Upload
lylien
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS ANAK DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) MAGELANG
KUNJUNGAN PERTAMA JANUARI-APRIL 2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Sukma Paramita Citraningtyas
NIM : 058114073
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS ANAK DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) MAGELANG
KUNJUNGAN PERTAMA JANUARI-APRIL 2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Sukma Paramita Citraningtyas
NIM : 058114073
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatakan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul
Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Anak di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BKPM) Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh
karena itu pada saat ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus juga sebagai dosen penguji yang
telah banyak memberi masukan kepada penulis.
2. dr. Fenty, M.Kes, SpPK selaku dosen pembimbing skripsi dan penguji
yang telah memberikan kritik, saran dan pencerahan kepada penulis.
3. Ipang Djunarko, S.Si, Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi masukan kepada penulis.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah atas izin yang telah diberikan
sehingga peneliti dapat melakukan pengambilan data rekam medik di
BKPM Magelang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Kepala Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang atas izin
yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Ibu Rina, Ibu Kunah dan segenap staf BKPM Magelang, khususnya
staf pada bagian pendaftaran dan bagian Apotek yang telah banyak
membantu pada saat proses pengambilan data dilakukan.
7. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta atas doa dan dorongan sehingga
kuliah dapat selesai tepat waktu.
8. Semua sahabat, Dhita, Ika, Nia, Dewi dan Yesi, serta teman-teman
senasib dan seperjuangan Fakultas Farmasi Angkatan 2005 kelas B
dan FKK 2005, terima kasih atas dukungan dan pertemanan yang
terjalin selama ini.
9. Teman-teman KKN kelompok 19 yang telah hidup bersama-sama dan
berjuang di lokasi selama 2 bulan, terutama untuk Nori Paramita yang
telah membantu dalam penyusunan abstract.
10. Seluruh warga Kos Mandoyo, Icha, Titin, Mono, dan Erlin, serta
Deddy atas dukungan dan kesediaan untuk menemani dan
mendengarkan keluh kesah saat mengerjakan skripsi.
11. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha seoptimal mungkin,
namun sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
masih jauh dari sempurna. Untuk memperbaiki penulisan ini penulis selalu
berusaha untuk terbuka dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis pada khusunya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
INTISARI
Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian pertama akibat infeksi. Pengobatan tuberkulosis anak dilakukan setiap hari dengan dosis yang ditetapkan berdasarkan berat badan. Pengobatan pada anak-anak kerap mengalami medication error dan salah satu penyebabnya adalah Drug Therapy Problems (DTP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya DTP pada pengobatan pasien TB anak di BKPM Magelang.
Data diambil dari rekam medik pasien TB anak di BKPM Magelang yang berkunjung pertama kali pada bulan Januari-April 2007. Penelitian ini termasuk observasional bersifat deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan menilai karakteristik pasien tuberkulosis anak serta evaluasi terhadap obat-obat yang diresepkan berdasarkan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2007 untuk mengetahui ada tidaknya DTP.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasien TB anak paling banyak perempuan. Berdasarkan umur diketahui bahwa penderita TB paling banyak adalah balita (0-5 tahun). Berdasarkan berat badan diketahui 23% dengan berat 0-10 kg; 56% 10-20 kg; 18% 20-30 kg dan 3% 30-40 kg. Obat tambahan yang paling banyak diresepkan adalah antibiotik, antitusiv-ekspektoran dan suplemen makanan. DTP yang terjadi selama terapi pada pasien TB anak antara lain adalah perlu terapi tambahan pada 2 pasien, obat salah pada 2 pasien, dosis kurang pada 11 pasien, dosis berlebih pada 35 pasien dan ketidaktaatan pada 1 pasien
Kata kunci : drug therapy problems, tuberkulosis, anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT
Tuberculosis is the first death which is caused by infection. The tuberculosis treatment for children is done everyday with the dosage based by weight. The treatment often has a medical error which is caused by drug theraphy problems (DTP). This research is purpose to recognize DTP on children in BKPM Magelang. This data from the patients who come to BKPM Magelang for the first visit on January-April 2007 was written in medical record. This research was an observational study which used descriptive-evaluative method by purposive sampling. This research was taken by describing characteristics on patientswith some evaluations on drugs prescribed. The evaluation is based on Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2007 in order to know DTP. Based on the research, girls had more percentages than boys. Based on age, infants were the most suffered. Based on the weight, there were 23% patients which weighed 0-10 kg; 56% weighed 10-20 kg; 18% weighed 20-30 kg and 3% weighed 30-40 kg. The additional drugs were the most prescribed ones, namely, antibiotics, antitusive-expectoran and food suplement. DTP which occured on the process of treatment is needed additional drugs (2 patients); ineffective drugs (2 patients); dosage too low (11 patients); dosage too high (35 patients) and non-compliance (1 cases). Keyword : drug theraphy problems, tuberculosis, children.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................... vi
PRAKATA ............................................................................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ x
INTISARI ............................................................................................... xi
ABSTRACT ............................................................................................. xii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
1. Permasalahan ............................................................................... 4
2. Keaslian penelitian ...................................................................... 4
3. Manfaat penelitian ....................................................................... 5
B. Tujuan penelitian............................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Tujuan umum ............................................................................. 6
2. Tujuan khusus ............................................................................ 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .................................................... 7
A. Tuberkulosis Paru ............................................................................. 7
1. Penyebab .................................................................................... 7
2. Etiologi dan patogenesis ............................................................ 7
3. Gejala tuberkulosis ..................................................................... 8
4. Diagnosis .................................................................................... 8
B. Pengobatan Tuberkulosis ................................................................. 12
C. Balai Kesehatan Paru Masyarakat Magelang ................................... 15
D. Drug Therapy Problems (DTP) ....................................................... 17
E. Keterangan Empiris .......................................................................... 18
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 19
B. Definisi Operasional ........................................................................ 19
C. Subyek Penelitian ............................................................................. 21
D. Jalannya Penelitian ........................................................................... 23
1. Tahap orientasi ........................................................................... 23
2. Tahap pengambilan data ............................................................ 24
3. Tahap pengolahan data ............................................................... 24
E. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................... 25
F. Kesulitan Penelitian ......................................................................... 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
A. Diagnosis dan Karakteristik Pasien TB Anak .................................. 27
1. Diagnosis TB anak ..................................................................... 28
2. Karakteristik jenis kelamin pasien TB anak ............................... 31
3. Karakteristik umur pasien TB anak ............................................ 32
4. Karakteristik berat badan pasien TB anak ................................. 33
5. Karakteristik gejala yang dirasakan pasien TB anak ................. 34
B. Gambaran Pengobatan Pasien TB Anak .......................................... 36
1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) .............................. 36
2. Penggunaan obat tambahan ........................................................ 38
C. Drug Therapy Problems (DTP) ........................................................ 39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 45
A. Kesimpulan ...................................................................................... 45
B. Saran ................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 46
LAMPIRAN ........................................................................................... 48
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................... 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Sistem Skor Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB ........ 11
Tabel II. Dosis OAT Kombipak pada Anak .................................... 14 Tabel III. Dosis OAT KDT pada Anak.............................................. 14 Tabel IV. Penggolongan DTP ............................................................ 18 Tabel V. Gejala yang Dirasakan Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 ........... 36
Tabel VI. Perbandingan Penggunaan OAT-FDC dan OAT Kombipak pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 ............................ 38 Tabel VII. Distribusi Obat yang Diresepkan Sebelum Mendapatkan Terapi OAT pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007............ 40
Tabel VIII. Frekuensi Penerimaan Resep Selama Pengobatan Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 ............................................................ 41 Tabel IX. Nomor Pasien dan Kasus DTP Perlu Terapi Tambahan ... 43 Tabel X. Nomor Pasien dan Kasus DTP Obat Salah ....................... 43 Tabel XI. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Kurang ................... 44 Tabel XII. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Berlebih ................. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak .......................... 9 Gambar 2. Alur Tatalaksana Pasien TB Anak pada Unit Pelayanan
Kesehatan Dasar................................................................. 12 Gambar 3. Bagan Kegiatan BKPM Magelang .................................... 17 Gambar 4. Bagan Subyek Penelitian.................................................... 22 Gambar 5. Tahap Jalannya Penelitian.................................................. 24 Gambar 6. Diagram Perbandingan Hasil Sistem Skoring pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-
April 2007 .......................................................................... 29 Gambar 7. Diagram Perbandingan Hasil Uji Tuberkulin Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari- April 2007 .......................................................................... 31 Gambar 8. Diagram Karakteristik Jenis Kelamin Pasien TB Anak di
BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007.................................................................................... 32 Gambar 9. Diagram Karakteristik Umur Pasien TB Anak di BKPM
Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007............ 33 Gambar 10. Diagram Karakteristik Berat Badan Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007.................................................................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ........................................................... 50 Lampiran 2. Data Berat Badan Balita Menurut KepMenKes Nomor 920/Menkes/SK/VIII/2002................................................. 51 Lampiran 3. Evaluasi DTP Pasien TB Anak .......................................... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini merupakan penyebab
kematian pertama di dunia akibat infeksi. World Health Organization (WHO)
memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya. Antara
tahun 2002-2020 diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Kecepatan
penyebaran TB bisa meningkat lagi sesuai dengan peningkatan penyebaran
HIV/AIDS dan munculnya bakteri TB yang resisten terhadap obat.
Di kawasan Asia Tenggara, data WHO tahun 2002 menunjukan bahwa
TB membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Sekitar 40 persen dari kasus TB di
dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Indonesia sendiri menduduki peringkat
ketiga dunia, setelah India dan Cina. Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 583
ribu kasus dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung, setiap hari
425 orang meninggal akibat TB di Indonesia. Kalau 1 orang pasien bisa
menularkan ke 10 orang, pada tahun berikutnya jumlah yang tertular adalah 5,8
juta orang. Terdapat 75% kasus TB di suatu negara berkembang, termasuk
Indonesia terjadi pada usia produktif, yaitu usia antara 15-50 tahun (Harries,
1997).
Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan
berbagai upaya untuk menanggulangi TB, antara lain dengan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse) (Anonim, 2005). Dalam strategi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan
melakukan pengawasan langsung. Keberadaan program tersebut memang
menunjukkan banyak kemajuan bagi penanggulangan dan pengobatan TB di
Indonesia. Pemerintah juga telah menjamin ketersediaan obat-obat anti TB bagi
sarana pelayanan kesehatan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan prakiraan
kasus di seluruh Indonesia, namun pada kenyataannya TB masih belum dapat
diberantas bahkan diperkirakan jumlah penderita TB belum mengalami
penurunan.
Penderita TB tidak hanya datang dari golongan dewasa, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak. Terutama bila di sekeliling mereka terdapat
penderita TB aktif dewasa, serta tinggal di lingkungan padat dengan sirkulasi
udara buruk dan kurang sinar matahari. Menurut data WHO, pada 2004 tercatat
1,3 juta anak di dunia yang terinfeksi TB. Dari jumlah tersebut, tiap tahunnya
450.000 di antaranya meninggal dunia. Sementara menurut data Depkes, kasus TB
anak di Indonesia pada 2007 tercatat sebanyak 3.990 kasus (Anonim, 2009).
Anak-anak yang menderita TB ini dikenal sebagai penderita infeksi TB primer,
sedangkan pada orang dewasa kebanyakan infeksi yang terjadi adalah infeksi
pasca primer. Infeksi TB pada anak-anak dapat terjadi karena adanya penularan
dari orang dewasa, misalnya melalui droplet.
Diagnosis TB pada anak sulit dilakukan karena kadang ada kebingungan
antara infeksi primer (seringkali tanpa luka yang jelas pada paru-paru) dan PTB
atau Pulmonary Tuberculosis (Anonim, 2002). Hal ini dikarenakan pemeriksaan
sputum tidak dapat dilakukan pada anak, karena kebanyakan anak-anak tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dapat mengeluarkan sputum/dahak mereka. Oleh karena itu untuk mendukung
diagnosis dilakukan penggunaan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap
gejala dan tanda klinis yang dijumpai (Anonim, 2007b).
Pengobatan TB sifatnya lama dan jumlah obat yang dikonsumsi tidak
sedikit, misalnya standar pengobatan TB anak adalah dengan menggunakan
isoniazid, rifampisin dan pirazinamid selama 2 bulan dan diberikan setiap hari
(Anonim, 2005). Pemilihan obat yang tepat dan cukup jumlahnya sangat penting
agar TB pada anak dapat disembuhkan dan tidak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Karena sifat pengobatan yang lama maka dari pihak
keluarga juga harus melakukan pemantauan yang cukup ketat agar tujuan
pengobatan dapat tercapai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi terapi yang diberikan pada
anak. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan pada ada-tidaknya Drug Therapy
Problems (DTP) yang terjadi. Evaluasi terhadap DTP meliputi ketepatan
pemilihan dan penggunaan obat, ketepatan pemilihan terapi tambahan, ketepatan
dosis obat, pemilihan obat dengan efek samping yang minimal, serta ketaatan
pasien minum obat didukung dengan pemberian informasi obat yang benar
(Cipolle, 2004).
Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional yang dilakukan
secara deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bersifat retrospektif karena
evaluasi dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada rekam medis pasien di
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang. Dari data pengobatan yang
didapat selanjutnya akan dievaluasi dengan standar pengobatan yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
BKPM maupun menggunakan standar pengobatan dari Departemen Kesehatan
Republik Indonesia atau WHO. Keberadaan penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan referensi bagi pengobatan TBC untuk anak-anak. Penelitian ini
diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan pelayanan medik di
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
a. seperti apakah karakteristik anak yang mengidap TB?
b. seperti apakah gambaran terapi (meliputi kelas terapi, jenis dan golongan
obat, jumlah dan dosis obat dan juga penggunaan obat tambahan) yang
diberikan dalam pengobatan TB pada anak?
c. apakah ada permasalahan yang berhubungan dengan obat (DTP) yang
terjadi selama pengobatan terhadap TB pada anak dilakukan (meliputi :
penggunaan obat yang tidak perlu, perlunya obat tambahan, penggunaan
obat tidak tepat, dosis obat terlalu tinggi/rendah, efek samping obat dan
ketaatan pasien) ?
2. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis anak
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang dengan kunjungan
pertama Januari-April 2007 belum pernah dilakukan. Ada beberapa penelitian
tentang pasien tuberkulosis yang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
penelitian ini berbeda dalam hal tujuan penelitian, subyek penelitian, waktu
penelitian dan lokasi penelitian.
Beberapa penelitian tentang tuberkulosis antara lain adalah :
a. Karakteristik Tuberkulosis Anak dengan Biakan Positif yang diteliti oleh
Supriyatno, dkk (2002).
b. Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TB) di
Kabupaten Temanggung Jawa Tengah Periode Januari – Desember 2005 yang
diteliti oleh Lusiana (2006).
c. Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru pada Pasien Dewasa di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 yang diteliti oleh
Utomowati (2007).
3. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis
Anak di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang Kunjungan
Pertama Januari-April 2007” adalah :
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengobatan
penyakit TB pada anak.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
peningkatan pelayanan medik pengobatan TB pada anak di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BKPM) Magelang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengobatan atau terapi TB yang diberikan pada pasien anak di Balai Kesehatan
Paru Masyarakat (BKPM) Magelang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik anak pengidap TB dilihat dari data yang ada
pada data rekam medik.
b. Mengetahui gambaran terapi (meliputi kelas terapi, jenis dan golongan
obat, jumlah dan dosis obat, dan juga penggunaan obat tambahan) yang
diberikan untuk mengobati TB pada anak-anak.
c. Mengetahui ada tidaknya permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan obat (DTP) yang terjadi selama pengobatan terhadap TB pada anak
dilakukan (meliputi: penggunaan obat yang tidak perlu, perlunya obat
tambahan, penggunaan obat tidak tepat, dosis obat terlalu tinggi/rendah,
efek samping obat dan ketaatan pasien).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
1. Penyebab
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini termasuk golongan basil gram positif,
berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta
lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia (Anonim, 2005). Mycobacterium
tuberculosis juga dikenal dengan nama lain tubercle bacilli, karena
kemampuaanya dalam menimbulkan lesi yang disebut tuberkel (Harries, 1997).
Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru (80%) dan
sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan
terhadap asam pada pewarnaan, sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan
kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (Anonim,
2005)
2. Etiologi dan patogenesis
Sumber penularan penyakit TB adalah pasien TB dengan BTA positif pada
saat ia batuk atau bersin. Di mana pada saat itu terjadi penyebaran kuman melalui
droplet. Orang lain dapat terinfeksi jika menghirup droplet yang mengandung
kuman tersebut (Anonim, 2005). Setelah terhirup droplet yang mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
bakteri tersebut akan terbawa hingga sampai ke cabang bronkial dan akan
menempel di bronkiolus atau alveolus. Kemampuan bakteri dalam menimbulkan
penyakit tergantung dari keganasan bakteri dan kemampuan mikrobiosidal dari
makrofag pada alveolus tersebut (Anonim, 2000a).
3. Gejala tuberkulosis
Gejala-gejala umum TB pada anak antara lain adalah mengalami
penurunan berat badan selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas,
dan tidak mengalami kenaikan dalam satu bulan walaupun telah mendapat
penanganan gizi yang baik. Mengalami demam lama atau berulang tanpa sebab
yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai
dengan keringat malam. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,
paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha. Gejala dari saluran nafas,
misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk),
tanda cairan di dada dan nyeri dada. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare
berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di
abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen (Anonim, 2005).
4. Diagnosis
Diagnosis TB paling tepat adalah dengan penemuan basil TB dari
spesimen dahak, bilasan lambung, biopsi dan lain-lain. Namun pada anak-anak hal
tersebut sulit didapat karena anak-anak kadang tidak dapat mengeluarkan dahak
mereka, justru kerap kali menelannya. Oleh karena itu sebagian besar diagnosis
anak didapat dari gambaran klinik, foto rontgen dada dan uji tuberkulin (Wirawan,
2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 1. Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak (Anonim, 2002a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Diagnosis TB anak sulit dilakukan, tidak seperti pada orang dewasa yang
dapat dilakukan dengan pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis.
Karena sulitnya mendiagnosis maka sering terjadi overdiagnosis maupun
underdiagnosis. Oleh karena itu untuk mempermudah diagnosis pada anak
digunakan sistem skor, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
dijumpai (Anonim, 2007b).
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien
dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6, harus ditatalaksana sebagai
pasien TB dan mendapat Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Skor kurang dari 6 tetapi
secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan
diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi,
pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-scan, dan
lain-lainnya (Anonim, 2007b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel I. Sistem Skoring Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB (Anonim, 2007b)
Parameter 0 1 2 3 Jml Kontak TB Tidak
jelas Laporan
keluarga, BTA negatif atau tidak tahu, BTA tidak jelas
BTA positif
Uji tuberkulin Negatif Positif ( ≥ 10 mm, atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi)
Berat badan/ keadaan gizi
Bawah garis merah (KMS) atau BB/U <80%
Klinis gizi buruk (BB/U <60%)
Demam tanpa sebab yang jelas
≥ 2 minggu
Batuk ≥ 3 minggu Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal
≥ 1 cm, jumlah >1, tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang
Ada pem-bengkakan
Foto rontgen toraks
Normal/ tidak jelas
Jumlah Catatan :
• Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. • Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya seperti asma, sinusitis, dan lain-lain. • Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung didiagnosis tuberkulosis. • Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname) kemudian
dilampirkan pada tabel badan badan. • Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
• Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
• Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14). • Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebih lanjut.
Setelah didapatkan hasil dari sistem skor, maka tatalaksana dilanjutkan
dengan pemberian OAT, dapat dilihat dari alur berikut ini :
Gambar 2. Alur Tatalaksana Pasien TB Anak pada Unit Pelayanan Kesehatan Dasar (Anonim, 2007b)
B. Pengobatan Tuberkulosis
Ada tiga sifat penting yang terdapat dalam obat TB yaitu memiliki
aktivitas bakterisidal, sterilisasi, dan kemampuan mencegah resistensi. Sifat-sifat
tersebut dimiliki oleh tiap obat TB dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Isoniazid dan rifampisin merupakan bakterisidal paling kuat dan aktif melawan
pertumbuhan basil TB. Rifampisin adalah obat sterilisasi paling poten yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
saat ini. Pirazinamid dan streptomisin juga merupakan bakterisidal yang dapat
melawan populasi basil TB. Pirazinamid hanya aktif di lingkungan asam.
Streptomisin merupakan bakterisidal yang mampu membunuh basil TB yang
tumbuh dengan cepat. Etambutol dan tiosetason digunakan bersama-sama dengan
obat lain yang lebih kuat untuk mencegah resistensi basil (Anonim, 2000a). Terapi
terhadap penderita TB dimaksudkan untuk menyembuhkan penderita hingga
sembuh, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat
penularan (Anonim, 2005).
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan
diberikan dalam waktu 6 bulan (Anonim, 2007b). Pengobatan pada anak tidak
berbeda dengan dewasa, namun ada hal yang harus diperhatikan yaitu pemberian
obat untuk tahap intensif maupun lanjutan OAT pada anak diberikan setiap hari,
selain itu dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak
(Anonim, 2005).
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan 6 bulan cukup adekuat.
Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan
penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk
menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata
walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, maka
OAT tetap dihentikan (Anonim, 2007b). Perbaikan klinis yang terjadi antara lain
adalah kenaikan berat badan dan pengamatan terhadap peningkatan aktivitas anak
dibanding sebelum pengobatan (Anonim, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel II. Dosis OAT Kombipak pada Anak (Anonim, 2007b)
Jenis Obat BB < 10 kg
BB 10 – 19 kg
BB 20 – 32 kg
Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg
Tabel III. Dosis OAT KDT pada Anak (Anonim, 2007b)
Berat Badan (kg) 2 bulan tiap hari RHZ (75/50/150)
4 bulan tiap hari RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet 10-19 2 tablet 2 tablet 20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan: • Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit • Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet. • Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit. • Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah • OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat
dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan
menggunakan sistem skoring (Tabel I). Bila hasil evaluasi dengan sistem skoring
didapat skor <5, kepada anak tersebut diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-
10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan sebagai terapi pencegahan (profilaksis). Bila
anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan
setelah pengobatan pencegahan selesai (Anonim, 2007b).
Obat anti tuberkulosis yang diberikan kepada pasien TB anak bisa dalam
bentuk kombipak atau bentuk Fixed Dose Combination (FDC). OAT-kombipak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
merupakan OAT yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal dengan paduan obat
tuberkulosis. Untuk mempermudah pemberian obat pada pasien anak maka dibuat
dalam bentuk racikan. OAT-kombipak memiliki keuntungan yaitu mudah
dilakukan penyesuaian dosis jika ternyata pasien mengalami kontraindikasi
dengan salah satu obat. Namun kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya
kesalahan pada saat penyiapan racikan karena jumlah obat yang cukup banyak
(Utomowati, 2007).
Obat anti tuberkulosis FDC bentuknya lebih ringkas dan praktis
dibanding OAT-kombipak, sehingga penggunaan obatnya pun menjadi lebih
mudah. OAT-FDC ini berupa paduan obat tuberkulosis yang diberikan dalam satu
tablet yang mengandung kombinasi beberapa jenis obat dengan dosis tepat. Selain
kelebihan yang dimiliki daripada OAT-kombipak, dengan OAT-FDC ini
diharapkan ketaatan pasien minum obat menjadi lebih baik karena penggunaan
obatnya lebih mudah. Namun kelemahannya adalah sulit melakukan penyesuaian
dosis untuk pasien yang kontraindikasi dengan obat tersebut (Utomowati, 2007).
C. Balai Kesehatan Paru Masyarakat Magelang
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Magelang adalah
salah satu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang bergerak dalam bidang
tindakan preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit yang berkaitan dengan
fungsi paru. BKPM Magelang sampai dengan tahun 2005 lebih dikenal sebagai
BP4 (Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru) Magelang yang berlokasi
di Jl. Jend. Sudirman No. 46 B Kota Magelang. Pada tahun 2005 – 2006 terjadi
otonomi daerah dimana pengelolaan BP4 berada di bawah pemerintah Kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Magelang, namun tetap dengan pengawasan dari Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah. Pada tahun 2006 – 2007 dibentuklah satuan kerja khusus P4, yang
mengurusi kegiatan-kegiatan pada unit tersebut. Kemudian pada Juli 2008 BP4
Magelang resmi berubah nama menjadi BKPM Wilayah Magelang. Dikarenakan
gedung lama sudah tidak mampu menampung jumlah pasien dari beberapa
kabupaten di Jawa Tengah yang cukup banyak maka pada tanggal 30 Desember
2008 pelayanan di BKPM pindah ke gedung baru yang lebih memadai yang
terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 46 B Kota Magelang.
BKPM Magelang sendiri mempunyai visi yaitu “Menjadi pusat rujukan
layanan kesehatan paru yang profesional dan dicintai masyarakat”, sedangkan
misinya adalah :
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan paru yang bermutu dan terjangkau
bagi masyarakat.
2. Meningkatkan sumber daya manusia, kinerja, profesionalisme dan
kesejahteraan.
3. Mengupayakan peran serta masyarakat dalam peningkatan kesehatan
paru masyarakat melalui penyuluhan kesehatan dengan kerja sama lintas
sektoral.
Sesuai dengan sesuai Perda Provinsi Jawa Tengah No 5 tahun 2006
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 1 Tahun 2002
tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi
Unit Pelaksana Teknis Dinas, maka cakupan wilayah kerja BKPM meliputi : Kota
Magelang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Purworejo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Masyarakat Individu
Diagnosis kesehatan paru pasien
Tim Multidisiplin (SpP,SpPK,SpR,Ps,
Perawat, dsb)
Rencana
Implementasi terapi
Out come
Sembuh total
Rehabilitasi
Analisis lingkungan (angka kesakitan
paru dsb)
Tim Multidisiplin (ahli kesmas, klinisi,
psikolog, dll)
Rencana kegiatan/program
Record
Networking
Database untuk pengkajian,
penelitian dan pengambangan
ilmu
KESADARAN TTG KESEHATAN PARU, PERILAKU, DERAJAT KES
PARU
MMAASSAALLAAHH KKEESSEEHHAATTAANN PPAARRUU
Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banyumas, Kabupaten
Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Cilacap (Anonim, 2008).
Gambar 3. Bagan Kegiatan BKPM Magelang (Anonim, 2008)
D. Drug Therapy Problems (DTP)
Drug therapy problems (DTP) merupakan salah satu dari 6 macam
kejadian medication error paling umum yang terjadi selama pengobatan
dilaksanakan (Cohen, 1999). Drug Therapy Problems (DTP) adalah kejadian-
kejadian yang tidak dikehendaki yang dialami oleh pasien yang melibatkan, atau
kemungkinan melibatkan, terapi obat, dan dapat menghalangi pencapaian tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terapi (Cipolle, 2004). Kategori dan kasus DTP yang sering terjadi dapat dilihat
dari tabel berikut :
Tabel IV. Penggolongan Drug Therapy Problems (Cipolle, 2004)
No. Drug Therapy Problem Contoh kasus yang sering terjadi 1. Penggunaan obat yang tidak
perlu Obat yang digunakan tidak sesuai dengan indikasi; Kondisi pasien lebih baik diobati dengan terapi nonfarmakologis.
2. Diperlukan terapi tambahan Diperlukan obat untuk mengurangi risiko terjadinya perubahan kondisi sekarang.
3. Penggunaan obat yang tidak efektif
Bentuk sediaan yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi pasien.
4. Dosis terlalu rendah Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
5. Adverse Drug Reaction (ADR)
Obat yang digunakan menimbulkan reaksi alergi.
6. Dosis terlalu tinggi Dosis yang diberikan terlalu tinggi; Frekuensi obat terlampau singkat.
7. Ketidaktaatan Pasien tidak mengerti perintah yang diberitahukan; harga obat terlampau mahal; pasien lupa minum obat.
E. Keterangan Empiris
Penelitian mengenai TB yang dilakukan sebelumnya memberikan
kesimpulan bahwa TB juga dapat diderita oleh anak-anak. Pasien pediatrik atau
pasien anak merupakan pasien yang sangat rentan mengalami medication errors.
Drug Therapy Problems (DTP) merupakan salah satu dari 6 macam kasus yang
umum terjadi pada medication errors.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis anak di
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang kunjungan pertama Januari-
April 2007 termasuk penelitian observasional (Pratiknya, 2001) dengan rancangan
penelitian bersifat deskriptif evaluatif (Notoadmodjo, 2005).
Penelitian ini disebut sebagai penelitian obeservasional karena pada
penelitian ini hanya dilakukan pengamatan terhadap sejumlah ciri (variabel) yang
ada pada subyek penelitian tanpa adanya manipulasi atau perlakuan dari
penelitian. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif evaluatif, karena tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2005). Evaluasi dilakukan berdasarkan
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007b).
B. Definisi Operasional
1. Pasien tuberkulosis anak adalah pasien anak usia 0 – 14 tahun yang
didiagnosis baik dengan Uji Tuberkulin maupun dengan sistem skoring dan
ditetapkan menderita TB.
2. Periode Januari-April 2007 adalah waktu kunjungan pertama yang dilakukan
oleh pasien anak ke BKPM Magelang untuk memeriksakan diri dan untuk
mengetahui apakah mengidap TB atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Evaluasi pengobatan adalah evaluasi yang dilakukan terhadap obat-obat yang
diresepkan kepada pasien tuberkulosis anak di BKPM Magelang kunjungan
pertama Januari-April 2007 berdasarkan penggolongan 7 macam DTP
menurut Cipolle (2004).
4. Kartu rekam medik adalah berkas yang memberikan informasi tentang
identitas pasien yang meliputi nomor rekam medis, nama, umur, jenis
kelamin, hasil Uji Tuberkulin, hasil sistem skoring, anamnesis, berat badan,
tanggal dan perjalanan penyakit, jenis obat, dosis obat, lama pemberian dan
hasil pengobatan.
5. Lama pengobatan adalah waktu penggunaan OAT yang diperlukan oleh pasien
TB anak dalam melaksanakan terapi TB, meliputi fase intensif selama 2 bulan
dan fase tambahan selama 4 bulan, di BKPM Kota Magelang.
6. Dosis obat adalah takaran (kadar) obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit atau mengurangi gejala yang diberikan pada saat pasien menunggu
hasil uji tuberkulin maupun pada saat pasien menerima terapi TB anak di
BKPM Kota Magelang. Dosis obat yang dimaksud meliputi dosis dan aturan
pemakaian obat. Evaluasi dosis berdasarkan MIMS (2007a), Informatorium
Obat Nasional Indonesia (2000b), Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis (2007b).
7. Obat tambahan adalah obat (generik maupun paten) selain OAT, yang
diberikan kepada pasien selama proses terapi TB di BKPM Kota Magelang.
8. Jenis obat tambahan adalah kelompok obat tambahan berdasarkan efek
terapinya yang digunakan pada saat terapi pasien TB anak di BKPM Kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Magelang, terutama yang diberikan pada saat pasien menunggu hasil Uji
Tuberkulin.
9. Efek samping obat adalah efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat
antituberkulosis dan obat tambahan selama proses terapi tuberkulosis di
BKPM Magelang.
10. Status pengobatan adalah kondisi pasien TB anak baik selama maupun setelah
dilakukannya terapi. Kondisi ini ada tiga macam yaitu Drop Out (DO) untuk
pasien yang pengobatannya putus, kambuh untuk pasien yang dulu pernah
melakukan terapi namun karena sesuatu hal tidak tuntas dan menjadi kambuh
lagi, dan kondisi yang ketiga adalah sembuh yaitu keadaan pasien yang telah
tuntas melaksanakan terapi dan berdasarkan hasil laboratorium dinyatakan
sembuh.
11. Data yang tidak dapat dievaluasi adalah data rekam medik yang tidak memuat
diagnosis TB, baik hasil Uji Tuberkulin maupun hasil skoring sistem.
C. Subyek Penelitian
Gambar 4. Bagan Subyek Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Populasi pasien TB anak di BKPM Magelang dengan kunjungan pertama
Januari-April 2007 berjumlah 198 pasien. Berdasarkan perhitungan, maka jumlah
populasi penelitian yang didapat adalah 67 pasien.
(Notoadmodjo, 2002)
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada saat pengolahan
data, maka jumlah populasi penelitian yang diambil dibuat berlebih, yaitu menjadi
80 pasien. Kedelapan puluh pasien tersebut kemudian mengalami seleksi
berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi penelitian yang telah dibuat, yaitu :
a. Kriteria inklusi
1. Pasien anak usia 0 – 14 tahun yang didiagnosis menderita TB.
2. Tercatat dalam rekam medis di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
(BKPM) Magelang.
3. Berkunjung atau memeriksakan diri pertama kali pada periode Januari-
April 2007.
4. Sedang atau telah menjalani terapi TB, fase intensif dan fase lanjutan.
b. Kriteria eksklusi
Data rekam medik pasien yang tidak memiliki kelengkapan data
diagnosis, anamnesis dan pengobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Sampel kemudian diambil dengan cara purposive sampling, yaitu
mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu antara lain pasien dengan data
rekam medik yang memiliki kelengkapan data diagnosis TB oleh dokter, melalui
hasil skoring sistem dan Uji Tuberkulin (Mantoux test). Berdasarkan
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling tersebut maka total subyek
penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah 39 pasien TB anak yang
diwakili oleh data rekam medik.
D. Jalannya Penelitian
Gambar 5. Tahap Jalannya Penelitian
1. Tahap orientasi
Tahap orientasi adalah awal dari jalannya penelitian. Pada tahap ini
peneliti mencari informasi tentang seberapa besar jumlah pasien TB anak yang
berobat di BKPM Magelang yang beralamat di Jl. Jenderal Sudirman No. 46 B
Magelang. Pada tahap ini juga dilakukan penyesuaian teknis pengambilan data di
ruang pendaftaran BKPM, tempat rekam medik disimpan. Penyesuaian teknis
bertujuan agar selama pengambilan data dilakukan kegiatan pelayanan di ruang
pendaftaran tidak terganggu. Tahap ini berlangsung selama tiga hari dan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
tahap ini dapat diketahui bahwa jumlah total pasien TB anak yang berkunjung
pertama kali di BKPM Magelang pada periode Januari-April 2007 ada 198 pasien.
2. Tahap pengambilan data
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data dimulai dari tanggal 30
Desember 2008 sampai dengan 13 Januari 2009. Data rekam medik pasien TB
anak yang diambil meliputi nomor RM, usia pasien, jenis kelamin, tempat tinggal,
hasil skoring sistem, hasil Uji Tuberkulin, kelas terapi obat, jumlah dan dosis
obat, efek samping yang mungkin muncul, obat tambahan yang digunakan, dan
status pengobatan (DO atau Drop Out, kambuh atau sembuh).
Data yang diambil untuk penelitian adalah rekam medik dari pasien anak
yang berkunjung pertama kali pada periode Januari-April 2007 dengan usia 0-14
tahun, berdasarkan penggolongan usia dari BKPM Magelang. Data tersebut juga
memiliki kelengkapan data diagnosis dokter melalui sistem skoring dan Uji
Tuberkulin. Hal ini menjadi pertimbangan dalam pengambilan sampel karena
melalui data tersebut pasien dapat dinilai apakah benar-benar positif TB atau
tidak. Data rekam medik juga harus memiliki kelengkapan data pengobatan
terhadap TB yang diberikan. Kondisi pasien baik pada awal berkunjung maupun
selama menerima terapi TB dapat dilihat melalui data rekam medik tersebut.
3. Tahap pengolahan data
Data yang diperoleh kemudian dievaluasi, diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel yang memuat analisis SOAP (Subjective, Objective, Assessement and
Plan) termasuk data penatalaksanaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tersebut kemudian dinilai DTP apa saja yang terjadi dalam terapi pasien TB anak.
Selain itu dari data RM juga dapat diketahui karakteristik pasien TB anak.
E. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari RM pasien TB anak kemudian diolah secara
deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk diagram dan tabel beserta
uraian penjelasannya. Analisis yang dilakukan didasarkan pada :
a. jenis kelamin, usia, berat badan, tingkat pendidikan dari pasien
b. diagnosis tuberkulosis berdasarkan hasil skoring sistem dan Uji
Tuberkulin (Mantoux test)
c. evaluasi DTP yang terjadi selama pengobatan TB pada anak dengan
metode SOAP dan analisis pengobatan dilakukan berdasarkan Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2007 dari Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
F. Kesulitan Penelitian
Selama penelitian dilakukan peneliti tidak lepas dari kesulitan-kesulitan
penelitian. Kesulitan itu antara lain adalah teknik pengambilan data rekam medik
(RM). Hal itu dikarenakan situasi BKPM Magelang yang agak kurang
mendukung sebab BKPM baru saja melakukan pindah gedung yang jaraknya
cukup jauh dari gedung yang lama, sehingga rak penyimpanan rekam medik
belum sepenuhnya tertata rapi dan berurutan nomor rekam mediknya. Akibatnya
teknik penelitian yang awalnya dirancang sebagai teknik acak sederhana tidak
dapat terlaksana dan peneliti hanya mampu mengambil data yang disediakan oleh
pegawai di BKPM saja, meskipun data tersebut nomor RM-nya acak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Kesulitan berikutnya adalah data pada RM kadang tidak lengkap,
terutama data diagnosis TB baik dengan sistem skoring maupun hasil dari Uji
Tuberkulin. Hal ini yang menyebabkan banyak data tidak masuk dalam kriteria
inklusi penelitian. Selain itu dokumentasi peresepan obat juga tidak lengkap,
sehingga penelusuran terhadap obat-obat yang diberikan kepada pasien menjadi
terhambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang evaluasi pengobatan pada pasien TB anak di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang dengan waktu kunjung pertama
Januari-April 2007 dilaksanakan dengan melakukan pencatatan langsung obat-
obat yang diberikan pada saat terapi dan semua data diagnosis yang tercantum
dalam rekam medik pasien yang tersimpan di ruang pendaftaran BKPM
Magelang. Selama periode Januari-April 2007 diketahui ada 198 pasien TB anak
yang berkunjung di BKPM Magelang. Dari kasus tersebut terdapat 39 pasien yang
sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain memiliki kelengkapan data diagnosis
dan terapi. Berdasarkan data rekam medik tersebut kemudian dilakukan
pencatatan meliputi nomor rekam medik, usia pasien, jenis kelamin, hasil skoring
sistem, hasil Uji Tuberkulin, kelas terapi obat, jumlah dan dosis obat, efek
samping yang mungkin muncul, obat tambahan yang digunakan, dan status
pengobatan (DO atau Drop Out, kambuh atau sembuh).
Hasil dari penelitian ini terbagi dalam tiga bagian utama. Bagian pertama
membahas tentang diagnosis dan karakteristik pasien TB anak. Bagian kedua
membahas tentang gambaran pengobatan pasien TB anak. Bagian yang terakhir
tentang drug therapy problems (DTP) yang terjadi pada saat pengobatan
dilakukan.
A. Diagnosis dan Karakteristik Pasien TB Anak
Berdasarkan data kunjungan pasien di BKPM Magelang pada periode
Januari-April 2007, maka sampel penelitian yang diambil adalah 39 pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Hasil Sistem Skoring
< 6 poin56%
6-13 poin44%
< 6 poin 6-13 poin
Informasi tentang kondisi pasien tersebut diwakili oleh data rekam medik yang
tersimpan di ruang pendaftaran BKPM Magelang.
1. Diagnosis TB anak
Pada anak, gejala klinis TB bersifat tidak khas sehingga banyak dijumpai
over/under diagnosis atau over/under treatment. Pemeriksaan penunjang untuk
membantu diagnosis TB anak seperti uji serologis dan PCR memberikan hasil
yang kurang memuaskan. Selain uji tersebut tidak ada uji lain yang lebih spesifik
layaknya kultur M.tuberculosis (Supriyatno, 2002). Untuk membantu penetapan
diagnosis TB pada anak dilakukan sistem pembobotan (scoring system) gejala dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Gambar 6. Diagram Perbandingan Hasil Sistem Skoring pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Hasil skoring sistem yang didapat dari data rekam medik pasien TB anak
di BKPM Magelang dengan waktu kunjungan pertama bulan Januari-April 2007
dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu hasil skoring kurang dari 6 dan skoring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
antara 6 sampai 13. Seorang anak akan didiagnosis TB jika hasil sistem skoring
nilainya adalah ≥ 6. Berdasarkan data rekam medik pasien ternyata ada 23 pasien
yang mendapatkan hasil skoring kurang dari 6 dan 16 pasien mendapatkan hasil
skoring antara 6-13.
Di dalam sistem skoring ada salah satu pengujian yang sangat penting
untuk menilai seorang anak mengidap TB atau tidak, yaitu Uji Tuberkulin atau
Mantoux test. Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux ( pernyuntikan
intrakutan ) dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang
dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan dilakukan 48-72
jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang terjadi.
Ukuran dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm (
pada gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk (Anonim, 2002a).
Secara umum hasil positif menunjukkan bahwa pasien terinfeksi oleh
TB, bahkan kemungkinan adanya TB aktif pada anak. Berdasarkan hasil tersebut
maka pasien dapat langsung mendapatkan terapi TB baik fase intensif maupun
fase lanjutan. Namun kadang ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat hasil Uji
Tuberkulin negatif walaupun pasien telah terinfeksi TB, misalnya kondisi anergi
atau keadaan yang menyebabkan berkurangnya reaktivitas terhadap antigen
tertentu. Berdasarkan data rekam medik terdapat 21 pasien yang menunjukkan
hasil Uji Tuberkulin positif dan 17 pasien menunjukkan hasil negatif, sisanya
yaitu 1 pasien tidak melakukan Uji Tuberkulin, sebab menurut sistem skoring
pasien sudah dapat dipastikan mengidap TB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Hasil Uji Tuberkulin
Positif53%
Negatif44%
Tidak melakukan
3%
Positif Negatif Tidak melakukan
Gambar 7. Diagram Perbandingan Hasil Uji Tuberkulin pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Berdasarkan keterangan pada data rekam medik pasien dapat diketahui
bahwa pasien yang mendapatkan hasil skoring antara 6-13 dan menunjukkan hasil
Uji Tuberkulin positif ada 12 pasien, hasil negatif 3 pasien dan yang tidak
melakukan Uji Tuberkulin 1 pasien. Sedangkan pasien yang mendapatkan hasil
skoring kurang dari 6 namun menunjukkan hasil Uji Tuberkulin positif ada 8
pasien dan hasil negatif 15 pasien. Pada data rekam medik tidak terdapat
informasi lebih lanjut mengapa pasien dengan hasil skoring kurang dari 6 dan
hasil Uji Tuberkulin negatif tetap menerima terapi TB selama 6 bulan. Namun jika
ditelusuri lebih lanjut diketahui bahwa setelah pasien menerima terapi OAT
selama 2 bulan, ternyata pasien menunjukkan perbaikan klinis, yang berarti bahwa
pasien memang mengidap TB meskipun Uji Tuberkulin menunjukkan hasil
negatif. Hal ini telah sesuai dengan Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak
(Gambar 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Karakteristik Jenis Kelamin Pasien TB anak
Perempuan67%
Laki-laki33%
Laki-lakiPerempuan
2. Karakteristik jenis kelamin pasien TB anak
Pasien anak yang berkunjung pertama kali pada bulan Januari-April 2007
di BKPM Magelang dan terdiagnosis menderita tuberkulosis dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya persentase kejadian TB pada pasien anak laki-laki dan perempuan.
Gambar 8. Diagram Karakteristik Jenis Kelamin pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Hasil dari pencatatan data rekam medik menunjukkan bahwa dari 39
pasien yang ada diketahui bahwa 13 pasien TB anak (33%) adalah anak laki-laki
dan 26 pasien (67%) adalah anak perempuan. Berdasarkan diagram tersebut dapat
terlihat bahwa pasien anak yang didiagnosis TB dan mendapat terapi di BKPM
paling banyak adalah pasien perempuan dibandingkan pasien laki-laki. Tidak ada
permasalahan khusus terkait besar kecilnya persentase jenis kelamin yang
terinfeksi TB. Karena sebenarnya semua anak yang berumur kurang dari 15 tahun,
baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama terserang TB paru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Karakteristik Umur Pasien TB Anak
≥ 12 tahun0%
5-12 tahun 46%
1-5 tahun 46%
< 1 tahun8%
< 1 tahun 1-5 tahun
5-12 tahun ≥ 12 tahun
Berbeda dengan orang dewasa, dimana ada banyak faktor yang
menyebabkan jenis kelamin tertentu memiliki persentase besar dalam hal
terinfeksi M. tuberculosis. Hasil penelitian Utomowati (2007) menyatakan
persentase laki-laki dewasa terserang TB paru lebih besar dibanding wanita. Hal
ini dikarenakan laki-laki dewasa memiliki faktor risiko lebih besar akibat
kebiasaannya merokok.
3. Karakteristik umur pasien TB anak
Gambar 9. Diagram Karakteristik Umur pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Pasien TB anak yang berkunjung pertama kali pada bulan Januari-April
2007 di BKPM Magelang juga dapat digolongkan berdasarkan umur. Kategori
umur anak yang digunakan di BKPM Magelang yaitu antara umur 0-14 tahun.
Berdasarkan penggolongan usia sekolah, umur pasien TB anak dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, kurang dari 1 tahun, 1-5 tahun, 5-12 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dan 12-14 tahun. Berdasarkan diagram berikut dapat diketahui bahwa pasien TB
anak di BKPM dengan umur kurang dari 1 tahun sebanyak 3 pasien, 1-5 tahun
sebanyak 18 pasien, 5-12 tahun sebanyak 18 pasien dan tidak terdapat pasien
dengan umur antara 12-14 tahun.
Data tersebut menunjukkan bahwa TB anak paling banyak diderita oleh
balita (kurang dari 1 tahun dan antara 1-5 tahun) dibandingkan dengan anak-anak
usia sekolah. Anak-anak pada usia balita merupakan anak-anak yang sedang
mengalami masa pertumbuhan, selain itu sistem kekebalan tubuhnya juga sedang
dalam masa perkembangan. Apalagi jika balita tersebut tumbuh di lingkungan
keluarga dimana salah satu anggota keluarganya mengidap TB BTA positif, maka
balita tersebut akan mudah tertular TB. Oleh karena itu akan sangat wajar jika
pada usia balita seorang anak mempunyai risiko tinggi terinfeksi oleh berbagai
macam penyakit dibanding anak usia sekolah, 5-6 tahun maupun 12-14 tahun.
4. Karakteristik berat badan pasien TB anak
Berdasarkan data rekam medik pasien maka dapat diketahui berat badan
pasien pada awal diagnosis. Melalui data berat badan ini maka akan dapat
diperoleh suatu gambaran kondisi klinik pasien pada saat datang memeriksakan
diri ke BKPM Magelang. Melalui data berat badan tersebut maka dapat dilakukan
penggolongan berdasarkan berat badan pasien. Diantara 39 pasien yang menjadi
sampel penelitian terdapat 9 pasien dengan berat badan 0-10 kg; 22 pasien dengan
berat badan 10-20 kg; 7 pasien memiliki berat badan 20-30 kg dan 1 pasien
dengan berat badan 30-40 kg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Karakteristik Berat BadanPasien TB Anak
0-10 kg23%
10-20 kg56%
20-30 kg18%
30-40 kg3%
0-10 kg
10-20 kg
20-30 kg
30-40 kg
Gambar 10. Diagram Karakteristik Berat Badan pada Pasien TB Anak di
BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Karakteristik berat badan ini sebenarnya tidak dapat diperbandingkan
satu sama lain mengingat usia pasien yang berlainan. Namun dari data berat badan
ini dapat digunakan untuk menilai sistem skoring untuk menetapkan diagnosis TB
pada anak, karena berat badan ini sangat berhubungan erat dengan gejala yang
dirasakan pasien, yaitu berat badan turun/kurang maupun berkurangnya nafsu
makan. Penilaian sistem skoring dengan berat badan didasarkan pada KepMenKes
RI No. 920 tahun 2002 yang memuat tentang Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah
Lima Tahun (Balita).
5. Karakteristik gejala yang dirasakan pasien TB anak
Melalui data rekam medik dapat diketahui gejala yang dirasakan oleh
pasien TB anak pada saat pertama kali datang memeriksakan diri. Sebanyak 36
dari 39 pasien mengeluhkan batuk sebagai gejala awal (92%). Meskipun batuk
adalah gejala yang bersifat umum, namun batuk yang dirasakan untuk kasus TB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
adalah batuk yang sifatnya kronik (berlangsung lama) dan terjadi berulang. Gejala
batuk ini harus dapat dibedakan dengan batuk kronik berulang akibat asma dan
hal inilah yang agak sulit dibedakan. Gejala batuk pada asma biasanya belangsung
pada malam atau dini hari, terjadi karena ada faktor pencetus dan ada riwayat
atopi (Supriyatno, 2002).
Tabel V. Gejala yang Dirasakan Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Gejala Jumlah Persentase (%) Batuk 36 92
Demam 29 74 BB kurang/turun 29 74
Pilek 24 62 Pembesaran kelenjar 24 62 Tidak nafsu makan 22 56
Sesak nafas 19 49 Keringat malam/dingin 8 20
Mual-muntah 2 5 Diare 1 3
Gejala paling banyak kedua yang sering dikeluhkan pasien adalah
demam dan berat badan kurang. Demam, dikeluhkan oleh 29 pasien (74%),
merupakan salah satu gejala paling umum yang dapat dirasakan jika telah terjadi
infeksi dalam tubuh. Demam yang terjadi jika pasien terinfeksi TB sifatnya tidak
terlalu tinggi dan berlangsung lama (Supriyatno, 2002). Berat badan kurang atau
tidak naik, seperti yang dikeluhkan oleh banyak pasien, berhubungan dengan
berkurangnya nafsu makan (anoreksia). Penurunan berat badan yang terjadi pada
29 pasien (74%) ini kerapkali menjadi pertanda seorang anak terinfeksi TB.
Apalagi jika penurunan berat badan terjadi selama 3 bulan berturut-turut tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan walaupun sudah mendapatkan
penanganan yan baik (Anonim, 2002a).
Selain ketiga gejala diatas, masih banyak gejala-gejala lain yang
dikeluhkan pasien terkait dengan tanda-tanda klinik seorang anak terkena TB.
Gejala tersebut sering kali terjadi bersama-sama pada satu pasien. Melalui gejala-
gejala tersebut dapat dilakukan skoring untuk menilai seorang anak positif
mengidap TB atau tidak. Untuk status pengobatan pasien apakah tergolong DO,
kambuh maupun sembuh pada pasien TB anak di BKPM Magelang tidak dapat
dilakukan penilaian. Hal ini dikarenakan pada data rekam medik pasien tidak
terdapat informasi mengenai status pengobatan pasien. Meski begitu dari data
pengobatan yang dimiliki pasien, kebanyakan pasien TB anak di BKPM
Magelang telah melaksanakan pengobatan TB dengan tuntas.
B. Gambaran Pengobatan Pasien TB Anak
1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Setelah pasien didiagnosis mengidap TB maka akan segera diberikan
terapi pada pasien tersebut. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam
obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari,
baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan
dengan berat badan anak (Anonim, 2007b). Ketiga OAT yang digunakan adalah
INH, Rifampisin dan Pirazinamid (PZA). Terapi yang diberikan untuk pasien TB
dibagi menjadi 2 fase, yaitu 2 bulan pertama sebagai fase intensif dengan
menggunakan kombinasi dari INH, Rifampisin dan PZA. Fase lanjutan diberikan
selama 4 bulan berikutnya dengan menggunakan kombinasi INH dan Rifampisin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel VI. Perbandingan Penggunaan OAT-FDC dan Kombipak pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Jenis Obat Jumlah Persentase (%)
OAT-Kombipak Racikan 35 89 OAT-FDC 3 8
OAT-FDC dan Kombipak 1 3
Untuk pasien yang masih anak-anak, maka penggunaan OAT-kombipak
maupun FDC harus disesuaikan dengan berat badan pasien. Berdasarkan data
rekam medik, dari 39 pasien yang ada terdapat 35 pasien menerima OAT-
kombipak racikan sepenuhnya, 3 pasien menerima OAT-FDC, dan sisanya 1
pasien diketahui menerima FDC kemudian untuk terapi bulan berikutnya diganti
menjadi OAT-Kombipak dalam bentuk racikan.
Kombipak dan FDC yang diberikan pada 2 bulan fase intensif pada
dasarnya sama, yaitu kombinasi 3 macam OAT. Untuk jumlah obat yang
diberikan disesuaikan dengan berat badan pasien TB anak, misalnya untuk pasien
TB anak dengan berat badan 12 kg maka OAT-Kombipak yang diresepkan adalah
INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan PZA 300 mg. Sedangkan jika mendapat
OAT-FDC, maka pasien akan menerima 2 tablet yang mengandung INH,
Rifampisin dan PZA dengan jumlah secara berurutan 50 mg, 75 mg dan 150 mg
(Anonim, 2007b). Perbandingan kandungan obat untuk OAT Kombipak dan FDC
fase intensif dan fase lanjutan adalah sama, hanya berbeda pada jenis obat yang
diberikan. Pada OAT Kombipak maupun FDC fase lanjutan tidak terdapat
Pirazinamid seperti pada fase intensif. Dokumentasi pengobatan baik fase intensif
maupun fase lanjutan harus dilakukan dengan lengkap dan cermat agar pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dapat menerima OAT sesuai masa pengobatannya dan tidak mengalami kelebihan
atau kekurangan OAT.
2. Penggunaan obat tambahan
Selain mengunakan OAT untuk membunuh M.tuberculosis, ternyata
dokter juga meresepkan beberapa obat tambahan untuk mengobati gejala yang
dikeluhkan pasien. Obat tambahan yang diresepkan ada juga yang berguna untuk
meningkatkan status kesehatan pasien. Berdasarkan data rekam medik pasien,
diketahui bahwa semua kasus yang ada mendapatkan obat tambahan berupa obat
untuk tujuan mengobati flu yang disertai batuk dan juga suplemen makanan. Saat
pasien datang pertama kali untuk berobat dan mendapatkan Uji Tuberkulin, maka
sambil menunggu hasil uji tersebut dokter akan meresepkan obat untuk mengatasi
gejala yang dirasakan pasien.
Menurut data rekam medik pasien TB anak, diketahui bahwa dari 39
pasien terdapat 5 pasien yang tidak mendapatkan obat sebelum OAT karena pada
kelima pasien dokter langsung meresepkan OAT. Berdasarkan data juga diketahui
terdapat 8 jenis obat yang diberikan pada pasien anak sebelum terapi dengan OAT
dilaksanakan. Obat yang paling banyak diresepkan sebelum pasien didiagnosis
menderita TB atau sebelum menerima terapi OAT adalah antibiotik, yaitu jenis
amoksisilin, yaitu sebesar 25% atau 22 obat dari total obat 90 obat yang
diresepkan pada pasien. Dua puluh satu persen atau 19 obat yang diberikan adalah
antitusif-ekspektoran. Terdapat 19% atau 17 obat berupa suplemen makanan, baik
itu vitamin, penambah nafsu makan maupun penguat sistem imun. Obat asma
diresepkan sebanyak 13 obat atau 14%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel VII. Distribusi Obat yang Diresepkan Sebelum Terapi TB pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Golongan Obat Jumlah Persentase (%)
Antibiotik 22 25 Antitusiv-ekspektoran 19 21
Suplemen 17 19 Obat asma 13 14
Flu disertai batuk 11 12 Antihistamin 5 6
Antipiretik analgetik 2 2 Kortikosteroid 1 1
Obat yang berguna untuk meredakan flu yang disertai batuk (kebanyakan
mengandung gliseril guaiakolat, fenilpropanolamin, dekstrometorfan,
difenhidramin) juga banyak diresepkan yaitu sebesar 12% atau 11 obat, dan
sisanya adalah antihistamin sebanyak 6% atau 5 obat; analgetik antipiretik sebesar
2% atau 2 obat dan kortikosteroid 1 obat atau 1%. Obat-obat yang diresepkan
sebelum pasien menerima terapi TB seperti tersebut di atas, terkadang juga masih
diresepkan oleh dokter selama masa terapi dengan OAT dilakukan.
C. Drug Therapy Problems (DTP)
Drug therapy problems (DTP) atau sering diartikan sebagai
permasalahan yang berhubungan dengan obat merupakan salah satu penyebab
medication error yang paling banyak terjadi dan dapat menyebabkan peningkatan
biaya pengobatan. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap pengobatan TB
yang dilakukan kepada pasien anak yang berkunjung pertama kali di BKPM
Magelang pada bulan Januari-April 2007. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya DTP yang terjadi selama pengobatan TB fase intensif dan fase
lanjutan berlangsung. Evaluasi dilakukan pada sejumlah resep yang diberikan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BKPM Magelang terhadap pasien TB anak. Berdasarkan data rekam medik
diketahui bahwa pasien TB anak menerima resep dengan jumlah yang berbeda-
beda selama terapi TB berjalan.
Tabel VIII. Frekuensi Penerimaan Resep Selama Pengobatan Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Jumlah Resep Jumlah Pasien Nomor urut pasien
3 1 31 4 1 29 5 2 6, 13 6 7 14, 16, 24, 27, 32, 38, 39 7
25
1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28,
30, 33, 34, 35, 36, 37 8 2 5, 15 9 1 12
Total Resep : 269 Total pasien : 39 -
Kebanyakan pasien TB anak menerima 7 lembar resep selama 6 bulan
masa terapi TB yang terdiri dari 6 lembar resep yang berisi OAT dan 1 lembar
resep yang diberikan pada saat pasien pertama kali datang yang berisi obat-obat
untuk menringan kan gejala yang dirasakan pasien. Total resep dari 39 pasien TB
anak yang menjadi subyek penelitian adalah 269 resep. Menurut evaluasi yang
telah dilakukan, ternyata pada satu resep yang diberikan kadang terjadi lebih dari
1 macam DTP, sehingga seorang pasien dapat mengalami beberapa DTP, baik
karena OAT maupun karena obat tambahan yang diresepkan.
Berdasarkan penggolongan 7 macam drug therapy problems (DTP) oleh
Cipolle (2004) maka dilakukan evaluasi terhadap pengobatan yang diberikan pada
pasien TB anak. DTP yang ditemukan antara lain adalah DTP memerlukan terapi
tambahan untuk mencapai efek yang diinginkan. Permasalahan DTP tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
terjadi pada pasien dengan nomor urut 22 dan 23. Hal ini terjadi karena kedua
pasien pada masa pengobatan fase intensif hanya menerima INH dan Rifampisin,
tanpa PZA.
Tabel IX. Nomor Pasien dan Kasus DTP Perlu Terapi Tambahan
Nomor Pasien DTP Terjadi Pada 22, 23 OAT
Pada data rekam medik tidak terdapat informasi apakah pasien
mengalami kontraindikasi dengan PZA yang mengakibatkan PZA tidak
diresepkan. Padahal penggunaan PZA sebagai kombinasi dengan INH dan
Rifampisin akan dapat memperpendek masa terapi menjadi 6 bulan saja. Namun
jika dilihat dari data pengobatan pasien memang mendapatkan terapi TB selama 6
bulan saja. Kemungkinan oleh pihak apotek pasien diberi ketiga obat kombinasi,
namun tidak ditambahkan keterangan pada rekam medik bahwa resep tersebut
telah dikoreksi.
Permasalahan terkait dengan obat yang ditemukan berikutnya adalah
penggunaan obat yang tidak efektif, yang terjadi karena bentuk sediaan obat yang
diresepkan tidak sesuai dengan kondisi pasien. Pada penelitian terdapat 1 kasus
obat salah, yaitu pada pasien dengan nomor urut 23. Permasalahan ini terjadi
karena pasien yang masih berusia kurang lebih 10 bulan mendapatkan obat asma
yang bentuk sediaannya tidak sesuai. Menurut literatur obat tersebut dapat
diberikan pada pasien anak dengan usia minimal 4 tahun.
Tabel X. Nomor Pasien dan Kasus DTP Obat Salah
Nomor Pasien DTP Terjadi Pada 23 Pelega saluran nafas/obat asma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pasien dengan nomor urut 15 menerima kortikosteroid yang seharusnya
tidak diberikan pada pasien TB sebab dapat memberatkan dan menambah
kerentanan terhadap infeksi untuk pasien yang menderita TB (Anonim, 2000b).
Namun hal ini tidak dapat dikatakan sebagai penggunaan obat yang tidak efektif,
sebab dengan dosis dan dalam jangka waktu penggunaan tertentu kortikosteroid
juga dapat berfungsi sebagai terapi simptomatik terhadap sesak nafas.
Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa pasien menerima kortikosteroid
pada saat pasien datang pertama kali dengan keluhan sesak nafas dan waktu
penggunaannya pun tidak lama, sehingga pada pasien ini tidak dapat dikatakan
telah terjadi DTP penggunaan obat tidak efektif.
Tabel XI. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Kurang
Nomor Pasien DTP Terjadi Pada 6, 12, 13, 14, 22, 23, 24 OAT
12 Antibiotik saluran nafas 6 Suplemen makanan
14, 16, 17 Obat flu disertai batuk 19 Obat asma 33 Antihistamin
Dosis obat kurang juga dapat menjadi salah satu DTP. Permasalahan ini
tidak hanya dipandang dari kadar atau dosis obat yang digunakan, namun juga
terkait dengan frekuensi dan durasi penggunaan obat. DTP dosis kurang yang
dialami pasien TB anak di BKPM Magelang antara lain terjadi akibat durasi obat
yang kurang dan karena kadar obat yang kurang. Durasi obat yang kurang terjadi
karena OAT yang seharusnya diberikan selama 4 bulan fase lanjutan, namun
ternyata pasien hanya menerima 2 atau 3 bulan saja. Permasalahan kadar kurang
terjadi pada obat selain OAT, dimana kadar obat yang diberikan tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dengan berat badan pasien TB anak, dapat dilihat pada pasien dengan nomor urut
6, 12, 14, 16, 17, 19 dan 33.
Sama seperti kasus DTP dosis kurang, DTP dosis berlebih juga
menyangkut permasalahan kadar obat, frekuensi dan durasi penggunaan. Pada tipe
DTP ini kebanyakan terjadi karena peresepan PZA yang digunakan jumlahnya
terlampau banyak dibandingkan jumlah yang seharusnya. Untuk anak dengan
berat badan 10-19 kg jumlah PZA yang digunakan untuk terapi TB adalah 300 mg
1x/hari, namun pada resep tertulis PZA 500 mg sebanyak 20 tablet kemudian
dibagi menjadi 30 bungkus puyer. Jika dilakukan perhitungan maka setiap kali
minum pasien menerima 333,33 mg PZA. Jumlah PZA 500 mg yang diresepkan
yang benar adalah 18 tablet saja, sehingga dalam sehari pasien menerima PZA
tepat 300 mg.
Tabel XII. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Berlebih
Nomor Pasien DTP Terjadi Pada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31,
32, 34, 36, 37, 38, 39
OAT
10, 12, 18, 25, 27, 29, 36 Antitusiv ekspektoran 10, 23, 29, 34 Obat asma
1, 3, 5, 7, 18, 19, 23, 26, 28, 30, 34, 38 Obat flu disertai batuk 2, 10, 11, 13, 15, 17, 27, 32 Suplemen makanan 7, 8, 12, 23, 25, 26, 29, 30 Antihistamin
38 Antiemetik
Selain permasalahan kadar, pemberian OAT juga mengalami
permasalahan DTP dosis berlebih terkait durasi obat. OAT yang seharusnya
diberikan selama 2 bulan fase intensif justru diberikan 3 bulan. DTP dosis
berlebih yang lain adalah karena aturan penggunaan obat yang tidak sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
berat badan, mengingat usia pasien yang masih balita. Karena untuk pasien
tersebut harus dilakukan penyesuaian dosis berdasarkan dengan berat badan
pasien.
Drug therapy problems yang paling sedikit terjadi pada masa terapi TB
untuk pasien anak di BKPM Magelang adalah masalah ketidaktaatan, meskipun
pengobatan TB dilakukan dalam waktu yang lama. Kasus DTP ini terjadi pada
pasien dengan nomor urut 31. Hal ini terjadi karena letak rumah pasien yang
berjauhan dari lokasi BKPM. Namun kasus tersebut tidak dapat dikatakan dengan
pasti sebagai DTP ketidaktaatan, sebab banyak data yang tidak tercantum dalam
rekam medik pasien. Selain itu DTP untuk obat berlebih juga tidak ditemukan.
Hal ini karena BKPM hanya memberikan obat yang sesuai dengan status
kesehatan pasien dimana pasien mengidap TB. Oleh karena itu obat yang
diresepkan hanya obat TB dan obat tambahan untuk meningkatkan kondisi
kesehatan pasien, antara lain penambah nafsu makan dan obat-obat untuk
meringankan gejala yang dirasakan pasien seperti obat flu atau obat batuk.
Permasalahan berkaitan tentang obat terkait dengan ADR (Adverse Drug
Reaction) juga tidak ditemukan karena pada data rekam medik tidak terdapat
keluhan pasien mengenai efek samping yang muncul maupun ADR yang terjadi,
kejadian interaksi obat juga tidak ditemukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik pasien anak pengidap TB berdasarkan jenis kelamin paling
banyak adalah anak perempuan; berdasarkan umur sebagian besar pasien TB
anak adalah balita (usia 0-5 tahun); berdasarkan berat badan sebagian besar
pasien memiliki berat badan 10-20 kg.
2. Terapi TB yang diberikan untuk anak adalah INH, Rifampisin dan PZA,
dalam bentuk FDC maupun Kombipak, dengan dosis berdasarkan berat badan
dan terapi fase intensif dilaksanakan selama 2 bulan dan fase lanjutan selama
4 bulan. Terapi tambahan yang diberikan didasarkan pada gejala yang
dirasakan dan obat-obat untuk meningkatkan kondisi kesehatan pasien.
3. DTP yang terjadi selama terapi TB antara lain adalah perlu terapi tambahan
pada 2 pasien, obat salah pada 2 pasien, dosis kurang pada 11 pasien, dosis
berlebih pada 35 pasien dan ketidaktaatan pada 1 pasien.
B. Saran
1. Perlu ditetapkan tata cara penulisan resep dan peresepan obat yang baik dan
benar dengan dosis yang sesuai dengan berat badan pasien anak, sehingga
DTP tidak terjadi lagi selama masa pengobatan TB.
2. Sebaiknya dilakukan dokumentasi tentang kondisi awal serta riwayat
pengobatan pasien melalui data rekam medik yang baik, lengkap dan jelas,
sehingga dapat dilakukan evaluasi pengobatan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000a, Diagnostic Standards and Classification of Tuberculosis in Adult
and Children, Am J Respir Crit Care Med, Vol.161, 1377. Anonim, 2000b, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 273-275, Agung Seto,
Jakarta. Anonim, 2002a, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, edisi 8,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2002b, Treatment of Tuberculosis : Guidelines for National
Programmes, Edisi 3, 22, 56-57, WHO, Jenewa. Anonim, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberculosis, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2007a, MIMS Indonesia : Petunjuk Konsultasi, edisi 7, PT Info Master,
Jakarta. Anonim, 2007b, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, edisi 2,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2008, Bahan Presentasi : Profil BKPM Magelang, Handouts, BKPM
Magelang, Magelang. Anonim, 2009, Kenali Tuberkulosis pada Usia Dini,
www.kr.co.id/web/detail.php., diakses tanggal 19 Juni 2009. Cipolle, R.J., 2004, Pharmaceutical Care Practice : The Clinicians Guide, 173,
178-179, Mc Graw-Hill, New York. Cohen, M.R., 1999, Medication Errors, 1.1 – 1.7, American Pharmaceutical
Assosiation, Washington. DiPiro, J.T., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologyc Approach, 6th edition,
91, McGraw Hill Companies, New York. Harries, A., 1997, TB : A Clinical Manual for SEA, 19, WHO, Jenewa. Kurniawati, Rr. F., Yassin, N.M., Satibi, 2006, Identifikasi Drug Related
Problems Resep Dokter Anak di Apotek-apotek Kota Jogjakarta Bagian Timur Tahun 2003, Jurnal Farmasi Indonesia “Pharmacon”, Vol. 7, No.1, 31-35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lusiana, I., 2006, Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah periode Januari-Desember 2005, Skripsi, 1, Universitas Sanata Dharma.
Notoadmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, 86-88, Rineka Cipta,
Jakarta. Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 10-11, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Supriyatno, B., Rahajoe, N.N., Rahajoe, N., Boediman, L., Said, M., Setyanto,
D.B. 2002, Karateristik Tuberkulosis Anak dengan Biakan Positif, Cermin Dunia Kedokteran, No. 137, 22-24.
Utomowati, N.A., 2007, Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru pada Pasien
Dewasa di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005, Skripsi, 45-50, Universitas Sanata Dharma.
Wirawan, K.A., 2008, Profil Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Darek tahun
2004/2005, CDK, 162/Vol.35, No.3, 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
LAMPIRAN 2. KLASIFIKASI STATUS GIZI ANAK BALITA (MENURUT KEPMENKES RI No. 920/Menkes/SK/VIII/2002)
TABEL BAKU RUJUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK PEREMPUAN USIA 0-59 BULAN MENURUT BERAT BADAN DAN UMUR (BB/U)
Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(bulan) (kg) (kg) (kg) (kg) (bulan) (kg) (kg) (kg) (kg) <-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD <-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD
0 1.7 1.8 – 2.1 2.2 – 3.9 4.0 30 8.9 9.0 – 10.2 10.3 – 16.3 16.4 1 2.1 2.2 – 2.7 2.8 – 5.0 5.1 31 9.0 9.1 – 10.4 10.5 – 16.6 16.7 2 2.6 2.7 – 3.2 3.3 – 6.0 6.1 32 9.1 9.2 – 10.5 10.6 – 16.9 17.0 3 3.1 3.2 – 3.8 3.9 – 6.9 7.0 33 9.3 9.4 – 10.7 10.8 – 17.1 17.2 4 3.6 3.7 – 4.4 4.5 – 7.6 7.7 34 9.4 9.5 – 10.8 10.9 – 17.4 17.5 5 4.0 4.1 – 4.9 5.0 – 8.3 8.4 35 9.5 9.6 – 10.9 11.0 – 17.7 17.8 6 4.5 4.6 – 5.4 5.5 – 8.9 9.0 36 9.6 9.7 – 11.1 11.2 – 17.9 18.0 7 4.9 5.0 – 5.8 5.9 – 9.5 9.6 37 9.7 9.8 – 11.2 11.3 – 18.2 18.3 8 5.3 5.4 – 6.2 6.3 – 10.0 10.1 38 9.8 9.9 – 11.3 11.4 – 18.4 18.5 9 5.6 5.7 – 6.5 6.6 – 10.4 10.5 39 9.9 10.0 – 11.4 11.5 – 18.6 18.7
10 5.8 5.9 – 6.8 6.9 – 10.8 10.9 40 10.0 10.1 – 11.5 11.6 – 18.9 19.0 11 6.1 6.2 – 7.1 7.2 – 11.2 11.3 41 10.1 10.2 – 11.7 11.8 – 19.1 19.2 12 6.3 6.4 – 7.3 7.4 – 11.5 11.6 42 10.2 10.3 – 11.8 11.9 – 19.3 19.4 13 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 11.8 11.9 43 10.3 10.4 – 11.9 12.0 – 19.5 19.6 14 6.6 6.7 – 7.7 7.8 – 12.1 12.2 44 10.4 10.5 – 12.0 12.1 – 19.7 19.8 15 6.8 6.9 – 7.9 8.0 – 12.3 12.4 45 10.5 10.6 – 12.1 12.2 – 20.0 20.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
16 6.9 7.0 – 8.1 8.2 – 12.5 12.6 46 10.6 10.7 – 12.2 12.3 – 20.2 20.3 17 7.1 7.2 – 8.2 8.3 – 12.8 12.9 47 10.7 10.8 – 12.4 12.5 – 20.4 20.5 18 7.2 7.3 – 8.4 8.5 – 13.0 13.1 48 10.8 10.9 – 12.5 12.6 – 20.6 20.7 19 7.4 7.5 – 8.5 8.6 – 13.2 13.3 49 10.8 10.9 – 12.6 12.7 – 20.8 20.9 20 7.5 7.6 – 8.7 8.8 – 13.4 13.5 50 10.9 11.0 – 12.7 12.8 – 21.0 21.1 21 7.6 7.7 – 8.9 9.0 – 13.7 13.8 51 11.0 11.1 – 12.8 12.9 – 21.2 21.3 22 7.8 7.9 – 9.0 9.1 – 13.9 14.0 52 11.1 11.2 – 12.9 13.0 – 21.4 21.5 23 8.0 8.1 – 9.2 9.3 – 14.1 14.2 53 11.2 11.3 – 13.0 13.1 – 21.6 21.7 24 8.2 8.3 – 9.3 9.4 – 14.5 14.6 54 11.3 11.4 – 13.1 13.2. – 21.8 21.9 25 8.3 8.4 – 9.5 9.6 – 14.8 14.9 55 11.4 11.5 – 13.2 13.3 – 22.1 22.2 26 8.4 8.5 – 9.7 9.8 – 15.1 15.2 56 11.4 11.5 – 13.3 13.4 – 22.3 22.4 27 8.6 8.7 – 9.8 9.9 – 15.5 15.6 57 11.5 11.6 – 13.4 13.5 – 22.5 22.6 28 8.7 8.8 – 10.0 10.1 – 15.8 15.9 58 11.6 11.7 – 13.5 13.6 – 22.7 22.8 29 8.8 8.9 – 10.1 10.2 – 16.0 16.1 59 11.7 11.8 – 13.6 13.7 – 22.9 23.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
TABEL BAKU RUJUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK LAKI-LAKI USIA 0-59 BULAN
MENURUT BERAT BADAN DAN UMUR (BB/U) Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(bulan) (kg) (kg) (kg) (kg) (bulan) (kg) (kg) (kg) (kg) <-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD >+2 SD <-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD >+2 SD
0 1.9 2.0 – 2.3 2.4 – 4.2 4.3 30 9.3 9.4 – 10.6 10.7 – 16.9 17.0 1 2.1 2.2 – 2.8 2.9 – 5.5 5.6 31 9.3 9.4 – 10.8 10.9 – 17.1 17.2 2 2.5 2.6 – 3.4 3.5 – 6.7 6.8 32 9.4 9.5 – 10.9 11.0 – 17.3 17.4 3 3.0 3.1 – 4.0 4.1 – 7.6 7.7 33 9.5 9.6 – 11.0 11.1 – 17.5 17.6 4 3.6 3.7 – 4.6 4.7 – 8.4 8.5 34 9.6 9.7 – 11.1 11.2 – 17.7 17.8 5 4.2 4.3 – 5.2 5.3 – 9.1 9.2 35 9.6 9.7 – 11.2 11.3 – 17.9 18.0 6 4.8 4.9 – 5.8 5.9 – 9.7 9.8 36 9.7 9.8 – 11.3 11.4 – 18.2 18.3 7 5.3 5.4 – 6.3 6.4 – 10.2 10.3 37 9.8 9.9 – 11.4 11.5 – 18.4 18.5 8 5.8 5.9 – 6.8 6.9 – 10.7 10.8 38 9.9 10.0 – 11.6 11.7 – 18.6 18.7 9 6.2 6.3 – 7.1 7.2 – 11.2 11.3 39 10.0 10.1 – 11.7 11.8 – 18.8 18.9
10 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 11.6 11.7 40 10.1 10.2 – 11.8 11.9 – 19.0 19.1 11 6.8 6.9 – 7.8 7.9 – 11.9 12.0 41 10.2 10.3 – 11.9 12.0 – 19.2 19.3 12 7.0 7.1 – 8.0 8.1 – 12.3 12.4 42 10.3 10.4 – 12.0 12.1 – 19.4 19.5 13 7.2 7.3 – 8.2 8.3 – 12.6 12.7 43 10.4 10.5 – 12.2 12.3 – 19.6 19.7 14 7.4 7.5 – 8.4 8.5 – 12.9 13.0 44 10.5 10.6 – 12.3 12.4 – 19.8 19.9 15 7.5 7.6 – 8.6 8.7 – 13.1 13.2 45 10.6 10.7 – 12.4 12.5 – 20.0 20.1 16 7.6 7.7 – 8.7 8.8 – 13.4 13.5 46 10.7 10.8 – 12.5 12.6 – 20.3 20.4 17 7.7 7.8 – 8.9 9.0 – 13.6 13.7 47 10.8 10.9 – 12.7 12.8 – 20.5 20.6 18 7.8 7.9 – 9.0 9.1 – 13.8 13.9 48 10.9 11.0 – 12.8 12.9 – 20.7 20.8 19 7.9 8.0 – 9.1 9.2 – 14.0 14.1 49 11.0 11.1 – 12.9 13.0 – 20.9 21.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
20 8.0 8.1 – 9.3 9.4 – 14.3 14.4 50 11.1 11.2 – 13.0 13.1 – 21.1 21.2 21 8.2 8.3 – 9.4 9.5 – 14.5 14.6 51 11.2 11.3 – 13.2 13.3 – 21.3 21.4 22 8.3 8.4 – 9.6 9.7 – 14.7 14.8 52 11.3 11.4 – 13.3 13.4 – 21.6 21.7 23 8.4 8.5 – 9.7 9.8 – 14.9 15.0 53 11.4 11.5 – 13.4 13.5 – 21.8 21.9 24 8.9 9.0 – 10.0 10.1 – 15.6 15.7 54 11.5 11.6 – 13.6 13.7 – 22.0 22.1 25 8.9 9.0 – 10.1 10.2 – 15.8 15.9 55 11.7 11.8 – 13.7 13.8 – 22.2 22.3 26 9.0 9.1 – 10.2 10.3 – 16.0 16.1 56 11.8 11.9 – 13.8 13.9 – 22.5 22.6 27 9.0 9.1 – 10.3 10.4 – 16.2 16.3 57 11.9 12.0 – 14.0 14.1 – 22.7 22.8 28 9.1 9.2 – 10.4 10.5 – 16.5 16.6 58 12.0 12.1- 14.1 14.2 – 22.9 23.0 29 9.2 9.3 – 10.5 10.6 – 16.7 16.8 59 12.1 12.2 – 14.2 14.3 – 23.2 23.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 3. Evaluasi DTP Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 1 / RM 000430
Tanggal terapi : 5 Februari – 9 Agustus 2007 Subyektif : Seorang balita berjenis kelamin laki-laki dan berusia 16 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, berkeringat malam dan mual. Hal tersebut dirasakan sejak 1-2 minggu lalu dan diderita menetap dan kumat-kumatan. Obyektif : • BB 13 kg • Hasil skoring sistem 4 : Uji tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : BB turun, sering batuk, tidak demam, pilek, sesak nafas, tidak mengi, tidak nafsu makan, mual
muntah. Assesement : 1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Robamox sebagai antibiotik, Lapisiv untuk menghilangkan
gejala dan Osimax sebagai penambah nafsu makan. Menurut aturan penggunaan jika Lapisiv digunakan oleh anak berusia kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan penyesuaian dosis. Namun karena berat badan pasien lebih dari berat rata-rata anak pada usianya, maka Lapisiv langsung dapat digunakan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa pasien telah menerimanya dengan lengkap.
4. Selama proses pengobatan OAT, kadang pasien juga menyampaikan keluhan seperti pilek, sesak nafas dan batuk yang masih terjadi walaupun pengobatan telah dilakukan. Untuk mengatasi gejala batuk dan pilek maka diberikan Collerin. Pada resep tercantum penggunaan Collerin 3x sehari 1 sdt. Padahal aturan itu adalah untuk anak dengan usia 6-12 tahun. Untuk pasien dengan usia 16 bulan dan BB 13 kg, berarti cara penggunaan tersebut termasuk DTP dosis berlebih. Sehingga harus dilakukan penyesuaian dosis.
5. Sebagai penguat sistem imun maka dokter meresepkan Nutrikids 3x/hari 1 tablet. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 05/02/07 1. R/ Robamox 250 Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Lapisiv Syp I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Osimax Syp
2x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg,
dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg
3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg
1. Antibiotik saluran nafas
2. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas
3. Suplemen makanan
2. 07/02/07 R/ INH 300 X Rifampisin 450 X PZA 500 XX m f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I
3. 07/03/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X PZA 500 XX m f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. R/ Nutrikids XV 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
4. 6. 7.
04/04/07 06/06/07 05/07/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X m f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XV 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, V dan VI
2. Penguat sistem imun
5. 05/05/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X m f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Collerin Syp I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Bevita Syp I 1x sehari 1 sdt
2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 3. Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. OAT bulan IV 2. Meringankan batuk dan pilek 3. Suplemen makanan
Plan : 1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk pasien yang masih anak-anak/balita hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosis yang terjadi.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 2 / RM : 000439 Tanggal terapi : 5 Februari – 21 Agustus 2007 Subyektif : Seorang balita berjenis kelamin perempuan dan berusia 3 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, yang diderita menetap dan kumat-kumatan. Obyektif : • BB 13 kg • Hasil sistem skoring 4 : Uji tuberkulin 3 poin dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : Batuk, pilek, sesak nafas, tidak mengi, dan tidak nafsu makan.
Assesement : 1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Pehamoxyl sebagai antibiotik, Lapisiv untuk mengurangi gejala
dan Osimax sebagai suplemen makanan. Menurut resep pada data RM, Lapisiv diberikan 3x/hari 1 sdt, padahal untuk anak berusia 2-6 tahun dosis yang diberikan adalah 3x/hari ½ sdt. Osimax diberikan 2x/hari 1 sdt, padahal seharusnya hanya 1x/hari. Berarti pada kedua obat terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama proses terapi respon pasien sangat bagus, sehingga dokter pun tidak perlu meresepkan obat yang tidak dibutuhkan. Untuk memperkuat sistem imun pasien, dokter memberikan suplemen, Nutrikids, 3x/hari 1 tablet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 05/02/07 1. R/ Pehamoxyl Sac I
3x sehari 1 sac 2. R/ Lapisiv Syp I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Osimax Syp I
2x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg,
dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg
3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Batuk produktif pada
penyakit saluran nafas 3. Suplemen makanan
2. 07/02/07 R/ INH 300 X Rifam 450 X PZA 500 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I
3. 06/03/07 1. R/ INH 300 X Rifam 450 X PZA 500 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XV 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
4. 5. 7.
02/04/07 21/05/07 23/07/07
1. R/ INH 300 X Rifam 450 X m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, IV dan VI 2. Penguat sistem imun
6. 21/06/07 R/ INH 300 X Rifampisin 450 XX Vit B6 X m f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan V
Plan : 1. Untuk pasien yang masih anak-anak/balita hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan
apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosis yang terjadi. 2. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 3 / RM : 000047 Tanggal terapi : 5 Januari – 5 Juli 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah muntah-muntah dan ada darah. Obyektif : • BB 6,2 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan
Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : Batuk, pilek, sesak nafas, tidak nafsu makan, tidak demam.
Assesement : 1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Penmox sebagai antibiotik dan Collerin untuk mengobati gejala
yang muncul. Aturan penggunaan Collerin adalah 3x/hari 1 sdt dan aturan tersebut digunakan untuk anak usia minimal 6 tahun, dengan BB normal. Namun untuk pasien ini, berarti cara penggunaan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
termasuk DTP dosis berlebih. 2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang diberikan adalah 166,67 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Berdasarkan data berat badan pasien yang sangat jauh dari berat badan normal, sehingga dokter memberikan penambah nafsu makan. Vistrum pada bulan III dan Bevita pada bulan IV.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1 05/01/07 1. R/ Penmox Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Collerin Syp I
3x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Meringankan batuk dan
pilek
2. 3.
08/01/07 07/02/07
R/ INH 300 V Rifam 450 V PZA 500 X m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I dan II
4. 09/03/07 1. R/ INH 300 V Rifam 450 V m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Vistrum Syp I 2x sehari ½ sdt
2. Colostrum bovine, seng dan fruktooligo sakarida
1. OAT bulan III 2. Membantu menjaga
kondisi tubuh
5. 09/04/07 1. R/ INH 300 V Rifam 450 V m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Bevita Syp I 1x sehari 1 sdt
2. Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. OAT bulan IV 2. Suplemen makanan
6. 7.
09/05/07 08/06/07
R/ INH 300 V Rifampisin 450 V m f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan V dan VI
Plan : 1. Perlu dilakukan penyesuaian dosis berdasarkan BB pasien untuk Collerin yang diresepkan. Selain itu juga
perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah PZA yang diberikan. 2. Karena berat badan pasien yang sangat jauh dari berat badan normal, maka akan lebih baik jika pasien
dirawat inap di rumah sakit untuk menerima terapi yang lebih lengkap untuk meningkatkan berat badan pasien.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 4 / RM : 000247 Tanggal terapi : 22 Januari – 11 Juni 2007 Subyektif : Seorang anak perempuan berusia 6 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk lebih dari 3 minggu, yang diderita kumat-kumatan. Obyektif : • BB 23 kg • Hasil sistem skoring 7 : Uji tuberkulin 3 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran
kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : Batuk ± 1 bulan, sesak nafas, pilek, demam, tidak nafsu makan, tidak berkeringat malam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Assesement : 1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Robamox sebagai antibiotik, Halmezin untuk mengurangi
gejala batuk yang timbul dan Salbuven untuk melegakan saluran nafasnya. Ketiganya tidak memiliki permasalahan DRP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang diberikan adalah 666,67 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama 6 bulan terapi ternyata gejala seperti batuk, pilek dan sesak nafas juga sering muncul. Oleh karena itu dokter meresepkan beberapa obat tambahan antara lain Lasal pada bulan I, Halmezin dan Penmox pada bulan IV. Ketiganya diberikan sesuai aturan dosis.
5. Sebagai penambah daya tahan tubuh maka diberikan Nutrikids pada bulan IV dan V. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 22/01/07 1. R/ Robamox
3x sehari 1 sdt 2. R/ Salbuven Syp I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Halmezin Syp I
3x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Salbutamol sulfat 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Melegakan saluran nafas 3. Antitusiv dan ekspektoran
2. 24/01/07 1. R/ INH 300 XX Rifam 450 XX PZA 500 XL m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lasal Syp I 3x sehari 1 sdt
2. Salbutamol sulfat
1. OAT bulan I 2. Melegakan saluran nafas
3. 21/02/07 R/ INH 300 XX Rifam 450 XX PZA 500 XL m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan II
4. 6.
23/03/07 22/05/07
1. R/ INH 300 XX Rifam 450 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III dan V 2. Penguat sistem imun
5. 24/04/07 1. R/ INH 300 XX Rifam 450 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Penmox 250 Syp I 1x sehari 1 sdm
3. R/ Halmezin Syp I 3x sehari 1 sdm
2. Amoksisilin trihidrat 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg
1. OAT bulan IV 2. Antibiotik saluran nafas 3. Antitusiv dan ekspektoran
7. 11/06/07 R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX m f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan VI
Plan :
Karena DTP itu maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 5 / RM : 001047 Tanggal terapi : 27 Maret – 18 Agustus 2007 Subyektif : Seorang balita berjenis kelamin perempuan dan berusia 3 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk pilek, lebih dari 3 minggu, yang diderita kumat-kumatan. Obyektif : • BB 10 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, BB 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen
thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : Batuk, pilek, tidak demam, tidak seseg, tidak berkeringat pada malam hari, tidak nafsu makan
Assesement : 1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan obat untuk meredakan gejala yang dirasakan sekaligus untuk
menunggu hasil dari Mantoux test yang telah dilakukan. pasien mendapat GG untuk meredakan gejala batuk, Pemol sebagai antipiretik dan vitamin B kompleks. Pada ketiga obat tidak terjadi DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM, terjadi DTP dosis berlebih untuk PZA yang diberikan dengan dosis 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama pengobatan OAT bulan II pasien mengeluhkan batuk dan pilek, kemudian dokter meresepkan Novax, yang merupakan antibiotik, Collerin untuk mengurangi gejala dan Vistrum sebagai penambahn daya tahan tubuh. Novax dan Vistrum telah diberikan sesuai aturan penggunaan obat. Penggunaan Collerin 3x/hari 1 sdt digunakan untuk anak dengan usia minimal 6 tahun. Untuk pasien dengan usia 3 tahun dan BB 10 kg, berarti cara penggunaan tersebut termasuk DTP dosis berlebih.
5. Berat badan pasien agak bermasalah, karena berada di bawah garis merah pada KMS. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 27/03/07 R/ GG V
Pamol III B komp V M f pulv no. X 3x sehari 1 bungkus
1. Ekspektoran 2. Antipiretik 3. Vitamin
2. 3.
29/03/07 24/04/07
1. R/ INH 300 V Rifam 450 V PZA 500 X m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I dan II 2. Penguat sistem imun
4. 14/05/07 1. R/ Novax Syp I 3x sehari 1 sdt
2. R/ Collerin Syp I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Vistrum Syp I 1x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 3. Colostrum bovine, seng dan fruktooligo sakarida
1. Antibiotik saluran nafas 2. Meringankan batuk dapn
pilek 3. Membantu menjaga
kondisi tubuh
5. 8.
25/05/07 18/08/07
1. R/ INH 300 X Rifam 450 X m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III dan VI 2. Penguat sistem imun
6. 7.
20/06/07 18/07/07
R/ INH 300 X Rifam 450 X m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan IV dan V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Plan : 1. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Harus dilakukan penyesuaian dosis untuk Collerin yang diberikan. 3. Maka selain suplemen makanan dokter juga dapat memberikan penambah nafsu makan, agar tiap bulan
berat badan pasien dapat meningkat.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 6 / RM : 001147 Tanggal terapi : 4 April – 12 Juli 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 11 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah sesak nafas, dada sakit dan batuk. Dirasakan lebih dari 3 minggu, diderita menetap dan kumat-kumatan. Obyektif : • BB 19 kg • Hasil sistem skoring 5 : Kontak dengan penderita TB 1 poin, uji tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : Batuk lebih dari 3 minggu, sesak nafas, berkeringat pada malam hari. Assesement : 1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Robamox sebagai antibiotik, Halmezin untuk mengurangi gejala
batuk yang timbul dan Salbuven untuk melegakan saluran nafasnya. Ketiganya tidak memiliki permasalahan DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM, terjadi DTP dosis berlebih untuk PZA yang diberikan dengan dosis 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada bulan ini pasien hanya menerima terapi sampai bulan IV, berarti DTP dosis kurang. Selain itu pada bulan III terjadi DTP dosis berlebih karena pada bulan tersebut pasien masih menerima PZA, padahal PZA hanya diberikan sampai pada bulan II.
4. Pada pengobatan bulan II pasien diberi Collerin untuk meredakan gejala batuk dan pilek yang dirasakan. Selain itu dokter juga memberikan Elkana sebagai suplemen makanan. Collerin tidak mengalami DRP, namun Elkana mengalami DTP dosis kurang. Karena menurut aturan dosis Elkana diberikan 2x/hari 1 sdm bukan 1 sdt.
5. Berat badan pasien tergolong rendah untuk anak seusianya, oleh karena itu perlu diberikan penambah nafsu makan agar berat badannya dapat bertambah. Untuk bulan berikutnya secara berturut-turut dokter meresepkan Corovit sebagai suplemen makanan dan Nutrikids sebagai penambah daya tahan tubuh.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 04/04/07 1. R/ Halmezin Syp I
3x sehari 1 sdm 2. R/ Salbuven Syp I
3x sehari 1 sdm 3. R/ Robamox Syp I
3x sehari 1 sdm
1. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg 2. Salbutamol sulfat 3. Amoksisilin sulfat
1. Antitusiv dan ekspektoran 2. Melegakan saluran nafas 3. Antibiotik saluran nafas
2. 07/04/07 R/ INH 300 XX Rifam 450 XX PZA 500 XL m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I
3. 10/05/07 1. R/ INH 300 XX Rifam 450 XX PZA 500 XL m f pulv no XXX
1. OAT bulan II 2. Meringankan batuk dapn
pilek 3. Mencegah defisiensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
1x sehari 1 bungkus 2. R/ Collerin Syp I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Elkana Syp I
1x sehari 1 sdt
2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50mg, Na-sitrat 180mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5mg 3. Vit A 2400 IU, vit B1 4 mg, vit B2 1,2 mg, vit B6 1,2 mg, vit B12 4 mcg, vit C 60 mg, vit D 400 IU, nikotinamid 16 mg, Ca pantotenat 6 mg, kolin 12 mg, inositol 12 mg, Ca glukonat 300 mg, Ca hipofosfit 20 mg, Na hipofosfit 20 mg, lisin HCl 200 mg.
vitamin dan mineral
4. 09/06/07 1. R/ INH 300 X Rifam 450 X PZA 500 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Corovit Syp I 3x sehari 1 sdt
2. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2 1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg, vit C 15 mg, vit D3 400 iu, niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200 mg, d-pantotenol 1,5 mg.
1. OAT bulan III 2. Penambah nafsu makan
5. 12/07/07 1. R/ INH 300 XX Rifam 450 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan IV 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Karena DRP itu maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan. Selain itu dokumentasi tentang terapi yang diberikan juga harus jelas sehingga pasien dapat menerima tahapan terapi dengan lengkap.
2. Sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap aturan yang ditulis dokter pada resep Elkana.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 7 / RM : 001749 Tanggal terapi : 16 Mei – 9 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, berat badan turun dan pada malam hari sering berkeringat. Hal ini dirasakan kumat-kumatan. Obyektif : • BB 17,5 kg • Hasil sistem skoring 4 poin : demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin,
Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Sering batuk, pilek, demam, berkeringat di malam hari. Assesement : 1. Pada awal pengobatan pasien menerima Comtusi untuk meredakan batuk. Obat ini telah diberikan dengan
tepat. Kemudian pasien juga mendapatkan Hisdane untuk mengurangi gejala pilek yang diderita. Hisdane mengalami DTP dosis berlebih karena pada resep tercantum 3x/hari, padahal menurut aturan dosis diberikan 2x/hari saja. Obat ketiga adalah suplemen makanan Osimax, dan obat ini telah diberikan dengan tepat
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM, terjadi DTP dosis berlebih untuk PZA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
yang diberikan dengan dosis 333,33 mg per hari selama 2 bulan. 3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama proses terapi berlangsung ternyata pasien masih merasakan gejala seperti pada awal diagnosis. Untuk meredakan gejala yang dirasakan pasien pada bulan I dan V, maka dokter meresepkan Lacoldin dengan penggunaan 3x sehari 1 sdm. Lacoldin mengalami DTP dosis berlebih karena pada aturan penggunaan obat ini digunakan 3x sehari 1 sdt, bukan 1 sdm.
5. Sebagai penambah daya tahan tubuh maka diberikan Nutrikids pada bulan III, IV, V dan VI. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 16/05/07 1. R/ Comtusi Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Hisdane Syp I
3x sehari 2 sdt 3. R/ Osimax Syp I
1x sehari 1 sdt
1. Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl guaiacolat 33,3 mg 2. Terfenadine 30 mg 3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg
1. Mengobati batuk produktif dan non produktif, batuk karena alergi 2. Polinosis akut, rinitis non seasonal dan vasomotor, dll 3. Suplemen makanan
2. 18/05/07 1. R/ INH 300 X Rifam 450 X PZA 500 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I 2. Penguat sistem imun
3. 14/06/07 1. R/ INH 300 X Rifam 450 X PZA 500 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lacoldin Syp I 3x sehari 1 tablet
2. Parasetamol 250 mg, fenilpropanolamin HCl 6 mg, dekstrometorfan HBr 7,5 mg, klorfeniramin maleat 1 mg
1. OAT bulan II 2. Meringankan gejala flu
4. 5. 6. 7.
12/07/07 13/08/07 12/09/07 09/10/07
1. R/ INH 300 X Rifam 450 X m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, IV, V dan VI
2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Perlu dilakukan koreksi terhadap aturan yang ditulis dokter pada resep Hisdane dan Lacoldin. 2. Karena DTP itu maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 8 / RM : 002049 Tanggal terapi : 9 Juni – 5 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah nyeri dada, sesak nafas dan batuk. Hal tersebut mulai dirasakan sejak 2 hari lalu. Obyektif : • BB 20 kg • Hasil sistem skoring 3 poin : demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Sering batuk, pilek, demam, berkeringat di malam hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Assesement : 1. Pada awal pengobatan pasien menerima Penmox sebagai antibiotik. Lasal diberikan untuk melegakan
saluran pernafasan pasien. Kedua obat tersebut tidak mengalami DTP. Obat lainnya yang juga diberikan pada saat yang sama adalah Risina, untuk mengurangi gejala pilek yang ada. Obat diberikan 2x/hari, padahal pada aturan penggunaan hanya diberikan 1x/ hari saja. Berarti Risina mengalami DTP dosis berlebih. Selain itu pasien juga mendapatkan Bevita sebagai suplemen makanan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan, dimana keduanya telah diberikan dalam bentuk FDC.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap. Pada fase ini, untuk bulan III dokter meresepkan FDC, namun untuk seterusnya dokter memberikan racikan.
4. Selama proses terapi berlangsung ternyata pasien masih merasakan gejala seperti pada awal diagnosis. Pada terapi bulan III pasien mendapatkan Salbuven untuk melegakan saluran pernafasan pasien. Salbuven telah diberikan sesuai dengan aturan. Selain itu pasien juga menerima Halmezin untuk meredakan batuk, yang diberikan 3x/hari 1 sdm, padahal untuk anak harusnya hanya 1 sdt saja. Berarti pada obat ini telah terjadi DTP dosis berlebih.
5. Bulan V pasien mendapatkan tablet GG dan CTM untuk meredakan gejala batuk dan pilek yang muncul, selain itu juga mendapatkan vitamin B1 sebagai suplemen. Sebagai penguat sistem imun dokter memberikan Nutrikids.
6. Pada bulan IV pasien mendapatkan Nutrikids sebagai suplemen penguat sistem imun yang telah diberikan sesuai aturan penggunaan.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 09/06/07 1. R/ Penmox Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Lasal Syp I
3x sehari 2 sdt 3. R/ Risina Syp I
2x sehari 1 sdt 4. R/ Bevita Syp I
1x sehari 1 ½ sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Salbutamol sulfat 3. Cetirizin diHCl 4. Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. Antibiotik saluran nafas 2. Asma bronkial, bronkhitis kronik, emfisema dan kondisi bronkospatik lainnya. 3. Urtikaria idiopatik kronik, meredakan gejala bersin, gatal dan hidung berair pada rinitis alergi. 4. Suplemen makanan
2. 3.
11/06/07 07/07/07
R/ FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg
OAT bulan I dan II
4. 16/07/07 1. R/ FDC 3 2. R/ Salbuven Syp I
3x sehari 1 sdm 3. R/ Halmezin Syp I
3x sehari 1 sdm 4. R/ Penmox Syp I
3x sehari 1 sdt
1. INH 200 mg dan Rifampisin 300mg 2. Salbutamol sulfat 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg 4. Amoksisilin trihidrat
1. OAT bulan 3 2. Pelega saluran nafas 3. Antitusiv dan ekspektoran 4. antibiotik saluran nafas
5. 07/08/07 1. R/ INH 300 X Rifam 450 X m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan 4 2. Penguat sistem imun
6. 07/09/07 1. R/ INH 300 X Vit B6 X Rifam 450 XX m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ GG XV 3x sehari 1 tablet
3. R/ Vit B1 XV 3x sehari 1 tablet
4. R/ CTM XV 3x sehari 1 tablet
1. OAT bulan 5 2. Ekspektoran 3. Vitamin 4. Antihistamin
7. 05/10/07 R/ INH 300 X Rifam 450 X m f pulv no XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Plan : 1. Fase intensif telah diberikan dalam bentuk FDC, tapi tidak diketahui mengapa pada fase lanjutan dokter
hanya memberikan FDC pada bulan III dan kembali meresepkan OAT dalam bentuk racikan, meskipun dengan resep tersebut juga tidak terjadi DTP.
2. Pada aturan penggunaan Halmezin perlu dilakukan koreksi sehingga dokter tidak memberikan obat dengan dosis yang berlebih.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 9 / RM : 000356 Tanggal terapi : 29 Januari – 28 Juli 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah tidak nafsu makan dan batuk. Obyektif : • BB 17,5 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, batuk 1 poin dan demam 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Batuk, pilek, demam 1 minggu, sesak nafas, tidak keringat dingin, dan tidak mengi. Assesement : 1. Pada awal diagnosis dokter meresepkan Robamox sebagai antibiotik. Selain itu juga ada Lapisiv yang
digunakan untuk mengobati batuk yang dikeluhkan pasien dan Nutrikids untuk menambah daya tahan tubuh. Ketiga obat ini tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Untuk fase ini dokter telah memberikan OAT dalam bentuk FDC.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Untuk fase lanjutan dokter juga telah memberikan OAT dalam bentuk FDC.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 29/01/07 1. R/ Robamox Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Lapisiv I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
1. Amoksisilin trihidrat 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg 3. Colostrum bovine
1. Antibiotik saluran nafas 2. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas 3. Penguat sistem imun
2. 3.
31/01/07 01/03/07
R/ FDC INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan PZA 300 mg
OAT bulan I dan II
4. 5.
29/03/07 27/06/07
1. R/ FDC 2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
1. INH 100 mg, Rifampisin 150 mg 2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III dan V 2. Penguat sistem imun
6. 7.
28/05/07 28/07/07
R/ FDC
INH 100 mg, Rifampisin 150 mg OAT bulan IV dan VI Plan : -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 10 / RM : 000357 Tanggal terapi : 29 Januari – 28 Juni 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 11 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah sering batuk, panas dan mual. Obyektif : • BB 25 kg • Hasil sistem skoring 5 : Uji tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin dan demam 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : Batuk, demam, tidak pilek, tidak sesak nafas, dan tidak nafsu makan. Assesement : 1. Awal diagnosis TB, pasien menerima Penmox sebagai antibiotik, Lapisiv untuk meredakan batuk dan
Salbuven untuk melancarkan pernafasam pasien. Lapisiv dan Salbuven memiliki aturan penggunaan yang sama, pada resep tercantum 3x/hari 1 sdm. Padahal menurut aturan penggunaan Lapisiv maupun Salbuven diberikan 3x/hari 1 sdt. Hal ini menunjukkan telah terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 666,67 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama masa pengobatan pasien mendapatkan Corovit pada bulan II sebagai suplemen dan Nutrikids pada bulan III sampai dengan VI untuk menambah daya tahan tubuh pasien. Corovit mengalami DTP dosis berlebih karena diberikan 2x/hari 1 sdm, padahal pada aturan penggunaan hanya digunakan 1x/hari 1-2 sdt.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 29/01/07 1. R/ Penmox 250 I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Lapisiv Syp I
3x sehari 1 sdm 3. R/ Salbuven I
3x sehari 1 sdm
1. Amoksisilin trihidrat 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg 3. Salbutamol sulfat
1. Antibiotik saluran nafas 2. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas 3. Pelega saluran nafas
2. 31/01/07 R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX Pirazinamid 500 XL M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
OAT bulan I
3. 03/03/07 1. R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX Pirazinamid 500 XL M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Corovit I 2x sehari 1 sdm
2. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2 1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg, vit C 15 mg, vit D3 400 iu, niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200 mg, d-pantotenol 1,5 mg
1. OAT bulan II 2. Penambah nafsu makan
4. 5. 6. 7.
03/04/07 03/05/07 01/06/07 28/06/07
1. R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, IV, V dan VI 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Kiranya dokter lebih teliti dalam menuliskan aturan penggunaan resep dan Apoteker juga berkewajiban
untuk melakukan koreksi dan konsultasi dengan dokter jika ada penulisan yang salah pada resep. 2. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
3. Meskipun terjadi DRP, namun kelebihan dosis pada Corovit tidak menimbulkan efek buruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 11 / RM : 001457 Tanggal terapi : 25 April – 29 September 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, pilek, panas, tidak nafsu makan. Hal tersebut dirasakan sejak 1-2 minggu lalu, sifatnya menetap dan kumat-kumatan. Pasien pernah mendapatkan pengobatan TB 1 tahun yang lalu. Obyektif : • BB 16 kg • Hasil sistem skoring 6 : Kontak dengan penderita TB 1 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin,
batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, demam, tidak pilek, tidak sesak nafas, dan tidak nafsu makan. Assesement : 1. Awal diagnosis TB, pasien hanya mendapat Nutrikids sebagai penambah daya tahan tubuh. Pemberian
Nutrikids masih berlanjut hingga masa terapi OAT (bulan II sampai IV). 2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terapi bulan III terjadi DTP dosis berlebih, karena pada bulan ini PZA yang seharusnya sudah tidak diberikan masih juga diresepkan. Terapi fase lanjutan pada bulan VI justru terjadi DTP dosis berlebih karena Rifampisin diberikan 2x dosis seharusnya.
4. Sebagai penambah nafsu makan dokter meresepkan Lysmin dan untuk menambah daya tahan tubuh dokter memberikan Nutrikids. Aturan penggunaan Lysmin pada resep adalah 2x/hari 1 sdt. Lysmin diberikan 2x/hari 1 sdt, padahal menurut aturan penggunaan hanya digunakan 1x/hari 1 sdt, sehingga terjadi DTP dosis berlebih.
5. Pada bulan V pasien mendapatkan resep racikan yang terdiri dari GG, CTM dan vitamin B kompleks untuk mengatasi gejala yang dirasakan. GG dan CTM telah diberikan sesuai aturan dosis. Sebenarnya Vitamin B kompleks tidak perlu diresepkan karena justru mengalami DTP obat berlebih. Pasien telah mendapatkan Vitamin B6 selama INH diberikan.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 24/04/07 R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet Colostrum bovine Penguat sistem imun
2. 27/04/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Risina Syp I 2x sehari 1 sdt
2. Cetirizine diHCl
1. OAT bulan I 2. Urtikaria idiopatik, meredakan gejala bersin, gatal dan hidung berair pada rinitis alergi
3. 4.
28/05/07 28/06/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II dan III 2. Penguat sistem imun
5. 25/07/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan IV 2. Penguat sistem imun
6. 22/08/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX
1. OAT bulan V 2. Ekspektoran 3. Antihistamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3x sehari 1 bungkus 2. R/ GG IV
CTM IV B comp. V M f pulv no. X 3x sehari 1 bungkus
4. Vitamin
7. 25/09/07 R/ INH 300 X B6 X Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
OAT bulan VI
Plan : 1. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA dan Rifampisin yang diberikan. Untuk
mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan. Dokumentasi tahapan pengobatan melalui RM juga harus dibuat lebih teliti sehingga pasin tidak dirugikan.
2. Meskipun terjadi DTP, namun kelebihan dosis pada Lysmin dan kelebihan obat pada vitamin B kompleks tidak menimbulkan efek buruk.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 12 / RM : 000258 Tanggal terapi : Subyektif : Seorang balita berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2,8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Berdasarkan data RM, ternyata pasien pernah mendapatkan terapi untuk flek selama 1 tahun. Obyektif : • BB 11 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 dan pembesaran
kelenjar limfe 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : Kurang lebih 1 minggu panas, batuk, pilek, sesak nafas, tidak nafsu makan, dan ada riwayat
flek. Assesement : 1. Sambil menunggu hasil Mantoux test, maka dokter meresepkan Osmycin sebagai antibiotik, Salbuven untuk
melancarkan jalan nafas dan Lapisiv untuk meredakan batuk. Menurut aturan penggunaan, Osmycin diresepkan untuk penggunaan selama 5 hari. Pada kasus ini obat ini hanya digunakan selama 3 hari, berarti terjadi DTP dosis kurang. Lapisiv yang diresepkan oleh dokter diberikan 3x/hari 1 sdt. Lapisiv yang diresepkan oleh dokter diberikan dengan dosis berlebih (DTP). Harusnya obat ini digunakan 3x/hari ½ sdt, bukan 1 sdt.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM pasien telah menerima fase lanjutan ini dengan waktu yang lebih panjang. Karena fase lanjutan ini dilakukan sampai 5 bulan, padahal aturan pada pedoman penatalaksanaan TB anak hanya dilakukan sampai 4 bulan saja. Berarti selama masa 1 bulan telah terjadi DTP dosis berlebih. Sedangkan pada bulan IV pasien menerima kedua obat dalam jumlah yang kurang (terjadi DTP dosis kurang) karena pada resep hanya tertera INH selama sebulan hanya 100 mg dan Rifampisin 150 per bulan.
4. Selain OAT pada bulan III pasien juga mendapatkan Lapisiv, Collerin, Paraco dan Bevita. Lapisiv dan Collerin memiliki fungsi yang sama, namun diberikan pada saat yang bersamaan, sehingga terjadi DTP obat berlebih. Collerin digunakan 3x/hari 1 sdt, padahal aturan tersebut adalah untuk anak usia 6-12 tahun, bukan usia 3 tahun. Sedangkan Lapisiv memiliki aturan penggunaan 3-4x/hari 1 sdt. Padahal aturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
adalah untuk anak berusia 6-12 tahun. Berarti pada keduanya terjadi DTP dosis berlebih 5. Pada bulan IV, selain OAT pasien juga mendapatkan Novax sebagai antibiotik, telah diberikan sesuai
kegunaan aturan penggunaan. Hisdane untuk mengobati gejala pilek diberikan 2x/hari 1 sdt, padahal untuk anak usia 3 tahun dibeikan 2x/hari ½ sdt saja. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
6. Pada bulan V dokter meresepkan Risina dan Collerin. Pada bulan ini juga diberikan Paraco dan Vitacur, keduanya tidak memiliki permasalahan. Risina seharusnya digunakan 1x/hari dan untuk anak berusia sekitar 3 tahun harusnya dilakukan penyesuaian dosis. Collerin pada resep tertulis 3x/hari 1 sdt, dimana aturan ini adalah untuk anak usia 6-12 tahun. Berarti pada kedua obat terjadi DTP dosis berlebih.
7. Bulan VI pasien kembali lagi mendapatkan antibiotik lain yaitu Improvox dan Nutrikids sebagai penambah daya tahan tubuh. Nutrikids tidak memiliki permasalahan.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 22/01/07 1. R/ Osmycin Syr I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Salbuven I
3x sehari ½ sdt 3. R/ Lapisiv Syp I
3x sehari 1 sdt
1. Spiramycin 2. Salbutamol sulfat 3. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Pelega saluran nafas 3. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas
2. 3.
24/01/07 21/02/07
R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
OAT bulan I dan II
4. 17/03/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Lapisiv Syp I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Collerin Syp I 1x sehari 1 sdt
4. R/ Paraco Syp I 3x sehari 1 sdt Bila demam
5. R/ Bevita Syp I 1x sehari 1 sdt
2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75mg, Na-sitrat 50mg, mentol 0,75mg 3. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5mg 4. Parasetamol 5. Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. OAT bulan III 2. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas 3. Meringankan batuk dan pilek 4. Analgetik antipiretik 5. Suplemen makanan
5. 12/04/07 R/ INH 100 Rifam 150 B6 ⅓ M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan IV
6. 14/04/07 1. R/ Novax Syp I 3x sehari 1 sdt
2. R/ Hisdane I 2x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Terfenadine
1. Antibiotik saluran nafas 2. Polinosis akut, rinitis non-seasonal dan vasomotor
7. 16/05/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Risina Syp I 2x sehari 1 sdt
3. R/ Collerin Syp I 3x sehari 1 sdt
4. R/ Paraco Syp I 3x sehari 1 sdt Jika perlu
5. R/ Vitacur Syp I 1x sehari 1 sdt
2. Cetirizine di HCl 3. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5mg 4. Parasetamol 5. Kurkuminoid, B-karoten, dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D, Ca-pidolat, fruktooligosakarida
1. OAT bulan V 2. Urtikaria idiopatik, meredakan gejala bersin, gatal dan hidung berair pada rinitis alergi 3. Meringankan batuk dan pilek 4. Analgetik antipiretik 5. Meningkatkan nafsu makan
8. 20/06/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
1. OAT bulan VI 2. Antibiotik saluran nafas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2. R/ Improvox I 3x sehari 1 sdt
2. Amoksisilin tihidrat 125 mg, K klavulanat 31,25 mg
9. 19/07/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan VII 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Menurut aturan penggunaan Osmycin harus digunakan minimal 5 hari, kalau dokter hanya menggunakan
antibiotik selama 3 hari lebih baik menggunakan obat lain, misal Amoksisilin saja. Daripada muncul permasalahan yang terkait dengan resistensi kuman.
2. Aturan 3x/hari 1 sdt adalah untuk anak berusia 6-12 tahun. Karena usia pasien yang masih di bawah 6 tahun maka hendaknya dilakukan penyesuaian dosis.
3. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan. Dokumentasi terapi yang diterima pasien melalui RM hendaknya dibuat dengan baik, sehingga dapat diketahui berapa lama pemberian terapi telah dilakukan. Selain itu hendaknya dokter juga harus menuliskan resep dengan teliti, sehingga tidak ada perintah yang terlewat.
4. Antara Collerin dan Lapisiv lebih baik dipilih salah satu saja. Kemudian untuk aturan penggunaan juga harus disesuaikan dengan usia pasien.
5. Untuk Hisdane harusnya dilakukan penyesuaian dosis, agar dosis yang diberikan cocok untuk anak 3 tahun.
Evaluasi DTP pasien TB Anak No. 13 / RM : 001658 Tanggal terapi : 10 Mei – 29 Agustus 2007 Subyektif : Seorang balita berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, panas dan berkeringat pada malam hari.. Obyektif : • BB 10,5 kg • Hasil sistem skoring 4 : Berat badan 1 poin, batuk 1 dan pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen
thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif • Anamnesis : Batuk, demam, pilek, sesak nafas, mengi. Assesement : 1. Sambil menunggu hasil Mantoux test maka untuk sementara dokter meresepkan obat untuk mengatasi
gejala yaitu dengan Comtusi yang diberikan 3x/hari 1 sdt. Obat ini tidak mengalami DTP. 2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Pada bulan I ini dokter juga meresepkan Osmycin sebagai antibiotik saluran nafas. Obat ini telah diberikan dengan dosis yang sesuai.
4. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan yang dilaksanakan oleh pasien hanya berlangsung selama 2 bulan dari rencana 4 bulan. Menurut pedoman penatalaksanaan TB anak, terapi diteruskan sampai 6 bulan walaupun telah terjadi perbaikan klinis. Berarti telah terjadi DTP dosis kurang.
5. Untuk menambah daya tahan tubuh maka dokter memberikan Vistrum 2x/hari 1 sdt pada bulan III dan Nutrikids 3x/hari 1 tablet pada bulan IV. Vistrum mengalami DTP dosis berlebih karena harusnya cukup diberikan 1x/hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 10/05/07 R/ Comtusi Syp
3x sehari 1 sdt Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl guaiacolat 33,3 mg
Batuk produktif dan non-produktif, batuk karena alergi
2. 12/05/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Osmycin Syp I 3x sehari 1 sdt
2. Spiramycin
1. OAT bulan I 2. Antibiotik saluran nafas
3. 01/06/07 R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
OAT bulan II
4. 31/07/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Vistrum I 2x sehari 1 sdt
2. Colostrum bovine, seng dan fruktooligo sakarida
1. OAT bulan III 2. Membantu menjaga kondisi tubuh
5. 29/08/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan IV 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg. 2. Perlu dilakukan dokumentasi yang jelas pada rekam medik pasien sehingga dapat diketahui riwayat
pengobatan pasien dan pasien dapat menerima pengobatan TB dengan lengkap. 3. Meskipun mengalami DTP kelebihan dosis, namun Vistrum tidak menyebabkan hal buruk.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 14 / RM : 000760 Tanggal terapi : 5 Maret – 9 Juli 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 10 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah badan panas dan batuk. Gejala tersebut dirasakan menetap dan kumat-kumatan. Obyektif : • BB 22 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, batuk 1 dan dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : Sering batuk, pilek, sesak nafas, mengi, tidak demam dan tidak nafsu makan. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test, selama menunggu hasil
maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat yang diberikan antara lain Robamox sebagai antibiotik, Halmezin sebagai antitusiv-ekspektoran dan Salbuven untuk melancarkan jalan nafas. Lapisiv dan Salbuven memiliki aturan penggunaan yang sama, pada resep tercantum 3x/hari 1 sdm.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan, dimana keduanya telah diberikan dalam bentuk FDC.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
efek samping dari INH. Berdasarkan data RM ternyata pasien hanya menerima terapi sampai pada bulan V saja. Terjadi DTP dosis kurang.
4. Untuk memperkuat sistem imun pada bulan I, III dan V pasien mendapatkan Nutrikids. Obat ini tidak mengalami DTP sehingga baik digunakan pasien.
5. Pada bulan III pasien menerima Amoksisilin, sedangkan bulan IV pasien menerima Benacol dan Corovit. Amoksisilin sebagai antibiotik telah diresepkan sesuai dengan kegunaan. Benacol mengalami DTP dosis kurang karena seharusnya obat ini digunakan 1 sdt tiap 4 jam, bukan 3x/hari 1,5 sdt.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 05/03/07 1. R/ Robamox 250 I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Halmezin Syp I
3x sehari 1 sdm 3. R/ Salbuven Syp I
3x sehari 1 sdm
1. Amoksisilin trihidrat 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg 3. Salbutamol sulfat
1. Antibiotik saluran nafas 2. Antitusiv dan ekspektoran 3. Pelega saluran nafas
2. 07/03/07 1. R/ FDC 2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg 2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I 2. Penguat sistem imun
3. 03/04/07 FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg
OAT bulan II
4. 11/05/07 1. R/ FDC 2. R/ Nutrivit XX
1x sehari 1 tablet 3. R/ Amox 500 X
3x sehari ½ tablet
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 2. Colostrum bovine 3. Amoksisilin
1. OAT bulan III 2. Penguat sistem imun 3. Antibiotik saluran nafas
5. 09/06/07 1. R/ FDC 2. R/ Benacol Syp I
3x sehari 1 ½ sdt 3. R/ Corovit Syp I
1x sehari 1 ½ sdt
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 2. Difenhidramin HCl 12,5 mg, ammon Cl 100 mg, K guaiacolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 mg, menthol 1 mg 3. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2 1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg, vit C 15 mg, vit D3 400 iu, niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200 mg, d-pantotenol 1,5 mg
1. OAT bulan IV 2. Flu yang disertai gejala pilek, bersin dan batuk produktif 3. Menambah nafsu makan
6. 09/07/07 1. R/ FDC 2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 2. Colostrum bovine
1. OAT bulan V 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Robamox tidak mengalami DTP, namun Salbuven dan Halmezin mengalami DTP dosis berlebih. Menurut
aturan penggunaan keduanya diberikan 3x/hari 1 sdt, namun pada resep tercantum 3x/hari 1 sdm. 2. Meskipun dokter sudah meresepkan FDC selama masa terapi, namun rupanya pasien masih kurang
menerima terapi selama 1 bulan. Oleh karena itu perlu dilakukan dokumentasi yang jelas pada rekam medik pasien sehingga dapat diketahui riwayat pengobatan pasien dan pasien dapat menerima pengobatan TB dengan lengkap.
3. Pada Benacol, hendaknya penulisan aturannya disesuaikan dengan aturan pengguaan obat.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 15 / RM : 000763 Tanggal terapi : 5 Maret – 27 Juli 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8,5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah kadang-kadang batuk dan sifatnya menetap. Berdasarkan data RM, diketahui bahwa pasien pernah menjalani terapi TB. Obyektif : • BB 22 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 dan pembesaran kelenjar
limfe 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Pilek, demam, tidak alergi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Assesement : 1. Selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat
yang diberikan antara lain Penmox yang mengandung amoksisilin trihidrat digunakan sebagai antibiotik, Prednison dan Vitacur. Menurut literatur Prednison digunakan sebagai antiradang, namun dengan melihat rekam medik pasien diketahui bahwa sebelum diketahui hasil uji tuberkulin pasien, dokter mendiagnosis pasien mengidap bronkitis dan Prednison ini digunakan sebagai terapi simptomatik untuk mengurangi sesak nafas yang dirasakan pasien. Vitacur mengalami DTP dosis berlebih, karena sebenarnya cukup diberikan 1x/hari saja.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Selama 1 bulan pasien telah menerima terapi dalam bentuk FDC. Namun pada data RM diketahui bahwa pada bulan II pasien mendapatkan resep racikan yang justru menyebabkan terjadinya DTP dosis berlebih untuk PZA yang harusnya hanya diberikan 600 mg justru diberikan 666,67 mg per hari.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pasien telah menerima fase ini dengan lengkap.
4. Pada bulan I pasien juga menerima obat tambahan yaitu Zestam yang mengandung betametason yang berdasarkan literatur berguna sebagai antiradang. Namun sama seperti Prednison, Zestam juga digunakan untuk meringankan gejala sesak nafas yang masih dirasakan pasien. Prednison dan Zestam merupakan kortikosteroid yang seharusnya tidak boleh diberikan pada pasien TB sebab dapat meningkatkan keparahan dan kerentanan terhadap penyakit. Pada pasien ini kortikosteroid tetap digunakan untuk mengurangi gejala sesak nafas yang dirasakan pasien, namun dengan dosis dan lama penggunaan yang terkontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Prednison dan Zestam tidak mengalami DTP.
5. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids selama 6 bulan terapi. Obat ini tidak memiliki permasalahan DTP.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 05/03/07 1. R/ Penmox 250 I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Prednison VI
3x sehari 1 tablet 3. R/ Vitacur I
2x sehari 1 sdm
1. Amoksisilin trihidrat 3. Kurkuminoid, B-karoten, dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D, Ca-pidolat, fruktooligosakarida
1. Antibiotik saluran nafas 2. Antiradang 3. Meningkatkan nafsu makan
2. 07/03/07 1. R/ FDC 2. R/ Nutrivit XV
3x sehari 1 tablet
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg 2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I 2. Penguat sistem imun
3. 20/03/07 R/ Zestam no. XX 3x sehari 1 tablet
Betametason 0,25 mg, deksklorfeniramin maleat 2 mg
Antiradang
4. 02/04/07 1. R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX Pirazinamid 500 XL M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
5. 6. 7. 8.
30/04/07 02/06/07 03/07/07 27/07/07
1. R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, IV, V dan VI 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Meskipun mengalami DTP, namun kelebihan dosis Vitacur tidak berakibat buruk. 2. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter dapat meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg kembali, begitu pun untuk fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 16 / RM : 001663 Tanggal terapi : 10 Mei – 6 November 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 6 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan panas. Obyektif : • BB 18 kg • Hasil sistem skoring 6 : Kontak penderita TB 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, pembesaran kelenjar limfe
1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test positif • Anamnesis : - Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan skoring sistem dan Mantoux test,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Pasien menerima Benacol untuk mengurangi gejala yang dirasakan dan Corovit sebagai penambah nafsu makan. Benacol diberikan 3x/hari 1,5 sdt. Benacol mengalami DTP dosis kurang karena seharusnya obat ini digunakan 1 sdt tiap 4 jam, bukan 3x/hari 1,5 sdt. Sedangkan Corovit telah diberikan dengan tepat.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids selama 6 bulan terapi. Obat ini tidak memiliki permasalahan DTP.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 10/05/07 1. R/ Benacol I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Corovit I
1x sehari 1 sdt
1. Difenhidramin HCl 12,5 mg, ammon Cl 100 mg, K guaiacolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 mg, menthol 1 mg 2. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2 1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg, vit C 15 mg, vit D3 400 iu, niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200 mg, d-pantotenol 1,5 mg
1. Flu yang disertai gejala pilek, bersin dan batuk produktif 2. Menambah nafsu makan
2. 3.
12/05/07 06/06/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I dan II 2. Penguat sistem imun
4. 5. 6.
07/08/07 06/09/07 (terapi
bulan V diambil bersama
bulan IV) 06/11/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, IV, V dan VI 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Pada penulisan aturan penggunaan harusnya dokter lebih teliti dan Apoteker juga harus cermat. 2. Karena tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 17 / RM : 001664 Tanggal terapi : 10 Mei – 3 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak laki-laki dengan rusia 5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah badan panas, sesak nafas dan tidak nafsu makan.
Obyektif : • BB 13 kg • Hasil sistem skoring 6 : Kontak penderita TB 1 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk
1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif • Anamnesis : Batuk, sering mimisan, sulit makan, sesak nafas. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan skoring sistem dan Mantoux test,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat antara lain adalah Penmox sebagai antibiotik, Benacol untuk mengurangi gejala yang dirasakan dan Bevita sebagai suplemen makanan. Penmox dan Bevita telah diberikan dengan tepat. Benacol mengalami DTP dosis kurang karena pada aturan penggunaan harusnya diberikan 1 sdt tiap 4 jam,bukan 3x/hari 1 sdt.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, III, IV dan VI dan Imunos pada bulan II. Kedua obat ini tidak memiliki permasalahan DTP.
5. Untuk menambah nafsu makan pada bulan V pasien menerima Vistrum yang berdasarkan resep diberikan 2x/hari 1 sdm. Vistrum mengalami DTP dosis berlebih karena sebenarnya cukup diberikan 1x/hari saja, meskipun kelebihan dosis tidak menyebabkan efek samping.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 10/05/07 1. R/ Penmox Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Benacol Syp I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Bevita Syp I
1x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Difenhidramin HCl 12,5 mg, ammon Cl 100 mg, K guaiacolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 mg, menthol 1 mg 3. Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. Antibiotik saluran nafas 2. Flu yang disertai gejala pilek, bersin dan batuk produktif 3. Suplemen makanan
2. 12/05/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I 2. Penguat sistem imun
3. 09/06/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Imunos Syp I 1x sehari 1 sdt
2. Ecinaceae, Zn pokilenat, selenium.
1. OAT bulan II 2. Meningkatkan daya tahan tubuh
4. 5. 6. 7.
09/07/07 04/08/07 01/09/07 03/10/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, IV V dan VI 2. Penguat sistem imun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Plan : 1. Untuk Benacol perlu dilakukan koreksi aturan penggunaan obat. 2. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 18 / RM : 001665 Tanggal terapi : 10 Mei – 27 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan sering kejang-kejang..
Obyektif : • BB 10 kg • Hasil sistem skoring 6 : Kontak dengan penderita TB 1 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin,
batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin. • Mantoux test tidak dilakukan • Anamnesis : Batuk dan sesak nafas. Assesement : 1. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan telah dilaksanakan dengan lengkap, bahkan menjadi lebih lama 1 bulan. Pada fase lanjutan terjadi DRP dosis berlebih, karena masa pengobatan pada fase ini yang seharusnya hanya 4 bulan menjadi 5 bulan. Selain itu juga terjadi DTP dosis berlebih karena pada bulan III, PZA yang seharusnya sudah dihentikan justru masih diberikan.
3. Selain mendapatkan OAT pada bulan I, pasien juga menerima Robamox sebagai antibiotik, Collerin untuk meredakan batuk, Paraco sebagai penurun panas dan Osimax sebagai suplemen makanan. Collerin diberikan 3x/hari 1 sdt, dimana aturan tersebut adalah untuk anak berusia 6-12 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Collerin mengalami DTP dosis berlebih. Robamox, Paraco dan Osimax tidak memiliki nasalah.
4. Pada bulan II pasien menerima Penmox, Lapisiv dan Corovit. Penmox merupakan antibiotik, Lapisiv digunakan unutk meredakan batuk dan Corovit sebagai penambah nafsu makan. Lapisiv mengalami DTP dosis berlebih. Karena untuk anak usia 2 tahun, dosis yang diberikan adalah 3x/hari ½ sdt, bukan 1 sdt. Corovit dan Penmox tidak mengalami DTP.
5. Selain mendapatkan OAT pada bulan III, dokter juga meresepkan Halmezin dan Imunos. Kedua obat ini diberikan dengan dosis yang tepat dan tidak mengalami DTP.
6. Untuk bulan IV selain mendapatkan OAT, pasien juga menerima Lapimox sebagai antibiotik, yang telah diberikan degan tepat, dan Lacoldin yang berguna untuk meringankan gejala flu. Aturan penggunaan Lacoldin pada resep 3x/hari 1 sdt adalah untuk anak usia 6-12 tahun, berarti terjadi DTP dosis berlebih.
7. Pada bulan V pasien juga mendapatkan Paraco dan Bevita. Paraco diberikan bila perlu saja dan Bevita hanya diberikan 1x/hari. Kedua obat telah diberikan sesuai aturan penggunaan.
8. Sebagai penambah daya tahan tubuh makan dokter meresepkan Nutrikids. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 10/05/07 1. R/ INH 300 V
Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
1. OAT bulan I 2. Antibiotik saluran nafas 3. Meringankan batuk dan pilek 4. Analgetik antipiretik 5. Suplemen makanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2. R/ Robamox Syp I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Collerin Syp I 3x sehari 1 sdt
4. R/ Paraco Syp I 3x sehari 1 sdt
5. R/ Osimax Syp I 1x sehari 1sdt
2. Amoksisilin trihidrat 3. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 4. Parasetamol 5. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg
2. 30/05/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Penmox Syp I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Lapisiv Syp I 3x sehari 1 sdt
4. R/ Corovit Syp I 1x sehari 1sdt
2. Amoksisilin trihidrat 3. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg 4. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2 1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg, vit C 15 mg, vit D3 400 iu, niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200 mg, d-pantotenol 1,5 mg
1. OAT bulan II 2. Antibiotik saluran nafas 3. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas 4. Menambah nafsu makan
3. 30/06/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Halmezin Syr I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Imunos Syr I 1x sehari 1 sdt
2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg 3. Ecinaceae, Zn pokilenat, selenium
1. OAT bulan III 2. Antitusiv dan ekspektoran 3. Meningkatkan daya tahan tubuh
4. 30/07/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lapimox I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Lacoldin I 3x sehari 1 sdt
2. Amoksisilin trihidrat 3. Paracetamol 250 mg, fenilpropanolamin HCl 6 mg, dekstrometorfan HBr 7,5 mg, klorfeniramin maleat 1 mg
1. OAT bulan IV 2. Antibiotik saluran nafas 3. Meringankan gejala flu : demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin disertai batuk
5. 30/08/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Paraco Syr I 3x sehari 1 sdt prn
3. R/ Bevita Syr I 1x sehari 1 sdt
2. Parasetamol 3.Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. OAT bulan V 2. Analgetik antipiretik 3. Suplemen makanan
6. 29/09/07 R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan VI
7. 27/10/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bualn VII 2. Penguat sistem imun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Plan : 1. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi fase intensif.
2. Seharusnya dokumentasi terapi pada RM dilakukan lebih baik, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan-kesalahan seperti masa terapi yang terlalu panjang dan jumlah obat yang berlebihan..
3. Karena usia pasien masih 2 tahun, harusnya dilakukan penyesuaian dosis untuk Collerin, Lapisiv dan Lacoldin.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 19 / RM : 001666 Tanggal terapi : 10 Mei – 4 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 22 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk yang telah dirasakan sejak 1-2 minggu dan sifatnya menetap dan kumat-kumatan. Berdasarkan data RM pasien pernah menderita flek 1 bulan. Obyektif : • BB 8 kg • Hasil sistem skoring 6 : Kontak dengan penderita TB 1 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin,
batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, sering berkeringat, pilek, panas dan tidak nafsu makan. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan skoring sistem dan Mantoux test,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat yang diberikan adalah Pamol, GG, vitamin B kompleks dan CTM. Ketiga obat ini diberikan selama 2 hari dan telah diberikan sesuai aturan dosis dan tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 166,67 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan untuk anak dengan berat badan < 10 kg meliputi INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. OAT yang diberikan pada fase lanjutan sudah lengkap, yakni selama 6 bulan. Namun pada bulan IV, V dan VI dokter meresepkan OAT dengan jumlah dua kali lebih banyak daripada bulan sebelumnya. Hal ini bukan merupakan DTP sebab pemberian dosis obat disesuaikan dengan berat badan anak.
4. Di samping menerima terapi OAT, pada bulan I pasien juga menerima Pehamoxyl yang merupakan antibiotik dan Salbuven untuk melegakan saluran nafas. Salbuven diberikan 2x/hari 1 sdt. Salbuven yang diberikan mengalami DTP dosis kurang karena menurut aturan penggunaan obat, untuk anak usia 2-6 tahun diberikan 2,5-5 ml 3-4x/hari.
5. Pada bulan II, selain OAT pasien juga diberi Salbuven dan Lacoldin. Salbuven masih mengalami kasus yang seperti bulan I. Lacoldin diberikan 3x/hari 1 sdt. Lacoldin mengalami DTP dosis berlebih karena aturan penggunaan pada resep tersebut adalah untuk anak usia 6-12 tahun. Karena obat diberikan untuk anak 2 tahun, harusnya dokter melakukan penyesuaian dosis.
6. Sebagai penambah daya tahan tubuh dokter memberikan Nutrikids pada bulan VI. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 10/05/07 R/ Pamol 2
GG 2 Vit B comp 2 CTM 2 M f pulv no. VII 3x sehari 1 bungkus
1. Analgetik antipiretik 2. Ekspektoran 3. Vitamin 4. Antihistamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
2. 12/05/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Pehamoxyl XII 3x sehari 1 sachet
3. R/ Salbuven I 2x sehari 1 sdt
2. Amoksisilin trihidrat 3. Salbutamol sulfat
1. OAT bulan I 2. Antibiotik saluran nafas 3. Pelega saluran nafas
3. 06/06/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Salbuven I 2x sehari 1 sdt
3. R/ Lacoldin I 3x sehari 1 sdt
2. Salbutamol sulfat 3. Paracetamol 250 mg, fenilpropanolamin HCl 6 mg, dekstrometorfan HBr 7,5 mg, klorfeniramin maleat 1 mg
1. OAT bulan II 2. Pelega saluran nafas 3. Meringankan gejala flu : demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin disertai batuk
4. 09/07/07 R/ INH 300 V Rifampisin 450 V M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan III
5. 06/08/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan IV 2. Penguat sistem imun
6. 7.
06/09/07 04/10/07
R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan V dan VI
Plan : 1. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. 2. Aturan penggunaan obat harus diperhatikan dengan benar, jangan sampai terjadi dosis berlebih, sebab usia
pasien yang masih balita, maupun terjadi dosis kurang sebab efek yang diharapkan bisa-bisa tidak muncul.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 20 / RM : 000267 Tanggal terapi : 22 Januari – 22 Juni 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, pilek dan demam. Dirasakan sejak 4 hari dan sifatnya kumat-kumatan. Berdasarkan data RM pasien punya riwayat flek 2 bulan lalu. Obyektif : • BB 11 kg • Hasil sistem skoring 7 : Uji tuberkulin 3 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran
kelenjar limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Batuk pilek 5 hari, demam, tidak sesak nafas dan tidak nafsu makan. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan skoring sitem dan Mantoux test, selama
menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat yang diresepkan adalah Improvox sebagai antibiotik, Salbuven untuk melancarkan pernafasan dan Comtusi untuk mengobati gejala batuk. Ketiganya telah diberikan dengan tepat dan tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan. 3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Nutrikids yang diberikan pada bulan III bertujuan untuk menambha daya tahan tubuh Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 22/01/07 1. R/ Improvox I
3x sehari 1sdt 2. R/ Comtusi I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Salbuven I
3x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 125 mg, K klavulanat 31,25 mg 2. Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl guaiacolat 33,3 mg 3. Salbutamol sulfat
1. Antibiotik saluran nafas 2. Batuk produktif dan non-produktif, batuk karena alergi 3. Pelega saluran nafas
2. 3.
24/01/07 23/02/07
R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I dan II
4. 23/03/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III 2. Penguat sistem imun
5. 6. 7.
23/04/07 23/05/07 22/06/07
R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan IV, V dan VI
Plan :
Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 21 / RM : 002167 Tanggal terapi : 21 Juni – 15 November 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah berat badan kurang, batuk dan tidak nafsu makan. Obyektif : • BB 15 kg • Hasil sistem skoring 5 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar
limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif • Anamnesis : Batuk, demam, tidak nafsu makan dan berat badan tetap Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat yang diberikan adalah Collerin dan Bevita Kedua obat yang diresepkan tidak memiliki DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan II, III, V dan VI, obat ini tidak memiliki permasalahan DTP sehingga aman diberikan kepada pasien.
5. Pada bulan IV pasien menerima Robamox sebagai antibiotik saluran nafas dan telah diberikan dengan tepat. 6. Pada bulan VI menerima Salbuven dan obat ini tidak mengalami DTP. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 21/06/07 1. R/ Collerin Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Bevita Syp I
1x sehari 1 sdt
1. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 2. Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. Meringankan batuk dan pilek 2. Suplemen makanan
2. 23/06/07 R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I
3. 18/07/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
4. 6.
29/08/07 19/10/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
1. OAT bulan III dan V 2. Penguat sistem imun
5. 19/09/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Robamox 250 I 3x sehari 1 sdt
2. Amoksisilin trihidrat
1. OAT bulan IV 2. Antibiotik saluran nafas
7. 15/11/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
3. R/ Salbuven I 3x sehari 1 sdm
2. Colostrum bovine 3. Salbutamol sulfat
1. OAT bulan VI 2. Penguat sistem imun 3. Pelega saluran nafas
Plan :
Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 22 / RM : 000768 Tanggal terapi : 5 Maret – 28 Agustus 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, pilek dan panas pada malam hari. Obyektif : • BB 9 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin,
pembesaran kelenjar limfe 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Batuk, pilek, demam namun tidak sesak nafas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Maka pasien mendapatkan Pehamoxyl, Salbuven dan Comtusi. Pehamoxyl adalah antibitotik yang dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium. Salbuven digunakan untuk memperlancar jalan nafas pasien. Comtusi untuk meredakan batuk. Ketiganya telah diberikan dengan tepat dan tidak mengalami permasalahan
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 166,67 mg per hari pada bulan I. Berdasarkan data RM pada bulan II terjadi permasalahan DTP perlu terapi tambahan karena yang diresepkan hanya INH dan Rifampisin dilengkapi vitamin B6, tanpa PZA. Selain terjadi DTP dosis kurang karena INH dan Rifampisin yang diberikan hanya 50 mg dan 75 mg per bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, III, IV, V dan VI, obat ini tidak memiliki permasalahan.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 05/03/07 1. R/ Pehamoxyl XII
3x sehari 1 sachet 2. R/ Comtusi I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Salbuven I
3x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl guaiacolat 33,3 mg 3. Salbutamol sulfat
1. Antibiotik saluran nafas 2. Batuk produktif dan non-produktif, batuk karena alergi 3. Pelega saluran nafas
2. 07/03/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XV 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I 2. Penguat sistem imun
3. 26/04/07 R/ INH 50 Rifampisin 75 B6 ⅓ M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan II
4. 5. 6. 7.
04/06/07 30/06/07 30/07/07 28/08/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, IV, V dan VI 2. Penguiat sistem imun
Plan : 1. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah PZA yang diberikan. Dokter
hendaknya juga lebih teliti dalam penulisan resep sehingga tidak merugikan menyebabkan kegagalan terapi. 2. Karena berat badan pasien berada di bawah garis merah pada KMS, maka dokter juga dapat memberikan
terapi tambahan berupa suplemen makanan atau penambah nafsu makan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 23 / RM : 000869 Tanggal terapi : 12 Maret – 7 Agustus 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 10 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan berat badan tidak mengalami kenaikkan. Obyektif : • BB 7,5 kg • Hasil sistem skoring 4 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin dan pembesaran
kelenjar limfe 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, pilek, demam, sesak nafas, tidak nafsu makan. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. maka pasien mendapatkan Pehamoxyl, Halmezin dan Salbuven. Pehamoxyl adalah antibitotik yang dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium dan telah digunakan dengan tepat. Halmezin digunakan sebagai antitusiv ekspektoran digunakan 3x/hari ⅓ sdt. Salbuven digunakan untuk memperlancar jalan nafas pasien, dapat digunakan minimal pada anak usia 2 tahun dengan aturan 3-4x/hari ½ - 1 sdt. Sehingga bisa dikatakan terjadi DTP dosis berlebih karena usia pasien masih 10 bulan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis 166,67 mg per hari pada bulan I. Berdasarkan data RM pada bulan II terjadi permasalahan DTP perlu terapi tambahan karena yang diresepkan hanya INH dan Rifampisin dilengkapi vitamin B6, tanpa PZA. INH dan Rifampisin yang diberikan hanya 50 mg dan 75 mg per bulan, sehingga terjadi DTP dosis kurang.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasakan data RM pasien telah menerima terapi fase ini dengan lengkap. Namun pada bulan III, dokter memberikan kedua obat dengan jumlah yang kurang (DTP) yaitu INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg per bulan, terjadi kesalahan yaitu dokter kurang menuliskan tanda dtd pada resep.
4. Selain menerima terapi fase intensif, pasien juga mendapatkan Lasal dan Flixotide yang keduanya memiliki kegunaan yang sama, namun memiliki titik tangkap yang berbeda, sehingga tidak termasuk obat berlebih. Menurut aturan penggunaan obat, Flixotide mengalami DTP obat salah karena tidak boleh digunakan pada pasien bayi. Aturan yang diberikan untuk Lasal adalah 3x/hari ½ sdt dan sudah sesuai.
5. Pada bulan III pasien juga menerima Collerin untuk meringankan batuk dan pilek. Obat ini diberikan 3x/hari ½ sdm. Padahal untuk anak usia 6 tahun saja dosis yang diberikan adalah 3x/hari 1 sdt. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih, karena pasien masih 10 bulan.
6. Hisdane yang ikut diresepkan pada bulan VI digunakan untuk mengatasi gejala pilek. Pada resep aturan penggunaanya adalah 3x/hari 1 sdt, padahal pada aturan penggunaan obat untuk anak usia 3 tahun saja 3x/hari ½ sdt. Berarti terjadi DTP dosis berlebih, karena pasien masih 10 bulan.
7. Karena berat badan pasien berada di bawah garis merah pada KMS, maka dokter juga dapat memberikan terapi tambahan berupa suplemen makanan atau penambah nafsu makan.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 12/03/07 1. R/ Pehamoxyl X
3x sehari ½ sachet 2. R/ Halmezin I
3x sehari ½ sdt 3. R/ Salbuven I
3x sehari ½ sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg 3. Salbutamol sulfat
1. Antibiotik saluran nafas 2. Antitusiv dan ekspektoran 3. Pelega saluran nafas
2. 14/03/07 R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
3. 12/04/07 1. R/ INH 50 Rifampisin 75 B6 ⅓ M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lasal Exp Syr I 3x sehari ½ sdt
3. R/ Flixotide no. I 1x sehari 1 spray
2. Gliseril guaiakolat 75 mg, salbutamol sulfat 2 mg 3. Fluticasone propionate
1. OAT bulan II 2. Asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema dan kondisi bronkospastik lainnya 3. Profilaksis asma berat pada dewasa dan remaja usia lebih dari 16 tahun, terapi eksaserbasi akut asma ringan sampai sedang pada anak dan remaja usia 4-16 tahun
4. 10/05/07 1. R/ INH 50 Rifampisin 75 B6 ⅓ M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Collerin Syp I I 3x sehari ½ sdm
2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg
1. OAT bulan III 2. Meringankan batuk dan pilek
5. 31/05/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Costil I 3x sehari 1 sdt
2. Domperidom
1. OAT bulan IV 2. Dispeptik, kembung setelah makan, mual dan muntah
6. 09/07/07 R/ INH 300 V Rifampisin 450 V M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan V
7. 07/08/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Hisdane I 1x sehari 1 sdt
2. Terfenadine
1. OAT bulan VI 2. Polinosis akut, rinitis non-seasonal dan vasomotor
Plan : 1. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Selain itu perlu dilakukan koreksi
atas resep yang dituliskan oleh dokter, sehingga pengobatan TB yang dilakukan dapat rasional. 2. Perlu dilakukan koreksi dosis untuk obat-obat yang diresepkan dan mengalami DRP dosis berlebih terutama
karena pasien tergolong dalam balita, sehingga aturan dosis harus selalu diperhatikan dan disesuaikan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 24 / RM : 001672 Tanggal terapi : 12 Mei – 6 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 3,5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, sesak nafas dan tidak nafsu makan. Obyektif : • BB 12 kg • Hasil sistem skoring 4 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin dan pembesaran
kelenjar limfe 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, tidak nafsu makan, kadang sesak nafas. Assasement : 1. Pada RM diketahui bahwa dokter tidak memberikan obat pada saat menunggu hasil Mantoux test. Setelah
didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
terjadi DTP dosis berlebih. 2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Namun pada bulan V dan VI, ternyata dosis INH yang diberikan mengalami DTP dosis kurang.
3. Selain mendapat OAT pada bulan I pasien juga mendapatkan Osmycin yang berguna untuk mengobati infeksi saluran nafas. Osmycin telah diberikan sesuai dengan aturan penggunaan.
4. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dokter meresepkan Nutrikids pada bulan II, III dan IV. 5. Pada bulan V pasien diberi Provit sebagai suplemen makanan. Obat ini diberikan dengan tepat dan tidak
mengalami DTP. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 12/05/07 1. R/ INH 300 X
Rifampisin 450 X Pirazinamid XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Osmycin I 3x sehari 1 sdt
2. Spiramisin
1. OAT bulan I 2. Antibiotik saluran nafas
2. 07/06/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
3. 4.
09/07/07 09/08/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III dan IV 2. Penguat sistem imun
5. 08/09/07 1. R/ INH 300 V B6 V Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Provit Syp I 1x sehari ½ sdt
2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit B12, vit C, vit E, Lysin HCl, Ca pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
1. OAT bulan V 2. Meningkatkan nafsu makan
6. 06/10/07 R/ INH 300 V B6 V Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan VI
Plan :
Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA pada fase intensif dan Rifampisin pada fase lanjutan yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 25 / RM : 001286 Tanggal terapi : 13 April – 16 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 3 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Obyektif : • BB 13 kg • Hasil sistem skoring 5 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar
limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, panas dan tidak nafsu makan. Assesement : 1. Selama menunggu hasil Mantoux test maka pasien mendapatkan Novax, Lapisiv, Hisdane dan Osimax.
Novax adalah antibitotik yang dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium, obat ini telah diberikan dengan tepat. Lapisiv yang digunakan untuk mengobati batuk harusnya juga diberikan 3x/hari ½ sdt bukan 3x/hari 1 sdt. Hisdane yang dapat meredakan gejala hidung berair harusnya diberikan 2x/hari ½ sdt, namun pada resep 1 sdt. Berarti pada kedua obat tersebut terjadi DTP dosis berlebih. Untuk Osimax tidak ada permasalahan DTP.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada terapi yang dilakukan terjadi DTP dosis berlebih dimana jumlah PZA adalah 333,33 mg per hari.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Namun pada bulan III terapi terjadi DTP dosis berlebih karena Rifampisin diberikan 2x lipat dari aturan dosis OAT anak.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, II, III dan V. 5. Untuk bulan IV dan VI pasien juga mendapatkan Amoksisilin sirup sebagai antibiotik saluran nafas selain
OAT dan telah diberikan dengan tepat. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 13/04/07 1. R/ Novax Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Lapisiv Syr I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Hisdane Syp I
2x sehari 1 sdm Pagi dan sore
4. R/ Osimax Syr I 1x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg 3. Terfenadine 4. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas 3. Polinosis akut, rinitis non-seasonal dan vasomotor 4. Suplemen makanan
2. 3.
21/04/07 18/05/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I dan II 2. Penguat sistem imun
4. 18/06/07
1. R/ INH 300 X B6 X Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III 2. Penguat sistem imun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
5. 7.
16/08/07 16/10/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Amox Syp I 3x sehari 1 sdm
2. Amoksisilin trihidrat
1. OAT bulan IV dan VI 2. Antibiotik saluran nafas
6. 17/09/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan V 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Hendaknya dokter lebih perhatian pada usia pasien, mengingat pasien masih balita, sehingga harus
dilakukan penyesuaian dosis. 2. Harus dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut
sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 26 / RM : 001894 Tanggal terapi : 28 Mei – 26 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 1 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan bisulan. Obyektif : • BB 8 kg • Hasil sistem skoring 5 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar
limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, demam dan terjadi pembesaran kelenjar. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Collerin untuk meringankan gejala yang dirasakan dan Bevita sebagai suplemen makanan. Aturan pengggunaan Collerin pada resep adalah 3x/hari 1 sdt, dimana aturan itu adalah untuk anak usia 6-12 tahun, bukan untuk anak usia 1 tahun. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih. Untuk Bevita tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 166,67 mg per hari selama 2 bulan terapi.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasakan data RM pasien telah menerima terapi fase ini dengan lengkap. Namun pada bulan IV dan V terapi terjadi DTP dosis berlebih karena Rifampisin diberikan 2x lipat dari aturan dosis OAT anak.
4. Selain mendapat OAT, pada bulan I pasien juga menerima Osmycin dan Paraco sebagai obat tambahan. Osmycin adalah antibiotik saluran nafas dan telah diberikan sesuai dengan berat badan pasien. Untuk Paraco tidak terjadi DTP, namun akan lebih baik jika ditambah keterangan prn atau bila perlu.
5. Hisdane ikut diresepkan pada bulan III sebagai obat tambahan. Pada resep aturan penggunaannya adalah 2x/hari 1 sdt. Padahal aturan itu adalah untuk anakn usia 6-12 tahun. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 28/05/07 1. R/ Collerin Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Bevita Syp I
1x sehari 1 sdt
1. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 2. Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. Meringankan batuk dan pilek 2. Suplemen makanan
2. 30/05/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Osmycin Syr I 3x sehari 2 sdt
3. R/ Paraco Syr I 3x sehari 1 sdt
2. Spiramisin 3. Parasetamol
1. OAT bulan I 2. Infeksi saluran nafas 3. Analgetik antiiretik
3. 26/06/07 R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan II
4. 27/07/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Vistrum I 2x sehari 1 sdt
2. Colostrum bovine, seng dan fruktooligo sakarida
1. OAT bulan III 2. Membantu menjaga kondisi tubuh
5. 6. 7.
27/08/07 25/09/07 26/10/07
R/ INH 300 V B6 V Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan IV, V dan VI
Plan : 1. Hendaknya dokter lebih perhatian pada usia pasien, mengingat pasien masih balita, sehingga harus
dilakukan penyesuaian dosis sesuai dengan berat badan pasien. 2. Pencatatan atau dokumentasi yang dibuat pada RM hendaknya dilakukan dengan lengkap sehingga riwayat
terapi pasien dapat diketahui dengan jelas. Selain itu kiranya dokter juga harus paham betul dengan aturan dosis OAT anak, seperti yang telah ditetapkan dalam pedoman penatalaksanaan TB anak.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 27 / RM : 000192 Tanggal terapi : 17 Januari – 14 Juni 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan pilek. Obyektif : • BB 22 kg • Hasil sistem skoring 5 : Uji tuberkulin 3 poin, demam tanpa sebab 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Batuk, pilek, demam, sesak nafas, diare, dan tidak nafsu makan. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Pasien mendapatkan Penmox, Lapisiv dan Osimax. Penmox adalah antibitotik yang dapat mencegah pertumbuhan mikobakterium dan telah diberiakn sesuai dengan berat badan pasien. Obat ini telah digunakan dengan tepat. Lapisiv dan Osimax mengalami DTP dosis berlebih. Harusnya Lapisiv digunakan 3x/hari 1 sdt, bukan 1 sdm dan Osimax digunakan 1x/hari, bukan 2x.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada resep diketahui bahwa terjadi DTP dosis berlebih dimana PZA yang diberikan adalah 166,67 mg per hari.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH.
4. Pada bulan III pasien menerima obat tambahan Robamox dan Halmezin. Robamox bekerja sebagai antibiotik saluran nafas dan telah diberikan sesuai berat badan pasien. Halmezin mengalami DTP dosis berlebih karena harusnya diberikan 3x/hari 1 sdt, bukan 1 sdm.
5. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan IV dan V, obat ini telah diberikan dengan tepat sehingga tidak ada permasalahan DTP.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 17/01/07 1. R/ Penmox 250 I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Lapisiv Syp I
3x sehari 1 sdm 3. R/ Osimax Syp I
2x sehari 1 sdm
1. Amoksisilin trihidrat 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg 3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas 3. Suplemen makanan
2. 19/01/07 R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX Pirazinamid 500 XL M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
3. 12/02/07 (Obat untuk
bulan II dan III diambil
bersamaan)
R/ FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg (untuk bulan III tidak ada PZA)
OAT bulan II dan III
4. 28/03/07 1. R/ Robamox 250 I 3x sehari 1 sdm
2. R/ Halmezin I 3x sehari 1 sdm
1. Amoksisilin trihidrat 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Antitusiv dan ekspektoran
5. 16/04/07 (Obat untuk
bulan IV dan V
diambil bersamaan)
1. R/ FDC 2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 2. Colostrum bovine
1. OAT bulan IV dan V 2. Penguat sistem imun
6. 14/06/07 R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan VI
Plan : 1. Dalam penulisan aturan penggunaan harusnya lebih teliti agar tidak terjadi kelebihan dosis. Untuk Osimax
kelebihan dosis memang tidak berkibat buruk. 2. Terjadi DTP yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 666,67 mg per hari selama 1 bulan.
Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg, seperti yang telah dilakukan untuk bulan II. Pada fase lanjutan bulan III, IV dan V dokter telah meresepkan FDC, namun pada bulan VI tidak diketahui mengapa dokter kembali memberikan racikan OAT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 28 / RM : 001592 Tanggal terapi : 5 Mei – 2 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Obyektif : • BB 11 kg • Hasil sistem skoring 5 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin dan batuk 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, pilek dan berat badan kurang. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Collerin untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat ini mengalami DTP dosis berlebih karena aturan pada resep adalah aturan yang digunakan untuk anak berusia 6-12 tahun.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada terapi yang dilakukan jumlah PZA adalah 333,33 mg per hari, berarti terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap. Pada bulan V dan VI terdapat kesalahan penulisan resep, yaitu penulisan dtd. Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih karena INH dan Rifampisin yang diberikan jumlahnya adalah 10x jumlah normal.
4. Pada bulan I pasien mendapat obat tambahan Kelfex yang juga termasuk antibiotik saluran nafas yang telah diberikan sesuai dengan berat badan pasien.
5. Nutrikids pada bulan II, IV dan VI sebagai penguat sistem imun tidak memiliki permasalahan DTP. 6. Vomidone digunakan sebagai obat tambahan pada bulan III, obat ini tidak memiliki permasalahan DTP. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 05/05/07 R/ Collerin Exp Syp I
3x sehari 1 sdt Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg
Meringankan batuk dan pilek
2. 07/05/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Kelfex I 2x sehari 1 sdt
2. Cefadroksil monohidrat
1. OAT bulan I 2. Antibiotik saluran nafas
3. 08/06/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
4. 27/06/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Vomidone I 3x sehari 1 sdt
2. Domperidon maleat
1. OAT bulan III 2. Mengobati mual dan muntah
5. 31/07/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan IV 2. Penguat sistem imun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
6. 03/09/04 R/ INH 100 X Rifampisin 150 X M f pulv dtd no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan V
7. 02/10/07 1. R/ INH 100 X Rifampisin 150 X M f pulv dtd no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan VI 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Harus dilakukan koreksi aturan penggunaan obat agar sesuai dengan usia dan kondisi pasien. 2. Harus dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut
sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan. Kelebihan dosis yang terjadi pada bulan V dan VI disebabkan oleh kesalahan penulisan resep oleh dokter.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 29 / RM : 001892
Tanggal terapi : 28 Mei – 26 Juli 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 16 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk pada sore hari dan berkeringat pada malam hari. Obyektif : • BB 8,4 kg • Hasil sistem skoring 5 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar
limfe 1 poin dan Rotgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, pilek, demam, sesak nafas dan nyeri. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. pasien mendapatkan Pehamoxyl, Halmezin dan Salbuven. Pehamoxyl adalah antibitotik yang dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium, obat ini telah diberikan dengan tepat. Halmezin merupakan obat batuk, yang pada resep diberikan 3x/hari 1 sdt. Dimana aturan itu adalah untuk anak berusia 6 tahun ke atas. Salbuven digunakan untuk memperlancar jalan nafas pasien yang diberikan 3x/hari 1 sdt juga, dimana aturan itu adalah untuk anak berusia 2-6 tahun. Berarti pada kedua obat terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada resep diketahui bahwa PZA yang diberikan adalah 166,67 mg per hari, berarti terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasakan data RM pasien hanya menerima terapi selama 1 bulan.
4. Sebagai obat tambahan pada bulan I maka dokter memberikan Hisdane dan Bevita. Bevita telah diberikan dengan tepat dan tidak ada permasalahan DRP. Hisdane mengalami DTP dosis berlebih karena aturan penggunaan yang dituliskan dalam resep 3x/hari ½ sdt adalah untuk anak berusia 3-5 tahun.
5. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan III. 6. Karena berat badan pasien tergolong kurang dibanding anak-anak seusianya, sehingga dapat ditambahkan
suplemen makanan pada terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 28/05/07 1. R/ Pehamoxyl XII
3x sehari 1 sachet 2. R/ Halmezin I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Salbuven I
3x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg 3. Salbutamol sulfat
1. Antibiotik saluran nafas 2. Antitusiv dan ekspektoran 3. Pelega saluran nafas
2. 30/05/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Hisdane Syp I 3x sehari ½ sdt
3. R/ Bevita I 1x sehari 1 sdt
2. Terfenadine 3. Kurkumoid, betakaroten, dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit B2, Vit B6, Vit B12
1. OAT bulan I 2. Polinosis akut, rinitis non-seasonal, dan vasomotor 3. Supelemen makanan
3. 25/06/07 R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan II
4. 26/07/07 1. R/ INH 300 V Rifampisin 450 V M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Perlu dilakukan penyesuaian dosis untuk obat-obat yang diresepkan karena dosis yang ditulis dalam resep
ada yang tidak sesuai dengan usia pasien yang masih 16 bulan. 2. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Menurut tatalaksana TB anak, terapi
fase lanjutan diberikan selama 4 bulan. Berarti terjadi DTP diperlukan terapi tambahan agar tidak terjadi kekambuhan atau resistensi mikobakterium.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 30 / RM : 000895 Tanggal terapi : 15 Maret – 15 Agustus 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah berkeringat dingin. Obyektif : • BB 13 kg • Hasil sistem skoring 3 : Berat badan 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : - Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Collerin untuk meringankan gejala yang dirasakan. Aturan penggunaan yang tercantum dalam resep adalah 3x/hari 1 sdt, dimana aturan itu adalah utnuk anak berusia 6-12 tahun. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada terapi yang dilakukan jumlah PZA adalah 333,33 mg per hari, berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap. Namun pada bulan III diketahui bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
terjadi DTP dosis berlebih karena PZA yang harusnya sudah tidak diberikan masih diresepkan. 4. Pada bulan I pasien menerima obat tambahan Lysmin sebagai penambah nafsu makan. Obat ini telah
diberikan denagn tepat dan tidak memiliki DTP. 5. Pada bulan II dan III pasien mendapat Hisdane sebagai obat tambahan. Pada resep obat ini diberikan 2x/hari
1 sdm, padahal seharusnya hanya ½ sdt. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih. 6. Pada terapi bulan IV pasien menerima obat tambahan berupa Osmycin, Imunos dan Paraco. Osmycin adalah
antibiotik antibiotik saluran nafas yang telah diberikan sesuai berat badan pasien. Imunos dan Paraco tidak memiliki masalah DTP.
7. Sebagai suplemen makanan, pada bulan VI dokter meresepkan Provit. Obat ini diberikan dengan tepat dan tidak ada permasalahan DTP.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Kompsosisi Kegunaan menurut pustaka 1. 15/03/07 R/ Collerin Exp Syp I
3x sehari 1 sdt Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg
Meringankan batuk dan pilek
2. 17/03/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XV M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lysmin Syp I 3x sehari 1 sdt
2. Vit A 5000 IU, Vit D 400 IU, Vit
B1 3 mg, Vit B2 2, 74 mg, Vit B6 1 mg, Vit B12 5 mcg, Vit C 50 mg
1. OAT bulan I 2. Multivitamin
3. 4.
16/04/07 14/05/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XV M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Hisdane Syr I 2x sehari 1 sdm
2. Terfenadine
1. OAT bulan II dan III 2. Polinosis akut, rinitis non-seasonal, dan vasomotor
5. 12/06/07 1. R/ Osmycin Syp I 3x sehari 1 sdt
2. R/ Imunos Syp I 1x sehari 1 sdt
3. R/ Paraco Syp I 3x sehari 1 sdt
4. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
1. Spiramisin 2. Ecinaceae, Zn pokilenat, selenium 3. Parasetamol
1. Antibiotik saluran nafas 2. Meningkatkan daya tahan tubuh 3. Analgetik antipiretik 4. OAT bulan IV
6. 12/07/07 R/ INH 100 X Rifampisin 150 X M f pulv dtd no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan V
7. 15/08/07 1. R/ INH 100 X Rifampisin 150 XV B6 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Provit I 1x sehari 1 sdt
2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit B12, vit C, vit E, Lysin HCl, Ca pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
1. OAT bulan VI 2. Meningkatkan nafsu makan
Plan : 1. Perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah PZA yang diresepkan. Pada fase lanjutan yaitu bulan bulan III
terapi terjadi DTP obat berlebih, karena pada bulan itu PZA masih diresepkan. Pada bulan VI terjadi DTP dosis berlebih untuk Rifampisin yang diberikan. Untuk mencegah permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk permasalahan dosis dan jumlah obat yang diberikan hendaknya dokter dan apoteker lebih perhatian karena pasien yang diterapi masih anak-anak.
3. Untuk Paraco dapat ditambahkan keterangan bila perlu (prn).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 31 / RM : 000596 Tanggal terapi : 19 Februari – 21 Maret 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 9 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Obyektif : • BB 6,8 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin dan
pembesaran kelenjar limfe 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Tidak demam, tidak nafsu makan, pilek, tidak batuk, dan tidak sesak nafas. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Pehamoxyl dan Lacoldin untuk meringankan gejala yang dirasakan. Pehamoxyl adalah antibitotik digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium dan obat ini telah diberikan dengan tepat. Aturan penggunaan Lacoldin pada resep adalah 3x/hari ½ sdt, dimana aturan itu telah menyesuaikan dengan usia pasien. Sehingga kedua obat yang diresepkan tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada resep diketahui bahwa PZA yang diberikan adalah 166,67 mg per hari, berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM pasien tidak menjalani pengobatan fase lanjutan sama sekali. Tidak ada keterangan pada RM, sehingga kemungkinan hal tersebut terjadi kaibat DTP ketidaktaatan pasien, mengingat rumah pasien juga sangat jauh dari lokasi BKPM Magelang.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 19/02/07 1. R/ Pehamoxyl XII
3x sehari 1 sachet 2. R/ Lacoldin Syp I
3x sehari ½ sdt 3. R/ Halmezin I
3x sehari 1 sdm 4. R/ Osimax I
2x sehari 1 sdm
1. Amoksisilin trihidrat 2. Paracetamol 250 mg, fenilpropanolamin HCl 6 mg, dekstrometorfan HBr 7,5 mg, klorfeniramin maleat 1 mg. 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, prometazina-HCl 5 mg, amonium klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg, Na-sitrat 17 mg 4. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Meringankan gejala flu : demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin disertai batuk 3. Antitusiv dan ekspektoran 4. Suplemen makanan
2. 3.
21/02/07 21/03/07
R/ INH 300 V Rifampisin 450 V Pirazinamid 500 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I dan II
Plan : 1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan. 2. Perlu dilakukan pendekatan kepada pasien sehingga dapat diketahui mengapa pasien tidak meneruskan fase
pengobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 32 / RM : 001497 Tanggal terapi : 30 April – 5 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2,5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, pilek, panas dan keringat malam. Obyektif : • BB 15 kg • Hasil sistem skoring 3 : Demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, berat badan 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, pilek, demam, keringat malam dan berat badan turun. Assesement : 1. Pada RM diketahui bahwa dokter tidak memberikan obat pada saat menunggu hasil Mantoux test. Setelah
didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya terjadi DRP dosis berlebih. Selain itu pada bulan II terapi PZA yang harusnya ikut diresepkan justru tidak ada. Berarti juga terjadi DTP perlu terapi tambahan.
2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM pada bulan IV dan V terjadi DTP dosis berlebih untuk Rifampisin, karena obat diberikan 2x lebih banyak dari yang seharusnya.
3. Selain mendapat OAT, pada bulan I pasien juga menerima Aclam dan Osimax. Aclam bekerja seperti OAT yang diberikan, oleh karena itu terjadi DTP obat berlebih. Osimax juga mengalami DTP dosis berlebih, karena harusnya obat ini digunakan 1x/hari, bukan 2x.
4. Pada bulan II dan III pasien mengeluhkan mulutnya berwarna putih, kemudian oleh dokter diberi Candistin. Menurut aturan penggunaan obat ini diberikan melalui tetes, bukan pakai sendok. Dapat disimpulkan terjadi kesalahan namun hal tersebut tidak termasuk DTP.
5. Pada bulan III, pasien menerima obat tambahan berupa Paraco, pada bulan V menerima Provit sebagai suplemen makanan dan pada bulan VI menerima Nutrikids sebagai penguat sistem imun pasien. Ketiga obat tersebut tidak mengalami DTP.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 30/04/07 1. R/ INH 300 X
Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Aclam I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Osimax I 2x sehari 1 sdt
2. Amoksisilin 125 mgdan asam klavulanat 31,25 mg 3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg
1. OAT bulan I 2. Antibiotik saluran nafas 3. Suplemen makanan
2. 14/05/07 1. R/ INH 300 X B6 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Candistin Komp I 3x sehari 1 sdt
2. Nistatin
1. OAT bulan II 2. Candisiasis mulut
3. 20/06/07 1. R/ INH 300 X B6 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Candistin Komp I 3x sehari 1 sdt
3. R/ Paraco Syr I 3x sehari 1 sdt
2. Nistatin 3. Parasetamol
1. OAT bulan III 2. Candisiasis mulut 3. Analgetik antipiretik
4. 15/08/07 R/ INH 300 X B6 X Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
5. 10/09/07 1. R/ INH 300 X B6 X Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Provit I 1x sehari 1 sdt
2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit B12, vit C, vit E, Lysin HCl, Ca pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
1. OAT bulan V 2. Meningkatkan nafsu makan
6. 05/10/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan VI 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Dokumentasi yang tidak baik dan kekurangtelitian menyebabkan pengobatan yang diberikan pada pasien
tidak sesuai dengan pedoman penatalaksanaan. Untuk mencegah permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Karena tujuan yang sama itulah maka sebaiknya Aclam tidak diberikan pada pasien. Namun kelebihan dosis pada Osimax tidak berakibat buruk.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 33 / RM : 001650 Tanggal terapi : 9 Mei – 23 Oktober 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 12 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah nyeri dada dan sesak nafas. Hal tersebut diderita menetap dan kumat-kumatan. Obyektif : • BB 26 kg • Hasil sistem skoring 5 : Uji Tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin, berat badan 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Batuk, pilek, sesak nafas, tidak nafsu makan, tidak ada flek, tidak berkeringat dingin. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Penmox, antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan mikobakterium. Obat ini telah diberikan dengan tepat. Kemudian pasien juga mendapatkan Salbuven untuk melancarkan saluran nafas pasien, dan obat ini juga diberikan sesuai aturan penggunaan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Dimana dokter telah memberikan FDC untuk masa terapi 6 bulan.
3. Pada terapi bulan III pasien mendapatkan Hisdane untuk mengurangi gejala pilek yang muncul. Menurut aturan penggunaan obat ini diberikan 2x/hari, namun pada resep hanya 1x/hari. Berarti terjadi DTP dosis kurang.
4. Pada bulan IV pasien mendapatkan Lasal untuk meredakan gejala sesak nafas yang timbul. Obat ini telah diberikan dengan tepat.
5. Bulan V pasien mendapatkan Salbuven untuk meredakan gejala sesak nafas yang timbul. Obat ini telah diberikan dengan tepat. Selain itu pasien juga mendapatkan Nutrikids sebagai suplemen makanan yang juga telah diberikan dengan tepat.
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 09/05/07 1. R/ Penmox Syp I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Salbuven Syp I
3x sehari 1 sdm
1. Amoksisilin trihidrat 2. Salbutamol sulfat
1. Antibiotik saluran nafas 2. Pelega saluran nafas
2. 11/05/07 1. R / FDC bulan I 2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I 2. Penguat sistem imun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
3. 09/06/07 1. R/ FDC bulan II 2. R/ Provit I
1x sehari 1 sdm
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg
2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit B12, vit C, vit E, Lysin HCl, Ca pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
1. OAT bulan II 2. Menambah nafsu makan
4. 10/07/07 1. R/ FDC bulan III 2. R/ Hisdane X
1x sehari 1 tablet
1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg 2. Terfenadine
1. OAT bulan III 2. Polinosis akut, rinitis non-seasonal dan vasomotor, dermatitis alergi, urtikaria dan udem angioneuritik
5. 06/08/07 1. R/ FDC bulan IV 2. R/ Lasal I
3x sehari 1 sdm
1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg 2. Salbutamol sulfat
1. OAT bulan IV 2. Asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema dan kondisi bronkospastik lainnya
6. 12/09/07 1. R/ FDC bulan V 2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet 3. R/ Salbuven Syp I
3x sehari 1 sdm
1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg 2. Colostrum bovine 3. Salbutamol sulfat
1. OAT bulan V 2. Penguat sistem imun 3. Pelega saluran nafas
7. 23/10/07 1. R/ FDC bulan VI 2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg 2. Colostrum bovine
1. OAT bulan VI 2. Penguat sistem imun
Plan : Agar permasalahan dosis pada Hisdane tidak terjadi, kerjasama pihak dokter dan apoteker sangat penting, sehingga pasien tidak menjadi pihak yang dirugikan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 34 / RM : 002251 Tanggal terapi : 28 Juni – 23 November 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah sering batuk, pilek, badan panas, kejang-kejang dan ada benjolan di leher. Obyektif : • BB 16 kg • Hasil sistem skoring 4: Batuk 1 poin, demam 1 poin, pembesaran kelenjar 1 poin, berat badan 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif. • Anamnesis : Batuk, pilek, demam, sesak nafas, tidak nafsu makan, tidak ada flek, berkeringat di malam
hari, ada benjolan di leher. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Penmox yang mengandung amoksisilin trihidrat yang merupakan antibiotik. Obat lain yang juga diresepkan adalah Salbuven dan Lacoldin, yang sama-sama diberikan 3x/hari 1 sdm. Menurut aturan penggunaan obat ini hanya diberikan 3x/hari 1 sdt saja. Berarti pada kedua obat ini terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai suplemen penambah daya tahan tubuh maka pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan II – V. Pemberian obat ini tidak mengalami permasalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 28/06/07 1. R/ Penmox 250 I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Salbuven I
3x sehari 1 sdm 3. R/ Lacoldin I
3x sehari 1 sdm
1. Amoksisilin trihidrat 2. Salbutamol sulfat 3. Paracetamol 250 mg,
fenilpropanolamin HCl 6 mg, dekstrometorfan HBr 7,5 mg, klorfeniramin maleat 1 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Pelega saluran nafas 3. Meringankan gejala flu : demam, sakit kepala, hidung tersumbat, bersin-bersin disertai batuk
2. 30/06/07 R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan I
3. 30/07/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
4. 5. 6.
27/08/07 25/09/07 23/10/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III, IV dan V 2. Penguat sistem imun
7. 23/11/07 R/ FDC INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg OAT bulan VI Plan : 1. Agar permasalahan dosis tidak terjadi, kerjasama pihak dokter dan apoteker sangat penting. Sehingga
pasien tidak menjadi pihak yang dirugikan. 2. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 35 / RM : 000252 Tanggal terapi : 22 Januari – 13 Juli 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 12 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan sering dehem-dehem. Dirasakan lebih dari 3 minggu dan diderita kumat-kumatan. Obyektif : • BB 33 kg • Hasil sistem skoring 5 : Uji Tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin, berat badan 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Batuk kadang-kadang, tidak pilek, tidak demam, tidak nafsu makan, tidak sesak nafas, dan
muntah. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Risina untuk meredakan gejala yang dirasakan yang diberikan 1x/hari 1 sdt. Hal tersebut telah sesuai dengan aturan penggunaan.
2. Setelah pasien didiagnosis TB, terapi yang diberikan adalah OAT berupa FDC untuk pasien dengan BB 30-37 kg. Untuk fase intensif diberikan kombinasi 3 macam obat dan pasien telah menerima terapi dengan lengkap serta tidak terjadi DTP.
3. Memasuki bulan III pasien menerima terapi fase lanjutan selama 4 bulan dengan dua macam obat kombinasi yang tetap diberikan dalam bentuk FDC yang ringkas namun tidak mengalami DTP dosis berlebih.
4. Untuk menjaga kondisi pasien tetap sehat maka dokter memberikan obat tambahan berupa suplemen, Vitacur 2x/hari 1 sdt pada bulan I, dan Nutrikids 3x/hari 1 tablet pada bulan III. Kedua obat tersebut diberikan dengan tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 22/01/07 R/ Risina I
1x sehari 1 sdt Cetirizine diHCl Urtikaria idiopatik kronik,
meredakan gejala bersin, gatal dan hidungt berair pada rinitis alergi
2. 24/01/07 1. R/ FDC bulan I 2. R/ Vitacur I
2x sehari 1 sdt
1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg
2. Kurkuminoid, B-karoten, dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D, Ca-pidolat, fruktooligosakarida
1. OAT bulan I 2. Meningkatkan nafsu makan
3. 22/02/07 R/ FDC bulan II INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan PZA 600 mg
OAT bulan II
4. 24/03/07 1. R/ FDC bulan III 2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III 2. Penguat sistem imun
5. 6. 7.
27/04/07 14/06/07 13/07/07
R/ FDC INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg OAT bulan IV, V dan VI
Plan : -
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 36 / RM : 002253 Tanggal terapi : 28 Juni – 28 November 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 4 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk pada malam hari. Obyektif : • BB 12,5 kg • Hasil sistem skoring 6 : Uji Tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin, demam 1 poin dan berat badan 1 poin • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Batuk malam hari, pilek, demam, keringat dingin, sesak nafas, tidak flek, dan tidak nafsu
makan. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan 3 macam obat yaitu Novax, Salbuven dan Lapisiv. Novax sebagai antibiotik spektrum luas yang telah diberikan sesuai dosis penggunaan. Salbuven sebagai pelega saluran nafas juga telah diberikan sesuai dengan aturan penggunaan. Obat yang ketiga adalah Lapisiv sebagai obat untuk batuk yang diderita pasien. Pada resep tercantum bahwa obat ini diberikan 3x/hari 1 sdt, padahal pada aturan dosis obat untuk anak usia 4 tahun hanya diberikan 3x/hari ½ sdt saja. Berarti untuk Lapisiv telah terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai suplemen penambah daya tahan tubuh maka pasien diberi Nutrikids pada bulan II dan VI. Obat ini diberikan sesuai aturan dosis obat, sehingga tidak ada permasalahan.
5. Pada bulan V pasien juga mendapatkan GG dan CTM untuk membantu mengurangi gejala batuk yang dirasakan pasien. Obat tersebut telah diberikan menurut aturan dosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 28/06/07 1. R/ Novax I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Salbuven I
3x sehari 1 sdt 3. R/ Lapisiv I
3x sehari 1 sdt
1. Amoksisilin trihidrat 2. Salbutamol sulfat 3. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg
1. Antibiotik saluran nafas 2. Pelega saluran nafas 3. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas
2. 30/06/07 R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
OAT bulan I
3. 30/07/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
4. 29/08/07 R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
OAT bulan III
5. 28/09/07 1. R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Lapisiv I 3x sehari 1 sdt
2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg
1. OAT bulan IV 2. Batuk produktif pada penyakit saluran nafas
6. 29/10/07 1. R/ INH X B6 X Rifampisin X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ GG XV 2x sehari 1 tablet
3. R/ Vit B1 XV 2x sehari 1 tablet
4. R/ Vit C XV 2x sehari 1 tablet
5. R/ CTM XV 2x sehari 1 tablet
1. OAT bulan V 2. Ekspektoran 3. Vitamin 4. Vitamin 5. Antihistamin
7. 28/11/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan VI 2. Penguat sistem imun
Plan : 1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk pasien yang masih anak-anak hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosisi yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 37 / RM : 001363 Tanggal terapi : 18 April – 11 September 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan panas. Obyektif : • BB 15 kg • Hasil sistem skoring 4 : Batuk 1 poin, demam 1 poin dan berat badan 2 poin • Hasil Mantoux test negatif • Anamnesis : Batuk, panas. Assesement : 1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan Penmox yang mengandung amoksisilin trihidrat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikobakterium. Obat ini diberikan sesuai aturan penggunaan. Obat lain yang juga diresepkan adalah Collerin dan Osimax. Kedua obat juga telah diberikan dengan tepat.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Nutrikids pada bulan II dan V sebagai penguat sistem imun tidak memiliki permasalahan DTP. 5. Berdasarkan data RM pasien mengalami kurang gizi karena berat badannya sangat rendah dibanding anak-
anak seusianya. Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 18/04/07 1. R/ Collerin I
3x sehari 1 sdt 2. R/ Osimax Syp I
1x sehari 1 sdt
1. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg. 2. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2 mg.
1. Meringankan batuk dan pilek 2. Suplemen makanan
2. 20/04/07 1. R/ Penmox 250 I 3x sehari 1 sdt
2. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas 2. OAT bulan I
3. 18/05/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan II 2. Penguat sistem imun
4. 5. 7.
15/06/07 18/07/07 11/09/07
R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan III, IV dan VI
6. 13/08/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan V 2. Penguat sistem imun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Plan : 1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Akibat kurangnya berat badan pasien maka akan lebih baik jika tiap bulannya mendapatkan suplemen makanan atau penambah nafsu makan.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 38 / RM : 002265 Tanggal terapi : 2 Juli – 26 November 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 10 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, kembung dan sesak nafas. Obyektif : • BB 19 kg • Hasil sistem skoring 4 : Uji Tuberkulin 3 poin dan batuk 1 poin. • Hasil Mantoux test positif. • Anamnesis : Batuk, pilek dan sesak nafas. Assesement : 1. Pada RM diketahui bahwa dokter tidak memberikan obat pada saat menunggu hasil Mantoux test. Setelah
didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih.
2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Namun pada bulan IV pasien justru mendapatkan kedua obat dengan jumlah yang 2x lebih banyak, sehingga justru terjadi DTP dosis berlebih. Pada bulan V dan VI terjadi DTP dosis berlebih lagi, namun hanya untuk Rifampisin saja dengan jumlah yang 2x lebih banyak.
3. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, III, dan IV. Obat ini tidak memiliki permasalahan DTP.
4. Selain mendapat OAT pada bulan II pasien juga menerima Vomidone untuk mengobati gejala kembung dan mual yang dirasakan dan juga Lacoldin untuk meringankan gejala flu yang dialami. Menurut aturan penggunaan Lacoldin dan Vomidone harusnya diberikan 3x/hari 1 sdt, sedangkan pada resep tercantum 1 sdm. Berarti terjadi DTP dosis berlebih untuk kedua obat.
5. Pada bulan V dokter meresepkan GG untuk meredakan batuk, vitamin C dan B. Ketiga obat diberikan dengan tepat dan tidak ada permasalahan DTP.
Penatalaksaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 02/07/07 1. R/ INH 300 X
Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 1x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan I 2. Penguat sistem imun
2. 30/07/07 1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X Pirazinamid 500 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Vomidone I 3x sehari 1 sdm
3. R/ Lacoldin I 3x sehari 1 sdm
2. Domperidon maleat 3. Paracetamol 250 mg, fenilpropanolamin HCl 6 mg, dekstrometorfan HBr 7,5 mg, klorfeniramin maleat 1 mg
1. OAT bulan II 2. Mengobati mual dan muntah 3. Meringankan gejala flu : demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin disertai batuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3. 4.
29/08/07 29/09/07
1. R/ INH 300 X Rifampisin 450 X M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III dan IV 2. Penguat sistem imun
5. 27/10/07 1. R/ INH 300 X B6 X Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ GG XX 3x sehari 1 tablet
3. R/ Vitamin B 3x sehari 1 tablet
4. R/ Vitamin C 3x sehari 1 tablet
1. OAT bulan V 2. Ekspektoran 3. Vitamin 4. Vitamin
6. 26/11/07 R/ INH 300 X B6 X Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan VI
Plan : 1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah OAT yang diresepkan baik pada fase
intensif maupun pada fase lanjutan. Untuk mencegah permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk pasien yang masih anak-anak hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosisi yang terjadi.
Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 39 / RM : 000668
Tanggal terapi : 23 Februari – 23 Juli 2007 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah benjolan di leher. Obyektif : • BB 25,5 kg • Hasil sistem skoring 2 : Batuk 1 poin dan pembesaran kelenjar 1 poin. • Hasil Mantoux test negatif • Anamnesis : Benjolan di leher warna coklat, batuk, tidak pilek dan tidak demam. Assesement : 1. Meskipun hasil Mantoux test negatif namun pasien tetap mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan,
pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Karena selama terapi OAT pasien menunjukkan perbaikan klinis. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang diberikan adalah 666,67 mg per hari, berarti terjadi DTP dosis berlebih.
2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
3. Selain mendapat OAT pada bulan I rupanya dokter juga meresepkan Robamox. Robamox adalah antibitotik saluran nafas. Obat ini telah diberikan dengan tepat.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan III dan obat ini tidak memiliki permasalahan DTP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Penatalaksanaan : No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka 1. 23/02/07 1. R/ INH 300 XX
Rifampisin 450 XX Pirazinamid XL M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Robamox 250 I 3x sehari 1 sdt
2. Amoksisilin trihidrat
1. OAT bulan I 2. Antibiotik saluran nafas
2. 23/03/07 R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX Pirazinamid XL M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan II
3. 23/04/07 1. R/ INH 300 XX Rifampisin 450 XX Pirazinamid XL M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 3x sehari 1 tablet
2. Colostrum bovine
1. OAT bulan III 2. Penguat sitem imun
4. 5. 6.
24/05/07 22/06/07 23/07/07
R/ INH 300 XX B6 XX Rifampisin 450 XX M f pulv no. XXX 1x sehari 1 bungkus
OAT bulan IV, V dan VI
Plan :
Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
BIOGRAFI PENULIS
Penulis dengan nama lengkap Sukma Paramita
Citraningtyas merupakan anak kedua dari pasangan
Bambang Pudjoasmoro dan Ninik Rumniyati. Lahir di
Magelang pada tanggal 6 Januari 1987.
Penulis mengawali pendidikan di TK Pertiwi 2
dan lulus pada tahun 1993. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SD Negeri Rejowinangun Selatan 2
Magelang dan lulus pada tahun 1999, SLTP Negeri 1
Magelang dan lulus pada tahun 2002, dan dilanjutkan lagi di SMF Indonesia
Yogyakarta serta lulus pada tahun 2005. Untuk mendapatkan gelar S1 penulis
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Selama menjalani pendidikan di Fakultas Farmasi, penulis pernah menjadi
asisten praktikum Perbekalan Steril.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI