daya dukung
meningkatkan potensi lokal, dan ketersediaan serta pemanfaatan sarana
prasarana berbasis local secara memadai.
Realisasi pelaksanaan program ini terbagi kedalam kegiatan yang
berbentuk :
1. Lokakarya pendidikan berbasis masyarakat
Target dari sub kegiatan ini adalah terbangunnya kesadaran
masyarakat dalam pendidikan dan merumuskan Job Description
Yayasan, Masyarakat dan Madrasah. Tujuannya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
a. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam orientasi
pengembangan pendidikan.
b. Berfungsinya Komite Sekolah.
c. Adanya Job Description Yayasan, Masyarakat dan
Madrasah.
2. Lokakarya menghadapi UAN
Target dari sub kegiatan ini adalah menyusun strategi menghadapi
UAN. Tujuannya adalah : Tersusunnya strategi menghadapi UAN
dan menyosialisasikan kiat-kiat menghadapi UAN.
3. Pelatihan komputer
Target dari sub kegiatan ini adalah mendapatkan wawasan dan
keterampilan komputer. Tujuannya adalah :
a. Memiliki kemampuan mengoperasionalkan komputer.
b. Mengajarkan komputer kepada siswa.
4. Diklat pembelajaran aktif learning
Target dari sub kegiatan ini adalah guru mampu menerapkan
metode pembelajaran aktif IPA dan Matematika. Tujuannya adalah
: Terciptanya suasana pembelajaran aktif.
5. Partisipasi event atau lomba kesiswaan
Target dari sub kegiatan ini adalah mengenalkan Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I kepada masyarakat dan membangun citra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Tujuannya adalah :
Terbangunnya citra positif MI Darussalam I di mata masyarakat.
6. Pelatihan pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran
Target dari sub kegiatan ini adalah guru mampu membuat dan
mengembangkan media pembelajaran. Tujuannya adalah : Ada
media pembelajaran yang dihasilkan sesuai dengan bidang studi
yang diajarkan.
Semula pihak madrasah meragukan akan tercapai atau akan tumbuh
partisipasi masyarakat karena selama ini madrasah sangat berhati-hati
terhadap kata partisipasi masyarakat. Bahkan ketua Yayasan mengingatkan
kepada kepala madrasah untuk tidak membebani masyarakat dalam hal
meningkatkan mutu madrasah. Dengan pendekatan yang komunikatif serta
tidak melakukan paksaan, ternyata kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Para
orang tua dan alumni tersentuh untuk ikut meningkatkan kualitas sarana dan
lulusan madrasah, dengan memberikan sumbangan pengadaan komputer, dan
ikut mempromosikan keberadaan madrasah yang di cintainya.
Awalnya manajemen administrasi madrasah di lakukan secara manual,
sehingga dokumentasi sangat lemah dan seadanya. Pelatihan komputer
terhadap guru dan staf madrasah sangat berpengaruh terhadap
pengadministrasian mulai dari input data nilai UAN, data guru, sarana dan
prasarana menjadi terdokumentasi secara rapi, selain itu guru sudah mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
mengenalkan keterampilan komputer kepada siswa walaupun hanya sebatas
pengenalan.
Tabel 5
Kegiatan ekstrakulikuler yang sudah dijalankan
No Kegiatan Jadwal Pelaksanaan Sasaran Pembimbing
1 Kepramukaan Kamis, Pukul 15.30 WIB -Kelas III-IV
untuk Siaga
-Kelas V-VI
untuk
Penggalang
Guru MI
dibantu 1
Pembina dari
Racana IAIN
Surakarta
2 Pencak Silat Jum’at, Pukul 15.30 WIB Kelas III-VI Dari perguruan
silat
3 Seni Rabana Minggu,Pukul 15.30 WIB Kelas IV-VI Pelatih dari luar
4 Drum Band Masih direncanakan Kelas III-VI Pelatih dari luar
Catatan :Untuk Drum band masih dalam perencanaan untuk melengkapi alat-alat
yang dibutuhkan.
Program pemberdayaan kesiswaan di arahkan untuk menjaga dan
meningkatkan kesadaran dan kultur baru berupa tradisi berpartisipasi dalam
even-even kegiatan baik dalam mengikuti kegiatan pramuka atau lomba-
lomba mata pelajaran maupun kegiatan lomba olahraga dan kesenian. Adapun
beberapa prestasi siswa yang telah di raih baik dalam bidang akademik
maupun non akademik adalah sebagai berikut :
1. Porseni tingkat Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Kartosuro
Tahun 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
a. Tenis Meja mendapatkan Juara I yang diwakili oleh Sulis
Triyanto.
b. Bulu Tangkis mendapatkan Juara III yang diwakili oleh
Desi Isnaini.
c. MTQ mendapatkan Juara III yang diwakili oleh Chafidatul.
2. Lomba siswa berprestasi yang diselenggarakan oleh UPTD
Kecamatan Kartosuro pada tahun 2007, mendapatkan juara 5 yang
diwakili oleh Shella Nugraheni.
3. Lomba LCC Dokter Kecil yang diselenggarakan oleh UPTD
Kecamatan Kartosuro pada tahun 2007, mendapatkan juara 5 yang
diwakili oleh Dandi.
4. Porseni tingkat Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Kartosuro
Tahun 2007
a. Catur mendapatkan Juara I yang diwakili oleh Kholif
Umar.
b. Pidato Bahasa Jawa mendapatkan Juara I yang diwakili
oleh Shella Nugraheni.
c. Lompat Tinggi mendapatkan Juara I yang diwakili oleh
Dewi Nur yang sekaligus berhak mewakili Kabupaten
Sukoharjo ke tingkat Provinsi Jawa Tengah.
d. Lari 60 m mendapatkan Juara I yang diwakili oleh
Waliyanto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dalam partisipasi kegiatan ini para siswa terlibat dan berinteraksi
dengan siswa-siswa lain sehingga siswa mengetahui bagaimana
perkembangan di sekolah luar. Para guru juga menyadari sampai di mana
pendidikan yang telah diberikan dan menyadari prestasi-prestasi yang di raih
dalam lomba tersebut. Hasilnya adalah para guru dan siswa senang dan
bergembira dalam mengikuti kegiatan kesiswaan dan yang penting lahirnya
kesadaran bahwa pendidikan tidak hanya dilakukan diluar kelas.
Mengacu pada landasan yuridis yang mendasari penyempurnaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
; Bab IV Pasal 7 tentang Kewenangan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Daerah Provinsi sebagai Daerah
Otonom. Pada periode ini Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah
pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang
seharusnya di miliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yakni
pengetahuan, keterampilan, dan nilai serta pola pikir dan bertundak sebagai
refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari
siswa.7 Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat standar
program pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten
dalam berbagai bidang kehidupan yang di pelajarinya. Bidang-bidang
7 Abdul Rachman Shaleh, Op.Cit. hal 185.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
kehidupan yang di pelajari tersebut memuat sejumlah kompetensi siswa dan
sekaligus hasil belajarnya.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mendudukan
kompetensi siswa sebagai acuan untuk menetukan materi pelajaran yang di
gunakan sebagai bahan untuk mencapai kompetensi yang telah di tentukan.
Dengan demikian, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran
berfungsi sebagai wahana dan sekalisgus substansi yang perlu di kuasai siswa.
Pengembangan kurikulum ini memberikan perhatian pada hasil dan proses.
Pengembangan yang berorientasi pada hasil menekankan pada pemahaman,
penghayatan secara komprehensif dan perwujudannya dalam berpikir dan
berbuat atau bertindak sebagai dampak dari pemahaman dan penghayatan
tersebut. Pengembangan berorientasi kurikulum pada proses menekankan
pada terlaksananya proses pembelajaran dan suasana yang kondusif bagi
pembentukan atau perencanaan kompetensi.
Pelaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I di wujudkan dalam sejumlah kegiatan terpadu dan terkordinasi
dalam sejumlah kegiatan baik dalam kegiatan intra kulikuler maupun ekstra
kulikuler sebagai berikut :
1. Kegiatan Tatap Muka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Kegiatan pembelajaran yang berbasis siswa, yaitu pendekatan belajar
yang aktif, kreatis dan efektif menyenangkan. Guru berperan sebagai
fasilitator dan pengemban fungsi untuk menjalankan proses
pembelajaran.
2. Kegiatan Les
Kegiatan les dilakukan untuk menyelesaikan kurikulum dan
pendalaman materi, dan kegiatan les juga dilakukan untuk
membimbing siswa yang agamanya kurang mampu, dalam arti
kesulitan mengikuti pelajaran agama. Karena mata pelajaran agama
juga di gunakan untuk satndar penilaian kenaikan kelas.
3. Tadarus Al Qur’an
Kegiatan ini dilaksanakan agar semua siswa mampu
membaca/melafalkan Al Qur’an secara baik dan benar.
Diselenggarakan selama 15-20 menit sebelum pelajaran jam pertama
dimulai dan di bimbing oleh guru yang mengajar pada jam pertama
tersebut.
4. Kegiatan Ibadah di Sekolah
Kegiatan ini merupakan pembiasaan praktik ibadah di sekolah, seperti
shalat jamaah Dhuhur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
5. Kegiatan Ekstrakulikuler
Kegiatan ini meliputi Kepramukaan, olahraga bela diri (pencak silat),
seni rebana.
Pemberian status kepada madrasah swasta di maksudkan untuk lebih
membantu pengembangan dan kemajuan madrasah-madrasah swasta, yang
lazim di sebut akreditasi. Ketentuan tentang akreditasi madrasah tertuang
dalam Keputusan Menteri Agama No.310/1989 tentang status madrasah
swasta di lingkungan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama. Akreditasi terhadap madrasah swasta di
laksanakan terhadap semua aspek penyelenggaraan pendidikan yang meliputi
komponen-komponen : kelembagaan, kurikulum, administrasi sekolah,
ketenagakerjaan, murid dan siswa, sarana prasarana dan situasi sekolah.
Berdasarkan akreditasi terhadap komponen-komponen tersebut, di
tetapkan jenjang status madrasah swasta, terdiri dari status Terdaftar, Diakui,
dan Disamakan. Status terdaftar di berikan kepada madrasah swasta yang
mempunyai nilai kurang. Status diakui diberikan kepada madrasah swasta
yang mempunyai nilai cukup. Status disamakan di berikan kepada madrasah
swasta yang memperoleh nilai baik. Status madrasah swasta tingkat ibtidaiyah
di tetapkan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten.
Tujuan dilakukan akreditasi terhadap madrasah swasta adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
1. Mendorong dan meningkatkan mutu pendidikan melalui :
a. Pembakuan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Tenaga kependudukan yang berkualitas
c. Tersedianya sarana dan prasarana
2. Mendorong tercipta dan terpeliharanya ketahanan madrasah dan
lingkungannya
3. Mendapatkan bahan-bahan bagi perencanaan dalam rangka
pembinaan madrasah yang bersangkutan.
4. Melindungi masyarakat dari usaha pendidikan yang kurang
bertanggung jawab.
5. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang mutu
pendidikan sekolah.
6. Memudahkan pengaturan mutasi siswa.
Tabel 6
Perkembangan Status Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
No Status SK No
1 Terdaftar Lk/3.c/650/Pgm/MI/1978 tanggal 05 April 1978
2 Diakui Mk.33/5a/PP.004/246/1994 tanggal 12 Februari
1994
3 Diakui Mk.33/1.a/OT.01/1129/1999 tanggal 01
Desember 1999
4 Disamakan Mk.33/1.a/OT.01/978/2001 tanggal 17 November
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2001
5 Terakreditasi B Kw.11.4/4/PP.03.2/623.11.20/2005 tanggal 15
Juli 2005
Sumber : Arsip Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
BAB IV
PERANAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM 01 TERHADAP
MASYARAKAT PUCANGAN KARTASURA
Pendidikan adalah milik masyarakat. Tidak dapat kita bayangkan suatu
masyarakat tanpa pendidikan. Apabila masyarakat melahirkan lembaga
pendidikan untuk kelangsungan hidup suatu masyarakat, maka isi pendidikan
tersebut adalah nilai-nilai yang telah hidup dan di kembangkan di dalam
masyarakat tersebut. Kesatuan antara pendidikan, masyarakat di wujudkan dalam
pendidikan madrasah. Pendidikan yang berbasis masyarakat ( community based
education ) adalah sesuai dengan misi pembaharuan pendidikan dewasa ini,
dengan ikut sertanya masyarakat di dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikannya, maka pendidikan tersebut betul-betul berakar di dalam
masyarakat. Dengan demikian lembaga pendidikan yang berfungsi untuk
membudayakan nilai-nilai masyarakat di harapkan dapat memenuhi fungsinya
masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Madrasah adalah suatu lembaga pendidikan yang lahir, tumbuh, dan
berkembang dari dan untuk masyarakat. Kedudukan antara madrasah dan
masyarakat adalah sangat erat. Masyarakat yang membentuk, membina, dan
mengembangkannya. Suatu lembaga pendidikan akan berhasil
menyelenggarakan kegiatannya jika lembaga tersebut dapat mengintegrasikan
dirinya ke dalam kehidupan masyarakat. Keberhasilan ini menunjukan adanya
kecocokan nilai antara lembaga pendidikan yang bersangkutan dengan
masyarakat, setidak-tidaknya tidak menimbulkan pertentangan.8
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan madrasah yang berada di
desa Pucangan Kartasura, yang keberadaan dan aktivitasnya sebagai lembaga
pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang
penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi masyarakat desa
Pucangan Kartasura dan sekitarnya. Selain itu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
juga berperan dan mampu menampilkan dirinya sebagai lembaga pendidikan
Islam yang bersahaja dan berjiwa sosial tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri
dari sejak berdirinya sampai sekarang, sehingga mampu menyatu dengan
kehidupan masyarakat desa Pucangan Kartasura yang kehidupan ekonominya
cukup sederhana.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memahami keadaan masyarakat
dengan memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat yang ingin
8 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992 ), hal 37.
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
menyekolahkan anak-anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, salah
satunya dengan biaya pendidikan yang lebih murah dan memberikan seragam
gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Sebagai lembaga pendidikan yang
berciri khas Islam, Madrasah Darussalam I mengemas aktivitas pendidikannya
dengan nilai-nilai atau nuansa Islam, di antaranya adanya peraturan untuk
mengucapkan salam ketika masuk kelas atau masuk kantor, berdoa bersama
ketika memulai dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan lembaga pendidikan Islam
yang berakar kuat dari partisipasi masyarakat selaras dengan identitas negara
kesatuan dalam keragaman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I berkembang di masyarakat sebagai upaya masyarakat
miskin di pedesaan untuk memperoleh pendidikan, hingga sekarang Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I terus menyediakan pendidikan berbasis masyarakat
sebagai alternatif dari pendidikan umum.
Kebutuhan masyarakat akan pendidikan dasar yang bernafaskan Islam di
desa Pucangan, Kartosuro dapat terpenuhi dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I. Sehingga keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sangat
penting yang harus di jaga dan di kembangkan. Di butuhkan dukungan dari
masyarakat desa Pucangan Kartosuro baik berupa materi maupun non materi.
Dukungan materi masyarakat desa Pucangan Kartosuro dengan memberikan
sumbangan berupa uang sebagai donator untuk kebutuhan pembangunan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pengembangan madrasah. Sedangkan dukungan non materi terhadap Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I di wujudkan dengan menyekolahkan anak-anak mereka
di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I.
Sebagai lembaga pendidikan Islam di tengah kehidupan modern,
keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memiliki andil dan peran yang
tidak sedikit. Selain mendidik siswa dengan ilmu pengetahuan dengan latar
belakang agama Islam, siswa juga di didik agar mencapai kebahagiaan hidup
yang sesuai dengan Visi dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu
menjadikan madrasah yang mampu bersaing, bertauhid dan beraqidah
ahlussunah wal jama’ah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
berdasarkan Al Qur’an Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I selalu berusaha membina dan
membuka hubungan serta perannya bagi masyarakat Desa Pucangan Kartosuro.
Hingga saat ini meskipun Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sudah menampakan
perkembangannya, hubungan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dengan
masyarakat Desa Pucangan Kartosuro tetap berjalan dengan baik, sehingga
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I bukan merupakan lembaga pendidikan yang
terpisah dari masyarakat di sekitarnya.
A. Dalam Bidang Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Selain manfaat bagi
kehidupan manusia di satu sisi, perubahan tersebut juga telah membawa manusia
ke dalam era persaingan global yang semakin meningkat. Selanjutnya, agar
mampu berperan dalam persaingan global, maka perlu mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan keniscayaan yang harus di lakukan
secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan.
Dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan
memegang peran yang sangat penting dan harus merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman.
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi
manusia akan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada makhluk lain.
Pendidikan memiliki makna penting untuk meletakkan harapan masa depan
suatu generasi kehidupan manusia, dan menjadi elemen yang sangat mendasar
sebagai penentu kemampuan sumber daya manusia (SDM), dengan pendidikan
derajat manusia akan terangkat di sisi Allah Swt.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang menyadari
dan melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan dan memperkaya diri dengan
khasanah ilmu pengetahuan tanpa mengenal batas, namun tetap menyadari
bahwa hakekat keseluruhan hidup dan pemilikan ilmu pengetahuan tersebut tetap
bersumber dan bermuara pada Allah Swt9
Berjuang melalui pendidikan demi mencerdaskan kehidupan bangsa
secara luas, dan mencerdaskan kehidupan masyarakat Desa Pucangan secara
khusus, dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional untuk mencapai
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
menjadi alasan yang kuat berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Mata
pelajaran agama yang diberikan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sebagai
ciri khas keislamannya, merupakan daya tarik tersendiri bagi para orang tua di
Desa Pucangan kartosuro untuk memasukan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I. Hal ini karena selain memperoleh ilmu pengetahuan umum, siswa
juga memperoleh ilmu agama sebagai benteng moral bagi pekembangan mental
siswa.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I melihat begitu pentingnya makna dan
kedudukan pendidikan Islam bagi masyarakat Pucangan, menumbuhkan rasa
untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dan berdasarkan pada
9 Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta (Yogyakarta : Tiara
Wacana, 1991), hal 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
nilai-nilai ajaran Islam karena pendidikan merupakan sistem dan cara
meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia.
Sehingga Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mewujudkan peran penting dalam
bidang pendidikan yaitu mendirikan satuan pendidikan dari Taman Kanak-kanak
Darussalam dan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I.
Taman Kanak-kanak Darussalam pertama di dirikan tahun 1975,
berlokasi tepat di samping Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Taman kanak-
kanak Darussalam bertujuan memberikan pendidikan agama kepada anak usia
dini dan mempersiapkan anak-anak tersebut ke jenjang pendidikan berikutnya
yaitu di Madrasah Ibtidaiyah. Meskipun pendidikan di Taman Kanak-kanak
cenderung sebagai taman bermain, namun pendidikan Taman Kanak-kanak
penting bagi pengenalan anak-anak terhadap dunia pendidikan. Taman Kanak-
kanak Darussalam mampu memberikan peran penting terutama dalam bidang
pendidikan agama terhadap anak usia dini di Desa Pucangan Kartosuro
Biaya pendidikan di Taman Kanak-kanak dan Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I yang relatif murah di banding sekolah lain menjadi faktor
pendorong bagi orang tua untuk memasukan anaknya ke Taman Kanak-kanak
dan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Sebagian pembiayaan madrasah berasal
dari donator dan bantuan pemerintah berupa BOS. Sejak awal berdirinya
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I tidak untuk mengkomersialkan madrasah
tersebut, tetapi membantu masyarakat desa Pucangan yang mayoritas masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
masih kurang mampu, agar mendapatkan kesempatan bersekolah terutama
pendidikan yang berciri kan agama Islam.
Tabel 7
Pendidikan Penduduk Desa Pucangan Kartosuro
No Pendidikan terakhir Jumlah
1 Tidak Tamat SD
148
2 SD
974
3 SLTP
753
4 SLTA
527
5 Perguruan Tinggi
236
Sumber : Monografi Desa Pucangan Kartosuro Tahun 2000
Tabel tersebut dapat terlihat tingkat pendidikan masyarakat Pucangan
Kartosuro mayoritas telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar. Hal
tersebut tidak terlepas dari peran Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah
yang senantiasa memberikan pendidikan yang berkualitas terhadap masyarakat
di sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I selama ini telah
membantu memberikan pendidikan yang layak bagi masyarakat Desa Pucangan
Kartosuro. Meskipun bukan menjadi pilihan utama bagi masyarakat Desa
Pucangan Kartosuro, keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I telah
berperan dalam memberikan pendidikan tingkat dasar bagi masyarakat Desa
Pucangan Kartosuro. Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga
masyarakat Desa Pucangan Kartosuro menjadi pilihan pendidikan dengan nuansa
Islam terhadap masyarakat Desa Pucangan Kartosuro.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada tahun 2007 melibatkan
partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan madrasah. Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I menjalin kerja sama dengan STAIN Surakarta yang
berlokasi tidak jauh dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu kerja sama
dalam peningkatan mutu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berbasis masyarakat.
Tujuan kerja sama tersebut adalah terwujudnya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I yang mandiri dan berkualitas. Realisasi pelaksanaan program ini terbagi
kedalam kegiatan yang berbentuk : Lokakarya pendidikan berbasis masyarakat
dengan target dari sub kegiatan ini adalah terbangunnya kesadaran masyarakat
dalam pendidikan dan merumuskan Job Description Yayasan, Masyarakat dan
Madrasah. Tujuannya adalah : Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam
orientasi pengembangan pendidikan, berfungsinya Komite Sekolah, adanya Job
Description Yayasan, Masyarakat dan Madrasah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Setiap akhir tahun akademik, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
mengadakan akhrihusannah (pelepasan siswa kelas 6), dalam acara tersebut
selain mengundang orang tua siswa, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga
mengundang masyarakat di sekitar madrasah dan tokoh masyarakat desa
Pucangan Kartasura. Adapun maksud dan tujuan akhrihusannah adalah :
a. Penyerahan kembali peserta didik kepada orang tua siswa, yang telah
berhasil menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I. Sebagai tanggung jawab Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I untuk mendidik dan memberikan bekal pengetahuan
kepada peserta didik agar dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi
keluarga dan masyarakat.
b. Sebagai media promosi kepada masyarakat desa Pucangan Kartasura,
di mana dalam acara ini menampilkan seni dan kreatifitas siswa
dengan pertunjukan rebana, shalawatan, membaca puisi, dan seni
keterampilan lain yang dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat
yang ingin memasukan anak-anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I sebagai alternatif lembaga pendidikan yang berciri khas
Islam.
Akhrihusannah (pelepasan siswa kelas 6) tersebut mengutamakan nilai-
nilai atau nuansa Islam yang menjadi ciri khas dari Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam, dan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
harapkan dapat memberikan konstribusi kepada masyarakat desa Pucangan
Kartasura dalam bidang pendidikan. Tujuan dalam bidang pendidikan di
madrasah ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang telah
ditetapkan pemerintah. Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
ada di Indonesia dan mempunyai ciri khas agama Islam, secara sinergis
mempunyai peran dalam usaha pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
B. Dalam Bidang Agama
Agama adalah faktor penting dalam kehidupan masyarakat. Agama
mengajarkan kepada manusia untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan. Ajaran
agama juga berisi ketahuidan yang harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-
hari yang bertujuan memberi dasar pegangan keyakinan hidup, sehingga manusia
sadar akan tujuan hidup. Sikap tauhid juga harus di cerminkan dalam akhlak dan
norma tingkah laku serta budi pekerti dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I tidak hanya di tuntut untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan dasar yang berciri khas Islam, tetapi lebih jauh
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga memainkan peran sebagai basis dan
benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan moral
masyarakat. Melalui sifat dan bentuk pendidikan yang di milikinya, Madrasah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Ibtidaiyah Darussalam I juga berfungsi sebagai media sosialisasi nilai-nilai
ajaran agama kepada anak didik secara lebih efektif karena di berikan sejak dini.
Bidang agama peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam di wujudkan
dalam menanamkan akhlakul kharimah, memelihara kelangsungan tradisi
keislaman, media sosialisasi nilai-nilai keislaman, benteng moralitas masyarakat.
Peranan tersebut di wujudkan dalam bentuk nyata, di antaranya mendirikan
Taman Pendidikan Al Qur’an, Majelis Takhlim, Perkumpulan Yasinan, dan
Pekan Dakwah Ramadhan.
Salah satu peran penting Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I adalah
memelihara tradisi-tradisi keagamaan. Pemeliharaan tradisi keagamaan di
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di lakukan dengan mendirikan Taman
Pendidikan Al Qur’an. Taman Pendidikan Al Qur’an di mulai pada tahun 1993,
yang dilaksanakan setiap hari sabtu sore di ruang kelas Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I, di mana anak-anak yang mengikuti Taman Pendidikan Al Qur’an
tersebut tidak hanya untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I , tetapi juga
di ikuti oleh seluruh anak di desa Pucangan. Sedangkan tenaga pendidik atau
pengajar di Taman Pendidikan Al Qur’an adalah sebagian guru Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I dan di bantu mahasiswa STAIN Kartasura.
Taman Pendidikan Al Qur’an penting untuk di ajarkan kepada anak pada
usia dini karena sebagai pengenalan anak terhadap ajaran agama Islam yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
senantiasa di ajarkan secara bertahap agar kelak anak dapat memahami ajaran
agama Islam yang terkandung di dalam Al Qur’an. Islam adalah satu-satunya
Agama yang di ridhai Allah Swt ( QS. Ali Imran : 19) “Barang siapa yang
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan di terima (
agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang merugi.
Peran penting dalam bidang agama selanjutnya diwujudkan pada tahun
1979 ketika Syaebani menjabat sebagai Kepala Desa Pucangan, yaitu berusaha
lebih meningkatkan dan memelihara kelangsungan tradisi keislaman di desa
Pucangan dengan membuat kelompok pengajian (Majelis Takhlim) tingkat RT
(Rukun Tetangga) yang dilaksanakan rutin setiap sekali dalam satu bulan yang
bertempat di Halaman Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I juga mengadakan pengajian (Majelis Takhlim) khusus ibu-ibu di
wilayah Desa Pucangan Kartasura, dan salah satu pengisi pengajian tersebut
adalah Ibu Djamhariah selaku mantan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I.
Kegiatan pengajian tersebut dimaksudkan untuk memberikan pendidikan
agama dan siraman rohani bagi masyarakat Desa Pucangan Kartosuro Bahwa
agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki
potensi untuk berakhlak baik (takwa) atau buruk (fujur), potensi fujur akan
senantiasa eksisi dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink,
naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
aman. Apabila potensi takwa seseorang lemah, maka perilaku manusia dalam
hidupnya tidak akan berbeda dengan binatang. Agar hawa nafsu itu dapat
terkendalikan, maka manusia harus mengembangkan potensi hidupnya untuk
berakhlak baik ( takwa).
Majelis Takhlim yang di selenggarakan secara rutin oleh Madrasah
Ibtidaiyah Darussalam I sangat bermanfaat dalam meningkatkan kehidupan
beragama dengan memelihara tradisi-tradisi keagamaan di masyarakat Pucangan
Kartosuro, hal tersebut dapat terlihat dengan suasana keagamaan yang sangat
terasa nuansa Islam. Salah satunya yaitu masyarakat Pucangan Kartasura yang
senantiasa memakmurkan Masjid Darussalam yang terletak dekat dengan
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh
masyarakat Pucangan Kartasura yang mayoritas kaum Nahdiyin.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I membuka kesempatan bagi
masyarakat Pucangan Kartosuro, khususnya pemuda dan pemudi untuk belajar
seni membaca Al Qur’an (Tilawatil Qur’an). Hal tersebut dimaksudkan agar
sebagai generasi Islam, pemuda dan pemudi Pucangan Kartosuro bisa membaca
Al Qur’an dengan baik dan benar serta indah di dengar dan juga menyalurkan
kemampuan masyarakat di bidang seni yang bernuansa Islam.
Kegiatan keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I semakin
meningkat memasuki bulan Ramadhan . Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
bekerja sama dengan Mahasiswa STAIN menyelenggarakan Pekan Dakwah
Ramadhan. Pekan Dakwah Ramadhan pertama di laksanakan tahun 2000 yang
melibatkan siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dan masyarakat Pucangan
Kartasura. Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan amal ibadah selama bulan
Ramadhan dan menciptakan Da’i yang mempunyai kemampuan dalam
menyampaikan dakwah.
Siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dan masyarakat Pucangan
Kartasura yang memiliki banyak ilmu pengetahuan agama Islam, mendapat
kesempatan berdakwah di Masjid Darussalam, kegiatan tersebut bukan suatu
lomba dakwah, melainkan melatih siswa maupun warga untuk mengembangkan
kemampuan berdakwah dan Syi’ar agama Islam.
Kegiatan keagamaan bulan Ramadhan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I yang juga rutin dilakukan adalah pembagian zakat fitrah kepada masyarakat
Pucangan Kartosuro, pengumpulan zakat berupa beras 2,5 kg. Pengumpulan
tersebut melibatkan siswa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I meminta kepada
pihak donatur untuk mengumpulkan zakat tersebut dan kemudian oleh siswa
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I dibagikan kepada masyarakat Desa Pucangan
Kartasura yang di anggap kurang mampu.
Umat Islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu mewujudkan misi
“Rahmatan lil’alamin” maka mereka harus memiliki pemahaman secara utuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
(khafah) tentang Islam itu sendiri. Umat Islam tidak hanya memiliki kekuatan
dalam bidang imtaq (iman dan taqwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan
Teknologi). Mereka di harapkan mampu mengintregasikan antara pengamalan
ibadah ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang di manifestasikan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur,
sikap toleransi dan saling menghormati tidak suka saling menyakiti.
Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat desa
Pucangan dalam bidang agama di harapkan tidak hanya dilakukan di waktu
sekarang ini, tetapi juga di masa yang akan datang. Sebagai lembaga pendidikan
yang konsen terhadap bidang pendidikan dan keagamaan, Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I terus berusaha mempertahankan dan meningkatkan peranan
terhadap masyarakat desa Pucangan Kartasura sesuai dengan visi dan misi
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu Menjadikan madrasah yang mampu
bersaing, bertauhid dan beraqidah ahlusunnah wal jama’ah untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akherat berdasarkan Al Qur’an, Al Hadits, Ijma
dan Qiyas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan salah satu madrasah
ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sukoharjo, yang di dirikan dan di kelola oleh
Yayasan Pendidikan Islam Darussalam. Lahirnya Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam I di latar belakangi oleh kehidupan masyarakat kartasura yang
kurang mempedulikan masalah pendidikan dan kurangnya kebutuhan
masyarakat Pucangan terhadap pendidikan dasar yang bernafaskan Islam.
Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan sekali bagi kemajuan masyarakat di
sana, di mana generasi yang akan datang tidak memperoleh kesempatan
mendapatkan pendidikan dengan baik, termasuk pendidikan agama. Melihat
keadaan tersebut, mendorong para pendiri madrasaha yang peduli terhadap
pendidikan, untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan, karena pendidikan memegang peran yang sangat penting dan harus
merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia itu sendiri.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada awalnya bernama MADINU
(Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama) yang didirikan pada tahun 1967, yang
kemudian tahun 1970 berganti nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I.
Dalam perkembangannya, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berusaha
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikannya dengan melaksanakan program
94
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pemberdayaan madrasah, yang berupaya untuk membangun kesadaran bersama
masyarakat di lingkungan madrasah agar lebih berdaya dalam meningkatkan
kualitas dirinya, agar di masa-masa yang akan datang memiliki kualitas yang
lebih baik dan berkembang lebih maju, mampu bersaing minimal di wilayah
Kartasura dan di sekitarnya, sehingga pada akhirnya madrasah ini tidak mati,
bahkan akan terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dan menjadi
lembaga pendidikan pilihan masyarakat Kartasura.
Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada tahun 1990
pernah mengalami banyak permasalahan, terutama pada pengelolaan madrasah,
karena pengelolaan madrasah di lakukan apa adanya, tidak menggunakan
prinsip-prinsip manajemen yang baik. Hal ini di sebabkan pembagian peran
dalam pengelolaan madrasah tidak jelas, bahkan terkesan ada dominasi dari
Yayasan Pendidikan Darussalam.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berusaha membina dan menjalin
hubungan baik dengan masyarakat Desa Pucangan Kartosuro, hal ini
menunjukan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan lembaga
pendidikan agama Islam yang tak terpisah dari masyarakat di sekitarnya.
Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat Desa Pucangan
Kartasura meliputi bidang pendidikan dan agama. Seperti faktor yang melatar
belakangi berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, yang berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat kartosuro baik dalam bidang
pendidikan maupun agama.
Dalam bidang pendidikan, karena pendidikan memegang peran yang
sangat penting dan harus merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu peran
penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan perubahan zaman. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menjadi
lembaga pendidikan alternatif bagi masyarakat Desa Pucangan Kartasura.
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memahami keadaan masyarakat dengan
memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat yang ingin menyekolahkan
anak-anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, salah satunya dengan biaya
pendidikan yang lebih murah dan memberikan seragam gratis bagi masyarakat
yang kurang mampu.
Dalam bidang agama, karena Agama mengajarkan kepada manusia untuk
tunduk dan patuh kepada Tuhan. Ajaran agama juga berisi ketahuidan yang
harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan member dasar
pegangan keyakinan hidup. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menjadi tempat
kegiatan keagamaan bagi masyarakat Desa Pucangan Kartasura. Salah satu peran
penting Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I adalah memelihara tradisi-tradisi
keagamaan. Pemeliharaan tradisi keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam
I di lakukan melalui pengajaran ilmu-ilmu agama seperti Al Qur’an, Hadits,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I
terhadap masyarakat desa Pucangan dalam bidang agama di harapkan tidak
hanya di lakukan di waktu sekarang ini, tetapi juga di masa yang akan datang.