54
LAPORAN AKHIR PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH SKALA 1:50.000 HAMDAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 No. Kode: 26/1801.013/011/D/Lapkir/2013

PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

LAPORAN AKHIR

PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKULU

TENGAH SKALA 1:50.000

HAMDAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2013

No. Kode: 26/1801.013/011/D/Lapkir/2013

Page 2: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

LAPORAN AKHIR

PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKULU

TENGAH SKALA 1:50.000

HAMDAN AGUS DARMADI IRMA CALISTA

BAHAGIA SUARDI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2013

Page 3: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

ii

KATA PENGANTAR

Penyusunan Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan zona

agroekologi (ZAE) mempunyai arti penting mendukung pelaksanaan penelitian

dan pengkajian oleh BPTP Bengkulu, sedangkan bagi pemerintah daerah untuk

perencanaan pengembangan pertanian. Data dan informasi yang dihasilkan dari

kegiatan ini berupa data sumberdaya tanah/lahan terformat dalam data base

yang dinamis, sehingga bisa di update sesuai dengan kepentingan pengguna.

Peta-peta yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan dalam menentukan

pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Bengkulu Tengah. Untuk

mendapatkan informasi yang lebih komprehensif khususnya pewilayahan

komoditas pertanian untuk mendukung perencanaan pengembangan pertanian di

Kabupaten Bengkulu Tengah maka pada tahun anggaran 2013 dilakukan

penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan Zona Agro

Ekologi (ZAE).

Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

dilaksanakan, berupa interprestasi data iklim, interprestasi data sumberdaya

lahan berdasarkan analisis terain, dan pelaksanaan survey tanah. Kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan laporan ini, disampaikan

banyak terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Desember 2013

Hamdan, SP.,M.Si NIP197706212002121001

Page 4: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

iii

LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RPTP : Peta Pewilayah Komoditas Pertanian/AEZ-II

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km.6.5 Kel. Semarang Kota Bengkulu

38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2013 5. Status Penelitian (L/B) : Baru 6. Penanggung jawab : a. Nama : Hamdan, SP., M.Si b. Pangkat/Golongan : Penata III/c c. Jabatan : Peneliti Pertama 7. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem : - 9. Tahun Mulai : 2013 10. Tahun Selesai : 2013 11. Output tahunan : - 12. Output Akhir : Peta Satuan Lahan dan Peta Pewilayahan

Komoditas Pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah Skala 1:50.000

13. Biaya : Rp. 100.000.000 ( Seratus Juta Rupiah)

Koordinator Program

Dr. Dr. Ir. Wahyu Wibawa,MP NIP.19690427 199803 1 001

Penanggungjawab RPTP Hamdan,SP., M.Si NIP. 19772106 200212 1 001

Mengetahui,

Kepala BBP2TP,

Dr. Ir. Agung Hendriadi, MSc NIP. 19610802 198903 1 011

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

Page 5: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

iv

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR........................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii DAFTAR ISI ..................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii RINGKASAN DAN SUMMARY ......................................................... viii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang..................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................ 3 1.3. Luaran ................................................................................ 3 1.4. Perkiraan Dampak dan Manfaat ............................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI 3.1. Evaluasi Sumberdaya Lahan ................................................. 11 3.2. Inventarisasi Sumberdaya Lahan ........................................... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Penelitian ................................................................. 15 4.2. Penduduk ........................................................................... 16 4.3. Kondisi Iklim ........................................................................ 16 4.4. Zona agroklimat dan tipe hujan ............................................ 17 4.5. Landform dan relief .............................................................. 18 4.6. Evaluasi lahan .................................................................... 23 4.7. Pewilayahan komoditas pertanian ......................................... 26

V. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA ANALISIS RISIKO JADUAL KERJA PEMBIAYAAN PERSONALIA

Page 6: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

v

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah penduduk dirinci per kecamatan di Kabupaten Bengkulu

Tengah Tahun 2012 dan luas kecamatan ........................................ 16

2. Anasir iklim Kabupaten Bengkulu Tengah ........................................ 17

3. Rincian distribusi hujan bulanan, hari hujan dan klasifikasi hujan menurut Schmidt&Fergusson dan Oldeman ..................................... 18

4. Rincian landform di Kabupaten Bengkulu Tengah ............................ 19

5. Legenda satuan peta tanah Kabupaten Bengkulu Tengah ................. 22

6. Rincian relief Kabupaten Bengkulu Tengah ...................................... 23

7. Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan untuk komoditas pertanian ...................................................................... 24

8. Kondisi biofisik dan kimia lahan, iklim Kabupaten Bengkulu Tengah .... 25

9. Legenda pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah ........................................................................ 27

10. Beberapa alternatif tehnik konservasi tanah, persyaratan, kegunaan dan kendala penerapannya ........................................... 29

Page 7: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram alir penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian ..... 10

2. Peta Kabupaten Bengkulu Tengah ................................................... 15

3. Peta satuan lahan Kabupaten Bengkulu Tengah .............................. 21

4. Peta pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah ............................................................................................. 32

Page 8: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Gambar pelaksanaan survey tanah, pengamatan satuan lahan,

vegetasi dan pengambilan sampel tanah ....................................... 37

Page 9: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

viii

RINGKASAN

1. Judul : Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian/AEZ 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu 4. Agroekosistem : - 5. Status (L/B) : Baru 6. Tujuan : a).Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi

sumberdaya lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah, b). Menyusun peta peta arahan komoditas pertanian unggulan berdasarkan zona agroekologi skala 1:50.000 di Kabupaten Bengkulu Tengah

7. Keluaran : a). Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan dalam bentuk peta satuan lahan skala 1:50.000. b).Peta pewilayahan komoditas berdasarkan AEZ Kabupaten Bengkulu Tengah skala 1:50.000

8. Hasil/pencapaian : - 9. Prakiraan Manfaat : Internal BPTP; Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian

berdasarkan Zona Agroekologi sangat diperlukan dalam melaksanakan mandat Balai yaitu Perakitan Teknologi Spesifik Lokasi sehingga dalam penelitian/pengkajian terarah kepada wilayah pengembangan komoditas yang akan diteliti/dikaji. Eksternal: Sebagai acuan bagi Pemda dalam menyusun program pembangunan khususnya dibidang pertanian. Peta skala 1 : 50.000 adalah skala operasional yang dapat dipergunakan sebagai acuan peyusunan program pertanian di tingkat kecamatan.

10. Prakiraan Dampak : a).Percepatan pengembangan komoditas unggulan/spesifik lokasi. b).Percepatan Optimalisasi penggunaan lahan

11. Metodologi : Penyusunan peta pewilayahan komoditas diperlukan Modul Pewilayahan Komoditas Komoditas (MPK). Modul tersebut memerlukan tiga jenis data utama yaitu : (1) data hasil evaluasi lahan, (2) data peluang investasi, dan (3) data prioritas tanaman. Selain itu data penggunaan lahan saat ini (present land use) diperlukan juga sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pewilayahan komoditas. Peta arahan komoditas disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan legenda dan naskah laporannya. Pemetaan dilakukan melalui beberapa tahapan metodologi, yaitu: inventarisasi sumberdaya lahan berupa penyusunan peta dasar, analisis satuan lahan, verifikasi lapangan berupa pengumpulan data primer dan data sekunder meliputi data biofisik (pengamatan tanah, pengambilan contoh tanah, penyusunan satuan evaluasi lahan) dan data sosial ekonomi pertanian, dan evaluasi sumberdaya lahan. Evaluasi

Page 10: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

ix

lahan didasarkan pada karakteristik lahan yang bersumber dari data/peta satuan lahan hasil analisis terrain yang dilengkapi dengan data tanah dan iklim, serta data sosial ekonomi dan budaya. Pendekatan evaluasi lahan dilakukan dengan cara membandingkan (matching) anatara karakteristik lahan dan persyaratan penggunaan lahan (land use requirements).

12. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun 13. Biaya : Rp. 100.000.000,- (Seratus juta rupiah)

Page 11: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

x

SUMMARY

Title : Map Directive of Commodities

Implementing Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of Bengkulu

Location : Bengkulu Tengah District of Bengkulu Province Objectives Immediate objectives : Identify and characterize of land resources of

agricultural in the district of Bengkulu Tengah

Long term objectives : Map directives of commodities based of AEZ in scale 1:50.000 for district of Bengkulu Tengah

Description of Project : Sustainable agriculture only be achieved if land is used in accordance with its potential and precise management. To determine its potential, it is necessary to identification and characterization of land resources (soil, climate, and environment) and social economics, both in relation to the development and improvement of productivities of agricultural commodities . The assessment aims to a). Identify and characterize, and evaluation of the potential of land resources in the district of Bengkulu Tengah. b). Prepared maps landing agricultural commodities by agroecological zone scale 1: 50,000 at Bengkulu Tengah district. Geographic Information System (GIS) is used in the manufacture and preparation of land resource maps and directions commodities taking into account the state of the existing land use and the results of the analysis of satellite imagery. The main output of this study is the characteristics and potential of the land in map direction of commodities in Bengkulu Tengah district

Methodology : Compilation of direction map of commodity uses main of data: (1) data of land evaluation, (2) data on investment opportunities, and (3) the data priority crops. Furthermore, supported by the data of current land use as one of the factors considered in direction of commodities. The map of directive of commodities presented in the form of maps that come with the legend and the text report. Mapping is done through several stages of the methodology, among others: inventory of land resources in the form of preparation of the base map, land units of analysis, field verification in the form of collecting primary data and secondary data include biophysical data (observations of soil, soil sampling, preparation

Page 12: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

xi

of land evaluation units) and socio-economic data agriculture, land resources, and evaluation. Land evaluation is based on the characteristics of the data that comes from the land / land units map terrain analysis incorporating soil and climate data, as well as cultural and socio-economic data. Approach to land evaluation is done by comparing between land characteristics and requirements of land use

Expected output of the year : Map directives of commodities based agroecological zone

Duration : 1 (one) year Proposed Budget : Rp 100.000.000

Page 13: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam yang terbatas,

sehingga sangat diperlukan upaya pemanfaatan lahan secara optimal. Dari luas

wilayah provinsi 1.978.870 ha, hanya 1.000.913 ha (51,58%) yang dapat

digolongkan sebagai kawasan budidaya. Selebihnya merupakan kawasan hutan

dengan topografi bergelombang hingga berbukit/bergunung. Oleh sebab itu

dalam pengembangan usaha pertanian, kebijakan yang diperlukan adalah

mewujudkan optimalisasi penggunaan lahan, melakukan usaha intensifikasi

teknologi pertanian dan penggunaan komoditas unggulan/spesifik lokasi pada

lahan-lahan yang telah dimanfaatkan.

Permasalahan utama yang dihadapi khususnya dalam pengembangan

komoditas pertanian unggulan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya

lahan, yaitu belum dipetakannya tingkat kesesuaian lahan yang menunjukkan

keunggulan komparatif. Pengembangan komoditas pertanian unggulan harus

didukung oleh daya dukung agroekologi, artinya bahwa komoditas tersebut

untuk dapat tumbuh dan berproduksi tinggi harus didukung oleh kondisi

biofisiknya (tanah dan iklim), teknologi, dan sosial budaya petani. Selain itu

komoditas pertanian tersebut harus mempunyai permintaan yang tinggi baik di

pasar dalam maupun di luar daerah tersebut yang merupakan keunggulan

kompetitif.

BPTP Bengkulu telah melaksanakan penyusunan Peta ZAE (Zona

Agroekologi) skala 1:250.000 dan 1:100.000 untuk seluruh Kabupaten di Provinsi

Bengkulu. Peta tersebut sangat bermanfaat sebagai acuan dasar pada tingkat

perencanaan regional atau nasional, sedangkan untuk pemanfaatannya pada

skala operasional perlu ditindaklanjuti dengan skala yang lebih besar dan detail

yaitu 1:50.000. Penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan

Zona Agroekologi pada skala 1:50.000 di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan

dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004, terdiri dari peta Kecamatan Arga

Makmur dan Padang Jaya (Kabupaten Bengkulu Utara), Kecamatan Curup,

Bermani Ulu dan Selupu Rejang (Kabupaten Rejang Lebong) serta Kecamatan

Manna dan Seginim (Kabupaten Bengkulu Selatan) (Gunawan, at al. 2004).

Page 14: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

2

Bagi BPTP, peta kesesuaian lahan sangat penting untuk mendukung

pelaksanaan litkaji dan diseminasi sesuai dengan tupoksinya. Untuk itu

diharapkan pemetaan AEZ dengan skala 1:50.000 dapat dilanjutkan, mengingat

manfaatnya yang besar dalam kegiatan penelitian dan pengkajian lingkup Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), pengembangan

komoditas ataupun penyusunan kebijakan daerah.

Untuk mendukung kebijakan satu peta (one map policy) yang

dicanangkan pemerintah melalui UU Nomor 4 tahun 2011 tentang informasi

geospasial, maka pada tahun 2013 BPTP Bengkulu bersama BBSDLP sebagai wali

data spasial Balitbangtan Kementan melakukan kegiatan penyusunan peta

pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Bengkulu Tengah yang

merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara.

Informasi geospasial adalah data geospasial yang sudah diolah sehingga dapat

digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan

keputusan, dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan sektor

pertanian.

Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki luas wilayah 112.394 ha yang

terdiri dari 10 kecamatan, 112 desa definitif dan 1 kelurahan yang secara

geografis berbatasan; Sebelah Utara dengan Kabupaten Bengkulu Utara, sebelah

Selatan dengan Kabupaten Seluma, sebelah Timur dengan Kabupaten

Kepahiang, dan sebelah Barat dengan Kota Bengkulu. Sebagai kabupaten baru,

tentunya memerlukan data dukung yang memadai dalam upaya mengoptimalkan

pemanfaatan sumberdaya alam yang ada khusunya sumberdaya pertanian.

Kegunaan dari pelaksanaan kegiatan pewilayahan komoditas pertanian

berdasarkan AEZ ini adalah untuk memberikan data dan informasi yang

dibutuhkan dalam pengembangan komoditas pertanian unggulan dengan

melakukan evaluasi kesesuaian lahan sehingga dapat meningkatkan keunggulan

komparatifnya dan melakukan analisis ekonomi untuk meningkatkan keunggulan

kompetitifnya. Dengan meningkatnya keunggulan komparatif dan kompetitif

tersebut, diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk baik secara

regional, nasional dan bahkan internasional.

Pada akhir kegiatan ini akan dilaksanakan sosialisasi hasil kegiatan/ekspose

kepada Pemda Bengkulu Tengah sehingga diharapkan nantinya peta yang

dihasilkan dapat dijadikan sebagai acuan penyusunan kebijakan pertanian di

Page 15: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

3

kecamatan yang dipetakan. Selain itu, besar harapan dapat terjalin kerjasama

dengan BPTP Bengkulu dalam melanjutkan kegiatan pemetaan wilayah

kecamatan lainnya dengan sumber dana APBD Kabupaten Bengkulu Tengah.

1.2. Tujuan

a. Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten

Bengkulu Tengah.

b. Menyusun peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian

unggulan berdasarkan zona agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten

Bengkulu Tengah.

1.3. Luaran

a. Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan dalam bentuk peta satuan lahan

Kabupaten Bengkulu Tengah.

b. Peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian unggulan

di Kabupaten Bengkulu Tengah

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Kegiatan ini yang hasilnya berupa peta pewilayahan komditas pertanian

yang memuat informasi potensi biofosik, sosial ekonomi, kelembagaan dan

kesesuaian lahan beberapa komoditas pertanian unggulan diharapkan

bermanfaat baik langsung maupun tidak langsung bagi stake holder (Pemerintah

Daerah, Dinas Pertanian, Swasta dan masyarakat petani pada umumnya).

Adapun manfaat yang diharapkan antara lain :

1. Bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan perencanaan penelitian dan

pengkajian, serta pengembangan pertanian wilayah berdasarkan zona

agroekologi baik bagi Peneliti BPTP maupun Pemerintah Daerah Kabupaten

Bengkulu Tengah.

2. Bermanfaat untuk menunjang kegiatan agribisnis di wilayah Bengkulu

Tengah khususnya dan Provinsi Bengkulu pada umumnya.

3. Bermanfaat sebagai sumber informasi potensi khususnya potensi lahan untuk

pengembangan komoditas pertanian spesifik lokasi dan dapat digunakan

sebagai acuan dalam penyusunan program pembangunan pertanian ditingkat

operasional sesuai dengan tata ruang dan kondisi wilayah.

Page 16: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

4

Adapun perkiraan dampak dari kegiatan ini antara lain:

1. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian untuk produksi pangan

secara dinamis, lestari, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan kebutuhan

pangan.

2. Pengembangan komoditas pertanian yang memberi arti ekonomis bagi

wilayah secara keseluruhan dan dapat dikembangkan dalam skala luas.

3. Pengembangan agribisnis dan agroindustri yang berdaya saing,

berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.

Page 17: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA

Peta Zone Agro Ekologi (ZAE), skala 1:250.000 yang telah disusun oleh

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu untuk seluruh wilayah

kabupaten/kota merupakan database/informasi sumberdaya lahan yang

menjelaskan pengelompokan suatu wilayah ke dalam zona-zona pengembangan

pertanian, perkebunan dan sistem kehutanan serta alternatif komoditas

berdasarkan kesamaan karakteristik biofisik (lahan dan iklim) lingkungan.

Informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan

pengembangan pertanian secara regional, agar terjaga kontinuitas produksi dan

produktivitas serta kelestarian lingkungannya.

Konsep ZAE diperkenalkan oleh FAO (1978) untuk evaluasi lahan di

Afrika dengan menggunakan peta tanah FAO 1974 skala 1:5.000.000 dengan

parameter panjang periode tumbuh (length of growing period) dan suhu.

Selanjutnya, FAO merekomendasikan penggunaan ZAE pada tingkat nasional dan

provinsi pada skala 1:1.000.000-1:500.000 (Kassam et al., 1991). ZAE

didefinisikan sebagai pengelompokan wilayah ke dalam zona-zona berdasarkan

kemiripan (similarity) karakteristik iklim, terrain, dan tanah, yang memberikan

keragaan (performance) tanaman tidak berbeda secara nyata (FAO, 1996).

Peta ZAE skala 1:250.000 penggunaannya terbatas pada tingkat provinsi

untuk perencanaan pengembangan pertanian. Untuk perencanaan

pengembangan pertanian, peta tersebut perlu dijabarkan ke dalam skala yang

lebih detil agar lebih operasional, yaitu dengan penyusunan Pewilayahan

Komoditas Pertanian skala 1 :50.000. Pada skala tersebut diperlukan informasi

yang lebih detil terutama yang berkaitan dengan sifat dan karakteristik lahan,

sebagai prasyarat utama dalam evaluasi lahan. Sifat dan karakteristik lahan yang

digunakan dalam evaluasi lahan adalah tanah (media perakaran, retensi hara,

toksisitas), iklim (suhu udara, elevasi, curah hujan), terrain (lereng dan

singkapan batuan), bahaya banjir, dan bahaya erosi.

Pewilayahan komoditas pertanian disusun dengan mempertimbangkan

kualitas dan ketersediaan sumberdaya lahan, manusia, dan infrastruktur yang

tersedia, agar diperoleh manfaat yang optimal dan ramah lingkungan melalui

pendekatan sistem dan usaha agribisnis (Hartomi dan Suhardjo, 2001).

Pengembangan komoditas pertanian yang sesuai secara biofisik dan

Page 18: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

6

menguntungkan secara ekonomi, sangat penting dalam perencanaan pengkajian

teknologi untuk pengembangan komoditas unggulan dengan mempertimbangkan

kemampuan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kelembagaan

sehingga pengembangan komoditas tersebut berkelanjutan.

Data dan informasi sumberdaya lahan yang dikemas dalam produk ZAE

merupakan data dasar yang penting dalam perencanaan pengembangan sistem

usaha pertanian spesifik lokasi. Penyusunan peta pewilayahan komoditas skala

1:50.000 Kabupaten Bengkulu tengah berdasarkan ZAE dilakukan dengan

identifikasi dan karakterisasi sumberdaya lahannya melalui pendekatan analisis

terrain, dengan mempertimbangkan karakteristik lahan yaitu relief, lereng,

proses geomorfologi, litologi/bahan induk, dan hidrologi sebagai parameter

dalam analisis terrain (Van Zuidam, 1986).

Unsur-unsur terrain seperti lereng dan tingkat torehan mempunyai

kaitan erat dengan tingkat kesesuaian lahan, sehingga delineasi yang dihasilkan

dapat digunakan sebagai satuan dasar dalam evaluasi lahan. Secara hirarki,

terrain dapat dibedakan berdasarkan skala peta (1:250.000-1:10.000) kedalam

empat kategori yaitu: terrain province, terrain system, terrain unit, dan terrain

component. Kategori terrain unit yang setara dengan land catena dapat

digunakan untuk mendelineasi satuan lahan pada skala 1:50.000 (Kips et al.,

1981; Van Zuidam, 1986; Meijerink,1988).

Pendekatan dengan metode analisis terrain telah banyak dilakukan antara

lain oleh Mitchell dan Howard (1978) yang membedakan lahan kedalam tujuh

kategori, yaitu: land zone-land province-land region-land system-land catena-

land facet-land element. Akan tetapi hanya empat kategori yang sering

digunakan, yaitu skala 1:250.000 sampai 1:5.000. Pendekatan serupa telah

dilakukan oleh Kips et. al. (1981) di DAS Sekampung, Provinsi Lampung pada

skala 1:250.000, dan DAS Samin Provinsi Jawa Tengah pada skala 1:25.000.

Dent et al. (1977) menggunakan pendekatan sistem lahan (land system) untuk

evaluasi sumberdaya lahan tingkat tinjau mendalam skala 1:100.000 di DAS

Cimanuk, Jawa Barat. Desaunettes dalam Dent et al. (1977) telah menyusun

Catalogue of Landform for Indonesia untuk menunjang pemetaan sumberdaya

lahan di Indonesia. Dalam survei sumberdaya lahan tingkat tinjau Proyek LREP I

Sumatera (1987-1990) telah diterapkan pendekatan analisis terrain, terdiri dari

komponen landform, litologi, dan relief.

Page 19: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

7

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa analisis terrain untuk

mendelineasi satuan lahan dengan menggunakan citra dan peta

topografi/rupabumi merupakan pilihan yang cukup memadai dalam kegiatan

evaluasi lahan sebagai dasar untuk menyusun peta pewilayahan komoditas

pertanian unggulan pada skala 1: 50.000.

Page 20: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

III. METODOLOGI

Penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian skala 1:50.000,

dilakukan melalui beberapa tahapan metodologi, yaitu: inventarisasi sumberdaya

lahan dan evaluasi sumberdaya lahan. Semua data diolah dalam format data

base baik tabular maupun spasial. Skema Kerja dalam penyusunan peta

pewilayahan komoditas pertanian, skala 1:50.000 di Kabupaten Bengkulu Tengah

disajikan pada Gambar 1.

3.1. Inventarisasi Sumberdaya Lahan

Dalam inventarisasi sumberdaya lahan dilakukan beberapa tahapan

kegiatan, yaitu: penyusunan peta dasar, analisis satuan lahan, verifikasi

lapangan.

Penyusunan peta dasar

Peta dasar yang digunakan adalah skala 1:250.000 dan dilengkapi

dengan informasi dari citra landsat. Sumber peta dasar yang digunakan adalah

peta Topografi (Diptop TNI AD, 1995) skala 1:250.000 dan citra landsat 7 ETM+,

(Lapan, liputan tahun 2012) yang dikemas dalam format digitasi.

Analisis satuan lahan

Pendekatan landform digunakan sebagai dasar pembeda utama dalam

analisis satuan lahan. Satuan landform diperoleh dari analisis terrain melalui

interpretasi peta topografi, Digital Elevation Model (DEM), dan citra landsat.

Metode interpretasi tersebut mengacu pada Aerial Photo Interpretation in Soil

Survey (Goosen, 1967) dan Van Zuidam (1986). Terrain merupakan keadaan fisik

lahan yang mempunyai kaitan erat dengan tingkat kesesuaian lahan untuk

tanaman, sehingga dapat digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan.

Klasifikasi landform mengacu pada Laporan Teknis LREPP II No.5 (Marsoedi et.

al., 1997) sampai level 2 (Lampiran 1), dalam wadah delineasi satuan-satuan

landform. Delineasi satuan landform ditambah informasi relief (lereng), litologi,

dan penggunaan lahan merupakan peta satuan lahan sementara yang

selanjutnya dipindahkan ke dalam peta dasar (Peta Topografi skala 1:250.000).

Peta satuan lahan tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana

operasi di lapangan.

Page 21: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

9

Relief diperoleh dari interpretasi peta topografi dan DEM dilengkapi

dengan lereng (%). Pembagian relief mengacu pada Laporan Teknis LREPP II

No.5 (Marsoedi et. al., 1997).

Penggunaan lahan diperoleh dari analisis citra landsat ETM 7, band 543.

Pengelompokan jenis penggunaan lahan dan pengelolaannya dikaitkan dengan

parameter yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan. Jenis penggunaan

lahan tertentu yang dipisahkan, adalah: sawah (sw), tegalan (ut), perkebunan

(pk), dan non sawah/non tegalan (ht).

Hasil analisis terrain yang berupa peta satuan lahan dan ditunjang

dengan analisis sumberdaya tanah serta penggunaan lahan yang spesifik

merupakan satuan agroekologi, selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam

evaluasi kesesuaian lahan dan penyusunan peta pewilayahan komoditas

pertanian skala 1: 50.000.

Verifikasi lapangan

Kegiatan utama dari verifikasi lapangan adalah pengumpulan data primer

dan data sekunder meliputi data biofisik (pengamatan tanah, pengambilan

contoh tanah, penyusunan satuan evaluasi lahan dan data sosial ekonomi

pertanian.

Pengamatan tanah

Peta hasil interpretasi satuan lahan skala 1:250.000 digunakan sebagai

peta kerja di lapangan. Pengecekan batas delineasi satuan lahan hasil

interpretasi dilakukan sekaligus dengan pengamatan tanah dan lingkungan.

Pengamatan tanah di lapangan mengikuti metode transek dengan

memperhatikan hubungan antara tanah dan landscape (King et al., 1983; Steers

dan Hajek, 1978; White, 1966). Intensitas pengamatan tergantung dari

heterogenitas terrain/landform, toposekuen, litosekuen.

Page 22: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

10

Gambar 1 Diagram alir penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian

Pengamatan sifat morfologi tanah dilakukan melalui pemboran, minipit,

dan pembuatan profil yang mengacu pada Soil Survey Manual (Soil Survey

Division Staff, 1993) dan Guidelines for Soil Profile Description (FAO, 1990).

Parameter sifat-sifat tanah yang diamati di lapangan antara lain: kedalaman

Analisis Terrain : - Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 - Citra Landsat 7 ETM+ - Peta Geologi

Kabupaten Bengkulu Tengah

Verifikasi Lapang dan

Pengambilan Contoh Tanah

Peta Satuan Lahan Skala 1:50.000

GIS Process

EVALUASI LAHAN (S1,S2,S3,N) dan Zonasi

Nilai Ekonomi (B/C, NPV)

KEINGINAN DAERAH

SPASIAL URUTAN KOMODITAS

PERTANIAN

Status Kawasan

Hutan

Penggunaan

Lahan

PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN

Page 23: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

11

tanah (sampai bahan induk atau lapisan kedap), tekstur, drainase, reaksi

tanah/pH, keadaan batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah.

Sedangkan parameter fisik lingkungan yang diamati antara lain: landform, bahan

induk, relief/lereng, penggunaan lahan dan pengelolaannya, gejala-gejala erosi.

Hasil pengamatan lapangan disimpan dalam basis data Site and Horizon

Description. Perubahan batas delineasi satuan lahan, deskripsi karakteristik tanah

dan lingkungan dilakukan di lapangan, dan dicatat dalam form maupun peta

lapang.

Pengambilan contoh tanah

Contoh tanah diambil dari profil tanah atau minipit. Contoh tanah profil

diambil di seluruh lapisan/horison tanah kemudian dianalisis di laboratorium

untuk mendukung klasifikasi tanah, sedangkan contoh minipit diambil sampai

kedalaman + 60 cm (mengikuti horisonisasi, dapat terdiri dari 2-3 contoh) untuk

mendukung sifat kesuburan tanah yang mewakili satu jenis tanah di dalam

satuan lahan. Apabila satuan lahan mempunyai penyebaran yang luas,

pengambilan contoh tanah dilakukan pada beberapa lokasi pengematan dan

distribusinya merata dan mewakili seluruh satuan lahan. Contoh tanah dianalisis

di laboratorium Puslitbangtanak Bogor mengikuti metode yang tercantum dalam

Soil Survey Investigation Report No. 1 (Soil Survey Lab. Staff, 1991), dan

Penuntun Analisa Tanah (Balai Peneltian Tanah, 2005). Data hasil analisis tanah

digunakan untuk reklasifikasi tanah, evaluasi tingkat kesuburan, dan evaluasi

lahan.

Penyusunan satuan evaluasi lahan

Satuan evaluasi lahan disusun berdasarkan hasil interpretasi satuan lahan

yang telah diverifikasi di lapangan. Peta satuan evaluasi dan legenda yang sudah

disusun di lapangan (isi dan deliniasi) merupakan satuan evaluasi lahan yang

siap digunakan sebagai dasar dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas.

Komponen satuan evaluasi lahan terdiri dari: landform, elevasi, relief dan lereng,

klasifikasi tanah (subgrup), bahan induk tanah.

3.2. Evaluasi Sumberdaya Lahan

Untuk menunjang evaluasi sumberdaya lahan, dilakukan analisis contoh

tanah dan penyusunan database. Analisis contoh tanah terdiri dari penetapan:

Page 24: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

12

tekstur 3 fraksi, pH, kadar C organik, N, P, dan K total, P tersedia, basa-basa

dapat ditukar (Ca, Mg, K dan Na), KTK, dan kejenuhan basa. Analisis tambahan

diperlukan untuk tipologi lahan tertentu, yaitu: kadar Al (untuk lahan kering

masam), daya hantar listrik dan salinitas (untuk lahan pasang surut).

Konsep dasar Kerangka Evaluasi Lahan (FAO, 1976; Rossiter, 1994, 1995;

Rossiter et al, 1994) sesuai dengan tujuan kesesuaian lahan, yang dibedakan

menjadi kesesuaian lahan secara fisik (kualitatif) dan kesesuaian lahan secara

ekonomik (kuantitatif). Sistem kesesuaian lahan yang digunakan, dibedakan

menjadi kelas sesuai (S) dan kelas tidak sesuai (N). Kelas S dibedakan menjadi 3

kelas. Ke-4 kelas kesesuaian lahan tersebut diuraikan sebagai berikut :

Kelas S1 - Lahan sangat sesuai (Highly suitable) => lahan tidak

mempunyai faktor pembatas berarti yang dapat mempengaruhi

pengelolaan tanah/tanamannya.

Kelas S2 - Lahan cukup sesuai (Moderately suitable) => lahan mempunyai

pembatas ringan yang dapat mempengaruhi pengelolaan tanah/

tanaman dan masukan biaya ringan.

Kelas S3 - Lahan sesuai marjinal (Marginally suitable) => lahan mempunyai

pembatas agak berat yang dapat mempengaruhi pengelolaan

tanah/tanaman dan masukan biaya sedang sampai tinggi.

Kelas N - Lahan tidak sesuai (Not suitable) => lahan mempunyai

pembatas berat perbaikannya memerlukan biaya yang sangat

besar tetapi tidak akan sesuai dengan produksi yang dihasilkan.

Kelas kesesuaian lahan dibedakan dalam Sub-kelas kesesuaian lahan

berdasarkan faktor pembatas yang paling dominan/berat. Subkelas kesesuaian

lahan ditulis dengan simbol Kelas ditambah huruf kecil yang menyatakan faktor

pembatas tesebut. Misal: Subkelas S3 rc, berarti tanah/lahan termasuk sesuai

marjinal (Kelas S3) dengan pembatas utama media perakaran (rc ).

Kualitas/karakteristik lahan yang akan dipilih untuk evaluasi lahan terdiri

dari: temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran,

gambut, retensi hara, toksisitas, salinitas, bahaya sulfidik, bahaya erosi, bahaya

banjir, dan penyiapan lahan dengan rincian sebagai berikut:

- temperatur (tc) : ditentukan oleh keadaan temperatur rata-rata

- ketersediaan air (wa) : ditentukan oleh keadaan curah hujan,

Page 25: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

13

kelembaban, lama masa kering, sumber air

tawar, atau amplitudo pasang surut, tergantung

jenis komoditasnya

- ketersediaan oksigen (oa) : ditentukan oleh keadaan drainase atau oksigen

tergantung jenis komoditasnya

- media perakaran (rc) : ditentukan oleh keadaan tekstur, bahan kasar

dan kedalaman tanah

- gambut (g) : ditentukan oleh ketebalan dan kematangan

gambut

- retensi hara (nr) : ditentukan oleh KPK-liat, kejenuhan basa, pH-

H20, dan C-organik

- bahaya keracunan (xc) : ditentukan oleh salinitas, alkalinitas, dan

kedalaman pirit (FeS2)

- bahaya erosi (eh) : ditentukan oleh lereng dan bahaya erosi

- bahaya banjir (fh) : ditentukan oleh genangan

- penyiapan lahan (lp) : ditentukan oleh batuan di permukaan dan

singkapan batuan

Tanaman yang dinilai terdiri dari tanaman pangan (padi sawah, jagung,

kedelai, ubi-umbian), tanaman tahunan/perkebunan kopi, kelapa sawit, dan

kakao), dan tanaman hortikultura (pisang, jeruk, sayuran). Kriteria kesesuaian

lahan mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian

(Balai Penelitian Tanah, 2003).

Tipe penggunaan lahan yang secara fisik tidak sesuai (N) mempunyai

pengertian secara ekonomi juga tidak menguntungkan, karena peranan dari

karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas sangat sulit dan/atau tidak

dapat diatasi. Batas kelas secara ekonomik antara S1 dan S2, S2 dan S3, serta

S3 dan N menggunakan pendekatan taksiran nilai harapan finansial dari tipe

penggunaan lahan yang bersangkutan dengan memperhatikan kultur setempat.

Batas kelas „S3‟/„N1‟ selalu pada “titik” kemungkinan finansial (gross margin,

NPV, IRR 0, dan BCR 1). Penyusunan peta pewilayahan komoditas

didasarkan pada hasil evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi yang diproses

dengan Modul Pewilayahan Komoditas (MPK) dengan mempertimbangkan aspek

sosial ekonomi.

Page 26: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian mencakup seluruh batas administratif Kabupaten Bengkulu

Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia, di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara, di sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Seluma, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Kepahiang (Gambar 2).

Gambar 2 Peta Kabupaten Bengkullu Tengah

Kondisi sarana perhubungan antar kecamatan melalui jalan darat dengan

kondisi cukup baik. Jalan antar desa sebagian besar sudah diaspal dengan kondisi

kurang baik. Kondisi jaringan telekomunikasi sudah menjangkau ibukota kecamatan

dan informasi melalui siaran televisi umumnya sudah dapat diakses.

Page 27: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

16

4.2. Penduduk

Keadaan penduduk merupakan salah satu indikator tingkat kemajuan suatu

daerah baik dari aspek ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya. Komposisi

penduduk dari segi usia, akan mencerminkan ketersediaan tenaga kerja potensial

yang produktif atau yang menjadi beban tanggungan dari usia produktif. Prosentase

penduduk dari segi pendidikan mengilustrasikan jumlah dan strata pendidikan yang

dapat mendukung kegiatan pembangunan daerah dari berbagai aspek tersebut di

atas.

Berdasarkan data statistic tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten

Bengkulu Tangah sebanyak 99.855 jiwa, dengan luas wilayah sekitar 1.223,94 Km2

dapat dikatakan tingkat kepadatan penduduk tergolong kurang dengan penyebaran

penduduk belum merata dan hanya terkonsentrasi di ibukota kabupaten dan ibukota

kecamatan. Kepadatan penduduk geografis (KPG) rata-rata adalah 81,58 jiwa/ km2.

Dari keadaan penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin, terlihat bahwa semua

kecamatan mempunyai rasio jenis kelamin lebih dari 100, hal ini menunjukkan

bahwa penduduk perempuan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan

penduduk laki-laki.

Tabel 1 Jumlah penduduk dirinci per kecamatan di Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012 dan luas kecamatan

No. Kecamatan Luas (Km2)

Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Talang Empat Karang Tinggi Taba Penanjung Merigi Kelindang Pagar Jati Merigi Sakti Pondok Kelapa Pondok Kubang Pematang Tiga Bang Haji

93,62 137,47 148,38 98,42

188,57 99,42 92,00

165,20 129,64 70,71

6.935 5.873 5.709 3.256 2.926 2.909

13.194 4.203 3.450 3.125

6.249 5.533 5.282 3.095 2.853

2.797 12.419 3.809 3.334 2.904

Kabupaten 1.223,94 51.580 48.275 Sumber: BPS Kabupaten Bengkulu Tengah 2012

4.3. Kondisi iklim

Iklim merupakan salah satu faktor determinan yang sangat menentukan

tingkat kesesuaian lahan, produktivitas, jenis, dan mutu produk. Setiap jenis

tanaman memerlukan unsur iklim dengan kisaran tertentu dalam setiap fase

pertumbuhannya. Pada keadaan tertentu fluktuasi unsur iklim yang ekstrim menjadi

Page 28: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

17

faktor pembatas terutama pada fase kritis yang pengaruhnya sangat besar terhadap

penurunan hasil tanaman. Namun di sisi lain keragaman dan dinamika iklim dapat

bermanfaat bagi pengembangan sistem dan usaha agribisnis, terutama dalam

kaitannya dengan jenis dan mutu hasil serta periode panen.

Seri data hujan selama 2 tahun yang tercatat di Stasiun Taba Penanjung,

Talang Pauh, BPP Anak Dalam, BPP Jayakarta, Karang Tinggi dan Pagar Jati sebagai

stasiun hujan Kabupaten Bengkulu Tengah menunjukkan bahwa curah hujan rata-

rata tahunan sebesar 2.573,23 mm. Anasir iklim lainnya, seperti suhu udara dan

diperoleh dari Stasiun Klimatologi Pulau Bai dan Stasiun Geofisika Kepahiang. Suhu

rata-rata tahunan berkisar 25,25oC, kelembaban udara relatif berkisar 84,99%

sepanjang tahun, dengan capaian nilai maksimum bulan November dan minimum

terjadi bulan Agustus. Distribusi curah hujan bulanan hampir merata sepanjang

tahun dengan curah hujan rata-rata bulanan 214,44 mm dan hari hujan rata-rata

bulanan sebesar 12 hari (Tabel 2).

Tabel 2 Anasir iklim Kabupaten Bengkulu Tengah tahun 2012

Bulan Suhu udara Kelembaban

udara Curah hujan

Hari hujan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

24.88 25.00 25.20 25.25 25.65 25.48 24.95 25.30 25.50 25.45 25.15 25.15

85.25 84.50 83.75 86.75 84.75 84.50 84.75 82.75 83.33 85.25 87.50 86.75

201.50 164.83 165.83 316.92 202.25 120.58 143.08

81.03 101.58 229.00 474.33 372.29

12.25 10.25 11.42 16.67 13.25 8.33 8.83 6.42 6.58 15.08 19.50 19.17

Sumber : BMKG Provinsi Bengkulu, 2013

4.4. Zona agroklimat dan tipe hujan

Yang dimaksud curah hujan tahunan adalah jumlah dari nilai rata-rata curah

hujan bulanan dari Januari hingga Desember (12 bulan) di masing-masing stasiun.

Klasifikasi zona agroklimat menurut Oldeman (1975) dan klasifikasi tipe hujan

menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan kriteria jumlah bulan basah

dan jumlah bulan kering. Menurut Oldeman yang dimaksud dengan bulan basah

adalah bulan-bulan yang memiliki intensitas >200 mm/bulan, dan bulan kering

adalah bulan-bulan yang memiliki intensitas <100 mm/bulan. Sedangkan menurut

Page 29: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

18

Schmidt dan Ferguson, yang dimaksud bulan basah adalah bulan-bulan yang

memiliki intensitas lebih dari 100 mm/bulan, dan kriteria bulan kering adalah bulan-

bulan yang memiliki intensitas <60 mm/bulan. Rincian distribusi hujan bulanan, hari

hujan dan klasifikasi hujan menurut Schmidt & Fergusson dan Oldeman disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3 Rincian distribusi hujan bulanan, hari hujan dan klasifikasi hujan menurut Schmidt&Fergusson dan Oldeman

Bulan Curah Hujan

Hari Hujan

Karakteristik Iklim

Schmidt dan Ferguson (1951)

Oldeman et al, (1980)

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

201.50 164.83 165.83 316.92 202.25 120.58 143.08 81.03 101.58 229.00 474.33

372.29

12.25 10.25 11.42 16.67 13.25 8.33 8.83 6.42 6.58

15.08 19.50 19.17

Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah

Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Kering Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah Bulan Basah

Sumber: BMKG Provinsi Bengkulu 2013 (diolah)

4.5. Landform dan relief

Analisis landform mengacu pada peta satuan lahan Kabupaten Bengkulu

Tengah skala 1:250.000. Pendetilan peta satuan lahan dilakukan dengan overlay

peta kontur, peta lereng interval 12,5 dari Digital Elevation Model (DEM) dengan

bantuan program SAGA serta interpretasi citra landsat 7 ETM+. Pengelompokan

landform mengacu pada Klasifikasi Landform LREP II (Marsoedi et.al., 1997).

Berdasarkan hasil interpretasi dan pengamatan di lapangan, daerah penelitian

dikelompokan kedalam 6 Grup landform, yaitu: aluvial, marin, fluvio marin, tektonik,

volkanik, dan aneka bentuk (Tabel 4).

a. Grup Aluvial (A)

Landform aluvial (A) merupakan landform yang terbentuk akibat proses

fluvial (aktivitas sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan dari proses fluvial dan

koluvial. Penyebaran landform ini di sekitar jalur aliran sungai, pelembahan, dan

dataran aluvial, dari beberapa sungai dan anak sungai yang melintas di Kabupaten

Page 30: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

19

Bengkulu Tengah. Grup ini menurunkan subgrup tanggul sungai meander (A.1121)

dan rawa belakang sungai bermeander (A.1122).

Tabel 4 Rincian landform di Kabupaten Bengkulu Tengah

Simbol Landform

Grup aluvial

Af.1121-n Af.1122-f Af.12-n

Tanggul sungai meander Rawa belakang sungai meander Teras sungai

Grup marin

Mf.32-f Mf.32-n Mf.32-u Mfq.111-n Mfq.112-n

Teras marin subresen Teras marin subresen Teras marin subresen Punggung dan cekungan pesisir resen Punggung dan cekungan pesisir subresen

Grup fluvio marin

Bu.03-f Dataran fluvio marin

Grup volkan

Va.32-h Va.33-c Va.33-m Vab.31-n Vab.31-r Vab.31-u Vab.32-c Vab.32-h Vab.33-m

Perbukitan volkan Pegunungan volkan Pegunungan volkan Dataran volkan Dataran volkan Dataran volkan Perbukitan volkan Perbukitan volkan Pegunungan volkan

Grup tektonik

Tq.101-n Tq.102-u Tq.103-r Tq.111-n Tq.112-u Tq.113-r Tq.121-c Tq.121-h Tq.122-c Tq.122-m

Peneplain datar Peneplain berombak Peneplain bergelombang Dataran tektonik datar Dataran tektonik berombak Dataran tektonik bergelombang Perbukitan Perbukitan Pegunungan Pegunungan

Grup aneka

X.1 X.2 X.3 X.5

Bukit Terjal Pemukiman Tubuh air Areal Tambang

Sumber: Data primer (diolah) 2013

Page 31: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

20

b. Grup Marin (M)

Landform marin (M) merupakan landform yang terbentuk akibat proses

pengendapan secara langsung dari marin dan melalui proses pasang surut. Sesuai

dengan posisi dan proses pembentukanya, penyebaran landform marin terutama di

daerah pantai dan pasang surut. Grup ini menurunkan subgrup teras marin

subresen (M.32), punggung dan cekungan pesisir resen (M.111), dan punggung dan

cekungan pesisir subresen (M.112).

c. Grup Fluvio Marin

Landform fluvio-marin (B) merupakan landform yang terbentuk dari

gabungan proses fluvial dan marin. Grup fluvio marin di Kabupaten Bengkulu

Tengah merupakan dataran fluvio-marin (B.3).

d. Grup volkan

Landform volkan (V) Grup ini terbentuk karena aktivitas volkanik, terdiri dari

dataran volkan (V.31), perbukitan volkan (V.32), dan pegunungan volkan (V.33).

Landform ini umumnya berada di bagian timur Kabupaten Bengkulu Tengah yang

merupakan gugusan Bukit Barisan.

e. GrupTektonik/struktural

Landform tektonik/struktural (T) merupakan landform yang terbentuk akibat

dari proses tektonik, berupa angkatan, lipatan, dan patahan. Grup ini dibedakan

menjadi subgrup peneplain datar (T101), peneplain berombak (T102), peneplain

peneplain bergelombang (T103), dataran tektonik datar (T.111), dataran tektonik

berombak (T.112), dataran tektonik bergelombang (T.113), perbukitan tektonik

(T.121), dan pegunungan tektonik (T.122).

f. Grup aneka

Grup aneka merupakan bentukan lahan yang tidak dapat diklasifikasikan

sebagai landform, baik hasil bentukan alami maupun akibat campur tangan

manusia. Grup aneka di Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan lembah sungai

terjal, areal pertambangan dan badan air/danau. Rincian dan legenda landform

Kabupaten Bengkulu Tengah disajikan pada Gambar 3 dan Tabel 5

Page 32: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

21

Gambar 3 Peta satuan lahan Kabupaten Bengkulu Tengah

Page 33: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

22

Tabel 5 Legenda satuan peta tanah Kabupaten Bengkulu Tengah

Simbol Litologi Relief

(% lereng) Elevasi (m dpl)

Karakteristik dan Klasifikasi Tanah L u a s

Ha %

Af.1121-n Endapan liat Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sangat terhambat; pH sangat masam; KTK 61,09 ( Tropaquepts) 1.599,02 1,53

Af.1122-f Endapan liat Datar (0-1) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sangat terhambat; pH masam; KTK 61,09 ( Tropaquepts) 654,14 0,63

Af.12-n Endapan liat Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur lempung liat berdebu; drainase sangat terhambat; pH masam; KTK 61,09 ( Tropaquepts) 1.845,30 1,77

Mf.32-f Endapan liat Datar (0-1) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 32,77 (Hapludults) 2.647,57 2,53

Mf.32-n Endapan liat Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 32,77 (Hapludults) 7.394,78 7,07

Mf.32-u Endapan liat Berombak (3-8) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 24,25 (Hapludults) 6.037,37 5,77

Mfq.111-n Endapan liat, pasir Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase cepat; pH masam; KTK 24,25 (Tropopsamments) 1.193,14 1,14

Mfq.112-n Endapan liat, pasir Agak datar (1-3) 0-400 Dalam; tekstur liat berdebu; drainase baik; pH masam; KTK 59,18 (Hapludults) 1.182,23 1,13

Bu.03-f Endapan liat, gambut Datar (0-1) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase terhambat; pH masam; KTK 11,82 (Hydraquents) 1.383,32 1,32

Va.32-h Tuff andesit Berbukit (25-40) 400-700 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 36,26 (Dystropepts) 3.233,72 3,09

Va.33-c Tuff andesit Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 36,26 (Dystropepts) 2.559,12 2,45

Va.33-m Tuff andesit Bergunung (>40) 700-1.200 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 62,01 (Dystropepts) 3.523,69 3,37

Vab.31-n Tuff andesit, basal Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76 (Dystropepts) 351,74 0,34

Vab.31-r Tuff andesit, basal Bergelombang (8-15) 0-400 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76 (Dystropepts) 1.766,91 1,69

Vab.31-u Tuff andesit, basal Berombak (3-8) 0-400 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76 (Dystropepts) 57,34 0,05

Vab.32-c Tuff andesit, basal Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76 (Dystropepts) 2.242,92 2,15

Vab.32-h Tuff andesit, basal Berbukit (25-40) 400-700 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76 (Dystropepts) 1.472,15 1,41

Vab.33-h Tuff andesit Berbukit (25-40) 400-700 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 29,74 (Dystropepts) 915,62 0,88

Vab.33-m Tuff andesit Bergunung (>40) 700-1.200 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 29,74 (Dystropepts) 11.630,56 11,12

Tq.101-n Endapan batuan felsik kasar Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase baik; pH masam; KTK 16,74 (Haplohumults) 2.176,06 2,08

Tq.102-u Endapan batuan felsik kasar Berombak (3-8) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 33,25 (Dystropepts) 3.895,37 3,73

Tq.103-r Endapan batuan felsik kasar Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 33,25 (Dystropepts) 3.138,36 3,00

Tq.111-n Batu pasir Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase sedang; pH masam; KTK 22,37 (Dystropepts) 98,15 0,09

Tq.112-u Batu pasir Berombak (3-8) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase sedang; pH masam; KTK 22,37 (Dystropepts) 7.730,57 7,39

Tq.113-r Batu pasir Berbukit (25-40) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 62,01 (Dystropepts) 11.724,69 1,21

Tq.121-c Batu pasir Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase sedang; pH masam; KTK 22,37 (Dystropepts) 8.056,03 7,71

Tq.121-h Batu pasir Berbukit (25-40) 700-1200 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 62,01 (Dystropepts) 10.544,32 10,09

Tq.122-c Batu pasir Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 62,01 (Dystropepts) 780,51 0,75

Tq.122-m Batu pasir Bergunung (>40) 400-700 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 62,01 (Dystropepts) 2.528,29 2,42

X.1 Bukit Terjal 1.132,68 1,08

X.2 Pemukiman 851,43 0,81

X.3 Tubuh air 32,30 0,03

X.5 Areal Tambang 169,98 0,16

Jumlah 104.549,36 100,00

Sumber: Data primer (diolah) 2013

Page 34: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

23

Berdasarkan bentukan relief, Kabupaten Bengkulu Tengah mempunyai

ketinggian dari 0-1.225m dpl). Lahan umumnya mempunyai relief dari datar sampai

bergunung. Rincian relief lahan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Rincian relief Kabupaten Bengkulu Tengah

Simbol Relief Lereng

(%) Beda Tinggi

(m)

Luas

Ha %

f n u r c h m X1 X2 X3 X5

Datar Agak Datar Berombak Bergelombang Berbukit Kecil Berbukit Bergunung Lereng terjal Pemukiman Badan air/sungai Areal tambang

<1 1-3 3-8 8-15 15-25 25-40 >40

- -

<5 <5

5-10 10-50 10-50 50-300 >300

- -

4.685,03 15.462,34 17.720,65 16.633,47 13.638,58 12.932,08 20.916,25 1.132,68 1.226,00

32,30 169,98

4,48 14,79 16,95 15,91 13,05 12,37

20,01 1,08 1,17 0,03 0,16

J u m l a h 104.549,36 100,00

Sumber: Data primer (diolah) 2013

4.6. Evaluasi lahan

Penilaian kualitas/karakteristik lahan terhadap persyaratan tumbuh tanaman

yang dinilai dipisahkan dalam tiga kelompok yaitu: (1) persyaratan tumbuh

tanaman (crop requirements) yang merupakan karakteristik zone agroekologi; (2)

persyaratan pengelolaan [management pengelolaan (management requirements)]

yang merupakan grup manajemen atau grup perbaikan lahan; (3) persyaratan

pengawetan (conservation requirements) yang merupakan grup konservasi dan

lingkungan. Khusus bagi peruntukan pengembangan peternakan terdapat satu

kriteria lainnya, yakni (4) persyaratan faktor kenyamanan (freshness) bagi

kehidupan ternak.

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.

karakteristik lahan yang digunakan dalam menilai lahan adalah temperatur rata-rata

tahunan, curah hujan (tahunan atau pada masa pertumbuhan), kelembaban udara,

drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman efektif, kematangan dan ketebalan

gambut, KTK, KB, pH, C organik, total N, P2O5, K2O, salinitas, alkalinitas, kedalaman

sulfidik, lereng, batuan di permukaan, singkapan batuan, bahaya longsor, bahaya

erosi serta tinggi dan lama genangan. Tabel 7 menyajikan kualitas dan

karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan.

Page 35: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

24

Tabel 7 Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan untuk komoditas pertanian

No. Kualitas lahan Karakteristik lahan Sumber data

1. Temperatur (tc) - Temperatur rata-rata tahunan (°C)

Stasiun iklim setempat/ data sekunder (BPS)

2. Ketersediaan air (wa)

- Curah hujan (mm) - Kelembaban udara (%)

Stasiun iklim setempat/ data sekunder (BPS)

3. Ketersediaan oksigen (oa)

- Drainase Pengamatan lapang

4. Media perakaran (rc)

- Tekstur - Bahan kasar (%) - Kedalaman efektif (cm) - Kematangan gambut - Ketebalan gambut (cm)

Pengamatan lapang

5. Retensi hara (nr) - KTK tanah (me/100 g) - Kejenuhan Basa (%) - pH tanah - C organik (%)

Analisis laboratorium Analisis laboratorium Lapang/Laboratorium Analisis laboratorium

6. Hara tersedia (na) - N total (%) - P2O5 (mg/100 g) - K2O (mg/100 g)

Analisis laboratorium

7. Toksisitas (xc) - Salinitas (mmhos/cm) Analisis laboratorium

8. Sodisitas (xn) - Alkalinitas (%) Perhitungan

9. Bahaya sulfidik (xs) - Kedalaman sulfidik (cm) Pengamatan lapang

10. Tingkat bahaya erosi (eh)

- Lereng (%) - Bahaya erosi (cm/tahun) - Kedalaman tanah (cm)

Pengamatan lapang Perhitungan Pengamatan lapang

11. Bahaya longsor (lh) - Lereng (%) - Bahaya longsor

Pengamatan lapang

12. Bahaya banjir/ genangan (fh)

- Genangan (cm/bulan) Pengamatan lapang

13. Penyiapan lahan (lp)

- Batuan di permukaan (%) - Singkapan batuan (%)

Pengamatan lapangan

Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditentukan komoditas apa yang akan

dinilai disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penentuan komoditas tersebut

mempertimbangkan kondisi biofisik dan kimia lahan, iklim dan sosial ekonomi pada

suatu sistem usahatani (Tabel 8). Kondisi biofisik tersebut dipakai sebagai dasar

penentuan kualitas dan karakteristik lahan dalam evaluasi lahan. Komoditas yang

dinilai adalah usahatani tanaman pangan, hortikultura, tanaman tahunan. Tanaman

pangan terdiri dari: padi sawah, padi gogo, ubi jalar, dan jagung. Tanaman

tahunan/perkebunan dan hortikultura terdiri dari: kelapa sawit, karet, jeruk

kalamansi, durian, pisang, nenas, buah naga dan sayuran.

Page 36: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

25

Tabel 8 Kondisi biofisik dan kimia lahan, iklim Kabupaten Bengkulu Tengah

No

Tanah

Temperatur rerata

(°C) Ketinggian

Curah

Hujan

Bulan

Kering

Kelembaban

(%) Drainase Tekstur

Kedalaman tanah

(cm)

KTK liat

(cmol)

Kejenuhan basa

(%)

pH

H2O

C-organik

(%)

N-

Total P2O5 K2O

Lereng

(%)

Bahaya

erosi Soil Taxonomy

1 26,93 38 3134 2 83,51 1 11 100 61,09 53,11 5,42 1,25 0,18 72,07 81,87 3 1 Tropaquept

2 26,93 12 3134 2 83,51 1 11 100 61,09 53,11 5,42 1,25 0,18 72,07 81,87 1 1 Tropaquept

3 26,93 88 3134 2 83,51 1 9 100 61,09 53,11 5,42 1,25 0,18 72,07 81,87 3 1 Tropaquept

4 26,93 38 3134 2 83,51 2 11 100 32,77 23 4,27 2,25 0,24 17,62 16,48 1 1 Hapludult

5 26,93 50 3134 2 83,51 2 11 100 32,77 23 4,27 2,25 0,24 17,62 16,48 3 1 Hapludult

6 26,93 38 3134 2 83,51 2 11 100 24,25 15,75 4,75 2,47 0,2 12,78 8,47 8 2 Hapludult

7 26,93 12 3134 2 83,51 7 11 100 24,25 15,75 4,75 2,47 0,2 12,78 8,47 3 1 Psamment

8 26,93 12 3134 2 83,51 5 11 75 59,18 15,71 4,5 0,04 0,64 153,63 19,85 3 1 Hapludult

9 26,93 12 3134 2 83,51 2 12 100 11,82 15,3 4,92 2,9 0,06 13,14 8,81 1 1 Hydraquent

10 26,93 450 3134 2 83,51 5 11 100 36,26 11,21 4,97 2,19 0,33 27,21 21,38 40 3 Dystropept

11 26,93 462 3134 2 83,51 4 11 100 36,26 11,21 4,97 2,19 0,33 27,21 21,38 25 3 Dystropept

12 26,93 1200 3134 2 83,51 4 11 100 62,01 55,14 5,08 0,29 0,11 191,41 156,43 100 4 Dystropept

13 26,93 50 3134 2 83,51 4 12 100 32,76 9,67 4,9 2,7 0,14 14,61 6,66 3 1 Dystropept

14 26,93 325 3134 2 83,51 4 12 100 32,76 9,67 4,9 2,7 0,14 14,61 6,66 15 3 Dystropept

15 26,93 62 3134 2 83,51 4 12 100 32,76 9,67 4,9 2,7 0,14 14,61 6,66 8 2 Dystropept

16 26,93 325 3134 2 83,51 4 12 100 32,76 9,67 4,9 2,7 0,14 14,61 6,66 25 4 Dystropept

17 26,93 300 3134 2 83,51 4 12 100 32,76 9,67 4,9 2,7 0,14 14,61 6,66 40 4 Dystropept

18 26,93 538 3134 2 83,51 5 11 100 29,74 14,32 4,72 1,85 0,23 31,17 10,92 40 4 Dystropept

19 26,93 950 3134 2 83,51 5 11 100 29,74 14,32 4,72 1,85 0,23 31,17 10,92 100 1 Dystropept

20 26,93 62 3134 2 83,51 5 12 100 16,74 20,68 4,73 2,86 0,15 13,31 12,19 3 1 Haplohumult

21 26,93 75 3134 2 83,51 4 11 100 33,25 15,51 4,52 2,15 0,24 83,47 91,08 8 2 Dystropept

22 26,93 225 3134 2 83,51 4 11 100 33,25 15,51 4,52 2,15 0,24 83,47 91,08 15 2 Dystropept

23 26,93 75 3134 2 83,51 1 11 100 22,37 38,86 5,55 3,63 0,19 136,02 89,67 3 1 Dystropept

24 26,93 75 3134 2 83,51 4 12 100 22,37 38,86 5,55 3,63 0,19 136,02 89,67 8 2 Dystropept

25 26,93 225 3134 2 83,51 4 11 100 62,01 55,14 5,08 0,29 0,11 191,41 156,43 15 2 Dystropept

26 26,93 325 3134 2 83,51 4 12 100 22,37 38,86 5,55 3,63 0,19 136,02 89,67 25 3 Dystropept

27 26,93 975 3134 2 83,51 4 11 100 62,01 55,14 5,08 0,29 0,11 191,41 156,43 40 4 Dystropept

28 26,93 175 3134 2 83,51 4 11 100 62,01 55,14 5,08 0,29 0,11 191,41 156,43 25 3 Dystropept

29 26,93 638 3134 2 83,51 4 11 100 62,01 55,14 5,08 0,29 0,11 191,41 156,43 100 4 Dystropept

Sumber: Data primer (diolah) 2013

Page 37: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

26

4.7. Pewilayahan Komoditas Pertanian

Pewilayahan komoditas pertanian merupakan kegiatan yang menghasilkan

arahan penggunaan lahan untuk pertanian dengan mempertimbangkan daya

dukung lahan (kesesuaian lahan), penggunaan lahan saat ini (existing landuse),

kondisi sosial ekonomi (kompetitif dan komperatif), tabel prioritas tanaman

unggulan daerah, dan peta status kawasan hutan. Perhitungan luas wilayah

Kabupaten Bengkulu Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi

Bengkulu tahun 2010, sebesar 104.549 ha.

Peralatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah komputer dan perangkat

lunak untuk penilaian evaluasi lahan Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan (SPKL)

Versi 1.0 yang sedang dikembangkan di BBSDLP. SPKL dikembangkan dengan

perangkat lunak dan bahasa pemrograman Access 2010. Tampilan utama program

besisi pilihan: a) Penilaian Kesesuaian Lahan, b) Entri Kriteria Syarat Tumbuh, dan

c) Entri Parameter Ekonomi. Nilai karakteristik lahan yang dimasukan akan direspon

langsung oleh program dengan menampilkan hasil penilaian berupa kelas dan sub

kelas, zona dan sub dan sub-zona, misalnya IV/D.

Proses di atas dilakukan secara komputerisasi dan diperoleh tabel

pewilayahan komoditas yang dapat dibuat spasialnya. Data spasial pewilayahan

komoditas tersebut di overlay dengan peta status kawasan dan peta penggunaan

lahan. Status kawasan APL dan HPK yang merupakan lahan yang dapat

dikembangkan pertanian dan yang lainnya tetap sebagai kawasan hutan. Untuk

peta penggunaan lahan yang relatif tetap, seperti sawah perkebunan (kelapa sawit,

karet, kopi, dll) pewilayahan komoditasnya tetap dan merupakan penggunaan

existing. Hasil overlay tersebut merupakan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian,

skala 1:50.000 (Gambar 4). Legenda peta pewilayahan komoditas disajikan pada

Tabel 9.

Sistem budidaya pertanian di Kabupaten Bengkulu Tengah adalah budidaya

lahan basah dan budidaya lahan kering, mencakup areal seluas seluas 76.942 ha

(73,59%) termasuk dalam zona IV, III, dan II, sedangkan sisanya seluas 27.607 ha

(26,41%) tidak dapat dikembangkan untuk pertanian dikarenakan kondisi biofisik

lahan tidak memungkinkan. Komoditas pertanian yang disarankan berupa komoditas

tanaman pangan, tanaman tahunan/perkebunan, kehutanan dan hortikultura.

Pembudidayaan komoditas dapat secara tumpangsari atau monokultur.

Page 38: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

27

Pengembangan sistem budidaya pertanian dirinci menjadi: Pertanian bebasis

tanaman pangan, pertanian berbasis tanaman perkebunan dan kehutanan.

Tabel 9 Legenda pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah

Zona Sistem Pertanian/Alternatif Komoditas Pertanian Luas

Ha %

Pertanian lahan basah, tanaman pangan

IV/Wfs Padi sawah, umbi-umbian, sayuran 3.940 3,77

Pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan, tanaman pangan

IV/Dfsei Kelapa sawit, karet, padi gogo, jagung, umbi-umbian 31.598 30,22

III/Dfsei Kelapa sawit, karet, padi gogo, jagung, umbi-umbian 15.879 15,19

Pertanian lahan kering, tanaman pangan, tanaman hortikultura

IV/Dfuf Ubi jalar, pisang 1.193 1,14

Pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan

II/Dei Karet, kelapa sawit, kopi robusta, durian 8.932 8,54

Pertanian lahan kering, tanaman kehutanan

II/Dej Durian, sengon, kayu bawang 10.823 10,35

I/Dej Durian, sengon, kayu bawang 2.063 1,97

Status kawasan

HL Hutan lindung 27.607 26,41

Lain-lain

X.1 Bukit terjal 1.133 1,08

X.2 Pemukiman 851 0,81

X.3 Badan air/danau 360 0,34

X.5 Areal tambang 170 0,16

J u m l a h 104.549 100,00

Sumber: Data Primer (diolah) 2013

Pertanian lahan basah adalah budidaya pertanian yang dilakukan pada

lahan-lahan yang secara alami mempunyai drainase sangat terhambat.

Tanaman pangan yang dapat dibudidayakan adalah padi sawah. Lahan ini

dapat juga dimanfaatkan untuk budidaya palawija dan sayuran terutama

pada musim kemarau apabila dilakukan pengelolaan air. Pengelolaan air

dapat dilakukan dengan membuat saluran drainase dan atau guludan

sebagai media tumbuh palawija dan sayuran. Berdasarkan kondisi

drainasenya, lahan basah yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan

lahan adalah subzona IV/Wfs yaitu lahan basah yang mempunyai kondisi

drainase sangat terhambat dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman

pangan padi sawah, umbi-umbian, dan sayuran dengan luas areal 3.940 ha

(3,77%). Faktor pembatas pemanfaatan lahan adalah media perakatan (rc)

Page 39: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

28

yang dipengaruhi oleh kondisi drainase yang sangat terhambat dan tekstur

tanah.

Pertanian lahan kering adalah budidaya pertanian yang dilakukan

pada lahan-lahan yang mempunyai drainase tanah baik. Pertanian lahan

kering secara zonasinya termasuk dalam zona IV, III, dan II. Komoditas

pertanian yang disarankan berupa komoditas tanaman pangan, tanaman

tahunan/perkebunan, dan hortikultura. Pembudidayaan komoditas dapat

secara tumpangsari atau monokultur. Berdasarkan pola pengembangannya

pertanian lahan kering di Kabupaten Bengkulu Tengah dapat dibedakan

menjadi 2 pola, yaitu pertanian lahan kering berbasis tanaman pangan

(tanaman pangan dan hortikultura, dan perkebunan; tanaman pangan dan

tanaman perkebunan) dan pertanian lahan kering berbasis tanaman

perkebunan (wanatani dan monokultur).

Sistem pertanian lahan kering, tanaman pangan dan perkebunan

seluas 31.598 ha (30,22%), termasuk dalam zona IV dengan kelerengan

<8% dan menurunkan subzona IV Dfsei dan zona III dengan kelerengan 8-

15% menurunkan subzona III/Dfsei seluas 15.879 ha (15,19%). Komoditas

yang dianjurkan adalah kelapa sawit, karet, padi gogo, jagung, umbi-umbian

seluas 31.598 ha (30,22%) dan 15.879 ha (15,19%). Lahan yang saat ini

berupa lahan sawah termasuk kelas cukup sesuai untuk padi dan sesuai

marjinal untuk tanaman semusim atau tanaman lainnya, dengan faktor

pembatas utama retensi hara (nutrient retention, nr), yang dicirikan oleh pH

tanah masam (pH 4,7-5,1), kandungan C organik dan kapasitas tukar kation

rendah. Oleh karena itu, untuk usahatani tanaman semusim diperlukan

masukan unsur hara dengan pemupukan yang berimbang baik dengan

pupuk organik maupun an-organik.

Pertanian lahan kering, tanaman pangan, tanaman hortikultura

(IV/Dfuf) komoditas ubi jalar, pisang seluas 1.193 ha (1,14%). Pertanian

lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan (II/Dei) dengan komoditas

anjuran karet, kelapa sawit, kopi robusta, durian seluas 8.932 ha (8,54%).

Faktor pembatas pemanfaatan lahan adalah bahaya erosi (eh) dan

ketersediaan air (wa) disebabkan kelerengan lahan yang berada pada 25-

Page 40: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

29

40%. Pemanfaatan lahan harus mempertimbangkan konsep konservasi

dengan pembuatan teras dan pengolahan tanah minimum.

Pertanian lahan kering, tanaman kehutanan (II/Dej dan I/Dej )

komoditas anjuran durian, sengon, kayu bawang seluas 10.823 ha (10,35%)

dan 2.063 ha (1,97%). Faktor pembatas pemanfaatan lahan adalah bahaya

erosi (eh) karena kelerangan lahan 25-40% dan diatas 40%.

Hutan lindung (HL) seluas 27.607 ha (26,41%). Lain-lain berupa bukit terjal

(X.1) seluas 1.133 ha (1,08%), Pemukiman (X.2) seluas 851 ha (0,81%), Badan

air/danau (X.3) seluas 360 ha (0,34%) dan Areal tambang (X.5 ) seluas 170 ha

(0,16%).

Pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Bengkulu Tengah sebaiknya

mempertimbangkan kondisi biofisik dan kimia tanah serta iklim. Mengingat sebagian

besar (63,78%) lahan kering di Kabupaten Bengkulu Tengah mempunyai bentuk

wilayah bergelombang, berbukit dan bergunung dengan lereng 15-40%, maka

teknik konservasi tanah perlu diupayakan. Konservasi tanah pada lahan pertanian

tidak hanya terbatas pada usaha untuk mengendalikan erosi atau aliran permukaan,

tetapi termasuk usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah.

Konservasi tanah vegetatif mencakup semua tindakan konservasi yang

menggunakan tumbuhan (vegetatif), baik tanaman legum yang menjalar, semak,

perdu, pohon dan rumput-rumputan serta tanaman lain dengan tujuan untuk

mengendalikan erosi dan aliran permukaan pada lahan pertanian, juga untuk

meningkatkan bahan organik tanah. Jadi pada dasarnya, upayakan tanah tertutup

oleh vegetasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah, pakan ternak,

dan sekaligus dapat menguraji erosi tanah. Sebagai gambaran umum teknik

konservasi yang bisa diterapkan sesuai kondisi lahan dan besarnya lereng dapat

dilihat pada Tabel10.

Tabel 10 Beberapa alternatif tehnik konservasi tanah, persyaratan, kegunaan

dan kendala penerapannya

Teknik

konservasi Persyaratan Kegunaan

Kendala

penerapan

Penanaman

pohon buah-

buahan dan

perkebunan.

- Status enguasaan

lahan tetap

berjangka panjang.

- Tersedia bibit

- Memberikan proteksi

relatif permanen pada

tanah karena anaman

tidak ditebang.

- Biaya

pemeliharaan

tinggi

- Perlu

Page 41: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

30

tanaman bermutu.

- Pemilikan lahan

luas, bila sempit,

diprioritas-kan

tanaman pangan

- Pohon tanpa

penutup tanah,

erosi meningkat

- Sumber pendapatan

dan devisa.

- Sebagai sumber bibit

(pohon induk).

penguasaan

teknologi

bibit.

Tanaman

kayu-kayuan

dan Multi

PurposeTree

Species/ MPTS

- Status pemilikan

tanah tetap atau

HGU cukup lama

(>25 th)

- Untuk lahan kritis,

perlu pemupukan

(pupuk P).

- Memberi proteksi

jangka panjang.

- Sumber pendapatan

dan devisa.

- Sumber bahan organik

- Sumber kayu bakar.

- Sumber bibit.

- Penebangan

kayu-kayuan,

mengakibat kan

lahan kembali

terbuka.

- Setelah

ditebang perlu

biaya

replanting.

Tanaman

penutup tanah

C. pubescens,

P. javanica,

C.

mucunoides,

Mucuna sp.

- Perlu merehabilitasi

lahan kritis dan

penutup tanah.

- Ditanam dalam strip

atau sebagai

tanaman penutup

tanah.

- Memperbaiki struktur

dan meningkatkan

kandungan bahan

organik dan unsur hara

tanah.

- Memberikan proteksi

pada permukaan

tanah (Erosi).

- Merehabilitasi lahan

dalam waktu yang

relatif pendek.

- Sumber pakan.

- Kompetisi unsur

hara,

- Bahan tanaman

(benih

- atau bibit) sulit

tersedia.

- Memerlukan

pemeliharaan

- agar tidak

mengganggu

- tanaman pokok.

- - Inang H/P

Teras bangku,

Teras individu.

- Solum tanah> 60

cm

- Lereng > 15-< 45%

- Tanah Stabil (Tidak

mudah

- longsor).

- Tenaga kerja

banyak

- Subsoil tidak

mengandung

- Al, Fe dan Mn

berkonsetrasi tinggi

- Nyata menurunkan

erosi apabila

- memenuhi

persyaratan.

- Memudahkan petani

untuk

- mengerjakan

lahannya

- Produksi

tanaman pada

bidang olah

menurun

pada tahun

pertama

dibuat teras.

- Biaya atau

tenaga kerja

tinggi

- Teras bangku

perlu

Page 42: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

31

tanaman

penguat bibir

dan tampingan

teras

Teras gulud. - Solum dangkal

sampai dalam

- Lereng 5–15 %

- Perlu tanaman

penguat teras

- Menurunkan erosi.

- Tenaga kerja sedikit

- dibandingkan teras

bangku.

- Sumber pakan.

- Perlu biaya

pembuatan

gulud dan

pemeliharaan

saluran air.

Rorak,

jebakan

sedimen,

sumur

resapan,

gully plug,

terjunan

(drop

structure),

embung.

- Tersedia tenaga

kerja

pembuatan dan

pemeliharaan

- Bahan yang

digunakan cukup

tersedia.

- Menurunkan

kecepatan

dan volume aliran

perrmukaan,

menekan laju erosi

dan

sedimentasi.

- Meningkatkan

simpanan air tanah

(fluktuasi debit

maks dan min.

menurun).

- Memperpanjang

musim tanam

(cropping seasons)

karena air tanah

tersedia lebih lama.

- Biaya

pembuatan >

mahal dan

tidak ter-

jangkau petani

(perlu bantuan

pemerintah).

- Mengurangi

luas lahan.

- Perlu disertai

dengan

efisiensi

pengunaan

air.

Sumber: Diolah dari Agus et al. (1997) dan sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan

Reboisasi Pusat (1997a).

Page 43: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

32

Gambar 4 Peta pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah

Page 44: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

29

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian melalui pendekatan zona

agro ekologi Kabupaten Bengkulu Tengah perlu dilakukan untuk

mendapatkan gambaran wilayah yang berpotensi untuk pengembangan

komoditas pertanian.

2. Berdasarkan hasil interprestasi citra landsat, DEM dan sumber lainnya

dengan menggunakan analisis terrain Kabupaten Bengkulu Tengah terdiri

dari 5 landform utama yaitu: aluvial, fluvio-marin, marin, vulkanik, tektonik,

dan bentukan lain (aneka).

3. Berdasarkan analisis zona agro ekologi, Kabupaten Bengkulu Tengah dibagi

menjadi 6 zona agro ekologi. Zona pengembangan pertanian di Kabupaten

Bengkulu Tengah seluas 74.649,90 ha (71,40%), terdiri dari zona

pengembangan tanaman pangan lahan basah dan lahan kering, zona

pengembangan tanaman tahunan dan tanaman pangan dengan sisitem

wana tani dan zona pengembangan tanaman tahunan/perkebunan.

4. Berdasarkan analisis tata ruang pertanian, Kabupaten Bengkulu Tengah

terdiri dari Kawasan Budidaya Tanaman Pangan Lahan Basah seluas

5.397,25 atau 5,16%, Kawasan Budidaya Tanaman Pangan Lahan Kering

seluas 31.975,68 ha atau 30,58%, Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

seluas 37.272,97 ha atau 35,65% dan Kawasan Konservasi seluas 27.726,86

ha atau 26,52%.

Page 45: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

30

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2002. Petunjuk Teknis Penyusunan Pewilayahan Komditas Pertanian Berdasakan Zona Agroekologi (ZAE) Skala 1:50.000 (Model 1).

Balai Penelitian Tanah. 2002. Penyusunan Peta Satuan Evaluasi Lahan Untuk Pewilayahan Komoditas Pertanian Skala 1:50.000 Melalui Analisis Terrain (Model 2).

Buurman, P., and T. Balsem 1990. Land unit classification for the reconnaissance soil survey of Sumatra. TR No. 3, Version 2.1. LREP Project. Centre for Soil and Agroclimate Research, Bogor.

CSR/FAO Staff. 1983. Reconnaissance land resource surveys 1: 250.000 scale Atlas Format Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4, Version 1. CSRlFAO, Bogor.

Dent, F.J., Desaunettes, J.R, and J.P. Malingreau. 1977. Detailed reconnaissance land resources surveys Cimanuk Watershed area (West Java). AGL/T'F/INS/44. Working paper No. 14. FAO/SRI, Bogor.

Desaunettes, J. R 1977. Catalogue of landform fro Indonesia. Example of

physiographic approach to land evaluation for agricultural development.

AGL/TF/INS/44. Working paper No. 14. SRI/FAO. Bogor.

Djaenudin, D., Marwan H., H. Subagyo, Anny Mulyani, dan N. Suharta. 2000. Kriteria kesesuaian lahan versi 3.0. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Environmental Systems Research Institute, Inc. 1996. Arc View GIS.

FAO. 1977. Guidelines for soil profile description. FAO Soil Bulletin 73. Rome.

Goosen, D. 1967. Aerial photo interpretation in soil survey. FAO Soil Bulletin No.6. Rome.

Hartomi, H. D. dan H. Suhardjo. 2001. Kebijakan Pewilayahan Komoditas. Makalah Kebijakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Puslitbangtanak, Bogor.

FAO. 1996. Agro-ecological zoning guidelines. FAO Soil Bulletin 73. Rome.

Kassam, A.H., H.T. van Velthuizen, G.W. Fischer and M.M. Shah. 1991. Agroecological land resources assessment for agricultural development planning. A case study of Kenya. Resource data base and land productivity. Technical Annex 1. Land Resources. Land and Water Development Division, FAO, Rome.

Kips, A.. Djaenudin, and Nata Suharta. 1981. The land unit approach to land resources surveys for land use planning with particular reference to the Sekampung watershed, Lampung Province, Sumatra., Indonesia. AGOF/INS/78/006. Technical Note No. 11. Centre for Soil Research, Bogor.

Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof dan ER. Jordens. 1997. Pedoman klasifikasi landform LT 5 Versi 3.0. Proyek LREP II, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Marwan H., D. Djaenudin, Subagyo H., S. Hardjowigeno, dan E.R. Jordens. 2000. Petunjuk Teknis Pengoperasian Program Sistem Otomatisasi

Page 46: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

31

Penilaian Lahan (Automized Land Evaluation System/ALES) Versi 3.0. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Muljadi, D., and F.J. Dent. 1979. Evaluation of Indonesian soil and land resources. Indonesian Agricultural Research and Development Journal. No. 1-2: 21-23.

Rossiter, D.G. and A.R. Van Wambeke. 1997. ALES Version 4.65 User‟s Manual. Cornell University. Dept. of Soil, Crop & Atmospheric Sciences. Ithaca, NY USA.

Soil Survey Staff, 1998. Keys to Soil Taxonomy. United States Department of Agriculture. Natural Resources Conservation Service. Eighth Edition, 1998.

Van Zuidam, R. 1986. Air photo-interpretation for terrain analysis and geomorphologic mapping. Smits Publ. The Hague, The Netherlands.

Page 47: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

32

ANALISIS RESIKO

Analisis resiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat

mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan

kegiatan pengkajian, kemudian apa penyebab dan dampaknya perlu disusun

daftar risiko dan penangannya seperti tabel berikut.

Tabel 9 Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian penyusunan peta arahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2013

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Dokumentasi kegiatan sebelumnya tidak lengkap

Pelaksanaan kegiatan sebagian besar dilakukan peneliti diluar BPTP

Keterlambatan dalam penyusunan dokumen awal dan pelaksanaan kegiatan

2. Data potensi daerah tidak tersedia

Database belum tersusun karena daerah pemekaran

Gambaran umum wilayah tidak dapat ditampilkan secara detail

3. Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia

Kegiatan sejenis umumnya dilakukan BBSDLP

Kegiatan baru dapat dilaksanakan setelah ada supervise dari BBSDLP

4. Peta dasar, peta tematik, dan peta pendukung tidak tersedia

Database belum tersusun dan belum pernah dilakukan pemetaan

Keterlambatan dan pelaksanaan kegiatan

Tabel 5 Risiko, penyebab, dan Penanganannya dlam pelaksanaan pengkajian penyusunan peta arahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2013

No. Risiko Penyebab Penanganan risiko

1. Dokumentasi kegiatan sebelumnya tidak lengkap

Pelaksanaan kegiatan sebagian besar dilakukan peneliti diluar BPTP

Koordinasi dengan peneliti pelaksana tahun sebelumnya dan BSDLP serta Balitklimat

2. Data potensi daerah tidak tersedia

Database belum tersusun karena daerah pemekaran

Kolektif data dari kabupaten induk dan provinsi

3. Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia

Kegiatan sejenis umumnya dilakukan BBSDLP

Melakukan pengumpulan data yang dapat dikerjakan tanpa supervise BBSDLP

4. Peta dasar, peta tematik, dan peta pendukung tidak tersedia

Database belum tersusun dan belum pernah dilakukan pemetaan

Koordinasi dengan pihak terkait kepemilikan peta pendukung yang dibutuhkan

Page 48: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

33

JADUAL KERJA

KEGIATAN BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persiapan:

a. RPTP, seminar, juknis dll.

b. Desk study

Persiapan kegiatan

lapangan :

c. Penyiapan peralatan d. Penyiapan peta dasar

dan peta analisis

Kegiatan lapangan:

e. Pengumpulan data tanah

f. Pengumpulan data iklim

g. Pengumpulan data pertanian, dll.)

Analisis data dan

penyusunan peta:

h. Analisis sampel tanah i. Penyusunan peta

evaluasi lahan (peta satuan tanah).

j. Penyusunan peta pewilayahan komoditas, dll.

Sosialisasi hasil/ekspose

Pelaporan

Page 49: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

34

PEMBIAYAAN

A. Rencana Anggaran Belanja (RAB)

No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan

(Rp.)

Jumlah (Rp.)

1

Belanja Bahan: - ATK, Kumputer supply dan pelaporan

- Bahan kartografi peta

- Bahan pendukung - Konsumsi dalam rangka sosialisasi/

ekspose hasil

1 Paket

1 Paket

1 Tahun 40 OH

5.445.000

3.880.000

4.870.000 50.000

5.445.000

3.880.000

4.870.000 2.000.000

2 Honor Output Kegiatan:

- Honor operasional tenaga pembantu

survei

70 OH

100.000

7.000.000

3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya

- Dokumentasi, penggandaan, jilid, porto

- Analisis data, penyusunan peta

- Analisis tanah - Akomodasi dalam rangka sosialisasi/

ekspose hasil

1 Tahun

1 Paket

1 Paket 1 Kali

6.000.000

10.000.000

8.000.000 2.000.000

6.000.000

10.000.000

8.000.000 2.000.000

4 Belanja Sewa

- Sewa kendaraan - Sewa alat survey

10 hari 14 Hari

500.000 100.000

5.000.000 1.400.000

5 Belanja Jasa Profesi - Narasumber, evaluator, fasilitator

8 OJ

500.000

4.000.000

6 Belanja Perjalanan Lainnya

- Persiapan desk study, pengumpulan data dan survey lapang

- Konsultasi ke pusat

97 OH

1 OP

365.000

5.000.000

35.405.000

5.000.000

Page 50: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

35

B. Realisasi Anggaran

No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran

(Rp)

Persentase Keuangan

(%)

Persentase Fisik

(%)

1 Belanja Bahan: - ATK, Kumputer supply dan pelaporan

- Bahan kartografi peta - Bahan pendukung

- Konsumsi dalam rangka sosialisasi/

ekspose hasil

1,464,725

3,700,000 3,800,000

-

26.90

95.36 78.03

-

100.00

100.00 100.00

-

2 Honor Output Kegiatan:

- Honor operasional tenaga pembantu

survei

1,000,000

14.29

100.00

3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya

- Dokumentasi, penggandaan, jilid, porto

- Analisis data, penyusunan peta - Analisis tanah

- Akomodasi dalam rangka sosialisasi/ ekspose hasil

-

- -

-

-

- -

-

-

- -

-

4 Belanja Sewa

- Sewa kendaraan - Sewa alat survey

5,000,000 -

100.00 -

100.00 -

5 Belanja Jasa Profesi

- Narasumber, evaluator, fasilitator

4,000,000

100.00

100.00

6 Belanja Perjalanan Lainnya - Persiapan desk study, pengumpulan

data dan survey lapang

- Konsultasi ke pusat

14,600,000

13,910,000

62.50

81.61

100.00

100.00

Page 51: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

36

TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA

5.1. Personil

No. Nama/NIP Jabatan

Fungsional/

Bidang Keahlian

Jabatan

dalam

Kegiatan

Uraian Tugas Alokasi

Waktu

(jam)

1. Hamdan, SP, M.Si

19970621 200212 1 001

Peneliti

Pertama/ Sosek

Pertanian

Penanggung

jawab

Bertanggungjawab terhadap

pelaksanaan pengkajian

Menyusun dan

merencanakan operasional kegiatan dan

mempresentasikan Mengkoordinir anggota tim

Menyusun laporan

Melaksanakan koordinasi dan

konsultasi kebijakan di luar

propinsi

20

2. Agus Darmadi, SP

19710805 199803

1 002

Peneliti Umum/

Agronomi

anggota Membantu pelaksanaan

pengkajian Membantu menyusun

laporan

15

3. Irma Kalista, A.Md, ST.

19810716 200501 2 002

Peneliti Pertama/

Analis

anggota Membantu pelaksanaan

pengkajian Membantu menyusun

laporan

15

4. Bahagia, A.Md Teknisi/

Peternakan anggota

Membantu pelaksanaan

pengkajian

Membantu menyusun

laporan

15

5. Suardi Teknisi/

Administrasi anggota

Membantu pelaksanaan

pengkajian

10

Page 52: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

37

LAMPIRAN

Gambar 1 Pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada landform gambut

Gambar 2 Pengamatan dan pembuatan minipit pada landform volcanic

Page 53: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah

38

Gambar 3 Karakterisasi sifat fisik tanah, profil, tekstur, pH dan horizon

Gambar 4 Karakterisasi landform alluvial yang berada di landform volcanic

Page 54: PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini menyajikan data/informasi pelaksanaan kegiatan yang telah