Upload
lintang-wisesa
View
428
Download
60
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Poppinate Jam: Selai Biji Matoa sebagai upaya pemanfaatan biji matoa sebagai bahan baku selai oles, sekaligus usaha diversifikasi pangan. Produk ini dikerjakan bersama tim KIR SMKN 1 Depok beranggotakan Yuana Setiyawati, Dewi Setyowati & Nurrokhmah Ayu Rokhayani. Berhasil meraih beberapa penghargaan: 1. Finalis Creanovation Awards UDINUS Semarang (2014),2. Peringkat 11 LKTI UNUD Bali (2014),3. Hibah Klinik Sains SMK Dikpora Provinsi DIY (2014),4. Semi-finalis LKTI BFUB UPI Bandung (2015).
Citation preview
LOMBA KARYA ILMIAH REMAJA VI
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK KIMIA
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
POPPINATE JAM:
PEMANFAATAN LIMBAH BIJI MATOA (Pometia pinnata)
SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SELAI OLES
Disusun oleh:
Yuana Setiyawati 127972
Dewi Setyowati 127947
Nurrokhmah Ayu Rokhayani 127931
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 DEPOK
SLEMAN - YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ini diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja VI yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Judul Karya Tulis:
POPPINATE JAM: PEMANFAATAN LIMBAH BIJI MATOA (Pometia
pinnata) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SELAI OLES
Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Yuana Setiyawati
b. NIS : 127972
Anggota Kelompok 1
a. Nama Lengkap : Dewi Setyowati
b. NIS : 127947
Anggota Kelompok 2
a. Nama Lengkap : Nurrokhmah Ayu Rokhayani
b. NIS : 127931
Guru Pembimbing
a. Nama Lengkap : Lintang Wisesa Atissalam
b. NIM : 10/300414/PA/13247
Yogyakarta, 17 April 2015
Menyetujui,
Guru Pembimbing Ketua
(Lintang Wisesa Atissalam) (Yuana Setiyawati)
NIM. 10/300414/PA/13247 NIS. 127972
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Ketua : Yuana Setiyawati
Tempat, tanggal lahir : Sleman, 11 September 1996
Anggota 1 : Dewi Setyowati
Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 Maret 1997
Anggota 2 : Nurrokhmah Ayu Rokhayati
Tempat, tanggal lahir : Banyumas, 24 Maret 1997
Asal Sekolah : SMK Negeri 1 Depok
menyatakan bahwa karya tulis kami berjudul:
“POPPINATE JAM: PEMANFAATAN LIMBAH BIJI MATOA (Pometia pinnata)
SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SELAI OLES”
adalah benar hasil karya kami dan bukan plagiat atau saduran dari karya tulis
orang lain serta belum pernah meraih gelar juara dalam kompetisi dan/atau
dipublikasikan dalam bentuk apapun. Apabila di kemudian hari pernyataan ini
terbukti tidak benar, maka kami bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
panitia penyelenggara. Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 17 April 2015
Menyetujui,
Guru Pembimbing Ketua
(Lintang Wisesa Atissalam) (Yuana Setiyawati)
NIM. 10/300414/PA/13247 NIS. 127972
iii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas anugerah rahmat, hidayah, kasih, dan sayang-Nya sehingga kami dapat
menyusun karya tulis ini dengan lancar, tanpa suatu rintangan berarti.
Buah matoa pada umumnya hanya dimanfaatkan daging buahnya saja
untuk dikonsumsi, sementara bijinya terbuang percuma. Sejauh ini, belum ada
pemanfaatan nyata dari limbah biji matoa. Padahal segala jenis limbah organik,
termasuk biji buah matoa, secara biologis dan kimiawi dapat dioptimalkan
pengolahannya. Oleh karena itu diperlukan beragam cara diversifikasi olahan biji
matoa menjadi produk yang lebih baik, awet, memiliki nilai jual dan nilai tambah
yang tinggi, sekaligus memenuhi selera dan kebutuhan masyarakat modern.
Karya tulis ini menyajikan gagasan pembuatan selai biji matoa sebagai
upaya pemanfaatan limbah biji matoa sekaligus sebagai langkah diversifikasi
pangan yang inovatif dan bergizi. Inovasi ini diharapkan mampu memenuhi selera
dan kebutuhan masyarakat modern, sekaligus berpotensi menjadi UMKM baru
yang kreatif dan inovatif.
Ungkapan terima kasih kami haturkan kepada Kak Lintang Wisesa yang
telah berkenan membimbing kami dalam penelitian dan penyusunan karya ini.
Tak lupa pula kedua orangtua dan rekan-rekan yang selalu memberikan dukungan
penyemangat pada kami. Kami berharap inovasi sederhana ini dapat menunjang
kemajuan teknologi pangan khas Nusantara.
Tiada manusia yang sempurna. Maka dari itu kami mohon maaf apabila
dalam pembuatan karya tulis ini terdapat beberapa kesalahan dan kekhilafan.
Kritik yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan
pengembangan karya ini selanjutnya.
Yogyakarta, 16 April 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA.................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL................................................................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan...................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................. 3
1.4 Manfaat............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4
2.1 Matoa (Pometia pinnata).................................................................... 4
2.2 Selai.................................................................................................... 5
2.3 Diversifikasi Pangan........................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................8
3.1 Metode Penelitian............................................................................... 8
3.2 Tempat dan Waktu.............................................................................. 8
3.3 Alat dan Bahan................................................................................... 8
3.4 Tahapan Penelitian............................................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 11
4.1 Hasil Pembuatan Produk.................................................................... 11
4.2 Uji Kandungan Gizi............................................................................ 13
4.3 Perhitungan Angka Kecukupan Gizi.................................................. 14
4.4 Uji Organoleptik................................................................................. 15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 16
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 16
5.2 Saran................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................ 18
v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 2.1 Penampakan fisik buah matoa (Pometia pinnata)....................... 4
Gambar 3.1 Skema penelitian dan pembuatan selai biji matoa...................... 10
Gambar 4.1 Penampakan fisik selai biji matoa............................................... 11
Gambar 4.2 Hasil uji organoleptik selai biji matoa......................................... 14
Tabel 2.1 Syarat mutu selai menurut SNI 3746:2008...................................... 6
Tabel 4.1 Rincian biaya produksi selai biji matoa........................................... 12
Tabel 4.2 Perbandingan harga selai per takaran saji di pasaran....................... 12
Tabel 4.3 Hasil uji kandungan gizi selai biji matoa per takaran saji (20 g)..... 13
Tabel 4.4 Informasi Nilai Gizi dan % AKG selai biji matoa........................... 14
vi
ABSTRAK
Buah matoa (Pometia pinnata) pada umumnya hanya dimanfaatkan daging
buahnya saja untuk dikonsumsi, sementara bijinya terbuang percuma. Biasanya
buah matoa matang yang tidak segera dipetik akan menjadi santapan kalong, dan
menyisakan biji-biji matoa yang berserakan. Sejauh ini, belum ada pemanfaatan
nyata dari limbah biji matoa. Padahal segala jenis limbah organik, termasuk biji
buah matoa, secara biologis dan kimiawi dapat dioptimalkan pengolahannya. Oleh
karena itu diperlukan cara diversifikasi olahan biji matoa menjadi produk yang
lebih baik, awet, memiliki nilai jual dan nilai tambah yang tinggi, sekaligus
memenuhi selera dan kebutuhan masyarakat modern, yakni selai biji matoa.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan formulasi pembuatan selai
berbahan baku biji matoa sebagai upaya pemanfaatan limbah biji matoa, sekaligus
sebagai upaya diversifikasi pangan yang inovatif dan bergizi. Penelitian dan
pembuatan selai biji matoa dilakukan dengan tahapan persiapan, pembuatan selai,
pengujian kandungan gizi, pengujian organoleptik dan penulisan hasil
eksperimen. Tahap pengujian organoleptik melibatkan 50 warga SMK Negeri 1
Depok sebagai panelis, dengan aspek yang diuji adalah tampilan, tekstur dan rasa.
Hasilnya, biji matoa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan selai,
prosesnya mengadaptasi pembuatan selai kacang. Per 20 g selai biji matoa
mengandung energi 50,34 Kkal, protein 0,25 g, lemak 1,10 g, karbohidrat 9,86 g,
mineral 0,12 g, kalsium 8,67 mg, fosfor 8,92 g, besi 0,14 mg, thiamine 0,02 mg
dan asam askorbat 0,02 mg.
Kata Kunci: biji, diversifikasi, matoa, selai
vii
ABSTRACT
Matoa (Pometia pinnata) are generally only consumed for the flesh of the fruit,
while the seeds are wasted. So far, there has been no utilization of matoa seeds.
Though all types of organic waste, including fruit seeds matoa, can be optimized
well. Therefore we need a way of diversification of processed grains matoa be a
better product, durable, has a sale value and high added value, as well as meet the
tastes and needs of modern society, namely matoa seed jam. The research of
matoa seed jam has been done with some preparation stages, jam processing,
testing nutritional value and organoleptic testing. Organoleptic testing phase
involving 50 residents of SMK Negeri 1 Depok as panelists, with aspects of tested
is physical display, texture and taste of matoa seed jam. As the result, matoa seeds
can be used as raw material for making jam with an adaptation of peanut jam
making process. Per 20 g of matoa seed jam contains energy 50.34 Kcal, 0.25 g
protein, 1.10 g fat, 9.86 g carbohydrate, 0.12 g minerals, calcium 8.67 mg, 8.92 g
phosphorus, iron 0.14 mg, thiamine 0.02 mg and 0.02 mg of ascorbic acid.
Keywords: diversification, jam, matoa, seed
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah-buahan tropis merupakan salah satu hasil pertanian unggulan
yang diproduksi oleh Indonesia sebagai negara agraris. Jenis buah tropis yang
dihasilkan dari Sabang sampai Merauke pun sangat beragam, salah satunya
yaitu buah matoa (Pometia pinnata). Buah matoa termasuk jenis tanaman
fleksibel yang bibitnya dapat ditanam baik di dataran tinggi maupun di
dataran rendah. Media tanam matoa juga tidak memiliki kriteria tertentu,
artinya dapat tumbuh di mana saja. Hanya saja, matoa bisa tumbuh lebih
optimal pada kawasan bercurah hujan tinggi.
Mayoritas masyarakat mengetahui buah matoa merupakan buah khas
tanah Papua, padahal buah ini juga dapat dijumpai di Maluku, Kalimantan,
Sulawesi dan Jawa. Kulit dan bentuk buah matoa sekilas seperti buah
kedondong, dengan warna kulit hijau kecokelatan berbentuk oval.
Cangkangnya tidak terlalu keras sehingga memudahkan untuk dibuka dan
memiliki selaput tipis sebagai pembungkus di dalamnya. Buah tanaman
langka ini memiliki rasa manis dan beraroma seperti durian. Bentuk daging
buahnya mirip rambutan dan tekstur daging buahnya seperti buah kelengkeng
yang sedikit kenyal (Sudarmono, 2001).
Di lingkungan SMK Negeri 1 Depok, Sleman, terdapat beberapa
pohon matoa yang berbuah lebat ketika musim panen tiba. Buah matoa pada
umumnya hanya dimanfaatkan daging buahnya saja untuk dikonsumsi,
sementara bijinya terbuang percuma. Biasanya buah matoa matang yang tidak
segera dipetik akan menjadi santapan kalong, dan menyisakan biji-biji matoa
yang berserakan. Sejauh ini, belum ada pemanfaatan nyata dari limbah biji
matoa. Padahal segala jenis limbah organik, termasuk biji buah matoa, secara
biologis dan kimiawi dapat dioptimalkan pengolahannya. Oleh karena itu
diperlukan cara diversifikasi olahan biji matoa menjadi produk yang lebih
baik, awet, memiliki nilai jual dan nilai tambah yang tinggi, sekaligus
memenuhi selera dan kebutuhan masyarakat modern.
Pola kehidupan masyarakat modern menuntut segala sesuatu yang
serba praktis, ekonomis dan menyehatkan, termasuk masalah pengolahan
bahan pangan. Sarapan pagi hanya dengan selembar roti berlapis selai
merupakan pola hidup yang sudah biasa dan kerap dijumpai dalam
masyarakat masa kini. Gaya hidup semacam ini secara otomatis
meningkatkan permintaan pasar terhadap produk roti dan selai.
Selai merupakan salah satu produk pangan awetan yang berbentuk
semi-basah, dengan perbandingan 45% berat buah dan 55% berat gula.
Campuran ini kemudian dipekatkan sehingga hasil akhirnya mengandung
total padatan terlarut minimal 65%. Maka dari itu selai memiliki konsistensi
yang cukup tinggi, sehingga cenderung mempertahankan bentuknya saat
dikeluarkan dari wadahnya. Selai yang bermutu memiliki tekstur dan daya
oles yang baik (Fachruddin, 2008).
Selama ini masyarakat mengenal pembuatan selai hanya berasal dari
buah-buahan saja, padahal limbah biji matoa pun dapat dijadikan bahan baku
pembuatan selai. Hal ini dikarenakan tekstur biji matoa memiliki kesamaan
dengan tekstur kacang, yang dapat dijadikan selai kacang. Sehingga dapat
diambil hipotesis bahwa pembuatan selai biji matoa memiliki kesamaan
dengan tahapan-tahapan pembuatan selai kacang.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan formulasi
pembuatan selai berbahan baku biji matoa sebagai upaya pemanfaatan limbah
biji matoa, sekaligus sebagai upaya diversifikasi pangan yang inovatif dan
bergizi.
1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan yang diangkat
dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Bagaimana cara memanfaatkan biji matoa menjadi selai?
2. Bagaimana kandungan gizi selai biji matoa yang berhasil dibuat?
3. Bagaimana penilaian konsumen terhadap produk meliputi aspek tampilan,
tekstur dan rasa, melalui uji organoleptik?
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Merumuskan langkah-langkah pembuatan selai biji matoa.
2. Mengetahui kandungan gizi selai biji matoa yang berhasil dibuat.
3. Mengetahui bagaimana penilaian konsumen terhadap tampilan, tekstur
dan rasa selai biji matoa, melalui uji organoleptik.
1.4 Manfaat
Diharapkan dengan karya ini penulis akan semakin giat melakukan
penelitian lanjutan di bidang teknologi diversifikasi pangan, sekaligus
meningkatkan semangat berkarya di kalangan pelajar SMK. Bagi dunia
pendidikan, semoga hasil karya ini dapat menjadi inovasi ilmiah yang turut
mencerdaskan bangsa dengan gagasan kreatif asli anak bangsa.
Bagi masyarakat, semoga karya inovatif ini mampu menjawab
kebutuhan akan bahan pangan yang praktis penyajiannya, sekaligus bergizi
tinggi. Selain itu, diharapkan karya ini turut menjadi inspirasi bagi kegiatan
usaha mikro, kecil dan menengah, khususnya bagi pengusaha UMKM di
provinsi D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Bagi pemerintah, diharapkan karya ini dapat berperan serta dalam
pengembangan olahan produk buah nasional, mengharumkan nama bangsa,
sekaligus memicu peningkatan daya saing anak bangsa dalam bidang
teknologi pangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Matoa (Pometia pinnata)
Matoa (Pometia pinnata) merupakan tanaman buah khas Papua,
tergolong berpohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dan diameter rata-
rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga
pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3-4 bulan kemudian.
Penyebaran buah matoa terdapat juga di Maluku, Kalimantan,
Sulawesi dan Jawa, baik di dataran rendah maupun di ketinggian ±1.200
mdpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering dengan lapisan
tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah
iklim dengan curah hujan tinggi, yakni di atas 1.200 mm/tahun (Sari, 2011).
Jenis buah matoa yang terkenal yaitu matoa kelapa dan matoa papeda.
Ciri yang membedakan keduanya adalah tekstur buahnya. Matoa kelapa
dicirikan oleh daging buah yang kenyal seperti rambutan aceh, diameter buah
2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan matoa papeda
dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan
diamater buah 1,4-2,0 cm. Dilihat dari jenis warna buahnya, baik matoa
kelapa mapun matoa papeda dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu matoa
merah, kuning, dan hijau (Sudarmono, 2001).
Gambar 2.1 Penampakan fisik buah matoa (Pometia pinnata).
Sumber: Santoso (2010)
Buah matoa juga dikenal dengan nama buah pakam di Batak Karo,
buah lauteneng (Simalur), buah langsek anggang (Minangkabau), buah
leungsir (Sunda) dan buah Ngaeke (Tobelo). Adapun klasifikasi biologis
(taksonomi) tanaman matoa dapat dipaparkan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Pometia
Spesies : Pometia pinnata
Selain keunikan rasa dan aromanya, buah matoa ini memiliki beberapa
khasiat bagi kesehatan. Kandungan vitamin C dalam buah ini berfungsi
sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan berguna untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan vitamin E matoa dapat
membantu meringankan stress, memberikan nutrisi pada kulit dan dapat
menangkal risiko penyakit kanker dan jantung koroner. Di samping memiliki
kandungan yang baik untuk tubuh, buah matoa juga memiliki nilai jual yang
tinggi, berkisar antara Rp 20.000,- hingga Rp 40.000,-/kg (Santoso, 2010).
2.2 Selai
Selai merupakan salah satu produk pangan semi-basah yang cukup
dikenal dan disukai oleh masyarakat, biasanya dikonsumsi bersama dengan
roti. Food and Drug Administration (FDA) mendefinisikan selai sebagai
produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar, buah beku, buah kaleng
maupun campuran ketiga bentuk tersebut dalam proporsi tertentu terhadap
gula (sukrosa), dengan atau tanpa penambahan air. Proporsinya adalah 45%
bagian berat buah dan 55% bagian berat gula. Namun, proporsi tersebut dapat
disesuaikan dengan selera dan cita rasa yang diinginkan. Campuran yang
5
dihasilkan kemudian dipekatkan sehingga hasil akhirnya mengandung total
padatan terlarut minimum 65%. Inilah definisi standar mengenai komposisi
selai buah (Fachruddin, 2008).
Badan Standardisasi Nasional (BSN) merilis standar mutu selai buah
melalui SNI 3746:2008 (Standard Nasional Indonesia Nomor 3746 Tahun
2008) yang merupakan revisi dari SNI 3746:1995. Dalam SNI 3746:2008,
syarat mutu selai ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Syarat mutu selai menurut SNI 3746:2008.
Aspek Kondisi
Aroma, warna, dan rasa Normal
Padatan terlarut Minimal 65% massa
Takaran saji 20 g
Cemaran logam Sn Maksimal 250 mg/kg
Cemaran logam As Maksimal 1 mg/kg
Angka lempeng total Maksimal 5x102 koloni/g
Bakteri Coliform < 3 APM/g
Staphylococcus aureus Maksimal 2x10 koloni/g
Clostridium sp < 10 koloni/g
Kapang Maksimal 5x10 koloni/g
Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2008)
Dalam pembuatan selai ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
di antaranya pengaruh panas dan gula saat proses pemasakan, serta
keseimbangan proporsi bahan penyusun, gula, pektin dan asam. Menurut
Muchtadi (1989), kerusakan dalam pembuatan selai yang biasa terjadi adalah:
a) Terbentuknya kristal akibat gula tidak cukup melarut.
b) Gel besar dan kaku karena kadar gula yang rendah.
c) Gel kurang padat dan menyerupai sirup karena kadar gula terlalu tinggi.
d) Pengeluaran air dari gel (sineresis) akibat terlalu banyak asam.
6
Pengolahan selai yang baik diawali dari proses pemasakan yang baik
pula. Untuk membuat campuran bahan selai menjadi homogen dan
berstruktur gel, diperlukan proses pemasakan yang dilakukan sembari diaduk.
Titik akhir pemasakan selai dapat dilakukan dengan spoon test (uji dengan
sendok), jika padatan selai dapat menempel periodik pada sendok stainless
maka dapat disimpulkan proses pemasakan memasuki tahap akhir, biasanya
dilakukan pada titik didih 103-105 C. Pemasakan dihentikan saat kadar
padatan terlarut mencapai 65%, ditentukan dengan refraktometer.
Pengemasan selai pada botol dapat dilakukan dengan dua cara, yakni
pengisian diikuti pasteurisasi pada suhu 82 C selama 30 menit, atau
pengisian selai pada botol yang telah disterilisasi terlebih dahulu pada suhu
100 C selama 30 menit (Fachruddin, 2008).
2.3 Diversifikasi Pangan
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 mendefinisikan
diversifikasi pangan sebagai upaya penganekaragaman pangan, sekaligus
peningkatan konsumsi aneka pangan dengan prinsip gizi seimbang. Dalam
konteks Indonesia, diversifikasi pangan juga sering diartikan sebagai
pengurangan konsumsi beras, yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi
bahan pangan non beras. Semakin beragam konsumsi pangan maka kualitas
pangan yang dikonsumsi semakin baik. Oleh karena itu dimensi diversifikasi
pangan tidak hanya terbatas pada diversifikasi konsumsi makanan pokok saja,
tetapi juga makanan pendamping (Jafar, 2012).
Pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian
yang saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi
ketersediaan pangan dan diversifikasi produksi pangan. Dalam arti sempit,
diversifikasi pangan yaitu upaya penganekaragaman jenis pangan yang
dikonsumsi, mencakup pangan sumber energi dan zat gizi sehingga
memenuhi kebutuhan akan pangan dan gizi sesuai dengan kecukupan, baik
ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya (Simon, 2008).
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian dan pembuatan selai biji matoa dilakukan dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut: persiapan, pembuatan selai, pengujian kandungan
gizi, pengujian organoleptik dan penulisan hasil eksperimen. Tahap pengujian
organoleptik melibatkan 50 warga SMK Negeri 1 Depok sebagai panelis,
dengan aspek yang diuji adalah tampilan, tekstur dan rasa.
3.2 Tempat dan Waktu
Uji coba pembuatan selai biji matoa dilakukan di kediaman Dewi
Setyowati, di Nomporejo, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, mulai awal
Januari hingga pertengahan Maret 2015. Tahap pengujian organoleptik
dilaksanakan di SMK Negeri 1 Depok pada pertengahan Maret 2015. Uji ini
melibatkan 50 siswa dan guru sebagai panelis, dengan aspek yang diuji
adalah tampilan, tekstur dan rasa dari selai biji matoa.
3.3 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan selai biji matoa antara
lain: pisau, sendok, blender, timbangan, kompor, panci, pengaduk, loyang dan
cetakan plastik. Bahan yang digunakan antara lain: 250 g biji matoa, 42 g
susu kental manis, 180 ml air, 10 g gula, 10 g garam dan 20 g mentega.
3.4 Tahapan Penelitian
Penelitian dan pembuatan selai biji matoa dilakukan dengan tahapan-
tahapan utama sebagai berikut: pembuatan selai lembaran matoa, pengujian
kandungan gizi dan pengujian organoleptik.
3.4.1 Pembuatan Selai Biji Matoa
Selai biji matoa dibuat dengan mengacu pada resep standar
pembuatan selai kacang. Sebanyak 250 g biji buah matoa dijadikan
tepung biji matoa. Caranya biji matoa dikupas dan dicuci, kemudian
disangrai. Hasilnya ditiriskan hingga minyak nabatinya hilang,
kemudian dihaluskan dengan blender. Selanjutnya 42 g susu kental
manis dan 180 ml air dilarutkan dan dipanaskan hingga mendidih.
Setelah mendidih, tepung biji matoa dimasukkan dan diaduk merata
terus-menerus. Usai tercampur, adonan diangkat dan didinginkan
sesaat. Pada waktu adonan mulai dingin, ditambahkan 10 g gula, 10 g
garam dan 20 g mentega. Adonan selai biji matoa kemudian
dimasukkan ke dalam wadah botol yang telah disterilisasi. Selai biji
matoa pun telah siap untuk diuji kandungan gizinya dan dinilai oleh
panelis. Skema penelitian dan pembuatan selai biji matoa ditampilkan
pada Gambar 3.1.
3.4.2 Pengujian Kandungan Gizi
Penghitungan kandungan gizi menggunakan standar DKBM
(Daftar Komposisi Bahan Makanan).
3.4.3 Pengujian Organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan cara penilaian mutu produk
secara subyektif dengan menggunakan indera manusia (Ramadhan,
2011). Uji ini melibatkan 50 siswa dan guru SMK Negeri 1 Depok
sebagai panelis, dengan aspek yang dinilai adalah tampilan, tekstur dan
rasa selai lembaran matoa. Pengujian ini menggunakan kuesioner
dengan rentang penilaian antara 1 sampai 5, di mana: (1) tidak suka, (2)
kurang suka, (3) biasa saja, (4) suka, dan (5) sangat suka.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Produk
Uji coba pembuatan selai biji matoa dilaksanakan mulai awal Januari
hingga pertengahan Maret 2015. Hasil pembuatan selai biji matoa,
penampakan fisiknya ditampilkan pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Penampakan fisik selai biji matoa.
(a) Hasil pembuatan dan (b) pengemasan selai biji matoa.
Dari segi tampilan, selai biji matoa yang berhasil dibuat tanpa pewarna
memiliki warna cokelat muda yang semi-transparan. Dengan menambahkan
pewarna, selai biji matoa yang dibuat akan memiliki warna yang lebih
menarik dan variatif. Dalam uji coba ditambahkan pewarna aroma pasta
pandan (hijau) dan strawberry (merah muda) yang menghasilkan selai biji
matoa berwarna hijau dan merah muda seperti pada Gambar 4.1. Dilihat dari
segi tekstur, selai biji matoa yang dibuat memiliki tekstur yang semi-basah
dan kompak layaknya selai kacang.
Berdasarkan uji coba, dari 250 g biji buah matoa serta bahan pelengkap
lainnya, dapat dihasilkan 332 g selai biji matoa atau setara dengan 16 kali
takaran saji selai (satu takaran saji selai adalah 20 g). Rincian biaya produksi
selai biji matoa dan perbandingannya dengan harga selai yang dijual di
pasaran, ditampilkan pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Rincian biaya produksi selai biji matoa.
Bahan Harga Pasar Jumlah untuk Produksi Harga Produksi
Biji matoa Rp 25,-/g 250 g Rp 6.250,-
Gula Rp 10.000,-/kg 10 g Rp 100,-
Garam Rp 4.000,-/kg 10 g Rp 40,-
Mentega Rp 2.400,-/ons 20 g Rp 480,-
Susu kental manis Rp 8.500,-/kg 42 g Rp 357,-
Botol kaca Rp 3.000,-/buah 1 buah Rp 3.000,-
Biaya produksi total (netto) Rp 10.227,-
Jumlah produksi selai biji matoa 332 gram
Jumlah takaran saji 16 kali saji
Biaya produksi per takaran saji @20 g (per lembar) Rp 616,-
Biaya produksi selai biji matoa per takaran saji sekitar Rp 616,-. Jika
diasumsikan diambil laba per takaran saji selai Rp 384,- maka harga per
takaran sajinya di pasaran adalah Rp 1.000,-. Berikut analisis perbandingan
harga selai biji matoa dengan selai oles di pasaran per takaran saji.
Tabel 4.2 Perbandingan harga selai per takaran saji di pasaran.
Selai Harga Pasar Jumlah Saji
( 20 g )
Harga Per
Saji
Selai biji matoa Rp 1.000,- 1 Rp 1.000,-
Morin Jam (150 g) Rp 13.100,- 7 Rp 1.872,-
Ceres Choco Spread (400 g) Rp 39.400,- 20 Rp 1.970,-
Mariza Srikaya Jam (350 g) Rp 18.000,- 17 Rp 1.059,-
Nutella Spread Hazelnut (200 g) Rp 31.650,- 10 Rp 3.165,-
Budy Jam (120 g) Rp 8.700,- 6 Rp 1.450,-
Welco Mixed Fruit Jam (220 g) Rp 11.700,- 11 Rp 1.064,-
Ritz Chocolate Hagelslag (300 g) Rp 30.000,- 15 Rp 2.000,-
12
Data harga selai di pasaran tersebut merupakan hasil observasi di
Alfamart dan Indomaret Cabang Maguwoharjo, Sleman, D.I.Yogyakarta pada
Kamis, 5 Maret 2015. Tabel di atas menunjukkan analisis kasar perbandingan
harga selai biji matoa dengan selai oles bermerek di pasaran per takaran saji
(20 g). Dari data di atas nampak bahwa harga pasar selai biji matoa per
takaran saji masih tergolong paling murah di antara selai oles lainnya yang
beredar di pasaran. Artinya, walaupun masih dibuat dalam skala rumah
tangga, harga selai biji matoa dinilai dapat bersaing dengan produk selai oles
bermerek lainnya yang ada di pasaran. Maka dari itu produk selai biji matoa
ini berpotensi menjadi UMKM baru yang kreatif dan inovatif.
4.2 Uji Kandungan Gizi
Hasil penghitungan gizi selai biji matoa ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil uji kandungan gizi selai biji matoa per takaran saji (20 g).
Kandungan Jumlah
Energi 50,34 Kkal
Protein 0,25 g
Lemak 1,10 g
Karbohidrat 9,86 g
Mineral 0,12 g
Kalsium 8,67 mg
Fosfor 8,92 mg
Besi 0,14 mg
Akt. Retinol 9,21 mg
Thiamine 0,02 mg
Asam Askorbat 0,02 mg
13
4.3 Perhitungan Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi (AKG) berguna sebagai nilai rujukan (reference
values) dalam perencanaan konsumsi gizi pangan bagi seseorang agar
mendapat asupan gizi seimbang. Nilai AKG dipengaruhi terutama oleh energi
yang dihasilkan dari protein, lemak dan karbohidrat (Ramadhan, 2011).
Berikut disajikan perhitungan AKG selai biji matoa yang dikalkulasi
berdasarkan rumus standar.
Dalam satu takaran saji selai biji matoa terkandung 0,25 g protein, 1,1 g
lemak dan 9,86 g karbohidrat (lihat Tabel 4.3). Standar konversi menetapkan
bahwa setiap gram protein setara dengan 4 Kkal energi, 1 g lemak setara
dengan 9 Kkal energi dan 1 g karbohidrat setara dengan 4 Kkal. Sehingga:
Energi dari protein = 0,25 x 4 Kkal = 1,00 Kkal
Energi dari lemak = 1,10 x 9 Kkal = 9,90 Kkal
Energi dari karbohidrat = 9,86 x 4 Kkal = 39,44 Kkal
Total energi = (1,00 + 9,90 + 39,44) Kkal = 50,34 Kkal (sesuai Tabel 4.3)
Standar AKG 2000 Kkal untuk orang dewasa yakni energi protein 300
Kkal, energi lemak 350 Kkal dan energi karbohidrat 1350 Kkal. Maka:
AKG protein = (1,00 Kkal /300 Kkal) x 100% = 0,33%
AKG lemak = (9,90 Kkal /350 Kkal) x 100% = 2,82%
AKG karbohidrat = (39,44 Kkal /1350 Kkal) x 100% = 2,92%
Tabel 4.4 Informasi Nilai Gizi dan % AKG selai biji matoa.
INFORMASI NILAI GIZI
Takaran saji / Serving size 20 gram Jumlah sajian per kemasan 16
JUMLAH PER SAJIAN
Energi total 50,34 Kkal Energi dari lemak 9,90 Kkal
% AKG
Protein 0,25 g 0,33%
Lemak 1,10 g 2,82%
Karbohidrat 9,86 g 2,92%
% AKG berdasarkan jumlah kebutuhan energi 2000 Kkal.
Kebutuhan energi Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah.
14
4.4 Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah salah satu cara penilaian mutu produk secara
subyektif dengan menggunakan indera manusia (Ramadhan, 2011). Uji ini
melibatkan 50 panelis yang terdiri dari siswa dan guru SMK Negeri 1 Depok,
dengan aspek yang dinilai adalah tampilan, tekstur dan rasa selai biji matoa.
Hasilnya untuk aspek tampilan 3 panelis menyatakan biasa saja (6%), 5
panelis (10%) suka dan 42 panelis (84%) sangat suka. Dari segi tekstur selai
biji matoa, 8 panelis (16%) biasa saja, 18 panelis (36%) suka dan 24 panelis
(48%) sangat suka. Sementara dari segi rasa, 2 panelis (4%) menilai biasa
saja, 12 panelis (24%) suka dan 36 panelis (72%) sangat suka.
Gambar 4.2 Hasil uji organoleptik selai biji matoa.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari inovasi pembuatan selai biji matoa
ini di antaranya:
1. Limbah biji matoa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
selai, prosesnya mengadaptasi pembuatan selai kacang. Tepung matoa
dicampurkan pada larutan susu yang mendidih, kemudian saat pendinginan
ditambahkan gula, garam dan mentega, lalu dikemas dalam wadah steril.
Berdasarkan perbandingan harga selai oles di pasaran, produk selai biji
matoa berpotensi menjadi UMKM dengan harga bersaing.
2. Per 20 g selai biji matoa mengandung energi 50,34 Kkal, protein 0,25 g,
lemak 1,10 g, karbohidrat 9,86 g, mineral 0,12 g, kalsium 8,67 mg, fosfor
8,92 g, besi 0,14 mg, thiamine 0,02 mg dan asam askorbat 0,02 mg.
3. Hasil uji organoleptik untuk aspek tampilan, 3 panelis menyatakan biasa
(6%), 5 panelis (10%) suka dan 42 panelis (84%) sangat suka. Dari segi
tekstur, 8 panelis (16%) biasa saja, 18 panelis (36%) suka dan 24 panelis
(48%) sangat suka. Sementara dari segi rasa, 2 panelis (4%) menilai biasa
saja, 12 panelis (24%) suka dan 36 panelis (72%) sangat suka.
5.2 Saran
Beberapa saran penulis bagi penelitian dan pengembangan lanjutan
adalah sebagai berikut.
1. Perlunya analisis dan penelitian lanjutan tentang penggunaan pewarna
alami atau buatan dalam proses produksi, dalam rangka memperbaiki
tampilan produk.
2. Diharapkan di masa mendatang produk ini sudah dapat mengaplikasikan
teknik pengemasan yang higienis dan menarik, dengan brand tertentu.
3. Dalam rangka mengembangkan potensi produk menjadi UMKM,
dibutuhkan analisis dan uji coba pemasaran yang lebih efektif, serta
dukungan dari berbagai pihak, khususnya pihak pemerintah dan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Perkembangan Beberapa Indikator Utama
Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2008. SNI No. 3746: Tahun 2008 Selai
Buah. Jakarta: BSN.
Fachrudin. 2008. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Jafar, Nurhaedar. 2012. Diversifikasi Konsumsi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat. Publikasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin.
Muchtadi. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor: Pusat Antar
Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Ramadhan, Wahyu. 2011. Pemanfaatan Agar-agar Tepung Sebagai Texturizer
pada Formulasi Selai Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Lembaran
dan Pendugaan Umur Simpannya. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Santoso, Teguh. 2010. Karakter Fenotipik dan Nilai Ekonomi Matoa (Pometia
pinnata) di Papua. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sari, Wa Nilam. 2011. Kultur In Vitro Embrio Matoa (Pometia pinnata)
Menggunakan Media Murhasige & Skoog (MS) yang Diperkaya dengan
Zat Pengatur Tumbuh. Skripsi. Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Negeri Papua.
Sudarmono. 2001. Matoa (Pometia pinnata): Keragaman Jenis dan Potensi.
Prosiding Seminar Sehari Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek
Tanaman Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. LIPI.
Simon. 2008. Penjabaran Diversifikasi Pangan. Seminar & Festival Pangan
Independent Food, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ketua Kelompok
Nama Lengkap : Yuana Setiyawati
Tempat, tanggal lahir : Sleman, 11 September 1996
Alamat Rumah : Jl. Manggis 171, Depok, Sleman
Telepon / email : 0899 4640 244 / [email protected]
Riwayat Pendidikan : TK Sari Asih 1 Kledokan (2001-2003)
SD Negeri Ambarukmo (2003-2009)
SMP Negeri 2 Depok (2009-2012)
SMKN 1 Depok (2012-sekarang)
Anggota 1
Nama Lengkap : Dewi Setyowati
Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 Maret 1997
Alamat Rumah : Nomporejo, Wedomartani, Ngemplak, Sleman
Telepon / email : 0857 2952 4845 / [email protected]
Riwayat Pendidikan : TK Kartika IV-16 (2001-2003)
SD Danguran 1 (2003-2004)
SD Negeri Pokoh 1 (2004-2009)
SMP Negeri 1 Ngemplak (2009-2012)
SMK Negeri 1 Depok (2012-sekarang)
Anggota 2
Nama Lengkap : Nurrokhmah Ayu Rokhayani
Tempat, tanggal lahir : Banyumas, 24 Maret 1997
Alamat Rumah : Jl. Tongkol 2/14B Minomartani Ngaglik Sleman
Telepon / email : 0896 7243 3654 / [email protected]
Riwayat Pendidikan : TK Bina Sejahtera (2002-2003)
SD N 2 Solodiran (2003-2009)
SMP N 1 Manisrenggo (2009-2012)
SMK Negeri 1 Depok (2012-sekarang)
18
Pembimbing
Nama Lengkap : Lintang Wisesa Atissalam
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 26 November 1991
NIM : 10/300414/PA/13247
Jurusan, Universitas : S-1 Fisika, Universitas Gadjah Mada
Alamat Rumah : Kr. Tengah 02/VI, Ngadirejo, Kartasura, Sukoharjo 57163
Nomor Telepon : 0888 671 9327
Alamat email : [email protected]
19