Upload
hasnaww
View
38
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penggerek
Citation preview
MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN
“ Serangan Hama Penggerek Batang Padi Putih di Daerah Simpang Kalijaga Malang“
Nama Anggota Kelompok:
Nama : Dimas Assania A (1350402011110140)
Wita Firdausi (135040201111037)
Ainur Rofik (135040201111430)
Sofiatul Ula (135040201111316)
Kelas : K
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena rahmat
dan kuasanya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai hama penggerek batang padi.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hama dan Penyakit Penting Tanaman
(HPPT). Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dalam
penyusunan makalah selanjutnya. Atas kritik dan sarannya kami mengucapkan terimakasih.
Malang, 14 September 2014
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi adalah tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena
makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi.
Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya
seperti China, India, Thailand, Vietnam dan lain-lain. Padi merupakan tanaman berupa rumput
berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting
dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga
digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut
sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa
oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Namun dalam budidaya tanaman padi masih mengalami berbagai kendala diantaranya
yaitu serangan dari hama yang dapat menurunkan produktivitas tanaman padi sehingga dapat
merugikan petani itu sendiri. Salah satu hama yang sering menyerang tanaman padi yaitu hama
penggerek batang padi. Penggerek batang padi merupakan hama utama tanaman padi yang
sangat merugikan dalam budidaya tanaman padi. Penggerek batang padi juga menyerang lahan
yang kami amati yang terletak di Simpang Kalijaga kota Malang, dimana serangan hama pada
lahan ini cukup merugikan sehingga perlu dilakukan beberapa pengendalian.
Penggerek batang menyerang tanaman padi sejak di persemaian hingga tanaman pada
stadia matang. Cara masuknya hama penggerek batang ke dalam batang padi berbeda
antarspesies. Gejala serangan yang disebabkan oleh semua spesies penggerek batang sama pada
tanaman padi. Pada tanaman stadia vegetatif, larva memotong bagian tengah anakan sehingga
aliran hara ke bagian atas tanaman terganggu yang menyebabkan pucuk layu dan kemudian
mati. Gejala serangan pada tanaman stadia vegetatif disebut sundep. Kehilangan hasil padi
akibat serangan penggerek batang pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih
dapat membentuk anakan baru. Namun tetap ada pengurangan hasil karena anakan yang baru
lebih kecil yang menghasilkan malai yang kecil pula. Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif,
tanaman padi masih sanggup mengkompensasi kehilangan hasil akibat serangan penggerek
batang sampai 30% (Rauf, 2000.).
Di Indonesia telah dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri dari 5 jenis famili
Pyralidae dan 1 jenis famili Noctuidae. Ke-6 jenis penggerek batang padi tersebut adalah:
Penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi putih, Scirpophaga innotata (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi bergaris, Chilo suppressalis (Walker) (Lepidoptera: (Pyralidae)
Penggerek batang padi kepala hitam, Chilo polychrysus Meyrick (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi berkilat, Chilo auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae)
Penggerek batang padi merah jambu, Sesamia inferens (Walkers) (Lepidoptera:
(Noctuidae).
Pada stadia generatif, larva menggerek tanaman yang akan bermalai, sehingga aliran
hasil asimilasi tidak sampai ke dalam bulir padi. Gejala serangan pada tanaman stadia generatif
disebut beluk. Tidak semua tunas tanaman padi yang terserang muncul menjadi beluk, tetapi
juga terdapat calon malai yang terserang tidak sempat muncul. Pada tingkat serangan yang
tinggi, jumlah malai berkurang. Penurunan hasil pada stadia ini disebabkan oleh adanya
pengurangan jumlah malai akibat gejala beluk. Kerugian hasil yang disebabkan oleh setiap
persen gejala beluk berkisar antara 1– 3% dengan rata-rata 1,2%(Martin, I ,dkk 1993) .
kehilangan hasil padi pada stadia generatif tidak sebanding dengan tingkat serangan beluk,
karena adanya aliran hasil asimilasi dari anakan dengan gejala beluk ke anakan yang sehat. Hal
ini dipengaruhi oleh varietas padi, iklim, kesuburan dan kelembaban tanah. Pengurangan hasil
oleh penggerek batang padi kuning di Asia berkisar antara 2–5% (Rauf, A. 2000).
1.2 Rumusan Masalah
Sebagai acuan penyusun agar tidak menyebar keluar bidang pembahasan, maka kami
membuat rumusan masalah yaitu:
a) Bagaimana klasifikasi hama penggerek batang padi?
b) Bagaimana morfologi hama penyakit batang padi?
c) Apa saja jenis-jenis hama penggerek batang padi?
d) Bagaimana gejala dan tanda yang terjadi akibat serangan penggerek batang padi?
e) Bagaimana bioekologi penggerek batang padi?
f) Bagaimana cara pengendalian panggerek batang padi?
1.3 Tujuan penyusunan makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni diantaranya untuk mengetahui
klasifikasi dari hama penggerek batang, morfologi hama penyakit batang padi, mengidentifikasi
jenis-jenis hama penggerek batang padi, mengetahui gejala dan tanda yang terjadi akibat
serangan penggerek batang padi, bioekologinya serta cara pengendalian panggerek batang padi.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Penggerek Batang padi putih
Klasifikasi penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata) sebagai berikut:
(Rauf, 2000).
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Upafilum : Hexapoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Superfamili : Pyraloidea
Famili : Crambidae
Upafamili : Schoenobiinae
Genus : Scirpophaga
Spesies : Scirpophaga innotata
2.2 Morfologi penggerek batang padi putih
Scirpophaga innotata dikenal dengan penggerek putih batang padi. Telurnya berbentuk
bulat panjang berukuran 0,6x0,5 mm diletakkan berjejer seperti letak genteng pada permukaan
bawah daun dan dekat ujung daun berjumlah 50-150 butir. Larva yang baru menetas berwarna
abu-abu, kemudian menjadi krem muda, kepalanya berwarna lebih tua, kuning, cokelat, dengan
panjang ± 20-25 mm. Pupa berwarna kuning yang terbungkus kokon warna putih. Sedangkan
imagonya mempunyai warna sayap muka coklat kekuningan. Ukuran imago jantan lebih kecil
daripada ukuran betina dan berwarna coklat muda. (Rauf, 2000).
2.3 Jenis-jenis penggerek batang padi
a) Penggerek Batang Padi Kuning
Penggerek batang padi kuning merupakan spesies penggerek yang penyebarannya meluas
dari daerah bermusim dingin, subtropik sampai daerah tropik. Perilaku penggerek batang padi
kuning bergantung pada geografi, di mana di daerah subtropik terjadi diapause sedangkan di
daerah tropis seperti di Indonesia tidak terjadi diapause (Suharto, 2008). Di banyak kabupaten
di Jawa, penggerek batang padi kuning merupakan spesies yang dominan . Lama siklus
hidupnya dipengaruhi oleh temperatur, sehingga di daerah subtropik siklus hidup penggerek
batang padi kuning lebih panjang. Di daerah tropik, penanaman tanaman padi secara terus-
menerus sepanjang tahun menyebabkan penggerek batang padi kuning akan terus berkembang
sehingga dalam satu tahun terdapat 7–8 generasi.
Ngengat penggerek batang padi kuning mudah diidentifikasi yang ditandai oleh sayap
berwarna kuning dengan titik hitam. Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm, dapat
hidup 5–10 hari. Siklus hidup penggerek batang padi kuning berkisar antara 39–58 hari,
bergantung pada lingkungan dan makanan. Jangkauan terbangnya mencapai 6–10 km. Ngengat
bertelur pada pukul 19.00– 22.00 dalam 3–5 malam. Setiap betina bertelur sebanyak 100–600
butir secara berkelompok, tiap kelompok terdiri atas 50–150 butir, dan kelompok telur
ditutupi oleh bulu halus. Dalam 6–7 hari telur menetas, larva terdiri atas 5–7 instar, dan lama
stadium larva 28–35 hari. Larva bersifat kanibal sehingga hanya ada seekor larva yang hidup
dalam satu tunas. Larva instar akhir menuju pangkal batang untuk berubah menjadi pupa.
Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar pada pangkal batang dekat permukaan air
atau tanah, yang ditutupi oleh membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago. Pupa
berwarna kekuning-kuningan atau agak putih, dengan kokon berupa selaput benang berwarna
putih. Panjang pupa 12–15 mm dan stadium pupa 6–23 hari. Pupa berada di dalam pangkal
batang. Di daerah subtropik, jika temperature turun, larva instar akhir menuju pangkal batang
menjadi prepupae, dan jika temperatur naik prepupa berubah menjadi pupa dan keluar menjadi
ngengat. Tanaman inang utama penggerek batang padi kuning adalah padi, tetapi dapat bertelur
pada tanaman lain. Penggerek batang padi kuning lebih berkembang pada pertanaman padi yang
diusahakan secara terus-menerus sepanjang tahun. (Harian umum pelita, 2009)
b) Penggerek Batang Padi Putih
Penggerek batang padi putih menyebar di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Australia. Di
Indonesia, hama ini ditemukan di Kalimantan, Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera, Sumbawa, dan
Madura (Harian umum pelita, 2009). Di Jawa, penyebaran penggerek batang padi putih terbatas
di dataran rendah yang kurang dari 200 m dari permukaan laut dengan musim kemarau yang
kering, curah hujan dalam bulan Oktober–November kurang dari 200 mm (Dhuyo dkk, 2008).
Ngengat sangat tertarik pada cahaya, pada awal musim hujan ngengat keluar serempak
dari populasi prepupa yang berdiapause. Puncak hasil tangkapan ngengat sangat jelas selama
10–14 malam untuk tiap generasi. Sayap ngengat berwarna putih, panjang betina 13 mm dan
jantan 11 mm, hidup 4–7 hari dan maksimum 13 hari. Perbandingan populasi betina dan jantan
adalah 2:1. Ngengat meletakkan telurnya berkelompok, 50–250 butir/kelompok dengan rata-rata
160 butir/kelompok, satu kelompok setiap malam selama 4 hari. Bentuk kelompok telur
penggerek batang padi putih sama dengan kelompok telur penggerek batang padi kuning,
ditutupi bulu dan telur diletakkan di permukaan daun bagian bawah. Dalam 5–8 hari telur
menetas, 85% telur menetas sebelum pukul 13.00 (Suharto dkk, 2008).
Bentuk larva penggerek batang padi putih mirip dengan larva penggerek batang padi
kuning, panjang maksimal 21 mm dan berwarna putih kekuningan. Stadium larva 19–31 hari,
kecuali untuk larva yang berdiapause. Larva instar terakhir akan menuju pangkal batang dan
menjadi pupa. Lama periode pupa 6–9 hari, dan berada di pangkal batang. Larva instar terakhir
pada tanaman stadia generatif muncul pada musim kemarau, tidak langsung berubah menjadi
pupa, tetapi berdiapause di dalam pangkal batang untuk kemudian berubah menjadi pupa
setelah ada hujan pada awal musim hujan berikutnya. Di Australia, larva berdiapause dalam
tunggul padi dan padi liar (Oryza australiensis) selama musim dingin yang kering. Di Indonesia
2–18% larva tidak berdiapause . Pada tahun 1990 populasi penggerek batang padi yang tidak
berdiapause meningkat menjadi 75% ( Harian umum pelit, 2009).
c) Penggerek Batang Merah Jambu
Penyebaran penggerek batang merah jambu luas, bersifat polifag, dan hidup pada
tumbuhan keluarga Graminae seperti padi, tebu, jagung, sorgum, padi liar, aneka rumpun seperti
Panicum sp. dan Paspalum sp. (Minarn dkk, 2005). Ngengat penggerek batang merah jambu
kekar dengan sayap depan bergaris memanjang, berwarna coklat tua, dan sayap belakang putih,
panjang 4–17 mm, dan kurang tertarik pada cahaya. Ngengat spesies ini penerbang yang kuat
bisa terbang sejauh 32 km untuk ngengat betina dan 50 km untuk ngengat jantan. Siklus hidup
ngengat berlangsung 46–83 hari. Telur diletakkan pada 2–3 baris/kelompok yang menyerupai
manik-manik dengan jumlah 30–100 butir/kelompok telur dalam pelepah atau batang. Lama
stadia telur 6 hari, larva berwarna merah jambu dengan panjang maksimal 35 mm. Dalam satu
tunas didapatkan beberapa larva. Lama stadium larva 28–56 hari. Di antara spesies penggerek
batang yang menyerang atau hidup pada tanaman padi, penggerek batang merah jambu paling
rendah serangannya. Serangan berat terjadi jika populasi sangat tinggi, limpasan dari kebun tebu
atau tanaman lain di sekitarnya.
d) Penggerek Batang Padi Bergaris
Penggerek batang padi bergaris menyebar dari daerah tropik sampai 40° lintang utara, dan
di Indonesia merupakan hama minor. Ngengat bisa hidup sampai satu minggu dan aktif mulai
senja. Kepala ngengat berwarna coklat muda dan warna sayap depan coklat tua dengan venasi
sayap yang jelas, panjang ngengat 13 mm. Seekor betina bisa bertelur 100–550 butir, dalam
kelompok yang terdiri atas 60–70 telur/kelompok selama 3–5 malam. Telur diletakkan pada
pangkal daun adakalanya pada pelepah. Telur berwarna putih dan tidak ditutupi rambut
dengan lama stadium telur 4–7 hari.
Larva berwarna abu-abu, kepala coklat dengan garis coklat sejajar tubuhnya, panjang
maksimal 26 mm, dan stadium larva 33 hari. Beberapa ekor larva bisa hidup pada satu buku dari
satu tunas. Bergantung pada temperatur dan ketersediaan makanan, satu siklus hidup bisa
mencapai enam generasi/tahun. Larva instar akhir berpupa di dalam batang, setelah membuat
lubang untuk imago keluar dari pupa. Warna pupa coklat tua dengan stadium pupa 6 hari.
( Rauf, 2000)
e) Penggerek Batang Padi Berkepala Hitam
Penyebaran hama ini dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ngengat bertelur sampai 500
butir selama 3–4 malam. Telur diletakkan berkelompok berbaris pada helaian daun pada pukul
19.00 dan 23.00. Telur menetas setelah 4–7 hari pada pagi hari. Stadium larva 30 hari, dengan
panjang 18–24 mm, beberapa larva dapat hidup pada satu tunas. Pupa berwarna coklat tua
dan stadium pupa 6 hari. Kepala ngengat berwarna hitam. Sayap depan bersisik, bagian tengah
keperakan. Sayap belakang kuning muda dengan panjang 10–13 mm. Siklus hidup berlangsung
selama 26–61 hari. Tanaman inang penggerek batang padi bergaris adalah padi, padi liar,
jagung, tebu, sorgum, dan beberapa jenis rumput. (Rauf, 2000)
f) Penggerek Batang Padi Berkilat
Penggerek batang padi berkilat dilaporkan dari Bangladesh, Bhutan, Cina, Hongkong,
India, Indonesia (Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera), Malaysia, Myanmar, Nepal,
Filipina, ,Taiwan, Thailand, dan Vietnam ( Harian umum pelita, 2009). Tanaman inangnya
adalah tebu, sorgum, dan rumput-rumputan. Larva biasanya terdiri atas lima instar,
bergantung pada kondisi musim setempat, di daerah musim dingin dapat mencapai delapan
instar. Lama larva berkisar antara 16–51 hari dan lama pupa 6–10 hari. Ekologi dan biologi
spesies ini pada tanaman padi menyerupai penggerek batang padi bergaris. Spesies penggerek
batang padi yang beradaptasi pada satu agroekosistem akan mejadi spesies yang dominan. Dari
enam spesies penggerek batang yang ditemukan pada tanaman padi di Indonesia, empat di
antaranya lebih dominan. Keempat spesies tersebut adalah penggerek batang padi kuning,
penggerek batang padi putih, penggerek batang merah jambu, dan penggerek batang bergaris
(Rauf, 2000)
2.4 Gejala dan tanda yang ditunjukan akibat serangan penggerek batang padi
Penggerek batang padi merupakan hama yang selalu dijumpai pada pertanaman padi,
karena selalu dijumpai mulai dari pesemaian hingga memasuki stadia matang. Gejala serangan
yang disebabkan oleh semua spesies penggerek batang sama pada tanaman padi.
a) Sundep
Gejala serangan pada tanaman padi stadia vegetatif dikenal dengan sebutan sundep. Bila
serangan terjadi pada fase vegetatif, larva memotong bagian tengah anakan sehingga aliran hara
ke bagian atas tanaman terganggu yang menyebabkan pucuk layu dan kemudian mati
(Suharto dkk, 2008). Kehilangan hasil karena serangan penggerek batang pada stadia ini relatif
kecil, karena tanaman masih mampu untuk membentuk anakan baru selain itu daun padi yang
masih muda menguning dan mati, anakan tanaman padi kerdil atau mati dan terhambatnya
pertumbuhan daun dan tunas baru.
b) Beluk
Gejala serangan pada tanaman padi stadia generatif dikenal dengan sebutan beluk. Larva
akan menggerek tanaman yang akan bermalai, sehingga aliran hasil asimilasi tidak sampai ke
dalam bulir padi. Akibatnya proses pengisian bulir padi akan terhambat, sehingga banyak gabah
hampa, ujung bagian bawah batang berwarna gelap, malai padi mati dan berwarna keabu-abuan,
bulir padi kosong dan mudah dicabut. Sedangkan tanda yang ditunjukan akibat serangan
penggerek batang padi yaitu diantaranya kotoran larva dapat terlihat pada pangkal daun yang
dicabut,terdapat kotoran larva dalam batang (Suharto dkk, 2008)
2.5 Bioekologi penggerek batang padi
Daur Hidup
Perkawinan S. Innotata terjadi pada sore hari pada pukul 19.00-21.00. Suhu yang cocok
untuk telur S. Innotata adalah 290 dengan kelembaban 90%. Di dataran tinggi telur S. Innotata
menetas dalam waktu ± 14 hari sedangkan di dataran rendah menetas lebih cepat ± 5 hari.
Setelah menetas, larva bergerak ke bawah lalu masuk ke batang padi dan mulai menggerek
bagian antara upih daun dan batang. Larva terus menggerek batang anakan utama dan larva yang
lebih tua mungkin berpindah dari satu anakan ke anakan lain. Selama penggerek memakan
bagian dalam tanaman, maka penggerek batang dapat mengakibatkan matinya bagian atas
tanaman. Penyerangan pada masa vegetatif disebut sundep, sedangkan penyerangan pada masa
generatif disebut beluk. Penyerangan ribuan ulat S. Innotata yang sama sekali mematikan
tanaman padi itu disebut juga penyerangan hama sundep. Pada musim kemarau larva instar akhir
tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami diapause dalam pangkal batang singgang atau
tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan
kemarau yang jelas. Lamanya istirahat tergantung pada lamanya musim kemarau. Setelah turun
hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa dan selanjutnya menjadi
ngengat. Ngengat keluar dari pupa dalam periode waktu yang relatif bersamaan dan meletakkan
telur di persemaian. ( Minarn, 2005)
Metamorfosis
Scirpophaga innotata mengalami metamofosis sempurna yaitu dari telur kemudian menjadi
larva, lalu berubah menjadi pupa (kepompong) sampai akhirnya menjadi dewasa (imago) dan
biasanya berlangsung selama 35 hari.
Proses metamorfosis Scirpophaga innotata (Minarn, 2005).
1) Telur
Jumlah telur 170-260 butir/kelompok
Diletakkan dipermukaan atas daun atau pelepah
Mirip telur penggerek batang padi kuning
Ditutupi rambut halus, berwarna coklat kekuning-kuningan
Stadium telur 4-9 hari
2 ) Larva
Mirip larva penggerek batang padi kuning
Panjang maksimal 21 mm
Putih kekuningan
Stadium larva 19-31 hari (kalau mengalami diapause dapat berlangsung 3 bulan)
3) Pupa
Stadium pupa 6-12 hari
4) Imago/Ngengat
Warna putih
Panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm
Tertarik cahaya
Pada musim kemarau larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami
diapause dalam pangkal batang singgang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah
tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Lamanya istirahat
tergantung pada lamanya musim kemarau.
Setelah turun hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa dan
selanjutnya menjadi ngengat. Ngengat keluar dari pupa dalam periode waktu yang
relative, bersamaan dan meletakkan telur di persemaian.
2.6 Pemantauan Tingkat Kerusakan Tanaman
Larva penggerek batang padi hanya beberapa jam berada di luar tanaman, yaitu larva
instar satu yang baru menetas. Pengendalian dengan insektisida hanya efektif sebelum larva
masuk ke dalam tanaman. Pada saat tanaman dalam fase vegetatif, insektisida yang efektif
menekan populasi populasi larva adalah dari jenis butiran yang bersifat sistemik, tetapi
kurang efektif pada saat tanaman telah memasuki stadia generatif.aplikasi insektisida cair
dapat menyetuh telur ngengat dan larva, tetapi mempengaruhi musuh alami pada kanopi
tanaman padi. Aplikasi insektisida butiran dapat mempengaruhi predator dan
mikroorganisme lain yang hidup di dalam air.
Gejala sundep dan beluk baru muncul 1-2 minggu setelah larva masuk ke dalam batang
padi, sehingga mempersulit pengendalian larva. Aplikasi insektisida pada puncak tangkapan
ngengat dan puncak peneluran akan lebih efektif.untuk penggerek batang padi putih
insektisida dapat diaplikasikan juka terdapat dua kelompok telur/20 rumoun tanaman padi
sebelum inisisasi malai atau satu kelompok pada stadia selanjutnya. Direktorat perlindungan
tanaman pangan menetapkan ambang kendali berdasarkan kerusakan tanaman pada stadia
vegetatif sebesar 6% dan pada stadia generatif 10% sedangkan ressing et al (1985)
menetapkan 20% pada stadia vegetatif dan 10% pada stadia generatif.
2.7 Pengendalian hama penggerek batang padi
Pengendalian hama penggerek batang padi dilakukan berdasarkan konsep Pengendalian
Hama Terpadu (PHT),sehingga lebih mengedepankan kelestarian ekosistem.
1. Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian ini menggunakan musuh alami yang terdiri atas predator dan parasitoid
untuk membatasi populasi penggerek batang. Predator adalah musuh alami yang langsung
memakan hama (Suharto dkk, 2008) . Belalang Conochepalus longipennis adalah predator telur
penggerek batang, sedangkan predator ngengat adalah laba-laba, capung dan burung. Parasitoid
adalah serangga yang hidup sebagai parasit selama masa pra dewasa penggerek. Parasitoid telur
adalah yang paling banyak dikembangkan, antara lain : Tricogramma japonicum Ashmead,
Telenomus rowani (Gahan), dan Tetrastichus schoenobii Ferriere.
2. Pengendalian Secara Mekanik
Pengendalian mekanik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan kelompok
telur secara intensif di pesemaian, dan penangkapan ngengat secara massal dengan menggunakan
lampu. Penangkapan ngengat secara massal memerlukan 23 lampu petromak/ha. Penggunaan
feromon dapat secara nyata mengurangi serangan penggerek batang padi putih
(Suharto dkk, 2008)
3. Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian penggerek batang secara kultur merupakan cara yang paling ramah
lingkungan dan tidak mengganggu musuh alami. Penggunaan pupuk organik sebanyak 2 ton/ha
dapat meningkatkan populasi musuh alami sehingga menekan serangan penggerek batang.
Waktu tanam yang tepat dapat menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman
pada bulan Desember-Januari karena suhu, kelembaban, dan curah hujan saat itu sangat sesuai
untuk perkembangan penggerek batang (Suharto dkk, 2008)
4 . Pengendalian Secara Kimiawi
Sebelum dilakukan aplikasi insektisida, sebaiknya dilakukan kegiatan pemantauan
ngengat dan pemantauan kerusakan tanaman. Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan
lampu perangkap atau feromon. Pemantauan perlu dilakukan untuk mengatasi penggunaan
insektisida secara berlebihan, karena dapat berdampak buruk terhadap keberadaan populasi
musuh alami predator dan parasitoid. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (2002) telah
menetapkan ambang kendali berdasarkan kerusakan tanaman pada stadia vegetatif adalah 6%
dan pada stadia generatif adalah 10%. Perlu diperhatikan bahan aktif yang terkandung di dalam
insektisida, bahan aktif yang dapat digunakan antara lain karbofuran, tiokloprid, fipronil dan
karbosulfan(bersifat sistemik). Bahan aktif yang bersifat racun kontak antara lain dimehipo,
bensultaf, mitac dan imidakloprid (Suharto dkk, 2008).
5. Feromon Seks
Pengendalian penggerek batang dengan teknologi feromon seks, sehingga komunikasi
antara ngengat betina dan jantan akan terganggu. Komunikasi yang terganggu menyebabkan
terhambatnya proses perkawinan. Feromon seks adalah senyawa kimia yang dikeluarkan oleh
ngengat betina yang masih virgin. Senyawa ini memiliki sifat yang merangsang serangga jantan
menemukan serangga betina untuk melangsungkan perkawinan. Senyawa ini dimanfaatkan untuk
pembuatan senyawa sintetik dalam mengendalikan hama penggerek batang.
Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Suharto dkk, 2008).
6. Penanaman Varietas Tahan
Penanaman varietas tahan merupakan salah satu komponen pengendalian hama secara
terpadu (PHT). Ada varietas padi yang jika terserang hama penggerek batang padi sampai
batas tertentu masih dapat memberikan hasil. Tanam,an yang beranak banyak dapat
mentoleransi 20% kerusakan tanaman akibat sundep dan 10% akibat beluk. Varietas
agronomi yang berbeda tidak memperlihatkan perbedaan toleransi terhadap serangan
penggerek batanag padi. Galur PTB02 dan varietas Gilirang (padi tipe baru atau semi tipe
baru), padi hibrida varietas marodan Intani dan padi inbrida Cilosari (Bandong dkk, 2005)
7. Pemanfaatan parasitoid
Penggunaan insektisida juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap
konsumen dan lingkungan, serta dapat menimbulkan resistensi dan resurgensi hama. Ardjanhar
et al. (2004) melaporkan bahwa penggunaan insektisida cenderung menurunkan peranan
parasitoid telur penggerek batang padi dan tidak dapat mencegah kehilangan hasil akibat
serangan penggerek batang padi. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan upaya
pengendalian melalui konsep pengendalian hama terpadu (PHT) yang menekankan upaya
pengendalian hayati (pemanfaatan musuh alami). Pengendalian hayati menggunakan parasitoid
telur dinilai sangat baik karena mamarasit telur hama, sehingga hama tidak berkembang menjadi
larva (fase yang merusak tanaman), tidak menimbulkan dampak negatif terhadap konsumen dan
lingkungan, tidak menimbulkan resistensi dan resurgensi hama, organisme yang digunakan dapat
mencari dan menemukan inangnya, dapat berkembang biak dan menyebar, serta pengendalian
dapat berjalan dengan sendirinya. Parasitoid telur adalah faktor penting yang dapat mengatur
populasi penggerek batang padi pada saat kelimpahan hama itu tinggi. Telah diketahui tiga
spesies parasitoid telur penggerek batang padi yaitu Tetrastichus schoenobii Ferriere, Telenomus
rowani Gahan dan Trichogramma japonicum Ashmead. Kemampuan parasitoid mengendalikan
penggerek batang padi berbeda-beda bergantung spesies . T.schoenobii hanya dapat berkembang
biak pada telur penggerek batang padi Scirpophaga. Parasitoid telur yang mempunyai peranan
penting dalam mengendalikan penggerek batang padi adalah T. rowani dan T. schoenobii.
Hamijaya et al. (2004) juga melaporkan.bahwa T. rowani paling dominan ditemukan pada semua
tipologi lahan basah di Kalimantan Selatan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah yang kami susun dapat disimpulkan bahwa penggerek batang
padi merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi. Penggerek batang padi memilik
beberapa jenis yaitu penggerek batang padi kuning,penggerek batang padi putih, penggerek
batang padi merah jampu, penggerek batang padi bergaris, dan penggerek batang padi berkepala
hitam.
Gejala yang ditimbulkan dari serangan penggerek batang padi dibagi menjadi 2 fase yang
pertama yaitu fase sundep yakni serangan terjadi pada fase vegetatif, larva memotong bagian
tengah anakan sehingga aliran hara ke bagian atas tanaman terganggu yang menyebabkan pucuk
layu dan kemudian mati. Yang kedua yaitu pada Beluk Gejala serangan pada tanaman padi stadia
generatif dikenal dengan. Larva akan menggerek tanaman yang akan bermalai, sehingga aliran
hasil asimilasi tidak sampai ke dalam bulir padi. Akibatnya proses pengisian bulir padi akan
terhambat, sehingga banyak gabah hampa. Sedangkan tanda yang ditunjukan akibat serangan
penggerek batang padi yaitu diantaranya kotoran larva dapat terlihat pada pangkal daun yang
dicabut,terdapat kotoran larva dalam batang. Hama ini berubah menjadi ngengat berwarna
kuning atau coklat; biasanya 1 larva berada dalam 1 anakan. Ngengat aktif pada malam hari.
Larva betina menaruh 3 massa telur sepanjang 7-10 hari masa hidupnya sebagai serangga
dewasa. Massa telur dari penggerek batang kuning berbentuk cakram dan ditutupi oleh bulu-bulu
berwarna coklat terang dari abdomen betina. Setiap massa telur mengandung sekitar 100 telur.
Pengendalian yang dilakukan untuk menangani serangan penggerek batang padi yaitu
pengendalian secara biuologi,mekanik,kultur teknik dan secara kimiawi.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam melakukan pengendalian untuk menangani serangan penggerek batang padi
sebaiknya petani memperhatikan berbagai aspek seperti linhgkungan,intensitas serangan dan
ketepatan dalam pemakaian dosis berbagai macam bahan kimia.
DOKUMENTASI
Hasil dokumentasi pengamatan di lapang
Gambar penggerek batang padi putih Gejala serangan penggerek batang padi
Gejala serangan penggerek batang padi telur penggerek batang padi
DAFTAR PUSTAKA
Bandong, j.P and J.A Litsinger. 2005. Rice Crop Stage Susceptibility to the Rice Yeloow
Stemborer, Scirpopaga incertulas 51 (1): 37-43
Dhuyo., A, R, and N. M. Soomro. 2008. Functional Response of the Predators on the Population of Yellow Ricestem Borer, Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) under Laboratory Condition. Journal Pak. Entomol. Vol. 30, No.1, 2008. (on-line).www.pakentomol.com. diakses 8 November 2009.
Direktorat Perlindungan Tanaman.2002 pedoman Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Departemen Pertanian. Jakarta hal 46-57.
Harian umum pelita. 2009. Serangan OPT Padi Capai 280.046 Hektar. (on-line). http://www.pelita.or.id/baca.php?id=20069. diakses tanggal 15 November 2009.
Makarim, A.K., E. Suhartatik dan A. Kartohardjono. 2007. Silikon: Hara Penting pada Sistem Produksi Padi. Jurnal Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 2 – 2007. 195-204 hal. (on-line).
Martin, I dan F. Nurdin. 1993. Pengendaliana Hayati dengan Predator dan Parsitoid. Jurnal Pemantapan Penelitian Hama Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukarami. 73-81 hal
Minarni, E. W., Nurtiati dan D. S. Utami. 2005. Peranan Pengelolaan Habitat terhadap Kemampuan Memerasit Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas . Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”. Vol 9 No 2, Oktober 2005. 130-136 hal.
Suharto dan N. Usyati, 2008. Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi. Jurnal Inovasi
teknologi Produksi 2008. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang. 323-341 hal.
Rauf, A. 2000. Parasitasi Telur Penggerek Batang Padi, Scirpophaga inotata (Lepidoptera:pyralidae), saat Terjadi Ledakan di Karawang pada Awal 1990-ia. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan 12(1):1-10 (2000)..