68
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK IBADAH HAJI MELALUI MODEL PICTURE TO PICTURE PESERTA DIDIK KELAS V MIM WONOSARI SIMO BOYOLALI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh: A S P A R I NIM: 073111212 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Picture n Picture

Embed Size (px)

DESCRIPTION

picture picture

Citation preview

  • i

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK IBADAH HAJI

    MELALUI MODEL PICTURE TO PICTURE PESERTA DIDIK

    KELAS V MIM WONOSARI SIMO BOYOLALI SEMESTER I

    TAHUN PELAJARAN 2009/2010

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

    Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Disusun Oleh:

    A S P A R I NIM: 073111212

    FAKULTAS TARBIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2011

  • ii

    NOTA PEMBIMBING

  • iii

    KEMENTERIAN AGAMA R.I.

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp. 024-7601295 Fax 7615387 Semarang

    PENGESAHAN

    Naskah skripsi dengan:

    Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK

    IBADAH HAJI MELALUI MODEL PICTURE TO PICTURE

    PESERTA DIDIK KELAS V MIM WONOSARI SIMO

    BOYOLALI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

    Nama : A S P A R I

    NIM : 073111212

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

    IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat

    memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

    Semarang, 14 Juni 2012

    DEWAN PENGUJI

    Penguji I,

    Dr. Musthofa, M.Ag.

    NIP. 19710403 199603 1002

    Penguji II,

    Dwi Mawanti, M.A.

    NIP. 19761207 200501 2002

    Penguji III,

    H. Machfudz Siddiq, Lc. MA.

    NIP. 19680227 200301 1001

    Penguji IV,

    H. Ahmad Maghfurin, M.A. M.Ag

    NIP. 19750120 200003 1002

    Pembimbing

    Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd.

    NIP. 19520208 197612 2001

  • iv

    ABSTRAK

    ASPARI (NIM: 073111212). Peningkatan Hasil Belajar Materi

    Pokok Ibadah Haji Melalui Model Picture to Picture Peserta Didik Kelas V

    MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

    Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010.

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

    Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali dalam mata pelajaran Fiqih khususnya

    pada materi pokok Ibadah Haji dengan penerapan model Picture to Picture.

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

    research) yang melibatkan 16 siswa sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan

    dengan metode observasi langsung, yaitu pengamatan saat terjadi interaksi belajar

    mengajar, baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Penelitian

    dilakukan melalui 3 siklus, yaitu: (1) Pra Siklus, (2) Sikuls I, dan (3) Siklus II.

    Hasil penelitian menunjukkan, pada kondisi Pra Siklus, kemampuan

    proses pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup

    mencapai 75%, dan kriteria tinggi mencapai 18,75%. Hasil ini memberikan

    gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses pembelajaran masih

    didominasi pada kriteria cukup sehingga proses pembelajaran belum bisa

    maksimal. Pada Kondisi Siklus I, kemampuan proses pembelajaran dalam kriteria

    rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup mencapai 50%, dan kriteria tinggi

    mencapai 43,75%. Hasil ini memberikan gambaran tentang proses pembelajaran

    masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses pembelajaran belum bisa

    maksimal. Pada Siklus II didaptkan hasil, bahwa kemampuan proses pembelajaran

    dalam kriteria rendah mencapai 0%, kriteria cukup mencapai 12,50%, dan kriteria

    tinggi mencapai 87,50%. Hasil ini memberikan gambaran bahwa proses

    pembelajaran di siklus kedua berada dalam kriteria tinggi sehingga proses

    pembelajaran sudah maksimal.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

    picture to picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MIM Wonosari,

    Simo, Boyolali, khususnya pada materi pokok Ibadah Haji.

    Kata Kunci: Hasil belajar, Picture to Picture, Siklus.

  • v

    ABSTRACT

    ASPARI (NIM: 073111212)."Learning Outcomes Improvement In

    Hajj Subject Matter Through Picture to Picture Model In Class V Students of

    MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I Lesson Year 2009/2010". Thesis.

    Semarang: Study Program of Strata I, Islamic Education Department, Tarbiyah

    Faculty, IAIN Walisongo of Semarang 2010.

    This research aims are to improve the Class V MIM Wonosari Simo

    Boyolali students learning outcomes in Fiqh lesson, especially in Hajj subject

    matter through Picture to Picture (P to P) model application.

    This research is classroom action research that involved 16 students as

    sample. Data was collected through direct observation method, which is observed

    during the teaching and learning interactions, both between students and students,

    and students with teachers. The study was conducted through 3 cycles, namely:

    (1) Pre-Cycle, (2) Cycle I, and (3) Cycle II.

    The results showed, on the condition of Pre Cycle, the ability of learning

    process is in low criterion reached 6.25%; adequate reach the 75%, and high

    achieving 18.75%. These results provide an overview of the process of learning

    that the learning process is still dominated by the less adequate criterion, so that

    the learning process cant be maximized yet. At Cycle I condition, the ability of the learning process in low criterion reaches 6.25%, adequate criterion reaches

    50%, and high criterion reaches 43.75%. These results provide an overview of

    learning process still dominated by adequate criterion, so that the learning process

    cant be maximized yet. Be obtained on the Cycle II results, the ability of the learning process in the low criterion reaches 0%, adequate criterion reaches

    12.50%, and high criterion reaches 87.50%. These results illustrate that the

    learning process in the Cycle II was in higher criterion, so, that the learning

    process has been maximum.

    Based on these results, the writer may concludes that, Picture to Picture

    model be able to improve learning outcomes in Class V students of MIM

    Wonosari, Simo, Boyolali, especially in Hajj subject matter.

    Keywords: Learning outcomes, Picture to Picture, Cycle.

  • vi

    DEKLARASI

    Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa

    skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.

    Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi

    dalam referensi yang penulis jadikan pedoman dan bahan rujukan.

    Semarang, 30 Maret 2012

    Deklarator,

    A S P A R I

    073111212

  • vii

    MOTTO

    ...

    Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah......

    (Qs. Al Baqarah, 196)

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini sebagai sebuah karya sederhana yang

    penulis persembahkan kepada:

    1. Ayah dan Ibu

    2. Saudara-saudaraku se-Iman dan sejalan

    3. Seseorang yang selama ini mengisi hatiku

    4. Almamaterku

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

    telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesai-

    kan skripsi ini.

    Shalawat dan salam yang selalu penulis curahkan kepada Rasulullah,

    Muhammad SAW sebagai Nabi yang syafaatnya selalu ditunggu-tunggu oleh

    semua ummat,sahabat dan para pengikutnya.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

    kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran-

    saran, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sekali

    lagi penulis mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada yang terhormat:

    1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, Rektor IAIN WAlisongo Semarang.

    2. Dr. Suja'i, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang

    telah memberikan ijin dan restunya atas penulisan skripsi ini.

    3. Nasirudin, M.ag., selaku Ketua Jurusan PAI yang telah memberikan dosen

    pembimbing yang tepat bagi penulis.

    4. Drs. H. Sudiyono, M.Pd. selaku dosen Wali yang selalu memberikan

    bimbingan, pengarahan, serta dukungan moril bagi penulis.

    5. Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan

    pikiran beliau demi memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran-saran

    kepada penulis

    6. H.M. Tasim, A.Ma. Selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

    (MIM) Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali, yang telah memberikan izin

    bagi penulis untuk melakukan penelitian pada Madrasah yang beliau pimpin.

    7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan tulus ikhlas, baik

    materiil maupun spirituil kepada penulis.

  • x

    8. Teman-teman Guru MIM Wonosari, atas kebersamaan dan kemudahan-

    kemudahan yang diberikan kepada penulis selama ini.

    9. Teman-teman Kelas B Mahasiswa Kualifikasi Guru Madrasah dan RA

    Fakulktas Tarbiyah Angkatan 2007 Jurusan PAI IAIN Walisongo.

    10. Teman-teman Tim PPL MI Al Khoiriyah Bulu (Kota Semarang).

    11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu.

    Kepada semua pihak yang terkait, penulis tidak dapat memberikan sesuatu

    apapun, selain hanya ucapan terima kasih dengan tulus dan iringan doa, semoga

    Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan

    Rahmat, Taufiq serta HidayahNya.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan,

    ibarat tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik

    dan saran yang membangun, demi langkah perbaikan bagi penulis. Penulis

    berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan

    pembaca yang budiman, pada umumnya. Amin.

    Semarang, Maret 2012

    Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

    NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iii

    ABSTRAK ...................................................................................................... iv

    DEKLARASI ................................................................................................. vi

    MOTTO .......................................................................................................... vii

    PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

    BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    A. Latar Belakang ......................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ................................................................. 8

    C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

    D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

    BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 9

    A. Kajian Pustaka .......................................................................... 9

    1. Pengertian Belajar ............................................................... 10

    2. Prestasi Belajar .................................................................... 11

    3. Penegasan Istilah ................................................................. 12

    4. Teori-teori Belajar ............................................................... 16

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar ................ 17

    6. Pengertian Fiqih .................................................................. 20

    7. Sejarah Fiqih ....................................................................... 20

    8. Ruang Lingkup Bidang Studi Fiqih .................................... 22

  • xii

    9. Tujuan Kurikuler ................................................................. 22

    10. Indikasi Keberhasilan ......................................................... 22

    11. Fungsi ................................................................................ 23

    12. Karakterisik Mata Pelajaran Fiqih .................................... 24

    13. Model Picture to Picture .................................................... 24

    B. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 29

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 03

    A. Materi Penelitian ...................................................................... 30

    B. Setting Penelitian .................................................................... 30

    C. Rancangan Penelitian .............................................................. 30

    D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................... 33

    E. Indikator Penelitan .................................................................. 35

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 36

    A. Hasil Penelitian ....................................................................... 36

    B. Hasil Tindakan ........................................................................ 49

    C. Pembahasan ............................................................................ 50

    BAB V PENUTUP ...................................................................................... 51

    A. Simpulan ................................................................................ 51

    B. Saran ....................................................................................... 51

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    01 Keadaan Guru di MIM Wonosari .......................................................... 37

    02 Hasil Tes Kondisi Awal Materi Ibadah Haji ......................................... 39

    03 Hasil Tes Siklus I ................................................................................... 43

    04 Hasil Tes Siklus II ................................................................................. 47

    05 Deskripsi Hasil Tindakan ...................................................................... 51

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    01 Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas ............................................... 35

    02 Hasil Proses Pembelajaran di Kondisi Awal ......................................... 41

    03 Hasil Proses Pembelajaran di Siklus I ................................................... 45

    04 Hasil Proses Pembelajaran di Siklus II .................................................. 49

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang

    wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia

    merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah,

    mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang

    tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama.

    Pendidikan Agama selain sebagai mata pelajaran tersendiri, maka setiap

    mata pelajaran yang lain juga perlu di beri muatan keagamaan yang

    mendukung peningkatan keimanan dan ketakwaan para siswa. Bahan

    pengajaran pendidikan agama di Madrasah Ibtidaiyah meliputi beberapa mata

    pelajaran; seperti fiqih, Al Quran, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan

    islam, dan Bahasa Arab.

    Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan Agama Islam

    yang berguna untuk kesempurnaan amalan ajaran Islam bagi siswa. Fiqih

    dapat diartikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum syari yang bersifat

    amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang khusus. Ruang

    lingkup hukum fiqih mencakup segala bentuk perbuatan, perkataan dan

    tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk hukum-hukum yang

    mensyifati perbuatan para mukallaf itu, seperti wajib, haram, sunah, makruh,

    dan mubah.

    Secara garis besar fiqih terdiri dari dua bagian yaitu ibadah dan

    muamalah. Ibadah meliputi tata aturan mengenai hubungan manusia dengan

    Allah dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam bagian ini antara

    lain di bahas mengenai pelaksanaan rukun Islam, seperti syahadat, sholat,

    puasa, zakat, haji, aqiqah, qurban, dan lain-lain. Sedangkan muamalah

    meliputi tata aturan yang berkaitan dengan perbuatan, perkataan, dan tindakan

    para mukallaf dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.

    1

  • 2

    Imam Syafii1 menjelaskan bahwa fiqih secara istilah mengandung dua

    arti, yaitu: pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan

    perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan

    syariat agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci,

    berupa nash-nash al Quran dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang

    berupa ijma dan ijtihad. Yang kedua yaitu, hukum-hukum syariat itu sendiri.

    Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di gunakan

    untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah

    suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah,

    ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-

    hukum syariat itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam

    shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun,

    kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran

    fiqih merupakan materi yang sangat penting bagi siswa, karena menyangkut

    segala perbuatan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik

    dalam berhubungan dengan Allah Sang Pencipta, maupun berhubungan

    dengan sesama manusia. Oleh sebab itu mata pelajaran fiqih ini harus

    diajarkan pada siswa di semua jenjang pendidikan termasuk di Madrasah

    Ibtidaiyah. Akan tetapi, ruang lingkup fiqih yang sangat luas namun jam

    pelajaran yang sedikit dalam seminggu (2 jam) menyebabkan kurangnya

    pengetahuan tentang fiqih bagi anak didik, sehingga menyebabkan anak didik

    belum mampu memahami dan mengamalkan pelajaran fiqih.

    Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 tahun 2008 tentang

    Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan

    Bahasa Arab di Madrasah menyebutkan bahwa mata pelajaran fiqih

    mempunyai standar kompetensi lulusan yaitu siswa mengenal dan

    melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari

    ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, salat, puasa, zakat, sampai

    dengan pelaksanaan ibadah haj, serta ketentuan tentang makanan dan

    1 Imam Syafii. 1999. Majalah Fatawa. Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id

  • 3

    minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam

    meminjam.

    Dengan demikian, siswa perlu menambah pengetahuan fiqih dengan

    cara membaca. Memperdalam pengetahuan agama (seperti mempelajari fiqih

    ini) sangat dianjutkan oleh Islam, bahkan dalam situasi dan kondisi apapun.

    Hal ini tertulis dalam sebuah ayat yang berbunyi.

    Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

    perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

    mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

    tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

    apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat

    menjaga dirinya (Qs. At Taubah, 122). (Depag RI, 1990.301-302).

    Ayat di atas menekankan bahwa dalam situasi perang sekalipun, fiqih

    (dan ilmu agama pada umumnya) harus tetap dipelajari dan diajarkan kepada

    umat Islam. Sebab dengan memperdalam ilmu agama (fiqih) itulah mereka

    dapat menjaga diri baik dalam keadaan perang maupun setelah perang. Oleh

    karena itu fiqih harus diajarkan kepada generasi muda Islam sejak mereka

    masih duduk di sekolah.

    Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di

    kelas agar menjadi orang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Sebagian

    besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak dididik untuk belajar,

    tidak mesti di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk

    kepentingan belajar. Tidak ada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat

    bagi anak didik.

    Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

    mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan

    agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa pun mengharapkan guru dapat

    mengajar dengan baik sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik.

  • 4

    Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, sebab masih banyak

    siswa yang tidak memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Ada siswa yang

    mendapatkan nilai tinggi, ada pula yang mendapatkan nilai rendah, dan

    bahkan ada pula siswa yang harus tinggal dalam mencapai tujuan belajar.

    Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa mendapat

    pengajaran dalam waktu tertentu dan hasil pengajaran dapat dikatakan berhasil

    apabila pengajaran itu mencapai tujuan yang ingin diraih yaitu tujuan belajar"

    Prestasi belajar juga sangat ditentukan oleh materi pelajaran yang diberikan

    oleh guru. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menghasilkan keluaran

    (output) lulusan dengan kualitas yang baik dan berusaha mempertahankan

    kelangsungannya dalam waktu jangka panjang. Prestasi belajar sebagai

    perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain yaitu kognitif

    (pemahaman), afektif (sikap), psikomotor (ketrampilan) (Hudi, 2005:15).

    Prestasi belajar adalah hasil penilaian, hasil usaha kegiatan belajar

    yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang

    mencerminkan hasil yang sudah dicapai anak dalam periode tertentu

    (Tirtonegoro, 1994:43).

    Belajar merupakan suatu proses di mana siswa berada didalamnya.

    Keberhasilan siswa dalam belajar di samping dipengaruhi oleh dirinya sendiri

    (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Pengenalan terhadap

    faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam

    rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya

    (Ahmadi 2004:138). Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap

    anak didik jika mereka dapat belajar secara aktif, terhindar dari berbagai

    ancaman, hambatan dan gangguan.

    Sesuai dengan kebijakan pengembangan kurikulum baru yang

    memberikan keleluasaan pada satuan pendidikan (Madrasah) untuk

    mengembangkan diri sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat

    setempat, maka materi Fiqih yang dikembangkan adalah materi esensial atau

    materi pokok. Oleh karena itu, para guru di Madasah bersama Komite

    Madrasah dapat memperdalam, memperluas, atau mempertajam bahasan yang

  • 5

    tersaji sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.2 Dalam

    penyampaian materi tersebut tidak lepas dari penggunaan metode pengajaran

    yang tepat dan menarik. Mata pelajaran Fiqih sebagai mata pelajaran esensial

    pada Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah, khususnya di

    Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wonosari, Simo, Boyolali. Kurikulum

    Madrasah tersebut mengharuskan para peserta didik untuk dapat menghafal

    masalah-masalah terkait dengan materi pokok Ibadah Haji. Metode yang

    digunakan untuk menyampaikan materi tersebut adalah ceramah dan

    mencatat.

    Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang

    didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Sebagai upaya

    meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran pada masa sekarang, telah

    banyak dikembangkan metode-metode yang bersifat behavioristik

    (memanusiakan manusia), seperti: student active learning, quantum learning,

    quantum teaching, dan accelerated learning.3 Seluruh metode tersebut

    digunakan dalam rangka revolusi belajar yang melibatkan guru dan siswa

    sebagai satu kesatuan yang mempunyai hubungan timbal balik. Peran guru

    sebagai pengajar/fasilitator, sedangkan siswa merupakan individu yang

    belajar.

    Ayat yang terkait secara langsung tenang dorongan untuk memilih

    metode secara tepat dalam proses pembelajaran adalah.

    Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

    pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

    Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

    2 Muchsan, H. S.Ag., dkk., Fiqih untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Yudhistira.

    2007, Hlm. 25 3 Mel Siberman, 2009. Active Learning. Yogyakarta: Insan Madani

  • 6

    yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

    orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An Nahl, 125)4

    Selain ayat tersebut di atas, landasan metode pembelajaran yang

    didasarkan oleh Hadis Nabi adalah sebagai berikut:

    Artinya: Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gemberikanlah dan janganlah kamu membuat

    lari. (HR. Bukhari)5

    Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,

    gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu

    dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

    lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan

    membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan

    pelajaran tersebut. Akan tetapi, guru masih dalam sekedar penyampai materi

    saja, belum lebih dari sentral pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru

    jarang menggunakan alat bantu pembelajaran.

    Menurut para tenaga pendidik di Madrasah tersebut, model

    pembelajaran diatas memiliki kelemahan, sehingga dinyatakan kurang

    berhasil, salah satu penyebabnya adalah siswa yang bermalas-malasan ketika

    mencatat dan mendengarkan ceramah guru. selain itu, dilihat dari segi

    kemampuan siswanya akan menimbulkan hasil yang berbeda antar satu

    siswa dengan siswa yang lain, sehingga hasil pembelajaran kurang

    maksimal.

    Hambatan lain yang muncul yaitu masalah durasi waktu

    pembelajaran aktif di Kelas V untuk mata pelajaran Fiqih hanya 35 menit

    untuk setiap pertemuan, menurut keterangan salah satu guru, hal tersebut

    menambah kekurang efektifan dalam hasil belajar, termasuk prestasi hasil

    4Terjemah Al Quran, 2002. Depag RI.

    5Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia, Maktabah Dahlan, tt),

    juz I, hlm. 43

  • 7

    belajar Fiqih. Padahal dari kurikulum yang berlaku di Madrasah tersebut

    materi yang wajib untuk dikuasai bukan hanya pokok-pokok Ibadah Haji,

    melainkan permasalahan-permasalahan lain yang terkait dengan pelaksanaan

    ibadah haji. Meski demikian para guru masih mengupayakan untuk

    menambah proses kegiatan belajar dengan memberikan tugas tambahan

    berupa pekerjaan rumah (PR), akan tetapi hal tersebut masih belum dapat

    memberikan hasil yang maksimal.

    Berdasarkan observasi awal peneliti terhadap proses pembelajaran

    Fiqih di MIM Wonosari Simo, menunjukkan bahwa pembelajaran ditempat

    tersebut masih kurang efektif, karena menjenuhkan, suasana kelas gaduh dan

    membosankan, sehingga siswa jadi malas untuk menghafal, hal tersebut

    dikarenakan metode yang digunakan masih bertumpu pada kemandirian

    siswanya untuk mencatat atau mendengar ceramah Guru tanpa bimbingan

    yang baik. Padahal siswa kelas V Madrasah masih memerlukan

    pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Menurut peneliti kegiatan

    belajar mengajar tersebut akan lebih maksimal apabila ada variasi metode

    pembelajaran, dalam metode ini bukan hanya siswa saja yang mencatat, akan

    tetapi guru juga ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

    Hal tersebut akan coba peneliti terapkan dengan menerapkan metode

    pembelajaran teknik Picture to Picture (P to P). Menurut Soeparno (1988),

    metode pembelajaran adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk

    menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber

    (resource) kepada penerimanya (receiver).6 Melihat peran yang begitu vital,

    maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan.

    Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan

    tidak membosankan. Metode pembelajaran sebagai jembatan yang akan

    membantu peserta didik menemukan di dalamnya. Metode yang digunakan

    peneliti dalam pembelajaran Fiqih adalah metode Picture to Picture (P to P).

    yang berupa urutan gambar-gambar yang merupakan rangkaian urutan

    peristiwa.

    6 Soeparno, Media Pembelajaran. Klaten: Intan Pariwara, 1988. hlm. 1.

  • 8

    B. Perumusan Masalah

    Permasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Bagaimanakah peningkatan hasil belajar materi pokok ibadah Haji melalui

    model Picture to Picture pada peserta didik Kelas V MIM Wonosari Simo

    Boyolali?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki

    tujuan sebagai berikut:

    a. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas V MIM Wonosari

    Simo Boyolali dalam mata pelajaran Fiqih.

    b. Untuk meneapkan model Picture to Picture pada materi pokok Ibadah

    Haji.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Sebagai sebuah sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam

    turut serta mencardaskan kehidupan bangsa.

    b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

    untuk meningkatkan kwalitas pendidikan.

    2. Manfaat Praktis

    a. Kompetensi peserta didik pada mata pelajaran Fiqih, khususnya materi

    pokok Ibadah Haji dapat dicapai.

    b. Adanya inovasi model pembelajaran Fiqih dari dan oleh guru yang

    menitik beratkan pada penerapan model pembelajaran Picture to

    Picture (P to P).

    c. Siswa mendapatkan pembelajaran dengan kwalitas yang lebih baik.

    d. Membantu guru untuk dapat memperbaiki media pembelajaran yang

    sesuai dengan kondisi siswa.

  • 9

    9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Pustaka

    Kajian Pustaka, merupakan fase yang tidak bisa ditinggalkan dalam

    penelitian, penelusuran Pustaka dimaksudkan untuk mempertajam

    metodologi, memperkuat kajian teoritis, dan memperoleh informs mengenai

    penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

    Penelitian di tempat yang sama, yaitu pada MI Wonosari, Bendungan,

    Simo, Boyolali, telah dilakukan oleh Muntianah, (2009) UNU Surakarta

    dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Jig Saw untuk meningkatkan

    prestasi belajar Aqidah Akhlaq pada siswa kelas IV tahun pelajaran

    2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan model

    pembelajaran Jig Saw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan rata-

    rata nilai 6,2 pada Siklus pertama, kemudian meningkat menjadi 7,4 pada

    Sikluis kedua. Sedangkan penelitian sejenis juga dilakukan oleh Wagimin

    (2008), Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta dengan judul: Upaya

    Peningkatan Minat Belajar Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran

    Picture to Picture pada siswa Kelas VI MIM Congol, Simo, Boyolali.

    Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (Class Action Research),

    dilakukan dengan dua siklus, dengan hasil bahwa penerapan model

    pembelajaran P to P dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VI pada

    mata pelajaran Bahasa Arab.

    Hanya dengan melihat deretan skor yang masih berserakan, belum

    dapat menentukan ranking atau prestasi seseorang dalam kelompoknya. Untuk

    itu maka skor tersebut harus terlebih dahulu disusun, urut dari skor tertinggi

    sampai ke skor yang paling rendah, dengan urutan ke bawah.11

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata prestasi adalah hasil

    yang telah dicapai. Jadi prestasi belajar siswa, adalah hasil yang telah dicapai

    11 Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Yogyakarta:

    Bumi Aksara, 2006. Hlm. 260

  • 10

    oleh peserta didik, setelah siswa tersebut menempuh proses belajar mengajar

    pada mata pelajaran tertentu.12

    1. Pengertian Belajar

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai

    hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.13

    Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat

    maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri

    seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

    Ernest R. Hilgard yang di kutip oleh Abu Ahmadi memberikan

    definisi belajar sebagai berikut:

    learning is the procedures (wheter in the laboratory o in the

    natural environ ment) as distinguished from changes by factors not

    atribut able to training.14

    Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang yang belajar

    kelakuanya akan berubah dari pada sebelum itu. jadi belajar tidak hanya

    mengenai bidang intelektual, akan tetapi ikatakan mengenai seluruh

    pribadi anak.

    Dalam kamus pedagogik dikatakan bahwa belajar adalah berusaha

    memiliki pengetahuan atau kecakapan baru. Seseorang telah mempelajari

    sesuatu dengan perbuatanya. Ia baru dapat melakukan sesuatu hanya dari

    hasil proses belajar sebelumnya.

    Proses belajar/kegiatan belajar dapat di hayati (dialami) oleh orang

    yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh

    orang lain. Belajar yang di hayati oleh seorang pembelajar (guru). Pada

    satu sisi, belajar yang dialami oleh pembelajar terkait dengan

    pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan

    belajar yang juga perkembangan mental tersebut juga di dorong oleh

    12 Suharso, Retnoningsih, Kamus Besar bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya Karta, 2009. hlm. 390.

    13 Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1995,

    hal.2. 14

    Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: PT.Rineka Cipta Cetakan Kedua, 1999, hal.280.

  • 11

    tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dari segi siswa, belajar yang

    dialaminya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental akan

    menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring. Selanjutnya dampak

    pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai

    perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru.

    kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau

    pembelajaran.proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang di

    kehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran.

    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

    sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

    pendidikan amat tergantung pada proses belajar yang di alami oleh peserta

    didik baik ketika ia berada di sekolah ataupun di lingkungan rumah atau

    keluarga sendiri.

    Hal ini sesuai pada surat Al Mujadalah ayat 11 di sebutkan sebagai

    berikut:

    Artinya : Niscaya Allah akan meniggikan orang- orang yang beriman

    di antaramu dan orang- orang yang di beri pengetahuan

    beberapa derajat.15

    2. Prestasi Belajar

    Proses belajar menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah

    penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang di kembangan oleh mata

    pelajaran, lazimnya di tunjukan dengan nilai tes atau angka nilai tes atau

    angka nilai yang di berikan oleh guru.16

    Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang di capai.17

    Adapun yang di maksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini yaitu

    15

    Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, hal. 910 16

    Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, OP. Cit. hal.51. 17

    Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit. hal.51

  • 12

    kemampuan siswa dalam mengusai materi pelajaran yang di berikan guru

    setelah mengikuti proses belajar mengajar selama periode tertentu.

    Robert Gegne meninjau prestasi belajar yang harus di capai oleh

    siswa dalam kategori:

    1. Informasi Verbal

    Yaitu tingkat pengetahuan yang di miliki seseorang yang di

    ungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain.

    Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan baik yang

    bersifat praktis maupun teoritis.

    2. Kemahiran Intelektual

    Kemahiran intelektual menunjuk pada pada knowing how,

    yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup

    dan dirinya sendiri. Gagne membagi kemahiran intelektual menjadi

    empat kategori yaitu di urutkan secara hearkis, yaitu sub

    kemampuman yang di bawah menjadi landasan bagi sub kemampuan

    yang di atasnya. Adapun empat sub kemampun tersebut adalah:

    a. Diskriminasi jamak (Multiple discrimination), yaitu kemampuan

    seseorang dalam membedakan objek yang satu dengah objek yang

    lain.

    b. Konsep (Concept), yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah objek

    yang mempunyai ciri-ciri yang sama, yang dapat di lambangkan

    dalam bentuk kata.

    c. Kaidah (Rule), dua konsep atau lebih yang jika di huhungkan satu

    sama lain, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu

    keteraturan.

    d. Prinsip (Higher-order-rule), yaitu terjadinya kombinasi dari

    beberapa kaidah yang lebih tinggi dan lebih kompleks.

    3. Penegasan Istilah

    Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran pada istilah-

    istilah dalam judul: Peningkatan Hasil Belajar Materi Pokok Ibadah Haji

    melalui model Picture to Picture Peserta Didik Kelas V MIM Wonosari

  • 13

    Simo Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010 maka perlu

    adanya penegasan istilah atau arti dari penegasan judul tersebut. Adapun

    istilah yang perlu ditegaskan antara lain:

    a. Peningkatan

    Dalarn kamus besar bahasa Indonesia, kata Meningkatkan

    adalah menaikkan (derajat atau taraf, mempertinggi, memperhebat,

    dsb) adapun dalam penelitian ini Upaya Meningkatkan akan

    diartikan sebagai usaha dalam rangka meningkatkan prestasi belajar

    siswa kelas V MI Wonosari.

    b. Hasil Belajar

    Menurut bahasa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan

    keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya

    ditunjukan dengan tes dan nilai yang diberikan guru18

    .

    Hasil ini

    merupakan bukti dari usaha yang dicapai19

    . Dalam penelitian ini yang

    dimaksud mengerjakan sesuatu adalah pada saat menyelesaikan soal-

    soal evaluasi di bidang studi fiqh dan pada saat ulangan harian.

    c. Bidang Studi Fiqih

    Fiqih adalah salah satu pelajaran pada Pendidian Agama Islam

    Kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Pemilihan materi Ibadah Haji pada

    penelitian ini berdasarkan pada alasan sebagai berikut:

    a. Siswa kelas V belum ada yang menguasai materi Ibadah Haji.

    b. Ibadah Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib

    dilaksanakan oleh kaum Muslimin yang mampu.

    c. Penyampaian materi pokok Ibadah Haji masih memiliki

    hambatan, terutama dalam hal metode pembelajaran yang tepat.

    d. Model Picture to Picture (P to P)

    Model Picture to Picture (P to P) merupakan strategi

    pembelajaran dengan menyusun gambar, yang mana strategi ini dapat

    membantu peserta didik untuk memfokuskan perhatian secara mental,

    18 Ibd. Hal 51

    19 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta, 1988, Hal. 51.

  • 14

    menimbulkan pertanyaan-pertanyaan serta merangsang minat untuk

    berdiskusi. Strategi ini mempunyai efek pada pemusatan perhatian

    dan membuat suatu kelompok yang kohesif (saling berhubungan).

    Adapun prosedur pelaksanaan teknik Picture to Picture adalah

    sebagai berikut:

    1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

    Pada langkah ini guru menyampaiakan Kompetensi Dasar

    mata pelajaran yang bersangkutan. Disamping itu guru juga harus

    menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD.

    2) Guru Menyajikan materi sebagai pengantar

    Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat

    penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan

    pembelajaran. Motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian

    materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang

    materi yang dipelajari.

    3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan

    berkaitan dengan materi

    Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut

    terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap

    gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Ingatlah

    bahwa jika dapat divisualkan kenapa harus memakai kata-kata.

    Dengan Picture/gambar guru akan menghemat energy, dan siswa

    akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

    4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/

    meng-urutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

    Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk

    diurutan, dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusun, bagaiaman

    susunananya, jika melengkapi gambar, mana gambar atau

    bentuknya yang harus dilengkapi.

    5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

  • 15

    e. Peserta Didik Kelas V MI Wonosari Simo Boyolali

    Peserta didik/siswa berasal dari satu rombongan belajar

    (Rombel), yaitu kelas V MI Wonosari, dengan jumlah siswa 16 anak

    (10 Laki-laki dan 6 Perempuan).

    f. Pengaruh Kegiatan Kognitif

    Kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

    kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berfikir. Orang

    yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri

    dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan

    kaidah yang pernah di pelajari jauh lebih efisien dan efektif, dari pada

    orang yang tidak berkemampuan demikian.

    g. Sikap

    Sikap tertentu seseorang terhadap objek.

    h. Ketrampilan Motorik

    Ketrampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan

    suatu rangkaian gerak-gerik berbagai anggota badan secara terbagai

    anggota badan secara terpadu.20

    Bloom mengemukakan ada tiga tipe prestasi belajar, yaitu:

    1) Kognitif

    Adalah keberhasilan belajar yang diukur oleh taraf

    penguasaan intelektualitas, keberhasilan ini biasanya dilihat

    dengan bertambahnya pengetahuan siswa .

    2) Afektif

    Adalah keberhasilan belajar yang di ukur dalam taraf sikap

    dan nilai. Tipe hasil belajar efektif tampak pada siswa dalam

    berbagai tingkah laku seperti berakhlak mulia, disiplin, menaati

    norma - norma yang baik.

    20

    Sri Esti Wuryanti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008, hal. 217

  • 16

    4. Teori - teori Belajar

    Belajar sebagai proses psikologi terjadi dalam diri seseorang, oleh

    karena itu sukar di ketahui secara pasti bagaimana terjadinya. Karena

    prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar.

    Abu Ahmadi secara global mengklasifikasikan ada tiga teori belajar yakni:

    a. Teori belajar menurut Faculty Psychology (Ilmu Jiwa Daya)

    Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya

    berpikir, mengenal, mengingat dan lain - lainya. Daya daya ini dapat

    berkembang dan berfungsi apabila di latih dengan bahan bahan dan

    cara cara tertentu. Berdasarkan pandangan ini, maka yang di maksud

    dengan belajar ialah usaha melatih daya - daya itu agar berkembang,

    sehingga kita dapat befikir, mengingat dan sebagainya. Cara yang

    digunakan ialah menghafal, memecahkan soal - soal dan berbagai

    kegiatan lainya.

    b. Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

    Menurut teori ini,jiwa manusia terdiri dari asosiasi dari berbagai

    tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita. Asosiasi itu biasanya

    terbentuk berkat adanya hubungan stimulus-response, disingkat S-R.

    Menurut pandangan ini,belajar berarti membentuk hubungan-

    hubungan stimulus response dan melatih hubungan itu agar pertalian

    erat, Belajar sifatnya mekanis, seperti mesin dan akhirnya akan

    terbentuk kebiasaan kebiasaan dan sejumlah ilmu pengetahuan,

    Penyelidik aliran ini ialah E.I. Thorndike.

    c. Teori belaajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt (organis)

    Menurut teori ini jiwa manusia merupakan satu keseluruhan

    yang bulat, bukan tanggapan tanggapan (elemen elemen). Jiwa

    manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan,

    karena itu belajar menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi

    perbuatan berfikir secara kritis.

  • 17

    Beberapa asas belajar yang di kemukakan teori ini adalah :

    1) Keseluruhan lebih dari jumlah bagian - bagian

    2) Belajar adalah suatu proses perkembangan.

    3) Belajar adalah reorganisasi pengalaman

    4) Belajar lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat,

    keinginan dan tujuan anak .

    Belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus.21

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.

    Dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhinya, baik

    faktor internal yang datang dari indifidu maupun faktor eksternal yang

    datang dari lingkungan individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi

    hasil belajar terdiri dari dua aspek, yaitu fisiologis (yang bersifat

    jasmaniah) dan aspek psikologis. Faktor faktor psikis memiliki peran

    yang sangat menentukan di dalam belajar.

    Faktor faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

    a. Faktor Intern

    Faktor yang berasal dari anak itu sendiri, yang meliputi:

    1) Faktor Psikologis

    a) Tingkat intelegensi

    Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

    yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

    situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/

    menggunakan konsep - konsep yang abstrak secara efektif,

    mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi

    besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, tinggi rendahnya

    intelegensi siswa akan mempengaruhi hasil belajar.

    b) Minat

    Minat merupakan kecenderungan untuk memperhatikan

    dan berbuat sesuatu, minat siswa terhadap pelajaran akan

    banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan belajarnya.

    21

    Abu Ahmadi, Op. Cit., hal. 281

  • 18

    c) Bakat

    Merupakan kemampuan potensi pada anak, yang akan

    menjadi actual jika melalui proses belajar/ latihan. Dengan

    adanya bakat membuat anak hanya memerlukan waktu sedikit

    dalam menyelesaikan sesuatu, termasuk dalam hal pencapaian

    prestasi belajar.

    d) Motivasi

    Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan

    mempengaruhi dalam setiap usaha dan kegiatan seseorang. Hal

    ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya dalam belajar

    yang pada akhirnya akan memungkinkan pencapaian prestasi

    belajar yang tinggi.

    e) Kematangan

    Kematangan merupakan kondisi siap baik jasmani maupun

    rohani untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa adanya

    kematangan akan menyulitkan proses belajar. Kematangan tiap

    anak untuk melakukan aktifitas belajar tidaklah sama, di

    samping faktor umur juga karena faktor pembawaan.

    f) Konsentrasi dan perhatian

    Hanya dengan perhatian dan konsentrasi anak dapat

    memahami dan menyerap pelajaran. Anak dengan kemampuan

    konsentrasi tinggi dan perhatian yang terfokus terhadap belajar

    akan lebih mudah sukses, dari pada anak yang kurang

    mempunyai daya konsentrasi dan kekuatan perhatian.

    g) Kepribadian

    Kepribadian seseorang seperti ketekunan, daya saing,

    ketabahan, atau kondisi pribadi yng mudah putusasa, takut

    gagal, cemas, rendah diri, besar pengaruhnya terhadap

    keberhasilan belajar.

  • 19

    2) Faktor Fisik

    Faktor fisik yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar

    diantaranya adalah:

    a) Kesehatan, penyakit kronis

    b) Cacat fisik

    c) Gangguan pancaindera

    d) Kelelahan

    Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang

    memungkinkan seorang anak untuk dapat belajar, dan sangat besar

    pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar, karena belajar tidak

    hanya melibatkan aspek piker dan psikologis lainya, namun yang

    tak kalah penting adalah adanya keterlibatan aspek fisik.

    b. Faktor Ekstern

    Merupakan faktor yang bersal dari luar diri anak, yang termasuk

    faktor ekstern adalah:

    1) Keadaan keluarga

    Keadaan keluarga yang turut berpengaruh terhadap

    keberhasilan belajar antara lain kondisi ekonomi, status anak dalam

    keluarga, pendidikan orang tua, hubungan antar anggota keluarga

    dan sebagainya.

    2) Faktor sekolah

    Banyak faktor dari sekolah yang berperan mempengaruhi

    keberhasilan belajar, diantaranya adalah kualitas guru, pengajar,

    hubungan antar anggota sekolah, kurikulum yang di pakai,

    kedisiplinan yang di tegakkan di sekolah, kondisi gedung dan

    fasilitas sekolah, suasana lingkungan sekolah dan sebagainya.

    3) Lingkungan masyarakat

    Anak sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari interaksi

    dengan orang lain beserta lingkungan. Lingkungan yang turut

    mempengaruhi belajar antara lain, teman pergaulanya, kebiasaan

  • 20

    masyarakatnya, kondisi alam tempat tinggalnya serta tata tertib yang

    berlaku di masyarakat.

    6. Pengertian Fiqh

    Bidang studi Fiqh adalah suatu proses pendidikan yang di arahkan

    untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina murid

    untuk mengetahui memahami, menghayati dan mengamalkan hukum

    islam, baik yang bersifat ibadat (hubungan manusia dengan alam sekitar)

    7. Sejarah Fiqih

    a. Masa Nabi Muhammad saw

    Masa Nabi Muhammad saw ini juga disebut sebagai periode

    risalah, karena pada masa-masa ini agama Islam baru didakwahkan.

    Pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan sepenuhnya kepada

    Nabi Muhammad saw. Sumber hukum Islam saat itu adalah al-Qur'an

    dan Sunnah. Periode Risalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

    periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah lebih tertuju

    pada permasalah akidah, karena disinilah agama Islam pertama kali

    disebarkan. Ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah

    ketauhidan dan keimanan.

    Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah

    untuk melakukan sholat, zakat dan haji diturunkan secara bertahap.

    Ayat-ayat ini diwahyukan ketika muncul sebuah permasalahan, seperti

    kasus seorang wanita yang diceraikan secara sepihak oleh suaminya,

    dan kemudian turun wahyu dalam surat Al-Mujadilah. Pada periode

    Madinah ini, ijtihad mulai diterapkan, walaupun pada akhirnya akan

    kembali pada wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw.22

    b. Masa Khulafaur Rasyidin

    Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad saw sampai

    pada masa berdirinya Dinasti Umayyah ditangan Mu'awiyah bin Abi

    Sufyan. Sumber fiqih pada periode ini didasari pada Al-Qur'an dan

    22

    Dr. Muhammad Salam Madkur, Manahij Al Ijtihad Fi Al Islam, (Kuwait : Univ. Kuwait),

    hal. 43

  • 21

    Sunnah juga ijtihad para sahabat Nabi Muhammad yang masih hidup.

    Ijtihad dilakukan pada saat sebuah masalah tidak diketemukan dalilnya

    dalam nash Al-Qur'an maupun Hadis. Permasalahan yang muncul

    semakin kompleks setelah banyaknya ragam budaya dan etnis yang

    masuk ke dalam agama Islam.

    Pada periode ini, para faqih mulai berbenturan dengan adat,

    budaya dan tradisi yang terdapat pada masyarakat Islam kala itu.

    Ketika menemukan sebuah masalah, para faqih berusaha mencari

    jawabannya dari Al-Qur'an. Jika di Al-Qur'an tidak diketemukan dalil

    yang jelas, maka hadis menjadi sumber kedua . Dan jika tidak ada

    landasan yang jelas juga di Hadis maka para faqih ini melakukan

    ijtihad. Menurut penelitian Ibnu Qayyim, tidak kurang dari 130 orang

    faqih dari pria dan wanita memberikan fatwa, yang merupakan

    pendapat faqih tentang hukum.23

    c. Masa Awal Pertumbuhan Fiqih

    Masa ini berlangsung sejak berkuasanya Mu'awiyah bin Abi

    Sufyan sampai skeitar abad ke-2 Hijriah. Rujukan dalam menghadapi

    suatu permasalahan masih tetap sama yaitu dengan Al-Qur'an, Sunnah

    dan Ijtihad para faqih. Tapi, proses musyawarah para faqih yang

    menghasilkan ijtihad ini seringkali terkendala disebabkan oleh tersebar

    luasnya para ulama di wilayah-wilayah yang direbut oleh Kekhalifahan

    Islam.

    Mulailah muncul perpecahan antara umat Islam menjadi tiga

    golongan yaitu Sunni, Syiah, dan Khawarij. Perpecahan ini

    berpengaruh besar pada ilmu fiqih, karena akan muncul banyak sekali

    pandangan-pandangan yang berbeda dari setiap faqih dari golongan

    tersebut. Masa ini juga diwarnai dengan munculnya hadis-hadis palsu

    yang menyuburkan perbedaan pendapat antara faqih.

    Pada masa ini, para faqih seperti Ibnu Mas'ud mulai

    menggunakan nalar dalam berijtihad. Ibnu Mas'ud kala itu berada di

    23

    Ibnu Al Qayyim, Ilam Al Muwaqqiin, (Kairo : Dar Al Kutub Al Haditsah), I, hal. 12

  • 22

    daerah Iraq yang kebudayaannya berbeda dengan daerah Hijaz tempat

    Islam awalnya bermula. Umar bin Khattab pernah menggunakan pola

    yang dimana mementingkan kemaslahatan umat dibandingkan dengan

    keterikatan akan makna harfiah dari kitab suci, dan dipakai oleh para

    faqih termasuk Ibnu Mas'ud untuk memberi ijtihad di daerah di mana

    mereka berada.24

    8. Ruang Lingkup Bidang Studi Fiqh

    Ruang lingkungan Bidang Studi Fiqh untuk Madrash Ibtidaiyah

    meliputi Syahadad, Thoharoh, Sholat, Puasa, Zakat, Ibadah Haji, Makanan

    dan Minuman, Muamalat, Jenazah dan Mawaris.

    Pengarahan Bidang Studi Fiqh di madrasah menganut sistem Spiral,

    yakni semua pokok- pokok hukum Islam di ajarkan, namun pendalaman

    dan keluasan materi di sesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan

    jenjang pendidikan.

    9. Tujuan Kurikuler

    Setelah menyelesaikan seluruh program bidang studi Fiqh pada

    Madrasah Ibtidaiyah, siswa diharapkan dapat mengetahui, memahami,

    menghayati hukum-hukum Islam serta mampu melaksanakannya dalam

    kehidupan sehari-hari.

    10. Indikasi Keberhasilan

    Keberhasilan pendidikan bidang studi Fiqh di Madrasah Ibtidaiyah

    dalam mencapai tujuanya dapat di ukur dari indikator sebagai berikut:

    1. Siswa memahami pengetahuan dasar dan cara- cara melaksanaan Rukun

    Islam serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan.

    2. Siswa memahami Pokok-pokok pengajaran Islam tentang hukum

    makanan dan minuman serta penyembelihan dan mampu

    menerapkannya dalam kehidupan.

    3. Siswa memahami pokok-pokok syariat Islam tentang Muamalat dan

    bersedia serta mampu menerapkan dalam kehidipan.

    24

    Ibnu Al Qayyim, Ibid.,

  • 23

    4. Siswa memahami pokok- pokok syariat Islam tentang penyelenggaraan

    jenazah dan pembagian warisan serta terdorong menaatinya.

    11. Fungsi

    Dalam pendidikan agma Islam bidang Studi Fiqh berfungsi:

    1. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan (Habit Vorming) dalam

    melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan terlaksananya ketentuan

    ketentuan agama dengan ikhlas dan tuntunan akhlak mulia.

    2. Mendorong tumbuh dan menebalnya Iman.

    3. Mendorong tumbuhnya semangat untuk mengolah alam sekitar yang

    merupakan anugerah dari Allah.

    4. Mendorong untuk mensyukuri nikmat Allah

    5. Mendorong terlaksananya ibadah kepada Allah dan terlaksananya

    syariat Islam untuk diri pribadi, keluarga dan masyarakat.

    6. Sebagai kumpulan pelaksanaan materi syariat yang bersumber dari Al

    Quran dan Hadist. Hal sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW :

    )( . ,

    Artinya : Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang,

    maka dia di beri pendalaman dalam ilmu agama,

    Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.

    (HR.Bukhari)25

    Fiqih sebagai salah satu ilmu-ilmu Islam yang dipelajari di

    sekolah, baik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, maupun di tingkat

    Perguruan Tinggi. Di MIM Wonosari Simo Boyolali mata pelajaran

    Fiqih di ajarkan 1 jam pelajaran (1 x 35 menit) dalam seminggu.

    Sebagai bentuk pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di

    tingkat sekolah dasar.

    25

    Muhammad Faiz Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad saw, Darul Kutub Alaarbiyah

    Damsik, Syiria, 1974, hal. 36

  • 24

    Berdasarkan uraian di atas maka prestasi belajar fiqih adalah

    hasil akhir dari suatu proses belajar fiqih yang dijalani oleh siswa akan

    yang dinilai dengan angka atau huruf. Jika seseorang anak melakukan

    belajar dengan sungguh-sungguh dalam proses belajarnya maka akan

    diperoleh nilai yang tinggi. Sebaliknya jika seseorang anak dalam

    proses belajarnya tidak sungguh-sungguh dan hanya bermalas-malasan

    maka nilai yang diperolehnya akan kurang memuaskan.

    12. Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih

    Fiqih sering juga diartikan sebagai mata pelajaran ibadah. Ibadah

    artinya menghambakan diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup

    manusia di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Allah disebut

    abdullah atau hamba Allah. Tujuan ibadah adalah membersihkan dan

    menyucikan jiwa dengan mengenal dan mendekatkan diri serta beribadat

    kepada Allah.

    Arif Furqan26

    menyatakan bahwa ibadah (fiqih) terdiri dari ibadah

    khusus dan ibadah umum. Ibadah secara khusus adalah bentuk ibadah

    langsung kepada Allah yang tata cara pelaksanaannya telah diatur dan

    ditetapkan oleh Allah dan telah dicontohkan oleh Rasulullah. Macam-

    macam ibadah khusus adalah taharah, salah, puasa, zakat dan haji.

    Sedangkan ibadah umum dalam bentuk hubungan manusia dengan

    manusia atau manusia dengan alam yang memiliki makna ibadah.

    13. Metode Picture to Picture (P to P)

    Peran guru sebagai pengajar/fasilitator, sedangkan siswa

    merupakan individu yang belajar. Ayat yang terkait secara langsung

    tenang dorongan untuk memilih metode secara tepat dalam proses

    pembelajaran adalah.

    26

    Arif Furqan. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Tp.

    2002:173

  • 25

    Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

    pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

    Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

    yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

    orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An Nahl, 125)27

    Selain ayat tersebut di atas, landasan metode pembelajaran yang

    didasarkan oleh Hadis Nabi adalah sebagai berikut:

    Artinya: Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah dan

    jangan kamu persulit. Gemberikanlah dan janganlah kamu membuat

    lari. (HR. Bukhari)28

    Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,

    gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu

    dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

    lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan

    membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan

    pelajaran tersebut. Akan tetapi, guru masih dalam sekedar penyampai materi

    saja, belum lebih dari sentral pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru

    27Terjemah Al Quran, 2002. Depag RI. 28Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia, Maktabah Dahlan,

    tt), juz I, hlm. 43

  • 26

    jarang menggunakan alat peraga sehingga siswa manjadi pasif. Padahal, pada

    hakekatnya, KTSP mengedepankan siswa manjadi aktif dalam belajar.

    Belajar aktif adalah satu cara untuk mengikat informasi yang baru

    kemudian menyimpannya dalam otak. Karena, salah satu faktor yang

    menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah kelemahan otak manusia.

    Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa

    kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang

    lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan seorang

    filosof Cina bernama Konfusius, Dia mengatakan: Apa yang saya dengar,

    saya lupa, apa yang saya lihat, saya ingat, apa yang saya lakukan, saya

    paham. (Hisyam, dkk., 2008:xiv).

    Metode Picture to Picture (P to P) merupakan strategi pembelajaran

    dengan menyusun gambar, yang mana strategi ini dapat membantu peserta

    didik untuk memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-

    pertanyaan serta merangsang minat untuk berdiskusi. Strategi ini mempunyai

    efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif

    (saling berhubungan). Adapun prosedur pelaksanaan teknik Picture to Picture

    adalah sebagai berikut:

    1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

    Pada langkah ini guru menyampaiakan Kompetensi Dasar mata

    pelajaran yang bersangkutan. Disamping itu guru juga harus

    menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD.

    2. Guru Menyajikan materi sebagai pengantar

    Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting,

    dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Motivasi

    dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa

    untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

    3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan

    dengan materi

    Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat

    aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang

  • 27

    ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Ingatlah bahwa jika dapat

    divisualkan kenapa harus memakai kata-kata. Dengan Picture/gambar

    guru akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah memahami

    materi yang diajarkan.

    4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/meng-

    urutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

    Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk

    diurutan, dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusun, bagaiaman

    susunananya, jika melengkapi gambar, mana gambar atau bentuknya yang

    harus dilengkapi.

    5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

    Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar

    kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar

    sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru

    menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan

    refleksi. Adapun kebaikan metode ini adalah (a) Guru lebih mengetahui

    kemampuan masing-masing siswa, (b) Melatih berpikir logis dan

    sistematis. Sementara itu, kekurangannya adalah (a) Memakan banyak

    waktu, (b) Banyak siswa yang pasif.29

    Hasil belajar fiqih merupakan hasil akhir dari suatu proses belajar

    fiqih yang dijalani oleh siswa akan yang dinilai dengan angka atau huruf.

    Jika seseorang anak melakukan belajar dengan sungguh-sungguh dalam

    proses belajarnya maka akan diperoleh nilai yang tinggi. Sebaliknya jika

    seseorang anak dalam proses belajarnya tidak sungguh-sungguh dan hanya

    bermalas-malasan maka nilai yang diperolehnya akan kurang memuaskan.

    Fiqih dapat diartikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum syari

    yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang

    khusus. Ruang lingkup hukum fiqih mencakup segala bentuk perbuatan,

    perkataan dan tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk hukum-

    29

    Wijaya Kusumah, Model-model Pembelajaran. April 2008.

    http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/

  • 28

    hukum yang mensyifati perbuatan para mukallaf itu, seperti wajib, haram,

    sunah, makruh, dan mubah.

    Secara garis besar fiqih terdiri dari dua bagian yaitu ibadah dan

    muamalah. Ibadah meliputi tata aturan mengenai hubungan manusia dengan

    Allah dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam bagian ini antara

    lain di bahas mengenai pelaksanaan rukun Islam, seperti syahadat, sholat,

    puasa, zakat, haji, aqiqah, qurban, dan lain-lain. Sedangkan muamalah

    meliputi tata aturan yang berkaitan dengan perbuatan, perkataan, dan tindakan

    para mukallaf dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.

    Hasil belajar secara nyata dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif yaitu

    nilai hasil belajar untuk dalam periode tertentu diperoleh dengan mendapatkan

    raport prestasi belajar siswa, kenyataannya antara siswa yang satu dengan

    yang lain tidak sama, siswa yang mendapat perhatian dari orang tua lebih,

    maka akan cenderung untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, sebaliknya

    apabila siswa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua maka akan

    cenderung untuk mendapatkan prestasi yang rendah. Prestasi belajar

    merupakan hasil kegiatan belajar yang kita kehendaki pada suatu proses

    belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya proses belajar dapat dilihat dari

    prestasi belajar yang dicapai. Belajar dikatakan berhasil apabila siswa didalam

    kegiatan belajarnya dapat memberikan suatu hasil yang tinggi, hal ini

    ditentukan oleh sikap dan kelambanan atau kesungguhan minat dan faktor lain

    seperti faktor lingkungan keluarga dan masyarakat.

    Ibadah Haji merupakan salah satu materi Pokok dari mata pelajaran

    Fiqih. Indikator pencapaian kompetensi pada materi Ibadah Haji meliputi:

    Menyebutkan pengertian haji

    Menunjukkan hukum haji

    Menyebutkan waktu pelaksanaan haji

    Menyebutkan syarat haji

    Menyebutkan rukun haji

    Menyebutkan wajib haji

    Menyebutkan sunnah haji

  • 29

    Memperagakan cara memakai kain ihram

    B. Hipotesis Tindakan

    Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Model Picture to

    Picture dapat meningkatkan hasil belajar belajar materi pokok ibadah haji

    pada peserta didik Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali.

  • 30

    30

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Materi Penelitian

    Sesuai dengan tujuan penelitian dan permasalahan yang hendak

    diteliti, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan

    kelas (classroom action research), seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi

    Arikunto18

    bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang

    secara khusus diamati terus menerus, dilihat plus minusnya, kemudian

    diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk

    tindakan yang paling tepat. Sedangkan menurut Rochiati Wiriaatmadja19

    bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan mengorganisasikan

    kondisi praktek pembelajaran dengan mencobakan suatu gagasan perbaikan

    dalam praktek pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Secara

    umum penelitian tindakankelas adalah suatu bentuk penelitian yang berulang-

    ulang dan bersifat sistematis dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi

    pembelajaran yang terjadi.

    B. Setting Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada awal Semester Genap tahun 2009/

    2010, tepatnya awal Juli 2009 hingga Mei 2010. Sedangkan objek penelitian

    adalah siswa MIM Wonosari, kelurahan Bendungan, Kecamatan Simo,

    Kabupaten Boyolali.

    C. Rancangan Penelitian

    1. Prosedur Tindakan Pada Siklus I

    a. Perencanaan

    Pada tahap ini, selain menyusun rencana pelaksanaan

    pembelajaran juga membuat media, instrumen tes, dan lembar

    observasi.

    18

    Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Hlm. 3.

    19 Wiriaatmadja, Rochiati. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 2008.

    Hlm. 13

  • 31

    b. Tindakan

    Tindakan merupakan pelaksanaan terhadap rencana

    pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan.

    c. Observasi

    Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati

    kegiatan peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan respon

    peserta didik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

    d. Refleksi

    Hasil yang diperoleh dari siklus I digunakan sebagai dasar

    perbaikan pada siklus II. Tahap refleksi ini peneliti mengamati dan

    mempertimbangkan hasil dan dampak pembelajaran Fiqih dengan

    metode Picture to Picture tersebut.

    2. Prosedur Tindakan Pada Siklus II

    a. Perencanaan

    Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti menyiapkan hal-

    hal yang akan dilaksanakan pada siklus II, dengan memperbaiki hasil

    refleksi pada siklus I.

    b. Tindakan

    Pada pembelajaran siklus II ini lebih ditekankan pada

    peningkatan penguasaan materi Fiqih dan lebih baik dari siklus I.

    Langlah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus II adalah:

    (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Pada langkah

    ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi

    Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. (2) Menyajikan

    materi sebagai pengantar. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu

    yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan

    pembelajaran, (3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar

    kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru

    mengajar peserta didik ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran

    dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru, atau

    memvisualkan materi. (4) Guru menunjuk/memanggil peserta didik

  • 32

    secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi

    urutan yang logis, (5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan

    gambar tersebut. Setelah itu mengajak peserta didik menemukan jalan

    cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai, (6) Dari

    alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/

    materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

    c. Observasi

    Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I, yaitu

    dilakukan melalui data tes dan lembar observasi. Pengamatan melalui

    data tes dilakukan satu kali. Peserta didik menjawab pertanyaan yang

    berhubungan materi dan telah diterapkan metode Picture to Picture (P

    to P). Kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta didik, maupun

    kelemahan-kelemahan yang masih muncul juga menjadi data sasaran

    dalam observasi.

    d. Refleksi

    Refleksi pada siklus II dilakukan dengan menganalisis hasil tes

    dan observasi pada siklus I, yaitu untuk mengetahui keberhasilan

    pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus II. Kekurangan-

    kekurangan pada siklus I, dapat di atasi atau tidak pada siklus II, hasil

    tes sudah memenuhi nilai target yang ditentukan atau belum. Apabila

    semua telah tercapai maka pembelajaran Fiqih dengan metode Piture

    to Picture (P to P) telah berhasil karena mencapai target yang

    ditentukan.

    Keterkaitan keempat komponen tersebut dapat dipandang sebagai

    suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:

  • 33

    planning

    (perencanaan)

    reflecting acting

    (refleksi) (tindakan)

    observing

    (observasi)

    Gambar 01. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas

    D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

    1. Teknik Pengumpulan Data

    a. Sumber Data

    Menurut Arikunto, sumber penelitian adalah subjek dari mana

    data penelitian diperoleh.20

    Sumber data dari Penelitian Tindakan

    Kelas ini adalah peserta didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah

    Muhammadiyah (MIM) Wonosari, Simo, Boyolali.

    Untuk memperoleh data sesuai apa yang diharapkan dalam

    memecahkan masalah, maka penulis menggunakan berbagai macam

    metode. yaitu:

    1) Metode Tes

    Tes adalah alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur

    kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.21

    Instrumen yang

    digunakan untuk mengukur prestasi belajar bidang studi fiqih

    adalah tes tertulis.

    20

    Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi,

    Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Hlm. 107. 21

    Suharsimi Arikunto, Ibid., 2003:198

  • 34

    2) Studi Dokumen

    Obyek dari metode ini berupa catatan transkrip buku-buku

    tentang sekolah yang telah didokumentasikan.

    3) Metode Observasi

    Observasi merupakan suatu penyelidikian yang dijalankan

    secara sistematik dan sengaja dengan menggunakan alat indera

    (terutama mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung

    ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.22

    Metode ini untuk

    mendapatkan keadaan umum sekolah dan data-data yang

    diperlukan dalam penelitian ini.

    2. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang

    dikumpulkan adalah.

    a. Secara Kualitatif

    Data kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Hasil

    analisis data kualitatif ini akan memberikan gambaran mengenai siswa.

    Kegiatan ini dapat mengatasi kesulitan siswa serta untuk melihat

    efektivitas penggunaan metode picture to picture untuk meningkatkan

    pemahaman siswa dalam pelajaran fiqih materi ibadah haji.

    b. Secara Kuantitatif

    Analisi data tes secara kuantitatif atau deskriptif presentase ini

    dengan langkah-langkah sebagi berikut.

    a. Menghitung nilai masing-masing aspek;

    b. Merekap nilai siswa;

    c. Menghitung nilai rata-rata;

    d. Mengitung presentase nilai.

    22

    Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta, 1995,

    hal. 49

  • 35

    Presentase ini dihitung menggunakan rumus berikut.

    NP = %100xSM

    R

    Keterangan:

    NP : nilai dalam persen

    R : skor yang dicapai siswa

    SM : skor maksimal ideal

    Hasil perhitungan dengan pendekatan picture to picture dari

    masing-masing siklus dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran

    mengenai presentase peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran

    fiqih materi pokok ibadah haji dengan menggunakan metode picture to

    picture.

    E. Indikator Penelitian

    Indikator dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar

    Materi Pokok haji peserta didik Kelas V, yang ditandai dengan:

    1. Rata-rata Kelas di atas 65

    2. Ketuntasan Klasikal di atas 75

  • 36

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum MIM Wonosari Simo Boyolali

    Berdirinya MI Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali adalah atas

    inisiatif para tokoh masyarakat di Wilayah Kecamatan Simo khususnya di

    Dusun Wonosari Desa Bendungan dan belum adanya lembaga pendidikan

    tingkat Dasar, maka timbullah ide untuk mendirikan MI Wonosari. MI

    Wonosari adalah singkatan dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

    Wonosari. Para tokoh masyarakat yang mempelopori berdirinya MI Wonosari,

    Bendungan, Simo, Boyolali adalah:

    1. Bp. Iman Sari

    2. Bp. Darmorejo

    3. Bp. Makmuri

    4. Bp. Muhson

    5. Bp. Rohman

    MI Wonosari didirikan di Dusun Wonosari Desa Bendungan

    Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, tepatnya pada tahun 1972, dengan

    beaya gotong-royong dan donatur para putra daerah. Tanah yang ditempati MI

    Wonosari adalah tanah Wakaf dari Bp. Iman Sari, dengan luas 900m2.

    Pertama berdiri, bangunan Madrasah masih sangat seserhana, namun

    sudah dapat berjalan proses belajar mengajar dengan baik. Pada tahun 2006,

    oleh Departemen Agama Kabupaten Boyolali, MI Wonosari Simo telah

    terakreditasi dengan nilai B. Hingga sekarang MI Wonosari telah mengalami

    banyak kemajuan dan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

    Jumlah tenaga pendidik sejumlah 6 orang guru. Jumlah siswa sebanyak

    98 siswa, terdiri dari laki-laki = 45 siswa dan perempuan 53 siswa.

    1. Letak Geografis

    Berdasarkan letak geografis, MI Wonosari, Bendungan, Simo,

    Boyolali terletak di sebelah tenggara desa Bendungan, dengan lingkungan

  • 37

    yang kondusif serta masyarakat yang mendukung untuk berlangsungnya

    proses belajar mengajar.

    Letak MI Wonosari:

    a. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Sambi

    b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Sambi

    c. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Nogosari

    d. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Klego (Peta Terlampir)

    2. Keadaan Guru di MIM Wonosari

    Tabel 01

    Keadaan Guru di MIM Wonosari

    No Nama Status Guru Bidang Studi/Mapel

    yang diampu

    1 H. M. TASIM, A.Ma Non PNS KA.MI

    2 MUHSON, A.Ma. Non PNS WA KA MI

    3 ASPARI PNS Guru Kelas V

    4 WIDODO, S.Pd.I Non PNS Guru Kelas IV

    5 MUNTIANAH, S.Pd.I Non PNS Guru Kelas II

    6 SUWARNI, S.Pd.I Non PNS Guru Kelas I

    7 ACEP HARYANTO Non PNS Guru Kelas III

    8 SUNARDI, S.Pd.I Non PNS Guru Kelas VI

    Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru di MI

    Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali masih Non PNS.

    3. Sarana dan Prasarana

    Dalam rangka untuk menunjang tujuan pendidikan di MI

    Wonosari, diperlukan sarana dan prasana yang memadai serta

    pemanfaatannya secara optimal.

    Adapun sarana dan prasaran yang dimiliki Wonosari, Bendungan,

    Simo, Boyolali, antara lain:

    a. 6 Ruang kelas

    b. 1 Ruang kepala Sekolah

    c. 1 Ruang Kantor Guru

    d. 1 Ruang Tamu

    e. 1 Ruang Tata Usaha

  • 38

    f. 3 Kamar Mandi / WC Siswa

    g. 1 Kamar mandi / WC Guru

    h. Tempat Ibadah / Mushola

    i. 1 Ruang Pepustakaa

    Sarana yang dimiliki Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali selain

    ruangan sebagaimana tersebut di atas, ditambah peralatan olahraga, sarana

    ibadah dan alat administrasi seperti ketik manual, komputer dan lain

    sebagainya.

    4. Pembelajaran Fiqih di Kelas V MIM Wonosari

    Pembelajaran fiqih di kelas V MIM Wonosari saat ini masih menggunakan

    metode ceramah. Sehingga dinyatakan kurang berhasil, salah satu

    penyebabnya adalah siswa yang bermalas-malasan ketika mencatat dan

    mendengarkan ceramah guru. selain itu, dilihat dari segi kemampuan

    siswanya akan menimbulkan hasil yang berbeda antar satu siswa dengan

    siswa yang lain, sehingga hasil pembelajaran kurang maksimal.

    5. Deskripsi Data dan Analisis Tahap Pra Siklus

    Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka untuk

    mengetahui apakah dengan menggunakan metode picture to picture dapat

    meningkatkan prestasi hasil belajar bidang studi fiqih pada materi pokok

    ibadah haji. Adapun kondisi awal sebelum diadakan penelitian tindakan

    kelas bahwa dalam kesehariannya proses pembelajaran dilakukan dengan

    cara konvensional melalui metode ceramah dan tanya jawab, serta

    pemberian tugas. Metode ini belum efektif untuk meningkatkan prestasi

    hasil belajar bidang studi fiqih pada materi pokok ibadah haji pada siswa,

    sehingga memerlukan metode baru. Metode yang dipergunakan peneliti

    untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode picture to picture.

    6. Deskripsi hasil belajar

    Pada pembelajaran mata pelajaran PAI khususnya fiqih terdapat

    satu hal yang saat ini menjadi momok bagi siswa yaitu ibadah haji karena

    sulit sekali di demonstrasikan, sehingga pada akhir pelajaran nilai anak

    selalu rendah. Saat ini, dalam pelaksanaan pembelajaran, masih

  • 39

    mengandalkan metode konvensional seperti ceramah dan pemberian tugas.

    Namun pada akhirnya, siswa masih belum bisa mengembangkan materi

    ibadah haji Hal ini dapat dilihat pada hasil tes tentang materi ibadah haji

    sebagai berikut:

    Tabel 02

    Hasil Tes Kondisi Awal Materi Ibadah Haji

    NO NIS Nama Siswa L/P Kondisi Awal

    1 1523 Adi Sartono L 60

    2 1554 David Catur S. L 70

    3 1567 Putri Widiana P 50

    4 1550 Indah Setiani P 80

    5 1574 Fatur Andra R. L 40

    6 1575 Galang Wahyu S. L 60

    7 1577 Ismail Asidik L 40

    8 1578 Joko Susilo L 50

    9 1579 Febri Setyawan L 40

    10 1580 Sri Nur Hidayati P 60

    11 1581 Ardi Bagus Saputro L 50

    12 1582 Habib Nur Rohman L 60

    13 1627 Didik Setyawan L 60

    14 1628 Ayu Dwi Ria Hayuti P 70

    15 1637 Lusiana Indah Lestari P 30

    16 1655 Sherlin Windiana S. P 50

    Jumlah 870

    Rata-rata 54.375

    Nilai Tertinggi 80

    Nilai Terendah 30

    Perolehan KKM 3

    Persentase KKM 18.75%

    Berdasarkan tabel 02 di atas ditunjukkan bahwa nilai rata-rata pada

    kondisi awal sebelum dilakukan penelitian dengan menggunakan metode

    ceramah adalah sebesar 54,375 dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 30

    sehingga siswa yang berada di dalam standar KKM (65) mencapai

    18,75%. Hasil ini masih sangat kurang.

  • 40

    Dengan bepijak kenyataan yang ada pada siswa, peneliti

    melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa

    tentang materi ibadah haji.

    7. Deskripsi proses pembelajaran

    Pengukuruan kemampuan siswa pada kondisi awal adalah

    penilaian siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes kondisi

    awal digunakan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan siswa. Tes

    awal/pre test yang dilakukan adalah tes tertulis tentang materi ibadah haji.

    Pada pelaksanaan proses pembelajaran di awal pertemuan, peneliti

    memasuki ruang kelas. Ketua kelas memimpin doa. Peneliti melakukan

    presensi. Peneliti mengadakan tes awal yang digunakan untuk mengetahui

    kemampuan siswa sebelum proses pembelajaran dengan cara pre test.

    Dalam kondisi ini, peneliti tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu

    bagaimana cara membaca dengan benar, sehingga hasil dalam proses

    pembelajaran ini merupakan hasil murni dari para siswa. Adapun hasil

    dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

    0.00%

    10.00%

    20.00%

    30.00%

    40.00%

    50.00%

    60.00%

    70.00%

    80.00%

    Rendah Cukup Tinggi

    Gambar 02

    Hasil Proses Pembelajaran di Kondisi Awal

  • 41

    Gambar di atas menunjukkan bahwa kemampuan proses

    pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup

    mencapai 75%, dan kriteria tinggi mencapai 18,75%. Hasil ini

    memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses

    pembelajaran masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses

    pembelajaran belum bisa maksimal. Dengan hasil ini maka perlu adanya

    metode untuk mendukung kemampuan siswa dalam materi ibadah haji.

    8. Deskripsi Hasil Siklus I

    1. Perencanaan Tindakan

    a. Tahap Persiapan

    Dalam tahap ini peneliti menyiapkan kelas, siswa, gambar-

    gambar tentang ibadah haji (manasik haji)

    b. Tahap Tindakan

    Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan

    metode picture to picture dengan memberikan penjelasan

    materi dengan baik dan murid memperhatikannya

    c. Tahap Observasi

    Peneliti mengamati kegiatan belajar siswa dalam

    menggunakan membuat catatan untuk diolah sebagai data yang

    digunakan acuan tahap berikutnya.

    d. Tahap Refleksi

    Mengumpulkan dan memberikan hasil penelitian, mengolah

    data yang berhasil dikumpulkan kemudian menyusun data tersebut

    yang digunakan pada perencanaan berikutnya.

    2. Pelaksanaan Tindakan

    Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, peneliti memberikan

    penjelasan tentang pokok-pokok ibadah haji seperti ihram, mabit,

    musdalifah, wukuf, melempar jumroh, tahallul, dll. yang perlu

    diketahui oleh siswa, tentunya dengan menggu