27
1 PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENGOLAHAN LIMBAH PEDAGANG KAKI LIMA MENGGUNAKAN SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT DENGAN ACTIVE AGENT DI KAWASAN TELUK KENDARI BIDANG KEGIATAN : PKM – GT Diusulkan Oleh : Ketua : Bustamil / E1B1 08 024 (F-Teknik 2008) Anggota : Nurfitriani soekoenay / F1C1 09 003 (F- MIPA 2009) UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011

PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

1

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PENGOLAHAN LIMBAH PEDAGANG KAKI LIMA MENGGUNAKAN

SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT DENGAN ACTIVE AGENT

DI KAWASAN TELUK KENDARI

BIDANG KEGIATAN :

PKM – GT

Diusulkan Oleh :

Ketua : Bustamil / E1B1 08 024 (F-Teknik 2008)

Anggota : Nurfitriani soekoenay / F1C1 09 003 (F- MIPA 2009)

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 2: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

2

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PKM- GT

1. Judul Kegiatan : Pengolahan Limbah Pedagang Kaki Lima Menggunakan Sistem Saringan Pasir

Lambat dengan “Active Agent” di Kawasan Teluk Kendari.

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM – AI ( √ )PKM - GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Bustamil

b. NIM : E1B1 08 024

c. Jurusan : Teknik Arsitektur

d. Universitas : Haluoleo Kendari

e. Alamat Rumah dan No.HP: Jl.Kancil No.8c Anduonohu. Kendari-

Sulawesi Tenggara. Hp 085241998324

f. Alamat Email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 1 Orang

5. Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dwi Rinannsuri Noraduola.ST.M.Sc

b. NIP : 19801012 200501 2 002

c. Alamat Rumah dan No.Tlp : JL.K.H.Dewantara.No 28.

Kendari, Sulawesi Tenggara.

Kendari, 9 Maret 2011

Menyetujui :

Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Ketua Pelaksana Kegiatan

Ir.Halim.MT Bustamil NIP.19661231 199802 1 003 NIM. E1B1 08 024 Pembantu Rektor III Universitas Haluoleo Dosen Pendamping

Prof.Dr.La Iru.SH.,M.Si Dwi Rinannsuri N.ST.,M.Sc

NIP.19601231 198610 1 001 NIP.19801012 200501 2 002

Page 3: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

3

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “

Pengolahan Limbah Pedagang Kaki Lima Menggunakan Sistem Saringan

Pasir Lambat dengan Aktif Agent pada Ruang Publik Teluk Kendari”. Salawat

dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW dan para

sahabatnya. Teriring doa dan harapan semoga Allah SWT meridohi upaya yang

kami lakukan.Amin

Karya tulis ini berisi tentang peningkatan kualitas lingkungan ruang publik

kota melalui perancangan media pengolahan limbah pedagang kaki lima

menggunakan sistem saringan pasir lambat dengan active agent, mengingat bahwa

pedagang kaki lima identik image negatif sebagai penyebab turunnya kualitas

lingkungan ruang publik, karena pedagang kaki lima sering membuang sampah

dan membuang limbah tidak pada tempatnya. Penggunaan sistem ini selain dapat

meningkatkan kualitas lingkungan ruang publik, juga dapat meningkatkan kualitas

estetika ruang publik.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi

Rinannsuri N sebagai dosen pembimbing yang banyak memberi bimbingan dan

arahan kepada penulis dalam penulisan artikel ini. Penulis berharap karya tulis ini

bermanfaat bagi penulis, mahasiswa, dan penikmat pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kendari, Maret 2011

Penulis

Page 4: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... 1

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. 2

KATA PENGANTAR ............................................................................. 3

DAFTAR ISI ........................................................................................... 4

DAFTAR GAMBAR............................................................................... 5

RINGKASAN.......................................................................................... 6

PENDAHULUAN ................................................................................... 7

A. Latar belakang................................................................................ 7

B. Tujuan ............................................................................................ 10

C. Manfaat .......................................................................................... 11

GAGASAN ............................................................................................. 12

A. Eksisting Condition ........................................................................ 12

B. Ide Dan Gagasan............................................................................. 15

C. Sistem Kerja Saringan Pasir Lambat dengan Active Agent.............. 20

D. Pradesain........................................................................................ 21

KESIMPULAN ....................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 24

Daftar Riwayat Hidup.............................................................................. 26

Page 5: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Persebaran PKL Di kawasan Teluk Kendari ........................... 12

Gambar 2. Estetika Ruang Publik Kawasan Teluk Kendari .............................. 12

Gambar 3. Gerobak atau kereta dorong beratap................................................ 13

Gambar 4. Warung semi permanen memiliki gerobak ...................................... 14

Gambar 5. Alas atau gelaran pedagang kaki lima ............................................. 14

Gambar 6. Detail kontainer saringan........................................................ .......... 22

Gambar 7. Kotak pengolah limbah pedagang kaki lima.................................... 22

Gambar 8. Hubungan pengolah limbah dengan pot bunga................................ 22

Page 6: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

6

RINGKASAN

Ruang publik merupakan salah satu komponen perancangan kota yang

menentukan kualitas kota. Di Indonesia, pada ruang publik kota banyak dijumpai

pedagang kaki lima. Karakter sektor informal ini dapat dilihat dari aspek

ekonomi,aspek sosial dan aspek budaya (Efendy, 2000). Keberadaan pedagang

kaki lima memunculkan berbagai dampak baik positif maupun negatif, utamanya

bagi lingkungan perkotaan. Sehubungan dengan dampak negatif yang

ditimbulkan, penataan kota yang baik bukan berarti harus meniadakan pedangan

kaki lima mengingat dampak negatif yang ditimbulkan. Namun harus ada

penataan yang komprehensive bagi mereka karena dampak positif kaki lima bagi

masyarakat ekonomi menengah kebawah tidak bisa diabaikan.

Penataan ruang publik kota harus mampu mewadahi aktivitas pedagang kaki

lima, mengingat ruang publik yang baik harus bersifat responsif, demokratis dan

bermakna (Carr, 1992), melalui tidak hanya penataan dari aspek estetika, namun

juga dari aspek lingkungan. Hal ini dapat ditempuh melalui pengolahan limbah

Pedagang Kaki Lima (PKL) menggunakan Saringan Pasir Lambat (SPL) dengan

Active Agent yang mengambil studi kasus di Kawasan Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Teluk Kendari ,Sulawesi Tenggara. Saringan Pasil Lambat menjadi

alternatif untuk mengolah limbah pedagang kaki lima, karena kualitas air olahan

yang dihasilkan cukup baik dan volume limbah yang harus diolah dapat

dikategorikan sebagai volume yang kecil, yaitu 80L/9 jam = 0.02L/detik untuk

pedagang makanan jadi dan 100L/9 jam = 0.03L/detik untuk pedagang makanan

yang belum diolah. Arah aliran yang digunakan adalah up flow karena frekuensi

pencucian (pemeliharaan) saringan rendah. Namun, dibutuhkan alternatif bahan

penyaring yang memiliki efektifitas pengendapan yang lebih baik dan alternatif

bahan penyaring yang memiliki kemampuan menyerap yang baik terhadap

partikel-partikel yang terlarut dalam air (active agent), karena SPL dengan pasir

dan kerikil hanya mampu mereduksi warna 20% - 25%. Penggunaaan active agent

ini akan meningkatkan efektifitas pengolahan limbah kaki lima, sehingga dapat

memenuhi kriteria ”pengolah limbah harus mampu mengolah limbah dengan

efektif berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan” sesuai dengan karakter

Page 7: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

7

limbah pedagang kaki lima. Efektifitas tersebut tentunya akan mempengaruhi

ketebalan saringan dan luasan dasar media pengolah limbah. Hal ini menjadi

penting dalam memenuhi kriteria ”media pengolahan limbah harus ringan dan

mudah di bawa ke mana-mana serta tidak membutuhkan tempat yang luas”,

sebagai konsekuensi dari karakter aspek budaya pedagang kaki lima. Active agent

yang digunakan adalah pecahan genteng, karena memiliki rongga yang padat dan

arang, karena bersifat absorbed terhadap partikel-partikel yang terlarut dalam air,

sehingga urutan saringan dari bawah keatas adalah pasir dengan ketebalan 50cm,

pecahan genteng dengan ketebalan 30cm dan arang aktif dengan ketebalan 30cm.

Bahan-bahan saringan tersebut, merupakan bahan yang mudah dijjumpai,

sehingga diharapkan tidak membutuhkan biaya besar dalam pengadaannnya. Hal

ini tentunya dapat menjawab kriteria ”media pengolahan limbah tidak

membutuhkan biaya yang mahal dalam pembuatan dan perawatannya” sebagai

konsekuensi dari aspek ekonomi. Untuk memenuhi kriteria ”media pengolahan

limbah harus mudah dalam pembuatan dan perawatannya” , sebagai konsekuensi

dari aspek sosial, maka tiap-tiap bahan saringgan dimasukkan kedalam satu

kontainer yang terbuat dari kasa dengan rangka alumunium, sehingga

mempermudah pemisahan dan pencucian saringan. Masing-masing kontainer

saringan dimasukkan dalam satu kotak, yang terdiri atas dua ruang, yaitu ruang

penampungan air dan ruang saringan. Proses penyaringan limbah yang terjadi

dengan menggunakan sistem saringan pasir lambat up flow dengan ative agent ini

adalah limbah dimasukkan kedalam ruang penampungan air. Kotoran dalam

ukuran besar pada limbah akan tersaring oleh saringan pada bagian atas ruang.

Kemudian, air yang ditampung pada ruang penampungan akan memasuki ruang

saringan melalui inlet menuju saringan pasir, kemudian karena tekanan akan

bergerak keatas, menuju lapisan saringan berikutnya, yaitu pecahan genteng dan

arang. Air yang telah disaring akan tertinggal beberapa saat pada lapisan hampa

udara, yang selanjutnya akan keluar melalui outlet dan dialirkan ke pot-pot taman

kota. Oleh karena itu, selain dapat meningkatkan kualitas lingkungan ruang

publik, sistem ini juga dapat meningkatkan kualitas estetika ruang publik, karena

masalah pemeliharaan tanaman, seperti penyiraman bunga, merupakan salah satu

kendala utama dalam menjaga keindahan ruang publik.

Page 8: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

8

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ruang publik merupakan salah satu komponen perancangan kota yang

menentukan kualitas kota. Ruang publik adalah lahan tidak terbangun di dalam

kota dengan penggunaan spesifik yang fungsi atau kualitas terlihat dari

komposisinya yaitu untuk meningkatkan kualitas estetika, lingkungan dan

kesejahteraan penggunanya.(Rapuano, 1994).

Di Indonesia, pada ruang publik kota banyak dijumpai retail-retail sektor

ekonomi informal seperti pedagang kaki lima. Karakter sektor informal ini dapat

dilihat dari aspek ekonomi,aspek sosial dan aspek budaya (Efendy, 2000). Aspek

ekonomi diantaranya meliputi penggunaan modal yang rendah, pendapatan rendah

dan skala usaha relatif kecil. Aspek sosial diantaranya meliputi tingkat pendidikan

formal rendah berasal dari kalangan ekonomi lemah dan umumnya berasal dari

migran. Sedangkan dari aspek budaya diantaranya kecenderungan untuk

beroperasi diluar sistem regulasi, penggunaan teknologi sederhana dan tidak

terikat oleh curahan waktu dan tempat kerja.

Munculnya kegiatan ekonomi sektor informal sebagian besar disebabkan

oleh adanya ketidakmampuan sektor formal dalam menampung tenaga kerja

sehingga menyebabkan sektor informal lebih dominan dan bertindak sebagai

pengaman antara pengganguran dan keterbatasan peluang kerja.(Effendy, 2000).

Hal inilah yang mendorong semakin pesatnya pertumbuhan pedagang kaki lima

saat ini, dimana situasi ekonomi serba sulit. Pedagang kaki lima ini selalu

memanfaatkan ruang publik untuk memwadahi aktivitas mereka, mengingat ruang

publik merupakan lokasi yang strategis (sibuk), mempunyai akses yang bagus

secara visual dan fisik, ruang yang merupakan bagian dari suatu jalan (jalur

sirkulasi), mempunyai tempat untuk rekreasi dan ruang yang memungkinkan

penggunanya dalam melakukan aktifitas komunikasi (Whyte,...... dalam Carmona

: 2003), sehingga mereka dapat memasarkan komoditi mereka dengan mudah,

tanpa harus mengeluarkan biaya.

Keberadaan pedagang kaki lima sebagai sektor informal ekonomi

perkotaan memunculkan berbagai dampak baik dari segi dampak positif maupun

Page 9: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

9

dampak negatif bagi lingkungan perkotaan. Segi positif diantaranya mampu

menciptakan lapangan kerja sendiri, kemampuan menyerap angkatan kerja yang

sekaligus sebagai katup pengaman terhadap pengangguran dan kerawanan sosial,

dan menyediakan kebutuhan bahan pokok untuk kalangan ekonomi menengah ke

bawah. Sedangkan dari segi negatifnya adalah mengganggu lalulintas karena

pedagang kaki lima selalu memanfaatkan badan jalan sehingga menimbulkan

kemacetan lalu lintas yang mengakibatkan pencemaran udara yang berasal dari

kendaraan bermotor di lokasi sekitar, mengganggu keindahan kota karena

pedagang kaki lima selalu menempati ruang publik, bahu jalan, pedestrian, ruang

terbuka hijau dengan tidak teratur, kotor dan kumuh sehingga berdampak pada

kualitas lingkungan kota dan mengganggu kebersihan lingkungan ruang publik

karena pedagang kaki lima selalu membuang sampah dan limbah pada lahan-

lahan yang mereka tempati tanpa adanya pengelolaan yang baik.

Sehubungan dengan dampak yang ditimbulkan oleh pedagang kaki lima,

penataan kota yang baik bukan berarti harus meniadakan pedangan kaki lima

mengingat dampak negatif yang ditimbulkan. Namun harus ada penataan yang

komprehensive bagi mereka karena dampak positif kaki lima bagi masyarakat

ekonomi menengah kebawah tidak bisa diabaikan. Dalam hal ini penataan ruang

publik kota harus mampu mewadahi aktivitas pedagang kaki lima, mengingat

ruang publik yang baik harus bersifat responsif, demokratis dan bermakna (Carr,

1992 dalam Darmawan, 2000). Responsif artinya ruang terbuka publik harus

dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis

berarti ruang terbuka publik seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum

dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya serta aksesibel bagi

penyandang cacat tubuh, lanjut usia dan berbagai kondisi fisik manusia.

Sedangkan bermakna berarti ruang terbuka publik harus memiliki tautan dengan

manusia, dunia luas, dan konteks sosial sehingga memberikan arti seperti ini

akan membuat masyarakat selalu ingin berkunjung ke sana lagi.(Carr, 1992 dalam

Darmawan, 2000). Oleh karena itu, penataan ruang publik kota tidak hanya

menekankan pada aspek-aspek keindahan kota tetapi harus juga

mempertimbangkan kualitas lingkungan kota, agar dampak negatif yang

ditimbulkan oleh pedagang kaki lima dapat diminimalkan.

Page 10: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

10

Pada kasus kawasan ruang publik disepanjang Teluk Kendari, Sulawesi

Tenggara, telah ada upaya penataan ruang publik kota untuk mewadahi aktivitas

pedagang kaki lima. Namun hal tersebut lebih menekankan pada aspek estetika,

dengan mengintegrasikan pedagang kaki lima sebagai retail pada taman kota dan

penataan lods dagang. Akan tetapi penataan aspek kualitas lingkungan masih

belum optimal, hal ini terlihat dengan masih minimnya tempat sampah sehingga

pedagang kaki lima cenderung membuang sampah di sembarang tempat serta

minimnya ketersediaan infrastruktur yang memungkinkan limbah makanan yang

menjadi komoditas utama pedagang kaki lima di kawasan tersebut, dapat diolah

dan dikelola dengan baik. Hal ini mengakibatkan limbah yang mengandung

minyak dan bahan makanan lainnya serta detergen di buang ke pinggir jalan

ataupun langsung ke teluk kota kendari. Akibatnya, area retail menjadi licin

berminyak, dipenuhi lalat dan mengeluarkan bau yang kurang sedap. Selain itu,

hal tersebut juga mengakibatkan dapat menurunnya kualitas ekosistem Teluk

Kendari yang saat ini sedang menghadapi masalah sedimentasi dan penurunan

kualitas lingkungan lainnya.

Hal tersebut diataslah yang menjadi dasar pemikiran bagi kami, untuk

menuangkan gagasan mengenai peningkatan kualitas lingkungan ruang publik

melalui pengolahan limbah Pedagang Kaki Lima (PKL) menggunakan Saringan

Pasir Lambat (SPL) dengan Active Agent yang mengambil studi kasus di Kawasan

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Teluk Kendari ,Sulawesi Tenggara.

B. TUJUAN

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin di

capai penulis dalam karya gagasan tertulis ini adalah meningkatkan kualitas

lingkungan ruang publik Teluk Kendari melalui pengolahan limbah pedagang kaki

lima (PKL) menggunakan sistem saringan pasir lambat (SPL) dengan Active

Agent.

Page 11: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

11

C. MANFAAT

Manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam penulisan karya gagasan

tertulis ini adalah sebagai berikut:

1. Dirumuskannya desain media pengolahan air limbah yang sesuai dengan

karakter pedagang kaki lima, yang mampu mengolah limbah dengan efektif

sehingga mampu meningkatkan kualitas lingkungan ruang publik

Page 12: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

12

II. GAGASAN

A. KONDISI EKSISTING

Gambar 1. Peta Persebaran Pedagang Kaki Lima Teluk Kendari

Cakupan wilayah pedagang kaki lima di kawasan Teluk Kendari cukup

panjang, dimulai dari Jl. Pembangunan sampai Jl.Edi sabara, sepanjang ± 4 Km

dengan area pemanfaatan ruang publik di pinggiran teluk kota kendari.

Gambar 2. Estetika Ruang Publik Kawasan Teluk kendari

Jenis dagangan pedagang kaki lima di kawasan Teluk Kendari di

dominasi oleh penjualan makanan yang belum diproses, makanan siap saji, dan

buah-buahan,

Kawasan PKL Teluk kendari

Page 13: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

13

Di kawasan Teluk Kendari sarana pedagang kaki lima banyak di dominasi

oleh :

1. Gerobak atau kereta dorong yang beratap.

Gambar 3. Gerobak atau kereta dorong yang beratap

Karakteristik pedagang kaki lima yang memanfaatkan saran dagangan dengan

gerobak yang beratap memeiliki sifat semi permanen (fleksibel) dengan lama

menetap di suatu tempat sekitar 7 sampai 9 Jam. Sedangkan material atau

konstruksi gerobak dari kayu dan setengahnya kaca transparant. Ukuran

gerobak bervariasi ada yang berukuran 2 m x 75 cm x 1,5 m dan 2 m x1m x 2

m dengan jenis dagangannya adalah makanan siap saji.(Data Survey pribadi).

2. Warung semi permanen yang memiliki gerobak dan di lengkapi dengan kursi

dan meja serta sekelilingnya di tutup dengan terpal atau kain.

Karakteristik pedagang kaki lima yang memanfaatkan saran dagangan dengan

warung yang memiliki gerobak di lengkapi dengan kursi dan meja serta

sekelilingnya di tutup dengan terpal atau kain ini bersifat semi permanen

dengan lama menetap 7 sampai 9 jam setiap harinya di tempat yang sama. Hal

ini di pengaruhi oleh banyaknya pembeli di kawasan tersebut. Warung ini

dibongkar pasang dengan konstruksi dari besi atau kayu. Ukuran lods atau

warung bervariasi ada yang berukuran 4 m x 3,5 m dan 4 m x 3 m dengan

ukuran gerobak bervariasi untuk jenis A berukuran 2,5 m x 1mx 3m dan untuk

jenis B berukuran 2m x 75cm x 2m. jenis dagangan makanan belum

diproses.(Data Survey pribadi).

Page 14: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

14

Warung Tipe A

Warung Tipe A

Warung Tipe B

Gambar 4. Jenis-jemis warung semi permanen memiliki gerobak

3. Alas berupa buah-buahan dan barang kelontong.

Gambar 5. Alas atau gelaran pedagang kaki lima

Page 15: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

15

Karakteristik pedagang kaki lima di teluk kota kendari yang memanfaatkan

saran dagangan dengan alas atau gelaran berupa tikar adalah jenis dagangan

buah-buahan dan aksesoris dengan ukuran alas bervariasi tergantung luas

lokasi dan banyaknya dagangan yang akan dijual.

Pedagang makanan siap saji menghasilkan limbah sebanyak 80L – 60L

per hari dan pedagang makanan yang belum diproses menghasilkan limbah

sebanyak 80L – 100L per hari. Karakteristik limbah yang dihasilkan oleh

pedagang kaki lima ini adalah mengandung minyak, detergen dan sisa makanan.

Limbah tersebut dibuang di sekitar area dagang, tepi jalan atau langsung ke Teluk

Kendari.

B. IDE DAN GAGASAN

Berdasarkan kondisi eksisting, maka media pengolahan limbah pedagang

kaki lima harus sesuai dengan karakteristik pedagang kaki lima, yaitu:

1. Aspek ekonomis yaitu : memiliki modal dan pendapatan yang rendah. Oleh

karena itu media pengolahan limbah tidak membutuhkan biaya yang mahal

dalam pembuatan dan perawatannya.

2. Aspek sosial, yaitu berpendidikan formal rendah. Oleh karena itu media

pengolahan limbah harus mudah dalam pembuatan dan perawatannya.

3. Aspek budaya, yaitu menggunakan teknologi sederhana dan tidak terikat

waktu dan tempat kerja. Oleh karena itu media pengolahan limbah harus

ringan dan mudah di bawa ke mana-mana serta tidak membutuhkan tempat

yang luas. Dalam hal ini desain media harus sesuai dengan desain gerobak

sebagai sarana dagang pedadagang kaki lima, yang bentuk strukturnya tetap

(permanen/tidak bongkar pasang).

4. Selain itu, media pengolah limbah harus mampu mengolah limbah dengan

efektif berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan, sehingga mampu

meningkatkan kualitas lingkungan ruang publik

Salah satu teknologi sederhana yang dapat dikembangkan sebagai media

pengolah limbah pedagang kaki lima adalah mengolah limbah dengan

menggunakan saringan/filter. Filter merupakan alat penyaringan bahan tersuspensi

yang melalui media berpori, seperti: pasir; kerikil dan ijuk, yang bersifat

Page 16: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

16

mengendapkan bahan pencemar yang ada di dalam air (Puspita, 2008) sehingga

dapat dihasilkan kualitas air olahan yang lebih baik. Kualitas air olahan yang

dihasilkan oleh media pengolah limbah dengan sistem saringan, tergantung pada

(Puspita, 2008):

1. Kualitas air baku, semakin baik kualitas air baku yang diolah maka akan baik pula

hasil penyaringan yang diperoleh.

2. Suhu, Suhu yang baik yaitu antara 20-30 oC, temperatur akan mempengaruhi

kecepatan reaksi-reaksi kimia. terhadap kualitas effluent. Kecepatan penyaringan

lebih banyak terhadap masa operasi saringan.

3. Diameter butiran, secara umum kualitas effluent yang dihasilkan akan lebih baik

bila lapisan saringan pasir terdiri dari butiran-butiran halus. Jika diameter butiran

yang di gunakan kecil maka yang terbentuk juga kecil. Hal ini akan meningkatkan

efisiensi penyaringan.

Material-material tersuspensi pada limbah secara berkesinambungan akan

terkumpul dalam rongga media pasir. Hal ini disebut dengan pemampatan (clogging).

Secara rinci, proses penyaringan air yang terjadi pada media pengolah limbah sistem

saringan adalah (Puspita, 2008):

1. Mechanical Straining

Merupakan proses penyaringan partikel suspended matter yang besar untuk bisa

lolos melalui lubang antara butiran pasir, yang berlangsung diseluruh

permukaan saringan pasir dan sama sekali tidak bergantung pada kecepatan

penyaringan.

2. Sedimentasi

Merupakan pengendapan partikel suspended matter yang lebih halus ukurannya

dari lubang pori pada permukaan butiran. Proses pengendapan terjadi pada

seluruh permukaan pasir.

3. Adsorption

Merupakan proses yang paling penting dalam proses filtrasi. Proses adsorpsi

dalam saringan pasir lambat terjadi akibat tumbukan antara partikel-partikel

tersuspensi dengan butiran pasir saringan dan dengan bahan pelapis seperti

Page 17: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

17

gelatin yang pekat yang terbentuk pada butiran pasir oleh endapan bakteri dan

partikel koloid.

4. Aktivitas Kimia

Beberapa reaksi kimia akan terjadi dengan adanya oksigen maupun bikarbonat.

5. Aktivitas biologi.

Proses ini disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam filter.

Lebih jauh, ditinjau dari jenisnya, media pengolah limbah dengan sistem

saringan dapat dibagi dua , yaitu (Sugiharto, 1987 dalam Puspita 2008):

1. Saringan pasir lambat (SPL)

Terdiri dari lapisan kerikil dengan tebal 0,3m dan pasir setebal 0,6m-1,2m

dengan diameter pasir sekitar 0,2mm-0,35mm. Dari penyaringan ini akan

dihasilkan kecepatan pengaliran sebanyak 0,034-0,10 liter/m3/detik.

2. Saringan pasir cepat (SPC)

Saringan cepat dapat menghasilkan air bersih sejumlah 1,3 - 2,7 liter/m3/detik.

Diameter pasir yang dipakai 0,4 mm - 0,8 mm dengan ketebalan 0,4 m - 0,7 m.

Dari kedua tipe saringan tersebut, dapat diketahui bahwa kecepatan aliran dalam

media SPL lebih kecil karena ukuran media pasir yang kecil, sehingga sangat

cocok digunakan dalam skala kecil (Birdi, 1979). Kualitas air yang dihasilkan

saringan ini cukup baik. Sedang kecepatan aliran air dalam media SPC lebih besar

karena ukuran media pasir lebih besar. Saringan ini cocok untuk penyaringan air

limbah dalam volume skala besar (Birdi, 1979). Kualitas air yang hasilkan

saringan ini kurang baik (Birdi, 1979). Oleh karena itu, Saringan Pasil Lambat

menjadi alternatif untuk mengolah limbah pedagang kaki lima, karena kualitas air

olahan yang dihasilkan cukup baik dan volume limbah yang harus diolah dapat

dikategorikan sebagai volume yang kecil, yaitu 80L/9 jam = 0.02L/detik untuk

pedagang makanan jadi dan 100L/9 jam = 0.03L/detik untuk pedagang makanan

yang belum diolah.

PSL dengan arah down flow, merupakan sistem yang populer digunakan

digunakan oleh masyarakat. Namun, pada tingkat kekeruhan air yang tinggi,

partikel endapan dapat menghambat jalannya aliran limbah dalam pengolahan,

sehingga meningkatkan frekuensi pencucian saringan (pemeliharaan). Untuk

Page 18: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

18

mengatasi hal ini dapat dignakan PSL dengan arah up flow. Pada sistem ini,

material akan mengendap didasar media pengolahan karena adanya gaya grafitasi,

sehingga hambatan aliran dapat ditekan, begitu pula dengan frekuensi pencucian

saringan. Selain itu, pengendapan karena gaya grafitasi ini juga dapat

meningkatkan kualitas air hasil olahan. Oleh karena itu, sistem Saringan Pasir

Lambat yang digunakan untuk mengolah limbah pedagang kaki lima adalah

dengan arah up flow.

Namun, harus diiperhatikan bahwa pengolahan limbah dengan sistem SPL

hanya mampu mereduksi warna sekitar 20 – 25% saja (Said dan Herlambang, ....),

sehingga untuk limbah yang tinggi kekeruhannya saringan ini menjadi kurang

efektif. Padahal, limbah yang dihasilkan oleh pedagang makanan kaki lima, dapat

digolongkan sebagai limbah yang cukup keruh, karena mengandung sisa makanan

dan detergen. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif bahan penyaring yang

memiliki efektifitas pengendapan yang lebih baik dan alternatif bahan penyaring

yang memiliki kemampuan menyerap yang baik terhadap partikel-partikel yang

terlarut dalam air (active agent). Penggunaaan active agent ini akan meningkatkan

efektifitas pengolahan limbah kaki lima, sehingga dapat memenuhi kriteria

”pengolah limbah harus mampu mengolah limbah dengan efektif berdasarkan

karakteristik limbah yang dihasilkan” sesuai dengan karakter limbah pedagang

kaki lima. Efektifitas tersebut tentunya akan mempengaruhi ketebalan saringan

dan luasan dasar media pengolah limbah. Hal ini menjadi penting dalam

memenuhi kriteria ”media pengolahan limbah harus ringan dan mudah di bawa

ke mana-mana serta tidak membutuhkan tempat yang luas”, sebagai konsekuensi

dari karakter aspek budaya pedagang kaki lima.

Salah satu alternatif bahan penyaring yang memiliki efektifitas pengendapan

yang lebih baik adalah gerabah/tembikar, dalam hal ini bahan yang digunakan

adalah pecahan genteng, karena secara satuan, dimensi pecahan genteng lebih

besar dari pada pasir, sehingga kecepatan alir limbah olahan dapat lebih cepat,

namun karena memiliki pori, maka luasan kontak batu bata dengan limbah akan

lebih tinggi dari kerikil. Hal ini tentunya dapat meningkatkan efektifitas

penyaringan. Selain itu, alternatif bahan penyaring lain yang memiliki

kemampuan serap yang baik untuk mengatasi kelemahan SPL adalah arang aktif.

Page 19: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

19

Pada proses ini karbon aktif digunakan untuk mengurangi kadar dari bahan-bahan

organik terlarut yang ada dalam limbah karena terserap pada permukaan media

karbon aktif sehingga diharapkan air yang keluar dari proses tersebut telah

memiliki kualitas yang baik. Agar diperoleh daya serap adsorpsi, perlu

diperhatikan beberapa faktor berikut, yaitu (Droste, 1997):

1. Sifat Adsorben

Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori yang

sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan

secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar.

Selain kompisisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang

penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan,

semakin kecil pori-pori karbon aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin

besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah.

2. Sifat Serapan

Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi

kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa.

Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul

serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorsi juga

dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur

rantai dari senyawa serapan.

3. Temperatur

Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah viskositas dan

stabilitas thermal senyawa serapan.

4. Ph atau Derajat Keasaman

Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu

dengan penambahan asam-asam minereal. Hal ini disebabkan karena

kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut.

Sebaliknya bila pH asam organic dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali,

adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

5. Waktu kontak

Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk

mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan

Page 20: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

20

jumlah yang digunakan. Waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh dosis karbon

aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu kontak. Pengadukan

dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk

bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai

viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.

C. SISTEM KERJA SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW DENGAN

ACTIVE AGENT

Media pengolah limbah dengan sistem PSL dan active agent, berupa

pecahan genteng dan arang ini, terdiri atas:

1. Pasir sebagai saringan dengan diameter 0,2mm-0,35mm dan ketebalan saringan

50 cm.

2. Pecahan genteng sebagai saringan dengan diameter 1cm dan ketebalan saringan

30 cm

3. Arang aktif, sebagai penyerap partikel yang terlarut dalam air, dengan diameter

1cm dan ketebalan saringan 30cm.

Bahan-bahan saringan tersebut, merupakan bahan yang mudah dijjumpai disekitar

kita, sehingga diharapkan tidak membutuhkan biaya besar dalam pengadaannnya.

Hal ini tentunya dapat menjawab kriteria ”media pengolahan limbah tidak

membutuhkan biaya yang mahal dalam pembuatan dan perawatannya” sebagai

konsekuensi dari aspek ekonomi.

Untuk memenuhi kriteria ”media pengolahan limbah harus mudah dalam

pembuatan dan perawatannya”, sebagai konsekuensi dari aspek sosial, maka tiap-

tiap bahan saringgan dimasukkan kedalam satu kontainer yang terbuat dari kasa

dengan rangka alumunium. Diameter kasa kurang dari diameter bahan saringan.

Kontainer-konntainer tersebut kemudian disusun didalam sebuah kotak plastik,

berdasarkn urutannya, yaitu pasir, pecahan genteng dan arang. Hal ini akan

mempermudah pencucian saringan, dengan hanya mengangkat kontainer bahan

saringan dari kotaknya.

Kotak kontainer disesuaikan dengan ukuran gerobak, sebagai sarana dagang

tetap (tidak dibongkar pasang) pedagang kaki lima. Sehingga kemana pun

pedagang kaki lima berpindah tempat, kontainer tersebut tetap dapat dibawa.

Page 21: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

21

Kotak kontainer, terbuat dari plastik, berukuran 70cm x 70cm dan tinggi 120cm,

terdiri atas dua ruang, yaitu ruang penampungan air dengan ukuran 40cm x 70cm

x 120cm dan ruang saringan dengan ukuran 30cm x 70cm x 120cm. Bagian atas

ruang penampungan air ditutup dengan saringan, untuk menyaring sisa bahan

makanan dalam potongan besar. Bagian dasar ruang penampungan air

dihubungkan oleh pipa sebagai inlet saringan ke ruang saringan. Bagian atas

ruang saringan diberi lubang outlet, sebagai tempat keluarnya air hasil

olahan.Outlet ini kemudian dihubungkan dengan selang ke pot-pot bunga yang

terdapat pada ruang publik, sehingga selain dapat meningkatkan kualitas

lingkungan ruang publik sistem ini juga dapat meningkatkan kualitas estetika

ruang publik, karena masalah pemeliharaan tanaman, seperti penyiraman bunga,

merupakan salah satu kendala utama dalam menjaga keindahan ruang publik.

Adapun proses penyaringan limbah yang terjadi dengan menggunakan

sistem saringan pasir lambat up flow dengan ative agent adalah sebagai beriku:

1. Limbah dimasukkan kedalam ruang penampungan air. Kotoran dalam ukuran

besar pada limbah akan tersaring oleh saringan pada bagian atas ruang.

2. Air yang ditampung pada ruang penampungan akan memasuki ruang saringan

melalui inlet menuju saringan pasir.

3. Pada saringan pasir, partikel-partikel pada air akan memapat pada butiran-

butiran pasir

4. Pada saringan pecahan genteng, partikel-partikel pada air akan memapat pada

pori-pori genteng

5. Pada saringan arang, partikel terlarut dalam air akan diserap oleh arang

6. Air yang telah disaring akan tertinggal beberapa saat pada lapisan hampa

udara, yang selanjutnya akan keluar melalui outlet dan dialirkan ke pot-pot

taman kota.

Page 22: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

22

D. PRA DESAIN

Gambar 6. Detail Kontainer Bahan Saringan

Gambar 7. Kotak Pengolah Limbah

Gambar 8. Hubungan Pengolah Limbah dengan Pot Bunga

Keterangan:

A : Saringan/Kain Kassa Ruang

penampung air

A2: Inlet ke ruang saringan

B : Pasir (dalam kontainer)

C : Pecahan genteng (dalam kontainer)

D : Arang (dalam kontainer)

E: Ruang Kedap Udara

F: Outlet A2

Pipa bongkar pasang

Page 23: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

23

E. KESIMPULAN

Penataan ruang publik kota harus mampu mewadahi aktivitas pedagang

kaki lima, melalui tidak hanya penataan dari aspek estetika, namun juga dari

aspek lingkungan.

Peningkatan kualitas lingkungan ruang publik dalam mewadahi kegiatan

kaki lima dapat ditempuh melalui pengolahan limbah Pedagang Kaki Lima

(PKL) menggunakan Saringan Pasir Lambat (SPL) dengan Active Agent .

Pengolahan limbah menggunakan Saringan Pasir Lambat (SPL) up flow

dengan Active Agent berupa pecahan genteng dan arang, karena memenuhi

kriteria yang ditetapkan berdasarkan karakteristik pedagang kaki lima, yaitu:

1. Aspek ekonomis yaitu : memiliki modal dan pendapatan yang rendah. Oleh

karena itu media pengolahan limbah tidak membutuhkan biaya yang mahal

dalam pembuatan dan perawatannya. Dalam hal ini digunakan bahan

saringan yang mudah didapat, yaitu pasir, pecahan genteng dan arang.

2. Aspek sosial, yaitu berpendidikan formal rendah. Oleh karena itu media

pengolahan limbah harus mudah dalam pembuatan dan perawatannya. Dalam

hal ini bahan saringan diwadahi dalam satu kontainer terbuat dari kassa.

3. Aspek budaya, yaitu menggunakan teknologi sederhana dan tidak terikat

waktu dan tempat kerja. Oleh karena itu media pengolahan limbah harus

ringan dan mudah di bawa ke mana-mana serta tidak membutuhkan tempat

yang luas. Dalam hal ini desain kotak pengolah limbah dibuat sesuai dengan

ukuran gerobak sebagai sarana dagang yang tetap (tidak bongkar pasang),

dengan ukuran 70cm x 70cm x 120cm, yang terdiri atas dua ruangan, yaitu

ruangan penampung air dan ruangan saringan.

4. Media pengolah limbah harus mampu mengolah limbah dengan efektif

berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan. Dalam hal ini digunakan

active agent, yaitu pecahan genteng, karena memiliki rongga yang padat dan

arang, karena bersifat absorbed terhadap partikel-partikel yang terlarut dalam

air.

Sselain dapat meningkatkan kualitas lingkungan ruang publik, sistem ini

juga dapat meningkatkan kualitas estetika ruang publik.

Page 24: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

24

DAFTAR PUSTAKA

Astari,Safira,Dkk.2005.Realiability Of Slow Sand Filter For Water Treatment.Environmental Engineering Departement, Faculty of Civil and Environmental Engineering Institut Teknologi Bandung.Bandung.

Badan Standardisasi Nasional. 2008, SNI – 3981, Perencanaan Instalasi Saringan

Pasir Lambat. Budiman, Bambang.2010.Kajian Lingkungan Keberadaan Pedagang Kaki Lima

Di kawasan Banjaran Kabupaten Tegal.Tesis, Pasca Sarjana Program Magister Teknik Ilmu Lingkungan Universitas Dipanegoro.Semarang.

Carr, Stephen, Mark Francis, Leane G. Rivlin and Andrew M. Store. 1992. Public

Space. Australia : Press Syndicate of University of Cambridge. Darmawan, Edy. 2003. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Semarang : Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Darsono V,Dkk.2002.Pengaruh dan Ketebalan Pasir Dalam Saringan Pasir

Lambat Terhadap Penurunan Kadar Besi. Jurnal Teknologi Industri,Fakultas Teknologi Industri,Universitas Atma Jaya Yogyakarta.Yogyakarta.

Idaman Said,Nusa ,Dkk.1999.Teknologi Pengolahan Air Limbah Dengan Proses

Saringan Pasir Lambat “Up Flow”.Kelompok Teknologi Pengolahan Air Bersih Dan Limbah Cair,Direktorat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi.Jakarta

Kadir,Ishak.2010.Studi Karakteristik Penggunaan Ruang Pedagang Kaki Lima Di

Kawasan Pasar Lawata (Studi Kasus : JL.Taman Surapati Kota Kendari).Jurnal Metro Pilar,Fakultas Teknik,Universitas Haluoleo.Kendari

Puspita, Dian.2008.Penurunan Konsetrasi Total Suspended Solid (TSS) Pada

Limbah Laundry Dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter Disertai Dengan Reaktor Activated Carbon.Tugas Akhir,FTSP UII.Yogyakarta.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press. Jakarta.

Said, Nusa; Herlambang, Ari. Pengolahan Air Bersih dengan Proses Saringan Air

Lambat Up Flow. Widjajanti,Retno.2000.Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada

Kawasan Komersil Di Pusat Kota (Studi Kasus : Simpang

Lima,Semarang).Tesis Tidak Diterbitkan. Bidang Khusus Perencanaan

Page 25: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

25

Kota Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota,Instiut Teknologi

Bandung.Bandung.

Rapuano,Michael,DR.P.P.Pirone and Brooks E.Wigginton.1964.Open Space in

Urban Design.Ohio : The Cleveland Development Foundatioan.

Page 26: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

26

RIWAYAT HIDUP

1. Ketua

Nama : Bustamil

NIM : E1B108024

Tempat/Tanggal Lahir : Tomia,08 Mei 1988

Jenis Kelamin : Laki-Laki

No HP : 085241998324

Email : [email protected]

Alamat : Jl.Kancil No.8C Anduonohu,Kota Kendari

Sulawesi Tenggara

Pendidikan Formal

� SD : Sekolah Dasar Negeri 2 Usuku (1997-2003)

� SLTP : SMP Negeri 1 Tomia (2003 – 2006)

� SLTA : SMA Negeri 3 Kota Bau-Bau (2006-2008)

� Perguruan Tinggi : Universitas Haluoleo,Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Arsitektur,Program Studi S-1

Arsitektur (2008 – Sekarang)

Organisasi

1) Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 3 Kota Bau-Bau (Organisasi Siswa Intra

Sekolah ) Periode 2006 -2007

2) Penguruas KAMMI Komsariat UNHALU (Ikatan Aksi Mahasiswa

Muslim Indonesia ) Tahun 2008 – sekarang

3) Pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur S-1 Periode 2009-2010 sebagai

staf divisi Humas HMA S-1

Prestasi :

1) Juara 3 Lomba Cerdas Cermat Matematika Se-tingkat SMP Se-Kota Bau-

Bau Tahun 2003 di Universitas Dayanu Ikhasunuddin Kota Bau-Bau

2) 10 besar dalam kompetisi Olypiade Biologi Tingkat SMA Se-Kota BAU-

Bau Tahun 2006.

3) Lulusan Terbaik Ke-2 Ujian Nasional IPA SMA Negeri 3 Kota Bau-Bau

Tahun Ajaran 2007-2008

Page 27: PKM GT 2011-PENGOLAHAN LIMBAH PKL

27

2. Anggota

Nama Lengkap : Nurfitriani Soekoenay

NIM : F1C1 08 053

Perguruan Tinggi : Universitas Haluoleo

Alamat Rumah : Jl. Rambutan no.25

HP : 085298995337

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Tabel 7. Daftar Riwayat Hidup Macam Pendidikan Tempat Tahun

SD Negeri 3 Bastiong Ternate 1997-2003

SMP Negeri 4 Ternate Ternate 2004-2006

SMA Negeri 1 Tobelo Ternate 2006-2008

Pengalaman Organisasi :

1. Wakil Ketua II BEM FMIPA Unhalu Periode 2009-2010

2. Sekretaris Forum Lingkar Pena (FLP) Maluku Utara Peride 2007-2008

3. Finalis Putri Rimbawan Perkemahan Bakti Nasional (PERTINAS) Tahun

2007 di Cibubur Jakarta

Karya Ilmiah yang pernh dibuat :

1. Prospek Produksi Bioetanol Dari Ampas Sagu Dengan

EnzimatikMenggunakan Isolat Lokal Sulawesi Tenggara