Upload
doankiet
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING DAN METODE
AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL TERHADAP EFEK ANALGESIK
PARASETAMOL PADA MENCIT PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Reyneldis Aprilia Adista Boleng
NIM : 088114066
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
ii
PENGARUH STRESOR DENGAN METODE BISING DAN METODE
AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL TERHADAP EFEK ANALGESIK
PARASETAMOL PADA MENCIT PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Reyneldis Aprilia Adista Boleng
NIM : 088114066
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
v
Kupersembahkan karya ini kepada:
Tuhan yang Maha Esa,
Bapak dan Ibuku, adikku,
serta semua orang yang berperan dalam proses hidupku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
viii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
penyertaan-Nya yang menjadi inspirasi serta kekuatan selama penulis menuntut
ilmu di Universitas Sanata Dharma hingga terselesaikannya penelitian dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Stresor dengan Metode Bising
dan Metode Aktivitas Fisik Maksimal terhadap Efek Analgesik Parasetamol
pada Mencit Putih Jantan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Sarjana Farmasi pada Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Keberhasilan penelitian serta penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dukungan dari berbagai pihak yang dengan tulus hati membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini, oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma, atas bimbingannya selama penulis
berproses di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Alm. Drs. Mulyono, Apt. yang telah membantu dalam proses pencarian
judul skripsi kami.
3. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt., sebagai dosen pembimbing yang telah
sabar memberi bimbingan, memberi arahan dan saran, serta kritik selama
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Phebe Hendra, M.Si.,Ph.D., Apt. dan Ibu dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. selaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ix
5. dosen penguji atas kesediaan menguji serta memberi kritik, saran, dan arahan
yang telah diberikan dalam skripsi ini.
6. Ibu Rini Dwiastuti M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium
Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan fasilitas
Laboratorium Hayati Imono demi terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak Dr. Ignasius Edi Santosa M.S. selaku kepala penanggungjawab
laboratorium fisika yang telah member izin dalam peminjaman alat “sound
level meter” demi terselesaikannya skripsi ini.
8. Papa, mama, dan adikku tersayang atas doa, motivasi, kesabaran, perhatian dan
kasih sayang serta dukungannya dalam setiap proses hidup penulis. Semoga
karya ini dapat menjadi kebanggaan dan dapat diterima sebagai tanda bakti dan
terima kasihku.
9. Oma, tante, om dan saudara-saudaraku yang selalu memberikan dukungan, doa
dan kasih sayangnya.
10. Sahabat serta teman seperjuanganku dalam penelitian dan penyusunan skripsi
(Arum, Prima, Utik, Ledy) atas bantuan, kritik dan saran, serta kebersamaan
dan perhatian kalian atas segala hal yang ada dalam proses ini.
11. Laboran Laboratorium (Mas Parjiman, Mas Heru, dan Mas Satijo) dan drh.
Ary atas bantuannya dalam memberikan saran, serta dalam penyediaan sarana
dan prasarana penelitian.
12. Sahabatku Nila dan Intan yang telah mendukung dalam doa dan memberikan
semangat kepadaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
x
13. Teman-teman kost (Sinta dan Tika) yang membantu dalam proses belajar dan
kebersamaan serta dukungan semangatnya.
14. Semua teman-teman angkatan 2008, Teman-teman FKK-A 2008. Terima kasih
untuk dukungan dan kebersamaannya selama ini.
15. Semua pihak, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan
adanya kritik serta saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan berperan dalam
pengembangan untuk kemajuan masyarakat.
Yogyakarta, 20 September 2012
Penulis
Reyneldis Aprilia Adista Boleng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... vii
PRAKATA .............................................................................................. viii-x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi-xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
INTISARI ................................................................................................ xix
ABSTRACT .............................................................................................. xx
BAB I PENGANTAR .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.Permasalahan ............................................................................ 4
2. Keaslian penelitian ................................................................... 4
3. Manfaat penelitian .................................................................... 6
B. Tujuan ............................................................................................ 7
1.Tujuan umum ............................................................................ 7
2.Tujuan khusus ........................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................... 8
A. Stres ............................................................................................... 8
B. Distres dan Eustres .......................................................................... 10
C. Stresor ............................................................................................ 11
D. Bising ............................................................................................. 12
E. Aktivitas Fisik Maksimal ................................................................ 14
F. Reaksi Stres ..................................................................................... 15
G. Hubungan Stres dengan Sistem Endokrin ........................................ 17
H. Stres Memicu Timbulnya Nyeri ...................................................... 19
I. Nyeri ................................................................................................ 20
J. Analgetika ....................................................................................... 21
K. Parasetamol .................................................................................... 22
L. Metode Pengujian Daya Analgesik secara in-vivo ............................ 23
M. Landasan Teori .............................................................................. 23
N. Hipotesis ......................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 25
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................. 25
1. Variabel .................................................................................... 25
2. Definisi operasional .................................................................. 26
C. Bahan Penelitian ............................................................................. 27
D. Alat Penelitian ............................................................................... 27
E. Tata Cara Penelitian ........................................................................ 28
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Penentuan metode perlakuan stres.............................................. 28
2. Penentuan metode uji efek analgesik ......................................... 28
3. Pembuatan sediaan .................................................................... 28
4. Penentuan dosis ......................................................................... 29
5. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat ......................... 29
6. Perlakuan hewan uji ................................................................... 30
F. Analisis Hasil………………………………………………………. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 32
A. Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan Metode Aktivitas Fisik
Maksimal terhadap Efek Analgesik Parasetamol …………………….
1. Pengaruh Stresor dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal
terhadap Efek Analgesik Parasetamol…………………………….
2. Pengaruh Stresor dengan Metode Bising terhadap Efek Analgesik
Parasetamol………………………………………………………..
32
33
37
B. Persentase Daya Analgesik Parasetamol yang Diakibatkan oleh
Stresor dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal dan Metode
Bising………………………………………………………………….
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 46
A. Kesimpulan …………………………………………………………. 46
B. Saran .............................................................................................. 46
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 47
LAMPIRAN ........................................................................................... 50
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................. 67
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Rata-rata Jumlah Geliat Mencit Pada Kelompok Stresor
dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal...............................
34
Tabel II. Hasil Uji One Way Anova dengan Taraf Kepercayaan 95%
pada Kelompok Stresor dengan Metode Aktivitas Fisik
Maksimal………………………….........................................
35
Tabel III. Hasil Uji Post Hoc dengan taraf kepercayaan 95% pada
Kelompok Stresor dengan Metode Aktivitas Fisik
Maksimal……………………………………….....................
36
Tabel IV. Rata-rata Jumlah Geliat Mencit Pada Kelompok Stresor
dengan Metode Bising………………………………………
38
Tabel V. Hasil Uji One Way Anova dengan Taraf Kepercayaan 95%
pada Kelompok Stresor dengan Metode Bising…………..
38
Tabel VI. Hasil Uji Post Hoc dengan taraf kepercayaan 95% pada
Kelompok Stresor dengan Metode Bising…………………
39
Tabel VII. Nilai rata-rata % daya analgesik……………………….. 38
Tabel VIII. Hasil Uji Independent t-test persen daya analgesik……........ 44
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Stres Sebagai Suatu Stimulus .................................... 9
Gambar 2. Skema Stres Sebagai Suatu Respon………………………… 10
Gambar 3. Skema Respon Stres ......................................................... 18
Gambar 4. Struktur Parasetamol ............................................................ 22
Gambar 5. Diagram Batang Kelompok Kontrol dan Perlakuan vs rata –
rata jumlah geliat pada stresor metode aktivitas fisik
maksimal....................................................................................
35
Gambar 6. Diagram Batang Kelompok Kontrol dan Perlakuan vs rata –
rata jumlah geliat pada stresor metode bising………………...
39
Gambar 7. Diagram Batang kelompok vs persen daya analgesik
parasetamol ...................................................... …………….
43
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto Pemberian Stresor dengan Metode Bising pada
Mencit……..........................................................................
51
Lampiran 2 Foto Pemberian Stresor dengan Metode Aktivitas Fisik
Maksimal pada Mencit …………………………………
51
Lampiran 3. Foto Geliat Mencit……………………………………..... 52
Lampiran 4. Konversi Dosis Parasetamol dari Manusia ke Mencit 20 g
BB…………………………………………………............
52
Lampiran 5. Perhitungan % Daya Analgesik dengan Pemberian
Parasetamol ………………………………………………
53
Lampiran 6. Jumlah Geliat pada Kelompok Kontrol CMC dan
Parasetamol…………………………………...…………...
54
Lampiran 7. Jumlah Geliat pada Kelompok Kontrol AFM dan
Perlakuan AFM….…………………………...…………...
55
Lampiran 8. Jumlah Geliat pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Bising………..….…………………………...…………...
55
Lampiran 9. Uji Normalitas pada Masing – Masing Kelompok ……... 56
Lampiran 10. Hasil Uji One Way Anova pada Kelompok AFM……… 59
Lampiran 11. Hasil Uji One Way Anova Hasil dari Transformasi pada
kelompok stresor dengan metode aktivitas fisik
maksimal………………………………………….
60
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12. Hasil Uji One Way Anova pada Kelompok
Bising……….…………………………...........................
60
Lampiran 13. Uji Post Hoc kelompok stresor dengan metode aktivitas
fisik maksimal……………….........................................
61
Lampiran 14. Uji Post Hoc kelompok stresor dengan metode Bising… 62
Lampiran 15. Uji Independent t test kelompok perlakuan
parasetamol+aktiitas fisik maksimal dengan kelompok
perlakuan parasetamol+bising…………………………..
63
Lampiran 16. Uji Independent t test % daya analgesik kelompok kontrol
parasetamol dengan perlakuan parasetamol+aktivitas fisik
maksimal…………………………………………………..
64
Lampiran 17.
.
Uji Independent t test % daya analgesik kelompok kontrol
parasetamol dengan perlakuan parasetamol+bising………
65
Lampiran 18. Uji Independent t test % daya analgesik kelompok
perlakuan parasetamol+aktiitas fisik maksimal dengan
kelompok perlakuan parasetamol+bising…………………
66
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Stres merupakan suatu ketegangan fisiologis maupun psikologis yang
disebabkan oleh adanya rangsangan yang merugikan. Emotional stress atau
kecemasan yang disebabkan oleh stres dapat meningkatkan nyeri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh stresor menggunakan metode bising dan
aktivitas fisik maksimal dalam menurunkan efek analgesik parasetamol.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Metode perlakuan stres menggunakan
metode bising (diberi suara rotor selama 2 jam) dan AFM (dengan perlakuan
renang selama 30 menit), sedangkan uji efek analgesik menggunakan metode
rangsang kimia, dan untuk subyek uji menggunakan mencit putih jantan,umur
antara 2-3 bulan. Mencit dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol
CMC tanpa perlakuan stres; kelompok kontrol parasetamol tanpa perlakuan stres;
kelompok perlakuan CMC + AFM dengan perlakuan stres; kelompok perlakuan
PCT + AFM dengan perlakuan stres; kelompok perlakuan CMC + bising dengan
perlakuan stres; dan kelompok perlakuan PCT + bising dengan perlakuan stres.
Pengamatan dilakukan dengan melihat jumlah geliat setiap menit selama 1 jam.
Data yang diperoleh dan dianalisis secara statistik dengan one-way Anova tests,
Post Hoc test dan Independent T Tests dengan taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
tidak signifikan antara kelompok perlakuan bising dengan kelompok perlakuan
aktivitas fisik maksimal terhadap efek analgesik parasetamol.
Kata kunci: stres, stresor, metode bising, AFM, parasetamol, analgesik
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Stress is a physiological or psychological strain caused by the presence of
harmful stimuli. Emotional stress or anxiety caused by stress can increase pain.
This study aims to determine the effect of stressors using the method of noise and
maximal physical activity to decrease the analgesic effect of paracetamol.
This research is a pure experimental wich the program of this research is
random research plan, complete, and one direction pattern. The treatment method
are using the method of noise stress (given voice rotor for 2 hours) and maximal
physical activity (with treatment of swimming for 30 minutes), whereas the
analgesic effect test using the method of chemical stimuli, This research uses
white male mice as a subject, aged between 2-3 months. Mice were divided into 6
groups: control group without treatment of stress CMC; paracetamol control
group without stress treatment; maximal physical activity control group with
treatment of stress; maximal physical activity group treated with the treatment of
stress; noise control group with treatment of stress; and noisy group treated with
the treatment of stress. Observations made by looking at the amount of stretching
every 5 minute for 1 hour. The data obtained and analyzed statistically with one-
way ANOVA tests and Independent T Tests with 95% confidence level.
Based on the analysis, it is found that there are not significant differences
between the treatment method of noise and the treatment method of maximum
physical activity of analgesic paracetamol.
Key Words: Stress, Stressor, Noisy methode, maximal physical activity,
paracetamol, analgesic
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, semua individu pasti pernah mengalami suatu keadaan
di mana ada perasaan tertekan atau stres. Menurut Nevid, Rathus, dan Greene
(2005), sumber stres kebanyakan disebabkan oleh berbagai peristiwa kehidupan
yang kita alami serta dalam respon fisik dan emosi kita saat menghadapinya.
Stres dapat didefinisikan sebagai pengalaman emosional negatif yang
disertai dengan adanya perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif serta
perilaku yang bertujuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang
menyebabkan stres. Faktor yang dapat memicu terjadinya stres disebut dengan
stresor. Menurut teorinya, stresor fisik maupun psikologik dapat mengakibatkan 3
tingkatan gejala yaitu tahap reaksi alam, resistensi dan tahap kehabisan tenaga
(Gunawan, Sumadiono, 2007). Penyebab stres (stresor) dikelompokkan menjadi
dua yaitu: stresor fisik dan stresor psikososial (Gunarsa, 2002). Stresor dapat
terjadi dengan berbagai macam metode, salah satu metodenya yaitu metode bising
dan metode aktivitas fisik maksimal. Metode bising merupakan metode pemberian
stres dengan paparan bising menggunakan intensitas 85-100 dB di mana intensitas
ini merupakan batas tertinggi dari kondisi jalan raya yang hiruk pikuk dan
perusahaan yang gaduh (Inayah, 2008). Sedangkan metode aktivitas fisik
maksimal merupakan metode dengan berenang selama 25-45 menit hingga
mencapai aktivitas maksimal (Harahap, 2008).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Stres bukan merupakan suatu penyakit itu sendiri, tetapi banyak penyakit
manusia yang bila ditelurusi berakar pada kondisi stres dari si pengidap. Stres
akan memicu berbagai macam penyakit mulai dari gangguan pencernaan, tekanan
darah tinggi, asma, migrain, sampai depresi dan penyakit lainnya (Looker dan
Gregson, 2005). Individu yang mengalami stres dapat merasakan nyeri yang lebih
hebat. Seperti pada penderita pasca bedah selektif yang mengalami kecemasan
merasakan nyeri lebih tinggi dari pada yang tidak mengalami kecemasan (Suwito,
Putra, Sudiana, dan Mu’afiro, 2004).
Ketika tubuh kita mengalami paparan oleh stresor dan mengakibatkan
stres, hipotalamus akan menstimulasi sistem saraf simpatik yang akan
menyebabkan adrenal medulla akan mampu mensekresikan katekolamin.
katekolamin akan masuk ke sirkulasi darah dan memicu peningkatan irama
jantung, pernafasan, serta metabolisme glukosa. Pada saat yang sama hipotalamus
juga akan melepaskan hormon Corticotropin-releasing-hormone (CRH) yang
dihantarkan oleh sirkulasi darah menuju ke kelenjar pituitaridan selanjutnya akan
mensekresi hormon lain termasuk Adrenocorticotropic hormone (ACTH), yang
mengaktivasi kelenjar adrenal yang dan akan melepaskan kortisol (Seligman,
Walker, Rosenham, 2001).
Pada umumnya, individu yang mengalami rasa nyeri pasti membutuhkan
obat atau senyawa yang dapat menghilangkan rasa sakit atau nyeri yang muncul
akibat rasa cemas atau khawatir maupun beberapa faktor yang menyebabkan
seseorang stres dan menimbulkan nyeri. Golongan obat yang sering digunakan
untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri yaitu analgesik. Ada penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sebelumnya yang menunjukkan bahwa stres dapat menurunkan efek analgesik
parasetamol dosis terapi (91 mg/kg) yang ditunjukkan dengan terjadinya
penurunan persen proteksi geliat tiap interval waktu pada kelompok perlakuan
parasetamol yang diberi pra-perlakuan stres terhadap kelompok perlakuan
parasetamol tanpa diberi pra-perlakuan stres (Bertiyanto, 2009).
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan
(Sukandar,Andrajati, Sigit, Adyana, Setiadi, Kusnandar, 2008). Nyeri berdasarkan
durasi muncul nyeri yaitu nyeri akut dan kronik. Nyeri kronik biasanya terjadi
karena kerusakan saraf, sedangkan nyeri akut merupakan nyeri yang
menimbulkan reflek untuk menghindari sumber nyeri.
Salah satu contoh obat yang tergolong analgesik di mana mampu
menekan ataupun menghilangkan rasa nyeri adalah parasetamol atau disebut juga
dengan asetaminofen. Obat jenis ini berguna untuk analgetik dan antipiretik.
Parasetamol ini menginhibisi sintesis prostaglandin pada sistem saraf pusat dan
perifer dengan memblok impuls nyeri (Lacy, Amstrong, Goldman, Lance, 2009).
Parasetamol ini mudah didapatkan dan tidak memiliki daya kerja sebagai
antiradang, serta tidak menimbulkan iritasi pada lambung. Selain itu, efek
samping yang ditimbulkan paling ringan.
Berdasarkan hal di atas, pada penelitian ini penulis ingin mengamati
pengaruh stresor dengan metode bising dan metode aktivitas fisik maksimal
terhadap efek analgesik pada parasetamol. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi tambahan kepada masyarakat mengenai penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
obat analgesik pada keadaan stres yang disebabkan oleh metode stresor yang
berbeda dalam hal ini metode stresor dengan metode bising dan metode aktivitas
fisik maksimal.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka permasalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh pemberian stresor dengan metode bising dan metode
aktivitas fisik maksimal tehadap efek analgesik parasetamol?
b. Apakah terdapat perbedaan pengaruh stresor dengan metode bising dan
metode aktivitas fisik maksimal terhadap efek analgesik parasetamol?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, telah dilakukan penelitian yang terkait
dengan pengaruh stresor :
a. Pengaruh Stresor Psikososial Terhadap Peningkatan Kadar Kortisol dan
IL-1 Beta Serum pada Tikus Jantan Galur Wistar yang dilakukan oleh
Suwito, dkk.(2004). Hasil analisis menunjukkan bahwa stresor psikososial
restraint test meningkatkan kadar kortisol dan IL-1 beta serum pada tikus
jantan galur Wistar.
b. Pengaruh Stres Terhadap Efek Analgesik Parasetamol pada Mencit Putih
Jantan dengan Metode Rangsang Kimia yang dilakukan oleh Bertiyanto
(2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stres mampu menurunkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
efek analgesik parasetamol. Persen proteksi geliat kelompok perlakuan
parasetamol tanpa pra perlakuan stres dengan pra-perlakuan stres berturut-
turut sebesar 47,94% dan 25,29% serta terdapat perbedaan bermakna
antara kelompok parasetamol tanpa pra-perlakuan stres dengan kelompok
perlakuan parasetamol yang diberi pra perlakuan stres.
c. Pengaruh Kebisingan Terhadap Jumlah Leukosit Mencit BALB/C yang
dilakukan oleh Inayah (2008). Kesimpulan dari penelitian ini,
menunjukkan bahwa jumlah leukosit kelompok yang diberi kebisingan
akut lebih tinggi disbanding kelompok kontrol tetapi masih dalam rentang
yang normal.
d. Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Leukosit dan Hitung
Jenis Leukosit pada Mencit (Mus musculus L) Jantan yang dilakukan oleh
Harahap (2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Aktivitas Fisik
Maksimal (AFM) dapat meningkatkan jumlah leukosit dan hitung jenis
limfosit secara signifikan dan AFM dapat menurunkan hitung jenis
neutrophil, eosinophil, dan monosit secara signifikan, sedangkan hitung
jenis basophil tidak ada perubahan.
Hingga saat ini belum ada penelitian yang membahas tentang pengaruh
stresor dengan metode bising dan metode aktivitas fisik maksimal terhadap.
efek analgesik parasetamol pada mencit jantan dengan metode rangsang kimia.
Perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya adalah jumlah metode stresor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang digunakan untuk melihat efek analgesik pada penelitian ini ada dua
macam metode dan waktu penelitiannya berbeda.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis: memberikan tambahan informasi di bidang kefarmasian
mengenai pengaruh stresor dengan metode bising dan metode aktivitas
fisik maksimal terhadap efek analgesik.
b. Manfaat praktis: memberi informasi baru bagi pelayanan kefarmasian
pada masyarakat tentang pengaruh stresor dengan metode bising dan
metode aktivitas fisik maksimal terhadap efek analgesik dari parasetamol.
c. Manfaat metodologis: menjadi salah satu metode alternatif untuk
pengujian pengaruh stresor dengan metode bising dan metode aktivitas
fisik maksimal terhadap efek analgesik dari suatu obat di mana metode
alternatif ini merupakan gabungan dari dua metode yaitu metode perlakuan
stres dan metode rangsang kimia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menambah informasi tentang pengaruh stresor dengan metode bising dan
metode aktivitas fisik maksimal terhadap efek analgesik.
2. Tujuan khusus
Membuktikan bahwa ada perbedaan pengaruh stresor dengan metode
bising dan metode aktivitas fisik maksimal terhadap efek analgesik khususnya
dari obat parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Stres
Stres didefinisikan sebagai suatu ketegangan fisiologis maupun
psikologis yang disebabkan oleh adanya rangsangan merugikan, fisik, mental atau
emosi, internal ataupun eksternal, yang cenderung mengganggu fungsi organisme
dan keinginan alamiah organisme tersebut untuk menghindar (Dorland and
Newman, 2000). Stres juga memiliki wujud dengan ukuran, bentuk, dan intensitas
yang berbeda-beda. Beberapa orang sering kali lebih cemas daripada orang lain,
dan sebagian di antaranya memilih meledakkan amarah untuk mengatasinya
(Roizen dan Oz, 2009).
Dalam kamus Webster's, stres dinyatakan bahwa stres adalah faktor fisik,
kimia, atau emosional yang dapat menyebabkan ketegangan pada tubuh maupun
mental dan dapat bertindak sebagai faktor penyebab penyakit. Berbagai hal dapat
bertindak sebagai penyebab dari stres dan hanya kemampuan kita dalam hal
mengelola munculnya faktor penyebab stres yang dapat menentukan seberapa
besar tingkatan stres yang akan terjadi pada kita (Colbert, 2011). Stres menurut
Looker dan Gregson (2005) adalah sebuah keadaan ketika ada ketidaksesuaian
antara tuntutan yang harus dijalani dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres
merupakan keseimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutan tersebut
dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang
menentukan kita merasakan stres atau tidak.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dalam perkembangannya ada tiga pendekatan stres. Pendekatan yang
pertama yaitu stres sebagai suatu stimulus. Berdasarkan konsep stres sebagai suatu
stimulus ini titik beratnya terdapat pada lingkungan dan stres dalam hal ini
digambarkan sebagai stimulus atau variabel bebas. Konsep pendekatan ini
ditunjukkan dalam gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Stres sebagai suatu stimulus (Smet, 1994)
Kelemahan dari model pendekatan ini ditunjukkan oleh perbedaan individual,
tingkat toleransi seseorang dan harapan-harapannya serta tidak adanya kriteria
yang obyektif yang dapat mengukur situai penuh stres (Smet,1994).
Pendekatan yang kedua yaitu pendekatan stres sebagai respon. Pada
gambar 2 ditunjukkan bahwa fokusnya terletak pada reaksi seseorang terhadap
stresor. Respon stres yang terjadi terdiri dari respon psikologi, fisiologi dan
tingkah laku.
LINGKUNGAN
Respon
Ketegangan
stres
stres stres stimulus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
LINGKUNGAN
Stimulus Respon
Gambar 2. Stres sebagai suatu respon (Smet, 1994)
Pendekatan yang ketiga yaitu pendekatan yang menggambarkan stres
sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan. Pada pendekatan ini, stres
merupakan proses antara pengantara (agen) yang aktif dapat mempengaruhi
stresor.
B. Distres dan Eustres
Distres didefinisikan sebagai suatu penderitaan atau kengerian fisik
maupun mental (Dorland, 2000). Distres juga didefinisikan sebagai suatu stres
yang berkelanjutan yang tidak dapat terselesaikan oleh mekanisme penyelesaian
masalah atau adaptasi dan dapat memberikan dorongan untuk melarikan diri pada
perilaku menarik diri dalam keadaan depresi (Nurdin, 2011). Ketika menghadapi
jumlah tuntutan yang semakin banyak atau memandang tuntutan yang
menghadang kita sebagai ancaman, kita perlu membuat satu penilaian tentang
kemampuan untuk menghadapinya. Distres juga dapat muncul karena terlalu
sedikitnya tuntutan yang merangsang, yang dapat menyebabkan kebosanan dan
Agen
stres
Respon
stres
Psikologi
Fisiologi
Tingkah Laku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
frustasi. Dalam kasus ini, kemampuan yang dirasakan lebih berat dari pada
tuntutannya (Looker dan Gregson, 2005).
Eustres merupakan stres yang dianggap dapat meningkatkan fungsi fisik
(Nurdin, 2011). Eustres dapat dialami ketika kemampuan yang kita rasakan untuk
mengatasi tekanan yang dirasakan. Situasi eustres dapat membangkitkan rasa
percaya diri, menjadi terkontrol dan mampu mengatasi dan menangani tugas,
tantangan, dan tuntutan- tuntutan (Looker dan Gregson, 2005).
C. Stresor
Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan
reaksi stres, misalnya jumlah semua respon fisiologik nonspesifik yang
menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis (Sriati, 2008). Stresor merupakan
sumber penyebab terjadinya stres. Stresor menyangkut faktor-faktor psikologis
dan perubahan hidup (Nevid, Rathus, Greene, 2005). Menurut Nasution (2007)
stresor dapat berwujud atau fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan
dengan lingkungan sosial, seperti interaksi sosial. Penyebab stres yang disebut
sebagai stresor dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: stresor fisik
dan stresor psikososial (Gunarsa, 2002).
Adanya perubahan fisiologi tertentu seperti ketidakseimbangan
hormonal, nutrisi buruk, dan berbagai faktor yang terkait penuaan, dapat
meningkatkan beban stres pada seseorang (Colbert, 2011). Stresor fisik (faktor
lingkungan) yaitu faktor-faktor yang menjadi penyebab stres seperti makanan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
obat-obatan, hamil, abortus, operasi, cedera, penyakit, panas, dingin haus dan
kelelahan (Gunarsa,2002).
Stresor psikososial merupakan setiap situasi sosial, yaitu peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seorang, sehingga orang tersebut harus
beradaptasi, berusaha menanggulangi stresor yang muncul (Gunarsa, 2002).
Menurut Nasution (2007) ada beberapa jenis stresor psikososial, yaitu: tekanan,
frustasi, dan konflik. Diyakini bahwa otak sendirilah yang mempersepsikan
apakah situasi maupun keadan tertentu, merupakan penyebab dari stres. Sehingga
bila sejak awal sudah menganggap suatu situasi tersebut menjadi sebuah ancaman
atau penyebab stres. Jadi pikiran kita menjadi salah satu faktor yang penting
dalam peranannya atas terjadinya stres (Colbert, 2011).
D. Bising
Menurut Wahyu (2003) definisi kebisingan yaitu salah satu faktor bahaya
fisik yang sering dijumpai di lingkungan kerja. Di lingkungan kerja, kebisingan
merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul pada industri besar.
Kebisingan menurut Permenkes RI NO: 718 / MENKES / PER / XI / 1987 tentang
kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, kebisingan adalah terjadinya
bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga mengganggu dan atau membahayakan
kesehatan (Babba, 2007). Kebisingan bisa disebabkan oleh berbagai macam
sumber seperti kebisingan yang berasal dari peralatan dan mesin. Kebisingan
dapat juga merugikan kesehatan manusia. Salah satu gangguan yang terjadi adalah
gangguan fisiologis. Efek fisiologis dari kebisingan terhadapa kesehatan manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dibedakan menjadi efek jangka panjang dan efek jangka pendek. Efek jangka
pendek yang terjadi dapat berupa reflek otot (kontraksi otot-otot), dan respon
sistem kardiovaskular berupa takikardi dan meningkatnya tekanan darah. Pada
respon gastrointestinal efek ini dapat berupa gangguan dismotilitas sampai
timbulnya keluhan dispepsia. Sedangakan efek jangka panjang dapat berupa
gangguan homeostatis tubuh karena hilangnya keseimbangan simpatis dan
parasimpatis yang secara klinis dapat berupa keluhan psikosomatik akibat
angguan saraf otonom (Arifiani, 2004).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Inayah (2008), dikatakan bahwa
bising merupakan peningkatan suara dengan gelombang kompleks yang tidak
beraturan, sehingga bising merupakan salah satu stresor bagi individu. Saat ini
kebisingan mulai meningkat di berbagai negara, padahal bila terjadi berulang kali
dan terus menerus sehingga melampui daya adaptasi individu maka berakibat
terjadi kondisi stres yang merusak. Keadaan bising dapat mengakibatkan
gangguan yang serius dan dapat berpengaruh pada kondisi fisiologis dan
psikologis seseorang. Metode bising yang digunakan untuk membuat hewan uji
menjadi stres berupa paparan suara bising yaitu menggunakan suara mesin pabrik
dan suara mesin kendaraan dengan durasi selama 2 jam setiap hari selama 3 hari
dengan intensitas 85-100 dB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
E. Aktivitas Fisik Maksimal
Aktivitas fisik adalah kerja fisik yang menyangkut sistem pada tubuh
yang ditujukan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas fisik akan
menyebabkan perubahan-perubahan pada tubuh manusia, baik bersifat sementara
maupun yang bersifat menetap. Aktivitas fisik berdasarkan intensitasnya terdiri
tiga jenis yaitu: aktivitas fisik dengan intensitas rendah, aktivitas fisik dengan
intensitas sedang dan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi. Aktivitas fisik
merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat
memberikan pengaruh terhadap berbagai macam aspek (Harahap, 2008).
Aktivitas fisik dengan intensitas maksimal dan melelahkan akan dapat
menyebabkan gangguan imunitas (Hartanti, Pardede, Kodariah, 1999; Harahap,
2008). Aktivitas fisik maksimal ini juga dapat memicu terjadinya ketidak
seimbangan antara produksi radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan
tubuh (Leeuwenburgh dan Heinecke,2001)
Metode aktivitas fisik maksimal yang digunakan untuk memberikan stres
pada hewan uji berupa berenang sekuat-kuatnya hingga hampir tenggelam atau
menunjukkan tanda-tanda kelelahan berupa tenggelam hampir semua badan dan
melelahnya gerakan anggota gerak ketika berenang. Lamanya renang berkisar
antara 25-45 menit (Harahap, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
F. Reaksi Stres
General Adaptation Syndrome atau Sindrom Adaptasi Umum (SAU)
yang mengacu pada respon fisis terukur terhadap stres, terdiri 3 fase atau tahapan
yaitu:
1. Tahapan pertama : Peringatan (Alarm)
Respon tubuh yang pertama kali setelah terjadi stres, yaitu keadaan
peringatan. Gejala inisial sistem saraf otonom mulai muncul. Kadar
nonadrenalin meningkat maka timbul respon fight or flight, sehingga perlu
dilakukan kewaspadaan. Aksis Hipotalamus-hipofisis-adrenal aktif yang
membantu pembentukan kortisol dan ketika stres berakhir aktivitasnya serta
dari sistem saraf otonom akan kembali ke tingkat basal (Nurdin, 2011).
Reaksi peringatan ini, umumnya menyebabkan melonjaknya sekresi hormon
adrenalin dalam waktu yang singkat yang nantinya akan menambah jumlah
energi untuk dapat melawan (fight) atau bereaksi. Kadar adrenalin yang
meningkat dapat membuat seseorang merasa menjadi lebih kuat dan (Colbert,
2011). Sindrome Adaptasi Umum di mana pada saat tubuh terpapar stresor
maka terjadi fase alarm di mana tubuh akan mengaktivasi aksis HPA dan
sistem saraf simpatik, yang akan meningkatkan aktivitas mental dan psikologi
(Seligman, dkk., 2001).
2. Tahap kedua : Resitensi (Resistence)
Dalam tahap ini, usaha beradaptasi dengan situasi negatif yang terjadi.
dalam tahap ini lama kelamaan tubuh akan menghasilkan hormon stres yang
semakin bertambah. Bila otak mengalami stres yang berlebih, maka bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
hipotalamus akan menghasilkan hormon CHR yang selanjutnya dapat
menyebabkan lepasnya hormon ACTH (adrenocorticothropic hormone) oleh
kelenjar pituitari. Hormon ACTH ini, akan menghasilkan kortisol. Pada
keadaan stres, kadar kortisol semakin meningkat (Colbert, 2011). Tubuh
memulai beradaptasi terhadap stresor lingkungannya dan mengupayakan
pertahanan homeostatis melalui mekanisme penyelesaian masalah, sehingga
mobilitas sistem energi dan pertahanan tubuh berlanjut pada tingkat lebih
rendah dari keadaan awal. Pada kondisi tahap ini, tidak selamanya dapat
ditoleransi terus menerus karena semakin berkurangnya sumber daya (Nurdin,
2011).
3. Tahap ketiga : Kelelahan (Exhaustion)
Bila mekanisme penyelesaian masalah tidak efisien dan efektif maka
tubuh sudah tidak mampu lagi mempertahankan normalnya.
Ketidakmampuan secara biologis untuk mempertahankan homeostasis yang
berperan sebagai peringatan ulang. Pada titik inilah, gejala inisial sistem saraf
otonom muncul dengan derajat yang lebih tinggi. Aksis hipotalamus
dirangsang, sehingga kadar kortisol meningkat dan seolah mengalami
akselerasi. Tahap akhir inilah terjadi bermacam-macam manifestasinya seperti
terjadi penurunan fungsi imun, gangguan kardiovaskular, depresi dan lainnya.
Bila sudah mencapai fase ini dan tidak segera diatasi maka akan
menyebabkan terjadinya kematian (Nurdin, 2011).
Menurut Durand dan Barlow (2006) efek-efek fisiologis dari tahapan-
tahapan awal stres yang bersifat mengaktifkan sistem saraf simpatik, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menstimulasi sumber daya yang kita miliki selama menghadapi ancaman atau
bahaya. Caranya yaitu dengan mengaktifkan organ-organ dalam agar tubuh
kita siap mengambil tindakan segera, baik dengan melawan (fight) atau
menghindar / melarikan diri (flight). Perubahan-perubahan ini meningkatkan
kekuatan dan aktivitas mental kita.
G. Hubungan Stres dengan Sistem Endokrin
Selain mempengaruhi sistem saraf simpatis, stres dapat juga
mempengaruhi hipotalamus. Adrenalin dan norepinefrin yang dikeluarkan untuk
persiapan perlawanan terhadap situasi stres yang akan terjadi. Korteks adrenal
yang memproduksi hormon steroid dalam usaha untuk membantu tubuh dalam
menghadapi keadaan stres. Bila adrenalin dan norepinefrin cepat dimetabolisme
tubuh, sedngkan steroid memilki struktur yang besa dan butuh waktu yang lama
untuk dieliminasi. Steroid ini dapat menyebabkan peningkatan pelepasan energi,
penekan respon imun dan respon inflamasi (Leatz and Stolar, 1993).
Ketika tubuh kita mengalami stres, hipotalamus akan menstimulasi
sistem saraf simpatik yang akan menyebabkan adrenal medulla mensekresikan
katekolamin yang akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan memicu peningkatan
irama jantung, pernafasan, serta metabolisme glukosa. Pada saat yang sama
hipotalamus juga akan melepaskan hormon Corticotropin-releasing-hormone
(CRH) yang dihantarkan oleh sirkulasi darah menuju ke kelenjar pituitari.
Kemudian kelenjar pituitari akan mensekresi hormon lain termasuk
Adrenocorticotropic hormone (ACTH), yang mengaktivasi kelenjar adrenal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Meningkatkan pelepasan
energi
Menekan respon inflamasi
Menekan respon imun
dan akan melepaskan hormon stres yang disebut juga sebagai kortisol
(Seligman,dkk., 2001). Seperti yang dijabarkan di atas, gambar 3 ini menunjukkan
alur dari respon stres.
Gambar 3. Respon stres (Seligman, dkk., 2001)
Stresor
Hipotalamus
(melepasankan CRH)
Hipotalamus
Meningkatkan respon
kardiovaskular
Meningkatkan respirasi
Meningkatkan perspirasi
Mengalirkan darah menuju
otot
Menstimulasi aktivitas
mental
Meningkatkan metabolisme
Medula adrenal
(melepaskan
norepinefrin dan
adrenalin)
Kelenjar pituitari
(melepasankan ACTH)
Sistem sraf
simpatik
Kelenjar Adrenal
(melepaskan hormon stres)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
H. Stres Memicu Timbulnya Nyeri
Stres dapat juga mempengaruhi nyeri, tetapi belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kecemasan yang disebabkan
oleh stres dapat meningkatkan rasa sakit atau nyeri. Penjelasan yang masuk akal
mengenai fenomena ini adalah bahwa emotional stress mungkin meningkatkan
rasa sakit atau nyeri dengan peningkatan kecemasan di mana terjadi ketegangan
otot dan respon fisiologik yang lain, yang memicu timbulnya sensasi nyeri
(Bishop, 1994). Menurut Widiastuti (2005), banyak penelitian yang menunjukkan
kaitan antara nyeri kepala tegang dengan maladaptasi faktor lingkungan,faktor
kecemasan serta depresi. Faktor kecemasan yang menjadi salah satu faktor yang
dapat menurunkan ambang nyeri dan toleransi terhadap nyeri sehingga akan lebih
mudah terbentuk rasa nyeri kepala tegang. Nyeri dan cemas secara langsung
dapat menimbulkan stres pada sistem imun, atau melalui peptide hipotalamik,
kelenja pituitari dan katekolamin sebagai produk cabang simpatis. CRH, ACTH
dan substansi P merupakan beberapa substansi yang menjadi penghubung antara
kedua sistem otak dan sistem imun. Otak akan memberi respon terhadap stres
dengan melepas CRH oleh PVN dan terjadi beberapa perubahan yang diinduksi
stres, diantaranya aktivasi aksi HPA dan aksis Medula adrenal simpatik
(Triyono,2005).
Nyeri dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau stres. Stres yang
disebabkan oleh aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan
atau sel. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan kebutuhan oksigen selama
terjadinya aktivitas fisik, sedangkan asupan oksigen yang diperoleh tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mencukupi sehingga terjadi ketidak seimbangan antara asupan oksigen yang
diterima dan yang dikeluarkan. Ketidak seimbangan antara kebutuhan oksigen ini
terkait dengan produksi radikal bebas yang dkenal sebagai stres oksidatif
(Iriyanti,2008).
I. Nyeri
Menurut Sukandar dkk. (2008), nyeri merupakan suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
adanya kerusakan jaringan. Tahapan awal munculnya sensasi nyeri yaitu dengan
adanya rangsangan atau stimulasi pada reseptor yang dikenal dengan nosiseptor.
Reseptor ini terdapat pada struktur somatik dan viseral. Aktivasi reseptor ini
dilakukan oleh rangsangan kimia, suhu, dan mekanis. Tahap berikutnya yaitu
tahap transmisi (Dipiro, Talber, Matzke, Wells, Posey, 2008).
Suatu nyeri akan dirasakan secara sadar ketika proses transmisi nyeri
menuju otak berjalan dengan baik. Tubuh secara alami akan dapat menangani
rangsangan nosiseptif melalui tahap modulasi. Pada tahap modulasi ini yang
dilakukan tubuh yaitu menghambat transmisi nyeri. Sistem saraf pusat juga
memiliki sitem yang berguna untuk mengontrol transmisi nyeri (Dipiro et
al,2008). Mekanisme terjadinya nyeri berkaitan dengan aktivitas enzim
cyclooxygenase (COX) yang memetabolisme asam arakhidonat menjadi
prostaglandin (PG).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
J. Analgetika
Analgetik ini terdiri dari dua jenis yaitu analgetik narkotik dan analgetik
non narkotik. Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang digunakan untuk
meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ
viseral. Kerja analgetik narkotik yaitu mengurangi nyeri dengan menurunkan
persepsi rasa nyeri atau menaikkan nilai ambang rasa sakit.analgetik narkotik ini
tidak mempengaruhi sistem saraf perifer. Contoh analgetik parasetamol yang
masih digunaan hingga sekarang : morfin HCl, kodein, petidin, dan fentanyl HCl
(Priyanto, 2008),
Analgetik non narkotik berasal dari golongan antiinflamasi non steroid
(AINS) dan berfungsi menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. AINS ini
bukan hanya sebagai analgetik, tetapi berfungsi juga sebagai antipiretik dan
antiinflamasi (Priyanto, 2008). Efek analgesik AINS digunakan baik di perifer
maupun di sentral, tetapi efek di perifernya lebih banyak. Efek analgesik biasanya
berhubungan dengan efek antiinflamasi dan diakibatkan oleh inhibisi sintesis
prostaglandin dalam jaringan yang meradang. Prostaglandin menghasilkan sedikit
nyeri, tetapi mempotensiasi nyeri yang disebabkan oleh mediator inflamasi lain
(Neal, 2005). Obat AINS ini memiliki efek analgesik yang jauh lebih lemah
daripada efek analgesik opiat atau analgesik narkotik. Mekanisme kerja obat ini
hanya mengubah persepsi sensorik nyeri dan tidak mempengaruhi sensorik
lainnya (Tanu, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
K. Parasetamol
Parasetamol merupakan analgesik lemah yang banyak digunakan, secara
normal mengalami glukoronnidasi dan sulfatasi (Neal, 2005). Parasetamol
merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, dan memiliki rasa pahit.
Parasetamol larut dalam air mendidih, NaOH, dan mudah larut dalam etanol.
Bobot molekul parasetamol 151,16 dengan rumus molekul C8H9NO2 (Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Gambaran dari bentuk struktur
parasetamol atau C8H9NO2 ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4. Struktur Parasetamol (Anonim, 2011).
Parasetamol ini menginhibisi sintesis prostaglandin pada sistem saraf
pusat dan perifer dengan memblok impuls nyeri (Lacy, dkk., 2009). Obat ini
bekerja dengan menghambat biosintesis prostaglandin terutama di hipotalamus,
sehingga obat ini sangat efektif sebagai analgesik antipiretik. Selain itu
parasetamol bekerja mengurangi produksi prostaglandin dengan cara menghambat
enzim cyclooxygenase (COX). (Rang, Dale, Ritter dan Flower, 2007).
Parasetamol merupakan obat yang aman bila digunakan dalam dosis terapi dan
tidak menimbulkan iritasi pada lambung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
L. Metode Pengujian Daya Analgesik secara in-vivo
Salah satu metode pengujian daya efek analgesik secara in-vivo pada
golongan analgetika non narkotika, yaitu metode rangsang kimia. Metode
rangsang kimia ini menggunakan zat kimia yang diinjeksikan pada heawan uji
secara i.p (intraperitonial), sehingga akan menimbulkan nyeri. Beberapa zat kimia
yang biasanya digunakan antara lain asam asetat dan fenil kuinon. Metode ini
cukup peka untuk pengujian senyawa analgesik dengan daya analgesik lemah,
selain itu metode ini sederhana. Pemberian analgesik akan mengurangi rasa nyeri
sehingga jumlah geliat dalam jangka waktu tertentu akan berkurang. Daya
analgesik dapat dievaluasi menggunakan persamaan menurut Handerson dan
Forsaith.
Keterangan :
O = jumlah kumulatif geliat mencit kelompok perlakuan.
K = jumlah kumulatif geliat mencit kelompok kontrol. (Turner, 1965).
M. Landasan Teori
Stres merupakan suatu keadaan atau kondisi ketegangan fisiologis
maupun psikologis yang disebabkan oleh adanya rangsangan merugikan, fisik,
mental atau emosi, internal maupun eksternal, yang mengganggu fungsi
organisme (Dorland and Newman, 2000). Stres disebabkan oleh stresor, di mana
stresor memiliki dua jenis yaitu stresor fisik dan stresor psikososial. Stres dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dipengaruhi oleh stresor. Metode stresor yang digunakan adalah metode aktivitas
fisik maksimal yaitu dengan berenang selama 30 menit (Harahap,2008) dan
metode bising yaitu pemberian paparan bising dengan intensitas >85 dB
(Inayah,2008). Stres ini dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit. Salah satu
penyakit yang diakibatkan oleh keadaan stres ini adalah nyeri. Nyeri merupakan
suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan (Sukandar, 2008). Untuk
mengurangi nyeri diberikan obat golongan analgesik perifer yaitu parasetamol.
Metode yang digunakan untuk menguji efek analgesik adalah metode rangsang
kimia, yaitu dengan memberikan injeksi asam asetat yang berfungsi sebagai
pemberi rasa nyeri.
Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa efek
analgesik parasetamol dosis terapi (91 mg/kg) menurun pada kondisi atau
keadaan stres. Penurunan efek tersebut ditunjukkan dengan terjadinya penurunan
persen proteksi geliat tiap interval waktu pada kelompok perlakuan parasetamol
yang diberi pra-perlakuan stres terhadap kelompok perlakuan parasetamol tanpa
diberi pra-perlakuan stres (Bertiyanto,2009).
N. Hipotesis
1. Stres yang disebabkan stresor dapat menurunkan efek analgesik parasetamol,
baik pada metode bising maupun aktivitas fisik maksimal.
2. Terdapat perbedaan pengaruh stresor dengan metode bising dan aktivitas fisik
maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, di mana
dilakukan perlakuan terhadap seluruh subyek uji dan bersifat eksploratif yaitu
untuk mengetahui pengaruh stresor dengan metode bising dan metode aktivitas
fisik maksimal terhadap efek analgesik parasetamol.
Rancangan penelitian yang digunakan merupakan rancangan acak
lengkap pola searah. Acak berarti pengelompokan mencit dilakukan secara
random, setiap subyek uji memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan ke
dalam kelompok perlakuan.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel utama
1) Variable bebas: pengaruh jenis stresor dengan metode bising dan
metode aktivitas fisik maksimal terhadap parasetamol.
2) Variable tergantung: jumlah geliat mencit.
b. Variabel pengacau terkendali
1) Jenis kelamin mencit : mencit putih jantan
2) Galur mencit : Wistar
3) Berat badan mencit (20-30 gram)
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4) Umur mencit (2-3 bulan)
c. Variabel pengacau tak terkendali
1) Kondisi patologis dari mencit yang digunakan pada penelitian ini.
2. Definisi Operasional
a. Stres merupakan keadaan di mana merasa adanya ancaman dengan sesuatu
atau ketidak mampuan dalam mengatasi yang dapat mempengaruhi
keadaan fisiologis maupun psikologis. Dalam penelitian stres pada hewan
uji adalah ketika hewan uji diberi paparan stresor dengan metode yang
ditentukan.
b. Aktivitas fisik maksimal adalah kerja fisik dengan intensitas tinggi yang
menyangkut sistem pada tubuh dan menyebabkan perubahan-perubahan
pada tubuh. Aktivitas fisik maksimal berupa renang selama 30 menit yang
dilakukan selama 3 hari.
c. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki serta dapat
membahayakan kesehatan. Pemaparan bising yang diberikan
menggunakan intensitas 85 sampai 100 dB selama 2 jam per hari yang
dilakukan selama 3 hari.
d. Pengukuran intensitas bunyi untuk bising menggunakan alat sound level
meter.
e. Nyeri ditunjukkan dengan munculnya geliat setelah diberi asam asetat.
f. Analgetika adalah senyawa yang dapat mengurangi rasa nyeri, tanpa
menghilangkan kesadaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
g. Geliat merupakan suatu respon dari mencit yaitu ketika kaki belakang
dijulurkan ke arah belakang dan bagian perut menempel pada alas atau
tempat pengamatan.
h. Metode rangsang kimia merupakan salah satu metode uji efek analgesik
dengan mengukur jumlah geliat tiap 5 menit selama 60 menit setelah
mencit diinjeksi asam asetat secara i.p.
C. Bahan atau Materi Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: hewan uji
mencit putih jantan galur Wistar sehat dengan umur 2-3 bulan dan memiliki berat
badan 20-30 gram sebanyak 30 ekor. Seluruh bahan diperoleh dari Laboratorium
Hayati Imono, Laboratorium Biokimia-Fisiologi Manusia, dan Farmakologi-
Biofarmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
D. Alat atau Instrumen yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: tempat kaca dengan
tutup yang terbuat dari kardus dan dilapisi karpet dan aquarium kaca sebagai
tempat untuk perlakuan stres dengan bising, speaker, timbangan mencit,
timbangan analitik, alat suntik oral, alat suntik parenteral (intraperitonial), alat-
alat gelas, dan alat pencatat waktu (stopwatch).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
E. Tata Cara Penelitian
1. Penentuan metode perlakuan stres
a. Untuk kelompok perlakuan stres dengan metode aktivitas fisik maksimal,
masing-masing mencit dimasukkan dalam bejana atau aquarium berisi air
yang nantinya mencit tersebut berusaha untuk berenang. Perlakuan ini
dilakukan selama 30 menit selama 3 hari berturut-turut.
b. Untuk kelompok perlakuan stresor dengan metode bising, masing-masing
mencit dimasukkan ke dalam wadah kaca bersekat yang diberi suara bising
dengan intensitas 85-100 dB. Perlakuan tersebut dilakukan selama 2 jam
per hari selama 3 hari berturut-turut.
2. Penentuan metode uji efek analgesik
Pada penelitian ini peneliti memilih metode uji efek analgesiknya
adalah metode uji rangsang kimia, karena metode ini mudah dilakukan dan
pengerjaannya relatif singkat serta hasil yang diperoleh cukup akurat. lain itu
hasil yang ditunjukkan mudah untuk diamati.
3. Pembuatan sediaan
a. Pembuatan larutan asam asetat 1% dengan dosis 100 mg/kg BB
Larutan asam asetat 1% dibuat dengan mengambil asam asetat
100% sebanyak 0,25 ml menggunakan pipet, lalu dilarutkan dalam
aquades secukupnya, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga
volumenya 25 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Pembuatan larutan CMC-Na 1% 100 ml
Menimbang dengan seksama serbuk CMC-Na sebanyak 1 gram
dilarutkan dengan air panas secukupnya sambil diaduk sampai 100,0 ml.
CMC yang digunakan adalah Natrium karboksil metil selulosa (bersifat
higroskopik).
c. Pembuatan suspensi parasetamol dalam CMC-Na 1%
Suspensi parasetamol dibuat dengan mensuspensikan parasetamol
sebanyak 0,1 gram dalam CMC-Na 1% yang telah dibuat hingga
volumenya 10 ml.
4. Penentuan dosis
a. Penentuan dosis asetat
Dosis yang digunakan yaitu 50 mg/kg BB. Subyek uji diinjeksi
secara i.p. dengan asam asetat dan diamati geliat setiap 5 menit selama 60
menit.
b. Penentuan dosis parasetamol
Dosis parasetamol yang biasa digunakan sebesar 500 mg/50 kg BB.
Dosis ini akan dikonversikan ke mencit sehingga didapat dosis 91 mg/kg
BB (dosis terapeutik).
5. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Senyawa uji yang digunakan adalah suspensi parasetamol dalam CMC-
Na 1% dengan dosis 91 mg/kg BB. Selang waktu pemberian asam asetat yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
15 menit. Selang waktu pemberian yang dipilih adalah selang waktu yang
memberikan jumlah geliat paling sedikit dibanding dengan kelompok
perlakuan lainnya.
6. Perlakuan pada hewan uji
Hewan uji dikelompokkan secara random kemudian ditimbang.
Dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok teridiri dari 5 mencit:
1. kelompok kontrol CMC tanpa perlakuan stres dengan pemberian CMC-
Na 1% b/v dan asam asetat 1% v/v.
2. kelompok kontrol parasetamol tanpa perlakuan stres dengan pemberian
parasetamol 91 mg/kg BB dan asam asetat 1% v/v.
3. kelompok perlakuan CMC + aktivitas fisik maksimal (mencit
diberenangkan selama 30 menit selama 3 hari) dengan pemberian CMC-
Na 1% b/v dan asam asetat 1% v/v.
4. kelompok perlakuan parasetamol + aktivitas fisik maksimal (mencit
diberenangkan selama 30 menit selama 3 hari) dengan pemberian
parasetamol 91 mg/kg BB dan asam asetat 1% v/v.
5. kelompok perlakuan CMC + bising (mencit diberi suara bising selama 2
jam per hari selama 3 hari) dengan pemberian CMC-Na 1% b/v dan asam
asetat 1% v/v.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
6. kelompok perlakuan parasetamol + bising (mencit diberi suara bising
selama 2 jam per hari selama 3 hari) dengan pemberian parasetamol 91
mg/kg BB dan asam asetat 1% v/v.
Masing-masing perlakuan dilakukan pengamatan jumlah geliat
selama 60 menit
Mencari % daya analgesik dihitung dengan rumus :
% daya analgesik = 100% - ( × 100% )
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh berupa jumlah geliat mencit pada kelompok kontrol
CMC (tanpa perlakuan stres); kelompok kontrol parasetamol (tanpa perlakuan
stres); kelompok perlakuan CMC + aktivitas fisik maksimal; kelompok perlakuan
parasetamol + aktivitas fisik maksimal; kelompok perlakuan CMC + bising; dan
kelompok perlakuan PCT + bising. Kemudian dihitung jumlah geliatnya dan
dianalisis secara statistik.
Penggujian yang dilakukan adalah uji Shapiro-Wilk (uji normalitas), uji
One Way Anova, Uji Post Hoc dan uji Independent t-test (uji yang digunakan
untuk membandingkan hasil dari kelompok perlakuan aktivitas fisik maksimal
dan kelompok perlakuan bising). Selain itu, dari hasil jumlah geliat dihitung juga
persentase daya analgesik dari masing-masing mencit dan dibandingkan dengan
kelompok lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Stresor dengan Metode Bising dan Metode Aktivitas Fisik
Maksimal tehadap Efek Analgesik Parasetamol
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk meneliti efek
analgesik yaitu dengan menggunakan metode rangsang kimia dengan pemberian
asam asetat. Asam asetat ini merupakan iritan yang dapat merangsang nyeri, yang
disuntikkan secara intraperitonial (i.p) dan dapat menimbulkan kerusakkan secara
lokal. Mencit yang disuntik secara i.p dengan asam asetat akan menunjukkan
respon berupa geliat. Geliat merupakan respon dari mencit yaitu ketika kaki
belakang dari mencit menjulur ke belakang dan bagian perut menempel pada alas
atau lantai. Geliat muncul karena respon dari rasa sakit yang dirasakan oleh
mencit akibat pemberian asetat. Pengamatan jumlah geliat ini dilakukan setiap 5
menit selama 60 menit. Jumlah geliat yang ditunjukkan oleh kelompok mencit
akan diamati dan selanjutnya akan dianalisis. Analisis secara statistik yang
digunakan pada penelitian ini yaitu uji Shapiro-Wilk (uji normalitas), uji One Way
Anova, uji Post Hoc dan uji Independent t-test.
Mengacu dari penelitian yang pernah ada yang dilakukan oleh Bertiyanto
pada tahun 2009, dosis parasetamol yang digunakan untuk penelitian ini sebesar
91 mg/kg BB mencit. Alasan pemilihan dosis 91 mg/kg BB mencit karena dosis
ini merupakan dosis terapi yang optimal dari parasetamol yang diberikan untuk
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mencit. Pemberian parasetamol ini dilakukan setelah mencit mendapat perlakuan
stres maupun tanpa perlakuan stres dan kemudian ditunggu hingga 15 menit
setelah pemberian parasetamol. Selang waktu selama 15 menit dipilih berdasarkan
penelitian yang pernah dilakukan dan diuji dengan waktu lainnya. Waktu 15 menit
ini menunjukkan bahwa dapat diasumsikan parasetamol yang diberikan sudah
terabsorpsi sepenuhnya. Setelah 15 menit kemudian diberi asam asetat dengan
dosis 50 mg/kg BB, di mana asam asetat ini berfungsi untuk memberikan
rangsangan nyeri.
Penggunaan CMC-Na yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
pelarut parasetamol karena parasetamol tidak dapat larut dalam air (aquadest).
Konsentrasi CMC-Na yang digunakan adalah CMC-Na sebesar 1 %. Suspensi
CMC-Na ini hanya bersifat sebagai suspending agent sehingga tidak akan
berpengaruh terhadap daya analgesik pada parasetamol.
1. Pengaruh Stresor dengan Metode Akifitas Fisik Maksimal terhadap Efek
Analgesik Parasetamol
Metode stresor yang digunakan pada pengujian aktivitas fisik maksimal
yaitu berupa renang, di mana hewan uji dibiarkan berenang selama 30 menit
hingga hampir tenggelam dalam akuarium kaca. Perlakuan renang terhadap
hewan uji dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan pada hari ketiga setelah
hewan uji berenang kemudian diberi parasetamol dan asam asetat untuk
selanjutnya diamati geliat yang muncul. Respon geliat mencit diamati dan
dicatat tiap 5 menit selama 60 menit. Berdasarkan hasil penelitian pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kelompok aktivitas fisik maksimal, diperoleh untuk rata-rata jumlah geliat
yang telah diringkas dalam tabel I.
Tabel I. Rata-rata Jumlah Geliat Mencit pada Kelompok Stresor dengan
Metode Aktivitas Fisik Maksimal
Kelompok Rata-rata Jumlah Geliat ± SD
Kontrol CMC 85,5 ± 9,5
Kontrol PCT 47, 6 ± 10,5
Perlakuan CMC + AFM 128 ± 23,8
Perlakuan PCT + AFM 51,2 ± 9,2
Setelah didapat data rata-rata jumlah geliat mencit pada kelompok stresor
dengan metode aktivitas fisik maksimal dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan uji Shaphiro-Wilk (pengujian normalitas untuk sampel yang
kurang dari 50). Berdasarkan uji normalitas, nilai p kelompok kontrol CMC
dan kontrol parasetamol yaitu 0,810 dan 0,763. Pada kelompok perlakuan
CMC+AFM nilai p = 0,457 dan kelompok perlakuan PCT+AFM nilai p =
0,482. Hal tersebut menunjukkan bahwa data tersebut telah terdistribusi secara
normal karena nilai p > 0,05. Selanjutnya, untuk melihat perbedaan antara 4
kelompok maka dilakukan uji One Way Anova, tetapi sebelum itu perlu dilihat
uji homogenitas variansinya supaya diketahui apakah sesuai dengan ketentuan
dan syarat dari uji One Way Anova. Pada kelompok stresor dengan metode
aktivitas fisik maksimal ini menunjukkan bahwa nilai p pada uji homogenitas
0,029; hal ini diartikan bahwa data tidak valid atau variansi tidak sama
sehingga perlu dilakukkan transformasi. Hasil dari tansformasi tersebut
menunjukkan nilai p = 0,486, di mana > 0,05 sehingga data dapat dilanjutkan
dengan uji One Way Anova.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel II. Hasil Uji One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95 % pada
kelompok stresor dengan metode aktivitas fisik maksimal
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .619 3 .206 33.930
.000
Within Groups .097 16 .006
Berdasarkan data di tabel II. ditunjukkan nilai signifikansinya sebesar 0,000.
Dengan ini, diketahui bahwa pada keempat kelompok stresor dengan metode
aktivitas fisik maksimal ini memiliki perbedaan yang bermakna. Dan untuk
menunjukkan gambaran rata-rata jumlah geliat mencit pada kelompok stresor
dengan metode aktivitas fisik maksimal ditampilkan dalam diagram batang
pada gambar 5.
G
ambar 5. Diagram batang kelompok kontrol dan perlakuan vs rata-rata jumlah geliat
pada stresor metode aktivitas fisik maksimal
Untuk mengetahui pada kelompok mana yang memiliki perbedaan yang
bermakna maka perlu dilakukan uji statistik yang berfungsi untuk
menunjukkan kelompok yang berbeda bermakna yaitu uji Post Hoc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tabel III. Hasil Uji Post Hoc dengan taraf kepercayaan 95 % pada kelompok
stresor dengan metode aktivitas fisik maksimal
Kelompok Kelompok Nilai p =
Kontrol CMC
dengan
Kontrol PCT 0,000 Signifikan
Kontrol CMC P. CMC + AFM 0,003 Signifikan
Kontrol CMC P.PCT + AFM 0,000 Signifikan
Kontrol PCT P. CMC + AFM 0,000 Signifikan
Kontrol PCT P.PCT + AFM 0,487 Tidak Signifikan
P. CMC + AFM P.PCT + AFM 0,000 Signifikan Nilai p < 0,05
Dilihat dari data tabel di atas, bahwa antara kelompok kontrol CMC berbeda
bermakna dengan kelompok kontrol parasetamol karena tidak dapat
menghambat nyeri sehingga jumlah geliat yang ditimbulkan oleh kelompok
kontrol CMC lebih banyak dari pada kelompok kontrol parasetamol. Pada
kelompok kontrol CMC dengan kelompok perlakuan CMC+AFM berbeda
bermakna walaupun kedua kelompok tersebut sama-sama diberi CMC tetapi
perbedaannya ditunjukkan dengan adanya pemberian stresor (renang) yang
semakin meningkatkan jumlah geliat bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol CMC tanpa pemberian stresor. Kelompok kontrol CMC juga berbeda
bermakna dengan kelompok perlakuan PCT+AFM. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya perbedaan jumlah geliat pada kelompok perlakuan PCT+AFM
lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol CMC, yang berarti
bahwa dengan adanya pemberian parasetamol pada kelompok perlakuan
mampu mempengaruhi efek analgesik dengan penghambatan efek analgesik
sehingga jumlah geliat pada kelompok perlakuan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan kontrol. Untuk kelompok kontrol PCT juga berbeda
bermakna dengan kelompok perlakuan CMC+AFM di mana perbedaannya
hampir sama dengan kelompok kontrol CMC dengan perlakuan CMC+AFM,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
tetapi hanya berbeda pada kontrolnya yang digunakan adalah parasetamol dan
dapat dilihat dari nilai signifikansinya yaitu 0,003 (kontrol CMC –
p.CMC+AFM) dengan 0,000 (kontrol CMC – p.PCT+AFM). Hanya untuk
kelompok kontrol PCT dengan kelompok perlakuan PCT+AFM berbeda tidak
bermakna karena nilainya melebihi dari 0,05 dan bila dilihat dari diagram
batangnya antara kedua kelompok tersebut tingginya hampir sama, sehingga
dapat dimungkinkan adanya pemberian stresor (renang) tidak berpengaruh
terhadap jumlah geliat dari mencit, walaupun keduanya sama-sama diberi
parasetamol.
2. Pengaruh Stresor dengan Metode Bising terhadap Efek Analgesik
Parasetamol
Untuk uji perlakuan pada kelompok stresor dengan metode bising,
berupa suara-suara bising seperti suara mesin kendaraan bermotor dan suara
mesin pabrik. Metode suara bising ini menggunakan intensitas 85 -100 dB.
Waktu yang digunakan untuk memberi paparan stresor dengan suara bising
adalah 2 jam per hari selama 3 hari berturut-turut (Inayah, 2008).
Pada kelompok perlakuan CMC+Bising dan kelompok perlakuan
PCT+Bising, semua mencit diberi perlakuan stres dengan pemberian suara
bising selama 2 jam/hari selama 3 hari berturut-turut. Pada hari ketiga, mencit
pada kelompok perlakuan CMC+Bising diberi CMC-Na 1% b/v dan setelah
15 menit diberi asam asetat dosis 50 mg/kg BB, sedangkan untuk kelompok
perlakuan PCT+Bising diberi parasetamol dosis 91 mg/kg BB dan setelah 15
menit diberi asam asetat dosis 50 mg/kg BB. Setelah pemberian asam asetat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
diamati dan dicatat jumlah geliat mencit tiap 5 menit selama 60 menit dan
selanjutnya akan dianalisis. Hasil perhitungan dari rata-rata jumlah geliat telah
diringkas dalam tabel IV.
Tabel IV. Rata-rata Jumlah Geliat Mencit pada Kelompok Stresor dengan
Metode Bising
Kelompok Rata-rata Jumlah Geliat ± SD
Kontrol CMC 85,5 ± 9,5
Kontrol PCT 47, 6 ± 10,5
Perlakuan CMC + Bising 88,2 ± 15,6
Perlakuan PCT + Bising 67 ± 13,8
Data yang akan akan dilihat pengaruh stresor dengan metode bising ini,
sebelumnya dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shaphiro-Wilk. Nilai
pengujian normalitas untuk kelompok perlakuan CMC+Bising p = 0,743 dan
pada kelompok perlakuan PCT+Bising p = 0,610. Hal tersebut menunjukkan
bahwa keduanya telah terdistribusi secara normal karena p > 0,05. Selanjutnya
untuk pengujian One Way Anova. Hasil uji tercatat di dalam tabel V.
Tabel V. Hasil Uji One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95 % pada
masing-masing kelompok
Sum of
Squares dF Mean Square F Sig.
Between Groups 6017,750 3 2005,917 12,652 ,000
Within Groups 2536,800 16 158,550
Berdasarkan data di tabel V ditunjukkan nilai p sebesar 0,000 (lebih kecil
dari 0,05). Dengan ini, diketahui bahwa antar kelompok kontrol dan perlakuan
stresor dengan metode bising ini terdapat perbedaan yang bermakna. Untuk
menunjukkan gambaran rata-rata jumlah geliat mencit pada kelompok stresor
dengan metode bising ditampilkan dalam diagram batang pada gambar 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 6. Diagram batang kelompok kontrol dan perlakuan vs rata-rata jumlah geliat pada
stresor metode bising
Untuk mengetahui pada kelompok mana yang memiliki perbedaan yang
bermakna maka perlu dilakukan uji statistik yang berfungsi untuk
menunjukkan kelompok yang berbeda bermakna adalah uji Post Hoc.
Tabel VI. Hasil Uji Post Hoc dengan taraf kepercayaan 95 % pada kelompok
stresor dengan metode bising
Kelompok Kelompok Nilai
p =
Kontrol CMC
dengan
Kontrol PCT 0,000 Signifikan
Kontrol CMC P. CMC + Bising 0,767 Tidak Signifikan
Kontrol CMC P.PCT + Bising 0,004 Signifikan
Kontrol PCT P. CMC + Bising 0,000 Signifikan
Kontrol PCT P.PCT + Bising 0,172 Tidak Signifikan
P. CMC + Bising P.PCT + Bising 0,002 Signifikan Nilai p < 0,05
Dilihat dari data tabel di atas, bahwa antara kelompok kontrol CMC berbeda
bermakna dengan kelompok kontrol parasetamol karena tidak dapat
menghambat nyeri sehingga jumlah geliat yang ditimbulkan oleh kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kontrol CMC lebih banyak dari pada kelompok kontrol parasetamol. Pada
kelompok kontrol CMC dengan kelompok perlakuan CMC+Bising berbeda
tidak bermakna karena nilai signifikansinya yaitu 0,767 di mana nilainya lebih
dari 0,05. Meningkatnya jumlah geliat pada kedua kelompok ini kemungkinan
tidak dipengaruhi oleh adanya pemberian stresor (berupa suara mesin) dan hal
ini ditunjukkan dengan terdapat perbedaan yang tidak begitu tampak pada
kedua kelompok tersebut dari diagram batang pada gambar 6. Kelompok
kontrol CMC berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan PCT+Bising.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan jumlah geliat pada kelompok
perlakuan PCT+Bising lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol
CMC, yang berarti bahwa dengan adanya pemberian parasetamol pada
kelompok perlakuan mampu mempengaruhi efek analgesik dengan
penghambatan efek analgesik sehingga jumlah geliat pada kelompok
perlakuan lebih sedikit bila dibandingkan dengan kontrol. Untuk kelompok
kontrol parasetamol juga berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan
CMC+Bising, di mana perbedaannya hampir sama dengan kelompok kontrol
CMC dengan perlakuan PCT+Bising, tetapi hanya berbeda pada kontrolnya
yang digunakan adalah parasetamol dan dapat dilihat dari nilai signifikansinya
yaitu 0,000 (kontrol PCT-p.CMC+Bising) dengan 0,004 (kontrol CMC-
p.PCT+Bising). Selain itu, untuk kelompok kontrol parasetamol dengan
kelompok perlakuan PCT+Bising berbeda tidak bermakna karena nilainya
melebihi dari 0,05 yaitu 0,172 dan bila dilihat dari diagram batangnya antara
kedua kelompok tersebut terlihat perbedaan walaupun tidak terlalu banyak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sehingga dapat dimungkinkan adanya pemberian stresor (suara mesin) tidak
berpengaruh terhadap jumlah geliat dari mencit, walaupun keduanya sama-
sama diberi parasetamol.
Hasil pada metode bising dan aktivitas fisik maksimal, dapat simpulkan
bahwa dengan adanya pemberian stresor baik berupa paparan bising > 85 dB
maupun berupa perlakuan berenang selama 30 menit tidak mampu
menurunkan efek analgesik dari parasetamol. Penurunan efek analgesik hanya
disebabkan adanya pemberian parasetamol. hal ini ditunjukkan dari diagram
untuk kelompok kontrol parasetamol dengan kelompok perlakuan
parasetamol+bising (gambar 6) dan diagram untuk kelompok kontrol
parasetamol dengan kelompok perlakuan parasetamol+aktivitas fisik
maksimal (gambar 5), rata-rata jumlah geliat yang diperoleh kelompok kontrol
lebih sedikit dari pada kelompok perlakuan.
Hasil pengaruh stresor pada metode bising dan aktivitas fisik maksimal
terhadap efek analgesik parasetamol pada penelitian ini tidak sesuai dengan
teori yang ada. Di mana pada penelitian yang dilakukan oleh Bertiyanto
(2009) menunjukkan bahwa adanya stres dapat menurunkan efek analgesik
parasetamol, sedangkan pada penelitian ini pemberian stres yang dilakukan
dengan dua metode yang berbeda tidak mampu menurunkan efek analgesik
parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
B. Perbedaan Pengaruh Stresor dengan Metode Aktivitas Fisik Maksimal
dan Metode Bising Terhadap Efek Analgesik Parasetamol
Pada penelitian ini % daya analgesik dimaksudkan untuk melihat seberapa
besar kemampuan dari parasetamol untuk menurunkan efek analgesik. Nilai rata-
rata % daya analgesik pada kelompok aktivitas fisik maksimal dapat dilihat pada
tabel VII.
Tabel VII. Nilai rata-rata % daya analgesik
% daya analgesik kelompok Nilai rata-rata % daya
analgesik ± SD
Parasetamol 44,5 % ± 12,2
parasetamol dengan metode aktivitas
fisik maksimal 40,3 % ± 10,7
parasetamol dengan metode bising 31,2 % ± 16,0
Keterangan :
parasetamol : subyek uji dengan pemberian suspensi
parasetamol 91 mg/kg BB tanpa perlakuan
stres
metode aktivitas fisik maksimal : subyek uji dengan pemberian suspensi
parasetamol 91 mg/kg BB dengan perlakuan
stres (renang)
metode bising : subyek uji dengan pemberian suspensi
parasetamol 91 mg/kg BB dengan perlakuan
stres (bising)
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa efek analgesik pada kelompok
parasetamol tanpa pemberian stres nilai % daya analgesiknya lebih rendah bila
dibandingkan dengan kelompok parasetamol dengan metode aktivitas fisik
maksimal. Daya analgesik pada kelompok parasetamol dengan metode bising
paling rendah daripada kedua kelompok lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan parasetamol dengan pemberian perlakuan stres, dalam hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menggunakan metode aktivitas fisik maksimal memiliki % daya analgesik yang
tinggi, sehingga menunjukkan kemampuan menurunkan efek analgesik yang baik.
Persen daya analgesik dapat dilihat dari diagram di bawah ini.
Gambar 7. Diagram Batang kelompok vs persen daya analgesik parasetamol
Dari gambar diagram di atas, menunjukkan bahwa kemampuan efek analgesik
dalam menurunkan nyeri pada kelompok hewan uji yang diberi parasetamol tanpa
ada pemberian perlakuan stresor lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
perlakuan yang diberi parasetamol+aktivitas fisik maksimal. Pada kelompok
parasetamol lebih tinggi dibanding dengan kelompok perlakuan parasetamol+
bising. Berdasarkan pada perbandingan dari kelompok di atas menunjukkan
bahwa tingkat % daya analgesik pada kelompok parasetamol yang tidak diberi
stresor memiliki kemampuan menurunkan efek analgesik lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang diberi perlakuan stresor. Untuk
kelompok perlakuan parasetamol+aktivitas fisik maksimal pada diagram gambar 7
lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan parasetamol+bising. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menunjukkan kemampuan menurunkan efek analgesik pada kelompok yang
menggunakan metode bising lebih kecil dibanding dengan kelompok metode
aktivitas fisik maksimal.
Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan pada kelompok yang
memiliki persen daya analgesik, maka dilakukan pengujian secara statistik dengan
menggunakan uji independent t-test. Tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas
(Shappiro-Wilk) dan diperoleh data yang memiliki sebaran data yang normal
karena nilai p > 0,05. Tabel VIII menunjukkan hasil dari uji independent t-test
antara kelompok kontrol, perlakuan PCT+AFM dan perlakuan PCT+bising.
Tabel VIII. Hasil uji independent t-test persen daya analgesik
kelompok Nilai p
(test levene)
Nilai p
(uji t)
Kontrol parasetamol dengan perlakuan
PCT+AFM 0,558 0,579
Kontrol parasetamol dengan perlakuan
PCT+Bising 0,517 0,177
Perlakuan PCT+AFM dengan
Perlakuan PCT+bising 0,286 0,321
Nilai p test levene atau uji homogenitas, menunjukkan bahwa nilai p >
0,05 yang artinya kedua varian sama, sedangkan nilai p pada uji t menunjukkan
bahwa nilai p > dari 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan. Berdasarkan hasil di
atas, ditunjukkan bahwa hasil independen t-test % daya analgesik pada kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan parasetamol+aktivitas fisik maksimal
menunjukkan nilai sebesar 0,579, yang artinya % daya analgesik antara kedua
kelompok tersebut memiliki perbedaan yang tidak bermakana dalam kemampuan
untuk menurunkan efek analgesik. Pada kelompok kontrol parasetamol dengan
kelompok perlakuan parasetamol+bising nilai signifikansinya sebesar 0,177. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
ini menunjukkan bahwa antara kedua kelompok ini memiliki perbedaan yang
tidak bermakna dalam kemampuan menurunkan efek analgesik parasetamol pada
kelompok perlakuan aktivitas fisik maksimal dan bising yang sama-sama diberi
parasetamol.
Pada penelitian ini perbedaan pengaruh pada stresor dengan metode
aktivitas fisik maksimal dan metode bising dapat dilihat dengan menggunakan uji
independent t-test. Alasan penggunaan uji ini karena dua kelompok yang akan
diuji tidak saling berkaitan. Dalam hal ini kelompok yang dibandingkan adalah
kelompok perlakuan aktivitas fisik maksimal dengan kelompok perlakuan bising.
Sebelum pengujian dengan uji independent t-test tidak berpasangan perlu
dilakukan uji normalitas yaitu dengan menggunkan uji Saphiro-Wilk. Hasil uji
normalitas menunjukkan bahwa kelompok perlakuan stresor metode bising
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,610 (p > 0,05) dan kelompok perlakuan
stresor metode aktivitas fisik maksimal menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,482 (p > 0,05). Kedua nilai ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi
secara normal dan kemudian dapat dilakukan uji t tidak berpasangan. Hasil uji
independent t-test ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,323 (p > 0,05)
sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara
kelompok perlakuan bising dan kelompok perlakuan aktivitas fisik maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Adanya stresor dengan metode bising dan metode aktivitas fisik maksimal
tidak dapat menurunkan efek analgesik dengan pemberian parasetamol.
2. Terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada stresor dengan metode bising
dan metode aktivitas fisik maksimal terhadap efek analgesik parasetamol.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan efek analgesik
pada pemberian stresor dengan metode bising menggunakan tingkat intensitas
yang berbeda-beda dan metode aktivitas fisik maksimal dalam jangka waktu yang
lebih lama.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Paracetamol (Acetaminofen),
http://www.ch.ic.ac.uk/rzepa/mim/drugs/html/paracet_text.htm, diakses
tanggal 19 Oktober 2011.
Arifiani, N., 2004, Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Tanaga Kerja,
Cermin Dunia Kedokteran, 144, 24-28.
Babba, J., 2007, Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja
dengan Peningkatan Tekanan Darah, Tesis, 27-28, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Bertiyanto, S.Y., 2009, Pengaruh Stres Terhadap Efek Analgesik Parasetamol
Pada Mencit Putih Jantan dengan Metode Rangsang Kimia, Skripsi, 38,
55, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Bishop, G.D., 1994, Health Psychology : Integrating Mind and Body, Allyn and
Bacon, Boston London Toronto Sydney Tokyo Singapore, pp. 129-130,
395-396.
Colbert, 2011, Stress: Cara Mencegah dan Menanggulainya, Udayana University
Press, Dendapasar-Bali.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
pp. 649.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,
2008, Pharmacotheraphy: A Patophysiologic Approach Seventh edition,
McGraw Hill, Medical Publishing Division, USA, pp. 989-990.
Dorland, W.A., and Newman, 2000, Dorland’s Illustrated Medical Dictionary,
diterjemahkan oleh Hartanto , H., dkk., Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, pp. 2080.
Durand, V.M., and Barlow, D.H., 2006, Intisari Psikologi Abnormal, 4th
edition,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 341.
Gunarsa, S.D.,2002, Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, Gunung Mulia,
Jakarta.
Gunawan, B., Sumadiono, 2007, Stres dan Sistem Imun Tubuh: Suatu Pendakatan
Psikoneuroimunologi, Cermin Dunia Kedokteran,154, 13-16.
Harahap, N.S., 2008, Pengaruh Aktivitas Maksimal Terhadap Jumlah Leukosit
dan Hitung Jenis Leukosit pada Mencit Jantan, Tesis, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Hartanti, M., Pardede, H., Kodariah, R., 1999, Kadar Imunoglobulin A Dalam Air
Liur Atlet Pasca Pertandingan, dalam Harahap, N.S., 2008, Pengaruh
Aktivitas Maksimal Terhadap Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis
Leukosit pada Mencit Jantan,Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Inayah, 2008, Pengaruh Kebisingan Terhadap Jumlah Leukosit Mencit
BALB/C,Tesis.
Iryanti, E., 2008, Pengaruh Aktivitas Fisik Sedang terhadap Hitung Leukosit dan
Hitung Jenis Sel Leukosit pada Orang yang Tidak Terlatih, Tesis, Sekolah
Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P.G., Lance, L.L., 2009, Drug
Information Handbook, 18th edition, Lexi-Comp Inc., USA, pp. 25-26.
Leatz, C.A., and Stolar M.W., 1993, Career Succes/Personal Stress, McGraw-
Hill, Inc., USA, pp.30-32.
Leeuwenburgh, C. dan Heinecke, J.W., 2001, Oxidative Stress And Antioxidant In
Exercise Cuurent, Medical Chemistry, pp.829.
Looker, T., dan Gregson, O., 2005, Managing Stress : Mengatasi Stres Secara
Mandiri, Penerbit Baca, Yogyakarta, pp. 44.
Nasution, I.K., 2007, Stres Pada Remaja, USU Repository, 2008, 6-10.
Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, ed.5, Penerbit Erlangga,
Jakarta, pp. 15, 70-71.
Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B., 2005, Psikologi Abnormal edisi kelima jilid
1, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp. 135.
Nurdin, A.E., 2011, Tumbuh Kembang Perilaku Manusia, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 287-299.
Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi & Keperawatan
edisi II, Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi (Leskonfi), Jakarta,
pp.114, 118.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Flower, R.J., 2007, Pharmacology, 6th
ed., Churcill Livingstone, London, pp. 215.
Redza, N.R., 2010, Pengaruh Paparan Bising Intermittent Kronik terhadap CD8+
pada Tikus Putih (Rattus norvegicus), Skripsi, 48, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Roizen, M.F., Oz, M.C., 2009, You Staying Young : The Owners’ Manual
Extending Your Warranty,diterjemahkan oleh Rani Sundari, Penerbit
Qanita, Bandung, pp. 97.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Sarafino, E.P., 2008, Health Psychology : Biopsychosocial interactions 6th ed.,
John Wiley & Sons INC., USA, pp. 306.
Seligman, M. E.P., Walker, E. F., Rosenham, D. C., 2001, Abnormal Psychology,
edisi keempat, W W Norton & Co Inc, London, pp. 505-506.
Smet, B., 1994, Psikologi Kesehatan, PT Grasindo, Jakarta, pp. 107-118.
Sriati, A., 2008, Tinjauan Tentang Stres, Universitas Padjajaran.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adyana, I.K., Setiadi, A.A.P.,
Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta, pp.
517.
Sulistyani, E., Barid, I., Isnaini, K., 2007, Pengaruh Stresor Rasa Nyeri pada
Waktu Perdarahan Tikus Wistar Jantan, Denta Jurtnal Kedokteran Gigi
FKG-UHT, Vol.1, No.2, 81-84.
Suwito, J., Putra, S.T., Sudiana, I.K., dan Mu’afiro, A., 2004, Pengaruh Stresor
Psikososial Terhadap Peningkatan Kadar Kortisol dan IL-1 Beta Serum
Pada Tikus Jantan Galur Wistar, Artocarpus, 4:1, 14-20.
Tanu, I., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, pp. 230-235.
Turner, P.A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Academic Press, New
York, pp. 100-107.
Widiastuti, M.I., 2005, Aspek Anatomi Terapan pada Pemahaman
Neuromuskulosskeletal Kepala dan Leher Sebagai Landasan Penanganan
Nyeri Kepala Tegang Primer, Pidato Pengukuhan, 22, Universitas
Diponegoro, Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
LAMPIRAN
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Lampiran 1. Foto pemberian stresor dengan metode bising pada mencit
Lampiran 2. Foto pemberian stresor dengan metode aktivitas fisik maksimal
pada mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 3. Foto geliat mencit
Lampiran 4. Konversi dosis parasetamol dari manusia ke mencit 20 g BB
= 0,0091 mg/g BB
= 91 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 5. Perhitungan % daya analgesik dengan pemberian parasetamol
% daya analgesik = 100 % -
Perhitungan data % daya analgesik kelompok parasetamol :
Mencit 1 = 100 % - = 100 % - = 49,9 %
Mencit 2 = 100 % - = 100 % - = 60,4 %
Mencit 3 = 100 % - = 100 % - = 47,6 %
Mencit 4 = 100 % - = 100 % - = 34,7 %
Mencit 5 = 100 % - = 100 % - = 30,1 %
Total :
Perhitungan data % daya analgesik kelompok perlakuan PCT + AFM
Mencit 1 = 100 % - = 100 % - = 42,9 %
Mencit 2 = 100 % - = 100 % - = 39,4 %
Mencit 3 = 100 % - = 100 % - = 44,1 %
Mencit 4 = 100 % - = 100 % - = 23,1 %
Mencit 5 = 100 % - = 100 % - = 52,2 %
Total :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Perhitungan data % daya analgesik kelompok perlakuan PCT + Bising
Mencit 1 = 100 % - = 100 % - = 31,2 %
Mencit 2 = 100 % - = 100 % - = 17,2 %
Mencit 3 = 100 % - = 100 % - = 13,8 %
Mencit 4 = 100 % - = 100 % - = 42,9 %
Mencit 5 = 100 % - = 100 % - = 51,0 %
Total :
Lampiran 6. Jumlah geliat pada kelompok kontrol CMC dan parasetamol
WAKTU
(menit)
Kelompok Kontrol
CMC ( - ) PCT ( + )
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
5 9 20 0 3 5 8 0 0 2 8
10 22 16 9 19 10 10 3 1 7 7
15 20 12 19 15 10 5 5 0 9 9
20 11 12 12 14 7 4 6 2 4 5
25 10 4 13 8 6 4 4 10 5 4
30 3 2 9 5 8 2 3 8 3 7
35 4 6 8 3 9 3 3 9 4 5
40 5 2 5 3 5 2 4 5 3 6
45 5 10 4 4 5 2 3 5 2 4
50 3 5 4 2 5 2 2 3 3 2
55 3 2 2 2 2 1 0 2 12 2
60 2 2 1 1 2 0 1 0 2 1
Total 97 93 86 79 74 43 34 45 56 60
Jumlah 429 238
Rata-rata ±SD 85,8 ± 9,5 47,6 ± 10,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran7. Jumlah geliat pada kelompok kontrol dan perlakuan AFM
WAKTU
(menit)
Kelompok dengan Metode AFM
CMC+AFM PCT+AFM
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
5 0 9 1 5 0 0 2 0 2 2
10 23 23 25 11 10 2 5 5 10 6
15 24 20 19 13 15 3 8 6 11 10
20 19 16 15 11 12 8 3 6 13 5
25 17 19 15 10 16 10 10 5 5 3
30 16 15 18 10 11 3 11 5 11 3
35 15 13 6 9 8 5 4 2 5 3
40 14 8 8 11 9 7 3 6 2 4
45 11 8 8 7 7 4 2 4 2 2
50 8 7 9 6 7 4 2 5 2 1
55 6 3 5 4 6 2 1 2 2 1
60 4 3 2 6 4 1 1 2 1 1
Total 157 144 131 103 105 49 52 48 66 41
Jumlah 640 256
Rata-rata ± SD 128 ± 23,8 51,2± 9,2
Lampiran 8. Jumlah geliat pada kelompok kontrol dan perlakuan bising
WAKTU
(menit)
Kelompok dengan Metode Bising
CMC+Bising PCT+Bising
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
5 3 2 0 7 15 2 0 0 0 0
10 5 8 5 16 15 2 2 1 0 0
15 8 10 10 21 10 5 6 0 1 4
20 7 10 13 14 7 9 7 9 2 10
25 10 8 11 10 9 9 7 6 4 8
30 11 7 16 11 5 8 9 17 6 2
35 8 12 7 6 3 7 8 11 9 3
40 6 6 6 4 6 5 10 3 5 5
45 6 6 10 5 4 5 12 14 8 5
50 4 4 9 7 4 3 5 6 8 4
55 2 3 5 7 3 2 3 7 3 1
60 2 1 4 3 4 2 2 0 3 0
Total 72 77 96 111 85 59 71 74 49 42
Jumlah 441 295
Rata-rata ± SD 88,2 ± 15,6 59 ± 13,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 9. Uji normalitas pada masing-masing kelompok
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol paracetamol .198 5 .200* .954 5 .763
Kontrol CMC .175 5 .200* .960 5 .810
Perlakuan CMC+AFM .233 5 .200* .908 5 .457
Perlakuan CMC+Bising .181 5 .200* .951 5 .743
Perlakuan PCT+AFM .265 5 .200* .912 5 .482
Perlakuan PCT+Bising .208 5 .200* .932 5 .610
*. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Perlakuan CMC+AFM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Perlakuan CMC+ Bising
Perlakuan PCT+AFM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 10. Uji One Way Anova pada kelompok stresor
metode aktivitas fisik maksimal
Descriptives
Jumlah geliat
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
kontrol CMC 5 85.80 9.524 4.259 73.97 97.63 74 97
Kontrol
parasetamol 5 47.60 10.455 4.675 34.62 60.58 34 60
Perlakuan
CMC+AFM 5 128.00 23.770 10.630 98.49 157.51 103 157
perlakuan
PCT+AFM 5 51.20 9.203 4.116 39.77 62.63 41 66
Total 20 78.15 35.847 8.016 61.37 94.93 34 157
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.895 3 16 .029
Perlakuan PCT+ Bising
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 11. Uji One Way Anova Hasil dari Transformasi pada kelompok
stresor dengan metode aktivitas fisik maksimal
Test of Homogeneity of Variances
COMPUTE afm=LG10(JMLH.GELIAT)
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.851 3 16 .486
ANOVA
COMPUTE afm=LG10(JMLH.GELIAT)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .619 3 .206 33.930 .000
Within Groups .097 16 .006
Total .716 19
Lampiran 12. Uji One Way Anova pada kelompok stresor metode bising
Descriptives
Jumlah geliat
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
kontrol CMC 5 85.80 9.524 4.259 73.97 97.63 74 97
Kontrol
parasetamol 5 47.60 10.455 4.675 34.62 60.58 34 60
Perlakuan
CMC+Bising 5 88.20 15.643 6.996 68.78 107.62 72 111
Perlakuan
PCT+Bising 5 59.00 13.766 6.156 41.91 76.09 42 74
Total 20 70.15 21.219 4.745 60.22 80.08 34 111
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.673 3 16 .581
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6017.750 3 2005.917 12.652 .000
Within Groups 2536.800 16 158.550
Total 8554.550 19
Lampiran 13. Uji Post Hoc kelompok stresor dengan metode AFM
Multiple Comparisons COMPUTE afm=LG10(JMLH.GELIAT)LSD
(I)
kelompok
mencit
(J)
kelompok
mencit
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
1 2 .26242* .04932 .000 .1579 .3670
3 -.16979* .04932 .003 -.2743 -.0652
4 .22737* .04932 .000 .1228 .3319
2 1 -.26242* .04932 .000 -.3670 -.1579
3 -.43221* .04932 .000 -.5368 -.3277
4 -.03505 .04932 .487 -.1396 .0695
3 1 .16979* .04932 .003 .0652 .2743
2 .43221* .04932 .000 .3277 .5368
4 .39716* .04932 .000 .2926 .5017
4 1 -.22737* .04932 .000 -.3319 -.1228
2 .03505 .04932 .487 -.0695 .1396
3 -.39716* .04932 .000 -.5017 -.2926
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
KETERANGAN :
Kelompok mencit 1 = kelompok kontrol CMC
Kelompok mencit 2 = kelompok kontrol PCT
Kelompok mencit 3 = kelompok perlakuan CMC + AFM
Kelompok mencit 4 = kelompok perlakuan PCT + AFM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 14. Uji Post Hoc kelompok stresor dengan metode bising
Multiple Comparisons
Jumlah geliat LSD
(I)
kelompok
mencit
(J)
kelompok
mencit
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
1 2 38.200* 7.964 .000 21.32 55.08
5 -2.400 7.964 .767 -19.28 14.48
6 26.800* 7.964 .004 9.92 43.68
2 1 -38.200* 7.964 .000 -55.08 -21.32
5 -40.600* 7.964 .000 -57.48 -23.72
6 -11.400 7.964 .172 -28.28 5.48
5 1 2.400 7.964 .767 -14.48 19.28
2 40.600* 7.964 .000 23.72 57.48
6 29.200* 7.964 .002 12.32 46.08
6 1 -26.800* 7.964 .004 -43.68 -9.92
2 11.400 7.964 .172 -5.48 28.28
5 -29.200* 7.964 .002 -46.08 -12.32
*The mean difference is significant at the 0.05
level.
KETERANGAN :
Kelompok mencit 1 = kelompok kontrol CMC
Kelompok mencit 2 = kelompok kontrol PCT
Kelompok mencit 5 = kelompok perlakuan CMC + Bising
Kelompok mencit 6 = kelompok perlakuan PCT + Bising
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 15. Uji Independent t-test kelompok perlakuan
parasetamol+aktivitas fisik maksimal dengan kelompok perlakuan
parasetamol+bising
Group Statistics
mencit N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Jumlah geliat Kelompok perlakuan stresor
metode AFM 5 51.20 9.203 4.116
Kelompok perlakuan stresor
metode bising 5 59.00 13.766 6.156
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differen
ce
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
jumlah
geliat
Equal
variances
assumed
1.304 .287 -1.053 8 .323 -7.800 7.405 -24.877 9.277
Equal
variances
not assumed
-1.053 6.980 .327 -7.800 7.405 -25.321 9.721
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 16. Uji Independent t-test % daya analgesik kelompok kontrol
parasetamol dengan perlakuan parasetamol+aktivitas fisik maksimal
T-Test
Group Statistics
kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
persen daya analgesik kontrol parasetamol 5 44.540 12.1960 5.4542
perlakuan PCT+AFM 5 40.340 10.7174 4.7930
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
persen daya
analge
sik
Equal variances
assumed
.374 .558 .578 8 .579 4.2000 7.2609 -12.5437 20.9437
Equal
variances
not assumed
.578 7.870 .579 4.2000 7.2609 -12.5920 20.9920
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 17. Uji Independent t-test % daya analgesik kelompok kontrol
parasetamol dengan kelompok perlakuan parasetamol+bising
T-Test
Group Statistics
kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
persen daya analgesik kontrol parasetamol 5 44.540 12.1960 5.4542
perlakuan PCT+Bising 5 31.220 16.0288 7.1683
Independent Samples Test
Levene's
Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differen
ce
Std.
Error Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
persen
daya
analge
sik
Equal
variances
assumed
.459 .517 1.479 8 .177 13.3200 9.0074 -7.4511 34.0911
Equal
variances
not assumed
1.479 7.469 .180 13.3200 9.0074 -7.7110 34.3510
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 18. Uji Independent t-test % daya analgesik kelompok perlakuan
parasetamol+aktivitas fisik maksimal dengan perlakuan parasetamol+bising
T-Test
Group Statistics
kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
persen daya analgesik perlakuan PCT+AFM 5 40.340 10.7174 4.7930
perlakuan PCT+Bising 5 31.220 16.0288 7.1683
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std. Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
persen
daya analge
sik
Equal
variances assumed
1.310 .286 1.058 8 .321 9.1200 8.6231 -10.7648 29.0048
Equal variances
not
assumed
1.058 6.981 .325 9.1200 8.6231 -11.2816 29.5216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Reyneldis Aprilia Adista Boleng,
lahir di Kudus, Jawa Tengah, pada tanggal 9 April
1990 dari pasangan Yosef Maria Boleng dan
Anastasia Budiningsih. Penulis menempuh pendidikan
di SD Cahaya Nur Kudus (1996-2002), SMP Keluarga
Kudus (2002-2005), kemudian melanjutkan ke SMA
Keluarga Kudus (2005-2008). Setelah itu penulis
menempuh studi lanjutan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sebagai
mahasiswa angkatan 2008. Selama masa kuliah penulis aktif dalam berbagai
kegiatan. Penulis pernah menjadi pengurus BEMF Farmasi USD (2009-2010),
sebagai Divisi Kesejahteraan Mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI