6
http://digilib.unimus.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku hidup bersih sehat, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri melalui penerapan hidup sehat dengan menjaga serta meningkatkan status kesehatannya (Depkes RI, 2008). PHBS dikembangkan adanya lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal (where we live), di sekolah ( where we learn), di tempat kerja ( where we work), di tempat-tempat umum ( where we play and do everything), dan di sarana kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan rumah tangga PHBS, sekolah PHBS, institusi kesehatan PHBS, tempat kerja PHBS, tempat umum PHBS sehingga dapat mendukung terwujudnya kawasan sehat sampai ke Indonesia Sehat (Depkes RI, 2008). Salah satu tatanan PHBS adalah di lingkungan sekolah, dimana sekolah merupakan tempat kedua bagi anak berinteraksi setelah keluarga. Sementara itu populasi anak dalam suatu komunitas sangat besar antara 40%-50%. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, Indonesia memiliki sekitar 79,4 juta anak usia 8-18 tahun. Namun upaya menjaga kesehatan mereka masih menjadi tantangan bagi semua pihak, sehingga promosi kesehatan terkait PHBS di institusi

phbs tentang sampah

Embed Size (px)

Citation preview

http://digilib.unimus.ac.id 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi, dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap serta

perilaku hidup bersih sehat, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina

suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan

demikian masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya

sendiri melalui penerapan hidup sehat dengan menjaga serta meningkatkan status

kesehatannya (Depkes RI, 2008).

PHBS dikembangkan adanya lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal

(where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di

tempat-tempat umum (where we play and do everything), dan di sarana kesehatan

(where we get health services). Dari sini dikembangkan rumah tangga PHBS,

sekolah PHBS, institusi kesehatan PHBS, tempat kerja PHBS, tempat umum

PHBS sehingga dapat mendukung terwujudnya kawasan sehat sampai ke

Indonesia Sehat (Depkes RI, 2008).

Salah satu tatanan PHBS adalah di lingkungan sekolah, dimana sekolah

merupakan tempat kedua bagi anak berinteraksi setelah keluarga. Sementara itu

populasi anak dalam suatu komunitas sangat besar antara 40%-50%. Menurut

Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, Indonesia memiliki sekitar 79,4 juta

anak usia 8-18 tahun. Namun upaya menjaga kesehatan mereka masih menjadi

tantangan bagi semua pihak, sehingga promosi kesehatan terkait PHBS di institusi

http://digilib.unimus.ac.id

2

pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit.

Institusi pendidikan dianggap sebagai tempat yang strategis sebagai tempat untuk

mempromosikan kesehatan sekolah karena munculnya berbagai penyakit yang

menyerang anak usia sekolah umumnya berkaitan dengan rendahnya PHBS yang

dapat menyebabkan angka kejadian penyakit semakin meningkat dari tahun ke

tahun sehingga menjadi kejadian luar biasa (KLB).

PHBS di sekolah meliputi 8 indikator yang keseluruhan akan mempengaruhi

status kesehatan anak sekolah. Salah satu indikator PHBS yang tidak bisa

dipisahkan dari aktivitas anak sekolah setiap hari adalah perilaku membuang

sampah pada tempatnya. Konsumsi makanan oleh anak di sekolah akan

menyisakan limbah berupa sampah yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat

mencemari lingkungan bahkan memunculkan vektor penyakit seperti lalat,

nyamuk, kecoa, serta tikus yang menimbulkan berbagai macam penyakit antara

lain diare, kecacingan, DBD, dan lain sebagainya. Badan kesehatan dunia atau

WHO menyatakan setiap tahun 100.000 anak meninggal dunia akibat diare dan

data dari Departemen Kesehatan tahun 2005 menyatakan prevalensi kecacingan

pada anak sekolah mencapai 40%-60% kasus.

Sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan bagi generasi penerus bangsa belum

maksimal melaksanakan PHBS. Hal ini terlihat dari banyaknya sekolah yang

masih dikotori dengan sampah yang dihasilkan oleh warga sekolah. Sekolah

sebagai lembaga pendidikan seharusnya dapat menerapkan cara mengelola

sampah dengan baik dan benar. Anak-anak dalam keseharian masih membuang

sampah di sembarang tempat meskipun sekolah sudah mengajarkan membuang

sampah di sembarang tempat dapat menyebabkan penyakit serta merugikan orang

lain, diri sendiri, dan juga lingkungan. Banyak hal yang mempengaruhi ketaatan

siswa dalam membuang sampah pada tempatnya seperti sarana prasarana

pembuangan sampah di sekolah, contoh perilaku dari guru maupun teman,

http://digilib.unimus.ac.id

3

pengetahuan siswa tentang membuang sampah pada tempatnya, serta dampak

yang dapat ditimbulkan jika mebuang sampah di sembarang tempat. Sampai saat

ini kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih sangat

rendah termasuk anak-anak di lingkungan sekolah. Perilaku membuang sampah

pada tempatnya di sekolah penting untuk diperhatikan untuk mencegah berbagai

macam penyakit yang dapat muncul dan menghindari pencemaran lingkungan.

Sekolah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku

untuk kehidupan anak selanjutnya. Oleh karena itu pendidikan kesehatan di

sekolah sangat penting karena dalam hal ini anak sebagai agen of change di

mayarakat. Pengetahuan yang diberikan anak di sekolah khususnya tentang

kesehatan akan mengubah sikap anak dan akan berdampak pada perilakunya. Saat

ini dukungan sekolah terhadap PHBS pada anak sekolah dirasa kurang maksimal,

Hal ini terlihat dari minimnya bahkan tidak tersedianya sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk mendukung keberhasilan PHBS seperti pengelolaan sampah yang

kurang baik sehingga siswa terbiasa membuang sampah tidak pada tempatnya.

Dalam hal ini sekolah khususnya guru harus mampu berperan sebagai

pembimbing, pengajar dan pelatih agar dapat dijadikan panutan bagi anak

didiknya.

Promosi kesehatan di lingkungan sekolah yang dicanangkan WHO menggunakan

model holistik meliputi aspek mental, fisik dan lingkungan yang melibatkan

keluarga sebagai pendorong. Sekolah yang menjadi sasaran tempat penelitian

adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Kalisari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak

yang memiliki populasi anak sekolah paling besar di kelurahan Kalisari. Hasil

wawancara dan observasi didapatkan data masih banyak sampah yang berserakan

di sekolah meskipun guru sudah mengajarkan perilaku membuang sampah pada

tempatnya di sekolah dan menyediakan fasilitas untuk pembuangan sampah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap anak

http://digilib.unimus.ac.id

4

sekolah dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) membuang

sampah pada tempatnya di sekolah tersebut. Ruang lingkup penelitian ini meliputi

responden yaitu siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Kalisari Sayung Demak. Dimana

dari siswa digali informasi mengenai pengetahuan dan sikap yang hubungannya

dengan PHBS membuang sampah pada tempatnya. yang berdampak pada status

kesehatan mereka sebagai generasi penerus bangsa yang harus memiliki sumber

daya manusia yang sehat dan berkualitas.

B. Rumusan Masalah

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan masa

keemasaan untuk menanamkan perilaku hidup bersih sehat, sehingga dalam hal

ini sekolah sebagai tempat belajar mengajar juga merupakan ancaman penularan

penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Selain tidak terjadwalnya materi PHBS,

peran sekolah dalam pengembangan kesehatan sekolah juga belum optimal. Tidak

tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan

PHBS seperti pengelolaan sampah yang kurang baik sehingga siswa terbiasa

membuang sampah tidak pada tempatnya, jamban yang kurang bersih dan sehat,

kantin yang tidak sehat, dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan tingginya

angka penyakit pada anak sekolah terkait dengan rendahnya PHBS.

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap anak sekolah dengan penerapan

PHBS membuang sampah pada tempatnya di SDN 2 Kalisari Kecamatan Sayung

Kabupaten Demak.

C. Tujuan

Tujuan Umum:

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap anak sekolah dengan penerapan

PHBS membuang sampah pada tempatnya di SDN 2 Kalisari Sayung Kabupaten

Demak.

http://digilib.unimus.ac.id

5

Tujuan Khusus:

1. Mendiskripsikan pengetahuan dalam penerapan PHBS membuang sampah

pada tempatnya di sekolah;

2. Mendiskripsikan sikap dalam penerapan PHBS membuang sampah pada

tempatnya di sekolah;

3. Mendiskripsikan penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di

sekolah;

4. menganalisis hubungan pengetahuan dengan penerapan PHBS membuang

sampah pada tempatnya di sekolah;

5. Menganalisis hubungan sikap dengan penerapan PHBS membuang sampah

pada tempatnya di sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keluarga

Dengan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi keluarga khususnya orang

tua untuk dapat mendidik anak agar dapat menerapkan perilaku membuang

sampah pada tempatnya guna menekan timbulnya penyakit di lingkungan

keluarga.

2. Bagi Profesi Perawat

Hasil penelitian ini dapat menggambarkan penerapan PHBS indikator

membuang sampah pada tempatnya di sekolah sehingga bagi tenaga kesehatan

khususnya perawat dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

dalam perilaku buang sampah untuk menekan munculnya penyakit pada anak

sekolah.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Melalui penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk selalu

menanamkan perilaku hidup bersih sehat khususnya perilaku membuang

sampah pada tempatnya di lingkungan sekolah untuk menuju sekolah sehat

http://digilib.unimus.ac.id

6

sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan

kesehatan, dan berpartisipasi dalam mewujudkan lingkungan sehat.

E. Bidang Ilmu

Penelitian ini berkaitan dengan ilmu keperawatan komunitas yang

menitikberatkan pada hubungan pengetahuan dan sikap anak sekolah dengan

penerapan PHBS membuang sampah pada tempatnya di sekolah.

F. Originalitas Penelitian

NO. JUDUL DESAIN HASIL

1.

Studi Intervensi

Peningkatan Perilaku

PHBS bagi Anak SDN

Cisalak 1 Depok

Penelitian pre

eksperimental dengan

rancangan one group

pre test Design

Setelah dilakukan kegiatan

intervensi terjadi peningkatan

pengetahuan tentang PHBS sebesar

21,33% dan peningkatan praktek

sebesar 32,11% dan peningkatan

tersebut signifikan

2. Pengetahuan dan sikap

terhadap perilaku hidup

bersih sehat ibu rumah

tangga RW 04

kelurahan Manggarai

Jakarta Selatan

Jenis deskriptif analitik

menggunakan cross

sectional

Ada hubungan bermakna antara

pengetahuan dengan PHBS ibu

rumah tangga RW 04 Kelurahan

Manggarai Jakarta Selatan

3. Pengetahuan, Sikap,

dan Tindakan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat

Anak-Anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El

Simalingkar

Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan

Jenis penelitian

observasional dengan

pendekatan cross

sectional

Pengetahuan responden 94,7%,

sikap responden 94,7%, dan

praktek PHBS 78,%