Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK
BUNRAKU KOUEN TO WAYAN GOREKKU
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O
L
E
H
DINDA ALDILLA NAMIRA
NIM: 172203022
PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa
menyelesaikan kertas karya dengan judul “PERTUNJUKAN KESENIAN
BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK” sebagai syarat untuk menyelesaikan
Program Diploma III (DIII) pada Program Diploma Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan kertas karya ini banyak hambatan serta rintangan yang
penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt selaku Ketua Jurusan D3
Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Zulnaidi, SS., M.Hum selaku dosen pembimbing yang dengan
ikhlas telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan juga arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
Kertas Karya ini.
4. Seluruh staff pengajar pada program studi D3 Bahasa Jepang Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, atas didikannya selama
masa perkuliahan.
5. Dari semuanya, yang paling istimewa didalam hidup saya yaitu adalah
ibu saya Rita Safina Siregar, serta Abang-abang saya yang selalu
Universitas Sumatera Utara
ii
memberikan semangat, dukungan, doa, serta kasih sayang yang begitu
besar kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini
dengan baik juga terima kasih buat keluarga saya yang sudah
Untuk teman-teman angkatan 2017 yang telah membuat penulis selalu
semangat dalam menjalani hidup ini dan terima kasih sudah banyak
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan kertas karya
ini, sehingga kritik dan saran diharapkan oleh penulis.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga Kertas Karya ini
dapat berguna bagi kita semuanya dikemudian hari.
Medan, Juli 2020
Penulis,
DINDA ALDILLA N.
NIM : 172203022
Universitas Sumatera Utara
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul ................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 3
1.4 Metode Penulisan .......................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM ......................................................................... 4
2.1 Pengertian Pertunjukan ................................................................. 4
2.2 Sejarah Bunraku ............................................................................ 6
2.3 Sejarah Wayang Golek .................................................................. 8
BAB III PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU
DAN WAYANGGOLEK ............................................................................... 11
3.1 Unsur-unsur Seni Bunraku .......................................................... 11
3.1.1 Tayu (penyanyi) ................................................................ 11
3.1.2 Dalang ............................................................................... 12
3.1.3 Ningyo (boneka) ............................................................... 13
3.2 Unsur – unsur Seni Wayang Golek ............................................. 16
3.2.1 Sinden (penyanyi) ............................................................. 16
3.2.2 Dalang ............................................................................... 17
3.2.3 Wayang (puppet) .............................................................. 18
Universitas Sumatera Utara
iv
3.3 Perbedaan dan persamaan Seni Bunraku dan Wayang Golek ..... 19
3.3.1 Pemain (puppet) ................................................................ 19
3.3.2 Dalang ............................................................................... 21
3.3.3 Penyanyi ........................................................................... 22
BAB IV KESIMPULAN & SARAN .............................................................. 24
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 24
4.2 Saran ............................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Budaya berasal dari kata budhi, yaitu sistem dari pemikiran dan gagasan
yang terdapat dari kesadaran yang dapat mengatur perilaku manusia sebagai
bentuk deretan dari aktivitas yang memiliki paradigma atau pola didalam suatu
kehidupan , entitas, tindakan, intelektual serta spiritual (lihat Krueber 1958:582-
583, Williams 1961:16, Croydon 1973:4). Setiap negara memiliki berbagai jenis
kebudayaan yang mempertahankan budayanya sampai saat ini, adalah negara
Jepang.
Jepang merupakan suatu negara yang kenal sebagai negara matahari terbit
dan negara bunga sakura, kenapa begitu? Karena di negara Jepang kebanyakan
beragama Shinto yang menyembah matahari sebagai tuhannya sehingga Jepang
disebut negara matahari, sedangkan julukan negara bunga sakura didapatkan
karena bunga sakura tumbuh banyak di negara Jepang. Bahkan mereka
menyambut musim semi dengan suatu tradisi, yang disebut hanami (festival detik-
detik melihat mekarnya bunga sakura). Hanami menyimbolkan kebahagiaan akan
adanya musim semi, di mana pada saat itu bunga sakura sedang mekar dengan
cantiknya. Di setiap budaya pasti memiliki arti tersendiri atau arti masing-masing.
Dari zaman jomon sampai pada zaman hesei, orang Jepang tetap dapat
melestarikan kebudayaannya sendiri. Karena Jepang memiliki budaya yang unik,
hal itu membuat Jepang di kenal seluruh dunia salah satunya Indonesia.
Budaya Jepang yang hingga sekarang masih tetap dirayakan dalam
berbagai kesempatan adalah perayaan hanami, karena masyarakat Jepang sangat
Universitas Sumatera Utara
2
mencintai budayanya dan mereka tetap mau menjaganya. Orang Jepang bersedia
memakai kimono yang terkenal berat dan tebal hanya untuk menghadiri upacara
pernikahan, dengan begitu kita mengetahui bagaimana cintanya warga Jepang
pada kebudayaannya sendiri. terkadang kita perlu meniru cara orang Jepang dalam
melestarikan kebudayaannya. Agar kebudayaan kita juga terjaga seperti
kebudayaan Jepang.
Salah satu kebudayaan tradisional Jepang yang eksistensinya masih
dipertahankan adalah Bunraku. Bunraku merupakan salah satu budaya tradisional
yang berasal dari Jepang dengan menggunakan boneka tradisional sebagai
pemeran dalam pertunjukannya. Nama Bunraku sendiri diambil dari satu
rombongan yaitu ningyo joruri (人形浄瑠璃 , ningyō jōruri, boneka jōruri)
dianggap oleh banyak orang sebagai boneka paling canggih teater hidup saat ini,
dua-pertiga dari ukuran wayang , bekerja dengan tiga dalang yang pindah ke jenis
suara manahelo dan disertai oleh seorang musisi yang memainkan alat
musik shamisen. seni bunraku ini memiliki penonton di seluruh dunia dan
mendorong perkembangan teater barat.
Sama halnya dengan Indonesia, Indonesia juga memiliki salah satu
kebudayaan yang mirip dengan kebudayaan Jepang yaitu Wayang golek. Wayang
golek adalah salah satu seni pergelaran tradisional yang telah menjadi bagian dari
orang Sunda. Perkembangan dunia hiburan kini lebih didominasi oleh kesenian
modern, yang membuat pertunjukan kesenian wayang golek semakin jarang untuk
digelarkan. Oleh karena itu, dunia pariwisata menciptakan karya baru untuk
wayang golek, yaitu souvenir. Maka fungsi wayang golek pun berkembang dari
seni pertunjukan menjadi seni kriya.
Universitas Sumatera Utara
3
Dengan alasan tersebut penulis tertarik untuk menjadikan pertunjukan
kesenian Bunraku dan Wayang golek sebagai judul dari kertas karya ini.
1.2 Batasan Masalah
Penulis akan memfokuskan pembahasan kertas karya ini hanya mengenai
Seni Bunraku dan Wayang golek. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan
mengemukakan Unsur-unsur Seni boneka Bunraku dan Wayang golek serta
Perbedaan Seni boneka Bunraku dengan Wayang golek.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang Seni Bunraku dan Wayang golek
2. Menjelaskan Unsur-unsur Seni Bunraku dan Wayang golek
3. Menjelaskan Perbedaan dan persamaan Bunraku dan Wayang golek
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode
kepustakaan, yakni mengumpulkan sumber-sumber bacaan yang berupa buku dan
jurnal-jurnal sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam
kertas karya ini. Selain itu, penulis juga memanfaatkan informasi dari teknologi
internet sebagai referensi tambahan agar lebih akurat dan lebih jelas.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Pengertian Pertunjukan
Pertunjukan adalah sesuatu yang dipamerkan atau penampilan suatu karya
seni seperti wayang, teater drama, bioskop atau sebagainya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,2008:1586). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
banyak pergelaran kesenian tradisional. Pergelaran kesenian tradisional adalah
bagian dari kebudayaan yang tumbuh sepadan dengan pertumbuhan manusia
sebagai kreator atau penikmat karya seni.
Dari sudut pandang kesenian, terdapat unsur-unsur membangun sebuah
karya seni, misalnya pakaian, alat-alat kecantikan untuk wajah, pergelaran seni,
proses upacara berunsur adat tradisional, dan sebagainya. Selain itu, terdapat
sebuah karya seni tradisional yang masih dipertahankan yaitu kesenian boneka
atau puppet.
Menurut A. Kasim Achmad ( 2006:182 ) pergelaran seni tradisonal
merupakan bentuk pertunjukan yang anggotanya terdiri atas orang yang bertempat
tinggal disekitar wilayah, yang masih menganut dan menghormati adat istiadat,
sosial budaya beserta bentuk kontur lingkungan masing-masing. Adapun ciri-
cirinya yaitu:
1. Pergelaran panggung yang bersifat terbuka.
2. Pergelaran cerita rakyat yang disampaikan secara sederhana dan
diceritakan pada setiap generasi.
Universitas Sumatera Utara
5
Adapun karakteristik yang memiliki sifat tradisional, yaitu:
a. Pemain
Pemain adalah orang yang memerankan karakter tertentu dalam sebuah
pergelaran berdasarkan arahan. Seorang pemain juga merupakan pusat perhatian
utama di sebuah pertunjukan, maka dari itu seorang pemain harus memiliki
kemampuan yang mumpuni agar dapat menarik perhatian penonton.
b. Naskah
Naskah adalah sebuah cerita yang digunakan untuk menguraikan urutan
adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang tersusun secara dramatik untuk
menjadi acuan dalam proses produksi. Selain sebagai acuan dalam proses
produksi, naskah juga berfungsi sebagai landasan untuk menyatukan persepsi
antara produser dan kru tentang film yang akan diproduksi. Sehingga dapat
mengurangi perbedaan pemahaman dan menjadi dasar perencanaan.
c. Sutradara atau Dalang
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Sutradara adalah orang
yang memberi arahan dan bertanggung jawab akan masalah artistik dan teknis
dalam pementasan drama, pembuatan film dan sebagainya. Oleh karena itu,
sutradara adalah orang yang penting didalam sebuah pementasan drama. Dalam
pertunjukan tradisional seperti Bunraku dan Wayang golek juga memiliki
sutradara yang disebut dengan dalang.
Universitas Sumatera Utara
6
2.2 Sejarah Bunraku
Bunraku ( 文 楽 ) adalah seni tradisional dari negara Jepang yang
merupakan sebuah pertunjukan wayang boneka atau puppet. Bunraku mulai
dipopulerkan pada zaman Edo, pemerintahan raja Shogun Tokugawa periode
1609-1867. Bunraku sangat popular saat itu, terutama di wilayah Osaka. Hal itu
membuat bunraku berevolusi menjadi seni teater pada akhir abad ke-17. Bunraku
merupakan warisan budaya dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Bunraku
menggunakan puppet yang berukuran setengah tubuh manusia dan masing-masing
dioperasikan oleh tiga orang yaitu, seorang dalang, dan dua asisten dalang. Dalang
dan asisten saling bekerja sama untuk menggerakan anggota badan, kelopak mata,
bola mata, alis, dan mulut boneka sehingga terlihat nyata dan lebih berekspresi.
Penonton dapat melihat para dalang di atas panggung sedang menggerakan
puppet. Karena para dalang tidak bersembunyi di balik panggung. Mereka justru
mengenakan pakaian serba hitam yang menyimbolkan invisibilitas .
Meskipun gerakan mereka terlihat mengganggu, tetapi itu hanya agar
pergerakan puppet terlihat natural. Masing-masing dari mereka memiliki tugas
yang berbeda. Seseorang menggerakan bagian tangan kanan dan kepala, dan yang
lainnya menggerakan tangan kiri, dan sisanya menggerakan kaki. Kesuksesan
pertunjukan wayang Bunraku terlihat dari kerjasama tim yang kompak karena
telah berlatih selama berbulan-bulan sebelum tampil di panggung, yakni para
dalang, narator, dan pemain musik.
Sejarah kesenian tradisional Bunraku terbentuk dari kombinasi cerita
drama boneka, seorang tayu (penyanyi), pemain alat musik shamisen pada awal
zaman Edo. Seni Bunraku pertama kali terbentuk diawal zaman Joukyo pada
Universitas Sumatera Utara
7
tahun 1684-1687 di sebuah kota bernama Osaka. Chikamatsu Monzaemon adalah
seorang penulis naskah cerita yang mengikuti salah satu bagian dalam cerita
joruri dan terciptalah satu konsep cerita yang baru yaitu koujoruri. Cerita seni
koujoruri milik Chikamatsu Monzaemon semakin lama semakin dikenal serta
juga semakin disukai oleh masyarakat.
Didalam cerita kesenian koujoruri, ada beberapa jenis cerita yang disukai
oleh masyarakat yaitu ialah jenis cerita sewamono dan jidaimono. Jenis cerita
Sewamono adalah berupa kisah kehidupan masyarakat kota pada zaman Edo
sedangkan jenis cerita Jidaimono ialah menceritakan kisah seorang samurai, kisah
bagaimana kehidupan seorang raja dan rakyatnya. Setelah seni koujoruri semakin
dikenal oleh banyak orang, Chikamatsu Monzaemon bersama dengan Ki no Kaion
(seorang penulis naskah cerita) serta seseorang bernama Takemoto Gidayu
(seorang tayu) sepakat membuat suatu kesenian tradisional yang baru dan diberi
nama Bunraku.
Awal mula nama bunraku berasal dari nama seseorang yaitu Uemura
Bunrakuken I. beliau merupakan ahli seni yang berhasil menghidupkan kembali
ningyou joururi dengan membangun gedung khusus bagi para pemain ningyou
joururi untuk pertunjukannya, gedung tersebut dinamakan Bunrakuken-za yang
terletak di Kozubashi (sekarang daerah Chuo-ku, Osaka). Pada tahun 1872,
gedung Bunrakuken-za pindah ke Matsushima (sekarang daerah Nishi-ku, Osaka).
Dan gedung Bunrakuken-za beganti nama menjadi Bunraku-za.
Pada akhir zaman Meiji, Bunraku-za menjadi satu-satunya gedung teater
ningyou joruri yang tersisa. Pada tahun 1909, manajemen gedung Bunraku-za
dikelola oleh perusahaan Shociku. Setelah itu, tempat gedung Bunraku-za sempat
Universitas Sumatera Utara
8
beberapa kali berpindah tempat dikota Osaka. Tempat pertama ada di Goryojinja,
lalu ke Yotsubashi, lalu pindah lagi ke tempat yang sempat digunakan untuk teater
Benten-za di Dotombori. Pada tahun 1948, perusahaan Shociku mengalami
pertikaian dengan seniman bunraku dan berdampak pada seniman bunraku yang
terpecah menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama ialah Bunraku-Inkai yang tetap
berada dibawah perusahaan Shociku dan kelompok kedua ialah Bunraku-
sawankai yang dilindungi para seniman bunraku.
Pada tahun 1963, perusahaan Shociku menarik diri dari dunia kesenian
bunraku, karenanya gedung Bunraku-za pun mengganti namanya mejadi gedung
Asahi-za. Pergelaran seni bunraku pernah mengalami kekurangan anggota
dikarenakan generasi muda tidak memiliki minat pada seni bunraku. Tetapi
kekurangan anggota itu berhasil diatasi pada tahun 1973 dengan dibukanya
pelatihan bagi orang-orang di luar kalangan bunraku. Dan pada tahun 1984
Gedung Teater Nasional Bunraku telah menyelesaikan pembangunannya di
Nipponbashi, Osaka, sedangkan gedung yang sebelumnya sudah ditutup.
2.3 Sejarah Wayang golek
Menurut Mulyono (1982:11), “wayang memiliki arti bayangan yang tidak
seimbang, tidak tenang, terbang, bergerak kian kemari.” Terdapat banyak jenis
wayang di Jawa, seperti : wayang kulit, wayang orang (yang menggunakan aktor
bukan puppets (boneka)), wayang kelitik (sejenis dengan wayang kulit tapi
menggunakan bahan yang berbeda), wayang beber (memakai gulungan untuk
bercerita) dan wayang golek (memakai boneka yang dibuat dari bahan kayu). Seni
wayang yang masih eksis hingga kini adalah wayang golek. Wayang golek atau
Universitas Sumatera Utara
9
disebut “golek”, merupakan salah satu jenis budaya yang sampai saat ini masih
bertahan di daerah Sunda. Berbeda dengan wayang kulit yang bergolongan
dwimatra, golek merupakan salah satu golongan wayang trimatra. Golek memiliki
ciri padat. Ia merupakan boneka yang menerupai manusia (ikonografi), yang
terbuat dari bahan dasar kayu bulat torak untuk menampilkan sebuah drama.
Clara (1987:4) berpendapat bahwa “kesenian wayang golek merupakan
salah satu pertunjukan seni budaya yang memanfaatkan sebuah boneka kayu
trimatra dan dihiasi dengan pakaian yang tidak memakai warna (corak). Dari
kedua pengertian ini dapat disimpulkan bahwa wayang golek merupakan seni
perwayang an yang berkembang di sunda, Jawa Barat dengan memanfaatkan
boneka kayu yang dibuat hampir menyerupai tubuh manusia.
Sejarah wayang golek dimulai dari ide Dalem Bupati Bandung (Karang
Anyar) yang menugaskan Ki Darman (pakar wayang kulit yang tinggal di Cibiru)
untuk membuat golek purwa. Mulanya bentuk wayang golek ini masih terbawa
dari bentuk wayang kulit yang gepeng (dwimatra). Setelahnya barulah tercipta
bentuk golek yang semakin bulat (trimatra) seperti yang bias dilihat sekarang.
Pembuatan golek pun semakin tersebar diseluruh kota di Jawa Barat. Ada 2
macam wayang golek di Jawa Barat, yaitu wayang golek papak (cepak) atau
wayang golek menak dan wayang golek purwa. Wayang yang paling terkenal
adalah wayang golek purwa. Layaknya wayang kulit, wayang golek purwa juga
digunakan untuk menceritakan tentang Ramayana dan Mahabharata. Dalam
pertunjukan wayang golek, seorang dalang memiliki peranan yang sangat utama
dan menentukan. Dalang mengarahkan pertunjukan sekaligus berperan selaku ahli
yang menghidupkan wayang , pakar cerita dan pemimpin yang memberi petunjuk
Universitas Sumatera Utara
10
kepada para juru musik apa yang harus dimainkan. Di samping itu, dalang juga
harus menyenangkan para penonton selama berjam-jam. Di pertunjukan wayang
golek, drama yang sering ditampilkan ialah drama carangan. Sedangkan drama
galur ditampilkan hanya sesekali saja. Hal ini menjadi standar kepandaian bagi
para dalang untuk menciptakan drama carangan yang menarik.
Sekarang ini, wayang golek lebih menonjol sebagai pertunjukan seni
rakyat yang memiliki fungsi yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat di lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun hiburan semata.
Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kegiatan masyarakat seperti perayaan,
baik hajatan dan lain sebagainya, serta dalam acara perayaan yang bersifat
nasional.
Universitas Sumatera Utara
11
Gambar 1. Tayu dan Pemain Shamisen Gambar 2. Alat musik Shamisen
BAB III
PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK
3.1 Unsur-Unsur Seni Bunraku
Seni bunraku adalah suatu pertunjukan yang biasanya dimainkan oleh
laki-laki. San gyo merupakan sebutan untuk ketiga (3) unsur kesenian bunraku,
yaitu: Tayu (penyanyi), ningyo (boneka), Ningyo tsukai (dalang). Unsur lainnya
yang mendukung pertunjukan seni bunraku adalah, pemain shamisen (alat musik)
mekanisme penggerak boneka, kostum, dan panggung.
3.1.1 Tayu (penyanyi)
Tayu adalah istilah bagi mereka yang menyanyikan joururi, yaitu narasi
yang diiringi dengan alat musik shamisen. Dari banyaknya jenis seni joururi yang
ada, gidayuubushi (義太夫節) merupakan jenis johruri yang awalnya dibuat oleh
Takemoto Gidayu dari Osaka pada awal zaman Edo. Pertunjukan ini biasanya
hanya memakai seorang tayu yang memboyong semua dialog para karakternya
dalam setiap pertunjukan. Ketika pertunjukan berlangsung cukup panjang dan
Universitas Sumatera Utara
12
melelahkan, ada kemungkinan untuk terjadinya pergantian tayu di tengah
pertunjukan. Pada cerita yang memerlukan dialog bersahutan, maka akan ada dua
atau lebih tayu yang tampil berjejer dipanggung.
3.1.2 Dalang
Dahulu, boneka dalam pertunjukan bunraku hanya digerakkan oleh satu (1)
orang dalang. Tetapi ditahun 1734, untuk satu buah boneka bunraku telah
digerakkan oleh tiga (3) orang dalang, seperti pada pertunjukan yang bertema
“Ashiya Dōman Ōchi Kagami”. Dan sekarang boneka bunraku juga masih
digerakkan oleh tiga orang dalang. Dalang senior disebut omozukai. Tugas
seorang dalang senior adalah menggerakkan bagian kepala, leher, dan tangan
kanan boneka. Diperlukan pengalaman yang cukup lama untuk menjadi seorang
omozukai, karena untuk menggerakan bagian kaki dan lengan kiri amat tidak
mudah dan dibutuh keahlian yang mumpuni. Selanjutnya ada dalang hidarizukai
yang tugasnya menggerakkan tangan kiri. Lalu dalang ashizukai yang bertugas
untuk menggerakan kaki. Ketiga dalang tersebut menggunakan pakaian serba
hitam dan menyatukan ritme gerakan berdasarkan isyarat omozukai. Di beberapa
adegan, omozukai tidak dapat menyembunyikan wajahnya dari penonton, hingga
ia menggunakan teknik dzukai. Teknik ini adalah teknik dalang menyamakan
gerakannya dengan dalang lainnya sehingga keberadaannya tersamarkan dibalik
boneka.
Universitas Sumatera Utara
13
3.1.3 Ningyo (boneka)
Boneka yang dipakai pada saat pertunjukan bunraku memiliki banyak
jenis bentuk kepala boneka yang disebut kashira. Sebelum tampil, wajah boneka
dirias terlebih dahulu menggunakan cat supaya terlihat menarik. Semua kepala
boneka harus disesuaikan dengan ekspresi yang akan ditampilkan agar terlihat
berbeda dari karakter boneka lainnya. Untuk jenis tertentu, memiliki bentuk
kepala boneka yang berbeda. Dalam pementasan bunraku, biasanya satu boneka
yang sama dipakai untuk 2 tokoh yang berbeda disetiap penampilannya. Agar
terlihat berbeda, kepala boneka akan dipakaikan rambut palsu (wig) atau di rias
kembali dengan warna cat yang berbeda.
Desain rambut palsu dibentuk secara khusus untuk boneka bunraku dan
dibutuhkan seni kerajinan sendiri. Beberapa boneka bunraku menggunakan
rambut palsu untuk menampakkan karakter dan status sosial bagi boneka tersebut.
Kebanyakan rambut palsu pada boneka dibuat dari rambut asli manusia dan
dicampur dengan bulu ekor yak agar tampak kembang. Bagian akar, disatukan
dengan menggunakan tembaga yang tidak ditempel secara permanen, agar tidak
merusak bagian kepala boneka. Boneka bunraku dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
boneka laki-laki dan boneka wanita.
Gambar 3. Boneka Puppet Wanita dan Pria
Universitas Sumatera Utara
14
Jenis kepala boneka untuk laki-laki:
1. Bunshichi: jenis kepala boneka ini memiliki tampang yang terlihat
maskulin,rupawan,tetapi sudah cukup lama merasa menderita. Jenis kepala
boneka yang satu ini dipakai untuk karakter utama yang bercerita tentang
sebuah tragedi.
2. Darasuke: jenis kepala boneka ini memiliki tampang yang mengejek.
Dipakai untuk memerankan orang yang jahat.
3. Odanshichi: jenis kepala boneka ini menggambarkan tampang orang yang
berani.
4. Kenbishi: jenis ini memiliki ekspresi seseorang yang memiliki kemauan
keras. Dipakai untuk memerankan seorang samurai.
5. Kiichi: jenis ini biasanya untuk memerankan seorang samurai yang sudah
tua dan memiliki watak yang baik hati.
6. Yukanpei: jenis kepala boneka yang satu ini terbilang unik,karena dia
dipakai untuk memerankan tokoh yang jahat tetapi lucu. Dan kepala
boneka ini juga menggambarkan tampang yang jelek.
7. Genda: jenis ini biasanya digunakan untuk seorang lelaki rupawan yang
berusia muda.
8. Matahei: kepala boneka ini menggambarkan orang yang jujur,biasanya
digunakan untuk memerankan masyarakat biasa.
9. Kintoki: merupakan jenis boneka yang memiliki watak kuat dan gagah.
Jenis ini menggambarkan seorang samurai yang ada didalam kisah
jidaimono
Universitas Sumatera Utara
15
10. Wakaotoko: jenis ini menggambarkan seorang lelaki remaja yang sedang
jatuh cinta.
11. Komei: menggambarkan seorang samurai yang sudah berusia 40tahun
hingga 50tahun. Memilik sikap yang bijaksana.
Adapula jenis boneka untuk perempuan,yaitu:
1. Keisei: memiliki tampang yang paling cantik dan menarik. Jenis biasanya
akan digunakan untuk memerankan seorang perempuan penggoda untuk
kelas tinggi yang sensual.
2. Musume: jenis ini menggambarkan seorang gadis remaja yang berusia
14tahunan yang polos dan lugu.
3. Ofuku: jenis memerankan seorang wanita yang memliki tampang lucu.
4. Fukoeyama: dipakai untuk memerankan seorang perempuan yan berusia
20 tahunan.
Pakaian boneka-boneka tersebut terlihat mirip dengan manusia pada
umumnya. Bentuk dan modelnya pun disamakan dengan pakaian manusia,hanya
saja agar terlihat lebih alami lagi,baju boneka akan dilapis dengan kapas dibagian
dalamnya. Pakaian boneka pun harus menunjukkan status dan peran yang sedang
diperankan oleh boneka tersebut. Biasanya, pakaian yang digunakan boneka
perempuan akan lebih sulit dikenakan daripada boneka lelaki. Jika akan
memerankan karakter seorang bangsawan, boneka akan diberi riasan dan
menggunakan kimono yang lengkap. Sedangkan untuk boneka lelaki kadang
hanya memakai kimono biasa, tetapi jika sedang memerankan seorang samurai,
boneka akan dipakaikan kaiginu (pakaian untuk berburu).
Universitas Sumatera Utara
16
3.2 Unsur-Unsur Seni Wayang golek
Seni wayang golek merupakan sebuah pertunjukan seni rakyat yang
menggunakan dalang sebagai penggerak wayang. Seni wayang golek juga
memiliki unsur-unsur seperti Sinden (penyanyi), dalang, wayang (puppet).
3.2.1 Sinden (Penyanyi)
Sinden merupakan wanita pelantun lagu klasik jawa yang diiringi dengan
gamelan atau karawitan. Terkadang para sinden juga diiringi dengan waranggana
(penyanyi latar pria). Waranggana bukan hanya menyanyi mengiringi penyinden,
tetapi juga maminkan alat musik seperti rebab (biola jawa) atau gender (alat
musik pukul). Di pertunjukan wayang golek biasanya membutuhkan 2-5 orang
pesinden, dan semua pesinden ataupun waranggana harus memiliki suara yang
merdu dan juga kesensitifan pada musik dan karakter dalang. Sorang sinden
memiliki tugas menyanyikan lagu untuk mendukung pertunjukan dalang. Bahasa
yang digunakan seorang pesinden dan dalang sangat berbeda. Seorang dalang
memakai bahasa yang dinilai dapat mengungkapkan cerita sedangkan pesinden
memakai bahasa yang dinilai mempertegas situasi cerita yang sedang dituturkan
oleh dalang.
Gambar 4. Seorang pesinden
Universitas Sumatera Utara
17
Bukan hanya sebagai pelantun lagu di pertunjukan wayang golek, seorang
pesinden juga memiliki tugas sebagai penghias panggung pertunjukan wayang .
Ketika seorang sinden masih muda dan cantik, para penonton akan merasa
nyaman untuk menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung. Dengan adanya
sinden di pertunjukan wayang, memberikan nilai tambah pada pertunjukannya.
Adanya sinden dalam setiap pertunjukan wayang golek harus dijaga
keberadaannya supaya tetap menarik bagi penikmatnya.
3.2.2 Dalang
Dalang didunia perwayang an memiliki arti seseorang yang memiliki
kemampuan khusus memainkan boneka wayang . Biasanya kemampuan ini
didapatkan secara turun-temurun dari para leluhur. Seorang dalang yang memiliki
anak, anaknya akan langsung bisa menjadi dalang tanpa harus belajar secara
formal. Kata dalang berasal dari kata dahyang, artinya ialah juru penyembuh
segala macam penyakit. Namun, dalam bahasa jawa sendiri kata dalang diartikan
sebagai “ngudal piwulang” (memberikan nasihat melalui cerita wayang ) oleh
karena itu seorang dalang diharuskan memiliki ilmu yang banyak. Dalang juga
merupakan seorang sutradara, narator, penulis cerita, karena kemampuannya itu
dalang dikenal sebagai orang yang memiliki kemampuan ganda.
Gambar 5. Seorang Dalang
Universitas Sumatera Utara
18
Gambar 6. Wayang Rama
3.2.3 Wayang
Dalam seni wayang golek, karakter wayang (puppet) dikategorikan
menjadi beberapa bagian:
1.) Ksatria
Golongan ksatria ini menampilkan seseorang yang terlihat lemah lembut,
tenang, luwes, tetapi unsur ketegasan dan kegagahan serta kepintarannya tetap
masih ada. Karakternya seperti Rama, Nakula dan Sadewa.
1. Rama :
Ramawijaya atau Sri Rama merupakan seorang raja dari
kerajaan Ayodya. Ia merupakan putra dari Prabu Dasarata.
Ia juga memiliki seorang istri bernama Dewi Shinta.
2. Nakula
Nakula merupakan putra keempat dari Prabu. Ia juga
disebut sebagai Pandawa keempat. Ia mempunyai saudara
kembar yang bernama Sadewa.
3. Sadewa
Sadewa merupakan putra kelima dari Prabu. Ia juga disebut
sebagai Pandawa kelima. Ia merupakan saudara kembar dari
Nakula.
Gambar 7. Wayang Nakula
Gambar 8. Wayang Sadewa
Universitas Sumatera Utara
19
2.) Ponggawa (Prajurit)
Wayang golek ini menampilkan seorang tentara yang terlihat
tegap,tegas,memiliki mata besar,alis tebal dan berkumis. Karakternya seperti
Gatot Kaca, Bima, Duryadayana.
3.) Buta (Raksasa)
Buta memiliki postur bentuk tubuh yang tinggi, mata yang melotot tajam,
memiliki taring atas bawah. Karakter yang terkenal adalah Rahwana.
4.) Punakawan (Pengasuh)
Karakter wayang golek ini dikenal memiliki peran yang kocak. Karakter
yang terkenal adalah Cepot. Cepot atau Sastrajingga memiliki watak yang kocak
tetapi ia tetap memberi nasihat melalui karakternya.
3.3 Perbedaan Dan Persamaan Pertunjukan Bunraku Dan Wayang Golek
Seni bunraku dan wayang golek merupakan sebuah pertunjukan tradisional
yang memiliki perbedaan dan juga persamaan pada setiap unsurnya. Beberapa
persamaan dan perbedaannya yaitu adalah sebagai berikut:
3.3.1 Pemain (puppet)
Pada kesenian bunraku pemain pertunjukan disebut “puppet”. Sedangkan
dalam kesenian wayang golek disebut “golek”. Puppet dan golek memiliki arti
yang sama yaitu boneka. Puppet bunraku ataupun wayang golek memiliki bentuk
seperti replika manusia. Kesenian bunraku dan wayang golek juga sama-sama
menampilkan sejenis boneka untuk dipentaskan. Boneka-boneka untuk kesenian
ini terbuat dari bahan dasar kayu yang dimainkan oleh dalang. Pertunjukan
Universitas Sumatera Utara
20
kesenian bunraku dan wayang golek juga sama-sama diiringi nyanyian serta
musik yang dimainkan oleh para pemain musik.
Tidak hanya memiliki persamaan, antara boneka bunraku dan wayang
golek juga memiliki perbedaan. Perbedaannya ialah bunraku memiliki boneka
yang berukuran berbeda dari boneka wayang golek. Ukuran dari boneka bunraku
ialah setengah dari tubuh manusia, terdiri dari: kepala, badan, tangan, serta kaki.
Paras dari boneka ini dibuat persis seperti manusia pada umumnya. Di boneka
bunraku memilliki bagian kepala yang lembut serta disusun dengan benar.
Boneka ini dapat memutar,menutup dan membuka mata, menaikkan dan
menurunkan alis, boneka juga dapat menggerakkan mulut sesuai keinginan dalang
serta bisa memperlihatkan apa yang sedang dirasakan seperti marah atau sedang
sedih. Sedangkan di boneka wayang golek, tubuh dan wajahnya memiliki bentuk
yang sangat ramping. Tapi tidak seperti itu pada bagian tangan. Wajah-wajah
boneka wayang dibuat mirip seperti tokoh perwayangan yang ada dikitab
Mahabarata dan Ramayana. Tetapi, meskipun begitu setiap boneka sudah bisa
membawakan peran yang ada didalam cerita wayang golek. Boneka wayang golek
tidak bisa memperlihatkan apa yang sedang mereka rasakan seperti boneka pada
bunraku, maka disini adalah peran dalang sebagai narator ialah pembaca cerita,
untuk memainkan boneka, serta mengajak penonton berhubungan dengan wayang.
Perasaan boneka wayang diperlihatkan melalui lagu yang dinyanyikan oleh
pesinden dan musik yang dimainkan oleh nayaga.
Sama seperti boneka bunraku, boneka wayang juga dibuat menyerupai
manusia. Tapi setelah adanya agama islam, bentuk boneka wayang golek langsung
dirubah sesuai dengan syariat agama islam. Agama islam melarang umatnya
Universitas Sumatera Utara
21
membuat atau menciptakan sesuatu yang menyerupai manusia. Karena itu, wujud
boneka wayang golek berubah menjadi sedikit berbeda walaupun sebenernya
masih terlihat sama dengan sebelumnya. Bunraku diketahui bahwa satu boneka
bunraku saja harus digerakkan oleh tiga orang dalang sedangkan boneka wayang
hanya digerakkan oleh satu orang dalang.
3.3.2 Dalang
Dalang dalam kesenian bunraku dan wayang golek memiliki kesamaan
yaitu sebagai narator dan juga penggerak boneka. Dan juga harus memiliki dalang
yang professional untuk melancarkan sebuah pertunjukan dari kesenian bunraku
maupun wayang golek. Namun diantara dua kesenian tradisional ini, juga
memiliki perbedaan. Perbedaannya ialah dalam seni bunraku memilik 3 orang
dalang sebagai pencerita. Omozukai adalah sebutan untuk dalang utama dan
hidarizukai adalah sebutan untuk 2 orang dalang pembantu. 1 boneka bunraku
dimainkan oleh 3 orang dalang. Hingga terkadang dipentas terlihat padat. Seorang
dalang akan membaca naskah dan bercerita, serta memainkan boneka dengan ahli
agar mendapatkan kesan nyata pada boneka, dan diiringi oleh instrument musik
yang menggunakan shamisen. Shamisen merupakan alat musik dari China yang
sudah ditetapkan menjadi alat musik dari Jepang. Dalang dan pemain shamisen
harus menjadi tim yang bagus, mereka juga diharuskan tampil sebagai “Sangyo
Ittat” atau tim yang utuh supaya pertunjukan berhasil.
Berbeda dengan bunraku, Didalam wayang golek hanya memiliki satu
orang dalang saja yang memainkan boneka. Tugasnya ialah sebagai seorang
penggerak boneka dan pencerita. Lalu seorang dalang juga bisa bertindak sebagai
Universitas Sumatera Utara
22
penyanyi,penulis naskah cerita, dan juga menjadi pemimpin dalam pertunjukan.
Sedangkan pemain musik gamelan memiliki banyak orang yang ikut dalam
pertunjukan wayang . Mereka membentuk suatu kelompok musik untuk
memainkan 17 alat musik yang dikenal dengan nama gamelan.
3.3.3 Penyanyi
Seorang penyanyi dalam pertunjukan seni bunraku maupun dalam wayang
golek memiliki sebuah kesamaan yaitu menyanyikan lagu untuk mengiringi
pertunjukan yang sedang berlangsung. Namun tetap ada beberapa perbedaan
diantara kedua penyanyi dalam kedua seni ini, yaitu ialah dalam seni bunraku
memiliki seorang penyanyi bernama tayu. Tayu merupakan istilah untuk orang
yang menyanyikan johruri (narasi dengan iringan alat musik shamisen).
Pertunjukan biasanya hanya memakai seorang tayu yang akan membawakan
semua dialog para karakter dalam sebuah drama. Ketika pertunjukan berlangsung
lama dan melelahkan memungkinkan untuk melakukan pergantian para tayu di
tengah berlangsungnya cerita.
Sedangkan dalam wayang golek terdapat pesinden. Pesinden merupakan
wanita pelantun lagu klasik jawa yang diiringi dengan gamelan atau karawitan.
Terkadang para sinden juga diiringi dengan waranggana (penyanyi latar pria). Di
pertunjukan wayang golek biasanya biasanya membutuhkan 2-5 orang pesinden,
dan semua pesinden ataupun waranggana harus memiliki suara yang merdu dan
juga kesensitifan pada musik dan karakter dalang. Seorang sinden memiliki tugas
menyanyikan lagu untuk pertunjukan yang dimainkan seorang dalang. Seorang
sinden bukan hanya sebagai pelantun lagu di pertunjukan dipertunjukan wayang
Universitas Sumatera Utara
23
golek, seorang pesinden juga memiliki tugas sebagai penghias panggung
pertunjukan wayang.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan
Bunraku merupakan pertunjukan seni tradisional Jepang yang
menggunakan boneka dalam setiap pertunjukannya. Boneka yang digunakan
terbuat dari kayu yang dibuat menyerupai wujud manusia pada umumnya. Dalam
bunraku terdapat seorang penyanyi yang disebut Tayu dan 3 orang dalang disetiap
pertunjukan. Ketiga orang dalang ini bertugas sebagai narator dan penggerak
untuk 1 boneka, karena ukuran boneka bunraku yang besar.
Wayang golek adalah pertunjukan seni tradisional yang berasal dari
Indonesia. Layaknya bunraku, pertunjukan wayang adalah pertunjukan seni yang
menggunakan boneka sebagai pengganti manusia. Didalam pertunjukan wayang
terdapat satu orang dalang untuk satu boneka dan beberapa penyanyi yang disebut
penyinden.
Dalam segi pemain, bunraku dan wayang golek sama sama menggunakan
boneka yang terbuat dari kayu. Hanya saja boneka dalam pertunjukan bunraku
membutuhkan tiga orang untuk menggerakan satu boneka sedangkan boneka
dalam wayang golek cukup satu orang saja sebagai penggerak, yang digerakkan
oleh seorang dalang dalam kedua pentas seni ini. Tetapi bedanya dalang dalam
pertunjukan bunraku ketiga orang dalang berperan sebagai narator, dan penggerak
boneka. sedangkan dalang dalam pertunjukan wayang golek hanya satu orang
dalang saja yang berperan juga sebagai narator, penggerak boneka serta
memimpin pertunjukan.
Universitas Sumatera Utara
25
Pertunjukan bunraku dan wayang golek juga memiliki seorang penyanyi.
Dalam bunraku bernama tayu, ialah istilah untuk orang yang menyanyikan narasi
cerita dengan iringan alat musik shamisen, sedangkan dalam wayang golek
seorang penyanyi disebut pesinden. Pesinden menyanyikan lagu untuk
mendukung pertunjukan seorang dalang, Namun selain sebagai penyanyi,
pesinden juga menjadi penghias panggung disetiap pertunjukan wayang.
4.2 Saran
Sehubungan dengan hasil tugas akhir penulis, saran yang dapat diberikan
penulis kepada mahasiswa/i khususnya Prodi D-III Bahasa Jepang untuk dapat
mengembangkan minatnya dalam mempelajari seni tradisional di daerahnya atau
pun daerah lainnya. Misalnya seperti seni bunraku dan wayang golek sebagai
kesenian tradisional yang masih tetap bertahan dizaman modern ini, mengingat
banyaknya anak-anak remaja zaman sekarang yang tidak terlalu perduli pada
kesenian daerahnya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Scott pate,Alan,2005. Ningyo The Art Of Japanese Doll. Singapore:Tuttle Publishing.
Rahayu,Henita,2011. Perbandingan Pertunjukan Kesenian Puppet Tradisional Bunraku
Dengan Wayang Golek. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan. Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Semarang:Semarang
https://fididiw.blogspot.com/
https://repositori.kemdikbud.go.id/
https://id.123.dok.com/
https://maryatiningtyas.blogspot.com/
https://melonbullet.blogspot.com/
https://gober1.blogspot.com/
https://festivalwayangindonesia.blogspot.com/
https://id.wikipedia.org/
https://ffidya.blogspot.com/
https://www.andyonline.net/
https://www.infoakurat.com/
https://id.scribd.com/
https://pengetahuan.blogspot.com/
https://repository.usu.ac.id/
https://firlynadia08.wixsite.com/
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Bunraku adalah sebuah rombongan joururi yang dianggap sebagai boneka hidup
dalam teater yang paling canggih didunia. Bunraku merupakan salah satu kebudayaan
tradisional yang berasal dari Jepang dengan menggunakan boneka sebagai pemeran utama
dalam pertunjukannya. Disetiap pertunjukannya, bunraku akan selalu disertai dengan iringan
musik dari shamisen serta tayu (penyanyi).
Bunraku mulai dipopulerkan pada tahun pada zaman edo, pemerintahan raja Shogun
Tokugawa periode 1609-1867. Bunraku sangat terkenal saat itu terutama didaerah Osaka. Hal
ini membuat bunraku berevolusi menjadi seni teater pada abad ke-17. Bunraku adalah
warisan budaya dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Nama bunraku sendiri diambil dari
nama seseorang yaitu Uemura Bunrakuken I. ia merupakan seorang ahli seni yang berhasil
menghidupkan kembali ningyou joruri dengan membangun gedung khusus untuk para
pemain ningyou joruri untuk pertunjukannya, gedung tersebut dinamakan Bunrakuken-za
yang berada di kozubashi (sekarang Chuo-ku, Osaka).
Indonesia juga memiliki pertunjukan yang mirip bunraku yaitu wayang golek.
Wayang golek merupakan salah satu seni tradisional yang telah menjadi bagian orang sunda.
Wayang golek juga sama seperti bunraku, yaitu memiliki dalang, iringan musik, serta
pesinden (penyanyi) untuk melengkapi pertunjukan mereka.
Sejarah wayang golek dimulai dari ide seorang bupati Bandung (Karang Anyar) yang
menugaskan ki darman (seorang pakar wayang kulit) untuk membuat golek purwa. Awalnya
bentuk wayang golek ini masih terbawa dari bentuk wayang kulit yang gepeng (dwimatra).
Lalu setelah itu terbentuklah bentuk wayang golek yang semakin bulat (trimatra) seperti yang
dilihat sekarang. Ada 2 macam wayang golek di Jawa Barat, yaitu wayang golek papak
(cepak) dan wayang golek purwa.
Universitas Sumatera Utara
Bunraku dan wayang golek memiliki unsur yang sama yaitu penyanyi, dalang, dan
boneka. Tetapi diantara unsur-unsur yang sama ini, memiliki perbedaan dibagian dalang.
Dalam pertunjukan bunraku memiliki tiga orang dalang untuk menggerakkan satu boneka,
sedangkan dalam pertunjukan wayang golek hanya memiliki seorang dalang untuk
menggerakkan satu boneka. Dalam pertunjukan wayang golek dalang berperan sebagai
narrator, penulis naskah, penyanyi serta menjadi pemimpin dalam pertunjukan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara