Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 1
POTENSI PENGEMBANGAN PRODUKSI UBI JALAR DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN
Alin Aliyani, Dede Rohmat, Jupri
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] , [email protected] , [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (lpomea batatas L) di
Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.” Usaha tani ubi jalar banyak dilakukan oleh
masyarakat setempat, namun setiap tahunnya produksi ubi jalar bersifat fluktuatif
Disamping itu, produktivitas yang dihasilkan masih dibawah angka maksimal. Sehingga di
daerah penelitian ini masih memiliki potensi pengembangan dalam rangka meningkatkan
produksi ubi jalar. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
kondisi geografi baik fisik maupun sosial yang mendukung budidaya ubi jalar,
menganalisis potensi pengembangan produksi, dan mengidentifikasi upaya yang dilakukan
masyarakat dalam meningkatkan produksi ubi jalar. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis metode survei. Adapun teknik
pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan
observasi lapangan dan teknik wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
Studi literatur dan Studi dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik
matching antara syarat tumbuh dengan kondisi seluruh lahan pertanian di Kecamatan
Cilimus. Disamping itu, terdapat data yang dianalisis dengan menggunakan teknik
persentase, yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa kondisi fisik dan sosial ekonomi mendukung dalam
pengembangan budidaya ubi jalar di Kecamatan Cilimus. Kondisi fisik meliputi iklim,
ketersediaan air, jenis tanah, kemiringan lereng dan topografi. Sedangkan kondisi sosial
ekonominya meliputi tingkal pendidikan dan pengalaman petani, luas dan kepemilikan
lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, dan pemasaran. Dilihat dari kondisi tersebut maka
terdapat potensi pengembangan produksi ubi jalar baik dengan cara ekstensifikasi,
intensifikasi, ataupun peningkatan indeks pertanaman (IP). Luas lahan yang berpotensi
untuk pengembangan tanaman ubi jalar di lokasi penelitian adalah 2.604,86 Ha. Dengan
adanya potensi-potensi tersebut maka terdapat upaya-upaya yang dilakukan oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan produksi yakni dengan meningkatkan
produktivitas, perluasan areal, pengamanan produksi, dan penguatan kelembagaan.
Rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini adalah agar petani dan pemerintah bekerja
sama untuk mengembangkan potensi agrobisnis yang ada. Selain itu, petani berpartisipasi
dalam kelembagaan kelompok tani yang menjadi program pemerintah setempat.
Kata kunci: budidaya ubi jalar, faktor-faktor geografis, produksi, potensi pengembangan.
2 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
THE POTENCY OF SWEET POTATO (Ipomea batatas L.) PRODUCTION DEVELOPMENT IN CILIMUS DISTRICT,
KUNINGAN REGENCY
ABSTRACT
This minithesis is entitled “The Potency of Sweet Potato (Ipomea batatas L.) Production
Developmentin Cilimus Subdistrict, Kuningan Regency.” Many farming business of sweet
potato were made by local community; however, annual production of sweet potato was
fluctuating. In addition, the resulting productivity is still under maximal rate. So there is
development potential in this district to increase production of sweet potato. The aims of
this research are to identify geographic conditions, both physical and social, which are
supporting cultivation of sweet potato, to analyze the potency of production development,
and to identify efforts made by community in increasing production of sweet potato. Method
used in this research is descriptive of survey type. The data collection techniques are
primary data and secondary data. The primary data were derived from field observations
and interviews. The secondary data were acquired by literature study and documentation
study. The data were analyzed by using matching technique between the growing condition
and the entire farming land condition in Cilimus Subdistrict. Furthermore, there are data
being analyzed by using percentage technique, the results are presented in the form of table
and figure. The results of the research suggest that physical and socio-economic conditions
are supporting cultivation of sweet potato in Cilimus Subdistrict. The physical conditions
include climate, supply of water and type of land, slope, and topography. The socio-
economic conditions include farmer education and experience, land area and ownership,
labor, capital, management, and marketing. In light of the conditions, there is potency of
sweet potato crop development in extensification, intensification, or improvement of per
crop index. Land area having potential for development of sweet potato crop in research
location are 2.604,86 Ha. Given the potentials, some efforts were made by community to
increase production; that is, improving productivity, extensification of area, security of
production, and institutional reinforcement. Recommendations to be proposed under this
research are farmers and government should be collaborated on a development of existing
agrobusiness potential. In addition, farmers should be participated in farmer organization
as a part of local government program.
Keywords: Cultivation of sweet potato, Geographical factors, Production, Development
Potential
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 3
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kabupaten Kuningan merupakan daerah yang memiliki potensi dalam bidang
pertanian. Komoditas unggulan Kabupaten Kuningan salah satunya adalah ubi jalar
(Ipomea batatas L). Budidaya ubi jalar mulai terus dikembangkan, bahkan di
Kecamatan Cilimus sudah di kenal sebagai salah satu sentra produksi yang
produktif di wilayah Jawa Barat yang menyediakan pasokan ubi jalar ke beberapa
wilayah (Badan Pusat Statistik: 2011).
Luas lahan dan produksi ubi jalar setiap tahunnya bersifat fluktuatif. Maka
upaya untuk menaikkan produksi per kapita per tahun di setiap daerah ini sangat
ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya yang ada. Setiap wilayah memiliki
karakteristik yang berbeda ditinjau dari potensi sumberdaya alam dan
pemanfaatannya dalam bentuk kegiatan pertanian. Berikut perkembangan luas
panen, produksi dan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar
(Ipomea Batatas L) di Kecamatan Cilimus Periode 2008-2012
No Komponen
Produksi
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Luas Panen (Ha) 2.284 2.349 1.561 2.116 1.883
2. Produksi (Kw) 395.230 425.850 279.510 425.132 370.960
3. Produktivitas
(Kw/Ha) 173,04 181,29 179,06 200,91 202,38
Sumber : UPTD PTP3 Kecamatan Cilimus, Badan Pusat Statistik (2012) dan Hasil Pengolahan
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa luas tanam ubi jalar di Kecamatan
Cilimus bersifat fluktuatif, begitupun dengan produksi ubi jalar. Hal ini bisa
dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun kondisi sosial dari wilayah tersebut.
Produktivitas ubi jalar di Kecamatan Cilimus pada tahun 2012 adalah 202,38
Kw/Ha, dimana produksi ubi jalarnya adalah 370.960 kwintal dengan luas panen
1.883 hektar (Badan Pusat Statistik, 2012) . Hal tersebut masih di bawah angka
yang di harapkan atau di bawah titik optimal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Juanda dan Bambang (2000: 7) “mengemukakan bahwa potensi hasil tanaman ubi
jalar adalah 25 ton – 35 ton per Hektar”. Disamping itu menurut Banoewidjojo
(1983: 8) “Peningkatan produktivitas tanaman pada dasarnya dapat ditempuh
4 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
melalui dua landasan pokok, ialah memperluas areal pertanian, dan meningkatkan
produksi setiap kesatuan luas.
Mengingat tanaman ubi jalar mempunyai banyak manfaat, maka sudah
sepatutnya untuk terus dikembangkan, baik melalui intensifikasi ataupun
ekstensifikasi. Kecamatan Cilimus memiliki potensi untuk pengembangan
pertanian tanaman pangan, dimana tersedianya sumberdaya alam yang cukup.
Beberapa penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Cilimus yaknihutan,
semak belukar, padang rumput, perkebunan, ladang, sawah tadah hujan, sawah
irigasi, dan permukiman. Untuk lebih jelasnya masing- masing luas dari
penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan Cilimus
No Jenis Penggunaan Lahan Luas
Ha %
1. Hutan 520,30 14,64
2. Semak Belukar 113,36 3,19
3. Padang Rumput 3,05 0,09
4. Perkebunan 436,67 20,74
5. Ladang/Tegalan 373,33 10,51
6. Sawah Tadah Hujan 1.177,79 27,53
7. Sawah Irigasi 617,07 14,56
8. Permukiman 310,34 8,74
Jumlah 3.551,91 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan yang
mendominasi daerah penelitian adalah sawah tadah hujan dengan luas wilayah
1.177,79 Ha atau sebesar 27,53 % dari luas wilayah Kecamatan Cilimus.
Penanaman ubi jalar bisa dilakukan pada lahan kering ataupun lahan basah.
Namun waktu penanaman harus disesuaikan, di lahan kering biasanya di lakukan
pada awal musim hujan, sedangkan di lahan basah pada saat kemarau datang.
Berdasarkan penggunaan lahan, di daerah penelitian memiliki lahan yang cukup
untuk melakukan usahatani ubi jalar. Sehingga dari hal tersebut daerah penelitian
memiliki potensi untuk mengembangkan ubi jalar. Potensi lahan yang luas dan
produktivitas yang belum maksimalmenjadi faktor untuk mengembangkan
usahatani ubi jalar. Usaha untuk merebut persaingan yang masih terbuka ini dapat
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 5
dilakukan dengan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman ubi
jalar, disertai dengan pengembangan industri pengolahan ubi jalar.
Melihat Kondisi tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian terutama mengembangkan produksi ubi jalar sebagai tanaman unggulan
di Kabupaten Kuningan.Dalam hal ini Penulis memberi judul “Potensi
Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus
Kabupaten Kuningan”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi kondisi geografi baik fisik maupun sosial
yang mendukung budidaya ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus
Kabupaten Kuningan; 2) Menganalisis potensi pengembangan produksi ubi jalar
jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan; 3)
Mengidentifikasiupaya yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan produksi
ubi jalarjalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Adapun teknik pengumpulan data diperoleh dengan melalui observasi, wawancara,
dan studi literatur. Variabel penelitian terdiri atas Variabel bebas (iklim,
ketersediaan air, topografi, jenis tanah, pendidikan petani, modal, tenaga kerja dan
pemasaran) dan variabel terikat (Potensi pengembangan produksi ubi jalar).
Populasi meliputi populasi wilayah yaitu seluruh lahan pertanian yang ada di
Kecamatan Cilimus dan populasi manusia seluruh petani yang menerapkan
budidaya ubi jalar yang ada di Kecamatan Cilimus. Sampel penelitian terdiri dari
sampel wilayah yang diperoleh dari Peta Satuan Lahan kemudian diambil secara
acak/random (Stratified area random sampling). Terdapat tujuh sampel penelitian
yaitu I-SI-ALCRK (Desa Cilimus) , I-STH-ALCRK (Desa Bandorasa Kulon), I-
STH-RKL (Desa Bandorasa Wetan), I-TG-ALCRK (Desa Linggajati), II-STH-
ALCRK (Desa Setianegara), I-SI-LCK (Desa Caracas), I-KB-ALCRK (Desa
6 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
Cibeureum). Sampel manusia terdiri dari 65 responden, sampel diambil secara
propotionate stratified random sampling. Penulis membuat kategori dari tingkat
jumlah petani yakni tingkat jumlah petani tinggi yaitu (>1.000), sedang (500-1000)
rendah (>500).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Fisik dan Sosial yang Mendukung Budidaya Ubi Jalar
a. Kondisi Fisik
Dalam menentukan karakteristik fisik wilayah, sebelumnya menggunakan
Peta Satuan Lahan yang diperoleh dari penggabungan Peta Jenis Tanah, Peta
Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan. Maka dari hasil penggabungan
tersebut akan memperoleh jenis lahan yang memiliki karakeristik masing-masing.
Untuk lebih jelasnya Peta Sampel Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Sampel Penelitian
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 7
Tabel 3. Karakteristik Fisik Lahan Berdasarkan Penelitian di Lapangan
Karakterisitik Fisik Sampel
I II III IV V VI VII
Iklim
a. Suhu (oC)
b. Curah hujan (mm/tahun)
c. Lama bulan kering (bln)
24-26
3016,5
4
22-24
3016,5
4
23-25
3016,5
4
20-23
3016,5
4
20-23
3016,5
4
24-26
3016,5
4
20-23
3016,5
4
Ketersediaan air
a. Sumber air
b. Debit (m3/dtk)
c. jenis pengairan
d. Kondisi air saat kemarau
Saluran
Irigasi
315 & 296*
Irigasi
Ada
Sungai/mata
air
Sungai/
Mata air
Sungai/ Mata
air
Mata Air
Saluran
irigasi
276 & 312*
Sungai/Mata
air
Ketinggian tempat (mdpl) 431 621 479 799 742 410 797
Kemiringan Lereng (%) 5 7 5 8 14 4 8
Tanah
a. Jenis tanah
b. Tekstur tanah
c. Struktur tanah
d. pH tanah
e. Kedalaman efektif (cm)
f. Konsistensi
g. drainase
Latosol
Lempung
berpasir
halus
Remah
6
>90
Gembur
Baik
Latosol
Lempung
berpasir
Granuler
7
>90
Gembur
Baik
Regosol
Pasir
berlempung
Remah
6
60 - 90
Sangat
gembur
Baik
Andosol
Lempung liat
berpasir
Remah
6
>90
Teguh
Sedang
Latosol
Lempung
berpasir
sangat halus
Remah
5
>90
Gembur
Baik
Latosol
Lempung
berpasir
sangat halus
Remah
5
>90
Gembur
Baik
Latosol
Lempung
berpasir halus
Remah
6
>90
Gembur
Baik Sumber : Hasil Penelitian, 2013
8 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa karakteristik fisik lahan di lokasi
penelitian sebagian besar memiliki kesesuaian dengan syarat tumbuh ubi jalar,
seperti iklim, ketersediaan air, ketinggian tempat, kemiringan lereng dan jenis
tanah. Menurut Suparman (2007: 5) “Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas
dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah
daerah yang bersuhu 21-27oC”. Terkait dengan ketinggian suatu daerah, tanaman
ubi jalar akan tumbuh optimal pada ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan
laut. Sedangkan untuk tanah menurut Suparman (2007: 6) “Tanah yang cocok untuk
tanaman ubi jalar adalah tanah yang mengandung pasir, kadar lempungnya ringan
dan longgar, kondisinya gembur, sehingga udara dan air dalam tanah dapat saling
berganti dengan lancar.” Maka dengan melihat kondisi fisik tersebut wilayah ini
sangat cocok untuk pengembangan ubi jalar.
b. Kondisi Sosial
Kondisi sosial yang mendukung dalam budidaya ubi jalar adalah tingkat
pendidikan petani, luas dan kepemilikan lahan, tenaga kerja, modal dan
manajemen. Menurut Soetriono, Atik, dan Rijanto (2006: 71) “Aspek sumberdaya
yang dimasukkan dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah aspek alam
(tanah), modal, tenaga kerja dan pengelolaan.” 1) Pendidikan, Menurut Harjadi
(2002: 40) yakni :
Sesuatu yang dimiliki petani merupakan modal yang menentukan
keberhasilan petani sebaba keterampilan dan pendidikan merupakan
produk masyarakat. Dalam beberapa hal, pendidikan merupakan salah satu
faktor yang dapat menimbulkan perubahan masyarakat.
secara keseluruhan tingkat pendidikan formal dan non formal petani
responden dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Formal Responden
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
Frekuensi (%)
1 Tidak Tamat SD 3 4,7
2 Tamat SD/Sederajat 50 76,6
3 Tamat SMP/Sederajat 8 12,5
4 Tamat SMA/Sederajat 4 6,2
5 Perguruan Tinggi 0 0
Jumlah 65 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 5.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 9
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Non-Formal Responden
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
Frekuensi (%)
1. Tidak Pernah 10 15
2. Penyuluhan 40 62
3. Kursus/pelatihan 15 23
Jumlah 64 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa petani ubi jalar di Kecamatan
Cilimus memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, karena sebagian besar
petani hanya lulusan SD. Namun hal tersebut bisa diatasi dengan cara lain, seperti
pendidikan non formal. Para petani pada umumnya mendapatkan pengetahuan
tentang budidaya ubi jalar melalui pendidikan nonformal. Seperti yang sering
dilakukan di lokasi penelitian adalah penyuluhan dan pelatihan mengenai pertanian
yang diadakan oleh Dinas Pertanian setempat. 2) Luas lahan pertanian, luas lahan
akan mempengaruhi pada hasil produksi pertanian tersebut. Semakin luas lahan
pertanian maka semakin tinggi pula tingkat produksinya, sebaliknya semakin
sempit lahan pertanian maka semakin rendah tingkat produksinya. Luas
kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Kepemilikan Lahan
No Lokasi
Luas (Ha)
< 0,10 0,10-0,50 0,51- 1,00 >1,00
F % F % F % F %
1. I 2 3,1 9 13,8 4 6,1 2 3,1
2. II 1 1,5 5 7,7 4 6,1 2 3,1
3. III 1 1,5 5 7,7 3 4,6 0 0
4. IV 1 1,5 4 4,6 4 6,1 1 1,5
5. V 0 0 4 6,1 6 9,2 0 0
6. VI 0 0 1 1,5 1 1,5 0 0
7. VII 1 1,5 3 4,6 1 1,5 0 0
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Petani responden di Kecamatan Cilimus memiliki luas lahan yang
diusahakan untuk usahatani cukup beragam, yaitu antara 0,14-1,2 Ha dengan rata-
rata luas lahan sebesar 0,28 Ha.
3) Tenaga kerja, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting
dalam usaha pertanian. “Tenaga kerja dapat digolongkan dalam tiga macam, yaitu
tenaga manusia, tenaga ternak, dan tenaga mekanik” (Soetriono, 2006: 80). Namun
10 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
dalam budidaya ubi jalar pada umumnya petani responden hanya menggunakan
tenaga manusia. Hal tersebut dikarenakan dalam persiapan lahan lebih mudah jika
menggunakan tenaga manusia. Selain itu tenaga kerja dalam usahatani ada tenaga
kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan jumlah tenaga kerja
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan Petani Responden
No Lokasi
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Tidak memiliki 1-5 6-10 >10
F % F % F % F %
1. I 2 3,1 9 13,8 4 6,1 2 3,1
2. II 1 1,5 4 6,1 5 7,7 2 3,1
3. III 1 1,5 5 7,7 3 4,6 0 0
4. IV 1 1,5 4 6,1 4 6,1 1 1,5
5. V 0 0 4 6,1 6 9,2 0 0
6. VI 0 0 1 1,5 1 1,5 0 0
7. VII 1 1,5 3 4,6 1 1,5 0 0
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 7. hampir setengahnya (47 %) petani mempekerjakan 1-5
orang, hal ini karena lahan yang digarap masih bisa menggunakan tenaga kerja
keluarga. 4) Modal, usaha pertanian dapat berjalan dengan baik apabila memiliki
modal yang dapat memenuhi. Menurut Soetriono, Atik dan Rijanto (2006: 77)
“Modal tetap (misalnya tanah dan alat pertanian) yang tidak akan habis dalam satu
kali produksi, sedangkam modal bergerak (misalnya uang tunai, pupuk, pestisida,
dan tanaman) yang dianggap habis dalam satu kali produksi. Secara keseluruhan
sumber modal petani responden dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sumber Modal Budidaya Ubi Jalar Petani Responden
No. Sumber Modal Jumlah
Frekuensi (%)
1 Sendiri/penggarap 33 51
2 Penggarap dan Pemilik lahan 9 14
3 Koperasi 19 30
4 Pinjaman dari bank 4 6
Jumlah 65 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan sumber
modal petani reseponden dalam budidaya ubi jalar sebagian besar berasal dari
modal pribadi dengan jumlah 33 petani responden (51%). Modal pribadi biasanya
pada petani yang menggarap lahan yang tidak terlalu luas.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 11
Tabel 9. Cross Tab Luas Lahan Garapan dan Jumlah Modal Responden
No. Luas (Ha) Modal
Total <Rp 2.000.000 Rp 2.000.000-Rp 5.000.000 >Rp5.000.000
1. < 0,1 6 0 0 6
2. 0,1 – 0,5 4 27 0 31
3. 0,5 – 1,0 0 21 3 24
4. >1,0 0 0 4 4
Jumlah 10 48 7 65
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa luas lahan garapan sangat
mempengaruhi jumlah modal. Semakin luas lahan garapan maka akan semakin
besar pula modal yang dikeluarkan. Pada luas lahan lebih dari 1,0 Hektar maka
modal yang dikeluarkan pun lebih dari Rp.5.000.000,-. Modal yang cukup besar,
pada umumnya para petani responden meminjam melalui koperasi setempat.
Sehingga tidak mengalami banyak kesulitan dalam masalah modal, dan petani pun
bisa melakukan usahatani ubi jalar.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar
Berdasarkan kondisi fisik dan sosial ekonomi, pertanian ubi jalar di
Kecamatan Cilimus memiliki potensi pengembangan yang prospektif. Seperti yang
telah disajikan pada pembahasan sebelumnya bahwa kondisi fisik dan sosial
ekonomi di lokasi penelitian mendukung dalam usahatani ubi jalar. Hasil produksi
ubi jalar di lokasi penelitian cukup tinggi jika di bandingkan dengan daerah lain
disekitarnya. Namun dari setiap lokasi memiliki perbedaan dari hasil produksinya,
hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan baik pada kondisi fisik maupun
kondisi sosial lokasi tersebut. Untuk lebih jelasnya data hasil produksi dari setiap
lokasi berdasarkan data di lapangan dapat dilihat pada Tabel 10.
12 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
Tabel 10. Hasil Produksi Budidaya Ubi Jalar
No Lokasi
Hasil Produksi (Ton/Ha)
< 1,50 1,50 –2,00 2,01- 2,50 2,51-3,00 >3,00
F % F % F % F % F %
1. I 0 0 3 4,6 7 10,8 6 9,2 1 1,5
2. II 0 0 1 1,5 4 6,1 6 9,2 1 1,5
3. III 0 0 0 0 5 7,7 3 4,6 1 1,5
4. IV 1 1,5 6 9,2 3 4,6 0 0 0 0
5. V 2 3,1 3 4,6 4 6,1 1 1,5 0 0
6. VI 0 0 0 0 1 1,5 1 1,5 0 0
7. VII 1 1,5 2 3,1 2 3,1 0 0 0 0
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Petani di lokasi penelitian sebagian besar menanam ubi jalar Kuningan white
dan AC putih yang memiliki potensi hasil 25-35 dan 25-30 Ton/Ha. Namun
berdasarakan data di lapangan sebagian besar petani responden hanya mendapatkan
hasil produksi < 25 Ton/Ha. Keadaan tersebut masih bisa dikembangkan dengan
treatment pada masing-masing lahan yakni dengan intensifikasi. Menurut
Soetriono, Atik dan Rijanto (2006: 72) “Intensifikasi adalah sebuah usaha untuk
meningkatkan mutu (kualitas) dan jumlah (kuantitas) hasil produksi dengan cara
meningkatkan produktivitas dan cara kerja.” Potensi ubi jalar yakni enurut Juanda
dan Bambang (2000: 7) “Potensi hasil tanaman ubi jalar adalah 25-35 Ton per
Hektar”. Maka berdasarkan hal tersebut hasil maksimal yang bisa dicapai dalam
budidaya ubi jalar yang dilakukan petani di Kecamatan Cilimus dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar
No. Desa
Luas
Tanam
(Ha)
Produksi
(Ton)
Potensi Produksi
dengan hasil 25
Ton/Ha (Ton)
Potensi Produksi
dengan Hasil 35
Ton/Ha (Ton)
1. Bandorasa Kulon 176 3.572 4.400 6.160
2. Bandorasa Wetan 184 3.735 4.600 6.440
3. Bojong 159 3.212 3.975 5.565
4. Linggamekar 119 2.404 2.975 4.165
5. Linggasana 131 2.646 3.275 4.585
6. Linggarjati 114 2.303 2.850 3.990
7. Linggaindah 103 2.081 2.575 3.605
8. Cilimus 161 3.268 4.025 5.635
9. Caracas 149 3.025 3.725 5.215
10. Sampora 146 2.964 3.650 5.110
11. Kaliaren 134 2.707 3.350 4.690
12. Setianegara 135 2.727 3.375 4.725
13. Cibeureum 122 2.452 3.050 4.270
Jumlah 1.883 37.096 47.075 65.905
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 13
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa potensi produksi ubi jalar
dengan memaksimalkan lahan yang sudah ada memiliki peningkatan yang cukup
besar. Secara aktual di lapangan petani hanya mendapatkan hasil 37.096 Ton. Jika
produktivitas ubi jalar mencapai 25 Ton/Ha maka akan menghasilkan 47.075 Ton.
Sehingga menambah 9.979 Ton dari jumlah produksi sebelumnya, jumlah tersebut
naik sekitar 27 %. Sedangkan jika hasil produksi mencapai produksi maksimal
dengan hasil 35 Ton/Ha maka akan mendapatkan 65.905 Ton. Sehingga menambah
28.809 Ton, naik sekitar 78 %. Jumlah tersebut cukup besar, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani yang sebelumnya masih rendah. Dengan
peningkatan produksi tersebut diharapkan dapat mensejahterakan petani. Peta
Potensi Produksi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Potensi Produksi Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus
Sedangkan secara ekstensifikasi lahan yang berpotensi untuk tanaman ubi
jalar dapat dilihat pada Tabel 12.
14 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
Tabel 12. Lahan yang Berpotensi untuk Budidaya Ubi Jalar
No Lahan Budidaya Luas (Ha)
1. Lahan Basah :
a. Sawah Irigasi
b. Sawah Tadah Hujan
617,07
1.177,79
2. Lahan Kering :
a. Ladang/Tegalan
b. Perkebunan
373,33
436,67
Jumlah 2.604.86
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa luas lahan yang berpotensi
untuk pengembangan tanaman ubi jalar di Kecamatan Cilimus adalah seluas
2.604,86 Ha. Penggunaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman ubi
jalar pada lahan basah yaitu sawah irigasi dan tadah hujan seluas 1.794,79.
Sedangkan pada lahan kering yaitu ladang, tegalan, dan perkebunan adalah 810,07
Ha. Berdasarkan jumlah tersebut maka lahan yang masih bisa dijadikan areal
budidaya ubi jalar yaitu seluas 721,86 Ha. Namun penanaman pada lahan kering
harus lebih hati-hati dalam pengelolaannya. Peta Potensi Lahan Budidaya Ubi Jalar
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Potensi Lahan Budidaya Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 15
Dari hasil analilis kecocokan lahan di Kecamatan Cilimus masih bisa
diintensifkan dengan menambah frekuensi tanam menjadi 2 kali atau 3 kali. Tetapi
cara penanaman intensif ini, dikhawatirkan dapat mengakibatkan penurunan
kualitas lahan dan menyebabkan terjadinya degredasi lahan. Alternatif perluasan
areal tanam adalah menanam pada lahan kering (ladang, belukar dan perkebunan)
yang cukup tersedia di Kecamatan Cilimus ini.
Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Produksi Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar merupakan salah satu tanaman yang menjadi produk
unggulan di Kecamatan Cilimus. Alasan petani mengusahakan budidaya ubi jalar
adalah dilihat dari hasil yang lebih menguntungkan dibanding budidaya lain. Selain
itu prosesnya yang tidak begitu sulit, sehingga petani tertarik untuk mengusahakan
budidaya ubi jalar tersebut. Apabila terjadi permasalahan-permasalahan maka
biasanya petani berkonsultasi dengan kelompok tani yang dibentuk oleh pemerintah
setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan PPL (Petugas Penyuluh Lapangan)
ada upaya yang di lakukan pemerintah untuk menjadikan tanaman ubi jalar tetap
bertahan. Seperti memberikan program-program penyuluhan dan pelatihan
pertanian kepada petani. Berdasarkan wawancara di lapangan, upaya-upaya yang
dilakukan petani dalam meningkatkan produksi ubi jalar antara lain :
1. Meningkatkan Produktivitas
Dalam meningkatkan produktivitas, ada beberapa upaya yang dilakukan
petani, yaitu : a) Menggunakan bibit unggul, Pada saat ini jenis varietas yang
dianggap petani bagus adalah varietas manohara, hampir seluruh petani menanam
jenis ini. Selain dari jenis varietas yang ditanam, dalam upaya meningkatkan
produksi, petani juga melakukan upaya lain. Upaya tersebut adalah penggunaan
bibit stek langsung dari persemain umbi. Penggunaan bibit yang baik yang biasa
dilakukan petani yaitu maksimal sampai pada turunan ke-III ; b) Pengaturan Jarak
Tanam. Dalam upaya meningkatkan produksi ubi jalar salah satunya petani
mengatur jarak tanam bibit stek ubi jalar. Menanam stek ubi jalar, dengan jarak 70
– 100 cm (antar barisan) x 20 – 25 cm (antar tanaman). Menanam dengan cara
pangkal batang terkubur kurang lebih 10 cm atau kira – kira 2/3 bagian. Kemudian
tanah dipadatkan dekat pangkal stek (bibit); c) Pemupukan Berimbang, Penggunaan
16 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
pupuk dalam budidaya ubi jalar bisa meningkatkan produksi, namun tidak dengan
takaran yang berlebihan. Maka dari itu penggunaan pupuk harus dengan
pemupukan berimbang. d) Pengairan, upaya pengairan yang dilakukan petani
untuk tanaman ubi jalar yaitu pertama, jika pada musim kemarau dan umur tanaman
1-2 bulan maka dilakukan dengan cara genangan. e) Pengapuran berdasarkan
keadaan di lapangan, Petani responden biasanya melakukan pengapuran pada tanah
yang terlalu masam. Sehingga dengan melakukan pengapuran diharapkan pH
tanahnya akan naik. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden,
biasanya pengapuran menggunakan dolomite yaitu dengan cara disebar merata ke
seluruh permukaan tanah dan dilakukan pengolahan secara ringan dengan tujuan
agar kapur merata di dalam tanah dan dibiarkan selama 7-14 hari tergantung pada
kondisi tanah.
2. Perluasan Areal
Upaya yang dilakukan petani untuk meningkatkan produksi adalah melalui
perluasan areal tanam. a) Penanaman dilakukan pada sawah irigasi, setelah
penanaman padi b) Penanaman pada lahan perkebunan, yang dijadikan sebagai
tanaman sela diantara tanaman cengkeh, pisang dan lain-lain.
3. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi ini dilakukan dalam rangka mengamankan produksi
ubi jalar, yaitu dengan pengendalian hama dan penyakit Biasanya petani
menggunakan pestisida untuk hama ulat, penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit
kudis oleh cendawan Elsinoe sp. dan lain-lain. Caranya yaitu dengan disemprotkan
pada tanaman yang terkena hama tersebut. Adapun petani yang melakukan
pengendalian hama dengan ramah lingkungan (tidak menggunakan pestisida).
Pengendalian hama yang dilakukakan salah satunya adalah melakukan pengasapan,
menyalakan api di yang bertujuan untuk mengusir hama.
4. Penguatan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan yaitu dengan membentuk kelompok tani. Dengan
adanya kelompok petani maka akan memeprmudah dalam kegiatan-kegiatan
pertanian, seperti penyuluhan atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 17
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Budidaya ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus didukung oleh
faktor fisik dan faktor sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Faktor fisik
Suhu rata-rata di daerah ini yaitu 20 – 26 oC dan jumlah curah hujan rata-
rata 3016,5 mm/tahun. Persediaan air di lokasi penelitian cukup banyak, yakni
bersumber dari mata air-mata air gunung Ciremai. Terdapat saluran irigasi yang
berfungsi untuk mengairi lahan pertanian. Kondisi topografi mulai datar hingga
berbukit, karena letaknya yang berada di kaki Gunung Ciremai. Lahan yang
biasa ditanami ubi jalar yaitu pada kelas kemiringan lereng I dan II, adapun pada
kelas III yaitu dengan membuat terasering. Ketinggian tempat daerah ini yang
berkisar 400-800 mdpl, semua aspek tersebut memenuhi untuk budidaya ubi
jalar. Jenis tanah pada lokasi ini ada empat jenis yaitu Asosiasi Andosol coklat
dan Regosol coklat, Asosiasi Latosol coklat dan Regosol kelabu, Kompleks
Regosol kelabu dan Latosol, serta Latosol coklat kemerahan. Kondisi tanah
tersebut mengandung pasir, kadar lempungnya ringan dan longgar, kondisinya
gembur, serta memiliki pH 6-7. Sehingga jenis tanah ini cocok untuk tanaman
ubi jalar.
b. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi dilihat dari faktor pendidikan dan pengalaman petani,
lahan garapan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan (manajemen). 1) Tingkat
pendidikan dan pengalaman petani, berpengaruh terhadap budidaya ubi jalar 2)
Tenaga kerja, dalam budidaya ubi jalar petani menggunakan tenaga kerja yang
berasal dari tenaga kerja keluarga ataupun tenaga kerja setempat. 3) Modal,
dalam usahatani ubi jalar petani menggunakan modal yang berasal dari modal
sendiri, pinjaman koperasi ataupun pinjaman bank. Untuk modal sendiri
biasanya lahan yang tidak terlalu luas, sedangkan modal pinjaman biasanya pada
lahan sewa yang memiliki lahan cukup luas. modal budidaya ubi jalar per Hektar
adalah bekisar Rp 10.000.000,-. 4) Pengelolaan (manajemen), dalam hal ini
18 | Alin Aliyani, dkk.
Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
adalah keterampilan petani dalam melakukan usahatani ubi jalar. Keterampilan
yang dimiliki mulai dari penggunaan dan penyiapan bibit, penanaman,
pengairan, pemupukan, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan
penyakit, panen, pasca panen, hingga ke pemasaran.
2. Potensi pengembangan produksi ubi jalar di Kecamatan Cilimus masih terbuka.
Hal ini dilihat berdasarkan kondisi fisik dan sosial ekonomi yang masih
prospektif untuk dikembangkan demi majunya daerah tersebut melalui
agribisnis. Meningkatkan atau mengembangkan produksi bisa dilakukan dengan
berbagai cara yaitu intensifikasi atau perluasan areal tanam (ekstensifikasi).
Melalui intensifikasi yaitu dengan meningkatkan mutu melalui berbagai sarana,
misalnya pemupukan dan pemeliharaan. Intensifikasi ini bertujuan untuk
mencapai produksi maksimal dari tanaman ubi jalar, yaitu 35 ton/Ha. Luas tanam
ubi jalar pada tahun 2012 yaitu 1883 Ha dan menghasilkan produksi sebanyak
37.096 ton. Maka jika produksi ubi jalar dapat mencapai 35 ton/ha hasil
produksinya adalah 65.905 ton. Sedangkan dengan ekstensifikasi yaitu dengan
memperluas areal tanam. Berdasarkan penelitian di lapangan, lahan di
Kecamatan Cilimus masih dapat dikembangkan untuk budidaya ubi jalar. Hasil
analisis peta luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman ubi jalar
di Kecamatan Cilimus adalah seluas 2.604,86 Ha.
3. Adapun upaya-upaya yang dilakukan masyarakat setempat untuk meningkatkan
produksi ubi jalar, yaitu dalam penggunaan bibit, pengelolaan dan pemeliharaan.
Peningkatan produktivitas dengan menggunakan bibit unggul, pengaturan jarak
tanaman pemupukan berimbang, pengairan, pengapuran untuk menaikan pH
tanah, waktu tanam yang dilakukan dan lain-lain. Disamping itu dilakukan pula
pengamanan produksi dengan melalui pengendalian hama dan penyakit yaitu
dengan menggunakan pestisida ataupun non pestisida agar ramah lingkungan.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2012). Kecamatan Cilimus Dalam Angka 2012. Kuningan :
BPS.
Badan Pusat Statistik. (2011). Kuningan Dalam Angka 2011. Kuningan : BPS.
Banoewidjojo, Moeljadi. (1983). Pembangunan pertanian. Malang : Openi
Malang.
Dinas Pertanian. (2011). Statistik Pertanian. Bandung : Dinas Pertanian Tanaman
dan Pangan Provinsi Jawa Barat.
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan (2011). Laporan
Tahunan Tahun 2011. Kuningan : Dinas Pertanian, Peternakan dan
Perikanan.
FAO. (1976). A Framework for Land Evaluation. FAO Soils Bulletin No.32.
Rome : Food and Agriculture Organization of The United Nations.
Hanafie, R. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Harjadi, Sri Setyati M.M.(2002). Pengantar Agronomi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka.
Juanda,D., Bambang, C. (2000). Budidaya dan Analisis Usahatani.Jakarta :
Kanisius.
Kementrian Pertanian. (2010). Statistik Pertanian. Jakarta : Kementan.
Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Lembaga Pertanian,
Pendidikan, dan Penerangan Sosial Ekonomi (LP3ES).
Soetriono., Anik, S., Rijanto. (2006). Pengantar Ilmu Pertanian. Malang :
Bayumedia Publishing.
Soetrisno, Loekman. (2002). Pembangunan pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung :
Alfabeta.
Suparman. (2007). Bercocok Tanam Ubi Jalar. Jakarta : Azka Press.