DocumentPN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

as

Citation preview

1. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa di harapkan:- Dapat menentukan panas netralisasi sesuai dengan percobaan- Dapat menunjukkan proses reaksi netralisasi

2. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN a. Alat yang digunakan- Kalorimeter (labu dewar)- Termometer 100C- Gelas ukur 100 ml- Heater- Stopwatch- Gelas kimia 100 ml, 250 ml- Kaca arloji- Pipet ukur 10 ml, 25 ml- Bola karet

b. Bahan yang digunakan- Larutan NaOH1N- Larutan HCL1N- Larutan Asam Asetat 1N- Larutan Asam Sulfat 1N- Aquadest

3. DASAR TEORI Kalorimeter merupakan alat yang di gunakan untuk mengukur perubahan panas. Hal ini karena calorimeter mengisap panas, sehingga tidak semua panas terukur. Kalorimeter yang di gunakan dalam keadaan sederhana adalah calorimeter adiabatik. Di laboratorium alat ini merupakan alat ukur yang teliti dan secara sederhana kita mengatakan bahwa bejana panas mengalir ke dalam atau keluar dari sistem.

Pada tekanan tetap hukum pertama untuk suatu transformasi calorimeter : H=Q P=O

Perubahan panas dalam keadaan ini dapat dinyatakan :K(T1) + R(T1) K(T2) + R(T2), P= konstan

Dimana : K = Kalorimeter R = Reaktan P = Produk (hasil reaksi)

Karena system terisolasi , temperature akhir T2 berbeda dengan temperatur T1. Kedua temperature diukur seteliti mungkin dengan thermometer yang peka. Perubahan kenyataan di nyatakan dalam dalam dua step, yaitu :1. R(T1 ) P(T1) H12. K (T1) + R(T1) K(T2) + R(T2) H2H = 0, maka H1 + H2 = 0 H1 = H2

Step kedua adalah sederhana suatu perubah temperature dari calorimeter dan hasil reaksi :H2 = [Cp(K) + Cp(P) dTDan kita peroleh pada T1H1 = -[Cp(K) +Cp(P) dTJika kapasitas panas calorimeter dan hasil reaksi di ketahui, panas reaksi T1 dapat dihitung dari pengukuran temperature T1 dan T2.

Dalam larutan encer dari asam kuat dan basa kuat dapat terionisasi sempurna menjadi ion-ionya. Begitu juga garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionya dalam larutan. Reaksi asam kuat dengan basa kuat disebut reaksi. Netralisasi yang dapat ditulis sebagai berikut : H- + OH- H2OPanas yang terjadi tidak tergantung sifat dari anion asamnya dan kation basanya. Jika asam atau basanya tidak terionisasi sempurna, sebagai contoh : asam asetat terionisasi sebagian dalam larutan dan ternetralisasi oleh natrium hidroksida yang reaksinya sebagai berikut :CH3COOH + OH CH3COO- + H2OMekanismenya berlangsung dua tingkat reaksi yaitu :CH3COOH CH3OO- + H-H- + OH- H2OPanas netralisasi pada reaksi ini merupakan panas penggabungan ion H- dan ion OH- melepaskan energi yang harus digunakan pada disosiasi molekul asam asetat yang tidak terionisasi dapat di tentukan dengan kalorimeter.

4. PROSEDUR KERJA1. Menentukan ketetapan calorimetera. Memasukkan 50 ml aquadest ke dalam calorimeter (labu dewar) yang di lengkapi dengan thermometer. Mencatat temperature air (t1)b. Menempatkan 50 ml aquadest ke dalam calorimeter (labu dewar) yang berada dalam thermostat (pendingin) yang dioperasikan pada temperature 30C. Atau temperatur diatas T1 sekitar 10,calorimeter (labu dewar)dan isinya merupakan panas kesetimbangan. Temperatur air merupakan T2.c. Menuangkan air dengan cepat kedalam calorimeter (labu dewar), dikenal dengan cepat dan mencatat suhu tertinggi (t3).

Catatan : Untuk mendapatkan t3 maka mencatat setiap 30 detik setelah pencampuran sampai menit ke empat, dan t3 intersepnya untuk lebih jelasnya maka lihat gambar di bawah ini :

2. Menentukan panas netralisasia. Mengambil 50 ml larutan NaOH memasukkan ke dalam calorimeter dan mencatat suhu larutan NaOH dalam calorimeter (t4)b. Mengambil 50 ml larutan HCL yang telah tersedia dan mencampurkannya dalam larutan NaOH , mengaduk dengan baik dan mencatat suhu maksimum t5 atau seperti mencari t3.c. Mengulangi percobbaan dengan menggunakan larutan asam asetat, asam sulfat, menggantikan asam klorida, melakukan setiap percobaan minimal dua kali.

5. DATA PENGAMATAN1. Tabel menentukan tetapan kalorimeter - Menentukan t3

Waktu (detik)Temperature (T)

30609012015018021024037373635.535353737

- Menentukan tetapan kalorimeter

NoT1 (oc)T2 (oc)T3 (oc)

1304037

2. Menentukan panas netralisasiNoCampuranT4 (oc)T5 (oc)

12NaOH + HClNaOH + CH3COOH34323633

6. PERHITUNGAN

7. ANALISA PERCOBAANBerdasarkan dari percobaan yang telah kami lakukan mengenai panas netralisasi dapat di analisa bahwa alat calorimeter digunakan untuk mengukur perubahan panas karena calorimeter menghisap panas,sehingga tidak semua panas terukur. panas netralisasi adalah proses yang dihasilkan dari reaksi antara asam dan basa.Pada percobaan untuk menentukan tetapan calorimeter yaitu dengan cara mencari t1,t2, dan t3. Untuk mencari t1 yaitu dengan memasukkan aquadest kedalam calorimeter sampai selisih 10 oc dengan t1, sehingga t2 didapat yaitu 40 oc. mencari t3 yaitu dengan cara menuangkan dengan cepat air kedalam calorimeter, lalu diaduk dengan cepat dan di catat suhu nya, t3 dapat dicari dari data terakhir ( selama 30 detik). Panas netralisasi didapat dengan kita mencari tetapan calorimeter.

8. KESIMPULAN Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa1. Panas netralisasi adalah panas yang dihasilkan dari reaksi asam dan basa 2. Tetapan calorimeter nya adalah -120 j/0C3. Panas netralisasi antara NaOH dan CH3COOH adalah -400 joule4. Panas netralisasi antara NaOH dan HCl adalah -800 joule

DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet. 2012 ,Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya

Panas Netralisasi niiiiiiiiih. .berhubuung bnyaak tman2 sy yg nyari2 laporan PANAS NETRALISASI. .jdi sy postingg deeeh.laporaan sy. .mudah-mudahan manfaat yaaah :D

PERCOBAAN IVPANAS NETRALISASI

I.Tujuan Adapun tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:1. Menentukan tetapan kalorimetri.2. Menentukan entalpi netralisasi antara KOH + HCl dan KOH + CH3COOH.

II.Dasar Teori Panas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya.Kalorimeter merupakan alat yang di gunakan untuk mengukur perubahan panas. Hal ini karena calorimeter mengisap panas, sehingga tidak semua panas terukur. Kalorimeter yang di gunakan dalam keadaan sederhana adalah calorimeter adiabatik. Di laboratorium alat ini merupakan alat ukur yang teliti dan secara sederhana kita mengatakan bahwa bejana panas mengalir ke dalam atau keluar dari sistem (Atkins, 1999). Salah satu aplikasi hukum pertama Termodinamika di dalam bidang kimia adalah termokimia , yaitu ilmu yang mempelajari kalor yang menyertai perubahan fisik atau reaksi kimia. Untuk menyatakan biasanya dengan kata-kata kalor ditambah dengan proses yang menyertainya. Misalnya kalor pelarutan , yaitu kalor yang menyertai proses perubahan fisik zat terlarut ke dalam pelarutnya (biasanya yang dibahas berupa pelarut cair), kalor pembakaran suatu zat , dan sebagainya (Atkins, 1999). Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi dapat diukur secara eksperimen.Dikenal beberapa macam kalor reaksi bergantung pada tipe reaksinya. Diantaranya adalah kalor netralisasi, kalor pembentukan, kalor penguraian, dan kalor pembakaran. Pada volume tetap, kalor yang menyertai proses tersebut merupakan perubahan energi dalam, sedangkan pada tekanan tetap adalah perubahan entalpi.eksperimen dilaboratorium lebih banyak dilakukan pada tekanan tetap, sehingga kalor yang dihasilkannya merupakan perubahan entalpi. Pada tekanan tetap hukum pertama untuk suatu transformasi calorimeter : H=Q P=OPerubahan panas dalam keadaan ini dapat dinyatakan :K(T1) + R(T1) K(T2) + R(T2), P= konstan Dimana : K = Kalorimeter R = Reaktan P = Produk (hasil reaksi)Karena sistem terisolasi , temperature akhir T2 berbeda dengan temperatur T1. Kedua temperatur diukur seteliti mungkin dengan thermometer yang peka. Perubahan kenyataan di nyatakan dalam dalam dua step, yaitu : 1. R(T1 ) P(T1) H1 2. K (T1) + R(T1) K(T2) + R(T2) H2H = 0, maka H1 + H2 = 0 H1 = H2Langkah kedua adalah sederhana suatu perubah temperatur dari kalorimeter dan hasil reaksi :H2 = [Cp(K) + Cp(P) dTDan kita peroleh pada T1H1 = -[Cp(K) +Cp(P) dTJika kapasitas panas kalorimeter dan hasil reaksi di ketahui, panas reaksi T1 dapat dihitung dari pengukuran temperatur T1 dan T2.Dalam larutan encer dari asam kuat dan basa kuat dapat terionisasi sempurna menjadi ion-ionya. Begitu juga garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionya dalam larutan. Reaksi asam kuat dengan basa kuat disebut reaksi. Netralisasi yang dapat ditulis sebagai berikut : H- + OH- H2OPanas yang terjadi tidak tergantung sifat dari anion asamnya dan kation basanya. Jika asam atau basanya tidak terionisasi sempurna, sebagai contoh : asam asetat terionisasi sebagian dalam larutan dan ternetralisasi oleh natrium hidroksida yang reaksinya sebagai berikut :CH3COOH + OH CH3COO- + H2OMekanismenya berlangsung dua tingkat reaksi yaitu :CH3COOH CH3OO- + H-H- + OH- H2OPanas netralisasi pada reaksi ini merupakan panas penggabungan ion H- dan ion OH- melepaskan energi yang harus digunakan pada disosiasi molekul asam asetat yang tidak terionisasi dapat di tentukan dengan kalorimeter (Bird, 1993). Termokimia membahas tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia yang dimanifestasikan sebagai kalor reaksi. Perubahan yang terjadi dapat berupa pelepasan enrgi (reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm). Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus (1) Kalor Pembentukan (2) Kalor Pembakaran (3) Kalor Pelarutan (4) dan Kalor Netralisai (Petrucci, 1987).Perubahan enrgi yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energi yang hilang selama reaksi berlangsung, melainkan berubah bentuk dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Adanya kekekalan energy ini ditunjukan oleh selisih penyerapan dan pelepasan energy, yang disebut sebagai energy internal. Sebagai gambaran, jika pada suatu system enrgai diberikan sejmlah energy dalam bentuk kalor (q), maka system akan melakukan kerja (W) sebesar W= p x V. setelah melakukan kerja system masih menyimpan sejumlah energi yang disebut sebagai energy internal (U) (Oxtobi, 1998).

III.Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: - Alat1. Termometer2. Gelas kimia 100 ml dan 150 ml3. Gelas ukur 10 ml dan 25 ml4. Kalorimeter5. Pipet tetes6. Botol semprot- Bahan1. Larutan HCl 2 M2. Larutan NaOH 2 M3. Larutan KOH 2 M4. Larutan CH3COOH 2 M5. Aquades6. Tissue

IV.Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:1. Menyiapkan alat dan bahan.2. Memasukkan 10 ml larutan HCl kedalam gelas ukur , kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia.3. Mengukur suhunya sebagai T1.4. Memasukkan 10 ml larutan NaOH kedalam gelas ukur, kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia5. Mengukur suhunya sebagai T2.6. Larutan HCl dan NaOH secara bersamaan dimasukkan kedalam kalorimeter, kemudian mengocok dan mengukur suhunya sebagai suhu akhir.7. Mengulangi langkah 2-6 dan mengganti bahan yang digunakan dengan larutan KOH dengan HCl. 8. Mengulangi langkah 2-6 dan mengganti bahan yang digunakan dengan larutan CH3COOH dan KOH. 9. Memasukkan data yang diperoleh kedalam tabel hasil pengamatan.

V.Hasil Pengamatan

NOLarutan AsamLarutan BasaPercobaanSuhu rataan () Suhu akhir () T ()

T1() T2()

1HClNaOH3333334310

2HClKOH333333385

3CH3COOHKOH323332,5374,5

VII. Pembahasan Panas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Termokimia membahas tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia yang dimanifestasikan sebagai kalor reaksi. Perubahan yang terjadi dapat berupa pelepasan enrgi (reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm). Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus (1) Kalor Pembentukan (2) Kalor Pembakaran (3) Kalor Pelarutan (4) dan Kalor Netralisai (Petrucci, 1987). Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan tetapan kalorimeter dan menentukan entalpi netralisasi antara KOH + HCl dan KOH + CH3COOH ( Tim Penyusun Kimia Fisik 1, 2013 ). Pada percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan, yakni perlakuan yang pertama yaitu mengukur suhu untuk larutan HCl dan NaOH, pada perlakuan yang kedua yaitu mengukur suhu untuk larutan KOH dan HCl dan pada perlakuan yang ketiga yaitu mengukur suhu untuk larutan CH3COOH dan KOH ( Tim Penyusun Kimia Fisik 1, 2013 ). Pada perlakuan yang pertama yaitu memasukkan larutan HCl sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur dan memasukkan larutan tersebut kedalam gelas kimia. Kemudian mengukur suhunya sebagai T1 atau suhu mula-mula, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 . Setelah itu, memasukkan larutan NaOH sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur kemudian karutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia dan mengukur suhunya sebagai T2, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 , sehingga suhu rataannya adalah 33. Setelah itu, memasukkan kedua larutan tersebut secara bersamaan kedalam kalorimeter dan mengocoknya kemudian mengukur suhu kedua larutan tersebut sebagai suhu akhir. Adapun suhu yang diperoleh dari kedua larutan tersebut yaitu 43. Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut mengalami kenaikan suhu. Hal ini disebabkan karena pada saat larutan berada dalam kalorimeter tidak terjadi interaksi antara sistem dan lingkungan atau biasa disebut sebagai sistem terisolasi. Sistem terisolasi adalah suatu Sistem di mana tidak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungannya. Sehingga tidak ada kalor yang diserap ataupun yang dilepaskan pada saat reaksi berlangsung yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu. Adapun tetapan total yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu 26 J/K, tetapan larutan yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu 0,0836 J/K dan tetapan kalorimeter yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu 25,92 J/K (Bird, 1993). Pada perlakuan yang kedua yaitu memasukkan larutan HCl sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur dan memasukkan larutan tersebut kedalam gelas kimia. Kemudian mengukur suhunya sebagai T1 atau suhu mula-mula, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 . Setelah itu, memasukkan larutan KOH sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur kemudian karutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia dan mengukur suhunya sebagai T2, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 , sehingga suhu rataannya adalah 33. Setelah itu, memasukkan kedua larutan tersebut secara bersamaan kedalam kalorimeter dan mengocoknya kemudian mengukur suhu kedua larutan tersebut sebagai suhu akhir. Adapun suhu yang diperoleh dari kedua larutan tersebut yaitu 38. Dimana dalam hal ini terjadi kenaikan suhu sebesar 5. Hal ini juga menunjukkan bahwa larutan tersebut mengalami kenaikan suhu. Hal ini juga disebabkan karena pada saat larutan berada dalam kalorimeter tidak terjadi interaksi antara sistem dan lingkungan atau biasa disebut sebagai sistem terisolasi. Kenaikan suhu tersebut terjadi karena disebabkan oleh terbentuknya panas netralisasi basa oleh asam kuat akibat dari adanya pencampuran dari asam kuat dan basa lemah. Adapun nilai penetralisasian yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 27,28 Kj/mol. Sedangkan nilai penetralisasian berdasarkan literatur yaitu -55,90 Kj/mol. Hasil yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa, seharusnya nilai penetralisasian yang diperoleh harus lebih kecil. Kesalahan ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan skala pada termometer dan keterlambatan dalam pengukuran suhu. Sehingga dapat dikatakan apabila asam kuat direaksikan dengan basa lemah maka yang terjadi bukan hanya reaksi penetralan tetapi juga reaksi ionisasi yang bersifat endotermik yaitu suatu proses atau reaksi yang menyerap panas (Bird, 1993).

Pada perlakuan yang ketiga yaitu memasukkan larutan CH3COOH sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur dan memasukkan larutan tersebut kedalam gelas kimia. Kemudian mengukur suhunya sebagai T1 atau suhu mula-mula, dan suhu yang diperoleh yaitu 32 . Setelah itu, memasukkan larutan KOH sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur kemudian karutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia dan mengukur suhunya sebagai T2, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 , sehingga suhu rataannya adalah 32,5. Setelah itu, memasukkan kedua larutan tersebut secara bersamaan kedalam kalorimeter dan mengocoknya kemudian mengukur suhu kedua larutan tersebut sebagai suhu akhir. Adapun suhu yang diperoleh dari kedua larutan tersebut yaitu 37. Dimana dalam hal ini terjadi kenaikan suhu sebesar 4,5. Hal ini juga menunjukkan bahwa larutan tersebut mengalami kenaikan suhu. Hal ini juga disebabkan karena pada saat larutan berada dalam kalorimeter tidak terjadi interaksi antara sistem dan lingkungan atau biasa disebut sebagai sistem terisolasi. Kenaikan suhu yang terjadi disebabkan oleh terbentuknya panas netralisasi akibat dari pencampuran asam lemah dan basa lemah. Adapun nilai penetralisasian yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu 24,55 Kj/mol. Sedangkan nilai penetralisasian berdasarkan literatur yaitu -55,90 Kj/mol. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa seharusnya nilai penetralisasian yang diperoleh harus lebih kecil dari tetapan netralisasi dari asam kuat dan basa kuat. . Kesalahan ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan skala pada termometer dan keterlambatan dalam pengukuran suhu yang mengakibatkan tidak terjadinya penetralan yang sempurna pada perlakuan ini (Bird, 1993).

VIII. Kesimpulan Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu:1. Tetapan kalorimeter yang diperoleh dari HCl dan NaOH yaitu25,92 J/K.2. Nilai entalpi netralisasi dari HCl dan KOH yaitu 27,28 Kj/mol dan nilai entalpi netralisasi dari CH3COOH dan KOH yaitu 24,55 Kj/mol.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, (1999). Kimia Fisika Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Bird, (1993). Kimia Fisik. Erlangga. Jakarta.Oxtobi, D.W. (1998). Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.Petrucci. (1987). Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern Jilid 2 Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.Tim Penyusun Kimia Fisik I. (2013). Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Universitas Tadulako. Palu.Diposkan oleh fikrah dian di 15.03 http://fikrahdian.blogspot.com/2013/11/panas-netralisasi_28.html

I. TujuanAdapun tujuan dari percobaan ini yaitu:1. Untuk menentukan tetapan kalorimeter.2. Untuk menentukan entalpi netralisasi antara: KOH + HCl dan KOH + CH3COOH

II. Dasar Teori Panas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya.Kalorimeter merupakan alat yang di gunakan untuk mengukur perubahan panas. Hal ini karena kalorimeter mengisap panas, sehingga tidak semua panas terukur. Kalorimeter yang di gunakan dalam keadaan sederhana adalah kalorimeter adiabatik. Di laboratorium alat ini merupakan alat ukur yang teliti dan secara sederhana kita mengatakan bahwa bejana panas mengalir ke dalam atau keluar dari sistem (Atkins, 1999). Kalorimetri didasarkan kenaikan suhu yang teramat dalam beberapa medium. Kalor spesifik dari zat adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu dari 1 gram zat pada 1C. Besaran lain yang berhubungan adalah kapasitas kalor yang merupakan banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat bermassa pada 1C. Banyaknya kalor yang keluar maupun masuk dari zat adalah : q = C . tt adalah perubahan suhu yang diperoleh dari tf ti dimana tf merupakan temperatur final dan ti adalah temperatur initial. q = C (tf ti)Sehingga persamaan kalor spesifik : q = m . . tDimana m merupakan massa dalam gram dari zat yang menyerap kalor dan c = m. (Syukri, 1999).

Kalor adalah bentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan melepaskan sejumlah kalor. Dalam Sistem Internasional (SI) satuan untuk kalor dinyatakan dalam satuan kalori (kal), kilokalori (kkal), atau joule (J) dan kilojoule (kj) (Sastrohamidjojo, 2005). Prinsip pada kalor netralisasi adalah Azas Black, yang menyatakan bahwa kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima. Sedangkan metode yang digunakan adalah kalorimetri yang berdasarkan pada hal penyeimbangan suhu dua larutan dalam suatu sistem adiabatik. Kalor netralisasi adalah panas yang timbul pada penetralan asam atau basa kuat, tetap untuk tiap-tiap mol H2O yang terbentuk. Bila asam lemah, kalor netralisasi tidak tetap, karena ada kalor untuk ionisasi (Sukardjo, 2002).Pada penentuan kalor netralisasi ini digunakan asam lemah dan basa kuat, karena adanya hukum Nilai kalor netralisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti massa asam dan basa, perubahan kalorimeter dan zat-zat yang berfungsi sebagai penyerap kalor dalam sistem kalorimeter (Sukardjo, 2002).1 kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik sebesar 1oC atau 1K. jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oC atau 1K dari 1 gram zat disebut kalor jenis Q=m c T, satuan untuk kalor jenis adalah joule pergram perderajat Celcius (Jg-1oC-1) atau joule pergram per Kelvin (Jg-1oK-1). Pengukuran kalor suatu reaksi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Ada beberapa jenis kalorimeter seperti: kalorimeter termos, kalorimeter bom, kalorimeter thienman, dan lain-lain. Kalorimeter yang lebih sederhana dapat dibuat dari sebuah bejana plastik yang ditutup rapat sehingga bejana ini merupakan sistim yang terisolasi. Cara kerja kalorimeter adalah sebagai berikut: Sebelum zat-zat pereaksi direaksikan di dalam kalorimeter, terlebih dahulu suhunya diukur, dan usahakan agar masing-masing pereaksi ini memiliki suhu yang sama. Setelah suhunya diukur kedua larutan tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat bereaksi dengan baik, kemudian suhu akhir diukur (Petrucci, 2007).Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara eksoterm maka kalor yang timbul akan dibebaskan ke dalam larutan itu sehingga suhu larutan akan naik, dan jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara endoterm maka reaksi itu akan menyerap kalor dari larutan itu sendiri, sehingga suhu larutan akan turun. Besarnya kalor yang diserap atau dibebaskan reaksi itu adalah sebanding dengan perubahan suhu, kalor jenis dan massa larutan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Petrucci, 2007).Kalorimeter sederhana pengukuran kalor reaksi, serta kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat dan gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan (misalnya reaksi netralisasi asam-basa/netralisasi, pelarutan dan pengendapan). Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu (T)satu satuan massa(m) benda sebesar satu derajat (Sukardjo, 2002).

III. Alat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: ALAT1. Termometer 2. Gelas kimia 100 mL dan 150 mL3. Gelas ukur 10 mL dan 25 mL4. Kalorimeter5. Pipet tetes6. Botol semprot BAHAN1. Larutan HCl 2 M2. Larutan NaOH 2 M3. Larutan KOH 2 M4. Larutan CH3COOH 2 M5. Aquades6. Tissue

IV. Prosedur KerjaAdapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:1. Merangkai kalorimeter2. Mengukur larutan HCl 10 mL menggunakan gelas ukur kemudian memasukkan kedalam gelas kimia.3. Mengukur suhu larutan HCl dalam gelas kimia menggunakan termometer sebagai T1.4. Mengukur larutan NaOH 10 mL menggunakan gelas ukur, kemudian memasukkan kedalam gelas kimia.5. Mengukur suhu larutan NaOH dalam gelas kimia menggunakan termometer sebagai T2.6. Memasukkan secara bersamaan larutan HCl dan larutan NaOH kedalam kalorimeter, kemudian mengocok larutan dalam kalorimeter dan mengukur suhunya sebagai suhu akhir.7. Mengulangi langkah 2 sampai 6 menggunakan larutan HCl dan larutan KOH.8. Mengulangi langkah 2 sampai 6 menggunakan larutan CH3COOH dan larutan KOH.9. Memasukkan data yang diperoleh dalam tabel hasil pengamatan.

V. Hasil PengamatanAdapun hasil pengamatanyang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebagai berikut.NoLarutan asamLarutan basaPercobaanSuhu rataan ()Suhu Akhir ()T ()

T1 ()T2 ()

1

2

3

HCl 2 M

HCl 2 M

CH3COOH 2 MNaOH 2 M

KOH2 M

KOH2 M33,5

33,5

3332

34

3432,75

33,75

33,542

39

389,25

5,25

4,5

VII.PembahasanPanas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya.Kalorimeter merupakan alat yang di gunakan untuk mengukur perubahan panas. Hal ini karena kalorimeter mengisap panas, sehingga tidak semua panas terukur. Kalorimeter yang di gunakan dalam keadaan sederhana adalah kalorimeter adiabatik. Di laboratorium alat ini merupakan alat ukur yang teliti dan secara sederhana kita mengatakan bahwa bejana panas mengalir ke dalam atau keluar dari sistem (Atkins, 1999). Prinsip kerja dari kalorimeter yaitu dimana sebelum zat-zat pereaksi direaksikan didalam kalorimeter, terlebih dahulu suhunya diukur dan diusahakan agar masing-masing pereaksi ini memiliki suhu yang sama. Setelah suhunya diukur kedua larutan tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat dapat bereaksi dengan baik, kemudian suhu akhirnya diukur. Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara eksoterm maka kalor yang timbul akan dibebaskan ke dalam larutan itu sehingga suhu larutan akan naik, dan jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara endoterm maka reaksi itu akan menyerap kalor dari larutan itu sendiri, sehingga suhu larutan akan turun. Besarnya kalor yang diserap atau dibebaskan reaksi itu adalah sebanding dengan perubahan suhu dan massa larutan (Bird, 1993).Cara kerja kalorimeter adalah sebagai berikut: Sebelum zat-zat pereaksi direaksikan di dalam kalorimeter, terlebih dahulu suhunya diukur, dan usahakan agar masing-masing pereaksi ini memiliki suhu yang sama. Setelah suhunya diukur kedua larutan tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat bereaksi dengan baik, kemudian suhu akhir diukur (Petrucci, 2007).Percobaan bertujuan untuk menentukan tetapan kalorimeter dan menghitung entalpi netralisasi antara larutan KOH dengan HCl dan larutan KOH dengan CH3COOH. Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah larutan HCl, NaOH, KOH, dan CH3COOH yang mempunyai konsentrasi masing-masing 2 M (Staf Pengajar Kimia Fisik, 2013).Adapun fungsi penggunaan termometer dalam percobaan ini adalah untuk menentukan suhu dan perubahan suhu sebelum dan sesudah dimasukkan kedalam kalorimeter. Fungsi gelas ukur adalah untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan baik larutan asam maupun basa, gelas ukur yang digunakan pada percobaan ini berbeda karena sifat kedua larutan yang digunakan berbeda yaitu larutan asam dan basa, sehingga digunakan gelas ukur yang berbeda agar dapat ditentukan suhu pertama dan suhu kedua. Fungsi gelas kimia dalam percobaan ini adalah untuk menyimpan larutan yang diukur dalam gelas ukur. Kalorimeter tujuannya adalah untuk mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan (misalnya reaksi netralisasi asam-basa/netralisasi, pelarutan dan pengendapan). Fungsi dari larutan HCl dengan NaOH adalah untuk mengetahui besarnya nilai dari kalor reaksi, perubahan suhu, kapasitas kalor total, kapasitas kalor larutan, dan tetapan kalorimeter yang digunakan, karena larutan HCl merupan asam kuat dan larutan NaOH basa kuat sehingga pada saat kedua larutan dicampurkan akan bereaksi seluruhnya akibat larutannya terurai sempurna membentuk ion-ionnya. Fungsi dari larutan KOH dengan HCl adalah untuk menentukan besarnya nilai massa larutan yang terbentuk, perubahan suhu, kalor yang diserap, kalor yang dihasilkan, jumlah kalor yang dihasilkan, jumlah mol garam yang dihasilkan dan penetralisasian karena larutan asam yang digunakan HCl merupakan asam kuat dan KOH merupakan basa lemah maka pada reaksi tersebut akan diperoleh entalpi penetralisasiannya. Larutan CH3COOH dengan KOH juga mempunyai fungsi yang sama dengan penggunaan larutan KOH dan HCl (Staf Pengajar Kimia Fisik 1, 2013).Perlakuan I, larutan HCl dan NaOH yang mempunyai konsentrasi sama yaitu 2 M yang diukur menggunakan 2 jenis gelas ukur yang berbeda yaitu 10 mL dan 25 mL selanjutnya HCl yang sudah diukur 10 mL dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL dan mengukur suhu larutan tersebut didapatkan T1 sebesar 33,5C. Kemudian NaOH 10 mL dimasukkan dalam gelas kimia 150 mL dan mengukur suhu larutan tersebut didapatkan T2 sebesar 32C. Setelah mengukur suhu masing-masing larutan, larutan dimasukkan secara bersamaan kedalam kalorimeter dan selanjutnya mengukur suhu larutan dalam kalorimeter menggunakan termometer raksa yang secara bersamaan larutan tersebut dikocok sampai suhunya konstan yang ditunjukkan pada termometer dan suhunya diperoleh sebesar 42. Tujuan larutan dimasukkan secara bersamaan kedalam kalorimeter adalah supaya larutan tidak dipengaruhi oleh suhu ruang yang menyebabkan terjadinya pertukaran kalor antara larutan yang satu dengan larutan yang lainnya sehingga sangat berpengaruh dengan hasil pengukuran suhu dalam percobaan. Suhu sebelum larutan dan sesudah pencampuran berbeda karena proses endoterm dalam sebuah wadah adiabatik menghasilkan penurunan temperatur sistem, proses eksoterm menghasilkan kenaikan temperature (Atkins, 1999).Perlakuan II, larutan HCl dan KOH yang mempunyai konsentrasi sama yaitu 2 M, pada perlakuan ini larutan HCl diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 10 mL, kemudian masukkan kedalam gelas kimia dan mengukur suhunya menggunakan termometer diperoleh suhu T1 sebesar 33,5dan larutan KOH diukur dengan gelas ukur sebanyak 10 mL dan memasukkan dalam gelas kimia dan mengukur suhunya menggunakan termometer diperoleh suhu T2 sebesar 34. Setelah mengukur masing-masing suhu larutan, larutan tersebut dimasukkan secara bersamaan kedalam kalorimeter dan mengukur suhu larutannya sambil dikocok sampai suhu yang ditunjukkan pada termometer konstan yaitu 39. Perlakuan III, larutan CH3COOH dan larutan KOH yang mempunyai konsentrasi masing-masing 2 M. Pada perlakuin ini larutan CH3COOH diukur sebanyak 10 mL menggunakan gelas ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam gelas kimia dan mengukur suhunya menggunakan termometer yang diperoleh T1 sebesar 33. Selanjutnya mengukur larutan KOH sebanyak 10 mL menggunakan gelas ukur dan selanjutnya dimasukkan dalam gelas kimia dan mengukur besarnya suhu menggunakan termometer diperoleh suhu T2 sebesar 34. Selanjutnya larutan yang diukur tersebut dimasukkan secara bersamaan kedalam kalorimeter dan mengukur suhunya menggunakan termometer disertai dengan pengocokan sampai suhunya konstan dan diperoleh suhu campuranya sebesar 38.Proses yang terjadi pada percobaan ini adalah proses endoterm yang berlangsung dalam wadah diatermik, pada kondisi eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan aliran energi ke dalam sistem sebagai kalor. Proses eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan pembebasan energi sebagai kalor dalam lingkungan (Atkins, 1999).Perhitungan reaksi antara HCl 2 M dan NaOH 2 M diperoleh kalor reaksi sebesar 260 joule, selisih suhunya diperoleh sebesar 9,25 K, CP total diperoleh sebesar 28,108 J/K, CP larutan diperoleh sebesar 0,0836 J/K dan ketetapan kalorimeter (CP) diperoleh sebesar 28024 J/K. Untuk perhitungan reaksi antara larutan HCl 2 M dan KOH 2 M diperoleh massa larutan sebesar 21 gram dan selisih suhunya sebesar 5,25 K, kalor yang diserap (Q1) sebesar 436,59 Joule, kalor yang dihasilkan (Q2) sebesar 147,126 Joule, kalor jenis yang dihasilkan (Q3) sebesar 583,716 Joule, mol garam KCl diperoleh sebesar 0,02 mol dan penetralisasiannya (Hnet) diperoleh sebesar 29,18 KJ/mol. Sedangkan untuk perhitungan reaksi antara CH3COOH 2 M dan KOH 2 Mdiperoleh massa larutan sebesar 21 gram dan selisih suhunya sebesar 4,5 K, kalor yang diserap (Q1) sebesar 374,22 Joule, kalor yang dihasilkan (Q2) sebesar 126,108 Joule, nilai kalor jenis yang dihasilkan (Q3) sebesar 500,328 Joule, mol garam CH3COOK sebesar 0,02 mol dan penetralisasiannya (Hnet) sebesar 25,0164 KJ/mol.Definisi dari panas netralisasi yaitu jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Nilai penetralisasian berdasarkan literatur yaitu -55,90 Kj/mol. Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh maka hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa seharusnya nilai penetralisasian yang diperoleh harus lebih kecil dari tetapan netralisasi dari asam lemah dan basa basa. Kesalahan ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan skala pada termometer dan keterlambatan dalam pengukuran suhu yang mengakibatkan tidak terjadinya penetralan yang sempurna pada perlakuan ini (Bird, 1993).VIII. KesimpulanAdapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu:1. Tetapan kalorimeter yang diperoleh pada percobaan ini 28,024 J/K.2. Nilai entalpi netralisasi dari HCl dan KOH yaitu 29,18 Kj/mol. Nilai entalpi netralisasi dari CH3COOH dan KOH yaitu 25,0164 Kj/mol.DAFTAR PUSTAKAAtkins, (1999). Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.Bird, (1993). Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.Petrucci, dkk. (2007). Kimia Dasar Pinsip-Prinsip Dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: ErlanggaSastrohamidjojo, Hardjono. (2005). Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Sukardjo. (2002). Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta

Sukri, S. (1999). Kimia Dasar I. ITB: Bandung.

http://trioctivan.blogspot.com/2013/12/percobaaniv-panasnetralisasi-i_2.html