Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
1 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
2 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
KATA PENGANTAR
Dalam upaya meningkatkan efektivitas peran dan posisi Gubernur selaku wakil
pemerintah pusat dan meningkatkan kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan
bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di daerah, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2020 ini kembali
melimpahkan sebagian urusan pemerintahan bidang PPPA yang menjadi
kewenangannya kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dengan asas
dekonsentrasi. Pelimpahan tersebut diikuti dengan penyediaan anggaran Kementerian
PPPA yang berupa anggaran dekonsentrasi bidang pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
atas terbitnya Perubahan Pertama Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dekonsentrasi PPPA
2020. Juknis yang berisi latar belakang, tujuan, sasaran kegiatan yang akan
dilaksanakan dan pelaporan yang harus dilaksanakan ini disusun sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi PPPA tahun 2020. Terdapat beberapa perubahan
dalam juknis ini khususnya mengenai penggunakan dana dekonsentrasi sebagai upaya
percepatan penanganan COVID-19 di daerah masing-masing.
Penyusunan Juknis ini telah melibatkan banyak pihak, namun demikian disadari
bahwa Juknis ini belum sempurna. Oleh karena itu masukan dan saran perbaikan sangat
kami nantikan dari berbagai pihak, guna penyempurnaan di masa mendatang. Kami
berterima kasih atas bantuan, dukungan, dan partisipasi semua pihak baik langsung
maupun tidak langsung atas terbitnya Juknis ini. Semoga dalam melaksanakan kegiatan,
kita selalu berada dalam lindungan dan limpahan Rahmat-Nya.
Semoga Petunjuk Teknis ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait sebagai
proses bagi kita bersama, Pusat dan Daerah dalam mendukung dan menuju upaya
pencapaian sasaran pembangunan bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak.
Sekretaris Kementerian
Pribudiarta Nur Sitepu
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
3 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaac
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6
TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK TAHUN ANGGARAN 2020
SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di daerah perlu dilakukan pelimpahan program, kegiatan, dan anggaran
sebagian urusan tersebut kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat berdasarkan asas
dekonsentrasi;
b. bahwa kondisi pandemi penyebaran dan penularan
Corona Virus Disease 2019 di Indonesia terusmengalami peningkatan dan menimbulkan korbanjiwa serta kerugian material, immaterial, dan
berdampak pada aspek kesehatan, sosial, sertaekonomi masyarakat termasuk kelompok rentan;
c. bahwa perempuan, anak, lansia dan penyandangdisabilitas merupakan kelompok yang rentan
terdampak paparan Corona Virus Disease 2019,sehingga diperlukan upaya pencegahan melaluigerakan bersama;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, serta
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (5)Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, perlumenetapkan Keputusan Sekretaris KementerianPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
tentang Perubahan atas Keputusan SekretarisKementerian Pemberdayaan Perempuan dan
115
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
4 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Perlindungan Anak Nomor 6 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dekonsentrasi
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun Anggaran 2020;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4816);
3. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2015 tentangKementerian Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 103);
4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan, RealokasiAnggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam
rangka percepatan Penanganan Corona VirusDisease 2019 (COVID-19);
5. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 17 Tahun 2019 tentangPedoman Umum Pelaksanaan Dekonsentrasi
Kementerian Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak Tahun Anggaran 2020 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor1735);
6. Keputusan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 33 Tahun 2020 tentangTim Gerakan Bersama Jaga Keluarga Kita Untuk
Melindungi Perempuan dan Anak Dari BahayaPenularan Corona Virus Disease 2019;
7. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-6/MK.02/2020 tentang Refocussing Kegiatan danRealokasi Anggaran Kementerian/Lembaga dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona VirusDisease 2019 (COVID-19).
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN : KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
5 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
ANAK TAHUN ANGGARAN 2020.
KESATU : Perubahan atas Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Dekonsentrasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun Anggaran 2020, yang selanjutnya disebut Juknis Revisi Pelaksanaan
Dekonsentrasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA), Surat Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL), Kertas Kerja
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL), dan Petunjuk Operasional Kegiatan yang menampung dana APBN yang pengelolaannya menjadi
tanggung jawab Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
KEDUA : Dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang mengampu urusan pemerintahan bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengacu pada Juknis Revisi
Pelaksanaan Dekonsentrasi sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan Sekretaris Kementerian ini.
KETIGA : Juknis Revisi Pelaksanaan Dekonsentrasi merupakan acuan bagi Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Penguji dan Penandatanganan Surat Perintah
Membayar, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Bendahara Pengeluaran, Penanggungjawab Program,
dan satuan kerja lain yang terkait untuk:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
dan Rencana Penarikan Dana (RPD) sebagai bagiandan menjadi satu kesatuan dari DIPA dan POKdana Dekonsentrasi tahun anggaran 2020;
b. Memberikan panduan kepada para pengelolakeuangan dan penanggungjawab kegiatan agar
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan danperaturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Melakukan pembukuan, pencatatan, pelaporan danpenyimpanan dokumen pengelolaan dekonsentrasidengan baik dan benar;
d. Melaksanakan kegiatan dekonsentrasi secara efektifdan efisien dalam rangka mencapai indikator
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
6 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
kinerja kegiatan dan program yang telah ditetapkan;
e. Melaksanakan pengelolaan barang milik negaradekonsentrasi secara tertib administrasi, tertib
hukum, dan tertib fisik;
f. Menjamin penyerapan anggaran per triwulan secara
proporsional, yaitu minimal 25% setiap triwulan;
g. Menyampaikan laporan sesuai PeraturanPemerintah Nomor 39 tahun 2006 tentang tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RencanaPembangunan secara tepat waktu selambat-
lambatnya tanggal 10 hari kerja setelah triwulanyang bersangkutan berakhir untuk 34 satuan kerja
pelaksanaan dekonsentrasi provinsi ke unitorganisasi di Kementerian PemberdayaanPerempuan dan Perlindungan Anak;
h. Menyampaikan Laporan Barang Kuasa PenggunaBarang setiap semester dan tahunan sesuai Sistem
Akuntansi Pemerintah;
i. Menyampaikan Laporan Keuangan melalui Unit
Akuntansi KPA (UAKPA) secara bulanan,triwulanan, semesteran, dan tahunan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
KEEMPAT : Gubernur dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) yang membidangi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam mengatur pelaksanaan
dekonsentrasi, harus tetap berpedoman dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Keputusan Sekretaris Kementerian ini.
KELIMA : Keputusan Sekretaris Kementerian ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal April 2020
SEKRETARIS KEMENTERIAN,
PRIBUDIARTA NUR SITEPU
17
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
7 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Keputusan Sekretaris Kementerian PP dan PA 3
Daftar Isi 7
Daftar Tabel 8
BAB I PENDAHULUAN 9
A Latar Belakang 9
B Maksud dan Tujuan 12
C Ruang Lingkup 12
D Mekanisme Pelaksanaan Dekonsentrasi 13
BAB II PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PPPA TA 2020 15
A Indikator Kinerja Program dan Kegiatan 15
B Perencanaan Pelaksanaan DIPA 16
C Pengorganisasian, Monitoring dan Pelaporan Pelaksanaan DIPA 18
D Menu Keluaran, Komponen dan Subkomponen pada DIPA 19
E Kerangka Acuan Kerja Sub Komponen 20
BAB III PENGATURAN TENTANG REVISI DIPA 49
A Ruang Lingkup dan Batasan Revisi Anggaran 49
B Kewenangan Penyelesaian Revisi Anggaran 49
C Pengesahan dan Penyampaian Revisi DIPA 50
BAB IV PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA 51
A Dasar Pengeluaran Negara 51
B Pencatatan Komitmen oleh PPK dan KPPN 52
C Mekanisme Penyelesaian Tagihan dan Penerbitan SPP 53
BAB V PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PELAPORAN 68
A Pengawasan 68
B Pengendalian 68
C Pelaporan 69
D Reward dan Punishment 70
BAB VI PENUTUP 71
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
8 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
DAFTAR TABEL
Tabel 1, Indikator Kinerja Kegiatan Dekonsentrasi Bidang PP dan PA TA 2020 16
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
9 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
LAMPIRAN
KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN ANGGARAN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Isu gender dan anak merupakan masalah utama dalam pembangunan,
khususnya pembangunan sumber daya manusia. Walaupun sudah banyak upaya
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan
anak serta penguatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak,
namun data menunjukkan masih adanya kesenjangan dalam hal akses, partisipasi,
manfaat serta penguasaan terhadap sumber daya seperti pada bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan bidang strategis lainnya. Perlindungan bagi perempuan
dan anak dari berbagai tindakan eksploitasi, diskriminasi dan kekerasan juga masih
belum optimal, sehingga pelayanan dan penanganan kepada perempuan dan anak
sebagai kelompok rentan dan “korban terbesar” akibat kekerasan juga masih relatif
rendah. Dampak dari pelaksanaan pembangunan yang belum mempertimbangkan
kesetaraan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, akan
memperlambat proses pembangunan suatu bangsa. Diperlukan suatu sistem yang
terpadu dan komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan untuk dapat
mengatasi isu gender dan anak seperti tersebut di atas.
Saat ini penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia
cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu dengan jumlah kasus dan jumlah
kematian terus meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas daerah. COVID-19 telah
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
10 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
ditetapkan sebagai pandemic global oleh World Health Organization (WHO) pada
tanggal 11 Maret 2020, maka diperlukan langkah cepat, tepat, fokus, terpadu, dan
sinergi antar Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
Perempuan, anak, lansia dan penyandang disabilitas termasuk kelompok
rentan yang terdampak paparan COVID-19. Untuk itu diperlukan upaya pelayanan
perlindungan kelompok rentan tersebut yang efektif dan mengedepankan prinsip
kepentingan yang terbaik bagi perempuan, anak, dan keluarganya. Dalam upaya
meningkatkan efektifitas perlindungan kepada kelompok rentan tersebut, Kemen
PPPA telah melaksanakan refocusing kegiatan dan realokasi anggaran dalam rangka
percepatan penanganan Covid-19 dengan mengacu pada Inpres nomor 4 tahun
2020 tentang Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran serta Pengadaan Barang
dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19, dan Surat Edaran
Menteri Keuangan Nomor SE-6/MK.02/2020 tentang Refocusing Kegiatan dan
Realokasi Anggaran Kementerian/Lembaga dalam rangka Percepatan Penanganan
COVID-19. Upaya ini termasuk dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran
Dekonsentrasi PPPA tahun 2020.
Dalam upaya meningkatkan efektivitas dan keterpaduan dalam pencegahan
dan percepatan penanganan COVID-19 kepada kelompok rentan, Kemen PPPA telah
menginisiasi program gerakan bersama jaga keluarga kita atau disingkat dengan
Gerakan Berjarak dengan hastag #berjarak. Gerakan ini adalah sebuah upaya
bersama untuk memastikan bahwa perempuan dan anak aman bersama keluarga
untuk menghadapi bahaya paparan Covid-19. Dalam pelaksanaannya gerakan
berjarak akan berkolaborasi dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah
(Provinsi, Kab/kota), Desa/kelurahan, para pemangku kepentingan lainnya
termasuk PKK, lembaga masyarakat, dunia usaha, akademisi, lembaga keagamaan
dll. Secara khusus, gerakan berjarak akan menggalang jejaring Kemen PPPA (Dinas
PPPA Provisi dan Kab/Kota, anggota Forum Anak Nasional dan Daerah/FAN dan
FAD, psikolog dan konselor Pusat Pembelajaran Keluarga /PUSPAGA, Fasilitator
Sekolah Ramah Anak (SRA), aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis
Masyarakat/PATBM, UPTD PPA, P2TP2A, Forum Puspa, Satgas PPA) untuk bahu-
membahu dan berbagi sumberdaya dalam upaya memastikan perempuan dan anak
aman dan terpenuhi hak-hakya di keluarga, rumah dan lingkungannya. Dalam
gerakan berjarak ini, sudah dirumuskan 10 (sepuluh) aksi gerakan berjarak yang
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
11 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
akan dilaksanakan oleh para Tim Relawan Berjarak (TRB) di tingkat
dusun/RW/dan RT.
Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan bahwa urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan
absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan
pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
kewenangan pemerintah pusat. Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan
pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat, daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota. Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah terdiri
atas urusan Pemerintahan Wajib dan urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan
Pemerintahan Wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang Tidak Berkaitan dengan Pelayanan
Dasar. Selanjutnya dalam Undang-Undang tersebut juga mengamanatkan bahwa
dalam penyelenggaraan urusan konkuren yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat dapat melalui 1) dilaksanakan sendiri oleh pemerintah pusat; 2) dengan cara
melimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat atau kepada
instansi vertikal yang ada di daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi; atau 3)
Dengan cara menugasi daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan.
Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang Pemerintah Pusat kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Dengan demikian,
dekonsentrasi disusun untuk mempercepat pencapaian tujuan dan target program.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengalokasikan
dana dekonsentrasi untuk mendukung tercapainya target-target Rencana Kerja
Pemerintah tahun 2020, melalui peran serta pemerintah daerah provinsi. Peran
serta tersebut tertuang dalam bentuk subkomponen yang sudah ditetapkan,
sehingga bila dilaksanakan dengan baik akan mendukung tercapainya peningkatan
kualitas hidup perempuan dan anak serta penguatan kapasitas kelembagaan
pengarusutamaan gender dan anak.
Berbagai macam permasalahan sektor pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak yang muncul di daerah, khususnya terkait dengan 1) kualitas
hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan,; 2) perlindungan
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
12 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
perempuan dari berbagai tindak kekerasan termasuk tindak perdagangan orang; 3)
kapasitas kelembagaan PUG dan perlindungan kekerasan terhadap perempuan;
serta 4) Pencagahan dan percepatan penanganan COVID-19 di daerah. Hal ini perlu
disikapi dengan semakin mengoptimalkan peran daerah yang memang mengalami
langsung permasalahan tersebut. Selain itu, aspek geografis dari wilayah Indonesia
yang sangat luas menuntut adanya koordinasi dan sinkronisasi program dan
kegiatan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak antara pusat
dan daerah melalui kegiatan dekonsentrasi.
Sebagian kewenangan yang dilimpahkan melalui kegiatan dekonsentrasi
bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak digunakan untuk
menunjang pembangunan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia di
bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dan penguatan kapasitas
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Perubahan Pertama Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi
Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun Anggaran 2020
disusun dengan maksud sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pelimpahan sebagaian urusan pemerintah dalam bidang
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang bersifat nonfisik, melalui
pelaksanaan dekonsentrasi.
Perubahan Pertama Petunjuk teknis Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi
Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun Anggaran 2020
disusun dengan tujuan antara lain:
1. Memberikan arahan teknis pelaksanaan Dekonsentrasi Bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak berdasarkan pada mekanisme yang telah
ditentukan khususnya terkait dengan pandemik COVID-19.
2. Memenuhi sasaran kegiatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam
mendukung percepatan pencapaian Kesetaraan Gender dan Pemenuhan Hak
Anak
C. RUANG LINGKUP
Petunjuk Teknis ini memuat tata cara pelaksanaan kegiatan mulai dari
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
13 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
penyelenggaraan kegiatan, monitoring/evaluasi baik yang dilakukan oleh
pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, dan pelaporan kegiatan yang telah
dilaksanakan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pelaksanaan
dekonsentrasi Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak berupa
peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah Provinsi dalam pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak untuk mendukung
pelembagaan PPPA.
D. MEKANISME PELAKSANAAN DEKONSENTRASI
Pelaksanaan dan penatausahaan dekonsentrasi mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan beberapa acuan yang menjadi pijakan
dalam proses manajemen operasional, antara lain:
1. Dana dekonsentrasi PPPA merupakan dana APBN dari Kemen PPPA yang
dilimpahkan kepada dinas yang melaksanakan urusan PPPA (Dinas PPPA atau
dengan nomenklatur lain) di provinsi.
2. Pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan untuk kegiatan bersifat non fisik yaitu
kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap.
Kegiatan non fisik yang dimaksud antara lain: bimbingan teknis dan
pelatihan. Kegiatan non fisik ini menggunakan akun belanja barang sesuai
peruntukkannya.
3. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi, maka sebagian kecil
dana dekonsentrasi dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk
pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan input berupa pengadaan
barang/jasa dan penunjang lainnya. Besaran alokasi dana penunjang ini,
memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis, dan efisiensi serta
disesuaikan dengan karakteristik kementerian/lembaga.
4. Perencanaan dan pemanfaatan dekonsentrasi PPPA mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN Tahun 2020-2024) dan
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PPPA Tahun 2020-2024, Renja
Kementerian PPPA Tahun 2020 dan RKP Tahun 2020.
5. Dana dekonsentrasi PPPA bukan merupakan dana utama dalam
penyelenggaraan program/kegiatan PPPA di daerah, sehingga pemerintah
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
14 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
daerah tetap berkewajiban mengalokasikan dana untuk pelaksanaan urusan
PPPA.
6. Pengelolaan anggaran dan pelaksanaan kegiatan yang menggunakan dana
dekonsentrasi harus terintegrasi, terpadu dengan kegiatan yang berasal dari
sumber anggaran lainnya, tidak boleh duplikasi, dilakukan secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab.
7. Untuk meningkatkan kinerja Dinas PPPA Provinsi dalam Pelaksanaan
dekonsentrasi PPPA, Dinas PPPA Provinsi diperkenankan/dapat melibatkan
Dinas PPPA Kabupaten/Kota, dan UPTD PPA dalam melaksanakan
kegiatannya. Dinas PPPA Provinsi sebagai penanggung jawab kegiatan dan
pengelola keuangan harus mengikuti ketentuan yang telah diatur oleh
peraturan perundangan.
8. Dinas PPPA Provinsi dapat melibatkan Dinas PPPA Kabupaten/Kota mulai
dari perencanaan agar terjadinya sinkronisasi dan keberlanjutan program,
kemudian pelaksanaan kegiatan dan pemantauan evaluasi secara berkala.
9. Dinas PPPA Provinsi harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan
dekonsentrasi PPPA seoptimal mungkin dalam rangka pencapaian target
pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di daerah.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
15 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
BAB II
PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PPPA
TAHUN ANGGARAN 2020
A. INDIKATOR KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN
Pelaksanaan Dekonsentrasi yang termuat dalam DIPA TA 2020 Kemen
PPPA pada Program Partisipasi Lembaga Masyarakat merupakan implementasi
dari arah dan strategi kebijakan yang tertuang dalam Renstra Kemen PPPA 2020-
2024. Arah dan strategi kebijakan tersebut adalah:
1. Mendorong Percepatan Pelaksanaan pengarusutamaan gender di berbagai
bidang pembangunan di tingkat pusat dan daerah;
2. Memperkuat kelembagaan, koordinasi, dan jaringan pengarusutamaan
gender;
3. Peningkatan peran dan kualitas hidup perempuan di berbagai bidang
pembangunan;
4. Peningkatan perlindungan perempuan, termasuk pekerja migran, dari
kekerasan dan tindak pidana perdagangan orang (TPPO);
5. Peningkatan pemenuhan hak-hak anak;
6. Peningkatan kualitas pencegahan dan penanganan kasus kekerasan
terhadap anak, traficking anak dan jaminan perlindungan pada anak
rentan/berkebutuhan khusus;
7. Penguatan ketahanan dan kualitas keluarga;
8. Penguatan jejaring dan sinergitas kerjasama antara Kementerian PP PA
dengan lembaga masyarakat; dan
9. Penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.
Dalam perencanaan yang tercantum dalam Rencana Kerja Kementerian
PPPA TA 2020, Pelaksanaan Dekonsentrasi ini menjadi bagian dari Program
Partisipasi Lembaga Masyarakat dalam Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, dalam kegiatan Peningkatan Pengarusutamaan Gender dan
Perlindungan Perempuan di Daerah yang terdiri dari satu output, yaitu Penguatan
Kelembagaan PPPA (DEKON).
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
16 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Tabel 1. Indikator Kinerja Kegiatan Dekonsentrasi Bidang PP dan PA TA 2020
Kegiatan Sasaran Indikator
Kinerja Output Target
Peningkatan
Pengarusutamaan
Gender Dan
Perlindungan
Perempuan Di
Daerah
Meningkatnya
Pengarusutamaan
Gender dan
Perlindungan
Perempuan di
Daerah
Terlaksananya
Penguatan
Kelembagaan
PPPA
Penguatan
Kelembagaan
PPPA
(DEKON)
34
Provinsi
Sumber: Renja Kemen PPPA 2020
Sebagian besar target dari indikator kinerja kegiatan dalam tabel di atas
sumber datanya berasal dari pelaksanaan program dan kegiatan PP dan PA di
Provinsi/Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, pelaksanaan dekonsentrasi Tahun
Anggaran 2020 diperuntukkan untuk mencapai sasaran dan target indikator
kinerja dari program/kegiatan dimaksud. Meskipun adanya keterbatasan dalam
proses pendanaan, namun sebagai konsekuensi pelaksanaan asas dekonsentrasi
dan otonomi daerah, tetap mewajibkan dukungan APBD untuk mendanai urusan
daerah yang disinergikan dengan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
melalui kegiatan dekonsentrasi.
B. PERENCANAAN PELAKSANAAN DIPA
Segera setelah diterimanya DIPA TA 2020 dan Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 17 Tahun 2019 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Dekonsentrasi Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun Anggaran 2020, segera dilaksanakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Administrasi
a. Menetapkan Pejabat Pengelola Anggaran Dekonsentrasi PPPA.
Penunjukkan Kepala Dinas PPPA Provinsi selaku Kuasa Pengguna
Anggaran/Barang (KPA) oleh Gubernur. Selanjutnya Kepala Dinas PPPA
Provinsi selaku KPA menetapkan Surat Keputusan Penetapan Pejabat
Pengelola Keuangan Dekonsentrasi PPPA di tingkat provinsi yang
meliputi:
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
17 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
1) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
2) Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM);
3) Panitia/Pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan
anggaran, diantaranya:
a) Pejabat akuntansi (petugas SAK dan SIMAK BMN);
b) Bendahara pengeluaran;
c) Staf pengelola satker (bila diperlukan); dan
d) Pejabat pengadaan/pejabat penerima hasil pekerjaan (bila
diperlukan).
b. Mencetak Rincian Kertas Kerja atau Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
Satker dan ditandatangani oleh KPA yang bersangkutan yang berfungsi
sebagai:
1) Pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas;
2) Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
3) Alat perencanan kebutuhan dana; dan
4) Sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas
pelaksanaan anggaran.
c. Menyusun Rencana Penarikan Dana Harian Tingkat Satker
Penyusunan rencana penarikan dana harian tingkat satker mengacu pada
PMK Nomor 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana,
Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas. Satuan kerja yang
mengelola APBN Dekonsentrasi Bidang PPPA TA 2020 wajib menyusun
perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana, yang
dibuat secara periodik yaitu bulanan, mingguan dan harian dan tepat
waktu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Substansi
Tahapan proses perencanaan substansi dalam pelaksanaan dekonsentrasi
PPPA, adalah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan anggaran disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia dalam DIPA dekonsentrasi;
b. Menyusun Kerangka Acuan Kegiatan (KAK)/Term of Reference (TOR),
Rincian Anggaran dan Belanja (RAB), spesifikasi teknis dan analisis harga
satuan disesuaikan dengan KAK/TOR yang sudah ditetapkan;
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
18 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
c. Melakukan perencanaan substansi kegiatan yang harus sesuai dengan
ruang lingkup kegiatan dekonsentrasi yang diatur dalam petunjuk teknis,
dalam rangka Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Provinsi dalam
pelembagaan PPPA.
C. PENGORGANISASIAN, MONITORING DAN PELAPORAN PELAKSANAAN DIPA
Pengorganisasian pelaksanan DIPA Dekonsentrasi Bidang PPPA TA 2020
bersumber dari APBN dan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Koordinasi antar pihak yang terkait dengan pelaksanaan DIPA
a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) meningkatkan upaya-upaya untuk
mendukung percepatan pelaksanaan kegiatan DIPA yang dilaksanakan
oleh para pengelola kegiatan atau penanggungjawab kegiatan;
b. Setiap pihak yang terkait dalam pelaksanaan DIPA wajib memerhatikan
dan memedomani POK, RPK dan RPD serta ketentuan dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berlaku.
2. Melakukan koordinasi dan integrasi dalam pelaksanaan kegiatan
dekonsentrasi sesuai ruang lingkup kegiatan untuk mencapai peningkatan
kelembagaan PPPA.
3. Sebelum melaksanakan kegiatan dekonsentrasi, Satker wajib menyampaikan
perubahan POK untuk diteliti dan divalidasi oleh Biro Perencanaan dan Data
Kemen PPPA.
4. Anggaran yang telah dialokasikan untuk setiap output tidak dapat dialihkan
atau direvisi untuk membiayai output lain. Alokasi anggaran yang telah
dialokasikan untuk setiap komponen masih diperkenankan dialihkan atau
direvisi untuk membiayai komponen lain dalam satu output. Revisi yang
mengakibatkan penambahan/pengurangan biaya komponen harus diteliti dan
mendapatkan validasi terlebih dahulu oleh Biro Perencanaan dan Data
Kementerian PPPA.
5. Kegiatan pemantauan (monitoring) dan evaluasi terhadap seluruh capaian
kegiatan yang bersumber dari dekonsentrasi diperlukan agar terdapat
kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaannya, terukur atau akuntabel
hasilnya, serta ada keberlanjutan aktivitas yang merupakan dampak dari
program. Monitoring dan evaluasi dekonsentrasi ini merupakan upaya
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
19 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
meningkatkan performance pengelolaan program/ kegiatan dalam pencapaian
target yang telah ditentukan. Pemantauan (Monitoring) dan Evaluasi
pelaksanaan kegiatan secara administrasi dan substansi, yang saat ini berlaku
adalah:
a. Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Anggaran (SMART DJA
Kemenkeu); dan
b. Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan (e-Monev
Bappenas).
6. Pelaporan dekonsentrasi disampaikan oleh KPA berupa :
a. Laporan Keuangan/BMN Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
(UAKPA) kepada KPPN dan kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran Eselon I (UAKPA E1), dengan periode laporan bulanan, triwulan
I dan III, semesteran, dan tahunan, waktu penyampaian laporan keuangan
yaitu:
1) Laporan bulanan paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya;
2) Laporan triwulanan paling lambat tanggal 12 bulan berikutnya;
3) Laporan semesteran paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya; dan
4) Laporan tahunan paling lambat tanggal 20 Januari tahun berikutnya.
Pengaturan lebih lanjut mengenai pengelolaan dekonsentrasi tertuang
dalam Juknis Keuangan Dekonsentrasi PPPA Tahun 2018.
b. Laporan substansi dan dokumentasi terkait dengan output hasil kegiatan
pada masing-masing aktivitas diharapkan juga dapat disampaikan kepada
Biro Perencanaan dan Data dalam bentuk soft copy, dengan periode
laporan bulanan (paling lambat tanggal 25 setiap bulannya).
D. MENU KELUARAN, KOMPONEN DAN SUBKOMPONEN PADA DIPA
Nomenklatur kegiatan Dekonsentrasi PPPA pada dokumen perencanaan dan
penganggaran adalah Peningkatan Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan
Perempuan di Daerah dengan kode 047.08.5922. Keluaran/ouput dari kegaiatn
tersebut adalah Penguatan Kelembagaan PPPA (DEKON) dengan kode
047.08.5922.001. Adapun Komponen dan Sub Komponen pada output Penguatan
Kelembagaan PPPA (DEKON) tahun 2020 adalah sebagai berikut:
Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelembagaan PP PA
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
20 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
1) Peningkatan kapasitas bagi APH dalam penanganan korban KDRT
2) Bimbingan Teknis Konseling Keluarga Kesetaraan Gender dan Hak Anak
3) Bimbingan Teknis Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak Melalui
Pendekatan Konvensi Hak Anak Bagi Aktivis Perlindungan Anak Terpadu
Berbasis Masyarakat (PATBM)
4) Pelatihan Konvensi Hak Anak dan Manajemen Kasus Bagi SDM Penyedia
Layanan Perlindungan Anak
5) Bimbingan Teknis Aplikasi Sistem Informasi Online Perlindungan
Perempuan dan Anak (SIMFONI) PPA Ver. 2.0
6) Fasilitasi Perlindungan Perempuan dan Anak melalui Gerakan
Bersama Lindungi Keluarga Kita (Berjarak)
E. KERANGKA ACUAN KERJA SUB KOMPONEN
1. Peningkatan kapasitas bagi APH dalam penanganan korban KDRT
a. Latar Belakang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga sebagai bagian dari Kekerasan
berbasis Gender memiliki dampak terhadap korban yang kompleks
sehingga penyelesaiannya tidak hanya membutuhkan pendekatan hukum
tetapi juga pemenuhan hak asasi manusia. Korban Kekerasan dalam
rumah tangga diberbagai wilayah Indonesia jumlahnya terus meningkat
dan membutuhkan pelayanan dan untuk memenuhi kebutuhan social
hak-hak yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang No. 23 tahun
2004 tentng Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. seperti hak
untuk mendapatkan perlindungan, informasi, layanan pengaduan,
pendampingan di semua tahap proses hukum, pelayanan kesehatan,
konseling, perlindungan dalam rumah aman dan pemberdayaan untuk
pemulihan kembali pada keadaan semula.
Data Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang bersumber pada
SIMFONI PPA menunjukkan bahwa terdapat 12.185 kasus kekerasan
dalam rumah tangga yang terlapor pada tahun 2018. Kemudian pada
tahun 2019, terdapat 6.660 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang
terlapor pertanggal 30 September 2019, selain itu data CATAHU Komnas
Perempuan 2019 menunjukkan bahwa sepanjang 2018 Lembaga Layanan
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
21 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
di Indonesia menangani 406.178 kasus kekerasan perempuan dengan
jenis kekerasan yang paling banyak adalah kekerasan dalam rumah
tangga sebanyak 71%. Kedua sumber data tersebut hanya berdasarkan
kasus yang sudah dilaporkan. Sedangkan Survai Pengalaman Hidup
Perempuan Nasional (SPHPN) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 1
dari setiap 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan
fisik atau kekerasan seksual; 1 dari setiap 4 perempuan yang
pernah/sedang pernah mengalami kekerasan berbasis ekonomi; dan 1
dari 5 perempuan yang pernah/sedang menikah mengalami kekerasan
psikis.
Tantangan yang dirasakan saat ini adalah pada proses penegakan
hokum karena tidak semua korban melaporkan kasusnya karena berbagai
alasan. Adanya delik aduan dalam penanganan kasus KDRT yang di atur
dalam Undang-Undang Penghapusan KDRT memberikan implikasi
pentingnya peran APH untuk mencegah kasus KDRT agar tidak berulang.
Aparat Penegak Hukum adalah petugas layanan yang menjadi ujung
tombak pemenuhan rasa keadilan bagi korban dalam sebuah proses
hukum kasus kekerasan dalam rumah tangga. Keberhasilan sebuah
proses hukum sangat ditentukan pada kualitas pemahaman dan
responsivitas aparat penegak hukum dalam penanganan yang mampu
menyelesaikan kasus hukum dan melindungi para korban sesuai amanat
peraturan perundang-undangan.
Kendala yang paling dirasakan saat ini adalah belum tercapainya
kesamaan di kalangan Aparat Penegak Hukum tentang alat bukti kasus
kekerasan yang kompleks, mekanisme perlindungan bagi saksi dan
korban serta koordinasi dalam pemenuhan hak korban. Kurangnya
responsivitas para Aparat Penegak Hukum terhadap para korban yang
mengalami trauma akibat dampak kompleks kasus KDRT itu sendiri dan
banyak Aparat Penegak Hukum yang belum terlatih serta belum memiliki
perspektif kepentingan terbaik perempuan korban KDRT. APH
kekurangan personil yang secara khusus dan terampil menangani
permasalahan korban KDRT, sehingga perkembangan kasus tidak
berjalan seperti yang diharapkan.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
22 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Berdasarkan uraian tersebut diatas, pada tahun 2017, 2018, 2019
dan dilanjutkan pada tahun 2020 ini Kementerian PP PA telah
merencanakan kegiatan pelatihan bagi APH secara bertahap di seluruh
wilayah Indonesia agar peningkatan kapasitas petugas layanan yang
kompeten dan responsif gender dalam penegakan hukum sehingga
kebutuhan korban dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
b. Maksud dan Tujuan
1) Maksud
Maksud dari peningkatan kapasitas bagi APH dalam penangan
korban KDRT adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
Aparat Penegak Hukum yang akan menjadi kelompok sasaran agar
dapat menjalankan tugas dalam penanganan, dan perlindungan
perempuan korban KDRT.
2) Tujuan
a) Menyamakan persepsi di kalangan aparat penegak hukum
tentang penanganan kasus KDRT yang responsive gender dan
pemenuhan kebutuhan perempuan korban KDRT.
b) Peningkatan kompetensi (knowledge, skills, attitude) APH dalam
penanganan dan perlindungan perempuan korban kekerasan
dalam rumah tangga yang responsive gender dengan
keterlibatan lembaga dan instansi terkait
c) Penerima Manfaat. Target Pelatihan adalah orang yang
merupakan perwakilan APH (Jaksa, Hakim, Polisi dan
Advokat/Pendamping Hukum) dan korban KDRT.
c. Strategi Pencapaian Keluaran
1) Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kapasitas bagi APH dalam
penangan Kasus KDRT dilakukan melalui DIPA Satker Deputi Bidang
Perlindungan Hak Perempuan TA 2020 dalam bentuk UP/GUP dan LS.
2) Tahapan
Simulasi penanganan Kapasitas bagi APH Penanganan kasus KDRT
dilaksanakan dengan tahapan:
a) Penyampaian materi dan diskusi
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
23 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
b) Studi kasus
c) Simulasi penanganan
d. Waktu Pelaksanaan
Bulan Januari sampai dengan Desember TA. 2020.
e. Penceramah dan Pengajar
1) Penceramah
a) Kementerian PPPA
2) Pengajar
a) Pengajar Pusat
b) Pengajar Daerah
f. Peserta
Peserta Peningkatan Kapasitas bagi APH Penanganan Kasus KDRT
sebanyak 40 (empat puluh) orang setiap provinsi terdiri dari Jaksa, Polisi,
Hakim, Pendamping Hukum/Advokat dari Kab/Kota.
g. Jadwal Kegiatan Tentative
Waktu Topik Pelaksana
HARI PERTAMA
09.00-12.00 Registrasi
perwakilan APH (Jaksa, Hakim, Polisi dan Advokat/Pendamping Hukum) sebanyak 40 orang
12.00-13.00 Isoma
13.00-13.30
Kegiatan Pembukaan
13.30-13.45 PRE TEST
13.45– 15.00
Materi Dasar : Kebijakan KPP dan PA dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Berbasis Gender: Implementasi Kebijakan dan Upaya Pencegahan dan Penanganan KDRT
KPPPA KPPPA
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
24 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
15.00-15.15 Coffee Break
15.15-17.15 Materi inti: Mekanisme Penanganan Kasus KDRT yang Responsif Gender :
Pengajar Pusat / Daerah
17.15 Istirahat
HARI KEDUA
08.00– 08.30 Review Materi Hari Sebelumnya Pengajar Daerah
08.30– 10.30 Pembuktian Kasus KDRT: Pengajar Pusat / Daerah
10.30 –10.45 Coffee Break
10.45-12.45 Aspek Psikososial dalam Penanganan Kasus KDRT
Pengajar Pusat / Daerah
12.45-13.45 Isoma
13.45-15.15
Pemenuhan Hak Korban dalam Kasus KDRT dan Membangun Jaringan Kerja Penanganan Korban
PengajarPusat / Daerah
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-17.00 Mekanisme Perlindungan Saksi dan Korban dalam Kasus KDRT
PengajarPusat / Daerah
17.00 Istirahat
HARI KETIGA
08.00– 08.30 Review Materi Hari Sebelumnya Pengajar Daerah
08.30– 10.00 Diskusi Kelompok Praktek Bedah Kasus KDRT
Pengajar Daerah
10.00-10.15 Coffee Break
10.15– 11.15 Menyusun Komitmen Pengajar Daerah
11.15-11.45 Post Test dan Penutupan Pengajar Daerah
11.45-12.15 PENUTUPAN
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
25 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
h. Narahubung
Untuk memperlancar proses pelaksanaan dekonsentrasi, pada sub
komponen Peningkatan kapasitas bagi APH dalam penanganan korban
KDRT, dapat berkoordinasi dengan Bapak Prijadi Santoso (Sekretaris
Deputi Perlindungan Hak Perempuan) di nomor 0815-9401-662
2. Bimbingan Teknis Konseling Keluarga, Kesetaraan Gender, dan Hak
Anak
a. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil suatu masyarakat, jadi
keluargalah yang membentuk masyarakat. Corak masyarakat tergantung
dari corak keluarga yang membentuknya. Sebaliknya masyarakat juga
ikut mempengaruhi corak keluarga. Keluarga merupakan bagian strategis
di dalam pengembangan sumber daya manusia, karena di sana lah
individu tumbuh dan berkembang. Kualitas keluarga akan mempengaruh
kualitas individu anggota keluarga di dalamnya. Jika keluarga mempunyai
kualitas yang baik, maka anggotanya akan dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik dan optimal.
Keluarga merupakan bagian penting di dalam program
pembangunan. Banyak masalah tidak dapat diselesaikan dengan baik
karena faktor keluarga tidak diperhatikan. Penyelesaian masalah akan
dapat dilakukan jika pendekatan keluarga digunakan. Masalah kesehatan,
sosial dan ekonomi seperti HIV/AIDS, penyalahgunaan narkoba, penyakit
menular, kesulitan pengembangan ekonomi hanya dapat diselesaikan
dengan baik, jika faktor keluarga menjadi bagian dari penyelesaiannya.
Pembangunan keluarga sudah diatur oleh Undang-Undang No. 52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga. Untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
maka ditetapkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Pembangunan Keluarga. Konsep pembangunan keluarga yang
dikembangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) menggunakan konsep ketahanan
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
26 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
keluarga.
Ketahanan keluarga adalah kondisi dimana keluarga mempunyai
kemampuan untuk menghadapi perubahan-perubahan, masalah dan
tantangan sehingga keluarga dapat berjalan terus mencapai
kesejahteraannya. Dengan konsep ketahanan keluarga, maka kemampuan
keluarga untuk bertahan dan berjalan menuju kesejahteraan dapat
diukur, dapat diuraikan faktor-faktornya, sehingga dapat dilakukan upaya
untuk memperbaiki kemampuan keluarga mencapai kualitas dan
kesejahteraannya.
Dalam Pelaksanaan Pembangunan Keluarga, berbagai pihak
seperti Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan penyusunan serta
pengembangan kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis. Kebijakan
tersebut berpedoman pada konsep ketahanan keluarga yang di dalamnya
menyangkut landasan legalitas dan keutuhan keluarga, ketahanan fisik,
ketahanan ekonomi, ketahanan sosial psikologi, dan ketahanan sosial
budaya yang tertuang dalam 24 (dua puluh empat) indikator.
Dalam rangka mendorong pelaksanaan sub urusan kualitas
keluarga sebagaimana amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Kementerian PPPA akan melakukan bimbingan
teknis konseling keluarga, kesetaraan gender, dan hak anak. Bimtek ini
sangat penting untuk mewujudkan kesetaraan gender dan perlindungan
anak melalui pembelajaran 5 (lima) materi utama, yaitu Pendidikan dan
Pembelajaran untuk ayah dan ibu, Pendidikan Kesetaraan Gender untuk
Remaja, Pendidikan Kesetaraan Gender untuk Lansia, Manajemen
Sumberdaya yang Responsif Gender, dan Kemitraan Gender dalam
Mewujudkan Ketahanan Keluarga.
b. Tujuan
Memahami dasar-dasar konseling keluarga terkait kesetaraan gender dan
hak anak serta mampu menerapkannya dalam melakukan pelayanan
konseling kepada masyarakat.
c. Hasil yang diharapkan
Konselor keluarga (Puspaga dan UPTD PPA) yang terlatih.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
27 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
d. Tahapan Pelaksanaan
1) Penjelasan Konseling Keseteraan Gender;
2) Penjelasan Konseling Pengasuhan Anak Sesuai Hak Anak
e. Tempat dan waktu kegiatan
Kegiatan pelatihan konseling keluarga kesetaraan gender dan hak anak
bagi konselor Puspaga dan UPTD PPA Provinsi dan Kabupaten/Kota akan
dilaksanakan selama 2 (dua) hari.
f. Narahubung
Untuk memperlancar proses pelaksanaan dekonsentrasi pada sub
komponen ini, dapat berkoordinasi dengan Ibu Dewi Respatiningsih
(Sekretaris Deputi Kesetaraan Gender) di nomor 0815-8611-6845.
3. Bimbingan Teknis Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak Melalui
Pendekatan Konvensi Hak Anak Bagi Aktivis Perlindungan Anak
Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM)
a. Latar belakang
1) Dasar hukum
a) Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 pasal 5 ayat (1), pasal 20,
pasal 28 (B) ayat 2, pasal 28G, dan pasal 28I;
b) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi
Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nnomor
4235);
d) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4419);
e) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
28 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Republik Indonesia Nomor 4720);
f) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);
g) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5332);
h) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
i) Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi
Konvensi Hak Anak (KHA)
b. Gambaran umum
Anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak
merupakan potensi masa depan dan juga sebagai generasi penerus cita-
cita dan perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis kelangsungan
eksistensi bangsa. Namun seiring dinamika kemajuan teknologi dan gaya
hidup/perilaku orang-orang dewasa disekitarnya, terkadang
menempatkan anak dalam situasi rentan perlakuan salah diantaranya
mengabaikan hak-hak anak. Untuk itu perlu memahami tentang
kehidupan dunia anak demi tumbuh kembang dan masa depannya yang
lebih baik.
Ratifikasi Convention on the Rights of Children (CRC) melalui
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 adalah bentuk komitmen
Indonesia di kancah internasional. Setelah itu, lahir Undang-Undang
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
29 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 yang kemudian mengalami
perubahan menjadi UU Perlindungan Anak No 35 Tahun 2014 dan
Undang-Undang No 17 Tahun 2016. Adanya Undang- Undang Sistem
Peradilan Pidana Anak (SPPA) No 11 Tahun 2012 menjadi momentum
perlindungan khusus bagi anak berhadapan dengan hukum (ABH).
Selain itu, pada UUD 1945 Pasal 28 B Ayat 2 juga telah
mencantumkan hak anak, yaitu ”Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”, maka dapat dipastikan bahwa anak
mempunyai hak konstitusional dan negara wajib menjamin serta
melindungi pemenuhan hak anak yang merupakan hak asasi manusia
(HAM), termasuk hak atas perlindungan hukum dan sistem peradilan.
Pekerjaan rumah yang tersisa adalah bagaimana implementasi
peraturan ini secara baik untuk perlindungan anak serta memberikan
edukasi bagi para pelaksana perlindungan anak, salah satunya adalah
bagi para Aparat Penegak Hukum yang merupakan ujung tombak
pemenuhan rasa keadilan bagi korban dalam sebuah proses hukum,
termasuk pada kasus kekerasan terhadap anak. Dibutuhkan kesaman
persepsi di kalangan aparat penegak hukum yang mengedepankan
prinsip-prinsip umum perlindungan anak, yaitu non diskriminasi,
kepentingan terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
dan menghargai partisipasi anak.
Perlindungan hukum bagi anak dapat dilakukan sebagai upaya
perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak.
Perlindungan terhadap anak ini juga mencakup kepentingan yang
berhubungan dengan kesejahteraan anak. Perlindungan anak-anak yang
berhadapan dengan hukum (ABH), merupakan tanggung jawab bersama
aparat penegak hukum. Tidak hanya anak sebagai pelaku, namun
mencakup juga anak yang sebagai korban dan saksi. Aparat penegak
hukum yang terlibat dalam penanganan ABH agar tidak hanya mengacu
pada Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Sistem
Peradilan Pidana Anak atau peraturan perundang-undangan lainnya yang
berkaitan dengan penanganan ABH, namun lebih mengutamakan
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
30 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
perdamaian daripada proses hukum formal yang mulai diberlakukan 2
tahun setelah UU SPPA diundangkan atau 1 Agustus 2014 (Pasal 108 UU
No. 11 Tahun 2012).
Pada dasarnya, seluruh peraturan tersebut diatas didasarkan pada
prinsip-prinsip yang tertuang pada Convention on the Rights of Children
(CRC) atau Konvensi Hak Anak (KHA). Oleh sebab itu, menjadi suatu hal
yang penting bagi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Kemen PP dan PA) untuk secara aktif memberikan
pemahaman kepada Aktivis PATBM untuk memahami secara
komprehensif hak-hak anak yang tertuang didalam konvensi tersebut
sehingga penjaminan, perlindungan dan pemenuhan hak anak tersebut
bisa dimplementasikan secara optimal di Indonesia beberapa tahun
terakhir.
c. Penerima manfaat
Penerima manfaat dalam kegiatan ini adalah SDM Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang ada di tingkat
Provinsi hingga Kabupaten/Kota serta Aktivis PATBM di tingkat Desa
pada Kabupaten/Kota.
d. Strategi pencapaian keluaran
Bentuk kegiatan Bimbingan Teknis Pencegahan Kekerasan
Terhadap Anak Berbasis Konvensi Hak Anak dengan paparan dan dialog
interaktif antara narasumber dan peserta. Narasumber menyampaikan
materi kepada peserta dan semua peserta diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya dalam forum tanya jawab/dialog interaktif
dalam kegiatan melalui acara yang dipandu oleh Moderator. Penyampaian
materi dari Narasumber dapat menggunakan media/alat peraga untuk
lebih memahamkan materi kepada peserta dan dialog/pendapat peserta
dapat berupa konsep, ide, persepsi, sikap serta pengalaman peserta dan
situasi daerah terkait penghormatan, pemenuhan dan perlindungan hak
anak.
Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah bimbingan teknis selama
3 (tiga) hari dengan melibatkan OPD terkait dan Lembaga Masyarakat.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
31 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
e. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Teknis
Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak Berbasis Konvensi Hak Anak
dapat digambarkan dalam matriks sebagai berikut:
KEGIATAN BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bimbingan Teknis
Pencegahan Kekerasan
Terhadap Anak Berbasis
Konvensi Hak Anak Bagi
Aktivis PATBM di 34 Provinsi
√ √ √ √ √ √ √ √
f. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan Bimbingan Teknis Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak
Berbasis Konvensi Hak Anak akan dilaksanakan pada bulan Mei
sampai dengan bulan Desember 2020.
g. Narahubung
Untuk memperlancar proses pelaksanaan dekonsentrasi pada sub
komponen ini, dapat berkoordinasi dengan Bapak Dermawan (Sekretaris
Deputi Perlindungan Anak) di nomor 0821-1384-8837.
4. Pelatihan Konvensi Hak Anak Dan Manajemen Kasus Bagi SDM
Penyedia Layanan Perlindungan Anak
a. Latar belakang
1. Dasar hukum
a. Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 pasal 5 ayat (1), pasal 20,
pasal 28 (B) ayat 2, pasal 28G, dan pasal 28I;
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
32 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nnomor 4235);
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4419);
e. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4720);
f. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);
g. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5332);
h. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
i. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018
tentang Pedoman Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Perlindungan Perempuan dan Anak;
j. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi
Konvensi Hak Anak (KHA)
b. Gambaran umum
Fenomena di Indonesia beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
anak-anak di Indonesia belum dapat terlindungi secara maksimal. Data
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
33 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen
PPPA) dan UNICEF tahun 2018 menunjukkan bahwa, sebanyak 1 dari 2
anak laki-laki berusia 13-17 tahun pernah mengalami kekerasan
emosional; 1 dari 3 anak pernah mengalami kekerasan fisik; dan 1 dari 17
anak mengalami kekerasan seksual. Sedangkan untuk anak perempuan
yang juga berusia 13-17 tahun, 3 dari 5 anak pernah mengalami
kekerasan emosional, 1 dari 5 anak pernah mengalami kekerasan fisik, 1
dari 11 anak perempuan mengalami kekerasan seksual. Kondisi ini
diperparah dengan sebanyak 76-88% anak-anak dan remaja belum
mengetahui adanya layanan untuk mengantisipasi kekerasan.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah menjelaskan bahwa urusan perlindungan anak menjadi
kewenanganan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota memiliki wewenang untuk melakukan upaya pencegahan
dengan melibatkan para pihak hingga penyediaan layanan bagi anak yang
memerlukan perlindungan khusus. Kementerian PPPA merupakan
instansi pemerintah yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Kementerian PPPA dalam hal perlindungan anak, memiliki mandat
diantaranya mengkoordinasikan sektor serta pihak terkait perlindungan
anak serta memastikan implementasi dan kerjasama berbagai sektor
dalam menyediakan layanan bagi anak telah dilakukan secara ramah anak
dan berbasis Hak Anak. Pembentukan UPTD Perlindungan Perempuan
dan Anak berdasarkan Peraturan Menteri PPPA No 4/2018 merupakan
mandat negara bagi Kementerian PPPA untuk penanganan anak korban
kekerasan, penelantaran dan eksploitasi khususnya di tingkat provinsi
dan Kabupaten/Kota. Saat ini sudah terbentuk UPTD PPA tersebar di 20
provinsi dan 36 kabupaten/kota. Kementerian PPPA pun memiliki
tanggung jawab untuk memberikan penguatan dan pengembangan
lembaga penyedia layanan bagi anak yang memerlukan perlindungan
khusus di tingkat provinsi dan kabupaten kota.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
34 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Peningkatan kapasitas dilakukan melalui Pelatihan Hak Anak,
orientasi Kebijakan Keselamatan Anak dan Panduan Penanganan Kasus
Anak Multidisiplin, serta Pelatihan manajemen kasus. Rangkaian kegiatan
ini dilaksanakan selama 5 (lima) hari kerja ditujukan untuk anggota
kepolisian (Non UPPA) dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas serta
kerjasama dalam melaksanakan penanganan kasus yang berpusat pada
anak, ramah anak dan berbasis hak anak.
c. Penerima manfaat
Penerima manfaat dalam kegiatan ini adalah SDM Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang ada di tingkat
Provinsi hingga Kabupaten/Kota serta Unit Pelayanan Teknis Daerah
Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) dan Pusat Pelayanan
Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di tingkat Provinsi
dan Kabupaten/Kota.
d. Strategi Pencapaian Keluaran
1) Metode Pelaksanaan
Pelatihan Konvensi Hak Anak dan Manajemen Kasus Bagi SDM
Penyedia Layanan Perlindungan Anak dilakukan dengan Metode
Pembelajaran Orang Dewasa selama 5 (lima) hari. Metode pelaksanaan
kegiatan ini adalah swakelola dengan melibatkan OPD terkait dan
Lembaga Masyarakat.
2) Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Konvensi
Hak Anak dan Manajemen Kasus Bagi SDM Penyedia Layanan
Perlindungan Anak dapat digambarkan dalam matriks sebagai
berikut:
KEGIATAN BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pelatihan Konvensi Hak Anak
dan Manajemen Kasus Bagi SDM
Penyedia Layanan Perlindungan
Anak di 34 Provinsi
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
35 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
e. Waktu Pencapaian Keluaran
Keluaran kegiatan Pelatihan Konvensi Hak Anak dan Manajemen Kasus
Bagi SDM Penyedia Layanan Perlindungan Anak akan dicapai mulai
bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2020.
f. Narahubung
Untuk memperlancar proses pelaksanaan dekonsentrasi pada sub
komponen ini, dapat berkoordinasi dengan Bapak Dermawan (Sekretaris
Deputi Perlindungan Anak) di nomor 0821-1384-8837.
5. Bimbingan Teknis Aplikasi Sistem Informasi Online Perlindungan
Perempuan dan Anak (SIMFONI) PPA Ver. 2.0
a. Latar Belakang
Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak yang
selanjutnya disebut SIMFONI PPA adalah sistem informasi yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pencatatan, pelaporan, dan pengintegrasian data kekerasan perempuan
dan anak bagi unit layanan perempuan dan anak di tingkat pusat dan
daerah. SIMFONI PPA telah dibangun sejak 2016 dan terus mengalami
perkembangan sebagai bentuk perbaikan guna mempermudah operator
dalam pengoperasiannya serta pemanfaatannya oleh seluruh unit
layanan. Data yang telah diinput merupakan informasi penting yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh unit layanan serta bahan advokasi kepada
instansi terkait berdasarkan bukti riil. Setelah data terkumpul diperlukan
pengolahan, penyajian dan analisis lebih lanjut agar data dapat
menghasilkan informasi yang komprehensif bagi pembuat keputusan.
Hasil evaluasi tahun 2019 terhadap aplikasi SIMFONI PPA antara
lain terdapat peningkatan penggunaan aplikasi ini oleh unit layanan yang
tergabung serta peningkatan data kasus dan korban yang diinput dalam
aplikasi. Namun, ternyata faktanya masih terdapat keraguan dari para
pengelola dalam hal pemanfaatan data tersebut, hal ini dikarenakan
kualitas data yang tersedia masih diperlukan perbaikan. Permasalahan
kualitas data dapat dilihat dari ketidaksamaan pemahaman pengelola
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
36 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
SIMFONI PPA tentang substansi kasus Kekerasan terhadap
Perempuan/Anak (KtP/A), kurang baiknya dokumen pendukung
panduan pengelolaan aplikasi serta aplikasi yang belum mendukung
minimalisir kesalahan penginputan.
Disamping itu, fenomena Tindak Pidana Perdagangan Orang
(TPPO) atau trafficking di lapangan sering terungkap ketika masuk proses
persidangan, dan sebagian besar korban TPPO diperdagangkan untuk
tujuan eksploitasi seksual (pelacuran dan pedofilia) dan eksploitasi
tenaga kerja baik di dalam dan di luar negeri (bekerja di tempat-tempat
kasar dengan upah rendah, seperti pekerja rumah tangga, pekerja di
perkebunan, buruh, dll). Sebelumnya pada aplikasi, untuk data TPPO
merupakan salah satu jenis kekerasan, dan tidak menggambarkan detil
tentang cara, proses dan tujuan TPPO. Hal ini menjadi pemahaman yang
perlu disamakan dan diidentifikasi lebih dalam lagi dengan bantuan
perbaikan instrumen pendataan.
Dengan demikian, berdasarkan permasalahan-permasalahan di
atas, para stakeholders yang terlibat dalam manajemen kasus kekerasan,
khususnya yang menjadi penanggung jawab pengelolaan aplikasi
SIMFONI PPA, diharapkan dapat memiliki pemahaman yang sama tentang
substansi manajemen kasus kekerasan dan membantu lebih tepat dalam
mengidentifikasi informasi kasus kekerasan yang dapat dilaporkan dalam
aplikasi SIMFONI PPA secara up to date. Selain itu, pengelola diharapkan
dapat merasa yakin untuk memanfaatkan data SIMFONI PPA yang
semakin baik kualitasnya. Oleh karena itu, maka diperlukan
penyelenggaraan Bimbingan Teknis (BIMTEK) aplikasi SIMFONI PPA ver
2.0 bagi pengelola aplikasi SIMFONI PPA untuk menghasilkan data
SIMFONI yang lebih valid.
b. Permasalahan
Beberapa permasalahan SIMFONI PPA yang ditemui di lapangan, antara
lain:
1. Kualitas penyelenggaraan pengelolaan aplikasi yang belum sama antar
provinsi atau antar kab/kota di suatu provinsi, hal ini biasanya
berbanding lurus dengan manajemen penanganan kasus yang
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
37 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
terintegrasi di daerah belum maksimal;
2. Kualitas data yang di input belum baik, tercermin dari masih
memungkinkannya terdapat data yang double;
3. Kurangnya pemahaman mengenai substansi TPPO, yang terlihat pada
rendahnya data TPPO dalam SIMFONI PPA;
4. Saat ini, sebagian besar pengguna SIMFONI PPA memanfaatkan
aplikasi ini hanya sebagai alat pengumpul data, belum di maksimalkan
sampai dengan membantu dalam manajemen kasus yang terintegrasi
(sistem rujukan).
c. Tujuan Pekerjaan
Tujuan pelaksanaan Bimtek Aplikasi SIMFONI PPA Versi 2.0 adalah
pengelola dapat mengetahui dan memahami update terbaru dari
pengembangan aplikasi serta mampu mengimplementasikannya
didukung pula dengan penjelasan dari modul aplikasi SIMFONI PPA.
d. Sasaran pekerjaan
Sasaran dari kegiatan ini adalah sebanyak 30 orang yang mewakili dari
Dinas PPPA atau Lembaga/Unit Teknis yang memberikan Layanan
Perlindungan Anak di Provinsi dan Kab/Kota, yang sebagai penanggung
jawab dan operator aplikasi SIMFONI PPA.
e. Tahap Pekerjaan
Ruang lingkup dari Bimtek Aplikasi SIMFONI PPA Versi 2.0, sebagai
berikut:
1. Sambutan dan arahan Pimpinan;
2. Paparan substansi KtP dan KtA serta TPPO;
3. Penjelasan dan Diskusi update modul penyelenggaraan aplikasi
SIMFONI PPA;
4. Praktek update Pengelolaan Aplikasi SIMFONI PPA Versi 2.0.
f. Metode Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan maksimal 3 hari, pada bulan April – November 2020,
dengan menghadirkan narasumber dari pusat dan/atau daerah, yang
sebagai penanggungjawab dan pengelola aplikasi SIMFONI PPA dan sudah
terlatih di tingkat nasional melalui Bimtek Nasional Aplikasi SIMFONI PPA
Ver. 2.0. Kegiatan dapat dilaksanakan dengan paket meeting
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
38 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
fullday/fullboard atau ruang rapat kantor/lembaga, yang ditunjang
dengan infrastruktur internet.
g. Narahubung
Untuk memperlancar proses pelaksanaan dekonsentrasi pada sub
komponen ini, dapat berkoordinasi dengan Ibu Sylvianti Angraini (Kepala
Bagian Data, Biro Perencanaan dan Data) di nomor 0811-1109-786
6. Fasilitasi Perlindungan Perempuan dan Anak melalui Gerakan
Bersama Lindungi Keluarga Kita (Berjarak)
a. Pendahuluan
Pandemic dan Infodemic COVID-19 telah dirasakan oleh semua orang.
Semua upaya telah dilakukan untuk melandaikan penyebaran COVID-19
dengan melakukan Kampanye #DiRumahSaja. Keberhasilan kampanye ini
ditentukan ketaatan warga negara untuk sama sekali tidak berkeliaran di
ruang-ruang publik. Pada kenyataan kegiatan di ruang-ruang publik
masih banyak terjadi. Banyak faktor yang menyebabkan sebagian warga
tidak patuh atau menganggap enteng kejadian luar biasa ini. Untuk itu,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
menggagas Gerakan Perlindungan Perempuan dan Anak untuk
Menghadapi Pandemic dan Infodemic COVID-19. Gerakan ini bernama
#JagaRumahKita. Gerakan ini ingin memastikan perempuan dan anak-
anak tetap tinggal di rumah. Untuk memastikan, perempuan dan anak-
anak betah di rumah, KPPPA akan memastikan semua rumah terjangkau
dengan gerakan #JagaRumahKita.
b. Tujuan Komunikasi
1) Memastikan adanya Perempuan dan Anak tetap betah dan tinggal di
rumah masing-masing
2) Memastikan adanya Pemuda dan Pemudi setempat menjadi relawan
untuk memastikan perempuan dewasa dan anak-anak tetap di rumah
masing-masing
3) Memastikan adanya Rumah Rujukan di tingkat RW/Kompleks/Dusun
sebagai pintu masuk informasi, penyediaan alat bantu kesehatan,
akses ke rumah sakit setempat, dan penyediaan kebutuhan pokok.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
39 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
4) Mengaktifkan Whatsapp Group Warga atau Radio Komunitas yang
terpimpin untuk memantau kesehatan warga, perempuan dan anak
serta bantuan cepat pada situasi darurat.
5) Mengaktifkan sign atau tanda-tanda yang mengingatkan pentingnya
cuci tangan, tidak memegang barang sembarangan, tidak bersentuhan
dengan orang lain dan sebagainya di pintu rumah, warung, gerbang
permukiman dan lain-lain.
6) Membangun infrastruktur sederhana di tingkat RW/Kompleks/Dusun
untuk sanitizer, masker dan pengukur suhu.
c. Deskripsi Kegiatan
1) Tim Strategis Kementerian PP dan PA menyusun Strategi Komunikasi
Gerakan #JagaRumahKita berisi menetapkan (1) tujuan
kampanye/gerakan, (2) pemetaan target kampanye, (3) desain dan
perencanaan konten - tema, format, jalan cerita, (4) penciptaan konten
-siapa yang membuat, kreator konten - intenal/agensi dan jadwal
produksi, (5) distribusi konten kampanye melalui saluran internal,
saluran berbayar atau saluran yang umum, (6) penguatan konten :
membangun percakapan tentang konten dengan menggunakan jasa
buzzer dan influencer, (7) evaluasi kegiatan kampanye - pencapaian
tujuan kampanye dan (8) perbaikan dan perubahan konten untuk
kampanye lanjutan.
2) Tim Strategis Kementerian PP dan PA menyampaikan Strategi
Komunikasi Gerakan #JagaRumahKita kepada kantor-kantor daerah.
Kantor Daerah diminta menyusun Tim Kerja untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan segera. Kantor-kantor daerah
mengaktivasi Tim Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
untuk menjangkau Desa/Dusun/RW. Setiap Desa/Dusun/RW
membentuk Tim Relawan Muda dan Rumah Rujukan #JagaRumahKita.
3) Tim Teknis Kementerian PP dan PA menyusun bahan panduan teknis
dalam bentuk booklet, infographic, videographic dan produk lainnya.
Tujuan pembuatkan produk komunikasi untuk memudahkan Kantor
Daerah, Tim PPPA Kabupaten/Kota, Tim Rumah Rujuan serta Tim
Relawan bekerja dan saling berkomunikasi. Tim Teknis membuat
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
40 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Sistem Komunikasi Terpadu yang berbasis internet/aplikasi/website
untuk berkomunikasi, melaporkan situasi dan kondisi di lapangan,
melaporkan kebutuhan dan mengevaluasi hal-hal yang menjadi
hambatan di lapangan.
4) Tim Kolaborasi Kementerian PP dan PA membangun komunikasi
dengan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan sektor swasta
untuk berbagi sumberdaya dan akses untuk memastikan keselamatan
perempuan dan anak. Kolaborasi dengan para pihak untuk
memudahkan mengatasi situasi-situasi darurat yang berkembang di
lapangan atau mendukung kegiatan-kegiatan perempuan/anak di
rumah masing-masing.
5) Kantor Daerah membentuk Tim Daerah. Tim bisa beranggotakan
perwakilan berbagai OPD yang relevan dan organisasi masyarakat
sipil. Tim bisa mengandakan rapat koordinasi baik online maupun
offline (yang sesuai dengan protokol kesehatan). Tim Daerah
membangun komunikasi dengan Desa/Dusun/RW. Setiap RW atau
Dusun diminta membentuk Rumah Rujukan dan Relawan
#JagaRumahKita.
6) Rumah Rujukan seperti mata bagi warga. Tujuan Rumah Rujukan
adalah memastikan kampanye #JagaRumahKita berjalan sesuai
rencana. Rumah Rujukan bisa berupa ruang atau rumah warga yang
ditunjuk dan disepakati sebagai pusat informasi, komunikasi dan
koordinasi pemantauan pandemik COVID-19 di tingkat warga. Rumah
Rujukan bisa menunjuk salah satu pemuda untuk menjadi
koordinator. Koordinator Rumah Rujukan membentuk Relawan Jaga
Rumah Kita. Setiap Sepuluh Rumah dipilih satu relawan. Para relawan
senantiasa memastikan setiap warga yang masuk dan keluar melalui
protokol kesehatan yang paling dasar seperti suhu dan kebersihan.
Rumah Rujukan pada situasi normal bertindak sebagai pemantau aktif
dan pada situasi darurat menjadi pusat komunikasi antara warga,
pemerintah daerah dan rumah sakit rujukan. Rumah Rujukan
memastikan sistem komunikasi online yang memudahkan warga
berkomunikasi seperti Whatsapp Group atau Radio Komunitas.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
41 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
7) Tim Evaluasi dan Monitoring Kementerian PP dan PA melakukan
pemantauan pada jumlah jangkau kampanye #JagaRumahKita seperti
berapa jumlah Desa/Dusun/RW yang dijangkau, berapa jumlah
perempuan pekerja yang dijangkau, berapa jumlah anak yang
dijangkau, berapa jumlah rumah yang dijangkau? Berapa jumlah yang
dijangkau dibandingkan dengan lokasi penyebaran COVID-19? Berapa
jumlah relawan yang terlibat? Berapa jumlah kelompok Whatsapp
yang aktif? Apa cerita-cerita perubahan yang signifikan (untuk melihat
outcomes dan dampak)? Perbandingan antara jumlah rumah rujukan
yang aktif dan penyebaran COVID-19? Berapa jumlah Kantor Daerah
yang terlibat aktif, sedang dan tidak aktif?
d. Panduan Teknis Relawan Berjarak
1) Siapa Relawan Berjarak?
Relawan Berjarak adalah warga setempat, sehat jasmani dan rohani,
aktif dan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, memiliki perangkat
komunikasi yang dapat digunakan (terutama untuk Whatsapp dan
media sosial lainnya), mudah berkomunikasi dengan orang lain
melalui jaringan online, berjiwa patriot, serta bersedia terlibat aktif
Gerakan Bersama Jaga Keluarga Kita atau Gerakan Berjarak.
2) Siapa Tim Relawan Berjarak?
Setiap RW atau Dusun ada satu Tim Relawan Berjarak (TRB). Jumlah
anggota TRB disesuaikan dengan jumlah penduduk di tingkat RW atau
Dusun masing-masing. Idealnya, setiap 20 rumah atau keluarga dijaga
secara online oleh satu relawan.
3) Siapa Koordinator Tim Relawan Berjarak?
Setiap TRB dipimpin oleh satu orang koordinator. Koordinator
berperan sebagai penghubung utama antara RW/Dusun dengan
Pemerintah Desa, Kelompok Kerja (Pokja) Kabupaten/Kota dan Tim
Relawan PPPA.
4) Apa Peran Utama Tim Relawan Berjarak?
Peran utama TRB adalah (1) mengamati kondisi perempuan, anak dan
keluar di lingkungannya, (2) mencatat kondisi perempuan dan anak
dengan alat bantu sederhana, (3) melaporkan setiap pagi kondisi
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
42 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
perempuan dan anak di lingkungannya melalui Whatsapp kepada
Kelompok Kerja Kabupaten, dan (4) mengalirkan informasi dari dan
untuk Kelompok Kerja Kabupaten kepada/dari warga melalui
Whatsapp dan/atau Radio Komunitas.
5) Siapa Mitra Kerja Tim Relawan?
Mitra utama Tim Relawan adalah Ketua RW, Kepala Dusun, Kepala
Desa, Kelompok Kerja Kabupaten dan Tim Relawan PPPA Kabupaten.
Tim Relawan bersifat bantuan sukarela untuk membantu pencegahan
bahaya paparan COVID-19 serta dampak sosial dan ekonomi atau
larangan beraktvitas sosial besar di ruang-ruang umum.
6) Bagaimana Tim Relawan Bekerja?
a) Kepala Desa akan menghubungi via Whatsapp kepada calon
relawan di RW atau Dusun di desanya. Kepala Desa akan mencatat
dan membuat daftar nama, alamat lengkap, nomor telepon, gender
dan kesediaannya.
b) Kepala Desa akan mengirim daftar nama relawan kepada
Kelompok Kerja Berjarak Kabupaten/Kota.
c) Tim Relawan Berjarak (TRB) akan dihubungi satu persatu oleh
Kelompok Kerja Berjarak Kabupaten/Kota dan Tim Relawan PPPA
untuk memperoleh penjelasan tentang Konsep, Tujuan, dan 10
AKSI BERJARAK.
d) TRB akan menerima bahan-bahan Konsep, Tujuan, 10 AKSI
BERJARAK dan Panduan Teknis Relawan Berjarak melalui
Whatsapp.
e) TRB membuat Whatsapp Group Warga (WGW) di tingkat
RW/Dusun. TRB menjelaskan tujuan pembuatan WGE kepada
warga. Idealnya tiap rumah ada satu anggota WGW. TRB berusaha
maksimal menjangkau semua rumah.
f) TRB mulai merancang dan melaksankan 10 AKSI BERJARAK secara
bertahap dengan cara mengirim kabar melalui WGW mulai dengan
semisal informasi tentang apa manfaat kita berada di rumah saja
saat ini, apa yang dipastikan ada di dalam rumah saat ini, apakah
kebutuhan dasar untuk perempuan dan anak sudah ada, apakah
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
43 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
alat perlindungan diri sudah ada bagi perempuan yang bekerja di
luar rumah, apakah hak-hak anak memperoleh pengasuhan yang
sehat terpenuhi, dan sebagainya.
g) TRB bisa membuat program harian untuk mengirim informasi
yang pas kepada anggota WGW,
h) TRB membuat pertanyaan rutin setiap sore, apakah kondisi
keluarga Anda masih aman? Aman dari gejala paparan COVID-19.
i) TRB setiap pagi melaporkan kepada Kelompok Kerja
Kabupaten/Kota, kondisi perempuan dan anak? Berapa jumlah
perempuan yang dipantau? Berapa jumlah anak yang dipantau?
Berapa yang melaporkan tidak aman (ada gejala paparan COVID-
19)?
j) TRB membuat mengirimkan bahan-bahan lanjutkan agar semua
keluarga tetap tinggal di rumah, bagaimana menjaga jarak aman,
bagaimana membuat papan pemberitahuan, nomor-nomor kontak
penting, memamahmi gejaka serangan COVID-19, dan lain-lain.
Begitulah, peran, tanggung jawab TRB sehari-hari hingga pandemi
ini dinyatakan berakhir.
7) Apa Tugas Lanjutan Tim Relawan Berjarak?
Pada situasi aman, TRB hanya berfungsi menyebarkan informasi dan
melaporkan kondisi keluarga setiap hari. Pada situasi khusus, TRB
akan bekerja lebih serius sebagai pangkalan data dan informasi.
Semisal, bila terjadi kasus kekerasan dalam rumah tangga atau
pelanggaran hak anak atau masalah ekonomi keluarga. TRB akan
berperan untuk mengumpulkan data dan informasi yang akurat.
8) Peran Dan Tanggung Jawab Tim Relawan Berjarak
a) Memastikan keluarga (terutama perempuan dan anak) aman dari
COVID-19 dengan melalukan pengecekan harian terhadap setiap
keluarga di lingkungannya melalui Whatsapp Group.
Laporan pendataan ini bersifat rahasia dan hanya diserahkan
kepada RT/RW. Nomor kontak yang dapat dihubungi ini akan
menjadi sarana untuk komunikasi berjaringan.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
44 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
b) Pengecekan dilakukan terlebih dahulu dengan pengumpulan data
secara online dengan sekurang-kurangnya mendata informasi
sebagai berikut:
Nama dan jumlah anggota keluarga serta orang yang
menempati rumah
Usia (memberikan tanda khusus jika terdapat anak dan lanjut
usia)
Jenis kelamin
Riwayat penyakit (terutama jika memiliki kerentanan terhadap
COVID-19, seperti penyakit jantung, diabetes, gangguan
pernafasan dan paru, dst)
Penghasilan atau pekerjaan (memberikan tanda khusus jika
dalam satu keluarga terdapat perempuan sebagai kepala
keluarga atau pencari nafkah utama)
Nomor kontak yang dapat dihubungi (jika tidak ada, nomor
penghuni rumah terdekat)
Akun media sosial yang dimiliki masing-masing penghuni
rumah (jika ada)
Pengecekan harian dilakukan melalui Whatsapp Group untuk
memastikan perempuan dan anak dalam keluarga aman dari
COVID-19. Aman secara kuantitatif berarti berapa jumlah
perempuan dan anak yang aman dari COVID-19 dalam keluarga.
Aman juga berarti hak perempuan dan anak terpenuhi hingga
bebas dari kekerasan seksual maupun kekerasan dalam rumah
tangga selama berada di rumah.
Semua pengecekan ini dilakukan dan dilaporkan melalui sistem
pelaporan dan Whatsapp Group secara berjenjang (lihat Protokol
Komunikasi #Berjarak)
c) Menjadi sarana (hub) informasi terkait pencegahan dan
penekanan laju virus COVID-19 dengan menggunakan berbagai
medium kreatif, tanpa pertemuan fisik secara langsung, dan sebisa
mungkin tanpa biaya (memanfaatkan sumber daya yang sudah
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
45 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
ada). Salah satu bentuknya adalah dengan menciptakan Whatsapp
Group warga atau menggunakan Radio Komunitas.
Sosialisasi pencegahan dan penekanan arus laju dapat berupa
pemberian pengertian mengenai:
Cara mencuci tangan yang tepat selama 21 detik
Etika batuk dan bersin di tempat umum
Etika berinteraksi dengan orang lain: jaga jarak aman, dll
Kategori atau status keterpaparan COVID-19 (Suspect, ODP,
PDP, positif, dst).
Selain itu spesifik mengenai COVID-19, penting juga untuk
menyebarkan informasi mengenai sumber pelajaran (buku, bahan
belajar, dst) yang dapat diakses anak selagi tidak pergi ke sekolah.
Medium kreatif, tanpa pertemuan fisik secara langsung, dan sebisa
mungkin tanpa biaya yang dimaksud, misalnya pesan berantai
melalui WA atau media sosial.
Prinsip yang penting diperhatikan di sini adalah
ketepatan/keakuratan informasi (termasuk meluruskan informasi
yang tidak tepat), sumber yang dapat dipercaya, dan menahan
informasi jika tidak yakin.
d) Membantu penyebaran dan sosialisasi kontak-kontak penting
terkait COVID-19, seperti fasilitas kesehatan, layanan psikologi,
layanan tanya jawab kesehatan kepada warga.
Beberapa tenaga kesehatan dan psikolog sudah membuka layanan
konsultasi secara gratis melalui WA.
Kontak penting ini disediakan oleh Kelompok Kerja Daerah
Kabupaten/Kota.
e) Membantu penyebaran dan sosialisasi rute mitigasi dan tahapan
tindakan darurat jika terdapat kasus COVID-19 kepada warga.
Rute mitigasi dan tahapan darurat ini disediakan oleh Kelompok
Kerja Daerah Kabupaten/Kota.
f) Membantu menjadi rantai penghubung komunikasi antara warga
(terutama perempuan dan anak) dengan Rumah Rujukan, RT/RW
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
46 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
serta Kelompok Kerja Daerah Kabupaten/Kota.
Prinsipnya yang bergerak adalah informasi dan bukan orang.
Komunikasi dilakukan melalui Whatsapp Group #Berjarak atau
menggunakan Radio Komunitas
g) Menjadi promotor pentingnya Gerakan Bersama Jaga Keluarga
Kita (#Berjarak), jaga jarak aman secara fisik (physical distancing),
tetap di rumah dan perilaku hidup sehat di lingkungan masing-
masing.
Promotor dalam hal ini bersifat multi-arah: kepada warga, kepada
pemerintah dan instansi kesehatan, dan kepada seluruh
masyarakat secara lebih luas (promosi atau kampanye kreatif
melalui media sosial)
9) Peran Dan Tanggung Jawab Kantor daerah (Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota)
a) Membentuk Kelompok Kerja Daerah yang terdiri dari Tim
Strategis, Tim Teknis, dan Tim Kolaborasi (lihat Panduan Umum)
dan Relawan PPPA Berjarak sebagai gugus tugas reaksi cepat
untuk memastikan perempuan dan anak aman dari COVID-19
Kelompok Kerja Daerah ini dapat berkolaborasi dengan
perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan berkolaborasi
dengan masyarakat sipil
b) Memastikan Gerakan Bersama Jaga Keluarga Kita (Berjarak)
berjalan sesuai dengan rencana
c) Mengkoordinasikan pelaksanaan peran dan strategi Tim Relawan,
RT/RW, dan Rumah Rujukan
d) Menyusun rencana kerja dan protokol untuk memastikan
perempuan dan anak aman dari COVID-19
Bekerjasama dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) lain
e) Membuka jalur koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19
f) Berkoordinasi dengan kelurahan terkait penggunaan dana desa
untuk pendanaan inisiatif warga dalam pencegahan COVID-19
maupun stimulus ekonomi kepada keluarga rentan
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
47 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Penekanan pada pendanaan Gerakan Bersama Jaga Keluarga Kita
(Berjarak)
g) Berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota beserta
instansi terkait untuk melakukan refokus anggaran dalam
memastikan perempuan dan anak aman dari COVID-19
(Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020)
h) Berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk
melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) guna memitigasi resiko penggunaan anggaran
(Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020)
i) Berkoordinasi dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
untuk mengalokasikan dana (reses, penyerapan aspirasi,
tunjangan perjalanan, dll) untuk memastikan perempuan dan anak
aman dari COVID-19 di masing-masing daerah pemilihannya
j) Berkolaborasi dengan masyarakat sipil dan swasta untuk
memastikan perempuan dan anak aman dari COVID-19 serta
dampak kesehatan, sosial, dan ekonominya
k) Berkoordinasi dengan Musyawarah Pimpinan Daerah (MUSPIDA),
tokoh masyarakat, agama, budaya untuk menyusun strategi
bersama dalam memastikan perempuan dan anak aman dari
COVID-19 beserta dampaknya
10) Peran Dan Tanggung Jawab Kantor daerah Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota, bukan Rumah Rujukan
a) Terdiri dari Tim Strategis, Tim Teknis, dan Tim Substansi serta
Relawan PPPA Berjarak sebagaipelaksana rencana kerja Gerakan
Bersama Jaga Keluarga Kita (Berjarak) untuk memastikan
perempuan dan anak aman dari COVID-19 dan dampaknya
b) Berkoordinasi dengan Tim Relawan, RumahRujukan, RT/RW
dalam memastikan perempuan dan anak aman dari COVID-19 dan
dampaknya
c) Berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
48 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
d) Berkoordinasi dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
untuk mengalokasikan dana (reses, penyerapan aspirasi,
tunjangan perjalanan, dll) untuk memastikan perempuan dan anak
aman dari COVID-19 di masing-masing daerah pemilihannya
e) Berkolaborasi dengan masyarakat sipil dan swasta untuk
memastikan perempuan dananak aman dari COVID-19 serta
dampak kesehatan, sosial, dan ekonominya
f) Berkoordinasi dengan Musyawarah Pimpinan Daerah (MUSPIDA),
tokoh masyarakat, agama, budaya untuk menyusun strategi
bersama guna memastikan perempuan dan anak aman dari
COVID-19 beserta dampaknya.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
49 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
BAB III
PENGATURAN TENTANG REVISI DIPA
A. RUANG LINGKUP DAN BATASAN REVISI ANGGARAN
1. Ruang Lingkup
Revisi Anggaran adalah perubahan Rincian Anggaran yang telah
ditetapkan berdasarkan APBN TA 2020 dan disahkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2020. Revisi anggaran terdiri
atas :
a. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah;
b. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap; dan
c. Revisi Administrasi.
2. Batasan Revisi Anggaran
Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan
alokasi anggaran terhadap :
a. belanja pegawai Satker kecuali untuk memenuhi kebutuhan belanja pegawai
Satker yang lain;
b. pembayaran berbagai tunggakan;
c. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-
going); dan/atau
d. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya
sehingga dananya menjadi minus.
Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target
kinerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak mengubah sasaran Kegiatan;
b. Tidak mengubah jenis dan satuan keluaran (output); dan
c. Tidak mengubah keluaran (output) yang sudah direalisasikan .
B. KEWENANGAN PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN
Revisi Anggaran dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Anggaran dan/atau
oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Direktorat Jenderal Anggaran
berwenang memproses usul Revisi Anggaran bagian anggaran Kementerian
/Lembaga dan BA BUN yang memerlukan penelaahan dan revisi pengesahan
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
50 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
untuk substansi tertentu. Direktorat Jenderal Perbendaharaan berwenang
memproses usul Revisi Anggaran bagian anggaran Kementerian/Lembaga dan BA
BUN untuk pengesahan tanpa memerlukan penelaahan.
Revisi Anggaran Pelaksanaan Dekonsentrasi Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun Anggaran 2020 dapat dilakukan di DJA,
Kantor Wilayah DJPBN, dan PA/KPA.
C. PENGESAHAN DAN PENYAMPAIAN REVISI DIPA
Dalam rangka mendukung pencapaian target-target yang telah ditetapkan
dalam RKA-K/L DIPA, KPA diberikan fleksibilitas dalam melakukan pergeseran
anggaran antar komponen pada 1 (satu) keluaran (output) yang sama untuk
kelancaran penyerapan dan pelaksanaan anggaran. Dalam kerangka tersebut,
revisi POK merupakan Revisi Anggaran yang menjadi kewenangan KPA. Revisi
yang dilakukan oleh KPA harus mengacu pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Dekonsentrasi Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak TA
2020. Satker wajib menyampaikan perubahan POK untuk diteliti dan divalidasi
oleh Biro Perencanaan dan Data Kementerian PPPA. Dalam rangka penyamaan
database RKA- K/L DIPA dengan data POK, KPA diminta melakukan pemutakhiran
data POK secara berkala ke Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Satker Dekonsentrasi juga memiliki kewajiban untuk
menyampaikan Salinan Revisi DIPA kepada Biro Perencanaan dan Data.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan Revisi DIPA harap
mempedomani Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.02/2018 tanggal
31 Desember 2018 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2019 atau
sampai dengan ditetapkannya pengganti Peraturan Menteri Keuangan ini.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
51 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
BAB IV
PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA
A. DASAR PENGELUARAN NEGARA
Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang
mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen,
dalam bentuk:
1. Bentuk Perikatan/Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa:
a. Pembelian/pengadaan sampai dengan nilai Rp.10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah) bentuk perikatan (bukti) cukup dengan tanda bukti/faktur
pembelian/struk.
b. Pembelian/pengadaan sampai dengan nilai Rp.50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) bentuk perikatan (bukti) cukup dengan kuitansi.
c. Pembelian/pengadaan dengan nilai di atas Rp.50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
bentuk perikatan berupa Surat Perintah Kerja.
d. Jasa konsultasi dengan nilai di atas Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) bentuk perikatan berupa surat penjanjian/kontrak.
e. Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta
rupiah) bentuk perikatan berupa surat penjanjian/kontrak.
2. Penetapan Keputusan:
Penyelesaian tagihan/pembayaran atas honorarium dan perjalanan dinas
dilakukan dengan penetapan keputusan.
a. Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang mengakibatkan
pengeluaran Negara antara lain untuk:
1) Pelaksanaan belanja pegawai;
2) Pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola;
3) Pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium
kegiatan.
b. Penetapan keputusan dilakukan oleh pejabat yang berwenang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
52 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
B. PENCATATAN KOMITMEN OLEH PPK DAN KPPN
1. Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan melalui SPM-LS, PPK
mencatatkan perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke dalam suatu
sistem yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
2. Data perjanjian/kontrak disampaikan kepada KPPN paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatatkan ke
dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN.
3. Pencatatan perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud paling kurang meliputi
data sebagai berikut:
a. Nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan,
output, dan akun yang digunakan;
b. Nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;
c. Uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
d. Data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak
antara lain nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan
nomor rekening penerima pembayaran;
e. Jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa
pemeliharaan apabila dipersyaratkan;
f. Ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;
g. Adendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada
perjanjian/kontrak tersebut; dan
h. Cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran
4. Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak
dapat digunakan lagi untuk kebutuhan lain.
C. MEKANISME PENYELESAIAN TAGIHAN DAN PENERBITAN SPP
1. Pengajuan Tagihan:
a. Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas komitmen
berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran. PPK
melakukan pengujian sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
b. Pelaksanaan pembayaran tagihan dilakukan dengan Pembayaran LS
kepada penyedia barang/jasa atau Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya.
c. Dalam hal Pembayaran LS tidak dapat dilakukan, pembayaran tagihan
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
53 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
kepada penerima hak dilakukan dengan UP.
d. Khusus untuk pembayaran komitmen dalam rangka pengadaan
barang/jasa berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Pembayaran tidak boleh dilakukan sebelum barang/jasa diterima;
2) Dalam hal pengadaan barang/jasa yang karena sifatnya harus
dilakukan pembayaran terlebih dahulu, pembayaran atas beban APBN
dapat dilakukan sebelum barang/jasa diterima; dilakukan setelah
penyedia barang/jasa menyampaikan jaminan atas uang pembayaran
yang akan dilakukan.
e. Pembayaran LS ditujukan kepada:
1) Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;
2) Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan belanja
pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas
atas dasar surat keputusan.
f. Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa dilaksanakan
berdasarkan bukti-bukti yang sah yang meliputi:
Bukti perjanjian/kontrak;
1) Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia
barang/jasa;
2) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
3) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
4) Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
5) Berita Acara Pembayaran;
6) Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK,
7) Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah
ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;
8) Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan
atau perusahaan asuransi (apabila diperlukan sesuai peraturan yang
berlaku);
g. Pembayaran tagihan kepada Bendahara Pengeluaran dilaksanakan
berdasarkan bukti-bukti yang sah, meliputi:
1) Surat Keputusan;
2) Daftar penerima pembayaran; dan/atau
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
54 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
3) Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
2. Mekanisme Penerbitan SPP-LS
a. Dalam hal pengujian telah memenuhi persyaratan, PPK mengesahkan
dokumen tagihan dan menerbitkan SPP.
b. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran:
1) Honorarium dilengkapi dengan dokumen pendukung, meliputi:
a) Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul
akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada
DIPA;
b) Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit
nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-
masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK
dan Bendahara Pengeluaran;
c) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran;
dan
d) Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilampirkan
pada awal pembayaran dan pada saat terjadi perubahan surat
keputusan.
2) Langganan daya dan jasa dilengkapi dengan dokumen pendukung
berupa surat tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah.
3) Perjalanan dinas diatur sebagai berikut:
a) Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri:
Surat Tugas;
Daftar nominatif perjalanan dinas; dan
Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan
sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan mengenai
perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri,
dan pegawai tidak tetap.
b) Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri Surat
Tugas dan daftar nominatif perjalanan dinas.
c) Daftar nominatif perjalanan dinas ditandatangani oleh PPK yang
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
55 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
memuat paling kurang informasi mengenai pihak yang
melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan), tujuan,
tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pejabat.
3. Mekanisme Pembayaran dengan Uang Persediaan dan Tambahan uang
Persediaan
a. Uang Persediaan (UP)
1) UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional
sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat
dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.
2) UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada BP yang
dapat dimintakan penggantiannya (revolving).
3) UP yang diajukan berupa UP tunai; dan/atau UP kartu kredit
pemerintah.
4) UP tunai sebagaimana dimaksud pada point 3 merupakan UP yang
diberikan dalam bentuk uang tunai kepada Bendahara
Pengeluaran/BPP melalui rekening Bendahara Pengeluaran/BPP
yang sumber dananya berasal dari rupiah murni.
5) UP kartu kredit pemerintah sebagaimana dimaksud pada point 3
merupakan uang muka kerja yang diberikan dalam bentuk batasan
belanja (limit) kredit kepada Bendahara Pengeluaran/BPP yang
penggunaannya dilakukan dengan kartu kredit pemerintah untuk
membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau membiayai
pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin
dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS yang sumber dananya
berasal dari rupiah murni.
6) Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh BP kepada 1 (satu)
penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran
honorarium dan perjalanan dinas.
7) Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada
pada kas BP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
56 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
rupiah).
8) BP melakukan penggantian (revolving) UP yang telah digunakan
sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih tersedia
dalam DIPA.
9) Penggantian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling
sedikit 50% (lima puluh persen).
10) Pemberian UP diberikan paling banyak sebesar:
a) Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp2.400.000.000 (dua
miliar empat ratus juta rupiah);
b) Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja
yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp2.400.000.000 (dua
miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp6.000.000.000
(enam miliar rupiah).
c) Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja
yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 6.000.000.000 (enam
miliar rupiah).
11) Besaran UP tunai sebesar 60% (enam puluh persen) dari besaran UP
12) Besaran UP kartu kredit pemerintah sebesar 40% (empat puluh
persen) dari besaran UP.
b. Tambahan Uang Persediaan (TUP)
KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN
disertai:
1) Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan BP.
2) Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP
digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak digunakan untuk kegiatan
yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
3) Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari
Kepala KPPN.
4) Penggunaan TUP harus sesuai dengan pengajuan TUP kepada KPPN.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
57 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
4. Mekanisme Penerbitan SPP-UP/GUP/GUP NIHIL
a. Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara
Pengeluaran menyampaikan kebutuhan UP kepada PPK.
b. Atas dasar kebutuhan UP tersebut, PPK menerbitkan SPP-UP untuk
pengisian UP yang dilengkapi dengan perhitungan besaran UP sesuai
pengajuan dari Bendahara Pengeluaran.
c. SPP-UP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dari
Bendahara Pengeluaran.
d. PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.
e. Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai
berikut:
1) Daftar Rincian Permintaan Pembayaran.
2) Bukti pengeluaran berupa kuitansi/bukti pembelian, nota/bukti
penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang
diperlukan yang disahkan oleh PPK.
3) SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
f. BP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan surat perintah bayar
yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA.
g. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
1) Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama
dengan besaran UP yang diberikan;
2) Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun
anggaran; atau
3) UP tidak diperlukan lagi.
h. Penerbitan SPP-GU Nihil merupakan pengesahan/ pertanggungjawaban
UP.
i. Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai
berikut:
1) Daftar Rincian Permintaan Pembayaran.
2) Bukti pengeluaran berupa kuitansi/bukti pembelian, nota/bukti
penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang
diperlukan yang disahkan oleh PPK.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
58 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
3) SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
5. Mekanisme Penerbitan SPP-TUP/PTUP
a. PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi:
1) Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
2) Surat pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan hal-hal
sebagaimana digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1
(satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan; dan tidak digunakan
untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
3) Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari
Kepala KPPN.
b. SPP-TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari
Kepala KPPN.
c. Untuk mengesahkan/mempertanggungjawabkan TUP, PPK menerbitkan
SPP-PTUP.
d. SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja
sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.
e. Penerbitan SPP-PTUP dilengkapi dokumen pendukung yang sah, meliputi:
1) Daftar Rincian Permintaan Pembayaran.
2) Bukti pengeluaran berupa kuitansi/bukti pembelian, nota/bukti
penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang
diperlukan yang disahkan oleh PPK.
3) SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
6. Mekanisme Pengujian SPP dan Penerbitan SPM
a. PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen
pendukung yang disampaikan oleh PPK.
b. Pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukung meliputi:
c. Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen
pendukungnya memenuhi ketentuan, PPSPM menerbitkan/
menandatangani SPM.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
59 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
d. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
e. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM memuat Personal
Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada
ADK SPM dari penerbit SPM yang sah.
f. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung jawab
atas:
1) keamanan data pada aplikasi SPM;
2) kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPM dengan data
pada ADK SPM; dan
3) penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.
g. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja
setelah SPM diterbitkan, melalui aplikasi E-SPM
7. Monitoring Penyelesaian Tagihan
Ketentuan penyelesaian tagihan :
a. Tagihan diajukan oleh penerima hak tagih kepada PPK paling lambat 5
hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada Negara.
b. SPP LS untuk pembayaran tagihan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen
pendukung dari penerima hak dinyakan lengkap.
c. Penerbitan SPM-LS oleh PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak
SPP-LS diterima dari PPK.
d. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah SPM diterbitkan.
e. Dalam penyelesaian tagihan, Satker agar memastikan penyelesaian
tagihan terpenuhi dan melakukan pengendalian serta pengawasan pada
setiap tagihan.
f. Kontrak kerja didaftarkan oleh KPA kepada KPPN paling lambat 5 hari
kerja setelah ditandatanganinya kontrak kerja. Apabila terjadi
keterlambatan pendaftaran data kontrak, maka KPA membuat Surat
Dispensasi Pendaftaran Data Kontrak sesuai dengan Surat Menteri
Keuangan Nomor S-153/MK.05/2017 tentang Langkah-Langkah Strategis
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
60 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Pelaksanaan Anggaran K/L.
8. Pengenaan Meterai
Materai sebagai pengenaan pajak atas dokumen, dibebankan antara lain
untuk:
a. Kuitansi
1) Untuk nilai sebesar Rp 250.000,- (Dua ratus lima puluh ribu rupiah)
sampai dengan Rp 1.000.000,- (Satu juta rupiah) dibubuhi meterai
Rp 3.000,- (Tiga ribu rupiah).
2) Sedangkan untuk nilai di atas Rp 1.000.000,- (Satu juta rupiah)
dibubuhi meterai Rp 6.000,- (Enam ribu rupiah).
b. SPK/Perjanjian/Kontrak dikenakan meterai sebesar Rp 6.000,- (Enam
ribu rupiah).
9. Pengenaan Pajak
Tarif pajak yang dipungut dalam pengelolaan anggaran, meliputi :
a. PPN untuk pembelian barang/jasa yang nilainya di atas Rp.1.000.000,-
(Satu juta rupiah), kecuali untuk pekerjaan/pengadaan yang masuk
kriteria Barang dan Jasa Tidak Kena Pajak.
b. PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari nilai bruto untuk sewa tanah dan
bangunan, gedung perkantoran, sewa ruang pertemuan/ruang sidang
selain hotel.
c. Pungutan Pajak PPh Pasal 21:
1) PPh pasal 21 untuk PNS: untuk PNS golongan II tidak dikenakan
pajak; untuk PNS golongan III dan pensiunannya sebesar 5%; untuk
PNS golongan IV sebesar 15% dan bagi pensiunannya sebesar
golongan terakhir pada saat pensiun.
2) PPh pasal 21 untuk Non PNS:
- Sifatnya tidak rutin/kegiatan (honorarium narasumber
kegiatan/honorarium panitia kegiatan/honorarium tim pelaksana
kegiatan) sebesar : Tarif Ps. 17 ( 5% ) x penghasilan bruto x 50%.
- Sifatnya rutin/gaji/honor bulanan dihitung berdasarkan gaji per
bulan dikurangi PTKP per bulan dikali dengan tarif pasal 17 (5%)
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
61 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
(staf pendukung dan konsultan perorangan).
3) PPh Pasal 22 sebesar 1,5% untuk belanja barang yang nilainya di atas
Rp2.000.000,- (Dua juta rupiah).
4) PPh Pasal 23 untuk belanja jasa (jasa katering, jasa konsultan
berbadan hukum; jasa event organizer; berbagai macam sewa lainnya
kecuali sewa tanah dan bangunan) dengan tarif tunggal sebesar 2%.
10. Penulisan nama wajib pajak dan NPWP, dan penandatangan SSP:
a. Untuk PPN dan PPh Pasal 22 yang dipotong langsung oleh KPPN
(Mekanisme LS), menggunakan nama wajib pajak dan NPWP rekanan dan
ditandatangani oleh BP (penyesuaian atas billing system).
b. Untuk PPh Pasal 4 ayat 2, Pasal 21 dan Pasal 23 yang dipotong langsung
oleh KPPN (Mekanisme LS), menggunakan nama wajib pajak dan NPWP
BP dan ditandatangani oleh BP.
c. Untuk penyetoran PPN dan PPh Pasal 22 dan PPN atas penyelesaian
tagihan melalui mekanisme UP, menggunakan nama wajib pajak dan
NPWP rekanan, dan ditandatangani oleh BP.
d. Untuk PPh Pasal 4 ayat 2, Pasal 21 dan Pasal 23 atas penyelesaian tagihan
melalui mekanisme UP, menggunakan nama wajib pajak dan NPWP BP
dan ditandatangani oleh BP.
e. Pajak dengan Mekanisme UP/TUP tidak dapat lagi melakukan penyetoran
dengan menggunakan SSP Pajak namun harus menggunakan billing
system. Sedangkan pada mekanisme LS, SSP Pajak masih bisa digunakan.
Pada Billing System BP melakukan pendaftaran, membuat kode billing
melalui http://sse.pajak.go.id dan dapat melalukan pembayaran pajak
melalui loket bank, kantor pos, atm maupun internet banking. Kode jenis
Setoran Akun Pajak juga mengalami beberapa perubahan antara lain:
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
62 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Pajak Kode Akun Pajak Kode Jenis Setoran
PPN 411211 910
PPH Pasal 21 411121 100 (Masa)
402 (Final)
PPH Pasal 22 (Barang) 411122 910
PPH Pasal 23 (Jasa) 411124 104
PPH Pasal 4 Ayat 2 (Sew a) 411128 403
Perubahan Kode Jenis Setoran Akun Pajak
11. Permintaan/pengambilan dana pada Bendahara Pengeluaran.
a. Untuk mekanisme UP/TUP, pengambilan dana pada BP dilaksanakan
setelah rincian UP dan TUP disetujui oleh BP terkait ketersediaan dana
UP/TUP.
b. Pengambilan dana UP/TUP disertai Surat Permintaan UP/TUP.
c. Untuk mekanisme LS-BP, pengambilan dana pada BP dilaksanakan setelah
diterimanya Surat Persetujuan Pembayaran Tagihan (SPPT) dan Daftar
SP2D yang dikirim via email KPPN kepada PPSPM .
d. Pengambilan dana LS-BP disertai Surat Permintaan Uang LS-BP.
12. Dokumen penerbitan SPP-UP/SPP-TUP
Dokumen pendukung penerbitan SPP ini, terdiri dari:
a. Bukti bayar pajak PPN dan PPh (Asli)
b. SPP.
c. SPBy.
d. Surat Tugas (Surat Tugas Kegiatan)
e. Surat Keputusan KPA ( SK Kegiatan)
f. Bukti pengeluaran:
1) Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK dan BP.
2) Copy bukti bayar pajak PPN dan PPh.
3) Faktur pajak standar.
dan atau
g. Bukti pengeluaran Perjalanan Dinas
h. Bukti pengeluaran Honorarium
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
63 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
13. Dokumen SPP-LS-BP Honorarium
Kelengkapan LS-BP: (Susunan pengajuan LS-BP sesuai urutan di bawah ini:)
a. SPP;
b. Surat Keputusan;
c. Daftar nominatif honorarium; dan
d. SSP PPh Pasal 21.
Dokumen pertanggungjawaban honorarium, terdiri dari:
a. Surat Keterangan terdapat perubahan nama, atau nominal.
b. SSPB (Apabila ada pengembalian)
c. Tanda terima honorarium; dan
Keterangan:
1) Besaran honorarium bersifat batas tertinggi;
2) Besaran pembayaran sesuai dengan PMK Nomor 78/PMK.02/2019
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020;
3) Belanja Jasa Profesi untuk membiayai Honorarium yang diberikan kepada
Pejabat Negara/Pegawai Aparatur Sipil Negara/ Anggota Polri/TNI yang
memberikan informasi/ pengetahuan dalam kegiatan Seminar/
Rapat/Sosialisasi/Diseminasi/BimbinganTeknis/Workshop/Sarasehan/S
imposium/ Lokakarya/ Focus Group Discussion/Kegiatan Sejenis yang
dilaksanakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, tidak termasuk
untuk kegiatan diklat/pelatihan, honorarium narasumber dapat diberikan
dengan ketentuan:
- Satuan Jam yang digunakan dalam pemberian honorarium
narasumber/pembahas adalah 60 (enam puluh) menit baik dilakukan
secara panel maupun individual
- narasumber/pembahas berasal dari luar unit organisasi eselon I
penyelenggara
- narasumber/pembahas berasal dari dalam unit organisasi eselon I
penyelenggara sepanjang peserta yang menjadi sasaran utama
kegiatan berasal dari luar unit organisasi eselon I penyelenggara/
masyarakat.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
64 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
- Dalam hal narasumber/pembahas tersebut berasal dari dalam unit
organisasi eselon I penyelenggara, maka diberikan honorarium
sebesar 50% (lima puluh persen) dari besaran honorarium
narasumber / pembahas.
4) Uang Harian Fullboard/Fullday bagi Narasumber tidak dapat diberikan
kepada Narasumber pada saat hari Narasumber memberikan materi;
5) Honorarium panitia/pelaksana kegiatan tidak dapat diberikan lebih dari 1
(satu) kali untuk 1 (satu) kegiatan yang sama. Misalnya, seseorang
merangkap menjadi Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris/Anggota dalam satu
kegiatan;
6) Jumlah panitia/pelaksana kegiatan maksimal sebanyak 10% dari jumlah
peserta. Honorarium panitia dapat diberikan sepanjang sasaran utama
peserta berasal dari luar lingkup eselon 1 penyelenggara dan dilakukan
secara selektif dan efisien.
7) Pembayaran honorarium dan uang harian dapat dilakukan dengan
transfer ke rekening penerima honorarium atau uang harian.
14. Dokumen SPP-LS-BP Perjalanan Dinas
a. Kelengkapan LS-BP Perjalanan dinas dalam kota, dengan urutan
dibawah ini:
1) SPP;
2) Daftar Nominatif Perjalanan Dinas; dan
3) Surat Tugas Asli.
b. Dokumen pertanggungjawaban perjalanan dinas dalam kota, dengan
urutan dibawah ini:
1) Bukti setor SSPB dan Surat Keterangan LS-BP, apabila terdapat
perubahan nama, nominal maupun waktu pelaksanaan;
2) Surat Tugas;
3) Tanda terima biaya perjalanan dinas.
c. Dokumen pertanggungjawaban perjalanan dinas luar kota, dengan
urutan dibawah ini:
1) Bukti setor SSPB dan Surat Keterangan LS-BP, apabila terdapat
perubahan nama, nominal maupun waktu pelaksanaan
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
65 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
2) Surat Tugas;
3) Undangan dari Penyelenggara diluar KPPPA (apabila ada)
4) SPD;
5) Kuitansi Perjalanan Dinas;
6) Daftar Pengeluaran Riil;
7) Bukti Tiket, Boarding pass;
8) Bukti biaya penginapan (guestbill).
Keterangan:
1) Surat Tugas diterbitkan oleh:
a. Kepala satuan kerja untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang
dilakukan oleh Pelaksana SPD pada satuan kerja berkenaan;
b. Atasan langsung kepala satuan kerja untuk Perjalanan Dinas
Jabatan yang dilakukan oleh kepala satuan kerja;
c. Pejabat Eselon II untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan
oleh Pelaksana SPD dalam lingkup unit eselon II/setingkat unit
eselon II berkenaan; atau
d. Menteri/Pimpinan Lembaga/Pejabat Eselon I untuk Perjalanan
Dinas Jabatan yang dilakukan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Pejabat Eselon I.
2) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan guestbill dan merupakan
batas tertinggi, sesuai PMK Nomor 78/PMK.02/2019 tentang Standar
Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020.
3) Uang representasi dapat diberikan dalam rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi yang melekat, dibayarkan secara lumpsum dan merupakan
batas tertinggi, dengan besaran uang representasi per hari masing-
masing sebesar:
No Uraian Satuan Luar Kota Dalam Kota › 8 jam
1. Pejabat Negara OH 250.000 125.000
2. Eselon I OH 200.000 100.000
3. Eselon II OH 150.000 75.000
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
66 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
4) Uang harian dibayarkan secara lumpsum dan merupakan batas
tertinggi.
5) Biaya transport pegawai dibayarkan sesuai dengan biaya riil.
6) Tingkat Biaya Perjalanan Dinas:
a. Tingkat A untuk Ketua/Wakil Ketua dan Anggota MPR, DPR, BPK,
MA, MK, dan Menteri, Wakil Menteri, Pejabat setingkat Menteri,
Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil
Walikota, Ketua/Wakil Ketua/ Anggota Komisi, Pejabat Eselon I,
serta Pejabat lainnya yang setara;
b. Tingkat B untuk Pejabat Negara Lainnya, Pejabat Eselon II, dan
Pejabat Lainnya yang setara; dan
c. Tingkat C untuk Pejabat Eselon III/PNS Golongan IV, Pejabat
Eselon IV/PNS Golongan III, PNS Golongan II dan Idan PPNPN.
7) Apabila Perjalanan dinas untuk memenuhi undangan dari luar KPPPA
maka biaya yang dibebankan pada satker hanya biaya yang tidak
ditanggung oleh pihak penyelenggara sesuai dengan surat undangan.
15. Dokumen SPP-LS Jasa Konsultan
Pertanggungjawaban Keuangan Jasa Konsultan dengan urutan dibawah ini:
a. SPP;
b. SPK;
c. Kuitansi/SPK/Kontrak Asli Bermaterai;
d. Fotocopy Rekening Koran;
e. NPWP;
f. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan(BAP);
g. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP) pada pekerjaan tunggal dan
termin terakhir pada pembayaran bertahap, atau Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan (BAKP) pada termin pembayaran bertahap;
h. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (BAST);
i. Berita Acara Pembayaran (BA. Byr);
j. SSP Ps. 21 untuk Jasa Konsultan Perseorangan/ SSP Ps. 23 untuk Jasa
Konsultan Berbadan Hukum.
k. SSP Ps. 22 dan PPN untuk Pajak atas pembayaran Biaya Non Personil.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
67 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
Alokasi Biaya untuk Jasa konsultan adala 70 % untuk Biaya Personil dan
30 % untuk Biaya Non Personil. Biaya non personil boleh diatas 30%
apabila diperlukan biaya untuk alat penunjang.
16. Dokumen SPP LS Paket Meeting:
a. SPP;
b. SPK (apabila diatas Rp.50.000.000,-);
c. Kuitansi;
d. Undangan dan Jadwal kegiatan;
e. FC NPWP;
f. FC Rekening Koran.
17. Dokumen SPP-LS Pihak Ketiga
Pengajuan SPP-LS Rekanan dilakukan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan
dengan prestasi pekerjaan sebesar 100% (seratus persen) untuk pembayaran
sekaligus, atau berdasarkan kemajuan prestasi pekerjaan untuk pembayaran
secara bertahap.
Pengajuan SPP-LS Pihak Ketiga dilengkapi dengan urutan dibawah ini:
a. SPP;
b. Kuitansi;
c. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP)
d. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP) atau Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan (BAKP), apabila pembayaran secara bertahap;
e. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAST);
f. Berita Acara Pembayaran (BA.Byr);
g. SPK/Kontrak;(Bentuk perikatan dapat di unduh di lkpp.go.id)
h. Fotocopy NPWP;
i. Referensi Bank/Fotocopy Rekening Koran
j. Faktur Pajak Standar; dan
k. SSP PPN dan atau PPh.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
68 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
BAB V
PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PELAPORAN
A. PENGAWASAN
Pengawasan merupakan fungsi manajemen, sehingga melekat pada setiap
jenjang jabatan (built in control). Oleh karena itu, hal-hal yang terkait dengan
pengawasan dilakukan sebagai berikut :
1. KPA harus melakukan pengawasan melekat terhadap PPK, Bendahara
Pengeluaran, Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM dan para pengelola atau
penangungjawab kegiatan;
2. PPK harus melakukan pengawasan terhadap Panitia Pengadaan/Panitia
Penerima Barang dan Staf Pelaksana;
3. Para Pengelola atau Penanggung Jawab Kegiatan melakukan pengawasan
terhadap para pelaksana kegiatan.
Pengawasan dapat juga dilakukan oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan DIPA Dekonsentrasi dilakukan
pemeriksaan oleh Inspektorat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dan pengawasan yang bersifat eksternal pemerintah akan
dilakukan oleh BPK.
B. PENGENDALIAN
1. Pengendalian pelaksanaan DIPA merupakan alat bagi para pengelola
program/kegiatan/keuangan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan,
masalah dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan DIPA.
2. Pengendalian mencakup kegiatan pemantauan dan penilaian. Oleh karena itu
pejabat perbendaharaan dan pengelola atau penanggung jawab kegiatan DIPA
Dekonsentrasi wajib melakukan pemantauan dan penilaian secara berkala,
baik bulanan, triwulanan, maupun tahunan.
3. Dengan pemantauan yang dilakukan dapat diketahui permasalahan yang
dihadapi dan perbaikannya dapat dilakukan dengan segera. Sedangkan
perbaikan atas hasil penilaian memerlukan perencanaan kembali (replanning)
atau revisi anggaran.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
69 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
C. PELAPORAN
1. Dalam pelaksanaan sistem akuntansi keuangan, Kementerian
Negara/Lembaga membentuk unit akuntansi dan pelaporan keuangan yang
terdiri dari:
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran
(UAKPA), termasuk UAKPA Dekonsentrasi
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Anggaran (UAPA).
2. Dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
diperlukan data realisasi APBN, arus kas, neraca, dan catatan atas laporan
keuangan.
3. Untuk keperluan penyusunan laporan tersebut:
a. Satker selaku Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) setiap
bulan harus melakukan rekonsiliasi data realisasi anggaran dengan
Kepala KPPN selaku Kuasa BUN;
b. Rekonsiliasi data realisasi anggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a
meliputi:
1) Data bagian anggaran;
2) Eselon I;
3) Satker;
4) Sumber dana;
5) Cara penarikan;
6) Program;
7) Kegiatan;
8) Output;
9) Akun 6 digit;
10) Tanggal dan nomor SPM/SP2D; dan
11) Jumlah rupiah.
4. Hasil rekonsiliasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR),
selanjutnya setiap awal bulan:
a. Satker menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca
beserta ADK kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran
tingkat wilayah (UAPPAW); atau
b. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN membuat laporan realisasi anggaran, arus
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
70 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
kas, dan neraca kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan untuk diproses dan selanjutnya diteruskan kepada
Direktur Jenderal Perbendaharaan u.p Direktur Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan.
5. Untuk laporan keuangan semester dan tahunan, LRA, Neraca dan ADK disertai
dengan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan dapat dilihat pada
PMK.222/PMK.05/2016 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian
Laporan Keuangan; PMK 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN;
PMK 69/PMK.06/2016 Tata Cara Rekonsiliasi BMN; PMK 104/PMK.05/2017
tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Penyusunan LK lingkup BUN dan KL;
PMK Nomor 156/PMK.07/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan serta PMK
Nomor 248/PMK.07/2010 tanggal 27 Desember 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang
Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
D. REWARD DAN PUNISHMENT
Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan anggaran belanja
dekonsentrasi tahun 2020, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak akan menerapkan sistem reward dan punishment terhadap
Satker Dekonsentrasi Provinsi seluruh Indonesia.
Ketentuan reward dan punishment akan diterapkan mengacu pada Peraturan
Menteri PPPA terkait dengan penafsiran antara lain :
1. Realisasi penyerapan anggaran Dekonsentrasi Satker Dekonsentrasi Provinsi
rendah;
2. Penyampaian Rekonsiliasi Data Realisasi Anggaran tidak tertib dan tepat waktu;
3. Tidak memiliki motivasi atau melakukan upaya-upaya guna mendorong
peningkatan anggaran yang responsif gender bersumber APBD dalam rangka
pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Ketentuan sebaliknya, Satker Dekonsentrasi Provinsi akan diberikan reward.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan sistem reward dan punishment akan
diatur kemudian.
KE
ME
NT
ER
IA
N
PE
MB
ER
DA
YA
AN
P
ER
EM
PU
AN
D
AN
P
ER
LI
ND
UN
GA
N
AN
AK
71 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TA 2020
BAB VI
PENUTUP
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dekonsentrasi Bidang Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak TA
2020 disusun agar pelaksanaan DIPA Satker Dekonsentrasi Provinsi memiliki pola
keseragaman, tertib, efektif, efisien, serta taat asas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi ini juga terkait dengan upaya
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk mendukung
tercapainya target-target Rencana Kerja Pemerintah tahun 2020, melalui peran serta
pemerintah daerah provinsi. Peran serta tersebut tertuang dalam bentuk subkomponen
yang sudah ditetapkan, sehingga bila dilaksanakan dengan baik akan mendukung
tercapainya peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak serta penguatan kapasitas
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak.
Sekretaris Kementerian
Pribudiarta Nur Sitepu