Upload
suzzanadira
View
9
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
panas pelarutan
Citation preview
IX. ANALISIS PERCOBAAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa pada saat melakukan
pengocokan pada calorimeter dilakukan dengan konstan agar suhu yang didapatkan konstan.
Pada penentuan panas pelarutan dan panas reaksi CuSO4.5H2O digerus terlebih dahulu agar luas
kontak CuSO4 lebih besar. Pada percobaan penambahan CuSO4 anhidrat, CuSO4.5H2O harus
dikeringkan ke dalam oven untuk menghilangkan hidrat yang terkandung di dalamnya sampai
berubah warna dari biru menjadi putih dan kemudian memasukkannya ke dalam desikator untuk
didinginkan.
Untuk menentukan t3 didapatkan dari penaikan garis lurus pada grafik sehingga didapatkan
suhu t3 = 32.3 dan tetapan harga kalorimeternya yaitu 882 j/ Dari hasil percobaan R2 yang
didapat sebesar 0.7273 sedangkan R2 yang seharusnya didapatkan yaitu mendekati nilai 1, hal ini
di karenakan kurangnya ketelitian dalam menggunakan thermometer, thermometer yang dipakai
merupakan thermometer berskala 2 sehingga agak sulit membacanya. Pada penentuan panas
pelarutan dan panas rekasi dapat juga ditentukan dengan menggunakan Hukum HESS.
X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Panas pelarutan merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada suatu system apabila 1 mol zat
terlarut dilarutkan dalam n1 mol pelarut pada thermometer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi entalpi yaitu : jumlah zat, temperature, sifat zat terlarut dan
pelarutnya, konsentrasi awal dan akhir larutan.
Tetapan calorimeter (K) = 80 j/
Panas rekasi CuSO4.5H2O,
Panas larutan pada :
- CuSO4 = 101 j
- CuSO4.5H2O = 202 j
Panas pelarutan untuk 1 mol pada :
- CuSO4 = 5.050 kj
- CuSO4.5H2O = 6.516 kj
DAFTAR PUSTAKA
… Jobsheet, 2011. Kimia Fisika. Palembang. 2011
… Tony Bird.“Penuntun Praktikum Kimia Fisika” untuk Universitas.Gramedia,Jakarta.1987
Pembahasan
Pada percobaan ini, digunakan Kristal CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat H3 H2O (kalor integral dari CuSO4.5H2O dan CuSO4untuk menentukan anhidrat), dimana kalor pelarutan integral merupakan kalor yang diserap dan dilepaskan ketika satu mol zat (CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat) dilarutkan dalam n mol pelarut.Langkah pertama yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah menentukan tetapan calorimeter (K), karena alat yang digunakan untuk menentukan perubahan kalor adalah calorimeter. Etatpan calorimeter perlu dilakukan karena adanya sejumlah kalor yang diserap oleh calorimeter (wadah, thermometer, pengaduk) sehingga tidak semua perubahan suhu dapat diukur.Pada percobaan selanjutnya, Kristal CuSO4.5H2O yang akan ditentukan kalor pelarutan integralnya, dilarutkan dengan 100 mL aquadest di dalam calorimeter. Selama proses pelarutan yang harus diperhatikan adalah perubahan suhu larutan, dimana suhu larutan dibaca setiap menit sampai diperoleh suhu yang konstan. Perlunya ditentukan suhu larutan konstan adalah untuk memudahkan dalam perhitungan harga kalor yang diserap atau dilepas karena jika suhunya tidak konstan maka akan sulit untuk menentukan suhu mana yang akan digunakan dalam perhitungan. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah larutan harus terus diaduk di dalam calorimeter agar semua Kristal CuSO4.5H2O benar-benar larut dan tidak mengendap.Adapun pada penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat, hal pertama yang dilakukan adalah memanaskan Kristal CuSO4.5H2O dalam oven sampai Kristal berubah warna dari biru menjadi putih. Perubahan warna tersebut menandakan bahwa air yang terikat pada Kristal telah menguap. Selanjutnya Kristal anhidrat tersebut dilarutkan dengan aquadest di dalam calorimeter, mengamati perubahan suhu yang terjadi saat Kristal mulai dimasukkan sampai diperoleh suhu yang konstanBerdasarkan hasil analisis data, diperoleh harga tetapan calorimeter (K) sebesar 84 J/K yang berarti bahwa calorimeter menyerap sebesar 84 J kalor tiap kenaikan suhu satu Kelvin. Adapun harga kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O adalah 0 (nol) yang disebabkan karena pada saat sebelum dan setelah penambahan Kristal CuSO4.5H2O kedalam calorimeter, T=0).suhu larutan tetap sama sehingga tidak ada perubahan suhu ( Sedangkan harga kalor pelarutan CuSO4 anhidrat sebesar 1,6 kJ/mol yang berarti bahwa dalam setiap mol zat terlarut yang dilarutkan dalam satu mol pelarut system menyerap kalor sebesar 1,6 kJDengan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan hukum hess, diperoleh nilai pelarutan CuSO45H2O menjadi CuSO4 sebesar 1,9 kJ/mol. Adapun reaksinya : CuSO4(l) + 5H2O(aq)CuSO45H2O(s) H yang positif menandakan bahwa reaksi yang terjadi berlangsungNilai secara endoterm atau kalor berpindah dari lingkungan ke system.
Kesimpulan dan Saran
KesimpulanNilai tetapan calorimeter pada percobaan ini adalah 84 J/KKalor pelarutan integral CuSO45H2O adalah 0 kJ/mol yang artinya tidak terjadi pelepasan ataupun penyerapan kalorKAlor pelarutan ntegral CuSO4 anhidrat adalah 1,6 kJ/mol yang berarti dibutuhkan kalor sebesar 1,6 kJ untuk melarutkan tiap mol CuSO4 anhidrat.Kalor pelarutan CuSO4 menjadi CuSO45H2O sebesar 1,69 kJ/mol
SaranSebaiknya praktikan lebih teliti dan focus pada saat melakukan praktikum agar hadil yang diperoleh dapat lebih baik dan diaharapkan kepada asisten untuk memberikan pemahaman kepada praktikan tentang prosedur kerja sebelum praktikum dimulai.
Daftar Pustaka
Achmad, hiskia. 2001. Stoikiometri Energetika Kimia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.Anonim. 2006. Pengertian/Definisi Kalor dan Teori Kalor Umum Dasar. Http://organisasi.org/pengertian-definisi-kalor-dan-teori-kalor-umum-dasar-kuantitas-jumlah-panas/ diakses pada 14 April 2010.Anonim. 2010. Kalorimeter Larutan. http://id.wikipedia.org/wiki/kalorimeter/ diakses pada 13 April 2010.Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Edisi Keenam Jilid Keempat. Jakarta : Erlangga.Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-Press.Rohman, Ijang. 2004. Kimia Fisik I. Malang : JICA.Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM
VII. ANALISA PERCOBAAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan mengenai “PANAS PELARUTAN” pada saat
melakukan pengocokan pada calorimeter dilakukan dengan konstan agar suhu yang didapatkan
konstan. Pada penentuan panas pelarutan dan panas reaksi CuSO4 harus dikeringkan ke dalam
oven untuk menghilanhkan hidrat yang terkandung di dalamnya sampai berubah warna dari biru
menjadi putih dan kemudian memasukkan ke dalam desikator untuk mendinginkan.
Untuk menentukan t3 didapatkan dari penarikan garis lurus kurva pada grafik sehingga
didapatkan suhu t3 = 33.76 dan tetapan calorimeternya = -55.41 j/ dari jumlah panas reaksi yang
dihasilkan sebesar 0.00859 kj.
Pada penentuan panas pelarutan dan panas reaksi dapat juga ditentukan dengan
menggunakan Hukum Hess.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan, pengamatan, dan analisa dapat disimpulkan :
Panas pelarutan merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada suatu sisitem apabila 1 mol zat
terlarut dilarutkan di dalam n1 mol pelrut pada thermometer.
Factor-faktor yang mempengaruhi entalpi, yaitu : jumlah zat, temperature, sifat zat terlarut dan
pelarutnya, konsentrasi awal dan akhr larutan.
Tetapan calorimeter (k) : -55.41 j/ .
PEMBAHASAN
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol senyawa
dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu senyawa harus diukur
pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi dalam prakteknya, pelarut yang ditambahkan
jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih
banyak pelarut.
Dalam percobaan panas pelarutan ini akan dicari panas pelarutan dari CuSO4.5H2O dan
CuSO4 anhidrat. Biasanya panas pelarutan sulit untuk ditentukan tetapi dengan menggunakan
hukum Hess dalam reaksi dapat dihitung secara tidak langsung. Dalam percobaan ini digunakan
pelarut air yang dimana air mempunyai sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai
kemampuan melarutkan berbagai jenis zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal (pelarut
yang dapat melarutkan semua zat), tetapi dapat melarutkan banyak macam senyawa ionik,
senyawa organik dan anorganik yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa yang
polaritasnya rendah tetapi berinteraksi khusus dengan air. Salah satu penyebab mengapa air itu
dapat melarutkan zat-zat ionik adalah karena kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan
hingga ion-ion itu dapat terpisah antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh
besarnya tetapan dielektrik yang dimiliki air. Tetapan dielektrik adalah suatu tetapan yang
menunjukkan kemampuan molekul mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan
listrik yang terdapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat mengarah pada
menetralkan muatan-muatan listrik yang terdapat disekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan tarik-
menarik muatan yang berlawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai tetapan
dielektrik besar.
Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi
untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan, tetapi
hanya ditentukan keadaan awal dan akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua
tahap atau lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor tahapan reaksinya.
Oleh karena itu hukum hess juga disebut hukum penjumlahan kalor. Dalam kalor reaksi dikenal
dua reaksi yaitu reaksi eksoterm merupakan reaksi yang melapaskan kalor dari sistem
kelingkungan dan reaksi endoterm dimana reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan kesistem.
Dalam praktikum ini yang menjadi sistem adalah larutan air dengan CuSO4.5H2O atau dengan
CuSO4 anhidrat sedangkan yang menjadi lingkungannya adalah kalorimeter.
Pengamatan yang pertama adalah pada CuSO4.5H2O setelah air dalam kalorimeter
suhunya telah konstan maka serbuk CuSO4.5H2O yang telah ditimbang dimasukkan kedalam
kalorimeter dan tepat pada saat itu juga suhunya diukur ternyata suhu air mengalami penurunan
setelah serbuk CuSO4.5H2O dimasukkan, hal ini dapat dilihat pada grafik hubungan suhu dan
waktu untuk CuSO4.5H2O.
Suhu air mengalami penurunan setelah serbuk CuSO4.5H2O dimasukkan karena disini
sistem melepaskan kalor kelingkungan sehingga suhunya turun. Turunnya suhu air dalam
kalorimeter dikarenakan karena pada serbuk CuSO4.5H2O telah mengandung air sehingga pada
saat dilarutkan kedalam air terjadi interaksi antara keduanya yang menyebabkan suhu larutan
menjadi turun.
Pengamatan yang kedua yaitu pada CuSO4 anhidrat. Setelah CuSO4.5H2O ditimbang
kemudian CuSO4.5H2O ini dipanaskan. Tujuan dari pemanasan ini adalah agar air hidrat yang
terdapat dalam CuSO4.5H2O ini hilang yang mengahasilkan CuSO4 anhidt. Setelah itu CuSO4 ini
dimasukkan kedalam desikator agar suhunya dingin dan juga menghindarkannya agar tidak
terkontaminasi dengan udara luar. Setelah suhu air dalam desikator konstan maka serbuk CuSO4
anhidrat ini dimasukkan kedalamnya dan pada saat dimasukkan saat itu juga suhunya diukur
ternyata suhu air mengalami kenaikan setelah serbuk CuSO4 anhidrat dimasukkan seperti yang
diperlihatkan dalam grafik di atas.
Suhu air mengalami kenaikan setelah serbuk CuSO4 anhidrat dimasukkan karena disini
sistem menyerap kalor dari lingkungan sehingga suhu mengalami kenaikan. Naiknya suhu
larutan ini disebabkan karena pada CuSO4 anhidrat tidak mengandung air seperti pada
CuSO4.5H2O sehingga pada saat CuSO4 anhidrat dimasukkan antara air dan CuSO4 anhidrat
mengalami tarik menarik yang mengakibatkan naiknya suhu dari larutan. Adapun perbedaan
anatara CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat adalah pada CuSO4.5H2O mengandung air dan pada
CuSO4 anhidrat tidak.
Sesuai dengan hukum Hess bahwa hukum hess juga dikenal dengan hukum penjumlahan
kalor maka setelah diketahui kalor pada reaksi pertama dan kedua maka anatara kedua kalor
tersebut dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah molnya sehingga diketahui ΔHnya adalah
sebesar - 71,0451 kJ/mol.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan data pengamatan dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :
1. Panas pelarutan CuSO4.5H2O adalah -555,949 J dan panas pelarutan CuSO4 adalah -1667,7642
J.
2. Hukum Hess juga dikenal sebagai hukum penjumlahan kalor sehingga hukum Hess dapat
digunakan untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.
II.7. Kegunaan Panas Pelarutan dalam Industri Dapat panas bahan bakar yang semaksimal mungkin, misal suatu zat diketahui kelarutannya 4000oC maka bahan bakar yang memberi panas 4000oC, sehingga keperluan bahan bakar dapat ditekan semaksimal mungkin. Dalam pembuatan reaktor kimia, bila panas pelarutannya diketahui dengan demikian perancangan reaktor disesuaikan dengan panas pelarutan zat, hal ini untuk menghindari kerusakan pada reaktor karena kondisi thermal tertentu dengan kelarutan reaktor tersebut.II.3. Penentuan Tetapan Kalorimeter Tetapan kalorimeter adalah banyak kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu kalorimeter beserta isinya 10C. Pada kalibrasi panas sejumlah panas dimasukan, bisa daari kalorimeter dan menentukan perubahan suhu yang terjadi. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memasukan sejumlah solute tertentu yang telah diketahui panas pelarutan ke dalam kalorimeter yang telah diisi solvent lalu perubahan suhu yang terjadi dicatat berdasarkan Asas Black.m. ∆H = C. ∆T
Dimana ; C = tetapan kalorimeter m = jumlah mol solute∆H = panas pelarutan∆T = perubahan suhu yang terjadi