Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POTENSI EKONOMI SAYUR-SAYURAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
MASYARAKAT DI DESA LUBUK SEBONTAN KECAMATAN MUARA
PAPALIK KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
SKRIPSI
Oleh :
NURMUKARRAMAH
NIM. EES 150799
PEMBIMBING :
Dr. Sucipto,S.Ag, MA
Khairiyani, SE.M.S.AK
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019/2020
iv
MOTTO
Artinya : “29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”1
1An Nisaa’ (4) 29
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati yang tulus beserta keridhaan-mu ya Allah kupersembahkan karya tulis
sederhana ini untuk yang termulia :
Ayah H.Ismail,S.Ag
Ibu Nurhidayah
Tiada cinta yang paling suci selain kasih saying setulus hatimu ibu, searif arahanmu ayah Doamu
hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku. Pelukmu berkahi hidupku diantara
perjuangan dan tetesan doa malammu dan sebait doa telah merangkul diriku menuju hari depan
yang cerah.
Terimakasih atas Bantuan, Doa dan Motivasi yang telah diberikan
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berpotensi ekonomi sayur-sayuran
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Lubuk Sebontan Kecamatan
Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Sampel dipilih secara
purposive (bertujuan) informan yang sesuai dengan data yang diperlukan.
Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara dan pengamatan. Analisis
data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan menggunakan triangulasi
data untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh. Hasil penelitian memberikan
kesimpulan bahwa pasar tradisional berpotensi dalam meningkatkan ekonomi
pedagang. Adapun potensi pasar yaitu pertama, harga yang lebih murah. Kedua,
produk yang lebih bervariasi. ketiga, waktu dan lokasi yang strategis. selain itu,
faktor lain yang mendukung adalah adanya perhatian pemerintah daerah yaitu
pertama, adanya pengawasan harga. Kedua, mencegah penipuan di pasar seperti
masalah kecurangan dalam timbangan dan ukuran. Ketiga, pencegah penjualan
barang yang rusak, serta tindakan-tindakan yang merusak moral. Dengan
memaksimalkan potensi yang ada di pasar tradisional ini dapat meningkatkan
pendapatan pedagang dan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat.
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the potential of traditional markets in improving the
community economy of Lubuk Sebontan Village, Muara Papalik District, Tanjung
Jabung Barat District. The approach used in this research is a qualitative
descriptive approach. The sample was chosen purposively (aiming) the informants
in accordance with the required data. The instruments used were interview and
observation sheets. Analysis of the data used is a qualitative analysis using
triangulation of data to check the truth of the data obtained. The results of the
study concluded that traditional markets have the potential to improve the
economy of traders. The market potential is first, lower prices. Second, more
varied products. third, strategic location and time. Besides that, another supporting
factor is the attention of the regional government, namely, firstly, the existence of
price control. Second, preventing fraud in the market such as the problem of fraud
in scales and measurements. Third, preventing the sale of damaged goods, and
acts that damage morale. By maximizing the potential available in this traditional
market, it can increase the income of traders and encourage the economic
independence of the community.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu , tidak lupa iringan
shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad saw.
Skripsi ini diberi judul “Potensi Ekonomi Sayur-Sayuran dalam
Meningkatkan Masyarakat di Desa Lubuk Sebontan Kecamatan Muara
Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat”
Kemudian dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis akui tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbigan yang diberikan oleh dosen pembimbing yaitu :
bapak Dr. Sucipto, M.A dan Ibu Khairiyani, SE., M.S.AK selaku pembimbing I
dan pembimbing II skripsi ini. Maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terimakasi kepada
semua pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama sekali yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN STS Jambi.
2. Ibu Dr. Rafidah, S.E., M.EI selaku wakil Dekan I Bidang Akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
ix
3. Bapak Dr. Novi Mubyarto, S.E., M.E selaku wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum dan Perencanaan Keuangan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN STS Jambi.
4. Ibu Dr. Halimah Dja’far, M.Fil.I selaku wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama Luar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi.
5. Bapak Dr. Sucipto, M.A dan Ibu G.W.I Awal Habibah, M.E.Sy selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
6. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan konstribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah swt
kita memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebaikannya diterima oleh Allah swt.
Jambi, Oktober 2019
Penulis
Nurmukarramah
NIM. EES 150799
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii
HALAMAN NOTA DINAS .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
TRANSLITERASI ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 8
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 9
1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
2. Kegunaan Penelitian ................................................................. 10
F. Kerangka Teori .............................................................................. 10
1. Potensi Ekonomi ....................................................................... 10
2. Potensi Sayur-sayuran .............................................................. 11
3. Pendapatan Masyarakat ............................................................ 14
4. Potensi Sayur-sayuran Dalam Meningkatkan Pendapatan
Masyarakat ............................................................................... 15
5. Peningkatan Ekonomi ............................................................... 20
6. Pengertian Ekonomi Islam ....................................................... 20
7. Mekanisme Pasar dalam Islam ................................................. 24
G. Kajian Pustaka ............................................................................... 27
H. Kerangka Berpikir ......................................................................... 29
BAB II METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ........................................................... 30
B. Pendekatan Penelitian ................................................................... 31
C. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 31
1. Jenis Data.................................................................................. 31
2. Sumber Data ............................................................................. 31
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 31
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 32
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................................... 33
G. Pengujian Keabsahan Data ............................................................ 35
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Geografis ........................................................................ 37
xii
B. Keadaan Demografis ..................................................................... 38
C. Pendidikan ..................................................................................... 39
D. Kehidupan Beragama .................................................................... 39
E. Perdagangan .................................................................................. 41
G. Gambaran Pasar Tradisional Lubuk Sebontan .............................. 41
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Potensi Ekonomi Sayur-sayuran di Desa Lubuk Sebontan .......... 44
B. Dampak-dampak Negatif dan Positif Potensi Ekonomi Sayur-
sayuran di Desa Lubuk Sebontan .................................................. 47
C. Kendala yang Dihadapi Masyarakat Dalam Pemasaran .............. 50
D. Solusi yang Diberikan dalam Memasarkan Sayur-sayuran........... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 63
B. Saran .............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis-jenis Sayuran yang Diperjualbelikan di Pasar Tradisional
Desa Lubuk Sebontan Salah Kecamatan Muara Papalik Kabupaten
Tanjung Jabung Barat ....................................................................... 3
Tabel 2.1. Ringkasan Kajian Pustaka ................................................................. 27
Tabel 3.1 Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kabupaten Lubuk Sebontan pada tahun 2019................................... 38
Tabel 3.2 Banyaknya Penduduk Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan
yang Ditamatkan Tahun 2019 ........................................................... 39
Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Lubuk Sebontan
Tahun 2019 ....................................................................................... 40
Tabel 3.4 Jumlah Sarana Ibadah di Desa Lubuk Sebontan ............................... 40
Tabel 4.1. Jenis Usaha dan Produk yang dijual di Pasar Tradisional Lubuk
Sebontan Desa Lubuk Sebontan ...................................................... 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 29
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN (TURABIAN)
Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b ب
t ت
th ث
j ج
ḥ h (titik di bawah) ح
kh خ
d د
dh ذ
r ر
z ز
s س
sh ش
ص.S s (titik di bawah)
d ض.
d (titk di bawah)
ط.t t (titik di bawah)
ظ.z z (titik di bawah)
Koma terbalik di atas ‘ ع
gh غ
f ف
q ق
k ك
l ل
m م
n ن
w و
h ه
la لا
Apostrop ` ء
y ي
xvi
xvii
Vokal
Vokal Tunggal
Tanda Huruf Latin Keterangan
a
i
u
Vokal Rangkap
Tanda Huruf Latin Keterangan
ay ... ى
aw ... و
Contoh:
awla‘ : حول usayn‘ : حسين
Maddah
Tanda Huruf Latin Keterangan
ā a dan garis di atas .. .ا
ī i dan garis di atas .. .ى
ũ u dan garis di atas .و..
Ta` Marbu’ah
Contoh:
al-Madīnah al-Munawwarah : المدينة المنورة
Fāṭimah : فاطمة
Wizārat at-tarbiyah : وزارة التربية
Shaddah
nazzala : نزل rabbanā : ربنا
Kata Sandang
al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia
merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang
adil dan beradab sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila
sila ke lima. Sedangkan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber
daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata,
baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses
terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks
pembangunan manusia.1
Penciptaan lapangan berusaha terdapat pula di pasar. Pasar sudah
menjadi bagian yang melekat dari kehidupan bermasyarkat. Sebagian orang
bahkan menggantungkan perkerjaan sehari-hari dari pasar. Maka dari itu,
keberadaan pasar sangatlah vital bagi masyarakat serta bagi perekonomian.2
Dalam kegiatan sehari-hari pasar bisa diartikan sebagai tempat bertemunya
pembeli dan penjual.3 Namun dalam bidang ekonomi, pasar tidak diartikan
sebagai tempat, namun lebih mengutamakan pada kegiatan jual beli tersebut.
Tidak hanya itu pasar juga merupakan penunjang peningkatan anggaran
1Djojohadikusumo, Soemitro. Ekonomi Pembangunan. (Jakarta: Pustaka Ekonomi, 2011), hlm. 19 2Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, (BPFE: Yogyakarta, 2016), hlm. 21 3Aziz, Iwan Jaya, Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia. (Jakarta: LPFE-
UI, 2014), hlm. 68
2
pendapatan daerah. sehingga keberadaan pasar dalam lingkungan masyarakat
sangat dibutuhkan baik itu pasar tradisional maupun pasar modern.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi antara penjual pembeli secara
langsung dan ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-
kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun
suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti
bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,
pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang
menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.
Pasar tradisional harus tetap dijaga keberadaannya sebab ia adalah
representasi dari ekonomi rakyat, ekonomi kelas bawah, serta tempat
bergantung para pedagang skala kecil-menengah. Pasar tradisional
merupakan tumpuan bagi para petani, peternak, atau produsen lainnya selaku
pemasok.
Salah satu pasar tradisional Indonesia terdapat di Kecamatan Muara
Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu pasar tradisional yang
terletak di pesisir pantai. Pasar tradisional merupakan pasar tradisonal yang
pada mulanya hanya dimukim oleh beberapa penjual dan pembeli namun
seiring dengan perkembangan zaman, saat ini pasar tradisional dijadikan
sebagai pasar tradisional yang gemar dikunjungi oleh masyarakat. Nama dari
pasar itu sendiri berawal dari barang-barang atau bahan-bahan yang dijual di
pasar tersebut. Pada awalnya pasar yang ada di Desa Lubuk Sebontan
3
Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya
memperjual belikan sayuran hasil pertanian masyarakat sekitar daerah
tersebut, sehingga pasar tersebut dikenal dengan nama pasar tradisional.
Pasar tradisional yang ada di Desa Lubuk Sebontan Salah Kecamatan
Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjual berbagai jenis
sayuran yang berasal dari hasil kegiatan pertanian yang ada di sekitar daerah
tersebut. Berdasarkan pengamatan awal jenis-jenis sayuran yang
diperjualbelikan di pasar tradisional Desa Lubuk Sebontan Kecamatan Muara
Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat dalam Tabel 1.1
berikut ini.
Tabel 1.1
Jenis-jenis Sayuran yang Diperjualbelikan di Pasar Tradisional Desa
Lubuk Sebontan Salah Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
No Jenis Sayuran Omzet Per Bulan
(Kg) Asal
1. Tomat 360 kg Kecamatan Muara Papalik
2. Cabai Merah 680 kg Kecamatan Muara Papalik
3. Cabai Keriting 540 kg Kecamatan Muara Papalik
4. Cabai Rawit 750 kg Kecamatan Muara Papalik
5. Kentang 1.750 kg Kecamatan Muara Papalik
6. Kangkung 1.900 kg Kecamatan Muara Papalik
7. Bayam 2.400 kg Kecamatan Muara Papalik
8. Kathu 130 kg Kecamatan Muara Papalik
9. Buncis 920 kg Kecamatan Muara Papalik
10. Jipang 420 kg Kecamatan Muara Papalik
11. Daun Ubi Kayu 1.300 kg Kecamatan Muara Papalik
12. Daun Kemangi 260 kg Kecamatan Muara Papalik
13. Terong 2.650 kg Kecamatan Muara Papalik
14. Pare 1.150 kg Kecamatan Muara Papalik
15. Daun Bawang 175 kg Kerinci
15. Kubis 4.300 kg Kerinci
16. Caisin 730 kg Kerinci
17. Bunga Kol 1.150 kg Kerinci
18. Seledri 250 kg Kerinci
19. Wortel 3.450 kg Kerinci
Sumber: Wawancara, 2018
4
Data yang disajikan dalam tabel di atas, terlihat ada sembilan belas
jenis sayuran yang diperjualbelikan di pasar tradisional yang ada di Desa
Lubuk Sebontan Salah Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Empat belas jenis sayuran merupakan hasil pertanian yang ada di
Kecamatan Muara Papalik, sedangkan lima jenis sayuran didatangkan dari
Kerinci dan derah sekitarnya.
Pasar tradisional Desa Lubuk Sebontan merupakan pasar yang
menjual sayur-sayuran yang sangat melimpah dihasilkan dari daerah di Desa
Lubuk Sebontan dan sekitarnya. Sayur-sayuran tersebut dapat diolah menjadi
bahan-bahan yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, seperti bahan
makan olahan yang dapat diperjual belikan di Pasar tradisional yang ada di
Desa Lubuk Sebontan.
Pasar tradisional yang ada di Desa Lubuk Sebontan adalah Kecamatan
Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada awalnya sebenarnya
adalah pasar kecil yang buka pada pukul 06.00 pagi dan tutup pada pukul
12.00. Pasar ini kemudian terus mengalami perkembangan dan pada tahun
2016 ditata kembali dengan dibangun kios-kios untuk menampung para
pedagang. Keadiran pasar tradisional di Desa Lubuk Sebontan Salah
Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada satu sisi
memberikan dampak positif bagi perekonomian sebagia masyarakat daerah
tersebut, tetapi di sisi lain, adanya pasar tradisional tersebut juga
mengakibatkan warung-warung rumahan yang letaknya cukup jauh dari pasar
5
menjadi gulung tikar, karena masyarakat lebih memilih belaja ke pasar
dibandingkan dengan di warung yang lebih mahal.
Kondisi pasar tradisional sekarang sudah mengalami perubahan yang
cukup memadai karena pada awalnya penjual tidak memiliki kios-kios,
sekarang sudah terdapat beberapa kios yang berjejeran meskipun masih
banyak penjual yang tetap dalam kondisi seperti dulu. Pasar tradisional
beroperasi setiap hari pada waktu subuh sampai pukul 09.00 pagi, di pasar ini
kita dapat menemukan berbagai macam kebutuhan rumah tangga. Dan harga
yang ditawarkan pun masih relatif lebih murah dari pada pasar-pasar yang
lebih modern. Harga yang ditawarkan relatif lebih murah karena para
pedagang menawarkan barang-barang yang dibeli langsung dari pihak
pemasok yang kemudian ditawarkan kepada pembeli di pasar ini. Hal inilah
yang menyebabkan pasar tradisional merupakan pasar tradisional yang sangat
menarik perhatian masyarakat kota untuk berkunjung ketempat ini. Bahkan
keberadaan pasar tradisional telah menggeser daya tarik pasar sentral dari
segi pengunjung.
Penelitian yang dilakukan oleh Bagas Haryotejo dengan judul
“Dampak Ekspansi Hypermarket Terhadap Pasar Tradisional di Daerah”
menunjukkan bahwa keberadaan hypermart menyebabkan turunnya kegiatan
ekonomi di pasar tradisional yang pada akhirnya menyebabkan turunnya
pendapatan pada pedagang.4
4Bagas Haryotejo, Dampak Ekspansi Hypermarket Terhadap Pasar Tradisional di Daerah. Jurnal
Ekonomi & Keuangan Islam Volume 1 No. 2, Juli 2011: 181-196
6
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Inayatul Faizah dengan judul
“Peran Pasar Tradisional dalam Menyerap Angkatan Kerja Perempuan “
menyebutkan bahwa pelaku bisnis di pasar tradisional umumnya adalah
kaum perempuan, angkanya mencapai 60%, sehingga pasar tradisional
merupakan salah satu penyumbang ketersediaan lapangan pekerjaan bagi
kaum perempuan.5
Berdagang di pasar tradisional merupakan sebuah usaha dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat seperti menjual kebutuhan sehari-
hari, bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging,
pakaian, sandal, warung, jasa parut kelapa, kue-kue dan barang-barang
lainnya. Dengan adanya usaha yang demikian diharapkan untuk
memungkinkan masyarakat dalam menciptakan kondisi ekonomi yang lebih
baik dari sebelumnya. Terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Agar pencapaian ini dapat dilakukan secara maksimal maka diaggap perlu
menggali potensi yang ada untuk dikembangkan lebih jauh.
Pada hakikatnya ekonomi Islam adalah metamorfosa dari nilai-nilai
dalam Islam yang mengajarkan tentang masalah-masalah ekonomi dalam
kehidupan manusia. Kata Islam setelah “ekonomi” dalam ungkapan ekonomi
Islam berfungsi sebagai identitas yang menandakan adanya prinsip-prinsip
keislaman dalam berekonomi. Dalam bahasa Arab istilah ekonomi disebut
dengan kata al-‘iqtisad , yang artinya kesederhanaan, dan kehematan4. Dari
5Siti Inayatul Faizah, Peran Pasar Tradisional dalam Menyerap Angkatan Kerja Perempuan. Vol.
32, No. 2 Tahun 2017 ISSN : 0215/9635, FISIP, UNS
7
kata al-iqtisad berkembang menjadi sebuah makna ‘ilm al-‘iqtisad, yaitu
ilmu yang berkaitan dengan membahas masalah-masalah ekonomi.6
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang berorientasi
rahmatan lil alamin. Dalam Ekonomi Islam tujuan bisnis tidak selalu untuk
mencari profit (qimah maddiyah atau nilai materi) tetapi harus dapat
memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri,
baik bagi si pelaku bisnis sendiri maupun pada lingkungan yang lebih luas,
seperti terciptanya suasana persaudaran, kepedulian sosial dan sebagainya.
Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan berproduksi.7
Kita dapat mengambil pelajaran penting bahwa para sahabat tidak
bertanya manakah pekerjaan yang paling banyak penghasilannya. Namun
yang mereka tanya adalah manakah yang paling thoyyib (diberkahi).
Sehingga dari sini kita dapat tahu bahwa tujuan dalam mencari rizki adalah
mencari yang paling berkah, bukan mencari manakah yang menghasilkan
paling banyak. Karena penghasilan yang banyak belum tentu barokah.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat
judul: “POTENSI EKONOMI SAYUR-SAYURAN DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DESA LUBUK
SEBONTAN KECAMATAN MUARA PAPALIK KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT”
6Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
62. 7Ibid., hlm. 62.
8
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada beberapa hal berikut
ini:
1. Potensi dalam penelitian ini difokuskan pada masalah potensi ekonomi
dari sayur-sayuran dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
2. Masyarakat dalam penelitian ini adalah pedagang yang berjualan di
pasar tradisional Desa Lubuk Sebontan Kecamatan Muara Papalik
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
3. Penelitian ini difokuskan pada data-data yang terjadi pada tahun 2018-
2019.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah sayur-sayuran memiliki potensi ekonomi untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Lubuk Sebontan Kecamatan
Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
2. Bagaimanakah dampak negatif dan positif dalam mengembangkan
potensi ekonomi sayur-sayuran dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat Desa Lubuk Sebontan Kecamatan Muara Papalik Kabupaten
Tanjung Jabung Barat?
3. Bagaimanakah kendala yang dihadapi untuk mengembangkan potensi
ekonomi sayur-sayuran dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
9
Desa Lubuk Sebontan Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung
Jabung Barat?
4. Bagaimanakah solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala
yang dihadapi dalam mengembangkan potensi ekonomi sayur-sayuran
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Lubuk Sebontan
Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui potensi ekonomi sayur-sayuran dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Lubuk Sebontan
Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Untuk mengetahui dampak negatif dan positif dalam
mengembangkan potensi ekonomi sayur-sayuran dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Lubuk Sebontan
Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya
mengembangkan potensi ekonomi sayur-sayuran untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Lubuk Sebontan
Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
d. Untuh mengetahui solusi yang dapat ditempuh dalam rangka
mengatasi kendala yang dihadapi dalam mengembangkan potensi
ekonomi sayur-sayuran untuk meningkatkan pendapatan
10
masyarakat Desa Lubuk Sebontan Kecamatan Muara Papalik
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat Desa Lubuk Sebontan
Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat
khususnya pengunjung dan penjual di pasar tradisional.
b. Sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang ingin mengetahui
potensi pasar tradisional di Desa Lubuk Sebontan Kecamatan
Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN STS Jambi.
F. Kerangka Teori
1. Potensi Ekonomi
Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi ekonomi lebih besar
untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu
daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan
tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap,
dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang
investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor
unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.8
8Rachbini, Pengembangan Sektor Unggul Berpotensi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 15.
11
Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi
secara geografis saja melainkan pada suatu sektor yang menyebar dalam
berbagai saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan ekonomi
secara keseluruhan. Sektor unggulan adalah sektor yang mampu
mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya,
baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan
outputnya sebagai input dalam proses produksinya.9
Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan,
baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional.
Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor
tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.
Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan
sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu
bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain,
baik di pasar nasional ataupun domestik. Suatu daerah akan mempunyai
sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan
pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan
ekspor. Sektor unggulan di suatu daerah (wilayah) berhubungan erat
dengan data PDRB dari daerah bersangkutan.10
2. Potensi Sayur-sayuran
9Widodo, Potensi Ekonomi Sektor Unggulan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 75. 10Ibid., hlm. 78
12
Pasar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat
orang berjual beli. Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang
memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu, serta mau dan mampu turut
dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu.
Semula, istilah pasar menunjukkan tempat dimana penjual dan pembeli
berkumpul untuk bertukar barang-barang mereka, misalnya dialun-alun.
Dalam Ilmu ekonomi pengertian pasar tidak harus dikaitkan dengan
suatu tempat yang dinamakan pasar dalam pengertian sehari-hari. Suatu
pasar dalam ilmu ekonomi adalah dimana saja terjadi transaksi antara
penjual dan pembeli.11
Pasar adalah tempat atau keadaan yang mempertemukan antara
permintaan (pembeli) atau penawaran (penjual) untuk setiap jenis
barang, jasa atau sumber daya. Pembeli meliputi konsumen yang
membutuhkan barang dan jasa, sedangkan bagi industri membutuhkan
tenaga kerja, modal dan barang baku produksi baik untuk memproduksi
barang maupun jasa. Penjual termasuk juga untuk industri menawarkan
hasil prosuk atau jasa yang diminta oleh pembeli. Pekerja menjual
tenaga dan keahliannya, pemilik lahan menjual atau menyewakan
asetnya, sedangkan pemilik modal menawarkan pembagian keuntungan
dari kegiatan bisnis tertentu. Secara umum semua orang akan berperan
ganda yaitu sebagai pembeli dan penjual.12
11C.S.T. Kensil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 15. 12Akhmad , Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 143.
13
Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa pasar
sekarang ini tidak hanya berupa tempat untuk berjual beli tetapi keadaan
dimana saja yang mempertemukan antara permintaan (pembeli) atau
penawaran (penjual) untuk setiap jenis barang, jasa atau sumber daya.
Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang
tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau
tertutup atau sebagian terbuka atau sebagian bahu jalan. Selanjutnya
pengelompokan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan-
bagunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun
permanen. Secara sosiologis dan kultural, makna filosofis sebuah pasar
tidak hanya merupakan arena jual beli barang atau jasa, namun
merupakan tempat pertemuan warga untuk saling berinteraksi sosial atau
melakukan diskusi informal atas permasalahan kota. Dalam pandangan
Islam pasar merupakan wahana atau tempat transaksi ekonomi yang
ideal, tetapi memiliki berbagai kelemahan yang tidak cukup memadai
percapaian tujuan ekonomi yang islami. Secara teoritik maupun
praktikal pasar memiliki beberapa kelemahan, misalnya mengabaikan
distribusi pendapatan dan keadilan, tidak selarasnya antara proritas
individu dengan sosial antara berbagai kebutuhan, adanya kegagalan
pasar, ketidaksempurnaan persaingan, dan lain lain.
Secara sosiologis dan kultural, makna filosofis sebuah pasar tidak
hanya merupakan arena jual beli barang atau jasa, namun merupakan
14
tempat pertemuan warga untuk saling berinteraksi sosial atau melakukan
diskusi informal atas permasalahan kota.13
Dalam pandangan Islam pasar merupakan wahana atau tempat
transaksi ekonomi yang ideal, tetapi memiliki berbagai kelemahan yang
tidak cukup memadai percapaian tujuan ekonomi yang islami. Secara
teoritik maupun praktikal pasar memiliki beberapa kelemahan, misalnya
mengabaikan distribusi pendapatan dan keadilan, tidak selarasnya antara
proritas individu dengan sosial antara berbagai kebutuhan, adanya
kegagalan pasar, ketidaksempurnaan persaingan, dan lain lain. Islam
sangat menghargai perniagaan yang halal dan baik. Sebagaimana Firman
Allah dalam QS. An-Nisa 29.
Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha
penyayang kepadamu.14
3. Pendapatan Masyarakat
Pasar juga dapat dibedakan menurut strukturnya. Struktur pasar
merupakan bahasan utama karena dapat meningkatkan persaingan suatu
13Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam. Edisi kelima (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2007) hlm. 6. 14Al Qur’an (4) 29.
15
pasar barang atau jasa. Tingkat persaingan pasar dikelompokkan menjadi
empat macam, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar
persaingan monopolistik, dan pasar oligopoli sebagai berikut :
Pasar persaingan sempurna (prefect competition) yang sering
disebut pasar persaingan murni (pure competition) adalah pasar dimana
terdapat banyak penjual tetapi tidak satupun di antara mereka yang
berkemampuan mempengaruhi harga pasar yang berlaku baik dengan
mengubah jumlah penawaran maupun harga produksi
Pasar persaingan tidak sempurna disebut imperfect competiton,
bentuknya berupa pasar monopoli, oligopoli, dan monopolistik. Suatu
pasar dikatakan sebagai pasar monopoli apabila seluruh penawaran
terhadap sejenis barang pada pasar dikuasai oleh seorang penjual atau
sejumlah penjual tertentu. Karena monopolis (penjual) sudah mengusai
penawaran, otomatis tujuan mereka untuk mendapatkan keuntungan
pasti akan tercapai, sebagai monopolis, keputusan harga berada ditangan
mereka.
Pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai pasar
dengan banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak
(diffrentiated product).
Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri atas beberapa penjual,
jumlahnya antara 10 sampai dengan15 penjual. Istilah oligopoli berasal
16
dari kata oligos polein (bahasa yunani) mempunyai arti yang menjual
sedikit.15
4. Potensi Sayur-sayuran Dalam Meningkatkan Pendapatan
Masyarakat
Beberapa potensi pasar tradisional adalah sebagai berikut:16
a. Kemampuan pasar tradisional dalam menyerap komoditi lokal dari
kawasan sekitarnya.
b. Berfungsi sebagai supplier untuk berbagai input pertanian,
perumahan, serta kebutuhan pokok masyarakat secara luas.
c. Pasar tradisional memiliki segmentasi pasar tersendiri, yang
membedakannya dari pasar modern.
d. Para pedagang yang beroperasi di pasar umumnya kaum wanita
sehingga sangat bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha
untuk kaum wanita, dalam arti wanita umumnya memiliki
keunggulan dibandingkan dengan pria dalam melayani konsumen.
e. Potensi pasar akan semakin penting karena market turn over yang
cukup cepat dengan sistem pembayaran tunai.
Pasar tradisional sebagian besar muncul dari kebutuhan
masyarakat yang membutuhkan tempat untuk menjual barang yang
dihasilkannya serta konsumen yang membutuhkan barang-barang
tertentu untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karenanya letak pasar
tradisional banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan desa (dalam
15Ibid 16Moersid, Adhi. Pasar Tradisional di Persimpangan Jalan. (Palembang: Forum Musda IAI
Cabang Sumatra Selatan, 2013), hlm. 28
17
perkembangan menjadi jalan utama), yang memudahkan penjual dan
pembeli menjangkaunya. Pasar yang terus tumbuh karena kebutuhan
masyarakat tersebut seiring dengan aktivitas perdagangan masyarakat
sekitarnya.
Pasar tradisional memiliki potensi dalam mengembangkan
perekonomian masyarakat karena pasar tradisional mampu membuka
lapangan kerja, , 1983
a. Lapangan Pekerjaan
Pengertian pasar kerja adalah seluruh kebutuhan dan
persediaan tenaga kerja dengan semua jalan yang memungkinkan
penjual tenaga kerja (pekerja) dan pembeli tenaga (majikan)
bertemu dan melakukan transaksi (penerimaan, penugasan,
pemberhentian, promosi, pemindahan dan sebagainya). Dengan
demikian pasar kerja mencakup waktu sebelum orang memasuki
pekerjaan dan sesudah ada orang ada dalam pekerjaan. Kesempatan
kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan
yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi
(produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan mencakup
lapangan pekerjaan yang masih lowong.
Sektor pekerjaan atau lapangan kerja adalah bidang kegiatan
dari pekerjaan/tempat bekerja/perusahaan/kantor dimana seseorang
bekerja. Dalam analisis ketenagakerjaan pengelompokan sektor
pekerjaan biasanya dilakukan sesuai dengan yang terdapat dalam
18
buku. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sebagai
berikut :
1) Pertanian (termasuk perikanan, kehutanan, Perkebunan)
2) Pertambangan dan penggalian
3) Industri (termasuk jasa industri)
4) Listrik, gas dan air
5) Bangunan (termasuk instalatir dan tukang gali sumur)
6) Perdagangan (termasuk usaha jual beli, katering, rumah makan,
hotel, motel, losmen dan penginapan lainnya)
7) Angkutan, pergudangan dan telekomunikasi (termasuk jasa
angkutan, pengepakan, pengiriman dan biro perjalanan)
8) Keuangan (bank, asuransi, usaha persewaan bangunan/tanah,
jasa perusahaan dan lembaga keuangan lainnya seperti : Pasar
modal, penggadaian, penukaran uang asing dan sebagainya).
9) Jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan, seperti lembaga
legislatif, lembaga tinggi negara dan pemerintah, pertahanan
keamanan, jasa pendidikan, kebersihan, hiburan, kebudayaan,
pembantu rumah tangga dan sebagainya.
10) Lainnya : Kegiatan/lapangan usaha atau perorangan,
badan/lembaga yang tidak tercakup dalam salah satu sektor di
atas atau yang belum jelas batasannya.
b. Meningkatkan Pendapatan
19
Konsep pendapatan biasanya dipakai untuk mengukur
kondisi ekonomi suatu perusahaan, rumah tangga ataupun
perorangan, salah satu konsep yang paling sering digunakan adalah
melalui tingkat pendapatan. Pendapatan menunjuk pada seluruh
uang atau hasil materi lainnya yang diterima seseorang atau rumah
tangga selama kurun waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.
Pendapatan atau sering disebut dengan penghasilan
didefinisikan sebagai bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai
imbalan atas balas jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses
produksi. Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari:
1) Usaha sendiri (wiraswasta, misalnya berdagang, mengerjakan
sawah)
2) Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja dikantor atau
perusahaan sebagai pegawai atau karyawan (baik swasta
ataupun pemerintah)
3) Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan,
punya rumah disewakan, punya uang dengan bunga tertentu.
Pendapatan/ penghasilan dapat diterima berupa uang, atau
dalam bentuk barang (seperti tunjangan beras, hasil dari sawah, atau
pekarangan sendiri), atau fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas,
pengobatan/kesehatan gratis), selain hal tersebut diatas masih
dijumpai pendapatan yang berasal dari : uang pensiun bagi mereka
yang sudah lanjut usia dan dulu bekerja pada pemerintah atau
20
instansi lainnya; sumbangan atau hadiah, misalnya sokongan dari
saudara/family, warisan dari nenek, hadiah tabungan. Pinjaman atau
hutang, ini memang merupakan uang masuk, tetapi pada suatu saat
akan harus dilunasi/dikembalikan.
5. Peningkatan Ekonomi
Ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu tentang mengelola rumah
tangga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup melalui tiga
kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Dari ketiga kegiatan utama
tersebut produksi dapat diartikan sebagai pembuat atau penghasil,
sedangkan distribusi adalah pemasaran atau penyalur, dan konsumen
berarti pemakai atau yang membutuhkan suatu barang yang sudah jadi
siap untuk digunakan sesuai kebutuhan. Peningkatan ekonomi adalah
keadaan dimana seseorang yang sebelumnya belum mempunyai
penghasilan uang yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, hingga mampu mendapatkan penghasilan yang lebih dari
cukup.
6. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi secara umum didefinisikan sebagai hal yang
mempelajari perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang
langka untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia.17
17Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011, hlm. 14.
21
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas di dalam
kerangka syariah. Ilmu yang mempelajari perilaku seorang muslim
dalam suatu masyarakat Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi
tersebut mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang
tidak kompetibel dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut
mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori
(apriory judgement), benar atau salah tetap harus diterima.18
Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan sejumlah
prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam. Syarat utama
adalah memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu
ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilai-
nilai moral. Nilai-nilai moral merupakan aspek normatif yang harus
dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi serta dalam pengambilan
keputusan yang dibingkai syariah.
Menurut Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang
diilhami oleh nilai-nilai Islam. Menurut Chapra ekonomi Islam adalah
sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan
manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang
berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
18Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam, Yogyakarta: LPPI, 2006, hlm. 6
22
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.19
Ilmu ekonomi Islam, singkatnya, merupakan kajian tentang perilaku
ekonomi orang Islam representatif dalam masyarakat muslim modern.20
Dari beberapa definisi ekonomi Islam di atas yang relatif dapat
secara lengkap menjelaskan dan mencakup kriteria dari definisi yang
komprehensif adalah yang dirumuskan oleh Hasanuzzaman yaitu :
"Suatu pengetahuan dan aplikasi dari perintah dan peraturan
dalam syariah yaitu untuk menghindari ketidakadilan dalam perolehan
dan pembagian sumberdaya material agar memberikan kepuasan
manusia, sehingga memungkinkan manusia melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat”
Hal penting dari definisi tersebut adalah istilah "perolehan" dan
"pembagian" di mana aktivitas ekonomi ini harus dilaksanakan dengan
menghindari ketidakadilan dalam perolehan dan pembagian sumber-
sumber ekonomi. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk
menghindari ketidakadilan tersebut adalah syariah yang di dalamnya
terkandung perintah (injunctions) dan peraturan (rules) tentang boleh
tidaknya suatu kegiatan. Pengertian "memberikan kepuasan terhadap
manusia" merupakan suatu sasaran ekonomi yang ingin dicapai.
Sedangkan pengertian "memungkinkan manusia melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat" diartikan bahwa
19Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: kencana, 2006,
hlm. 16. 20Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, hlm. 16.
23
tanggungjawab tidak hanya terbatas pada aspek sosial ekonomi saja tapi
juga menyangkut peran pemerintah dalam mengatur dan mengelola
semua aktivitas ekonomi termasuk zakat dan pajak.
Namun perlu ditegaskan di sini perbedaan pengertian antara ilmu
ekonomi Islam dengan sistem ekonomi Islam. Ilmu ekonomi Islam
merupakan suatu kajian yang senantiasa memperhatikan rambu-rambu
metodologi ilmiah. Sehingga dalam proses perkembangannya senantiasa
mengakomodasikan berbagai aspek dan variabel dalam analisis
ekonomi. llmu ekonomi Islam dalam batas-batas metodologi ilmiah
tidak berbeda dengan ilmu ekonomi pada umumnya yang mengenal
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Namun berbeda halnya dengan
sistem ekonomi Islam yang merupakan bagian dari kehidupan seorang
muslim. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu keharusan dalam
kehidupan seorang muslim dalam upaya untuk mengimplementasikan
ajaran Islam dalam aktivitas ekonomi. Sistem ekonomi Islam merupakan
salah satu aspek dalam sistem nilai Islam yang integral dan
komprehensif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi
Islam adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-
permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami.
Ekonomi Islam mempunyai tujuan memberikan keselarasan bagi
kehidupan di dunia. Hal ini karena nilai Islam tidak hanya untuk
24
kehidupan muslim, tetapi untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi.
Esensi proses ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia
yang berlandaskan nilai-nilai Islam untuk mencapai pada tujuan agama
(falah). Ekonomi Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam yang tidak
terbatas pada ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa.21
7. Mekanisme Pasar dalam Islam
Dari berbagai sumber, mekanisme pasar dalam Islam meliputi
aspek teologis sampai sosiologis. Oleh karena itu, penulis merangkum
sebagai berikut:
a. Pembentukan harga sangat dipengaruhi penawaran dan permintaan
pasar.
b. Transaksi yang terjadi antara pedagang dan pembeli adalah
transaksi yang dilandasi oleh faktor suka sama suka.
c. Disuatu pasar yang adil, tidak boleh ada intervensi dari pihak
manapun.
d. Pedagang boleh mengambil keuntungan baik itu imbalan atas usaha
dan resiko, dengan syarat laba tidak berlebihan.
e. Jangan sampai motivasi untuk mengambil keuntungan menjadi
penghalang berbuat kebaikan, terlebih untuk berbuat zalim.
Permintaan islami mencakup hal berikut:
a. Permintaan hanya untuk barang-barang halal dan thayyib.
21Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, terj. M. Saiful Anam dan
Muhammad Ufuqul Mubin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 28.
25
b. Tidak ada permintaan barang untuk tujuan kemegahan, kemewahan,
dan kemubaziran.
c. Permintaan untuk basic needs masyarakat miskin meningkat karena
kewajiban zakat, anjuran infak dan sedekah, dan kewajiban
penyediaan kebutuhan dasar oleh Negara.
Penawaran islami mencakup hal berikut:
a. hanya barang-barang halal dan thayib yang diproduksi.
b. produksi diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat.
c. keputusan ekonomi tidak hanya mempertimbangkan cost-benefit
didunia, tetapi juga di akhirat.
d. Perlindungan terhadap manusia, sumber daya alam, dan
lingkungan.22
Efesiensi pasar tidak terjadi jika pasar tidak sempurna (Market
imperfection) . hal ini disebabkan oleh:
a. Kekuatan pasar, yang memiliki kekuatan pasar dapat menentukan
harga dan kuantitas keseimbangan.
b. Eksternalitas, aktifitas konsumsi/prosuksi yang mempengaruhi
pihak lain, tercermin di pasar.
c. Barang public, non-exclusive and non rival good in consumption
d. Informasi tidak sempurna menyebabkan inefesiensi dalam
permintaan dan penawaran.
22Sukarno wibowo dan Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam (Bandung: Pustaka setia, 2013), hlm.
203-205
26
Dalam Islam, ketidak sempurnaan di atas diakui dan
ditambahkan dengan beberapa faktor lain penyebab distorsi pasar,
diantaranya:
a. Rekayasa permintaan dan penawaran
b. Ba’i najasy: produsen menyuruh pihak lain memuji produknya atau
menawar dengan harga tinggi, sehingga orang akan terpengaruh.
c. Ihtikar: mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan
cara menahan barang untuk tidak beredar di pasar supaya harganya
naik.’
d. Tadlis (penipuan), Tadlis kuantitas, Tadlis kualitas, Tadlis harga.
Tadlis waktu penyerahan
e. Ghaban faa-hisy: menjual diatas harga pasar.
f. Tallaqi rukban: pedagang membeli barang penjual sebelum masuk
ke kota
g. Taghrir : ketidakpastian, Tagrir kualitas, Tagrir kuantitas, Tagrir
harga, Tagrir waktu penyerahan23
Islam mengatur dan mengawasi pasar secara ketat. Salah satu
lembaga yang dibentuk untuk mengawasi pasar adalah hisbah. Landasan
hisbah Sebagaimana Firman Allah: QS. Al Imran/3:104.
23Sukarno wibowo dan Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam, hlm. 29
27
Terjemahnya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma´ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.
Allah SWT berfirman bahwasanya hendaklah ada dari sejumlah
orang yang bertugas untuk menegakkan perintah Allah SWT, yaitu
dengan menyeru orang-orang untuk berbuat kebajikan dan melarang
perbuatan yang mungkar. Mereka adalah golongan orang-orang yang
beruntung. Hisbah merupakan sistem untuk memerintahkan yang baik
dan adil jika kebaikan dan keadilan secara nyata dilanggar atau tidak
dihormati. Lembaga ini juga melarang kemungkaran dan ketidakadilan
ketika hal tersebut dilakukan. Berkaitan dengan mencegah terjadinya
kemungkaran ini, salah satu wewenang lembaga hisbah adalah
mencegah penipuan di pasar, seperti masalah kecurangan dalam
timbangan, ukuran ataupun pencegah penjualan barang yang rusak, serta
tindakan-tindakan yang merusak moral.
Cikal bakal hisbah sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW,
ditandai dengan ditunjuknya seorang muhtasib diberbagai tempat.
Hisbah mulai dilembagakan secara resmi pada masa pemerintahan Umar
bin Khattab dengan cara menunjuk seorang perempuan untuk megawasi
pasar dari tindakan-tindakan penipuan.
G. Kajian Pustaka
Penelitian tentang kejelasan sasaran anggaran, pengendalian
akuntansi, sistem pelaporan dan partisipasi penyusunan anggaran terhadap
28
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah telah dilakukan oleh
beberapa peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1. Ringkasan Kajian Pustaka
No
Peneliti Judul
Pendekatan
dan Alat
Analisis
1. Bagas Haryotejo, Jurnal
Ekonomi & Keuangan
Islam Volume 1 No. 2,
Juli 2011: 181-196
Dampak Ekspansi Hypermarket
Terhadap Pasar Tradisional di Daerah
Kualitatif
2. Siti Inayatul Faizah,
Vol. 32, No. 2 Tahun
2017 ISSN :
0215/9635, FISIP, UNS
Peran Pasar Tradisional dalam
Menyerap Angkatan Kerja Perempuan
Kualitatif
3. Dwisara Ajeng
Rahmawati, 2017
Jurnal UMS
Modal Sosial dan Pasar Tradisional
(Studi Kasus di Pasar Legi Kotagede
Yogyakarta)
Kualitatif
4. Istijabatul Aliyah, Tri
Joko Daryanto, dan
Murtanti jani Rahayu,
E-Jurnal EP, 5 [4] :
460-479 ISSN : 2303-
0178 460
Peran Pasar Tradisional dalam
Mendukung Pengembangan Pariwisata
Kota Surakarta
Kualitatif
5. A. A. Gede Prathiwa
Pradipta dan I Gusti
Putu Nata Wirawan,
2016 Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas
Udayana (Unud), Bali,
Indonesia
Pengaruh Revitalisasi Pasar Tradisional
dan Sumber Daya Pedagang Terhadap
Kinerja Pedagang Pasar di Kota
Denpasar
Kualitatif
6. A.A.G Agung Artha
Kusuma, Ni Nyoman
Ayu Diantini, dan I Gst.
Bagus Honor Satrya,
2016, Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas
Udayana, Bali,
Indonesia
Analisa Potensi Bersaing Pasar
Tradisional Terhadap Pasar Modern di
Kota Denpasar dan Kabupaten Badung
Kualitatif
Penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, yaitu
terletak pada variabel idenpendentnya, sehingga penelitian ini merupakan
replikasi dan pengembangan dari beberapa penelitian sebelumnya
sebagaimana yang dimuat dalam Tabel 2.1 di atas.
29
H. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Potensi Sayur-sayuran
Potensi Ekonomi Potensi Sosial Potensi Budaya
Sumber
Pendapatan
Masyarakat
Membuka
Lapangan
Pekerjaan
Distribusi
Hasil
Usaha Rakyat
Pengembangan
Usaha
Berbasis Rakyat
Peningkatan Ekonomi Masyarakat
30
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia, landasan teori dimanfaatkan
sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum
tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Sifat
penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu bentuk metode penelitian yang
mengikuti proses pengumpulan data, penulisan dan penjelasan atas data dan
setelah itu dilakukan analisis.
Deskriptif kualitatif yaitu menganalisa data yang bersifat penjelasan
atau penguraian data dan informasi yang kemudian dikaitkan dengan teori
dan konsep-konsep yang mendukung pembahasan yang relevan dimana
penjelasan ini menggunakan metode kualitatif kemudian diperoleh
kesimpulan dari permasalahan penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional sayuran, Desa Lubuk
Sebontan, Kecamatan Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Provinsi Jambi.
31
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah pendekatan sosiologis
karena peneliti melakukan interaksi lingkungan sesuai dengan unit sosial,
individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang dilakukan dengan pengambilan informasi secara langsung
kepada responden. Data tersebut diperoleh melalui kegiatan wawancara,
dokumentasi dan observasi para pelaku kegiatan ekonomi di pasar
tradisional Kecamatan Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
2. Sumber Data
a. Data Primer, Sumber utama yang dijadikan bahan penelitian adalah
Primer yaitu data yang diperoleh dari pedagang pasar tradisional
Kecamatan Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
melalui pengamatan dan wawancara.
b. Data Sekunder, yaitu yang diperoleh dari buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, penulis melakukan:
1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung pada objek yang akan diteliti. Tujuannya adalah untuk
32
mendapatkan gambaran secara langsung tentang eksistensi pasar
tradisional.
2. Wawancara, yaitu suatu cara untuk mengumpulakan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung kepada responden dalam hal ini
kepada para pedangang pasar tradisional, pembeli dan pemerintah
setempat guna melengkapi data yang diperlukan.
3. Dokumentasi, yaitu memperoleh data yang ada hubungannya dengan
permasalahan penelitian baik yang didapat dari buku-buku teori yang
membahas pasar tradisional, hasil-hasil seminar, jurnal yang mempunyai
korelasi terhadap penelitian ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu unsur yang amat penting dalam
suatu penelitian, karena fungsinya sebagai sarana pengumpul data yang
banyak menetukan keberhasilan suatu penelitian yang dituju. Oleh karena itu,
instrumen penelitian yang digunakan harus sesuaikan dalam dengan situasi
dan kondisi dari penelitian itu sendiri.
Adapun alat-alat penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan
penelitian sebagai berikut:
1. Handphone sebagai alat perekam
Alat perekam digunakan sebagai alat bantu agar tidak ada
informasi yang terlewatkan dan selama wawancara peneliti dapat
berkonsentrasi pada apa yang ditanyakan tanpa harus mencatat. Alat
perekam ini juga memudahkan peneliti mengulang kembali hasil
33
wawancara agar dapat diperoleh data yang utuh, sesuai dengan apa yang
disampaikan responden dalam wawancara. Hal ini berguna untuk
meminimalkan kesalahan biasa yang sering terjadi karena keterbatasan
dan subjektivitas peneliti. Alat perekam ini digunakan dengan seizin
responden. Selain alat perekam peneliti juga menggunakan catatan
sebagi alat bantu untuk menggambarkan situasi dan keadaan saat
berlangsungnya proses wawancara dan semua respon non verbal yang
ditunjukkan oleh informan.
2. Kamera
Kamera digunakan sebagai alat bantu pada saat penelitian.
Kamera ini berguna sebagai alat dokumentasi berupa foto.
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
mengenai aspek-aspek yang harus digali, serta apa yang sudah atau
balum ditanyakan. Adanya pedoman wawancara juga akan memudahkan
peneliti membuat kategorisasi dalam melakukan analisis data. pedoman
wawancara yang didasari oleh kerangka teori yang ada, guna
menghindari penyimpangan dari tujuan penelitian yang dilakukan.
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Dalam rangka menjawab rumusan masalah yang ditetapkan penulis
maka analisis data yang menjadi acuan dalam penelitian ini mengacu pada
beberapa tahapan, yaitu:
34
1. Pengumpulan data baik melalui observasi langsung di lapangan
kemudian wawancara mendalam terhadap informan yang compatible
terhadap penelitian untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar
memperoleh data sesuai dengan yang diharapkan. ataupun dengan
menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.
2. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dari catatan-catatan yang diperoleh dari pengumpulan
data.
3. Penyajian data adalah kegiatan mengumpulkan informasi dalam bentuk
teks naratif atau grafik jaringan yang bertujuan mempertajam
pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian
disajikan dalam uraian penjelasan.
4. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan
ulang pada catatan-catatan data yang didapatkan. Dimana dalam Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif kualitatif
yaitu menganalisa data yang bersifat penjelasan atau penguraian data
dan informasi yang kemudian dikaitkan dengan teori dan konsep-konsep
yang mendukung pembahasan yang relevan kemudian diperoleh
kesimpulan dari permasalahan penelitian ini.1
1Lexy Malaeong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2006), hlm. 78
35
G. Pengujian Keabsahan Data
Dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
teknis trianggulasi dimana lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil
yang diinginkan. Trianggulasi dilakukan dengan menguji apakah proses dan
hasil metode yang diinginkan sudah berjalan dengan baik. Seperti:
1. Pastikan apakah setiap hari telah terhimpun catatan wawancara dengan
informan serta catatan harian observasi
2. Dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian itu untuk
memastikan apakah tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan
wawancara dan catatan observasi. Apabila ternyata ada informasi yang
tidak relevan, peneliti harus mengonfirmasi perbedaan itu.
3. Hasil konfirmasi itu perlu di uji lagi dengan informasi-informasi
sebelumnya.
Hal ini dilakukan terus menerus sampai peneliti yakin bahwa tidak
ada lagi yang harus dikonfirmasi kepada informan. Trianggulasi juga
dilakukan dengan menguji pemahaman peneliti dengan pemahaman informan
tentang hal-hal yang diinformasikan kepada peneliti. Hal ini perlu dilakukan
mengingat pemahaman makna suatu hal bisa jadi berbeda antara satu orang
dan lainnya.
Setelah draft laporan selesai, sebelum dipublikasikan peneliti meminta
informan untuk membaca kembali draft laporan penelitian itu. langkah ini
untuk mengonfirmasi berbagai informasi yang peneliti peroleh. Apabila
proses ini dilakukan tanpa complain dan komentar dari informan maka
36
laporan sudah dapat di publikasikan. Uji keabsahan melalui trianggulasi ini
dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan
informasi tidak dapat dilakukan dengan alat uji statistik. Sesuatu yang
dianggap benar apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak atau
kebenaran stakeholder. Kebenaran bukan hanya muncul dari wacana etik,
namun juga menjadi wacana etnik dari masyarakat yang diteliti.2
2Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke
Arah Penguasaan Model Aplikasi), (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2015). hlm. 203-205
37
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
Desa Lubuk Sebontan terletak dibagian selatan Pulau Sumatera dan
berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Provinsi Jambi terletak
antara 05°20´ - 05°40´ lintang selatan dan 119°58´ - 120°28´ bujur timur.
Berbatasan dengan Desa Dusun Mudo disebelah utara, sebelah timur dengan
Desa Intan Jaya, sebelah selatan dengan Kemang Manis, dan sebelah barat
dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Luas wilayah Desa Lubuk Sebontan sekitar 1.154,7 km² atau sekitar
2,5 persen dari luas wilayah Kecamatan Muara Papalik yang meliputi 10
Desa dan terbagi kedalam 27 Dusun. Ditinjau dari segi luas Desa Lubuk
Sebontan merupakan dua wilayah Desa terluas dengan luas mencapai 173,51
sekitar 30 persen dari luas Kecamatan.
Wilayah Desa Lubuk Sebontan hampir 95,4 persen berada pada
ketinggian 0 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan
tingkat kemiringan tanah umumnya 0-40°, terdapat sekitar 32 aliran sungai
yang dapat mengairi sawah seluas 23.365 Hektar, sehingga merupakan
daerah potensi pertanian. Curah hujannya rata-rata 152 mm perbulan dan
rata-rata hari hujan 10 hari perbulan.
38
B. Keadaan Demografis
Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam suatu wilayah.
Oleh karena itu didalam proses pembangunan penduduk merupakan modal
dasar bagi pembangunan suatu bangsa. Untuk itu tingkat perkembangan
penduduk sangat penting diketahui dalam menentukan langkah
pembangunan. Desa Lubuk Sebontan terus mengalami peningkatan jumlah
penduduk dari tahun ke tahun, hal ini diketahui baik dari jumlah penduduk,
pendidikan, agama, suku dan lainnya. Dari kemajemukan tersebut dapat
diketahui menurut data kependudukan Desa Lubuk Sebontan tahun 2019
adalah sebesar 7.775 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 3.1
berikut ini:
Tabel 3.1 Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kabupaten Lubuk Sebontan pada tahun 2019
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-laki 2.684 47%
2. Perempuan 5.091 53%
Sumber: Kantor Desa Lubuk Sebontan tahun 2019
Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 3.1 dapat diketahui
bahwa dari 7.775 jiwa penduduk Desa Lubuk Sebontan adalah laki laki
sebanyak 2.407 jiwa dan perempuan sebanyak 5.091 jiwa. Dengan demikian
dapat diketahui dilihat dari jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak
dari penduduk laki-laki yakni sebesar 2.407 jiwa.
39
C. Pendidikan
Pendidikan yang merupakan sarana untuk memperoleh ilmu
pengetahuan, dimana dalam penyampaian ilmu pengetahuan tersebut
dibutuhkan sarana pendidikan atau sekolah. Di Desa Lubuk Sebontan
kesadaran akan pendidikan semakin ditingkatkan, hal ini dapat dilihat dari
lebih banyaknya penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan ditingakat
SD, SLTA, SMA maupun perguruan tinggi. Maka untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.2 Banyaknya Penduduk Tahun Keatas Menurut Tingkat
Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2019
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Jumlah Persentase
Tidak/belum pernah sekolah dan tidak punya
ijazah
3.247 34%
SD 1.236 27%
SLTP 231 17%
SMA 45 16%
D1-DIV/S1/S2/S3 8 6%
Sumber: Kantor Desa Lubuk Sebontan tahun 2019
Data yang dimuat dalam Tabel 3.2 menunjukkan bahwa sebagian
besar penduduk Desa Lubuk Sebontan tidak atau belum tamat sekolah dasar
sehingga tidak memiliki ijazah. Sedangkan penduduk dengan tingkat
pendidikan Sarjana adalah tingkat pendidikan dengan persentase terkecil,
yaitu sebesar 6% atau sebanyak 8 orang.
D. Kehidupan Beragama
Untuk urusan agama di Desa Lubuk Sebontan, Islam sebagai agama
yang mayoritas dari penduduk yang berdomisili. Meskipun ada beberapa
40
perbedaan keyakinan namun ini bukan berarti masyarakat didaerah ini
terpecah belah. Sebaliknya penduduk saling menghormati dan menghargai
antar umat beragama sehingga terciptalah suasana yang aman dan damai,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Lubuk
Sebontan Tahun 2019
No Jenis Kepercayaan Jumlah Persentase
1. Islam 7.266 99%
2. Katolik 0 0%
3. Kristen 3 0,74%
4. Hindu 0 0%
5. Budha 0 0%
Sumber: Kantor Desa Lubuk Sebontan Tahun 2019
Keberagaman kepercayaan ini ditunjang dengan berbagai fasilitas
keagamaan yang terdapat di Desa Lubuk Sebontan. Pembangunan sarana
peribadatan ini pada umumnya merupakan hasil swadaya masyarakat dan
hanya sebagian kecil saja yang mendapat bantuan pemerintah. Untuk
mengetahui jumlah tempat peribadatan pada Desa Lubuk Sebontan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4 Jumlah Sarana Ibadah di Desa Lubuk Sebontan
No Nama Tempat Ibadah Jumlah
1. Mesjid 1
2. Mushala 3
3. Gereja 0
4. Pura 0
5. Vihara 0
Sumber: Kantor Desa Lubuk Sebontan Tahun 2019
41
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat kita lihat bahwa di Desa Lubuk
Sebontan terdapat 1 unit masjid, 3 mushala, tidak ada gereja, pura dan
Vihara. Hal ini telah menjadi bukti bahwa agama Islam merupakan agama
mayoritas pada daerah ini.
E. Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan sektor yang sangat penting dalam
perputaran roda perekonomian disuatu wilayah. Sektor ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat penawaran dan permintaan. Perkembangan sektor perdagangan
dapat tercermin dari salah satu indikator, yaitu banyaknya surat izin usaha
perdagangan (SIUP) yang diterbitkan. Di Lubuk Sebontan frekuensi dan
jumlah usaha perdagangan yang sudah memperoleh SIUP terus meningkat.
Data tahun 2019 jumlah usaha perdagangan yang terdaftar sebanyak 52
usaha.
F. Gambaran Pasar Tradisional Lubuk Sebontan
Pasar tradisional Lubuk Sebontan berdiri sejak tahun 1970an, tidak
ada yang bisa memastikan tahunnya. Orangtua yang menetap di sekitar
kampung juga tidak bisa memastikan kapan orang-orang mulai berjualan di
tepi jalan pada subuh hari di tempat itu. Pasar ini sudah beberapa kali
berpindah awalnya di dekat masjid kemudian berpindah 300 meter dipertiga
jl. ke belokan jalan dekat sungai. sekitar tahun 1988 pindah ke jl. Artadinata,
Saat itu pedagang hanya menggunakan tenda biru atau kayu yang dibuat
bale-bale sebagai alasnya. Pada umumnya pedagang menjual kue, ikan, sayur
42
dan beras. Beberapa tahun kemudian pasar Lubuk Sebontan kembali pindah
ke seberang jalan, tetapatnya di dekat sungai. Lalu kemudian berpindah lagi
sekitar 200 meter kesebelah barat dan agak kedalam.
Oleh masyarakat setempat diberi nama pasar Lubuk Sebontan
(masyarakat melayu menyebutnya dengan lafaz pasar Lubuk Sebontan). Kata
Lubuk Sebontan (yang berarti tempat ikan berkumpul) dipakai karena para
penjual di pasar subuh itu umumnya hanya berjongkok saat menjajahkan
jualannya. Pada era pemerintahan Patabai Pabokori pasar dipermanenkan dan
diberi tanda khusus. Dahulu pedagang di pasar tradisional Lubuk Sebontan
menjual kue-kue, pisang mentah, sayur mayur, gula merah yang dibungkus
daun pisang. aktivitas jual beli dipasar itu hanya berlangsung sekitar satu
setengah jam, dimulai sekitar pukul 05.00 WIB dan berakhir sekitar pukul
07.00 WIB, Dahulu pembeli hanya orang yang pulang dari sholat subuh.
Pisang mentah pada saat itu cukup laris karena makan pisang goreng hangat
bisa dikatakan merupakan tradisi bagi masyarakat Lubuk Sebontan, terutama
bagi masyarakat Lubuk Sebontan setiap hari mereka menggoreng pisang
untuk dijadikan menu sarapan dan dimakan dalam keadaan hangat, baik
untuk dimakan bersama anggota keluarga maupun untuk disajikan kepada
tamu. Dengan bertambahnya jumlah pedagang dan pembeli di pasar tersebut
kemudian menjadi pasar tradisional Lubuk Sebontan seperti sekarang ini.
Pasar tradisional Lubuk Sebontan sekarang berada di Desa Lubuk
Sebontan, kecamatan Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dengan luas kawasan ±23.000m² pada Tahun 2019 jumlah pedagang yang
43
terdata di pasar ini sebanyak 147 pedagang dengan berbagai jenis barang
yang dijual seperti sembako, ikan, sayur mayur, pakaian, kue, warung,
rempah-rempah, dll dengan kondisi los pedagang yang tidak tertata dengan
baik.
Pasar tradisional Lubuk Sebontan sekarang berada di Desa Lubuk
Sebontan, kecamatan Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dilengkapi dengan fasilitas untuk menunaikan ibadah shalat. Persis di sebelah
Pasar Lubuk Sebontan berdiri sebuah masjid yang cukup besar yang bernama
Masji Jami’i dengan kapasitas jema’at sampai 200 orang. Masjid ini menjadi
masjid kebanggaan bagi masyarakat Desa Lubuk Sebontan Kecamatan Muara
Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
44
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Potensi Ekonomi Sayur-sayuran di Desa Lubuk Sebontan
Pasar dikelola oleh pemerintah Desa Lubuk Sebontan melalui Dinas
Perdagangan dan Dinas Pengelolaan Keuangan Pendapatan Daerah. Pasar ini
tergolong dalam pasar tradisional sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 20 Tahun. 2012, Bab II, Pasal 4. Berdasarkan hasil pengamatan
dan wawancara, Pasar tradisional berpotensi dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat dalam hal ini pedagang yang ada di pasar tersebut, adapun
potensi pasar adalah:
Peminat pasar ini cukup besar terutama diakhir pekan, pasar temasuk
pasar dengan harga yang lebih murah dari pasar pada umumnya. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Tidak adanya intervensi harga dari pihak manapun kecuali jika terjadi
kekacauan harga.
b. Biaya produksi murah
c. Biaya retribusi rendah
Harga merupakan salah satu pertimbangan dalam memutuskan untuk
berbelanja. Salah satu pembeli yang sering berbelanja di pasar itu
mengatakan bahwa: “sebelum ke kantor saya suka belanja di sini karena
45
harganya lebih murah, terus segar juga buah sama sayurnya”1 Pertimbangan
mendasar dari konsumen terutama ibu rumah tangga dalam membeli barang
untuk kebutuhan sehari-hari adalah harga. Harga yang lebih rendah akan
lebih diminati sebab akan mengurangi biaya kebutuhan sehari-hari sehingga
dapat dialihkan kepada kebutuhan lainnya.
Intervensi harga di Pasar hanya akan dilakukan oleh pemerintah
setempat hanya jika terjadi kekacauan harga. Dinas Perdagangan melakukan
pemantauan terhadap harga di pasar setiap hari. Jika harga dalam kondisi
normal maka tidak ada alasan untuk menetapkan harga yang hanya akan
mengacaukan harga pasar. Sebaliknya jika harga tidak sesuai, maka dinas
perdagangan akan menganalisa penyebab kenaikan atau penurunan harga
yang berlebihan tersebut untuk selanjutnya dilakukan langkah-langkah
pemecahan. Kepala Dinas perdagangan yang kantornya berjarak ± 400 meter
sehingga memudahkan pengawasannya, mengatakan bahwa:
“Tugas dinas perdagangan memantau barang beredar di pasar-pasar
tidak hanya di pasar ini. Memantau masa kadaluarsa, memantau harganya,
alat ukurnya (timbangan), satu kali seminggu dilakukan pemantauan. Karena
pasar ini jaraknya dekat maka dia sering dipantau. Untuk masa kadaluarsa
dipantau satu kali sebulan. Setiap hari ada pemantauan harga lalu kita
laporkan secara online. Kalau harga sembako naik maka kita cari
penyebabnya, misalnya karena faktor musim maka kita cari distributornya
dari daerah mana dan kita cari daerah mana yang banyak barangnya.
1Hasil wawancara bersama ratna pada tanggal 05/05/2019 pukul 06.10 di pasar tradisional Lubuk
Sebontan
46
Kebanyakan pedagang disini ambil barang dari luar seperti Desa Dusun
Mudo, Desa Intan Jaya, dll karena memang disini tidak ada petani sayur”2
Perhatian pemerintah daerah melalui dinas perdagangan ini membantu
kelancaran transaksi, sebab jika kenyamanan pembeli terganggu akan
berdampak pada pemasukan para pedagang. Islam memiliki perhatian khusus
terhadap pasar, karena disamping sebagai sarana dakwah, pasar merupakan
instrument fundamental untuk membangun ekonomi rakyat. Rasulullah
adalah seorang pedagang dan memulai aktifitas berdagang sejak usia 7 tahun
saat itu beliau diajak oleh pamannya Abi Thalib berdagang ke negeri Syam.
Beliau sangat menolak penentuan kebijakan penetapan harga, selama
kenaikan maupun penurunan harga yang terjadi di pasar dipengaruhi oleh
kekautan permintaan dan penawaran murni, bukan faktor monopoli maupun
tindakan curang lainnya.3
Dalam mekanisme pasar Islami pembentukan harga dipengaruhi oleh
penawaran dan permintaan pasar dimana transaksi yang terjadi antara
pedagang dan pembeli dilandasi oleh faktor suka sama suka. Disuatu pasar
yang adil, tidak boleh ada intervensi harga dari pihak manapun. Di pasar
tidak ada intervensi harga Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Mardi saat
ditanya mengenai penetapan harga. Ia berdagang pakaian selama 10 tahun di
pasar tersebut. Ia mengatakan bahwa: kalau pakaian itu menetapkan sendiri
sesuai dengan kondisi harga yang dibeli. Biasakan naik turun. Kalau lagi
2Hasil wawancara bersama kepala Dinas Koperasi UMKM, Perdagangan, Perindustrian,
Pertambangan dan Energi pada tanggal 03/05/2019 pukul 10.05 di kantor KP3E. 3Iqom Mukhiqom, Konsep Pasar Tradisional Menurut Islam (Studi Terhadap Implementasi Pasar
Tradisional Syari’ah Az-Zaritun 1 Surabaya Perspektif Hukum Islam), Tesis UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014 h. 19
47
musimnya naik ya kita kasi naik harganya. Kalau musimnya turun ya kita
turunkan harganya.4
B. Dampak-dampak Negatif dan Positif Potensi Ekonomi Sayur-sayuran di
Desa Lubuk Sebontan
Sejalan dengan pernyataan sebelumnya, Abdul Asiz yang berjualan
ikan selama 5 tahun mengatakan bahwa: Ini tergantung dari kondisi ikan,
kalau dia banyak harga murah. Kalau sedikit harga mahal.5
Rasulullah sangat tidak setuju dengan penentuan harga, harga adalah
hal yang alami dan berjalan apa adanya, pemerintah tidak boleh melakukan
intervensi di pasar kecuali memang keadaan darurat, misalnya terdapat
penimbunan barang, monopoli dan sebagainya. Jika terjadi hal seperti itu
maka pemerintah boleh melakukan intervensi terhadap harga-harga di pasar.
Selain itu intervensi, harga dipengaruhi pula oleh besar kecilnya biaya
produksi yang dikeluarkan. Sebagian besar pedagang buah, sayur mayur serta
rempah-rempah di pasar ini mengambil barang dari pemasok yang datang
langsung ke pasar, hal ini diungkapkan oleh firman, Ia mengatakan bahwa:
“saya ambil disini barang. Kan kalau setiap dini hari itu ada orang dari Desa
Dusun Mudo, Desa Intan Jaya, dll bawa barang jadi tidak susah mencari lagi”
Hal ini juga diungkapkan oleh beberapa pedagang, seperti Murni yang
juga mengambil barang dari pemasok. Ia mengatakan bahwa: “kalau jam 3
itu banyak pedagang yang datang kesini ambil barang, saya juga disitu
tinggal ambil” Dengan mengambil langsung barang dari pemasok dengan
4Hasil wawancara bersama Mardi pada 05/05/2019 pukul 08:00 di pasar Lubuk Sebontan 5Hasil wawancara Abdul Asiz yang pada 06/05/2019 pukul 08:30 di pasar Lubuk Sebontan
48
harga yang lebih murah dan tidak ada biaya transportasi yang maka harga di
pasar ini akan cenderung lebih rendah.
Selain harga yang murah juga masih ada tawar-menawar sebagai ciri
dari pasar tradisional. Pemerintah daerah melalui Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Pendapatan Daerah memberikan kebijakan pemungutan biaya
retribusi sebesar sepuluh ribu rupiah perbulan. Untuk biaya kebersihan
berbeda-beda sesuai dengan kondisi pedagang. antara tiga ribu rupiah dan
dua ribu rupiah, tiga ribu untuk pedagang yang sudah banyak barang
dagangannya, dan dua ribu rupiah untuk pedagang yang masih sedikit barang
dagangannya. Hal ini diuangkapkan Mardi, Ia mengatakan bahwa: “untuk
biaya los saya bayar Rp 10.000 perbulan. Perharinya Rp. 3.000. saya tidak
merasa berat karena ini kan untuk kepentingan pembangunan pasar dan biaya
kebersihan setiap harinya”6
Bahkan penjual asongan bahkan tidak membayar bea kebersihan
seperti yang dikemukakan oleh Rahman, ia mengatakan: “Disini beda-beda
pembayaran hariannya. Ada yang dua ribu ada juga tigaribu. Kalau saya tidak
dikasi bayar karena tidak ada losku. Jalan-jalan saja”. Rida salah seorang
pedagang kue yang telah berjualan selama kurang lebih dua puluh tahun
mengatakan bahwa: “macam-macam yang bayar orang, kalau besar jualannya
banyak yang jual tiga ribu perharinya, saya dua ribu saja karena sedikit
jualanku kue kodong. Itupun barupa saya membayar ini baru beberapa bulan
yang lalu. Dulu orang dari dinas itu na larang membayar karena sedikit kue
6Hasil wawancara bersama Mardi pada tanggal 06/05/2019 pukul 08.07 di pasar tradisional Lubuk
Sebontan
49
yang jual dadar sama buroncong, barupa ini semenjak mau direnovasi pasar
dikasi semua orang nomor baru kasi bayar saya”
Hal ini tentu mempengaruhi harga yang diberikan pedagang. Karena
semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk modal, maka semakin rendah
pula harga yang didapatkan pembeli. Menurut Ibnu Taymiyah faktor yang
mempengaruhi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga salah satunya
adalah tambahan biaya yang dibebankan bagi pedagang seperti sewa dan
sebagainya. Dengan jenis produk yang sama pedagang yang memiliki
tanggungan lebih besar akan memberikan harga tinggi dibandingkan
pedagang yang tidak memiliki beban tanggungan biaya sewa.7
Pasar adalah pasar tradisional yang menjual berbagai macam
kebutuhan sehari-hari dengan kualitas yang baik. Produk yang jual di pasar
ini adalah: beras, minyak goreng, gula putih, gula merah, telur, kacang tanah,
tempe, tahu, bawang merah, telur, rempah-rempah, barang campuran,
makanan ringan, minuman kemasan (sacshet, botol, kaleng), mie instant,
detergen, kecap, saos, bumbu instant, baju pria, baju wanita, celana,
kerudung, rok, pakaian dalam, sarung, sepatu/sandal, cakar, bedak, aneka
aksesoris wanita, aneka sayur dan buah-buahan, jasa penggilingan kelapa,
ikan laut, ikan air tawar, ikan asap, ikan kering, ayam potong, daging sapi,
udang, cumi, kepiiting, aneka jenis kue, pisau, aneka pecah belah, aneka
peralatan rumah dari plastic, mainan anak, bantal, aneka jenis obat, mie
ayam, kopi, gado-gado, nasi kuning, gorengan, dll.
7Iqom Mukhiqom, Konsep Pasar Tradisional Menurut Islam (Studi Terhadap Implementasi Pasar
Tradisional Syari’ah Az-Zaritun 1 Surabaya Perspektif Hukum Islam), Tesis UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014 h. 70
50
Bervariasinya produk yang ditawarkan akan mendorong permintaan
yang tinggi. Permintaan islami hanya melakukan permintaan untuk barang-
barang yang halal dan thayyib, tidak ada permintaan barang untuk tujuan
kemewahan dan kemubaziran. Ini sejalan dengan permintaan di pasar yang
pada umumnya melakukan pembelian untuk barang kebutuhan sehari-hari
saja. Pedagang di pasar ini menjual barang yang diprioritaskan untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dengan memperhatikan perlindungan
terhadap sumber daya alam dan lingkungan.
Sayur dan buah yang masih segar, ikan, udang, daging yang masih
segar menjadi salah satu alasan masyarakat memutuskan untuk membeli
barang di pasar ini. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Halima: “banyak
macamnya disini yang mau dibeli karena banyak penjualnya jadi bisa pilih-
pilih. Biasa disini saya beli pisang atau papaya masih segar-segar. sama ikan
juga”8. Banyaknya jumlah pedagang dengan berbagai jenis produk yang
ditawarkan membuat pembeli di pasar lebih banyak. Produk yang bervarisi
menjadi salah satu potensi pasar ini.
C. Kendala yang Dihadapi Masyarakat Dalam Pemasaran
Pasar berada di Desa Lubuk Sebontan, Kecamatan Muara Papalik,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Lokasi ini berada dipusat kota Lubuk
Sebontan, dekat bundaran yang merupakan icon Lubuk Sebontan dan
lapangan pemuda yang ramai setiap akhir pekan dengan aktivitas olahraga,
sehingga mudah untuk dijangkau begitupula dengan angkutan umum yang
8Hasil wawancara bersama Halima pada tanggal 10/05/2019 pukul 09:40 di pasar Lubuk Sebontan
51
mudah diakses ke tempat ini. Pasar ini berada tepat di dekat sungai yang
semakin menambah keunikannya.
Waktu subuh hingga pukul sembilan merupakan nilai tambah dari
pasar Lubuk Sebontan karena pembeli di pasar ini kebanyakan adalah ibu
rumah tangga biasanya sebelum memulai aktifitas terlebih dahulu ke pasar
untuk menyiapkan kebutuhan harian. ratna salah seorang pembeli
mengungkapkan bahwa : “saya suka belanja disini karena lebih cepat buka
jadi bisa disiapkan sarapan atau siapkan makanan untuk disimpan di kulkas
sebelum berangkat ke kantor”9. Dengan waktu buka yang lebih pagi, ini
maka membuka peluang untuk mendapatkan pengunjung yang lebih banyak
dari pasar yang lainnya.
Pasar ini dapat mengalahkan eksistensi dari pasar lain yang ada di
Lubuk Sebontan. adanya perhatian dari pemerintah daerah menjadi salah satu
faktor pendukung. Pemerintah daerah memberikan perhatian terhadap
pengelolaan pasar ini dengan melaksanakan tugas sebagai lembaga hisbah
secara tidak langsung, diantaranya:
a. Mengawasi harga di pasar
b. Mencegah penipuan di pasar seperti masalah kecurangan dalam
timbangan dan ukuran.
c. Pencegah penjualan barang yang rusak, serta tindakan-tindakan yang
merusak moral.
9Hasil wawancara bersama Ratna pada tanggal 10/05/2019 pukul 09:35 di pasar Lubuk Sebontan
52
Hal ini diungkapkan kepala Dinas perdagangan yang mengatakan
bahwa: “Tugas dinas perdagangan memantau barang beredar di pasar-pasar
tidak hanya di pasar ini. Memantau masa kadaluarsa, memantau harganya,
alat ukurnya (timbangan), satu kali seminggu dilakukan pemantauan. Karena
pasar ini jaraknya dekat maka dia sering dipantau. Untuk masa kadaluarsa
dipantau satu kali sebulan. Setiap hari ada pemantauan harga lalu kita
laporkan secara online. Kalau harga sembako naik maka kita cari
penyebabnya., misalnya karena faktor musim maka kita cari distributornya
dari daerah mana dan kita cari daerah mana yang banyak barangnya.
Kebanyakan pedagang disini ambil barang dari luar seperti Dusun Mudo,
Kemang Manis, dan Intan Jaya karena memang disini tidak ada petani
sayur”10
Perhatian pemerintah daerah melalui dinas perdagangan ini membantu
kelancaran transaksi, sebab jika kenyamanan pembeli terganggu akan
berdampak pada pemasukan para pedagang. Selain perhatian dalam
pengawasan, pemerintah juga memberikan bantuan dan pembangunan. Salah
satu penjual ikan yang usahanya cukup berkembang mengatakan bahwa:
“Kalau bantuan berupa dana itu tidak pernah, tapi pemerintah pernah
membagikan kami box untuk tempat ikan”
Dinas Perdagangan mengusulkan pembangunan pasar tradisional
karena kondisi pasar yang tidak tertata dengan baik. Biaya realisasi renovasi
ini sebesar Rp 4.364.089.000,- yang di laksanakan selama 120 Hari. Dengan
10Hasil wawancara bersama kepala Dinas Koperasi UMKM, Perdagangan, Perindustrian,
Pertambangan dan Energi pada tanggal 02/05/2019 pukul 10.05 di kantor KP3E.
53
harapan kondisi, adanya tempat yang lebih layak untuk para pedagang.
Menciptakan kebersihan dan kelayakan pasar tradisonal ini. Tata letak dan
ukuran kios diatur dengan baik sehingga tidak menganggu pemandangan.
Pembangunan pasar ini juga memperbaiki infrastruktur seperti
pengadaan pos pengaman, pengadaan lahan parkir yang memadai, Melihat
kondisi sekarang yang tidak memadai. Setelah pembangunan ini diharapkan
adanya pendataaan pedagang denga baik sehingga pemerintah lebih mudah
dalam memberikan bantuan. Rencana pembangunan ini disambut baik oleh
para pedagang, tidak terkecuali pedagang kecil. Pedagang yang tidak mampu
membeli kios akan diberikan lokasi untuk hampran yang telah diatur letak
dan ukurannya. Hal ini diungkapkan kepala pasar terkait banyaknya jumlah
pedagang di pasar tradisional , ia mengatakan bahwa: “tetap ada lokasi untuk
pedagang kecil disamping kios arena banyaknya jumlah pedagang yang ada
disini, jumlah kios tidak cukup untuk menampung semuanya. Akan
disediakan hamparan yang sudah diatur letak dan ukurannya bersampingan
dengan kios-kios itu”11
Pedagang kecil tidak mampu membeli kios mengaku akan menempati
hamparan yang disediakan. Seorang pedagang rempah-rempah mengatakan
bahwa: “palingan nanti hamparan yang ditempati karena kalau harus beli kios
lagi agak berat”12. Penyediaan hamparan ini membantu untuk memudahkan
para pedagang kecil membuka lahan berdagang. Hal ini bertujuan untuk
mengangkat ekonomi rakyat agar menjadi lebih baik lagi dan merupakan
11Hasil wawancara bersama Zamran selaku Kepala pasar pada tanggal 02/05/2019 pukul 09:00 di
kediaman warga sekitar pasar Lubuk Sebontan 12Hasil wawancara bersama Norma pada tanggal 04/05/2019 pukul 09:20 di pasar Lubuk Sebontan
54
wujud kepedulian terhadap kepentingan rakyat. Pembangunan pasar
tradisional diharapkan mampu meningkatkan perekonomian para pedagang
namun tidak menghilangkan unsur tradisional misalnya ramah, murah,
lengkap dan tempat untuk bersosialisasi.
D. Solusi yang Diberikan dalam Memasarkan Sayur-sayuran
Setelah melaukan pengamatan dan wawancara, adapun yang bisa
dilakukan dalam rangka pengembangan di pasar tradisional diantaranya:
a. Program pendampingan
Berupa pemberian dana bergulir untuk membantu dalam hal
penambahan modal agar pedagang tidak terjebak meminjam uang
kepada rentenir dengan syarat yang mudah seperti foto copy KTP
dengan nisbah yang tepat dengan maksimal pembiayaan 1 juta.
Penagihan dengan mendatangi los secara langsung dengan lama
pinjaman 100 hari.
b. Perlu adanya perbaikan sistem pasar tradisional Lubuk Sebontan
Perlu adanya perbaikan sistem dengan pengadaan kantor
pengelola, tempat pembuangan dan pengeloaan sampah yang memadai
dan toilet umum. Selain itu pengelolaan operasional terpisah dari
pemerintah daerah.
c. Tidak hanya dibuka disubuh hari
Melihat potensi pasar ini tidak hanya bisa dibuka di pagi hari,
pasar ini bisa dibagi menjadi 3 waktu yaitu pada pagi hari sebagai pasar
55
tradisional, siang hari sampai malam hari untuk menjual kuliner umum,
dan malam hari untuk café dan pertunjukan kesenian atau event lainnya
Karena letaknya didekat sungai maka pasar ini dapat dijadikan
tempat wisata, penyediaan souvenir bagi pendatang. bahkan dengan
kondisi ini pasar dapat dipadukan unsur bisnis dan wisata sungai yaitu
pasar dan view sungai, menjadikan pasar Lubuk Sebontan pusat
informasi tempat wisata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
d. Info pariwisata
Pasar dapat dikembangkan dengan adanya transportasi/
penyewaan kendaraan menuju tempat wisata. Info penginapan /hotel
sekitar tempat wisata Desa Lubuk Sebontan melihat Lubuk Sebontan
sebagai salah satu tujuan wisata di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Beberapa saran pengembangan diatas diharapkan dapat membantu dalam
pengembangan pasar sehingga berdampak pada kesejateraan masyarakat
tidak hanya para pedagang tetapi masyarakat Lubuk Sebontan secara
umum. Dengan adanya pasar tradisional ini terjadi peningkatan
pendapatan pedagangan dan mendorong kemandirian ekonomi
masyarakat Lubuk Sebontan, mewujudkan kemandirian baik individu
maupun masyarakat dengan melakukan kegiatan produktif hendaknya
memiliki target untuk mencapai swasembada, hal itu bertujuan agar
tercapainya kesejahteraan umat dan tidak bergantung pada orang lain.
Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu
memberdayakan rakyatnya untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa
56
adanya ketergantungan dengan Negara lain. Dengan pembangunan pasar
yang sedemikian rupa, hal yang tidak boleh dihilangkan adalah secara
sosiologis dan kultural, makna filosofis sebuah pasar tidak hanya
merupakan arena jual beli barang atau jasa, namun merupakan tempat
pertemuan warga untuk saling berinteraksi social atau melakukan diskusi
informal atas permasalahan kota.
Mata dagangan merupakan instrument penting dalam aktifitas
perdagangan, barang-barang yang ada di pasar merupakan instrument
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jenis usaha
dan produk yang ada di pasar tradisional Lubuk Sebontan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Jenis Usaha dan Produk yang dijual di Pasar Tradisional
Lubuk Sebontan Desa Lubuk Sebontan
No Jenis Usaha Produk
1. Sembako Beras, Minyak Goreng, Gula putih, gula
merah, Telur, kacang tanah, tempe, tahu,
bawang merah, telur, rempah-rempah,
campuran, makanan ringan, Minuman
Kemasan (sacshet, botol, kaleng), Mie
Instant, Detergen, Kecap, saos, Bumbu
Instant, dll
2. Pakaian,
Kosmetik, dan
Aksesoris
Baju pria, Baju Wanita, celana, Kerudung,
Rok, pakaian dalam, sarung, sepatu/sandal,
cakar, bedak, aneka aksesoris wanita
3. Buah dan Sayur Aneka sayur dan buah-buahan
4. Jasa Penggilingan Kelapa, dan Penggilingan
Bumbu
5. Daging dan Ikan Ikan Laut, Ikan air tawar, Ikan asap, ikan
kering, ayam potong, daging sapi, udang,
cumi, kepiiting
6. Kue Aneka jenis kue
57
7. Peralatan rumah
tangga
Pisau, aneka pecah belah, Aneka peralatan
rumah dari plastic, mainan anak, bantal
8. Obat Aneka jenis obat
9. Warung dan
gerobak
Mie ayam, kopi, gado-gado, nasi kuning,
gorengan
Sumber : Kepala Pasar tradisonal Lubuk Sebontan
Dari hasil pengamatan terhadap jenis – jenis produk yang ada di
pasar tradisional, peneliti dapat menyimpulkan bahwa barang yang
dijual oleh pedagang di pasar tersebut adalah barang yang secara hukum
islam diperbolehkan. Selain dari aspek dzatnya dalam islam juga
diajarkan untuk memperhatikan cara memperoleh barang tersebut,
barang yang halal dapat berubah menjadi haram ketika cara memperoleh
dan memprosuksinya dilakukan dengan cara yang tidak dibernarkan oleh
agama. Seperti contoh barang curian, hewan yang disembelih dengan
cara yang salah.
e. Kebersihan
Islam mengajarkan kebersihan disegala aspek kehidupan
termasuk dalam berdagang, barang dagangan yang baik adalah barang
yang halal dan baik (bersih dan sehat). Makanan yang halal meliputi cara
memperolehnya maupun halal dzatnya. Makanan yang baik belum tentu
halal, tetapi makanan yang halal pasti baik. Seperti contoh barang baik
tetapi tidak halal adalah buah-buahan, daging, dan lain sebagainya yang
didapat dari hasil pencurian, perampokan dan kejahatan lainnya, hukum
makanan tersebut akan menjadi haram karena diperoleh dari jalan yang
diharamkan agama.
58
Barang-barang dagangan yang diperjualbelikan di pasar
tradisional Lubuk Sebontan kurang terjaga kebersihannya hal tersebut
dibuktikan dengan minimnya ketersediaan kios-kios untuk tempat
berjualan. Beberapa pedagang, terutama pedangang sayur mayur yang
kebanyakan meletakkan barang dagangannya langsung diatas tanah
hanya dengan beralaskan tenda biru, karung atau kayu yang
mengakibatkan barang mereka rentan terkena kotoran. Aspek kebersihan
sangatlah penting guna menunjang kenyamanan para pembeli di pasar.
Islam mengajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan
lingkungan kebersihan di area bagian dalam pasar dijaga karena dari
pedagang sudah timbul kesadaran untuk bersama-sama menjaga
lingkungan pasar. Pengelola pasar juga melakukan pembersihan area
pasar setelah semua pedagang selesai merapikan dagangannya.
f. Alat timbang
Alat timbang merupakan instrument pendukung dalam transaksi
jual beli. Alat-alat ini memiliki peranan penting untuk mengetahui
jumlah, berat, dan ukuran barang yang diperjual belikan. Para pedagang
hendaknya benar-benar memperhatikan dan berhati-hati dalam
menggunakan alat-alat tersebut sehingga tidak terjadi hal-hal yang
merugikan baik untuk pedagang maupun pembeli. Para pedagang di
pasar Lubuk Sebontan menerapkan kejujuran dalam menimbang,
mengukur dan menghitung. Proses tersebut dilakukan secara transparan
dan disaksikan langsung oleh pembeli sehingga hal tersebut membuat
59
pelanggan percaya. Sebagian pedagang di pasar lebih memilih
melebihkan saat menimbang demi menjaga kepercayaan pelanggannya.
Dalam bisnis kepercayaan merupakan hal yang paling penting,
Rasulullah SAW selalu memberikan informasi yang jelas mengenai
produk yang dijual tanpa menutup aib yang ada. Jika telah mendapatkan
kepercayaan pelanggan. Maka bisnis akan berkembang tetapi sebaliknua
tanpa adanya kepercayaan pelanggan ataupun partner maka bisnis akan
hancur.
g. Menghindari Riba dan Gharar
Unsur-unsur gharar dapat dapat terjadi pada 4 hal yaitu:
a. Kualitas, yaitu gharar yang terjadi dalam penjualan tanaman atau
buah-buahan yang belum jelas hasilnya seperti jual beli ijon (sistem
tebas)
b. Kualitas, yaitu gharar yang berupa penjualan hewan yang masih
berada dalam kandungan
c. Harga, yaitu gharar yang terjadi pada harga barang.
d. Waktu penyerahan, yaitu gharar yang terjadi ketika Si ”A” menjual
barang yang belum jelas keberadaannya atau barang yang masih
dalam proses pencarian (hilang) kepada Si “B” dan setuju oleh si
“B”, barang tersebut akan diserahkan jika sudah ditemukan. Yang
menyebabkan terjadinya gharar adalah kedua belah pihak tidak tau
kapan barang tersebut dapat diserah terimakan.
60
Implementasi perdagangan di Pasar mengenai informasi barang
dagangan, upaya untuk menghindari terjadinya gharar adalah sebagai
berikut:
a. Memberiakan informasi secara jelas dan terbuka mengenai barang
yang diperjualbelikan tanpa ada unsur penyembunyian cacat
barang13
b. Memberikan jaminan bagi pelanggannya baik pelanggan tetap
maupun pelanggan umum, jika terdapat ketidakpuasan terkait
produk dan barangnya atau terdapat cacat maka barang tersebut
boleh dikembalikan dan ditukar dengan yang baru, hal ini bertujuan
agar pembeli tidak dirugikan disamping itu juga garansi merupakan
bentuk upaya untuk memberikan kepuasan bagi para pembeli14
c. Selalu mengontrol barang dagangan dan memastikan barang
dagangan layak untuk diperjualbelikan.15
Para pedagang pasar mengupayakan untuk terus menerapkan
prinsip bebas riba dalam setiap bentuk transaksi yang dilakukan. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah pemberian kelonggaran waktu untuk
melunasi pembayaran tanpa adanya penambahan harga barang, jadi
pembeli tetap membayar sebesar harga awal. Selain itu juga menetapkan
13Hasil wawancara bersama Rafsah pada tanggal 018/05/2019 pukul 10:05 di pasar Lubuk
Sebontan 14Hasil wawancara bersama Mardi pada tanggal 18/05/2019 pukul 08:00 di pasar Lubuk Sebontan 15Hasil wawancara bersama Galang pada tanggal 18/05/2019 pukul 10:40 di pasar Lubuk Sebontan
61
harga sesuai dengan batas kewajaran atau tidak mengambil keuntungan
yang mendzalimi pembeli.16
h. Etika berbisnis pedagang
a. Jujur, Kejujuran merupakan prinsip yang sangat ditekankan dalam
Islam, kejujuran dalam perdagangan akan meningkatkan
kepercayaan konsumen yang akhirnya berdampak baik pada
penghasilan yang didapatkan. Rasulullah SAW dalam setiap
aktifitasnya termasuk berdagang, beliau senantiasa menetapkan
perilaku jujur sehingga beliau dijuluki al-amin, dalam perkataan
maupun perbuatannya. Kejujuran merupakan prinsip yang dijaga
oleh para pedagang di pasar.
Pedagang di pasar ini selalu memberikan informasi yang
jelas terkait barang dagangannya kepada para pembeli tanpa
menutup aib barang, transparan dalam menimbang, membuang
barang yang telah busuk atau cacat, memberikan jaminan kepada
pembeli jika terdapat kerusakan atau cacat barang maka barang
tersebut boleh ditukar dengan barang yang lebih baik dengan
catatan barang yang rusak atau catat harus ditukar dengan barang
yang sejenis/sama.17
b. Persaingan, Antar pedagang di pasar selalu menetapkan persaingan
yang sehat, mereka saling bekerjasama saat berjualan dengan
system konsinyasi yaitu pemilik barang menitipkan barangnya
16Hasil wawancara bersama Sunarti pada tanggal 18/05/2019 pukul 09:35 di pasar Lubuk Sebontan 17Hasil wawancara bersama pedagang pada tanggal 18/05/2019 di pasar Lubuk Sebontan
62
untuk dijualkan dengan pembagian untung tertentu sesuai
kesepakatan bersama. Selain itu antar pedagang satu sama lain
membangun hubungan kekeluargaan guna tercapainya persaingan
yang sehat.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan serangkaian pembahasan dan analisis, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa pasar tradisional berpotensi dalam
meningkatkan ekonomi pedagang. Adapun potensi pasar yaitu pertama, harga
yang lebih murah. Kedua, produk yang lebih bervariasi. ketiga, waktu dan
lokasi yang strategis. selain itu, faktor lain yang mendukung adalah adanya
perhatian pemerintah daerah yaitu pertama, adanya pengawasan harga.
Kedua, mencegah penipuan di pasar seperti masalah kecurangan dalam
timbangan dan ukuran. Ketiga, pencegah penjualan barang yang rusak, serta
tindakan-tindakan yang merusak moral. Dengan memaksimalkan potensi
yang ada di pasar tradisional ini dapat meningkatkan pendapatan pedagang
dan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat.
B. Saran
1. Aparat pemerintah setempat diharapkan dapat melindungi keberadaan
pasar ini yang menjadi salah satu sumber perekonomian masyarakat,
serta terus melakukan pembaharuan agar tercipta kenyamanan berbelanja
bagi pembeli agar tercapai peningkatan pendapatan pedagang.
2. Pedagang diharapkan untuk tetap menjaga nilai-nilai islami yang ada
dan dihimbau untuk selalu menjaga kebersihan barang dagangannya agar
barang yang dijual terjaga kehalalannya.
64
3. Bagi peneliti lain diharapkan untuk melakukan kajian atau penelitian di
Desa Lubuk Sebontan, khususnya berkaitan dengan faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat, sehingga dapat
diperoleh informasi lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Departemen Agama. 2006. Al Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Departemen
Agama Republik Indonesia.
Akhmad, 2017, Ekonomi Islam, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Aziz, Iwan Jaya, 2014, Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta: LPFE-UI.
Boediono, 2016, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE: Yogyakarta.
C.S.T. Kensil dan Christine S.T. Kansil, 2008, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum
Dagang Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
Dimyauddin Djuwaini, 2008, Pengantar Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Djojohadikusumo, Soemitro, 2011, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: Pustaka
Ekonomi.
Jurnal
A. A. Gede Prathiwa Pradipta dan I Gusti Putu Nata Wirawan, 2016. Pengaruh
Revitalisasi Pasar Tradisional dan Sumber Daya Pedagang Terhadap
Kinerja Pedagang Pasar di Kota Denpasar. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia.
A.A.G Agung Artha Kusuma, Ni Nyoman Ayu Diantini, dan I Gst. Bagus Honor
Satrya, 2016, Analisa Potensi Bersaing Pasar Tradisional Terhadap Pasar
Modern di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana, Bali, Indonesia.
Bagas Haryotejo, Dampak Ekspansi Hypermarket Terhadap Pasar Tradisional di
Daerah. Jurnal Ekonomi & Keuangan Islam Volume 1 No. 2, Juli 2011:
181-196.
Dwisara Ajeng Rahmawati, 2017. Modal Sosial dan Pasar Tradisional (Studi
Kasus di Pasar Legi Kotagede Yogyakarta). Jurnal UMS.
Istijabatul Aliyah, Tri Joko Daryanto, dan Murtanti jani Rahayu, Peran Pasar
Tradisional dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata Kota
Surakarta, E-Jurnal EP, 5 [4] : 460-479 ISSN : 2303-0178 460.
Siti Inayatul Faizah, Peran Pasar Tradisional dalam Menyerap Angkatan Kerja
Perempuan. Vol. 32, No. 2 Tahun 2017 ISSN : 0215/9635, FISIP, UNS.
Eis Al Masito, Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi Revitalisasi
Pasar Piyungan Bantul, (Jurnal PMI Vol. 10, No. 2, 2013).
Lampiran 1. Data Hasil Penelitian (Hasil Wawancara)
1. Responden 1
Nama : Ratna
Pekerjaan : Warga Masyarakat
Hasil Wawancara :
“sebelum ke kantor saya suka belanja di sini karena harganya lebih murah,
terus segar juga buah sama sayurnya”
2. Responden 2
Nama : Suharto, SE
Pekerjaan : Kepala Dinas Koperasi UMKM, Perdagangan,
Perindustrian, Pertambangan dan Energi Kabupaten
Muaro Jambi
Hasil Wawancara :
“Tugas dinas perdagangan memantau barang beredar di pasar-pasar tidak
hanya di pasar ini. Memantau masa kadaluarsa, memantau harganya, alat
ukurnya (timbangan), satu kali seminggu dilakukan pemantauan. Karena
pasar ini jaraknya dekat maka dia sering dipantau. Untuk masa kadaluarsa
dipantau satu kali sebulan. Setiap hari ada pemantauan harga lalu kita
laporkan secara online. Kalau harga sembako naik maka kita cari
penyebabnya, misalnya karena faktor musim maka kita cari distributornya
dari daerah mana dan kita cari daerah mana yang banyak barangnya.
Kebanyakan pedagang disini ambil barang dari luar seperti bantaeng, malino
karena memang disini tidak ada petani sayur”
3. Responden 3
Nama : Mardi
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
1. kalau pakaian itu menetapkan sendiri sesuai dengan kondisi harga yang
dibeli. Biasakan naik turun. Kalau lagi musimnya naik ya kita kasi naik
harganya. Kalau musimnya turun ya kita turunkan harganya.
2. “untuk biaya los saya bayar Rp 10.000 perbulan. Perharinya Rp. 3.000.
saya tidak merasa berat karena ini kan untuk kepentingan pembangunan
pasar dan biaya kebersihan setiap harinya”
3. Memberikan jaminan bagi pelanggannya baik pelanggan tetap maupun
pelanggan umum, jika terdapat ketidakpuasan terkait produk dan
barangnya atau terdapat cacat maka barang tersebut boleh dikembalikan
dan ditukar dengan yang baru, hal ini bertujuan agar pembeli tidak
dirugikan disamping itu juga garansi merupakan bentuk upaya untuk
memberikan kepuasan bagi para pembeli
4. Responden 4
Nama : Abdul Asiz
Pekerjaan : Pedagang Ikan
Hasil Wawancara :
1. Ini tergantung dari kondisi ikan, kalau dia banyak harga murah. Kalau
sedikit harga mahal.
2. “Kalau bantuan berupa dana itu tidak pernah, tapi pemerintah pernah
membagikan kami box untuk tempat ikan”
5. Responden 5
Nama : Firman
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
“saya ambil disini barang. Kan kalau setiap dini hari itu ada orang dari Desa
Dusun Mudo, Desa Intan Jaya, dll bawa barang jadi tidak susah mencari lagi”
6. Responden 6
Nama : Murni
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
“kalau jam 3 itu banyak pedagang yang datang kesini ambil barang, saya juga
disitu tinggal ambil”
7. Responden 7
Nama : Rahman
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
“Disini beda-beda pembayaran hariannya. Ada yang dua ribu ada juga
tigaribu. Kalau saya tidak dikasi bayar karena tidak ada losku. Jalan-jalan
saja”.
8. Responden 8
Nama : Rida
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
“macam-macam yang bayar orang, kalau besar jualannya banyak yang jual
tiga ribu perharinya, saya dua ribu saja karena sedikit jualanku kue kodong.
Itupun barupa saya membayar ini baru beberapa bulan yang lalu. Dulu orang
dari dinas itu na larang membayar karena sedikit kue yang jual dadar sama
buroncong, barupa ini semenjak mau direnovasi pasar dikasi semua orang
nomor baru kasi bayar saya”
9. Responden 9
Nama : Ratna
Pekerjaan : Pembeli
Hasil Wawancara :
“saya suka belanja disini karena lebih cepatki buka jadi bisaka siapkan
sarapan atau siapkan makanan untuk disimpan dikulkas sebelum berangkat
ke kantor”.
10. Responden 10
Nama : Zamran
Pekerjaan : Kepala Pengelola Pasar Desa Lubuk Sebontan
Hasil Wawancara :
1. “Tugas dinas perdagangan memantau barang beredar di pasar-pasar
tidak hanya di pasar ini. Memantau masa kadaluarsa, memantau
harganya, alat ukurnya (timbangan), satu kali seminggu dilakukan
pemantauan. Karena pasar ini jaraknya dekat maka dia sering dipantau.
Untuk masa kadaluarsa dipantau satu kali sebulan. Setiap hari ada
pemantauan harga lalu kita laporkan secara online. Kalau harga sembako
naik maka kita cari penyebabnya., misalnya karena faktor musim maka
kita cari distributornya dari daerah mana dan kita cari daerah mana yang
banyak barangnya. Kebanyakan pedagang disini ambil barang dari luar
seperti Dusun Mudo, Kemang Manis, dan Intan Jaya karena memang
disini tidak ada petani sayur.
2. “tetap ada lokasi untuk pedagang kecil disamping kios arena banyaknya
jumlah pedagang yang ada disini, jumlah kios tidak cukup untuk
menampung semuanya. Akan disediakan hamparan yang sudah diatur
letak dan ukurannya bersampingan dengan kios-kios itu”
11. Responden 11
Nama : Norman
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
“palingan nanti hamparan yang ditempati karena kalau harus beli kios lagi
agak berat”
12. Responden 12
Nama : Rafsiah
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
memberiakan informasi secara jelas dan terbuka mengenai barang yang
diperjualbelikan tanpa ada unsur penyembunyian cacat barang
13. Responden 13
Nama : Galang
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
Selalu mengontrol barang dagangan dan memastikan barang dagangan layak
untuk diperjualbelikan.
14. Responden 14
Nama : Sunarti
Pekerjaan : Pedagang
Hasil Wawancara :
1. Ada yang suka ngutang juga, bayar angsur sesuai harga awal. Bisanya
pelanggan sepertu rumah makan, ambil sekarang bayar besok atau dicicil
tiap hari.
2. Jujur saja kalau barangnya kurang baik, bilang sama pembeli ini
barangnya kurang baik, atau barang kemarin. Kita kan ingin para
pembeli tidak kecewa, terus pidah ke pedagang lain.
CURICULUM VITAE
Nama : Nurmukarramah
Tempat, Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 05 Maret 1997
Email : [email protected]
No. HP : 085267206946
Alamat : JL. Poros Lubuk Lawas RT. 01 Desa Rantau Badak
Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Pendidikan Formal
1. SD. Negeri No. 38/u Rantau Badak Kecamatan Muara Papalik, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Dari 2008-2009
2. Madrasah Tsanawiyah Al- Musthafa Tsani Kecamatan Muara Papalik , Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Dari 2011-2012
3. MA Negeri 4 Muaro Jambi JL. Raya PelabuhanTalang Duku Kecamatan Maro Sebo
Dari 2014-2015
Jambi, Oktober 2019
Nurmukarramah
NIM EES. 150799