Upload
ngoque
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
OPTIMASI KONSENTRASI POLYVINYL PYRROLIDONE K30 (PVP K30)
SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC WOUND
HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Michael Ryanda Estianto Hadi
NIM: 138114073
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI KONSENTRASI POLYVINYL PYRROLIDONE K30 (PVP K30)
SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC WOUND
HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Michael Ryanda Estianto Hadi
NIM: 138114073
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
kupersembahkan untuk semua orang yang melakukan segalanya
Demi Kemuliaan Tuhan Yang Lebih Besar
terutama untuk Papa yang bahagia disurga sana, Mama, Kak Nanda,
dan Dik Lia
juga teruntuk kamu sang pembentuk pribadiku
semua hal dilakukan untuk menjadi pribadi yang
lebih baik dengan mengalahkan diri sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
瘀
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
瘀椀
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan keselamatan melimpah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyempurnakan skripsi yang berjudul “Optimasi Konsentrasi Polyvinyl
Pyrrolidone K30 (PVP K30) Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound
Healing Dengan Bahan Aktif Ibuprofen” hingga terselesaikan. Skripsi ini sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.), Program Studi
Farmasi.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari campur
tangan berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa
terima kasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi dan
pembimbing yang selalu menuntun dan memberikan saran selama
penelitian dan penyusunan skripsi
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium
Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas
laboratorium untuk kepentingan penelitian, sekaligus sebagai dosen penguji
yang bersedia memberikan saran bagi penelitian ini
4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang bersedia
memberikan saran bagi penelitian ini
5. Bapak Enade Istyastono, Ph.D., Apt., atas segala saran membangun yang
sangat bermanfaat bagi penelitian ini
6. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku DPA yang selalu
menyertai dan membimbing saya selama berkuliah di Universitas Sanata
Dharma
7. Bapak Yohanes Ratijo yang banyak mendukung sekaligus sebagai bapak
yang membimbing saya dalam penyelesaian penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
瘀椀椀椀
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
OPTIMASI KONSENTRASI POLYVINYL PYRROLIDONE K30 (PVP K30)
SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC WOUND
HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
Michael Ryanda Estianto Hadi
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
ABSTRAK
Hydrocolloid matrix dengan zat aktif ibuprofen memiliki karakteristik yang sesuai
untuk penggunaannya sebagai diabetic wound healing. Penelitian ini bertujuan
untuk mengoptimasikan konsentrasi PVP K30 pada formula hydrocolloid matrix
diabetic wound healing ibuprofen. Ditetapkan 3 variasi konsentrasi PVP K30 pada
formula hydrocolloid matrix, yaitu 1,5%, 2%, dan 2,5%. Penentuan formula
optimal dilakukan melalui pengujian organoleptis, sterilitas, uji sifat fisik yang
meliputi keseragaman bobot, ketebalan, persentase moisture content dan moisture
absorption, uji pH larutan sediaan, serta folding endurance, uji sifat kimia yang
meliputi keseragaman kandungan dan pelepasan obat selama 6 jam, uji iritabilitas,
serta uji stabilitas. Formula optimal terpilih diuji aktivitas serta histopatologinya.
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh konsentrasi PVP K30 terhadap uji
sifat fisika dan kimia. Formula optimal dengan PVP K30 konsentrasi 2%,
menghasilkan hydrocolloid matrix yang lentur, dengan nilai moisture content
5,90% dan moisture absorption 6,30%. Bobot dan kadar dalam formula seragam,
dengan nilai CV berturut-turut 4,50% dan 4,82%. Nilai DE360 sebesar 92,60%,
dengan 108,50% ibuprofen terlepas dari formula selama 6 jam. Hydrocolloid
matrix optimal menunjukan aktivitas penyembuhan luka selama 14 hari dan
berbeda signifikan terhadap kontrol.
Kata kunci: diabetic wound healing, hydrocolloid matrix, ibuprofen, PVP K30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
OPTIMIZATION OF POLYVINYL PYRROLIDONE K30 (PVP K30)
CONCENTRATION AS POLYMER OF HYDROCOLLOID MATRIX
DIABETIC WOUND HEALING WITH IBUPROFEN AS ACTIVE
INGREDIENT
Michael Ryanda Estianto Hadi
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
ABSTRACT
Hydrocolloid matrix ibuprofen has characteristics that compatible with diabetic
wound healing. The purpose of this study was optimizing concentration of PVP K30
in hydrocolloid matrix ibuprofen as a diabetic wound healing. Three variations
concentration PVP K30 (1,5%, 2%, and 2,5%) were formulated into hydrocolloid
matrix. Optimizing concentration through several assay, including physical assay
such as organoleptic, sterility test, weight uniformity, thickness test, percentage of
moisture content and moisture absorption, pH solution of matrix and folding
endurance, chemical assay such as uniformity of drug content and drug release for
6 hours, irritability, and stability. The activity and histopathology of selected
optimum formula, was then tested. The results showed that concentration of PVP
K30 affect the physical and chemical properties of matrix. The optimum formula
with 2% of PVP K30 producing flexible hydrocolloid matrix with percentage of
moisture content 5,90% and moisture absorption 6,30%. The optimum formula also
has a good uniformity in weight and drug content, with percentages of CV,
respectively are 4,50% and 4,82%. The dissolution efficiency was 92,60%, which
is, 108,50% ibuprofen was released during 6 hours. Hydrocolloid matrix optimum
shows the velocity of diabetic wound healing activity for 14 days and was
significantly different to the control.
Keywords: diabetic wound healing, hydrocolloid matrix, ibuprofen, PVP K30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 5
KESIMPULAN ...................................................................................................... 13
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14
LAMPIRAN ........................................................................................................... 16
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula modifikasi hydrocolloid matrix ................................................... 2
Tabel II. Hasil evaluasi uji fisik, iritabilitas, dan stabilitas sediaan ........................ 8
Tabel III. Hasil evaluasi uji kimia sediaan ............................................................. 9
Tabel IV. Interpretasi uji perlakuan tikus ............................................................. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil uji sterilitas .................................................................................. 6
Gambar 2. Kurva uji pelepasan obat hydrocolloid matrix...................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal penelitian ........................................................................... 16
Lampiran 2. Ethical clearance tikus penelitian ................................................... 39
Lampiran 3. Ethical clearance kelinci penelitian ................................................ 40
Lampiran 4. Certificate of Analysis working standart ibuprofen ......................... 41
Lampiran 5. Certificate of Analysis ibuprofen farmasetis .................................... 44
Lampiran 6. Certificate of Analysis PVP ............................................................. 47
Lampiran 7. Data hasil pembuatan formula hydrocolloid matrix ibuprofen ........ 50
Lampiran 8. Data hasil uji sterilitas...................................................................... 52
Lampiran 9. Data hasil uji sifat fisik sediaan ....................................................... 53
Lampiran 10. Data hasil uji sifat kimia sediaan ................................................... 57
Lampiran 11. Data hasil validasi metode analisis ibuprofen................................ 59
Lampiran 12. Data hasil uji pelepasan obat secara in-vitro ................................. 62
Lampiran 13. Data hasil uji iritabilitas sediaan .................................................... 63
Lampiran 14. Data hasil uji stabilitas sediaan ...................................................... 65
Lampiran 15. Data hasil uji aktivitas sediaan....................................................... 77
Lampiran 16. Data hasil uji statistik hydrocolloid matrix ibuprofen ................... 79
Lampiran 18. Dokumentasi penelitian ............................................................... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes termasuk penyakit dengan angka kejadian tinggi di dunia. Menurut
International Diabetes Federation (2015), Indonesia menempati posisi 7 penderita diabetes
terbanyak di dunia, dengan jumlah 10,0 juta orang terdiri dari 30,4% terdiagnosa dan 69,6%
tidak terdiagnosa (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Penderita diabetes berisiko mengalami
fase penyembuhan luka yang terhambat, hal itu bisa terjadi karena induksi enzim matrix
metalloproteinase 9 (MMP-9) berlebih (Hamed et al., 2014), sehingga perlu pengobatan
yang sesuai untuk penanganannya.
Dari sekian banyak jenis formulasi untuk pengobatan luka, hydrocolloid matrix
merupakan salah satu teknik formulasi yang cukup potensial, karena kemampuannya
menjaga kondisi lembab dan menyerap eksudat (Kataria et al., 2014). Dalam hydrocolloid
matrix, ibuprofen diformulasikan sebagai zat aktif karena kemampuannya menurunkan
MMP-9 berlebih melalui penurunan jumlah prostaglandin E2 (PGE2), dengan menghambat
cyclooxygenase-2 (COX-2) (Yen et al., 2016). Hydrocolloid matrix juga membutuhkan
polimer sebagai pembentukan gel dan mengatur pelepasan obat (Sinko, 2006).
Polyvinyl pyrrolidone K30 (PVP K30) mampu meningkatkan pelepasan obat dengan
pembentukan formasi pori dan meningkatkan kelarutan obat dengan mengubah bentuk
kristal obat menjadi amorf (Bharkatiya et al., 2010). Selain itu, PVP K30 memiliki
karakteristik hidrofilik yang baik (Kadajji and Betageri, 2011), sehingga sesuai dengan
karakteristik yang dibutuhkan hydrocolloid matrix untuk membentuk formasi hidrofilik gel
saat menyerap eksudat (Thu et al., 2012). Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC)
merupakan polimer yang larut air dan memiliki kemampuan membentuk gel yang dapat
memperpanjang pelepasan obat (Kadajji and Betageri, 2011). HPMC juga berperan baik
dalam menjaga partikel tetap terdispersi (Rowe et al., 2009), dan berperan besar menjaga
viskositas matriks dengan rantai-rantai yang dibentuknya (Pudyastuti et al., 2014).
Penelitian yang serupa, menunjukan pengaruh PVP K30 dan HPMC E6 dalam
matriks transdermal terhadap sifat fisik dan pelepasan dari Pentagamavunon-0 (Pudyastuti,
et al., 2014). Sejauh ini, konsentrasi optimal PVP K30 yang dikombinasikan dengan HPMC
E6 dalam hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen, belum pernah diteliti.
Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan konsentrasi serta melihat
pengaruh dari PVP K30 pada sediaan hydrocolloid matrix sebagai diabetic wound healing
melalui pengujian sifat fisika kimia dan stabilitas, dalam aktivitasnya mempercepat
penyembuhan luka diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu spektrofotometer UV-Vis double beam (Shimadzu), franz
difussion cell, microLab-200 (Merck), mikroskop cahaya (Olympus Corp., Jepang), Optilab
v.2.1 (Micronos, Indonesia), sentrifugator, sonifikator, kabinet Laminar Air Flow (LAF),
autoklaf, oven, timbangan analitik (Ohaus), vortex (Wilten), hotplate magnetic stirrer,
stirrer, biopsy punch, mikropipet (Socorex) serta tip, jangka sorong, tabung reaksi, spuit
injeksi, jarum suntik, jarum ose, pinset, gelas beker, tube eppendorf, gelas ukur, cawan petri,
kaca preparat, kaca penutup preparat, plastic warp, alumunium foil, serta bantuan software
R for statistic ver. 3.2.3 dan software Image J.
Bahan yang digunakan yaitu ibuprofen (Kalbe Farma), baku ibuprofen (Kalbe
Farma), PVP K-30 (BASF), HPMC E6 viskositas 6 mPa.S (Shin-Etsu Chemical), propilen
glikol, etanol (Aldrich), gliserol (Aldrich), akuades, metanol (Aldrich), PBS pH 6,4 (NaCl,
KH2PO4, Na2HPO4), krim depilatori (Reckitt Bensckiser), kapas Medisoft Cotton Ball,
aloksan (Sigma), ketamin, Nutrient Agar (Oxoid), formalin 10% (Aldrich), reagen glucose
GOD FS (Diasys, Germany), NaCl, larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan
ammonium, larutan stok Eosin alkohol 1%, dan larutan working Eosin.
Subjek uji penelitian 6 ekor tikus putih jantan galur Wistar berusia 2-3 bulan dari
Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, berbobot 150-180 g, serta 3
ekor kelinci albino jantan berusia 8-9 bulan berasal dari Peternakan Kelinci Rabbit Food
SHR dengan kisaran bobot 1,8-2,2 kg, kondisi semua hewan uji sehat.
Formulasi hydrocolloid matrix ibuprofen
Tabel I. Formula modifikasi hydrocolloid matrix Basis 1 Basis 2 Basis 3 PVP 1 PVP 2 PVP 3
Ibuprofen - - - 5% 5% 5%
PVP K-30 1,5% 2% 2,5% 1,5% 2% 2,5%
HPMC E6 4,5% 4,5% 4,5% 4,5% 4,5% 4,5%
Propilen glikol 10% 10% 10% 10% 10% 10%
Etanol-akuades 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1
Etanol 7,14ml 7,14ml 7,14ml 7,14ml 7,14ml 7,14ml
Formula dan prosedur pembuatan matriks mengacu penelitian Pudyastuti, et al.
(2014). Ibuprofen dalam sediaan memiliki konsentrasi 1,25%, dibuat dengan melarutkan
ibuprofen sebanyak 5% dari sediaan 25mg ke dalam 7,14ml etanol 96% (Larutan stok
ibuprofen). PVP dilarutkan dalam larutan stok ibuprofen diaduk ±3 menit. Propilen glikol
10% dicampurkan dalam campuran diaduk hingga homogen. Larutan HPMC dalam pelarut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
etanol 96% : akuades (1:1) ditambahkan kedalam campuran sedikit demi sedikit hingga
homogen. Campuran disterilkan dengan autoklaf selama 10 menit dengan suhu 115OC dan
tekanan 1kgf/cm2. Larutan kemudian dituang ke cawan petri, ditutup, lalu dikeringkan dalam
oven 45OC selama 3 hari sampai didapat matriks kering. Matriks kering kemudian dicetak
berukuran diameter 1cm dan disimpan pada wadah ber-silica gel.
Uji sterilitas
Uji sterilitas dilakukan dengan meletakkan 3 replikasi basis dan formula
hydrocolloid matrix di permukaan nutrient agar padat, pada cawan petri bertutup dengan
keadaan steril, diinkubasi terbalik pada LAF selama 24 jam.
Evaluasi sifat fisik
Uji organoleptis hydrocolloid matrix berdiameter 1cm secara visual diamati penampilan
warna, kejernihan, serta kehalusannya.
Uji keseragaman bobot 10 hydrocolloid matrix dari setiap formula satu-persatu ditimbang
dan ditetapkan bobot tiap sediaannya.
Uji ketebalan sediaan 1 hydrocolloid matrix dari setiap formula diukur ketebalannya pada
5 titik yang berbeda menggunakan jangka sorong.
Uji pH larutan sediaan hydrocolloid matrix berdiameter 1cm direndam dalam 20ml akuades
bersuhu 36,5oC - 37,5oC selama 24 jam. pH diukur mengunakan pH meter.
Uji moisture content hydrocolloid matrix berdiameter 1cm dikondisikan dalam sebuah
desikator berisi silika selama 24 jam. Masing-masing hydrocolloid matrix ditimbang sampai
didapatkan bobot matriks tetap.
Persentase moisture content :
% 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 = bobot awal−bobot akhir
bobot akhir x 100% (Toshkhani et al., 2016)
Uji moisture absorption hydrocolloid matrix setelah diuji moisture content diletakkan dalam
climatic chamber dengan 80-90 RH dan bersuhu 28OC selama 24 jam. Masing-masing
hydrocolloid matrix ditimbang sampai didapatkan bobot matriks tetap setelah penyerapan.
Persentase moisture absorption:
% 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑡𝑖𝑜𝑛 = bobot akhir−bobot awal
bobot awal x 100% (Toshkhani et al., 2016)
Uji folding endurance ditentukan menggunakan pelipatan secara berulang pada posisi
matriks yang sama hingga matriks mengalami kerusakan. Jumlah pelipatan smenjadi nilai
ketahanan pelipatan tiap matriks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Evaluasi sifat kimia
Uji keseragaman kandungan obat dalam sediaan setiap formula hydrocolloid matrix
dilarutkan dalam metanol p.a., dan ditambahkan PBS pH 6,4 dalam labu takar hingga 50ml.
Sonifikasi selama 10 menit, kemudian diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis
(Shirsand et al., 2012).
Penetapan kurva baku ibuprofen
Seri standar ibuprofen dibuat pada rentang konsentrasi 0,2µg/ml – 20µg/ml, dengan
mengambil 0,1; 0,2; 0.3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 0,9; 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9ml dari larutan
intermediet ibuprofen (konsentrasi 20 µg/ml) diencerkan ke labu takar 10ml. Pelarut
menggunakan metanol p.a dan PBS pH 6,4. Panjang gelombang maksimum ditentukan
diawal dengan seri konsentrasi 20µg/ml menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
rentang 200-400nm. Pengukuran seri pada panjang gelombang maksimum 224 nm.
Uji pelepasan obat secara in-vitro
Prosedur pengujian pelepasan obat secara in-vitro merupakan modifikasi prosedur
pada penelitian Pudyastuti, et al. (2014). Setiap formula diuji menggunakan franz diffusion
cell pada suhu 37±1oC dengan medium PBS pH 6,4 memenuhi bagian reseptor chamber.
Membran milipore yang digunakan berukuran 3 µm (di rendam di medium selama 1 jam).
Larutan aseptor disampling sebanyak 3ml pada tiap 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300,
dan 360 menit. Larutan uji dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis.
Persamaan nilai dissolution efficiency (DE) uji pelepasan obat:
DEt= 𝑦𝑑𝑡
𝑦100𝑡 𝑥 100
DEt : Disolusi Efisiensi pada saat t
ydt : Luas dibawah kurva zat aktif terlarut pada saat t
y100 t : Luas segi empat 100% zat aktif larut dalam medium untuk waktu t
(Fudholi, 2013)
Uji iritabilitas
Basis hydrocolloid matrix dan etil asetat sebagai pembanding iritasi diaplikasikan
pada punggung kelinci yang tercukur rambutnya selama 4 jam. Setelah dilepas, munculnya
eritema dan edema diamati selama 72 jam (El-Gendy et al., 2009, Shirsand et al., 2012).
Uji stabilitas
Hydrocolloid matrix diletakkan dalam oven dengan 2 suhu berbeda (37°C dan 45°C).
Matriks diobservasi 4 minggu. Analisis uji organoleptis, keseragaman bobot, ketebalan
sediaan, pH larutan sediaan, persentase moisture content dan moisture absorption, folding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
endurance, serta keseragaman kandungan dilakukan. Parameter penentu kestabilan
menggunakan uji keseragaman kandungan setiap minggunya.
Uji aktivitas
Enam tikus subjek uji, dibagi dua kelompok. 3 tikus pertama (kelompok diabetes)
memiliki kadar gula darah >250 mg/dL dengan menginjeksikan aloksan secara i.p. pada
dosis 120mg/kgBB, 3 tikus lainnya (kelompok non diabetes) tidak diinjeksi aloksan. Rambut
dihilangkan kemudian punggung tikus dibersihkan dengan etanol 70%, dibuat 5 luka eksisi
(kontrol, 2 basis, dan 2 formula) menggunakan biopsy punch diameter 5mm. Basis dan
formula dilekatkan pada luka, setiap 24 jam selalu diganti baru hingga luka menutup. Setiap
penggantian, luka dibersihkan dengan alkohol dan diteteskan NaCl, area luka dihitung. Tikus
dieuthanasia dengan injeksi ketamin dosis 100 mg/kgBB setelah semua luka menutup, kulit
punggung bekas luka diambil sesuai ukuran luka dan disimpan dalam pot formalin 10%.
Persamaan kecepatan penyembuhan luka pada tikus:
Wound closure (%) = area luka pada hari ke−0−area luka pada hari ke−n
area luka pada hari ke−0 x100%
(Thu et al., 2012)
Uji histopatologi
Sampel jaringan kulit tikus diberi pewarnaan Hematoxyli-Eosin. Hasil pengecatan
diamati secara mikroskopis, dengan bantuan kamera Optilab. Pengecatan Hematoxyli-Eosin
jaringan kulit dilakukan bagian Patologi Anatomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pengamatan uji histopatologi memaparkan perbandingan antara struktur jaringan kulit
normal tikus dan struktur kulit yang mengalami penyembuhan luka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi hydrocolloid matrix ibuprofen
Pembuatan sediaan melibatkan metode penguapan pelarut (solvent casting) dalam
proses pengeringannya (Pudyastuti, et al., 2014). Pencampuran formula sebelum
dikeringkan harus diperhatikan homogenitasnya, campuran tidak homogen mempengaruhi
sifat fisika kimia sediaan kering. Setelah diautoklaf, pemindahan campuran ke cawan petri
dilakukan secara aseptis dalam kabinet LAF dekat nyala api bunsen. Oven untuk
pengeringan disterilkan dengan etanol 70%. Suhu dan waktu pengeringan selalu dikontrol,
suhu terlalu tinggi dan waktu terlalu lama menyebabkan sediaan terlalu kering dan rapuh,
sehingga matriks menjadi tidak kompak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Uji sterilitas
Penelitian Rutala et al. (2010) menunjukan penggunaan UV pada ruangan mampu
menurunkan pertumbuhan bakteri. Hasil uji sterilitas Basis, PVP 1, PVP 2, dan PVP 3
menunjukan tidak terdapat pertumbuhan mikroba pada media (Gambar 1).
Untuk itu, semua basis dan formula hydrocolloid matrix dikategorikan steril dengan
metode sterilisasi akhir dan dengan metode UV untuk sterilisasi ruangnya.
Evaluasi sifat fisik (Seluruh hasil uji tersaji pada tabel II)
Uji organoleptis
Hydrocolloid matrix dengan organoleptis yang baik pada penelitian ini yaitu
memiliki warna putih transparan, jernih, halus, dan tidak lengket. Warna dan kejernihan
seluruh basis dan formula sama. Pada uji kehalusan, basis 3 dan PVP 3 dikategorikan kasar
dan lengket. Basis 3 dan PVP 3 diformulasi dengan konsentrasi PVP yang tinggi (2.5%).
Menurut Rowe et al. (2009), PVP memiliki karakteristik sangat higroskopis. Hal tersebut
menyebabkan konsentrasi tinggi PVP K30 pada PVP3 mudah menarik lembab udara,
sehingga matriks tidak kompak, membentuk gelling, memiliki tekstur lengket dan kasar.
Uji keseragaman bobot
Hasil uji keseragaman bobot basis, PVP1, PVP2, dan PVP3 memenuhi persyaratan
yang ditetapkan British Pharmacopoeia,dengan nilai %CV kurang dari 10%. Dapat
Gambar 1. Hasil uji sterilitas; Basis (a); PVP 1 (b); PVP 2 (c); PVP 3 (d)
Basis 1
Basis 2
Basis 3
R1
R2
R3
R1
R2
R3
R1
R2
R3
(a) (b)
(c) (d)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dinyatakan semua basis dan formula memiliki bobot seragam. Berdasarkan statistik berbeda
signifikan, dengan nilai p-value basis: 1,79x10-5 dan p-value formula: 5,65x10-5.
Uji ketebalan sediaan
Hasil uji ketebalan seluruh basis maupun formula hydrocolloid matrix dibawah
ketebalan yang diinginkan, yaitu 0,5mm. Hal ini disebabkan pengeringan dilakukan pada
suhu tinggi 45OC, sehingga menyebabkan banyak pelarut ikut menguap yang juga dapat
mengurangi ketebalan sediaan. Hal lain yang mempengaruhi yaitu luas permukaan wadah
yang besar akan membuat matriks menjadi semakin tipis.
Uji moisture content (%MC)
Pada penelitian ini, hydrocolloid matrix optimum merupakan matriks dengan %MC
rendah. Pada saat matriks memiliki kandungan lembab sedikit, diharapkan mampu menyerap
lembab lebih baik. Penelitian Pudyastuti et al., (2014), menunjukan peningkatan %MC
berhubungan dengan peningkatan viskositas matriks. Hasil %MC tidak sesuai dengan teori,
dikarenakan tidak dikendalikannya RH pada desikator, sehingga kandungan lembab yang
terserap matriks tidak terkendali. Penggunaan desikator baiknya menggunakan silica gel
yang dikeringkan, sehingga RH pada silica gel terkontrol sebelum digunakan.
Uji moisture absorption (%MA)
Hydrocolloid matrix optimum menghasilkan %MA dan kecepatan penyerapan yang
tinggi, menandakan matriks dapat menyerap kelembaban atau eksudat dengan baik, sehingga
akan meningkatkan efektivitas terapi diabetic wound healing. PVP 2 memiliki persentase
penyerapan dan kecepatan penyerapan tiap jam tertinggi dibanding formula lainnya.
Uji pH larutan sediaan
Seluruh basis dan formula hydrocolloid matrix memiliki pH larutan sediaan yang
masuk dalam range pH kulit manusia yaitu pH 4-7.
Uji ketahanan pelipatan
Hasil uji ketahanan pelipatan digunakan sebagai parameter elastisitas matriks karena
peran plasticizer serta ketahanan polimer matriks (Shirsand et al., 2012). Hasil yang didapat
dibawah jumlah pelipatan yang diinginkan, yaitu 300 kali pelipatan. Dapat disimpulkan
semakin tinggi konsentrasi PVP tidak memberikan bentuk matriks yang kompak dan kuat.
Hal itu dikarenakan sifat PVP yang higroskopis. Semakin besar konsentrasinya, semakin
banyak lembab yang disimpan matriks, sehingga membuat matriks lengket dan rapuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Tabel II. Hasil evaluasi uji fisik, iritabilitas, dan stabilitas sediaan
Keterangan : a = dalam suhu 37oC; b = dalam suhu 45 oC; * = hasil statisik uji stabilitas berbeda (p-value < 0,05); ** = hasil statistik uji stabilitas tidak berbeda (p-value >
0,05)
Sed
iaa
n
Min
gg
u k
e-
Organoleptis
pH
larutan
sediaan
Keseragaman
bobot
( % CV)
Ketebalan
( 𝒙 mm)
%
moisture
content
(𝒙 ± 𝑺𝑫)
% moisture absorption F
old
ing
end
ura
nce
Uji
Iritab
ilitas
Warna Kejernihan Kehalusan Keterangan
lain (�̅� ± 𝑆𝐷)
𝒙
Kecepa
tan
(g/h)
Basis 1 0 Putih
transparan Jernih Halus
Sedikit
lengket 6,89 8,42 % 0,16 5,31±0,064 7,87±0,010 8,7x10-5 23 Negatif
Basis 2 0 Putih
transparan Jernih Halus
Sedikit
lengket 6,90 4,52 % 0,21 3,13±0,015 10,26±0,026 7,6x10-5 37 Negatif
Basis 3 0 Putih
transparan Jernih Kasar Lengket 6,81 7,54 % 0,24 4,27±0,017 11,96±0,042 8,1x10-5 34 Negatif
p-value 0 0,0000179 0,685 0,122
PVP 1
0 Putih
transparan Jernih Halus
Sedikit
lengket 6,96 6,38 % 0.17 4,90±0,023 4,84±0,026 1,8x10-5 78 -
4a Putih
transparan Jernih Halus Kering 7,10 16,18 %* 0,15 4,45±0,013** 1,84±0,002** - 27 -
4b Putih
transparan Jernih Halus
Kering
rapuh 6,80 20,87%** 0,15 4,58±0,021** 3,05±0,012** - 26 -
PVP 2
0 Putih
transparan Jernih Halus
Sedikit
lengket 6,92 4,50 % 0.20 5,90±0,043 6,30±0,053 3,3x10-5 159 -
4a Putih
transparan
Jernih
berbintik
Bergerigi
sebagian Kering 7,10 30,98 %* 0,22 4,87±0,024** 1,90±0,009** - 34 -
4b Putih
transparan
Jernih
berbintik
Bergerigi
sebagian
Kering
rapuh 7,00 19,00%** 0,25 4,83±0,020** 3,86±0,022** - 47 -
PVP 3
0 Putih
transparan Jernih Kasar Lengket 6,74 9,06 % 0.23 5,22±0,013 4,27±0,021 2,3x10-5 99 -
4a Putih
transparan
Jernih
berbintik Kasar Kering 7,10 33,83 %* 0,27 3,27±0,022** 1,68±0,007** - 26 -
4b Putih
transparan
Jernih
berbintik Kasar
Kering
rapuh 7,00 26,22%** 0,32 4,01±0,031** 2,21±0,011** - 29 -
p-value 0 0,0000565 0,9139 0,666
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tabel III. Hasil evaluasi uji kimia sediaan
Evaluasi sifat kimia (Seluruh hasil uji tersaji pada tabel III)
Penetapan kurva baku ibuprofen
Penetapan kurva baku ibuprofen didapatkan panjang gelombang maksimum 224 nm.
Persamaan kurva baku yang didapat yaitu, y = 0,0404x - 0,0053 (r = 0,9996). Plot kenaikan
kadar dengan absorbansi yang didapat sudah linear (proporsional), dikarenakan nilai r
mendekati 1. Persamaan kurva menghasilkan nilai LOD 0,1875ppm dan LOQ 0,5683ppm.
Uji keseragaman kandungan
Uji menggunakan metanol p.a untuk melarutkan ibuprofen pada matriks dan larutan
buffer PBS pH 6,4 agar tercipta kondisi yang menyerupai tubuh manusia, serta membantu
kelarutan komponen matriks yang tidak larut metanol. PVP 2 memiliki nilai %CV terkecil,
yang menunjukan kandungan obat dalam matriks lebih seragam dibanding formula lain.
Semua formula memiliki kandungan obat yang melebihi dosis ibuprofen teoritis (PVP1:
727,61µg; PVP2: 742,38µg; dan PVP3: 742,38µg). Hal tersebut dipengaruhi oleh penguapan
pelarut dan penyusutan matriks yang mengakibatkan ibuprofen terkonsentrasi pada satu sisi
matriks, sehingga pada matriks untuk pengujian terdapat bagian yang memiliki ibuprofen
lebih banyak dibanding jumlah dosisnya secara teoritis. Hydrocolloid matrix PVP 3
mengalami penyusutan, sehingga ibuprofen pada PVP 3 lebih banyak terkonsentrasi
sehingga kadar ibuprofen menjadi tidak seragam.
Keseragaman kandungan Pelepasan obat
(𝒙 µg ± SD) % CV (𝒙 %DE360 ± SD) % Release
PVP 1 838,490 ± 43,42 5,18% 94,76±29,01 117,91%
PVP 2 821,906 ± 39,63 4,82% 92,60±28,09 108,50%
PVP 3 962,896 ± 77,09 8,01% 95,94±15,73 117,21%
p-value 0,0059 0,986
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0 100 200 300 400
% P
elep
asan
Obat
Waktu (menit)
Kurva % Pelepasan Obat vs Waktu
PVP 1
PVP 2
PVP 3
Gambar 2. Kurva uji pelepasan obat hydrocolloid matrix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Uji pelepasan obat secara in-vitro
Nilai DE dan persen pelepasan obat yang tinggi menggambarkan pelepasan obat
baik. Hasil DE360 pada PVP 3 memiliki nilai tertinggi dibanding pada formula lainnya (Tabel
III). PVP K30 mampu meningkatkan pelepasan obat dengan pembentukan formasi pori
(Bharkatiya et al., 2010). Dengan kata lain, PVP K30 dalam jumlah besar akan semakin
membentuk formasi pori yang akan meningkatkan kelarutan obat, sehingga sesuai dengan
formula PVP 3 yang mengandung PVP K30 dengan konsentrasi tinggi (2,5%). Persen
pelepasan obat setiap formula ada yang berada diatas 100%, ini dipengaruhi oleh hal yang
sama seperti keseragaman kandungan yaitu pengeringan yang menyebabkan obat
terkonsentrasi satu sisi matriks. DE360 PVP 2 lebih rendah dari formula lain, namun secara
statistik nilai DE360 ketiga formula tidak berbeda secara statistik, dan PVP 2 lebih dipilih
pada penelitian ini dikarenakan memiliki kadar yang lebih seragam dari formula lain
Uji iritabilitas
Pada penelitian ini, hydrocolloid matrix yang baik tidak mengiritasi kulit.
Penggunaan basis pada uji iritabilitas sesuai dengan penelitian Shirsand et al. (2012). Hasil
positif ditunjukan pada pengaplikasian etil asetat (skor 2-3). Pengaplikasian Basis 1, Basis
2, maupun Basis 3 tidak menunjukan tanda-tanda iritasi, sehingga hasilnya negatif atau tidak
mengiritasi kulit. Menurut PerKBPOM No.07 tahun 2014, skor 2 mengindikasikan eritema
jelas terlihat, skor 3 mengindikasikan eritema sedang hingga parah.
Uji stabilitas
Hasil statistik yang tidak berbeda signifikan pada parameter pengujian menandakan
sediaan stabil setelah penyimpanan 4 minggu pada suhu 37oC dan 45oC. Pada penelitian ini,
kestabilan kandungan obat menjadi parameter terpenting untuk menunjukan kestabilan
sediaan. Organoleptis semua matriks pada suhu 45OC, mulai minggu ke-3 semakin kering,
sehingga matriks menjadi lengket dan rapuh. pH larutan tidak mengalami perubahan yang
signifikan tiap minggunya. Keseragaman bobot semua matriks hanya tidak stabil pada suhu
37OC. Persen moisture content dan moisture absorption semua formula stabil pada kedua
suhu. Ketahanan pelipatan semua formula mengalami penurunan tiap minggu, namun PVP2
tetap memiliki ketahanan pelipatan tertinggi. Kandungan obat PVP 1 hanya tidak stabil pada
suhu 45OC, PVP 2 dan PVP 3 stabil di kedua suhu.
Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen
Pengujian aktivitas sediaan menggunakan formula optimal. PVP 2 ditetapkan
sebagai formula optimal dengan memenuhi kriteria utama sebagai sediaan wound healing
yaitu steril dan mampu menyerap lembab dengan baik sebesar 6,30% (moisture absorption).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Selain itu PVP 2 juga memiliki keseragaman bobot yang baik CV 4,50% dan kandungan
obat yang seragam CV 4,82%, serta memiliki tekstur dengan ketahan pelipatan yang paling
baik (159 kali) diantara formula lainnya.
Tikus kondisi normal dan diabetes diberi perlakuan luka kontrol (tanpa sediaan),
basis 2, dan PVP2. Kecepatan penyembuhan luka antara kondisi normal dan diabetes, juga
antara perlakuan kontrol dan PVP 2 dibandingkan secara statistika. Kecepatan penyembuhan
luka antara tikus kondisi normal dan diabetes tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Oleh
karena itu, kecepatan penyembuhan luka diabetes yang seharusnya lebih lama dari luka
normal, menjadi lebih cepat dan menyamai kecepatan penyembuhan luka normal. Kecepatan
penyembuhan luka antara kontrol dan PVP 2 luka diabetes menunjukan hasil yang berbeda
signifikan (p-value 0,0378), sehingga menunjukan adanya pengaruh penggunaan PVP 2
pada kecepatan penyembuhan luka diabetes.
Uji Histopatologi
Tabel IV. Interpretasi uji perlakuan tikus
Per
la-
ku
an
Kecepatan
penyembuhan
(𝒙 hari ± SD)
Uji histopatologi
Tikus
normal
Tikus
diabetes Tikus normal Tikus diabetes
Ku
lit
no
rmal
- -
Seluruh bagian struktur kulit lengkap (tidak terlihat adanya jaringan granuliasi)
dikarenakan tidak mengalami proses pembentukan luka.
1 3
4
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Ko
ntr
ol
16±1,00 16±0,58
Jaringan granulasi mendominasi,
terdapat pembuluh darah, serat
kolagen belum tersusun sempurna,
jaringan ikat belum terbentuk, hal ini
menandakan kulit mencapai fase
proliferasi awal penyembuhan luka.
Jaringan granulasi mendominasi,
belum terdapat jaringan ikat dan
pembuluh darah, serat kolagen belum
tersusun sempurna, hal ini
menandakan kulit mencapai fase
proliferasi awal penyembuhan luka.
Bas
is 2
14±1,00 15±0,58
Serat kolagen mulai mendominasi,
jaringan granulasi lebih sedikit, juga
terdapat jaringan ikat dan pembuluh
darah, hal ini menandakan kulit
mencapai fase proliferasi akhir
penyembuhan luka
Jaringan granulasi mendominasi,
serat kolagen belum tersusun
sempurna, terdapat pembuluh darah,
jaringan ikat belum terbentuk, hal ini
menandakan kulit mencapai fase
proliferasi akhir penyembuhan luka.
PV
P 2
13±1,73 14±0,00
Serat kolagen seimbang dengan
jaringan granulasi, terdapat jaringan
ikat yang tersusun dan pembuluh
darah, kulit mencapai fase remodeling
awal penyembuhan luka.
Jaringan kolagen sudah rapat dan
mendominasi, terdapat pula jaringan
ikat serta pembuluh darah, kulit
mencapai fase remodeling
penyembuhan luka.
*Keterangan penomoran gambar : 1 = lapisan epidermis 4 = pembuluh darah
2 = jaringan granulasi 5 = jaringan ikat
3 = serat kolagen
1
2
3
4
5
3
2
1
5
4
1
2
3
1
4
5
3
2
1
3
2
4
2
1
4
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Luka kontrol tanpa diaplikasikan sediaan pada kondisi normal dan diabetes
menghasilkan kulit fase proliferasi awal, ditandai dengan jaringan granulasi masih
mendominasi. Luka dibiarkan tanpa diobati menghasilkan eksudat berlebih, serta luka akan
kontak langsung dengan udara, sehingga memudahkan kotoran atau organisme asing masuk
dan memungkinkan luka menjadi tambah parah, dan tidak kunjung sembuh.
Basis 2 kulit kondisi normal maupun diabetes menghasilkan fase proliferasi akhir.
Fase proliferasi akhir ditandai dengan jumlah jaringan granulasi berkurang dan serat kolagen
mulai tersusun sempurna. Hydrocolloid matrix mampu menciptakan kondisi lembab
(Kataria et al., 2014), yang akan memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi dari kolagen
(Okan et al., 2007). Dengan kemampuan tersebut, basis 2 hydrocolloid matrix mampu
mendukung proses proliferasi luka, sehingga dapat mencapai fase proliferasi akhir.
Aktivitas ibuprofen dalam PVP 2 berperan dalam proses penyembuhan luka normal
maupun diabetes. Penghambatan COX-2 oleh ibuprofen juga akan menghambat PGE2
(Rainsford, 2009), yang pada akhirnya menurunkan regulasi dari MMP-9 (Yen et al., 2016).
Ibuprofen dalam PVP 2 yang diaplikasian pada luka normal menghasilkan remodeling tahap
awal. Hal tersebut dikarenakan MMP-9 yang jumlahnya terkontrol pada luka normal (Li et
al., 2007) dihambat, sedangkan MMP-9 dalam jumlah cukup juga dibutuhkan dalam
penyembuhan luka (Hamed et al., 2014). Oleh karena itu, penyembuhan luka menjadi
kurang maksimal dengan jumlah MMP-9 yang berkurang.
MMP-9 pada kondisi diabetes justru meningkat dan menyebabkan fase proliferasi
terhambat (McLennan et al., 2008). Ibuprofen dalam PVP 2 yang diaplikasikan pada luka
diabetes, akan menghambat regulasi MMP-9 yang berlebih, sehingga jumlah MMP-9 dapat
kembali terkontrol. Hal tersebut yang menyebabkan proliferasi menjadi tidak terhambat,
sehingga penyembuhan luka dapat mencapai fase remodeling yang mendekati kulit normal.
KESIMPULAN
Perbedaan konsentrasi PVP K30 pada tiap formula memberikan pengaruh terhadap
hasil uji sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix ibuprofen. Formula PVP 2
dengan kombinasi PVP K30 2% dan HPMC E6 4,5%, menghasilkan hydrocolloid matrix
diabetic wound healing ibuprofen dengan karakteristik optimum, yaitu steril, memiliki bobot
yang seragam dengan CV 4,50%, elastis, kemampuan menyerap lembab yang baik sebesar
6,30%, nilai pH 6,92, memiliki kandungan obat yang seragam dengan CV 4,82%, pelepasan
obat yang baik dengan nilai DE360 sebesar 92,60%, dan stabil pada suhu 37oC dan 45oC. PVP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2 mampu mempercepat penyembuhan luka dibanding luka kontrol diabetes, ditunjukan
dengan adanya perbedaan signifikan secara statistik dengan p-value 0,0378.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengoptimasikan homogenitas campuran
matriks saat pembuatan, optimasi metode pengujian persen moisture content dan moisture
absorption, pengujian iritabilitas menggunakan hydrocolloid matrix ibuprofen, dan optimasi
formulasi hydrocolloid matrix menggunakan polimer yang berbeda.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih ditujukan kepada DP2M Dikti yang telah mendanai sebagian dari
penelitian ini, dan industri farmasi PT. Erela serta PT. Sanbe Farma yang telah membantu
berjalannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bharkatiya, M., Nema, R. K., and Bhatnagar, M., 2010, Development and Characterization
of Transdermal Patches of Metoprolol Tartrate. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research, 3(2), 130-134.
British Pharmacopoeia, 1993, British Pharmacopoeia Addendum, Her Majesty’s Stationery
Office, London, 1943-1944.
El-gendy, N.A., Abdelbary, G.A., El-komy, M.H., and Saafan, A.E., 2009. Design and
Evaluation of a Bioadhesive Patch for Topical Delivery of Gen- tamicin Sulphate.
Current Drug Delivery, 6, 50–57.
Fudholi, A., 2013. Disolusi & Pelepasan Obat In Vitro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamed, S., Bennett, C.L., Demiot, C., Ullmann, Y., Teot, L., and Desmoulière, A., 2014.
Erythropoietin, a novel repurposed drug: An innovative treatment for wound healing
in patients with diabetes mellitus. Wound Repair and Regeneration, 22 (1), 23–33.
International Diabetes Federation (I.D.F), 2015, IDF Atlas 2015, 7th Ed., 13-15, 17.
Kadajji, V.G. and Betageri, G. V., 2011. Water soluble polymers for pharmaceutical
applications. Polymers, 3 (4), 1972–2009.
Kataria, K., Gupta, A., Rath, G., Mathur, R.B., and Dhakate, S.R., 2014. In vivo wound
healing performance of drug loaded electrospun composite nanofibers transdermal
patch. International Journal of Pharmaceutics, 469 (1), 102–110.
Kementrian Kesehatan RI, 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2014.
McLennan, S., Min, D., and Yue, D., 2008. Matrix metalloproteinases and their roles in poor
wound healing in diabetes. Wound Practice & Research, 16 (3), 116–121.
Okan, D., Student, M., Woo, K., Clinic, W.H., Ayello, E.A., Advisor, S., Editor, C.A., Care,
W., Sibbald, R.G., and Sciences, P.H., 2007. Wound Healing, (January), 39–53.
Pudyastuti, B., Nugroho, A.K., and Martono, S., 2014. Formulasi Matriks Transdermal
Pentagamavunon-0 dengan Kombinasi Polimer PVP K30 dan Hidroksipropil
Metilselulosa. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 11 (2), 44–49.
Rainsford, K.D., 2009. Ibuprofen: Pharmacology, efficacy and safety.
Inflammopharmacology, 17 (6), 275–342.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009. Handbook of pharmaceutical excipients.
6th ed. Handbook of pharmaceutical excipients, Sixth edition.
Rutala, W. A., Gergen, M. F., and Weber, D. J., 2010, Room Decontamination with UV
Radiation. Infection Control and Hospital Epidemiology, 31(10), 1025-1029
Shirsand, S.B., Ladhane, G.M., Prathap, S., and Prakash, P. V., 2012. Design and evaluation
of matrix type of transdermal patches of methotrexate. International Journal Of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pharmaceutical, Chemical And Biological Sciences, 2 (4), 464–471.
Sinko, P.J., 2006. Pharmaceutical Polymers. Martin’s physical pharmacy and
pharmaceutical sciences : physical chemical and biopharmaceutical principles in the
pharmaceutical sciences, 647.
Thu, H.E., Zulfakar, M.H., and Ng, S.F., 2012. Alginate based bilayer hydrocolloid films as
potential slow-release modern wound dressing. International Journal of
Pharmaceutics, 434 (1-2), 375–383.
Toshkhani, S., Shilakari, G., and Asthana, A., 2016. Advancements in Wound Healing
Biodegradable Dermal Patch Formulation Designing. Inventi Rapid: Pharm Tech,
2013 (3), 1-11.
Yen, J., Khayrullina, T., and Ganea, D., 2016. Pge2 mmp9 dc, (March).
Zheng, A., Xue, Y., Wei, D., Li, S., Xiao, H., and Guan, Y., 2014. Synthesis and
Characterization of Antimicrobial Polyvinyl Pyrrolidone Hydrogel as Wound
Dressing. Soft Materials, 12 (3), 179–187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) termasuk penyakit yang memiliki angka kejadian
yang tinggi di dunia. Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun
2015 sekitar 415 juta orang di dunia menderita diabetes, dan sebanyak 5 juta orang
dewasa meninggal karena penyakit ini. Pada peringkat dunia, Indonesia menempati
posisi 7 teratas penderita diabetes kalangan dewasa, dengan jumlah 10,0 juta orang
(IDF, 2015). Sebanyak 6,9% dari 176 juta penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun
menderita diabetes, terdiri dari 30,4% yang terdiagnosa dan 69,6%-nya tidak
terdiagnosa (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Pada orang normal, proses penyembuhan luka terdiri dari empat fase.
Coagulation phase, awal terjadi luka, inflammatory phase, munculnya agen
penyebab inflamasi pada luka, proliferative phase, mulai terjadi epitalisasi oleh
peran fibroblas, dan remodelling phase, pembentukan kembali jaringan (Hamed et
al., 2014). Penderita diabetes yang parah, berisiko mengalami proses penyembuhan
luka yang tidak kunjung sembuh, umumnya terjadi pada kaki atau Diabetic Foot
Ulcer (DFU). Faktor terjadinya DFU disebabkan karena adanya penghambatan
fibroblas dan keratinosit saat proses epitalisasi yang disebabkan oleh induksi
berlebih enzim matrix metalloproteinase 9 (Hamed et al., 2014). Enzim MMP-9
merupakan salah satu enzim MMP yang teregulasi hanya pada luka diabetes. Saat
jumlahnya berlebih, MMP-9 menghambat penyembuhan luka, untuk itu
penghambatan MMP-9 diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan luka
pada pasien diabetes (Gao et al., 2015).
Ibuprofen merupakan obat kategori NSAID (non steroidal anti-
inflammatory drugs) yang digunakan sebagai pereda nyeri. Ibuprofen memiliki
aktivitas non-selektif inhibitor terhadap enzim cyclooxygenase-1 (COX-1) dan
cyclooxygenase-2 (COX-2) (Bushra and Aslam, 2010). Enzim COX-2 mampu
meningkatkan produksi prostaglandin E2 (PGE2) (Rainsford, 2009). Menurut Yen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Khayrullina, and Ganea (2016), PGE2 berperan dalam pengaturan ekspresi MMP-9
dengan meningkatkan ekspresinya. Oleh karena itu, ibuprofen berpotensi untuk
mempercepat penyembuhan luka penderita diabetes melalui mekanisme
penghambatan enzim MMP-9.
Hydrocolloid dressing atau sediaan hydrocolloid sudah banyak digunakan
dalam penanganan DFU. Hydrocolloid umumnya digunakan pada luka kategori 2,
namun beberapa ada yang menggunakannya pada kategori 3 dan 4 (Fletcher et al.,
2011). Pada penelitian ini, ibuprofen diformulasikan dalam hydrocolloid matrix
sebagai diabetic wound healing. Hydrocolloid matrix termasuk sediaan lokal yang
memenuhi kriteria sebagai sediaan wound healing, yaitu kemampuan mengembang
untuk menyerap eksudat, mampu ditembus oksigen, serta mampu menjaga
kelembaban lingkungan luka (Kataria et al., 2014).
Polimer merupakan komponen utama dalam hydrocolloid matrix. Pada
hydrocolloid matrix, polimer yang digunakan bersifat hidrofilik dan memiliki rantai
polimer yang panjang. Sifat tersebut menjadikan polimer pada hydrocolloid matrix
memiliki banyak fungsi diantaranya pelarut, pengatur pelepasan obat, dan yang
paling penting yaitu sebagai pembentuk gel (Sinko, 2006). Kombinasi Polyvinyl
pyrrolidone (PVP) dengan Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) akan
digunakan dalam sediaan hydrocolloid matrix. PVP sebagai polimer, tentunya juga
berfungsi sebagai pembentuk gel dalam matriks. Berdasarkan teori tersebut, muncul
asumsi bahwa perubahan konsentrasi polimer PVP sebagai pembentuk gel akan
mempengaruhi karakteristik sediaan hydrocolloid matrix, untuk itu PVP dipilih
sebagai polimer yang akan dibedakan variabel konsentrasinya antar formula.
Asumsi tersebut kemudian akan dibuktikan dengan dilakukannya penelitian ini.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Berapa konsentrasi polimer PVP yang optimal pada formulasi
hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen?
1.2.2. Adakah pengaruh dari peningkatan konsentrasi polimer PVP terhadap
sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound
healing ibuprofen?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Mengetahui konsentrasi polimer PVP yang memberikan efek optimal
pada formulasi hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen.
1.3.2. Mengetahui pengaruh pengingkatan konsentrasi polimer PVP terhadap
sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic woun
healing ibuprofen
1.4. Urgensi Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan hydrocolloid matrix diabetic
wound healing yang mampu mempercepat penyembuhan luka terbuka pada pasien
diabetes, sehingga angka kejadian amputasi yang diakibatkan oleh DFU dapat
dikurangi.
1.5. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam
pengembangan penelitian dunia kesehatan, khususnya pengembangan terkait
hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen bagi pasien diabetes disertai
DFU.
1.6. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan yaitu diperoleh konsentrasi polimer PVP yang
memberikan efek optimal serta diketahui pengaruhnya terhadap sifat dan stabilitas
fisika kimia hydrocolloid matrix ibuprofen diabetic wound healing.
1.7. Manfaat Penelitian
1.7.1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat besar bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya dalam
bidang kefarmasian yang memiliki kaitan dengan hydrocolloid matrix
diabetic wound healing dalam mempercepat penyembuhan luka pada
pasien diabetes. Oleh karena itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.7.2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara
ilmiah formulasi yang optimal dari hydrocolloid matrix diabetic wound
healing ibuprofen, untuk mempercepat penyembuhan luka pada pasien
diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Luka
Luka merupakan kondisi terputusnya susunan kontinu sel dan molekuler
pada tubuh, sehingga muncul gangguan anatomi pada sel yang terluka (Nilani et
al., 2011). Luka yang terjadi pada kulit mengakibatkan penurunan hingga
ketidakmampuan kulit untuk menjalankan fungsi ketahanannya (Kondo and Ishida,
2010). Luka pada kulit akan mengalami proses penyembuhan pada jaringan dermal
dan epidersmal melalui proses regenerasi (Kataria et al., 2014).
Proses penyembuhan luka pada orang normal terbagi menjadi empat fase.
Coagulation phase, merupakan fase pertama. Setelah terjadi luka, agregat platelet
akan membentuk gumpalan fibrin, kemudian menyekresi mediator spesifik yaitu
platelet-derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor (TGF)-β1.
Fase selanjutnya inflammatory phase, makrofag mulai berjalan menuju luka untuk
fagositosis jaringan tidak berguna dan mikroorganisme asing pada luka. Makrofag
yang aktif menyebabkan sel yang terinflamasi menyekresi sitokin proinflamasi dan
growth factors (GF) (Hamed et al., 2014).
Fase selanjutnya proliferative phase. GF teraktivasi dan memicu fibroblas
yang mensintesis kolagen bergerak memenuhi luka, serta memicu pertumbuhan dan
migrasi endhothelial progenitor cells (EPC) untuk membentuk kembali formasi
jaringan granulasi dan pembuluh darah disekitar luka. Formasi yang terbentuk
menyebabkan epitalisasi dan penutupan luka. Pembentukan formasi didukung oleh
ketersediaan molekul pemberi sinyal (nitric oxide atau NO), yang juga dipicu oleh
adanya enzim matrix metalloproteinases (MMPs). Ketersediaan NO yang cukup
membutuhkan NO synthase (NOS) dalam regulasinya. Fase terakhir yaitu
remodeling phase. Penghentian proses inflamasi terjadi dan bekas luka mulai
terbentuk, kemudian diakhiri penutupan luka. Restorasi dan reorganisasi pada
jaringan matriks kolagen juga terjadi didaerah terjadinya luka (Hamed et al., 2014).
2.2 Diabetic Foot Ulcer (DFU)
Bagian bawah tubuh, kaki, dilalui hampir semua komponen yang dibawa
oleh beberapa organ (khususnya pembuluh darah), sehingga rentan mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
penyakit atau kerusakan saat komponen penyebab penyakit ikut terbawa. Luka pada
diabetes memicu terjadi mekanisme kompleks level jaringan molekuler, sehingga
mengakibatkan penghambatan pada proses penyembuhan luka. Peningkatan
kemositokin juga terjadi (salah satunya MMPs) yang akan melemahkan respon
sistem imun, sehingga sel yang berperan dalam inflamasi tidak teraktivasi menuju
tempat luka (Leung, 2007).
Kerusakan pada saraf (neuropathy) dapat mengakibatkan terjadinya DFU
tidak kunjung sembuh. Saraf yang rusak mengakibatkan penurunan kemampuan
sensor saraf dalam pengaturan titik tekanan pada bagian bawah sekitar kaki dan
pergelangan kaki. Tekanan terlalu besar yang diberikan pada kaki yang mengalami
kerusakan jaringan akibat luka akan memperburuk kerusakan jaringan, sehingga
memperlambat proses penyembuhan dan DFU tidak akan kunjung tertutup (Leung,
2007).
2.3 Enzim MMP-9
Enzim MMP masih satu keluarga dengan enzim zinc-dependent
endopeptidases. Enzim MMP mampu memberikan efek negatif dengan menganggu
GF, reseptornya, dan formasi baru ECM yang berperan dalam penyembuhan luka.
Enzim MMP-9 merupakan enzim MMP yang teregulasi hanya pada luka diabetes,
sedangkan enzim MMP lainnya (MMP-8) teregulasi pada luka normal dan luka
diabetes (Gao et al., 2015). Enzim MMP berjumlah sedikit pada jaringan normal
dan aktivitasnya dikontrol oleh adanya jaringan inhibitor dari metalloproteinase
(TIMP) (Li et al., 2007). TIMP memiliki 4 tipe, masing-masing tipe memiliki
kemampuan berbeda untuk mengikat dan menghambat aktivitas MMP (McLennan
et al., 2008).
Jumlah MMP-9 menurun dan fibroblas mendominasi pada proliferative
phase orang normal. Hiperglikemia pada diabetes akan menganggu keseimbangan
antara MMP-9 dan inhibitornya TIMP, sehingga MMP-9 justru meningkat saat
proliferative phase dan komponen-komponen ECM (fibroblas maupun kolagen)
yang seharusnya membentuk formasi baru akan terdegradasi oleh MMP-9 yang
berlebih. Pembentukan formasi yang terhambat akibat MMP-9 akan mengakibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
fase proliferasi (epitelisasi) terhambat, secara langsung proses tertutupnya luka juga
akan terhambat (McLennan et al., 2008).
2.4 Ibuprofen
Gambar 3. Struktur Kimia Ibuprofen (Bushra and Aslam, 2010)
Ibuprofen atau (2RS)-1[4-(2-methyl propyl) phenyl] merupakan obat
analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi golongan NSAID turunan asam propionat
(Bushra and Aslam, 2010). Ibuprofen memiliki bobot molekul 206,3 g/mol, tingkat
kelarutannya rendah dalam air yaitu 21mg/L (Yalkowsky and Dannenfelser, 1992),
sedangkan pada etanol kelarutannya lebih tinggi yaitu 25mg/mL (Anonim, 2016).
Nilai pKa yang dimiliki ibuprofen sebesar 5.3 (Bushra and Aslam, 2010), dan nilai
Log-P ibuprofen sebesar 3.9. Lethal Dose (LD) ibuprofen sebesar 171mg/kg secara
oral pada manusia dewasa, sedangkan pada dosis umumnya yaitu 200-400mg,
effective concentration (EC50) ibuprofen yaitu 6-10µg/mL (Anonim, 2016).
Ibuprofen memiliki mekanisme ihibisi non-selektif pada COX-1 yang
bertanggung jawab akan produksi prostanoid (PGs) yang mengontrol berbagai
aktivitas fisiologis (vaskuler, aliran darah, lambung, dan ginjal), serta inhibisi
COX-2 yang memproduksi PGE2 dalam proses inflamasi dan rasa nyeri (Rainsford,
2009). Sitokin proinflamasi TNF-α berperan pada ekspresi PGE2 yang kemudian
akan menginduksi enzim MMP-9, sehingga PGE2 mampu mempengaruhi ekspresi
dari enzim MMP-9. Pengaruh PGE2 terhadap ekspresi enzim MMP-9 berupa
peningkatan regulasi enzim MMP-9 (Yen et al., 2016).
2.5 Sediaan Penyembuh Luka
Sediaan penyembuh luka memiliki kriteria dapat membuat lingkungan luka
menjadi lembab untuk dapat memacu pertumbuhan jaringan baru pada luka.
Kelembaban pada luka yang seimbang akan memfasilitasi pertumbuhan sel dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
proliferasi dari kolagen hingga terbentuk matriks nonseluler yang sehat (Okan et
al., 2007). Sediaan penyembuh luka memiliki kemampuan ditembus oleh oksigen
yang dibutuhkan oleh kulit guna respirasi dan kemampuan menyerap eksudat yang
dikeluarkan oleh luka (Kataria et al., 2014).
Sediaan penyembuh luka untuk luka pada kaki (Foot Ulcers) harus memiliki
kemampuan menyerap eksudat dengan absorpsi untuk menjaga kandungan
kelembaban pada luka. Kemampuannya untuk menyerap eksudat dan menjaga
kandungan lembab dilanjutkan dengan kemampuan untuk menjaga hidrasi jaringan
tanpa membuat luka mengering. Jumlah Eksudat harus dijaga untuk mencegah
pengotoran lingkungan daerah luka akibat maserasi dari jaringan (Ovington, 2007).
2.6 Hydrocolloid
Hydrocolloid merupakan salah satu sediaan untuk mengatasi luka, terdiri
dari komponen koloidal (agen pembentuk gel) yang dikombinasikan dengan
komponen lain dengan kegunaannya masing-masing. Penampakan dari sediaan ini
bisa berupa lapisan film tipis (berbentuk lembaran) atau dalam bentuk kombinasi
dengan komponen lain seperti alginat (Boateng et al., 2008). Hydrocolloid
termasuk sediaan lokal yang memenuhi kriteria sebagai sediaan wound healing,
yaitu kemampuan mengembang untuk menyerap eksudat, mampu ditembus
oksigen, serta mampu menjaga kelembaban lingkungan luka (Kataria et al., 2014).
Hydrocolloid umumnya digunakan pada luka kategori 2, namun beberapa ada yang
menggunakannya pada luka kategori 3 dan 4 (Fletcher et al., 2011). Hydrocolloid
dapat digunakan pada luka dengan tingkatan eksudat rendah hingga menengah, dan
dapat digunakan dalam terapi luka pada kaki yang mengalami penundaan dalam
proses penyembuhannya (Boateng et al., 2008).
Hydrocolloid akan membentuk formasi seperti gel saat kontak langsung
dengan eksudat luka, sehingga penyerapan eksudat luka terjadi akibat adanya
formasi hidrofilik gel (Thu et al., 2012).Interaksi antara hydrocolloid bagian dalam
dengan eksudat luka yang tereksresi, menghasilkan proses gelasi dari hydrocolloid
yang kemudian membentuk gel yang mengandung massa dan berwarna
kekuningan. Terbentuknya gel yang memiliki massa tersebut memiliki peran penuh
dalam menjaga kelembaban dari lingkungan luka. Gel yang terbentuk memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bagian luka yang terbuka, sehingga apabila hydrocolloid dilepaskan tidak akan
terjadi kerusakan kembali pada luka karena gel akan tetap melindungi luka terbuka
(Shai and Maibach, 2005).
Hydrocolloid matrix dapat digunakan selama 3-5 hari saat diaplikasikan
pada luka, selama waktu tersebut hydrocolloid kurang lebih sudah menyerap
eksudat sebanyak 70%. Permukaan kulit sebelum diaplikasian sediaan harus dalam
kondisi bersih dan kering (Edwards et al., 2013). Berikut merupakan kelebihan dan
kekurangan dari hydrocolloid matrix:
Tabel 5. Kelebihan & Kekurangan Hydrocolloid Matrix (Edwards et al., 2013)
Kelebihan Kekurangan
Bersifat waterproof dan dapat
digunakan saat mandi.
Dalam penggunaannya harus
diperhatikan khusus, karena mampu
mendorong pertumbuhan bakteri
Mampu menyerap eksudat Penggunaanya hati-hati karena
langsung pada luka terbuka
Gel yang terbentuk saat menyentuh
luka akan menjaga kelembaban
daerah luka, yang akan mendukung
pembentukan formasi jaringan baru
Penyimpanannya sukar untuk
menjaga kestabilan sediaan
Mampu mengurangi rasa nyeri Terkadang menimbulkan bau yang
kurang nyaman.
2.7 Polimer (Polivinyl pyrrolidone)
Polimer merupakan suatu kesatuan bentuk dari molekul kecil (monomer)
yang menyatu dengan molekul kecil lainnya (molekul yang sama ataupun berbeda).
Monomer tertentu akan mengalami proses polimerisasi untuk kemudian menyatu,
sehingga dihasilkan bentuk molekul yang lebih besar berupa polimer. Polimer dapat
membentuk cross-linked dengan polimer lain ataupun dengan polimer sendiri
(monomer berbeda), yang menyebabkan gerak polimer yang terbatas, rigid, dan
dapat mengembang dengan baik. Kemampuan pengembangan polimer dapat
dikendalikan dengan adanya pelarut yang masuk diantara monomer untuk
mengurangi cross-linked dengan monomer tetangga (Sinko, 2006).
Pada hydrocolloid, polimer yang digunakan bersifat hidrofilik dan memiliki
rantai polimer yang panjang. Sifat tersebut menjadikan polimer pada hydrocolloid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
memiliki banyak fungsi (pelarut, stabilizer, dan mengatur pelepasan obat), salah
satunya yang paling penting yaitu sebagai pembentuk gel (Sinko, 2006). Semua
komposisi termasuk polimer pada bentuk hydrocolloid matrix merupakan
komponen larut air (Olorunsola and Adedokun, 2014).
Polyvinyl pyrrolidone (PVP) atau Povidone memiliki struktur kimia sebagai
berikut:
Gambar 2. Struktur Kimia Polyvinyl Pyrrolidone (Kadajji and Betageri, 2011)
PVP termasuk eksipien (polimer) memiliki kelarutan yang baik dalam air serta
memiliki rentang bobot molekul 40.000 hingga 360.000 (Kadajji and Betageri,
2011). Salah satu contoh pembentukan crosslinking PVP yang mudah terjadi, yaitu
pada medium larutan air dengan bantuan sinar UV (Zhang et al., 2013). Berikut
bentuk crosslinking yang terjadi:
Pada umumnya, PVP dapat mampu membawa obat dengan baik pada
rentang konsentrasi 10-25% (Rowe et al., 2009). Dipilihnya PVP dikarenakan
dalam penggunaanya sebagai polimer hidrofilik, PVP akan menciptakan suatu
koloidal dalam bentuk suspensi, yang mana merupakan kondisi tiap partikel solid
terpisah (terdispersi) pada medium hidrofilik, dan tentunya PVP mencegah partikel
menyatu agar homogenitas tetap terjaga (Kadajji and Betageri, 2011). Selain itu,
PVP juga termasuk polimer yang bersifat non-toksik dan memiliki bio-
Gambar 3. Contoh Crosslinking PVP (Zhang et al., 2013)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kompatibilitas yang baik, sehingga PVP sesuai untuk penggunaan sediaan wound
healing (Zheng et al., 2014).
2.8 Landasan Teori
Zat aktif ibuprofen merupakan obat anti inflamasi golongan NSAID.
Ibuprofen memiliki mekanisme aksi penghambatan enzim COX-2, sedangkan
enzim COX-2 tersebut memiliki kemampuan pengaturan regulasi MMP-9, melalui
induksi PGE2. Oleh karena itu, pengaplikasian ibuprofen akan menghambat enzim
MMP-9 yang berlebih pada pasien diabetes yang kemudian kerusakan jaringan
pembentuk luka akan berhenti, sehingga penyembuhan luka berjalan normal
kembali.
Ibuprofen diformulasikan dalam hydrocolloid matrix diabetic wound
healing. Hydrocolloid matrix memiliki kriteria yang sesuai dengan kriteria suatu
sediaan sebagai diabetic wound healing, yaitu mampu menyerap eksudat serta
mampu menjaga lingkungan luka tetap lembab. Hydrocolloid dalam wujud
lembarannya akan berubah menjadi bentuk gel setelah berinteraksi dengan adanya
eksudat. Pembentukan gel tersebut memiliki peran penting dalam penyerapan
eksudat pada luka serta menjaga kondisi lembab pada lingkungan luka. Penggunaan
hydrocolloid pada luka diabetes dirasa tepat karena dapat meminimalisir rasa nyeri
dan kerusakan kembali pada luka, frekuensi pemakaian dapat dikurangi, serta
dalam penggunaannya cukup mudah dan dapat dilakukan sendiri.
Polimer merupakan kesatuan monomer yang menyatu secara linear, dan
beberapa disertai dengan adanya cross-linked diantara molekul pada polimer
berbeda atau polimer yang sama (beda monomer). Dalam sediaan hydrocolloid,
polimer yang digunakan memiliki fungsi penting yaitu sebagai pembentuk gel. PVP
sebagai polimer terpilih tentunya juga akan berperan sebagai pembentuk gel dengan
menciptakan sistem koloidal dengan partikel padat yang terdispersi homogen.
Selain itu, PVP juga memiliki sifat hidrofilik yang baik sehingga sesuai untuk
digunakan sebagai polimer dalam hydrocolloid matrix.
2.9 Hipotesis
2.9.1. Polimer PVP pada konsentrasi tertentu menghasilkan hydrocolloid
matrix diabetic wound healing ibuprofen yang optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2.9.2. Peningkatan konsentrasi polimer PVP memberikan pengaruh terhadap
sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound
healing ibuprofen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian dengan judul “Optimasi Konsentrasi Polyvinyl Pyrrolidone
(PVP) sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing dengan
Bahan Aktif Ibuprofen” merupakan penelitian eksperimental murni.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas: konsentrasi Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) sebagai polimer
hydrocolloid matrix diabetic wound healing.
2. Variabel Tergantung: Sifat fisika kimia serta stabilitas dari hydrocolloid
matrix diabetic wound healing.
3. Variabel Pengacau:
1. Variabel Pengacau Terkendali: produsen obat dan seluruh bahan kimia
untuk formula hydrocolloid matrix, produsen bahan kimia aloksan dan
ketamin, prosedur pembuatan dan pengujian sediaan, kondisi
penyimpanan sediaan, serta wadah penyimpanan sediaan.
2. Variabel Pengacau Tak Terkendali: kondisi ruangan saat proses
pembuatan, dan kondisi patofisiologis hewan uji (tikus).
3.1.2. Definisi Operasional
a. Hydrocolloid matrix ibuprofen: sediaan yang mengandung polimer PVP,
HPMC, etanol, propilen glikol, dan akuades sebagai basis yang kemudian
ditambahkan zat aktif ibuprofen dibentuk dalam hydrocolloid matrix.
b. Polyvinyl pyrrolidone (PVP): merupakan bahan pembantuk polimer yang
digunakan pada hydrocolloid matrix ibuprofen dengan tiga konsentrasi
berbeda yaitu 1,5%; 2% dan 2,5%.
c. Sifat fisik hydrocolloid matrix: parameter kualitas fisik sediaan yang
meliputi organoleptis, keseragaman bobot sediaan, ketebalan sediaan,
persentase moisture content dan moisture absorption, ketahanan pelipatan
(folding endurance), dan kemampuan iritabilitas sediaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
d. Sifat kimia hydrocolloid matrix: parameter kualitas kimia sediaan yang
meliputi pH dan keseragaman kandungan obat dalam sediaan
e. Stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix: parameter kestabilan
hydrocolloid matrix meliputi, perubahan sifat fisik dan kimia sediaan
setelah diberi perlakuan suhu yang berbeda selama penyimpanan.
f. Sterilitas matrix: uji mikrobiologi yang menunjukkan bahwa sediaan
hydrocolloid matrix yang telah dibuat steril.
g. Organoleptis: uji penampakan fisik hydrocolloid matrix terkait warna,
kejernihan dan kehalusan dengan warna yang seragam, keruh, dan halus.
h. Keseragaman bobot matrix: uji keseragaman variasi bobot yang dimiliki
hydrocolloid matrix. Hasil bobot yang seragam dilihat dari nilai koefisien
variasi (CV) tidak lebih dari 10% rata-rata bobot masing-masing sediaan.
i. Ketebalan matrix: uji terkait variasi ketebalan hydrocolloid matrix yang
menunjukkan hasil homogen, dengan nilai ketebalan matrix yang ideal
0,7mm.
j. pH larutan matrix : uji terkait pH larutan matrix yang berada pada range
pH 4-7.
k. Persentase moisture content matrix: uji untuk mengetahui kandungan
kelembaban yang dimiliki oleh hydrocolloid matrix, ditunjukan dengan
nilai persentase moisture content.
l. Persentase moisture absorption matrix: uji terkait kemampuan
penyerapan kelembaban hydrocolloid matrix setelah dikondisikan pada
RH 80-90%. Kemampuan penyerapan ditentukan saat sediaan tidak
mengalami perubahan bobot dikarenakan sediaan sudah tidak mampu
menyerap lembab atau mencapai titik jenuhnya.
m. Folding endurance sediaan: uji untuk mengetahui fleksibilitas
hydrocolloid matrix, ditunjukkan dengan jumlah kemampuan ketahanan
pelipatan ideal hingga 300 kali pelipatan.
n. Keseragaman kandungan obat dalam hydrocolloid matrix: uji untuk
mengetahui keseragaman obat dalam hydrocolloid matrix, ditunjukan
dengan nilai % recovery yang masuk dalam range 80-115%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
o. Kurva baku ibuprofen: merupakan penetapan kurva baku ibuprofen yang
digunakan dalam validasi metode serta untuk penetapan kadar dari
absorbansi yang didapat dari setiap uji.
p. Pelepasan obat dari hydrocolloid matrix: uji untuk mengetahui pelepasan
obat dari hydrocolloid matrix secara in-vitro, ditunjukkan dengan plot
nilai pelepasan obat terhadap waktu. Formula optimal dipilih berdasarkan
nilai pelepasan obat mendekati 100%, DE, serta slope dari plot.
q. Kemampuan Iritabilitas hydrocolloid matrix: uji untuk mengetahui
kemampuan iritabilitas dari sediaan, ditandai dengan tidak terdapatnya
eritema/edema pada kulit untuk sediaan yang tidak mengiritasi.
r. Formula hydrocolloid matrix optimum: formula yang memenuhi kriteria
dari setiap uji sifat maupun stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix.
s. Tikus putih galur Wistar jantan terinduksi aloksan: merupakan tikus putih
jantan galur Wistar dengan kondisi diabetes (kadar glukosa darah >250
mg/dL) akibat induksi menggunakan aloksan dosis 120 mg/kgBB.
t. Uji aktivitas hydrocolloid matrix ibuprofen: uji untuk menunjukkan
aktivitas diabetic wound healing pada hydrocolloid matrix, dilihat dari
kecepatan penyembuhan luka dengan nilai wound closure 100%. Lama
waktu penyembuhan luka eksisi tikus, setelah diaplikasikan sediaan
hydrocolloid matrix ditetapkan. Setiap luka pada tikus diabetes yang
terinduksi aloksan dibandingkan dengan tiap luka pada tikus normal yang
tidak diinduksi aloksan.
u. Uji histopatologi: pengamatan kondisi kulit tikus yang diabetes karena
penginduksian aloksan dibandingkan dengan kulit tikus normal yang tidak
diinduksi aloksan secara mikroskopik menggunakan mikroskop cahaya
dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin.
3.3 Bahan Penelitian
3.3.1. Subjek Penelitian
1. Populasi: tikus putih galur Wistar jantan dari Laboratorium Imono
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta kelinci albino jantan dari
Peternakan Kelinci Rabbit Food SHR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Sampel: 6 ekor tikus putih galur Wistar jantan, terdiri dari 3 tikus
diinduksi aloksan dan 3 tikus tidak diinduksi aloksan (normal) yang
memiliki berat badan 150-180 g. 3 ekor kelinci albino jantan yang berusia
8-9 bulan dengan berat badan 1,8-2,2 kg.
3.3.2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan yaitu ibuprofen (Kalbe Farma), baku standart
ibuprofen (), PVP (Erela), propilen glikol, etanol, gliserol (Aldrich), akuades,
metanol (Aldrich), PBS pH 6,4 (NaCl, KH2PO4, Na2HPO4), krim Veet®, kapas
Medisoft Cotton Ball, aloksan (Sigma), ketamin, Nutrient Agar (Oxoid),
formalin 10% (Aldrich), reagen Glucose GOD FS (Diasys, Germany), larutan
Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan ammonium, larutan stok
Eosin alkohol 1%, larutan working Eosin
3.4 Alat Penelitian
Alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer UV-Vis double beam
(Shimadzu), franz difussion cell, microLab-200 (Merck), mikroskop cahaya
(Olympus Corp., Jepang), sentrifugator, sonifikator, kabinet Laminar Air Flow
(LAF), autoklaf, oven, timbangan analitik (Ohaus), vortex (Wilten), hotplate
magnetic stirrer, stirrer, biopsy punch, mikropipet (Socorex) serta yellow tip dan
blue tip, jangka sorong, tabung reaksi, spuit injeksi, jarum suntik, jarum ose, pinset,
gelas beker, tube eppendorf, gelas ukur, cawan petri, kaca preparat, kaca penutup
preparat, plastic warp, dan alumunium foil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Skema Kerja Penelitian
3.5 Tata Cara Penelitian
3.3.3. Sterilisasi
Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%, kemudian
lampu UV dinyalakan selama 24 jam sebelum proses pembuatan hydrocolloid
matrix. Sterilisasi alat-alat gelas dilakukan dengan sterilisasi panas kering
menggunakan oven pada suhu 180oC selama 1 jam. Sterilisasi campuran
larutan sediaan dan cawan petri menggunakan autoklaf selama 10 menit
dengan suhu 115 OC dan tekanan 1kgf/cm2.
3.3.4. Pembuatan Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
Ibuprofen diformulasikan dalam bentuk hydrocolloid matrix ibuprofen
diabetic wound healing dengan adanya variasi konsentrasi Polyvinyl
Pyrrolidone (PVP) sebagai polimer. Formula yang dibuat merupakan
modifikasi dari formula pada penelitian Pudyastuti, et al., 2014.
Formulasi pada penelitian Pudyastuti et al., 2014 sebagai berikut:
Tabel 2. Formula acuan matriks transdermal pentagamavunon-0
Formula Hydrocolloid Matrix
Pentagamavunon-0 7,32 mg
HPMC 4,5 %
PVP 2 %
Propilen glikol 10 %
Etanol - Akuades 1:1
(Pudyastuti et al., 2014)
Sterilisasi ruangan, alat, serta
bahan
Pembuatan hydrocolloid
matrixibuprofen
Uji Sterilitas hydrocolloid
matrixibuprofen
Uji sifat dan stabilitas
fisika kimia hydrocolloid
matrix ibuprofen
Uji aktivitas hydrocolloid
matrixibuprofen
Analisis data hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Modifikasi formula yang digunakan:
Tabel 3. Modifikasi formula yang digunakan
Formula IBU 1 IBU 2 IBU 3
Ibuprofen (1.25%) 5 % 5 % 5 %
PVP 1.5 % 2 % 2.5 %
HPMC 4,5 % 4,5 % 4,5 %
Propilen glikol 10 % 10 % 10 %
Etanol-Akuades 1:1 1:1 1:1
Etanol 7,14 ml 7,14 ml 7,14 ml
Formula dan prosedur pembuatan matrix mengacu penelitian
Pudyastuti, et al., 2014. Larutan stok ibuprofen (konsentrasi 1.25%) dibuat
dengan melarutkan ibuprofen sejumlah 5% dari sediaan hydrocolloid matrix 25
mg ke dalam 7,14 mL etanol 96%. PVP (1,5 %, 2 %, atau 2.5 %) dilarutkan
dalam larutan stok ibuprofen diaduk selama ±3 menit. Propilen glikol 10%
dicampurkan dalam campuran diaduk hingga homogen. Larutan HPMC dalam
pelarut etanol 96 % : akuades (1:1) ditambahkan kedalam campuran sedikit
demi sedikit hingga homogen. Campuran kemudian disterilkan dengan autoklaf
selama 20 menit dengan suhu 121 OC. Kemudian dituang ke cawan petri
bertutup lalu dikeringkan dalam oven ± 30OC selama 3 hari sampai didapat
ketebalan yang diinginkan. Matriks kering kemudian dicetak berukuran
diameter 1cm dan disimpan pada wadah bersilica gel
3.3.5. Uji Sterilitas
Nutrient Agar (Oxoid) sebanyak 21 g ditambah 750 mL akuades diaduk
homogen dengan batang pengaduk. Media dipanaskan dengan hotplate
magnetic stirrer sampai tercampur homogen. Media dituang ke dalam tabung
reaksi masing-masing sebanyak 15 mL, kemudian seluruh media dalam tabung
reaksi disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 1 kgf/cm2
dan suhu 121oC. Media yang telah steril dituang ke cawan petri bertutup dan
dibiarkan memadat. Tiap formula hydrocolloid matrix berukuran 1 cm ditaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pada media yang sudah memadat sebanyak 3 replikasi, lalu diinkubasi terbalik
dalam LAF selama 24 jam.
3.3.6. Uji Penampilan Fisik (Organoleptis)
Uji penampilan fisik atau organoleptis dilakukan dengan mengamati
dan meneliti warna, kejernihan dan kehalusan hydrocolloid matrix yang telah
dibuat (Shirsand et al., 2012).
3.3.7. Uji pH Larutan Sediaan
Setiap formula hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm direndam dalam
20ml akuades pada suhu 36,5 oC - 37,5 oC selama 24 jam. pH larutan
selanjutnya diukur dengan pH meter. Hasil pH yang diharapkan masuk pada
skala pH kulit manusia normal yaitu 4-7 (British Pharmacopoeia, 1993).
3.3.8. Uji Keseragaman Bobot Sediaan
Sebanyak 10 hydrocolloid matrix dari masing-masing formula satu
persatu ditimbang dan dihitung rata-rata bobot sediaan (British Pharmacopoeia,
1993).
3.3.9. Uji Ketebalan Sediaan
Ketebalan hydrocolloid matrix diukur pada 5 titik berbeda (pada
keempat sudut dan bagian tengah) dengan jangka sorong, kemudian dihitung
rata-rata ketebalan sediaan (El-gendy et al., 2009).
3.3.10. Uji Persentase Moisture Content
Setiap hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm dikondisikan dalam
sebuah desikator berisi silika selama 24 jam. Setelah itu masing-masing
hydrocolloid matrix ditimbang untuk didapatkan bobot matriks tetap.
3.3.11. Uji Persentase Moisture Absorption
Setiap hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm yang sudah diuji moisture
content diletakkan dalam climatic chamber dengan 80-90 RH dan bersuhu 28
oC selama 24 jam. Setelah itu masing-masing hydrocolloid matrix ditimbang
untuk didapatkan bobot matriks setelah penyerapan.
3.3.12. Uji Ketahanan Pelipatan (Folding Endurance)
Uji ketahanan pelipatan diukur secara manual efisiensi dari plasticizer
dan kekuatan dari hydrocolloid matrix yang dibuat. Ketahanan pelipatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ditentukan dengan melipat sediaan matrix secara berulang pada posisi yang
sama hingga rusak. Jumlah pelipatan matrix yang dapat dilakukan tanpa
merusak matrix merupakan nilai dari ketahanan pelipatan (Shirsand et al.,
2012).
3.3.13. Uji Keseragaman Kandungan Obat dalam Sediaan
Sebanyak 5 hydrocolloid matrix dari masing-masing formula
digunakan dalam uji ini. Masing-masing matrix dilarutkan dalam 15 mL
Metanol dan 35 mL PBS pH 6,4, kemudian diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimal menggunakan spektrofotometer UV. Prosedur pengujian
merupakan modifikasi dari penelitian Shirsand et al., (2012).
3.3.14. Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen
Seri standar ibuprofen dibuat pada rentang konsentrasi 0,2 µg/ml – 20
µg/ml, dengan mengambil 0,1; 0,2; 0.3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 0,9; 1; 2; 3; 4; 5;
6; 7; 8; 9 ml dari larutan intermediet ibuprofen (konsentrasi 20 µg/ml)
diencerkan ke dalam labu takar 10 ml. Pelarut yang digunakan yaitu metanol
p.a dan PBS pH 6,4. Panjang gelombang maksimum ditentukan diawal
menggunakan seri konsentrasi 20µg/ml, dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis double beam pada rentang 200-400nm. Pengukuran
seri dilakukan pada panjang gelombang maksimum yang sudah ditentukan.
3.3.15. Uji Pelepasan Obat Secara In-Vitro
Prosedur pengujian pelepasan obat secara in-vitro merupakan
modifikasi dari prosedur pada penelitian Pudyastuti, et al. (2014). Setiap
formula hydrocolloid matrix diuji menggunakan franz diffusion cell pada suhu
37 ± 1oC dengan medium PBS pH 6,4 memenuhi chamber uji. Membran
milipore 3 µm yang digunakan harus jenuh (di rendam dalam medium selama
1 jam). Larutan aseptor disampling sebanyak 3 ml pada tiap 15, 30, 45, 60, 90,
120, 180, 240, 300, dan 360 menit. Sampling larutan dibaca dengan
spektrofotometer UV-Vis.
3.3.16. Uji Iritabilitas Sediaan
Uji iritabilitas sediaan dilakukan dengan menggunakan 3 kelinci albino
dengan bobot 1,8–2,2 kg. Larutan etil asetat digunakan sebagai standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pengiritasi, basis hydrocolloid matrix yang tidak mengandung ibuprofen diuji
kemampuan iritabilitasnya pada kulit. Larutan formalin etil asetat diaplikasikan
pada permukaan dorsal kiri pada kelinci, dan matrix yang akan diuji diletakkan
di permukaan kanan dorsal. Matrix dilepas setelah 4 jam pengaplikasian.
Setelah matrix dilepaskan kondisi kulit diamati munculnya eritema/edema
selama 72 jam (Shirsand et al., 2012).
3.3.17. Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix
Semua hydrocolloid matrix diletakkan dalam oven dengan 2 suhu yang
berbeda yaitu 37°C dan 45°C. Matrix diobservasi dalam suhu tersebut selama 4
minggu. Dilakukan analisis fisik (keseragaman bobot, organoleptis, pH sediaan,
folding endurance, ketebalan sediaan, dan persentase moisture content serta
persentase moisture absorption) juga analisis kandungan obat matrix setiap
minggunya. (Amjad et al., 2012).
3.3.18. Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix
Sebanyak enam tikus putih galur Wistar jantan umur 2-3 bulan dengan
berat 150-180g dipilih sebagai hewan uji, kemudian dipisahkan menjadi dua
kelompok. 3 tikus kelompok pertama (kelompok diabetes) memiliki kadar gula
darah >250 mg/dL yang didapatkan dengan cara menginjeksikan aloksan secara
intraperitonial pada dosis 120 mg/kgBB, 3 tikus kelompok kedua tidak
dikondisikan diabetes sehingga digunakan sebagai kontrol. Semua hewan uji
dihilangkan rambut punggungnya dengan mengoleskan krim Veet®, kemudian
didiamkan 5 menit. Krim tersebut lalu dibilas dengan kapas yang dibasahi air
hingga bersih. Tikus dibiarkan selama 48 jam sebelum diberi luka eksisi.
Selanjutnya, tikus dianestesi dengan menyuntikkan ketamin 0,5 mL/kgBB
secara intramuscular pada bagian paha. Setelah 30 menit, punggung tikus
dibasahi dengan etanol 70%, dan dilukai secara eksisi sebanyak 5 luka (Gambar
4) dengan biopsy punch berdiameter 5 mm (hari ke-0). Hydrocolloid matrix
ibuprofen berdiameter 1 cm dilekatkan pada luka eksisi, kemudian setiap 24
jam hydrocolloid matrix selalu diganti baru sampai luka menutup. Setiap
penggantian matrix, luka dibersihkan dengan alkohol dan diberikan NaCl,
kemudian dideterminasi dan area luka dihitung. Setelah luka sembuh, tikus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dieutanasia dengan formalin dosis letal 100mg/kgBB, kemudian kulit punggung
tiap luka diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin
10%.
Gambar 4. Skema gambar penempatan luka eksisi
Tabel 4. Keterangan penomoran luka eksisi
Keterangan Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
A Kontrol Formula optimum
matrix HPMC
Formula optimum
matrix PVP
B Basis matrix PVP Kontrol Formula optimum
matrix HPMC
C Basis matrix
HPMC Basis matrix PVP Kontrol
D Formula optimum
matrix PVP
Basis matrix
HPMC Basis matrix PVP
E Formula optimum
matrix HPMC
Formula optimum
matrix PVP
Basis matrix
HPMC
3.3.19. Uji Histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
a. Trimming. Pemotongan tipis jaringan dengan skalpel.
b. Dehidrasi. Dilakukan untuk mengeluarkan air yang terkandung dalam
jaringan dengan menggunakan reagen pembersih, lalu dilakukan
impregnasi (penetrasi parafin ke dalam jaringan).
c. Embedding dan cutting. Jaringan yang sudah didehidrasi diletakkan di atas
sebuah balok kayu (embedding) sebagai alas pemotongan jaringan dengan
pisau mikrotom (cutting).
C
B
A D
E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
d. Staining. Rangkaian pewarnaannya adalah sebagai berikut: xylol I (5
menit); xylol II (5 menit); xylol III (5 menit); alkohol absolut I (5 menit);
alkohol absolut II (5 menit); akuades (1 menit); Harris Hematoxylin (20
menit); akuades (1 menit); acid alkohol (2-3 celupan); akuades (1 menit);
akuades (15 menit); eosin (2 menit); alkohol 96% I (3 menit); alkohol 96%
II (3 menit); alkohol absolut III (3 menit); alkohol absolut IV (3 menit);
xylol IV (5 menit); dan xylol V (5 menit).
e. Mounting. Menutup kaca objek dengan kaca penutup.
f. Pembacaan slide dengan mikroskop. Pengamatan histopatologi dilakukan
dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus tipe BH-2, Olympus
Corp., Jepang).
3.6 Tata Cara Analisis Hasil
a. Persentase kandungan kelembaban (moisture content) :
% 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 = bobot awal − bobot akhir
bobot akhir x 100%
b. Persentase penyerapan kelembaban (moisture absorption):
% 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑡𝑖𝑜𝑛 = bobot akhir − bobot awal
bobot awal x 100%
c. Pengukuran kecepatan penyembuhan luka pada tikus dihitung dengan
persamaan:
Wound closure (%) = area luka pada hari ke − 0 − area luka pada hari ke − n
area luka pada hari ke − 0 x100%
d. Nilai dissolution efficiency (DE) pada uji pelepasan obat dihitung
dengan persamaan :
𝐷𝐸 = 𝐴𝑈𝐶
𝑦100 𝑥 (𝑡2 − 𝑡1) 𝑥 100
perhitungan AUC menggunakan rumus trapezium disetiap titik kurva.
e. Data hasil tiap uji pengukuran diuji statistik menggunakan software R
for statistic ver. 3.2.3 dengan penggunaan uji tertentu, yaitu:
e.1. Uji T-Berpasangan dilakukan pada taraf kepercayaan 95%, untuk
membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukannya uji
stabilitas. Uji normalitas data diakukan dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pearson test, sedangkan uji homogenitas data tidak dilakukan
karena data hanya 1 variasi.
e.2. Uji T-Independen dilakukan pada taraf kepercayaan 95%, untuk
membandingkan data uji aktivitas sediaan. Uji normalitas data
diakukan dengan menggunakan Pearson test, sedangkan uji
homogenitas dengan var.test.
e.3. Uji ANAVA dan Post Hoc test dilakukan pada taraf kepercayaan
95% untuk membandingkan ada / tidaknya perbedaan pada tiap
data beberapa uji (Uji keseragaman bobot, moisture content,
tenslie strength, keseragaman kandungan, dan uji pelepasan
obat). Uji normalitas data diakukan dengan menggunakan
Pearson test, kemudian dilakukan pengujian homogenitas
variansi data menggunakan Levene’s test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 2. Ethical clearance tikus penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 3. Ethical clearance kelinci penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 4. Certificate of Analysis working standart ibuprofen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lampiran 5. Certificate of Analysis ibuprofen farmasetis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lampiran 6. Certificate of Analysis PVP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 7. Data hasil pembuatan formula hydrocolloid matrix ibuprofen
Pengeringan optimal pada suhu 45 oC selama 2-3 hari, ditandai dengan
matriks yang sudah mengering sempurna (dapat dilepas dari wadah pengeringan).
Data optimasi bobot sediaan kering
Wadah + isi
(g) Wadah (g) Isi (g) �̅� Ketebalan
R1 36,4822 34,6581 1,8241
1,7197 g
0,35
R2 39,2872 37,4785 1,8087 0,35
R3 45,9830 44,2183 1,7197 0,35
Perhitungan jumlah zat aktif
5
100 x bobot kering tetap
5
100 x 1,7841 g = 0,0892 g 0,09 g
jumlah pelarut etanol yang dibutuhkan :
0,09 g
1,25 g x 100 ml = 7,14 ml
Formula optimal dalam 25 g :
Basis 1 Basis 2 Basis 3 PVP 1 PVP 2 PVP 3
Ibuprofen - - - 0,09 g 0,09 g 0,09 g
PVP 0,375 g 0,5 g 0,625 g 0,375 g 0,5 g 0,625 g
HPMC 1,125 g 1,125 g 1,125 g 1,125 g 1,125 g 1,125 g
Propilen
glikol
2,6 g 2,6 g 2,6 g 2,6 g 2,6 g 2,6 g
Etanol :
akuades
6,84 ml :
6,84 ml
6,84 ml :
6,84 ml
6,84 ml :
6,84 ml
6,84 ml :
6,84 ml
6,84 ml :
6,84 ml
6,84 ml :
6,84 ml
Etanol 7,14 ml 7,14 ml 7,14 ml 7,14 ml 7,14 ml 7,14 ml
Perhitungan dosis ibuprofen tiap sediaan
Luas lingkaran wadah cawan petri :
d = 9,5 cm
𝑙 = 22
7 𝑥 (
9,5
2)
2
= 70,911 𝑐𝑚2
Luas lingkaran sediaan :
d = 1 cm
𝑙 = 22
7 𝑥 (
1
2)
2
= 0,786 𝑐𝑚2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dosis ibuprofen PVP 1 :
Ibuprofen yang ditambahkan (untuk 3 petri) : 197 mg
Ibuprofen dalam 1 petri = 197
3= 65,7 mg
Dosis PVP 1 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢𝑝𝑟𝑜𝑓𝑒𝑛
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
= 65,7 mg
70,911 cm2 x 0,786 = 0,7276 mg = 727,61 µg
Dosis ibuprofen PVP 2 :
Ibuprofen yang ditambahkan (untuk 3 petri) : 201 mg
Ibuprofen dalam 1 petri = 201
3= 67,0 mg
Dosis PVP 1 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢𝑝𝑟𝑜𝑓𝑒𝑛
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
= 67,0 mg
70,911 cm2 x 0,786 = 0,7424 mg = 722,38 µg
Dosis ibuprofen PVP 3 :
Ibuprofen yang ditambahkan (untuk 3 petri) : 201 mg
Ibuprofen dalam 1 petri = 201
3= 67,0 mg
Dosis PVP 1 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢𝑝𝑟𝑜𝑓𝑒𝑛
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
= 67,0 mg
70,911 cm2 x 0,786 = 0,7424 mg = 722,38 µg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 8. Data hasil uji sterilitas
Data hasil uji sterilitas tiap sediaan basis dan formula
Keterangan gambar : a = Basis hydrocolloid matrix c = Formula PVP 2
b = Formula PVP 1 d = Formula PVP 3
Basis 1
Basis 2
Basis 3
PVP 1 R1
PVP 1 R2
PVP 1 R3
PVP 2 R1
PVP 2 R2
PVP 3 R3
PVP 3 R1
PVP 3 R2
PVP 3 R3
(a) (b)
(c) (d)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 9. Data hasil uji sifat fisik sediaan
a. Data hasil uji organoleptis
Data hasil uji organoleptis tiap sediaan dicantumkan pada tabel dibawah
Basis 1 Basis 2 Basis 3 PVP 1 PVP2 PVP 3
Warna Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
Kehalusan Halus Halus Kasar Halus Halus Kasar
Keterangan
lain
Sedikit
lengket
Sedikit
lengket Lengket
Sedikit
lengket
Sedikit
lengket Lengket
b. Data hasil uji keseragaman bobot sediaan
Hasil penimbangan bobot tiap sediaan :
Basis 1
(g)
Basis 2
(g)
Basis 3
(g)
PVP 1
(g)
PVP 2
(g)
PVP3
(g)
1 0,0247 0,0170 0,0216 0,0171 0,0172 0,0308
2 0,0280 0,0169 0,0231 0,0176 0,0171 0,0275
3 0,0288 0,0184 0,0246 0,0144 0,0160 0,0278
4 0,0233 0,0163 0,0256 0,0160 0,0162 0,0313
5 0,0281 0,0180 0,0248 0,0172 0,0163 0,0321
6 0,0264 0,0184 0,0214 0,0165 0,0177 0,0296
7 0,0277 0,0173 0,0245 0,0157 0,0163 0,0252
8 0,0287 0,0184 0,0242 0,0163 0,0166 0,0325
9 0,0294 0,0166 0,0273 0,0149 0,0151 0,0259
10 0,0235 0,0173 0,0257 0,0170 0,0171 0,0271
�̅� 0,0269 0,0175 0,0243 0,0163 0,0166 0,0290
SD 0,0023 0,0008 0,0018 0,0010 0,0007 0,0026
CV 8,415% 4,519% 7,542% 6,375% 4,503% 9,064%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
c. Data hasil uji ketebalan sediaan
Hasil pengukuran ketebalan sediaan pada 5 titik berbeda
Basis 1
(mm)
Basis 2
(mm)
Basis 3
(mm)
PVP 1
(mm)
PVP 2
(mm)
PVP 3
(mm)
1 0,15 0,25 0,20 0,15 0,25 0,25
2 0,20 0,20 0,30 0,10 0,25 0,20
3 0,15 0,20 0,25 0,20 0,20 0,20
4 0,20 0,25 0,25 0,20 0,10 0,25
5 0,10 0,15 0,20 0,20 0,20 0,23
𝒙 0,16 0,21 0,24 0,17 0,20 0,23
SD 0,0418 0,0418 0,0418 0,0447 0,0612 0,0251
CV 26,15% 19,92% 17,43% 26,31% 30,62% 11,11%
d. Data hasil uji moisture content (%MC)
Hasil penimbangan bobot basis yang diuji moisture content
Formula Bobot
awal
Bobot
Akhir
%
Moisture
content
�̅� %
Moisture
content
SD CV
Basis
1
R1 0,0205 0,0245 16,3265%
5,31% 0,064 120,12%
R2 0,0346 0,0354 2,2599%
R3 0,0304 0,0308 1,2987%
R4 0,0228 0,0231 1,2987%
R5 0,0176 0,0186 5,3763%
Basis
2
R1 0,0285 0,0290 1,7241%
3,13% 0,015 47,52%
R2 0,0193 0,0204 5,3922%
R3 0,0154 0,0158 2,5316%
R4 0,0135 0,0138 2,1739%
R5 0,0126 0,0131 3,8168%
Basis
3
R1 0,0116 0,0119 2,5210%
4,27% 0,017 40,58%
R2 0,0087 0,0091 4,3956%
R3 0,0220 0,0227 3,0837%
R4 0,0199 0,0214 7,0093%
R5 0,0155 0,0162 4,3210%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Hasil penimbangan bobot formula PVP yang diuji moisture content
Formula Bobot
awal
Bobot
Akhir
%
Moisture
content
�̅� %
Moisture
content
SD CV
PVP
1
R1 0,0095 0,0097 2,0619%
4,90% 0,023 46,35%
R2 0,0085 0,0090 5,5556%
R3 0,0091 0,0099 8,0808%
R4 0,0072 0,0076 5,2632%
R5 0,0082 0,0085 3,5294%
PVP
2
R1 0,0107 0,0111 3,6036%
5,90% 0,043 73,47%
R2 0,0050 0,0057 12,2807%
R3 0,0145 0,0158 8,2278%
R4 0,0270 0,0274 1,4599%
R5 0,0172 0,0179 3,9106%
PVP
3
R1 0,0103 0,0110 6,3636%
5,22% 0,013 24,13%
R2 0,0126 0,0131 3,8168%
R3 0,0163 0,0171 4,6784%
R4 0,0111 0,0119 6,7227%
R5 0,0106 0,0111 4,5045%
e. Data hasil uji persentase moisture absorption (% MA)
Hasil penimbangan bobot basis yang diuji moisture absorption
Formula Bobot
awal
Bobot
Akhir
%
Moisture
absorption
�̅� %
Moisture
absorption
SD CV
Basis
1
R1 0,0245 0,0268 9,3878%
7,87% 0,010 12,38%
R2 0,0354 0,0379 7,0621%
R3 0,0308 0,0333 8,1169%
R4 0,0231 0,0249 7,7922%
R5 0,0186 0,0199 6,9892%
Basis
2
R1 0,0290 0,0314 8,2759%
10,26% 0,026 25,62%
R2 0,0204 0,0224 9,8039%
R3 0,0158 0,0175 10,7595%
R4 0,0138 0,0149 7,9710%
R5 0,0131 0,0150 14,5038%
Basis
3
R1 0,0119 0,0132 10,9244%
11,96% 0,042 34,74%
R2 0,0091 0,0100 9,8901%
R3 0,0227 0,0243 7,0485%
R4 0,0214 0,0244 14,0187%
R5 0,0162 0,0191 17,9012%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Hasil penimbangan bobot formula PVP yang diuji moisture absorption
Formula Bobot
awal
Bobot
Akhir
%
Moisture
absorption
�̅� %
Moisture
absorption
SD CV
PVP
1
R1 0,0097 0,0103 6,1856%
4,84% 0,026 53,70%
R2 0,0090 0,0092 2,2222%
R3 0,0099 0,0101 2,0202%
R4 0,0076 0,0082 7,8947%
R5 0,0085 0,0090 5,8824%
PVP
2
R1 0,0111 0,0128 15,3153%
6,30% 0,053 83,58%
R2 0,0057 0,0060 5,2632%
R3 0,0158 0,0165 4,4304%
R4 0,0274 0,0278 1,4599%
R5 0,0179 0,0188 5,0279%
PVP
3
R1 0,0110 0,0113 2,7273%
4,27% 0,021 49,90%
R2 0,0131 0,0140 6,8702%
R3 0,0171 0,0176 2,9240%
R4 0,0119 0,0122 2,5210%
R5 0,0111 0,0118 6,3063%
f. Data hasil uji ketahan pelipatan (folding endurance)
Hasil jumlah pelipatan pada setiap hydrocolloid matrix
Basis 1 Basis 2 Basis 3 PVP 1 PVP 2 PVP 3
Jumlah
pelipatan 23 37 24 78 159 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 10. Data hasil uji sifat kimia sediaan
a. Data hasil pH uji larutan sediaan
Data hasil uji pH larutan sediaan dicantumkan pada tabel dibawah
Kontrol Basis 1 Basis 2 Basis 3 PVP 1 PVP 2 PVP 3
pH larutan 6,85 6,89 6,90 6,81 6,96 6,92 6,74
b. Data hasil uji keseragaman kandungan obat
Formula PVP 1
Dosis ibuprofen PVP 1 = 727,61µg
Replikasi Abs Konsentrasi
(ppm)
Kandungan
obat (µg)
%
Recovery
1 0,721 17,978 898,886 123,540
2 0,633 15,800 789,975 108,571
3 0,690 17,210 860,520 118,267
4 0,671 16,740 837,005 115,035
5 0,646 16,121 806,064 110,782
𝒙 16,770 838,490 115,239
SD 43,4175
CV (%) 5,17806
Formula PVP 2
Dosis ibuprofen PVP 1 = 742,38µg
Replikasi Abs Konsentrasi
(ppm)
Kandungan
obat (µg)
%
Recovery
1 0,677 16,889 844,431 113,746
2 0,620 15,478 773,886 104,244
3 0,703 17,532 876,609 118,081
4 0,643 16,047 802,351 108,078
5 0,651 16,245 812,252 109,412
𝒙 16.438 821.906 110.712
SD 39.6272
CV 4.82137
Formula PVP 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Dosis ibuprofen PVP 1 = 742,38µg
Replikasi Abs Konsentrasi
(ppm)
Kandungan
obat (µg)
%
Recovery
1 0,742 18,498 924,876 124,583
2 0,422 21,153 1057,673 142,471
3 0,733 18,275 913,738 123,082
4 0,412 20,658 1032,921 139,136
5 0,710 17,705 885,272 119,248
𝒙 19,258 962,896 129,704
SD 77,0936
CV 8,00643
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 11. Data hasil validasi metode analisis ibuprofen
a. Kurva baku kalibrasi ibuprofen
Seri Konsentrasi
(ppm)
Abs
1 2 3
1 0,200 0,004 0,002 0,002 0,003
2 0,400 0,009 0,008 0,010 0,009
3 0,600 0,018 0,015 0,016 0,016
4 0,800 0,021 0,018 0,023 0,021
5 1,000 0,032 0,026 0,027 0,028
6 1,200 0,038 0,038 0,040 0,039
7 1,400 0,049 0,051 0,051 0,050
8 1,600 0,054 0,055 0,057 0,055
9 1,800 0,070 0,069 0,069 0,069
10 2,000 0,075 0,075 0,078 0,076
11 4,000 0,166 0,163 0,163 0,164
12 6,000 0,250 0,243 0,241 0,245
13 8,000 0,328 0,316 0,321 0,322
14 10,000 0,408 0,400 0,400 0,403
15 12,000 0,508 0,490 0,487 0,495
16 14,000 0,574 0,563 0,549 0,562
17 16,000 0,647 0,648 0,635 0,643
18 18,000 0,725 0,717 0,719 0,720
19 20,000 0,791 0,793 0,768 0,784
�̅� Abs
y = 0,0404x - 0,0053
R² = 0,9993
-0.150
0.050
0.250
0.450
0.650
0.850
0.000 5.000 10.000 15.000 20.000
Abso
rban
si
Konsentrasi (ppm)
Kurva Absorbansi vs Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
b. Parameter linearitas dan Sensitivitas Metode
Parameter Hasil
λ max (nm) 224 nm
Rentang linearitas (µg/ml) 0,2-2,0
Persamaan kurva y = 0,0404x - 0,0053
Slope 0,0053
Intercept 0,0404
Correlation coefficient (R2) 0,9993
LOD (µg/ml) 0,1875
LOQ (µg/ml) 0,5683
c. Parameter akurasi metode
PVP 1 PVP 2 PVP 3
Q (µg) %Rec. Q (µg) %Rec. Q (µg) %Rec.
1 819,678 112,654 733,045 98,742 845,668 113,913
2 789,975 108,571 747,896 100,743 837,005 112,746
3 746,658 102,618 775,124 104,411 848,144 114,247
4 747,896 102,788 700,866 94,408 763,985 102,910
5 788,738 108,401 747,896 100,743 843,193 113,580
6 778,589 107,006 740,965 99,809 827,599 111,479
𝒙 819,678 112,654 733,045 98,742 845,668 113,913
SD 4,28 3,65 4,82
d. Parameter presisi metode dengan Spike
Intraday
Replikasi �̅� % Recovery (%)
2 ppm 4 ppm 6 ppm
1 106,44 102,10 103,96
2 111,39 107,67 106,44
3 105,20 107,67 106,85
�̅� 107,673 105,817 105,748
SD 3,274 3,215 1,562
CV (%) 3,041 3,039 1,477
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Interday
Hari �̅� % Recovery (%)
2 ppm 4 ppm 6 ppm
1 104,373 97,566 98,872
2 108,498 104,992 100,935
3 109,323 105,611 105,061
�̅� 107,398 102,723 101,623
SD 2,65 4,48 3,15
CV (%) 2,469 4,358 3,101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 12. Data hasil uji pelepasan obat secara in-vitro
a. Data persen pelepasan obat pada tiap waktu
Men
it
% Release PVP 1
Men
it
% Release PVP 2
1 2 3 𝒙 1 2 3 𝒙
15 24,74 2,82 22,17 16,58 15 24,06 28,17 22,30 24,85
30 43,99 28,49 46,71 39,73 30 58,74 57,89 44,51 53,71
45 54,67 53,16 65,39 57,74 45 83,84 85,28 53,88 74,33
60 58,45 77,84 87,93 74,74 60 97,53 98,80 56,88 84,40
90 60,34 105,71 120,90 95,65 90 108,62 109,59 61,48 93,23
120 64,82 114,78 129,50 103,03 120 111,82 121,10 65,47 99,46
180 62,96 117,96 132,27 104,39 180 120,36 121,70 63,00 101,69
240 67,10 125,16 136,08 109,45 240 123,49 123,02 64,41 103,64
300 75,75 133,08 139,70 116,18 300 124,49 129,34 70,32 108,05
360 74,72 134,09 144,90 117,91 360 126,26 129,38 69,86 108,50
%
DE 61,94 105,36 116,97 94,76
%
DE 107,48 110,12 60,20 92,60
SD 29,01 SD 28,09
Men
it
% Release PVP 3
1 2 3 𝒙
15 26,52 2,99 8,62 12,71
30 48,59 39,88 28,09 38,85
45 64,69 70,52 56,53 63,92
60 70,75 87,06 83,29 80,37
90 76,73 103,27 98,08 92,69
120 81,64 111,43 113,21 102,09
180 83,85 119,35 121,44 108,21
240 86,57 119,49 127,90 111,32
300 92,33 125,05 134,13 117,17
360 92,97 125,64 133,01 117,21
%
DE 77,83 103,76 106,23 95,94
SD 15,73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 13. Data hasil uji iritabilitas sediaan
a. Data skor penilaian iritasi dermal akut
Jam
ke- Kelinci
Skor Eritema
Etil
asetat Kassa+hypafix Basis 1 Basis 2 Basis 3
1
1 2 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
24
1 2 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
48
1 2 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
72
1 2 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
Jam
ke- Kelinci
Skor Udem
Etil
asetat Kassa+hypafix Basis 1 Basis 2 Basis 3
1
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
24
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
48
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
72
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
b. Data uji iritasi dermal akut Basis 1
Kelinci 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Ideks Iritasi primer 0,0
Kesimpulan Tidak mengiritasi (Negatif)
c. Data uji iritasi dermal akut Basis 2
Kelinci 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Ideks Iritasi primer 0,0
Kesimpulan Tidak mengiritasi (Negatif)
d. Data uji iritasi dermal akut Basis 3
Kelinci 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Ideks Iritasi primer 0,0
Kesimpulan Tidak mengiritasi (Negatif)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 14. Data hasil uji stabilitas sediaan
PVP 1 Suhu 37OC
a. Uji organoleptis
b. Uji keseragaman bobot
Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0167 0,0098 0,0082 0,0090
2 0,0164 0,0141 0,0111 0,0062
3 0,0155 0,0180 0,0072 0,0106
4 0,0164 0,0135 0,0115 0,0106
5 0,0119 0,0084 0,0096 0,0099
6 0,0170 0,0133 0,0091 0,0106
7 0,0134 0,0135 0,0120 0,0091
8 0,0121 0,0159 0,0065 0,0098
9 0,0125 0,0151 0,0121 0,0076
10 0,0141 0,0159 0,0061 0,0110
𝒙 0,0146 0,0138 0,0093 0,0094
SD 0,0020 0,0029 0,0023 0,0015
CV 13,906% 20,827% 24,473% 16,183%
c. Uji ketebalan
Minggu 1 (mm) Minggu 2 (mm) Minggu 3 (mm) Minggu 4 (mm)
1 0,15 0,10 0,15 0,15
2 0,20 0,20 0,20 0,10
3 0,20 0,20 0,20 0,15
4 0,15 0,15 0,15 0,15
5 0,20 0,20 0,15 0,20
𝒙 0,18 0,17 0,17 0,15
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH larutan 7,10 7,20 6,90 7,10
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
Keterangan
lain Kering Kering Kering Kering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
e. Uji ketahanan pelipatan (folding endurance)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Jumlah pelipatan 83 78 30 27
f. Uji persentase moisture content
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 1,1834% 2,9703% 5,7471% 4,2553%
2 3,5294% 2,7586% 3,4783% 6,0606%
3 3,7267% 1,0989% 4,0000% 5,3571%
4 1,7964% 3,5714% 1,7094% 3,6364%
5 1,6529% 3,4483% 4,0000% 2,9412%
𝒙 2,38% 2,77% 3,79% 4,45%
SD 0,012 0,010 0,014 0,013
g. Uji persentase moisture absorption
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 2,3669% 3,9604% 3,4483% 2,1277%
2 2,9412% 4,8276% 3,4783% 1,5152%
3 4,3478% 1,6484% 1,3333% 1,7857%
4 2,3952% 0,7143% 2,5641% 1,8182%
5 0,8264% 9,1954% 3,0000% 1,9608%
𝒙 2,58% 4,07% 2,76% 1,84%
SD 0,013 0,033 0,009 0,002
h. Uji keseragaman kandungan obat
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec.
1 502,85 69,11 872,90 119,97 1042,82 143,32 541,21 74,38
2 833,29 114,52 840,72 115,55 937,25 128,81 754,08 103,64
3 1513,12 207,96 954,58 131,19 875,37 120,31 298,64 41,04
4 424,88 58,39 1077,48 148,08 541,21 74,38 684,78 94,11
5 705,82 97,00 912,50 125,41 766,46 105,34 728,09 100,07
�̅� 795,99 109,40 931,63 128,04 832,62 114,43 601,36 82,65
SD 432,28 59,41 92,03 12,65 191,22 26,28 188,15 25,86
%
CV 54,3069 9,8784 22,9656 31,2874
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PVP 2 Suhu 37OC
a. Uji organoleptis
b. Uji keseragaman bobot
Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0206 0,0133 0,0167 0,0198
2 0,0243 0,0122 0,0087 0,0196
3 0,0166 0,0201 0,0119 0,0123
4 0,0228 0,0161 0,0102 0,0129
5 0,0167 0,0182 0,0151 0,0092
6 0,0161 0,0195 0,0131 0,0105
7 0,0109 0,0164 0,0128 0,0097
8 0,0262 0,0190 0,0115 0,0106
9 0,0270 0,0106 0,0145 0,0102
10 0,0143 0,0196 0,0089 0,0112
𝒙 0,0196 0,0165 0,0123 0,0126
SD 0,0054 0,0034 0,0026 0,0039
CV 27,759% 20,644% 21,380% 30,978%
c. Uji ketebalan
Minggu 1 (mm) Minggu 2 (mm) Minggu 3 (mm) Minggu 4 (mm)
1 0,20 0,25 0,25 0,20
2 0,25 0,20 0,30 0,20
3 0,20 0,25 0,25 0,20
4 0,20 0,20 0,30 0,25
5 0,20 0,20 0,30 0,25
𝒙 0,21 0,22 0,28 0,22
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH larutan 6,80 7,20 7,00 7,10
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Kejernihan Jernih Jernih Berbintik Berbintik
Kehalusan Bergerigi Bergerigi Bergerigi Bergerigi
Keterangan
lain Kering Kering Kering Kering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
e. Uji ketahanan pelipatan (folding endurance)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Jumlah pelipatan 114 78 35 34
f. Uji persentase moisture content
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 7,2072% 5,0000% 3,4682% 4,8077%
2 3,1873% 4,6875% 4,3956% 2,9703%
3 5,1429% 2,4272% 4,0323% 3,9063%
4 2,5641% 1,8293% 5,5556% 3,7313%
5 2,3392% 1,6216% 3,8217% 8,9109%
𝒙 4,09% 3,11% 4,25% 4,87%
SD 0,021 0,016 0,008 0,024
g. Uji persentase moisture absorption
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 2,7027% 7,1429% 4,0462% 0,9615%
2 2,7888% 10,9375% 2,1978% 0,9901%
3 3,4286% 1,9417% 3,2258% 2,3438%
4 3,4188% 6,7073% 2,7778% 2,2388%
5 4,6784% 6,4865% 3,1847% 2,9703%
𝒙 3,40% 6,64% 3,09% 1,90%
SD 0,008 0,032 0,007 0,009
h. Uji keseragaman kandungan obat
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec.
1 1777,97 239,50 1235,89 166,48 849,75 114,46 919,93 123,92
2 609,28 82,07 1122,03 151,14 872,90 117,58 812,25 109,41
3 1743,32 234,83 1307,67 176,15 906,68 122,13 863,00 116,25
4 786,26 105,91 849,38 114,41 964,48 129,92 945,92 127,42
5 1755,69 236,50 1466,09 197,48 889,36 119,80 880,32 118,58
�̅� 1334,50 179,76 1196,21 161,13 896,63 120,78 884,28 119,11
SD 584,74 78,77 230,56 31,06 43,35 5,84 51,78 6,98
%
CV 43,8174 19,2739 4,8352 5,8560
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PVP 3 Suhu 37OC
a. Uji organoleptis
b. Uji keseragaman bobot
Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0110 0,0163 0,0097 0,0199
2 0,0100 0,0139 0,0122 0,0134
3 0,0222 0,0115 0,0185 0,0092
4 0,0117 0,0198 0,0122 0,0075
5 0,0123 0,0133 0,0182 0,0126
6 0,0208 0,0201 0,0101 0,0084
7 0,0174 0,0198 0,0212 0,0098
8 0,0280 0,0188 0,0203 0,0079
9 0,0266 0,0220 0,0189 0,0111
10 0,0151 0,0132 0,0159 0,0095
𝒙 0,0175 0,0169 0,0157 0,0109
SD 0,0066 0,0037 0,0043 0,0037
CV 37,642% 21,810% 27,454% 33,829%
c. Uji ketebalan
Minggu 1 (mm) Minggu 2 (mm) Minggu 3 (mm) Minggu 4 (mm)
1 0,20 0,25 0,35 0,25
2 0,20 0,25 0,35 0,30
3 0,25 0,20 0,30 0,30
4 0,25 0,25 0,25 0,25
5 0,20 0,25 0,30 0,25
𝒙 0,22 0,24 0,31 0,27
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH larutan 6,70 7,40 7,00 7,10
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Kejernihan Berbintik Berbintik Berbintik Berbintik
Kehalusan Kasar Kasar Kasar Kasar
Keterangan
lain
Agak
lengket Kering Kering Kering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
e. Uji ketahanan pelipatan (folding endurance)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Jumlah pelipatan 90 31 24 26
f. Uji persentase moisture content
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 4,3478% 2,3952% 3,9604% 5,6872%
2 6,5421% 1,4184% 3,9370% 5,6338%
3 3,8961% 3,3613% 2,1164% 2,1277%
4 2,5000% 2,4631% 4,6875% 1,3158%
5 0,8065% 2,9197% 5,2083% 1,5625%
𝒙 3,62% 2,51% 3,98% 3,27%
SD 0,021 0,007 0,012 0,022
g. Uji persentase moisture absorption
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 1,7391% 0,5988% 1,9802% 1,8957%
2 2,8037% 3,5461% 3,1496% 0,7042%
3 3,8961% 11,7647% 2,1164% 2,1277%
4 5,8333% 5,4187% 2,3438% 1,3158%
5 1,6129% 0,7299% 0,5208% 2,3438%
𝒙 3,18% 4,41% 2,02% 1,68%
SD 0,017 0,046 0,010 0,007
h. Uji keseragaman kandungan obat
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec.
1 664,98 89,57 1354,70 182,48 1240,84 167,14 672,40 90,57
2 673,64 90,74 914,11 123,13 1020,54 137,47 807,30 108,75
3 624,13 84,07 1206,19 162,48 744,18 100,24 627,85 84,57
4 1047,77 141,14 1347,28 181,48 1082,43 145,80 419,93 56,56
5 532,55 71,74 782,55 105,41 1250,74 168,48 465,72 62,73
�̅� 708.61 95,45 1120,97 151,00 1067,75 143,83 598,64 80,64
SD 197.67 26,63 260,01 35,02 206,51 27,82 157,67 21,24
%
CV 27,8951 23,1955 19,3408 26,3383
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PVP 1 Suhu 45OC
a. Uji organoleptis
b. Uji keseragaman bobot
Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0092 0,0141 0,0103 0,0076
2 0,0051 0,0153 0,0158 0,0057
3 0,0101 0,0113 0,0130 0,0086
4 0,0089 0,0146 0,0112 0,0047
5 0,0055 0,0128 0,0082 0,0066
6 0,0135 0,0168 0,0110 0,0056
7 0,0121 0,0097 0,0098 0,0065
8 0,0081 0,0068 0,0098 0,0064
9 0,0140 0,0116 0,0139 0,0093
10 0,0136 0,0080 0,0121 0,0079
𝒙 0,0100 0,0121 0,0115 0,0069
SD 0,0033 0,0032 0,0022 0,0014
CV 32,516% 26,797% 19,494% 20,870%
c. Uji ketebalan
Minggu 1
(mm)
Minggu 2
(mm)
Minggu 3
(mm)
Minggu 4
(mm)
1 0,10 0,15 0,15 0,15
2 0,10 0,10 0,15 0,15
3 0,20 0,10 0,15 0,15
4 0,15 0,15 0,20 0,15
5 0,15 0,15 0,10 0,15
𝒙 0,14 0,13 0,15 0,15
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH larutan 7,00 7,30 7,30 6,80
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
Keterangan
lain Kering Kering
Kering
rapuh
Kering
rapuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
e. Uji ketahanan pelipatan (folding endurance)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Jumlah pelipatan 21 24 45 26
f. Uji persentase moisture content
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 2,2222% 2,0833% 2,8302% 1,2987%
2 4,0816% 4,9689% 1,2500% 5,0000%
3 1,9417% 5,8333% 5,7971% 5,4945%
4 10,1010% 3,3113% 8,1967% 4,0816%
5 1,7857% 4,4776% 6,8182% 7,0423%
𝒙 4,03% 4,13% 4,98% 4,58%
SD 0,035 0,015 0,029 0,021
g. Uji persentase moisture absorption
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 5,5556% 0,6944% 3,7736% 3,8961%
2 2,0408% 1,2422% 5,0000% 3,3333%
3 3,8835% 4,1667% 2,1739% 1,0989%
4 2,0202% 3,3113% 2,4590% 4,0816%
5 5,3571% 5,2239% 2,2727% 2,8169%
𝒙 3,77% 2,93% 3,14% 3,05%
SD 0,017 0,019 0,012 0,012
h. Uji keseragaman kandungan obat
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec.
1 639,36 87,87 632,80 86,97 859,28 118,10 181,06 24,88
2 619,55 85,15 772,65 106,19 1032,92 141,96 125,37 17,23
3 682,30 93,77 932,30 128,13 983,42 135,16 340,72 46,83
4 944,68 129,83 1230,94 169,18 820,92 112,82 374,13 51,42
5 500,74 68,82 613,00 84,25 762,75 104,83 204,58 28,12
�̅� 677,33 93,09 836,34 114,94 891,86 122,57 245,17 33,70
SD 163,91 22,53 255,09 35,06 112,97 15,53 107,09 14,72
%
CV 24,1992 30,5011 12,6664 43,6778
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
PVP 2 Suhu 45OC
a. Uji organoleptis
b. Uji keseragaman bobot
Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0109 0,0113 0,0208 0,0172
2 0,0104 0,0101 0,0175 0,0115
3 0,0199 0,0100 0,0120 0,0112
4 0,0150 0,0161 0,0182 0,0156
5 0,0099 0,0194 0,0089 0,0149
6 0,0084 0,0058 0,0116 0,0130
7 0,0105 0,0050 0,0173 0,0115
8 0,0123 0,0060 0,0073 0,0107
9 0,0058 0,0086 0,0154 0,0128
10 0,0121 0,0152 0,0185 0,0178
𝒙 0,0115 0,0108 0,0148 0,0136
SD 0,0038 0,0048 0,0045 0,0026
CV 33,122% 44,858% 30,677% 19,001%
c. Uji ketebalan
Minggu 1 (mm) Minggu 2 (mm) Minggu 3 (mm) Minggu 4 (mm)
1 0,15 0,25 0,20 0,20
2 0,20 0,25 0,15 0,25
3 0,20 0,25 0,10 0,25
4 0,20 0,25 0,25 0,30
5 0,15 0,25 0,15 0,25
𝒙 0,18 0,25 0,17 0,25
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH larutan 7,10 7,10 7,30 7,00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Kejernihan Berbintik Berbintik Berbintik Berbintik
Kehalusan Kasar Kasar Kasar Kasar
Keterangan
lain Kering Kering
Kering
rapuh
Kering
rapuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
e. Uji ketahanan pelipatan (folding endurance)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Jumlah pelipatan 59 36 78 47
f. Uji persentase moisture content
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 1,8692% 7,3770% 5,8824% 4,8780%
2 0,9524% 8,1818% 6,9149% 5,5046%
3 7,0093% 7,4074% 4,0000% 7,6923%
4 5,0633% 6,9364% 5,2083% 3,3113%
5 5,7143% 7,1770% 5,3191% 2,7586%
𝒙 4,12% 7,42% 5,46% 4,83%
SD 0,026 0,005 0,011 0,020
g. Uji persentase moisture absorption
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 4,6729% 3,2787% 1,3575% 3,0488%
2 1,9048% 3,6364% 3,7234% 2,7523%
3 2,8037% 4,6296% 11,2000% 1,9231%
4 5,0633% 0,5780% 1,5625% 3,9735%
5 4,7619% 3,8278% 6,3830% 7,5862%
𝒙 3,84% 3,19% 4,85% 3,86%
SD 0,014 0,015 0,041 0,022
h. Uji keseragaman kandungan obat
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec.
1 641,46 86,41 431,06 58,07 506,56 68,23 573,39 77,24
2 818,44 110,25 235,52 31,72 1102,23 148,47 515,22 69,40
3 579,58 78,07 671,16 90,41 1416,58 190,82 1070,05 144,14
4 937,25 126,25 657,55 88,57 934,78 125,92 1253,22 168,81
5 716,96 96,58 401,36 54,06 651,36 87,74 1409,16 189,82
�̅� 738,74 99,51 479,33 64,57 922,30 124,24 964,21 129,88
SD 142,33 19,17 184,67 24,88 361,63 48,71 402,19 54,18
%
CV 19,2664 38,5269 39,2091 41,7122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PVP 3 Suhu 45OC
a. Uji organoleptis
b. Uji keseragaman bobot
Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0247 0,0084 0,0085 0,0192
2 0,0116 0,0099 0,0051 0,0246
3 0,0094 0,0149 0,0078 0,0269
4 0,0109 0,0177 0,0065 0,0236
5 0,0126 0,0052 0,0065 0,0169
6 0,0169 0,0049 0,0090 0,0190
7 0,0099 0,0155 0,0049 0,0165
8 0,0165 0,0153 0,0028 0,0115
9 0,0238 0,0114 0,0028 0,0125
10 0,0196 0,0197 0,0020 0,0202
𝒙 0,0156 0,0123 0,0056 0,0191
SD 0,0056 0,0051 0,0025 0,0050
CV 36,195% 41,743% 44,547% 26,220%
c. Uji ketebalan
Minggu 1 (mm) Minggu 2 (mm) Minggu 3 (mm) Minggu 4 (mm)
1 0,25 0,30 0,20 0,30
2 0,25 0,25 0,15 0,35
3 0,20 0,25 0,15 0,35
4 0,25 0,30 0,20 0,30
5 0,20 0,30 0,20 0,30
𝒙 0,23 0,28 0,18 0,32
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH larutan 7,40 7,00 7,30 7,00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Putih
transparan
Kejernihan Jernih Jernih Berbintik Berbintik
Kehalusan Kasar Kasar Kasar Kasar
Keterangan
lain Kering Kering
Kering
rapuh
Kering
rapuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
e. Uji ketahanan pelipatan (folding endurance)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Jumlah pelipatan 56 32 28 29
f. Uji persentase moisture content
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 1,2000% 6,6667% 2,2989% 7,2626%
2 5,6911% 11,6071% 5,5556% 7,4236%
3 4,0816% 0,6667% 3,7037% 0,9573%
4 3,5398% 2,7473% 2,9851% 2,0747%
5 3,0769% 3,7037% 7,1429% 2,3121%
𝒙 3,52% 5,08% 4,34% 4,01%
SD 0,016 0,042 0,020 0,031
g. Uji persentase moisture absorption
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 1,2000% 1,1111% 2,2989% 2,2346%
2 1,6260% 2,6786% 1,8519% 3,9301%
3 2,0408% 4,6667% 4,9383% 1,2518%
4 4,4248% 4,3956% 5,9701% 2,4896%
5 3,0769% 1,8519% 5,7143% 1,1561%
𝒙 2,47% 2,94% 4,15% 2,21%
SD 0,013 0,016 0,019 0,011
h. Uji keseragaman kandungan obat
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec. Q(µg) %Rec.
1 752,85 101,41 1315,10 177,15 194,68 26,22 1129,46 152,14
2 1223,51 164,81 901,36 121,42 278,84 37,56 783,79 105,58
3 1822,52 245,50 1032,92 139,14 260,27 35,06 778,84 104,91
4 1367,08 184,15 427,35 57,57 501,61 67,57 704,58 94,91
5 1582,43 213,16 1070,05 144,14 693,44 93,41 1381,93 186,15
�̅� 1349,68 181,80 949,36 127,88 385,77 51,96 955,72 128,74
SD 403,17 54,31 327,91 44,17 207,23 27,91 289,72 39,03
%
CV 29,8715 34,5407 53,7194 30,3148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 15. Data hasil uji aktivitas sediaan
Data hasil persen wound closure pada tikus normal H
ari
ke-
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
Kontrol Basis
2 PVP2 Kontrol
Basis
2 PVP2 Kontrol
Basis
2 PVP2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2,72 3,71 2,36 22,10 9,96 8,06 9,06 7,99 9,06
2 3,18 10,89 9,07 38,00 14,34 13,22 9,35 13,42 12,49
3 14,98 38,07 19,91 46,51 16,48 15,61 11,28 17,27 20,59
4 22,55 38,33 24,98 49,52 25,82 23,62 15,52 17,95 26,87
5 37,20 39,24 31,17 59,72 34,63 63,44 17,20 20,32 36,22
6 49,02 49,12 38,83 60,60 40,54 69,23 17,63 27,51 69,85
7 69,87 76,59 57,12 69,24 47,01 72,26 43,63 60,23 76,15
8 70,22 89,25 80,58 71,68 50,60 84,88 51,27 76,58 88,12
9 76,62 92,99 82,39 75,01 53,19 88,48 71,80 79,94 93,03
10 79,51 94,73 82,70 76,41 59,24 89,35 73,40 83,78 95,74
11 81,11 95,00 88,63 80,32 66,07 91,44 80,31 88,55 100,0
12 88,62 96,07 94,20 87,08 76,57 94,54 90,55 95,08
13 93,06 100,0 96,43 90,30 87,26 96,71 92,59 96,27
14 95,86 100,0 92,56 96,15 100,0 94,16 100,0
15 100,0 97,29 100,0 100,0
16 99,14
17 100,0
*Data dicantumkan dalam satuan persen (%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Data hasil persen wound closure pada tikus diabetes H
ari
ke-
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
Kontrol Basis
2 PVP2 Kontrol
Basis
2 PVP2 Kontrol
Basis
2 PVP2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1,72 4,73 6,38 1,78 3,53 6,77 9,30 22,30 52,50
2 3,06 5,11 8,95 4,40 6,60 8,21 12,95 29,00 65,64
3 8,41 14,72 18,17 6,25 10,51 9,87 15,14 30,08 66,48
4 15,60 19,45 33,05 8,19 13,77 16,79 17,76 34,49 69,39
5 19,81 24,53 41,09 11,23 14,12 17,32 23,58 36,33 70,67
6 25,78 29,44 47,32 16,89 32,31 18,69 24,50 52,52 74,31
7 32,15 45,64 58,51 35,53 63,33 46,90 32,23 53,98 75,36
8 41,90 54,66 66,52 55,34 72,82 59,31 44,29 60,83 79,39
9 50,36 63,78 79,42 58,46 74,19 75,45 50,30 69,56 81,24
10 67,48 79,42 83,38 66,73 80,17 84,80 67,08 73,78 84,46
11 72,06 82,54 90,25 70,49 88,35 90,41 72,79 77,92 86,60
12 76,54 90,61 93,21 74,36 91,42 94,91 74,07 84,55 88,27
13 87,89 93,45 96,43 80,76 94,40 96,40 82,28 91,71 97,80
14 90,78 97,07 100,0 81,18 98,87 100,0 92,14 100,0 100,0
15 94,36 100,0 95,65 100,0 100,0
16 100,0 100,0
*Data dicantumkan dalam satuan persen (%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 16. Data hasil uji statistik hydrocolloid matrix ibuprofen
1. Hasil uji statistik keseragaman bobot basis
a. Data
b. Uji normalitas data pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji Kruskal-Walis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
e. Uji post-hoc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
2. Hasil uji statistik keseragaman bobot formula ibuprofen
a. Data
b. Uji normalitas data pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji Kruskal-Walis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
e. Uji post-hoc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
3. Hasil uji statistik moisture content basis
a. Data
b. Uji normalitas data pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji ANOVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4. Hasil uji statistik moisture content formula ibuprofen
a. Data
b. Uji normalitas data pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji Kruskal-Walis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
5. Hasil uji statistik moisture absorption basis
a. Data
b. Uji normalitas data pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji ANOVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
6. Hasil uji statistik moisture absorption formula ibuprofen
a. Data
b. Uji normalitas data pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji ANOVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
7. Hasil uji statistik kandungan obat
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji Kruskal-Walis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
8. Hasil uji statistik pelepasan obat
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji ANOVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
9. Hasil uji statistik aktivitas formula PVP 2
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji T dua sampel independen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
10. Hasil uji statistik aktivitas Kontrol
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji t dua sampel independen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
11. Hasil uji statistik aktivitas Basis
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji t dua sampel independen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
12. Hasil uji statistik aktivitas antara kontrol dan formula PVP 2 diabetes
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji t dua sampel independen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
13. Hasil uji statistik aktivitas antara kontrol dan formula PVP 2 normal
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji homogenitas data
d. Uji t dua sampel independen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
14. Hasil uji statistik stabilitas keseragaman bobot PVP 1 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
15. Hasil uji statistik stabilitas keseragaman bobot PVP 2 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji wilcoxon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
16. Hasil uji statistik stabilitas keseragaman bobot PVP 3 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
17. Hasil uji statistik stabilitas moisture content PVP 1 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
18. Hasil uji statistik stabilitas moisture content PVP 2 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
19. Hasil uji statistik stabilitas moisture content PVP 3 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
20. Hasil uji statistik stabilitas moisture absorption PVP 1 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
21. Hasil uji statistik stabilitas moisture absorption PVP 2 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua data berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
22. Hasil uji statistik stabilitas moisture absorption PVP 3 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua data berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
23. Hasil uji statistik stabilitas kandungan obat PVP 1 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
24. Hasil uji statistik stabilitas kandungan obat PVP 2 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
25. Hasil uji statistik stabilitas kandungan obat PVP 3 suhu 37oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
26. Hasil uji statistik stabilitas keseragaman bobot PVP 1 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
27. Hasil uji statistik stabilitas keseragaman bobot PVP 2 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
28. Hasil uji statistik stabilitas keseragaman bobot PVP 3 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
29. Hasil uji statistik stabilitas moisture content PVP 1 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
30. Hasil uji statistik stabilitas moisture content PVP 2 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
31. Hasil uji statistik stabilitas moisture content PVP 3 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
32. Hasil uji statistik stabilitas moisture absorption PVP 1 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
33. Hasil uji statistik stabilitas moisture absorption PVP 2 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
34. Hasil uji statistik stabilitas moisture absorption PVP 3 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
35. Hasil uji statistik stabilitas kandungan obat PVP 1 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua data berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
36. Hasil uji statistik stabilitas kandungan obat PVP 2 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua data berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
37. Hasil uji statistik stabilitas kandungan obat PVP 3 suhu 45oC
a. Data
b. Uji normalitas pearson chi-square
c. Uji t dua data berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 17. Data hasil uji histopatologi sediaan
Struktur lengkap kulit tikus normal
a. Kontrol
b. Basis 2
c. PVP 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Struktur lengkap kulit tikus diabetes
a. Kontrol
b. Basis 2
c. PVP 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 18. Dokumentasi penelitian
Gambar bentuk sediaan matriks besar
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Keterangan:a = Basis 1; b = Basis 2; c = Basis 3; d = PVP1; e = PVP2; f = PVP3
Uji pH larutan sediaan
Uji Iritabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Optimasi Konsentrasi
Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) sebagai Polimer
Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing
dengan Bahan Aktif Ibuprofen” bernama lengkap
Michael Ryanda Estianto Hadi. Dilahirkan di
Surakarta, 9 September 1995 dari pasangan
Bonifatius Aris Wahono dan Lidwina Resmi
Widayati, dan merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Menyelesaikan pendidikan TK pada
tahun 2001di TK Tarakanita 2 Jakarta Selatan,
melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Tarakanita 2 pada tahun 2001 hingga
2007, pendidikan sekolah menengah dasar di SMP Tarakanita 1 pada tahun 2007
hingga 2010, dan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Kolese Gonzaga pada
tahun 2010 hingga 2013. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga 2017. Penulis cukup
aktif dalam kegiatan kepanitiaan kampus, pernah menjabat sebagai Ketua Umum
PPRtoS 2016 dan mengikuti beberapa seminar maupun kepanitiaan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI