Upload
maria-woda
View
282
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
Pola Eliminasi Pada Lansia
Gentiara SuryaHelen NataliaIgnasius Nico
Varida
Perubahan Normal Seiring Penuaan
• Sistem PerkemihanSering terjadi inkontinensia urine, merupakan kehilangan kontrol berkemih yang bersifat sementara atau menetap.
• Sistem pencernaanPenurunan aktivitas fisik, kurang asupan serat pada diet, dan ketidakadekuatan asupan cairan dapat memperlambat waktu transit feses.
Penatalaksanaan Perubahan Eliminasi
• Mengkaji apakah terdapat masalah eliminasi• Penyelesaian masalah :
Modifikasi diet, perubahan gaya hidup, dan rutinitas eliminasi
Konstipasi dan Diare
• KonstipasiDitemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampul rektum pada colok duburJenis konstipasi :1. Konstipasi simptomatik 2. Konstipasi klinis3. Konstipasi Subjektif
• Program manajemen defekasi :1. Modifikasi dietDiet tinggi serat : Buah kering dan segar, sayuran mentah dan masak, serta roti gandum2. Latihan FisikRentang pergerakan sendi aktif dan pasif membantu mempertahankan tonus otot pada pasien yang harus terus berbaring di tempat tidur. 3. Pengembangan dan Implementasi Rutinitas EliminasiDimotivasi untuk memenuhi kebutuhan eliminasi.
4. Latihan Dasar PanggulLatihan dasar panggul merupakan kontraksi berulang dan relaksasi otot puborektalis serta sphingter anus. Latihan ini harus dilakukan 20 sampai 30 kali, tiga kali sehari.
5. Anjuran untuk Pasien dan KeluargaSeluruh komponen program dengan rasional untuk masing-masing komponen program, harus dijelaskan kepada pasien dan keluarga atau pemberi asuhan.
• Diare Krej dan Fordtran (1993), diare sebagai peningkatan abnormal cairan feses (berat feses harian lebih dari 200 gram) dan frekuensi defekasi (lebih dari tiga kali sehari).Dua macam diare : diare akut dan diare kronis. Etiologi diare akut : infeksi, reaksi obat, perubahan diet, pengolahan makanan yang kurang tepat, makanan basi, pemberian makan enteral, keracunan logam berat, impaksi fekal, dan terapi untuk penyakit lain
Inkotinensia Alvi
• Inkotinensia alvi, keadaan ketika individu mengalami perubahan kebiasaan defekasi normal, yang ditandai dengan pengeluaran feses secara involunter (NANDA).
• Fungsi dan inkotinensia usus normal bergantung pada beberapa faktor :– Harus terjadi pengiriman feses yang normal ke
rektum.– Sensasi rektum dan anus harus utuh. – Kemampuan untuk mengontraksikan sfingter anus
eksterna dan otot puborektalis harus utuh– Motivasi dan kemampuan kognitif untuk
mengenali stimulus rektal – Kemampuan rektum untuk mengakomodasikan
penyimpanan feses
Inkontinensia Urine
• Inkontinensia Urgensi pengeluaran urine yang tidak terkendali, yang didahului oleh keinginan berkemih, tetapi gagal untuk menahan urine dalam waktu cukup lama untuk mampu sampai ke toilet (Diokno,1983,hlm. 70).
• Inkontinensia reflekspengeluaran urine secara involunter akibat penyelesaian lengkung refleks medula spinalis (kontraksi kandung kemih) ketika tidak ada kendali dari saraf yang lebih tinggi (Caroll-Johnson, 1989).
• Inkontinensia stresskebocoran urine yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intraabdomen, sering kali terjadi akibat batuk, bersin, atau ketika mengangkat barang (Carrol-Johnson, 1989).
• Inkontinensia campurankebocoran urine yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intrabdomen (stress) dan ketidakmampuan menunda berkemih (urgensi)(Clinical Practice Guideline Panel, 1992)
• Inkontinensia overflowpengeluaran urine secara involunter akibat overdistensi kandung kemih (Fantl et al., 1996).
• Inkontinensia totalpengeluaran urine yang tidak dapat diprediksi atau kontinu akibat neuropati reseptor regangan kandung kemih, kerusakkan pada kendali perkemihan di neuron serebri, lesi medulla spinalis atau saraf perifer di bawah lengkung refleks, atau fistula anatomic akibat pembedahan, trauma kecelakaan, atau malformasi (Carroll-Johnson, 1989).
• Inkontinensia fungsionalketidakmampuan mencapai toilet pada waktunya karena hambatan lingkungan atau disorientasi terhadap tempat.
• Inkontinensia Iatrogenikterjadi akibat factor yang dikendalikan dokter dan/atau perawat, misalnya, restrain, obat, pembatasan asupan cairan, tirah baring, dan cairan intravena. Penyebab umum inkontinensia iatrogenic adalah terapi obat.
Terapi Obat
• Prosedur latihan sebagai penatalaksanaan inkontinensia urine
Manajemen Rehabilitasi Pada Kasus Inkotinensia Urine
• Program berkemih• Vaginal cones• Biofeedback
• alat bantu untk kasus inkotinen :o Jam weker : bisa digunakan untuk mengingatkan
waktu berkemiho Pads : ada pads yang didesain untuk pria dan
wanita, terdapat variasi ukuran, dan ada variasi berdasarkan daya serapnya
o Commode Ring : bisa digunakan agar pasien lebih nyaman terhadap tekanan
o Commode Urinal : atau bedpan: bermanfaat pada pasien – pasien yang imobile atau bedridden untuk mengurangi resiko jatuh
o Bedding Protector : : berupa lapisan elastis dipermukaan kasur untuk mencegah urin membasahi kasur yang telah diberi penutup sprei
Panduan Pengajaran untuk Latihan Kegel dan Blader Training
• Latihan pelvis kegel• Bladder training• Kateterisasi intermiten
Pampers
• Pampers dapat digunakan baik pada kondisi akut maupun pada kondisi dimana pengobatan sudah tidak berhasil mengatasi inkontinensia urin.
Alat bantu toilet• Urinal
Dalam penggunaan urinal ini diperlukan adanya motivasi agar dapat menggunakan urinal sendiri dan apabila tidak mampu baru dibantu.
• Komod (commode)alat bantu berupa kursi yang berlubang di alas duduknya, dibawah lubang tersebut terdapat pan tempat menampung air seni dan/atau tinja.
• BedpanAlat ini diselipkan dibawah bokong pada saat pasien akan berkemih. Bedpan digunakan untuk seseorang yang tidak dapat bangun dari tempat tidur.
• Terima kasih