Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    1/30

    SURVEILANS

    EPIDEMIOLOGI

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    2/30

    SURVEILANS DBD,

    LEPTOSPIROSIS &ILI

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    3/30

    A. SURVEILANS

    DEMAM BERDARAHDENGUE (DBD)

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    4/30

    GRAFIK INSIDENS RATE KASUS DBD PER PROPINSI DI

    INDONESIA TAHUN 2011

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    5/30

    1. Pendahuluan

    Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yangdapat menimbulkan kepanikan masyarakat karenaperjalanan penyakitnya yang cepatdan dapatmenimbulkan kematiandalam waktu singkat danmenimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

    Hingga saat ini masalah surveilans DBD masihdihadapkan pada banyak permasalahan, karenakasus-kasus yang dilaporkan tidak semua didukung

    dengan pemeriksaan laboratorium (penurunantrombosit dan hematokrit) sehingga terjadikecenderungan over diagnosa.

    Hal tersebut menyebabkan tidak dilakukannyapengelompokkan penderita Demam Dengue

    (DD), DBD dan Dengue Shock Syndrome (DSS)

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    6/30

    Pendahuluan (Lanjut)

    Sesuai:UU No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit MenularPermenkes No.560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakityang Dapat Menimbulkan Wabah

    Tatacara pelaporan, penanggulangan seperlunya dan

    harus segera dilaporkan selambat lambatnya 24 jamsetelah penegakan diagnosa.Laporan tersangka DBD dimaksudkan sebagai tindakankewaspadaan dinidi unit pelayanan kesehatan untukpencarian informasi kasus tambahan serta tindakanpencegahan lainnya.

    Laporan penderita DD, DBD, dan DSS disamping untukupaya tindak penyelidikan epidemiologi (PE), fogging focusdll, juga untuk membatasi transmisi penyakit. Datapenyakit DBD yang diperoleh perlu diolah, dianalisa,

    diambil kesimpulan untuk segera ditindaklanjuti.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    7/30

    2. Surveilans Epidemiologi (SE)

    DBD

    Merupakan proses pengumpulan,pengolahan, analisis, interpretasi, danpenyebarluasan informasi untukditindaklanjuti. Tindakan ini dilakukansecara sistematis danterus menerustentang situasi penyakit DBD pada

    kondisi yang mempengaruhi terjadinyapeningkatan dan penularan penyakitDBD agar dapat dilakukan tindakanpencegahan dan penanggulangan secara

    efektif dan efisien.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    8/30

    Surveilans Epidemiologi (SE) DBD

    (Lanjut)

    Kasus DBD adalah: penderita DBD atau DSS Penderita DBD adalah: penderita dengan demam tinggi

    mendadak tanpa sebab jelas, berlangsung terus-menerusselama 27 hari disertai tanda-tanda perdarahan

    sekurang-kurangnya uji torniquet (rumple liede) positifatau jumlah trombosit < 100.000 mikro liter.

    Penderita DDadalah: sesuai dengan kriteria DD atauhasil pemeriksaan serologis pada tersangka menunjukkanpeningkatan IgM.

    Laporan kewaspadaan (KD-RS) adalah: laporan segera(1x24 jam setelah penegakkan diagnosa) tentangadanya penderita DD, DBD, DSS (termasuk tersangkaDBD) agar segera dapat dilakukan tindakan seperlunya

    dan segera.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    9/30

    Surveilans Epidemiologi (SE) DBD

    (Lanjut)

    Stratifikasi desa/kelurahan: Endemis:Dalam 3 tahun terakhir berturut-turut

    ada kasus DBD.

    Sporadis:Dalam 3 tahun terakhir tidak setiaptahun terdapat kasus DBD. Potensial:Selama 3 tahun terakhir tidak terdapat

    kasus DBD, namun mempunyai

    penduduk yang padat, mobilitas tinggi,dan angka bebas jentik (ABJ)

    1.000 meter dpl.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    10/30

    3. Alur Pelaporan

    Bila menemukan penderita DBD di Puskesmasatau pelayanan kesehatan lainnya, wajibmelaporkan 1x24 jam secara berjenjang denganmenggunakan formulir:

    - KD-RS dilaporkan 1x24 jam setelahpenegakkan diagnosis (F-1)- DP-DBD sebagai data dasar perorangan yang

    dilaporkan bulanan (F-2)

    - Formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (F-3)- Formulir W2 sebagai laporan mingguan (F4)- Formulir W1 dilaporkan bila terjadi KLB-DBD

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    11/30

    4. Surveilans DBD di Puskesmas

    dan Kabupaten/Kota

    Kegiatan surveilans di puskesmas maupunkabupaten/kota meliputi kegiatanpencatatan/pengumpulan data penderita

    DD, DBD, dan DSS.Data kemudian diolah dan disajikansebagai dasar tindak lanjut maupunsebagai dasar Sistem Kewaspadaan DiniKejadian Luar Biasa Demam BerdarahDengue (SKD-KLB-DBD)

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    12/30

    Surveilans DBD di Puskesmas dan

    Kabupaten/Kota (Lanjutan)

    Data lain yang dibutuhkan, sebagai datapendukung:1. Pencatatan/pengumpulan data

    Dilakukan setiap hari yang berasal dari pelaporanBP, RS, dokter praktek swasta, PE, dll.

    Pencatatan dapat menggunakan buku register harianyang memuat data/informasi tentang:nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat lengkap,tanggal mulai sakit, tanggal dirawat, tempzt

    perawatan, hasil laboratorium, tempat bepergian 2minggu terakhir, dll.

    Data yang sudah ada dapat direkap mingguan ataubulanan.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    13/30

    Surveilans DBD di Puskesmas dan

    Kabupaten/Kota (Lanjutan)

    2. Pengolahan dataBerupa kegiatan pengelompokkan variabeltempat (place), waktu (time), dan orang(person) serta ukuran epidemiologi lainnya(rate, proporsi, rasio, dll).

    3. Penyajian dataAgar mudah dianalisis dan disimpulkan,data yang sudah diolah kemudian diubahdalam bentuk tabel, grafik, peta, dll yangbentuk/jenisnya disesuaikan dengan kaidahpembuatan grafik yang sesuai dengantujuannya.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    14/30

    Surveilans DBD di Puskesmas dan

    Kabupaten/Kota (Lanjutan)

    4. Analisis dataData yang sudah menjadi grafikkemudian dianalisis dan disimpulkanuntuk dijadikan dasar intervensi yang

    akan dilaksanakan.

    5. Apabila setelah dianalisis terdapatpeningkatan kasus di suatu wilayah

    yang menjurus ke arah KLB-DBD,maka dilakukan suatu tindakan sesuaidengan prosedur yang telahditetapkan.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    15/30

    B. SURVEILANSLEPTOSPIROSIS

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    16/30

    1. Pendahuluan

    Penyakit leptospirosis merupakan penyakitzoonosis yang dapat menular ke manusia dansering menimbulkan KLB.

    Di beberapa tempat di Jawa Tengah

    menjadi masalah yang serius karena angkakematian yang cukup tinggi (antara 30

    40%) dengan kematian karena kerusakanorgan tubuh penting (ginjal, lever, jantung)

    dan kelompok terserang adalah merekayang mempunyai perilaku yang tidak bersih,serta sangat erat dengan riwayat kontakdengan air yang tercemar urin tikus.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    17/30

    Pendahuluan (Lanjut)

    Data-data tentang kasus Leptospirosisselama ini masih sangat menggantungkanpada laporan RS karena biasanya kasus

    diketahui berdasarkan informasi dari RSyang merawat (hospital base surveillance).

    Dari data RS PE ke tempat kejadianuntuk mengetahui faktor risiko ataumengetahui riwayat kontak, serta mencarikemungkinan adanya penderita baru di

    sekitar kasus.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    18/30

    Pendahuluan (Lanjut)

    Laporan kasus dari masyarakat akan dapat ditangkapoleh puskesmas (health centre base surveillance), yaitumelalui penderita rawat jalan dengan gejala panas,ikhterik, mual/muntah, mata kemerahan, serta nyeri

    betis/pinggang Dijaring melalui rapid test diagnosticuntuk segera dilakukan tindakan. Sistem pencatatandapat dilengkapi dengan form lepto 1

    meliputi: nama, umur, alamat, tanggal sakit, hasilpemeriksaan laboratorium, pekerjaan dan keterangan-

    keterangan lain yang mendukung riwayat kejadian sakit. Untuk rekapitulasi bulanan dapat dimasukkan dalam

    form lepto 2 meliputi: rekapitulasi berdasarkan lokasikejadian perbulan meliputi puskesmas, kasus,

    laboratorium positif, serta kasus meninggal

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    19/30

    2. Surveilans Epidemiologi (SE)

    Leptospirosis

    Sistem surveilans yang dilakukan terhadap manusiajuga sebagai alat SKD untuk daerah endemisleptospirosis: daerah banjir, daerah pasang surut,persawahan, rawa, dll yang berupa:

    1. Daerah rawan banjir berupa surveilans aktifmaupun pasif

    2. Penampungan pengungsi berupa surveilans aktifmaupun pasif

    3. Daerah persawahan/pertambangan berupasurveilans pasif

    4. Daerah rawa/tanah gambut berupa surveilanspasif

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    20/30

    Surveilans Epidemiologi (SE)

    Leptospirosis (Lanjut)

    Surveilans aktif:dilakukan dengan mencaripenderita/tersangka dengan gejala: panas,ikhterik, mual/muntah, mata kemerahan,

    serta nyeri betis/pinggang.

    Surveilans pasif: dilakukan melalui puskesmas,BP, pustu, pusling, dan RS, pada penderita

    dengan gejala panas, ikhterik, mual/muntah,mata kemerahan, serta nyeri betis/pinggangyang diambil sampel darahnya 5 ml untukpemeriksaan serologis.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    21/30

    3. Kewaspadaan Diri Terhadap KLB

    Leptospirosis

    1. Langkah antisipasi terhadap kasus leptospirosisbiasanya terjadi pada musim hujan (pascabanjir) dimana banyak tikus berkeliaran danmencemari air dengan urinnya.Surveilans lebih intensif di Puskesmas/RS

    khususnya di daerah banjir (rob). Pencarianpenderita baru berdasarkan terdapatnya gejalaklinis dan pengambilan darah 35 ml untukdiperiksa di laboratorium.

    2. Terhadap rodent dilakukan penangkapan/trappingtikus minimal 5 hari berturut-turutuntuk diambil spesimen darahnya untukpemeriksaan laboratorium.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    22/30

    C. SURVEILANS

    INFLUENZA LIKEILNESS (ILI)

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    23/30

    1. Pendahuluan

    Mulai tahun 2004 merebak kasus Avian Influenza(AI) pada ayam, yang pada saat ini sudah ada kasusAI pada manusia.

    Kemiskinan, pendidikan rendah, sanitasilingkungkungan yang buruk, menjadikan Indonesianegara dengan potensi besar untuk penyebaraninfluenza dan ILI.

    Surveilans ILI merupakan salah satu kegiatan yangperludilaksanakan untuk mengetahui besar masalahkasus influenza sedini mungkin untuk menunjangkewaspadaan dini terhadap AI dan pandemi

    influenza.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    24/30

    2. Tujuan dan Definisi Kasus ILI

    Tujuan:1. Mengidentifikasi tipe dan strain virus influenza2. Mempercepat identifikasi dan analisis apabila

    dicurigai adanya kemungkinan kontaminasi AI ke

    manusia

    Definisi Kasus ILI:Dikatakan sebagai kasus ILI bila memenuhi kriteria sbb:

    1. Panas 37,8C2. Batuk/sakit tenggorok3. Menderita gangguan pernafasan atau4. Sakit/nyeri otot

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    25/30

    3. Penyebab Infeksi dan Masa

    Penularan

    Penyebab Infeksi:Tiga tipe virus influenza yang dikenal yaitu tipe A,B, dan C. Tipe A terdiri dari sub tipe dimana hanya2 (H1 dan H3) yang dikaitkan dengan epidemi dan

    pandemi yang luas.

    Masa Penularan:

    Masa penularan berlangsung selama 35 hari sejaktimbulnya gejala klinis pada orang dewasa dansampai 7 hari pada anak-anak.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    26/30

    4. Cara Penularan dan Cara

    Pencegahan

    Cara Penularan:Penularan melalui udara terutama terjadi padadaerah yang padat penduduk, pada ruangan tertutupseperti pada bis sekolah.Penularan dapat terjadi dengan kontak langsung, oleh

    karena virus influenza dapat hidup berjam-jam diluar tubuh manusia, khususnya di daerah dingin dankelembaban yang rendah.

    Cara Pencegahan:1. Personal hygiene khususnya mengenai banyaknya batukdan bersin tanpa menutup mulut atau hidung.2. Imunisasi dengan menggunakan virus yang tidak aktif3. Menciptakan lingkungan dan rumah yang sehat dengan

    cukup ventilasi, cukup pencahayaan matahri, dan

    kelembaban nisbi.

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    27/30

    5. Kasus ILI di Puskesmas dan RS

    serta Cara Pengambilan Swab

    Kasus ILI di Pukesmas dan RS:1. Lakukan swab hidung kiri, kanan, dan tenggorokan2. Lakukan rapid test pada swab hidung kiri3. Dua spesimen disimpan di lemari es sesuai standar,

    sebelum dikirim ke Puslitbang Biomedis dan Farmasi

    Badan Litbangkes Kemenkes RI

    Cara Pengambilan Swab:1. Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar

    palatum, biarkan beberapa detik, usapkan pada

    kedua lubanghidung secara bergantian.2. Masukkan ke dalam vial dan patahkantangkainya,kemudian tutup vial.

    3. Ambil swab dan usapkan pada tenggorokan dandaerah sekitar tonsil kiri dan kanan.

    4. Tutup vial, lapisi dengan para film

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    28/30

    6. Format Laporan di

    Puskesmas/RS

    Puskesmas/RS :Kabupaten/Kota :Propinsi :

    Minggu Ke : Bulan: Tahun:

    No Nama Lk/Pr Umur Tgl Berobat Spesimen yang diambil

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    29/30

    7. Sistem Pelaporan ILI

    Keterangan:

    : Koordinasi: Laporan: Rujukan: Feed Back

    Puskesmas/RSSentinel

    CDCAtlanta

    Dinkeskab./Kota

    Dinkes

    PropinsiBalitbangkes

  • 5/19/2018 Pertemuan Ke-5 Surveilans DBD, Leptospirosis & ILI 2 - 2.ppt

    30/30