Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK) DAN ANGKA LEMPENG
TOTAL (ALT) PADA JAMU GENDONG TEMULAWAK DI
PASAR TRADISIONAL KLATEN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Farmasi
Program Studi Farmasi
Disusun oleh :
Maria Dora Cahya Saphhira
NIM : 128114059
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK) DAN ANGKA LEMPENG
TOTAL (ALT) PADA JAMU GENDONG TEMULAWAK DI
PASAR TRADISIONAL KLATEN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Farmasi
Program Studi Farmasi
Disusun oleh :
Maria Dora Cahya Saphhira
NIM : 128114059
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Matius 7 : 7-8 Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah,
maka kamu akan mendapatkan; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu.
Kupersembahkan karyaku ini teruntuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Santa Pelindungku Maria
Ayah, Ibuku tercinta atas doa, cinta, kasih dan semangatnya
Eyangku tercinta yang sangat menginspirasi hidupku
Kedua adikku tersayang Edo dan Mimi
Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dan semangat
Dika yang selalu memberikan semangat dan saran yang membangun
Dan semua orang yang telah di hadirkan Tuhan dalam hidupku
Terimakasih atas segala doa, bimbingan, semangat, dukungan,
kepercayaan, serta waktu yang kalian berikan selama ini kepadaku
untuk menyelesaikan karya ini.
Tuhan Yang Maha Memungkinkan,
Jadikanlah aku salah satu jiwa
Yang Kau cintai dan Kau sukseskan semuda mungkin
Yang menjadi pembahagia kehidupan
Ibu dan Ayahku
Amin
-MT-
Dengan penuh rasa syukur dan terimakasih
Maria Dora Cahya Sapphira
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas curahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Angka Kapang/Khamir (AKK)
dan Angka Lempeng Total (ALT) dalam Jamu Gendong Temulawak di
Pasar Tradisional Klaten” dengan baik. Penulisan skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini bukanlah
hal yang mudah sehingga banyak kendala yang dihadapi. Dengan segala
berkat, tuntunan, nasihat, dan saran yang membangun dari berbagai pihak
maka skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
2. Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
meberikan bimbingan, arahan serta memberikan saran kepada penulis
dalam menyeleaikan skripsi ini
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji atas kritik dan saran
yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik
4. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku dosen penguji atas kritik
dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik
5. Keluargaku tercinta atas curahan doa, semangat, dukungan dalam
penulisan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku angkatan 2012, khususnya : Anna, Naya, Meylisa,
Cindy, Dita, Angga, Ella, Aris atas semangat, doa, dukungan dan
kebersamaannya dalam suka dan duka selama ini.
7. Seluruh staf dan karyawan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Istimewa Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Sekretariat Fakultas Farmasi yang telah membantu segala keperluan dalam
menyeleaikan skripsi ini
9. Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini maih jauh dari
sempurna. Penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan penulisan dikemudian hari. Akhir kata semoga
Tugas Akhir ini memberi dan menambah informasi yang bermanfaat bagi
kita semua terutama kepada para pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
INTISARI
Jamu temulawak merupakan jamu yang biasa digunakan oleh
masyarakat untuk melancarkan haid, melancarkan produksi Air Susu Ibu
(ASI), menambah nafsu makan, dan mengatasi pegal linu. Adanya Angka
Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT) yang melebihi
batas yang ditentukan oleh BPOM RI 2014 akan membahayakan
kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai AKK dan ALT
dalam jamu gendong temulawak yang diproduksi oleh pedagang jamu
gendong di pasar tradisional Klaten.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan
rancangan deskripstif komparatif. Penelitian yang dilakukan meliputi
penentuan dan pemilihan tempat pengambilan sampel, pengambilan
sampel jamu temulawak, pengujian AKK, pengujian ALT serta analisis
hasil.
Hasil pengujian yang dilakukan pada sampel jamu temulawak dari
pedagang jamu gendong di pasar tradisional Klaten diperoleh nilai AKK
<10 koloni/mL. Dan nilai ALT yang didapatkan adalah <10 koloni/mL
sampai dengan 4,3 x 102 koloni/mL.
Kata kunci : jamu temulawak, AKK, ALT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Jamu temulawak is an herb commonly used by peopleto expedite
the launch period, the production of breast milk, increase appetite, and to
overcome stiff. The existence of the Number of Mold/ Yeast, Total Plate
Count exceeding the limit specified by BPOM RI 2014 would endanger
the health of the people who consume them.
The purpose of the research were to determine the Number of
Mold/ Yeast and Total Plate Count in jamu temulawak thatproducedby
traders in traditional markets in Klaten.
This research was non-experimental research with the framework
of descriptive comparative. Research was conducted on the determination
and selection of the sampling, sampling of jamu temulawak, testing of the
Number of Mold/ Yeast, testing of Total Plate Count and analyisis of
result.
Result of test perfomed on jamu temulawak that produced by
traders in traditional market in Klaten Number of Mold/ Yeast values as
<10 colony/mL and Total Plate Count values as <10 colony/mL up to 4.3 x
102 colony/mL.
Keyword : jamu temulawak, Number of Mold/ Yeast, Total Plate Count
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................. ......... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. .. ................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................... iv
LEMBAR PUBLIKASI ................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... vii
INTISARI ....................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................... . xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
1. Permasalahan ........................................................................ 5
2. Manfaat penelitian ................................................................ 5
3. Keaslian penelitian ................................................................ 6
B. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 8
A. Jamu ................................................................................................... 8
B. Cara pembuatan obat tradisional yang baik ................................ 10
C. Jamu gendong ............................................................................. 12
D. Jamu temulawak .......................................................................... 16
E. Angka Kapang/Khamir ............................................................... 17
F. Angka Lempeng Total................................................................. 22
G. Media .......................................................................................... 25
H. Landasan teori ............................................................................ 27
I. Hipotesis ..................................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 30
A. Jenis dan rancangan penelitian ................................................... 30
B. Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 30
a. Variabel Utama .................................................................... 30
b. Variabel Pengacau ................................................................ 30
c. Definisi Operasional ............................................................. 31
C. Bahan penelitian ......................................................................... 32
D. Alat penelitian ............................................................................ 32
E. Tata cara penelitian ..................................................................... 33
1. Pemilihan Sampel................................................................... 33
2. Penanganan Wadah/ Kemasan Penyiapan Sampel .............. 33
3. Tahap Pra-Pengkayaan ......................................................... 33
4. Uji Angka Kapang Khamir ................................................... 34
5. Uji Angka Lempeng Total .................................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
F. Analisis hasil .............................................................................. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 43
1. Penentuan tempat dan pemilihan sampel ................................... 43
2. Pengambilan sampel jamu temulawak ....................................... 44
3. Sterilisasi media, alat dan ruangan ............................................. 45
4. Homogenisasi dan pengenceran sampel ..................................... 48
5. Uji angka kapang/khamir ........................................................... 50
6. Uji angka lempeng total ............................................................. 56
BAB V PENUTUP ............................................................................ 60
1. Kesimpulan ................................................................................ 60
2. Saran ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 61
LAMPIRAN ..................................................................................... 64
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
TABEL I. Petunjuk perhitungan Total Plate Count (TPC)............................. 41
TABEL II. Angka Kapang Khamir (AKK) jamu temulawak ..................... 54
TABEL III. Angka Lempeng Total (ALT) jamu temulawak ....................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Surat Ijin Penelitian di LABKES ...................... 65
LAMPIRAN 2. Nilai AKK Pedagang 1 (sampel A) ....................... 66
LAMPIRAN 3. Nilai AKK Pedagang 2 (sampel B) ....................... 67
LAMPIRAN 4. Nilai AKK Pedagang 3 (sampel C) .................. 68
LAMPIRAN 5. Nilai ALT Pedagang 1 (sampel A) .................... 69
LAMPIRAN 6. Nilai ALT Pedagang 2 (sampel B) ........................ 71
LAMPIRAN 7. Nilai ALT Pedagang 3 (sampel C) ........................ 73
LAMPIRAN 8. Pengambilan sampel jamu temulawak .................. 75
LAMPIRAN 9. Uji AKK Pedagang 1 (sampel A) .......................... 76
LAMPIRAN 10. Uji AKK Pedagang 2 (sampel B) .......................... 77
LAMPIRAN 11. Uji AKK Pedagang 3 (sampel C) ........................... 78
LAMPIRAN 12. Uji ALT Pedagang 1 (sampel A) .......................... 79
LAMPIRAN 13. Uji ALT Pedagang 2 (sampel B) ............................ 80
LAMPIRAN 14. Uji ALT Pedagang 3 (sampel C) ............................ 81
LAMPIRAN 15. Kontrol Media dan Kontrol Negatif ...................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya
alam yang potensial, salah satunya adalah tanaman obat. Tanaman obat baik
berupa tanaman segar tunggal maupun campuran ataupun yang sudah diracik
sedemikian rupa dikenal sebagai obat tradisional atau jamu, dan dapat digunakan
untuk menyembuhkan suatu penyakit (Nugroho, 1995).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern
pada zaman sekarang tidak mengurangi penggunaan obat tradisional oleh
masyarakat di negara-negara berkembang terutama Indonesia (Latief, 2012). Obat
bahan alam yang lebih dikenal dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sari
atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sebagian besar produk
obat tradisional yang terdaftar di Badan POM RI adalah kelompok jamu, dimana
khasiat dan keamanannya hanya didasarkan pada penggunaan empiris secara
turun-temurun (Wasito, 2011).
Menurut PERMENKES RI No. 003/ MENKES/PER/I/2010, Jamu adalah
obat tradisional Indonesia. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan
peryaratan yang khusus untuk itu, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
empiris yang ada, dan memenuhi persyaratan mutu khusus untuk itu (Depkes RI,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2011). Dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No:
Hk.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan
Alam Indonesia antara lain dalam pasal 2 disebutkan bahwa jamu harus
memenuhi kriteria : aman sesuai persyaratan yang ditetapkan ; klaim khasiat
dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku. Obat tradisional buatan penjual jamu atau lebih dikenal dengan sebutan
jamu gendong termasuk dalam kategori jamu buatan sendiri ini banyak digemari
oleh masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa (Supardi dkk, 2011).
Usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong merupakan usaha yang tidak
wajib memiliki ijin edar, oleh karena itu jaminan keamanan dan mutu kualitas
jamu masih rendah. Salah satu parameter dari jaminan keamanan dan mutu dari
jamu yang diatur dalam BPOM RI adalah tidak boleh mengandung mikroba
patogen. Angka Kapang/ Khamir (AKK) tidak boleh lebih dari 103dan Angka
Lempeng Total (ALT) tidak boleh lebih dari 104. Mikroba patogen yang
dimaksud adalah semua mikroba yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit
apabila kemasukan mikroba tersebut. Obat tradisional untuk penggunaan secara
oral perlu diwaspadai adanya mikroba seperti : Salmonella, Shigella, Escherichia
coli, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa (BPOM RI, 2014).
Uji AKK adalah uji yang digunakan untuk menghitung jumlah kapang/
khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng yang sesuai dan
diinkubasikan pada suhu 20-25°𝐶. Tujuan uji AKK adalah sebagai jaminan bahwa
sediaan jamu tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang ditetapkan
karena akan berpengaruh pada stabilitas sediaan dan aflatoksin yang berbahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bagi kesehatan (Depkes RI, 2000). Aflatoksin merupakan salah satu jenis
mikotoksin yang sangat poten yang dihasilkan dari metabolit sekunder kapang
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Keberadaan toksin ini dipengaruhi
oleh faktor cuaca, terutama suhu dan kelembaban. Pada kondisi suhu dan
kelembaban yang sesuai Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus dapat
tumbuh kemudian akan menghasilkan aflatoksin (Depkes RI, 2000). Aflatoksin
ini dapat mencemari bahan makanan yang nantinya dapat terkonsumsi oleh
manusia. Penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi aflatoksin disebut
dengan aflatoksis. Apabila aflatoksis ini berkelanjutan maka muncul sindrom
penyakit yang ditandai dengan muntah, nyeri perut, edema paru, kejang, koma
dan kematian akibat edema otak serta perlemakan hati, ginjal dan jantung (Yenny,
2006). Uji ALT adalah uji yang digunakan untuk menghitung banyaknya bakteri
yang tumbuh dan berkembang pada sampel dan juga sebagai acuan untuk
menentukan kualitas keamanan dari jamu gendong (BPOM RI, 2012).
Di dalam berbagai jenis jamu ada salah satu jamu yang diminati oleh
berbagai kalangan masyarakat terutama masyarakat Pulau Jawa yaitu Jamu
Temulawak. Peranan temulawak diketahui pemanfaatannya sudah sejak dulu
hingga sekarang berdasarkan pengalaman turun temurun. Umumnya temulawak
terutama bagian rimpangnya dijadikan sebagai salah satu bahan ramuan untuk
membuat jamu tradisional. Jamu temulawak ini diyakini dapat mengatasi pegal
linu, rhematik, rasa lelah, diare, wasir, disentri, pembengkakan akibat infeksi,
cacar, jerawat, eksim, sakit kuning, sembelit, kurang nafsu makan, radang
lambung, kejang kejang, kencing darah, kurang darah dan ayan (Rostiana, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Secara umum manfaat temulawak ditinjau dari efek farmakologisnya
adalah sebagai anti-inflamasi (anti-peradangan) dimana melalui aktivitas anti-
inflamasinya temulawak efektif untuk mengobati penyakit radang sendi, rematik
atau artritis rematik. Melalui aktivitas hipokolesterolemiknya, temulawak dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan mempunyai indikasi meningkatkan kadar
lipoprotein densitas tinggi (HDL) kolesterol juga mampu untuk menghambat
edema (pembengkakan), meningkatkan produksi dan sekresi empedu serta sebagai
antimikroba (antibiotik) serta mempunyai sifat fungistatik atau anti-jamur
terhadap beberapa jamur golongan dermatophyta. Selain bersifat fungistatik,
temulawak juga bersifat bakteriostatik atau anti-bakteri pada mikroba jenis
staphyllococcus dan salmonella (Said, 2007).
Pemilihan Pasar Tradisional di Klaten dikarenakan pasar tersebut
merupakan pasar terbesar di Kota Klaten, di pasar tersebut juga terdapat pedagang
jamu tradisonal terbanyak dibanding pasar lainnya di Klaten dan juga karena di
pasar tersebut merupakan pusat penjualan bahan-bahan untuk pembuatan jamu
gendong seperti rimpang segar, simplisia kering, dan juga serbuk simplisia.
Pedagang jamu yang berada disana merupakan pedagang jamu yang telah
menetap untuk berjualan di Pasar Tradisional Klaten. Para pedagang jamu mulai
menjajakan jamu gendong tersebut mulai pukul 06.00 WIB hingga jamu tersebut
habis. Jamu yang dijual antara lain jamu temulawak, jamu uyup-uyup, jamu beras
kencur, jamu kunir asem, jamu paitan serta jamu sari rapet. Proses pembuatan
jamu temulawak masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan
membersihkan bahan baku dengan cara dicuci, dihaluskan dengan cara diparut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
lalu direbus. Waktu penyimpanan yang lama dan proses pembuatan yang sangat
sederhana ini memungkinkan adanya cemaran mikroba dalam sediaan jamu yang
dijual.
Adanya cemaran mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan penurunan
kualitas dan keamanan jamu temulawak. Usaha jamu gendong merupakan usaha
jamu tanpa adanya izin edar sehingga kualitas dan keamanan jamu gendong yaitu
jamu temulawak tersebut belum terjamin. Hal tersebutlah yang mendorong
peneliti untuk melakukan uji cemaran mikroorganisme meliputi uji angka
kapang/khamir dan angka lempeng total dalam jamu temulawak yang diproduksi
oleh para penjual jamu gendong sehingga dapat menjamin kualitas dan keamanan
dari jamu tersebut untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai AKK dan ALT dalam jamu
temulawak dari penjual jamu gendong temulawak di Pasar Tradisional Klaten.
Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih
memperhatikan keamanan dan kualitas produk jamu, khususnya dari cemaran
mikrobiologis yang meliputi AKK serta ALT.
1. Permasalahan
a. Berapa AKK jamu temulawak yang diproduksi oleh pedagang jamu
gendong di Pasar Tradisional Klaten?
b. Berapa ALT jamu temulawak yang diproduksi oleh pedagang jamu
gendong di Pasar Tradisional Klaten?
2. Manfaat Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan data
mengenai AKK dan ALT pada jamu temulawak yang diproduksi oleh
pedagang jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
informasi tentang keamanan dan kualitas jamu temulawak yang dijual
oleh pedagang jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten dilihat dari
AKK dan ALT sehingga kesehatan masyarakat lebih terjamin serta
memberikan informasi pada pedagang jamu untuk lebih
memperhatikan kebersihan dalam membuat jamu.
3. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka oleh penulis, belum ada publikasi mengenai
uji AKK dan ALT dalam sediaan jamu gendong temulawak yang
diproduksi oleh penjual jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keamanan dan kualitas
berdasarkan AKK serta ALT dalam sediaan jamu gendong temulawak
yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di Pasar Tradisional
Klaten.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:
a. Angka Kapang/Khamir jamu temulawak yang diproduksi oleh
penjual jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten.
b. Angka Lempeng Total jamu temulawak yang diproduksi oleh
penjual jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamu
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan sebagai pengobatan
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku pada masyarakat (Depkes
RI, 2012).Obat tradisional telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit yang diderita. Masyarakat
memiliki kecenderungan untuk kembali ke alam dengan memanfaatkan tanaman
obat, karena obat sintesis dirasakan terlalu mahal dan efek samping yang cukup
besar sehingga konsumsi obat tradisional di Indonesia cenderung semakin
meningkat dari tahun ke tahun (Wasito, 2011).
Obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga bisa dikembangkan dan dapat memberikan
manfaat yang besar bagi masyarakat. Obat tradisional yang terbukti secara ilmiah
berkhasiat dan memiliki mutu yang tinggi dan aman, perlu diupayakan untuk
digunakan dalam pelayanan kesehatan formal (Wasito, 2011).
Menurut peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
Indonesia, obat bahan alam di Indonesia yang lebih dikenal dengan obat
tradisional dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah ramuan dari bahan hewan, bahan mineral,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Wasito, 2011).
Menurut data riset kesehatan dasar tahun 2010 sekitar 59,12 % penduduk
Indonesia pernah mengkonsumsi jamu sebagai terapi alternatif dan sebagai upaya
untuk memelihara kesehatan. Dan 95% dari jumlah tersebut mengakui manfaat
ramuan tradisional untuk kesehatan. Jenis tanaman obat yang paling banyak
diolah menjadi ramuan antara lain jahe (50,36%), kencur (48%), temulawak
(39%), meniran (13%) serta pace (11%) (Kemenkes RI, 2010).
Konsumsi jamu sebagai upaya pengobatan telah dikenal luas dan
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tujuan mengobati penyakit ringan dan
mencegah datangnya penyakit serta untuk tujuan kecantikan (Supardi, Herman,
Yuniar, 2010). Jamu biasanya disajikan dalam bentuk seduhan, rajangan dan
cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut.
Jamu masih banyak dipakai dalam pembuatannya berasal dari bahan herbal dan
harganya cukup terjangkau. Jamu gendong yang terdapat di pasar-pasar
tradisional kurang mendapatkan perhatian mengenai proses pembuatan dan
penyimpanannya sehingga tidak ada jaminan mutu dan keamanan dari sediaan
jamu tersebut (Wasito, 2011).
Jamu termasuk cairan obat dalam sehingga jamu merupakan obat
tradisional yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris (Suharmiati, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Menurut persyaratan obat tradisional yang meliputi keseragaman volume,
angka kapang khamir, angka lempeng total, mikroba patogen, aflatoksin, bahan
tambahan cairan obat dalam seperti pengawet, pewarna, wadah dan penyimpanan.
Angka kapang khamir tidak boleh lebih dari 103 dan angka lempeng total tidak
boleh lebih dari 104. Mikroba patogen harus mempunyai nilai negatif. Cairan obat
dalam tidak boleh mengandung mikroba patogen karena mikroba ini sangat
berbahaya karena menyebabkan infeksi penyakit. Persyaratan obat tradisional
yang baik bertujuan untuk melindungi konsumen dan menjaga mutu serta kualitas
dari obat tradisional tersebut (BPOM, 2012).
A. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
Dalam membuat obat tradisional sebaiknya berpedoman pada Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) untuk memperoleh obat
tradisional yang berkualitas dan aman bagi konsumen. Petunjuk operasional
CPOTB mengatur tentang pembuatan segala macam obat tradisional, salah
satunya jamu. CPOTB menekankan aspek-aspek penting dalam pembuatan obat
tradisional yaitu faktor pembuatan jamu, bahan baku jamu, tempat pengolahan
serta proses pengemasan (BPOM, 2005).
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang
jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat
tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan
proses produksi dan penanganan bahan baku.
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh
aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Tujuan dari CPOTB
ini adalah untuk melindungi masyarakat terhadap hal-hal merugikan dari
penggunaan obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan mutu (BPOM,
2005).
CPOTB wajib diterapkan oleh industri obat tradisional yang memiliki ijin
edar. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007
tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa
obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu gendong tidak memerlukan izin edar.
Usaha jamu gendong dan jamu racikan memang tidak diwajibkan untuk
menerapkan CPOTB namun, CPOTB dapat menjadi acuan dalam proses
pembuatan produk jamu sehingga kualitas mutu tetap terjamin dan aman untuk
dikonsumsi. Usaha jamu gendong dan jamu racik tidak memerlukan ijin edar
karena lingkup distribusinya yang kecil sehingga pengawasannya dianggap mudah
(Depkes, 2012).
Menurut BPOM RI Nomor : HK.00.05.4.1380 ; Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut
pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses
produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang
menangani. Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan
yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian
penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk obat tradisional
Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar
dalam negeri maupun internasional.
B. Jamu Gendong
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional yang
dimaksud dengan jamu gendong adalah usaha peracikan, pencampuran,
pengolahan dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, tapel, atau
parem, tanpa penandaan dan atau merek dagang serta dijajakan untuk langsung
digunakan.
Menurut Suharmiati (2003), dinyatakan bahwa pada dasarnya jamu
gendong adalah obat tradisional yang didasarkan pada pengalaman secara turun
temurun, baik secara lisan maupun tertulis. Resep yang digunakan tidak secara
khusus dipelajari tetapi hanya berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang
diwariskan nenek moyang. Sebagian masyarakat menganggap jamu gendong
sebagai jamu sehat, sehingga pemanfaatannya tidak terbatas dalam arti tidak
mengenal usia, jenis kelamin dan kondisi kesehatan. Berdasarkan kenyataan
tersebut, sampai saat ini jamu gendong oleh masyarakat digunakan untuk menjaga
kesehatan, penyegar badan dan perawatan tubuh. Jamu gendong tidak
memerlukan izin produksi namun tetap harus memenuhi standar yang dibutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
yaitu jenis tanaman, kebersihan bahan baku, peralatan yang digunakan, pengemas
dan personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional.
Masyarakat Indonesia tentu tidak asing lagi dengan temulawak . Tanaman
obat ini merupakan salah satu tumbuhan asli Indonesia dengan khasiat pengobatan
cukup mujarab. Tanaman yang termasuk kedalam jenis temu-temuan ini sudah
sejak lama dijadikan sebagai bahan ramuan obat tradisional (Suharmiati, 2003).
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah jamu gendong mulai
dari memilih bahan baku, membersihkan, menakar, melumatkan, menyaring dan
memasukkan ke wadah setelah jamu gendong siap. Setiap tahapan proses tersebut
berisiko terhadap terjadinya pencemaran mikrobiologi. Dalam buku Suharmiati
(2003) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan, pengolahan dan
penggunaan yaitu:
1. Bahan baku yang digunakan adalah bahan yang masih segar (tidak
rusak, tidak busuk atau tidak berjamur) dan dicuci sebelum digunakan.
Dapat pula menggunakan bahan yang sudah dikeringkan dengan
memilih bahan yang tidak berjamur, tidak dimakan serangga dan
sebelum digunakan dicuci dahulu. Pembuat jamu gendong harus dapat
mengidentifikasi bahan baku agar tidak tertukar dengan bahan yang
mirip atau tercampur dengan bahan lain. Penanganan bahan baku
meliputi pemilihan bahan baku (sortasi), pencucian dan penyimpanan
jika diperlukan. Sortasi dilakukan untuk membuang bahan lain yang
tidak berguna seperti rumput, kotoran binatang dan bahan-bahan yang
telah membusuk yang dapat mempengaruhi mutu jamu gendong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Bahan baku sebelum digunakan harus dicuci dengan air dari sumber
yang bersih agar terbebas dari tanah dan kotoran.
2. Kualitas air yang digunakan untuk mencuci dan membuat jamu
gendong harus diperhatikan karena air merupakan bahan baku utama
selain tanaman berkhasiat. Air yang digunakan untuk membuat ramuan
adalah air bersih dan matang. Sesuai dengan ketentuan badan dunia
(WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta
ketentuan/ peraturan laun yang berlaku seperti APHA (American
Public Health Association atau Asosiassi Kesehatan Masyarakat AS),
layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan
persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia dan secara biologis.
Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih,
tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Suhunya sebaiknya
sejuk dan tidak panas. Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak
boleh mengandung partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta logam
berat (Hg, Ni, Pb, Zn dan Ag) atau zat beracun seperti senyawa
hidrokarbon dan detergen. Dari parameter mikrobiologi tidak boleh
ditemui adanya bakteri patogen (Escherichia colli, Clostridium
perfringens dan Salmonella). Kandungan Chemical Oxygen Demand
(COD) air minum golongan B maksimum adalah 12 mg/l. COD adalah
suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan untuk mengoksidasi bahanbahan organik yang terdapat
dalam air. Kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dalam air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bersih maksimum adalah 6 mg/l. BOD adalah jumlah zat terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan-bahan
buangan di dalam air.
3. Peralatan yang digunakan untuk merebus obat tradisional sebaiknya
panci yang dilapisi email atau periuk (kuali) dari tanah liat. Hal yang
perlu diperhatikan mengenai wadah dan peralatan untuk pembuatan
jamu gendong adalah peralatan harus dibersihkan dahulu sebelum
digunakan, peralatan yang terbuat dari kayu (misalnya telenan,
sendok/pengaduk dan lain-lain) atau yang terbuat dari tanah liat atau
batu (misalnya ulek-ulek dan lumpang) harus dicuci dengan sabun.
Botol yang digunakan untuk tempat jamu yang siap dipasarkan,
sebelum diisi dengan jamu harus disterilkan terlebih dahulu dengan
direndam dan dicuci menggunakan sabun baik bagian dalam maupun
luarnya. Setelah dibilas sampai bersih dan tidak berbau, botol
ditiriskan sampai kering, selanjutnya botol direbus dengan air
mendidih selama kurang lebih 20 menit.
4. Pengolahan, sebelum mengolah jamu harus mencuci tangan terlebih
dahulu, menyiapkan bahan baku yang telah dipilih dan meletakkan
ramuan di tempat yang bersih. Cara pembuatan ramuan tradisional
dapat digunakan dengan beberapa cara yaitu bahan direbus dengan air,
bahan ditumbuk dalam bentuk segar dan diperas airnya, bahan
ditumbuk dalam bentuk kering, bahan diparut kemudian diperas dan
bahan diekstrak dibuat serbuk kemudian diseduh dengan air. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
daya tahan ramuan yang dibuat dengan cara direbus harus segera
digunakan. Ramuan tersebut dapat disimpan selama 24 jam dan setelah
melewati waktu tersebut sebaiknya dibuang karena dapat tercampur
kuman atau kotoran dari udara atau lingkungan sekitar. Ramuan yang
dibuat dengan perasan tanpa direbus hanya dapat disimpan selama 12
jam.
5. Higiene perorangan yaitu pengetahuan higiene perorangan penjual
jamu gendong terkait dengan perilaku pengolahan jamu gendong yang
terdiri dari beberapa aspek antara lain pemeliharaan rambut,
pemeliharaan kulit, pemeliharaan tangan (kebiasaan mencuci tangan
dan pemeliharaan kuku) dan pemeliharaan kulit muka.
C. Jamu Temulawak
Jamu temulawak memiliki khasiat sebagai penurun kolesterol, nyeri haid,
penambah nafsu makan, mengatasi gangguan hati dan penyakit kuning, perut
kembung, demam kanker, wasir, jerawat dan diare. Jika menggunakan perasan air
temulawak yang tidak direbus atau diseduh dengan air panas sebaiknya
diendapkan terlebih dahulu supaya tepungnya tidak ikut terminum dan dapat
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal (Wasito, 2011).
Jamu merupakan cairan obat dalam yang termasuk dalam obat tradisional
yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan
bukti empiris (Suharmiati, 2002). Berdasarkan survey peneliti jamu temulawak di
Pasar Klaten dibuat dari campuran rimpang temulawak dan air. Cara pembuatan
nya adalah dengan mengupas temulawak lalu dicuci kemudian ditumbuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kemudian hasil tumbukan ditambahkan air matang kemudian disaring dan direbus
sampai mendidih.
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang berupa rimpang segar
merupakan bagian yang digunakan pada pembuatan jamu temulawak yang
mengandung kurkuminoid berupa kurkumin, demetoksikurkumin serta minyak
atsiri terdiri dari alfakurkumin dan xantorizol (Latief, 2012).
Rimpang temulawak dapat digunakan sebagai perangsang ASI, mengobati
sakit gangguan hati, demam, sakit kuning, pegal-pegal, sembelit, obat peluruh
haid dan obat kuat (Rukmana, 1995).
D. Angka Kapang Khamir
Salah satu parameter keamanan dari sediaan jamu temulawak adalah angka
kapang/ khamir. AKK adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang tumbuh dari
cuplikan (sampel uji) yang diinokulasikan pada media yang sesuai setelah
inkubasi selama 5-7 hari pada suhu 20-25℃ dan dinyatakan dalam koloni/ml
(Badan POM RI, 2006). Prinsip uji AKK adalah pertumbuhan kapang/khamir
setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng yang sesuai dan
diinkubasikan pada suhu 20-25℃. Tujuan uji AKK adalah memberikan jaminan
bahwa sediaan jamu gendong tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas
ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas sediaan dan aflatoksin yang
berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).
Tujuan dilakukan uji AKK adalah memberikan jaminan bahwa sediaan
obat tradisional tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang ditetapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
karena mempengaruhi stabilitas dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan.
Prinsip dari uji AKK ini adalah penentuan adanya kapang/ khamir secara
mikrobiologis dinyatakan dalam koloni/ml (Depkes RI, 2000).
Kapang atau mold merupakan jamur yang berbentuk menyerupai benang
multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi jaringan.
Spesies kapang yang non-patogen meliputi spesies-spesies yang melakukan
perombakan bahan-bahan organik di tanah, dan perusakan pada serat-serat kayu
dan bahan-bahan lain. Kapang hidup di dalam tanah, buah-buahan, dalam air dan
pada bahan-bahan makanan. Kapang dapat bersifat saprofit dan parasit pada
tanaman, manusia dan hewan (Jutono, 1972).
Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi. Kapang
merupakan fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya
pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti
kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih tetapi jika spora telah
timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat
morfologi kapang, baik penampakan makroskopik maupun mikroskopik,
digunakan dalam identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang terdiri dari suatu
thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut
hifa (tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari hifa disebut miselium
(tunggal = mycelium, jamak = mycelia). Hifa tumbuh dari spora yang melakukan
germinasi dimana tuba ini akan membentuk filamen yang panjang dan bercabang
yang disebut hifa, kemudian seterusnya akan membentuk suatu massa hifa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
disebut miselium. Pembentukkan miselium merupakan sifat yang membedakan
grup-grup di dalam fungi (Fardiaz, 1992).
Secara alamiah kapang berkembang biak dengan cara, aseksual dengan
pembelahan, penguncupan, atau pembentukkan spora, secara seksual dengan
peleburan nukleus dari kedua induknya. Pada pembelahan, sel membagi diri
menjadi dua sel anak. Cara penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penonjolan
kecil pada sel inang yang bertambah besar, akhirnya membiakkan diri menjadi
kapang yang baru (Waluyo, 2007). Kapang bersifat mesofilik, yaitu mampu
tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan
kapang adalah sekitar 25℃sampai 30℃. Semua kapang bersifat aerobik, yakni
membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat
tumbuh baik pada pH yang luas yakni: 2,0–8,5, tetapi biasanya pertumbuhannya
akan baik bila pada kondisi asam atau pH rendah (Waluyo, 2007). Beberapa
kapang dapat langsung bersifat patogenik dan menyebabkan penyakit pada
manusia dan tanaman, diantaranya kapang yang menginfeksi pernafasan dan kulit
pada manusia. Kapang yang menyebabkan proses pembusukan pangan atau
pertumbuhannya dalam bahan pangan juga memproduksi racun yang dikenal
sebagai mikotoksin. Sebagai suatu kelompok zat, mikotoksin dapat menyebabkan
gangguan hati, ginjal, dan susunan syaraf pusat dari manusia maupun hewan
(Winarno, 1980).
Tubuh kapang terdiri dari kumpulan benang-benang halus bewarna putih
yang disebut hifa. Hifa-hifa ini dapat terus tumbuh dan bercabang membentuk
miselium. Setiap hifa mempunyai lebar antara 5-19 mikron (Tarigan, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Adanya kapang dalam makanan atau minuman sangat berbahaya karena
kapang menghasilkan mikotoksin. Mikotoksin adalah metabolit sekunder dari
kapang yang bersifat sitotoksik, merusak struktur sel, seperti membran dan
merusak proses pembentukan sel yang penting bagi tubuh. Penyakit yang
disebabkan oleh mikotoksin yang berbahaya disebut dengan mikotoksis. Ada 5
jenis mikotoksin yang berbahaya bagi kesehatan yaitu, aflatoksin, fumonisin,
okratoksin, trikotesena dan zearalenon. Aflatoksin terutama dihasilkan oleh
Apergilus flavus dan Aspergilus parasiticus. Terdapat enam jenis aflatoksin yang
sering dijumpai dan bersifat toksik, yaitu aflatoksin 𝐵1,𝐵2,𝐺1,𝐺2, (Ahmad,
2009).
Khamir (yeast) merupakan fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen,
berbentuk oval atau bulat, berukuran lebih besar dibanding bakteri, tidak
berflagel. Khamir bersifat fakultatif, artinya khamir dapat hidup dalam keadaan
aerob ataupun anaerob. Khamir bereproduksi melalui pertunasan atau pembelahan
sel (Pratiwi, 2008). Salah satu contoh khamir adalah Candida albicans yang
secara alami terdapat dalam tubuh sebagai flora normal selaput mukosa saluran
pencernaan dan genitalis wanita. Jamur ini secara bebas dapat ditemukan ditanah,
air dan kotoran binatang. Candida albicans yang terkonsumsi manusia akan
dihantarkan melalui aliran darah keseluruh organ tubuh, termasuk selaput otak.
Jamur ini dapat menyebabkan infeksi mulut (sariawan), terutama pada bayi
(Jawetz, 1996).
Beberapa kelompok khamir yang dominan ditemukan dalam air dan
ekosistem tanah adalah genus Cryptococcus, Candida dan Debaryomyces (Kanti,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2005). Candida albicans adalah flora normal selaput mukosa saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan genitalia wanita. Kadang-kadang Candida menyebabkan
penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya
tertekan. Candida albicans dapat menyebabkan infeksi mulut (sariawan), terutama
pada bayi. Infeksi terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-
bercak putih yang sebagian besar terdiri atas pseudomiselium dan epitel yang
terkelupas dan hanya terdapat erosi minimal pada selaput. Candida albicans juga
dapat menyebabkan vulvovaginitis atau keputihan pada wanita. Penyakit ini
menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan
pengeluaran sekret. Dalam keadaan pH normal yang asam bakteri vagina tidak
menimbulkan penyakit, namun karena hilangnya pH asam merupakan predisposisi
timbulnya vulvovaginitis kandida. Cryptococcus neoformans juga ditemukan
ditemukan pada kotoran burung. Cryptococcus neoformans menyebabkan infeksi
yang disebut kriotokosis yang berifat opportunistik (Jawetz, 1996).
Kapang/ khamir dapat tumbuh selama proses penyimpanan bahan baku
jamu, penyimpanan makanan dan minuman, serta dalam kondisi tanah lembab.
Khamir dapat menyebabkan pembusukan dan dekomposisi bahan pangan karena
sifatnya, yaitu mikroba fermentatif yang dapat menguraikan unsur organik
menjadi alkohol dan 𝐶𝑂2. Contoh khamir yang dapat menyebabkan pembusukan
bahan pangan adalah Saccaromyces cerevisiae (SNI, 2009).
Angka kapang/ khamir adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang
ditumbuhkan dalam media yang sesuai setelah diinkubasi selama 5 hari pada suhu
20-25℃ dan dinyatakan dalam satuan koloni/ mL (PPOMN, 2006). Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kapang (jamur) dan khamir yang besar menunjukkan kemunduran dari mutu obat
tradisional. Kapang dan khamir akan berkembang baik bila tempat tumbuhnya
cocok (BPOM RI, 2014). Untuk mengetahui jumlah AKK dapat dilakukan dengan
metode MA PPOMN nomor 96/mik/00. Uji AKK memiliki prinsip pertumbuhan
kapang/ khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang sesuai dan
diinokulasikan pada suhu 20-25℃ (Fardiaz, 1993). Perhitungan AKK berdasarkan
prosedur Metode Analisis Pusat Pengujian Obat dan Makanan (MA PPOMN,
2006).
E. Angka Lempeng Total
Angka Lempeng Total (ALT) adalah pertumbuhan bakteri mesofil aerob
setelah sampel diinkubasi dalam perbenihan yang cocok selama 24-48 jam pada
suhu 37℃. Dalam pengujian ALT digunakan metode pour plate dengan cara
menginokulasikan bakteri pada media agar tuang pada suhu 45℃ dalam cawan
petri. Ketika agar memadat, sel-sel bakteri tidak dapat bergerak dalam agar dan
akan tumbuh menjadi koloni (SNI, 1992).
Angka lempeng total merupakan salah satu cara untuk menghitung
cemaran mikroba, dimana cara ini merupakan bagian dari metode hitung cawan.
Prinsip pada metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang
biak membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan
menggunakan mata tanpa mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara
yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal
yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1). Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.
2). Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung satu kali.
3). Dapat digunakan untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari jasad renik yang menetap menampakkan
pertumbuhan yang spesifik (Fardiaz, 1992).
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada
pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji
ALT dan lebih tepatnya ALT bakteri aerob mesofil atau anaerob mesofil
menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni bakteri yang dapat
diamati secara visual dan dihitung dalam satuan koloni (cfu) per ml/g atau koloni/
100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang dan tetes dan cara
sebar (BPOM RI, 2008).
Uji ALT dapat digunakan untuk menghitung banyaknya bakteri yang
tumbuh dan berkembang pada sampel , juga sebagai acuan yang dapat
menentukan kualitas dan keamanan jamu gendong. Jamu gendong dikatakan
berkualitas apabila tidak ada sama sekali cemaran mikroba yang tumbuh atau
apabila ada maka jumlahnya haruslah berada di batas yang sudah ditentukan oleh
BPOM RI 2014, yaitu tidak lebih dari 103 koloni/ ml untuk angka kapang/ khamir
dan 104 koloni/ ml untuk angka lempeng total (BPOM RI, 2014).
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis
Mikrobiologi (MA PPOMN nomor 96/mik/00) adalah pertumbuhan koloni bakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan
metode pour plate dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujian Angka
Lempeng Total menggunakan media PCA (Plate Count Agar) sebagai media
padatnya. Digunakan juga pereaksi khusus Triphenyl Tetrazolium Chloride 0,5 %
(TTC) (BPOM, 2008).
Menurut Depkes RI disebutkan bahwa ALT harus ditekan sekecil mungkin
meskipun mikroba tersebut tidak membahayakan kesehatan, tetapi kadang-kadang
karena pengaruh sesuatu yang dapat menjadi mikroba membahayakan. Yang jelas
angka lempeng total tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat berapa
industri tersebut melaksanakan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB). Makin kecil angka lempeng total bagi setiap produk makin tinggi nilai
pengetrapan CPOTB di industri tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari 1 sel mikroba, karena ada
beberapa mikroba tertentu yang cenderung berkelompok atau berantai. Bila
ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai, kelompok bakteri ini akan
menghasilkan 1 koloni. Oleh karena itu, seringkali digunakan istilah Colony
Forming Unit (CFU) untuk menghitung jumlah mikroba hidup. Sebaiknya hanya
lempeng agar yang mengandung 25-250 koloni saja yang digunakan dalam
perhitungan (SNI, 1992).
Pengenceran dari sampel sangat penting untuk menghindari koloni bakteri
atau kapang/ khamir yang saling menumpuk karena konsentrasi sangat pekat
sehingga didapatkan koloni yang terpisah dan dapat dihitung dengan mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pengenceran ini sangat membantu terutama untuk sampel dengan cemaran sangat
tinggi (BPOM RI, 2008). Lempeng agar dengan koloni > 250 koloni akan sulit
dihitung sehingga kemungkinan adanya kesalahan dalam perhitungan sangat
besar. Digunakan pengenceran sampel untuk membantu memperoleh perhitungan
dalam jumlah yang benar (Lay, 1994).
F. Media
Mikroba membutuhkan banyak nutrisi untuk dapat melakukan sintesa
protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Setiap nutrisi yang dibutuhkan
mikroorganime dapat berbeda karena sifat fisiologi setiap mikroorganisme dapat
berbeda karena sifat fisiologi setiap mikroorganisme juga berbeda (Sumarsih,
2007). Media pertumbuhan mikroorganisme adalah bahan yang tersusun dari
bermacam-macam zat makanan atau nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan
mikroorganisme dalam menyusun komponen sel-selnya (Aulia, 2012). Media
dapat berupa cairan seperti kaldu dan dapat berupa padatan seperti agar dan
gelatin. Media harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor dan
faktor pertumbuhan organik (Radji, 2011).
Media dibedakan menjadi:
1. Media umum, yaitu media yang dapat dipergunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan satu atau lebih kelompok mikroba secara umum.
2. Media pengaya, yaitu dipergunakan dengan maksud “memberikan
kesempatan” terhadap suatu jenis atau kelompok mikroba untuk tumbuh
menjadi cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Media selektif, yaitu media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau
lebih jenis mikroba tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan
untuk jenis-jenis lainnya.
4. Media diferensiasi, yaitu media yang dipergunakan untuk pengujian
senyawa atau benda tertentu dengan bantuan mikroba.
5. Media penguji, yaitu media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa
atau benda tertentu dengan bantuan mikroba.
6. Media enumerasi, yaitu media yang dipergunakan untuk menghitung
jumlah mikroba pada suatu bahan.
(Suriawiria, 2005).
Media pertumbuhan dapat digunakan untuk hal-hal berikut :
1. isolat mikroorganime menjadi kultur murni,
2. memanipulasi komposisi media pertumbuhannya,
3. menumbuhkan mikroorganisme,
4. memperbanyak jumlah mikroba,
5. menguji sifat-sifat fisiologis mikroba,
6. menghitung jumlah mikroba
(Aulia, 2012).
Dalam penelitian ini, media yang digunakan sebagai tempat tumbuh koloni
kapang/ khamir dan juga sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan kapang/
khamir adalah Potatoes Dextrose Agar atau biasa disebut PDA. PDA merupakan
media yang digunakan untuk memacu produksi konidia oleh fungi. Infus dari
kentang dan dextrosa pada media ini menyediakan faktor nutrien yang sangat baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
untuk pertumbuhan fungi (Murray, 1999). Media yang digunakan untuk pengujian
ALT adalah Plate Count Agar (PCA) yang mengandung tripton, glukosa dan yeast
extract untuk nutrisi pertumbuhan bakteri (Bridson, 2006).
Plate count agar (PCA) adalah mikrobiologi medium pertumbuhan umum
digunakan untuk menilai atau memonitor "total" atau layak pertumbuhan bakteri
dari sampel. PCA adalah bukan media selektif. Komposisi agar-agar pelat
menghitung dapat bervariasi, tetapi biasanya mengandung (b/v) yaitu
0,5% pepton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5%agar-agar, dan pH
disesuaikan (Atlas, 2000).
G. Landasan Teori
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas jamu cair adalah bahan yang
digunakan, cara penyimpanan bahan, lama penyimpanan bahan, pencucian bahan,
peralatan yang digunakan, dan air yang digunakan.
Bahan yang digunakan oleh pedagang jamu gendong temulawak adalah
rimpang segar temulawak dan air. Temulawak yang dipilih ialah temulawak yang
masih segar yang ditandai dengan kulit temulawak yang tidak keriput dan tidak
berjamur.
Penyimpanan bahan dilakukan dengan cara meletakkan rimpang segar
temulawak pada nampan dan disimpan pada tempat sejuk dan kering. Para
pedagang jamu selalu membeli bahan untuk jamu setiap harinya sehingga rimpang
temulawak yang dibeli akan selalu diproses sebagai jamu temulawak pada pagi
harinya. Menurut survei peneliti bahan baku yang diperoleh dari Pasar Tradisional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Klaten yang dijual oleh pedagang bahan jamu selalu baru setiap minggunya dan
bahan-bahan tersebut didapatkan dari petani empon-empon dari daerah Manjung
Klaten.
Peralatan yang digunakan oleh pedagang jamu selalu kering dan bersih.
Para pedagang jamu selalu mencuci peralatannya sebelum digunakan, seperti
kuali tanah, pengaduk, sendok, telenan, pisau dan alu. Semua alat tersebut dicuci
bersih menggunakan sabun cuci piring dan kemudian dikeringkan dengan cara di
angin-anginkan hingga kering.
Pembuatan jamu temulawak dilakukan dengan membersihkan temulawak
dari kulit nya hingga bersih kemudian mencucinya dengan air mengalir 3-5 kali
pencucian lalu setelah dicuci bersih temulawak dirajang dan selanjutnya
temulawak dicuci kembali dengan dibilas menggunakan air mengalir dengan
tujuan supaya temulawak benar-benar bersih. Air yang digunakan oleh pedagang
jamu adalah air PAM. Setelah itu temulawak yang telah dirajang kemudian
dihaluskan dengan cara ditumbuk hingga lembut kemudian hasil tumbukan
dimasukkan kedalam kuali lalu ditambahkan air untuk diambil saripatinya dengan
cara disaring. Saripati yang telah didapat kemudian direbus dengan
mencampurkannya dengan air sebanyak 2 liter dan direbus dengan kuali tanah
yang kering dan bersih lalu dipanaskan diatas api kecil sampai mendidih ± 20
menit. Setelah mendidih jamu temulawak tersebut dibiarkan hingga suam-suam
kuku didalam kuali kemudian dimasukkan kedalam botol jamu dari bahan gelas
yang digunakan khusus untuk jamu sebab pedagang jamu tidak lagi menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
botol bekas plastik karena para pedagang jamu menganggap botol plastik akan
mengurangi kualitas jamu dari segi aroma dan rasa.
H. HIPOTESIS
Jamu gendong temulawak di Pasar Tradisional Klaten diduga memiliki
nilai angka kapang/ khamir dan angka lempeng total yang masuk kedalam range
atau nilai maksimal sesuai ketentuan BPOM RI 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif dan komparatif, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan
manipulasi pada subjek penelitian. Peneliti akan mendeskripsikan keadaan yang
ada dan membandingkan dengan ketentuan pemerintah yang ada pada BPOM
RI/12/2014 tentang persyaratan mutu obat tradisional.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Variabel utama
a. Variabel bebas
Cairan jamu gendong temulawak yang diproduksi oleh pedagang jamu
gendong temulawak di Pasar Tradisional Klaten.
b. Variabel tergantung
Angka Lempeng Total dan Angka Kapang/ Khamir
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
Media pertumbuhan, yaitu Potato Dextrose Agar (PDA) dan Plate
Count Agar (PCA), suhu inkubasi 35℃ untuk uji ALT dan 25℃ untuk
uji AKK. Dengan waktu inkubasi 24-48 jam untuk uji ALT dan 5-7
hari untuk uji AKK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
b. Variabel pengacau tak terkendali
Cara pembuatan jamu temulawak, cara penyimpanan setelah
pembuatan jamu temulawak, waktu penyimpanan jamu temulawak
setelah pembuatan serta kualitas bahan yang digunakan.
3. Definisi operasional
a. Jamu temulawak yang digunakan adalah jamu cair dengan komposisi
rimpang segar temulawak dan air yang dibuat dengan cara dihaluskan
dan direbus lalu dimasukkan dalam wadah kaca oleh pedagang jamu
gendong di Pasar Tradisional Klaten.
b. Uji Angka kapang/ khamir (AKK) adalah suatu uji cemaran mikroba
yang dilakukan dengan menghitung jumlah kapang dan atau khamir
yang terdapat dalam jamu temulawak dengan menggunakan media
PDA, lalu dilakukan inkubasi selama 5 hari serta mengacu pada
Metode Analisis Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (MA
PPOMN).
c. Uji Angka lempeng total (ALT) adalah suatu uji cemaran mikroba
yang dilakukan dengan menghitung jumlah bakteri aerob mesofil yang
terdapat dalam jamu temulawak dengan menggunakan media PCA,
lalu dilakukan inkubasi selama 48 jam serta mengacu pada metode
Standar Nasional Indonesia (SNI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
Bahan utama yang digunakan yaitu jamu temulawak yang dijual
oleh penjual jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten.
2. Bahan kimia
a. Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah Potato
Dextrose Agar (PDA)
b. Media yang digunakan dalam pengujian ALT adalah Plate
Count Agar (PCA)
c. Kloramfenikol 1%, PDF (Pepton Diluid Fluid), BPW
(Buffered Peptone Water), Aquadest steril, Etanol 70%
D. Alat Penelitian
Laminar Air Flow (Telstar PV-100),Autoclaf (KT-40 ALP), Inkubator
(Memmert), Oven (WTB binder), Vortex, Stomacher Seward, Mikroskop,
Pipet tetes, Tabung reaksi dilengkapi tabung Durham, Cawan Petri, Pipet
Volume, Beker Glass, Gelas Ukur, Bunsen, Stirer magnetik, Neraca
Analitik (Mettler AE 200), Erlenmeyer, Waterbath (Memmert WNB 22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
E. Tata Cara Penelitian
1. Pemilihan dan Pengambilan Sampel
Sampel jamu yang dipilih diambil dari jamu temulawak yang dijual oleh
penjual jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten. Sampel diambil dari 3
pedagang jamu gendong di pasar tersebut. Masing-masing pedagang diambil
1 sampel dengan satu kali pengambilan sampel dan dilakukan replikasi
sebanyak 3 kali.
2. Penanganan Wadah/ Kemasan Penyiapan Sampel
Kemasan jamu yang akan dibuka dibersihkan dengan kapas beralkohol 70%
kemudian dibuka secara aseptis didekat nyala api spiritus.
3. Tahap Pra-Pengkayaan
a. Homogenisasi sampel untuk uji AKK
10 ml jamu temulawak diambil dan dimasukkan kedalam labu ukur 100
ml kemudian ditambah larutan pengencer Pepton Dilution Fluid (PDF)
hingga tanda batas sehingga diperoleh pengenceran 10−1.
b. Homogenisasi sampel untuk uji ALT
Secara aseptis diambil sebanyak 25 ml sampel kedalam labu ukur 250
ml, lalu ditambahkan 225 ml BPW dan homogenkan hingga diperoleh
pengenceran 10−1.
c. Pengenceran sampel untuk uji AKK
Tiga buah labu ukur 10 ml disiapkan, masing-masing telah diisi dengan
9 ml PDF. Dipipet 1 ml sampel pengenceran 10−1 dan dimasukkan
kedalam tabung pertama yang telah berisi PDF hingga diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pengenceran 10−2 lalu dikocok homogen dengan vortex. Dibuat
pengenceran berikutnya sampai 10−4.
d. Pengenceran sampel untuk uji ALT
5 buah labu ukur 10 ml disiapkan masing-masing telah diisi dengan 9 ml
pengencer BPW. Dipipet 1 ml pengenceran 10−1 dari hasil
homogenisasi pada penyiapan sampel dan dimasukkan ke dalam tabung
pertama yang telah diisi 9 ml BPW hingga diperoleh pengenceran
10−2dan dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Kemudian dibuat
pengenceran selanjutnya hingga 10−6.
4. Uji Angka Kapang Khamir
a. Pembuatan larutan kloramfenikol
Sebanyak 1 gram kloramfenikol dilarutkan ke dalam 100 ml aquadest
steril.
b. Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)
Sebanyak 39 gram serbuk PDA disuspensikan dalam 1000 ml aquadest,
kemudian dilarutkan dengan pemanasan dan diaduk hingga merata,
dimasukkan dalam wadah yang sesuai. Kemudian ditambahkan
kloramfenikol 100 gram/L media dicampur hingga merata. Sterilisasi
dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121˚C. Kemudian dituang ke
dalam cawan petri atau tabung reaksi steril dan dibiarkan memadat.
c. Uji Angka Kapang Khamir
Dari masing-masing pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri
steril secara duplo. Media PDA yang telah dicairkan (suhu 45±1℃)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sebanyak 20 ml dituangkan ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah
ditambah dengan 1 ml larutan kloramfenikol dan digoyangkan sehingga
campuran tersebut merata. Setelah agar membeku cawan petri dibalik
dan diinkubasikan pada suhu 25℃ atau pada suhu kamar selama 5 hari.
Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke-5. Koloni kapang dan
khamir dihitung setelah 5 hari.
Uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan media PDA dalam
cawan petri dan dibiarkan memadat. Uji sterilitas pengencer dilakukan
dengan cara menuangkan media PDA dan 1 ml pengencer (PDF) lalu
dibiarkan memadat.
5. Uji Angka Lempeng Total
a. Pembuatan Media Plate Count Agar (PCA)
Sebanyak 29 g PCA ditimbang dan di campurkan dengan 1650 ml
aquadest, dipanaskan hingga larutan jernih. Kemudian disterilkan dengan
autoklaf selama 15 menit pada suhu 121℃.
b. Larutan Pengencer Buffered Pepton Water (BPW)
Sebanyak 20 g serbuk BPW dilarutkan dalam 1 L air suling dan diukur
pH 7,0 ± 1. Kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf selama
15 menit pada suhu 121℃ .
c. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Dari masing-masing pengenceran dipipet 1 ml kedalam cawan petri steril
secara duplo. Dalam setiap cawan petri dituangkan sebanyak 15 ml media
PCA yang telah dicairkan yang bersuhu 45±1℃ dalam waktu 15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dari pengenceran pertama. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati agar
sampel tersebar merata kemudian dibuat duplo. Dilakukan pula uji kontrol
untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer. Uji sterilitas media
dilakukan dilakukan dengan cara menuangkan media PCA dalam suatu
cawan petri dan biarkan memadat.
Seluruh cawan petri diinkubasi terbalik pada suhu 37℃ selama 24 jam
hingga 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Dihitung Angka Lempeng Total dalam 1 ml contoh dengan mengkalikan
jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang
digunakan.
(SNI, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
F. Analisis Hasil
Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yaitu dengan menganalisis
hasil uji AKK dengan metode MA PPOMN nomor 96/mik/00, analisis ALT
dengan metode SNI 2897:2008. Dengan uraian sebagai berikut :
1. Cara menghitung dan menyatakan hasil AKK :
Cara menghitung dan menyatakan hasil AKK sesuai dengan MA PPOMN
nomor 96/mik/00. Cawan petri dipilih dari suatu pengenceran yang menunjukkan
jumlah koloni 10-150 koloni. Jumlah koloni dari kedua cawan dihitung lalu
dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari 2 tingkat
pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara 10-150, maka dihitung
jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran, kemudian diambil angka rata-
rata. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang/khamir dalam tiap ml atau gram
contoh. Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan diatas,
maka diikuti petunjuk sebagai berikut :
1) Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran
yang sama menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni,
dihitung jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor
pengenceran.
2) Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah
koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat
pengenceran terendah (misal pada pengenceran 10−2 diperoleh 60
koloni dan pengenceran 10−3 diperoleh 20 koloni, maka dipilih
jumlah koloni pada tingkat pengenceran 10−2 yaitu 20 koloni, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dipilih jumlah koloni pada tingkat pengenceran 10−2 yaitu 20
koloni).
3) Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan
jumlah antara 10-150 koloni , maka dicatat angka sebenarnya dari
tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka
kapang/khamir perkiraan .
4) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan
karena faktor inhibitor, maka angka kapang/ khamir dilaporkan
sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah.
(MA PPOMN, 2006).
2. Cara menghitung dan menyatakan hasil ALT :
a. Perhitungan jumlah koloni
Perhitungan ALT sesuai dengan metode SNI 2897:2008. Jumlah koloni
pada setiap seri pengenceran dihitung kecuali cawan petri yang
terdapat koloni menyebar (spreader colonies). Pilih cawan petri (simplo
dan duplo) dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni
25 sampai dengan 250 setiap cawan. Semua koloni dalam cawan
petri dihitung dengan menggunakan alat penghitung koloni (colony
counter). Hitung rata-rata jumlah koloni dan kalikan dengan faktor
pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mililiter
atau gram.
b. Interpretasi hasil
1. Cawan dengan jumlah koloni kurang dari 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Bila cawan duplo dari pengenceran terendah menghasilkan koloni
kurang dari 25, hitung jumlah yang ada pada cawan dari setiap
pengenceran. Rerata jumlah koloni per cawan dan kalikan dengan
faktor pengenceran untuk menentukan nilai TPC (Total Plate Count).
Tandai nilai TPC dengan tanda bintang ( Tabel 1 nomor 3) untuk
menandai bahwa penghitungannya diluar 25 koloni sampai dengan 250
koloni per cawan.
2. Cawan dengan jumlah koloni kurang dari 250
Bila jumlah koloni per cawan dari 250, hitung koloni-koloni pada
cawan untuk memberikan gambaran koloni secara representatif.
Tandai penghitungan TPC dengan tanda bintang untuk menandai
bahwa penghitungannya diluar 25 koloni sampai dengan 250 koloni
per cawan (Tabel 1 nomor 4).
3. Spreaders
Koloni yang menyebar (spreaders) biasanya dibagi dalam 3 bentuk:
a) Rantai koloni tidak terpisah secara jelas disebabkan oleh
disintegrasi rumpun bakteri.
b) Terbentuk lapisan air antara agar dan dasar cawan.
c) Terbentuknya lapisan air pada sisi atau permukaan cawan .
Bila cawan yang disiapkan untuk sampel lebih banyak ditumbuhi oleh
spreader seperti (a) dan total area yang melebihi 25% dan 50%
pertumbuhannya dilaporkan sebagai cawan spreader. Rerata jumlah koloni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dari setiap pengenceran, kemudian laporkan jumlahnya sebagai TPC
(Tabel 1 nomor 5)
Selain 3 (tiga) bentuk spreader, dapat dihitung sebagai satu pertumbuhan
koloni. untuk tipe (a) bila hanya terdapat satu rantai hitunglah sebagai
koloni tunggal. Bila ada satu atau lebih rantai yang terlihat dari sumber
lain, hitung tiap sumber itu sebagai satu koloni, termasuk untuk tipe (b)
dan (c) juga dihitung sebagai koloni. Gabungkan perhitungan koloni dan
perhitungan spreader untuk menghitung TPC.
4. Cawan tanpa koloni
Bila cawan petri dari semua pengenceran tidak menghasilkan koloni,
laporkan TPC sebagai kurang dari 1 kali pengenceran terendah yang
digunakan. Tandai TPC dengan tanda bintang bahwa penghitungannya
diluar 25 koloni sampai dengan 250 koloni (Tabel 1 nomor 6).
5. Cawan duplo, cawan yang satu dengan 25 koloni sampai dengan 250
koloni dan cawan yang lain lebih dari 250 koloni
Bila cawan yang satu menghasilkan koloni antara 25 sampai dengan 250
dan yang lain lebih dari 250 koloni, hitung kedua cawan dalam
penghitungan TPC (Tabel 1 nomor 7).
6. Cawan duplo, satu cawan dari setiap pengenceran dengan 25 koloni
sampai dengan 250 koloni
Bila 1 cawan dari setiap pengenceran menghasilkan 25 koloni sampai
dengan 250 koloni, dan cawan lain kurang dari 25 koloni atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menghasilkan lebih dari 250 koloni, hitung keempat dalam penghitungan
TPC (Tabel 1 nomor 8)
Tabel I. Petunjuk perhitungan Total Plate Count (TPC)
NO 𝟏𝟎−𝟐 𝟏𝟎−𝟑 𝟏𝟎−𝟒 TPC per
ml atau
gram
Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 ===
===
175
208
16
17
190.000
Bila hanya satu pengenceran yang
berada dalam batas yang sesuai,
hitung jumlah rerata dari
pengenceran tersebut.
2 ===
===
224
225
25
30
250.000
Bila hanya dua pengenceran yang
berada dalam batas yang sesuai,
hitung jumlah masing-masing dari
pengenceran sebelum merata-
ratakan jumlah yang sebenarnya.
3 18
14
2
0
0
0
1600*
Jumlah koloni kurang dari 25
koloni pada pengenceran
terendah, hitung jumlahnya dan
kalikan dengan faktor
pengencerannya dan beri tanda*
(diluar jumlah koloni 25 sampai
dengan 250)
4 ===
===
===
===
523
487
5.100.00*
Jumlah koloni lebih dari 250
koloni, hitung koloni yang dapat
dihitung atau yang mewakili, beri
tanda* (diluar jumlah koloni 25
sampai dengan 250)
5 ===
===
245
230
35
Spreader
290.000
Bila ada dua pengenceran diantara
jumlah koloni 25-250, tetapi ada
spreader, hitung jumlahnya dan
kalikan dengan faktor
pengenceran, namun untuk
spreader tidak dihitung.
6 0
0
0
0
0
0
100*
Bila cawan tanpa koloni, jumlah
TPC adalah kurang dari satu kali
pengenceran terendah yang
digunakan dan beri tanda*
7
===
===
245
278
23
20
260.000*
Jumlah koloni 25-250 koloni dan
yang lain >250 koloni, hitung
kedua cawan petri, termasuk yang
>250, dan rerata jumlahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
8
===
===
225
255
21
40
270.000
Bila salah satu cawan dengan
jumlah 25 koloni dari tiap
pengenceran, hitung jumlah dari
tiap pengenceran termasuk yang
kurang dari 25 koloni, lalu rerata
jumlah sebenarnya.
9 = = =
= = =
= = =
= = =
220
240
260
230
18
48
30
28
260.000
270.000
Bila hanya satu cawan yang
menyimpang dari setiap
pengenceran, hitung jumlah dari
setiap pengenceran termasuk yang
kurang dari 25 koloni atau lebih
dari 250 koloni, kemudian rerata
jumlah sebenarnya.
3. Pelaporan hasil
(i) Bulatkan angka menjadi 2 angka yang sesuai, bila angka ketiga 6
atau diatasnya, maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka
kedua naik 1 angka, misalnya 456 menjadi 460 (4,6 x 102).
(ii) Bila angka ketiga 4 atau dibawahnya, maka angka ketiga menjadi
0 (nol) dan angka kedua tetap, misalnya 454 menjadi 450 (4,5 x
102).
(iii) Bila angka ketiga 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan
menjadi 0 (nol) dan angka kedua adalah genap, misalnya 445
menjadi 440 (4,4 x 102).
(iv) Bila angka ketiga 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan
menjadi 0 (nol) dan angka kedua naik 1 angka, misalnya 445
menjadi 460 (4,6 x 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan tempat dan pemilihan sampel
Sampel jamu temulawak diambil dari pedagang jamu gendong yang aktif
berjualan di Pasar Tradisional Kota Klaten. Pasar ini dipilih karena pasar ini
merupakan pasar yang berada strategis ditengah pusat kota Klaten, di pasar
tersebut juga merupakan pasar pusat penjualan bahan baku jamu seperti rimpang
dalam bentuk segar, simplisia, dan serbuk simplisia, serta merupakan pasar
dengan penjual jamu gendong terbanyak dibanding pasar tradisional wilayah lain
di Kabupaten Klaten. Pasar ini sangat terkenal karena merupakan pasar tradisional
terbesar dan terlengkap di Kota Klaten dan selalu ramai oleh pembeli. Menurut
survey peneliti di pasar tersebut terdapat 5 penjual jamu gendong yang berjualan
di tempat tersebut dan jamu temulawak merupakan salah satu jamu yang dijual
oleh pedadang jamu gendong. Penggunaan jumlah sampel minimal untuk
penelitian deskriptif adalah 10% dari jumlah populasi. Peneliti mengambil sampel
dari 3 pedagang jamu gendong secara acak dan dianggap dapat mempresentasikan
pembuatan jamu temulawak oleh pedagang lainnya. Berdasarkan observasi yang
dilakukan peneliti, jamu temulawak yang dijual oleh 3 pedagang tersebut terjual
habis setiap hari. Teknik pemilihan dan pengumpulan sampel dilakukan dengan
cara mengambil masing-masing satu sampel jamu temulawak dari setiap
pedagang jamu di Pasar Tradisional Klaten. Pengambilan sampel dilakukan pada
pagi hari pukul 06.00 WIB karena pada jam tersebut para pedagang jamu telah
menjajakan jamu di Pasar Tradisional Klaten. Dilakukan satu kali pengambilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sampel dan diuji dengan replikasi sebanyak 3 (tiga) kali serta dilakukan duplo
pada setiap sampel jamu temulawak. Pada saat pengambilan sampel dipindahkan
ke dalam botol kaca steril yang kemudian ditempatkan ke dalam coolbox untuk
meminimlakan kontaminasi mikroba selama perjalanan menuju laboratorium.
Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Sampel
jamu temulawak dipilih karena jamu ini berkhasiat untuk menambah nafsu
makan, melancarkan haid, melancarkan ASI dan mengatasi pegal linu. Konsumen
utama jamu ini adalah ibu-ibu yang menyusui/ sedang haid dan para buruh
panggul. Apabila nilai AKK dan ALT pada jamu temulawak tinggi maka akan
berbahaya apabila dikonsumsi oleh konsumen terutama konsumen ibu-ibu yang
menyusui beserta bayinya. AKK yang tinggi dapat menyebabkan gangguan
penyakit hati dan kandidiasis baik ibu maupun bayinya. Sedangkan ALT yang
tinggi menyebabkan penyakit demam dan diare pada orang yang
mengkonsumsinya (Jawetz, 1996).
B. Pengambilan sampel jamu temulawak
Sampel jamu temulawak diambil sebanyak satu kali pengambilan dengan
jumlah sampel 9 dimana seluruh sampel didapatkan dari 3 pedagang jamu
gendong. Pengambilan sampel dilakukan pada hari Senin, 21 September 2015
pukul. 06.00. Berdasarkan survey peneliti pedagang jamu gendong mempunyai
cara yang sama dalam mengolah jamu gendong tersebut yakni dengan cara
mengupas dan membersihkan rimpang segar temulawak kemudian mencuci
rimpang dengan air bersih sampai benar-benar bersih lalu menghaluskannya
dengan cara di tumbuk dengan alu setelah itu kemudian merebus air hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
mendidih dan digunakan untuk membuat jamu, jamu dimasak dalam api kecil
selama rata-rata 20 menit setelah itu jamu dimasukkan kedalam botol kaca khusus
jamu. Pada saat pengambilan sampel, sampel jamu temulawak dimasukkan
kedalam botol kaca steril dan tertutup rapat. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada
kontaminasi bakteri maupun jamur yang berasal dari wadah yang digunakan pada
saat pengambilan sampel. Kemudian botol kaca steril ditempatkan kedalam
coolbox untuk menghambat pertumbuhan mikroba patogen selama perjalanan
menuju laboratorium.
C. Sterilisasi Media, Alat dan Ruangan
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,dalam
hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,virus) yang
terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau
proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme. Target metode inaktivasi dilihat dari metode dan tipe
mikroorganisme yaitu dari asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme
tersebut. Sedangkan agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi,2006).
Apabila alat maupun media yang digunakan selama pengerjaan tidak steril,
maka tidak dapat dibedakan apakah cemaran mikroba yang tumbuh berasal dari
sampel atau hasil dari kontaminasi alat maupun media, sehingga perlu dilakukan
sterilisasi untuk membebaskan alat dan media dari segala macam bentuk
kontaminasi (Hadioetomo, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Menurut Hadioetomo (1985), ada beberapa cara yang digunakan dalam
sterilisasi bahan maupun alat, diantaranya sterilisasi menggunakan pemanasan,
radiasi, filtrasi dan secara kimia. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat
pemilihan metode sterilisasi tergantung pada sifat dan jenis bahan yang akan
disterilisasi.
Jenis media yang digunakan dalam penelitian adalah media umum dimana
media tersebut mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas yang sangat tinggi
dan dengan durasi yang lama sehingga proses sterilisasi media dilakukan dengan
sterilisasi panas basah menggunakan autoklaf pada suhu 121℃ selama 15 menit.
Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan mendenaturasi atau
mengkoagulasikan protein yang merupakan komposisi utama dinding sel pada
mikroorganisme. Uap panas bertekanan tinggi akan memecah dinding sel bakteri
sehingga bakteri akan mati. Media tidak disterilisasi dengan metode panas kering
karena pada media terkandung banyak nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan
kapang/ khamir maupun koloni bakteri yang akan diisolasi. Apabila menggunakan
metode panas kering dengan oven pada suhu 180℃ dan dengan durasi yang lama
(1-2 jam) maka akan merusak nutrisi yang terkandung dalam media sehingga
media tidak dapat mensuplai makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
kapang/ khamir maupun koloni bakteri sehingga menyebabkan pertumbuhan
kapang/ khamir maupun bakteri mejadi tidak optimal. Kemudian metode yang
digunakan dalam sterilisasi alat pada penelitian ini adalah dengan sterilisasi panas
kering menggunakan oven. Sterilisasi dengan metode panas kering membutuhkan
suhu yang tinggi yaitu 160℃ sampai dengan 180℃ dan berlangsung selama 1-2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
jam supaya bakteri mengalami dehidrasi dalam udara panas dan kering sehingga
akan mematikan bakteri. Prinsip kerja metode ini adalah menggunakan prinsip
kerja aliran udara panas kering. Bakteri akan mengalami dehidrasi dalam udara
panas kering sehingga lama-lama bakteri akan mati. Metode ini digunakan untuk
sterilisasi benda-benda kaca seperti labu ukur, pipet tetes, pipet volume, cawan
petri, gelas beker, gelas ukur, serta erlenmeyer. Alat-alat yang disterilisasi
dibungkus dengan aluminium foil agar tidak terkontaminasi dan tidak kontak
dengan udara maupun benda lain ketika dikeluarkan dari oven (Pratiwi, 2008).
Sterilisasi ruangan dilakukan dengan mengelap permukaan tempat bekerja
menggunakan alkohol 70% sebelum memulai pekerjaan. Apabila menggunakan
Laminar Air Flow (LAF) perlu dilakukan sterilisasi dengan memnyemprotkan
alkohol 70% pada dinding bagian dalam LAF kemudian dilap menggunakan
kapas steril. Kemudian LAF ditutup dan lampu UV dinyalakan selama 3 jam pada
panjang gelombang sinar UV 260-270 nm sehingga akan menghambat replikasi
DNA sehingga mikroorganisme akan mati (Suriawiria, 2005).
D. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel
Homogenisasi sampel adalah suatu tahap awal yang harus dilakukan pada
sampel supaya diperoleh distribusi mikroba yang merata di dalam sampel
sehingga mudah untuk diamati. Tujuan homogenisasi sampel adalah untuk
membebaskan sel-sel bakteri atau jamur yang masih terlindungi oleh partikel dari
sampel yang akan diperiksa serta untuk mengaktifkan kembali sel-sel dari bakteri
atau jamur yang masih terlindungi oleh partikel dari sampel yang akan diperiksa
serta untuk mengaktifkan kembali sel-sel bakteri ataupun jamur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kemungkinan pertumbuhannya tergangggu karena berbagai kondisi yang kurang
sesuai di dalam sampel (Radji, 2010).
Menurut PPOMN (2006), prinsip dari homogenisasi adalah membebaskan
sel-sel bakteri yang mungkin terlindungi oleh partikel makanan dan untuk
menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang mungkin viabilitasnya berkurang karena
kondisi yang kurang menguntungkan didalam makanan.
Homogenisasi sampel jamu temulawak dilakukan degan menggojok
sampel yang ada didalam botol steril hingga homogen. Proses penggojokan ini
bertujuan agar sampel yang berada didalam botol dapat homogen antara cairan
dan endapan. Kemudian pembuatan suspensi AKK yang dilakukan dengan
mengambil 10 ml jamu temulawak secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 ml yang telah berisi 90 ml larutan pengencer PDF (Pepton Diluid Fluid),
sehingga diperoleh pegenceran 1:10 atau 10−1 lalu digojok menggunakan
stomacher dan dilanjutkan dengan pengenceran yang diperlukan. Sedangkan
pembuatan suspensi ALT dilakukan dengan mengambil 10 ml jamu temulawak
secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi 90
ml larutan pengencer BPW (Buffered Pepton Water), sehingga diperoleh
pegenceran 1:10 atau 10−1 lalu digojok menggunakan stomacher dan dilanjutkan
dengan pengenceran yang diperlukan.
Pembuatan suspensi dilakukan untuk melepaskan spora-spora kapang dan
khamir sehingga spora-spora yang sudah terlepas dapat membentuk koloni. Lalu
suspensi tersebut dimasukkan kedalam plastik steril dan diaduk homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
menggunakan stomacher supaya sampel mampu bercampur homogen dengan
pelarut. Pengenceran AKK dilanjutkan dengan menyiapkan 3 tabung reaksi yang
telah diisi dengan 9 ml PDF. 1 ml pengenceran 10−1 dari hasil homogenisasi
penyiapan sampel dipipet kemudian dimasukkan kedalam tabung pertama yang
telah berisi PDF sehingga diperoleh pengenceran 10−2 lalu digojog sampai
homogen dengan vortex. . Pengenceran ALT dilanjutkan dengan menyiapkan 5
tabung reaksi yang telah diisi dengan 9 ml BPW. 1 ml pengenceran 10−1 dari
hasil homogenisasi penyiapan sampel dipipet kemudian dimasukkan kedalam
tabung pertama yang telah berisi PDF sehingga diperoleh pengenceran 10−2 lalu
digojog sampai homogen dengan vortex. Tahap selanjutnya yaitu membuat
pengenceran hingga 10−4 untuk AKK dan 10−6 untuk ALT sebagai orientasi
untuk menentukan tingkat pengenceran yang paling efektif dimana koloni mudah
dihitung dan sesuai dengan range.
E. Uji Angka Kapang Khamir
Uji Angka Kapang Khamir adalah salah satu uji yang dijadikan syarat
suatu produk obat tradisional untuk menilai kualitas dari produk dilihat dari
cemaran mikrobianya. Dimana uji AKK tersebut dilakukan dengan menghitung
jumlah koloni kapang/khamir yang terdapat dalam jamu temulawak dari penjual
jamu gendong di pasar tradisional Klaten. Prinsip dari uji ini yaitu menumbuhkan
kapang/khamir dalam media yang sesuai yang dapat menyediakan nutrisi bagi
pertumbuhan kapang/khamir kemudian menghitungnya. Menurut Depkes RI
(2000) uji angka khamir perlu dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa
sediaan simplisia tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas sediaan dan aflatoksin yang
berbahaya bagi kesehatan.
Uji AKK dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa sediaan simplisia
tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh pada stabilitas sediaan dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan.
Adanya kapang dalam makanan atau minuman sangat berbahaya karena kapang
menghasilkan mikotoksin. Mikotoksin adalah hasil metabolit sekunder dari
kapang yang bersifat toksik dengan merusak struktur sel seperti membran sel serta
merusak proses pembentukan sel yang penting bagi tubuh. Penyakit yang
disebabkan oleh mikotoksin disebut mikotoksis. Ada 5 jenis mikotoksin yang
berbahaya bagi kesehatan yaitu, aflatoksin, fumonisin, okratoksin, trikotesena dan
zearalenon. Aflatoksin merupakan salah satu mikotoksin yang sangat poten yang
dihasilkan oleh Aspergilus flavus dan Aspergilus parasiticus. Terdapat enam jenis
aflatoksin yang sering dijumpai dan bersifat toksik, yaitu aflatoksin
B1, B2, G1, G2, M1, dan M2 (Ahmad, 2009). Pada manusia aflatoksin dapat
menyebabkan toksigenik (menimbulkan keracunan), mutagenik (menimbulkan
mutasi), dan dapat meningkatkan risiko karsinoma hepatoseluler (Underwood,
1999). Sedangkan salah satu contoh khamir yang paling sering ditemukan dan
menimbulkan infeksi pada manusia adalah golongan Candida. Candida adalah
anggota flora normal yang terdapat pada saluran pencernaan, selaput mukosa
saluran pernapasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan
kaki. Penyakit yang disebabkan oleh ragi spesies Candida disebut kandidiasis,
kandidiasis dapat bersifat akut atau subakut dan dapat menyebabkan infeksi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru-paru. Terkadang infeksi Candida
dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. Infeksi Candida
umumnya terjadi apabila kondisi tubuh inang sedang mengalami penurunan daya
tahan tubuh (Kuswadji, 1999).
Kapang/ khamir dapat tumbuh selama proses penyimpanan bahan baku
jamu, penyimpanan makanan dan minuman serta dalam kondisi tanah lembab.
Khamir dapat menyebabkan pembusukan dan dekomposisi bahan pangan karena
sifatnya, yaitu mikroba fermentatif yang dapat menguraikan unsur organik
menjadi alkohol dan CO2. Contoh khamir yang dapat menyebabkan pembusukkan
bahan pangan adalah Saccaromyces cerevisiae (SNI, 2009).
Pentingnya dilakukan uji angka kapang khamir karena diperlukan jaminan
bahwa obat tradisional tidak mengandung cemaran kapang/khamir yang melebihi
batas yang ditetapkan yaitu tidak boleh lebih dari 103 koloni/ml. Apabila jumlah
cemaran kapang/ khamir yang terkandung dalam jamu temulawak tersebut
melebihi batas yang telah ditentukan untuk dikonsumsi secara rutin maka tujuan
dari penggunaan jamu untuk meningkatkan kesehatan tidak dapat tercapai. Jumlah
AKK yang melebihi batas dapat menyebabkan timbulnya penyakit karena sifat
dari kapang/khamir merupakan patogen.
Pada uji AKK yang dilakukan digunakan media PDA sebagai media
yang berisi nutrisi untuk pertumbuhan kapang/khamir. Menurut Sumarsih
(2007) setiap nutrisi yang dibutuhkan mikroorganime dapat berbeda karena
sifat fisiologi setiap mikroorganisme dapat berbeda. Menurut Murray (1996)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
media PDA mengandung Agar, Dextrosa, serta ekstrak kentang yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang dan khamir. Dekstrosa dan ekstrak
kentang dari media PDA dapat memacu produksi konidia kapang/khamir
(Beever & Bollard, 1970).
Media PDA juga ditambahkan antibiotik kloramfenikol 1%.
Kloramfenikol ini digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada
media sehingga yang tumbuh hanya kapang/khamir
saja.Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas
bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya
bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan jalan meningkatkan
ribosom subunit 50S yang merupakan langkah penting dalam pembentukan
ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan
beberapa bakteri aerob gram negatif (Fardiaz, 1992).
Dalam uji AKK dilakukan tahap homogenisasi sampel yang bertujuan
untuk meratakan distribusi kapang/khamir. Pada uji AKK dilakukan pembuatan
seri pengenceran yang bertujuan untuk mendapatkan koloni yang terpisah untuk
memudahkan perhitungan hasil. Apabila tidak dilakukan pengenceran maka
koloni yang tumbuh akan saling bertumpuk sehingga akan sulit diamati dan
dihitung.
Pada penelitian ini juga dibuat kontrol media dan kontrol pelarut. Kontrol
media hanya berisi media PDA dengan tujuan untuk memastikan bahwa
mikroorganisme yang tumbuh bukan berasal dari media. Kontrol pelarut berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
media PDA dengan pengencer PDF yang bertujuan untuk memastikan bahwa
mikroorganisme yang tumbuh bukan berasal dari pengencer PDF yang digunakan.
Gambar 1. Kontrol media (A) kontrol pelarut (B)
Dapat dilihat pada gambar 1 yaitu pada kontrol media maupun pelarut
tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri setelah diikubasi pada suhu 25℃
selama 5-7 hari. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa media maupun
pelarut yang digunakan tidak terkontaminasi mikroba sehingga apabila pada
media biakan terdapat pertumbuhan koloni maka dapat dipastikan berasal dari
jamu temulawak.
Seri pengenceran dibuat hingga 10−4 dengan tujuan sebagai orientasi
untuk menentukan tingkat pengenceran yang paling efektif dimana koloni mudah
dihitung dan sesuai range. Prinsip dari pembuatan seri pengenceran adalah
diperolehnya individu fungi yang tumbuh secara terpisah yang tampak pada
cawan petri setelah inkubasi.Setelah sampel diencerkan dan ditanam pada media
PDA, sampel diinkubasi terbalik selama 5 hari dan diinkubasi pada suhu 20-25℃
kemudian diamati pertumbuhan koloni nya setiap hari hingga hari kelima. Pada
inkubasi ini dilakukan dengan teknik inkubasi terbalik dengan tujuan agar uap air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
yang terbentuk selama masa inkubasi tidak menetes ke media dan mempengaruhi
pertumbuhan mikroba.
Ciri-ciri dari khamir yaitu yang berbentuk bulat, berwarna putih dan
terpisah sedangkan ciri-ciri dari kapang adalah yang berbentuk serabut halus
seperti kapas. Apabila terdapat koloni yang bertumpuk maka dianggap sebagai 1
koloni (Yenny, 2006).
Hasil pengamatan selama inkubasi sampai hari kelima ditunjukkan pada tabel II:
Tabel II. Angka Kapang Khamir (AKK) jamu temulawak waktu inkubasi 5
hari
Sampel AKK (koloni/mL)
Pedagang 1 <10 koloni/ mL
Pedagang 2 <10 koloni/ mL
Pedagang 3 <10 koloni/ mL
Berdasarkan data pada tabel II (tabel perhitungan lengkap pada lampiran 2
dengan mengacu pada MA PPOMN tahun 2006), dari ketiga sampel jamu
temulawak yang diambil terlihat bahwa nilai ALT ketiga sampel jamu temulawak
seluruhnya masuk dalam range atau ambang batas yang telah ditetapkan oleh
BPOM RI 2014 dimana AKK yang diperbolehkan tidak lebih dari 103. Pada hasil
penelitian nilai AKK yang didapat adalah <10 kondisi tersebut menunjukkan
bahwa pembuatan jamu temulawak oleh pedagang jamu gendong telah
memperhatikan CPOTB dengan baik. Dimana menurut survey yang telah
dilakukan oleh peneliti pedagang jamu gendong sangat memperhatikan kebersihan
dalam pembuatan jamunya dimana selalu menggunakan bahan yang segar seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
memilih rimpang yang segar yang ditandai dengan kulit rimpang tidak keriput dan
tidak dimakan serangga, meletakkan bahan baku ditempat yang kering seperti
nampan dan meletakkannya ditempat yang sejuk dan kering sehingga terhindar
dari pertumbuhan jamur, selalu mencuci bersih bahan-bahan yang akan diproses
menjadi jamu gendong, selalu mencuci alat setelah digunakan dan sebelum
dipakai, alat-alat yang digunakan dalam pembuatan jamu selalu dalam kondisi
bersih dan kering, selalu memasak atau memanaskan jamu hingga mendidih, serta
menyimpan jamunya dalam botol khusus jamu dan ditutup rapat sehingga
kemungkinan untuk tercemar sangat rendah.
F. Uji Angka Lempeng Total
Uji Angka Lempeng Total (ALT) adalah suatu uji untuk mengamati
pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel diinkubasi dalam perbenihan
yang cocok selama 24-48 jam pada suhu 37℃. Dalam pengujian ALT digunakan
metode pour plate dengan cara menginokulasikan sampel uji pada media PCA
pada suhu 45℃ dalam cawan petri.
Uji ALT dapat digunakan untuk menghitung banyaknya bakteri yang
tumbuh dan berkembang pada sampel, juga sebagai acuan untuk menentukan
kualitas dan keamanan simplisia. Simplisia dikatakan berkualitas apabila tidak ada
sama sekali cemaran yang tumbuh, atau apabila ada maka jumlahnya haruslah
berada dibata yang sudah ditentukan, yaitu tidak lebih dari 104 koloni/ml (Depkes
RI, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah Plate Count Agar
(PCA). Media PCA mengandung tripton, yeast extract, glukosa, dan agar untuk
menutrisi pertumbuhan bakteri dalam media. Teknik yang digunakan adalah
teknik pour plate yaitu teknik untuk menghitung jumlah sel yang hidup baik
dalam keadaan aerob maupun anaerob.
Metode pour plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menginokulasikan sampel uji pada setiap pengenceran secara duplo dalam media
PCA sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam baik di permukaan agar
atau di dalam agar dan di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37℃.
Seri pengenceran dibuat hingga 10−6 dengan tujuan sebagai orientasi
untuk menentukan tingkat pengenceran yang paling efektif dimana koloni mudah
dihitung dan sesuai range. Prinsip dari pengenceran serial adalah diperolehnya
koloni bakteri yang tumbuh secara terpisah yang tampak pada cawan petri setelah
inkubasi. Setelah sampel diencerkan dan ditanam pada media PCA dan dibiarkan
memadat kemudian cawan petri diinkubasi secara terbalik. Tujuan dilakukan
inkubasi terbalik adalah supaya uap air yang dihasilkan atau yang terbentuk pada
cawan petri selama inkubasi tidak menetes pada media yang akan mengganggu
dalam perhitungan jumlah koloni bakteri. Kemudian koloni yang tumbuh akan
dihitung menurut cara perhitungan ALT yang tercantum dalam SNI 2897:2008.
Pada penelitian ini juga dibuat kontrol media dan kontrol pelarut. Kontrol
media hanya berisi media PCA dengan tujuan untuk memastikan bahwa bakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
yang tumbuh bukan berasal dari media. Kontrol pelarut berisi media PCA dengan
pengencer BPW yang bertujuan untuk memastikan bahwa bakteri yang tumbuh
bukan berasal dari pengencer BPW yang digunakan.
Gambar 2. Kontrol media (A) kontrol pelarut (B)
Dapat dilihat pada gambar 2 yaitu pada kontrol media maupun pelarut
tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri setelah diikubasi pada suhu 37℃
selama 48 jam. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa media maupun
pelarut yang digunakan tidak terkontaminasi mikroba sehingga apabila pada
media biakan tumbuh koloni dapat dipastikan berasal dari jamu temulawak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan juga terkait dengan alat serta media yang
digunakan. Media yang digunakan perlu disterilisasi terlebih dahulu dalam
autoklaf dengan suhu 121℃ selama 15 menit kemudian alat yang digunakan perlu
disterilisasi terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 180℃ selama 1 sampai
dengan 2 jam serta pengujian dilakukan dengan metode aseptis untuk
meminimalkan kontaminasi sehingga bakteri yang tumbuh pada media benar-
benar dari jamu temulawak tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BPOM RI 2014 menyatakan bahwa ambang batas ALT yang
diperbolehkan adalah tidak lebih dari 103 koloni/ ml untuk AKK dan 104 koloni/
ml untuk ALT.
Tabel III. Angka Lempeng Total (ALT) jamu temulawak waktu inkubasi 48
jam
Sampel ALT (koloni/mL)
Pedagang 1 <10 koloni/mL
Pedagang 2 4,3 x 102 koloni/ mL
Pedagang 3 10 koloni/ mL
Berdasarkan hasil ALT pada tabel III (tabel perhitungan lengkap ada pada
lampiran 5 dengan mengacu pada SNI 2897:2008) menunjukkan bahwa ketiga
sampel jamu temulawak berturut-turut seluruhnya masuk dalam kriteria ambang
batas yang diperbolehkan atau masuk dalam range normal ALT seperti yang
tercantum dalam BPOM RI 2014 nilai ALT yang diperbolehkan adalah tidak
boleh melebihi 104. Sehingga dapat dikatakan bahwa jamu temulawak yang
diproduksi oleh ketiga pedagang jamu gendong tersebut layak untuk dikonsumsi
masyarakat. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh peneliti pedagang
jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten telah memperhatikan cara pembuatan
jamu dengan baik dimulai saat penyiapan bahan dimana bahan yang dipilih adalah
bahan yang segar berupa rimpang temulawak yang tidak berjamur dan tidak
dimakan serangga, selalu meletakkan bahan baku jamu yang akan diproses pada
nampan kering dan disimpan pada tempat sejuk dan kering sehingga terhindar dari
pertumbuhan jamur, kemudian saat proses pembuatan pedagang jamu selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menggunakan alat-alat yang bersih serta kering guna menjamin kebersihan
jamunya, sebelum rimpang dilumatkan rimpang segar temulawak juga melewati
proses seperti pengupasan kulit temulawak dan dibersihkan dengan dicuci
menggunakan air mengalir sampai tidak ada lagi tanah atau kotoran lain yang
menempel pada rimpang segar temulawak, para pedagang jamu juga selalu
membuat jamu dengan menggunakan air mengalir yang bersih kemudian
dipanaskan dengan cara merebusnya dalam api kecil selama 20 menit hingga
mendidih. Sehingga dengan demikian layak bahwa jamu temulawak yang dijual
oleh pedagang jamu gendong di Pasar Tradisional Klaten layak dan baik untuk
dikonsumsi oleh masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, dapat diambil 2
kesimpulan utama, yaitu :
1. Angka Kapang/ Khamir pada jamu gendong temulawak yang beredar
di Pasar Tradisional Klaten adalah <10 koloni/ mL.
2. Angka Lempeng Total pada jamu gendong temulawak yang beredar di
Pasar Tradisional Klaten adalah <10 koloni/mL sampai dengan 4,3
x 102 koloni/ mL.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan uji identifikasi bakteri Escherichia coli yang terdapat
pada jamu untuk melihat adanya bakteri patogen yang dapat
menyebabkan penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. Z., 2009, Cemaran Kapang Pada Pakan dan Pengendaliannya, Balai
Besar Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor, pp.15.
Anonim, 2008, Tanaman Obat Indonesia: Temulawak(Curcuma xanthorrhiza,
Roxb) http://www.iptek.net.id/index.php?vw diakses pada tanggal 19 September
2015.
Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta, pp.73-77, 151-155.
Atlas, R.M., 2000, Hand Book of Microbiological Media, 2nd
Edition, CRC Press,
New York, pp. 255.
Aulia, 2012, Medium Pertumbuhan Bakteri, Bapelkes, Jakarta, pp. 1 – 3.
BPOM, 2001, Metode Analisis Prosedur Pengujian Obat dan Makanan Negara,
Jakarta, Balai POM.
BPOM, 2005, Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
RI Nomer : HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik.
BPOM, 2006, Metode Analisis PPOMN, MA PPOMN nomer 96/mik/00, Uji
Angka Kapang/khamir dalam Obat Tradisional, Jakarta, BPOM, 108 – 110.
BPOM, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Jakarta, BPOM, 15-17.
Bridson, E., Y., 2006, Oxoid manual, 9th
Edition, Oxoid Limited, England, pp. 50-
70, 337-338.
David W., PhD, Rana A. Hajjeh, MD, Brent A, Lasker, PhD, 2001, Epidemiology
and Prevention of Invasive Aspergillosis, Current Science Inc, USA, pp. 507-508.
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Pelaksanaan Uji Klinik Obat
Tradisional, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, jakarta, pp. 27.
DepKes RI, 1998, Pedoman Umum Pemriksaan Sarana Pengelolaan Makanan
dan Minuman, keamanan Pangan, Jakarta, Dirjen POM, DepKes RI
DepKes RI, 2011, Indonesia Cinta Sehat Saatnya Jamu Berkontribusi,
http://www.depkes.go.id/index.php?vw – 2&id – 1723, Diakses pada tanggal 21
September 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
DepKes RI, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 007 tentang Registrasi
Obat Tradisional.
Fardiaz, S., 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan, PAU, Bandung, Institut
Pertanian Bogor, pp. 557 – 608.
Hadioetomo, R.S., 1993, Mikrobiologi Dasar dan Praktek-teknik dan Prosdur
Dasar dalam Laboratorium, Jakarta, Gramedia, pp.42 – 46.
Jawetz, E.J.I., Melnick and Adelberg, E.A, 1996, Mikrobiologi Kedokteran,
Diterjemahkan oleh Nugroho E., dan Maulany Edisi XX, Jakarta, EGC, pp.234 –
240.
Kanti A., 2005, Keragaman khamir tanah asal Taman Nasional Kalimutu dan
Taman Wisata Alam Ruteng Nusa Tenggara Timur. Laporan Penelitian Bidang
Zoologi, Bogor, Pusat Penelitian Biologi-LIPI.
Latief, H. A., 2012, Obat Tradisional, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, pp.
228-229.
Latief, H. A., 2012, Obat Tradisional, Jakarta, Penerbit EGC, pp.238-240.
Lay, B.W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Ed 1, Jakarta, PT Raja
Graffindo Persada, pp.15 – 22.
Murray, P.R.,1999, Manual of Clinical Microbiology, 7 th edition, American
Society for Microbiology, Wahington, pp.1688-1700.
Nugroho H.S., 1995, Ramuan Obat Jamu Tradisional, Surabaya: Apollo, pp.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 tahun 2012 tentang
Registrasi Obat Tradisional.
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Framasi, Jakarta, Penerbit Airlangga, pp.206 –
207.
Radji, M., 2009, Buku ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, Jakarta, EGC, pp.10-19, 125-130.
Rostiana, O., N.Bermawie dan M.Raharjo., 2005, Budidaya tanaman Kunyit,
Sirkuler No. 11, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatika, Bogor No. 11., pp. 24-29.
Rukmana, R., 1995, Temulawak : Tanaman Rempah dan Obat, Yogyakarta,
Penerbit Kanisius, pp. 23-28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Rukmana, R., 2004, Temu-Temuan : Apotek di Pekarangan Hidup, Yogyakarta,
Penerbit Kanisius, pp.26-27.
Said, 2007, Khasiat dan Manfaat Temulawak, Jakarta, Sinar Wadja Lestari, pp.
25-28.
Sardi,D., 1985, Herbal Indonesia Berkhasiat,Bukti Ilmiah & Cara Racik, Alam
Trubus Info kit.vol.8
SNI, 1992, Cara Uji Cemaran Mikroba, SNI 01-2897-1992, Jakarta, pp.4, 36.
Suharmiati, handayani, L. (2005). Cara Benar Meracik Obat Tradisional, Jakarta,
Penerbit Agromedia Pustaka, pp. 1 – 2 , 39 – 41.
Supardi dan Sukamto, 1999, Mikroorganisme Penyebab Penyakit Menular dalam
Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan, Edisi Pertama, Jakarta,
Yayasana Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation, 157 – 173.
Supardi, Hermawan, M.J., Yuniar, Y., 2010, Penggunaan Jamu Buatan Sendiri di
Indonesia, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol.14, pp.375 – 381.
Suriawiria, U., 2005, Mikrobiologi Dasar, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, pp.34-50.
Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi, Jakarta, Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan, pp.113 – 114.
Waluyo, L., 2007, Mikrobiologi Umum, Penerbit Universitas Muhammadiyah,
Malang, pp.55-59.
Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia,Yogyakarta, Graha Ilmu,
pp. 5-20.
Winarno,F.G., S.Fardiaz dan D.Fardiaz, 1980, Pengantar Teknologi Pangan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 28-59.
Yenny, 2006, Aflatoksin dan Aflatoksikosis Pada Manusia, Universa Medika,
Volume 25 nomor 1, Jakarta, pp.43-47.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran. 1 Surat Ijin Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 2. Nilai AKK dan perhitungan sampel jamu temulawak pedagang
1 pada inkubasi hari ke-5
Sampel A
(Pedagang 1)
Pengenceran Jumlah koloni masing-
masing petri
Nilai ALT
(CFU/mL)
Petri 1 Petri 2 Rata-rata
Replikasi 1
10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Replikasi 2
10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Replikasi 3
10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Nilai AKK Sampel A
<10 koloni/ mL
Sampel A (Pedagang 1)
Dipilih pengenceran 10−1 karena bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan
dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang Khamir
dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengeceran terendah (<1 x
faktor pengenceran terendah) (MA PPOMN, 2006).
Perhitungannya sebagai berikut :
a. Replikasi 1 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL
b. Replikasi 2 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL
c. Replikasi 3 = <1 x 10−1 = <10 koloni/ mL
Nilai AKK sampel A = <10+<10+<10
3 = < 10 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 3. Nilai AKK dan perhitungan sampel jamu temulawak pedagang
2 pada inkubasi hari ke-5
Sampel B
(Pedagang 2)
Pengenceran Jumlah koloni masing-
masing petri
Nilai ALT
(CFU/mL)
Petri 1 Petri 2 Rata-rata
Replikasi 1
10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Replikasi 2 10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Replikasi 3
10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Nilai AKK Sampel B
<10 koloni/ mL
Sampel B (Pedagang 2)
Dipilih pengenceran 10−1 karena bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan
dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang Khamir
dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengeceran terendah (<1 x
faktor pengenceran terendah) (MA PPOMN, 2006).
Perhitungannya sebagai berikut :
a. Replikasi 1 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL
b. Replikasi 2 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL
c. Replikasi 3 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL
Nilai AKK sampel B = (<10+<10+<10)
3 = < 10 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 4. Nilai AKK dan perhitungan sampel jamu temulawak Pedagang
3 pada inkubasi hari ke-5
Sampel C
(Pedagang 3)
Pengenceran Jumlah koloni masing-
masing petri
Nilai ALT
(CFU/mL)
Petri 1 Petri 2 Rata-rata
Replikasi 1
10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Replikasi 2
10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Replikasi 3
10−1 0 0 0
<10 koloni/ mL 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
Nilai AKK Sampel C
<10 koloni/ mL
Sampel C (Pedagang 3)
Dipilih pengenceran 10−1 karena bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan
dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang Khamir
dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengeceran terendah (<1 x
faktor pengenceran terendah) (MA PPOMN, 2006).
Perhitungannya sebagai berikut :
a. Replikasi 1 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL
b. Replikasi 2 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL
c. Replikasi 3 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL
Nilai AKK sampel C = (<10+<10+<10)
3 = < 10 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 5. Nilai ALT dan perhitungan ALT sampel jamu temulawak
Pedagang 1 inkubasi 48 jam
Sampel A
(Pedagang 1)
Pengenceran Jumlah koloni masing-
masing petri
Nilai ALT
(CFU/ mL)
Petri 1 Petri 2 Rata-rata
Replikasi 1 10−1 0 0 0
<10 koloni/mL* 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Replikasi 2 10−1 0 0 0
<10 koloni/mL*
10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Replikasi 3 10−1 0 0 0
<10 koloni/mL*
10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Nilai ALT Sampel A <10 koloni/mL
Sampel A (Pedagang 1)
Dipilih pengenceran 10−1 karena bila cawan petri dari semua pengenceran tidak
menghasilkan koloni, laporkan TPC sebagai kurang dari 1 kali pengenceran
terendah yang digunakan (1 x faktor pengenceran terendah) (SNI, 2008).
Perhitungannya sebagai berikut :
a. Replikasi 1 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL*
b. Replikasi 2 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL*
c. Replikasi 3 = <1 x 10−1 = <10 koloni/mL*
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Nilai ALT sampel A = (<10+<10+<10)
3 = < 10 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 6. Nilai ALT dan perhitungan ALT sampel jamu temulawak
Pedagang 2 inkubasi 48 jam
Sampel B (Pedagang 2)
Dipilih pengenceran 10−1 karena pada pengenceran tersebut terdapat jumlah
koloni yang berada pada range perhitungan, yaitu cawan yang memiliki 25
koloni sampai 250 koloni (SNI, 2008).
Perhitungannya sebagai berikut :
a. Replikasi 1 = 40+44
2x 10 = 420 4,2 x 102 koloni/ mL
b. Replikasi 2 = 43+45
2 x 10 = 440 4,4 x 102 koloni/ mL
Sampel B
(Pedagang 2)
Pengenceran Jumlah koloni masing-
masing petri
Nilai ALT
(CFU/ mL)
Petri 1 Petri 2 Rata-rata
Replikasi 1 10−1 40 44 42
4,2x102
koloni/mL
10−2 2 2 2
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Replikasi 2 10−1 43 45 44
4,4x102
koloni/mL
10−2 7 15 11
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Replikasi 3 10−1 42 44 43
4,3x102
koloni/mL
10−2 6 8 7
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Nilai ALT Sampel B 4,3x102
koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
c. Replikasi 3 = 42+44
2 x 10 = 430 4,3 x 102 koloni/ mL
Nilai ALT sampel B = (4,2 X 102+ 4,4 X 102+ 4,3 X 102)
3= 4,3 x 102 koloni/ mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 7. Nilai ALT dan perhitungan ALT sampel jamu temulawak
Pedagang 3 inkubasi 48 jam
Sampel C (Pedagang 3)
Dipilih pengenceran 10−1 karena pada kedua cawan petri pada setiap replikasi
hanya ada 1 koloni. Sehingga bila hasil koloni kurang dari 25, hitung jumlah
yang ada pada cawan dari tiap pengenceran lalu rerata jumlah koloni tiap
cawan dan kalikan dengan faktor pengencerannya (SNI,2008).
Perhitungannya sebagai berikut :
a. Replikasi 1 = 1+1
2 x 10 = 10 10 koloni/ mL*
b. Replikasi 2 = 1+1
2 x 10 = 10 10 koloni/ mL*
Sampel C
(Pedagang 3)
Pengenceran Jumlah koloni masing-
masing petri
Nilai ALT
(CFU/ mL)
Petri 1 Petri 2 Rata-rata
Replikasi 1 10−1 1 1 1
10 koloni/mL* 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Replikasi 2 10−1 1 1 1
10 koloni/mL*
10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Replikasi 3 10−1 1 1 1
10 koloni/mL* 10−2 0 0 0
10−3 0 0 0
10−4 0 0 0
10−5 0 0 0
10−6 0 0 0
Nilai ALT Sampel C 10 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
c. Replikasi 3 = 1+1
2 x 10 = 10 10 koloni/ mL*
Nilai ALT sampel C = 10+10+10
3 = 10 koloni/ mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 8. Pengambilan sampel jamu temulawak
a. Coolbox tempat membawa jamu
b. Jamu yang dimasukkan dalam botol steril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 9. Uji AKK jamu temulawak sampel A (pedagang 1) pada
inkubasi 5 hari
Pengenceran 10−1 Pengenceran 10−2
Pengenceran 10−3 Pengenceran 10−4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 10. Uji AKK jamu temulawak sampel B (pedagang 2) pada
inkubasi 5 hari
Pengenceran 10−1 Pengenceran 10−2
Pengenceran 10−3 Pengenceran 10−4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 11. Uji AKK jamu temulawak sampel C (pedagang 3) pada
inkubasi 5 hari
Pengenceran 10−1 Pengenceran 10−2
Pengenceran 10−3 Pengenceran 10−4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 12. Uji ALT jamu temulawak sampel A (pedagang 1) pada
inkubasi 48 jam
Pengenceran 10−1 Pengenceran 10−2
Pengenceran 10−3 Pengenceran 10−4
Pengenceran 10−5 Pengenceran 10−6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 13. Uji ALT jamu temulawak sampel B (pedagang 2) pada
inkubasi 48 jam
Pengenceran 10−1 Pengenceran 10−2
Pengenceran 10−3 Pengenceran 10−4
Pengenceran 10−5 Pengenceran 10−6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 14. Uji ALT jamu temulawak sampel C (pedagang 3) pada
inkubasi 48 jam
Pengenceran 10−1 Pengenceran 10−2
Pengenceran 10−3 Pengenceran 10−4
Pengenceran 10−5 Pengenceran 10−6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 15. Foto Kontrol Media dan Kontrol Negatif
Kontrol Media PDA Kontrol Negatif PDA+PDF
Kontrol Media PCA Kontrol Negatif PCA+PDF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Uji Angka
Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total
(ALT) dalam Jamu Gendong Temulawak di Pasar
Tradisional Klaten” memiliki nama lengkap Maria
Dora Cahya Sapphira. Penulis lahir di Klaten pada
tanggal 27 Mei 1994, merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah
ditempuh yaitu TK Indriyasana 2 Klaten (1999-2000), SD Pangudi Luhur
Soegijapranata Klaten (2000-2006), SMP Pangudi Luhur 1 Klaten (2006-2009),
SMA N 2 Klaten (2009-2012) kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di tahun 2012. Semasa
menempuh kuliah penulis aktif di berbagai kegiatan. Penulis pernah menjadi
Anggota Seksi Liturgi pada Perayaan Pekan Suci (2013), Anggota Seksi Dana dan
Usaha dalam Acara World No Tobacco Day dengan Tema Mencegah Konsumsi
Rokok dan Mengurangi Rokok di Tempat Umum. Penulis pernah mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat dengan judul
Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Makanan Pendamping Gizi Lansia Instan
Waluh (MP-GLIW) Sehatkan Jantung, Cegah Kanker dan Stroke kepada Kader
Posyandu Dero, Condong Catur, Yogyakarta yang kemudian didanai oleh Menteri
Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) tahun 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI