Upload
grace-dana-ayori
View
890
Download
50
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas mata kuliah pondasi 1
Citation preview
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus diperhatikan
beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Untuk
itu diperlukan suatu perencanaan yang matang sehingga setiap hambatan yang mungkin
terjadi dimasa yang akan datang dapat teratasi dengan baik. Hal tersebut haruslah menjadi
landasan utama dalam setiap pekerjaan khususnya di bidang Teknik Sipil seperti
pembuatan gedung, jalan, waduk, bendung, saluran irigasi, jembatan dan struktur-struktur
yang lainnya.
Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem pondasi
pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang
meneruskan beban yang ditopang dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan
batuan yang terletak dibawahnya. Pemilihan sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya
merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut dipertimbangkan tidak hanya
material dan tenaga kerja, tetapi juga biaya-biaya lain seperti mengendalikan air tanah,
cara-cara mengatasi agar seminimal mungkin kerusakan pada bangunan didekatnya dan
waktu yang digunakan untuk membangun. Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa pada
waktu pelaksanaan pembangunan struktur tidak boleh merusak lingkungan sekitar.
Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana gedung
diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk di dalamnya
penentuan jenis pondasi yang digunakan. Untuk itu didalam makalah ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai berbagai jenis pondasi terutama pondasi dangkal,selain itu akan
dibahas pula mengenai salah satu dari jenis pondasi dangkal yaitu pondasi sarang laba-laba.
1.2 Tujuan Penulisan
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 1
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas besar mata kuliah
pondasi di semester IV ini dan untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang
pondasi dangkal. Selain itu diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang berbagai jenis
dan pengklasifikasian pondasi dangkal, kelebihan dan kekurangannya serta penerapannya
di dalam dunia konstruksi sehingga mahasiswa diharapkan dapat terbantu dalam
memahami tentang materi pondasi dangkal dan dapat menerapkan konsepnya secara tepat.
1.3 Sistematika Penulisan
Kata Pengatar
Daftar Isi
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Sistematika Penulisan
Bab 2 : Pengertian Pondasi dan Klasifikasinya
2.1 Pengertian Pondasi
2.2 Jenis-Jenis Pondasi
2.2.1 Pondasi Dangkal
Bab 3 : Pondasi Sarang Laba-Laba
3.1 Pengertian Pondasi Sarang Laba-Laba
3.2 Bagian-Bagian Pondasi Sarang Laba-Laba
3.3 Kelebihan Pondasi Sarang Laba-Laba
3.4 Keistimewaan Sistem Konstruksi dan Bentuk Pondasi Sarang Laba-Laba
Daftar Pustaka
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 2
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
BAB II
PENGERTIAN PONDASI DAN KLASIFIKASINYA
2.1 Pengertian Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah
dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada
sistem strukturnya. Ada beberapa pengertian tentang pondasi yaitu:
1. Suatu konstruksi bangunan yang memiliki fungsi untuk memindahkan
beban/bobot/gayayang ditimbulkan oleh banguna yang ada diatasnya kedalam tanah.
2. Adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan tersebut dengan tanah,
dimanatanah harus menerima beban dari bangunan tersebut (beban mati dan beban
hidup) dantugas pondasi untuk membagi beban itu sehingga tekanan tanah yang
diizinkan (dayadukung) tidak terlewati.
3. Konstruksi yang diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dan menghindari penurunan bangunan yang
tidak merata.
Sehingga dapat disimpulkan, pengertian pondasi adalah: Bagian dari elemen bangunan
yang berfungsi meletakkan dan meneruskan beban ke dasar tanah yang kuat mengimbangi
dan mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan, paling tidak
terhadap beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain :
1. Terhadap tanah dasar :
Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga
tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja.
Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar / tidak merata.
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 3
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.
2. Terhadap struktur pondasi sendiri :
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang bekerja.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk
diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat
Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi,
berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air
tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak
terendam air meskipun jenis tanah sama. Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis
masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian
pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari
tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut. Suatu pondasi harus
direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada
bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 4
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
2.2 Jenis-Jenis Pondasi
Secara umum pondasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pondasi dalam (Deep
foundation) dan pondasi dangkal (Shallow Foundation)
2.2.1 Pondasi Dalam (Deep Foundation)
Menurut Dr.Ir.L.D.Wesley dalam bukunya Mekanika Tanah 1, pondasi dalam
seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat
dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Untuk keperluan perencanaan, tiang dapat
dibagi menjadi dua golongan :
a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point bearing pile). Tiang
semacam ini dimasukkan sampai lapisan tanah keras, sehingga daya dukung tanah
untuk pondasi ini lebih ditekankan pada tahanan ujungnya. Untuk tiang tipe ini harus
diperhatikan bahwa ujung tiang harus terletak pada lapisan keras. Lapisan keras ini
boleh dari bahan apapun, meliputi lempung keras sampai batuan keras.
b. Tiang yang tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah (friction pile) Kadang-
kadang diketemukan keadaan tanah dimana lapisan keras sangat dalam sehingga
pembuatan tiang sampai lapisan tersebut sukar dilaksanakan. Maka untuk menahan
beban yang diterima tiang, mobilisasi tahanan sebagian besar ditimbulkan oleh gesekan
antara tiang dengan tanah (skin friction). Tiang semacam ini disebut friction pile atau
juga sering disebut sebagai tiang terapung (floating piles).
Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang pancang maupun kaison (D/B ≥ 4)
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 5
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
gambar 2.1 Pondasi Dalam (D/B ≥ 4)
2.2.2 Pondasi Dangkal ( Shallow Foundation )
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal,
hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan
ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan
batu,meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.
Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
- Pondasi Setempat ( Single Footing )
- Pondasi Menerus ( Continuous Footing )
- Pondasi Pelat ( Plate Foundation )
- Pondasi Cakar Ayam
- Pondasi Sarang Laba-laba
- Pondasi Grid
- Pondasi Gasing
a. Pondasi Setempat ( Single Footing )
Pondasi setempat dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom
pendukung/kolom struktur), tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan
kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu
alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan.
Ciri pondasi setempat :
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 6
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter
Pondasi dibuat hanya di bawah kolom
Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak
digunakan untuk mendukung beban.
Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:
Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung.
Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras,
kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar.
Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di
bawah setiap tiang penyangga. Antara tiang dihubungkan dengan balok kayu di
bagian bawah tiang, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya. Pondasi kayu
dibuat keluar permukaan tanah sampai ketinggian ± 1 meter
gambar 2.2.2a Pondasi Setempat
b. Pondasi Menerus ( Continuous Footing )
Pondasi menerus (Pondasi Langsung) dapat digunakan pada tanah yang seragam.
Ciri-ciri pondasi menerus :
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 7
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama
dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom
biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat
untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah diperlebar
menjadi pelat.
gambar 2.2.2b Pondasi Menerus
c. Pondasi Pelat ( Plate Foundation )
Pondasi pelat biasanya seluas ukuran gedung. Pondasi ini membagi beban secara
merata ke tanah bangunan.
Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:
daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi
raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 8
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas
pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air dari bawah
(tanah).
gambar 2.2.2c Pondasi Pelat
d. Pondasi Cakar Ayam
Merupakan salah satu rekayasa
keteknikan di bidang pondasi, hasil temuan Prof. Dr.
Ir. Sedijatmo. Kostruksi ini terdiri dari plat beton
bertulang dengan tebal 10 - 12 cm di dan bagian
bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang yang
menempel kuat pada plat tersebut. Mirip seperti
akar serabut pada tanaman kelapa yang dapat
tumbuh tinggi menjulang di pantai berpasir yang
daya ikatnya rendah, pile atau pipa-pipa beton
mencengkeram ke dalam tanah dan plat betonnya
mengikat pile-pile tersebut sehingga menjadi satu
kesatuan yang monolit. Dasar pemikiran Iahirnya
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 9
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain
tak pernah dihiraukan.
gambar 2.2.2d Pondasi Cakar Ayam
Plat beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan
kekakuan plat ini dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif.
Dengan demikian maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok. Bagi daerah
yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi
juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan
sistem drainasi dan sambungan kembang susut.
e. Pondasi Sarang Laba-Laba
Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi konvensional
yang lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan
bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate) lainnya, mampu
memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata kekuatan pada seluruh
pondasi dan mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi, berpotensi
digunakan sebagai pondasi untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang
mungkin terjadi dan tanah dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih
sedikit alat-alat berat dan bersifat padat karya,
waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan
dapat dilaksanakan secara industri (pracetak),
lebih ekonomis karena terdiri dari 80% tanah
dan 20% beton bertulang dan yang paling
penting adalah ramah lingkungan karena
dalam pelaksanaan hanya menggunakan
sedikit menggunakan kayu dan tidak
menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak
menimbulkan kebisingan disekitarnya. gambar 2.2.2e Pondasi
Sarang Laba-Laba
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 10
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Untuk lebih jelasnya di bab 3 akan dibahas lebih lajut tentang pondasi sarang laba-laba
BAB III
PONDASI SARANG LABA-LABA
3.1 Pengertian Pondasi Sarang Laba-Laba
Pondasi KSLL (Konstruksi Sarang Laba-Laba) merupakan kombinasi konstruksi
bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih
menerus yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem
perbaikan tanah di antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama timbal balik yang
saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan
(rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi dangkal lainnya. Dinamakan
sarang laba-laba karena pembesian plat pondasi di daerah kolom selalu berbentuk sarang
laba-laba. Juga bentuk jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu berada dalam
satu kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk multi fungsi, untuk septic tank,
bak reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding. Rib (tulang iga) KSLL
berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja pada kolom. Pasir
pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan
puntir.
3.2 Bagian-Bagian Pondasi Sarang Laba-Laba
Sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi Sarang Laba-Laba terdiri dari 2 bagian
konstruksi, yaitu :
1. Konstruksi beton
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 11
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya
dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi.
Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib
settlement dan rib pengaku.
Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik (menghadap
kebawah).
Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah atas
membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid).
gambar 3.2 Konstruksi Sarang Laba-Laba
Keterangan :
1a - pelat beton pipih menerus
1b - rib konstruksi
1c - rib settlement
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 12
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
1d - rib pembagi
2a - urugan pasir dipadatkan
2b - urugan tanah dipadatkan
2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan
2. Perbaikan tanah / pasir
Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir
yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi
lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2
atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum
(Standart Proctor). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut
dapat membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa
memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL
merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik.
Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi itu
sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Seperti diketahui bahwa jika
pondasi semakin fleksibel, maka distribusi tegangan / stress tanah yang timbul akan
semakin tidak merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban terpusat. Dan
sebaliknya, jika pondasi semakin kaku / rigid, maka distribusi tegangan / stress tanah akan
semakin merata. Hal ini mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal penurunan yang
dialami pondasi.
Dengan pondasi KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang lebih tinggi,
maka penurunan yang terjadi akan merata karena masing-masing kolom dijepit dengan rib-
rib beton yang saling mengunci.
3.3 Kelebihan Pondasi Sarang Laba-Laba
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 13
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Menurut Lokakarya yang diadakan di Bandung pada pertengahan tahun 2004 oleh
Puslitbang Depkimpraswil yang dihadiri oleh para pakar gempa dan tanah, disimpulkan
kelebihan-kelebihan pondasi KSLL adalah sebagai berikut :
1. KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang
hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (raft foundation).
2. KSLL memiliki kemampuan memperkecil differential settlement dan mengurangi
irregular differential settlement apabila dibandingkan dengan pondasi rakit.
3. KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi karena proses
pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral buckling pada rib.
4. KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan bertingkat rendah
(2 lantai) yang dibangun di atas tanah lunak dengan mempertimbangkan total
settlement yang mungkin terjadi.
5. Pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu lingkungan
sehingga cocok diterapkan baik di lokasi padat penduduk maupun di daerah terpencil.
6. KSLL mampu menghemat pengunaan baja tulangan maupun beton.
7. Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat dan dapat dilaksanakan secara
padat karya.
8. KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang pancang,
lebih-lebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara-negara
sedang berkembang sebab murah, padat karya dan sederhana.
3.4 Keistimewaan Sistem Konstruksi Dan Bentuk Pondasi Sarang
Laba-Laba
Keistimewaan pondasi KSLL dapat dilihat dari aspek teknis, ekonomis dan dari segi
pelaksanaan :
1. Aspek Teknis
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 14
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Pelat Pipih Menerus Yang Di Bawahnya Dikakukan Oleh Rib-Rib Tegak, Pipih
Dan Tinggi.
gambar 3.4a Pelat Pipih menerus yang dikakukan oleh rib tegak, pipih dan tinggi di bawahnya
Dengan,
t = tebal plat
b = tebal rib
h = tinggi rib
te = tebal ekivalen
tb = tebal volume penggunaan beton untuk pondasi KSLL, seandainya dinyatakan sebagai
pelat menerus tanpa rib
Bentuk konstruksi seperti ini, dengan bahan yang relatif sedikit (tb) akan diperoleh
pelat yang memiliki kekakuan/tebal ekivalen (te) yang tinggi. Pada umumnya te = 2.5 - 3.5
tb, dengan variasi tergantung desain. Bentuk ketebalan ekivalen tersebut tidak berbentuk
merata, melainkan bergelombang.
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 15
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Gambar 3.4b Tampak Denah, Potongan dan Diagram Penyebaran Beban dan Kekakuan
Ekivalen pada Pondasi KSLL
Penempatan Pelat Di Sisi Atas Rib Dan Sistem Perbaikan Tanah.
Dengan susunan konstruksi seperti di atas, akan dihasilkan penyebaran beban
seperti pada gambar tersebut, di mana untuk mendapatkan luasan pendukung pada tanah
asli selebar b cukup dibutuhkan pelat efektif selebar a. Hal ini disebabkan karena proses
penyebaran beban dimulai dari bawah pelat yang berada pada sisi atas lapisan perbaikan
tanah.
Susunan Rib-Rib Yang Membentuk Titik-Titik Pertemuan Dan Penempatan
Kolom / Titik Beban Pada Titik Pertemuan Rib-Rib.
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 16
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Dengan susunan rib seperti pada gambar 2.8 diperoleh ketebalan ekivalen yang
tidak merata. Pada titik pertemuan rib-rib diperoleh ketebalan maksimum, sedangkan
makin jauh dari titik pertemuan rib-rib ketebalan ekivalen makin berkurang.
Dalam perencanaan pondasi KSLL sebagai pondasi bangunan gedung harus sedemikian
rupa sehingga titik pertemuan rib-rib berimpit dengan titik kerja beban/kolom-kolom
tersebut. Hal ini menghasilkan grafik penyebaran beban yang identik bentuknya dengan
grafik ketebalan ekivalen, sehingga dimensi konstruksi yang dihasilkan (pelat dan rib)
lebih ekonomis.
Susunan rib yang membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku
menjadikan hubungan antar rib menjadi hubungan yang stabil terhadap pengaruh
gerakan / gaya horisontal.
Rib-Rib Settlement Yang Cukup Dalam
Gambar 3.4c Rib Settlement
Penempatan rib yang cukup dalam diatur sedemikian rupa sehingga membagi
luasan konstruksi bangunan bawah dalam petak-petak segitiga yang masingmasing
luasnya tidak lebih dari 200 m2. Adanya rib-rib settlement memberi keuntungan-
keuntungan yaitu mereduksi total penurunan, mempertinggi kestabilan bangunan terhadap
kemungkinan terjadinya kemiringan, mampu melindungi perbaikan tanah terhadap
kemungkinan bekerjanya pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, misalnya
kembang susut tanah dan kemungkinan timbulnya degradasi akibat aliran tanah dan yang
terakhir yaitu menambah kekakuan pondasi dalam tinjauannya secara makro.
Kolom Mengcengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai ke Dasar Rib
-
-
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 17
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Gambar 3.4d Kolom yang mengcengkeram pertemuan rib sampai ke dasar rib
Hal ini membuat hubungan konstruksi bagian atas (upper structure) dengan
konstruksi bangunan bawah (sub structure) menjadi lebih kokoh. Sebagai gambaran,
misal tinggi rib konstruksi 120 cm, maka hubungan antara kolom dengan pondasi
KSLL juga akan setinggi 120 cm. Untuk perbandingan, pada pondasi tiang pancang,
hubungan antara kolom dengan pondasi hanya setebal pondasinya (kisarannya antara 50
- 80 cm).
Sistem Perbaikan Tanah Setelah Pengecoran Rib-Rib
Pemadatan tanah baru dilakukan setelah rib-rib selesai dicor dan berumur sedikitnya 3
hari. Pemadatan sendiri harus dilaksanakan lapis demi lapis dan harus dijaga agar
perbedaan tinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan petakpetak yang
bersebelahan tidak lebih dari 25 cm, sehingga mudah untuk mencapai kepadatan yang
tinggi. Di samping hasil kepadatan yang tinggi pada lapisan tanah di dalam petak rib-
rib, lapisan tanah asli di bawahnya akan ikut terpadatkan walaupun tidak mencapai
kepadatan setinggi tanah yang berada dalam petak ribrib. Hal itu pun sudah
memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi peningkatan kemampuan daya dukung
dan bagi ketahanan kestabilan terhadap penurunan (settlement).
Adanya Kerja Sama Timbal Balik Saling Menguntungkan Antara Konstruksi
Beton Dan Sistem Perbaikan Tanah.
Rib-rib beton, di samping sebagai pengaku pelat dan sloof, juga sebagai dinding
penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikan tanah dapat dipadatkan
dengan tingkat kepadatan yang tinggi (mencapai 100 % kepadatan maksimum Standar
Proctor), dan setelahnya rib-rib akan berfungsi sebagai pelindung bagi perbaikan tanah
terhadap pengaruh-pengaruh dari banjir, penguapan dan degradasi. Perbaikan tanah
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 18
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
akan memberi dampak lapisan tanah menjadi seperti lapisan batu karang sehingga dapat
memperkecil dimensi ribnya.
2. Aspek Ekonomis
Di atas telah dijelaskan aspek-aspek teknis yang juga memberi keuntungan dilihat
dari aspek ekonomis, seperti dimensi rib yang relatif kecil, penggunaan tanah sebagai
bagian dari konstruksi yang menghemat pemakaian beton dan sebagainya. Aspek ekonomis
yang juga dapat dilihat pada pondasi KSLL adalah pengerjaan pondasi yang memerlukan
waktu yang singkat karena pelaksanaannya mudah dan padat karya serta sederhana dan
tidak menuntut keahlian yang tinggi. Selain itu pembesian pada rib dan plat, cukup dengan
pembesian minimum, pada umumnya, hanya diperlukan volume beton 0,2 – 0,35 m3
beton/m2 luas pondasi, dengan pembesian 90 - 120 kg/m3 beton. Pondasi KSLL
memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur bangunan bawah dengan
komposisi sekitar 85 persen tanah dan 15 persen beton.
Dari uraian-uraian di atas dapat dirangkum dalam point-point berikut :
I. Aspek Teknis
a) Pembesian pada rib dan pelat cukup dengan pembesian minimum.
b) Ketahanan terhadap differential settlement yang tinggi karena bekerjanya tegangan
akibat beban sudah merata di lapisan tanah pendukung. Hal ini juga disebabkan oleh
penyusunan rib yang sedemikian rupa sehingga membagi luasan pondasi KSLL
menjadi petak-petak yang masing-masing luasnya tidak lebih dari 200 m2 sehingga
pondasi KSLL memiliki ketahanan tinggi terhadap differential settlement.
c) Total settlement menjadi lebih kecil karena meningkatnya kepadatan pada lapisan
tanah pendukung di bawah KSLL akibat pengaruh pemadatan yang efektif pada
lapisan tanah perbaikan di dalam KSLL serta bekerjanya tegangan geser pada rib
terluar dari KSLL.
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 19
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
d) Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab KSLL merupakan suatu
konstruksi yang monolit dan kaku.
e) Perbaikan tanah di dalam KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena
adanya perlindungan dari rib-rib KSLL
f) KSLL juga dapat menggantikan fungsi dari berbagai konstruksi selain fungsinya
sebagai pondasi, antara lain :
Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga
Sebagai sloof/balok-balok pengaku
Sebagai konstruksi pelat lantai (dasar)
Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah
Dinding penahan urugan di bawah lantai
Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah yang ada di
bawah lantai
Pasangan dan plesteran tembok di bawah lantai dasar
Kolom di bawah peil lantai dasar
Septic tank dan resapan
Bak reservoir (bila diperlukan)
Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diatur sedemikian rupa, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.
II. Sistem Pelaksanaan
a) Karena bentuk dan sistem konstruksi sederhana, dimungkinkan untuk dilaksanakan
dengan peralatan sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi.
b) Pelaksanaan lebih cepat dibandingkan dengan sistem pondasi lainnya.
III. Ekonomis
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 20
Teknik Sipil – Politeknik Negeri Jakarta
Dibandingkan dengan sistem pondasi lain, KSLL dapat menekan biaya yang cukup
besar. Secara umum diperoleh penghematan sebesar :
a) 30 % untuk bangunan 3 - 8 lantai
b) 20 % untuk bangunan 2 lantai
c) 30 % untuk bangunan gudang-gudang Kelas I
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Ir.L.D.Wesley (1998). Mekanika Tanah 1. Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan umum.
Ir. Indrastono Dwi Atmanto M.Eng (2007). Rekayasa Fundasi II Fundasi Dangkal dan
Fundasi Dalam. Depok: Gunadarma
Ratna Sari Cipto Haryonodan Tirta Rahman Maulana (2010). Pondasi Sarang Laba-Laba.
Semarang: Universitas Diponegoro
Pusparini A. (2007). http://eprints.undip.ac.id/34231/7/1767_chapter_II.pdf. Diakses pada
tanggal 4 Juni 2013.
Pondasi, Grace Dana Ayori, 2013 21