Upload
dziezee-hutauruk
View
179
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bank syariah di indo
Citation preview
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
A.Pengertian Bank Syariah
Prinsip syariah menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang
perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain
untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli
barang dengan keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan
eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer
bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan system ini ditengah menjamurnya
bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan
bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan system bunganya.
Sementara perbankan yang menerapkan system syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada
penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya
dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan
keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat
berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.
Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat melewati krisis yang terjadi
pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dan tidak menerima
sepeser pun bantuan dari pemerintah dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat
bahkan mampu memperoleh laba Rp. 300 miliar lebih.
Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk menunjukkan
bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh dengan
signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk merealisasikannya.
Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah
pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha
Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis
ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10 tahun
1
1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan
hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
B. Prinsip Syariah
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan (penyimpanan
dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya) berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga Dewan Syariah Nasional (DSN) yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip
Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. (UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah).
C. Tujuan Perbankan Syariah
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
D. Kegiatan Operasional Perbankan Syariah di Indonesia
Seperti halnya dengan industri/perusahaan lainnya, lembaga keuangan syariah juga
melakukan aktivitas produksinya (operasional). Perbankan syariah melakukan operasionalnya
melalui aktivitas penghimpunan dan penyaluran dana. Uraian aktivitas penghimpunan dan
penyaluran dana oleh perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut.
a) Penghimpunan Dana
Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh perbankan syariah di dalam menjalankan
operasionalnya adalah menghimpun dana dari masyarakat. Dana yang terhimpun dari masyarakat
yang umumnya disebut sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK), ini merupakan input penting bagi
perbankan syariah untuk dapat melakukan aktivitasnya.
Pada bank konvensional penghimpunan dana dari masyarakat atau Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dilakukan adalah dalam bentuk seperti Tabungan, Deposito, dan Giro. Sementara
dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan tidak membedakan
nama produk, akan tetapi lebih melihat pada prinsip-prinsip syariah, seperti prinsip wadiah dan
prinsip mudharabah.
2
Wadiah diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun
badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja jika si penyimpan menghendaki.
Bank syariah dalam melakukan aktivitasnya dengan prinsip wadiah ini, sebagai penerima titipan
dari nasabah yang harus dijaga oleh pihak bank, dan bank wajib mengembalikan setiap saat
apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki. Beberapa jenis penghimpunan dana yang
dilakukan perbankan syariah yang menggunakan prinsip wadiah seperti Giro Wadiah dan
Tabungan Wadiah.
Sedangkan Mudharabah adalah bentuk perjanjian atas suatu jenis perkongsian dalam
pengelolaan suatu usaha. Di dalam praktik perbankan syariah, perjanjian mudharabah melibatkan
pihak pertama (shahibul maal) sebagai penyedia dana dan pihak kedua (mudharib) sebagai
pengelola usaha atas dana yang diberikan. Mudharabah sendiri dalam aktivitas perbankan ada
dua macam, yakni Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.
Dalam mudharabah mutlaqah(investasi tidak terikat), tidak ada pembatasan bagi bank
dalam menggunakan dana yang dihimpun. Bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan
dana ini ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan. Sementara itu, dalam
Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat), Bank bertindak sebagai perantara yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan
syarat- syarat yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis. Beberapa jenis
penghimpunan dana yang dilakukan perbankan syariah yang menggunakan prinsip mudharabah
seperti Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah.
b) Penyaluran Dana (Financing)
Aktivitas penyaluran dana atau pembiayaan (financing) yang dilakukan oleh suatu bank
merupakan hal yang vital dalam operasional perbankan, terutama dalam menghasilkan
keuntungan (profit). Dalam aktivitas penyaluran dana atau pembiayaan (financing) oleh
perbankan syariah, umumnya ada beberapa pola dalam praktiknya, mencakup: (1) Prinsip Bagi
Hasil; (2) Akad jual-beli (Al-Bai’); (3) Prinsip Sewa (Ijarah); dan (4) Akad pinjam-meminjam
(Al-Qardh).
Dengan prinsip bagi hasil, perbankan syariah menghasilkan produk-produk seperti
Mudharabah dan Musyarakah. Mudharabah adalah perjanjian pembiayaan/ penanaman dana
oleh pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan Musyarakah adalah perjanjian
pembiayaan/ penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk
3
menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah
pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi
modal masing-masing.
Sementara itu, dengan prinsip jual-beli (Al-Bai’), beberapa jenis produk-produk
perbankan syariah, seperti akad Murabahah; akad Salam; dan akad Istishna. Akad Murabahah
adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan
barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual
menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli. Sedangkan akad Salam
adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Serta akad Istishna
adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi jual beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati, dan pembayaran
dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
Produk pembiayaan lainnya yang ditawarkan dan dikelola oleh perbankan syariah adalah
seperti sewa (Ijarah), dan pinjam-meminjam (Al-Qardh). Pembiayaan yang dilakukan dengan
prinsip ijarah dilakukan dengan bentuk Perjanjian pembiayaan berupa transaksi sewa menyewa
atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik obyek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas
obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan.
Sedangkan produk Al-Qardh (pinjam-meminjam) dilakukan dalam bentuk perjanjian
pembiayaan berupa transaksi pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu
tertentu.
E. Alasan Perkembangan Perbankan Syariah
Selaku regulator, Bank Indonesia memberikan perhatian yang serius dan bersungguh-
sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi oleh
keyakinan bahwa perbankan syariah akan membawa ‘maslahat’ bagi peningkatan ekonomi dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Pertama, bank syariah lebih dekat dengan sektor riil karena produk yang ditawarkan,
khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying transaksi di sektor riil
sehingga dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kedua, tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif (gharar) sehingga
mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan
4
global. Secara makro, perbankan syariah dapat memberikan daya dukung terhadap terciptanya
stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional.
Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang menjadi ruh perbankan syariah akan
membawa manfaat yang lebih adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan,
pengusaha selaku debitur maupun pihak bank selaku pengelola dana.
F. Faktor Pendukung Perkembangan Perbankan Syariah
Terdapat beberapa faktor yang secara signifikan menjadi pendorong peningkatan kinerja
industri perbankan syariah, baik dalam kegiatan penghimpunan dana maupun penyaluran
pembiayaan.
Pertama, ekspansi jaringan kantor perbankan syariah mengingat kedekatan kantor dan
kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan nasabah dalam
membuka rekening di bank syariah.
Kedua, gencarnya program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai produk
dan layanan perbankan syariah semakin meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat.
Ketiga, upaya peningkatan kualitas layanan (service excellent) perbankan syariah agar
dapat disejajarkan dengan layanan perbankan konvensional. Salah satunya adalah pemanfaatan
akses teknologi informasi, seperti layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), mobile banking
maupun internet banking. Untuk mendukung hal ini, secara khusus Bank Indonesia mendorong
bank konvensional yang menjadi induk bank syariah agar mendorong pengembangan jaringan
teknologi informasi bagi BUS dan UUS yang menjadi anak usahanya.
Keempat adalah pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian
hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti: (i) UU No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah; (ii) UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(sukuk); dan (iii) UU No.42 tahun 2009 tentang Amandemen Ketiga UU No.8 tahun 1983
tentang PPN Barang dan Jasa. Lahirnya UU Perbankan Syariah mendorong peningkatan jumlah
BUS dari sebanyak 5 BUS menjadi 11 BUS dalam kurun waktu kurang dari dua tahun (2009-
2010).
5
G. Daftar Bank Syariah di Indonesia
1. Bank Umum Syariah
BUSN Devisa
1. PT. BANK BNI SYARIAH
2. PT. BANK MUAMALAT
INDONESIA
3. PT. BANK SYARIAH MANDIRI
4. PT. BANK SYARIAH MEGA
INDONESIA
BUSN Non Devisa
1. PT. BANK BCA SYARIAH
2. PT. BANK BRI SYARIAH
3. PT. BANK JABAR BANTEN
SYARIAH
4. PT. BANK PANIN SYARIAH
5. PT. BANK SYARIAH BUKOPIN
6. PT. BANK VICTORIA SYARIAH
Campuran
1. PT. BANK MAYBANK SYARIAH
INDONESIA
2. Unit usaha syariah bank umum konvensional
Bank pemerintah
Bank BTN Syariah
Bank swasta nasional devisa
Bank Danamon Syariah
CIMB Niaga Syariah
BII Syariah
OCBC NISP Syariah
Bank Permata Syariah
Bank pembangunan daerah
Bank BPD Aceh Syariah
Bank DKI Syariah
Bank Kalbar Syariah
Bank Kalsel Syariah
Bank NTB Syariah
Bank Riau Kepri Syariah
Bank Sumsel Babel Syariah
Bank Sumut Syariah
Bank Kaltim Syariah
6
Bank asing
HSBC Amanah
H. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-
banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat
Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan
kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank,
serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan
nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan
jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah
menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Perkembangan Beberapa Indikator BUS dan UUS
Tabel 1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)
Indikasi 2007 2008 2009 2010 2011
Aset 28.722 36,537 49.555 66.09097,519
DPK 20.672 28.011 36.852 52.27176,036
Pembiayaan 20.445 27.944 38.198 46.88668.181
FDR 98,90% 99.76% 103.65% 89.70%89,675
NPF 4,75% 4,07% 3.95% 4.01% 3.80%
7
Sumber: Bank Indonesia
Grafik Perkembangan Bank Syariah Indonesia
2007 2008 2009 2010 20110
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120 ASET DPK PEMBIAYAAN FDR NPF
TAHUN
JUMLAH
Grafik diatas menunjukkan perkembangan terakhir indikasi-indikasi perbankan syariah.
Perkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat signifikan dari akhir tahun 2010
sampai dengan akhir tahun 2011 sebesar lebih dari 33.37 persen. Penghimpunan dana dan
pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41.84 dan 22.74 persen.
Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga
(DPK) yang dinyatakan dengan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah
memiliki rata-rata FDR sebesar 97.65 persen. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan
tahun sesudahnya, pada tahun 2009 Financing to Defosit Ratio perbankan syariah lebih dari 100
%. Tingginya tingkat FDR tersebut karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan maret –
November 2008 lebih besar dari Dana Pihak ketiga.
Yang perlu di catat disini adalah, meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari
DPK, tetapi tingkat kegalalan bayar atau yang dinyatakan dalam Non Performing Financing
(NPF) ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2007-2008, yakni hanya sebesar 3.95%, masih
dibawah batas ketentuan minimal sebesar 5 persen. Artinya bank syariah betul betul menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-
hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan perbankan syariah relatif lebih sehat.
8
I. Perkembangan Perbankan Bank Umum Syariah di Indonesia
Objek penelitian ini adalah dengan mengambil sampel sebanyak 4 Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia. Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia yang menjadi sampel dari
penelitian ini terdiri dari: Bank Muamalat Indonesia (BMI); Bank Syariah Mandiri (BSM); Bank
Mega Syariah Indonesia (BMS); dan Bank BRI Syariah. Dengan menggunakan data laporan
keuangan tahunan masing-masing dari objek penelitian, maka periode pengamatan yang
dilakukan adalah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
1. Penghimpunan Dana
Pada umumnya bentuk Dana yang dihimpun oleh perbankan syariah di Indonesia
terdiri dari Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah,.Perkembangan
aktifitas penghimpunan pada perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2007-2011 dapat
dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2
Aktifitas Penghimpunan Dana Perbankan Syariah di Indonesia 2007-2011
(Dalam Jutaan Rupiah)
No Nama Bank2007 2008 2009 2010 2011
1
Bank Muamalat
Giro
&Tab.Wadiah
Tab. Mudharabah
Dep.
Mudharabah
Pinjaman lain
(8.238.361)
985.818
3.351.678
3.746.853
154.012
(9.704.667)
805.783
3.869.993
4.928.647
100.244
(12.691.610
)
1.245.352
4.436.731
6.939.330
70.197
(17.194021
)
2.547.365
5.006.966
9.609.611
30.079
(27.939.07
0)
3.346.766
6.154.742
18.111.416
326.146
2
Mandiri Syariah
Giro
&Tab.Wadiah
Tab. Mudharabah
Dep.
Mudharabah
Pinjaman lain
(11.105.978)
1.857.727
3.860.425
5.387.826
-
(14.808.924
)
1.850.684
5.155.879
7.802.361
-
(19.167.174
)
2.681.018
6.902.395
9.583.761
-
(28.679.55
9)
4.174.663.
9.394.495
15.110.401
-
(42.131.68
3)
5.095.862
13.511.110
23.524.711
-
3 Bank Mega
Syariah
Giro
&Tab.Wadiah
(2.169.456)
532.582
925
1.635.949
(2.626.471)
654.701
6.250
1.965.521
(3.947.370)
996.778
14.913
2.935.679
(4.038.132)
1.182.822
404.097
2.451.213
(4.926.233
)
1.618.691
364.524
9
Tab. Mudharabah
Dep.
Mudharabah
Pinjaman lain
- - - - 2.943.018
-
4
BRI Syariah
Giro
&Tab.Wadiah
Tab. Mudharabah
Dep.
Mudharabah
Pinjaman lain
(492.610)
47.175
194.101
251.334
-
(565.077)
74.999
243.470
246.608
-
(2.151.086)
443.097
33.893
1.674.096
-
(5.762.953)
1.054.008
54.003
4.654.942
-
(9.906.412
)
1.902.555
102.790
7.901.067
-
Grafik Perkembangan Penghimpun Dana Bank Umum Syariah
2007 2008 2009 2010 20110
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200B.Muamalat BSM BMS BRI syariah
TAHUN
JUMLAH
Pada umumnya, perkembangan Dana pada perbankan syariah di Indonesia dari tahun
2007 hingga 2011 terus mengalami peningkatan, hal ini bisa dilihat dari komposisi total Dana
pada masing-masing perbankan syariah yang meningkat dari tahun ke tahun.
Jika dibandingkan dari masing-masing bank, dapat dilihat bahwa terdapat 2 bank syariah
yang memiliki jumlah Dana terbesar yakni Bank Muamalat dan Bank Mandiri Syariah yang
mampu menghimpun Dana hingga diatas > 10 triliun rupiah per tahun. Sementara bank syariah
lainnya, seperti Bank Mega Syariah, BRI Syariah, hanya mampu menghimpun Dana dengan nilai
masih dibawah < 10 triliun rupiah per tahun.
Dengan terjadinya peningkatan nilai penghimpun dari bank syariah pada tiap tahunnya,
menunjukkan bahwa peran dan kinerja dari bank syariah di Indonesia semakin meningkat dan
memberikan kontribusi yang sangat dibutuhkan dalam menfasilitasi masyarakat akan lembaga
keuangan yang lebih adil dan sesuai dengan prinsip syariah.10
2. Dana Pihak Ketiga ( DPK )
DPK pada bank syariah merupakan input terbesar dalam mendukung aktifitas
operasionalnya. Semakin besar nilai dari komposisi DPK ini, maka akan semakin menunjang
dalam menjalankan aktifitas usaha dari bank syariah terutama dalam upaya untuk menyalurkan
dana kepada masyarakat.
Jumlah DPK yang semakin besar juga menunjukkan kemampuan bank syariah dalam
melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dan sekaligus menunjukkan bahwa semakin
besar kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah tersebut Perkembangan DPK pada
perbankan syariah di Indonesia dari tahun ke tahun dapat kita lihat pada Tabel 3 sebagai berikut.
No Nama Bank 2007 2008 2009 2010 2011
1 Bank Muamalat 492.791 492.791 492.791 625.289 782.667
2 Mandiri Syariah 358.373 358.373 588.244 658.244 658.244
3Bank Mega
Syariah140.060 150.060 150.060 150.060 318.864
4 BRI Syariah 40.000 40.000 40.000 483.375 979.000
TOTAL 1.112.594 1.121.594 1.351.465 2.267.338 3.089.145
Grafik Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah
11
Tabel 3Perkembangan DPK Perbankan Syariah di Indonesia 2007-2011
(Dalam Jutaan Rupiah)
20072008
20092010
2011
060
120180240300360420480540600660720780
B.Muamalat
BSM
BMS
BRI syariah
B.Muamalat BSM BMS BRI syariah
TAHUN
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara total keseluruhan dari keempat bank syariah
menunjukkan perkembangan komposisi DPK yang semakin meningkat tiap tahunnya. Namun,
bila dilihat secara parsial dari masing-masing perbankan syariah, peningkatan komposisi DPK
sebenarnya tidak terjadi tiap tahunnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari tahun 2007 hingga 2011 komposisi DPK dari bank syariah
tidak mengalami peningkatan, kecuali Bank Mega Syariah. Peningkatan komposisi DPK terjadi
pada tahun 2009 dan 2010 pada masing-masing bank syariah. Walaupun demikian, peningkatan
dalam komposisi Modal yang dialami, menunjukkan kemampuan dari bank syariah dalam
menyediakan kecukupan dana terutama dalam mendukung operasional bank.
3. Perkembangan Penyaluran Dana Perbankan Syariah
Output terbesar dalam usaha perbankan syariah adalah produk dalam bentuk pembiayaan
(financing), yakni penyaluran dana kepada masyarakat baik secara individu maupun dalam
bentuk badan hukum (perusahaan) sesuai dengan penerapan prinsip syariah dalam muamalah
perbankan syariah.
Pada umumnya dalam aktifitas penyaluran dana pada bank syariah di Indonesia terdiri
dari beberapa pola, meliputi: (1) Prinsip Bagi Hasil, yang menghasilkan produk Pembiayaan
Mudharabah dan Musyarakah; (2) Prinsip Jual-Beli (Al-Bai’), yang menghasilkan produk
Murabaha, akad Salam, dan akad Istishna; (3) Prinsip Sewa atau dikenal dengan produk Ijarah;
dan (4) Prinsip Pinjam-Meminjam atau yang dikenal dengan produk Al-Qardh. Produk-produk
12
tersebut adalah output yang dikembangkan oleh bank syariah di Indonesia saat ini.
Perkembangan jumlah pembiayaan (financing) yang dilakukan oleh perbankan syariah di
Indonesia dapat kita lihat melalui Tabel 4 sebagai berikut:
No Nama Bank 2007 2008 2009 2010 2011
1 Bank
Muamalat
Pembiayaa
n
Murabaha
Ijarah
Istishna
Qardh
Lainnya
(7.575.92
1)
3.862.163
3.350.698
84.055
156.987
122.018
-
(9.432.055)
4.487.406
4.342.495
316.134
101.763
184.257
-
(10.720.403)
5.380.718
4.443.109
530.582
62.899
303.095
-
(14.717.718
)
6.752.730
6.121.165
614.604
45.565
1.183.654
-
(19.937.568)
8.906.604
9.435.965
325.455
75.934
1.193.610
-
2 Mandiri
Syariah
Pembiayaa
n
Murabaha
Ijarah
istishna
Qardh
Lainnya
(
10.127.2
84)
4.187.588
5.180.333
119.653
117.346
522.364
-
(15.498.496)
5.283.260
6.794.938
2666.515
141.760
612.023
-
(19.441.148)
6.276.294
8.114.527
3822.981
175.934
1.051.412
-
(16.399.061
)
6.519.744
12.681.133
33.130
76.471
2.235.862
-
(23.240.764)
8.592.264
19.773.813
62.451
66.489
6.487.865
-
3 Bank Mega
Syariah
Pembiayaa
n
Murabaha
Ijarah
istishna
Qardh
Lainnya
(
1.840.430
)
95.930
1.744.300
-
-
200
-
(2.091.112)
132.622
1.957.787
39
-
664
-
(3.187.724)
193.926
2.870.847
-
-
122.951
-
(3.144.221)
140.095
2.937.755
-
-
66.371
-
(4.086.883)
68.143
3.414.861
-
-
603.879
-
4 BRI Syariah
Pembiayaa
n
Murabaha
Ijarah
istishna
Qardh
(
1.053.213
)
67.997
936.685
-
-
(1.142.673)
95.991
980.865
-
-
-
65.817
(1.223.739)
176.105
980.041
-
-
-
67.593
(2.635.647)
771.230
1.688.003
2.268
92.424
81.692
-
(5.496.519)
1.269.161
3.416.020
1.699
82.687
726.952
-
13
Tabel 4Aktifitas Penyaluran Dana Perbankan Syariah di Indonesia 2007-2011
(Dalam Jutaan Rupiah)
Lainnya -
48.531
Grafik Perkembangan Penyaluran Dana Bank Umum Syariah
1980 2010 20400
5
10
15
20
25
B.Muamalat BSM BMS BRI syariah
JUMLAH
TAHU
N
Dari data di atas menunjukkan bahwa secara umum aktifitas penyaluran dana (financing)
yang dilakukan oleh keempat bank umum syariah di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari komposisi jumlah dana yang dikeluarkan oleh bank syariah
dalam melakukan aktifitas penyaluran dana (financing).
Dilihat dari komposisi dari output pendanaan oleh bank syariah, produk Murabaha
merupakan produk unggulan yang ditawarkan oleh bank syariah yang dilihat dengan besarnya
alokasi pendanaan melalui produk tersebut.
Selain itu, produk Pembiayaan (Mudharabah dan Musyarakah) juga memberikan
kontribusi cukup besar terhadap aktifitas pendanaan pada bank syariah yang kemudian diikuti
dengan produk-produk lainnya.
Namun jika kita melihat dengan membandingkan masing-masing dari kelima bank
syariah, ternyata belum semua dari bank syariah yang ada mampu menawarkan produk yang
lengkap. Hanya Bank Muamalat dan Bank Mandiri Syariah yang menyediakan produk
terlengkap mulai dari pembiayaan, Murabaha, Ijarah, Istishna, hingga Qardh. Beberapa bank
syariah yang masih melakukan pembenahan (up-grading) untuk produk-produk yang
ditawarkan, seperti Bank Mega Syariah, BRI Syariah, dan Bukopin Syariah. Dari data di atas,
baru pada tahun 2009 hingga 2011, ketiga bank tersebut baru melakukan diversifikasi produknya
14
dengan menambah dan menggiatkan produk pendanaan yang ditawarkan.
4. Non Performing Loan (NPL)
NPL adalah debitur atau kelompok debitur yang masuk dalam golongan 3, 4,5 dari 5
golongan kredit yaitu debitur yang kurang lancar, diragukan dan macet. Hendaknya selaludiingat
bahwa perubahan pengolongan kredit dari kredit lancar menjadi NPL adalah secara
bertahapmelalui proses penurunan kualitas kredit.Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang
dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana
debitur tidak dapat melunasi hutangnya.
No Nama Bank 2007 2008 2009 2010 2011
1 Bank Muamalat 0.91 0.92 0.94 0.91 0.93
2 Mandiri Syariah 0.93 0.92 0.91 0.93 0.66
3Bank Mega
Syariah0.90 0.91 0.92 0.91 0.92
4 BRI Syariah 0.90 0.73 0.85 0.92 0.91
TOTAL 3.64 3.48 3.62 3.67 3.42
Grafik Perkembangan NPL Bank Umum Syariah
15
Tabel 5Perkembangan NPL Perbankan Syariah di Indonesia 2007-2011
(Dalam Jutaan Rupiah)
NPL = Kualitas produktif bermasalah x 100 %Aktiva produktif
2007 2008 2009 2010 2011
NPL adalah rasio kredit bermasalah dengan totalkredit. NPL yang baik adalah NPL
yang memiliki nilai dibawah 5%(berdasarkan Peraturan Bank Indonesia). Dikatakan sehat jika
jumlah kredit non lancar tidak lebih dari 5% dari total kredit yang diberikan kepada nasabah.
NPL mencerminkan risikokredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang
ditanggung bank. Bank dengan NPLyang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan
aktiva produktif maupun biaya lainnya,sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
5. Perkembangan Kredit
16
Yaitu seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk dapat segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
dananya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
No Nama Bank 2007 2008 2009 2010 2011
Rata -
Rata
1 Bank Muamalat 122.018 184.257 303.095 1.183.654 1.193.610 121.874
2 Mandiri Syariah 522.364 612.023 1.051.412 2.235.862 6.487.865226.8774
3Bank Mega
Syariah200 664 122.951 66.371 603.879
331.4402
4 BRI Syariah 119.508 46.753 80.857 726.148 1.951.102194.6532
TOTAL240.97
25376.7582
5126.725
75198.1297
5150.969
75218.7112
Grafik Perkembangan Kredit yang Diberikan Bank Umum Syariah
20072008
20092010
2011
0750
150022503000375045005250600067507500
B.Muamalat BSM BMS BRI syariah
TAHUN
JUMLAH
17
Tabel 6Perkembangan Pemberian Kredit Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2007-2011Dalam Jutaan Rupiah
Jika total kredit yang diberikan lebih besar daripada jumlah dana yang dihimpun maka
akan mengindikasikan bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Dan begitu pula sebaliknya, apabila jumlah kredit yang diberikan lebih kecil daripada jumlah
dana yang dihimpun maka akan terjadi penumpukan dana yang tidak produktif pada bank
tersebut yang pada hakikatnya merupakan alat likuid yang sebagian besar berupa kas, berasal
dari penghimpunan dana masyarakat yang di dalamnya terdapat unsur biaya bunga.
6. Perkembangan Dana Menurut Sumbernya
Pada umumnya bentuk Dana yang dihimpun oleh perbankan syariah di Indonesia terdiri
dari Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah,.Perkembangan aktifitas
penghimpunan pada perbankan syariah di Indonesia menurut sumbernya dari tahun 2007-2011
dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :
No Nama Bank2007 2008 2009 2010 2011
1
Bank Muamalat
Giro Wadiah
Tab. Mudharabah
Dep.
Mudharabah
Pinjaman lain
(8.238.361)
985.818
3.351.678
3.746.853
154.012
(9.704.667)
805.783
3.869.993
4.928.647
100.244
(12.691.610
)
1.245.352
4.436.731
6.939.330
70.197
(17.194021
)
2.547.365
5.006.966
9.609.611
30.079
(27.939.07
0)
3.346.766
6.154.742
18.111.416
326.146
2
Mandiri Syariah
Giro Wadiah
Tab. Mudharabah
Dep.
Mudharabah
Pinjaman lain
(11.105.978)
1.857.727
3.860.425
5.387.826
-
(14.808.924
)
1.850.684
5.155.879
7.802.361
-
(19.167.174
)
2.681.018
6.902.395
9.583.761
-
(28.679.55
9)
4.174.663.
9.394.495
15.110.401
-
(42.131.68
3)
5.095.862
13.511.110
23.524.711
-
3 Bank Mega
Syariah
Giro Wadiah
Tab. Mudharabah
Dep.
Mudharabah
Pinjaman lain
(2.169.456)
532.582
925
1.635.949
-
(2.626.471)
654.701
6.250
1.965.521
-
(3.947.370)
996.778
14.913
2.935.679
-
(4.038.132)
1.182.822
404.097
2.451.213
-
(4.926.233
)
1.618.691
364.524
2.943.018
-
18
4
BRI Syariah
Giro Wadiah
Tab. Mudharabah
Dep.
Mudharabah
Pinjaman lain
(492.610)
47.175
194.101
251.334
-
(565.077)
74.999
243.470
246.608
-
(2.151.086)
443.097
33.893
1.674.096
-
(5.762.953)
1.054.008
54.003
4.654.942
-
(9.906.412
)
1.902.555
102.790
7.901.067
-
Grafik Perkembangan Dana Menurut Sumbernya yang Diberikan Bank Umum Syariah
Dari Tahun 2007-2011
B.Muamalat BSM BMS BRI syariah0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200 Giro Tabungan Deposito
Nama Bank Syariah
JUMLAH
Dari data di atas menunjukkan bahwa secara umum Perkembangan Dana menurut
sumbernya yang dilakukan oleh keempat bank umum syariah di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahun.
Dilihat dari komposisi dari input pendanaan oleh bank syariah, produk Tabungan
merupakan produk unggulan yang ditawarkan oleh bank syariah yang dilihat dengan besarnya
alokasi pendanaan melalui produk tersebut.
19
Berikut Rincian Perkembangan Dana Bank umum Syariah pada masing – masing sumber dananya.
Grafik Perkembangan Dana Menurut Sumbernya
Dari Tahun 2007-2011
B.Muamalat BSM BMS BRI syariah0
10
20
30
18
25
1317
GiroGiro
Nama Bank Syariah
JUMLAH
20
B.MuamalatBSM
BMSBRI syariah
0
10
20
30
40
50
26.766 45.679
19.167 28.679
TabunganTabungan
Nama Bank Syariah
JUMLAH
B.MuamalatBSM
BMSBRI syariah
0
10
20
30
40
28.045 38.653
3.9474.038
DepositoDeposito
Nama Bank Syariah
JUMLAH
Dari ketiga Sumber Dana yang dilakukan beberapa Bank Syariah terlihat jelas bahwa bank Mandiri Syariah yang lebih banyak mengalami peningkatan dari bank syariah lainnya, dapat dilihat dari jumlah sumber dananya baik dari Giro, Deposito maupun Tabungannya. Dan jenis sumber dananya tabungan merupakan nilai yang paling unggul dari jumlah sumber dana bank lainnya.
21