22
“POLARISASI CAHAYA DALAM LARUTAN GULA” KODE : GO-1 Oleh: Ika Agus Erlinawati (093184004) dan Miftachul Huda (093184034) ABSTRACK Have been done by experiment to determine the Newton II law by using Air Track dan Computer Photogate Timing System , which aims to analyze the influence of the addition of a mass of l glider against the acceleration of , analyze the influence of the addition of a mass of a burden against an acceleration of glider .The tool that we use is to launch with long effective launchers . 13 m without speed an onset at the trajectory of air ( water track ) . Glider would move crossing either photogate under the influence of style of weight is hung . the time of traveled will be detected by both photogate which is laid separate on a certain distance . Based on the data which was we receive and with the use of II newton law , we get out that the acceleration of based on experiment launchers smaller than based on a theory ABSTRAK Telah dilakukan eksperimen yang berjudul ” Penentuan Hukum II Newton menggunakan Air Track dan Computer Photogate Timing System “ yang bertujuan menganalisis pengaruh penambahan massa peluncur terhadap percepatan peluncur, menganalisis pengaruh penambahan massa beban penggantung terhadap percepatan peluncur. Metode yang digunakan adalah dengan meluncurkan peluncur dengan panjang efektif 0.13 m tanpa kecepatan awal pada lintasan udara (air track). Pelucur akan bergerak melintasi kedua photogate di bawah pengaruh gaya berat yang digantungkan. Waktu tempuh akan terdeteksi oleh kedua photogate yang diletakkan terpisah pada jarak tertentu. Berdasarkan data-data yang kami peroleh dan dengan menggunakan Hukum II Newton, kami dapatkan bahwa percepatan peluncur berdasarkan percobaan lebih kecil dibandingkan perecepatan peluncur berdasarkan teori.

“POLARISASI CAHAYA DALAM LARUTAN GULA”

Embed Size (px)

DESCRIPTION

larutan gula

Citation preview

POLARISASI CAHAYA DALAM LARUTAN GULAKODE : GO-1Oleh: Ika Agus Erlinawati (093184004) dan Miftachul Huda (093184034)ABSTRACKHave been done by experiment to determine the Newton II law by using Air Track dan Computer Photogate Timing System , which aims to analyze the influence of the addition of a mass of l glider against the acceleration of , analyze the influence of the addition of a mass of a burden against an acceleration of glider .The tool that we use is to launch with long effective launchers . 13 m without speed an onset at the trajectory of air ( water track ) . Glider would move crossing either photogate under the influence of style of weight is hung . the time of traveled will be detected by both photogate which is laid separate on a certain distance . Based on the data which was we receive and with the use of II newton law , we get out that the acceleration of based on experiment launchers smaller than based on a theory

ABSTRAKTelah dilakukan eksperimen yang berjudul Penentuan Hukum II Newton menggunakan Air Track dan Computer Photogate Timing System yang bertujuan menganalisis pengaruh penambahan massa peluncur terhadap percepatan peluncur, menganalisis pengaruh penambahan massa beban penggantung terhadap percepatan peluncur. Metode yang digunakan adalah dengan meluncurkan peluncur dengan panjang efektif 0.13 m tanpa kecepatan awal pada lintasan udara (air track). Pelucur akan bergerak melintasi kedua photogate di bawah pengaruh gaya berat yang digantungkan. Waktu tempuh akan terdeteksi oleh kedua photogate yang diletakkan terpisah pada jarak tertentu. Berdasarkan data-data yang kami peroleh dan dengan menggunakan Hukum II Newton, kami dapatkan bahwa percepatan peluncur berdasarkan percobaan lebih kecil dibandingkan perecepatan peluncur berdasarkan teori.

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangKita ketahui bahwa matahari adalah sebagai sumber cahaya di bumi., gelombang cahaya terbentuk karena terjadi gerakan gelombang dari medan listrik dan medan magnet secara serentak, dimana kedua gerakan gelombang tersebut masing-masing merambat pada suatu bidang getaran yang saling tegak lurus. Dengan kata lain, bergerak secara transversalBila cahaya terpolarisasi linier dijatuhkan pada bahan optis aktif, maka cahaya yang keluar akan tetap terpolarisasi linier dengan arah getar terputar terhadap arah getar semula. Beberapa bahan tertentu menghasilkan perputaran bidang getar (arah getar komponen medan listrik gelombang elektromagnetik) searah jarum jam dan disebut sebagai dextrorotary. Dilain pihak ada bahan-bahan yang menghasilkan perputaran komponen medan listrik berlawanan arah jarum jam. Perputaran berlawanan arah jarum jam ini disebut levorotary. Bahan optis aktif dapat berupa bahan padat cair. Contoh bahan optis aktif padat adalah kwarsa dan gula, sedangkan contoh bahan optis aktif cair adalah terpentin dan larutan gula.B. Rumusan Masalah1. Bagaimana prinsip kerja polarimeter?2. Bagaiman pengaruh konsentrasi larutan gula terhadap sudut putar jenis larutan?

C. Tujuan Percobaan1. Menjelaskan prinsip kerja polarimeter 2. Mencari pengaruh konsentrasi larutan gula terhadap sudut putar jenis

II. DASAR TEORIPolarisasi CahayaPolarisasi oleh refleksi telah ditemukan pada 1808 oleh Etienne malus (1775-1812). Malus, yang telah melakukan percobaan pembiasan ganda bekerja pada saat bekerja pada teori efek, mengamati dari pengaturan cahaya matahari, tercermin dari jendela yang dekat jendela, melalui kristal dari Islandia Spar.Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut.Gelombang cahaya memiliki arah getaran medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus, dan keduanya tegak lurus terhadap arah rambat gelombang cahaya. Cahaya yang menjalar pada arah tertentu terdiri atas rentetan gelombang yang bidang getarnya terorientasi secara serampangan terhadap arah rambatan. Cahaya semacam ini disebut cahaya takterpolarisasi.

(a) (b) (c) (c)Gambar 1.(a) cahaya takterpolarisasi memiliki arah medan listrik ke segala arah; (b) cahaya tak terpolarisasi diwakili oleh dua arah medan listrik untuk memudahkan pembahasan; (c) cahaya tak terpolarisasi sejajar dan tegak lurus bidang gambar atau arah rambatan.Polarisasi cahaya adalah terserapnya sebagian arah getar cahaya yang arah bidang getarnya satu. Cahaya yang terpolarisasi dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 2. Cahaya Terpolarisasi, medan listriknya hanya memiliki satu arah sajaApabila digambarkan dalam bentuk tiga dimensi, cahaya terpolarisasi memiliki medan listrik dan medan magnet sebagai berikut

Gambar 3. Perpaduan dan pada cahaya terpolarisasiGelombang transversal seperti pada gambar 3 disebut terpolarisasi bidang, artinya getaran vektor E hdala sejajar satu sama lain untuk semua titik dalam gelombang tersebut sehingga membentuk satu bidang. Polarisasi ini juga disebut polarisasi linear karena terletak pada statu garis lurus.Peristiwa terjadinya polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena penyerapan selektif, pemantulan (refleksi), pembiasan ganda (birefrigence), dan hamburan1. Polarisasi karena PemantulanSuatu sinar yang datang pada cermin datar dengan sudut 57o akan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi seperti tampak pada gambar berikut :

Gambar 4 polarisasi karena pemantulan2. Polarisasi karena Pembiasan dan PemantulanPada peristiwa pembiasan dan pemantulan akan dihasilkan cahaya pantul terpolarisasi sempurna jika sudut datang i menghasilkan sudut bias r yang tegak lurus dengan sinar pantul i. Sudut datang seperti ini disebut sudut polarisasi ip atau sudut Brewster.

Gambar 5 Polarisasi karena Pembiasan dan PemantulanPada gambar diatas, menunjukkan sinar datang pada bidang batas dua medium mengalami pembiasan dan pemantulan. Berdasarkan hukum pemantulan, maka i = io dan karena sinar pantul tegak lurus dengan sinar bias, maka io + r = 90o. Dengan menggunakan hukum pembiasan, maka diperoleh :

3. Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)Cahaya yang melewati kaca, pada umumnya bergerak dengan kelajuan yang sama ke segala arah karena kaca hanya memiliki satu indeks bias saja. Tetapi, pada bahan-bahan kristal tertentu, seperti kalsit dan kuarsa, memiliki dua indeks bias sehingga kelajuan cahaya tidak sama untuk ke segala arah. Hal ini akan menyebabkan cahaya mengalami pembiasan ganda. Sinar yang datang pada suatu kristal akan menghasilkan sinar keluar yang terpisah menjadi dua bagian, yaitu sinar bias tak terpolarisasi dan sinar isimewa terpolarisasi.4. Polarisasi karena Absorpsi SelektifTeknik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah getar lainnya.Pada gambar 6 tampak dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator. Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami). Analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya cahaya terpolarisasi.

Gambar 6. polarisator dan analisatorPrinsip kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat medan listrik belum berubah menuju analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator dan polarisator adalah ). Di analisator, semua komponen E yang sejajar sumbu analisator yang diteruskan, jadi, kuat medan listrik yang diteruskan oleh analisator adalah

.................................(1)Jika cahaya alami tak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas Io, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator, I1 adalah

...............................(2)Polaroid kedua P2 disebut analisator yang berfungsi menganalisis sinar yang dilewatkan oleh polarisator. Apabila analisator diputar, maka pada saat sumbu mudahnya sejajar dengan sumbu mudah polarisator, akan terlihat sinar paling terang. Selanjutnya sinar meredup dan akan tampak gelap pada saat sumbu mudah polarisator dan analisator saling tegak lurus. Menurut Etiene Louis Malus (1774-1812), jika sudut antara sumbu mudah P1 dan P2 adalah , maka intensitas cahaya yang dilewatkan analisator adalah :

....................(3)Persamaan tersebut selanjutnya dikenal sebagai Hukum Malus.Persamaan 3 menunjukkan bahwa analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya terpolarisasi. Intensitas cahaya yang diteruskan oleh sistem Polaroid mencapai maksimum jika kedua sumbu polarisasi adalah sejajar ( = 0o atau 180o) dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus atau 90oPada praktikum kali ini, polarisasi akan disebabkan karena absorpsi selektif, karena pada polarimeter juga digunakan dua buah polaroid yang berfungsi sebagai polarisator dan analisator. Kita dapat mengamati spektrum cahaya dari lubang tabung. Spektrum cahaya tersebut akan berupa daerah gelap dan daerah terang, lalu kita dapat menentukan sudutnya.PolarimeterAda zat yang dapat memutar bidang polarisasi yang disebut zat optic aktif atau zat Polaroid, diantaranya adalah sodium sulfat, terpentil larutan gula, dan natrium klorat. Pemutaran sudut polarisasi bergantung pada panjang larutan, konsentrasi larutan dan sudut putar jenisnya. dalam persamaan matematis, dapat dinyatakan dalam bentuk

(5)Dengan

= pergeseran sudut yang dibentuk oleh larutan l = panjang larutan (cm) c = konsentrasi larutasn = sudut putar jenis larutan (oL/mol/cm)

Dalam percobaan ini digunakan larutan gula sebagai polaroidnya. Pada permulaan percobaan, mata di belakang analisator tidak dapat melihat cahaya (gelap). Pada saat itu, sudut yang dibentuk adalah . Jika diantara analisator dan polarisator diletakkan bejana kaca berisi larutan gula, sehingga sebelum memasuki analisator sinar melewati larutan gula terlebih dahulu. Dengan demikian, sinar dapat dilihat. Supaya tampak gelap lagi, analisator kita putar sampai pada sudut tertentu yaitu . Jadi, besarnya putaran bidang berkas sinar oleh larutan gula adalah .

Gambar 7 polarimeter

Gambar 8. Skema Polarimeter

Dengan mengubah besarnya konsentrasi larutan (c) maka didapatkan besar sudut putaran yang berbeda sesuai konsentrasinya. Dengan demikian sudut putar jenis dari larutan gula dapat ditentukan dengan menganalisis data yang diperoleh. Secara teori, sudut putar jenis dari larutan gula adalah 66,5 oL/mol/cm.Sedangkan konsentrasi larutan gula dapat ditentukan dengan persamaan:C = = Dimana:m = massa gula (gram) Mr = massa relatif gulaVair = Volume air (liter)III. METODE PERCOBAANA. Rancangan Percobaan

B. Alat dan Bahan1. Alat polarimeter 2. Gelas ukur 3. Larutan gula 4. Air5. Pengaduk 6. Neraca

C. Variabel yang Digunakan1. Variabel manipulasi : massa gula (m)Definisi operasional variabel manipulasi : penambahan massa gula yang berpengaruh pada perubahan konsetrasi larutan. 2. Variabel respon : sudut putar bidang polarisasi ()Definisi operasional variabel respon : besar sudut putar bidang polarisasi yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi larutan dari penambahan massa gula 3. Variabel Kontrol : Panjang tabung larutan dan jenis larutan Definisi operasional variabel control : panjang larutan dihitung dengan mengisi larutan penuh kedalam tabung polarisator, sehingga panjang larutan sama dengan panjang tabung polarisator.jenis larutan yang dugunakan larutan gula.

D. Langkah Percobaan1. Merangkai air track, kemudian mengaktifkan komputer dengan memasuki menu utama dari program 2. Menentukan sudut awal () sebelum ada larutan gula.3. Menimbang gula sebesar 0,1 gr, 0,2 gr, 0,3 gr, 0,4 gr, 0,5gr4. Membuat larutan gula dengan konsentrasi tertentu. Yakni memasukkan gula sebesar 0,1 gr kedalam gelas yang berisi air 25mL dan kemudian mengaduknya.5. Memasang larutan gula pada tabung larutan. 6. Memutar analisator untuk menentukan setelah ada larutan gula.7. Menentukan pergeseran sudut .8. Mengulangi langkah diatas dengan memvariasikan konsentrasi larutan gula dengan mengubah massa gula9. Mengulangi langkah diatas dengan memvariasikan jenis gula

.

IV. DATA DAN ANALISISPada percobaan yang berjudul Penentuan Hukum II Newton Menggunakan Air Track Dan Computer Photogate Timing System kami melakukan 5 kali percobaan dengan manipulasi yang berbeda beda. Adapun hasil percobaan yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut:a. Percobaan 1Pada percobaan ini kami melakukan manipulasi terhadap massa beban, berikut adalah ilustrasi gambar dalam percobaan kami:

Kami akan membandingkan percepatan yang kami dapat melalui percobaan dan percepatan yang dihitung secara teori. Adapun salah satu contoh perhitungan untuk percepatan yang didapatkan melalui teori untuk analisis yang akan kami lakukan adalah sebagai berikut:

Melalui perumusan di atas, maka kami dapatkan:

Berikut adalah table data percepatan yang kami dapatkan secara percobaan dan secara teori yang telah dihitung dengan persamaan di atas.

Tabel 1. Percepatan saat massa beban di manipulasi(m10,1) gram(m20,1) gramapercobaan (m/s2)ateori (m/s2)

18418418418418448,858,868,878,888,82,6032,5192,7432,7652,7932,0542,3732,6672,9393,190

Ket:m1= massa peluncur (gram)m2= massa beban (gram)a = percepatan (m/s2)

Pada percobaan 1 ini, kami melakukan manipulasi terhadap massa beban, dimana massa beban kami buat semakin besar dari satu percobaan ke percobaan berikutnya dan massa peluncur kami jaga konstan. Ketika massa beban kami buat menjadi semakin besar, maka terdapat pengaruh terhadap besarnya percepatan peluncur. Semakin besar massa beban yang kami atur, maka semakin besar pula percepatan yang kami dapatkan, baik percepatan secara percobaan maupun percepatan secara teori.Penambahan percepatan yang terjadi pada system ini dikarenakan semakin besarnya gaya yang berpengaruh pada system ini. Gaya yang berpengaruh ini merupakan gaya berat yang bekerja pada massa beban yang tergantung. Semakin besar gaya berat yang bekerja, maka percepatan yang timbul juga makin besar.Hubungan antara gaya dengan perceptan ini dapat dibuat dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik di atas merupakan grafik hubungan gaya berat pada massa beban tergantung yang bekerja pada system dengan percepatan peluncur yang didapat melalui percobaan serta percepatan berdasarkan teori. Pada grafik di atas tampak jelas bahwa semakin besar gaya berat yang bekerja pada beban tergantung, maka makin besar pula percepatan dari peluncur ketika massa peluncur kami jaga konstan. Hal ini sesuai dengan hokum II Newton, bahwa percepatan suatu system akan sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja pada system tersebut.Melalui grafik juga tampak perbedaan antara percepatan yang dihitung secara teori dengan percepatan yang di dapat melalui percobaan besarnya tidak sama. Hal ini dikarenakan adanya gaya gesek yang terjadi pada katrol, sehingga percepatan yag didapat melalui percobaan lebih kecil daripada percepatan yang didapat secara perhitungan teori.Taraf ketelitian pada percobaan ini adalah sebesar 85,6% yang didapat melalui kelinearitasan garis pada grafik hubungan gaya dengan percepatan di atas.

b. Percobaan 2Pada percobaan ini kami melakukan manipulasi massa peluncur dengan massa beban tergantung kami jaga konstan. Berikut adalah ilustrasi gambar percobaan kami:

Kami akan membandingkan percepatan yang kami dapat melalui percobaan dengan perceptan yang kami hitung secara teori. Perumusan yang kami gunakan adalah:

Adapun salah satu contoh perhitungannya adalah:

Berikut ini adalah tabel data massa peluncur dan massa beban tergantung serta percepatan yang kami peroleh melalui percobaan dan melalui perhitungan.Tabel 2. Percepatan saat massa peluncur di manipulasi(m10,1) gram(m20,1) gramapercobaan (m/s2)ateori (m/s2)

20421422423424478,878,878,878,878,82,4292,4062,1551,8861,6762,7312,6372,5502,4692,392

Ket:m1= massa peluncur (gram)m2= massa beban (gram)a = percepatan (m/s2)

Melalui tabel di atas, dapat kita analisis bahwa ketika massa peluncur diperbesar dan massa beban tergantung dibuat konstan, maka terjadi penurunan besarnya percepatan peluncur. Hal ini dikarenakan massa beban tergantung dibuat konstan sehingga gaya berat yang bekerja pada beban tergantung juga konstan, sedangkan massa system diperbesar karena massa peluncur diperbesar. Oleh karena itu, percepatan yang timbul juga makin kecil ketika massa peluncur semakin diperbesar.Berikut adalah grafik yang kami buat untuk percobaan kedua ini:

Grafik di atas merupakan grafik hubungan massa total yang bekerja pada system dengan besarnya percepatan yang kami peroleh melalui percobaan dan teori. Massa total system ini merupakan jumlah massa beban yang tergantung serta massa dari peluncur. Dari grafik dapat dilihat bahwa hubungan antara massa total system ini berbanding terbalik dengan massa besarnya percepatan yang timbul. Hal ini sesuia dengan hokum II Newton yang menyatakan bahwa besarnya massa berbanding terbalik dengan besarnya percepatan yang timbul.Percepatan yang didapat melalui percobaan cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan percepatan yang didapat melalui perhitungan secara teori, dimana pada perhitungan gaya gesek dianggap nol. Namun pada kenyataannya, meskipun telah menggunakan lintasan air track tetap saja terdapat sejumlah gesekan, seperti gesekan pada katrol. Sehingga besarnya percepatan yang didapat melalui percobaan lebih kecil karena adanya pengaruh gaya gesek.Besarnya tingkat ketelitian yang kami dapatkan pada percobaan 2 ini adalah sebesar 97,8% yang kami dapatkan dari kelinieritasan grafik hubungan massa total dan percepatan yang timbul.

c. Percobaan 3Pada percobaan ini kami memanipulasi massa peluncur serta massa beban yang tergantung. Berikut adalah ilustrasi gambar percobaan kami:

Besarnya massa peluncur serta massa beban tergantung secara bertahap kami manipulasi, namun massa total systemnya tetap. Artinya jumlah massa peluncur dengan massa beban tergantung selalu sama pada setiap pengambilan data. Kli ini kami tetap akan membandingkan besarnya percepatan secara teori maupun percepatan yang didapat melalui percobaan. Sehingga untuk menghitung percepatan secara teori kami menggunakan perumusan:

Berikut ini adalah salah satu perhitungan untuk percepatan secara teori:

Adapun beberapa perhitungan lain yang telah kami hitung untuk besarnya percepatan disajikan dalam tabel berikut:Tabel 3. Percepatan saat massa peluncur dan massa beban tergantung di manipulasi(m10,1) gram(m20,1) gramapercobaan (m/s2)ateori (m/s2)

30428426424422488,8108,8128,8148,8168,82,8753,3584,0694,3664,8612,2152,7143,2133,7124,211

Ket:m1= massa peluncur (gram)m2= massa beban (gram)a = percepatan (m/s2)

Dari tabel di atas dapat dianalisis antar percepatan secara teori dengan percepatan yang didapat melalui percobaan. Kedua percepatan ini memiliki nilai makin besar ketika massa beban yang tergantung diperbesar dan massa peluncur diperkecil. Prinsip yang digunakan sama dengan percobaan 1 dan 2. Ketika massa beban tergantung makin besar, maka gaya yang timbul makin besar, sehingga percepatannya akan semakin besar pula. Percepatan berbanding lurus dengan besarnya gaya yang berlaku.Berikut ini adalah grafik yang kami buat untuk percobaan ketiga.

Grafik di atas merupakan grafik hubungan gaya yang merupakan gaya berat dari massa beban tergantung terhadap percepatan yang kami dapatkan secara percobaan dan perhitungan. Melalui grafik tampak jelas bahwa semakin besar gaya yang bekerja pada massa beban tergantung maka makin besar pula percepatan yang akan timbul baik percepatan secara teori ataupun secara percobaan. Hal ini dikarenakan makin besarnya gaya yang berpengaruh terhadap system.Pada grafik ini terlihat bahwa percepatan yang berasal dari teori lebih besar daripada percepatan secara teori. Hal ini akan dibahas pada bab diskusi.Pada percobaan kali ini, kami mendapatkan nilai ketelitian sebesar 98,3% yang didapat melalui kelinearitasan grafik yang telah kami buat.

d. Percobaan 4Pada percobaan ini massa yang kami gunakan semuanya konstan, baik massa peluncur maupun massa beban tergantung. Yang kami manipulasi adalah jarak luncuran dari photogate 1. Adapun ilustrasi gambar percobaan kami adalah:

Besarnya jarak luncuran mula mula dari Xo kami manipulasi nilainya. Untuk mengetahui pengaruhnya kami tetap mencari percepatan secara teori. Adapun perumusan yang kami gunakan adalah sebagai berikut:

Berikut adalah salah satu contoh perhitungan kami:

Adapun data hasil percobaan kami yang disajikan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut:Tabel 4. Percepatan saat Xo dimanipulasi(m10,1) gram(m20,1) gram(Xo0,1) cmapercobaan (m/s2)ateori (m/s2)

18418418418418488,888,888,888,888,810152025302,2462,2652,9282,1642,6943,1903,1903,1903,1903,190

Ket:m1= massa peluncur (gram)m2= massa beban (gram)xo = jarak luncur awal (cm)a = percepatan (m/s2)

Melalui tabel di atas tampak jelas bahwa secara teori percepatan peluncur adalah sama atau konstan dikarenakan gaya yang bekerja pada system nilainya adalah sama besar, serta massa total system nilainya juga sama. Melalui percobaan didapatkan nilai percepatan yang nilainya hampir konstan. Jika dirata rata maka nilai percepatan secara percobaan adalah sebesar a = (2,6940.34) m/s2dengan taraf ketelitian sebesar 86,25%.Pada percobaan ini jelas tampak bahwa pajang pendeknya jarak luncuran dari photogate 1 tidak berpengaruh pada percepatan system. Hal ini dikarenakan percepatan system dihitung ketika benda mulai masuk dan melewati photogate 1 dilanjutkan dengan masuk dan melewati photogate 2. Percepatan peluncur didapat dari perubahan kecepatan peluncur ketika melewati photogate 1 dan photogate 2.

e. Percobaan 5Pada percobaan ini, kami memanipulasi jarak antara kedua photogate. Ilustrasi percobaan kami adalah sebagai berikut:

Kami tetap akan mencari pecepatan peluncur secara teori untuk dibandingkan dengan percepatan secara percobaan. Perumusan yang kami gunakan adalah:

Berikut adalah salah satu contoh perhitungan:

Nilai percepatan secara teori besarnya akan selalu sama pada percobaan ini karena gaya dan massa sistemnya tetap.Di bawah ini adalah tabel percobaan yang berisi data data hasil percobaan yang kami peroleh:Tabel 4. Percepatan saat Xo dimanipulasi(m10,1) gram(m20,1) gram(D0,1) cmt2(sekon)apercobaan (m/s2)

18418418488,888,888,84035300,13620,12290,10492,3822,5942,771

Ket:m1= massa peluncur (gram)m2= massa beban (gram)D = jarak antar photogate (cm)t2 = waktu untuk melintasi photogate 1 dan 2a = percepatan (m/s2)

Melalui tabel di atas dapat dianalisis bahwa nilai percepatan dipengaruhi oleh besarnya jarak antara photogate 1 dan photogate 2. Semakin besar jarak antar photogate, maka makin kecil percepatan dari peluncur. Hal ini dikarenakan pengaruh dari waktu untuk melintasi kedua photogate, semakin jauh jarak antara kedua photogate, maka makin besar waktu yang diperlukan untuk melintasi keduanya (t2). Percepatan suatu benda dipengaruhi oleh perubahan kecepatan terhadap waktu. Apabila perubahan kecepatannya kecil dan waktu yang diperlukan makin besar, maka akan makin kecil percepatan suatu benda. Hal ini terbukti pada percobaan ini, makin jauh jarak antar photogate, maka makin kecil percepatan peluncur.Percepatan secara teori menunjukkan nilai yang sama dikarenakan secara teori tentang Hukum II Newton, percepatan dihitung dari besarnya gaya terhadap massa system tanpa pengaruh waktu. V. DISKUSIPada percobaan ini terdapat beberapa hal yang akan kami diskusikan, antara lain:1. Pada percobaan 1, 2, 4, dan 5 besarnya percepatan yang diperoleh dari percobaan selalu lebih kecil jika dibandingkan dengan percepatan yang diperoleh secara teori. Hal ini dikarenakan didalam percobaan kami masih terdapat gaya yang mengahambat, yaitu gaya gesek pada katrol. Pada alat yang kami gunakan, katrol sudah tidak berfungsi secara baik, sehingga menimbulkan gaya gesek. Selain itu, gaya gesekan juga mungkin terjadi antara lintasan aluminium dengan peluncur disebabkan oleh penekanan peluncur sebelum diluncurkan, sehingga Itulah sebabnya percepatan yang kami peroleh dari percobaan lebih kecil jika dibandingkan percepatan secara teori yang tidak memperhitungkan gaya gesek.2. Pada percobaan ketiga, kami mendapatkan penyimpangan terhadap besarnya percepatan yang kami peroleh secara percobaan. Percepatan ini memiliki nilai leboh besar jika dibandingkan dengan percepatan secara teoritis atau perhitungan. Padahal secara logika, nilai percepatan pada percobaan akan lebih kecil daripada percepatan secara teoritis. Hal ini disebabkan oleh penambahan massa beban tergantung yang tidak terhitung. Pada percobaan ini nilai beban tergantung sangat besar, sehingga kami mengaturnya dengan merekatkan beberapa beban dengan menggunakan isolasi yang cukup banyak agar beban tidak jatuh. Selain itu, pada saat percobaan ini photogate 1 tidak berfungsi dengan baik, terkadang sensornya tidak mau mati meskipun peluncur telah melewatinya. VI. KESIMPULANBerdasarkan hasil analisa dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat kami simpulkan beberapa hal, antara lain:1. Sesuai Hukum II Newton, penambahan massa beban tergantung mempengaruhi besarnya percepatan peluncur, disebabkan gaya yang berada pada system merupakan gaya berat yang bekerja pada beban tergantung. Sehingga besarnya gaya sebanding dengan besarnya percepatan peluncur.2. Sesuai Hukum II Newton, dikatakan bahwa percepatan peluncur akan berbanding terbalik dengan besarnya massa total yang bekerja pada system.3. Penambahan jarak luncur mula mula tidak berpengaruh terhadap besarnya percepatan system. Percepatan system hanya bergantung pada gaya yang bekerja, massa total system, dan waktu tempuh.4. Besarnya perubahan jarak kedua photogate ternyata berpengaruh terhadap besarnya percepatan peluncur. Semakin besar jarak kedua photogate, maka makin kecil percepatan peluncur.

Daftar PustakaGanijanti A S. 2002. Mekanika. Salemba TeknikaPaul, A.Tipler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Erlangga

57o

57o

N

terpolarisasi

sinar datang

cermin datar

i

io

N

cahaya pantul terpolarisasi sempurna

sinar datang

medium 1indeks biasnya n1

medium 2indeks biasnya n2

r

cahaya bias terpolarisasi sebagian