Upload
fitriya-sakinah-syam
View
232
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata pH dan larutan buffer sering dijumpai ketika
mempelajari materi tentang konsep asam dan basa. pH
merupakan singkatan dari “power of Hydrogen”,
sedangkan larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH-nya apabila ditambahkan sedikit
asam atau sedikit basa. Suatu pH larutan dapat dihitung
jika ingin mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam
atau basa. namun, selain bersifat asam atau basa, terdapat
pula larutan yang bersifat netral dengan pH 7 yaitu air
murni.
pH didefinisikan sebagai negatif logaritma dasar 10
dari konsentrasi ion H+. Konsentrasi dari ion dalam larutan
akan menentukan sifat keasaman atau sifat kebasaan dari
larutan itu. Adanya zat terlarut seperti asam, basa, atau
garam dapat mengubah konsentrasi ion-ion tersebut dalam
larutannya. Melarutnya asam ke dalam air akan
memperbesar konsentrasi H+, sedangkan basa akan
memperbesar konsentrasi OH-, dan garam dapat
memperbesar H+ atau OH- bergantung pada tipe garam
yang melarut.
Hubungan antara pH dan larutan buffer yaitu larutan
buffer harus mengandung konsentrasi asam yang cukup
untuk bereaksi dengan ion OH- yang ditambahkan
kepadanya dan harus mengandung konsentrasi basa yang
sama tingginya untuk bereaksi dengan H+ yang
ditambahkan.
Pada laporan ini, pembahasan yang akan ditujukan
adalah bagaimana memahami cara kerja larutan buffer dan
cara menghitung pH suatu larutan. Larutan buffer yang
berfungsi untuk mempertahankan pH banyak digunakan
dalam percobaan-percobaan. Namun, kebutuhan buffer
kadang menyulitkan, karena hampir setiap analisa
membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil.
Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan
buffer yang akan digunakan menjadi masalh tersendiri.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk
mempelajari pengukuran pH suatu larutan dan memahami
cara kerja sistem buffer. Kedua hal tersebut sangatlah
penting karena akan selalu digunakan dalam laboratorium
terutama di bidang farmasi.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui cara mengukur pH dan cara kerja dari
larutan buffer.
2. Tujuan Percobaan
a) Mempelajari cara mengukur pH suatu larutan
b) Memahami cara kerja sistem buffer
C. Prinsip Percobaan
1. Penentuan pH dari HCl, NaOH, Asam Sitrat, dan Natrium
Sitrat dengan menggunakan pH meter yang dicelupkan
ke dalam sampel sebanyak 5 ml. Lihat pH pada monitor.
2. Penentuan pH dari HCl, NaOH, Asam Sitrat, dan Natrium
Sitrat dengan indikator universal yang membandingkan
warna kertas indikator yang telah dicelupkan dengan
warna yang ditentukan.
3. Penentuan sistem buffer dengan mencampurkan Asam
Sitrat dan Natrium Sitrat 5:5 dan 1:10 yang kemudian
ditambahkan 0,5 ml HCl 0,1 M dan 0,5 ml NaOH 0,1 M.
Lalu mengukur dengan pH meter dan indikator
universal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Pada asam, asam umumnya melarut dan terionisasi
di dalam air memberikan ion H+ sehingga memperbesar
konsentrasi ion ini di dalam larutan. Banyaknya ion H+ yang
terbentuk bergantung pada larutan suatu asam, biasanya
diartikan oleh derajat ionisasi asam (α) atau ketetapan
ionisasi atau (Ka) dari asam itu sendiri. pH larutan asam
dapat dihitung melalui hubungan berikut apabila nilai α
(ionisasi asam) dan Ka (tetapan ionisasi asam) diketahui.
[H+ ] = [n . α . pa ] atau [H+]2 = Pa . Ka. Dimana Pa
adalah konsentrasi asam, n adalah valensi asam, α adalah
derajat ionisasi asam, dan Ka adalah tetapan ionisasi asam.
Hal-hal tersebut pada penentuan pH larutan asam.
Sedangkan untuk pOH larutan basa adalah sebagai berikut.
Telah ditemukan bahwa hampir sebagian besar basa
tergolong sukar larut, dan hanya sebagian kecil yang
mudah larut. Di antara basa terakhir ini hanya beberapa
yang bersifat basa kuat. Untuk basa lemah seperti NH 4OH
dan lainnya. Maka konsentrasi ion-ion OH- ditentukan dari
nilai α (derajat ionisasi basa) atau nilai Kb (tetapan ionisasi
basa).Beberapa hubungan di bawah itu dapat ditetapkan
untuk memperkirakan harga pH larutan basa terutama dari
basa yang mudah larut.
pH = 14 – log [OH-]
[OH-] = [n – α . Pb] atau [OH-] = Pb . Kb. Dimana Pb
adalah konsentrasi larutan basa, untuk n adalah valensi
basa. sedangkan α adalah derajat ionisasi pada larutan
basa dan yang terakhir yaitu untuk Kb adalah simbol untuk
tetapan ionisasi basa.
(Mulyono, 2008 hal. 14 – 16)
pH pada dasarnya hanyalah suatu cara untuk
menyatakan konsentrasi ion hidrogen, larutan asam dan
larutan basa pada 250C dapat diidentifikasi berdasarkan
nilai pH-nya. Asam (acid) dapat digambarkan sebagai zat
yang menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan
dalam air. Basa (base) dapat digambarkan sebagai zat
yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan
dalam air. Asam kuat ialah asam yang merupakan elektrolit
kuat dan dianggap terionisasi sempurna dalam air. Asam
lemah ialah asam yang merupakan elektrolit lemah dan
dianggap terionisasi hanya sedikit dalam air. Sedangkan,
basa kuat ialah basa yang merupakan elektrolit kuat yang
terionisasi sempurna di air. Basa lemah ialah basa yang
merupakan elektrolit lemah yang terionisasi sedikit di air.
(Chang, 2003 hal. 48-51, 99)
Karena konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan air
seringkali sangat kecil dan karenanya sulit diukur,
biokimiawan Denmark Soren Sorensen pada tahun 1909
mengajukan cara pengukuran yang lebih praktis yang
disebut pH. pH suatu larutan didefinisikan sebagai
logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen (dalam mol
per liter) :
pH = -log [H3O+] atau pH = - log [H+]
Persamaan di atas hanyalah definisi yang dibuat agar
kita mudah menangani angka-angka. Dalam sebagian
besar kasus, logaritma negatif menghasilkan angka positif
untuk pH, di mana logaritma positif sebaliknya akan
menghasilkan angka negatif karena kecilnya nilai [H+].
Selain itu, suku [H+] dalam persamaan di atas berlaku
hanya untuk bagian numerik pada persamaan konsentrasi
ion hidrogen, sebab kita tidak dapat melogaritmakan
satuan. Jadi, seperti halnya konstanta kesetimbangan, pH
larutan tak berdimensi.
Karena pH pada dasarnya hanyalah suatu cara untuk
menyatakan konsentrasi ion hidrogen, larutan asam dan
larutan basa pada 250 C dapat diidentifikasi berdasarkan
nilai pH-nya sebagai berikut :
Larutan asam : H+ > 1,0 × 10-7 M, pH
< 7,00
Larutan basa : H+ < 1,0 × 10-7 M, pH
> 7,00
Larutan netral : H+ = 1,0 × 10-7 M, pH
= 7,00
Perhatikan bahwa pH meningkat dengan menurunnya
[H+]. Perubahan satu satuan pH berarti perubahan sebesar
10-kali [H+].
Di laboratorium, pH larutan diukur dengan pH meter
yang memuat pH dari sejumlah cairan dan gas yang lazim.
Skala pOH yang analog dengan skala pH dapat dibuat
dengan menggunakan logaritma negatif dari konsentrasi
ion hidroksida. Jadi, kita mendefinisikan pOH sebagai
pOH = - log [OH-]
Dari definisi pH dan pOH kita peroleh
pH + pOH = 14,00
pH Beberapa Fluida (Cairan dan Gas) yang Lazim
Sampel Nilai pH
Cairan getah lambung 1,0 – 2,0
Jus limau 2,4
Cuka 3,0
Jus grapefruit 3,2
Jus orange 3,5
Urine 4,8 – 7,5
Air yang terpapar ke udara* 5,5
Ludah 6,4 – 6,9
Susu 6,5
Air murni 7,0
Darah 7,35 – 7,45
Air mata 7,4
Bubur magnesia 10,6
Amonia rumah tangga 11,5
*Air yang terpapar ke udara untuk waktu yang lama
menyerap CO2 dari atmosfer dan membentuk asam
karbonat H2CO3.
(Chang, 2003 hal. 99 – 100)
Istilah pH merupakan singkatan dari “daya H” (power
of H) dan didefinisikan sebagai logaritma negatif (atau
1/logaritma) dari konsentrasi ion hidrogen.
(Fried dan Hademenos, 2006 hal. 16)
Larutan buffer adalah semua larutan yang pH-nya
dapat dikatakan tetap tetap, walaupun ditambahkan sedikit
asam atau basa. biasanya, larutan buffer, mengandung
asam lemah beserta basa lemah konjugatnya dalam
konsentrasi yang hampir sama. Larutan buffer berperan
besar dalam mengontrol kelarutan ion-ion dalam larutan
sekaligus mempertahankan pH dalam proses biokimia dan
fisiologis. Banyak proses kehidupan sensitif terhadap pH
sehingga diperlukan sedikit pengaturan dalam interval
konsentrasi H3O- dan OH-. Organisme mempunyai buffernya
sendiri-sendiri untuk melindunginya dari perubahan pH
yang besar. Sebagai contoh, darah manusia mempunyai pH
7,4 yang dipertahankan oleh kombinasi sistem buffer
karbonat, posfat, dan protein. pH darah di bawah 7 atau di
atas 7,8 dapat mempercepat kematian.
(Oxtoby, dkk, 2001 hal. 310)
1. Perilaku Larutan Buffer
Secara umum larutan buffer mengandung pasangan
asam basa konjugat, seperti HOAc – Oac- atau NH3 –
NH4+. Komponen-komponen ini bereaksi dengan
hidrogen atau hidroksida apa saja yang memasuki
larutan.
2. Keefektifan Larutan Buffer
Keefektifan larutan buffer dalam menahan perubahan
pH persatuan asam dan basa kuat yang
ditambahkan, mencapai nilai maksimumnya ketika
rasio asam penyangga terhadap garam adalah 1.
3. Kapasitas Larutan Buffer
Kapasitas suatu larutan buffer merupakan
keefektifannya dalam menahan perubahan pH dalam
penambahan asam atau basa. Semakin besar
konsentrasi asam dan basa konjugatnya, semakin
besar kapasitas penyangganya.
4. Penyangga dan Larutan Asam dan Basa Kuat
Larutan asam dan basa kuat juga mengalami
perubahan pH yang cukup besar saat pengenceran.
Sebaliknya, pH penyangga yang dibuat dengan
pasangan asam basa konjugat secara teoritis tidak
tergantung volume larutan.
(Day dan Underwood, 1998 hal. 148)
B. Uraian Bahan
1. HCl (Dirjen POM, 1979 : 53)
Nama Resmi : ACIDUM
HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
Rumus Molekul : HCl
Berat Molekul : 36,46
Rumus Bangun : H – Cl
Pemerian : Cairan tidak berwarna,
berasap, bau merangsang, jika
diencerkan dengan 2 bagian
air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai sampel
2. NH4OH (Dirjen POM, 1979 : 412)
Nama Resmi : AMMONIA
Nama Lain : Amonia
Rumus Molekul : NH4OH
Berat Moleku l : 35,05
Rumus Bangun : -
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
bau khas menusuk kuat
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai sampel
3. CH3COOH (Dirjen POM, 1979 : 41)
Nama Resmi : ACIDUM ACETIUM
Nama Lain : Asam Asetat
Rumus Molekul : CH3COOH
Berat Molekul : 60,65
Rumus Bangun : -
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
bau menusuk, rasa asam
dan tajam
Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol
95%, dan gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai sampel
4. Asam Sitrat (Dirjen POM, 1979 : 50)
Nama Resmi : ACIDUM CITRISUM
Nama Lain : Asam Sitrat
Rumus Molekul : C6H8O7.H2O
Berat Molekul : 210,14
Pemerian : Hablur tidak berwarna,
serbuk putih, tidak berbau,
rasa sangat asam, agak hidroskopik
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai sampel
5. NaOH (Dirjen POM, 1979 : 412)
Nama Resmi : NATRIUM HYDROXIDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Rumus Bangun : Na - OH
Pemerian : Bentuk batang, butiran,
massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh, mudah meleleh
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan
etanol 90%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai sampel
6. Natrium Sitrat (Dirjen POM, 1979 : 406)
Nama Resmi : NATRII CITRISUM
Nama Lain : Natrium Sitrat
Rumus Molekul : C6H5Na3O7.H2O
Berat Molekul : 94,10
Pemerian : Hablur tidak berwarna,
serbuk halus, putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai sampel
7. Natrium Bikarbonat (Dirjen POM, 1979 : 400)
Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS
Nama Lain : Natrium Bikarbonat
Rumus Molekul : Na2HCO3
Berat Molekul : 84,01
Pemerian : Serbuk putih atau hablur
Kelarutan : Mudah larut dalam 2 bagian
air, praktis tidak larut
dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai sampel
8. Aquades ( Dirjen POM, 1979 : 96 )
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : HCl
Berat Molekul : 18, 02
Rumus Bangun : H – O - H
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai sampel dan untuk
kalibrasi pH meter
C. Prosedur Kerja
1. Pengukuran pH
a) Masukkan 1 tetes 0,1 HCl oada plat tetes.
Celupkan 2 cm kertas pH universal ke dalam
larutan. Keluarkan kelebihan cairan dari kertas
dengan menyentuhkan ke plat. Bandingkan warna
kertas dengan bagan warna yang disediakan.
Catat pH pada lembar laporan anda.
b) Ulangi prosedur yang sama dengan 0,1 M Asam
Asetat, 0,1 M Natrium Asetat, 0,1 M Asam
Karbonat, 0,1 M Natrium Bikarbonat, 0,1 M
Amonia, 0,1 Natrium Sitrat. Untuk setiap larutan,
gunakan lubang yang berbeda dari plat tetes.
Catat hasilnya pada lembar laporan anda.
c) Tergantung pada ketersediaan jumlah pH meter
ini mungkin menjadi percobaan untuk satu kelas
(Demonstrasi) atau 6-8 praktikum dapat
menggunakan satu pH meter. Tambahkan 5 ml
0,1 M Asam Asetat untuk sebuah gelas kimia 10
ml kering dan bersih. Masukkan elektroda kering
ke dalam larutan asam asetat. pH meter anda
telah dikalibrasi oleh instruktur anda. Switch “ ON
“ pH meter dan baca pH dari posisi jarum pada
skala anda, atau jika anda memiliki pH meter
digital angka yang sesuai dengan pH akan
muncul.
d) Ulangi prosedur yang sama dengan Natrium
Asetat 0,1 M, 0,1 M Asam Karbonat, 0,1 M
Natrium Bikarbonat, dan Amonia 0,1 M. Pastikan
bahwa untuk setiap larutan anda menggunakan
gelas kimia yang kering dan bersih dan sebelum
setiap pengukuran cuci elektroda terlebih dahulu
dengan air suling dan keringkan dengan
kimwipes. Catat pada lembar laporan anda.
e) Siapkan empat sistem buffer dalam 4 gelas kimia
50 ml secara terpisah, berlabel, kering, dan bersih
sebagai berikut :
a. 5 ml 0,1 M Asam Asetat + 5 ml 0,1 M Natrium
Asetat
b. 1 ml 0,1 M Asam Asetat + 10 ml 0,1 M Natrium
Asetat
c. 5 ml 0.1 M Asam Karbonat + 5 ml 0,1 M
Natrium Bikarbonat
d. I ml 0,1 M Asam Karbonat + 10 ml 0,1 M
Natrium Bikarbonat
Ukur pH setiap sistem buffer dangan bantuan
kertas pH universal. Rekam data anda pada
lembar laporan.
f) Bagi masing-masing buffer anda (a-b) menjadi
dua bagian (masing-masing 5 ml). Dan masukkan
ke dalam gelas kimia 10 ml yang kering dan
bersih. Untuk sampel pertama dari buffer (a),
tambahkan 0,5 ml 0,1 M HCl. Campur dan ukur pH
dengan bantuan kertas pH universal. Catat data
anda pada lembar laporan anda (4). Untuk sampel
kedua buffer (a), tambahkan 0,5 ml 0,1 M NaOH.
Campur dan ukur pH dengan kertas pH. Merekam
data anda pada lembar laporan (5).
g) Ulangi pengukuran yang sama denag buffer (b),
(c), dan (d). Catat data anda pada lembar
laporan.
h) Masukkan 5 ml air suling pada dua gelas kimia 10
ml, ukur pH air suling dengan bantuan kertas pH
universal. Cacat data pada lembar laporan (15).
Untuk sampel pertama air suling tambahkan 0,5
ml 0,1 M HCl. Campur dan ukur pH dengan
bantuan kertas pH universal dan mencatatnya
pada lembar laporan (16). Untuk sampel air suling
yang kedua tambahkan 0,5 ml 0,1 M NaOH.
campur dan ukur pH seperti sebelumnya dan
mencatatnya pada lembar laporan (17).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Adapun yang digunakan dalam percobaan ini
adalah botol semprot, gelas kimia, gelas ukur, kertas
pH universal, pH meter, dan pipet tetes.
2. Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, Asam
Sitrat 0,1 M, Natrium Sitrat 0,1 M, dan Aquadest.
B. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dambil 5 ml HCl dengan pipet tetes dan diukur
dengan gelas ukur, dimasukkan ke dalam gelas
kimia. Diulangi prosedur yang sama pada NaOH,
Asam Sitrat, dan Natrium Sitrat. Diberi label.
3. Diukur pH masing-masing sampel dalam gelas kimia
dengan kertas pH universal dan pH meter. Sebelum
dan setelah digunakan dari satu sampel ke sampel
lain pH meter harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Dicatat pH sampel dalam lembar laporan.
4. Diambil 5 ml Asam Sitrat dan 5 ml Natrium Sitrat
dengan pipet tetes, diukur dengan gelas ukur, dan
dimasukkan dalam gelas kimia. Dihomogenkan dan
diukur pH-nya dengan kertas pH universal. Dicatat
hasilnya dalam lembar laporan. Diulangi prosedur
yang sama pada 1 ml Asam Sitrat dan 10 ml Natrium
Sitrat.
5. Dibagi dua larutan buffer yang telah dibuat tadi ke
dalam gelas kimia dan diberi label. Ditambahkan 0,5
HCl dan 0,5 NaOH pada masing-masing gelas kimia.
Diukur pH dengan kertas pH universal, dicatat pH
dalam lembar laporan.
6. Dicatat semua data yang diperoleh dalam lembar
laporan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Pengukuran pH
NO. SAMPEL
pH LARUTAN
(0,1 M)INDIKATOR UNIVERSAL pH METER
1. NaOH 13 9,82. HCl 1 5,63. Asam Sitrat 1 5,3
4.Natrium Sitrat 7 6,7
2. Larutan Buffer
NO. SAMPEL Ph1. Campuran I 42. Campuran II 73. Campuran I + 0,5 ml HCl 4
4.Campuran I + 0,5 ml NaOH 5
5. Campuran II + 0,5 ml HCl 4
6.Campuran II + 0,5 ml NaOH 7
7. Aquadest + 0,5 ml HCl 4,98. Aquadest + 0,5 ml NaOH 8,3
B. Reaksi
C6H8O9 + C6H5Na3O7 2C6H5O73- + 3Na+ +
3H+
Campuran I + HCl NaCl + C6H5O72-
HCl H2O H+ + Cl-
NaOH H2O Na+ + OH-
C. Perhitungan
1. HCl 0,1 M
M1 = 10 p %
Bm
= 10 . 1,19 kg/L . 3,7
36,46
= 440, 3
36,46
= 12,07 M
V1M1 = V2M2
V1 - 12,07 = 1000 . 0,1
V1 = 100
12,07
= 8,2 ml
2. NaOH O,I M
O,1 = x . 1000
40,00 1000
x = 4 gram
3. Asam Sitrat 0,1 M
O,1 = x . 1000
210,14 1000
x = 21,014 gram
4. Natrium Sitrat 0,1 M
O,1 = x . 1000
294,90 1000
x = 29,4 gram
BAB V
PEMBAHASAN
pH merupakan singkatan dari power of Hydrogen atau
potensial Hydrogen. pH juga didefinisikan sebagai logaritma
negatif dari konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter). pH
pada dasarnya hanyalah suatu cara untuk menyatakan
konsentrasi ion hidrogen, larutan asam dan larutan basa pada
250C dapat diidentifikasi berdasarkan nilai pH-nya. Sedangkan
larutan buffer atau larutan penyangga adalah semua larutan
yang pH-nya dapat dikatakan tetap, walaupun ditambahkan
sedikit asam atau basa. biasanya larutan buffer mengandung
asam lemah beserta basa lemah konjugatnya dalam konsentrasi
yang hampir sama. Larutan buffer berperan besar dalam
mengontrol kelarutan ion-ion dalam larutan sekaligus
mempertahankan pH dalam proses biokimia dan fisiologis.
Asam (acid) dapat digambarkan sebagai zat yang
menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air.
Basa (base) dapat digambarkan sebagai zat yang menghasilkan
ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air. Asam kuat ialah
asam yang merupakan elektrolit kuat dan dianggap terionisasi
sempurna dalam air. Asam lemah ialah asam yang merupakan
elektrolit lemah dan dianggap terionisasi hanya sedikit dalam air.
Sedangkan, basa kuat ialah basa yang merupakan elektrolit kuat
yang terionisasi sempurna di air. Basa lemah ialah basa yang
merupakan elektrolit lemah yang terionisasi sedikit di air.
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Yang pertama menggunakan kertas lakmus. Lakmus adalah
suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika
dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa. ada dua macam
kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Lakmus
merah dalam larutan asam berwarna merah, dalam larutan basa
berwarna biru. Sedangkan lakmus biru dalam larutan asam
berwarna merah, dalam larutan basa berwarna biru. Yang kedua
ialah dengan menggunakan kertas indikator universal. Indikator
universal adalah indikator pH yang terdiri dari campuran
beberapa senyawa yang menunjukkan perubahan warna halus
pada rentang nilai pH 1-14 untuk menunjukkan keasaman atau
kebasaan. Indikator universal biasanya terdiri dari air, propan-1-
ol, fenolftalein natrium garam, natrium hidroksida, metil merah,
bromthymol biru garam monosodium, dan timol biru garam
monosodium. Warna grafik indikator universal yang cocok akan
dapat dilihat di strip kotak indikator universal. Yang ketiga
adalah menggunakan larutan indikator. Larutan indikator adalah
zat-zat warna yang mempunyai warna yang berbeda dalam
larutan yang bersifat asam, basa, dan netral, sehingga dapat
digunakan untuk membedakan larutan yang bersifat asam, basa,
dan netral. Larutan yang biasa digunakan ialah fenolftalein, metil
merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Yang keempat adalah
pengukuran pH menggunakan indikator alami. Indikator alami
adalah bahan-bahan yang berasal dari alam yang dapat
menunjukkan wrana yang berbeda dalam larutan asam ataupun
basa. contoh indikator alami yang sering digunakan ialah : bunga
sepatu, kunyit, kulit manggis, kubis ungu, dan lain-lain.
Pengukuran pH selanjutnya ialah menggunakan elektroda
potensiometri. Elektroda potensiometri digunakan untuk
mengukur pH secara kuantitatif. Elektroda ini memonitor
perubahan voltase yang disebabkan oleh perubahan aktifitas ion
Hidrogen (H+) dalam larutan. Yang terakhir ialah menggunakan
pH meter. pH meter adalah alat untuk mengukur satu satuan
ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman suatu
larutan. Prinsip kerja pH meter adalah didasarkan pada potensial
elektrokimia yang terjadi antara larutan yang terdapat dalam
elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat dalam elektroda gelas yang tidak diketahui. Instrumen
yang digunakan dalam pH meter dapat bersifat analog maupun
digital. Pada penggunaan pH meter, kalibrasi alat harus
diperhatikan sebelum dilakukan pengukuran. Caranya ialah
dengan membilas elektroda menggunakan air suling dan
dikeringkan menggunakan tissue bersih. Kalibrasi terhadap pH
meter dilakukan dengan larutan buffer standar : pH = 4,01; 7,00;
10,01.
Cara kerja dalam percobaan ini adalah pertama kita
siapkan alat dan bahan yang akan digunakan agar tidak terjadi
kerepotan selama percobaan berlangsung. Ambil HCl 0,1 M
sebanyak 5 ml menggunakan pipet tetes diukur dalam gelas
ukur. Lakukan hal yang sama untuk NaOH 0,1 M, Asam Sitrat 0,1
M, dan Natrium Sitrat 0,1 M. Masukkan masing-masing sampel ke
dalam gelas kimia dan beri label. Ambil kertas indikator universal
dan masukkan dalam sampel. Setelah beberapa menit, lihat
perubahan warna, cocokkan dengan rentang pH yang terdapat di
kotak dan catat hasilnya dalam lembar laporan. Selanjutnya,
ambil 5 ml Asam Sitrat dan 5 ml Natrium Sitrat menggunakan
pipet tetes dan ukur dengan gelas ukur. Setelah itu, campurkan
dua sampel tersebut ke dalam gelas kimia, homogenkan. Jangan
lupa beri label pada setiap gelas kimia. Siapkan kertas indikator
universal dan ukur pH campuran tersebut. Catat hasilnya pada
lembar laporan. Lakukan langkah yang sama untuk 1 ml Asam
Sitrat dan 10 ml Natrium Sitrat. Campuran yang telah dibuat
tersebut adalah larutan buffer. Larutan buffer tersebut masing-
masing dibagi dua dan dimasukkan ke dalam gelas kimia, beri
label. Tambahkan masing-masing 0,1 ml HCl dan 0,1 ml NaOH.
Ukur pH menggunakan kertas indikator universal. Catat hasilnya
dalam lembar laporan.
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh ialah sebagai
berikut. pH untuk masing-masing dari NaOH 0,1 M, HCl 0,1 M,
Asam Sitrat 0,1 M, dan Natrium Sitrat 0,1 M berturut-turut adalah
pada pH meter 9,8 ; 5,6 ; 5,3 ; 6,7 dan pada kertas indikator
universal 13 ; 1 ; 1 ; 7. Untuk larutan buffer yakni pada campuran
I (Asam Sitrat + Natrium Sitrat 5 : 5), campuran II (Asam Sitrat +
Natrium Sitrat 1 : 10), campuran I + HCl, campuran I +NaOH,
campuran II + HCl, campuran II + NaOH, Aquadest + HCl dan
Aquadest + NaOH adalah 4 ; 7 ; 4 ; 5 ; 4 ; 7 ; 4 ; 9 ; 8,3.
Larutan buffer dapat mempertahankan pH walaupun
ditambahkan sedikit asam atau basa. karena penambahan
sedikit asam atau basa pada larutan buffer menjaga pH yang
tetap pada nilai yang agak rendah atau tinggi. Penambahan HCl
yang bersifat asam pada larutan buffer dalam percobaan ini
menyebabkan kesetimbangan bergerser ke arah kiri
(pembentukan asam lemah). Sedangkan penambahan NaOH
yang bersifat basa pada larutan buffer dalam percobaan ini
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan
(pembentukan basa lemah). Alasan penambahan HCl dan NaOH
pada larutan buffer dalam percobaan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penambahan sedikit asamdan basa
seperti yang disebutkan oleh literatur. Maka didapatkan
kesimpulan bahwa penambahan sedikit asam atau basa akan
sedikit mengakibatkan perubahan kecil pula pada konsentrasi
dan nilai pH pada sistem buffer.
Aplikasi pH dan larutan buffer dalam bidang kesehatan,
antara lain kita dapat menggunakan sistem pengukuran pH
untuk mengetahui kadar keasaman ataupun kebasaan obat yang
terdiri dari campuran senyawa –senyawa tertentu kita dapat
menggunakan prinsip buffer. Dalam tubuh manusia, sistem
buffer berfungsi untuk mempertahankan harga pH cairan tubuh
yang bisa intrasel maupun ekstrasel. Banyak zat aktif yang harus
berada pada keadaan pH yang stabil. Perubahan pH akan
menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang, bahkan
hilang sama sekali.
Pada percobaan ini, terdapat beberapa hasil percobaan
yang tidak sesuai dengan literatur. Misalnya saja pada pH Asam
Sitrat yang pada pengukuran pH meter 5,3 dan kertas pH
universal 1. Ini menunjukkan perbedaan jauh antara dua alat
yang digunakan untuk mengukur pH. Banyak juga contoh
kesalahan dan penyimpangan antara hasil percobaan dan teori
yang ada. Kesalahan-kesalahan tersebut biasanya disebabkan
oleh :
1. pH meter yang digunakan berulang-ulang sehingga
kalibrasinya tidak
lagi maksimal.
2. Kurangnya ketelitian praktikan dalam pembacaan nilai pH.
3. Wadah sampel yang kurang bersih dan tidak kering.
4. Alat yang digunakan untuk mengukur pH dalam kondisi
yang tidak
baik.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh pH
sebagai berikut. Pengukuran pH menggunakan pH meter
untuk NaOH = 9,8, HCl = 5,6, Asam Sitrat = 5,3, dan
Natrium Sitrat = 6,7. Pengukuran dengan kertas indikator
universal untuk NaOH = 13, HCl = 1, Asam Sitrat = 1, dan
Natrium Sitrat = 7.
Untuk larutan buffer diperoleh nilai pH untuk
campuran I (Asam Sitrat + Natrium Sitrat 5 : 5) = 4,
campuran I + HCl 0,5 ml = 4, campuran I + NaOH o,5 ml =
5, campuran II (Asam Sitrat + Natrium Sitrat 1 : 10) = 7,
campuran II + HCl 0,5 ml = 4, campuran II + NaOH 0,5 ml =
7, Aquadest + HCl 0,1 M = 4,9, Aquadest + NaOH 0,1 M =
8,3.
B. Saran
1. Laboratorium
Tingkatkan ketertiban dan kebersihan laboratorium.
2. Asisten
Pertahankan keramahan dalam membimbing praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Cairns, Donald. Intisari Kimia Farmasi Edisi III. Jakarta : Buku
Kedokteran. 2008
Chang, Raymond. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Erlangga. 2003
Day JR, R.A dan A.L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta : Erlangga. 2002
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
1979
Oxtoby, dkk. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
2001