145
PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA LARUTAN PENGGUMPAL DAN PENCEGAHAN DERMATITIS DENGAN INTERVENSI PENYULUHAN ANTARA MEDIA LEMBAR BALIK DENGAN MEDIA LEAFLET PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI KECAMATAN CIPUTAT DAN CIPUTAT TIMUR TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh: HENNY FATMAWATI NIM: 109101000063 PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1435 H

PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA LARUTAN

PENGGUMPAL DAN PENCEGAHAN DERMATITIS DENGAN INTERVENSI

PENYULUHAN ANTARA MEDIA LEMBAR BALIK DENGAN MEDIA LEAFLET

PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI KECAMATAN CIPUTAT DAN CIPUTAT TIMUR

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh:

HENNY FATMAWATI

NIM: 109101000063

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013 M / 1435 H

Page 2: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …
Page 3: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, November 2013

Henny Fatmawati, NIM: 109101000063

Perubahan Pengetahuan Tentang Potensi Bahaya Larutan Penggumpal dan

Pencegahan Dermatitis Dengan Intervensi Penyuluhan Antara Media Lembar Balik

Dengan Media Leaflet Pada Pekerja Pabrik Tahu Di Kecamatan Ciputat Dan Ciputat

Timur Tahun 2013

ABSTRAK

Pekerja pabrik tahu berisiko mengalami dermatitis akibat penggunaan larutan

penggumpal yang bersifat asam. Hal tersebut diperparah dengan pekerja tidak

menggunakan sarung tangan saat bekerja dan kebiasaan cuci tangan yang buruk.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 pekerja pembuat tahu yang

berada di wilayah Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur, diketahui bahwa

pengetahuan pekerja pabrik tahu tentang dermatitis dan pencegahannya masih sangat

kurang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan tentang potensi

bahaya larutan penggumpal dan pencegahan dermatitis yang terjadi antara penyuluhan

dengan lembar balik dan penyuluhan dengan leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan desain studi Quasi Experiment Nonequivalent Control Group Design.

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2013 pada 7 pabrik tahu di

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur dengan jumlah sampel sebanyak 76 pekerja, yang

terdiri dari 38 kelompok lembar balik dan 38 kelompok leaflet. Instrumen yang digunakan

adalah kuesioner pre-test dan post-test, kuesioner sumber informasi dan hubungan sosial,

lembar balik, dan leaflet.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan perubahan pengetahuan yang

terjadi antara penyuluhan dengan lembar balik dan penyuluhan dengan leaflet pada pekerja

pembuat tahu di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2013, dimana penyuluhan

dengan menggunakan lembar balik lebih bermakna dalam meningkatkan pengetahuan

tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis dibandingkan dengan penyuluhan

menggunakan leaflet, dengan p value=0,030.

Beberapa hal yang dapat disarankan antara lain dalam menjelaskan langkah-langkah

cuci tangan yang baik dan benar, sebaiknya dilakukan praktek langsung sehingga peserta

penyuluhan lebih dapat memahami dan mengaplikasikannya. Selain itu, media yang

digunakan dalam penyuluhan sebaiknya menggunakan media yang lebih banyak

melibatkan pancaindra yang digunakan. Diharapkan tidak saja hanya mengukur perubahan

pengetahuan, tetapi juga mengukur faktor predisposing lainnya seperti sikap, keyakinan,

kepercayaan, dan sebagainya, sehingga materi yang disampaikan saat penyuluhan juga

dapat merubah perilaku responden menjadi lebih baik agar terhindar dari dermatitis.

Kata Kunci : Perubahan Pengetahuan, Pekerja Pabrik Tahu, Lembar Balik, Leaflet

Daftar Bacaan : 41 (1996-2013)

Page 4: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

MAJOR OF SAFETY AND OCCUPATIONAL HEALTH

Undergraduated Thesis, November 2013

Henny Fatmawati, NIM: 109101000063

Changes Of Knowledge About Potential Hazard Of Clotting Solvent And Dermatitis

Prevention With Counseling Intervention Between Flip Chart and Leaflet Media To

Tofu Factory Workers In Ciputat And Ciputat Timur 2013

ABSTRACT

Tofu factory workers knew at risk of dermatitis due to the use of clotting solvent

acidic. This is compounded by workers not using gloves while working and poor hand

washing habits. Based on the results of a preliminary study conducted in 20 tofu factory

workers in the Ciputat and Ciputat Timur District, it is known that the knowledge of tofu

factory workers about dermatitis and its prevention is still lacking.

This study aims to determine the change in knowledge about the potential hazards

of clotting solvent and prevention of dermatitis that occurs between counseling with flip

chart and counseling with leaflet to tofu factory workers in the District of Ciputat and

Ciputat Timur in 2013. This research is a quantitative research study design Nonequivalent

Quasi-Experiment Control Group Design. This study was conducted from July to October

2013 at 7 factories know in Ciputat and Ciputat Timur District with a total sample of 76

workers, which consists of 38 groups flip chart and 38 groups leaflet. The instrument used

was a questionnaire pre-test and post-test, questionnaires resources and social relations,

flipchart, and a leaflet.

The results showed that there were differences in the changes of knowledge that

occurred between the counseling with a flip chart and counseling with leaflet to tofu maker

workers in the District of Ciputat and Ciputat Timur in 2013, where the counseling by using

a flip chart more meaningful in improving the knowledge of the potential hazards and

prevention of dermatitis compared with counseling by using leaflet.with a p value = 0.030.

Some solutions that can be recommended among others in explaining the steps of

hand washing good and proper, the practice should be done directly so that participants can

be better understand each step hand washing and can apply it. In addition, media used in

counseling should use more media involve the senses are used, such as using video or short

film. It is expected that not only simply measure changes in knowledge, but also measure

other predisposing factors such as attitude, belief, confidence, and etc., so that the material

presented when counseling can also change the behavior of the respondent to be better to

avoid dermatitis.

Keywords: Changes in Knowledge, Tofu Factory Workers, Flip Chart, Leaflet

Reading List: 41 (1996-2013)

Page 5: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …
Page 6: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …
Page 7: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Henny Fatmawati

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Let Jend MT Haryono No.14 RT 011/005, Tebet Barat,

Tebet, Jakarta Selatan, 12810

Agama : Islam

Golongan Darah : AB (+)

No. Telp : 085692693233

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1996 – 1997 TK Aisiyah 20 Tebet

1997 – 2003 SDN Tebet Barat 08 Pagi

2003 – 2006 SMPN 73 Jakarta

2006 – 2009 SMAN 79 Jakarta

2009 – sekarang S-1 Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

ا ا

Segala Puji bagi Allah S.W.T yang selalu memberikan kenikmatan yang tak

terhingga kepada kita semua. Shalawat dan salam juga selalu tercurah kepada baginda

besar Nabi Muhammad SAW. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan

rahmat–Nya hingga skripsi yang berjudul ” Perubahan Pengetahuan Tentang Potensi

Bahaya Larutan Penggumpal Dan Pencegahan Dermatitis Dengan Intervensi Penyuluhan

Antara Media Lembar Balik Dengan Media Leaflet Pada Pekerja Pabrik Tahu Di

Kecamatan Ciputat Dan Ciputat Timur Tahun 2013” ini dapat tersusun dengan baik.

Penyusun skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis melainkan

banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan petunjuk. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas berkah dan rahmatnya sehingga penulis diberikan kemudahan dan

kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

2. Mama, Papa, Mas Rio, Mba Lia, Kiki, dan Ade yang telah memberikan dukungan

doa, moril, dan materil sehingga penulis terus bersemangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ir. Febrianti Msi, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.

5. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku pembimbing 1 dan Ibu Catur Rosidati SKM,

MKM selaku pembimbing 2 , yang dalam kesibukannya telah menyempatkan waktu

untuk membimbing penulis dan memberi masukan-masukan yang sangat

bermanfaat.

6. Ibu Fase Badriah Ph.D, Ibu Rostini MKM, dan Bapak Drs. M.Farid Hamzens, M.Si

selaku tim penguji sidang skripsi yang telah memberikan masukan yang bermanfaat.

Page 9: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

viii

7. Seluruh pekerja dan pemilik pabrik tahu yang telah bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini.

8. Oppa Dio Dirgayudha yang telah menemani penulis dan membantu penulis dari

awal penyusunan skripsi sampai akhir. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu

oppa. You’re the best!

9. Nur’Azizahturahmah (VJ) dan Arifah, teman seperjuangan penulis saat turlap dan

dalam menyusun skripsi ini. Well done girls!

10. Ka Riska Ferdian (K3 2008) yang telah membuatkan peta jalan ke pabrik tahu

sehingga penulis dapat menemukan lokasi pabrik tahu, serta Rifqi (K3 2009) yang

telah bersedia mempercantik lembar balik dan leaflet.

11. Teman-teman K3 2009 yang memberikan semangat dan doa (Dio, Vj, Arifah,

Diana, Amel, Sandy, Rifqi, Fadil, Ubay, Reza, Nia, Denis, Desi, Lina, Mufil, Pikih,

Defri, Sca, Novan).

12. Pak Gozali yang memberikan info-info up to date kepada penulis, serta Ka Ami, Ka

Septi, dan Ka Ida selaku Laboran Kesmas yang telah memberikan arahan dalam

perjalanan penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga meminta maaf atas segala kesalahan perkataan maupun perbuatan

yang kurang berkenan selama ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini akan

bermanfaat baik bagi semua pihak yang membaca, baik dari kalangan mahasiswa

maupun umum dan dijadikan langkah awal bagi pengembangan ilmu serta bermanfaat

diwaktu mendatang.

Terima kasih.

ا ا

Jakarta, November 2013

Henny Fatmawati

Page 10: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

ix

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

LEMBAR PERSETUJUAN iv

LEMBAR PENGESAHAN v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR BAGAN xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 8

1.3 Pertanyaan Penelitian 10

1.4 Tujuan Penelitian 12

1.4.1 Tujuan Umum 12

1.4.2 Tujuan Khusus 12

1.5 Manfaat Penelitian 13

1.5.1 Bagi Peneliti 13

Page 11: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

x

1.5.2 Bagi Pekerja Pembuat Tahu 13

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 13

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis Kontak 15

2.1.1 Definisi Dermatitis Kontak 15

2.1.2 Penyebab Dermatitis Kontak 16

2.1.3 Pencegahan Dermatitis 17

2.2 Promosi Kesehatan 21

2.3 Pengetahuan 23

2.3.1 Definisi Pengetahuan 23

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 24

2.3.3 Pengukuran Pengetahuan 28

2.4 Pendidikan Kesehatan 29

2.4.1 Definisi Pendidikan Kesehatan 29

2.4.2 Metode Pendidikan Kesehatan 29

2.4.3 Media Pendidikan Kesehatan 32

2.5 Kerangka Teori 38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep 41

3.2 Definisi Operasional 43

3.3 Hipotesis Penelitian 45

Page 12: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

xi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian 46

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 47

4.3 Populasi dan Sampel 47

4.4 Instrumen Penelitian 50

4.5 Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian 54

4.5.1 Persiapan Penelitian 54

4.5.2 Pemilihan Sampel Pada Kedua Kelompok 58

4.5.3 Kegiatan Pre-test 59

4.5.4 Kegiatan Penyuluhan 59

4.5.5 Kegiatan Post-test 60

4.5.6 Pengisian Kuesioner Sumber Informasi dan Hubungan Sosial 60

4.6 Pengumpulan Data 61

4.7 Pengolahan Data 61

4.7.1 Editing 61

4.7.2 Coding 62

4.7.3 Entry Data 63

4.7.4 Cleaning 63

4.8 Teknik Analisis Data 63

4.8.1 Analisis Univariat 63

4.8.2 Analisis Bivariat 64

4.8.3 Analisis Multivariat 65

Page 13: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

xii

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian 67

5.2 Analisis Univariat 73

5.2.1 Gambaran Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan 73

5.2.2 Gambaran Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan 74

5.3 Analisis Bivariat 75

5.3.1 Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Penyuluhan Pada Kelompok Lembar Balik 75

5.3.2 Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Penyuluhan Pada Kelompok Leaflet 77

5.3.3 Perbedaan Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan Antara

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 78

5.3.4 Perbedaan Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan Antara

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 80

5.3.5 Perbedaan Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Lembar Balik

dan Kelompok Leaflet 81

5.3.6 Hubungan Antara Sumber Informasi Dengan Perubahan

Pengetahuan Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 82

5.3.7 Hubungan Antara Hubungan Sosial Dengan Perubahan Pengetahuan

Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 82

Page 14: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

xiii

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian 83

6.2 Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok

Lembar Balik 84

6.3 Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok

Leaflet 86

6.4 Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan Antara Kelompok Lembar

Balik dan Kelompok Leaflet 88

6.5 Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan Antara Kelompok Lembar

Balik dan Kelompok Leaflet 91

6.6 Perbedaan Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Lembar Balik dan

Kelompok Leaflet 93

6.7 Hubungan Antara Sumber Informasi Dengan Perubahan Pengetahuan Pada

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 96

6.8 Hubungan Antara Hubungan Sosial Dengan Perubahan Pengetahuan Pada

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 96

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan 98

7.2 Saran 99

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 15: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Materi Pada Media Lembar Balik dan Leaflet 52

Tabel 5.1 Gambaran Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan Pada

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 73

Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan

Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 74

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Lembar Balik 75

Tabel 5.4 Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Penyuluhan Pada Kelompok Lembar Balik 76

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Leaflet 77

Tabel 5.6 Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok Leaflet 78

Tabel 5.7 Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuhan Antara

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 79

Tabel 5.8 Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuhan Antara

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet 80

Tabel 5.9 Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Lembar Balik

dan Kelompok Leaflet 82

Page 16: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 7 Langkah Cuci Tangan 20

Gambar 2.2 Kerucut Pembelajaran Edgar Dale 33

Gambar 2.3 Teori Perilaku Lawrence Green Dalam Maulana, Heri D.J (2007) 38

Page 17: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori 40

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 41

Bagan 5.1 Proses Pembuatan Tahu 67

Page 18: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Media Lembar Balik

Lampiran 2 Hasil Uji Media Leaflet

Lampiran 3 Lembar Balik Sebelum Uji Media

Lampiran 4 Lembar Balik Sesudah Uji Media

Lampiran 5 Leaflet Sebelum Uji Media

Lampiran 6 Leaflet Sesudah Uji Media

Lampiran 7 Kuesioner Pengetahuan Potensi Bahaya dan Pencegahan Dermatitis

Lampiran 8 Kuesioner Tentang Sumber Informasi dan Hubungan Sosial

Lampiran 9 Output Penelitian

Page 19: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis kontak merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering

ditemukan di tempat kerja yaitu sekitar 40% dari seluruh penyakit akibat kerja (W.J.

Cunliffe, 1998). Penyakit ini dapat terjadi di tangan, lengan bawah, dan wajah.

Namun dermatitis kontak biasanya terjadi di tangan akibat kontak langsung dengan

bahan kimia (Djuanda, 1999). Dermatitis kontak berdampak pada menurunnya

produktifitas pekerja akibat rasa terbakar dan rasa sakit yang dirasakan pekerja saat

kontak dengan bahan kimia (Suma’mur, 1996).

Dermatitis kontak dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak

langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi dermatitis kontak yaitu bahan kimia

(ukuran molekul, daya larut, konsentrasi) dan lama kontak, sedangkan faktor tidak

langsung yang mempengaruhi dermatitis kontak yaitu suhu, kelembaban, masa

kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit kulit sebelumnya, penggunaan alat

pelindung diri (APD), dan kebersihan perorangan (personal hygiene) (Agius &

Seaton, 2005, Wolff K, 2007). Dari hasil penelitian sebelumnya tentang “Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja

Pembuat Tahu Di Wilayah Kecamatan Ciputat Dan Ciputat Timur Tahun 2012”,

didapatkan hasil bahwa lama kontak, frekuensi kontak, suhu ruangan, riwayat atopi,

riwayat alergi, dan jenis pekerjaan berhubungan dengan dermatitis kontak (Ferdian,

Page 20: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

2

2012). Faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan atau diintervensi. Akan

tetapi, dari populasi penelitian tersebut ditemukan bahwa semua pekerja pembuat

tahu tidak menggunakan APD berupa sarung tangan serta tidak memiliki kebiasaan

cuci tangan yang baik. Padahal, perilaku penggunaan APD dan perilaku cuci tangan

merupakan variabel yang dapat digunakan untuk pencegahan dermatitis yang dapat

diintervensi melalui pekerja.

Faktor yang paling utama mempengaruhi terjadinya dermatitis akibat kerja

karena kontak dengan bahan kimia adalah perilaku pemakaian APD berupa sarung

tangan (Lestari, 2008). Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan proporsi antara pekerja yang menggunakan APD (19%) dengan

pekerja yang tidak menggunakan APD (87,5%). Hasil uji chi square menunjukkan

bahwa variabel penggunaan APD mempunyai hubungan yang signifikan dengan

kejadian dermatitis kontak dengan p value 0,001 (Erliana, 2008). Penelitian lain

juga menyebutkan bahwa besarnya risiko kelompok pekerja yang kadang-kadang

menggunakan APD dibandingkan dengan kelompok pekerja yang menggunakan

APD terhadap kejadian dermatitis kontak adalah 8,556. Artinya pekerja yang

kadang-kadang memakai APD mempunyai risiko mengalami dermatitis kontak

8,556 kali lebih besar dari pekerja yang selalu menggunakan APD. Nilai kisaran

(minimum dan maksimum) Odds Ratio sebesar 2,018-36,279, berarti bahwa dengan

tingkat kepercayaan 95% kelompok responden yang kadang-kadang menggunakan

APD mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok responden

yang selalu menggunakan APD (Nuraga, 2006).

Page 21: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

3

Selain pemakaian APD, personal hygiene yaitu perilaku mencuci tangan

juga dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak. Dari penelitian sebelumnya

memperlihatkan hasil bahwa pekerja dengan personal hygiene yang baik dan

menderita dermatitis kontak sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 orang yang terkena

dermatitis kontak, sedangkan dengan personal hygiene yang kurang baik, pekerja

yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 orang pekerja (Lestari,

2007). Perilaku mencuci tangan dapat mengurangi potensi penyebab dermatitis

akibat bahan kimia yang menempel sesudah bekerja, namun kenyataannya potensi

untuk terkena dermatitis tetap ada. Penyebabnya adalah kesalahan dalam melakukan

cuci tangan sehingga masih terdapat bahan kimia yang menempel di kulit pekerja.

Kesalahan dalam mencuci tangan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan tentang

cara mencuci tangan yang benar dan pentingnya kebiasaan mencuci tangan (OSHA,

1998 dalam Ruhdiat, 2006).

Perilaku penggunaan APD dan mencuci tangan dapat diubah melalui

promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan, salah

satunya adalah pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan

merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada

masyarakat, kelompok, atau individu sehingga memperoleh pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik dan pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap perilaku

(Notoatmodjo, 2007). Dalam teori preceed Lawrence Green (1991) yang digunakan

untuk perencanaan promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh 3

faktor yaitu faktor pendorong (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling

factors), dan faktor penguat (reinforcing factors). Faktor pendorong (predisposing

Page 22: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

4

factors) merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, salah

satunya adalah pengetahuan (Maulana, 2009).

Proses pendidikan kesehatan menuju perubahan perilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah metode pendidikan dan media pendidikan yang

dipakai. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain

penyuluan, seminar, diskusi kelompok, bermain peran, dan sebagainya. Dalam

membantu proses pendidikan, pendidik menggunakan media pendidikan antara lain

lembar balik, leaflet, poster, video, film, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Penyakit dermatitis terjadi pada pekerja informal yang umumnya kurang

memperhatikan sanitasi dan perlindungan bagi kesehatan dirinya, misalnya pada

pekerja pembuat tahu. Terdapat sekitar 2500 pengrajin tahu di wilayah Tangerang,

Banten. Di Tangerang Selatan sendiri, terdapat beberapa daerah penghasil tahu yang

cukup banyak dan tersebar di daerah Ciputat dan Ciputat Timur (Sekarningrum,

2012 dalam Ferdian, 2012). Dari hasil penelitian sebelumnya didapatkan hasil

bahwa dari 71 orang pekerja pembuat tahu di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur

terdapat 37 pekerja (52,1%) mengalami dermatitis kontak dan sebanyak 34 pekerja

(47,9%) tidak mengalami dermatitis kontak (Ferdian, 2012).

Penyakit dermatitis pada pekerja pembuat tahu dapat terjadi sebagai akibat

dari pemaparan bahan kimia, yaitu asam cuka atau biasanya disebut dengan larutan

penggumpal (batu tahu/sioh koh) yang mengenai kulit dan tidak dibersihkan dengan

benar. Larutan penggumpal ini tidak setiap hari dibuat. Batu tahu atau sioh koh

digunakan sebagai bibit pertama larutan penggumpalan. Jika larutan penggumpalan

yang terbuat dari sioh koh tersebut selesai digunakan maka akan disimpan dan

Page 23: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

5

digunakan kembali pada keesokan harinya. Larutan sisa penggumpalan yang dipakai

lagi keesokan harinya disebut dengan whey (Suprapti, 2005). Agar dapat digunakan

lagi untuk menggumpalkan protein dalam pembuatan tahu, sisa cairan (whey) harus

disimpan selama 1 x 24 jam untuk memberikan kesempatan kepada bakteri asam

cuka untuk memfermentasikannya (Ariawiyana, 2012). Dari hasil pengujian

didapatkan kisaran pH whey yang digunakan oleh para pekerja pembuat tahu

sebesar 3-4, artinya zat penggumpal ini memang bersifat asam (Azizah, 2010).

Namun, larutan penggumpal yang digunakan tidak mungkin diganti dengan larutan

lainnya, misalnya Nigarin yang terbuat dari sari air laut dan mempunyai pH netral.

Penggantian larutan tersebut tidak mungkin dilakukan karena hal tersebut dapat

menyebabkan meningkatnya biaya produksi sehingga mengakibatkan meningkatnya

harga tahu di pasaran.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 pekerja pembuat

tahu yang berada di wilayah Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur,

diketahui bahwa semua pekerja tersebut tidak mengetahui bahwa larutan

penggumpal yang digunakan untuk menggumpalkan kedelai tersebut bersifat asam

dan dapat menimbulkan penyakit dermatitis apabila kontak langsung dengan kulit

dan tidak dibersihkan dengan benar. Ketidaktahuan ini menyebabkan pekerja

menjadi tidak peduli terhadap kesehatannya terhadap penyakit dermatitis yang

berisiko mereka alami. Dari hasil penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa

dari 71 orang pekerja pembuat tahu di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur

terdapat 37 pekerja (52,1%) mengalami dermatitis kontak dan sebanyak 34 pekerja

(47,9%) tidak mengalami dermatitis kontak (Ferdian, 2012).

Page 24: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

6

Selain itu, semua pekerja juga tidak menggunakan sarung tangan saat

bekerja. Hal ini diperparah dengan kebiasaan cuci tangan pekerja yang buruk. Dari

20 pekerja pembuat tahu, diketahui bahwa 12 pekerja mencuci tangannya hanya saat

sebelum bekerja dan 8 pekerja lainnya mencuci tangan setelah bekerja. Mereka

berpikir bahwa sering mencuci tangan saat bekerja, tahu yang mereka buat akan

berbau dan berasa seperti sabun. Oleh sebab itu, pekerja hanya mencuci tangannya

sebelum atau setelah bekerja dan hanya mencuci tangannya dengan air saja, padahal

sudah tersedia sabun di tempat kerjanya. Hal tersebut terjadi karena kurangnya

pengetahuan pekerja pembuat tahu tentang penyakit dermatitis dan pencegahannya.

Dari studi pendahuluan juga diketahui bahwa para pekerja pembuat tahu tidak

pernah mendapatkan penyuluhan tentang dermatitis dan pencegahannya. Oleh

karena itu, perlu dilakukan pendidikan kesehatan pada pekerja pembuat tahu

tersebut agar dapat mencegah atau mengurangi timbulnya dermatitis.

Penyuluhan merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang

sederhana. Selain itu, metode penyuluhan juga efektif dalam upaya penyampaian

informasi secara cepat kepada kelompok sasaran berpendidikan rendah. Oleh sebab

itu, metode penyuluhan ini tepat digunakan untuk pekerja pembuat tahu yang rata-

rata berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Kunci keberhasilan metode

penyuluhan salah satunya adalah dengan menggunakan media atau alat bantu lihat

semaksimal mungkin (Notoatmodjo, 2007).

Salah satu media yang sering digunakan adalah media leaflet. Leaflet dapat

menyajikan informasi tertulis dalam sajian yang rinci dan lengkap serta dapat

didukung dengan gambar atau foto menarik sehingga dapat memotivasi orang untuk

Page 25: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

7

mau membacanya (Dirjen PPM & PL, 2003). Selain itu, leaflet praktis digunakan

karena mengurangi kebutuhan mencatat. Leaflet juga dapat dibagikan kepada

sasaran setelah penyuluhan sehingga dapat dibaca lagi dan informasi yang diberikan

dapat diingat lagi (Lucie, 2005). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang

pengaruh penyuluhan dermatitis kontak terhadap pengetahuan dan sikap pengrajin

tahu, didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang cukup berarti

setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet. Sebelum diberi penyuluhan

hanya 5 orang (6,6%) dari 76 orang yang berpengetahuan baik, sedangkan setelah

diberi penyuluhan menjadi 43 orang (56,6%) pengrajin tahu yang berpengetahuan

baik (Ernasari, 2012).

Selain leaflet, lembar balik (flip chart) juga merupakan media yang dapat

digunakan untuk membantu penyuluhan. Lembar balik membuat proses pendidikan

atau belajar lebih mudah dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun pemberi

pesan. Gambar dan tulisan serta komposisi warna yang tepat dapat mempermudah

proses pemahaman bagi penerima pesan. Sedangkan bagi pemberi pesan, teks yang

tertera pada halaman belakang dapat membantu mempermudah penyampaian pesan.

Selain itu, melalui media lembar balik pesan yang disampaikan dapat lebih

terperinci dan dapat digunakan untuk penyuluhan kelompok (Dirjen PPM & PL,

2003). Berdasarkan hasil penelitian tentang efektifitas pendidikan kesehatan pada

pekerja terhadap pengetahuan K3, didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan

pengetahuan pada kelompok yang diberi penyuluhan dengan lembar balik. Nilai

median sebelum pendidikan kesehatan adalah 11, sedangkan setelah pendidikan

kesehatan adalah 14 (Isnaini, 2011). Penelitian lain tentang pengaruh penyuluhan

Page 26: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

8

terhadap pengetahuan K3 pada pekerja peternak ayam didapatkan hasil bahwa

terdapat perubahan pengetahuan K3 antara sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan dengan media lembar balik (p value = 0,000) (Sumardiyono, 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melihat perubahan

pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis dengan intervensi

penyuluhan antara media lembar balik dengan media leaflet pada pekerja pabrik

tahu di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Penyakit dermatitis pada pekerja pembuat tahu dapat terjadi sebagai akibat

dari pemaparan bahan kimia, yaitu asam cuka atau biasanya disebut dengan larutan

penggumpal (batu tahu/sioh koh) yang mengenai kulit dan tidak dibersihkan dengan

benar. Larutan ini digunakan untuk menggumpalkan protein dalam pembuatan tahu.

Dari hasil pengujian didapatkan kisaran pH larutan penggumpal yang digunakan

oleh para pekerja pembuat tahu sebesar 3-4 atau bersifat asam. Kejadian dermatitis

kontak tersebut seharusnya dapat dicegah melalui pemakaian APD dan perilaku cuci

tangan yang baik.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 pekerja pembuat

tahu yang berada di wilayah kecamatan Ciputat dan kecamatan Ciputat Timur,

diketahui bahwa semua pekerja tersebut tidak mengetahui bahwa larutan

penggumpal yang digunakan untuk menggumpalkan kedelai tersebut bersifat asam

dan dapat menimbulkan penyakit kulit atau dermatitis. Selain itu, semua pekerja

juga tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja karena tidak disediakan oleh

Page 27: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

9

pemilik pabrik. Hal ini diperparah dengan kebiasaan cuci tangan pekerja yang

buruk.

Dari hasil studi pendahuluan juga diketahui bahwa dari 20 pekerja pembuat

tahu, diketahui bahwa 12 pekerja mencuci tangannya hanya saat sebelum bekerja

dan 8 pekerja lainnya mencuci tangan setelah bekerja. Mereka berpikir bahwa sering

mencuci tangan saat bekerja, tahu yang mereka buat akan berbau dan berasa seperti

sabun. Oleh sebab itu, pekerja hanya mencuci tangannya sebelum atau setelah

bekerja dan hanya mencuci tangannya dengan air saja, padahal sudah tersedia sabun

di tempat kerjanya. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan pekerja

pembuat tahu tentang penyakit dermatitis dan pencegahannya.

Dari studi pendahuluan diketahui bahwa para pekerja pembuat tahu tidak

pernah mendapatkan penyuluhan tentang dermatitis dan pencegahannya Oleh karena

itu, perlu dilakukan penyuluhan pada pekerja pembuat tahu tersebut agar dapat

mencegah atau mengurangi timbulnya dermatitis. Salah satu metode pendidikan

kesehatan adalah penyuluhan.

Penyuluhan merupakan metode pendidikan kesehatan yang sederhana dan

juga efektif dalam upaya penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok

sasaran berpendidikan rendah. Oleh sebab itu, metode penyuluhan ini tepat

digunakan untuk pekerja pembuat tahu yang rata-rata berpendidikan rendah, yaitu

SD dan SMP. Kunci keberhasilan metode penyuluhan salah satunya adalah dengan

menggunakan media atau alat bantu lihat semaksimal mungkin (Notoatmodjo,

2007).

Page 28: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

10

Salah satu media yang sering digunakan adalah media leaflet. Leaflet dapat

menyajikan informasi tertulis dalam sajian yang rinci dan lengkap serta dapat

didukung dengan gambar atau foto menarik sehingga dapat memotivasi orang untuk

mau membacanya (Dirjen PPM & PL, 2003). Selain itu, leaflet praktis digunakan

karena mengurangi kebutuhan mencatat (Lucie, 2005). Leaflet juga dapat dibagikan

kepada sasaran setelah penyuluhan sehingga dapat dibaca lagi dan informasi yang

diberikan dapat diingat lagi (Lucie, 2005). Selain leaflet, lembar balik (flip chart)

juga merupakan media yang dapat digunakan untuk membantu penyuluhan. Lembar

balik membuat proses pendidikan atau belajar lebih mudah dan lebih menarik bagi

penerima pesan maupun pemberi pesan. Gambar dan tulisan serta komposisi warna

yang tepat dapat mempermudah proses pemahaman bagi penerima pesan.

Sedangkan bagi pemberi pesan, teks yang tertera pada halaman belakang dapat

membantu mempermudah penyampaian pesan. Selain itu, melalui media lembar

balik pesan yang disampaikan dapat lebih terperinci dan dapat digunakan untuk

penyuluhan kelompok (Dirjen PPM & PL, 2003).

Kedua media tersebut sering digunakan dalam penyuluhan. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk mengetahui perubahan pengetahuan yang terjadi pada

penyuluhan antara menggunakan media lembar balik dan media leaflet.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok media

Page 29: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

11

lembar balik pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan

Ciputat Timur?

2. Apakah ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok media

leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat

Timur?

3. Apakah ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sebelum intervensi penyuluhan antara kelompok media lembar balik

dan kelompok media leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan

Ciputat dan Ciputat Timur?

4. Apakah ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sesudah intervensi penyuluhan antara kelompok media lembar balik

dan kelompok media leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan

Ciputat dan Ciputat Timur?

5. Apakah ada pengaruh intervensi penyuluhan antara media lembar balik dengan

media leflet terhadap perubahan pengetahuan tentang potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat

dan Ciputat Timur Tahun 2013?

6. Apakah sumber informasi berhubungan dengan perubahan pengetahuan tentang

potensi bahaya dan pencegahan dermatitis?

7. Apakah hubungan sosial berhubungan dengan perubahan pengetahuan tentang

potensi bahaya dan pencegahan dermatitis?

Page 30: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

12

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya perubahan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis yang terjadi antara penyuluhan dengan media lembar balik dengan

media leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan

Ciputat Timur Tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada

kelompok media lembar balik pada pekerja pembuat tahu di wilayah

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2013.

2. Diketahuinya perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada

kelompok media leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan

Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2013.

3. Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sebelum intervensi penyuluhan antara media lembar balik dan

media leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan

Ciputat Timur Tahun 2013.

4. Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sesudah penyuluhan menggunakan media lembar balik dan

Page 31: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

13

media leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan

Ciputat Timur Tahun 2013.

5. Diketahuinya hubungan antara sumber informasi dengan perubahan

pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

6. Diketahuinya hubungan antara hubungan sosial dengan perubahan

pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah didapat semasa perkuliahan dan

dapat mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian dan penyusunan

karya tulis serta penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang

lebih mendalam mengenai penyuluhan.

1.5.2 Bagi Pekerja Pembuat Tahu

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pekerja pembuat

tahu tentang tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis sehingga dapat

menurunkan angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja.

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti

selanjutnya.

Page 32: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

14

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3), Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang bertujuan untuk menilai perubahan pengetahuan tentang potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis dengan intervensi penyuluhan antara media lembar balik dan

media leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat

Timur Tahun 2013.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli-September 2013. Populasi

penelitian adalah pekerja pembuat tahu di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur

yang berjumlah 80 orang. Desain studi yang digunakan adalah Quasi-Experimental

dengan bantuan instrumen penelitian berupa kuesioner pre-test dan post-test, media

promosi berupa lembar balik dan leaflet, dan kuesioner sumber informasi dan

hubungan sosial (faktor konfounding).

Page 33: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis Kontak

2.1.1 Definisi Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak merupakan peradangan kulit yang ditandai oleh

eritema (kulit merah), edema (pembengkakan), rasa gatal dan panas di kulit, serta

permukaan kulit bergelembung berisi cairan, yang biasanya terjadi di tangan,

lengan bawah, atau wajah (Suma’mur, 1996). Dermatitis kontak pada tangan

merupakan kasus terbanyak di beberapa industri di seluruh dunia (Ernasari,

2012).

Dermatitis kontak yang terjadi di tangan bersifat persistent atau menetap

karena kondisi yang mengharuskan pekerja kontak langsung dengan bahan

kimia. Untuk kondisi ini seharusnya para pekerja lebih bertindak hati-hati dalam

melakukan aktivitas pekerjaannya. Pemeriksaan kesehatan secara rutin,

kebersihan perorangan (personal hygiene), pemakaian alat pelindung diri (APD),

dan peningkatan pengetahuan pekerja dalam melakukan perlindungan diri adalah

sangat penting (Ernasari, 2012).

Page 34: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

16

2.1.2 Penyebab Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

(Suma’mur, 1996):

1. Faktor fisik, seperti tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari,

sinar X, dan sinar lainnya

2. Bahan-bahan berasal dari tanaman, seperti daun, ranting, getah, akar, umbi-

umbian, bunga, buah, sayur, debu kayu, dan lainnya

3. Makhluk hidup, seperti bakteri, virus, jamur, serangga, cacing, dan kutu

4. Bahan-bahan iritan seperti asam kuat, basa kuat, logam berat, pelarut organik,

dan sebagainya.

Dari penyebab-penyebab tersebut, bahan-bahan iritan merupakan penyebab yang

paling terpenting karena banyak digunakan dalam industri.

Penyakit dermatitis pada pekerja pembuat tahu dapat terjadi sebagai

akibat dari pemaparan bahan kimia, yaitu asam cuka atau biasanya disebut

dengan larutan penggumpal (batu tahu/sioh koh) yang mengenai kulit dan tidak

dibersihkan dengan benar. Larutan penggumpal ini tidak setiap hari dibuat. Batu

tahu atau sioh koh digunakan sebagai bibit pertama larutan penggumpalan. Jika

larutan penggumpalan yang terbuat dari sioh koh tersebut selesai digunakan

maka akan disimpan dan digunakan kembali pada keesokan harinya. Larutan sisa

penggumpalan yang dipakai lagi keesokan harinya disebut dengan whey

(Suprapti, 2005). Agar dapat digunakan lagi untuk menggumpalkan protein

dalam pembuatan tahu, sisa cairan (whey) harus disimpan selama 1 x 24 jam

Page 35: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

17

untuk memberikan kesempatan kepada bakteri asam cuka untuk

memfermentasikannya (Ariawiyana, 2012). Dari hasil pengujian didapatkan

kisaran pH whey yang digunakan oleh para pekerja pembuat tahu sebesar 3-4,

artinya zat penggumpal ini memang bersifat asam (Azizah, 2010).

2.1.3 Pencegahan Dermatitis

Dermatitis dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Eliminasi paparan alergen atau iritan

Jika diketahui jenis alergen atau iritan yang menyebabkan dermatitis, maka

alergen atau iritan tersebut harus dihindari (Marks, 2002).

2. Alat Pelindung Diri Berupa Sarung Tangan

Pada pabrik yang aktivitasnya banyak menggunakan tangan pekerjanya

minimal harus menggunakan sarung tangan. Pada pabrik yang banyak

bersentuhan dengan zat-zat kimia biasanya menggunakan jenis sarung tangan

yang terbuat dari karet dan tahan terhadap ancaman terkontaminsasi cairan

yang berbahaya. Sarung tangan tersebut harus tipis dan lentur melapisi ketat

melekat pada tangan hingga siku tangan pekerja secara kuat sehingga tidak

boleh kendur. Jenis sarung tangan dan penggunaan pada bidang ini adalah

sarung tangan sekali pakai, begitu setelah dipakai kemudian dibuang

(Ernasari, 2012).

Page 36: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

18

3. Cuci tangan Yang Baik Dan Benar

Perilaku mencuci tangan merupakan suatu aktivitas membersihkan

bagian telapak tangan, punggung tangan dan jari dengan sabun dan air

mengalir agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit

yang merugikan kesehatan manusia. Mencuci tangan merupakan cara terbaik

untuk menghindari sakit dan juga merupakan kebiasaan sederhana yang hanya

membutuhkan sabun, air, dan lap pengering (Listyowati, 2012).

Jenis sabun yang digunakan dapat menggunakan semua jenis sabun

yang biasa digunakan untuk mandi karena penekanannya adalah pada fungsi

rantai karbon pada sabun yang dapat melekat pada bakteri atau kuman yang

ada pada tangan yang disabuni dan digosok-gosok dan membentuk molekul

yang sangat halus yang akan membersihkan bakteri/kuman bersama air

bilasan yang mengalir (Depkes RI, 2009, dalam Nurjanah, 2009).

Air mengalir tidak harus dari keran, bisa juga mengalir dari sebuah

wadah berupa gayung, botol, ember, dan sebagainya, karena penekanannya

adalah tidak merendam tangan berkuman dalam air. Selain air mengalir, air

yang digunakan untuk mencuci tangan juga harus air yang bersih yaitu air

yang tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna (Depkes RI, 2009 dalam

Nurjanah, 2009).

Tujuan mencuci tangan yang baik dan benar dalam mencegah

dermatitis kontak adalah untuk membersihkan bahan kimia yang menempel di

Page 37: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

19

permukaan kulit. Bahan kimia tersebut akan menempel pada sabun dan air

akan membersihkan sabun dan bahan kimia tersebut (Listyowati, 2012).

Menurut Center’s for Disease Control (CDC), langkah-langkah cuci

tangan yang baik dan benar adalah sebagai berikut (CDC, 2010):

a. Basahi tangan dengan air mengalir, pakailah sabun secara merata.

b. Gosokkan kedua tangan minimal 10-15 detik, merata hingga ke jari-jari

dan siku.

c. Bilas dengan air, kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih atau

tisu sekali pakai.

d. Jika berada di fasilitas umum, biarkan air tetap mengalir saat selesai. Saat

tangan sudah kering, pakailah tisu untuk menutup keran.

Sedangkan menurut WHO, langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan

benar adalah sebagai berikut (WHO, 2005):

a. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir dan

gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah, ratakan dengan

kedua telapak tangan.

b. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kanan dan tangan kiri.

c. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan.

d. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

e. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan

sebaliknya.

Page 38: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

20

f. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan

kiri dan sebaliknya.

g. Setelah itu, bilas kedua tangan dengan air bersih dan mengalir. Lalu

keringkan dengan lap tangan atau tisu.

h. Jangan menutup kran dengan tangan, tetapi gunakan lap atau tisu dan

hindari menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan agar kuman

yang terdapat di benda-benda tersebut tidak menempel di tangan.

Gambar 2.1

7 Langkah Cuci Tangan

Mencuci tangan yang baik dan benar sebaiknya dilakukan sebelum dan

sesudah beraktifitas. Berikut ini merupakan waktu yang tepat untuk mencuci

tangan (WHO, 2005, Markkanen, 2004):

a. Sebelum dan sesudah makan

Page 39: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

21

b. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah

memegang bahan mentah

c. Sebelum dan sesudah mengiris sesuatu

d. Setelah buang air besar dan buang air kecil

e. Sebelum dan setelah bekerja

f. Setelah bersentuhan dengan larutan atau zat kimia

g. Saat berpindah proses kerja

2.2 Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak

bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat

usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO

merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Fitriani, 2011).

Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan

sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya,

serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.

Sedangkan di Indonesia, promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai

upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatan diri dan lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama

masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang

Page 40: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

22

bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes, 2004). Promosi kesehatan juga

merupakan proses pendidikan yang tidak lepas dari proses belajar. Seseorang dapat

dikatakan belajar bila dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dari definisi

tersebut, dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai

dukungan yaitu pendidikan, organisasi, kebijakan, serta peraturan perundang-undangan

untuk perubahan derajat kesehatan (Fitriani, 2011).

Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku

kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan

perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus

disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri).

Menurut Lawrence Green perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni

(Maulana, 2007):

a. Faktor Pendorong (predisposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

tradisi, dan sebagainya.

b. Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

Page 41: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

23

c. Faktor Penguat (reinforcing factors)

Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, yang terdiri dari

peraturan dan juga sikap serta perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas

kesehatan, dan sebagainya.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu

sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan. Pengetahuan adalah

keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki

manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya melalui

indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap obyek (Keraf, 2001).

Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkatan pengetahuan

kesehatan dapat dikelompokkan menjadi (Fitriani, 2011):

1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, yang meliputi penyebab penyakit,

gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan, cara penularan, cara

pencegahan, dan sebagainya.

2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan hidup sehat.

3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.

Page 42: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

24

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang antara lain

(Mubarok, 2007):

1. Umur

Semakin tua seseorang maka semakin sulit untuk menyerap ilmu

pengetahuan yang diajarkan, tidak seperi anak muda yang mudah dalam

menerima pengetahuan baru. Dilihat dari tuntutan hidup, usia muda (remaja)

belum memikirkan tanggungan hidup yang berat sehingga lebih mudah menyerap

pengetahuan baru dibandingkan yang berumur lebih tua. Selain itu penyerapan

pengetahuan juga dipengaruhi oleh daya ingat seseorang. Daya ingat seseorang

salah satunya dipengaruhi oleh umur (Wulan, 2010).

Pada orang dewasa, umur dikelompokkan menjadi (Hurlock, 1999):

a. Dewasa awal (18-40 tahun)

Pada masa dewasa awal individu mulai dapat merencanakan atau membuat

hipotesis tentang masalah-masalah mereka, pemikiran lebih realistis,

bertanggung jawab, menerima perbedaan pendapat, dan melibatkan

intelektualitas pada situai yang memiliki konsekuensi besar dalam tujuan

jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan. Selain itu,

kemampuan kognitif semakin meningkat pada dewasa awal ini.

b. Dewasa Madya (41-60 tahun)

Pada dewasa madya, kemampuan kognitif mengalami penurunan karena

daya ingat yang menurun ketika informasi yang dicoba untuk diingat

adalah informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan.

Page 43: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

25

Daya ingat juga cenderung menurun untuk mengingat (recall) daripada

untuk mengenali (recognize).

c. Dewasa Akhir (61 tahun keatas)

Pada masa ini, kemampuan kognitif semakin engalami penurunan karena

adanya proses penuaan yang dialami setiap orang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, maupun masyarakat

melalui kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik

(Notoatmodjo, 2007). Tingkat pendidikan juga diartikan sebagai jenis

pendidikan formal yang diselesaikan oleh seseorang selama hidupnya (Wulan,

2010).

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi

respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan

tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang

datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka

peroleh dari gagasan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pendidikan yang rendah cenderung mempunyai

pengetahuan yang rendah pula (Suriasumantri, 2001).

Tingkat pendidikan dapat dikategorikan menjadi (Wulan, 2010):

a. Pendidikan dasar: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Page 44: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

26

b. Pendidikan menengah: Sekolah Menengah Atas (SMA)

c. Pendidikan tinggi: diploma, sarjana, magister, doktor

3. Sumber informasi

Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang

maupun media (Notoatmodjo, 2007). Sumber informasi dari orang itu

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain:

masyarakat, baik teman bergaul maupun tenaga kesehatan. Selain itu, sumber

informasi juga dapat diperoleh dari pengalaman seseorang mengikuti kegiatan

pendidikan seperti seminar, penyuluhan, dan sebagainya (Sarwono, 1997).

Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang

efektif diperlukan alat bantu atau media. Fungsi media dalam pembentukan

pengetahuan seseorang menyampaikan informasi atau pesan-pesan

(Notoatmodjo, 2007). Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,

berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang

lebih terpapar media massa akan memperoleh informasi lebih banyak

dibandingkan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini

berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang (Wulan, 2010).

4. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 45: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

27

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang

kurang baik seseorang akan berusahan untuk melupakan, namun jika

pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis

akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi

kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam

kehidupannya.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

pribadi atau sikap seseorang.

7. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Hubungan sosial atau disebut juga

dengan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu

yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi, dan didasarkan

pada kesadaran untuk saling menolong (Saraswati, 2008). Hubungan sosial

atau interaksi sosial juga didefinisikan sebagai suatu hubungan antara dua

Page 46: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

28

orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi,

mengubah, atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Individu yang

dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi

(Wulan, 2010).

Hubungan sosial dapat diklasifikasikan menjadi (Saraswati, 2008):

a. Hubungan sosial primer

Hubungan sosial ini terjadi apabila orang yang berinteraksi bertatap muka

secara langsung, misalnya kontak antara guru dan murid di kelas, atau

pembicaraan ayah dan anak di ruang makan.

b. Hubungan sosial sekunder

Hubungan sosial sekunder terjadi bila interaksi berlangsung melalui suatu

perantara atau media seperti telepon, sms, televisi internet, facebook, dan

media sosial lainnya.

2.3.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan kesehatan dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan tertulis (kuesioner).

Sedangkan perubahan pengetahuan didapatkan dari selisih skor pengetahuan

sebelum dan sesudah intervensi. Pengetahuan dikatakan meningkat apabila

selisih skor pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi sebesar ≥ 10 poin,

sedangkan dikatakan menurun apabila selisih skor pengetahuan sebelum dan

sesudah intervensi sebesar < 10 poin (Nurazizah, 2011).

Page 47: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

29

2.4 Pendidikan Kesehatan

2.4.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO, pendidikan kesehatan merupakan proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik,

mental, dan sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan

aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya

(Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar

menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku

aman atau berisiko rendah (Depkes RI, 2004).

2.4.2 Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2007):

1. Metode pendidikan individual

Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang

yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar

digunakannya pendekatan ini karena ssetiap orang mempunyai masalah atau

alasan berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru

tersebut. Metode pendidikan pendekatan individual ini antara lain bimbingan

dan penyuluhan serta wawancara.

Page 48: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

30

2. Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, efektivitas suatu

metode tergantung pada besarnya sasaran pendidikan dan tingkat pendidikan

formal sasaran pendidikan. Adapun metode-metode pendidikan yang termasuk

pendidikan kelompok adalah seminar, diskusi kelompok, curah pendapat, bola

salju, kelompok-kelompok kecil, role play, permainan simulasi. dan

penyuluhan.

Salah satu kegiatan pendidikan kesehatan adalah pemberian informasi

atau pesan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau

meningkatkan pengetahuan dan sikap seseorang tentang kesehatan melalui

teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun

masyarakat untuk dapat lebih mandiri agar memudahkan terjadinya perilaku

sehat (Liliweri, 2007). Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses yang

berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus diamati

terutama kepada mereka yang memberi penyuluhan.

Tujuan pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah

meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan

sikap dan gaya hidup. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah

perubahan perilaku dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan

meningkatkan kualitas hidup. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat

Page 49: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

31

dilakukan perubahan dengan memberikan pendidikan kesehatan (Liliweri,

2007).

Materi atau pesan yang akan disampaikan hendaknya disesuaikan

dengan kebutuhan sasaran penyuluhan sehingga materi yang disampaikan

dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi atau pesan penyuluhan dapat

disampaikan menggunakan media atau alat bantu pendidikan untuk membantu

pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan serta untuk menarik

perhatian sasaran pendidikan (Notoatmodjo, 2007).

Dalam penyuluhan, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan penyuluhan antara lain (Notoatmodjo, 2007):

a. Faktor penyuluh: kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan

dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang

digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak

menggunakan istilah asing, suara terlalu kecil, penampilan materi

penyuluhan monoton sehingga membosankan.

b. Faktor sasaran: tingkat pendidikan terlalu rendah, tingkat sosial ekonomi

terlalu rendah,kepercayaan dan adat istiadat yang telah tertanam sehingga

sulit untuk diubah, kondisi yang tidak mungkin terjadi perubahan

c. Faktor proses dalam penyuluhan: waktu penyuluhan tidak sesuai dengan

waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat

keramaian sehingga mengganggu proses penyuluhan, jumlah sasaran

terlalu banyak, alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang, metode

Page 50: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

32

yang digunakan kurang tepat, bahasa yang digunakan sulit dimengerti oleh

sasaran.

3. Metode pendidikan massa

Metode pendidikan massa digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat

terhadap suatu inovasi dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada

perubahan perilaku. Pada umumnya, bentuk pendekatan atau cara massa ini

tidak langsung, biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa.

Metode yang cocok untuk pendekatan massa antara lain ceramah umum

(public speaking), tulisan di majalah atau koran, billboard, dan sebagainya.

2.4.3 Media Pendidikan Kesehatan

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan

bahan pendidikan ataupun pengajaran. Media disebut juga sebagai alat peraga

karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan

atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan

yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indra

(Maulana, 2007). Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak

dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini

menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan indera

sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman.

Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan

pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% - 87%), sedangkan 13%-

Page 51: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

33

25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya

(Maulana, 2007).

Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam

media atau alat bantu pendidikan di dalam proses pendidikannya. Masing-masing

media tersebut mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam mempersepsikan

bahan pendidikan atau pengajaran. Edgar Dale membagi alat bantu atau media

promosi kesehatan menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat

intensitas tiap alat-alat tersebut dalam sebuah kerucut (Nototmodjo, 2007).

Gambar 2.2

Kerucut Pembelajaran Edgar Dale

Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar

adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam proses pendidikan benda asli mempunyai intensitas yang paling

tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran, sedangkan

Page 52: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

34

penyampaian bahan-bahan hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif

atau intensitasnya paling rendah.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, media

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari

gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Ada beberapa

kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya

rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah

pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki

kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah

terlipat (Depkes RI, 2004)

Yang termasuk dalam media cetak antara lain:

a. Lembar balik (flip chart)

Salah satu contoh media yang sering digunakan di masyarakat

umum adalah lembar balik (flip chart) (Depkes RI, 2004). Lembar balik

(flip chart) adalah lembaran-lembaran kertas yang dibundel menjadi satu

dengan jilid ring sehingga dapat dibalikkan, yang berisi pesan dan

diterangkan dengan gambar yang menjelaskan suatu topik secara cukup

rinci. Setiap topik bahasan tertentu selalu terdiri dari 2 halaman, satu

halaman bergambar dengan teks terbatas menghadap ke arah peserta

sedangkan halaman yang menghadap fasilitator berisikan informasi kunci

Page 53: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

35

dan pertanyaan diskusi yang menjadi acuan pembahasan topik tersebut

(Dirjen PPM & PL 2003).

Dengan menggunakan lembar balik, proses pendidikan atau belajar

menjadi lebih mudah dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun

pemberi pesan. Bagi penerima pesan, gambar dan tulisan serta komposisi

warna yang tepat dapat membantu dan mempermudah proses pemahaman.

Sedangkan bagi pemberi pesan, teks yang tertera pada halaman belakang

dapat membantu mempermudah penyampaian pesan. Cara penggunaan

lembar balik yaitu langsung dibuka sesuai dengan topik pembicaraan untuk

diterangkan kepada peserta penyuluhan (Dirjen PPM & PL 2003).

Berdasarkan penggunaannya media ini memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihannya yaitu proses pendidikan menjadi lebih mudah

dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun pemberi pesan, pesan yang

disampaikan dapat lebih terperinci, dapat menarik perhatian khalayak, dan

dapat digunakan untuk diskusi kelompok. Sedangkan kekurangannya yaitu

ukurannya kurang efektif untuk khalayak lebih dari 12 orang dan agak

kaku saat penggunaannya karena urutan lembarannya sulit diubah-ubah

(Dirjen PPM & PL, 2003).

b. Leaflet

Leaflet merupakan media komunikasi grafis dengan ukuran relatif

kecil yang mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada

masyarakat sebagai informasi mengenai suatu hal. Leaflet berisi penjelasan

Page 54: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

36

singkat dan jelas serta dapat dilengkapi dengan gambar yang sederhana

(Sutrisno, 2012).

Leaflet dapat digunakan sebagai media penyuluhan dan dapat

diberikan sebelum maupun sesudah penyuluhan. Leaflet diberikan sebelum

penyuluhan dimulai agar leaflet dapat digunakan untuk pembuka serta

memfokuskan topik yang akan dibahas. Leaflet juga dapat diberikan

sesudah penyuluhan agar peserta berkonsentrasi penuh pada isi penyuluhan

(Dirjen PPM & PL 2003).

Kegunaan dan keunggulan dari leaflet adalah sederhana dan sangat

murah, orang dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat

melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagikan dengan keluarga

dan teman. Leaflet juga dapat memberikan detil (misalnya statistik) yang

tidak mungkin bila disampaikan lisan (Depkes RI, 2008).

Namun, leaflet juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak cocok

untuk setiap orang (misalnya orang yang buta huruf), tidak tahan lama dan

mudah hilang, pesan yang disampaikan terbatas, dapat menjadi kertas

percuma kecuali penyuluh secara aktif melibatkan sasaran penyuluhan

dalam membaca dan menggunakan materi (Depkes RI, 2008).

c. Poster

d. Booklet

Page 55: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

37

2. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat

dan didengar serta penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Seperti

halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih

mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka,

mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan

diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini

adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk

produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk

mengoperasikannya (Notoatmodjo, 2007). Yang termasuk media elektronik

antara lain radio, video, dan film

3. Media luar ruangan

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak

maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, dan

televisi layar lebar (Notoatmodjo, 2007). Kelebihan dari media ini adalah

lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan,

mengikutsertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan

jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih

tinggi, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan

selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan

keterampilan untuk mengoperasikannya (Notoatmodjo, 2007).

Page 56: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

38

2.5 Kerangka Teori

Dermatitis kontak yang banyak terjadi di industri disebabkan oleh penggunaan

bahan kimia yang kontak langsung dengan kulit dan tidak dibersihkan dengan benar.

Dermatitis kontak dapat dicegah dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri

berupa sarung tangan dan juga perilaku cuci tangan yang baik dan benar. Menurut

Lawrence Green dalam teori preceed, perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu

faktor pendorong (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan

faktor penguat (reinforcing factors). Secara skematik, teori preceed Lawrence Green

ini dapat digambarkan seperti pada gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3

Teori Perilaku Lawrence Green dalam Maulana, Heri D.J (2007)

Faktor Pendorong

a. Pengetahuan

b. Sikap

c. Keyakinan

d. Kepercayaan

e. Nilai-nilai

f. Tradisi

Faktor Pemungkin Sarana dan prasarana

yang tersedia

Faktor Penguat

a. Peraturan

b. Tokoh masyarakat

c. Tokoh agama

d. Sikap dan perilaku

petugas kesehatan

Perilaku

Kesehatan

Page 57: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

39

Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku

kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan

perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus

disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri),

ssalah satunya adalah faktor pendorong (predisposing factors) yang mempermudah

terbentuknya perilaku seseorang. Yang termasuk dalam faktor ini salah satunya adalah

pengetahuan. Terbentukya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai

dengan pengetahuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

antara lain umur, tingkat pendidikan, sumber informasi, pekerjaan, pengalaman,

kebudayaan lingkungan sekitar, dan hubungan sosial. Oleh karena itu, untuk mengubah

perilaku penggunaan APD dan cuci tangan dilakukan melalui pendidikan kesehatan.

Dalam pendidikan kesehatan, proses pendidikan kesehatan menuju perubahan perilaku

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah metode pendidikan dan media

pendidikan yang dipakai.

Mengacu pada teori tersebut dan disesuaikan dengan tujuan penelitian maka

kerangka teori dalam penelitian ini yaitu

Page 58: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

40

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Modifikasi Teori Preceed Lawrence Green dalam Maulana (2007),

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarok (2007)

Pendidikan Kesehatan

Metode

- Penyuluhan

- Seminar

- Diskusi kelompok

- Bermain peran

Media

- Lembar balik

- Leaflet - Poster

- Booklet

- Video

- Film

Faktor Pendorong

(Predisposing Factors)

- Pengetahuan

- Sikap

- Keyakinan

- Kepercayaan

- Nilai-nilai

- Tradisi

Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan:

- Umur

- Tingkat pendidikan,

- Sumber informasi

- Pekerjaan

- Pengalaman

- Kebudayaan lingkungan sekitar

- Hubungan sosial

Page 59: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

41

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori taksonomi pendidikan Benjamin S Bloom, serta

disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui perubahan pengetahuan

tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis dengan intervensi penyuluhan

antara media lembar balik dengan media leaflet pada pekerja pabrik tahu di

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2013, maka kerangka konsep

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas, yang menjadi variabel independennya

adalah penyuluhan dengan media lembar balik dan leaflet, sedangkan variabel

dependennya adalah pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis.

Pengetahuan tentang

potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis

Sumber informasi

Hubungan sosial

Intervensi penyuluhan

dengan media

1. Lembar balik

2. Leaflet

Page 60: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

42

Dalam penelitian ini hanya diteliti variabel pengetahuan (kognitif) saja. Hal

ini karena terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai

pada domain pengetahuan (kognitif) ini, dalam arti subjek terlebih dahulu tahu

terhadap stimulus yang berupa materi atau objek. Dengan pengetahuan, seseorang

dapat mempertimbangkan untuk bersikap dan bertindak.

Variabel faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu umur

dan tingkat pendidikan akan dikendalikan oleh peneliti dengan membatasi sampel

penelitian. Sampel penelitian yang diambil adalah yang berumur 18 sampai 40

tahun, dengan tingkat pendidikan dasar (SD atau SMP). Sedangkan variabel

pekerjaan, pengalaman, dan kebudayaan lingkungan sekitar bersifat homogeny

sehingga tidak diteliti. Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

lainnya yaitu sumber informasi dan hubungan sosial tidak dapat dikendalikan oleh

peneliti sehingga menjadi variabel pengganggu (confounding).

Page 61: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

43

3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Pengetahuan

sebelum

intervensi

tentang potensi

bahaya dan

pencegahan

dermatitis

Hal-hal yang diketahui responden

mengenai potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis yang dinilai

berdasarkan kemampuan menjawab

dengan benar pertanyaan pada kuesioner

sebelum intervensi (Listyowati, 2012).

Kuesioner Soal pre-test Skor nilai Rasio

2. Pengetahuan

sesudah

intervensi

tentang potensi

bahaya dan

pencegahan

dermatitis

Hal-hal yang diketahui responden

mengenai potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis yang dinilai

berdasarkan kemampuan menjawab

dengan benar pertanyaan pada kuesioner

setelah intervensi (Listyowati, 2012).

Kuesioner Soal post-test Skor nilai Rasio

3. Perubahan

pengetahuan

tentang potensi

bahaya dan

pencegahan

dermatitis

Selisih skor pengetahuan tentang potensi

bahaya dan pencegahan dermatitis

sebelum dan sesudah penyuluhan

(Nurazizah, 2011).

Selisih dari

hasil nilai

pre-test dan

post-test

Hasil pre-test

dan post-test

0. Meningkat (selisih

skor positif)

1. Menurun (selisih

skor negatif)

Ordinal

4. Intervensi

penyuluhan

Perlakuan yang diberikan sebagai upaya

pendidikan tentang potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis dengan

menggunakan alat bantu berupa media

penyuluhan

Kuesioner Lembar

Kuesioner

0. Lembar balik

1. Leaflet

Ordinal

Page 62: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

44

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

5. Paparan

informasi

Pernah memperoleh pengetahuan tentang

potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis selain dari intervensi yang

dilakukan peneliti

Kuesioner Lembar

Kuesioner

0. Pernah

1. Tidak pernah

Ordinal

6. Hubungan

sosial

Hubungan antara responden dengan

keluarga/teman/tetangga/internet

sehingga terjadi pertukaran informasi

tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis

Kuesioner Lembar

kuesioner

0. Ya

1. Tidak

Ordinal

Page 63: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

45

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok lembar

balik.

2. Ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok leaflet.

3. Tidak ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sebelum intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik dan

kelompok leaflet.

4. Ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik dan

kelompok leaflet.

5. Ada perbedaan perubahan pengetahuan tentang potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis yang terjadi antara penyuluhan dengan media

lembar balik dengan media leaflet terhadap pada pekerja pembuat tahu di

wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2013.

6. Tidak ada hubungan antara sumber informasi dengan perubahan pengetahuan

tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

7. Tidak ada hubungan antara hubungan sosial dengan perubahan pengetahuan

tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

Page 64: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

46

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi

Quasi Experiment Nonequivalent Control Group Design. Desain studi ini

merupakan tipe desain studi experiment dimana dalam pelaksanaannya dilakukan

penggantian dengan sengaja satu aspek yang ingin diteliti pengaruhnya tehadap dua

kelompok yang tidak dipilih secara random, kemudian diberi pre-test untuk

mengetahui keadaan awal kedua kelompok tersebut. Setelah itu, kedua kelompok

diberikan intervensi yang berbeda kemudian diberi post-test. Dengan menggunakan

desain studi ini, hasil perlakuan atau intervensi dapat diketahui dengan

membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan atau

intervensi (Arikunto, 2006). Rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:

O1 (X) O2

O3 (- ) O4

O1 dan O3 merupakan pengukuran pengetahuan awal (pre-test) yang

dilakukan sebelum intervensi kepada kedua kelompok. Setelah itu diberikan

intervensi berupa penyuluhan. (X) adalah intervensi yang dilakukan berupa

penyuluhan dengan media lembar balik, sedangkan (-) adalah intervensi yang

dilakukan berupa penyuluhan dengan media leaflet. Kemudian dilakukan

pengukuran pengetahuan akhir (post-test) yang dilakukan setelah adanya intervensi.

Page 65: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

47

Sesudah diketahui hasil skor pre-test dan post-test sebelum dan sesudah

penyuluhan, maka dapat diketahui selisih skor pengetahuan antara sebelum dan dan

sesudah penyuluhan pada masing-masing kelompok, kemudian dibandingkan antara

kedua kelompok tersebut. Selain itu juga dilihat berapa persentase pekerja pabrik

tahu yang pengetahuannya berubah sesudah dilakukan penyuluhan dengan masing-

masing media, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok tersebut.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2013 pada pabrik tahu yang

berada di wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah pekerja pembuat tahu yang berada di

wilayah kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur, Tangerang Selatan yang berjumlah

80 orang. Sedangkan sampel yang diambil adalah pekerja pembuat tahu yang

mewakili populasi, yaitu bekerja pada pabrik tahu yang pabriknya berada di wilayah

kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur, Tangerang Selatan dengan kriteria inklusi

sebagai berikut:

1. Bersedia menjadi sampel penelitian

2. Berumur ≥ 20 tahun sampai dengan < 45 tahun

3. Pendidikan terakhir SD atau SMP

4. Mengisi soal pre-test dan post-test

Page 66: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

48

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan sampel uji hipotesis untuk

dua rata-rata populasi (Lameshow, 1997) dengan rumus :

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

σ2 = Varians / standar deviasi dari beda rata-rata

Z = Nilai baku distribusi normal pada α atau β tertentu

1-α = Derajat kepercayaan (5%)

1-β = Nilai uji kekuatan (95%)

μ1 = Rata-rata populasi 1 (rata-rata peningkatan skor pengetahuan pada kelompok

eksperimen pada penelitian Isnaini) = 14

μ2 = Rata-rata populasi 2 (rata-rata peningkatan skor pengetahuan pada kelompok

kontrol pada penelitian Isnaini) = 11

Varians adalah parameter populasi yang tidak diketahui, yang dapat diduga dari

sampel atau dari pendahuluan dengan merata-rata kedua variansi sampel S²1 dan S²2

yang membentuk variansi rata-rata S²P dimana (Lameshow, 1977):

Page 67: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

49

Keterangan :

S²P = Varians gabungan/ standar deviasi dari beda rata-rata

n1 = Jumlah sampel kelompok 1 (jumlah sampel pada kelompok kelompok

eksperimen pada penelitian Isnaini) = 30

n2 = Jumlah sampel kelompok 2 (jumlah sampel pada kelompok kontrol pada

penelitian Isnaini) = 30

S²1 = Standar deviasi kelompok 1 (staSampelndar deviasi pada kelompok

eksperimen pada penelitian Isnaini) = 1,612

S²2 = Standar deviasi kelompok 2 (standar deviasi pada kelompok kontrol pada

penelitian Isnaini) = 1,470

Dengan menggunakan batas kepercayaan (α ) sebesar 5% dan tingkat

kekuatan (1-β ) sebesar 95% serta arah pengujian dua arah (two tailed test) maka

jumlah sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok adalah:

S²p = (30 – 1) 1,612² + (30 – 1) 1,470²

(30 – 1) + (30 – 1)

= 75,4 + 62,64

58

= 2,38

n = 2.2,38 [1.96 + 1,64]²

(14 – 11)²

= 61,69 = 6,85 = 7

9

Page 68: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

50

Berdasarkan perhitungan sampel di atas, jumlah sampel minimum yang

diperoleh adalah sebanyak 7 orang untuk masing-masing kelompok (total sampel =

14 orang). Namun berdasarkan pertimbangan peneliti, untuk lebih menggambarkan

hasil penelitian maka jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian

ini adalah seluruh populasi yang menghadiri kegiatan penyuluhan. Adapun total

populasi pada tujuh pabrik tahu yang ada di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur

sebanyak 80 orang.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Kuesioner pre-test dan post-test

Kuesioner pre-test dan post-test mencakup tentang penyakit dermatitis,

bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan tahu yang dapat menyebabkan

dermatitis, dampak dermatitis, sarung tangan yang digunakan dalam bekerja,

pengertian cuci tangan yang baik dan benar, tujuan cuci tangan yang baik dan

benar, langkah cuci tangan yang baik dan benar, dan waktu cuci tangan.

Kuesioner pre-test dan post-test berisi 20 soal, yang terdiri dari 12 soal

pilihan ganda (multiple choice) dan 8 soal mengurutkan gambar langkah-langkah

mencuci tangan yang baik dan benar. Responden diberi waktu mengerjakan soal

selama 15 menit. Jawaban benar akan diberi skor 1 dan jawaban salah akan

diberi skor 0. Penilaian akan dihitung dengan cara jumlah skor dibagi 2. Selain

itu, selisih skor pengetahuan antara pre-test dan post-test juga akan dihitung

untuk melihat perubahan pengetahuan yang terjadi, apakah mengalami

Page 69: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

51

peningkatan (hasil selisih skor pengetahuan positif) atau penurunan (hasil selisih

skor pengetahuan negatif).

2. Kuesioner pertanyaan sumber informasi dan hubungan sosial

Kuesioner ini mencakup pertanyaan tentang paparan informasi yang didapatkan

responden tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis yang diperoleh

selain dari intervensi yang dilakukan peneliti. Selain itu, kuesioner ini juga berisi

pertanyaan mengenai hubungan sosial reponden. Kuesioner ini bertujuan untuk

mengetahui apakah perubahan pengetahuan responden terjadi karena intervensi

penyuluhan yang dilakukan peneliti atau dipengaruhi juga oleh faktor lainnya,

yaitu paparan informasi lainnya dan hubungan sosial.

3. Media lembar balik

Media lembar balik merupakan alat bantu yang digunakan dalam penyuluhan ini.

Media tersebut berisi materi mengenai pengertian dermatitis dan gejalanya,

penyebab dan dampak dermatitis, serta pencegahan dermatitis berupa penggunan

sarung tangan dan cuci tangan yang baik dan benar. Untuk media lembar balik,

peneliti akan menerangkan setiap gambar yang terdapat pada lembar balik

tersebut.

4. Media leaflet

Media leaflet juga merupakan alat bantu yang digunakan dalam penyuluhan.

Pada media leaflet, peneliti akan membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan

Page 70: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

52

setelah diadakan pre-test atau sebelum kegiatan penyuluhan dimulai. Peserta

diberi waktu 10 menit untuk membaca leaflet tersebut. Setelah itu, peneliti akan

menjelaskan isi leaflet tersebut kepada peserta penyuluhan. Leaflet akan diambil

dari peserta penyuluhan saat akan diadakan post-test dan akan diberikan lagi

setelah post-test selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari peserta mencontek

pada leaflet saat mengerjakan soal post-test. Materi pada media leaflet sama

dengan materi pada media lembar balik, yaitu mengenai pengertian dermatitis

dan gejalanya, penyebab dan dampak dermatitis, serta pencegahan dermatitis

berupa penggunan sarung tangan dan cuci tangan yang baik dan benar.

Tabel 4.1

Materi Pada Media Lembar Balik Dan Leaflet

No. Materi Isi Materi Keterangan

1. Dermatitis 1. Pengertian Dermatitis adalah peradangan kulit

yang bisa terjadi di tangan, lengan

bawah, dan wajah, dengan gejala kulit

merah, pembengkakan, gatal dan panas

di kulit, permukaan kulit bergelembung

berisi cairan

2. Penyebab Penyebab dermatitis di pabrik tahu

adalah larutan penggumpal yang biasa

disebut batu tahu atau sioh koh yang

mengenai kulit dan tidak mencuci

tangan dengan benar. Larutan

penggumpal yang digunakan untuk

menggumpalkan protein yang masih

tercampur di dalam sari kedelai ini

bersifat asam sehingga merusak kulit.

Page 71: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

53

No. Materi Isi Materi Keterangan

3. Dampak Dermatitis menyebabkan rasa terbakar

dan rasa sakit yang dirasakan pekerja

saat larutan penggumpal mengenai

kulit sehingga pekerja tidak dapat

bekerja dengan baik.

2. Pencegahan

dermatitis

APD 1. APD yang

digunakan

Pada pabrik yang banyak bersentuhan

dengan zat-zat kimia biasanya

menggunakan jenis sarung tangan

yang terbuat dari karet dan tahan

terhadap ancaman terkontaminsasi

cairan yang berbahaya.

Cuci

tangan

yang baik

dan benar

1. Pengertian

cuci tangan

yang baik

dan benar

Cuci tangan yang baik dan benar

adalah aktivitas membersihkan bagian

telapak tangan, punggung tangan dan

jari dengan sabun dan air mengalir

2. Jenis sabun

yang

digunakan

untuk

mencuci

tangan

Jenis sabun yang digunakan dapat

menggunakan semua jenis sabun yang

biasa digunakan untuk kulit (sabun

mandi)

3. Air yang

digunakan

untuk

mencuci

tangan

Air yang digunakan adalah air

mengalir yang bersih yaitu air yang

tidak berasa, tidak berbau, dan tidak

berwarna.

4. Langkah-

langkah

mencuci

tangan yang

baik dan

benar

1. Basahi tangan setinggi pertengahan

lengan bawah dengan air mengalir

dan gunakan sabun di bagian

telapak tangan yang telah basah,

ratakan dengan kedua telapak

tangan.

2. Gosok punggung tangan dan sela-

sela jari tangan kanan dan tangan

kiri.

3. Gosok kedua telapak dan sela-sela

jari tangan.

4. Jari-jari sisi dalam kedua tangan

saling mengunci.

5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam

genggaman tangan kanan dan

Page 72: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

54

4.5 Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian

4.5.1 Persiapan Penelitian

Proses persiapan penelitian dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian.

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

No. Materi Isi Materi Keterangan

lakukan sebaliknya.

6. Gosokkan dengan memutar ujung

jari-jari tangan kanan di telapak

tangan kiri dan sebaliknya.

7. Setelah itu, bilas kedua tangan

dengan air mengalir. Lalu

keringkan dengan lap tangan atau

tisu.

8. Jangan menutup kran dengan

tangan, tetapi gunakan siku atau

tisu dan hindari menyentuh benda

disekitarnya setelah mencuci tangan

agar kuman yang terdapat di benda-

benda tersebut tidak menempel di

tangan.

5. Tujuan

mencuci

tangan yang

baik dan

benar dalam

mencegah

dermatitis

kontak

Untuk membersihkan bahan kimia

yang menempel di permukaan kulit.

Larutan penggumpal akan menempel

pada sabun dan air akan

membersihkan sabun yang sudah

menempel dengan larutan penggumpal

tersebut.

6. Waktu yang

tepat

mencuci

tangan

1. Sebelum dan sesudah makan.

2. Sebelum dan setelah menyiapkan

makanan, khususnya sebelum dan

setelah memegang bahan mentah.

3. Sebelum dan sesudah mengiris

sesuatu.

4. Setelah buang air besar dan buang

air kecil.

5. Sebelum dan setelah bekerja.

6. Setelah bersentuhan dengan larutan

penggumpal (sioh koh).

7. Saat berpindah proses kerja.

Page 73: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

55

1. Pembuatan rancangan penelitian

Tahap ini terdiri dari penyusunan rencana penelitian baik pendahuluan,

kepustakaan, kerangka konsep dan definisi operasional, serta metode

penelitian yang dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan pekerja pembuat tahu

di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur mengenai penyebab dermatitis

dan pencegahannya, sehingga diperlukan intervensi penyuluhan untuk

meningkatkan pengetahuan pekerja.

2. Pemilihan media penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan adalah lembar balik dan leaflet.

Lembar balik dipilih karena media ini membuat proses pendidikan atau

belajar lebih mudah dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun

pemberi pesan. Gambar dan tulisan serta komposisi warna yang tepat dapat

mempermudah proses pemahaman bagi penerima pesan. Sedangkan bagi

pemberi pesan, teks yang tertera pada halaman belakang dapat membantu

mempermudah penyampaian pesan (Dirjen PPM & PL, 2003). Sedangkan

leaflet dipilih karena media ini dapat menyajikan informasi tertulis dalam

sajian rinci dan lengkap serta didukung gambar sehingga memotivasi orang

untuk mau membacanya.Selain itu, leaflet dapat digunakan untuk pembuka

serta memfokuskan topik yang dibahas jika diberikan sebelum penyuluhan

dimulai (Dirjem PPM & PL, 2003).

Peneliti membuat sendiri media lembar balik dan leaflet yang akan

digunakan sehingga diperlukan uji media untuk mengetahui kelayakan

media yang akan digunakan dalam penyuluhan. Kedua media yang

Page 74: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

56

digunakan diuji ke 5 mahasiswa peminatan promosi kesehatan angkatan

2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan 1 laboran promosi kesehatan

(promkes). Dari hasil uji media tersebut, 5 responden menyatakan bahwa

bahasa dermatitis diganti menggunakan bahasa sehari-hari; 1 responden

memberi saran untuk menambahkan gambar pekerja yang menjadi sasaran

di halaman judul; 4 responden menyatakan bahwa huruf terlalu monoton,

tidak serasi, huruf di sub-judul ditebalkan, dan sebagainya; 5 responden

menyatakan bahwa warna yang digunakan pada media masih monoton dan

menyamarkan huruf; dan 1 responden menyatakan bahwa gambar

diperbanyak lagi. Hasil uji media tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.

Dari hasil uji media tersebut, peneliti memperbaiki lagi media yang

akan digunakan sehingga siap untuk digunakan untuk penyuluhan. Media

lembar balik sebelum dan sesudah uji media dapat dilihat pada lampiran 2

dan lampiran 3, sedangkan media leaflet sebelum dan sesudah uji media

dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5.

3. Teknik penyuluhan

Materi penyuluhan yang diberikan adalah materi mengenai

penyebab dermatitis dan pencegahannya. Adapaun materi yang akan

disampaikan antara lain materi dermatitis (pengertian, gejala, penyebab,

dan dampak), pencegahan dermatitis dengan penggunaan sarung tangan,

serta pencegahan dermatitis dengan mencuci tangan yang baik dan benar

(pengertian, jenis sabun dan air yang digunakan, langkah-langkah mencuci

tangan, tujuan mencuci tangan, dan waktu yang tepat mencuci tangan).

Page 75: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

57

Dengan materi-materi tersebut diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan pekerja pembuat tahu di Kecamatan Ciputat dan Ciputat

Timur tentang dermatitis kontak dan pencegahannya sehingga dapat

menjaga kebersihan tangan mereka dengan benar agar tidak menimbulkan

dermatitis atauu memperparah dermatitis yang dialami.

Teknik penyuluhan yang digunakan adalah ppenyuluhan dengan

metode ceramah dengan alat bantu berupa media lembar balik dan leaflet.

Peneliti mendatangi satu per satu pabrik tahu yang ada di wilayah

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur. Untuk penyuluhan dengan

menggunakan media lembar balik, peneliti menerangkan setiap gambar

yang terdapant pada lembar balik tersebut. Sedangkan untuk penyuluhan

menggunakan media leaflet, peneliti membagikan leaflet kepada peserta

penyuluhan setelah diadakan pre-test atau sebelum kegiatan penyuluhan

dimulai. Peserta diberi waktu 10 menit untuk membaca leaflet tersebut.

Setelah itu, peneliti akan menjelaskan isi leaflet tersebut kepada peserta

penyuluhan. Leaflet akan diambil dari peserta penyuluhan saat akan

diadakan post-test dan akan diberikan lagi setelah post-test selesai. Hal ini

dilakukan untuk menghindari peserta mencontek pada leaflet saat

mengerjakan soal post-test.

4. Permohonan izin penelitian

Tahap permohonan izin penelitian ini dilakukan dengan meminta izin

kepada pengelola pabrik tahu atau perwakilan pekerja.

Page 76: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

58

5. Uji validitas dan reabilitas

Sebelum pelaksanaan penelitian, dilaksanakan uji validitas dan

reabilitas dari kuesioner penelitian yang akan digunakan. Uji kuesioner ini

dilaksanakan di luar pabrik tahu di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur.

Uji kuesioner ini dilaksanakan pada 40 orang di 4 pabrik tahu yang terdapat

di daerah Mampang, Jakarta Selatan.

Berdasarkan uji validitas diperoleh bahwa pertanyaan pilihan ganda

nomor 1, 6, 11, dan 12 valid. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dinyatakan

valid karena nilai r hasilnya lebih besar dari nilai r tabel (r tabel = 0,3120).

Sedangkan pertanyaan nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, dan 10 tidak valid. Namun

pertanyaan maupun pilihan jawaban yang tidak valid tersebut sudah

direvisi oleh peneliti.

4.5.2 Pemilihan Sampel Pada Kedua Kelompok

Kegiatan penyuluhan akan dilakukan pada 7 pabrik tahu di Kecamatan

Ciputat dan Ciputat Timur. Pekerja pabrik tahu yang mengikuti penyuluhan

adalah yang berumur 18 sampai 40 tahun dengan pendidikan terakhir

maksimal SMP. Sebelum pelaksanaan kegiatan penyuluhan pada masing-

masing pabrik tahu, dilakukan pengocokan yang bertujuan untuk mengetahui

intevensi penyuluhan dengan media apa yang akan dilakukan di masing-

masing pabrik tahu.

Peneliti membuat kocokan A yang berisi kertas bertuliskan nomor 1

sampai 7, yang mewakili 7 pabrik tahu. Selain itu, peneliti juga membuat

Page 77: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

59

kocokan B yang berisi kertas bertuliskan lembar balik sebanyak 4 kertas dan

bertuliskan leaflet sebanyak 4 kertas. Hasil kocokannya adalah sebagai

berikut:

1. Kelompok lembar balik : pabrik tahu 2, 4, 7

2. Kelompok leaflet : pabrik tahu 1, 3, 5, 6

4.5.3 Kegiatan Pre-test

Setelah dilakukan pemilihan kelompok, pekerja pabrik tahu yang memenuhi

kriteria inklusi diberi pengarahan dan selanjutnya dilakukan kegiatan pre-test.

Pekerja yang menjadi responden diminta untuk mengisi data karakteristik

responden (nama dan nomor telepon) dan harus menjawab 20 pertanyaan

seputar penyebab dermatitis dan pencegahannya yang terdapat pada kuesioner

pre-test. Kegiatan ini akan berlangsung selama 15 menit.

4.5.4 Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan penyuluhan. Untuk penyuluhan

dengan menggunakan media lembar balik, peneliti menerangkan setiap

gambar yang terdapant pada lembar balik tersebut. Sedangkan untuk

penyuluhan menggunakan media leaflet, peneliti membagikan leaflet kepada

peserta penyuluhan setelah diadakan pre-test atau sebelum kegiatan

penyuluhan dimulai. Peserta diberi waktu 10 menit untuk membaca leaflet

tersebut. Setelah itu, peneliti akan menjelaskan isi leaflet tersebut kepada

peserta penyuluhan.

Page 78: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

60

Kegiatan penyuluhan berlangsung selama 20 menit. Penyuluhan

dilakukan oleh peneliti sendiri untuk menghindari perbedaan kualitas

penyuluhan dan kualitas hasill penelitian. Namun, pada materi langkah-

langkah cuci tangan yang baik dan benar, penyuluh dibantu oleh 3 orang

untuk mempraktekkannya bersama-sama dengan para pekerja pabrik tahu.

4.5.5 Kegiatan Post-test

Setelah kegiatan penyuluhan selesai, selanjutnya pekerja pabrik tahu

pada masing-masing kelompok mengikuti kegiatan post-test. Untuk kelompok

penyuluhan dengan media leaflet, sebelum dibagikan kuesioner post-test,

leaflet diambil dari peserta penyuluhan dan diberikan lagi setelah post-test

selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari peserta mencontek pada leaflet

saat mengerjakan soal post-test.

Pekerja yang menjadi responden diminta untuk mengisi data

karakteristik responden (nama dan nomor telepon) dan harus menjawab 20

pertanyaan seputar penyebab dermatitis dan pencegahannya yang terdapat

pada kuesioner post-test. Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih

15 menit.

4.5.6 Pengisian Kuesioner Sumber Informasi dan Hubungan Sosial

Setelah selesai mengisi kuesioner post-test, selanjutnya peserta penyuluhan

mengisi kuesioner sumber informasi dan hubungan sosial. Kuesioner ini

bertujuan untuk mengetahui apakah perubahan pengetahuan responden terjadi

Page 79: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

61

karena intervensi penyuluhan yang dilakukan peneliti atau dipengaruhi juga

oleh faktor lainnya, yaitu sumber informasi lainnya dan hubungan sosial.

4.6 Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari pekerja

pembuat tahu di pabrik tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur

melalui kuesioner pre-test, kuesioner post-test, serta kuesioner sumber informasi

dan hubungan sosial. Data primer yang dikumpulkan antara lain identitas sampel

(nama dan nomor telepon), hasil pre-test dan post-test, serta informasi mengenai

paparan informasi yang diterima pekerja dan hubungan sosial pekerja.

2. Data sekuder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pabrik tahu yaitu proses

pembuatan tahu.

4.7 Pengolahan Data

4.7.1 Editing

Tahap ini merupakan kegiatan penyutingan data yang telah terkumpul

dengan cara memeriksa isian kuesioner, apakah jawaban dikuesioner sudah

1. Lengkap : apakah semua pertanyaan sudah terjawab.

2. Jelas : apakah jawaban pertanyaan terbaca cukup jelas.

3. Relevan : apakah jawaban yang tertulis relevan dengan pertanyaannya.

Page 80: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

62

4. Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawabannya konsisten.

Jika isian kuesioner belum sesuai dengan poin-poin tersebut (poin 1

sampai 4), isian kuesioner tersebut harus dilengkapi terlebih dahulu dengan

menanyakan kembali kepada responden dengan cara mengonfirmasi melalui

telepon atau SMS sehingga data tersebut dapat segera diperbaiki jika memang

ada kesalahan atau keraguan data. Jika isian kuesioner sudah sesuai,

pengolahan data dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

4.7.2 Coding

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberi

kode terhadap setiap variabel sebelum diolah dengan komputer dengan tujuan

untuk memudahkan dalam melakukan analisa data.

Data yang dicoding yaitu:

1. Intervensi penyuluhan Lembar Balik

Leaflet

[0]

[1]

2. Perubahan pengetahuan Meningkat

Menurun

[0]

[1]

3. Paparan informasi Pernah

Tidak pernah

[0]

[1]

4. Hubungan sosial Ya

Tidak

[0]

[1]

Page 81: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

63

4.7.3 Entry Data

Sebelum data tersebut di entry, terlebih dahulu dibuat template dengan

program Epidata, kemudian data yang telah dikode tersebut dimasukkan

dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah menggunakan

aplikasi program SPSS 16.

4.7.4 Cleaning

Merupakan proses pembersihan data setelah data di entri. Cara yang sering

dilakukan adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel

dan menilai kelogisannya. Tahapan cleaning data terdiri dari mengetahui

missing data, mengetahui variasi data, dan mengetahui konsistensi data.

4.8 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, analisis

bivariat, dan analisis multivariat.

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian untuk

memberikan gambaran umum terhadap data hasil penelitian. Penggambaran

dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi masing-masing variabel.

Analisis univariat bertujuan melihat deskripsi masing-masing variabel

independen dan dependen. Adapun variabel yang dianalisis menggunakan

analisis univariat adalah pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan pada

Page 82: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

64

kelompok lembar balik dan kelompok leaflet serta pengetahuan sesudah

intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik dan kelompok leaflet.

4.8.2 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui jenis uji yang digunakan dalam analisis bivariat

terhadap data pengetahuan sebelum (pre-test) dan pengetahuan sesudah (post-

test) intervensi penyuluhan pada kedua kelompok serta perubahan

pengetahuan pada kedua kelompok, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.

Dari hasil analisis, ternyata secara umum data hasil penelitian tersebut

berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan uji

Wilcoxon dan uji Mann-Whitney.

Uji Wilcoxon digunakan untuk menguji atau membandingkan dua

perlakuan pada sampel yang sama. Pada penelitian ini, uji Wilcoxon

digunakan untuk membandingkan pengetahuan sebelum dan sesudah

intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik serta untuk

membandingkan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan

pada kelompok leaflet. Bila p value < 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada

perbedaan atau ada hubungan. Sebaliknya bila p value > 0,05 maka Ho

diterima, artinya tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antara

keduanya.

Uji Mann-Whitney bertujuan untuk menguji perbedaan atau hubungan

antara dua sampel yang independen yang mewakili dua populasi atau dua

kelompok. Dalam penelitian ini, uji Mann-Whitney digunakan untuk

Page 83: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

65

mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan antara

kelompok lembar balik dan kelompok leaflet, mengetahui perbedaan

pengetahuan sesudah intervensi penyuluhan antara kelompok lembar balik dan

kelompok leaflet, mengetahui perbedaan perubahan pengetahuan antara

kelompok lembar balik dan kelompok leaflet, serta untuk mengetahui

hubungan antara sumber informasi dan hubungan sosial dengan perubahan

pengetahuan yang terjadi. Jika hasil p value < 0,05 maka Ho ditolak, artinya

ada perbedaan atau ada hubungan. Sebaliknya bila p value > 0,05 maka Ho

diterima, artinya tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antara

keduanya.

4.8.3 Analisis Mulitivariat

Jika variabel sumber informasi dan hubungan sosial ternyata

berhubungan dengan perubahan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan

pencegahannya, maka dilakukan analisis multivariat. Analisis Multivariat

digunakan untuk membuktikan apakah variabel sumber informasi dan

hubungan sosial merupakan variabel confounding. Dalam analisis multivariat

uji yang digunakan adalah uji regresi logistik berganda model faktor risiko.

Tahapan pemodelannya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel independen

dengan variabel dependennya. Apabila hasil uji bivariatnya mempunyai

nilai p < 0,25, maka variabel tersebut dapat masuk model multivariat.

Page 84: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

66

2. Lakukan pemodelan lengkap, mencakup variabel utama, kandidat

konfounding, dan kandidat interaksi.

3. Lakukan penilaian konfounding dengan cara mengeluarkan variabel

konfounding satu per satu dimulai dari yang memiliki nilai P-wald terbesar.

Apabila setelah dikeluarkan diperoleh selisish nilai OR variabel utama

antara sebelum dan sesudah variabel konfounding dikeluarkan lebih besar

dari 10%, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai konfounding dan

harus tetap berada dalam model.

Page 85: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

67

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) pabrik tahu di wilayah Kecamatan

Ciputat dan Ciputat Timur. Jumlah populasi pada waktu pelaksanaan penelitian

adalah 80 pekerja. Namun karena tidak semuanya mengikuti kegiatan

penyuluhan, responden berusia lebih dari 40 tahun, dan ada responden yang

pendidikan terakhirnya SMA, maka responden-responden tersebut tidak masuk

dalam sampel penelitian. Dengan demikian, jumlah responden dalam penelitian

ini adalah 76 pekerja pabrik tahu, yang terdiri dari 38 kelompok lembar balik

dan 38 kelompok leaflet.

Proses pembuatan tahu terdiri beberapa tahap yaitu:

Bagan 5.1

Proses Pembuatan Tahu

Perendaman Pencucian

kedelai Penggilingan Perebusan atau

Pemasakan

Penyaringan Pengendapan dan

Penambahan

Larutan

Penggumpal

Pencetakan

dan

Pengepresan

Pemotongan

tahu

1 2 3 4

5 8 6 7

Page 86: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

68

1. Perendaman

Pada tahapan perendaman ini, langkah pertama adalah memasukan kedelai

ke dalam karung plastik kemudian diikat dan direndam selama kurang lebih

3 jam (untuk 1 karung berisi 15 kg biji kedelai). Jumlah air yang

dibutuhkan tergantung dari jumlah kedelai, intinya kedelai harus terendam

semua. Tujuan dari tahapan perendaman ini adalah untuk mempermudah

proses penggilingan sehingga dihasilkan bubur kedelai yang kental.

2. Pencucian kedelai

Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah perendaman. Sebelum

dilakukan proses pencucian, kedelai yang di dalam karung dikeluarkan dari

bak pencucian, dibuka, dan dimasukan ke dalam ember-ember plastik

untuk kemudian dicuci dengan air mengalir. Tujuan dari tahapan pencucian

ini adalah membersihkan biji-biji kedelai dari kotoran-kotoran supaya tidak

mengganggu proses penggilingan dan agar kotoran-kotoran tidak

tercampur ke dalam adonan tahu. Setelah selesai proses pencucian, kedelai

ditiriskan dalam saringan bambu berukuran besar.

3. Penggilingan

Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin penggiling biji

kedelai dengan tenaga penggerak dari motor lisrik. Tujuan penggilingan

yaitu untuk memperoleh bubur kedelai yang kemudian dimasak sampai

mendidih. Saat proses penggilingan sebaiknya dialiri air untuk didapatkan

kekentalan bubur yang diinginkan.

Page 87: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

69

4. Perebusan/Pemasakan

Proses perebusan ini dilakukan di sebuah bak berbentuk bundar yang

dibuat dari semen yang di bagian bawahnya terdapat pemanas uap. Uap

panas berasal dari ketel uap yang ada di bagian belakang lokasi proses

pembuatan tahu yang dialirkan melalui pipa besi. Bahan bakar yang

digunakan sebagai sumber panas adalah kayu bakar yang diperoleh dari

sisa-sisa pembangunan rumah. Tujuan perebusan adalah untuk

mendenaturasi protein dari kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi

saat penambahan asam. Titik akhir perebusan ditandai dengan timbulnya

gelembung-gelembung panas dan mengentalnya larutan/bubur kedelai.

5. Penyaringan

Setelah bubur kedelai direbus dan mengental, dilakukan proses

penyaringan dengan menggunakan kain saring. Tujuan dari proses

penyaringan ini adalah memisahkan antara ampas atau limbah padat dari

bubur kedelai dengan filtrat yang diinginkan. Pada proses penyaringan ini

bubur kedelai yang telah mendidih dan sedikit mengental, selanjutnya

dialirkan melalui kran yang ada di bagian bawah bak pemanas. Bubur

tersebut dialirkan melewati kain saring yang ada diatas bak penampung.

Setelah seluruh bubur yang ada di bak pemanas habis lalu dimulai

proses penyaringan. Saat penyaringan secara terus-menerus dilakukan

penambahan air dengan cara menuangkan pada bagian tepi saringan agar

tidak ada padatan yang tersisa di saringan. Penuangan air diakhiri ketika

Page 88: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

70

filtrat yang dihasilkan sudah mencukupi. Kemudian saringan yang berisi

ampas diperas sampai benar-benar kering. Ampas hasil penyaringan

disebut ampas yang kering, ampas tersebut dipindahkan ke dalam karung.

6. Pengendapan dan Penambahan Larutan Penggumpal

Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang

kemudian akan diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat kemudian

ditambahkan asam cuka dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam

cuka adalah mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu sehingga

terjadi pemisahan antara whey dengan gumpalan tahu. Setelah ditambahkan

asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas (whey) dan lapisan

bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut terjadi karena adanya

koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam

yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan bahan utama yang

akan dicetak menjadi tahu. Lapisan atas (whey) yang berupa limbah cair

merupakan bahan dasar yang akan diolah menjadi Nata De Soya.

Tahapan pengendapan dan penambahan larutan penggumpal ini

merupakan tahapan yang paling rentan kontak langsung dengan larutan

penggumpal. Pekerja yang tidak membersihkan dengan benar larutan

penggumpal yang menempel kulit dapat berisiko mengalami dermatitis

kontak.

Page 89: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

71

7. Pencetakan dan Pengepresan

Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap akhir pembuatan

tahu. Cetakan yang digunakan adalah terbuat dari kayu berukuran 70x70cm

yang diberi lubang berukuran kecil di sekelilingnya. Lubang tersebut

bertujuan untuk memudahkan air keluar saat proses pengepresan. Sebelum

proses pencetakan yang harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis

di permukaan cetakan. Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada

tahap sebelumnya dipindahkan dengan menggunakan alat semacam wajan

secara pelan-pelan. Selanjutnya kain saring ditutup rapat dan kemudian

diletakkan kayu yang berukuran hampir sama dengan cetakan di bagian

atasnya. Setelah itu, bagian atas cetakan diberi beban untuk membantu

mempercepat proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses pengepresan

ini tidak ditentukan secara tepat, pemilik mitra hanya memperkirakan dan

membuka kain saring pada waktu tertentu. Pemilik mempunyai parameter

bahwa tahu siap dikeluarkan dari cetakan apabila tahu tersebut sudah cukup

keras dan tidak hancur bila digoyang.

8. Pemotongan tahu

Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari

cetakan dengan cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain

saring yang melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan ke dalam bak yang

berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap dipasarkan tahu terlebih

Page 90: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

72

dahulu dipotong sesuai ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air dan

dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur.

Dari uraian proses pembuatan tahu diatas, yang lebih berisiko kontak

langsung dengan larutan penggumpal adalah pekerja pada bagian pengendapan

dan penambahan larutan penggumpal. Namun, untuk pabrik yang tidak memiliki

pembagian kerja seperti pada pabrik tahu 1 dan 6, semua pekerja memiliki risiko

kontak langsung dengan larutan penggumpal.

Dari ketujuh pabrik tahu tersebut, semua pekerjanya tidak menggunakan

sarung tangan saat bekerja. Hal ini disebabkan karena sebagian pemilik pabrik

tahu tidak menyediakan sarung tangan karena keterbatasan dana. Ada juga pabrik

tahu yang dikelola oleh pekerja masing-masing, sehingga mereka tidak

menggunakan sarung tangan karena tidak mempunyai dana untuk membeli

sarung tangan sendiri dan menganggap penggunaan sarung tangan tidak penting.

Selain itu, ada juga pemilik pabrik yang menyediakan sarung tangan tetapi

pekerja tidak memakaiya dengan alasan tidak nyaman bekerja menggunakan

sarung tangan.

Selain itu, kebiasaan cuci tangan pekerja juga buruk. Padahal, di pabrik-

pabrik tahu tersebut terdapat keran serta tersedia sabun mandi batang. Sabun

mandi batang memang kurang tepat digunakan untuk cuci tangan, namun lebih

baik daripada menggunakan sabun colek maupun detergen.

Page 91: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

73

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan

Gambaran pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan pada

kelompok lembar balik dan kelompok leaflet dapat dilihat pada tabel 5.1

dibawah ini.

Tabel 5.1

Gambaran Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan

Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Penyuluhan Rata-rata Standar deviasi Minimal-

Maksimal

95% CI

Lembar balik 2,3158 1,01623 1,00-4,50 1,98-

2,65

Leaflet 2,2763 1,09481 0,50-4,50 1,92-

2,64

Dari hasil kuesioner dengan skala penilaian dari 0 sampai 10,

didapatkan hasil bahwa rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan

penyuluhan dengan media lembar balik adalah 2,3158 dengan skor

terendah 1,00 (5 orang) dan skor tertinggi 4,50 (2 orang).

Sedangkan pada responden sebelum diberikan penyuluhan dengan

media leaflet, didapatkan hasil bahwa rata-rata pengetahuannya adalah

2,2763 dengan skor terendah 0,50 (1 orang) dan skor tertinggi 4,50 (3

orang).

Page 92: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

74

5.2.2 Gambaran Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan

Pada penelitian ini, pengetahuan sesudah intervensi penyuluhan

dilihat dari hasil posst-test sesudah penyuluhn tentang potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis. Gambaran pengetahuan sesudah intervensi

penyuluhan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2

Gambaran Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan

Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pengetahuan

responden setelah diberikan penyuluhan dengan media lembar balik adalah

5,6053 dengan skor terendah 2,50 (1 orang) dan skor tertinggi 9,00 (3

orang). Sedangkan rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan

penyuluhan dengan media leaflet adalah 4,6184 dengan skor terendah 2,00

(1 orang) dan skor tertinggi 8,50 (1 orang).

Penyuluhan Rata-rata Standar deviasi Minimal-

Maksimal

95% CI

Lembar balik 5,6053 1,90006 2,50-9,00 4,98-

6,23

Leaflet 4,6184 1,09481 2,00-8,50 4,04-

5,19

Page 93: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

75

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Penyuluhan Pada Kelompok Lembar Balik

Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas untuk

mengetahui apakah variabel yang diteliti pada kelompok lembar balik

terdapat memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini

menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test. Uji normalitas

dilakukan pada 2 variabel yaitu variabel pengetahuan sebelum intervensi

penyuluhan dan variabel pengetahuan setelah intervensi penyuluhan pada

kelompok lembar balik. Variabel tersebut dikatakan normal jika p-value ≥

0,005. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini.

Tabel 5.3

Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Lembar Balik

Variabel p value

pengetahuan sebelum intervensi 0,005

pengetahuan setelah intervensi 0,140

Berdasarkan hasil statistik tersebut, dapat dilihat bahwa variabel

pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan berdistribusi tidak normal,

sedangkan variabel pengetahuan setelah intervensi penyuluhan

berdistribusi normal.

Perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi

penyuluhan pada kelompok lembar balik ini untuk melihat apakah ada

Page 94: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

76

perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan

yang terjadi pada kelompok lembar balik. Analisis ini menggunakan uji

Wilcoxon karena variabel pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan pada

kelompok lembar balik berdistribusi tidak normal.

Perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi

penyuluhan pada kelompok lembar balik ini dapat dilihat pada tabel 5.4

dibawah ini.

Tabel 5.4

Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Penyuluhan Pada Kelompok Lembar Balik

Pengetahuan N Rata-rata Standar

deviasi

Minimal-

Maksimal

p value

Sebelum

penyuluhan 38

2,3158 1,02 1,00-4,00

0,000 Sesudah

penyuluhan

5,6053 1,90 2,50-9,00

Dari hasil analisis diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan

sebelum dilakukan penyuluhan adalah 2,3158, sedangkan rata-rata skor

pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan adalah 5,6053. Dengan

demikian terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok

lembar balik sesudah dilakukan penyuluhan. Dari hasil uji statistik tersebut

juga diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,000, artinya pada alpha

5% terdapat perbedaan signifikan rata-rata skor sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan pada kelompok lembar balik.

Page 95: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

77

5.3.2 Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi

Penyuluhan Pada Kelompok Leaflet

Sebelum dilakukan analisis, dilakukan uji normalitas untuk

mengetahui apakah variabel yang diteliti pada kelompok leaflet memiliki

distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan teknik one

sample Kolmogorov-Smirnov test. Sama halnya dengan kelompok lembar

balik, uji normalitas ini dilakukan pada 2 variabel yaitu variabel

pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan dan variabel pengetahuan

setelah intervensi penyuluhan pada kelompok leaflet. Variabel tersebut

dikatakan normal jika p-value ≥ 0,005. Hasil uji normalitas dapat dilihat

pada tabel 5.5 dibawah ini.

Tabel 5.5

Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Leaflet

Variabel p value

pengetahuan sebelum intervensi 0,004

pengetahuan setelah intervensi 0,200

Berdasarkan hasil statistik tersebut, dapat dilihat bahwa variabel

pengetahuan sebelum intervensi penyuluhan berdistribusi tidak normal,

sedangkan variabel pengetahuan setelah intervensi penyuluhan

berdistribusi normal.

Perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi

penyuluhan pada kelompok leaflet ini menggunakan uji Wilcoxon karena

variabel pengetahuan sebelum intervenssi penyuluhan pada kelompok

Page 96: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

78

leaflet berdistribusi tidak normal. Perbandingan pengetahuan sebelum dan

sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok leaflet dapat dilihat pada

tabel 5.6 dibawah ini.

Tabel 5.6

Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok Leaflet

Pengetahuan N Rata-rata Standar

deviasi

p value

Sebelum penyuluhan 38

2,2763 1,09 0,000

Sesudah penyuluhan 4,6184 1,75

Dari hasil analisis diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan

sebelum dilakukan penyuluhan pada kelompok leaflet adalah 2,2763.

Sementara itu, rata-rata skor pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan

pada kelompok leaflet adalah 4,6184. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok

leaflet sesudah dilakukan penyuluhan.

Dari hasil uji statistik tersebut juga diperoleh nilai p value sebesar

0,000, artinya pada alpha 5% terdapat perbedaan signifikan rata-rata skor

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok leaflet.

5.3.3 Perbedaan Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan Antara

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Sebelum dilakukan analisis untuk membandingkan pengetahuan

sebelum intervensi penyuluhan, dilakukan uji normalitas terhadap

Page 97: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

79

pengetahuan sebelum intervensi kedua kelompok tersebut. Dari hasil uji

normalitas didapatkan p-value sebesar 0,000, artinya pengetahuan sebelum

intervensi penyuluhan kedua kelompok tersebut berdistribusi tidak normal.

Oleh karena itu, uji yang digunakan adalah uji Mann-Whitney.

Pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis

pada pekerja tahu sebelum dilakukan penyuluhan pada kelompok lembar

balik dan kelompok leaflet dapat dilihat dari hasil pre-test masing-masing

kelompok pada tabel 5.7 berikut ini

Tabel 5.7

Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuhan Antara

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Penyuluhan N Rata-rata Standar deviasi p value

Lembar Balik 38 2,3158 1,02 0,788

Leaflet 38 2,2763 1,09

Berdasarkan tabel 5.7 di atas, diketahui bahwa rata-rata skor

pengetahuan sebelum penyuluhan pada kelompok lembar balik adalah

2,3158. Sedangkan pada kelompok leaflet rata-rata skor pengetahuannya

adalah 2,2763. Dari hasil analisis juga dapat dilihat bahwa nilai probabilitas

(p value) adalah 0,788 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5%

tidak ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum intervensi

penyuluhan antara kelompok lembar balik dan kelompok leaflet (p value >

0,05).

Page 98: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

80

5.3.4 Perbedaan Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan Antara

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Sebelum dilakukan analisis untuk membandingkan pengetahuan

sesudah intervensi penyuluhan, dilakukan uji normalitas terhadap kedua

kelompok tersebut. Dari hasil uji normalitas didapatkan p-value sebesar

0,013, artinya pengetahuan sesudah intervensi penyuluhan kedua kelompok

tersebut berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, uji yang digunakan

adalah uji Mann-Whitney.

Pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis

pada pekerja tahu sesudah dilakukan intervensi penyuluhan pada kelompok

lembar balik dan kelompok leaflet dapat dilihat dari hasil post-test masing-

masing kelompok pada tabel 5.8 dibawah ini

Tabel 5.8

Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuhan Antara

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Penyuluhan N Rata-rata Standar deviasi p value

Lembar Balik 38 5,6053 1,90 0,028

Leaflet 38 4,6184 1,75

Berdasarkan tabel 5.8 di atas, diketahui bahwa rata-rata skor

pengetahuan sesudah penyuluhan pada kelompok lembar balik adalah

5,6053. Sedangkan pada kelompok leaflet rata-rata skor pengetahuannya

adalah 4,6184. Pada hasil analisis tersebut didapatkan p value sebesar

0,028 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada perbedaan

Page 99: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

81

rata-rata skor pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan antara kelompok

lembar balik dan kelompok leaflet (p value < 0,05).

5.3.5 Perbedaan Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Lembar Balik

dan Kelompok Leaflet

Sebelum menganalisis perbedaan perubahan pengetahuan antara

kelompok lembar balik dan kelompok leaflet, dilakukan uji normalitas

terhaadap variabel perubahan pengetahuan kedua kelompok terseebut. Dari

hasil uji normalitas didapatkan p-value sebesar 0,001, artinya perubahan

pengetahuan kedua kelompok tersebut berdistribusi tidak normal. Oleh

karena itu, uji yang digunakan adalah uji Mann-Whitney.

Pengaruh intervensi penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan

tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis pada pekerja tahu di

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur ini dinilai berdasarkan rata-rata

perubahan pengetahuan yang terjadi antara sebelum dengan setelah

penyuluhan dengan masing-masing media. Adapun perubahan pengetahuan

yang terjadi pada kelompok lembar balik dan kelompok leaflet dapat dilihat

pada tabel 5.9 berikut ini.

Page 100: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

82

Tabel 5.9

Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Lembar Balik

dan Kelompok Leaflet

Penyuluhan N Rata-rata Standar deviasi p value

Lembar balik 38 3,2895 1,93695 0,030

Leaflet 38 2,3421 1,27399

Berdasarkan tabel 5.9, diketahui bahwa rata-rata perubahan

pengetahuan pada kelompok lembar balik adalah 3,2895, sedangkan pada

kelompok leaflet rata-rata perubahan pengetahuannya adalah 2,3421. Dari

hasil analisis menunjukkan p value sebesar 0,030 sehingga dapat

disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada perbedaan rata-rata perubahan

pengetahuan antara kelompok lembar balik dan kelompok leaflet (p value <

0,05).

5.3.6 Hubungan Antara Sumber Informasi Dengan Perubahan Pengetahuan

Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Dari kuesioner tentang sumber informasi, didapatkan hasil bahwa semua

pekerja pabrik tahu yang menjadi responden pada kelompok lembar balik

maupun pada kelompok leaflet sebelumnya tidak pernah mendapatkan

informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis kontak dari

manapun, seperti dari penyuluhan lainnya, TV, internet, koran, dan

sebagainya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara sumber informasi dengan perubahan pengetahuan yang terjadi pada

kelompok lembar balik maupun pada kelompok leaflet.

Page 101: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

83

5.3.7 Hubungan Antara Hubungan Sosial Dengan Perubahan Pengetahuan

Pada Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Dari kuesioner tentang hubungan sosial, didapatkan hasil bahwa hubungan

sosial atau interaksi sosial antara pekerja pabrik tahu yang menjadi

responden dengan pekerja lainnya, teman, tetangga, keluarga, internet, dan

sebagainya tidak pernah membicarakan atau bertukar informasi mengenai

potensi bahaya dan pencegahan dermatitis kontak. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara hubungan sosial dengan

perubahan pengetahuan yang terjadi pada kelompok lembar balik maupun

pada kelompok leaflet.

Page 102: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

83

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi

Quasi Experiment Nonequivalent Control Group Design dan menggunakan data

primer yang diperoleh melalui kuesioner pre-test dan post-test. Dalam penelitian ini

terdapat keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Dengan keterbatasan

ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang.

Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Peneliti melakukan penyuluhan dengan mengunjungi pabrik tahu satu per satu.

Oleh karena itu, tempat penyuluhan disediakan oleh pemilik pabrik tahu, seperti

di rumah pekerja yang dekat dengan pabrik tahu, di rumah pemilik pabrik tahu,

maupun di tempat biasa pekerja beristirahat. Terdapat beberapa tempat

penyuluhan yang pencahayaannya kurang (sedikit gelap), sehingga responden

agak kesulitan untuk mengisi kuesioner, membaca leaflet, dan melihat lembar

balik ketika peneliti memberikan penyuluhan.

2. Selain sedikit gelap, tempat penyuluhan juga sempit. Tempat penyuluhan yang

sempit ini menyebabkan responden duduk berdekatan sehingga peneliti tidak

dapat mengontrol untuk tidak terjadinya komunikasi antar responden dan

meningkatkan kemungkinan responden menyontek.

Page 103: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

84

3. Penyuluhan dilakukan saat pekerja selesai bekerja. Penyuluhan saat dalam

kondisi lelah ini mempengaruhi daya tangkap dan daya ingat pekerja terhadap

informasi yang diberikan saat penyuluhan.

6.2 Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok

Lembar Balik

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang

potensi bahaya dan pencegahan dermatitis sebelum dan sesudah intervensi

penyuluhan pada kelompok lembar balik (p value = 0,000), dimana terjadi

peningkatan rata-rata skor pengetahuan setelah intervensi penyuluhan dengan media

lembar balik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya tentang

efektifitas pendidikan kesehatan pada pekerja terhadap pengetahuan K3, didapatkan

hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok yang diberi

penyuluhan dengan lembar balik. Nilai median sebelum pendidikan kesehatan

adalah 11, sedangkan setelah pendidikan kesehatan adalah 14 (Isnaini, 2011).

Penelitian lain tentang pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan K3 pada pekerja

peternak ayam didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan pengetahuan K3 antara

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media lembar balik (p value =

0,000) (Sumardiyono, 2010).

Adanya peningkatan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi

pada kelompok lembar balik ini dipengaruhi oleh informasi yang didapat oleh

responden setelah penyuluhan. Sumber informasi mempengaruhi tingkat

pengetahuan yang dimiliki seseorang (Wulan, 2010). Sebelum diberikan

Page 104: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

85

penyuluhan, semua responden pada kelompok lembar balik ini tidak pernah

mendapatkan informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis

darimanapun. Oleh sebab itu, rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan hanya

2,315. Namun, setelah penyuluhan rata-rata skor pengetahuan meningkat menjadi

5,6053. Informasi yang didapat melalui penyuluhan ini meningkatkan pengetahuan

responden mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

Selain itu, hasil penyuluhan ini juga dipengaruhi oleh faktor proses dalam

penyuluhan, yaitu metode dan alat bantu atau media yang digunakan, bahasa yang

digunakan, dan juga jumlah sasaran saat penyuluhan. Metode yang digunakan pada

kelompok lembar balik adalah metode ceramah dengan alat bantu atau media yang

digunakan yaitu lembar balik. Metode ceramah ini tidak hanya baik untuk sasaran

berpendidikan tinggi, namun juga cocok untuk sasaran yang berpendidikan rendah

(Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu, metode ini cocok untuk pekerja pabrik tahu

yang berpendidikan dasar yaitu SD dan SMP.

Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif

diperlukan alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan informasi

atau sebagai sumber informasi (Notoatmodjo, 2007). Dengan menggunakan lembar

balik, proses pendidikan atau belajar menjadi lebih mudah dan lebih menarik bagi

penerima pesan maupun pemberi pesan. Bagi penerima pesan, gambar dan tulisan

serta komposisi warna yang tepat dapat membantu dan mempermudah proses

pemahaman. Sedangkan bagi pemberi pesan, teks yang tertera pada halaman

belakang dapat membantu mempermudah penyampaian pesan (Dirjen PPM & PL

2003).

Page 105: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

86

Selain itu, bahasa yang digunakan penyuluh maupun bahasa yang terdapat

pada lembar balik juga menggunakan bahasa awam atau bahasa yang dapat

dimengerti oleh sasaran, seperti kata dermatitis yang dilengkapi dengan bahasa

awamnya yaitu eksim. Bahasa yang digunakan pada saat penyuluhan juga dapat

mempengaruhi keberhasilan penyuluhan sehingga harus digunakan bahasa yang

dapat dimengerti dan jangan menggunakan istilah asing (Notoatmodjo, 2007).

Sedangkan dari jumlah sasarannya, lembar balik efektif untuk khalayak

kurang dari 12 orang (Dirjen PPM & PL, 2003). Namun pada saat penyuluhan, ada

3 pabrik tahu yang merupakan kelompok lembar balik dan dari ketiga pabrik

tersebut ada 1 pabrik yang respondennya 16 orang (lebih dari 12 orang). Namun hal

tersebut tidak menjadi masalah yang berarti karena berdasarkan hasil uji media,

tulisan dan gambar yang terdapat di lembar balik mudah untuk dilihat.

6.3 Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Kelompok

Leaflet

Dari hasil diketahui bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang potensi

bahaya dan pencegahan dermatitis sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada

kelompok leaflet (p value = 0,000). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya tentang pengaruh penyuluhan dermatitis kontak terhadap

pengetahuan dan sikap pengrajin tahu, dimana didapatkan hasil bahwa terjadi

peningkatan pengetahuan yang cukup berarti setelah dilakukan penyuluhan dengan

media leaflet. Sebelum diberi penyuluhan hanya 5 orang (6,6%) dari 76 orang yang

Page 106: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

87

berpengetahuan baik, sedangkan setelah diberi penyuluhan menjadi 43 orang

(56,6%) pengrajin tahu yang berpengetahuan baik (Ernasari, 2012).

Adanya peningkatan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi

pada kelompok leaflet ini dipengaruhi oleh informasi yang didapat oleh responden

setelah penyuluhan. Sumber informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan yang

dimiliki seseorang (Wulan, 2010). Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya rata-rata

skor pengetahuan dari 2,28 menjadi 4,62.

Selain itu, hasil penyuluhan ini juga dipengaruhi oleh faktor proses dalam

penyuluhan, yaitu metode dan alat bantu atau media yang digunakan dan bahasa

yang digunakan. Metode yang digunakan pada kelompok leaflet adalah metode

ceramah dengan alat bantu atau media yang digunakan yaitu leaflet. Metode

ceramah sangat cocok untuk memberikan informasi kepada khalayak. Metode

ceramah juga cocok digunakan untuk sasaran berpendidikan tinggi dan rendah

(Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu, metode ini cocok untuk pekerja pabrik tahu

yang berpendidikan dasar yaitu SD dan SMP.

Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif

diperlukan alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan informasi

atau sebagai sumber informasi (Notoatmodjo, 2007). Leaflet dapat digunakan

sebagai media penyuluhan dan dapat diberikan sebelum maupun sesudah

penyuluhan. Leaflet diberikan sebelum penyuluhan dimulai agar leaflet dapat

digunakan untuk pembuka serta memfokuskan topik yang akan dibahas. Leaflet

juga dapat diberikan sesudah penyuluhan agar peserta berkonsentrasi penuh pada isi

penyuluhan (Dirjen PPM & PL 2003). Pada penelitian ini, leaflet diberikan sebelum

Page 107: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

88

penyuluhan dimulai sehingga peserta penyuluhan dapat fokus ke topik yang akan

dibahas. Namun, peneliti tidak dapat mengontrol responden dalam membaca leaflet

sebelum penyuluhan, apakah responden benar-benar membaca leaflet atau tidak.

Hal ini dikarenakan setelah mengisi kuesioner pre-test, pekerja pabrik tahu saling

berbincang-bincang dan ada juga pekerja yang keluar dari tempat penyuluhan lalu

kembali lagi saat akan diadakan penyuluhan.

6.4 Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan Antara Kelompok Lembar Balik

dan Kelompok Leaflet

Dari hasil analisis didapatkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata skor

pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan antara kelompok lembar balik dan

kelompok leaflet (p value > 0,05). Tidak adanya perbedaan rata-rata skor

pengetahuan sebelum diberi penyuluhan pada kedua kelompok tersebut dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan pekerja pabrik tahu yang berpendidikan dasar (SD dan

SMP). Tingkat pendidikan yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang

rendah juga. Selain tingkat pendidikan, pengetahuan pekerja pabrik tahu sebelum

diberi pengetahuan juga dipengaruhi oleh paparan informasi dan hubungan sosial

pekerja yang berkaitan dengan potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

Dari kuesioner pre-test soal pilihan ganda, dari total 38 orang pada

kelompok lembar balik, banyak responden yang menjawab salah pada pertanyaan

mengenai pengertian dermatitis (31 orang), gejala dermatitis (30 orang), penyebab

dermatitis (32 orang), sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan (29 orang),

tujuan cuci tangan bagi penyakit dermatitis (34 orang), dan mengenai waktu yang

Page 108: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

89

tepat untuk mencuci tangan (31 orang). Sedangkan pada kelompok leaflet, banyak

yang menjawab salah pada pertanyaan mengenai pengertian dermatitis (31 orang),

gejala dermatitis (31 orang), penyebab dermatitis (31 orang), dampak dermatitis (31

orang), yang diperlukan untuk mencuci tangan (27 orang), tujuan cuci tangan bagi

penyakit dermatitis (33 orang), dan mengenai waktu yang tepat untuk mencuci

tangan (27 orang).

Selain itu, pada soal menjodohkan gambar langkah-langkah mencuci tangan

yang baik dan benar, responden pada kelompok lembar balik dan kelompok leaflet

ini menjawab dengan asal-asalan sehingga banyak yang salah. Responden umumnya

mengisi langkah 1 adalah gambar a (gambar memutar ujung jari-jari tangan kanan di

telapak tangan kiri dan sebaliknya) karena pekerja mengira gambar a adalah gambar

menaruh sabun di telapak tangan. Selain itu, responden umumnya tertukar antara

langkah 2 dan langkah 3. Pekerja berpendapat bahwa yang dibersihkan terlebih

dahulu adalah telapak tangan, setelah itu punggung tangan, sehingga responden

mengisi langkah 2 gambar b (menggosok telapak tangan dan sela jari) dan langkah 3

gambar d (menggosok punggung tangan dan sela jari). Pekerja juga tertukar antara

langkah 7 dan langkah 8. Pekerja berpendapat bahwa keran ditutup dulu dengan

tisu, lalu tisu yang digunakan untuk menutup keran tersebut digunkan untuk

mengeringkan tangan, sehingga pekerja mengisi langkah 7 mencuci tangan adalah

gambar g (gunakan tisu untuk menutup keran) dan langkah 8 adalah gambar h

(mengeringkan tangan dengan tisu).

Hal tersebut terjadi karena para pekerja di 7 pabrik tahu tersebut sama sekali

belum pernah mendapatkan informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan

Page 109: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

90

dermatitis. Menurut teori, paparan informasi yang didapatkan dari orang, media,

maupun dari pendidikan seperti penyuluhan akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang (Sarwono, 1997). Oleh sebab itu, banyak yang salah dalam menjawab

pertanyaan dengan salah dan rata-rata skor pengetahuan pada kedua kelompok

tersebut hampir sama (homogen). Selain itu, skor tertinggi yang didapat juga

termasuk rendah (45% dari total skor).

Pekerja pabrik tahu tersebut juga tidak mendapatkan informasi mengenai

potensi bahaya dan pencegahan dermatitis dari hubungan sosial atau interaksi sosial

para pekerja dengan teman, tetangga, keluarga, atau melalui media seperti internet,

facebook, televisi, dan sebagainya. Padahal, hubungan sosial atau interaksi sosial

yang dilakukan secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi (Wulan, 2010).

Para pekerja pabrik tahu tersebut memang berinteraksi sosial secara kontinyu,

namun tidak pernah bertukar informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis.

Tingkat pendidikan, keterpaparan informasi, dan hubungan sosial terkait

potensi bahaya dan pencegahan dermatitis bersifat homogen. Hal ini sesuai dengan

karakteristik penelitian eksperimen, dimana antara kelompok lembar balik dan

kelompok leaflet mempunyai karakteristik yang hampir sama, sehingga

pengetahuan sebelum diintervensi akan sama.

Page 110: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

91

6.5 Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan Antara Kelompok Lembar Balik

dan Kelompok Leaflet

Dari hasil analisis didapatkan bahwa ada perbedaan rata-rata skor

pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan antara kelompok lembar balik dan

kelompok leaflet (p value < 0,05), dimana rata-rata skor pengetahuan sesudah

dilakukan penyuluhan pada kelompok lembar balik lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok leaflet, walaupun kedua kelompok tersebut diberikan penyuluhan

dengan materi yang sama dan dengan alat bantu yang sama yaitu media cetak, hanya

berbeda bentuknya.

Penggunaan lembar balik yaitu dengan langsung dibuka sesuai dengan topik

pembicaraan untuk diterangkan kepada peserta penyuluhan (Dirjen PPM & PL

2003). Penyuluh memperlihatkan gambar kepada peserta penyuluhan sambil

membaca tulisan yang terletak di halaman belakang gambar. Ukuran lembar balik

yang cukup besar dengan gambar, tulisan, dan komposisi warna yang tepat pada

lembar balik membuat proses pendidikan atau belajar menjadi lebih mudah dan

lebih menarik bagi peserta penyuluhan. Oleh karena itu, peserta penyuluhan fokus

untuk mendengarkan penyuluh serta melihat gambar dan penjelasan yang terdapat

pada lembar balik.

Sedangkan cara penggunaan leaflet dalam penyuluhan ini adalah dengan

membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan setelah diadakan pre-test atau

sebelum penyuluhan dimulai. Peserta diberikan waktu kurang lebih 10 menit untuk

membaca leaflet tersebut. Setelah itu, peneliti akan menjelaskan isi leaflet tersebut

kepada peserta penyuluhan. Leaflet diberikan sebelum penyuluhan dimulai agar

Page 111: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

92

leaflet dapat digunakan untuk pembuka serta memfokuskan topik yang akan dibahas

(Dirjen PPM & PL, 2003). Namun saat penyuluhan berlangsung, peserta menjadi

tidak fokus untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan. Ada peserta

penyuluhan yang masih membaca leaflet dan ada juga peserta yang berbicara

dengan peserta lainnya. Hal ini terjadi karena pekerja merasa sudah mengerti

dengan apa yang dibacanya di leaflet sehingga tidak perlu dijelaskan. Selain itu,

ukuran kertas leaflet yang kecil membuat gambar yang terdapat didalamnya menjadi

kurang jelas, terutama gambar langkah-langkah mencuci tangan dengan baik dan

benar. Oleh karena itu, untuk bagian langkah-langkah cuci tangan yang baik dan

benar, penyuluh juga mempraktekan setiap langkahnya bersama-sama dengan

peserta penyuluhan, baik pada kelompok lembar balik maupun pada kelompok

leaflet.

Namun dari hasil post-test kelompok lembar balik maupun kelompok leaflet,

diketahui bahwa pada soal menjodohkan langkah-langkah cuci tangan yang baik dan

benar masih banyak responden yang salah menjawab. Kelompok lembar balik dan

kelompok leaflet masih banyak menjawab salah pada langkah cuci tangan kedua,

ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Hal ini terjadi karena praktek cuci tangan

yang baik dan benar yang dilakukan dalam penyuluhan ini hanya tiruan atau tidak

benar-benar mempraktekan. Pengetahuan responden mengenai langkah-langkah

cuci tangan yang baik dan benar pada kedua kelompok tersebut akan lebih maksimal

jika penyuluh dan peserta penyuluhan mempraktekan secara langsung langkah-

langkah cuci tangan tersebut. Dengan mempraktekan secara langsung langkah-

langkah cuci tangan yang baik dan benar, tingkatan pengetahuan peserta penyuluhan

Page 112: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

93

tidak hanya mengetahui, namun juga memahami setiap langkahnya dan

menginterpretasikannya dengan benar sehingga dapat mengaplikasikannya pada

situasi atau kondisi sebenarnya.

Dari kerucut pembelajaran Edgar Dale, memang pengalaman atau praktek

tiruan mempunyai intensitas yang lebih tinggi atau lebih efektif untuk

mempersepsikan bahan pendidikan daripada hanya dengan gambar, tulisan, dan

kata-kata. Namun, pengalaman langsung mempunyai intensitas yang paling tinggi

atau paling efektif untuk mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran

(Notoatmodjo, 2007).

6.6 Perbedaan Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Lembar Balik dan

Kelompok Leaflet

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok lembar balik maupun

kelompok leaflet sama-sama dapat meningkatkan pengetahuan. Hal ini terlihat dari

selisih skor pengetahuan sesudah dan sebelum intervensi penyuluhan yang semua

hasilnya positif. Namun, ada perbedaan rata-rata perubahan pengetahuan antara

kelompok lembar balik dan kelompok leaflet (p value = 0,030), dimana rata-rata

perubahan pengetahuan pada kelompok lembar balik lebih besar dibandingkan

dengan rata-rata perubahan pengetahuan pada kelompok leaflet sehingga dapat

disimpulkan bahwa penyuluhan dengan menggunakan media lembar balik lebih

bermakna dalam meningkatkan pengetahuan tentang potensi bahaya dan

pencegahan dermatitis dibandingkan dengan penyuluhan menggunakan media

leaflet.

Page 113: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

94

Dengan menggunakan lembar balik, proses pendidikan atau belajar menjadi

lebih mudah dan lebih menarik bagi peserta penyuluhan, dimana gambar dan tulisan

serta komposisi warna yang tepat dapat membantu dan mempermudah proses

pemahaman (Dirjen PPM & PL, 2003). Walaupun tempat penyuluhan sedikit gelap,

peserta penyuluhan masih dapat melihat lembar balik karena ukurannya yang cukup

besar. Cara penggunaan lembar balik yaitu langsung dibuka sesuai dengan topik

pembicaraan untuk diterangkan kepada peserta penyuluhan (Dirjen PPM & PL

2003). Oleh karena itu, peserta penyuluhan fokus untuk mendengarkan penyuluh

serta melihat gambar dan penjelasan yang terdapat pada lembar balik.

Leaflet juga dapat membantu proses pendidikan atau belajar. Leaflet berisi

penjelasan singkat dan jelas serta dapat dilengkapi dengan gambar yang sederhana

(Sutrisno, 2012). Ukuran kertas leaflet yang kecil membuat gambar yang terdapat

didalamnya menjadi kurang jelas, terutama gambar langkah-langkah mencuci

tangan dengan baik dan benar. Namun, untuk bagian langkah-langkah cuci tangan

yang baik dan benar, penyuluh juga mempraktikan setiap langkahnya bersama-sama

dengan peserta penyuluhan, baik pada kelompok lembar balik maupun pada

kelompok leaflet.

Jika dilihat, kelompok leaflet terpapar informasi lebih banyak daripada

kelompok lembar balik. Kelompok leaflet terpapar informasi mengenai potensi

bahaya dan pencegahan dermatitis sebanyak dua kali, yaitu saat diberikan waktu

kurang lebih 10 menit untuk membaca leaflet setelah pre-test dan saat mendapatkan

penjelasan dari penyuluh mengenai isi leaflet tersebut. Sementara pada kelompok

lembar balik, informasi hanya didapat saat penyuluh menjelaskan apa yang ada di

Page 114: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

95

lembar balik. Dari banyaknya keterpaparan informasi tersebut, kelompok leaflet

harusnya mendapatkan rata-rata skor pengetahuan sesudah intervensi penyuluhan.

Dalam proses peningkatan pengetahuan, seseorang yang lebih terpapar informasi

akan memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga akan mempengaruhi

tingkat pengetahuannya (Wulan, 2010). Namun dalam penelitian ini, rata-rata skor

pengetahuan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok leaflet. Hal ini terjadi karena setelah leaflet

dibagikan, peserta penyuluhan pada kelompok leaflet tidak membaca leaflet tersebut

dengan baik. Ada peserta yang sama sekali tidak membacanya, ada peserta yang

membaca sekilas saja, namun ada juga yang benar-benar membaca leaflet tersebut.

Hal ini disebabkan karena penyuluh tidak mengontrol peserta saat membaca leaflet

tersebut. Leaflet dapat menjadi kertas percuma kecuali penyuluh secara aktif

melibatkaan sasaran penyuluhan dalam membaca dan menggunakan materi (Depkes

RI, 2008). Sasaran leaflet juga harus mempunyai minat dalam membaca (Lucie,

2005). Oleh karena itu, untuk memotivasi orang untuk mau membaca, leaflet harus

didukung dengan gambar menarik (Dirjen PPM & PL, 2003). Selain itu, leaflet

kurang cocok digunakan untuk sasaran peserta penyuluhan dengan tingkat

pendidikan rendah karena minat membaca orang dengan tingkat pendidikan rendah

lebih rendah daripada orang dengan tingkat pendidikan menengah maupun tinggi

(Lucie, 2005).

Page 115: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

96

6.7 Hubungan Antara Sumber Informasi Dengan Perubahan Pengetahuan Pada

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, dimana seseorang yang lebih

terpapar informasi akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan

orang yang tidak pernah terpapar informasi (Wulan, 2010). Sumber informasi

tersebut dapat diperoleh dari masyarakat sekitar, penyuluhan, media cetak, media

elektronik, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, semua pekerja pabrik tahu dari

kelompok lembar balik maupun kelompok leaflet sebelumnya tidak pernah

mendapatkan informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis

kontak dari manapun, seperti dari penyuluhan lainnya, TV, internet, koran, dan

sebagainya. Oleh karena itu, sumber informasi tidak berpengaruh dalam perubahan

pengetahuan yang terjadi pada kedua kelompok intervensi. Dengan demikian,

perubahan pengetahuan yang terjadi betul-betul karena intervensi penyuluhan yang

dilakukan oleh peneliti.

6.8 Hubungan Antara Hubungan Sosial Dengan Perubahan Pengetahuan Pada

Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Hubungan sosial atau disebut juga dengan interaksi sosial merupakan hubungan

timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain, saling

mempengaruhi, dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong (Saraswati,

2008). Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar

informasi (Wulan, 2010). Interaaksi sosial dapat terjadi melalui tatap muka secara

langsung atau melalui perantara seperti telepon, sms, televisi, internet, daan

Page 116: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

97

sebagainya. Dalam penelitian ini, interaksi sosial yang dilakukan pekerja pabrik

tahu dari kelompok lembar balik maupun kelompok leaflet dengan pekerja lainnya,

teman, tetangga, keluarga, internet, dan sebagainya tidak pernah membicarakan

atau bertukar informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis. Oleh

karena itu, hubungan sosial tidak berpengaruh dalam perubahan pengetahuan yang

terjadi pada kedua kelompok intervensi. Dengan demikian, perubahan pengetahuan

yang terjadi betul-betul karena intervensi penyuluhan yang dilakukan oleh peneliti.

Page 117: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

98

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis

sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik.

2. Ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis

sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok leaflet.

3. Tidak ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis sebelum intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik dan

kelompok leaflet.

4. Ada perbedaan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis

sesudah intervensi penyuluhan pada kelompok lembar balik dan kelompok leaflet.

5. Ada perbedaan perubahan pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan

dermatitis yang terjadi antara penyuluhan dengan media lembar balik dengan

media leaflet pada pekerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan

Ciputat Timur Tahun 2013, dimana penyuluhan dengan menggunakan media

lembar balik lebih bermakna dalam meningkatkan pengetahuan tentang potensi

bahaya dan pencegahan dermatitis dibandingkan dengan penyuluhan

menggunakan media leaflet.

6. Tidak ada hubungan antara sumber informasi dengan perubahan pengetahuan

tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

Page 118: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

99

7. Diketahuinya hubungan antara hubungan sosial dengan perubahan pengetahuan

tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

7.2 Saran

1. Bagi Pengelola Pabrik Tahu

a. Diharapkan dapat memenuhi kewajibannya untuk menyediakan sarung tangan

karet dan sabun mandi cair bagi pekerja pabrik tahu sebagai langkah untuk

mencegah dermatitis kontak.

b. Sebaiknya pabrik tahu menggunakan mesin pengaduk dan penyaring mekanik

agar tidak sepenuhnya menggunakan tenaga manusia sehingga paparan

terhadap larutan penggumpal dapat berkurang.

c. Sebaiknya pemilik pabrik tahu menyediakan wadah yang lebih besar untuk

bak penyaringan. Jika menggunakan wadah penyaringan yang lebih besar,

frekuensi melakukan penyaringan dapat dikurangi dan itu akan mengurangi

frekuensi pekerja dalam berkontak dengan bahan penggumpal saat tahapan

penyaringan.

2. Bagi Pekerja

a. Diharapkan pekerja mencuci tangannya dengan air mengalir dan sabun cair

sebelum bekerja, saat berpindah proses kerja, serta setelah bekerja sehingga

tidak ada larutan penggumpal yang menempel di kulit.

Page 119: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

100

b. Diharapkan pekerja menggunakan sarung tangan yang telah disediakan oleh

pemilik pabrik sehingga dapat mengurangi risiko larutan penggumpal

mengenai kulit tangan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan tidak saja hanya mengukur perubahan pengetahuan, tetapi juga

mengukur faktor predisposing lainnya seperti sikap, keyakinan, kepercayaan,

dan sebagainya, sehingga materi yang disampaikan saat penyuluhan juga

dapat merubah perilaku responden menjadi lebih baik agar terhindar dari

dermatitis kontak.

b. Diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

lebih banyak lagi sehingga dapat lebih dikendalikan agar perubahan

pengetahuan yang terjadi benar-benar karena intervensi penyuluhan yang

diberikan.

c. Media yang digunakan dalam penyuluhan sebaiknya menggunakan media

yang lebih banyak melibatkan pancaindra yang digunakan, seperti

menggunakan media video atau film pendek, karena dengan semakin banyak

melibatkan pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas

pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.

d. Dalam menjelaskan langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar,

sebaiknya dilakukan praktek langsung sehingga peserta penyuluhan lebih

dapat memahami setiap langkah cuci tangan dan dapat mengaplikasikannya.

Page 120: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

DAFTAR PUSTAKA

Agius, R., Seaton Anthony. 2005. Practical Occupational Medicine. United Kingdom :

Edward Arnold Ltd.

Ariawiyana, Febby. 2013. Tahu tanpa Cuka, Tahu Nigarin. Diakses dari

Kompasiana.com/post/wirausaha/2012/08/23/tahu-tanpa-cuka-tahu-nigarin pada 6

Mei 2013 pukul 20.00 WIB

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Azizah, Utiya. 2010. Hubungan Tingkat Keasaman dengan pH. Diakses dari

www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asamdanbasa/hubungan-tingkat-

keasaman-dengan-ph/ pada 8 Mei 2013 pukul 23.00 WIB

CDC. 2010. Handwashing:Clean Hands Save Lives. Diakses dari www.cdc.gov pada 10

Mei pukul 20.00 WIB

Depkes RI. 2004. Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

. 2008. Field Book Metode dan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

Djuanda A. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI

Dirjen PPM & PL. 2003. Panduan Penggunaan Media Penyuluhan. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI

Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Block CV. F.

Lhoksemawe Tahun 2008. Tesis. Universitas Sumatera Utara

Page 121: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Ernasari. 2012. Pengaruh Penyuluhan Dermatitis Kontak Terhadap Pengetahuan dan

Sikap Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011.

Tesis. Universitas Sumatera Utara

Ferdian, Riska. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis

Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Di Wilayah Kecamatan Ciputat Dan Ciputat

Timur Tahun 2012. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Isnaini. 2011. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pekerja Tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tesis. Universitas Indonesia

Keraf, Sonny. 2001. Ilmu Pengetahuan:Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta:

Kanisius

Lemeshow S, Hosmer DW. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan.

Penerjemah: Pramono D. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Lestari, Fatma dan Utomo HS. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di Pt. Inti Pantja Press Industri. Depok:

Departemen K3 FKM UI

. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Pada

Pekerja Yang Terpajan Dengan Bahan Kimia Di Perusahaan Industri Otomotif

Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Depok: Departemen K3 FKM UI

Liliweri. 2007. Komunikasi dan Perubahan Perilaku. Jakarta: Gramedia

Page 122: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lucie, S.2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor :Ghalia

Indonesia

Markkanen, Pia K. 2004. Kertas Kerja 9: Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

Indonesia. Filipina: ILO Subregional Office for South-East Asia and the Pasific

Marks, JG. 2002. Contact and Occupational Dermatology. UK: Occupational Medicine

Maulana, Heri D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Mubarok, Wahid Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Nuraga, Wisnu. 2006. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak

Pada Pekerja Yang Terpajan Dengan Bahan Kimia Di PT. Moric Indonesia

Tahun 2006. Tesis. Universitas Indonesia

Nurazizah, Dhiena. 2011. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai ASI

Eksklusif dan IMD Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Kelurahan Pengasinan,

Kecamatan Sawangan Depok Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia

Nurjanah, Rina. 2009. Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Cuci Tangan Pakai

Sabun pada Siswa SD Pertiwi Kota Bandung Tahun 2009. Skripsi. Universitas

Indonesia

Ruhdiat, Rudi. 2006. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak

Akibat Kerja Pada Pekerja Laboratorium Kimia Di PT Sucofindo Area Cibitung

Bekasi Tahun 2006. Tesis. Universitas Indonesia

Saraswati, Mila dan Ida Widaningsih. 2008. Be Smart IPS. Bandung: Grafindo Media

Pratama

Page 123: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Sarwono, Sarlito W. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko Gunung

Agung

Sumardiyono. 2010. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Terhadap Peningkatan Pengetahuan K3 Pada Pekerja Peternak Ayam di Jaten

Karanganyar. Skripsi. Universitas Negeri Solo (UNS)

Suprapti, M. Lies. 2005. Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Kanisius

Suriasumantri, J.S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sutrisno, Edy. 2012. Efektifitas Leaflet Sebagai Media Sosialisasi Pelayanan Pada

Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTTPM) Kabupaten

Sragen.

WHO. 2005. WHO Guidelies On Hand Hygiene In Health Care. Geneva: WHO Press

W.J. Cunliffe. 1998. Handbook Of Dermatological Treatments. British: Blackwell

Science

Wolff, Klause, Johnson RA. 2007. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of Clinical

Dermatology Fifth Edition. The McGraw-Hill Companies

Wulan,Wita. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Ibu Hamil

di RSU Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Page 124: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

LAMPIRAN

Page 125: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 1

Hasil Uji Media Lembar Balik

Pertanyaan Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Laboran Promkes

Apakah anda

mengerti informasi

yang ada dalam

media?

Untuk judul, bahasa

dermatitis lebih

disederhanakan

dengan

menggunakan bahasa

sehari – hari.

Ya Ya Ya Ya

Apakah informasi

dalam media

memberikan

pengetahuan bagi

anda?

Ya Ya Ya Ya Ya

Apakah pesan yang

tertuang dalam

media memberikan

kesinambungan

informasi?

Ya Ya Ya Ya Di judul tambahin gambar

pekerja pabrik tahu supaya jelas

sasarnnya siapa

Apakah ada kata-

kata yang tidak

dipahami?

Bahasa dermatitis

lebih disederhanakan

dengan

menggunakan bahasa

sehari – hari.

Bahasa dermatitis lebih

disederhanakan dengan

menggunakan bahasa

sehari – hari.

Penjelasan untuk

akibat/dampak

sebaiknya jangan

langsung menurunnya

produktifitas berikan

alur yang agak panjang

sedikit

Mungkin dermatitisnya

ada penjelasan secara

definisi masyarakat

awam

Tidak

Apakah bahasa

yang digunakan di

dalam media lembar

balik cukup jelas?

Ya Ya Ya Ya Ya

Apakah anda

mengalami

kesulitan dalam

membaca informasi

Untuk sasaran

dengan pendidikan di

bawah SMP

sepertinya kurang

Tidak Tidak Tidak Tidak

Page 126: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

di media lembar

balik?

sampai.

Apakah hurufnya

terlalu kecil bagi

anda?

Ya Ukuran huruf pada bagian

penyejalasan lebih

diperbesar agar lebih

mudah terlihat.

Tidak, jika ukurannya

A4

Huruf monoton, klo

bisa font d buat

menarik dan ukuran di

sesuaikan dengan

gambar ( hampir sama

besarnya atau setengah

dari gambar)

fontnya tidak serasi.

subjudul tujuan cuci tangan

kenpa gak di tulis kayak gini

“apa sih tujuan mencuci

tangan?” kayak yang tulisan

“apa itu dermatitis?”

Ada beberapa tulisan yg di

bold

Apakah gambar

pada media lembar

balik ini mudah

terlihat?

Ya Ya Ya Ya Ya

Apakah gambar-

gambar yang

ditampilkan

menarik perhatian

Anda?

Ya Ya Ya di perhalus border

gambarnya

Untuk judul lebih eye

catching biar menarik

Gambarnya kotak2 terkesan

kaku

Nomor gambar langkah2,

warna kotaknya jangan hitam

Apakah gambar

yang ditampilkan

terlalu banyak?

Sudah ideal jumlah

gambar yang

ditampilkan

Penempatan dan jumlah

gambar yang digunakan

sudah sesuai dengan

penjelasan

Tidak lebih di perjelas

maksud dari gambarnya

Subjudul waktu cuci tangan,

kenapa gak di tambahin ada

gambar jamnya

Apakah warna-

warna dalam media

lembar balik

menarik bagi anda?

Hurufnya terlalu

datar warnanya

Ya Warna terlalu monoton Warna masih kurang,

terlihat monoton dan

standar

Lembaran yg utk peserta

kurang menarik.backgroundnya

diwarnain

Apakah penempatan

teks dan gambar

sudah sesuai?

Ya Seharusnya pada bagian

muka, tidak hanya

tercantumlogo uin saja

tetapi judul dari leaflet

tersebut juga di

cantumkan pada bagian

muka leaflet ini.

Ya Ya Banyakin lg gambarnya

Page 127: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 2

Hasil Uji Media Leaflet

Pertanyaan Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Laboran Promkes

Apakah anda

mengerti informasi

yang ada dalam

media?

Untuk judul leaflet,

bahasa dermatitis lebih

disederhanakan dengan

menggunakan bahasa

sehari – hari.

Ya bahasa dermatitis

sebaiknya diganti

denga bahasa sehari-

hari

Ya Ya

Apakah informasi

dalam media

memberikan

pengetahuan bagi

anda?

Ya Ya Ya Ya Ya

Apakah pesan yang

tertuang dalam media

memberikan

kesinambungan

informasi?

Ya Ya Ya Setiap gambar yang ada

di perjelas dengan kata-

kata biar tidak terjadi

ambiguitas

Di judul tambahin gambar

pekerja pabrik tahu

supaya jelas sasarnnya

siapa

Apakah ada kata-kata

yang tidak dipahami?

Bahasa dermatitis lebih

disederhanakan dengan

menggunakan bahasa

sehari – hari.

Bahasa dermatitis lebih

disederhanakan dengan

menggunakan bahasa sehari

– hari.

Bahasa dermatitis

lebih disederhanakan

dengan menggunakan

bahasa sehari – hari.

Mungkin dermatitisnya

ada penjelasan secara

definisi masyarakat

awam

Tidak

Apakah bahasa yang

digunakan di dalam

media leaflet cukup

jelas?

Ya Ya Ya Ya Ya

Apakah anda

mengalami kesulitan

dalam membaca

informasi di media

leaflet?

Untuk sasaran dengan

pendidikan di bawah

SMP sepertinya kurang

sampai.

Tidak bahasa yang

digunakan juga harus

disesuaikan dengan

tingkat pendidikan

para pekerja.

Tidak Tidak

Apakah hurufnya

terlalu kecil bagi

anda?

Ya Ukuran huruf pada bagian

penyejalasan lebih

diperbesar agar lebih

Gunakan font yang

agak besar,

Huruf monoton, klo bisa

font d buat menarik dan

ukuran di sesuaikan

fontnya tidak serasi.

Spasinya tidak sama

subjudul tujuan cuci

Page 128: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

mudah terlihat.

Pada sub judul, seharusnya

lebih di tebalkan.

dengan gambar ( hampir

sama besarnya atau

setengah dari gambar)

tangan kenpa gak di

tulis kayak gini “apa sih

tujuan mencuci

tangan?” kayak yang

tulisan “apa itu

dermatitis?”

Ada beberapa tulisan

yg di bold

Apakah gambar pada

media leaflet ini

mudah terlihat?

Ya Ya Ya Ya Ya

Apakah gambar-

gambar yang

ditampilkan menarik

perhatian Anda?

Ya Ya Ya di perhalus border

gambarnya

Untuk judul lebih eye

catching biar menarik

Gambarnya kotak2

terkesan kaku

Nomor gambar

langkah2, warna

kotaknya jangan hitam

Apakah gambar yang

ditampilkan terlalu

banyak?

Sudah ideal jumlah

gambar yang

ditampilkan

Penempatan dan jumlah

gambar yang digunakan

sudah sesuai dengan

penjelasan

kurangi beberapa

gambar

lebih di perjelas maksud

dari gambarnya

Subjudul waktu cuci

tangan, kenapa gak di

tambahin ada gambar

jamnya

Apakah warna-warna

dalam media leaflet

menarik bagi anda?

Hurufnya terlalu datar

warnanya

Ya warna untuk tulisan

masih terlalu

monoton

Warna masih kurang,

terlihat monoton dan

standar leaflet biasa yang

ada

Tulisan dan warna

backgroundnya

diperhatikan, biar jelas

kebacanya, gak samar.

Apakah penempatan

teks dan gambar

sudah sesuai?

Ya Seharusnya pada bagian

muka, tidak hanya

tercantumlogo uin saja

tetapi judul dari leaflet

tersebut juga di cantumkan

pada bagian muka leaflet

ini.

Ya Ya Banyakin lg gambarnya

Page 129: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 3

Lembar Balik Sebelum Uji Media

1 2 3 4

5 8 7 6

9 10 11 12

Page 130: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

14 15 16

13

18 19 17

Page 131: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 4

Lembar Balik Sesudah Uji Media

1 2 3 4

5 8 7 6

9 10 11 12

Page 132: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

14 15 16

13

18 19 17

Page 133: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 5

Leafllet Sebelum Uji Media

Page 134: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 6

Leaflet Sesudah Uji Media

Page 135: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 7

Kuesioner Pengetahuan Potensi Bahaya dan Pencegahan Dermatitis

Nama :

No.Telp/HP :

A. Berilah tanda silang (x) pada pilihan A, B, C, atau D yang menurut Anda tepat

1. Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit biasanya terjadi di .....

a. Wajah, lengan bawah, dan tangan

b. Lengan bawah, tangan, dan kaki

c. Kaki, wajah, dan lengan bawah

d. Tangan, wajah, dan kaki

2. Gejala dermatitis atau eksim yaitu .....

a. Gatal, panas di kulit, kulit merah, bengkak, tangan kesemutan

b. Permukaan kulit bergelembung, bengkak, kesemutan, tangan kaku

c. Kulit merah, gatal, panas di kulit, bengkak, permukaan kulit bergelembung

d. Bengkak, permukaan kulit bergelembung, kulit merah, tangan kaku, tangan

kesemutan

3. Penyebab dermatitis di pabrik tahu adalah …..

a. Tangan yang selalu basah terkena air dan tidak dikeringkan dengan benar

b. Larutan penggumpal/sioh koh yang menempel di kulit dan tidak dibersihkan

dengan benar

c. Semua benar

d. Semua salah

4. Berikut ini merupakan dampak dermatitis, kecuali …..

a. Menghambat pekerjaan akibat rasa terbakar dan panas di tangan

b. Penurunan pendapatan

c. Meningkatnya hari tidak masuk kerja

d. Meningkatkan jumlah produksi tahu

5. Dermatitis dapat dicegah dengan menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan

dengan .....

a. Air kobokan dan sabun colek

b. Air kobokan dan sabun mandi

c. Air selang dan sabun colek

d. Air selang dan sabun mandi

Page 136: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

6. Bahan sarung tangan yang cocok digunakan untuk pekerja pembuat tahu yaitu .....

a. Kulit

b. Karet

c. Plastik

d. Asbes

7. Cuci tangan yang baik dan benar adalah aktivitas membersihkan bagian .....

a. Punggung tangan, telapak tangan, dan jari,

b. Telapak tangan, punggung tangan, dan kuku

c. Punggung tangan, jari, dan kuku

d. Telapak tangan, jari, dan kuku

8. Sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan adalah sabun …..

a. mandi cair

b. mandi batang

c. colek

d. detergen

9. Yang diperlukan untuk cuci tangan yang baik dan benar yaitu .....

a. Sabun detergen, air kobokan, dan lap

b. Sabun detergen, air selang, dan lap

c. Sabun mandi, air selang, dan lap

d. Sabun mandi, air kobokan dan lap

10. Air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air mengalir yang bersih. Ciri-ciri

air yang bersih yaitu …..

a. Berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau

b. Tidak berwarna, tidak berasa, berbau kedelai

c. Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau

d. Berwarna putih, tidak berasa, berbau kedelai

11. Berikut ini tujuan cuci tangan bagi penyakit dermatitis yaitu…..

a. Membersihkan larutan penggumpal yang menempel di kulit

b. Memboroskan sabun dan air yang digunakan pada saat mencuci tangan

c. Mencegah penularan penyakit

d. Mencegah penyebaran bakteri dan kuman

12. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah,

a. Setelah bersentuhan dengan larutan penggumpal

b. Saat berpindah proses kerja

c. Semua benar

d. Semua salah

Page 137: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

B. Urutkanlah langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar dengan gambar

yang sesuai di sebelah kanan

1. Langkah 1 [.....]

2. Langkah 2 [.....]

3. Langkah 3 [.....]

4. Langkah 4 [.....]

5. Langkah 5 [.....]

7. Langkah 7 [.....]

8. Langkah 8 [.....]

6. Langkah 6 [.....]

a.

b.

f.

h.

c.

e.

g.

d.

Page 138: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 8

Kuesioner Tentang Sumber Informasi Dan Hubungan Sosial

Nama :

No.Telp/HP :

1. Apakah sebelumnya Anda pernah mendapatkan informasi tentang penyakit dermatitis

dan pencegahannya (penggunaan sarung tangan dan cuci tangan yang baik dan

benar)?

a. Pernah, dari (Jawaban boleh lebih dari satu)

1) Keluarga

2) Teman

3) Penyuluhan sebelumnya

b. Tidak pernah

2. Apakah Anda dengan keluarga/teman/tetangga pernah membicarakan mengenai :

Ya Tidak

Penyakit dermatitis (eksim)

Penggunaan sarung tangan di tempat kerja

Mencuci tangan yang baik dan benar

3. Apakah dari media seperti TV, radio, koran, internet (google, twitter, facebook,dsb),

Anda pernah mendapatkan informasi mengenai:

Ya Tidak

Penyakit dermatitis (eksim)

Penggunaan sarung tangan di tempat kerja

Mencuci tangan yang baik dan benar

Page 139: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Lampiran 9

Output Penelitian

1. Uji Normalitas

a. Kelompok Lembar Balik

Explore Descriptives

Statistic Std. Error

Pretest Mean 2.3158 .16485

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.9818

Upper Bound 2.6498

5% Trimmed Mean 2.2675

Median 2.0000

Variance 1.033

Std. Deviation 1.01623

Minimum 1.00

Maximum 4.50

Range 3.50

Interquartile Range 1.50

Skewness .676 .383

Kurtosis -.439 .750

Posttest Mean 5.6053 .30823

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 4.9807

Upper Bound 6.2298

5% Trimmed Mean 5.5760

Median 5.2500

Variance 3.610

Std. Deviation 1.90006

Minimum 2.50

Maximum 9.00

Range 6.50

Interquartile Range 3.12

Skewness .303 .383

Kurtosis -.999 .750

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest .175 38 .005 .912 38 .006

Posttest .125 38 .140 .949 38 .080

a. Lilliefors Significance Correction

Page 140: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

b. Kelompok Leaflet

Explore

Descriptives

Statistic Std. Error

Pretest Mean 2.2763 .17760

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.9165

Upper Bound 2.6362

5% Trimmed Mean 2.2383

Median 2.0000

Variance 1.199

Std. Deviation 1.09481

Minimum .50

Maximum 4.50

Range 4.00

Interquartile Range 1.50

Skewness .643 .383

Kurtosis -.491 .750

Posttest Mean 4.6184 .28377

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 4.0435

Upper Bound 5.1934

5% Trimmed Mean 4.5482

Median 4.5000

Variance 3.060

Std. Deviation 1.74926

Minimum 2.00

Maximum 8.50

Range 6.50

Interquartile Range 3.00

Skewness .443 .383

Kurtosis -.637 .750

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest .179 38 .004 .921 38 .011

Posttest .112 38 .200* .947 38 .071

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Page 141: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

c. Kedua kelompok

Explore

Descriptives

Statistic Std. Error

Pretest Mean 2.2961 .12037

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.0563

Upper Bound 2.5358

5% Trimmed Mean 2.2529

Median 2.0000

Variance 1.101

Std. Deviation 1.04937

Minimum .50

Maximum 4.50

Range 4.00

Interquartile Range 1.50

Skewness .641 .276

Kurtosis -.509 .545

Posttest Mean 5.1118 .21574

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 4.6821

Upper Bound 5.5416

5% Trimmed Mean 5.0541

Median 5.0000

Variance 3.537

Std. Deviation 1.88078

Minimum 2.00

Maximum 9.00

Range 7.00

Interquartile Range 3.00

Skewness .383 .276

Kurtosis -.764 .545

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest .177 76 .000 .918 76 .000

Posttest .116 76 .013 .954 76 .007

a. Lilliefors Significance Correction

Page 142: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

2. Analisis Univariat

a. Gambaran Pengetahuan Pada Kelompok Lembar Balik

Statistics

Pretest Posttest

N Valid 38 38

Missing 0 0

Mean 2.3158 5.6053

Median 2.0000 5.2500

Mode 1.50a 5.00

Std. Deviation 1.01623 1.90006

Minimum 1.00 2.50

Maximum 4.50 9.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

b. Gambaran Pengetahuan Pada Kelompok Leaflet

Statistics

Pretest Posttest

N Valid 38 38

Missing 0 0

Mean 2.2763 4.6184

Median 2.0000 4.5000

Mode 1.50 2.50

Std. Deviation 1.09481 1.74926

Minimum .50 2.00

Maximum 4.50 8.50

3. Analisis Bivariat

a. Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada

Kelompok Lembar Balik

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest - Pretest Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 38b 19.50 741.00

Ties 0c

Page 143: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

Total 38

a. Posttest < Pretest

b. Posttest > Pretest

c. Posttest = Pretest

Test Statisticsb

Posttest - Pretest

Z -5.378a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Perbandingan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada

Kelompok Leaflet

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest - Pretest Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 38b 19.50 741.00

Ties 0c

Total 38

a. Posttest < Pretest

b. Posttest > Pretest

c. Posttest = Pretest

Test Statisticsb

Posttest - Pretest

Z -5.386a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 144: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

c. Perbandingan Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan Antara Kelompok

Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Mann-Whitney Test

Ranks

Penyuluhan N Mean Rank Sum of Ranks

Pre

test

Lembar balik 38 39.17 1488.50

Leaflet 38 37.83 1437.50

Total 76

Test Statisticsa

Pretest

Mann-Whitney U 696.500

Wilcoxon W 1.438E3

Z -.268

Asymp. Sig. (2-tailed) .788

a. Grouping Variable: Penyuluhan

d. Perbandingan Pengetahuan Sesudah Intervensi Penyuluhan Antara Kelompok

Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Mann-Whitney Test

Ranks

Penyuluhan N Mean Rank Sum of Ranks

Postt

est

Lembar balik 38 44.05 1674.00

Leaflet 38 32.95 1252.00

Total 76

Test Statisticsa

Posttest

Mann-Whitney U 511.000

Wilcoxon W 1.252E3

Z -2.201

Asymp. Sig. (2-tailed) .028

a. Grouping Variable: Penyuluhan

Page 145: PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA …

e. Perbedaan Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Lembar Balik dan

Kelompok Leaflet

Mann-Whitney Test

Ranks

Penyuluhan N Mean Rank Sum of Ranks

Perubahan Lembar balik 38 43.96 1670.50

Leaflet 38 33.04 1255.50

Total 76

Test Statisticsa

Perubahan

Mann-Whitney U 514.500

Wilcoxon W 1255.500

Z -2.168

Asymp. Sig. (2-tailed) .030

a. Grouping Variable: Penyuluhan