96
i POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL PARALYMPIC COMMITTEE SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Interpersonal antara Pelatih dan Atlet Difabel di Organisasi National Paralympic Committee Surakarta) PROPOSAL SKRIPSI Disusun oleh: TRIMUKTI OKTAVIASARI NIM D121OO74 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

i

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL PARALYMPIC

COMMITTEE SURAKARTA

(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Interpersonal antara Pelatih dan

Atlet Difabel di Organisasi National Paralympic Committee Surakarta)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:

TRIMUKTI OKTAVIASARI

NIM D121OO74

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

ii

PERSETUJUAN

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Drs. H. Nuryanto, M.Si Drs. H. Hamid Arifin, M.Si.

NIP. 19490831 197802 1 001 NIP. 19600517 198803 1 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

iii

PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan Oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji :

1. Ketua : Dra. Hj. Sofiah, M.Si (

NIP. 19530726 197903 2 001

2. Sekertaris : Nora Nailul Amal, S.Sos, MLMEd, Hons

NIP. 19810429 200501 2 002

3. Penguji I : Drs. H. Nuryanto, M.Si

NIP. 19490831 197802 1 001

4. Penguji II : Drs. H. Hamid Arifin, M.Si

NIP. 19600517 198803 1 002

Mengetahui ,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D

NIP. 19540805 198503 1 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

iv

MOTTO

Perjalanan ribuan mil diawali dari satu langkah.

(Lao-tzu)

Believe, and you've got to fight for every dream

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

v

PERSEMBAHAN

Karya ini Penulis Persembahkan

untuk:

Mama dan papa tercinta yang

selalu mengiringi setiap langkah

dengan doa

Kakak, adik, dan keluarga

tercinta yang selalu memberi

semangat.

Teman-teman, dan sahabat yang

selalu mendukung ku.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur yang senantiasa penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Pola Komunikasi

Interpersonal di National Paralympic Committee Surakarta (Studi Deskriptif

Kualitatif Pola-Pola Komunikasi Interpersonal antara Pelatih dan Atlet Difabel di

Organisasi National Paralympic Committee Surakarta

Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk melengkapi syarat-

syarat dalam meraih gelar Sarjana dalam program studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan

dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengarahan, saran, motivasi, yang

sangat berarti bagi penulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Drs. Pawito. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Dra. Hj. Sofiah, M.Si, selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. Nuryanto, M.Si, selaku dosen pembimbing 1.

5. Drs. H. Hamid Arifin, M.Si, selaku dosen pembimbing 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

vii

6. Bapak Drs. Rio Suseno, selaku Pembina 1 NPC Surakarta

7. Bapak Prajudi, Bapak Gatot, Ibu Budi, Bapak Rakimin, Bapak Prayitno,

selaku pelatih NPC Surakarta.

8. Mas Fajar, Mas Agus, Mas Bambang, Maria, Mas Danang, terimakasih atas

waktu dan kesempatan yang diberikan untuk bertanya.

9. Papa dan Mama tercinta, terima kasih yang setulus-tulusnya atas semua doa

dan dorongannya, serta selalu mendidik, mendukung, dan memotivasi selama

menempuh pendidikan.

10. Mbak Riri, Mbak Risa, Sekar, Mas Happy, Mas Aris, Diaz, Arkan, Afiqa,

terima kasih atas dukungan dan doanya.

11. Teman-teman seperjuangan komunikasi non regular angkatan 2010.

12. Semua pihak yang telah membantu terselesakannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna dan

masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan kelapangan hati

penulis terbuka dalam menerima kritik maupun saran sehingga skripsi ini

menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Surakarta, 24 Januari 2013

Penulis

Trimukti Oktaviasari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO iv

PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR BAGAN . xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

ABSTRAK xv

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

E. Landasan Teori 6

1. Komunikasi 6

2. Pola Komunikasi 9

3. Komunikasi Interpersonal 11

4. Pelatih 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

ix

5. Atlet Difabel 27

F. Kerangka Pemikiran 31

G. Metodologi Penelitian 32

1. Jenis Penelitian 32

2. Lokasi Penelitian 33

3.SumberData 33

4. Teknik Pengumpulan Data 33

35

35

7. Teknik Analisis Data 35

a) Pengumpulan data 37

b) Reduksi data 37

c) Penyajian data . 37

d) Penarikan Kesimpulan 37

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya National Paralympic Committee

(NPC) Surakarta 40

B. Keputusan Musornas YPOC ke VI-1993 di Yogyakarta 41

C. Pengesahan KONI pusat atas perubahan nama 42

D. BPOC Daerah dan cabang 42

E. Kantor dan Prasarana 47

F. Visi, Misi, dan Tujuan 48

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

x

G. Logo Organisasi NPC 49

H. Struktur Organisasi 50

BAB III SAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Pola Komunikasi Interpersonal Antara Pelatih dan Atlet Difabel

54

1. Komunikasi pelatih dan atlet difabel menggunakan metode tatap

54

2.Komunikasi pelatih dan atlet difabel menggunakan

59

B. Pola Komunikasi Interpersonal Antara Pelatih dan Atlet Difabel

NPC Surakarta yang terjadi di luar latihan (informal).......... 61

61

2. Rasa empati pelatih terhadap atlet 64

C. Aliran komunikasi yang terjadi antara pelatih dan atlet difabel NPC

Surakarta pada saat latihan 64

D. Pesan yang disampaikan pelatih dan atlet difabel NPC Surakarta

saat berinteraksi ... 67

E. Hambatan yang terjadi dalam komunikasi interpersonal yang

dilakukan pelatih dan atlet difabel NPC 73

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 77

B. Saran 79

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

xi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

xii

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1

Model Komunikasi Wilbur Schramm (Sirkuler) 21

BAGAN 2

Model Analisis Interakti 38

BAGAN 3

Bagan Struktur Organi 53

BAGAN 4

Aliran Komunikasi Antara Pelatih dengan Atlet Difable Tuna Daksa NPC

Surakarta 65

BAGAN 5

Aliran Komunikasi Antara Pelatih dengan Atlet Diabel Tuna Rungu NPC

66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.

Pelatih dan atlet saat mengawali latihan di Stadion Manahan

Surakarta 55

GAMBAR 2

Atlet tuna rungu cabang renang sedang membaca program yang diberikan

pelatih 58

GAMBAR 3

63

GAMBAR 4

Cued speech............................................................................................ 69

GAMBAR 5

Gatot memimpin pemanasan dengan menggunakan jari sebagai kode angka........................................................................................................ 70

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Interview guide penelitian pola komunikasi interpersonal di National

Paralympic Committee (NPC) Surakarta.

Hasil wawancara informan 1

Hasil wawancara informan 2

Hasil wawancara informan 3

Hasil wawancara informan 4

Hasil wawancara informan 5

Hasil wawancara informan 7

Hasil wawancara informan 8

Hasil wawancara informan 9

Dokumentasi selama penelitian

Surat keterangan telah melakukan penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

xv

ABSTRAK TRIMUKTI OKTAVIASARI, D1210074, POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL PARALYMPIC COMMITTEE SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola-Pola Komunikasi Interpersonal Antara Pelatih Dan Atlet Difabel Di Organisasi National Paralympic Committee Surakarta), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2013.

Keterbatasan tidak menghalangi difabel untuk memberikan prestasi yang terbaik dibidang olahraga. Seorang perenang yang tanpa tangan atau kaki mampu meluncur di kolam dengan cepatnya, seorang pelari yang tidak dapat melihat mampu bertanding, berlari mencapai garis finish, hingga atlet lompat tinggi yang hanya dengan mengandalkan satu kaki dapat melakukan lompatan dengan sempurna. Mereka memiliki motivasi, dan memberikan inspirasi tentang bagaimana ditengah keterbatasan fisik dapat diatasi untuk memberikan prestasi yang terbaik dalam cabang olahraga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi interpersonal di NPC Surakarta, mengetahui bagaimana forum komunikasinya, metode yang digunakan, aliran komunikasi yang terjadi, isi pesan yang disampaikan, dan hambatan komunikasi yang terjadi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sampel diambil dengan menggunakan teknik snowball sampling dengan menunjuk seorang informan, kemudian informan yang terpilih dapat menunjuk informan yang lebih tahu, sehingga akan di dapat data yang lebih lengkap. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari unsur pembina, pelatih, dan atlet difabel National Paralympic Committee (NPC) Surakarta. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan pola komunikasi interpersonal antara pelatih dengan atlet NPC Surakarta dibagi menjadi dua, yaitu pada saat latihan (formal) dan diluar jam latihan (informal). Metode yang digunakan adalah metode tatap muka dan menggunakan media. Pesan yang disampaikan berisi instruksi, motivasi, dan solusi jika atlet memiliki masalah. Jika digambarkan, ada dua model komunikasi dalam penelitian ini, yaitu model komunikasi linear pada saat pelatih member instruksi kepada atlet, dan model komunikasi sirkuler pada saat atlet bertanya atau meminta saran. Hambatan komunikasi tidak dialami oleh pelatih, tetapi dialami oleh atlet yang kesulitan menangkap gerak bibir pelatih untuk untuk tuna rungu, dan keterlambatan memahami pesan yang disampaikan pelatih untuk tuna grahita. Sedangkan untuk tuna daksa dan tuna netra tidak ditemukan hambatan dalam berkomunikasi. Kata kunci: Pola Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Pelatih, Atlet Difabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

xvi

ABSTRACT

TRIMUKTI OKTAVIASARI, D1210074, INTERPERSONAL COMMUNICATION PATTERNS IN NATIONAL COMMITTEE PARALYMPIC SURAKARTA (Qualitative Descriptive Study of Interpersonal Communication Patterns Between Coaches and Athletes with Disabilities Organizations National Paralympic Committee in Surakarta), Thesis, Department of Communication Studies, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, 2013. Limitation does not prevent disabled people to provide the best performance in the field of sports. A swimmer without arms or legs able to glide in the pond with the speed, a blind runner who can not see, be able to compete reach the finish line, the high jumper who only rely on one foot can make the leap perfect. They have motivation, and inspiration in the middle of physical limitations can be overcome to give the best performance in sports. The purpose of this study was to determine the pattern of interpersonal communication in NPC Surakarta, knowing forum of the communication, the method used, the communication flow that occurs, the contents of the message, and communication barriers that occur. This research is a descriptive study with a qualitative approach. Samples were taken by using snowball sampling. Researchers pointed to an informant, and the informant who was elected appoint informants who know better, so it will be able to more complete data. The samples taken in this study consisted of the elements such as the constructor, coaches, and athletes with disabilities National Paralympic Committee (NPC) of Surakarta. In collecting the data, the authors use interview, observation and documentation. Based on these results, we can conclude interpersonal communication patterns among coaches with athletes NPC Surakarta is divided into two, training forum (formal) and after hours training forum (informal). The method, used face-to-face and media. The message was delivered containing instructions, motivation, and a solution if an athlete has a problem. If described, there are two models of communication in this study, the linear model of communication at the time the member coaches instructing athletes and circular communication model when athletes ask questions or ask for advice. Communication barriers not experienced by the coach, but experienced by the athletes. For the deaf, the difficulties when caught lip trainer. For mentally disabled, the difficulties to understand the messages who was sent by the coach. As for th find barriers in communication. Keywords: Communication Patterns, Interpersonal Communication, Coaches, Athletes with Disabilities.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika kita melihat seseorang yang memiliki keterbatasan fisik (difabel),

akan muncul sebuah anggapan bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu

ditengah keterbatasannya tersebut. Banyak kaum difabel yang hanya meminta

belas kasih dari masyarakat dengan mengemis di jalanan, atau bahkan ada

yang justru disembunyikan oleh keluarga mereka. Hal tersebut dilakukan

untuk menghindari rasa malu, lantaran anggapan bahwa penderita difabel itu

adalah aib yang harus disembunyikan demi nama baik keluarga.

Pada tahun 2011 tepatnya di kota Solo, diadakan ajang pertandingan

olahraga ASEAN Paragames (APG) dimana atlet-atlet yang bertanding adalah

atlet difabel dari Negara-negara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Filipina,

Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, Timor Leste, dan

Vietnam. Kontingen Indonesia berhasil menempati peringkat kedua di bawah

Thailand yang menjadi juara umum. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak

semua kaum difabel menerima begitu saja keterbatasan yang mereka miliki.

Mereka memiliki motivasi, dan memberikan inspirasi tentang bagaimana

ditengah keterbatasan fisik dapat diatasi untuk memberikan prestasi yang

terbaik dalam cabang olahraga.

Tentu saja keberhasilan atlet difabel tersebut tidak lepas dari peran

para pelatih yang memiliki kompetensi di bidang olahraga. Dari penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

2

yang telah dilakukan oleh Ben Jackson, J. Robert Grove and Mark R.

Beauchamp menyatakan bahwa kualitas interaksi pelatih-atlet memainkan

peran penting dalam memfasilitasi kompetensi teknik dan kompetensi fisik1)

Interaksi antara pelatih dan atlet tersebut dilakukan melalui proses

komunikasi. Atlet-atlet APG Indonesia dibina dan dilatih oleh National

Paralympic Committee (NPC). NPC merupakan wadah bagi difabel Indonesia

yang peduli terhadap dunia olahraga, dan berupaya untuk menggali,

mengembangkan, dan membina potensi dibalik kelemahan fisik atau mental

Lemah, Sambung Yang Patah, Gigih Bertanding, Maju Terus Pantang

-

satunya wadah yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghimpun dan

membina, serta mengkoordinasikan setiap kegiatan olahraga cacat.

Tidak terbayangkan ditengah keterbatasannya, seorang perenang yang

tanpa tangan atau kaki mampu meluncur di kolam dengan cepatnya, seorang

pelari yang tidak dapat melihat mampu bertanding, berlari mencapai garis

finish, hingga atlet lompat tinggi yang hanya dengan mengandalkan satu kaki

dapat melakukan lompatan dengan sempurna. Tentu saja semua itu diluar

bayangan kita sebagai manusia normal. Namun, hal tersebut benar-benar

terjadi, dan mereka bisa melakukannya. Selain keterbatasan fisik, kurangnya

perhatian pemerintah menyebabkan keterbatasan alat-alat yang seharusnya

1 Ben Jackson, J. Robert Grove and Mark R. Beauchamp. Relational efficacy beliefs and relationship quality within coach-athlete. Journal of Social and Personal Relationships . September 2010.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

3

dapat mendukung proses pelatihan. Hal tersebut tidak menghalangi mereka

untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. Tempat latihan yang kumuh,

keterbatasan alat-alat seperti panah, kursi roda, ataupun alat-alat yang lain

juga tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus maju.

Melihat fenomena tersebut, pembahasan tentang upaya pelatih

membangun pola komunikasi interpersonal demi pencapaian prestasi atlet

difabel merupakan hal yang penting. Mengingat komunikasi merupakan

faktor penentu yang menghantarkan atlet difabel menuju keberhasilan. Selain

komunikasi, dibutuhkan juga motivasi yang tidak muluk-muluk tapi mudah

dilakukan. Menurut Sondang P. Siagian pengertian motivasi ialah daya

pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengarahkan

kemampuan dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan waktunya,

untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung-jawabnya,

dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai

sasaran kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya dalam hidup sehari-hari.2)

Untuk memotivasi seorang difabel menjadi atlet bukanlah hal yang

mudah. Dibutuhkan kesabaran, terlebih lagi dalam membina atlet difabel yang

dahulu pernah hidup di jalanan, maupun atlet yang kecacatannya bukan sejak

lahir, melainkan akibat dari sebuah kecelakaan. Dari penjelasan diatas, dapat

membuka mata kita mengapa ditengah keterbatasan fisik ataupun

2 Suranto. AW. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta. Media Wacana. 2011. hal. 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

4

keterbatasan prasarana yang dimiliki, mereka justru dapat memberikan

prestasi yang terbaik dalam cabang olahraga.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari persoalan sebagaimana disebutkan diatas, maka menarik

sekali meneliti perihal National Paralympic Committee (NPC) Surakarta

tentunya dari perspektif komunikasi. Bagaimana pola komunikasi

interpersonal yang dilakukan NPC Surakarta sehingga mampu menjadikan

difabel dengan segala keterbatasannya menjadi atlet yang dapat memberikan

prestasi yang terbaik dalam cabang olahraga? Beberapa hal yang menjadi

batasan masalah dalam rumusan masalah tersebut adalah:

a. Bagaimana metode yang digunakan dalam komunikasi

interpersonal antara pelatih dan atlet difabel NPC Surakarta?

b. Bagaimana forum komunikasi dalam pola komunikasi

interpersonal pelatih dan atlet NPC Surakarta?

c. Bagaimana aliran komunikasi yang terjadi antara pelatih dan atlet

difabel NPC Surakarta pada saat latihan?

d. Bagaimana pesan yang disampaikan pelatih dan atlet difabel NPC

Surakarta dalam berinteraksi?

e. Bagaimana hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi

interpersonal yang dilakukan pelatih dan atlet difabel NPC

Surakarta?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan permasalahan yang

ingin diteliti adalah:

a. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam komunikasi

antara pelatih dan atlet difabel NPC Surakarta

b. Untuk mengetahui bagaimana forum komunikasi dalam pola

komunikasi interpersonal pelatih dan atlet NPC Surakarta

c. Untuk mengetahui aliran komunikasi yang terjadi antara pelatih

dan atlet difabel NPC Surakarta pada saat latihan.

d. Untuk mengetahui jenis pesan yang disampaikan antara pelatih dan

atlet difabel NPC Surakarta.

e. Untuk mengetahui hambatan-hambatan komunikasi interpersonal apa

saja yang dihadapi pelatih dan atlet NPC Surakarta dalam proses

pelatihan.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai

berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar dalam rangka

penyusunan Standar Operating Procedures pembinaan atlet difabel

dalam organisasi NPC Surakarta

2. Sebagai masukan sekaligus bahan evaluasi organisasi NPC

Surakarta dalam melakukan komunikasi interpersonal antara

pelatih, dan atlet difabel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

6

E. Landasan Teori

1. Komunikasi

Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu

menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan

makna dalam lingkungan mereka.3) Kata komunikasi atau communication

dalam bahsa Inggris berasal dari kata Latin communis

communico, communicatio, atau communicare yang

(to make common).4) Definisi komunikasi menurut Harold Lasswell adalah

(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom

With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada

Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?5) Berdasarkan definisi Lasswell diatas

dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama

lain, yaitu: 6)

a) Sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi

(encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker), atau

originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai

3 Richard West dan Lynn H. Turner, Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, penerjemah Maria Natalia Damayanti Maer (Jakarta: Salemba Humanika, 2008) hlm. 5 4 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 41 5 Ibid. halaman. 62. 6 Ibid. halaman. 63.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

7

kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu,

kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

b) Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.

Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang

mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan

mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan, dan

bentuk atau organisasi pesan.

c) Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi

merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima,

apakah saluran verbal atau saluran nonverbal

d) Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran, tujuan, komunikate,

penyandi, atau khalayak, pendengar, penafsir, yakni orang yang

menerima pesan dari sumber

e) Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan

sikap, perubahan keyakinan, dan sebagainya.

Komunikasi dapat dikatakan sebagai kegiatan sentral dalam kehidupan

manusia. Hampir semua aktivitas manusia memerlukan komunikasi di

dalamnya. Oleh karena itu, kajian secara ilmiah mengenai gejala atau realitas

komunikasi memiliki cakupan yang sangat luas. Hal ini meliputi semua

bentuk hubungan antarmanusia dan penggunaan lambang-lambang, baik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

8

verbal maupun nonverbal. Secara lebih terinci, kajian ilmiah dalam

komunikasi meliputi:7

a) Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication).

Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan

interaktif antara seorang individu dan individu lain, di mana lambang-

lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang

harapan yang ada pada partisipan yang dengan itu mereka menunjukkan

perilaku tertentu di dalam berkomunikasi.

b) Komunikasi kelompok (group communication)

Bidang kajian ini pada dasarnya mempelajari pola-pola interaksi

antarindividu dalam suatu kelompok sosial (kelompok kecil), dengan titik

berat tertentu, misalnya pengambilan keputusan. Dalam komunikasi

kelompok dan pengambilan keputusan, istilah kepemimpinan (leadership)

sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan memilki dua

fungsi, yaitu mempertahankan kelangsungan kelompok dan pencapaian

tujuan.

c) Komunikasi organisasional/institusional (organizational/institutional

communication)

7 Pawito, 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif . Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. hlm. 2-20

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

9

Komunikasi organisasional atau institusional berkenaan dengan

komunikasi yang berlangsung dalam jaringan kerjasama antar pribadi

dan/atau antarkelompok dalam suatu organisasi atau institusi.

d) Komunikasi massa (mass communication)

Merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas

yang biasanya menggunakan teknologi media massa, seperti surat kabar,

majalah, radio, televisi, dan internet.

e) Komunikasi budaya (cultural communication)

Bidang kajian komunikasi budaya mencakup bentuk-bentuk ekspresi

simbolik baik yang bersifat artefak, seperti lukisan, wayang, patung,

gapura, candi, bangunan arsitektur, dan museum maupun yang bersifat

nonartefak, seperti, tarian, nyanyian, teater, drama, musik dan puisi.

Komunikasi kultural berkembang seiring dengan perkembangan yang ada

di masyarakat, atau lebih tepatnya budaya masyarakat.

2. Pola Komunikasi

Pola merupakan sebuah sistem maupun cara kerja sesuatu yang

memiliki bentuk dan struktur tetap. Pada tingkat masyarakat, komunikasi

biasanya berpola dalam bentuk-bentuk fungsi, kategori ujaran, dan sikap

konsepsi tentang bahasa dan penutur.8)

8 Abd. Syukur Ibrahim. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional, 1994. hal. 13

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

10

Pola komunikasi adalah suatu kecenderungan gejala umum yang

menggambarkan cara berkomunikasi yang terjadi dalam kelompok sosial

tertentu. Setiap kelompok sosial dapat menciptakan norma sosial dan norma

komunikasinya sendiri, yang biasanya ditaati oleh semua anggota

kelompoknya. 9)

Selain itu, pola komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu cara

masyarakat atau komunitas dalam melakukan komunikasi untuk

mempertahankan komunitasnya, bisa berupa pertemuan rutin, hubungan

timbale balik yang berupa partisipan aktif, berkesinambungan serta terencana

dari organisasi kepada komunitas di sekitarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan lingkungan bagi organisasi serta masyarakat disekitar

oganisasi.

Komunikasi terdiri atas dua macam, komunikasi satu arah, yakni

komunikasi yang terjadi hanya dari komunikator ke komunikan tanpa adanya

feedback. Yang kedua adalah komunikasi dua arah, yaitu komunikasi yang

terjadi antara komunikator ke komunikan yang menimbulkan feedback

terhadap komunikator. Secara garis besar pola komunikasi antara pelatih dan

atlet difabel NPC Surakarta menggunakan komunikasi dua arah. Terjadi

timbal balik informasi antara komunikator dan komunikan, dalam hal ini

pelatih ke atlet maupun sebaliknya.

Pola Komunikasi pelatih dan atlet di NPC Surakarta terjadi secara

interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang

9 Suranto, AW. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010. Hal 116

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

11

berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Menurut sifatnya

komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam yakni komunikasi

diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group

communication).10) Komunikasi diadik dapat dilakukan dalam tiga bentuk,

yaitu dialog, wawancara, atau percakapan. Percakapan berlangsung dalam

situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal. Sedangkan

komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung

antara tiga orang atau lebih secara tatap muka dimana anggota-anggotanya

saling berinteraksi satu sama lainnya. 11)

3. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau

beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara

langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara

langsung pula.12) Komunikasi interpersonal memiliki ciri-ciri tetap, antara

lain:13)

a. Komunikasi interpersonal adalah verbal dan nonverbal.

Komunikasi interpersonal mencakup dua unsur pokok, yaitu isi pesan

dan bagaimana isi itu dikatakan atau dilakukan, baik secara verbal maupun

nonverbal. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem

10 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta: PT. Raja Frafindo Persada. 2007. hal. 32 11 Ibid. halaman 32-33 12 Agus M. Hardjana. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal . Yogyakarta: Kanisius. 2007. hal. 85 13 Ibid. halaman. 86-90

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

12

kode verbal.14) Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan

aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan

dipahami suatu komunitas. Sedangkan komunikasi nonverbal secara sederhana

didefinisikan sebagai semua tanda atau isyarat yang tidak berbentuk kata-kata.

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi

nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali ransangan verbal) dalam

suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan

lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi

pengirim atau penerima; jadi, pesan nonverbal mencakup seluruh perilaku

yang tidak berbentuk verbal yang disengaja atau tidak disengaja sebagai

bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak

pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi

orang lain.15) Berdiam diri juga merupakan pesan nonverbal jika hal itu

memberi makna bagi pengirim atau penerima.

Jalaludin Rakhmat mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai

berikut:16)

1) Pesan kinesik

Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti,

terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan

postural.

2) Pesan fasial

14 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 2005. hal. 237. 15 Ibid. hal. 308 16 Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 2012. hal 285-290.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

13

Menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling

sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan,

kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad.

Leathers menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

a) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak

senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek

penelitiannya baik atau buruk.

b) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang

lain atau lingkungan

c) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi

d) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap

pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya

atau kurang pengertian.

3) Pesan gestural

Menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan

untuk mengkomunikasi berbagai makna.

4) Pesan postural

Berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat

disampaikan adalah:

a) Immediacy, yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap

individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara

menunjukkan kesukaan dan penilaian positif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

14

b) Power, mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator.

Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan

anda, dan postur orang yang merendah

c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada

lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah,

anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

5) Pesan proksemik.

Disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan

mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

6) Pesan artifaktual

Diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik.

Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam

hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya

(body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra

tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

7) Pesan sentuhan dan bau-bauan.

Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan

membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan

dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah,

bercanda, dan tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan

(wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan

pesan menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional,

pencitraan, dan menarik lawan jenis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

15

Sedangkan menurut Dedy Mulyana jenis-jenis pesan nonverbal di

kategorikan sebagai berikut:17)

1) Bahasa tubuh yang berupa isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh

dan posisi kaki, ekspresi wajah dan tatapan mata.

2) Sentuhan adalah perilaku non verbal multi makna, dapat menggatikan

seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan,

pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan, rabaan,

hingga sentuhan lembut sekilas.

3) Parabahasa merujuk aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat di

pahami, misalnya kecepatan berbicara, volume suara, intonasi, kualitas

suara, warna suara, dialek, suitan, tawa, erangan, tangis, gerutuan,

gumaman, desahan dsb.

4) Penampilan fisik yang berupa busana dan karakteristik fisik.

5) Baubauan yang terutama yang menyenangkan telah berabad-abad

digunakan orang untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga

dilakukan hewan.

b. Komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu.

Ada tiga perilaku macam dalam komunikasi interpersonal, antara lain:

1) Perilaku spontan (spontaneous behavior), yaitu perilaku yang

dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi

secara kognitif.

17 Dedy Mulyana. Op. Cit. hal. 317

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

16

2) Perilaku menurut kebiasaan (script behavior), adalah perilaku yang

kita pelajari dari kebiasaan kita.

3) Perilaku sadar (contrived behavior), yaitu perilaku yang dipilih

karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada.

c. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berproses

pengembangan.

Komunikasi interpersonal terjadi dan diawali dari saling mengenal

secara dangkal, berlanjut makin mendalam dan berakhir dengan pengenalan

yang amat mendalam.

d. Komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi dan

koherensi.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Oleh

karena itu, kemungkinan terjadinya umpan balik besar sekali. Disamping itu

penerima pesan dapat menanggapi langsung dengan menyampaikan umpan

balik. Dengan demikian, terjadi interaksi antara komunikator dan komunikan.

e. Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu.

Agar komunikasi berjalan dengan baik, hendaknya mengikuti

peraturan baik secara intrinsik maupun secara ekstrinsik.

f. Komunikasi interpersonal adalah kegiatan aktif.

Komunikasi interpersonal terjadi bukan hanya komunikasi dari

pengirim kepada penerima pesan dan sebaliknya, melainkan komunikasi

timbal balik antara pengirim dan penerima. Dalam komunikasi interpersonal

terdapat beberapa prinsip dasar yang dapat membantu dalam memahami

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

17

komunikasi interpersonal dan cara kerjanya. Beberapa prinsip tersebut antara

lain:

1) Komunikasi interpersonal didasarkan pada teori dan penelitian.

Teori-teori dalam komunikasi interpersonal membantu kita dalam

memprediksi peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dan mendorong

dilakukannya penelitian-penelitian. Teori berkaitan erat dengan tingkat

akurasi, tingkat kebenaran dan ketidakbenaran. Penelitian yang dilakukan

didasarkan atas teori yang ada, sehingga dengan demikian kita bisa lebih

memahami bagaimana komunikasi interpersonal itu berlangsung. Memahami

proses dalam suatu penelitian akan membantu kita secara lebih baik dalam

mempelajari komunikasi, seperti hasil pencarian, kesimpulan dan prinsip-

prinsip yang dikembangkan berdasarkan penelitian.

2) Komunikasi interpersonal adalah suatu proses transaksi.

Perspektif ini menjelaskan komunikasi interpersonal dapat dilihat dari

dua sisi. Pertama yaitu bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu proses.

Proses yang berlangsung dalam komunikasi ini adalah sirkular. Suatu pesan

diterima sebagai stimulus terhadap pesan yang lain yang secara bersamaan

juga berperan sebagai stimulus terhadap pesan yang lain, dan seterusnya. Oleh

karena itu, dalam komunikasi interpersonal, seseorang pada saat yang

bersamaan dapat berlaku sebagai komunikator sekaligus sebagai komunikan.

Kedua bahwa elemen-elemen dalam komunikasi interpersonal saling

tergantung satu sama lain. Komunikasi tidak akan pernah terjadi jika tidak ada

sumber pesan, meskipun ada penerima maupun pesan yang disampaikan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

18

demikian juga komunikasi tidak akan terjadi jika tidak ada penerima maupun

pesan yang disampaikan.

3) Hubungan interpersonal dapat dilihat sebagai hubungan yang

simetris/silang atau komplementer.

Sudut pandang ini menjelaskan hubungan simetris antara dua individu,

individu yang satu menjadi cermin atas perilaku individu yang lain. Jika

individu yang satu marah, maka individu yang lain akan marah juga, atau jika

yang satu menyatakan ekspresi cemburu, maka yang lain juga menyatakan

ekspresi yang sama pula. Sedangkan dalam hubungan yang komplementer,

dua individu terlibat dalam perilaku yang berbeda. Perilaku yang satu

berperan sebagai stimulus terhadap perilaku yang lain. Selain itu dua orang

yang memiliki hubungan interpersonal dapat meduduki posisi yang berbeda.

Misalnya hubungan antara guru dan siswa, atau antara majikan dan buruh.

4) Komunikasi interpersonal memiliki dimensi isi dan hubungan.

In any two communications, the content dimension may be the same, but the relationship aspect may be different, or the relationship aspect may be the same and the content dimension different.18)

(Komunikasi interpersonal yang terjadi bukan sekedar pesan yang disampaikan (aspek isi), tetapi juga terjalinnya hubungan antara dua orang yang sedang melakukan komunikasi interpersonal tersebut. Selain itu dalam komunikasi interpersonal, dua pesan yang isinya sama, bisa menunjukkan hubungan yang berbeda antara komunikator dan komunikan).

5) Komunikasi interpersonal merupakan proses penyesuaian.

Komunikasi interpersonal dapat berlangsung pada tingkat penggunaan

sistem yang sama dan sekaligus berbeda. Yang menjadi kendala adalah jika

18 Joseph A. Devito. The Interpersonal Communication Book (New York, Addison Wesley Longman, Inc) .2001. hal. 29

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

19

komunikasi interpersonal tersebut terjadi antara dua individu yang memiliki

sistem simbol yang berbeda, misalnya bahasa, baik verbal maupun nonverbal.

Oleh karena itu, dalam komunikasi interpersonal, individu perlu belajar

memahami satu sama lain, dalam hal penggunaan sistem simbol.

6) Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian peristiwa pemberian tanda

baca.

Peristiwa komunikasi terjadi secara terus-menerus. Dalam komunikasi

interpersonal sebenarnya merupakan rangkaian proses antara penyampaian

stimulus dan respon. Kedua hal tersebut samasama mengarah pada peristiwa

pemberian tanda baca. Memahami bagaimana orang lain mengintepretasikan

situasi, dan memberikan tanda-tanda baca merupakan langkah penting dalam

pemahaman interpersonal dan juga merupakan hal penting dalam menarik rasa

empati.

7) Komunikasi interpersonal tidak dapat terhindarkan, tidak dapat diubah dan

tidak dapat diulang.

Komunikasi interpersonal tidak dapat terhindarkan. Dalam beberapa

peristiwa tertentu seseorang berkomunikasi walaupun tidak menginginkannya.

Bahkan dalam situasi yang interaksional, setiap perilaku seseorang merupakan

bentuk komunikasi. Misalnya seseorang yang walaupun diam sudah

menunjukkan bahwa ia sedang berkomunikasi, ketika melihat raut mukanya,

apakah diam karena marah atau bosan.

Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah. Apa yang telah

dikomunikasikan tidak dapat diubah kembali. Dalam interaksi antarpribadi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

20

khususnya dalam konflik, dibutuhkan penyelesaian khusus, yaitu tidak

mengatakan sesuatu yang dapat ditarik kembali di kemudian hari. Komunikasi

interpersonal tidak dapat diulang, alasannya karena segala sesuatu mengalami

perubahan secara konstan.

Secara sederhana komunikasi interpersonal dapat digambarkan melalui

sebuah model. Model adalah representasi suatu fenomena baik nyata maupun

abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut.

Selain itu model juga diartikan sebagai representasi dunia nyata dalam bentuk

yang teoritis dan disederhanakan. Model tidak sama dengan fenomena

komunikasi. Model adalah alat untuk menjelaskan atau untuk mempermudah

menjelaskan komunikasi. Model disebut juga sebagai gambaran informal

untuk menjelaskan atau menerapkan teori, dengan kata lain model adalah teori

yang disederhanakan. Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model

komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk

terjadinya komunikasi. 19)

Secara garis besar terdapat tiga model komunikasi, yaitu model

komunikasi linear, model komunikasi sirkuler, dan model komunikasi spiral.

Di antara ketiga model di atas, model sirkulerlah yang berkembang

berdasarkan paradigma antarpribadi. Salah satu model komunikasi yang

digunakan yaitu model sirkuler yang dikemukakan oleh Schramm. Menurut

Schramm, komunikasi merupakan suatu proses sirkuler. Setiap pelaku

komunikasi berperan sebagai encoder (alat penyandi) dan decoder (alat

19 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 121

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

21

penyandi balik). Pelaku komunikasi meng-encode pesan ketika mengirim dan

men-decode pesan ketika menerimanya. Selain itu ada unsur tambahan yang

disebut interpreter (penerjemah) yang berfungsi memaknai pesan yang

berhasil di-decode lalu di-encode kembali dalam bentuk pesan berikutnya agar

dapat dikirim.

Bagan 1. Model Komunikasi Wilbur Schramm (Sirkuler)

Elemen-elemen komunikasi interpersonal menurut De Vito:20)

1) Source receiver (pengirim dan penerima)

Komunikasi Interpersonal terdiri dari paling sedikit dua orang.

Setiap orang berperan sebagai pengirim (memformulasikan dan mengirim

pesan) dan juga penerima (menangkap dan memahami pesan). Persepsi

diri, pengetahuan, kepercayaan, nilai, keinginan, informasi dari orang lain,

dan sikap seseorang akan mempengaruhi perkataan, cara mengatakan

pesan, pesan yang diterima, dan cara menerima suatu pesan.

2) Encoding Decoding 20 Joseph A. Devito. The Interpersonal Communication Book (New York, Addison Wesley Longman, Inc) . 2007. hal. 10-20

Encoder

Interpreter

Decoder

Decoder

Interpreter

Encoder

Message

Message

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

22

Encoding mengarah pada kegiatan memproduksi pesan seperti

berbicara atau menulis dimana pelakunya disebut encoder, sedangkan

decoding adalah kebalikan dari encoding yang mengarah pada kegiatan

seperti memahami pesan seperti mendengarkan atau membaca dan

pelakunya disebut dengan decoder.

3) Messages (pesan)

Pesan adalah sinyal berupa stimuli bagi penerima baik melalui

pendengaran, penglihatan, sentuhan, bau, perasaan, dan gabungan antara

satu dengan yang lain. Pesan dapat berupa pesan verbal dan nonverbal

4) Feedback (umpan balik)

Umpan balik bisa berasal dari diri sendiri maupun orang lain.

Umpan balik memberitahu kepada pembicara efek apa yang dimiliki oleh

pendengar. Berdasarkan umpan balik ini, pengirim pesan sebaiknya

menyesuaikan, memodifikasi, menguatkan, menekankan, atau mengubah

isi atau bentuk pesan. Beberapa dari dimensi umpan balik adalah positif -

negatif, fokus kepada manusia - fokus kepada pesan, langsung/cepat -

tertunda, analisa/monitor tinggi - monitor rendah, mendukung kritikan.

5) Feedforward (umpan depan)

Adalah informasi yang tersedia sebelum mengirim pesan utama.

Feedforward mengungkapkan sesuatu tentang pesan apa yang

disampaikan. Beberapa fungsi elemen ini adalah membuka medium

komunikasi, melihat pendahuluan pesan, menegaskan (disclaim), altercast,

dan memilah informasi yang terlalu banyak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

23

6) Channel (medium)

Medium komunikasi adalah medium yang dilewati oleh pesan, bisa

dikatakan sebagai jembatan yang menyambungkan antara pengirim dan

penerima.

7) Noise (gangguan)

Gangguan adalah semua hal yang merusak pesan, mencegah

penerima dari menerima pesan. Bentuk gangguan bisa bermacam-macam,

seperti fisik, gangguan eksternal baik bagi pengirim dan penerima seperti

suara mobil, fisiologi gangguan fisik dari pengirim atau penerima seperti

kerusakan penglihatan dan masalah artikulasi, psikologi-gangguan mental

atau kognitif, dan semantik perbedaan bahasa dan dialek.

8) Context (situasi)

Komunikasi selalu berada dalam sebuah situasi yang

mempengaruhi bentuk dan isi pesan. Beberapa dimensi situasi yakni fisik

tempat terjadinya komunikasi, temporal kegiatan yang terjadi saat

menyampaikan pesan, sosial psikologis status hubungan peserta

komunikasi, peran, cultural kepercayaan dan adat istiadat para peserta

komunikasi.

9) Ethics (etika)

Karena komunikasi memiliki konsekuensi, komunikasi

interpersonal juga termasuk etika, setiap kegiatan komunikasi memiliki

dimensi moral, kebenaran, dan kesalahan.

10) Competence (kompetensi)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

24

Kompetensi komunikasi adalah ukuran kualitas intelektual dan

fisik penampilan interpersonal seseorang. Kompetensi ini mencakup

pengetahuan akan mangatur komunikasi sesuai dengan situasi interaksi

dan orang yang sedang diajak bicara.

4. Coach (Pelatih)

Pelatih (coach) adalah seorang professional yang tugasnya membantu

olahragawan dan tim dalam memperbaiki penampilan olahraga. 21) Seorang

pelatih mempunyai peluang dan tanggung jawab yang besar untuk

mengoptimalkan motivasi atlet agar berprestasi dalam suatu kejuaraan. Pelatih

yang antusias dalam melatih cenderung meningkatkan motivasi atletnya untuk

berlatih lebih giat sehingga dapat meningkatkan prestasi atlet tersebut. Pelatih

merupakan sosok yang paling dekat dan berperan penting dalam memotivasi

atletnya. Masukan dan kritikan yang diberikan oleh pelatih akan

meningkatkan motivasi atletnya untuk berprestasi lebih baik lagi. Keberadaan

pelatih dapat menimbulkan motivasi tersendiri bagi atlet yang akan

mengahdapi pertandingan, sedang menghadapi pertandingan, maupun setelah

menghadapi pertandingan. 22)

Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau

pelaksana program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator, dan yang

bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan kepelatihan

21 Pate, Rusell R. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang Press. 1993. hal. 5. 22 Adisasmito. Mental Juara: Modal Atlet Bresprestasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007. hal. 47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

25

tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih sama halnya dengan atlet, mempunyai

kepribadian yang unik yang berbeda satu sama lain. Setiap pelatih memiliki

kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang murni ideal atau

sempurna. Mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri

secara total dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya

melulu mengurusi masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan

olahraganya saja, tetapi juga pelatih harus dapat berperan sebagai teman, guru,

orang tua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian

diharapkan atlet sebagai seseorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan

memiliki kepercayaan penuh terhadap pelatihnya

Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dan atlet asuhannya harus

dilandasi oleh adanya empati dari pelatih terhadap atletnya tersebut. Empati

ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau

keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara total

tanpa ia sendiri kehilangan identitas pribadinya. Untuk mengerti keadaan atlet

dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenl hal-hal penting yang ada

pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saja tidak cukup bagi

pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau

memahami keadaan psikologis atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap

orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula

dalam hubungan dengan pengembangan potensinya. Kepribadian seorang

pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi asuhannya. Hal

terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

26

percaya pada pelatih apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih

adalah untuk kebaikan dan kemajuan atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan

kepercayaan dari atlet, pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus

membuktikan dengan ucapan, perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet

mempercayai pelatih maka seberat apapun program yang dibuat pelatih akan

dijalankan oleh atlet dengan sungguh-sungguh.

Pada dasarnya kualifikasi yang harus dipenuhi agar seorang pelatih

memperoleh keberhasilan dalam pelatihannya, dibutuhkan 3 kemampuan

utama, yaitu :

1. Pengetahuan/ilmu yang diperlukan untuk melakukan pengkajian teoretis

mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan pelatihan. Ilmu-ilmu

yang dibutuhkan tersebut adalah ilmu-ilmu utama tentang masalah

keolahragaan dan ilmu-ilmu dari bidang studi lainnya sebagai penunjang

untuk pelatihan.

2. Seorang pelatih harus mempunyai keterampilan yang memadai,

diantaranya adalah :

a. Keterampilan teknis.

b. Keterampilan konseptual

c. Keterampilan manajerial, dan

d. Keterampilan hubungan antarpersonal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

27

3. Sikap Hidup/Filsafat. Pelatih harus sadar dimana dia berada, sehingga

sikap serta perilakunya tidak berbeda dengan sistem yang dianut atlet-atlet

dan masyarakat di sekitarnya.

5. Atlet Difabel

Atlet adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau

pertandingan (kekuatan, ketangkasan, kecepatan). Seorang atlet adalah

individu yang memiliki keunikan tersendiri. Ia memiliki bakat tersendiri, pola

perilaku, dan kepribadian tersendiri serta latar belakang kehidupan yang

mempengaruhi secara spesifik pada dirinya. Sekalipun dalam beberapa cabang

olahraga atlet harus melakukannya secara berkelompok atau beregu,

pertimbangan bahwa atlet seorang atlet sebagai individu yang unik perlu tetap

dijadikan landasan pemikiran. Karena, dalam olahraga beregu, kemampuan

adaptif individu untuk melakukan kerjasama kelompok sangat menentukan

perannya kelak di dalam kelompoknya.23)

Berbeda dengan atlet pada umumnya, atlet difabel (penyandang cacat)

adalah atlet yang memiliki kekurangan secara fisik dan/atau mental. Secara

epistemologi, yang dimaksud penyandang cacat tubuh adalah mereka yang

mengalami kelainan pada bentuk dan fungsi dari tulang, sendi, otot, dan

kerjasama tulang sendi dan otot.24) Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun

1997 Pasal 1, penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan

23 Adisasmito. Op. Cit. hal. 8 24 Abdul Salim, Choiri. . Surakarta:PPRRUNS bekerjasama dengan PRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.1998. hal. 78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

28

fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan

hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari :25)

a. penyandang cacat fisik;

b. penyandang cacat mental;

c. penyandang cacat fisik dan mental.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) memberikan

definisi kecacatan ke dalam 3 kategori, yaitu: impairment, disability dan

handicap.26) Impairment disebutkan sebagai kondisi ketidaknormalan atau

hilangnya struktur atau fungsi psikologis, atau anatomis. Sedangkan Disability

adalah ketidakmampuan atau keterbatasan sebagai akibat adanya impairment

untuk melakukan aktivitas dengan cara yang dianggap normal bagi manusia.

Adapun handicap, merupakan keadaan yang merugikan bagi seseorang akibat

adanya imparment, disability, yang mencegahnya dari pemenuhan peranan

yang normal (dalam konteks usia, jenis kelamin, serta faktor budaya) bagi

orang yang bersangkutan.

1) Cacat fisik

Adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh,

antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara.

Yang termasuk dalam criteria ini adalah:

25 http://adgi.or.id/wp-content/uploads/2011/10/Undang-Undang-tahun-1997-04-97-Tentang-Penyandang-Cacat.pdf. 22/5/2012. 21.30 26 http://disabilitas-comdev.blogspot.com/2010/02/definisi-penyandang-cacat.html. 24/5/2012. 9.51

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

29

a) cacat kaki

b) cacat punggung

c) cacat tangan

d) cacat jari

e) cacat leher

f) cacat rungu

g) cacat wicara

h) cacat raba/rasa

i) cacat pembawaan.

Cacat tubuh memiliki banyak istilah, salah satunya adalah tuna daksa.

Istilah ini berasal dari kata tuna yang berarti rugi atau kurang, sedangkan

daksa berarti tubuh. Jadi tuna daksa ditujukan bagi mereka yang memiliki

anggota tubuh tidak sempurna. Sehingga tuna daksa atau cacat tubuh diartikan

sebagai berbagai kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan

yang dibutuhkan. Cacat tubuh dapat digolongkn sebagai berikut:

1) Menurut sebab cacat adalah sejak lahir, disebabkan oleh penyakit,

disebabkan oleh kecelakaan, dan disebabkan oleh perang.

2) Menurut jenis cacatnya adalah putus (amputasi) tungkai dan lengan,

cacat tulang, sendi, dan otot pada tungkai dan lengan, cacat tulang

punggung, celebral palsy, cacat lain yang termasuk pada cacat tubuh

orthopedic, paraplegia.

Istilah-istilah lain untuk penyandang cacat tubuh antara lain adalah

cacat fisik, cacat arthopedic, crippled, physically, handicapped, physically

disable, nonambulatory, having organic problem, orthopedically impairment,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

30

orthopedically handicapped, semua istilah tersebut memiliki arti yang sama.

Mengacu pada pengertian-pengertian diatas, maka penyandang cacat tubuh

adalah mereka yang mempunyai kelainan tubuh, yang merupakan rintangan

atau hambatan untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Penderita cacat

tubuh adalah mereka yang amputasi (putus pada kaki, tangan/lengan), cacat

tulang, persendian tungkai, cacat tulang punggung belakan termasuk

paraplegia atau skilionis. TBC tulang dan sendi, amputasi bawah atau atas

lutut satu dua, amputasi bawah atau atas siku satu atau dua dan lain-lain

termasuk cacat orthopedi.

2) Cacat mental

Adalah kelainan mental dan tingkah laku, baik cacat bawaan maupun

akibat dari penyakit antara lain:

a) retardasi mental

b) gangguan psikiatrik fungsional

c) alkoholisme

d) gangguan mental organic dan epilepsy.

3) Cacat fisik dan mental

Adalah keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan

sekaligus. Apabila yang cacat adalah keduanya maka akan sangat

mengganggu penyandang cacatnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

31

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penelitian tentang pola

komunikasi interpersonal di organisasi NPC antara pelatih dengan atletnya

menggunakan teori komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi

yang terbagi menjadi komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Teori

komunikasi interpersonal ini untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi

pelatih dengan atlet difabel dalam berkomunikasi di organisasi NPC secara

Proses komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet difabel

NPC pada saat di lapangan (formal) dan pada saat diluar lapangan

(informal)

Subyek yang diteliti adalah satu pembina, dua orang pelatih dan enam atlet difabel

Metode komunikasi interpersonal dengan tatap muka, dan media, baik verbal maupun nonverbal

Elemen-elemen dari komunikasi interpersonal adalah source-

receiver, encoding, decoding, message, chanels, feedback, noise,

context, ethics, competence

Studi Deskriptif Kualitatif

Pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet difabel NPC

Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

32

langsung maupun secara tidak langsung, baik secara verbal maupun secara

nonvebal.

Penelitian aktivitas komunikasi interpersonal dalam organisasi NPC

mengambil subjek penelitian 1 pembina, 2 pelatih dan 6 atlet difabel dengan

cara mengamati bagaimana permasalahan yang dihadapi, bagaimana proses

komunikasi interpersonal berjalan sesuai dengan elemen-elemennya,

bagaimana metode yang digunakan dalam berkomunikasi baik secara verbal

maupun non verbal, apakah tujuan komunikasi interpersonal yang dilakukan

pelatih, dan atlet difabel dapat tercapai, sehingga dapat diketahui bagaimana

pola komunikasi interpersonal yang terjadi antara pelatih dan atlet difabel di

NPC Surakarta.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kulitatif. Sebagai suatu penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan

situasi atau peristiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis, atau

membuat prediksi.27) Studi deskriptif diartikan sebagai metode pemecahan

masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek/obyek

penelitian berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Sementara data kualitatif diperoleh dari pengolahan informasi yang diperoleh

27 Jalaludin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.2007. hal. 24.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

33

dari sumber data primer melalui wawancara, dan sumber data sekunder

melalui dokumen resmi terkait.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di National paralympic Committee Indonesia

yang beralamat di Jln.Ir.Sutami No. 86 Surakarta.

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

a. Data primer, yaitu data diperoleh dari sumber informan pertama

melalui wawancara. Data primer tersebut antara lain adalah catatan

hasil wawancara, hasil observasi ke lapangan secara langsung,

serta data-data informan.

b. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah lebih lanjut dan

disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data

sekunder digunakan untuk mendukung dan melengkapi data primer

yang diperoleh dari dokumen, literature, arsip, jurnal yang relevan,

dan data-data yang mendukung data primer.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui beberapa cara,

yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

34

a. Observasi

Dalam teknik ini, penulis melakukan pengamatan langsung

dilapangan dengan tujuan pengambilan dan pengumpulan

tambahan data yang dirasa perlu, sehingga penulis mengetahui

situasi yang sebenarnya.

b. Wawancara

Teknik wawancara adalah metode yang dilakukan penulis untuk

menggali segala informasi yang berhubungan dengan penelitian

dan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan dengan pihak

yang dirasa relevan dan valid dalam penelitian ini. Wawancara

dilakukan diluar jam latihan agar tidak mengganggu proses

berjalannya pelatihan, sehingga suasana lebih tenang dan

narasumber dapat memberikan jawaban lebih leluasa. Dalam

penelitian ini penulis mewawancarai sembilan orang informan :

satu orang dari pihak pembina, dua orang pelatih, dan enam orang

atlet difabel.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain

berupa foto-foto. Alat dokumentasi yang akan dipergunakan dalam

penelitian ini adalah kamera untuk memotret kegiatan di dalam

NPC, handphone sebagai alat perekam saat dilakukan wawancara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

35

5. Sampling

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik snowball sampling

(bola salju). Alasannya dalam teknik ini untuk memperoleh data yang

mendalam diperlukan informan yang mengetahui permasalahan yang sedang

diteliti, yaitu dengan cara menunjuk seorang informan kemudian informan

yang terpilih dapat menunjuk informan yang lebih tahu, sehingga akan di

dapat data yang lebih lengkap. Penarikan sampel bola salju ini mempunyai

beberapa tahapan. Tahap pertama, menentukan satu atau beberapa orang

informan untuk diwawancarai. Informan tersebut berperan sebagai titik awal

penarikan sampel, yang menjadi titik awal penarikan sampel adalah Pembina I

NPC Surakarta. Tahap kedua, dari informan yang pertama selanjutnya

menunjukkan informan yang dirasa lebih mengetahui tentang permasalahan

yang sedang diteliti, yaitu pelatih dan atlet difabel. Kemudian peneliti

mewawancarai informan pelatih tersebut dan demikian selanjutnya sampai

diperoleh data yang mendalam dan data yang dikumpulkan benar-benar

mendukung tercapainya tujuan peneliti. Pada akhir penelitian ini, dari 9 orang

informan, peneliti telah merasa cukup memperoleh data untuk melengegkapi

penelitian ini.

6. Validitas Data

Untuk memeriksa keabsahan data, digunakan triangulasi data, yaitu

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini

teknik triangulasi yang dipergunakan adalah triangulasi sumber data.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

36

Berdasarkan asas penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dilapangan dan

bahkan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Reduksi data dan sajian

data merupakan dua komponen dalam analisis data. Penarikan kesimpulan

dilakukan jika pengumpulan data dianggap cukup memadai. Jika terjadi

kesimpulan yang dianggap kurang memadai, diperlukan aktivitas verifikasi

dengan sasaran yang lebih terfokus. Ketiga aktivitas tersebut saling

berinteraksi sampai diperoleh kesimpulan yang mantap.

7. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara induktif,

yaitu mulai dari laporan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan,

mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari

fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Miles dan Huberman

menjelaskan penyajian dua model pokok analisis yaitu:28)

a. Model analisis jalinan, dimana tiga komponen analisis (reduksi,

sajian data, dan penarikan kesimpulan) dilakukan saling menjalin

dengan proses pengumpulan data mengalir bersamaan.

b. Model analisis interaktif, dimana komponen reduksi data dan

sajian data dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data.

Setelah data terkumpul maka tiga komponen analisis (reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan) berinteraksi.

28 H.B. Sutopo. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. 2002. hal. 94-95

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

37

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

interaktif. Dalam model analisis ini, tiga komponen analisisnya yaitu reduksi

data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi dilakukan dalam

bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

Untuk menganalisis penelitian ini, maka dilakukan dengan langkah langkah

sebagai berikut:

1. Pengumpulan data.

Pengumpulan data atau informasi dilakukan melalui wawancara,

kuisioner maupun observasi langsung.

2. Reduksi.

Reduksi data merpakan proses seleksi, menyortir, penyederhanaan,

pemfokusan, abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. Proses

ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset yang dimulai dari

bahan reduction yang sudah dimulai sejak peneliti mengambil

keputusan. Data reduction adalah bagian dari analisis, suatu bentuk

analisis yang mempertegas memperpendek, membuang hal yang tidak

penting, dan diatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat

dilakukan.

3. Penyajian data.

Merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan

sistematis, sehingga bila dibaca akan lebih mudah dipahami. Dengan

melihat penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan

memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

38

tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Sajian data selain dalam

bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks,

gambar, skema, table, sebagai pendukung narasinya.

4. Menarik kesimpulan

Dari pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari peristiwa,

mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur dan sebagainya

sebagai sebuah kegiatan konfigurasi yang utuh dari kesimpulan-

kesimpulan data dan selama peneliti berlangsung selanjutnya

dilakukan verifikasi

Untuk menjelaskan letak interaktifnya secara sederhana gambar

prosesnya dapat dilihat sebagai berikut:

Bagan 2. Model Analisis Interaktif (Miles and Huberman 1992:20)29)

Dengan memperhatikan gambar tersebut, maka prosesnya dapat dilihat

pada waktu pengumpulan data, peneliti juga harus membuat reduksi data dan

29 Ibid. halaman 96.

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

Penarikan kesimpulan atau verivikasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

39

sajian data. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, peneliti akan mengalami

kesulitan karena banyaknya data yang berupa deskripsi kalimat. Begitu

peneliti menyusun catatan lapangan lengkap, reduksi data segera dibuat. Data

yang tidak diperlukan akan dibuang supaya mudah dalam menampilkan,

menyajikan, dan menarik kesimpulan sementara. Dari membaca sajian data

yang berupa cerita dengan kelengkapan pendukungnya, peneliti bisa mengarah

pada simpulan. Simpulan ini masih bersifat sementara karena proses

pengumpulan data masih terus berlangsung. Begitu peneliti mendapatkan data

baru dengan pemahaman baru, kemungkinan besar simpulan sementara

tersebut perlu diubah sehingga lebih tepat. Bila data baru ternyata lebih

memperkuat simpulannya, maka simpulan sementara yang dikembangkan

akan menjadi semakin mantap. Demikian seterusnya perjalanan pengumpulan

data dan analisisnya berjalan bersamaan hingga menuju kearah yang semakin

mantap, menghasilkan data yang lengkap, hingga penarikan kesimpulan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

40

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. Sejarah Berdirinya National Paralympic Committee (NPC) Surakarta

National Paralympic Committee (NPC) awal mula berdirinya disebut

Yayasan Pembina Olahraga Cacat disingkat (YPOC). Yayasan tersebut

didirikan pada tanggal 31 Oktober 1962 dengan Akte Notaris nomor 71

tanggal 31 Oktober 1962. YPOC mengalami perubahan nama sebanyak dua

kali. Perubahan yang pertama yang semula disebut YPOC berubah menjadi

Badan Pembina Olahraga Cacat disingkat (BPOC). Perubahan nama lembaga

tersebut diputuskan dalam Musornas YPOC ke VII tanggal 31 Oktober- 1

November 1993 di Yogyakarta. Akte notaries yang pertama mengalami

pembaharuan beberapa kali dan pembaharuan terakhir, setelah berganti nama

menjadi BPOC, dengan akte nomor 15 tanggal 15 Desember 1993. Ditingkat

nasional badan ini mempunyai wilayah kerja seluruh Indonesia, disebut

dengan nama Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Pusat. Ditingkat daerah

propinsi organisasi ini disebut Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)

Daerah Propinsi, ditingkat kabupaten/kotamadya organisasi ini disebut Badan

Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Cabang Kabupaten/kotamadya. Organisasi

ini berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, serta bertujuan

membentuk manusia susila yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

yang sehat jasmaniah serta rokhaniah melalui pembinaan olahraga dalam

rangka pembangunan bangsa dan Negara (AD BPOC Bab II Pasal 3 dan 5).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

41

Berkenaan dengan kesepakatan perubahan nama organisasi payung

diatas, maka dipersiapkanlah konsep struktur organisasi, struktur pembinaan

olahraga cacat, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta program

kerja dan lain-lain. Konsep tersebut kemudian disampaikan kepada KONI

Pusat dan Menpora yang dipersiapkan sebagai materi pokok dalam Musornas

YPOC ke VII tahun 1993 di Yogyakarta

B. Keputusan Musornas YPOC ke VI-1993 di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Oktober 1 November 1993 telah diselenggarakan

Musyawarah Olahraga Cacat Nasional (Musornas) YPOC ke VII, yang

pelaksanaannya bersamaan dengan penyelenggaraan Pekan Olahraga Cacat

Nasional (PORCANAS) ke X, tanggal 31 oktober 6 November 1993, di

Yogyakarta. Dalam Musornas tersebut telah diputuskan antara lain sebagai

berikut:

1. Menyetujui perubahan nama YPOC (Yayasan Pembina Olahraga

Cacat) menjadi BPOC (Badan Pembina Olahraga Cacat)

2. Menyetuji pemisahan kegiatan kesenian dari BPOC.

3. Menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BPOC.

4. Meningkatkan Usaha konsolidasi organisai BPOC termasuk

pengembangan organisasi ke seluruh wilayah Negara Indonesia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

42

C. Pengesahan KONI pusat atas perubahan nama

Koni Pusat dalam Rapat Paripurna Nasional (Raparnas) ke XXII,

tanggal 12 sampai dengan 13 Januari 1994 di Jakarta, komisi organisasi telah

memutuskan:

Mengakui dan mengesahkan perubahan nama YPOC (Yayasan Pembina

Olahraga Cacat), menjadi BPOC (Badan Pembina Olahraga Cacat), yang

menjadi satu-satunya wadah kegiatan pembinaan olahraga cacat Indonesia.

D. BPOC Daerah dan cabang

Untuk mengembangkan sayap organisasi, sejak didirikannya tanggal

31 Oktober 1962 sampai dengan tahun 1995 telah berhasil dibentuk /

didirikan BPOC daerah di 26 propinsi dan cabang di kabupaten / kotamadya

sebanyak 71. Daftar BPOC Daerah Proponsi dan BPOC cabang Seluruh

Indonesia

1. BPOC Daerah Istimewa Aceh

1. BPOC Cabang Kabupaten Aceh timur

2. BPOC Cabang Kabupaten Aceh Utara

3. BPOC Cabang Kotamadya Banda Aceh

2. BPOC Daerah Propinsi Sumatera Utara

1. BPOC Cabang Kotamadya Medan

2. BPOC Cabang Kabupaten Tapanuli Selatan

3. BPOC Daerah Propinsi Riau

1. BPOC Cabang Kotamadya Pekanbaru

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

43

4. BPOC Daerah Propinsi Sumatera Barat

1. BPOC Cabang Kotamadya Bukit Tinggi

2. BPOC Cabang Kotamadya Padang

3. BPOC Cabang Kabupaten Tanah Datar

5. BPOC Daerah Propinsi Jambi

6. BPOC Daerah Propinsi Bengkulu

7. BPOC Daerah Propinsi Sumatera Selatan

1. BPOC Cabang Kotamadya Palembang

2. BPOC Cabang Kotamadya Pangkalpinang

3. BPOC Cabang Kabupaten Ogan Komering Ilir

8. BPOC Daerah Propinsi Lampung

9. BPOC Daerah Kusus Ibukota Jakarta

10. BPOC Daerah Propinsi Jawa Barat

1. BPOC Cabang Kabupaten Garut

2. BPOC Cabang Kotamadia Bandung

3. BPOC Cabang Kotamadya/Kabupaten Cirebon

11. BPOC Daerah Propinsi Jawa Tengah

1. BPOC Cabang Kotamadya Surakarta

2. BPOC Cabang Kotamadya Semarang

3. BPOC Cabang Kabupaten Boyolali

4. BPOC Cabang Kabupaten Karanganyar

5. BPOC Cabang Kabupaten Cilacap

6. BPOC Cabang Kabupaten Sukoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

44

7. BPOC Cabang Kabupaten Pemalang

12. BPOC Daerah Istimewa Yogyakarta

1. BPOC Cabang Kabupaten Bantul

13. BPOC Daerah Propinsi Jawa Timur

1. BPOC Cabang Kotamadya Surabaya

2. BPOC Cabang Kotamadya Malang

3. BPOC Cabang Kotamadya/Kabupaten Madiun

4. BPOC Cabang Kabupaten Sidoarjo

5. BPOC Cabang Kabupaten Bondowoso

6. BPOC Cabang Kotamadya/Kabupaten Blitar

7. BPOC Cabang Kotamadya/Kabupaten Kediri

8. BPOC Cabang Kabupaten Sumenep

9. BPOC Cabang Kabupaten Pamekasan

10. BPOC Cabang Kabupaten Ponorogo

11. BPOC Cabang Kabupaten Banyuwangi

12. BPOC Cabang Kabupaten Tulungagung

13. BPOC Cabang Kabupaten Jember

14. BPOC Cabang Kabupaten Lumajang

15. BPOC Cabang Kabupaten Pasuruan

16. BPOC Cabang Kabupaten Situbondo

17. BPOC Cabang Kabupaten Sampang

18. BPOC Cabang Kabupaten Trenggalek

19. BPOC Cabang Kabupaten Bangkalan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

45

20. BPOC Cabang Kabupaten Nganjuk

21. BPOC Cabang Kabupaten Pasuruan

22. BPOC Cabang Kabupaten Gresik

23. BPOC Cabang Kabupaten Probolinggo

24. BPOC Cabang Kabupaten Jombang

25. BPOC Cabang Kabupaten Lamongan

26. BPOC Cabang Kabupaten Bojonegoro

27. BPOC Cabang Kabupaten Magetan

28. BPOC Cabang Kabupaten Pacitan

14. BPOC Daerah Propinsi Bali

15. BPOC Daerah Propinsi Kalimantan Barat

16. BPOC Daerah Propinsi Kalimantan Tengah

1. BPOC Cabang Kabupaten Kotawaringin Timur

2. BPOC Cabang Kabupaten Kotawaringin Barat

3. BPOC Cabang Kabupaten Barito Selatan

4. BPOC Cabang Kabupaten Kapuas

17. BPOC Daerah Propinsi Kalimantan Selatan

18. BPOC Daerah Cabang Propinsi Kalimantan Timur

1. BPOC Cabang Kotamadya Balikpapan

2. BPOC Cabang Kotamadya Samarinda

3. BPOC Cabang Kabupaten Kutai

4. BPOC Cabang Kabupaten Pasir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

46

19. BPOC Daerah Propinsi Sulawesi Selatan

1. BPOC Cabang Kabupaten Gowa

2. BPOC Cabang Kabupaten Polimamasa

3. BPOC Cabang Kabupaten Enrekang

4. BPOC Cabang Kabupaten Pare-Pare

5. BPOC Cabang Kabupaten Seidenreng Rappang

20. BPOC Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara

21. BPOC Daerah Propinsi Sulawesi Tengah

22. BPOC Daerah Propinsi Sulawesi Utara

23. BPOC Daerah Propinsi Maluku

24. BPOC Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur

1. BPOC Cabang Kabupaten Belu

2. BPOC Cabang Kabupaten Ende

3. BPOC Cabang Kabupaten Timor Tengah Utara

4. BPOC Cabang Kabupaten Belu Timor Tengah Selatan

5. BPOC Cabang Kabupaten Ngada

6. BPOC Cabang Kabupaten Alor

Perubahan nama yang kedua kalinya terjadi pada tahun 2010 dimana

BPOC berganti nama menjadi National Paralympic Committee yang disingkat

NPC hingga sekarang. Jumlah atlet yang dibina NPC sampai dengan tahun

2012 ada 41 atlet, berusia antara 20-44 tahun, terdiri dari 29 atlet pria dan 12

atlet wanita. Jumlah tersebut meliputi atlet berprestasi dan atlet belum

berprestasi (tahap pemula). Cabang olahraga yang digeluti meliputi:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

47

a. Renang

b. Bulu tangkis

c. Tenis meja

d. Catur

e. Panahan

f. Voli duduk

g. Sepak bola

h. Atletik (lari, bala kursi roda, lempar cakram, lempar lembing)

Jenis kecacatan yang dialami oleh atlet meliputi tuna daksa, tuna

grahita, dan tuna netra. Atlet-atlet binaan NPC Surakarta sering kali

diandalkan sebagai pemasok atlet atau tulang punggung bagi tim BPOC

provinsi Jawa Tengah, yaitu diantaranya pada kejuaraan PORCANAS tahun

2004 di Palembang dan PRCANAS tahun 2008 di Kalimantan Timur, serta

PORCAPROV 2009 . Pada PORCAPROV 2009 BPOC Surakarta keluar

sebagai juara umum dengan meraih 28 medali emas, 22 medali perak, dan 10

medali perunggu. Prestasi lain yang diraih adalah menjadi atlet wakil

Indonesia dalam ajang ASEAN Paragames 2011 dimana Surakarta menjadi

tuan rumah ajang paralympic games tersebut.

E. Kantor dan Prasarana

Pusat BPOC yang sekarang menjadi NPC Indonesia semula berkantor

di kantor Koperasi Penca Harapan dengan alamat Timur Gudang Garam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

48

Stasiun Jebres Surakarta. Baru pada tahun 1981 hingga sekarang menempati

kantornya sendiri di Jalan Ir. Sutami nomor 86 Jurug Surakarta 57125

telepon/fax (0271) 636486. Kantor tersebut dibangun atas tanah HGB (Hak

Guna Bangunan) bantuan Pemda Kotamadia Surakarta seluas 600M2. Kantor

BPOC ini merupakan Gedung Lokal Kerja bantuan dari Departemen Sosial

RI. Bangunan Garasi mobil diperoleh dari Gubernur Jawa Tengah. Pada

Tahun 1986 mendapat tambahan gedung baru yang dibangun dari biaya

anggaran penyelenggaraan Fespic Game ke IV di Surakarta, yang selanjutnya

digunakan untuk wisma atlet.

F. Visi, Misi, dan Tujuan

NPC Kota Surakarta sebagai suatu badan atau wadah bagi para atlet

penyandang cacat memiliki visi, misi, serta tujuan organisasi sebagai berikut:

Visi:

Terwujudnya keseimbangan dan kesetaraan pembinaan olahraga cacat

Misi:

1. Mengatur pemberian bimbingan dan pelaksanaan pelatihan olahraga cacat

2. Mengusahakan dan mengatur pembiayaan pelatihan olahraga cacat

3. Mengusahakan dan mengatur pembiayaan pengiriman atlet cacat

berprestasi dalam pertandingan antar daerah dan luar Indonesia

4. Mengusahakan peningkatan prestasi, kesejahteraan, dan pendidikan atlet.

Tujuan:

1. Membentuk watak kepribadian penyandang cacat yang mencintai nilai

kemanusiaan, kejujuran, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

49

2. Mewadahi penyandang cacat untuk berperan serta dalam Pembangunan

Nasional Melalui kegiatan olahraga cacat.

3. Mewujudkan dunia olahraga cacat yang lebih maju, berkeadilan,

bermartabat sejajar dengan keberadaan olahraga pada umumnya.

4. Membentuk kebugaran fisik dan mental agar tetap sehat dan kuat melalui

kegiatan olahraga

5. Memupuk kesatuan dan persatuan antar atlet, serta persatuan dan

persahabatan bangsa Indonesia.

6. Berupaya mengharumkan nama daerah melaui pencapaian prestasi

olahraga cacat

7. Memperkuat gerakan perjuangan untuk mewujudkan kesamaan hak dan

kesempatan bagi penyandang cacat dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan.

G. Logo Organisasi NPC

Logo NPC mengikuti lambang international paralympic committee

(IPC) dengan cirri khas Merah putih membentuk bendera dan tulisan

Indonesia berwarna hitam di bagian bawah. Bendera organisasi ini terdiri atas:

Ukuran : Panjang 240 cm, lebar 160 cm (perbandingan 3:2)

Warna dasar : Berwarna biru langit (ketentraman dan kedamaian)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

50

Lambang

bergerak, mengelilingi titik pusat, menekankan bahwa peran NPC telah

membawa atlet dari seluruh penjuru dunia bersama sama dan

memungkinkan mereka untuk bersaing. Mereka selalu bergerak maju dan

tidak pernah menyerah.

Warna agitos : Terdiri dari tiga unsur warna yaitu merah, biru, dan hijau.

Merah putih dan tulisan NPC Indonesia mewakili Negara Indonesia.

H. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS PUSAT

BADAN PEMBINA OLAHRAGA CACAT (PP. BPOC)/NATIONAL PARALYMPIC

COMMITTEE (NPC)

MASA BAKTI 2008-2013

Pelindung :1. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga RI.

2. Menteri Sosial RI.

3. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

4. Menteri Kesehatan RI.

5. Ketua Umum KONI dan KOI

Penasehat :1. Gubernur Provinsi Jawa Tengah

2. Prof. Dr. Ir. Djohar Arifin Husin.

3. Prof. Dr. Guntur

Ketua Umum : Senny Marbun

Ketua I : Drs. Rio Suseno

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

51

Ketua II : Dr. H. Husein Argasasmita, MA.

Ketua III : Haryono, SH.

Ketua IV : Yeni Kurniati

Sekretaris Jenderal : Pribadi, SH.

Wakil Sekretaris Jenderal : Sophia Prawindya, S.Sos.

Bendahara Umum : Drs. Slamet Djauhari

Wakil Bendahara : Ruslan Sipahutar

Departemen Hukum

Ketua : Drs. Abdul Karim

Departemen Pemberdayaan

Daerah

Ketua : Safri Tanjung

Anggota : Edison Ardiles

Departemen Cabang Olahraga

Ketua : Abdul Aziz

Anggota : Marpaung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

52

Departemen Pelatih dan Wasit

Ketua : Waluyo, S.Pd. M.Or.

Anggota : Matsuro

Departemen Pertandingan dan

Klasifikasi

Ketua : Dr. Yanti

Departemen Luar Negeri dan

Humas

Ketua : Sukanti Raharjo Bintoro, S.Pd.

Anggota : Heri Isranto

Departemen Humas

Ketua : Heri Isranto

Departemen Usaha dan Dana

Ketua : Anggiat Sagala, S.Sos. M.Si.

Dewan Pertimbangan Pusat

Ketua merangkap Anggota : Yahya Kemi

Sekretaris Merangkap Anggota : Asmayadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

53

Anggota : Robani Ibrahim, SH.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

54

BAB III

SAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Pola komunikasi interpersonal pelatih dan atlet difabel NPC

Surakarta yang terjadi pada saat latihan (formal)

1. Komunikasi pelatih dan atlet difabel NPC Surakarta menggunakan metode

tatap muka dan komunikasi oral.

Komunikasi interpersonal dengan tatap muka dipandang lebih sukses

daripada bentuk komunikasi antarmanusia lainnya. Seseorang dapat

berkomunikasi untuk mempelajari sesuatu dengan baik apabila menggunakan

lebih dari satu inderanya, yaitu tahapan mengetahui atau melihat melalui mata,

mendengar melalui telinga, penciuman melalui hidung, meraba dengan

tangan, dan tahapan merasakan dengan lidah.

Kelebihan komunikasi tatap muka dapat menjalin suatu kontak melalui

satu rangkaian pertukaran-pertukaran pesan antara dua orang dalam proses

komunikasi diantara mereka. Seperti halnya metode komunikasi tatap muka

yang digunakan pada saat proses latihan pelatih dengan atlet difabel NPC

Surakarta. Tatap muka yang terjadi terus menerus merupakan suatu dinamika

komunikasi yang dapat meningkatkan keterikatan psikologis, menumbuhkan

saling percaya, dan kesamaan tujuan.

Pola komunikasi yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan atlet

untuk membentuk lingkaran, dan pelatih mengambil posisi di tengah-tengah

lingkaran. Dengan menggabungkan pesan verbal dan nonverbal, pelatih

mengucapkan salam dan memimpin doa sesuai dengan keyakinan masing-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

55

masing atlet. Setelah doa selesai, pelatih memberikan pengarahan mengenai

program-program yang harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan apa yang

diutarakan oleh Prajudi, selaku pelatih cabang atletik NPC Surakarta.

u kita mengheningkan cipta untuk berdoa bersama, setelah berdoa udah tau kewajiban lari dua kali, warming up, baru program. Mereka secara

Gambar 1. Pelatih dan atlet saat mengawali latihan di Stadion

Manahan Surakarta

Setelah doa dan pemanasan selesai, atlet berlatih masing-masing

cabang olahraga yang digelutinya, antara lain lari jarak pendek, lari jarak jauh,

latihan balap kursi roda, latihan lompat tinggi, dan lempar cakram. Selama

latihan di lapangan ditemukan adanya otoritas pelatih sebagai pemimpin dari

para atlet. Peneliti melihat adanya perlakuan pelatih yang cenderung

menunjukkan sikap sebagai seorang pemimpin. Sehingga dapat digambarkan

model komunikasinya adalah model komunikasi linear. Dominasi pelatih

sebagai pemimpin terlihat pada saat pelatih memberikan instruksi atau kata-

.., . Selain itu bunyi tiupan peluit atau

bendera yang diberikan oleh pelatih juga dapat digambarkan sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

56

komunikasi yang linear dimana pesan yang disampaikan dari pelatih melalui

aba-aba peluit tersebut hanya disampaika searah untuk para atlet.

Namun, komunikasi yang terjadi di tempat latihan tidak hanya satu

arah (linear). Ketika terjadi percakapan antara pelatih dan atlet saling

menyampaikan pesan dan menerima pesan, hal itu merupakan proses yang

berkesinambungan sehingga membentuk model sirkuler. Setiap pelaku

komunikasi baik pelatih ataupun atlet berperan sebagai encoder (alat

penyandi) dan decoder (alat penyandi balik). Pelaku komunikasi meng-encode

pesan ketika mengirim dan men-decode pesan ketika menerimanya. Selain itu

ada unsur tambahan yang disebut interpreter (penerjemah) yang berfungsi

memaknai pesan yang berhasil di-decode lalu di-encode kembali dalam

bentuk pesan berikutnya agar dapat dikirim. Hal tersebut seperti terlihat dari

percakapan antara pelatih dan atlet saat latihan di kolam renang Tirtomoyo

Jebres berikut ini:

Pelatih (Gatot)

Atlet (Kaka)

Pelatih (Gatot) kaya tadi tangan didepan tapi nggak pakai pelampung

Atlet (Kaka)

Pelatih (Gatot) -apa

Atlet (Kaka) : (melakukan apa yang dikatakan pelatih)

Cuplikan percakapan tersebut akan terjadi secara terus menerus dan

berkesinambungan sehingga membentuk model komunikasi sirkuler.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

57

Untuk atlet tuna rungu, selain tatap muka, pelatih dalam melakukan

komunikasi dengan mereka menggunakan metode komunikasi oral. Metode

komunikasi oral merupakan metode dimana mengirimkan pesan dengan cara

pengucapan ujaran dan membaca ujaran yang lazim digunakan orang-orang

pada umumnya. Namun, disamping komunikasi metode oral, juga tetap

disediakan pendamping tuna rungu wicara yang menguasai bahasa isyarat

untuk menyampaikan pesan yang disampaikan pelatih kepada atlet maupun

sebaliknya. Seperti yang diutarakan Prayitno, pendamping atlet tuna rungu

NPC Surakarta:

pelatih normal menyampaikan pesan ke pendamping tuna rungu, lalu disampaikan ke atlet tuna rungu

Gatot pelatih NPC Surakarta cabang olahraga renang, juga

menggunakan metode tatap muka dan metode komunikasi oral dalam

menyampaikan pesan kepada atletnya. Komunikasi secara tatap muka

didukung dengan sebuah program latihan yang ditulis di kertas. Hal tersebut

dilakukan karena atlet difabel cabang olahraga renang terdiri dari atlet tuna

daksa dan tuna rungu wicara. Untuk memudahkan menyampaikan pesan

dalam komunikasi tatap muka tersebut, pelatih menuliskan program di kertas,

kemudian diperbanyak sesuai dengan jumlah atlet yang berlatih, seperti yang

dituturkan oleh Gatot, Pelatih cabang olahraga renang NPC Surakarta:

si, neng

10 Juli 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

58

Gambar 2. Atlet tuna rungu cabang renang sedang membaca program yang diberikan pelatih

Selain komunikasi yang dilakukan secara tatap muka pada saat latihan,

komunikasi dengan atlet secara formal juga dilakukan di asrama NPC

Surakarta. Atlet-atlet dikumpulkan di sebuah aula lalu diberi pengarahan oleh

pelatih dan pembina. Selain pengarahan juga diadakan pembagian uang saku,

dan klasifikasi kesehatan. Seperti yang dituturkan Tia atlet cabang olahraga

renang NPC Surakarta:

bolak balik karena control jahitan. Ada kegiatan atlet-atlet dikumpulkan acara pengarahan, bagi-bagi uang saku, periksa klasi

Ibunda Arman juga mengutarakan:

siang atau sesudah makan siang itu ada pengarahan rasa kedewasaan, kebangsaan, atletnya dikumpuFebruari 2013)

Dari data diatas, komunikasi yang dilakukan pelatih dan atlet secara formal

tidak hanya terjadi di lapangan saja. Tetapi juga terjadi di dalam asrama, tempat

mereka tinggal. Tlet dikumpulkan di dalam sebuah aula untuk menerima pengarahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

59

dari Pembina maupun pelatih. Materi yang disampakan berupa rasa kebangsaan,

kedewasaan, pembagian uang saku, ataupun pemeriksaan klasifikasi kesehatan.

2. Komunikasi pelatih dan atlet difabel NPC Surakarta menggunakan media

Dalam melakukan komunikasi dengan atlet, Prajudi dan Gatot

memiliki kesamaan yaitu sama-sama menggunakan handphone sebagai media

komunikasi. Penggunaan handphone sebagai media komunikasi dipilih karena

dengan handphone dapat berkomunikasi tanpa terikat tempat, lebih praktis dan

efisien baik dari segi pemakaian atau pun dari segi cara membawa alat

komunikasi tersebut. Dengan adanya handphone komunikasi semakin lancar,

dan cepat tanpa harus memperhitungkan jarak dan waktu. Selain itu

kecanggihan handphone dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan

berupa materi kepada para atlet, terutama atlet tuna rungu seperti yang

diungkapkan Prajudi:

berarti kan baca. Punya hp nggak? Kalo punya kasih sms, kamu besok programnya ini. Dia terus tanya, kenapa harus seperti itu pak? Sebabnya ini, agar kamu meningkat seperti ini, berarti kan udah ketemu solusi. Kalau misalkan nggak ada hp ya kita terpaksa pakai buku, orek-orek. Secara garis besarnya ini, programnya hari ini seperti

(Wawancara dengan Prajudi, 10 Juli 2012). Senada dengan Prajudi, Gatot menggunakan handphone sebagai media

untuk mempermudah mengkomunikasikan gerakan renang yang benar kepada

atlet tunarungu. Mengingat keterbatasan atlet dengan pendengarannya, Gatot

membuat strategi dengan memasukkan video teknik berenang yang benar

kedalam memori card handphone masing-masing atlet. Dengan begitu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

60

mereka dapat mempelajarinya lebih cepat dan jelas, karena ditampilkan secara

visual. Seperti yang diungkapkan oleh Gatot:

hp mbak, saya kasih video renang di hp, saya masukin ke memori. Saya kasih liat video ni renang gaya punggung yang benar bagaimana saya kasih liat seperti ini, kalo liat video lebih dimengerti mbak, kalo cuma teori dia bingung, tangannya harus gimana, khususnya tuna rungu, kalo pake video lebih cepat nangkepnya, lebih enak, teori nya baru diterangkan, terutama untuk tuna rungu(Wawancara dengan Gatot, 10 Juli 2012).

Penggunaan handphone sebagai media juga diungkapkan oleh Tia atlet cabang

olahraga renang sebagai berikut:

sa baca bibir Pak Gatot atau tulis sms di handphone, atau tulis di (Wawancara 17 Februari 2013)

Begitu juga dengan arid mengungkapkan hal yang sama:

Tatap muka, tapi kalau handphone cuma nggak berang (Wawancara 17 Februari 2013)

Dari data yang diperoleh peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi interpersonal pelatih dan atlet dalam proses latihan memanfaatkan

media handphone agar memudahkan atlet tuna rungu wicara dalam menerima

pesan yang disampaikan pelatih sehingga lebih banyak terjadi feedback.

Dengan adanya feedback maka bisa dinilai bahwa komunikasi bisa dikatakan

berhasil karena pelatih sebagai komunikator memberikan informasi dan atlet

sebagai komunikan bisa menangkap maksud dari komunikator (pelatih).

Feedback yang didapat dari seorang pelatih tidak selalu berupa kata-kata,

tetapi juga ekspresi wajah, atau gesture.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

61

Efek yang terjadi, khususnya pada atlet tampak dalam tindakannya

dalam mentaati informasi dan instruksi dari pelatih. Misalnya, ketika ada

gerakan mengayun atau melempar yang salah, setelah ditegur atau dibenarkan

oleh pelatih, atlet langsung mengubah cara yang salah tersebut. Efek yang

terjadi pada diri komunikan dalam hal ini atlet, mencapai tataran konatif, yaitu

melakukan apa yang diinstruksikan pelatih dilihat dari permainan dan perilaku

atletnya, apakah sudah menerapkan instruksi pelatih atau belum.

B. Pola komunikasi interpersonal pelatih dan atlet difabel NPC

Surakarta yang terjadi diluar latihan(informal)

1. Pelatih sebagai sahabat Pelatih yang terbuka secara psikologis biasanya dengan kesediannya

yang relative tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan atlet.

Keterbukan psikologis pelatih sangat penting mengingat posisinya sebagai

panutan atlet difabel. Selain sisi-sisi positif sebagaimana tersebut, ada pula

signifikansi lain yang terkandung dalam keterbukaan psikologis pelatih, yaitu

keterbukaan psikologis merupakan pra kondisi atau prasyarat penting yang

perlu dimiliki pelatih untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.

Selanjutnya keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana

hubungan antar pribadi pelatih dan atlet difabel yang harmonis, sehingga

mendorong atlet mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.

Mengatasi masalah yang dialami para atlet termasuk salah satu tugas

pelatih. Di dalam komunikasi interpersonal pelatih dan atlet difabel diluar jam

latihan, pelatih berusaha peduli dan bisa menjadi sahabat yang bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

62

menampung keluhan, curahan hati atlet yang memiliki permasalahan, baik

masalah pribadi maupun masalah kesulitan dalam latihan, serta memberikan

motivasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Jim Denison dan Zoe Avner

menyatakan bahwa pelatih yang peduli dengan peningkatan kinerja atlet,

mereka harus mahir di sejumlah tugas yang berbed, yang terdiri dari

perencanaan dan mengorganisir sesi latihan, mengembangkan taktik atau

strategi permainan, membuat keputusan, membimbing individu atau tim

sepanjang musim, dan pemecahan masalah.30) Seperti yang diungkapkan oleh

Prajudi:

ada, tapi kalau pas betul-betul mendesak, kalo dia nggak bisa nanggulangi biasanya bilang. Misalnya kalo masalah nggak seneng sama temennya, dinakali sama temennya ya kita kasih tau, nanti kita sampaikan, kalo perlu tak jewer kaya gitu aja udah seneng dia. (Wawancara, 10 Juli 2012)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bambang:

alau tempramennya lagi tinggi pelatih juga tau, terus didekati. Ditanyain kenapa, apa ada masalah? Saya crita, nanti dikasih solusi

Berbeda dengan bambang, Tia lebih memilih untuk menceritakan masalahnya

kepada sang suami. Seperti penuturannya sebagai berikut:

sibuk banget terima jahitan. Kalau masalah pribadi aku cerita ke suami ku

Ibunda Arman mengungkapkan permasalahan kepada pelatih sebagai berikut:

kakinya kurang kuat. Saya tanya lagi solusinya gimana? Kata Mas Gatot harus ikut fitness. Ok! Na nanti mas gatot yang ngarahke fitness untuk

30 Jim Denison dan Zoe Avner. Positive Coaching: Ethical Practices for Athlete Development. Faculty of Physical Education and Recreation, University of Alberta, Edmonton, Alberta, Canada Version of record first published: 14 Feb 2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

63

kekuatan kaki. Ya pokoknya selalu komunikasi mbak, kalau ndak kan kita kan ndak tau. Istilahnya saya nggak paham gaya apa yang benar, makanya Arman itu gayanya sudah bener belum? Mas Gatot bilang tangannya masih kurang bu, lha terus solusinya gimana? Harus latihan di daratnya bu, fitness,

Data tersebut menunjukkan tidak semua atlet dapat meceritakan

masalah yang sedang dialaminya kepada pelatih. Hal tersebut kembali lagi

pada kepribadian masing-masing atlet. Seperti bambang dia termasuk pribadi

yang ekstrovert (terbuka) dengan mau menceritakan masalah yang dialaminya

dengan pelatih. Tetapi berbeda dengan Tia yang lebih tertutup (introvert)

dengan memilih menceritakan masalah yang sedang dialaminya hanya dengan

orang yang paling dekat dengannya, yaitu suaminya. Untuk Arman

komunikasi yang dilakukan masih didampingi dengan Ibu nya. Karena Arman

adalah tunagrahita dia memiliki kesulitan untuk menangkap pesan yang

diberikan, ada keterlambatan cara berpikir, sehingga anaknya cenderung

melakukan sesuatu semaunya sendiri, termasuk pada saat latihan.

Gambar 3. Atlet difabel sedang bersantai di asrama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

64

2. Rasa empati pelatih terhadap atlet Empati merupakan salah satu faktor yang menumbuhkan sikap percaya

pada diri orang lain. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan

dan pikiran orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang

orang lain atau kemampuan memproyeksikan diri kepada diri orang lain,

dengan lain perkataan, kemampuan menghayati perasaan orang lain atau

merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam pelatihan, seorang pelatih

harus memiliki rasa empati, karena empati ini digunakan untuk menghayati

apa yang sedang dirasakan atlet sehingga seorang pelatih mengerti apa yang

dialami oleh atletnya. Di NPC Surakarta pelatih menggunakan empati dengan

cara saling menghargai dan memahami bagaimana kondisi atlet difabel. Dari

keterbatasan yang mereka miliki pelatih harus menggunakan hati, karena

tanpa menggunakan hati, kasih sayang, dan empati maka justru dilawan oleh

atlet. Seperti yang diungkapkan oleh Prajudi:

-orang komunitas itu tempramen mereka tidak pasti, kita yang harus menyesuaikan bukan dia, makannya kita pake hati, pikiran, logika. Hati untuk apa? Untuk kesabaran. Harus sabar, dia tanpa kasih sayang ndak bisa. Kalau kita bilang kamu harus seperti ini, pasti dilawa (Wawancara 4 Juli 2012)

C. Aliran komunikasi yang terjadi antara pelatih dan atlet difabel NPC

Surakarta pada saat latihan

Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada

setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang

tergantung satu sama lain dan saling terkait dengan orang lain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

65

dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang

lain adalah komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal (bahasa tubuh

dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suatu komunitas), dengan media

ataupun tanpa media komunikasi.

Pada saat latihan berlangsung aliran komunikasi yang terjadi antara

atlet difabel tuna daksa dan tuna rungu memiliki perbedaan. Perbedaan

terletak pada penggunaan media untuk berkomunikasi. Untuk atlet tuna daksa,

pelatih maupun atlet tidak menggunakan media saat latihan, karena mereka

bisa melakukan komunikasi layaknya orang normal. Mereka hanya tidak

memiliki tangan atau kaki yang sempurna. Sehingga jika digambarkan aliran

komunikasinya sebagai berikut:

Bagan 3. Aliran komunikasi pelatih dan atlet tuna daksa NPC Surakarta

Bagan diatas menggambarkan aliran komunikasi interpersonal dari

pelatih atau atlet (sebagai komunikator) menyampaikan pesan verbal dan

nonverbal, secara langsung (tatap muka) kepada atlet atau pelatih sebagai

komunikan. Setelah pesan diterima oleh atlet (sebagai komunikan), maka akan

Feed Back

Pelatih/ atlet

Atlet/ pelatih

Komunikasi secara langsung

Pesan Verbal dan Non

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

66

memberikan respon atau umpan balik kepada komunikator (pelatih/atlet),

begitu seterusnya.

Berbeda dengan atlet tuna daksa, komunikasi kepada atlet tuna rungu

harus menggunakan pendamping tuna rungu wicara dan media untuk

memudahkan penyampaian pesan dari pelatih kepada atlet. Mengingat tuna

rungu wicara tidak bisa mendengar tapi bisa melihat, maka media yang

digunakan merupakan media visual. Seorang pelatih harus pandai membuat

formula yang tepat untuk memasukkan program yang dibuat oleh pelatih agar

masuk ke dalam otak para atlet. Pelatih yang harus mencari bagaimana

caranya bukan atlet yang mencari. Sebagai contoh untuk atlet tuna rungu dan

wicara, program yang disampaikan dari pelatih dilakukan melalui gerakan

isyarat tangan, gerakan bibir, tulisan, sms, maupun video. Program akan lebih

cepat ditangkap secara visual karena mereka tidak dapat mendengar, dan

hanya dapat melihat. Jika digambarkan, aliran komunikasi dari pelatih kepada

atlet tuna rungu wicara sebagai berikut:

Bagan 4. Aliran komunikasi pelatih dan atlet tuna rungu wicara NPC Surakarta

Pelatih/atlet Pendamping tuna rungu wicara, atau

menggunakan media handphone

Atlet/pelatih

Feed back

Pesan verbal dan nonverbal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

67

D. Pesan yang disampaikan pelatih dan atlet difabel NPC Surakarta saat

berinteraksi.

Seperti yang telah kita ketahui, komunikasi terdiri dari dua jenis yaitu

komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal merupakan

proses komunikasi melalui bahasa dan kata-kata yang diucapkan. Sedangkan

komunikasi nonverbal merupakan proses komunikasi yang tidak dilakukan

melalui bahasa dan pengucapan kata-kata, tetapi melalui cara-cara lain seperti

bahasa tubuh, bahasa isyarat, mimik wajah, sensitivitas kulit, dan lain-lain.

Walaupun masih memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, komunikasi

verbal, seperti bahasa, telah sanggup menyampaikan informasi kepada orang

lain. Hanya saja, pesan-pesan yang sifatnya nonverbal tentunya juga tetap

dibutuhkan untuk memperjelas informasi-informasi yang akan disampaikan

oleh sender agar receiver dapat lebih memahaminya, dan tidak terjadi salah

persepsi. Manusia selalu memiliki kesepakatan dalam penggunaan kosakata

tertentu, yang biasanya bersifat lokal dan unik. Kemampuan menggunakan

simbol merupakan ciri eksklusif manusia, karenanya manusia sering juga

simbol.

Pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan berupa

pesan verbal maupun nonverbal. Dalam menyampaikan pesan secara verbal

kepada atlet, pelatih juga memperhatikan dengan siapa ia berkomunikasi.

Misalnya dengan atlet tuna rungu maka pelatih harus berbicara lebih perlahan

agar atlet mampu menangkap gerakan bibir yang diucapkan pelatih dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

68

disertai dengan gerakan tangan. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi

interpersonal tersebut adalah bahasa Indonesia, hal ini dilakukan untuk lebih

saling menghormati dan mengingat atlet berasal dari berbagai macam daerah,

sehingga memudahkan atlet dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh

pelatih.

Selain pesan verbal, pelatih sebagai komunikator juga menggunakan

pesan nonverbal dalam melakukan komunikasi interpersonal. Pesan nonverbal

tersebut antara lain gerak isyarat tangan, jabat tangan, sentuhan, pelukan, dan

sikap yang ramah serta hangat. Hal ini dilakukan karena pesan nonverbal juga

memiliki fungsi sebagai pelengkap (komplementer) dan penegas (aksentuasi)

dari pesan verbal. Sedangkan ketika atlet bertindak sebagai komunikator,

pesan nonverbal yang sering digunakan yaitu ekspresi raut wajah dan gestural

(gerak tubuh), seperti menunjukkan ekspresi kelelahan.

Dalam penelitian ini, banyak ditemukan penggunaan simbol-simbol

nonverbal berupa bahasa isyarat yang digunakan pelatih untuk berkomunikasi

dengan atlet tuna rungu. Simbol-simbol nonverbal juga digunakan oleh

sesama atlet tunarungu jika sedang berbincang-bincang, baik pada latihan

cabang renang maupun cabang atletik. Seperti yang dikatakan Prajudi:

-orang kaya kita kadangkala itu minder, tapi kalo dia ngomong sama sebaya dia, sekomunitas dia, cepet. Jarak jauh aja dia tau, mereka pake bahasa isyarat, kode-(Wawancara dengan Prajudi, 13 Juli 2012).

Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara

komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

69

negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara

internasional. Dalam melakukan komunikasinya, atlet tuna rungu dan wicara

menggunakan simbol atau bahasa isyarat diatas sebagai bahasa mereka.

Delapan bentuk tangan yang menggambarkan kelompok-kelompok konsonan

diletakkan pada empat posisi di sekitar wajah yang menunjukkan kelompok-

kelompok bunyi vokal.

Gambar 4. Cued Speech

Digabungkan dengan gerakan alami bibir pada saat berbicara, isyarat-isyarat ini

membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak jelas. Seperti apa yang terlihat di

dalam cabang olahraga renang, bahasa isyarat digunakan pelatih untuk

melakukan hitungan pada saat memulai pemanasan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

70

Gambar 5. Gatot memimpin pemanasan dengan menggunakan jari sebagai kode angka

Isi pesan yang disampaikan tidak bermakna konotasi. Pelatih

berkomunikasi dengan atlet secara to the point. Hal ini berarti pesan yang

disampaikan pelatih kepada atletnya tidak bertele tele dan tidak mengandung

kiasan. Pelatih akan menyampaikan apa adanya hal-hal yang dirasa perlu

disampaikan kepada atlet seperti berikut ini

jangan bengong liat bola. Jadi kamu langsung geser, masalahnya kaki kamu

kan nggak bisa digerakkan, jadi kekuatan ada ditangan. Koordinasi, tekniknya

sudah saya berikan, pasing atas, pasing bawah, smash, block. Kamu kalau

kira-kira bola nya keras, kaya ipe ya, sama iis harus ambil awalan jangan

mepet garis. Kamu harus ngira-ngira sendiri, masalahnya apa? Kalo kamu

loncat nglewati batas dari b

Selain isi pesan mengenai teknis bermain ataupun teknis-teknis di

lapangan, isi pesan juga dapat berupa motivasi. Tidak semua atlet dapat

didorong dengan strategi yang sama. Dalam dunia olahraga, pelatih harus

mengenal dan menanggapi secara layak kebutuhan akan dorongan atletnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

71

Tingkat motivasi dan sumber motivasi atlet akan mempengaruhi daya juang

atlet tersebut. Jika kurang termotivasi, otomatis daya juangnya pun kurang.

Jika highly motivated, maka daya juangnya pun tinggi. Apabila sumber

motivasi ada di luar (ekstrinsik), maka kuat lemahnya daya juang sang atlet

pun sangat situasional, tergantung kuat lemah pengaruh stimulus. Contoh,

makin besar hadiahnya, makin kuat daya juangnya. Makin kecil hadiahnya,

makin kecil usahanya.

Motivasi paling baik jika sumber motivasi ada di dalam diri, tidak

terpengaruh cuaca apalagi iming-iming hadiah. Atlet yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi, maka sejak awal berlatih dia sudah secara konsisten dan

persisten mengusahakan yang terbaik. Kepuasannya terletak pada

keberhasilannya untuk mencapai yang terbaik di setiap tahap proses latihan,

bukan hanya saat bertanding. Masalah yang ada pasti punya pengaruh, namun

selama motivasi internalnya kuat, atlet tersebut mampu untuk sementara

waktu menyingkirkan beban emosi yang dirasa memperberat gerakannya.

Dikatakan oleh Prajudi:

Ya pokoknya tugas kita lah memberikan motivasi agar masa depannya tu mapan. Mapan dalam arti segalanya tidak hanya materi. Misalnya, atlet A dulunya dia cuma jualan koran, sekarang bisa dapet rumah sendiri. Kalo kamu disiplin, konsisten, pasti bisa mengikuti, dari pada hidup seperti ini. Kalo udah jadi jawara diingatkan, karena ego nya masih tinggi. Harus bisa menjadi contoh-contoh yang dibawahnya. Ilmu seperti apapun kita sampaikan, atlet jadi terbuka w

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

72

Motivasi yang diberikan dari pelatih kepada atletnya bisa saja berbeda.

Atlet yang satu dengan yang lain mungkin membutuhkan porsi motivasi yang

berbeda pula. Ada yang sudah memiliki semangat yang kuat, sehingga

motivasi yang diberikan juga cukup sedikit saja. Ada juga atlet yang malas,

sehingga harus diberikan motivasi yang lebih dari pada teman-temannya.

Namun, secara keseluruhan motivasi harus diberikan kepada seluruh atlet.

Seperti yang diutarakan Bambang atlet NPC Surakarta cabang atletik:

-begini, karena dia disiplin mau berusaha, sekarang bisa jadi atlet berprestasi, bisa mencukupi kebutuhannya. Makannya kamu harus semangat, disiplin, kerja keras, jangan

Selain Bambang, Arid atlet tuna rungu NPC Surakarta cabang renang

mengungkapkan sebagai berikut: Jangan males, ntar bisa kalah. Kejarlah waktu limit yang baik, mesti

Berbeda lagi dengan Tia yang mendapat motivasi dari pelatih sebagai berikut:

Iya misal pak Gatot bilang Tia kuat 200 meter gaya bebas, tapi Tia belum yakin soal itu karena Tia sibuk banget terima jahitan banyak sambil latihan, banyak bolos latihannya. Ternyata benar dapat juara satu gayanya. (Wawancara 17 Februari 2013)

Selain Arid, dan Tia berikut penuturan Dwi mengenai motivasi yang diberikan pelatih:

Harus latian terus, gak boleh bolos. Kalu bolos satu hari saja, seminggu nggak boleh (Wawancara 16 Februari 2013)

Lain lagi dengan penuturan Arman, atlet tuna grahita NPC Surakarta cabang renang:

(Wawancara 17 Februari 2013)

Dari data diatas terlihat problem yang dialami para atlet tersebut

adalah malas, kurang serius, dan tidak mengikuti latihan (membolos).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

73

Sehingga motivasi yang diberikan pelatih banyak yang mendorong mereka

agar tidak malas dan harus disiplin mengikuti latihan.

Selain motivasi, monitoring pelatih kepada atlet harus dilakukan.

Tanpa pemantauan atau monitoring, program yang diberikan kepada atlet

tidak dapat berjalan dengan lancar. Contohnya, alat yang seharusnya

digunakan sebagaimana mestinya, karena mereka bercanda satu sama lain

akhirnya mengakibatkan cedera atau juga kerusakan pada alat. Hal-hal kecil

tersebut jika tidak dilakukan pemantauan akan menimbulkan kerugian. Oleh

sebab itu, pelatih secara terus menerus melakukan komunikasi dan

memberikan informasi. Hal sekecil apapun harus disampaikan.

E. Hambatan yang terjadi dalam komunikasi interpersonal yang

dilakukan pelatih dan atlet difabel NPC Surakarta

Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan

bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya.

Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong

manusia untuk melakukan interaksi dengan sesamanya, baik untuk

mengadakan kerjasama (cooperation) maupun untuk melakukan persaingan

(competition). Kegiatan pelatihan atlet difabel di lapangan merupakan proses

transformasi pesan edukatif berupa materi latihan dari sumber pelatih kepada

atlet. Dalam pelatihan di lapangan terjadi proses komunikasi untuk

menyampaikan pesan dari pelatih kepada atlet difabel dengan tujuan agar

pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

74

perubahan tingkah laku. Dengan demikian keberhasilan kegiatan pelatihan di

lapangan sangat tergantung kepada efektifitas proses komunikasi yang terjadi

dalam pelatihan tersebut.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh

sesorang atau lebih yang langsung dapat diketahui balikannya. Dalam proses

komunikasi interpersonal terdapat suatu hambatan atau kendala, dan kendala

tersebut merupakan sesuatu yang wajar, meskipun hal itu menggaggu jalannya

penyampaian informasi dari penyampai terhadap penerima. Seperti halnya

komunikasi interpersonal pelatih dan atlet NPC Surakarta dalam proses

pelatihan di lapangan diketahui adanya suatu yang menghambat pelaksanaan

komunikasi tersebut.

Seperti yang dikatakan Prajudi:

ini belom ada kendala, setiap kita memberi program dia tau, masih bisa dimengerti. Kalo saya bilang hari ini program kamu latihan lari 30 menit, terus kalo udah menggeh-menggeh kita lihat dari mimiknya,

(Wawancara 10 Juli 2012)

Tidak mengalami masalah atau hambatan dalam berkomunikasi dengan atlet

difabel juga diutarakan oleh Gatot Sebagai berikut:

sebagian besar sudah (Wawancara 10 Juli 2012)

Selain kedua pelatih tersebut, atlet tentunya juga memiliki kesulitan atau

hambatan-hambatan dalam berkomunikasi dengan pelatih yang tentunya

berbeda satu dengan lainnya. Seperti yang diutarakan Bambang:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

75

agak sulit, tapi ada pendampingnya, jadi tinggal bilang, nanti pendampingnya yang bilang sama pelatih (Wawancara 13 Juli 2012)

Lain dengan Bambang, kesulitan atau hambatan yang dialami oleh Tia adalah:

Ya ada sedikit kesulitan komunikasi karena aku tunarungu nggak bisa dengar suara. Omongan siapa pun. Aku harus lihat baca bibir pak gatot bicara melatih renang baru bisa dimengerti aku. (Wawancara 17 Februari 2013)

Arid juga mengungkapkan:

O pak gatot, pertama kali aku nggak bisa tangkap mulutnya. Selalu nggak ngerti soal waktu detik. Gara-gara aku lamban sih, hehe., Kelamaan udah paham sama pak gatot. O ya aku kesulitan ambil gaya punggung karena mabok sih, akhirnya bisa tapi waktu peparnas kalah ke lima jumlahnya sebelas orang. Waktu latihan sama pak gatot ketat ni, wah nggak sangka bisa mendapat emas, alhamdulilah ya, aku sungguh berterimakasih sama pak Gatot karena mendidik baik. O ya, dan latian karet dan fitness pertama kali pegal sih selama satu minggu, aku ngeluh sih soalnya berat. Terus pegalnya udah hilang jadi semangat, ni ototnya jadi kuat gitu. (Wawancara 17 Februari 2013)

Berbeda dengan tia dan arid, dwi mengutarakan :

Nggak ada, biasa aja. Bicara sama orang bisa bahasa isyarat juga bisa.

Arman yang didampingi ibunya juga mengungkapkan:

Kalau komunikasi nggak ada masalah mbak, wong ya dia kan kaya orang normal biasa. Hanya, masalahnya justru ada pada dirinya. Dia kalau nangkep materi itu kan susah. Kalau tuna grahita kan pelupa, baru aja diterangin pelatih waktumu sekian. Terus tak tanyain lagi itu

Dari data diatas, dapat disimpulkan untuk para pelatih tidak mengalami

hambatan yang berarti. Komunikasi yang dilakukan berjalan lancar, seperti di

cabang atletik disediakan pendamping khusus untuk tuna rungu wicara untuk

memudahkan penyampaian pesan dari pelatih ke atlet atau sebaliknya. Di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

76

cabang renang kendala dialami oleh tia dan arid, karena diawal berkomunikasi

dengan pelatih mereka mengalami kesulitan untuk membaca gerakan bibir,

namun lama-kelamaan mereka sudah terbiasa dan bukan lagi menjadi sebuah

hambatan. Untuk Bambang dan Dwi, dia tidak merasa kesulitan karena dia

terbiasa berkomunikasi dengan orang normal. Dia menuturkan berkomunikasi

dengan orang biasa bisa, dengan bahasa isyarat juga bisa. Sedangkan Arman

stlet cabang renang, kesulitan yang dialami berasal dari dirinya sendiri, yang

tidak bisa menangkap informasi yang diberikan pelatih karena IQ nya yang

dibawah rata-rata.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

77

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penelitian dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan

mengenai pola komunikasi pelatih dengan atlet NPC Surakarta sebagai

berikut:

1. Pola komunikasi interpersonal antara pelatih dengan atlet NPC

Surakarta dibagi menjadi dua, yaitu pada saat latihan (formal) dan

diluar jam latihan (informal). Komunikasi interpersonal pada saat

latihan menggunakan metode tatap muka, metode komunikasi oral

untuk tuna rungu, dan menggunakan handphone sebagai media

komunikasi. Sedangkan komunikasi interpersonal diluar latihan

dilakukan oleh pelatih untuk melakukan pendekatan pada atlet yaitu

dengan metode pelatih sebagai sahabat dan rasa empati pelatih

terhadap atlet.

2. Aliran komunikasi interpersonal antara tuna daksa, dan tuna grahita

terjadi dari pelatih langsung kepada atlet tanpa menggunakan media.

Sedangkan aliran komunikasi interpersonal yang berlangsung antara

pelatih dan tuna rungu, terjadi dari pelatih menyampaikan pesan

melalui pendamping tuna rungu wicara, atau media, kemudian

disampaikan kepada atlet, jika terjadi feedback kembali lagi ke

pendamping tuna rungu wicara, dan dilanjutkan ke pelatih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

78

3. Dalam pola komunikasi interpersonal pelatih dan atlet difabel,

ditemukan dua model komunikasi yang digunakan yaitu model linear

dan model sirkuler. Komunikasi dengan model linear terjadi pada saat

pelatih memberi instruksi atau perintah. Sedangkan model sirkuler

terjadi ketika pelatih mengirimkan pesan berupa masukan secara

teknik, saran, ataupun motivasi, dan atlet kembali menanggapi pesan

yang disampaikan pelatih.

4. Isi pesan yang disampaikan dari pelatih kepada atlet tidak bermakna

konotasi, karena kata-kata yang diucapkan kebanyakan berupa

masukan, arahan, motivasi, maupun evaluasi Hal ini menunjukkan

kompetensi sebagai pelatih yang selalu berkata to the point atau

langsung ke makna sesungguhnya kepada atletnya. Selain itu isi pesan

yang disampaikan tidak hanya mengenai hal-hal teknis dalam

pelatihan, tetapi juga isi pesan yang disampaikan mengandung hal-hal

yang sifatnya pribadi.

5. Hal-hal yang menghambat komunikasi interpersonal untuk pelatih

tidak ditemukan, karena dapat teratasi dengan bantuan media dan

pendamping untuk tuna rungu wicara. Sedangkan hambatan

komunikasi interpersonal dirasakan oleh atlet tuna rungu wicara yang

pada awalnya sulit untuk menangkap gerakan bibir pelatih. Sedangkan

untuk tuna grahita dari segi komunikasi tidak ada masalah hanya yang

bermasalah adalah keterlambatan berpikir atlet tuna grahita untuk

menangkap pesan yang disampaikan pelatih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

79

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian diatas, maka peneliti

memberikan beberapa saran diantaranya:

1. Kepada pihak NPC khususnya pelatih, pola komunikasi interpersonal

antara pelatih dengan atlet yang sudah berjalan dengan baik

diharapkan untuk lebih ditingkatkan. Pelatih diharapkan untuk

mendengarkan secara aktif apa yang dibutuhkan oleh para atlet,

dengan begitu komunikasi dapat berjalan secara efektif. Pelatih juga

harus terbuka kepada para atlet. Selain itu tugas pelatih untuk

mengevaluasi, memonitoring, dan memotivasi diri para atlet harus

ditingkatkan.

2. Kepada atlet difabel, diharapkan untuk lebih bersemangat dan disiplin

dalam menjalani latihan. Keterbatasan yang atlet miliki bukanlah

menjadi penghalang bagi para atlet untuk berprestasi. Komunikasi

dengan pelatih juga harus ditingkatkan. Sampaikan apa yang kalian

rasakan, atau hal-hal yang ingin kalian tanyakan. Kerja keras, disiplin,

dan kemauan untuk lebih ditingkatkan sehingga para atlet bisa

mencapai prestasi yang diinginkan.

3. Kepada mahasiswa, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk

penelitian lebih lanjut. Temuan dari hasil penelitian ini dan teori-teori

yang menjadi dasar dalam penelitian ini dapat dijadikan data

pendukung untuk penelitian lebih lanjut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI NATIONAL …

80

4. Kepada masyarakat umum, dengan hasil penelitian ini diharapkan

dapat memotivasi dan membuka mata masyarakat agar tidak

memandang sebelah mata difabel. Walaupun dengan keterbatasan yang

mereka miliki, mereka dapat berprestasi layaknya manusia normal

pada umumnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user